PIROLISIS CAMPURAN BAGAS TEBU DAN MINYAK BIJI …digilib.unila.ac.id/28638/3/SKRIPSI TANPA BAB...

70
PIROLISIS CAMPURAN BAGAS TEBU DAN MINYAK BIJI KARET DENGAN PERBANDINGAN REAKTAN YANG BERBEDA MENJADI BAHAN BAKAR CAIR MENGGUNAKAN ZEOLIT-A BERBASIS SILIKA SEKAM PADI SEBAGAI KATALIS (Skripsi) Oleh Hermayana R. F. S JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG 2017

Transcript of PIROLISIS CAMPURAN BAGAS TEBU DAN MINYAK BIJI …digilib.unila.ac.id/28638/3/SKRIPSI TANPA BAB...

PIROLISIS CAMPURAN BAGAS TEBU DAN MINYAK BIJI

KARET DENGAN PERBANDINGAN REAKTAN YANG BERBEDA

MENJADI BAHAN BAKAR CAIR MENGGUNAKAN ZEOLIT-A

BERBASIS SILIKA SEKAM PADI SEBAGAI KATALIS

(Skripsi)

Oleh

Hermayana R. F. S

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS LAMPUNG

2017

ABSTRAK

PIROLISIS CAMPURAN BAGAS TEBU DAN MINYAK BIJI KARET

DENGAN PERBANDINGAN REAKTAN YANG BERBEDA MENJADI

BAHAN BAKAR CAIR MENGGUNAKAN ZEOLIT-A BERBASIS SILIKA

SEKAM PADI SEBAGAI KATALIS

Oleh

Hermayana R. F. S Telah dilakukan penelitian tentang pirolisis campuran bagas tebu dan minyak biji

karet dengan perbandingan reaktan menggunakan zeolit-A yang dibuat dengan

metode sol-gel menggunakan silika sekam padi dan aplikasinya sebagai katalis.

Sebelum digunakan, katalis zeolit-A dikalsinasi pada suhu 600, 700, 800, dan

900oC. Uji pirolisis dilakukan dengan menggunakan variasi volume minyak 150

mL dan 200 mL dengan menggunakan bagas tebu 50 gram. Suhu optimum katalis

zeolit-A diperoleh pada suhu kalsinasi 600oC menggunakan volume minyak biji

karet sebanyak 150 mL dan 200 mL dengan persen konversi 48,4% dan 47,5%.

Analisis GC-MS menunjukkan pada volume minyak 150 mL terdapat tiga puluh

lima puncak utama dengan komposisi tertinggi adalah hidrokarbon sebesar 68%,

sedangkan analisis GC-MS pada volume minyak 200 mL menunjukkan terdapat

empat puluh satu puncak utama dengan komposisi tertinggi adalah hidrokarbon

sebesar 53%. Hasil pengukuran terhadap viskositas, densitas, dan flash point

menunjukkan liquid fuel yang dihasilkan belum memenuhi standar SNI.

Karakterisasi dengan XRD menunjukkan bahwa katalis zeolit-A sebagian

didominasi fasa amorf, dan sebagian didominasi fasa kristalin. Karakterisasi

menggunakan SEM menunjukkan bahwa sampel merupakan material berpori dan

memiliki cluster dengan bentuk yang berbeda. Hasil karakterisasi zeolit-A dengan

PSA menunjukkan bahwa distribusi ukuran partikel katalis zeolit-A terdiri dari

dua hingga tiga kelompok yang menunjukkan katalis belum tercampur secara

merata, dan karakterisasi dengan FTIR menunjukkan dalam katalis zeolit-A

terdapat situs asam Bronsted-Lowry dan situs asam Lewis.

Kata kunci: pirolisis, liquid fuel, sekam padi, zeolit-A, bagas tebu, minyak biji

karet.

ABSTRACT

PIROLYSIS OF MIXED SUGARCANE BAGASSE AND RUBBER SEED

OIL WITH COMPARISON OF DIFFERENT REACTIONS INTO LIQUID

FUEL MATERIAL USING ZEOLIT-A BASED ON RICE HUSK SILICA

AS CATALYST

By

Hermayana R. F. S

In this research, a pyrolysis study was conducted on a mixture of bagasse and

rubber seed oil with a reactant ratio using zeolite-A was prepared by sol-gel

method using rice husk silica and its application as a catalyst. Before use, the

zeolite-A catalysts were calcined at different temperatures of 600, 700, 800, and

900ºC. The pyrolysis test was performed using variations of oil volume 150 mL

and 200 mL by using bagasse of 50 gram. The optimum temperature of the

zeolite-A catalyst was obtained at a temperature of calcination of 600ºC using 150

mL of rubber seed oil and 200 mL with a percent conversion of 48.4% and 47.5%.

The GC-MS analysis result show that 150 mL oil volume there were thirty-five

major peaks with the highest composition is hydrocarbon equal to 68%, while

GC-MS analysis on 200 mL oil volume showed there were forty-one main peaks

with the highest composition is hydrocarbon 53% . The result of measurement on

viscosity, density, and flash point shows that the liquid fuel produced hasn’t met

the SNI standard. Characterization with XRD indicates that the zeolite-A

synthesized is dominated by the amorphous, and partly dominated by crystalline

phase. Characterization with SEM indicates that the sample is a pores material

and has clusters of different shapes. The result of zeolite-A with PSA show that

the zeolite-A particle size distribution consists of two to three groups showing the

catalyst hasn’t been uniformly mixed, and characterization with FTIR show that

the zeolite-A contain Bronsted-Lowry acid site and Lewis acid site .

Keywords: pyrolysis, liquid fuel, rice husk, zeolite-A, bagasse, rubber seed oil.

PIROLISIS CAMPURAN BAGAS TEBU DAN MINYAK BIJI

KARET DENGAN PERBANDINGAN REAKTAN YANG BERBEDA

MENJADI BAHAN BAKAR CAIR MENGGUNAKAN ZEOLIT-A

BERBASIS SILIKA SEKAM PADI SEBAGAI KATALIS

Oleh :

Hermayana R. F. S

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

SARJANA SAINS

Pada

Jurusan Kimia

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

TAHUN 2017

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung, pada tanggal 26

September 1994, yang merupakan anak pertama dari empat

bersaudara dari Bapak Nelson Simamora dan Ibu Risma

Sitanggang. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD

Xaverius3 Way Halim Permai, Bandar Lampung pada tahun

2007, pendidikan tingkat menengah di SMP Negeri 29 Bandar Lampung

padatahun 2010. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 15

Bandar Lampung dan menyelesaikannya pada tahun 2013. Selama SMA, penulis

aktif di organisasi seperti ROHKRIS dan ekstrakurikuler menyanyi. Pada tahun

yang sama, penulis diterima sebagai mahasiswi jurusan kimia FMIPA Universitas

Lampung.

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di berbagai organisasi dimulai sejak

menjadi Kader Muda HIMAKI (HimpunanMahasiswa Kimia) tahun 2013-2014.

Penulis juga pernah menjadi anggota Biro Penerbitan HIMAKI FMIPA UNILA

tahun 2014-2015. Selain itu penulis juga aktif dalam Persekutuan Oikumene

Mahasiswa MIPA (POM MIPA) tahun 2014-2015, kemudian penulis juga pernah

menjadi asisten praktikum kimia dasar jurusan agroteknologi, akuatik, dan

agronomi Fakultas Pertanian UNILA pada tahun 2016. Penulis pernah melakukan

kerja praktik lapangan yang berjudul “Transesterifikasi Minyak Biji Karet

Menggunakan Katalis CaO/SiO2 Berbasis Silika Sekam Padi” di Laboratorium

Kimia Polimer Universitas Lampung.

MOTTO

“Dan segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perbuatan, lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus,

sambil mengucap syukur oleh Dia kepada Allah”

(Kolose 8:17)

Sebab itu marilah kita mengejar apa yang mendatangkan damai sejahtera dan yang berguna untuk saling

membangun ( Roma 14:19)

“Hendaklah engkau setia sampai mati, dan Aku akan

mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan” (Wahyu 2:10b)

“ Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya” (Pengkhotbah 3:11)

“Bila seorang anak menggendong ayahnya di pundak kiri dan ibunya di pundak kanan selama seratus tahun, maka anak tersebut belum cukup membahas jasa kebaikan yang

mendalam dari orang tuanya.” (Anguttara Nikaya)

“Jika belum ada sesuatu yang dapat dibanggakan dari dirimu, setidaknya jangan mengecewakan orang yang

mengusahakanmu” –Hermayana R. F. Simamora-

Kupersembahkan karyaku ini sebagai tanda kasih, cinta, pengabdian,

serta bentuk pelayananku

Kepada:

Tuhan Yesus Kristus, yang selalu memberikan kasih karunia,

kesanggupan, dan kemampuan selama perkuliahan, penelitian dan bahkan

sampai karya ini tuntas selesai dan TOV.

Mama dan Bapak, yang selalu menjadi sumber semangat dan motivasi

utama selama ini dalam pelaksanaan karya ini, yang juga selalu

memberikan doa, semangat, serta bantuannya selama ini. Semoga aku

dapat segera membanggakan mama bapak.

Adik-adikku, yang selalu mendukung perkuliahanku dan mendoakanku

selama ini hingga karya ini dapat terselesaikan.

Teman- teman, yang selalu membantu dan sama-sama berjuang selama

ini

Dan Almamaterku

SANWACANA

Shalom,

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat TuhanYesus Kristus atas segala

hikmat, kasih karunia, kesanggupan, dan kemampuan sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini. Skripsi yang berjudul “PIROLISIS CAMPURAN

BAGAS TEBU DAN MINYAK BIJI KARET DENGAN PERBANDINGAN

REAKTAN YANG BERBEDA MENJADI BAHAN BAKAR CAIR

MENGGUNAKAN ZEOLIT-A BERBASIS SILIKA SEKAM PADI

SEBAGAI KATALIS” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Sains pada Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,

Universitas Lampung.

Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Kedua Orang tuaku tercinta bapak Nelson Simamora dan mama Risma.

Sitanggang untuk setiap nasihat, dukungan, semangat, dukungan materi

yang selalu diusahakan demi kebutuhan, kebahagianku dan doa yang tak

pernah putus yang diberikan. Tuhan Yesus memberkati mama dan bapak.

2. Ketiga adikku Niwel, Johan, Alex untuk setiap dukungan dan doanya.

3. Prof. Wasinton Simanjuntak, Ph. D. selaku Pembimbing Utama yang telah

memberikan masukan, saran, kritik, motivasi serta petunjuk selama

penyelesaian skripsi ini.

4. Dr. Zipora Sembiring, M.S. selaku Pembimbing Kedua yang telah

memberikan saran, kritik, motivasi dan arahan demi terselesainya skripsi

ini.

5. Dr. Ni Luh Gede Ratna Juliasih, M.Si selaku Pembahas yang telah

memberikan saran, kritik, dan arahan demi terselesainya skripsi ini.

6. Prof. Dr. Ir. Yandri A.S, M.S selaku Pembimbing Akademik atas

bimbingannya selama ini kepada penulis.

7. Dr. Eng. Suripto Dwi Yuwono, M. T. selaku ketua jurusan Kimia Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung

8. Kelompok Kecilku EZRA, kak Shella Windi, S.Si., Dewi Sartika A.Md.,

Dewita Simbolon A.Md untuk keceriaan dan kebersamaan yang telah kita

lalui dalam pengenalan akan firmanTuhan dan bertumbuh bersama dalam

Tuhan, biar kalian juga terus bertumbuh dan bertumbuh serta melayani

Tuhan dengan segenap hati. Tuhan Yesus memberkati

9. Teman terbaikku Angelina Yulinaita Barus, terimakasih untuk setiap hal

yang diberikan baik doa, motivasi, nasihat, serta bantuan. Tuhan Yesus

memberkatimu Njel. Kelak kita dipertemukan dalam keadaan sehat,

bahagia, dan sukses

10. Teman- teman sejak masa SMA Sondang, Erni, Tessa, Heppy, Yuni,

Rebecca, dan Novita, terimakasih untuk setiap keceriaan yang pernah

terjalin. Semoga kelak kita dipertemukan kembali dalam keadaan sehat,

bahagia, dan sukses

11. Kelompok sepermainanku “MUNAH” Monica Dhamayanti, Umi Madestia,

Nadia Rayhana, Dwi Anggun, terimakasih untuk pertemanan yang pernah

terjalin dan mau menjadi temanku.

12. Partner penelitian Veronika Manalu & Yunitri Sianturi untuk setiap saran,

kritik, dukungan, dan kebersamaan yang telah kita jalani selama kurang

lebih 4 tahun dalam penelitian ini. Terima kasih ya, semoga sukses di

kemudian hari dan TuhanYesus Memberkati .

13. Teman-teman, mbak, dan kakak di Laboratorium Polimer: mba Endah

Pratiwi (Gege), S.Si., mba Lusi Meliyana, S.Si., mba Vevi S.Si., mba Umi

S.Si., kak Hanif Amrulloh, M.Si., bang Ferdinand S.Si , kak Ruli, kak

Tiurma Debora S.Si., mba Venti S.Si., Kak Yusri, Mbak Faradilla Syani,

M. Si., Anton, Yuda, Gesa Gustami, S.Si, Kak Duma, S.Pd, Rizky N.F. dll.

Untuk setiap saran, dukungan, bantuan dan semangat yang telah diberikan

kepada penulis.

14. Teman-teman KF 2013, Esti, Renita, Widya, Linda, Mawar, Carmel dan

Nabillah. Terima kasih untuk kebersamaan, dukungan, dan semangatnya.

15. Kakak-kakak, abang-abang, teman-teman, dan adik adik POM MIPA Kak

Jelita(tata) , S. Si., Kak Wida, S.Si., Kak Eva Sirait, S.Si., Bang Ramos

Vicher, S.Si., Bang Ivan Halomoan, S.Si., Bang Ventus S.Si, Kak Nike

Sinaga, S.Si, Carmel, Fera, Josua, Romario, Roy, Meliana untuk setiap

dukungan, semangat, saran, kebersamaan, canda, dan tawa yang telah

diberikan kepada penulis selama bergabung di POM MIPA dan

penyelesaian studi ini.

16. Teman-teman Chemistry 13 (Chetir) yang tidak dapat disebutkan satu per

satu , terima kasih untuk persaudaraan dan kebersamaan selama penulis

menempuh pendidikan di Universitas Lampung, khususnya HIMAKI

FMIPA UNILA.

17. Seluruh Keluarga Besar Jurusan Kimia Angkatan 2010, 2011, 2012, 2013,

2014, 2015 dan 2016.

18. Teman Teman KKN Desa Bumi Nabung, Kabupaten Lampung Tengah,

Ervan Subaidi, M. Derry, Made Atma Geby, Nia Fatmawati, Septiani Putri,

dan Suhartina Sitanggang,. Terima kasih untuk kebersamaan selama 38 hari

yang menyenangkan, membosankan serta mengharukan. Semoga tali

persaudaraan diantara kita tetap terjalin.

19. Dan Semua pihak lain yang telah membantu penulis selama kuliah,

penelitian, hingga penulisan skripsi ini.

Semoga Tuhan selalu memberikan yang terbaik dan membalas segala kebaikan

yang telah diberikan kepada penulis. Mohon maaf apabila masih terdapat

kekurangan pada penulisan skripsi ini. Namun diharapkan agar skripsi ini dapat

berguna bagi penulis sendiri maupun orang lain.

Bandar Lampung, 04 Oktober 2017

Penulis

Hermayana R.F.S

i

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ............................................................................................. i

DAFTAR TABEL ................................................................................. iv

DAFTAR GAMBAR .............................................................................. vi

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .................................................................................. 1

B. Tujuan Penelitian ............................................................................... 5

C. Manfaat Penelitian ............................................................................ 6

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Energi Terbarukan ........................................................................... 7

1. Biodiesel ...................................................................................... 7

2. Bioetanol ...................................................................................... 8

3. Liquid Fuel................................................................................... 8

B. Metode Pembuatan Energi Terbarukan (Liquid Fuel) ................... 10

1. Metode Pirolisis ......................................................................... 10

2. Bahan Bakar Cair Hasil Pirolisis ............................................... 12

3. Karakteristik Bahan Bakar Cair ................................................. 13

C. Katalis ............................................................................................ 15

1. Katalis Homogen ....................................................................... 15

2. Katalis Heterogen ...................................................................... 15

D. Zeolit ............................................................................................. 17

1. Zeolit Alam ................................................................................ 18

2. Zeolit Sintetik ............................................................................ 19

E. Zeolit-A .......................................................................................... 21

F. Silika Sekam Padi .......................................................................... 21

G. Minyak Biji Karet .......................................................................... 23

H. Alumina ......................................................................................... 26

I. Metode Sol-Gel ............................................................................... 27

J. Karakterisasi Zeolit ......................................................................... 28

ii

1. X Ray Diffarction (XRD) ............................................................ 28

2. Scanning Electron Microscope (SEM) ....................................... 29

3. Particle Size Analyzer (PSA) ...................................................... 30

4. Fourier Transform Infra Red (FTIR) .......................................... 31

III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian......................................................... 33

B. Alat dan Bahan ............................................................................... 33

1. Alat-alat yang digunakan ............................................................ 33

2. Bahan-bahan yang digunakan ..................................................... 34

C. Prosedur Penelitian ........................................................................ 34

1. Pembuatan Larutan ..................................................................... 34

a. Larutan NaOH 1,5% .............................................................. 34

b. Larutan HNO3 10% ................................................................ 34

2. Preparasi Sekam Padi .................................................................. 34

3. Ekstraksi Silika ........................................................................... 35

4. Pembuatan Zeolit-A .................................................................... 35

5. Karakterisasi Katalis ................................................................... 36

6. Preparasi Biji Karet ..................................................................... 37

7. Preparasi Bagas Tebu .................................................................. 37

8. Uji Reaksi Perengkahan .............................................................. 38

9. Analisis Liquid Fuel .................................................................... 38

a. Analisis Viskositas ................................................................. 38

c. Analisis Densitas .................................................................... 39

d. Analisis Titik Nyala(Flash Point).......................................... 40

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Preparasi dan Ekstraksi Silika dari Sekam Padi ............................. 42

B. Pembuatan Zeolit ............................................................................ 44

C. Preparasi Bagas Tebu dan Minyak Biji Karet ................................ 45

1. Preparasi Bagas Tebu .................................................................. 45

2. Preparasi Biji Karet .................................................................... 46

D. Karakterisasi Katalis ....................................................................... 47

1. X-Ray Diffraction (XRD) ........................................................... 47

2. Scanning Electron Microscope Sectroscopy (SEM). .................. 54

3. Partical Size Analyzer (PSA) ..................................................... 56

4. Fourier Transformed Infrared Spesctroscopy (FT-IR) ............... 58

E. Uji Reaksi Perengkahan .................................................................. 61

F. Karakterisasi Liquid Fuel ................................................................ 64

1. Gas Chromatogtap-Mass Spectrometry (GC-MS) ...................... 64

2. Karakterisasi Fisik Liquid Fuel ................................................... 72

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ..................................................................................... 73

B. Saran ............................................................................................... 74

iii

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 75

LAMPIRAN ............................................................................................ 81

v

DAFTAR TABEL

Tabel ............................................................................................. Halaman

1. Analisis Lengkap Biomassa ................................................................9

2. Perbandingan Sifat Fisik dan Kimia Solar Standar Brazil dengan

Bio-Oil yang Dihasilkan dari Pirolisis ..............................................13

3. Jenis-Jenis Zeolit Alam Yang Umum Ditemukan ............................19

4. Jenis-Jenis Zeolit Sintetik Beserta Rumus Oksida............................19

5. Komposisi Asam Lemak Biji Karet ..................................................24

6. Perbandingan Nilai 2θ Zeolit-A Standar dengan Zeolit-A Hasil

Percobaan ..........................................................................................50

7. Perbandingan Nilai 2θ Zeolit-A Standar dengan Zeolit-A Hasil

Percobaan ..........................................................................................52

8. Hasil Persen Massa Katalis Zeolit-A ................................................54

9. Rangkuman Distribusi Ukuran Partikel Zeolit-A Suhu Kalsinasi

600, 700, 800, dan 900°C .................................................................57

10. Keasaman Katalis Zeolit-A ...............................................................58

11. Hasil Pirolisis Campuran Bagas Tebu dan Minyak Biji Karet

Menggunakan Katalis Zeolit-A 600, 700, 800, dan 900°C ..............62

12. Rendemen Produk Cair .....................................................................63

13. Komposisi Liquid Fuel dari Pirolisis Campuran Bagas Tebu dan

v

Minyak Biji Karet 150 mL Menggunakan Katalis Zeolit-A 600⁰C. 65

14. Komposisi Liquid Fuel dari Pirolisis Campuran Bagas Tebu dan

Minyak Biji karet 200 mL Menggunakan Katalis Zeolit-A 600⁰C . 66

15. Komposisi Liquid Fuel dari Pirolisis Campuran Bagas Tebu dan

Minyak Biji Karet Menggunakan Katalis Zeolit-A 700°C .............. 69

16. Komposisi Liquid Fuel dari Pirolisis Campuran Bagas Tebu dan

Minyak Biji Karet Menggunakan Katalis Zeolit-A 800°C .............. 70

17. Rangkuman Liquid Fuel Hasil Pirolisis...........................................71

18. Karakteristik Fisik Liquid Fuel Hasil Pirolisis Campuran Bagas

Tebu dan Minyak Biji Karet dengan Katalis ................................... 72

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Struktur Kimia Zeolit ........................................................................17

2. a) Pohon Tanaman Karet b) Biji Karet ................................................ 24

3. Struktur Kristal Mineral Alumina .....................................................26

4. Difraksi dari Bidang Kristal ..............................................................29

5. Skema Alat PSA ...............................................................................30

6. Viskometer Ostwald..........................................................................39

7. Ekstraksi Silika Sekam Padi .............................................................43

8. Tahapan Proses Pembuatan Zeolit-A ................................................45

9. Preparasi Bagas Tebu ........................................................................46

10. Preparasi Biji Karet ...........................................................................46

11. Minyak Biji Karet .............................................................................47

12. Difraktogram XRD Katalis Zeolit-A 600°dan 700°C .......................48

13. Difraktogram XRD Katalis Zeolit-A 800°Cdan 900°C ............................. 51

14. Zeolit-A Percobaan (a), Zeolit-A Standar (b) ..................................53

15. Mikrograf Katalis dengan Perbesaran 10.000x .................................55

16. Distribusi Ukuran Partikel Katalis Zeolit-A .....................................56

17. Spektrum FTIR Zeolit-A Suhu Kalsinasi 600°C dan 800°C ............59

18. Spektrum FTIR Zeolit-A Suhu Kalsinasi 700°C dan 900°C ............60

19. Rangkaian Alat Pirolisis ...................................................................61

20. Destilat Hasil Pirolisis ampuran Bagas Tebu dan Minyak

Biji Karet ...........................................................................................63

21. Spektrum GC liquid fuel, minyak 150 mL dengan zeolit-A 600°C ..64

22. Spektrum GC liquid fuel, minyak 200 mL dengan zeolit-A 600°C ..66

23. Spektrum GC liquid fuel, minyak 200 mL dengan zeolit-A 700°C ..68

24. Spektrum GC liquid fuel, minyak 200 mL dan zeolit-A 800°C .......70

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu sumber energi utama yang banyak digunakan di seluruh dunia sampai

saat ini adalah minyak bumi, namun dengan peningkatan jumlah konsumsi yang

berlebihan menyebabkan menipisnya cadangan minyak bumi, hal inilah yang

menimbulkan kekhawatiran terjadinya krisis bahan bakar. Masalah lain yang

dihadapi terkait dengan bahan bakar minyak adalah emisi gas CO2 dari hasil

pembakaran yang berdampak langsung pada polusi udara dan pemanasan global.

Untuk menyikapi masalah ini, upaya yang terus dilakukan yakni mengembangkan

sumber energi alternatif dan terbarukan, salah satunya adalah bahan bakar cair

yang dihasilkan dari metode pirolisis biomassa (Hidayat, 2009).

Biomassa adalah bahan-bahan organik yang berasal dari tumbuh-tumbuhan,

ataupun limbah industri pertanian seperti: serbuk kayu, tempurung kelapa, sekam

padi, cangkang kelapa sawit, dan bagas tebu yang dapat diproses menjadi

bioenergi (Reksowardojo dan Soeriawidjaja, 2006). Salah satu contoh biomassa

yang sedang giat dikembangkan menjadi bioenergi adalah bagas tebu. Bagas tebu

merupakan residu pertanian yang jumlahnya melimpah di Indonesia, termaksud

2

di provinsi Lampung. Berdasarkan data dari Departemen Pertanian, produksi tebu

nasional hingga saat ini mencapai 33 juta ton/tahun (Dirjenbun, 2014). Menurut

Wardani (2015) bagas tebu merupakan biomassa berlignoselulosa yang

mengandung 3 polimer yaitu selulosa, hemiselulosa, dan lignin. Kandungan

selulosa dan lignin cukup tinggi, sekitar 30% dan 21%, sehingga bagas tebu

merupakan biomassa yang hanya berpotensi untuk dijadikan sebagai bahan dasar

pembuatan glukosa.

Menurut (Suyitno, 2007) bagas tebu terdiri dari unsur C (carbon) 47 %, H

(Hydrogen) 6,5 %, O (Oxygen) 44 % sehingga bagas tebu dapat dikategorikan

sebagai biomassa yang mengandung unsur hidrokarbon namun belum mengalami

proses pelapukan secara kimiawi dengan jangka waktu lama seperti halnya bahan

bakar fosil lain. Hal inilah yang mendasari bahwa biomassa dari bagas tebu dapat

dikonversi menjadi energi terbarukan seperti bahan bakar cair. Merujuk dari

penelitian Wardani ( 2015) dan (Suyitno, 2007) dilakukan penelitian dengan

menambahkan biji karet untuk mendapatkan bahan bakar cair yang lebih optimal.

Biji karet merupakan tanaman yang memiliki potensi yang besar untuk dijadikan

bahan bakar cair karena tanaman ini merupakan bahan non pangan yang tersebar

merata hampir di seluruh wilayah Indonesia dan kurang termanfaatkan. Biji karet

memiliki kadar minyak yang tinggi yaitu sekitar 40-50%. Silam (1998)

melakukan pengujian kandungan minyak pada biji karet dan diketahui bahwa

kandungan asam lemak paling banyak adalah asam linoleat 37,28%, diikuti asam

oleat 22,95%, dan asam palmitat 19,22%, sedangkan jumlah total asam lemak

jenuh mencapai 19,12% yang terdiri dari asam linolenat dan asam stearat.

3

Pengolahan campuran minyak biji karet dan bagas tebu sebagai energi terbarukan

dapat mengoptimalkan kedua biomassa tersebut sebagai bahan bakar pengganti

energi fosil. Agar biomassa ini dapat digunakan sebagai bahan bakar maka

diperlukan teknologi untuk mengkonversi biomassa tersebut. Salah satu teknik

penguraiannya adalah dengan metode pirolisis.

Pirolisis adalah proses pemecahan suatu senyawa yang berukuran besar menjadi

senyawa yang berukuran lebih kecil (Wijarnako, 2006). Pada dasarnya prinsip

dari pirolisis adalah dengan menggunakan suhu tinggi dan laju pemanasan yang

cepat tanpa atau sedikit oksigen. Secara teknis metode pirolisis akan

menghasilkan liquid fuel, pembuatan liquid fuel dengan metode pirolisis memiliki

kelebih, antara lain: prosesnya berlangsung sangat cepat, ramah lingkungan, dan

tidak terkendala oleh bahan baku.

Pada hakekatnya proses pirolisis dilakukan dengan perlakuan termal

menggunakan suhu yang tinggi, hal ini menunjukkan bahwa proses pirolisis

membutuhkan biaya produksi yang cukup tinggi. Untuk menekan biaya produksi

salah satu cara yang digunakan adalah dengan menambahkan katalis, sebab katalis

dapat menurunkan energi aktivasi suatu reaksi.

Dari berbagai percobaan yang telah dilakukan dengan menggunakan katalis,

dewasa ini berbagai jenis katalis terus dikembangkan salah satunya adalah zeolit

(Syani, 2014). Secara kimia, zeolit merupakan senyawa aluminosilikat

berstruktur tiga dimensi, yang terbentuk dari tetrahedral alumina dan silika

dengan rongga- rongga di dalamnya (Breck, 1974). Dewasa ini dikenal dua jenis

zeolit, yakni zeolit alam dan zeolit sintetik. Zeolit alam adalah zeolit yang didapat

4

langsung dari alam (Bogdanov et al., 2009). Terlepas dari aplikasinya yang luas,

zeolit alam memiliki beberapa kelemahan, di antaranya mengandung banyak

pengotor seperti Na, K, Ca, Mg dan Fe serta kristalinitasnya kurang baik.

Keberadaan pengotor-pengotor tersebut dapat mengurangi aktivitas dari zeolit,

untuk memperbaiki karakter zeolit tersebut biasanya dilakukan aktivasi dan

modifikasi terlebih dahulu (Mockovciakova et al., 2007).

Zeolit sintetik adalah zeolit yang telah mengalami modifikasi dan diproduksi dari

bahan baku berupa senyawa silika yang mudah larut dalam air misalnya

tetramethylorthosilicate (TMOS) dan tetraethylorthosilicate (TEOS), sedangkan

senyawa alumina didapat dari garam aluminium terutama alumunium nitrat

(Wang et al., 2010). Salah satu bahan baku yang berpotensial dapat dimanfaatkan

sebagai sumber silika yang potensial adalah sekam padi. Sekam padi merupakan

residu pertanian yang jumlahnya melimpah di Indonesia, termasuk Provinsi

Lampung. Sebagai gambaran, data Biro Pusat Statistik (BPS) Provinsi Lampung

menunjukkan bahwa pada tahun 2012 produksi padi mencapai 3 juta ton. Hasil

penelitian (Widowati, 2001) menunjukkan sekitar 20% dari gabah kering adalah

sekam, dengan demikian potensi sekam yang ada di Provinsi Lampung ada sekitar

600.000 ton.

Sharma (1984) menunjukkan, bahwa sekam padi mengandung silika sekitar 22%.

Silika sekam padi diketahui larut dalam larutan alkali, sehingga dapat diperoleh

dengan mudah menggunakan metode ekstraksi alkalis misalnya dengan NaOH

dan KOH (Pandiangan dkk., 2008; Suka dkk., 2008). Selain sekam padi aspek

lain yang berhubungan erat dengan pembuatan zeolit sintetik yakni alumina.

5

Alumina merupakan salah satu material aplikasi yang sangat penting, karena

senyawa ini memiliki beragam kegunaan, misalnya insulator listrik yang baik

sehingga digunakan secara luas sebagai bahan insulator suhu tinggi, memiliki

kapasitas panas yang besar dan dapat berperan sebagai absorben (Filho and

Carmo, 2004). Sifat lain dari alumina yang sangat mendukung aplikasinya adalah

daya tahan terhadap korosi, dan titik lebur yang tinggi, yakni mencapai 2053⁰C

(Budavari, 2001).

Umumnya alumina yang digunakan untuk pembuatan zeolit sintetik adalah

alumunium nitrat (Wang et al., 2010) dan alumunium silikat. Komposisi zeolit

sintetik pada dasarnya ditentukan oleh nisbah Si/Al sehingga dapat digunakan

sabagai dasar untuk membuat zeolit dengan sifat yang berbeda-beda

(Amrulloh, 2014).

Dikaitkan dengan potensi silika sekam padi dan ketersediaan bahan baku minyak

biji karet, dalam penelitian ini digagas membuat zeolit sintetik A untuk digunakan

sebagai katalis dalam proses pirolisis

B. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan latar belakang masalah yang dipaparkan di atas, penelitian ini

dilakukan dengan tujuan sebagai berikut :

1. Menentukan karakteristik katalis zeolit A dengan menggunakan metode

XRD, PSA, SEM ,dan FTIR.

6

2. Mendapatkan liquid fuel dari campuran bagas tebu dan minyak biji karet

dengan metode pirolisis menggunakan variasi volume minyak 150 mL dan

200 mL.

3. Mendapatkan karakteristik liquid fuel yang dihasilkan dengan menggunakan

GC-MS, viskositas, massa jenis, dan flash point untuk melihat kelayakannya

sebagai bahan bakar.

C. Manfaat Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan, penelitian ini

dilakukan dengan beberapa tujuan sebagai berikut:

1. Meningkatkan pemanfaatan limbah sekam padi dan bagas tebu untuk

mengoptimalkan pembuatan bahan bakar cair alternatif dan terbarukan.

2. Memberikan informasi ilmiah mengenai pembuatan katalis zeolit-A

menggunakan metode sol-gel untuk proses reaksi pirolisis.

3. Mendapatkan karakteristik liquid fuel yang dihasilkan menggunakan GC-MS.

8

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Energi Terbarukan 1. Biodiesel

Biodiesel adalah bahan bakar alternatif yang dapat digunakan secara langsung

atau dicampur dengan solar untuk mesin diesel. Dewasa ini keterkaitan terhadap

biodiesel terus meningkat karena selain dapat diperbarui, bahan bakar alternatif

ini juga diketahui memiliki sifat-sifat yang lebih baik dibandingkan diesel

petrokimia. Pada dasarnya biodiesel merupakan alkil ester asam lemak yang

dapat dihasilkan dari rangkaian reaksi esterifikasi dan transesterifikasi asam

lemak yang terkandung dalam minyak nabati maupun minyak hewani

(Setyawardhani,dkk 2010).

Dewasa ini bahan baku yang paling umum digunakan adalah minyak nabati,

bahan baku ini masih menjadi andalan dan potensial karena keberadaannya yang

dapat diperbaharui. Selain itu, terdapat beberapa kelebihan biodiesel antara lain

adalah tidak beracun, dapat dibiodegradasi, mempunyai bilangan setana yang

tinggi, mengurangi emisi karbon monoksida, hidrokarbon dan memiliki flash

point yang lebih tinggi dari bahan bakar diesel petroleum. Karakteristik

biodiesel umumnya dapat diketahui dengan menggunakan kromatografi gas

spektrometri massa (GC-MS) dengan memanfaatkan volatilitas ester yang tinggi

sehingga dapat diubah menjadi gas dengan mudah dalam perangkat GC-MS.

8

2. Bioetaol

Bioetanol adalah etanol yang diproduksi dari bahan baku berupa biomassa

ataupun limbahnya yang diproduksi dengan teknologi biokimia melalui proses

fermentasi bahan baku. Pada dasarnya, bioetanol dan etanol adalah zat yang

sama. Etanol atau etil alkohol merupakan senyawa organik dengan struktur kimia

C2H5OH (Asri,2009).

Bahan baku yang digunakan untuk pembuatan bioetanol adalah digunakan

tanaman yang mengandung pati, lignoselulosa dan sukrosa. Dalam

perkembangannya produksi bioetanol yang paling banyak digunakan adalah

metode fermentasi dan destilasi (Rahmawati,2010). Dalam kondisi kamar, etanol

berwujud cairan yang tidak berwarna, mudah menguap, mudah terbakar, mudah

larut dalam air dan tembus cahaya. Etanol adalah senyawa organik golongan

alkohol primer.

3. Liquid Fuel

Liquid fuel adalah istilah umum untuk bahan bakar cair yang dihasilkan dari

biomassa yang tidak termanfaatkan seperti: biji karet, daun kering, sekam padi,

bagas tebu dan lain-lain. Rumus kimia dari biomassa umumnya diwakili oleh

CxHyOz nilai koefisien dari x,y dan z ditentukan oleh masing-masing biomassa.

Nilai x, y, dan z ditunjukan pada Tabel 1 berikut.

9

Tabel 1. Analisis Lengkap Biomassa (Ravendran et.al, 1995)

No Biomassa

Ultimate Analysis (wt %)

X Y Z conversion of carbon(%)

C H O

1 Ampas tebu 43.8 5.8 47.1 3.65 5.8 2.94 81

2 Sabut kelapa 47.6 5.7 45.6 3.97 5.7 2.85 72

3 Batok kelapa 50.2 5.7 43.4 4.18 5.7 2.71 65

4 Sabut empulur 44.0 4.7 43.4 3.67 4.7 2.71 74

5 Bonggol jagung

47.6 5.0 44.6 3.97 5.0 2.79 70

6 Tangkai jagung

41.9 5.3 46.0 3.49 5.3 2.88 82.3

7 Limbah kapas 42.7 6.0 49.5 3.56 6.0 3.10 87

8 Kulit kacang 48.3 5.7 39.4 4.03 5.7 2.46 61.2

9 Jerami padi 42.7 6.0 33.0 3.56 6.0 2.063

58

10 Sekam padi 38.9 5.1 32.0 3.24 5.1 2.0 62 11 Tangkai padi 36.9 5.0 37.9 3.08 5.0 2.37 82.4

12 Serbuk kayu 48.2 5.9 45.1 4.02 5.9 2.82 70.2 13 Jerami

gandum 47.5 5.4 35.8 3.96 5.4 2.24 56.5

Rata-rata 44.6 5.5 41.8 3.72 5.49 2.61 70.8

Untuk menentukan sistem energi biomassa, kandungan energi setiap jenisnya

harus ditentukan terlebih dahulu. Nilai kalor sering kali digunakan sebagai

indikator kandungan energi yang dimiliki setiap jenis biomassa. Nilai kalor

adalah jumlah panas yang dihasilkan saat bahan menjalani pembakaran sempurna

atau dikenal sebagai kalor pembakaran. Nilai kalor ditentukan melalui rasio

komponen dan jenisnya serta rasio unsur di dalam biomassa itu sendiri.

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa salah satu biomassa yang memiliki

nilai persen kalor cukup tinggi dan berpotensi sebagai bahan baku dalam

pembuatan bahan bakar cair adalah ampas tebu.

10

B. Metode Pembuatan Energi Terbarukan (Liquid Fuel)

1. Metode Pirolisis

Pirolisis berasal dari dua kata yaitu pyro yang berarti panas dan lysis berarti

penguraian atau degradasi, sehingga pirolisis berarti penguraian biomassa karena

panas pada suhu lebih dari 150°C (Kamaruddin et al., 1999). Pirolisis adalah

dekomposisi kimia bahan organik melalui proses pemanasan tanpa atau sedikit

oksigen, material mentah akan mengalami pemecahan struktur kimia menjadi fase

gas. Pada pirolisis terjadi perengkahan molekul hidrokarbon rantai panjang

menjadi molekul hidrokarbon dengan rantai karbon yang lebih pendek. Istilah lain

dari pirolisis adalah “destructive destillation” atau destilasi kering, dimana

merupakan proses penguraian yang tidak teratur dari bahan-bahan organik yang

disebabkan adanya pemanasan tanpa berhubungan dengan udara luar

(Wijarnako,2011).

Proses pirolisis menghasilkan 3 macam bentuk zat, yaitu padatan berupa residu

karbon, cair berupa distilat asap cair dan tar, dan gas yang biasanya terdiri dari

CO2, CO, dan gas-gas lain yang mudah terbakar seperti CH4, H2, dan hidrokarbon

tingkat rendah (Tahir, 1992). Cairan hasil pirolisis dikenal sebagai bio-oil

(Ratnasari, 2011). Proporsi ketiganya sangat tergantung dari parameter reaksi dan

teknik pirolisis yang digunakan. Asap terbentuk karena pembakaran yang tidak

sempurna yaitu pembakaran dengan jumlah oksigen terbatas yang melibatkan

reaksi dekomposisi bahan polimer menjadi komponen organik dengan bobot yang

lebih rendah karena pengaruh panas (Tranggono dkk, 1997). Jika oksigen tersedia

cukup maka pembakaran menjadi lebih sempurna dengan menghasilkan gas CO2,

11

uap air, dan arang, sedangkan asap tidak terbentuk (Haji dkk., 2007). Komposisi

produk pirolisis pada umumnya dipengaruhi sejumlah faktor antara lain: jenis

bahan baku, suhu pirolisis, waktu pirolisis dan kondisi proses pirolisis. Pemilihan

suhu yang rendah dan waktu yang lama selama proses pirolisis akan

menghasilkan banyak arang, sedangkan pemilihan suhu tinggi dan waktu pirolisis

yang lama akan meningkatkan konversi biomassa menjadi gas. Pemilihan

temperatur yang sedang dan waktu pirolisis yang singkat akan mengoptimumkan

cairan yang dihasilkan (Bridgwater, 2004). Ada beberapa faktor atau kondisi

yang mempengaruhi proses pirolisis adalah sebagai berikut: (Mulyadi, 2009) :

1. Waktu

Waktu berpengaruh pada produk yang akan dihasilkan karena semakin lama

waktu proses pirolisis berlangsung, produk yang dihasilkan (residu padat, tar,

dan gas) semakin naik.

2. Suhu

Suhu sangat mempengaruhi produk yang dihasilkan karena sesuai dengan

persamaan Arhenius yang menyatakan suhu semakin tinggi nilai konstanta

dekomposisi termal semakin besar. Akibatnya laju pirolisis bertambah dan

konversi naik.

3. Ukuran Partikel

Ukuran partikel berpengaruh terhadap hasil. Semakin besar ukuran partikel luas

permukaan per satuan berat semakin kecil sehingga proses akan menjadi lambat.

4. Berat Partikel

Semakin banyak bahan yang dimasukkan, menyebabkan hasil bahan

bakar cair (tar) dan arang meningkat.

12

Reaktor pirolisis memiliki prinsip kerja dalam menghasilkan produknya. Pada

proses pemanasan yang terjadi pada reaktor pirolisis, asap yang dihasilkan akan

mengalir menuju kondensor melalui pipa yang mengubungkan reaktor pirolisis

dengan kondensor. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan tekanan yang

disebabkan perbedaan temperatur antara reaktor pirolisis dan kondensor. Pada

reaktor pirolisis terjadi proses pemanasan sehingga temperatur naik, sedangkan

pada kondensor temperaturnya akan lebih rendah karena dialiri oleh air, maka

akan terjadi perpindahan fluida berupa asap karena sifat fluida mengalir dari

tekanan tinggi menuju tekanan yang lebih rendah (Nindita, 2012).

2. Bahan Bakar Cair Hasil Pirolisis (Liquid Fuel)

Liquid fuel yang dihasilkan dengan metode pirolisis memang belum mencapai

tahap industri, untuk menghasilkan bahan bakar jenis liquid fuel terus dilakukan

penelitian secara intensif. Seperti Lufina dkk, (2013) meneliti pirolisis minyak

karet yang berasal dari getah karet kering menjadi bahan bakar pada kompor

rumah tangga. Dalam penelitian tersebut minyak karet dipirolisis menggunakan

katalis zeolit dengan variasi 20%, 40%,dan 60% dari berat getah karet yaitu 0,25

kg. Produk dihasilkan dalam waktu tersingkat pada penambahan katalis 60% dan

suhu 300°C. Pirolisis terhadap minyak nabati juga pernah dilakukan oleh Lima

dkk, (2005) yang menggunakan minyak kacang kedelai, kelapa sawit dan jarak

kaliki dalam pembuatan bahan bakar setara solar dengan suhu reaksi 350 hingga

400°C. Pada penelitian tersebut dilaporkan bahwa pirolisis tiga minyak nabati

yang berbeda menghasilkan bio-oil dengan karakteristik yang setara dengan solar.

13

Hal ini dapat dilihat pada Tabel 2 yang merupakan perbandingan antara bio–oil

dan solar standar Brazil.

Tabel 2. Perbandingan Sifat Fisik dan Kimia Solar Standar Brazil dengan Bio-Oil

yang Dihasilkan dari Pirolisis

Parameter

Minyak Nabati Solar standar

Brazil Kacang

kedelai

Kelapa

sawit

Jarak

kaliki

Densitas (20°C) (kg/m

3) 844,0 814,4 882,3 820-880

Viskositas (40°C) (cSt) 3,5 2,7 3,7 2,5-5,5

Angka setana 50,1 52,7 30,9 45

Sulfur (wt.%) 0,008 0,010 0,013 0,20

3. Karakteristik Bahan Bakar Cair

Karakteristik merupakan aspek penting dari bahan bakar cair untuk

mendapatkan gambaran tentang kelayakan liquid fuel untuk digunakan sebagai

bahan bakar. Banyak peneliti mempelajari karakteristik bahan bakar cair yang

dihasilkan dari beragam bahan baku. Sebagai contoh, pada penelitian Xiujuan

et al., (2011) meneliti pengolahan sekam padi menjadi bahan bakar cair dengan

metode pirolisis, dan hasilnya difraksinasi menjadi tiga, yakni fraksi ringan,

fraksi menengah, dan fraksi berat. Komposisi kimia dianalisa dengan

kromatografi gas dan spektrometer massa (GC-MS). Prinsip kerja dari GC-MS

yaitu molekul-molekul gas bermuatan akan diseleksi berdasarkan massa dan

beratnya, spektrum yang didapat dari pengubahan sampel menjadi ion-ion yang

bergerak kemudian dipisahkan berdasarkan perbandingan massa terhadap muatan

(m/e). Ionisasi menghasilkan fragmen-fragmen yang akan menghasilkan

spektrum. Spektrum massa merupakan gambar antara limpahan relatif dengan

perbandingan massa per muatan (m/e) (McLafferty, 1988).

14

Selain komponen kimia, liquid fuel juga dianalisis berdasarkan beberapa

parameter fisik. Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) 7431:2008,

beberapa parameter fisik sebagai acuan kelayakan liquid fuel untuk digunakan

adalah: densitas, viskositas, angka setana, dan titik nyala. Dalam prakteknya, cara

lain yang digunakan untuk mengevaluasi unjuk kerja proses pirolisis adalah

dengan membandingkan jumlah komponen gas, cair, dan padatan yang dihasilkan.

Dari informasi literatur dapat diketahui bahwa komposisi produk pirolisis

dipengaruhi oleh bahan baku dan kondisi proses pirolisis yang diterapkan.

Komposisi kimia dianalisa dengan kromatografi gas dan spektrometer massa

(GC-MS), dan ditemukan bahwa bahan fraksi ringan dari bakar cair yang

dihasilkan mengandung asam, aldehida, keton, dan gula sementara fraksi

menengah dan fraksi berat terdiri dari fenol. Hasil pirolisis terdiri dari zat cair

sebesar 46,36% dan gas sebesar 27% , sisanya adalah tar. Metode pirolisis

langsung juga telah dilakukan (Manasomboonphan and Junyapoon, 2012) dengan

mengolah oli bekas menjadi bahan bakar cair menggunakan reaktor berpengaduk,

percobaan dilakukan pada suhu 200-500⁰C pada kondisi vakum. Hasil percobaan

menunjukkan bahwa bahan bakar cair mulai dihasilkan pada suhu 350⁰C, dengan

rendemen 50%, dan mengandung hidrokarbon sebagai komponen utama.

15

C. Katalis

1. Katalis Homogen Katalis homogen merupakan katalis yang mempunyai fasa sama dengan reaktan

dan produk. Penggunaan katalis homogen ini mempunyai kelemahan yaitu:

mencemari lingkungan, tidak dapat digunakan kembali, bersifat korosif,

berbahaya karena dapat merusak kulit, mata, paru-paru bila tertelan, sulit

dipisahkan dari produk sehingga terbuang pada saat pencucian (Widyastuti,

2007). Selain itu katalis homogen juga umumnya hanya digunakan pada skala

laboratorium ataupun industri bahan kimia tertentu, sulit dilakukan secara

komersil, oprasi pada fase cair dibatasi pada kondisi suhu dan tekanan,

sehingga peralatan lebih kompleks dan diperlukan pemisahan antara produk dan

katalis.

Contoh katalis basa homogen adalah NaOH (natrium hidroksida) dan KOH

(kalium hidroksida) merupakan katalis yang paling umum digunakan dalam

proses pembuatan biodiesel karena dapat digunakan pada temperatur dan tekanan

operasi yang relatif rendah serta memiliki kemampuan katalisator yang tinggi.

Akan tetapi, katalis basa homogen sangat sulit dipisahkan dari campuran reaksi

sehingga tidak dapat digunakan kembali dan pada akhirnya akan ikut terbuang

sebagai limbah yang dapat mencemarkan lingkungan (Kirk and Othmer, 1980).

2. Katalis Heterogen

Katalis heterogen merupakan katalis yang memiliki fasa berbeda dengan reaktan.

Katalis heterogen berada pada fasa padat sedangkan reaktan berada pada faca

cair. Katalis heterogen memiliki berbagai keunggulan dibandingkan katalis

16

homogen, antara lain biaya pembuatannya murah, tidak korosif, ramah

lingkungan, efisiensinya yang tinggi, kemudahan untuk digunakan dalam

berbagai media, kemudahan pemisahan katalis dari campuran reaksi, dan

penggunaan ulang katalis (Moffat, 1990).

Dalam suatu reaksi katalis akan memecahkan rantai kimia minyak nabati

sehingga rantai ester minyak nabati akan terlepas, begitu ester terlepas

alkohol akan segera bereaksi dan membentuk biodiesel, sedangkan gliserin

dan katalis yang tersisa akan mengendap setelah reaksi selesai . Penggunaan

katalis tidak boleh terlampau banyak ataupun terlampau sedikit, penggunaan

katalis yang terlampau banyak reaksi kimia akan menghasilkan emulsi, dan

jika sedikit mengakibatkan pemisahan gliserol dan metil ester tidak sempurna.

Aktivitas suatu katalis juga sangat bergantung pada komponen penyusunnya.

Katalis heterogen terdiri atas penyangga dan situs aktif (dopan). Situs aktif

merupakan logam-logam transisi yang memiliki orbital d kosong atau memiliki

elektron tunggal yang akan disumbangkan pada molekul reaktan sehingga

terbentuk ikatan baru dengan kekuatan ikatan tertentu (Dickerson, dkk.2013),

sedangkan penyangga katalis merupakan tempat terikatnya situs aktif.

Berbagai logam telah diaplikasikan sebagai situs aktif diantaranya Fe, Ni, Ti, Al,

Co, Cu, Zn dan lain-lain. Terlepas dari peranan situs aktif, penyangga katalis

mengambil peranan penting dalam aktivitas katalisis suatu katalis heterogen.

Banyak bahan yang telah diaplikasikan sebagai penyangga katalis seperti

alumina aktif (Wang and Liu, 1998), zeolit (Breck, 1974) dan silika (Pandiangan

dkk, 2009).

17

D. Zeolit Secara kimia, zeolit merupakan senyawa alumuniumsilikat berbentuk kristalin

dengan struktur berpori yang ditempati oleh air, kation alkali atau kation alkali

tanah. Zeolit memiliki struktur 3 dimensi polihedral yang terbentuk dari jaringan

dan terhubung pada satu sudut oleh atom oksigen, seperti ditunjukkan dalam

Gambar 1 (Haag, 1984):

oksigen

alumunium atau silika

Gambar 1. Struktur Kimia Zeolit.

Struktur zeolit memiliki rumus umum Mx/n [(AlO2)x(SiO2)y].wH2O, dimana M

adalah kation alkali atau alkali tanah, n adalah jumlah valensi kation, w adalah

banyaknya molekul air per satuan unit sel, x dan y adalah angka total tetrahedral

per satuan unit sel, dan nisbah y/x biasanya bernilai 1 sampai 5, meskipun

ditemukan juga zeolit dengan nisbah y/x antara 10 sampai 100 (Bekkum et

al.,1991). Zeolit memiliki beberapa sifat dan karakteristik sebagai berikut :

i. Dehidrasi

Sifat dehidrasi ini akan berpengaruh terhadap sifat adsorpsinya. Zeolit dapat

melepaskan molekuler dari dalam rongga permukaan yang menyebabkan medan

listrik meluas ke dalam rongga utama dan akan efektif berinteraksi dengan

molekul yang akan diadsorpsi. Jumlah molekul air sesuai dengan jumlah pori-

18

pori ruang hampa yang akan terbentuk bila unit sel kristal zeolit tersebut

dipanaskan.

ii. Penukar ion

Kenetralan zeolit dapat dijaga oleh ion-ion pada rongga atau kerangka elektrolit.

Ion-ion ini dapat bergerak bebas sehingga penukaran ion yang terjadi tergantung

dari ukuran dan muatan maupun jenis zeolitnya.

iii. Katalis

Bila zeolit digunakan pada proses penyerapan atau katalistis maka akan terjadi

difusi molekul ke dalam ruang bebas diantara kristal. Dengan demikian dimensi

serta lokasi batuan sangat penting.

1. Zeolit Alam

Zeolit alam terbentuk karena adanya proses kimia dan fisika yang kompleks dari

batuan-batuan yang mengalami berbagai macam perubahan di alam. Para ahli

geokimia dan mineralogi memperkirakan bahwa zeolit merupakan produk gunung

berapi yang membeku menjadi batuan vulkanik, batuan sedimen dan batuan

metamorfosa yang selanjutnya mengalami proses pelapukan karena pengaruh

panas dan dingin (Lestari, 2010).

Sebagai produk alam, zeolit alam diketahui memiliki komposisi yang sangat

bervariasi namun komponen utamanya adalah silika dan alumina. Terlepas dari

aplikasinya yang luas, zeolit alam memiliki beberapa kelemahan, diantaranya

mengandung banyak pengotor seperti Na, K, Ca, Mg dan Fe serta kristalinitasnya

kurang baik. Keberadaan pengotor-pengotor tersebut dapat mengurangi aktivitas

19

dari zeolit. Untuk memperbaiki karakter zeolit alam sehingga dapat digunakan

sebagai katalis, adsorben atau aplikasi lainnya, biasanya dilakukan aktivasi dan

modifikasi terlebih dahulu (Mockovciakova et al., 2007).

Tabel 3. Jenis-Jenis Zeolit Alam Yang Umum Ditemukan (Subagio, 1993)

No Zeolit alam Komposisi

1 Analsim Na16(Al16Si32O96).16H2O

2 Kabasit (Na2,Ca)6(Al12Si24O72).40H2O

3 Klinoptilotit (Na4K4)(Al8Si40O96).24H2O

4 Erionit (Na,Ca5K)(Al9Si27O72).27H2O

5 Ferrierit (Na2Mg2)(Al6Si30O72).18H2O

6 Heulandit Ca4(Al8Si28O72).24H2O

2. Zeolit Sintetik

Zeolit sintetik adalah zeolit yang dibuat secara rekayasa yang sedemikian rupa

sehingga didapatkan karakter yang lebih baik dari zeolit alam. Prinsip dasar

produksi zeolit sintetik adalah komponennya yang terdiri dari silika dan alumina,

sehingga dapat disintesis dari berbagai bahan baku yang mengandung kedua

komponen di atas. Dengan perkembangan penelitian, dewasa ini telah dikenal

beragam zeolit sintetik, dan beberapa diantaranya disajikan dalam Tabel 4.

Tabel 4. Jenis-Jenis Zeolit Sintetik Beserta Rumus Oksida (Georgiev et al., 2009)

Zeolit Rumus Oksida

Zeolit A Na2O.Al2O3.2SiO2.4,5H2O

Zeolit N-A (Na,TMA)2O.Al2O3.4,8SiO2.7H2O TMA –(CH3)4N+

Zeolit H K2O.Al2O3.2SiO2.4H2O

Zeolit L (K2Na2)O.Al2O3.6SiO2.5H2O

Zeolit X Na2O.Al2O3.2,5SiO2.6H2O

Zeolit Y Na2O.Al2O3.4,8SiO2.8,9H2O

Zeolit P Na2O.Al2O3.2-5SiO2.5H2O

Zeolit O (Na,TMA)2O.Al2O3.7SiO2.3,5H2O TMA –(CH3)4N+

20

Dewasa ini zeolit sintetik terus dikembangkan dengan dua fokus utama yaitu

bahan baku dan metode. Dari segi bahan baku utama, digunakan 2 jenis bahan

baku yakni bahan baku sintetik dan bahan baku limbah. Wongkasemjit et al.

(2002) mensintesis zeolit Analcium (ANA) dan Na-P1 (GIS) dari bahan

baku sintetik alumatran dan silatran dengan proses sol-gel dan teknik

microwave. Alumatran dan silatran digunakan sebagai prekursor untuk

menghasilkan aluminosilikat melalui proses sol-gel, NaCl dan NaOH

digunakan sebagai agen hidrolisis. Agung (2013) melaporkan telah

mensintesis zeolit dengan bahan baku abu layang batu bara dengan metode

peleburan menggunakan NaOH serta aplikasinya sebagai adsorben logam

merkuri (II). Abu layang dan NaOH dicampur dan dihomogenkan lalu

dilebur pada temperatur 550oC selama 60 menit. Hasil peleburan

ditambahkan akuades, diaduk selama 12 jam dan dihidrotermalkan pada

temperatur 90oC. Hasil karakterisasi menggunakan Fourrier Transform

Infra Red (FTIR) dan X-Ray Diffraction (XRD) menunjukkan bahwa telah

terbentuk zeolit tipe faujasit.

Bahan baku lain yang digunakan dalam sintesis zeolit adalah silika sekam padi.

Kamarudin et al. (2004) melaporkan telah mensintesis zeolit dari silika sekam

padi, mula-mula sekam padi dibakar dalam furnace pada suhu 450, 600 dan

800oC dengan rata-rata pemanasan 5

oC/menit. Abu yang terbentuk dicuci

dengan NaOH pada suhu 80oC selama 2 jam, kemudian dicampurkan dengan

gel (natrium aluminat dan natrium hidoksida) dan dipanaskan pada suhu 100oC

selama 14 jam. Zeolit yang terbentuk dikarakterisasi dengan X-Ray Diffraction

(XRD), diketahui zeolit yang terbentuk bertipe zeolit Y dan P. Luas

21

permukaan zeolit yang terbentuk dengan analisis adsorbsi nitrogen diketahui

39-211 m2/g, volume pori 0,014-0,075 cm

3/g dan rata-rata diameter pori 2,95-6

nm (Wittayakun et al.,2008) melaporkan telah mensintesis zeolit NaP dan NaY

dari silika sekam padi dengan metode hidrotermal.

E. Zeolit A

Beberapa jenis zeolit berdasarkan rasio Si/Al antara lain, zeolit silika rendah

dengan perbandingan Si/Al 1–1,5 memiliki konsentrasi kation paling tinggi, dan

mempunyai sifat adsorpsi yang optimum, contoh zeolit silika rendah adalah zeolit

A dan X, zeolit silika sedang yang mempunyai perbandingan Si/Al adalah 2-5,

contoh zeolit jenis ini adalah mordernit, erionit, klinoptilolit, zeolit Ydan zeolit

silika tinggi, dengan perbandingan kadar Si/Al antara 10 –100, bahkan lebih,

contohnya adalah ZSM-5. Proses pembuatan zeolit secara komersial terbagi

menjadi tiga kelompok yaitu pembuatan zeolit dari gel reaktif aluminosilika atau

hidrogel, konversi dari mineral tanah liat menjadi zeolit, dan proses berdasarkan

pada penggunaan material mentah zeolit yang sudah ada di alam (Ulfah, 2006).

F. Silika Sekam Padi Sekam padi diketahui merupakan residu pertanian yang jumlahnya sangat

melimpah di Indonesia, termasuk di Provinsi Lampung sehingga memberikan

peluang dan memberikan nilai tambah dari sektor pertanian. Hasil penelitian

Harsono(2002) menunjukkan bahwa sekam padi mengandung silika sekitar

85-97%. Kandungan silika dan kelimpahan yang tinggi inilah yang memberi

peluang untuk dimanfaatkan sebagai sumber silika untuk menggantikan sumber

silika lain yang harganya lebih mahal karena kandungan silika yang tinggi, maka

22

sekam padi merupakan salah satu sumber silika nabati yang berpotensi untuk

dimanfaatkan sebagai alternatif silika mineral sebagai bahan baku pembuatan

zeolit sintetik.

Potensi ini juga didasarkan pada pemanfaatannya yang luas sebagai bahan baku

pembuatan material silika dalam industri dewasa ini. Sebagai gambaran, silika

telah dimanfaatkan secara luas untuk pembuatan keramik (Wittayakun, 2011;

Sembiring, et al., 2014), berbagai material komposit (Suka, 2009), dan zeolit

sintetik ( Syani, 2014). Pemanfaatan silika yang demikian luas juga didukung

kemudahan untuk memperoleh silika dari sekam padi, yakni dengan cara ekstraksi

atau dengan pengabuan.

Suka (2008) berhasil mengkarakterisasi sekam padi di Provinsi Lampung dengan

metode ekstraksi menggunakan pelarut KOH. Mula-mula sekam padi direndam

di dalam air panas selama 2 jam dan dicuci berulang-ulang dengan air panas untuk

menghilangkan pengotor organiknya. Kemudian, sekam padi yang telah bersih

direndam ke dalam KOH 5% selama 60 menit. Filtrat yang diperoleh kemudian

diasamkan dengan menggunakan pelarut HCl hingga pH mencapai 7,0. Hasil

yang diperoleh didapatkan kadar silika 40,8 % dengan kemurnian sekitar 95,53%.

Karakterisasi dengan FTIR, muncul puncak Si-OH, dan Si-O-Si yang

menunjukkan adanya gugus fungsi siloksan, yang mengindikasikan bahwa silika

sekam padi merupakan silika reaktif. Sifat reaktif silika ini juga didukung hasil

karakterisasi menggunakan XRD, yang menunjukkan bahwa silika adalah amorf

dengan fase kristobalit. Karakterisasi dengan EDS menunjukkan unsur unsur

yang terkandung, meliputi O, Na, Mg, Al, Si, K dan Ca.

23

Terkait dengan produksi zeolit sintetik, beberapa peneliti telah mensintesis zeolit

sintetik menggunakan bahan baku sekam padi dengan berbagai metode.

Atas dasar berbagai kemudahan dalam penggunaan sekam padi, dengan

mengadopsi penelitian Suka (2008), penelitian ini dilakakukan dengan cara

mengekstraksi silika dari sekam padi dengan larutan NaOH 1,5%yang diasamkan

hingga menjadi gel silika pada pH 7. Silika yang dihasilkan digunakan sebagai

bahan baku pembuatan zeolit sintetik A.

G. Minyak Karet

Menurut Silam (1998), karet merupakan tanaman berbuah polong (diselaputi kulit

yang keras) yang sewaktu masih muda buahnya berpaut erat dengan rantingnya.

Buah karet dilapisi oleh kulit tipis berwarna hijau dan di dalamnya terdapat kulit

yang keras dan berkotak. Tiap kotak berisi sebuah biji yang dilapisi tempurung,

setelah tua warna kulit buah berubah menjadi keabu-abuan dan kemudian

mengering, pada waktunya akan pecah dan jatuh. Tanaman karet mulai

menghasilkan buah pada umur lima tahun dan akan semakin banyak setiap

pertambahan umur tanaman. Kandungan minyak pada biji karet yaitu sebesar 45-

50% dengan komposisi 17-22 % asam lemak jenuh yang terdiri atas asam

palmitat, stearat, arakhidat, serta asam lemak tidak jenuh sebesar 77-82 % yang

terdiri asam oleat, linoleat, dan linoleat. Selain itu, biji karet mengandung 27%

protein, 40-45% lemak, 2,4% abu, dan 3,6% air. Berikut dipaparkan komposisi

asam lemak biji karet beserta gambar biji karet.

24

Tabel 5. Komposisi Asam Lemak Biji Karet (Gimbun,2012)

Asam lemak Komposisi berat(%)

Asam palmitat 7-8

Asam stearat 9-10

Asam oleat 28-30

Asam linoleat 33-35

Asam linolenat 20-21

Asam arakhidat 0-0,5

Gambar 2. a) Pohon Tanaman Karet b) Biji Karet

Minyak nabati merupakan senyawa yang larut dalam senyawa non polar, proses

pemungutan minyak dari biji – bijian dapat dilakukan dengan cara ekstraksi.

Demikian pula dalam pengambilan minyak dari biji karet yaitu dapat dilakukan

dengan cara ekstraksi pelarut. Minyak biji karet termasuk minyak nabati, ada dua

cara pengambilan minyak nabati dari suatu bahan yang diduga mengandung

minyak yaitu ekstraksi dan mechanical expression. Adapun cara ekstraksi ada dua

cara yaitu rendering dan solvent extraction (Ketaren, 1986).

a. Rendering

Rendering merupakan suatu cara ekstraksi minyak atau lemak dari bahan

yang diduga mengandung minyak atau lemak dengan kadar air yang tinggi. Pada

semua cara rendering, penggunaan panas adalah suatu hal yang spesifik yang

25

bertujuan untuk menggumpalkan protein pada dinding sel bahan dan untuk

memecahkan dinding sel tersebut sehingga mudah ditembus oleh minyak atau

lemak yang terkandung di dalamnya. Menurut pengerjaannya, rendering dibagi

menjadi dua cara, yaitu :

1. Dry Rendering

Dry rendering adalah cara rendering tanpa penambahan air selama proses

berlangsung. Cara ini dilakukan dalam ketel yang terbuka dan dilengkapi

dengan steam jacket serta alat pengaduk. Bahan yang diperkirakan mengandung

minyak atau lemak dimasukkan ke dalam ketel tanpa penambahan air. Bahan

dipanasi sambil diaduk, pemanasan dilakukan pada suhu 105–110oC. Ampas

bahan yang telah diambil minyaknya akan diendapkan pada dasar ketel. Minyak

atau lemak dipisahkan dari ampas yang telah mengendap.

2 Wet Rendering

Wet rendering adalah proses rendering dengan penambahan sejumlah air selama

berlangsungnya proses tersebut.

Cara ini dilakukan pada ketel yang terbuka atau tertutup dengan menggunakan

temperatur yang tinggi serta tekanan uap 40–60 psi bahan yang akan

diekstraksi ditempatkan pada ketel yang dilengkapi alat pengaduk, kemudian air

ditambahkan dan campuran dipanaskan perlahan–lahan sampai suhu 50oC sambil

diaduk. Minyak yang terekstraksi akan naik ke atas dan kemudian dipisahkan.

Proses ini yang menggunakan temperatur tinggi dan tekanan uap digunakan untuk

untuk menghasilkan minyak atau lemak dalam jumlah yang besar. Air dan bahan

yang akan diekstraksi dimasukkan ke dalam digester selama 4 sampai 6 jam.

26

b. Solvent extraction

Prinsip dari proses ini adalah ekstraksi dengan melarutkan minyak dalam pelarut

minyak atau lemak. Pada cara ini dihasilkan bungkil/ ampas dengan kadar

minyak yang rendah yaitu sekitar 1% atau lebih rendah dan mutu minyak kasar

yang dihasilkan cenderung menyerupai hasil cara pengepresan mekanis karena

sebagian fraksi bukan minyak akan ikut terekstraksi.

c. Mechanical expression (Pengepresan Mekanis)

Pengepresan mekanis merupakan suatu cara pengambilan minyak atau lemak

terutama untuk bahan yang berasal dari biji – bijian. Cara ini dilakukan untuk

memisahkan minyak dari bahan yang berkadar minyak tinggi (30 – 70%).

Pada cara ini diperlukan perlakuan pendahuluan sebelum minyak atau lemak

dipisahkan dari bijinya yang mencakup pembuatan serpihan, perajangan, dan

penggilingan atau pemasakan.

H. Alumina

Aluminium oksida (alumina) adalah senyawa alumina terdiri dari mineral

korondum, dan memiiki bentuk kristal seperti ditunjukkan pada Gambar 3 berikut

Gambar 3. Struktur Kristal Mineral Alumina (Hudson et al., 2002).

27

Senyawa ini termasuk dalam kelompok material aplikasi karena memiliki sifat-

sifat yang sangat mendukung pemanfaatannya dalam beragam peruntukan.

Senyawa ini diketahui merupakan insulator listrik yang baik, sehingga digunakan

secara luas sebagai bahan isolator suhu tinggi, karena memiliki kapasitas panas

yang besar. Alumina juga dikenal sebagai senyawa berpori sehingga dimanfaatkan

sebagai adsorben. Sifat lain dari alumina yang sangat mendukung aplikasinya

adalah daya tahan terhadap korosi dan titik lebur yang tinggi, yakni mencapai

2053-2072⁰C (Budavari, 2001).

Secara umum alumina ditemukan dalam tiga fasa, yang dikenal sebagai α,β, dan γ

alumina. Beta alumina (β-Al2O3) memiliki sifat tahan api yang sangat baik

sehingga dapat digunakan dalam berbagai aplikasi keramik seperti pembuatan

tungku furnace (Arribart and Vincent, 2001). Gamma alumina (γ-Al2O3) banyak

digunakan sebagai material katalis, contohnya dalam penyulingan minyak bumi

dan dalam bidang otomotif (Satterfield, 1980). Alfa alumina (α-Al2O3)

mempunyai struktur kristal heksagonal dengan parameter kisi a=4,7588 dan

c=12,9910 nm. Alfa alumina banyak digunakan sebagai salah satu bahan

refraktori dari kelompok oksida, karena bahan tersebut mempunyai sifat fisik,

mekanik dan termal yang sangat baik (Mirjalili et al., 2011).

I. Metode Sol Gel

Metode sol gel merupakan metode yang paling sering digunakan untuk

mensintesis aluminosilikat karena dapat dilakukan pada suhu rendah. Kelebihan

metode sol gel dalam mensintesis aluminosilikat selain menggunakan suhu yang

relatif rendah adalah waktu proses yang singkat dan komposit yang dihasilkan

28

memiliki kemurnian dan kekuatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan metode

lainnya. Preparasi pada metode ini melalui proses yang meliputi preparasi sol,

gelasi gel, dan penghilangan fasa cair. Sol merupakan sistem koloid dengan fasa

terdispersi padat dalam cair, sedangkan gel adalah jaringan material padat yang

mengandung komponen cair di mana keduanya berada dalam fasa

terdispersi (Brinker, 1990).

Metode sol-gel diterapkan untuk menghasilkan aluminosilikat dari bahan baku

berupa larutan atau sol. Dalam praktiknya, bahan baku berupa padatan terlebih

dahulu dilarutkan dalam air dimana substrat akan mengalami hidrolisis. Setelah

itu, akan terjadi kondensasi yang membuat sol berubah menjadi fasa gel. Gel

yang terbentuk dituakan lalu dikeringkan untuk mendapatkan produk dalam

bentuk padatan atau bubuk (Liani, 2014).

J. Karakterisasi Zeolit

1. Difraxi Sinar-X (X-Ray Diffraction)

Karakterisasi X-Ray Diffraction (XRD) dimaksudkan untuk mengidentifikasi

fasa suatu katalis dan untuk menentukan sifat kristal atau kristalinitas dari

suatu katalis. Kebanyakan dari katalis adalah berbentuk padatan kristal seperti

oksida logam, zeolite, dan logam yang berpenyangga. XRD menjadi teknik

yang cukup handal dan mendasar untuk mengevaluasi sifat-sifat fasa kristal

and ukuran kristal (Leofanti et al., 1997).

Di dalam analisis XRD, kristal katalis memantulkan sinar-X yang dikirimkan

dari sumber dan diterima oleh detektor. Dengan melalukan sudut kedatangan

sinar-X maka spektrum pantulan adalah spesifik yang berhubungan langsung

29

dengan lattice spacing dari kristal yang dianalisis. Pola difraksi diplotkan

berdasarkan intensitas peak yang menyatakan peta parameter kisi kristal atau

indeks Miller (hkl) sebagai fungsi 2θ, dimana θ mempunyai persamaan Bragg

Richardson (1989). Pada persamaan interpretasi Hukum Bragg dilakukan

berdasarkan asumsi bahwa permukaan dari mana sinar X dipantulkan adalah

datar, dan dapat dinyatakan dengan rumus sebagai berikut:

nλ= 2d sin θ

n yakni bilangan bulat dan merupakan tingkat difraksi sinar-X, λ yakni panjang

gelombang yang dihasilkan oleh katoda yang digunakan, seperti Cu Kα = 1,5414

Å, sedangkan d merupakan jarak antara batas lapisan permukaan, dan θ

merupakansudut difraksi sinar-X terhadap permukaan kristal. Untuk mengetahui

keadaan sinar datang dan sinar refleksi dari difraksi suatu bidang kristal pada

Gambar 4.

Gambar 4. Difraksi dari Bidang Kristal (Callister Jr, 2009).

2. Scanning Electron Microscope (SEM)

Scanning Electron Microscope (SEM) merupakan mikroskop elektron yang

banyak digunakan dalam ilmu pengetahuan material. SEM banyak digunakan

karena memiliki kombinasi yang unik, mulai dari persiapan spesimen yang simpel

dan mudah, kapabilitas tampilan yang bagus serta fleksibel. SEM digunakan pada

30

sampel yang tebal dan memungkinkan untuk analisis permukaan. SEM membaca

suatu permukaan sampel dengan suatu alat pembaca elektron (5-50 Kv). Elektron

didefisiasikan atau diemisikan, menghasilkan gambar pada tabung sinar katoda,

di-scan secara menyeluruh dengan sinar. Pembesaran 20-50.000 kali mungkin

dilakukan dengan resolusi sebesar 5 nm.Suatu area dengan kedalaman yang besar

dan struktur yang sangat tidak teratur dapat diketahui dengan efek tiga dimensi.

SEM merupakan alat yang baik digunakan untuk mempelajari topografi secara

keseluruhan. Keterbatasan resolusi membuat teknik terbatas bagi kristal yang

lebih besar daripada 5 nm.

3. Karakterisasi dengan Particle Size Analyzer (PSA) Karakterisasi menggunakan PSA dimaksudkan untuk mengetahui ukuran dan

distribusi partikel dari suatu sampel. Prinsip dasar PSA disajikan dalam

Gambar 5

Gambar 5. Skema Alat PSA

Dalam skema di atas, berkas cahaya (laser) dilewatkan melalui sel berisi sampel.

Sampel dengan ukuran besar ketika terkena cahaya dari laser akan membentuk

berkas cahaya yang dapat dilakukan dengan mendispersikan sampel dengan dua

cara. Berdasarkan cara ini metode PSA dibedakan menjadi metode basah dan

metode kering. Dalam praktiknya, analisis PSA metode basah dilakukan pelarut

31

sebagai media pendispersi. Apabila digunakan sampel yang larut air maka

digunakan pelarut organik, sedangkan untuk sampel yang larut pada pelarut

organik, maka bisa digunakan air sebagai media pendispersinya. Hal ini

dimaksudkan agar partikel tidak saling menyatu hingga menggumpal. Dalam

metode kering memanfaatkan aliran udara untuk mendispersikan partikel.

Metode ini baik digunakan untuk partikel yang bobotnya tidak terlalu ringan.

4. Fourier Transform Infra Red (FTIR)

Spektroskopi inframerah adalah metode analisis yang didasarkan pada absorpsi

radiasi inframerah oleh sampel yang akan menghasilkan perubahan keadaan

vibrasi dan rotasi dari molekul sampel. Frekuensi yang diabsorpsi tergantung

pada frekuensi vibrasi dari molekul (karakteristik). Intensitas absorpsi bergantung

pada seberapa efektif energi foton inframerah dipindahkan ke molekul, yang

dipengaruhi oleh perubahan momen dipol yang terjadi akibat vibrasi molekul

(Amand and Tullin, 1999).

Analisis dengan FTIR untuk sampel komposit anorganik pada umumnya

dimaksudkan untuk melihat gugus fungsi yang terkait dengan penyusun sampel.

Untuk zeolit, gugus fungsi yang dapat dideteksi dengan FTIR adalah pita serapan

melebar dengan intensitas kuat pada daerah 1095-1092 cm-1

yang menunjukkan

karakteristik vibrasi gugus siloksan (Si-O-Si), pita serapan sekitar 420-494 cm-1

yang menunjukkan adanya gugus Si-O-Al. Pita serapan lainnya yang

menunjukkan adanya vibrasi Al-O yaitu pada daerah 470-480 cm-1

.

Pada bilangan gelombang 3300 cm-1

terdapat pita serapan gugus fungsi OH dari

molekul air. Pada pita serapan sekitar 3400 cm-1

tersebut terjadi tumpang tindih

32

pada pita serapan dari stretching asimetris dan simetris dari molekul air. Pita

serapan yang lebar pada panjang gelombang tersebut disebabkan oleh adanya

hidrat dan molekul air yang berikatan langsung dengan kation penyeimbang.

Secara khusus, FTIR dapat menunjukkan adanya situs asam Bronsted-Lowry atau

Lewis yang terdapat dalam sampel. Adanya situs asam Bronsted-Lowry

ditunjukkan oleh pita serapan pada bilangan gelombang sekitar 1540-1545 cm-1

,

sedangkan situs asam Lewis ditunjukkan oleh pita serapan pada bilangan

gelombang sekitar 1440-1452 cm-1

(Platon and Thomson, 2003).

33

III. METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan selama 6 bulan yaitu dari bulan Desember 2016 s.d. Mei

2017, bertempat di Laboratorium Kimia Fisik Jurusan Kimia Fakultas Matematika

dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung. Analisis dengan PSA

dilakukan di laboratorium Pascapanen Bogor, analisi FTIR dilakukan di

Universitas Islam Indonesia (UII), Yogyakarta, analisis SEM di laboratorium

PPGL Bandung, analisis XRD dilakukan di Institut Teknologi Bandung, dan

analisis GC-MS dilakukan di laboratorium Kimia FMIPA Universitas Gajah

Mada Yogyakarta.

B. Alat dan Bahan

1. Alat-alat yang digunakan

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain, perangkat pirolisis,

penangas, magnetic stirrer, oven, thermometer, alat press minyak biji karet, alat

vakum dan peralatan gelas, Scanning Electron Microscope-(SEM), X-Ray

Diffraction (XRD), Gas Chromathography Mass Spectrometry (GC-MS), Particle

Size Analyzer (PSA)

34

2. Bahan-bahan yang digunakan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : sekam padi,

minyak biji karet, N- heksan, larutan NaOH 1,5 %, larutan HNO3 10 %, akuades,

batangan aluminium, bagas tebu, indikator pH, dan kertas saring

C. Prosedur penelitian

1. Pembuatan Larutan

a). Larutan NaOH 1,5%

Untuk mendapatkan larutan NaOH 1,5%, ditimbang NaOH 18 gram kemudian

dilarutkan kedalam 1200 mL akuades.

b). Larutan HNO3 10%

Untuk mendapatkan 1000 mL larutan HNO310%, sebanyak 147 mL HNO3pekat

dilarutkan kedalam 853 mL akuades.

2. Preparasi Sekam Padi

Langkah awal dalam penelitian ini adalah preparasi sekam padi. Sebanyak 500

gram sekam padi direndam dalam air panas selama 2 jam untuk menghilangkan

pengotor yang terdapat dalam sekam. Sekam padi kemudian disaring dan dicuci

lagi secara berulang dengan cara disiram dengan air panas untuk menghilangkan

pengotor bahan organik larut air yang masih diperkirakan menempel pada

permukaan sekam padi. Kemudian, sekam padi yang telah bebas dari pengotor

dikeringanginkan dan siap digunakan untuk ekstraksi silika.

35

3. Ekstraksi Silika dengan Metode Sol Gel

Metode ekstraksi silika dalam penelitian ini mengadopsi metode ekstraksi yang

telah digunakan sebelumnya (Pandiangan dkk.,2008). Sebanyak 50 gram sekam

padi direndam dalam 500 mL larutan NaOH 1,5% kemudian dipanaskan, lalu

dibiarkan mendidih selama 30 menit. Campuran tersebut kemudian dibiarkan

hingga dingin pada suhu kamar lalu didiamkan selama satu malam untuk

mengoptimalkan proses ekstraksi silika sampel disaring dan filtrat yang

mengandung silika terlarut (sol silika) ditampung. Untuk mengendapkan silika,

filtrat kemudian ditambahkan dengan HNO3 10% secara bertahap hingga pH 7

dan gel silika. Gel silika kemudian didiamkan selama 24 jam pada suhu kamar

untuk proses penuaan (aging). Selanjutnya gel silika dicuci dengan air akuades

panas dan disaring. Proses pencucian dilakukan hingga air cucian bersifat netral.

Silika yang telah diperoleh kemudian dikeringkan di dalam oven pada suhu 110oC

selama 24 jam, kemudian dihaluskan.

4. Pembuatan Zeolit A

Sebanyak 40 gram NaOH dilarutkan kedalam 100 mL air, kemudian larutan

dibagi menjadi dua bagian. Pada bagian pertama dimasukkan 60 gram silika dan

pada bagian kedua dimasukkan 27 gram logam alumunium. Setelah silika dan

logam alumunium larut kemudian campuran dicampur menggunakan blender.

Selanjutnya zeolit A yang telah tercampur dikeringkan di dalam oven pada suhu

90oC selama 24 jam, setelah kering zeolit kemudian dihaluskan menggunakan

mortar.

36

Sebelum digunakan, zeolit terlebih dahulu dikalsinasi pada suhu 600, 700, 800,

dan 900oC untuk melihat aktivitasnya sebagai katalis dalam proses perengakahan.

5. Karakterisasi Katalis

Karakterisasi zeolit dilakukan dengan menggunakan X-Ray Diffraction (XRD)

untuk menganalisis pengaruh suhu kalsinasi terhadap struktur kristalografi sampel

zeolit, apakah sampel bersifat amorf atau kristalin. Analisis Scanning Electron

Microscopy (SEM) digunakan untuk mengetahui morfologi permukaan sampel,

Particle Size Analyzer (PSA) untuk mengetahui distribusi ukuran partikel pada

katalis, dan Fourier Transform Infra Red (FTIR) untuk mengetahui gugus fungsi

dari sampel serta jenis situs asam yang terkandung di dalamnya menggunakan

sinar radiasi infra merah. Selain itu, karakterisasi fisik pada katalis berupa

penentuan jumlah situs asam juga dilakukan. Penentuan keasaman atau jumlah

situs asam katalis dilakukan secara gravimetri (ASTM, 2005). Langkah langkah

untuk analisis keasaman katalis adalah sebagai berikut:

1. Sampel ditimbang sebanyak 0,2 gram dan dimasukkan ke dalam cawan krus

berukuran 10 ml.

2. Cawan krus diletakkan di dalam desikator bersama basa piridin sebanyak 5

ml.yang ditempatkan dalam cawan terpisah.

3. Desikator kemudian ditutup selama 24 jam untuk memberikan waktu katalis

mengadsorpsi basa piridin.

4. Setelah 24 jam, katalis dikeluarkan dan dibiarkan di tempat terbuka selama 2

jam.

5. Terakhir, katalis ditimbang untuk mendapatkan berat akhir.

37

Jumlah situs asam yang terdapat pada katalis ditentukan dengan menggunakan

persamaan berikut.

Keasaman=

Keterangan :

w1 : berat wadah kosong (g)

w2 : berat wadah + sampel (g)

w3 : berat wadah + sampel yang telah mengadsorpsi piridin

BM : bobot molekul piridin

6. Preparasi Biji Karet

Preparasi buah karet dimulai dengan pemisahan biji karet dari cangkangnya,

kemudian dipisahkan dari kulit arinya dan kemudian biji karet dicacah

menggunakan pisau. Biji karet dikeringan dalam oven pada suhu 100°C hingga

kering dan didinginkan pada suhu kamar. Buah karet diekstraksi dengan mesin

press, hasil press kemudian disaring untuk memisahkan minyak dengan padatan

dari daging buah karet. Minyak biji karet siap untuk proses pirolisis.

7. Preparasi Bagas Tebu

Ampas tebu atau bagas tebu dijemur hingga kering. Bagas tebu yang telah kering

di potong hingga kecil dan kemudian digiling hingga halus. Bagas tebu halus siap

untuk proses pirolisis.

38

8. Uji reaksi perengkahan

Sebanyak 50 gram bagas tebu dicampur dengan 10 gram katalis. Kemudian pada

campuran ditambahkan 150 mL dan 200 mL minyak biji karet. Campuran tersebut

dimasukkan ke dalam reaktor pirolisis dan dilakukan proses pirolisis dengan

memanaskan reaktor menggunakan furnace elektrik sampai suhu 450°C. Uap

yang terbentuk dialirkan dari reaktor ke kondensor. Destilat yang dihasilkan

ditampung dalam botol. Percobaan dianggap berakhir jika tidak ada lagi destilat

yang menetes dari kondensor.

9. Analisis liquid fuel

Analisis liquid fuel hasil perengkahan dilakukan untuk menguji kelayakan

pengaplikasiannya sebagai bahan bakar. Analisis ini meliputi beberapa parameter

seperti viksositas, densitas, dan titik nyala, yang didasarkan pada SNI 7431-2008.

Selain itu, karakterisasi liquid fuel untuk mengidentifikasi komponen-komponen

penyusun sampel dilakukan dengan menggunakan Gas Chromatrography Mass

Spectrometry (GC-MS).

a. Analisis Viskositas

Viskositas diukur dengan menggunakan viskometer Ostwald. Langkah-langkah

untuk analisis viskositas biodiesel adalah sebagai berikut :

1. Viskositas dibersihkan sebelum digunakan.

2. Viskometer diisi dengan larutan lalu diletakkan di dalam bak (suhu bak

viskometer dinaikkan pada 15-100°.

39

3. Pada kondisi viskometer telah mencapai kondisi yang diinginkan maka

ketinggian sampel dengan kapiler disesuaikan dengan menggunakan pompa

hisap hingga melebihi sedikit garis batas (m).

4. Sampel dibiarkan turun serta dihitung waktu sampai tanda batas (n)

waktu yang diukur adalah waktu miniskus untuk melewati waktu dari sasaran

pertama (m) menuju waktu sasaran kedua (n).

Gambar 6. Viskometer Ostwald

Nilai viskositas kemudian dihitung dengan rumus :

μ = C x t

Keterangan :

μ : viskositas kinematik (mm2/s)

C : konstanta kalibrasi viskometer (mm2/s

2)

t : waktu alir sampel dari batas atas ke batas bawah (s)

b. Analisis Densitas

Prinsip kerja dari penentuan densitas adalah perbandingan massa sampel tanpa

udara pada suhu dan volume tertentu dengan massa air pada suhu dan volume

40

yang sama. Langkah-langkah untuk analisis densitas liquid fuel adalah sebagai

berikut :

1. Piknometer kosong dikeringkan di dalam oven kemudian ditimbang.

2. Piknometer diisi dengan akuades suhu 20°C kemudian disimpan dalam water

bath pada suhu 25°C selama 30 menit.

3. Piknometer kemudian diangkat, dikeringkan, dan ditimbang (massa akuades

diperoleh dari selisih berat piknometer berisi akuades dan berat piknometer

kosong)

4. Pada tahap selanjutnya sampel minyak didinginkan sampai suhu 20°C

5. Kemudian minyak dimasukkan ke dalam piknometer yang sebelumnya telah

dibersihkan dan dikeringkan hingga meluap dan tidak terbentuk gelembung

udara

6. Bagian luar piknometer dikeringkan dan piknometer ditempatkan di dalam

water bath pada suhu konstan 25°C selama 30 menit

7. Piknometer diangkat dari water bath lalu dikeringkan, dan ditimbang (berat

sampel diperoleh dengan menghitung selisih berat piknometer berisi sampel

dan berat piknometer kosong)

c. Analisis Titik Nyala

Langkah-langkah untuk analisis titik nyala liquid fuel adalah sebagai berikut :

1. Sampel dimasukkan ke dalam mangkok uji hingga garis batas pengujian.

2. Suhu sampel dan mangkok uji diatur sekitar 18°C di bawah kisaran perkiraan

suhu titik nyala sampel.

3. Mangkok uji ditutup.

41

4. Cahaya nyala dihidupkan dan diatur intensitasnya (kenaikan suhu diatur sebesar

5-6°C/menit dan sampel diaduk dengan menggunakan alat pengaduk pada

kecepatan 90–120 rpm).

5. Pengadukan dihentikan dan gas pembakar ditambahkan dengan

mengoperasikan penutup mangkok uji.

73

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan

bahwa:

1. Hasil percobaan reaksi pirolisis menunjukkan bahwa semua katalis zeolit-A

yang disintesis mampu bekerja dengan baik, namun dengan persen konversi

yang masih rendah, yakni hanya berkisar 53-68%.

2. Hasil analisis dengan GC-MS menunjukkan bahwa liquid fuel tersusun dari

hidrokarbon, keton, alkohol,dan asam dengan komposisi hidrokarbon tertinggi

68% pada zeolit-A 600⁰C dengan menggunakan minyak 150 mL.

3. Hasil karakterisasi katalis zeolit-A dengan SEM terlihat permukaan keempat

katalis membentuk gumpalan (cluster) dengan ukuran beragam yang

menunjukkan katalis tidak homogen.

4. Hasil karakterisasi dengan PSA katalis zeolit-A suhu kalsinasi 700⁰C memiliki

selisih rentang diameter yang paling kecil yakni, 26,1 nm dengan persen relatif

tertinggi sebesar 31%.

5. Hasil karakterisasi katalis zeolit-A dengan XRD menunjukkan bahwa katalis

dengan suhu kalsinasi 600⁰C sebagian masih terdapat fasa amorf namun

74

sebagian juga telah terbentuk fasa kristalin.

6. Hasil analisis FTIR menunjukkan bahwa katalis zeolit-A merupakan situs

asam Bronsted-Lowry pada suhu kalsinasi 700°C dan 900°C. Dan situs asam

Lewis pada suhu kalsinasi 600°C dan 800°C

B. Saran

Agar mutu liquid fuel yang dihasilkan optimal dan untuk keberlanjutan penelitian

ini disarankan untuk mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi

pirolisis pada minyak biji karet seperti waktu reaksi, suhu reaksi, serta jumlah

katalis dan disarankan untuk dilakukan uji aktivitas katalis yang sama pada

minyak nabati non pangan lain seperti minyak jarak kaliki dan minyak kelapa.

75

DAFTAR PUSTAKA

Agung, M.G.F., Hanafie, M. R., Mardina, P. 2013. Ekstraksi Silika Dari

Abu Sekam Padi dengan Pelarut KOH, Konversi, 2, 1, 28-31.

Amand, Lars-Erik dan Claes J. Tullin. 2000. The Theory Behind FTIR

analysis. Department of Energy Conversion Chalmers University of

Technology. Swedia.

Amrulloh, Hanif. 2014.Sintesis Zeolit Berbasis Silika Sekam Padi dengan

Metode Elektrokimia Sebagai Adsorben Rhodamin B.Skripsi.

Departemen Kimia FMIPAUniversitas Lampung. Bandar

Lampung.hal.13-52.

Arribart, H and Bernadette, B.V. 2001.The Dibner Institute History of

Science and Technology.

Asri, N. Y., Savitri, S. D., Suprapto, Budikarjono, K., and Roesyadi, A.

2012. Development of Heterogeneous Alumina Supported Base

Catalyst For Biodiesel Production. 3rd International Conference on

Biology. Environment and Chemistry. 46.

Biro Pusat Statistik. 2012. Lampung Dalam Angka.

Budavari, S. 2001. The Merck Index. Encyclopedia of Chemicals, Drugs,

and Biologicals. Thirteenth Edition. Whitehouse: Merck & Co.,

Inc.pp. 1170.

Bogdanov, B., D. Georgiev., K. Angelova, and Y. Hristov. 2009.

Synthetic Zeolites and Their Industrial and Environmental

Applications Review.International Science Conference. Volume IV

Natural & Mathematical Science

Bridgwater, A.V. 2004.Biomass Fast Pyrolysis. Thermal Science.Vol.8,

21 – 49.

Brinker, C.J., Scherer, G.W. 1989.Applications in: Sol-Gel Science,

ThePhysical andChemistry of Sol-Gel Process. Academic Press. San

Diego. pp 839-88

76

Breck, D. W. 1974. Zeolites Molecular Sieves Structure,Chemistry, and

Use. John Willey and Son, Inc. New York.

Dickerson, T. dan J. Soria. 2013. Catalytic Fast Pyrolysis: A Review.

Energies. 6, 514-538.

Direktorat Jenderal Perkebunan. 2015. Statistik Perkebunan Indonesia

Komoditas Karet Tahun 2014-2016. Direktorat Jenderal

Perkebunan, Kementerian Pertanian. Jakarta. hal 3.

Filho, N.L.D., and do Carmo, D.R. 2004. Adsorption at Silica, Alumina,

and Related Surfaces. Encyclopedia of Surface and Colloidal

Science. Marcel Dekker, Inc. Georgiev, D., Bogdanov, B., Angelova, K., Markovska, I., Hristov,

Y. 2009. Synthetic Zeolites - Structure, Clasification, Current

Trends In Zeolite Synthesis Review. Technical Studies,7, 1-5.

Gimbun J., S. Ali, C.H.S.C. Kanwal, L.A. Shah, N.H.M. Ghazali, C.K. Cheng, and S. Nurdin. 2012. Biodiesel production from rubber

seed oil using a limestone based catalyst. Adv. Mater. Phy. Chem.

University of Malaysia. Malaysia. 2: 138-141.

Haag, W. O., R. M. Lago., and P. B. Weisz. 1984. The active site of

acidic aluminosilicate catalysts. Nature. 309. pp. 589-591

Haji, A.G., Mas’ud, Z. A., Lay, B. W., dan Sutjahjo, S. H. 2007.

Karakterisasi Asap Cair Hasil Pirolisis Sampah Organik Padat

(Characterization Of Liquid Smoke Pyrolyzed From Solid Organic

Waste). Jurnal Teknik Industri Pertanian. Vol. 16(3), hal 111-118.

Hannus, I., Kirisci, I., Beres, A., Nagy, J. B., and Forster, H. 1995.

Characterization of Alkali Metal Cluster Containing Faujasites by

Thermal, IR, ESR, Multi- NMR and Test Reaction Studies. Study

Surface Sciences Catalysis. 315 : 568 –570.

Harsono, H. 2002. Pembuatan Silika Amorf dari Limbah Sekam Padi.

Jurnal Ilmu Dasar. 3, 98-103.

Hidayat, E. 2009. Studi Sifat Fisik, Kimia dan Uji Unjuk Kerja Kompor

Dengan Minyak Pirolisis Sekam Padi.

Hudson, L. K., Misra, C., Perrotta, Anthony J., Wefers, K., and Williams,

F. S. 2002. Aluminum Oxide. Ullmann's Encyclopedia of Industrial

Chemistry, Wiley-VCH. Weinheim.Vol. 10, pp. 557. Kamarudin,K. S. N., Wah, L, M., Yuan, C. Y., Hamdan. H, and Mat, H.

2004. Rice Husk based Zeolite as Methane Adsorbent. Paper

presented at 18th Symposium of Malaysian Chemical Engineers.

77

Universiti Teknologi Petronas.Tronoh. Perak. 13 –14 December

2004.

Kirk, R.E., and Othmer. 1984. Encyclopedia of Chemical Technology.

John Wiley and Sons, Inc., New York. Vol.21 (4).

Ketaren, S. 1986. Minyak dan Lemak Pangan. Universitas Indonesia.

Jakarta.

Lestari, D. Y. 2010. Kajian modifikasi dan karakterisasi zeolit alam dari

berbagai Negara. Prosiding seminar nasional Kimia dan Pendidikan

Kimia 2010.

Leofanti, G., Tozzola, G., Padovan, M., Petrini, G., Bordiga, S. and

Zecchina, A. 1997.Catalitic. Today. 34, 329-352.

Liani, P. 2014. Karakteristik Struktur dan Mikrostruktur Zeolit X Yang

Disintesis dari Silika Sekam Padi Dan Alumina dengan Metode

Hidrotermal, Skripsi, Universitas Lampung

Lima, D, G. Soares C.D Valerio, Ribeiro E,B., Carvalho, D, A., Cardoso

E, C, V., Rassi, F.C., Mundim K,C., Rubim J.C.,and Suarez, P.A.Z.

2004. Diesel-Like Fuel Obtained by Pyrolisis of Vegetables oil.

Journal of Analyticaland Applied Pyrolisis,71

Lufina, Isni. 2013. Studi Pemanfaatan Minyak Karet (Hevea Brasiliensis)

sebagai Bahan Bakar pada Kompor Rumah Tangga. Malang:

UniersitasBrawijaya.

Manasomboonphan, W.and Junyapoon, S. 2012. Production of Liquid

Fuels from Waste Lube Oils Used by Pyrolysis Process.

International Conferenceon Biomedical Engineering and

Technology (IPCBEE). Vol.34, pp 130-133.

McLafferty, F. W.1988.Interpretasi Spektra Massa.Edisi ketiga, Gadjah

Mada University Press, Yogyakarta.

Mirjalili, F., Hasmaliza, M.,danLuqman, C. 2011.Preparation of Nano

Scale α-Al2O3 Powder by the Sol Gel Method.Ceramics Silikaty.

Vol. 55 (4), pp. 378-383.

Mulyadi, E. 2009. Degradasi Sampah Kota (Rubbish) dengan Proses

Pirolisis. Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan Universitas

Pembangunan Nasional. Surabaya.

Mediasari, R. 2015. Pengembangan Zeolit Sintetik Berbasis Silika Sekam

Padi dengan Metode Elektrokimia dan Aplikasinya Sebagai Katalis

Untuk Perengkahan Minyak Nabati Secara Pirolisis. (Tesis).

78

Departemen Kimia FMIPA Universitas Lampung. Bandar Lampung.

hal 6-7.

Meirawati, D., Wardhani, S., dan Thajahjanto, R. T. 2013. Studi Pengaruh

Konsentrasri HCl dan Waktu Aging Terhadap Sintetis Silika

Xerogel Berbahan Dasar Pasir Kuarsa Bangka. Kimia Student

Journal, Vol 2, No 2, Hal 524-531.

Mockovciakova, Matik .Z. Orolınova A.,P. Hudec, and E. Kmecova.2007.

Structural characteristics of modified natural zeolite. J. Porous

Mater. DOI 10.1007 10934-007-9133-3.

Moffat, J. B. 1990. Theoretical Aspects of Heterogeneouse Catalysis. New

York: Van Nostrand Reinhold. Nevivilanti, S., Wiranti, F.V ., Sembiring, S. 2010. Karakteristik Keramik

Mullite dari Silika Sekam Padi Akibat Perlakuan Kalsinasi. Prosiding SN SMAP. Hal 36-40

Nindita, D. 2012. Sintesis Bio aspal dari Serbuk Gergaji Kayu Albasia

dengan Metode Pirolisis .Program Studi Ekstensi Teknik Kimia

FakultasTeknikUniversitas Indonesia.Depok.

Pandiangan, K.D., W. Simanjuntak., I. G.Suka, dan J. Novesar. 2009.

Lembaga Penelitian Universitas Lampung. 30 Desember 2009.

Metode EkstraksiSilika dari Sekam Padi. P00200900776.

Platon, A. and Thomson. W. J. (2003), “Quantitative Lewis/ Brønsted

Ratios using DRIFTS”, Industrial Engineering Chemical Research,

Vol.42, hal.5988-5992.

Ratnasari, Fera. 2011. Pengolahan Cangkang Kelapa Sawit dengan

Teknik Pirolisis untuk Produksi Bio-Oil. (Tugas Akhir) Program

Studi Diploma III Teknik Kimia Fakultas teknik. Universitas

Diponegoro. Semarang.

Rahayu, E., S. (2008). Implementasi Zeolit Alam dan Zeolit Aktif Hasil

Proses Aktivasi Secara Fisika Untuk Penyisihan Kesadahan Air,

Jurusan Teknik Kimia Polban.

Raveendran K, Ganesh A, Khilart KC. 1995. Influence of mineral matter on

biomass pyrolysis characteristics. Fuel 74: 1812-1822

Reksowardojo dan Soeriawidjaja. (2006). Konversi Biomassa menjadi

Bahan Bakar Alternatif. Semarang: Institut Teknologi Semarang.

Satterfield, C. N. Heterogeneous Catalysis in Practice, McGraw-Hill. New

York. 1980. Vol 4.5(4).

79

Sembiring, S., Simanjuntak, W., Manurung, P., Asmi, D., Low, M.I. 2014.

Synthesis and Characterisation of Gel-Derived Mullite Precursor

from Rice Husk Silica. Ceramic International. 40. 7067

Setyawardhani, D.A., Distantina, S., Henfiana, H., dan Dewi, A.S. 2010.

Pembuatan Biodiesel dari Asam Lemak Jenuh Minyak Biji Karet.

Prosiding Seminar Rekayasa Kimia dan Proses 2010. Teknik Kimia

Universitas Sebelas Maret Surakarta. hal 1-6.

Sharma, N. K., W. S. Williams, and Zangvil, A. 1984. Formation and

Structure of Silicon Carbide Whiskers from Rice Hulls. Journal

America. Ceramic.Society.67, 715-720.

Silam. 1998. Ekstraksi minyak biji karet (hevea brasiliensis) dengan

alat pengempa berulir (expeller) dan karakteristik mutu

minyaknya. Fakultas Teknologi Pertanian IPB. Bogor. Hal. 11-

48.

Subagjo. 1993. Zeolit: Struktur dan Sifat-sifat. Warta Insinyur Kimia 3,

Suka, I. G., Simanjuntak, W., Sembiring, S., Trisnawati, E. 2008.

Karakteristik Silika Sekam Padi Dari Provinsi Lampung yang

Diperoleh Dengan Metode Ekstraksi. Jurnal Sains MIPA, 37, 1, 47-

52.

Syani, F. 2014. Sintesis Zeolit Berbasis Silika Sekam Padi Dengan

Metode Elektrokimia Sebagai Katalis Transesterifikasi

Minyak Kelapa Skripsi. Universitas Lampung.

Tanabe, K. 1981. Solid Acid and Base Catalyst in Catalysis Science and

Technology.Springer-Link. Berlin. pp. 231 – 273

Tranggono, Suhardi, B. Setiadji, P. Darmadji, Suprianto, dan

Sudarmanto. 1997. Identifikasi Asap Cair dari Berbagai Jenis Kayu

dan Tempurung Kelapa. Jurnal dan Ilmu Teknologi Pangan I.

Yogyakarta. hal 15-24.

Ulfah, E.M. 2006. Optimasi Pembuatan Katalis Zeolit X dari Tawas,

NaOH dan WaterGlass Dengan Response Surface

Methodology.Bulletin of Chemical Reaction Engineering &

Catalysis. UniversitasDiponegoro Semarang. Semarang. Vol1(3),

hal. 26-32.

Wang, L.L., Ding, W., Liu, Y.W., Fang, W.P., Yang, Y.Q., 2010.

Effect of preparation methods of aluminum emulsions on

catalytic on catalytic performance of copper-based catalysts

for methanol synthesis from syngas. Journal of Natural

80

Gas Chemistry,19(5):487–492.

Wardani, A.R.K., dan Widiastuti, N. 2014. Sintesis Zeolit-X

Berpendukung Serat Gelas Sebagai Material Penyerap CO2:

Variasi Waktu Perendaman dan Konsentrasi NaOH Pada Aktivasi

Serat Gelas. Jurnal Sains dan Seni POMITS Jurusan Kimia,

FMIPA Institut Teknologi Sepuluh November (ITS). Vol.1(1), hal

1-6.

Widyastuti, L., 2007, Reaksi Metanolisis Minyak Biji Jarak Pagar

Menjadi Metil Ester Sebagai Bahan Bakar Pengganti Minyak

Diesel dengan Menggunakan Katalis KOH, SkripsiFakultas MIPA

KIMIA, Universitas Negeri Semarang, Semarang.

Widowati, S. 2001. Pemanfaatan Hasil Samping Penggilingan Padi

dalam Menunjang Sistem Agroindustri di Pedesaan. Buletin

AgroBio, 4, 1, 33-38

Wijanarko, A., Mawardi D. A dan Nasikin, M. 2006. Produksi

Biogasoline Dari Minyak Sawit Melalui Reaksi Perengkahan

-Alumina, Makara Teknologi, 10, 2, 51-

60

Wittayakun, J., K. K. Rintramee., S. S. Prayoonpokarach., J. F. Saceda,

and L. De Leon.Rizalinda. 2011. Properties of Silica from Rice

Husk Ash and Their Utilization for Zeolite Y Synthesis.

Quim.Nova,34, 8, 1394-1397.

Wongkasemjit, S., M. Sathupunya., and Gulari. 2002. ANA and GIS

zeolite synthesis directly from alumatrane and silatrane by sol-gel

process and microwave technique. J. of the European Ceramic

Society. 22.

Xiujuan, G., Shurong, W., Qi, W., Zuagang, G., and Zhogyang, L. 2011.

Properties of Bio-oil from Fast Pyrolisis of Rice Husk. Chinese

Journal of Chemical Engineering, 19, 1, 116-121.