piramida kuwalik

9
Judul: “Hubungan Antara Karakteristik Penderita dan Faktor Eksternal dengan Kejadian Drop Out pada Pasien TB Paru di Balai Kesehatan Paru Masyarakat Wilayah Semarang Tahun 2013” PIRAMIDA TERBALIK Dunia 1. Pada tahun 2007, WHO melaporkan adanya 3 juta orang meninggal akibat TB tiap tahun dan diperkirakan 5000 orang tiap harinya. 2. Tiap tahun ada 9 juta penderita TB baru dan 75% kasus kematian dan kesakitan di masyarakat diderita oleh orang- orang pada umur produktif dari 15 sampai 54 tahun. 3. Di negara-negara miskin kematian TB merupakan 25% dari seluruh kematian yang sebenarnya dapat dicegah. Daerah Asia Tenggara menanggung bagian yang terberat dari beban TB global yakni sekitar 38% dari kasus TB duniaIndonesia Indonesia 1. CDR TB di Indonesia tahun 2010 adalah 78,30 2. CDR TB di Indonesia pada tahun 2011 adalah 82,2%. 3. Target CDR = 73% (2010) Jawa Tengah 1. Tahun 2008 CDR TB di Jawa Tengah adalah 47,97%. 2. Tahun 2009 CDR TB di Jawa Tengah adalah 48,15%. 3. Tahun 2010 CDR TB di Jawa Tengah adalah 55,38% 4. Tahun 2011 CDR TB di Jawa Tengah adalah 59,52%. Semarang 1. Tahun 2008 CDR TB di Semarang adalah 47,97%. 2. Tahun 2009 CDR TB di Semarang adalah 48,15%.

description

vc

Transcript of piramida kuwalik

Page 1: piramida kuwalik

Judul: “Hubungan Antara Karakteristik Penderita dan Faktor Eksternal dengan Kejadian

Drop Out pada Pasien TB Paru di Balai Kesehatan Paru Masyarakat Wilayah Semarang

Tahun 2013”

PIRAMIDA TERBALIK

Dunia

1. Pada tahun 2007, WHO melaporkan adanya 3 juta orang meninggal akibat TB tiap tahun dan diperkirakan 5000 orang tiap harinya.

2. Tiap tahun ada 9 juta penderita TB baru dan 75% kasus kematian dan kesakitan di masyarakat diderita oleh orang-orang pada umur produktif dari 15 sampai 54 tahun.

3. Di negara-negara miskin kematian TB merupakan 25% dari seluruh kematian yang sebenarnya dapat dicegah. Daerah Asia Tenggara menanggung bagian yang terberat dari beban TB global yakni sekitar 38% dari kasus TB duniaIndonesia

Indonesia1. CDR TB di Indonesia tahun 2010 adalah 78,302. CDR TB di Indonesia pada tahun 2011 adalah 82,2%.3. Target CDR = 73% (2010)

Jawa Tengah

1. Tahun 2008 CDR TB di Jawa Tengah adalah 47,97%.2. Tahun 2009 CDR TB di Jawa Tengah adalah 48,15%. 3. Tahun 2010 CDR TB di Jawa Tengah adalah 55,38% 4. Tahun 2011 CDR TB di Jawa Tengah adalah 59,52%.

Semarang

1. Tahun 2008 CDR TB di Semarang adalah 47,97%.2. Tahun 2009 CDR TB di Semarang adalah 48,15%. 3. Tahun 2010 CDR TB di Semarang adalah 55,38% 4. Tahun 2011 CDR TB di Semarang adalah 59,52%.

BKPM1. Tahun 2007 DO TB 11%2. Tahun 2008 DO TB 8%3. Tahun 2009 DO TB 10%4. Tahun 2010 DO TB 32%

Page 2: piramida kuwalik

KERANGKA LATAR BELAKANG

Paragraf I. Pokok pikiran: Tuberkulosis

Pikiran Penjelas:

1. Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri

Microbacterium tuberculosis

2. Penyakit ini dapat menyebar melalui droplet orang yang telah terinfeksi basil TB.

Pada awal tahun 1995 WHO telah merekomendasikan strategi DOTS (Directly

Observed Treatment Short-course) sebagai strategi dalam penanggulangan TB dan

telah terbukti sebagai strategi penanggulangan yang sevara ekonomis paling efektif

(cost-efective),

3. Terdiri dari 5 komponen kunci, 1. Komitmen politis; 2. Pemeriksaan dahak

mikroskopis yang terjamin mutunya; 3. Pengobatan jangka pendek yang standar bagi

semua kasusu TB dengan tatalaksana kasus yang tepat, termasuk pengawasan

langsung pengobatan; 4. Jaminan ketersediaan OAT yang bermutu; 5. Sistem

pencatatan dan pelaporan yang mampu membersihkan penilaian terhadap hasil

pengobatan pasien dan kinerja program secara keseluruhan. (Kemenkes RI, 2011b:

48)

Paragraf II. Pokok Pikiran: Data Tuberkulosis di dunia

Pikiran Penjelas:

1. WHO melaporkan adanya 3 juta orang meninggal akibat TB tiap tahun dan

diperkirakan 5000 orang tiap harinya

2. Tiap tahun ada 9 juta penderita TB baru dan 75% kasus kematian dan kesakitan di

masyarakat diderita oleh orang-orang pada umur produktif dari 15 sampai 54 tahun

3. Di negara-negara miskin kematian TB merupakan 25% dari seluruh kematian yang

sebenarnya dapat dicegah. Daerah Asia Tenggara menanggung bagian yang terberat

dari beban TB global yakni sekitar 38% dari kasus TB dunia (Asta Qauliyah: 2007).

Page 3: piramida kuwalik

Paragraf III. Pokok Pikiran: Data Tuberkulosis di Indonesia

Pikiran Penjelas:

1. Indonesia sekarang berada pada ranking kelima negara dengan beban TB tertinggi di

dunia. Estimasi prevalensi TB semua kasus adalah sebesar 660.000 dan estimasi

insidensi berjumlah 430.000 kasus baru per tahun. Jumlah kematian akibat TB

diperkirakan 61.000 kematian per tahunnya (Kemenkes RI, 2011a: 12).

2. Berdasarkan laporan dari survei prevalen nasional tahun 2009, tingkat prevalensi

Tuberkulosis adalah 244 per 100.000 penduduk. Sedangkan untuk tahun yang sama

tingkat kematian karena Tuberkulosis sebanyak 39 per 100.000 penduduk (Kemenkes

RI, 2011b: 50).

3. Berdasarkan data dari Profil Kesehatan Indonesia tahun 2011, CDR TB di Indonesia

pada tahun 2011 adalah 82,2%. Meningkat dari tahun sebelumnya yaitu tahun 2010

CDR TB di Indonesia adalah 78,30%.

Paragraf IV. Pokok Pikiran: Data Tuberkulosis di Jawa Tengah

Pikiran Penjelas:

1. Berdasarkan Profil Kesehatan Jawa Tengah tahun 2011, angka CDR TB dari tahun

2008-2011 mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2008 CDR TB di

Jawa Tengah adalah 47,97%. Pada tahun 2009 CDR TB di Jawa Tengah adalah

48,15%. Pada tahun 2010 CDR TB di Jawa Tengah adalah 55,38% dan pada tahun

2011 CDR TB di Jawa Tengah adalah 59,52%.

2. Jawa Tengah menduduki peringkat ke 14 di Indonesia pada cakupan penemuan kasus

baru (CDR) yaitu sebesar 54,20%

Paragraf V. Pokok Pikiran: Data Tuberkulosis Kota Semarang

Pikiran Penjelas:

1. Angka penemuan penderita baru BTA Positif (CDR) Di Kota Semarang tahun 2011

adalah 61% (Dinkes Kota Semarang, 2011). Angka ini lebih rendah dari target

Page 4: piramida kuwalik

Kementrian Kesehatan yang menetapkan target CDR minimal pada tahun 2010

sebesar 73% (Kemenkes RI, 2011b: 49).

2. Angka kesembuhan tahun 2010 sebesar 66 % ( 579 kasus dinyatakan sembuh dari

total kasus 878 yang diobati). Angka kesembuhan th 2010 masih sama dengan angka

kesembuhan di tahun 2009, namun belum mencapai target nasional yang 85%.

Evaluasi hasil pengobatan penderita TB Paru BTA positif tahun 2010 sebesar 66%,

masih sama dengan evaluasi hasil pengobatan tahun 2009. Pengobatan lengkap 19%

mengalami penurunan 1% dibanding 20% pada tahun 2009, penderita meninggal naik

1% dari 2% ditahun 2009 menjadi 3% pada tahun 2010, angka kegagalan masih sama

pada th 2010 yaitu 1% sedangkan angka drop out 8% mengalami peningkatan

sejumlah 1% bila dibanding tahun 2009 sebesar 7% (DKK Semarang, 2011)

Paragraf VI. Pokok Pikiran: Data drop out pengobatan TB di Balai Kesehatan Paru Masyarakat

Wilayah Kota Semarang

Pikiran Penjelas:

1. Pada tahun 2007 prosentase kasus drop out TB Paru adalah 11%. Prosentase kasus drop

out TB Paru pada tahun 2008 mengalami penurunan yaitu 8%. Padan tahaun 2009

prosentase kasus drop out TB Paru mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya yaitu

10%, dan pada tahun 2010 prosentase drop out TB Paru adalah 32%, mengalami

kenaikan dari tahun sebelumnya (BKPM, 2012)

Paragraf VII. Pokok Pikiran: Cara efektif pemberantasan penyakit tuberkulosis

Pikiran Penjelas:

1. Cara efektif memberantas TB adalah dengan menghentikan penularan pada sumbernya

(stop at the source) yang dikenal dengan strategi DOTS (Direct Observed Treatment

Short Course).

2. Strategi DOTS mulai dijalankan pemerintah Indonesia pada tahun 1995 dengan harapan

keberhasilan memberantas TB minimal sebesar 85%. Namun, dalam pelaksanaanya

Page 5: piramida kuwalik

strategi DOTS mengalami beberapa hambatan, antara lain adanya kasus putus berobat

(drop out), pindah berobat, dan meninggal sehingga angka kesembuhan tidak mencapai

angka yang diharapkan (WHO, 2003)

Paragraf VIII. Pokok Pikiran: Akibat dari drop out pengobatan TB

Pikiran penjelas:

1. Tingginya angka DO pada pengobatan TB sangat berbahaya karena hasil penelitian

menunjukkan bahwa pasien yang berobat tidak teratur akan menimbulkan efek yang

lebih buruk dari pada penderita yang sama sekali tidak diobati. Hal ini karena

resistensi bakteri TB terhadap obat yang terjadi akibat seseorang tidak berobat hingga

sembuh atau diberikan obat yang salah. (Suryatenggara, 2008).

Paragraf IX. Pokok Pikiran: Faktor yang mempengaruhi drop out pengobatan TB

Pikiran penjelas:

1. Kejadian DO pasien TB karena sebagian pasien hidup dalam garis kemiskinan sehingga

mempunyai keterbatasan dalam pembiayaan kesehatan. Selain itu, sebagian pasien TB

paru berasal dari golongan yang berpendidikan rendah sehingga mempunyai keterbatasan

pengetahuan dan kesadaran tentang TB paru, pengobatan, dan upaya-upaya yang harus

dilakukan dalam memperbaiki status kesembuhan pasien. Berdasarkan hasil penelitian

diketahui bahwa tidak sedikit pasien TB memutuskan DO hanya karena pasien tidak

mengetahui lamanya harus menjalani masa dan bagaimana sistem pengobatan (Depkes

RI, 2006)

Page 6: piramida kuwalik

DAFTAR PUSTAKA

Asta Qauliyah, Program Penanggulangan TBC, 17 Februari 2007, http://astaqauliyah. com/2007/02/program-penanggulangan-tbc/, diakses tanggal 22 April 2012.

BKPM Wilayah Semarang, 2012, Profil Balai Kesehatan Paru Masyarakat Wilayah Semarang,

Semarang: BKPM Wilayah Semarang.

Departemen Kesehatan RI, 2006, Pedoman Penyakit TB dan Penanggulangannya, Jakarta:

Departemen Kesehatan RI Direktorat Jendral PPM & PL 2006

Dinas Kesehatan Kota Semarang, 2011, Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2011,

Semarang: DKK Semarang

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2011, Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah 2011,

Semarang: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.

Fitriani, Eka, 2012, Faktor Risiko Yang Berhubungan Dengan Kejadian Tuberkulosis Paru,

Januari 2013, hlm. 02

Kemenkes RI, 2011a, Strategi Nasional Pengendalian TB di Indonesia 2010-2014, Jakarta,

Kemenkes RI

___________, 2011b, Profil Kesehatan Indonesia 2010, Jakarta, Kemenkes RI

Suryatenggara W, 1992, Pengobatan Tuberkulosis Paru. Cermin Dunia Kedokteran,

http://www.kalbe.co.id, diakses tanggal 28 Maret 2013

WHO, 2003, Direct Observed Treatment Short course, http://www.who.int, diakses tanggal 29

Maret 2013