Pinguekula

22
BAB I PENDAHULUAN Mata adalah anugerah yang sangat indah dari Allah SWT. Dengan kedua mata kita dapat menikmati segala bentuk keindahan dunia. Dengan demikian kesehatan mata harus selalu dijaga. Kesehatan mata tidak hanya lahiriah yaitu sehat secara anatomi maupun fungsi, tetapi juga rohani yaitu kesehatan hati. Terdapat beberapa kelainan yang dapat mengganggu penglihatan dan penampilan. Contohnya adalah tumor jinak konjungtiva. Terdapat dua jenis tumor jinak yang bisa tumbuh di konjungtiva yakni pinguekula dan pterigium. Kedua tumor jinak ini dibedakan berdasarkan lokasi dan menifestasinya. Pinguekula biasanya tumbuh di sekitar kornea dan berwarna putih kekuningan yang tidak mengganggu refraksi, sementara pterigium adalah pertumbuhan jaringan konjungtiva ke dalam kornea dan biasanya menyebabkan kelainan refraksi. 1 1

description

Pinguekula

Transcript of Pinguekula

Page 1: Pinguekula

BAB I

PENDAHULUAN

Mata adalah anugerah yang sangat indah dari Allah SWT. Dengan

kedua mata kita dapat menikmati segala bentuk keindahan dunia. Dengan

demikian kesehatan mata harus selalu dijaga. Kesehatan mata tidak hanya 

lahiriah yaitu sehat secara anatomi maupun fungsi, tetapi juga rohani yaitu

kesehatan hati.

Terdapat beberapa kelainan yang dapat mengganggu penglihatan dan

penampilan. Contohnya adalah tumor jinak konjungtiva. Terdapat dua jenis

tumor jinak yang bisa tumbuh di konjungtiva yakni pinguekula dan pterigium.

Kedua tumor jinak ini dibedakan berdasarkan lokasi dan menifestasinya.

Pinguekula biasanya tumbuh di sekitar kornea dan berwarna putih kekuningan

yang tidak mengganggu refraksi, sementara pterigium adalah pertumbuhan

jaringan konjungtiva ke dalam kornea dan biasanya menyebabkan kelainan

refraksi.1

Pinguekula adalah suatu penonjolan berwarna putih kekuningan yang

tumbuh di dekat kornea. Ukurannya bisa semakin besar. Penyebabnya tidak

diketahui tetapi pertumbuhannya didukung oleh pemaparan sinar matahari dan

iritasi mata.2

Penyebab pinguekula tidak begitu dipahami dimana faktor resikonya

adalah paparan sinar ultraviolet. Pinguekula tidak enak dilihat tetapi biasanya

tidak menyebabkan masalah yang serius dan tidak perlu dibuang/diangkat.

1

Page 2: Pinguekula

Indikasi terapi untuk pinguekula adalah mengurangi ketidaknyamanan dan

juga kepentingan kosmetik.5

Pencegahan meliputi menghindari mata dari terpaparnya sinar

ultraviolet, menghindari debu dan iritan lain yang beresiko. Prognosis

umumnya baik, namun pinguekula dapat berkembang menjadi pterigium.2,4

BAB II

2

Page 3: Pinguekula

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1 Definisi

Pinguekula adalah suatu tumor jinak berupa penonjolan bewarna putih

kekuningan di konjuntiva yang biasanya tumbuh di daerah nasal konjungtiva.2

2.2 Anatomi

Gambar 2.1 Anatomi MataSumber: www.Google.com

Konjungtiva merupakan membran yang menutupi sklera dan kelopak

bagian belakang. Bermacam-macam obat mata dapat diserap melalui

konjungtiva ini. Konjungtiva mengandung kelenjar musin yang dihasilkan

oleh sel Goblet. Musin bersifat membasahi bola mata terutama kornea.1

Selaput ini mencegah benda-benda asing di dalam mata seperti bulu

mata atau lensa kontak (contact lens), agar tidak tergelincir ke belakang mata.

3

Page 4: Pinguekula

Bersama-sama dengan kelenjar lacrimal yang memproduksi air mata, selaput

ini turut menjaga agar cornea tidak kering.1,2

Konjungtiva terdiri atas tiga bagian, yaitu :

- Konjungtiva tarsal yang menutupi tarsus, konjungtiva tarsal sukar digerakkan

dari tarsus.

- Konjungtiva bulbi menutupi sklera dan mudah digerakkan dari sklera di

bawahnya.

- Konjungtiva fornises atau forniks konjungtiva yang merupakan tempat

peralihan konjungtiva tarsal dengan konjungtiva bulbi.1,2

Konjungtiva bulbi dan forniks berhubungan dengan sangat longgar

dengan jaringan di bawahnya sehingga bola mata mudah bergerak.

Sklera

Bagian putih bola mata yang bersama-sama dengan kornea merupakan

pembungkus dan pelindung isi bola mata. Sklera berjalan dari papil saraf optik

sampai kornea.1 Sklera sebagai dinding bola mata merupakan jaringan yang

kuat, tidak bening, tidak kenyal dan tebalnya kira-kira 1 mm.2

Sklera anterior ditutupi oleh 3 lapis jaringan ikat vaskular. Sklera

mempunyai kekakuan tertentu sehingga mempengaruhi pengukuran tekanan

bola mata.1 Dibagian belakang saraf optik menembus sklera dan tempat

tersebut disebut kribosa. Bagian luar sklera berwarna putih dan halus dilapisi

oleh kapsul Tenon dan dibagian depan oleh konjungtiva. Diantara stroma

sklera dan kapsul Tenon terdapat episklera. Bagian dalamnya berwarna coklat

4

Page 5: Pinguekula

dan kasar dan dihubungkan dengan koroid oleh filamen-filamen jaringan ikat

yang berpigmen, yang merupakan dinding luar ruangan suprakoroid.2

Gambar 2.2 Penampang mata Sumber: www.healthwise.org

Kekakuan sklera dapat meninggi pada pasien diabetes melitus, atau

merendah pada eksoftalmos goiter, miotika, dan meminum air banyak.

2.3 Imunologi Mata

Seperti halnya dengan respons imun yang terjadi di organ-organ lain,

mata juga memberikan respons imun, baik humoral maupun selular. Respons

imun humoral terutama terjadi melalui IgE dan sel mast yang mengawali

reaksi alergi. IgG kadar tinggi dalam darah dapat berperan dalam penyakit

autoimun yang mengenai mata seperti pemfigoid mata. Respons imun seluler

terutama melibatkan sel T.4

Mata merupakan kelanjutan susunan saraf pusat sedang konjungtiva

merupakan kelanjutan dari jaringan ikat. Sel mast ditemukan dalam

konjungtiva, koroid dan saraf mata serta mukosa konjungtiva yang

merupakan komponen mata. Vitreus dan kornea adalah avaskular dan tidak

5

Page 6: Pinguekula

dimasuki sel mast. Iris, korpus siliar, dan koroid merupakan lapisan lanjutan

sebagai uvea. Uvea terlibat primer dalam hipersensitivitas seluler dan penyakit

kompleks imun, sedang konjungtiva dilibatkan hipersensitivitas cepat atau

alergi.4

Mata merupakan bagian tubuh yang unik yang dapat memberikan

petanda dari proses imun aktif langsung seperti endapan Corneal Immune

Rings (CIR), yang analog dengan presipitasi Ouchterlony, floating

lymphocytes (floaters) yang analog dengan migrasi sel dan reaksi serupa

Arthus yang menimbulkan edem dan infiltrasi granulosit di kornea,

konjungtiva dan kulit atas pengaruh mediator kemotaktik seperti C5a.4

2.4 Epidemiologi

Pinguekula tersebar di seluruh dunia, tetapi lebih banyak di daerah

iklim panas dan kering. Prevalensi juga tinggi di daerah berdebu dan kering.

Faktor yang sering mempengaruhi adalah daerah dekat ekuator, yakni daerah

yang terletak kurang 370 Lintang Utara dan Selatan dari ekuator. Prevalensi

tinggi sampai 22% di daerah dekat ekuator dan kurang dari 2% pada daerah

yang terletak di atas 400 Lintang. Insiden Pinguekula cukup tinggi di

Indonesia yang terletak di daerah ekuator, yaitu 13,1%.4

Pasien di bawah umur 15 tahun jarang terjadi Pinguekula. Prevalensi

pinguekula meningkat dengan umur, terutama dekade ke-2 dan ke-3 dari

kehidupan. Insiden tinggi pada umur antara 20 dan 49. Kejadian berulang

(rekuren) lebih sering pada umur muda daripada umur tua. Laki-laki 4 kali

lebih resiko dari perempuan dan berhubungan dengan merokok, pendidikan

rendah, riwayat terpapar lingkungan di luar rumah.2,4

6

Page 7: Pinguekula

2.5 Etiologi dan Faktor Resiko

Penyebab pasti terjadinya pinguekula tidak diketahui. Namun terdapat

beberapa faktor resiko yang mempengaruhi terjadinya pinguekula.

Faktor resiko yang mempengaruhi pinguekula adalah

lingkungan yakni radiasi ultraviolet sinar matahari, iritasi

kronik dari bahan tertentu di udara dan faktor herediter.4

1. Radiasi ultraviolet

Faktor resiko lingkungan yang utama sebagai penyebab timbulnya pinguekula

adalah terpapar sinar matahari. Sinar ultraviolet diabsorbsi kornea dan

konjungtiva menghasilkan kerusakan sel dan proliferasi sel. Letak lintang,

waktu di luar rumah, penggunaan kacamata dan topi juga merupakan faktor

penting.3,5

2. Faktor Genetik

Beberapa kasus dilaporkan sekelompok anggota keluarga dengan pinguekula

dan berdasarkan penelitian case control menunjukkan riwayat keluarga

dengan pinguekula, kemungkinan diturunkan autosom dominan.

3. Faktor lain

Iritasi kronik atau inflamasi terjadi pada area limbus atau perifer kornea

merupakan pendukung terjadinya teori keratitis kronik dan terjadinya limbal

defisiensi, dan saat ini merupakan teori baru patogenesis dari pinguekula.

7

Page 8: Pinguekula

Debu, kelembaban yang rendah, dan trauma kecil dari bahan partikel tertentu,

dry eye juga dapat menyebabkan pinguekula.2,6

2.6 Patogenesa

Lesi degeneratif dari konjungtiva bulbar ini terjadi sebagai hasil dari

radiasi sinar ultraviolet (UV), namun sering juga dihubungkan dengan iritasi

benda iritan seperti debu. Sel epithelium yang melapisi pinguekula dapat saja

normal, menipis, atau menebal. Sementara kalsifikasi jarang terjadi.3

Pinguekula biasanya terjadi secara bilateral, karena kedua mata

mempunyai kemungkinan yang sama untuk kontak dengan sinar ultra violet,

debu dan kekeringan.3

Daerah nasal konjungtiva relatif mendapat sinar ultra violet yang lebih

banyak dibandingkan dengan konjungtiva yang lain, karena disamping kontak

langsung, juga dari pantulan hidung. Hal ini mengakibatkan pinguekula lebih

sering terjadi pada daerah nasal konjungtiva.2,3

Pinguekula dianggap terjadi akibat degenerasi atau degradasi serat

kolagen dalam konjungtiva. Degenerasi konjungtiva menciptakan deposit dan

pembengkakan jaringan yang biasanya akan datar.

Pinguekula lebih umum terjadi pada orang paruh baya atau lebih tua.

Hal ini karena seiring bertambahnya usia, kelenjar lakrimalis mulai menurun

fungsinya untuk membasahi mata sehingga mata cenderung kering dan tidak

terlindungi. Namun, mereka bisa muncul lebih awal jika seseorang di bawah

sinar matahari sangat sering. Pinguekula mungkin bertambah parah dari waktu

ke waktu dan tumbuh lebih besar terutama jika perlindungan terhadap

matahari tidak digunakan.

8

Page 9: Pinguekula

2.7 Manifestasi Klinis

Pinguekula sering bermanifestasi di dekat limbus pada zona

interpapebral, paling sering daerah nasal, berupa penonjolan putih kekuningan,

deposit subepithelial yang amorf. Pinguekula dapat membesar secara bertahap

dalam periode waktu yang lama. Inflamasi berulang dan iritasi okuli mungkin

dijumpai.2

Gambar 2.3 PinguekulaSumber: www.ocularpathology.com

Gambar 2.4 PinguekulaSumber: http://www.stlukeseye.com

9

Page 10: Pinguekula

2.8 Diagnosis

Seorang dokter mata biasanya dapat mendiagnosa pinguekula dengan

observasi eksternal, secara umum menggunkan instrumen yang disebut slit

lamp. Slit lamp adalah sebuah mikroskop dengan sumber cahaya dan dapat

memperjelas struktur mata bagi pemeriksa. Bagaimanapun, karena pinguekula

dapat saja terlihat seperti pertumbuhan jaringan mata yang serius, penting bagi

penderita untuk memeriksakan mata mereka pada ahli mata yang profesional.

Evaluasi Laboratorium

Secara histopatologi, jaringan kolagen subepitelial menjadi

berfragmen, bergelombang, dan lebih basofilik dengan pewarnaan

hematoksilin-eosin. Jaringan juga diwarnai dengan pewarna jaringan elastic

dan bukan jaringan yang tidak elastic. Jaringan ini biasanya tidak elastik

terhadap terapi dengan elastase yang tidak mencegah pewarnaan positif untuk

elastin. Jenis degenerasi kolagen ini, sebagaimana karakteristik pewarnaan

pada jaringan elastic disebut elastoid atau degenerasi elastotik atau secara

sederhana, elastosis.

Ada 3 karakteristik pinguekula yang konsisten:

1. Degenerasi basofilik kolagen (elastosis). Perubahan ini bermanifestasi

sebagai nodul dari degenerasi basofilik terfragmentasi (panah berlabel di

fotomikrograf mag rendah di bawah dan panah no. 1). Juga disebut degenerasi

kolagen elastotic karena akan merosot noda hitam dengan Verhoeff-van

Gieson noda dan memberikan penampilan serat elastis. Kontroversi muncul

karena beberapa peneliti percaya sudah ada serat elastis yang terlibat

10

Page 11: Pinguekula

sementara yang lain menunjukkan elastase yang tidak menghilangkan noda

tersebut. Ada juga mungkin degenerasi kolagen urat saraf yang tidak basofilik.

Gambar 2.5 Histopatologi PinguekulaSumber: www.ocularpathology.org

2. Peradangan kronis di substantia propria. Peradangan biasanya dimediasi

oleh limfosit dan sel-sel inflamasi mononuklear (panah No. 2 di pembesaran

tinggi).

3. Peningkatan vaskularisasi (panah No. 2 dan panah No. 3 pada perbesaran

tinggi). Tidak ada dari temuan ini yang khusus, namun mereka hampir tidak

berubah. Selain epitel yang melapisi dikatakan menipis, epitel dapat pula

hiperplastik atau displastik (dalam hal diagnosis utama adalah displasia).

Mungkin terdapat pula fokus keratinisasi.

11

Page 12: Pinguekula

Gambar 2.6 Histopatologi PinguekulaSumber: www.ocularpathology.com

2.9 Penatalaksanaan

Terapi lubrikasi untuk mencegah iritasi sering digunakan secara klinis.

Eksisi jaringan pinguekula hanya diindikasikan ketika pinguekula

mengganggu tampilan kosmetik atau lebih jauh pinguekula tersebut menjadi

meradang secara kronis. Penggunaan dari steroid topical dapat juga

dipertimbangkan pada pasien dengan inflamasi kronis.2,3

Bagaimanapun, proses penyembuhan pasca operasi pengangkatan

jaringan pinguekula, walaupun tidak sakit, biasanya membutuhkan waktu yang

lama. Biasanya juga terdapat angka kekambuhan yang tinggi (50-60% di

beberapa daerah). Sehingga, operasi biasanya dihindari jika masalah yang

timbul akibat pinguekula tidak begitu signifikan.2,5,6

Komplikasi pinguekula termasuk; merah, iritasi, skar kronis pada

konjungtiva dan kornea, pada pasien yang belum eksisi, distorsi dan

penglihatan sentral berkurang, skar pada otot rektus medial yang dapat

menyebabkan diplopia.2,5,6

12

Page 13: Pinguekula

Komplikasi sewaktu operasi antara lain perforasi korneosklera, graft

oedem, graft hemorrhage, graft retraksi, jahitan longgar, korneoskleral dellen,

granuloma konjungtiva, epithelial inclusion cysts, skar konjungtiva, skar

kornea dan astigmatisma, disinsersi otot rektus. Komplikasi yang terbanyak

adalah rekuren pinguekula post operasi.2,6

Beberapa metode telah digunakan untuk mengurangi kekambuhan

pasca operasi. Satu metode yang dapat dipertimbangkan adalah radiasi beta.

Walaupun metode ini efektif pada pertumbuhan ulang pinguekula yang

lambat, metode ini dapat menimbulkan katarak. Metode yang aman digunakan

adalah penggunaan agen antikanker topikal yakni mitomycin-C.2,3

2.10 Pencegahan

Belum ada hal yang begitu pasti untuk mencegah timbulnya kelainan

ini, ataupun mencegah pinguekula berkembang jadi pterigium. Bagaimanapun,

timbulnya pinguekula dan pterigium telah dihubungkan dengan radiasi sinar

ultraviolet. Oleh karena itu, paparan terhadap sinar matahari harus dikurangi.

The American Optometric Association (AOA) menyarankan bahwa

sunglasses yang dipakai harus mampu menahan 99-100% dari sinar UV-A dan

UV-B. Pasien juga dapat menghindari debu dan iritan lain yang terdapat di

lingkungan.2,4

2.11 Prognosis

Biasanya pinguekula tumbuh secara lambat dan jarang sekali

menyebabkan kerusajan yang signifikan sehingga prognosis terbilang baik.

13

Page 14: Pinguekula

Sekali lagi, sebuah diagnosis harus dibuat untuk menyingkirkan kelainan yang

serius.2,5

BAB III

KESIMPULAN

14

Page 15: Pinguekula

Pinguekula adalah salah satu dari jenis tumor jinak yang terdapat pada

konjungtiva. Terdapat dua jenis tumor jinak yang bias tumbuh di konjungtiva

yakni pinguekula dan pterigium. Pinguekula biasanya tumbuh di sekitar

kornea dan berwarna putih kekuningan yang tidak mengganggu refraksi.

Pinguekula tersebar di seluruh dunia, tetapi lebih banyak di daerah

iklim panas dan kering. Prevalensi juga tinggi di daerah berdebu dan kering.

Penyebab pasti terjadinya pinguekula tidak diketahui. Namun terdapat

beberapa faktor resiko yang mempengaruhi terjadinya pinguekula.

Faktor resiko yang mempengaruhi pinguekula adalah

lingkungan yakni radiasi ultraviolet sinar matahari, iritasi

kronik dari bahan tertentu di udara dan faktor herediter.

Biasanya pinguekula tumbuh secara lambat dan jarang sekali

menyebabkan kerusajan yang signifikan sehingga prognosis terbilang baik.

Sekali lagi, sebuah diagnosis harus dibuat untuk menyingkirkan kelainan yang

serius.

15