Pikiran Rakyat -...

2
Pikiran Rakyat o Se/asa 0 Rabu 0 Kamis 0 Jume: o Sabtu o Minggu 4 5 6 7 8 9 10 11 20 21 22 23 24 25 26 12 13 27 14 15 28 29 30 o Mar OApr OMei OJun OJu/ 0 Ags OSep OOkt ONov 0 Akar Kemiskiruui Nelayan Oleh ARDINANDA SINULINGGA J ERATAN kemiskinan struktural begitulah salah satu gambaran penyebab kemiskinan pada masyarakat nelayan untuk menyikapi pidato yang pernah dilontarkan Fadel Muhammad sebelum dilantik menjadi Menteri Perikanan dan Kelautan. Jumlah penduduk miskin Indonesia yang men- capai lebih dari 30 juta jiwa, 60 persen di antaranya terkon- sentrasi di wilayah pesisir. Cukup pelik memang mengu- rai satu per satu benang kusut persoalan kemiskinan pada ma- syarakat pesisir yang notabene adalah nelayan. Namun, cukup dengan menganalisis salah satu ciri khas roda perekonomian masyarakat tersebut yang sering disebut dengan jeratan sistem ekonomi tengkulak mungkin be- nang merah persoalan akan terang benderang untuk disi- kapi. . Untuk menyikapi secara lebih mendalam, ada hal yang harus terlebih dahulu diperhatikan, yakni semacam ciri khas pada masyarakat nelayan dengan adanya pola ketergantungan pa- da sesuatu akibat ciri khas sum- ber daya laut dan ketidakpastian hasil tangkapan. Ketergantung- an di sini dapat diuraikan men- jadi ketergantungan kepada pe- rubahan musim tangkapan dan ketidakpastian hasil tangkapan Kllping Rumaa Onpad 2011 yang tidak dapat diprediksi dalam arti ada kalanya hasil tangkapan banyak, ada kalanya sangat sulit mendapat hasil tangkapan, Secara sosiologis, pola mata pencaharian nelayan yang syarat dengan ketidakpastian ini mem- buat semacam relasi yang mu- dah berkembang yakni relasi pa- tron-klien sebagai reaksi untuk menciptakan rasa aman sosial bagi masyarakat. Pola ini sede- mikian berkembang dalam ben- tuk pinjaman uang berupa modal dan sejenisnya yang te- rikat yang salah satunya adalah pola bagi hasil dengan pemilik modal yang sering disebut de- ngan tengkulak. Beberapa kajian terutama ka- jian kusnadi (2007) menyoal jaminan sosial nelayan. Akibat pola ini, nelayan banyak diberat- kan pada pembagian hasil de- ngan pemilik modal yang sering kali jauh dari makna keadilan bagi mereka terutama persoalan harga, pembagian hasil yang tidak setara dengan risiko kerja, Ketiadaan modal/pinjaman membu'at nelayan terjerat da- lam pola tengkulak ini. Terlepas dari akibat yang ditimbulkan dari sistem ini, ada hal yang patut dikritisi, perlunya inter- vensi pemerintah untuk men- jembatani baik berupa undang- undang maupun kebijakan yang tidak memberatkan dalam mekanisme bagi hasil. Dalam teori ekonomi dikenal istilah kesempurnaan pasar (perfect market). Secara seder- hana, pada kondisi ini semua pi- hak akan merasa senang. Sama- sama untung dan tidak ada yang membatasi dan menghambat dalam setiap tahapan interaksi. Dalam tataran praktis, sistem ini belum pernah terwujud karena akan cukup sulit memuaskan semua orang. Pasti akan selalu ada elemen yang ingin meraup keuntungam lebih, sesuai dengan prinsip ekonomi, yaitu meraih sebesar-besarnya keun- tungan dengan mengefisienkan upaya. Ada pula yang dirugikan atau bahkan terlempar dari me- kanisme pasar. ' Itulah alasannya mengapa pe- merintah, sebagai pihak yang melindungi semua komponen pasar, harus menyediakan in-

Transcript of Pikiran Rakyat -...

Pikiran Rakyato Se/asa 0 Rabu 0 Kamis 0 Jume: o Sabtu o Minggu

4 5 6 7 8 9 10 1120 21 22 23 24 25 26

12 1327

14 1528 29 30

oMar OApr OMei OJun OJu/ 0 Ags OSep OOkt ONov 0

Akar Kemiskiruui NelayanOleh ARDINANDA SINULINGGA

J ERATAN kemiskinanstruktural begitulah salahsatu gambaran penyebab

kemiskinan pada masyarakatnelayan untuk menyikapi pidatoyang pernah dilontarkan FadelMuhammad sebelum dilantikmenjadi Menteri Perikanan danKelautan. Jumlah pendudukmiskin Indonesia yang men-capai lebih dari 30 juta jiwa, 60persen di antaranya terkon-sentrasi di wilayah pesisir.

Cukup pelik memang mengu-rai satu per satu benang kusutpersoalan kemiskinan pada ma-syarakat pesisir yang notabeneadalah nelayan. Namun, cukupdengan menganalisis salah satuciri khas roda perekonomianmasyarakat tersebut yang seringdisebut dengan jeratan sistemekonomi tengkulak mungkin be-nang merah persoalan akanterang benderang untuk disi-kapi. .

Untuk menyikapi secara lebihmendalam, ada hal yang harusterlebih dahulu diperhatikan,yakni semacam ciri khas padamasyarakat nelayan denganadanya pola ketergantungan pa-da sesuatu akibat ciri khas sum-ber daya laut dan ketidakpastianhasil tangkapan. Ketergantung-an di sini dapat diuraikan men-jadi ketergantungan kepada pe-rubahan musim tangkapan danketidakpastian hasil tangkapan

Kllping Rumaa Onpad 2011

yang tidak dapat diprediksidalam arti ada kalanya hasiltangkapan banyak, ada kalanyasangat sulit mendapat hasiltangkapan,

Secara sosiologis, pola matapencaharian nelayan yang syaratdengan ketidakpastian ini mem-buat semacam relasi yang mu-dah berkembang yakni relasi pa-tron-klien sebagai reaksi untukmenciptakan rasa aman sosialbagi masyarakat. Pola ini sede-mikian berkembang dalam ben-tuk pinjaman uang berupamodal dan sejenisnya yang te-rikat yang salah satunya adalahpola bagi hasil dengan pemilikmodal yang sering disebut de-ngan tengkulak.

Beberapa kajian terutama ka-jian kusnadi (2007) menyoaljaminan sosial nelayan. Akibat

pola ini, nelayan banyak diberat-kan pada pembagian hasil de-ngan pemilik modal yang seringkali jauh dari makna keadilanbagi mereka terutama persoalanharga, pembagian hasil yangtidak setara dengan risiko kerja,

Ketiadaan modal/pinjamanmembu'at nelayan terjerat da-lam pola tengkulak ini. Terlepasdari akibat yang ditimbulkandari sistem ini, ada hal yangpatut dikritisi, perlunya inter-vensi pemerintah untuk men-jembatani baik berupa undang-undang maupun kebijakan yangtidak memberatkan dalammekanisme bagi hasil.

Dalam teori ekonomi dikenalistilah kesempurnaan pasar(perfect market). Secara seder-hana, pada kondisi ini semua pi-hak akan merasa senang. Sama-sama untung dan tidak ada yangmembatasi dan menghambatdalam setiap tahapan interaksi.Dalam tataran praktis, sistem inibelum pernah terwujud karenaakan cukup sulit memuaskansemua orang. Pasti akan selaluada elemen yang ingin meraupkeuntungam lebih, sesuaidengan prinsip ekonomi, yaitumeraih sebesar-besarnya keun-tungan dengan mengefisienkanupaya. Ada pula yang dirugikanatau bahkan terlempar dari me-kanisme pasar. '

Itulah alasannya mengapa pe-merintah, sebagai pihak yangmelindungi semua komponenpasar, harus menyediakan in-

strumen untuk menjaga agartidak terjadi kegagalan pasar(market failure). Pemerintahperlu melakukan intervensi ter-hadap pasar, melalui berbagaiinstrumennya agar rodaperekonomian dapat tetap ber-jalan. Mungkin salah satunyayang sering kita dengar sepertikebijakan subsidi, kebijakanfiskal dan moneter, pengurang-an pajak, deregulasi, serta anti-monopoli.

Kembali kepada sistemekonomi tengkulak, ada sema-cam intervensi seharusnya dila-kukan pemerintah untuk me-ngatur hegemoni sistem ekono-mi tengkulak yang pada kondisitertentu mereka telah mencip-takan sistem monopoli. Ba-gaimana tidak, mereka ber-operasi mulai dari penyediaanfinansial, kepemilikan faktor-faktor produksi, hingga menen-tukan jalur pemasaran. Artinya,semua mata rantai mereka ku-asai dan ini sangat berbahayadalam relasi sosial.

Di sinilah peran pemerintahyang seharusnya diperankanbukan dalam arti memusuhitengkulak tetapi berupa peratu-ran-peraturan yang dibuat danfungsi pengawasan yang maksi-mal. Sebetulnya sudah ada un-dang-undang yang dikeluarkanpemerintah Orde Lamamenyoal perlindungan bagirakyat kecil seperti Undang-Un-dang No. 2/1960 tentang Perd-jandjian Bagi Hasil (Pertanian)

dan Undang-Undang No.16/1964 tentang Bagi HasilPerikanan. Pasal-pasal dalamundang-undang tersebut betul-betul mengatur secara terperin-ci praktik bagi hasil usahaperikanan.

Pasal 3 ayat (1) UU 16/1964menyebutkan, "Jika suatu usahaperikanan diselenggarakan atasdasar peIjanjian bagi-hasil, darihasil usaha itu kepada pihaknelayan penggarap dan peng-garap tambak paling sedikitharus diberikan bagian sebagaiberikut: Untuk perikanan laut:a.jika dipergunakan perahu la-yar: minimum 75 % (tujuh pu-luh lima per seratus) dari hasilbersih; b. jika dipergunakan ka-pal motor: minimum 40% (em-pat puluh per seratus) dari hasilbersih ...." ,

Namun, sepertinya kita lupadan eenderung melupakandalam tataran praktisnya bahwasejak zaman dahulu sistem bagihasil supaya menjauhkan polapenghisapan satu manusia de-ngan manusia lainya sebetulnyasudah diatur, tinggal bagaimanapelaksanaannya. Di sinilah dibu-tuhkan keberpihakan pemerin-tah kepada masyarakat keeilagar tidak terjadi pengisapandari yang kuat kepada yanglemah. ***

Penulis, mahasiswa Per-ikanan dan Kelautan Unpad,Ketua Cabang GMNI Kabupa-ten Sumedanq. '