Pikiran Rakyat - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2011/03/...sudah menjadi...

2
Pikiran Rakyat o Senin o Selasa • Rabu 0 Kamis 0 Jumat o Sabtu 0 Minggu (D3 17 18 19 45678 9 10 11 20 21 22 23 24 25 26 • Mar 0 Apr 0 Mei 0 Jun 0 Jul 0 Ags OJan OPeb 12 13 14 15 16 27 28 29 30 31 OSep OOkt ONov ODes Kampus bukan Pencetak Koru Oleh YESMIL ANWAR J UDUL artikel ini terin- spirasi dari pidato Rektor Universitas Padjadjaran Bandung di hadapan 2.507 wisudawan dari semua program studi di Graha Sanusi, Bandung, Selasa (22/2). Menurut Prof. Ganjar Kurnia, perguruan tinggi bukanlah lembaga yang melahirkan para koruptor. Tidak ada satu perguruan tinggi yang bertujuan mendidik maha- siswanya menjadi koruptor. Kalau ada lulusan perguruan tinggi yang melakukannya, pasti bukan dari hasil didikan bangku kuliah. Jika kenyataannya, ada pada rumput yang bergoyang, yang mengemukakan korupsi tetapi tanyakan pada diri kita sudah menjadi budaya, hal itu sendiri. Tanyakan kepada para menjadi kesedihan tersendiri guru besar dan "guru kecil" di bagi akademisi perguruan tinggi perguruan, pada civitas acade- karena yang melakukan korupsi mica, dan pegawai yang men- kebanyakan adalah sarjana. duduki jabatan struktrural di Oleh karena itu, para alumni kampus, apakah iklim koruptif Unpad harus mampu penjaga tidak tumbuh di kampus? citra almamatemya dengan cara Tanyakan pada orang tua yang menunjukkan kinerja yang baik. mendidik alumni perguruan, Penulis ingin menyampaikan ulama/rohaniwan yang mem- salut pada isi pidato Rektor Un- berikan pendidikan agama, ke- pad tersebut. Sebuah ungkapan tua asosiasi pengusaha, lembaga yang terbuka, sangat reflektif, swadaya masyarakat (LSM) dan mengundang kontemplasi. yang kritis, ketua partai politik Tentu saja benar, tidak ada per- yang flamboyan, wakil rakyat di guruan tinggi yang mengajarkan DPR,pengacara, petugas lemba- mahasiswanya untuk menjadi ga pemasyarakatan, polisi,jaksa. koruptor, meskipun kenyataan- Tanyakan pada hakim, birokrat, nya yang melakukan korupsi di menteri, presiden? Tentujawa- Indonesia kebanyakan adalah bannya sama, bukan kami yang sarjana, yang notabene adalah membuat mereka menjadi ko- lulusan perguruan tinggi. Ten- ruptor! Akan tetapi mengapa tunya, bisa dipastikan tidak banyak sarjana yang terlibat terkecuali lulusan Unpad? Kare- menjadi koruptor (unggulan). na Unpad adalah perguruan Apakah untuk menjadi koruptor tinggi penghasil sarjana. Ada perlu mendapatkan keterampi- pertanyaan nakal yang terbersit lan metodologis dari perguruan dalam benak penulis. Apakah tinggi? Barangkalijuga dengan untuk menjadi koruptor (andal) menyandang gelar sarjana, akan perlu menjadi lulusan perguru- lebih mungkin menempatkan an tinggi (sarjana 8-1/8-2/8-3)? diri dan dipercaya menduduki Mengingat sebagian besar ko- posisi strategis di lembaga tem- ruptor adalah sarjana, termasuk pat mereka berkeIja untuk Gayus H.P. Tambunan. berpraktik sebagai koruptor? Namun, dengan tangkas Prof. Penulis punya pengalaman Ganjar Kumia mengatakan, sangat "mengharukan". Kebetu- kalau mereka menjadi koruptor, lan sebagai dosen penulis berke- pasti bukan hasil dari didikan sempatan diminta mengajar di bangku kuliah! Pemyataan ini suatu departemen yang bekerja jadi menarik kalau dilanjutkan sama dengan perguruan tinggi, dengan pertanyaan, jadi hasil dalam program rintisan pening- didikan siapa? Di mana mereka katan sumber daya manusia belajar menjadi koruptor? (8DM) di departemen tersebut. Jawabannya,jangan tanyakan Usai mengajar, dua mahasiswa ~---- Kllplng Humas (lnpad 2011 tor? mendatangi penulis. D am obrolan santai mereka berucap ingin sekali korupsi seperti Gayus, tetapi tidak bisa k ena tidak ada kesempatan. Me ka mengatakan, kalau ada ke m- patan, mereka akan melakukan- nya dan siap menanggung ri iko apa pun, yang penting me 'eka sangat "merindukan" kes m- patan untuk korupsi. Jadi ari ungkapan satire mereka, ko up- si itu bukan soal mor itas, tetapi lebih pada soal ada tau tidak adanya kesempatan. Juga bukan soal sarjana atau b an sarjana, tetapi soal be m adanya kesempatan untu ko- rupsi. Kalimat-kalimat sa' itu meluncur begitu saja tanpa rasa risih di hadapan dosen ya. Padahal jelas-jelas me ka adalah pegawai negeri ipil (PN8). Sama dengan penulis ju- ga PN8. Jangan-jangan pen is juga belum korupsi a belum ada kesempatan, es- kipun penulis sudah sarjan Ada teori tentang kejahat n, termasuk di dalamnya korupsi, dari W.A. Bonger, kriminolog terkemuka di dunia berasal ari Belanda, yang mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri. W.A Bonger seorang nihilis e- jati. Dalam bukunya Pengantar ten tang Kriminologi Bo er membuat rumus, Kejahatan :=: B + L (bakat + lingkungan). orang menjadi penjahat kar a dalam dirinya sudah terta . bakat sejak lahir (born cri i- nal). Kemudian, ditambah e- ngan pengaruh lingkungan ti- ka seseorang dibesarkan d n lingkungan ketika seseorang t r- jerumus dalam kejahatan. J di pengaruh lingkungan diper .- tungkan dua kali. Oleh polisi di Indonesia, r - mus tersebut dikembang dalam doktrin kepolisian, K a- hatan = Nt + Ks (niat + kese - patan). Sebenarnya rumus k - hatan yang dikembangkan poli i sama saja dengan rumus W. . Bonger, karena orang y g terus-menerus berniat mela- kukan kejahatan sama den berbakat jahat. Kesempat melakukan kejahatan dibe . oleh lingkungan. Bolehsaja .at sudah membuncah, tetapi K sempatan belum ada maka ko- rupsi tidak bisa terlaksana. Akan 1

Transcript of Pikiran Rakyat - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2011/03/...sudah menjadi...

Page 1: Pikiran Rakyat - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2011/03/...sudah menjadi budaya, hal itu sendiri. Tanyakan kepada para menjadi kesedihan tersendiri guru

Pikiran Rakyato Senin o Selasa • Rabu 0 Kamis 0 Jumat o Sabtu 0 Minggu

(D317 18 19

4 5 6 7 8 9 10 1120 21 22 23 24 25 26

• Mar 0Apr 0Mei 0Jun 0 Jul 0 AgsOJan OPeb

12 13 14 15 1627 28 29 30 31

OSep OOkt ONov ODes

Kampus bukan Pencetak KoruOleh YESMIL ANWAR

J UDUL artikel ini terin-spirasi dari pidato RektorUniversitas Padjadjaran

Bandung di hadapan 2.507wisudawan dari semua programstudi di Graha Sanusi, Bandung,Selasa (22/2). Menurut Prof.Ganjar Kurnia, perguruan tinggibukanlah lembaga yangmelahirkan para koruptor.Tidak ada satu perguruan tinggiyang bertujuan mendidik maha-siswanya menjadi koruptor.Kalau ada lulusan perguruantinggi yang melakukannya, pastibukan dari hasil didikan bangkukuliah. Jika kenyataannya, ada pada rumput yang bergoyang,yang mengemukakan korupsi tetapi tanyakan pada diri kitasudah menjadi budaya, hal itu sendiri. Tanyakan kepada paramenjadi kesedihan tersendiri guru besar dan "guru kecil" dibagi akademisi perguruan tinggi perguruan, pada civitas acade-karena yang melakukan korupsi mica, dan pegawai yang men-kebanyakan adalah sarjana. duduki jabatan struktrural diOleh karena itu, para alumni kampus, apakah iklim koruptifUnpad harus mampu penjaga tidak tumbuh di kampus?citra almamatemya dengan cara Tanyakan pada orang tua yangmenunjukkan kinerja yang baik. mendidik alumni perguruan,Penulis ingin menyampaikan ulama/rohaniwan yang mem-

salut pada isi pidato Rektor Un- berikan pendidikan agama, ke-pad tersebut. Sebuah ungkapan tua asosiasi pengusaha, lembagayang terbuka, sangat reflektif, swadaya masyarakat (LSM)dan mengundang kontemplasi. yang kritis, ketua partai politikTentu saja benar, tidak ada per- yang flamboyan, wakil rakyat diguruan tinggi yang mengajarkan DPR, pengacara, petugas lemba-mahasiswanya untuk menjadi ga pemasyarakatan, polisi,jaksa.koruptor, meskipun kenyataan- Tanyakan pada hakim, birokrat,nya yang melakukan korupsi di menteri, presiden? Tentujawa-Indonesia kebanyakan adalah bannya sama, bukan kami yangsarjana, yang notabene adalah membuat mereka menjadi ko-lulusan perguruan tinggi. Ten- ruptor! Akan tetapi mengapatunya, bisa dipastikan tidak banyak sarjana yang terlibatterkecuali lulusan Unpad? Kare- menjadi koruptor (unggulan).na Unpad adalah perguruan Apakah untuk menjadi koruptortinggi penghasil sarjana. Ada perlu mendapatkan keterampi-pertanyaan nakal yang terbersit lan metodologis dari perguruandalam benak penulis. Apakah tinggi? Barangkalijuga denganuntuk menjadi koruptor (andal) menyandang gelar sarjana, akanperlu menjadi lulusan perguru- lebih mungkin menempatkanan tinggi (sarjana 8-1/8-2/8-3)? diri dan dipercaya mendudukiMengingat sebagian besar ko- posisi strategis di lembaga tem-ruptor adalah sarjana, termasuk pat mereka berkeIja untukGayus H.P. Tambunan. berpraktik sebagai koruptor?Namun, dengan tangkas Prof. Penulis punya pengalaman

Ganjar Kumia mengatakan, sangat "mengharukan". Kebetu-kalau mereka menjadi koruptor, lan sebagai dosen penulis berke-pasti bukan hasil dari didikan sempatan diminta mengajar dibangku kuliah! Pemyataan ini suatu departemen yang bekerjajadi menarik kalau dilanjutkan sama dengan perguruan tinggi,dengan pertanyaan, jadi hasil dalam program rintisan pening-didikan siapa? Di mana mereka katan sumber daya manusiabelajar menjadi koruptor? (8DM) di departemen tersebut.Jawabannya,jangan tanyakan Usai mengajar, dua mahasiswa~----

Kllplng Humas (lnpad 2011

tor?mendatangi penulis. D amobrolan santai mereka berucapingin sekali korupsi sepertiGayus, tetapi tidak bisa k enatidak ada kesempatan. Me kamengatakan, kalau ada ke m-patan, mereka akan melakukan-nya dan siap menanggung ri ikoapa pun, yang penting me 'ekasangat "merindukan" kes m-patan untuk korupsi. Jadi ariungkapan satire mereka, ko up-si itu bukan soal mor itas,tetapi lebih pada soal ada tautidak adanya kesempatan. Jugabukan soal sarjana atau b ansarjana, tetapi soal be madanya kesempatan untu ko-rupsi. Kalimat-kalimat sa' itumeluncur begitu saja tanpa rasarisih di hadapan dosen ya.Padahal jelas-jelas me kaadalah pegawai negeri ipil(PN8). Sama dengan penulis ju-ga PN8. Jangan-jangan pen isjuga belum korupsi abelum ada kesempatan, es-kipun penulis sudah sarjanAda teori tentang kejahat n,

termasuk di dalamnya korupsi,dari W.A. Bonger, kriminologterkemuka di dunia berasal ariBelanda, yang mengakhirihidupnya dengan bunuh diri.W.A Bonger seorang nihilis e-jati. Dalam bukunya Pengantarten tang Kriminologi Bo ermembuat rumus, Kejahatan :=: B+ L (bakat + lingkungan).orang menjadi penjahat kar adalam dirinya sudah terta .bakat sejak lahir (born cri i-nal). Kemudian, ditambah e-ngan pengaruh lingkungan ti-ka seseorang dibesarkan d nlingkungan ketika seseorang t r-jerumus dalam kejahatan. J dipengaruh lingkungan diper .-tungkan dua kali.Oleh polisi di Indonesia, r -

mus tersebut dikembangdalam doktrin kepolisian, K a-hatan = Nt + Ks (niat + kese -patan). Sebenarnya rumus k -hatan yang dikembangkan poli isama saja dengan rumus W. .Bonger, karena orang y gterus-menerus berniat mela-kukan kejahatan sama denberbakat jahat. Kesempatmelakukan kejahatan dibe .oleh lingkungan. Boleh saja .atsudah membuncah, tetapi Ksempatan belum ada maka ko-rupsi tidak bisa terlaksana. Akan

1

Page 2: Pikiran Rakyat - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2011/03/...sudah menjadi budaya, hal itu sendiri. Tanyakan kepada para menjadi kesedihan tersendiri guru

tetapi, bisa juga sebaliknya, ke-sempatan begitu menganga,tetapi tak terbersit niat sedikitpun untuk korupsi, atau takutkalau terbongkar akan masukpenjara, keluarga malu, atautakut berdosa. Sayangnya saatini di negeri tercinta ini, rasatakut, malu, berdosa, atausemacamnya sudah langka.

Kembali pada pidato yangsangat menarik dari Prof. Gan-jar Kurnia, tentang imbauankepada alumni Unpad untukmenjaga citra almamater.Sesungguhnya hal itu sangatlahpenting. Karena ada asumsi dariProf. Achmad Sanusi, pakarhukum, yang mengatakan, insanperguruan tinggi memiliki ke-sadaran hukum yang tinggi.Pendapat itu seperti meng-isyaratkan hegemoni statussense of justice masyarakatkampus. Ungkapan yangmenarik ini perlu ditanggapidengan kritis dan objektif. Inipenting untuk menghindari ten-densi lahirnya sikap chauvinistisdi kalangan insan kampus.

Di lain pihak barangkali dap-at dianggap ungkapan Prof.Achmad Sanusi sebagai tantan-gan yang positif kepada indi-vidu-individu yang menyandangpredikat intelektual di lingkung-an kampus. Perlu ditanyakanapakah benar tingkat kesadaranhukum masyarakat kampus itutinggi? Jika benar, seberapajauh kadar kualitas ketinggian-nya, dan dengan bandingan apakualitas itu diukur?

Pengertian kesadaran hukum,menurut Paul Scholten, adalahkesadaran yang ada pada setiapmanusia tentang apa hukum ituatau apa seharusnya hukum itu,suatu katagori tertentu darihidup kejiwaan kita denganmana kita membedakan antarahukum dengan tidak hukum (onrecht), antara yang seyogianyadilakukan dan tidak dilakukan.Dengan definisi tersebut ba-rangkali layak kita mengukurperilaku insan kampus yangmencetak sarjana. Apakahmasyarakat kampus sudah sterildari perilaku koruptif?

Kenyataannya, masih banyakinsan kampus yang berlaku ko-ruptif di kampusnya. Contohnyamaraknya budaya menyontek dikalangan mahasiswa '?>-ljS-2jS-

3, membuat tanda tangan palsupadahal tidak hadir dalam kuli-ah, copy paste tugas dan mem-buat skripsi ditambah juga de-ngan perjokian. Dari sisi civitasakademica lainnya masih adaperilaku dosen koruptif mulaidari mengisi tanda tangan pada-hal tidak hadir mengajar, mem-buat laporan hasil penelitian fik-tif padahal tidak pergi ke lapa-ngan, sampai penggelembungandana pendidikan maupun mem-buat berbagai macam kegiatanfiktif atau "oplosan" yang secarabersama-sama diberi legitimasiformal dengan bentuk seminar,lokakarya, yang dilakukan di lu-ar kampus sambil berpiknikyang diberi honorarium mau-pun studi banding ke luar ne-geri, dan lain-lain. Belum lagi I

perilaku para pengelola kampusyang kurang profesional dalammengelola dana publik yangmelahirkan pemborosan. Pada-hal melihat kondisi negara yangsedang kesuliatn dana, kampusharus memberi contoh untukmengencangkan ikat pinggang.Ditambah dengan sikap arogandan salah kaprah tentang pe-ngertian dana publik, para pe-ngelola dana di perguruan ting-gi merasa bahwa dana yang di-dapat dari negara dan maha-siswa adalah atas jerih payahmereka, sehingga wajar bila di-habiskan sendiri.

Hal itu sering luput dari pan-dangan masyarakat karena sela-ma ini ada asumsi bahwa kaumintelektual di kampus tidakmungkin korupsi. Para hakim,saksi ahli, lembaga-lembaga pe-merintahan, maupun kabinetbanyak diisi dosen aktif dari per-guruan tinggi. Ini menunjukkanmasih tingginya kepercayaanmasyarakat pada kampus. Pada-hal sudah banyak contoh ok-num dari pengelola programpendidikan di perguruan tinggiberurusan dengan pihak yangberwajib.

Penulis merasa ungkapanRektor Unpad bahwa perguruantinggi bukan pencetak koruptorsangat perlu direnungi. Karenabagaimana mungkin member-sihkan ruang kotor dengan sa-pu kotor ...***

Penulis, dosen Unpad danUnpas Bandung.