Pidato Dies 04

61
PENGELOLAAN HAMA TERPADU (PERTARUNGAN ANTARA TEKNOLOGI KONVENSIONAL VERSUS MODERN) DALAM RANGKA PENCAPAIAN PRODUKSI PERTANIAN SECARA KUANTITATIF DAN KUALITATIF Orasi Ilmiah Disampaikan pada Upacara Dies Natalis ke 42 Universitas Mataram 2 Oktober 2004 Oleh Ir. M. Sarjan, M.Ag.CP., Ph.D

Transcript of Pidato Dies 04

Page 1: Pidato Dies 04

PENGELOLAAN HAMA TERPADU(PERTARUNGAN ANTARA TEKNOLOGI

KONVENSIONAL VERSUS MODERN) DALAM RANGKA PENCAPAIAN PRODUKSI PERTANIAN SECARA

KUANTITATIF DAN KUALITATIF

Orasi Ilmiah Disampaikan pada Upacara Dies Natalis ke 42

Universitas Mataram 2 Oktober 2004

Oleh

Ir. M. Sarjan, M.Ag.CP., Ph.D

(Dosen dan Peneliti bidang Pengendalian Hayati Hama pada Program Studi Hama dan Penyakit Tumbuhan-Fakultas Pertanian

Universitas Mataram )

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

Page 2: Pidato Dies 04

Pidato Pengukuhan Guru Besar Universitas Mataram , 5 April2008

UNIVERSITAS MATARAM 2004

Yang terhormat :

Bapak Gubernur Nusa Tenggara Barat

Bapak Rektor Universitas Mataram

Anggota Senat Universitas Mataram

Bapak Ketua DPRD Nusa Tenggara Barat

Bapak-bapak Anggota Muspida Propinsi Nusa Tenggara Barat

Bapak-bapak perwakilan Universitas/ PerguruAN Tinggi Swasta se NTB

Bapak-bapak Pejabat Sipil dan Militer Nusa Tenggara Barat serta

Para undangan hadirin dan hadirat yang saya hormati pula

Assalamu’alaikum Warakhmatullahi Wabarakatuh

Pada kesempatan yang berbahagia ini marilah kita memanjatkan puji dan

syukur ke hadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunia-

Nya kepada kita sekalian. Kita harus mensyukuri pula atas berbagai

nikmat, diantaranya berupa kekayaan sumberdaya alam yang

dilimpahkan-Nya serta atas kesempatan dan kemampuan yang kita

peroleh untuk mengelola dan memanfaatkannya, walaupun hingga saat

ini masih belum mencapai hasil yang optimal. Salam dan salawat kepada

junjungan nabi besar Muhammad SAW

M.Sarjan- Program Studi Hama dan Penyakit Tumbuhan-Fakultas Pertanian-UNRAM

1

Page 3: Pidato Dies 04

Pidato Pengukuhan Guru Besar Universitas Mataram , 5 April2008

Terima kasih saya ucapkan kepada Rektor serta panitia Dies Natalis

Universitas Mataram yang ke 42 yang telah memberikan penghargaan

kepada saya untuk menyampaikan pidato ilmiah pada kesempatan yang

berharga ini. Semoga Universitas Mataram akan semakin menunjukkan

kemajuan sebagai Lembaga Pendidikan Tinggi Negeri kebanggaan

masyarakat NTB dan akan lebih mampu mengejar ketinggalannya dari

beberapa Perguruan Tinggi yang seusia hampir setengah abad ini.

Para hadirin yang kami hormati,

Tema yang diangkat pada acara Dies Natalis Unram ke 42 saat ini

adalah ”PERGURUAN TINGGI BERKUALITAS UNTUK

PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN .” Berkaitan dengan tema

tersebut maka saya mencoba untuk menyampaikan pemikiran di bidang

pertanian dalam bentuk pidato ilmiah dengan topik : “PENGELOLAAN

HAMA TERPADU DALAM PERSPEKTIF SISTEM PERTANIAN

BERKELANJUTAN DI ERA GLOBALISASI “

Pertama-tama marilah kita bandingkan dua model pertanian dari aspek

keberlanjutan sistem yang pernah ada di Indonesia yaitu :

Sistem tradisional (Pertanian alami) : Kenyataan mengungkapkan

bahwa nenek moyang bangsa Indonesia telah bercocok tanam sejak

jaman dulu pada saat jumlah manusia sedikit, lahan luas, air

cukup ,varietas unggul (lokal) berlimpah, tahan hama/penyakit, tidak

M.Sarjan- Program Studi Hama dan Penyakit Tumbuhan-Fakultas Pertanian-UNRAM

2

Page 4: Pidato Dies 04

Pidato Pengukuhan Guru Besar Universitas Mataram , 5 April2008

pernah ada pemupukan dan pemberantasan hama, produksi mencukupi,

petani sejahtera dengan umur yang panjang. Degradasi lahan diatasi

melalui sistem perladangan berpindah (shifting cultivation). Pada sistem

ini interaksi antara tanah dengan kehidupan di dalamnya berlangsung

secara seimbang dan mencapai suatu suksesi, sehingga diperoleh

kehidupan yang stabil dan berkelanjutan. Sistem hara-tanaman bersifat

daur tertutup (closed nutrient recycling). Dalam hal ini tidak ada atau

sedikit sekali masukan hara dari luar sistem (low external nutrient input).

Masukan hara berasal dari daur ulang sisa kehidupan (jasad mati) atau

berasal dari udara atau air yang masuk ke dalam sistem

Sistem Modern (Revolusi Hijau): Diawali dari Eropah, dan

Indonesia dimulai pada tahun 1970-an hingga saat ini, melalui program

Padi-Sentra,Bimas, Inmas, Insus, Supra-Insus, Gema-Palagung,

Ketahanan Pangan. Konsep awal adalah untuk mengatasi masalah

pertambahan penduduk yang berlangsung seperti deret ukur, sementara

pertambahan pangan seperti deret hitung, diperlukan revolusi melalui

rekayasa genetika, melalui varietas unggul berumur pendek dengan

produktivitas tinggi. Varietas ini respon pupuk tetapi peka terhadap

hama/penyakit, lalu berkembanglah industri pupuk dan pestisida.

Penggunaan pupuk dan pestisida secara tidak rasional berdampak pada

produktivitas mengalami “ levelling off” dan serangan hama sulit

dikendalikan, terjadi kerusakan lingkungan karena tercemar. Masukan

hara dari luar yang tinggi (high external nutrient input) telah

M.Sarjan- Program Studi Hama dan Penyakit Tumbuhan-Fakultas Pertanian-UNRAM

3

Page 5: Pidato Dies 04

Pidato Pengukuhan Guru Besar Universitas Mataram , 5 April2008

menyebabkan degradasi kesuburan tanah. Akibatnya sifat fisik, kimia dan

biologi tanah terganggu dan produktivitas tanaman mengalami stagnasi

serta berdampak negatif terhadap lingkungan. Kondisi seperti ini yang

memunculkan gagasan dan konsep sistem pertanian berkelanjutan (

Sustainable agriicultural systems ).

Dalam konteks pembangunan sistem pertanian berkelanjutan,

pengelolaan sumberdaya pertanian juga dilaksanakan dalam satu pola

yang menjamin kelestarian lingkungan hidup, menjaga keseimbangan

biologis, memelihara kelestarian dan bahkan memperbaiki kualitas

sumberdaya alam sehingga dapat terus dimanfaatkan, dan menerapkan

model pemanfaatan sumberdaya yang efisien (Harwood, 1990; TAC,

1988). Penerapan model Pengelolaan Hama terpadu (PHT) merupakan

salah satu wujud nyata kebijaksanaan dalam mendukung pembangunan

pertanian berkelanjutan tersebut baik secara nasional maupun

Internasional. Demikian juga dari aspek dukungan hukum dan realita

global yang membawa konsekuensi akan mengharuskan kita untuk

mererapkan prinsip-prinsip dasar tersebut di atas. Oleh karenan itu pada

kesempatan ini akan saya sampaikan pemikiran prinsip, strategis dan

potensi serta peluang yang perlu dicermati untuk mensukseskan

implementasi pembangunan sistem pertanian berkelanjutan melalui

praktik pengelolaan hama terpadu .

Bapak Gubernur, Bapak Rektor dan para hadirin yang saya hormati

M.Sarjan- Program Studi Hama dan Penyakit Tumbuhan-Fakultas Pertanian-UNRAM

4

Page 6: Pidato Dies 04

Pidato Pengukuhan Guru Besar Universitas Mataram , 5 April2008

Dalam menghadapi tantangan perdagangan bebas antara negara-negara

Asean (AFTA) sejak tahun 2003 yang lalu, Asia Pasific ( APEC) dan

organisasi perdagangan dunia (WTO) pada tahun 2010, sektor pertanian

dihadapkan pada kondisi yang kurang mendukung, yaitu: (1) kemampuan

sumberdaya manusia yang relatif rendah; (2) lahan serta sarana dan

prasarana pertanian yang semakin langka; dan (3) tingginya biaya

investasi pertanian di lahan baru. Aktiivitas sektor pertanian yang

dilakukan oleh penduduk dan terkonsentrasi pada wilayah padat populasi,

yang sebagian besar dilakukan secara tidak ramah lingklungan karena

tekanan ekonomi, telah menyebabkan berbagai kerusakan sumberdaya

pertanian ( Rasahan, 1996). Hal ini terlihat pada banyak wilayah yang

kurang subur dengan kondisi yang tidak stabil, khususnya pada daerah

lahan kering dan lahan pasang surut.

Pasar Internasional telah mensyaratkan “label ekologi (eco-labelling)”

untuk berbagai jenis komoditas, yang harus diproduksi dengan proses

ramah lingkungan. Produk tersebut dinamakan produk yang “eko-efisien

atau produk bersih “ ( Untung, 1996). Dalam menerapkan pembangunan

berkelanjutan, KTT Bumi di Rio de Janeiro, Brasil pada tahun 1992 telah

menetapkan Agenda 21. dalam Agenda 21, bagian II, bab 14 dari “

Promoting Sustainable Agriculture and Rural development” disebutkan

ada 12 program pertanian berkelanjutan yang harus diterapkan oleh setiap

negara. Salah satunya yang terpenting adalah Pengelolaan dan

M.Sarjan- Program Studi Hama dan Penyakit Tumbuhan-Fakultas Pertanian-UNRAM

5

Page 7: Pidato Dies 04

Pidato Pengukuhan Guru Besar Universitas Mataram , 5 April2008

pengendalian hama terpadu (PHT) atau Integrated Pest management

dalam bidang pertanian (butir 1). Dengan demikian , penerapan PHT

merupakan satu bagian yang penting dari sisitem usahatani berkelanjutan

secara global. Secara Nasional di Indonesia telah diaplikasikan PHT

pada berbagai komoditas terutama setelah diterapkannya PHT sebagai

satu-satunya kebijakan dalam perlindungan tanaman yang didukung

dengan dikeluarkannya UU 12/1992 tentang sistem Budidaya Tanaman,

PP No 5/1996 tentang perlindungan tanaman, Inpres 3/1986 tentang

pengendalian hama wereng coklat .

Para hadirin yang saya hormati

Konsep dan Prinsip Pengelolaan Hama Terpadu (PHT)

Pengelolaan Hama terpadu (PHT) adalah suatu cara pendekatan, cara

berfikir atau falsafah pengendalian hama yang didasarkan pada

pertimbangan ekologi dan efisiensi ekonomi dalam rangka pengelolaan

agroekosistem yang bertanggung jawab ( Untung, 1993). Konsep

Pengelolaan Hama Terpadu (PHT) merupakan suatu pemikiran atau cara

pendekatan pengendalian hama yang secara prinsip berbeda dengan

konsep pengendalian hama secara konvensional yang sangat tergantung

pada penggunaan pestisida. Konsep PHT timbul dan berkembang di

seluruh dunia karena kesadaran manusia terhadap bahaya penggunaan

pestisida yang terus meningkat bagi kesejahteraan masyarakat dan

M.Sarjan- Program Studi Hama dan Penyakit Tumbuhan-Fakultas Pertanian-UNRAM

6

Page 8: Pidato Dies 04

Pidato Pengukuhan Guru Besar Universitas Mataram , 5 April2008

lingkungan hidup. Kesadaran global akan pentingnya kualitas lingkungan

hidup sebagai bagian pemenuhan kesejahteraan hidup telah mendesak

akan perlunya diadakan perubahan mendasar tentang berbagai

penggunaan bahan kimia berbahaya seperti pestisida. Apabila

penggunaan pestisida harus dikurangi maka masalah yang kemudian

muncul dan dihadapi oleh petani adalah bagaimana cara penggunaan

pestisida dapat dikurangi tetapi kehilangan atau kerugian hasil akibat

serangan hama dapat dihindari. Konsep PHT merupakan alternatif yang

tepat untuk menjawab dilema tersebut, karena PHT bertujuan membatasi

penggunaan pestisida sesedikit mungkin tetapi sasaran kualitas dan

kuantitas produksi pertanian masih dapat dicapai (Luna and Garfield,

1990) .

Untung (1995) menyebutkan beberapa prinsip teknologi PHT yang dapat

dikategorikan sebagai bagian dari sistem usahatani yang berkelanjutan

yaitu :

(1) Pengelolaan ekosistem pertanian dengan perpaduan optimal

teknik-teknik pengendalian hama dan meminimalkan

penggunaan pestisida sintetis yang berspektrum luas.

(2) Promosi dan dukungan pengendalian hayati yang dapat

menekan populasi hama sampai pada aras keseimbangan

(3) Kegiatan-kegiatan lapangan PHT seperti pemantauuan, analisis

ekosistem, pengambilan keputusan dan interval pengendalian

hama.

M.Sarjan- Program Studi Hama dan Penyakit Tumbuhan-Fakultas Pertanian-UNRAM

7

Page 9: Pidato Dies 04

Pidato Pengukuhan Guru Besar Universitas Mataram , 5 April2008

(4) Teknologi PHT harus bersifat lokasi spesifik dan sesuai dengan

keadaan sosial-ekonomi masyarakat.

(5) Teknologi PHT adalah praktis, mudah dipelajari dan diadopsi

oleh petani yang kemungkinan kondisi lapangannya berbeda-

beda.

Hadirin yang berbahagia

Saya memahami bahwa banyak diantara kita berpola pikir seperti

kebanyakan petani khususnya di negara–negara berkembang seperti

Indonesia yang masih melaksanakan cara-cara pengendalian dengan

pendekatan supresif dan eradikatif yang dianggap paling berhasil

meningkatkan produksi pertanian tanpa mempertimbangkan faktor

ekologi seperti pada pengelolaan hama terpadu di atas.

Konsep Pengendalian Hama Secara Konvensional

Kenyataan menunjukkan bahwa tindakan pengendalian hama yang

menggunakan satu taktik saja dapat memberikan hasil pengendalian yang

efektif. Namun sebaliknya, seringkali timbul berbagai masalah akibat

tindakan sepihak khusunya pengendalian secara kimiawi saja

(pengendalian secara konvensional). Oleh karena itu tindakan yang

demikian bukanlah cara pendekatan yang baik dan benar, terbukti bahwa

efektivitas dan efisiensi pestisida dalam pengendalian hama semakin

M.Sarjan- Program Studi Hama dan Penyakit Tumbuhan-Fakultas Pertanian-UNRAM

8

Page 10: Pidato Dies 04

Pidato Pengukuhan Guru Besar Universitas Mataram , 5 April2008

lama semakin menurun, bahkan timbul berbagai masalah baru yang lebih

sulit untuk diatasi.

Ciri-ciri pengendalian hama secara konvensional adalah sebagai

berikut ( Sastrosiswojo dan Untung, 1994).:

1) Tujuan pengendalian hama adalah untuk meberantas dan

memusnahkan hama semaksimal mungkin agar program

peningkatan produksi tanaman tidak terganggu.

2) Usaha pemberantasan hama yang paling baik adalah dengan

melindungi tanaman dengan bahan kimia yang beracun

(pestisida) agar hama tidak mampu menyerang tanaman. Azaz

preventif ini dilaksanakan dengan program penyemprotan

pestisida berjadwal (sistem kalender).

3) Karena sasarannya adalah pemberantasan dan pelaksanaannya

mengikuti azaz preventif, maka ketergantungan terhadap

pestisida organik sintetis berspektrum luas menjadi semakin

besar.

4) Alternatif pemberantasan hama bukan antara satu teknik

pengendalian dengan teknik pengendalian lainnya, tetapi

kebaikan suatu cara pemberantasan yaitu jenis pestisida yang

memberikan hasil yang efektif (cepat dan banyak membunuh

hama), caranya mudah serta harganya terjangkau.

5) Pengambilan keputusan pelaksanaan pengendalian tidak

dilakukan atas pengamatan dan keadaan lapangan (ekosistem)

tetapi atas dasar yang telah ditentukan yang merupakan paket

M.Sarjan- Program Studi Hama dan Penyakit Tumbuhan-Fakultas Pertanian-UNRAM

9

Page 11: Pidato Dies 04

Pidato Pengukuhan Guru Besar Universitas Mataram , 5 April2008

teknologi budidaya tanaman yang direkomendasikan. Keadaan

ekosistem termasuk populasi hama, populasi musuh alami,

keadaan tanaman dan keadaan cuaca serta kelayakan sosial

ekonomi kurang dipertimbangkan dalam memutuskan

penggunaan pestisida.

6) Program pengendalian hama dan budidaya tanaman pada

umumnya kurang dilandasi oleh pengetahuan dan keterampilan

yang cukup tentang tanaman, ekosistem dan prinsip budidaya

tanaman yang bernalar. Petani lebih mengandalkan diri pada

intuisi mereka, hasil empirik atau yang berasal dari sumber-

sumber lain yang kurang tepat dan mempunyai konsisi yang sama

dengan mereka.

7) Teknologi pengendalikan hama diterapkan secara seragam baik

secara spasial (antar tempat) maupun temporal (antar waktu) oleh

para pelaksana pengendalian (petani atau perusahaan pertanian

/perkebunan) dan tidak disesuaikan dengan keadaan ekosistem

serta kemampuan sosial ekonomi masyarakat. Pendekatan ini

diikuti untuk memudahkan perencanaan dan koordinasi serta

pengawasan pelaksanaan penendalian hama.

8) Program pengendalian hama dan perlindungan tanaman pada

umumnya masih dianggap sebagai suatu bagian yang mandiri

dari program produksi tanaman guna mencapai sasaran

peningkatan produksi dan penghasilan petani. Pendekatan

fragmental menurut sektor atau bidang pembangunan serta

M.Sarjan- Program Studi Hama dan Penyakit Tumbuhan-Fakultas Pertanian-UNRAM

10

Page 12: Pidato Dies 04

Pidato Pengukuhan Guru Besar Universitas Mataram , 5 April2008

menurut bidang disiplin ilmu seakan-akan menganggap timbul

dan berkurangnya serangan hama merupakan peristiwa yang

berdiri sendiri dan penanggulangnya dianggap merupakan

urusan dan tanggung jawab para penentu keputusan/petugas

lapangan/pakar perlindungan tanaman.

Bapak Gubernur, Bapak Rektor dan hadirin yang saya hormati

Setelah bertahun-tahun kita berusaha menerapkan teknologi pengelolaan

hama terpadu masih banyak faktor yang menjadi kendala antara lain

faktor manusia itu sendiri / petani sebagai pengelola yang secara umum

masih menderita penyakit yang disebut dengan ” Entomofobia”.

Entomofobia bermakna fobi atau ketakutan berlebihan terhadap

serangga artinya sebagian besar petani masih belum mampu

membedakan antara serangga sebagai hama atau pengganggu tanaman

dengan serangga sebagai musuh alami yang bermanfaat. Para petani

masih sangat mengandalkan insektisida kimia sebagai alat pengendali

dengan tujuan untuk memberantas serangga yang ada pada agroekosistem

tanpa memperdulikan dampak negatif yang ditimbulkan khususnya

terbunuhnya serangga dari golongan musuh alami. Hal ini secara sosial

budaya sangat sulit dihindari karena pemahaman masyarakat umumnya

mengenai serangga masih bersifat negatif, yaitu sebagai musuh manusia,

karena sebagai hama dan vektor penyebab penyakit yang membahayakan.

Akibatnya petani masih mengandalkan senjata pamungkas yang bernama

M.Sarjan- Program Studi Hama dan Penyakit Tumbuhan-Fakultas Pertanian-UNRAM

11

Page 13: Pidato Dies 04

Pidato Pengukuhan Guru Besar Universitas Mataram , 5 April2008

insektisida kimia. Kondisi ini tentu merupakan salah satu kendala yang

sangat penting dalam implementasi Pengelolaan Hama terpadu di

Indonesia. Untuk mengurangi masalah tersebut sebenarnya telah

dilaksanakan Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT)

yang dicanangkan secara nasional untuk beberapa komiditas di berberapa

propinsi sejak tahun 1989. Tujuan dari SLPHT adalah untuk mengubah

perilaku fundamental petani dari pengendalian serangga pengganggu

yang tergantung pada penggunaan insektisida menjadi pengelolaan

serangga berdasarkan ciri dan mekanisme alami ekosistem pertanian.

Program pelatihan petani melalui SLPHT merupakan contoh atau model

peningkatan kualitas SDM dan penerapan pendekatan holistik yang telah

dioperasikan. Namun untuk meningkatkan kualitas SLPHT masih

diperlukan kegiatan-kegiatan penelitian yang mendukung teknologi yang

dilatihkan di SLPHT. Di samping itu agar konsep PHT dapat efektif

dilakukan di seluruh Indonesia diperlukan dukungan kelembagaan yang

penuh dari lembaga-lembaga yang ada di pemerintah dan masyarakat

( petani, kelompomk tani dan LSM).

Kalau kita perhatikan butir-butir prinsip PHT di atas yang pada intinya

adalah bagaimana upaya mengurangi penggunaan pestisida dalam

pengendalian hama dengan mengoptimalkan fungsi pengendalian secara

alami. Kajian-kajian ke arah itu sebenarnya telah banyak dilakukan baik

di tingkat laboratorium maupun lapangan, misalnya pemanfaatan

insektisida non-kimiawi sintetis yang mampu mengendalikan berbagai

M.Sarjan- Program Studi Hama dan Penyakit Tumbuhan-Fakultas Pertanian-UNRAM

12

Page 14: Pidato Dies 04

Pidato Pengukuhan Guru Besar Universitas Mataram , 5 April2008

jenis hama. Demikian juga dengan pemanfaatan agen pengendali hayati

yang paling berkembang dan sudah tersebar secara komersial misalnya,

bakteri Bacillus thuringiensis telah digunakan untuk mengendalikan

hama-hama penting dari ordo lepidoptera seperti Plutella xylostella dan

Crocidolomia binotalis pada tanaman kubis (Rajakulendran, 1993; Gahan

et al, 2001; ) dan Spodoptera exigua Hbn pada tanaman bawang merah

(Sarjan, 1995). Dengan insektisida nabati seperti nimba berdasarklan

hasil penelitian Mujiono et al (1993) menunjukkan bahwa bahan tersebut

memiliki kemempanan yang lebih tinggi daripada insektisida kimia

sintetis dalam menekan hama P. xylostella. Namun dalam penerapannya

baik insektisida hayati maupun nabati belum banyak dilakukan di

Indonesia. Oleh karena itu untuk memperluas penggunaan insektisida non

kimiawi sintetis di lapangan Sarjan (2004) telah melakukan penelitian

konservasi musuh alami pada tanaman kedelai. Pemanfaatan agen

pengendali hayati Bacillus thuringiensis (Sarjan, 1995 ; Wiresyamsi

dan Sarjan, 1996) telah dilakukan pada tingkat aplikasi yang mampu

menurunkan penggunaan pestisida dan tetap mampu mempertahankan

produksi.

Hasil-hasil yang telah dicapai oleh program nasional PHT secara ringkas

dapat dikemukakan sebagai berikut ( disadur dari Sudarwohadi dan Oka,

1997).

1. Peningkatan Sumberdaya Manusia (SDM)

terlatih PHT (sampai dengan Februari 1997) adalah :

M.Sarjan- Program Studi Hama dan Penyakit Tumbuhan-Fakultas Pertanian-UNRAM

13

Page 15: Pidato Dies 04

Pidato Pengukuhan Guru Besar Universitas Mataram , 5 April2008

a. Pengamat Hama Penyakit (PHP) : 506 (padi) + 116

(sayuran) = 622 orang

b. Petugas Penyuluh Lapangan (PPL): 1.012 (padi) + 185

(sayuran) = 1.197 orang

c. Petani :

i. Petani Pemandu (HPT padi) ; 14.042 orang

ii. Petani SLPHT : 399.477 (padi) =

12.290(sayuran)= 411767 orang

2. Pengurangan rata-rata penggunaan pestisida

a. PHT padi : 60% ( insektisida)

b. PHT kubis

i. Insektisida : 81 %

ii. Fungisida : 96 %

c. PHT kentang

i. Insektisida : 89%

ii. Fungisida : 81%

3. Peningkatan hasil panen sayuran (tahun 1994):

a. PHT-kubis : 7.6%

b. PHT-kentang : 24.4%

4. Peningkatan keuntungan bersih sayuran (tahun 1994)

a. PHT-kubis : Rp 2.796.000.,/ha

b. PHT-kentang Rp 1.889.000.,/ha

M.Sarjan- Program Studi Hama dan Penyakit Tumbuhan-Fakultas Pertanian-UNRAM

14

Page 16: Pidato Dies 04

Pidato Pengukuhan Guru Besar Universitas Mataram , 5 April2008

Hadirin yang saya hormati

Pertanyaannya adalah “Apakah masih relevan kita berfikir dan

menerapkan Pegelolaan Hama Terpadu dalam konteks sistem

pertanian berkelanjutan pada kondisi dimana dunia sedang berpacu

mengejar produktivitas dengan perlombaan teknologi mutahir ?” .

Seiring dengan perkembangan ilmu dan teknologi, maka saya optimis apa

yang diharapkan dalam PHT akan dapat dicapai mengikuti

perkembangan ilmu dan teknologi di bidang lainnya, termasuk

pemanfaatan Bioteknologi dalam perlindungan tanaman.

Bioteknologi di bidang Pengendalian secara hayati

Pertanian sedang menuju ke bentuk revolusi yang lain , namun saat ini

lebih besar pada revolusi genetik yang dinyatakan sebagai revolusi

teknologi ketiga mengikuti revolusi di bidang industri dan komputer.

Walaupun Bioteknologi bukan merupakan kompopnen PHT, tapi sebagai

alat inovativ dimana dengan hasil-hasil bioteknologi akan membantu

menyediakan sarana yang lebih efektif dan efisien dalam pelaksanaan

PHT. Teknologi maju di bidang kimia, biokimia, molekuler genetik dan

rekayasa genetik telah menghasilkan bahan-bahan dan produk yang

kurang toksik dan berbahaya bagi manusia dan lingkungan.,

M.Sarjan- Program Studi Hama dan Penyakit Tumbuhan-Fakultas Pertanian-UNRAM

15

Page 17: Pidato Dies 04

Pidato Pengukuhan Guru Besar Universitas Mataram , 5 April2008

dibandingkan dengan insektisida kimia konvensional. Produk-produk ini

termasuk rekayasa genetik tanaman yang lebh aman terhadap hama dan

penyakit, tanaman dan musuh alami hama yang cukup toleran terhadap

pestisida yang semuanya akan menjadi potensi yang tepat dengan konsep

Pengelolaan hama secara modern.

Salah satu contoh produk bioteknologi yang sedang digalakkan saat ini

adalah “Transgenic Plant” pada beberapa produk pertanian seperti

kapas, jagung dan bahkan pada tanaman padi. Prinsip bioteknologi ini

adalah memanipulasi tanaman dengan memasukkan gen pengendali

hayati (Bt-toksin). Tanaman itu merupakan hasil rekayasa gen dengan

cara disisipi satu atau sejumlah gen. Gen yang dimasukkan itu - disebut

transgene - bisa diisolasi dari tanaman tidak sekerabat atau spesies lain

sama sekali. Karena berisi transgene tadi, tanaman itu disebut genetically

modified crops (GM crops). Atau, organisme yang mengalami rekayasa

genetika (genetically modified organisms, GMOs).

Transgene umumnya diambil dari organisme yang memiliki sifat unggul

tertentu. Misal, pada proses membuat jagung Bt tahan hama, pakar

bioteknologi memanfaatkan gen bakteri tanah Bacillus thuringiensis (Bt)

penghasil racun yang mematikan bagi hama tertentu. Gen Bt ini

disisipkan ke rangkaian gen tanaman jagung, sehingga tanaman resipien

(jagung) juga mewarisi sifat toksis bagi hama. Ulat atau hama penggerek

jagung Bt akan mati. Begitu pun racun pada kapas Bt dapat membunuh

boll-worm, hama perusak tanaman kapas.

M.Sarjan- Program Studi Hama dan Penyakit Tumbuhan-Fakultas Pertanian-UNRAM

16

Page 18: Pidato Dies 04

Pidato Pengukuhan Guru Besar Universitas Mataram , 5 April2008

Dengan teknik ini, tidak diperlukan penyemprotan biopestisida, karena

tanaman itu sendiri telah mengandung gen biopestisida. Tansgenic Bt

crop telah mulai dilaksanakan sejak awal 1990 an di beberapa negara

maju dan transgenic Bt pada tanaman padi dimulai sejak tahun 1997.

Berikut beberapa contoh Transgenic Insecticidal Cultivars (TIC) yang

telah dikomersalkan di beberapa negara dengan merek dagang yang

beragam.

BACILLUS THURINGIENSIS CROP YANG SUDAH

DIKOPMERSIALKAN

Diperkirakan bahwa nilai perdagangan dunia tanaman GE akan meningat

terus sebesar $ 8 miliar pada tahun 2005 dan sekitar $25 miliar pada

tahun 2010. Jumlah negara yang menanam tanaman transgenic juga

meningkat dari hanya 1 negara pada th 1992 menjadi 13 negara pada

tahun 1999. Antara tahun 1996-2000 luas pertanaman tanaman

transgenic meningkat menjadi lebih 25 kali lipat, dari 1,7 juta ha pada

tahun 1996 menjadi 44,2 juta ha pada th 2000. Tiga negara ( US, Canada

dan Argentina) menanam sebanyak 98% dari total luas tanam, Negara-

negara yang sudah mengkomersiakan tanaman GE ( dan persentasi

keseluruhan tanaman transgenic) pada tahun 1999 adalah : US, 30,3 juta

ha ( 68%); Argentina , 10,0 juta ha (23%); Canada, 3,0 juta ha (7%);

China, 0,5 juta ha (1%); dan Australia dan Afrika, masing-masing kurang

dari 0,2 juta ha ( 0,5%). Adopsi teknologi baru ini seperti teknologi

M.Sarjan- Program Studi Hama dan Penyakit Tumbuhan-Fakultas Pertanian-UNRAM

17

Page 19: Pidato Dies 04

Pidato Pengukuhan Guru Besar Universitas Mataram , 5 April2008

lainnya sangat pesat pada negara-negara industri, tapi proporsi

penanaman tanaman transgenic di negara-negara berkembang juga selalu

meningkat dari 14% th 1997 menjadi 16% th 1998, menjadi 18% th 1999,

dan 24% pada th 2000. Data-data tersebut menunjukkan bahwa terjadi

perkembangan yang pesat pada penerapan bioteknologi di bidang

pertanian , dan berikut ini disajikan contoh-contoh tanaman transgenik

yang sudah dikomersialkan dan sedang dikembangkan .

Tanaman kentang

Pada th 1995, Bt- potato ( NewLeaf TM, Mosanto, St Louis, MO, USA),

merupakan Bt

-crop pertama yang dikomersialkan. Tanaman kentang ini direkayasa

mengandung Cry3A protein untuk mengendalikan hama jenis kumbang

(Colorado potato beetles). Pengggunaan insektisida diperkirakan

menurun sampai 40% pada areal ini pada tahun 1997. Produk ini suidah

dicoba di beberapa negara seperti Canada, Jepang, Mexico dan Georgia.

Tanaman kapas.

Pada th 1996, Bt-cotton (Boolgard TM, Monsanto) sudah disebarkan untuk

mengendalikan hama penggerek kapas ( Heliothis sp). Tanaman ini

mengandung Cry IAc protein yang pada tahun 1997 menunjukkan

M.Sarjan- Program Studi Hama dan Penyakit Tumbuhan-Fakultas Pertanian-UNRAM

18

Page 20: Pidato Dies 04

Pidato Pengukuhan Guru Besar Universitas Mataram , 5 April2008

peningkatan hasil sebesar 14% dengan penurunan pengunaan insektisida

kimia sebanyak 300.000 gallon, serta sudah dicoba di negara seperti

Australia, China, Mexico, Afrika selatan dan USA.

Tanaman jagung

Beberapa perusahaan telah megembangkan Bt-maize dan dikomersialkan

sejak 1996 oleh: Novarties, Basel, Switzerland (Yieldgard TM, Knockout TM, dan Bitegard TM ) Mycogen, San Diego, CA, USA (Naturegard TM ),

Monsanto(Yieldgard TM ) dan DEKALB genetics, IL, USA( Bt-Xtra TM ).Kecuali Bt-Xtra TM semua mengandung CryIAb protein. Pada

penelitian lapangan BT-maize megendalikan 99% generasi pertama

penggerek tongkol. sudah disebarkan ke negara Argentina, Canada,

Jepang USA dan negara-negara Eropa.

Tanaman padi .

Di India merupakan penelitian pertama transgenik plant pada kelompok

cereal termasuk padi yang mengandung Bt CryIAc protein dalam

pengendalian hama penggerek batang padi (Scirpophaga incertulas).

Di Indonesia pun pengembangan tanaman transgenik kini masih

dilakukan, terutama di tingkat litbang (Deptan, Batan, LIPI, dan BPPT).

Komoditasnya meliputi produk dari luar negeri dan produk dalam negeri.

M.Sarjan- Program Studi Hama dan Penyakit Tumbuhan-Fakultas Pertanian-UNRAM

19

Page 21: Pidato Dies 04

Pidato Pengukuhan Guru Besar Universitas Mataram , 5 April2008

Dalam perkembangannya terjadi pro-kontra mengenai produk

bioteknologi tersebut terutama kaitannya dengan dampak negatif yang

ditimbulkan, misalnya “ apakah tanaman tansgenik tersebut bisa

berkembang justru menjadi tanaman yang peka terhadap hama atau

dengan kata lain hama yang menyerang akan tahan terhadap bahan

aktif yang terkandung dalam tanaman transgenik” . Ilmuwan

menyadarai bahwa tidak ada suatu teknologi yang benar-benar 100%

aman, sehingga akan selalu dipertimbangkan potensi-potensi manfaat dan

resiko yang diakibatkan oleh teknologi tersebut. Kondisi seperti ini

merupakan peluang yang sangat besar bagi ilmuwan bioteknologi

disamping untuk mengembangkan juga untuk selalu menggali dan

mencari alternativ-alternativ yang mampu memberikan solusi dari resiko

yang akan ditimbulkan oleh hasil bioteknologi. Sebagai contoh untuk

mengatasi kemungkinan terjadinya ketahanan hama terhadap tanaman

transgenik, Sarjan (2003) menawarkan alternatif STRATEGI

PENGELOLAAN KETAHANAN HAMA TERHADAP BT DENGAN

REKOMBINAN LECTIN. Dalam model ini dijelaskan bahwa resistensi

serangga terhadap Bt disebabkan oleh meningkatnya jumlah protein

koagulasi yang menghambat masuknya toksin ke membran (Glatz et al ;

Ma et al; Rachman et al, 2004 ; Sarjan, 2002; Sarjan, 2003 a; Sarjan,

2003b). Lectin merupakan kelompok glykoprotein yang diisolasi dari

berbagai hewan dan tanaman, dan beberapa diantaranya dapat

menghambat atau merurunkan protein koagulasi dalam usus serangga,

sehingga menyebabkan toksin Bt akan mampu sampai ke membran yang

M.Sarjan- Program Studi Hama dan Penyakit Tumbuhan-Fakultas Pertanian-UNRAM

20

Page 22: Pidato Dies 04

Pidato Pengukuhan Guru Besar Universitas Mataram , 5 April2008

selanjutnya mematikan serangga tersebut. Dengan keragaman flora dan

fauna yang dimiliki oleh Indonesia sebagai negara trofis sangat

berpotensi sebagai sumber lectin yang bisa digunakan baik untuk

mencegah terjadinya ketahanan serangga terhadap Bt toksin maupun

untuk bahan insektisida alami. Penelitian ini dilakukan melalui

pendekatan molekuler yang bertujuan untuk mengembangkan strategi

pengelolaan resistensi serangga terhadap Bt, yaitu untuk menghindari

terjadinya resistensi Bt di lapangan atau untuk mengurangi resistensi

yang telah terjadi baik pada tanaman transgenik maupun non-transgenik.

Hadirin yang saya hormati

Seperti saya kemukakan di awal , pada bagian terakhir pidato ilmiah ini

akan mencoba melihat potensi serta peluang yang perlu dicermati untuk

mensukseskan implementasi pembangunan sistem pertanian

berkelanjutan melalui praktik pengelolaan hama terpadu. Dalam hal ini

akan saya paparkan hubungan antara pertanian organik yang sudah

menjadi trend global dalam pembangunan pertanian berkelanjutan

dengan upaya pengelolaan hama terpadu.

Seiring dengan makin tumbuhnya kesadaran masyarakat terhadap

lingkungan dan kesehatan, maka saat ini telah dikembangkan suatu model

alernatif yang lebih aman dan menjanjikan yaitu dengan sistem pertanian

organik. Tujuan utama pertanian organik adalah mengembangkan

M.Sarjan- Program Studi Hama dan Penyakit Tumbuhan-Fakultas Pertanian-UNRAM

21

Page 23: Pidato Dies 04

Pidato Pengukuhan Guru Besar Universitas Mataram , 5 April2008

kegiatan produksi berkelanjutan serta harmonis dengan lingkungan

(Agriculture, Food and Rural Revitalization, 2002) yang mengenalkan

suatu ekosistem kehidupan yang komplek, dimana tanah merupakan

ekosistem kehidupan yang dinamis. Sayuran organik sebagai contoh

merupakan sayuran yang dihasilkan dari sistem budidaya organik, yaitu

budidaya pada tanah yang subur dengan tingkat humus dan aktifitas

biologi yang tinggi dan terutama tanpa tambahan input sintetis (McCoy,

2001). Dengan demikian pengelolaan hama terpadu sangat berperanan

dalam menghasilkan produk organik . Sebagai output adalah produk

pertanian dan lingkungan hidup yang sehat yang pada prinsipnya

mengacu pada sistem alami dengan meminimalisasi masukan senyawa-

senyawa anorganik (pupuk, pestisida). Namun timbul pertanyaan

selanjutnya “ Sampai seberapa jauh petani dan masyarakat

Indonesia mengembangkan organic farming dan apakah mereka

sudah menerima produk-produk organik tersebut?”

Sebagai gambaran marilah kita perhatikan perkembangan organik

produk secara global dengan peluang agribisnisnya. Pada saat ini satu

dari empat orang Amerika mengkonsumsi produk organik, dan terus

tumbuh dengan laju pertumbuhan produk organik sebesar 20% setiap

tahun dalam sepuluh tahun terakhir serta mampu mengisi sektor ekonomi

di negara tersebut (Wood et al, 2002). Dalam era globalisasi , pasar

sayuran organik sangat terbuka dan saat ini Australia telah mengekspor

sayuran organik ke pasar Amerika dan beberapa negara Eropa seperti

M.Sarjan- Program Studi Hama dan Penyakit Tumbuhan-Fakultas Pertanian-UNRAM

22

Page 24: Pidato Dies 04

Pidato Pengukuhan Guru Besar Universitas Mataram , 5 April2008

Inggris, Jerman dan Prancis serta beberapa negara Asia seperti Jepang,

Singapore dan Malaysia (McCoy, 2001). Keadaan ini juga dimanfaatkan

oleh negara Asia seperti Thailand yang sejak tahun 1995 telah

mengeluarkan standarisasi dan sertifikasi produk organik (ACT, 2001).

Pertanian organik bukan saja sebagai sistem yang ramah lingkungan, tapi

terbukti mudah dilakukan dengan biaya lebih murah dan hasil masih bisa

dipertahankan seperti pada sistem pertanian konvensional. Contoh yang

paling nyata adalah pada budidaya beberapa sayuran seperti kubis

(Brassica oleraceae.var. italica Plenck) , Bunga kol (Brassica

oleraceae.var. brotritys), Andewi (Chicorium endive), Lettuce (Lactuca

sativa), kentang (Solanum tuberosum L.) dan wortel (Daucus carota) di

kebun percobaan Cangar,, Malang (Suryanto et al, 2003). Produksi

sayuran organik tersebut masih terbatas tergantung dari outlet yang telah

terbentu seperti Swalayan serta beberapa hotel dan katering di kota

Malang. Dalam sosialisasi sayuran organik dilakukan kerjasama dengan

Mitra Bumi Indonesia, LSM yang bergerak dalam advokasi pertanian

organik. Ditambah pula di Indonesia sudah terbentuk kelompok

Masyarakat Pertanian Organik Indonesia (MAPORINA) yang semestinya

diharapkan akan menjadi badan yang bertanggung jawab terhadap

sertifikasi. Namun sampai saat ini sistem budidaya organik masih belum

banyak dikenal oleh masyarakat Indonesia khususnya di Nusa Tenggara

Barat, padahal konsep ini telah lama dikenal dan diterapkan di negara

M.Sarjan- Program Studi Hama dan Penyakit Tumbuhan-Fakultas Pertanian-UNRAM

23

Page 25: Pidato Dies 04

Pidato Pengukuhan Guru Besar Universitas Mataram , 5 April2008

maju dengan menerapkan sistem organik dengan menetapkan persyaratan

sertifikasi tertentu (IFOAM, dll).

Di Indonesia yang beriklim trofis, aneka sayuran dapat dibudidayakan

sepanjang tahun dengan keragaman yang tinggi berupa sayuran daun,

tunas, buah, umbi dan polong. Survey BPS (2000) menunjukkan produksi

sayuran di Indonesia , diantaranya bawang merah, kubis, sawi, wortel dan

kentang, berturut-turut 772.818, 1.336.410, 484.615, 326.693 dan

977.349 ton pada total areal seluas 291.192 Ha. Dengan potensi tersebut

dan dengan semakin majunya masyarakat , maka sudah saatnya

komoditas sayuran dikembangkan pula menjadi produk organik.

Budidaya sayuran organik relatif mudah dan murah untuk dilakukan dan

terbukti lebih hemat, aman dan sehat untuk dikonsumsi.

Nusa Tenggara Barat khususnya Pulau Lombok yang merupakan daerah

dengan potensi sumberdaya alamnya yang melimpah baik untuk kegiatan

pariwisata maupun pertanian sebagai pendukungnya sangat berpeluang

untuk dikembangkan. Dengan maraknya pembangunan di bidang

parawisata membuat Nusa Tenggara Barat terutama Pulau Lombok

menjadi tujuan kunjungan wisata , baik domestik maupun wisman yang

semuanya akan menuntut perhatian khusus berkaitan dengan tuntutan

konsumen, termasuk di bidang produksi pertanian. Sayuran dan buah-

buahan sebagai produk pertanian tentu akan mengikuti perkembangan di

bidang pariwiata tersebut misalnya untuk memenuhi kebutuhan hotel-

M.Sarjan- Program Studi Hama dan Penyakit Tumbuhan-Fakultas Pertanian-UNRAM

24

Page 26: Pidato Dies 04

Pidato Pengukuhan Guru Besar Universitas Mataram , 5 April2008

hotel dan restoran yang menuntut persyaratan khusus terutama dari aspek

kesehatan dan kebersihan produk dari bahan-bahan kimia sintetis. Hal ini

merupakan tantangan dan sekaligus peluang tersendiri bagi petani untuk

mengembangkan usaha tani sayuran dan buah-buahan dengan sistem

budidaya organik.

Penutup

Hadirin yang saya hormati

Sebagai penutup saya kemukakan beberapa simpulan dari uraian di atas

bahwa sebagai daerah tropika secara geografis , Indonesia menyimpan

kekayaan alam yang melimpah dengan keanekaragaman hayati dengan

penduduk yang secara demografis sebagaian terbesar hidup di sektor

pertanian, secara rasional sangat berpotensi sebagai suatu negara besar

dan kuat di bidang pertanian. Tidaklah berlebihan atau Koes plus tidak

sedang bermimpi saat melantunkan syair lagu “…. bukan lautan hanya

kolam susu, tongkat dilempar jadi tanaman …..” Namun sampai saat

ini pada kenyataannya, sektor pertanian belumlah menunjukkan

kebanggaan bagi bangsa Indonesia yang masih disibukkan dengan

persoalan-persoalan lainya yang justru mempengaruhi pembangunan di

bidang pertanian ke arah yang tidak menjanjikan. Ditambah pula dengan

dampak yang ditimbulkan dari pengelolaan pertanian selama ini yang

selalu mengejar produktivitas dan pemenuhan kebutuhan pangan tanpa

M.Sarjan- Program Studi Hama dan Penyakit Tumbuhan-Fakultas Pertanian-UNRAM

25

Page 27: Pidato Dies 04

Pidato Pengukuhan Guru Besar Universitas Mataram , 5 April2008

memperhatikan kaedah-kaedah keberlanjutan, yang justru memunculkan

kekhawatiran, bahwa petani semakin tidak yakin dan percaya diri

terhadap keunggulan profesinya, karena bidang pertanian dianggap

tidak dapat memberikan masa depan yang lebih baik.

Melalui kesempatan yang berbahagia ini saya menggugah hadirin agar

memanfatkan potensi yang kita miliki untuk memajukan sektor pertanian

terutama berdasarkan kaedah sistem pembangunan pertanian

berkelanjutan. Dalam konteks Pengelolaan Hama Terpadu

keanekaragaman hayati yang kita miliki dapat dimanfaatkan sebagai

sumber pestisida nabati maupun hayati, demikian juga dengan kekayaan

spesies serangga baik sebagai parasitoid maupun predator dapat

dioptimalkan fungsinya sebagai pengendali alami untuk mendukung

pembangunan sistem pertanian berkelanjutan. Kita seharusnya bisa hidup

berdampingan dengan serangga, kelompok binatang yang merupakan

bagian dari komunitas ekosistem bumi yang telah menjadi penentu

keberadaan dan perkembangan ekosistem di muka bumi, karena interaksi

antara serangga dan manusia telah berlangsung sejak manusia ada.

Keberadaan dan kemampuan hidup manusia sampai saat ini sangat

dibantu dan didukung oleh keberadaan serangga. Sampai-sampai Allah

SWT mengabadikan sebuah surat dalam Al Qur’an tentang serangga

yang diwakili oleh LEBAH ( An Nahl = lebah)).

M.Sarjan- Program Studi Hama dan Penyakit Tumbuhan-Fakultas Pertanian-UNRAM

26

Page 28: Pidato Dies 04

Pidato Pengukuhan Guru Besar Universitas Mataram , 5 April2008

“ Dan Tuhanmu mengilhamkan kepada lebah: “ Buatlah sarang-sarang

di bukit-bukit, di pohon kayu, dan di temapt-tempat yang dibikin

manusia” kemudaian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan

tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut

lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di

dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia.

Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda

(Kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkannya.

(AnNahl 68-69)

Kaitannya dengan keanekaragaman sumberdaya alam yang kita miliki,

peluang lainnya yang sangat penting diperhatikan adalah melimpahnya

bahan organik di Indonesia yang sekaligus dapat dimanfaatkan sebagai

modal berharga dalam praktik pertanian organik yang juga sekaligus

mendukung pembangunan sistem pertanian berkelanjutan.

Dari berbagai potensi dan peluang yang kita miliki, masih banyak

kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pembangunan sistem pertanian

berkelanjutan di Indonesia. Namun sudah saatnya sekarang mendapat

prioritas utama daripada sekedar memenuhi target peningkatan

produktivitas dan kebutuhan pangan. Paradigma baru perlu segera

diwujudkan untuk mempercepat keberhasilan pembangunan pertanian di

Indonesia, bahwa penetapan teknologi spesifik lokasi yang berkelanjutan

harus lebih dipentingkan dari pada pertimbangan lain dan sejauh mungkin

menghindari pemaksanaan lahan untuk suatu komoditi dan teknologi

M.Sarjan- Program Studi Hama dan Penyakit Tumbuhan-Fakultas Pertanian-UNRAM

27

Page 29: Pidato Dies 04

Pidato Pengukuhan Guru Besar Universitas Mataram , 5 April2008

tertentu. Untuk itu diperlukan kerjasama dari berbagai pihak, baik

pemerinah, peneliti, pengusaha, organisasi kemasyarakatan, perguruan

tingi dan masyarakat petani sendiri.

Pembangunan pertanian berkelanjutan hendaknya tidak hanya menjadi

slogan dan isu politik, namun perlu dijabarkan melalui program dan

kegiatan nyata di lapangan.

Di era globalisasi saat ini , kita harus akrab dengan kaedah-kaedah

keseimbangan alam, namun tidak menutup diri dengan inovasi-inovasi

dan teknologi seperti bioteknologi pertanian yang dapat membantu

pencapaian tujuan secara cepat, tepat dan berkelanjutan.

Bapak Gubernur, bapak Rektor dan Hadirin yang berbahagia

Dari uraian panjang di atas dapat disarikan dengan rangkaian kata kunci

bahwa pembangunan pertanian harus mengikuti trend globalisasi

dimana bioteknologi dapat dimanfaatkan dalam penerapan PHT yang

merupakan komponen pendukung sistem pertanian berkelanjutan.

Demikianlah orasi ilmiah yang dapat kami sampaikan di hadapan hadirin

yang mulia, semoga bermanfaat bagi kita semua. Mohon maaf atas segala

kekurangan dan terima kasih atas perhatian dan kesabarannya.

Wabillahittaufiq wa;hidayah Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

M.Sarjan- Program Studi Hama dan Penyakit Tumbuhan-Fakultas Pertanian-UNRAM

28

Page 30: Pidato Dies 04

Pidato Pengukuhan Guru Besar Universitas Mataram , 5 April2008

Daftar Pustaka

ACT (Agriculture Certification Thailand ), 2001. Organic Agriculture Standards. Organic Agriculture Certification Thailand. 27 p.

Agriculture, Food and Rural Revitalization, 2000. Organic farming(Internet access). Government of Saskatchewan, 30085 Albert Street, Saskachewan, Saskachewan Agriculture and Food.

BPS, 2000. harvest Area, Production and Yield of Vegetables in Indonesia. www.bps.go.id.

Dent, D., 1992. Insect Pest Management.C.A.B. International, Wallingford, UK. 604 p.

Glatz, R; Roberts, H. L.S., Li; Sarjan, M; Theopold, U. H.; Asgari, S and Schmidt, O: Lectin-induced hemocyte inactivation in insects.Journal of Insect Physiology ( in press)

Hallett, R.H., Zilahi-Balogh, R., Engerilli, N.P.D and Borden, J.H. (1993). Development of a Pest management System for Diamonback Moth, Plutella xylostella .L (lepidoptera: Yponomeutidae) in a Third –World Country-Considerations for Sustainability. In Pest Control and Sustainable Agriculture. CSIRO. Entomology. Canberra.Australia

Harwood, R.R., 1990. A History of Sustainable Agriculture in Sustainable Agricultural Systems. Eddited by Edwards, C.A, Rattan, L, Patrick, M, Robert, H.M and Gar House.

Luna, J.M and Garfield, J.H., 1990. Pest Management in Sustainable Agricutural System in Sustainable Agricultural Systems. Eddited by Edwards, C.A, Rattan, L, Patrick, M, Robert, H.M and Gar House.

Ma, G, Roberts, H.L.S; Sarjan, M; Featherstone, N; Lahnstein, J; Akhurst, R and Schmidt, . Is the mature endotoxin Cry1Ac from

M.Sarjan- Program Studi Hama dan Penyakit Tumbuhan-Fakultas Pertanian-UNRAM

29

Page 31: Pidato Dies 04

Pidato Pengukuhan Guru Besar Universitas Mataram , 5 April2008

Bacillus thuringiensis inactivated by a coagulation reaction in the gut lumen of tolerant Helicoverpa armigera larvae?. Journal of Biological Chemistry ( in press)

McCoy, Steven, 2001. Organic vegetables. A Guide to Production. Departement of Agriculture, Western Australia. 27 p.

NOVA Vermont, 2001. VOF Standards-Soil management . http://www.nofavt.org/sht02.stdsl.cfm

Rachman, M; Sassan, A; Sarjan, M and Schmidt, O.,2004. Induction and Transmission of Bacillus thuringiensis tolerance in the flour moth Ephestia kuehniella ( Jurnal PNAS, Vol 101 No.9, 2004)

Rajakurendran, V., 1993. Use of Bt on Vegetable Crops In AustraliaSecond Bacillus thuringiensis. Meeting Canbera ( Abs) . 21 –23September 1993.

Rasahan, C.A., 1996. Kebijakan Pembangunan Pertanian di Indonesia menjelang pasar bebas. Makalah workshop” Tindak lanjut pengembangan PHT di Bandung, 3-7 Nov. 1996 17 h.

Rochim dan Rizky, 2002. Sayuran organic Penuhi Keinginan Konsumen, Majalah Hortikultura. Jakarta. H. 24-25.

Sarjan, M., 1995. The Use of Bacillus thuringiensis to control Spodeptera exigua Hbn on onion. Laporan Penelitian, Fakultas Pertanian Universitas Mataram. 17h

Sarjan, M., 2002. Resistance against endotoxin from Bacillus thuringiensis in lepidopteran insects (Ph.D thesis, 2002)

Sarjan, M., 2003a. Immune Reactions in the Bacillus thuringiensis Resistant Insect (Agroteksos, Vol. 13. No. 3. October 2003)

Sarjan, M.,2003b. Glycosilation status of Glycoproteins and Location of the Immune-realated Proteins in the Gut of caterpillar( Jurnal Lemlit Universitas Mataram, Oktober 2003

Sarjan, M., 2004. The potency of non-chemical syntetic insecticides in conserving predator of army worm (Spodoptera litura F.) on soybean crop (Agroteksos, Vol. 13. No. 4. January 2004)

Sarjan, M.,? . Are soluble hemolymph components involved in hemocytes functions? ( in prep

M.Sarjan- Program Studi Hama dan Penyakit Tumbuhan-Fakultas Pertanian-UNRAM

30

Page 32: Pidato Dies 04

Pidato Pengukuhan Guru Besar Universitas Mataram , 5 April2008

Sarjan, M., ?. Are immune-induction reactions involved in Bt-resistance mechanisms? (in prep)

Sudarwohadi, S dan Oka, I.N., 1997. Implementasi Pengelolaan Serangga Secara berkelanjutan.Makalah disampaikan pada simposium Entomologi Indonesia, bandung, 24-26 Juni 1997

Suryanto, A, T.Himawan dan Sitawati, 2003. Budidaya sayuran organic melalui pendekatan ekologi di kebun percobaan Cangar. Pada Pelatihan Dosen-dosen PN-PTS se- Indonesia. Petanian Berkenaljutan Untuk meningkatkan Kesejahteraanh Masyarakat. Malang 12-21 Juli 2003.

TAC (Technical Advisory Committee), 1988. Sutainable Agricultural Production: Implication for International Agricultural Research Consult. Group Int. Agric.Res. Washinton.DC.

Untung, K., 1993. Konsep Pengendalian Hama terpadu. Andi ofset. Yogyakarta. 150 h

Untung, K., 1996. PHT menyongsong era perdagangan bebas. Makalah workshop” Tindak lanjut pengembangan PHT di Bandung, 3-7 Nov. 1996. 8 h

Untung, K dan Sudomo M., 1997. Pengelolaan secara berkelanjutan. Makalah disampaikan pada simposium Entomologi Indonesia, bandung, 24-26 Juni 1997.

Wiresyamsi, A and Sarjan, M., 1996. The potency of Bacillus thuringiensis as a biological control agent of major pest of vegetables. Jurnal Penelitian –Lembaga Penelitian .Universitas Mataram

Wood, Maria, L. Chavez and Don Comis, 2002. Organic grows on America. Agricultural Research U.S. Departementb of Agriculture. 19 p.

M.Sarjan- Program Studi Hama dan Penyakit Tumbuhan-Fakultas Pertanian-UNRAM

31

Page 33: Pidato Dies 04

Pidato Pengukuhan Guru Besar Universitas Mataram , 5 April2008

CURRICULUM VITAE

A. Personal Identity :

1. Name : Ir.H.M.Sarjan, M.Ag.CP., Ph.D

2. Sex : Male

3. Place /Date

of Birth

: Kelayu, East Lombok/ 06 April 1962

4. Official

address

: Facukty of Agriculture-University of Mataram Jl. Majapahit 62. Mataram-Lombok Telp. (0370) 621435 Fax: (0370)640186

5. Home

Address

: Jl. Danau Laut Tawar 17 Pagutan Permai Mataram,Lombok-NTB,

Phone:62-370-627237 HP. 08123706297 e-mail : [email protected]

B. Education :

University/InstituteAnd Location

Degree Year Field of Study

Faculty of Agriculture-University of Mataram - Indonesia

Ir 1986 Agronomy

Faculty of Agricultural and M.Ag.CP 1994 Entomology

M.Sarjan- Program Studi Hama dan Penyakit Tumbuhan-Fakultas Pertanian-UNRAM

32

Page 34: Pidato Dies 04

Pidato Pengukuhan Guru Besar Universitas Mataram , 5 April2008

Natural Resource Sciences, University of Adelaide-AustraliaFaculty of Agricultural and Natural Resource Sciences, Department of Applied Molecular and Ecology, University of Adelaide-Australia

Ph.D 2002 Biological Control of Insect Pest/Biotechnology

C. Work experiences :

Institustion Job/position Year

Faculty of Agriculture-University of Mataram

Lecturer 1987-Present

Faculty of Agriculture-University of Mataram

Head of Reseach development comitee (BP3F)

2003-2006

Research Institute – University of Mataram

PEER GROUP member 2003-2005

University of Mataram Secretary of Task Force Project TPSDP Batch II

2003

University of Adelaide Research Fellow March – july 1994

FAO-Roma-Italia Conultant for Nasional Project of Integrated Pest Management for estate Crop

March – April 1995

Directorate General of Higher Education –Department of National Education

Participant on the International Acade-mic networking in Univ. of Victoria, Univ. of Queen , Univ. of Guelph, Univ. of Waterloo (Canada) and Univ. of Florida (USA)

October-December 1996

Institute for Sustainable Development Resources

Director April 2003- 2008

D. Research experiences :

M.Sarjan- Program Studi Hama dan Penyakit Tumbuhan-Fakultas Pertanian-UNRAM

33

Page 35: Pidato Dies 04

Pidato Pengukuhan Guru Besar Universitas Mataram , 5 April2008

1. Evaluation of Integrated Pest management practices on rice in West Lombok District (1989)

2. Distribution of Spodoptera exigua Hubner population on onion crop (Allium ascalonicum L) (1989)

3. The effects of continuous application of several fungicides with rotation system , to response of in Vitro Alternaria porri (Ell) Cif. On garlic crop ( 1990)

4. Efficacy of Bacillus thuringiensis Berliner to army worm (Spodoptera exigua Hbn) on onion crop baed on economic threshold (1991)

5. response of in Vitro Alternaria porri (Ell) Cif.to several mixed fungicides and with rotation On garlic crop (1991)

6. Susceptibility of Sheep myasis flies , other than Lucilia cuprina to Bacillus thuringiensis. (Master Thesis, 1993)

7. Efficacy of mixed Metarhizium anisopliae (Metach) SOR and buprofezin insecticide to mortality of Brown Plant Hopper(Nilavarpata lugens Stal) (1994)

8. Study of Biology of Pareuchaetes psudoinsulata on several important weed on peanut crop (1995)

9. Bacillus thuringiensis as a biological control agent for major pest of cabbage (1996)

10. Study of Economic threshold of leaf roller insect (Nezara viridula L and Risptortus linearis F) several varieties of soybean in Lombok Island (1996)

11. Testing of fitotoxicity of Fenoksaprop-P-Etil herbicide on direct seedling system of rice (Tabela) (1997)

12. The potency of non-chemical syntetic insecticides to control cabbage pest, Plutella xylostella (1997)

13. Resistance against endotoxin from Bacillus thuringiensis in lepidopteran insects (Ph.D thesis, 2002)

E. Scientific Publicatin :

M.Sarjan- Program Studi Hama dan Penyakit Tumbuhan-Fakultas Pertanian-UNRAM

34

Page 36: Pidato Dies 04

Pidato Pengukuhan Guru Besar Universitas Mataram , 5 April2008

1. The use of Bacilluis thuringiensis to control Spodoptera exigua Hbn (Lepidoptera:Noctidae) on onion. (1995)

2. The potency of Bacillus thuringiensis as a biological contro agent of major pest of vegetables

3. The potency of non-chemical syntetic insecticides in conserving predator of army worm (Spodoptera litura F.) on soybean crop (Agroteksos, Vol. 13. No. 4. January 2004)

4. Are soluble hemolymph components involved in hemocytes functions? ( in prep)

5. Are immune-induction reactions involved in Bt-resistance mechanisms? (in prep)

6. Immune Reactions in the Bacillus thuringiensis Resistant Insect (Agroteksos, Vol. 13. No. 3. Oktober 2003)

7. Glycosilation status of Glycoproteins and Location of the Immune-realated Proteins in the Gut of caterpillar( Jurnal Lemlit Universitas Mataram, Oktober 2003

8. Induction and Transmission of Bacillus thuringiensis tolerance in the flour moth Ephestia kuehniella ( Jurnal PNAS, Vol 101 No.9, 2004)

F. Teaching Experiences :

Teaching for undergraduate students on 1. Science of Insect Pest 2. Introduction of Crop Protection 3. Biological Control and environmental Magament 4. Clinic of Insect pest and disease 5. Insect Pathology 6. Research Methodology on Crop Pest and Disease

M.Sarjan- Program Studi Hama dan Penyakit Tumbuhan-Fakultas Pertanian-UNRAM

35

Page 37: Pidato Dies 04

Pidato Pengukuhan Guru Besar Universitas Mataram , 5 April2008

G. Congress, Seminar and training

1. In country :

a. Research Methodology , University of Mataram (1989)b. Interinship course on Insect Pahology in Biothecnology Inter-

University centre University of Gadjah Mada (Yogyakarta) ( 1989/1990)

c. Scientific meeting in in Biothecnology Inter-University centre University of Gadjah Mada (Yogyakarta) (1990)

d. Training Course on Agricultural Research Methodology di Bogor Agricultural University Life Sciences Inter University Center (1996)

e. National Congress of Indonesian Entomology Association in University of Padjadjaran, Bandung ( 1997)

f. National Congress of Indonesian Phitophatology Association in Mataram (1996)

g. Practical Workshop in Molecular Markers in Plant Breeding- Adelaide-Australia, 3-7 Juli 2000

h. Seminar on Research Direction of University of Mataram -Mataram, 9 Juni 2003

i. Instructor on Biotechnology training -LPIU-Post IAEUP University of Mataram in Sahid Legi Hotel -Mataram , 14-15 July 2003

j. Training on Proposal writing on Semi QUE-V Agronomprogram study -Mataram, 30-31 June 2003

k. Speaker on 41 th Dies Natalis of University of Mataram Seminar Mataram, 1 October 2003 with topic :“ Agricultural Biothecnology and its opportunity practices in West Nusa Tenggara “

M.Sarjan- Program Studi Hama dan Penyakit Tumbuhan-Fakultas Pertanian-UNRAM

36

Page 38: Pidato Dies 04

Pidato Pengukuhan Guru Besar Universitas Mataram , 5 April2008

l. Nasional seminar on dryland rehabilitation by community empowerment in University of Muhammadiyah-Mataram, 18 December 2003.

2. Overseas :

a. Consultant on National Project of Pest Management for Estate Crop in Rome Italy (1995)

b. Participant in Specialized training for distance Education and Relationships between the business and University Communities di University of Florida, USA (1996)

c. Partiicipant in Research Management and Development Program di University of Guelph, Canada (1996)

d. Participant in the Indonesian Teaching Institute Faculty of Education di University of Victoria, Victoria, British Columbia ,Canada (1996)

e. Participant in Introduction to Internet and the Information Highway di Training and development, Quality Excellent and Service , Ottawa (Canada) (1996)

f. Visiting to Queens University , Kingstoon, Canada (1996) g. Speaker on seminar of Indonesia- Australia Student

Association,South Australia 28 Oktober 2000, di Adelaide with topic “ Integrated Pest management (IPM): Application and its Prospect in Indonesia.

M.Sarjan- Program Studi Hama dan Penyakit Tumbuhan-Fakultas Pertanian-UNRAM

37