PIDANA SEUMUR HIDUP DI INDONESIA PERSPEKTIF HUKUM ISLAMdigilib.uin-suka.ac.id/10536/1/BAB I, V,...
Transcript of PIDANA SEUMUR HIDUP DI INDONESIA PERSPEKTIF HUKUM ISLAMdigilib.uin-suka.ac.id/10536/1/BAB I, V,...
PIDANA SEUMUR HIDUP DI INDONESIA PERSPEKTIF HUKUM ISLAM
SKRIPSI
DIAJUKAN KEPADA FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN SYARAT GUNA MEMPEROLEH GELAR SARJANA HUKUM ISLAM
PROGRAM STUDI JINAYAH SIYASAH
OLEH:
IKHWAN NUR MUSTOFA NIM: 08370045
PEMBIMBING: 1. Dr. OCKTOBERRINSYAH, M.Ag. 2. SITI FATIMAH, S.H., M.Hum.
JINAYAH SIYASAH FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
2012
ii
ABSTRAK
Hukuman ialah suatu balasan yang dijatuhkan kepada terpidana untuk memperbaiki tingkah laku terpidana setelah melakukan tindak pidana. Penerapan hukuman hendaklah memenuhi aspek perlindungan masyarakat ataupun individu, supaya dalam pelaksanaan hukuman ada nilai keseimbangan yang dijalankan antara individu dan masyarakat. Pidana seumur hidup ialah pidana yang dijatuhkan kepada terpidana dalam kurun waktu tak terbatas. Dalam hal ini jika melihat dari tujuan pemidanaan, pidana seumur hidup hanya mengedepankan aspek perlindungan masyarakat dan mengabaikan aspek perlindungan individu. Penerapan hukuman seperti ini tidak mampu terlaksana dengan baik karena masih adanya kendala dalam pelaksanaan tujuan pemidanaannya.
Melihat dari latar belakang permasalahan tersebut, maka dalam penelitian ini memilih judul Pidana Seumur Hidup di Indonesia Perspektif Hukum Islam, maka sebagai permasalahan yang hendak diungkap adalah: Bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap kebijakan pidana seumur hidup di Indonesia.
Penelitian ini termasuk dalam penelitian pustaka (Library Research) dengan menggunakan pendekatan yuridis normatif yakni dilakukan dengan melihat undang-undang yang berkaitan dengan penelitian ini. Data yang digunakan berasal dari sumber data primer dan sekunder, sedangkan analisis data dilakukan dengan teknik deskriptif analisis yakni penelitian yang memberikan gambaran secara lengkap dan sistematis terhadap objek yang diteliti.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebijakan pidana seumur hidup di Indonesia selama ini tidak dapat memberikan perlindungan kepada individu dan masyarakat secara sekaligus. Perlindungan kepada individu dan masyarakat secara integratif dalam pemidanaan sebagai implementasi ide monodualistik mutlak perlu diberikan agar pemidanaan benar-benar sesuai dengan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat. Penjatuhan hukuman bertujuan membentuk masyarakat yang baik dan menghormati, mencintai sesama anggotanya dengan mengetahui batas-batas hak dan kewajibannya. Tidak terpenuhinya aspek perlindungan individu untuk kembali ke masyarakat dikarenakan pidana seumur hidup di Indonesia terhalang oleh kendala-kendala yuridis yang salah satunya yaitu pasal 15 KUHP yang apabila terpidana telah menjalani 2/3 masa hukuman maka ia berhak mendapatkan pelepasan bersyarat, sedangkan pidana seumur hidup sendiri tidak diketahui batas masa hukumannya sehingga menyulitkan untuk menghitung dari 2/3 masa hukuman. Kemungkinan bagi narapidana seumur hidup memperoleh remisi dengan syarat pidananya telah diubah dari pidana seumur hidup menjadi pidana penjara selama waktu tertentu dengan cara mengajukan grasi, tetapi hal ini sangat jarang diberlakukan karena hal ini disebabkan tidak ada jaminan apabila pidana seumur hidup dimintakan grasi pasti akan diubah menjadi pidana penjara sementara. Sedangkan dalam hukum Islam meskipun pidana seumur hidup diperbolehkan, tetapi penjatuhan hukumannya tidak dipakai sebebas-bebasnya melainkan dibatasi oleh taubat dan membaiknya pribadi terhukum. Dengan demikian tidak perlu membatasi masa tertinggi untuk membebaskannya karena pembebasan terhukum tergantung pada keadaan dirinya bukan kepada masa tertentu, karena itu terhukum dapat bebas apabila ia bertaubat atau tetap menjalani hukuman sampai mati jika ia tidak bertaubat atau pribadinya tidak menjadi baik.
iii
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga FM-UINSK-BM-05-03/RO
SURAT PERSETUJUAN SKRIPSI
Hal : Skripsi Saudara Ikhwan Nur Mustofa Kepada
Yth. Dekan Fakultas Syari’ah dan Hukum
UIN Sunan Kalijaga
Di Yogyakarta
Assalamu’alaikum wr. wb.
Setelah membaca, meneliti dan mengoreksi serta menyarankan perbaikan
seperlunya, maka kami berpendapat bahwa skripsi saudara :
Nama : Ikhwan nur Mustofa
NIM : 08370045
Judul : Pidana Seumur Hidup Di Indonesia Perspektif Hukum Islam
Sudah dapat diajukan kembali kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum Jurusan
Jinayah Siyasah Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta sebagai
salah satu syarat memperoleh gelar sarjana strata satu dalam Ilmu Hukum Islam.
Dengan ini kami mengharap agar skripsi saudara tersebut dapat
dimunaqosyahkan. Untuk itu kami ucapkan terima kasih.
Wassalamu’alaikum wr. wb.
Yogyakarta, _6 Sya’ban 1433 H_ 26 Juni 2012 M
iv
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga FM-UINSK-BM-05-03/RO
SURAT PERSETUJUAN SKRIPSI
Hal : Skripsi Saudara Ikhwan Nur Mustofa Kepada
Yth. Dekan Fakultas Syari’ah dan Hukum
UIN Sunan Kalijaga
Di Yogyakarta
Assalamu’alaikum wr. wb.
Setelah membaca, meneliti dan mengoreksi serta menyarankan perbaikan
seperlunya, maka kami berpendapat bahwa skripsi saudara :
Nama : Ikhwan Nur Mustofa
NIM : 08370045
Judul : Pidana Seumur Hidup Di Indonesia Perspektif Hukum Islam
Sudah dapat diajukan kembali kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum Jurusan
Jinayah Siyasah Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta sebagai
salah satu syarat memperoleh gelar sarjana strata satu dalam Ilmu Hukum Islam.
Dengan ini kami mengharap agar skripsi saudara tersebut dapat
dimunaqosyahkan. Untuk itu kami ucapkan terima kasih.
Wassalamu’alaikum wr. wb.
v
KEMENTERIAN AGAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM JURUSAN JINAYAH SIYASAH
Jl. Marsda Adisucipto Telp/Fax. (0274) 512840 YOGYAKARTA 55281
PENGESAHAN SKRIPSI
Nomor: UIN.02/DSH/PP.00.9/215/2012
Skripsi/tugas akhir dengan judul : Pidana Seumur Hidup di Indonesia Perspektif Hukum Islam
Yang dipersiapkan dan disusun oleh: Nama : Ikhwan Nur Mustofa NIM : 08370045 Telah dimunaqasyahkan pada : 3 Juli 2012 dengan nilai : 90 (A-) Dan dinyatakan telah diterima oleh Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga.
vi
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga FM-UINSK-BM-05-06 / RO
SURAT PERNYATAAN SKRIPSI
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Ikhwan Nur Mustofa
NIM : 08370002
Jurusan : Jinayah Siyasah
Fakultas : Syari’ah dan Hukum
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya ini adalah asli hasil karya
atau laporan penelitian yang saya lakukan sendiri dan bukan plagiasi dari hasil
karya orang lain. Kecuali yang secara tertulis diacu dalam penelitian ini dan
disebutkan dalam acuan daftar pustaka.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Yogyakarta, 21 Mei 2012
vii
PEDOMAN TRASLITERASI ARAB-LATIN
Penulisan transliterasi Arab-Latin dalam skripsi ini menggunakan
pedoman transliterasi berdasarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Agama RI
dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI. no. 158 tahun 1987 dan no. 0543
b/U/1987 yang secara garis besar dapat diuraikan sebagai berikut:
A. Konsonan tunggal
Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan
ا
ب
ت
ث
ج
ح
خ
د
ذ
ر
ز
س
ش
ص
ض
ط
Alif
Ba’
Ta’
Tsa
Jim
Ha
Kha
Dal
Dzal
Ra’
Zai
Sin
Syin
Ṣad
Ḍad
Ṭa
Tidak dilambangkan
B
T
Ṡ
J
H
Kh
D
Ż
R
Z
S
Sy
Ṣ
Ḍ
Ṭ
Tidak dilambangkan
Be
Te
Es (titik di atas)
Je
Ha (titik di bawah)
Ka dan ha
De
Zet (titik di atas)
Er
Zet
Es
Es dan ye
Es (titik di bawah)
De (titik di bawah)
Te (titik di bawah)
viii
ظ
ع
غ
ف
ق
ك
ل
م
ن
و
هـ
ء
ي
Ẓa
‘Ain
Gain
Fa’
Qaf
Kaf
Lam
Mim
Nun
Wau
Ha’
Hamzah
Ya
Ẓ
‘
G
F
Q
K
L
M
N
W
H
’
Y
Zet (titik di bawah)
Koma terbalik (di atas)
Ge
Ef
Qi
Ka
El
Em
En
We
Ha
Apostrof
Ye
B. Konsonan rangkap karena syaddah ditulis rangkap
دةمتعد
عدة
ditulis
ditulis
Muta'addidah
‘iddah
C. Ta’ marbutah di akhir kata kata
1. Bila dimatikan ditulis h
حكمة
علة
ditulis
ditulis
Hikmah
'illah
(Ketentuan ini tidak diperlukan bagi kata-kata Arab yang sudah terserap
dalam kata bahasa Indonesia, seperti salat , zakat dan sebagainya, kecuali
bila dikehendaki lafal aslinya).
ix
2. Bila diikuti dengan kata sandang ‘al’ serta bacaan kedua itu terpisah, maka
ditulis dengan h.
ولياء ألا 'Ditulis Karāmah al-auliyā آرامة
3. Bila ta’ marbutah hidup atau dengan harakat, fathah, kasrah dan dammah
ditulis t atau h.
Ditulis Zakāh al-fiṭri زآاة الفطر
D. Vokal pendek
____
فعل
____
ذآر
____
يذهب
fathah
kasrah
ḍammah
ditulis
ditulis
ditulis
ditulis
ditulis
ditulis
A
fa'la i
żukira
u
yażhabu
E. Vokal panjang
fatḥah + alif
جا هلية
fatḥah + ya’ mati
تنسى
kasrah + ya’ mati
آريم
ḍammah + wawu mati
فروض
ditulis
ditulis
ditulis
ditulis
ditulis
ditulis
ditulis
ditulis
A
jāhiliyyah
ā
tansā
ῑ
karῑm
ū
furūd
x
F. Vokal rangkap
Fatḥah + ya’ mati
بينكم
fatḥah + wawu mati
قول
ditulis
ditulis
ditulis
ditulis
ai
bainakum
au
qaul
G. Vokal pendek yang berurutan dalam satu kata dipisahkan dengan
apostrof
اانتم
اعدت
لئن شكرتم
ditulis
ditulis
ditulis
A’antum
U’idat
La’in syakartum
H. Kata sandang alif + lam
1. Bila diikuti huruf Qamariyyah ditulis dengan menggunakan huruf “l”.
القران
القياس
ditulis
ditulis
Al-Qur’ān
Al-Qiyās
2. Bila diikuti huruf Syamsiyyah ditulis dengan menggunakan huruf
Syamsiyah yang mengikutinya, dengan menghilangkan huruf l (el) nya.
السماء
الشمس
ditulis
ditulis
As-Samā’
As-Syam
I. Penulisan kata-kata dalam rangkaian kalimat
Ditulis menurut penulisannya.
ذوى الفروض
اهل السنة
ditulis
ditulis
żawi āl-furūd
ahl al-sunnah
xi
MOTTO Berusahalah sampai tetes keringat membasahi raga, karena
setiap tetes keringat dari usaha akan menjadi serpihan kristal keberhasilan dari usaha keras.
*******
Jika ingin menjadi orang yang besar, maka bersiaplah dengan angin yang kencang.
*******
Angka “0” bukan angka kegagalan... Namun, angka “0” adalah angka bermulanya suatu keberhasilan.
(Jika berani merubah kelemahan menjadi kelebihan..) *******
xii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan kepada:
Bapak dan Ibuku tercinta
Dan untuk Almamaterku Jinayah Siyasah
Fakultas Syari’ah dan Hukum
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
xiii
KATA PENGANTAR
سيدنا محمد الحمدهللا رب االعالمين والصالة والسالم على أشرف اآلنبياء والمرسلين
شهد أن محمدا عبده و رسوله ال نبي أشهد أن الاله إالاهللا وأ. وعلى اله وصحبه أجمعين
.بعده
Puji syukur terhadap Allah swt. dengan melantunkan nama-Mu yang Maha
Pengasih dan Penyayang yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di Fakultas Syari’ah dan Hukum
tercinta ini. Penulis meyakini bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau dan yakin
bahwa Nabi Muhammad utusan Engkau. Sholawat serta salam selalu tercurah
kepada baginda Nabi Muhammad saw. yang patut dicontoh, manusia terbaik di
atas yang terbaik, manusia brilian di atas yang terbrilian, sehingga kata-kataku
seolah habis untuk sekedar melukiskan jasa-jasa beliau terhadap bumi dan umat
manusia, dan engkaulah guru dari maha guru.
Atas berkat rahmat Allah swt, skripsi yang berjudul “Pidana Seumur
Hidup Di Indonesia Perspektif Hukum Islam” telah selesai disusun. Penyusun
menyadari bahwa penulisan ini masih banyak kekurangan, hal ini dikarenakan
keterbatasan kemampuan. Penulis sungguh sangat sadar bahwa tanpa bantuan dan
uluran tangan dari berbagai pihak baik materiil ataupun non-materiil, studi dan
skripsi ini tidak akan terselesaikan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini
perkenankan penyusun dengan penuh kesenangan mengucapkan terima kasih
kepada :
xiv
1. Prof. Dr. H. Musa Asy’arie, selaku Rektor Universitas Islam Negeri
Sunan Kalijaga Yogyakarta.
2. Noorhaidi Hasan, M.A., M.Phil., Ph.D. Selaku Dekan Fakultas Syari’ah
dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
3. Dr. H. M. Nur, S.Ag., M.Ag. selaku Ketua Jurusan Jinayah Siyasah
Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, dan
Subaidi Qomar, S.Ag., M.Si. selaku Sekretaris Jurusan Jinayah Siyasah
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
4. Dr. Ocktoberrinsyah, M.Ag. selaku pembimbing I yang disela-sela
kesibukannya meluangkan waktu guna memberikan bimbingan,
masukan dan nasehat dengan sabar dan penuh keikhlasan sehingga
penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.
5. Siti Fatimah, S.H., M.Hum. selaku pembimbing II yang telah bersedia
memberikan bimbingan beserta saran-saran yang bermakna sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
6. Drs. M. Rizal Qosim, M.Si. selaku Dosen Pembimbing Akademik yang
telah memberikan masukan dan nasehat dalam menjalani studi di
Fakultas Syari’ah ini.
7. Seluruh Dosen Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga
terutama Dosen jurusan Jinayah Siyasah yang telah sabar
menyampaikan mata kuliah terbaiknya untuk penulis, tidak lupa juga
pada TU Fakultas Syari’ah dan Hukum terutama TU Jurusan Jinayah
xv
Siyasah yang telah membantu secara administrasi dalam penyelesaian
studi dan skripsi ini.
8. Ayahanda Amat Juwari, S.Sos, dan Ibunda Maesaroh yang selalu
memberikan kasih sayang dan doa yang sangat tulus, pengorbanan
beliau berdualah yang membuat penulis bersemangat dalam menjalani
hari-hari sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dengan
baik.
9. Kakakku Habib Prihantoro, S.Pd.I, yang selalu sabar menghadapi
tingkah laku penulis yang nakal dan adikku Suci Hanni Maghfiroh yang
selalu berikan inspirasi karena kelucuannya. Karena senyum dan do’a
mereka, penulis mampu semangat menyelesaikan skripsi ini.
10. Bpk. Puji Sutarto sekeluarga yang telah menjadi keluarga kedua penulis
selama menimba ilmu di Yogyakarta. Penulis meminta maaf atas
ketidaksopanan penulis apabila empat tahun ini tinggal bersama kalian.
11. Terimakasih tidak lupa penulis haturkan untuk “bunga mawarku”
Khafidza Rizqiana yang selalu mencurahkan kasih sayang, yang
mendukung baik spirituil dan materiil, dan selalu memberi semangat
untuk menyelesaikan studi ini. Senyummu bawa inspirasi dalam
semangatku.
12. Untuk teman-teman seangkatan Jinayah Siyasah 2008 yang telah
memberikan keikhlasannya dalam menjalin silaturahim kepada penulis.
Pertemanan ini kan menjadi kenangan yang tak terlupakan dan akan
selalu menjadi tali ukuwah islamiyah kita.
xvi
Semoga amal kebaikan yang telah diberikan mendapat balasan dari Allah
SWT. Sebuah harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat memberikan
sumbangan bagi perkembangan khasanah keilmuan, bangsa, agama, dan negara,
serta bermamfaat bagi semua kalangan. Amin.
Yogyakarta, 29 Jumadil Akhir 1433 H 21 Mei 2012 M
xvii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
ABSTRAK ...................................................................................................... ii
SURAT PERSETUJUAN SKRIPSI ............................................................. iii
PENGESAHAN SKRIPSI ............................................................................. v
SURAT PERNYATAAN SKRIPSI .............................................................. vi
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB LATIN ......................................... vii
MOTTO .......................................................................................................... xi
PERSEMBAHAN ........................................................................................... xii
KATA PENGANTAR .................................................................................... xiii
DAFTAR ISI ................................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................... 6
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ............................................ 6
D. Telaah Pustaka ........................................................................ 7
E. Kerangka Teoritik ................................................................... 9
F. Metode Penelitian .................................................................... 14
G. Sistematika Pembahasan ......................................................... 16
xviii
BAB II HUKUMAN DALAM ISLAM ................................................... 18
A. Pengertian Hukuman dalam Islam .......................................... 18
B. Macam-macam Hukuman dalam Islam................................... 20
C. Dasar Pemberian dan Pelaksanaan Hukuman dalam Islam .... 25
D. Tujuan Pemidanaan dalam Hukum Islam ............................... 31
BAB III PIDANA SEUMUR HIDUP DALAM SISTEM HUKUM
PIDANA DI INDONESIA .......................................................... 40
A. Pengertian Pidana Seumur Hidup ........................................... 40
B. Sejarah Pidana Seumur Hidup dalam Sistem Hukum
Pidana di Indonesia ................................................................. 43
C. Kebijakan Tentang Pidana Seumur Hidup dalam
Perundang-undangan di Indonesia .......................................... 44
D. Kebijakan Pidana Seumur Hidup dalam Praktek .................... 55
E. Pidana Seumur Hidup Dilihat dari Aspek-aspek
Tujuan Pemidanaan ................................................................. 61
BAB IV ANALISIS KEBIJAKAN SEUMUR HIDUP DALAM
HUKUM ISLAM ......................................................................... 68
A. Kebijakan Seumur Hidup dalam Hukum Islam ...................... 68
B. Pidana Seumur Hidup Dilihat dari Tujuan Pemidanaan
dalam Hukum Islam ................................................................ 72
xix
BAB V PENUTUP .................................................................................... 76
A. Kesimpulan .............................................................................. 76
B. Saran- Saran ............................................................................. 77
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 78
LAMPIRAN-LAMPIRAN
TERJEMAHAN AL-QUR’AN DAN HADIS ...................... I
BIOGRAFI ULAMA DAN TOKOH .................................... IV
CURRICULUM VITAE ........................................................ VI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Hukum merupakan sesuatu yang harus ada dan berlaku dalam
sebuah masyarakat. Sebuah komunitas masyarakat yang tidak diikat oleh
hukum akan mengakibatkan timbulnya ketidakteraturan. Sebab,
sebagaimana diketahui bahwa manusia itu merupakan makhluk sosial
(zoon politicion), yang berarti ia merupakan makhluk yang senantiasa
ingin berkumpul, bergaul dan berinteraksi dengan sesamanya dalam
rangka memenuhi kebutuhan hidupnya.1
Manusia sebagai makhluk sosial dalam rangka memenuhi
kebutuhan hidupnya itu, maka sangat terbuka peluang untuk timbulnya
ketidakteraturan tersebut. Salah satu fungsi hukum, adalah membimbing
perilaku manusia. Sebagai pedoman ia juga bertugas untuk mengendalikan
tingkah laku atau sikap tindak, dan untuk itu ia didukung dengan sanksi
negatif yang berupa hukuman agar dapat dipatuhi. Oleh karena itu, hukum
juga merupakan salah satu sarana pengendalian sosial. Dalam hal ini,
maka hukum adalah suatu sarana pemaksa yang melindungi warga
masyarakat dari ancaman-ancaman maupun perbuatan-perbuatan yang
membahayakan diri sendiri serta harta bendanya. Jadi, barang siapa yang
melanggar hukum, dia akan memperoleh hukuman (pidana). Hukum yang
1Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 1990), hlm. 27.
2
mengatur tentang perbuatan-perbuatan apa yang diancam pidana dan
dimana aturan pidana itu menjelma disebut hukum pidana. Oleh karena
itu, hukum pidana disebut sebagai hukum sanksi istimewa.2
Salah satu masalah pokok dalam hukum pidana yang sering
menjadi perdebatan para ahli hukum adalah masalah pidana, di samping
masalah pokok yang lain yaitu masalah tindak pidana dan masalah
kesalahan. Ketiga masalah tersebut masing-masing mempunyai persoalan
tersendiri, yang satu sama lain berkaitan erat dengan persoalan dasar
manusia yakni hak-hak asasi manusia.
3
Masalah pidana merupakan masalah yang sensitif, mengingat
masalah tersebut sangat erat bersinggungan dengan harkat martabat
manusia. Lebih-lebih pada masa sekarang ini dimana tuntutan akan
pengakuan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia sangat menonjol
sebagai akibat munculnya arus demokratisasi dan globalisasi.
4
Kesadaran terhadap semakin pentingnya diskusi tentang pidana
dan pemidanaan nampak dari pendapat-pendapat yang pada intinya
menyatakan, bahwa bagian yang terpenting dari KUHP suatu bangsa
adalah stelsel pidananya, sebab dari stelsel pidananya ini akan tercermin
nilai sosial budaya tersebut.
5
2Andi Hamzah dan A. Sumangelipu, Pidana Mati Indonesia, (Jakarta: Ghalia
Indonesia, 1985), hlm. 11. 3Muladi, Lembaga Pidana Bersyarat, (Bandung: Alumni, 1985), hlm. 16. 4Muladi, Kapita Selekta Sistem Peradilan Pidana, cet. I, (Semarang: Badan
Penerbit Universitas Diponegoro, 1995), hlm. 131. 5Ibid.
3
Dalam hukum pidana paksaan disertai suatu siksaan atau
penderitaan yang berupa hukuman. Hukuman itu bermacam-macam
jenisnya. Menurut KUHP pasal 10 hukuman atau pidana terdiri atas:6
1. Pidana Pokok (utama) yang terdiri dari:
a. Pidana Mati.
b. Pidana Penjara:
1) Pidana Seumur Hidup.
2) Pidana penjara dalam waktu tertentu (setinggi-tingginya 20
tahun dan sekurang-kurangnya 1 tahun).
c. Pidana kurungan, (sekurang-kurangnya 1 hari dan setinggi-
tingginya 1 tahun).
d. Pidana Denda.
e. Pidana Tutupan (berdasarkan UU RI No. 20 Tahun 1946 Berita
Negara RI tahun kedua No. 24 tanggal 1 dan 15 November 1946)
2. Pidana tambahan yang terdiri:
a. Pencabutan hak-hak tertentu.
b. Perampasan (penyitaan) barang-barang tertentu.
c. Pengumuman putusan hakim.
Sebagai bagian dari pidana (penjara), pidana penjara seumur hidup
(untuk selanjutnya akan disebut “pidana seumur hidup”) juga mengandung
banyak aspek yang bersifat paradoksal, yang juga sering diperdebatkan
oleh para ahli hukum. Tetap dipertahankannya pidana seumur hidup dalam
6C. S. T. Kansil, Pengantar Ilmu Hukum, cetakan ke-8, (Jakarta: Balai Pustaka,
1986), hlm. 257.
4
sistem pemidanaan di Indonesia tidak berarti bahwa pidana seumur hidup
telah diterima masyarakat tanpa syarat. Banyak pihak yang merasa
keberatan dengan tetap dipertahankannya pidana seumur hidup karena
dianggap tidak sesuai dengan ide pemasyarakatan, yaitu karena dengan
putusan demikian terhukum tidak akan mempunyai harapan lagi kembali
ke dalam masyarakat.7
a. Kebijakan tentang pidana seumur hidup dalam perundang-undangan
pidana di Indonesia baik yang ada dalam KUHP maupun dalam
undang-undang di luar KUHP termasuk dalam ketentuan/aturan
pelaksanaannya cenderung hanya diorientasikan pada perlindungan
masyarakat sebagai refleksi atas fungsi pidana sebagai sarana
pencegah kejahatan.
Kebijakan tentang pidana seumur hidup dalam perundang-
undangan pidana di Indonesia yang ada selama ini belum
mengimplementasikan gagasan/ide monodualistik sebagai nilai-nilai dasar
dalam masyarakat Indonesia. Belum diimplementasikannya nilai-nilai
monodualistik dalam pidana seumur hidup tersebut telah menjadikan
pidana seumur hidup dalam kebijakan legislative di Indonesia tidak dapat
memberikan keseimbangan perlindungan terhadap individu dan kepada
masyarakat. Ketidakmampuan pidana seumur hidup memberikan
perlindungan yang integrative kepada individu dan masyarakat nampak
dari kenyataan sebagai berikut:
7Roeslan Saleh, Stelsel Pidana Indonesia, (Jakarta: Aksara Baru, 1987), hlm. 62.
5
b. Kebijakan tentang pidana seumur hidup dalam perundang-undangan di
Indonesia tidak memberikan kemungkinan modifikasi atas
pertimbangan adanya perubahan atau perbaikan pada diri pelaku tindak
pidana selama menjalani pidananya.8
Dilihat dari tolok ukur tersebut kebijakan tentang pidana yang ada
dalam perundang-undangan di Indonesia selama ini belum mencerminkan
nilai-nilai keseimbangan dalam Pancasila. Kebijakan tentang pidana
seumur hidup yang ada dalam perundang-undangan sekarang ini
cenderung hanya melindungi masyarakat yang merupakan refleksi atas
fungsi pidana sebagai alat untuk mencegah kejahatan. Sementara aspek
perlindungan terhadap individu kurang diperhatikan.
9
Dalam Islam hukuman seumur hidup yang merupakan bagian dari
hukuman penjara mestinya hanyalah sebagai hukum muayyidat yang
menjadi penguat dalam rangka menegakkan hukum-hukum Allah SWT.
Sedangkan penjara, pengasingan atau sanksi hukum lainnya hanyalah
pelengkap. Untuk itu hukum pidana Islam memandang efektivitas
hukuman seperti penjara atau lainnya disesuaikan dengan kondisi
kekinian. Penjara bukan satu-satunya media untuk menyadarkan dan
menjerakan seseorang untuk berhenti untuk melakukan pelanggaran
hukum.
10
8Tongat, Pidana Seumur Hidup Dalam Sistem Hukum Pidana Di Indonesia,
(Universitas Muhammadiyah Malang: UMM Press, 2004), hlm. 1. 9Ibid., hlm. 119.
10Imam Yahya, http://imamyahya.blogspot.com/2010/04/penjara-dalam-perspektif-fiqh-jinayat.html. Akses 1 April 2012.
6
Berdasarkan pemaparan di atas, maka penulis merasa tertarik untuk
mengkaji tentang Pidana Seumur Hidup Di Indonesia Perspektif Hukum
Islam.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas,
maka perlu dilakukan perluasan penelitian. Adapun rumusan pokok
permasalahan yang ingin dikaji dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
Bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap kebijakan pidana
seumur hidup di Indonesia?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang dan perumusan masalah di atas,
maka penelitian ini bertujuan: Untuk mengetahui kebijakan pidana seumur
hidup di Indonesia perspektif hukum Islam.
Adapun kegunaan dari penelitian ini dapat diharapkan memenuhi
beberapa hal yaitu:
1. Secara ilmiah, memberikan pemahaman dan pengetahuan lebih jauh
tentang pidana seumur hidup.
2. Secara akademisi, berfungsi menambah referensi yang telah ada dan
memberikan wawasan pengetahuan yang lebih dalam tentang
Kebijakan Pidana Seumur Hidup di Indonesia Perspektif Hukum
Islam.
7
3. Secara praktis, menjadi sebuah sumbangan pemikiran dan landasan
rintisan bagi pengembangan khazanah ilmu pengetahuan umum
(sekaligus sebagai masukan berupa ide maupun saran) dan disiplin
ilmu Syari’ah khususnya dalam bidang pengembangan ilmu Jinayah
Siyasah atau Hukum Pidana Islam yang penyusun tekuni.
D. Telaah Pustaka
Sejauh pengetahuan dan pengamatan penyusun, kajian penelitian
mengenai kebijakan pidana seumur hidup di Indonesia perspektif hukum
Islam masih sangat jarang. Namun, ada beberapa penelitian terdahulu yang
berkaitan dengan penelitian ini, diantaranya:
Skripsi Mahmud Syafii, Mahasiswa Fakultas Syari’ah UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta jurusan Jinayah Siyasah yang judulnya
“Perkembangan Stelsel Pidana Penjara Dalam RUU KUHP 2008
Perspektif Hukum Pidana Islam”.11
Skripsi Nopiyanti Fajriyah, Mahasiswa Fakultas Syari’ah Institut
Agama Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta jurusan Jinayah Siyasah
yang judulnya “Eksistensi Penjara Dalam Mewujudkan Kemaslahatan
Penelitian ini membahas tentang
deskripsi tentang perkembangan stelsel pidana penjara dalam RUU KUHP
yang kemudian ditinjau dari hukum pidana Islam.
11Mahmud Syafii, “Perkembangan Stelsel Pidana Penjara Dalam RUU KUHP
2008 Perspektif Hukum Pidana Islam”, Skripsi Fakultas Syari’ah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2011.
8
Umat Ditinjau Dari Sistem Pemidanaan Islam”.12
Skripsi Ari Arkanudin, Mahasiswa Fakultas Syari’ah UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta jurusan Jinayah Siyasah yang judulnya “Sanksi
Pidana Penjara Dalam RUU KUHP 2008 Perspektif Hukum Pidana
Islam”.
Dalam penelitian ini
membahas efektivitas pidana penjara di Indonesia serta tujuan pidana
penjara ditinjau dari sistem pemidanaan Islam.
13
12Nopiyanti Fajriyah, “Eksistensi Penjara Dalam Mewujudkan Kemaslahatan
Umat Ditinjau Dari Sistem Pemidanaan Islam”, Skripsi Fakultas Syari’ah IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2004.
13Ari Arkanudin, “Sanksi Pidana Penjara Dalam RUU KUHP 2008 Perspektif Hukum Pidana Islam”, Skripsi Fakultas Syari’ah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2011.
Penelitian ini membahas tentang penerapan sanksi pidana
penjara yang ada dalam RUU KUHP 2008 yang kemudian dianalisis
melalui perspektif hukum pidana Islam.
Adapun dari literatur dari buku yang terkait dengan penelitian ini
adalah karya Tongat: “Pidana Seumur Hidup Dalam Sistem Hukum
Pidana Di Indonesia”. Dalam buku ini membahas tentang deskripsi,
argumentasi serta prospek kebijakan ideal tentang pidana seumur hidup
dalam kebijakan kriminal di Indonesia di masa yang akan datang.
9
E. Kerangka Teoritik
Pidana penjara seumur hidup pada dasarnya merupakan jenis
pidana absolut (sudah ditentukan waktunya). Dilihat dari sudut penjatuhan
pidana dan juga dari sudut terpidana, pidana seumur hidup itu bersifat
pasti (definite sentence) karena sifat pidana dikenakan jangka waktu yang
pasti (a definite period of time), yaitu menjalani pidana sepanjang
hidupnya walaupun orang tidak tahu pasti berapa lama masa hidup
seseorang di dunia ini. Dilihat dari kenyataan praktek, dapat juga
dikatakan bahwa pidana seumur hidup bersifat “in determinate” karena si
terpidana tidak tahu pasti kapan dia dapat dilepaskan kembali ke
masyarakat.14
Selain itu juga Barda Nawawi Arief
Dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia selama ini
sangat sulit bagi narapidana seumur hidup mendapatkan pelepasan
bersyarat (conditional Release “als voor waardelijke invrij heidstelling”)
Pengurangan masa pidana (remisi) maupun proses asimilasi (proses
membawa napi dalam kehidupan masyarakat).
15
14Barda Nawawi, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, Cetakan Ketiga,
edisi revisi, (Bandung: Citra Aditya Bhakti , 2005), hlm. 237. 15Ibid., hlm. 238.
menyatakan bahwa pidana
penjara tidak hanya mengakibatkan perampasan kemerdekaan, tetapi juga
menimbulkan akibat negatif terhadap hal-hal yang berhubungan dengan
dirampasnya kemerdekaan itu sendiri. Akibat negatif itu antara lain
terampasnya juga kehidupan seksual yang normal dari seseorang, sehingga
10
sering terjadi hubungan homoseksual dan masturbasi di kalangan
terpidana. Dengan terampasnya kemerdekaan seseorang juga berarti
terampasnya kemerdekaan berusaha dari orang itu yang dapat mempunyai
akibat serius bagi kehidupan sosial ekonomi keluarganya. Terlebih pidana
penjara itu dikatakan dapat memberikan cap jahat (stigma) yang akan
terbawa terus walaupun yang bersangkutan tidak lagi melakukan
kejahatan. Akibat lain yang juga sering disoroti ialah bahwa pengalaman
penjara dapat menyebabkan terjadinya degradasi atau penurunan derajat
dan harga diri manusia.
Senada dengan beberapa pendapat di atas tentang pidana penjara
menurut Tongat bahwa pidana penjara sebagai pidana berupa pembatasan
kebebasan bergerak dari seorang terpidana yang dilakukan dengan
menutup orang tersebut dalam sebuah lembaga pemasyarakatan yang
menyebabkan orang tersebut harus mentaati semua peraturan tata tertib
bagi mereka yang telah melanggar16. Disebabkan sifatnya yang pasti itu,
Roeslan Saleh sebagaimana dikutip oleh Tongat17
Teori dalam pemidanaan, biasanya digunakan berbagai macam
teori. Dari mulai teori pembalasan, teori tujuan sampai ke teori gabungan.
menyatakan bahwa
orang keberatan terhadap pidana seumur hidup sebab dengan putusan yang
demikian, terpidana tidak akan mempunyai harapan lagi kembali ke dalam
masyarakat.
16Tongat, “Pidana Seumur Hidup Dalam Sistem Hukum Pidana Di Indonesia”.,
hlm. 35. 17Ibid.
11
Dalam teori pemidanaan dikenal teori absolut, atau teori retributif, atau
teori pembalasan (vergerldingstheorien). Menurut teori ini, pidana
dimaksudkan untuk membalas tindakan pidana yang dilakukan seseorang.
Jadi, pidana dalam teori ini hanya untuk pidana itu sendiri. Teori ini
dikenal pada akhir abad ke-18 dan mempunyai pengikut-pengikutnya
dengan jalan pikirannya masing-masing, seperti: Immanuel Kant, Hegel,
Herberet dan Stahl.18 Ditambahkan oleh Muladi dan Barda19
Penjatuhan pidana bukan semata-mata sebagai pembalasan
dendam, yang paling penting ialah pemberian bimbingan dan
pengayoman. Pengayoman sekaligus kepada masyarakat dan kepada
terpidana sendiri agar menjadi insaf dan dapat menjadi anggota
masyarakat yang baik. Demikianlah konsepsi baru fungsi pemidanaan
yang bukan lagi sebagai penjeraan belaka, namun juga sebagai upaya
rehabilitasi dan reintegrasi sosial. Konsepsi itu di Indonesia disebut
pemasyarakatan.
kaitannya
dengan pembalasan mereka berkomentar “pidana merupakan akibat
mutlak yang harus ada sebagai suatu pembalasan kepada orang yang
melakukan kejahatan. Jadi, pada dasarnya pembenaran dari pidana itu
terletak pada adanya atau terjadinya kejahatan itu sendiri”.
20
18Yesmil Anwar dan Adang, Pembaruan Hukum Pidana Reformasi Hukum
Pidana, (Jakarta: Grasindo, 2008), hlm. 131. 19Muladi dan Barda Nawawi Arief, Teori-teori dan Kebijakan Pidana,
(Bandung: Alumni, 1992), hlm. 10-11. 20Bambang Waluyo, Pidana dan Pemidanaan, (Jakarta: Sinar Grafika, 2004),
hlm. 3.
12
Hukum Islam sebagai hukum agama yang paling dominan di
Indonesia, dengan demikian memiliki kedudukan yang strategis sebagai
bahan bagi pembentukan hukum nasional. Untuk itu, pembahasannya tidak
hanya berkutat pada pencarian legitimasi legal-formal, akan tetapi harus
diarahkan pada seberapa banyak hukum Islam menyumbangkan nilai-
nilainya dalam rangka pembentukan hukum nasional sehingga terwujud
kemajuan, ketentraman, kenyamanan, kesejahteraan dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara di Indonesia.21 Makhrus22
Di dalam hukum pidana Islam, berat ringannya hukuman
diserahkan kepada penguasa untuk menentukannya digolongkan dalam
pembahasan hukuman takzir yang jenisnya bervariasi. Mulai dari yang
paling berat yaitu hukuman mati sampai yang teringan yaitu hakim cukup
memberikan hukuman ancaman, teguran maupun peringatan.
juga menyimpulkan
dalam kaitannya pemidanaan dimaksudkan sebagai pembalasan
(retribution), artinya setiap perbuatan yang melanggar hukum harus
dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan nash. Jangka panjang dari aspek
ini adalah pemberian perlindungan terhadap masyarakat luas (social
defence).
23
21Ahmad Bahiej, dkk., Pemikiran Hukum Pidana Islam Kontemporer,
(Yogyakarta: Pokja Akademik UIN SUKA, 2006), hlm. 106. 22Makhrus Munajat, Penegakan Supremasi Hukum Di Indonesia Dalam
Perspektif Islam, (Yogyakarta: Fakultas IAIN Yogyakarta, 2001), hlm. 66. 23A. Hanafi, Asas-asas Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1967),
hlm. 325.
13
Dalam hukum Islam macam hukuman jika dilihat dari bentuk atau
sasaran dari hukuman itu sendiri dapat dikelompokkan sebagai berikut:24
1. ‘Uqūbah badaniyyah (hukuman fisik), yaitu hukuman yang ditetapkan
atas tubuh manusia. Masuk dalam kategori ini antara lain hukuman
bunuh, jilid dan penjara.
2. ‘Uqūbah nafsiyyah (hukuman psikologis), merupakan pengganti
hukuman diberikan dalam bentuk psikologis, seperti nasehat dan
peringatan.
3. ‘Uqūbah maliyyah (hukuman denda), yaitu hukuman dalam bentuk
materiil seperti hukuman diyat.
Terhadap jenis pidana had baik macamnya maupun kadarnya sudah
ditentukan dengan dalil yang qath’i dulu arti penguasa tidak boleh
merubah atau mengurangi hukuman yg sudah ditentukan, seperti hukuman
terhadap orang yang membuat kerusakan di muka bumi misalnya
pencuriaan yaitu bentuknya pidana badan kadarnya dipotong tangannya
atau diasingkan dari tempat tinggal mereka. Sebagaimana firman Allah:
الذين يحا ربون اهللا ورسوله ويسعون فى االرض فسا دا ان انما جزاءا
ايديهم وارجلهم من خالف اوينفوا من االرض يقتلوا اويصلبوا اوتقطع
24Fعظيم االخرة عذاب فى الدنيا ولهم فى ذلك لهم خزي
25 Pembentukan hukum dengan cara maslahah mursalah semata-mata
untuk mewujudkan kemaslahatan manusia dengan arti untuk
24Ocktoberrinsyah, “Hukuman Mati (Pergumulan antara Normativitas Islam
dan HAM),” Asy-Syir’ah, No. II, vol. 38, Th. 2004, hlm. 267. 25Al-Mā idah (5): 33.
14
mendatangkan manfaat dan menolak kemadharatan dan kerusakan bagi
manusia.26
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian pustaka (Library Research)
yang objek utamanya adalah data literatur dan tulisan-tulisan yang
berkaitan secara langsung dengan objek yang diteliti.
2. Sifat Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam penelitian deskriptif analisis.
Penelitian deskriptif adalah penelitian yang memberikan gambaran
secara lengkap dan sistematis terhadap objek yang diteliti.
Berdasarkan pengertian di atas, sifat penelitian dimaksudkan
untuk menggambarkan semua data yang diperoleh yang berkaitan
dengan penelitian ini secara jelas dan rinci yang kemudian akan
dianalisis untuk menjawab permasalahan “Pidana Seumur Hidup Di
Indonesia Perspektif Hukum Islam”.
26Kamal Mukhtar, dkk., Ushul Fiqh Jilid I (Yogyakarta: PT. Dana Bhakti
Wakaf, 1995), hlm. 143.
15
3. Pendekatan Penelitian
Metode pendekatan digunakan untuk memecahkan masalah dan
menarik kesimpulan dari permasalahan yang ada. Pendekatan yang
digunakan penyusun dalam menyusun penelitian ini ialah
menggunakan pendekatan historis. Dengan pendekatan ini
dimaksudkan untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya suatu
peristiwa.
Selain itu, dalam penyusunan skripsi ini penulis juga
menggunakan pendekatan yuridis normatif, maksudnya ialah dalam
pendekatan ini dilakukan dengan melihat undang-undang dan
peraturan-peraturan pemerintah yang berkaitan dengan penelitian ini.
4. Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dilakukan dengan mengumpulkan
buku dan literatur lainnya yang berkaitan dengan skripsi ini, yang
kemudian dikaji dan ditelaah yaitu:
a. Data Primer
Sumber data primer meliputi KUHP dan Undang-undang
yang berkaitan dengan hukum pidana serta buku tentang, at-
Tasyrῑ al-Jinā’ῑ al-Islāmῑ karya Abdul Qādir Awdah, Pidana
Seumur Hidup Dalam Sistem Hukum Di Indonesia karya Tongat,
S.H., M.Hum., Asas-asas Hukum Pidana Islam karya A. Hanafi,
M.A., Teori-teori dan Kebijakan Pidana karya Muladi dan Barda
16
Nawawi Arief dan literatur lainnya yang berkaitan dengan objek
penelitian.
b. Data Sekunder
Yaitu sumber data yang diambil dari sumber-sumber
tambahan yang memuat segala keterangan-keterangan yang
berkaitan dengan penelitian ini, antara lain: artikel, bulletin, koran,
atau karya ilmiah para sarjana dan informasi lain yang relevan.
5. Analisis Data
Setelah data tersebut terkumpul maka dilakukan analisis.
Metode yang dipakai dalam menganalisa penelitian ini nantinya
menggunakan analisis dengan penalaran deduktif.27
G. Sistematika Pembahasan
Deduktif
merupakan langkah analisis data dengan cara menerangkan data yang
bersifat umum untuk membentuk suatu pandangan yang bersifat
khusus sehingga dapat ditarik menjadi kesimpulan.
Untuk memudahkan pemahaman terhadap penelitian ini, peneliti
menguraikan materi penelitian yang dibagi menjadi lima bab dengan
sistematika sebagai berikut:
Bab Pertama, yaitu pendahuluan yang berisi tentang latar belakang
masalah dalam penelitian ini, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan
27Sutrisno Hadi, Metodologi Riset, (Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM,
1984). hlm. 42.
17
penelitian, telaah pustaka, kerangka teoritik, metode penelitian dan
sistematika pembahasan.
Bab Kedua, penyusun mengkaji hukuman dalam Islam. Pada
pembahasan ini terdiri atas pengertian hukuman dalam Islam, macam-
macam hukuman dalam Islam, dasar pemberian dan pelaksanaan
hukuman, tujuan pemidanaan dalam hukum Islam.
Bab Ketiga, membahas mengenai kebijakan pidana seumur hidup
di Indonesia. Pembahasan ini terdiri atas: pengertian pidana seumur hidup,
sejarah pidana seumur hidup dalam sistem hukum pidana di Indonesia,
kebijakan tentang pidana seumur hidup dalam perundang-undangan di
Indonesia, kebijakan pidana seumur hidup dalam praktek, pidana seumur
hidup dilihat dari aspek-aspek tujuan pemidanaan,
Bab Kempat, merupakan analisis kebijakan pidana seumur hidup
dalam hukum Islam. Pembahasan ini terdiri atas: kebijakan seumur hidup
dalam hukum Islam, pidana seumur hidup dilihat dari tujuan pemidanaan
dalam Islam.
Bab Kelima, yaitu bab penutup yang memuat tentang kesimpulan
dari berbagai permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini, yang
nantinya disertai dengan saran-saran yang berkaitan dengan penelitian ini.
76
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan di atas dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut :
Pada dasarnya kebijakan tentang pidana seumur hidup di Indonesia
belum memenuhi nilai-nilai keseimbangan, yaitu masih cenderung hanya
melindungi masyarakat yang merupakan refleksi fungsi pidana sebagai
alat pencegah kejahatan. Dalam hukum Islampun kebijakan pidana seumur
hidup harus mengedepankan aspek perlindungan individu dan masyarakat,
hal dimaksudkan supaya dari pihak individu dapat menjalani hukuman
dengan semestinya dan dari pihak masyarakat dapat terhindar dari
gangguan kejahatan. Namun, hukum Islam dalam menentukan batas masa
maksimal hukuman seumur hidup itu tidak terbatas waktu, tetapi hukum
Islam masih memberikan peluang bagi terpidana seumur hidup untuk
bebas jika terpidana tersebut telah lama mendekam di dalam penjara dan
benar-benar telah menunjukkan perubahan yang baik sehingga ia bertobat.
Dilihat dari konsep tujuan pemidanaan antara hukum positif
dengan hukum Islam, pidana seumur hidup sudah seiring sejalan dengan
kemaslahatan masyarakat dan individu. Perlindungan kepada individu dan
masyarakat secara integratif dalam pemidanaan sebagai implementasi ide
monodualistik mutlak perlu diberikan agar pemidanaan benar-benar sesuai
dengan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat. Dalam hukum Islam
77
meskipun pidana seumur hidup diperbolehkan, tetapi penjatuhan
hukumannya tidak dipakai sebebas-bebasnya melainkan dibatasi oleh
taubat dan membaiknya pribadi terhukum. Dengan demikian tidak perlu
membatasi masa tertinggi untuk membebaskannya karena pembebasan
terhukum tergantung pada keadaan dirinya bukan kepada masa tertentu,
karena itu terhukum dapat bebas apabila ia bertaubat atau tetap menjalani
hukuman sampai mati jika ia tidak bertaubat atau pribadinya tidak menjadi
baik.
B. Saran-saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan tersebut di atas maka
diajukan saran sebagai berikut :
1. Pidana seumur hidup yang dalam perundang-undangan pidana selama
ini hendaknya mengandung nilai-nilai dasar dalam masyarakat,
sehingga tidak hanya diorientasikan pada perlindungan masyarakat,
akan tetapi juga kepada perlindungan individu.
2. Dalam rangka pembaharuan hukum pidana di Indonesia (secara
nasional), maka seyogyanya diupayakan pengenaan terhadap pidana
seumur hidup itu hendaknya lebih manusiawi serta tidak
mempengaruhi hak-haknya sebagai manusia untuk hidup bersama
dengan keluarganya.
3. Adanya aturan yang jelas dan tegas mengenai penjatuhan pidana
berikut dengan kualifikasi terhadap penjatuhan pidana penjara.
78
DAFTAR PUSTAKA
A. Al- Qur’an
Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Bandung: Lubuk Agung, 1989.
B. Fikih/Hukum Islam
Abdul Qādir Awdah, at-Tasyrῑ al-Jinā’ῑ al-Islāmῑ , 2 Juz, Beirut: Dâr al Kâtib al- Arabî, t.t.
_________________, “at-Tasyrῑ ’ al-Jinā’i al-Islāmῑ Muqāranan bil
Qānūnil Waḍ ’iy”, dalam Tim Tsalisah, Ensiklopedi Hukum Pidana Islam, Bogor, PT. Kharisma Ilmu, t.t.
Abdul Wahhab Khallaf, Ilmu Uṣ ul al-Fiqh, Kuwait: Dar al-Qalam, 1992.
Ahmad Bahiej, dkk., Pemikiran Hukum Pidana Islam Kontemporer,
Yogyakarta: Pokja Akademik UIN SUKA, 2006. Ahmad Djazuli, Fiqh Jinayah: Upaya Menanggulangi Kejahatan dalam
Islam, cetakan kedua, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1997. Ahmad Hanafi, Asas-asas Hukum Pidana Islam, Jakarta: Bulan Bintang,
1976. Ahmad Wardi Muslich, Pengantar Dan Asas Hukum Pidana Islam: Fikih
Jinayah, cetakan kedua, Jakarta: Sinar Grafika, 2006. Kamal Mukhtar, dkk., Ushul Fiqh Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Wakaf,
1995. Makhrus Munajat, Hukum Pidana Islam di Indonesia, Yogyakarta: Teras,
2009. _______________, Penegakan Supremasi Hukum Di Indonesia Dalam
Perspektif Islam, Yogyakarta: Fakultas IAIN Yogyakarta, 2001. M. Abu Zahrah, Uṣ ul al-Fiqh, Kairo:Muktabah Muhaimar, 1957. Ocktoberrinsyah, “Hukuman Mati (Pergumulan antara Normativitas Islam
dan HAM),” Asy-Syir’ah, No. II, vol. 38, Th. 2004. _____________, “Tujuan Pemidanaan dalam Hukum Islam”, In Right, No.
I, vol. I, Th. 2011.
79
Rahmat Hakim, Hukum Pidana Islam Fiqh Jinayah, Bandung: Pustaka
Setia, 2000. Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, cet. XXVII, Bandung: Sinar Baru Algensindo,
1994.
C. Hukum Pidana
Andi Hamzah dan A. Sumangelipu, Pidana Mati Indonesia, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1985.
Bambang Waluyo, Pidana dan Pemidanaan, Jakarta: Sinar Grafika, 2004. Barda Nawawi, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, Cetakan Ketiga
Edisi Revisi, Bandung: Citra Aditya Bhakti , 2005. ____________, Kebijakan Hukum Pidana Perkembangan Penyusunan
Konsep KUHP Baru, Jakata: Kencana Prenada Media Group, 2008. ____________, Kebijakan Legislatif dalam Penanggulangan Kejahatan
dengan Pidana Penjara, Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 1996.
C. S. T. Kansil, Pengantar Ilmu Hukum, cetakan kedelapan, Jakarta: Balai
Pustaka, 1986. M. Sudrajat Bassar, Tindak-tindak Pidana Tertentu di dalam Kitab Undang-
undang Hukum Pidana, Bandung: Remadja Karya, 1986. Muhari Agus Santoso, Paradigma Baru Hukum Pidana, Malang: Averroes
Press, Fakultas Hukum Universitas Merdeka Malang, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002.
Muladi, Kapita Selekta Sistem Peradilan Pidana, cetakan pertama,
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 1995. ______, Lembaga Pidana Bersyarat, Bandung: Alumni, 1985 Muladi dan Barda Nawawi Arief, Teori-teori dan Kebijakan Pidana,
Bandung: Alumni, 1992. Mustafa Abdullah dan Ruben Ahmad, Intisari Hukum Pidana, cetakan
pertama, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1983. Roeslan Saleh, Stelsel Pidana Indonesia, Jakarta: Aksara Baru, 1987.
80
Sudarto, Kapita Selekta Hukum Pidana, Bandung: Alumni, 1986. Tongat, Pidana Seumur Hidup Dalam Sistem Hukum Pidana Di Indonesia,
Universitas Muhammadiyah Malang: UMM Press, 2004. Wirjono Projodikoro, Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia, cetakan
ketiga, Jakarta-Bandung: 1981. Yesmil Anwar dan Adang, Pembaruan Hukum Pidana Reformasi Hukum
Pidana, Jakarta: Grasindo, 2008. D. Lain-lain Anton M. Moeliono, et al. Kamus Besar Bahasa Indonesia, cetakan kedua,
(Jakarta: Balai Pustaka, 1989). Ari Arkanudin, “Sanksi Pidana Penjara Dalam RUU KUHP 2008 Perspektif
Hukum Pidana Islam”, Skripsi Fakultas Syari’ah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2011.
Bambang Purnomo, Potensi Kejahatan Korupsi Di Indonesia, Jakarta: Bina
Aksara, 1983. Http : //imamyahya.blogspot.com/2010/04/penjara-dalam-perspektif-fiqh-
jinayat.html Mahmud Syafii, “Perkembangan Stelsel Pidana Penjara Dalam RUU KUHP
2008 Perspektif Hukum Pidana Islam”, Skripsi Fakultas UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2011.
Nopiyanti Fajriyah, “Eksistensi Penjara Dalam Mewujudkan Kemaslahatan
Umat Ditinjau Dari Sistem Pemidanaan Islam”, Skripsi Fakultas Syari’ah IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2004.
Otto Yudianto, “Kebijakan Legislatif dalam Mewujudkan Ide
Pemasyarakatan Terhadap Pidana Seumur Hidup”, Tesis, Program Magister Hukum Universitas Diponegoro, Semarang, 1997
Slamet Muljana, Perundang-undangan Madjapahit, Jakarta: Bratara, 1967. Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 1990. Sutrisno Hadi, Metodologi Riset, Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM,
1984.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
I
LAMPIRAN I
TERJEMAHAN AL-QUR’AN DAN HADIS
NO HALAMAN FN TERJEMAHAN
BAB I
1. 14 25 Sesungguhnya pembalasan terhadap orang-orang yang memerangi Allah dan Rasul-Nya dan membuat kerusakan di muka bumi, hanyalah mereka dibunuh dan disalib, atau dipotong tangan dan kaki mereka dengan bertimbal balik atau dibuang dari negeri (tempat kediamannya). Yang demikian itu (sebagai) suatu penghinaan untuk mereka di dunia, dan di akhirat mereka beroleh siksaan yang besar.
BAB II
2. 21 34 Hukuman adalah pembalasan yang ditetapkan untuk memelihara kepentingan masyarakat, karena adanya pelanggaran atas ketentuan-ketentuan syara’.
3. 29 50 Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap seseorang dari keduanya seratus kali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan dari orang-orang yang beriman.
4. 30 51 Dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik (berbuat zina) dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, maka deralah mereka (yang menuduh itu) delapan puluh kali dera, dan janganlah kamu terima kesaksian mereka buat selama-lamanya. Dan mereka itulah orang-orang yang fasik.
5. 30 52 Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji termasuk perbuatan syaithan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan iu agar kamu mendapat keberuntungan.
II
6. 30 53 Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
7. 31 54 Sesungguhnya pembalasan terhadap orang-orang yang memerangi Allah dan Rasul-Nya dan membuat kerusakan di muka bumi, hanyalah mereka dibunuh dan disalib, atau dipotong tangan dan kaki mereka dengan bertimbal balik atau dibuang dari negeri (tempat kediamannya). Yang demikian itu (sebagai) suatu penghinaan untuk mereka di dunia, dan di akhirat mereka beroleh siksaan yang besar.
8. 34. 62 Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
9. 36 65 Dan tidaklah Kami perlihatkan kepada mereka sesuatu mu’jizat dari mu’jizat-mu’jizat sebelumnya. Dan Kami timpakan kepada mereka azab supaya mereka kembali (ke jalan yang benar).
10. 36 66 Dan tidaklah mereka (orang-orang munafik) memperhatikan bahwa mereka diuji sekali atau dua kali setiap tahun, kemudian mereka tidak (juga) bertaubat dan tidak (pula) mengambil pengajaran?
11. 36 67 Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Maka barang siapa bertaubat (diantara pencuri-pencuri itu) sesudah melakukan kejahatan itu dan memperbaiki diri, maka sesungguhnya Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
12. 38 72 Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishash berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh; orang merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan hamba dan wanita dengan wanita. Maka barangsiapa yang mendapat suatu pema’afan dari saudaranya, hendaklah (yang mema’afkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi ma’af) membayar (diat) kepada yang memberi ma’af dengan cara yang baik (pula).
III
Yang demikian itu adalah suatu keringanan dari Tuhan kamu dan suatu rahmat. Barangsiapa yang melampaui batas sesudah itu maka baginya siksa yang sangat pedih.
13. 40 77 Kecuali orang-orang yang taubat (diantara mereka) sebelum kamu dapat menguasai (menangkap) mereka; maka ketahuilah bahwasanya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
IV
LAMPIRAN II
BIOGRAFI ULAMA DAN TOKOH
Namanya adalah Abu Abdillah Muhammad bin Iddris bin Abbas bin Usman bin Syafi’i, lahir pada bulan Rajab tahun 105 H di suatu desa Gazza, di daerah pantai selatan Palestina. Ayahnya telah meninggal dunia sejak ia kecil, Ibunya bernama Fatimah binti ‘Abdullah al-Azzidiyah, ia sebenarnya senang mempelajari fiqh. Karena keuletan dan kecerdasan akalnya, Ia diberi gelar Mujjadid dalam abad ke-2 H setelah Khalifah ‘Umar bin Abdul Aziz di abad ke-1 H. Pada usia antara 8-9 tahun sudah hafal kitab suci al-Qur’an 30 juz.
Al- Imām Asy- Syāfi’ῑ
Gurunya yang pertama adalah Muslim Khalid az-Zanji di Mekkah, sedangkan yang di Madinah adalah Imam Malik Ibn Anas. Di Irak ia berguru kepada Muhammad Ibn al-Hasan (murid Imam Abu Hanafi). Guru Imam Syafi’i sangat banyak dan dari berbagai aliran. Ia berkeinginan menyatukan ilmu fiqh orang Madinah dengan ilmu fiqh orang Irak atau antara ilmu fiqh yang banyak berdasarkan penyesuaian dengan akal.
Keadaan tersebut di atas yang menuntun as-Syafi’i untuk membentuk prinsip-prinsip dan kaidah-kaidah hukum. Dan disinyalir sebagai kitab Ushul Fiqh pertama kali. Diantara kitab-kitab karangan Imam Syafi’i yang tersohor ialah ar-Risalah al-Qadimah wa al-Jadidah dan kitab al-Umm. Imam Syafi’i datang ke Mesir pada tahun 199 H atau 815 M, pada awal masa Khalifah al-Ma’mun. Kemudian ia kembali ke Bagdad dan bermukim di sana selama sebulan, lalu kembali ke Mesir. Ia tinggal di sana sampai akhir hayatnya pada tahun 204 H atau 820 M, pada malam jum’at tanggal 29 Rajab dengan usia 54 tahun, jenazah diberangkatkan pada hari jum’at sore menuju pekuburan Bani Zahrah di Qarafah Sugra di kota Kairo didekat Masjid Yazar (Mesir).
Beliau melakukan suatu terobosan besar menembus sistem hukum konvensional dengan hujahnya yang tajam dan pikiran yang cemerlang. Beliau berupaya menjadikan hukum Islam sebagai sandaran hukum konvensional. Beliau lahir pada 1906 M (1324 H) di Mesir dan wafat 1954 M (1374 H) dalam usia 48 tahun. Al-Ustadz Abdul Qadir Audah (almarhum) adalah seorang putera Mesir yang hidupnya sangat sederhana, tidak suka hidup mewah dan hatinya sangat bersih. Semasa mudanya hatinya sudah bergejolak anti terhadap kemungkaran (kejahatan/kezaliman) dan kemaksiatan. Begitulah sejak ia masih di bangku sekolah. Pada tahun 1930 Ia keluar dari Kuliyatul Huquq (Fakultas Hukum) dan beliaulah satu-satunya lulusan fakultas tersebut yang langsung diangkat sebagai anggota parlemen dan merangkap sebagai hakim di pemerintahan Mesir. Perhatiannya pada bidang hukum lebih besar, oleh karena itu meskipun ia sebagai
‘Abdul al- Qadir ‘Awdah
V
anggota parlemen, namun waktunya selalu dipergunakan untuk mendamaikan segala persengketaan yang terjadi. Di parlemen beliau bertemu dengan Ustadz Hasan Albanna anggota parlemen dari provinsi Ismailiyah. Fikirannya selalu ada persamaan, yaitu daulah Islamiyah sebagai cita-citanya.
Sebagai hakim, Abdul Qadir Audah terkenal sebagai orang yang berani dalam kebenaran dan selalu konsekuen terhadap segala perkataan dan perbuatan. Maka pada suatu ketika pernah diajukan padanya perkara Ikhwanul Muslimun dengan pihak pemerintah dengan tegas ia menyatakan, memutuskan bahwa pelarangan terhadap Ikhwanul Muslimun adalah salah, tidak berdasar hukum, oleh karena itu Ikhwanul Muslimun berhak hidup.
Lahir di Sungailiat, Bangka, 20 Oktober 1968. Pendidikan dasar sampai menengah ditempuh di kota kelahirannya, yaitu SD Maria Goretti Sungailiat Bangka (1975-1981), setelah menamatkan pendidikan dasarnya beliau melanjutkan di SMP Setia Budi Sungailiat Bangka (1981-1984), kemudian beliau melanjutkan di SMAN 508 Sungailiat Bangka (1984-1987). Disamping itu, beliau juga pernah mengenyam pendidikan di Madrasah Diniyah al-Awwaliyah Alhidayah Bangka (1979-1983) dan Madrasah Diniyah al-Wustha Alhidayah Bangka (1983-1986). Beliau juga melanjutkan pendidikan perguruan tinggi di Fakultas Syari’ah Jurusan Perdata-Pidana Islam (1987-1993) IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Setelah lulus S1, beliau melanjutkan studinya dengan mengambil Program Magister Prodi Aqidah dan Filsafat (1995-1997) PPs IAIN SUKA dan langsung melanjutkan S3 dan mendapat gelar Doktor dalam bidang Ilmu Agama PPs IAIN SUKA Yogyakarta (1997-2011).
Dr. Ocktoberrinsyah, M.Ag.
Beliau menjadi Dosen Tetap Jurusan Jinayah Siyasah (JS) Fakultas Syari`ah UIN Sunan Kalijaga (1999–sekarang), selain menjadi Doktor pengajar di PPs UIN SUKA beliau menjadi Sekretaris Program Doktor Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Beliau juga pernah menjadi Sekretaris Jurusan Jinayah Siyasah Fakultas Syari`ah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (2006-2010), Sekretaris “Jurnal Asy-Syir`ah” Fakultas Syari`ah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (2004-2007), Ketua Koordinator Kegiatan Kemahasiswaan (K-3) pada Student Center UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (2005-2006). Di luar institusi beliau sampai saat ini menjadi Ketua I MUI Kecamatan Kemalang Klaten (2010-sekarang), dan masih banyak berbagai jabatan yang beliau miliki baik dari institusi universitas maupun yang ada di luar institusi.
Aktif menulis di berbagai jurnal dan beberapa karya yang beliau miliki dan telah diterbitkan dalam bentuk jurnal diantaranya: Riddah dan HAM, Perang dalam Islam, Rekonstruksi Pemikiran Hukum Islam, Hukuman Mati (Pergumulan Antara Normativitas Islam dan HAM), Sejarah Penerapan Hukum Pidana Islam di Indonesia, Tujuan Pemidanaan Dalam Islam, dan masih banayak lagi karya-karya beliau yang sampai saat ini mampu menjadi acuan pembelajaran.
VI
LAMPIRAN III
CURRICULUM VITAE
Nama : Ikhwan Nur Mustofa
Tempat, Tanggal Lahir : Purworejo, 15 Juli 1990
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat Asal : Jl. Nyai Wagen RT 03/01, Kelurahan Keseneng,
Kecamatan Purworejo, Kabupaten Purworejo,
Jawa Tengah, 54119.
Alamat Yogyakarta : Gendeng, GK IV No. 1001 A, RT 85/20, Baciro,
Gondokusuman, Yogyakarta, 55225.
Nama Orang Tua
Ayah : Amat Juwari, S. Sos
Ibu : Maesaroh
Pekerjaan Orang Tua : PNS
Alamat Orang Tua : Jl. Nyai Wagen RT 03/01, Kelurahan Keseneng, Kecamatan Purworejo, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, 54119.
Pendidikan
1. TK Siswa Budi II Surabaya (1995-1996) 2. SDN Ketintang IV Surabaya (1996-1999)
SDN Keseneng (1999-2002) 3. MTsN Purworejo (2002-2005) 4. MAN Purworejo (2005-2008) 5. UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, (Fakultas Syari’ah dan Hukum, Jurusan
Jinayah Siyasah, tahun akademik 2008-2012)