PID Kelompok 3

25
Pemicu Seorang wanita usia 35 tahun P2A0 datang kerumah sakit dengan keluhan nyeri pada perut bawah disertai keputihan yang berbau dan demam.Apa yang dialami oleh wanita ini? More info Nyeri yang dirasakan terus-menerus makin hari makin sakit selama 1 minggu ini.selain itu juga mengeluh mual tapi tidak sampai muntah, haid terakhir 1 minggu lalu,nyeri haid (-), belakangan ini haid lebih lama dari biasanya. Gangguan BAK dan BAB tidak ada Wanita ini adalah akseptor AKDR sudah 2 tahun ini tidak pernah Kontrol. Temp : 39 0 C Pada pemeriksaan palpasi abdomen kiri bawah teraba suatu benjolan yang sangat nyeri Pada pemeriksaan dalam teraba massa kistik pada adneksa kiri dan teraba sangat nyeri. Pada pemeriksaan darah rutin dijumpai Leukosit 15.000/mm 3 , dengan hitung jenis leukosit : Neutrofil 80%. Unfamiliar terms Adneksa : Sesuatu atau bagian tambahan. pada uterine, organ adneksanya adalah ovarium, tuba uterine dan ligament-ligamen uterus, disebut juga adneksa uteri Page 1 of 25 Laporan Tutorial kelompok 3 “Pelvic Inflamatory Disease”

Transcript of PID Kelompok 3

Page 1: PID Kelompok 3

Pemicu

Seorang wanita usia 35 tahun P2A0 datang kerumah sakit dengan keluhan nyeri pada perut bawah

disertai keputihan yang berbau dan demam.Apa yang dialami oleh wanita ini?

More info

Nyeri yang dirasakan terus-menerus makin hari makin sakit selama 1 minggu ini.selain itu juga mengeluh

mual tapi tidak sampai muntah, haid terakhir 1 minggu lalu,nyeri haid (-), belakangan ini haid lebih lama

dari biasanya.

Gangguan BAK dan BAB tidak ada

Wanita ini adalah akseptor AKDR sudah 2 tahun ini tidak pernah Kontrol.

Temp : 390 C

Pada pemeriksaan palpasi abdomen kiri bawah teraba suatu benjolan yang sangat nyeri

Pada pemeriksaan dalam teraba massa kistik pada adneksa kiri dan teraba sangat nyeri.

Pada pemeriksaan darah rutin dijumpai Leukosit 15.000/mm3, dengan hitung jenis leukosit : Neutrofil

80%.

Unfamiliar terms

Adneksa : Sesuatu atau bagian tambahan. pada uterine, organ adneksanya adalah ovarium, tuba uterine

dan ligament-ligamen uterus, disebut juga adneksa uteri

Masalah

- Nyeri pada perut bawah disertai keputihan yang berbau dan demam

- Nyeri yang dirasakan terus-menerus makin hari makin sakit selama 1 minggu

- Mengeluh mual dan Hipermenorea

Page 1 of 20Laporan Tutorial kelompok 3 “Pelvic Inflamatory Disease”

Page 2: PID Kelompok 3

Analisa masalah

Hipotesa

Pelvic Inflamatory Disease (PID)

Page 2 of 20Laporan Tutorial kelompok 3 “Pelvic Inflamatory Disease”

Akseptor AKDR

(tidak pernah control sudah 2

Trauma Serviks Uteri Displasia

Infeksi

Benjolan pada abdomenKeputihan ,bau,

Menekan saraf Penebalan dinding Hormonal

Mual

Hipermenorea

Page 3: PID Kelompok 3

Learning issue

1. Jenis-jenis AKDR, cara pemasangan, dan efek pemakaian

2. Pelvis Inflammatory Disease

a) Definisi

b) Klasifikasi dan sign and symptom

c) Differensial Diagnosa ( DD)

d) Etiologi dan Faktor Predisposisi

e) Patofisiologi

f) Penegakan Diagnosa

g) Penatalaksanaan

h) Komplikasi dan Prognosis

Page 3 of 20Laporan Tutorial kelompok 3 “Pelvic Inflamatory Disease”

Page 4: PID Kelompok 3

Learning Issue 1

Jenis- jenis AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim), cara pemasangan dan efek pemakaian

AKDR adalah alat yang terbuat dari bahan plastic berbentuk T dan berukuran kecil yang dimasukkan ke

dalam rongga uterus.

a. Jenis-jenis AKDR

Non Hormonal

Menurut bentuknya :

Bentuk yang terbuka linear

Lipees loop

Saf – T – coil

Multiload 250

Cu – 7

Cu – T

Cu T 380 A

Spring coil

Marguiles spiral

Bentuk tertutup sebagai cincin

Ota Ring

Antigon F

Ragab Ring

Cincin Gravenberg

Cincin Hall stone

Birnberg bow

Hormonal

Progestasent T = AL2A T

Page 4 of 20Laporan Tutorial kelompok 3 “Pelvic Inflamatory Disease”

Page 5: PID Kelompok 3

Page 5 of 20Laporan Tutorial kelompok 3 “Pelvic Inflamatory Disease”

Page 6: PID Kelompok 3

b. Teknik pemasangan AKDR

Di Indonesia, AKDR jenis lipees loop yang paling sering digunakan.

Cara pemakaian/ pemasangannya adalah :

1) Kandung kemih dikosongkan dan akseptor dibaringkan diatas meja ginekologik dalam

posisi litotomi

2) Kemudian, dilakukan pemeriksaan Bimanual untuk mengetahui letak, bentuk dan besar

uterus

3) Spekulum dimasukkan kedalam vagina, dan serviks uteri dibersihkan dengan larutan

antiseptic (sol. Betadine / tingtura jodii)

Page 6 of 20Laporan Tutorial kelompok 3 “Pelvic Inflamatory Disease”

Page 7: PID Kelompok 3

4) Sekarang dengan cunam serviks dijepit bibir depan porsio uteri dan dimasukkan sonde

ke dalam uterus untuk menentukan arah poros dan panjangnya kanalis servikalis serta

kavum uteri

5) Kemudian AKDR dimasukkan ke dalam uterus melalui ostium uteri eksternum sambil

mengadakan tarikan ringan pada cumin serviks

6) Tabung penyalur digerakkan didalam uterus, sesuai dengan arah poros kavum uteri

sampai tercapai ujung atas kavum uteri yang telah ditentukan lebih dahulu dengan

sonde uterus

7) Kemudian, sambil mengeluarkan tabung penyalur perlahan-lahan, pendorong (plunger)

menahan AKDR dalam posisinya

8) Setelah tabung penyalur keluar dari uterus, pendorong juga dikeluarkan, cunam

dilepaskan

9) Benang AKDR diguntin g sehingga 21/2 – 3 cm keluar dari ostium uteri, dan akhirnya

speculum diangkat.

c. Cara mengeluarkan AKDR

Biasanya dilakukan dengan jalan menarik benang AKDR yang keluar dari ostium uteri eksternum

dengan dua jari, dengan pinset, atau dengan cunam.

d. Pemasangan AKDR

AKDR dapat dipasang dalam keadaan berikut :

Sewaktu haid sedang berlangsung

Pemasangan AKDR pada waktu ini dapat dilakukan pada hari-hari pertama atau pada

hari-hari terakhir haid. Keuntungan pemasangan AKDR pada waktu ni antara lain ialah :

- Pemasangan lebih mudah oleh karena serviks pada waktu itu agak terbuka dan

lembek

- Rasa nyeri tidak seberapa keras

- Perdarahan yang timbul sebagai akibat pemasangan tidak seberapa dirasakan

- Kemungkinan pemasangan AKDR pada uterus yang sedang hamil tidak ada

Page 7 of 20Laporan Tutorial kelompok 3 “Pelvic Inflamatory Disease”

Page 8: PID Kelompok 3

Sewaktu postpartum

Pemasangan AKDR setelah melahirkan dapat dilakukan :

i. Secara dini (immediate insertion) yaitu AKDR dipasang pada wanita yang

melahirkan sebelum dipulangkan dari rumah sakit

ii. Secara langsung (direct insertion) yaitu AKDR dipasang dalam masa tiga bulan

setelah partus atau abortus

iii. Secara tidak langsung (indirect insertion) yaitu AKDR dipasang sesudah masa

tiga bulan setelah partus atau abortus; atau pemasangan AKDR dilakukan pada

saat yang tidak ada hubungan sama sekali dengan partus atau abortus.

Sewaktu postabortum

Sebaiknya AKDR dipasang segera setelah abortus oleh karena dari segi fisiologi dan

psikologi waktu itu adalah paling ideal. Tetapi, septic abortion merupakan

kontraindikasi.

Beberapa hari setelah haid terakhir

Dalam hal yang terakhir ini wanita yang bersangkutan dilarang untuk bersenggama

sebelum AKDR dipasang. Sebelum pemasangan AKDR dilakukan, sebaiknya diperlihatkan

kepada akseptor bentuk AKDR yang dipasang, dan bagaimana AKDR tersebut terletak

dalam uterus setelah terpasang.

e. Efek samping pemakaian AKDR

Perdarahan

Umumnya setelah pemasangan AKDR terjadi perdarahan sedikit-sedikit yang cepat

berhenti. Kalau pemasangan dilakukan sewaktu haid, perdarahan yang sedikit-sedikit ini

tidak akan diketahui oleh akseptor. Keluhan yang sering terdapat pada pemakai AKDR

ialah menoragia, spotting metroragia. Jika terjadi perdarahan banyak yang tidak dapat

diatasi, sebaiknya AKDR dikeluarkan dan diganti dengan AKDR yang mempunyai ukuran

kecil. Jika perdarahan sedikit-sedikit, dapat diusahakan mengatasinya dengan

pengobatan konservatif. Pada perdarahan yang tidak berhenti dengan tindakan-

tindakan tersebut diatas, sebaiknya AKDR diangkat, dan digunakan cara kontrasepsi lain.

Page 8 of 20Laporan Tutorial kelompok 3 “Pelvic Inflamatory Disease”

Page 9: PID Kelompok 3

Rasa nyeri dan kejang diperut

Rasa nyeri atau kejang diperut dapat terjadi segera setelah pemasangan AKDR; biasanya

rasa nyeri ini berangsur-angsur hilang dengan sendirinya. Rasa nyeri dapat dikurangi

atau dihilangkan dengan jalan member analgetika. Jika keluhan berlangsung terus,

sebaiknya AKDR dikeluarkan dan diganti dengan AKDR yang mempunyai ukuran yang

lebih kecil.

Gangguan pada suami

Kadang-kadang suami dapat merasakan adanya benang AKDR sewaktu bersenggama. Ini

disebabkan oleh benang AKDR yang keluar dari porsio uteri terlalu pendek atau terlalu

panjang. Untuk mengurangi atau menghilangkan keluhan ini, benang AKDR yang terlalu

panjang dipotong sampai kira-kira 2-3 cm dari porsio, sedang jika benang AKDR terlalu

pendek, sebaiknya AKDRnya diganti. Biasanya dengan cara ini keluhan suami akan

hilang.

Ekspulsi (pengeluaran sendiri)

Ekspulsi AKDR dapat terjadi untuk sebagian atau seluruhnya. Ekspulsi biasanya terjadi

waktu haid dan dipengaruhi oleh :

i. Umur dan paritas : pada paritas yang rendah, 1 atau 2, kemungkinan ekspulsi

dua kali lebih besar daripada paritas 5 atau lebih; demikian pula pada wanita

muda ekspulsi lebih sering terjadi daripada wanita yang umurnya lebih tua.

ii. Lama pemakaian : ekspulsi paling sering terjadi pada tiga bulan pertama setelah

pemasangan; setelah itu angka kejadian menurun dengan tajam.

iii. Ekspulsi sebelumnya : pada wanita yang pernah mengalami ekspulsi, maka pada

pemasangan kedua kalinya, kecenderungan terjadinya ekspulsi lagi ialah kira-

kira 50%. Jika terjadi ekspulsi, pasangkanlah AKDR dari jenis yang sama, tetapi

dengan ukuran yang lebih besar daripada sebelumnya.

iv. Jenis dan ukuran : jenis dan ukuran AKDR yang dipasang sangat mempengaruhi

frekuensi ekspulsi. Pada lipees loop, makin besar ukuran AKDR makin kecil

kemungkinan terjadnya ekspulsi.

v. Faktor psikis : oleh karena motilitas uterus dapat dipengaruhi oleh faktor psikis,

maka frekuensi ekspulsi lebih banyak dijumpai pada wanita-wanita yang

emosional dan ketakutan, yang psikis labil.

Page 9 of 20Laporan Tutorial kelompok 3 “Pelvic Inflamatory Disease”

Page 10: PID Kelompok 3

f. Komplikasi AKDR

Infeksi

AKDR itu sendiri, atau benangnya yang berada dalam vagina, umumnya tidak

menyebabkan terjadinya infeksi jika alat-alat yang digunakan disucihamakan, yakni

tabung penyalur, pendorong, dan AKDR. Jika terjadi infeksi, hal ini mungkin disebabkan

oleh sudah adanya infeksi yang subakut atau menahun pada traktus genitalis sebelum

pemasangan AKDR.

Perforasi

Umumnya perforasi terjadi sewaktu pemasangan AKDR walaupun bisa terjadi pula

kemudian. Pada permulaan hanya ujung AKDR saja yang menembus dinding uterus,

tetapi lama kelamaan dengan adanya kontraksi uterus, AKDR terdorong lebih jauh

menembus dinding uterus, sehingga akhirnya sampai ke rongga perut.

Kehamilan

Jika timbul kehamilan dengan AKDR in situ, tidak akan timbul cacad pada bayi oleh

karena AKDR terletak antara selaput ketuban dan dinding rahim.

Learning issue 2

Pelvic Inflammatory Disease atau Penyakit Radang Panggul

Definsi

Infeksi saluran reproduksi bagian atas wanita yang terutama merupakan penjalaran dari infeksi

saluran reproduksi bagian bawah. Mis: vagina, serviks, infeksi ini dapat melibatkan

endometrium,tuba, ovarium maupun jaringan disekitarnya.

Klasifikasi dan tanda dan gejala

Klasifikasi

Page 10 of 20Laporan Tutorial kelompok 3 “Pelvic Inflamatory Disease”

Page 11: PID Kelompok 3

Menurut Monif

Nama organ Nama penyakit

uterus Endometritis, miometritis

Tuba Salpingitis, abses tuba

Ovarium Ooforitis, abses tuba ovarium

Parametrium Parametritis, selulitis pelvis

Peritoneum Pelvioperitonitis

Pembuluh Darah Tromboflebitis, limfadenitis

Stadium Pelvic Inflammatory disease

Stadium I : salpingitis akut

Stadium II : salpingitis akut disertai pelvioperitonitis

Stadium III : pembentukan abses; piosalping abses ovarium, TOA, abses pelvic

Stadium IV : rupture abses

Tanda dan gejala

Nyeri pada perut bagian bawah yang semakin memburuk

Mual dan muntah

Metroragia

Keluar cairan dari vagina dengan warna, konsistensi dan bau yang abnormal

(leukorea)

Demam dan menggigil

Perdarahan menstruasi yang tidak teratur atau spotting (bercak-bercak

kemerahan di celana dalam)

Page 11 of 20Laporan Tutorial kelompok 3 “Pelvic Inflamatory Disease”

Page 12: PID Kelompok 3

Kram karena menstruasi

Nyeri ketika melakukan hubungan seksual (dispareunia)

Perdarahan setelah melakukan hubungan seksual

Nyeri punggung bagian bawah

Kelelahan

Nafsu makan berkurang

Poliuria dan disuria

Diagnosis Banding (DD)

1. Appendicitis

Mual dan muntah

Nyeri yang hebat di perut kanan bagian bawah

Deman : dengan suhu 37,8 – 38,8 oC

Dapat terjadi nyeri kolik

2. KET (Kehamilan Ektopik Terganggu)

Nyeri yang tidak begitu berat disekitar perut bagian bawah

Dapat menyebabkan shock/pingsan

Amenorea

Page 12 of 20Laporan Tutorial kelompok 3 “Pelvic Inflamatory Disease”

Page 13: PID Kelompok 3

Perdarahan pervaginam menunjukkan kematian janin

3. Endometriosis

Dismenorea

Dispareunia

Nyeri waktu defekasi (pembuangan tinja dari rectum)

Poli dan hipermenorea

Infertilitas

4. Kista ovarium pecah/ kista ovarium terpelintir

Nyeri abdomen bagian bawah yang memburuk secara intermitten

Sifat nyeri : nyeri tajam atau kram

Mual dan muntah

Dapat terjadi nyeri tekan atau nyeri lepas

5. Nyeri ovulasi (Mittleschmez)

Nyeri diperut bawah pada sebelah kiri atau kanan saat pertengahan siklus

menstruasi

Nyeri dapat disertai atau tidak disertai dengan perdarahan, yang kadang-kadang

berupa getah berwarna coklat

Tidak disertai mual dan muntah

6. Diverticulitis

Nyeri abdomen bagian kiri bawah

Demam

Adanya mual dan muntah

Etiologi dan faktor predisposisi

Etiologi

Penyebab tersering adalah Neisseria Gonnorhoe

Chlamydia Trachomatis

Bakteri aerob dan anaerob endogen

Mycoplasma sp

Faktor predisposisi

Page 13 of 20Laporan Tutorial kelompok 3 “Pelvic Inflamatory Disease”

Page 14: PID Kelompok 3

Terpajan organism penyebab

Wanita yang aktif secara seksual dibawah usia 25 tahun

Berganti-ganti pasangan seksual

Lendir servikalis yang tipis sehingga tidak dapat memproteksi masukknya bakteri

Penggunaan Intra Uterine Device (IUD) / Alat kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)

yang tidak pernah dikontrol

Kuretase

Patofisiologi

PID terdiri dari 2 tahap :

1. Melibatkan akuisisi dari vagina atau infeksi servikal

2. Penyebaran asenden langsung Mikroorganisme dari vagina & serviks

Page 14 of 20Laporan Tutorial kelompok 3 “Pelvic Inflamatory Disease”

Faktor Predisposisi HeteroseksualPenggunaan antibiotika& Alat pembersih

Penyakit menular seksual(PMS)

(+) MO Patogen

Infeksi Ascending ke uterus dan tuba

(+) vagina & Servikal

Mengganggu keseimbangan dan membunuh flora normal yang ada

Neisseria GonorrohoeaChlamydia trachomatisMycoplasma sp

Faktor pemicu (-)Kontrol &pemasangan

Riwayat infeksiSub akut/menahun

Pembukaan serviks selama Menstruasi

AKDRHubungan seksualMemudahkan

terjadinya infeksi

Kontraksi uterus yang ritmis

Tahap 1

Tahap 2

Page 15: PID Kelompok 3

Penegakan diagnosa

Anamnesis

Penegakan diagnosa dimulai dengan anemnese, dimana pasien dapat mengeluhkan gejala yang

bervariasi. Gejala muncul pada saat awal siklus menstruasi atau pada saat akhir menstruasi. Nyeri

abdomen bagian bawah dijumpai pada 90% kasus dengan kriteria nyeri tumpul, bilateral, dan konstan.

Nyeri diperburuk oleh gerakan, olahraga, atau koitus. Nyeri dapat juga dirasakan seperti tertusuk,

terbakar, atau kram. Nyeri biasanya berdurasi <7 hari.

Page 15 of 20Laporan Tutorial kelompok 3 “Pelvic Inflamatory Disease”

(-) Barier Fungsional

Memfasilitasi pergerakan

asenden

Lendir tipis

Aliran menstrual retrogradUsia Muda

(-) Proteksi masuknya bakteri

Lapisan Serviks

Infeksi

Sel Polimorfonukleat menyerang submukosa diikuti oleh sel mono

nucleat & Sel plasma

Inflamasi Mukosa

Proses Menstruasi

Hilangnya lapisan endometrium

Mukosa serviks (-) Proteksi masuknya bakteri

Eksudat

Mengisi Lumen tuba↑ Pelekatan lipatan dan

Permukaan serosa

Inflamasi meluas

Terbentuk jaringan parut Perlengketan fibrosa abnormal

Nyeri menahun

Tuba yang tersumbat membengkak dan terisi

cairan

Dilepaskan dari fimbria

Adneksa

keputihan bau

Massa kistik

pembengkakan

Menekan/menyentuh saraf

Mual

Nyer

↑↑Leukosit

Neutrofil ↑↑

Ovarium

Infertilitas

Infertilitas

Haid terganggu

Page 16: PID Kelompok 3

Menanyakan Umur karena berkaitan dengan lender servikalis.pada remaja biasanya lapisan ini tipis

sehingga tidak dapat memproteksi masuknya bakteri dan usia dibawah 25 tahun biasanya lebih rentan

terkena PID.kemudian menanyakan apakah ada penggunaan IUD/AKDR,kuretase.Sekresi cairan vagina

(keptihan) terjadi pada 75% kasus. Demam dengan suhu >38º, mual, dan muntah. gejala tambahan yang

lain meliputi perdarahan per vaginam, nyeri punggung bawah, dan disuria. Nyeri organ pelvis dijumpai

pada PID. Adanya nyeri pada pergerakan serviks menandakan adanya inflamasi peritoneal yang

menyebabkan nyeri saat peritoneum teregang pada pergerakan serviks dan menyebabkan tarikan pada

adnexa.

PID dapat didiagnosa dengan riwayat nyeri pelvis, sekresi cairan vagina,

nyeri tekan adnexa, demam, dan peningkatan leukosit.

Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik, biasanya didapati :

- Nyeri tekan perut bagian bawah

- Pada pemeriksaan pelvis dijumpai : sekresi cairan mukopurulen, nyeri

pada pergerakan serviks, nyeri tekan uteri, nyeri tekan adnexa yang bilateral

- Mungkin ditemukan adanya massa adnexa

Beberapa tanda tambahan adalah :

- Temperatur 380 CPemeriksaan Laboratorium

- Pada pemeriksaan darah rutin dijumpai jumlah leukosit lebih dari 100.000 pada 50% kasus.2

Hitung leukosit mungkin normal, meningkat, atau menurun, dan tidak dapat digunakan untuk

menyingkirkan PID.

- Peningkatan erythrocyte sediment rate digunakan untuk membantu diagnose namun tetap tidak

spesifik.

- Peningkatan c-reaktif protein, tidak spesifik.

- Peningkatan Neutrofil

Page 16 of 20Laporan Tutorial kelompok 3 “Pelvic Inflamatory Disease”

Page 17: PID Kelompok 3

- Pemeriksaan DNA dan kultur gonorrhea dan chlamidya digunakan untuk mengkonfirmasi PID.

Pemeriksaan Radiologi

- Transvaginal ultrasonografi : pemeriksaan ini memperlihatkan adnexa, uterus, termasuk

ovaroium.6 Pada pemeriksaan ini PID akut Nampak dengan adanya ketebalan dinding tuba lebih

dari 5 mm, adanya septa inkomplit dalam tuba, cairan mengisi tuba fallopi, dan tanda cogwheel.

Tuba fallopi normal biasanya tidak terlihat pada USG.

- CT digunakan untuk mendiagnosa banding PID. Penemuan CT pada PID adalah servisitis,

ooforitis, salpingitis, penebalan ligament uterosakral, dan adanya abses atau kumpulan cairan

pelvis.1,2 Penemuan CT scan tidak spesifik pada kasus PID dimana tidak bukati abses.

- MRI jarang mengindikasikan PID. Namun jika digunakan akan terlihat penebalan, tuba yang

berisi cairan dengan atau tanpa cairan pelvis bebas atau kompleks tubaovarian.

Prosedur Lain

Laparoskopi adalah standar baku untuk diagnosis defenitif PID. Mengevaluasi cairan di dalam abdomen

dilakukan untuk menginterpretasi kerusakan. Pus menunjukkan adanya abses tubaovarian, rupture

apendiks, atau abses uterin. Darah ditemukan pada ruptur kehamilan ektopik, kista korpus

luteum, mestruasi retrograde, dll. Criteria minimum pada laparoskopi untuk mendiagnosa PID adalah

edema dinding tuba, eritema tube, hyperemia permukaan tuba, dan adanya eksudat pada permukaan

tuba dan fimbriae. Massa pelvis akibat abses tubaovarian atau kehamilan ektopik dapat terlihat.

Endometrial biopsi dapat dilakukan untuk mendiagnosa endometritis secara histopatologis.

Penatalaksanaan Rekomendasi centers for disease control and prevention <CDC> adalah:

1.Pasien rawat inap.

Cefoxitin 2 gr iv tiap 6 jam, atau cefotetan 2 gr, iv tiap 12 jam, ditambah doksisiklin 100 mg iv tiap 12

jam sampai ada perbaikan diikuti doksisiklin oral 2 x 100 mg selama 14 hari.

2.pasien rawat jalan.

Page 17 of 20Laporan Tutorial kelompok 3 “Pelvic Inflamatory Disease”

Page 18: PID Kelompok 3

Ceftriakson, 250 mg im atau cefoxitin 2 gr, im diikuti probenecid 1 gr oral dan diikuti doksisiklin 2 x 100

mg selama 14 hari.

Alternatif:

1.pasien rawat inap.

Klindamisin 600 mg,iv tiap 8 jam ditambah gentamisin 2 mg/kg iv diikuti 1,5mg iv tiap 8 jam sampai ada

perbaikan dilanjutkan dengan doksisiklin 2 x 100 mg selama 14 hari.

2.pasien rawat jalan.

Ofloksasin 2 x 400 mg,oral selama 14 hari ditambah metronidazol 2 x 500 mg oral selama 14 hari, atau

klindamisin 4 x 450 mg 0ral selama 14 hari.

Rekomendasi WHO 1989.

A. Rawat jalan.

1. ceftriaxone 250 mg IM atau cefoxitin 2 gr IM dosis tunggal , ditambah doksisiklin 2 x 100mg ditambah

metronidazol 3 x 500 mg oral selama 10 hari.

2. alternative regim A.

Trimetoprim/sulfametoksazol 480 mg 10 tablet/hari selama 3 hari atau 2 tablet/hari selama 10 hari.

3.alternatif regim B.

Kanamisin 2 gr IM dosis tunggal ditambah metronidazol 3 x 500mg oral 10 hari

B. Rawat inap.

1. Regim A, cefoxitin 2 gr / 6jam IV, ditambah doksisiklin 100 mg / 12 jam IV.

2. Regim B, kloramfenikol 500 mg / jam IV, ditambah gentamisin 1,5mg/kg/8jam IV.

3. Regimen C, klindamisin 900mg/jam IV, ditambah gentamisin 1,5mg/kg/8jam IV.

Lama pemberian 4 hari, dilanjutkan dengan doksisiklin 2 x 100 mg oral selama 10-14 hari.

Page 18 of 20Laporan Tutorial kelompok 3 “Pelvic Inflamatory Disease”

Page 19: PID Kelompok 3

Komplikasi dan prognosis

Komplikasi

Dapat menyebabkan berbagai kelainan didalam kandungan, seperti :

- Nyeri berkepanjangan

- Infertilitas

- Kehamilan abnormal

Penyakit ini dapat menyebabkan parut pada rahim dan saluran tuba. Parut ini

mengakibatkan kerusakan dan menghalangi saluran tuba sehingga dapat

menyebabkan infertilitas.

Parut ini juga dapat menyebabkan sel telur tidak dapat melalui jalan normalnya

ke rahim sehingga dapat terjadi Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)

Prognosis

Jika didiagnosis dan ditangani dengan cepat, hasil (prognosis) akan baik. Prognosis

menjadi kurang baik, apabila pasien menunda-nunda pengobatan dan/atau melanjutkan

hubungan seksual yang tidak aman.

Kesimpulan

Wanita ini menderita penyakit radang panggul ( Pelvic Inflammatory Diseases). Dilihat dari keluhan yang

dirasakan wanita ini dari anamnesis didapati Nyeri perut bawah disertai keputihan, demam, mual, haid

lebih lama dari biasanya,dan didapati wanita ini akseptor AKDR yang tidak pernah control 2 Tahun ,dan

ini merupakan faktor predisposisi terjadinya PID,pada pemeriksaan fisik didapati pada palpasi abdomen

kiri bawah teraba suatu benjolan yang sangat nyeri, dan pada pemeriksaan dalam teraba massa kistik

Page 19 of 20Laporan Tutorial kelompok 3 “Pelvic Inflamatory Disease”

Page 20: PID Kelompok 3

pada adneksa kiri dan terasa sangat nyeri.pada pemeriksaan laboratorium Leukosit dan Neutrofil

meningkat.ini semua merupakan tanda dan gejala yang umum untuk penegakan diagnose terhadap PID.

Penatalaksanaan untuk pasien ini adalah dilakukan rawat inap Cefoxitin 2 gr iv tiap 6 jam, atau cefotetan

2 gr, iv tiap 12 jam, ditambah doksisiklin 100 mg iv tiap 12 jam sampai ada perbaikan diikuti doksisiklin

oral 2 x 100 mg selama 14 hari

Daftar Pustaka

1. Cunningham, F. Gary. 2005.Obstetri williams edisi 21. Jakarta : EGC2. Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu kebidanan edisi 4. Jakarta : P.T. Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo3. Mochtar, Prof. Dr. Rustam. 1998. Sinopsis obstetri edisi 2. Jakarta : EGC

Page 20 of 20Laporan Tutorial kelompok 3 “Pelvic Inflamatory Disease”