PHYSICS, 20-05- 2012

240
Penyusun: Hidjan AG, MSc.Eng Jurusan Teknik Sipil No. Diktat : 14/K7.A/UP2AI/2009 FISIKA TERAPAN

Transcript of PHYSICS, 20-05- 2012

Page 1: PHYSICS, 20-05- 2012

Penyusun: Hidjan AG, MSc.Eng

Jurusan Teknik Sipil

No. Diktat : 14/K7.A/UP2AI/2009

POLITEKNIK NEGERI JAKARTAAgustus 2009

FISIKA TERAPAN

Page 2: PHYSICS, 20-05- 2012

Konsultasi : HP. 082124368899

PRAKATA

Ilmu Fisika merupakan komponen penting yang menjadi tulang punggung pengembangan berbagai macam Teknologi dan merupakan mata kuliah yang diajarkan di berbagai fakultas eksakta seperti Fakultas Teknik, Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Kedokteran, Pertanian, Farmasi, dan sebagainya. Disamping itu juga dapat dijadikan sebagai dasar teori dalam perancangan maupun pelaksanaan proses proses industri seperti dalam bidang konstruksi bangunan, mesin, energi, dll. Dalam buku ini disajikan materi yang topik topiknya dipilih untuk menunjang beberapa mata kuliah lain terkait yang ada di jurusan Teknik Sipil. Materi yang disusun terdiri dari Kinematika, Dinamika, Statika, Panas serta Teori Atom dan Molekul. Kinematika merupakan bagian dari mekanika mengenai gerak benda tanpa pembahasan terhadap massa maupun gaya dari benda yang bergerak, sedang dalam Dinamika maka juga dibahas massa maupun gaya dari benda yang bergerak. Adapun Statika merupakan bagian dari mekanika yang membahas benda yang berada dalam keseimbangan. Adapun Panas sebagai topik yang diperlukan untuk menjelaskan kondisi yang mempengaruhi suatu bangunan serta Teori Atom dan Molekul sebagai basis Ilmu Bahan, merupakan materi yang juga perlu disajikan karena banyak terkait dengan bidang Teknik Sipil.

Penulis berharap buku ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan semua pihak yang memerlukan, terutama para mahasiswa jurusan Teknik Sipil.. Kami menyadari penulisan buku ini tak lepas dari kekurangan. Karena itu berbagai masukan, saran, maupun kritik konstruktif dari para pembaca sangat diharapkan agar kwalitas buku ini dapat disempurnakan. Wassalam, Depok, 26 Mei 2009

Page 3: PHYSICS, 20-05- 2012

Hidjan AG

i

DAFTAR ISI

Prakata...............................................................................................................i

Daftar Isi.......................................................................................................................ii

01. Pendahuluan.................................................................................................1

02. Sistim Satuan dan Analisis Vektor................................................................3

03. Kinematika.................................................................................................19

04. Gravitasi dan Gaya.....................................................................................30

05. Gesekan......................................................................................................36

06. Energi .........................................................................................................41

07. Mesin-mesin Angkat...................................................................................45

08. Momentum dan Tumbukan........................................................................56

09. Elastisitas..............................................................................................................67

10. Getaran Mekanis........................................................................................70

11. Gelombang Mekanis...................................................................................86

12. Momen Inersia...........................................................................................93

13. Fluida........................................................................................................99

14. Keseimbangan……………………………………………....………………….115

Page 4: PHYSICS, 20-05- 2012

15. Panas dan Perpindahan Panas..................................................................119

16. Atom dan Molekul...................................................................................130

ii

1. PENDAHULUAN

1.1. Gambaran umum mata kuliah Fisika Terapan

Fisika merupakan ”Basic Science” yang terkait erat dengan banyak disiplin ilmu

yang lain terutama bidang teknik dan rekayasa. Hampir seluruh kemajuan teknologi

yang ada di dunia ini tak terlepas dari kontribusi Ilmu Fisika. Adanya pesawat

terbang, kapal laut, komputer, gedung pencakar langit, jembatan, dan sebagainya

pada dasarnya semua dibuat berasaskan teori teori dan konsep konsep ilmu fisika.

Mengingat materi ilmu fisika begitu luas maka topik topik tertentu dipilih agar sesuai

dengan bidang ilmu lain yang ditunjangnya. Untuk jurusan teknik sipil, dipilih topik

topik fisika yang terkait erat dengan disiplin ilmu teknik sipil, dan dalam buku ini

pembahasan ditekankan kepada mekanika, serta sedikit teori panas dan pengetahuan

atom-molekul. Mekanika ditujukan untuk mendasari matakuliah Mekanika Teknik,

Mekanika Fluida, dan Teori Gempa, sedang teori panas dan pengetahuan atom-

molekul ditujukan untuk mendasari Ilmu Bahan.

1.2. Tujuan Pembelajaran Umum

Buku ini disusun dengan tujuan agar para mahasiswa jurusan Teknik Sipil mampu

memahami prinsip-prinsip dan konsep konsep dasar Ilmu Fisika sebagai pengetahuan

Page 5: PHYSICS, 20-05- 2012

fundamental untuk menunjang beberapa matakuliah lain yang terkait kemudian dapat

menerapkannya di lapangan sesuai dengan keperluan.

1

1.3. Gambaran Umum Isi Diktat

Diktat ini berisi topik topik yang terdiri dari Kinematika, Dinamika, Statika, Teori

Panas, serta Atom dan Molekul. Kinematika, merupakan ilmu mengenai gerak tanpa

pembahasan terhadap massa dari benda yang bergerak maupun gaya penyebab

geraknya. Sub topiknya mengenai : Gerak lurus, Gerak lurus dengan kecepatan

konstan, Gerak lurus dengan kecepatan berubah, Gerak Parabola, Gerak melingkar,

Gerak berputar, dan Gerak berputar dengan kecepatan berubah.

Kemudian Dinamika, ilmu mengenai gerak dengan pembahasan terhadap massa dari

benda yang bergerak dan gaya penyebabnya. Sub topiknya adalah : Gesekan, Kerja

dan Energi, Momentum dan Tumbukan, Mesin mesin Angkat, Momen Inersia,

Getaran Mekanis, dan Gelombang Mekanis. Adapun Statika, merupakan ilmu yang

membahas benda yang berada dalam keseimbangan mekanis. Kemudian juga dibahas

topik topik mengenai Panas dan Perpindahan Panas serta Atom-Molekul yang terkait

dengan disiplin ilmu Teknik Sipil.

1.4. Proses Pembelajaran

Page 6: PHYSICS, 20-05- 2012

Pembelajaran dilakukan dengan kombinasi dari metode konvensional dan SCL

(Student Centered Learning). Metode SCL dimaksudkan agar para mahasiswa lebih

aktif dan terlatih mandiri didalam proses pembelajaran, pengembangan ilmu dan

penerapannya di lapangan sesuai dengan bidang mereka.

2

2. SISTIM SATUAN DAN ANALISIS VEKTOR

2.1. Sistim Satuan

Sistim satuan yang digunakan dalam buku-buku Fisika sering berbeda satu

sama lain. Oleh karena itu, mengenali bermacam-macam sistim satuan yang telah

disepakati secara internasional dan dapat melakukan konversi antar sistim satuan,

menjadi hal yang penting. Ada tiga sistim satuan yang telah dipakai secara

universal dan diakui penggunaannya diseluruh dunia yakni :

1. CGS (centimeter gram second) : sistim satuan ini berdasarkan pengukuran

terhadap besaran panjang, massa, dan waktu. Satuan panjang dalam sistim

ini adalah centimeter, satuan massa adalah gram, dan satuan waktu adalah

sekon.

2. MKS (meter, kilogram, second) : sistim satuan ini berdasarkan pengukuran

terhadap besaran panjang, massa, dan waktu. Satuan panjang dalam sistim

ini adalah meter, satuan massa adalah kilogram, dan satuan waktu adalah

sekon. Sistim satuan MKS ini kemudian dikembangkan, disempurnakan, dan

disepakati secara internasional menjadi Sistim Internasional SI (Le Systeme

International d’Unites). Untuk selanjutnya, seluruh pembahasan dalam buku

ini menggunakan sistim SI.

1

Page 7: PHYSICS, 20-05- 2012

3. FPS (foot, pound, second): sistim ini berdasarkan pengukuran terhadap

besaran panjang, gaya, dan waktu. Satuan panjang dalam sistim ini adalah

foot, satuan gaya adalah pound, dan satuan waktu adalah sekon. Dalam

sistim satuan FPS terdapat dua macam satuan pound yakni pound massa

(untuk satuan massa), dan pound gaya (untuk satuan gaya). Sistim satuan

FPS ini juga dinamakan sistim Inggeris ( English System/British System) dan

banyak digunakan di Eropa..

3

Setiap satuan dalam suatu Sistim Satuan dapat dikonversikan menjadi satuan

dalam Sistim Satuan lain. Maka, 1kilogram (SI) = 1000gram (CGS) = 2,205

pound massa (FPS). Demikian pula, 1meter (SI) = 100centimeter (CGS) =

3,281feet (FPS) = 39,37 inches (FPS). Dengan mengenali dan memahami

satuan-satuan yang ada dalam tiap sistim maka akan mempermudah proses

pengkonversian pada saat diperlukan.

Contoh Satuan dalam Sistim Satuan CGS:

BESARAN NAMA SATUAN SIMBOL SATUAN

Panjang centimeter cm

Massa gram gr

Gaya dyne dyne

Energi erg erg

Waktu sekon s

Suhu celcius oC

Contoh Satuan dalam Sistim Satuan FPS (British System):

BESARAN NAMA SATUAN SIMBOL SATUAN

Panjang foot ft

Page 8: PHYSICS, 20-05- 2012

Panjang inch in

Massa pound mass lbm

Massa slug slug

Gaya pound force lbf

Energi British Thermal Unit Btu

Waktu sekon s

Suhu Fahrenheit oF

4

Sistim Satuan Internasional SI

Besaran-besaran fisika dalam SI dibagi menjadi dua macam yakni :

Besaran Pokok( BesaranDasar) dan Besaran Turunan.

1. Besaran Pokok (Dasar) :

BESARAN NAMA SATUAN SIMBOL SATUAN

1.Panjang meter m

2.Massa kilogram kg

3.Temperatur (Suhu) kelvin K

4.Waktu sekon s

5.Kuat arus listrik ampere A

6.Jumlah zat mole mol

7.Intensitas cahaya candela cd

Satuan Pelengkap (Supplementary Unit) Satuan Pokok :

a. Sudut Bidang radian rad

b.Sudut Ruang steradian sr

KETERANGAN :

Page 9: PHYSICS, 20-05- 2012

a. Pengertian Sudut Bidang

Ditinjau sebuah lingkaran dimana panjang dari keliling lingkaran berjari jari R

adalah 2R. Apabila diambil busur lingkaran S yang panjangnya sama dengan

R, kemudian dari kedua ujungnya ditarik garis ke pusat lingkaran, maka akan

terbentuk sudut bidang yang besarnya 1 radian. Dengan demikian maka dalam

sebuah lingkaran penuh, besar sudut totalnya = 2radian. Karena dalam

sebuah lingkaran besar sudutnya adalah 360o, berarti 360o = 2 radian, sehingga

1 rad = 360/2360/2.3,141592654 = 57,3o

Busur tebal S = R

Sudut 1rad

Gambar 2.1. Lingkaran

b.Pengertian Sudut Ruang :

Ditinjau sebuah benda berbentuk bola. Luas permukaan bola berjari-jari R

adalah 4R2. Apabila diambil sembarang luasan pada permukaan bola seluas

R2 (apapun bentuknya), kemudian dari seluruh pinggir luasan tersebut ditarik

garis ke pusat bola, maka akan terbentuk sudut ruang yang besarnya 1

steradian. Dengan demikian maka dalam suatu bola, besar sudut ruangnya

adalah 4steradian.

Luas permukaan = R2

Besar sudut ruang =1sr

Gambar 2.2. benda berbentuk bola

Page 10: PHYSICS, 20-05- 2012

Perlu diperhatikan bahwa sesuai dengan peraturan internasional, suatu nama

orang yang digunakan untuk satuan dari suatu besaran, maka huruf

awalnya harus ditulis dengan huruf kecil, misalnya satuan untuk kuat arus

listrik maka harus ditulis “ampere” dan bukan “Ampere”, satuan untuk daya

adalah “watt” dan bukan “Watt”, demikian pula satuan untuk temperatur harus

ditulis “kelvin” dan bukan “Kelvin”.

6

2. Besaran Turunan :

Karena merupakan turunan, maka satuan dari besaran turunan dapat dinyatakan

dengan satuan dari besaran dasar. Terdapat banyak sekali besaran-besaran

turunan, berikut adalah beberapa contoh :

Besaran Nama Satuan Simbol Satuan Pernyataan dalam

Satuan Dasar

Gaya (F) newton N Kg.m.s-2

Tekanan(P) pascal Pa Kg.m-1.s-2

Energi(E) joule J Kg.m2.s-2

Daya(P) watt W Kg.m2.s-3

Daftar konversi beberapa satuan dari Sistim lain ke SI

SATUAN LAIN SATUAN (SI)

1 foot (ft) 0,3048 m

1 inch (in) 0,0254 m

1 mile (mil) 1609,3 m

1 mile laut (nautical mile) 1852,0 m

1 yard (yd) 0,9144 m

Page 11: PHYSICS, 20-05- 2012

1 pound gaya (lbf) = 0,4536 kgf 4,4482 N

1 pound massa (lb.m) 0,4536 kg

1 slug 14,594 kg

1British Thermal Unit (Btu) 1055 J

1 Psi (lbf.in-2 ) 6894,8 N.m-2

1 knot 0,5144 m.s-1

1 mach (velocity of sound in air) 350 m.s-1

7

Proses Konversi dari suatu Sistim Satuan ke Sistim Satuan yang lain

Apabila perlu dilakukan konversi satuan dari suatu sistim ke sistim yang lain,

misalnya akan dilakukan konversi dari SI ke FPS atau dari FPS ke SI, maka dapat

dilakukan dari pengkonversian satuan panjang, satuan gaya, dan satuan massa.

Satuan waktu untuk seluruh sistim satuan adalah sama yakni sekon, maka tidak

perlu dikonversi.

Dari FPS ke SI Dari SI ke FPS

Satuan Panjang : 1 ft = 0,3048 m Satuan Panjang : 1 m = 3,281 ft

: 1 inch = 0,0254 m : 1 m = 39,37 inch

Satuan Massa : 1 slug = 14,59 kg Satuan Massa : 1 kg = 0,06854 slug

: 1 pound (lbm) = 0,4536 kg : 1 kg = 2,2046 lbm

Satuan Gaya : 1 pound (lbf) = 4,448 N Satuan Gaya : 1 N = 0,22482 lbf

Contoh Pengkonversian dari FPS ke SI :

Contoh 1:

Torka = Momen Gaya = Gaya F x d (dari gaya ke titik acuan):

Torka dalam FPS misal dinyatakan sebagai : 1 lbf.in

1 lbf.in = 1(4,448N) x (0,0254m) = 0,11298 N.m

Page 12: PHYSICS, 20-05- 2012

Contoh 2:

Daya = Usaha per Waktu = U/t

Daya dalam FPS misal besarnya dinyatakan sebagai : 1 pound force

foot per minutes = 1(lb.f)(ft)/(min), dimana : 1lb.f = 4,4482 N ; 1ft =

0,3048m ; 1min= 60 s ; maka daya dalam SI = (4,4482)(0,3048)/(60) =

0,022597 watt.

8

Contoh Pengkonversian dari SI ke FPS :

Contoh 1: Torka = 1 N.m = 1(0,22482 lbf)(39,37 in) = 8,8512 lbf.in

Contoh 2 : Tekanan = Gaya per Luas = F/A

Tekanan dalam SI misal besarnya: 1N/m2 dimana 1N = 0,2248 pound force

(lbf), sedang 1m = 3,281 ft, yang berarti 1m2 = 10,765 ft2 maka tekanan dalam

FPS = (0,2248)/(10,765) = 0,021 lbf/ft2 .

2.2. Skalar dan Vektor

Skalar adalah suatu kwantitas yang hanya mempunyai besar saja dan tidak

mempunyai arah. Misalnya : panjang, massa, waktu, suhu, jarak, energi, usaha

(kerja), bilangan riil, dan lain-lainnya. Skalar ditunjukkan dengan huruf biasa, dan

operasi perhitungan skalar menggunakan aljabar biasa.

Vektor adalah suatu kwantitas yang mempunyai besar dan arah. Misalnya :

kecepatan, percepatan, gaya, perpindahan, lintasan, posisi, momentum, torka,

berat , dan lain-lain.

Vektor dapat dinyatakan secara grafis maupun secara trigonometris.

2

Page 13: PHYSICS, 20-05- 2012

Secara grafis, vektor digambarkan sebagai anak panah dengan arah tertentu. Ujung

ekor O dinamakan titik asal vektor, sedang ujung kepala P dinamakan titik terminal.

O P

F (dengan tanda anak panah diatasnya) atau F

Gambar 2.3. Vector

Panjang anak panah menyatakan besar vektor, sedang arah anak panah, menyatakan

arah vektor. Apabila vektor masuk bidang, digambarkan dengan tanda silang (x),

sedang apabila vektor keluar bidang, digambarkan dengan tanda titik (.)

9

Secara trigonometris, vektor digambarkan dengan huruf yang diberi gambar anak

panah diatasnya, atau huruf tebal tanpa anak panah diatasnya, sebagai contoh : F

(gaya), v (kecepatan), a (percepatan), r (posisi), P (momentum linier), dan

sebagainya.

Vektor Satuan : adalah vektor yang mempunyai besar satuan. Jika F adalah vektor

yang besarnya F (huruf tidak tebal) dan bukan nol, maka F / F adalah vektor satuan

yang mempunyai arah seperti arah F. suatu vektor F dapat dinyatakan dengan vektor

satuan a dalam arah F dikalikan besar F tersebut, jadi F = Fa. Vektor satuan pada

sumbu x, y, dan z, masing-masing dilambangkan dengan i, j, dan k. dengan demikian

maka Fx = Fx i ; Fy = Fy j ; Fz = Fz k

2.2.1. Aljabar Vektor

Operasi perhitungan vektor yang banyak digunakan dalam aplikasi adalah

penjumlahan, pengurangan, dan perkalian.

F

F1 F2

-F

Page 14: PHYSICS, 20-05- 2012

Gambar 2.4. Vektor F1 dan F2 Gambar 2.5. Sebuah vector samabesar

Sama besar dan searah, maka dan sejajar dengan A tetapi berlawanan

F1 = F2 arah, maka A = -A

2.2.1.a. Penguraian Vektor

Sebuah vektor dapat diuraikan menjadi beberapa vektor lain. Misal, jika vektor F

dalam bidang (2dimensi) diuraikan ke sumbu x dan y, masing-masing menjadi Fx

dan Fy maka Fx dan Fy adalah komponen-komponen dari vektor F (Gambar 2.6).

10

Demikian pula jika sebuah vektor F dalam ruang (3dimensi) diuraikan ke sumbu x,

y, dan z maka komponen-komponen dari vektor F adalah Fx, Fy, dan Fz Gambar 2.7)

Keterangan : Fx = Fx i ; Fy = Fy j ; Fz = Fz k , dimana : i, j, dan k disebut vektor

satuan dan masing-masing mempunyai harga = 1.

F F

Fy j

Fz k

Fy j

Fx i

Fx i

Gambar 2.6. Gambar 2.7.

2.2.1.b. Penjumlahan Vektor

Penjumlahan vektor dapat dilakukan secara grafis ataupun analitis. Penjumlahan

antara dua buah vektor secara grafis adalah dengan meletakkan ekor dari salah satu

Page 15: PHYSICS, 20-05- 2012

vektor di kepala vektor yang lain, dimana besar dan arah vektor harus tetap.

Kemudian tarik anak panah dari titik asal O ke ujung akhir seperti pada gambar 2.8.

F2

F1 FR

F1 + F2 = FR = F1

O O F2

Gambar 2.8. Penjumlahan vektor

11

2.2.1.c. Pengurangan Vektor

Mengurangkan suatu vektor F1 dengan vektor lain F2 sama dengan menjumlahkan

vektor F1 dengan negatif dari vektor F2 , jadi F1 - F2 = F1 + (-F2 ) , sehingga dengan

membalikkan arah panah dari F2 hasilnya seperti pada gambar 2.9

F1

F1 - =

F2 F1 - F2 F2

Gambar 2.9. Pengurangan vektor

Apabila Fx dan Fy pada gambar 2.8 dijumlahkan secara trigonometris, maka

diperoleh resultan F yang besar dari nilai resultan tersebut adalah :

F = F = √ Fx 2+ Fy2 + 2 Fx.Fy cos sudut antara Fx dan

Fy

Karena sudut antara Fx dan Fy adalah 90o dimana cos 90o = 1, maka persamaan

tersebut dapat ditulis :

F = F = √ Fx2 + Fy2

Page 16: PHYSICS, 20-05- 2012

Demikian pula apabila Fx, Fy, dan Fz pada gambar 2.7 dijumlahkan secara vektor

maka diperoleh resultan F yang besar harganya :

F = F = √Fx2 + Fy2 + Fz2

Contoh Soal 1 :

Z+ Y- Jika b x a = c , tentukan besar dan arah a vektor c , dan gambarkan vektornya ! X- b X+ ( Besar b = 3 sedang a = 2 )

Y+ Z-12

Contoh Soal 2: Gaya-gaya berikut bekerja pada sebuah titik, dimana besar dan arah

masing-masing gaya adalah: F1= 40N, F2 =70N, F3 = 40N, F4 = 30N, F5 = 80N, F6 =

60N (gambar 2.10).Tentukan besar dan arah gaya resultan FR baik secara grafis

maupun trigonometris !

y F2

F5 F4 F3

F3 F2

60 30 30 F4 y FR

30 F1 x

F6 F5 F1

x

F6

Gambar 2.10 Gambar 2.11

Jawab :

a). Secara Grafis dilakukan dengan meletakkan ekor dari vektor tiap gaya yang

dijumlahkan ke kepala vektor yang lain secara simultan (tidak harus berurutan, yang

penting besar dan arahnya tetap), kemudian tarik anak panah dari titik asal ke kepala

vektor terakhir, dan hasilnya seperti pada gambar 2.11.

Page 17: PHYSICS, 20-05- 2012

b). Secara trigonometris, dapat dilakukan dengan menguraikan tiap gaya menjadi

komponen komponen gaya pada sumbu x dan sumbu y, kemudian dijumlahkan secara

vektor.

Pada arah sumbu x, maka :

Fx = F1 cos 0o + F2 cos 30o + F3 cos 60o + F4 cos 90o + F5 cos 120o + F6 cos 210o

= 40 cos 0o + 70 cos 30o + 40 cos 60o + 30 cos 90o + 80 cos 120o + 60 cos 210o

= 40.1+70.0,866+40.0,5+30.0+80.-0,5+60.-0,866 = 40+60,62+20+0-40-51,96

= 28,66N

13

Pada arah sumbu y,

Fy = F1 sin 0o + F2 sin 30o + F3 sin 60o + F4 sin 90o + F5 sin 120o + F6 sin 210o

= 40 sin 0o + 70 sin 30o + 40 sin 60o + 30 sin 90o + 80 sin 120o + 60 sin 210o

= 40.0+70.0,5+40.0,866+30.1+80.0,866+60.-0,5 = 0+35+34,64+30+69,28-30

= 138,92N

Jadi besar gaya resultan FR = √ Fx 2 + Fy 2 = 28,662+138,922 = 141,85N

Arah gaya resultan : tg = Fy/Fx = 138,92/28,66 = 4,8472

Maka besar sudut = 78,34o (terhadap sumbu x)

2.2.1.d. Perkalian Skalar dan Vektor

Suatu vektor apabila dikalikan dengan skalar, atau sebaliknya, maka hasilnya adalah

vektor. Jadi apabila m adalah skalar, sedang F adalah vektor maka mF = Fm =

vektor.

Perkalian Skalar (Perkalian Titik) dari dua buah vektor A dan B dituliskan A.B dan

dibaca A dot B, didefinisikan sebagai perkalian antara besar harga A dan besar harga

B dan cosinus sudut () yang diapit oleh kedua vektor tersebut.

A.B = AB cos = sudut yang diapit oleh A

dan B

Page 18: PHYSICS, 20-05- 2012

dan besarnya : 0 <

Disebut perkalian skalar karena hasil dari perkalian dua buah vektor A dan B tersebut

adalah skalar.

Contoh Soal 3 : Gaya F = 100N, bekerja terhadap suatu benda sehingga bergerak

dengan lintasan d = 5 m dalam arah gaya, maka F.d = W = Fd cos 0o = 100.5.1 = 500

N.m (W = 500 N.m tidak mempunyai arah karena skalar)

14

Hukum-hukum pada perkalian skalar :

1. A.B = B.A

2. A. ( B+C ) = A.B + A.C

3. m ( A.B ) = ( mA ).B = A.( mB ) = ( A.B ) m

4. i.i = j.j = k.k = 1 ; i.j = j.k = k.i = 0

5. Jika : A = Ax i + Ay j + Az k dan B = Bx i + By j + Bz k

maka : A.B = AxBx + AyBy + AzBz

A.A = A2 = Ax2 + Ay2 + Az2

B.B = B2 = Bx2 + By2 + Bz2

6. Jika A dan B masing-masing bukan vektor nol, sedang

A.B = 0, maka berarti A dan B saling tegak lurus

Perkalian vektor ( Perkalian silang) dari vektor A dan vektor B dituliskan A x B

(dibaca A cross B) = C , didefiniskan sebagai hasil perkalian antara besar harga

vektor A dan besar harga vector B dan sinus sudut ( ) yang diapit oleh kedua

vektor tersebut.

A x B = AB sin u = C 0 < <

u adalah vektor satuan yang menunjukkan arah dari hasil perkalian tersebut,

yakni arah dari vektor C.

Page 19: PHYSICS, 20-05- 2012

Menentukan ”arah” hasil perkalian vektor

Untuk menentukan arah dari vektor C, maka dapat digunakan aturan putaran sekrup.

Apabila A dan B berada pada suatu bidang maka arah C selalu tegak lurus terhadap

bidang tersebut. Jika A diputar ke B (melalui sudut yang lebih kecil) dan

menghasilkan putaran yang searah jarum jam maka arah C adalah masuk bidang,

sedang apabila putaran berlawanan dengan arah putaran jarum jam berarti arah C

keluar bidang.

15

Contoh Soal 4: Suatu gaya F =1000 N, bekerja terhadap sebuah roda pada posisi r =

0,4m terhadap acuan O (pusat roda) dalam arah membentuk sudut 30o terhadap garis

posisi, maka F x r = =1000.0,4 sin 30o = 200 N.m, dimana arah adalah tegak

lurus terhadap bidang dimana F dan r berada. Apabila F yang diputar ke r searah

putaran jarum jam maka arah masuk bidang, sedang apabila berlawanan dengan

arah putaran jarum jam maka arah keluar bidang.

z z

D

-y -y

A

-x B x -x A x

B

y C y -z

-z

(a) (b)

Gambar 2.12.

Page 20: PHYSICS, 20-05- 2012

Pada gambar 2.12 (a) Dinyatakan A x B = C =AB sin 90o. Jika besar A = 2, dan besar

B = 2 maka besar C = 2.2.1 = 4 (arah C kebawah) ; Pada gambar 2.12 (b)

Dinyatakan B x A = D = BA sin 90o. Jika besar B = 3, dan besar A = 2 maka besar D

= 3.2.1 = 6 (arah D keatas).

16

Contoh Soal 5 :

4m/s

30o

A 400 m B

3m/s

Lebar suatu sungai 400m. Sebuah kapal menyeberang dari sisi A ke sisi B dengan

kecepatan tetap 5m/s. Karena arah arus air yang kecepatannya 3m/s membentuk

sudut 90o terhadap arah dari A ke B dan mempengaruhi gerak kapal, maka nakhoda

mengarahkan kapalnya dengan membentuk sudut 30o terhadap arah A ke B dengan

harapan kapal akan merapat di suatu tempat yang tidak terlalu jauh dari B (Lihat

gambar). Hitung ditempat mana kapal merapat, diukur dari tempat B!

Jawab : 5m/s

5sin30o 30o 400 m

A 5cos30o B

3m/s

Vektor kecepatan kapal dapat diuraikan menjadi komponen kecepatan dalam arah

sumbu x (5cos30o) dan komponen kecepatan dalam arah sumbu y (5cos30o).

Page 21: PHYSICS, 20-05- 2012

5sin30o = 5.0,5= 2,5m/s

5cos30o Ini menjadi : 5cos30o =4,33 m/s

0,5m/s

3m/s tg = 0,5/4,33 = 0,1154734 ; jadi = 6,587o

tg = tg 6,587o =0,1154734 = BC/400, maka jarak BC = 0,1154734 x 400 = 46,2 m

17

Jadi kapal akan sampai dan merapat di tempat C yang berjarak 46,2m dari tempat B

4,33m/s 400m

A 6,587 o B

0,5m/s C

Hukum-hukum pada perkalian vektor :

1. A x B = - B x A

2. A x (B + C) = A x B + A x C

3. m(A x B) = (mA) x B = A x (mB) = ( A x B )m

4. i x i = j x j = k x k = 0 ; i x j = k, j x k = i, k x i = j

5. jika : A = Ax i + Ay j + Az k dan B = Bx i + By j + Bz k

maka :

i j k

A x B = Ax Ay Az = (AyBz – AzBy) i

Bx By Bz + (AzBx – AxBz) j

+ (AxBy – AyBx) k

6. Jika A dan B bukan vektor nol, sedang A x B = 0,

maka A sejajar B.

Page 22: PHYSICS, 20-05- 2012

18

3. KINEMATIKA3.1. Gerak Lurus

Sebuah benda dikatakan bergerak apabila ada perubahan posisi pada waktu

tertentu terhadap acuan tertentu, dan dikatakan diam bila tidak ada perubahan posisi

pada setiap waktu. Benda yang bergerak dikatakan mempunyai kecepatan v (velocity)

yakni harga perubahan perpindahan sebagai fungsi waktu, terhadap sekitarnya.

Apabila besar kecepatan benda berubah dalam waktu tertentu dikatakan mempunyai

percepatan a (acceleration). Pada bab ini pembahasan hanya untuk percepatan

seragam (uniform acceleration) dimana besar percepatan disetiap waktu adalah tetap.

Percepatan adalah harga perubahan kecepatan per interval waktu t.

Gerak Lurus : adalah gerak yang lintasannya lurus. Dapat dibagi menjadi 2 :

1. Gerak Lurus dengan kecepatan konstan (tetap) : Apabila benda bergerak

dengan kecepatan v dalam waktu t, maka Lintasan benda adalah : s = v.t

v v

s

Gambar 3.1

Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB) : ada 2 macam :

3.1.1.a. GLBB Horizontal

3

Page 23: PHYSICS, 20-05- 2012

Apabila benda bergerak pada arah horizontal dengan kecepatan awal vo ,

kemudian dalam waktu t kecepatannya berubah menjadi vt , berarti ada

percepatan a yang besarnya :

a = vt - vo t = vt - vo …….(1)

t a

Persamaan tersebut dapat ditulis : vt - vo= a.t vt = vo + a.t

Besar kecepatan rata-rata v = vt + vo s = v.t = (vt + vo )t ,

2 2

19

s = perpindahan (displacement)

s = ( vo + vo + a.t ) t sehingga s = vo . t + ½ a.t 2 .…………….(2)

2

Apabila persamaan (1) di substitusikan ke persamaan (2) maka diperoleh :

s = vo.t = vo (vt - vo ) + ½ a. (vt - vo ) 2 vt 2 = vo

2 + 2 a.s

a a2

vo vt

s

Gambar 3.2

Keterangan :

Percepatan a diberi tanda positif jika kecepatan benda bertambah, dan diberi tanda

negatif bila kecepatan berkurang.

3.1.1.b. GLBB Vertikal

Sebuah benda yang bergerak pada arah vertikal, misal suatu benda yang

dilemparkan dari permukaan bumi ke atas atau sebaliknya, maka akan

dipengaruhi oleh percepatan gravitasi bumi g yang besar rata-ratanya di

permukaan bumi = 9,8 m/s2.

Page 24: PHYSICS, 20-05- 2012

Benda yang dilemparkan dari permukaan bumi ke atas dengan kecepatan awal vo

mempunyai persamaan sebagai berikut :

Kecepatan pada saat ke t : vt = vo – gt

Besar lintasannya : s = vo.t – 1/2 gt 2

20

vt

s = h

vo

g

Gambar 3.3

(Tanda g negatif karena arah gerak benda berlawanan dengan arah g)

2. Benda yang dilemparkan dari ketinggian tertentu dengan kecepatan awal vo

kearah permukaan bumi mempunyai persamaan :

Kecepatan pada saat ke t : vt = vo + gt

Besar lintasannya : s = vo.t + 1/2 gt 2

vo

s = h

vt

g

Gambar 3.4

(Tanda g positif karena arah gerak benda sama dengan arah g)

Benda dilepas dari ketinggian tertentu kearah permukaan bumi (tidak diberi

kecepatan awal), disebut gerak jatuh bebas, mempunyai persamaan :

Page 25: PHYSICS, 20-05- 2012

Kecepatan pada saat ke t : vt = gt

Besar lintasannya : s = 1/2 gt 2

21

vo = 0

s = h

vt g

Gambar 3.5

Contoh Soal 1 : Seorang pengendara motor melaju dengan kecepatan konstan 10 m/s

melewati sebuah pos polisi. Karena kecepatan pengendara motor itu melebihi batas

kecepatan maksimum yang diperbolehkan, maka tepat ketika ia melewati pos

tersebut, seorang polisi mengejarnya dengan mobil patroli dengan percepatan 2 m/s2.

tanpa kecepatan awal. Tentukan dimana pengendara motor berhasil ditangkap polisi !

Jawab : Dimanapun pengendara motor ditangkap, besar lintasan yang ditempuh oleh

keduanya sama. Lintasan oleh pengendara motor yang melaju dengan kecepatan

konstan mempunyai persamaan : s = v.t, sedang lintasan oleh mobil patroli polisi

yang melaju dengan percepatan dan tanpa kecepatan awal, persamaannya : s = ½ a.t2.

Dengan demikian maka : v.t = ½ at2 10.t = ½ .2.t2 10 = ½ .2.t Waktu yang

ditempuh : t = 10 s Maka pengendara motor tersebut ditangkap ditempat yang

berjarak s = ½ a.t2 = ½ .2.102 = 100 m, diukur dari pos polisi.

Contoh Soal 2 : Sebuah lift yang bagian atasnya terbuka, bergerak vertikal keatas

dengan kecepatan tetap 10m/s terhadap acuan bumi. Ketika sudah berada pada

ketinggian 100m, seorang didalam lift melemparkan bola keatas dengan kecepatan

20m/s relatif terhadap lift, sementara lift terus bergerak keatas dengan kecepatan

Page 26: PHYSICS, 20-05- 2012

tetap. Hitung tempat tertinggi dari bola yang dilempar, tentukan pula berapa lama

waktu yang diperlukan oleh bola sejak dilempar sampai jatuh kembali ke tempat

semula di lift tersebut (g = 9,8m/s2).

22

v = g.t 10 m/s

s = ½ g.t2

v = 10m/s 15,32m

s = v.t

45,92m

10 m/s 30,6m

20m/s (thd.lift)

=30m/s(thd.bumi)

v =10 m/s

100m

Jawab : Bola dilempar keatas (Dari tempat berketinggian 100m) dengan kecepatan

relatif 20m/s terhadap lift, sedang lift sendiri mempunyai kecepatan 10m/s terhadap

bumi, berarti kecepatan bola terhadap bumi adalah = 20m/s +10m/s =30m/s.

Karena arah bola melawan arah gravitasi bumi maka persamaan untuk kecepatan bola

: vt = vo – g.t ; Pada titik tertinggi kecepatan bola vt = 0 sehingga : 0 = vo – g.t

0 = 30 – 9,8.t ; Maka waktu yang diperlukan bola untuk mencapai titik tertinggi

adalah t = vo/g = 30/9,8 = 3,06 sekon. Adapun lintasan bola yang ditempuh untuk

Page 27: PHYSICS, 20-05- 2012

mencapai titik tertinggi = s = vo.t – ½ g.t2 ; s = 30.3,06 – ½.9,8.3,062 = 45,92 m, atau

apabila diukur dari permukaan bumi, tempat tertinggi bola = 45,92+100 = 145,92m.

23

Ketika bola sedang bergerak keatas, lift juga tetap bergerak keatas dengan kecepatan

tetap 10m/s sehingga ketika bola mencapai titik tertinggi, lintasan yang ditempuh

oleh lift adalah s = v.t = 10.3,06 = 30,6m, atau apabila diukur dari permukaan bumi =

30,6 + 100 = 130,6m. Ketika selisih jarak antara posisi lift dan bola 15,32m, lift

sedang bergerak keatas dengan persamaan lintasan s = v.t, sedang bola mengalami

gerak jatuh bebas dengan persamaan lintasan s = ½ g.t2 dan keduanya bertemu pada

suatu tempat dimana total jarak keduanya = v.t + ½ g.t2 , ini = 15,32m sehingga : v.t +

½ g.t2 = 15,32 , atau : 10.t + ½ .9,8.t2 – 15,32 = 0 ini adalah bentuk persamaan

kwadrat dalam t: 4,9 t2 + 10.t -15,32 = 0 Gunakan rumus : t 1,2 = (-b+√b2-4.a.c)/2a

Diperoleh harga t =1,07 sekon. Dengan demikian, waktu yang diperlukan bola sejak

dilempar sampai mencapai titik tertinggi kemudian kembali ke lift = 3,06 + 1,07 =

4,13 sekon.

3.2. Gerak Parabola Sebuah benda yang dilemparkan atau ditembakkan dengan kecepatan awal vo dan

sudut kemiringan tertentu misal maka lintasannya berbentuk parabola (lengkung)

akibat pengaruh gravitasi bumi. Apabila komponen kecepatan ini diuraikan ke sumbu

x dan sumbu y maka komponen kecepatan yang dipengaruhi oleh percepatan gravitasi

g adalah komponen kecepatan yang berada pada sumbu y yakni vy.

voy = vosin

y vo

vox = vocosg x

4

Page 28: PHYSICS, 20-05- 2012

Gambar 3.6

24

Kecepatan awal benda vo dapat diuraikan menjadi komponen kecepatan pada

sumbu x dan y dengan persamaan gerak pada masing-masing sumbu sebagai

berikut :

Pada sumbu x : Pada sumbu y :

Kecepatan vx = voxcos Kecepatan vy = voysing.t

Lintasan sx = vxcost Lintasan sy = vysint g.t2

Contoh Soal : Seorang pengendara mobil berpetualang di lereng sebuah bukit.

Sesampai diujung jalan yang terjal, ia sengaja menginjak pedal gas untuk me

lompatkan mobilnya ke tempat yang lebih rendah dengan kecepatan 9m/s.

Tentukan posisi mobil, jarak dari tempat ia menginjak pedal gas, dan kecepatan

nya, setelah 1 sekon.

y

vo

O

y

vx=vo

x

vy=-g.t v

Jawab : Ketika mobil akan dilompatkan, posisi mobil adalah xo=0, dan yo=0.

Kecepatan awal hanya kearah horizontal saja yakni vox = 9m/s2, sedang voy = 0

Setelah bergerak selama 1 sekon, posisi pada sumbu x = vox.t = 9.1 = 9 m, sedang

Page 29: PHYSICS, 20-05- 2012

posisi pada sumbu y (gerakan mobil ini pada sumbu y merupakan gerak jatuh bebas)

adalah : y = -1/2g.t 2 = -1/2.9,8.12 = - 4,9 m. Tanda negatif menunjukkan bahwa

posisi mobil sekarang berada dibawah posisi mula-mula.

25

Jarak mobil setelah dilompatkan 1 sekon diukur dari posisi mula-mula adalah :

s = √ x2+y2 = √ (9)2+(-4,9)2 = 10,25 m. Kecepatan mobil setelah 1 sekon adalah

merupakan jumlah vektor dari komponen kecepatan pada arah sumbu x dan

komponen kecepatan pada arah sumbu y, dimana vx = vox = 9 m, sedang vy = -g.t = -

9,8.1 = -9,8 m/s. Maka besar kecepatan mobil setelah 1 sekon adalah : v = √vx2+vy

2 =

√(9)2+(-9,8)2 = √177,04 = 13,3 m/s.

3.3. Gerak Melingkar

Suatu benda yang bergerak melingkar dengan jari-jari r, meskipun kecepatannya

tetap, arahnya setiap saat berubah. Dikatakan bahwa ada percepatan “a” yang

berperan merubah arah kecepatan tersebut dan disebut percepatan centripetal ac

karena arahnya selalu menuju ke pusat lingkaran. Besar lintasan S yang ditempuh

oleh benda per waktu disebut kecepatan linier v, sedang besar sudut yang ditempuh

oleh benda per waktu disebut kecepatan sudut Apabila suatu saat besar kecepatan

benda berubah maka dikatakan bahwa benda mengalami percepatan tangensial atau

juga disebut percepatan normal at . Waktu yang diperlukan oleh benda untuk ber

gerak melingkar 1 kali disebut periode = T.

v

Apabila benda bergerak melingkar 1 kali,

v maka kecepatan linier v = panjang keliling

lingkaran per T, jadi v = 2r/T (m/s).

Besar sudut yang ditempuh oleh benda

pada saat bergerak melingkar 1kali adalah

Page 30: PHYSICS, 20-05- 2012

2rad. sehingga kecepatan sudut = 2/T (rad/s).

Gambar 3.7 Maka diperoleh hubungan bahwa : v = r.

Percepatan centripetal ac = v2/r = 2r rad/s2

26

Adapun besar percepatan tangensial at = r ; (Percepatan centripetal () arahnya

menuju ke pusat lingkaran yang berfungsi merubah arah kecepatan v, sedang

percepatan tangensial (at) searah dengan arah kecepatan linier v)

Gerak Rotasi dengan Percepatan/Perlambatan:

Jika sebuah roda berjari-jari r berputar dengan kecepatan sudut o, kemudian dalam

waktu t kecepatan sudutnya berubah menjadi t , berarti ada percepatan sudut yang

besarnya : ( Perhatikan : kondisi disini identik sekali dengan persamaan pada GLBB!)

= t - o t = t - o …….(1)

t

Persamaan tersebut dapat ditulis :t - o = a.t t = o + .t

Besar kecepatan rata-rata = t + o = .t = (t + o )t , maka

2 2

= perpindahan sudut (angular displacement)

= (o +o + .t ) t sehingga = o. t + ½ .t 2 .……….(2)

2

Apabila persamaan (1) di substitusikan ke persamaan (2) maka diperoleh :

= o.t = o (t - o ) + ½. (t - o ) 2 t

2 = o2 + 2 .

2

Page 31: PHYSICS, 20-05- 2012

Energi Kinetik Rotasi : Suatu benda yang berputar merupakan massa yang bergerak,

maka mempunyai energi kinetik rotasi.

27

Misal benda tersebut berputar dengan kecepatan sudut . Apabila tiap elemen benda

bermassa mi bergerak dengan kecepatan linier vi maka energi kinetik totalnya

adalah Ek = 1/2mi.vi2 Karena v = r , maka besar Energi Kinetiknya adalah :

Ek = ½ m.2.r 2 Harga m.r2 disebut momen inercia I, maka I = m.r2, sehingga Ek

= ½ I.2

Contoh hubungan antar roda :

RPM = Rotation Per Minutes, dimana : 1RPM = 2/60 rad/s

Disini : vA = vB

A B (Kecepatan linier A = kecepatan linier B)

A B vA = vB

(Kecepatan linier A = kecepatan linier B)

A A =B

B (Kecepatan sudut A = kecepatan sudut B)

Contoh Soal 1:

Apabila Jari-jari RA = 0,8m, RB = 0,2m, sedang RC = 0,5m, sedang roda C berputar

dengan kecepatan sudut sebesar 1000RPM, tentukan kecepatan linier roda C!

A C

Page 32: PHYSICS, 20-05- 2012

B

28

Contoh Soal 2.

Sebuah roda berputar dengan kecepatan sebesar 1800 RPM. Jika direm selama 1

menit, kecepatannya berubah menjadi 1200 RPM. Apabila roda tersebut terus di rem

sampai berhenti.

a) Tentukan besar perlambatan sudutnya

t b). Jika terus direm dengan perlambatan tersebut

sampai berhenti, hitung lama (t) pengereman

1menit c). Hitung jumlah putaran roda sejak direm

o sampai berhenti !

(Ingat, setiap berputar 1 kali, besar sudutnya = 2rad, berarti untuk menghitung

jumlah putaran, sama dengan besar sudut dibagi 2, jadi: Jumlah putaran = /2

Contoh Soal 3 :

Rancanglah sebuah tikungan jalan miring yang jari-jari kelengkungannya 100m.

Apabila mobil yang melewati tikungan tersebut berkecepatan 25 m/s, berapa sudut

kemiringan jalan agar mobil tersebut dapat berlalu dengan aman?

Contoh Soal 4 :

Jari-jari roda A = 0,5m sedang roda B = 0,2m

B Apabila roda B berputar dengan kecepatan sudut

A 1000 RPM, tentukan besar kecepatan linier dari

Roda A !

Page 33: PHYSICS, 20-05- 2012

29

4. GRAVITASI DAN GAYA4.1. Gravitasi

Gravitasi merupakan efek universal sebagai akibat adanya gaya tarik menarik

antara suatu benda dengan benda lainnya, yang secara kwantitatif dinyatakan dalam

hukum gravitasi universal yang dikemukakan oleh Newton. Setiap gaya yang beraksi

terhadap benda menentukan geraknya. Dibedakan dua macam gaya yakni : Gaya

fundamental (Fundamental force) dan gaya turunan (Derived force). Gaya

fundamental adalah gaya yang sudah ada dialam, ada 4 macam yakni : gaya gravitasi,

gaya elektromagnetik, gaya nuklir kuat, dan gaya nuklir lemah. Adapun gaya turunan

merupakan hasil dari operasi gaya fundamental. Sebagai contoh, gaya gesek dan gaya

pegas, keduanya adalah gaya turunan. Dalam analisis terahir, kedua gaya ini adalah

merupakan hasil dari gaya-gaya diantara molekul-molekul, dan gaya-gaya ini

merupakan keluaran dari gaya elektromagnetik yang adalah merupakan gaya

fundamental. Adapun gaya tarik menarik yang terjadi antara suatu benda bermassa m

dengan bumi yang bermassa M merupakan gaya gravitasi yang bukan gaya turunan.

Hukum Gravitasi Universal

Newton menyatakan bahwa : Gaya gravitasi yang bekerja pada suatu titik bermassa m

terhadap titik massa lain yang bermassa M adalah merupakan gaya tarik menarik

yang besarnya berbanding terbalik dengan kwadrat jarak ”r” antar kedua benda

tersebut.

F = - (G.m.M)/r2

F = gaya tarik menarik

G = Konstanta gravitasi universal = 6,67.10 -11 Nm2/kg2

5

Page 34: PHYSICS, 20-05- 2012

m = massa benda bermassa m (kg)

M = massa benda bermassa M (kg)

r = jarak antara dua benda (meter)

30

Tanda negatif (-) menunjukkan bahwa gayanya adalah bersifat tarik menarik.

Karena besar gaya gravitasi yang dialami oleh benda bermassa m akibat adanya

percepatan gravitasi g adalah F = m.g, sedang harga ini = Gm.M/r2 , maka : m.g =

Gm.M/r2 , dengan demikian besar g = G.M/r2

G = konstanta gravitasi yang harganya diperoleh berdasarkan data eksperimen.

Konstanta ini mencirikan kekuatan gaya gravitasi dan hanya bisa diketahui harganya

jika kedua massa yang tarik menarik diketahui..

Energi potensial terkait dengan gaya gravitasi : Gaya gravitasi tergantung kepada

jarak dari benda yang dipengaruhinya dari pusat gaya. Oleh karena itu merupakan

gaya konservativ dan dapat diturunkan dari fungsi energi potensialnya. Besar energi

potensial gravitasi Ep = - F.dr = - ∫ -Gm.M.dr/r2 = - G.m.M/r Ep = - G.m.M/r.

Apabila persamaan F =G.m.M/r2 didiferensialkan ke r diperoleh: dF=-2G.m.M.dr/r3

sehingga dF/F = - (2G.m.M.dr/r3 ) / G.m.M/r 2 , atau : dF/F = -2dr/r ..................(1)

Apabila persamaan F = m.g juga didiferensialkan maka diperoleh dF = m.dg, atau

dF/F = dg/g ........(2) maka diperoleh : dg/g = -2 dr/r

KETERANGAN : dg = perubahan besar percepatan gravitas

dr = perubahan besar jarak (ketinggian) r

4.2. Gaya

Hukum Newton :

1. Suatu benda yang diam akan terus diam, sedang suatu benda yang bergerak

lurus dengan kecepatan konstan akan terus bergerak dengan kecepatan

konstan, jika tidak ada gaya yang mempengaruhinya.

Page 35: PHYSICS, 20-05- 2012

31

2. Jika sebuah benda dikenai gaya “F” maka akan mengalami percepatan “a”

yang besarnya berbanding lurus dengan gaya tersebut dan arahnya sama. F =

m x a

3. Sebuah benda yang dikenai gaya aksi akan melakukan perlawanan dengan

gaya reaksi yang sama besar,sedang arahnya berlawanan dengan gaya aksi

tersebut.

Gaya Aksi = - Gaya Reaksi, jadi FAksi = - F Reaksi

Cara Menentukan Besar Gaya :

1. CARA STATIK :Jika benda berada dalam keadaan diam, maka gaya

resultant (gaya netto) yang bekerja pada benda = 0 ; jadi F = 0Fx

=0Fy =0Fz =0)

Benda diam

Gambar 4.1

2. CARA DINAMIK :

a). Jika benda bergerak dengan kecepatan konstan, berarti pada benda

tidak ada percepatan linier “a”, berarti juga gaya resultant yang bekerja pada

benda = 0

Jadi F = 0Fx =0Fy =0Fz =0)

v v

Benda bergerak dengan v konstan

Gambar 4.2 b). Jika benda bergerak dengan kecepatan berubah, berarti ada percepatan “a”,

maka : F = m x a

Page 36: PHYSICS, 20-05- 2012

32

a

vo vt

Benda bergerak dengan percepatan “a”

Gambar 4.3

Contoh Soal 1(Cara Statik ): Sebuah benda berat 1000 newton digantung dengan dua

tali seperti pada gambar. Tentukan besar gaya tegangan tali TA dan TB !

30 60

TA TB

1000N

Contoh Soal 2(Cara Dinamik dengan percepatan “a” ): Tentukan besar gaya

percepatan “a” dan gaya tegangan tali T sistim sebagai berikut, dimana g = 9,8m/s2 :

(TA = TB = T)!

Contoh Soal 3 : Berapa gaya yang diperlukan oleh mesin

TA TB untuk mengangkat beban bermassa 1000kg

dengan percepatan 2m/s2 ( g = 9,8m/s2 )

F = ?

a

A B

100kg 500kg

Page 37: PHYSICS, 20-05- 2012

800kg g = 9,8m/s2 1000kg

33

Contoh Soal 4 : (Cara Dinamik dengan percepatan “a” ): Hitung percepatan sistim

dan gaya tegangan tali T!

100kg

T

Licin Sempurna T

a

10 kg

Contoh Soal 5 :

Sebuah lift sewaktu masih kosong , bermassa F=6000N sama dengan beban penyeimbangnya =1000kg Kemudian beberapa orang masuk lift, setelah a=2m/s2

itu mesin lift bekerja dan mengangkat lift ke atas dengan gaya 6000N sehingga lift bergerak dengan percepatan 2m/s2. Tentukan massa total para penumpang lift tersebut ! ( g = 9,8m/s2) 1000 kg

Contoh Soal 6 :. F=100N Sebuah benda ditarik dengan gaya 100N

45o membentuk sudut 45o terhadap horizontal

Tentukan besar gaya normalnya !

g = 9,8m/s2

100kg

Page 38: PHYSICS, 20-05- 2012

34

Dinamika Gerak Melingkar :

Contoh Soal 1 : Sebuah peti bermassa 100 kg bergerak melingkar beraturan diatas

papan licin sempurna (tanpa gesekan) karena diikat dengan tali yang panjangnya 5 m.

Jika peti menjalani 2 putaran per sekon, hitung besar gaya yang dialami oleh tali!

Jawab : Frekwensi f = 2 maka periode T = 1/f = ½ =0,5 s. Percepatan centripetal ac =

v2/r = R/T2 = 4.(3,14) 2.5 / 0,52 =789,57m/s2 .Gaya pada tali merupakan gaya

centripetal Fc = m.v2/R = m.ac = 100.789,57 = 78957 N.

Contoh Soal 2 : Sebuah bola bermassa m digantung dengan tali yang panjangnya L

kemudian bola diputar sehingga bergerak melingkar dengan jari-jari R seperti pada

gambar. Hitung besar gaya tegangan pada tali dan sudut nya !

Jawab :

F

F L Fcos F

A Fsin

W = m.g

Disini tidak ada gaya vertikal, Fy = 0 ; Gaya horizontal mengarah ke pusat

lingkaran, ini pasti harus sebanding dengan m.v2/R sehingga Fx = F sin = m.v2/R

F sin - m.v2/R = 0, sedang pada arah vertikal, Fy = F cos - m.g = 0

F = m.g/cos Masukkan harga F ke persamaan Fx

(m.g/cos)sin=m.v2/R

Page 39: PHYSICS, 20-05- 2012

m.g.tg =m.v2/R tg= v2/g.R R = L sin sehingga : v = R/T =

Lsin

tg= v2/g.R = (Lsing.R sin /cos = 4Lsing.R

1 /cos = 4RL g.R = 4L g. cos = g./ 4L T = 2 √ L cos

/g

35

5. GESEKAN

N Gesekan (Gaya Gesek) f, merupakan gaya yang melawan

gerak relative dari dua permukaan yang bersinggungan

Benda yang belum dikenai gaya kesamping, belum meng

W alami gaya gesek apapun, baik statik maupun kinetik.

Gambar 5.1

Ada dua macam gaya gesek :

1. Gaya gesek statik fs: adalah gesekan antara dua permukaan yang diam

2. Gaya gesek kinetik fk : adalah gesekan antara dua permukaan yang bergerak

N=W N=W N=W

F F F

fs fs max fk

W W W

Gambar 5.2

1. Benda yang diberi gaya 2. Benda diberi gaya F yang 3. Benda sedang dalam

F relativ kecil dan benda cukup besar sehingga benda keadaan bergerak,maka

masih diam, sudah timbul tepat akan bergerak, maka berlaku persamaan :

gaya gesek statis dimana : berlaku persamaan : fk = k.N

f s <s.N f s = s.N Disini ada hal penting

6

Page 40: PHYSICS, 20-05- 2012

untuk diperhatikan :

Jika F=fk mk benda sedang

bergerak dg v konstan.

Jika F>fk mk benda sedang

bergerak dg percepatan“a”

36

Koefisien gesek adalah angka perbandingan antara gaya gesek dengan gaya

normal

Koefisien gesek s adalah angka perbandingan antara gaya gesek statik maximum

dengan gaya normal

Koefisien gesek k adalah angka perbandingan antara gaya gesek kinetik dengan

gaya normal

Contoh Soal 1:

1.a). Apabila benda R yang tidak diketahui massanya menarik benda P dan Q

sehingga semua bergerak bersama-sama dengan kecepatan konstan, tentukan massa R

b). Jika massa benda R diganti dengan benda lain yang besar massanya 300kg,

hitung besar percepatan bersama “a”

NQ T

Np

P Q

R

WQ

Npsin30 Npcos30

WP WR = mR.g

100kg Q 100kg

P 0,5

Page 41: PHYSICS, 20-05- 2012

0,5

30o g = 9,8 m/s2 v konstan

R

37

Contoh Soal 2:

Jika benda A,B, dan C bergerak bersama-sama dengan percepatan a = 2m/s2,

tentukan besar massa benda A yang belum diketahui!

100kg

C

B

A =0,2

30o 200kg

=0,4

Contoh Soal 3:

. Benda P,Q, dan R bergerak bersama-sama dengan kecepatan v konstan, tentukan

massa benda Q seperti pada gambar berikut :

200kg Q

Page 42: PHYSICS, 20-05- 2012

P v konstan

R

60o 200kg

30o

38

Tikungan Datar

Mobil bergerak melingkar pada suatu tikungan datar berjari-jari R. Jika koefisien

gesekan statik antara roda dan jalan adalah s , berapa kecepatan maksimum (v max

m) mobil agar tetap pada jalur tikungan tersebut dengan tidak tergelincir ?

Jawab : Anggap gambar kotak kecil adalah mobil yang sedang berbelok di tikungan

W = Berat mobil ; N = Gaya Normal ; f = Gaya Gesek mobil pada jalan, dimana arah

gaya gesek menuju ke pusat kelengkungan tikungan berjari-jari R.

N Percepatan ac = v2/R kearah pusat kelengkungan

harus disebabkan oleh gaya gesek f = s.N, maka

f Fx = f = s.N m.v2/R , sedang Fy=N-m.g

=0

Disini f diperlukan untuk menjaga agar mobil tetap

W = m.g bergerak dalam lintasan lingkaran.

Besar gaya gesek f akan bertambah dengan bertambahnya kecepatan, tetapi gaya

gesek maksimum yang tersedia adalah f max = s.m.g yang mana merupakan harga

konstan, dan ini menentukan kecepatan maksimum mobil agar tidak tergelincir. Maka

jika f max disubstitusikan ke persamaan f dan v maximum ke persamaan v diperoleh :

s.m.g = m.v2max / R Diperoleh : v max = √s.g.R

Tikungan Miring

Page 43: PHYSICS, 20-05- 2012

. Apabila sebuah mobil bergerak melingkar pada suatu tikungan miring, meskipun

jalan licin (tanpa gesekan), mobil dengan kecepatan tertentu bisa berbelok tanpa

tergelincir. Jadi terdapat korelasi antara kecepatan mobil v dengan sudut kemiringan

suatu tikungan. Jelaskan korelasi v dan sudut !

39

Ncos N

Nsin

W=m.g

Kotak kecil ditengah tikungan jalan miring adalah mobil yang sedang melaju dengan

kecepatan v, sedang N adalah gaya normal pada mobil yang arahnya tegak lurus

terhadap permukaan jalan miring. Secara trigonometris dapat dibuktikan bahwa besar

sudut pada mobil sama dengan sudut kemiringan jalan. Pada keadaan disini,

penyebab gaya m.v2/R adalah : N sin jadi : Fx = N sin = m.v2/R ......(1)

Fy Ncos

m.g N = m.g/ cos

Harga N ini dimasukkan ke persamaan (1) diperoleh : (m.g / cos sin = m.v2/R ,

maka diperoleh : tg v 2/ g.R

Page 44: PHYSICS, 20-05- 2012

Dalam merancang jalan mobil ataupun kereta api, tikungan sering dimiringkan untuk

kendaraan dengan kecepatan rata-rata. Jadi jika jari-jari kelengkungan tikungan R =

230 m dan kecepatan v = 25m/s maka sudut kemiringannya adalah :

tg v 2/ g.R = arc tg {(25)2/ 9,8.230} =

15o

40

6. ENERGI DAN KERJA

6.1. Energi (E)

Energi didefinisikan sebagai kemampuan untuk melakukan kerja (usaha).

Berbagai macam bentuk energi antara lain: energi mekanik, kimia, elektromagnetik,

panas, nuklir, cahaya, dan sebagainya. Disini hanya akan dibahas energi mekanik.

Energi suatu benda diukur berdasarkan kemampuan kerja yang dapat dilakukan, oleh

karenanya satuan energi sama dengan satuan kerja yakni joule (J)

Energi Mekanik banyak macamnya, ada dua yang penting yakni :

6.1.1. Energi Potensial

Energi Potensial merupakan energi yang dimiliki oleh benda karena posisinya,

contoh: 1. Benda yang berada pada ketinggian tertentu diatas permukaan bumi :

Ep = m.g.h

Ek = 0

Ep = m.g.h’

Ek = ½ m.v2

h h’ v

Ek = ½ m.v2max

7

Page 45: PHYSICS, 20-05- 2012

Ep = 0

Gambar 6.1 vmax

2. Pegas yang ditarik atau ditekan dengan gaya F tertentu sejauh x :

x

F Ep = ½ k.x2

Gambar 6.2

k = konstanta pegas ; x = simpangan dari posisi mula-mula

41

6.1.2. Energi Kinetik

Energi Kinetik merupakan energi yang dimiliki oleh benda akibat geraknya. Semua

benda bermassa m yang bergerak dengan kecepatan v, mempunyai energi kinetik

yang besarnya ½ mv2

Gambar 6.3 v Ek = ½ mv2

6.2. Kerja (W)

Kerja didefinisikan sebagai hasil perkalian antara gaya F yang beraksi terhadap

Suatu benda dengan lintasan s dari benda tersebut dalam arah yang sama.

Bila sebuah benda ditarik dengan gaya F sejauh s, maka besar kerjanya adalah :

F W = F coss

Fcos

s

Gambar 6.4

Hubungan antara Kerja dan Energi

Jika sebuah benda bermassa m ditarik dengan gaya F dalam arah horizontal sejauh x

dengan kecepatan awal vo, kemudian mendapat percepatan a sehingga dalam waktu t

kecepatannya berubah menjadi vt, maka Kerja W = F.x = m.a.x

m

Page 46: PHYSICS, 20-05- 2012

x = v.t = (vo+vt) t ; a = vt-vo ; maka W = m(vt-vo)(vo+vt) t sehingga :

2 t t 2

Kerja W = ½ m.vt2 - ½ m.vo

2

(Kerja = Energi Kinetik akhir – Energi Kinetik awal)

Untuk sebuah benda jatuh, besar energi kinetik maupun energi potensialnya akan

berubah-ubah pada setiap tempat sebagai fungsi dari ketinggian. Ketika energi

kinetiknya membesar maka energi potensialnya mengecil, demikian pula sebaliknya

sehingga besar rata-rata Energi Kinetik = rata-rata Energi Potensial. Dengan

demikian maka besar kerja yang dilakukan oleh benda juga dapat dinyatakan :

42

Kerja : W = m.g.h2 – m.g.h1

(Kerja = Energi Potensial ditempat 2 – Energi Potensial ditempat 1)

Demikian pula pada gerak pegas maka : Kerja W = ½ k.x22 - ½ k.x1

2

(½ kx22 = Energi Potensial ditempat 2, sedang ½ kx1

2 = Energi Potensial ditempat

1)

Contoh Soal 1 :

Sebuah mobil menarik beban bermassa 2000kg dengan gaya F sejauh 4000m dan

melaju dengan kecepatan konstan. Jika koefisien gesek kinetik sepanjang jalan 0,4

dan g =9,8m/s2, tentukan besar kerja yang dilakukan oleh mobil ; hitung pula besar

kerja oleh gaya gesek!

F

30o

Contoh Soal 2 :

2000kg

Page 47: PHYSICS, 20-05- 2012

Seorang dari helikopter berketinggian 200m menarik beban bermassa 100kg dari

permukaan bumi kearah atas sehingga beban bergerak dengan percepatan 4m/s2.

Tentukan : a. Kerja yang dilakukan oleh penarik

b. Kerja yang dilakukan oleh bumi

c. Kerja yang dijalani oleh beban tsb

d. Kecepatan akhir beban tersebut.

43

.

a = 4m/s2

200m

g=9,8m/s2

Contoh Soal 3 : F Sebuah benda bermassa 200kg ditarik dengan v konstan gaya F sejauh 500m dengan membentuk sudut 60o terhadap bidang horizontal. Jika besar 60o koefisien gesek kinetik k = 0,2 hitung besar kerja yang dilakukan oleh penarik! k=0,2 ( g = 9,8m/s2 )

100kg

200kg

Page 48: PHYSICS, 20-05- 2012

Contoh Soal 4 : B Jarak dari A ke B adalah 200m F Seseorang menarik peti dengan gaya F dengan kecepatan konstan dari A ke B 100kg Tentukan besar kerja (usaha) yang di k=0,5 lakukan oleh orang tersebut ! 30o ( g = 9,8m/s2 ) A

44

7. MESIN-MESIN ANGKAT 7.1. Pengantar

Mesin didefinisikan sebagai alat untuk transformasi gaya, yakni merubah besar

maupun arah gaya. Pada masa sekarang, penggunaan mesin sangat mendominasi

berbagai kegiatan manusia di berbagai bidang, seperti : Industri, Transportasi,

Pertanian, bahkan Kedokteran dan Pendidikan, serta banyak bidang yang lain. Di

dunia Teknik Sipil, mesin pada umumnya digunakan sebagai alat penunjang untuk

melaksanakan kegiatan pembangunan suatu obyek, misalnya gedung, jembatan, jalan

raya, terminal, dan sebagainya. Sesuai dengan kebutuhan di lapangan, mesin mesin

yang banyak diperlukan adalah berupa mesin yang berfungsi mengangkat dan

memindahkan benda-benda bermassa besar seperti beton, baja, balok kayu, batu,

lempengan besi, dan bahan-bahan bangunan lainnya. Oleh karena itu, digunakan

mesin angkat yang berfungsi untuk kelancaran dan kemudahan pelaksanaan suatu

8

Page 49: PHYSICS, 20-05- 2012

bangunan. Terdapat banyak jenis mesin angkat, semakin besar nilai efisiensi suatu

mesin yang digunakan, tentu semakin baik.

Ada beberapa besaran yang digunakan untuk menunjukkan ukuran kemampuan

mesin, yakni :

7.2. M.A.(Mechanical Advantage): merupakan harga perbandingan antara besar

gaya beban yang diangkat dengan gaya yang digunakan untuk mengangkat .

Fo = Gaya beban yang diangkat

(Gaya output = berat beban)

Fi = Gaya yang digunakan untuk

mengangkat (Gaya inp

7.3. D.R.(Distance Ratio): merupakan harga perbandingan antara panjang yang

digunakan untuk mengangkat, dengan panjang yang ditempuh oleh beban

45

Si = Panjang yang digunakan

untuk mengangkat

(Panjang input)

So = Panjang yang ditempuh

oleh beban (Panjang output)

Menurut hukum kekekalan energi, apabila suatu kerja diberikan kepada sebuah sistim

(kerja input) maka kerja yang dihasilkan oleh sistim tersebut (kerja output) besarnya

haruslah sama, tentu dengan catatan tidak ada energi yang hilang dalam proses

tersebut (Sebenarnya tidak ada energi yang hilang, hanya berubah menjadi bentuk

energi lain yang dalam kondisi tertentu merugikan fungsi mesin, misalnya: berubah

menjadi panas akibat gesekan). Sehingga apabila dalam proses tersebut dianggap

tidak ada energi yang hilang (mesin dianggap ideal), maka berlaku persamaan :

M.A = Fo/Fi

D.R. = Si/So

Fo.So = Fi .Si

Page 50: PHYSICS, 20-05- 2012

FoSo = Kerja output

Fi.Si = Kerja input

Persamaan ini bentuknya dapat dirubah menjadi :

Sehingga :

Efisiensi didefinisikan sebagai harga perbandingan antara besar kerja output dengan

besar kerja input (dinyatakan dalam persen), sehingga :

0 <

46

Suatu kenyataan bahwa pada sebuah mesin, senantiasa terdapat faktor-faktor yang

merugikan kerja mesin, misalnya gesekan, panas, kelembaban, korosi, dan lain

sebagainya yang tidak diinginkan, sehingga menyebabkan efisiensi mesin tidak

pernah dapat mencapai 100 %, sebagaimana yang dinyatakan dalam hukum

thermodinamika. Hal-hal yang merugikan kerja mesin akan merubah besarnya harga

M.A., tetapi tidak berpengaruh terhadap harga D.R. (Penjelasan dari pernyataan ini

dapat dibaca pada pembahasan terhadap katrol tunggal di halaman selanjutnya).

7.4. Macam macam mesin angkat

Beberapa jenis mesin angkat yang akan dibahas dan banyak digunakan untuk

menunjang kegiatan dalam bidang teknik sipil adalah : Katrol tunggal ; Katrol Ganda,

meliputi : Katrol Sistim Pertama, Katrol Sistim Kedua, dan Katrol Sistim Ketiga ;

Fo/Fi = Si /So M.A. = D.R.

Efisiensix 100 % D.R.

Page 51: PHYSICS, 20-05- 2012

Katrol diferensial Weston ; Roda Poros ; Roda Poros Diferensial ; Dongkrak Sekrup

Sederhana ; Bidang Miring ; Kerekan Ketam Tunggal ; Kerekan Ketam Ganda ; Roda

Cacing.

a. Katrol Tunggal

Mesin sederhana ini dalam keadaan ideal mempunyai

harga M.A = 1, yang diperoleh dari Fo / Fi , dimana :

besar gaya Fi yang digunakan untuk mengangkat beban

W (sebagai gaya output Fo) besarnya sama dengan besar

So Si Fo . Demikian pula harga D.R. juga = 1 yang diperoleh

dari Si/So, karena untuk menaikkan W setinggi So= x m

Fo harus menarik Si sepanjang x m juga. Dalam keadaan

Fi seperti ini maka M.A. = D.R. (Perhatikan: Fo = W)

47

Tetapi keadaan menjadi lain apabila kondisi mesin tidak ideal, misalnya katrol

tersebut sudah karatan yang menyebabkan roda sukar berputar akibat gesekan.

Dalam keadaan demikian maka bisa terjadi bahwa untuk mengangkat beban W

yang beratnya misal 1000N ( sebagai Fo ), diperlukan gaya Fi yang lebih besar

dari 1000N karena sebagian gaya Fi digunakan untuk melawan gaya gesek pada

roda. Namun meski kondisi katrol demikian, tidak mempengaruhi harga D.R.

karena, jika tali Si bisa ditarik sepanjang x m, maka beban W tetap naik setinggi

x m. Dikatakan bahwa, gaya luar hanya berpengaruh terhadap harga M.A. saja.

b. Katrol Ganda

Sistim Pertama :

DR = Jarak yang digerakkan oleh kerja

W

Page 52: PHYSICS, 20-05- 2012

Jarak yang dijalani oleh beban

4

T3

DR = 2n ; dimana n = jumlah roda katrol

T2 3 3 Fi bebas, disini n ada 3 buah

( Katrol tetap yakni no.4, tidak dihitung)

T1 2 Dalam keadaan ideal, MA = DR, maka

MA = Fo/Fi = W/Fi = Si/So = 2n

1

Jika massa katrol bebas (nomor 1,2,dan 3)

cukup besar, maka perlu dihitung juga!

Katrol tetap ( nomor 4) tidak berpengaruh

48

Perhatikan, jika mesin ideal maka MA=DR, tetapi jika mesin tidak ideal, maka :

hubungan antara MA dan DR adalah :

fisiensiM.A. x 100% ( 0<<1)

DR

Sistim Kedua :

Untuk menentukan MA disini, caranya

dengan menghitung jumlah tali yang me

nahan beban, disini ada 4 tali, maka :

jika mesin ideal, MA = Fo/Fi = Si/So = 4

1 2 3 4 5 Fi ( tali nomor 5 tidak dihitung karena

sebenarnya hanya merupakan kelanjutan

dari tali 1 yang sudah dihitung)

W

Page 53: PHYSICS, 20-05- 2012

Disini jumlah tali yang menahan

beban ada 5 tali, maka :

Fi MA = Fo/Fi = Si/So = 5

1 2 3 4 5 (tali nomor 5 harus dihitung karena

ikut menahan beban)

49

MA = 3 Fi MA = 4

Fi

Sistim Ketiga :

W

W

W W

Page 54: PHYSICS, 20-05- 2012

W = T1+T2+T3+T4

4 T1 = Fi

T4 T2 = 2T1 = 2Fi

3 T3 = 2T2 = 2(2Fi) = 22Fi

T4 = 2T3 = 2(22Fi) = 23Fi

T3 W = Fi+2Fi+22Fi+23Fi

2 W/Fi = (1+2+22+23+…2n)

T2 maka untuk n buah katrol :

1 MA =Fo/Fi =W/Fi = 2n-1

T4 T3 T2 T1 T1 (disini n = seluruh katrol)

Fi

50

Katrol Diferensial Weston :

R Jari-jari roda besar adalah R, sedang

jari-jari roda kecilnya r. Jika tali di

Fi tarik dengan gaya Fi sehingga roda

1 2 terputar satu kali maka berarti :

panjang tali Si yang ditarik = 2R.

Fo Maka tali 1 naik sejauh 2R juga,

sedang tali 2 turun sejauh 2r. Ini

membuat beban W naik setinggi :

W

W

9

Page 55: PHYSICS, 20-05- 2012

2 R-2 r = R-r = So . Dengan

2

Demikian,MA = Si/So = 2R/( R-r) , atau : MA = 2R/(R-r)

Roda Poros :

R

r Jika tali pada silinder besar ditarik

dengan gaya Fi sehingga silinder ter

Fi putar 1 kali, berarti panjang tali yang

ditarik = 2R (sebagai Si), dan beban

W pada silinder kecil naik setinggi

r R 2r (sebagai So). Dengan demikian,

M.A.=Fo/Fi =Si/So=2R/2r = R/r

51

Roda Poros Diferensial :

r R Pada saat tali ditarik dengan gaya Fi

t sehingga semua silinder terputar 1 kali,

maka Si = 2R. Adapun tali 2 pada

1 2 silinder tengah naik sepanjang 2r,

Fi sedang tali 1 pada silinder kecil turun

sepanjang 2t, ini membuat beban W

naik setinggi (2r-2t)/2 = r-t = So

MA = Fo/Fi = Si/So= 2R/r-t)

atau : MA = 2R/r-t)

W

W

Page 56: PHYSICS, 20-05- 2012

R r t

Dongkrak Sekrup :

W = berat beban yang diangkat

L = panjang lengan untuk kerja

d L (Keliling putarannya=L=Si)

d = jarak antara gigi sekrup=So

Maka :

MA=Fo/Fi = Si/So = L/d

52

Bidang Miring :

L = panjang bidang miring AB

h = tinggi dari C ke B

Fi B Gaya Fi yang bergerak dengan

L kecepatan konstan besarnya :

Wsin h sama dengan Wsin, sedang

W Wcos beban yang dibawa = W =

Fo

A C AMA = Fo/Fi = W/Wsin

Ww

Page 57: PHYSICS, 20-05- 2012

Jadi: AMA=1/sinL/h

Kerekan Ketam Tunggal :

n1 = jumlah gigi di roda 1

n2 = jumlah gigi di roda 2

L n1 L = panjang gagang pemutar

r = jari2 silinder tempat beban

W=beban yang diangkat=Fo

r Fi=gaya input pada gagang

Dalam 1 putaran, Si = 2L

n 2 Jumlah putaran roda 1 =1 kali

Jumlah putaran roda 2= n1/n2

=jumlah putaran silinder beban

maka beban W naik setinggi :

2r x n1/n2 = So, dengan

demikian MA=Fo/Fi=Si/So =

2L /( 2r x n1/n2)= L.n2/r.n1

MA=Fo/Fi=Si/So=L.n2/(r.n1)

53

Kerekan Ketam Ganda :

n4

Dalam 1 putaran gagang,maka Si=L

L Jumlah putaran oleh roda 4 = 1 kali

Jumlah putaran roda 3 = n4/n3 kali

n3 n2 Jumlah putaran roda 2 = n4/n3 kali

Jumlah putaran roda 1 = n2/n1 x n4/n3

Jarak yang ditempuh beban W =

W

Page 58: PHYSICS, 20-05- 2012

r

r x (n2/n1) x (n4/n3) = So

n1 MA=Fo/Fi=Si/So=

L/

(r x n2/n1 x n4/n3)

Jadi MA = L.n1.n3/(n2.n4)

Keterangan : n4,n3, n2, dan n1 masing-masing adalah jumlah gigi yang ada di

roda 4,3,2, dan 1, sedang r = jari-jari silinder tempat beban

Roda Cacing :

C K R = jari-jari roda kerja K

C = cacing berulir

R r = jari-jari silinder beban W

r n = jumlah gigi roda cacing

n Dalam satu kali putaran roda-

Fi kerja K, jarak yang ditempuh

adalah R = Si

54

Jika satu putaran roda K menyebabkan roda cacing bergeser 1 gigi, maka : silinder

beban akan terputar 1/n kali, dan jarak yang ditempuh oleh beban = So = r/n ; maka

:MA=Fo/Fi=Si/So=R/(r/n) , Jadi: MA = R.n/r

Contoh Soal 1 :

Tentukan besar gaya Fi yang diperlukan untuk mengangkat beban 45000N, tentukan pula besar gaya tegangan tali T3! T4

W

w

Page 59: PHYSICS, 20-05- 2012

T3

T2

T4 T3 T2 T1 T1 Fi

Contoh Soal 2 : Pada sebuah Kerekan Ketam Ganda, panjang L=1 m n1=300 gigi; n2=100 gigi ; n3=400 gigi ; n4= 200 gigi ; n4 adapun jari-jari tabung tempat beban = r = 0,2m Hitung besar gaya Fi yang diperlukan untuk meng- angkat beban seberat 30000N! L n3 n2

n1

r

55

8. MOMENTUM DAN TUMBUKAN Sebelum penjelasan terkait dengan momentum, terlebih dahulu akan dibahas

pengertian tentang pusat massa dan pusat berat.

Pusat massa : adalah suatu titik pada benda dimana seluruh massa benda dapat

dianggap terpusat pada titik tersebut.

4500

30000N 10

Page 60: PHYSICS, 20-05- 2012

Pusat berat : adalah suatu titik pada benda dimana seluruh berat benda dapat

dianggap terpusat dititik tersebut. Pusat berat merupakan fungís gravitasi.

Misal ada dua partikel (benda titik) yang massa masing-masing adalah m1 dan m2

berada pada koordinat (x1,y1) dan (x2,y2) dari suatu titik acuan 0, maka pusat

massanya adalah (x pm, y pm) dimana harganya diperoleh dari persamaan :

y m1(.x1, y1)

x pm = (m1.x1+ m2.x2) / (m1 + m2)

y pm = (m1.y1 + m2.y2) / (m1 +m2)

m2(.x2 ,y2)

x

Gambar 8.1

Untuk sejumlah partikel berlaku persamaan :

x pm = mi xi /mi =(m1.x1 + m2.x2 + m3.x3 +.mn.xn) /m1 + m2 + m3 +.mn

y pm = mi yi /mi =(m1.y1 + m2.y2 + m3.y3 +.mn.yn) /m1 + m2 + m3 +.mn

Contoh Soal 1:

Tentukan letal pusat massa dari tiga partikel dengan massa m1 = 1kg, m2 = 2kg, dan

m3=3kg yang terletak pada titik-titik sudut segitiga sama sisi yang panjang sisinya 1m

56

y Jawab : x pm = mi xi /mi

m3 y pm = mi yi /mi

x pm =(1.0 + 2.1 +3.1/2) /1+2 +3 = 0,8533 m

1m 1m y pm =(1.0 + 2.0 +3.0,866) /1+2 +3 = 0,433 m

Jadi Pusat Massa terletak di titik :

30o P ( 0,8533 ; 0,433 )

Page 61: PHYSICS, 20-05- 2012

m1 1/2m 1/2m m2 x

Gambar 8.2

Contoh Soal 2: Pada tiga buah partikel dengan massa : m1 (-2,2) = 4 kg

m2 (4,1) = 8 kg

m3 (1,-3) = 4 kg

bekerja gaya luar yang besarnya pada masing masing adalah :

F1 = 6N ; F2 = 16N ; F3 = 14N

Tentukan percepatan dari pusat massa sistim dan tentukan pula arahnya!

F2

m1 (-2,2) = 4 kg

F1 a pm

m2 (4,1) = 8 kg

P 63o

m3 (1,-3) = 4 kg

F3

Gambar 8.3

57

Jawab : Letak pusat massa sistim diperoleh sebagai berikut :

x pm =(-2.4 + 4.8 +1.4) /4+8 +4 = 1,75m

y pm =(2.4 + 1.8 + -3.4) /4+8 +4 = 0,25m

Pusat masanya ada pada titik P (1,75;0,25) ; Adapun besar gaya resultan pada sumbu

x = Fx = 14-6 = 8 N ; Besar gaya resultan pada sumbu y = Fy = 16 N

Gaya Fx dan Fy saling tegak lupus (membentuk sudut 90º, maka besar gaya resultan

yang bekerja pada pusat massa sistim adalah FR = Fx2 + Fy2 = √82 + 162 = 17,89 N

Page 62: PHYSICS, 20-05- 2012

Dengan demikian besar percepatan pusat massa = a pm = FR/m = 17,89/16 = 1,12m/s2

Gaya resultan FR ini membentuk sudut dengan sumbu x yang besarnya dapat dicari,

Tg = Fy/Fx = 16/8 = 2, maka besar sudut = 63o

Menentukan Pusat Massa Benda dengan Distribusi Massa Kontinyu :

Apabila benda yang akan ditentukan pusat massanya berukuran relatif besar

(bukan bentuk partikel) maka digunakan persamaan : r pm = ∫ r dm / ∫ dm

r pm = posisi pusat massa terhadap titik acuan 0 ; dm = elemen massa

Komponen-komponen dari r pm dapat ditentukan dari :

z dm x pm = ∫ x dm/ ∫dm y pm = ∫ ydm / ∫dm

z pm = ∫ z dm/ ∫ dm r

0 x y Gambar 8.4

Contoh menentukan pusat massa sebuah batang kecil tipis dengan rapat massa

dan panjang batang L :

58

dx 0 L

x Gambar 8.6 Diambil elemen massa dm yang terletak pada jarak x. Jika tinjauan hanya 1 dimensi

kearah memanjang saja maka rapat massa batang adalah = massa per panjang = ,

Page 63: PHYSICS, 20-05- 2012

sedang elemen panjangnya dx, maka elemen massa dm = dx . dengan demikian

pusat massa batang ini x pm = ∫ x dm / ∫ dm = ∫ xdx / ∫dx = ∫ x dx / ∫ dx

x pm = [1/2 x2] 0 L / [ x ] 0

L = ½ L2/L = ½ L

8.1. Momentum Linier (P)

Momentum Linier didefinisikan sebagai hasil perkalian antara massa (m) dari suatu

benda yang bergerak dengan kecepatan (v) nya. Untuk menyederhanakan

pembahasan, benda obyek diasumsikan sebagai partikel (benda berukuran relatif

kecil)

m v

Gambar 8.7 P = m x v (kg.m/s)

Hukum Newton menyatakan bahwa F = m (dv/dt) F.dt = m.dv. Jika benda

bermassa m mula-mula bergerak dengan kecepatan v dan kemudian dalam waktu t

kecepatannya menjadi v’, maka :

F ∫ot dt = m ∫v

v’dv

untuk benda yang bergerak dari waktu t =0 sampai ke t, dan benda bergerak dengan

kecepatan mula-mula v dan kecepatan akhir v’ maka hasil integralnya adalah :

F.t = m.v’ – m.v ; ini dinamakan impuls I, jadi : I = F.t = m.v’ – m.v

(m.v’ = momentum akhir ; m.v = momentum mula-mula)

m m

v v’

Gambar 8.8

59

8.2. Tumbukan

Dua benda dapat bertumbukan apabila keduanya bergerak berlawanan arah, keduanya

bergerak searah dengan kecepatan berbeda, atau salah satu benda bergerak sedang

benda yang lain diam.

11

Page 64: PHYSICS, 20-05- 2012

Dua buah partikel masing-masing bermassa m1 dan m2 yang bergerak dan akan

bertumbukan, masing-masing sudah mempunyai kecepatan, momentum, dan energi

kinetik sebagai berikut :

m1 m2

Ek1=1/2m1v12 v1 v2 Ek2=1/2m2v2

2

P1=m1v1 P2=m2v2

m2

F2 m1 F1

Ek1’=1/2m1v1’2 m1 m2 Ek2’=1/2m2v2’2

v1’ v2 ’

Gambar 8.9

Pada saat terjadi tumbukan, benda 1 memberi gaya F1 kepada benda 2, demikian pula

benda2 memberikan gaya F2 kepada benda 1, ini adalah gaya : aksi = -reaksi,

sehingga :

F1 = - F2 . Waktu tumbukan pada benda 1 = waktu tumbukan pada benda 2 sehingga :

F1.t = - F2.t I1 = - I2 . Atau : m1v1’- m1v1= - (m2v2’- m2v2)

m1v1’+ m2v2’ = m1v1+ m2v2

Jadi, apabila gaya yang terjadi pada peristiwa ini hanya gaya yang diakibatkan oleh

peristiwa tumbukan saja (gaya luar seperti gesekan udara, gravitasi, dan sebagainya

diabaikan) maka total momentum kedua benda setelah tumbukan = total momentum

kedua benda sebelum tumbukan.

60

Adapun, apakah total energi kinetik sebelum tumbukan sama dengan total energi

kinetik setelah tumbukan, sangat tergantung kepada jenis tumbukan yang terjadi

sebagai berikut :

1. Tumbukan Elastis Sempurna

Page 65: PHYSICS, 20-05- 2012

a). m1v1’+ m2v2’ = m1v1+ m2v2

b).1/2m1v1’2 +1/2m2v2’2 = 1/2m1v12 +1/2m2v2

2

(Kedua persamaan “a” dan “b” berlaku semua)

2. Tumbukan Elastis Sebagian

a). m1v1’+ m2v2’ = m1v1+ m2v2

b).1/2m1v1’2 +1/2m2v2’2 = 1/2m1v12 +1/2m2v2

2

(Hanya berlaku persamaan “a” saja )

3. Tumbukan Non Elastis Samasekali

a). m1v1’+ m2v2’ = m1v1+ m2v2

b).1/2m1v1’2 +1/2m2v2’2 = 1/2m1v12 +1/2m2v2

2

(Hanya berlaku persamaan “a” saja)

Beda nomor 2 dengan nomor 3 adalah : Pada tumbukan non elastis sama sekali (no.3)

besar kecepatan kedua benda setelah tumbukan adalah sama, jadi pada nomor 3 ber-

laku persamaan : v1’2 = v2’2 (Persamaan ini tidak berlaku untuk no.2)

Hukum Kekekalan Momentum

Misalkan dalam suatu sistim terdapat sejumlah n partikel yang masing masing

mempunyai massa m dan kecepatan v, dan antar partikel dapat saling berinteraksi

satu sama lain. Masing masing partikel memiliki kecepatan dan momentum. Apabila

partikel1bermassa m1 dan kecepatan v1 maka momentumnya m1.v1, partikel 2

bermassa m2 dan kecepatan v2 dengan momentum m2.v2, demikian juga untuk

partikel-partikel yang lain.

61

Dengan demikian sistim secara keseluruhan mempunyai momentum total PTot. Besar

PTot merupakan jumlah vektor semua momentum partikel dalam sistim tersebut, jadi :

PTot = P1+P2+P3…Pn = m1.v1+m2.v2+m3.v3+…. m.n.vn

sehingga : PTot = M.vpm , dmana M = massa total sistim ; vpm = kecepatan pusat massa.

Jika tidak ada gaya luar yang bekerja pada sistim (misal gesekan udara, gravitasi

Page 66: PHYSICS, 20-05- 2012

bumi,dll) maka jumlah momentum dalam sistim tersebut constan. Gaya dalam (gaya

antar partikel dalam sistim) tidak akan merubah besar momentum total PTot karena

saling meniadakan. Jika ada gaya luar yang bekerja pada sistim maka :

F luar = M.apm

Fluar = jumlah vektor semua gaya luar ; .apm = percepatan pusat massa.

Sistim dengan massa yang berubah

v (terhadap bumi)

Ditinjau suatu gerakan yang terjadi pada sebuah roket

Mula-mula roket memancarkan gas pada ekornya, ini

Ini adalah gaya aksi oleh roket terhadap gas. Pancaran

gas melakukan gaya reaksi terhadap roket sehingga

menggerakkannya. Kedua gaya ini adalah gaya dalam

untuk sistim yang terdiri dari roket dan gas. Gas mem

M peroleh momentum kearah belakang sedang roket mem

peroleh momentum dalam harga yang sama ke depan.

Jika massa total roket mula-mula M dan kecepatannya

terhadap bumi adalah v sedang kecepatan pancaran

gas terhadap roket adalah u, maka kecepatan pancaran

dM/dt gas terhadap bumi adalah v+u .

Gb.8.10 Karena massa bahan bakar gas M akan terus berkurang

u ( terhadap roket) berarti M adalah variable, demikian pula v juga variabel

dengan demikian laju perubahan momentum roket :

dP/dt = d(Mv)/dt = Mdv/dt + vdM/dt

62

Adapun laju perubahan momentum gas terpancar : dP/dt = - (v+u) dM/dt

Tanda minus digunakan untuk menunjukkan perubahan massa dari gas terpancar

Adalah negatif terhadap perubahan massa roket. v+u adalah kecepatan dari massa

gas terpancar, oleh karena itu –(v+u)dM/dt adalah laja tertbentuknya momentum

Page 67: PHYSICS, 20-05- 2012

pancaran gas. Laja total dari perubahan momentum sistim adalah jumlah dari kedua

faktor ini dan sama dengan gaya luar yang bekerja pada sistim, dengan demikian :

F = Mdv/dt + vdM/dt – vdM/dt – udM/dt = Mdv/dt –udM/dt

Gaya udM/dt disebut gaya dorong pada roket. karena dM/dt bertanda negatif maka

gaya dorong mempunyai arah berlawanan dengan arah kecepatan mancar u.Gaya luar

F dapat berupa gaya gravitasi, gesekan udara pada roket, dan sebagainya. Ketika

roket sudah lepas dari Medan gravitasi dan bebas dari gesekan dengan udara maka

gaya luar F = 0, sehingga persamaan menjadi : F + udM/dt =Mdv/dt, karena F=0

maka:udM/dt = Mdv/dt dM = elemen massa ; dt = eleven waktu.

Contoh Soal 1. Sebuah senapan mesin dipasang diatas panser diam yang dapat

menggelinding bebas tanpa gesekan diatas jalan rata. Massa total sistim 10000kg.

Kemudian senapan memuntahkan peluru-peluru bermassa 100 gr dengan kecepatan

500m/s relatif terhadap passer, sedang banyaknya peluru yang ditembakkan per

sekonnya 10 butir. Tentukan besar percepatan yang dialami panser akibat

menembakkan peluru-peluru tersebut ¡

dM/dt

M

Gambar 8.11

63

Jawab : Karena gesekan dengan gaya luar bisa diabaikan (F = 0) maka :

u.dM/dt = M.dv/dt disini u = kecepatan peluru terhadap panser yang diam,

berarti sama dengan kecepatan peluru terhadap acuan bumi. Maka u=500m/s,

M = 10000kg ; massa peluru = 100 g = 0,1 kg Dalam satu sekon ada 10

butir peluru, berarti dM/dt = (0,1)(10)/1 = 1 kg/s ; 500.1 = 10000.dv/dt

Page 68: PHYSICS, 20-05- 2012

500 = 10000.a Jadi besar percepatan yang dialami passer = a = 0,05m/s.

Contoh Soal 2: sebuah truk bermassa 10.000kg yang bergerak dengan kecepatan

8m/s menumbuk peti diam bermassa 2000kg. Tentukan besar energi kinetik yang

hilang setelah tumbukan jika tumbukan yang terjadi Non Elastis Samasekali !

Kunci : m1.v1+m2.v2 = (m1+m2)v’

8m/s 10.000(8)+2000(0)=(10.000+2000)v’

Ek hilang = Ek sebelum – Ek sesudah

10000kg 2000kg

Contoh Soal 3: Truk bermassa 10.000kg yang bergerak dengan kecepatan 3m/s

bertabrakan dengan mobil bermassa 4000kg yang bergerak dengan kecepatan 5m/s

pada arah yang berlawanan. Apabila tumbukan yang terjadi adalah Non Elastis

Samasekali, tentukan kecepatan akhir keduanya setelah tumbukan!

Kunci : m1.v1+m2.(-v2) = (m1+m2)v’

10000kg 10.000(3)+4000(-5) =(10.000+4000)v’

3m/s 5m/s 4000kg

Pada tumbukan elastis sempurna, berlaku hukum kekekalan momentum dan

kekekalan energi kinetik yakni :

a). m1v1’+ m2v2’ = m1v1+ m2v2 m1v1’ - m1v1 = m2v2 - m2v2’

m1 ( v1’ - v1) = m2 ( v2 - v2’ ) ….….(1)

b).1/2m1v1’2 +1/2m2v2’2 = 1/2m1v12 +1/2m2v2

2

64

Apabila angka ½ pada tiap suku dicoret maka : m1v1’2 +m2v2’2 = m1v12 +m2v2

2

sehingga :

m1 ( v1’2 - v12) = m2 ( v2

2 - v2’2 ) m1 ( v1’2 - v12) = m2 ( v2

2 - v2’2 )

Page 69: PHYSICS, 20-05- 2012

atau : m1 ( v1’ - v1) ( v1’ + v1) = m2 ( v2 - v2’ ) ( v2 + v2’ ) …..(2)

Apabila persamaan (2) dibagi dengan persamaan (1) maka diperoleh :

(v1’ + v1) = (v2 + v2’) , maka : v1’ = v2 + v2’- v1 …….……(3)

v2’ = v1’ + v1 - v2 …………(4)

Apabila persamaan (3) dimasukkan ke persamaan (1) maka diperoleh besar

kecepatan akhir benda 2 yakni v2’, sedang apabila persamaan (4)

dimasukkan ke persamaan (1) maka diperoleh besar kecepatan akhir

benda 1 yakni v1’ , jadi :

v2’ = [2m1v1’ + v2’(m2-m1)] / (m1+m2)

v1’ = [2m2v2’ + v1’ (m1-m2)] / (m1+m2)

Contoh Soal 4 Bola bermassa 1kg menumbuk bola lain bermassa sama yang diam

dengan kecepatan 10m/s. Apabila tumbukan yang terjadi adalah Elastis Sempurna,

tentukan kecepatan akhir dari masing-masing bola!

1kg 10m/s 1kg

Diam

Contoh Soal 5: Sebuah bola bermassa 1kg menumbuk benda bermassa sangat besar

dengan kecepatan 8m/s. Jika tumbukan yang terjadi adalah Elastis Sempurna,

tentukan kecepatan akhir bola tersebut!

65

1.000.000 kg

Kunci : Anggap massa benda diam = besar tak terhingga,

Page 70: PHYSICS, 20-05- 2012

1kg 8m/s maka massa bola dapat diabaikan (dianggap nol)!

Diam

Contoh Soal 6 :

Sebuah peti bermassa 20 kg dilemparkan ke dalam kereta bermassa 50 kg yang

sedang dalam keadaan diam sehinga kereta bermuatan peti tersebut bergerak

horizontal. Hitung besar Energi Kinetik yang hilang pada peristiwa tumbukan tersebut!

(Tidak ada pengaruh gaya luar)!

20 kg V= 40m/s ----------- 30o---- v ’ 50kg

66

9. ELASTISITAS

12

Page 71: PHYSICS, 20-05- 2012

Suatu benda yang dapat kembali ke bentuk dan ukuran semula setelah dikenai

gaya disebut bersifat elastis, sedang yang tak dapat kembali seperti bentuk dan ukuran

semula disebut bersifat plastis. Elastisitas pada benda tergantung kepada jenis

bahannya yang besar harganya dinyatakan dengan suatu konstanta. Untuk membahas

elastisitas, didefinisikan beberapa besaran terkait, antara lain : Stress(Tegangan) dan

Strain(Regangan)

9.1. Stress : didefinisikan sebagai harga perbandingan antara besarnya gaya F yang

beraksi terhadap benda dengan luas penampang lintang A dari benda tersebut.

Jadi : F/A (N/m2) (A = luas penampang lintang benda)

9.2. Strain didefinisikan sebagai harga perbandingan antara besarnya perubahan

ukuran dengan besar ukuran mula-mula.

Untuk kearah memanjang : = L/Lo (L= perubahan panjang ;Lo= panjang

semula)

Untuk kearah ruang : = V/Vo (V=perubahan volume ;Vo = volume mula-mula )

1. Pada benda yang dikenai gaya kearah memanjang (ditarik) atau kearah memendek

(ditekan) maka berlaku persamaan :

F/A = Y.L/Lo

Y: disebut Modulus Young, suatu konstanta yang harganya tergantung jenis bahan

Lo L

F A F

Gambar 9.1

2. Benda yang mengalami gaya dari berbagai arah (seperti kubus dibawah) maka

berlaku persamaan :

F/A = - B.V/Vo (Tanda negatif menunjukkan ukuran benda berkurang)

B: disebut Modulus Bulk, suatu konstanta yang harganya tergantung jenis bahan.

67

Page 72: PHYSICS, 20-05- 2012

F

F F

F

F F

Gambar 9.2

3. Benda mengalami gaya geser seperti pada gambar dibawah, maka berlaku

persamaan :

F/A = S.

x A F S : Modulus Geser

y besar sudut yang terbentuk(dalam radian)

F Untuk sangat kecil maka : sin

tg

Gambar 9.3 (Sudut dalam radian!)

Maka persamaan dapat ditulis : F/A =S.tg S.x/y

Rumus-rumus untuk elastisitas diatas ini berlaku pada daerah dimana stress masih

berada dibawah batas elastis (titik b)seperti yang terlihat pada grafik hubungan antara

strain( sebagai fungsi dari stress ( pada suatu logam sebagai berikut :

F/A b a : batas proportional

(Stress ) a c b : batas elastis

c : titik dimana benda mulai

berubah secara permanen

d : batas patah

Gambar 9.4 L/Lo (Strain)

68

Page 73: PHYSICS, 20-05- 2012

Contoh Soal : Silinder Logam Baja yang mempunyai Modulus Young 2.1011N/m2

dan luas penampang 0,2m2 disambungkan ke Silinder Logam Tembaga yang

mempunyai modulus Young 1.1011 N/m2 yang luas penampangnya 0,5m2 dan

panjangnya 4m. Apabila ditarik dengan gaya 1000N pada kedua ujungnya maka akan

menyebabkan pertambahan ukuran panjang kedua benda tersebut sama ( L1=L2 ).

Tentukan berapa panjang Silinder Logam Baja tersebut!

4m

1000N 1000N

X = ?

Kunci :

Dari rumus : F/A = (Y.L/Lo) diperoleh : L=F.Lo/(A.Y) karena L baja = L tembaga , maka :

F.Lo/(A.Y) baja = F.Lo/(A.Y) tembaga ¡

69

13

Page 74: PHYSICS, 20-05- 2012

10. GETARAN MEKANIS Setiap gerak berulang dalam selang waktu yang sama disebut gerak Harmonik

(Periodik). Apabila didalam bergerak periodik suatu benda bergerak bolak balik

melalui lintasan yang sama maka gerakannya disebut sebagai GETARAN.

Bentuk getaran yang paling sederhana dikenal dengan Gerak Harmonik Sederhana.

10.1. Gerak Harmonik Sederhana (GHS) :

GHS adalah gerak periodik yang terjadi apabila gaya balik dari benda yang

disimpangkan dari posisi seimbangnya adalah berbanding lurus dengan

simpangannya, sedang arah gaya balik tersebut berlawanan dengan arah simpangan.

Grafik GHS sebagai fungsi waktu sangat identik dengan grafik Gerak Melingkar

Beraturan sebagai berikut :

Persamaan umum GHS dapat dituliskan dalam fungsi sinus/cosinus

Misal : x = A cos (t + ) x = simpangan getaran (m)

A= simpangan maksimum

= Amplitudo (m)

2/T = 2f

T = periode, waktu untuk 1x

A bergetar (s)

f = frekwensi getaran (Hz)

A frekwensi sudut

alami

Gambar 0 10.1

-A

(t + ) = Fase Getaran = tempat kedudukan titik yang dicapai pada saat t .

70

m

Page 75: PHYSICS, 20-05- 2012

Sudut disebut : Konstanta Fase

Dari persamaan simpangan (x) ini dapat diperoleh harga kecepatan (v) dengan cara

mendiferensialkan persamaan x ke waktu t, jadi :

Kecepatan pada saat t : v = dx/dt = d[A cos (t + )]/dt = - A sin (t +

Demikian pula dari persamaan kecepatan (v) ini dapat diperoleh harga percepatan (a)

dengan cara mendiferensialkan persamaan v ke waktu t :

Percepatan pada saat t : a = dv/dt

= d2x/dt2 = d[- A sin (t +dt = - A cos (t + )

Dari persamaan yang ada dapat dijabarkan bahwa besar periode Tnya (waktu yang

diperlukan untuk bergetar satu kali) adalah : T = 2√m/k (sekon) ; sedang

frekwensi getarannya adalah : f = 1/2√k/m (Hz) ( Ingat, f = 1/T )

Besar Energi Total yang ada pada GHS terdiri dari Energi Potensial dan Energi

Kinetik, Maka : ET = EP + Ek dimana EP = ½ k.x2 , sedang EK = ½ m.v2

Jika harga x disubstitusikan ke persamaan EP maka EP = ½ k.x2= ½ k[A cos (t + )]2

EP = ½ kA2 cos2 (t + ) ; Harga maximum dari fungsi cosinus adalah 1 maka :

EP maximum = ½ kA2

Demikian pula jika harga v dimasukkan ke persamaan EK maka :

EK = ½ m.v2 = ½ m[- A sin (t +2 = ½ m2A2sin2 (t +½ kA2sin2 (t +

Harga maximum dari fungsi sinus juga adalah 1, maka : EK maksimum = ½ kA2

Jumlah Energi Potensial + Energi Kinetik disetiap tempat besarnya sama. Ketika EP

membesar maka EP mengecil, demikian pula sebaliknya sehingga harga rata-rata

keduanya adalah sama. Ketika EP maksimum maka harga Ek adalah nol, dan ketika Ek

maksimum, harga EP adalah nol, dengan demikian maka :

Besar energi total ET = ½ kA2

71

Page 76: PHYSICS, 20-05- 2012

Disini getaran diasumsikan sebagai konstan, tidak ada gaya redaman dari luar yang

menghambat gerak benda, dan tidak ada gaya paksa dari luar yang menambah besar

kekuatan gerak benda sehingga energi total getaran juga konstan .

F = Gaya Aksi = m.d2x/dt2

Fb =Gaya Balik = - k.x

(Gaya Reaksi)

Fb = - k.x ( k = konstanta pegas)

( x = simpangan pegas)

Gambar 10.2 F = m.a = m.dv/dt = m.d2x/dt2

Pada GHS ini terdapat persamaan : m.a = - k.x m.d2x/dt2 = - k.x

d2x/dt2 = - k.x/m …….(1) ( k/m = konstan ) ; dalam persamaan (1) ini,

x merupakan fungsi t dimana diferensial (turunan) dua kali dari x terhadap t

menghasilkan negative dari x tersebut. Kondisi seperti ini dipenuhi oleh

fungsi sinus maupun fungsi cosinus. Oleh karena itu maka x bisa dinyatakan

dengan persamaan yang mengandung fungsi sinus maupun cosinus, misalnya :

x =sin ; x =sint ; x =Asin(t+ ; x =cos ; x =Acos t ; x =Acost+

x =A sin(t-dan sebagainya. Oleh karena itu persamaan (1) dapat ditulis :

- A cos (t + ) = - k. Acost+m = k/m √ k/m

Karena maka √ k/m , Jadi Periode T = 2√m/k

72

m

Page 77: PHYSICS, 20-05- 2012

Contoh Soal 1:

Sebuah benda bermassa 200kg bergetar mengikuti persamaan : x = 4 cos (t/3 - )

Hitung : a). Kecepatan pada saat 3 s. B). Percepatan pada saat 6s. C) Total Energinya

Contoh Soal 2:

Empat penumpang dengan berat seluruhnya 490N yang teramati menyebabkan pegas

mobil tertekan sejauh 0,1 m ketika mereka masuk ke mobil. Jika beban total yang

sekarang disangga oleh pegas mobil akibat adanya tambahan beban adalah 980N,

hitung periode getaran dari pegas mobil tersebut! ( g=9,8m/s2 )

Contoh Soal 3 :

Energi potensial benda jika bergetar sejauh 0,2m dari titik seimbangnya adalah 100J. Tentukan harga konstanta pegasnya !

Contoh Soal 4 :

4. Sebuah benda bermassa 900 kg bergetar g pegas mengikuti persamaan :

x = 5 sin ( 2t/3 - /6)

a). Hitung kecepatannya ketika benda bergetar selama 3 s?

b). Tentukan besar harga konstanta pegas k !

73

100 kg

Page 78: PHYSICS, 20-05- 2012

10.2. Getaran Bebas Terredam

Getaran disini mengalami hambatan karena adanya gaya redaman dari luar

sistim,misalnya karena benda mengalami gesekan dengan zat cair. Redaman juga

berasal dari sifat inersia benda itu sendiri yang menentang terhadap perubahan

keadaan.

Fb F = Gaya Aksi = m.a = m.d2x/dt2

Fb =Gaya Balik (Reaksi) = - k.x

Fr Fr = Gaya Redaman = - b.dx/dt b = konstanta,

F dimana jika dikalikan dengan kecepatan (=dx/dt)

merupakan Gaya Redaman ; m = massa (konstan)

Gambar 10.3 Persamaan Getaran Terredam dapat dituliskan :

F = - Fb - Fr m.d2x/dt2 = - k.x - b.dx/dt

atau : d2x/dt2 = - k.x/m – (b.dx/dt)/m

d2x/dt2 + (b.dx/dt)/m + k.x/m = 0

baik b maupun m merupakan konstanta, bisa diambil harga : b/m = 2r ; k/m = 2

dimana : r = Konstanta Redaman !

maka : d2x/dt2 + 2r(dx/dt) + 2x = 0 ……(1) Ini adalah Persamaan Diferensial

Homogen Orde Dua dimana penyelesaiannya adalah : x = C.et ……...(2)

e = bilangan alam = 2,718281828… ; C dan = Konstanta Bebas

Jika persamaan (2) didiferensialkan sekali ke t diperoleh : dx/dt = C.et

Jika persamaan (2) didiferensialkan duakali ke t diperoleh : d2x/dt2 = 2C.et

74

m

14

Page 79: PHYSICS, 20-05- 2012

Substitusikan harga-harga ini ke persamaan (1) maka :

2C.et + 2rC.et + 2C.et = 0 C.et ( 2 + 2r+ 2) = 0

C.et mempunyai harga, maka : 2 + 2r+ 2 = 0, ini adalah bentuk persamaan

kwadrat dari dimana r dan merupakankonstanta, yang menghasilkan harga

1r + √ (r2 – 2) dan 2r √ (r2 – 2) Maka jika harga-harga ini di

masukkan ke persamaan (2) diperoleh :

x = C1.e (r + √ (r2 – 2) t + C2.e (r √ r2 – 2) t …....…..(3)

Pers. ini bisa ditulis : x = C1.exp(r + √ (r2 – 2))t + C2.exp (r + √ (r2 – 2))t

dimana C1 dan C2 adalah konstanta. Bentuk nyata persamaan (3) ini tergantung

apakah : r2 > 2 , atau : r2 = 2 , atau : r2 < 2

Jika r 2 > 2 : maka √ (r2 – 2) adalah real dan lebih kecil dari r, menyebabkan

pangkat r + √ (r2 – 2) dan r √ (r2 – 2) persamaan (3) adalah negatif, ini

berarti perpindahan simpangan x secara kontinyu berkurang dengan waktu.

Simpangan partikel akan kembali ke posisi seimbangnya tanpa terjadi getaran.

Gerak seperti ini dinamakan OVER DAMPED

Jika r 2 = 2 : maka √ (r2 – 2) = 0, harga ini tidak memenuhi persamaan (3), oleh

karena itu kita asumsikan bahwa √ (r2 – 2) mempunyai harga, meskipun sangat

kecil, ini menyebabkan pangkat r + √(r2–2) dan r√(r2 – 2) persamaan (3)

juga berharga negatif, dan lebih negatif dari jika r 2 > 2 Maka simpangan dari

partikel akan kembali ke posisi seimbangnya lebih cepat dari jika r 2 > 2 dan

tanpa terjadi getaran. Gerak seperti ini disebut CRITICAL DAMPED.

Jika r 2 < 2 : maka harga √ (r2 – 2) adalah imajiner, disini terjadi getaran bolak

balik yang makin lama makin lemah. Maka disini terjadi GETARAN TERREDAM.

√ (r2 – 2) adalah imajiner, jadi √ (r2 – 2) = i√ (2 – r2) i = bilangan imajiner

75

Page 80: PHYSICS, 20-05- 2012

i = √-1 ; √ (2 – r2) = ’ ’ ini dinamakan : frekwensi sudut getaran teredam

’=2/T’=2f’ T’=periode getaran teredam ; f’=frekwensi getaran teredam

Sehingga periode getaran teredam : T’ = 2/’ = 2 √ (2 – r2)

Maka √ (r2 – 2) = i’ ’ = √ (2 – r2) ; Harga ini dimasukkan ke persamaan (3)

maka : x = C1.e (r + i.’) t + C2.e (r i.’) t = e r.t (C1.e + i.’. t + C2.e ( i.’) t)

Jadi : x = e r.t (C1.e + i.’. t + C2.e ( i.’) t)…..(4)

Berdasarkan teori matematik, e +i. cos i sin , dan e -i. cos i

sin

Maka pers. (4) menjadi : x = e r.t (C1(cos’t + i.sin’t) + C2(cos’t - i.sin’t))

Dapat ditulis : x = e r.t (C1+C2)cos’t i(C1-C2) sin’t)

Ambil C1+C2 = a sindan i(C1-C2) = a cosdimana a dan adalah konstanta

Maka : x = e r.t (a.sincos’t a.cossin’t) sehingga dari persamaan ini

Diperoleh persamaan Simpangan Getaran Terredam x pada waktu t :

x = a. e r.t sin (’t ) ….(5)

a. e r.t = amplitudo getaran terredam ; e r.t = faktor redaman ; e = 2,71828…

(’t ) = fase getaran terredam ; r = konstanta redaman

Apabila persamaan ini didiferensialkan ke t menghasilkan persamaan Kecepatan

Getaran Teredam pada saat t , jadi :

v = dx/dt = ra. e r.t sin (’t +a. e r.t ’cos (’t + untuk r<<

maka : ra. e r.t sin (’t +dapat diabaikan, sehingga besar kecepatan v :

v = a. e r.t ’cos (’t + .....(6)

76

Page 81: PHYSICS, 20-05- 2012

Grafik Simpangan Getaran Terredam sebagai fungsi waktu t :

r2 = 2 x = a. e r.t sin (’t )

r2 > 2 ( Dimana : r2 < 2 )

a +a. e r.t

t

a. e r.t

-a

Gambar 10.4

Dissipasi (hamburan) Daya P dalam Getaran Terredam :

Ketika sebuah benda mengalami getaran teredam maka energi total (ET) nya lambat

laun akan terus berkurang, yang berarti mengalami dissipasi daya, yakni ada daya

yang terhambur keluar sistim. Daya P merupakan diferensial dari energi terhadap

waktu, jadi P = dET/dt ET = Energi potensial (Ep) + Energi kinetic Ek)

ET = Ep + Ek

Ep = ½ k.x 2 , sedang Ek = ½ m.v2 ; Dari sini masing-masing energi dapat ditulis :

Ep = ½ k.x 2 = ½ k(a. e r.t sin (’t ))2 = ½ k.a2. e r.t sin 2(’t )

Ek = ½ m.v2= ½ m.(a. e r.t ’cos (’t + 2 = ½ m.a2. e r.t (’)2cos 2(’t +

Untuk r<< maka berdasarkan hubungan √ (2 – r2) = ’ , besar ’ = sehingga

Ek = ½ m.a2. e r.t 2cos 2(’t + dimana m.2 = k , sehingga persamaan ditulis :

Ek = ½ k.a2. e r.tcos 2(’t +

Diperoleh : ET =Ep+Ek = ½ k.a2. e r.t sin2(’t ) + ½ k.a2. e r.tcos2(’t +

ET = ½ k.a2. e r.t ((sin2(’t ) + cos2(’t + ET = ½ k.a2. e r.t

Page 82: PHYSICS, 20-05- 2012

Jadi Besar Energi Total pada saat “ t “ adalah : ET = ½ k.a2. e r.t (joule)..(7)

Maka Daya Terdissipasi = Daya yang hilang keluar sistim

adalah P = - dET/dt = - d(½ k.a2. e r.t )/dt dengan demikian :

P = r. K.a2. e r.t (watt)…......................(8)

10.3.Getaran Paksa (Tak Terredam)

Pada peristiwa disini, getaran tidak mengalami hambatan dari gaya redaman

tetapi ada gaya paksa dari luar yang menambah kekuatan gerak benda, misal

ada benda yang bergerak-gerak diatasnya dengan gaya paksa Fp

Fp

F = Gaya Aksi = m.a = m.d2x/dt2

Fb = Gaya Balik (Reaksi) = - k.x

Fb Fp = Gaya Paksa : gaya ini merupakan fungsi

sinus/cosinus, sehingga dapat dituliskan :

Fp = Fmax sin ’’t Fmax = gaya paksa maksimum

F ’’= frekwensi sudut paksa = 2/T ”= f ”

Gambar 10.5 frekwensi sudut alami f

’’=2/T’’=2 f’’ T’’ =periode getaran paksa ; f’’ =frekwensi getaran

paksa

78

Fmax sin ’’t – k.x = m.d2x/dt2 d2x/dt2 +k.x/m = Fmax sin’’t/m….(1)

m

15

Page 83: PHYSICS, 20-05- 2012

Penyelesaian dari persamaan ini adalah x = xc + xp dimana :

xc = x complementary (pelengkap) ; xp = x particular (khas)

Besar harga xc = A sin (t + ) , sedang harga xp = C sin ’’t……...(2)

(C : adalah konstanta yang merupakan Amplitudo dari simpangan getaran!)

Diferensial dari xp ke t menghasilkan : dx/dt = ’’ C cos ’’t, dan

apabila didiferensialkan sekali lagi maka : d2x/dt2 = -’’2 C sin ’’t........(3)

masukkan persamaan (2) dan (3) ke persamaan (1), maka diperoleh :

-’’2 C sin ’’t + k. C sin’’t/m = Fmax sin’’t/m ; dari persamaan ini

diperoleh harga C = (Fmax/m) / ((k/m)-’’2), atau C = (Fmax/k) / ( 1-(’’)2

( Ingat, √k/m ) Dengan demikian maka penyelesaian persamaannya :

xp = (Fmax/k) sin ’’t / (1-(’’))2 sehingga solusi totalnya :

x = xc + xp = A sin (t + ) + (Fmax/k) sin ’’t / (1-(’’))2

xc = Simpangan ini bersifat transient, terjadi hanya sesaat

xp = Simpangan setelah gaya paksa beraksi terhadap benda yang bergetar

Dengan demikian maka besar kecepatan getarannya pada saat tertentu adalah :

v = dx/dt = d [(Fmax/k) sin ’’t / (1-(’’))2] / dt

Jadi besar kecepatanv = ’’ Fmax cos ’’t / k(1-

(’’))2

Jadi besar Energi total Et = Ep + Ek, dimana :

Ep = ½ kx2 = ½ k{(Fmax/k) sin ’’t / (1-(’’))2 }2

Ek = ½ mv2 = ½ m {’’ Fmax cos ’’t / k(1-(’’))2}2

79 16

Page 84: PHYSICS, 20-05- 2012

10.4. Getaran Paksa Terredam Getaran disini mengalami gaya redaman yang menghambat gerakan, dan gaya

paksa dari luar yang memaksa benda untuk terus bergetar.

Fp

Fp = Gaya Paksa = Fmax sin ’’t

Fr = Gaya Redaman = - b.dx/dt

Fb F = Gaya Aksi = m.a = m.d2x/dt2

Fb = Gaya Balik (Reaksi) = - k.x

Persamaan Gaya pada Getaran Paksa Terredam

Fr F dapat dituliskan sebagai :

m.d2x/dt2 = - k.x - b.dx/dt + Fmax sin ’’t

Gambar 10.6 d2x/dt2 = - k.x/m – b(dx/dt)/m + Fmax sin ’’t/m

d2x/dt2 + b(dx/dt)/m + k.x/m = Fmax sin ’’t/m

Ambil : k/m = 2 ; b/m = 2r ; Fmax /m = fmax

( Ingat , fmax disini adalah gaya per massa, bukan frekwensi! )

Maka persamaan menjadi : d2x/dt2 + 2r(dx/dt) + 2x = fmax sin ’’t ……..(1)

Bentuk penyelesaian dari persamaan diferensial ini adalah :

x = A sin (’’.t - ) ….…(2) A dan ’’konstan

Apabila persamaan (2) ini didiferensialkan ke t diperoleh :

dx/dt = ’’Acos (’’.t - ) …(3) ; d2x/dt2 = -’’2A sin (’’.t - ) …(4)

80

m

Page 85: PHYSICS, 20-05- 2012

Masukkan persamaan (3) dan (4) ke persamaan (1), maka diperoleh :

-’’2A sin (’’.t - ) + 2r’’Acos (’’.t - ) +2A sin (’’.t - ) = fmax sin ’’t

fmax sin ’’t = fmax sin {(’’t -

-’’2A sin (’’.t - ) + 2r’’Acos (’’.t - ) +2A sin (’’.t - ) =

fmax sin (’’t -cosfmax cos(’’t -sin

2-’’2)sin (’’.t - )+ 2r’’Acos (’’.t - ) =

fmax sin (’’t -cosfmax cos(’’t -sin

Untuk semua nilai t yang memenuhi persamaan ini maka : harga koefisien dari tiap

suku dikedua sisi haruslah sama, sehingga : koefisien fungsi sinus disisi kiri = disisi

kanan , demikian pula koefisien fungsi cosinus disisi kiri = koefisien fungsi cosinus

disisi kanan, 2-’’2) = fmax cosdan 2r’’A = fmax sin

Jika persamaan (5) dan (6) masing-masing dikwadratkan kemudian dijumlahkan,

maka diperoleh :

{2-’’2)}2 + (2r’’A)2= fmax2 cos2 fmax

2 sin2= fmax2 (cos2 sin2

22-’’2)2 + (2r’’2} = fmax2 Jadi besar :

A = fmax /√2-’’2)2 + (2r’’2(7)

Dengan memasukkan harga A pada persamaan (7) ke persamaan (2) maka diperoleh :

Persamaan Simpangan Getaran Paksa Terredam :

x = fmax sin(’’t -/√2-’’2)2 + (2r’’2(8)

(Ingat, fmax adalah = Fmax /m = Gaya Paksa Maksimum per massa benda yang

bergetar!) Amplitudo getarannya adalah A = fmax /√2-’’2)2 + (2r’’2 , dan

merupakan besaran yang konstan.

81

Besar kecepatan benda yang bergetar dapat ditentukan dengan menurunkan

(mendiferensialkan) simpangan x ke waktu t, diperoleh :

Page 86: PHYSICS, 20-05- 2012

v =dx/dt=d{fmax sin(’’t-/√2-’’2)2 +(2r’’2 }/dt =

’’fmax cos(’’t -/√2-’’2)2 + (2r’’2

Jadi kecepatan getaran pada saat t :

v = ’’fmax cos(’’t -/√2-’’2)2 + (2r’’2(8)

Untuk menentukan besar sudut dapat dilakukan dengan cara membagi persamaan

(6) dengan persamaan (5) (2r’’A = fmax sin2-’’2) = fmax

cosdiperoleh sincos2r’’A2-’’2)

Maka : tg 2r’’ 2-’’2)……….......

(9)

Resonansi Amplitudo :

Persamaan amplitudo A menunjukkan bahwa getaran paksa tergantung kepada

harga : 2-’’2), yakni tergantung kepada besar harga frekwensi sudut alami dan

frekwensi sudut paksa ’’dari getaran. Jika beda harga antara keduanya semakin

kecil maka harga amplitudo semakin besar (Keterangan : = f , dimana f =

frekwensi getaran alami, sedang ’’f’’,dimana f’’= frekwensi getaran

paksa!).Ada frekwensi getaran paksa tertentu yang membuat besar amplitudo getaran

menjadi maksimum, yang dinamakan Frekwensi Resonansi, dan fenomena dimana

amplitudo menjadi maksimum ini diberi nama : Resonansi Amplitudo. Amplitudo

getaran akan menjadi maksimum jika harga denominator dari √2-’’2)2 + (2r’’2

adalah minimum. Hal ini terjadi jika koefisien dari diferensial (turunan) pertamanya =

0, jadi : d{2-’’2)2 + (2r’’2 }/d’’ 0

22-’’2)(-2’’ + 4r2(2’’ 0 2-’’2 =2r2

Dengan demikian : ’’√ 2-2r2

82

Page 87: PHYSICS, 20-05- 2012

Karena frekwensi getaran paksa adalah : f ’’’’2(Ingat, ’’2 f '')

maka :

Besar Frekwensi Resonansi (yang membuat amplitudo getaran menjadi maksimum) :

f ’’ √ 2-2r22….……………

(10)

Jika redamannya kecil ( r kecil), maka frekwensi resonansi f’’ sangat mendekati

frekwensi alami f = /2 , sehingga jika r=0 maka ’’=

fek redaman pada respons terhadap resonansi : Ketika kondisi amplitudo adalah

maksimum, ’’√ 2-2r2, maka Amaks = fmaks / 2r√(r2+’’2) fmaks = Fmax/m !

Ini menunjukkan bahwa amplitudo maksimum tergantung kepada redaman ”r”,

semakin kecil redaman, semakin besar harga amplitudo maksimumnya.

Efek Redaman pada Ketajaman Resonansi : Amplitudo getaran paksa adalah

maksimum untuk suatu nilai tertentu dari frekwensi paksa. Untuk redaman kecil, nilai

frekwensi paksa nyaris sama dengan frekwensi alami. Dibawah kondisi ini maka

terjadi resonansi. Telah diketahui bahwa amplitudo dari getaran paksa adalah :

A = fmax /√2-’’2)2 + (2r’’2 dimana adalah frekwensi sudut alami, frekwensi

sudut paksa dan r adalah konstanta redaman. Ini menunjukkan bahwa amplitudo

getaran paksa tergantung kepada besar relatif dari frekwensi paksa ’’ dan frekwensi

alami serta konstanta redaman ”r”.

Dibawah ini digambarkan hubungan antara amplitudo getaran paksa A versus

perbandingan ’’ untuk sejumlah redaman yang bervariasi :

83

Page 88: PHYSICS, 20-05- 2012

A

(a) r = 0

(b) r = kecil

(c)

(d) r = medium

r = besar

0 0,5 1 1,5 2

’’<’’

=’’>’’

Keterangan : Untuk frekwensi sudut paksa ’’sangat kecil, amplitudo adalah nyaris

sama untuk semua harga redaman. Ketika ’’ bertambah maka amplitudo juga

bertambah dan menjadi maksimum pada harga ’’ tertentu yang mana tergantung

pada redaman. Kurva (a) menunjukkan amplitudo ketika r = 0, yakni ketika nggak

ada redaman. Dalam keadaan ini amplitudo menjadi tak terhingga pada saat ’’ =

. Kurva (b), (c), dan (d) menunjukkan bahwa pada saat r bertambah maka puncak

kurva bergerak kearah kiri yakni harga ’’ untuk mana amplitudo maksimumnya

berkurang. Lebih lanjut, ketika redaman ”r” bertambah, puncak bergerak kearah

bawah, yakni amplitudo maksimum dari getaran paksa semakin menurun. Pada saat

’’ bertambah, amplitudo cenderung kearah nol. Dapat dilihat bahwa kurva untuk

harga ”r” yang kecil akan jatuh dengan cepat dibanding ”r” yang lebih besar.

84

Page 89: PHYSICS, 20-05- 2012

Ini berarti bahwa untuk permulaan yang sama dari kondisi resonansi, amplitudo

getaran akan jatuh dengan cepat ketika redaman adalah kecil, dan jatuh pelan-pelan

ketika redamannya besar. Dapat disimpulkan bahwa : semakin kecil redaman, maka

resonansi semakin tajam.

Contoh Soal 1 :

Sebuah benda bermassa 100 kg bergetar terredam mengikuti persamaan simpangan :

x = 4e -0,05t cos (2t3 - /5)

Hitung besar Energi total getaran pada saat benda bergetar selama 10 sekon!

Contoh Soal 2 :

2. Benda yang mengalami getaran paksa terredam mempunyai simpangan getaran :

x = fm sin (2t6 - /3) / √ (2”2r2”2

Apabila gaya paksa maksimumnya 2000N ; massa benda yang bergetar 100kg ;

frekwensi sudut paksa 0,04 ; frekwensi sudut alami 0,06 ; dan konstanta redaman

adalah 0,02 , tentukan besar amplitudo dari getaran tersebut! g = 9,8m/s2

85

Page 90: PHYSICS, 20-05- 2012

11. GELOMBANG MEKANIS Gelombang adalah gangguan/usikan yang merambat. Gelombang yang

memerlukan medium (zat penghantar) didalam perambatannya adalah Gelombang

Mekanis, sedang gelombang yang tidak membutuhkan medium didalam

perambatannya adalah Gelombang Elektromagnetis. Berdasarkan dimensinya maka

gelombang ada yang 1 dimensi, 2 dimensi, dan 3 dimensi. Gelombang juga dapat

dibagi menjadi gelombang pulsa dan gelombang periodik. Dapat dikatakan bahwa

gelombang periodik merupakan rangkaian dari gelombang pulsa. Disini akan dibahas

Gelombang Mekanis :

Pada 3 grafik gelombang pulsa 1 dimensi ini, fungsi matematiknya dapat ditulis

sebagai :

y y y

x a x v.t x

(1) y = f(x) (2) y = f(x-a) (3) y = f(x-v.t)

Gambar : (1),(2),dan(3) adalah gelombang pulsa 1 dimensi

Adapun pada grafik gelombang periodik 1 dimensi berikut, fungsi matematiknya

dapat dinyatakan dengan : y = ymsin k (x-v.t)

A ym = Amplitudo gelombang

k = angka gelombang

t (berharga k = 2/

-A = panjang gelombang

Gambar : Gelombang periodik 1 dimensi Dapat ditulis : y = ym sin (kx-kv.t)

17

Page 91: PHYSICS, 20-05- 2012

86 Atau : y = ym sin (kx-.t)

(Perhatian: pada pembahasan gelombang disini maka simbol untuk Amplitudo tidak

menggunakan huruf A tetapi dengan ym karena huruf A disini untuk simbol luas! )

Sebelum menghitung energi gelombang, perlu didefinisikan dulu beberapa pengertian

sebagai berikut : Intensitas I adalah besar energi E yang mengenai bidang seluas A

per satuan waktu t. Jadi I = E/(t.A) (J/s.m2) ; karena Daya P = Energi per waktu = E/t

(J/s =watt) maka I = P/A watt/m2). Dalam perhitungan teoritis, sering dihitung secara

elementer, sehingga Intensitas dapat ditulis I =dE/(dt.dA) (J/s.m2), demikian pula

Daya P : P = dE/dt (watt) ,dimana : E = elemen energi ; dt = elemen waktu ; dA =

elemen luas)

A

E I = E/(t.A)=dE/(dt.dA) J/s.m2(=W/m2)

Rapat massa untuk benda 3 dimensi dikenal sebagai rapat massa volum yang

harganya :m/V atau dm/dV ; sedang benda yang hanya 2 dimensi adalah rapat

massa luasan m/A atau dm/dA, adapun untuk benda 1 dimensi adalah rapat

massa linier = m/x atau dm/dx (dm = elemen massa, dV=elemen volum, dA=

elemen luasan, sedang dx = elemen panjang)

Pada persamaan simpangan gelombang diatas yakni: y = ym sin (kx-.t) , maka

persamaan kecepatannya dapat diperoleh dengan mendiferensialkan y ke waktu t ,

jadi :Kecepatan v = dy/dt = d[ym sin (kx-.t)]/dt = - ymcos(kx-.t).

Harga Energi total gelombang = Energi Potensial + Energi Kinetik, atau :

ET = EP + Ek Harga rata-rata: ET (rata-rata) = EP (rata-rata) + Ek (rata-rata) ;

Adapun EP (rata-rata) =Ek (rata-rata) , ini dapat dituliskan dalam bentuk elemen :

dET(rata-rata)=dEP(rata-rata)+dEk(rata-rata),Sedang: dEP(rata-rata)=dEk (rata-rata)

87

Page 92: PHYSICS, 20-05- 2012

Karena harga rata-rata energi porensial = harga rata-rata energi kinetik, maka dengan

menghitung salah satu saja, dapat diperoleh besar energi total rata-rata. Disini akan

dihitung besar elemen energi kinetik rata-rata dEk (rata-rata) yang dihitung dari dEk

pada gelombang periodik 1 dimensi seperti pada gambar diatas.

Besar energi kinetik EK = ½ m.v2 maka dEK = ½ dm.v2 = ½ dm[- ymcos(kx-.t)] 2

dEK = ½ dx[- ymcos(kx-.t)] 2 = ½ dx 2 ym2cos2 (kx-.t)]

= ½ dx 2 ym21/2 (1+ cos2 (kx-.t))]

= ¼ dx 2 y m21/4 dx 2 y m

2 cos2 (kx- .t))

Suku yang pertama tidak mengandung waktu t, berarti setiap saat harganya tetap

sama, sedang suku yang kedua mengandung waktu t dan merupakan fungsi cosinus,

yang harga rata-ratanya = 0 ( Maksimum fungsi cos = 1, sedang minimumnya = -1,

rata-ratanya=0), sehingga harga rata-rata elemen energi kinetik dEk (rata-rata) =

¼ dx 2 ym2 yang berarti besar dEP (rata-rata) = ¼ dx 2 ym

2

Dengan demikian besar Energi Total rata-rata : dET (rata-rata) =

¼ dx 2 ym2 + ¼ dx 2 ym

2 = 1/2 dx 2 ym2

Apabila ruas kiri dan ruas kanan didiferensialkan ke t maka :

dET /dt(rata-rata) =1/2 dx/dt 2 ym2 , ini sama dengan P = 1/2 v.2 ym

2

Apabila ke dua ruas persamaan ini kita bagi dengan luas A maka diperoleh :

P/A = 1/2 (v.2ym2 dimana (yang berarti Intensitas :

I = 1/2 v.2ym2

Ini adalah rumus Intensitas Gelombang Mekanis 3 dimensi,yang dipakai untuk

menghitung besar Intensitas seluruh jenis Gelombang Mekanis 3 dimensi, termasuk

Gelombang Bunyi.

88

Page 93: PHYSICS, 20-05- 2012

11.1. BUNYI : Adalah gelombang mekanis longitudinal 3 dimensi yang dapat

dideteksi oleh sistim pendengaran manusia. Jangkau frekwensi pendengaran manusia

adalah antara : 20 Hz sampai dengan 20.000 Hz, disebut frekwensi Audio ; dibawah

20 Hz = infrasonik ; diatas 20.000 Hz = ultrasonik. Kecepatan bunyi di udara = 350

m/s. Kecepatan dibawah kecepatan bunyi di udara disebut : subsonik, sedang

kecepatan diatas kecepatan bunyi diudara disebut supersonik. Ternyata kemampuan

dengar telinga manusia tidak berbanding lurus dengan intensitas bunyi (I) yang

datang, oleh karena itu digunakan besaran lain yang lebih mewakili kesebandingan

tersebut. Ada 2 macam yang biasa digunakan yakni :

1). Disebut Taraf Intensitas Bunyi () berdasarkan perbandingan logaritmik

Intensitas datang dengan Intensitas ambang, yang persamaannya adalah :

= 10

log (I/Io) dB ; Io= 10-12 W/m2

I = Intensitas bunyi yang datang

Io= Intensitas ambang = Intensitas terlemah

yang mulai dapat terdengar

2) Taraf Tekanan Bunyi (P) berdasarkan tekanan datang, berdasarkan perbandingan

logaritmik Tekanan datang dengan Tekanan ambang, yang persamaannya adalah :

P=1

0log(P/Po)2dB

P =20 log (P/Po)dB ; Po=

2.10-5 N/m2

P = Tekanan bunyi yang datang

Po= Tekanan ambang = Tekanan terlemah

yang mulai dapat terdengar

18

Page 94: PHYSICS, 20-05- 2012

89

Contoh Soal 1: Dalam sebuah auditorium, besar taraf intensitas bunyi ditempat C

adalah 80dB. Apabila jarak dari sumber bunyi : S ke A = 10m, S ke B = 20m, dan S

ke C = 30m, tentukan : a). Besar Daya dari sumber S b). Intensitas di A dan di B c).

Energi yang diterima oleh bidang seluas 4m2 di C!

C

B

A

Kunci : Daya P diwilayah bola hayal A = P diwilayah

bola hayal B = P diwilayah bola hayal C !

Contoh Soal 2 :

Taraf intensitas bunyi di ruangan kuliah sebuah kampus yang berdekatan dengan

lokasi industri adalah 70 dB. Agar situasi belajar lebih tenang maka ruangan

kuliah tersebut dipindah ke tempat lain yang jaraknya 4 kali jauhnya dari tempat

semula. Hitung besar taraf intensitas bunyi di tempat yang baru tersebut!

Contoh Soal 2 :

Tentukan taraf intensitas bunyi dari suatu sumber bunyi yang intensitasnya

sama dengan: a) 100 kali intensitas ambang b).10000 kali intensitas ambang

Efek Doppler

Gelombang mekanis berupa bunyi, merambat dengan kecepatan terbatas. Oleh

karena itu dimungkinkan untuk seorang pengamat yang mengukur gelombang untuk

Page 95: PHYSICS, 20-05- 2012

bergerak relatif terhadap gelombang tersebut, atau sumber gelombang yang bergerak

relatif terhadap pengamat.

90

Pergerakan pengamat ataupun sumber bunyi tentu mempengaruhi besar frekwensi

yang diukur. Efek Doppler adalah peristiwa pergeseran frekwensi dan panjang

gelombang sebagai akibat dari gerak sumber bunyi pada suatu medium, gerak

penerima bunyi pada suatu medium, atau bahkan gerak dari medfium itu sendiri.

1. Sumber bunyi yang bergerak : Ditinjau sirene yang berbunyi dengan frekwensi

fo. ( Berarti periode To = 1/fo ). Gelombang ini merambat dengan kecepatan v yang

sama (simetri) kesegala arah, dan panjang gelombangnya = v/fo. Tetapi jika sirene

ini bergerak dengan kecepatan vs terhadap medium, maka panjang gelombangnya

lebih pendek terhadap arah +vs, dan lebih panjang terhadap arah –vs. Untuk jelasnya

perhatikan penjelasan berikut :

Diujung sebelah kiri terdapat pengamat A, dan diujung sebelah kanan terdapat

pengamat B, sedang sumber bunyi berada ditengah-tengah antara A dan B. Apabila

sumber bunyi bergerak ke kanan mendekati B maka selama satu periode To bergerak

pada jarak sebesar vs.To = vs/fo. Dengan demikian panjang gelombang berkurang

sebesar ’= - vs/fo = (v – vs)/fo Frekwensi dimana pengamat B menerima

gelombang yang mendekat menjadi : f ’ = v/’ = fo [v/(v-vs)] = fo/[1 – (vs/v)] ;

Karena sumber bunyi menjauhi A maka panjang gelombang bertambah sehingga bagi

pengamat A : ’ = + vs/fo = (v + vs)/fo Frekwensi dimana pengamat A

menerima gelombang yang menjauh : f ’ = fo/[ 1 + (vs/v) ]

2. Pengamat yang bergerak : Misal seorang pengamat bergerak ke arah sumber

bunyi dengan kecepatan v dimana terdapat sumber bunyi diam dengan frekwensi fo.

Karena gelombang dari sumber bunyi juga mempunyai kecepatan yang menuju

kepada pengamat maka kecepatan pengamat perlu dimodifikasi menjadi :

v ’ = v + | vr | vr = kecepatan relatif dari orang terhadap gelombang . dengan

demikian frekwensi gelombang juga perlu dimodifikasi menjadi:f ’= v’/ = (v+|vr|)/

= fo+|vr|/= fo(1+|vr|/v). Jadi : f’ = fo(1+|vr|/v).

Page 96: PHYSICS, 20-05- 2012

91

Ketika pengamat bergerak kearah sumber gelombang berjalan, panjang gelombang

nya tak berubah, kecepatan gelombang bertambah dan frekwensi bertambah. Ketika

pengamat bergerak menjauh dari sumber gelombang, panjang gelombangnya juga tak

berubah, sedang kecepatan gelombang berkurang dan frekwensi gelombang

berkurang. Maka apabila seorang bergerak menjauhi sumber bunyi, kecepatannya

sekarang: v ’ = v - |vr| ; f ’ = (v - |vr|)/ = fo - |vr|/ Jadi : f ’ = fo(1-|vr|/v)

3. Sumber bunyi bergerak dan Pengamat bergerak : jika semua gerakan berada

pada satu garis, misal pada sumbu x, maka kita dapat menggabungkan keduanya.

Setiap kecepatan termasuk gelombang, diberi tanda positif bila bergerak kekanan dan

negatif bila bergerak kekiri. Efek dari sumber yang bergerak adalah merubah panjang

gelombang tetapi tidak merubah kecepatan gelombang. Dan efek dari pengamat yang

bergerak adalah merubah kecepatan gelombang tetapi tidak merubah panjang

gelombang. Ini bisa dinyatakan dengan : ’ = (v – vs)/fo ; v’ = v – vr ; dengan

demikian frekwensi termodifikasi f’ = v’/ ’ = (v – vr)fo/(v – vs) Sumber dan

pengamat saling mendekat satu sama lain ketika vs dan v mempunyai tanda yang

sama, dan vr mempunyai tanda yang berlawanan. Dalam hal ini f’ bertambah atas fo.

Bila sumber dan pengamatb saling menjauhi satu sama lain, vr dan v mempunyai

tanda yang sama, sedang vs mempunyai tanda yang berbeda, frekwensi yang

dirasakan berkurang. Catat bahwa persamaan diatas ini adalah tidak simetris diantara

sumber dan pengamat. Jika kita tahu kecepatan relatif, kita dapat tahu siapa yang

bergerak, sumber atau pengamat. Apabila kecepatan pengamat dan sumber adalah

kecil dibanding v maka dapat ditunjukkan bahwa : f’ = fo{1+(vs-vr)/v}

92

Page 97: PHYSICS, 20-05- 2012

12. MOMEN INERSIA Inersia merupakan sifat pada benda yang menolak terhadap perubahan keadaan,

jadi benda yang diam senantiasa ingin diam, demikian pula benda yang sedang

bergerak dengan kecepatan konstan akan senantiasa berusaha mempertahankan

keadaan geraknya jika tidak ada gaya yang mempengaruhinya. Bisa dikatakan bahwa

inersia adalah ukuran seberapa sukar benda untuk dirubah dari keadaannya. Ada 2

inersia : Inersia translasi adalah ukuran seberapa sukar benda untuk bergerak

translasi, dan Inersia Rotasi adalah ukuran seberapa sukar suatu benda untuk bergerak

translasi. Dari pengertian ini dapat diketahui bahwa Inersia Translasi tak lain adalah

adalah sama dengan massa (m) , sedang Inersia Rotasi adalah sama dengan Momen

Inersia (I). Momen Inersia dibedakan menjadi 2 :

Momen Inersia untuk benda partikel dan Momen Inersia untuk benda kontinyu

12.1. Momen Inersia benda partikel : apabila sebuah sistim terdiri dari sejumlah

benda yang dapat dianggap partikel (benda titik) maka besar :

I = ∑mi.ri2 = m1.r1

2 + m2.r22 + m3.r3

2 + mn.rn2

r1 = jarak benda bermassa m1 ke sumbu putar

Contoh 1. Partikel A, B, dan C diputar mengelilingi sumbu putar seperti pada

gambar . Tentukan besar momen inersia sistim!

93

19

Page 98: PHYSICS, 20-05- 2012

Jawab : I = mA.rA2+mB.rB

2+mC.rC2 = 2.02+5.02+1.32 = 9 kgm2

2kg B 5kg

Sumbu putar

A 4m B

3m

C

1kg

12.2. Momen Inersia Benda Kontinue : apabila benda yang akan diputar berukuran

besar maka besar momen inersianya : I = ∫R2dm , dimana : dm = elemen massa =

dV ; = rapat massa benda = dm/dV = massa per volume ; dV = elemen volume ;

R = jarak dari elemen benda 3 dimensi bermassa dm ke sumbu putar

Rumus diatas juga berlaku untuk benda 1 dimensi (hanya mempunyai panjang saja)

dan benda 2 dimensi (hanya mempunyai luas saja)

Untuk benda 1 dimensi : I = ∫ x2dm, dimana dm = dx = massa per panjang

Disini x = jarak dari elemen benda 1 dimensi (dx) bermassa dm ke sumbu putar

Untuk benda 2 dimensi : I = ∫ r2dm, dimana dm = dA = massa per luas

Disini r = jarak dari elemen benda 2 dimensi (dA) bermassa dm ke sumbu putar.

Jadi : dV = elemen volume ; dA = elemen luas ; dx = elemen panjang!

Contoh 2 : Tentukan besar momen inersia dari tongkat sangat kecil (anggap hanya

1 dimensi) yang panjangnya L bermassa M dan diputar pada sumbu putar yang :

x a). Tegak lurus pada ujung tongkat

x b). Tegak lurus pada pusat tongkat

dx

(a) L (b)

Page 99: PHYSICS, 20-05- 2012

94

Jawab : Rapat massa tongkat kecil adalah = M/L Jadi massa M = .L

L L L L

(a) I = ∫ x 2 dm = ∫ x 2 dx = ∫ x 2 dx = x 3/3 ] = L3/3= ML2/3 0 0 0 0

L/2 L/2 L/2

(b) I = ∫ x 2 dm = ∫ x 2 dx = ∫ x 2 dx = x 3/3 ] = L3/12= ML2/12 -L/2 -L/2 -L/2 Teorema Sumbu Parallel : momen inersia suatu benda yang mengelilingi suatu

sumbu adalah diberikan oleh jumlah momen inersia yang mengelilingi sumbu yang

melewati pusat massa dan parallel terhadap sumbu yang diberikan dan hasil perkalian

total massa M dari benda dan kwadrat jarak d yang tegak lurus diantara dua sumbu.

Secara matematis dinyatakan sebagai :

I = I pm + M.d2

Ipm = momen inersia pada pusat massa benda

r = L r = L/2 pm r = L/2

Tinjau dua buah bola baja yang bermassa sama masing-masing sebesar m dan ambil

dua sumbu putar yang parallel, satu melalui pusat massanya sistim dan satunya lagi

melalui salah satu massa bola baja. Untuk sumbu yang melalui pusat massa (pm),

maka momen inersianya adalah Ipm = m(L/2)2 + m(L/2)2 = mL2/2, sedang untuk

sumbu yang melalui salah satu sisi bola momen inersianya adalah I = mL2

95

Page 100: PHYSICS, 20-05- 2012

Harga ini juga bisa diperoleh dari rumus I = I pm + M.d2 disini d = L/2, sedang

M = 2m, maka : I = mL2/2 + (2m)(L/2)2 = mL2

Contoh 3 : Suatu lembaran logam segi empat tipis bermassa M dengan lebar a dan

panjang b. Hitung momen inersia dari lembaran logam tersebut yang diputar pada

sumbu putar yang : a).Tegak lurus lembaran logam dan melalui salah satu sudutnya

b). Tegak lurus lembaran logam dan melalui pusat massanya.

z

O b y

dy

a y dx

x

(a) (b)

Jawab : Rapat massa lembaran logam tipis yang lebarnya a dan panjangnya b

adalah : M/A = M/a.b Massa M = a.b

(a) Momen inersia dengan sumbu putar pada salah satu sudutnya (misal sumbu z) :

a b a b

I = ∫ dx ∫ dy( x2 + y2) = M/ab ∫dx ∫ dy(x 2 + y 2 ) = 0 0 0 0 a b a b

M/ab(∫ x2 dx ∫ dy∫ dx ∫ y2 dy ) = M/ab [ (a3/3)b + (b3/3)a ] = M(a2 + b2)/3 0 0 0 0(b) Pusat massa terletak ditengah-tengah segi empat, berarti pada x = a/2 dan y = b/2

dan jarak terhadap tiap sudut adalah d2 = (a/2)2 + (b/2)2

Berdasarkan teorema sumbu parallel, I = Ipm + Md2

96

Page 101: PHYSICS, 20-05- 2012

Ipm = I – Md2 =M(a2 + b2 )/3 – M [(a/2)2 + (b/2)2] = M(a2 + b2 )(1/3 – 1/4)

Jadi Momen inersianya I = M(a2 + b2 )/12.

Contoh 4. Menghitung momen inersia silinder pejal yang diputar pada sumbu putar

yang tegak lurus terhadap sumbu silinder : disini I = ∫ x2dm = ∫ x2dV = ∫ x2dx

= ∫ x2L/Ldx (x = jarak dari dm ke sumbu putar!)

(L = m = massa silinder pejal ; L = panjang silinder)

L

A x Batas integralnyadari sumbu

putar adalah :

h L-h -h sampai L-h sehingga : I = m/L∫-hL-h x2dx

Diperoleh : I = m/3[L2-3Lh+3h2] kgm2

m = L A (Elemen massa dm)

dm=dx

dx

Contoh 5. Menghitung momen inersia silinder pejal yang diputar pada sumbu putar

yang sama dengan sumbu silinder : I = ∫ r2dm = ∫ r2dV = ∫ r2rdrL = L∫ r3dr

L ( r = jarak dari elemen dm ke sumbu putar! )

R Batas integralnya adalah dari 0 sampai R,

sehingga :

L∫oR r3dr = L.1/4[r4]o

R = ½ m.R2

m =R2L

LJadi : I = ½ m.R2 kgm2

r dr (Elemen massa dm)

dm = rdrL

(Ini adl bentuk elemen dm di dalam silinder jika dibuka!)

Page 102: PHYSICS, 20-05- 2012

97

Contoh 6 : Tentukan harga momen inersia sebuah bola pejal berjari-jari R yang rapat

massanya dan diputar dengan sumbu putar pada sumbu x seperti pada gambar!

R Jawab : I = ∫ r2dm, dimana dm = dV r dm = r2dx ; r2 = R2 – x2 sehingga : dm = R2 – x2)dx

x I = ∫ (R2 – x2 ) R2 – x2)dx

= ∫ R2 – x2)2 dx

x Batas integral dari 0 sampai R, maka R dx I = ∫ ( R4-2R2x2+x 4)dx oI = [ R4x - 2/3R2x3 + 1/5 x 5 ] R = ( R4R - 2/3R2R3 + 1/5 R5 ) =

0 = ( R5 - 2/3R5 + 1/5 R5 ) = ( 8/15 R5 ) Karena m = V, sedang m = 4/3R3 = 20/15R3, maka besar momen inersia : I = 2/5 mR2 . Soal Latihan :

Tentukan besar momen inersia dari silinder pejal berjari-jari 0,5m panjang 10m dan

rapat massanya 12000 kg/m3 jika diputar dengan sumbu putar yang tegak lurus

terhadap sumbu silinder dan posisi sumbu putar tepat ditengah-tengah silinder !

98

Page 103: PHYSICS, 20-05- 2012

13. FLUIDA (ZAT ALIR)

13.1. Fluida Statis

Ikatan antar molekul pada fluida jauh lebih lemah dibanding ikatan molekul pada

zat padat sehingga apabila ada suatu gaya yang bekerja pada fluida maka akan me-

ngalami respons yang berbeda dengan jika gaya tersebut mengenai zat padat. Oleh

karena itu dalam membahas fluida banyak digunakan besaran tekanan (pressure = P),

dimana : Tekanan P = F/A ( F = gaya yang bekerja ; A = luas permukaan yang

mengalami gaya dalam arah tegak lurus arah gaya) Satuan tekanan adalah N/m2

atau pascal (Pa) ; Satuan lain untuk tekanan adalah atmosfir (atm) dimana :

1 atm = 101325 Pa ; Juga digunakan satuan toricelli (tor) dimana : 1 tor = 133,3 Pa

dF=dP.A Fluida adalah zat alir, yakni zat yang dapat

mengalir, terdiri dari zat cair dan zat gas.

Ditinjau elemen zat cair bermassa dm yang

F=P.A berbentuk mirip koin yang luasnya A dan

dy A tebalnya dy. Karena massa zat cairnya

y dW=dm.g maka berat elemen zat zair tersebut :

F=P.A dW = dm.g = dV.g = dy.g

rapat massa ( g = konstanta percepatan gravitasi )

Elemen zat cair ini dalam keadaan statis,

berarti resultant gaya yang bekerja = 0

Jadi F = 0 Fx = 0 ;Fy = 0 Ditinjau gaya-gaya yang bekerja pada sumbu y :

Fy = 0 Gaya-gaya yang arahnya kebawah adalah gaya akibat berat elemen zat

cair (dW), gaya aksi yang disebabkan oleh berat zat cair diatas koin (F), dan gaya

akibat udara diatas permukaan zat cair (dF).

20

Page 104: PHYSICS, 20-05- 2012

99

Gaya yang arahnya keatas adalah gaya reaksi (F) akibat adanya gaya aksi. Maka :

F+dF+dW = F

P.A + dP.A + dy.g = P.A dP = - gdy Jika persamaan ini diintegralkan

Po dengan memasukkan batas-batas integral,

Dimana : P = tekanan pada kedalaman h

y2-y1 = h Po= tekanan pada permukaan luar

y2 P y1= tempat bertekanan P diukur dari dasar

y1 y2= tempat bertekanan Po diukur dari dasar

Po y2

=rapat massa ∫dP = - g∫dy Po – P = - gy2 y1 P y1

Maka : P = Po + g.h

Gaya apung dan Hukum Archimides

Suatu benda apabila dicelupkan kedalam zat cair akan mengalami beberapa

kemungkinan, tergantung kepada rapat massa dari benda tersebut dan rapat massa

dari zat cair itu sendiri. Tinjau sebuah balok yang rapat massanya dengan luas A

dan tinggi h, dengan demikian volume balok adalah V = A.h. balok tersebut sebagian

tercelup kedalam air yang rapat massanya a. Gaya keatas yang dialami oleh balok

adalah terkait dengan tekanan dari air. Berdasarkan rumus : P = Po + .g.h, sedang

P=F/A, maka : Fkeatas = P.A = Po.A +a.g.y.A ; y = jarak vertikal bagian balok yang

tercelup air!Gaya kebawah ada dua komponen : Tekanan atmosfir diatas balok dan

berat balok itu sendiri. Gaya oleh atmosfir = Fatm = Po.A, dan gaya akibat berat balok

F = m.g = h.g Dengan demikian besar gaya kebawah total F kebawah = Po.A +

g.h.A Maka resultante gayanya (Gaya netto) pada balok F = F kebawah – F keatas =

Po.A + g.h.A – Po.A - a.g.y.A = .g.h.A- a.g.y.A

100

Page 105: PHYSICS, 20-05- 2012

Keadaan seimbang – mengapung – menuntut keseimbangan gaya yakni F netto = 0.

Apabila harga gaya netto ini dibagi dengan g.A maka diperoleh : .h = a.y atau

/a = y/h Jika <a maka y/h < 1, ini berarti hanya sebagian saja dari balok

yang tenggelam. Jika a, balok secara keseluruhan tenggelam dalam air dimana y

= h. Disini balok akan mengapung tepat dibawah permukaan air karena gaya keatas

dan gaya kebawah saling meniadakan. Jika > a maka balok pasti tenggelam

secara penuh. Untuk keadaan tenggelam maka : F netto = g.h.A - a.g.h.A > 0

Beda harga dari berat balok g.h.Adikurangi F netto dikenal sebagai Gaya Apung

(Buoyant force). Jaqi Gaya Apung Fapung = F berat benda – F netto. Untuk kasus balok

yang tenggelam sebagian maka Fapung = g.h.A – 0 = .g.h.A = a.g.y.A. Adapun

jika balok tenggelam secara kesdeluruhan, dimana y >=h maka gaya apungnya :

F apung = .g.h.A – ( .g.h.A - a.g.h.A) = a.g.h.A Apabila V adalah volume

benda dibawah permukaan air ( V = y.A atau h.A tergantung apakah benda tenggelam

sebagian atau secara keseluruhannya ke dalam air) maka kita bisa mengkombinasikan

hasil kita ke satu pernyataan tunggal yakni : F apung = a.g.V ; Gaya apung melawan

gaya gravitasi pada benda ( .g.h.A) ; Archimides mengemukakan prinsip yang

berbunyi : Besar gaya apung pada benda yang tercelup sama dengan besar berat

zat cair yang dipindahkan oleh benda tersebut.

(a) F netto = 0 ; V’<V ; Fapung = a.g.V’ = F = .g.V ; a.V’ = .V

F keatas

h y F kebawah

101

(b) F netto = 0 ; V’=V ; = a

Page 106: PHYSICS, 20-05- 2012

F keatas

y = h F kebawah

© F netto = g.h.A - a.g.h.A ; V’=V ; > a

F keatas

F kebawah

y

+y

Keterangan :

V = Volume total benda : V’ = Volume bagian benda yang tercelup dalam air

= Volume air yang dipindahkan oleh benda

Contoh Soal 1 : Suatu bak mandi segi empat yang terbuat dari plastik mempunyai

panjang L= 1m, lebar W = 0,8m, tinggi t = 0,6m, dan massa M =200kg. Bak tersebut

terapung di danau. Berapa banyak orang yang bermassa masing masing m = 50 kg

dapat naik ke bak tersebut sebelum tenggelam?

102

Page 107: PHYSICS, 20-05- 2012

?

t

y W

L

Jawab : Misalkan jumlah orang yang naik sebanyak x sedang rapat massa air a =

1000 kg/m3. Jika bak tersebut tenggelam sedalam y, maka volume air yang

dipindahkan = gaya apung Fapung = air.L.W.y.g . Adapun gaya kebawah dengan

sejumlah x orang = Fkebawah = (M+x.m)g . Bak terapung dengan kedalaman y dimana :

F apung = F kebawah . Bak akan tenggelam pada saat y = t. Sebelum tenggelam, persamaan

keseimbangannya adalah : air.L.W.t.g = (M+x.m)g. air.L.W.t.g = M.g+x.m.g

Harga g dikiri dan kanan persamaan dapat dicoret sehingga banyaknya orang = x

=(air.L.W.t.- M)/m = (1000.1.0,8.0,6 – 200) / 50 = 280/50 = 5,6. Ini berarti jika bak

dinaiki oleh 5 orang (berarti massanya cuma 250 kg) bak masih terapung, tetapi jika

dinaiki oleh 6 orang (berarti massanya 300 kg) maka bak akan tenggelam.

Contoh Soal 2 : Suatu balon timah dengan rapat massa = 11300kg/m3 yang berisi

udara berjari-jari R = 0,1m secara total tercelup dalam tangki air seperti pada gambar

dibawah. Berapa ketebalan t dari kulit timah balon jika balon tersebut tidak terapung

juga tidak tenggelam? (Anggap t sangat tipis dibanding jari-jari R!) t << R

103

Jawab : Kita harus menghitung berat air yang dipindahkan oleh balon. Untuk itu kita

perlu menghitung volume timah dan volume udara didalamnya.Dalam hal balon tidak

tenggelam, secara pendekatan dapat diasumsikan bahwa tebal balon t jauh lebih kecil

Page 108: PHYSICS, 20-05- 2012

dibanding jari-jari balon R t <<R = 0,1m. Maka volume timah Vt dapat di anggap

volume bola luar dikurangi volume bola dalam

sehingga jari-jarinya adalah R – t , dimana t=0

R karena sangat kecil, maka Vt = R x t

T Vt = R t ; Berat timah Wt = R t..g

T Berat air yang dipindahkan = Wa = a.Vt.g

Wa = 4/3 R3 .a.g Wa = Wt, maka :

t 4/3 R3 .a.g = R t..g

Jadi tebal kulit timah balon t = R.a / 3

t = 1000.0,1 / 3(11300) = 0,0029m = 3 mm

( Bukti bahwa t<< R, atau 0,0029m<<0,1m)

13.2. Fluida dinamis

Suatu zat cair yang mengalir dapat menghasilkan kondisi yang kompleks,

misalnya terjadi pusaran aliran, timbulnya gesekan internal, dan sebagainya. Disini

yang akan dibahas adalah zat cair yang ideal, yang memenuhi sejumlah kriteria

tertentu, antara lain : zat cair yang mengalir tidak kental, tidak dalam keadaan

terkompresi, tidak ada gesekan internal, alirannya tidak turbulen ( berpusar), dan

sebagainya.

Persamaan Kontinuitas : Ditinjau suatu elemen zat cair bermassa dm1 yang

mengalir di pipa 1 yang luasnya A1 dalam waktu dt ( dt = elemen waktu) dan dengan

kecepatan v1. Massa dm1= dV1 (dV1=elemen volum). Elemen massa dm1 tersebut

berbentuk koin yang luasnya A1, maka besar dm1= dV1 = A1.v1.dt

104

Gerakan dm1menyebabkan elemen massa di pipa 2 bermassa dm2 yang luas pipanya

A2 bergerak dengan kecepatan v2 dalam waktu dt juga .

v2 Jadi :

21

Page 109: PHYSICS, 20-05- 2012

A2 dm2 dm1 = dV1 = A1.v1.dt dm2 = dV2 = A1.v1.dt dm1 = dm2 Maka : A1 v1 A1.v1 A2.v2 , atau : A1.v1 A2.v2 = R (m3/s) dm1 ( R disebut Debit )

Persamaan Bernoulli : A2

A1 h2

h1

(a) v2

v1 F2=A2P2

F1=P1.A1 h2 h1

L1(b)gL2

105

KETERANGAN :

Page 110: PHYSICS, 20-05- 2012

Sebuah pipa mempunyai ukuran penampang yang berbeda pada bagian bawah dan

bagian atasnya. Luas penampang pipa bawah = A1, sedang luas penampang pipa atas

= A2 . Pipa pada gambar (a) berisi zat cair yang rapat massanya yang masih diam

Kemudian pada gambar (2), tutup pipa bawah yang luasnya A1 didorong dengan gaya

F1 sampai sejauh L1 menyebabkan tutup pipa atas yang luasnya A2 bergeser sejauh

L2 ( Timbul gaya reaksi F2 akibat adanya gaya aksi F1). Pada peristiwa ini, gaya F1

melakukan kerja sebesar = F1L1 , sedang gaya F2 melakukan kerja sebesar = F2.L2

Karena zat cair yang bermassa m dipindahkan dari tempat berketinggian h1 ke tempat

lain berketinggian h2 , sedang gaya gravitasi bumi berarah kebawah (berlawanan

dengan arah gerak zat cair ) maka kerja oleh gaya gravitasi besarnya = m.g.h1- m.g.h2

Dengan demikian besar kerja yang dilakukan oleh seluruh gaya (gaya resultan) =

F1L1+ F2.L2 + (m.g.h1- m.g.h2)

Menurut Teorema Kerja Energi : Besar kerja yang dilakukan oleh gaya

resultan yang beraksi terhadap sistim = Besar perubahan Energi Kinetik dalam

sistim itu.

Besar energi kinetik dipipa bawah = ½ m.v12, sedang besar energi kinetik dipipa atas

= ½ m.v22. Maka besar perubahan Energi Kinetik dalam sistim = ½ m.v2

2 ½ m.v12

Berdasarkan Teorema Kerja Energi maka diperoleh persamaan :

F1L1+ F2.L2 + (m.g.h1- m.g.h2) = ½ m.v22 ½ m.v1

2

P1A1L1+ P2A2.L2 + (m.g.h1- m.g.h2) = ½ m.v22 ½ m.v1

2

A1L1 = A2.L2 = volume zat cair yang ditinjau = m/sehingga :

P1.m/ + P2.m/ + m.g.h1- m.g.h2 = ½ m.v22 ½ m.v1

2

(P1+ P2) / = - g.h1 + g.h2 + ½ .v22 ½ .v1

2 ini dapat ditulis :

P1+ ½ . v12 + g.h1=P2 + ½ . v2

2 + g.h2

( Dinamakan Persamaan Bernoulli )106

Keseimbangan Benda Terapung (TOPIK INI TIDAK TERMASUK YANG DIPRESENTASIKAN)

Page 111: PHYSICS, 20-05- 2012

Apabila suatu benda dimasukkan ke dalam zat cair maka terdapat dua

kemungkinan yakni tenggelam atau terapung. Hal ini terkait dengan adanya dua

macam gaya yang bekerja terhadap benda tersebut dan saling berlawanan arah yakni

gaya gravitasu dan gaya dorong keatas oleh zat cair. Jika gaya gravitasi lebih besar

dari gaya dorong keatas maka benda akan tenggelam, sebaliknya jika gaya gravitasi

lebih kecil dari gaya dorong keatas, benda akan terapung. Archimides menyatakan :

“Ketika suatu benda dicelupkan sebagian atau keseluruhannya kedalam zat cair, ia

akan mengalami gaya dorong keatas oleh suatu gaya yang besarnya sama dengan

berat zat cair yang dipindahkan oleh benda itu “, dengan kata lain, gaya resultant

yang beraksi pada benda itu adalah sama dengan perbedaan antara gaya keatas oleh

zat cair dan gaya kebawah oleh gravitasi. Kecenderungan dari zat cair untuk

mendorong keatas dari benda yang dicelupkan dikenal sebagai gaya apung, ini selalu

sama dengan berat zat cair yang dipindahkan oleh benda. Jika gaya apung lebih besar

dari berat benda maka benda akan didorong keatas sampai terapung, tdetapi jika gaya

apung lebih kecil dari berat benda maka benda akan tenggelam. Pusat gaya apung

adalah tempat suatu titik dimana gaya apung ditetapkan beraksi. Ini selalu merupakan

pusat berat dari volume zat cair yang dipindahkan. Dengan kata lain, pusat gaya

apung adalah pusat dari wilayah bagian yang dicelupkan.

Metacentre Ketika suatu benda terapung pada suatu cairan, ada pergeseran sudut kecil,

kemudian mulai bergetar disekitar titik tertentu. Titik disekitar mana benda mulai

bergetar pada saat terapung disebut metacentre.

Jadi, metacentre (M) adalah interseksi dari suatu garis yang melewati pusat gaya

apung (B) dan pusat berat dari benda (G), dengan garis vertikal yang melalui pusat

gaya apung yang baru B’).

107

M

Page 112: PHYSICS, 20-05- 2012

1 A B 2

G B’ B 3 C 4 D

Tinggi metacentre

Jarak diantara pusat gravitasi G suatu benda yang terapung dan metacentre M

yakni jarak GM disebut tinggi metacentre. Suatu kenyataan bahwa tinggi metacentre

suatu benda yang terapung merupakan ukuran kestabilannya, semakin tinggi

metacentre dari suatu benda yang terapung, maka ia akan semakin stabil. Dalam

rancangan modern, tinggi metacentre suatu kapal senantiasa dihitung dengan teliti

untuk mengecek kestabilannya.

Cara mengukur tinggi metacentre :

Asumsikan ada sebuah kapal terapung dengan bebas di air. Kapal ini mengalami

rotasi searah dengan putaran jarum jam seperti pada gambar berikut :

2b 3 b b m 2 M a o c Gn e1 B’ B e d

108 d1

Page 113: PHYSICS, 20-05- 2012

Anggap ada kapal terapung di air yang mengalami rotasi membentuk sudut kecil

disekitar titik O. Sebagai akibat rotasi, kedudukan kapal sekarang adalah mengikuti

gambar dengan garis tipis. Maka bagian yang tenggelam sekarang berubah dari acde

ke acd1e1. pusat gaya apung mula-mula B sekarang berubah ke posisi B1. Maka

segitiga aom telah keluar dari air, sedang segitiga ocn berada dibawah air. Karena

volume air yang dipindahkan adalah sama maka berarti kedua segitiga tadi

mempunyai luas wilayah yang sama. Ketika segitiga aom keluar air (berarti

berkurangnya gaya apung disebelah kiri) maka ini cenderung memutar kapal kearah

anti putaran jarum jam. Demikian pula segitiga ocn karena tenggelam kedalam air

(berarti bertambahnya gaya apung disebelah kanan) maka ini cenderung memutar

kapal kearah putaran jarum jam. Efek gabungan dari kedua gaya ini membentuk

kopel yang mana cenderung akan memulihkan atau memutar kapal dalam arah anti

putaran jarum jam. Untuk kecil dimana putaran kapal juga kecil, maka kapal bisa

diasumsikan berputar disekitar titik metacentre M.

Apabila lebar kapal adalah b, sedang panjang kapal L, adapun adalah sudut kecil

dimana kapal berputar sekitar O dan V adalah volume air yang dipindahkan oleh

kapal, maka : am = cn = b2 Jika kecil maka sin = , sehingga am = b. /2

Sedang volume air pada segitiga aom sepanjang L adalah : ½ (a.m)(b/2)L =

½ (b/2)(b/2)L = b2L/8. Jadi massa air pada volume ini = b2L/8 (= massa jenis)

Dengan demikian massa air pada segitiga con sepanjang L juga = b2L/8. Disini

lengan kopelnya adalah sepanjang 2b/3. (Ingat, pada segitiga siku-siku pusatnya

berada pada 1/3 jarak dari tingginya!). Maka momen gaya dari kopel pemulih

(restoring couple) adalah b2L/8 x 2b/3 = b3 L/12, sedang momen dari gaya

pengganggu (disturbing force) adalah : b2L/8 x B1B. Kedua momen ini adalah

sama besar, maka : b3 L/12 = b2L/8 x B1B

109

Masukkan harga Lb2/12 = I (Momen inersia dari bidang kapal yang lebarnya b dan

panjangnya L) dan harga BB1 = BM x (Lihat gambar untuk kecil!), maka :

Page 114: PHYSICS, 20-05- 2012

I. = x V (BM x ) Jadi BM = I/V = Momen inersia bidang per volume

air yang dipindahkan) Maka Tinggi Metacentre GM =BM +/- BG

KETERANGAN : Tanda + digunakan jika G lebih rendah dari B , sedang tanda – digunakan jika G lebih tinggi dari B

Macam-macam Keseimbangan terkait dengan benda yang terapung

Keseimbangan Stabil : Jika benda terapung yang diberi pergeseran sudut kecil dapat

kembali ke posisi semula

Keseimbangan Tak Stabil : Jika benda terapung yang diberi pergeseran sudut kecil

tak dapat kembali ke posisi semula dan terlempar ke tempat yang lebih jauh.

Keseimbangan Netral : Jika benda terapung yang diberi pergeseran sudut kecil

kedudukannya pindah ke tempat yang baru tetapi dalam keadaan tetap diam.

Contoh Soal 1 :

Rapat massa air laut 1,4 gr/cm3. Tentukan besar gaya yang dialami oleh bidang

seluas 4 m2 didasar laut yang dalamnya 5000m jika tekanan udara diatas permukaan

air adalah 1 atm. (g = 9,8 m/s2)

Contoh Soal 2 :

Pipa horizontal dibawah tanah yang luas penampangnya 0,5 m2 mengalirkan zat

cair bermassa 0,9 gr/cm3 . Pipa tersebut berbelok keatas setinggi 10 m dan

ukuran luas penampangnya mengecil sehingga menjadi 0,2 m2. Apabila tekanan

di pipa bawah adalah 4.105 N/m2, sedang besar debit dalam pipa adalah 1m3/s ,

hitung besar tekanan zat cair di ujung pipa yang berada diatas! (g = 9,8m/s2).

110

Contoh Soal 3 :

Page 115: PHYSICS, 20-05- 2012

Sebuah tangki raksasa yang tingginya 40m berisi zat cair dengan rapat massa 0,9

gr/cm2.Permukaan tangki sangat luas dibanding pipa berkelok yang mengalirkan zat

cair tersebut. ( g = 9,8 m/s2)

A1 = luas permukaan tangki ; A2 = luas pipa 2 ; A3 = luas pipa 3

A1 = ∞ Tentukan :

a). Kecepatan aliran di pipa 2

b). Tekanan di pipa 2 apabila

40m tekanan di luar 1 atm !

0,9 gr/cm2

A2 = 0,4m2 A3 = 0,2m2

Contoh Soal 4 :

Suatu silinder pejal berdiameter 3m mempunyai tinggi 3m. Silinder ini dibuat dari

bahan yang specific gravitynya 0,8 dan ia terapung di air dengan sumbunya vertical.

Hitung tinggi metacentrenya dan nyatakan apakah keseimbangannya stabil atau tidak!

Gambar :

G

3m B

O

3m

111

Page 116: PHYSICS, 20-05- 2012

Jawab : Specific gravity adalah harga perbandingan antara rapat massa suatu benda

(dengan rapat massa air (air), jadi specific gravity = airmaka dalamnya

bagian yang tercelup adalah = 0,8 x 3 = 2,4 m, dan jarak pusat gaya apungnya dari

bagian bawah silinder, OB = 2,4/2 = 1,2m. Jarak pusat beratnya dari bagian bawah

silinder = OG = 3/2 = 1,5m. Jadi BG = OG-OB = 1,5-1,2 = 0,3m

Momen Inersia dari seksi lingkaran I = (3)4/64 = 1,27 m4, dan volume air yang

dipindahkan = V = (3)2/4 x 2,4 = 5,4 m3 ; BM = I/V = 1,27 /5,4 = 0,235m,

maka tinggi metacentrenya GM = BM-BG = 0,235 – 0,3 = - 0,065m.

Tanda minus berarti bahwa metacentre M dibawah pusat berat G. Dengan demikian,

silinder dalam keadaan keseimbangan tak stabil.

Contoh Soal 5 : Balok kayu dengan specific gravity 0,8 dan berukuran 1,2x0,4x0,3

terapung dalam air. Tentukan tinggi metacentre disekitar sumbu longitudinalnya!

0,4m

Jawab : Dalamnya bagian balok yang tercelup

adalah = 0,8 x 0,3 = 0,24m. Jarak pusat gaya

apung B dari bagian bawah balok=OB=0,24/2

= 0,12m. Jarak pusat berat dari bagian bawah

balok =OG=0,3/2 = 0,15m. Maka jarak dari

1,2m B ke G = BG = OG-OB = 0,15-0,12 = 0,03m.

Momen inersia benda persegi empat panjang

disekitar sumbu pusat dan parallel terhadap

sisi yang panjang adalah L.b3/12=1,2(0,4)3/12

=0,0064m4.Adapun volume air yang dipindah

V = 1,2 x 0,4 x 0,24 = 0,1152m3. Jadi,

G Jarak B ke metacentre M = BM = I/V =

0,3m B 0,0064/0,1152 = 0,056m. Maka tinggi metacentre

GM = BM – BG = 0,056 – 0,03 = 0,026 m

112

Page 117: PHYSICS, 20-05- 2012

Contoh Soal 6 : Suatu benda terapung berbentuk silinder berdiameter 2m dan

dalamnya 1,2m. Bagian bawahnya yang berbentuk kurva (lengkung), memindahkan

volume air 400 liter sedang pusat gaya apungnya berada pada 1,3m dibawah puncak

silinder. Pusat berat seluruh benda terapung ini adalah 0,8m dibawah puncak silinder

dan total air yang dipindahkan adalah 2,6m3. Tentukan tinggi metacentre dari benda

terapung tersebut !

Gambar :

2m

h O

0,8m

1,2m 1,3m G

B

Jawab : ”h” adalah jarak antara antara permukaan air dengan bagian puncak benda

terapung. Diameter benda yang terapung = 2m ; Kedalaman silinder 1,2m ; Volume

bagian yang berbentuk lengkung 400 liter = 0,4m3 ; OB = 1,3m ; OG = 0,8m ; Total

volume air yang dipindahkan = 2,6m3. Volume air yang dipindahkan oleh bagian

yang silindris adalah 2,6-0,4 = 2,2m3. Jadi 2,2 = /4 (2)2 x (1,2-h) = (1,2-h)

(1,2-h) = 2,2/ = 0,7

113

Page 118: PHYSICS, 20-05- 2012

Maka h = 1,2 – 0,7 = 0,5m. Jarak pusat gaya apung benda terapung yang silindris dari

puncak benda terapung adalah OB = 0,5+(1,2-0,5)/2 = 0,85m. (B adalah pusat gaya

apung untuk semua benda yang terapung !). Maka :

OB = {(0,4x1,3)+(2,2x0,85)}/(0,4+2,2) = 0,92mBG = OB-OG = 0,92-0,8 = 0,12m

Momen inersia I dari bagian silinder atas disekitar pusat beratnya adalah :

I = /64 x (2)4 = 0,7854m2. BM = I/V = 0,7854/2,0 = 0,302m. Maka tinggi

metacentrenya adalah GM = BM – BG = 0,302 – 0,12 = 0,182 m.

Benda terapung yang berbentuk kerucut :

D

Ditinjau benda terapung berbentuk kerucut.

D =Diameter ; d = Diameter pada permukaan

d Zat Cair ; 2= Sudut puncak kerucut ;

G L = Panjang Kerucut ; l = Panjang Kerucut

B yang tercelup zat cair.

Jarak pusat gaya apung B dari O = OB = 3l/4

l ;Jarak pusat

berat dari O=OG=3L/4

OG = 0,75L

Volume zat cair yang dipindahkan :

O V = 1/3 l3 tg2 ; Momen inersia bagian lingkaran

sekitar permukaan zat cair I = /64 x d4

I = /64 x (2l tg )4 = /4 ( l4 tg4)

Harga BM dan tinggi metacentre dapat dicari seperti pada teori diatas.

BM = I/V = {/4 ( l4 tg4)}/ {1/3 l3 tg2 = 0,75 l tg2 GM = BM – BG !

114

Page 119: PHYSICS, 20-05- 2012

14. KESEIMBANGAN Pusat Massa(Titik Massa) merupakan suatu titik pada benda dimana seluruh massa

benda dapat dianggap terpusat dititik tersebut, sedang Pusat Berat (Titik Berat) adalah

suatu titik pada benda dimana seluruh berat benda dapat dianggap terpusat dititik

tersebut. Gaya F adalah besaran penyebab gerak translasi, sedang Momen gaya

(Torka) adalah besaran penyebab gerak rotasi. Sebuah benda berada dalam keadaan

keseimbangan (equilibrium) jika :

1. Resultant gaya-gaya yang beraksi terhadap benda adalah nol, jadi :

F=0 (Fx=0 ; Fy=0 ;Fz=0)

2. Resultant momen gaya pada sumbu adalah nol, jadi :

=0 (x=0 ;y=0 ;z =0)

Torka didefinisikan sebagai hasil perkalian antara posisi r dan gaya F,

jadi r x F , dimana besar harganya adalah r F sin (sudut antara r

dan FArah torka senantiasa tegak lurus terhadap bidang dimana r dan F berada.

(Untuk menentukan arah gunakan aturan putaran sekrup seperti pada teori

perkalian vector) ; O = titik acuan.

r x F = r F sin (= sudut yang diapit oleh r dan F)

Perjanjian Tanda untuk Torka :

O r - F

o r F + F O r

Jika searah putaran jarum jam, diberi tanda +

Jika berlawanan arah putaran, diberi tanda –

22

Page 120: PHYSICS, 20-05- 2012

115Contoh Soal 1. Papan yang panjangnya 8 m dan berat 400N menahan beban yang

beratnya 200N dengan posisi seperti pada gambar. Hitung besar gaya normal N1 dan

N2 !

N2 Jawab : karena seimbang maka

N1 F=0 dan =0

4m 2m 2m Ambil acuan O di ujung kiri papan

(Titik acuan O tentukan sendiri!)

O

W1 W2

1) F=0, maka +W1+W2-N1-N2=0 , jadi 400+200 =N1+N2 atau : N1+N2 = 600

2) =0, maka : +4.W1+6W2-8N2=0 ; 4.400+6.200-8.N2=0 -> Diperoleh :

N2= 350newton, maka N1= 600-350=250newton.

Contoh Soal 2.

Pusat berat dari jembatan miring ada pada 1/3 panjangnya. Jika berat jembatan 800

N, sedang berat mahluk yang akan menyeberang 400N. Hitung pada posisi

ketinggian berapa mahluk tersebut menginjakkan kaki yang menyebabkan

jembatan tersebut tepat ambruk? (s bidang vertikal = 0)

12m Uhuk,uhuk..

9m s=0,4

116

Page 121: PHYSICS, 20-05- 2012

Jawab : Buat acuan O, misal di ujung bagian bawah papan miring, kemudian

gambar seluruh vektor gaya yang ada dalam sistim setelah mahluk tersebut naik.

Menurut teori trigonometri, pada segitiga siku-siku berlaku h:12m=x:9m=t :L

N1 12m L (panjang sisi miring) 400N N2 12m h t 800N Fs O x O 9m 9m

Anggap pada saat jembatan tepat ambruk ketika diinjak, posisi mahluk berada pada

ketinggian h, dan proyeksinya ke bidang datar sejauh x dari acuan O. Sekarang mulai

dilakukan perhitungan sesuai dengan teori keseimbangan :

1) F=0 ; karena gaya-gaya yang bekerja ada pada sumbu x dan y maka : Fx=0 dan

Fy=0 Pada arah sumbu y : Fy=0 N2-400-800=0 N2 =1200 newton

Pada arah sumbu x : Fx=0 N1-Fs = 0 N1 - sN2 = 0 N1=0,4.1200 = 480 ;

maka : N1= 480 newton.

2) =0 ; Torka-torka yang ada dengan acuan O adalah: yang ditimbulkan oleh

gaya-gaya 400N, 800N, dan N1 (Tak ada torka oleh N2). Posisi gaya 400N terhadap

O adalah berjarak = x meter Posisi gaya 800N terhadap O adalah berjarak = 3 meter.

Posisi gaya N1 terhadap O adalah berjarak = 12 meter. Maka :

+12.N1 – 400.x – 800.3 = 0 N1= 480 newton, sehingga:12.480 – 400.x – 800.3 = 0

5760 – 400.x – 2400 = 0 ; x = 3360/400 = 8,4m. Menurut perbandingan

trigonometri, h : 12m = x : 9m = t : L , jadi , h : 12m = 8,4m : 9m

Maka pada posisi mahluk h = (8,4)(12)/(9) = 11,2m jembatan ambruk!

Page 122: PHYSICS, 20-05- 2012

117

Contoh Soal 3 :

Mobil derek digunakan untuk mengangkat beban bermassa 2000 kg dengan

menggunakan alat seperti pada gambar berikut :

BPanjang batang AB=10m T CMassa batang 100 kg (Pusat berat tepat ditengah) 30o

A 60o

Jarak CB= 0,5m g = 9,8 m/s2

Tentukan besar gaya tegangan tali T yang berfungsi menarik beban!

Contoh Soal 4 :

Berat mobil adalah 10.000N. Apabila gaya normal

di roda A adalah 46 % sedang gaya normal di roda

A 2,4m B B adalah 54%, tentukan pusat berat dari mobil tsb

diukur dari roda A !

118

2000kg

Page 123: PHYSICS, 20-05- 2012

15. PANAS DAN PERPINDAHAN PANAS

15.1. Panas

Panas merupakan bentuk energi yang ditransfer diantara dua benda sebagai akibat

adanya beda temperatur (suhu), diberi simbol Q. Satuan panas dalam SI adalah joule

sedang dilapangan sering digunakan satuan kalori (kal) 1 kal = 4,1868 J

Temperatur suatu benda yang menentukan arah aliran panas ketika suatu obyek

mengalami kontak panas dengan obyek lain. Panas mengalir dari tempat yang

bertemperatur lebih tinggi ke tempat lain yang bertemperatur lebih rendah.

Temperatur adalah ukuran dari energi kinetik molekul-molekul, atom-atom, atau ion-

ion pada mana suatu benda atau zat tersusun. Pengukuran terhadap temperatur rendah

dan menengah ( sampai 500 C) biasanya digunakan thermometer, sedang pengukuran

terhadap temperatur tinggi digunakan pyrometer.

15.1.1. Kapasitas panas (C) : dahulu disebut kapasitas termal, adalah jumlah panas

yang diperlukan untuk menaikkan temperatur suatu benda sebesar 1oC. Persamaan

ditulis : C = Q/T, dimana T = perubahan temperatur, dalam satuan kelvin (K) .

Satuan kapasitas panas C adalah joule/kelvin (J/K)

15.1.2. Panas Jenis (c) : adalah banyaknya panas persatuan massa per derajat

perubahan temperatur. c = Q/m.c T , m = massa benda, sehingga dengan demikian

persamaan untuk panas dapat dituliskan : Q = m.c. T joule. Satuan untuk panas jenis

c adalah joule / kg K. Berdasarkan Asas Black, apabila suatu benda memberikan

panas kepada benda yang lain maka pada saat tertentu temperatur kedua benda sama,

dikatakan temperatur kedua benda dalam keadaan seimbang. Dinyatakan bahwa

panas yang diberikan oleh benda 1 ke benda 2 = panas yang diterima oleh benda dari

benda 1 Q1 = Q2 m1.c1. = m2.c2.

23

Page 124: PHYSICS, 20-05- 2012

119

Keterangan : = beda suhu benda 1(T1)dengan suhu akhir Ta = (T1-Ta)

=beda suhu akhir Ta dengan suhu benda 2(T2) = (Ta-T2)

m1 = massa benda 1 ; m2 = massa benda 2

c1 = panas jenis benda 1 ; c2 = panas jenis benda 2

15.1.3. Ekspansi dan Kontraksi

Pada umumnya benda akan mengalami perubahan ukuran apabila suhu benda

berubah. Ekspansi adalah bertambahnya ukuran benda jika suhunya dinaikkan,

sedang kontraksi adalah berkurangnya ukuran benda jika suhunya diturunkan. Efek

ini berkaitan dengan perubahan energi atom-atom/molekul-molekul akibat perubahan

suhu.

a. Ekspansi Linier (untuk benda padat dengan peninjauan hanya kearah 1 dimensi,

misal kawat logam)

Jika suatu benda padat (rigid body = benda tegar) panjang mula-mula Lo diberi

perubahan suhu t, akan mengalami perubahan panjang sebesar L yang berbanding

lurus dengan t. L

Lo

Lt

Besar kecilnya perubahan juga tergantung kepada jenis benda, oleh karena itu harus

dimasukkan suatu faktor berupa konstanta yang dinamakan koefisien ekspansi linier

alpha ( ) sehingga diperoleh persamaan : L= Lo.t atau : = L/Lo t Jika

panjang benda pada suhu mula-mula to adalah Lo, sedang pada suhu akhir t

panjangnya adalah Lt maka L = Lt – Lo, sedang t = t – to, dengan demikian

persamaan menjadi : Lt = Lo ( 1 + t )

120

Page 125: PHYSICS, 20-05- 2012

b. Ekspansi Bidang (peninjauan kearah 2 dimensi)

Jika benda homogen berekspansi maka jarak antara 2 titik dalam zat itu bertambah

sebanding koefisien ekspansinya tiap derajat kenaikan suhu.

Perhatikan benda 2 dimensi pada gambar berikut ini :

xo.y x.y

y

yo.x

yo Ao = xo.yo

xo x

Luas mula-mula Ao dan suhu mula-mula to, setelah dipanasi sampai suhu t maka

sisi xo bertambah panjang sebesar x, sisi yo bertambah panjang sebesar y. Jika

A = At – Ao maka : = xo.y +x.y + yo.x = xo.yo.t + xo.t.yo.t +

yo.xo.t = xo.yot (2 + t) , dimana xo.yo = Ao Karena koefisien

ekspansi umumnya kecil sekali relatif terhadap bilangan 2 yang ada dalam tanda

kurung diatas, ini berarti t kecil sekali relatif terhadap bilangan 2 maka dapat

diabaikan sehingga : A =2t, atau At = Ao (1 + 2t)

Besaran 2biasa disebut koefisien ekspansi luasan sehingga persamaan dapat

ditulis : At = Ao (1 + t)

c. Ekspansi Volum (peninjauan kearah 3 dimensi)

Dengan cara identik pada teori ekspansi bidang maka dapat diperoleh persamaan

ekspansi volum (tiga dimensi) Vt =Vo(1 + 3t) besaran 3 dinamakan

koefisien ekspansi volum , maka persamaan dapat ditulis : Vt = Vo (1 + t)

Termometer : adalah alat yang digunakan untuk mengukur temperatur (suhu) benda,

pada umumnya hanya digunakan untuk pengukuran temperatur rendah dan

menengah.

121

Macam-macam Thermometer :

Page 126: PHYSICS, 20-05- 2012

Celcius : Skala suhu air beku 0oC, suhu air mendidih 100oC

Reamur : Skala suhu air beku 0or, suhu air mendidih 80or

Fahrenheit : Skala suhu air beku 32oF, suhu air mendidih 212oF

Rankine : Skala suhu air beku 492oR, suhu air mendidih 672oR

Kelvin : Skala suhu air beku 273K, suhu air mendidih 373K

t oC t or t oF t oR t K

Suhu air mendidih 100 80 212 672 373

Suhu air membeku 0 0 32 492 672

Suhu Nol Mutlak -273 -218 -460 0 0

Keterangan : t oC = 4/5 t or = (9/5 t + 32) oF = (273 + t)K

t oR = t oF + 460

15.2. Perpindahan Panas (Heat Transfer)

Mekanisme perpindahan panas dari suatu tempat ke tempat lain ada 3 cara :

1. Konduksi : Proses perpindahan panas pada medium zat padat dimana energi

panas dipindahkan oleh gerakan elektron elektron bebas pada medium

tersebut, misal : besi, tembaga, beton, dan sebagainya.

2. Konveksi : Perpindahan panas oleh perpindahan massa dari benda yang

menjadi mediumnya, misal air, udara, dan fluida lainnya.

3. Radiasi : Perpindahan panas tidak memerlukan medium untuk perambatannya

karena disini panas dibawa oleh gelombang elektromagnetik, misal radiasi

matahari yang datang ke bumi melewati daerah vakum di angkasa luar.

122

15.2.1. Konduksi

24

Page 127: PHYSICS, 20-05- 2012

Jika suatu bahan misal besi dengan luas permukaan A dan tebal x salah satu sisinya

dipanasi maka panas akan mengalir dari sisi yang bersuhu lebih tinggi ke sisi lain

yang bersuhu lebih rendah. Apabila lama waktu mengalir adalah t maka besar jumlah

energi panas yang mengalir :

Q = - k.A.t. T/x , dimana : Q = jumlah panas yang mengalir (J)

k = koefisien konduksi, harganya

tergantung jenis bahan (J/smK)

T2 T1 A = luas permukaan (m2)

A T = (T2 – T1), suhu T2>T1

Q k x = tebal bahan (m)

x

Dengan demikian maka jumlah panas yang mengalir per satuan waktu dinyatakan

sebagai : Q/t = - k.A.T/x , dinamakan arus panas H, satuannya J/s

Secara umum persamaan dituliskan : H = dQ/dt = - k.A.dT/dx ; dimana :

dQ = elemen panas yang mengalir

dt = elemen waktu

- = tanda negatif, menunjukkan adanya

penurunan suhu

dT = elemen perubahan suhu

dx = elemen tebal bahan

123

Arus Panas melalui beberapa jenis bahan

Page 128: PHYSICS, 20-05- 2012

Apabila arus panas mengalir melalui dua buah lapisan yang jenisnya berbeda dimana

suhu T2 dan T1 besarnya konstan (T2>T1), maka kondisi demikian disebut dalam

keadaan tunak (steady state). Dengan demikian besar arus panas pada lapisan bahan

yang satu H1 sama dengan besar arus panas panas pada lapisan bahan dua H2.

Keterangan :

T2 T1 k1 = koefisien konduksi bahan 1

Tx A k2 = koefisien konduksi bahan 2

Q k1 k2 x1 = tebal bahan 1

x2 = tebal bahan 2

Tx = suhu sambungan

x1 x2

Pada lapisan bahan 1 : H1 = - k1.A (T2-Tx)/x1 ……….……..(1)

Pada lapisan bahan 2 : H2 = - k2.A (Tx-T1)/x2…….…………(2)

Karena H1 = H2 maka : - k1.A (T2-Tx)/x1 = - k2.A (Tx-T1)/x2

Dari persamaan diatas diperoleh besar suhu pada sambungan Tx ,

Tx = k1.T2.x2 + k2.T1.x1 / (k2.x1+k1.x2) Dengan memasukkan harga Tx ini kedalam

persamaan (1) atau (2), akan diperoleh besar arus panas yang mengalir pada benda

yang tersusun dari 2 jenis bahan yang berbeda ini :

H = A (T2 – T1) / (x1/k1+x2/k2)

Untuk sejumlah n lapisan bahan, secara umum persamaan arus panas dapat

dituliskan : H = A (T2 – T1) / x/k , dimana x/k = x1/k1 + x2/k2 + x3/k3 +.......xn/kn

124

Page 129: PHYSICS, 20-05- 2012

Arus Panas pada benda Bentuk Pipa

Pada bab terdahulu aliran panas bergerak searah karena luas permukaan bagian

belakang sama dengan luas bagian depan, namun tidak demikian untuk panas yang

mengalir dari bagian dalam suatu benda berbentuk pipa (silindris) kearah bagian luar,

karena mengalami pengembangan luas, oleh karena itu perlu dihitung menggunakan

teori integral. Jika suhu dibagian dalam pipa T2 sedang suhu dibagian luar pipa T1

dimana T2>T1, dalam keadaan ”steady state” dimana harga T2 dan T1 besarnya

konstan maka digunakan persamaan : H = - k.A.dT/dx

T1

T2

L

Berjari-jari : Ra r Rb

Ditinjau elemen silinder berjari-jari ”r”(garis tebal), luas permukaan elemen silinder :

A = 2 .r.L, maka H = - k. 2 .r.L.dT/dr, atau : H.dr/r = - 2 L.k.dT.

Untuk r = Ra, maka besar suhu T = T2, sedang untuk r = Rb, besar suhu T = T1.

Harga-harga ini merupakan batas integral, sehingga apabila dimasukkan ke

persamaan diperoleh : H ∫ba dr/r =-2L.k∫T1

T2 dT ; H (ln a-ln b)= -2 L.k.(T2-T1) ;

H.ln a/b = - 2 L.k.(T2-T1) ; H.ln b/a = + 2 L.k(T2-T1) Maka besar arus panas

yang mengalir melalui dinding dari bagian dalam pipa ke bagian luar :

H = 2L.k (T2-T1)/ln(b/a) J/s

125

Aliran Panas pada pipa dengan Dinding Berlapis Banyak

Page 130: PHYSICS, 20-05- 2012

Sebagaimana pada papan datar, apabila arus panas mengalir melalui dinding pipa

berlapis banyak yang masing-masing lapisan terbuat dari jenis bahan yang berbeda

maka dalam keadaan steady state, besar arus panas H adalah sama pada tiap-tiap

lapisan. Ditinjau sebuah pipa tang dindingnya terdiri dari dua jenis bahan yang

berbeda, misal bahan 1 dibagian dinding dalam pipa mempunyai koefisien konduksi

k1, sedang bahan 2 dibagian dinding luar pipa mempunyai koefisien konduksi k2

seperti pada gambar dibawah. Jari-jari bagian dalam pipa adalah a, jari-jari bagian

luar pipa b, sedang jari-jari sambungan adalah s. Suhu di bagian dalam pipa T2, suhu

di sambungan Tx, dan suhu di bagian luar pipa T1 . Berikut adalah gambar penampang

pipa berlapis dua :

b Pada dinding dalam : H1 = 2L.k1(T2-Tx)/ln (c/a)

T1 Pada dinding luar : H2 = 2L.k2 (Tx-T1)/ln (b/c)

Dalam keadaan steady state, H1 = H2 maka :

2L.k1(T2-Tx)/ln(c/a)=2L.k2(Tx-T1)/ln(b/c)

Dari persamaan ini diperoleh besar suhu pada

sambungan (daerah lingkaran tebal) yakni Tx :

Tx = k1.T2.ln(b/c) + k2.T1.ln(c/a) / k2.ln(c/a)+k1.ln(b/c)

Dengan memasukkan harga Tx ini ke persamaan (1) atau (2) diperoleh harga

arus panas H pada pipa dengan dinding berlapis dua :

H = 2L(T2-T1) / [ ln(c/a)/k1+ln(b/c)/k2 ]

Apabila sebuah pipa dindingnya terdiri dari 4 lapisan dari bahan bahan yang jenisnya

berbeda-beda dengan koefisien konduksi masing masing bahan adalah k1, k2, k3, dan

k4, dan jari-jari dari arah bagian dalam pipa menuju bagian

luar adalah ro, r1, r2, r3, dan r4 (perhatikan gambar penampang pipa

berlapis banyak pada gambar dibawah), maka besar arus panas H yang mengalir

melalui dinding pipa tersebut adalah :

126

Page 131: PHYSICS, 20-05- 2012

T1

H = 2L(T2-T1) / [ ln(r1/ro)/k1+ln(r2/r1)/k2+ln(r3/r2)/k3+ln(r4/r3)/k4]

Arus Panas pada benda Bentuk Bola

Apabila sumber panas mengalir dari dalam sebuah benda homogen berbentuk bola

dengan jari-jari bagian dalam Ra dan bersuhu T2, sedang jari-jari bagian luarnya Rb

dan bersuhu T1 maka besar arus panasnya dapat dicari sebagai berikut :

H = - k.A.dT/dr

A = luas elemen bola berjari-jari r

Rb T1 ( gambar lingkaran tebal)

A = 4 r2 .

H = - k. 4 r2 dT/dr

Persamaan ini dapat ditulis :

H.dr /r 2 = -4 k.dT

Batas integralnya adalah :

T2 >T1 Untuk r = a, besar suhu = T2

Untuk r = b, besar suhu = T1

127

Page 132: PHYSICS, 20-05- 2012

H ∫ ba dr/r2 = - 4 k ∫ T1

T2 dT ; H [ -1/r ] ba = - 4 k (T2-T1)

-H (1/a-1/b) = -4 k(T2-T1)

Jadi besar arus panasnya adalah : H = 4 k (T2-T1)/ [(b-a)/ab]

Untuk dinding bola yang terdiri dari beberapa lapisan bahan dari jenis yang berbeda-

beda, dengan cara seperti pada bab-bab terdahulu (yakni dengan persamaan H1=H2)

maka besar arus panas yang mengalir dapat dihitung.

Contoh Soal : Suatu pipa dinding berlapis 2 dengan jari-jari dinding terluarnya 20cm

terbuat dari 2 bahan yang berbeda jenisnya mengalirkan cairan panas bersuhu 60oC.

Tebal kedua bahan sama yakni 4cm. Koefisien konduksi bahan 1 = 0,48 J/s.m.K,

sedang koefisien konduksi bahan 2 = 0,04 J/s.m.K. Apabila suhu di permukaan luar

pipa 20oC, bahan yang mana yang harus ditempatkan dibagian dalam pipa agar daya

isolasi dinding terhadap panas lebih besar ? (daya isolasi = kebalikan daya konduksi)

20oC b

a

Jawab : Besar arus panas untuk pipa yang dindingnya tersusun dari 2 jenis bahan

yang berbeda adalah :

H = 2L(T2-T1) / [ ln(c/a)/k1+ln(b/c)/k2 ]

Dimana : a = jari-jari dinding dalam

b= jari-jari dinding luar

c = jari-jari sambungan (gambar lingkaran tebal)

128

Page 133: PHYSICS, 20-05- 2012

Jika bahan 1 yang ditempatkan di bagian dalam pipa :

H = 2L(60-20) / [ ln(16/12)/0,48+ln(20/16)/0,04 ] =

2L(40)/[0,599+5,58] = 80L/6,178 J/s = 251,33L/6,178 = 40,68L

Jika bahan 2 yang ditempatkan di bagian dalam pipa :

H = 2L(60-20) / [ ln(16/12)/0,04+ln(20/16)/0,48 ] =

2L(40)/[7,192+0,465 = 80L/7,66 J/s = 251,33L/7,66 = 32,81L

Dari hasil perhitungan diperoleh harga arus panas H untuk bahan 1 yang ditempatkan

di bagian dalam pipa (bahan 2 diluar) lebih besar jika dibandingkan dengan harga H

untuk bahan 2 yang ditempatkan di bagian dalam (bahan 1 diluar), berarti daya

konduksi panas lebih besar. Adapun jika bahan 2 yang ditempatkan dibagian dalam

pipa daya konduksi panasnya lebih kecil. Karena daya isolasi kebalikan dari daya

konduksi maka berarti agar daya isolasi dinding pipa lebih besar maka yang harus

ditempatkan dibagian dalam pipa adalah bahan 2.

129

Page 134: PHYSICS, 20-05- 2012

16. STRUKTUR ATOM DAN MOLEKUL

Inti atom, berisi proton (p)

dan netron (n)

Kulit atom, berisi elektron (e)

16.1. Atom

Atom merupakan elemen dasar dari suatu benda yang tersusun dari inti atom dan

kulit atom. Inti atom terdiri dari proton (p) yang bermuatan listrik positif dan netron

(n) yang tidak bermuatan listrik (netral), sedang kulit atom berisikan elektron (e) yang

bermuatan listrik negatif. Massa proton = 1.67.10-27 kg, massa netron kurang lebih

sama dengan massa proton, sedang massa elektron = 9,1.10-31 kg. Muatan listrik

proton = +1,6.10 -19 coulomb (C), sedang muatan listrik elektron = -1,6.10 -19C.

Nomor atom Z menunjukkan banyaknya proton yang ada dalam suatu atom =

banyaknya elektron yang ada dalam atom tersebut. Massa atom M dihitung dari

banyaknya massa proton dan massa netron dalam inti, sedang massa elektron karena

relatif kecil tidak dimasukkan dalam perhitungan, jadi dapat diabaikan. Benda-benda

yang berada disekitar kita termasuk yang digunakan dalam dunia industri terdiri atas

banyak sekali atom-atom dan molekul-molekul. Molekul adalah suatu bentuk atom

tunggal atau kelompok atom yang berikatan secara kimia. Bila massa dua zat yang

berbeda mempunyai massa molekuler yang sepadan, zat-zat tersebut terdiri atas

molekul yang sama jumlahnya. Berdasarkan kenyataan ini didefinisikan istilah mole.

1 mole suatu zat adalah jumlah/banyaknya zat tersebut yang massanya sama dengan

massa atom / molekuler zat itu. Jadi jumlah zat itu, mungkin atom, molekul, ion,

elektron, proton, dan lain sebagainya.

130

25

Page 135: PHYSICS, 20-05- 2012

Satu mole setiap zat apa saja mengandung sebanyak 6,022.10 23 butir. Satuan massa

untuk atom dan molekul adalah a.m.u. (atomic mass unit) dengan simbol u yang

besarnya 1,67.10 -27 kg. Dari penjelasan ini dapat disimpulkan bahwa : 1 mole carbon-

12 mempunyai massa 12 gram karena massa atom carbon-12 besarnya 12u, atau

kalau dibalik, untuk 12 gram 12C terdapat 1 mole atom-atom carbon. Demikian juga

untuk 235gram 235U terdapat 1 mole atom-atom uranium.

16.1.1. Elektron

Elecktron merupakan partikel dasar untuk listrik, dan semua muatan listrik

merupakan kelipatan muatan elektron. Elektron terdapat pada kulit atom, suatu

tempat dimana elektron mengorbit menempuh lintasan lingkaran mengelilingi inti

atom. Keberadaan setiap elektron pada kulit atom mengikuti aturan tertentu. Pauli

(1925) mengemukakan prinsip yang dikenal dengan prinsip Exclusi Pauli yang

menyatakan bahwa : Dalam setiap atom tidak boleh ada suatu elektron yang

mempunyai ke empat bilangan kuantumnya tepat sama dengan yang lain.

Empat bilangan kuantum electron adalah :

a. Bilangan Kuantum Utama-n : berharga 1,2,3,4,..... Pada orbit n = 1

mempunyai energi terrendah. Tempat kedudukan elektron pada n = 1,2,3,4, dan

seterusnya dinamakan kulit K,L,M,N, dan seterusnya. Banyaknya elektron

disetiap kulit maksimum adalah 2n2. Apabila kulit tidak sepenuhnya terisi maka

jumlah elektron pada kulit tersebut kurang dari 2n22 .

b. Bilangan Kuantum Azimuth (orbital)-l : berharga l = 0,1,2,3,.......( n-1 ).

Jadi apabila n = 1 maka l = 0, apabila n = 2 maka l = 0 dan l = 1. Orbital l =

1,2,3,4, dan seterusnya merupakan sub kulit yang dinamakan s,p,d,f, dan

seterusnya. Banyaknya elektron di setiap sub kulit maksimum 2(2l+1). Apabila

sub kulit tidak sepenuhnya terisi maka jumlah elektron pada sub kulit tersebut

kurang dari 2(2l+1).

131

Page 136: PHYSICS, 20-05- 2012

c. Bilangan Kuantum Magnetik-m : untuk setiap harga l yang ada, akan mem

punyai harga m yang banyaknya 2l+1. Harga m nya mengikuti rumus :

-l, -(l-1),.....,0,…..+(l-1),+l.

Jadi apabila l = 1, maka m = -1, 0, +1

Untuk l = 2, maka m = -2, -1, 0, +1, +2

d. Bilangan Kuantum Spin-s : untuk setiap harga m yang ada, terdapat 2 s yang

harganya : +1/2 dan -1/2. Maka apabila m = -1, 0, +1, bilangan kuantum spin

“s”nya : +1/2, -1/2, +1/2, -1/2, +1/2, -1/2.

16.1.2. Konfigurasi Elektron

Susunan electron pada kulit atom dapat dituliskan sebagai berikut :

Misal atom natrium Na dengan jumlah elektron 11 buah, dituliskan :

11 Na 1s2 2s2 2p6 3s1 , artinya : sub kulit 1s ( n = 1 , l = 0 ) dan 2s ( n = 2, l = 0 )

masing-masing berisi dua elektron, sub kulit 2p ( n = 2, l = 1 ) berisi enam elektron,

dan sub kulit 3s ( n = 3, l = 0 ) berisi satu elektron.

Tabel Bilangan Kuantum

Apabila kita akan membuat tabel bilangan kuantum-n,l,m, dan s dari kulit M yang

terisi penuh elektron maka dapat dilakukan cara sebagai berikut :

Kulit M berarti n = 3 ; l = 0,1,2 ; Jadi untuk l = 0 maka m = 0, dengan s = 1/2 dan

-1/2 ; untuk l = 1 maka m = -1,0,+1 dengan s = 1/2,-1/2,1/2,-1/2,1/2,-1/2 ; untuk

l =2 maka m = -2, -1, 0, +1, +2, dengan s = 1/2, -1/2,1/2,-1/2,1/2,-1/2,1/2,-1/2,

1/2,-1/2. ( Ingat, banyaknya m = 2l+1 )!

Perhatian : Untuk kulit M (n=3), apabila terisi penuh berarti jumlah elektronnya ada

2n2 = 2.32 = 18 buah.

132

Page 137: PHYSICS, 20-05- 2012

Tabel bilangan kuantum untuk 18 buah electron yang berada di kulit M :

n l m s

3 0 0 1/2

3 0 0 -1/2

3 1 -1 1/2

3 1 -1 -1/2

3 1 0 1/2

3 1 0 -1/2

3 1 +1 1/2

3 1 +1 -1/2

3 2 -2 1/2

3 2 -2 -1/2

3 2 -1 1/2

3 2 -1 -1/2

3 2 0 1/2

3 2 0 -1/2

3 2 +1 1/2

3 2 +1 -1/2

3 2 +2 1/2

3 2 +2 -1/2

Tabel untuk kulit M yang terisi penuh elektron diatas berasal dari penjabaran berikut :

n = 3 berarti jumlah l ada 3 yakni : l = 0,1, dan 2

l = 0 ; 1 ; 2 untuk l = 0 maka m ada 1 buah yaitu 0

untuk l = 1 maka m ada 3 buah yaitu -1,0,+1

untuk l = 2 maka m ada 5 buah yaitu -2,-1,0,+1,+2

Page 138: PHYSICS, 20-05- 2012

133

Jadi semua m ada : 0 ; -1, 0, +1 ; -2, -1, 0, +1, +2

Tiap 1 buah harga m ada 2 buah s yakni +1/2 dan -1/2, sehingga total bilangan

kuantum spin s nya :

1/2, -1/2, 1/2, -1/2, 1/2, -1/2, 1/2, -1/2, 1/2, -1/2, 1/2,-1/2, 1/2 -1/2, 1/2,-1/2,1/2,-1/2

16.2. Ikatan Molekul

Suatu atom berada dalam keadaaan paling stabil jika kulit-kulit elektronnya tertutup

(jumlah elektronnya maksimum sesuai dengan aturan Pauli). Maka atom cenderung

untuk mendapatkan atau melepaskan elektron untuk memperoleh kulit tertutup

dengan cara bergabung dengan atom lain. Ada beberapa sistim ikatan molekul :

16.2.1. Ikatan Ionik : merupakan ikatan elektrostatik antara ion-ion. (Ion = atom atau

gugusan atom yang bermuatan listrik). Misal atom natrium (Na) dengan

jumlah elektron total 11 buah, yakni 2 buah di kulit K, 8 buah di kulit L, serta

1 buah di kulitnya yang terluar M. Karena di kulit ini hanya terisi 1 buah

elektron maka atom Na ini tidak stabil dan cenderung melepas elektron

terluarnya untuk menjadi ion positif. Atom chlorida Cl mempunyai jumlah

elektron 17, dengan perincian : 2 buah di kulit K, 8 buah di kulit L, dan 7

buah di kulit terluarnya M. Di kulit ini baru terisi penuh jika jumlah

elektronnya 8 buah. Oleh karena itu disini masih banyak tempat kosong

sehingga atom Cl ini tidak stabil dan cenderung untuk menarik elektron dari

luar untuk menjadi ion negatif. Apabila satu-satunya elektron yang ada di

kulit terluar atom Na ini pendah ke kulit terluar atom Cl yang banyak kosong

maka akan menghasilkan 2 buah ion, yang satu bermuatan positif karena

kehilangan elektron, dan yang lain negatif karena mendapat tambahan

elektron. Akhirnya, kedua ion ini tarik menarik membentuk ikatan molekul

”Ionik”. Contoh ikatan antara Natrium dengan Chlorin membentuk NaCl :

Page 139: PHYSICS, 20-05- 2012

134

e

Na Cl

Na+ Cl-

16.2.2. Ikatan Covalen : adalah ikatan antar atom dengan cara pemakaian bersama

sepasang elektron atau beberapa pasang Contoh :

H H H C C H

b). Ikatan molekul H2 b). Ikatan molekul C2 H2

Atom Hidrogen hanya memiliki 1 buah elektron sedang Atom Carbon

memiliki 6 buah elektron yakni 2 elektron di kulit dalam (tidak digambar) dan

4 elektron di kulit luar. Disini tampak di kulit terluar Atom Carbon terdapat 6

elektron karena yang 2 elektron berasal ”pinjam” dari elektron ”tetangga”

yakni dari Atom H dan Atom C yang dipakai bersama.

16.2.3.Ikatan Logam : Setiap atom logam pada umumnya hanya mempunyai sedikit

elektron di kulit terluarnya. Elektron elektron ini sangat mudah lepas dan

bergerak bebas keseluruh bagian logam dengan meninggalkan ion logam yang

bermuatan positif. Karena dalam suatu benda logam terdiri dari banyak sekali

atom-atomnya maka elektron elektron yang bergerak bebas jumlahnya juga

sangat banyak bagai kabut elektron, demikian juga jumlah ion ion positif

sangat banyak. Karena kabut elektron berada dimana mana disela sela antar

ion ion positif tersebut maka terjadilah gaya tarik menarik antara ion ion

positif dengan kabut elektron dan terjadilah ikatan logam membentuk molekul

Page 140: PHYSICS, 20-05- 2012

135

DAFTAR PUSTAKA

Bansal, R., A Text Book of Engineering Mechanics, Laxmi Publications Ltd., New Delhi, 2004Beer, F., Johnston,R., Mechanics for Engineers, 4th ed., Mc Graw Hill Book Company, NY, 1987Burton,T.D., Introduction to Dynamic System Analysis, Mc Graw Hill International Edition, NY, 1994Counihan, M., A Dictionary of Energy, Routledge & Kegan Paul Ltd., 1981Enge,H., Introduction to Nuclear Physics, Addison Wesley Publishing Co., London,1974.Fishbane, P., Gasiorowicz, Physics for Scientists and Engineers, Prentice Hall Inc., New Jersey, 1996Hibbeler, Engineering Mechanics: Dynamics, Prentice Hall Pearson Education Asia Pte, Ltd., Singapore, 2002Kelvey, J., Grotch, H., Physics for Science & Engineering, Harper & Row Publishers, NY., 1978Khumar,L., Engineering Fluids Mechanics, Eurasia Publishing House Ltd., New Delhi, 2006Khurmi, R., A Text Book of Engineering Mechanics, S.Chand & Company Ltd., New Delhi, 2004Marmet, P., Einstein’s Theory of Relativity versus Classical Mechanics, Newton Physics Books, Glaucester, 1993Meriam, J.L., Kraige,L.G., Engineering Mechanics : Dynamics, John Wiley & Sons Ltd., Virginia, 2003Merken, Physical Science with Modern Applications, 5th ed., Sounders College Publishing, NY, 1992Miller, F., Dillon, T., Concepts in Physics, Harcourt Brace Jovanovich Inc, 1974Mittal, P., Anand J., A Text Book of Sound, Har Anand Publications, New Delhi, 1994Spiegel, M., Theory and Problems of Vector Analysis, Mc Graw Hill Book Company, NY, 1974Thumann, A., Metha, P., Hand Book of Energy Engineering, 4th ed., The Fairmont Press Inc., 1997Young, Freedman, University Physics, 9th ed., Addison Wesley, Massachusets, 1998

Page 141: PHYSICS, 20-05- 2012

136