Pharmapreneurship kompetensi apoteker

51
KOMPETENSI KEFARMASIAN DALAM RUANG LINGKUP ENTREPRENEURSHIP DAN PRAKTEK KEFARMASIAN ALI MASHUDA Sekretaris PD IAI JAWA BARAT 2013

description

Memberikan ilustrasi konseptual bagaimana Apoteker memanfaatkan kompetensi yang dimiliki untuk mengembangkan jiwa kewirausahaan di berbagai bidang kefarmasian, kini dan masa yang akan datang

Transcript of Pharmapreneurship kompetensi apoteker

Page 1: Pharmapreneurship kompetensi apoteker

KOMPETENSI KEFARMASIAN DALAM RUANG LINGKUP ENTREPRENEURSHIP DAN PRAKTEK KEFARMASIAN

ALI MASHUDASekretaris PD IAI JAWA BARAT

2013

Page 2: Pharmapreneurship kompetensi apoteker

2

Mau Apa ?

The Future “ I Will Be An

Enterpreuneur” ?

Mempersiapkan mental pada setiap

ada perubahan ?

Page 3: Pharmapreneurship kompetensi apoteker

3

Entrepreneurship

Hal-hal yang harus dimiliki Entrepreneur : pengetahuan (knowledge); kemampuan (skill) pengalaman (experiences); jaringan (networking); informasi (information); sumber yang ada (sources) :

uang, bakat, lingkungan, keluarga, dll.

waktu (time); masa depan dan kesempatan (future &

opportunity)

adalah suatu kemampuan untuk mengelola sesuatu yang ada pada diri untuk dimanfaatkan dan ditingkatkan agar lebih optimal, sehingga dapat meningkatkan taraf hidup.

Page 4: Pharmapreneurship kompetensi apoteker

4

TANGGA SUKSES

Page 5: Pharmapreneurship kompetensi apoteker

5

1. Percaya diri2. Berorientasi tugas dan hasil3. Pengambil resiko4. Kepemimpinan5. Keorisinilan6. Berorientasi ke masa depan

PRASARAT

Page 6: Pharmapreneurship kompetensi apoteker

6

Menurut Fadel Muhammad, 1992

1. Kepemimpinan2. Inovasi3. Pengambilan keputusan4. Sikap tanggap terhadap perubahan5. Bekerja ekonomis dan efisien6. Visi masa depan7. Sikap terhadap resiko

Page 7: Pharmapreneurship kompetensi apoteker

7

1. Jangan melakukan segalanya Pusatkan perhatian pada yang penting Selektif Belajar mengatakan tidak kpd kegiatan yang

memakan waktu Tetapkan waktu

2. Ajukan pertanyaan sebelum memulai pekerjaan Orientasi pada tindakan Rencanakan hari esok secara terinci Berguru pada pengalaman Tanyakan penggunaan waktu anda

Page 8: Pharmapreneurship kompetensi apoteker

8

Motiv : Kebutuhan , Keinginan, Dorongan.

Motiv dengan kekuatan besarlah yang akan

menentukan perilaku seseorang.

MOTIVASI

Kemauan Untuk Berbuat Sesuatu

Page 9: Pharmapreneurship kompetensi apoteker

9

TEORI MOTIVASI HIRARKHI KEBUTUHAN MASLOW

Page 10: Pharmapreneurship kompetensi apoteker

10

Teori X – Y (Kecenderungan)Douglas McGregor

Teori X1. Pekerjaan pada hakekatnya tidak

disenangi orang banyak2. Kebanyakan orang rendah tanggung

jawabnya3. Kebanyakan orang kurang kreatif4. Org lebih suka memikirkan kebutuhan

fisik, asal sdh terpenuhi selesai persoalannya.

5. Kebanyakan orang harus dikontrol secara ketat dan sering harus dipaksa bekerja.

Page 11: Pharmapreneurship kompetensi apoteker

11

Teori Y

1. Pekerjaan itu sbtlnya sama dg bermain, cukup menarik dan mengasyikkan.

2. Orang mempunyai kemampuan kreativitas

3. Setiap orang memp. Kemampuan mengawasi sendiri guna mencapai tujuan.

4. Orang tidak hanya memiliki kebutuhan fisik saja tetapi kebutuhan akan rasa aman, ingin bergaul, ingin dihargai, dan ingin menonjolkan dirinya.

5. Orang harus diberi motivasi agar dapat membangkitkan daya inisiatif dan kreativitasnya.

Page 12: Pharmapreneurship kompetensi apoteker

12

Maslow - XY

Page 13: Pharmapreneurship kompetensi apoteker

13

Menganalisis Rencana Bisnis

Rencana Bisnis perlu dianalisis untuk :1. mengenali kelemahan2 yg dapat

mengakibatkan kesulitan2 keuangan dimasa datang,

2. untuk mentest strategi alternatif 3. utk penjualan bauran produk, 4. pengendalian biaya, 5. investasi, 6. pengembangan staf, 7. pembiayaan 8. dst.

Page 14: Pharmapreneurship kompetensi apoteker

14

APOTEK The Old Paradigm

Menganalisis Bisnis Farmasi

Bisnis Jual Beli Barang

Bisnis Terkait Barang

Page 15: Pharmapreneurship kompetensi apoteker

15

Kesalahan-kesalahan PersepsiAPOTEKER – APOTEK - PEMBELI

1. Apotek = Tempat “Berjualan Obat”2. Apotek = Tempat Orang “Membeli Obat”3. Apoteker = Pengelola/Pimpinan Apotek4. Apotek = Siapapun bisa menjalankannya

TRANSAKSI JUAL-BELI tidak memerlukan

keahlian dan kewenangan khusus

Apoteker tidak diperlukan

Page 16: Pharmapreneurship kompetensi apoteker

16

JUAL-BELI OBATTransformasi Kepemilikan Barang :

OBAT

OBAT

Penjual

Pembeli

Uang

Barang

Nilai Barang Bertambah

Muncul PPN

Segala Risiko Penggunaan Obat adalah tanggungjawab Pembeli

Sepenuhnya.UU36 dan PP51 tidak memperbolehkan hal

ini terjadi

Page 17: Pharmapreneurship kompetensi apoteker

17

JUAL-BELI OBAT

HNA

DPP1 + PPN1

PPN1

DPP2 + LABA + PPN2

DPP1

PPN2

LABA

DPP2

PBF

Apotik

Konsumen

1000

100

PPN2 ?

1100

LABA ?

1400

PPN1 = Pajak Masukan PPN2 = Pajak Keluaran

Berapa PPN Kurang Bayar yang harus disetor Apotek

ke KPP ?

CONTOH !

Page 18: Pharmapreneurship kompetensi apoteker

18

Konsekuensi Serius

1. PERTANGGUNGJAWABAN MODAL YANG DIGUNAKAN

2. KEWAJIBAN GAJIH TETAP KARYAWAN

3. BIAYA OPERASIONAL + FEE APOTEKER

4. DEPRESIASI 5. PAJAK KURANG BAYAR

OMSET APOTEK

Page 19: Pharmapreneurship kompetensi apoteker

19

Konsekuensi Jual-Beli (Margin)

Besarnya PENDAPATAN APOTEK bergantung sepenuhnya pada JUMLAH DAN HARGA BARANG

(Tidak bergantung pada Ada/Tidak Adanya Apoteker)

Margin menanggung Semua Beban Operasional Apotek dan Semua Kewajiban-kewajiban Lainnya

Pendapatan Apoteker = Bergantung Untung/Rugi Apotek

Page 20: Pharmapreneurship kompetensi apoteker

20

APOTEK The New Paradigm

Menganalisis Bisnis Farmasi

Bisnis Transformasi Jasa Pelayanan

Bisnis Terkait Kewenangan Profesi

Page 21: Pharmapreneurship kompetensi apoteker

21

KONFIRMASI...Pasal 108 –UU36/2009

Praktik Kefarmasian :Yang meliputi Pembuatan, penyimpanan, pengamanan, distribusi, penyerahan obat atas resep, pemberian informasi....HARUS DILAKUKAN OLEH TENAGA KESEHATAN (Kefarmasian Amar Putusan MK tgl 27 Juni 2011) yang memiliki Keahlian dan Kewenangan sesuai Peraturan Perundang-undangan.

KONSEKUENSINYA,1) TIDAK BOLEH dilakukan oleh Tenaga

Kesehatan Manapun2) HARUS dilakukan oleh Tenaga

Kefarmasian3) TERTUTUP bagi “Siapapun” yang tidak

ahli dan tidak berwenang

Page 22: Pharmapreneurship kompetensi apoteker

22

Berdasar PP51/2009

1) Makin dipertegas bahwa Apotek hanya dapat didirikan oleh Apoteker. Juncto Pasal 25

2) Makin dipertegas bahwa Apotek bukan sebagai “Suatu Tempat Usaha”

Apotek adalah Fasilitas Pelayanan Kesehatan/Sarana Pelayanan Kefarmasian,

tempat dilakukan Praktik Kefarmasian OLEH APOTEKER.

Dalam melaksanakan Tugas Profesinya, Apoteker berhak atas IMBALAN (dari

Pengguna Jasa) Pasal 27, UU36/2009

Page 23: Pharmapreneurship kompetensi apoteker

23

Hal-hal yang Perlu Digarisbawahi dari

DEFINISI APOTEK

1. Tidak ada kata “Usaha/Dagang”Karena Apotek bukan sebagai Badan Usaha/ Tempat Perdagangan barang bernama ‘Obat’

2. Tidak ada kata “Jual Beli”Karena Apotek bukan sebagai tempat transaksi Jual Beli Barang.

Sediaan Farmasi berpindah tangan dari Apoteker ke Pasien KARENA “LEGITIMASI PROFESI”

BUKAN KARENA MEKANISME TRANSAKSI JUAL BELI

Page 24: Pharmapreneurship kompetensi apoteker

24

Tatanan Baru PP51-2009APOTEK – Tempat Praktik APOTEKER

Transformasi Jasa :

APOTEKER

PASIEN

Solusi ProblemImbala

n

Jasa

Segala Risiko Penggunaan Obat adalah tanggungjawab Apoteker

Sepenuhnya.

Amanat UU36 dan PP51

OBAT

Bukan komoditi dagangTidak ada

Margin

Tidak ada PPNTidak ada LABA

Page 25: Pharmapreneurship kompetensi apoteker

25

Menurut Kottler (2000)A service is any act or performance that one party can offer to another that is essentially intangible and does not result in the ownership of anything. It`s production may or may not be tied to a pshyical product

Jasa adalah setiap tindakan atau kinerja yang ditawarkan oleh satu pihak ke pihak lain yang secara prinsip tidak berwujud dan tidak menyebabkan perpindahan kepemilikan. Produksi jasa dapat terikat atau tidak terikat pada suatu produk fisik

Menurut Zeithaml dan Bitner (2003:3)Service, include all economic, activities whoise output is not physical product or construction is generally consumed at the time it`s produced and provided added value in forms (such as convenience, amusement,, timeliness, comfort or health) that are essentially intangible concerns of it`s first purchaser.

Jasa pada dasarnya mencakup seluruh ativitas ekonomi dengan output selain produk dalam pengertian fisik, dikomsumsi dan diproduksi pada saat bersamaan, memberikan nilai tambah dan secara prinsip tidak berwujud bagi pembeli pertamanya.

PENGERTIAN JASA

Page 26: Pharmapreneurship kompetensi apoteker

26

1. Intangibility (Tidak berwujud)Jasa mempunyai sifat tidak berwujud karena tidak bisa dindentifikasi oleh ke lima indera manusia, seperti: dilihat, dirasa, diraba, didengar, atau dicium sebelum terjadi proses transaksi.

2. Inseparability (Tidak dapat dipisahkan)Jasa tidak dapat dipisahkan dari sumbernya, apakah sumber itu merupakan orang maupun mesin, disamping itu apakah sumber itu hadir atau tidak, produk fisik yang berwujud tetap ada.

3. Variability/Heterogeneous (Berubah-ubah)Jasa dapat mudah berubah-ubah karena jasa ini tergantung pada siapa yang menyajikan, kapan, dan dimana disajikan.

KARAKTERISTIK JASA

Page 27: Pharmapreneurship kompetensi apoteker

27

4. Perishability (Daya tahan)Jasa tidak dapat disimpan dan tidak memiliki daya tahan yang lama karena sifatnya tergantung dari fluktuasi permintaan.

5. Lack of Ownership (Tanpa disertai kepemilikan)

Merupakan perbedaan dasar antara jasa dan barang. Pada pembelian barang, konsumen memiliki hak penuh

atas penggunaan dan manfaat produk yang dibelinya. Mereka bisa mengkonsumsi, menyimpan atau menjualnya kembali.

Pada pembelian jasa, pelanggan/klayan mungkin hanya memiliki akses personel atas suatu jasa untuk jangka waktu terbatas (misalnya kamar hotel, bioskop, jasa penerbagan, pendidikan, kesehatan)

KARAKTERISTIK JASA

Page 28: Pharmapreneurship kompetensi apoteker

28

JASA PROFESI APOTEKER (Pharmaceutical Service)

Adalah setiap tindakan atau kinerja yang ditawarkan oleh Apoteker ke pihak lain yang secara prinsip tidak berwujud dan tidak menyebabkan perpindahan kepemilikan, dengan output selain produk (dalam pengertian fisik, dikomsumsi dan diproduksi pada saat bersamaan) memberikan nilai tambah bagi penggunanya, memiliki daya tahan (pertanggungjawaban) tertentu serta bervariasi menurut kondisi-kondisi yang melingkupinya.

Produk Jasa dapat terikat atau tidak terikat pada suatu produk fisik

Page 29: Pharmapreneurship kompetensi apoteker

29

KONSTRUKSI DASAR JASA APOTEKER

KOMPETENSI

TANGGUNG JAWAB

PROBLEM MANFAAT & RISIKO

PROFESI

KLAYAN

Spontan

Implikatif

Adalah proses tranformasi/transaksional/pertukaran kompetensi

seorang Apoteker atas problem-problem klayan/pasien sehingga berimplikasi memberikan

sejumlah manfaat bagi klayan/pasien serta bertanggungjawab terhadap risiko-risiko yang

akan muncul selama waktu tertentu.

Page 30: Pharmapreneurship kompetensi apoteker

30

JENIS JASA APOTEKER

Adalah setiap tindakan atau kinerja Apoteker atas PROBLEM PELAYANAN berupa pelayanan kefarmasian atas seseorang (pasien).

Jasa terkait Pelayanan Kefarmasian

Klayan : Institusi/instansi legal (RS, Klinik, Puskesmas)

Problem : Klayan tidak memiliki keahlian dan kewenangan langsung untuk memberikan pelayanan kefarmasian kepada seseorang (pasien)

Substansi Jasa : Apoteker berjasa dalam mewujudkan pelayanan kefarmasian yang diselenggarakan oleh institusi yang bersangkutan.

Pertanggungjawaban

: Makro : Kepada Klayan InstitusiMikro : Kepada PasienKualitas : Peraturan2, standar profesi, etika profesi

Penghargaan Jasa : Oleh Klayan : Honor/imbalan/Gaji sesuai standar ProfesiOleh Organisasi : Sertifikat Kompetensi, SKP, RekomendasiOleh Pemerintah : Pemberian STRA dan SIPA

a) Diselenggarakan oleh institusi

Sarana prasarana, sistem dan produk merupakan milik institusi yang bersangkutan.

Page 31: Pharmapreneurship kompetensi apoteker

31

Jasa Pelayanan Farmasi Instansional(RS, Klinik, Puskesmas)

apoteker

Honor/gajih

klayanSEDIAAN FARMASI

Area Profesi

Area Kepemilikan

FasyanPASIEN

Permintaan pelayanan

Pelayanan fasilitas

Pelayanan ProfesiPengelolaan

Sediaan Farmasi tidak pernah menjadi milik pasien. Barang milik instansi diserahkan oleh Apoteker kepada pasien atasnama Pelayanan Kefarmasian (bukan transaksi jual beli).

Apoteker tetap bertanggungjawab atas penggunaan Obat oleh pasien.

Page 32: Pharmapreneurship kompetensi apoteker

32

Klayan : Perorangan/individu

Problem : Klayan ingin memperoleh pelayanan kefarmasian untuk mengatasi problem kesehatannya

Substansi Jasa : Apoteker berjasa dalam mewujudkan pelayanan kefarmasian yang dibutuhkan oleh seseorang.

Kinerja/Hasil : Klayan individu memperoleh jasa pelayanan kefarmasian

Pertanggungjawaban

: Makro & Mikro : Kepada PasienKualitas : Peraturan2, standar profesi, etika profesi

Penghargaan Jasa : Oleh Pasien : Honor/imbalan sesuai standar ProfesiOleh Organisasi : Sertifikat Kompetensi, SKP, RekomendasiOleh Pemerintah : Pemberian STRA dan SIPA

b) Diselenggarakan sendiri oleh Apoteker

Sarana prasarana, sistem dan produk merupakan milik Apoteker yang bersangkutan.

Page 33: Pharmapreneurship kompetensi apoteker

33

Jasa Pelayanan Farmasi Personal (Apotek)

Sediaan Farmasi tidak pernah menjadi milik pasien. Barang milik Apoteker diserahkan kepada pasien atasnama Pelayanan Kefarmasian (bukan

transaksi jual beli). Apoteker tetap bertanggungjawab atas penggunaan Obat oleh pasien.

apoteker

SEDIAAN FARMASI

Area Profesi

PASIEN

Pelayanan Profesi

Pengelolaan

PEMILIK

MODAL

investasi

Share investasi

Imbalan

Area Kepemilikan

Page 34: Pharmapreneurship kompetensi apoteker

34

Membuktikan : Apoteker bukan “Penjual Obat” tetapi “Penjual Jasa”. Apoteker sebagai “Pemberi Solusi” atas masalah Kesehatan Pasien. Menjadikan Obat sebagai salah satu alat/instrumen aktualisasi profesi.

1. Strategi 1 :Menggeser Loyalitas Produk menuju Loyalitas Profesi

a. Melaksanakan “Norma Baru Pelayanan” yang hanya akan dapat dijalankan oleh Apoteker (Skrining, Penetapan Obat, Regimentasi, Konseling dst)

b. Mencegah berlanjutnya proses “Deprofesionalisasi”

2. Strategi 2 :

Mencegah munculnya PPN (Pajak Pertambahan Nilai) dan PPh Badan (karena Praktik Kefarmasian bukan suatu Bidang Usaha) berganti ke Pajak Profesi/Pajak Penghasilan Orang Pribadi.

3. Strategi 3 :

Mencegah Pekerjaan Kefarmasian menjadi Alat Bisnis Pihak Ketiga.

MENGAPA PERLU MARGIN NOL ?

Page 35: Pharmapreneurship kompetensi apoteker

35

PROSPEK JASA PROFESI

Basis Pasien :Merupakan penghargaan praktik kefarmasian yang dilakukan Apoteker atas pasien berdasarkan pertimbangan etika profesi, klinis, biologis dan farmasetis.

No. Jenis Tindakan Kefarmasian Landasan

1. Skrining Resep Etika Profesi

2. Rasionalisasi Resep Klinis-biologis

3. Penetapan Obat Klinis-biologis

4. Peracikan/Penyiapan Sediaan Farmasetis

5. Regimentasi Farmakoterapis

6. Konseling dan Dispensing Etika Profesi

7. Dokumentasi/PMR Etika Profesi

8. Monitoring ESO Etika Profesi

9. Visite/HomeCare Etika Profesi

10. Swamedikasi Etika Profesi

Page 36: Pharmapreneurship kompetensi apoteker

36

Jasa Profesi Menanggung Beban

Perolehan Jasa Profesi Apoteker dari Kegiatan Pelayanan Kefarmasian dimanfaatkan oleh Apoteker untuk berbagai keperluan seperti :1) Tanggung jawab SDM (Apoteker, TTK, tenaga

pendukung lainnya)2) Penyewaan Tempat3) Alat-alat bantu Operasional 4) Penyediaan dan depresiasi peralatan kerja5) Pemeliharaan fasilitas pelayanan6) Pembagian/sharing investasi dan atau

Pengembalian Modal7) Pengamanan Stok Obat8) Antisipasi inflasi peningkatan Harga Obat.

Page 37: Pharmapreneurship kompetensi apoteker

37

Konsekuensi Profesi

Besarnya PENDAPATAN APOTEK bergantung sepenuhnya pada JUMLAH DAN KUALITAS

PASIEN/KLAYAN (Tidak bergantung pada Harga dan Jumlah Barang)

Jasa Profesi menanggung Semua Beban Operasional Apotek dan Semua Kewajiban-

kewajiban Lainnya Pendapatan Apoteker = Jumlah Jasa Profesi – Semua Beban

PPh 25 Orang Pribadi

Page 38: Pharmapreneurship kompetensi apoteker

38

KOMPETENSI KNOWLEDGE + SKILLS The Future Paradigm

Menganalisis Bisnis Farmasi

Bisnis Pengetahuan dan Keahlian

Bisnis Terkait Ketrampilan Tenaga Teknis

Page 39: Pharmapreneurship kompetensi apoteker

39

(1) Untuk memperoleh STRTTK bagi Tenaga Teknis Kefarmasian wajib memenuhi persyaratan :

a. memiliki ijazah sesuai dengan pendidikannya;

b. memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental dari dokter yang memiliki surat izin praktek;

c. memiliki “rekomendasi tentang kemampuan” dari Apoteker yang telah memiliki STRA di tempat Tenaga Teknis Kefarmasian bekerja; dan

Berdasar 47 PP51/2009

Page 40: Pharmapreneurship kompetensi apoteker

40

Mengetahui KEMAMPUAN c-TTK ?

1) Level-level Tenaga Teknis kefarmasian (Tenaga Menengah Farmasi/AA; Ahli Madya farmasi; Sarjana Farmasi)

2) Bidang-bidang Pekerjaan Kefarmasian (Pergadaan, Produksi, Distribusi, Pelayanan)

3) Fasilitas Kefarmasian (Gudang, Industri, PBF, Apotek, Klinik, Puskesmas, RS)

Situasi :

Page 41: Pharmapreneurship kompetensi apoteker

41

Siklus Kemampuan TeknisTENAGA TEKNIS KEFARMASIAN

Pendidikan Kejuruan/Vokasional

APOTEKER

Calon-TTK

Apotek

STR-TTK

Lulusan SMKF/AM

F

TTKSIK-TTK

SIP

A/

SIK

A

Rekomendasi Kemampuan

Klinik

RS

PBF

Industri

Masing-masing

Bidang perlu pelatihan tersediri

Attitude

Dunia Praktik/Kerja

Page 42: Pharmapreneurship kompetensi apoteker

42

Transformasi Kemampuan Teknis

Asisten • Kemampuan• Tugas• Kewenangan

Ahli Madya• Kemampuan• Tugas• Kewenangan

Sarjana• Kemampuan• Tugas• Kewenangan

Level 2

Level 5

Level 6

Operator- Pekerjaan

sesaat- Sederhana- Tgjwb tunggal

Analis/Teknisi- Administratif,

dokumentatif- Sedikit Kompleks- Tgjwb

Group/Kelompok

Setengah Ahli- Managerial- Kompleks- Tgjwb Organisasi

Page 43: Pharmapreneurship kompetensi apoteker

43

1. Kolaborasi IAI dg Lembaga Pendidikan

2. Kolaborasi IAI dg Fasilitas Kefarmasian

3. Pemberdayaan Apoteker sesuai bidang kerja

4. Pelatihan Kompetensi Teknis sesuai bidang pekerjaan dan level pendidikannya

Sertifikasi Kompetensi Kemampuan Teknis

Sertifikat Kompetensi

Teknis

Prasyarat Rekruitmen Karyawan

Page 44: Pharmapreneurship kompetensi apoteker

44

RESPONSIBILITY COMPETENCE

The Future Paradigm

Menganalisis Bisnis Farmasi

Bisnis Kewenangan Profesi

Bisnis Terkait Asuransi

Page 45: Pharmapreneurship kompetensi apoteker

45

Konfigurasi Umum Jasa Pelayanan Farmasi

PasienApotek

er

Validasi Koordinasi

Decision

Otoritas Apoteker Rahasia Kefarmasian

Imbal Jasa

Page 46: Pharmapreneurship kompetensi apoteker

46

Peta Konfigurasi Operasional BPJS 2014

Peserta BPJS BPJS

PPK 1PPK 2 PPK 3

Untuk : Sewa Fasilitas, Obat, Operasional, Managemen, Seluruh Tenaga dll....dst

KLINIK PRATAMA, dg Obat + Apoteker

KLINIK UTAMA

Termasuk OBAT ?

APOTEK(er)

PPK 1

KLINIK PRATAMA,

tanpa Obat & Apoteker

Claimed For Service

Kap

itasi

Kapita

si

APOTEK(er)

• Harga Obat ?

• Jasa Apoteker ?

SKENARIO 1

SKENARIO 2

SKENARIO 3

SKENARIO 4

Page 47: Pharmapreneurship kompetensi apoteker

47

Berkembang Wacana

ASKES/BPJS

ASKLIN

PERSSI

Klinik

Klinik

Klinik

RS RS RS Apotek

Apotek

???Asosiasi

Fasilitas

yes

yes

Fasilitas

Fasilitas

Fasilitas

??

Perlukah kita bentuk suatu Asosiasi Apotek (berbadan

hukum) ?

Page 48: Pharmapreneurship kompetensi apoteker

48RESEP adalah INSTRUMEN

PROFESI

DOKTER & APOTEKER1) Mewawancarai Pasien2) Memeriksa fisik dan mental pasien3) Menentukan pemeriksaan penunjang4) Mendiagnosa Pasien5) Menentukan penatalaksanaan dan

pengobatan pasien6) Melakukan tindakan kedokteran dan

kedokteran gigi7) Menulis resep obat dan alat

kesehatan8) Menerbitkan surat keterangan

dokter dan dokter gigi9) Menyimpan obat dalam jumlah dan

jenis yang diijinkan10) Dalam keadaan tertentu, dapat

meracik dan menyerahkan obat di daerah terpencil dan tidak ada apotek.

1) Pengadaan seluruh Obat dan Alat Kesehatan

2) Melakukan Skrining atas Resep3) Melakukan Asesmen atas Pasien4) Melakukan Rasionalisasi Obat dan

Pengobatan (restriksi)5) Menetapkan Obat dan Regimentasinya6) Melakukan peracikan dan pengubahan

bentuk Sediaan Obat

7) Melakukan Penyerahan Obat atas Resep maupun Obat-obat Keras (Tertentu)

8) Melakukan Konseling dan Monitoring ESO dan DRP’s

9) Melakukan pemilihan obat secara tepat10) Dalam keadaan tertentu, dapat

melakukan Swamedikasi berdasar Evidence Based Pharmacy

Berdasar Keahlian dan Kewenangan :DOKTER

APOTEKER

PERSOALAN

PERATURAN-UU YANG BERLAKU

Page 49: Pharmapreneurship kompetensi apoteker

49

KONSTRUKSI PROFESIONALITAS & KOMPETENSI

TENAKES & TENAFAR

PASIEN

PPK Medis

PPK Farma

si RESEP

Pelayanan

Kesehatan

Pelayanan

Kefarmasian

Sakit

Obat

Paramedis :- Perawat- Bidan- Paramedis

lain

Parafarmasi :- Asisten Apt- Madya

Farmasi- Sarjana

FarmasiMASING-MASING PPK MEMILIKI TANGGUNGJAWAB BERBEDA

BERDASAR KEAHLIAN DAN KEWENANGANNYA

Page 50: Pharmapreneurship kompetensi apoteker

50

BEBERAPA PERAN STRATEGIS DAN ARTI PENTING

PPK FARMASI

Sebelum Obat diputuskan untuk dilayani, Profesionalitas Apoteker terlebih dahulu akan melakukan Skrining Resep, Analisa Rasionalitas dan Tinjauan Farmakoterapis dan Farmasetisnya.

1. Apoteker Efektif Men-SKRINING Rasionalitas Peresepan dan Obat

2. Apoteker Efektif Melakukan Konseling Komprehensif

Setelah Obat dilayani, Profesionalitas Apoteker akan melakukan dokumentasi Riwayat Pengobatan Pasien, Efektifitasnya dan Kemungkinan Efek Samping yang menyertainya dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

3. Apoteker Efektif Melakukan Monitoring ESO dan DRP’s

Selama Pengobatan, Profesionalitas Apoteker akan melakukan Konseling Pengobatan atas Pasien, meningkatkan efektifitas pengobatan dan kepatuhan pasien serta menjamin kebenaran Cara Penggunaan Obat .

4. Apoteker Efektif Mengkompilasi Data Primer PengobatanDari beragam Resep Dokter yang diterima, Profesionalitas Apoteker akan memperoleh Data Akurat mengenai korelasi Riwayat Penyakit dan Obat-obat yang digunakan. Bermanfaat untuk timbal informasi kepada pihak-pihak terkait.

Page 51: Pharmapreneurship kompetensi apoteker

51

TERIMA KASIH

Sekretariat PD IAI JAWA BARAT

GRAND SURAPATI COREJl. PHH MUSTOFA No.39 Blok M-11

Bandung022-87241408