Pharmapreneurship kompetensi apoteker
-
Upload
huda-apoteker -
Category
Documents
-
view
3.505 -
download
21
description
Transcript of Pharmapreneurship kompetensi apoteker
KOMPETENSI KEFARMASIAN DALAM RUANG LINGKUP ENTREPRENEURSHIP DAN PRAKTEK KEFARMASIAN
ALI MASHUDASekretaris PD IAI JAWA BARAT
2013
2
Mau Apa ?
The Future “ I Will Be An
Enterpreuneur” ?
Mempersiapkan mental pada setiap
ada perubahan ?
3
Entrepreneurship
Hal-hal yang harus dimiliki Entrepreneur : pengetahuan (knowledge); kemampuan (skill) pengalaman (experiences); jaringan (networking); informasi (information); sumber yang ada (sources) :
uang, bakat, lingkungan, keluarga, dll.
waktu (time); masa depan dan kesempatan (future &
opportunity)
adalah suatu kemampuan untuk mengelola sesuatu yang ada pada diri untuk dimanfaatkan dan ditingkatkan agar lebih optimal, sehingga dapat meningkatkan taraf hidup.
4
TANGGA SUKSES
5
1. Percaya diri2. Berorientasi tugas dan hasil3. Pengambil resiko4. Kepemimpinan5. Keorisinilan6. Berorientasi ke masa depan
PRASARAT
6
Menurut Fadel Muhammad, 1992
1. Kepemimpinan2. Inovasi3. Pengambilan keputusan4. Sikap tanggap terhadap perubahan5. Bekerja ekonomis dan efisien6. Visi masa depan7. Sikap terhadap resiko
7
1. Jangan melakukan segalanya Pusatkan perhatian pada yang penting Selektif Belajar mengatakan tidak kpd kegiatan yang
memakan waktu Tetapkan waktu
2. Ajukan pertanyaan sebelum memulai pekerjaan Orientasi pada tindakan Rencanakan hari esok secara terinci Berguru pada pengalaman Tanyakan penggunaan waktu anda
8
Motiv : Kebutuhan , Keinginan, Dorongan.
Motiv dengan kekuatan besarlah yang akan
menentukan perilaku seseorang.
MOTIVASI
Kemauan Untuk Berbuat Sesuatu
9
TEORI MOTIVASI HIRARKHI KEBUTUHAN MASLOW
10
Teori X – Y (Kecenderungan)Douglas McGregor
Teori X1. Pekerjaan pada hakekatnya tidak
disenangi orang banyak2. Kebanyakan orang rendah tanggung
jawabnya3. Kebanyakan orang kurang kreatif4. Org lebih suka memikirkan kebutuhan
fisik, asal sdh terpenuhi selesai persoalannya.
5. Kebanyakan orang harus dikontrol secara ketat dan sering harus dipaksa bekerja.
11
Teori Y
1. Pekerjaan itu sbtlnya sama dg bermain, cukup menarik dan mengasyikkan.
2. Orang mempunyai kemampuan kreativitas
3. Setiap orang memp. Kemampuan mengawasi sendiri guna mencapai tujuan.
4. Orang tidak hanya memiliki kebutuhan fisik saja tetapi kebutuhan akan rasa aman, ingin bergaul, ingin dihargai, dan ingin menonjolkan dirinya.
5. Orang harus diberi motivasi agar dapat membangkitkan daya inisiatif dan kreativitasnya.
12
Maslow - XY
13
Menganalisis Rencana Bisnis
Rencana Bisnis perlu dianalisis untuk :1. mengenali kelemahan2 yg dapat
mengakibatkan kesulitan2 keuangan dimasa datang,
2. untuk mentest strategi alternatif 3. utk penjualan bauran produk, 4. pengendalian biaya, 5. investasi, 6. pengembangan staf, 7. pembiayaan 8. dst.
14
APOTEK The Old Paradigm
Menganalisis Bisnis Farmasi
Bisnis Jual Beli Barang
Bisnis Terkait Barang
15
Kesalahan-kesalahan PersepsiAPOTEKER – APOTEK - PEMBELI
1. Apotek = Tempat “Berjualan Obat”2. Apotek = Tempat Orang “Membeli Obat”3. Apoteker = Pengelola/Pimpinan Apotek4. Apotek = Siapapun bisa menjalankannya
TRANSAKSI JUAL-BELI tidak memerlukan
keahlian dan kewenangan khusus
Apoteker tidak diperlukan
16
JUAL-BELI OBATTransformasi Kepemilikan Barang :
OBAT
OBAT
Penjual
Pembeli
Uang
Barang
Nilai Barang Bertambah
Muncul PPN
Segala Risiko Penggunaan Obat adalah tanggungjawab Pembeli
Sepenuhnya.UU36 dan PP51 tidak memperbolehkan hal
ini terjadi
17
JUAL-BELI OBAT
HNA
DPP1 + PPN1
PPN1
DPP2 + LABA + PPN2
DPP1
PPN2
LABA
DPP2
PBF
Apotik
Konsumen
1000
100
PPN2 ?
1100
LABA ?
1400
PPN1 = Pajak Masukan PPN2 = Pajak Keluaran
Berapa PPN Kurang Bayar yang harus disetor Apotek
ke KPP ?
CONTOH !
18
Konsekuensi Serius
1. PERTANGGUNGJAWABAN MODAL YANG DIGUNAKAN
2. KEWAJIBAN GAJIH TETAP KARYAWAN
3. BIAYA OPERASIONAL + FEE APOTEKER
4. DEPRESIASI 5. PAJAK KURANG BAYAR
OMSET APOTEK
19
Konsekuensi Jual-Beli (Margin)
Besarnya PENDAPATAN APOTEK bergantung sepenuhnya pada JUMLAH DAN HARGA BARANG
(Tidak bergantung pada Ada/Tidak Adanya Apoteker)
Margin menanggung Semua Beban Operasional Apotek dan Semua Kewajiban-kewajiban Lainnya
Pendapatan Apoteker = Bergantung Untung/Rugi Apotek
20
APOTEK The New Paradigm
Menganalisis Bisnis Farmasi
Bisnis Transformasi Jasa Pelayanan
Bisnis Terkait Kewenangan Profesi
21
KONFIRMASI...Pasal 108 –UU36/2009
Praktik Kefarmasian :Yang meliputi Pembuatan, penyimpanan, pengamanan, distribusi, penyerahan obat atas resep, pemberian informasi....HARUS DILAKUKAN OLEH TENAGA KESEHATAN (Kefarmasian Amar Putusan MK tgl 27 Juni 2011) yang memiliki Keahlian dan Kewenangan sesuai Peraturan Perundang-undangan.
KONSEKUENSINYA,1) TIDAK BOLEH dilakukan oleh Tenaga
Kesehatan Manapun2) HARUS dilakukan oleh Tenaga
Kefarmasian3) TERTUTUP bagi “Siapapun” yang tidak
ahli dan tidak berwenang
22
Berdasar PP51/2009
1) Makin dipertegas bahwa Apotek hanya dapat didirikan oleh Apoteker. Juncto Pasal 25
2) Makin dipertegas bahwa Apotek bukan sebagai “Suatu Tempat Usaha”
Apotek adalah Fasilitas Pelayanan Kesehatan/Sarana Pelayanan Kefarmasian,
tempat dilakukan Praktik Kefarmasian OLEH APOTEKER.
Dalam melaksanakan Tugas Profesinya, Apoteker berhak atas IMBALAN (dari
Pengguna Jasa) Pasal 27, UU36/2009
23
Hal-hal yang Perlu Digarisbawahi dari
DEFINISI APOTEK
1. Tidak ada kata “Usaha/Dagang”Karena Apotek bukan sebagai Badan Usaha/ Tempat Perdagangan barang bernama ‘Obat’
2. Tidak ada kata “Jual Beli”Karena Apotek bukan sebagai tempat transaksi Jual Beli Barang.
Sediaan Farmasi berpindah tangan dari Apoteker ke Pasien KARENA “LEGITIMASI PROFESI”
BUKAN KARENA MEKANISME TRANSAKSI JUAL BELI
24
Tatanan Baru PP51-2009APOTEK – Tempat Praktik APOTEKER
Transformasi Jasa :
APOTEKER
PASIEN
Solusi ProblemImbala
n
Jasa
Segala Risiko Penggunaan Obat adalah tanggungjawab Apoteker
Sepenuhnya.
Amanat UU36 dan PP51
OBAT
Bukan komoditi dagangTidak ada
Margin
Tidak ada PPNTidak ada LABA
25
Menurut Kottler (2000)A service is any act or performance that one party can offer to another that is essentially intangible and does not result in the ownership of anything. It`s production may or may not be tied to a pshyical product
Jasa adalah setiap tindakan atau kinerja yang ditawarkan oleh satu pihak ke pihak lain yang secara prinsip tidak berwujud dan tidak menyebabkan perpindahan kepemilikan. Produksi jasa dapat terikat atau tidak terikat pada suatu produk fisik
Menurut Zeithaml dan Bitner (2003:3)Service, include all economic, activities whoise output is not physical product or construction is generally consumed at the time it`s produced and provided added value in forms (such as convenience, amusement,, timeliness, comfort or health) that are essentially intangible concerns of it`s first purchaser.
Jasa pada dasarnya mencakup seluruh ativitas ekonomi dengan output selain produk dalam pengertian fisik, dikomsumsi dan diproduksi pada saat bersamaan, memberikan nilai tambah dan secara prinsip tidak berwujud bagi pembeli pertamanya.
PENGERTIAN JASA
26
1. Intangibility (Tidak berwujud)Jasa mempunyai sifat tidak berwujud karena tidak bisa dindentifikasi oleh ke lima indera manusia, seperti: dilihat, dirasa, diraba, didengar, atau dicium sebelum terjadi proses transaksi.
2. Inseparability (Tidak dapat dipisahkan)Jasa tidak dapat dipisahkan dari sumbernya, apakah sumber itu merupakan orang maupun mesin, disamping itu apakah sumber itu hadir atau tidak, produk fisik yang berwujud tetap ada.
3. Variability/Heterogeneous (Berubah-ubah)Jasa dapat mudah berubah-ubah karena jasa ini tergantung pada siapa yang menyajikan, kapan, dan dimana disajikan.
KARAKTERISTIK JASA
27
4. Perishability (Daya tahan)Jasa tidak dapat disimpan dan tidak memiliki daya tahan yang lama karena sifatnya tergantung dari fluktuasi permintaan.
5. Lack of Ownership (Tanpa disertai kepemilikan)
Merupakan perbedaan dasar antara jasa dan barang. Pada pembelian barang, konsumen memiliki hak penuh
atas penggunaan dan manfaat produk yang dibelinya. Mereka bisa mengkonsumsi, menyimpan atau menjualnya kembali.
Pada pembelian jasa, pelanggan/klayan mungkin hanya memiliki akses personel atas suatu jasa untuk jangka waktu terbatas (misalnya kamar hotel, bioskop, jasa penerbagan, pendidikan, kesehatan)
KARAKTERISTIK JASA
28
JASA PROFESI APOTEKER (Pharmaceutical Service)
Adalah setiap tindakan atau kinerja yang ditawarkan oleh Apoteker ke pihak lain yang secara prinsip tidak berwujud dan tidak menyebabkan perpindahan kepemilikan, dengan output selain produk (dalam pengertian fisik, dikomsumsi dan diproduksi pada saat bersamaan) memberikan nilai tambah bagi penggunanya, memiliki daya tahan (pertanggungjawaban) tertentu serta bervariasi menurut kondisi-kondisi yang melingkupinya.
Produk Jasa dapat terikat atau tidak terikat pada suatu produk fisik
29
KONSTRUKSI DASAR JASA APOTEKER
KOMPETENSI
TANGGUNG JAWAB
PROBLEM MANFAAT & RISIKO
PROFESI
KLAYAN
Spontan
Implikatif
Adalah proses tranformasi/transaksional/pertukaran kompetensi
seorang Apoteker atas problem-problem klayan/pasien sehingga berimplikasi memberikan
sejumlah manfaat bagi klayan/pasien serta bertanggungjawab terhadap risiko-risiko yang
akan muncul selama waktu tertentu.
30
JENIS JASA APOTEKER
Adalah setiap tindakan atau kinerja Apoteker atas PROBLEM PELAYANAN berupa pelayanan kefarmasian atas seseorang (pasien).
Jasa terkait Pelayanan Kefarmasian
Klayan : Institusi/instansi legal (RS, Klinik, Puskesmas)
Problem : Klayan tidak memiliki keahlian dan kewenangan langsung untuk memberikan pelayanan kefarmasian kepada seseorang (pasien)
Substansi Jasa : Apoteker berjasa dalam mewujudkan pelayanan kefarmasian yang diselenggarakan oleh institusi yang bersangkutan.
Pertanggungjawaban
: Makro : Kepada Klayan InstitusiMikro : Kepada PasienKualitas : Peraturan2, standar profesi, etika profesi
Penghargaan Jasa : Oleh Klayan : Honor/imbalan/Gaji sesuai standar ProfesiOleh Organisasi : Sertifikat Kompetensi, SKP, RekomendasiOleh Pemerintah : Pemberian STRA dan SIPA
a) Diselenggarakan oleh institusi
Sarana prasarana, sistem dan produk merupakan milik institusi yang bersangkutan.
31
Jasa Pelayanan Farmasi Instansional(RS, Klinik, Puskesmas)
apoteker
Honor/gajih
klayanSEDIAAN FARMASI
Area Profesi
Area Kepemilikan
FasyanPASIEN
Permintaan pelayanan
Pelayanan fasilitas
Pelayanan ProfesiPengelolaan
Sediaan Farmasi tidak pernah menjadi milik pasien. Barang milik instansi diserahkan oleh Apoteker kepada pasien atasnama Pelayanan Kefarmasian (bukan transaksi jual beli).
Apoteker tetap bertanggungjawab atas penggunaan Obat oleh pasien.
32
Klayan : Perorangan/individu
Problem : Klayan ingin memperoleh pelayanan kefarmasian untuk mengatasi problem kesehatannya
Substansi Jasa : Apoteker berjasa dalam mewujudkan pelayanan kefarmasian yang dibutuhkan oleh seseorang.
Kinerja/Hasil : Klayan individu memperoleh jasa pelayanan kefarmasian
Pertanggungjawaban
: Makro & Mikro : Kepada PasienKualitas : Peraturan2, standar profesi, etika profesi
Penghargaan Jasa : Oleh Pasien : Honor/imbalan sesuai standar ProfesiOleh Organisasi : Sertifikat Kompetensi, SKP, RekomendasiOleh Pemerintah : Pemberian STRA dan SIPA
b) Diselenggarakan sendiri oleh Apoteker
Sarana prasarana, sistem dan produk merupakan milik Apoteker yang bersangkutan.
33
Jasa Pelayanan Farmasi Personal (Apotek)
Sediaan Farmasi tidak pernah menjadi milik pasien. Barang milik Apoteker diserahkan kepada pasien atasnama Pelayanan Kefarmasian (bukan
transaksi jual beli). Apoteker tetap bertanggungjawab atas penggunaan Obat oleh pasien.
apoteker
SEDIAAN FARMASI
Area Profesi
PASIEN
Pelayanan Profesi
Pengelolaan
PEMILIK
MODAL
investasi
Share investasi
Imbalan
Area Kepemilikan
34
Membuktikan : Apoteker bukan “Penjual Obat” tetapi “Penjual Jasa”. Apoteker sebagai “Pemberi Solusi” atas masalah Kesehatan Pasien. Menjadikan Obat sebagai salah satu alat/instrumen aktualisasi profesi.
1. Strategi 1 :Menggeser Loyalitas Produk menuju Loyalitas Profesi
a. Melaksanakan “Norma Baru Pelayanan” yang hanya akan dapat dijalankan oleh Apoteker (Skrining, Penetapan Obat, Regimentasi, Konseling dst)
b. Mencegah berlanjutnya proses “Deprofesionalisasi”
2. Strategi 2 :
Mencegah munculnya PPN (Pajak Pertambahan Nilai) dan PPh Badan (karena Praktik Kefarmasian bukan suatu Bidang Usaha) berganti ke Pajak Profesi/Pajak Penghasilan Orang Pribadi.
3. Strategi 3 :
Mencegah Pekerjaan Kefarmasian menjadi Alat Bisnis Pihak Ketiga.
MENGAPA PERLU MARGIN NOL ?
35
PROSPEK JASA PROFESI
Basis Pasien :Merupakan penghargaan praktik kefarmasian yang dilakukan Apoteker atas pasien berdasarkan pertimbangan etika profesi, klinis, biologis dan farmasetis.
No. Jenis Tindakan Kefarmasian Landasan
1. Skrining Resep Etika Profesi
2. Rasionalisasi Resep Klinis-biologis
3. Penetapan Obat Klinis-biologis
4. Peracikan/Penyiapan Sediaan Farmasetis
5. Regimentasi Farmakoterapis
6. Konseling dan Dispensing Etika Profesi
7. Dokumentasi/PMR Etika Profesi
8. Monitoring ESO Etika Profesi
9. Visite/HomeCare Etika Profesi
10. Swamedikasi Etika Profesi
36
Jasa Profesi Menanggung Beban
Perolehan Jasa Profesi Apoteker dari Kegiatan Pelayanan Kefarmasian dimanfaatkan oleh Apoteker untuk berbagai keperluan seperti :1) Tanggung jawab SDM (Apoteker, TTK, tenaga
pendukung lainnya)2) Penyewaan Tempat3) Alat-alat bantu Operasional 4) Penyediaan dan depresiasi peralatan kerja5) Pemeliharaan fasilitas pelayanan6) Pembagian/sharing investasi dan atau
Pengembalian Modal7) Pengamanan Stok Obat8) Antisipasi inflasi peningkatan Harga Obat.
37
Konsekuensi Profesi
Besarnya PENDAPATAN APOTEK bergantung sepenuhnya pada JUMLAH DAN KUALITAS
PASIEN/KLAYAN (Tidak bergantung pada Harga dan Jumlah Barang)
Jasa Profesi menanggung Semua Beban Operasional Apotek dan Semua Kewajiban-
kewajiban Lainnya Pendapatan Apoteker = Jumlah Jasa Profesi – Semua Beban
PPh 25 Orang Pribadi
38
KOMPETENSI KNOWLEDGE + SKILLS The Future Paradigm
Menganalisis Bisnis Farmasi
Bisnis Pengetahuan dan Keahlian
Bisnis Terkait Ketrampilan Tenaga Teknis
39
(1) Untuk memperoleh STRTTK bagi Tenaga Teknis Kefarmasian wajib memenuhi persyaratan :
a. memiliki ijazah sesuai dengan pendidikannya;
b. memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental dari dokter yang memiliki surat izin praktek;
c. memiliki “rekomendasi tentang kemampuan” dari Apoteker yang telah memiliki STRA di tempat Tenaga Teknis Kefarmasian bekerja; dan
Berdasar 47 PP51/2009
40
Mengetahui KEMAMPUAN c-TTK ?
1) Level-level Tenaga Teknis kefarmasian (Tenaga Menengah Farmasi/AA; Ahli Madya farmasi; Sarjana Farmasi)
2) Bidang-bidang Pekerjaan Kefarmasian (Pergadaan, Produksi, Distribusi, Pelayanan)
3) Fasilitas Kefarmasian (Gudang, Industri, PBF, Apotek, Klinik, Puskesmas, RS)
Situasi :
41
Siklus Kemampuan TeknisTENAGA TEKNIS KEFARMASIAN
Pendidikan Kejuruan/Vokasional
APOTEKER
Calon-TTK
Apotek
STR-TTK
Lulusan SMKF/AM
F
TTKSIK-TTK
SIP
A/
SIK
A
Rekomendasi Kemampuan
Klinik
RS
PBF
Industri
Masing-masing
Bidang perlu pelatihan tersediri
Attitude
Dunia Praktik/Kerja
42
Transformasi Kemampuan Teknis
Asisten • Kemampuan• Tugas• Kewenangan
Ahli Madya• Kemampuan• Tugas• Kewenangan
Sarjana• Kemampuan• Tugas• Kewenangan
Level 2
Level 5
Level 6
Operator- Pekerjaan
sesaat- Sederhana- Tgjwb tunggal
Analis/Teknisi- Administratif,
dokumentatif- Sedikit Kompleks- Tgjwb
Group/Kelompok
Setengah Ahli- Managerial- Kompleks- Tgjwb Organisasi
43
1. Kolaborasi IAI dg Lembaga Pendidikan
2. Kolaborasi IAI dg Fasilitas Kefarmasian
3. Pemberdayaan Apoteker sesuai bidang kerja
4. Pelatihan Kompetensi Teknis sesuai bidang pekerjaan dan level pendidikannya
Sertifikasi Kompetensi Kemampuan Teknis
Sertifikat Kompetensi
Teknis
Prasyarat Rekruitmen Karyawan
44
RESPONSIBILITY COMPETENCE
The Future Paradigm
Menganalisis Bisnis Farmasi
Bisnis Kewenangan Profesi
Bisnis Terkait Asuransi
45
Konfigurasi Umum Jasa Pelayanan Farmasi
PasienApotek
er
Validasi Koordinasi
Decision
Otoritas Apoteker Rahasia Kefarmasian
Imbal Jasa
46
Peta Konfigurasi Operasional BPJS 2014
Peserta BPJS BPJS
PPK 1PPK 2 PPK 3
Untuk : Sewa Fasilitas, Obat, Operasional, Managemen, Seluruh Tenaga dll....dst
KLINIK PRATAMA, dg Obat + Apoteker
KLINIK UTAMA
Termasuk OBAT ?
APOTEK(er)
PPK 1
KLINIK PRATAMA,
tanpa Obat & Apoteker
Claimed For Service
Kap
itasi
Kapita
si
APOTEK(er)
• Harga Obat ?
• Jasa Apoteker ?
SKENARIO 1
SKENARIO 2
SKENARIO 3
SKENARIO 4
47
Berkembang Wacana
ASKES/BPJS
ASKLIN
PERSSI
Klinik
Klinik
Klinik
RS RS RS Apotek
Apotek
???Asosiasi
Fasilitas
yes
yes
Fasilitas
Fasilitas
Fasilitas
??
Perlukah kita bentuk suatu Asosiasi Apotek (berbadan
hukum) ?
48RESEP adalah INSTRUMEN
PROFESI
DOKTER & APOTEKER1) Mewawancarai Pasien2) Memeriksa fisik dan mental pasien3) Menentukan pemeriksaan penunjang4) Mendiagnosa Pasien5) Menentukan penatalaksanaan dan
pengobatan pasien6) Melakukan tindakan kedokteran dan
kedokteran gigi7) Menulis resep obat dan alat
kesehatan8) Menerbitkan surat keterangan
dokter dan dokter gigi9) Menyimpan obat dalam jumlah dan
jenis yang diijinkan10) Dalam keadaan tertentu, dapat
meracik dan menyerahkan obat di daerah terpencil dan tidak ada apotek.
1) Pengadaan seluruh Obat dan Alat Kesehatan
2) Melakukan Skrining atas Resep3) Melakukan Asesmen atas Pasien4) Melakukan Rasionalisasi Obat dan
Pengobatan (restriksi)5) Menetapkan Obat dan Regimentasinya6) Melakukan peracikan dan pengubahan
bentuk Sediaan Obat
7) Melakukan Penyerahan Obat atas Resep maupun Obat-obat Keras (Tertentu)
8) Melakukan Konseling dan Monitoring ESO dan DRP’s
9) Melakukan pemilihan obat secara tepat10) Dalam keadaan tertentu, dapat
melakukan Swamedikasi berdasar Evidence Based Pharmacy
Berdasar Keahlian dan Kewenangan :DOKTER
APOTEKER
PERSOALAN
PERATURAN-UU YANG BERLAKU
49
KONSTRUKSI PROFESIONALITAS & KOMPETENSI
TENAKES & TENAFAR
PASIEN
PPK Medis
PPK Farma
si RESEP
Pelayanan
Kesehatan
Pelayanan
Kefarmasian
Sakit
Obat
Paramedis :- Perawat- Bidan- Paramedis
lain
Parafarmasi :- Asisten Apt- Madya
Farmasi- Sarjana
FarmasiMASING-MASING PPK MEMILIKI TANGGUNGJAWAB BERBEDA
BERDASAR KEAHLIAN DAN KEWENANGANNYA
50
BEBERAPA PERAN STRATEGIS DAN ARTI PENTING
PPK FARMASI
Sebelum Obat diputuskan untuk dilayani, Profesionalitas Apoteker terlebih dahulu akan melakukan Skrining Resep, Analisa Rasionalitas dan Tinjauan Farmakoterapis dan Farmasetisnya.
1. Apoteker Efektif Men-SKRINING Rasionalitas Peresepan dan Obat
2. Apoteker Efektif Melakukan Konseling Komprehensif
Setelah Obat dilayani, Profesionalitas Apoteker akan melakukan dokumentasi Riwayat Pengobatan Pasien, Efektifitasnya dan Kemungkinan Efek Samping yang menyertainya dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
3. Apoteker Efektif Melakukan Monitoring ESO dan DRP’s
Selama Pengobatan, Profesionalitas Apoteker akan melakukan Konseling Pengobatan atas Pasien, meningkatkan efektifitas pengobatan dan kepatuhan pasien serta menjamin kebenaran Cara Penggunaan Obat .
4. Apoteker Efektif Mengkompilasi Data Primer PengobatanDari beragam Resep Dokter yang diterima, Profesionalitas Apoteker akan memperoleh Data Akurat mengenai korelasi Riwayat Penyakit dan Obat-obat yang digunakan. Bermanfaat untuk timbal informasi kepada pihak-pihak terkait.
51
TERIMA KASIH
Sekretariat PD IAI JAWA BARAT
GRAND SURAPATI COREJl. PHH MUSTOFA No.39 Blok M-11
Bandung022-87241408