Pharmacology_drugs, Pharmacokinetic & pharmacodynamic

10
TUGAS FARMAKOLOGI Nama : IMAN BUDIMAN NPM : 260110080145 Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran 1. PENGERTIAN OBAT Menurut pengertian umum, obat dapat didefinisikan sebagai bahan yang menyebabkan perubahan dalam fungsi biologis melalui proses kimia. Sedangkan definisi yang lengkap, obat adalah bahan atau campuran bahan yang digunakan untuk (1) pengobatan, peredaan, pencegahan atau diagnosa suatu penyakit, kelainan fisik atau gejala-gejalanya pada manusia atau hewan; atau (2) dalam pemulihan, perbaikan atau pengubahan fungsi organik pada manusia atau hewan. Obat dapat merupakan bahan yang disintesis di dalam tubuh (misalnya : hormon, vitamin D) atau merupakan merupakan bahan-bahan kimia yang tidak disintesis di dalam tubuh (Sugandhi, 2010). Dalam definisi lain, Obat dapat diartikansebagai bahan atau zat yang berasal dari tumbuhan, hewan,mineral maupun zat kimia tertentu yang dapat digunakan untuk mengurangi rasa sakit, memperlambat proses penyakit dan atau menyembuhkan penyakit. Obat ada yang bersifat tradisional seperti jamu, obat herbal dan ada yang telah melalui proses kimiawi atau fisika tertentu serta telah di uji khasiatnya. Yang terakhir inilah yang lazim dikenal sebagai obat.Obat harus sesuai dosis agar efek terapi atau khasiatnya bisa kita dapatkan ( Anis, 2008). Obat Merupakan zat kimia yang digunakan untuk mendiagnosis, mencegah, dan menyembuhkan penyakit. Ada beberapa jenis obat berdasarkan efek yang ditimbulkan, yaitu: - Obat farmakologi Obat yang bekerja dan memberikan efek pada fungsi organ tubuh. Contoh: obat sistem saraf pusat, obat jantung, dan obat saluran cerna. - Obat Kemoterapeutika

Transcript of Pharmacology_drugs, Pharmacokinetic & pharmacodynamic

Page 1: Pharmacology_drugs, Pharmacokinetic & pharmacodynamic

TUGAS FARMAKOLOGI

Nama : IMAN BUDIMAN

NPM : 260110080145

Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran

1. PENGERTIAN OBAT

Menurut pengertian umum,obat dapat didefinisikan sebagai bahan yang

menyebabkan perubahan dalam fungsi biologis melalui proses kimia. Sedangkan

definisi yang lengkap, obat adalah bahan atau campuran bahan yang digunakan

untuk (1) pengobatan, peredaan, pencegahan atau diagnosa suatu penyakit,

kelainan fisik atau gejala-gejalanya pada manusia atau hewan; atau (2) dalam

pemulihan, perbaikan atau pengubahan fungsi organik pada manusia atau hewan.

Obat dapat merupakan bahan yang disintesis di dalam tubuh (misalnya : hormon,

vitamin D) atau merupakan merupakan bahan-bahan kimia yang tidak disintesis di

dalam tubuh (Sugandhi, 2010).

Dalam definisi lain, Obat dapat diartikansebagai bahan atau zat yang berasal dari

tumbuhan, hewan,mineral maupun zat kimia tertentu yang dapat digunakan untuk

mengurangi rasa sakit, memperlambat proses penyakit dan atau menyembuhkan

penyakit. Obat ada yang bersifat tradisional seperti jamu, obat herbal dan ada

yang telah melalui proses kimiawi atau fisika tertentu serta telah di uji khasiatnya.

Yang terakhir inilah yang lazim dikenal sebagai obat.Obat harus sesuai dosis agar

efek terapi atau khasiatnya bisa kita dapatkan ( Anis, 2008).

Obat Merupakan zat kimia yang digunakan untuk mendiagnosis, mencegah, dan

menyembuhkan penyakit. Ada beberapa jenis obat berdasarkan efek yang

ditimbulkan, yaitu:

- Obat farmakologi

Obat yang bekerja dan memberikan efek pada fungsi organ tubuh. Contoh:

obat sistem saraf pusat, obat jantung, dan obat saluran cerna.

- Obat Kemoterapeutika

Page 2: Pharmacology_drugs, Pharmacokinetic & pharmacodynamic

Obat yang bekerja dan memberikan efek pada mikroba pathogen. Contoh:

antibiotika (seperti penisilin, tetrasiklin).

2. FARMAKOKINETIK

Didalam respon seorang penderita terhadap suatu obat dapat dipengaruhi oleh 2

faktor penting yaitu Farmakodinamik dan Farmakokinetik, farmakodinamik ini

merupakan bagian ilmu farmakologi yang mempelajari efek fisiologik dan

biokimiawi obat terhadap berbagai jaringan tubuh yang sakit maupun sehat serta

mekanisme kerjanya.

Sedangan farmakokinetik merupakan bagian ilmu farmakologi yang cenderung

mempelajari tentang nasib dan perjalanan obat didalam tubuh dari obat itu

diminum hingga mencapai tempat kerja obat itu. informasi ini digunakan untuk

meramalkan efek perubahan-perubahan dalam takaran,rejimen takaran, rute

pemberian, dan keadaan fisiologi pada penimbunan dan disposisi obat.

Farmakokinetik merupakan ilmu yang mempelajari kinetika absorpsi, distribusi

dan eliminasi ( yakni ekskresi dan metabolisme ) obat pada manusia atau hewan

dan Absorpsi, distribusi, biotransformasi ( metabolisme ) dan eliminasi suatu

obatdari tubuh merupakan proses dinamis yang kontinu dari saat suatu obat

dimakan sampai semua obat tersebut hilang dari tubuh. Laju terjadinya proses-

proses ini mempengaruhi onset, intensitas, dan lamanya kerja obat di dalam tubuh

( Staff pengajar farmakologi, 2006).

Dalam Farmakokinetik perjalanan obat dari dia diminum sampai mencapai tempat

kerja obat tersebut melewati beberapa fase, diantaranya :

A. Absorpsi

Absorpsi merupakan proses masuknya obat dari tempat pemberian ke dalam

darah. Bergantunng pada cara pemberiannya, tempat pemberian obat adalah

saluran cerna ( mulut sampai dengan rectum ), kulit, paru, otot, dan lain-lain.

Yang terpenting adalah cara pemberian obat per oral, dengan cara ini tempat

absopsi utama adalah usus halus karena memiliki permukaan absorpsi yanng

sangat luas, yakni 200 m2 ( panjang 280 cm, diameter 4 cm, disertai dengan villi

dan mikrovilli ) ( Ganiswara.et.al, 1995).

Page 3: Pharmacology_drugs, Pharmacokinetic & pharmacodynamic

Absorpsi obat melalui saluran cerna pada umumnya terjadi secara difusi pasif,

karena itu absorpsi mudah terjadi bila obatdalam bentuk non-ion dan mudah larut

dalam lemak. Absorpsi secara transpor aktif terjadi teutama di dalam usus halus

untuk zat-zat makanan : glokusa dan gula lain, asam amino, basa purin, dan

pirimidin, mineral, dan beberapa vitamin. Cara ini juga terjadi untuk obat-obat

yang struktur kimianya mirip struktur zat makanan tersebut. Misalnya levodopa,

metildopa, 6-merkaptopurin, dan 5-flourourasil (Ganiswara.et.al., 1995).

Kebanyakan obat merupakan electrolit lemah, yakni asam lemah atau basa lemah.

Dalam air, elektrolit lemah ini akan terionisasi menjadi bentuk ionnya. Untuk

asam lemah, pH yang tinggi (suasana basa ) akan meningkatkan ionisasinya dan

mengurangi bentuk nonionnya. Sebaliknya untuk basa lemah, pH yang rendah

(suasana asam ) yang akan meningkatkan ionisasinya dan mengurangi nonionnya.

Hanya bentuk nonion yang mempunyai kelarutan lemak, sehingga hanya bentuk

nonion dan bentuk ion berada dalam kesetimbangan, maka setelah bentuk nonion

diabsopsi, kesetimbangan akan bergeser kearah bentuk nonion sehingga absorpsi

akan berjalan terus sampai habis.Zat-zat makanan dan oabt0obat yanng

strukturnya mirip makanan, yang tidak dapat / sukar berdifusi pasif memerlikan

membran agar dapat dapat diabsorpsi dari saluran cerna maupun direabsopsi dari

lumen tubulus ginjal (Ganiswara.et.al., 1995).

Page 4: Pharmacology_drugs, Pharmacokinetic & pharmacodynamic

Faktor-faktor yang mempengaruhi absorpsi:

-Derajat ionisasi

-Dosis dan waktu pemberian obat

-pH dan pK

-pelarut obat dan bentuk obat

-luas permukaan absorpsi

-aliran darah

-kondisi usus dan kecepatan pengosongan lambung

-interaksi dengan obat lain

B.Distribusi

Setelah diabsorpsi, obat akan didistribusikan ke seluruh tubuh melalui sirkulasi

darah. Selain tergantung dari aliran darah, distribusi obat juga ditentukan oleh

sifat fisikokimianya. Obat yang mudah larut dalam lemak akan melintasi

membran sel dan terdistribusi ke dalam sel, sedangkan obat yang tidak larut dalam

lemak akan sulit menembus membran sel sehingga distribusinya terbatas terutama

di cairan ekstrasel. Distribusi juga dibatasi oleh ikatan obat pada protein plasma,

hanya obat bebas yang dapat berdifusi dan mencapai keseimbangan. Derajat

ikatan obat dengan protein plasma ditentukan oleh afinitas obat terhadap protein,

kadar obat, dan kadar proteinnya sendiri (Ganiswara. et.al.,1995).

Untuk mencapai sel target, suatu obat harus dapat menembus sawar biologic,

dapat berupa membrane yang terdiri atas satu atau beberapa sel. Pada sawar darah

otak, obat-obatan yang larut dalam air sulit melewatinya dan pada sawar plasenta

hanya obat-obatan dengan BM besar (seperti heparin, plasma sekunder) sukar

masuk fetus (Katzung, 1989).

Oleh karena molekul protein plasma cukup besar, maka hanya fraksi obat bebas

saja yang mempunyai arti klinis, karena bagian tersebut yang dapat mencapai

reseptor pada organ sasaran (termasuk bakteri). Protein plasma yang berikatan

dengan molekul obat terutama adalah albumin(A), disamping itu protein lain juga

berperan, misalnya alfa amino globulin (AAG) dan lipoprotein (LP) pada keadaan

tertentu ( Ganiswara.et.al., 1995)

Page 5: Pharmacology_drugs, Pharmacokinetic & pharmacodynamic

C.Eliminasi

Proses eliminasi bertanggung jawab atas durasi atau lamanya obat berefek dengan

cara mengusahakan agar obat dapat segera dikeluarkan dari tubuh, temasuk ke

dalam alat eksresi seperti ginjal, hati dan paru. Agar obat mudah dieksresi,

kadang-kadang obat harus diubah lebih dahulu menjadi senyawa lain yang bersifat

tidak mudah larut dalam lemak baru dieksresi. Proses metabolisme dan eksresi

secara merupakan proses eliminasi (Katzung, 1989).

D.Metabolisme

Metabolisme atau biotransformasi obat adalah proses perubahan struktur

perubahan kimia yang tejadi dalam tubuh dan dikatalisis oleh enzim. Pada poses

ini molekul obat diubah menjadi lebih polar (lebih mudah larut dalam air) dan

kurang larut dalam lemak sehingga mudah dieksresi melalui ginjal

(Ganiswara.et.al.,1995).

Kebanyakan obat diubah di hati dalam hati, kadang-kadang dalam ginjal dan lain-

lain. Kalau fungsi hati tidak baik maka obat yang biasanya diubah dalam hati

tidak mengalami peubahan atau hanya sebagian yang diubah. Hal tesebut

menyebabkan efek obat berlangsung lebih lama dan obat menjadi lebih toxic

(Lamid, ).

Metabolisme obat di hepar terganggu oleh adanya zat hepatotoksik atau pada

sirosis hepatis kaena pada keadaan-keadaan tesebut terjadi kerusakan sel parenim

hati serta enzim-enzim metabolismenya. Dalam hal ini dosis obat yang

eliminasinya terutama melalui metabolism di hati harus disesuaikan atau

dikurangi. Demikian juga penurunan alir darah hepar, baik oleh obat maupun

gangguan kardiovaskular, akan mengurangi metabolisme obat di hati (Ganiswara

et.al., 1995)

E. Ekskresi

Obat dikeluarkan dari tubuh melalui berbagai organ ekskresi dalam bentuk

metabolit hasil biotransformasi atau dalam bentuk asalnya. Obat atau metabolit

yang polar diekskresi lebih cepat daripada obat yang larut baik dalam lemak,

kecuali pada eksresi melaui paru-paru (Ganiswara et.al., 1995).

Page 6: Pharmacology_drugs, Pharmacokinetic & pharmacodynamic

Ginjal merupakan organ eksresi yang terpenting. Metabolit yang larut dalam air

sukar direabsorpsi oleh tubuli ginjal, sehingga akan dikeluarkan bersama-sama

urine. Sebaliknya, obat yang mudah laut dalam lemak jika sudah berada dalam

tubuli ginjal sebagian besar direabsorpsi oleh tubuli ginjal. Obat yang tidak dapat

difiltasi oleh glomerulus bisa disekresi oleh ginjal melalui sekresi tubulus. Jadi

proses eliminasi oleh ginjal (ekskresi) meupakan hasil dari proses-proses filtrasi

glomerulus, reabsorbsi, dan sekresi tubulus (Lamid, ). Bila fungsi ginjal rusak

sedangkan obat harus dikeluarkan melalui ginjal maka eksresinya tidak sempurna

dan memudahkan terjadinya keracunan . Hasil ekskresi dapat berupa urine, air

ludah, air susu, air mata, keringat dan lain-lain.

II.FARMAKODINAMIK

Farmakodinamik ialah cabang ilmu yang mempelajari efek biokimiawi dan

fisiologi obat serta mekanisme kerjanya. (2) Sifat kerja obat tersebut menentukan

kelompok tempat obat tersebut digolongkan dan sering kali mempunyai peran

Page 7: Pharmacology_drugs, Pharmacokinetic & pharmacodynamic

penting untuk memutuskan apakah kelompok tersebut adalah terapi yang tepat

untuk gejala atau penyakit tertentu.

Mekanisme Kerja Obat

Efek obat umumnya timbul karena interaksi obat dengan reseptor pada sel suatu

organisme. Interaksi obat dengan reseptornya ini mencetuskan perubahan

biokimiawi dan fisiologi yang merupakan respons khas untuk obat tersebut.

Reseptor obat merupakan komponen makromolekul fungsional yang kencakup

dua fungsi penting. Pertama, bahwa obat dapat mengubah kecepatan kegiatan faal

tubuh. Kedua, bahwa obat tidak menimbulkan suatu fungsi baru, tetapi hanya

memodulasi fungsi yang sudah ada. Setiap komponen makromolekul fungsional

dapat berperan sebagai reseptor obat tertentu, juga berperan sebagai reseptor

untuk ligand endogen (hormon, neurotransmitor). Substansi yang efeknya

menyerupai senyawa endogen disebut agonis. Sebaliknya, senyawa yang tidak

mempunyai aktivitas intrinsic tetapi menghambat secara kompetitif efek suatu

agonis di tempat ikatan agonis (agonit binding site ) disebut antagonis

(Ganiswara.et.al.,1995).

interaksi antara molekul dengan suatu reseptor pada sel organ tubuh diikuti

dengan terjadinya reaksi rantai biokimiawi yang akhirnya menimbulkan

perubahan fungsi organ tertentu.

Perubahan yang terlihat atau terasa disebut efek obat.

O + R OR efek

O: molekul obat.

R: reseptor.

OR: kompleks obat-reseptor.

Reseptor terdapat pada sel, baik permukaan sel (dominan) maupun di dalam sel

(reseptor untuk obat-obat steroid). Sebelum terjadi efek, terlebih dahulu terjadi

reaksi biokimiawi di dalam sel.

Page 8: Pharmacology_drugs, Pharmacokinetic & pharmacodynamic

Umumnya penggolongan obat berdasarkan pada efek yang ditimbulkannya.

IV. PENGARUH DOSIS TERHADAP RESPON OBAT

* Hubungan antara konsentrasi obat dan respon obat

Respons terhadap dosis obat yang rendah biasanya meningkat sebanding langsung

dengan dosis. Namun, dengan meningkatnya dosis penigkatan respon menurun.

Pada akhirnya, tercapailah dosis yang tidak dapat meningkatkan respon lagi. Pada

system ideal atau system in vitro hubungan antara konsentrasi obat dan efek oabat

digambarkan dengan kurva hiperbolik menurut persamaan sebagi berikut:

E=

di mana E adalah efek yang diamati pada konsentrasi C, Emaks adalah respons

maksimal yang dapat dihasilkan oleh obat. EC50 adalah konsentrasi obat yang

menghasilkan 50% efek maksimal.

Hubungan antara konsentrasi dan efek obat (panel A) atau obat yang terikat

reseptor (panel B). Konsentrasi obat yang efeknya separuh maksimum disebut

EC50 dan konsentrasi obat yang okupansi reseptornya separuh maksimum disebut

KD (Ganiswara.et.al., 11995).

*Hubungan dosis dan respons bertingkat

1.Efikasi (efficacy). Efikasi adalah respon maksimal yang dihasilkan suatu obat.

Efikasi tergantung pada jumlah kompleks obat-reseptor yang terbentuk dan

efisiensi reseptor yang diaktifkan dalam menghasilkan suatu kerja seluler

2.Potensi.Potensi yang disebut juga kosentrasi dosis efektif, adalah suatu ukuran

berapa bannyak obat dibutuhkan untuk menghasilkan suatu respon tertentu. Makin

rendah dosis yang dibutuhkan untuk suatu respon yang diberikan, makin poten

obat tersebut.Potensi paling sering dinyatakan sebagai dosis obat yang

memberikan 50% dari respon maksimal (ED50). Obat dengan ED50 yang rendah

lebih poten daripada obat dengan ED50 yang lebih besar.

3.Slope kurva dosis-respons. Slope kurva dosis-respons bervariasi sari suatu obat

Page 9: Pharmacology_drugs, Pharmacokinetic & pharmacodynamic

ke obat lainnya. Suatu slope yang curam menunjukkan bahwa suatu peningkatan

dosis yang kecil menghasilkan suatu perubahan yang besar ( Staff pengajar

farmakologi, 2006).

Dosis yang menimbulkan efek terapi pada 50% individu (ED50) disebut juga

dosis terapi median. Dosis letal median adalah dosis yang emnimbulkan kematian

pada 50% individu , sedangkan TD50 adalah dosis toksik 50% (Ganiswara.et.al.,

11995).

Indeks terapeutik

Indeks terapeutik suatu obat adalah rasio dari dosis yang menghasilkan toksisitas

dengan dosis yang menghasilkan suatu respon yang efektif dan diinginkan secara

klinik dalam suatu populasi individu(1)

Indeks terapeutik = dosis toksik/dosis efektif(1)

Jadi indeks terapeutik merupakan suatu ukuran keamanan obat, karena nilai yang

besar menunjukkan bahwa terdapat suatu batas yang luas/lebar diantara dosis-

dosis yang efektif dan dosis-dosis yang toksik. Indeks terapeutik ditentukan

dengan mengukur frekuensi respons yang diinginkan dan respons toksik pada

berbagai dosis obat.Pada gambar berikut diperlihatkan indeks terapeutik yang

berbeda dari dua jenis obat (staff pengajar Farmakologi,2006).

Warafarin, suatu obat dengan indeks terapeutik yang kecil. Pada saat dosis

warfarin ditingkatkan , terjadi suatu respon toksik, yaitu kadar anti koagulan yang

tinggi yang menyebabkan perdarahan. Variasi respon penderita mudah terjadi

dengan obat yang mempunyai indeks terapeutik yang sempit, karena konsentrasi

efektif hamper sama dengan konsentrasi toksik

Suatu obat dengan indeks terapeutik yang besar. Penisilin aman diberikan dalam

dosis tinggi jauh melebihi dosis minimal yang dibutuhkan untuk mendapatkan

respon yang diinginkan (Staff pengajar Farmakologi, 2006).

Page 10: Pharmacology_drugs, Pharmacokinetic & pharmacodynamic

DAFTAR PUSTAKA

Anis. 2008. Pengertian obat. http://farmasiistn.blogspot.com/2008/01/pengertian-

obat.html ( Diakses 5 Oktober 2010)

Ganiswara, S.G., Setiabudi, R., Suyatna, F.D., Purwantyastuti, Nafrialdi

(Editor).1995. Farmakologi dan Terapi. Edisi 4.. Bagian Farmakologi FK UI:

Jakarta.

Katzung.1989.Farmakologi Dasar dan Klinik Edisi 3.EGC: Jakarta.

Lamid, Sofyan. Farmakologi Umum I. EGC: Jakarta.

Mycek.2001.Farmakologi Ulasan Bergambar.Widya Medika : Jakarta.

Sugandhi.2010. http://www.ptphapros.co.id/article.php?&m=Article&aid=17&lg

Staf pengajar Farmakologi. 2006. Absorpsi dan Eksresi. Bagian Farmakologi FK

UNLAM: Banjarbaru.