Pf Morbilii 6
-
Upload
moch-fadhly-hartanu -
Category
Documents
-
view
216 -
download
2
description
Transcript of Pf Morbilii 6
Borang Portofolio Kasus I
Topik : Morbili
Tanggal (kasus) : 25 Desember 2015 Presenter : dr. Echa Putri Nesia
Tanggal ( Presentasi ) : 20 Januari 2016
Pendamping : 1. dr. Tajul keumalahayati
2. dr. Leni Afriani
Tempat Presentasi : Ruang Auditorium RSUD Kota Langsa
Obyek Presentasi
Keilmuan Keterampilan Penyelenggaraan Tinjauan pustaka
Diagnostik manajemen Masalah Istimewa Neonatus Bayi √ Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil
Deskripsi : Anak, 6 tahun, demam disertai ruam kemerahan diseluruh tubuh, batuk, pilek, dan mata merahTujuan : cara menegakkan diagnosis dan pengobatan awal yang tepat bagi pasien morbili
Bahan bahasan Tinjauan Pustaka Riset Kasus Audit
Cara membahas Diskusi Presentasi dan diskusi Email pos
Data Pasien : Nama : An. HA, Laki-laki, 6 tahun, BB 16 kg. No. Reg : 582471Nama Klinik : RSUD Langsa Telp : - Terdaftar Sejak
Data utama untuk bahan diskusi
1. Diagnosis/ gambaran klinis: morbili/ demam, ruam kemerahan diseluruh tubuh, batuk,
pilek, dan mata merah
2. Riwayat Pengobatan : obat dari warung tapi keluhan tidak berkurang
3. Riwayat kesehatan/ penyakit dahulu : pasien tidak pernah mengalami keluhan yang sama
4. Riwayat keluarga : disangkal
5. Riwayat kebiasaan : tidak ada
6. Pemeriksaan fisik
I. Status Present
A. Kondisi Umum : Lemah, sakit sedang
B. Status Vital : Kesadaran : Compos mentis
Nadi : 98x/menit, reguler, kuat angkat
Pernafasan : 18 x/menit
Suhu : 39,60C
1
II. Status General
Riwayat imunisasi
Kesan : imunisasi lengkap
Kulit : teraba hangat, tidak pucat, tidak ikterik, tidak sianosis, eritema di
seluruh tubuh
Kepala : Deformitas (-)
Mata : Konjungtiva Palp. Inf. pucat (-/-), konjungtiva hiperemis (+/+)
Telinga : Sekret (-), perdarahan (-)
Hidung : Perdarahan (-/-)
Mulut : bibir kering (+), faring hiperemis (+), sianosis (-)
Leher : pembesaran Kelenjar Getah Bening/ KGB (-)
Paru
Paru anterior
Inspeksi : Simetris saat statis dan dinamis, retraksi intercostal (-)
Palpasi : Pergerakan dada simetris, stem fremitus kanan dan kiri normal
Perkusi : Sonor/sonor
Auskultasi : Vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Paru posterior
Inspeksi : Simetris saat statis dan dinamis, retraksi intercostal (-)
Palpasi : Pergerakan dada simetris, stem fremitus kanan dan kiri normal
Perkusi : Sonor/sonor
Auskultasi : Vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Jantung
Inspeksi : Iktus tidak terlihat
Palpasi : Iktus cordis tidak teraba
Perkusi : Batas jantung normal
Auskultasi : Bunyi jantung 1 > Bunyi jantung 2 (BJ1>BJ2), Reguler
Abdomen
Inspeksi : Soepel, distensi (-)
Auskultasi : Peristaltik (+), kesan normal
Palpasi : nyeri tekan (+), organomegali (-), ballotement (-)
Perkusi : Timpani (+)
2
Ekstremitas
Pucat - - Edema - - eritema + +
- - - - + +
III. Pemeriksaan Penunjang
Darah Rutin :
Hb : 11,5 gr%
Ht : 36,0%
Leukosit : 4200/mm3
Trombosit : 350.000/mm3
IV. Diagnosis Kerja :
Observasi febris ec. morbili
V. Diagnosis Banding :
Morbili
DHF
ISPA
VI. Penatalaksanaan :
Diet M II
IVFD RL 40 gtt/i (mikro)
Inj. Ampicillin 200 mg/6 jam
Paracetamol syr 3x cth I 1/2
Ambroxol syr 3x cth I
Vitamin A 1x 200.000 iu selama 2 hari
Daftar Pustaka :
1. World Health Organization. 2012. Global Measles and Rubella Strategic Plan
2012-2010. Amerika Serikat.
http://www.who.int/about/licensing/copyright_form/en/index.html. [diakses pada 15
Agustus 2014].
2. Soedarmo SSP, Garna H, Hadinegoro SRS, Satari HI. 2010. Campak. Dalam Buku
3
Ajar Infeksi dan Pediatri tropis cetakan kedua. Badan Penerbit IDAI. Jakarta.
3. Silalahi Levi, 2004. Campak. http://www.tempointeraktif.com. [diakses pada 5
Januari 2015].
4. Herry Garna, Alex Chaerulfatah, Azhali MS, Djatnika Setiabudi. 2005. Morbili
(Campak, Rubeola, Measles). Dala. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu
Kesehatan Anak. p 234-236. Edisi III. Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UNPAD :
Bandung.
5. Mayo Clinic. Measles. 2007. http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/measles.html.
[diakses pada 5 Januari 2015].
6. Selina SPC dan Fennelly G. 2015. Measles : Practice Essentials.
http://emedicine.medscape.com/article/966220-medication. [diakses pada 5 Januari
2015].
7. Centers for Disease Control and Prevention. 2015. Measles Cases and Outbreaks.
http://www.cdc.gov/measles/cases-outbreaks.html. [diakses pada 5 Januari 2015].
8. World Health Organization. 2009. Weekly epidemiological record: Measles
vaccines: WHO position paper. http://www.who.int/wer. [diakses pada 5 Januari
2015].
9. Brooks, Geo F, Butel, Janet S, Morse S A. 2005. Mikrobiologi Kedokteran. Edisi
I. Terjemahan. Salemba Medika. Jakarta.
10. Behrman, Kliegman, Arvin. 2012. Nelson: Ilmu Kesehatan Anak. 15th ed.
Penerjemah: Wahab AS, Noerhayati, Sunarto, Soebono H, Juffrie M, Radjiman,
dkk. Volime ke-3. EGC. Jakarta.
11. Muller CP, Kramer J. 2015. Conn’s Current Therapy 2015. Measles. Elsvier.
Philadelphia. Amerika Serikat.
12. World Health Organization. 2013. Pocket Book of Hospital Care For Children.
2nd. WHO Publshing. New York. Amerika Serikat.
13. Hooker, Edmond, Stöppler, Melissa C. Measles (Rubeola). 2008
http://www.medicinenet.com/measles_rubeola/article.htm . [diakses pada 5 Januari
2015].
14. National Institute of Neurological Disorders and Stroke. 2007. Subacute Sclerosing
Panencephalitis.
http://www.ninds.nih.gov/disorders/subacute_panencephalitis/subacute_panencephal
itis.htm. [diakses pada 5 Januari 2015].
4
Hasil Pembelajaran :
1. Etiologi morbili
2. Diagnosis morbili
3. Tatalaksana morbili
4. Pencegahan morbili
5. Komplikasi morbili
RANGKUMAN
1. Subjektif
Pasien datang dengan keluhan demam, yang mulai dirasakan sejak 3 hari sebelum masuk
rumah sakit (SMRS). Demam awalnya terasa ringan, lama kelamaan semakin meninggi. Demam
terasa meninggi dimalam hari dan menurun dengan obat penurun panas namun tidak mencapai
suhu normal. Pasien juga mengeluhkan batuk pilek yang dikeluhkan sejak lama, sebelum demam
timbul, ciri batuk tidak berdahak dan disertai gatal tenggorokan.
Ruam kemerahan juga dialami pasien, mulai terjadi 2 hari setelah demam. Ruam muncul
dari belakang telinga, badan kemudian menjalar perlahan keseluruh tubuh. Pada awalnya ruam
tidak gatal, namun kemudian mulai menimbulkan gatal ketika telah menjalar keseluruh tubuh.
Pasien juga mengalami mata merah yang timbul bersamaan dengan demam, mata berair dan gatal.
Gusi berdarah, mimisan dan nyeri otot disangkal.
Nafsu makan pasien juga mengalami penurunan. BAB dan BAK tidak ada keluhan.
2. Objektif
Hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik sangat mendukung diagnosis morbili. Pada kasus ini
ditegakkan berdasarkan:
Gejala klinis : demam sejak 3 hari SMRS, batuk pilek sebelum demam timbul,
ruam kemerahan yang dari belakang telinga, badan kemudian menjalar perlahan
keseluruh tubuh, mata merah, berair dan gatal, gusi berdarah, mimisan dan nyeri
otot disangkal.
Pemeriksaan fisik : adanya ruam merah diseluruh tubuh disertai gatal, konjungtiva
hiperemis, faring hiperemis. Dari hasil laboratorium tidak terdapat kelainan.
3. Assessment (Penalaran Klinis)
Os dibawa orangtuanya ke IGD rumah sakit umum Langsa dengan keluhan demam sejak
tiga hari SMRS, disertai dengan tiga tanda utama campak yaitu conjungtivitis, coryza, dan cough. 5
Namun dalam pemeriksaan fisik tidak ditemukan bercak koplik pada pasien. Campak atau
Rubeola merupakan penyakit menular akut yang disebabkan oleh virus Morbilivirus dan secara
khas terdiri dari tiga stadium, yaitu stadium prodromal, erupsi, dan konvalesens. Pada fase
prodormal maka tanda klinis yaitu conjungtivitis, coryza, dan cough (tanda 3C) akan muncul.2,6
Ketiga tanda ini disertai demam ringan sampai sedang serta dapat ditemukan eksantema di
mukosa pipi yang merupakan tanda patognomonis campak yaitu bercak koplik.
Pasien mengeluhkan ruam kemerahan yang mulai terjadi 2 hari setelah demam. Ruam
muncul dari belakang telinga kemudian menjalar perlahan keseluruh tubuh. Ruam makulopapular
muncul 14 hari setelah awal infeksi dan pada saat itu antibodi humoral dapat dideteksi. Ruam–
ruam kulit biasanya mulai sebagai makula tidak tegas, terdapat pada bagian samping atas leher
penderita, di belakang telinga, sepanjang batas rambut dan pada bagian belakang pipi. 2,4
Campak disebabkan oleh Morbilivirus, salah satu virus RNA dari famili Paramyxoviridae.
Virus berbentuk bulat dengan tepi kasar dan bergaris tengah 140 nm dan dibungkus oleh selubung
luar yang terdiri dari lemak dan protein. Di dalamnya terdapat nukleokapsid yang bulat lonjong
terdiri dari bagian protein yang mengelilingi asam nukleat (RNA), merupakan struktur heliks
nukleoprotein dari myxovirus. Selubung luar sering menunjukkan tonjolan pendek, satu protein
yang berada di selubung luar muncul sebagai hemaglutinin.2,4
Gambar 1 Bentuk Virus CampakManusia adalah satu-satunya inang asli untuk virus campak. Penularan campak terjadi
secara droplet melalui udara, terjadi antara 1-2 hari sebelum timbul gejala klinis sampai 4 hari
setelah timbul ruam. Infeksi dimulai di mukosa hidung/faring. Di tempat awal infeksi,
penggandaan virus sangat minimal dan jarang dapat ditemukan virusnya. Virus masuk ke dalam
limfatik lokal, bebas maupun berhubungan dengan sel mononuklear mencapai kelenjar getah
bening lokal. 2,9
Virus kemudian bermultiplikasi dengan sangat perlahan dan disitu mulailah penyebaran
6
ke sel jaringan limforetikular (RES) seperti limpa, dimana virus menyerang limfosit. Virus
campak dapat bereplikasi dalam limfosit tertentu yang membantu penyebaran ke seluruh tubuh. 5-
6 hari sesudah infeksi awal, fokus infeksi terbentuk yaitu ketika virus masuk ke dalam pembuluh
darah (viremia primer) dan menyebar ke permukaan epitel orofaring, konjungtiva, saluran napas,
kulit, kandung kemih, dan usus. Pada hari 9-10 fokus infeksi yang berada di epitel saluran napas
dan konjungtiva dan menimbulkan manifestasi klinis dari sistem pernafasan diawali dengan
keluhan batuk pilek disertai selaput konjungtiva yang tampak merah.2,9
Diagnosis campak biasanya dapat dibuat berdasarkan gejala klinis yang sangat berkaitan,
yaitu koriza dan konjungtivitis disertai batuk dan demam tinggi pada beberapa hari serta diikuti
timbulnya ruam yang memiliki ciri khas, yaitu diawali dari belakang telinga kemudian menyebar
ke muka, dada, tubuh, lengan dan kaki bersamaan dengan meningkatnya suhu tubuh dan
selanjutnya mengalami hiperpigmentasi dan deskuamasi. Jadi diagnosis campak dapat ditegakkan
secara klinis. Campak yang bermanifestasi tidak khas disebut campak atipikal. 2,6
Pasien ini mengeluhkan demam, yang mulai dirasakan sejak 3 hari sebelum masuk rumah
sakit (SMRS). Pasien juga mengeluhkan batuk pilek yang dikeluhkan sejak lama, sebelum
demam timbul, ciri batuk tidak berdahak dan disertai gatal tenggorokan. Ruam kemerahan
diseluruh tubuh juga dialami pasien, mulai terjadi 2 hari setelah demam.. Pasien juga mengalami
mata merah yang timbul bersamaan dengan demam, mata berair dan gatal. Gusi berdarah,
mimisan dan nyeri otot disangkal. Dan ditambah dengan hasil laboratorium normal sehingga
diagnosis kerja pasien ini cocok dengan morbili.
Tidak adanya terapi yang spesifik pada kasus campak akut. Pasien campak tanpa penyulit
dapat berobat jalan. Anak harus diberikan cukup cairan dan kalori, sedangkan pengobatan bersifat
simtomatik, dengan pemberian antipiretik, antitusif, ekspektoran dan antikonvulsan jika
dipelukan. Sedangkan campak dengan penyulit, pasien perlu dirawat inap. Pada kasus infeksi
sekunder yang diakibatkan bakteri diberikan terapi antibiotik. Di rumah sakit pasien dirawat
dibangsal isolasi sistem pernafasan, diperlukan perbaikan keadaan umum dengan memperbaiki
kebutuhan cairan dan diet yang memadai.2,11
Pemberiaan suplementasi vitamin A telah menunjukkan bukti yang baik terhadap
perbaikan outcome pada pasien-pasien dengan malnutrisi dan pasien-pasien dengan defisiensi
vitamin A. 6,11 Pada pemberian vitamin A dosis tinggi (rekomendasi WHO dan UNICEF) pada
Usia 6 bln-1 thn : 100.000 unit 2 dosis dengan interval 24 jam p.o dan pada Usia >1 thn :
200.000 unit 2 dosis dengan interval 24 jam p.o. Dosis tersebut diulangi pada 4 minggu kemudian
bila telah didapat tanda defisiensi vitamin A. Apabila terdapat malnutrisi dilanjutkan 1500 IU
tiap hari. 12
Pencegahan campak dilakukan dengan pemberian imunisasi aktif pada bayi berumur 9
bulan atau lebih. Program imunisasi campak secara luas baru dikembangkan pelaksanaannya 7
pada tahun 1982. 2 Pencegahan campak dilakukan dengan pemberian imunisasi aktif pada bayi
berumur 9 bulan atau lebih. Dosis baku minimal pemberian vaksin campak yang dilemahkan
adalah 0,5 ml, secara subkutan, namun dilaporkan bahwa pemberian secara intramuskular
mempunyai efektivitas yang sama. 2,12
Gambar 2. Vaksin campak
4. Planning
a. Diagnosis
Diagnosis morbili ditegakkan berdasarkan gejala klinis. Pasien ini mengeluhkan demam,
yang mulai dirasakan sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit (SMRS). Pasien juga mengeluhkan
batuk pilek yang dikeluhkan sejak lama, sebelum demam timbul, ciri batuk tidak berdahak dan
disertai gatal tenggorokan. Ruam kemerahan diseluruh tubuh juga dialami pasien, mulai terjadi 2
hari setelah demam.. Pasien juga mengalami mata merah yang timbul bersamaan dengan demam,
mata berair dan gatal. Gusi berdarah, mimisan dan nyeri otot disangkal. Dan ditambah dengan
hasil laboratorium normal sehingga diagnosis kerja pasien ini cocok dengan morbili.
b. Terapi
Terapi yang diberikan pada pasien ini adalah :
1. Diet M II
2. IVFD RL 40 gtt/i (mikro)
3. Inj. Ampicillin 200 mg/6 jam
4. Paracetamol syr 3x cth I ½
5. Ambroxol syr 3 x cth I
6. Vitamin A 1x 200.000 iu selama 2 hari
Menurut teori, tidak ada terapi yang spesifik pada kasus campak akut. Pasien campak
tanpa penyulit dapat berobat jalan. Anak harus diberikan cukup cairan dan kalori, sedangkan
pengobatan bersifat simtomatik, dengan pemberian antipiretik, antitusif, ekspektoran dan
antikonvulsan dipelukan. Sedangkan campak dengan penyulit, pasien perlu dirawat inap. Pada
kasus infeksi sekunder yang diakibatkan bakteri diberikan terapi antibiotik. Di rumah sakit pasien
dirawat dibangsal isolasi sistem pernafasan, diperlukan perbaikan keadaan umum dengan
memperbaiki kebutuhan cairan dan diet yang memadai.2,11
8
Pemberiaan suplementasi vitamin A telah menunjukkan bukti yang baik terhadap
perbaikan outcome pada pasien-pasien dengan malnutrisi dan pasien-pasien dengan defisiensi
vitamin A. 6,11 Pada pemberian vitamin A dosis tinggi (rekomendasi WHO dan UNICEF) pada
Usia 6 bln-1 thn : 100.000 unit dosis tunggal p.o dan pada Usia >1 thn : 200.000 unit dosis
tunggal p.o. Dosis tersebut diulangi pada hari ke-2 dan 4 minggu kemudian bila telah didapat
tanda defisiensi vitamin A. Apabila terdapat malnutrisi dilanjutkan 1500 IU tiap hari. 12
Pasien merupakan penderita campak yang mememiliki penyulit, seperti kurangnya asupan
nutrisi secara oral, oleh karena itu pasien dianjurkan untuk dirawat di rumah sakit. Selama
rawatan, pasien mendapatkan terapi suportif yang adekuat berupa pemberian cairan harian ringer
laktat dan diet M-II. Terapi farmokologis yang diberikan pada pasien berupa terapi suportif yaitu,
pemberian antitusif/ekspektoran, vitamin A, antipiretik dan vitamin. Pemberian antibiotika
(ampicillin) di administrasikan supaya mencegah timbulnya infkesi sekunder nosokomial
dirumah sakit, karena RSUD Langsa belum memilki ruang isolasi sistem pernafasan.
c. Pendidikan
Pasien morbili harus minum air yang banyak bisa berupa jus buah, teh manis, atau
minuman lainnya, jangan menggaruk-garuk luka. Pasien dan keluarga juga harus diberikan
penjelasan bahwa morbili merupakan penyakit yang menular. Namun demikian, pada sebagian
besar pasien infeksi dapat sembuh sendiri, sehingga pengobatan bersifat suportif. Untuk anggota
keluarga/ kontak yang rentan dapat diberikan vaksin campak atau human immunoglobulin untuk
pencegahan. Vaksin efektif jika diberikan dalam 3 hari setelah terpapar dengan penderita
d. Konsultasi
Pasien morbili dapat sembuh total seperti sedia kala. Pasien morbili tidak boleh dianggap
sepele karena dapat menimbulkan beberapa komplikasi yang dapat menyebabkan dehidrasi berat
serta syok yang berakhir dengan kematian. Pasien morbili yang perlu dirawat dirumah sakit adalah
pasien campak dengan komplikasi (superinfeksi bakteri, pneumonia, dehidrasi, dan ensefalitis).
Mengetahui
Pendamping Pendamping
dr. Tajul Keumalahayati dr. Leni AfrianiNIP. 19771109 200701 2 004 NIP. 197808292006042010
9