pezetto
-
Upload
prizka-avilia-puspa -
Category
Documents
-
view
234 -
download
8
description
Transcript of pezetto
ANALISIS MASALAH
1. Tn. Amran, 38 tahun, seorang pekerja di pabrik Batubara, berobat ke poliklinik
THT dengan keluhan utama gangguan pendengaran pada telinga kiri yang
makin lama bertambah berat sejak 4 bulan yang lalu.
a. Bagaimana hubungan umur, pekerjaan, dan jenis kelamin dengan kasus?
- Umur
Semakin bertambahnya umur, tepatnya ketika sudah memasuki masa lanjut
usia, dikhawatirkan akan terjadi perubahan patologik pada organ auditori.
Pada kasus: Tn. Amran berusia 38 tahun, jadi masih belum memiliki faktor
pencetus terjadinya proses degenerasi pada pendengarannya.
NIHL bisa terjadi di semua usia.
- Jenis Kelamin
Kejadian gangguan pendengaran pun presentasenya lebih tinggi pada laki-laki
dibanding perempuan. Hal ini mungkin disebabkan oleh laki-laki lebih banyak
bekerja di tempat yang bising dibanding pada perempuan
- Pekerjaan
Dalam lingkungan industri, semakin tinggi intensitas kebisingan dan semakin
lama waktu pemaparan kebisingan yang dialami oleh para pekerja, semakin
berat gangguan pendengaran yang ditimbulkan pada para pekerja tersebut.
b. Bagaimana anatomi telinga?
Telinga terdiri dari tiga bagian: telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam.
1. Telinga luar
Telinga luar meliputi daun telinga atau pinna, liang telinga atau meatus
auditorius eksternus (MAE), dan gendang telinga atau membran timpani.
Pinna: mengarahkan suara ke dalam liang telinga dan akhirnya menuju gendang
telinga.
MAE: merupakan hasil susunan tulang dan rawan yang dilapisi kulit tipis.
Di dalam saluran terdapat banyak kelenjar yang menghasilkan serumen. Hanya
bagian saluran yang memproduksi sedikit serumen yang memiliki rambut.
Mekanisme pembersihan diri telinga mendorong sel kulit tua dan serumen ke bagian luar
tetinga. Serumen nampaknya mempunyai sifat antibakteri dan memberikan perlindungan
bagi kulit. Selain itu terdapat pila kelenjar lilin yang berfungsi menjaga agar permukaan
saluran telinga dan gendang telinga agar senantiasa lembab. Cerumen dan rambut telinga
ini dapat mencegah masuknya benda asing ke dalam telinga.
Pada ujung saluran terdapat gendang telinga yang meneruskan suara ke telinga
dalam.
Membran timpani: tersusun oleh suatu lapisan epidermis di bagian luar, lapisan
fibrosa di bagian tengah dimana tangkai maleus diletakkan, dan lapisan mukosa
bagian dalam. Bayangan penonjolan bagian bawah malleus pada membran
timpani disebut dengan umbo. Dari umbo, bermula suatu refleks cahaya (cone of
light) ke arah bawah, yaitu pukul 7 pada membran timpani kiri dan pukul 5 pada
membran timpani kanan
2. Telinga tengah
merupakan sebuah rongga yang berisi udara.
dibatasi dan dimulai dari membran timpani (gendang telinga) yang didalamnya
terdapat rongga kecil berisi udara yang terdiri atas tulang-tulang pendengaran
yang terdiri atas maleus (martil), inkus (landasan) dan stapes (sanggurdi).
Di dalamnya terdapat tuba Eustachius yang berfungsi menjaga keseimbangan
tekanan udara dalam faring dan telinga tengah.
Antara telinga bagian dalam dan telinga bagian tengah dibatasi oleh tingkap
oval (fenestra ovalis) dan tingkap bulat (venestra rotundra).
Ketiga tulang pendengaran itu berfungsi mengirimkan gelombang suara dari
gerendang telinga menyebrangi rongga telinga tengah menuju jendela oval.
Pada bagian tengah, terdapat otot yang berfungsi untuk membantu mekanisme
kompensasi tubuh untuk melawan suara dengan nada tinggi (peredam bunyi).
o m. stapedius => berkontraksi => stapes jadi kaku => suara dipantulkan
o m. tensor timpani => menegangkan gendang telinga => suara teredam
3. Telinga dalam (inner ear)
Pada bagian ini terdapat :
1. Labirin
Terdiri dari:
o Labirin tulang => ruang berliku berisi perilimfe (cairan yang serupa dengan
cairan serebrospinal).
Terdiri dari 3 bagian:
Vestibular => bagian sentral labirin tulang yang menghubungkan
koklea dengan saluran semisirkular.
Saluran semisirkularis
S. semisirkular anterior(superior) dan posterior mengarah
pada bidang vertikal di setiap sudut kanannya.
S. semisirkular lateral => terletak horizontal
Koklea => membentuk 2,5 putaran di sekitar inti tulang,
mengandung reseptor pendengaran (cabang N VIII =
vestibulokoklear, pemb. darah. Frekuensi tertinggi berada di bagian
depan. Sekat membagi koklea menjadi 3 bagian :
duktus koklear (skala medial) => bagian labirin membranosa
yang terhubung ke sakulus, berisi cairan endolimfe
dua bagian labirin tulang yang terletak di atas dan di bawah
skala media => skala vestibuli dan skala timpani =>
mengandung cairan perilimfe dan terus memanjang melalui
lubang pada apeks koklea yang disebut helikotrema.
membran reissner (membran vestibuler) => pisahkan
skala media dari skala vestibuli yang berhubungan
dengan fenestra vestibuli
membran basilar => pisahkan skala media dengan
skala timpani, berhubungan dengan fenestra koklear
skala organ korti=> terletak pada membran basilar, terdiri
dari reseptor yang disebut sel rambut dan sel penunjang. Sel
rambut tidak memiliki akson dan langsung bersinaps dengan
ujung saraf koklear
o Labirin membranosa => serangkaian tuba berongga dan kantong yang
terletak di dalam labirin tulang berisi cairan endolimfe (cairan yang serupa
dengan cairan intraseluler). Merupakan awal 2 kantong (utrikulus dan
sakulus) yang dihubungkan dengan duktus endolimfe. Setiap duktus
mengandung reseptor untuk ekuilibrium statis ( bagaimana kepala
berorientasi terhadap ruang bergantung gaya grafitasi) dan ekuilibrium
dinamis (apakah kepala bergerak atau diam, berapa kecepatan serta arah
gerakan). Utrikulus terhubung dengan duktus semilunaris. Sakulus
terhubung dengan duktus koklear di dalam koklea.
a. Apa yang dimaksud dengan gangguan pendengaran?
Gangguan pendengaran adalah ketidakmampuan secara parsial atau total untuk
mendengarkan suara pada salah satu atau kedua telinga.
b. Apa saja kemungkinan yang dapat menyebabkan keluhan (gangguan
pendengaran)?
Gangguan pendengaran terjadi ketika ada masalah dengan struktur telinga yang
terlibat dalam proses pendengaran.
Setiap kondisi ini dapat menyebabkan gangguan pendengaran, seperti: usia, suara
keras, infeksi telinga, lubang pada gendang telinga, tumor, cacat telinga, trauma,
obat2an
c. Mengapa keluhan yang diderita bertambah berat dan hanya di telinga kiri?
d. Mengapa keluhan baru terjadi sejak 4 bulan yang lalu?
Secara klinis, pajanan bising pada organ pendengaran dapat menimbulkan 3
macam reaksi : reaksi adaptasi, peningkatan ambang dengar sementara (temporary
treshold shift), dan peningkatan ambang dengar menetap (permanent treshold
shift).
Reaksi adaptasi adalah respon akibat rangsangan oleh bunyi dengan intensitas
tinggi 70 dB SPL (sound pressure level). Keadaan ini merupakan fenomena
fisiologis pada saraf telinga yang terpajan bising dan merupakan mekanisme
kompensasi telinga kita ketika terpajan bising.
Peningkatan ambang dengar sementara, merupakan keadaan terdapatnya
peningkatan ambang dengar akibat pajanan bising terus-menerus dengan
intensitas yang cukup tinggi, namun telinga masih dapat pulih jika dijauhkan
dari tempat bising.
Peningkatan ambang dengar menetap, merupakan keadaan di mana terjadi
peningkatan ambang dengar menetap akibat pajanan bising dengan intensitas
sangat tinggi dan berlangsung lama (berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun)
yang menyebabkan kerusakan pada berbagai struktur maupun fungsi koklea,
antara lain kerusakan organ corti, sel-sel rambut, striavaskularis, dll.
Keluhan gangguan pendengaran dimulai sejak 4 bulan yang lalu karena pada 4 bulan
yang lalu mulai terjadi peningkatan ambang dengar yang menetap (permanent
threshold shift), di mana telah terjadi kerusakan strukstur dan fungsi dari koklea
yang bersifat irreversibel.
2. Pasien mengeluh sulit untuk mendengar percakapan terutama di tempat ramai,
dan telinga kiri terasa berdenging terus-menerus.
a. Apa saja kemungkinan yang dapat menyebabkan keluhan sulit mendengar
di tempat ramai?
- Luka pada syaraf telinga, Pengapuran pada tulang-tulang pendengaran,
infeksi saluran telinga, Radang yang terjadi pada gendang telinga, Luka
akibat kecelakaan, Terlalu sering mendengar suara keras setiap hari
b. Bagaimana mekanisme sulit mendengar?
Rangsangan bunyi yang berlebihan dalam waktu lama dapat mengakibatkan
perubahan metabolisme dan vaskuler sehingga terjadi kerusakan degeneratif
pada struktur sel-sel rambut organ Corti. Daerah yang pertama terkena adalah
sel-sel rambut luar yang menunjukkan adanya degenerasi yang meningkat sesuai
dengan intensitas dan lama paparan. Stereosilia pada sel-sel rambut luar menjadi
kaku sehingga mengurangi respon terhadap stimulasi. Dengan bertambahnya
intensitas dan durasi paparan akan dijumpai lebih banyak kerusakan seperti
hilangnya stereosilia. Dengan hilangnya stereosilia, sel-sel rambut mati dan
digantikan oleh jaringan parut. Semakin tinggi intensitas paparan bunyi, sel-sel
rambut dalam dan sel-sel penunjang juga rusak. Akibatnya terjadi gangguan
pendengaran.
c. Apa penyebab dan mekanisme telinga kiri berdenging terus-menerus?
Bising dan agen ototoksik pada awalnya merusak OHC pada bagian basal, jika
berlanjut dan berulang, akan merusak IHC, karena IHC lebih resisten terhadap
kerusakan. IHC adalah sel reseptor untuk tranduksi suara dan hampir 95% serabut
saraf afferen menginervasi IHC. Sebaliknya, OHC berfungsi sebagai amplifier
(pengeras) mekanik yang meningkatkan suara lemah dengan menyediakan sampai
50 dB. Saat OHC lebih rusak dari IHC maka terjadi disinhibition
(berkurangnya pembatasan) pada neuron di DCN (dorsal Cochlear Nuclei).
Terjadi peningkatan aktivitas spontan ketika neuron di DCN menerima eksitasi
dari IHC tapi tidak dari OHC. Normalnya terdapat sedikit gap antara bagian atas
silia IHC dengan bagian bawah dari membrana tektoria. Namun pada OHC yang
rusak maka membran tektoria dapat menyentuh silia sehingga menyebabkan IHC
terdepolarisasi. Kerusakan OHC merangsang penyesuaian pada DCN,
menyebabkna DCN menjadi hiperaktif. Hipotesa ini adalah akibat reduksi input
auditory nerve menyebabkan disinhibition.
d. Apa saja organ yang terganggu pada telinga yang berdenging terus-
menerus?
Organ corti
e. Bagaimana klasifikasi telinga berdenging?
- Tinnitus obyektif : disebabkan oleh suara mekanis dalam tubuh. Suara ini
sering dihasilkan oleh struktur otot atau struktur pembuluh darah di daerah
kepala dan leher. Tinnitus obyektif dapat dibagi lagi menjadi 3 kelompok,
yaitu, berdenyut, otot, dan spontan (Lockwood et al., 2002). tinnitus
berdenyut biasanya disebabkan oleh suara yang disebabkan oleh aliran darah
turbulen yang mungkin sinkron dengan siklus jantung. Tinnitus Muskuler
paling sering disebabkan kontraksi tensor timpani atau otot stapedius.
Tinnitus spontan telah dikaitkan dengan getaran dari sel-sel rambut luar
koklea.
- Tinnitus subyektif adalah persepsi suara tanpa stimulus pendengaran.
Penyebab tinnitus subjektif meliputi:
o Masalah otologi dan hilangnya pendengaran
o Kehilangan pendengaran (tuli) konduktif
o Infeksi telinga luar
o Syok akoustik
o Pengaruh serumen (tahi telinga)
o Efusi telinga tengah
o Kehilangan pendengaran (tuli) sensorineural
o Bunyi gaduh yang berlebihan
Dalam kasus ini, tinnitus yang dialami adalah tinnitus subjektif.
3. Riwayat keluar cairan dari telinga (-).
Riwayat trauma kepala dan telinga (-).
Riwayat menderita darah tinggi disangkal.
Riwayat menderita kencing manis disangkal.
Riwayat bekerja di pabrik batubara bagian mekanik sudah 9 tahun, dan tidak
rutin menggunakan alat pelindung telinga di tempat bekerja.
a. Apa makna riwayat keluar cairan dari telinga (-)?
Tidak adanya cairan yang keluar dari telinga menandakan bahwa gangguan
tersebut bukan karena ada infeksi atau sumbatan, dan juga bukan berasal dari
telinga tengah.
b. Apa makna riwayat trauma kepala dan telinga (-)?
Tidak ada riwayat trauna kepala dan telinga menunjukkan bahwa tidak terjadi
kelainan pada lobus temporal dan untuk menyingkirkan kemungkinan tuli
konduktif.
c. Apa makna riwayat menderita darah tinggi disangkal?
Obat anti hipertensi golongan Loop diuretic, seperti furosemid, bersifat ototoksik,
yang dapat menimbulkan gangguan pendengaran sensorineural.
Riwayat menderita darah tinggi disangkal, hal ini menyingkirkan diagnosis tuli
sensorineural akibat obat ototoksik.
d. Apa makna riwayat menderita kencing manis disangkal?
Penyakit diabetes mellitus dapat menyebabkan gangguan fungsi koklea berupa
gangguan pendengaran (tuli sensorineural). Kemungkinan gangguan fungsi koklea
berasal dari pembuluh darah stria vascular menebal, atrofi stria vascular, dan
berkurangnya sel rambut luar.
e. Apa makna riwayat bekerja di pabrik batubara bagian mekanik 9 tahun dan
tidak rutin menggunakan alat pelindung telinga di tempat bekerja?
Bekerja di pabrik biasanya lebih dari 8 jam, dan intesitas bunyi di pabrik bagian
mekanik sekitar lebih dari 100 dB. Riwayat pekerjaan Tn. Amran bekerja sudah 9
tahun di pabrik batubara bagian mekanik dan tidak rutin menggunakan alat
pelindung telinga di tempatnya bekerja menandakan Tn. Amran terkena pajanan
bising yang lama sehingga mengalami peningkatan ambang dengar yang menetap
(permanent threshold shift), di mana telah terjadi kerusakan struktur dan fungsi
dari koklea yang bersifat irreversibel/permanen.
f. Bagaimana klasifikasi bising?
1. Bising kontinu dengan spektrum frekuensi luas
Bising jenis ini merupakan bising yang relatif tetap dalam batas amplitudo kurang
lebih 5dB untuk periode 0.5 detik berturut-turut. Contoh: dalam kokpit pesawat
helikopter, gergaji sirkuler, suara katup mesin gas, kipas angin, suara dapur
pijar,dsb.
2. Bising kontinu dengan spektrum frekuensi sempit
Bising ini relatif tetap dan hanya pada frekuensi tertentu saja (misal 5000, 1000
atau 4000 Hz), misalnya suara gergaji sirkuler, suara katup gas.
3. Bising terputus-putus
Bising jenis ini sering disebut juga intermittent noise, yaitu kebisingan tidak
berlangsung terus menerus, melainkan ada periode relatif tenang. Contoh
kebisingan ini adalah suara lalu lintas, kebisingan di lapangan terbang dll
4. Bising impulsif
Bising jenis ini memiliki perubahan tekanan suara melebihi 40 dB dalam waktu
sangat cepat dan biasanya me-ngejutkan pendengarnya. Contoh bising impulsif
misalnya suara ledakan mercon, tembakan, meriam dll.
5. Bising impulsif berulang-ulang
Sama seperti bising impulsif, tetapi terjadi berulang-ulang misalnya pada mesin
tempa.
g. Apa akibat tidak rutin menggunakan alat pelindung telinga?
Akibatnya pendengeran penderita lama-kelamaan menjadi terganggu, karena
selama bekerja 9 tahun di pabrik Tn. Arman mendengar suara-suara bising yang
melebihi ambang batas tingkat kebisingan yang telah ditetapkan yaitu 85dB.
Selain itu jika tidak rutin menggunakan alat pelindung akan berpengaruh pada:
- Auditorial tuli akibat bising
- Non auditorial gangguan komunikasi, gelisah, rasa tidak nyaman,
gangguan tidur, peningkatan tekanan darah, dll.
4. Status Generalisata:
Keadaan umum: sens compos mentis.
Tanda vital: tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 82x/menit, RR 20x/menit, suhu
36,8ºC.
a. Bagaimana interpretasi dari status generalisata Tn. Amran?
Tn. Mahmud Keadaan Normal Interpretasi
Keadaan Umum :
Sensorium Compos Mentis Compos mentis Normal
Tanda Vital:
Tekanan Darah 120/80 mmHg
Nadi 82x/menit
RR 20x/menit
Suhu 36,8°C
120/80 mmHg
60 – 100x/menit
16 – 24x/menit
36,5 – 37,5°C
Normal
Normal
Normal
Normal
5. Status Lokalisata:
a. Bagaimana interpretasi dan mekanisme pemeriksaan THT?
Telinga kanan dan kiri:
Hasil pemeriksaan Nilai normal Interpretasi
CAE lapang Cavum austikus externus
(CAE) normalnya adalah
terbuka lebar dan lapang.
Normal
Membran timpani intak Membrane timpani utuh
(intak)
Normal
Refleks cahaya (+)
normal
Refleks cahaya pada telinga
kanan berada di arah jarum
jam 5 dan telinga kiri di arah
jarum jam 7.
Normal
Hidung:
Hasil pemeriksaan Nilai normal Interpretasi
Kavum nasi kiri dan
kanan lapang
Kavum nasi kiri dan kanan
lapang
Normal.
Tidak ada penyempitan/
sumbatan.
Konka licin, eutrofi,
warna merah muda
Konka licin, eutrofi, warna
merah muda
Normal
Pasase hidung +/+ Pasase hidung +/+ Normal.
Tidak ada hambatan
pada jalur masuk udara
melalui hidung.
Tenggorok:
Hasil pemeriksaan Nilai normal Interpretasi
Arkus faring simetris Arkus faring simetris Normal
Uvula di tengah Uvula terletak di tengah Normal
Tonsil T1-T1 tenang Tonsil normal berukuran
T1-T1 (tidak keluar dari
arkus faring)
Normal.
Tidak terjadi
pembesaran
tonsil/peradangan
pada tonsil
Dinding posterior faring
tenang
Dinding posterior faring
tenang
Normal.
Tidak terjadi proses
peradangan pada
faring.
b. Bagaimana interpretasi dan mekanisme pemeriksaan penala?
Jenis
Pemeriksaan
Interpretasi Mekanisme
Rinne +/+ Tes positif pada telinga
yang diperiksa
menunjukkan bahwa
pasien bisa normal atau
tuli sensorineural
Pada tuli sensorineural AC >
BC namun waktunya lebih
memendek oleh karena itu
dibutuhkan garpu penala yang
lebih besar pada tuli
sensorineural. Tidak terdapat
kerusakan pada telinga luar
maupun dalam oleh karena
itu tesnya positif
Weber lateralisasi
ke kanan
Laterisasi ke telinga
kanan memberikan dua
interpretasi: hantaran
tulang menjauhi telinga
yang tuli sensorineural
Saat dilakukan tes, terjadi
hantaran suara melalui tulang
hantaran sampai ke koklea
dilanjutkan oleh perilimfe
lalu endolimfe menuju organ
(ke telinga yang normal
atau hantaran tulang
menuju ke telinga yang
tuli konduktif
korti yang dimana stereosilia
sel rambutnya telah
mengalami kerusakan
terganggunya defleksi
stereosilia sel–sel rambut
terganggunya sistem kanal
ion depolarisasi syaraf
auditorius terganggu
perspektif sensasi di korteks
temporalis melemah sehingga
lenih terasa lateralisasinya ke
telinga yang normal
Schwabach
memendek di
telinga kiri, telinga
kanan normal
Telinga kanan berarti
normal karena telah
disingkirkan
kemungkinan –
kemungkinan yang lain
dari pemeriksaan rinne
dan weber sedangkan
telinga kiri terbukti
mengalami ketulian
sensorineural.
Dilakukan tes scwabach yang
dimana suara dari garpu
penala akan semakin
mengecil intensitasnya
scwabach memendek di
telinga kiri karena mekanisme
pendengaran yang terjadi
pada telinga dalam telah
rusak sehingga tidak dapat
lagi menangkap intensitas
bunyi yang rendah
scwabach memendek
c. Apa saja indikasi pemeriksaan THT dan penala?
Pemeriksaan penala dilakukan untuk menilai ada tidaknya gangguan pendengaran
(tuli/hearing loss) dan membedakam tuli hantaran (conductive hearing loss) dan
tuli sensorineural (sensorineural hearing loss).
d. Bagaimana cara pemeriksaan THT dan penala?
- Tes Rinne:
Fungsi: Tes untuk membandingkan hantaran melalui udara dan hantaran
melalui tulang pada telinga yang diperiksa.
Cara tes rinne: penala digetarkan tangkai di letakkan di processus mastoideus
setelah tidak terdengar oleh o.p. penala diletakkan di depan telinga kira-kira
2,5 cm. bila masih terdengar : rinne positif (+). bila tidak terdengar : rinne
negatif (-).
- Tes Weber
Fungsi: tes pendengaran untuk membandingkan hantaran tulang telinga kiri
dengan telinga kanan.
Cara: penala digetarkan tangkai penala disimpan di garis tengah kepala
(vertex, dahi, pangkal hidung, di tengah-tengah gigi seri, dagu) tanyakan:
terdengar lebih keras pada telinga mana? Bila tidak dapat membedakan ke
arah telinga mana yang lebih keras atau dijawab sama keras artinya tidak ada
lateralisasi.
Pada telinga yang normal, tidak terdapat lateralisasi. Pada telinga dengan
gangguan konduksi, lateralisasi ke arah telinga yang terganggu dan pada
gangguan sensorineural, lateralisasi ke arah telinga yang sehat. Untuk
menentukan jenis gangguan pendengaran harus dilakukan juga pemeriksaan
Rinne dan Swabach.
- Tes Schwabach
Fungsi: tes untuk membandingkan hantaran tulang orang diperiksa dengan
pemeriksa yang pendengarannya normal.
Cara: Penala digetarkan, tangkai penala diletakan pada processus mastoideus
o.p. sampai tidak terdengar bunyi tangkai penala segera pindahkan pada
proc.mastoideus telinga pemeriksa yang pendengarannya normal bila
pemeriksa masih dapat mendengar: Schwabah memendek
bila pemeriksa tidak mendengar; pemeriksaan diulang dengan cara
sebaliknya.
Penala digetarkan, diletakkan pada processus mastoideus pemeriksa lebih
dulu sampai tidak terdengar bunyi tangkai penala segera pindahkan pada
tangkai penala segera pindahkan pada proc.mastoideus telinga o.p. bila o.p.
masih dapat mendengar bunyi, maka o.p. schwabach memanjang bila pasien
dan pemeriksa sama-sama pendengarannya schwabach sama dengan
pemeriksa
e. Apa saja pemeriksaan tambahan yang diperlukan?
Pemeriksaan penunjang yang disarankan pada kasus ini adalah, audiometri dan
otoacustic emission (OAE).
Tes audiometri merupakan tes pendengaran dengan alat elektroakustik. Tes ini
meliputi audiometri nada murni dan audometri nada tutur. Audiometri nada murni
dapat mengukur nilai ambang hantaran udara dan hantaran tulang penderita
dengan alat elektroakustik. Alat tersebut dapat menghasilkan nada-nada tunggal
dengan frekuensi dan intensitasnya yang dapat diukur. Untuk mengukur nilai
ambang hantaran udara penderita menerima suara dari sumber suara lewat
heaphone, sedangkan untuk mengukur hantaran tulangnya penderita menerima
suara dari sumber suara lewat vibrator.
I. HIPOTESIS
Tn. Amran, 38 tahun, bekerja di pabrik batubara, mengalami gangguan
pendengaran telinga kiri akibat terpapar oleh bising dalam jangka waktu yang lama.
1. Apa saja diagnosis banding pada kasus?
- Otosclerosis
Otosklerosis menyebabkan tuli konduksi yang progresif dari awal dewasa muda.
- Barotrauma
gangguan pendengaran bersifat sensorineural sebagai gejala kerusakan telinga
dalam, paling sering diderita pada orang yang sering selama menyelam.
- Menieres Disease
pembengkakan pada ruangan yang berisi endolymp. Biasanya penderita
mengalami kehilangan pendengaran sensorineural frekuensi rendah dan low-
pitched.
- Tumor
Gejala yang ditampakkan pasien adalah gangguan pendengaran bersifat
sensorineural
2. Bagaimana cara penegakan diagnosis?
1) Anamnesis:
- Riwayat pekerjaan, jenis pekerjaan, dan lamanya bekerja (pernah bekerja atau
sedang bekerja di lingkungan yang bising dalam jangka waktu cukup lama,
biasanya 5 tahun atau lebih, atau beraktifitas di luar rumah yang berhubungan
dengan kebisingan).
- Riwayat timbul ketulian dan progresifitasnya (gangguan pendengaran terjadi
perlahan-lahan atau tiba-tiba)
- Umur
- Riwayat penggunaan alat proteksi pendengaran saat terpapar kebisingan
- Riwayat gangguan pendengaran sebelumnya
- Riwayat gangguan pendengaran pada keluarga
- Riwayat infeksi telinga
- Riwayat trauma kepala atau trauma telinga
- Riwayat penggunaan obat-obat ototoksik atau zat toksik lainnya
- Gejala-gejala gangguan pendengaran akibat bising:
a) Berkurangnya pendengaran, disertai tinitus atau tidak. Kadang disertai
kesulitan menangkap pembicaraan dengan kekerasan suara yang biasa
b) Bila sudah cukup berat, percakapan keras pun akan sulit untuk ditangkap
dan dimengerti.
c) Sangat terganggu dengan adanya background noise atau bising latar
belakang, sehingga bial orang tersebut berkomunikasi di tempat yang
ramai akan mendapat kesulitan mendengar dan mengeri percakapan.
Keadaan ini disebut sebagai cocktail party deafness.
d) Lebih mudah berkomunikasi di tempat yang sunyi dan tenan
e) Pengaruh non-auditorial akibat bising: gelisah, rasa tidak nyaman, ganguan
tidur, peningkatan tekanan darah, dll.
2) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik biasanya tidak dijumpai kelainan. Pada pemeriksaan otoskopi
akan didapatkan hasil yang normal.
- Liang telinga lapang (tidak terdapat sumbatan)
- Membran timpani intak (tidak ada perforasi)
- Refleks cahaya positif (+)
3) Pemeriksaan audiologi
- Pemeriksaan penala/garpu tala
Didapatkan hasil kesan jenis ketuliannya yaitu tuli sensorineural.
a) Rinne : positif (+)
b) Webber : lateralisasi ke telinga yang pendengarannya lebih baik
c) Schwabach memendek
- Pemeriksaan audiometri (bila terdapat fasilitas pemeriksaan audiometri)
Pada pemeriksaan audiometric nada murni, didapatkan hasil tuli sensorineural
pada frekuensi antara 3000-6000 Hz dan pada frekuensi 4000 Hz terdapat takik
(notch) yang patognomonik untuk jenis ketulian ini. Pada pemeriksaan
pendengaran dengan alat audiometer terdapat tanda khas yaitu penurunan di
frekuensi 4000 Hertz atau disebut sebagai ’Acoustic Notch’ (lihat gambar di
bawah).
- Pemeriksaan OAE (otoaukustik emission) untuk mengukur fungsi sel
rambut luar koklea. Gangguan pendengaran akibat bising disebabkan oleh
menurunnya fungsi koklea akibat kerusakan pada sel rambut luar. OAE cukup
sensitive untuk mendeteksi tanda-tanda awal terjadinya perubahan pada fungsi
pendengaran, mendeteksi perubahan sel rambut luar akibat bising.
Didapatkan hasil: refer
3. Apa diagnosis kerja pada kasus?
Tn. Amran mengalami noise-induced hearing loss.
4. Apa definisi dari diagnosis kerja?
Gangguan pendengaran akibat bising (noise-induced hearing loss) ialah gangguan
pendengaran yang disebabkan akibat terpajan oleh bising yang cukup keras dalam
jangka waktu yang cukup lama dan biasanya diakibatkan oleh bising lingkungan kerja.
5. Bagaimana epidemiologi dari diagnosis kerja?
NIHL bisa terjadi di semua usia, termasuk anak-anak, remaja, dan orang tua. Di
Amerika 15% orang berumur 20-69 tahun sering terkena NIHL dikarenakan terpapar
suara berisik di tempat kerja dan kehidupan sehari-hari. NIHL juga terjadi disetiap
jenis kelamin. Pekerjaan sangat mempengaruhi terjadinya NIHL jika bekerja di tempat
yang sering terpapar suara berisik/ribut yang terus menerus.
6. Bagaimana etiologi dari diagnosis kerja?
- Akibat dari terkena bising yang melebihi batas normal secara terus menerus dan
waktu yang lama.
- Faktor usia
- Intensitas kebisingan
7. Apa saja faktor resiko dari diagnosis kerja?
- Orang yang bekerja di tempat yang bising, seperti pemain musik, pekerja di
bagian mekanik, dll.
- Umur merupakan faktor yang cukup berpengaruh terhadap kerentanan pada
gangguan pendengaran akibat bising. Pada orang usia yang lebih tua akan
menurun pula ambang reflek akustik. Reflek akustik berfungsi memberikan
perlindungan terhadap rangsangan bising yang berlebihan.
- Jenis Kelamin. Gangguan pendengaran yang terjadi pada laki-laki ambangnya
lebih tinggi dibanding pada perempuan (Kahari dkk, 2003). Kejadian gangguan
pendengaran pun presentasenya lebih tinggi pada laki-laki dibanding perempuan.
Hal ini mungkin disebabkan oleh laki-laki sering berkerja di tempat bising
dibanding perempuan serta adanya perbedaan hormonal (Juman dkk, 2004).
- Paparan zat ototoksik. Merokok salah satu zat yang paling sering ditemui dan
memberikan efek ototoksik pada fungsi sel rambut dan menimbulkan nicotine-
like receptors pada sel rambut.
8. Bagaimana patofisiologi dan patogenesis dari diagnosis kerja?
Patofisiologi
NIHL adalah kehilangan pendengaran bersifat sensorineural dengan onset yang
gradual dan biasanya irreversible. Umumnya, degenerasi sel rambut pada Organ Corti
terjadi lebih dahulu pada 4 hingga 6 kHz. Bising yang berlebihan menghasilkan hostile
acoustic environment dengan masking wanted signals (eg speech or warning signals),
dan dengan pajanan kronis, dengan blokade sentral terhadap sinyal auditori.
Bising merusak telinga mulanya pada frekuensi 4 kHz dan alasannya adalah
karakteristik resonansi akustik pada telinga luar. Saluran berdinding keras ini yang
tertutup pada ujungnya, mengeraskan energi akustik pada frekuensi tinggi kira-kira 10
dB. Transduksi getaran suara menjadi impuls saraf terjadi di koklea. Sel rambut yang
ada di Organ Corti mengalami kerusakan langsung akibat bising, dan tidak langsung
karena suara yang terlalu tinggi dan terus menerus menyebabkan vasokonstriksi stria
vascularis yang mensuplai koklea. Vasokonstriksi ini menyebabkan sel rambut
menjadi anoxic dan menjadi rusak secara sekunder.
Jumlah sel rambut yang rusak secara langsung bergantung pada intensitas bising.
Diatas frekuensi dan intensitas minimum, OHC menunjukkan kelelahan metabolik
dengan adanya stereosilia yang menjadi terkulai (merunduk, layu). Ini berhubungan
dengan fenomena temporary threshold shift (TTS), yang dapat pulih dalam beberapa
jam. Bising selanjutnya semakin merusak OHC meliputi destruksi jembatan intersilia,
sehingga pemulihan menjadi lebih lama. Bahkan ising yang keras dapat menyebabkan
kolapsnya stereosilia dan sel rambut akhirnya difagositosis.
OHC berperan sebagai amplifier dengan cara borkontraksi ketika distimulasi oleh
suara sehingga menyebabkan penambahan gerakan membran basilar pada koklea.
Sehingga meningkatkan stimulus yang disampaikan ke IHC yang berfungsi untuk
transduksi gerakan mekanik menjadi sinyal listrik pada ujung saraf afferen N. VIII.
Jika OHC tidak berfungsi, dibutuhkan stimulasi yang lebih besar untuk menginisiasi
impuls saraf, sehingga ambang sensitivitas IHC bertambah sehingga muncul gangguan
pendengaran. Sel rambut pada bagian basal koklea adalah bagian yang paling sensitif
terhadap kerusakan akibat bising. Dimana sel rambut ini bertanggungjawab untuk
transduksi frekuensi tinggi sehingga penderita NIHL terjadi Hair high frequency
hearing loss.
- Temporary Threshold Shift
Merupakan peningkatan ambang pendengaran yang bersifat sementar.
Peningkatan ambang pendengaran ini berhubungan dengan kerusakan OHC yang
berfungsi sebagai amplifier sehingga terjadi usaha yang lebih keras dari IHC
untuk menyampaikan impuls sehingga tampak manifestasi TTS. Penderita
mengeluh tuli atau kesulitan mendengar (percakapan ditempat yang ramai, dll).
pada periode ini ambang pendengaran masih dapat kembali normal dalam 48 jam.
Pada TTS terjadi perubahan intraselular pada sel sensori (sel rambut) koklea dan
pembengkakan auditory nerve endings. Faktor lain seperti metabolic exhaustion
pada sel mungkin berpengaruh. Jika waktu tidak cukup bagi TTS untuk
mengalami perbaikan, dan bising dirasakan terus menerus, perubahan ambang
pendengaran ini dapat menjadi permanen, yang disebut Permanent Threshold
Shift (PTS).
- Tinnitus
Tinnitus adalah sensasi bising yang bersifa subjektif pada telingaterdapat
beberapa tipe tinitus, highpitched ringing, mendesis, siulan, atau dengung low-
pitched. NIHL juga dapat muncul tanpa adanya gejala tinitus.
- Recruitment
Ketika volume suara meningkat melewati ambang pendengaran, penderita dengan
rekruitment mengalami peningkatan tiba-tiba persepsi terhadap suara.
Rekruitment terjadi ketika terdapat ambang pendengaran yang tinggi. Ketika
ambang pendengaran meningkat, mengakibatkan Kekerasan suara ditingkatkan,
menyebabkan suara terdengar lebih keras dibandingkan orang normal. Contohnya
bila kita berbicara keras yang biasa dipersepsikan seperti berteriak..
- Masking
Masking terjadi ketika suara latar belakang membuat percakapan menjadi tidak
dapat dimengerti. Masking memerankan bagian pada ketidakmampuan penderita
NIHL untuk berkomunikasi pada ruangan yang ramai. Sedangkan, mereka dapat
mendengar percakapan dari telpon dengan jelas. Fenomena Masking terjadi
karena hanya sumber suara yang paling keras yang dapat terdengar, sedangkan
semua sumber suara yang yang volume nya lebih rendah tertutup oleh suara yang
paling keras. Pada penderita gangguan pendengaran frekuensi tinggi, suara
dengan frekuensi rendah lebih terdengar keras. Percakapan manusia berada pada
frekuensi sedang sampai tinggi.
Patogenesis
Pada pajanan > 140 dB, sebagian area Organ Corti lepas dari posisinya pada membran
basilar dan sering ditemukan melayang didalam skala media. Penebalan sel rambut
ditemukan pada tepi lesi dan tanda kerusakannya ditemukan serabut saraf yang tidak
bermyelin. Pajanan bising yang intens seperti pada ledakan dapat menyebabkan tuli
mendadak atau yang disebut dengan istilah trauma akustik.
Pada pajanan level-moderate pada durasi yang lama misalnya pada bising industri (<
90 dB) beberapa sel rambut mengalami degenerasi didalam Organ Corti selama
pekerjaan bersangsung. Umumnya NIHL terjadi berangsur-angsur atau progresif.
Jumlah kerusakan struktural menentukan gangguan pendengaran. Semakin lama
pajanan, semakin banyak kehilangan sel sensoris. Bising moderate awalnya hanya
akan menyebabkan TTS. Bila penderita tidak terpajan lagi dengan bising maka
thresholdnya dapat kembali normal dalam 18-24 jam. Namun, pajanan yang terus
menerus lama-kelamaan akan menyebabkan detoriation permanen dari ambang
pendengaran. Kerusakan inilah yang disebut sebagai NIHL.
Bising yang permanen awalnya menyebabkan degenerasi sel rambut. Walaupun kedua
tipe sel rambut dapat mengalami degenerasi, OHC lebih sensitif terhadap bising
dibandingkan dengan IHC. Dengan durasi pajanan yang lama atau bising yang intens
maka terjadi kerusakan OHC, IHC, dan sel-sel pendukung lain.
Hipotesa yang diajukan untuk patogenesis NIHL adalah: 1. Penurunan aliran darah
selama pajanan bising (menyebabkna hipoxia dan pelepasan ROS di koklea. 2.
Metabolic Exhaustion pada sel rambut yang terstimulasi. 3. Pelepasan yang berlebihan
dari neurotransmiter selama pajanan menyebabkan kerusakan eksitotoksik pada
serabut saraf afferen. 4. Intermixing cairan koklea melalui lamina retikularis yang
rusak
Koklea yang terpajan bising mengalami perubahan pada histopatologinya yang dapat
dibedakan menjadi perubahan primer dan sekunder. Primer berupa degenerasi sel
rambung terutama OHC. Perubahan Sekunder mengikuti perubahan primer dan berupa
degenerasi progresif dari sel-sel penyokong, serabut saraf afferen dan sel rambut yang
lain.
9. Bagaimana manifestasi klinis dari diagnosis kerja?
Secara umum gambaran ketulian pada tuli akibat bising (noise-induced hearing loss)
antara lain:
- Bersifat sensorineural
- Hampir selalu bilateral
- Jarang menyebabkan tuli derajat sangat berat. Derajat ketulian berkisar antara 40
s/d 75 dB.
- Gangguan pendengaran tidak berlanjut setelah paparan bising dihentikan.
- Selain pengaruh terhadap pendengaran, bising yang berlebihan juga mempunyai
pengaruh non auditory seperti pengaruh terhadap komunikasi wicara, gangguan
konsentrasi, gangguan tidur sampai memicu stress akibat gangguan pendengaran
yang terjadi.
- Kebanyakan pasien turut mengalami tinnitus
10. Bagaimana komplikasi dari diagnosis kerja?
Apabila tidak segera ditatalaksana, dapat mengakibatkan tuli bilateral (kedua telinga)
dan dapat menjadi lebih berat.
11. Bagaimana tatalaksana preventif, kuratif, edukatif dari diagnosis kerja?
Tidak ada yang diakui dan perawatan ilmiah divalidasi secara khusus diarahkan untuk
gangguan pendengaran noise-induced (NIHL). Sesuai dengan penyebab ketulian,
penderita sebaiknya dipindahkan kerjanya dari lingkungan bising. Bila tidak mungkin
dipindahkan, pekerja pabrik sebaiknya menggunakan alat pelindung pendengaran saat
bekerja untuk menghindari gejala yang semakin parah. Alat pelindung yang dapat
digunakan berupa sumbat telinga (ear plug), tutup telinga (ear muff), dan pelindung
kepala (helmet). Kombinasi antara sumbat telinga (ear plug) dan tutup telinga (ear
muff) memberikan proteksi yang terbaik. Bila gangguan pendengaran sudah
mengakibatkan kesulitan berkomunikasi dengan volume percakapan biasa, dapat
dicoba pemasangan alat bantu dengar (hearing aid). Latihan pendengaran dapat
dilakukan agar dapat menggunakan sisa pendengaran dengan alat bantu dengar secara
efisien dibantu dengan membaca ucapan bibir, mimik, dan gerakan anggota badan.
Pada pasien yang telah mengalami tuli total bilateral dapat dipertimbangkan untuk
pemasangan implan koklea.
Preventif
Bising dengan intensitas lebih dari 85 dB dalam waktu tertentu dapat mengakibatkan
ketulian, oleh karena itu bising lingkungan kerja harus diusahakan dengan cara
meredam sumber bunyi, misalnya yang berasal dari generator dipisah dengan
menempatkannya di suatu ruangan yang dapat meredam bunyi.
Jika bising ditimbulkan oleh alat-alat seperti mesin tenun, mesin pengerolan baja,
kilang minyak, atau bising yang ditimbulkan sendiri oleh pekerja seperti di tempat
penempaan logam, maka pekerja tersebut yang harus dilindungi dengan alat pelindung
bising, seperti sumbat telinga, tutup telinga, dan pelindung kepala. Tutup telinga
memberikan proteksi lebih baik daripada sumbat telinga, sedangkan helm selain
pelindung telinga terhadap bising juga sekaligus sebagai pelindung kepala. Kombinasi
antara sumbat telinga dan tutup telinga memberikan proteksi yang terbaik.
Semua usaha pencegahan akan lebih berhasil bila diterapkan Program Konservasi
Pendengaran (PKP) yang bertujuan untuk mencegah atau mengurangi tenaga kerja dari
kerusakan atau kehilangan pendengaran akibat kebisingan di tempat kerja.
Aktivitas Program Konservasi Pendengaran antara lain adalah:
1. Melakukan Identifikasi sumber bising melalui survey kebisingan di tempat kerja
(walk through survey)
2. Melakukan analisis kebisingan dengan mengukur kebisingan menggunakan Sound
Level Meter (SLM) atau Octave Band Analyzer.
3. Melakukan kontrol kebisingan dengan berbagai cara peredaman bising.
4. Melakukan tes audiometri secara berkala pada pekerja yang berisiko
5. Menerapkan sistem komunikasi, informasi, dan edukasi, serta menerapkan
penggunaan APD (Alat Pelindung Diri) secara ketat dan melakukan pencatatan
dan pelaporan data.
12. Bagaimana prognosis dari diagnosis kerja?
Prognosis dari gangguan pendengaran akibat bising adalah buruk. Hal tersebut
dikarenakan jenis gangguan pendengaran atau ketulian akibat bising adalah tuli
sensorineural koklea yang sifatnya menetap dan tidak dapat diobati dengan obat
maupun pembedahan.
13. Apa SKDI dari diagnosis kerja?
Kompetensi dokter umum: 2.
Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik terhadap penyakit tersebut dan
menentukan rujukan yang paling tepat bagi penanganan pasien selanjutnya. Lulusan
dokter juga mampu menindaklanjuti sesudah kembali dari rujukan.
VI. KESIMPULAN
Tn. Amran, 38 tahun, menderita noise-induced hearing loss (NIHL) pada telinga kiri.
Hasil tes penala: Rinne, Weber,
Schwabach
Noise-Induced Hearing Loss
Gangguan pendengaran telinga kiri
Tn. Amran, 38 tahun, bekerja di pabrik batubara
Terpapar bising suara selama 9
tahun
Tidak menggunakan
pelindung telinga
Kerusakan OHC, IHC, dan stereosilia di
organ corti telinga kiri
Disinhibition pada DCN
Hiperaktivitas sel rambut
Impuls terus-menerus pada saraf
pendengaran
Berdenging pada telinga
kiri
VII. KERANGKA KONSEP