PETUNJUK TEKNIS MOTOR FUNGSIONAL POPT TAHUN...

27
PETUNJUK TEKNIS MOTOR FUNGSIONAL POPT TAHUN 2018 DIREKTORAT PERLINDUNGAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN

Transcript of PETUNJUK TEKNIS MOTOR FUNGSIONAL POPT TAHUN...

PETUNJUK TEKNIS MOTOR FUNGSIONAL POPT TAHUN 2018

DIREKTORAT PERLINDUNGAN

DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN

KEMENTERIAN PERTANIAN

i

KATA PENGANTAR

Upaya pengamanan areal pertanaman dari gangguan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) dan Dampak Perubahan Iklim (DPI) dilakukan oleh petugas Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) melalui kegiatan pengamatan, peramalan dan pengendalian OPT serta penanganan DPI. Informasi mengenai kondisi pertanaman dan luas kerusakan sangat penting sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan yang tepat guna mengamankan areal pertanaman.

Wilayah tugas POPT idealnya adalah 1 (satu) POPT, 1 (satu) kecamatan, namun pada saat ini jumlah POPT semakin berkurang karena telah memasuki masa purnatugas dan sementara ini belum ada pengangkatan POPT PNS. Sebagai dampak dari berkurangnya jumlah POPT tersebut, mengakibatkan beberapa POPT yang masih aktif harus merangkap wilayah tugas lebih dari satu kecamatan dengan luasan wilayah yang sangat luas, serta kondisi geografi yang sulit dijangkau di beberapa wilayah. Sementara itu sarana transportasi mereka juga semakin terbatas.

Sehubungan dengan hal tersebut, dalam rangka mengoptimalkan kinerja petugas POPT, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2018 mengalokasikan motor fungsional petugas POPT, secara terbatas sesuai dengan kemampuan anggaran yang tersedia.

Petunjuk Teknis ini sebagai acuan bagi petugas pusat dan daerah terkait motor fungsional petugas POPT.

Jakarta, Mei 2018 Direktur Perlindungan,

Ir. Yanuardi, MM NIP 195810131986031001

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................... ii

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................. 1

B. Tujuan dan Sasaran ......................................................... 2

C. Dasar Hukum .................................................................... 3

D. Pengertian dan Istilah ....................................................... 6

BAB II JENIS DAN KRITERIA PENERIMA

A. Jenis Bantuan ................................................................... 10

B. Kriteria Penerima Bantuan ................................................ 10

BAB III MEKANISME BANTUAN

A. Pengadaan ....................................................................... 12

B. Hibah ................................................................................ 13

C. Penyaluran ....................................................................... 14

BAB IV SPESIFIKASI ..................................................................... 15

BAB V PERTANGGUNGJAWABAN BANTUAN, KETENTUAN PERPAJAKAN DAN SANKSI

A. Pertanggungjawaban ........................................................ 16

B. Ketentuan Perpajakan ...................................................... 16

C. Sanksi ............................................................................... 16

D. Titik Kritis .......................................................................... 17

BAB VI PENUTUP .......................................................................... 19

iii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Jadwal Pelaksanaan Kegiatan ..................................... 21

Lampiran 2. Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak

(Dinas Pertanian Provinsi) .......................................... 22

Lampiran 3. Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak (BPTPH) .. 23

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan dan

menjaga stabilitas ketersediaan stok pangan nasional

dilakukan upaya khusus peningkatan produksi padi,

jagung dan kedelai (UPSUS PAJALE) yang

dilaksanakan secara berkelanjutan. Untuk mencapai

sasaran tersebut, salah satu upaya yang dilakukan

adalah pengamanan areal pertanaman pangan dari

gangguan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT)

dan penanganan Dampak Perubahan Iklim (DPI).

Upaya pengamanan areal pertanaman pangan dari

gangguan OPT/DPI berupa kegiatan pengamatan,

peramalan dan pengendalian OPT serta penanganan

DPI dilaksanakan melalui kegiatan pengamatan dan

pelaporan secara periodik dan berjenjang. Keberhasilan

pengamanan areal pertanaman pangan sangat

tergantung pada akurasi data hasil pengamatan di

lapagan yang dilakukan oleh pengendali OPT (POPT).

Kegiatan pengamatan OPT/DPI bertujuan untuk

mengetahui kondisi pertanaman dan luas kerusakan

tanaman akibat serangan OPT/DPI, informasi tersebut

sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan

kebijakan dengan cepat dan tepat.

Saat ini jumlah POPT yang ada sebanyak 3.296 orang,

baik PNS maupun Tenaga Harian Lepas (THL) POPT.

2

Jumlah tersebut tidak sebanding dengan luas areal

pertanaman tanaman pangan yang harus diamankan.

Selain keterbatasan jumlah petugas lapangan,

ketersediaan sarana tranportasi khususnya motor juga

terbatas. Motor yang ada saat ini adalah pengadaan

tahun 2007 dan kondisinya sudah tidak layak pakai.

Guna mendukung pelaksanaan tugas POPT di

lapangan yang lokasinya berjauhan dan bahkan ada

yang bertugas lebih dari satu kecamatan maka

diperlukan sarana transportasi yang memadai.

Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan, Direktorat

Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2018

mengalokasikan anggaran untuk pengadaan motor

fungsional POPT.

B. Tujuan dan Sasaran

1. Tujuan

- Tersedianya acuan untuk pelaksanaan

pengadaan dan pemanfaatan motor fungsional

POPT.

- Teralokasinya motor fungsional POPT sesuai

dengan peruntukannya

2. Sasaran

- Petugas Pengendali Organisme Pengganggu

Tumbuhan (POPT)

3

C. Dasar Hukum

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang

Sistem Budidaya Tanaman (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 46,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 3478);

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang

Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4355);

Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang

Pemeriksaan, Pengelolaan dan Tanggung Jawab

Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2004 Nomor 66,Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

4400);

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang

Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004

Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 5587);

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang

Pangan;

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2013 tentang

Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik

4

Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

4286);

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2016 tentang

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun

Anggaran 2017

Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1995

tentang Perlindungan Tanaman;

Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2010

tentang Usaha Budidaya Tanaman (Lembaran

Negara Tahun 2010 Nomor 24, Tambahan

Lembaran Negara Nomor 5106);

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor

27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik

Negara/Daerah;

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 54

Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa

Pemerintah;

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 70

Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua Atas

Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Tentang

Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;

Peraturan Menteri Pertanian Nomor 31 Tahun 2010

tentang Pedoman Sistem Pemantauan, Evaluasi

dan Pelaporan Pembangunan Pertanian;

5

Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang

Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah;

Peraturan Presiden Nomor 165 Tahun 2014

tentang Penataan Tugas dan Fungsi Kabinet Kerja;

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 4

Tahun 2015 tentang Perubahan Keempat Atas

Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang

Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;

Keputusan Presiden Nomor 7 Tahun 2017 tentang

Pelantikan Petinggi Madya Lingkup Kementerian

Pertanian

Peraturan Menteri Keuangan Nomor

190/PMK.05/2012 tentang Tata Cara Pembayaran

dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan

dan Belanja Negara;

Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia

Nomor 135/Permentan/OT.140/12/ 2013 tentang

Pedoman Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi

Pemerintah;

Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor

78/PMK.06/2014 tentang Tata Cara Pelaksanaan

Pemanfaatan Barang Milik Negara;

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia

Nomor 87/PMK.06/2016 tentang Perubahan Atas

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia

6

Nomor 246/PMK.06/2014 tentang Tata Cara

Pelaksanaan Penggunaan Barang Milik Negara;

Peraturan Menteri Pertanian Nomor

43/Permentan/OT.010/8/2015 tentang Organisasi

dan Tata Kerja Kementerian Pertanian;

Peraturan Menteri Keuangan Nomor

49/PMK.02/2017 tentang Standar Biaya Masukan

Tahun Anggaran 2018;

Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor

94/PMK.02/2017 tentang Petunjuk Penyusunan

dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran

Kementerian Negara/Lembaga;

D. Pengertian dan Istilah

1. Barang Milik Negara adalah semua barang yang

dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara atau berasal dari

perolehan lainnya yang sah.

2. Bantuan Pemerintah adalah bantuan yang tidak

memenuhi kriteria bantuan sosial yang diberikan

oleh Pemerintah kepada perseorangan, kelompok

masyarakat atau lembaga pemerintah/non

pemerintah.

3. Dinas Pertanian Provinsi/Kabupaten/Kota adalah

Dinas tingkat provinsi/kabupaten/kota yang

membidangi tanaman pangan.

7

4. Pengguna Anggaran yang selanjutnya disebut PA

adalah Menteri/Pimpinan Lembaga yang

bertanggung jawab atas penggunaan anggaran

pada Kementerian Negara/Lembaga yang

bersangkutan.

5. Kuasa Pengguna Anggaran yang selanjutnya

disebut KPA adalah pejabat yang memperoleh

kuasa dari Pengguna Anggaran (PA) untuk

melaksanakan sebagian kewenangan dan

tanggung jawab penggunaan anggaran pada

Kementerian Negara/Lembaga yang bersangkutan.

6. Pejabat Pembuat Komitmen yang selanjutnya

disebut PPK adalah pejabat yang diberi

kewenangan oleh PA/Kuasa PA untuk mengambil

keputusan dan/atau tindakan yang dapat

mengakibatkan pengeluaran atas beban APBN.

7. Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan yang selanjutnya

disebut PPHP adalah panitia/pejabat yang

ditetapkan oleh PA/KPA yang bertugas memeriksa

dan menerima hasil pekerjaan.

8. Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian

Negara/Lembaga (RKA-KL) adalah dokumen

perencanaan dan penganggaran yang berisi

program dan kegiatan suatu Kementerian

Negara/Lembaga dan sebagai penjabaran dari

Rencana Kerja Pemerintah dan Rencana Kerja

Kementerian Negara/Lembaga yang bersangkutan

8

dalam satu tahun anggaran serta anggaran yang

diperlukan untuk melaksanakannya

9. Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) adalah

semua organisme yang dapat merusak,

mengganggu kehidupan atau menyebabkan

kematian tumbuhan.

10. Dampak Perubahan Iklim (DPI) adalah dampak

sebagai akibat perubahan rata-rata dari unsur iklim

(seperti kenaikan temperatur, perubahan pola curah

hujan dan angin) dan perubahan variabilitas iklim.

11. Pengendalian OPT adalah segala kegiatan atau

upaya untuk mencegah dan menanggulangi

serangan OPT terhadap tanaman.

12. Perlindungan tanaman adalah segala upaya untuk

mencegah kerugian pada budidaya tanaman yang

diakibatkan oleh Organisme Pengganggu

Tumbuhan (OPT) dan Dampak Perubahan Iklim

(DPI).

13. Pengamatan adalah kegiatan penghitungan dan

pengumpulan informasi tentang keadaan populasi

atau tingkat serangan OPT, dampak perubahan

iklim, serta faktor-faktor yang mempengaruhinya

pada kurun waktu dan tempat tertentu.

14. Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan

(POPT) adalah Pegawai yang diberi tugas,

tanggung jawab, dan hak secara penuh oleh

pejabat yang berwenang untuk melakukan kegiatan

9

pengamatan, peramalan dan pengendalian OPT di

wilayah kerjanya.

10

BAB II

JENIS DAN KRITERIA PENERIMA

A. Jenis Bantuan

Motor fungsional POPT merupakan Bantuan Pemerintah

yang bersifat pinjam pakai dan dapat

dialihkan/dipindahkan sesuai keperluan dan peraturan

yang berlaku.

B. Kriteria Penerima Bantuan

Dalam pelaksanaan pengadaan motor fungsional

tersebut terdapat dua kriteria penerima yaitu penerima

bantuan dan penerima manfaat.

B.1. Penerima Bantuan

Penerima bantuan motor adalah Pemerintah

Daerah Provinsi c.q. Balai Proteksi Tanaman

Pangan dan Hortikultura (BPTPH) pada Dinas

Pertanian (Tanaman Pangan) di tingkat Provinsi

untuk selanjutnya dilakukan proses hibah barang

milik negara dari Direktorat Jenderal Tanaman

Pangan di Jakarta kepada Dinas Pertanian di

Provinsi.

B.2. Penerima Manfaat

Pada tahap berikutnya Kepala Dinas Pertanian

(Tanaman Pangan) Provinsi menerbitkan Surat

Keputusan alokasi motor fungsional POPT tersebut

kepada POPT berdasarkan usulan dari Kepala

11

Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura.

Kriteria penerima manfaat sebagai berikut:

POPT yang mempunyai wilayah kerja

(Kecamatan), namun belum/tidak mendapat

fasilitas motor.

POPT yang mempunyai wilayah kerja

(Kecamatan) dan telah mendapatkan fasilitas

motor namun kondisinya sudah tidak layak

pakai.

Jenis motor sport/moped/bebek dengan volume

langkah/kapasitas silinder minimal 150 cc

diutamakan untuk petugas POPT pria,

sedangkan jenis motor matic dengan volume

langkah/kapasitas silinder minimal 125 cc

diutamakan untuk petugas POPT wanita.

Sehubungan dengan alokasi motor di atas, Kepala

Dinas Pertanian (Tanaman Pangan) Provinsi dan

Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura

(BPTPH) menandatangani Surat Pernyataan

Tanggung Jawab Mutlak (SPTJM), sebagaimana

terlampir pada lampiran 3 dan 4.

12

BAB III

MEKANISME BANTUAN

Mekanisme pengadaan dan penyaluran bantuan pemerintah

berupa motor fungsional POPT dilakukan melalui beberapa

tahapan antara lain :

A. Pengadaan

Proses pengadaan bantuan motor fungsional POPT

dilakukan oleh Direktorat Jenderal Tanaman Pangan cq

Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan melalui

anggaran yang terdapat dalam APBN Tahun Anggaran

2018, dengan mekanisme sebagai berikut:

1. Pengadaan barang untuk bantuan sarana/

prasarana dilakukan melalui E-purchasing

berdasarkan e-catalogue di Lembaga Kebijakan

Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah dan

disalurkan dalam bentuk barang kepada penerima

Bantuan, PPK menandatangani kontrak pengadaan

barang dengan penyedia barang;

2. Pengadaan barang berpedoman pada Peraturan

Perundang-undangan yang mengatur mengenai

Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah;

3. Pengadaan barang termasuk pelaksanaan

penyaluran barang sampai dengan diterima oleh

penerima Bantuan Pemerintah;

13

4. Pencairan dana bantuan dilakukan secara langsung

dari rekening kas negara ke rekening penyedia

barang melalui mekanisme LS;

5. Pelaksanaan penyaluran bantuan dilaksanakan

oleh PPK atau penyedia barang dan/atau jasa

sesuai kontrak.

B. Hibah

Proses hibah bantuan motor fungsional POPT ke Dinas

Pertanian cq BPTPH dilakukan berdasarkan surat

Permohonan Hibah Barang Milik Negara berdasarkan

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Hal yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut :

Menandatangani/menyelesaikan Berita Acara

Serah Terima Barang (BASTB) dan Hibah

sesuai mekanisme yang berlaku.

Dinas Pertanian Provinsi / BPTPH

mengalokasikan Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah (APBD) eksploitasi dan

pemeliharaan motor fungsional POPT sesuai

dengan aturan yang berlaku, termasuk untuk

pembayaran pajak setiap tahun.

Mengelola kendaraan tersebut dengan tata

kelola Barang Milik Negara sesuai aturan yang

berlaku.

14

C. Penyaluran

Motor fungsional POPT di salurkan melalui Balai Proteksi

Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPTPH) pada Dinas

Pertanian yang membidangi Tanaman Pangan di Provinsi.

Alokasi tersebut ditetapkan berdasarkan Surat Kepala

Dinas Pertanian Provinsi. Titik bagi motor fungsional

POPT di BPTPH/Dinas Pertanian Provinsi setempat.

Selanjutnya oleh BPTPH/Dinas Pertanian Provinsi

didistribusikan kepada POPT melalui Laboratorium

Pengamatan Hama dan Penyakit (LPHP).

15

BAB IV

SPESIFIKASI

Motor fungsional POPT terdiri dari jenis sport/moped/bebek

dengan volume langkah/kapasitas silinder minimal 150 cc

dan matic dengan volume langkah/kapasitas silinder minimal

125 cc dengan tahun pembuatan minimal Tahun 2017

sehingga dapat menjangkau wilayah pengamatan.

Apabila memungkinkan pada motor tersebut terdapat stiker

yang bertuliskan " Kendaraan Operasional POPT-Ditjen

TP-Kementan" dengan logo Kementan yang dapat terlihat

dan terbaca dengan jelas.

Jenis motor sport/moped/bebek sebanyak 759 unit

diutamakan untuk POPT Pria, sedangkan jenis motor matic

sebanyak 284 unit diutamakan untuk POPT wanita, sehingga

total keseluruhannya sebanyak 1.043 unit.

Harga On The Road (OTR) motor fungsional POPT adalah

dengan nomor polisi wilayah BPTPH masing-masing dan

sudah termasuk biaya pengiriman hingga lokasi titik bagi

yaitu di Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura

(BPTPH)/Dinas Pertanian setempat.

16

BAB V

PERTANGGUNGJAWABAN, KETENTUAN

PERPAJAKAN DAN SANKSI

A. Pertanggungjawaban

Pertanggungjawaban proses penyelesaian dan

pemanfaatan Bantuan Pemerintah dalam bentuk

barang yaitu motor operasional bagi petugas POPT,

adalah dengan menyiapkan

1. Bukti serah terima barang kepada penerima /

Berita Acara Serah Terima Barang dari penyedia

barang kepada petugas penerima barang;

2. Petugas POPT pengguna motor operasional

ditetapkan dengan Surat Keputusan Kepala Dinas

Pertanian Provinsi yang membidangi tanaman

pangan.

B. Ketentuan Perpajakan

Ketentuan perpajakan dalam penggunaan barang

bantuan pemerintah Tahun Anggaran 2018

dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

C. Sanksi

Apabila dalam pelaksanaannya terdapat

penyalahgunaan motor tersebut dari peruntukannya

maka pejabat/petugas yang terkait akan dikenakan

sanksi sesuai dengan peraturan perundangan yang

17

berlaku dan Dinas Pertanian Provinsi akan

merealokasi motor tersebut sesuai dengan peruntukan

awal yaitu untuk operasional POPT.

D. Tititk Kritis

Hambatan yang diperkirakan dapat terjadi adalah;

1. Keterlambatan datangnya motor di titik bagi di

BPTPH Provinsi

2. Lambatnya proses penyelesaian BAST

3. Motor belum segera bisa digunakan karena Surat

Tanda Nomor Kendaraan (STNK) belum siap.

4. Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK) sudah

tersedia, tetapi Unit sepeda motor belum segera

bisa digunakan karena Dinas Pertanian Provinsi /

BPTPH/LPHP tidak menyediakan anggaran

operasional.

Solusi yang perlu dilakukan untuk mengatasi

perkiraan hambatan diatas adalah;

1. Mempercepat proses pengadaan dan kontrak

sekaligus di dalam dokumen kontrak dituangkan

hal sanksi kepada pihak penyedia apabila unit

motor terlambat sampai di titik bagi.

2. Mempercepat penunjukan petugas penerima

barang dan menginformasikan kedatangan unit

motor di titik bagi sehingga petugas penerima

barang dapat menyesuaikannya.

18

3. Melakukan koordinasi dengan pihak penyedia

barang untuk memastikan waktu yang diperlukan

untuk menyelesaikan dokumen STNK dimaksud.

4. Meminta Dinas Pertanian Provinsi untuk

menyediakan / mengalokasikan anggaran

operasional motor dimaksud pada tahun 2019 dan

seterusnya agar dapat dimanfaatkan sesegera

mungkin.

19

BAB VI

PENUTUP

Bantuan Pemerintah berupa motor fungsional POPT

diperuntukkan bagi POPT untuk mendukung

pelaksanaan tugasnya di lapangan. Dengan adanya

kendaraan tersebut diharapkan dapat mengatasi

permasalahan transportasi di lapangan terutama dalam

pengamanan areal pertanaman pangan dari gangguan

OPT/DPI. Selain itu, apabila terjadi ledakan atau

eksplosi serangan OPT, penanganan dapat dilakukan

lebih cepat.

Jumlah motor fungsional petugas POPT yang tahun ini

di alokasikan tentunya belum dapat memenuhi seluruh

kebutuhan POPT saat ini. Oleh karena itu, alokasi

bantuan kendaraan tersebut diprioritaskan untuk POPT

dengan jangkauan wilayah sangat luas dan sulit.

20

Lampiran

21

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des

1 Penentuan Tim Teknis , Tim Pemeriksa dan Penerima Barang

2 Penyiapan Petunjuk Teknis dan Kerangka Acuan Kegiatan (KAK)

3 Penyiapan Dokumen Pengadaan

4 Kontrak dan Pelaksanaan Kegiatan

5 Monitoring Hasil Pelaksanaan Kegiatan

6 Penyusunan Laporan Pelaksanaan

No Tahapan2018

Lampiran 1. Jadwal Pelaksanaan Motor Fungsional POPT TA. 2018 melalui e-catalogue

22

Lampiran 2. Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak (Dinas Pertanian Provinsi)

KOP DINAS PERTANIAN

PROVINSI

SURAT PERNYATAAN TANGGUNG JAWAB MUTLAK

Nomor :

Yang bertandatangan di bawah ini : Nama : Jabatan : Instansi : dengan ini menyatakan bahwa alokasi bantuan motor fungsional POPT Tahun 2018 yang diusulkan pada Surat Keputusan Nomor : .................. tanggal ................ sesuai dengan peruntukannya yaitu sebagai sarana operasional POPT di wilayah kerja masing-masing Laboratorium Pengamatan Hama dan Penyakit (LPHP). Apabila pernyataan ini tidak benar, maka kami bersedia bertangggung jawab serta memindah sesuai dengan peruntukannya.

Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya, untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

................., .... ............. 2018 Kepala

Dinas Pertanian .... Provinsi ......

............ NIP

23

Lampiran 3. Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak (BPTPH)

KOP

BPTPH / UPTD PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN

SURAT PERNYATAAN TANGGUNG JAWAB MUTLAK

Nomor :

Yang bertandatangan di bawah ini : Nama : Jabatan : Instansi : dengan ini menyatakan bahwa alokasi bantuan motor fungsional POPT Tahun 2018 yang diusulkan pada Surat Keputusan Dinas Pertanian … Provinsi ….. Nomor : .................. tanggal ................ sesuai dengan peruntukannya yaitu sebagai sarana operasional POPT di wilayah kerja masing-masing Laboratorium Pengamatan Hama dan Penyakit (LPHP). Apabila pernyataan ini tidak benar, maka kami bersedia bertangggung jawab serta memindah sesuai dengan peruntukannya.

Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya, untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

................., .... ............. 2018 Kepala BPTPH

Provinsi ......

............ NIP