PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TAHUN …pom.go.id/ppid/2016/juklak_anggaran2017.pdfPetunjuk...

142
BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TAHUN 2017

Transcript of PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TAHUN …pom.go.id/ppid/2016/juklak_anggaran2017.pdfPetunjuk...

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

PETUNJUK

PELAKSANAAN

ANGGARAN

TAHUN 2017

Lampiran

Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan

Nomor : HK.04.1.21.03.17.0870

Tanggal : 13 Maret 2017

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN

TAHUN ANGGARAN 2017

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

REPUBLIK INDONESIA

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 1

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .............................................................................................................................................. 1

BAB I PENDAHULUAN .......................................................... Error! Bookmark not defined.

A. LATAR BELAKANG ................................................... Error! Bookmark not defined.

B. MAKSUD DAN TUJUAN .......................................................................................................... 5

C. RUANG LINGKUP ..................................................................................................................... 5

BAB II PROGRAM, KEGIATAN, TARGET DAN INDIKATOR ................................................ 10

A. PROGRAM DAN KEGIATAN ............................................................................................... 10

B. TARGET KINERJA .................................................................................................................. 12

BAB III PENGORGANISASIAN PENGELOLA ANGGARAN .................................................... 14

A. TUGAS DAN TATA HUBUNGAN KERJA PENGELOLA ANGGARAN PUSAT DAN

DAERAH .................................................................................................................................... 15

B. PENATAUSAHAAN KAS BENDAHARA PENGELUARAN DAN BENDAHARA

PENGELUARAN PEMBANTU (BPP) ............................................................................... 20

C. LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN (LPJ) BENDAHARA DAN BENDAHARA

PENGELUARAN PEMBANTU ............................................................................................ 22

D. MEKANISME PENCAIRAN DANA DIPA ........................................................................ 23

BAB IV TATA CARA PENERIMAAN DAN PENGELUARAN ANGGARAN ......................... 32

A. PENERIMAAN ANGGARAN ............................................................................................... 32

B. PENGELUARAN ANGGARAN ........................................................................................... 38

BAB V KETENTUAN UMUM DALAM PENGELOLAAN ANGGARAN ................................. 45

A. PENATAUSAHAAN DAN PELAPORAN BUKU KAS UMUM (BKU) ...................... 45

B. PENGAWASAN PELAKSANAAN ANGGARAN ............................................................. 46

C. REVISI ANGGARAN .............................................................................................................. 46

D. PELAPORAN ............................................................................................................................ 69

BAB VI KETENTUAN KHUSUS DALAM PELAKSANAAN ANGGARAN ............................ 88

A. PENGELUARAN ANGGARAN ............................................................................................ 88

B. PERJALANAN DINAS............................................................................................................ 89

C. PESERTA TUGAS BELAJAR ............................................................................................. 103

D. HONORARIUM ...................................................................................................................... 106

BAB VII KETENTUAN KHUSUS PENGADAAN BARANG/JASA ........................................ 108

A. PENGADAAN BARANG DAN JASA ................................................................................ 108

B. UNIT LAYANAN PENGADAAN (ULP) .......................................................................... 110

C. LAYANAN PENGADAAN SECARA ELEKTRONIK (LPSE) ..................................... 115

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 2

BAB VIII PENUTUP ........................................................................................................................... 118

DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................................................... 119

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 120

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 3

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019

merupakan tahap ketiga dari pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka

Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025. Sebagai kelanjutan RPJMN tahap kedua,

RPJMN 2015-2019 ditujukan untuk lebih memantapkan pembangunan secara

menyeluruh di berbagai bidang dengan menekankan pada pencapaian daya

saing kompetitif perekonomian yang berlandaskan keunggulan sumber daya

alam, sumber daya manusia berkualitas serta kemampuan ilmu pengetahuan

dan teknologi yang terus meningkat.

Dalam rangka mendukung pencapaian program-program prioritas pemerintah

maka Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) sesuai kewenangan, tugas

dan fungsinya menyusun Rencana Strategis (Renstra) yang memuat visi, misi,

tujuan, strategi, kebijakan serta program dan kegiatan BPOM untuk periode

2015 – 2019. Renstra BPOM Tahun 2015 – 2019 disusun mengacu pada

Nawacita, arah kebijakan dan strategi pembangunan nasional yang tertuang

dalam Perpres Nomor 2 Tahun 2015 tentang RPJMN. BPOM sesuai dengan

tugas dan fungsinya sebagai lembaga pengawasan Obat dan Makanan dituntut

untuk dapat menjamin keamanan, mutu, manfaat/khasiat Obat dan Makanan

sesuai persyaratan yang telah ditetapkan. Untuk itu sebagai lembaga yang

bertanggungjawab dalam pengawasan Obat dan Makanan, maka sejalan

dengan visi dan misi pembangunan dalam RPJMN 2015 – 2019, maka BPOM

menetapkan visinya yaitu ”Obat dan Makanan Aman Meningkatkan

Kesehatan Masyarakat dan Daya Saing Bangsa”.

Untuk mewujudkan visi tersebut di atas, diperlukan tindakan nyata sesuai

dengan penguatan peran BPOM. Adapun misi yang akan dilaksanakan sesuai

dengan peran-peran BPOM untuk periode 2015-2019, adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan sistem pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko

untuk melindungi masyarakat;

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 4

2. Mendorong kemandirian pelaku usaha dalam memberikan jaminan

keamanan Obat dan Makanan serta memperkuat kemitraan dengan

pemangku kepentingan;

3. Meningkatkan kapasitas kelembagaan BPOM.

Sasaran strategis disusun berdasarkan visi dan misi yang ingin dicapai BPOM,

dengan mempertimbangkan tantangan masa depan dan sumber daya serta

infrastruktur yang dimiliki BPOM. Secara ringkas, Visi, Misi, Tujuan, Sasaran

Strategis dan Indikator Kinerja BPOM periode 2015 – 2019 dijabarkan dalam

Lampiran 1.

Stuktur Organisasi dan tata kerja BPOM disusun berdasarkan Keputusan

Kepala BPOM Nomor 02001/SK/KBPOM Tahun 2001 tentang Organisasi dan

Tata Kerja BPOM sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Kepala BPOM

Nomor HK.00.05.21.4231 Tahun 2004. BPOM mempunyai tugas melaksanakan

tugas pemerintahan di bidang pengawasan Obat dan Makanan sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan menjalankan

fungsi: 1) pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional di bidang

pengawasan Obat dan Makanan; 2) pelaksanaan kebijakan tertentu di bidang

pengawasan Obat dan Makanan; 3) koordinasi kegiatan fungsional dalam

pelaksanaan tugas BPOM; 4) pemantauan, pemberian bimbingan dan

pembinaan terhadap kegiatan instansi pemerintah di bidang pengawasan Obat

dan Makanan; 5) penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi

umum di bidang perencanaan umum, ketatausahaan, organisasi dan tata

laksana, kepegawaian, keuangan, kearsipan, persandian, perlengkapan dan

rumah tangga.

Khusus Organisasi dan Tata Kerja Balai Besar/Balai POM disusun berdasarkan

Peraturan Kepala BPOM Nomor 14 Tahun 2014, tentang Organisasi dan Tata

Kerja Unit Pelaksana Teknis (UPT) di Lingkungan BPOM dan mempunyai tugas

melaksanakan kebijakan di bidang pengawasan produk terapetik, narkotika,

psikotropika dan zat adiktif lain, obat tradisional, kosmetik, produk

komplemen, keamanan pangan dan bahan berbahaya dan menjalankan fungsi:

1) penyusunan rencana dan program pengawasan obat dan makanan; 2)

pelaksanaan pemeriksaan secara laboratorium, pengujian dan penilaian mutu

produk terapetik, narkotika, psikotropika, zat adiktif, obat tradisional,

kosmetik, produk komplemen, pangan dan bahan berbahaya; 3) pelaksanaan

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 5

pemeriksaan laboratorium, pengujian dan penilaian mutu produk secara

mikrobiologi; 4) pelaksanaan pemeriksaan setempat, pengambilan contoh dan

pemeriksaan sarana produksi dan distribusi; 5) investigasi dan penyidikan

pada kasus pelanggaran hukum; 6) pelaksanaan sertifikasi produk, sarana

produksi dan distribusi tertentu yang ditetapkan oleh Kepala BPOM; 7)

pelaksanaan kegiatan layanan informasi konsumen; 8) evaluasi dan

penyusunan laporan pengujian obat dan makanan; 9) pelaksanaan urusan tata

usaha dan kerumahtanggaan; 10) pelaksanaan tugas lain yang ditetapkan oleh

Kepala BPOM, sesuai dengan bidang tugasnya.

Untuk melaksanakan tugas dan fungsi tersebut, BPOM di Pusat mempunyai 4

(empat) unit kerja Eselon I dan 23 (dua puluh tiga) unit kerja Eselon II serta

unit kerja Eselon II dan III untuk 33 unit kerja Balai Besar/Balai POM di daerah.

Operasionalisasi kegiatan pengawasan obat dan makanan di daerah

dilaksanakan oleh 33 Balai Besar/Balai POM di 33 provinsi seluruh Indonesia.

Dalam upaya menyelaraskan pelaksanaan program dan kegiatan maka

ditetapkan Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan dan Anggaran BPOM TA 2017.

B. MAKSUD DAN TUJUAN

1. Maksud

Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) Anggaran Tahun 2017 di lingkungan BPOM

ini dimaksudkan sebagai pedoman pelaksanaan anggaran untuk membantu

para pengelola anggaran dalam melaksanakan Daftar Isian Pelaksanaan

Anggaran (DIPA) dan Petunjuk Operasional Kegiatan (POK) Tahun 2017.

2. Tujuan

Juklak ini bertujuan untuk memberikan petunjuk dan arahan dalam

pengelolaan anggaran yang benar agar pengelolaan anggaran dilakukan

secara transparan, akuntabel, tertib administrasi, efisien dan efektif

sehingga dapat mencegah terjadinya kesalahan dan atau penyimpangan

serta sebagai dasar pelaksanaan pengawasan melekat yang dilakukan

secara terus menerus.

C. RUANG LINGKUP

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 6

Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan dan Anggaran BPOM ini mengatur tentang

Pelaksanaan Kegiatan dan Anggaran Tahun 2017 dilengkapi dengan aturan dan

ketentuan tentang:

I. Program, Kegiatan, Target dan Indikator

II. Pengorganisasian Pengelola Anggaran

III. Tata Cara Penerimaan dan Pengeluaran Anggaran, termasuk Pengelolaan

PNBP dan Hibah;

IV. Ketentuan Umum dalam Pengelolaan Anggaran

V. Ketentuan Khusus dalam Pelaksanaan Anggaran

VI. Ketentuan Khusus Pengadaan Barang dan Jasa

Juklak ini juga mengatur pelaksanaan anggaran dalam DIPA dan POK seluruh

Satuan Kerja (Satker) di lingkungan BPOM.

DIPA adalah dokumen pelaksanaan anggaran yang disusun oleh Pengguna

Anggaran (PA)/Kuasa Pengguna Anggaran (KPA). Berlaku untuk 1 (satu) tahun

anggaran dan memuat informasi satuan-satuan terukur yang berfungsi sebagai

dasar pelaksanaan kegiatan bagi satker dan dasar pencairan dana/pengesahan

bagi Bendahara Umum Negara (BUN)/Kuasa BUN. Pagu dalam DIPA

merupakan batas pengeluaran tertinggi yang tidak boleh dilampaui dan

pelaksanaannya harus dapat dipertanggungjawabkan.

DIPA yang disusun oleh PA terdiri dari 2 jenis, yaitu :

a. DIPA Induk adalah akumulasi dari DIPA per Satker yang disusun oleh PA

menurut unit Eselon I dalam hal ini Kepala BPOM;

b. DIPA Petikan adalah DIPA per Satker yang dicetak secara otomatis melalui

sistem, yang berisi mengenai informasi kinerja, rincian pengeluaran,

rencana penarikan dana dan perkiraan penerimaan, dan catatan yang

berfungsi sebagai dasar dalam pelaksanaan kegiatan satker. DIPA Petikan

terdiri atas DIPA satker-satker yang berada dibawah unit Eselon I BPOM.

Sedangkan POK adalah dokumen yang dibuat oleh PA atau KPA yang berisi

petunjuk teknis pelaksanaan kegiatan dalam DIPA sebagai pengendali

operasional kegiatan. POK dipergunakan sebagai pengendali operasional

kegiatan untuk memperlancar pelaksanaan kegiatan sebagaimana tertuang

dalam DIPA Tahun 2017. POK 2017 sudah mengakomodir restrukturisasi

program dan anggaran, dimana Program melekat pada satu unit eselon I,

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 7

sedangkan Kegiatan dilaksanakan oleh unit eselon II, masing-masing Kegiatan

mempunyai output, setiap output dicapai melalui beberapa tahapan yang

disebut komponen, dan setiap komponen terdiri dari beberapa akun yang di

dalamnya terdapat beberapa detil.

Dokumen DIPA dan POK tersebut sebelumnya telah direview oleh Aparatur

Pengawas Internal Pemerintah (APIP) BPOM sesuai PMK Nomor

196/PMK.02/2015 tentang Petunjuk Penyusunan dan Penelahaan Rencana

Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga dan Daftar Isian

Pelaksanaan Anggaran.

DIPA Petikan/POK untuk 9 (sembilan) Satker di BPOM Pusat dan 33 (tiga

puluh tiga) Satker di Balai Besar/Balai POM Daerah pada TA 2017 yaitu :

NO DIPA PETIKAN/POK/

SATKER KEPALA SATKER

1 Sekretariat Utama Sekretaris Utama

2 Kedeputian I Bidang Pengawasan

Produk Terapetik dan NAPZA

Deputi I

3 Kedeputian II Bidang Pengawasan

Obat Tradisional,Kosmetik dan

Produk Komplemen

Deputi II

4 Kedeputian III Bidang

Pengawasan Keamanan Pangan

dan Bahan Berbahaya

Deputi III

5 Inspektorat BPOM Inspektur BPOM

6 Pusat Pengujian Obat dan

Makanan Nasional

Kepala Pusat Pengujian Obat dan

Makanan Nasional

7 Pusat Informasi Obat dan

Makanan

Kepala Pusat Informasi Obat dan

Makanan

8 Pusat Penyidikan Obat dan

Makanan

Kepala Pusat Penyidikan Obat dan

Makanan

9 Pusat Riset Obat dan Makanan Kepala Pusat Riset Obat dan

Makanan

10 Balai Besar POM di Jakarta Kepala Balai Besar POM Jakarta

11 Balai Besar POM di Bandung Kepala Balai Besar POM Bandung

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 8

NO DIPA PETIKAN/POK/

SATKER KEPALA SATKER

12 Balai Besar POM di Semarang Kepala Balai Besar POM Semarang

13 Balai Besar POM di Yogyakarta Kepala Balai Besar POM Yogyakarta

14 Balai Besar POM di Surabaya Kepala Balai Besar POM Surabaya

15 Balai Besar POM di Banda Aceh Kepala Balai Besar POM Banda Aceh

16 Balai Besar POM di Medan Kepala Balai Besar POM Medan

17 Balai Besar POM di Padang Kepala Balai Besar POM Padang

18 Balai Besar POM di Pekanbaru Kepala Balai Besar POM Pekanbaru

19 Balai POM di Jambi Kepala Balai POM Jambi

20 Balai Besar POM di Palembang Kepala Balai Besar POM Palembang

21 Balai Besar POM di Bandar

Lampung

Kepala Balai Besar POM Bandar

Lampung

22 Balai Besar POM di Pontianak Kepala Balai Besar POM Pontianak

23 Balai POM di Palangkaraya Kepala Balai POM Palangkaraya

24 Balai Besar POM di Banjarmasin Kepala Balai Besar POM

Banjarmasin

25 Balai Besar POM di Samarinda Kepala Balai Besar POM Samarinda

26 Balai Besar POM di Manado Kepala Balai Besar POMManado

27 Balai POMdi Palu Kepala Balai POM Palu

28 Balai Besar POM di Makassar Kepala Balai Besar Makassar

29 Balai POM di Kendari Kepala Balai POM Kendari

30 Balai POM di Ambon Kepala Balai POM Ambon

31 Balai Besar POM di Denpasar Kepala Balai Besar POMDenpasar

32 Balai Besar POM di Mataram Kepala Balai Besar POM Mataram

33 Balai POM di Kupang Kepala Balai POM Kupang

34 Balai Besar POM di Jayapura Kepala Balai Besar POM Jayapura

35 Balai POM di Bengkulu Kepala Balai POM Bengkulu

36 Balai POM di Serang Kepala Balai POM Serang

37 Balai POM di Batam Kepala Balai POM Batam

38 Balai POM di Pangkalpinang Kepala Balai POM di Pangkalpinang

39 Balai POM di Gorontalo Kepala Balai POM Gorontalo

40 Balai POM di Manokwari Kepala Balai POM Manokwari

41 Balai POM di Sofifi Kepala Balai POM Sofifi

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 9

NO DIPA PETIKAN/POK/

SATKER KEPALA SATKER

42 Balai POM di Mamuju Kepala Balai POM Mamuju

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 10

BAB II

PROGRAM, KEGIATAN, TARGET DAN INDIKATOR

A. PROGRAM DAN KEGIATAN

Untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi sebagai lembaga pengawasan

Obat dan Makanan, BPOM menetapkan program-programnya sesuai RPJMN

periode 2015-2019, yaitu program utama (teknis) dan program pendukung

(generik), sebagai berikut:

a. Program Teknis

Program Pengawasan Obat dan Makanan

Program ini dimaksudkan untuk melaksanakan tugas-tugas utama BPOM

dalam menghasilkan standardisasi dalam pemenuhan mutu, keamanan dan

manfaat Obat dan Makanan melalui serangkaian kegiatan penetapan

standar pengawasan, penilaian Obat dan Makanan sesuai standar,

pengawasan terhadap sarana produksi, pengawasan terhadap sarana

distribusi, sampling dan pengujian Obat dan Makanan beredar, penegakan

hukum, serta pembinaan dan bimbingan kepada pemangku kepentingan.

b. Program Generik

1) Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis lainnya

BPOM.

2) Program Peningkatan Sarana dan Prasarana BPOM.

Sehingga untuk pelaksanaan Anggaran Tahun 2017, BPOM mempunyai tiga

program yaitu Program Pengawasan Obat dan Makanan, Program Dukungan

Manajemen dan Pelaksanaan Teknis Lainnya BPOM dan Program Peningkatan

Sarana dan Prasarana Aparatur BPOM.

Selanjutnya, program-program tersebut dijabarkan dalam kegiatan-kegiatan

prioritas BPOM yang tersebar dalam beberapa unit Eselon II/Unit Mandiri

sebagai berikut:

a. Kegiatan-kegiatan utama untuk melaksanakan Pengawasan Obat dan

Makanan

1) Pengawasan Obat dan Makanan di 33 Balai Besar/Balai POM;

2) Inspeksi dan Sertifikasi Obat Tradisional, Kosmetik dan Suplemen

Kesehatan;

3) Inspeksi dan Sertifikasi Pangan;

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 11

4) Pengembangan Obat Asli Indonesia;

5) Pengawasan Distribusi Obat;

6) Pengawasan Narkotika, Psikotropika, Prekursor dan Zat Adiktif;

7) Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya;

8) Pengawasan Produksi Obat;

9) Penilaian Pangan Olahan;

10) Penilaian Obat;

11) Penilaian Obat Tradisional, Suplemen Kesehatan dan Kosmetik;

12) Penyusunan Standard Obat Tradisional, Kosmetik dan Suplemen

Kesehatan;

13) Penyusunan Standard Pangan;

14) Penyusunan Standard Obat;

15) Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan;

16) Pemeriksaan Secara Laboratorium, Pengujian dan Penilaian Keamanan,

Manfaat dan Mutu Obat dan Makanan serta Pembinaan Laboratorium

POM;

17) Investigasi Awal dan Penyidikan terhadap Pelanggaran Bidang Obat

dan Makanan;

18) Riset Keamanan, Khasiat dan Mutu Obat dan Makanan.

b. Kegiatan untuk melaksanakan kedua program generik (pendukung):

1) Koordinasi Kegiatan Penyusunan Rancangan Peraturan Perundang-

Undangan, Bantuan Hukum, Layanan Pengaduan Konsumen dan

Hubungan Masyarakat;

2) Peningkatan Penyelenggaraan Hubungan dan Kerjasama Luar Negeri

BPOM;

3) Koordinasi Perumusan Renstra dan Pengembangan Organisasi,

Penyusunan Program dan Anggaran, Keuangan serta Evaluasi dan

Pelaporan;

4) Peningkatan Kapasitas dan Kapabilitas SDM Aparatur BPOM;

5) Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur BPOM;

6) Pelayanan Informasi Obat dan Makanan, Informasi Keracunan dan

Teknologi Informasi;

7) Peningkatan Sarana dan Prasaran Aparatur BPOM;

8) Pengadaan, Pemeliharaan dan Pembinaan Pengelolaan, serta

Peningkatan Sarana dan Prasarana Penunjang Aparatur BPOM;

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 12

Untuk melaksanakan program dan kegiatan tersebut dalam TA 2017 BPOM

mendapat alokasi dana sejumlahRp. 1.796.783.895.000,- (satu trilyun tujuh

ratus sembilan puluh enam milyar tujuh ratus delapan puluh tiga juta delapan

ratus sembilan puluh lima ribu rupiah), yang tersebar di 3 (tiga) program.

B. TARGET KINERJA

Sebagaimana sasaran strategis BPOM sesuai dengan tujuan yang telah

ditetapkan, maka target sesuai dengan indikator masing-masing sasaran

strategis adalah sebagai berikut :

Sasaran Strategis Indikator

Menguatnya Sistem Pengawasan

Obat dan Makanan

Persentase obat yang memenuhi

syarat

Persentase Obat Tradisional yang

memenuhi syarat

Persentase kosmetik yang memenuhi

syarat

Persentase suplemen makanan yang

memenuhi syarat

Persentase makanan yang memenuhi

syarat

Meningkatnya kemandirian pelaku

usaha, kemitraan dengan

pemangku kepentingan dan

partisipasi masyarakat

Jumlah industri farmasi yang

meningkat tingkat kemandiriannya

Jumlah pelaku usaha Industri Obat

Tradisional (IOT) yang memiliki

sertifikat CPOTB

Jumlah industri kosmetika yang

mandiri dalam pemenuhan ketentuan

Persentase industri pangan olahan

yang mandiri dalam rangka menjamin

keamanan pangan

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 13

Sasaran Strategis Indikator

Peningkatan indeks kesadaran

masyarakat

Jumlah kerjasama yang

diimplementasikan

Meningkatnya kualitas kapasitas

kelembagaan BPOM

Capaian pelaksanaan RB di BPOM

Opini Laporan Keuangan BPOM dari

BPK

Nilai SAKIP BPOM dari MenPAN

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 14

BAB III

PENGORGANISASIAN PENGELOLA ANGGARAN

Secara umum penerapan anggaran berbasis kinerja di Indonesia didasarkan atas

ketentuan perundang-undangan yang berlaku, yaitu Peraturan Pemerintah (PP)

Nomor 20 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah dan PP Nomor 90 Tahun

2010 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian

Negara/Lembaga, PMK Nomor 196/PMK.02/2015 tentang Petunjuk Penyusunan

dan Penelahaan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga dan

Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran serta PMK Nomor 190/PMK.05/2012 tentang

Tata Cara Pembayaran Dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara.

Pimpinan Lembaga selaku PA menguasai bagian anggaran dan mempunyai

kewenangan atas penggunaan anggaran di lingkungan Lembaga yang dipimpinnya.

Pimpinan Lembaga yaitu Kepala BPOM sebagai PA bertanggung jawab atas

pengelolaan anggaran pada BPOM.

Pada awal tahun anggaran dalam rangka pengelolaan dan/atau pelaksanaan

anggaran, Kepala BPOM sebagai PA menetapkan Kepala Satker sebagai Kuasa

Pengguna Anggaran/Pengguna Barang (KPA/KPB). Untuk satker yang dipimpin oleh

eselon I/setingkat eselon I, PA dapat menunjuk pejabat lain selain Kepala Satker

untuk menjadi KPA. Dalam hal tidak terdapat perubahan pejabat yang ditunjuk

sebagai KPA pada saat pergantian periode tahun anggaran, penunjukan KPA tahun

anggaran yang lalu masih tetap berlaku.

Penetapan Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dan Pejabat Penandatanganan Surat

Perintah Membayar (PPSPM) dilimpahkan kepada KPA pada satker masing-masing.

KPA menetapkan PPK dan/atau PPSPM dengan Surat Keputusan dan berlaku sejak

serah terima jabatan. Apabila tidak ada perubahan pejabat yang ditetapkan sebagai

PPK dan/atau PPSPM pada saat pergantian periode tahun anggaran, penetapan PPK

dan/atau PPSPM tahun anggaran yang lalu masih tetap berlaku. Sedangkan bila

terjadi perubahan dan dalam hal PPK dan/atau PPSPM dipindah tugaskan/pensiun/

diberhentikan dari jabatannya/berhalangan sementara, KPA menetapkan PPK

dan/atau PPSPM pengganti dengan Surat Keputusan dan berlaku sejak serah terima

jabatan. Jika terjadi pergantian PPK dan/atau PPSPM, PA menyampaikan

pemberitahuan kepada pejabat yang bersangkutan dan Kepala Kantor Pelayanan

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 15

Perbendaharaan Negara (KPPN) selaku kuasa BUN dengan melampirkan spesimen

tanda tangandan Surat Keputusan (SK) Penetapan.

Bendahara Pengeluaran dan/atau Bendahara Pengeluaran Pembantu (BPP)

ditetapkan oleh Kepala Satker dengan Surat Keputusan dan berlaku sejak serah

terima jabatan. Apabila tidak ada perubahan pejabat yang ditetapkan sebagai

Bendahara Pengeluaran dan/atau BPP pada saat pergantian periode tahun

anggaran, penetapan Bendahara Pengeluaran dan/atau BPP tahun anggaran yang

lalu masih tetap berlaku. Sedangkan bila terjadi perubahan dan dalam hal

Bendahara Pengeluaran dan/atau BPP dipindah tugaskan/pensiun/diberhentikan

dari jabatannya/berhalangan sementara, Kepala Satker menetapkan Bendahara

Pengeluaran dan/atau BPP pengganti dengan Surat Keputusan dan berlaku sejak

serah terima jabatan. Kepala Satker menyampaikan pemberitahuan kepada PPK,

PPSPM, dan Kepala Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) selaku kuasa

BUN dengan melampirkan surat keputusan penetapan dan spesimen tanda tangan.

A. TUGAS DAN TATA HUBUNGAN KERJA PENGELOLA ANGGARAN PUSAT DAN

DAERAH

1. Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)

KPA adalah Kepala Satker. PA dapat menunjuk Pejabat lain satu tingkat

dibawah Kepala Satker sebagai KPA dalam hal Satker dipimpin pejabat

Eselon I atau setingkat Eselon I.

Tugas dan tanggung jawab KPA adalah sebagai berikut :

a. menyusun DIPA;

b. menetapkan PPK untuk melakukan tindakan yang mengakibatkan

pengeluaran anggaran belanja Negara;

c. menetapkan PPSPM untuk melakukan pengujian tagihan dan

menerbitkan SPM atas beban anggaran belanja Negara;

d. menetapkan panitia/pejabat yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan

dan pengelola anggaran/keuangan;

e. menetapkan rencana pelaksanaan kegiatan dan rencana penarikan dana,

serta menyusun Rencana Umum Pengadaan di awal tahun anggaran;

f. memberikan supervisi dan konsultasi dalam pelaksanaan kegiatan dan

penarikan dana;

g. mengawasi penatausahaan dokumen dan transaksi yang berkaitan

dengan pelaksanaan kegiatan dan anggaran; dan

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 16

h. menyusun laporan keuangan dan kinerja atas pelaksanaan anggaran

sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

2. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)

Berdasarkan pertimbangan beban kerja Satker, PPK dapat ditunjuk lebih

dari satu orang. PPK diwajibkan mempunyai Sertifikat Keahlian Pengadaan

Barang/Jasa. PPK tidak dapat merangkap sebagai PPSPM, Kelompok Kerja

Unit Layanan Pengadaan (Pokja ULP), Bendahara Pengeluaran.

PPK memiliki tugas dan wewenang:

a. menyusun rencana pelaksanaan kegiatan dan rencana penarikan dana

berdasarkan DIPA;

b. menerbitkan Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa;

c. membuat, menandatangani dan melaksanakan perjanjian/kontrak

dengan Penyedia Barang/Jasa;

d. melaksanakan kegiatan swakelola;

e. memberitahukan kepada Kuasa BUN atas perjanjian/kontrak yang

dilakukannya;

f. mengendalikan pelaksanaan perjanjian/kontrak;

g. menguji dan menandatangani surat bukti mengenai hak tagih kepada

negara;

h. membuat dan menandatangani Surat Permintaan Pembayaran (SPP);

i. melaporkan pelaksanaan/penyelesaian kegiatan kepada KPA;

j. menyerahkan hasil pekerjaan pelaksanaan kegiatan kepada KPA dengan

Berita Acara Penyerahan;

k. menyimpan dan menjaga keutuhan seluruh dokumen pelaksanaan

kegiatan; dan

l. melaksanakan tugas dan wewenang lainnya yang berkaitan dengan

tindakan yang mengakibatkan pengeluaran anggaran belanja negara

sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

3. Pejabat Penanda Tangan Surat Perintah Membayar (PPSPM)

PPSPM melaksanakan kewenangan KPA untuk melakukan pengujian atas

tagihan dan menerbitkan Surat Perintah Membayar (SPM). PPSPM

ditetapkan satu orang untuk satu satker. Penetapan PPSPM tidak terikat

periode tahun anggaran. Jabatan PPSPM tidak boleh dirangkap oleh PPK

dan bendahara. PPSPM memiliki tugas dan wewenang sebagai berikut :

a. menguji kebenaran SPP beserta dokumen pendukung :

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 17

• kelengkapan dokumen pendukung SPP;

• kesesuaian penanda tangan SPP dengan spesimen tanda tangan PPK;

• kebenaran pengisian format SPP;

• kesesuaian kode Bagan Akun Standar (BAS) pada SPP dengan

DIPA/POK/Rencana Kerja Anggaran Satker;

• ketersediaan pagu sesuai BAS pada SPP dengan DIPA/POK/Rencana

Kerja Anggaran Satker;

• kebenaran formal dokumen/surat keputusan yang menjadi

persyaratan/kelengkapan pembayaran belanja pegawai;

• kebenaran formal dokumen/surat bukti yang menjadi

persyaratan/kelengkapan sehubungan dengan pengadaan

barang/jasa;

• kebenaran pihak yang berhak menerima pembayaran pada SPP

sehubungan dengan perjanjian/kontrak/surat keputusan;

• kebenaran perhitungan tagihan serta kewajiban di bidang perpajakan

dari pihak yang mempunyai hak tagih;

• kepastian telah terpenuhinya kewajiban pembayaran kepada negara

oleh pihak yang mempunyai hak tagih kepada negara; dan

• kesesuaian prestasi pekerjaan dengan ketentuan pembayaran dalam

perjanjian/kontrak.

b. menolak dan mengembalikan SPP, apabila SPP tidak memenuhi

persyaratan untuk dibayarkan;

c. membebankan tagihan pada mata anggaran yang telah disediakan;

d. menerbitkan SPM;

e. menyimpan dan menjaga keutuhan seluruh dokumen hak tagih;

f. melaporkan pelaksanaan pengujian dan perintah pembayaran kepada

KPA; dan

g. melaksanakan tugas dan wewenang lainnya yang berkaitan dengan

pelaksanaan pengujian dan perintah pembayaran

4. Bendahara

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 18

Perbendaharaan dikelola berdasarkan PMK Nomor 162 /PMK.05/2013

Tentang Kedudukan dan tanggung jawab bendahara pada satker pengelola

anggaran pendapatan dan belanja negara.

1) Bendahara Pengeluaran

Bendahara Pengeluaran adalah orang yang ditunjuk untuk menerima,

menyimpan, membayarkan, menatausahakan, dan

mempertanggungjawabkan uang untuk keperluan belanja negara dalam

rangka pelaksanaan APBN pada kantor/satker Kementerian

Negara/Lembaga.

Bendahara Pengeluaran wajib menyelenggarakan pembukuan terhadap

seluruh penerimaan dan pengeluaran meliputi seluruh transaksi dalam

rangka pelaksanaan anggaran belanja satker yang berada dibawah

pengelolaannya;

Dalam rangka menyelenggarakan pembukuan, Bendahara Pengeluaran

wajib menyelenggarakan pembukuan dalam Buku Kas Umum (BKU),

buku-buku pembantu, dan Buku Pengawasan Anggaran.

Pembukuan bendahara dilakukan dengan aplikasi yang dibuat dan

dibangun oleh Kementerian Keuangan cq Direktorat Jenderal

Perbendaharaan. Jika bendahara tidak dapat melakukan pembukuan

menggunakan aplikasi tersebut maka bendahara dapat melakukan

pembukuan secara manual baik dengan tulis tangan atau dengan

komputer. Bendahara Pengeluaran dalam pengelolaan Uang

Persediaandapat dibantu oleh seseorang atau beberapa orang Bendahara

Pengeluaran Pembantu (BPP) yang ditunjuk oleh Kepala Satker.

Bendahara pengeluaran tidak dapat dirangkap oleh KPA, PPK, PPSPM

dan Pokja ULP.

Pelaksanaan tugas kebendaharaan Bendahara Pengeluaran meliputi:

a. menerima, menyimpan, menatausahakan, dan membukukan

uang/surat berharga dalam pengelolaannya;

b. melakukan pengujian dan pembayaran berdasarkan perintah

PPKyang tertuang dalam Surat Perintah Bayar (SPBy);

c. menolak perintah pembayaran apabila tidak memenuhi persyaratan

untuk dibayarkan;

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 19

d. melakukan pemotongan/pemungutan penerimaan negara dari

pembayaran yang dilakukannya (pajak);

e. menyetorkan pemotongan/pemungutan kewajiban kepada negara ke

kas negara (pajak);

f. mengelola rekening tempat penyimpanan Uang Persediaan (UP); dan

g. menyampaikan Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) kepada Kepala

KPPN selaku kuasa BUN.

2) Bendahara Pengeluaran Pembantu (BPP)

BPP pada masing-masing unit kerja bertugas membantu Bendahara

Pengeluaran dan bertanggungjawab kepada Bendahara Pengeluaran

tersebut. BPP bertanggung jawab secara pribadi atas seluruh uang di atas

pembayaran yang dilaksanakan.BPP dapat ditunjuk lebih dari 1 (satu)

orang sesuai kebutuhan.

Pelaksanaan tugas kebendaharaan BPP meliputi:

a. menerima dan menyimpan UP;

b. melakukan pengujian dan pembayaran atas tagihan yang dananya

bersumber dari UP;

c. melakukan pembayaran yang dananya bersumber dari UP

berdasarkan perintah PPK;

d. menolak perintah pembayaran apabila tidak memenuhi persyaratan

untuk dibayarkan;

e. melakukan pemotongan/pemungutan dari pembayaran yang

dilakukannya atas kewajiban kepada negara(pajak);

f. menyetorkan pengembalian belanja ke kas negara dengan

menggunakan aplikasi SIMPONI;

g. menatausahakan transaksi UP;

h. menyelenggarakan pembukuan transaksi UP

3) Bendahara Penerimaan

Bendahara Penerimaan adalah orang yang ditunjuk untuk menerima,

menyimpan, menyetorkan, menatausahakan dan

mempertanggungjawabkan uang pendapatan negara dalam rangka

pelaksanaan APBN pada kantor/satker Kementerian Negara/Lembaga.

Sesuai Surat Edaran Kepala BPOM Nomor KU.06.02.213.00224 tanggal

15 Januari 2002, BPOM memiliki kewajiban menyetor PNBP, untuk

penerimaan PNBP yang sudah diatur dalam PP Nomor 48 Tahun 2010

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 20

disetor melalui rekening BPOM dan penerimaan PNBP yang berlaku

umum wajib menyetorkannya langsung ke Kas Negara, penyetoran PNBP

ke Kas Negara harus menggunakan formulir SSBP.

Surat Setoran Bukan Pajak (SSBP)/Surat Setoran Pengembalian Belanja

(SSPB)/Surat Setoran Pajak (SSP) yang dinyatakan sah adalah

SSBP/SSPB/SSP yang telah mendapat Nomor Transaksi Penerimaan

Negara (NTPN) dan Nomor Transaksi Bank (NTB)/Nomor Transaksi Pos

(NTP)/Nomor Penerimaan Potongan (NPP).

Bendahara Penerimaan Satker yang mempunyai PNBP baik pusat dan

daerah berkewajiban menyampaikan laporan realisasi penerimaan PNBP

kepada Bagian Keuangan.

Tugas Bendahara Penerimaan meliputi antara lain :

a. Menerima dan menyimpan uang Pendapatan Negara;

b. Menyetorkan uang Pendapatan Negara ke rekening Kas Negara secara

periodik sesuai ketentuan Peraturan Perundang-undangan dengan

menggunakan aplikasi SIMPONI;

c. Menatausahakan transaksi uang Pendapatan Negara di lingkungan

Kementerian/Lembaga/Satker;

d. Menyelenggarakan pembukuan transaksi uang Pendapatan Negara;

e. Mengelola rekening tempat penyimpanan uang Pendapatan Negara;

dan

f. Menyampaikan laporan pertanggungjawaban bendahara kepada

Badan Pemeriksa Keuangan dan Kuasa BUN.

Struktur Pengelolaan Anggaran BPOM TA. 2017 sebagaimana terdapat

dalam Lampiran 2. Struktur Pengelolaan Anggaran.

B. PENATAUSAHAAN KAS BENDAHARA PENGELUARAN DAN BENDAHARA

PENGELUARAN PEMBANTU (BPP)

Pada setiap akhir hari kerja, uang tunai yang berasal dari UP/TUP yang ada

pada Kas Bendahara Pengeluaran/BPP paling banyak sebesar Rp.50.000.000,-

(lima puluh juta rupiah) jika lebih dari Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah)

harus dibuat Berita Acara Keadaan Kas yang ditandatangani KPA/PPK atas

nama KPA dan Bendahara Pengeluaran/BPP sesuai PMK Nomor

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 21

162/PMK.05/2013 tentang Kedudukan Dan Tanggung Jawab Bendahara

Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara Pada Pengelola.

Sehubungan dengan fungsi BPP selaku perpanjangan tangan dari Bendahara

Pengeluaran, penyaluran dana kepada BPP (baik yang bersumber dari UP

maupun SPM-LS Bendahara) pada dasarnya belum merupakan

belanja/pengeluaran kas bagi Bendahara Pengeluaran. Dengan demikian, kas

pada BPP masih merupakan uang yang harus dipertanggung jawabkan oleh

Bendahara Pengeluaran.

Berikut tata cara pembukuan Bendahara Pengeluaran dan Bendahara

Pengeluaran Pembantu :

1. Pembukuan Bendahara Pengeluaran

a. Setiap transaksi penerimaan dan pengeluaran harus segera dicatat dalam

Buku Kas Umum sebelum dibukukan dalam buku-buku

pembantu/register-register dan buku pengawasan anggaran. Buku

Pembantu terdiri dari Buku Pembantu Kas Tunai, Buku Pembantu Kas,

Buku Pembantu Kas Bank, Buku Pembantu BPP, Buku Pembantu UP,

Buku Pembantu Uang Muka, Buku Pembantu Pajak, Buku Pembantu LS-

Bendahara, Buku Pembantu Lain-lain. Pembukuan Bendahara dapat

dilakukan dengan aplikasi yang dibuat dan dibangun oleh Kementerian

Keuangan cq. Direktorat Jenderal Perbendaharaan.

b. Dokumen sumber pembukuan bendahara yang harus dicatat dalam Buku

Kas Umum, antara lain:

1. yang dinyatakan sah (sebagai bukti pembukuan penerimaan

bendahara); Kuitansi/dokumen pembayaran terkait tagihan (sebagai

bukti pembukuan pengeluaran bendahara);

2. Faktur pajak, bukti potongan atas pembayaran yang dilakukan oleh

bendahara (sebagai bukti pembukuan penerimaan bendahara);

3. SSP/SSBP/SSPB yang dinyatakan sah (sebagai bukti pembukuan

pengeluaran bendahara);

c. Dokumen sumber pembukuan bendahara dalam BKU dibukukan sebesar

nilai bruto. Nilai bruto tersebut berfungsi sebagai pengurang kredit

anggaran untuk mata anggaran berkenaan dalam Buku Pengawasan

Anggaran.

d. Dokumen sumber pembukuan bendahara pada BKU, berfungsi sebagai

pengesahan atas kuitansi/dokumen pembayaran sebagaimana dimaksud

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 22

pada poin (2) huruf b. dibukukan sebesar nilai bruto. Nilai bruto tersebut

berfungsi sebagai pengurang kredit anggaran untuk mata anggaran

berkenaan dan sekaligus sebagai pengesahan atas belanja.

2. Pembukuan Bendahara Pengeluaran Pembantu

BPP melakukan pembukuan atas transaksi yang dilakukannya dan

mempertanggungjawabkannya kepada Bendahara Pengeluaran dalam

bentuk LPJ-BPP. Selanjutnya dalam kaitannya dengan penyaluran dana

kepada BPP, LPJ-BPP menjadi dokumen sumber pembukuan bagi

Bendahara Pengeluaran.

Buku Pembantu pada BPP meliputi : Buku Pembantu BPP, Buku Pembantu

UP, Buku Pembantu Kas, Buku Pembantu Kas Tunai, Buku Pembantu Bank

(jika BPP mempunyai rekening bank), Buku Pembantu LS Bendahara, Buku

Pembantu Pajak. Pembukuan Bendahara Pembantu dapat dilakukan dengan

aplikasi yang dibuat dan dibangun oleh Kementerian Keuangan cq.

Direktorat Jenderal Perbendaharaan.

Tata cara pembukuan Bendahara Pengeluaran, Bendahara Penerimaan dan

BPP dilakukan sesuai dengan Perdirjen Perbendaharaan Nomor PER-

3/PB/2014 tentang Petunjuk Teknis Penatausahaan, Pembukuan, dan

Pertanggungjawaban Bendahara pada Pengelola Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara serta Verifikasi Laporan Pertanggungjawaban Bendahara.

C. LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN (LPJ) BENDAHARA DAN BENDAHARA

PENGELUARAN PEMBANTU

Laporan pertanggungjawaban Bendahara, yang selanjutnya disingkat LPJ,

adalah laporan yang dibuat oleh bendahara Penerimaan/Pengeluaran atas

uang/surat berharga yang dikelolanya sebagai pertanggungjawaban

pengelolaan uang. LPJ Bendahara tersebut disampaikan kepada KPPN paling

lambat tanggal 10 (sepuluh) bulan berikutnya dengan melampirkan :

1. Berita Acara Pemeriksaan Kas dan Rekonsiliasi

2. Salinan Rekening Koran

3. Daftar Saldo Rekening

4. Daftar Hasil Konfirmasi Surat Setoran Penerimaan Negara

5. Neraca Tingkat Satker

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 23

Laporan Pertanggungjawaban BPP yang selanjutnya disingkat LPJ-BPP, adalah

laporan yang dibuat oleh BPP atas uang yang dikelolanya sebagai

pertanggungjawaban pengelolaan uang. LPJ-BPP disampaikan kepada

Bendahara Pengeluaran setiap melakukan revolving GUP.

Bendahara Penerimaan dan Bendahara Pengeluaran wajib menyusun LPJ secara

bulanan atas uang yang dikelolanya yang menyajikan informasi sebagai berikut:

a) keadaan pembukuan pada bulan pelaporan, meliputi saldo awal,

penambahan, penggunaan, dan saldo akhir dari buku-buku pembantu dari

BKU, buku-buku pembantu dan Buku Pengawasan Anggaran;

b) keadaan kas pada akhir bulan pelaporan, meliputi uang tunai dibrankas dan

saldo di rekening bank/pos;

c) hasil rekonsilisasi internal (antara pembukuan bendahara dengan UAKPA);

d) penjelasan atas selisih (jika ada), antara saldo buku dan saldo kas.

D. MEKANISME PENCAIRAN DANA DIPA

Pencairan Dana DIPA pada awal tahun anggaran dapat dilakukan jika telah

melakukan hal – hal sebagai berikut :

1. Menyelesaikan pertanggungjawaban Ganti Uang Persediaan (GUP)/TUP

NIHIL tahun anggaran sebelumnya.

2. Menyerahkan dan melakukan rekonsiliasi LPJ Bendahara Pengeluaran

Kepada KPPN.

3. Melakukan rekonsiliasi Sistem Akuntansi Instansi Berbasis Akrual (SAIBA)

dengan KPPN menggunakan aplikasi e-rekon.

4. Mengajukan spesimen tanda tangan KPA, PPK, PPSPM, Bendahara

Pengeluaran dan pengantar SPM/pengambil SP2D jika ada pergantian

pejabat tersebut.

Apabila tahapan-tahapan diatas belum diselesaikan maka pencairan dana DIPA

belum dapat dilakukan kecuali untuk pembayaran belanja pegawai (gaji bulan

Januari). Sedangkan mekanisme pencairan dana dalam DIPA dapat dilakukan

melalui :

✓ pembayaran langsung (LS) Bendahara Pengeluaran/pihak lainnya¸ untuk

keperluan belanja pegawai non gaji induk, pembayaran honorarium dan

perjalanan dinas;

✓ Pembayaran Langsung ( LS ) pihak ketiga, untuk pembayaran kepada

penyedia barang/jasa;

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 24

✓ Pembayaran melalui UP/TUP

1. Pengajuan Surat Permintaan Pembayaran ( SPP )

PPK mengesahkan dokumen tagihan dan menerbitkan SPP atas dasar

tagihan yang diajukan dari penerima hak berdasarkan bukti-bukti yang sah

untuk memperoleh pembayaran terhadap pelaksanaan kegiatan dengan

kelengkapan sebagaimana ditetapkan sesuai peraturan yang berlaku.

Penerbitan SPP didasarkan atas bukti-bukti yang sah, sebagai berikut :

1) SPP LS kepada penyedia barang/jasa, dilaksanakan berdasarkan bukti-

bukti yang sah, meliputi :

a. Bukti Perjanjian/kontrak;

b. Referensi bank yang menunjukan nama dan nomor rekening penyedia

barang/jasa;

c. Berita Acara Penyelesaian Pekerjaan;

d. Berita Acara Serah Terima Pekerjaan/Barang;

e. Berita Acara Pembayaran;

f. Bukti penyelesaian pekerjaan lainnya sesuai ketentuan;

g. Kuitansi yang telah ditandatangani oleh penyedia dan PPK, yang

dibuat sesuai format sebagaimana tercantum pada lampiran III PMK

Nomor 190/PMK.05/2012;

h. Faktur pajak beserta SSP yang telah ditandatangan wajib pajak/

bendahara pengeluaran;

i. Jaminan yang dikeluarkan oleh bank/lembaga keuangan lainnya, yang

dipersyaratkan dalam ketentuan peraturan pengadaan barang/jasa;

j. Dokumen lain yang dipersyaratkan khususnya untuk

perjanjian/kontrak yang dananya sebagian atau seluruhnya

bersumber dari pinjaman atau hibah dalam/luar negeri bersangkutan.

2) SPP LS untuk pembayaran gaji dilengkapi dengan :

a. Daftar gaji, rekapitulasi daftar gaji, dan halaman luar daftar gaji,

berikut ADK-nya yang ditandatangani oleh Petugas Pengelolaan

Administrasi Belanja Pegawai (PPABP), Bendahara Pengeluaran, dan

KPA/PPK;

b. Daftar perubahan data pegawai berikut ADK nya yang ditandatangani

PPABP;

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 25

c. Daftar penerimaan gaji bersih pegawai untuk pembayaran gaji yang

dilaksanakan secara langsung pada rekening masing-masing pegawai;

d. Copy dokumen pendukung perubahan data pegawai yang telah

dilegalisir oleh pejabat yang berwenang;

e. ADK terkait dengan perubahan data pegawai;

f. ADK perhitungan pembayaran Belanja Pegawai sesuai perubahan data

pegawai;

g. Surat Setoran Pajak Penghasilan (SSP PPh) pasal 21.

3) SPP LS untuk pembayaran Uang Lembur, dilengkapi dengan :

a. Daftar pembayaran perhitungan lembur dan rekapitulasi daftar

perhitungan lembur yang ditandatangani oleh PPABP, Bendahara

Pengeluaran, dan KPA/PPK;

b. Surat perintah kerja lembur;

c. Daftar hadir kerja selama 1 (satu) bulan;

d. Daftar hadir lembur; dan

e. SSP PPh pasal 21.

4) SPP LS untuk pembayaran uang makan dilengkapi dengan :

a. Daftar perhitungan uang makan yang ditandatangani oleh PPABP,

Bendahara Pengeluaran, dan KPA/PPK; dan

b. SSP PPh pasal 21.

5) SPP LS untuk pembayaran honorarium tetap / vakasi dilengkapi dengan:

a. Daftar perhitungan honorarium/vakasi yang ditandatangani oleh

PPABP, Bendahara Pengeluaran, dan KPA/PPK;

b. SK dari Pejabat yang berwenang;

c. SSP PPh pasal 21 yang ditandatangani oleh Bendahara Pengeluaran.

6) SPP LS untuk pembayaran perjalanan dinas diatur sebagai berikut :

a Surat Keputusan yang terdapat pernyataan bahwa biaya yang timbul

akibat penerbitan surat keputusan dimaksud dibebankan pada DIPA;

b. Daftar nominatif penerima honorarium yang memuat paling sedikit

nama orang, besaran honorarium, dan nomor rekening masing-

masing penerima honorarium yang ditandatangani oleh KPA/PPK dan

Bendahara Pengeluaran;

c. SSP PPh Pasal 21 yang ditandatangani olehBendahara Pengeluaran.

7) SPP LS untuk pembayaran perjalanan dinas diatur sebagai berikut :

a. Perjalanan dinas jabatan yang sudah dilaksanakan, dilampiri dengan:

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 26

1. Daftar nominatif perjalanan dinas yang ditandatangani PPK,

memuat paling kurang nama, pangkat/golongan, tujuan, tanggal

keberangkatan, lama perjalanan dinas, dan biaya yang diperlukan

untuk masing-masing pejabat yang melaksanakan perjalanan dinas;

2. Dokumen pertanggungjawaban biaya perjalanan dinas jabatan

(seperti : tiket, Boarding pass, airport tax, bill hotel, SPD, Surat

Tugas, Surat persetujuan pemerintah, fotokopi halaman paspor

yang dibubuhi cap/tanda keberangkatan/kedatangan)

sebagaimana diatur dalam PMK No. 113/PMK.05/2012 tentang

Perjalanan Dinas Jabatan Dalam Negeri dan PMK No.

227/PMK.05/2016 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri

Keuangan Nomor 164/PMK.05/2015 Tentang Tata Cara

Pelaksanaan Perjalanan Dinas Luar Negeri.

b. Perjalanan dinas jabatan yang belum dilaksanakan, dilampiri dengan

surat tugas dan daftar nominatif perjalanan dinas yang ditandatangani

PPK, memuat paling kurang nama, pangkat/golongan, tujuan, tanggal

keberangkatan, lama perjalanan dinas, dan biaya yang diperlukan

untuk masing-masing pejabat yang melaksanakan perjalanan dinas;

8) SPP LS untuk pembayaran pengadaan tanah dilampiri dengan :

a. Daftar nominatif penerima pembayaran uang ganti kerugian yang

memuat paling sedikit nama masing-masing penerima, besaran uang

dan nomor rekening masing-masing penerima.

b. Foto copy bukti kepemilikan tanah;

c. Bukti pembayaran/kuitansi yang sudah ditandatangan oleh pihak

penjual dan PPK;

d. Surat Pemberitahuan Pajak Terutang Pajak Bumi dan Bangunan (SPPT

PBB) tahun transaksi;

e. Surat Pernyataan dari penjual bahwa tanah tersebut tidak dalam

sengketa dan tidak sedang dalam agunan;

f. Surat pernyataan dari pengadilan negeri yang wilayah hukumnya

meliputi lokasi tanah yang disengketakan bahwa pengadilan negeri

tersebut dapat menerima uang penitipan ganti kerugian, dalam hal

tanah sengketa;

g. Surat Direktur Jenderal Perbendaharaan atau pejabat yang ditunjuk

yang menyatakan bahwa rekening Pengadilan Negeri yang

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 27

menampung uang titipan tersebut merupakan Rekening Pemerintah

Lainnya, dalam hal tanah sengketa;

h. Berita Acara pelepasan hak atas tanah atau penyerahan tanah;

i. SSP PPh final atas pelepasan hak;

j. Surat pelepasan hak adat (bila diperlukan); dan

k. Dokumen-dokumen lainnya sebagaimana dipersyaratkan dalam

peraturan perundang-undangan mengenai pengadaan tanah.

9) SPP- UP/GUP/GUP Nihil

a. Kebutuhan UP dilengkapi dengan perhitungan besaran UP yang sudah

disusun Bendahara Pengeluaran di sampaikan kepada PPK untuk

diterbitkan SPP-UP dan selanjutnya paling lambat 2 (dua) hari kerja

disampaikan kepada PPSPM untuk diterbitkan SPM-UP;

b. Bendahara pengeluaran/BPP melakukan pembayaran atas UP

berdasarkan Surat Perintah Bayar (SPBy) yang disetujui dan

ditandatangani oleh PPK atas nama KPA, dengan dilampiri bukti

pengeluaran berupa : kuitansi/bukti pembelian/nota/bukti

penerimaan barang/jasa yang disahkan PPK beserta faktur pajak dan

SSP;

c. Dalam hal pembayaran yang dilakukan Bendahara Pengeluaran

merupakan uang muka kerja, SPBy harus dilampiri : rencana

pelaksanaan kegiatan/pembayaran, rincian kebutuhan dana dan batas

waktu pertanggungjawaban uang muka kerja (contoh SPBy tercantum

dalam lampiran XII, PMK No. 190/PMK.05/2012);

d. Untuk pengisian kembali UP (revolving), PPK menerbitkan SPP-GUP

yang dilengkapi dengan dokumen pendukung sebagai berikut :

• Daftar rincian permintaan pembayaran;

• kuitansi/bukti pembelian/nota/bukti penerimaan barang/jasa

yang disahkan PPK beserta faktur pajak dan SSP yang telah

dikonfirmasi KPPN;

e. SPP-GUP yang sudah lengkap dengan bukti-bukti pendukung harus

disampaikan paling lambat 5 (lima) hari kerja kepada PPSPM;

f. Penerbitan SPP-GUP Nihil dilakukan dalam hal :

• Sisa dana pada DIPA yang dapat dibayarkan dengan UP minimal

sama dengan besaran UP yang diberikan;

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 28

• Sebagai pertanggungjawaban UP yang dilakukan pada akhir tahun

anggaran;

• UP tidak diperlukan lagi.

g. Penerbitan SPP-GUP Nihil sebagaimana dimaksud huruf “f”

merupakan pengesahan /pertanggungjawaban UP;

10) SPP-TUP/PTUP

a. Masing-masing PPK membuat rincian kebutuhan penggunaan dana

sesuai dengan format yang telah ditentukan yang selanjutnya

dikompilasi oleh Bendahara Pengeluaran untuk disampaikan kepada

KPA dan dibuatkan surat permohonan permintaan TUP kepada

Kepala KPPN;

b. Salah satu PPK dalam Satker menerbitkan SPP-TUP dan dilengkapi

dokumen pendukung yang meliputi :

• Rincian penggunaan dana yang ditandatangani oleh KPA/PPK dan

Bendahara Pengeluaran;

• Surat Pernyataan dari KPA/PPK yang menjelaskan bahwa sisa UP

tidak mencukupi untuk membiayai kegiatan yang sifatnya

mendesak/tidak dapat ditunda;

• Surat permohonan TUP yang telah memperoleh persetujuan TUP

dari KPPN.

c. SPP-TUP yang sudah diterbitkan oleh salah satu PPK, paling lambat

2(dua) hari kerja setelah diterimanya persetujuan TUP dari KPPN

disampaikan kepada PPSPM untuk diterbitkan SPM dan disampaikan

ke KPPN untuk diterbitkan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D);

d. TUP wajib dipertanggungjawabkan paling lama dalam waktu 1 (satu)

bulan dan dapat dilakukan secara bertahap;

e. Untuk mempertanggungjawabkan TUP, salah satu PPK harus

menerbitkan Surat Permintaan Pembayaran Pertanggungjawaban

Tambahan Uang Persediaan (SPP-PTUP) yang dilengkapi data dukung,

berupa kuitansi/bukti pembelian/nota/bukti penerimaan barang/jasa

yang disahkan PPK beserta faktur pajak dan SSP yang telah

dikonfirmasi KPPN;

f. SPP-PTUP sebagaimana tersebut pada huruf “e” disampaikan kepada

PPSPM paling lambat 5 (lima) hari kerja sebelum batas akhir

pertanggungjawaban TUP.

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 29

2. Pengujian SPP dan Penerbitan SPM

1) PPSPM sebelum menerbitkan SPM, terlebih dahulu harus melakukan

pemeriksaan dan pengujian SPP beserta dokumen pendukungnya yang

disampaikan oleh PPK.

2) Dalam hal pemeriksaan dan pengujian SPP beserta dokumen

pendukungnya tidak lengkap dan tidak benar, maka PPSPM harus

menolak dan mengembalikan dokumen tersebut paling lambat 2 (dua)

kerja setelah diterimanya SPP dan PPSPM harus menyatakan secara

tertulis alasan penolakan/pengembalian tersebut.

3) Jangka waktu pengujian SPP sampai dengan penerbitan SPM-

UP/TUP/GUP/PTUP/LS oleh PPSPM diatur sebagai berikut:

a. Untuk SPP-UP/TUP diselesaikan paling lambat 2 (dua) hari kerja;

b. Untuk SPP-GUP diselesaikan paling lambat 4 (empat) hari kerja;

c. Untuk SPP-PTUP diselesaikan paling lambat 3 (tiga) hari kerja;

d. Untuk SPP-LS diselesaikan paling lambat 5 (lima) hari kerja.

4) Penerbitan SPM oleh PPSPM dilakukan melalui sistem aplikasi, memuat

Personal Identification Number (PIN) PPSPM sebagai tanda tangan

elektronik pada ADK SPM dari penerbit SPM yang sah;

5) Dalam penerbitan SPM melalui sistem aplikasi, PPSPM bertanggung

jawab atas: keamanan data pada aplikasi, kebenaran dan kesesuaian

antara data pada SPM dengan data pada ADK SPM dan penggunaan PIN

pada ADK SPM;

6) Seluruh bukti pengeluaran sebagai dasar pengujian dan penerbitan SPM

harus disimpan dengan baik oleh PPSPM (minimal 10 tahun) untuk

bahan pemeriksaan bagi aparat pemeriksa internal dan eksternal.

7) Paling lambat 2 (dua) hari kerja setelah SPM diterbitkan, SPM beserta

ADK SPM disampaikan kepada KPPN, diatur sebagai berikut :

a. Penyampaian SPM-UP dilampiri dengan surat pernyataan dari KPA

(format : lampiran XIV PMK Nomor 190/PMK.05/2012);

b. Penyampaian SPM-TUP dilampiri dengan surat persetujuan

pemberian TUP dari KPPN;

c. Penyampaian SPM-LS dilampiri dengan SSP dan/atau bukti setor

lainnya, dan/atau daftar nominatif untuk yang lebih dari 1 (satu)

penerima.

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 30

8) Khusus untuk penyampaian SPM-LS dalam rangka pembayaran uang

muka atas perjanjian /kontrak, juga dilampiri dengan :

a. Asli surat jaminan uang muka;

b. Asli surat kuasa bermaterai cukup dari PPK kepada Kepala KPPN

untuk mencairkan jaminan uang muka;

c. Asli konfirmasi tertulis dari pimpinan penerbit jaminan uang muka

sesuai Peraturan Presiden mengenai pengadaan barang/jasa

pemerintah.

9) SPM-LS untuk pembayaran gaji induk disampaikan kepada KPPN paling

lambat tanggal 15 sebelum bulan pembayaran, dan apabila tanggal 15

merupakan hari libur, penyampaian SPM dapat disampaikan paling

lambat 1 (satu) hari kerja sebelum tanggal 15.

10) Pembayaran tagihan atas beban belanja negara yang bersumber dari

penggunaan PNBP, dilakukan sebagai berikut:

a. Satker pengguna PNBP menggunakan PNBP sesuai dengan jenis PNBP

dan batas tertinggi PNBP yang dapat digunakan sesuai yang

ditetapkan oleh Menteri Keuangan.

b. Batas tertinggi PNBP yang dapat digunakan sebagaimana dimaksud

pada huruf a merupakan maksimum pencairan dan yang dapat

dilakukan oleh satker berkenaan.

c. Satker dapat menggunakan PNBP sebagaimana dimaksud pada huruf

a setelah PNBP disetor ke kas negara berdasarkan konfirmasi dari

KPPN

d. Dalam hal PNBP yang ditetapkan penggunaannya secara terpusat,

pembayaran dilakukan berdasarkan pagu pencairan sesuai Surat

Edaran/ Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan.

e. Besarnya pencairan dana PNBP secara keseluruhan tidak boleh

melampaui pagu PNBP satker bersangkutan dalam DIPA.

f. Dalam hal realisasi PNBP melampaui target dalam DIPA, penambahan

pagu dalam DIPA dilaksanakan setelah mendapat persetujuan Menteri

Keuangan c.q Direktur Jenderal Anggaran.

11) Khusus SPP untuk PNBP agar diperhatikan hal-hal berikut :

a. Pembayaran UP/TUP/LS untuk PNBP diajukan terpisah dari

UP/TUP/LS yang berasal dari Rupiah Murni.

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 31

b. Pencairan dana PNBP diatur secara khusus dengan menunggu SE

Menteri Keuangan tentang batas maksimal pencairan dana yang

berasal dari pungutan PNBP lingkup BPOM TA 2017.

c. Besarnya pencairan dana PNBP secara keseluruhan tidak boleh

melampaui pagu PNBP Satker yang bersangkutan dalam DIPA.

d. Pertanggungjawaban penggunaan dana PNBP oleh KPA.

12) Dalam penerbitan SPM ada beberapa hal yang perlu diperhatikan :

a. Untuk SPP-LS KONTRAKTUAL/PIHAK KE-3 dengan nilai diatas 50

juta, operator Sistem Aplikasi Satker (SAS) harus membuat data

kontrak (Karwas Kontrak) yang cara pengisiannya ada didalam

menggunakan aplikasi SAS.

b. Setelah Data kontrak tersebut dibuat, data tersebut kemudian

disampaikan ke KPPN untuk didaftarkan ke dalam aplikasi SPAN. Data

kontrak yang sudah dianggap benar akan mendapat

persetujuan/approval dari KPPN melalui email Satker yang telah

didaftarkan sebelumnya ke KPPN. Jangka waktu dalam proses ini

adalah 2 (dua) hari kerja.

c. Untuk SPP dengan nilai di atas 1 milyar, sebelum SPM disampaikan ke

KPPN, operator SAS terlebih dahulu harus membuat Rencana

Penarikan Dana (RPD). Data RPD disampaikan ke KPPN untuk

mendapat persetujuan yang akan dikirim melalui email satker. SPM

dapat disampaikan ke KPPN terhitung 5 (lima) hari kerja setelah

tanggal penyampaian RPD ke KPPN.

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 32

BAB IV

TATA CARA PENERIMAAN DAN PENGELUARAN ANGGARAN

A. PENERIMAAN ANGGARAN

Penerimaan negara terdiri dari:

a. Penerimaan Pajak (Tax): PPn dan PPh

b. Penerimaan Negara Bukan Pajak (Non Tax)

c. Penerimaan Hibah

1. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)

PNBP di BPOM terdiri dari 2 (dua) Jenis yaitu :

a. Jenis PNBP yang berlaku umum di semua Kementerian dan Lembaga Non

Kementerian, meliputi PNBP sebagai berikut:

1) Pendapatan dari pemindahtanganan BMN Pendapatan Lain-Lain,

dengan akun sebagai berikut:

423121 Pendapatan dari Penjualan Tanah, Gedung, dan Bangunan

423122 Pendapatan dari Penjualan Peralatan dan Mesin

423125 Pendapatan dari Tukar Menukar Tanah, Gedung dan

Bangunan

423126 Pendapatan dari Tukar Menukar Peralatan dan Mesin

423127 Pendapatan dari Tukar Menukar Jalan, Irigasi dan Jaringan

423129 Pendapatan dari Pemindahtanganan BMN Lainnya

2) Pendapatanpemanfaatan BMNdengan akun sebagai berikut:

423141 Pendapatan Sewa Tanah, Gedung, dan Bangunan

423142 Pendapatan Sewa Peralatan dan Mesin

423149 Pendapatan dari Pemanfaatan BMN Lainnya

3) Pendapatanlain-lain denganakun sebagai berikut:

423912 Penerimaan Kembali Belanja Pensiun Tahun Anggaran Yang

Lalu

423921 Pendapatan Penyelesaian Tuntutan Ganti Rugi Non

Bendahara

423922 Pendapatan Penyelesaian Tuntutan Perbendaharaan

423951 Penerimaan Kembali Belanja Pegawai Tahun Anggaran Yang

Lalu

423952 Penerimaan Kembali Belanja Barang Tahun Anggaran Yang

Lalu

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 33

423953 Penerimaan Kembali Belanja Modal Tahun Anggaran Yang

Lalu

423991 Penerimaan Kembali Persekot/Uang Muka Gaji

b. Jenis PNBP yang hanya berlaku pada BPOM.

PNBP yang berlaku di BPOM diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor

48 tahun 2010, meliputi penerimaan dari Jasa Pendaftaran dan Evaluasi,

Jasa Inspeksi Sarana Produksi Produk Impor, Jasa Sertifikasi, Jasa

Pengujian, Jasa Kalibrasi, Jasa Pelatihan Laboratorium, Jasa Uji

Profisiensi, Penjualan Baku Pembanding dan Hewan Uji, dan Kerjasama

Penelitian di Bidang Obat dan Makanan dengan pihak lain (Akun

423216).

Untuk Jenis PNBP yang berlaku umum di semua Kementerian dan Lembaga

Non Kementerian wajib disetorkan langsung ke Kas Negara, sedangkan

untuk Jenis PNBP yang berlaku pada BPOM, sesuai Peraturan Dirjen

Perbendaharaan Nomor PER-35/PB/2007 tentang Petunjuk Teknis

Pengelolaan Rekening Milik Kementerian Negara/ Lembaga/ Kantor/

Satker, pasal 2 ayat (1) bahwa Menteri/ Pimpinan Lembaga/Kepala

Kantor/selaku PA/KPA dalam rangka pelaksanaan penerimaan dan

pengeluaran APBN dapat memiliki rekening penerimaan dan rekening

pengeluaran. Oleh karena itu Mekanisme pengelolaan PNBP BPOM

dilaksanakan berdasarkan Surat Edaran Kepala BPOM Nomor

KU.06.02.213.0224 tanggal 15 Januari 2002, dimana PNBP disetorkan

terlebih dahulu ke rekening BPOM, dengan prinsip utama sebagai berikut:

a. Seluruh PNBP wajib disetorkan ke Kas Negara.

b. Penerimaan Negara wajib disetor sepenuhnya dan pada waktunya ke

Rekening Kas Umum Negara.

c. Satker tidak diperkenankan membuat kebijakan mengenai Tarif PNBP

diluar ketentuan yang tertera pada PP Nomor 48 Tahun 2010.

d. Bendahara penerima wajib menyelenggarakan pembukuan.

e. Penyetoran PNBP menggunakan aplikasi Sistem Informasi Penerimaan

Negara Bukan Pajak Online (SIMPONI).

f. Bendahara penerima menyimpan secara lengkap dan teratur dokumen

yang menyangkut PNBP.

Sesuai dengan SK Kepala BPOM Nomor HK.04.1.21.06.13.3062 tahun 2013

tentang Pedoman Pengelolaan Penerimaan Negara Bukan Pajak di

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 34

Lingkungan BPOM, Bendahara Penerimaan Satker wajib membuat Laporan

PNBP secara periodik ke Sekretariat Utama BPOM c.q. Biro Perencanaan

dan Keuangan, yang terdiri dari:

a. Laporan Bulanan, Semesteran dan Tahunan

1. Laporan PNBP Bulanan disampaikan 7 (tujuh) hari setelah

berakhirnya bulan periode berjalan.

2. Laporan PNBP Semesteran disampaikan pada tanggal 5 bulan Juli,

sedangkan Laporan PNBP Tahunan disampaikan pada tanggal 20

bulan Januari pada tahun berikutnya.

3. Laporan Bulanan disertai Berita Acara (BA) Pemeriksaan Kas, BA

Rekonsiliasi Layanan Publik, LPJ Bendahara Penerimaan.

4. Laporan Bulanan PNBP didukung Laporan Penerbitan SPB-LP,

Laporan Pembayaran SPB-L, Laporan/Rekapitulasi Pelaksanaan

Layanan Publik dan fotocopy BKU Bendahara Penerimaan.

5. Laporan Bulanan disampaikan dalam bentuk softcopy dan hardcopy.

b. Laporan Mingguan

1. Format Laporan PNBP Mingguan sesuai format Laporan PNBP

Bulanan.

2. Laporan Mingguan PNBP didukung laporan penerbitan SPB-LP dan

laporan pembayaran SPB-LP.

3. Laporan Mingguan PNBP wajib disampaikan ke Biro Perencanaan dan

Keuangan c.q. Bagian Keuangan pada setiap hari Jumat pukul 16.00

WIB.

4. Laporan Mingguan disampaikan dalam bentuk softcopy melalui e-mail

: [email protected] dengan cc : [email protected]

ALUR PENERIMAAN DAN PENYETORAN PNBP BPOM

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 35

Laporan PNBP meliputi seluruh transaksi PNBP, untuk Akun 423216

dilengkapi dengan rekapitulasi rincian penerimaan sesuai bukti setoran

bank dan rincian yang digolongkan sesuai klasifikasi pada PP Nomor 48

Tahun 2010, yaitu:

a. Penerimaan dari Jasa Pendaftaran dan Evaluasi

b. Jasa Inspeksi Sarana Produksi Produk Impor

c. Jasa Sertifikasi,

d. Jasa Pengujian,

e. Jasa Kalibrasi,

f. Jasa Pelatihan Laboratorium

g. Jasa Uji Profisiensi

h. Penjualan Baku Pembanding dan Hewan Uji,

i. Kerjasama Penelitian di Bidang Obat dan Makanan dengan pihak lain.

2. Penerimaan Hibah

Hibah menurut sumber/asalnya :

• Dalam Negeri (mis: dari Pemda, dari Kelompok Masyarakat, dari

Lembaga/Badan Usaha)

• Luar Negeri (mis: dari Negara Asing, Lembaga Multilateral, Lembaga

Keuangan dan Non Keuangan Asing).

Hibah menurut bentuknya dibedakan menjadi :

• Hibah Uang terdiri dari Uang Tunai dan Uang untuk membiayai Kegiatan

• Hibah Barang/Jasa

• Hibah Surat Berharga

Dalam rangka meningkatkan akuntabilitas dan transparansi penggunaan

anggaran hibah, sejak tahun 2010 BPOM melakukan integrasi hibah ke

dalam DIPA dan POK masing-masing Satker. Usulan integrasi hibah ke

dalam DIPA POK disampaikan kepada Sestama melalui Biro Perencanaan

dan Keuangan. Selain itu, setiap satker penerima wajib membuka rekening

giro pemerintah untuk menampung masing-masing hibahdengan aturan

bahwa 1 (satu) rekening hibah untuk 1 (satu) register Naskah Perjanjian

Hibah (NPH) serta dilakukan rekonsiliasi dana hibah per triwulan.

Untuk mengelola dana hibah, KPA dapat menunjuk Pengelola Dana

Hibah/Bendahara Penerima Hibah. Penerimaan Hibah di BPOM umumnya

adalah penerimaan Hibah secara langsung baik yang diterima dalam bentuk

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 36

kas maupun barang atau jasa. Untuk mendapatkan pengesahan, penerimaan

hibah langsung tersebut harus diregister di Direktorat Jenderal Pengelolaan

Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) cq Direktorat Evaluasi, Akuntansi dan

Setelmen (EAS) untuk mendapatkan nomor register kegiatan, sesuai dengan

PMK Nomor 191/PMK.05/2011 tentang Mekanisme Pengelolaan Hibah,

PMK Nomor 271/PMK.05/2014 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan

Keuangan Hibah dan Peraturan Dirjen Perbendaharaan Nomor PER-

81/PB/2011 tentang Tata Cara Pengesahan Hibah Langsung Bentuk Uang

dan Penyampaian Memo Pencatatan Hibah Langsung Bentuk

Barang/Jasa/Surat Berharga serta mengacu pada Surat Edaran Sekretaris

Utama Nomor KU.02.04.2.21.12.12.4757 tanggal 19 Desember 2012

tentang Mekanisme Pelaksanaan Hibah Langsung.

Mekanisme pelaksanaan dan pelaporan atas hibah langsung dalam bentuk

uang dan belanja yang bersumber dari hibah langsung dilaksanakan melalui

pengesahan oleh BUN/Kuasa BUN dengan tahapan :

1. Pengajuan permohonan nomor register;

✓ KPA mengajukan permohonan nomor register atas hibah langsung

bentuk uang kepada DJPPR cq. Direktur EAS dengan melampirkan

perjanjian hibah atau dokumen lain yang dipersamakan dan ringkasan

hibah.

2. Pengajuan persetujuan pembukaan Rekening Hibah;

✓ Rekening Hibah adalah rekening pemerintah lainnya yang dibuka oleh

Kementerian/Lembaga (K/L) dalam rangka pengelolaan hibah

langsung dalam bentuk uang;

✓ Dalam rangka meningkatkan akuntabilitas disebutkan dalam PMK

Nomor 252/PMK.05/2014 tentang Rekening Milik Kementerian

Negara/Lembaga/Satker bahwa untuk satu register NPH

(agreement) atau perjanjian Hibah harus menggunakan satu

rekening Hibah;

✓ KPA wajib melakukan permohonan ijin pembukaan rekening kepada

Kuasa Bendahara Umum Negara Daerah (Kepala KPPN) untuk

mendapatkan persetujuan. Atas persetujuan Kuasa BUN Daerah,

Satker dapat membuka Rekening (diatur dalam PMK Nomor

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 37

252/PMK.05/2014 tentang Rekening Milik Kementerian Negara/

Lembaga/Satker, Lampiran I).

3. Penyesuaian pagu hibah dalam DIPA;

✓ KPA melakukan penyesuaian pagu belanja yang bersumber dari hibah

langsung dalam bentuk uang dalam DIPA satker yang bersangkutan

dengan mengikuti ketentuan Peraturan Menteri Keuangan mengenai

tata cara revisi anggaran. Satker dapat menggunakan uang yang

berasal dari hibah langsung tanpa menunggu terbitnya revisi DIPA.

(Tata cara revisi DIPA mengacu pada PMK Nomor 10/PMK.02/2017

tentang Tata Cara Revisi Anggaran TA 2017)

4. Pengesahan Pendapatan Hibah Langsung dalam bentuk uang dan belanja

yang bersumber dari hibah langsung.

✓ KPA melakukan pengesahan pendapatan hibah langsung dengan

mengajukan Surat Perintah Pengesahan Hibah Langsung (SP2HL)

kepada KPPN Khusus Jakarta VI dengan melampirkan copy rekening

atas rekening hibah; Surat Pernyataan Telah Menerima Hibah

Langsung (SPTMHL); Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak

(SPTJM) serta copy surat persetujuan pembukaan rekening.

✓ KPPN Khusus Jakarta VI mengesahkan realisasi hibah dengan

menerbitkan Surat Pengesahan Hibah Langsung (SPHL) sebagai dasar

realisasi hibah (realisasi DIPA).

Sedangkan mekanisme pelaksanaan dan pelaporan atas hibah langsung

dalam bentuk Barang/Jasa/Surat Berharga dilaksanakan melalui

pengesahan oleh BUN/Kuasa BUN dengan tahapan :

1. Penandatanganan BAST dan penatausahaan dokumen lainnya;

✓ Kepala Satker yang menerima hibah dalam bentuk barang/jasa/surat

berharga membuat dan menandatangani BAST (Berita Acara Serah

Terima) bersama dengan Pemberi Hibah. BAST paling kurang

memuat: tanggal serah terima; pihak pemberi dan penerima hibah;

tujuan penyerahan; nilai nominal; bentuk hibah dan rincian harga per

barang.

2. Pengajuan permohonan nomor register;

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 38

✓ KPA yang menerima hibah dalam bentuk barang/jasa/surat berharga

mengajukan surat permohonan nomor register kepada DJPPR cq.

Direktur EAS dengan melampirkan perjanjian hibah atau dokumen

lain yang dipersamakan dan ringkasan hibah;

✓ Dalam hal tidak terdapat dokumen tersebut, maka permohonan

register dilampirkan dengan Berita Acara Penyerahan Hibah (BAPH)

dan SPTMHL.

3. Pengesahan Pendapatan Hibah Langsung bentuk barang/jasa/surat

berharga ke DJPPR;

✓ Kepala Satker/KPA mengajukan SP3HL BJS (Surat Perintah

Pengesahan Pendapatan Hibah Langsung Bentuk Barang/Jasa/Surat

Berharga) dalam rangkap 3 (tiga) kepada DJPPR cq. Direktur EAS

dengan melampirkan BAST/BAPH dan SPTMHL

4. Pencatatan hibah bentuk barang/jasa/surat berharga ke KPPN.

✓ KPA mengajukan Memo Pencatatan Hibah Langsung

Barang/Jasa/Surat Berharga (MPHL BJS) kepada KPPN Khusus Jakarta

VI dengan melampirkan SPTMHL; SP3HL BJS lembar kedua; SPTJM.

✓ Atas dasar persetujuan MPHL BJS yang diterima dari KPPN, KPA

membukukan belanja barang untuk pencatatan persediaan dari

hibah/belanja modal untuk pencatatan aset tetap atau aset lainnya

dari hibah.

B. PENGELUARAN ANGGARAN

Dalam melaksanakan anggaran Tahun 2017 mengacu pada Pedoman

Pengelolaan Anggaran berdasarkan PMK Nomor 190/PMK.05/2012 tentang

Tata Cara Pembayaran dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara.

Pembebanan setiap pengeluaran berpedoman pada DIPA tahun 2017 dan

diuraikan dalam POK yang berisikan Rincian Perhitungan Biaya Per Kegiatan

pada RKA-K/L.

Klasifikasi anggaran menurut jenis belanja dibagi ke dalam 8 (delapan) kategori

yaitu:

1. Belanja Pegawai

2. Belanja Barangdan Jasa

3. Belanja Modal

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 39

4. Belanja Pembayaran Kewajiban Utang

5. Belanja Subsidi

6. Belanja Hibah

7. Belanja Bantuan Sosial

8. Belanja Lain-lain

Jenis Belanja yang terdapat pada BPOM adalah Belanja Pegawai, Belanja Barang

dan Jasa serta Belanja Modal.

1. Belanja Pegawai

Merupakan kompensasi terhadap pegawai baik dalam bentuk uang

maupun bentuk barang yang harus dibayarkan kepada pegawai pemerintah

dalam dan luar negeri, baik kepada Pejabat Negara, PNS dan pegawai yang

dipekerjakan oleh pemerintah yang belum berstatus PNS maupun kepada

non PNS sebagai imbalan atas pekerjaan yang telah dilaksanakan dalam

rangka mendukung tugas fungsi unit organisasi pemerintah, kecuali

pekerjaan yang berkaitan dengan pembentukan modal dan/atau kegiatan

yang mempunyai keluaran (output) dalam kategori belanja barang.

Belanja Pegawai terdiri atas :

a. Belanja Gaji dan Tunjangan

1) Tunjangan meliputi:

❖ Suami/Istri

❖ Anak

❖ Struktural/Fungsional

❖ Uang makan Pegawai *)

❖ Pajak Penghasilan (PPh)

❖ Beras

Ket. *) : - sesuai tabel

Tabel Uang Makan Pegawai

Uraian Satuan Biaya

Golongan I dan II Orang Rp. 30.000

Golongan III Orang Rp. 32.000

Golongan IV Orang Rp. 36.000

Maksimum 22 hari x Biaya x 12 bulan untuk satu tahun anggaran

2) Honorarium/Vakasi/Lembur/Tunjangan Khusus

3) Belanja Kontribusi Sosial

4) Belanja Pegawai Transito

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 40

b. Lembur

Kerja lembur adalah bekerja di luar jam kerja/waktu normal yang telah

ditetapkan dan mendapatkan uang lembur. Uang lembur merupakan

kompensasi bagi pegawai negeri yang melakukan kerja lembur

berdasarkan surat perintah dari pejabat yang berwenang.

Pembayaran uang lembur dibayarkan sesuai dengan PMK Nomor

33/PMK.02/2016 tentang Standar Biaya Masukan (SBM) TA. 2017

dengan memperhatikan beberapa ketentuan sebagai berikut:

a. Pegawai Negeri Sipil dapat diperintahkan melakukan Kerja Lembur

untuk menyelesaikan tugas-tugas kedinasan yang mendesak.

b. Perintah sebagaimana dimaksud pada nomor (1) dikeluarkan oleh

KPA/PPK/Kepala Kantor/Kepala Satker dalam bentuk surat Perintah

Kerja Lembur.

c. Kepada Pegawai Negeri Sipil yang melakukan Kerja Lembur tiap-tiap

kali selama paling sedikit 1 (satu) jam penuh dapat diberikan uang

lembur.

d. Besarnya uang lembur untuk tiap-tiap jam penuh Kerja Lembur bagi

Pegawai Negeri Sipil sesuai Golongan mengacu pada SBM TA. 2017.

Uraian Satuan Biaya

Golongan I Orang/jam Rp. 13.000

Golongan II Orang/jam Rp. 17.000

Golongan III Orang/jam Rp. 20.000

Golongan IV Orang/jam Rp. 25.000

e. Pemberian uang lembur pada hari libur kerja adalah sebesar 200%

(dua ratus persen) dari besarnya uang lembur.

f. Uang lembur dibayarkan sebulan sekali pada awal bulan berikutnya.

g. Khusus untuk uang lembur bulan Desember dapat dibayarkan pada

akhir bulan berkenaan.

h. Kepada Pegawai Negeri Sipil yang melaksanakan Kerja Lembur paling

kurang 2 (dua) jam berturut-turut diberikan uang makan lembur

sesuai golongan yang besarannya mengacu pada SBM TA. 2017.

Uraian Satuan Biaya

Golongan I dan II Orang Rp. 30.000

Golongan III Orang Rp. 32.000

Golongan IV Orang Rp. 36.000

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 41

i. Dalam hal Kerja Lembur dilakukan selama 8 (delapan) jam atau lebih,

uang makan lembur diberikan maksimal 2 (dua) kali dari besaran

yang ditetapkan dalam SBM TA. 2017.

j. Uang lembur dibayarkan dalam batas pagu anggaran yang tersedia

dalam DIPA satker berkenaan.

k. Surat permintaan pembayaran langsung (SPP-LS) uang lembur untuk

penerbitan SPM-LS uang lembur dilampiri dengan:

k.1. Daftar Pembayaran perhitungan uang lembur;

k.2. Surat Perintah Kerja Lembur;

k.3. Daftar Hadir Kerja;

k.4. Daftar Hadir Lembur; dan

k.5. Surat Setoran Pajak (SSP) PPh Pasal 21

l. Uang lembur dapat dimintakan bila waktu kerja sesuai dengan

peraturan Kepala BPOM Nomor 4 Tahun 2016 tentang Ketentuan

Teknis Pelaksanaan Pemberian Tunjangan Kinerja Pegawai di

Lingkungan BPOM.

c. Tunjangan Khusus/Kinerja

Besar uang tunjangan kinerja sesuai dengan kelas jabatan berdasarkan

Surat Keputusan Kepala BPOM Nomor HK.04.01.24.01.16.0041 Tahun

2016 tentang Penugasan Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan BPOM.

Teknis Pembayaran tunjangan kinerja mengacu pada Peraturan Kepala

BPOM Nomor 4 Tahun 2016 tentang Ketentuan Teknis Pelaksanaan

Pemberian Tunjangan Kinerja Pegawai di Lingkungan BPOM, dengan

mekanisme sebagai berikut :

a. Satker Sekretariat Utama BPOM RI mengajukan permintaan

Tunjangan Kinerja seluruh Satker di lingkungan BPOM secara global

ke Kementerian Keuangan RI.

b. Satker di lingkungan BPOM mengajukan permintaan tunjangan kinerja

pegawai global di lingkungannya masing-masing untuk diajukan ke

Satker Sekretariat Utama pada awal bulan.

c. Pengembalian sisa tunjangan kinerja dilakukan oleh masing-masing

Satker di lingkungan BPOM paling lambat setiap tanggal 20 pada

bulan berikutnya ke Kas Negara berkoordinasi dengan Bendahara

Pengeluaran Satker Sekretariat Utama.

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 42

d. Bagi Satker yang belum melakukan pengembalian sisa tunjangan

kinerja pada bulan berkenaan, maka Bendahara Pengeluaran Satker

Sekretariat Utama belum dapat melakukan transfer pembayaran

tunjangan kinerja untuk bulan berikutnya.

2. Belanja Barang dan Jasa

Belanja barang yaitu pengeluaran atas pembelian barang dan/atau jasa

yang habis pakai untuk memproduksi barang dan/atau jasa yang

dipasarkan maupun tidak dipasarkan dan pengadaan barang yang

dimaksudkan untuk diserahkan atau dijual kepada masyarakat/

Pemerintah Daerah (Pemda) dan belanja perjalanan. Belanja tersebut

termasuk honorarium dan vakasi yang diberikan dalam rangka pelaksanaan

kegiatan untuk menghasilkan barang dan/atau jasa.

Belanja Barang terdiri dari belanja barang operasional, belanja barang non

operasional, belanja jasa (konsultan, sewa, jasa profesi, dll), belanja

pemeliharaan, belanja perjalanan dinas sesuai dengan PMK Nomor

96/PMK.02/2015 tentang Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan RKAKL

dan DIPA.

Khusus Belanja Bahan ATK, cetakan, dan Belanja barang habis pakai berupa

alat gelas (glassware), suku cadang dan reagensia/media mikrobiologi agar

dilakukan pencatatan sendiri atas penerimaan/ penambahan dan sisa

persediaan akhir tahun anggaran yang akan digunakan sebagai dasar dalam

penganggaran tahun berikutnya.

a. Honorarium/Vakasi

Besaran honorarium ditetapkan dengan Surat Keputusan dan lampiran

SK harus ditandatangani oleh yang menetapkan SK, mengacu pada PMK

Nomor 33/PMK.02/2016 tentang SBM TA. 2017.

b. Retribusi Listrik, Telepon, Gas dan Air (LTGA)

Retribusi LTGA dibayarkan sesuai dengan tagihan dan apabila ada

kekurangan anggaran, dapat dibayarkan oleh Satker yang bersangkutan

setelah dilakukan revisi dari kegiatan dalam DIPA POK masing-masing

Satker.

c. Penambah Daya Tahan Tubuh

Penambah daya tahan tubuh diberikan kepada tenaga penguji, petugas

gudang Reagensia, petugas server dan petugas gudang arsip, yang tugas

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 43

dan fungsinya dapat memberikan dampak buruk terhadap kesehatan

pegawai dimaksud.

d. Perjalanan dinas

Sebagaimana diuraikan dalam Bab VI B.

e. Pemeriksaan Kesehatan

✓ Pemeriksaan Kesehatan dengan kasus khusus, disesuaikan dengan

kebutuhan.

✓ Pemeriksaan Medical Check Up

• Kepala Balai/Pejabat Eselon II ke atas

Pemeriksaan Medical Check Up Paket Eksekutif

• Kepala Balai/Pejabat Eselon III dan IV

Pemeriksaan Medical Check Up Paket VIP

• Pegawai yang melaksanakan pengujian

Pemeriksaan Medical Check Up Paket Basic dan pemeriksaan

penunjang lainnya.

• Pegawai selain melaksanakan pengujian

Pemeriksaan Medical Check Up Paket Basic

• Pemeriksaan Kesehatan CPNS

Pemeriksaan Kesehatan program peningkatan status menjadi PNS.

Harga pemeriksaan kesehatan disesuaikan dengan harga pasar.

f. Operasional Pimpinan

Dana Operasional Pimpinan yaitu Dana Operasional Kepala

Badan/Sestama/Deputi. Pelaksanaan Kegiatan Operasional Pimpinan

yang dimaksud bertujuan untuk memberikan kemudahan kepada

Pimpinan dalam melaksanakan tugas sehari-hari sesuai dengan

kebutuhan Pimpinan.

g. Belanja Pemeliharaan

Belanja Pemeliharaan adalah pengeluaran yang dimaksudkan untuk

mempertahankan aset tetap atau aset lainnya yang sudah ada ke

dalam kondisi normal. Belanja pemeliharaan meliputi antara lain

pemeliharaan gedung dan bangunan kantor, taman, jalan lingkungan

kantor, rumah dinas, kendaraan bermotor dinas, dan lain-lain sarana

yang berhubungan dengan penyelenggaraan pemerintahan.

Dalam rangka efektifitas pelaksanaan kegiatan, bagi kegiatan/sub

kegiatan yang ada dalam DIPA masing-masing Satker tertuang dalam

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 44

bentuk ”paket/PKT”, maka jenis belanja/rincian belanja untuk kegiatan

dimaksud disesuaikan dengan yang tercantum dalam Kerangka Acuan

Kegiatan/TOR untuk masing-masing kegiatan.

3. Belanja Modal

Belanja Modal adalah pengeluaran untuk pembayaran perolehan aset tetap

dan/atau aset lainnya atau menambah nilai aset tetap dan/atau aset lainnya

yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi dan melebihi batas

minimal kapitalisasi aset tetap/aset lainnya yang ditetapkan pemerintah.

Dalam pembukuan nilai perolehan aset dihitung semua pendanaan yang

dibutuhkan hingga aset tersebut tersedia dan siap digunakan.

Belanja modal ini termasuk belanja modal tanah, belanja modal peralatan

dan mesin, belanja modal gedung dan bangunan, belanja modal jalan, irigasi

dan jaringan, belanja modal lainnya seperti buku dsb.

Pembangunan baru dan Rehabilitasi/Renovasi Berat Bangunan Gedung

Kantor/ Laboratorium.

Bangunan gedung negara merupakan salah satu aset negara yang

mempunyai nilai strategis sebagai tempat proses penyelenggaraan negara,

perlu terus menerus ditata secara terpadu sehingga perubahan yang terjadi

tetap menjamin keamanan, kesehatan, keharmonisan, efektif dan efisien.

Rehabilitasi/Renovasi dalam rangka perawatan bangunan agar gedung

kantor/ Laboratorium dapat berfungsi dengan baik sebagaimana mestinya

dapat digolongkan sesuai tingkat kerusakan pada bangunan berdasarkan

estimasi dari Kementerian PU atau Dinas PU setempat.

Sesuai dengan surat Menteri Keuangan Nomor S-841/MK.02/2014 tanggal

16 Desember 2014 tentang Penundaan/Moratorium Pembangunan Gedung

Kantor K/L, maka Balai Besar/Balai POM yang belum mendapatkan surat

persetujuan, proses pengadaan masih ditunda menunggu persetujuan

Presiden RI.

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 45

BAB V

KETENTUAN UMUM DALAM PENGELOLAAN ANGGARAN

A. PENATAUSAHAAN DAN PELAPORAN BUKU KAS UMUM (BKU)

Buku Kas Umum (BKU) harus dikerjakan sesuai dengan PMK Nomor

73/PMK.05/2008 tanggal 09 Mei 2008 tentang Tata Cara Penatausahaan dan

Penyusunan Laporan Pertanggungjawaban Bendahara Kementerian

Negara/Lembaga/Kantor/Satuan Kerja dan Perdirjen Perbendaharaan Nomor

PER-47/PB/2009 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penatausahaan dan

Penyusunan Laporan PertanggungjawabanBendahara. Pembukuan Bendahara

terdiri dari Buku Kas Umum, Buku Pembantu dan Buku Pengawasan Anggaran.

Bendahara yang membukukan lebih dari 1 (satu) DIPA, pembukuannya

dilakukan secara terpisah untuk masing-masing DIPA.

Dalam hal pembukuan dilakukan dengan menggunakan komputer, bendahara

wajib:

1. Mencetak Buku Kas Umum dan Buku Pembantu sekurang-kurangnya 1

(satu) bulan sekali.

2. Menatausahakan cetakan Buku Kas Umum dan Buku Pembantu bulanan

yang telah ditandatangani oleh bendahara dan diketahui oleh KPA.

Bendahara wajib menyusun LPJ secara bulanan atas uang yang dikelolanya. LPJ

di susun berdasarkan Buku Kas Umum, Buku Pembantu dan Buku Pengawasan

Anggaran yang telah diperiksa oleh KPA dan telah direkonsiliasi di KPPN. LPJ

wajib disampaikan secara bulanan paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya

dengan dilampirkan salinan rekening koran bulan laporan kepada :

1. Biro Perencanaan dan Keuangan cq. Bagian Keuangan

2. Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN)

Buku Pembantu pada BPP meliputi : Buku Pembantu BPP, Buku Pembantu UP,

Buku Pembantu Kas, Buku Pembantu LS Bendahara, Buku Pembantu Pajak. Tata

cara pembukuan BPP dilakukan sesuai dengan Per Dirjen Nomor 47/PB/2009

Lampiran I. LPJ-BPP menjadi dokumen sumber pembukuan bagi Bendahara

Pengeluaran. LPJ-BPP disampaikan kepada Bendahara Pengeluaran paling

lambat 5 (lima) hari kerja bulan berikutnya.

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 46

B. PENGAWASAN PELAKSANAAN ANGGARAN

Pengawasan terhadap pelaksanaan anggaran dilakukan sebagai berikut:

1. KPA wajib melakukan pemeriksaan kas bendahara sekurang-kurangnya 1

(satu) kali dalam 3 (tiga) bulan.

2. KPA dapat membentuk Tim Pemeriksa Kas Intern untuk melakukan

pemeriksaan kas bendahara. Berita Acara Hasil Pemeriksaan Kas Intern dan

Register Penutupan Kas dikirimkan kepada :

a) Inspektur BPOM.

b) Kepala Biro Perencanaan dan Keuangan BPOM cq Bagian Keuangan.

C. REVISI ANGGARAN

Revisi Anggaran adalah perubahan Rincian Anggaran yang telah ditetapkan

berdasarkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) TA. 2017 dan

disahkan dalam DIPA TA. 2017.

Dalam hal DIPA dan POK memerlukan penyesuaian sebagai akibat perubahan

kebutuhan dan percepatan pencapaian kinerja, KPA dapat melakukan

perubahan DIPA dan POK sesuai tata cara revisi dalam PMK Nomor

10/PMK.02/2017 tentang Tata Cara Revisi Anggaran TA. 2017.

1. Ruang Lingkup Revisi

Ruang Lingkup Revisi Anggaran meliputi:

a. Revisi Anggaran dalam hal pagu anggaran berubah;

b. Revisi Anggaran dalam hal pagu anggaran tetap; dan/atau

c. Revisi administrasi yang disebabkan oleh kesalahan administrasi,

perubahan rumusan yang tidak terkait dengan anggaran, dan/atau

revisi lainnya yang ditetapkan sebagai revisi administratif lainnya.

a.1. Revisi Anggaran dalam hal pagu anggaran berubah berupa

perubahan rincian anggaran yang disebabkan penambahan atau

pengurangan pagu anggaran termasuk pergeseran rincian

anggarannya, meliputi:

a. perubahan anggaran belanja yang bersumber dari PNBP;

b. perubahan anggaran belanja yang bersumber dari

pinjaman/hibah luar negeri dan dalam negeri, termasuk

Penerusan Pinjaman/hibah;

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 47

c. perubahan anggaran belanja yang bersumber dari SBSN,

termasuk penggunaan sisa dana penerbitan SBSN yang tidak

terserap pada tahun 2016;

d. perubahan anggaran berupa pagu untuk belanja pemerintah

pusat pengesahan belanja yang bersumber dari pinjaman/hibah

luar negeri yang telah closing date;

e. perubahan anggaran belanja dan/atau pembiayaananggaran

sebagai akibat dariperubahan kurs, perubahan parameter,

tambahan kewajiban,dan/atau pemenuhan kewajiban;

a.2. Revisi Anggaran dalam hal Pagu Anggaran tetap, berupa perubahan

pergeseran rincian anggaran dalam hal pagu anggaran tetap, antara

lain meliputi:

a. pergeseran anggaran Bagian Anggaran 999 (BA BUN Pengelola

Belanja Lainnya) ke BA K/ L atau antar subbagian anggaran

dalam Bagian Anggaran 999 (BA BUN);

b. pergeseran anggaran dalam 1 (satu) Program yangsama atau

antar Program dalam 1 (satu) bagian anggaran yang bersumber

dari rupiah murni untuk memenuhi kebutuhan Biaya

Operasional;

c. pergeseran anggaran belanja yang dibiayai dari PNBP yang

berasal dari instansi penghasil;

d. pergeseran anggaran dalam rangka penyelesaian sisa kewajiban

pembayaran. Kegiatan/proyek yang dibiayai melalui SBSN yang

melewati tahun anggaran sesuai dengan hasil audit Badan

Pengawasan Keuangan dan Pembangunan;

e. pergeseran anggaran antar Program dalam 1 (satu) bagian

anggaran untuk memenuhi kebutuhanIneligible Expenditure atas

Kegiatan yang dibiayai dari pinjaman dan/atau hibah luar

negeri;

f. pergeseran anggaran antara Program lama dan Pogram baru

dalam rangka penyelesaian administrasi DIPA sepanjang telah

disetujui Dewan Perwakilan Rakyat;

g. pergeseran anggaran dalam 1 (satu) Program yang sama dalam

rangka penyediaan dana untuk penyelesaian restrukturisasi K/L;

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 48

h. pergeseran anggaran dalam 1 (satu) Program yang sama dalam

rangka memenuhi kebutuhan selisih kurs;

i. pergeseran anggaran dalam 1 (satu) Program yang sama dalam

rangka penyelesaian tunggakan tahun-tahun sebelumnya;

j. pergeseran anggaran pembayaran kewajiban utang sebagai

dampak dari perubahan komposisi instrument pembiayaan

utang;

k. pergeseran anggaran dalam 1 (satu) lokasi yang sama atau antar

lokasi dan/atau antar kewenangan dalam rangka tugas

pembantuan, urusan bersama,dan/atau dekonsentrasi;

l. pergeseran anggaran dalam rangka pembukaan kantor baru;

m. pergeseran anggaran dalam rangka penanggulangan bencana;

n. pergeseran anggaran dalam rangka penyelesaian putusan

pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap

(inlcracht);

o. pergeseran anggaran dalam rangka rekomposisi pendanaan

antar tahun terkait dengan kegiatan kontrak tahun jamak;

p. pergeseran anggaran dalam rangka penggunaan Sisa Anggaran

Kontraktual atau Sisa Anggaran Swakelola yang dilakukan dalam

1 (satu) Program yang sama;

q. pergeseran anggaran dalarn rangka pemenuhan kewajiban

negara sebagai akibat dari keikutsertaan sebagai anggota

organisasi internasional;

s. penggunaan anggaran dalam BA BUN yang belum dialokasikan

dalam DIPA BUN;

t. pergeseran anggaran belanja sebagai akibat dari perubahan

prioritas penggunaan anggaran;

u. penghapusan/ perubahan/pencantuman catatan halaman IV

DIPA berkaitan dengan pemenuhan persyaratan pencairan

anggaran, penggunaan Keluaran (Output) cadangan, dan/ atau

tunggakan;

v. penggunaan dana Keluaran (Output) cadangan; dan/atau

w. pergeseran anggaran dalam 1 (satu) Program yang sama atau

antar Program dalam 1 (satu) bagian anggaran dalam rangka

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 49

memenuhi penyelesaian Kegiatan yang ditunda sebagai akibat

kebijakan penghematan anggaran tahun 2016.

Revisi Anggaran sebagaimana dimaksud diatas dapat dilakukan

dalam 1 (satu) Keluaran (Output) yang sama atau antar Keluaran

(Output), dalam 1 (satu) Kegiatan yang sama atau antar Kegiatan,

dalam 1 (satu) Satker yang sama atau antar Satker, dan/atau dalam 1

(satu) Program yang sama atau antar Program, sesuai dengan

ketentuan masing – masing.

a.3. Revisi administrasi:

➢ Yang disebabkan kesalahan administrasi antara lain meliputi:

a. Ralat kode kewenangan;

b. Ralat kode bagian anggaran dan/atau Satker;

c. Ralat volume, jenis, dan satuan Keluaran (Output) yang

berbeda antara RKA-K/L dan RKP atau hasil kesepakatan DPR-

RI dengan Pemerintah;

d. ralat kode akun dalam rangka penerapan kebijakan akuntansi

sepanjang dalam peruntukan dan sasaran yang sama,

termasuk yang mengakibatkan perubahan jenis belanja;

e. ralatkode Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara(KPPN);

f. ralatkode lokasi satker dan/atau lokasi Kantor KPPN;

g. perubahan rencana penarikan dana/ atau rencana penerimaan

dalam halaman III DIPA;

h. ralat cara penarikan PHLN/PHDN, termasuk Pemberian

Pinjaman;

i. ralat cara penarikan SBSN;

j. ralat nomor register pembiayaan proyek melalui SBSN; dan/

atau

k. ralat karena kesalahan aplikasi berupa tidak berfungsinya

sebagian atau seluruh fungsi matematis aplikasi RKA-K/L

DIPA.

➢ yang disebabkan oleh perubahan rumusan yang tidak terkait

dengan anggaran antara lain meliputi:

a. perubahan/penambahan nomor register pinjaman dan/ atau

hibah luar negeri;

b. perubahan/penambahan nomor register SBSN;

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 50

c. perubahan/ penambahan cara penarikan PHLN/PHDN,

termasuk Pemberian Pinjaman;

d. perubahan/penambahan cara penarikan SBSN;

e. perubahan rumusan sasaran kinerja dalam database RKA-K/L

DIPA;

f. perubahan pejabat penandatangan DIPA;

g. perubahan nomenklatur bagian anggaran, Program/ Kegiatan,

dan/ atau Satker; dan/atau

Revisi anggaran sebagaimana diatas juga berlaku dalam hal terdapat:

a. perubahan atas Undang-Undang mengenai APBN Tahun Anggaran

2017;

b. perubahan atas Kebijakan Prioritas Pemerintah yang telah ditetapkan

dalam Undang-Undang mengenai APBN Tahun Anggaran 2017

dan/atau Undang-Undang mengenai Perubahan atas Undang-Undang

mengenai APBN Tahun Anggaran 2017, termasuk dalam hal ini

kebijakan pemotongan dan/ atau penghematan anggaran.

2. Batasan Revisi

Revisi Anggaran dilakukan sepanjang tidak mengakibatkan pengurangan

alokasi anggaran terhadap:

a. alokasi gaji dan tunjangan yang melekat pada gaji kecuali untuk

pemenuhan belanja pegawai pada komponen 001 pada Satker yang sama

dan/atau untuk pemenuhan alokasi gaji dan tunjangan yang melekat

pada gaji pada Satker lain sepanjang pergeseran tersebut tidak

mengakibatkan pagu minus;

b. pembayaran berbagai tunggakan;

c. Rupiah Murni Pendamping sepanJang paket pekerjaan masih berlanjut

(on-going); dan/atau

d. paket pekerjaan yang telah dikontrakkan dan/atau direalisasikan

dananya sehingga dananya menjadi minus.

Revisi Anggaran dapat dilakukan sepanjang tidak mengubah target kinerja

dengan ketentuan sebagai berikut :

a. tidak mengubah sasaran Program;

b. tidak mengubah Keluaran (Output) kegiatan yang sudah terdapat

realisasi anggaran;

c. tidak mengurangi volume Keluaran (Output); atau

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 51

d. tidak menyebabkan volume Keluaran (Output) yangtelah ditetapkan

menjadi tidak tercapai.

Dalam hal terdapat kebijakan pemotongan anggaran, pengurangan

pinjaman proyek/Hibah atau Keadaan Kahar, usulan Revisi Anggaran

terkait dengan pengurangan volume Keluaran (Output) dapat diajukan

dengan ketentuan sebagai berikut :

a. melampirkan surat pernyataan dari PA bahwa:

1. volume Keluaran (Output) yang diusulkan berkurang tersebut

merupakan volume Keluaran (Output) dari Kegiatan Prioritas

Nasional atau bukan; dan

2. PA menyetujui pengurangan volume Keluaran (Output).

b. dalam hal volume Keluaran (Output) yang berkurang merupakan volume

Keluaran (Output) dari Kegiatan Prioritas Nasional, usul pengurangan

volume Keluaran (Output) ditelaah dalam pertemuan tiga pihak antara

Kementerian Keuangan, Kementerian Perencanaan Pembangunan

Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, dan

Kementerian/ Lembaga yang bersangkutan.

Dalam hal Revisi Anggaran mengakibatkan pengurangan volume Keluaran

(Output) dari Kegiatan Prioritas Nasional, Usul revisi Anggaran diajukan

oleh Sekretaris Utama kepada Direktur Jenderal Anggaran dan Deputi

terkait di Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan

Perencanaan Pembangunan Nasional.

Dalam hal Revisi Anggaran mengakibatkan pengurangan volume Keluaran

(Output) selain dari Kegiatan Prioritas Nasional, usul revisi Anggaran

diajukan oleh Sekretaris Utama kepada Direktur Jenderal Anggaran.

Dalam hal terdapat perubahan prioritas penggunaan anggaran,

Kementerian/ Lembaga dapat mengajukan usul Revisi Anggaran terkait

dengan pengurangan volume Keluaran (Output) dengan ketentuan sebagai

berikut:

a. usul pengurangan volume Keluaran (Output) berkenaan merupakan

dampak dari perubahan prioritas penggunaan anggaran berupa

pengurangan anggaran pada Keluaran (Output) berkenaan, yang

diusulkan untuk menambah volume Keluaran (Output) lain;

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 52

b. perubahan prioritas penggunaan anggaran sebagaimana dimaksud pada

huruf a berkaitan dengan perubahan kebijakan Pemerintah dan/ atau

perubahan prioritas K/L;

c. usul revisi anggaran sebagaimana dimaksud pada huruf a dapat

dilakukan dalam bentuk pergeseran anggaran antar Keluaran (Output)

dalam 1 (satu) Kegiatan yang sama atau antar Kegiatan;

d. usul pengurangan volume Keluaran (Output) disertai dengan surat

persetujuan Eselon I; dan

e. melampirkan surat pernyataan KPA bahwa volume Keluaran (Output)

yang diusulkan berkurang tersebut merupakan volume Keluaran

(Output) dari Kegiatan Prioritas Nasional atau bukan.

Ketentuan revisi terkait dengan perubahan prioritas penggunaan anggaran

yang berdampak pada pengurangan volume Keluaran (Output)

sebagaimanadimaksud diatas, juga berlaku juga untuk usul revisi terkait

dengan perubahan prioritas penggunaan anggaran tanpa berdampak pada

pengurangan volume Keluaran (Output).

Pergeseran anggaran dalam 1 (satu) Program yang samadalam

rangkapenyelesaian tunggakan tahun-tahun sebelumnya dapat dilakukan

sepanjang tidak mengurangi volumeKeluaran (Output) dalam DIPA.

Untuk tiap-tiap tunggakan tahun lalu harus dicantumkan dalam catatan-

catatan terpisah per kode akun dalam halaman IV DIPA pada tiap-tiap

alokasi yang ditetapkan untuk mendanai suatu Kegiatan per DIPA per

Satker.

Dalam hal jumlah seluruh tunggakan tahun yang lalu per DIPA per Satker

nilainya:

a. sampai dengan Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah), harus

dilampiri surat pernyataan dari KPA;

b. di atas Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) sampai dengan

Rp2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah), harus dilampiri hasil verifikasi

dari APIP K/L;dan

c. di atas Rp2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah), harus dilampiri hasil

verifikasi dari Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan.

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 53

Tunggakan tahun lalu terkait :

a. belanja pegawai khusus gaji dan tunjangan yang melekat pada gaji;

b. tunjangan kinerja sesuai dengan peraturan yangberlaku;

c. uang makan;

d. belanja perjalanan dinas pindah;

e. langganan daya dan jasa;

f. tunjangan profesi guru/dosen;

g. tunjangan kehormatan profesor;

h. tunjangan tambahan penghasilan guru Pegawai Negeri Sipil;

i. tunjangan kemahalan hakim;

j. tunjangan hakim ad hoc;

k. honor pegawai honorer/ pegawai pemerintah non PNS / guru tidak

tetap;

l. imbalan jasa layanan Bank/Pos Persepsi;

m. pembayaran jasa bank penatausahaan penerusan pinjaman;

n. bahan makanan dan/ atau perawatan tahanan untuk

tahanan/narapidana; dan/atau

o. pembayaran provisi benda meterai,

yang alokasi dananya tidak cukup tersedia atau belum dibayarkan pada

tahun sebelumnya, dapat dibebankan pada DIPA TA 2017.

Untuk tunggakan sebagaimana dimaksud diatas dapat dibebankan pada

DIPA TA 2017, dengan ketentuan:

a. tanpa melalui mekanisme revisi DIPA sepanjang alokasi anggaran untuk

peruntukan akun yang sama sudah tersedia; dan

b. tidak memerlukan surat pernyataan dari KPA, hasil verifikasi dari APIP

K/L maupun hasil verifikasi Badan Pengawasan Keuangan dan

Pembangunan.

Untuk tunggakan lain dan/atau tunggakan yang alokasi anggarannya belum

tersedia, dapat dibebankan pada DIPA TA 2017, dengan ketentuan sebagai

berikut:

a. merupakan tagihan atas pekerjaan/penugasan yang alokasi anggarannya

cukup tersedia pada DIPA tahun lalu; dan

b. pekerjaan/penugasannya telah diselesaikan tetapi belum dibayarkan

sampai dengan berakhirnya tahun anggaran.

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 54

Pergeseran anggaran dalam rangka penggunaan Sisa Anggaran Kontraktual

atau Sisa Anggaran Swakelola yang dilakukan dalam 1 (satu) Program yang

sama merupakan Sisa Anggaran Kontraktual, termasuk addendum kontrak

sampai dengan 10 (sepuluh) persen, atau Sisa Anggaran Swakelola. Sisa

Anggaran Kontraktual atau Sisa Anggaran Swakelola dapat digunakan

untuk:

a. meningkatkan volume Keluaran (Output) pada Kegiatan yang sama;

b. meningkatkan volume Keluaran (Output) pada Kegiatan lain dalam

Program yang sama; dan/ atau

c. mendanai prioritas nasional yang dananya belum dialokasikan dalam

DIPA tahun berkenaan namun sasaran kinerjanya telah tercantum dalam

RKP tahun berkenaan dan/ atau Renja K/L tahun berkenaan.

Penggunaan dana Keluaran (Output) cadangan merupakan pemanfaatan

kembali alokasi anggaran yang telah dialokasikan dalam RKA-K/L dan

belum jelas peruntukannya.Penggunaan dana Keluaran (Output) cadangan

dapat dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:

a. mendanai prioritas nasional yang dananya belum dialokasikan dalam

DIPA tahun berkenaan namun sasaran kinerjanya telah tercantum dalam

RKP tahun 2017 dan/atau Renja K/ L tahun 2017;

b. menambah volume Keluaran (Output) prioritas nasional dan/atau

prioritas K/L; dan/atau

c. mendanai Kegiatan yang bersifat mendesak, kedaruratan, atau yang tidak

dapat ditunda.

Keterlibatan peran APIP

Penyesuaian peran APIP dalam proses Revisi Anggaran, sehingga APIP K/L

hanya terlibat dalam hal :

➢ Perubahan rincian anggaran yang disebabkan penambahan atau

pengurangan pagu anggaran belanja;

➢ Penggunaan dana Output Cadangan;

➢ Reviu tunggakan dengan nilai antara Rp200.000.000,- (dua ratus juta

rupiah) sampai dengan Rp2.000.000.000,- (dua miliar rupiah); dan

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 55

➢ Mengusulkan/rekomendasi penghapusan catatan dalam halaman IV

DIPA yang dicantumkan oleh APIP K/L pada saat pembahasan RKA-K/L.

3. Kewenangan dan Tata Cara Revisi

Kewenangan penyelesaian Revisi Anggaran dibagi dalam 4 kelompok yakni:

Revisi Anggaran pada Direktorat Jenderal Anggaran, Revisi Anggaran pada

Direktorat Jenderal Perbendaharaan, Revisi Anggaran pada Kuasa Pengguna

Anggaran serta Revisi Anggaran yang memerlukan Persetujuan DPR RI.

3.1. Revisi Anggaran pada Direktorat Jenderal Anggaran

3.1.1. Revisi anggaran yang dilaksanakan pada Direktorat Jenderal

Anggaran yang memerlukan penelaahan meliputi:

a. Revisi Anggaran dalam hal Pagu Anggaran berubah

termasuk perubahan rinciannya terdiri atas:

i. perubahan anggaran belanja yang bersumber dari PNBP,

tidak termasuk revisi terkait dengan Satker Badan

Layanan Umum;

ii. percepatan penarikan PHLN dan/atau PHDN, termasuk

penerusan Pinjaman;

iii. penambahan hibah luar negeri atau hibah dalam negeri

terencana yang diterima oleh Pemerintah c.q.

Kementerian Keuangan setelah Undang-Undang

mengenai APBN atau Undang-Undang mengenai APBN

Perubahan ditetapkan dan kegiatannya dilaksanakan

oleh K/L;

iv. pengurangan alokasi pinjaman proyek termasuk

pengurangan alokasi Pemberian Pinjaman, pengurangan

alokasi hibah luar negeri dan dalam negeri terencana

termasuk hibah luar negeri atau hibah dalam negeri

yang diterushibahkan, dan/atau pinjaman yang

diteruspinjamkan;

v. lanjutan pelaksanaan Kegiatan/proyek yang dananya

bersumber dari sisa dana penerbitan SBSN yang tidak

terserap pada tahun sebelumnya;

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 56

vi. perubahan anggaran Kegiatan K/L yang sumber

dananya berasal dari pinjaman atau hibah luar negeri

sebagai akibatdari penyesuaian kurs;

vii. tambahan alokasi anggaran belanja pegawai sebagai

akibat dari selisih kurs;

viii. penambahan alokasi anggaran pembayaran kewajiban

utang;

ix. penambahan alokasi anggaran Subsidi Energi;

x. penambahan alokasi anggaran pembayaran cicilan

pokok utang;

xi. penambahan alokasi anggaran dalam rangka PMN;

xii. perubahan pagu anggaran kewajiban penjaminan

Pemerintah;

xiii. perubahan Transfer ke Daerah dan Dana Desa;

b. pergeseran anggaran dalam hal pagu anggaran tetap,

terdiri atas:

i. pergeseran anggaran dalam 1 (satu) Program yang sama

atau antar Progdam dalam 1 (satu) bagian anggaran

untuk memenuhi kebutuhan Ineligible Expenditure atas

Kegiatan yang dibiayai dari pinjaman dan/ atau hibah

luar negeri;

ii. pergeseran anggaran Bagian Anggaran 999.08 (BA BUN

Pengelola Belanja Lainnya) ke BA K/L;

iii. pergeseran anggaran antar subbagian anggaran dalam

Bagian Anggaran 999 (BA BUN);

iv. pergeseran anggaran Bagian Anggaran 999.08 (BA BUN

Pengelola Belanja Lainnya) keBA K/L atau antar

subbagian anggaran dalam Bagian Anggaran 999 ( BA

BUN) terkait dengan pemberian penghargaan dan

pengenaan sanksi atas pelaksanaan anggaran belanja

K/L;

v. pergeseran anggaran belanja yang dibiayai dari PNBP

yang berasal dari instansi penghasil;

vi. pergeseran anggaran dalam 1 (satu) Program dalam

wilayah kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 57

Perbendaharaan (Kanwil Ditjen Perbendaharaan)yang

berbeda atau antar program dalam 1 (satu) Bagian

Anggaran yang bersumber dari rupiah murni dalam

rangka memenuhi kebutuhan Biaya Operasional;

vii. pergeseran anggaran dalam 1 ( satu) Program yang

sama dalam rangka penyediaan dana untuk

penyelesaian restrukturisasi K/L;

viii. pergeseran anggaran belanja K/L dalam 1 (satu)

Program dalam wilayah kerja Kanwil Ditjen

Perbendaharaan yang berbeda dalam rangka memenuhi

kebutuhan selisih kurs;

ix. pergeseran anggaran dalam 1 (satu) Program dalam

wilayah kerja Kanwil Ditjen Perbendaharaan yang

berbeda dalam rangka penyelesaian tunggakan tahun-

tahun sebelumnya;

x. pergeseran anggaran dalam rangka pembukaan kantor

baru;

xi. pergeseran anggaran dalam rangka penyelesaian

putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan

hukum tetap (inlcracht);

xii. pergeseran anggaran Kegiatan Kontrak Tahun Jamak

dalam rangka rekomposisi pendanaan antar tahun;

xiii. pergeseran anggaran dalam 1 (satu) Program sepanjang

pergeseran anggaran merupakan Sisa Anggaran

Kontraktual atau Sisa Anggaran Swakelola untuk

mendanai prioritas nasional yang dananya belum

dialokasikan dalam DIPA tahun berkenaan namun

sasaran kinerjanya telah tercantum dalam RKP tahun

berkenaan dan/atau Renja K/L tahun berkenaan;

xiv. pemenuhan kewajiban negara sebagai akibat dari

keikutsertaan sebagai anggota organisasi internasional;

xv. perubahan/penambahan cara penarikan PHLN/PHDN,

termasuk Pemberian Pinjaman;

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 58

xvi. perubahan rincian yang dituangkan dalam RKA-K/L dan

DIPA terkait penghapusan/ perubahan/ pencantuman

halaman IV DIPA;

xvii. penghapusan/perubahan/pencantuman catatan dalam

halaman IV DIPA terkait dengan penggunaan dana

Keluaran (Output) cadangan dan/atau terkait dengan BA

BUN yang masih memerlukan penelaahan dan/atau

harus dilengkapi dokumen terkait;

xviii. penggunaan dana Keluaran (Output) cadangan;

xix. pergeseran anggaran dalam 1 (satu) Program yang sama

atau antar Program dalam 1 (satu) bagian anggaran

dalam rangka memenuhi penyelesaian Kegiatan yang

ditunda sebagai akibat kebijakan penghematan

anggaran tahun 2016;

xx. perubahan rumusan sasaran kinerja dalam database

RKA-K/L DIPA;

xxi. perubahan anggaran sebagai akibat dari Perubahan atas

APBN TA 2017; dan/atau

xxii. perubahan anggaran sebagai akibat dari perubahan atas

Kebijakan Prioritas Pemerintah Yang Telah Ditetapkan

dalam Undang-Undang mengenai APBN atau Undang-

Undang mengenai APBN Perubahan termasuk

perubahan anggaran sebagai akibat dari kebijakan

penghematan dan/atau pemotongan anggaran.

3.1.2. Revisi anggaran yang dilaksanakan pada Direktorat Jenderal

Anggaran yang tidak memerlukan penelaahan meliputi:

a. perubahan anggaran belanja Pemerintah Pusat berupa

pagu untuk pengesahan belanja yang bersumber dari

pinjaman/hibah luar negeri yang telah closing date;

b. Revisi Anggaran dalam hal pagu tetap dalam rangka

pengesahan yang dilakukan dengan pergeseran

anggaran dalam 1 (satu) Keluaran (Output) yang sama

atau antar Keluaran (Output), dalam 1 (satu) Kegiatan

yang sama atau antar Kegiatan, antar Satker, antar

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 59

lokasi, dan/ atau antar kewenangan dalam wilayah kerja

Kanwil Ditjen Perbendaharaan yang berbeda;

c. penghapusan/perubahan/pencantuman catatan dalam

halaman IV DIPA;

d. ralat kode KPPN berupa perubahan kantor bayar pada

wilayah kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal

Perbendaharaan yang berbeda sepanjang DIPA belum

direalisasikan;

e. ralat kode kewenangan;

f. ralat kode bagian anggaran dan/atau Satker;

g. ralat volume, jenis, dan satuan Keluaran (Output) yang

berbeda antara RKA-K/L dan RKP atau hasil

kesepakatan DPR dengan Pemerintah;

h. revisi administrasi yang disebabkan oleh perubahan

rumusan yang tidak terkait dengan anggaran; dan/atau

i. ralat karena kesalahan aplikasi berupa tidak

berfungsinya sebagian atau seluruh fungsi matematis

aplikasi RKA-K/L DIPA.

3.1.3. Mekanisme Revisi Anggaran pada Direktorat Jenderal

Anggaran dapat dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Untuk satker Pusat

i. Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) / Kepala Unit

Kerja menyampaikan usulan revisi kepada Kepala

Biro Perencanaan dan Keuangan yang dilampiri

dokumen pendukung berupa :

✓ Surat Usulan Revisi Anggaran yang dilampiri

Matriks Perubahan (semula – menjadi) sesuai

Lampiran 3 dan/atau Lampiran 4;

✓ BackupRKA-K/L DIPA usulan revisi dalam

bentuk d01_06301_00_xxxxxx_x.s17; dan

✓ Dokumen pendukung terkait.

iii. PPK tidak melakukan pencairan anggaran yang

direvisi selama proses pengesahan sehingga tidak

mengakibatkan pagu minus;

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 60

iv. Biro Perencanaan dan Keuangan meneliti usulan

Revisi Anggaran dan kelengkapan dokumen yang

disampaikan oleh Kepala Unit Kerja/KPA dan

menyampaikan kepada APIP untuk dilakukan

reviu;

v. Biro Perencanaan dan Keuangan menyusun dan

menyampaikan surat permohonan revisi anggaran

yang ditandatangani Sekretaris Utama BPOM

kepada Direktur Jenderal Anggaran dengan

melampirkan dokumen pendukung berupa :

✓ Surat Usulan Revisi Anggaran yang dilampiri

Matriks Perubahan( semula – menjadi);

✓ ADKRKA-K/L DIPA revisi;

✓ RKA Satker;

✓ Copy DIPA terakhir; dan

✓ Dokumen pendukung terkait.

vi. Biro Perencanaan dan Keuangan melakukan

penelaahan revisi bersama Direktorat Anggaran

Bidang PMK dan menandatangani berita acara

penelaahan revisi;

vii. Apabila usulan Revisi Anggaran disetujui, KPA

melalui Biro Perencanaan dan Keuangan

menerima Surat pengesahan Revisi Anggaran yang

dilampiri notifikasi dari sistem;

viii. Direktorat Jenderal Anggaran akan melakukan

upload back up RKA-K/L atau DIPA ke web RKA-

K/L online, dan akan mencetakan SP DIPA

Induk/DIPA Petikan hasil revisi;

ix. Berdasarkan surat pengesahan revisi DIPA

tersebut, Biro Perencanaan dan Keuangan

menerbitkan revisi POK dilampiri surat

pengesahan revisi DIPA;

x. Biro Perencanaan dan Keuangan melakukan

update revisi DIPA berdasarkan RKA-K/L online.

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 61

b. Untuk satker Balai Besar/Balai POM

i. Usulan revisi diajukan oleh PPK/KPA satker Balai

Besar/Balai POM kepada Kepala Biro Perencanaan

dan Keuangan yang dilampiri dokumen pendukung

berupa :

✓ Surat Usulan Revisi Anggaran yang dilampiri

Matriks Perubahan (semula – menjadi) sesuai

Lampiran 3 dan/atau Lampiran 4;

✓ RKA Satker

✓ Backup RKAKL-DIPA usulan revisi dalam bentuk

d01_06301_00_xxxxxx_x.s17; dan

✓ Dokumen pendukung terkait.

ii. PPK tidak melakukan pencairan anggaran yang

direvisi selama proses pengesahan sehingga tidak

mengakibatkan pagu minus;

iii. Biro Perencanaan dan Keuangan meneliti usulan

Revisi Anggaran dan kelengkapan dokumen yang

disampaikan oleh PPK/KPA dan menyampaikan

kepada APIP untuk dilakukan reviu;

iv. Biro Perencanaan dan Keuangan menyusun dan

menyampaikan surat permohonan revisi anggaran

yang ditandatangani Sekretaris Utama BPOM

kepada Direktur Jenderal Anggaran dengan

melampirkan dokumen pendukung berupa :

✓ Surat Usulan Revisi Anggaran yang dilampiri

Matriks Perubahan (semula – menjadi);

✓ ADK RKA-K/L DIPA revisi;

✓ RKA Satker;

✓ Copy DIPA terakhir; dan

✓ Dokumen pendukung terkait.

v. Biro Perencanaan dan Keuangan melakukan

penelaahan revisi bersama Direktorat Anggaran

Bidang PMK dan menandatangani berita acara

penelaahan revisi;

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 62

vi. Apabila usulan Revisi Anggaran disetujui, KPA

melalui Biro Perencanaan dan Keuangan

menerima Surat pengesahan Revisi Anggaran yang

dilampiri notifikasi dari sistem;

vii. Direktorat Jenderal Anggaran akan melakukan

upload back up RKA-K/L atau DIPA ke web RKA-

K/L online, dan akan mencetakan SP DIPA

Induk/DIPA Petikan hasil revisi;

viii. Berdasarkan surat pengesahan revisi DIPA

tersebut, Satker Balai Besar/Balai POM

menerbitkan revisi POK dilampiri surat

pengesahan revisi DIPA;

ix. Biro Perencanaan dan Keuangan melakukan

update revisi DIPA berdasarkan RKA-K/L online.

3.2. Revisi Anggaran pada Direktorat Jenderal Perbendaharaan

3.2.1. Revisi Anggaran pada Kanwil Ditjen Perbendaharaan meliputi

revisi terkait dengan:

a. lanjutan pelaksanaan Kegiatan yang dananya bersumber

dari PHLN dan/atau PHDN;

b. penambahan dan/atau pengurangan penerimaan hibah

langsung;

c. Revisi Anggaran dalam hal pagu tetap dalam rangka

perubahan prioritas penggunaan anggaran sepanjang tidak

mengurangi volume Keluaran (Output), yang dilakukan

dengan:

1. pergeseran anggaran dalam 1 (Satu) Keluaran (Output)

yang sama, dalam 1 (satu) Kegiatan yang sama,dan

dalam 1 (satu) Satker yang sama dalam 1 (satu) wilayah

kerja Kanwil Ditjen Perbendaharaan;

2. pergeseran anggaran antar Keluaran (Output), dalam1

(satu) Kegiatan yang sama, dan dalam 1 (satu) Satker

yang sama dalam 1 (satu) wilayah kerja Kanwil Ditjen

Perbendaharaan;

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 63

3. pergeseran anggaran dalam 1 (Satu) Keluaran (Output)

yang sama, dalam 1 (satu) Kegiatan yang sama, dan

antar Satker dalam 1 (satu) wilayah kerja Kanwil Ditjen

Perbendaharaan;

4. pergeseran anggaran antar Keluaran (Output), dalam1

(satu) Kegiatan yang sama, dan antar Satker dalam1

(satu) wilayah kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal

Perbendaharaan;

5. pergeseran anggaran antar Kegiatan, dalam 1 (satu)

satker yang sama, dalam 1 (satu) wilayah kerja Kanwil

Ditjen Perbendaharaan;

6. pergeseran anggaran dalam 1 (satu) Kegiatan yang

sama, dan antar Satker dalam 1 (satu) wilayah

kerjaKantor Wilayah Direktorat Jenderal

Perbendaharaan;

d. pergeseran anggaran terkait detil belanja pegawai dalam

komponen 001 dalam rangka memenuhi kebutuhan Biaya

Operasional Satker;

e. pergeseran anggaran Sisa Anggaran Kontraktual atau Sisa

Anggaran Swakelola dalam 1 (satu) Satker dalam rangka

meningkatkan volume Keluaran (Output); ralat karena

kesalahan administrasi dalam wilayah kerja Kantor

Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaaan selain ralat

volume, jenis, dan satuan Keluaran (Output) yang berbeda

antara RKA-K/L dan RKP atau hasil kesepakatan DPR

dengan Pemerintah.

f. perubahan pejabat perbendaharaan;dan/atau

g. penghapusan/perubahan/pencantuman catatan dalam

halaman IV DIPA terkait dengan penyelesaian tunggakan

tahun lalu.

3.2.2. Mekanisme Revisi Anggaran pada Kanwil Ditjen

Perbendaharaan dapat dilakukan dengan ketentuan sebagai

berikut:

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 64

a. Untuk satker Pusat

i. KPA/Kepala Unit Kerja menyampaikan usulan revisi

kepada Kepala Biro Perencanaan dan Keuangan yang

dilampiri dokumen pendukung berupa :

✓ Surat Usulan Revisi Anggaran yang dilampiri

Matriks Perubahan (semula – menjadi) sesuai

Lampiran 3 dan/atau Lampiran 4;

✓ Dokumen pendukung terkait.

✓ ADK RKA-K/L DIPA revisi;

ii. PPK tidak melakukan pencairan anggaran yang

direvisi selama proses pengesahan sehingga tidak

mengakibatkan pagu minus;

iii. Biro Perencanaan dan Keuangan meneliti usulan

Revisi Anggaran dan kelengkapan dokumen yang

disampaikan oleh PPK/KPA;

iv. Biro Perencanaan dan Keuangan menyampaikan

usulan Revisi Anggaran yang ditandatangani KPA

Satker kepada Kanwil Ditjen Perbendaharaan dengan

melampirkan dokumen pendukung berupa:

✓ Surat Usulan Revisi Anggaran yang dilampiri

Matriks Perubahan (semula – menjadi);

✓ ADK RKA-K/L DIPA revisi;

✓ Copy DIPA Petikan terakhir; dan

✓ Dokumen pendukung terkait.

v. Apabila usulan Revisi Anggaran disetujui, KPA

melalui Biro Perencanaan dan Keuangan menerima

Surat pengesahan Revisi Anggaran yang dilampiri

notifikasi dari sistem;

vi. Berdasarkan surat pengesahan revisi DIPA tersebut,

Biro Perencanaan dan Keuangan menerbitkan revisi

POK dilampiri surat pengesahan revisi DIPA;

vii. Biro Perencanaan dan Keuangan melakukan update

revisi DIPA berdasarkan RKA-K/L online.

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 65

b. Untuk satker Balai Besar/Balai POM

i. KPA menyampaikan usulan Revisi Anggaran kepada

Kepala kanwil Ditjen Perbendaharaan dilengkapi

dokumen pendukung berupa :

✓ Surat Usulan Revisi Anggaran yang dilampiri

Matriks Perubahan (semula – menjadi);

✓ ADK RKA-K/L DIPA Revisi;

✓ Copy DIPA Petikan terakhir; dan

✓ Dokumen pendukung terkait.

ii. Apabila usulan Revisi Anggaran disetujui, KPA

menerima Surat pengesahan Revisi Anggaran yang

dilampiri notifikasi dari sistem;

iii. Berdasarkan surat pengesahan revisi DIPA tersebut,

KPA Satker Balai Besar/Balai POM menerbitkan revisi

POK;

iv. Satker Balai Besar/Balai POM melakukan update

revisi DIPA berdasarkan RKA-K/L online.

3.3. Revisi Anggaran pada Kuasa Pengguna Anggaran

3.3.1. Revisi Anggaran dapat dilakukan pada KPA dengan ketentuan

sebagai berikut:

a. pergeseran anggaran antar akun dalam 1 (satu) komponen

yang sama dan dalam 1 ( satu) Keluaran (Output) yang

sama, kecuali pergeseran detil Belanja Pegawai dalam

komponen 001; dan

b. pergeseran anggaran antar akun dalam 1 (satu) jenis

belanja yang sama.

3.3.2. Mekanisme Revisi Anggaran pada KPA dapat dilakukan

dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Untuk Satker Pusat

i. PPK/ KPA menyampaikan usulan revisi kepada

Kepala Biro Perencanaan dan Keuangan yang

dilampiri dokumen pendukung berupa :

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 66

✓ Surat Usulan Revisi Anggaran yang dilampiri

Matriks Perubahan (semula – menjadi) sesuai

Lampiran 3 dan/atau Lampiran 4;

✓ Dokumen pendukung terkait.

ii. Biro Perencanaan dan Keuangan meneliti dan

memeriksa kelengkapan dokumen pendukung, dan

mengubah ADK RKA Satker melalui aplikasi RKA-

K/L-DIPA dan mencetak POK;

iii. KPA menetapkan perubahan POK;

iv. Biro Perencanaan dan Keuangan melakukan update

revisi POK.

b. Untuk Satker Balai/Balai Besar POM

i. PPK menyampaikan usulan revisi kepada KPA satker

Balai Besar/Balai POM yang dilampiri dokumen

pendukung berupa :

✓ Surat Usulan Revisi Anggaran yang dilampiri

Matriks Perubahan (semula – menjadi) sesuai

Lampiran 3 dan/atau Lampiran 4;

✓ Dokumen pendukung terkait.

ii. Satker Balai Besar/Balai POM melakukan perubahan

pada aplikasi RKA-K/L-DIPA dan mencetak POK;

iii. KPA menetapkan perubahan POK;

iv. KPA menyampaikan back upRKA-K/L-DIPA revisi

kepada Biro Perencanaan dan Keuangan sebagai

bahan up dating data komputer di Biro Perencanaan

dan Keuangan;

3.4. Revisi Anggaran yang Memerlukan Persetujuan DPR-RI

3.4.1. Revisi Anggaran yang Memerlukan Persetujuan DPR-RI

meliputi:

a. tambahan Pinjaman Proyek Luar Negeri/Pinjaman Dalam

Negeri baru setelah Undang-Undang mengenai APBN

Tahun Anggaran 2017 ditetapkan;

b. pergeseran anggaran antar fungsi/unit organisasi yang

dipimpin oleh Pejabat Eselon I selaku penanggung jawab

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 67

Program yang memiliki alokasi anggaran (portofolio),

dalam 1 (satu) K/L; dan/atau

c. Pergeseran anggaran antar Program kecuali untuk:

i. memenuhi kebutuhan Biaya Operasional sepanjang

dalam Bagian Anggaran yang sama;

ii. pergeseran anggaran antar Program dalam1 (satu)

Bagian Anggaran untuk memenuhi kebutuhan Ineligible

Expenditure atas Kegiatan yang dibiayai dari pinjaman

dan/ atau hibah luar negeri;

iii. penyediaan dana untuk penyelesaian likuidasi satker

sepanjang likuidasi Satker sudah disetujui oleh DPR;

dan/atau

iv. penyelesaian administrasi DIPA baru dalam1 (satu)

satkerbagi K/L yang mengalami perubahan

nomenklatur/strukturorganisasi sepanjang total pagu

K/L tetap, dan pagu Program lama dan Program baru

sudah disetujui DPR.

3.4.2. Mekanisme Revisi Anggaran yang memerlukan persetujuan

DPR-RI dapat dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Untuk satker Pusat dan Balai

i. Usulan revisi diajukan oleh Sekretaris Utama kepada

Pimpinan Komisi IX DPR RI untuk mendapat

persetujuan;

ii. Berdasarkan persetujuan Pimpinan Komisi IX DPR RI,

Sekretaris Utama mengajukan usulan revisi anggaran

kepada Direktur Jenderal Anggaran dilengkapi

dokumen pendukung berupa :

✓ Surat Usulan Revisi Anggaran yang dilampiri

Matriks Perubahan (semula – menjadi);

✓ ADK RKA-K/L DIPA revisi;

✓ RKA Satker;

✓ Copy DIPA terakhir; dan

✓ Dokumen pendukung terkait.

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 68

iii. Apabila usulan Revisi Anggaran disetujui, Direktorat

Jenderal Anggaran menetapkan Revisi DHP RKA-K/L

dan Surat pengesahan Revisi Anggaran yang dilampiri

notifikasi dari sistem;

iv. Berdasarkan surat pengesahan revisi DIPA tersebut,

Biro Perencanaan dan Keuangan menerbitkan revisi

POK Pusat dilampiri surat pengesahan revisi DIPA;

v. Berdasarkan surat pengesahan revisi DIPA tersebut,

Satker Balai Besar/Balai POM menerbitkan revisi

POK dilampiri surat pengesahan revisi DIPA;

vi. Biro Perencanaan dan Keuangan dan Satker Balai

Besar/Balai POM melakukan update revisi DIPA

berdasarkan RKA-K/L online.

4. Batas Akhir Penerimaan Usul Revisi Anggaran

4.1. Batas akhir penerimaan usul Revisi Anggaran untuk TA. 2017

ditetapkan sebagai berikut:

a. Tanggal 30 Oktober 2017 untuk Revisi Anggaran pada Direktorat

Jenderal Anggaran;

b. Tanggal 30 Nopember 2017 untuk Revisi Anggaran pada Kanwil

Ditjen Perbendaharaan.

c. Tanggal 15 Desember 2017 untuk Revisi Anggaran pada

Direktorat Jenderal Anggaran berkaitan antara lain pergeseran

anggaran untuk belanja pegawai; pergeseran anggaran dari BA

999.08 ke BA K/L; kegiatan yang dananya bersumber dari PNBP,

PLN, HLN terencana, dan HDN terencana serta Pinjaman Dalam

Negeri dan kegiatan yang membutuhkan data/dokumen yang

harus mendapat persetujuan DPR, persetujuan Menteri Keuangan,

hasil audit eksternal dan sejenisnya.

d. Tanggal 30 Desember 2017 untuk Revisi Anggaran kepada

Direktorat Jenderal Anggaran dalam rangka pelaksanaan kegiatan

lingkup BA BUN, pergeseran anggaran untuk bencana alam, dan

revisi dalam rangka pengesahan.

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 69

e. Tanggal 30 Desember 2017 untuk Revisi Anggaran kepada

Direktorat Jenderal Perbendaharaan dalam rangka pengesahan

anggaran belanja yang dibiayai dari hibah langsung.

4.2. Dalam hal penyelesaian Revisi Anggaran ditemukan kesalahan berupa:

kesalahan pencantuman kantor bayar (KPPN), kesalahan

pencantuman kode lokasi, kesalahan pencantuman sumber dana,

terlanjur memberikan approval/persetujuan revisi, tidak

tercantumnya catatan pada halaman IV DIPA dan DIPA belum

direalisasikan, atas kesalahan tersebut dapat dilakukan revisi secara

otomatis.

D. PELAPORAN

Untuk mewujudkan Laporan Keuangan yang andal, akuntabel dan transparan,

BPOM wajib melaksanakan sistem akuntansi dan pelaporan keuangan. Salah

satu unsur dalam sistem akuntansi dan pelaporan keuangan tersebut adalah

terbentuknya struktur organisasi Unit Akuntansi dan Pelaporan Keuangan yang

terdiri dari :

b. Unit Akuntansi dan Pelaporan Keuangan, terdiri dari

a. Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran (UAKPA) Unit Akuntansi pada

tingkat Satuan Kerja.

b. Unit Akuntansi Pengguna Anggaran (UAPA), Unit Akuntansi pada tingkat

BPOM.

c. Penanggung Jawab Unit Akuntansi dan Pelaporan Keuangan

a. Penanggung jawab UAKPA adalah Kepala Satuan Kerja dan wajib

menyusun laporan keuangan sehubungan dengan anggaran yang

dikelolanya.

b. Penanggung jawab UAPA adalah Kepala Badan Badan dan wajib

menyusun Laporan Keuangan tingkat BPOM.

d. Struktur Organisasi Unit Akuntansi dan Pelaporan Keuangan

Dengan adanya pembentukan dan penunjukan Unit Akuntansi dan

Pelaporan Keuangan, diperlukan adanya struktur organisasi akuntansi dan

pelaporan keuangan yaitu sebagai berikut :

a. Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran (UAKPA)

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 70

Petugas Perekeman dan Petugas Akuntansi dan Verifikasi (telaah) dapat dirangkap.

Tugas dan Fungsi

1) Kepala Satuan Kerja

• Menunjuk dan menetapkan Tim Unit Akuntansi dan Pelaporan

Keuangan

• Menandatangani Laporan Keuangan

• Menyampaikan Laporan Keuangan

2) Kasubag Tata Usaha

• Menyiapkan usulan organisasi UAKPA

• Melakukan pembinaan dan monitoring pelaksanaan Sistem

Akuntansi dan Penyusunan laporan keuangan

• Mengkoordinasikan pelaksanaan rekonsiliasi internal dan

eksternal.

• Melakukan analisa Laporan Keuangan Satuan Kerja

3) Petugas Akuntansi dan Verifikasi Dokumen Sumber

• Melakukan analisa transaksi keuangan

• Menerima data dari SIMAK BMN

• Melakukan rekonsiliasi internal dengan Petugas SIMAK BMN

• Mengunduh data ke E-Rekon melalui web

• Melakukan rekonsiliasi eksternal dengan KPPN

• Menelaah Laporan Keuangan

• Melakukan analisis untuk membuat Catatan atas Laporan Keuangan

Kepala Satuan Kerja

Kepala Subag Tata Usaha/yang ditunjuk

Petugas Akuntansi dan Verifikasi Data Sumber

Petugas Perekaman Dokumen Sumber

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 71

• Menyusun Laporan Keuangan

• Mendistribusikan Laporan keuangan.

4) Petugas Perekaman Dokumen Sumber.

• Merekam dokumen sumber (DIPA, Revisi DIPA, Pendapatan dan

Belanja)

• Memelihara dan menyimpan dokumen sumber

• Memelihara Arsip Data Komputer

b. Unit Akuntansi Pengguna Anggaran

Tugas dan fungsi

1) Kepala BPOM

Kepala Badan POM

Sekretariat Utama

Kepala Biro Perencanaan dan Keuangan

Kepala Biro Perencanaan dan Keuangan

Kepala Bagian Keuangan

Petugas Monitoring E_Rekon

Petugas Akuntansi dan Telaah (Verifikasi) LK

Satker

Kepala Subag Verifikasi

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 72

• Menetapkan organisasi Unit Akuntansi dan Penyusunan Laporan

Keuangan Tingkat BPOM (UAPA)

• Menandatangani Statement Of Responsibility (SOR)

2) Sekretariat Utama/Kepala Biro Perencanaan dan Keuangan BPOM

• Menyiapkan Sumber Daya Manusia

• Mengkoordinasikan Sistem Akuntansi Keuangan dan Barang

• Menyetujui/menandatangani Laporan Keuangan (LRA, LO, LPE dan

Neraca)

3) Kepala Bagian Keuangan/Kepala Subag Verifikasi

• Menyiapkan usulan organisasi UAPA.

• Melaksanakan Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan di

lingkup BPOM

• Melakukan supervisi terhadap pelaksanaan akuntansi dan

penyusunan laporan keuangan kepada petugas akuntansi keuangan

dan petugas yang melakukan monitoring E-Rekon.

• Mengkoordinasikan pelaksanaan rekonsiliasi internal dan

eksternal.

• Melakukan konsoliadasi Laporan Keuangan Satuan Kerja dengan

cara klarifikasi, konfimasi, verifikasi dan validasi data Laporan

Keuangan tingkat Satuan Kerja

• Menyusun Laporan Keuangan tingkat BPOM (semester dan

Tahunan baik unaudited maupun audited)

4) Petugas Akuntansi dan Verifikasi Laporan Keuangan

• Melakukan analisa terhadap laporan keuangan Satker di

lingkungan BPOM melalui unduh data melalu web e-rekon dan

pengumpulna Backup data SAIBA, SIMAK BMN dan persediaan.

• Melaksanakan rekonsilasi internal dan eksternal tingkat BPOM

• Menyusun draft Laporan Keuangan tingkat BPOM (semester dan

Tahunan baik unaudited maupun audited)

5) Petugas Monitoring E-Rekon

• Melakukan monitoring data E-Rekon Satuan Kerja di lingkungan

BPOM

• Mengumpulkan backup data SAIBA, SIMAK BMN dan Persediaan

dari Satker.

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 73

• Menyiapkan surat konfirmasi/klarifikasi ke Satuan Kerja jika

terdapat akun tidak normal pada Laporan Keuangan Satuan Kerja

di lingkungan BPOM.

Jenis dan Periode Pelaporan

1. Penyampaian Laporan Keuangan tingkat UAKPA ke :

a. KPPN

• Laporan Keuangan Bulanan yang disampaikan dalam bentuk

unggahan pada aplikasi berbasis web.

• Laporan Keuangan semesteran dalam bentuk cetakan dengan

sistematika dan format sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan

yang berlaku.

• Laporan Keuangan Tahunan unaudited dalam bentuk cetakan dengan

sistematika dan format sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan

yang berlaku.

• Laporan Keuangan Tahunan audited dalam bentuk cetakan dengan

sistematika dan format sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan

yang berlaku.

b. UAPA

• Laporan Bulanan yang disampaikan dalam bentuk unggahan pada

aplikasi berbasis web dengan cara memberikan user id dan password

ke petugas akuntansi tingkat UAPA untuk dilakukan monitoring.

• Laporan Keuangan semesteran dalam bentuk cetakan dan soft copy

dalam bentuk PDF dengan sistematika dan format sesuai dengan

Peraturan Menteri Keuangan yang berlaku, serta backup data SAIBA,

SIMAK BMN dan Persediaan.

• Laporan Keuangan Tahunan unaudited dalam bentuk cetakan dan soft

copy dalam bentuk PDF dengan sistematika dan format sesuai dengan

Peraturan Menteri Keuangan yang berlaku, serta backup data SAIBA,

SIMAK BMN dan Persediaan.

• Laporan Keuangan Tahunan audited dalam bentuk cetakan dan soft

copy dalam bentuk PDF dengan sistematika dan format sesuai dengan

Peraturan Menteri Keuangan yang berlaku, serta backup data SAIBA,

SIMAK BMN dan Persediaan.

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 74

• Waktu penyampaian laporan keuangan akan diinformasikan melalui

Surat Edaran yang akan ditetapkan pada tahun yang bersangkutan.

2. Penyampaian Laporan Keuangan tingkat UAPA ke Kementerian Keuangan

dan Badan Pemeriksa Keuangan.

• Laporan Keuangan semesteran dengan sistematika dan format sesuai

dengan Peraturan Menteri Keuangan yang berlaku, dalam bentuk

cetakan dan soft copy dalam bentuk PDF.

• Laporan Keuangan Tahunan unaudited dengan sistematika dan format

sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan yang berlaku, dalam bentuk

cetakan dan soft copy dalam bentuk PDF.

• Waktu penyampaian Laporan Keuangan ke Kementerian Keuangan

disesuaikan dengan Peraturan Kementerian Keuangan dan Badan

Pemeriksa Keuangan yang berlaku.

1. Pelaporan Kinerja/Kegiatan

Pengendalian pelaksanaan anggaran dan kegiatan terdiri dari 2 (dua) sisi,

yaitu pengendalian keuangan dan pengendalian kegiatan. Untuk

memudahkan pengendalian, sebelum pelaksanaan anggaran dimulai,

Kepala Unit Kerja bersama dengan Penanggung Jawab Kegiatan diwajibkan

untuk membuat Perjanjian Kinerja (PK) dan Rencana Aksi Perjanjian

Kinerja (RAPK), Kerangka Acuan Kegiatan (Term of Reference = TOR),

Rencana Pelaksanaan Kegiatan (Plan of Action = POA), serta entry data dan

mengumumkan Rencana Umum Pengadaan (RUP) melalui Sistem Informasi

RUP (SiRUP). Pencapaian kinerja harus diukur dan dilaporkan dalam

periode tertentu, menggunakan format sebagai berikut:

a. Format RAPK untuk memantau capaian Perjanjian Kinerja;

b. Matriks Pencapaian Rencana Tindak untuk memantau realisasi fisik dan

anggaran;

c. Progress RUP untuk memantau kemajuan pelaksanaan pengadaan

barang/jasa;

d. Rekapitulasi Hasil Pelaksanaan Kegiatan (RHPK) untuk pelaporan kinerja

pengawasan Obat dan Makanan. Untuk pelaporan kinerja yang telah

difasilitasi oleh SIPT, agar dilaporkan melalui SIPT.

Selain itu, penanggung jawab data juga melakukan pelaporan secara online

melalui e-monev Bappenas (PP 39/2006) untuk capaian RKP per triwulan,

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 75

e-monev DJA (PMK 249/2011) untuk capaian output kegiatan yang

tercantum dalam DIPA per bulan, serta e-monev LKPP/ TEPRA untuk

capaian fisik, anggaran, dan progres pengadaan barang/jasa per bulan.

Mulai tahun 2016, untuk memudahkan mekanisme pemantauan kinerja dan

mekanisme pengumpulan data kinerja, telah dilakukan pemantuan kinerja

secara online melalui e-performance BPOM.

A. Pelaksanaan PMK Nomor 249/PMK.02/2011

Sesuai dengan ketentuan pasal 19 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor

90 tahun 2010 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran

Kementerian Negara/Lembaga, disebutkan bahwa Menteri/Pimpinan

Lembaga melakukan pengukuran dan evaluasi kinerja atas pelaksanaan

RKA-K/L tahun sebelumnya dan tahun anggaran berjalan. Untuk

melaksanakan ketentuan tersebut, Menteri Keuangan menetapkan PMK

Nomor 249/PMK.02/2011 tentang Pengukuran dan Evaluasi Kinerja atas

Pelaksanaan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian

Negara/Lembaga. Evaluasi kinerja tersebut terdiri atas 3 (tiga) aspek

yaitu aspek implementasi, aspek manfaat, dan aspek konteks.

Evaluasi kinerja atas aspek implementasi dilakukan dalam rangka

menghasilkan informasi kinerja mengenai pelaksanaan kegiatan dan

pencapaian keluaran. Indikator yang diukur dalam evaluasi pada aspek

implementasi meliputi:

1. penyerapan anggaran (bobot 9,7%), dilakukan dengan

membandingkan akumulasi realisasi anggaran dengan akumulasi

pagu anggaran dikalikan 100%.

2. konsistensi antara perencanaaan dan implementasi(bobot

18,2%), dilakukan dengan membandingkan akumulasi realisasi

anggaran dengan akumulasi rencana penarikan dana dibagi dengan

jumlah bulan.

3. pencapaian keluaran (bobot 43,5%), dilakukan berdasarkan rata-

rata dari perkalian antara perbandingan realisasi dan target volume

keluaran dengan rata-rata perbandingan antara realisasi dan target

indikator kinerja keluaran. Sampai dengan saat ini, pengukuran

pencapaian keluaran diperoleh dengan merata-ratakan perbandingan

realisasi dan target volume keluaran.

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 76

4. efisiensi (bobot 28,6%), dilakukan dengan mengurangkan angka 1

(satu) dengan hasil perbandingan realisasi anggaran per keluaran

dengan pagu anggaran per keluaran.

Evaluasi kinerja atas aspek manfaat dilakukan dalam rangka

menghasilkan informasi mengenai perubahan yang terjadi dalam

masyarakat dan/atau pemangku kepentingan sebagai penerima manfaat

atas keluaran yang telah dicapai. Indikator yang diukur dalam evaluasi

pada aspek manfaat yaitu capaian indikator kinerja utama (IKU), dengan

membandingkan realisasi dan target IKU. Evaluasi kinerja atas aspek

konteks dilakukan dalam rangka menghasilkan informasi mengenai

relevansi masukan, kegiatan, keluaran, dan hasil, dengan dinamika

perkembangan keadaan, termasuk kebijakan Pemerintah.

Evaluasi kinerja atas aspek implementasi dan aspek manfaat dilakukan

setiap tahun. Evaluasi kinerja atas aspek konteks dilakukan paling sedikit

sekali dalam setahun atau sesuai dengan kebutuhan.Secara keseluruhan,

penilaian kinerja dilakukan dengan menghitung nilai kinerja pada

masing-masing aspek dikalikan dengan bobot masing-masing aspek.Hasil

penilaian kinerja dikelompokkan dalam kategori sebagai berikut:

a. >90% - 100% : Sangat Baik

b. >80% - 90% : Baik

c. >60% - 80% : Cukup atau Normal

d. >50% - 60% : Kurang

e. ≤50% : Sangat Kurang

Pelaporan oleh setiap unit kerja dilakukan setiap bulan melaluiSistem

Monitoring dan Evaluasi Kinerja Terpadu (SMART) yang diakses melalui

http://monev.anggaran.kemenkeu.go.idyang telah disediakan oleh DJA

Kementerian Keuangan, paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah

bulan bersangkutan berakhir.

B. Pelaksanaan PP Nomor 39 Tahun 2006

Untuk melaksanakan ketentuan pasal 30 Undang-Undang nomor 25

tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional,

pemerintah menetapkan Peraturan Pemerintah nomor 39 tahun 2006

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 77

tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana

Pembangunan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas alokasi

sumberdaya, serta meningkatkan transparansi dan akuntabilitas

pengelolaan program pembangunan. 3 (tiga) tahapan utama dalam

penerapan PP 39/2006 ini adalah pengendalian, evaluasi, dan pelaporan.

Pengendalian dimaksudkan untuk menjamin tercapainya tujuan dan

sasaran pembangunan yang tertuang dalam rencana, dilakukan melalui

kegiatan pemantauan dan pengawasan. Evaluasi dimaksudkan untuk

mengetahui dengan pasti bahwa capaian hasil, kemajuan dan kendala

yang dijumpai dalam pelaksanaan rencana pembangunan dapat dinilai

dan dipelajari untuk perbaikan pelaksanaan rencana pembangunan yang

akan datang. Evaluasi dilakukan terhadap pelaksanaan Renja-KL dan

RKP dan juga dilakukan terhadap pelaksanaan RPJMN dan Renstra-KL.

Pelaporan bermanfaat untuk memberikan informasi yang cepat, tepat,

dan akurat kepada pemangku kepentingan sebagai bahan pengambilan

keputusan serta penentuan kebijakan.

Pelaporan kinerja oleh seluruh unit kerja dilakukan per triwulan yaitu

pada tanggal 31 Maret, 30 Juni, 30 September, dan 31 Desember kepada

Kementerian PPN/Bappenasmelalui e-monev PP 39 yang diakses melalui

http://e-monev.bappenas.go.id.Laporan tersebut diterima Bappenas

selambat-lambatnya 14 hari kerja sejak triwulan bersangkutan

berakhir. Data dan informasi yang telah disampaikan tersebut, akan

digunakan sebagai bahan evaluasi pelaksanaan RKP untuk menilai

keberhasilan pelaksanaan dari suatu program/kegiatan berdasarkan

indikator dan sasaran kinerja yang tercantum dalam RPJMN.

E-monev PP 39 memonitor dua aspek yaitu realisasi anggaran dan

realisasi kinerja. Tingkat pencapaian kedua aspek ini dihitung

berdasarkan target yang ditetapkan pada setiap awal tahun anggaran

yang disebut sebagai target triwulanan. Target triwulanan kegiatan

dihitung berdasarkan breakdown dari target tahunan yang telah

ditetapkan. Target triwulanan merupakan prakiraan nilai pencapaian

penyerapan anggaran dan prakiraan nilai pencapaian kinerja suatu

kegiatan secara kumulatif per-triwulanan dengan ketentuan sebagai

berikut:

1. Target triwulanan merupakan besaran/nilai yang ingin dicapai

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 78

sampaidengan triwulan tersebut dan bukan hanya nilai pada

triwulan itu saja.

2. Target triwulanan dinyatakan dalam satuan persentase (%) dan

dinyatakan dalam persentase capaian (perbandingan antara realisasi

terhadap target).

3. Nilai persentase yang di-input merupakan kumulatif dari triwulan

sebelumnya.

4. Target yang di-input adalah target penyerapan anggaran kegiatan per-

triwulan dan target capaian kinerja kegiatan per-triwulan

5. Nilai akhir dari target anggaran dan target kinerja pada triwulan

IV wajib 100%.

6. Realisasi anggaran per-kegiatan yang diinput adalah nilai rupiah

kumulatif sampai dengan triwulan berjalan, bukan hanya nilai

realisasi pada triwulan tersebut.

7. Nilai realisasi anggaran diinput dalam satuan rupiah sesuai data

dalam dokumen SP2D (Surat Perintah Pencairan Dana), dan bukan

nilai rupiah pada dokumen SPM (Surat Perintah Membayar) atau

kwitansi pembayaran. Data realisasi anggaran per-kegiatan untuk

kumulatif triwulanan juga dapat diperoleh dari Monev DJA.

Besaran gap atau selisih antara target dan realisasi suatu kegiatan

dihitung secara terpisah antara anggaran dan kinerja, namun kedua hal

tersebut mempunyai rumus dasar perhitungan yang sama. Pengukuran

gap/selisih dalam rumus dasar lebih jelas digambarkan dalam contoh

berikut:

Tabel 1. Contoh Pengukuran Gap Antara Realisasi dengan Target

Kegiatan Target Triwulan

( %)

Realisasi

Kinerja TW

II (%)

Realisasi

- Target

Perhitungan

Gap

Nilai

Gap

I II III IV

Kegiatan A.1 25 40 80 100 22 18 18/40*100 45%

Penjelasan:

• Contoh: Target anggaran triwulan II Kegiatan A.1= 40 %

• Nilai realisasi anggaran yang dicapai pada triwulan II ini = 22 %

• Selisih Realisasi dengan Target = 40% – 22% = 18 %

• Perhitungan Gap/selisih= 18/40*100%= 45%

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 79

Nilai 45% dibandingkan dengan range untuk penentuan Status Capaian

Kegiatan/Program yang dinotifikasikan dalam warna hijau, kuning dan

merah.

Tabel 2. Tabel Keterangan Status Capaian Program/Kegiatan

STATUS

CAPAIAN WARNA

GAP TARGET VS

REALISASI (X) PENJELASAN

Hijau X < 0 % Baik

Kuning 0%< X < 25% Hati–hati

Merah x > 25% Buruk

Berdasarkan Tabel diatas maka nilai 45% dinotifikasikan berwarna

MERAH (buruk). Notifikasi dan Rumus penghitungannya berlaku bagi

status capaian kinerja kegiatan dan program.

C. Pelaksanaan E-Performance BPOM

Berdasarkan hasil evaluasi terhadap Akuntabilitas Kinerja BPOM oleh

Kemenpan dan RB tahun 2014, salah satu hasil evaluasi pada komponen

Pengukuran Kinerja adalah BPOM belum membangun sistem

pengumpulan data kinerja secara memadai, masih bersifat ad hoc pada

saat penyusunan LAKIP. Selama ini, Biro Perencanaan dan Keuangan

telah melakukan pengumpulan data kinerja secara berkala namun masih

semi elektronik melalui email. Untuk menindaklanjuti saran dari

Kemenpan dan RB, BPOM telah menyusun sistem pelaporan kinerja

secara elektronik berbasis Balanced Scorecard yaitu e-performance BPOM

sampai dengan level indikator kinerja eselon III.

Ke depan e-performance BPOM akan diintegrasikan dengan penilaian

prestasi kinerja pegawai berdasarkan indikator yang diturunkan sampai

dengan level indikator kinerja individu. Dengan adanya e-performance

akan mempermudah pengumpulan data kinerja dan pimpinan unit kerja

dapat memantau kinerja unit secara berkala dan hasilnya dapat

dimanfaatkan untuk memperbaiki kinerja.

D. Formulir Pelaporan Kinerja/ Kegiatan

Informasi yang valid dan up to date merupakan salah satu kunci dalam

pelaksanaan tugas dan fungsi pengawasan di bidang Obat dan Makanan.

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 80

Informasi ini dihasilkan dari suatu data yang telah diolah dan dianalisa.

Proses pengambilan keputusan harus didasarkan pada informasi yang

akurat dan tepat, sehingga data sebagai sumber informasi menjadi kunci

utama. Kepercayaan terhadap data tersebut didapatkan jika suatu data

mempunyai setidaknya empat kriteria yaitu : tepat waktu, tepat jumlah,

tidak bias dan dapat diolah.

Terkait dengan data dan informasi, pelaporan yang terstruktur,

terintegrasi dan berkesinambungan merupakan hal yang tak dapat

dielakkan lagi. Dalam hal ini, pelaporan yang dimaksud adalah pelaporan

kinerja pengawasan Obat dan Makanan, yang setidaknya memiliki lima

kriteria, yaitu: ringkas/padat, lengkap, informatif, akuntabel dan tepat

waktu.

Untuk melaksanakan pelaporan yang andal, terdapat beberapa

komponen yang perlu diperhatikan, antara lain :

1. Komitmen

✓ Keinginan bekerjasama (lintas unit kerja dan instansi)

✓ Keinginan memberi yang terbaik

✓ Keinginan untuk melakukan kesinambungan

✓ Verifikasi berjenjang dari top level management sampai ke operator

2. Metode

Yang diatur dalam Pedoman Pelaporan ini adalah pelaporan secara

konvensional/manual, melalui format – format / formulir pelaporan

3. SDM

SDM pengelola pelaporan perlu diperhatikan, tidak hanya terbatas

jumlah/ kuantitas, melainkan juga kualitasnya. Dalam hal ini perlu

ditunjuk/ditentukan SDM pengelola pelaporan dengan kriteria dan

jumlah tertentu, demi kelancaran dan kesinambungan pelaksanaan

pelaporan yang ditetapkan, tanpa menghambat tugas dan fungsi

pengawasan Obat dan Makanan oleh karena itu perlu dibentuk tim

penanggung jawab data di pusat dan Balai Besar/Balai POM.

Setiap unit kerja dalam melaporkan capaian kinerja dan anggaran,

selain melalui e-monev juga melaporkan secara manual menggunakan

format yang telah ditetapkan.

2. Laporan Kegiatan per Bulan

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 81

Laporan pelaksanaan kegiatan oleh Balai Besar / Balai POM secara manual

disampaikan kepada Biro Perencanaan dan Keuangan u.p. Bagian Evaluasi

dan Pelaporan melalui email [email protected] paling

lambat 14 (empat belas) hari setelah bulan bersangkutan

berakhir.Laporan menggunakan format (namun tidak terbatas) pada

Lampiran 3: Format Rekapitulasi Hasil Pelaksanaan Kegiatan (RHPK) sesuai

keputusan Sekretaris Utama Nomor HK.04.2.21.08.16.3115 Tahun 2016

tentang Pedoman Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan Pelaksanaan Program

dan Kegiatan di BPOM. Apabila diperlukan, dapat menambahkan format

pelaporan lainnya. Pelaporan menggunakan format RHPK hanya

mengakomodir pelaporam kinerja yang belum difasilitasi oleh SIPT (Sistem

Informasi Pelaporan Terpadu).

Pada Lampiran 3 pedoman tersebut dicantumkan format pelaporan

kegiatan per bulan Balai Besar/Balai POM, yang merupakan Format

Rekapitulasi Hasil Pelaksanaan Kegiatan (RHPK), terdiri dari:

1. Tabel B.1 : RHPK Pengawasan Iklan dan Label / Penandaan

2. Tabel B.2 : RHPK Layanan Sertifikasi

3. Tabel B.3 : RHPK Layanan Informasi dan Pengaduan

4. Tabel B.4 : RHPK Layanan Pengujian Pihak Ketiga

5. Tabel B.5 : RHPK Pengadaan Barang/Jasa

6. Tabel B.6 : RHPK Penyuluhan / Penyebaran Informasi

7. Tabel B.7 : RHPK Investigasi Awal dan Penyidikan

3. Laporan Berkala pada Tahun Anggaran Berjalan

Unit kerja di pusat menyusun laporan triwulanan sesuai ruang lingkup

tugas dan fungsinya. Laporan disampaikan kepada Biro Perencanaan dan

Keuangan u.p. Bagian Evaluasi dan Pelaporan melalui email

[email protected] dan diterima paling lambat 14 (empat belas)

hari setelah triwulan bersangkutan berakhir, dengan menggunakan

format (namun tidak terbatas) pada Lampiran 4 sesuai keputusan

Sekretaris Utama Nomor HK.04.2.21.08.16.3115 Tahun 2016 tentang

Pedoman Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan Pelaksanaan Program dan

Kegiatan di BPOM.

Pada 4 pedoman tersebut dicantumkan format laporan bulanan unit kerja

di pusat, yang terdiri dari:

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 82

1. Tabel P.1 : Profil Peraturan, Standar, dan Pedoman BPOM

2. Tabel P.2 : Profil Penilaian Produk Obat dan Makanan

3. Tabel P.3 : Hasil Pemeriksaan Sarana Produksi Obat dan

Makanan

4. Tabel P.4 : Hasil Pemeriksaan Sarana Distribusi Obat dan

Makanan

5. Tabel P.5 : Hasil Sampling dan Pengujian Obat dan Makanan

6. Tabel P.6 : Hasil Pengujian Barang Bukti Kasus NAPZA

7. Tabel P.7 : Hasil Penyelidikan Kasus Tindak Pidana di Bidang

Obat dan Makanan

Unit kerja, yang format pelaporannya belum diatur dalam pedoman ini,

dapat menyusun format yang sesuai dengan lingkup tugas dan fungsi

masing–masing.

4. Laporan Rencana Aksi Perjanjian Kinerja (RAPK)

Setiap unit kerja Pusat dan Balai Besar/Balai POM wajib menyampaikan

realisasi dan capaian indikator kinerja yang telah ditetapkan dalam

Perjanjian Kinerja disertai dengan analisis sederhana tentang

keberhasilan/kegagalan dalam pencapaiannya, sebagaimana format pada

Lampiran 5. Harus dipastikan bahwa data yang dilaporkan adalah data

kumulatif, bukan hanya data pada bulan bersangkutan saja.

Catatan :

Pengendalian dan pelaporan kinerja lebih detil diatur dalam

PEDOMAN MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN PELAKSANAAN

PROGRAM DAN KEGIATAN DI BPOM sesuai Keputusan Sekretaris

Utama BPOM RI Nomor : HK.04.2.21.08.16.3115 Tahun 2016.

5. Laporan Barang Milik Negara

Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara

menyebutkan bahwa Barang Milik Negara atau BMN adalah semua barang

yang dibeli atau diperoleh atas beban APBN atau berasal dari perolehan

lainnya yang sah.

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan

Barang Milik Negara/Daerah disebutkan bahwa Barang Milik Negara adalah

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 83

semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBN atau berasal dari

perolehan lainnya yang sah.

Menurut Peraturan Menteri Keuangan Nomor 181/PMK.06/2016 tentang

Penatausahaan BMN disebutkan bahwa yang dimaksud dengan BMN adalah

semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBN atau berasal dari

perolehan lainnya yang sah.

Pada lampiran V PMK Nomor 181/PMK.06/2016 tentang Penatausahaan

BMN, BMN sebagai aset dapat diklasifikasikan kedalam aset lancar, aset

tetap, aset lainnya dan BMN berupa aset bersejarah. BMN dikategorikan

sebagai aset lancar apabila diharapkan segera dipakai atau dimiliki untuk

dijual dalam waktu 12 (dua belas) bulan sejak tanggal pelaporan. BMN yang

memenuhi kriteria ini diperlakukan sebagai persediaan. Sedangkan BMN

dikategorikan sebagai aset tetap apabila mempunyai masa manfaat lebih

dari 12 (dua belas) bulan, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam operasi

normal Kuasa Pengguna Barang dan diperoleh atau dibangun dengan

maksud untuk digunakan.

Adapun jenis BMN adalah sebagai berikut :

A. Aset Tetap

Klasifikasi Aset Tetap, yaitu

1. Tanah

2. Peralatan dan mesin

3. Gedung dan Bangunan

4. Jalan, irigasi dan jaringan

5. Aset tetap lainnya

6. Konstruksi Dalam Pengerjaan (KDP)

Penyajian dan pengungkapan aset tetap dinilai dengan biaya perolehan

atau nilai wajar pada saat aset tetap tersebut diperoleh. Biaya perolehan

menggambarkan jumlah pengeluaran yang telah digunakan untuk

memperoleh aset tetap tersebut sampai siap pakai. Biaya ini antara lain

meliputi harga pembelian, biaya pengangkutan, biaya instalasi serta

biaya langsung lainnya untuk memperoleh dan mempersiapkan sampai

aset tetap tersebut siap digunakan.

Biaya perolehan seperti yang dimaksud adalah mengacu kepada nilai

satuan minimum pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor

120/PMK.06/2007 tentang Penatausahaan BMN dan Keputusan Menteri

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 84

Keuangan Nomor 01/KMK.12/2001 tentang Pedoman Kapitalisasi

Barang Milik/Kekayaan Negara dalam Sistem Akuntansi Pemerintah,

yaitu :

a. Nilai satuan minimum kapitalisasi untuk per satuan peralatan dan

mesin adalah sama dengan atau lebih dari Rp300.000,- (tiga ratus

ribu rupiah);

b. Nilai satuan minimum kapitalisasi untuk per satuan gedung dan

bangunan adalah sama dengan atau lebih dari Rp10.000.000,-

(sepuluh juta rupiah);

Nilai satuan minimum pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor

181/PMK.06/2016 tentang Penatausahaan BMN sebagaimana telah

diatur akan mulai berlaku 2 (dua) tahun terhitung sejak Peraturan

Menteri tersebut diterbitkan.

B. Aset Lancar

Aset lancar adalah Aset yang diharapkan segera untuk direalisasikan,

dipakai, atau dimiliki untuk dijual dalam waktu 12 (dua belas) bulan

sejak tanggal pelaporan. BMN yang menjadi kategori aset lancar adalah

persediaan.

Persediaan dapat terdiri dari :

a. Barang konsumsi

b. Amunisi

c. Bahan untuk pemeliharaan

d. Suku cadang

e. Persediaan untuk tujuan strategis/berjaga-jaga

f. Pita cukai dan leges

g. Bahan baku

h. Barang dalam proses/setengah jadi

i. Tanah/bangunan untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat

j. Hewan dan tanaman, untuk dijual atau diserahkan kepada

masyarakat.

Persediaan disajikan sebesar :

a. Biaya perolehan apabila diperoleh dengan pembelian

b. Harga pokok produksi apabila diperoleh dengan memproduksi sendiri

c. Nilai wajar, apabila diperoleh dengan cara lainnya seperti

donasi/rampasan.

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 85

Biaya perolehan meliputi harga pembelian, biaya pengangkutan, biaya

penanganan dan biaya lainnya yang secara langsung dapat dibebankan

pada perolehan persediaan. Potongan harga, rabat dan lainnya yang

serupa mengurangi biaya perolehan.

Aset lancar berasal dari belanja persediaan (521811) seperti Alat Tulis

Kantor, bahan cetakan, baku pembanding, sampel dan retain sampel,

persediaan alat gelas (glassware), hewan percobaan, reagensia dan lain-

lain.

C. Aset Lainnya

Aset lainnya adalah aset pemerintah yang tidak dapat diklasifikasikan

sebagai aset lancar dan aset tetap.

Aset lainnya antara lain terdiri dari :

a. Aset tak berwujud, meliputi :

1) Software komputer

2) Lisensi dan franchise

3) Hak cipta (copyright), paten dan hak lainnya

4) Hasil kajian/penelitian yang memberikan manfaat jangka panjang

b. Aset lain-lain

Yang termasuk dalam aset lain-lain adalah aset tetap yang dihentikan

dari penggunaan aktif pemerintah.

Pengelolaan Barang Milik Negara

Sesuai PP Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik

Negara/Daerah, pengelolaan BMN meliputi :

a. Perencanaan kebutuhan dan penganggaran

b. Pengadaan

c. Penggunaan

d. Pemanfaatan

e. Pengamanan dan pemeliharaan

f. Penilaian

g. Pemindahtanganan

h. Pemusnahan

i. Penghapusan

j. Penatausahaan

k. Pembinaan, pengawasan dan pengendalian

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 86

Sesuai ketentuan Surat Edaran Nomor HK.06.02.2.24.12.13.3228 Tahun

2013 tentang Kriteria Persediaan Reagensia Usang/dalam kondisi usang

atau rusak tidak dilaporkan dalam neraca, tetapi diungkapkan dalam

Catatan atas Laporan Keuangan.

Dalam rangka menunjang pelaksanaan proses pemindahtanganan terkait

BMN, Satker dapat mengalokasikan biaya yang ditimbulkan akibat proses

pemindahtanganan tersebut, seperti biaya iklan lelang, honor pejabat

lelang/honor narasumber, honor panitia, biaya operasional lainnya.

Laporan Barang Milik Negara

Sebagai bentuk pertanggung jawaban terhadap belanja APBN yang

berpotensi menjadi aset maka pemerintah telah menetapkan kepada

seluruh entitas pelaporan agar menyajikan dan melaporkan seluruh laporan

BMN yang terjadi kepada Kementerian Keuangan cq. Direktorat Jenderal

Kekayaan Negara setiap periode tahun anggaran sebanyak 2 kali dalam satu

tahun (semester).

Apabila Kementerian Negara Lembaga tidak melaporkan dan menyajikan

laporan BMN tersebut maka akan dikenakan sanksi berupa pembekuan

pencairan anggaran untuk tahun berjalan, tahapan sebelum dilakukannya

penyajian laporan BMN adalah:

1. Klasifikasi terhadap setiap transaksi yang terjadi.

2. Mencatat semua transaksi yang terjadi ke dalam SIMAK BMN (Sistem

Informasi Manajemen dan Akuntansi Barang Milik Negara) yang

terintegrasi dengan Aplikasi Persediaan.

3. Melakukan proses validasi dan rekonsiliasi dengan SAKPA di masing-

masing dan disepakati dengan Berita Acara Rekonsiliasi (BAR) yang

dilakukan setiap semester.

4. Melakukan validasi dan rekonsiliasi data dengan Biro Umum setiap

semester dari masing-masing satker disertai dengan Berita Acara

Pemutahiran;

5. Menyampaikan Laporan BMN yang berasal dari cetakan Aplikasi SIMAK

BMN dan Aplikasi Persediaan beserta Catatan Ringkas Barang Milik

Negara (CRBMN) ke Biro Umum setiap semester.

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 87

6. Melakukan proses rekonsiliasi dengan Kantor Pelayanan Kekayaan

Negara dan Lelang (KPKNL) setempat disertai dengan Berita Acara

Rekonsiliasi (BAR) setiap semester.

7. BAR dari KPKNL tersebut merupakan bagian tidak terpisahkan untuk

dilakukan rekonsiliasi kembali dengan KPPN, apabila terlambat atau

tidak melakukan rekonsiliasi dengan KPKNL maka akan dikenakan

sanksi pembekuan pencairan anggaran untuk tahun berjalan. Prosedur

dan tata cara penyampaian laporan BMN sesuai Buku PEDOMAN

PENATAUSAHAAN BARANG MILIK NEGARA Revisi ke 1 Tahun 2013

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 88

BAB VI

KETENTUAN KHUSUS DALAM PELAKSANAAN ANGGARAN

A. PENGELUARAN ANGGARAN

1. Pembayaran atas beban anggaran belanja negara dilakukan dengan:

a. Pembayaran langsung kepada yang berhak (LS), atau

b. Pembayaran melalui Uang Persediaan (UP)/ Tambahan Uang Persediaan

(TUP)

2. Uang Persediaan

Uang persediaan dapat diberikan untuk pengeluaran-pengeluaran:

a. Belanja Barang;

b. Belanja Modal ;

c. Belanja Lain-lain.

3. Pembayaran yang dilakukan oleh bendahara pengeluaran kepada satu

rekanan tidak boleh melebihi Rp50.000.000,-(Lima Puluh Juta Rupiah),

kecuali pembayaran honor dan perjalanan dinas.

4. Untuk keperluan pembayaran tunai sehari-hari setiap Bendahara

Pengeluaran diizinkan menyimpan uang tunai, setinggi-tingginya sebesar

Rp50.000.000,- (Lima Puluh Juta Rupiah).

5. Sesuai PMK Nomor 190/PMK.05/2012 tentang Tata Cara Pembayaran

Dalam Rangka Pelaksanaan APBN disebutkan bahwa :

• Uang Persediaan (UP) dapat diberikan untuk pengeluaran-pengeluaran

Belanja Barang, Belanja Modal dan Belanja Lain-lain;

• Bendahara Pengeluaran melakukan penggantian (revolving) UP yang

telah digunakan sepanjang dana yang dapat dibayarkan dengan UP masih

tersedia dalam DIPA;

• Uang persediaan dapat diusulkan kembali setelah penggunaan uang

persediaan sebelumnya telah dipertanggungjawabkan minimal sebesar

50% tanpa harus menunggu akhir periode.

6. Untuk pembayaran Belanja Barang (reagensia, suku cadang, ATK dan lain-

lain) dan Belanja Modal yang dilakukan dengan mekanisme UP dan TUP

antara Rp10.000.000,- sd Rp50.000.000,- perlu dilengkapi dengan data

dukung berupa proses penyusunan spesifikasi dan HPS / negosiasi harga.

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 89

B. PERJALANAN DINAS

Merupakan perjalanan ke luar tempat kedudukan yang dilakukan dalam

wilayah maupun di luar wilayah Republik Indonesia untuk kepentingan negara.

Perjalanan dinas terdiri atas Perjalanan dinas dalam negeri dan Perjalanan

dinas luar negeri.

Perjalanan dinas dalam negeri diatur dalam PMK Nomor 113/PMK.05/2012

tentang Perjalanan Dinas Dalam Negeri Bagi Pejabat Negara, Pegawai Negeri

dan Pegawai Tidak Tetap dan PMK Nomor 33/PMK.02/2016 tentang SBM TA

2017.

1. Perjalanan Dinas Dalam Negeri

Perjalanan dinas dalam negeri terdiri dari perjalanan dinas jabatan dan

perjalanan dinas pindah.

1.1. Perjalanan dinas jabatan

1.1.1 Perjalanan dinas jabatan terdiri atas komponen-komponen

sebagai berikut:

a. Uang harian terdiri atas uang makan, uang transport lokal dan

uang saku;

b. Biaya transport terdiri atas

✓ Perjalanan dinas dari tempat kedudukan sampai tempat

tujuan keberangkatan dan kepulangan termasuk biaya ke

terminal bus/stasiun/bandara/pelabuhan keberangkatan;

✓ Retribusi yang dipungut di terminal bus/ stasiun/

bandara/ pelabuhan keberangkatan dan kepulangan;

c. Biaya penginapan

✓ Dalam hal perjalanan dinas jabatan dilakukan bersama-

sama untuk melakukan suatu kegiatan rapat, seminar, dan

sejenisnya, seluruh pelaksana/peserta dapat menginap

pada hotel/penginapan yang sama, apabila biaya

hotel/penginapan lebih tinggi dari satuan biaya

hotel/penginapan sebagaimana diatur dalam PMK Nomor

33/PMK.02/2016 tentang SBM TA 2017, maka Pelaksana

SPD menggunakan fasilitas kamar dengan biaya terendah

pada hotel/penginapan dimaksud;

✓ Untuk perjalanan dinas jabatan dalam rangka

mendampingi pimpinan, maka Pelaksana SPD dapat

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 90

menginap pada hotel/penginapan yang sama sepanjang

sesuai dengan PMK Nomor 33/PMK.02/2016 tentang SBM

TA 2017;

✓ Dalam hal Pelaksana SPD tidak menggunakan biaya

penginapan, Pelaksana SPD dapat diberikan biaya

penginapan sebesar 30 % dari tarif hotel di Kota Tempat

Tujuan sesuai dengan SBM 2017 dan sebagaimana diatur

dalam PMK Nomor 113/PMK.05/2012 tentang Perjalanan

Dinas Dalam Negeri Bagi Pejabat Negara, Pegawai Negeri

dan Pegawai Tidak Tetap. Biaya penginapan sebagaimana

dimaksud dibayarkan secara lumpsum dengan

melampirkan daftar pengeluaraan riil.

d. Uang representasi; dapat diberikan kepada pejabat negara,

pejabat eselon I dan pejabat eselon II selama melakukan

perjalanan dinas sesuai PMK Nomor 33/PMK.02/2016

tentang SBM TA 2017.

e. Sewa kendaraan dalam kota; dan/atau

f. Biaya menjemput/mengantar jenazah.

1.1.2 Perjalanan dinas jabatan digolongkan menjadi :

1. Perjalanan Dinas Melewati Batas Kota

Batas kota khusus untuk Provinsi DKI Jakarta meliputi

kesatuan wilayah Jakarta Pusat, Jakarta Timur, Jakarta Utara,

Jakarta Barat dan Jakarta Selatan.

2. Perjalanan Dinas Jabatan Dalam Kota

✓ Terdiri atas perjalanan dinas jabatan yang dilaksanakan

lebih dari 8 jam dan perjalanan dinas jabatan yang

dilaksanakan sampai dengan 8 (delapan) jam;

✓ Perjalanan Dinas Jabatan Dalam Kota dapat diberikan uang

transport untuk melakukan kegiatan/pekerjaan yang

terkait dengan pelaksanaan tugas kantor/instansi dengan

ketentuan masih dalam batas wilayah Kabupaten/Kota;

✓ Dalam hal Perjalanan Dinas Jabatan Dalam Kota melebihi 8

(delapan) jam pergi pulang termasuk pelaksanaan

kegiatannya, maka dapat diberikan transport dalam kota

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 91

dan uang harian sesuai dengan besaran dalam PMK Nomor

33/PMK.02/2016 tentang SBM TA 2017;

✓ Perjalanan Dinas Jabatan di dalam kota yang dilaksanakan

sampai dengan 8 (delapan) jam dapat diberikan uang

transport tanpa penerbitan SPD. Dibuktikan dengan Form

Bukti Kehadiran yang menjadi lampiran Surat Tugas

Lampiran 5 Formulir Bukti Kehadiran (sesuai LAMPIRAN

I.B. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor

Per-22/PB/2013 Tentang Ketentuan Lebih Lanjut

Pelaksanaan Perjalanan Dinas Dalam Negeri Bagi Pejabat

Negara, Pegawai Negeri, dan Pegawai Tidak Tetap).

Pembebanan biaya Perjalanan Dinas Jabatan dicantumkan

dalam Surat Tugas.

1.1.3 Terkait Peraturan Menpan Nomor 6 Tahun 2015 tentang

Pedoman Pembatasan Pertemuan/Rapat Diluar Kantor dalam

rangka Peningkatan Efisiensi dan Efektivitas Kerja Aparatur,

maka kegiatan bersifat pertemuan/rapat di lingkungan BPOM

diatur sebagai berikut:

1. Diutamakan diselenggarakan di:

a. Gedung milik BPOM atau

b. Gedung milik Instansi Pemerintah lainnya.

2. Dapat diselenggarakan di hotel/villa/cottage/resort dan/atau

fasilitas ruang gedung lainnya yang bukan milik pemerintah

apabila memenuhi salah satu kriteria:

a. Memiliki urgensi tinggi terkait dengan pembahasan materi

bersifat strategis atau memerlukan koordinasi lintas

sektoral, memerlukan penyelesaian secara cepat,

mendesak, terus menerus (simultan). Pertemuan tersebut

antara lain pembahasan rancangan peraturan

perundangan; pembahasan pengujian bersama lintas

sektor;

b. Tidak tersedia ruang rapat di kantor BPOM/Balai

Besar/Balai POM dan tidak tersedia ruang rapat di Instansi

Pemerintah lainnya di wilayah tersebut. Dibuktikan dengan

surat pernyataan keterbatasan sarana dan prasarana untuk

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 92

penyelenggaraan rapat di kantor BPOM/Balai Besar/Balai

POM maupun milik instansi pemerintah lain dari Kepala

Satker/Unit Kerja Mandiri atau penanggungjawab

kegiatan;

c. Lokasi tempat penyelenggaraan pertemuan sulit dijangkau

oleh peserta baik sarana transportasi maupun waktu

perjalanan.

d. Peserta yang berasal dari eselon I lainnya/masyarakat

berjumlah minimal 40 (empat puluh) peserta.

3. Persyaratan penyelenggaraan rapat diluar kantor:

a. Pelaksanaan rapat membutuhkan koordinasi dengan

unit/instansi lainnya sekurang-kurangnya dihadiri peserta

dari eselon I lainnya atau pemerintah daerah atau

masyarakat;

b. Tidak terdapat perjalanan dinas/meeting konsinering

keluar kantor untuk kegiatan yang seharusnya dapat

dilakukan di kantor;

c. Tidak terdapat pelaksanaan perjalanan dinas/meeting

konsinering yang dipecah-pecah apabila suatu kegiatan

dapat dilaksanakan secara sekaligus dengan sasaran

peserta, tempat tujuan dan kinerja yang dihasilkan sama;

d. Memastikan tidak terdapat pelaksanaan perjalanan

dinas/meeting konsinering yang tumpang tindih atau

rangkap;

e. Perjalanan dinas/meeting konsinering hanya dilaksanakan

oleh pelaksana SPD yang memang benar-benar diharapkan

memberikan kontribusi nyata dalam hasil yang akan

dicapai;

f. Mengutamakan pencapaian kinerja dengan pagu anggaran

yang telah tersedia;

g. Biaya penyelenggaraan maksimal sesuai SBM TA 2017.

4. Harus memiliki output/hasil yang jelas yang dibuktikan

dengan:

a. Term of Reference / Kerangka Acuan Kerja;

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 93

b. Untuk poin 2. b. Surat Pernyataan dari Kepala Satker/Unit

Kerja Mandiri atau penanggungjawab kegiatan untuk

keterbatasan sarana dan prasarana ruang rapat kantor

Badan/Balai Besar/Balai POM maupun milik instansi

pemerintah lain;

c. Transkrip hasil rapat/rekaman;

d. Notulensi rapat dan/atau laporan;

e. Daftar hadir peserta rapat;

5. Perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan kegiatan harus

disusun dan ditandatangani oleh penanggungjawab kegiatan

dan disampaikan kepada unit pengawas internal.

1.1.4 Merujuk PMK Nomor 113/PMK.05/2012 tentang Perjalanan

Dinas Dalam Negeri bagi Pejabat Negara, Pegawai Negeri dan

Pegawai Tidak Tetap disebutkan bahwa Perjalanan Dinas

Jabatan yang dilakukan melalui perikatan dengan penyedia jasa

meliputi Perjalanan Dinas Jabatan dalam rangka pelaksanaan

tugas dan fungsi yang melekat pada jabatan; dan Perjalanan

Dinas Jabatan dalam rangka mengikuti rapat, seminar dan

sejenisnya diatur sebagai berikut :

• Tatacara pengadaan penyedia jasa mengikuti Perpres yang

berlaku tentang Pengadaan Barang/Jasa;

• Kontrak dengan penyedia jasa:

❖ Untuk 1 paket kegiatan/kebutuhan periode tertentu;

❖ Nilai Satuan Harga tidak melebihi tarif penginapan/hotel

resmi oleh penyedia jasa penginapan/hotel;

❖ Nilai Satuan Harga tidak melebihi tarif tiket resmi yang

dikeluarkan perusahaan jasa transportasi dan SBM TA.

2017;

❖ Pembayaran didasarkan atas prestasi kerja yang telah

diselesaikan sesuai kontrak.

1.1.5 Uang harian paket fullboard di luar kota; uang harian paket

fullboard, fullday/halfday di dalam kota diberikan sesuai SBM

TA 2017.

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 94

1.1.6 Uang harian penyelenggaraan paket meeting fullboard,

fullday/halfday tidak dapat diberikan di hari pelaksanaan

Pejabat/Pegawai tersebut ditugaskan sebagai narasumber.

1.1.7 Uang saku rapat untuk penyelenggaraan rapatdalam kantor

diluar jam kerja tidak dapat diberikan kepada Pejabat/Pegawai

yang pada rapat tersebut ditugaskan sebagai

moderator/narasumber dan telah menerima honorarium

sebagai moderator/narasumber.

1.1.8 Khusus untuk kegiatan yang bersifat nasional, uang harian 1

(satu) hari sebelum dan atau sesudah waktu pelaksanaan

pertemuan dan biaya penginapan dapat diberikan kepada

peserta dengan mempertimbangkan:

• Efisiensi Biaya

• Jadwal pelaksanaan pertemuan, ketersediaan penerbangan/

waktu tempuh dari tempat kedudukan ke tempat pelaksanaan

pertemuan.

1.1.9 Pegawai yang telah mencatatkan kehadirannya pada saat

kedatangannya, kemudian ditugaskan untuk melakukan kegiatan

didalam Kab/Kota kurang dari 8 jam seperti:

• pemeriksaan sarana;

• rapat koordinasi lintas sektor;

• kegiatan sejenisnya.

yang kepadanya diberikan transport lokal karena kedinasan dan

dapat diberikan uang makan PNS jika :

• Pegawai ASN yang bersangkutan melakukan pencatatan

kedatangan dan kepulangan kerja dengan menggunakan

mesin pencatat kehadiran elektronik pada hari pelaksanaan

tugas kedinasan dan/atau melakukan perjalanan dinas; atau

• Pegawai ASN yang tidak dapat melakukan pencatatan

kedatangan dengan menggunakan mesin pencatat kehadiran

elektronik karena melaksanakan tugas kedinasan pada saat

kedatangan jam kantor, maka Pegawai ASN tersebut harus :

✓ Menyelesaikan tugas kedinasan dan/atau perjalanan dinas

terlebih dahulu kemudian segera kembali ke kantor untuk

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 95

mencatatkan kedatangan kerja dengan menggunakan

mesin pencatat kehadiran elektronik; dan

✓ Melakukan pencatatan kepulangan kerja dengan

menggunakan mesin pencatat kehadiran elektronik;

• Pegawai ASN yang melaksanakan tugas kedinasan dan/atau

perjalanan dinas menjelang kepulangan jam kerja, maka

Pegawai ASN tersebut harus :

✓ Melakukan pencatatan kedatangan kerja dengan

menggunakan mesin pencatat kehadiran elektronik sesuai

jam kerja; dan

✓ Melakukan pencatatan kepulangan dengan menggunakan

mesin pencatat kehadiran elektronik pada saat akan

melaksanakan tugas kedinasan dan/atau perjalanan dinas.

• Pegawai ASN yang melaksanakan tugas kedinasan dan/atau

perjalanan dinas sebagaimana dimaksud diatas, maka

Pegawai ASN tersebut harus menyampaikan :

✓ Surat tugas/surat undangan atau disposisi; dan

✓ Surat keterangan terlambat masuk kerja atau pulang

sebelum waktunya sesuai format dalam Lampiran VI

Peraturan Kepala BPOM Nomor 4 Tahun 2016 tentang

Ketentuan Teknis Pelaksanaan Pemberian Tunjangan

Kinerja Pegawai di Lingkungan BPOM.

1.1.10 Dalam rangka efisiensi dan efektifitas pelaksanaan kegiatan

perjalanan dinas, satuan biaya transport perjalanan dinas dari

Jakarta ke Bandung dan Jakarta ke Serang (PP) adalah sebesar

Rp500.000,-

1.1.11 Dalam rangka efisiensi dan efektifitas pelaksanaan kegiatan

perjalanan dinas, satuan biaya transport perjalanan dinas dari

Jakarta ke Bekasi, Depok, Bogor, Cikarang dan Tangerang (PP)

adalah sebesar Rp300.000,-

1.1.12 Transport perjalanan dinas dari Jakarta ke Kepulauan Seribu

bersifat at cost.

1.1.13 Transport perjalanan dinas antar kepulauan/kabupaten/kota

yang tidak diatur di dalam SBM TA 2017 bersifat at cost.

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 96

1.1.14 Bagi perjalanan dinas yang menyewa kendaraan dari pihak

ketiga:

• Untuk kegiatan yang bersifat rutin/operasional kantor/

lapangan, dapat menggunakan sewa kendaraan per bulan

sesuai SBM TA 2017, apabila tidak terdapat anggaran sewa,

maka petugas dapat memperoleh uang transpor;

• Untuk kegiatan yang bersifat insidentil (tidak bersifat terus

menerus), sewa kendaraan dapat dilakukan dengan

memperhatikan :

a) Menggunakan akun belanja sewa dengan dana yang

tersedia dalam POK atau DIPA Satker dengan

memperhatikan PMK Nomor 33/PMK.02/2016 tentang

SBM TA 2017;

b) Sewa kendaraan sudah termasuk bahan bakar dan

pengemudi;

c) Petugas dapat memperoleh biaya uang transport dari

tempat kedudukan ke tempat tujuan PP dan atau transport

lokal dalam kota dengan memperhatikan prinsip efisiensi,

efektifitas dan akuntabel.

1.1.15 Untuk perjalanan dinas dalam kota lebih dari 8 Jam dalam

rangka pemeriksaan sarana, penegakan hukum dan penyelesaian

kasus khusus di dalam kota dapat diberikan:

• Uang transport dalam kota sebesar satuan biaya transport

kegiatan dalam kab/kota yaitu Rp150.000,-,

• Uang Harian dengan nominal sesuai SBM TA. 2017.

• Formulir bukti kehadiran pelaksanaan perjalanan dinas

jabatan dalam kota lebih dari 8 (delapan) jam (khusus untuk

kegiatan Pemeriksaan Sarana) (Lampiran 6 : Formulir Bukti

Kehadiran )

1.2. Perjalanan Dinas Pindah

1.2.1 Perjalanan dinas pindah merupakan perjalanan dinas dari

tempat kedudukan yang lama ke tempat kedudukan yang baru

berdasarkan surat keputusan pindah, diatur dalam PMK Nomor

113/PMK.05/2012.

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 97

1.2.2 Perjalanan Dinas Pindah dilaksanakan oleh Pelaksana SPD

beserta keluarga yang sah dan dilakukan berdasarkan Surat

Keputusan Pindah yang diterbitkan oleh Pejabat yang

berwenang;

1.2.3 Perjalanan Dinas Pindah antara lain dilakukan dalam rangka :

• Pindah tugas dari tempat kedudukan yang lama ke tempat

tujuan pindah;

• Pemulangan Pejabat Negara/Pegawai negeri yang

diberhentikan dengan hormat dengan hak pensiun atau

mendapat uang tunggu dari tempat kedudukan ke tempat

tujuan menetap;

• pemulangan keluarga yang sah dari Pejabat Negara/ Pegawai

Negeri yang meninggal dunia dari tempat tugas terakhir ke

Tempat Tujuan menetap;

• pemulangan Pegawai Tidak Tetap yang diberhentikan karena

telah berakhir masa kerjanya dari Tempat Kedudukan ke

tempat tujuan menetap, sepanjang diatur dalam perjanjian

kerja;

• pemulangan keluarga yang sah dari Pegawai Tidak Tetap yang

meninggal dunia dari tempat tugas yang terakhir ke tempat

tujuan menetap, sepanjang diatur dalam perjanjian kerja; atau

• pengembalian Pejabat Negara/Pegawai Negeri yang

mendapat uang tunggu dari Tempat Kedudukan ke Tempat

Tujuan yang ditentukan untuk dipekerjakan kembali.

1.2.4 Biaya Perjalanan Dinas Pindah terdiri atas komponen biaya

transpor pegawai; biaya transpor keluarga; biaya pengepakan

dan angkutan barang; dan/atau uang harian;

1.2.5 Penggolongan tingkat Biaya Perjalanan Dinas Pindah

digolongkan dalam 3 (tiga) tingkat yaitu Tingkat A, B dan C.

1.2.6 Uang harian Perjalanan Dinas Pindah diberikan untuk pegawai

bersangkutan dan masing-masing anggota keluarga yang sah

dengan ketentuan sebagai berikut:

a. selama 3 (tiga) hari setelah tiba di tempat tujuan

pindah/menetap yang baru;

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 98

b. paling lama 2 (dua) hari untuk tiap kali menunggu sambungan

(transit) dalam hal perjalanan tidak dapat dilakukan

langsung;

c. sebanyak jumlah hari tertahan dalam hal pegawai yang

bersangkutan jatuh sakit dalam Perjalanan Dinas Pindah, satu

dan lain hal menurut keputusan KPA; atau

d. sebanyak jumlah hari tertahan dalam hal pegawai yang sedang

menjalankan Perjalanan Dinas Pindah mendapat perintah dari

pejabat yang menerbitkan Surat Tugas untuk melakukan

tugas lain guna kepentingan negara

1.2.7 Biaya Perjalanan Dinas Pindah dibebankan pada DIPA yang

menerbitkan surat keputusan pindah/ mutasi.

2. Perjalanan Dinas Luar Negeri (PDLN)

Agar perjalanan dinas luar negeri dapat dilaksanakan secara lebih tertib,

efisien, efektif, transparan dan bertanggung jawab, maka Pelaksanaan

Perjalanan Dinas Luar Negeri diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan

Nomor 227/PMK.05/2016 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri

Keuangan Nomor 164/PMK.95/2015 tentang Tata Cara Pelaksanaan

Perjalanan Dinas Luar Negeri.

Perjalanan Dinas Luar Negeri adalah perjalanan yang dilakukan ke luar

dan/atau masuk ke wilayah Republik Indonesia, termasuk perjalanan di

luar wilayah Republik Indonesia untuk kepentingan dinas/negara.

Untuk kegiatan perjalanan/kunjungan ke negara yang tidak memiliki

hubungan diplomatik seperti Taiwan, sesuai dengan Petunjuk Pelaksanaan

Hubungan Indonesia dengan Taiwan yaitu: Kecuali dengan seijin Presiden

RI, para Menteri hendaknya tidak melakukan perjalanan ke Taiwan.

Kunjungan tingkat eselon I ke bawah hendaknya dengan seijin Menteri yang

bersangkutan. Pada kunjungan tersebut agar diperhatikan ketentuan-

ketentuan sebagai berikut: 1) dijaga sifat kunjungan tidak resmi, 2)

menghindari adanya publisitas, 3) tidak mengeluarkan pernyataan yang

dapat ditafsir sebagai menyalahi isi dan jiwa MoU, 4) tidak menandatangani

sesuatu dokumen yang merujuk pada adanya sebutan “Republic of China”,

“Government” ataupun “Minister/Ministry” of the Republic of China”.

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 99

Perjalanan Dinas dilaksanakan dengan memperhatikan prinsip-prinsip

sebagai berikut:

1. Selektif, yaitu hanya untuk kepentingan yang sangat tinggi dan prioritas

yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan;

2. Ketersediaan anggaran dan kesesuaian dengan pencapaian kinerja

Kementerian Negara/Lembaga;

3. Efisiensi dan Efektivitas penggunaan belanja negara; dan

4. Transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan Perjalanan Dinas khususnya

dalam pemberian perintah dan pembebanan biaya Perjalanan Dinas.

Pelaksanaan Perjalanan Dinas Jabatan dilakukan sesuai dengan target

kinerja BPOM dan dilakukan untuk keperluan sebagai berikut:

1. Melaksanakan tugas dan fungsi yang melekat pada jabatan;

2. Mengikuti tugas belajar di luar negeri;

3. Mengikuti kegiatan magang di luar negeri;

4. Mengikuti konferensi/sidang internasional, seminar, lokakarya, studi

banding dan kegiatan-kegiatan yang sejenis;

5. Mengikuti dan/atau melaksanakan pameran dan promosi; atau

6. Mengikuti training, pendidikan dan pelatihan, kursus singkat (short

course), penelitian atau kegiatan sejenis.

Berdasarkan Surat Tugas, Surat Persetujuan, paspor, dan Exit Permit atau

Izin Berangkat Ke Luar Negeri, Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)

menerbitkan Surat Perjalanan Dinas (SPD). Format Surat Tugas dan SPD

sesuai dengan lampiran Peraturan Menteri Keuangan Nomor

227/PMK.05/2016.

Biaya Perjalanan Dinas Jabatan terdiri atas komponen-komponen sbb:

1. Biaya transportasi termasuk biaya transportasi ke bandara, airport tax,

retribusi yang dipungut di bandar udara keberangkatan/kepulangan,

biaya aplikasi visa, biaya lainnya yangn dipersyaratkan di negara

penerima

2. Uang harian (biaya penginapan, uang makan, uang saku dan transportasi

lokal)

3. Uang representasi (sesuai ketentuan paraturan perundang-undangan)

4. Biaya asuransi perjalanan

Uang harian perjalanan dinas luar negeri diberikan juga untuk waktu dalam

perjalanan, dengan besaran paling tinggi sebesar 40% (empat puluh

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 100

persen) dari tarif uang harian. Waktu perjalanan yang diperlukan untuk

pelaksanaan tugas pergi – pulang (PP) meliputi :

a. waktu yang digunakan oleh Moda Transportasi

b. waktu transit (apabila diperlukan transit); dan/atau

c. waktu tempuh dari bandara/stasiun/pelabuhan/terminal bus ke tempat

tujuan di luar negeri atau tempat tujuan di dalam negeri dan kembali ke

tempat bertolak di dalam negeri atau tempat kedudukan di luar negeri

Waktu perjalanan dimaksud adalah total waktu/jam lama perjalanan yang

diperlukan untuk pelaksanaan tugas pergi – pulang (PP) yang merupakan 1

(satu) rangkaian perjalanan, dengan ketentuan sebagai berikut:

• lama perjalanan 1 (satu) sampai dengan 24 (dua puluh empat) jam, maka

akan mendapatkan uang harian sebesar 40% x 1 hari;

• lama perjalanan 25 (duapuluh lima) sampai dengan 48 (empat puluh

delapan) jam, maka akan mendapatkan uang harian sebesar 40% x 2

hari;

• lama perjalanan 49 (empat puluh Sembilan) sampai dengan 72 (tujuh

puluh dua jam), maka akan mendapatkan uang harian sebesar 40% x 3

hari

Uang Harian 100 % dapat diberikan dalam hal :

a. Diperlukan penginapan pada waktu transit yang tidak ditanggung oleh

penyedia moda transportasi; dan/atau

b. Diperlukan penginapan setibanya di tempat tujuan di luar negeri 1 (satu)

hari sebelum hari penyelenggaraan

Sepanjang anggaran tersedia dalam DIPA Satker dan tidak mempengaruhi

pencapaian target output.

Uang Harian paling tinggi 30% (tiga puluh persen) dari tarif

diberikandalam hal biaya akomodasi Perjalanan Dinas Jabatan dalam

rangka mengikuti konferensi/sidang internasional, seminar, lokakarya,

studi banding, dan kegiatan-kegiatan yang sejenis; mengikuti dan/atau

melaksanakan pameran dan promosi; mengikuti training, diklat, kursus

singkat (short course) atau kegiatan sejenis disediakan oleh pengundang.

Dalam hal pelaksanaan Perjalanan Dinas Jabatan melebihi jumlah hari yang

ditetapkan dalam SPD, dapat diberikan tambahan uang harian, apabila

terdapat:

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 101

✓ Hambatan transportasi, uang harian dibayarkan 30% (tiga puluh

persen) apabila biaya penginapan dan/atau makan ditanggung oleh

penyedia Moda Transportasi; atau dibayarkan 100% (seratus persen)

dalam hal biaya penginapan dan makan tidak ditanggung oleh penyedia

Moda Transportasi

✓ Kebijakan pimpinan yang mengakibatkan tertundanya/gagalnya

kepulangan dari tempat tujuanPerjalanan Dinas Jabatan; atau Keadaan

kahar yang terjadi di luar negeri, uang harian dibayarkan 100% (seratus

persen).

Pembayaran Biaya Perjalanan Dinas dapat dilakukan melalui mekanisme

uang persediaan dilakukan dengan memberikan uang muka kepada Pejabat

Negara/Pegawai Negeri/Pegawai Tidak Tetap/Pihak Lain yang

melaksanakan perjalanan dinas oleh Bendahara Pengeluaran dari uang

persediaan/tambahan uang persediaan yang dikelolanya. Pemberian uang

muka didasarkan pada permintaan dari Kuasa Pengguna Anggaran/Pejabat

Pembuat Komitmen kepada Bendahara Pengeluaran dengan melampirkan

dokumen sbb:

a. Surat tugas

b. Surat Persetujuan Pemerintah

c. Fotokopi paspor yang masih berlaku dan fotokopi Exit Permit atau izin

berangkat ke Luar Negeri

d. SPD

e. Kwitansi Perjalanan Dinas; dan

f. Rincian biaya Perjalanan Dinas

Pembayaran biaya Perjalanan Dinas dapat dilakukan dengan mekanisme

pembayaran langsung melalui rekening Bendahara Pengeluaran atau

Pejabat Negara/Pegawai Negeri/Pegawai Tidak Tetap/Pihak Lain dengan

ketentuan sbb:

a. Biaya Perjalanan Dinas telah dipastikan jumlahnya sebelum Perjalanan

Dinas dilaksanakan dengan ketentuan

✓ Apabila biaya Perjalanan Dinas yang dibayarkan kepada Pejabat

Negara/Pegawai Negeri/Pegawai Tidak Tetap/Pihak Lain melebihi

biaya Perjalanan Dinas yang dikeluarkan, maka kelebihan tersebut

harus disetor ke Kas Negara; atau

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 102

✓ Apabila biaya Perjalanan Dinas yang dibayarkan kepada Pejabat

Negara/Pegawai Negeri/Pegawai Tidak Tetap/Pihak Lain kurang dari

biaya Perjalanan Dinas yang dikeluarkan, kekurangan tersebut tidak

memperoleh penggantian.

b. Perjalanan Dinas telah dilakukan sebelum biaya Perjalanan Dinas

dibayarkan.

Dokumen pertanggungjawaban biaya Perjalanan Dinas Jabatan terdiri dari:

a. Surat tugas dari pejabat yang berwenang

b. Surat persetujuan Pemerintah yang diterbitkan oleh Presiden atau

pejabat yang ditunjuk, sebagai izin prinsip Perjalanan Dinas ke luar

negeri

c. Surat Perjalanan Dinas yang ditandatangani oleh pejabat yang

berwenang di tempat tujuan di luar negeri atau di dalam negeri; dalam

hal di kota tempat diselenggarakannya kegiatan tidak ada perwakilan

Pemerintah RI, maka SPD ditandatangani oleh Petugas/Panitia

penyelenggara dari instansi/kegiatan yang dikunjungi atau pihak hotel

tempat menginap.

d. Fotokopi halaman paspor yang dibubuhi cap/tanda

keberangkatan/kedatangan oleh:

✓ Pihak yang berwenang di negara tempat kedudukan/bertolak dan

negara tempat tujuan Perjalanan Dinas; atau

✓ Pihak yang berwenang di negara tempat kedudukan/bertolak dan

salah satu negara tempat tujuan Perjalanan Dinas yang

memberlakukan ketentuan tentang exit/permit pada suatu kawasan

tertentu;

e. Bukti penerimaan uang harian sesuai jumlah hari yang digunakan untuk

melaksanakan perjalanan dinas;

f. Bukti pengeluaran yang sah untuk biaya transportasi, terdiri dari: bukti

pembelian tiket transportasi dan/atau bukti pembayaran moda

transportasi lainnya, boarding pass, airport tax, pembuatan visa,

retribusi, asuransi;

g. Daftar pengeluaran riil, dalam hal bukti pengeluaran untuk keperluan

transportasi tidak diperoleh.

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 103

PPK berwenang untuk menilai kesesuaian dan kewajaran atas biaya -biaya

yang tercantum dalam bukti-bukti pengeluaran dan Daftar Pengeluaran Riil.

Hal-hal yang belum diatur disini mengacu pada ketentuan yang berlaku.

C. PESERTA TUGAS BELAJAR

Sesuai dengan Keputusan Kepala BPOM Nomor HK.04.1.243.08.16.3071 Tahun

2016 tentang Pedoman Pemberian Tugas Belajar dan Izin Belajar Pegawai

Aparatur Sipil di Lingkungan BPOM, setiap peserta tugas belajar diberikan

bantuan pembiayaan dalam rangka pelaksanaan pendidikan dengan ketentuan

sebagai berikut:

1. Gaji dan tunjangan sesuai dengan ketentuan dalam peraturan perundang-

undangan

2. Bantuan biaya pendidikan yang dibayarkan ke Perguruan Tinggi secara at

cost

3. Biaya akomodasi perjalanan dinas pergi pulang ke dan dari tempat tugas

belajar pada saat kedatangan dan kepulangan dengan jumlah hari

dibayarkan maksimal 2 (dua) hari

4. Bantuan biaya hidup dan operasional, bantuan biaya buku dengan

ketentuan sebagai berikut:

a. Tugas belajar program Doktor (S3) :

1) Bantuan biaya hidup dan operasional diberikan dengan besaran Rp.

1.776.650,- (Satu juta tujuh ratus tujuh puluh enam ribu enam ratus

lima puluh rupiah) tiap bulan.

2) Bantuan biaya buku diberikan sebesar Rp. 198.300,- (Seratus

sembilan puluh delapan ribu tiga ratus rupiah) tiap bulan.

b. Tugas belajar program Magister (S2) :

1) Bantuan biaya hidup dan operasional diberikan dengan besaran Rp.

1.724.150,- (Satu juta tujuh ratus dua puluh empat ribu seratus lima

puluh rupiah) tiap bulan.

2) Bantuan biaya buku diberikan dengan besaran Rp. 176.650,- (Seratus

tujuh puluh enam ribu enam ratus lima puluh rupiah) tiap bulan.

c. Tugas belajar program Sarjana (S1):

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 104

1) Bantuan biaya hidup dan operasional diberikan dengan besaran Rp.

1.417.500,- (Satu juta empat ratus tujuh belas ribu lima ratus rupiah)

tiap bulan.

2) Bantuan biaya buku diberikan sebesar Rp. 154.150,- (Seratus lima

puluh empat ribu seratus lima puluh rupiah) tiap bulan.

c. Tugas belajar program Diploma III (DIII)

1) Bantuan biaya hidup dan operasional diberikan dengan besaran Rp.

1.339.150,- (Satu juta tiga ratus tiga puluh sembilan ribu seratus lima

puluh rupiah) tiap bulan.

2) Bantuan biaya hidup diberikan dengan besaran Rp. 132.500,- (Seratus

tiga puluh dua ribu lima ratus rupiah) tiap bulan.

Bantuan biaya hidup dan operasional, bantuan biaya buku tersebut

diberikan setiap 1 (satu) semester sekali dengan ketentuan sebagai

berikut:

a. Peserta tugas belajar telah menyampaikan laporan perkembangan

studi semester sebelumnya kepada Pimpinan Unit Kerja dan kepala

Biro Umum kecuali bagi peserta tugas belajar semester I (pertama).

b. Menyampaikan kuitansi bantuan biaya tugas belajar, surat

persetujuan bantuan biaya tugas belajar dan daftar pengeluaran

riil.

c. Menyampaikan fotokopi rekening peserta tugas belajar dengan

ketentuan :

1. Bagi peserta tugas belajar yang lama (mulai kuliah sebelum

tahun 2017) menggunakan nomor rekening yang digunakan

untuk pembayaran gaji pegawai

2. Bagi peserta tugas belajar yang mulai kuliah tahun 2017

menggunakan nomor rekening bank mandiri yang berbeda

dengan nomor rekening yang digunakan untuk pembayaran gaji

(nama pemilik rekening harus sama dengan nama peserta tugas

belajar pada keputusan kenaikan pangkat terakhir).

d. Menyampaikan Fotokopi NPWP peserta tugas belajar

e. Menyampaikan biodata singkat peserta tugas belajar yang berisi

nama lengkap, program studi, universitas, unit kerja, nomor HP dan

alamat email yang masih aktif.

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 105

5. Bantuan biaya riset 1 (satu) kali selama melaksanakan tugas belajar yang

diberikan secara at cost dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Batasan maksimal bantuan riset yang dibayarkan sebagai berikut:

1. Bantuan Biaya Riset Diploma 3 (D3) Rp8.000.000,-

2. Bantuan biaya riset Sarjana (S1) dan Profesi Rp25.000.000,-

3. Bantuan biaya riset untuk Program Magister (S2) Rp50.000.000,-

4 Bantuan biaya riset Program Doktor (S3) Rp75.000.000,-

b. Bantuan biaya riset sebagaimana dimaksud pada nomor 5 sudah

termasuk tetapi tidak terbatas pada:

1. Pembelian Alat Tulis Kantor (ATK) dalam rangka riset maksimal

Rp500.000,-/riset

2. Biaya penggandaan dan penjilidan maksimal Rp4.000.000,-.

3. Biaya publikasi riset dalam jurnal ilmiah

4. Pengolah data maksimal Rp1.540.000,-/riset

5. Petugas survey maksimal Rp8.000,- /orang/responden

6. Souvenir untuk responden maksimal Rp10.000,- / responden

7. Pembantu lapangan maksimal Rp80.000,-/hari

d. Pada saat mengajukan permohonan bantuan biaya riset, peserta tugas

belajar wajib melengkapi kelengkapan administrasi sebagai berikut :

1. Proposal riset yang telah disetujui oleh Pimpinan Unit Kerja dan dosen

pembimbing.

2. Rencana Anggaran Belanja (RAB) riset yang telah disetujui oleh

Pimpinan Unit Kerja dan dosen pembimbing.

3. Surat persetujuan pembayaran bantuan riset.

4. Kuitansi pembayaran bantuan biaya riset.

5. Surat pernyataan tanggung jawab mutlak peserta tugas belajar.

6. Fotokopi rekening bank mandiri dari peserta tugas belajar yang

berbeda dengan rekening gaji (nama pemilik rekening harus sama

dengan nama peserta tugas belajar pada keputusan kenaikan pangkat

terakhir).

7. Fotokopi NPWP peserta tugas belajar.

d. Pada akhir riset, peserta tugas belajar wajib menyerahkan laporan

pelaksanan riset dan seluruh bukti pengeluaran (kuitansi atau bukti lain)

asli kepada Kepala Biro Umum. Apabila terdapat sisa anggaran bantuan

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 106

biaya riset, wajib dikembalikan ke kas negara sesuai ketentuan dalam

peraturan perundang-undangan.

e. Peserta tugas belajar bertanggungjawab penuh terhadap penggunaan

bantuan biaya riset dan bersedia menerima sanksi apabila ditemukan

penggunaan anggaran yang tidak sesuai dengan ketentuan dalam

peraturan perundang-undangan.

f. Peserta tugas belajar dilarang melaksanakan perjalanan dinas,

mendapatkan uang makandan menerima honor / bantuan lain yang

bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara/ Anggaran

Pendapatan Belanja Daerah selain ketentuan dalam nomor 1 s.d 5

tersebut diatas.

D. HONORARIUM

Dalam rangka penerapan kebijakan single remuneration system, keikutsertaan

pejabat negara/pegawai negeri dalam tim pelaksana kegiatan/tim sekretariat

tidak dibatasi namun pemberian honorariumnya diatur dengan ketentuan:

1. Pejabat negara/eselon I/II setiap bulannya hanya diperkenankan menerima

honorarium tim yang bersumber dari DIPA kementerian negara/lembaga

yang bersangkutan paling banyak untuk 3 (tiga) tim pelaksana kegiatan.

2. Pejabat Eselon III setiap bulannya hanya diperkenankan menerima

honorarium tim yang bersumber dari DIPA kementerian negara/lembaga

yang bersangkutan paling banyak untuk 4 (empat) tim pelaksana kegiatan.

3. Pejabat Eselon IV, pelaksana dan pejabat fungsional setiap bulannya hanya

diperkenankan menerima honorarium tim yang bersumber dari DIPA

kementerian negara/lembaga yang bersangkutan paling banyak untuk 6

(enam) tim pelaksana kegiatan.

4. Peserta Tugas Belajar yang dibebaskan dari jabatannya tidak berhak

mendapatkan honorarium kegiatan.

Berdasarkan PMK Nomor 33/PMK.02/2016 tentang SBM TA 2017 disebutkan

bahwa Honorarium Tim Pelaksana Kegiatan dapat diberikan kepada Pegawai

Negeri atau Non Pegawai Negeri yang diberi Tugas untuk Melaksanakan

Kegiatan berdasarkan Surat Keputusan Presiden/Menteri/Pejabat Setingkat

Menteri/Pejabat Eselon I/KPA. Terhadap Tim Pelaksana Kegiatan yang

dibentuk berdasarkan ketetapan Gubernur dalam kedudukannya sebagai wakil

Pemerintah Pusat di daerah dan sumber pendanaannya berasal dari APBN,

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 107

maka besaran honorarium yang diberikan dalam pelaksanaannya disetarakan

dengan honorarium Tim Pelaksana Kegiatan yang ditetapkan oleh

Menteri/Pejabat Setingkat Menteri.

Ketentuan pembentukan Tim Pelaksana Kegiatan adalah sebagai berikut :

a) mempunyai keluaran jelas dan terukur;

b) bersifat koordinatif yang mengharuskan untuk mengikutsertakan eselon I

lainnya;

c) bersifat temporer, pelaksanaannya perlu diprioritaskan;

d) merupakan perangkapan fungsi atau tugas tertentu bagi Pejabat

Negara/Pegawai Negeri disamping tugas pokoknya sehari-hari; dan

e) dilakukan secara selektif, efisien dan efektif.t penguga dibatasi?

Terkait ketentuan honor tenaga penguji dan penunjang yang berlaku di

lingkungan BPOM dengan menggunakan anggaran bersumber dari PNBP, maka

diatur sebagai berikut:

1. Honor tenaga penguji diberikan kepada seluruh pegawai di bidang

pengujian.

2. Honor tenaga penunjang diberikan kepada pegawai yang terkait dalam

pengujian (manajer administrasi sampel, penerima sampel, petugas gudang

reagensia dan petugas gudang retain sampel).

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 108

BAB VII

KETENTUAN KHUSUS PENGADAAN BARANG/JASA

A. PENGADAAN BARANG DAN JASA

1. Pengadaan barang/jasa pemerintah dilakukan sesuai Peraturan Presiden

Nomor 4 Tahun 2015tentang Perubahan Keempat atas Perpres Nomor 54

Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dan Petunjuk

Teknis Perpres Nomor 70 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua atas

Perpres Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang dan Jasa

Pemerintah. Khusus Balai Besar POM di Jayapura dan Balai POM di

Manokwari mengikuti Perpres 84 tahun 2012 tentang Pengadaan

Barang/Jasa Pemerintah dalam rangka Percepatan Pembangunan Provinsi

Papua dan Provinsi Papua Barat.

2. Pelaksanaan pengadaan barang/jasa pemerintah di tiap Satker Lingkungan

BPOM dilaksanakan oleh Pejabat Pengadaan dan ULP.

3. Pelaksanaan pengadaan barang dan jasa di Satker Balai Besar/Balai POM

dilaksanakan oleh Pejabat Pengadaan dan ULP.

4. Penetapan Pejabat Pengadaan di masing-masing Satker ditetapkan oleh

KPA Satker.

5. Pejabat Pengadaan adalah personil yang memiliki sertifikat keahlian

pengadaan Barang dan Jasa, ditunjuk dan ditetapkan oleh KPA untuk

melaksanakan Pengadaan Barang dan Jasa di masing-masing Satker di

lingkungan BPOM, apabila beban kerja besar dapat ditunjuk lebih dari 1

(satu) orang Pejabat Pengadaan.

6. Pejabat Pengadaan diangkat untuk menetapkan penyedia Barang dan Jasa

untuk:

a) Pengadaan Langsung untuk paket pengadaan barang/pekerjaan jasa

konstruksi/jasa lainnya yang bernilai paling tinggi Rp200.000.000,- dan

atau;

b) Pengadaan Langsung untuk paket pengadaan jasa konsultansi yang

bernilai paling tinggi Rp50.000.000,- harus dilengkapi dengan data

dukung berupa proses penyusunan KAK dan HPS serta negosiasi harga.

c) Penunjukan Langsung untuk sewa penginapan/hotel/ruang rapat sampai

dengan Rp200.000.000,- yang tarifnya terbuka dan dapat diakses

masyarakat.

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 109

d) E-purchasingterhadap barang /jasa yang sudah dimuat dalam sistem

katalog elektronik sesuai dengan kebutuhan

7. Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan Barang dan Jasa adalah

Panitia/Pejabat yang ditetapkan oleh KPA di masing-masing unit kerja yang

bertugas melakukan pemeriksaan hasil pekerjaan pengadaan barang dan

jasa sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam kontrak.

Panitia Penerima Hasil Pekerjaan Barang dan Jasa menerima hasil

pekerjaan pengadaan Barang/Jasa dengan nilai HPS diatas Rp200.000.000.

Panitia Penerima Hasil Pekerjaan Barang dan Jasa tidak merangkap sebagai

Pejabat Pengelola Keuangan dan/atau sebagai Pokja ULP.

8. Dalam hal pemeriksaan barang dan jasa memerlukan keahlian khusus,

dapat dibentuk tim/tenaga ahli untuk membantu pelaksanaan tugas

panitia/pejabat penerima hasil pekerjaan.

9. Dalam hal pengadaan jasa konsultansi, pemeriksaan hasil pekerjaan

dilakukan Panitia/Pejabat Penerima setelah berkoordinasi dengan

pengguna jasa konsultansi yang bersangkutan.

10. Berita Acara penerimaan hasil pekerjaan dianggap sah apabila

ditandatangani minimal oleh dua pertiga Panitia Penerima Hasil Pekerjaan

Barang dan Jasa termasuk Ketua dan/atau Sekretaris serta Penanggung

Jawab Kegiatan.

11. Pada pengadaan barang dan jasa, perhitungan Harga Perkiraan Sendiri

(HPS) harus dilakukan dengan cermat berdasarkan Peraturan Presiden

Nomor 4 Tahun 2015tentang Perubahan Keempat atas Perpres Nomor 54

Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Data-data hasil

survey harga dalam rangka penyusunan HPS harus diarsipkan dengan baik

sebagai dokumen.

12. Tanda bukti pertanggungjawaban pembelian produk obat dan makanan

terkait investigasi awal kasus pelanggaran Obat dan Makanan dan/atau

penyidikan perkara tindak pidana Obat dan Makanan termasuk pembelian

sampel secara online, MLM adalah sebagai berikut :

a) Di BPOM Pusat menggunakan tanda bukti yang ditandatangani oleh

Penanggung jawab kegiatan dan disetujui/diketahui oleh Kepala Bidang

di Lingkungan Pusat Penyidikan Obat dan Makanan;

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 110

b) Di Balai Besar POM menggunakan tanda bukti yang ditandatangani oleh

Penanggung Jawab Kegiatan dan diketahui oleh Kepala Bidang

Pemeriksaan dan Penyidikan

c) Di Balai POM menggunakan tanda bukti yang ditandatangani oleh

Penanggung Jawab Kegiatan dan diketahui oleh Kepala Seksi

Pemdik/Kepala Seksi Pemdikserlik.

13. Berdasarkan Undang Undang Hukum Acara Pidana Pasal 56 Ayat (1), Balai

Besar/Balai POM dalam melaksanakan kegiatan penyidikan wajib

mengalokasikan anggaran untuk Jasa Penasehat Hukum untuk tersangka

yang ditetapkan oleh Penyidik BPOM.

14. Pada paket pekerjaan Barang/Jasa pada Belanja Mengikat (002) yang

merupakan kebutuhan sehari-hari perkantoran/bersifat continue seperti

Jasa Pengamanan Kantor, Jasa Cleaning Service, Langganan Jasa Provider

Internet dan sebagainya, pelaksanaan lelang dapat dilakukan pada tahun

sebelumnya untuk penetapan DIPA tahun berjalan. Apabila terdapat gagal

lelang/lelang ulang sampai memasuki tahun berjalan, maka paket pekerjaan

dapat menggunakan pengadaan langsung pada bulan berjalan, dengan

menggunakan harga tahun sebelumnya. Bersamaan hal tersebut,

pelaksanaan lelang tetap dilakukan sampai dengan penunjukan pemenang

lelang.

B. UNIT LAYANAN PENGADAAN (ULP)

Unit Layanan Pengadaan (ULP) BPOM RI adalah unit organisasi yang bertugas

melaksanakan pengadaan barang/jasa di lingkungan BPOM. ULP dibentuk

berdasarkan Peraturan Kepala BPOM No 45 tahun 2013. Pembentukan ULP

mengalami perubahan sebanyak 2 kali yaitu pada tahun 2015 melalui Peraturan

Kepala BPOM Nomor 3 tahun 2015 tentang Unit Layanan Pengadaan

Barang/Jasa di Lingkungan Badan Pengawas Obat dan Makanan, dan pada

tahun 2016 melalui Peraturan Kepala BPOM Nomor 22 tahun 2015 tentang Unit

Layanan Pengadaan Barang/Jasa di Lingkungan Badan Pengawas Obat dan

Makanan. Perubahan yang dilakukan melalui peraturan tersebut antara lain

mengenai kewenangan pelaksanaan pengadaan oleh anggota Kelompok kerja

ULP (Pokja ULP).

Personil ULP adalah Kepala ULP, Sekretariat yang dipimpin oleh Sekretaris ULP

dan Kelompok Kerja ULP. Pada tahun 2014, tugas dan kewenangan, serta

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 111

kedudukan Pokja ULP di setiap Satker, ditetapkan melalui Surat Keputusan

Kepala BPOM Nomor HK 04.1.23.01.14.0147 tahun 2014 tentang Penunjukan

Perangkat Unit Layanan Pengadaan Barang/Jasa di Lingkungan BPOM. Pada

tahun 2015 telah dilakukan revisi tentang perangkat ULP melalui Surat

Keputusan Kepala BPOM Nomor HK 04.01.21.04.15.1823 tahun 2015 tentang

Penunjukan Perangkat Unit Layanan Pengadaan Barang/Jasa di Lingkungan

BPOM. Dan pada tahun 2016 revisi dilakukan melalui Surat Keputusan Kepala

BPOM Nomor HK.04.01.23.16.0122 tahun 2016 tentang Penunjukan Perangkat

Unit Layanan Pengadaan Barang/Jasa di Lingkungan BPOM. Revisi pada Surat

Keputusan tersebut antara lain mengenai pembagian beban kerja dan

kewenangan Pokja ULP.

Pokja ULP terbagi menjadi dua yaitu Pokja Pusat dan Pokja Satker. Sebagai

bagian dari penyelesaian pengadaan di Satuan Kerja maka terdapat penetapan

Pokja Mandiri, yaitu Pokja Satker yang mengerjakan semua pengadaan di

Satkernya tanpa ada pelaksanaan pengadaan oleh Pokja Pusat. Penugasan/

penempatan/pemindahan Anggota Pokja ULP untuk setiap paket pengadaan

ditetapkan oleh Kepala ULP melalui Surat Perintah Melaksanakan Tugas (SPMT)

yang ditetapkan berdasarkan usulan dari Pokja ULP di setiap satker, dan

berdasarkan kompetensi atau rekam jejak personil ULP yang terdapat di Pokja

Pusat. Dalam melaksanakan tugasnya, Ketua Pokja ULP dan setiap Anggota

Pokja ULP mempunyai kewenangan yang sama dalam pengambilan keputusan

yang ditetapkan berdasarkan suara terbanyak. Penetapan Penyedia Barang/Jasa

oleh Pokja ULP tidak bisa diganggu-gugat oleh Kepala ULP.

Sesuai Peraturan Kepala BPOM Nomor 22 tahun 2015, ULP melaksanakan

pengadaan barang/ jasa yang meliputi :

a. Pengadaan Barang/ Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya dengan nilai di atas

Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah)

b. Pengadaan Jasa konsultansi di atas Rp50.000.000,00 (lima puluh juta

rupiah).

Dalam pelaksanaan tugas Perangkat ULP, kriteria pengadaan barang/jasa di

BPOM terbagi menjadi dua yaitu:

a. Kriteria pengadaan barang/jasa yang dilaksanakan oleh Pokja Pusat adalah:

1) Pekerjaan konstruksi, jasa konsultan pengawas, jasa konsulan perencana,

dan jasa konsultan manajemen kontruksi. Pengadaan tersebut tidak

hanya yang terkait dengan infrastruktur bangunan atau gedung, tetapi

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 112

termasuk dengan semua jenis pengadaan konstruksi, jasa konsultan

pengawas, dan jasa konsultan perencana, misalnya konsultan perencana

untuk master plan Quality Manajemen System.

2) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada angka 1)

Pekerjaan konstruksi, jasa konsultan pengawas, jasa konsulan perencana,

dan jasa konsultan manajemen kontruksi dapat dilakukan oleh Pokja

Satker Mandiri. Kriteria Pokja Satker Mandiri dinilai berdasarkan hasil

monitoring dan evaluasi PBJ tahun sebelumnya. Pokja Satker Mandiri

untuk tahun 2016 adalah Balai Besar POM di Semarang dan Yogyakarta.

3) PBJ dengan nilai pagu diatas Rp1.500.000.000,00 (satu milyar lima ratus

juta rupiah), kecuali pengadaan alat laboratorium, reagensia, dan media

mikrobiologi.

b. Kriteria pengadaan barang/jasa yang dilaksanakan oleh Pokja Satker

adalah:

1) PBJ dengan nilai pagu sampai dengan Rp1.500.000.000,00 (satu milyar

lima ratus juta rupiah.

2) Pengadaan alat laboratorium, reagensia, dan media mikrobiologi.

Pokja ULP melaksanakan pengadaan melalui SPSE, atau secara non e-

procurement untuk pengadaan jasa lainnya yang bersifat khusus dengan metode

penunjukkan langsung. Pengadaan barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya

senilai kurang dari/sama dengan Rp200.000.000 (dua ratus juta rupiah) dan

pengadaan konsultansi kurang dari/sama dengan Rp 50.000.000 (lima puluh

juta rupiah) dilaksanakan oleh Pejabat Pengadaan.

Berdasarkan Surat Edaran Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa

Pemerintah nomor 3 tahun 2015 tentang Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa

melelaui e-Purchasing, maka pengadaan yang dilakukan secara e-Purchasing

melalui Katalog Elektronik dilaksanakan oleh Pejabat Pengadaan atau PPK atau

Pejabat yang ditetapkan oleh Pimpinan Institusi.

Tujuan pembentukan ULP antara lain adalah menjamin pelaksanaan pengadaan

barang/jasa yang lebih terintegrasi atau terpadu. Dalam rangka mencapai

tujuan tersebut maka ULP telah menetapkan mekanisme pengadaan

barang/jasa yang dilaksanakan melalui ULP sebagai berikut:

1. KPA menetapkan Rencana Umum Pengadaan (RUP). Proses persiapan

pemilihan Penyedia Barang/Jasa dilakukan setelah RUP ditetapkan oleh

Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran (PA/KPA).

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 113

Admin SiRUP (Sistem informasi Rencana Umum Pengadaan) mengunggah

RUP melalui aplikasi SiRUP pada website http://sirup.lkpp.go.id. Jika

dilakukan revisi RUP oleh KPA maka revisi RUP kembali diunggah pada

aplikasi SiRUP oleh Admin SiRUP.

Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dapat mengundang Pokja ULP untuk

melakukan Kaji Ulang RUP pada Satuan Kerja terkait melalui Kepala ULP.

Hasil kajian akan disampaikan kepada PA/KPA untuk dilakukan revisi dan

dilakukan penetapan RUP kembali oleh PA/KPA.

2. PPK bekerjasama dengan Tim Teknis PPK untuk membuat Rencana

Pelaksanaan Pengadaan (RPP). Selanjutnya PPK menyampaikan RPP

kepada Kepala ULP melalui surat elektronik [email protected]. RPP

dilengkapi dengan data dukung dan sekurang kurangnya berisi:

a. Surat pengantar RPP

b. Salinan Petunjuk Operasional Kegiatan (POK).

c. Kerangka Acuan Kerja (KAK)

d. Spesifikasi Teknis.

e. Harga Perkiraan Sendiri (HPS).

f. Rancangan Kontrak.

g. ID paket SiRUP

3. Pokja Satker memberikan usulan Anggota Pokja untuk setiap paket

pengadaan kepada Kepala ULP. Format dokumen RPP dan surat usulan

Anggota Pokja dapat diambil di Sekretariat ULP, dan disusun sesuai dengan

kebutuhan proses pengadaan.

4. Sekretariat melakukan pencatatan RPP yang diterima dan surat usulan

Anggota Pokja kedalam Tabel Status RPP. Tabel tersebut memberikan

informasi tentang seluruh tahapan pelaksanaan pengadaan, sehingga semua

pihak terkait dapat mengetahui tahapan yang sedang terjadi atas RPP yang

dikirimkan ke ULP.

5. Kepala ULP menetapkan Tim Pengkaji RPP melalui Memo Dinas

berdasarkan usulan dari Pokja Satker, serta dengan mempertimbangkan

beban kerja, kompetensi, serta rekam jejak anggota Pokja.

6. Sekretariat mengirimkan Memo Dinas Tim Pengkaji RPP bersama RPP yang

diterima dari PPK. Memo Dinas juga ditembuskan ke PPK sehingga PPK

dapat mengetahui seluruh anggota tim pengkaji RPP dan dapat memberikan

data atau informasi yang diperlukan dalam proses perkajian.

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 114

7. Tim Pengkaji RPP melakukan kajian RPP. Terdapat dua tindak lanjut atas

hasil kajian yang akan diberikan oleh Tim Pengkaji RPP, yaitu sebagai

berikut:

a. Jika RPP tidak lengkap, atau terdapat masukan atau tanggapan atau

pertanyaan atas RPP yang dikaji, maka RPP belum layak untuk

dilanjutkan ke proses pelelangan dan hasil kajian RPP dinyatakan

kedalam Formulir Kajian RPP untuk diserahkan kepada PPK.

PPK dapat memperbaiki atau melakukan perubahan RPP berdasarkan

hasil kajian yang diberikan. Perubahan RPP oleh PPK diserahkan kembali

kepada Tim Pengkaji RPP untuk dilakukan kajian.

b. Jika RPP lengkap, atau tidak terdapat masukan atau tanggapan atau

pertanyaan atas RPP yang dikaji, maka RPP layak untuk dilanjutkan ke

proses pelelangan dan hasil kajian RPP dinyatakan kedalam Formulir

Kajian RPP untuk diserahkan kepada Kepala ULP.

8. Sekretariat melakukan pencatatan RPP terakhir yang telah layak untuk

dilelangkan, serta hasil kajian dari Tim Pengkaji RPP.

9. Kepala ULP menerbitkan Surat Perintah Melaksanakan Tugas (SPMT) untuk

penetapan Ketua dan Anggota Pokja ULP kedalam proses pelaksanaan

pelelangan sampai dengan penyelesaian pelelangan yang ditandai dengan

diterbitkannya Berita Acara Hasil Pelelangan (BAHP) oleh Pokja ULP.

Sepanjang tahun 2016, terdapat beberapa pengadaan baru dari pelelangan yang

gagal dan membutuhkan perubahan RPP pada bagian Kerangka Acuan Kerja,

Spesifikasi Teknis, atau Harga Perkiraan Sendiri. Hal tersebut merupakan dasar

ditetapkannya mekanisme pengadaan setelah terjadi lelang/seleksi yang gagal

sebagai berikut:

1. Pokja memberikan Berita Acara Hasil Pelelangan (lelang/seleksi) yang

berisikan info kegagalan pelelangan kepada PPK.

2. PPK melakukan evaluasi kegagalan pelelangan dan melakukan perubahan

RPP pada bagian yang diperlukan, misalnya bagian KAK tentang masa

waktu pelaksanaan pekerjaan.

3. Pokja melakukan kajian atas perubahan RPP yang diberikan PPK.

4. Setelah pengkajian perubahan RPP selesai, maka Berita Acara Hasil

Pelelangan, Formulir Kajian RPP dan perubaan RPP yang layak dilelangkan

dikirimkan ke Sekretariat untuk proses pencatatan dan penerbitan SPMT.

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 115

Dalam rangka penyesuaian dengan teknik penataan dan digitalisasi data ULP,

serta untuk memudahkan ketelusuran dokumen maka seluruh dokumen dan

surat yang disampaikan oleh Pokja kepada Kepala ULP, atau pun sebaliknya

wajib disampaikan melalui surat elektronik ULP di [email protected].

Kepala ULP membuat laporan pertanggungjawaban atas kegiatan pengadaan

barang/jasa kepada PA melalui Sestama. Ketua Pokja setiap paket pengadaan

membuat dan menyerahkan Berita Acara Hasil Pelelangan (lelang/Seleksi) /

Penunjukan Langsung dan Laporan Pengadaan kepada Kepala ULP. Mekanisme

Pengadaan Tahun 2017 sesuai Lampiran 8. Mekanisme Pengadaan.

C. LAYANAN PENGADAAN SECARA ELEKTRONIK (LPSE)

Percepatan pelaksanaan pembangunan yang menjadi tanggung

jawabPemerintah perlu didukung oleh percepatan pelaksanaan belanja

Negara,yang dilaksanakan melalui Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.

Namun,dalam pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah kadang

kaladitemukan kendala yang disebabkan oleh beberapa hal, antara

lain:perencanaan Pengadaan Barang/Jasa yang kurang baik,

pengesahananggaran yang terlambat, tidak segera dilaksanakannya

pengumumanpelaksanaan pemilihan penyedia, hingga belum meratanya

kompetensi dariPengelola Pengadaan.

Kendala dalam pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah salahsatunya

dapat diatasi dengan pemanfaatan teknologi informasi dalam

prosespelaksanaannya. Pemanfaatan teknologi informasi selain bertujuan

untukmemperingan beban Pengelola Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

jugabertujuan untuk tetap menjaga sisi akuntabilitas dalam

pelaksanaanPengadaan Barang/Jasa Pemerintah.

Melalui penyempurnaan kembali terhadap Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun

2010 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 4

Tahun 2015 tentang Perubahan Keempat Atas Peraturan Presiden Nomor 54

Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, serta inovasi dalam

metode pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dimaksud, diharapkan

pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dapat mendorong

peningkatan belanja Pemerintah yang berdampak positif pada pembangunan

Negara dan peningkatan peran Usaha Kecil dan Menengah serta Koperasi

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 116

Upaya pencegahan dan pemberantasan korupsi menjadi unsur dalam reformasi

birokrasi Indonesia. Salah satu mekanisme yang dilakukan, yaitu melalui

perbaikan sistem pengadaan barang/ jasa pemerintah yang lebih transparan,

efisien dan akuntabel. Hal ini tertuang dalam Peraturan Presiden No. 70 Tahun

2012 sebagai perubahan atas Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010 tentang

Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah, dan Instruksi Presiden No. 17 Tahun 2011

tentang Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2012, yang

mewajibkan setiap K/L/D/I untuk melaksanakan seluruh/ sebagian kegiatan

pengadaan barang/ jasa secara elektronik melalui Layanan Pengadaan Secara

Elektronik (LPSE).

Sebagai bukti nyata atas implementasi peraturan tersebut adalah dengan

diterapkannya e-Procurement melalui LPSE di BPOM dengan memanfaatkan

aplikasi Sistem Pengadaan Secara Elektronik (SPSE). Penerapan e-

Procurement melalui aplikasi SPSE di BPOM mulai pada tahun 2011 sampai

dengan sekarang. Saat ini sudah seluruh di BPOM sudah melaksanakan proses

pengadaan baik secara e-tendering maupun e-purchasing.

Pengadaan dilakukan melalui mekanisme Sistem Pengadaan Barang/Jasa Secara

Elektronik (SPSE), untuk paket pengadaan Barang/Jasa yang pemilihan

penyedianya dilakukan dengan lelang/seleksi, wajib diproses melalui LPSE

BPOM. Pelaksanaan lelang/seleksi melalui LPSE mengacu pada Perka LKPP

Nomor 18 Tahun 2012 tentang e-tendering. Pengguna SPSE saat ini adalah PPK,

Pokja ULP BPOM dan Penyedia Jasa/Barang di seluruh Indonesia. Pendaftaran

user id dan password untuk penggunaan SPSE diajukan kepada LPSE BPOM.

LPSE dapat menonaktifkan user id dan password pengguna SPSE (Penyedia

Barang/Jasa) apabila ditemukan pelanggaran terhadap persyaratan dan

ketentuan yang berlaku, dan atas permintaan PA/KPA/PPK berkaitan dengan

blacklist.

Inovasi terhadap metode Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah diperlukan dalam

pelaksanaan percepatan belanja Pemerintah, khususnya terhadap Barang/Jasa

yang secara luas dibutuhkan oleh Pemerintah. Oleh karena itu, Pemerintah

merasa perlu untuk mengakselerasi pertumbuhan Katalog Elektronik baik dari

segi kuantitas maupun varian Barang/Jasa.

Sesuai dengan Peraturan Presiden No 54 Tahun 2010 Bab III Pasal 8, ayat (1)

Pengguna Anggaran (PA) memiliki tugas dan kewenangan menetapkan Rencana

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 117

Umum Pengadaan. Pengguna Anggaran (PA) memiliki tugas dan kewenangan

mengumumkan secara luas Rencana Umum Pengadaan. Pengumuman Rencana

Umum Pengadaan di fasilitasi dengan aplikasi Sistem Informasi Rencana Umum

Pengadaan (SIRUP) dengan alamat url : http://sirup.lkpp.go.id/sirup.

Aplikasi SPSE dapat di akses melalui web browser dengan alamat url

http://lpse.pom.go.id sedangkan alamat email LPSE adalah [email protected] dan

[email protected]

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 118

BAB VIII

PENUTUP

Petunjuk pelaksanaan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dan agar semua

pengelola anggaran baik Kepala Kantor/Satker (KPA), Pejabat Pembuat Komitmen,

Pejabat Penerbit SPM, para Bendahara maupun Pejabat/Staf terkait Pusat dan

Daerah mengetahuinya.

Dengan ditetapkannya Petunjuk Pelaksanaan Anggaran Tahun 2017 ini diharapkan

agar terdapat kesamaan persepsi dan kesatuan langkah Para Pengelola Anggaran

dalam melaksanakan anggaran Tahun 2017.

KEPALA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

Dr. Ir. PENNY K. LUKITO, MCP

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 119

DAFTAR LAMPIRAN

1. VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN STRATEGIS DAN INDIKATOR KINERJA BPOM

PERIODE 2015-2019

2. STRUKTUR PENGELOLAAN ANGGARAN

3. MATRIKS USULAN REVISI PETUNJUK OPERASIONAL KEGIATAN (POK) TAHUN

2017

4. MATRIKS USULAN REVISI DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (DIPA)

TAHUN 2017

5. FORMULIR BUKTI KEHADIRAN PELAKSANAAN PERJALANAN DINAS JABATAN

DALAM KOTA SAMPAI DENGAN 8 (DELAPAN) JAM

6. FORMULIR BUKTI KEHADIRAN PELAKSANAAN PERJALANAN DINAS JABATAN

DALAM KOTA LEBIH DARI 8 (DELAPAN) JAM

7. MEKANISME PENGADAAN

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 120

DAFTAR PUSTAKA

1 PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN

BARANG MILIK NEGARA/DAERAH

2 PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 39 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA

PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN

3 PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 90 TAHUN 2010 TENTANG PENYUSUNAN

RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA

4 PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG PELAPORAN

KEUANGAN DAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH

5 PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 181/PMK.06/2016 TENTANG

PENATAUSAHAAN BARANG MILIK NEGARA

6 PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 249/PMK.02/2011 TENTANG

PENGUKURAN DAN EVALUASI KINERJA ATAS PELAKSANAAN RENCANA KERJA

DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA

7 PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 191/PMK.05/2011 TENTANG

MEKANISME PENGELOLAAN HIBAH

8 PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 190/PMK.05/2012 TENTANG

TATA CARA PEMBAYARAN DALAM RANGKA PELAKSANAAN APBN

9 PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 113/PMK.05/2012 TENTANG

PERJALANAN DINAS DALAM NEGERI BAGI PEJABAT NEGARA, PEGAWAI

NEGERI DAN PEGAWAI TIDAK TETAP

10 PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 271/PMK.05/2014 TENTANG

SISTEM AKUNTANSI HIBAH

11 PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 252/PMK.05/2014 TENTANG

REKENING MILIK KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA/SATUAN KERJA

12 PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 227/PMK.05/2016 TENTANG

PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR

164/PMK.05/2015 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PERJALANAN DINAS

LUAR NEGERI

13 PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 33/PMK.02/2016 TENTANG

STANDAR BIAYA MASUKAN TA 2017

14 PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 96/PMK.02/2015 TENTANG

PETUNJUK PENYUSUNAN DAN PENELAAHAN RENCANA KERJA DAN

ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA (RKAKL) DAN DAFTAR ISIAN

PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 121

PELAKSANAAN ANGGARAN (DIPA)

15 PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 10/PMK.02/2017 TENTANG TATA

CARA REVISI ANGGARAN TA 2017

16 PERATURAN DIRJEN PERBENDAHARAAN NOMOR PER-81/PB/2011 TENTANG

TATA CARA PENGESAHAN HIBAH LANGSUNG BENTUK UANG DAN

PENYAMPAIAN MEMO PENCATATAN HIBAH LANGSUNG BENTUK

BARANG/JASA/SURAT BERHARGA

17 PERATURAN KEPALA LKPP NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG E-TENDERING .

DAFTAR LAMPIRAN

1. VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN STRATEGIS DAN INDIKATOR KINERJA BPOM

PERIODE 2015-2019

2. STRUKTUR PENGELOLAAN ANGGARAN

3. MATRIKS USULAN REVISI PETUNJUK OPERASIONAL KEGIATAN (POK)

TAHUN 2017

4. MATRIKS USULAN REVISI DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN

(DIPA) TAHUN 2017

5. FORMULIR BUKTI KEHADIRAN PELAKSANAAN PERJALANAN DINAS

JABATAN DALAM KOTA SAMPAI DENGAN 8 (DELAPAN) JAM

6. FORMULIR BUKTI KEHADIRAN PELAKSANAAN PERJALANAN DINAS

JABATAN DALAM KOTA LEBIH DARI 8 (DELAPAN) JAM

7. KERTAS KERJA CAPAIAN RENCANA AKSI PERJANJIAN KINERJA (RAPK)

8. MEKANISME PENGADAAN

VISI MISI TUJUAN SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA

1.     Persentase obat yang memenuhi syarat, dengan target 94% pada akhir 2019,

2.     Persentase Obat Tradisional yang memenuhi syarat, dengan target 84% pada

akhir 2019,

3.     Persentase kosmetik yang memenuhi syarat, dengan target 93% pada akhir

2019,

4.     Persentase suplemen kesehatan yang memenuhi syarat, dengan target 83%

pada akhir 2019,

5.     Persentase makanan yang memenuhi syarat, dengan target 90,1% pada akhir

2019.

1.     Jumlah industri farmasi yang meningkat kemandiriannya, dengan target

kumulatif 40 industri farmasi sampai dengan akhir tahun 2019,

2.     Jumlah Industri Obat Tradisional (IOT) yang memiliki sertifikat CPOTB,

dengan target kumulatif 81 IOT pada tahun 2019,

3.     Jumlah industri kosmetika yang mandiri dalam pemenuhan ketentuan,

dengan target kumulatif 205 industri kosmetika pada tahun 2019,

4.     Persentase industri pangan olahan yang mandiri dalam rangka menjamin

keamanan pangan, dengan target kumulatif 11% industri pangan olahan pada

tahun 2019,

5.     Peningkatan indeks kesadaran masyarakat dengan target meningkat pada

akhir 2019 dibandingkan baseline 2016, dan

6.     Jumlah kerjasama yang diimplementasikan, dengan target kumulatif pada

akhir 2019 sebanyak 20 kerjasama.

1.    Capaian pelaksanaan RB di BPOM, dengan target AA pada tahun 2019,

2.    Opini Laporan Keuangan BPOM dari BPK, dengan target WTP pada tahun 2019,

3.    Nilai SAKIP BPOM dari MenPAN, dengan target A pada tahun 2019.

LAMPIRAN I

Meningkatkan

kapasitas

kelembagaan BPOM

Meningkatnya

kualitas kapasitas

kelembagaan BPOM

Obat dan

Makanan

Aman

Meningkatka

n Kesehatan

Masyarakat

dan Daya

Saing Bangsa

VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN STRATEGIS DAN INDIKATOR KINERJA BPOM PERIODE 2015-2019

Meningkatkan sistem

pengawasan Obat dan

Makanan berbasis

risiko untuk

melindungi

masyarakat;

Meningkatnya jaminan

produk Obat dan

Makanan aman,

berkhasiat/ bermanfaat,

dan bermutu dalam

rangka meningkatkan

kesehatan masyarakat;

Menguatnya Sistem

Pengawasan Obat dan

Makanan

Mendorong

kemandirian pelaku

usaha dalam

memberikan jaminan

keamanan Obat dan

Makanan serta

memperkuat

kemitraan dengan

pemangku

kepentingan;

Meningkatnya daya

saing Obat dan Makanan

di pasar lokal dan global

dengan menjamin mutu

dan mendukung inovasi.

Meningkatnya

kemandirian pelaku

usaha, kemitraan

dengan pemangku

kepentingan, dan

partisipasi

masyarakat

PENGGUNA ANGGARAN (PA)

KUASA PENGGUNA ANGGARAN SATKER

SEKRETARIAT UTAMA

PEJABAT PEMBUAT

KOMITMEN

BIRO UMUM

PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN

BIRO PERENCANAAN DAN KEUANGAN

PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN

BIRO HUKUM DAN HUB. MASYARAKAT

PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN

BIRO KSLN

BENDAHARA PENGELUARAN

(BP)

BENDAHARA PENGELUARAN

PEMBANTU (BPP)

BENDAHARA PENGELUARAN

PEMBANTU (BPP)

BENDAHARA PENGELUARAN

PEMBANTU (BPP)

BENDAHARA PENGELUARAN

PEMBANTU (BPP)

PPSPM

PENGGUNA ANGGARAN (PA)

KUASA PENGGUNA ANGGARAN SATKER

DEPUTI I

PEJABAT PEMBUAT

KOMITMEN

DIT. LAI OBAT DAN PRODUK

BIOLOGI

PEJABAT PEMBUAT

KOMITMEN

DIT. STANDARDISAS

I PT & PKRT

PEJABAT PEMBUAT

KOMITMEN

DIT. WAS. PRODUKSI Pt

& PKRT

PEJABAT PEMBUAT

KOMITMEN

DIT. WAS DISTRIBUSI PT

& PKRT

PEJABAT PEMBUAT

KOMITMEN

DIT. WAS. NAPZA

BENDAHARA PENGELUARAN

(BP)

BENDAHARA PENGELUARAN

PEMBANTU (BPP)

BENDAHARA PENGELUARAN

PEMBANTU (BPP)

BENDAHARA PENGELUARAN

PEMBANTU (BPP)

BENDAHARA PENGELUARAN

PEMBANTU (BPP)

BENDAHARA PENGELUARAN

PEMBANTU (BPP)

PPSPM

PENGGUNA ANGGARAN (PA)

KUASA PENGGUNA ANGGARAN

SATKER DEPUTI II

PEJABAT PEMBUAT

KOMITMEN

DIT. LAI OT, KOSM, & PK

PEJABAT PEMBUAT

KOMITMEN

DIT. INSERT OT, KOSM, & PK

PEJABAT PEMBUAT

KOMITMEN

DIT. STANDARDISASI OT, KOSM, & PK

PEJABAT PEMBUAT

KOMITMEN

DIT. OAI

BENDAHARA PENGELUARAN

(BP)

BENDAHARA PENGELUARAN

PEMBANTU (BPP)

BENDAHARA PENGELUARAN

PEMBANTU (BPP)

BENDAHARA PENGELUARAN

PEMBANTU (BPP)

BENDAHARA PENGELUARAN

PEMBANTU (BPP)

PPSPM

PENGGUNA ANGGARAN (PA)

KUASA PENGGUNA ANGGARAN SATKER

DEPUTI III

PEJABAT PEMBUAT

KOMITMEN

DIT. LAI KEAMANAN

PANGAN

PEJABAT PEMBUAT

KOMITMEN

DIT. STANDARDISA

SI PANGAN

PEJABAT PEMBUAT

KOMITMEN

DIT. INSERT. PANGAN

PEJABAT PEMBUAT

KOMITMEN

DIT. SURVEILAN

DAN PKP

PEJABAT PEMBUAT

KOMITMEN

DIT. WAS. PRODUK DAN

BB

BENDAHARA PENGELUARA

N (BP)

BENDAHARA PENGELUARAN

PEMBANTU (BPP)

BENDAHARA PENGELUARAN

PEMBANTU (BPP)

BENDAHARA PENGELUARAN

PEMBANTU (BPP)

BENDAHARA PENGELUARAN

PEMBANTU (BPP)

BENDAHARA PENGELUARAN

PEMBANTU (BPP)

PPSPM

PENGGUNA ANGGARAN

KUASA PENGGUNA ANGGARAN (KPA)

SATKER PPOMN

PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN

BENDAHARA PENGELUARAN(BP)

PPSPM

BENDAHARA PENGELUARAN PEMBANTU (BPP)

KUASA PENGGUNA ANGGARAN (KPA)

SATKER PUSDIK

PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN

BENDAHARA PENGELUARAN(BP)

PPSPM

BENDAHARA PENGELUARAN

PEMBANTU (BPP)

KUASA PENGGUNA ANGGARAN (KPA)

SATKER PIOM

PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN

BENDAHARA PENGELUARAN(BP)

PPSPM

BENDAHARA PENGELUARAN

PEMBANTU (BPP)

KUASA PENGGUNA ANGGARAN (KPA)

SATKER PROM

PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN

BENDAHARA PENGELUARAN(BP)

PPSPM

BENDAHARA PENGELUARAN PEMBANTU

(BPP)

KUASA PENGGUNA ANGGARAN (KPA)

SATKER INSPEKTORAT

PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN

BENDAHARA PENGELUARAN(BP)

PPSPM

BENDAHARA PENGELUARAN PEMBANTU (BPP)

Lampiran 3

KODE SATKER :

NAMA SATKER :

PROGRAM :

KEGIATAN :

1 2 6 7 1 2 6 7 8

31XX.002Uraian Output

xxxxxxxxxx

31XX.002Uraian Output

xxxxxxxxx xxxxxxxxx

011 Komponen 1 xxxxxxxxxx 011 Komponen 1 xxxxxxxxx xxxxxxxxx

A Sub Komponen 1 xxxxxxxxxx A Sub Komponen 1 xxxxxxxxx xxxxxxxxx

521211Belanja Bahan xxxxxxxxxx

521211Belanja Bahan xxxxxxxxx xxxxxxxxx

(RM) ATK 1 PKT 1 xxx xxxxxxxxxx ATK 2 PKT 2 xxx xxxxxxxxx xxxxxxxxx

Penggandaan 2 PKT 2 xxx xxxxxxxxxx Penggandaan 2 PKT 2 xxx xxxxxxxxx xxxxxxxxx

ATK Komputer 1 PKT 1 xxx xxxxxxxxxx ATK Komputer 1 PKT 1 aaaa aaaaaaaaaa xxxx-aaaaa

Konsumsi 15 OR x 5 KL 75 xxx xxxxxxxxxx Konsumsi 15 OR x 5 KL 75 xxx xxxxxxxxx xxxxxxxxx

522151Belanja Jasa Profesi xxxxxxxxxx

522151Belanja Jasa Profesi xxxxxxxxx xxxxxxxxx

Honor Narasumber Es I 1 OR x 2 2 xxx xxxxxxxxxx Honor Narasumber Es I 1 OR x 2 2 xxx xxxxxxxxx xxxxxxxxx

Honor Narasumber 16 OR x 2 32 xxx xxxxxxxxxx Honor Narasumber 16 OR x 2 32 bbb bbbbbbbbb xxx-bbbbb

Honor moderator 8 OR x 2 16 xxx xxxxxxxxxx Honor moderator 8 OR x 2 16 xxx xxxxxxxxx xxxxxxxxx

……………………………………………………..

NIP…………………………………………….

vol Harga Satuan JumlahUraian

MATRIKS USULAN REVISI PETUNJUK OPERASIONAL KEGIATAN (POK) TA 2017

SEMULA MENJADI

Output/

Komponen/ Sub

komponen/

akun/ Sumber

dana

Kuasa Pengguna Anggaran/Kepala Unit Kerja

Selisih

5 5

JAM JAM

JAM

Jumlah

Output/

Komponen/ Sub

komponen/

akun/ Sumber

dana

Rincian Perhitungan

JAM

JAM JAM

UraianRincian Perhitungan vol Harga

Satuan

CONTOH

Lampiran 4

DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN

TAHUN ANGGARAN 2017

NOMOR : DIPA-063.01.1.1.432731/2017

Kementerian Negara/lembaga : (063) BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

Unit Organisasi : (01) BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

Provinsi : (01) DKI JAKARTA

Kode/Nama Satker : (432731) SEKRETARIAT UTAMA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

Kewenangan : KP

PEGAWAI BARANG MODAL PEGAWAI BARANG MODAL

1 3 4 5 6 7 8 9 10

(SEMULA) DIPA REVISI KE-…… (BERUBAH MENJADI) DIPA REVISI KE-

MATRIKS USULAN REVISI DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN

KODE URAIAN SATKER/PROGRAM

KEG/OUTPUT/SUMBER DANABELANJA

JUMLAH

SELURUH

BELANJAJUMLAH

SELURUH

2

CONTOH

LAMPIRAN 5

Nama Jabatan Tanda Tangan

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

FORM BUKTI KEHADIRAN PELAKSANAAN PERJALANAN DINAS JABATAN DALAM KOTA SAMPAI DENGAN 8 (DELAPAN) JAM

Pejabat/Petugas yang MengesahkanNo Pelaksana SPD Hari Tanggal

(5) Diisi nama pimpinan/pejabat/petugas di Tempat Tujuan Perjalanan Dinas.

(6) Diisi jabatan pimpinan/pejabat/petugas di Tempat Tujuan Perjalanan Dinas.

(7) Diisi tanda tangan pejabat sebagaimana dimaksud pada angka (5) yang ditunjuk untuk menandatangani bukti kehadiran pelaksanaan perjalanan dinas.

Keterangan:

(1) Diisi nomor urut.

(2) Diisi nama Pelaksana SPD yang melakukan Perjalanan Dinas.

(3) Diisi hari pelaksanaan Perjalanan Dinas.

(4) Diisi tanggal pelaksanaan Perjalanan Dinas sesuai yang tercantum dalam Surat Tugas.

Untuk angka (3) dan (4), apabila penugasan lebih dari 1 (satu) hari, maka diisi per hari dan per tanggal pelaksanaan Perjalanan Dinas.

LAMPIRAN 6

Nama Jabatan Tanda Tangan

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

(5) Diisi nama pimpinan/pejabat/petugas di Tempat Tujuan Perjalanan Dinas.

(6) Diisi jabatan pimpinan/pejabat/petugas di Tempat Tujuan Perjalanan Dinas.

(7) Diisi tanda tangan pejabat sebagaimana dimaksud pada angka (5) yang ditunjuk untuk menandatangani bukti kehadiran pelaksanaan perjalanan dinas.

Keterangan:

(1) Diisi nomor urut.

(2) Diisi nama Pelaksana SPD yang melakukan Perjalanan Dinas.

(3) Diisi hari pelaksanaan Perjalanan Dinas.

(4) Diisi tanggal pelaksanaan Perjalanan Dinas sesuai yang tercantum dalam Surat Tugas.

Untuk angka (3) dan (4), apabila penugasan lebih dari 1 (satu) hari, maka diisi per hari dan per tanggal pelaksanaan Perjalanan Dinas.

FORM BUKTI KEHADIRAN PELAKSANAAN PERJALANAN DINAS JABATAN DALAM KOTA LEBIH DARI 8 (DELAPAN) JAM

No Pelaksana SPD Hari TanggalPejabat/Petugas yang Mengesahkan

LAMPIRAN 8

MEKANISME PENGADAAN

TAHUN ANGGARAN 2017

Pencatatan oleh Sekretariat ULP

Maksimal 1 hari

Keterangan:

Khusus Pokja Satker menyampaikan usulan nama Anggota Pokja per Paket

Pengadaan yang akan dilaksanakan oleh Pokja Satker

Kuasa Pengguna Anggaran

Kepala ULP

Pokja Satker

PPK

Kepala ULP

Kepala ULP PPK & Panitia Penerima

- KPB

- Operator SIMAK BMN

- Operator SIMAN

RUP

RPP

Rencana Pelaksanaan Pengadaan,

sekurang-kurangnya berisi:

1. Surat pengantar RPP

2. Salinan POK

3. Kerangka Acuan Kerja

4. Spesifikasi Teknis

5. Harga Perkiraan Sendiri

6. Rancangan Kontrak

7. ID paket SiRUP

Pencatatan oleh Sekretariat ULP Maksimal 1 hari

SPMT

BAHP

RPP lengkap

RPP tidak lengkap

Kajian/Reviu RPP

PA melalui Sestama

ULP Pokja Satker

Nama Anggota Pokja

Pokja Pusat

Lelang/Seleksi Berhasil BAHP

Lelang/Seleksi Gagal

PERUBAHAN RPP

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN