Peta Provinsi Setempat

34
Peta Wilayah Setempat…………………………………………………..….…………Pendidikan IPS SD 2 PETA PROVINSI SETEMPAT - Kota Banjarbaru - Kabupaten Banjar - Kabupaten Tanah Laut - Kabupaten Hulu Sungai Utara Oleh : Kelompok 1 Semester/Kelas : 3/A 1

description

Peta dan sejarah kota - kota di provinsi Kalimantan Selatan

Transcript of Peta Provinsi Setempat

Page 1: Peta Provinsi Setempat

Peta Wilayah Setempat…………………………………………………..….…………Pendidikan IPS SD 2 Kelompok 1 Sem 3/A

PETA PROVINSI SETEMPAT

- Kota Banjarbaru

- Kabupaten Banjar

- Kabupaten Tanah Laut

- Kabupaten Hulu Sungai Utara

Oleh : Kelompok 1

Semester/Kelas : 3/A

Mata Kuliah : Pendidikan IPS SD 2

Dosen Pengampu : Drs. H. Zulkipli, M.Pd

1

Page 2: Peta Provinsi Setempat

Peta Wilayah Setempat…………………………………………………..….…………Pendidikan IPS SD 2 Kelompok 1 Sem 3/A

1. Peta Wilayah Kota Banjarbaru

03°27' s/d 03°29' LS dan 114°45' s/d 114°45' BT.

Kota Banjarbaru adalah salah satu kota di provinsi Kalimantan Selatan,

Indonesia. Kota Banjarbaru merupakan sebuah kota yang baru dalam wilayah

Provinsi Kalimantan Selatan, berdiri pada tanggal 20 April 1999

berdasarkan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1999. Kota Banjarbaru

memiliki luas wilayah 371,30 km² (37.130 ha) atau 3,8 x luas Banjarmasin

atau ½ luas Jakarta. Banjarbaru merupakan bagian dari kawasan perkotaan Banjar Bakula.

Banjarbaru terbagi atas 5 kecamatan dan 12 kelurahan.

A. Geografi

Kota Banjarbaru terletak pada koordinat 03°27' s/d 03°29' LS dan 114°45' s/d 114°45' BT.

Posisi geografis Kota Banjarbaru terhadap Kota Banjarmasin adalah 35 km pada arah 296°30'

sebelah tenggara Kota Banjarmasin, sedangkan posisi terhadap Martapura, Kabupaten Banjar

adalah 5 km pada arah 55°30' sebelah barat daya Kota Martapura. Kota Banjarbaru

merupakan kota penghasil intan yang terdapat di Kecamatan Cempaka, Banjarbaru yang

2

Page 3: Peta Provinsi Setempat

Peta Wilayah Setempat…………………………………………………..….…………Pendidikan IPS SD 2 Kelompok 1 Sem 3/A

merupakan pusat pemukiman atau perkampungan tertua yang ada di kota ini. Wilayah Kota

Banjarbaru berada pada ketinggian 0–500 m dari permukaan laut, dengan ketinggian 0–7 m

(33,49%), 7-25 m (48,46%), 25-100 m (15,15%), 100-250 m (2,55%) dan 250-500 m

(0,35%).

B. Pembagian administratif

Kota Banjarbaru terdiri dari lima kecamatan, antara lain:

1. Banjarbaru Selatan2. Banjarbaru Utara3. Cempaka4. Landasan Ulin5. Liang Anggang

C. Geologi

Adapun kondisi fisik tanah yang dapat dipergunakan untuk menggambarkan kondisi

efektif pertumbuhan tanaman adalah kelerengan, kedalaman efektif tanah, drainase dan

keadaan erosi tanah dapat dijelaskan sebagai berikut:

Klasifikasi kelerengan Kota Banjarbaru adalah: o 0-2% yang mencakup 59,35 persen luas wilayaho 2-8% yang mencakup 25,78 persen wilayaho 8-15% mencakup 12,08 persen wilayah.

Klasifikasi kedalaman efektif tanah terbagi dalam empat kelas, yaitu: <30 cm, 30-60 cm, 60-90 cm dan >90 cm. Kota Banjarbaru secara umum mempunyai kedalaman efektif lebih 90 cm dimana jenis-jenis tanaman tahunan akan dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.

Drainase di Kota Banjarbaru tergolong baik, secara umum tidak terjadi penggenangan. Namun ada daerah yang tergenang periodik, yaitu tergenang kurang dari 6 (enam) bulan, terdapat di Kecamatan Landasan Ulin yang merupakan peralihan daerah rawa (persawahan) di Kecamatan Gambut dan Aluh-Aluh.

Berdasarkan Peta Kemampuan Tanah Skala 1:25.000, erosi tidak terjadi di wilayah Kota Banjarbaru.

Berdasarkan Peta Geologi tahun 1970, batuan di Kota Banjarbaru terdiri dari: o Alluvium (Qha) 48,44 perseno Martapura (Qpm) 37,71 perseno Binuang (Tob) 3,64 perseno Formasi Kerawaian (Kak) 2,26 perseno Formasi Pitap 3,47 persen

3

Page 4: Peta Provinsi Setempat

Peta Wilayah Setempat…………………………………………………..….…………Pendidikan IPS SD 2 Kelompok 1 Sem 3/A

Jenis tanah terbentuk dari faktor-faktor pembentuk tanah antara lain: batuan induk, iklim, topografi, vegetasi dan waktu. Tiap jenis tanah mempunyai karakteristik tertentu yang membedakan antara satu dengan yang lainnya. Karakteristik tanah tersebut misalnya berkaitan tingkat kepekaan nya terhadap erosi, kesuburan tanah, tekstur tanah dan konsistensi tanah.

Berdasarkan peta skala 1:50.000 yang diterbitkan oleh Lembaga Penelitian Tanah Bogor tahun 1974, di wilayah Kota Banjarbaru terdapat 3 (tiga) kelompok jenis tanah, yaitu: o Podsolik 63,82 perseno Latosol 6,36 perseno Organosol 29,82 persen

D. Batas wilayah

Batas wilayah Kota Banjarbaru sebagai berikut:

Utara Kecamatan Martapura, Kabupaten Banjar

Selatan Kecamatan Bati-Bati, Kabupaten Tanah Laut

Barat Kecamatan Gambut dan Aluh-Aluh, Kabupaten Banjar

Timur Kecamatan Karang Intan, Kabupaten Banjar

E. Lambang Daerah

Lambang daerah Kota Banjarbaru memiliki arti sebagai berikut:

1. Bintang bersudut lima, menggambarkan Pancasila sebagai falsafat dan pandangan hidup bangsa Indonesia.

2. Pilar kiri dan kanan, menggambarkan Kota Banjarbaru sebagai kota 4 (empat) dimensi, yakni pusat Pemerintahan, Pendidikan, Industri dan Permukiman, selain itu pilar kiri dan kanan juga menggambarkan gerbang transportasi udara dari dan ke Kalimantan Selatan. Jumlah petak pada kiri dan kanan masing–masing 10 buah dengan jumlah seluruhnya 20 buah menggambarkan tanggal berdirinya Pemerintah Kota Banjarbaru. Pilar kiri dan kanan masing-masing berjumlah 2 (dua) buah dengan jumlah seluruhnya 4 (empat) buah menggambarkan bulan April, yaitu berdirinya Pemerintah Kota Banjarbaru.

3. Pita berwarna hijau, bertuliskan Gawi Sabarataan, menunjukkan motto Kota Banjarbaru.

4. Buku, menggambarkan Banjarbaru sebagai Kota Pelajar dan Pusat Pendidikan karena terdapat prasarana dan sarana penunjang pendidikan yang memadai dari disiplin ilmu.

4

Page 5: Peta Provinsi Setempat

Peta Wilayah Setempat…………………………………………………..….…………Pendidikan IPS SD 2 Kelompok 1 Sem 3/A

5. Alat Linggang, menggambarkan pendulangan tradisional intan cempaka yang terdapat di Kecamatan Cempaka dan merupakan objek wisata budaya dan sejarah di Kota Banjarbaru.

6. Museum Lambung Mangkurat, sebagai objek wisata dan sejarah dan budaya yang diapit rumah menggambarkan Kota Banjarbaru sebagai Pusat Pemerintahan dan Pusat Permukiman.

7. Roda (gir), menggambarkan roda industri dan perdagangan karena di Kota Banjarbaru sangat potensial menjadi daerah industri dan perdagangan.

8. Perisai, menggambarkan sebagai alat pelindung dalam mencapai cita-cita luhur bangsa (Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945) dan Pembangunan Nasional berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

F. Suku bangsa

Jumlah penduduk di Kota Banjarbaru adalah sebanyak 199.359 jiwa (2010) yang terdiri

dari beberapa suku bangsa antara lain:

1. Suku Banjar : 75.537 jiwa2. Suku Jawa : 37.975 jiwa3. Suku Toraja : 975 jiwa4. Suku Bugis : 947 jiwa5. Suku Mandar : 6 jiwa6. Suku Madura : 1.180 jiwa7. Suku Buket : 1.728 jiwa8. Suku Bakumpai : 85 jiwa9. Suku Sunda : 2.319 jiwa10. Lainnya : 4.340 jiwa

G. Sejarah Banjarbaru

Gunung Apam

Wilayah Banjarbaru sekarang, dulunya adalah perbukitan di pinggiran Kota Martapura

yang dikenal dengan nama Gunung Apam. Daerah Gunung Apam dikenal sebagai daerah

persitirahatan buruh-buruh penambang intan selepas menambang di Cempaka.

Pada era tahun 1950-an, Gubernur dr. Murjani dibantu seorang perencana Van der Pijl

merancang Banjarbaru sebagai Ibukota Provinsi Kalimantan. Namun pada perjalanan

selanjutnya, perencanaan ini terhenti sampai pada perubahan status Kota Banjarbaru menjadi

Kota Administratif.

5

Page 6: Peta Provinsi Setempat

Peta Wilayah Setempat…………………………………………………..….…………Pendidikan IPS SD 2 Kelompok 1 Sem 3/A

Nama Banjarbaru sedianya hanyalah nama sementara yang diberikan Gubernur dr.

Murjani, untuk membedakan dengan Kota Banjarmasin, yaitu kota baru di Banjar. Namun

akhirnya melekat nama Banjarbaru sampai sekarang.

Sebagai kota administratif, Kota Banjarbaru berada dalam lingkungan Kabupaten Banjar,

dengan ibukotanya Martapura. Jadi Kota Banjarbaru merupakan pemekaran dari Kabupaten

Banjar.

Kota Banjarbaru berdiri berdasarkan Undang-undang (UU) Nomor 9 Tahun 1999.

Lahirnya UU tersebut menandai berpisahnya Kota Banjarbaru dari Kabupaten Banjar yang

selama ini merupakan daerah administrasi induk. Kota Banjarbaru yang sebelumnya berstatus

sebagai Kota Administratif, sempat berpredikat sebagai kota administratif tertua di Indonesia.

Kini, jumlah penduduk di Kota Banjarbaru terus berkembang dengan adanya perpindahan

penduduk dari luar Kota Banjarbaru, baik dari Kalimantan sendiri maupun dari luar

Kalimantan. Perkembangan penduduk ini beriringan dengan semakin terbukanya wilayah

Kota Banjarbaru, baik untuk kawasan permukiman serta Bandar Udara Syamsudin Noor

maupun peruntukan yang lain.

Gunung Apam termasuk wilayah Kampung Guntung Payung, Kampung Jawa, Kecamatan

Martapura, Kabupaten Banjar.

1951, Gubernur dr. Murdjani menyampaikan usulan untuk merancang Gunung Apam

menjadi Kota Banjarbaru sebagai calon Ibukota Provinsi Kalimantan.

1953, pembangunan perkantoran dan pemukiman di Banjarbaru, dirancang oleh D.A.W.

Van der Peijl.

9 Juli 1954, Gubernur K.R.T. Milono mengusulkan kepada pemerintah pusat untuk

memindahkan ibukota Provinsi Kalimantan ke Banjarbaru, namun tidak ada realisasi.

27 Juli 1964, DPRD-GR Kalimantan Selatan mengeluarkan resolusi agar Banjarbaru

ditetapkan sebagai Ibukota Provinsi Kalimantan Selatan.

6 Oktober 1965, Panitia Penuntut Kotamadia Banjarbaru menuntut agar meningkatkan

status Banjarbaru menjadi daerah tingkat II/kotapraja dan mendesak direalisirnya kota

Banjarbaru menjadi ibukota Provinsi Kalimantan Selatan.

12 Oktober 1965, DPRD-GR Tingkat II Banjar di Martapura mendukung desakan

direalisirnya kota Banjarbaru menjadi ibukota Provinsi Kalimantan Selatan.

17 Agustus 1968, penetapan status Banjarbaru sebagai Kota Administratif.

6

Page 7: Peta Provinsi Setempat

Peta Wilayah Setempat…………………………………………………..….…………Pendidikan IPS SD 2 Kelompok 1 Sem 3/A

27 April 1999, penetapan status Banjarbaru sebagai Kotamadya.

H. Daftar wali kota

Berikut ini adalah daftar wali kota administratif dan wali kota Banjarbaru dari tahun 1966

hingga sekarang :

No

.

Periode Nama Keterangan

1 1966-1970 H. Baharuddin, BA Wali kota Administratif

2 1970-1975 H. Abd. Gaffar Hanafiah Wali kota Administratif

3 1975-1981 H. Abdul Moeis Wali kota Administratif

4 1981-1983 Drs. H. Abdurrahman Wali kota Administratif

5 1983-1984 Drs. H. Edy Rosasi Wali kota Administratif

6 1984-1986 Drs. H. Zawawi M. Aini Wali kota Administratif

7 1986-1990 Drs. H. Yuliansyah Wali kota Administratif

8 1990-1993 Drs. H. Raymullan Wali kota Administratif

9 1993-1998 Drs. H. Hamidhan B. Wali kota Administratif

10 1998-2000 Drs. H. A. Fakhrulli Wali kota Administratif

11 2000-2005 Drs. H. Rudy Resnawan Wali kota

12 2005 Drs. H. Hadi Soesilo Pejabat Wali kota

13 2005-2010 Drs. H. Rudy Resnawan Wali kota

14 2010-2015 Ruzaidin Noor Wali kota

7

Page 8: Peta Provinsi Setempat

Peta Wilayah Setempat…………………………………………………..….…………Pendidikan IPS SD 2 Kelompok 1 Sem 3/A

2. Peta Wilayah Kabupaten Banjar

Kabupaten Banjar adalah salah satu kabupaten di provinsi Kalimantan Selatan, Indonesia. Ibu kota kabupaten ini terletak di Martapura. Kabupaten ini memiliki luas wilayah ± 4.688 km² dan berpenduduk sebanyak 506.204 jiwa (hasil Sensus Penduduk Indonesia 2010). Kabupaten Banjar termasuk dalam calon Wilayah Metropolitan Banjar Bakula. Motto daerah ini adalah "Barakat" yang artinya "Berkah" (bahasa Banjar).

A. Sejarah Pembentukan Kabupaten

Sejak tahun 1826 dibuat perjanjian perbatasan antara Sultan Adam dengan pemerintah

Hindia Belanda. Pada tahun 1835 sewaktu pemerintahan Sultan

Adam Alwasiqubillah telah dibuat untuk pertama kalinya ketetapan

hukum tertulis dalam menerapkan hukum Islam di Kesultanan

Banjar yang dikenal dengan Undang-Undang Sultan Adam. Tahun

1855, daerah Kesultanan Banjarmasin merupakan sebagian dari De

zuider-afdeeling van Borneo termasuk sebagian daerah Dusun

(Tamiang Layang) dan sebagian Tanah Laut.

8

Pangeran Suria Winata, regent Martapura terakhir

Page 9: Peta Provinsi Setempat

Peta Wilayah Setempat…………………………………………………..….…………Pendidikan IPS SD 2 Kelompok 1 Sem 3/A

Dari beberapa sumber disebutkan ada beberapa tempat yang menjadi kedudukan raja

(istana pribadi Sultan) setelah pindah ke Martapura, seperti Kayu Tangi, Karang Intan dan

Sungai Mesa. Tetapi dalam beberapa perjanjian antara Sultan Banjar dan Belanda, penanda

tanganan di Bumi Kencana. Begitu juga dalam surat menyurat ditujukan kepada Sultan di

Bumi Kencana Martapura. Jadi Keraton Bumi Kencana Martapura adalah pusat pemerintahan

(istana kenegaraan) untuk melakukan aktivitas kerajaan secara formal sampai dihapuskannya

Kesultanan Banjar oleh Belanda pada tanggal 11 Juni 1860.

Status Kesultanan Banjar setelah dihapuskan masuk ke dalam Karesidenan Afdeeling

Selatan dan Timur Borneo. Bekas Kesultanan Banjar dibagi menjadi dua divisi yaitu daerah

Banua Lima di bawah regent Raden Adipati Danu Raja dan daerah Martapura di bawah regent

Pangeran Jaya Pamenang. Divisi Martapura terbagi dalam 5 Distrik, yaitu Distrik Martapura,

Distrik Riam Kanan, Distrik Riam Kiwa, Distrik Benua Empat dan Distrik Margasari.

Wilayah Kalimantan Selatan dibagi dalam 4 afdeeling, salah satunya adalah afdeeling

Martapura. Terjadi perubahan dalam keorganisasian pemerintahan Hindia Belanda

diantaranya penghapusan jabatan regent tahun 1884. Regent Martapura terakhir adalah

Pangeran Suria Winata. Sejak 1898 di bawah Afdeeling terdapat Onderafdeeling dan distrik.

Pembagian administratif tahun 1898 menurut Staatblaad tahun 1898 no. 178, Afdeeling

Martapoera dengan ibukota Martapura terdiri dari :

1. Onderafdeeling Martapoera terdiri dari : Distrik Martapura.

2. Onderafdeeling Riam Kiwa dan Riam Kanan terdiri dari :

1. Distrik Riam Kiwa

2. Distrik Riam Kanan

3. Onderafdeeling Tanah Laoet terdiri dari :

1. Distrik Pleihari

2. Distrik Maluka

3. Distrik Satui

Afdeeling Martapura terdiri 3 onderafdeeling, salah satunya adalah onderafdeeling

Martapura dengan distrik Martapura. Dalam tahun 1902, Afdeeling Martapura membawahi 3

onderafdeeling: Martapura, Pengaron dan Tanah Laut. Perubahan selanjutnya Martapura

menjadi onderafdeeling di bawah Afdeeling Banjarmasin. Afdeeling dipimpin oleh Controleur

dan Kepala Distrik seorang Bumiputera dengan pangkat Kiai. Setelah kedaulatan diserahkan

oleh pemerintah Belanda kepada Republik Indonesia tanggal 27 Desember 1949, ditetapkan

9

Page 10: Peta Provinsi Setempat

Peta Wilayah Setempat…………………………………………………..….…………Pendidikan IPS SD 2 Kelompok 1 Sem 3/A

daerah Otonomi Kabupaten Banjarmasin. Daerah otonom Kabupaten Banjarmasin meliputi 4

Kawedanan.

DPRDS pada tanggal 27 Februari 1952, mengusulkan perubahan nama Kabupaten

Banjarmasin menjadi Kabupaten Banjar yang disetujui dengan Undang-undang Darurat 1953,

kemudian dikukuhkan dengan Undang-undang No. 27 Tahun 1959.[9]

B. Administrasi

Kabupaten Banjar terbagi menjadi 19 kecamatan, yaitu:

1. Aluh Aluh2. Aranio3. Astambul4. Beruntung Baru5. Gambut6. Karang Intan7. Kertak Hanyar8. Martapura9. Martapura Barat10. Martapura Timur11. Mataraman12. Paramasan13. Pengaron14. Sambung Makmur15. Simpang Empat16. Sungai Pinang17. Sungai Tabuk18. Telaga Bauntung19. Tatah Makmur

C. Perekonomian

Sebagian besar masyarakatnya bermata pencaharian sebagai petani dari perkebunan karet

yang rata-rata adalah kebun perseorangan. Selain itu perkebunan jeruk menjadi penopang

hidup sebagian masyarakat yang merupakan produk unggulan dari Kecamatan Astambul.

Keberadaan perusahaan lokal, nasional dan asing yang bergerak dibidang Tambang Batubara

turut memberikan andil besar terhadap perekonomian di Kabupaten Banjar.

10

Page 11: Peta Provinsi Setempat

Peta Wilayah Setempat…………………………………………………..….…………Pendidikan IPS SD 2 Kelompok 1 Sem 3/A

Tambang Batubara di kabupaten ini dikelola oleh perusahaan seperti PT. Pamapersada

Nusantara, PT. Kalimantan Prima Persada, PT. Pinang Coal Indonesia dan lain-lain yang

diawasi oleh Perusahaan Daerah (PD. Baramarta).

D. Suku bangsa

Suku bangsa yang ada di Kabupaten Banjar antara lain:

1. Suku Banjar: 361.692 jiwa2. Suku Jawa: 29.805 jiwa3. Suku Bugis: 828 jiwa4. Suku Madura: 13.047 jiwa5. Suku Bukit: 1.737 jiwa6. Suku Mandar: 17 jiwa7. Suku Bakumpai: 34 jiwa8. Suku Sunda: 1.187 jiwa9. Suku lainnya: 3.554 jiwa

E. Kepala daerah

Daftar Bupati Banjar

Berikut ini adalah daftar nama-nama yang pernah memimpin Kabupaten Banjar sejak tahun 1950:

No. Foto Nama Periode Keterangan

1. A. Basoeni 1950–1952 Bupati

2. A. Roeslan 1952–1953 Bupati

3. H.M. Yusran 1953–1956 Bupati

4. Mansyah 1956–1958 Bupati

5. Gt.Masrudin 1958–1959 Bupati

6. Wahyu Arief 1959 Kepala Daerah

11

Page 12: Peta Provinsi Setempat

Peta Wilayah Setempat…………………………………………………..….…………Pendidikan IPS SD 2 Kelompok 1 Sem 3/A

7. H.A. Hudari 1959–1960 Bupati KDH

8. H. Basri, BA 1960–1965 Bupati KDH

9. H.A.H. Budhigawis 1965–1972 Bupati KDH

10. Soendijo 1972–1982 Bupati KDH

11. Drs.H.Mochtar Sofyan 1982–1987 Bupati KDH

12. Rusiansjah, B.Ac 1987–1989 Bupati KDH

13. Drs. Fadhullah Thaib 1989–1990 Pejabat sementara (pjs.) Bupati KDH

14. Drs. Faisal Hasanuddin 1990–1995 Bupati KDH

15. H. Abdul Madjid 1995–1999 Bupati KDH

16. Drs.H. Rudy Ariffin, MM 1999–2005 Bupati Banjar

17. Ir.H.Gusti Khairul Saleh, MM 2005–sekarang Terpilih secara demokratis melalui Pilkada 2005 dan 2010

F. Lagu Daerah

Lagu-lagu daerah yang berasal dari wilayah ini adalah:

1. Sungai Martapura2. Hura Ahui3. Kambang Barenteng

4. Peta Wilayah Kabupaten Tanah Laut

12

Page 13: Peta Provinsi Setempat

Peta Wilayah Setempat…………………………………………………..….…………Pendidikan IPS SD 2 Kelompok 1 Sem 3/A

Kabupaten Tanah Laut adalah salah satu kabupaten di provinsi

Kalimantan Selatan, Indonesia. Ibukota kabupaten ini terletak di Pelaihari

yang merupakan pusat kegiatan Kabupaten Tanah Laut. Kabupaten ini

memiliki luas wilayah 3.631,35 km² dan berpenduduk sebanyak 296.282

jiwa, terdiri dari 152.426 jiwa laki-laki dan 143.856 jiwa perempuan (hasil

Sensus Penduduk Indonesia 2010). Alternatif penulisan nama Tanah Laut

adalah Tanah Lawut. Motto daerah ini adalah "Tuntung Pandang" (bahasa

Banjar) sedangkan maskot fauna daerah adalah "kijang emas".

A. Sejarah

Menurut Staatsblad van Nederlandisch Indië tahun 1849, wilayah ini termasuk dalam

zuid-ooster-afdeeling berdasarkan Bêsluit van den Minister van Staat, Gouverneur-Generaal

van Nederlandsch-Indie, pada 27 Agustus 1849, No. 8. E:\DATA ANNA\DATA\

Kabupaten_Tanah_Laut.htm - cite_note-4 Dalam tahun 1863 daerah Tanah Laut merupakan

Afdeeling Tanah-Laut. Menurut Staatblaad tahun 1898 no. 178 Tanah Laut menjadi salah

satu onderafdeeling di dalam Afdeeling Martapoera yaitu Onderafdeeling Tanah Laoet terdiri

dari :

1. Distrik Pleihari

13

Page 14: Peta Provinsi Setempat

Peta Wilayah Setempat…………………………………………………..….…………Pendidikan IPS SD 2 Kelompok 1 Sem 3/A

2. Distrik Maluka

3. Distrik Satui

Selanjutnya Tanah Laut adalah sebuah kewedanan yang berada di dalam wilayah Daswati

II Banjar, dengan wilayahnya yang luas dan memiliki potensi yang besar sebagai sumber

pendapatan asli daerah, seperti hutan beserta isinya, laut dan kekayaan alam di dalamnya dan

barang-barang tambang dan galian yang tersimpan di dalam tanah serta kesuburan tanahnya.

Potensi cukup besar yang dimiliki oleh Tanah Laut pada waktu itu belum bisa terkelola

dikarenakan belum tersedianya sarana dan prasarana yang memadai. Oleh karena keadaan

yang demikian dan sejalan dengan adanya beberapa kewedanan di Kalimantan Selatan yang

menuntut untuk dijadikan Daswati II, membangkitkan semangat dan keinginan yang kuat bagi

tokoh-tokoh dan masyarakat Tanah Laut untuk meningkatkan kewedanannya menjadi

Daswati II. Hasrat tersebut pernah disampaikan oleh wakil-wakil LVRI Tanah Laut melalui

sebuah resolusi dalam

Konverda LVRI se-Kalimantan Selatan di Martapura yang disampaikan oleh Ach.

Syairani dan kawan-kawan pada tahun 1956. Kemudian pada tahun 1957 H. Arpan dan

kawan-kawan, selaku wakil rakyat Tanah laut yang duduk di DPRD Banjar, memperjuangkan

bagi otonom Daswati II Tanah Laut, namun belum juga membuahkan hasil. Kemudian pada

tanggal 15 April 1961 bertempat di rumah H. Bakeri, Kepala Kampung Pelaihari,

berkumpullah lima orang pemuda yaitu: Atijansyah Noor, Moh. Afham, Materan HB, H.

Parhan HB dan EM. Hulaimy bertukar pendapat untuk memperjuangkan kembali kewedanan

Tanah Laut menjadi Daswati II.

Tukar pendapat tersebut membuahkan hasil berupa tekad yang kuat memprakarsai untuk

menghimpun kekuatan moril maupun material dalam upaya memperjuangkan terwujudnya

Daswati II Tanah Laut. Tekad dan prakarsa tersebut dimulai dengan terselenggaranya rapat

pada tanggal 3 Juni 1961, bertempat di rumah Moh. Afham yang dipimpin oleh materan HB.

Rapat tersebut menghasilkan terbentuknya sebuah Panitia Persiapan Penuntut Daswati II

Tanah Laut dengan ketua umum Soeparjan. Panitia ini dikenal dengan nama Panitia Tujuh

Belas dengan tugas pokok persiapan penyelenggaraan musyawarah besar seluruh masyarakat

Tanah laut. Untuk terlaksananya tugas pokok tersebut panitia menetapkan lima program kerja,

sebagai berikut:

1. Mengadakan hubungan dengan pemuka/tetuha masyarakat guna mendapat dukungan.

14

Page 15: Peta Provinsi Setempat

Peta Wilayah Setempat…………………………………………………..….…………Pendidikan IPS SD 2 Kelompok 1 Sem 3/A

2. Mengumpulkan data potensi daerah.

3. Mengusahakan pengumpulan dana.

4. Membuat pengumuman untuk disebarluaskan ke masyarakat.

5. Menyelenggarakan ceramah dengan meminta kesediaan Ach. Syairani, H.M.N.

Manuar, Wedana Usman Dundrung, Mahyu Arief dan H. Abdul Wahab.

Usaha Panitia Tujuh Belas berhasil dengan terselenggaranya Musyawarah Besar se-Tanah

Laut pada tanggal 1-2 Juli 1961 dan menghasilkan resolusi pernyataan serta terbentuknya

"Panitia Penyalur Hasrat Rakyat Tuntutan Daswati II Tanah Laut" yang diketuai H.M.N.

Manuar. Pada tanggal 12 Juli 1962, panitia ini menyampaikan memori Tanah Laut kepada

Bupati dan Wakil Ketua DPRD GR Banjar, kemudian pada tanggal 6 Agustus 1962, Ketua

Seksi A DPRD GR Banjar meninjau Tanah Laut dan dalam sidangnya pada tanggal 3

September 1962 mendukung Tuntutan Tanah Laut untuk dijadikan Daswati II dengan surat

keputusan nomor 37/3/DPRDGR/1962, tanggal 3 September 1962.

Dengan terbitnya keputusan DPRD GR Banjar tersebut, Panitia Penyalur terus berusaha

mendapat dukungan di tingkat Provinsi, baik melalui Kerukunan Keluarga Tanah Laut

(KKTL) di Banjarmasin maupun di DPRD GR Tingkat I Kalimantan Selatan.

Atas usaha tersebut maka pada tanggal 26 November 1962 Tim DPRD GR Tingkat

Kalimantan Selatan meninjau Tanah Laut, dari hasil kunjungan tersebut DPRD GR Tingkat I

Kalimantan Selatan mendukung terbentuknya Daswati II Tanah laut dalan bentuk sebuah

resolusi yang ditujukan kepada Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, tanggal 11

Desember 1962, nomor 12/DPRDGR/RES/1962.

Sebagai realisasi dari resolusi DPRD GR Tingkat I Kalimantan Selatan, Maka DPRD GR

RI mengirim Tim yang dipimpin oleh Ketua Komisi B, yaitu Imam Sukarni Handokowijoyo

dan tiba di Tanah Laut pada tanggal 2 Oktober 1963 yang disambut dengan rapat umum,

kemudian melakukan peninjauan ke Kintap dan Ujung Batu serta pertemuan dengan pejabat

dan panitia penuntut.

Dalam pertemuan dengan TIM DPRD GR RI Ketua tim menganjurkan agar Panitia

Penyalur ditingkatkan menjadi Badan Persiapan, maka pada tanggal 27 Oktober 1963 Panitia

Penyalur telah berhasil membentuk "Badan Persiapan Pembentukan Daswati II Tanah laut ",

dengan Ketua H. M. N. Manuar. Pada tanggal 31 Oktober 1963 sidang DPRD GR Tingkat I

15

Page 16: Peta Provinsi Setempat

Peta Wilayah Setempat…………………………………………………..….…………Pendidikan IPS SD 2 Kelompok 1 Sem 3/A

Kalimantan Selatan menyetujui resolusi yang mendesak kepada Gubernur untuk menunjuk

Penguasa Daerah bagi Tapin, Tabalong dan Tanah Laut.

Kemudian pada tanggal 11 Agustus 1964 diadakan serah terima kekuasaan kewedanan

Tanah Laut dengan Bupati Banjar yang selanjutnya tanggal 9 September 1964 diresmikan

berdirinya Kantor Persiapan Tingkat II Tanah Laut oleh Bapak Gubernur sekaligus melantik

GT. M. Taberi sebagai kepala Kantor Persiapan.

Pada tanggal 24 April 1965 Badan persiapan yang ada diperbaharui dalam suatu

musyawarah bertempat di Gedung Bioskop Sederhana Pelaihari yang dipimpin oleh A. Wahid

dan berhasil menyusun Badan Persiapan Tingkat II yang baru dengan Ketua Umum R.

Sugiarto dan Sekretaris Umum adalah A. Miskat. Dalam kurun waktu Agustus sampai dengan

November 1965, Badan Persiapan mengadakan beberapa kali rapat dan pertemuan dalam

rangka mempersiapkan menyambut lahirnya Kabupaten Tanah Laut yang sudah di ambang

pintu.

Dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1965, tentang Pembentukan Daswati II

Tapin, Tabalong dan Tanah Laut, maka pada tanggal 2 Desember 1965 dilaksanakan upacara

peresmian berdirinya Daswati II Tanah Laut oleh Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah

DR. Soemarno. Dengan demikian tanggal 2 Desember dicatat sebagai Hari Jadi Kabupaten

Tanah Laut yang diperingati setiap tahunnya.

B. Geografi

Kabupaten Tanah Laut terletak pada posisi 114°30'20 BT – 115°23'31 BT dan 3°30'33

LS - 4°11'38 LS dengan batas–batas administratif sebagai berikut :

Utara Kabupaten Banjar dan Kota Banjarbaru

Selatan Laut Jawa

Barat Laut Jawa

Timur Kabupaten Tanah Bumbu dan Laut Jawa

Luas wilayah Kabupaten Tanah Laut adalah 3.631,35 km² (363.135 ha) atau sekitar 9,71% dari luas Provinsi Kalimantan Selatan, secara administratif terdiri dari 11 wilayah kecamatan, 130 desa dan 5 kelurahan. Daerah yang paling luas adalah Kecamatan Jorong

16

Page 17: Peta Provinsi Setempat

Peta Wilayah Setempat…………………………………………………..….…………Pendidikan IPS SD 2 Kelompok 1 Sem 3/A

dengan luas 628,00 km², kemudian Kecamatan Batu Ampar seluas 548,10 km² dan Kecamatan Kintap dengan luas 537,00 km², sedangkan kecamatan yang luas daerahnya paling kecil adalah Kecamatan Kurau dengan luas hanya 127,00 km². Berdasarkan tingkat kelandaiannya wilayah Kabupaten Tanah Laut dapat diklasifikasikan ke dalam empat kelompok, yaitu meliputi wilayah datar (kemiringan 0-2%) sebesar 290.147 ha, wilayah bergelombang (kemiringan 2-15%) sebesar 43.060 ha, wilayah curam (kemiringan 15-40%) sebesar 26.833 ha dan wilayah sangat curam (kemiringan >40%) sebesar 12.890 Hektar.

C. Pemerintahan

Di Kabupaten ini ada 2 (dua) kelembagaan penting yang membentuk Pemerintahan Daerah, yaitu kelembagaan untuk pejabat politik, yaitu Kepala Daerah dan DPRD serta kelembagaan untuk pejabat karier yang terdiri dari perangkat daerah (Dinas, Badan, Kantor, Sekretariat, Kecamatan, Kelurahan dan lain-lain).

Bupati

Nama-Nama Bupati Kabupaten Tanah Laut 1966-2008

No Nama Masa Jabatan Keterangan

1 Gt. M. Tabri 1966 s/d 1967 Bupati

2 A. Syahril 1967 s/d 1972 Bupati

3 M. Roeslan 1972 s/d 1978 Bupati

4 Soemarsono PA 1978 s/d 1983 Bupati

5 Kamaruddin Dimeng 1983 s/d 1988 Bupati

6 Soepirman 1988 s/d 1992 Bupati

7 Drs. Fadhullah Thaib 1992 s/d 1993 Pj. Bupati

8 H. Totok Soewarto 1993 s/d 1998 Bupati

9 Drs. H. M. Danche R. Arsa 1998 s/d 2003 Bupati

10 Drs. H. Adriansyah 2003 s/d 2008 Bupati

11 Drs. H. Adriansyah 2008 s/d sekarang Bupati

D. Organisasi Perangkat Daerah

Pemerintah Kabupaten Tanah Laut telah menyusun Organisasi Perangkat Daerah sebagaimana digambarkan dalam tabel dibawah ini:

BENTUK KELEMBAGAAN ORGANISASI JUMLAH

17

Page 18: Peta Provinsi Setempat

Peta Wilayah Setempat…………………………………………………..….…………Pendidikan IPS SD 2 Kelompok 1 Sem 3/A

Sekretariat Daerah dan Sekretariat DPRD 2Dinas Daerah 13Badan 7Kecamatan 11Kelurahan 5

E. Sosial Budaya

1. Demografi

Kabupaten Tanah Laut memiliki jumlah penduduk mencapai 270.091 jiwa, terdiri dari 137.574 jiwa laki-laki (50,94%) dan 132.517 jiwa perempuan (49,06%) dengan mayoritas usia 15–60 tahun sebesar 174.399 jiwa. Tingkat kepadatan penduduk rata-rata sebesar 74 jiwa/km² pada tahun 2008.

2. Suku bangsa

Suku asli di daerah ini adalah suku Banjar dan suku Dayak Bukit di desa Bajuin. Adapun keseluruhan suku bangsa yang ada di kabupaten ini antara lain:

1. Suku Banjar : 142.731 jiwa2. Suku Jawa : 73.237 jiwa3. Suku Madura : 3.282 jiwa4. Suku Bukit : 585 jiwa5. Suku Bakumpai : 32 jiwa6. Suku Mandar : 49 jiwa7. Suku Sunda : 2.739 jiwa8. Suku lainnya : 5.268 jiwa

3. Obyek wisata

Tempat tujuan wisata yang dapat dikunjungi di wilayah ini antara lain:

Pantai Batakan dan Pulau Datu Pantai Swarangan Pantai Takisung dan Batu Bejanggut Pantai Tabanio dan Pantai Batu Lima Air Terjun Bajuin Air Terjun Balangdaras Pantai Sarang Tiung

4. Peta Wilayah Kabupaten Hulu Sungai Utara

18

Page 19: Peta Provinsi Setempat

Peta Wilayah Setempat…………………………………………………..….…………Pendidikan IPS SD 2 Kelompok 1 Sem 3/A

Koordinat : 2' LS-3'LS dan 115'BT-116'BT

Kabupaten Hulu Sungai Utara  merupakan salah satu kabupaten di provinsi

Kalimantan Selatan . Ibukota kabupaten ini terletak di Amuntai. Kabupaten

ini memiliki luas wilayah 892,7 km² atau 2,38% dari

luas provinsi Kalimantan Selatan dan berpenduduk sebanyak 209.037 jiwa

(hasil Sensus Penduduk Indonesia 2010). Secara umum kabupaten Hulu

Sungai Utara terletak pada koordinat 2' sampai 3' Lintang Selatan dan 115' sampai 116' Bujur

Timur.

A. Sejarah Pembentukan Kabupaten

Status Kesultanan Banjar setelah dihapuskan masuk ke dalam Karesidenan

Afdeeling Selatan dan Timur Borneo. Wilayah dibagi dalam 4 afdeeling, salah satunya

adalah afdeeling Amoentai yang terbagi dalam beberapa Distrik, yaitu Distrik Amoentai,

Batang Allai, Laboean-Amas, Balangan, Amandit, Negara dan Kloewa. Dalam

perkembangannya Afdeeling Amoentai kemudian dimekarkan menjadi Afdeeling Amuntai

dan Afdeeling Kandangan. Afdeeling Amoentai dengan ibukota Amoentai, terdiri atas:

1. Onderafdeeling Amoentai, terdiri atas:

1. Distrik Amuntai

2. Distrik Tabalong

19

Page 20: Peta Provinsi Setempat

Peta Wilayah Setempat…………………………………………………..….…………Pendidikan IPS SD 2 Kelompok 1 Sem 3/A

3. Distrik Kelua

2. Onderafdeeling Alabioe en Balangan, terdiri atas:

1. Distrik Alabio

2. Distrik Balangan

Amuntai adalah ibukota Kabupaten Hulu Sungai Utara. Ejaan Amuntai di zaman

pendudukan Belanda adalah Amoentai, Amoenthaij atau Amoenthay. Pada zaman Hindia

Belanda dahulu dipakai sebagai nama kawedanan/Distrik Amuntai (Amoenthaij) dan juga

pernah dipakai sebagai nama kabupatennya yaitu Kabupaten Amuntai. Dahulu kota Amuntai

adalah sebuah kecamatan utuh hingga dimekarkan menjadi 3 kecamatan, yakni :

1. Amuntai Selatan dengan luas 174 km² dan jumlah populasi penduduk 26.545 jiwa

2. Amuntai Tengah dengan luas 80,50 km² dan jumlah populasi penduduk 46.631 jiwa

3. Amuntai Utara dengan luas 37 km² dan jumlah populasi penduduk 21.262 jiwa.[3]

Di kecamatan Amuntai Tengah-lah pusat pemerintahan dan perdagangan kabupaten Hulu

Sungai Utara yang ditandai dengan adanya kantor bupati, kantor-kantor dinas pemkab Hulu

Sungai Utara, sentra perdagangan, dan sarana/prasarana lainnya dan Amuntai Tengah

merupakan kecamatan dengan penduduk terpadat di kabupaten Hulu Sungai Utara.

Proses pengembangan wilayah dan sistem pemerintahan yang berorientasi kepada

peraturan perundang- undangan, tidak berhenti sampai para tokoh masyarakat baik yang

sudah duduk dalam DPRD Kabupaten Hulu Sungai (sebelum pengembangannya menjadi 2

kabupaten), maupun yang berada di luarnya, telah menyadari bahwa dalam keadaan demikian,

sangat penting memiliki otonomi daerah sendiri.

Inilah awal pemikiran yang mengilhami para tokoh Hulu Sungai Utara untuk

melangkah kepada tuntutan berdirinya otonomi daerah, lepas dari Kabupaten Hulu Sungai

yang beribukota di Kandangan. Maka lahirlah di Amuntai PETIR (Penyatuan Tindakan

Rakyat), yaitu suatu wadah perjuangan untuk mewujudkan cita- cita dan aspirasi masyarakat

tersebut.

Presidium "PETIR" terbentuk dengan pimpinan yang terdiri dari Haji Morhan,

Abdulhamidhan, H. Saberan Effendi, H. Abdul Muthalib M. dan Gusti Anwar (semuanya kini

telah almarhum). Sedang pimpinan hariannya, selain H. Morhan, adalah Tarzan Noor dan M.

Juhrani Sidik. "PETIR" menganggap bahwa daerah ini mempunyai potensi politik, sosial

20

Page 21: Peta Provinsi Setempat

Peta Wilayah Setempat…………………………………………………..….…………Pendidikan IPS SD 2 Kelompok 1 Sem 3/A

ekonomi, budaya, territorial/pertahanan, baik dari segi letak geografi / geologisnya, maupun

keluasan wilayah dan pertumbuhan penduduknya, benar- benar potensial dan wajar untuk

melangkah kakinya kedepan.

Tak heran, seluruh lapisan masyarakat Hulu Sungai Utara, baik Ulama, Pemuda, partai

politik, maupun organisasi kemasyarakatan lainnya, di dalam dan di luar daerah menyatakan

dukungan yang hangat sekali. Tak terkecuali pula media cettak harian “Kalimantan

Berjuang” Banjarmasin senantiasa memberikan opini yang sensitif terhadap aspirasi tersebut.

Karenanya, tercatat bahwa Hulu Sungai Utara yang lebih awal memperjuangkan status

kabupaten yang memiliki otonomi sendiri, dibanding dengan daerah-daerah setingkat lainnya

se-Banua Lima.

Puncak kegiatan "PETIR" saat itu adalah diselenggarakannya rapat umum terbuka

dihalaman pasar Amuntai yang dipadati oleh ribuan orang. Rapat Akbar tersebut melahirkan

sebuah Mosi atau tuntutan rakyat yang menghendaki agar belahan utara dari wilayah Hulu

Sungai ini menjadi kabupaten daerah otonom yang berdiri sendiri.

Beberapa hari kemudian "PETIR" mengadakan rapat plenonya di ruangan Sekolah

Rakyat IV Amuntai (sekarang berdirinya Kantor Bupati Hulu Sungai Utara) untuk membahas

mosi tersebut dan langkah- langkah selanjutnya.

Sidang DPRDS Kabupaten Hulu Sungai di Kandangan yang membahas mosi/tuntutan

"PETIR" tersebut, cukup berjalan mulus, karena 16 anggotanya (dari 20 anggota) berasal dari

Hulu Sungai Utara yang mendukung dan menyetujui tuntutan tersebut.

Dengan persetujuan DPRDS di atas, makin meluangkan jalan bagi "PETIR", tak saja

ke Pemerintahan Daerah Tingkat I Kalimantan tetapi juga ke Pemerintah Pusat di Jakarta.

Sementara itu, untuk menghadap Gubernur Kalimantan (Dr. Murjani) dipercayakan kepada

deputasi Gusti Anwar dan Ahmad Syahman.

Perutusan "PETIR" yang berangkat ke Jakarta adalah Haji Morhan dan H. Saberan

Effendi. Di ibu kota beliau- beliau ini bergabung dengan Idham Khalid (tokoh Kalimantan

Selatan) yang berdomisili disana dan mereka bersama-sama menghadap Menteri Dalam

Negeri, Mr. Iskak Cokrohadisuryo.

Sambutan dari para pejabat tersebut, baik yang di Banjarmasin maupun yang di

Jakarta cukup baik dan memberikan angin segar bagi deputasi "PETIR". Dan kesegaran

tersebut semakin terasa ketika beberapa waktu kemudian, tibanya surat Keputusan Menteri

Dalam Negeri Nomor Pem. 20-7-47 tertanggal 16 November 1951 yang isinya menetapkan:

21

Page 22: Peta Provinsi Setempat

Peta Wilayah Setempat…………………………………………………..….…………Pendidikan IPS SD 2 Kelompok 1 Sem 3/A

Daerah Kabupaten Amuntai dengan ibu kota Amuntai sebagai Bupati Kepala Daerahnya,

bapak H. Muhammad Said.

Daerah Kabupaten Kandangan dengan ibukotanya Kandangan sebagai Bupati Kepala

Daerahnya, bapak Syarkawi.

Tindak lanjut keputusan tersebut oleh Gubernur Kepala Daerah Kalimantan yang

mengeluarkan surat keputusannya Nomor Des. 310-2-3 tanggal 9 April 1952, atas dasar Surat

Keputusan Mendagri No. Des. 1/1/14 Rahasia yang sementara waktu menetapkan jumlah:

Anggota DPRDS untuk Kabupaten Kandangan 20 orang dan DPDS 5 orang

Anggota DPRDS untuk Kabupaten Amuntai 16 orang dan DPDS 4 orang

Atas hasil pemilihan, maka pimpinan DPRDS Kabupaten Amuntai pada awal

berdirinya, adalah Haji Anang Busyra sebagai Ketua dan Ahmad Samidie sebagai wakil

ketua. Dari sinilah sekaligus diadakan persiapan perletakan karangka pembenahan pengaturan

personal aparat, fisik, material kewilayahan dan lain- lainnya, sebagai upaya untuk menata

rumah tangga pemerintah daerah Kabupaten ini yang telah diberi hak otonominya.

Hari yang dinanti-nantikan itu akhirnya tibalah ketika pada hari Kamis, pukul 10.00,

tanggal 1 Mei 1952, ketika Residen Koordinator Kalimantan Selatan, Zainal Abidin gelar

Sutan Komala Pontas yang mewakili Gubernur Kepala Daerah Kalimantan, mengucapkan

kata pelantikan terhadap para anggota DPRDS Kabupaten Amuntai yang berjumlah 16 orang.

Hal ini menandai berdirinya kabupaten Amuntai secara resmi, pada tanggal 1 Mei 1952.

Sejalan dengan perkembangan wilayah dan sistem pemerintahan yang berawal dari

Undang-undang No. 22 Tahun 1948, maka pada tanggal 14 Januari 1953, nama Kabupaten

Amuntai diubah menjadi “Kabupaten Hulu Sungai Utara” hingga sekarang. Meskipun pada

kurun waktu 12 tahun kemudian, wilayah kewedanaan Tabalong memisahkan diri

menjadi Kabupaten Tabalong pada 1 Desember 1965, nama Kabupaten Hulu Sungai Utara

tetap berlaku hingga sekarang.

B. Geografis

Ditinjau secara geografis, Kabupaten Hulu Sungai Utara terletak pada koordinat antara 2º

sampai 3º lintang selatan dan 115º sampai 116º bujur timur. Wilayah Kabupaten Hulu Sungai

Utara terletak di daerah dataran rendah dengan ketinggian berkisar antara 0 m sampai dengan

7 m di atas permukaan air laut dan dengan kemiringan berkisar antara 0 persen sampai dengan

2 persen.

22

Page 23: Peta Provinsi Setempat

Peta Wilayah Setempat…………………………………………………..….…………Pendidikan IPS SD 2 Kelompok 1 Sem 3/A

Curah hujan di suatu tempat antara lain dipengaruhi oleh keadaan iklim, keadaan geografi dan

perputaran/pertemuan arus udara. Jumlah curah hujan terbanyak di tahun 2005 terjadi pada

bulan Februari yang mencapai 359 mm dan pada bulan April yang mencapai 351 mm dengan

jumlah hari hujan masing-masing 14 dan 19.

Data penggunaan tanah pada tahun 2005 di wilayah Kabupaten Hulu Sungai Utara, yaitu:

Kampung seluas 4.283 ha

Sawah seluas 23.853 ha

Kebun campuran 1.859 ha

Hutan rawa 29.711 ha

Rumput rawa 22.768 ha

Danau seluas 1.800 ha

Penggunaan lainnya seluas 1.224 ha

C. Luas Wilayah

Luas wilayah Kabupaten Hulu Sungai Utara adalah ± 892,7 km² atau hanya ± 2,38 persen

dibandingkan dengan luas wilayah Provinsi Kalimantan Selatan. Dengan luas wilayah sebesar

892,7 km² ini, sebagian besar terdiri atas dataran rendah yang digenangi oleh lahan rawa baik

yang tergenang secara monoton maupun yang tergenang secara periodik. Kurang lebih 570

km² adalah merupakan lahan rawa dan sebagian besar belum termanfaatkan secara optimal.

D. Batas Wilayah

Batas wilayah Kabupaten Hulu Sungai Utara adalah sebagai berikut:

Utara Provinsi Kalimantan Tengah dan Kabupaten Tabalong

Selatan Kabupaten Hulu Sungai Tengah

Barat Provinsi Kalimantan Tengah

Timur Kabupaten Balangan

23

Page 24: Peta Provinsi Setempat

Peta Wilayah Setempat…………………………………………………..….…………Pendidikan IPS SD 2 Kelompok 1 Sem 3/A

E. Administrasi Wilayah

Kabupaten Hulu Sungai Utara terdiri dari 10 (sepuluh) kecamatan setelah

terbentuknya Kabupaten Balangan dengan jumlah desa/kelurahan yang tersebar sebanyak 219

desa/kelurahan. Selain itu, desa/kelurahan di Kabupaten Hulu Sungai Utara dapat

diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) kategori, antara lain Desa Swadaya sebanyak 3 (di

Kecamatan Banjang), Desa Swakarya ada 1 (di Kecamatan Banjang) dan Desa Swasembada

sebanyak 215 desa.

Adapun daftar 10 kecamatan tersbut adalah:

1. Amuntai Selatan

2. Amuntai Tengah

3. Amuntai Utara

4. Babirik

5. Banjang

6. Danau Panggang

7. Haur Gading

8. Paminggir

9. Sungai Pandan

10.Sungai Tabukan

F. Kependudukan

Jumlah penduduk Kabupaten Hulu Sungai Utara berdasarkan hasil Sensus Penduduk

Indonesia 2010 adalah 209.037 jiwa tersebar di 219 kelurahan/desa. Kabupaten dengan luas

wilayah 892,7 km² ini memiliki kepadatan penduduk (population density) 220 jiwa per km²

dan rata-rata setiap keluarga terdiri dari 4 orang. Laju pertumbuhan penduduk Hulu Sungai

Utara antara tahun 2000–2010 sebesar 0,61% dan merupakan urutan terendah untuk

kabupaten/kota di Kalimantan Selatan.

24

Page 25: Peta Provinsi Setempat

Peta Wilayah Setempat…………………………………………………..….…………Pendidikan IPS SD 2 Kelompok 1 Sem 3/A

G. Lain-lain

Di kabupaten ini terkenal dengan fauna khasnya, yaitu Itik Mamar atau itik

Alabio dan kerbau rawa ( Latin : Bubalus bubalis ) dikecamatan Danau

Panggang dan kecamatan Paminggir.

25