PESBUKERS

21
Pengaruh Intensitas Tayangan Komedi Pesbukers Dengan Perilaku Meniru Kekerasaan Mahasiswa UPH Oleh: Sandi Benedicta Sukendro / 04120110026 Jurnalistik 2011 – Ilmu Komunikasi

description

PERBUKER

Transcript of PESBUKERS

Pengaruh Intensitas Tayangan Komedi Pesbukers Dengan Perilaku Meniru Kekerasaan Mahasiswa UPH

Oleh:Sandi Benedicta Sukendro / 04120110026Jurnalistik 2011 Ilmu KomunikasiFISIP A. LATAR BELAKANGSudah bertahun-tahun media televisi memiliki daya tarik yang besar bagi masyarakat Indonesia, baik bagi penyelenggara siaran ataupun para penikmat siaran-siaran. Hal ini bisa dipastikan karena media televisi menyajikan informasi dengan unsur suara dan gambar yang variatif. Seiring berkembangnya media ini, telah berpengaruh besar terhadap kehidupan masyarakat Indonesia dalam bidang sosial, ekonomi, politik, budaya, dan sektor lainnya. Televisi pun didefinisikan memiliki 3 fungsi yaitu informasi, hiburan dan pendidikan.Televisi Republik Indonesia (TVRI) menjadi tonggak awal, yaitu pada tahun 1962. Lalu dilanjutkan dengan seiring kemajuan demokrasi dan kebebasan untuk berekspresi, pada tahun 1989 televisi swasta mulai mendapatkan ijin dari pemerintah sehingga terbentuklah Rajawali Citra Televisi (RCTI). Disusul oleh televisi swasta lainnya seperti Surya Citra Televisi (SCTV), Indosiar, ANTeve, Trans TV, Global TV, Metro TV dan seterusnya.Perkembangan selanjutnya dari pertelevisian sangatlah cepat, masyarakat Indonesia menumpukan sumber informasi kepada televisi. Masyarakat lisan dan baca berubah menjadi masyarakat televisi. Program-program siaran pun terus berkembang, pada aspek apresiasi masyarakat diperkenalkan dengan jenis program seperti kuis,talk show, opera sabun hinggavariety show. Ide kreatif terus dikembangkan guna mempertahankan penonton masing-masing stasiun TV.Stasiun-stasiun TV terus berlomba menciptakan program-program atau tayangan-tayangan yang fenomenal agar penontonnya setia bertahan dan pendapatan perusahaan media televisi terus menanjak melalui iklan yang ditentukan olehratingsebuah program yang tinggi. Program-program siaran yang ada mulai menyimpang dan mengabaikan 3 fungsi televisi , yaitu informasi, hiburan dan pendidikan. Terutama pada hiburan, yang rawan tidak diseimbangi dengan aspek mendidik. Lalu apakah penciptaan sebuah program diseimbangi dengan pertimbangan akan efek yang tercipta setelah menonton?Pada saat atau setelah menonton televisi, terdapat 3 faktor yang dapat merubah seseorang yaitu perilaku, pikiran, dan emosi. Ketiga hal ini saling berkaitan. Apabila ada satu faktor yang berhasil diubah, kedua sisanya akan ikut berubah. Berdasarkan faktor-faktor ini, remaja adalah penonton yang paling mudah terpengaruh. Karena pada usia remaja (12 th 21 th) memiliki daya serap yang tinggi dan remajayang sedang berkembang tentunya akan terus menantang dan memperbarui pola pikir mereka.Berdasarkan latar belakang diatas, penelitian ini muncul, yaitu dengan Research Question sebagai berikut: pengaruh intensitas tayangan komedi PESBUKERS dengan perilaku meniru mahasiswa UPH. Melalui penelitian yang akan dikaji ini, ingin diperoleh apakah dengan adanya tayangan komedi PESBUKERS yang mengandung unsur komedi yang berlebihan yang dianggap dalam konteks komedi atau bercanda akan mempengaruhi perilaku para penontonnya jika dinikmati dengan durasi dan frekuensi menonton yang tinggi.Penelitian ini penting dibahas karena apabila tingkat meniru kekerasan yang kerap terdapat dalam komedi di PESBUKERS dilakukan maka akan cukup mengkahawatirkan untuk lingkungan kehidupan anak muda jaman sekarang. Ditambah dengan banyaknya program-program lain yang sejenis PESBUKERS yang sudah sulit disaring penyiaraannya oleh orang tua maupun lembaga resmi pengawas lainnya.

B. RUMUSAN MASALAHResearch Question adalah sebagai berikut: Apa pengaruh intensitas tayangan komedi PESBUKERS dengan perilaku meniru mahasiswa UPH yang menonton PESBUKERS? Perumusan masalah ini dikaitkan antara variabelnya dengan melihat apakah tingkat durasi remaja atau anak muda menonton akan mempengaruhi tingkah laku mereka yang selanjutnya. Apakah mereka akan meniru atau mengasumsikan dengan benar bahwa perbuatan-perbuatan di dalam program tersebut adalah tidak baik untuk ditiru, atau mungkin hanya ditangkap oleh viewers sebagai hiburan semata.

C. TUJUAN PENELITIANPengambilan masalah atauResearch Questionyaitu pengaruh intensitas menonton tayangan komedi PESBUKERS terhadap peniruan perilaku mahasiswa UPH yang menonton PESBUKERS adalah bertujuan sebagai berikut: mengetahui intensitas menonton yang dilakukan remaja saat ini, mengetahui perilaku meniru tindakan kekerasan yang dilakukan mahasiswa yang menonton, mengetahui pengaruh intensitas menonton yang dilakukan mahasiswa terhadap perilaku meniru tindakan kekerasan dari tayangan tersebut

E. KEGUNAAN PENELITIANKegunaan dari penelitian bisa dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu kegunaan akademis dan kegunaan praktis. Kegunaan akademis:1. sebagai masukan bagi mahasiswa komunikasi untuk mengetahui efek dari intensitas menonton sebuah program dapat mempengaruhi perilaku pemirsanya atau tidak,2. sebagai masukan terhadap dosen ilmu komunikasi untuk memperkaya bahan pengajaran dengan disertai banyak contoh nyata dari teori-teori yang banyak digunakan dalam ilmu komunikasi.Kegunaan praktis:1. bagi masyarakat sebagai penonton sehari-hari yaitu untuk mengetahui seberapa jauh batasan untuk menonton televisi dengan durasi yang pas dan tidak berlebihan agar tidak terjadi efek yang tanpa disadari adalah negatif, 2. bagi pemilik program, dengan adanya penelitian ini dapat diraih masukan untuk menyesuaikan konten komedi dalam program yang sesuai dengan norma dan batasan-batasan lelucon yang ada dalam masyarakat,3. bagi Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) untuk mengetahui tindakan apa yang bisa diambil untuk mecegah tayangan-tayangan yang dapat mengakibatkan perilaku meniru tindakan kekerasan dari sebuah program yang dapat dicegah sebelumnya.

F. TINJAUAN PUSTAKAKomunikasi berperan dalam pengaruh intensitas menonton terhadap peniruan perilaku penontonnya. Komunikasi memiliki banyak jenis, dari komunikasi pribadi, komunikasi massa dan lain sebagainya. Berikut beberapa definisi dari komunikasi itu sendiri:1. Sarah Trenholm dan Arthur Jensen (1996: 4) mendefinisikan komunikasi demikian:" A process by which a source transmits a meesage to a reciever through some channel." (Komunikasi adalah suatu proses di mana sumber mentransmisikan pesan kepada penerima melalui berbagai saluran.),2. Hoveland (1948: 371) mendefinisikan komunikasi, demikian sebagai berikut: "The process by which an individual (the communicator) transmits stimuli (usually verbal simbols) to modify, the behavior of other individu". (Komunikasi adalah proses di mana individu mentransmisikan stimulus untuk mengubah perilaku individu yang lain.),3. Gode (1969: 5) memberi pengertian mengenai komunikasi sebagai berikut: "It is a process that makes common to or several what was the monopoly of one or some." (Komunikasi adalah suatu proses yang membuat kebersamaan bagi dua atau lebih yang semuka monopoli oleh satu atau beberapa orang.)Topik penelitian ini tentunya berfokus dalam komunikasi massa karena terkait dengan dunia media yaitu televisi. Berikut definisi komunikasi massa menurut beberapa ahli:1. Definisi yang diajukan oleh Bittner dalam bukunya "Mass Communication: An Introduction" (1980). Dia mengatakan bahwa "Komunikasi massa adalah pesan-pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang." Deifinisi ini memberikan batasan pada komponen-komponen dari komunikasi massa. Komponen-komponen itu mencakup adanya pesan-pesan, media massa (koran, majalah, TV, radio, dan film), khalayak,2. Menurut Defleur dan Dennis dalam bukunha "Understanding Mass Communication" (1985), bahwa "komunikasi massa adalah suatu proses dalam mana komunikator-komunikator menggunakan media untuk menyebarkan pesan-pesan secara luas, dan secara terus-menerus menciptakan makna-makna yang diharapkan dapat mempengaruhi khalayak yang besar dan berbeda-beda dengan melalui berbagai cara",3. Komunikasi Massa diartikan suatu proses penyampaian informasi atau pesan-pesan yang ditujukan kepada khalayak massa dengan karakteristik yang telah tertentu.Unsur penting dari penelitian ini adalah televisi. Televisi merupakan sistem elektronik yang mengirimkan gambar diam dan gambar hidup bersama suara melalui kabel atau ruang. Sistem ini menggunakan peralatan yang mengubah cahaya dan suara ke dalam gelombang elektronik dan mengkonversinya kembali ke dalam cahaya yang dapat dilihat dan suaranya dapat didengar (Soerjokanto 2003:24). Sedangkan tayangan komedi PESBUKERSmerupakan program sketsa yang digawangi Olga Syahputra, Raffi Ahmad, Jessica Iskandar, Sapri, Melaney Ricardo dan Opie Kumis. PESBUKERS hadir di layar ANTV setiap hari Senin Jumat pukul 18.00 WIB.Penggunaan nama program PESBUKERS merupakan plesetan dari Facebook yaitu program jejaring sosial yang sudah beberapa tahun ini menjadi trend di kalangan masyarakat. Program PESBUKERS menggunakan konsep Sketsa Reality dimana memasukan unsur gossip yang sedang hot kedalam bentuk sketsa. PESBUKERS menjadi program dengan rating paling tinggi di stasiun ANTV, mengalahkan tayangan sepak bola dan bahkan memenangkanpenghargaan Panasonic Gobel Awards 2013 untuk kategori program Komedi Terfavorit. Saingan yang disisihkan, salah satunya adalah komediOpera Van Java(OVJ).Dari tayangan seperti PESBUKERS di atas, adegan-adegan di dalamnya yang dikategorikan oleh pemilik program hanya dalam konteks komedi bisa menimbulkan tindakan meniru kekerasan bagi para pemirsanya. Sebelumnya berikut selengkapnya mengenai pengertian kekerasan itu sendiri. Johan Galtung menguraikan ena dimensi penting dari kekerasan, yaitu sebagai berikut:1. Kekerasan fisik dan psikologis. Dalam kekerasan fisik, tubuh mansuai disakiti secara jasmani bahkan sampai pada pembunuhan. Sedangkan kekerasan psikologi adalah tekanan yang dimaksudkan meredusir kemampuan mental atau otak. Kekerasan fisik yaitu kekerasan nyata yang dapat dilihat, dirasakan oleh tubuh. Wujud kekerasan fisik berupa penghilangan kesehatan atau kemampuan normal tubuh, sampai pada penghilangan nyawa seseorang. Contoh penganiayaan, pemukulan, pembunuhan, dan lain-lain. Kekerasan psikologis yaitu kekerasan yang memiliki sasaran pada rohani atau jiwa sehingga dapat mengurangi bahkan menghilangkan kemampuan normal jiwa. Contoh kebohongan, indoktrinasi, ancaman, dan tekanan.2. Pengaruh positif dan negatif. Sistem orientasi imbalan (reward oriented) yang sebenarnya terdapat pengendalian, tidak bebas, kurang terbuka, dan cenderung manipulatif, meskipun memberikan kenikmatan dan euphoria.3. Ada objek atau tidak. Dalam tindakan tertentu tetap ada ancaman kekerasan fisik dan psikologis, meskipun tidak memakan korban tetapi membatasi tindakan manusia.4. Ada subjek atau tidak. Kekerasan disebut langsung atau personal jika ada pelakunya, dan bila tidak ada pelakunya disebut struktural atau tidak langsung. Kekerasan tidak langsung sudah menjadi bagian dari struktur itu (strukturnya jelek) dan menampakkan diri sebagai kekuasaan yang tidak seimbang menyebabkan peluang hidup tidak sama. 5. Disengaja atau tidak. Bertitik berat pada akibat dan bukan tujuan, pemahaman yang hanya menekankan unsur sengaja atau tidak cukup untuk melihat, mengatasi kekerasan struktural yang bekerja secara halus dan tidak disengaja.6. Yang tampak dan tersembunyi. Kekerasan yang tampak, nyata (manifest), baik yang personal maupun struktural , dapat dilihat meski secara tidak langsung. Sedangkan kekerasan tersembunyi adalah sesuatu yang memang tidak kelihatan (latent), tetapi bisa saja mudah meledak. Kekerasan tersembunyi akan terjadi jika situasi begitu tidak stabil. Kekerasan tersembunyi akan terjadi jika situasi menjadi begitu tidak stabil sehingga tingkat realisasi aktual dapat menurun dengan mudah. Kekerasan tersembunyi yang struktural terjadi jika suatu struktur egaliter dapat dengan mudah diubah menjadi feodal, atau evolusi hasil dukungan militer yang hirarkis dapat berubah lagi menjadi struktur hirarkis setelah tantangan utama terlewati (Windhu, 1992: 68-72)

Untuk menjalankan penelitian ini, yaitu pengaruh intensitas menonton tayangan komedi PESBUKERS terhadap perilaku meniru mahasiswa UPH yang menonton PESBUKERS, teori kultivasi menjadi teori yang akan diuji dalam penelitian ini. Teori Kultivasi (Cultivation Theory) merupakan salah satu teori yang mencoba menjelaskan keterkaitan antara media komunikasi (televisi) dengan tindak kekerasan.Teori Kultivasi pada dasarnya menyatakan bahwa para pecandu (penonton berat/heavy viewers) televisi membangun keyakinan yang berlebihan bahwa dunia itu sangat menakutkan . Hal tersebut disebabkan keyakinan mereka bahwa apa yang mereka lihat di televisi yang cenderung banyak menyajikan acara kekerasan adalah apa yang mereka yakini terjadi juga dalamkehidupan sehari-hari. Para penontonnya menganggap apa yang mereka saksikan di televisi adalah sebuah realitas objektif. Teori ini pertama kali dikemukakan oleh George Gerbner bersama dengan rekan-rekannya diAnnenberg School of Communicationdi Universitas Pannsylvania tahun 1969 dalam sebuah artikel berjudulthe televition World of Violence.Televisi merupakan suatu kekuatan yang secara dominan dapat mempengaruhi masyarakat modern. Kekuatan tersebut berasal dari kemampuan televisi melalui berbagai simbol untuk memberikan berbagai gambaran yang terlihat nyata dan penting seperti sebuah kehidupan sehari-hari. Televisi mampu mempengaruhi penontonnya, sehingga apa yang ditampilkan di layar kaca dipandang sebagai sebuah kehidupan yang nyata, kehidupan sehari-hari.Pada dasarnya terdapat 2 (dua) tipe penonton televisi yang mempunyai karakteristik saling bertentangan/bertolak belakang, yaitu (1)para pecandu/penonton fanatik (heavy viewers)adalah mereka yang menonton televisi lebih dari 4 (empat) jam setiap harinya. Kelompok penonton ini sering juga disebut sebagai khalayak the television type, serta (2)penonton biasa (light viewers),yaitu mereka yang menonton televisi 2 jam atau kurang dalam setiap harinya. Dalam penelitian yang dilakukannya, Gerbner juga menyatakan bahwacultivation differentialdarimedia effect untuk dijadikan rujukan untuk membandingkan sikap penonton televisi. Dalam hal ini, ia membagi ada 4 sikap yang akan muncul berkaitan dengankeberadaan heavy viewers, yaitu:1.Mereka yang memilih melibatkan diri dengan kekerasan, yaitu mereka yang pada akhirnya terlibat dan menjadi bagian dari berbagai peristiwa kekerasan2.Mereka yang ketakutan berjalan sendiri di malam hari, yaitu mereka yang percaya bahwa kehidupan nyata juga penuh dengan kekerasan, sehingga memunculkan ketakutan terhadap berbagai situasi yang memungkinkan terjadinya tindak kekerasan.Beberapa kajian menunjukkan bahwa untuk tipe ini lebih banyak perempuan daripada laki-laki.3.Mereka yang terlibat dalam pelaksanaan hukum, yaitu mereka yang percaya bahwa masih cukup banyak orang yang tidak mau terlibat dalam tindakan kekerasan.4.Mereka yang sudah kehilangan kepercayaan, yaitu mereka yang sudah apatis tidak percaya lagi dengan kemampuan hukum dan aparat yang ada dalam mengatasi berbagai tindakan kekerasan.Layens dan kawan-kawan di Belgia tahun 1975 melakukan penelitian terhadap teori Kultivasi. Perilaku agresif diamati pada situasi ilmiah bukan di laboratorium dan dengan jangka waktu yang lama, kegiatan objek yang diteliti juga tidak diganggu sama sekali. Mereka dibagi kedalam dua kelompok, dimana kelompokpertama menonton lima film berisi adegan kekerasan selama seminggu dan kelompok kedua menonton lima film tanpa adegan kekerasan. Selama seminggu itu pula perilaku mereka diamati secara intens, dan ternyata kelompok pertama lebih sering melakukan adegan kekerasan (Rakhmat, 2005 ).Di Indonesia sendiri, jika kita menonton acara seperti Buser (SCTV), Patroli (Indosiar), Sergap (RCTI), Brutal (Lativi) dan TKP malam (TV7), akan terlihat beberapa perilaku kejahatan yang dilakukan masyarakat. Dalam acara tersebut tidak sedikit kejahatan yang bisa diungkap. Dalam pandangan kultivasi dikatakan adegan kekerasaan yang disajikan oleh televisi tersebut menggambarkan dunia kita yang sebenarnya. Para pecandu berat televisi akan beranggapan bahwa harus hati-hati keluar rumah karena kejahatan sudah mengincar kita, dan setiap orang tidak bisa dipercaya, boleh jadi kita akan menjadi korban selanjutnya dari kejahatan. Apa yang ditayangkan televisi tersebut dianggap bahwa di Indonesia kejahatan itu sudah sedemikian mewabah dan kuantitasnya semakin meningkat dari waktu ke waktu. Ini menggambarkan bagaimana dunia kejahatan yang ada di Indonesia.Berdasarkan penjabaran teori Kultivasi di atas beserta penelitian terdahulu, heavy viewers yang tecipta bias saja langsung jatuh ke dalam dunia kekerasan karena intensitas menonton yang tinggi, namun dapat juga terkena the mean world syndrome yaitu memandang dunia adalah dunia yang sangat kejam dan membuatnya menjadi berhati-hati dan menghindari kekerasan.Sedangkan berkaitan dengan tayangan komedi PESBUKERS yang dalam penjabarannya, kekerasan di dalamnya terlihat jelas namun dengan sedemikian rupa seperti kehidupan sehari-hari dan dibentuk dalam konteks bercanda atau hanya untuk menghibur, hal ini membuat hipotesa yang sesuai lebih kepada untuk meniru daripada menghindari. Karena realitas pada media yang ditangkap sebagai realitas kehidupan dibuat mirip dengan kehidupan sehari-hari ditambah dengan konteks komedi tadi. Teori menunjukkan tidak untuk bersikap berhati-hati atau menghindar karena realitas pada media dalam PESBUKERS tidak dibuat kejam atau sampai menimbulkan the mean world syndrome.Heavy viewers setidaknya meniru satu dari tindakan-tindakan kekerasan yang berada pada tayangan PESBUKERS, khususnya pada episode 19 September 2013. Mereka meniru karena tindakan-tindakan tersebut di anggap biasa untuk dilakukan, atau diperbolehkan dalam konteks untuk bercanda. Hal tersebut dapat didukung dengan setting dan perbincangan dalam tayangan PESBUKERS yang sengaja di setting sederhana dan seperti kehidupan masyarakat sehari-harinya. Hipotesa lainnya, apabila ternyata heavy viewers minim jumlahnya yang melakukan peniruan perilaku dalam tayangan PESBUKERS, perlu dipertimbangkan faktor atau teori lainnya yang perlu diuji yang dapat membuktikan mengapa heavy viewers tidak melakukan peniruan dalam kehidupan sehari-hari. Faktor atau teori yang akan dipertimbangkan dapat bersangkutan dengan objek penelitian yang dipilih, seperti tingkat pendidikan atau motivasi menonton tayangan komedi PESBUKERS.

G. METODE PENELITIANI. Pendekatan PenelitianDalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan secara kuantitatif dikarenakan rumusan masalah yang mengandung intensitas menonton dan perilaku meniru kekerasan mahasiswa UPH yang bisa dihubungkan dengan adanya jumlah intensitas menonton yang jelas yang dapat mempengaruhi perilaku meniru tersebut.

II. Metode PenelitianMetode penelitian yang penulis gunakan adalah metode survey korelasional yang dilengkapi dengan teknik pengumpulan data menggunakan kuisioner. Teknik pengumpulan data sekunder, penulis menggunakan studi pustaka. III. Populasi & SamplingSelanjutnya dalam analisa data, tahap pertama yang dilakukan adalah survei terhadap mahasiswa UPH, yaitu 49 mahasiswa Fakultas Ilmu Komputer 2013 UPH, yang kemudian dari hasil survei tersebut dilanjutkan dengan analisis terhadap temuan dalam survei. Lalu diidentifikasi lebih lanjut bersamaan dengan teori yang akan diuji. Berikut detail populasi dan teknik pengambilan sampling: Rumus sampling size yang penulis gunakan adalah Rumus Slovin dalam jenis probability karena tidak membutuhkan kriteria lebih lanjut (dalam Riduwan, 2005: 65) n = N / (1 + Ne)n = sampel; N = populasi; e = nilai presisi 95% atau sig. = 0,05.N = 56 mahasiswa Teknik Informatika UPHN = 56 / [ 1 + (56x0,052) ] = 49.122 >> pembulatan menjadi 49

IV. VARIABEL PENELITIANVariabel penting dalam penelitian ini terbagi menjadi 2 yaitu, intensitas menonton acara PESBUKERS dan pola perilaku meniru kekerasan. Intensitas menonton acara PESBUKERS adalah keadaan tingkatan atau ukuran intensnya seseorang menonton PESBUKERS dalam satu minggu. Pola perilaku meniru adalah mempraktekkan apa yang ia lihat pada tayangan PESBUKERS yang mengandung unsure kekerasan. Keduanya menjadi variabel yang berhubungan karena keduanya saling mempengaruhi.

V. DESAIN PENELITIANX YX: Intensitas menonton acara PESBUKERSY: Pola perilaku meniru kekerasan

VI. RENCANA ANALISISUntuk menganalisis hasil survey korealisonal yang ada, penulis menggunakan metode Pearson product coefficient correlation, indeks ini disingkat dengan huruf kecil r. Dalam pemahaman nilai r, akan dipertimbangkan 3 hal. Pertama, besaran korelasi yang berkisar dari 0 (berarti tingkat tidak ada korelasi sama sekali) sampai 1 (korelasi sempurna). Kedua, arah korelasi yang ditunjukkan dengan tanda positif dan negatif. Korelasi positif tidak berarti baik, tetapi hanya menunjukkan bahwa makin tinggi pada nilai variable X, makin tinggi pula nilai pada variable Y. Seperti apabila intensitas menonton acara PESBUKERS oleh seseorang semakin tinggi dalam ukuran seminggu, maka semakin tinggi pula tingkat oerilaku meniru kekerasan yang akan ia lakukan. Ketiga, persoalan apakah r yang diperoleh itu signifikan secara statistik. Variabel X, yaitu intensitas menonton acara PESBUKERS, penulis mengukur dengan jenis ukuran nominal, dimana angkat yang diberikan kepada objek mempunyai arti sebagai label saja dan tidak menunukkan tingkatan apa-apa:1 = 5 kali seminggu2 = 3 kali seminggu0 = 1 kali seminggu

Variabel Y, yaitu pola perilaku meniru kekerasan, penulis mengukur dengan jenis ukuran ordinal, angkat yang diberikan mengandung arti pengertian tingkatan (Metode Penelitian. 2005:129):5 = sering meniru4 = meniru3 = netral2 = pernah meniru1 = tidak pernah meniru

H. DAFTAR PUSTAKA

Trenholm, Sarah and Arthur Jensen. 1996 . Interpersonal Communication, California: WadsworthOublishong Company Inc.Hoveland, Cael I. Social Communication. Am Phil. Soc. XCII, (Dance No. 33/ Catg. Stappers).Gode, Alexander. 1969. What is Communication? Journal of Communication 9.Sendjaja, Sasa Djuarsa. 1998. Pengantar Komunikasi. Jakarta: Universitas TerbukaZulkarimein, Nasution. 1993. Sosiologi Komunikasi Massa. Jakarta: Universitas TerbukaWundhu, I. Marsana. 1992. Kekuasaan & Kekerasan Menurut Johan Galtung. Yogyakarta: Penerbit KanisiusRiduwan. 2005. Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru, Karyawan dan Peneliti Pemula, Bandung : Alfabeta.Rakhmat, Jalaluddin. 2002. Metode Penelitian Komunikasi: Dilengkapi Contoh Analisis Statistik. Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYANazir, Mohammad. 2005. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesiahttp://entertainment.kompas.com/read/2013/04/07/11420985/.Pesbukers.Bukan.Lawakan.Melainkan.Canda