PESAN DAKWAH DALAM TRADISI NYADRAN DUSUN BEJI DESA...
Transcript of PESAN DAKWAH DALAM TRADISI NYADRAN DUSUN BEJI DESA...
PESAN DAKWAH DALAM TRADISI NYADRAN
DUSUN BEJI DESA SIDOMULYO KECAMATAN AMPEL
KABUPATEN BOYOLALI
SKRIPSI
Skripsi ini Disusun Untuk Melengkapi Persyaratan
Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S. Sos)
OLEH:
SRI WAHYU HANDAYANI
NIM. 43010-16-0057
PROGRAM STUDI
KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2020
i
PESAN DAKWAH DALAM TRADISI NYADRAN
DUSUN BEJI DESA SIDOMULYO KECAMATAN AMPEL
KABUPATEN BOYOLALI
SKRIPSI
Skripsi ini Disusun Untuk Melengkapi Persyaratan
Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S. Sos)
OLEH:
SRI WAHYU HANDAYANI
NIM. 43010-16-0057
PROGRAM STUDI
KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2020
ii
HALAMAN LOGO
iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
iv
HALAMAN PENGESAHAN
v
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN DAN KESEDIAAN PUBLIKASI
vi
MOTTO
Artinya:
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran
yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya
Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari
jalann-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat
petunjuk” (Q.S Al-Nahl, 16:125).
vii
PERSEMBAHAN
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia
hingga tugas akhir ini selesai. Skripsi ini saya persembahkan dan saya
dedikasi sebagai bentuk ungkapan rasa syukur dan terimakasih saya yang
mendalam kepada:
1. Kedua orang tua saya tercinta Bapak Darmo Suhar dan Ibu Jumiyem
yang senantiasa ikhlas membesarkan, membimbing, mendukung, dan
mendoakan setiap hari.
2. Semua keluarga saya yang telah mensupport dalam pengerjaan skripsi
ini.
3. Sahabat-sahabat saya ( Wiyono, Yusuf, Paula, Erfina, Eka Dian,
Mursyidah Syahnina, Indah, Yuliana, Fuzia, dan Moneta ) yang selalu
memberikan dukungan dan menjadi tempat diskusi setiap saat, ketika
pengerjaan skripsi ini.
4. Semua teman KPI 2016, magang (PPP), KKN Karanggede 2020 yang
saya sayangi, dan
5. Semua pihak yang sudah membantu kelancaran skripsi yang tidak dapat
disebutkan satu-persatu.
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi dengan judul “Pesan Dakwah dalam Tradisi Nyadran Dusun Beji
Desa Sidomulyo Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali Tahun 2020” ini.
Skripsi ini sebagai syarat untuk mencapai gelar Sarjana Sosial pada Fakultas
Dakwah Institut Agama Islam Negeri Salatiga.
Selama penyusunan skripsi ini tentunya tidak lepas dari bantuan dan
dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
ingin mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Zakiyuddin, M. Ag. selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Dr. Mukti Ali, M. Hum. selaku Dekan Fakultas Dakwah IAIN
Salatiga.
3. Ibu Dra. Maryatin, M. Pd. selaku ketua Program Studi KPI IAIN Salatiga,
sekaligus dosen pembimbing skripsi yang telah sabar membimbing
penulis hingga skripsi ini selesai.
4. Para dosen yang telah memberikan berbagai ilmu pengetahuan dan
pengalaman. Serta Karyawan, Satpam IAIN Salatiga dan sahabat-sahabat
Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam IAIN Salatiga angkatan 2016
yang selalu memberi dukungan dan motivasi dalam penulisan skripsi ini.
ix
5. Bapak Muh. Sawali selaku Kepala Desa Sidomulyo yang telah memberi
izin penelitian, serta Bapak Aris Carmadi selaku Kadus dua dan Bapak
Hari Sabar selaku ketua RT 02 Dusun Beji yang telah banyak
memberikan informasi terkait skripsi.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi
ini, baik dari segi penyajian maupun pembahasannya. Oleh karena itu,
penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran yang membangun demi
perbaikan skripsi ini. Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi
penulis khususnya, serta para pembaca pada umumnya. Amin.
Salatiga, Maret 2020
Penulis
x
ABSTRAK
Handayani, Sri Wahyu. 2020. Pesan Dakwah dalam Tradisi Nyadran di
Dusun Beji Desa Sidomulyo Kecamatan Ampel Kabupaten
Boyolali. Skripsi. Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam
Fakultas Dakwah. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.
Pembimbing Dra. Hj. Maryatin, M.Pd.
Kata Kunci : Pesan Dakwah, Tradisi Nyadran.
Penelitian ini membahas tentang Pesan Dakwah dalam Tradisi
Nyadran di Dusun Beji Desa Sidomulyo Kecamatan Ampel Kabupaten
Boyolali. Penelitian ini bertujuan (1) untuk mengetahui pelaksanaan Tradisi
Nyadran di Dusun Beji Desa Sidomulyo Kecamatan Ampel Kabupaten
Boyolali (2) untuk mengetahui pesan dakwah yang tersampaikan dalam
Tradisi Nyadran di Dusun Beji Desa Sidomulyo Kecamatan Ampel
Kabupaten Boyolali. (3) untuk mengetahui faktor pendukung dan
penghambat pelaksanaan Tradisi Nyadran di Dusun Beji Desa Sidomulyo
Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali.
Jenis penelitian lapangan dengan metode kualitatif yang
menghasilkan data deskriptif, melalui pendekatan fenomenologi, dengan
lokasi penelitian di Dusun Beji Desa Sidomulyo Kecamatan Ampel
Kabupaten Boyolali. Sumber data menggunakan data primer dan data
sekunder dengan teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara
dan dokumentasi. Teknik analisis menggunakan tiga tahapan analisis
kualitatif, untuk menguji validasi data peneliti menggunakan triangulasi
sumber kemudian dianalisis dan disimpulkan.
Hasil penelitian menunjukan bahwa (1) Tradisi Nyadran merupakan
Tradisi untuk mengingat dan mendoakan para leluhur, yang dilaksanakan
setiap tanggal 15 bulan Ruwah dan Sapar. Proses pelaksanaan Nyadran
yaitu besik kubur atau ziarah makam, kenduren, dan menerima tamu
(pambagyo tamu). (2) Pesan dakwah yang tersampaikan dalam Tradisi
Nyadran di Dusun Beji Desa Sidomulyo, meliputi: pesan aqidah yaitu
mengingat akan kematian yang artinya percaya kepada hari Akhir. Pesan
syariah yaitu mendoakan orang tua yang sudah meninggal, dan wujud
sedekah kepada sesama manusia. Pesan akhlaq yaitu menjaga tali
silahturahmi antar sesama manusia yang tercermin pada kerukunan dan
gotong royong saat sebelum pelaksanaan dan setelah proses tradisi Nyadran .
(3) Faktor pendukung dari Tradisi Nyadran yaitu suatu kepercayaan, sikap
terbuka dan menerima oleh masyarakat, keadaanmasyarakat yang sama dan
xi
keadaan masyarakat masih Tradisional. Faktor penghambatnya yaitu faktor
keuangan, kurangnya hubungan dengan masyarakat, dan adanya pandemi.
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................................................... i
HALAMAN LOGO ...................................................................................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................................................ iii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN DAN KESEDIAAN PUBLIKASI ............................... vi
MOTTO .......................................................................................................................................... vi
PERSEMBAHAN ....................................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR .............................................................................................................. viii
ABSTRAK ...................................................................................................................................... x
DAFTAR ISI ................................................................................................................................ xii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................................. xv
DAFTAR TABEL ...................................................................................................................... xvi
DAFTAR BAGAN ................................................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................................... xviii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................... 1
A. Latar Belakang .................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................................................. 4
C. Tujuan Penelitian ................................................................................................................ 5
D. Manfaat Penelitian ............................................................................................................. 5
E. Penegasan Istilah................................................................................................................. 6
xiii
F. Kerangka Berpikir ............................................................................................................ 10
G. Sistematika Penulisan...................................................................................................... 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI ......................................... 13
A. Tinjauan Pustaka .............................................................................................................. 13
B. Landasan Teori .................................................................................................................. 19
1. Pesan Dakwah .............................................................................................................. 19
2. Budaya ............................................................................................................................ 26
3. Tradisi ............................................................................................................................. 28
4. Nyadran .......................................................................................................................... 32
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .............................................................................. 36
A.Jenis dan Pendekatan Penelitian .................................................................................... 36
B.Lokasi dan Waktu Penelitian .......................................................................................... 37
C.Sumber Data ....................................................................................................................... 37
D.Fokus Penelitian ................................................................................................................ 38
E.Teknik Pengumpulan Data .............................................................................................. 39
F.Teknik Analisis Data ......................................................................................................... 40
G.Teknik Validasi Data ........................................................................................................ 41
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................................... 44
A. Gambaran Umum Desa Sidomulyo ............................................................................. 44
1.Visi dan Misi .................................................................................................................. 44
2.Letak Geografis ............................................................................................................. 46
xiv
3.Kependudukan ............................................................................................................... 47
4.Struktur Organisasi ....................................................................................................... 50
5.Kondisi Sosial Kemasyarakatan dan Budaya ......................................................... 51
6.Kondisi Pendidikan ...................................................................................................... 53
7.Kondisi Keagamaan ..................................................................................................... 54
8.Mata Pencaharian Penduduk ...................................................................................... 55
B. Hasil Penelitian ................................................................................................................. 56
1. Pelaksanaan Tradisi Nyadran .................................................................................... 56
2. Pesan Dakwah dalam Tradisi Nyadran ................................................................... 59
3. Faktor Pendukung dan Pengambat .......................................................................... 61
C. Pembahasan ....................................................................................................................... 63
1. Pelaksanaa Tradisi Nyadran ...................................................................................... 63
2. Pesan Dakwah dalam Tradisi Nyadran. .................................................................. 70
3 Faktor Pendukung dan Penghambat. ........................................................................ 73
BAB V PENUTUP ..................................................................................................................... 75
A.Kesimpulan ......................................................................................................................... 75
B.Saran ..................................................................................................................................... 76
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................ 77
LAMPIRAN-LAMPIRAN........................................................................................................ 80
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Peta Geografis Desa Sidomulyo ............................................................
Gambar 4.2 Besik Kubur ...........................................................................................
Gambar 4.3 Kenduren Nyadran Dusun Beji ..............................................................
Gambar 4.4 Menerima Tamu/pambagyo tamu ..........................................................
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk .......................................................................................
Tabel 4.2 Fasilitas Desa Sidomulyo...........................................................................
Tabel 4.3 Daftar Sekolah ...........................................................................................
Tabel 4.4 Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama .....................................................
xvii
DAFTAR BAGAN
Bagan 1.1 Kerangka Berfikir .....................................................................................
Bagan 4.1 Struktur Organisasi ...................................................................................
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
1.1 Instrumen Penelitian ............................................................................................
1.2 Hasil Wawancara ...............................................................................................
1.3 Reduksi dan triangulasi data ................................................................................
1.4 Dokumentasi ........................................................................................................
1.5 Satuan Kredit Kegiatan ........................................................................................
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang memiliki berbagai macam suku
kebudayaan yang berbeda-beda dan menyebar di seluruh pulau. Di
setiap pulau terdapat Tradisi sendiri-sendiri yang berbeda antara budaya
satu dengan budaya lainnya. Demikian dengan pulau Jawa, memiliki
Tradisi yang khas dan melekat di setiap masyarakatnya. Masyarakat
jawa sangat identik dengan Tradisinya. Tidak heran jika masyarakat
Jawa tidak bisa lepas dari suatu Tradisi yang sudah ada dari para leluhur
sejak turun temurun. Tradisi merupakan salah satu bagian dari
kebudayaan yang melekat pada kehidupan sehari-hari. Adanya Tradisi
menjadi identitas tersendiri yang dimiliki oleh masyarakat.
Kebudayaan adalah keseluruhan pengetahuan manusia sebagai
makhluk sosial yang digunakan untuk memahami dan
menginterprestasikan lingkungan dan pengalamannya serta menjadi
kerangka landasan bagi terwujudnya kelakuan (Soekanto, 1990:236).
Kebudayaan terjadi melalui proses belajar dari lingkungan alam maupun
lingkungan sosial artinya hubungan antara manusia dengan lingkungan
dihubungkan dengan Tradisi masyarakat lokal, kemasyarakatan, sistem
2
pengetahuan, bahasa, kesenian, sistem mata pencaharian hidup serta
teknologi dan peralatan (Jacobus:2006).
Tradisi dapat dianggap sebagai peraturan-peraturan yang berlaku
di dalam masyarakat itu sendiri. Indonesia merupakan negara kepulauan
yang memiliki berbagai macam suku, ras, agama, dan Tradisi yang
berbeda-beda. Tradisi merupakan warisan turun-temurun .dari generasi
ke generasi, salah satunya yaitu upacara Tradisional yang masih melekat
dilestarikan oleh masyarakat Jawa adalah Nyadran.
Nyadran adalah Tradisi pembersihan makam atau ziarah kubur
oleh masyarakat Jawa di pedesaan yang dilakukan secara turun-temurun
dengan tujuan agar dapat melaksanakan ibadah Ramadhan dengan hati
yang bersih. Pada pelaksanaan Nyadran banyak masyarakat yang datang
bahkan juga warga yang tinggal di perantauan sengaja pulang untuk
mengikuti pelaksanaan Nyadran.
Menurut beberapa pendapat mengatakan bahwa, Tradisi Nyadran
merupakan adat istiadat dari upacara Hindu yang dilestarikan orang
Jawa dan menjadi adat mereka. Namun, Nyadran sendiri dilakukan
hanya di waktu tertentu, yaitu pada bulan Sya’ban, atau orang Jawa
biasanya menyebut bulan Ruwah yang dilakukan menjelang puasa
ramadhan.
3
Nyadran tidak hanya dilakukan kaum muslimin saja, tetapi juga
penganut non Islam seperti kejawen Hindu dan kepercayaan lainnya.
Dari berbagai pertentangan mengenai Nyadran dalam pandangan Islam,
Tradisi tersebut yang berawal dari masyarakat beragama Hindu-Budha
kemudian dirubah perlahan oleh Sunan Kalijaga. Tradisi Nyadran
merupakan gabungan antara budaya dengan nilai Islam sehingga terasa
sangat kental lokalitas yang bersifat Islami, namun Tradisi Nyadran
sendiri ,murni bukan dari agama Islam.
Dakwah adalah kegiatan peningkatan iman menurut syariat Islam
( Aziz, 2012:19). Dakwah tidak hanya dilakukukan dalam bentuk
pengajian, TPA, dan lain sebagainya. Namun, dakwah juga dapat
dilakukan melalui Tradisi, karena secara tidak langsung terselip ajaran
Islam di dalamnya. Tradisi Nyadran merupakan salah satu strategi
dakwah yang dilakukan oleh Sunan Kalijaga. Beliau mencampurkan dan
memadukan dengan ajaran Islam di dalam Tradisi Nyadran yang berupa
doa-doa, tahlil, makna dan tujuannya ditujuannya meminta kepada
Allah.
Sejatinya, dakwah bukan hanya kewenangan ulama atau tokoh
agama, karena dakwah Islam memiliki wilayah yang luas dalam semua
aspek kehidupan umat manusia. Dakwah memiliki ragam bentuk,
metode, media, pesan, pelaku dan penerima. Kita sendiri tidak bisa
4
terlepas dari kegiatan dakwah karena sudah melekat dalam kehidupan
sehari-hari (Aziz, 2009:5).
Dalam Islam Tradisi Nyadran merupakan ritual yang masih
dipertahankan oleh sebagian kaum. Seperti di Dusun Beji Desa
Sidomulyo, Nyadran masih dilaksanakan pada setiap tahunnya. Nyadran
merupakan Tradisi untuk mengingat kematian para leluhur dan
mendoakan arwahnya dengan mendatangi makam (ziarah kubur). Selain
itu, Nyadran sebagai wujud sedekah untuk jenazah dan kepada sesama
manusia.
Dengan demikian, Tradisi Nyadran ini mengandung pesan-pesan
dakwah pada setiap proses pelaksanaannya secara religi. Oleh sebab itu,
penulis tertarik untuk meneliti pesan dakwah seperti apa yang
tersampaikan dalam Tradisi Nyadran.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merumuskan masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana Tradisi Nyadran di Dusun Beji Desa Sidomulyo
Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali?
2. Apa saja pesan dakwah yang tersampaikan dalam Tradisi Nyadran
di Dusun Beji Desa Sidomulyo Kecamatan Ampel Kabupaten
Boyolali?
5
3. Apa faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan Tradisi
Nyadran di Dusun Beji Desa Sidomulyo Kecamatan Ampel
Kabupaten Boyolali?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan yang akan dicapai
penulis sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui bagaimana Tradisi Nyadran di Dusun Beji Desa
Sidomulyo Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali.
2. Untuk mengetahui pesan dakwah yang tersampaikan dalam Tradisi
Nyadran di Dusun Beji Desa Sidomulyo Kecamatan Ampel
Kabupaten Boyolali.
3. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan
Tradisi Nyadran di Dusun Beji Desa Sidomulyo Kecamatan Ampel
Kabupaten Boyolali.
D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas, dapat disimpulkan manfaat
dari penelitian ini, sebagai berikut:
1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya
kajian/khazanah ilmu dakwah khususnya mengenai
media/pesan/metode dakwah..
6
2. Secara praktis, penelitian ini sebagai sumber informasi mengenai
pesan dakwah yang tersampaikan dalam Tradisi Nyadran yang
diharapkan bermanfaat bagi para warga yang belum mengetahuinya.
E. Penegasan Istilah
Penulis akan menjelaskan mengenai istilah-istilah yang digunakan
dalam judul skripsi ini agar tidak terdapat perbedaan penafsiran atau
perbedaan dalam mengintrepestasikan. Selain itu, memberi arah dan
tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian inidan untuk memberikan
pengertian kepada pembaca mengenai apa yang hendak dicapai dalm
penelitian. Judul yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
“pesan dakwah dalam Tradisi Nyadran (studi kasus pada Tradisi
Nyadran di Desa Sidomulyo Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali)”
penegasan istilah dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Pesan
Pesan adalah sesuatu yang disampaikan pengirim kepada
penerima. Pesan adalah sesuatu yang bisa disampaikan dari
seseorang kepada orang lain, baik secara individu maupun kelompok
yang dapat berupa buah pikiran, keterangan, pernyataan dari sebuah
sikap (TotiTasmoro, 1997:9).
Pesan adalah suatu yang disampaikan oleh komunikator
kepada komunikan melalui proses komunikasi (Tasmara, 1987:7).
7
Sedangkan pesan dalam buku pengantar Ilmu Komuikasi yang ditulis
oleh Hafied (2004:14), bahwa pesan dakwah adalah serangkaian
isyarat atau simbol yang diciptakan oleh seseorang untuk maksud
tertentu dengan harapan bahwa penyampaian isyarat/simbol itu akan
berhasil dalam menimbulkan sesuatu.
Dapat disimpulkan pesan adalah sesuatu yang ingin
disampaikan oleh komunikator kepada komunikan melalui
isyarat/simbol untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
2. Dakwah
Secara etimologi dakwah berasal dari bahasa Arab dalam
bentuk ا لمصد ر , yaitu د عو ة –يد عو ا –د عل artinya menyeru,
mengajak, memanggil. Kata tersebut telah menjadi istilah baku
dalam bahasa Indonesia, dakwah memiliki arti; penyiaran,
propaganda, penyiaran agama dilakukan masyarakat dan
pengembangannya, seruan untuk memeluk, mempelajari, dan
mengamalkan agama.
Menurut Umi Hayati (2017:179), mengatakan bahwa
“Dakwah disebut komunikasi, akan tetapi komunikasi belom tentu
dakwah, adapun yang membedakannya adalah terletak pada isi dan
orientasi pada kegiatan dakwah dan kegiatan komunikasi”.
8
Ditinjau dari segi bahasa, dakwah berati: panggilan, seruan,
atau ajakan. Menurut Masdar Hilmy mengatakan bahwa, dakwah
merupakan seruan untuk mengajak dan menggerakkan manusia agar
mentaati ajaran-ajaran Allah (Islam) termasuk amar ma’ruf nahi
munkar untuk bisa memperoleh kebahagian di dunia dan akhirat.
Dengan demikian dakwah juga dapat diartikan sebagai
proses penyampaian ajaran agama Islam kepada umat manusia.
Sebagai suatu proses, dakwah tidak hanya merupakan usaha
penyampaian saja, tetapi merupakan usaha mengubah cara berpikir
dan mengubah cara hidup manusia sebagai sasaran dakwah ke arah
kualitas kehidupan yang lebih baik.
3. Tradisi
Tradisi dalam bahasa latin yaitu tradition, artinya diteruskan,
sedangkan secara bahasa adalah sesuatu kebiasaan yang
berkembang di masyarakat baik, yang menjadi adat kebiasaan, atau
yang di asimilasikan dengan ritual adat atau agama. Dalam
pengertian lain, Tradisi merupakan sesuatu yang telah dilakukan
untuk sejak lama dan menjadi bagian dalam kelompok masyarakat,
biasanya dari suatu negara, Tradisi, waktu, atau agama yang sama.
Tradisi berlaku secara umum dan dilakukan turun-temurun baik
melalui informasi lisan maupun tulisan, dan juga berupa prasasti.
9
4. Nyadran
Menurut Slamet Muljana (2007:100), Sadranan atau nyadran
berasal dari bahasa Jawa kawi craddha (srada) yang kemudian
dijawakan modern nyadran. Nyadran adalah suatu rangkaian Tradisi
yang berupa membersihkan makam leluhur, tabur bunga, dan
puncaknya kenduri slametan dimakam leluhur. Nyadran atau
sadranan adalah Tradisi menziarahi kubur para leluhur yang
dilakukan bulan Ruwah (Sya’ban), serta mendoakan jenazah.
Nyadran dimaksud meruwat arwah agar sempurna menghadap
Tuhan (Muh. Sholikhin, 2010:254).
Nyadran adalah Tradisi pembersihan makam atau ziarah kubur
oleh masyarakat jawa di pedesaan yang dilakukan secara
turun-temurun dengan tujuan agar dapat melaksanakan ibadah
ramadhan dengan hati yang bersih. Pada pelaksanaan Nyadran
banyak masyarakat yang datang bahkan juga warga yang tinggal
diperantauan sengaja pulang untuk mengikuti pelaksanaan Nyadran.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pesan
dakwah dalam Tradisi Nyadran merupakan sesuatu yang ingin
disampaikan dari pengirim kepada penerima melalui sebuah Tradisi atau
kebiasaan Nyadran yang ada di Dusun setempat dan telah lama secara
turun-temurun dilaksanakan. Dalam Tradisi tersebut terdapat pesan yang
10
tersampaikan dalam Nyadran, bisa berupa akhlak, syariah, dan akidah
yang dapat berpengaruh ke dalam kehidupan sehari-hari.
F. Kerangka Berpikir
Bagan 1.1: Rancangan Kerangka Berpikir
Keterangan:
Kerangka berpikir di atas, maka peneliti akan, melakukan
penelitian mengenai pesan dakwah dalam Tradisi Nyadran di Dusun Beji
Desa Sidomulyo Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali.
Sedikit penjelasan mengenai bagian di atas sebagai berikut, maka
Nyadran di Dusun Beji ini merupakan suatu Tradisi atau kebiasaan turun
temurun sejak lama, dan dilaksanakan setiap bulan Ruwah atau Syaban
ketika menjelang Ramadhan. Nyadran di sini dapat ditinjau dari
masyarakat yang melakukan Tradisi tersebut serta persepsi masyarakat
mengenai Nyadran yang dianggap sebagai Tradisi bukan mitos. Hal
Nyadran
Mitos/Tradisi Latar Budaya dan Agama Masyarakat
Pesan Dakwah 1. Aqidah 2. Syariah
3. Akhlaq
Faktor Pendukung dan
Penghambat
11
tersebut terjadi dari latar belakang Tradisi dan agama yang ada di
masyarakat itu. Sehingga akan melahirkan proses dakwah atau
komunikasi yang diselipkan melalui Tradisi Nyadran sehingga
melahirkan makna dari Tradisi. Dalam proses dakwah tersebut terdapat
makna atau simbol Tradisi Nyadran di Dusun Beji Desa Sidomulyo yang
akan melahirkan suatu pesan dakwah sebagai acuan untuk kehidupan
bermasyarakat.
Pesan dakwah yang dilahirkan bisa berupa aqidah, yang mana
menyangkut hati dan keimanan seseorang. Syariah, yaang mana menaati
hukum Islam sesuai dengan ketentuan dan aturan Allah. Akhlaq yang
masalah batin yang mempengauhi perilaku manusia. Pesan dakwah
tersebut akan melekat pada masyarakat sekitar. Dalam pelaksanaan
Tradisi Nyadran terdapat faktor pendukung keberhasilan dari dakwah
dan penghambat Tradisi tersebut.
G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi diperlukan untuk memberikan
Gambaran Umum Struktur Penulisan Skripsi Dari Awal Sampai Akhir
Sebagai bentuk laporan penelitian. Dalam laporan penekitian ini
mengggunakan sistem penulisan sebagai berikut.
Bagian awal dari penulisan ini memuat halaman judul,
persetujuan, pengesahan, motto, persembahan, kata pengantar, abstrak,
12
daftar isi, dan daftar lampiran. Bagian isi memuat dari bab I
membahas pendahuluan yang berisi latar belakang masalah,
permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka berpikir
dan sistematika penulisan..
Pada bab II berisi tinjauan pustaka dan landasan teori, meliputi
pesan, dakwah, budaya, tradisi, dan nyadran. Bab III berisi metode
penelitian, meliputi: jenis dan pendekatan penelitian, lokasi dan waktu
penelitian, sumber data, fokus penelitian, teknik pengumpulan data,
teknik analisis data, dan validasi data.
Seluruh laporan penelitian akan di paparkan pada bab IV yaitu
membahas hasil penelitian dan pembahasan, meliputi gambaran
tentang Desa Sidomulyo Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali,
meliputi visi dan misi, letak geografis, kependudukan, struktur
organisasi, keadaan sosial budaya masyarakat, kondisi pendidikan,
kondisi keagamaan, mata pencaharian pendudukdan, Akhir dari
seluruh laporan penelitian terdapat pada bab V yang berisi kesimpulan
dan saran. Kemudian daftar pustaka dan di sertakan seluruh lembar
lampiran sebagai bukti data penelitian wanwancara dan gambar.
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
Meskipun demikian, ada beberapa Tinjauan dan hasil Penelitian
terdahulu yang ada relevansinya pada penelitian ini, Beberapa judul
Penelitian tersebut antara lain:
1. Rasimin, 2016. Toleransi dan Kerukunan Umat Beragama di
Masyarakat Randuacir. Penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif yaitu penelitianyang menggunakan data deskriptif yang
berbentuk tulisan, perkataan, atau tingkah laku yang dapat diukur.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pluralism dan anti
kekerasan dalam beragama di Desa Randuacir Argomulyo Salatiga
berupa melalui upaya dialog internal dan antar beragama
membentuklah perubahan perspektif dan bagaimana bersikap karena
adanya perbedaan budaya dan agama. Inti dalam memahami proses
dialog didasarkan pada keinginan untuk membuka diri dalam
menyikapi kebenaran dan sikap untuk mewujudkan dialog antar
agama yang kritis dan objektif yang berawal dari ketidakjelasan
konsep dan persepsi yang pada akhirnya hanya menjenuhkan forum
14
karena mereka hanya menghujat, menghakimi, dan membenarkan
kelompok mereka.
2. Hanun Wuryansari, dkk, 2014. Sadranan sebagai Bentuk
Komunikasi Sosial. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengidentifikasi bentuk komunikasi sosial di upacara Tradisi
sadranan. Penelitian ini metode deskriptif kualitatif, dengan
wawancara, observasi, dokumentasi dan studi pustaka. Data dianalisi
dengan teknik validitas triangulasi-sumber. Hasil penelitian ini
yaitu menyelidika pra-prosesi, kinerja, dan pasca upacara sadranan.
Nilai-nilai yang disajikan dalam upacara sadranan diantaranya
kekeluargaan dan tolong-menolong. Upacara sadranan, sebagai
simbol yang memiliki konsep ganda yaitu konsep umum sebagai
kuburan-haji dan konsep sebagai rasa syukur kepada Tuhan,
menyambut Ramadhan, berdoa pengampunan bagi roh leluhur, dan
memelihara hubungan sosial selama prosesi sadranan. Upacara
sadranan adalah salah satu elemen komunikasi dengan menDesak
orang-orang untuk bertemu dan berkomunikasi. Upacara sadranan
sebagai budaya asli yang tetap dilakukan sampai saat ini dan
mengembangkan adat asli Desa Karangturi. Upacara Sadranan telah
melalui modifikasi nilai yang dimasukan dengan prinsip Islam.
15
3. Istanto, 2017. Pandangan ‘Urf terhadap Tradisi Sadranan di Desa
Karangmojo Kecamatan Klego Kabupaten Boyolali. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui makna Tradisi dan sadranan,
untuk mengetahui pandangan Urf terhadap Tradisi sadranan.
Penelitian ini menggunakan metodologi kualitatif dengan
pendekatan lapangan (field reseach). Teknik pengumpulan data
dalam penelitian ini menggunakan observasi, wawancara, dan
dokumentasi. Penelitian ini melakukan observasi terhadap makna
sadranan di Desa Karangmojo. Pengamatan dilakukan dari tahap
prosesi sadranan dari awal hingga akhir. Penelitian ini juga
melakukan wawancara kepada tokoh masyarakat dan warga yang
mengikuti Tradisi sadranan. Selain itu, dokumentasi teknik juga
digunakan untuk memperoleh data dengan mengambil gambar dari
proses dokumentasi rumah sadranan sekarang. Hasil penelitian ini,
yaitu bagaimana makna rangkain Tradisi sadranan di Desa
Karangmojo yang dibuat atas persetujuan warga Desa Karangmojo
dan Kepala Desa.
4. Muhammad Luqmanul H, 2015. Makna dan Nilai-nilai Filosofis
dalam Tradisi Nyadran di Dusun Tritis Kulon, Kelurahan Girikerto
Kecamatan Turi Kabupaten Sleman Yogyakarta. Tujuan dari
penelitian ini adalah mengetahui prosesi ritual dan makna serta nilai
16
filosofisnya dalam Tradisi Nyadran itu sendiri. Penelitian ini
menggunakan metodologi kualitatif yaitu dengan menfokuskan diri
pada gejala-gejala umum yang ada di masyarakat. Hasil penelitian
ini bahwa masyarakat Dusun Tritis Kulon memiliki pemahaman
yang kental dan kuat mengenai Tradisi Nyadran sehingga
masyarakat Dusun secara serempak tetap hingga hari ini
melestarikan budaya nenek moyang tersebut. Prosesi ritual Nyadran
di Dusun Tritis Kulon secara umum hampir sama dengan Tradisi
yang berlangsung di tempat lain. Adapun urutan prosesi ritual
Nyadran di Dusun Tritis Kulon tersebut adalah membersihkan Desa
dan makam, tabur bunga, malam tirakatan, kentongan, membaca
ayat suci Al-Quran, menyembelih kambing, kenduren di rumah,
kenduri di bangsal makam, kenduri pelataran rumah, dan makan
bersama. Adapun makna dan nilai-nilai filosofis Tradisi Nyadran
adalah melestarikan warisan nenek moyang, wujud terima kasih
kepada Tuhan Yang Maha Esa, sebagai wadah sillahturahmi,
perwujudan sikap rukun, perwujudan sikap hormat, perwujudan
kedewasaan kehidupan beragama, dan sebagai perwujudan sikap
keseimbangan kehidupan sosial.
5. Mubarok Mukhlis, 2017. Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Tradisi
Nyadran di Blambangan Gedangan Cepogo Boyolali Tahun 2017.
17
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui tatacara dan
nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung di dalam Tradisi
Nyadran yang dapat diwariskan generasi penerus. Penelitian ini
menggunakan metodologi kualitatif, dengan teknik pengumpulan
data, yaitu observasi, wawancara, dan dokumentasi. Pengecekan
keabsahan data menggunakan triangulasi data, dan untuk analisis
menggunakan teori analisis interaksi yang meliputi reduksi data,
penyajian data, dan penaarikan kesimpulan. Hasil dari penelitian ini,
menunjukan bahwa Tradisi Nyadran adalah suatu proses
mengirimkan doa kepada para leluhur yang sudah meninggal dunia.
Tradisi sudah menjadi Tradisi urun temurun dari nenek moyang
mereka dan untuk waktu pelaksanaan 15 Ruwah, proses Tradisi
Nyadran yang pertama yaitu bersih kubur atau memberzihkan
pemakaman, dilanjutkan dengan berdoa bersama, setelah itu inti dari
Nyadran yaitu saling bertukar makanan yang mereka anggap sebagai
sedekah, dan yang terakhir adalah pambagyo tamu atau penerimaan
tamu dari luar daerah tersebut untuk saling bersilaturahmi dan
menikmati hidangan yang telah disediakan. Adapun tujuan dari
pambagyo tamu adalah sebagai rasa syukur atas segala karunia,
nikmat yang telah diberikan dan sebagai sarana menyambung tali
persaudaraan antara sesame manusia. Kegiatan pambagyo tamu
18
inilah yang menjadi cirikhas dari Tradisi Nyadran di Kecamatan
Cepogo Kabupaten Boyolali.
Persamaan dari kelima penelitian tersebut terletak pada tema
Nyadran, jenis dan pendekatan penelitian yang sama-sama menggunakan
penelitian kualitatif. Sedangkan adapun yang membedakan yaitu dari
segi hasil penelitiannya. Walaupun kelima penelitian tersebut
menggunakan satu tema yang sama, namun hasil dari setiap penelitian
berbeda-beda. Hasil penelitian yang sama-sama berkaitan konteks sosial
namun kalimat dan hasilnya tetap berbeda.
Perbedaan penelitian yang akan penulis teliti, terletak pada judul
penelitian yaitu Pesan Dakwah dalam Tradisi Nyadran di Dusun Beji
Desa Sidomulyo Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali. Hasilnya pun
juga berbeda dengan penelitian-penelitian di atas. Penelitian ini
menggunakan penelitian lapangan dengan metode kualitatif yang
menghasilkan data deskriptif. Adapun teknik pengumpulan data yang
akan penulis gunakan yaitu teknik observasi, wawancara, dan
dokumentasi. Teknik analisis menggunakan tiga tahapan analisis
kualitatif, untuk menguji validitas data menggunakan triangulasi sumber,
kemudian dianalisis dan disimpulkan.
19
B. Landasan Teori
1. Pesan Dakwah
a. Pengertian Pesan
Menurut Susanto Astrid (1997:7), mengatakan bahwa
pesan adalah ide, gagasan, informasi, dan opini yang
dilontarkan seseorang komunikator kepada komunikan yang
bertujuan untuk mengetahui komunikan kea rah sikap yang
diinginkan oleh komunikator.
Menurut Onong Effendy, menyatakan bahwa pesan
adalah suatu komponen dalam proses komunikasi berupa
perpaduan dari pikiran dan perasaan seseorang dengan
menggunakan lambang, bahasa/lambang-lambang lainnya
disampaikan kepada orang lain (Effendy, 1989:224). Onong
Uchjana (2007:18), pesan diartikan sebagai simbol yang dapat
terbentuk melalui beberapa unsur, diantaranya:
1) Verbal simbol diucapkan/tertulis
2) Non verbal simbol disampaikan tertulis dan diucapkan
dalam bentuk gerak-gerak garis dan isyarat/gambar lukisan
dan warna.
Pesan memiliki tiga unsur yang dapat dimengerti, yaitu:
pertama, kode pesan adalah sederetan simbol yang disusun
20
sedemikian rupa sehingga bermakna bagi orang lain. Kedua, isi
pesan adalah bahan untuk materi yang dipilih yang ditentukan
oleh komunikator untuk mengomunikasikan maksudnya. Ketiga,
wujud pesan adalah sesuatu yang membungkus inti pesan itu
sendiri, komunikator memberi wujud nyata agar komunikan
tertarik akan isi pesan didalamnya (Siahan, 1991:62).
Disimpulkan bahwa pesan dalam proses komunikasi
adalah sesuatu yang disampaikan oleh pengirim melalui
lambang atau simbol yang memiliki makna kepada penerima.
Pesan ini bisa berupa ide, gagasan, ataupun opini yang ingin
disampaikan kepada komunikator.
b. Pengertian Pesan Dakwah
Pesan dakwah adalah pesan yang disampaikan oleh da’I
kepada mad’u yang mengundang kebenaran dan kebaikan bagi
manusia yang bersumber dari Al Quran dan Hadits. Secara
umum, materi dakwah terdiri dari tiga masalah (Aziz, 109-129),
sebagai berikut:
a. Masalah aqidah keimanan/kepercayaan)
Aspek aqidah ini yang akan membentuk moral
manusia. Aqidah menjadi topik utama dalam materi
dakwah, sebab menyangkut masalah keimanan yang
21
berkaitan dengan rukun iman dan peranan dalam kehidupan
beragama.
b. Masalah syari’ah
Syari’ah (hukum) sering disebut sebagai cermin
peradaban dan hukum-hukumnya. Pelaksanaan syariah
merupakan sumber yang melahirkan peradaban Islam, yang
melestarikan dan melindunginya dalam sejarah. Syari’ah
ini yang menjadi kekuatan peradaban bagi kalangan
muslimin.
Syar’i dalam Islam adalah hubungan erat dengan
amal nyata dalam rangka menaati semua peraturan atau
hukum Allah guna mengatur hubungan antar manusia
dengan Tuhannya dan mengatur pergaulan hidup antar
sesama manusia, seperti Thaharah (bersuci), shalat, zakat,
puasa, dan haji.
c. Masalah Muamalah
Muamalah sering disebut dengan hukum perniagaan
atau perdagangan. Dalam hukum perdagangan terdapat dua
macam bentuk perdagangan halal yamg disebut ba’i (jual
beli) dan perdagangan haram disebut riba.
d. Masalah Akhlak
22
Secara Estimologis, akhlak berasal dari bahasa Arab
jamak dari Khuluqun yang berati budi pekerti, perangai,
dan tingkah laku atau tabiat. Sedangkan termenologi
masalah akhlak dengan masalah tabiat atau kondisi
temperatur batin yang mempengaruhi perilaku manusia.
Iman adalah aqidah, Islam merupakakan syar’i, dan Ihsan
ialah akhlak. Akhlak mempunyai peranan penting dalam
menyelamatkan kehidupan di muka bumi ini.
c. Pengertian Dakwah
Secara etimologis dakwah berasal dari bahasa Arab, yaitu
و د عو ى –د عو –يد عو -دعا yang diartikan sebagai
mengajak/menyeru, memanggil, seruan, permohonan, dan
permintaan (Yusuf, 2006:17). Menurut Prof. Toha Yahya Omar
(2004:67), dakwah adalah mengajak manusia dengan cara
bijaksana kepada jalan yang benar sesuai perintah Tuhan, untuk
keselamatan dan kebahagiaan mereka di dunia dan akhirat.
Sebagaimana dalam Al- Quran sebagai berikut:
23
Artinya:
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang
menyeru kepada kebajikan, menyuruh, kepada yang ma’ruf dan
mencegah dari yang munkar merekalah orang-orang yang
beruntung. (Q.S Ali Imron, 3:104).
Dakwah mengandung pengertian sebagai suatu kegiatan
ajakan baik dalam bentuk lisan, tulisan, tingkah laku, dan
sebagainya yang dilakukan secara sadar dan berencana dalam
usaha mempengaruhi orang lain, baik secara individu maupun
kelompok agar timbul dalam dirinya pengertian, kesadaran,
sikap, penghayatan serta pengalaman terhadap ajaran agama
sebagai pesan yang disampaikan kepadanya dengan tanpa
adanya unsur-unsur pemaksaan (Amin, 2009:3).
Berbagai pendapat tentang pengertian dakwah yang
dikemukakan oleh para ahli dapat disimpulkan bahwa,
pengertian dakwah adalah suatu aktivitas yang dilakukan secara
sadar dalam rangka menyampaikan pesan-pesan agama Islam
kepada orang lain agar mereka menerima ajaran Islam tersebut
dan menjalankannya dengan baik dalam kehidupan individual
maupun bermasyarakat untuk mencapai kebahagian manusia
dan di akhirat dengan menggunakan media dan cara-cara
tertentu. Menurut Yahya (2016:90), “dakwah merupakan
24
sebuah kewajiban yang dibebankan kepada setiap muslim
baligh sesuai kemampuan masing-masing”.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan pesan
dakwah adalah isi pesan komunikasi efektif terhadap penerima
dakwah yang pada dasarnya materi dakwah Islam, bergantung
pada tujuan dakwah yang dicapai sehingga menjadi doktrin atau
komitmen yang wajib dijalankan oleh orang banyak berupa
komunikasi verbal maupun non verbal/simbol/lambang.
d. Tujuan Dakwah
Tujuan dakwah menurut Ahmad Ghasully dan Ra’uf
Syalaby dalam Pimay, sebagai berikut:
1) Tujuan Praktis dalam berdakwah yaitu untuk
menyelamatkan manusia dari lembah kegelapan dan
membawanya ke jalan yang lurus.
2) Tujuan Realistik dalam dakwah yaitu terlaksananya ajaran
Islam secara keseluruhan dengan cara yang benar dan
berdasarkan keimanan, sehingga terwujud masyarakat yang
menjunjung tinggi kehidupan beragama dengan penuh dan
menyeluruh.
3) Tujuan Idealis dalam dakwah yaitu terwujudnya masyarakat
muslim yang diidam-idamkan dalam suatu tatanan jidup
25
berbangsa dan bernegara, adil, makmur, damai dan sejahtera
dibawah limpahan rahmat, karunia, dan ampunan (Pimay,
2005:35-38).
e. Unsur-unsur Dakwah
Unsur-unsur dakwah adalah sebuah komponen yang
terdapat dalam setiap kegiatan dakwah, seperti:
1) Da’i (pelaku dakwah) adalah sebagai komunikator yang
tugasnya menyampaikan pesan kepada mad’u dengan
memperhatikan kondisi mad’u agar pesan yang
disampaikan dapat dimengerti oleh sasaran dakwahnya.
Faktor pendukung seorang Da’i sebagai komunikator,
yaitu kebutuhan terhadap pengetahuan, kebutuhan
pengembangan diri, dan kebutuhan untuk membuktikan.
Seorang da’i tidak hanya sekedar menyampaikan materi
saja, akan tetapi perlu memperhatikan kondisi mad’u,
mengingat berbagai macam tipe manusia yang dihadapi.
Dalam melaksanakan dakwah seorang da’i akan
menjumpai berbagai persoalan, baik mengenai pengertian,
tujuan dakwah, cara menghadapi mad’u dan berbagai jenis
kegiatan yang harus diwujudkan dalam kegiatan dakwah,
26
nilai-nilai agama, dan sikap kita dalam menghadapi
perubahan sosial yang berkaitan dengan berdakwah.
2) Mad’u yaitu orang yang menjadi sasaran dakwah dari
pelaku dakwah. Dakwah bertujuam untuk mengajak
mereka untuk mengikuti agama Islam, sedangkan yang
beragama Islam bertujuan untuk meningkatkan kualitas
iman, ihsan, dan Islam.
3) Maddah ad da'wah ad da’wah yaitu materi dakwah atau
pesan yang disampaikan oleh pelaku dakwah kepada
sasaran dakwah.
2. Budaya
Budaya berasal dari bahasa sansekerta yaitu buddhayah,
buddhi yang artinya budi atau akal manusia, dalam bahasa inggris
disebut culture. Seorang ahli bernama Ralph Linton mendefinisikan
kebudayaan adalah “seluruh cara kehidupan dari masyarakat dan
tidak hanya mengenai sebagian tata cara hidup cara saja yang
dianggap lebih tinggi dan lebih diinginkan”(Tasmuji, 2011:151).
Selo Soemardjan dan Soeleman Soemardi merumuskan
kebudayaan sebagai semua hasil karya rasa dan cipta masyarakat
untuk menguasai alam sekitarnya agar kekuatan serta hasilnya dapat
diabadikan untuk keperluan masyarakat (Jacobus, 2006:21). Dapat
27
disimpulkan budaya adalah kebiasaan, tingkah laku, pengetahuan,
dan cara hidup oleh suatu masyarakat tertentu.
Menurut Koentjaraningrat (1981:218), unsur-unsur budaya
bersifat universal yang terdiri dari tujuh antara lain:
a. Sistem bahasa, yatiu sarana bagi manusia untuk melakukan
kebutuhan sosial dan berinteraksi dengan orang sekitar. Maka
dari itu, bahasa menduduki porsi yang penting dalam analisis
budaya manusia.
b. Sistem pengetahuan, berkaitandengan sistem peralatan hidup
dan teknologi karena pengetahuan bersifat abstrak dan terwujud
di dalam ide manusia.
c. Sistem sosial, untuk memahami bagaimana manusia
membentuk masyarakat menjadi kelompok sosial, yang setiap
kelompok diatur oleh adat istiadat dan aturan mengenai
kesatuan dalam bergaul di lingkungan.
d. Sistem peralatan hidup dan teknologi, manusia yang berusaha
mempertahankan hidupnya sehingga mereka membuat
peralatan atau benda-benda dapat berupa bentuk dan teknologi
sederhana untuk dipakai dalam kehidupan.
e. Sistem mata pencaharian, bagaimana cara mata pencaharian
suatu kelompok masyarakat atau ekonomi mereka tercukupi.
28
f. Sistem religi, adanya kepercayaan dengan makhluk yang lebih
tinggi daripada manusia, sehingga kepercayaan itu dianut
karena menyangkut hubungan dengan Tuhannya.
g. Kesenian, benda atau artefak yang mempunyai unsur seni dan
juga dapat berasal dari seni musik, seni tari, dan seni drama.
3. Tradisi
Tradisi dalam bahasa latin yaitu tradition, artinya diteruskan,
sedangkan secara bahasa adalah sesuatu kebiasaan yang
berkembang di masyarakat baik, yang menjadi adat kebiasaan, atau
yang di asimilasikan dengan ritual adat atau agama. Dalam
pengertian lain, Tradisi merupakan sesuatu yang telah dilakukan
untuk sejak lama dan menjadi bagian dalam kelompok masyarakat,
biasanya dari suatu negara, Tradisi, waktu, atau agama yang sama.
Tradisi berlaku secara umum dan dilakukan turun-temurun baik
melalui imformasi lisan maupun tulisan, dan juga berupa prasasti.
Tradisi merupakan sebuah persoalan dan yang lebih penting
lagi adalah bagaimana Tradisi tersebut terbentuk. Menurut Funk dan
Wagnalls seperti yang dikutip oleh Muhaimin tentang istilah Tradisi
di maknai sebagai pengetahuan, doktrin, kebiasaan, praktek, dan
lain-lain yang dipahami sebagai pengetahuan yang telah diwariskan
29
secara turun-temurun termasuk cara penyampaian doktrin dan
praktek tersebut (Muhaimin, 2001:11).
Tradisi merupakan suatu karya cipta manusia yang tidak
bertentangan dengan inti ajaran agama, tentunya Islam akan n
membenarkannya. Kita bisa bercermin bagaimana Walisongo tetap
melestarikan Tradisi Jawa yang tidak melenceng dari ajaran Islam
(Yasid , 2018:249).
Tradisi merupakan salah satu bagian dari kebudayaan yang
melekat pada kehidupan sehari-hari. Adanya Tradisi menjadi
identitas tersendiri yang dimiliki oleh masyarakat. Realitas Tradisi
Indonesia yang beragam suku dan bangsa yang berbeda, serta agama
dan aliran yang berbau mitos merupakan dasar kehidupan sosial dan
budaya. Catatan sejarah membuktikan bahwa bangsa Indonesia sejak
dahulu percaya adanya kekuatan gaib yang mengatur alam ini.
Kekuatan gaib tersebut ada yang menguntungkan dan ada yang
merugikan. Berdasarkan kepercayaan tersebut manusia senantiasa
berupaya melembutkan hati pemilik kekuatan gaib dengan
mengadakan upacara ritual, ziarah, sesaji, dan khaul, termasuk
pementasan seni tertentu.
Kebudayaan menurut Soekanto (1990:236), adalah
keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang
30
digunakan untuk memahami dan menginterprestasikan lingkungan
dan pengalamannya serta menjadi kerangka landasan bagi
terwujugnya kelakuan. Kebudayaan terjadi melalui proses belajar
dari lingkungan alam maupun lingkungan sosial artinya hubungan
antara manusia dengan lingkungan dihubungkan dengan Tradisi
masyarakat lokal, kemasyarakatan, sistem pengetahuan, bahasa
yang digunakan, kesenian, sistem mata pencaharian atau
perekonomian hidup serta teknologi dan peralatan yang dihasilkan
untuk dipakai.
Berdasarkan uraian di atas, berikut macam-macam Tradisi
kebudayaan Jawa, sebagai berikut:
a. Tingkeban dalam Tradisi santri yaitu dengan pembacaan
perjanjen dengan alat musik tamburin kecil. Nyanyian ini
dibawakan oleh empat orang dan di hadapan mereka duduk
sekitar 12 orang yang turut menyanyi. Nyanyian perjanjen ini
sesungguhnya merupakan riwayat Nabi Muhammad SAW yang
bersumber dari kitab Barjanji.
b. Selamatan Kematian, yaitu selamatan untuk mendo’akan orang
yang telah meninggal. Upacara ini didahului persiapan
penguburan orang mati, yaitu dengan memandikan, mengkafani,
menṣalati, dan pada akhirnya menguburkan (bagi Muslim).
31
Selanjutnya selamatan ini dilaksanakan pada hari pertama,
ketiga, ketujuh, keempat puluh, keseratus, dan hari ulang tahun
kematiannya. Selamatan untuk memperingati orang meninggal
biasanya disertai membaca dzikir dan bacaan kalimah ṭoyyibah
(tahlil). Sehingga selamatan ini biasa disebut juga tahlilan.
c. Padusan, upacara ini digunakan untuk menyambut bulan suci
Ramadhan. Padusan berasal dari kata adus yang berati
membersihan diri. Padusan ini merupakan salah satu Tradisi
peninggalan Walisongo ketika mereka menyebarkan agama
Islam dengan mengawinkan dengan Tradisi Jawa yang kala itu
didominasi oleh Tradisi Hindu.
d. Nyadran adalah Tradisi pembersihan makam atau ziarah kubur
oleh masyarakat jawa di pedesaan yang dilakukan secara
turun-temurun dengan tujuan agar dapat melaksanakan ibadah
ramadhan dengan hati yang bersih. Pada pelaksanaan Nyadran
banyak masyarakat yang datang bahkan juga warga yang
tinggal diperantauan sengaja pulang untuk mengikuti
pelaksanaan Nyadran.
32
4. Nyadran
a. Pengertian Nyadran
Menurut Abdullah Faishol dan Samsul Bakhri (2014:134),
Nyadran atau istilah lainnya adalah ruwahan atau berasal dari
kata ruwah, sebagai penyebutan bulan Sya’ban dalam kalender
hijriah. Ruwahan dimaksudkan adalah arwah (ruh-ruh, bentuk
jamak dalam bahasa Arab).
Upacara Nyadran adalah pelaksanaan (selamatan,
wilujengan) yang dilakukan di rumah berupa nasi, kolak, apem,
yang diikuti dengan menggunakan perlengkapan bunga-bunga
(bunga setaman) untuk menambah spirit. Pelaksanaan Nyadran
ini juga seperti sedekah pada kelahiran (Khoiriyah, 2014:129).
Nyadran adalah Tradisi pembersihan makam atau ziarah
kubur oleh masyarakat jawa di pedesaan yang dilakukan secara
turun-temurun dengan tujuan agar dapat melaksanakan ibadah
ramadhan dengan hati yang bersih. Pada pelaksanaan Nyadran
banyak masyarakat yang datang bahkan juga warga yang tinggal
diperantauan sengaja pulang untuk mengikuti pelaksanaan
Nyadran. Tradisi Nyadran merupakan gabungan antara budaya
dengan nilai Islam sehingga terasa sangat kental lokalitas yang
33
bersifat Islami, namun Tradisi Nyadran sendiri ,murni bukan dari
agama Islam.
Dalam Islam Tradisi Nyadran merupakan ritual yang masih
dipertahankan oleh sebagian kaum. Pertama, dalam Tradisi
Nyadran terdapat ziarah kubur yang disyariatkan, karena ziarah
kubur tidak dilarang dan dipermasalahkan dalam Islam. Kedua,
dalam Tradisi Nyadran terdapat kegiatan mendoakan jenazah
yang sangat disyariatkan oleh Rassulullah Saw. Ketiga, dalam
Tradisi Nyadran terdapat kegiatan mengirim pahala sedekah
untuk jenazah. Namun, sedekah tersebut tidak hanya berupa
makanan, tetapi juga bisa dalam bentuk simbol lainnya seperti
infak pembangunan masjid, pesantrean ataupun bisa
disedekahkan ke panti asuhan. Sedekah tersebut merupakan
perintah Allah yang sangat disyariatkan.
Tradisi Nyadran merupakan salah satu strategi dakwah
yang dilakukan oleh Sunan Kalijaga. Dakwah, adalah kegiatan
peningkatan iman menurut syariat Islam (Aziz, 2004:60).
b. Sejarah Nyadran
Upacara Nyadran merupakan salah satu bentuk upacara
atau tatacara menghormati dan memperingati arwah leluhur.
Menurut Karkono, dalam Artikel Upacara Nyadran Tradisi
34
Jawa-Islam untuk Menghormati Arwah Leluhur, Tradisi
Nyadran sudah ada sejak zaman para wali, yakni mulai
masuknya agama Islam yang kemudian dikawinkan dengan adat
Jawa-Hindu, sekitar tahun 1500-an. Sebagaimana diketahui,
sebelum agama Islam masuk Jawa, masyarakat sudah memiliki
suatu adat yang meluhurkan dan menghormati roh leluhurnya.
(Bambang Ujianto,1987:2).
Upacara Nyadran merupakan ajaran sunan kalijaga untuk
mengembangkan agama Islam dimasyarakat Jawa, dan
ajarannya dapat diterima dengan baik oleh mereka. Pada Tradisi
ini, unsdur Islam yang terkandung ada doa-doa yang dipanjatkan,
dan terselip makna atau pesan dakwahnya. Tradisi Nyadran
berupa bersih kubur dan ziarah makam leluhur dengan
membawa makanan yang telah ditentukan.
Tradisi Nyadran semakin berkembang sehingga tetap
dilaksanakan dan dipertahankan hingga saat ini, walaupun
zaman sudah maju. Tradisi ini merupakan Tradisi turun temurun
yang dilaksanankan sebagian masyarakat Jawa. Tradisi Nyadran
dilaksanakan setiap menjelang bulan suci Ramadhan.
c. Proses pelaksanaan Nyadran
35
Tradisi Nyadran masih dilaksanakan dan dipertahankan
oleh sebagian besar masyarakat Jawa, setiap bulan ruah
menjelang puasa, orang pergi ke-pemakaman untuk ziarah
makam sekaligus membersihkan makam untuk memperingati
arwah leluhur. Kegiatan tersebut disertai dengan selamatan dan
diiringi dengan doa-doa.
Kegiatan Tradisi Nyadran pelaksanaannya berbeda-beda
setiap Desannya, ada yang dilaksanakan pada 14 Ruwah da nada
pula yang berbeda. Menurut Kr.Dis (1994:6607), menegaskan
bahwa perbedaan ini dipengaruhi oleh kebiasaan masing-masing
Desa. Namun demikian, inti dari kegiatan ritual ini tetap sama
yakni, saling gotong royong membersihkan makam serta
mengirim doa dan meminta maaf pada arwah leluhurnya.
Seluruh doa, dzikir dan tahlil secara Islam dan dipimpin
oleh masyarakat setempat yang telah ditunjuk atau dipercaya.
Dalam doa yang dipanjatkan yaitu permintaan maaf,
mendapatkan keselamatan dan doa tersebut ditunjukan kepada
Allah.
36
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Metode yang digunakan untuk mendapatkan data yang valid, peneliti
akan menggunakan metode yang sesuai dengan tahapan pengelolahan data
dan subyek yang akan dibahas. Oleh karena itu, berikut metode dan sumber
data yang berkaitan dengan penelitian yaitu:
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif yang
menghasilkan data deskriptif, melalui pendekatan fenomenologi field
reseach, yaitu penelitian lapangan. Menurut Bogdan Taylor (1975:5)
mendefinisikan bahwa metode kualitatif sebagai prosedur penelitian
yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan
dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Penelitian dalam
pendekatan kualitatif dituntut kemampuan untuk menghimpun data dan
informasi secara langsung.
Dalam hal ini peneliti menggunakan tipe deskriptif kualitatif, karena
umtuk mengetahui pesan dakwah dalam Tradisi Nyadran di Dusun Beji
Desa Sidomulyo Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali. Maka,
penelitian diperlukan teknik pengumpulan data melalui wawancara
secara terbuka dan dokumentasi untuk mendapatkan data primer maupun
37
sekunder. Penelitian ini menggunakan jenis deskriptif kualitatif yang
kemudian bisa dilakukan analisis dengan cara:
1. Mendeskripsikan hasil dari data
2. Menelaah satu persatu dari sumber data yang kemudian akan
dianalisis
3. Mengumpulkan hasil dari analisis dan kemudian disimpulkan.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Dusun Beji Desa Sidomulyo Kecamatan
Ampel Kabupaten Boyolali. Alasan peneliti memilih lokasi tersebut
karena masyarakatnya masih melaksanakan dan mempertahankan
Tradisi Nyadran yang di dalamnya terdapat pesan dakwahnya.
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada awal bulan Januari 2020 sampai target
penyelesaiannya Juni 2020.
C. Sumber Data
Peneliti menggali data menggunakan berbagai sumber data,
menurut sumbernya, dibagi menjadi:
1. Data primer
Sumber data primer dapat diperoleh langsung dari subyek
penelitian, dengan memperoleh data atau informasi langsung berupa
38
instrumen-instrumen yang telah ditetapkan. Data primer ini
dikumpulkan oleh peneliti untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan
yang telah disiapkan. Data primer dianggap lebih akurat, karena data
ini disajikan secara terperinci. Indriantoro dan Supomo dalam
Purhantara, (2010:79).
Sumber data yang diambil yaitu hasil wawancara dari tokoh
masyarakat, tokoh agama, dan pejabat Desa.
2. Data sekunder
Data sekunder yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung
dari obyek penelitian yang bersifat publik, berupa dokumentasi,
buku, arsip, dan sebagainya (Purhantara, 2010:79). Sumber data
sekunder dari penelitian ini berupa dokumen seperti referensi, jurnal
penelitian, buku-buku, maupun buku profil dari Kelurahan.
D. Fokus Penelitian
Fokus penelitian ini adalah Pesan Dakwah dalam Tradisi Nyadran Dusun
Beji Desa Sidomulyo Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali. Sebagai
fokus penelitian, penelitianlapangan dengan menggunakan metode
kualitatif yang menghasilkan data deskripsi dengan pendekatan
fenomenologi . Penelitian ini menggunakan pengamatan langsung di
lapangan dan wawancara terbuka dengan informan yang terkait sehingga
data yang dikumpulkan lebih relevan.
39
E. Teknik Pengumpulan Data
Proses pengumpulan data penelitian juga dipengaruhi dari jenis
sumber data. Dikarenakan jenis sumber data dalam penelitian ini adalah
orang (person) dan kertas atau tulisan (paper) maka untuk memperoleh
dan mengumpulkan data digunakan teknik-teknik sebagai berikut :
1. Observasi
Observasi merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan
melakukan pengamatan langsung ke lapangan. Peneliti akan
melakukan observasi langsung ke lokasi penelitian, yakni di Dusun
Beji Desa Sidomulyo Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali. Teknik
observasi ini dilakukan dengarn cara pengamatan dan pencatatan
secara sistematik terhadap fakta-fakta dalam obyek penelitian.
Peneliti akan terjun langsung ke lokasi tersebut.
2. Wawancara
Wawancara adalah data yang diperoleh dengan cara tanya jawab
secara lisan dan tatap muka antara pewawancara dengan yang
diwawancara. Penelitian ini mewawancarai tokoh agama, tokoh
masyarakat atau perangkat Desa di Dusun Beji Desa Sidomulyo, serta
beberapa pejabat Dusun setempat, dengan mengajukan beberapa
pertanyaan yang telag ditentukan. .
40
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data berupa sumber data
tertulis (yang berbentuk tulisan). Dokumentasi merupakan fakta dari
data yang tersimpan dalam berbagai bentuk dokumentasi, bisa berupa
foto, surat-surat, majalah, biografi, simbol, dan lain sebagainnya
(Yaniawati, 2016:134-140). Sumber data tertulis yang didapat
berkaitan dengan data Desa atau dokumentasi Tradisi Nyadran guna
mempermudah peneliti untuk meperoleh data secara tertulis maupun
tergambar. .
F. Teknik Analisis Data
Proses analisa data merupakan suatu proses penelaahan data
secara mendalam. Menurut Moleong (2002: 103). Proses analisa dapat
dilakukan pada saat yang bersamaan dengan pelaksanaan pengumpulan
data meskipun pada umumnya dilakukan setelah data terkumpul.
Menurut Miles dan Hubermen, terdapat tiga tahap dalam teknik
analisis data kualitatif (Aguspinova, 2015:64), yaitu:
1. Tahap Reduksi Data
Reduksi data merupakan proses pengurangan data, dalam arti yang
lebih luas adalah proses penyempurnaan data, baik pengurangan
terhadap data yang kurang perlu dan tidak relevan, maupun
penambahan terhadap data yang dirasa masih kurang.
41
2. Tahap Penyajian Data
Penyajian data merupakan tahapan lanjutan dari reduksi data.
Penyajian data adalah proses pengumpulan informasi yang disusun
berdasarkan kategori atau pengelompokan yang diperlukan. Setelah
data dari lapangan terkumpul dari beberapa cara penggumpulan data,
maka peneliti akan mengolah data tersebut dalam bentuk uraian
berdasarkan fakta-fakta yang diperoleh di lapangan.
3. Tahap Penarikan Kesimpulan
Tahap penarikan kesimpulan menjadi tahapan terakhir dalam teknik
analisis data. Penarikan kesimpulan atau verifikasi adalah proses
perumusan makna dari hasil penelitian yang diungkapkan dengan
kalimat yang singkat, padat serta mudah dipahami, dilakukan
dengan cara berulangkali melakukan peninjauan mengenai
kebenaran dan penyimpulan. Sehingga, peneliti dapat menarik
kesimpulan dari pesan dakwah dalam Tradisi Nyadran Dusun Beji
Desa Sidomulyo Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali.
G. Teknik Validasi Data
Validasi data dalam penelitian yang akan dilakukan yaitu
dengan menggunakan metode triangulasi dengan teknik
pemeriksaan data dengan memanfaatkan sesuatu yang lain diluar
42
data untuk keperluan pengecekan terhadap data tersebut. Dalam
penelitian ini menggunakan tiga jenis triangulasi data, yaitu:
a. Triangulasi sumber data, adalah pengumpulan data dari
berbagai sumber yang saling berbeda dengan menggunakan
suatu metode yang sama.
b. Triangulasi teori, adalah penggunaan sejumlah perpektif atau
teori dalam menafsirkan seperangkat data.
c. Triangulasi metode, adalah penggunaan sejumlah metode
pengumpulan data dalam suatu penelitian.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan triangulasi sumber
data dengan membandingkan membandingkan dan mengecek
kembali keabsahan data dari hasil observasi dan wawancara. Hal
tersebut diperoleh dengan cara, sebagai berikut:
a. Membandingkan data observasi dengan data hasil wawancara
b. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan
apa yang dikatakan narasumber secara pribadi
c. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi
penelitian dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu
d. Membandingakan keadaan dan perspektif seseorang dengan
berbagai pendapat dan pandangan masyarakat seperti rakyat biasa,
43
orang yang berpendidikan, menengah atau tinggi, atau orang
pemerintahan
e. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatudokumen yang
berkaitan (Moelong, 2008:331).
Dengan kata lain dalam menggunakan teknik triangulasi ini
peneliti dapat me-recheck penelitian kemudian membandingkan
dengan berbagai sumber,metode atau teori sebelumnya. Untuk dapat
ditempuh dengan cara, sebagai berikut (1) mengajukan berbagai macam
variasi pertanyaan (2) mengecek dengan berbagai sumber data (3)
memanfaatkan berbagai metode untuk mengecek keabsahan data dapat
dilakukan.
Uji keabsahan data akan dilakukan dengan menggunakan cara
observasi, wawancara, dan dokumentasi untuk mengumpulkan data atau
informasi agar hasilnya valid.
44
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Desa Sidomulyo
1. Visi dan Misi
Setiap Desa tentunya memiliki visi dan misi untuk
mewujudkan kesejahteraan masyarakatnya. Berikut visi dan misi
Desa Sidomulyo, antara lain:
a. Visi:
“Mewujudkan Desa Sidomulyo yang beriman, maju,
berbudaya, berasaskan semangat keterbukaan dan gotong royong”.
b. Misi:
1) Membangun Desa Sidomulyo menjadi lebih maju di segala
bidang dengan semangat keterbukaan dan gotong royong.
2) Menempatkan tugas pemerintah Desa sesuai dengan fungsi,
tugas, dan jabatan masing-masing.
3) Memanfaatkan dan meningkatkan potensi yang ada untuk
meningkatkan pendapatan asli Desa, untuk kemaslahatan dan
kesejahteraan masyarakat.
4) Mendorong tingkat partisipasi masyarakat dalam
pembangunan Desa.
45
5) Menciptakan tata kelola pemerintah yang baik (good
goverment) berdasarkan demokratis, transparansi, penegakan
hukum, berkeadilan, kesetaraan gender, dan mengutamakan
pelayanan kepada masyarakat.
6) Menciptakan raasa aman, nyaman, dan tentram di wilayah
Desa Sidomulyo.
7) Meningkatkan peran pemuda dan karang taruna melalui
bidang seni, dan olahraga dengan mengadakan
kegiatan-kegiatan penelitian.
8) Meningkatkan pengelolaan unit-unit usaha (usaha/jasa)
berdasarkan keunggulan lokal dalam dimensi sosial, ekonomi,
budaya, dan lingkungan. Sehingga mampu mengembangkan
berbagai layanan pendidikan keterampilan dan
kelompok-kelompok usaha untuk menghasilkan sumber daya
manusia yang mampu menciptakan produk/jasa atau karya lain
yang bernilai ekonomi tinggi, bersifat unik dengan menggali
dan mengembangkan potensi Desa yang memiliki keunggulan
komparatif dan keunggulan kompetitif berbasis kearifan lokal.
9) Menjadikan masyarakat Desa Sidomulyo berbudi pekerti luhur,
tangguh, sehat jasmani dan rohaninya, cerdas, patriotik,
46
berdisiplin, kreatif, beriman, dan bertaqwa serta demokratis
demi terciptanya SDM yang berkualitas.
10) Meningkatkan inisiatif perencanaan pembangunan,
pemberdayaan masyarakat, dan peranan wanita serta generasi
muda juga menegakkan supremasi hukum bagi masyarakat.
11) Meningkatkan persatuan dan kesatuan serta toleransi
beragama demi terwujudnya kedamaian, ketentraman,
keamanan, kenyamanan dan ketertiban dalam kehidupan
bermasyarakat berbangsa dan bernegara.
2. Letak Geografis
Secara geografis Desa Sidomulyo terletak bersebelahan
dengan beberapa Desa lainnya yang ada di Kecamatan Ampel.
Berikut merupakan peta geografis Desa Sidomulyo:
Gambar 4.1: Peta Geografis Desa Sidomulyo, sumber data dari LPPD
Pemerintah Desa Sidomulyo, 2020.
47
Keterangan:
Gambar di atas merupakan peta geografis Desa Sidomulyo.
Berikut batas-batas wilayah Desa Sidomulyo meliputi:
a. Sebelah Utara dibatasi oleh Desa Candi
b. Sebelah Selatan dibatasi oleh Desa Penggung
c. Sebelah Timur dibatasi oleh Desa Selodoko
d. Sebelah Barat dibatasi Desa Tanduk dan Desa Banyuanyar.
3. Kependudukan
Berdasarkan sensus terakhir jumlah penduduk Desa Sidomulyo
mencapai 5,120 jiwa. Berdasarkan jumlah keseluruhan penduduk,
Desa Sidomulyo terdiri dari 14 Dusun dan 13 RW yang meliputi:
Dusun Ledok Beji, Dusun Beji, Dusun Keboan, Dusun Daleman,
Dusun Pleyu, Dusun Pendem, Dusun Tumpak, Dusun Berdug Ledok,
Dusun Tirang, Dusun Berdug Wetan, Dusun Berdug Kidul, Dusun
Berdug Kulon, Dusun Bulusari, dan Dusun Kenteng. Berikut bentuk
tabel jumlah penduduk Desa Sidomulyo:
48
Tabel 4.1: Jumlah Penduduk, sumber data dari Desa Sidomulyo, 2020.
No. RW Jumlah
1. 001 608
2. 002 428
3. 003 954
4. 004 274
5. 005 243
6. 006 264
7. 007 392
8. 008 550
9. 009 409
10. 010 207
11. 011 310
12. 012 347
13. 013 134
Jumlah 5,120
49
Berikut tabel sarana dan prasarana Desa Sidomulyo, yaitu:
No. Fasilitas Jumlah
1. Balai Desa 1
2. Masjid 14
3. Mushola 6
4. Gereja 4
5. Puskesmas 1
6. Pasar 1
7. Makam 11
8. Embung 1
9. PDAM 1
Total 40
Tabel 4.2: Fasilitas Desa Sidomulyo, sumber LPPD Pemerintah Desa
Sidomulyo, 2020.
Selain itu, Desa Sidomulyo memiliki sektor perkebunan
terutama tanaman sengon yang berkembang pesat di wilayah ini,
terbukti Desa Sidomulyo sebagai Desa Hutan Lestari yang sudah
mendapat pengakuan dari Dinas Kehutanan Kabupaten Boyolali.
50
4. Struktur Organisasi
Desa Sidomulyo memiliki tatanan pemerintahan yang dipimpin
Kepala Desa dan dibantu oleh satuan kerja perangkat Desa yang
memiliki peran dan tugas penting dalam masing-masing bidangnya.
Peran dan tugas yang dimiliki tersebut guna membantu dan
meningkatkan kesejahteraan Desa. Adapun susunan organisasi
perangkat Desa Sidomulyo sebagai berikut:
Bagan 4.1: Struktur Organisasi Desa Sidomulyo, sumber data dari LPPD Pemerintah
Kepala Desa
Sekretaris Desa
Kasi Kesra
dan Pelayanan
Kasi
Keuangan
Kasi
Perencanaan
Kasi
Pemerintahan
Kadus
I
Kadus
II
Kadus
III
Kadus
IV
Kadus
V
Kadus
VI
51
Desa Sidomulyo, 2020.
Keterangan:
Kepala Desa : Muh. Sawali
Sekretaris Desa : Sugiyanti
Kasi Pemerintahan : Triyanto
Kasi Kesra dan Pelayanan : Abdurrahman
Kaur Umum dan Perencanaan : Joko Kristanto
Kaur Keuangan : Mujini
Kadus 1 : Eko Budiyanto
Kadus 2 : Aris Carmadi
Kadus 3 : Musrifah
Kadus 4 : Tri Utomo
Kadus 5 : Suwarto
Kadus 6 : Sukardi :
5. Kondisi Sosial Kemasyarakatan dan Budaya
Kondisi sosial budaya Desa Sidomulyo masih masih sangat
erat dan kental akan Tradisi turun temurun dari nenek moyang.
Budaya Jawa, memiliki tuntutan untuk kepentingan-kepentingan
bersama. Menurut Aris Carmadi selaku Kadus dua, mengatakan
bahwa Tradisi yang masih dilaksanakan secara turun temurun adalah
tingkeban, Nyadran, selamatan, mertidesa, dan kendurenan. Tradisi
tersebut rutin dilaksanakan oleh masyarakat Desa Sidomulyo.
52
Biasanya mertideso itu terdapat acara kesenian seperti wayangan
atau reog kan yang diadakan oleh masing-masing Dusun setempat
dan berbeda-beda (Wawancara dengan Kadus dua, Minggu 12 April
2020, jam 19.55 WIB).
Adanya Tradisi Jawa membuat masyarakat semakin mengerti
arti dari kebersamaan, tolong menolong, serta toleransi antar sesama.
Karena budaya Jawa tersebut dulunya merupakan kepercayaan
nenek moyang dari zaman Hindu-Budha yang kemudian dipadukan
dengan unsur Islam. Dalam menghidupkan kerukunan, saling tolong
menolong, dan saling menghormati adalah sikap nomer satu di Desa
Sidomulyo.
Desa Sidomulyo masyarakatnya sangat ramah, dalam
kehidupan sehari-hari saling membantu, dan tingkat gotong royong
atau kerja bakti sangat tinggi baik bersifat umum maupun
perorangan. Sehingga masyarakatnya mempunyai kepekaan sosial
yang baik, seperti jika ada kesusahan saling membantu seperti jika
ada orang sakit para tetangga menjenguk dan memberi santunan,
sedangkan kematian akan mendapat pertolongan dari
tetangga-tetangga dengan doa yasin tahlil selama tujuh hari. Selain
itu, dalam menciptakan lingkungan yang nyaman memerlukan
kerjasama dalam hal gotong royong baik itu untuk kepentingan
53
umum maupun perorangan. Contoh gotong royong untuk
kepentingan umum, seperti, membuat jalan, jembatan, bangunan
umum, dan lain-lain. Gotong royong untuk kepentingan perorangan
seperti, gotong royong bangun rumah, hajatan, dan lain sebagainya.
Hal tersebut dilakukan atas dasar kepekaan dari diri sendiri bukan
karena adanya paksaan dari orang lain.
6. Kondisi Pendidikan
Pendidikan merupakan kegiatan dalam pengembangan
kehidupan masyarakat yang bisa mempengaruhi pola pikir individu
untuk mengembangkan kemampuan mental, fisik, emosi, dan
etikanya. Kegiatan pendidikan merupakan bekal kehidupan, serta
mampu meningkatkan kebutuhan akan pendidikan di era teknologi
dan informasi agar tidak tertinggal. Mereka sadar bahwa pendidikan
bisa menjadi bekal yang berharga untuk kehidupan yang lebih baik
di masa mendatang.
Pendidikan terakhir rata-rata warga Desa Sidomulyo adalah
untuk usia 40 tahun lebih adalah tamatan SD, dan usia 20 tahun lebih
yaitu SMA. Namun, seiring berkembangnya waktu tidak sedikit
masyarakat yang menempuh pendidikan kuliah ke luar Kota. Hal ini
didukung oleh orang tua dan keinginan anak untuk berkembang dan
54
mendapatkan pekerjaan yang lebih baik. Untuk sarana pendidikan
Desa Sidomulyo memiliki 6 unit sekolah, antara lain:
No. Nama Sekolah Lokasi
1. Kb Karunia Tompak
2. Kb Nuansa Bangsa Daleman
3. Tk Budi Mulyo Ledok
4. Tk Marsudisiwi Bulusari
5. Sdn 02 Sidomulyo Tompak
6. Sdn 03 Sidomulyo Ledok Beji
Jumlah keseluruhan 6
Tabel 4.3: Daftar Sekolah Desa Sidomulyo,
sumber data dari sidomulyo-ampel.Desa.go.id, 2020.
Hal tersebut merupakan bukti bahwa masyarakat Desa
Sidomulyo penting akan pendidikan. Pendidikan tersebut berguna
bagi setiap warganya bisa dari bidang teori maupun skill yang akan
berguna kehidupan yang lebih baik.
7. Kondisi Keagamaan
Mayoritas masyarakatnya beragama Islam, yang di setiap
Dusun mempunyai kegiatan keagamaan yang berbeda-beda.
Kegiatan keagamaan meliputi, pengajian lapanan yang sering
diadakan di masjid, pengajian sebulan sekali yang diadakan di
rumah-rumah warga, pengajian pada hari tertentu seperti isra miraj,
maulid Nabi, Hari Raya, yasinan dan tahlil, tingkeban, dan lain-lain.
Selain itu, Desa Sidomulyo memiliki pendidikan TPA pada setiap
55
Dusunnya dan sekelompok orang atau organisasi yasin tahlil di
masyarakat setempat.Berikut tabel jumlah penduduk berdasarkan
agamanya, yaitu:
No. Agama Laki-laki Perempuan Jumlah
1. Islam 2,457 2,343 4,800
2. Kristen 126 145 271
3. Khatholik 16 15 31
4. Hindu 2 - 2
5. Budha 6 10 16
Jumlah 2,607 2,513 5,120
Tabel 4.4: Jumlah penduduk berdasarkan agama,
sumber data dari Desa Sidomulyo, 2020.
Kondisi keagamaan masyarakat Desa Sidomulyo beragama
Islam, Kristen, Katholik, Hindu, dan Budha. Desa Sidomulyo
mempunyai 14 masjid, 6 mushola, dan 4 gereja. Masing-masing
Dusun mempunyai fasilitas tempat ibadah yaitu Masjid dan Gereja,
namun untuk Vihara Desa Sidomulyo belum mempunyai fasilitas
itu.
8. Mata Pencaharian Penduduk
Menurut Aris Carmadi selaku Kadus dua mengatakan bahwa:
“Keadaan ekonomi di Desa Sidomulyo sebagian besar petani,
20% nya pedagang. 60% petani, 10% pegawah, dan 10% tidak
tetap. Kondisi ekonomi mempunyai tiga sektor yaiu dari
sektor pertanian atau perkebunan, peternakan dan sektor
perdagangan. Sektor pertanian/perkebunan Desa Sidomulyo
sebagian besar menghasilkan jagung, singkong, cabai, ketela,
jahe, kelapa, durian, mangga, pohon sengon, pisang, dan
sayuran lain-lain yang umumnya ditanam dan bisa hidup di
56
tanah tegalan. Sektor perdagangannya itu kebanyakan industri
kecil rumahan atau UMKM yang ada meliputi rengginan,
krupuk rambak, kue cucur, keripik tempe, keripik bayam,
rempeyek,dan lain-lain. Selain makanan, ada juga kerajianan
di Desa Sidomulyo seperti keranjang, kerajinan dari kain
perca, gipsim, kerajianan besi, alumunium, pertokoan, dan
lain-lain. Sektor peternakan Desa Sidomulyo meliputi sapi
perah, kambing, domba ayam petelur, ayam pedaging, ayam
buras, ayam kampung, kelinci, itik dan telur puyuh
(Wawancara dengan AC, Minggu, 12 April 2020, jam 19.55
WIB).
Hal tersebut, merupakan sektor-sektor yang dihasilkan oleh
rumah tangga sebagai usaha kecil untuk meningkatkan taraf
ekonomi keluarga.
B. Hasil Penelitian
Berikut ini adalah hasil dari penelitian dari penelitian dan
observasi yang dilakukan secara langsung di lapangan mengenai pesan
dakwah dalam Tradisi Nyadran di Beji Sidomulyo Ampel Boyolali. Dari
hasil wawancara dengan beberapa informan, yang sesuai dengan fokus
masalah, penilis memperoleh beberapa jawaban langsung dari informan,
antara lain:
1. Pelaksanaan Tradisi Nyadran di Dusun Beji Desa Sidomulyo
Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali
Menurut bapak Hadi Sabar selaku ketua RT 02 di Dusun
Beji Desa Sidomulyo Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali,
mengenai Tradisi Nyadran yaitu:
57
“Nyadran yang saya tahu itu pertama Tradisi ke makam, doa
bersama di makam. Tujuannya itu pertama, nguri-uri budaya,
kedua mendoakan arwah leluhur dan bersih makam itu,
ketiganya bersilaturahmi ke sanak saudara”(Wawancara
dengan HS selaku RT 02, Sabtu 11 April 2020 jam 18.34
WIB).
Menurut bapak Muhtadin selaku tokoh agama/mudin di Dusun
Beji Sidomulyo, menanggapi Tradisi Nyadran sebagai berikut:
“Kita bicara tentang dahulu ya mbak tentang Tradisi Nyadran
itu ada istilah tentang penghormatan kepada leluhur itu seperti
kakek/nenek atau orang tua yang telah meninggal yang
dikubur di makam Desa setempat. Itu setahun dua kali
diadakan bersih makam untuk menghormati almarhumah
tersebut. Tujuannya Nyadran ya itu tadi untuk bersih makam,
kita melakukan sedekah kemudian mendoakan leluhur agar
dosanya diampuni Allahita’ala kemudian amal ibadahnya
diterima disisiNya sewaktu masih hidup dan agar menjadi ahli
jannah”(Wawancara dengan M selaku Tokoh Agama, Sabtu
11 April 2020, jam 19.05 WIB).
Menurut bapak Baseri selaku masyarakat setempat, mengenai
Tradisi Nyadran menanggapi sebagai berikut:
“Tradisi Nyadran itu dulunya silahturahmi saudara-saudara
yang dulunya tidak bisa datang waktu lebaran, nah pas
Tradisi ini pada dateng. Saudara yang mempunyai ahli waris
yang dikuburkan di sini pada ke makam dulu untuk ziarah
kubur, kemudian baru bersilaturahmi ke rumah sanak
saudara yang bersangkutan. Tujuan Tradisi Nyadran itu
merekatkan paseduluran atau bersilaturahmi. Kalau bersih
makam kita ingin mengingat ahli kubur dengan
membersihkan makam ahli kubur, dengan kata lain masak
mau warisannya tapi tidak mau merawat makamnya.
Kemudian, mendoakan ahli kubur. Sebetulnya, mendoakan
di mana saja boleh dan sama saja, namun itu semua menurut
kepercayaan dan kemanteban dari masing-masing ahli
warisnya”(Wawancara dengan B selaku masyarakat
setempat, 11 April 2020, jam 19.30 WIB).
58
Menurut bapak Suratno selaku masyarakat setempat Dusun
Beji Sidomulyo, mengeni Tradisi Nyadran menanggapi sebagai
berikut:
“Nyadran itu biasanya berkumpul di Balai makam dengan
membawa kenduren untuk selamatan. Tujuannya
bersilaturahmi dan mengingat ahli kubur”(Wawancara dengan
S selaku tokoh masyarakat, 11 April 2020, jam 19.38 WIB).
Adapun waktu pelaksanaan Nyadran di Dusun Beji
dilaksanakan dua kali setiap enam bulan sekali, yaitu ketika tanggal
15 bulan Sapar dan Ruwah, tempatnya seperti pendopo khusus yang
disediakan di Balai Makam Beji Sidomulyo, yang diikuti oleh semua
warga masyarakat setempat (Wawancara dengan HS selaku Ketua
RT 02, Sabtu, 11 April 2020, jam 18.34 WIB).
Proses pelaksanaan Nyadran yang pertama, besik kubur di
mana masyarakat secara bersama-sama membersihkan makam
leluhurnya, alat yang digunakan yaitu cangkul, aret, dan sapu lidi,
setelah itu berdoa untuk leluhurnya. Kegiatan ini dilakukan mulai
pukul 05.00 WIB sampai pukul 06.15 WIB, setelah itu masyarakat
pulang untuk mengambil nasi tumpeng untuk kenduren di Balai
Makam (Observasi, Jumat, 10 April 2020, jam 05.35 WIB).
Menurut Bapak Muhtadin selaku Tokoh Agama,
mengungkapkan proses pelaksanaan Tradisi Nyadran, yaitu:
“Kan sudah ditentukan harinya nanti pada pagi hari itu
masyarakat berbondong-bondong membersihkan makam dan
mereka pulang kemudian mereka mengambil itu yang
dinamakan tumpeng atau sodakohan yang di doakan kemudian
sodakohan itu dimakan bersama-sama. Setelah itu ada yang
kesibukan, bekerja bekerja lagi, tapi ada sebagian masyarakat
59
yang punya tamu. Dalam artian tamu tersebut datang dari
berbagai wilayah seperti masih saudara untuk mempererat
acara silaturahmi. Nah, untuk bersih makamnya diadakan pagi
hari sebelum kenduren, biasanya yang tinggal di Dusun
setempat yang membersihkan. Kalau sore, itu ada sebagian
yang punya tamu. Namun, ada juga sebagian dari sanak
saudara yang dari wilayah lainnya datang untuk mendoakan
leluhur juga. Dulu banyak yang mendoakan leluhur dengan
membakar kemenyan, namun sekarang ada tapi sudah jarang
ditemukan. Maknanya dari membakar kemenyan itu sendiri
merupakan mitosnya orang Jawa mbak, seiring berjalannya
waktu sudah jarang dan hampir punah. Kalu untuk tabur
bunga sendiri, dalam segi hukumnya agama itu Rasulullah itu
menaruh bukannya bunga namun melepah buah kurma itu
untuk meringankan dosa orang yang sudah meninggal. Jadi,
kalau di Desa itu diganti dengan bunga. Bunga itu kan harum
yang katanya dpat mengurangi siksa kubur orang yang sudah
meninggal”(Wawancara dengan M (Tokoh Agama), Sabtu 11
April 2020, jam 19.05 WIB).
2. Pesan Dakwah dalam Tradisi Nyadran di Dusun Beji Desa
Sidomulyo Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali
Menurut bapak Hadi Sabar selaku ketua RT 02 Dusun Beji
Sidomulyo, menanggapi pesan dakwah yaitu:
“Pesannya yaitu bersilahturahmi/menyambung tali asih
kepada yang masih hidup maupun yang sudah meninggal
intinya seperti itu.yang masih hidup ya mendoakan yang
sudah meninggal, dan yang saudara-saudaranya biar
silahturahminya tidak putus karena yang bersangkutan atau
leluhurnya sudah meninggal”(Wawancara HS selaku RT 02,
Sabtu 11 April 2020 jam 18.34 WIB).
Adapun menurut teori pesan dakwah terdiri dari akhlaq,
aqidah, dan syariah. Menurut bapak Muhtadin selaku tokoh
60
agama/mudin Dusun Beji Sidomulyo, menanggapi pesan dakwah
yaitu:
“Ya pada intinya doa Nyadran itu ya kita mendoakan para
leluhur yang sudah meninggal semoga amal ibadahnya
diterima disisi Allah dan seterusnya dalam kebaikan. Setelah
itu, kita kan juga minta doanya kepada Allah bukan kepada
orang yang sudah meninggal tadi, agar kita diberi keselamatan,
rejeki, diberikan keluarga yang sakinah mawadah dan
seterusnya dalam hal kebaikan. Untuk “ujubnya” oleh tokoh
agamanya yang nantinya diberikan pengertian dalam bahasa
jawa itu misalnya “monggo-monggo para sedherek kito
sedoyo, alhamdulilah kito menika makempal wonten mriki
dalam rangka sadranan kentun pandongo wilujeng dumateng
sedoyo arwah kubur kito panjenengan sedoyo. Ingkang sae
meniko armahum saemeniko almarhumah mugo kito
sareng-sareng dateng ing Allahta’ala mugi doso arwah saged
diparingi utowo pikantuk pangapunten munggah sedoyo
semogo sedoyo saged ingkang ahli jannah atas
keluwarganoipun Allahta’ala. Sak lajengipun mugi kito sing
wonten alam donyo meniko saged diparingi pitulungan,
keselametan, kesehatan, bagaswarasan, lan saged makmur
tentrem. Doa tersebut dibacakan sesudah tahlil kemudian
didoakan doa tersebut, karena tidak semua masyarakat
mengerti bahasa arab. Makanya diberi pengertian dalam
bahasa jawa. Nak untuk pesan dakwah tersebut masyarakat
sini belum semua mengerti tentang dakwah mbak, jadi
pemahamannya masih kurang. Kalau menurut saya, pesan
dakwah dari segi aqidah itu menunjukan kita sebagai anak
turun beliau yang sudah meninggal itu punya istilah anak yang
berbakti kepada orang tua. Kita masih wajib mendoakan orang
tua kita, walaupun sudah meninggal. Kemudian melanjutkan
silaturahmi yang merupakan bakti kita kepada orang tua.
Kalau dari sisi akhlak, itu begini kita yang namanya sedekah
namanya memberi tapi ada saling timbal balik, dari hikmah
Nyadran tadi kita bisa saling tukar pengalaman dalam hal
sedekah. Dari muamalah kita harus bisa menjaga toleransi,
kalau disini orang kristen itu juga ada yang ikut Nyadran
atau buka tamu, untuk kendurennya ada yang ikut ada juga
yang tidak. Kalau dari syariah itu sebenarnya itu tadi
hubungan antara makhluk hidup dan orang yang sudah mati.
61
Karena orang yang sudah meninggal masih membutuhkan doa
dari yang masih hidup yang namanya “gandeng cenengnya”.
karena dalam pengetahuan saya kan ada tiga perkara yang
tidak akan putus pahalanya walaupun orang yang memberikan
pahalanya sudah meninggal termasuk doa anak sholeh dan
sholehah”(Wawancara dengan M selaku Tokoh Agama, Sabtu
11 April 2020, jam 19.05 WIB).
Menurut bapak Baseri selaku masyarakat setempat Dusun Beji
Sidomulyo, mengenai pesan dakwah yaitu:
“Pesan Nyadran itu menambah rejeki, menambah umur, dan
menambah teman”(Wawancara dengan B selaku masyarakat
setempat, 11 April 2020, jam 19.30 WIB).
Sesungguhnya Nyadran juga memiliki arti untuk bersedekah
kepada sesama manusia. Menurut bapak Suratno selaku masyarakat
setempat Dusun Beji Sidomulyo, mengenai pesan dakwah yaitu:
“Pesan Nyadran itu untuk keselamatan, dijauhkan dari
penyakit, mendapat rejeki yang melimpah, serta mengajarkan
kita semua untuk bebagi”(Wawancara dengan S selaku tokoh
masyarakat, 11 April 2020, jam 19.38 WIB).
3. Faktor Pendukung dan Pengambat Pelaksanaan di Dusun Beji Desa
Sidomulyo Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali
Menurut bapak Hadi Sabar selaku tokoh masyarakat ketua RT
02 Dusun Beji Sidomulyo, menanggapi masalah tersebut yaitu:
“Untuk faktor pendukungnya keadaan masyarakat yang sama
dan pandai bergaul. Untuk faktor penghambatnya tidak
ada”(Wawancara HS selaku RT 02, Sabtu 11 April 2020 jam
18.34 WIB).
62
Menurut bapak Muhtadin selaku tokoh agama/mudin Dusun
Beji Sidomulyo, mengenai masalah tersebut yaitu:
“Faktor penghambatnya itu faktor keuangan, karna tidak
semua mampu. Kalau untuk sekarang kan penghambatnya
corona. Kalau faktor pendukungnya ya kepercayaan itu tadi ,
karena semakin banyak tamu semakin banyak sedekah maka
akan semakin banyak pula rejeki yang di dapat. Karena janji
Allah siapapun yang memberi akan dibalas lebih. Selain itu
masyarakat yang masih Tradisional yang masih menghargai
Tradisi sejak dahulu.”(Wawancara dengan M selaku Tokoh
Agama, Sabtu 11 April 2020, jam 19.05 WIB).
Menurut bapak Baseri selaku masyarakat setempat Dusun Beji
Sidomulyo, menanggapi masalah tersebut yaitu:
“Faktor pendukungnya itu ya Tradisi atau budaya
turun-temurun, adanya sikap terbuka dan menerima dari
masyarakat setempat. Untuk faktor penghambatnya tidak ada
karena adanya musibah”(Wawancara dengan B selaku
masyarakat setempat, 11 April 2020, jam 19.30 WIB).
Menurut bapak Suratno selaku masyarakat setempat Dusun
Beji Sidomulyo, menanggapi masalah tersebut yaitu:
“Faktor pendukungnya itu kepercayaan karena merupakan
sebuah traadisi turun-temurun yang harus kita jaga dan
laksanakan. Kalau untuk faktor penghambatnya ada yang
tidak mudah bergaul jadi kurang menjalin hubungan dengan
banyak orang, ya tidak semua tapi ada”(Wawancara dengan S
selaku tokoh masyarakat, 11 April 2020, jam 19.38 WIB).
63
C. Pembahasan
Data yang diperoleh berdasarkan fakta-fakta temuan penelitian di
atas, maka selanjutnya peneliti menganalisa data yang sudah terkumpul
dengan metode deskriptif kualitatif terhadap Pesan Dakwah dalam
Tradisi Nyadran di Dusun Beji Desa Sidomulyo Kecamatan Ampel
Kabupaten Boyolali, sebagai berikut:
1. Pelaksanaa Tradisi Nyadran di Dusun Beji Desa Sidomulyo
Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali
Nyadran merupakan Tradisi turun temurun dari para leluhur
mereka, Tradisi ini dilaksanakan sebagai bentuk nguri-uri Tradisi
Jawa sekaligus wujud penghormatan terhadap leluhur yang sudah
meninggal. Sejarahnya Nyadran di Dusun Beji awalnya untuk
mengingat dan mendoakan leluhur yang sudah meninggal, namun
selain itu juga tercipta ikatan untuk bersilahturahmi dengan sanak
saudara yang bersangkutan agar tidak terputus, namun para
masyarakat tidak tahu pasti kapan Tradisi itu mulai dilaksanakan.
Sehingga, mereka para sesepuh Dusun yang dianggap lebih tua
hanya mewariskan dan menjaga apa yang telah diwariskan orang
tua (leluhur) mereka dulu, karena mempunyai tujuan dan makna
yang baik.. Seperti firman Allah S.W.T sebagai berikut:
64
Artinya:
“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukannya
dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang Ibu
Bapak, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin,
tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat,
ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan
diri”(Q.S. An-Nisa ayat 36).
Ayat di atas mengandung makna tentang perintah untuk
berbakti dan menghormati orang tua, berbuat baik kepada orang lain,
dan jangan bersikap sombong serta membanggakan diri kita sendiri.
Dalam Tradisi Nyadran Dusun Beji dapat kita lihat dalam prosesnya
yang berziarah kubur atau membersihkan makam leluhur yang
kemudian mereka berdoa untuk mendoakan orang tuanya yang telah
meninggal. Selain itu, dalam proses pelaksanaanya terdapat sedekah
yang dilakukan dalam acara makan bersama-sama baik saat
kenduren pagi harinya tempatnya seperti pendopo khusus yang
disediakan di Balai Makam dan ketika bersilahturahmi oleh orang
65
lain dalam proses menerima tamu atau disebut sebagai memberi
sedekah kepada tamu yang datang.
Pelaksanaan Tradisi Nyadran dilaksanakan secara
berbeda-beda atau tidak serentak semua daerah, hal tersebut
tergantung kebiasaan masing-masing Desa dan juga tujuannya agar
antara masyarakat yang berbeda Desa atau daerah bisa saling
bersilahturahmi secara bergantian ke rumah-rumah saudara, teman,
dan kerabat yang bersangkutan. Karena jika sedang pambagyo tamu
tuan rumah tidak boleh pergi ke mana-mana, harus menunggu dan
menghormati tamu yang datang. Pelaksanaan Tradisi Nyadran di
Dusun Beji Desa Sidomulyo dilaksanakan dua kali dalam setahun,
yaitu pada bulan Islam Ruwah tanggal 15 dan Sapar tanggal 15
yang sudah pasti dilaksanakan. Hal tersebut, sudah diatur dan
terdapat ketentuan waktu sendiri-sendiri berdasarkan apa yang telah
diturunkan oleh nenek moyang, sehingga sudah secara langsung
turun-temurun dilakukan oleh masayarakat setempat.
66
Gambar 4.2: Besik Kubur, 2020. Gambar 4.3: Kenduren Nyadran, 2019.
Kegiatan Nyadran berlangsung selama seharian, mulai dari
pagi hari sampai malam hari. Proses pagi harinya, yaitu semua
warga beramai-ramai melaksanakan besik kubur atau
bersih-bersih makam terlebih dahulu di Balai Makam Dusun Beji,
kegiatan tersebut dimulai pukul 06.00 WIB. Bersih kubur dilakukan
agar makam leluhur yang bersangkutan bersih dan tidak ada rumput
liar yang menutupi makam, dengan perlengkapan arit, cangkul
maupun sapu. Selanjutnya, pulang ke rumah masing-masing untuk
mengambil nasi tumpeng yang digunakan kendurenan tempatnya
seperti pendopo yang telah disediakan di Balai Makam. Setelah
sampai di Balai Makam dan semua warga telah berkumpul, untuk
acara selanjutnya yaitu sambutan atau muqqodimah terlebih dahulu
yang diwakili tokoh agama setempat. Kemudian dilanjut tahlilan
dan doa bersama yang dipimpin oleh tokoh agama setempat, dan
dilanjut dengan makan bersama. Kegiatan tersebut dihadiri oleh
67
semua warga, baik itu anak-anak, dewasa, dan orang tua pun ikut
antusias dalam pelasanaan Tradisi Nyadran. Berbeda dengan sanak
saudara yang bersangkutan, biasanya mereka berziarah kubur dan
mendoakan leluhurnya, setelah itu bersilahturahmi ke kerabat
yang bersangkutan. Jadi, tidak mengikuti kegiatan kendurenan di
pendopo Makam.
Tradisi Nyadran sebagai sarana untuk berbakti, mengingat dan
mendoakan orang tua yang telah meninggal agar dosanya diampuni
dan menjadi Ahli Jannah. Selain itu, juga sebagai sarana untuk
menyambung bersilaturahmi. Sebagaimana dalam hadits:
Artinya:
“Ya, menshalatkan mereka, memohonkan ampunan untuk mereka,
memenuhi janji mereka setelah mereka meninggal, memuliakan
rekan mereka, dan menyambung sillahturahmi yang terjalin karena
sebab keberadaan mereka” (HR. Ahmad 16059, Abu Daud 5142,
Ibn Majah 3664, dishahihkan oleh Al-Hakim 7260 dan disetujui
Adz-Dzahabi).
Makna dari hadis di atas, yaitu menshalatkan jenazah mereka,
serta mendoakan mereka agar diampuni dosa-dosanya karena orang
yang sudah mati masih membutuhkan doa yang masih hidup, dan
68
tidak lupa untuk menjaga silahturahmi yang telah dijalin oleh
leluhur agar tidak putus.
Gambar 4.4: Pambayo Tamu, 2019.
Ketika mengikuti proses Nyadran yang paling ramai
adalah pambagyo tamu. Pambagyo tamu merupakan proses dimana
warga setempat kedatangan tamu atau menerima tamu dari sanak
saudara, warga luar, dan teman untuk saling silaturahim dan ngobrol
santai sambil menikmati hidangan yang telah disediakan oleh tuan
rumah, sebelum pulang para tamu diharuskan untuk makan.
Menerima tamu dalam tradisi nyadran bisa disebut dengan istilah
sedekah antar sesama. Rasulallah SAW bersabda:
“Tamu akan menyebabkan turunnya rezeki, untuk pemilik
rumah dan menghapus dosa-dosa penghuni rumah. Selain itu
tamu adalah petunjuk menuju surga” (m.republika.co.id oleh
ustadz M Arifin Ilham, 20 Januari 2018).
Hal tersebut menjadi ciri khas dalam Tradisi Nyadran di
Dusun Beji Desa Sidomulyo Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali,
69
namun tidak semua di Desa Sidomulyo melakukan pambagyo tamu.
Dalam hal ini, proses tersebut memiliki makna yaitu jika banyak
tamu dipercaya akan memperoleh banyak rejeki. Sebagaimana
dalam firman Allah SWT, yaitu:
Artinya:
“Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan Allah)
maka pahalanya itu untuk kamu sendiri dan janganlah kamu
membelanjakan sesuatu melainkan mencari keridhaan Allah, dan
apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan, niscaya kamu akan
diberi pahalanya dengan cukup sedangkan kamu sedikitpun tidak
akan dirugikan” (Q.S.Al-Baqarah ayat 272).
Maknanya yaitu kalau kita bersedekah dengan harta yang baik,
yang sesuai di jalan Allah maka pahalanya akan kembali kepada
kita. Pahala yang kita peroleh bisa berupa rejeki yang berlipat,
kesehatan, dan keselamatan baik di dunia maupun di akhirat. Makna
dalam proses pambagyo tamu adalah bersedekah dengan sesama,
70
untuk itu tidak ada yang namanya sedekah akan membuat diri
mereka menjadi miskin.
Selain itu, menerima tamu juga bisa mengusir bahaya dari
yang ada di rumah. Rasulullah SAW pernah bersabda:
“Seperti itulah yang terjadi setiap kali keluar dari rumahmu,
maka keluar pulalah segala, bala, bahaya dan segala binatang
yang membahayakan dari rumahmu” (m.republika.co.id oleh
ustadz M Arifin Ilham, 20 Januari 2018).
2. Pesan Dakwah di Dusun Beji Desa Sidomulyo Kecamatan Ampel
Kabupaten Boyolali
Berdasarkan ungkapan teori di atas, dalam Tradisi Nyadran
di Dusun Beji Desa Sidomulyo Kecamatan Ampel Kabupaten
Boyolali terdapat pesan dakwah dalam Tradisi Nyadran, yang mana
dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Pesan aqidah yang terkandung dalam Tradisi Nyadran yaitu
mengingat akan kematian, bahwa kita percaya adanya hari
akhir yang suatu akan mati dan itu merupakan suatu
kebenaran dan mutlak. Selain itu, nasi tumpeng yang dibawa
dalam kenduren berbentuk kerucut yang menandakan bahwa
segalanya dilakukan tertuju kepada keEsaan yaitu Keutuhan
Allah Yang Maha Esa. Dalam kenduren terdapat tahlil dimana
menunjukkan Ketuhanan yang nyata karena membaca ayat-ayat
Al Quran, doa-doa, dan bacaan tahlil.
71
b. Pesan syariah yang terkandung dalam Tradisi Nyadran yaitu
mempunyai hubungan erat dengan amal dalam menaati semua
peraturan atau hukum Allah untuk mengatur hubungan antar
manusia dan Tuhannya, serta mengatur pergaulan hidup antar
sesama manusia. Dalam nyadran terdapat proses ziarah kubur
untuk mendoakan orang tua yang telah meninggal. Karena
orang yang sudah meninggal masih membutuhkan doa dari
yang masih hidup atau anak cucu serta saudara dari keluarga
yang bersangkutan. Dalam hal ini, ada tiga perkara yang tidak
akan putus pahalanya walaupun orang yang memberikan
pahalanya sudah meninggal termasuk doa anak sholeh dan
sholehah. Sebagaimana dalam hadits sebagai berikut:
عي ا بئ ر ير ة ا ى ر سو ل الله , قا ل >> ا ذ ا ها ت
قطع عول ا لا هي ثل ث : صد قة جا ر ية ا بي آ د م ا
اوو لد صا لح يد عو ل ) ر و ا ا و عل تفع ب ن ي
هسلن (
Artinya:
Dari Abu Hurairah r.a. berkata, Rasulallah Saw. Bersabda :
“Apabila anak adam itu mati, maka terputuslah amalan, kecuali
(amalan) dari tiga ini: sedekah yang berlaku terus menerus,
72
pengetahuan yang dimanfaatkan, dan anak sholeh yang
mendoakan dia.” (HR Muslim).
Selain itu, dalam nyadran terdapat proses menerima
tamu disebut dengan istilah sedekah kepada sesama manusia.
Sedekah merupakan salah satu materi dalam aspek syariah.
Ketika menerima tamu tuan rumah akan menyuguhkan
makanan sebagai rasa hormat. Dengan keikhlasan memberi atau
bersedekah melalui makanan maka akan mendapat balasan
rezeki dari Allah.
c. Pesan akhlak, berarti akhlak kepada Allah yang berupa
pengakuan dan kesadaran bahwa tiada Tuhan selain Allah.
Dalam tradisi ini diniatkan untuk meminta kepada Allah melaui
doa-doa dalam ikrar atau ujub. Akhlak kepada sesama manusia,
termasuk diri sendiri maksudnya, Nyadran juga memiliki
makna yang positif bagi diri masing-msing warga untuk
menjaga tali silahturahmi antar sesama manusia yang
tercermin pada kerukunan dan gotong royong saat sebelum
pelaksanaan dan setelah proses tradisi. Karena tidak hanya
masyarakat setempat yang mengikuti melainkan dari berbagai
Desa maupun Kota ikut berkunjung. Sehingga, persaudaraan
antar sesama terjalin begitu erat dan menjauhkan dari sifat
73
individualisme. Karena di masyarakat tercipta guyub rukun,
tentram, dan toleransi.
3. Faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan di Dusun Beji
Desa Sidomulyo Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali
Berdasarkan data dari hasil penelitian baik observasi maupun
wawancara di lapangan, terdapat faktor pendukung dalam Tradisi
Nyadran Dusun Beji Desa sidomulyo Kecamatan Ampel Kabupaten
Boyolali, sebagai berikut:
a. Faktor pendukung dalam Tradisi Nyadran yaitu pertama,
adanya suatu kepercayaan, karena masyarakat berpikir itu
merupakan Tradisi turun-temurun yang diwariskan oleh nenek
moyang yang harus dijaga dan dilestarikan. Kedua, sikap
terbuka dan menerima masyarakat terhadap Tradisi tersebut.
Ketiga, Tradisi tersebut untuk mengingat para leluhur dan
mendoakan agar dosa-dosanya diampuni oleh Allah. Keempat,
keadaan masyarakat yang sama hingga Tradisi tersebut
dijadikan sebagai ajang silahturahmi. Kelima, keadaan
masyarakat masih Tradisional yang masih menjaga dan
melestarikan Tradisi Nyadran.
b. Faktor penghambat dalam Tradisi Nyadran di Dusun Beji yaitu
faktor keuangan karena tidak semua mampu, kurangnya
74
hubungan dengan masyarakat, dan tahun ini sedang terjadi
pandemi yang mengharuskan pelaksanaan Nyadran di Dusun
Beji ditiadakan.
75
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil pembahasan yang telah dikemukakan
dalam hasil penelitian, yang telah penulis laksanakan mengenai
“Tradisi Nyadran di Dusun Beji Desa Sidomulyo Kecamatan Ampel
Kabupaten Boyolali” dapat ditarik kesimpulan, sebagai berikut:
1. Tradisi Nyadran merupakan Tradisi untuk mengingat dan
mendoakan para leluhur, yang dilaksanakan setiap tanggal 15
bulan Ruwah dan Sapar. Proses pelaksanaan Nyadran yaitu
besik kubur atau ziarah makam, kenduren, dan menerima tamu
(pambagyo tamu).
2. Pesan dakwah yang tersampaikan dalam Tradisi Nyadran di
Dusun Beji Desa Sidomulyo, meliputi: pesan aqidah yaitu
mengingat akan kematian artinya percaya adanya hari akhir.
Pesan syariah yaitu mendoakan orang tua yang sudah meninggal,
dan wujud sedekah kepada sesama manusia. Pesan akhlaq yaitu
menjaga tali silahturahmi antar sesama manusia yang tercermin
pada kerukunan dan gotong royong saat sebelum pelaksanaan
dan setelah proses tradisi Nyadran.
76
3. Faktor pendukung dari Tradisi Nyadran yaitu suatu kepercayaan,
sikap terbuka dan menerima oleh masyarakat, keadaan
masyarakat yang sama, dan keadaan masyarakat masih
Tradisional. Faktor penghambatnya yaitu faktor keuangan,
kurangnya hubungan dengan masyarakat, dan adanya pandemi.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan diatas, sebagai penutup
dalam skripsi penelitian ini diajukan saran-saran sebagai berikut:
1. Bagi masyarakat diharap tetap melestarikan Tradisi Nyadran,
tidak hanya sebagai mempererat persaudaraan dan mengingat
kematian leluhur namun juga sebagai bentuk sedekah terhadap
sesama.
2. Bagi generasi penerus agar tetap menjaga dan tidak mengubah
tatanan Tradisi yang sudah ada.
3. Bagi pembaca diharap penelitian ini dapat memilah nilai ajaran
agama/Tradisi masyarakat.
77
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto.2006. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik, Jakarta:
Rhineka Cipta.
Aziz, Moh. Ali.2009. Ilmu Dakwah. Jakarta:Kencana.
Aziz, Moh. Ali.2012. Ilmu Dakwah. Jakarta:Kencana.
Azwar, Saefuddin.1998.Metode Penelitian.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Cangara, Hafied, Pengertian Ilmu Komunikasi, Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 1998.
Gunawan, Fahmi, dkk.2018. Religion and Social Society and Media.
Yogyakarta:CV Budi Utama.
Koentjaningrat, 2000. Budaya Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta:Aksara
Baru.
KR-Dis. 4 Februari, 1994. Hari Nyadranan di Boyolali. Kedaulatan Rakyat.
Hlm.667.
Moleong, J Lexy, prof. Dr. 2009, Metode penelitian kualitatif . Bandung:
PT. Remaja Rosdakaya.
Moleong, J Lexy. 2018. Dasar-dasar Penelitian Kualitatif. Bandung: PT.
Remaja Rosdakaya.
Munir, Samsul Amir.2009. Ilmu Dakwah. Jakarta: Amzrah.
Purhantara, Wahyu.2010. Metode Penelitian Kualitatif untuk Bisnis.
Yogyakarta:Graha Ilmu.
Ranjabar, Jacobus.2006. Sistem Sosial Budaya Indonesia; Suatu Pengantar.
Bogor:Ghalia Indonesia.
Sholikhin, Muhammad.2010.Misteri Bulan Suro Perspektif Islam Jawa.
Yogyakarta:Narasi.
Tasmara, Toto. 1997.Komunikasi Dakwah. Jakarta: Gaya Media Pratama.
78
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan & Pengembangan Bahasa. 1990.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, KBBI. Jakarta: Balai
Pustaka.
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan & Pengembangan Bahasa. 1995.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, KBBI. Jakarta: Balai
Pustaka.
Wahidin, Saputra. 2011. Pengantar Ilmu Dakwah. Jakarta: PT. Grafindo
Perada.
Wahyu, Ilahi. Lukman, Hakim. 2003 . Komunikasi Dakwah. Surabaya: IAIN
Sunan Ampel Press.
Sumber Jurnal:
Abdul Basir, 2013. Nilai Pendidikan Islam dan Budaya Temongan Nyadran
Suran di Dusun Giyanti Wonosobo,SKRIPSI.
Hayati, Umi. 2017. Nilai-nilai Dakwah; Aktivitas Ibadah dan Perilaku Sosial.
E-jurnal inject IAIN Salatiga, vol 2-2, h 175-192.
Istanto, 2017. Pandangan ‘Urf terhadap Tradisi Sadranan di Desa
Karangmojo Kec. Klego Kab. Boyolali. SKRIPSI.
Muhammad Luqmanul H,2015. Makna dan Nilai-nilai Filosofis dalam
TtTradisi Nyadran di Dusun Tritis Kulon, Kelurahan Girikerto
Kecamatan Turi Kabupaten Sleman Yogyakarta, SKRIPSI.
Rasimin, 2016. Toleransi dan Kerukunan Umat Beragama di Masyarakat
Randuacir. E-jurnal inject IAIN Salatiga, vol 1-1, h 99-118.
Tasmuji, dkk.2011. Ilmu Alamiah, Ilmu Sosial Dasar, Ilmu Budaya Dasar,
Surabaya:IAIN Sunan Ampel Press.
Wuryansari Hanun, dkk.2014. Sadranan sebagai Bentuk Komunikasi Sosial.
Jurnal Aspikom, vol 2-3.
Yahya, 2016. Dakwah Islamiyah dan Poselytisme; Telaah atas Etika
Dakwah dalam Kemajemukan. E-jurnal inject IAIN Salatiga, vol 1-1, h
81-98.
Sumber lain:
79
Dickyslengekan.blogspot.com/2014/12/Nyadran.html?m=1. diakses pada
hari Senin 21 Oktober 2019, pukul 09.20 WIB.
Tata Chaca, 2018.
www.silontong.com/2018/12/01/upacara-adat-jawa-tengah,
diakses pada hari Senin,21 Oktober 2019, pukul 07.45 WIB.
LPPD Pemerintah Desa Sidomulyo
Sidomulyo-ampel.Desa.go.id/profil Desa, diakses pada Rabu, 15 April 2020,
pukul 08.35 WIB.
80
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1.1 Instrumen Penelitian
DAFTAR WAWANCARA 1
Nama :
Pekerjaan :
Tempat/Tanggal Lahir :
Alamat :
Tanggal Wawancara :
Lokasi Wawancara :
Pertanyaan!
1. Bagaimana letak geografis Desa Sidomulyo?
2. Bagaimana keadaan sosial budaya, ekonomi, pendidikan, dan
keagamaan masyarakat Desa Sidomulyo?
81
1.2 Hasil Wawancara
WAWANCARA 1
Nama : Aris Tarmadi
Pekerjaan : Kadus 2
Tempat/Tanggal Lahir : Boyolali, 02 Mei 1979
Alamat : Beji Sidomulyo Ampel Boyolali
Tanggal Wawancara : 12 April 2020
Lokasi Wawancara : di rumah pak Aris Tarmadi
Pertanyaan!
Jawaban:
1. Desa Sidomulyo itu terletak di Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali
yang memiliki batas wilayah sebelah Utara dibatasi oleh Desa Candi,
sebelah Selatan dibatasi oleh Desa Penggung, sebelah Timur dibatasi
oleh Desa Selodoko, dan sebelah Barat dibatasi Desa Tanduk dan Desa
Banyuanyar. Gini mbak untuk data lengkapnya tentang Desa
Sidomulyo ini besok datang ke kantor BalaiDesa ya saya kasih data
tentang letak geografis dan lengkap yang dibutuhkan.
2. Keadaan sosial budaya Desa Sidomulyo berbacam-mavam kearifan lokal,
ada sadranan ada mertiDusun. Kalau mertiDusun itu berbeda-beda di
setiap Dusun sendiri, ada yang wayangan, pengajian, reog kan.
Mertideso ini dilaksanakan kenduri yang dilakukan setiap tahun sekali.
Biasanya dilaksanakan setelah hari raya. Keadaan ekonomi di Desa
Sidomulyo sebagian besar petani, 20% nya pedagang. 60% petani, 10%
pegawah, dan 10% tidak tetap. Kondisi ekonomi dari sektor pertanian itu
di Desa Sidomulyo sebagian besar menghasilkan jagung, singkong, cabai,
ketela, jahe, kelapa, durian, mangga, pohon sengon, pisang, dan sayuran
lain-lain yang umumnya ditanam dan bisa hidup di tanah tegalan. Sektor
perdagangannya itu kebanyakan industri kecil rumahan atau UMKM
yang ada meliputi rengginan, krupuk rambak, kue cucur, keripik tempe,
keripik bayam, rempeyek,dan lain-lain. Selain makanan, ada juga
kerajianan di Desa Sidomulyo seperti keranjang, kerajinan dari kain
perca, gipsim, kerajianan besi, alumunium, pertokoan, dan lain-lain.
Yang terakhir ini sektor peternakan Desa Sidomulyo meliputi sapi perah,
kambing, ayam petelur, ayam pedaging, ayam kampung, dan telur puyuh.
Terakhir kondisi pendidikan dan keagamaan Desa Sidomulyo ini
rata-rata untuk umur 40 tahun ke atas tamatan SD, kalau untuk umur 20
tahunan tamatan SMA dan kuliah. Kondisi keagamaan di Desa
Sidomulyo mayoritas Islam, sebagian Kristen,Budha dan Hindu.
82
1.1 Instrumen Penelitian
DAFTAR WAWANCARA 2
Nama :
Pekerjaan :
Tempat/Tanggal Lahir :
Alamat :
Tanggal Wawancara :
Lokasi Wawancara :
Pertanyaan!
1. Apa yang Bapak ketahui tentang Nyadran di Dusun Beji?
2. Bagaimana proses pelaksanaan Tradisi Nyadran di Dusun Beji?
3. Siapa saja yang terlibatdalam prosesi Tradisi Nyadran?
4. Kapan dan dimana pelaksanaan Tradisi Nyadran dilaksanakan?
5. Apa tujuan dari Tradisi Nyadran?
6. Apa saja perlengkapan yang digunakan dalam proses pelaksanaan
Tradisi Nyadran di Dusun ini?
7. Apa makna dari Tradisi Nyadran?
8. Bagaimana doa dalam proses pelaksanaan Nyadran? Dan apa maknanya?
9. Adakah pesan dakwah yang terkandung dalam Tradisi Nyadran?
10. Apa saja faktor pendukung dan faktor penghambat dari proses Tradisi
Nyadran?
83
1.2 Hasil Wawancara
WAWANCARA 2
Nama : Hari Sabar (Tokoh Masyarakat RT 02 )
Pekerjaan : Karyawan Pabrik
Tempat/Tanggal Lahir : Boyolali, 02 Februari 1977
Alamat : Beji Sidomulyo Ampel Boyolali
Tanggal Wawancara : 11 April 2020
Lokasi Wawancara : di rumah pak Hari Sabar
Jawaban:
1. Nyadran yang saya tahu itu pertama Tradisi ke makam, doa bersama di
makam.
2. Proses pelaksanaannya itu sanak saudara pergi ke makam dilanjut
untuk bersilahturahmi ke rumah yang bersangkutan/saudaranya. Nah di
Dusun ini, pertama bersih kubur, tahlil, dan mendoakan leluhur,
kemudian pulang ambil kenduren untuk kenduren. Kalau sanak saudara
tadi, tidak ikut kenduren, namun hanya bersih kubur dan mendoakan
leluhur kemudian ke rumah saudara di sini. Jadi ada dua versi, untuk
masyarakat setempat itu tadi prosesnya bersih kubur, tahlil dan
mendoakan leluhur kemudian kenduren. Yang versi kedua
membersihkan kubur dan mendoakan leluhurnya kemudian pergi ke
sanak saudara yang bersangkutan. Istilahnya tidak ikut kepungan.
3. Yang terlibat dalam proses Nyadran itu semua umur dari kalangan muda
sampai tua.
4. Di sini itu Tradisinya dua kali, setiap enam bulan sekali, yaitu pas
Saparan dan Ruwahan ini, tanggalnya sama tanggal 15. Tempatnya di
Balai Makam Beji Sidomulyo.
5. Tujuannya itu pertama, nguri-uri budaya, kedua mendoakan arwah
leluhur dan bersih makam itu, ketiganya bersilaturahmi ke sanak
saudara.
6. Perlengkapan Nyadran kalau bersih makam ya biasa, cangkul dan arit,
kalau doa ya itu biasa tahlil, dan kalau kondangannya ya biasa pakai nasi
tumpeng, lauk dan lain-lain. Kalau untuk maknanya saya kurang paham.
7. Doanya tahlil yang maknanya kita selamatan dan meminta maafkan para
leluhur yang sudah meninggal. Kalau doa khususnya saya kurang paham,
itu tanya saja ke orang yang ahlinya bisa pak mudin atau tokoh
agamanya.
8. Maknanya itu tadi selamatan dan meminta maafkan kepada para leluhur
yang telah meninggal.
9. Pesannya yaitu bersilahturahmi/menyambung tali asih kepada yang
masih hidup maupun yang sudah meninggal intinya seperti itu.yang
masih hidup ya mendoakan yang sudah meninggal, dan yang
84
saudara-saudaranya biar silahturahminya tidak putus karena yang
bersangkutan atau leluhurnya sudah meninggal.
10. Untuk faktor pendukungnya keadaan masyarakat yang majemuk yang
pintar bergaul. Untuk faktor penghambatnya tidak ada.
85
WAWANCARA 3
Nama : Muhtadin (Tokoh Agama)
Pekerjaan : Serabutan
Tempat/Tanggal Lahir : Boyolali, 18 Juni 1976
Alamat : Beji Sidomulyo Ampel Boyolali
Tanggal Wawancara : 11 April 2020
Lokasi Wawancara : di rumah pak Muhtadin
Jawaban:
1. Kita bicara tentang dahulu ya mbak tentang Tradisi Nyadran itu ada
istilah tentang penghormatan kepada leluhur itu seperti kakek/nenek atau
orang tua yang telah meninggal yang dikubur di makam Desa setempat.
Itu setahun dua kali diadakan bersih makam untuk menghormati
almarhumah tersebut.
2. Kan sudah ditentukan harinya nanti pada pagi hari itu masyarakat
berbondong-bondong membersihkan makam dan mereka pulang
kemudian mereka mengambil itu yang dinamakan tumpeng atau
sodakohan yang di doakan kemudian sodakohan itu dimakan
bersama-sama. Setelah itu ada yang kesibukan, bekerja bekerja lagi, tapi
ada sebagian masyarakat yang punya tamu. Dalam artian tamu tersebut
datang dari berbagai wilayah seperti masih saudara untuk mempererat
acara silaturahmi. Nah, untuk bersih makamnya diadakan pagi hari
sebelum kenduren, biasanya yang tinggal di Dusun setempat yang
membersihkan. Kalau sore, itu ada sebagian yang punya tamu. Namun,
ada juga sebagian dari sanak saudara yang dari wilayah lainnya datang
untuk mendoakan leluhur juga. Dulu banyak yang mendoakan leluhur
dengan membakar kemenyan, namun sekarang ada tapi sudah jarang
ditemukan. Maknanya dari membakar kemenyan itu sendiri merupakan
mitosnya orang Jawa mbak, seiring berjalannya waktu sudah jarang dan
hampir punah. Kalu untuk tabur bunga sendiri, dalam segi hukumnya
agama itu Rasulullah itu menaruh bukannya bunga namun melepah buah
kurma itu untuk meringankan dosa orang yang sudah meninggal. Jadi,
kalau di Desa itu diganti dengan bunga. Bunga itu kan harum yang
katanya dapat mengurangi siksa kubur orang yang sudah meninggal.
3. Tradisi Nyadran itu melibatkan semua masyarakat Dusun Beji
Sidomulyo, itu kan sudah menjadi Tradisi turun-menurun.
4. Setahun itu dua kali, yang pertama itu pada bulan Mas Tani kalau orang
Jawa menyebutnya bulan Sapar tanggal 15 dan bulan Ruwah jatuh pada
tanggal 15 juga. untuk harinya bisa ganti-ganti, tapi untuk tanggalnya
tetap 15 tanggal Jawa.
5. Tujuannya Nyadran ya itu tadi untuk bersih makam, kita melakukan
sedekah kemudian mendoakan leluhur agar dosanya diampuni
86
Allahita’ala kemudian amal ibadahnya diterima disisiNya sewaktu masih
hidup dan agar menjadi ahli jannah.
6. Kalau untuk perlengkapannya tergantung dari orang-orang tersebut, nasi
tumpeng kalau ada rejeki ya pakai ingkung, sambel goreng, dan lain-lain.
Namun, ada yang daerah tertentu diharusan pakai tumpeng dan ingkung.
Kalau tumpeng sediri itu kan jaman dulu pasti ada maknanya mbak,
kalau saya kurang tahu tentang itu.
7. Makna daripada Nyadran ya itu tadi, kita hidup mendoakan para leluhur
bahwasanya kita hidup juga akan mati. Jadi, kita harus mempersiapkan
bekal untuk hal tersebut.
8. Ya pada intinya doa Nyadran itu ya kita mendoakan para leluhur yang
sudah meninggal semoga amal ibadahnya diterima disisi Allah dan
seterusnya dalam kebaikan. Setelah itu, kita kan juga minta doanya
kepada Allah bukan kepada orang yang sudah meninggal tadi, agar kita
diberi keselamatan, rejeki, diberikan keluarga yang sakinah mawadah
dan seterusnya dalam hal kebaikan. Untuk “ujubnya” oleh tokoh
agamanya yang nantinya diberikan pengertian dalam bahasa jawa itu
misalnya “monggo-monggo para sedherek kito sedoyo, alhamdulilah
kito menika makempal wonten mriki dalam rangka sadranan kentun
pandongo wilujeng dumateng sedoyo arwah kubur kito panjenengan
sedoyo. Ingkang sae meniko armahum saemeniko almarhumah mugo
kito sareng-sareng dateng ing Allahta’ala mugi doso arwah saged
diparingi utowo pikantuk pangapunten munggah sedoyo semogo
sedoyo saged ingkang ahli jannah atas keluwarganoipun Allahta’ala.
Sak lajengipun mugi kito sing wonten alam donyo meniko saged
diparingi pitulungan, keselametan, kesehatan, bagaswarasan, lan saged
makmur tentrem. Doa tersebut dibacakan sesudah tahlil kemudian
didoakan doa tersebut, karena tidak semua masyarakat mengerti bahasa
arab. Makanya diberi pengertian dalam bahasa jawa.
9. Nak untuk pesan dakwah tersebut masyarakat sini belum semua mengerti
tentang dakwah mbak, jadi pemahamannya masih kurang. Kalau
menurut saya, pesan dakwah dari segi aqidah itu menunjukan kita
sebagai anak turun beliau yang sudah meninggal itu punya istilah anak
yang berbakti kepada orang tua. Kita masih wajib mendoakan orang tua
kita, walaupun sudah meninggal. Kemudian melanjutkan silaturahmi
yang merupakan bakti kita kepada orang tua. Kalau dari sisi akhlak, itu
begini kita yang namanya sedekah namanya memberi tapi ada saling
timbal balik, dari hikmah Nyadran tadi kita bisa saling tukar pengalaman
dalam hal sedekah. Dari muamalah kita harus bisa menjaga toleransi,
kalau disini orang kristen itu juga ada yang ikut Nyadran atau buka
tamu, untuk kendurennya ada yang ikut ada juga yang tidak. Kalau dari
syariah itu sebenarnya itu tadi hubungan antara makhluk hidup dan
87
orang yang sudah mati. Karena orang yang sudah meninggal masih
membutuhkan doa dari yang masih hidup yang namanya “gandeng
cenengnya”. karena dalam pengetahuan saya kan ada tiga perkara yang
tidak akan putus pahalanya walaupun orang yang memberikan pahalanya
sudah meninggal termasuk doa anak sholeh dan sholehah.
10. Faktor penghambatnya itu faktor keuangan, karna tidak semua mampu.
Kalau untuk sekarang kan penghambatnya corona. Kalau faktor
pendukungnya ya kepercayaan itu tadi , karena semakin banyak tamu
semakin banyak sedekah maka akan semakin banyak pula rejeki yang di
dapat. Karena janji Allah siapapun yang memberi akan dibalas lebih.
Selain itu masyarakat yang masih Tradisional yang masih menghargai
Tradisi sejak dahulu
88
WAWANCARA 4
Nama : Baseri (masyarakat sekitar)
Pekerjaan : Tani
Tempat/Tanggal Lahir : Boyolali, 1971
Alamat : Beji Sidomulyo Ampel Boyolali
Tanggal Wawancara : 11 April 2020
Lokasi Wawancara : di rumah pak Baseri
Jawaban:
1. Tradisi Nyadran itu dulunya silahturahmi saudara-saudara yang dulunya
tidak bisa datang waktu lebaran, nah pas Tradisi ini pada dateng.
Saudara yang mempunyai ahli waris yang dikuburkan di sini pada ke
makam dulu untuk ziarah kubur, kemudian baru bersilaturahmi ke rumah
sanak saudara yang bersangkutan.
2. Proses pelaksanaan Nyadran itu yang pertama ziarah kubur atau
bersih-bersih makam, selanjutnya dibacakan tahlilan. Jadi, semua
makam bersih diadakan tahlilan semua masyarakat kampung Beji.
Kemudian pulang untuk mengambil nasi tumpeng, nah selamatan itu tadi
ditujukan untuk meminta kepada Allah bahwah kita masih ingat kalau
mempunyai ahli kubur. Makanya, diadakan selamatan, selanjutnya yang
mempunyai ahli waris daerah mereka ke makam untuk mendoakan ahli
kuburnya. Setelahnya, berkunjung ke sanak saudara.
3. Kalau di sini semua ahli waris yang mempunyai ahli kubur di sini.
4. Satu tahun itu di sini dua kali mengadakan Nyadran, yaitu pada tanggal
15 bulan Ruwah dan tanggal 15 bulan Sapar. Kegiatan tersebut
dilaksanakan di makam untuk kendurennya, kalau menerima tamunya
dilakukan di rumah masing-masing.
5. Tujuan Tradisi Nyadran itu merekatkan paseduluran atau bersilaturahmi.
Kalau bersih makam kita ingin mengingat ahli kubur dengan
membersihkan makam ahli kubur, dengan kata lain masak mau
warisannya tapi tidak mau merawat makamnya. Kemudian, mendoakan
ahli kubur. Sebetulnya, mendoakan di mana saja boleh dan sama saja,
namun itu semua menurut kepercayaan dan kemanteban dari
masing-masing ahli warisnya.
6. Perlengkapannya yaitu ada yang dibuat nasi tumbeng ada yang dibuat
nasi ambeng, dan lauknya ada sambel goreng serta lain-lain. Kalau di
rumah sendiri memberi seadanya makanan, lauk dan camilan.
7. Maknanya ya itu tadi bersilahturahmi dan mengingat bahwa ahli kubur
juga masih menbutuhkan doa dari ahli warisnya.
8. Doa dalam Tradisi Nyadran yang pertama tahlilan dulu, dan doa dari
tokoh agama.
9. Pesan Nyadran itu menambah rejeki, menambah umur, dan menambah
teman.
89
10. Faktor pendukungnya itu ya Tradisi atau budaya turun-temurun, adanya
sikap terbuka dan menerima dari masyarakat setempat. Untuk faktor
penghambatnya tidak ada karena adanya musibah.
90
WAWANCARA 5
Nama : Suratno
Pekerjaan : Wiraswasta
Tempat/Tanggal Lahir : Boyolali, 11 November 1973
Alamat : Beji Sidomulyo Ampel Boyolali
Tanggal Wawancara : 11 April 2020
Lokasi Wawancara : di rumah pak Suratno
Jawaban:
1. Nyadran itu biasanya berkumpul di Balai makam dengan membawa
kenduren untuk selamatan.
2. Prosesnya itu kalau pagi ke makam untuk membersihkan makam,
kemudian pulang ke rumah untuk mengambil nasi tumpeng dan
kenduren di makam. Selanjutnya kembali ke rumah untuk menerima
tamu.
3. Semua masyarakat Beji dan ahli waris dari ahli kubur yang bersangkutan.
Jadi, untuk penerima tamu, mereka menerima tamu semua kalangan,
baik teman, saudara, dan lain-lain yang berkunjung.
4. Kegiatan Nyadran diadakan dua kali dalam setahun yaitu pertengahan
bulan Ruwah dan bulan Sapar. Tradisi Nyadran di laksanakan di Makam.
5. Tujuanya bersilaturahmi dan mengingat ahli kubur.
6. Perlengkapannya ya nasi tumpeng dan selengkapnya lauk dansebagainya.
7. Maknanya Nyadran itu kan bersilahturahmi dan dilakukan untuk
mengingat dan mendoakan oleh ahli kubur. Hal itu dilakukan oleh ahli
warisnya agar hubungan tidak putus walaupun ahli kuburnya telah
meninggal dunia.
8. Doanya itu pertama tahlilan mbak, selanjutnya doa yang diwakilkan oleh
tokoh agama dan diamini oleh semua masyarakat yang hadir.
9. Pesan Nyadran itu untuk keselamatan, dijauhkan dari penyakit, mendapat
rejeki yang melimpah, serta mengajarkan kita semua untuk bebagi.
10. Faktor pendukungnya itu kepercayaan karena merupakan sebuah traadisi
turun-temurun yang harus kita jaga dan laksanakan. Kalau untuk faktor
penghambatnya ada yang tidak mudah bergaul jadi kurang menjalin
hubungan dengan banyak orang, ya tidak semua tapi ada.
91
1.3 Reduksi dan Triangualasi Data
REDUKSI DATA
NO Interview Hasil wawancara Keterangan
1. Hadi Sabar 1. Nyadran yang saya tahu itu
pertama Tradisi ke makam, doa
bersama di makam. Proses
pelaksanaannya itu sanak saudara
pergi ke makam dilanjut untuk
bersilahturahmi ke rumah yang
bersangkutan/ saudaranya. Nah di
Dusun ini, pertama bersih kubur,
tahlil, dan mendoakan leluhur,
kemudian pulang ambil kenduren
untuk kenduren. Kalau sanak
saudara tadi, tidak ikut kenduren,
namun hanya bersih kubur dan
mendoakan leluhur kemudian ke
rumah saudara di sini. Jadi ada dua
versi, untuk masyarakat setempat
itu tadi prosesnya bersih kubur,
tahlil dan mendoakan leluhur
kemudian kenduren. Yang versi
kedua membersihkan kubur dan
mendoakan leluhurnya kemudian
pergi ke sanak saudara yang
bersangkutan. Istilahnya tidak ikut
kepungan. Di sini itu Tradisinya
dua kali, setiap enam bulan sekali,
yaitu pas Saparan dan Ruwahan
ini, tanggalnya sama tanggal 15.
Tempatnya di Balai Makam Beji
Sidomulyo. Perlengkapan Nyadran
kalau bersih makam ya biasa,
cangkul dan arit, kalau doa ya itu
biasa tahlil, dan kalau
kondangannya ya biasa pakai nasi
tumpeng, lauk dan lain-lain. Kalau
untuk maknanya saya kurang
paham. Tujuannya itu pertama,
nguri-uri budaya, kedua
92
mendoakan arwah leluhur dan bersih makam itu, ketiganya
bersilaturahmi ke sanak saudara.
2. Pesannya yaitu bersilahturahmi/
menyambung tali asih kepada yang
masih hidup maupun yang sudah
meninggal intinya seperti itu.yang
masih hidup ya mendoakan yang
sudah meninggal, dan yang
saudara-saudaranya biar
silahturahminya tidak putus karena
yang bersangkutan atau leluhurnya
sudah meninggal.
3. Untuk faktor pendukungnya
keadaan masyarakat yang majemuk
yang pintar bergaul. Untuk faktor
penghambatnya tidak ada.
2. Muhtadin 1. Kita bicara tentang dahulu ya mbak
tentang Tradisi Nyadran itu ada
istilah tentang penghormatan
kepada leluhur itu seperti
kakek/nenek atau orang tua yang
telah meninggal yang dikubur di
makam Desa setempat. Itu setahun
dua kali diadakan bersih makam
untuk menghormati almarhumah
tersebut. Kan sudah ditentukan
harinya nanti pada pagi hari itu
masyarakat berbondong-bondong
membersihkan makam dan mereka
pulang kemudian mereka
mengambil itu yang dinamakan
tumpeng atau sodakohan yang di
doakan kemudian sodakohan itu
dimakan bersama-sama. Setelah itu
ada yang kesibukan, bekerja
bekerja lagi, tapi ada sebagian
masyarakat yang punya tamu.
Dalam artian tamu tersebut datang
dari berbagai wilayah seperti masih
saudara untuk mempererat acara
93
silaturahmi. Nah, untuk bersih makamnya diadakan pagi hari
sebelum kenduren, biasanya yang
tinggal di Dusun setempat yang
membersihkan. Kalau sore, itu ada
sebagian yang punya tamu.
Namun, ada juga sebagian dari
sanak saudara yang dari wilayah
lainnya datang untuk mendoakan
leluhur juga. Dulu banyak yang
mendoakan leluhur dengan
membakar kemenyan, namun
sekarang ada tapi sudah jarang
ditemukan. Maknanya dari
membakar kemenyan itu sendiri
merupakan mitosnya orang Jawa
mbak, seiring berjalannya waktu
sudah jarang dan hampir punah.
Kalu untuk tabur bunga sendiri,
dalam segi hukumnya agama itu
Rasulullah itu menaruh bukannya
bunga namun melepah buah kurma
itu untuk meringankan dosa orang
yang sudah meninggal. Jadi, kalau
di Desa itu diganti dengan bunga.
Bunga itu kan harum yang katanya
dapat mengurangi siksa kubur
orang yang sudah meninggal.
Setahun itu dua kali, yang pertama
itu pada bulan Mas Tani kalau
orang Jawa menyebutnya bulan
Sapar tanggal 15 dan bulan Ruwah
jatuh pada tanggal 15 juga. untuk
harinya bisa ganti-ganti, tapi untuk
tanggalnya tetap 15 tanggal Jawa.
Tujuannya Nyadran ya itu tadi
untuk bersih makam, kita
melakukan sedekah kemudian
mendoakan leluhur agar dosanya
diampuni Allahita’ala kemudian
amal ibadahnya diterima disisiNya
sewaktu masih hidup dan agar
94
menjadi ahli jannah. 2. Pesan dakwah tersebut masyarakat
sini belum semua mengerti tentang
dakwah mbak, jadi pemahamannya
masih kurang. Kalau menurut saya,
pesan dakwah dari segi aqidah itu
menunjukan kita sebagai anak
turun beliau yang sudah meninggal
itu punya istilah anak yang berbakti
kepada orang tua. Kita masih wajib
mendoakan orang tua kita,
walaupun sudah meninggal.
Kemudian melanjutkan silaturahmi
yang merupakan bakti kita kepada
orang tua. Kalau dari sisi akhlak,
itu begini kita yang namanya
sedekah namanya memberi tapi ada
saling timbal balik, dari hikmah
Nyadran tadi kita bisa saling tukar
pengalaman dalam hal sedekah.
Dari muamalah kita harus bisa
menjaga toleransi, kalau disini
orang kristen itu juga ada yang
ikut Nyadran atau buka tamu,
untuk kendurennya ada yang ikut
ada juga yang tidak. Kalau dari
syariah itu sebenarnya itu tadi
hubungan antara makhluk hidup
dan orang yang sudah mati. Karena
orang yang sudah meninggal masih
membutuhkan doa dari yang masih
hidup yang namanya “gandeng
cenengnya”. karena dalam
pengetahuan saya kan ada tiga
perkara yang tidak akan putus
pahalanya walaupun orang yang
memberikan pahalanya sudah
meninggal termasuk doa anak
sholeh dan sholehah.
3. Faktor penghambatnya itu faktor
keuangan, karna tidak semua
mampu. Kalau untuk sekarang kan
95
penghambatnya corona. Kalau faktor pendukungnya ya
kepercayaan itu tadi , karena
semakin banyak tamu semakin
banyak sedekah maka akan
semakin banyak pula rejeki yang di
dapat. Karena janji Allah siapapun
yang memberi akan dibalas lebih.
Selain itu masyarakat yang masih
Tradisional yang masih
menghargai Tradisi sejak dahulu.
3. Baseri 1. Tradisi Nyadran itu dulunya
silahturahmi saudara-saudara yang
dulunya tidak bisa datang waktu
lebaran, nah pas Tradisi ini pada
dateng. Saudara yang mempunyai
ahli waris yang dikuburkan di sini
pada ke makam dulu untuk ziarah
kubur, kemudian baru
bersilaturahmi ke rumah sanak
saudara yang bersangkutan. Proses
pelaksanaan Nyadran itu yang
pertama ziarah kubur atau
bersih-bersih makam, selanjutnya
dibacakan tahlilan. Jadi, semua
makam bersih diadakan tahlilan
semua masyarakat kampung Beji.
Kemudian pulang untuk
mengambil nasi tumpeng, nah
selamatan itu tadi ditujukan untuk
meminta kepada Allah bahwah kita
masih ingat kalau mempunyai ahli
kubur. Makanya, diadakan
selamatan, selanjutnya yang
mempunyai ahli waris daerah
mereka ke makam untuk
mendoakan ahli kuburnya.
Setelahnya, berkunjung ke sanak
saudara. Satu tahun itu di sini dua
kali mengadakan Nyadran, yaitu
pada tanggal 15 bulan Ruwah dan
tanggal 15 bulan Sapar. Kegiatan
96
tersebut dilaksanakan di makam untuk kendurennya, kalau
menerima tamunya dilakukan di
rumah masing-masing. Tujuan
Tradisi Nyadran itu merekatkan
paseduluran atau bersilaturahmi.
Kalau bersih makam kita ingin
mengingat ahli kubur dengan
membersihkan makam ahli kubur,
dengan kata lain masak mau
warisannya tapi tidak mau merawat
makamnya. Kemudian, mendoakan
ahli kubur. Sebetulnya, mendoakan
di mana saja boleh dan sama saja,
namun itu semua menurut
kepercayaan dan kemanteban dari
masing-masing ahli warisnya.
2. Pesan Nyadran itu menambah
rejeki, menambah umur, dan
menambah teman.
3. Faktor pendukungnya itu ya
Tradisi atau budaya turun-temurun,
adanya sikap terbuka dan
menerima dari masyarakat
setempat. Untuk faktor
penghambatnya tidak ada karena
adanya musibah.
4. Suratno 1. Nyadran itu biasanya
berkumpul di Balai makam dengan
membawa kenduren untuk
selamatan. Prosesnya itu kalau
pagi ke makam untuk
membersihkan makam, kemudian
pulang ke rumah untuk mengambil
nasi tumpeng dan kenduren di
makam. Selanjutnya kembali ke
rumah untuk menerima tamu.
Semua masyarakat Beji dan ahli
waris dari ahli kubur yang
bersangkutan. Jadi, untuk penerima
tamu, mereka menerima tamu
semua kalangan, baik teman,
97
saudara, dan lain-lain yang berkunjung. Kegiatan Nyadran
diadakan dua kali dalam setahun
yaitu pertengahan bulan Ruwah
dan bulan Sapar. Tradisi Nyadran
di laksanakan di Makam.
Tujuanya bersilaturahmi dan
mengingat ahli kubur.
2. Pesan Nyadran itu untuk
keselamatan, dijauhkan dari
penyakit, mendapat rejeki yang
melimpah, serta mengajarkan kita
semua untuk bebagi.
3. Faktor pendukungnya itu
kepercayaan karena merupakan
sebuah traadisi turun-temurun yang
harus kita jaga dan laksanakan.
Kalau untuk faktor penghambatnya
ada yang tidak mudah bergaul jadi
kurang menjalin hubungan dengan
banyak orang, ya tidak semua tapi
ada.
TRIANGULASI DATA
No Rumusan masalah Hasil wawancara Kesimpulan
1. Bagaimana
pelaksanaan
Tradisi Nyadran di
Dusun Beji Desa
Sidomulyo
Kecamatan Ampel
Kabupaten
Boyolali?
Nyadran yang saya tahu itu
pertama Tradisi ke makam, doa
bersama di makam. Proses
pelaksanaannya itu sanak
saudara pergi ke makam
dilanjut untuk bersilahturahmi
ke rumah yang bersangkutan/
saudaranya. Nah di Dusun ini,
pertama bersih kubur, tahlil,
dan mendoakan leluhur,
kemudian pulang ambil
kenduren untuk kenduren.
Kalau sanak saudara tadi, tidak
Nyadran
merupakan Tradisi
turun-temurun
yang dilakukan
untuk mengingat
kematian leluhur
dan mendoakan
arwah agar
diampuni
dosa-dosanya oleh
Allah SWT.
Adapun proses
pelaksanaan
98
ikut kenduren, namun hanya bersih kubur dan mendoakan
leluhur kemudian ke rumah
saudara di sini. Jadi ada dua
versi, untuk masyarakat
setempat itu tadi prosesnya
bersih kubur, tahlil dan
mendoakan leluhur kemudian
kenduren. Yang versi kedua
membersihkan kubur dan
mendoakan leluhurnya
kemudian pergi ke sanak
saudara yang bersangkutan.
Istilahnya tidak ikut kepungan.
Di sini itu Tradisinya dua kali,
setiap enam bulan sekali, yaitu
pas Saparan dan Ruwahan ini,
tanggalnya sama tanggal 15.
Tempatnya di Balai Makam
Beji Sidomulyo. Perlengkapan
Nyadran kalau bersih makam
ya biasa, cangkul dan arit,
kalau doa ya itu biasa tahlil,
dan kalau kondangannya ya
biasa pakai nasi tumpeng, lauk
dan lain-lain. Kalau untuk
maknanya saya kurang paham.
Tujuannya itu pertama,
nguri-uri budaya, kedua
mendoakan arwah leluhur dan
bersih makam itu, ketiganya
bersilaturahmi ke sanak
saudara (Hadi Sabar).
Kita bicara tentang dahulu ya
mbak tentang Tradisi Nyadran
itu ada istilah tentang
penghormatan kepada leluhur
itu seperti kakek/nenek atau
orang tua yang telah meninggal
yang dikubur di makam Desa
setempat. Itu setahun dua kali
diadakan bersih makam untuk
Nyadran yaitu bersih kubur/besik
kubur, tahlih, dan
mendoakan leluhur
kemudian kenduren
dilanjut menerima
tamu (pambagyo
tamu). Nyadran
dilaksanakan pada
tanggal 15 bulan
Ruwah dan Sapar.
Kegiatan Nyadran
dilaksanakan di
Balai Makam.
Tujuan Nyadran
yaitu untuk
mendoakan para
leluhur yang sudah
meninggal dan
untuk mempererat
tali silahturahmi
baik dengan
keluarga yang
ditinggalkan
maupun
teman/orang yang
tidak terikat
saudara.
99
menghormati almarhumah tersebut. Kan sudah
ditentukan harinya nanti pada
pagi hari itu masyarakat
berbondong-bondong
membersihkan makam dan
mereka pulang kemudian
mereka mengambil itu yang
dinamakan tumpeng atau
sodakohan yang di doakan
kemudian sodakohan itu
dimakan bersama-sama.
Setelah itu ada yang kesibukan,
bekerja bekerja lagi, tapi ada
sebagian masyarakat yang
punya tamu. Dalam artian tamu
tersebut datang dari berbagai
wilayah seperti masih saudara
untuk mempererat acara
silaturahmi. Nah, untuk bersih
makamnya diadakan pagi hari
sebelum kenduren, biasanya
yang tinggal di Dusun setempat
yang membersihkan. Kalau
sore, itu ada sebagian yang
punya tamu. Namun, ada juga
sebagian dari sanak saudara
yang dari wilayah lainnya
datang untuk mendoakan
leluhur juga. Dulu banyak yang
mendoakan leluhur dengan
membakar kemenyan, namun
sekarang ada tapi sudah jarang
ditemukan. Maknanya dari
membakar kemenyan itu
sendiri merupakan mitosnya
orang Jawa mbak, seiring
berjalannya waktu sudah
jarang dan hampir punah. Kalu
untuk tabur bunga sendiri,
dalam segi hukumnya agama
itu Rasulullah itu menaruh
100
bukannya bunga namun melepah buah kurma itu untuk
meringankan dosa orang yang
sudah meninggal. Jadi, kalau di
Desa itu diganti dengan bunga.
Bunga itu kan harum yang
katanya dapat mengurangi
siksa kubur orang yang sudah
meninggal. Setahun itu dua
kali, yang pertama itu pada
bulan Mas Tani kalau orang
Jawa menyebutnya bulan Sapar
tanggal 15 dan bulan Ruwah
jatuh pada tanggal 15 juga.
untuk harinya bisa ganti-ganti,
tapi untuk tanggalnya tetap 15
tanggal Jawa. Tujuannya
Nyadran ya itu tadi untuk
bersih makam, kita melakukan
sedekah kemudian mendoakan
leluhur agar dosanya diampuni
Allahita’ala kemudian amal
ibadahnya diterima disisiNya
sewaktu masih hidup dan agar
menjadi ahli jannah
(Muhtadin).
Tradisi Nyadran itu dulunya
silahturahmi saudara-saudara
yang dulunya tidak bisa datang
waktu lebaran, nah pas Tradisi
ini pada dateng. Saudara yang
mempunyai ahli waris yang
dikuburkan di sini pada ke
makam dulu untuk ziarah
kubur, kemudian baru
bersilaturahmi ke rumah sanak
saudara yang bersangkutan.
Proses pelaksanaan Nyadran
itu yang pertama ziarah kubur
atau bersih-bersih makam,
selanjutnya dibacakan tahlilan.
Jadi, semua makam bersih
101
diadakan tahlilan semua masyarakat kampung Beji.
Kemudian pulang untuk
mengambil nasi tumpeng, nah
selamatan itu tadi ditujukan
untuk meminta kepada Allah
bahwah kita masih ingat kalau
mempunyai ahli kubur.
Makanya, diadakan selamatan,
selanjutnya yang mempunyai
ahli waris daerah mereka ke
makam untuk mendoakan ahli
kuburnya. Setelahnya,
berkunjung ke sanak saudara.
Satu tahun itu di sini dua kali
mengadakan Nyadran, yaitu
pada tanggal 15 bulan Ruwah
dan tanggal 15 bulan Sapar.
Kegiatan tersebut dilaksanakan
di makam untuk kendurennya,
kalau menerima tamunya
dilakukan di rumah
masing-masing. Tujuan
Tradisi Nyadran itu
merekatkan paseduluran atau
bersilaturahmi. Kalau bersih
makam kita ingin mengingat
ahli kubur dengan
membersihkan makam ahli
kubur, dengan kata lain masak
mau warisannya tapi tidak mau
merawat makamnya.
Kemudian, mendoakan ahli
kubur. Sebetulnya, mendoakan
di mana saja boleh dan sama
saja, namun itu semua menurut
kepercayaan dan kemanteban
dari masing-masing ahli
warisnya (Baseri).
Nyadran itu biasanya
berkumpul di Balai makam
dengan membawa kenduren
102
untuk selamatan. Prosesnya itu kalau pagi ke makam untuk
membersihkan makam,
kemudian pulang ke rumah
untuk mengambil nasi tumpeng
dan kenduren di makam.
Selanjutnya kembali ke rumah
untuk menerima tamu.
Semua masyarakat Beji dan
ahli waris dari ahli kubur yang
bersangkutan. Jadi, untuk
penerima tamu, mereka
menerima tamu semua
kalangan, baik teman, saudara,
dan lain-lain yang berkunjung.
Kegiatan Nyadran diadakan
dua kali dalam setahun yaitu
pertengahan bulan Ruwah dan
bulan Sapar. Tradisi Nyadran
di laksanakan di Makam.
Tujuanya bersilaturahmi dan
mengingat ahli kubur
(Suratno).
2. Apa saja pesan
dakwah dalam
Tradisi Nyadran di
Dusun Beji Desa
Sidomulyo
Kecamatan Ampel
Kabupaten
Boyolali?
Pesannya yaitu
bersilahturahmi/menyambung
tali asih kepada yang masih
hidup maupun yang sudah
meninggal intinya seperti
itu.yang masih hidup ya
mendoakan yang sudah
meninggal, dan yang
saudara-saudaranya biar
silahturahminya tidak putus
karena yang bersangkutan atau
leluhurnya sudah meninggal
(Hadi Sabar).
Pesan dakwah tersebut
masyarakat sini belum semua
mengerti tentang dakwah
mbak, jadi pemahamannya
masih kurang. Kalau menurut
saya, pesan dakwah dari segi
Pesan dakwah
dalam Tradisi
Nyadran yaitu
mempererat tali
silahturami,
sedekah kepada
sesama, dan
mendoakan arwah
leluhur. Selain itu
terdapat pesan
aqidah yaitu
mengingat
kematian leluhur
yang artinya
menunjukan kita
sebagai anak turun
yang masih
berbakti dan
mendoakan orang
103
aqidah itu menunjukan kita sebagai anak turun beliau yang
sudah meninggal itu punya
istilah anak yang berbakti
kepada orang tua. Kita masih
wajib mendoakan orang tua
kita, walaupun sudah
meninggal. Kemudian
melanjutkan silaturahmi yang
merupakan bakti kita kepada
orang tua. Kalau dari sisi
akhlak, itu begini kita yang
namanya sedekah namanya
memberi tapi ada saling timbal
balik, dari hikmah Nyadran
tadi kita bisa saling tukar
pengalaman dalam hal
sedekah. Dari muamalah kita
harus bisa menjaga toleransi,
kalau disini orang kristen itu
juga ada yang ikut Nyadran
atau buka tamu, untuk
kendurennya ada yang ikut ada
juga yang tidak. Kalau dari
syariah itu sebenarnya itu tadi
hubungan antara makhluk
hidup dan orang yang sudah
mati. Karena orang yang sudah
meninggal masih
membutuhkan doa dari yang
masih hidup yang namanya
“gandeng cenengnya”. karena
dalam pengetahuan saya kan
ada tiga perkara yang tidak
akan putus pahalanya
walaupun orang yang
memberikan pahalanya sudah
meninggal termasuk doa anak
sholeh dan sholehah
(Muhtadin).
Pesan Nyadran itu menambah
rejeki, menambah umur, dan
tua yang sudah meninggal. Pesan
syariah yaitu
mempunyai
hubungan erat
antara manusia
dan Tuhannya dan
pergaulan hidup
antar makhuk
hidup dan orang
sudah mati. Pesan
akhlaq yaitu
berhubungan
dengan tingkah
laku, budi pekerti,
dan yang
berhubungan
dengan sang
pencipta.
.
104
menambah teman (Baseri). Pesan Nyadran itu untuk
keselamatan, dijauhkan dari
penyakit, mendapat rejeki yang
melimpah, serta mengajarkan
kita semua untuk bebagi
(Suratno).
105
3. Apa faktor pendukung dan
penghambat
pelaksanaan
Nyadran di Dusun
Beji Desa
Sidomulyo
Kecamatan Ampel
Kabupaten
Boyolali?
Untuk faktor pendukungnya keadaan masyarakat yang
majemuk yang pintar bergaul.
Untuk faktor penghambatnya
tidak ada (Hadi Sabar).
Faktor penghambatnya itu
faktor keuangan, karna tidak
semua mampu. Kalau untuk
sekarang kan penghambatnya
corona. Kalau faktor
pendukungnya ya kepercayaan
itu tadi , karena semakin
banyak tamu semakin banyak
sedekah maka akan semakin
banyak pula rejeki yang di
dapat. Karena janji Allah
siapapun yang memberi akan
dibalas lebih. Selain itu
masyarakat yang masih
Tradisional yang masih
menghargai Tradisi sejak
dahulu (Muhtadin).
Faktor pendukungnya itu ya
Tradisi atau budaya
turun-temurun, adanya sikap
terbuka dan menerima dari
masyarakat setempat. Untuk
faktor penghambatnya tidak
ada karena adanya musibah
(Baseri).
Faktor pendukungnya itu
kepercayaan karena merupakan
sebuah traadisi turun-temurun
yang harus kita jaga dan
laksanakan. Kalau untuk faktor
penghambatnya ada yang tidak
mudah bergaul jadi kurang
menjalin hubungan dengan
banyak orang, ya tidak semua
tapi ada (Suratno).
Faktor pendukung yaitu adanya
kepercayaan,
adanya sikap
terbuka dan
menerima Tradisi
Nyadran oleh
masyarakat,
keadaan
masyarakat yang
masih Tradisional,
dan keadaan
masyarakat yang
majemuk.
Faktor penghambat
yaitu faktor
keuangan
yangtidak semua
orang mampu,
kurangnya
hubungan dengan
banyakorang, dan
musibah pada
tahun ini yang
mengakibatkan
Nyadran
ditiadakan.
106
1. 4 Dokumentasi
Aris Carmadi (Kadus II) Hari Sabar (Ketua RT 02)
Muhtadin (tokoh agama) Baseri (Masyarakat setempat)
107
Suratno (Masyarakat setempat) Ketika Nyadran, 2019.
108
109
110
111
112
113
114
115
116
117
118
119
120
CURRICULUM VITAE
Nama Lengkap : Sri Wahyu Handayani
Tempat dan Tanggal Lahir : Boyolali, 06 Agustus 1998
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat Rumah : Dusun Bulusari RT. 03/RW.08, Desa
Sidomulyo, Kecamatan Ampel Kabupaten
Boyolali Provinsi Jawa Tengah, Kode Pos
57352
Tb/Bb : 153 cm/43 kg
Kesehatan : Baik
Email : [email protected]
Telepon : 085728189886
Nama Pembimbing : Dra. Maryatin, M.Pd.
Email Pembimbing : [email protected]
Riwayat Pendidikan
Pen
did
ikan
Form
al Periode (Tahun) Sekolah/Institusi/Universitas
2003 – 2004 TK Marsudi Siwi
2004 – 2010 SD Negeri 1 Sidomulyo
2010 – 2013 SMP Negeri 2 Ampel
2013 – 2016 SMK Negeri 1 Boyolali