Perubahan Tradisi Masyarakat Indonesia Akibat Perkembangan Teknologi
-
Upload
fuad-ardiansyah -
Category
Documents
-
view
86 -
download
0
Transcript of Perubahan Tradisi Masyarakat Indonesia Akibat Perkembangan Teknologi
PERUBAHAN TRADISI MASYARAKAT INDONESIA AKIBAT
PERKEMBANGAN TEKNOLOGI
Tidak dapat dipungkiri lagi, Indonesia sebagai negara berkembang menjadi
tujuan mangsa pasar perusahaan-perusahaan besar dalam menjual produknya. Kita
sadar negara ini masih dalam tahap negara berkembang, namun faktanya warga
negara Indonesia tergolong warga negara yang konsumtif. Hal ini yang patut
dipertanyakan, apakah perkembangan teknologi yang semakin maju mengakibatkan
bangsa ini menjadi bangsa yang konsumtif? Khususnya pada produk-produk
sekunder dan tersier yang seyogyanya bukan kebutuhan pokok.
Arus pergerakan negara maju yang semakin memonopoli pasar dan kemampuan
mereka dalam penguasaan teknologi sangat mempengaruhi kondisi sosial dan
ekonomi negara kita. Di satu sisi masyarakat Indonesia menerima pengaruh
perkembangan teknologi dan disisi lain perlu adanya filter yang menyaring
masuknya pengaruh teknologi terhadap tradisi dan budaya bangsa. Definisi
teknologi adalah Metode ilmiah untuk mencapai tujuan praktis ilmu
pengetahuan terapan.
Dalam teori Gerhard Lenski, dikenal proses pembentukan dan perubahan
(evolusi) masyarakat yang menjelaskan bagaimana teknologi mengubah masyarakat
sejak 10 ribu tahun lalu hingga saat ini. Lenski menjelaskan bagaimana perubahan
dalam masyarakat terjadi segera setelah mereka memproduksi (atau mengadaptasi)
teknologi baru. Melalui kajian Lenski atas pengaruh teknologi atas evolusi sosial
budaya, Lenski membagi masyarakat ke dalam lima kategori, yang terdiri atas:
masyarakat pemburu dan peramu, masyarakat hortikultural dan pastoral, masyarakat
agraris, masyarakat industri, dan masyarakat pos-industri.
1. Pemburu dan Peramu
Masyarakat pemburu dan peramu adalah bentuk masyarakat paling
sederhana. Kegiatan mereka umumnya sekadar berburu hewan (memburu)
serta mengumpulkan hasil tanaman nonbudidaya dengan teknologi berupa
peralatan sederhana (meramu). Akibat teknologi diterapkan hanya mampu
mengelola alam secara pasif, sebagian besar kegiatan sosial mereka
habiskan untuk mencari makanan berupa hewan buruan ataupun tanam-
tanaman demi pemenuhan kebutuhan subsisten. Dalam aktivitasnya,
masyarakat pemburu dan peramu bergantung pada keluarga. Ketergantungan
berkisar pada distribusi makanan, perlindungan anggota, dan sosialisasi
budaya.
2. Hortikultural dan Pastoral
Masyarakat hortikultural menerapkan teknologi peralatan tangan
untuk mengkoleksi hasil pertanian. Masyarakat pastoral menerapkan
teknologi domestikasi hewan. Material surplus (jumlah kebutuhan subsisten
lebih besar dari persyaratan hidup) masyarakat hortikultural dan pastoral
berbeda dengan masyarakat sebelumnya. Tingkat produksi makanan mereka
lebih besar karena teknologi yang mereka terapkan memungkinkan campur
tangan manusia atas produksi tanaman dan hewan. Akibatnya, populasi
masyarakat hortikultural dan pastoral mengalami peningkatan. Masyarakat
pastoral hidup nomadik dengan menggembala ternak, sementara masyarakat
hortikultural mulai mendirikan pemukiman permanen. Mereka baru pindah
tatkala tanah tempat tumbuhnya tanaman tidak lagi subur atau ditemukan
tanah garapan baru yang lebih subur dan mampu menampung jumlah
populasi mereka.
Saat masyarakat mengalami material surplus memungkinkan adanya
waktu luang (leissure time) bagi sebagian anggotanya. Waktu luang
mendorong munculnya kreativitas teknologi dan mewujud dalam
spesialisasi pekerjaan baru seperti membuat peralatan rumah tangga,
berdagang hewan dan tanaman, membuat rumah, membuat jalan, dan
sebagainya. Teknologi baru bisa ditemukan karena banyak individu yang
tidak perlu lagi terlibat langsung dalam kegiatan ekonomi subsisten
(menyediakan pangan) karena teknologi sudah dapat membantu
penyelesaian pekerjaan. Akibat pokok perkembangan teknologi di dalam
masyarakat hortikultural dan pastoral adalah munculnya kelompok yang
lebih kaya dan lebih berkuasa. Ketimpangan sosial mulai muncul. Satu
keluarga lebih berpengaruh ketimbang keluarga lainnya. Satu kelompok
lebih mendominasi kelompok lain.
3. Agraris
Masyarakat agraris dicirikan kegiatan cocok tanam berskala besar.
Cocok tanam skala besar dimungkinkan akibat ditemukannya teknologi
pembantu produksi manusia, semisal tenaga hewan (sapi untuk menarik
bajak, kuda untuk menarik pedati). Masyarakat ini juga ditengarai telah
menemukan teknologi irigasi, teknik baca tulis, dan penggunaan peralatan
yang terbuat dari logam. Lewat bantuan bajak, teknik irigasi, dan peralatan
logam, masyarakat agraris dapat menetap di suatu wilayah, tidak perlu lagi
berpindah layaknya masyarakat hortikultural. Mereka mampu melakukan
refertilization tanah garapan. Populasi masyarakat agraris semakin
menumpuk di suatu wilayah karena lahan tanaman dapat digunakan oleh
beberapa generasi dengan tingkat kesuburan yang berkurang lambat.
Produksi cocok-tanam masyarakat agraris berlipat ganda dibandingkan
hortikultural. Peningkatan material-surplus membuat peningkatan serupa
pada jumlah manusia yang tidak perlu terlibat langsung dalam kegiatan
produksi subsisten. Waktu luang mereka manfaatkan untuk menemukan
teknologi baru. Diferensiasi dan spesialisasi kerja yang lebih rumit
ketimbang masyarakat sebelumnya (hortikultural dan pastoral) jadi tidak
terelakkan. Diferensiasi dan spesialisasi kerja muncul akibat semakin
banyak waktu luang yang dimanfaatkan dalam dalam masyarakat ini. Di
dalam masyarakat agraris, jaringan perdagangan tumbuh lebih pesat, dan
uang mulai digunakan sebagai alat tukar.
4. Industrial
Masyarakat industrial adalah masyarakat dengan ciri utama produksi
barang, makanan, pakaian, bahan bangunan, dengan bantuan teknologi
mesin yang digerakkan sumberdaya energi non hewani (sumber daya baru).
Teknologi mesin yang operasinya didukung sumber daya energi baru (bahan
bakar fosil), membuat proses produksi jauh lebih cepat dengan hasil jauh
lebih banyak ketimbang yang bisa dilakukan masyarakat sebelumnya.
Material-surplus dalam masyarakat ini terjadi berkali-kali lipat. Apalagi
dengan turut ditemukannya teknologi kereta uap, kapal uap, listrik, rel-rel
besi, juga komunikasi kawat, yang kesemuanya memungkinkan proses
distribusi hasil produksi semakin cepat dan ekstensif. Perluasan pasar dan
pencarian sumber daya mendorong munculnya imperialisme. Imperialisme
memungkinkan pemilik alat produksi dari bangsa imperial mencapai
keuntungan yang semakin besar. Akibatnya, ketimpangan sosial di dalam
masyarakat industri jauh lebih besar dan rumit lagi.
5. Posindustrial
Masyarakat posindustrial dicirikan kegiatan produksi untuk
menghasilkan informasi yang dimungkinkan oleh adanya teknologi
komputer. Jika masyarakat industri kegiatannya terpusat pada pabrik dan
mesin penghasil barang material, maka masyarakat posindustri fokus pada
pengelolaan dan manipulasi informasi, yang produksinya bergantung pada
komputer dan peralatan elektronik lain. Teknologi utamanya digunakan
untuk memproduksi, memproses, menyimpan, dan menerapkan informasi.
Jika individu masyarakat industri belajar keahlian teknis, maka individu
masyarakat posindustri mengembangkan kemampuan teknologi informasi
menggunakan komputer dan perangkat teknologi informasi lain sebagai alat
bantu kerja. Masyarakat posindustri cenderung mengembangkan softskill
ketimbang hardskill.
Lalu dimanakah posisi bangsa kita saat ini? Dalam hal ini kita khususkan
pada unsur agrikultur dan industrial. Kemajuan teknologi dalam segala lini
kehidupan mengubah tradisi masyarakat Indonesia. Kita mengetahui Indonesia
adalah Negara yang dibangun dengan ekonomi yang ditopang oleh sektor pertanian
atau agraris yang lebih dominan dibanding sektor industri, perdagangan, dan
pertambangan, Karena itu sebagian besar warga Negara Indonesia berprofesi
sebagai petani atau nelayan.
Namun seiring berkembangnya zaman, faktor-faktor internal seperti
bertambahnya penduduk, dan sempitnya lahan pertanian serta faktor eksternal yaitu
kebijakan pemerintah yang memberatkan sektor pertanian menambah terpuruknya
sektor pertanian di Indonesia. Banyak dari para petani yang beralasan meninggalkan
lahannya dikarenakan pendapatan mereka berkurang akibat biaya-biaya yang
dikeluarkan untuk menggarap ladang sangat tinggi dari tahun ke tahun, selain itu
karena adanya lapangan kerja baru non pertanian yaitu di bidang industri yang lebih
menjamin dari segi pendapatan mereka.
Dewasa ini perkembangan sektor industri manufaktur di Indonesia semakin
pesat. Akhirnya industrialisasi menggeser aktifitas perekonomian Indonesia yang
semula pertanian beralih ke sektor industrial. Kita sadar sektor industri maju karena
perkembangan teknologi saat ini. Secara langsung hal ini mengubah tradisi mata
pencaharian masyarakat Indonesia dari bercocok tanam menjadi karyawan pabrik.
Industrialisasi yang dimaksud disini adalah pembangunan industri manufaktur.
Kebijakan pemerintah yang mengedepankan pembangunan industri manufaktur
mempengaruhi sistem pendidikan saat ini. Sistem pendidikan sekarang mengajarkan
hardskill pada peserta didiknya dalam bidang kompetensi tertentu. Tentunya bidang
keahlian ini dipengaruhi oleh berkembangnya teknologi yang masuk di Indonesia.
Contohnya sekolah-sekolah vokasi yang membuka jurusan Teknik, seperti Teknik
Audio Video, Teknik Elektronika, Teknik Mesin, Teknik Otomotif, Teknik
Mekatronika dan lain sebagainya. Sistem pendidikan ini dimaksudkan agar generasi
penerus bangsa mampu menguasai perkembangan teknologi. Sehingga lulusan-
lulusan sekolah vokasi mampu bekerja di industri manufaktur.
Pertanyaannya adalah apakah Indonesia harus berubah menjadi negara
industri dan meninggalkan identitas sebagai negara agraris? Faktanya kebijakan
pemerintah saat ini cenderung mengedepankan sektor industri manufaktur
dibandingkan dengan sektor agraris. Mengapa demikian? Sektor industri
menufaktur dipandang lebih cepat memajukan negeri ini dibanding sektor agraris.
Selain itu sektor industri mampu menyerap banyak tenaga kerja sehingga mengatasi
pengangguran. Yang menjadi permasalahan disini adalah kurangnya ketrampilan
masyarakat untuk menguasai teknologi industri. Sebenarnya menjadikan
maysarakat buruh pabrik belum mengatasi masalah kesejahteraan masyarakat. Cara
sebenarnya adalah membuat masyarakat mampu menguasai, menerapkan bahkan
membuat suatu trobosan teknologi baru untuk kesejahteraan mereka.
Tetap mengembangkan sektor agraris dapat menjadi solusi pemerintah
dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Jika teknologi tepat guna
diterapkan pada industri agrikultur, sektor ini merupakan sektor yang sangat ideal
untuk berkembang. Dengan demikian teknologi diterapkan pada proses pengolahan
agrikultur dan merubah tradisi agrikultur di Indonesia. Gagasan perubahan/
industrialisasi pertanian telah muncul dewasa ini. Industrialisasi pertanian berarti
merubah sistem pertanian tradisional menjadi sistem pertanian baru, dalam hal ini
agriculture value added /pertanian nilai tambah yang memungkinkan sistim baru ini
menjadikan usaha pertanian akan lebih kompetitif di pasar global, lebih efisen, lebih
responsif terhadap permintaan konsumen, kurang tergantung pada bantuan
pemerintah dan mampu lebih cepat mengadopsi tehnologi baru.
Perkembangan teknologi komunikasi terhadap tradisi masyarakat Indonesia.
Perubahan tradisi masyarakat memang dinamis. Hal ini terbukti setiap ada
perkembangan teknologi baru yang diterapkan pada masyarakat maka tradisi
masyarakat akan luntur dengan adanya kebiasaan-kebiasaan baru. Buktinya terlihat
pada perkembangan teknologi komunikasi saat ini. Tradisi saling surat-menyurat
ataupun mengunjungi saudara telah tergantikan dengan adanya alat komunikasi
seperti handphone. Bahkan dalam perkembangannya saat ini telah tersedia jaringan
internet yang mampu menghubungkan individu-individu diseluruh dunia. Setiap
individu tertampung dalam sebuah wadah sosial media yang dapat
mengkomunikasikan mereka. Dampak positif dan negatif media ini sangat
dirasakan masyarakat saat ini. Sosial media dirasakan mendekatkan yang jauh dan
menjauhkan yang dekat. Parahnya tradisi saling salam sapa atar rukun tangga di
masyarakat telah terganti. Perubahan tradisi sebagai akibat perkembangan teknologi tidak dapat
dihindari. Perubahan masyarakat merupakan perubahan yang terus-menerus sesuai
kebutuhan dan kemajuan teknologi. Tradisi-tradisi masyarakat akan berubah sesuai
kebutuhan, namun nilai-nilai luhur dari setiap tradisi masyarakat terdahulu tidak
akan hilang dan bahkan menjiwai setiap tradisi baru yang muncul. Apakah yang
dibutuhkan untuk melindungi tradisi luhur? Jawabannya adalah menanamkan nilai
moral dan budi pekerti kepada generasi penerus bangsa.