PERUBAHAN SISTEM PERTANIAN DAN DAMPAKNYA …eprints.uny.ac.id/30542/2/1. Skripsi Full...

153
i PERUBAHAN SISTEM PERTANIAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP KEADAAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DI KABUPATEN SLEMAN TAHUN 1961-1976 SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Oleh: ANISAK EVA SUSANTI 11407141006 PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2016

Transcript of PERUBAHAN SISTEM PERTANIAN DAN DAMPAKNYA …eprints.uny.ac.id/30542/2/1. Skripsi Full...

Page 1: PERUBAHAN SISTEM PERTANIAN DAN DAMPAKNYA …eprints.uny.ac.id/30542/2/1. Skripsi Full 11407141006.pdf · dipimpin oleh pembantu bupati. ... dan bersifat sensitif terhadap erosi. ...

i

PERUBAHAN SISTEM PERTANIAN DAN DAMPAKNYA TERHADAPKEADAAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DI KABUPATEN

SLEMAN TAHUN 1961-1976

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu SosialUniversitas Negeri Yogyakarta

Untuk Memenuhi Sebagian PersyaratanGuna Memperoleh Gelar

Sarjana Sastra

Oleh:

ANISAK EVA SUSANTI11407141006

PROGRAM STUDI ILMU SEJARAHJURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS ILMU SOSIALUNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2016

Page 2: PERUBAHAN SISTEM PERTANIAN DAN DAMPAKNYA …eprints.uny.ac.id/30542/2/1. Skripsi Full 11407141006.pdf · dipimpin oleh pembantu bupati. ... dan bersifat sensitif terhadap erosi. ...
Page 3: PERUBAHAN SISTEM PERTANIAN DAN DAMPAKNYA …eprints.uny.ac.id/30542/2/1. Skripsi Full 11407141006.pdf · dipimpin oleh pembantu bupati. ... dan bersifat sensitif terhadap erosi. ...
Page 4: PERUBAHAN SISTEM PERTANIAN DAN DAMPAKNYA …eprints.uny.ac.id/30542/2/1. Skripsi Full 11407141006.pdf · dipimpin oleh pembantu bupati. ... dan bersifat sensitif terhadap erosi. ...
Page 5: PERUBAHAN SISTEM PERTANIAN DAN DAMPAKNYA …eprints.uny.ac.id/30542/2/1. Skripsi Full 11407141006.pdf · dipimpin oleh pembantu bupati. ... dan bersifat sensitif terhadap erosi. ...

v

MOTTO

“Alam semesta, cukup memberikan pangan, tapi tidak pernah cukup melayani

ketamakan dan kerakusan manusia.” – Mahatma Gandhi

“Tuhan tidak pernah meninggalkan umat-Nya. Ia mengutus malaikat untuk

menjaga kita, dan malaikat itu ada di sekitar kita. Terkadang mereka tidak

bersayap, dan kita menyebutnya dengan sebutan teman”. – Denny Sumargo

“Wanita itu seperti teh celup. Anda tidak pernah menyadari betapa kuatnya ia

sampai ia masuk ke dalam air mendidih”. - Eleanor Roosevelt

Page 6: PERUBAHAN SISTEM PERTANIAN DAN DAMPAKNYA …eprints.uny.ac.id/30542/2/1. Skripsi Full 11407141006.pdf · dipimpin oleh pembantu bupati. ... dan bersifat sensitif terhadap erosi. ...

vi

PERSEMBAHAN

Skripsi ini ku persembahkan untuk:

Bapak Mudjijat(Bapak)

Almh. Sri Lestari(Ibu)

Heri Wibawa(Kakak)

Wisnu Herjanta(Kakak)

Endaryati(Kakak Ipar)

Page 7: PERUBAHAN SISTEM PERTANIAN DAN DAMPAKNYA …eprints.uny.ac.id/30542/2/1. Skripsi Full 11407141006.pdf · dipimpin oleh pembantu bupati. ... dan bersifat sensitif terhadap erosi. ...

vii

ABSTRAK

PERUBAHAN SISTEM PERTANIAN DAN DAMPAKNYA TERHADAPKEADAAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DI KABUPATEN

SLEMAN TAHUN 1961-1976

Oleh: Anisak Eva SusantiNIM 11407141006

Sejak tahun 1961 sampai tahun 1976 Merapi mengalami letusan sebanyaktiga kali. Pertama, letusan Merapi yang menelan korban sebanyak 6 jiwa tahun1961. Kedua, letusan Merapi dengan korban sebanyak 3 jiwa pada tahun 1969.Ketiga, letusan Merapi dengan korban 29 jiwa tahun 1976. Erupsi ini berdampakpada kerusakan hunian, pemukiman/pekarangan, lahan pertanian (sawah danpertanian lahan kering). Akibat erupsi Gunung Merapi, pertanian juga mengalamiperubahan. Perubahan sistem pertanian ini terjadi dari sistem perladangan kesistem tegalan kemudian ke sistem persawahan. Tujuan penulisan ini adalah untukmengetahui gambaran umum Kabupaten Sleman, perubahan sistem pertanian, dandampaknya terhadap keadaan sosial ekonomi masyarakat di Kabupaten Slemantahun 1961-1976.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah kritis. Metodepenelitian meliputi empat hal: pertama, heuristik yang merupakan tahappengumpulan data atau sumber-sumber sejarah yang relevan. Kedua, kritiksumber, merupakan tahap pengkajian terhadap otentisitas dan kredibilitas sumber-sumber yang diperoleh yaitu dari segi fisik dan isi sumber. Ketiga, interpretasiyaitu dengan mencari keterkaitan makna yang berhubungan antara fakta-faktasejarah yang telah diperoleh sehingga lebih bermakna. Keempat, historiografi ataupenulisan yaitu penyampaian sintesis dalam bentuk karya sejarah.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keadaan geografis, karakteristikwilayah, keadaan demografi dan kondisi sosial ekonomi telah menjadikanKabupaten Sleman menjadi wilayah yang potensial untuk wilayah pertanian.Kabupaten Sleman terbagi dalam beberapa wilayah seperti berdasarkankarakteristik wilayah, berdasarkan letak kota dan mobilitas kegiatan masyarakat,dapat dibedakan fungsi kota sebagai berikut: wilayah aglomerasi, wilayah suburban, dan wilayah fungsi khusus/wilayah penyangga. Akibat erupsi GunungMerapi, pertanian juga mengalami perubahan. Perubahan sistem pertanian initerjadi dari sistem perladangan ke sistem tegalan kemudian ke sistem persawahan.Dampak dari perubahan sistem pertanian di bidang ekonomi adanya kemajuanteknologi di bidang pertanian, mata pencaharian, dan pendapatan. Dampak sosialberkaitan dengan sikap dan perilaku masyarakat, serta religi.

Kata kunci: Pertanian, Sosial Ekonomi, Sleman

Page 8: PERUBAHAN SISTEM PERTANIAN DAN DAMPAKNYA …eprints.uny.ac.id/30542/2/1. Skripsi Full 11407141006.pdf · dipimpin oleh pembantu bupati. ... dan bersifat sensitif terhadap erosi. ...

viii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT yang telah

memberikan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW

yang menjadi suri tauladan kita sepanjang zaman, sehingga penulis akhirnya

mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul “Perubahan Sistem Pertanian dan

Dampaknya terhadap Keadaan Sosial Ekonomi Masyarakat di Kabupaten Sleman

Tahun 1961-1976” sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar sarjana sastra.

Penulis menyadari bahwa keberhasilan penyusunan skripsi ini tidak

terlepas dari kerja sama dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam

kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang dalam

kepada:

1. Prof. Dr. AjatSudrajat, M.Ag selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial.

2. H.Y. Agus Murdiyastomo, M. Hum selaku Ketua Program Studi Ilmu

Sejarah.

3. Danar Widiyanta, M. Hum selaku dosen pembimbing akademik angkatan

2011 dan sekaligus pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu dan

pemikirannya dalam membimbing penulis guna menyelesaikan skripsi ini.

4. Miftahuddin, M. Hum selaku penguji utama dalam skripsi ini, terima kasih

atas segala masukan dan bimbingannya.

5. Drs. Djumarwan selaku ketua penguji dalam skripsi ini, terimakasih atas

segala masukan dan bimbingannya.

Page 9: PERUBAHAN SISTEM PERTANIAN DAN DAMPAKNYA …eprints.uny.ac.id/30542/2/1. Skripsi Full 11407141006.pdf · dipimpin oleh pembantu bupati. ... dan bersifat sensitif terhadap erosi. ...

ix

6. Seluruh dosen Prodi Ilmu Sejarah yang telah memberikan ilmu pengetahuan

serta wawasan kepada penulis agar bisa meraih sukses.

7. Seluruh petugas Jogja Library Center, Perpustakaan Lembaga Pendidikan

Perkebunan,Perpustakaan Pusat Studi Pedesaan dan Kawasan Universitas

Gadjah Mada, Perpustakaan Pusat Universitas Gadjah Mada, Perpustakaan

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada, Perpustakaan Pusat

Universitas Negeri Yogyakarta, Perpustakaan Fakultas Ilmu Sosial

Universitas Negeri Yogyakarta, dan Perpustakaan Laboratorium Sejarah

UNY, yang seluruhnya telah memberikan pelayanan dengan baik dalam

proses pencarian sumber-sumber yang mendukung penulisan tugas akhir

skripsi ini.

8. Terima kasih kepada bapak ku Bapak Mudjijat, dan kakak-kakak ku Mas

Heri, Mas Wisnu, Mbak Endar dan keponakan ku Afik yang selalu

memberikan kasih sayang dan dukungan.

9. Seluruh keluarga besarku yang selalu memberikan kasih sayang, dukungan,

dan doa.

10. Teman-teman tersayang, Tari, Lina, Yuni, Beta, Enggar, Desi, dan Jay yang

selalu memberi semangat dan masukan. Tidak lupa juga untuk teman kost ku

Wining, Zulfi, Mus, Astri, dan Lintang yang tidak pernah lelah untuk

memberi semangat, masukan dan bantuan atas terselesaikannya skripsi ini.

11. Teman-teman Prodi Ilmu Sejarah angkatan 2011 yang selalu memberi

dukungan dan motivasi.

Page 10: PERUBAHAN SISTEM PERTANIAN DAN DAMPAKNYA …eprints.uny.ac.id/30542/2/1. Skripsi Full 11407141006.pdf · dipimpin oleh pembantu bupati. ... dan bersifat sensitif terhadap erosi. ...

x

12. Teman-teman KKN ND57, Mbak Zulia, Mbak Erika, Mbak Erla, Mbak Desti,

Mbak Tita, Pulung, Mas Iben, Kavid, dan Rinedi yang selalu memberi

semangat.

13. Semua pihak yang telah banyak membantu penulis yang tidak dapat penulis

sebutkan satu persatu terimakasih atas semua bantuannya.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari

sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya

membangun untuk hasil yang lebih baik di kemudian hari. Akhirnya, penulis

berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak.

Yogyakarta, 10 Januari 2016

Penulis

Page 11: PERUBAHAN SISTEM PERTANIAN DAN DAMPAKNYA …eprints.uny.ac.id/30542/2/1. Skripsi Full 11407141006.pdf · dipimpin oleh pembantu bupati. ... dan bersifat sensitif terhadap erosi. ...

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN...................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ iii

PERNYATAAN.............................................................................................. iv

MOTTO.......................................................................................................... v

PERSEMBAHAN.......................................................................................... vi

ABSTRAK...................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR.................................................................................... viii

DAFTAR ISI................................................................................................... xi

DAFTAR ISTILAH....................................................................................... xiii

DAFTAR TABEL.......................................................................................... xxii

DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................. xxiii

BAB I : PENDAHULUAN.................................................................... 1A. Latar Belakang....................................................................... 1B. Rumusan Masalah.................................................................. 8C. Tujuan Penelitian................................................................... 9D. Manfaat Penelitian................................................................. 10E. Kajian Pustaka....................................................................... 10F. Historiografi yang Relevan.................................................... 14G. Metode Penelitian dan Pendekatan Penelitian....................... 15H. Sistematika Penulisan............................................................ 20

BAB II : GAMBARAN UMUM KABUPATEN SLEMAN................ 22A. Latar Belakang Sejarah.......................................................... 22B. Keadaan Geografis................................................................. 25C. Karakteristik Wilayah............................................................ 31D. Keadaan Demografi............................................................... 33E. Keadaan Sosial Ekonomi....................................................... 40

Page 12: PERUBAHAN SISTEM PERTANIAN DAN DAMPAKNYA …eprints.uny.ac.id/30542/2/1. Skripsi Full 11407141006.pdf · dipimpin oleh pembantu bupati. ... dan bersifat sensitif terhadap erosi. ...

xii

BAB III : PERUBAHAN SISTEM PERTANIAN DI KABUPATENSLEMAN................................................................................... 47A. Erupsi Gunung Merapi dari Tahun 1961 Sampai 1976......... 47B. Sistem Petanian di Kabupaten Sleman Sebelum Tahun

1961........................................................................................ 59C. Sistem Pertanian di Kabupaten Sleman Tahun 1961-

1976........................................................................................ 53

BAB IV : DAMPAK PERUBAHAN SISTEM PERTANIANTERHADAP MASYARAKAT DI KABUPATENSLEMAN................................................................................... 71A. Dampak Sosial....................................................................... 71B. Dampak Ekonomi.................................................................. 85

BAB V : KESIMPULAN......................................................................... 97

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 101

LAMPIRAN.................................................................................................... 106

Page 13: PERUBAHAN SISTEM PERTANIAN DAN DAMPAKNYA …eprints.uny.ac.id/30542/2/1. Skripsi Full 11407141006.pdf · dipimpin oleh pembantu bupati. ... dan bersifat sensitif terhadap erosi. ...

xiii

DAFTAR ISTILAH

Adol sendhe : Menggadaikan sawah.

Aglomerasi : Perkembangan kota dalam kawasan tertentu.

Almanak : Buku berisi penanggalan dan karangan yang perlu

diketahui umum, biasanya terbit tiap tahun.

Aluvial : Tanah yang terbentuk akibat proses pengendapan

kerikil, pasir, dan lumpur yang terangkut oleh angin,

air, dan sungai menuju pantai. Tanah aluvial dapat

dimanfaatkan sebagai bahan baku bangunan.

Aret : Sabit.

Bendho : Pisau besar atau parang.

Bero : Rotasi perladangan adalah jangka waktu saat sebidang

tanah ladang ditinggalkan sampai diusahakan kembali

sebagai ladang yang baru.

Buffer zone : Daerah atau wilayah peyangga.

Candra sengkala : Penggunaan kalender berdasarkan perhitungan bulan,

seperti tahun saka, tahun Jawa, atau tahun Hijiah.

Daerah hinterland : Suatu daerah yang berfungsi sebagai pemasok dan

pemenuhan kebutuhan bahan makanan pokok serta

tempat produksi komoditi ekspor.

Demografi : Ilmu yang mempelajari dinamika kependudukan

manusia.

Page 14: PERUBAHAN SISTEM PERTANIAN DAN DAMPAKNYA …eprints.uny.ac.id/30542/2/1. Skripsi Full 11407141006.pdf · dipimpin oleh pembantu bupati. ... dan bersifat sensitif terhadap erosi. ...

xiv

Depolitisasi : Penghilangan (penghapusan) kegiatan politik.

Derep : Menolong memotong padi dengan imbalan kurang lebih

seperlima dari hasil panen.

Dhanyang : Roh halus tertinggi yang tinggal di pohon, gunung,

sumber mata air, desa, mata angin, atau bukit.

Dhestha : Ke sebelas.

Distrik : Daerah bagian dari kabupaten yang pemerintahannya

dipimpin oleh pembantu bupati.

Erupsi : Letusan gunung berapi atau semburan sumber minyak

dan uap asap dari dalam bumi.

Feodalistis : Sistem sosial atau politik yang memberikan kekuasaan

yang besar kepada golongan bangsawan. Sistem feodal

juga mengagung-agungkan jabatan atau pangkat.

Floating mass : Massa mengambang adalah salah satu kebijakan politik

era Orde Baru, bahkan bisa disebut sebagai salah satu

pilar tegak dan lamanya Orde Baru bertahan.

Fragmental : Bagian.

Gabah : Bulir padi yang telah dipisahkan dari tangkainya

(jerami).

Geohidrologi : Ilmu tentang cara-cara pemanfaatan air yang terdapat di

bawah permukaan tanah.

Geologi : Ilmu yang mempelajari bumi, komposisinya, struktur,

sifat-sifat fisik, sejarah, dan proses pembentukannya.

Page 15: PERUBAHAN SISTEM PERTANIAN DAN DAMPAKNYA …eprints.uny.ac.id/30542/2/1. Skripsi Full 11407141006.pdf · dipimpin oleh pembantu bupati. ... dan bersifat sensitif terhadap erosi. ...

xv

Gereh : Ikan asin.

Gotong royong : Bekerja bersama-sama untuk mencapai suatu hasil yang

ingin dicapai.

Gromosol : Jenis tanah yang terdapat di daerah yang memiliki rata-

rata curah hujan tahunan antara 1.000 mm sampai

dengan 2.000 mm. Tanah gromosol dapat dimanfaatkan

untuk tanaman padi, jagung, kapas, dan kedelai.

Gudangan : Makanan yang terdiri dari aneka sayuran yang direbus

dan disajikan dengan sambal kelapa parut.

Ijon : Penjualan hasil tanaman dalam keadaan hijau atau

masih belum dipetik dari batangnya.

Intensif : Secara sungguh-sungguh dan terus menerus dalam

mengerjakan sesuatu hingga memperoleh hasil yang

optimal.

Jalan arteri : Jalan arteri primer menghubungkan secara berdaya

guna antara pusat kegiatan nasional dengan pusat

kegiatan wilayah.

Jogjakarta koorei : Semacam Rijksblad atau Lembaran Negara.

Kasa : Ke satu.

Kawastu : Salah satu pedukuhan dalam wilayah administrasi

Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, Daerah

Istimewa Yogyakarta.

Kepala somah : Keluarga batih (anak, suami, istri yang serumah).

Page 16: PERUBAHAN SISTEM PERTANIAN DAN DAMPAKNYA …eprints.uny.ac.id/30542/2/1. Skripsi Full 11407141006.pdf · dipimpin oleh pembantu bupati. ... dan bersifat sensitif terhadap erosi. ...

xvi

Ku : Kelurahan.

Kubah lava : Sebuah tonjolan gundukan berbentuk kasar melingkar

yang terbentuk dari letusan lava dari gunung berapi.

Kuota : Jatah, jumlah yang ditentukan.

Litosol : Jenis tanah yang berasal dari batuan beku dan sedimen

yang keras, dan bersifat sensitif terhadap erosi. Tanah

ini bermanfaat untuk menanam tanaman yang berkayu

keras.

Lumbung : Bangunan penyimpanan padi-padian yang telah

dirontokan, lumbung juga dapat digunakan untuk

menyimpan pakan ternak.

Magma : Merupakan batu-batuan cair yang terletak di dalam

kamar magma di bawah permukaan bumi.

Matun : Menyiangi padi.

Mbahureksa : Berkuasa.

Memule : Salah satu bagian dari tradisi selamatan.

Mendangir : Atau mencangkul yang dilakukan dengan membalik

lapisan tanah dengan menggunakan cangkul. Tujuan

pokok dari tahap mendangir adalah untuk mempercepat

proses pembusukan dari dedaunan yang tidak habis

dalam tahap pembakaran.

Page 17: PERUBAHAN SISTEM PERTANIAN DAN DAMPAKNYA …eprints.uny.ac.id/30542/2/1. Skripsi Full 11407141006.pdf · dipimpin oleh pembantu bupati. ... dan bersifat sensitif terhadap erosi. ...

xvii

Menebas : Kegiatan untuk mematikan tumbuh-tumbuhan kecil.

Hasil menebas dari semak-semak belukar dikumpulkan

dan dikeringkan diberbagai tempat untuk dibakar.

Mengetam : Menuai atau memotong.

Merti desa : Simbol rasa syukur masyarakat kepada Yang Maha

Kuasa atas limpahan karunia yang diberikan-Nya.

Karunia tersebut bisa berwujud apa saja, seperti

kelimpahan rezeki, keselamatan, serta ketentraman dan

keselarasan hidup.

Nasi ambengan : Hidangan khas Jawa berupa nasi putih yang diletakkan

di atas tampah dan diberi lauk pauk di sekelilingnya.

Lauk pauk dapat berupa perkedel, ikan asin goreng,

rempeyek, sambal goreng, telur rebus, tempe goreng,

urap, bihun goreng, dan opor ayam. Nasi ambeng

adalah hidangan yang disajikan dalam selamatan

sebagai lambang keberuntungan.

Nglilir : Terjaga di malam hari.

Onderdistrik : Daerah kecamatan.

Paceklik : Musim kekurangan bahan makanan.

Panca Usaha Tani : Lima usaha petani agar mendapatkan hasil yang

maksimal atau mendapatkan hasil yang berkualitas.

Pas-pasan : Dalam Bahasa Jawa berarti cukup dan tidak bersisa.

Page 18: PERUBAHAN SISTEM PERTANIAN DAN DAMPAKNYA …eprints.uny.ac.id/30542/2/1. Skripsi Full 11407141006.pdf · dipimpin oleh pembantu bupati. ... dan bersifat sensitif terhadap erosi. ...

xviii

Patron : Pola dasar konsep tradisional yang sesuai dengan

kaidah atau norma yang berlaku.

Perabot desa : Perangkat desa.

Perkul : Kapak.

Pikul : Satuan berat tradisional yang dipakai di Jawa dan

sekitarnya, ukuran berat pikul tidaklah tetap, pada

umumnya beban 1 pikul ialah beban terberat di mana

seorang manusia sanggup membawanya dengan cara

memikul.

Pogo : Rak bambu yang terletak di dapur bagian atas di bawah

atap. Selain digunakan untuk menyimpan peralatan

masak dan makan, rak ini juga dipakai sebagai

lumbung penyimpanan hasil tegalan.

Pranata mangsa : Semacam penanggalan yang dikaitkan dengan kegiatan

usaha pertanian, khususnya untuk kepentingan

bercocok tanam atau penangkapan ikan.

Ratio : Perbandingan.

Regosol : Tanah yang berbutir kasar dan brasal dari material

gunung api. Tanah regosol berupa tanah aluvial yang

baru diendapkan. Material jenis tanah ini berupa abu

vulkanik dan pasir vulkanik. Jeni tanah ini tedapat di

daerah iklim beagam dengan prmukaan yang

Page 19: PERUBAHAN SISTEM PERTANIAN DAN DAMPAKNYA …eprints.uny.ac.id/30542/2/1. Skripsi Full 11407141006.pdf · dipimpin oleh pembantu bupati. ... dan bersifat sensitif terhadap erosi. ...

xix

bergelombang. Tanah regosol dapat dimanfaatkan

untuk tanaman tembakau, kelapa, sayuran, dan tebu.

Renzina : Tanah hasil pelapukan batuan kapur di daerah yang

memiliki curah hujan yang tinggi. Tanah renzina

memiliki warna hitam sedikit unsur hara. Tanah renzina

banyak terdapat di daerah bergamping seperti Gunung

Kidul, Yogyakarta.

Revolusi Hijau : Usaha pengembangan teknologi pertanian untuk

meningkatkan produksi pangan dengan mengubah

pertanian yang menggunakan teknologi tradisional

menjadi pertanian yang menggunakan teknologi lebih

maju atau modern.

Rijksblad : Lembaran negara.

Sada : Ke duabelas

Sambatan : Istilah jawa yang berarti sebuah tradisi membangun

rumah secara gotong royong.

Sawah oncoran : Sawah yang memperoleh air dari sungai atau selokan

atau pengairan.

Sawah tadah hujan : Sawah yang mendapat air hanya tergantung pada

turunnya air hujan.

Sengkala : Angka tahun yang disimbolkan dengan kata-kata,

gambar, atau benda. Sengkala dapat terwujud karena

Page 20: PERUBAHAN SISTEM PERTANIAN DAN DAMPAKNYA …eprints.uny.ac.id/30542/2/1. Skripsi Full 11407141006.pdf · dipimpin oleh pembantu bupati. ... dan bersifat sensitif terhadap erosi. ...

xx

dalam budaya Jawa masing-masing benda, sifat, atau

kondisi alam memiliki angka.

Son : Kecamatan.

Springbelt : Jalur mata air.

Subsidi : Bentuk bantuan keuangan yang dibayarkan kepada

suatu bisnis atau sektor ekonomi.

Subsistensi : Berkaitan dengan pertanian subsisten. Pertanian

subsisten adalah pertanian swasembada dimana petani

fokus pada usaha membudidayakan bahan pangan

dalam jumlah yang cukup untuk mereka sendiri dan

keluarga. Ciri khas pertanian subsisten adalah memiliki

berbagai variasi tanaman dan hean ternak untuk

dimakan. Sebagian besar petani subsisten

memperdagangkan hasil pertanian mereka secara barter

maupun uang.

Sub-urban : Wilayah perbatasan antara desa dan kota.

Surya sengkala : Penggunaan kalender berdasarkan perhitungan

matahari.

Swapraja : Pemerintahan sendiri.

Tanah lungguh : Tanah garapan yang diberikan kepada pegawai kerajaan

sebagai pengganti gaji sesuai dengan kebutuhan atau

jabatannya.

Page 21: PERUBAHAN SISTEM PERTANIAN DAN DAMPAKNYA …eprints.uny.ac.id/30542/2/1. Skripsi Full 11407141006.pdf · dipimpin oleh pembantu bupati. ... dan bersifat sensitif terhadap erosi. ...

xxi

Tanah pamajegan dalem : Tanah raja yang hasil produksi atas tanah itu digunakan

untuk menghidupi raja beserta keluarganya.

Tandur : Menanam.

Topografi : Dalam pengertian yang lebih luas, topografi tidak hanya

mengenai bentuk permukaan saja, tetapi juga vegetasi

dan pengaruh manusia terhadap lingkungan, dan

bahkan kebudayaan lokal.

Upacara majemuk : Upacara tahunan sebagai wujud rasa syukur kepada

pencipta setelah masa panen.

Wedhus gembel : Biasa disebut awan panas. Secara visual nampak

bergumpal-gumpal seperti awan atau bulu domba

dengan warna putih sampai abu-abu gelap kemerahan.

Wono : Atau alas yang artinya sistem pertanian yang dilakukan

di dalam hutan.

Yuridis : Berdasarkan hukum.

Page 22: PERUBAHAN SISTEM PERTANIAN DAN DAMPAKNYA …eprints.uny.ac.id/30542/2/1. Skripsi Full 11407141006.pdf · dipimpin oleh pembantu bupati. ... dan bersifat sensitif terhadap erosi. ...

xxii

DAFTAR TABEL

1. Pembagian Wilayah Administrasi Kabupaten Sleman............................. 27

2. Ketinggian Wilayah Kabupaten Sleman................................................... 28

3. Perkembangan Jiwa dan Kepala Keluarga di Kabupaten Sleman Tahun1960-1966................................................................................................. 34

4. Perkembangan Jiwa dan Kepala Keluarga di Kabupaten Sleman Tahun1960-1969................................................................................................. 35

5. Perkembangan Penduduk di Kabupaten Sleman Tahun 1963-1972......... 36

6. Penduduk di Kabupaten Sleman Tahun 1967-1976................................. 37

7. Penduduk Hasil Sensus dan Pendaftaran Rumah Tangga di KabupatenSleman...................................................................................................... 38

8. Penyebaran Penduduk per Kecamatan...................................................... 39

9. Luas Tanaman dan Panenan di Kabupaten Sleman Tahun 1973.............. 45

10. Sejarah Erupsi Merapi.............................................................................. 48

11. Karakteristik Letusan Gunungapi Merapi................................................. 48

12. Data Korban Akibat Letusan Gunungapi Merapi..................................... 49

Page 23: PERUBAHAN SISTEM PERTANIAN DAN DAMPAKNYA …eprints.uny.ac.id/30542/2/1. Skripsi Full 11407141006.pdf · dipimpin oleh pembantu bupati. ... dan bersifat sensitif terhadap erosi. ...

xxiii

DAFTAR LAMPIRAN

1. Lampiran 1: Daftar Responden............................................................... 107

2. Lampiran 2: Peta Daerah Istimewa Yogyakarta..................................... 108

3. Lampiran 3: Peta Wilayah Kabupaten Sleman....................................... 109

4. Lampiran 4: Peta Letak Sawah dan Tegalan di Kabupaten Sleman....... 110

5. Lampiran 5: Peta Kawasan Rawan Bencana Gunung Merapi diKabupaten Sleman................................................................................... 111

6. Lampiran 6: Penduduk Hasil Sensus dan Pendaftaran Rumah Tanggadi Kabupaten Sleman tahun 1961 dan 1968............................................ 112

7. Lampiran 7: Penduduk Hasil Sensus dan Pendaftaran Rumah Tanggadi Kabupaten Sleman tahun 1970 dan 1971............................................ 113

8. Lampiran 8: Tabel 1.1 : Rata-rata Laju Pertumbuhan Penduduk PerTahun menurut Desa/Kalurahan Antara Tahun 1980 dan 1990(Moyudan)............................................................................................... 114

9. Lampiran 9: Tabel 1.2 : Rata-rata Laju Pertumbuhan Penduduk PerTahun menurut Desa/Kalurahan Antara Tahun 1980 dan 1990(Minggir)................................................................................................. 115

10. Lampian 10: Tabel 1.3 : Rata-rata Laju Pertumbuhan Penduduk PerTahun menurut Desa/Kalurahan Antara Tahun 1980 dan 1990(Sayegan)................................................................................................. 116

11. Lampiran 11: Tabel 1.4 : Rata-rata Laju Pertumbuhan Penduduk PerTahun menurut Desa/Kalurahan Antara Tahun 1980 dan 1990(Godean).................................................................................................. 117

12. Lampiran 12: Tabel 1.5 : Rata-rata Laju Pertumbuhan Penduduk PerTahun menurut Desa/Kalurahan Antara Tahun 1980 dan 1990(Gamping)............................................................................................... 118

13. Lampiran 13: Tabel 1.6 : Rata-rata Laju Pertumbuhan Penduduk PerTahun menurut Desa/Kalurahan Antara Tahun 1980 dan 1990(Mlati)...................................................................................................... 119

Page 24: PERUBAHAN SISTEM PERTANIAN DAN DAMPAKNYA …eprints.uny.ac.id/30542/2/1. Skripsi Full 11407141006.pdf · dipimpin oleh pembantu bupati. ... dan bersifat sensitif terhadap erosi. ...

xxiv

14. Lampiran 14: Tabel 1.7 : Rata-rata Laju Pertumbuhan Penduduk PerTahun menurut Desa/Kalurahan Antara Tahun 1980 dan 1990(Depok).................................................................................................... 120

15. Lampiran 15: Tabel 1.8 : Rata-rata Laju Pertumbuhan Penduduk PerTahun menurut Desa/Kalurahan Antara Tahun 1980 dan 1990(Berbah)................................................................................................... 121

16. Lampiran 16: Tabel 1.9 : Rata-rata Laju Pertumbuhan Penduduk PerTahun menurut Desa/Kalurahan Antara Tahun 1980 dan 1990(Prambanan)............................................................................................ 122

17. Lampiran 17: Tabel 1.10. : Rata-rata Laju Pertumbuhan Penduduk PerTahun menurut Desa/Kalurahan Antara Tahun 1980 dan 1990(Kalasan)................................................................................................. 123

18. Lampiran 18: Tabel 1.13. : Rata-rata Laju Pertumbuhan Penduduk PerTahun menurut Desa/Kalurahan Antara Tahun 1980 dan 1990(Sleman).................................................................................................. 124

19. Lampiran 19: Tabel 1.14. : Rata-rata Laju Pertumbuhan Penduduk PerTahun menurut Desa/Kalurahan Antara Tahun 1980 dan 1990(Tempel).................................................................................................. 125

20. Lampiran 20: Tabel 1.15. : Rata-rata Laju Pertumbuhan Penduduk PerTahun menurut Desa/Kalurahan Antara Tahun 1980 dan 1990(Turi)....................................................................................................... 126

21. Lampiran 21: Tabel 1.16. : Rata-rata Laju Pertumbuhan Penduduk PerTahun menurut Desa/Kalurahan Antara Tahun 1980 dan 1990(Pakem)................................................................................................... 127

22. Lampiran 22: Tabel 1.17. : Rata-rata Laju Pertumbuhan Penduduk PerTahun menurut Desa/Kalurahan Antara Tahun 1980 dan 1990(Cangkringan).......................................................................................... 128

23. Lampiran 23: Luas Tanaman dan Panenan di Kabupaten SlemanTahun 1973.............................................................................................. 129

Page 25: PERUBAHAN SISTEM PERTANIAN DAN DAMPAKNYA …eprints.uny.ac.id/30542/2/1. Skripsi Full 11407141006.pdf · dipimpin oleh pembantu bupati. ... dan bersifat sensitif terhadap erosi. ...

1

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara agraris yang kaya akan hasil pertanian,

kehutanan, perkebunan, peternakan, dan perikanan. Sektor pertanian merupakan

sektor yang sarat dengan campur tangan pemerintah dan aparat. Mulai dari

penanaman sampai dengan penentuan harga dan pemasaran produknya. Campur

tangan pemerintah ini tidak berhenti pada proses produksi pertanian, tapi juga

terjadi pada sektor organisasi petani. Petani Indonesia bebas mengikuti berbagai

organisasi petani yang didirikan oleh berbagai partai politik pada tahun 1660-an.

Dampak negatif dari keadaan ini, masyarakat pertanian di Indonesia menjadi

terkotak-kotak atas dasar ideologi partai. Dampak positifnya, aspirasi dan

kepentingan petani menjadi tersalurkan dan terlindungi dengan baik.1

Keadaan petani di Indonesia berubah pada tahun 1965. Untuk

menghilangkan dampak negatif dari pengaruh partai politik di desa, maka

pemerintah membuat sebuah pendekatan baru dalam pembinaan kehidupan politik

di daerah pedesaan. Pendekatan baru tersebut dikenal dengan pendekatan “masa

mengambang” atau “floating mass”.2 Adanya pendekatan baru ini, menjadikan

pemerintah membubarkan semua organisasi yang dibentuk oleh partai politik dan

1 Loekman Soetrisno, Pertanian pada Abad Ke-21, (Jakarta: DirektoratJenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1998), hlm.22-23.

2 Pendekatan “masa mengambang” pada hakikatnya menempatkan negarasebagai patron tunggal di daerah pedesaan. Pendekatan “floating mass”merupakan upaya depolitisasi masyarakat pedesaan.

Page 26: PERUBAHAN SISTEM PERTANIAN DAN DAMPAKNYA …eprints.uny.ac.id/30542/2/1. Skripsi Full 11407141006.pdf · dipimpin oleh pembantu bupati. ... dan bersifat sensitif terhadap erosi. ...

2

mengganti dengan satu jenis organisasi pertanian yang disebut Himpunan

Kerukunan Tani Indonesia (HKTI).3

Pemerintah Indonesia meluncurkan suatu program pembangunan pertanian

yang dikenal dengan program Revolusi Hijau tahun 1970-an. Tujuan utama dari

program ini adalah menaikkan produktivitas sektor pertanian, khususnya sub-

sektor pertanian pangan, melalui penerapan teknologi pertanian modern.4

Penerapan program Revolusi Hijau di Indonesia sejak tahun enam puluhan

melalui Program Panca Usaha Pertanian (PUP) yang meliputi pendirian beberapa

pabrik pupuk kimia, memproduksi alat pengolah pertanian, serta pendirian

industri pestisida. Keberhasilan Gerakan Revolusi Hijau merupakan bukti upaya

pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan petani.5

Kondisi perekonomian setelah tumbangnya kepemimpinan Soekarno

dengan Demokrasi Terpimpinannya adalah masa-masa perekonomian krisis. Masa

Demokrasi Terpimpin banyak rencana pembangunan yang tidak berjalan secara

maksimal, hal inilah yang menimbulkan krisis oleh karena itu Pelita diambil oleh

pemerintah Orde Baru guna memulihkan krisis pada saat itu.6 Titik awal

pemerintah Orde Baru dengan program yang dikenal dengan Repelita I-IV

menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang pesat di bidang pertanian. Hal ini

dimulai sejak adanya Repelita I pada tahun 1969-1974. Repelita I dengan

3 Loekman Soetrisno, op.cit., hlm. 24.

4 Ibid., hlm. 13.

5 Ibid.

6R.Z Leirissa, dkk., Sejarah Perekonomian Indonesia. (Jakarta:Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, 1996), hlm. 100-101.

Page 27: PERUBAHAN SISTEM PERTANIAN DAN DAMPAKNYA …eprints.uny.ac.id/30542/2/1. Skripsi Full 11407141006.pdf · dipimpin oleh pembantu bupati. ... dan bersifat sensitif terhadap erosi. ...

3

kebijakan di sektor pangan yaitu penyediaan beras bagi kesejahteraan rakyat.

Program-progam bantuan pemerintah untuk meningkatkan usaha pertanian terus

dikembangkan.7

Erupsi Gunung Merapi yang terjadi sebanyak tiga kali letusan. Letusan

pertama dengan korban sebanyak 6 orang tahun 1961. Letusan kedua dengan

korban sebanyak 3 orang tahun 1969. Letusan ketiga dengan korban 229 orang

tahun 1976. Erupsi ini menimbulkan berbagai kerusakan terutama kerusakan di

sektor pertanian. Akibat erupsi ini pertanian juga mengalami perubahan.

Perubahan sistem pertanian terjadi dari sistem perladangan ke sistem tegalan

kemudian ke sistem persawahan. Pertanian adalah suatu kegiatan pemanfaatan

sumber daya hayati, manusia sebagai pelaku dan mengelola lahan untuk

menghasilkan bahan pangan dan bahan baku industri serta mendapatkan sumber

energi yang dibutuhkan dari alam dan lingkungan hidupnya. Usaha pertanian juga

memerlukan dasar-dasar pengetahuan tentang pengelolaan tempat usaha, cara

pemilihan benih/bibit, tekhnik dan metode budidaya, pengumpulan hasil,

mendistribusikan produk, pengolahan dan pengemasan produk, serta pemasaran.8

Sistem pertanian ada tiga meliputi: sistem ladang, sistem tegal, dan sistem sawah.

1. Sistem ladang disebut sistem pertanian tingkat rendah atau yang paling

primitif. Sistem ini merupakan sistem peralihan dari mulai tahap budaya

pengumpulan ke tahapan budaya penanaman. Sistem ini pengolahan tanahnya

7 Ibid.

8 “Definisi, Pengertian, dan Sistem Pertanian”,http://hutantani.blogspot.co.id/2014/03/definisi-pengertian-dan-sistem-pertanian.html diakses 27 Desember 2015.

Page 28: PERUBAHAN SISTEM PERTANIAN DAN DAMPAKNYA …eprints.uny.ac.id/30542/2/1. Skripsi Full 11407141006.pdf · dipimpin oleh pembantu bupati. ... dan bersifat sensitif terhadap erosi. ...

4

masih sangat minim dan hasilnya bergantung ketersediaan lapisan-lapisan

humus yang ada dalam sistem dan siklus hutan. Umumnya sistem ini

ditemukan di daerah-daerah yang memiliki penduduk sedikit dengan adanya

lahan yang tidak terbatas. Tanaman yang biasa ditanam adalah tanaman

pangan, seperti padi, umbi-umbian, jagung dan lainnya.

2. Sistem tegal yaitu sistem yang dikembangkan pada lahan-lahan kering, yang

jauh dari sumber-sumber air yang cukup. Pengelolaan tegal sangat jarang

menggunakan tenaga hewan dalam pelaksanaannya. Sistem ini biasa

dilakukan para petani yang sudah lama menetap dalam suatu wilayah,

meskipun tingkat pengusahaannya rendah. Tanaman yang biasa diusahakan

adalah tanaman-tanaman yang mampu bertahan pada kekeringan, seperti

pohon-pohonan.

3. Sistem sawah adalah suatu sistem atau teknik budidaya tingkat tinggi, dalam

hal pengolahan tanah dan pengelolaan sumber air, sehingga mampu mencapai

stabilitas biologi yang tinggi dan kesuburan tanah dapat dipertahankan.

Sistem sawah adalah sistem yang menghasilkan potensi besar untuk produksi

tanaman pangan, baik dalam pengolahan sawah padi ataupun untuk tanaman

palawija.9

Penduduk Kabupaten Sleman melakukan perladangan di dalam hutan

sebelum tahun 1961. Sistem perladangan kemudian berubah dengan sistem

tegalan. Tanaman utama di tegalan adalah jagung. Pekarangan rumah juga

dijadikan kebun sayur-sayuran, obat-obatan, umbi-umbian, buah-buahan, nangka,

9 Ibid.

Page 29: PERUBAHAN SISTEM PERTANIAN DAN DAMPAKNYA …eprints.uny.ac.id/30542/2/1. Skripsi Full 11407141006.pdf · dipimpin oleh pembantu bupati. ... dan bersifat sensitif terhadap erosi. ...

5

sengon, dan sebagainya. Sistem tegalan berubah ke sistem persawahan dengan

tanaman utama yaitu penanaman padi.10 Hasil tegalan dan pekarangan biasanya

hanya pas-pasan11 untuk dikonsumsi keluarga, jika terdapat kelebihan hasil

pertanian mereka akan membawanya ke pasar dan ditukarkan dengan kebutuhan

sehari-hari seperti garam, minyak goreng, minyak tanah, sabun, dan gula.

Kondisi pertanian di Sleman meliputi pendapatan petani yang masih

rendah baik secara nominal maupun secara relatif dibanding dengan sektor lain.

Usaha pertanian yang ada didominasi oleh ciri-ciri: skala kecil, sangat dipengaruhi

musim, terjadinya involusi pertanian, akses terhadap kredit, teknologi dan pasar

sangat rendah.12 Karakteristik sumber daya di wilayah Kabupaten Sleman terbagi

menjadi 4 wilayah, yaitu:13 kawasan lereng Gunung Merapi, kawasan timur,

wilayah tengah, dan wilayah barat.

Kawasan lereng Gunung Merapi di Kabupaten Sleman terkena dampak

dari erupsi Gunung Merapi yang terjadi 5-8 tahun sekali. Menurut Clifford Geertz,

bahwa sepanjang sejarah gunung-gunung berapi di Pulau Jawa selalu dipadati

pemukiman penduduk karena dampak dari erupsi itu dapat menyuburkan tanah

10 Lucas Sasongko Triyoga, Manusia Jawa dan Gunung Merapi: Persepsidan Kepercayaannya, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1991), hlm.31-32.

11 Pas-pasan (Bahasa Jawa): cukup dan tidak bersisa. Hasil pertanian yangpas-pasan ini merupakan salah satu ciri utama pertanian di Indonesia yangbiasanya disebut sebagai pertanian subsisten.

12 “Kondisi Pertanian Kabupaten Sleman”,https://valkauts.wordpress.com/2012/04/18/kondisi-pertanian-kabupaten-sleman/,diakses 25 Maret 2015.

13 Ibid.

Page 30: PERUBAHAN SISTEM PERTANIAN DAN DAMPAKNYA …eprints.uny.ac.id/30542/2/1. Skripsi Full 11407141006.pdf · dipimpin oleh pembantu bupati. ... dan bersifat sensitif terhadap erosi. ...

6

pertanian melalui air, mineral dan abu vulkanik yang selalu menutupi permukaan

tanahnya, dan merupakan sumber bencana yang disebabkan oleh awan panas,

lahar, dan letusan-letusannya.14 Sejarah letusan Gunung Merapi secara tertulis

mulai tercatat sejak awal masa kolonial Belanda. Periode Merapi baru, terjadi

beberapa kali letusan besar pada 1768, 1822, 1849, dan 1872 dan letusan

berikutnya pada 1930-1931. Erupsi 1872 lebih besar dibanding letusan di 1931, di

mana awan panas mencapai 20 kilometer dari puncak. Setelah 1931, letusan

kembali terjadi pada 1961 dan 2010.15

Erupsi-erupsi Gunung Merapi yang pernah terjadi berdampak pada

kerusakan hunian, pemukiman/pekarangan, lahan pertanian (sawah dan pertanian

lahan kering) yang berada di kawasan puncak gunung, lereng gunung, dan

sepanjang sungai yang dialiri material erupsi. Seperti pada daerah-daerah di

sekitar gunung berapi lainnya, daerah sekitar gunung berapi pun merupakan

daerah yang subur sebagai akibat material letusan yang tersebar dan bercampur

dengan tanah setempat, dan sekaligus berfungsi sebagai penyubur lahan pertanian.

Banyak orang tertarik untuk tinggal di daerah tersebut dan mengolah tanah untuk

usaha pertanian.16

Pemilikan tanah pertanian keluarga petani di lereng Gunung Merapi di

Kabupaten Sleman relatif lebih besar dibandingkan dengan pemilikan tanah

14 Lucas Sasongko Triyoga, op.cit., hlm. 1.

15 Oris Riswan, Ini Sejarah Letusan Gunung Merapi, Okezone, Rabu 30April 2014.

16 Wahyunto dan Wasito, “Lintasan Sejarah Erupsi Gunung Merapi”,(Bogor: Balai Besar Sumber Daya Lahan dan Balai Besar Pengkajian danPengembangan Teknologi Pertanian), hlm. 15-16.

Page 31: PERUBAHAN SISTEM PERTANIAN DAN DAMPAKNYA …eprints.uny.ac.id/30542/2/1. Skripsi Full 11407141006.pdf · dipimpin oleh pembantu bupati. ... dan bersifat sensitif terhadap erosi. ...

7

pertanian keluarga di dataran rendah yang memiliki kepadatan penduduk tinggi.

Rata-rata pemilikan tanah tegalan dalam satu keluarga petani Merapi kurang lebih

satu hektar yang dimanfaatkan.17 Pola kebudayaan manusia yang seragam juga

menentukan corak pertaniannya.18 Untuk memahaminya, perlu mengetahui jenis-

jenis pertanian dan sistem pertaniannya. Jenis-jenis pertanian berkaitan dengan

tanaman pokok yang menjadi sumber kehidupan dari suatu masyarakat

desa/petani. Perbedaan dalam jenis tanaman pokok juga menciptakan perbedaan

dalam corak kehidupan masyarakatnya.19

Hubungan petani dengan golongan bukan petani dapat berubah-ubah pada

setiap fase modernisasi, terutama mengenai masalah transaksi, material, politik,

dan kultural pada satu pihak, serta hubungan sosial dengan pihak lain. Kedua

aspek hubungan itu berkaitan erat dengan ekonomi desa yang dalam sistem

feodalistis20 serta teknologi primitif terbatas pada produksi subsistensi21.

17 Lucas Sasongko Triyoga, op.cit., hlm. 31.

18 Koentjaraningrat, Kebudayaan Jawa, (Jakarta: PN BALAI PUSTAKA,1984), hlm. 100.

19 Rahardjo, Pengantar Sosiologi Pedesaan dan Pertanian, (Yogyakarta:Gadjah Mada University Press, 1999), hlm. 127.

20 Feodalistis artinya bersifat feodal. Feodalistis dapat diartikan sistemsosial atau politik yang memberikan kekuasaan yang besar kepada golonganbangsawan. Sistem feodal yang mengagung-agungkan jabatan atau pangkat.

21 Subsistensi berkaitan dengan petanian subsisten. Pertanian subsistenadalah pertanian swasembada dimana petani fokus pada usaha membudidayakanbahan pangan dalam jumlah yang cukup untuk mereka sendiri dan keluarga. Cirikhas pertanian subsisten adalah memiliki berbagai variasi tanaman dan hewanternak untuk dimakan. Sebagian besar petani subsisten memperdagangkan hasilpertanian mereka secara barter maupun uang. Kebanyakan petani subsisten hidupdi negara berkembang.

Page 32: PERUBAHAN SISTEM PERTANIAN DAN DAMPAKNYA …eprints.uny.ac.id/30542/2/1. Skripsi Full 11407141006.pdf · dipimpin oleh pembantu bupati. ... dan bersifat sensitif terhadap erosi. ...

8

Timbulnya modernisasi teknologi pertanian dan organisasi ekonomi petani juga

mengalami perubahan. Produksi pertanian berorientasi pada penjualan ke pasar

nasional, regional, dan internasional.22

Mengenai pemilihan topik penelitian secara spasial memilih Kabupaten

Sleman sebagai bahan kajian karena Sleman merupakan daerah domisili penulis.

Latar belakang pemilihan topik tersebut dipandang memiliki sebuah permasalahan

yaitu penulis ingin mengkaji tentang perubahan pola pertanian akibat erupsi

Gunung Merapi tahun 1961 sampai 1976. Pemilihan untuk kajian dari tahun 1961

karena pada tahun ini letusan Gunung Merapi sangat dahsyat dan menimbulkan

banyak kerusakan terutama kerusakan di sektor pertanian. Penulis juga ingin

mengkaji dampak perubahan sistem pertanian bagi masyarakat di Kabupaten

Sleman tahun 1961 sampai 1976, baik dampak sosial maupun dampak ekonomi.

Pada akhirnya membawa keingintahuan penulis untuk mengkaji “Perubahan

Sistem Pertanian dan Dampaknya terhadap Keadaan Sosial Ekonomi Masyarakat

di Kabupaten Sleman Tahun 1961-1976”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah, dapat ditarik beberapa

rumusan masalah sebagai landasan dasar penelitian yang akan dikaji. Adapun

rumusan masalah dipaparkan sebagai berikut.

1. Bagaimana gambaran umum wilayah Kabupaten Sleman?

22 Sartono Kartodirdjo, Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah,(Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1993), hlm 189.

Page 33: PERUBAHAN SISTEM PERTANIAN DAN DAMPAKNYA …eprints.uny.ac.id/30542/2/1. Skripsi Full 11407141006.pdf · dipimpin oleh pembantu bupati. ... dan bersifat sensitif terhadap erosi. ...

9

2. Mengapa terjadi perubahan sistem pertanian di Kabupaten Sleman tahun

1961-1976?

3. Bagaimana dampak perubahan sistem pertanian bagi masyarakat di

Kabupaten Sleman tahun 1961-1976?

C. Tujuan Penelitian

Pengerjaan penelitian ini terdorong oleh beberapa tujuan yang hendak

dicapai. Mengenai tujuan tersebut, dapat diklasifikasikan menjadi tujuan umum

dan tujuan khusus.

1. Tujuan Umum

a. Mencapai taraf praktik dalam keilmuan sejarah jenjang strata 1 dengan

menerapkan metodologi sejarah yang dipelajari dalam perkuliahan

b. Melatih berpikir kritis, analitis, dan sistematis dalam ilmu sejarah

c. Menambah khasanah historiografi Indonesia demi tujuan pembangunan

2. Tujuan Khusus

a. Memahami gambaran umum wilayah Kabupaten Sleman

b. Memahami terjadinya perubahan sistem pertanian di Kabupaten Sleman

tahun 1961-1976

c. Memahami dampak perubahan sistem pertanian bagi masyarakat di

Kabupaten Sleman 1961-1976

Page 34: PERUBAHAN SISTEM PERTANIAN DAN DAMPAKNYA …eprints.uny.ac.id/30542/2/1. Skripsi Full 11407141006.pdf · dipimpin oleh pembantu bupati. ... dan bersifat sensitif terhadap erosi. ...

10

D. Manfaat Penelitian

Pengerjaan penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pembaca dan

penulis.

1. Bagi Pembaca

a. Menjelaskan gambaran umum wilayah Kabupaten Sleman

b. Menjelaskan terjadinya perubahan sistem pertanian di Kabupaten Sleman

tahun 1961-1976

c. Menjelaskan dampak perubahan sistem pertanian bagi masyarakat di

Kabupaten Sleman 1961-1976

2. Bagi Penulis

a. Menjadi tolok ukur sejauh mana penulis memahami pengetahuan

kesejarahan dalam perkuliahan

b. Menjadi tolok ukur sejauh mana penulis mendalami cara berpikir kritis,

analitis, dan sistematis dalam ilmu sejarah

c. Menjadi tolok ukur sejauh mana penulis turut serta dalam proses

pembangunan

E. Kajian Pustaka

Kajian pustaka merupakan telaah terhadap pustaka-pustaka yang

digunakan sebagai landasan pemikiran dalam penelitian dan acuan dalam

mengambil jawaban sementara dari rumusan masalah.23 Skripsi ini menggunakan

23 Tim Prodi Ilmu Sejarah, Pedoman Penulisan Tugas Akhir Ilmu Sejarah,(Yogyakarta: Program Studi Ilmu Sejarah, Jurusan Pendidikan Sejarah, FakultasIlmu Sosial, UNY, 2013), hlm. 6.

Page 35: PERUBAHAN SISTEM PERTANIAN DAN DAMPAKNYA …eprints.uny.ac.id/30542/2/1. Skripsi Full 11407141006.pdf · dipimpin oleh pembantu bupati. ... dan bersifat sensitif terhadap erosi. ...

11

beberapa pustaka atau literatur yang menjadi landasan pemikiran dalam

penelitian, sumber-sumber yang digunakan sebagai acuan antara lain:

Buku Kabupaten Sleman karangan Biro Hubungan Masyarakat yang

diterbitkan oleh Biro Hubungan Masyarakat.24 Yogyakarta disebut Daerah

Istimewa karena pada mulanya merupakan daerah berpemerintahan sendiri

(swapraja). Kota ini merupakan satuan pemerintahan sendiri, sedangkan daerah-

daerah lainnya dibagi menjadi empat kabupaten: Kulon Progo di sebelah barat,

Sleman di sebelah utara, Bantul di tengah bagian selatan, dan Gunungkidul di

selatan dan timur.

Kabupaten Sleman merupakan kabupaten yang memiliki posisi strategis

yang menjadi penghubung Kota Yogyakarta dengan Magelang Jawa Tengah.

Secara geografis Kabupaten Sleman terletak diantara 110° 33′ 00″ dan 110° 13′

00″ Bujur Timur, 7° 34′ 51″ dan 7° 47′ 30″ Lintang Selatan. Wilayah Kabupaten

Sleman sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Boyolali, sebelah timur

berbatasan dengan Kabupaten Klaten, sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten

Magelang, dan sebelah selatan berbatasan dengan Kota Yogyakarta. Kabupaten

Sleman terbagi menjadi dalam beberapa wilayah seperti berdasarkan karakteristik

wilayah di beberapa daerah di Kabupaten Sleman, kemudian berdasarkan letak

kota dan mobilitas kegiatan masyarakat, dapat dibedakan fungsi kota sebagai

berikut: wilayah aglomerasi, wilayah sub urban, dan wilayah fungsi

khusus/wilayah penyangga.

24 Biro Hubungan Masyarakat, Kabupaten Sleman, Yogyakarta: BiroHubungan Masyarakat, tt.

Page 36: PERUBAHAN SISTEM PERTANIAN DAN DAMPAKNYA …eprints.uny.ac.id/30542/2/1. Skripsi Full 11407141006.pdf · dipimpin oleh pembantu bupati. ... dan bersifat sensitif terhadap erosi. ...

12

Handojo Adi Pranowo DS dalam buku berjudul Manusia dan Hutan:

Proses Perubahan Ekologi di Lereng Gunung Merapi terbitan Gadjah Mada

University Press.25 Contoh sebelum tahun 1912 penduduk Sleman atau penduduk

lereng Merapi melakukan perladangan di dalam hutan. Sistem perladangan, lama

periode penggarapan ladang, dan lama periode bero (rotasi perladangan). Setiap

keluarga rata-rata memiliki area perladangan di dalam hutan sebanyak tiga sampai

empat tempat. Masing-masing tanah garapan diolah sebanyak tiga sampai empat

kali masa panen. Ciri-ciri perladangan menurut Gourou antara lain: perladangan

dijalankan di tanah tropis yang gersang, teknik pertanian yang elementer tanpa

menggunakan alat-alat kecuali kampak, kepadatan penduduk rendah, dan

menyangkut tingkat konsumsi yang rendah. Menurut Otto Soemarwoto sistem

perladangan ditandai dengan kerusakan hutan, erosi, banjir, dan kekeringan tanah.

Sistem pertanian kemudian berubah ke sistem tegalan. Tanaman utama di tegalan

adalah jagung. Tanaman lain yang ditanam di tegalan dan berfungsi sebagai

tanaman penyeling adalah kara, kentang, garut, keladi, dan jenis umbi-umbian

lainnya.

Lucas Sasongko Triyoga dalam buku Manusia Jawa dan Gunung Merapi:

Persepsi dan Kepercayaannya terbitan Gadjah Mada University Press.26 Dampak

ekonomi perubahan sistem pertanian menghasilkan jenis-jenis pertanian dan

sistem pertanian yang kemudian memunculkan pertanian tradisional dan pertanian

25 Handojo Adi Pranowo DS, Manusia dan Hutan: Proses PerubahanEkologi di Lereng Gunung Merapi, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press,1985).

26 Lucas Sasongko Triyoga, Manusia Jawa dan Gunung Merapi: Persepsidan Kepercayaannya, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1991).

Page 37: PERUBAHAN SISTEM PERTANIAN DAN DAMPAKNYA …eprints.uny.ac.id/30542/2/1. Skripsi Full 11407141006.pdf · dipimpin oleh pembantu bupati. ... dan bersifat sensitif terhadap erosi. ...

13

modern. Dampak lain seperti adanya hama perusak tanaman menjelang masa

panen jagung adalah binatang hutan yang tinggal di dalam hutan Merapi, seperti

celeng, burung betet, dan kera. Dampak sosial perubahan sistem pertanian adalah

kebudayaan manusia yang seragam dan keadaan alam sekitar juga menentukan

corak pertanian. Corak kehidupan masyarakat desa/petani juga perlu mengenal

jenis dan sistem pertanian. Jenis-jenis pertanian berkaitan dengan tanaman pokok

yang menjadi sumber kehidupan dari suatu masyarakat desa/petani. Perbedaan

jenis tanaman pokok juga menciptakan perbedaan dalam corak kehidupan

masyarakatnya.

Penelitian ini menggunakan teori involusi pertanian. Menurut Geertz,

involusi adalah suatu proses kemerosotan pola kebudayaan yang sudah mencapai

bentuk pasti tetapi, tidak berhasil menstabilkannya atau mengubahnya menjadi

suatu pola baru dan terus berkembang menjadi semakin rumit.27 Model

perekonomian makro berdasarkan pandangan ekologi budaya yang banyak

membantu Geertz adalah gambaran tiga sistem pengolahan (sumber daya)

pertanian yaitu persawahan (dengan irigasi yang kompleks), perladangan

(pertanian ekstensif), dan perkebunan (pertanian yang sangat padat modal).28

Sepanjang sejarah gunung-gunung berapi di Pulau Jawa selalu dipadati

pemukiman penduduk karena merupakan sumber bagi kehidupan yaitu

menyuburkan tanah pertanian melalui air, mineral dan abu vulkanik yang selalu

27 Mubyarto,” Involusi Pertanian dan Pemberantasan Kemiskinan: KritikTerhadap Clifford Geertz”, Prisma, No. 2/VII/1978, hlm. 58.

28 Ibid.

Page 38: PERUBAHAN SISTEM PERTANIAN DAN DAMPAKNYA …eprints.uny.ac.id/30542/2/1. Skripsi Full 11407141006.pdf · dipimpin oleh pembantu bupati. ... dan bersifat sensitif terhadap erosi. ...

14

menutupi permukaan tanahnya, dan merupakan sumber bencana yang disebabkan

oleh awan panas, lahar, dan letusan-letusannya.29

F. Historiografi yang Relevan

Historiografi yang relevan merupakan suatu karya sejarah yang

mendahului penelitian yang akan ditulis. Karya sejarah terdahulu kemudian

dibedah untuk mengetahui kekurangan penelitian terdahulu. Kekurangan peneliti

tersebut, digunakan sebagai landasan pembeda karya yang akan ditulis.30

Historiografi yang relevan pertama menggunakan karya dari Siti Alfiah

Mukmin dengan judul Kehidupan Sosial Ekonomi Penduduk Sleman di Sekitar

Gunung Merapi Tahun 1930-1969. Dalam tulisan ini mengidentifikasi mengenai

segala sesuatu yang dikaitkan dengan akibat dari letusan Gunung Merapi dalam

kurun waktu 39 tahun (1930-1969). Penelitian ini sangat berbeda dengan

penelitian sebelumnya, karena penulis lebih menekankan pada perubahan sistem

pertanian dan dampaknya bagi masyarakat di Kabupaten Sleman tahun 1961-

1976.

Historiografi yang relevan kedua menggunakan karya dari Trihapsari Nina

Hadiastuti dengan judul Pengaruh Modernisasi Pertanian pada Kehidupan

Masyarakat Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman Tahun

1970-1984. Tulisan ini memaparkan tentang pengaruh modernisasi pertanian baik

dalam bidang sosial maupun ekonomi. Karya ini juga memaparkan tentang usaha

29 Clifford Geertz, Involusi Pertanian: Proses Perubahan Ekologi diIndonesia, (Jakarta: Bhratara Karya Aksara, 1983).

30 Tim Prodi Ilmu Sejarah, loc.cit., hlm 6.

Page 39: PERUBAHAN SISTEM PERTANIAN DAN DAMPAKNYA …eprints.uny.ac.id/30542/2/1. Skripsi Full 11407141006.pdf · dipimpin oleh pembantu bupati. ... dan bersifat sensitif terhadap erosi. ...

15

pemerintah dalam memodernisasi pertanian serta penerapan modernisasi pertanian

dan reaksi masyarakat terhadap modernisasi pertanian. Penelitian ini sangat

berbeda dengan penelitian sebelumnya, karena penulis lebih menekankan pada

perubahan sistem pertanian di Kabupaten Sleman akibat adanya erupsi Merapi.

Hitoriografi yang relevan ketiga menggunakan karya dari Zuminati

Rahayu dengan judul Revolusi Hijau dan Perubahan Sosial Ekonomi Petani

Wanita di Kabupaten Sleman Tahun 1970-1984. Tulisan ini memaparkan tentang

dampak Revolusi Hijau terhadap keadaan sosial ekonomi petani wanita di

Kabupaten Sleman. Tulisan ini juga memaparkan tentang hilangnya peran petani

wanita dalam pertanian karena digantikan oleh teknologi yang lebih modern.

Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya, karena penulis lebih

menekankan pada dampak sosial ekonomi akibat perubahan sistem pertanian.

G. Metode Penelitian dan Pendekatan Penelitian

1. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini metode yang akan digunakan adalah metode sejarah.

Proses penyusunan hasil penelitian diperoleh melalui tahapan, yaitu: heuristik

(metode pengumpulan data), verifikasi (kritik sumber), interpretasi (penafsiran),

dan historiografi (penulisan sejarah).31 Dari empat langkah tersebut dapat

dijelaskan sebagai berikut.

31 Helius Sjamsuddin, Metodologi Sejarah, (Yogyakarta: Ombak, 2007),hlm. 86.

Page 40: PERUBAHAN SISTEM PERTANIAN DAN DAMPAKNYA …eprints.uny.ac.id/30542/2/1. Skripsi Full 11407141006.pdf · dipimpin oleh pembantu bupati. ... dan bersifat sensitif terhadap erosi. ...

16

a. Heuristik

Heuristik adalah kegiatan awal untuk mendapatkan data-data atau materi

sejarah.32 Dapat dikatakan bahwa tahapan ini merupakan pengumpulan data atau

sumber dan informasi yang relevan. Hanya data atau informasi yang berhubungan

dengan segi-segi tertentu dari pokok permasalahan yang perlu dikumpulkan.

Pengumpulan sumber yang sudah penulis lakukan yaitu dengan mengunjungi

beberapa perustakaan dan arsip, seperti: Perpustakaan UNY, Perpustakaan FIS,

Perpustakaan UGM, dan Jogja Library Centre. Perpustakaan menjadi tempat

pencarian utama penulis, dari hasil kunjungan tersebut penulis menemukan

beberapa buku yang dapat menjawab pertanyaan penulis dalam rumusan masalah.

Dalam penulisan ini, penulis mengumpulkan sumber-sumber yang berhubungan

dengan masalah yang akan di bahas. Sumber-sumber tersebut berupa arsip,

majalah dan buku-buku. Sumber primer antara lain:

Biro Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta, Statistik Pemerintah DaerahIstimewa Yogyakarta Tahun 1964-1966, Yogyakarta: Biro Statistik, 1967.

Biro Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta, Statistik Pemerintah Daerah DaerahIstimewa Yogyakarta Tahun 1969, Yogyakarta: Biro Statistik, 1970.

Biro Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta, Statistik Pemerintah Daerah DaerahIstimewa Yogyakarta Tahun 1972, Yogyakarta: Biro Statistik, 1973.

Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta dalamAngka Tahun 1976, Yogyakarta: Biro Statistik, 1976.

Penulisan karya ini juga menggunakan sumber lisan berupa wawancara.

Beberapa daftar narasumber yang telah diwawancara antara lain:

1. Bapak Mujiyat pekerjaan sebagai pensiunan

32 Ibid.

Page 41: PERUBAHAN SISTEM PERTANIAN DAN DAMPAKNYA …eprints.uny.ac.id/30542/2/1. Skripsi Full 11407141006.pdf · dipimpin oleh pembantu bupati. ... dan bersifat sensitif terhadap erosi. ...

17

2. Bapak Sapari pekerjaan sebagai petani

3. Ibu Mujilah pekerjaan sebagai petani

4. Ibu Suyadi pekerjaan sebagai petani

5. Bapak Ponimin pekerjaan sebagai petani

Sumber sekunder antara lain:

Biro Hubungan Masyarakat, Kabupaten Sleman, Yogyakarta: Biro HubunganMasyarakat, tt.

Geertz, Clifford, Involusi Pertanian: Proses Perubahan Ekologi di Indonesia,Jakarta: Bhratara Karya Aksara, 1983.

Handojo Adi Pranowo, Manusia dan Hutan: Proses Perubahan Ekologi di LerengGunung Merapi, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1985.

Koentjaraningrat, Kebudayaan Jawa, Jakarta: PN BALAI PUSTAKA, 1984.

Leirissa, R.Z dkk, Sejarah Perekonomian Indonesia. Jakarta: DepartemenPendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, 1996.

Loekman Soetrisno, Pertanian Pada Abad Ke-21, Jakarta: Direktorat JenderalPendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1998.

Lucas Sasongko Triyoga, Manusia Jawa dan Gunung Merapi: Persepsi danKepercayaannya, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1991.

Wahyunto dan Wasito, “Lintasan Sejarah Erupsi Gunung Merapi”, Bogor: BalaiBesar Sumber Daya Lahan dan Balai Besar Pengkajian dan PengembanganTeknologi Pertanian.

b. Verifikasi (Kritik Sumber)

Tahapan ini merupakan pengujian terhadap sumber-sumber agar diperoleh

tentang keabsahan sumber. Verifikasi ini terdiri dari kritik ekstern dan kritik

intern. Kritik ektern yaitu pengujian terhadap keaslian, turunan, palsu, serta

relevan atau tidaknya suatu sumber. Kritik intern yaitu pengujian terhadap isi atau

kandungan sumber. Proses kritik tersebut bertujuan untuk mencari fakta sejarah.

Page 42: PERUBAHAN SISTEM PERTANIAN DAN DAMPAKNYA …eprints.uny.ac.id/30542/2/1. Skripsi Full 11407141006.pdf · dipimpin oleh pembantu bupati. ... dan bersifat sensitif terhadap erosi. ...

18

Fakta sejarah dapat diartikan sebagai kesimpulan dari kenyataan yang diperoleh

dari hasil penyelidikan terhadap sumber sejarah sehingga mengandung unsur

subjektivitas.

c. Interpretasi (Penafsiran)

Proses interpretasi, berusaha mencapai pengertian faktor-faktor yang

menyebabkan terjadinya peristiwa. Proses ini sering diwarnai dengan

subjektivitas. Interpretasi dibedakan menjadi dua, yaitu interpretasi analitis dan

interpretasi sintesis. Interpretasi analitis merupakan proses menguraikan. Karena

dalam beberapa sumber sejarah terdapat beberapa kemungkinan pemahaman.

Sedangkan interpretasi sintesis merupakan proses penyatuan. Mengenai

interpretasi analitis, memungkinkan untuk menggunakan ilmu bantu yang berupa

teori-teori politik.

d. Historiografi (Penulisan Sejarah)

Suatu tahapan untuk melakukan pemaparan dari hasil penelitian sejarah

yang telah dilakukan. Pada tahap ini dituntut kemahiran dalam menguraikan

temuan-temuan sehingga menjadi sebuah kisah sejarah. Penyajian laporan harus

dilakukan secara jelas, sistematis, dan terperinci dalam bentuk kalimat yang

efektif.

2. Pendekatan Penelitian

Untuk mempermudah penelitian ini maka pendekatan-pendekatan yang

nantinya diharapkan dapat menjadi jembatan penyeberangan pembaca dalam

memahami apa yang ingin disampaikan dalam tulisan ini. Pendekatan yang

Page 43: PERUBAHAN SISTEM PERTANIAN DAN DAMPAKNYA …eprints.uny.ac.id/30542/2/1. Skripsi Full 11407141006.pdf · dipimpin oleh pembantu bupati. ... dan bersifat sensitif terhadap erosi. ...

19

digunakan adalah pendekatan geografi, pendekatan ekonomi, dan pendekatan

ekologi.

a. Pendekatan geografi

Geografi adalah ilmu yang mempelajari tentang penguraian dan

pembahasan serta pemahaman atas perbedaan-perbedaan kewilayahan dalam

distribusi lokasi. Fokusnya adalah pada sifat dan saling keterkaitan antara

lingkungan, tata ruang, dan tempat.33 Pendekatan geografi digunakan untuk

mengetahui gambaran umum wilayah di Kabupaten Sleman.

b. Pendekatan Ekonomi

Sejarah ekonomi dalam berbagai aspek semakin menonjol pada awal abad

ini. Terutama setelah adanya proses modernisasi dan lebih memfokuskan

perhatian pada pembangunan ekonomi. Perkembangan selanjutnya sejarah

ekonomi mengalami perubahan dengan munculnya sejarah pertanian, sejarah kota,

sejarah bisnis, sejarah perburuhan, dan formasi kapital.34 Pendekatan ekonomi

digunakan untuk mengetahui tentang sejarah pertanian serta dampak ekonomi

yang disebabkan oleh perubahan sistem pertanian di Kabupaten Sleman akibat

erupsi Gunung Merapi.

c. Pendekatan Ekologi

Pendekatan ekologi melihat lingkungan hidup manusia sebagai suatu

kesatuan yang secara menyeluruh saling berinteraksi. Pendekatan ekologi ini

digunakan untuk mengetahui erupsi Gunung Merapi yang berdampak buruk pada

33 Abd Rahman Hamid dan Muhammad Saleh Madjid, Pengantar IlmuSejarah, (Yogyakarta: Ombak, 2011), hlm. 36.

34 Sartono Kartodirdjo, op.cit., hlm. 136-138.

Page 44: PERUBAHAN SISTEM PERTANIAN DAN DAMPAKNYA …eprints.uny.ac.id/30542/2/1. Skripsi Full 11407141006.pdf · dipimpin oleh pembantu bupati. ... dan bersifat sensitif terhadap erosi. ...

20

lingkungan dan sumber daya alam di sekitarnya, di antaranya adalah sumber daya

air yang berujung pada terganggunya penyediaan air untuk berbagai penggunaan

terutama pertanian, domestik, dan industri.

d. Pendekatan Sosial

Sejarah sosial mempunyai bahan kajian yang luas dan beraneka ragam.

Kebanyakan sejarah sosial juga mempunyai hubungan erat dengan sejarah

ekonomi, dapat disebut juga sejarah sosial ekonomi. Sejarah sosial juga

mengambil tema-tema seperti kemiskinan, perbanditan, kekerasan, kriminalitas,

pertumbuhan penduduk, migrasi dan urbanisasi.35 Perbanditan terjadi di

Yogyakarta bagian dari Vorstenlanden dengan kehidupan penduduknya bertani

tahun 1860-an. Perbanditan atau lebih dikenal dengan kecu adalah perampokan

yang dilakukan lebih dari lima orang dengan korban orang-orang perkebunan dan

orang Cina. Perbanditan ini berdampak pada keadaan sosial dan ekonomi

masyarakat Yogyakarta.36 Pendekatan sosial digunakan untuk mengetahui dampak

sosial dari perubahan sistem pertanian di Kabupaten Sleman.

H. Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi yang berjudul “Perubahan Sistem Pertanian dan

Dampaknya terhadap Keadaan Sosial Ekonomi Masyarakat di Kabupaten Sleman

Tahun 1961-1976”. Secara sistematis terdiri dari lima bab. Untuk memperoleh

35 Kuntowijoyo, Metodologi Sejarah, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2003),hlm. 39-41.

36 Suhartono, Bandit-bandit Pedesaan di Jawa: Studi Historis 1850-1942,(Yogyakarta: Aditya Media, 1995), hlm. 140.

Page 45: PERUBAHAN SISTEM PERTANIAN DAN DAMPAKNYA …eprints.uny.ac.id/30542/2/1. Skripsi Full 11407141006.pdf · dipimpin oleh pembantu bupati. ... dan bersifat sensitif terhadap erosi. ...

21

gambaran yang jelas tentang skripsi ini, maka penulis akan memberikan gambaran

singkat tentang sistematika penulisan sebagi berikut.

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini dipaparkan mengenai: latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kajian pustaka, historiografi yang

relevan, metode penelitian dan pendekatan penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN SLEMAN

Bab ini memaparkan tentang gambaran umum kabupaten Sleman.

Gambaran umum tersebut meliputi keadaan geografis, karakteristik wilayah,

keadaan demografi, dan keadaan sosial ekonomi.

BAB III PERUBAHAN SISTEM PERTANIAN DI KABUPATEN SLEMAN

Bab ini memaparkan tentang aktivitas erupsi Gunung Merapi tahun 1961-

1976. Kemudian sistem pertanian di kabupaten Sleman sebelum tahun 1961.

Terakhir membahas tentang sistem pertanian di kabupaten Sleman tahun 1961-

1976.

BAB IV DAMPAK PERUBAHAN SISTEM PERTANIAN TERHADAPMASYARAKAT DI KABUPATEN SLEMAN

Bab ini memaparkan tentang dampak perubahan sistem pertanian di

kabupaten Sleman, baik dampak sosial maupun dampak ekonomi.

BAB V KESIMPULAN

Bab ini memaparkan mengenai jawaban atas berbagai pertanyaan dalam

rumusan masalah.

Page 46: PERUBAHAN SISTEM PERTANIAN DAN DAMPAKNYA …eprints.uny.ac.id/30542/2/1. Skripsi Full 11407141006.pdf · dipimpin oleh pembantu bupati. ... dan bersifat sensitif terhadap erosi. ...

22

BAB IIGAMBARAN UMUM KABUPATEN SLEMAN

A. Latar Belakang Sejarah

Nama “Sleman” berasal dari kata “Saliman” atau “Salimar” yang berarti

“Gajah”. Penemuan prasasti bertuliskan “Sa Sima” yang berarti dimedakakan

dengan angka tahun 700 Masehi ditemukan tahun 1963. Reorganisasi besar-

besaran sebagai akibat menyusutnya wilayah Kasultanan Yogyakarta tahun 1831,

yang terbagi dalam 3 kawasan yaitu:1

1. Mataram yang terletak di Yogyakarta bagian tengah antara Kali Progo dan

Kali Opak (termasuk daerah Sleman) sebagai daerah “Negoro-Gung”

diperuntukkan tanah lungguh2 kraton

2. Kulon Progo yang diperuntukkan sebagai tanah lungguh Adipati Anom dan

tanah pamajegan dalem3

3. Gunungkidul yang diperuntukkan sebagai tanah pamajegan dalem

Reorganisasi daerah Mataram menjadi kabupaten, yaitu Kalasan, Sleman,

dan Bantul tahun 1916. Reorganisasi kembali terjadi dan membagi Yogyakarta

bagian tengah menjadi 2 kabupaten, yaitu Yogyakarta dan Bantul tahun 1927.

Reorganisasi yang terakhir pada zaman penjajahan Belanda terjadi pada tahun

1 Biro Hubungan Masyarakat, Kabupaten Sleman, (Yogyakarta: BiroHubungan Masyarakat, tt), hlm. 1.

2 Tanah lungguh adalah tanah garapan yang diberikan kepada pegawaikerajaan sebagai pengganti gaji sesuai dengan kebutuhannya atau jabatannya.

3 Tanah pamajegan dalem atau tanah raja dimana hasil produksi atas tanahitu digunakan untuk menghidupi raja beserta keluarganya.

Page 47: PERUBAHAN SISTEM PERTANIAN DAN DAMPAKNYA …eprints.uny.ac.id/30542/2/1. Skripsi Full 11407141006.pdf · dipimpin oleh pembantu bupati. ... dan bersifat sensitif terhadap erosi. ...

23

1940 yang membagi wilayah Kasultanan Yogyakarta menjadi 4 kabupaten, yaitu

Yogyakarta, Bantul, Kulon Progo, dan Gunungkidul. penggabungan wilayah

Kasultanan dan Pakualaman yang terbagi dalam 6 kabupaten, yaitu Yogyakarta,

Sleman, Bantul, Gunungkidul, Kulon Progo, dan Adikarto pada masa pendudukan

Jepang tahun 1945. Kabupaten Sleman dibentuk berdasarkan Undang-undang No.

15 tahun 1950 berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 32 tahun 1950. Kabupaten

Kulon Progo dan Adikarto digabungkan menjadi Kabupaten Kulon Progo pada

tahun 1951.4

Keberadaan Kabupaten Sleman dapat diketahui dalam Rijksblad No. 11

tahun 1916 tanggal 15 Mei 1916 yang membagi wilayah Kasultanan Yogyakarta

dalam 3 Kabupaten, yakni Kalasan, Bantul, dan Sulaiman (yang kemudian disebut

Sleman). Rijksblad juga disebutkan bahwa Kabupaten Sulaiman (Sleman) terdiri

dari 4 distrik yakni:5

1. Distrik Mlati terdiri 5 onderdistrik dan 46 kelurahan

2. Distrik Klegoeng terdiri 6 onderdistrik dan 52 kelurahan

3. Distrik Joemeneng terdiri 6 onderdistrik dan 58 kelurahan

4. Distrik Godean terdiri 8 onderdistrik dan 55 kelurahan

Berdasarkan Perda No.12 tahun 1998, tanggal 15 Mei tahun 1916 akhirnya

ditetapkan sebagai hari jadi Kabupaten Sleman. Menurut Almanak6, hari tersebut

4 Biro Hubungan Masyarakat, loc.cit.

5 “Kabupaten Sleman”, http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Slemandiakses 24 Maret 2015.

6 Almanak adalah buku berisi penanggalan dan karangan yang perludiketahui umum, biasanya terbit tiap tahun.

Page 48: PERUBAHAN SISTEM PERTANIAN DAN DAMPAKNYA …eprints.uny.ac.id/30542/2/1. Skripsi Full 11407141006.pdf · dipimpin oleh pembantu bupati. ... dan bersifat sensitif terhadap erosi. ...

24

tepat pada hari Senin Kliwon, tanggal 12 Rejeb. Berdasar pada perhitungan tahun

masehi, hari jadi Kabupaten Sleman ditandai dengan surya sengkala7 "Rasa

Manunggal Hanggatra Negara" yang memiliki sifat bilangan Rasa = 6, Manunggal

= 1, Hanggatra = 9, Negara = 1, sehingga terbaca tahun 1916. Sengkalan tersebut,

walaupun melambangkan tahun, memiliki makna yang jelas bagi masyarakat

Jawa, yakni dengan rasa persatuan membentuk negara. Sedangkan dari

perhitungan tahun Jawa diperoleh candra sengkala8 "Anggana Catur Salira

Tunggal". Anggana = 6, Catur = 4, Salira = 8, Tunggal = 1. Dengan demikian dari

candra sengkala tersebut terbaca tahun 1846.9

Kabupaten Sleman diturunkan statusnya menjadi distrik di bawah wilayah

Kabupaten Yogyakarta dan pada tanggal 8 April 1945, Sri Sultan

Hamengkubuwono IX melakukan penataan kembali wilayah Kasultanan

Yogyakarta melalui Jogjakarta Koorei10 angka 2 (dua). Penataan ini

menempatkan Sleman pada status semula, sebagai wilayah Kabupaten dengan

Kanjeng Raden Tumenggung Pringgodiningrat sebagai bupati. Wilayah Sleman

membawahi 17 kapenewon/kecamatan (son) yang terdiri dari 258 kelurahan (Ku).

Ibu kota kabupaten berada di wilayah utara, yang saat ini dikenal sebagai Desa

7 Sengkala atau sengkalan adalah angka tahun yang disimbolkan dengankata-kata, gambar, atau benda. Sengkala dapat terwujud, karena dalam budayaJawa masing-masing benda, sifat, atau kondisi alam memiliki angka. Menurutjenis kalender yang digunakan, terdapat surya sengkala dan candra sengkala.Surya sengkala menggunakan kalender berdasarkan perhitungan matahari.“Sengkala”, http://id.wikipedia.org/wiki/Sengkala diakses 4 Mei 2015.

8 Candra sengkala menggunakan perhitungan bulan, seperti tahun saka,tahun Jawa, atau tahun Hijriah.

9 Biro Hubungan Masyarakat, loc.cit.

10 Jogjakarta Koorei semacam Rijksblad atau Lembaran Negara.

Page 49: PERUBAHAN SISTEM PERTANIAN DAN DAMPAKNYA …eprints.uny.ac.id/30542/2/1. Skripsi Full 11407141006.pdf · dipimpin oleh pembantu bupati. ... dan bersifat sensitif terhadap erosi. ...

25

Triharjo, melalui Maklumat Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Nomor 5 tahun 1948 tentang perubahan daerah-daerah kelurahan, maka 258

kelurahan di Kabupaten Sleman saling menggabungkan diri hingga menjadi 86

kelurahan/desa. Kelurahan/desa tersebut membawahi 1.212 padukuhan.11

B. Keadaan Geografis

1. Letak Wilayah

Yogyakarta disebut Daerah Istimewa karena pada mulanya merupakan

daerah berpemerintahan sendiri (swapraja). Kota ini merupakan satuan

pemerintahan sendiri, sedangkan daerah-daerah lainnya dibagi menjadi empat

kabupaten: Kulon Progo di sebelah barat, Sleman di sebelah utara, Bantul di

tengah bagian selatan, dan Gunungkidul di selatan dan timur.12

Secara geografis Daerah Tingkat II Sleman terletak di bagian utara Daerah

Istimewa Yogyakarta bentuknya mirip segitiga dengan puncaknya Gunung

Merapi setinggi 2.911 m di atas permukaan laut dan wilayah ini termasuk daerah

Hinterland13. Secara geografis daerah ini terletak pada posisi 7o 34' 51" 7o 03"

Lintang Selatan dan 107o 15' 03-110o 28' 30" Bujur Timur. Adapun batas-batasnya

sebelah utara Kabupaten Daerah Tingkat II Magelang dan Boyolali, sebelah timur

berbatasan dengan Kabupaten Klaten, sebelah tenggara Kabupaten Gunung Kidul

11 Biro Hubungan Masyarakat, loc.cit.

12 Selo Soemardjan, Perubahan Sosial di Yogyakarta, (Yogyakarta: GadjahMada University Press, 1981), hlm. 15.

13 Daerah Hinterland adalah suatu daerah yang berfungsi sebagai pemasokdan pemenuhan kebutuhan bahan makanan pokok serta tempat produksi komoditiekspor.

Page 50: PERUBAHAN SISTEM PERTANIAN DAN DAMPAKNYA …eprints.uny.ac.id/30542/2/1. Skripsi Full 11407141006.pdf · dipimpin oleh pembantu bupati. ... dan bersifat sensitif terhadap erosi. ...

26

dan sebelah selatan Kabupaten Bantul dan Kota Madya Yogyakarta serta sebelah

barat berbatasan dengan Kabupaten Kulon Progo.14

2. Luas Wilayah

Luas wilayah Kabupaten Sleman adalah 57.482 ha atau 574,82 km2 atau

sekitar 18% dari luas wilayah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang seluas

3.185,80 km2. Jarak terjauh utara-selatan wilayah Kabupaten Sleman 32 km,

sedangkan jarak terjauh timur-barat 35 km. Secara administratif, Kabupaten

Sleman terdiri atas 17 wilayah kecamatan, 86 desa, dan 1.212 Padukuhan.

Kecamatan dengan wilayah paling luas adalah Cangkringan (4.799 ha), dan yang

paling sempit adalah Berbah (2.299 ha). Kecamatan dengan padukuhan terbanyak

adalah Tempel (98 padukuhan), sedangkan kecamatan dengan padukuhan paling

sedikit adalah Turi (54 padukuhan). Kecamatan dengan Desa terbanyak adalah

Tempel (8 desa), sedangkan Kecamatan dengan Desa paling sedikit adalah Depok

(3 desa). Pembagian wilayah administrasi Kabupaten Sleman dapat dilihat pada

tabel berikut ini.

14 Biro Hubungan Masyarakat, op.cit., hlm 6.

Page 51: PERUBAHAN SISTEM PERTANIAN DAN DAMPAKNYA …eprints.uny.ac.id/30542/2/1. Skripsi Full 11407141006.pdf · dipimpin oleh pembantu bupati. ... dan bersifat sensitif terhadap erosi. ...

27

Tabel 1Pembagian Wilayah Administrasi Kabupaten Sleman

No. KecamatanBanyaknya

Luas (Ha)Desa Padukuhan

1. Moyudan 4 65 2.762

2. Minggir 5 68 2.727

3. Seyegan 5 67 2.663

4. Godean 7 77 2.684

5. Gamping 5 59 2.925

6. Mlati 5 74 2.852

7. Depok 3 58 3.555

8. Berbah 4 58 2.299

9. Prambanan 6 68 4.135

10. Kalasan 4 80 3.584

11. Ngemplak 5 82 3.571

12. Ngaglik 5 87 3.852

13. Sleman 6 83 3.132

14. Tempel 8 98 3.249

15. Turi 4 54 4.309

16. Pakem 5 61 4.384

17. Cangkringan 5 73 4.799

Jumlah 86 1.212 57.482

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Sleman, 2010.

3. Topografi

Keadaan tanah Kabupaten Sleman di bagian selatan relatif datar kecuali

daerah perbukitan di bagian tenggara Kecamatan Prambanan dan sebagian di

Kecamatan Gamping. Semakin ke utara relatif miring dan di bagian utara sekitar

lereng Gunung Merapi relatif terjal. Ketinggian wilayah Kabupaten Sleman

berkisar antara 100 meter sampai dengan 2.500 meter di atas permukaan laut.

Page 52: PERUBAHAN SISTEM PERTANIAN DAN DAMPAKNYA …eprints.uny.ac.id/30542/2/1. Skripsi Full 11407141006.pdf · dipimpin oleh pembantu bupati. ... dan bersifat sensitif terhadap erosi. ...

28

Ketinggian wilayahnya dapat dibagi menjadi 4 kelas dapat dilihat pada tabel

berikut ini.15

Tabel 2Ketinggian Wilayah Kabupaten Sleman

No. Kecamatan

< 100 m 100-499 500-999 > 1.000 Jumlah

dpl m dpl m dpl m dpl (Ha)

(ha) (ha) (ha) (ha)

1. Moyudan 2.407 355 - - 2.762

2. Minggir 357 2.370 - - 2.727

3. Godean 209 2.475 - - 2.684

4. Seyegan - 2.663 - - 2.663

5. Tempel - 3.172 77 - 3.249

6. Gamping 1.348 1.577 - - 2.925

7. Mlati - 2.852 - - 2.852

8. Sleman - 3.132 - - 3.132

9. Turi - 2.076 2.155 78 4.309

10. Pakem - 1.664 1.498 1.222 4.384

11. Ngaglik - 3.852 - - 3.852

12. Depok - 3.555 - - 3.555

13. Kalasan - 3.584 - - 3.584

14. Berbah 1.447 852 - - 2.299

15. Prambanan 435 3.700 - - 4.135

16. Ngemplak - 3.571 - - 3.571

17. Cangkringan - 1.796 2.808 195 4.799

Jumlah 6.203 43.246 6.538 1.495 57.482

Prosentase 10,79 75 11,38 2,6 100

Sumber: Dinas Pengendalian Pertanian Kabupaten Sleman, 2010.

4. Geohidrologi

Kondisi geologi di Kabupaten Sleman didominasi oleh keberadaan

Gunung Merapi dengan dan merupakan gunung berapi paling aktif di Indonesia.

Adanya Gunung merapi membuat wilayah ini sangat subur. Lava dan debu akibat

15 Ibid.

Page 53: PERUBAHAN SISTEM PERTANIAN DAN DAMPAKNYA …eprints.uny.ac.id/30542/2/1. Skripsi Full 11407141006.pdf · dipimpin oleh pembantu bupati. ... dan bersifat sensitif terhadap erosi. ...

29

erupsi berubah menjadi tanah yang amat subur dan menguntungkan untuk kaum

petani.16

Kabupaten Sleman terdapat 4 jalur mata air (springbelt) yaitu: jalur mata

air Bebeng, jalur mata air Sleman-Cangkringan, jalur mata air Ngaglik dan jalur

mata air Yogyakarta. Mata air ini telah banyak dimanfaatkan untuk sumber air

bersih maupun irigasi. Kabupaten Sleman terdapat 154 sumber mata air, yang

airnya mengalir ke sungai-sungai utama yaitu sungai Boyong, Kuning, Gendol,

dan Krasak.

5. Jenis Tanah

Sebagian besar tanah di wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Sleman

adalah regosol yang terletak di kaki Gunung Merapi, dari sekitar Kota Madya

Yogyakarta hingga Kaliurang jenis tanahnya regosol17 agak kelabu. Bagian

tenggara Kecamatan Prambanan tanahnya berjenis gromosol18 kelabu tua dan

litosol19. Sedangkan tanah aluvial20 kelabu dan aluvial coklat keabu-abuan ada di

16 Selo Soemardjan, op.cit., hlm. 14.

17 Tanah Regosol adalah tanah yang berbutir kasar dan berasal darimaterial gunung api. Tanah regosol berupa tanah aluvial yang baru diendapkan.Material jenis tanah ini berupa abu vulkanik dan pasir vulkanik. Jenis tanah initerdapat di daerah iklim beragam dengan permukaan yang bergelombang. Tanahregosol dapat dimanfaatkan untuk tanaman tembakau, kelapa, sayuran, dan tebu.

18 Tanah gromosol adalah jenis tanah yang terdapat di daerah yangmemiliki rata-rata curah hujan tahunan antara 1.000 mm sampai dengan 2.000mm. Tanah gromosol dapat dimanfaatkan untuk tanaman padi, jagung, kapas, dankedelai.

19 Tanah litosol adalah jenis tanah yang berasal dari batuan beku dansedimen yang keras, dan bersifat sensitif terhadap erosi. Tanah ini bermanfaatuntuk menanam tanaman yang berkayu keras.

Page 54: PERUBAHAN SISTEM PERTANIAN DAN DAMPAKNYA …eprints.uny.ac.id/30542/2/1. Skripsi Full 11407141006.pdf · dipimpin oleh pembantu bupati. ... dan bersifat sensitif terhadap erosi. ...

30

bagian barat tepi Kali Progo sekitar Kecamatan Minggir. Mediteran coklat tua di

sekitar Kecamatan Godean asosiasi litosol kuning dan renzina21 ada di sekitar

Moyudan.

6. Luas dan Komposisi Tanah

Luas keseluruhan Kabupaten Sleman 574,82 km2 terbagi atas 17

kecamatan, 86 kelurahan, dan 1.207 padukuhan, 20% merupakan daerah

perkotaan dan 80% daerah pedesaan hampir separuh dari luas wilayah merupakan

daerah pertanian yang subur dengan komposisi penggunaan sebagai berikut:22

sawah dengan luas 27.387 ha, tegal seluas 6.915 ha, pekarangan seluas 16.110 ha,

hutan seluas 1.545 ha, dan ain-lain seluas 5.609 ha.

7. Keadaan Iklim

Kabupaten Sleman terletak pada iklim hujan seperti pada daerah yang lain.

Musim hujan dari bulan Oktober sampai April saat bertiup angin muson barat

daya dengan arah 200o bersifat basah. Curah hujan tertinggi pada bulan April

sampai Oktober saat bertiup angin muson tenggara yang agak kering dengan arah

90o sampai 140o dengan kecepatan 15-16 knot per jam, hujan terendah pada bulan

20 Tanah aluvial adalah tanah yang terbentuk akibat proses pengendapankerikil, pasir, dan lumpur yang terangkut oleh angin, air, dan sungai menujupantai. Tanah aluvial dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku bangunan.

21 Tanah renzina adalah tanah hasil pelapukan batuan kapur di daerah yangmemiliki curah hujan yang tinggi. Tanah renzina memiliki warna hitam sedikitunsur hara. Tanah renzina banyak terdapat di daerah bergamping seperti diGunung Kidul, Yogyakarta.

22 Biro Hubungan Masyarakat, op.cit., hlm 7.

Page 55: PERUBAHAN SISTEM PERTANIAN DAN DAMPAKNYA …eprints.uny.ac.id/30542/2/1. Skripsi Full 11407141006.pdf · dipimpin oleh pembantu bupati. ... dan bersifat sensitif terhadap erosi. ...

31

Juni dan Juli. Kelembaban udara dengan intensitas rata-rata per bulan sebesar

78% dan tekanan udara 1.007 mbs.23

C. Karakteristik Wilayah

Karakteristik wilayah di Kabupaten Sleman dibagi menjadi tiga, yaitu:

karakteristik sumber daya, karakteristik jalur lintas antar daerah, dan karakteristik

fungsi kota.24

1. Berdasarkan karakteristik sumber daya wilayah Kabupaten Sleman terbagi

menjadi 4 kawasan, yaitu:

a. Kawasan Lereng Gunung Merapi, dimulai dari jalan yang

menghubungkan kota Tempel, Pakem, dan Cangkringan (ringbelt) sampai

dengan puncak Gunung Merapi. Wilayah ini merupakan sumber daya air

dan ekowisata yang berorientasi pada kegiatan Gunung Merapi dan

ekosistemnya

b. Kawasan Timur meliputi Kecamatan Prambanan, sebagian Kecamatan

Kalasan, dan Kecamatan Berbah. Wilayah ini merupakan tempat

peninggalan purbakala (candi) yang merupakan pusat wisata budaya dan

daerah lahan kering serta sumber bahan batu putih

23 Ibid.

24 “Kondisi Pertanian Kabupaten Sleman”,https://valkauts.wordpress.com/2012/04/18/kondisi-pertanian-kabupaten-sleman/,diakses 25 Maret 2015.

Page 56: PERUBAHAN SISTEM PERTANIAN DAN DAMPAKNYA …eprints.uny.ac.id/30542/2/1. Skripsi Full 11407141006.pdf · dipimpin oleh pembantu bupati. ... dan bersifat sensitif terhadap erosi. ...

32

c. Wilayah Tengah yaitu wilayah aglomerasi kota Yogyakarta yang meliputi

Kecamatan Mlati, Sleman, Ngaglik, Ngemplak, Depok, dan Gamping.

Wilayah ini merupakan pusat pendidikan, perdagangan dan jasa

d. Wilayah Barat meliputi Kecamatan Godean, Minggir, Seyegan, dan

Moyudan, merupakan daerah pertanian lahan basah yang tersedia cukup

air dan sumber bahan baku kegiatan industri kerajinan mendong, bambu,

serta gerabah

2. Berdasar jalur lintas antar daerah, kondisi wilayah Kabupaten Sleman

dilewati jalur jalan negara merupakan jalur ekonomi yang menghubungkan

Sleman dengan kota-kota pelabuhan utama (Semarang, Surabaya, dan

Jakarta). Jalur ini melewati wilayah Kecamatan Prambanan, Kalasan, Depok,

Mlati, Tempel, dan Gamping. Selain itu, wilayah Kecamatan Depok, Mlati,

dan Gamping jalan arteri primer, sehingga kecamatan-kecamatan tersebut

menjadi wilayah yang cepat berkembang, yaitu dari pertanian menjadi

industri, perdagangan, dan jasa.

3. Berdasarkan pusat-pusat pertumbuhan, wilayah Kabupaten Sleman

merupakan wilayah hulu kota Yogyakarta. Berdasar letak kota dan mobilitas

kegiatan masyarakat, dapat dibedakan fungsi kota sebagai berikut.

a. Wilayah Aglomerasi (perkembangan kota dalam kawasan tertentu)

merupakan perkembangan kota Yogyakarta, maka kota-kota yang

berbatasan dengan kota Yogyakarta yaitu Kecamatan Depok, Gamping

serta sebagian wilayah Kecamatan Ngaglik dan Mlati merupakan wilayah

aglomerasi kota Yogyakarta

Page 57: PERUBAHAN SISTEM PERTANIAN DAN DAMPAKNYA …eprints.uny.ac.id/30542/2/1. Skripsi Full 11407141006.pdf · dipimpin oleh pembantu bupati. ... dan bersifat sensitif terhadap erosi. ...

33

b. Wilayah Sub-Urban (wilayah perbatasan antara desa dan kota) meliputi

kota Kecamatan Godean, Sleman, dan Ngaglik terletak agak jauh dari

kota Yogyakarta dan berkembang menjadi tujuan kegiatan masyarakat di

wilayah kecamatan sekitarnya, sehingga menjadi pusat pertumbuhan

c. Wilayah Fungsi Khusus/Wilayah Penyangga (buffer zone) meliputi

kecamatan Tempel, Pakem, dan Prambanan yang merupakan pusat

pertumbuhan bagi wilayah sekitarnya

D. Keadaan Demografi

1. Kondisi Kependudukan

Kabupaten Sleman dengan luas wilayah 574,82 km2 sejak tahun 1960

sampai akhir 1976 jumlah penduduknya terus meningkat yaitu tahun 1960

sebanyak 518.911 dan pada akhir 1976 sebanyak 624.523. Angka ini

menunjukkan bahwa ratio antara jumlah penduduk terhadap luas daerah sudah

cukup tinggi, mengingat Kabupaten Sleman sebagai daerah agraris. Berikut ini

beberapa tabel jumlah penduduk di Kabupaten Sleman:

a. Perkembangan jiwa dan kepala keluarga di Kabupaten Sleman pada tiap-tiap

akhir tahun 1960-1966

Perkembangan jiwa dan kepala keluarga di Kabupaten Sleman secara

umum mengalami peningkatan. Tahun 1962 mengalami penurunan sebayak 1.890

jiwa atau turun sekitar 0,35%, sedangkan jumlah kepala keluarga pada tahun 1966

mengalami penurunan 598 atau mengalami penurunan sekitar 0,42%. Jumlah jiwa

terbanyak tahun 1966 dengan 562.792 jiwa. Penurunan penduduk disebabkan

Page 58: PERUBAHAN SISTEM PERTANIAN DAN DAMPAKNYA …eprints.uny.ac.id/30542/2/1. Skripsi Full 11407141006.pdf · dipimpin oleh pembantu bupati. ... dan bersifat sensitif terhadap erosi. ...

34

adanya korban meninggal akibat erupsi Merapi. Banyaknya penduduk yang ikut

transmigrasi untuk menghindari daerah bahaya Merapi juga menyebabkan

penurunan jumlah penduduk. Perkembangan jiwa dan kepala keluarga dapat

dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 3Perkembangan Jiwa dan Kepala Keluarga

di Kabupaten Sleman

AkhirDjiwa

Tambah % KepalaKeluarga

Tambah%

Tahun

1960 518.911 - - 130.455 - -

1961 526.597 7.686 1,48 132.089 1.634 1,25

1962 524.707 -1.890 -0,35 134.588 2.499 1,89

1963 532.082 7.375 1,4 136.357 1.769 1,31

1964 540.108 8.026 1,5 137.584 1.227 0,89

1965 551.453 11.345 2,1 141.012 3.428 2,49

1966 562.792 11.339 2,05 140.414 -598 -0,42

Sumber: Biro Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta, Statistik Pemerintah DaerahDaerah Istimewa Yogyakarta Tahun 1964-1966, (Yogyakarta: BiroStatistik, 1967), hlm 31.

b. Perkembangan jiwa dan kepala keluarga di Kabupaten Sleman pada tahun

1960-1969

Penduduk laki-laki dan perempuan mengalami penurunan pada tahun 1962

dengan prosentase 0,41% dan 0,30%. Tahun 1967 penduduk laki-laki dan

perempuan menurun sebanyak 1,03% dan 0,06%. Pertambahan penduduk laki-laki

dan perempuan dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Page 59: PERUBAHAN SISTEM PERTANIAN DAN DAMPAKNYA …eprints.uny.ac.id/30542/2/1. Skripsi Full 11407141006.pdf · dipimpin oleh pembantu bupati. ... dan bersifat sensitif terhadap erosi. ...

35

Tabel 4Perkembangan Jiwa dan Kepala Keluarga

di Kabupaten Sleman

Tahun

Penduduk/Kepala Keluarga

pada Achir Tahun

Laki-laki Perempuan Djumlah

1960a 250.014 268.897 518.911

b 100.328 30.127 130.455

1961a 253.855 272.742 526.597

b 101.833 30.256 132.089

1962a 252.796 271.911 524.707

b 103.388 31.200 134.588

1963a 257.089 274.993 532.082

b 104.982 31.375 136.357

1964a 261.358 278.750 540.108

b 105.888 31.696 137.584

1965a 266.971 284.482 551.453

b 108.871 32.141 141.012

1966a 272.403 289.840 562.243

b 110.228 32.316 142.544

1967a 279.271 295.006 574.277

b 109.090 32.294 141.384

1968a 284.137 300.992 585.129

b 107.977 32.428 140.405

1969a 287.781 303.062 592.843

b 108.256 31.841 140.097

Keterangan: a = jiwa, b = kepala keluargaSumber: Biro Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta, Statistik Pemerintah Daerah

Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 1969, (Yogyakarta: Biro Statistik,1970), hlm 32.

c. Perkembangan penduduk Kabupaten Sleman pada tahun 1963-1972

Penduduk laki-laki dan perempuan secara umum mengalami peningkatan.

Peningkatan ini disebabkan adanya kepulangan orang-orang yang ikut

transmigrasi dari luar daerah sehingga penduduknya pun bertambah. Pertambahan

penduduk laki-laki dan perempuan dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Page 60: PERUBAHAN SISTEM PERTANIAN DAN DAMPAKNYA …eprints.uny.ac.id/30542/2/1. Skripsi Full 11407141006.pdf · dipimpin oleh pembantu bupati. ... dan bersifat sensitif terhadap erosi. ...

36

Tabel 5Perkembangan Penduduk di Kabupaten Sleman

Tahun

Penduduk/Kepala Keluarga

pada Akhir Tahun

Laki-laki Perempuan Jumlah

1963a 257.089 274.993 532.082

b 104.982 31.375 136.357

1964a 261.358 278.750 540.108

b 105.888 31.696 137.584

1965a 266.971 284.482 551.543

b 108.871 32.141 141.012

1966a 272.403 289.840 562.243

b 110.228 32.316 142.544

1967a 279.271 295.006 574.277

b 109.090 32.294 141.384

1968a 284.137 300.992 585.129

b 107.977 32.428 140.405

1969a 287.781 305.062 592.843

b 108.256 31.841 140.097

1970a 289.169 306.307 595.476

b 107.439 31.063 138.502

1971a 287.800 304.173 591.973

b 106.110 29.374 135.484

1972a 287.488 304.752 592.240

b 104.047 28.791 132.838

Sumber: Biro Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta, Statistik Pemerintah DaerahDaerah Istimewa Yogyakarta Tahun 1972, (Yogyakarta: Biro Statistik,1973), hlm 82.

d. Penduduk Kabupaten Sleman pada tahun 1967-1976

Penduduk laki-laki dan perempuan pada tahun 1967 mengalami penurunan

sebesar 1,03% dan 0,06%. Pertambahan penduduk laki-laki dan perempuan dapat

dilihat pada tabel berikut ini.

Page 61: PERUBAHAN SISTEM PERTANIAN DAN DAMPAKNYA …eprints.uny.ac.id/30542/2/1. Skripsi Full 11407141006.pdf · dipimpin oleh pembantu bupati. ... dan bersifat sensitif terhadap erosi. ...

37

Tabel 6Penduduk di Kabupaten Sleman

Tahun

Penduduk/Kepala Keluaga

pada Akhir Tahun

Laki-laki Perempuan Jumlah

1967a 279.271 295.006 574.277

b 109.090 32.294 141.384

1968a 284.137 300.992 585.129

b 107.977 32.428 140.405

1969a 287.781 305.062 592.843

b 108.256 31.841 140.097

1970a 289.169 306.307 595.476

b 107.439 31.063 138.502

1971a 287.800 304.173 591.973

b 106.110 29.374 135.484

1972a 287.488 304.752 592.240

b 104.047 28.791 132.838

1973a 291.306 308.891 600.197

b 104.222 28.832 133.054

1974a 194.956 312.707 507.663

b 104.302 28.926 133.228

1975a 299.411 316.906 616.317

b 104.399 29.174 133.573

1976a 303.358 321.165 624.523

b 104.683 29.559 134.242

Sumber: Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakartadalam Angka Tahun 1976, (Yogyakarta: Biro Statistik, 1976), hlm 65.

Page 62: PERUBAHAN SISTEM PERTANIAN DAN DAMPAKNYA …eprints.uny.ac.id/30542/2/1. Skripsi Full 11407141006.pdf · dipimpin oleh pembantu bupati. ... dan bersifat sensitif terhadap erosi. ...

38

2. Penyebaran Penduduk

Sensus penduduk di Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 1961 sebanyak

2.410.000 orang, tahun 1971 sebanyak 2.488.544 orang, dan tahun 1980 sebanyak

2.750.128 orang.25 Sensus penduduk di Kabupaten Sleman sebagai berikut.

Tabel 7Penduduk Hasil Sensus dan Pendaftaran Rumah Tangga

di Kabupaten Sleman

No. Kecamatan Oktober 1961 Juli 1968 Juli 1970Oktober

1971

1. Sleman 30.282 39.473 41.879 43.077

2. Mlati 36.828 38.583 40.313 40.995

3. Gamping 35.297 37.835 39.453 40.649

4. Godean 5.441 5.712 5.686 5.822

5. Moyudan 27.964 28.746 29.106 29.371

6. Minggir 28.669 29.752 30.675 30.493

7. Seyegan 31.837 32.405 33.111 33.630

8. Tempel 33.995 36.455 38.030 38.504

9. Turi 24.218 24.911 24.929 25.576

10. Pakem 18.301 26.426 19.523 25.912

11. Cangkringan 20.695 22.698 22.646 22.779

12. Ngemplak 29.993 24.822 31.659 32.211

13. Ngaglik 25.201 35.446 36.539 37.413

14. Depok 30.589 35.632 25.677 46.786

15. Kalasan 34.966 37.405 38.384 38.705

16. Berbah 25.614 27.471 28.769 29.305

17. Prambanan 30.335 31.972 32.513 33.116

Jumlah 470.255 515.744 518.892 944.344

Sumber: Biro Statistik dan Kantor Sensus Daerah Istimewa Yogyakarta, StatistikBerbagai Segi Indikator Sosial dan Ekonomi Daerah IstimewaYogyakarta 1973, (Yogyakarta: Biro Statistik dan Kantor Sensus,1975), hlm 315-316.

25 Kantor Pusat Data Provinsi DIY, Monografi Daerah IstimewaYogyakarta Tahun 1979, (Yogyakarta: Kantor Pusat Data Provinsi DIY, 1981),hlm 53-55.

Page 63: PERUBAHAN SISTEM PERTANIAN DAN DAMPAKNYA …eprints.uny.ac.id/30542/2/1. Skripsi Full 11407141006.pdf · dipimpin oleh pembantu bupati. ... dan bersifat sensitif terhadap erosi. ...

39

Tabel 8Penyebaran Penduduk per Kecamatan

No. KecamatanHasil Sensus

Penduduk 1980

1. Moyudan 30.444

2. Minggir 31.056

3. Seyegan 36.524

4. Godean 44.137

5. Gamping 48.514

6. Mlati 50.328

7. Depok 82.661

8. Berbah 32.515

9. Prambanan 37.322

10. Kalasan 43.543

11. Ngemplak 35.732

12. Ngaglik 42.471

13. Sleman 45.285

14. Tempel 40.076

15. Turi 26.037

16. Pakem 26.762

17. Cangkringan 23.916

Jumlah 677.323

Sumber: Kantor Statistik Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, PendudukKabupaten Sleman: Hasil Sensus Penduduk 1990, (Yogyakarta: KantorStatistik, 1991), hlm 35-51.

3. Mata Pencaharian Penduduk

Berdasarkan hasil sensus 1971 potensi angkatan kerja atau penduduk usia

kerja yang berumur 10 tahun ke atas di Kabupaten Daerah Tingkat II Sleman

berjumlah 425.092 jiwa.26 Jumlah angkatan kerja usia 15-64 tahun berjumlah

315.622 jiwa berdasarkan hasil sensus tahun 1971. Usia pendidikan 5-24 tahun

berjumlah 253.686 jiwa. Usia 65 tahun ke atas berjumlah 31.420 jiwa. Usia 15

26 Biro Hubungan Masyarakat, op.cit., hlm 10.

Page 64: PERUBAHAN SISTEM PERTANIAN DAN DAMPAKNYA …eprints.uny.ac.id/30542/2/1. Skripsi Full 11407141006.pdf · dipimpin oleh pembantu bupati. ... dan bersifat sensitif terhadap erosi. ...

40

tahun ke bawah berjumlah 241.262 jiwa. Wanita yang bekerja dari usia 15-49

tahun berjumlah 12.422 jiwa.27

4. Struktur Perekonomian Daerah

Peranan dari masing-masing kegiatan ekonomi terhadap pembentukan

PDRB (Produk Domestik Regional Bruto), sektor pertanian ternyata masih

merupakan sektor dominan. Dalam rangka mewujudkan struktur ekonomi yang

seimbang diharapkan peranan sektor pertanian akan semakin menurun sedang

sektor-sektor di luar pertanian khususnya sektor industri akan didorong

peranannya terhadap pembentukan PDRB.28 Kabupaten Sleman perekonomian

daerahnya pada tahun 1971-1975 ditopang dari sektor pertanian. Hal ini

disebabkan adanya Gunung Merapi yang sewaktu-waktu meletus, lava dari

gunung itu dapat menyuburkan tanah pertanian. Tanaman pertanian di Kabupaten

Sleman yang paling banyak ditanam adalah tanaman padi.29

E. Keadaan Sosial Ekonomi

1. Keadaan Sosial

Keadaan sosial di Kabupaten Sleman meliputi berkaitan agama. Penduduk

di Sleman menganut empat agama yaitu agama Islam, agama Katholik, dan agama

Kristen. Menurut data tahun 1975 di Kabupaten Sleman jumlah pemeluk agama

27 Pemerintah Kab. Dati II Sleman, Kabupaten Sleman dalam Angka 1975-1979, (Yogyakarta: Pemerintah Kab. Dati II Sleman, 1980), hlm. 36.

28 Biro Hubungan Masyarakat, op.cit., hlm. 11.

29 Biro Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta, Monografi Daerah IstimewaYogyakarta Tahun 1975, (Yogyakarta: Biro Statistik, 1975), hlm 72.

Page 65: PERUBAHAN SISTEM PERTANIAN DAN DAMPAKNYA …eprints.uny.ac.id/30542/2/1. Skripsi Full 11407141006.pdf · dipimpin oleh pembantu bupati. ... dan bersifat sensitif terhadap erosi. ...

41

Islam 585.869 jiwa, pemeluk agama Katholik berjumlah 24.490 jiwa, jumlah

pemeluk agama Kristen 4.429 jiwa, dan pemeluk agama lain sebanyak 2.248 jiwa.

Data di tahun berikutnya yaitu tahun 1976 menunjukkan peningkatan jumlah

penduduk yang memeluk agama Islam, Katolik, dan Kristen. Data tahun 1976

pemeluk agama Islam sebanyak 593.834, pemeluk agama Katholik sebanyak

24.536, jumlah pemeluk agama Kristen sebanyak 5.211, dan pemeluk agama lain

mengalami penurunan menjadi 1.566 jiwa.30

2. Keadaan Ekonomi

a. Pertumbuhan Ekonomi

Pendapatan regional kotor di Kabupaten Sleman berdasarkan beberapa

sektor seperti pertanian, pertambangan, industri, dan lain-lain. Pendapatan

regional kotor ini berdasarkan data tahun 1975 dan 1976. Data tahun 1975

menunjukkan sektor pertanian dan perikanan dengan pendapatan sebesar Rp

15.595.470, sektor pertambangan dengan pendapatan Rp 118.415, sektor industri

dengan pendapatan Rp 4.678.670, listrik dan air minum dengan pendapatan Rp

3.096, angkutan dan komunikasi dengan pendapatan Rp 897.832, perdagangan

dengan pendapatan Rp 6.372.171, bank dan lembaga keuangan dengan

pendapatan Rp 206.411, pemerintahan dan hankam dengan pendapatan Rp

3.769.479, jasa dengan pendapatan Rp 1.601.395, dan sewa rumah dengan

pendapatan Rp 732.914. Data tahun 1976 sektor pertanian dan perikanan dengan

pendapatan Rp 17.693.055, pertambangan dengan pendapatan Rp 140.914,

industri dengan pendapatan Rp 4.012.811, bangunan dengan pendapatan Rp

30 Pemerintah Kab. Dati II Sleman, op.cit., hlm. 32.

Page 66: PERUBAHAN SISTEM PERTANIAN DAN DAMPAKNYA …eprints.uny.ac.id/30542/2/1. Skripsi Full 11407141006.pdf · dipimpin oleh pembantu bupati. ... dan bersifat sensitif terhadap erosi. ...

42

1.355.525, listrik dan air minum dengan pendapatan Rp 6.217, angkutan dan

komunikasi dengan pendapatan Rp 944.411, perdagangan dengan pendapatan Rp

7.473.345, bank dan lembaga keuangan dengan pendapatan Rp 261.935,

pemerintahan dan hankam dengan pendapatan Rp 6.075.041, jasa dengan

pendapatan Rp 1.920.959, dan sewa rumah dengan pendapatan Rp 888.324.31

Pendapatan regional bersih di Kabupaten Sleman di beberapa sektor

dengan data tahun 1975 dan 1976. Data tahun 1975 sektor pertanian dan

perikanan Rp 14.927.260, pertambangan dengan pendapatan Rp 116.868, industri

dengan pendapatan Rp 4.463.919, bangunan dengan pendapatan Rp 1.259.088,

listrik dan air minum dengan pendapatan Rp 2.815, transport dan komunikasi

dengan pendapatan Rp 771.281, perdagangan dengan pendapatan Rp 4.942.300,

bank dan lembaga keuangan dngan pendapatan Rp 165.045, pemerintahan dan

hankam dengan pendapatan Rp 3.769.479, jasa dengan pendapatan Rp 1.441.326,

dan sewa rumah dengan pendapatan Rp 577.942. Data tahun 1976 sektor

pertanian dan perikanan dengan pendapatan Rp 16.930.575, pertambangan dngan

pendapatan Rp 139.073, industri dengan pndapatan Rp 3.828.623, bangunan

dengan pendapatan Rp 1.314.918, listrik dan air minum dengan pendapatan Rp

5.652, transport dan komunikasi dengan pendapatan Rp 813.672, perdagangan

dengan pendapatan Rp 5.749.079, bank dan lembaga keuangan dengan

pendapatan Rp 220.138, pemerintahan dan hankam dengan pendapatan Rp

31 Ibid., hlm. 98.

Page 67: PERUBAHAN SISTEM PERTANIAN DAN DAMPAKNYA …eprints.uny.ac.id/30542/2/1. Skripsi Full 11407141006.pdf · dipimpin oleh pembantu bupati. ... dan bersifat sensitif terhadap erosi. ...

43

6.075.041, jasa dengan pendapatan Rp 1.795.013, dan sewa rumah dengan

pendapatan Rp 710.659.32

b. Pertanian

Bidang pertanian di Daerah Istimewa Yogyakarta tidak dapat

memenuhi kebutuhan bahan makanannya sendiri. Produksi beras hanya

memenuhi 76% dari kebutuhan, produksi jagung hanya dapat memenuhi

kurang lebih 49% dari kebutuhan, sedangkan produksi kedelai sebagai

sumber protein nabati hanya dapat memenuhi 60% dari kebutuhan. Daerah

Istimewa Yogyakarta setiap tahunnya terpaksa mendatangkan bahan

makanan tersebut dari luar daerah, terutama dari daerah Jawa Tengah.33

Luas lahan kritis di Daerah Istimewa Yogyakarta yang harus

dihijaukan adalah 66.000 ha. Hasil pelaksanaan penghijauan hutan sebelum

tahun-tahun Repelita sampai dengan tahun 1970/1971 adalah 30.070 ha dan

waktu sekarang telah menjadi tandus kembali kurang lebih 50%. Tanah

kritis yang harus dihijaukan kembali ada 50.965 ha. Sektor pengairan pun

mengalami beberapa persoalan, diantaranya bangunan perairan banyak yang

rusak karena sudah tua, akibat bencana Gunung Merapi, dan karena kurang

pemeliharaan.

Produksi bahan makan di Kabupaten Sleman meliputi: padi sawah,

padi gogo, jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah, dan kedelai. Data

tahun 1975 menunjukkan padi sawah sbanyak 352.302 ton, padi gogo

32 Ibid., hlm. 100.

33 Biro Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta, op,cit., hlm. 17-18.

Page 68: PERUBAHAN SISTEM PERTANIAN DAN DAMPAKNYA …eprints.uny.ac.id/30542/2/1. Skripsi Full 11407141006.pdf · dipimpin oleh pembantu bupati. ... dan bersifat sensitif terhadap erosi. ...

44

sebanyak 253 ton, jagung sebanyak 2.863 ton, ubi kayu sebanyak 75.452

ton, ubi jalar sebanyak 11.924 ton, kacang tanah sebanyak 1.829 ton, dan

kedelai sebanyak 347 ton. Data tahun 1976 menunjukkan padi sawah

sebanyak 194.583 ton, jagung sebanyak 3.276,75 ton, ubi kayu sebanyak

52.546 ton, ubi jalar sebanyak 11.868,14 ton, kacang tanah sebanyak 2.634

ton, dan kedelai sebanyak 1.042,64 ton.34

Membahas mengenai pertanian di Daerah Istimewa Yogyakarta,

berarti juga membahas potensi pertanian di setiap kabupatennya. Salah

satunya adalah Kabupaten Sleman. Kabupaten Sleman memiliki potensi

pertanian yang cukup tinggi. Hampir setiap kecamatan di Kebupaten

Sleman terdapat lahan pertanian. Wilayah yang memiliki lahan pertanian

besar adalah wilayah Kabupaten Sleman bagian barat dan selatan. Lahan

pertanian yang ada umumnya ditanami padi. Berikut ini tabel wilayah yang

ditanami padi di Kabupaten Sleman.

34 Pemerintah Kab. Dati II Sleman, op.cit., hlm. 43.

Page 69: PERUBAHAN SISTEM PERTANIAN DAN DAMPAKNYA …eprints.uny.ac.id/30542/2/1. Skripsi Full 11407141006.pdf · dipimpin oleh pembantu bupati. ... dan bersifat sensitif terhadap erosi. ...

45

Tabel 9LUAS TANAMAN DAN PANENAN DI KABUPATEN SLEMAN TAHUN 1973

No. Nama Kecamatan

Padi

LuasTanaman

LuasPanenan

TakBerhasil

TidakBerhasil

(%)

1 Sleman 2.367 2.367 - -

2 Mlati 2.213 2.213 - -

3 Gamping 2.953 2.232 - -

4 Godean 718 718 - -

5 Moyudan 4.923 4.923 - -

6 Minggir 3.410 3.410 - -

7 Seyegan 3.636 3.636 - -

8 Tempel 4.222 3.113 699 16,5

9 Turi 3.668 3.668 - -

10 Pakem 2.335 1.773 562 24,1

11 Cangkringan 1.891 1.390 501 26,49

12 Ngemplak 2.852 2.852 - -

13 Ngaglik 3.410 3.410 - -

14 Depok 1.246 907 5 0,4

15 Kalasan 3.864 3.844 20 0,52

16 Berbah 3.254 2.839 33 -

17 Prambanan 3.526 3.526 - -

Jumlah 50.488 46.821 1.820 3,6

Sumber: Biro Statistik dan Kantor Sensus Daerah Istimewa Yogyakarta, StatistikBerbagai Segi Indikator Sosial dan Ekonomi Daerah IstimewaYogyakarta 1973, (Yogyakarta: Biro Statistik dan Kantor Sensus,1975), hlm 373.

Luas sawah di beberapa kecamatan pada tahun 1976 dengan luas

10.432,00 ha. Data tahun 1976 di Tempel luas sawah 317,82 ha, Turi luas sawah

399,56 ha, Pakem luas sawah 201,34 ha, Cangkringan luas sawah 104,89 ha,

Ngemplak luas sawah 325,05 ha, Ngaglik luas sawah 773,58 ha, Sleman luas

sawah 482,80 ha, Minggir luas sawah 1.069,26 ha, Seyegan luas sawah 266,90 ha,

Mlati luas sawah 067,27 ha, Dpok luas sawah 232,10 ha, Kalasan luas sawah

Page 70: PERUBAHAN SISTEM PERTANIAN DAN DAMPAKNYA …eprints.uny.ac.id/30542/2/1. Skripsi Full 11407141006.pdf · dipimpin oleh pembantu bupati. ... dan bersifat sensitif terhadap erosi. ...

46

1.089,49, Prambanan luas sawah 703,20 ha, Berbah luas sawah 516,12 ha,

Gamping luas sawah 882,44 ha, Godean luas sawah 773,61 ha, dan Moyudan luas

sawah 1.257,57 ha.35

Keseluruhan luas tegalan di Kabupaten Sleman yaitu 1.100,00 ha. Data

tahun 1976 menunjukkan Kecamatan Turi dengan luas 100,00 ha, Pakem dengan

luas 101,05 ha, Cangkringan dengan luas 151,00 ha, Ngemplak dengan luas 7,97

ha, Ngaglik dengan luas 119,75 ha, Sleman dengan luas 0,10 ha, Minggir dengan

luas 15,24 ha, Seyegan dngan luas 5,83 ha, Mlati dengan luas 11,32 ha, Depok

dengan luas 370,56 ha, Kalasan dengan luas 131,78 ha, Berbah dengan luas 4,09

ha, Gamping dengan luas 9,72 ha, Godean dengan luas 77,18 ha, dan Moyudan

dengan luas 30,39 ha.36

35 Ibid., hlm 79.

36 Ibid.

Page 71: PERUBAHAN SISTEM PERTANIAN DAN DAMPAKNYA …eprints.uny.ac.id/30542/2/1. Skripsi Full 11407141006.pdf · dipimpin oleh pembantu bupati. ... dan bersifat sensitif terhadap erosi. ...

47

BAB IIIPERUBAHAN SISTEM PERTANIAN DI KABUPATEN SLEMAN

A. Erupsi Gunung Merapi dari Tahun 1961 Sampai 1976

Gunung Merapi merupakan salah satu gunung api sangat aktif di dunia

yang mempunyai ciri khas tersendiri yang dikenal sebagai Erupsi Tipe Merapi.

Aktivitas letusan gunung ini diawali dengan keluarnya magma dari dalam ke

permukaan buni dan membentuk kubah lava di puncak gunung api. Kubah lava ini

tumbuh semakin besar dan letaknya menumpang di atas bidang miring sehingga

kedudukannya menjadi tidak stabil dan kemudian longsor membentuk awan

panas. Awan panas atau biasa disebut “wedhus gembel” secara visual nampak

bergumpal-gumpal seperti awan atau bulu domba dengan warna putih sampai abu-

abu gelap kemerahan.1 Sebagian besar material awan panas mengendap di lereng

dan kaki gunung api. Pada waktu hujan lebat endapan awan panas yang terdiri

dari bahan lepas berbagai ukuran tersebut bercampur dengan air hujan membentuk

aliran lahar. Lahar atau aliran masa pekat terdiri dari air (hujan) dan bahan padat

fragmental berbagai ukuran yang berasal dari suatu aktivitas gunung api.2

Merapi meletus dan memakan korban sebanyak 6 jiwa tahun 1961.

Letusan ini mengarah ke Desa Sempal, Desa Kaligesik, dan Desa Gimbal. Letusan

Merapi tahun 1961 mengeluarkan material perut bumi sebanyak 9,2 juta m3, abu

vulkanik yang dihembuskan angin setinggi 5.000 m dari atas kawah dan kemudian

1 Sutikno Bronto, Apa yang Dapat Dilakukan Oleh Ilmuwan YogyakartaTerhaddap Gunungapi Merapi dan Lingkungan Hidup di Sekitarnya?,(Yogyakarta: Sekolah Tinggi Teknologi Nasional, 1996), hlm. 3.

2 Ibid., hlm. 4.

Page 72: PERUBAHAN SISTEM PERTANIAN DAN DAMPAKNYA …eprints.uny.ac.id/30542/2/1. Skripsi Full 11407141006.pdf · dipimpin oleh pembantu bupati. ... dan bersifat sensitif terhadap erosi. ...

48

disebarkan angin ke arah barat sebanyak 20.172 juta m3. Tahun 1976 letusan

Merapi kembali meletus.3 Untuk mengetahui sejarah erupsi Merapi, karakteristik

letusan Merapi, dan data korban akibat letusan Merapi dapat dilihat pada tiga tabel

berikut ini:

Tabel 10Sejarah Erupsi Merapi

Waktu Kejadian Letusan Periode Letusan Korban Meninggal

Gunungapi Merapi (Tahun) (Jiwa)

5-9 April 1961 8 6

7-8 Januari 1969 7 3

7-30 November 1976 8 29

Rata-rata 11 tahun Sumber Kompas

Sumber: Wahyunto dan Wasito, “Lintasan Sejarah Erupsi Gunung Merapi”,(Bogor: Balai Besar Sumber Daya Lahan dan Balai Besar Pengkajiandan Pengembangan Teknologi Pertanian), hlm 15.

Tabel 11Karakteristik Letusan Gunungapi Merapi

No. Tahun

Jumlah Material Arah Luncuran Jarak

Lahar/Awan Material/Awan Maksimum

Panas (juta m³)Panas

Luncuran(km)

1. 1961 42,4 Barat Daya 6,5

2. 1967-1969 10,8 Barat-Barat Daya 7

Sumber: Darmakusuma Darmanto, dkk, “Dampak Lingkungan Pemanfaatan AlurSungai di Kali Boyong, Kali Kuning, dan Kali Gendol”, Manusia danLingkungan, Vol.18, No. 2, 2011, hlm 161.

3 Lucas Sasongko Triyoga, Manusia Jawa dan Gunung Merapi: Persepsidan Kepercayaannya, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1991), hlm.14.

Page 73: PERUBAHAN SISTEM PERTANIAN DAN DAMPAKNYA …eprints.uny.ac.id/30542/2/1. Skripsi Full 11407141006.pdf · dipimpin oleh pembantu bupati. ... dan bersifat sensitif terhadap erosi. ...

49

Tabel 12Data Korban Akibat Letusan Gunungapi Merapi

Tahun Meninggal Luka-luka

Letusan Dunia Orang

(jiwa)

1961 6 orang Luka Tidak Ada

1969 3 orang Luka Tidak Ada

1976 29 orang Luka 2 orang

Sumber: Darmakusuma Darmanto, dkk, “Dampak Lingkungan Pemanfaatan AlurSungai di Kali Boyong, Kali Kuning, dan Kali Gendol”, Manusia danLingkungan, Vol.18, No. 2, 2011, hlm 161.

B. Sistem Pertanian di Kabupaten Sleman Sebelum Tahun 1961

Perubahan sistem pertanian ini terjadi akibat dari erupsi Gunung Merapi

yang menyebabkan lahan pertanian mengalami kerusakan. Lahan pertanian yang

rusak ini ada yang bisa ditanami, ada pula yang tidak bisa ditanami. Daerah di

sekitar lereng Merapi tidak bisa ditanami karena daerahnya berpasir. Sistem

pertanian di Kabupaten Sleman ada tiga dari sistem perladangan ke sistem

tegalan, kemudian beralih ke sistem persawahan. Contoh pengukuhan hutan di

lereng Merapi sebagai hutan lindung menyebabkan penduduk meninggalkan

sistem pertanian perladangan dan beralih ke sistem tegalan yang terjadi sebelum

tahun 1961. Sistem tegalan dengan mengintensifkan pengolahan tanah yang

terletak di pinggir hutan lindung, dan di pinggir jurang yang terletak di perbatasan

desa. Tanah yang dipilih adalah tanah yang terbebas dari pasir dan batuan

vulkanik.4 Tanaman utama di tegalan adalah jagung. Tanaman yang ditanam di

tegalan yang berfungsi sebagai tanaman penyeling antara lain kara, kentang, garut,

keladi, dan jenis umbi-umbian lainnya. Pekarangan rumah pun dijadikan kebun

4 Ibid., hlm. 70.

Page 74: PERUBAHAN SISTEM PERTANIAN DAN DAMPAKNYA …eprints.uny.ac.id/30542/2/1. Skripsi Full 11407141006.pdf · dipimpin oleh pembantu bupati. ... dan bersifat sensitif terhadap erosi. ...

50

sayur-sayuran, obat-obatan, umbi-umbian, buah-buahan, dan juga tanaman keras

seperti nangka dan sengon.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pertanian antara lain: pengaruh iklim

terhadap pertanian, pengaruh jenis tanah terhadap pertanian, pengaruh topografi

tanah terhadap pertanian, pengaruh pertanian terhadap pertanian, dan pengaruh

angin terhadap pertanian.5 Berdasarkan iklim dibagi empat golongan darah yaitu

daerah panas (tropika), daerah setengah panas (sub tropika), daerah setengah

dingin, dan darah dingin. Keadaan tanah juga mmpengaruhi pertanian antara lain

jenis tanaman, waktu bertanam, dan cara bertanam. Untuk itu petani harus

menyesuaikan bentuk dan corak pertanian dengan keadaan alam.

Sistem perladangan terdapat beberapa perbedaan pendapat di kalangan

para ahli. Hasil analisa Gourou disebutkan perladangan mempunyai empat ciri

antara lain perladangan dijalankan di tanah tropis yang gersang, teknik pertanian

yang elementer tanpa menggunakan alat-alat kecuali kampak, kepadatan

penduduk rendah, dan tingkat konsumsi yang rendah. Hasil analisa Zein

menyebutkan ciri perladangan sebagai suatu kegiatan ekonomi yang mempunyai

akibat ekstern yang tidak tercermin di dalam harga hasil produksi. Otto

Soermewoto menyebutkan sistem perladangan ditandai dengan kerusakan hutan,

erosi, banjir, dan kekeringan tanah. Menurut Geertz ciri pokok perladangan ada

tiga yaitu perladangan dalam tingkat umum yang dicapai dengan meniru hutan

tropis, perbandingan kualitas zat makanan yang tersimpan dalam bentuk-bentuk

5 Kaslan A. Tohir, Pengantar Ekonomi Pertanian, (Bandung: Vorkink-VanHoeve, tt), hlm. 38.

Page 75: PERUBAHAN SISTEM PERTANIAN DAN DAMPAKNYA …eprints.uny.ac.id/30542/2/1. Skripsi Full 11407141006.pdf · dipimpin oleh pembantu bupati. ... dan bersifat sensitif terhadap erosi. ...

51

yang hidup dengan zat makanan yang tersimpan di dalam tanah, dan terakhir

lading dan hutan itu cenderung berstruktur “pelindung tertutup”.6

Pertanian berpindah ada sebelum tahun 1961. Pertanian berpindah atau

perladangan bakar disebut juga perladangan liar. Caranya adalah penduduk desa

mmbuka sebagian dari hutan milik dsa dengan menebang pohon-pohon dan

membakarnya. Tanah yang telah terbuka diratakan dan kemudian ditanami. Alat

yang digunakan parang atau golok dan kapak untuk menebang kayu. Setlah

ditanami dua atau tiga kali hasil tanamannya semakin berkurang. Tanah kemudian

ditinggalkan dan mulailah petani membuka bagian hutan yang lain. Proses ini

dilakukan penduduk Kabupaten Sleman secara berulang-ulang untuk mmbuka

bagian hutan lain dan kembali ke bagian hutan pertama yang ditinggalkan. Tanah

yang ditinggalkan sudah ditumbuhi oleh tumbuh-tumbuhan dan mnjadi hutan,

petani pun membukanya lagi untuk pertanian. Cara itulah yang disebut pertanian

berpindah. Untuk melestarikan tanah, perladangan bakar ini dilakukan dngan

syarat tanah yang digunakan masih luas, penduduknya jarang, dan pemilikan

tanah secara bersama (milik desa).7

Perladangan berpindah dapat terganggu dan memaksa daur perladangan

menjadi pendek, misalnya dari 25 tahun menjadi 5 tahun. Gangguan ini berupa

meningkatnya kepadatan penduduk atau seebagian areal perladangan digunakan

untuk pembalakan. Kondisi lingkungan yang berubah juga menyebabkan

6 Handojo Adi Pranowo DS, Manusia dan Hutan: Proses PerubahanEkologi di Lereng Gunung Merapi, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press,1985), hlm 32-33.

7 Jayadinata, J.T., Tata Guna Tanah dalam Perencanaan Pedesaan,Perkotaan, dan Wilayah, (Bandung: ITB, 1999), hlm. 67-69.

Page 76: PERUBAHAN SISTEM PERTANIAN DAN DAMPAKNYA …eprints.uny.ac.id/30542/2/1. Skripsi Full 11407141006.pdf · dipimpin oleh pembantu bupati. ... dan bersifat sensitif terhadap erosi. ...

52

gangguan. Kebutuhan lahan untuk bermacam-macam keperluan juga bertambah,

sedangkan perladangan berpindah memerlukan lahan yang luas.8

Pembuatan ladang baru umumnya melalui delapan tahap seperti memilih

tempat, menebas, menebang, membakar dan membersihkan, menanam,

mendangir, menjaga, dan mengetam. Menebas dengan untuk mematikan tumbuh-

tumbuhan kecil, sehingga dapat mempermudah pekerjaan selanjutnya. Hasil

menebas dari semak-semak belukar dikumpulkan dan dikeringkan untuk dibakar.

Tahap menebang dari siklus perladangan di Kabupaten Sleman yaitu pemotongan

atau penebangan pohon. Meskipun penebangan pohon dalam perladangan sangat

penting, tetapi tidak semua pepohonan akan ditebang. Setelah pepohonan

ditebang, tahap berikutnya adalah pembersihan tempat. Kotoran seperti daun,

ranting, dan cabang-cabang kayu yang berserakan dikumpulkan untuk dikeringkan

kemudian dibakar. Tahap berikutnya yaitu menanam. Jenis tanaman yang ditanam

yaitu tanaman jagung. Tanaman jagung merupakan makanan pokok penduduk di

Kabupaten Sleman. Selain tanaman jagung, umumnya ladang juga ditanami

tanaman seperti ketela pohon, kentang, keladi, bayam, cabai rawit, kara, dan ubi

jalar. Tahap mendangir atau mencangkul dilakukan dengan membalik lapisan

tanah dengan menggunakan cangkul. Tujuan pokok dari tahap mendangir adalah

untuk mempercepat proses pembusukan dari dedaunan yang tidak habis dalam

tahap pembakaran. Tahap selanjutnya menjaga tanaman dari serangan binatang.

Tahap terakhir mengetam adalah menuai atau memotong jagung yang sudah siap

8 Otto Soemarwoto, Ekologi, Lingkungan Hidup, dan Pembangunan,(Yogyakarta: Djambatan, 1985), hlm. 257-258.

Page 77: PERUBAHAN SISTEM PERTANIAN DAN DAMPAKNYA …eprints.uny.ac.id/30542/2/1. Skripsi Full 11407141006.pdf · dipimpin oleh pembantu bupati. ... dan bersifat sensitif terhadap erosi. ...

53

dipanen.9 Perladangan di Kabupaten Sleman juga ditandai dengan adanya masa

bero “rotasi perladangan”. Adapun yang dimaksud dengan masa bero “rotasi

perladangan” adalah jangka waktu sejak saat sebidang tanah ladang ditinggalkan

sampai diusahakan kembali sebagai ladang yang baru. Rotasi perladangan lebih

banyak ditentukan oleh tenaga kerja.10

C. Sistem Pertanian di Kabupaten Sleman Tahun 1961 sampai 1976

Sistem perladangan di tahun 1963 mulai ditinggalkan dan beralih ke sistem

tegalan dan sistem persawahan. Tanah pertanian kering di Jawa disebut tegalan.

Tanaman yang ditanam di tegalan antara lain jagung, kacang kedelai, berbagai

jenis kacang tanah, tembakau, singkong dan umbi-umbian. Tanah tegalan

biasanya digarap secara intensif, tanaman-tanaman dipupuk, dan disiram dengan

teratur. Tanah yang menjadi tegalan adalah tanah yang kurang cocok untuk

dijadikan tanah basah karena kandungan airnya sedikit, atau tanah yang terletak di

lereng gunung dan memerlukan sistem irigasi yang baik.11

Tanah tegalan dan pekarangan umumnya tidak mendapat pengairan. Petani

di Kabupaten Sleman menyesuaikan pertanian dengan keadaan iklim, jenis, dan

bentuk tanah. Pengaruh iklim dalam penanaman dan pemanenan yaitu penanaman

terbanyak dilakukan pada bulan November/Februari, sedangkan penanaman dan

pemanenan sedikit pada bulan Mei/September. Jenis tanaman yang ditanam pada

9 Handojo Adi Pranowo DS, op.cit., hlm. 35.

10 Ibid., hlm. 45.

11 Koentjaraningrat, Masyarakat Desa di Indonesia, (Jakarta: LembagaPenerbit Fakultas Ekonomi, 1984), hlm. 3-4.

Page 78: PERUBAHAN SISTEM PERTANIAN DAN DAMPAKNYA …eprints.uny.ac.id/30542/2/1. Skripsi Full 11407141006.pdf · dipimpin oleh pembantu bupati. ... dan bersifat sensitif terhadap erosi. ...

54

bulan November/Februari yaitu padi sawah, padi gogo, jagung, dan ubi kayu

(ketela puhung). Jenis tanaman yang ditanam bulan Juni/Agustus yaitu ketela

rambat, kacang tanah, kedelai, dan tembakau. Pemanenan padi terjadi pada bulan

April sampai dengan Juni.12 Sistem pertanian lahan kering tanpa belukar dianggap

sebagai sistem pertanian dataran tinggi yang terletak di daerah pegunungan.

Sistem ini mendapat manfaat dari kesuburan tanahnya tinggi dan curah hujan

cukup, khususnya pada lereng-lereng terjal gunung vulkanik.13

Bercocok tanam di tanah basah atau sawah merupakan usaha tani yang

paling pokok dan paling penting bagi petani di Kabupaten Sleman. Sistem sawah

dengan teknik penggarapan tanah yang intensif dan cara-cara pemupukan serta

irigasi yang tradisional, dengan menanam tanaman tunggal yaitu padi. Berbeda

dengan bercocok tanam di ladang, bercocok tanam di sawah dapat dilakukan di

suatu bidang tanah yang terbatas secara terus-menerus, tanpa menghabiskan zat-

zat kesuburan yang terkandung di dalamnya.14 Intensifikasi pertanian sebagai

tanda adanya Revolusi Hijau pada akhir tahun 1960-an. Intensifikasi pertanian

meliputi ekstensifikasi, renovasi, dan inovasi di bidang pertanian pedesaan.

Intensifikasi dilaksanakan melalui organisasi pembinaan dan penyuluhan Bimas

12 Kaslan A. Tohir, op.cit., hlm. 45.

13 Francois Ruf dan Frederic Lancon, Dari Sistem Tebas dan Bakar kePeremajaan Kembali: Revolusi Hijau di Dataran Tinggi Indonesia, (Jakarta:Salemba Empat, 2005), hlm. 18.

14 Koentjaraningrat, loc.cit.

Page 79: PERUBAHAN SISTEM PERTANIAN DAN DAMPAKNYA …eprints.uny.ac.id/30542/2/1. Skripsi Full 11407141006.pdf · dipimpin oleh pembantu bupati. ... dan bersifat sensitif terhadap erosi. ...

55

(Bimbingan massal) yaitu penggunaan bibit unggul, pmupukan, perbaikan

pembangunan pengairan, dan pemberantasan hama penyakit.15

Pemerintah menganjurkan untuk memanfaatkan dan menggunakan

cabang-cabang unit desa guna memajukan bibit unggul seperti varietas padi.

Program pemerintah dalam memodernisasi pertanian di Kabupaten Sleman

terlihat ketika Bimas mulai memperkenalkan tentang peningkatan produksi

pertanian dan meningkatkan pendapatan usaha tani dengan jalan memperkenalkan

teknologi pertanian modern kepada masyarakat tani di Kabupaten Sleman sekitar

tahun 1970.16 Program Revolusi Hijau juga dilaksanakan oleh warga masyarakat

Kabupaten Sleman yang terdapat dalam program Pelita I yang dilaksanakan pada

1 April 1969. Tujuan dari Pelita I adalah untuk meningkatkan taraf hidup rakyat

dan juga meletakkan dasar bagi pembangunan dalam tahap-tahap berikutnya.

Program Pelita I menekankan pada produksi pangan, sandang, perbaikan sarana,

perluasan lapangan kerja, dan kesejahteraan rohani.17

Program pemerintah dalam Revolusi Hijau yang mencakup modernisasi

pertanian melalui Bimas yang memperkenalkan tentang peningkatan produksi

pertanian dan meningkatkan pendapatan usaha tani dengan cara pengenalan

15 Rusman, dkk, Dampak Sosial Budaya Akibat Menyempitnya LahanPertanian Daerah Jawa Tengah, (Jakarta: Departemen Pendidikan danKebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan Direktorat Sejarah dan NilaiTradisional Proyeh Inventarisasi dan Pembinaan Nilai-nilai Budaya, 1992), hlm.54.

16 Zuminati Rahayu, “Revolusi Hijau dan Perubahan Sosial EkonomiPetani Wanita di Kabupaten Sleman Tahun 1970-1984”, Skripsi, Program StudiPendidikan Sejarah, Jurusan Pendidikan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial, UNY,2015, hlm. 70.

17 Ibid.

Page 80: PERUBAHAN SISTEM PERTANIAN DAN DAMPAKNYA …eprints.uny.ac.id/30542/2/1. Skripsi Full 11407141006.pdf · dipimpin oleh pembantu bupati. ... dan bersifat sensitif terhadap erosi. ...

56

teknologi modern kepada masyarakat tani di Kabupaten Sleman tahun 1970, yang

terdiri dari teknologi fisik dan non fisik.18 Teknologi fisik brupa penyediaan bibit

unggul, pupuk buatan (Urea, Notrogen, KCl, dan Za), dan pestisida (endrin).

Penyediaan pupuk sangat penting karena varietas padi yang diperkenalkan sangat

tergantung pada pupuk dan alat-alat prtanian seperti huller dan treser. Teknologi

sosial atau non fisik berupa penyuluhan pertanian atau pengarahan pertanian

dengan sistem laku (sistem latihan dan kunjungan).19

Penyuluhan kepada para petani melalui Bimas pelaksanaannya kurang

efektif. Hal ini diperkuat hasil waancara dengan Bapak Sapari yang menyatakan

program Bimas ini mengalami hambatan karena tingkat pendidikan dan

pengetahuan masyarakat sangat rendah sehingga kurang memahami program

tersebut.20 Bimas dan Inmas sebagai bentuk Revolusi Hijau telah mengubah

sistem pertanian tradisional yang alamiah dan memiliki adaptasi yang tangguh

dalam situasi dan budaya lokal, menjadi sistem yang hanya berorientasi pada

peningkatan hasil fisik dengan meninggalkan prinsip-prinsip kelestarian

lingkungan.21 Petani yang memiliki lahan luas dalam program Bimas dan Inmas

dapat meningkatkan kesejahteraannya, tetapi bagi petani gurem program-program

18 E. Roekasah Adiratma, “Mekanisasi Pertanian dan Hubungannya denganKesempatan Kerja”, Prisma, (No. 3/XV), hlm. 64-87.

19 Ibid.

20 Wawancara dengan Bapak Sapari pada tanggal 17 Desember 2015.

21 Dedik Budianta, “Sosialisasi Sistem Pertanian Organik UntukMelestarikan Sumber Daya Alam”, dalam Prakarsa: Majalah Pusat DinamikaPembangunan UNPAD, Edisi November, hlm. 90.

Page 81: PERUBAHAN SISTEM PERTANIAN DAN DAMPAKNYA …eprints.uny.ac.id/30542/2/1. Skripsi Full 11407141006.pdf · dipimpin oleh pembantu bupati. ... dan bersifat sensitif terhadap erosi. ...

57

tersebut mengakibatkan adanya kemiskinan.22 Revolusi yang diterapkan pada

usaha tani pada tahun 1960 dengan segala perangkat kelembagaan dan

teknologinya telah menciptakan pembagian kelompok kelas masyarakat desa,

yaitu antara tuan tanah dengan para buruh tani yang tersingkir oleh adanya

Revolussi Hijau. Proses ketimpangan sosial terjadi pada modal, pekerjaan, dan

pembagian pendapatan pada ekonomi desa.23

Tujuan intensifikasi adalah untuk meningkatkan produksi pertanian,

meningkatkan pendapatan petani, memperluas kesempatan kerja, menghemat

devisa dan menjaga kelestarian sumber daya alam. Intensifikasi mempunyai tiga

kegiatan pokok:24

1. Adanya kegiatan penyuluhan pertanian untuk menambah pengetahuan dan

keterampilan petani tentang pemakaian bibit unggul, pemupukan, perbaikan

pengairan, dan pemberantasan hama

2. Adanya penyaluran sarana produksi sehingga petani dapat memperoleh

sarana produksi pertanian yang diperlukan

3. Adanya penyediaan kredit untuk petani membeli sarana produksi pertanian

yang diperlukan dan dapat dibayar kembali sesudah panen

Pelaksanaan intensifikasi dengan Padi Sentra tahun 1965/1966 diubah

menjadi Bimas Nasional tahun 1963/1964 dan pelaksanaan Demonstrasi Massal

(Demas) 1964/1965. Melalui Bimas Gotong Royong tahun 1968/1969,

22 Zuminati Rahayu, op.cit., hlm 75.

23 Khudori, Ironi Negeri Beras, (Yogyakarta: Insist Press, 2008), hlm 10.

24 A. T. Birowo, “Analisa Kebijaksanaan Produksi Pangan”, Prisma, (No.10/X/1981), hlm. 4-5.

Page 82: PERUBAHAN SISTEM PERTANIAN DAN DAMPAKNYA …eprints.uny.ac.id/30542/2/1. Skripsi Full 11407141006.pdf · dipimpin oleh pembantu bupati. ... dan bersifat sensitif terhadap erosi. ...

58

pelaksanaan intensifikasi diubah menjadi Bimas Nasional pada tahun 1970/1971.

Pelaksanaan intenifikasi di Kabupaten Sleman tahun 1969/1970.25 Penggunaan

benih varietas unggul perannya tidak terlaksana. Revolusi Hijau telah merusak

peran tersebut dengan komersialisasi benih yang menghilangkan kemampuan

benih untuk melakukan pembiakan sendiri, dan mengharuskan petani membeli

benih setiap tahun. Revolusi Hijau juga menggunakan alat-alat pertanian sebagai

salah satu cara intensifikasi pertanian. Alat-alat pertanian yang lama digunakan

oleh petani seperti bajak, cangkul, dan ani-ani dianggap sudah tidak efisien dan

efektif untuk mengejar produksi tinggi. Alat-alat pertanian itu digantikan dengan

sabit dan alat perontok padi. Hal ini berdampak pada pengguna alat tersebut yaitu

petani. Bagi petani, keberadaan Revolusi Hijau dengan paket benih, pupuk,

pestisida, dan alat pertanian menggeser posisi dan peran petani sebagai bagian

pemegang kendali atas pertanian.26 Sisi positif adanya Revolusi Hijau adalah

trsedianya lapangan kerja baru di pedesaan, misalnya dalam memproduksi bibit,

pupuk, atau alat-alat pertanian. Produksi pertanian mengalami peningkatan 4% per

tahun. Pemakaian pupuk per hektare mengalami kenaikan.27

Pertanian menetap dianggap sebagai evolusi tertinggi dalam

perkembangan masyarakat agraris. Perkembangan ini terutama didasarkan pada

penanaman padi sawah. Penanaman padi sawah memerlukan banyak air karena

25 Ibid.

26 Muryati, Pedesaan dalam Putaran Zaman: Kajian Sosiologis Petani,Pertanian, dan Pedesaan, (Yogyakarta: Suka Press UIN Sunan Kalijaga, 2011),hlm. 131-134.

27 M. Dawam Rahardjo, Transformasi Pertanian, Industrialisasi, danKesempatan Kerja, (Jakarta: UI Press, 1984), hlm. 68-69.

Page 83: PERUBAHAN SISTEM PERTANIAN DAN DAMPAKNYA …eprints.uny.ac.id/30542/2/1. Skripsi Full 11407141006.pdf · dipimpin oleh pembantu bupati. ... dan bersifat sensitif terhadap erosi. ...

59

padi sawah ditanami sepanjang tahun di daerah yang musim kemaraunya pendek

dan basah. Sawah ditanami berbagai palawija saat musim kemarau. Daerah yang

musim kemaraunya panjang dan kering, saat musim kemarau sawah tidak

ditanami. Berkembangnya pertanian menetap membuat perkembangan

pemukiman juga menetap. Daerah pemukiman ditanami bermacam-macam

tumbuhan antara lain sayuran, buah-buahan, dan tanaman obat-obatan. Padi

merupakan tanaman penting yang ditanam di Kabupaten Sleman, tetapi bukan

satu-satunya tanaman yang dikembangkan melainkan ada banyak jenis tanaman

yang ditanam. Misalnya polikultur yaitu penanaman banyak jenis yang merupakan

ciri khas pertanian tradisional. Polikultur juga berkaitan dengan pemeliharaan

hewan seperti unggas, ternak, dan ikan.28

Sebagian besar penduduk Daerah Istimewa Yogyakarta terutama di

Kabupaten Sleman yang tinggal di daerah pedesaan, untuk memenuhi kebutuhan

hidupnya bekerja sebagai petani. Penduduk yang tidak memiliki tanah pertanian,

melakukan pekerjaan sebagai buruh tani atau pekerjaan lain misalnya menjadi

buruh di kota. Selain bertani, ada pekerjaan di luar pertanian sebagai pekerjaan

sambilan, seperti peternakan, perikanan, kerajinan, dan lain-lain yang tergolong

usaha industri kecil.29 Bentuk pertanian di Sleman tahun 1970-an, adalah

berbentuk sawah dan tegalan. Sawah ada dua macam yaitu sawah tadahan tadah

28 Otto Soemarwoto, op.cit., hlm. 258-262.

29 Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah Pusat PenelitianSejarah dan Budaya Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Adat IstiadatDaerah Istimewa Yogyakarta, (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,1977), hlm 40.

Page 84: PERUBAHAN SISTEM PERTANIAN DAN DAMPAKNYA …eprints.uny.ac.id/30542/2/1. Skripsi Full 11407141006.pdf · dipimpin oleh pembantu bupati. ... dan bersifat sensitif terhadap erosi. ...

60

hujan30 dan sawah oncoran atau sawah irigasi31. Sawah digunakan untuk

menanam padi, sedangkan tegalan untuk menanam palawija.32

Air merupakan unsur yang sangat penting dalam bercocok tanam. Selain

air hujan, yang berperan penting bagi sawah tadahan dan tegalan, maka air dari

sungai atau selokan mempunyai fungsi penting sekali bagi pengairan sawah

oncoran. Untuk DIY mengenai pengairan sawah di pedesaan juga diurus oleh

pamong desa atau perabot desa yang telah diatur untuk mengurusi tugas tersebut.

Di kelurahan Wanakerta, Turi, Sleman, pengairan tidak begitu sulit karena air

cukup banyak.33

Penduduk Kabupaten Sleman dalam bercocok tanam masih sangat

terpengaruh oleh perhitungan-perhitungan lama berdasarkan ilmu dukun, yang

terdapat dalam buku-buku yang disebut primbon. Hal ini dilakukan untuk mencari

hari baik saat memulai menanam padi. Petani di daerah Jawa, khususnya di daerah

Yogyakarta masih melaksanakan pranata mangsa. Berikut ini beberapa mangsa

tandur bagi petani antara lain:34

a. Mangsa Kasa: kira-kira dalam bulan Juni/Juli

b. Mangsa Karo: kira-kira dalam bulan Agustus

30 Sawah Tadah Hujan yaitu sawah yang mendapat air hanya tergantungpada turunnya air hujan.

31 Sawah Oncoran yaitu sawah yang memperoleh air dari sungai atauselokan ataupun pengairan.

32 Jayadinata, J.T., op.cit., hlm. 71.

33 Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah Pusat PenelitianSejarah dan Budaya Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, op.cit.,hlm. 52-53.

34 Ibid., hlm. 42.

Page 85: PERUBAHAN SISTEM PERTANIAN DAN DAMPAKNYA …eprints.uny.ac.id/30542/2/1. Skripsi Full 11407141006.pdf · dipimpin oleh pembantu bupati. ... dan bersifat sensitif terhadap erosi. ...

61

c. Mangsa Ketolu: kira-kira dalam bulan September

d. Mangsa Kapat: kira-kira dalam bulan Oktober

e. Mangsa Kelima: kira-kira dalam bulan November

f. Mangsa Kanem: kira-kira dalam bulan Desember

g. Mangsa Kepitu: kira-kira dalam bulan Januari

h. Mangsa Kewolu: kira-kira dalam bulan Februari

i. Mangsa Kesanga: kira-kira dalam bulan Maret

j. Mangsa Kesepuluh: kira-kira dalam bulan April

k. Dhestha: kira-kira dalam bulan Mei

l. Sada: kira-kira dalam bulan Juni

Pranata Mangsa dipergunakan sebagai pedoman berbagai kegiatan. Ada

tiga kegiatan yang digunakan masyarakat sebagai pedoman yaitu bercocok tanam,

membuat rumah, dan pindah rumah. Dalam pembahasannya digunakan beberapa

asumsi. Asumsi-asumsi tersebut antara lain:35

1. Asumsi pertama, mangsa ke lima dipilih karena dianggap paling mudah

dicari kesamaannya dengan unsur meteorologis, yaitu permulaan musim

hujan.

2. Asumsi kedua, mangsa ke lima atau permulaan musim hujan dianggap mulai

jika telah setelah periode kering (tidak terjadi hujan), selama satu dasarian

(periode 10 hari) jumlah hujan ≥ 34 mm dan semua mangsa umurnya tetap.

35 Sukardi Wisnubroto, Pengenalan Waktu Tradisional Pranata Mangsadan Wariga: Menurut Jabaran Meteorologi Manfaatnya dalam Pertanian danSosial, (Yogyakarta: Mitra Gama Widya, 1999), hlm 46.

Page 86: PERUBAHAN SISTEM PERTANIAN DAN DAMPAKNYA …eprints.uny.ac.id/30542/2/1. Skripsi Full 11407141006.pdf · dipimpin oleh pembantu bupati. ... dan bersifat sensitif terhadap erosi. ...

62

3. Asumsi ke tiga, mangsa ke lima atau permulaan musim hujan dimulai setelah

periode kering jumlah curah hujan dalam satu dasarian telah mencapai > 50

mm dan umur mangsa ke empat kemungkinan lebih panjang atau lebih

pendek sedangkan umur mangsa yang lain tetap.

4. Asumsi ke empat, mangsa ke lima atau permulaan musim hujan dimulai jika

dalam satu dasarian setelah periode kering jumlah curah hujan mencapai > 50

mm dan semua mangsa umurnya tetap.

5. Asumsi ke lima, musim hujan selalu mulai dalam mangsa lima.

6. Asumsi ke enam, musim hujan mulai setelah periode kering telah terjadi

hujan dalam satu dasarian.

7. Asumsi ke tujuh, musim hujan mulai setelah periode kering jumlah hujan

dalam satu dasarian mencapai > 50 mm.

8. Asumsi ke delapan, musim hujan mulai setelah periode kering telah terjadi

hujan dalam satu dasarian mencapai 34 mm.

9. Asumsi ke sembilan, musim hujan mulai setelah periode kering jumlah hujan

dalam satu dasarian mencapai > 50 mm.

Pengaruh teknologi telah masuk ke desa-desa dan menyentuh peralatan

pertanian yang selama ini digunakan oleh petani, pada kenyataannya teknologi

tradisional masih dipakai oleh petani di Kabupaten Sleman. Teknologi tradisional

ini merupakan pengetahuan atau paham mengenai alam yang disebut “pranoto

mongso”. Berdasarkan penghitungan tahun surya dengan rentangan 365 hari.

Page 87: PERUBAHAN SISTEM PERTANIAN DAN DAMPAKNYA …eprints.uny.ac.id/30542/2/1. Skripsi Full 11407141006.pdf · dipimpin oleh pembantu bupati. ... dan bersifat sensitif terhadap erosi. ...

63

Petani menggunakan patokan dalam pranata mangsa dan masih ada kepercayaan

tradisional Jawa tiap tahun dalam siklus windu (8 tahun).36

Umumnya petani di Kabupaten Sleman, menanam jenis padi seperti Pelita,

P.B., Bengawan, Cempa, C 4, Serang, dan Slamet. Beberapa jenis padi unggulan

misalnya Holing dan Numpangkarya. Sedangkan jenis padi yang ditanam di

tegalan antara lain Gaga, Cempa, Lombok, Mayangen, Molog, dan Langap.

Semua tanaman baik yang ditanam di sawah maupun di tegalan, tidak terbebas

dari serangan hama. Hama yang umum menyerang tanaman kelapa (tanaman

kebun) antara lain kwangwung, artana, dan bajing. Hama yang menyerang

tanaman padi antara lain wereng, walang sangit, tikus, menthe, dan lodhoh. Untuk

memberantas hama ini, para petani melakukan penyemperotan dengan Diendrim,

Diazinion, D.D.T., dan Phosphide.37

Perubahan besar muncul dalam sistem pertanian sawah ketika datangnya

Revolusi Hijau. Perubahan ini menyebabkan sistem pertanian sawah lebih rawan

terhadap serangan hama padi. Hal ini terjadi karena beberapa hal diantaranya:

pertama, sawah yang ditanami oleh bibit padi unggul menjadi sangat “rungkut”.

Hal ini menyebabkan hama padi berkembang biak dengan cepat. Kedua, “multiple

cropping” timbul karena waktu masak yang cepat dari bibit unggul sehingga

menambah tersedianya “makanan” sepanjang tahun bagi bibit penyakit. Ketiga,

bibit padi unggul dikembangkan dengan prioritas menaikkan hasil panen, bukan

untuk memperkuat daya tahan terhadap penyakit. Permasalahan ini menjadi

36 Rusman, dkk, op,cit., hlm. 57-60.

37 Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah Pusat PenelitianSejarah dan Budaya Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, op.cit., hlm 46.

Page 88: PERUBAHAN SISTEM PERTANIAN DAN DAMPAKNYA …eprints.uny.ac.id/30542/2/1. Skripsi Full 11407141006.pdf · dipimpin oleh pembantu bupati. ... dan bersifat sensitif terhadap erosi. ...

64

semakin sulit bagi petani di Kabupaten Sleman karena pengetahuan dan

pengalaman tradisional mereka semakin tersingkir dengan adanya laju

modernisasi pertanian tahun 1970-an.38

Pengenalan jenis benih padi baru tahun 1970. Benih padi ini diklaim lebih

tahan penyakit dari benih-benih lain yang dikenal petani. Penanaman bnih ini

dibutuhkan tanah yang sangat luas untuk menanamnya dan akibatnya jumlah total

area untuk penanaman padi meningkat hampir 50 persen. Kerusakan padi tahun

1965 sampai 1967 menyebabkan produksi padi hanya 1,25 ton per hektare.

Penggunaan metod baru menyebabkan hasil produksi bisa mencapai dua kali lipat

antara 3 sampai 4 ton per hektare. Korelasi positif antara pnggunaan pupuk dan

hasil produksi beras tampak jelas. Proyek Bimas yang digunakan untuk

memperbaiki sistem irigasi, mndanai pupuk, dan pestisida dngan biaya Rp 380

milyar dalam anggaran di bawah Repelita I. Bimas merupakan rangkaian

bimbingan sosial yang disusun untuk memberi kredit sebagai modal berjalan bagi

para petani. Intensifikasi Massal (Inmas) merupakan serangkaian instruksi kepada

masyarakat tentang penggunaan modal berjalan untuk memulai memperbaiki

metode pertanian.39

Banyak sedikitnya hasil padi, tergantung pada kesuburan tanah dan sistem

pertanian yang dilakukan. Sistem pertanian ini termasuk cara pengolahan tanah,

pemakaian pupuk, irigasi, serta pemberantasan hama. Hal ini menyebabkan tiap-

38 Peter Hagul, (ed), Pembangunan Desa dan Lembaga SwadayaMasyarakat, (Jakarta: Rajawali Press, 1992), hlm. 23.

39 Retnowati Abdulgani, Soeharto: The Life and Legacy of Indonesian’sSecond President, (Jakarta: Kata Hasta Pustaka, 2007), hlm. 104-105.

Page 89: PERUBAHAN SISTEM PERTANIAN DAN DAMPAKNYA …eprints.uny.ac.id/30542/2/1. Skripsi Full 11407141006.pdf · dipimpin oleh pembantu bupati. ... dan bersifat sensitif terhadap erosi. ...

65

tiap daerah banyaknya hasil padi pada masa panen tidak sama. Misalnya di

Kabupaten Sleman, hasil padi setiap 1 ha sawah, kira-kira 1500 kg padi kering.40

Petani di Sleman kebanyakan menggarap tanah dengan dikerjakan sendiri secara

aktif. Namun, bagi mereka yang mampu, padahal kekurangan waktu dan tenaga

maka penggarapan sawah dapat diupahkan. Di dalam mengerjakan sawah, ada

pembagian kerja antara pria dan wanita. Tugas-tugas yang dilakukan oleh kaum

pria antara lain memperbaiki pematang, saluan air, pipa-pipa dari bambu,

bendungan, mencangkul, membajak, dan menggaru. Sedangkan pekerjaan bagi

kaum wanita adalah tanem atau tandur, matun atau menyiangi rumput, dhangir

kemudian derep41 atau menuai padi.42 Sistem pertanian wanita juga terdapat di

Asia, kaum wanita bekerja lebih lama di sawah daripada kaum pria.43

Untuk mengerjakan sawah dapat dilakukan oleh orang lain (buruh tani),

adapun pembagian hasilnya dilakukan dengan hasil panenan dibagi dua. Para

petani membutuhkan tenaga tambahan untuk menggarap tanah. Salah satu cara

pengerahan tambahan tenaga yaitu dengan jalan bantu-membantu atau dikenal

dengan istilah gotong royong. Gotong royong tidak hanya dilakukan dalam hal

pertanian, tetapi juga dalam hal kematian, kecelakaan, mendirikan rumah atau

40 Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah Pusat PenelitianSejarah dan Budaya Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, op.cit., hlm. 47.

41 Derep adalah menolong memotong padi dengan imbalan kurang lebihseperlima dari hasil panen.

42 Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah Pusat PenelitianSejarah dan Budaya Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, op.cit., hlm. 48.

43 Sajogyo, Sosiologi Pedesaan: Kumpulan Bacaan, (Yogyakarta: GadjahMada University Press, 1982), hlm. 78-79.

Page 90: PERUBAHAN SISTEM PERTANIAN DAN DAMPAKNYA …eprints.uny.ac.id/30542/2/1. Skripsi Full 11407141006.pdf · dipimpin oleh pembantu bupati. ... dan bersifat sensitif terhadap erosi. ...

66

memperbaiki bagian rumah, memperbaiki jalan, dan jembatan. Gotong royong

dalam pertanian terdapat pada waktu orang mengerjakan sawah misalnya

mencangkul, membajak, menggaru, menanam padi, dan memelihara tanaman

(menyiangi rumput dan memberi pupuk.44

Kegotong-royongan biasa terjadi di antara para petani yang mempunyai

sawah yang berdekatan. Sesuatu hal yang penting bagi penduduk desa adalah

hubungan baik serta kerja sama yang baik dengan petani-petani lain yang

mempunyai sawah dan tegalan pada satu tempat yang sama. Ada pula kerja

bersama yang mirip dengan gotong royong yaitu sambatan45. Sambatan ini orang-

orang yang membantu pada umumnya telah disambat lebih dahulu, yaitu dimintai

tolong secara lisan. Sambatan ini dilakukan saat mendirikan rumah, memperbaiki

rumah, dan membuat sumur. Sambatan ini pada dasarnya adalah kerja bersama

tanpa upah tetapi dijamin makan, minum, dan sekedar camilan.46

Sistem upah buruh tani secara adat yang dilakukan untuk memotong padi

disebut dengan sistem bawon. Sistem bawon ini dalam pelaksanaannya wanita-

wanita buruh mendapatkan 1/25 dari hasil yang dipetiknya. Upah berupa uang

merupakan cara baru untuk membayar buruh tani.47 Beberapa desa di wilayah

44 Koentjaraningrat, op.cit., hlm. 7-8.

45 Sambatan adalah istilah jawa yang berarti sebuah tradisi membangunrumah secara gotong royong.

46 Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah Pusat PenelitianSejarah dan Budaya Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, op.cit., hlm 50.

47 Koentjaraningrat, loc.cit.

Page 91: PERUBAHAN SISTEM PERTANIAN DAN DAMPAKNYA …eprints.uny.ac.id/30542/2/1. Skripsi Full 11407141006.pdf · dipimpin oleh pembantu bupati. ... dan bersifat sensitif terhadap erosi. ...

67

Kabupaten Sleman mempunyai sawah milik perseorangan yang sifatnya seperti di

bawah ini:48

a. Tanah yang dimiliki karena menjabat sebagai perabot desa. Sebagai uang

lelah kemudian mendapat bagian tanah yang disebut lungguh atau bengkok

b. Tanah yang dimiliki, karena jasa-jasnya yang disebabkan seseorang telah

banyak berjasa terhadap desa dan sebagai tanda terima kasih dihadiahi tanah.

Tanah yang diberikan tadi disebut “Pangarem-arem”

c. Tanah yang dimiliki kelurahan dinamai kas desa. Tanah kas desa ini sebagai

cadangan apabila kelurahan membutuhkan biaya sewaktu-waktu

Cara petani di Kabupaten Sleman yang tidak memiliki tanah, dan ingin

memperoleh serta menggarap sawah adalah dengan cara menyewa tanah, bagi

hasil, menggadaikan tanah, dan srama. Untuk menyewakan tanah biasanya

dilakukan tahunan. Menyewa tahunan ini lamanya antara 2 sampai 3 tahun. Rata-

rata sewa tanah satu tahun sekitar dua ratus lima puluh rupiah dalam 1 ha. Bagi

hasil itu adalah petani yang menggarap sawah orang lain dengan mendapat bagian

separuh dari hasil panenan. Cara menggadaikan sawahnya kepada orang lain

disebut adol sendhe. Adol sendhe ini selama 2-5 tahun (menurut perjanjian)

selama uang pinjaman belum lunas, sawah belum kembali menjadi miliknya. Cara

selanjutnya adalah srama. Srama adalah semacam kontak. Petani yang tidak

memiliki sawah dapat Nyrama sawah orang lain misalnya di salah satu desa di

Kabupaten Sleman. Selain itu, terdapat pula sistem ijon. Salah satu cara untuk

mempercepat mendapatkan uang adalah dengan cara ijon yaitu menjual

48 Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah Pusat PenelitianSejarah dan Budaya Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, op.cit., hlm. 51.

Page 92: PERUBAHAN SISTEM PERTANIAN DAN DAMPAKNYA …eprints.uny.ac.id/30542/2/1. Skripsi Full 11407141006.pdf · dipimpin oleh pembantu bupati. ... dan bersifat sensitif terhadap erosi. ...

68

tanamannya pada waktu masih muda. Melalui perjanjian yang pada hakikatnya

kurang menguntungkan bagi si pemilik tanaman.

Sistem pertanian modern merupakan pola yang sudah mengalami proses

perkembangan dari yang sederhana ke yang lebih kompleks. Ada enam sistem

atau cara bertani yang mencakup sistem bertani paling sederhana hingga paling

modern. Berikut ini sistem pertanian modern yang dilakukan oleh para petani:49

1. Bercocok tanam di pinggir kali

Sistem ini merupakan cara paling sederhana dan tidak menggunakan

teknologi tertentu. Cara ini merupakan cara bertani tertua sesudah pekerjaan

berburu dan meramu. Cara bercocok tanam ini dilakukan dengan

mempersiapkan bibit di tanah yang basah kemudian bibit itu ditekan dengan

ibu jari kaki ke dalam tanah.

2. Pertanian yang berpindah-pindah

Pertanian berpindah-pindah ini biasa disebut “tebas dan bakar”.

Teknik pertanian ini dengan menebas dan membakar semak atau belukar.

Alat yang dipakai sederhana yaitu alat penunggal yang hanya berupa kayu

atau benda-benda yang ditemukan tajam.

3. Sistem pertanian dengan teknologi cangkul

Pola pertanian semacam ini merupakan suatu tingkat pertanian dengan

menggunakan alat-alat tajam untuk mengolah tanah. Teknologi yang masih

sederhana dan kasar menggunakan hewan sebagai alat angkut beban yang

49 Bahrein T. Sugihen, Sosiologi Pedesaan, (Jakarta: Raja GrafindoPersada, 1997), hlm 118.

Page 93: PERUBAHAN SISTEM PERTANIAN DAN DAMPAKNYA …eprints.uny.ac.id/30542/2/1. Skripsi Full 11407141006.pdf · dipimpin oleh pembantu bupati. ... dan bersifat sensitif terhadap erosi. ...

69

berat-berat. Produksi pertanian masih bergantung pada faktor tenaga manusia

dan hewan.

4. Penggunaan bajak sederhana

Sistem pertanian ini ditandai dengan dipakainya tenaga hewan untuk

menghela bajak yang digunakan untuk membongkar akar-akaran, dan untuk

mengaduk-aduk tanah. Bajak biasanya menggunakan lembu atau kerbau.

5. Sistem bajak modern

Sistem ini memungkinkan para petani meningkatkan hasil produksi

rata-rata per orang setiap tahunnya. Hal ini juga memberi kemungkinan

kepada petani untuk menukarkan atau menjual hasil kelebihan produksi yang

ada untuk memenuhi tuntutan hidup. Sistem bajak modern ini ditandai oleh:50

a. Perencanaan beraneka bentuk transportasi dengan memakai roda agar

mudah dihela hewan seperti kuda, keledai, lembu, dan kerbau

b. Pemeliharaan hewan penghela yang terlatih baik untuk mendukung

berbagai pekerjaan pertanian

c. Perencanaan dan pemakaian pasangan dan tali kekang hewan penghela

untuk mendapatkan efisiensi yang tinggi

d. Pemakaian kereta roda empat dan perlengkapan lainnya untuk

mendapatkan efisiensi yang lebih tinggi sebagai alat angkutan bagi hasil

panen berbagai tanaman

50 Ibid.

Page 94: PERUBAHAN SISTEM PERTANIAN DAN DAMPAKNYA …eprints.uny.ac.id/30542/2/1. Skripsi Full 11407141006.pdf · dipimpin oleh pembantu bupati. ... dan bersifat sensitif terhadap erosi. ...

70

6. Mekanisasi pertanian

Sistem ini menggunakan alat-alat untuk mengurangi pemakaian tenaga

manusia dengan hewan sebagai sumber daya termasuk tenaga untuk mengerjakan

pekerjaan. Pemakaian sistem pertanian yang memanfaatkan ilmu pengetahuan

modern di dalam proses pengembangan usaha tani, seperti proses pemuliaan

tanaman (benih), proses pemuliaan hewan, pemberantasan hama dan gulma.

Sistem pertanian tradisional antara lain perladangan dan tegalan. Perbedaan sistem

pertanian tradisional dengan modern dapat dilihat dari peralatan yang digunakan.

Sistem pertanian tradisional menggunakan peralatan yang sederhana seperti sabit,

luku, dan garu. Sedangkan pola pertanian modern menggunakan peralatan berupa

mesin dan meninggalkan peralatan dengan tenaga manusia.51

51 Ibid., hlm. 120.

Page 95: PERUBAHAN SISTEM PERTANIAN DAN DAMPAKNYA …eprints.uny.ac.id/30542/2/1. Skripsi Full 11407141006.pdf · dipimpin oleh pembantu bupati. ... dan bersifat sensitif terhadap erosi. ...

71

BAB IVDAMPAK PERUBAHAN SISTEM PETANIAN TERHADAP

MASYARAKAT DI KABUPATEN SLEMAN

A. Dampak Sosial

Dampak sosial dari perubahan sistem pertanian di Kabupaten Sleman

adalah masyarakatnya terpengaruh perhitungan-perhitungan lama dalam memulai

menanam padi yang biasanya disebut primbon. Misalnya untuk menanam padi

harus dicari saat yang baik yaitu misal pada hari kelahirannya. Para petani juga

mempunyai pantangan untuk menanam padi yaitu pada bulan Sura (permulaan

dan penghabisan). Menanam padi atau mengerjakan sawah, bagi para petani

merupakan suatu pekerjaan besar dan penting.1

Petani di Kabupaten Sleman selain terpengaruh primbon, juga

melaksanakan pranata mangsa. Mangsa ini perlu diperhatikan sebab berhubungan

dengan waktu yang baik untuk melakukan penanaman padi, apabila keliru saat

menanam padi mereka akan menderita kerugian. Pranata mangsa ini terdiri dari

12 mangsa yaitu: mangsa kasa, mangsa karo, mangsa ketolu, mangsa kapat,

mangsa kelima, mangsa kanem, mangsa kepitu, mangsa kewolu, mangsa kesanga,

mangsa kesepuluh, dhestha, dan sada. Usia mangsa antara satu dengan yang lain

tidak sama. Kasa dan sada 41 hari. Karo dan dhestha 27 hari. Katelu dan

kesepuluh 24 hari. Kapat dan kesanga 25 hari. Kelima dan kewolu 21 hari. Kanem

dan kapitu 47 hari. Apabila tandur itu dilaksanakan pada mangsa kewolu, tentu

1 Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah Pusat PenelitianSejarah dan Budaya Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Adat IstiadatDaerah Istimewa Yogyakarta, (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,1977), hlm 41-42.

Page 96: PERUBAHAN SISTEM PERTANIAN DAN DAMPAKNYA …eprints.uny.ac.id/30542/2/1. Skripsi Full 11407141006.pdf · dipimpin oleh pembantu bupati. ... dan bersifat sensitif terhadap erosi. ...

72

akan gabug (padi tidak berisi), sebab angin dalam musim tersebut sangat besar.

Oleh sebab itu, maka waktu tandur dilakukan dalam satu atau dua bulan

sebelumnya, pada mangsa kanem atau kepitu (Desember-Januari).2

Waktu penanaman padi kira-kira bulan November-Desember, maka para

petani mulai menggarap sawah. Pertama, pematang sawah diperbaiki dan

dibersihkan terlebih dahulu. Kemudian saah diairi (dilebi), sesudah tanah cukup

basah, barulah sawah itu dibajak. Pengolahan sawah untuk tempat persemaian

(penyebar benih) sama halnya dengan pengolahan sawah yang akan ditanami.

Persemaian dibuat di tempat yang mudah mendapat air dan subur. Pertama tanah

dibajak terlebih dahulu, setelah itu digaru. Kemudian benih disebar dan jika telah

berumur 25-35 hari dicabut dan dipindahkan ke sawah yang sudah selesai digarap.

Petani dalam usaha pertaniannya selalu membutuhkan pupuk di Kabupaten

Sleman sebagian besar para petani menggunakan pupuk kandang, pupuk hijau,

dan pupuk pabrik (T.S. Urea).3

Pelaksanaan Revolusi Hijau tahun 1970-an membawa dampak pada

penggunaan alat-alat pertanian. Alat-alat pertanian lama yang digunakan petani

seperti bajak, cangkul, dan ani-ani dianggap sudah tidak efisien dan efektif untuk

mengejar produksi tinggi. Alat-alat peertanian ini kemudian diganti dengan sabit

dan alat perontok padi. Hal ini berdampak pada pengguna alat tersebut yaitu

petani. Dampak yang terasa adalah pengurangan peranan perempuan dalam

produksi pertanian. Wilayah yang melakukan pertanian tradisional, peranan

2 Ibid., hlm 43.

3 Ibid., hlm 44-45.

Page 97: PERUBAHAN SISTEM PERTANIAN DAN DAMPAKNYA …eprints.uny.ac.id/30542/2/1. Skripsi Full 11407141006.pdf · dipimpin oleh pembantu bupati. ... dan bersifat sensitif terhadap erosi. ...

73

perempuan sangat dominan. Misalnya di Kabupaten Sleman, perempuan hanya

berperan sedikit dalam proses produksi, perempuan juga lebih banyak tinggal di

rumah, menjaga anak atau melakukan usaha seperti menjadi buruh industri

kerajinan atau membuka warung.4

Teknologi modern yang muncul dalam bidang pertanian tidak langsung

diterima oleh masyarakat tani di Kabupaten Sleman. Perkembangan teknologi

modern dan kemajuan sistem bercocok tanam membutuhkan penanganan khusus

yang lebih rumit karena alat-alat dan sarana yang digunakan membutuhkan

adanya keterampilan para petani.5 Berdasarkan hasil awancara dengan Ibu

Mujilah mengatakan bahwa kebanyakan buruh tani di Kabupaten Sleman terdiri

dari petani yang berusia lanjut dan berpendidikan rendah sehingga penggunaan

teknologi pertanian modern sedikit mengalami hambatan.6 Adanya ilmu dan

teknologi pertanian yang lebih modern dan bersifat baru, sebagian masyarakat

masih menanggapinya sebagai sesuatu yang asing. Misalnya penggunaan pupuk

buatan, obat-obatan, pestisida dan peralatan pertanian baru yang lebih modern.

Untuk mengatasi hal tersebut diperlukan penyuluhan pertanian secara intens yang

4 Muryati, Pedesaan dalam Putaran Zaman: Kajian Sosiologis Petani,Prtanian, dan Pedesaan, (Yogyakarta: Suka Press UIN Sunan Kalijaga, 2011),hlm. 131.

5 Sajogyo, Bunga Rampai Perekonomian Desa, (Yogyakarta: YayasanObor Indonesia, 1982), hlm. 101.

6 Wawancara dengan Ibu Mujilah pada tanggal 18 Desember 2015.

Page 98: PERUBAHAN SISTEM PERTANIAN DAN DAMPAKNYA …eprints.uny.ac.id/30542/2/1. Skripsi Full 11407141006.pdf · dipimpin oleh pembantu bupati. ... dan bersifat sensitif terhadap erosi. ...

74

akan menjabarkan segala sesuatu menjadi materi yang dapat dimengerti oleh

petani.7

Menurut data hasil wawancara dengan Bapak Mujiyat, adanya perbedaan

dalam proses pengadopsian ilmu dan teknologi pertanian modern meningkatkan

munculnya golongan petani berdasarkan cepat lambatnya proses adopsi dan

partisipasi petani dalam menyebarluaskan hal-hal baru di Kabupaten Sleman.

Golongan pertama adalah golongan yang cepat menerima proses adopsi.

Golongan tersebut mempunyai status ekonomi yang lebih tinggi, juga status

sosialnya karena tingkat pendidikannya yang lebih cukup, mempunyai modal

yang besar, dan lahan luas yang dimiliki. Golongan kedua adalah golongan petani

muda, golongan ini juga cepat menerima adopsi. Golongan ketiga adalah tokoh

setempat, yang terdiri dari perangkat desa. Golongan ini sebagai perintis bagi

perkembangan teknologi. Golongan keempat adalah golongan penganut lambat,

biasanya golongan ini terdiri dari petani yang agak tua dan modal yang dimiliki

cukup sedikit.8

Revolusi yang diterapkan pada usaha tani tahun 1960 dengan segala

perangkat kelembagaan dan teknologinya telah menciptakan pembagian kelompok

kelas masyarakat desa yaitu antara tuan tanah dengan buruh tani dan petani

gurem. Pelapisan masyarakat pedesaan menjadi empat lapisan yaitu pertama,

lapisan petani kaya yaitu mereka yang memiliki lebih dari 2 hektar dan biasanya

7 Zuminati Rahayu, “Revolusi Hijau dan Perubahan Sosial Ekonomi PetaniWanita di Kabupaten Sleman Tahun 1970-1984”, Skripsi, (Program StudiPendidikan Sejarah, Jurusan Pendidikan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial, UNY,2015), hlm. 78.

8 Wawancara dengan Bapak Mujiyat pada tanggal 19 Desember 2015.

Page 99: PERUBAHAN SISTEM PERTANIAN DAN DAMPAKNYA …eprints.uny.ac.id/30542/2/1. Skripsi Full 11407141006.pdf · dipimpin oleh pembantu bupati. ... dan bersifat sensitif terhadap erosi. ...

75

menyediakan tanahnya kepada orang lain dan biasanya diusahakan sendiri dengan

modal sendiri. Golongan inilah yang biasanya dipilih sebagai pimpinan desa.

Kedua, lapisan petani kecil yaitu mereka yang memiliki tanah atau sawah sekitar

1 hektar. Lapisan ini dapat digolongkan penduduk yang hidupnya berkecukupan

dari hasil usaha pertaniannya. Ketiga, lapisan petani gurem yaitu mereka yang

memiliki tanah atau sawah yang kurang dari 0,2 hektar dan biasanya mereka

melakukan usaha bagi hasil dengan petani kaya. Keempat, lapisan buruh tani yaitu

mereka yang tidak memiliki saah atau tegalan yang hidupnya tergantung pada

sektor usaha pertanian dengan cara memperoleh upah kerja dengan petani

lainnya.9

Sistem pengerahan tenaga panen yang baru, mulai menghapuskan adat

panen berdasarkan gotong royong.10 Penghapusan ini terjadi tahun 1974.

Beralihnya adat panen berdasarkan gotong royong memunculkan sistem baru

yaitu sistem tebasan. Sistem tebasan ini dilakukan apabila seorang petani pemilik

usaha tani menjual sebagian besar padinya yang sudah menguning kepada seorang

pedagang dari luar desa yang akan mngusahakan pemotongan padi. Contoh lain

dari proses tergesernya adat gotong royong adanya sistem baru dengan menyewa

buruh tani wanita. Buruh tani wanita ini bekerja untuk menumbuk padi secara

tradisional. Pengenalan mesin huller pada petani dimulai tahun 1974. Mesin

9 Djoko Suryo, dkk, Gaya Hidup Masyarakat Jawa di Pedesaan: PolaKehidupan Sosial Ekonomi dan Budaya, (Jakarta: Depdikbud, 1985), hlm. 20-22.

10 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi danDokumentasi Kebudayaan Daerah, Sistem Gotong Royong dalam MasyarakatPedesaan Daerah Istimewa Yogyakarta, (Jakarta: Departemen Pendidikan danKebudayaan, 1982), hlm 1-3.

Page 100: PERUBAHAN SISTEM PERTANIAN DAN DAMPAKNYA …eprints.uny.ac.id/30542/2/1. Skripsi Full 11407141006.pdf · dipimpin oleh pembantu bupati. ... dan bersifat sensitif terhadap erosi. ...

76

huller adalah mesin kecil penggiling padi yang dapat dibeli oleh petani-petani

kaya. Penggunaan mesin huller membuat penggilingan padi secara efisien, tetapi

dampak negatifnya istri tetangga dan para buruh wanita yang biasanya diminta

untuk membantu menggiling padi dengan adanya mesin mereka kehilangan mata

pencaharian tambahan.11

Usaha tani padi sawah telah mengalami perubahan. Perubahan ini terjadi

pada awal tahun 1970-an, perubahan berupa peralihan dari alat ani-ani dan dari

menumbuk gabah beralih penggilingan gabah. Hal ini menyebabkan masalah

terhadap buruh tani wanita yang tidak mau memakai sabit karena akan

mengurangi jumlah wanita dalam panenan padi. Permasalahan bagi petani adalah

terdapat beberapa orang wanita dan beberapa orang laki-laki yang memanen di

sawah sesempit setengah hektare. Buruh tani biasa menyembunyikan sebagian

padi dan mengambil bagian lebih besar dari patokan tradisional pada waktu

penetapan bagian masing-masing.12

Semua tanaman baik yang di tanam di sawah maupun di tegalan tidak

bebas dari serangan hama. Hama tanaman tidak hanya terdapat pada tanaman

jagung ataupun sayuran tetapi juga pada tanaman padi. Berikut ini beberapa hama

tanaman padi dan cara pemberantasannya antara lain:13

11 Koentjaraningrat, Masyarakat Desa di Indonesia, (Jakarta: LembagaPenerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1984), hlm. 10-11.

12 William L. Collier, Pendekatan Baru dalam Pembangunan Pedesaan diJawa: Kajian Pedesaan Selama Dua Puluh Lima Tahun, (Jakarta: Yayasan OborIndonesia, 1996), hlm. 61.

13 A.G. Kartasapoetra, Hama Tanaman Pangan dan Perkebunan, (Jakarta:Radar Jaya Offset, 1987), hlm 18.

Page 101: PERUBAHAN SISTEM PERTANIAN DAN DAMPAKNYA …eprints.uny.ac.id/30542/2/1. Skripsi Full 11407141006.pdf · dipimpin oleh pembantu bupati. ... dan bersifat sensitif terhadap erosi. ...

77

1. Hama tikus

Hama tikus ini terdiri dari dua jenis yaitu tikus sawah dan tikus huma.

Lingkungan hidupnya meliputi lapangan terbuka yang basah berbentuk sawah,

payau-payau di antara semak, pematang dan tanggul sungai. Cara membasmi

hama tikus tersebut, yaitu:

a. Pembasmian/penghancuran secara mekanis dilakukan oleh para petani secara

kerja sama, mereka mencari setiap saang tikus, membongkar dan lalu

membinasakan setiap tikus yang terdapat di dalamnya

b. Pembasmian dengan bahan-bahan kimia yang dimaksudkan agar tikus dapat

dibinasakan. Untuk ini digunakan dua jenis bahan kimia. Pertama, yang dapat

membunuh tikus melalui pernafasannya seperti menggunakan belerang dalam

pengomposan pada lubang/sarang-sarang tikus di pematang. Kedua,

meembunuh tikus melalui pencernaan antara lain dengan fosfor, warfarin,

zinkoksida, dan lain-lain yang dalam penggunaannya harus dicampur dengan

makanan yang dapat menarik perhatian tikus

2. Hama ulat penggerek

Hama ulat ini merupakan hama yang sudah endemis yang setiap waktu

dapat melakukan pengerusakan. Hama ini dapat dibasmi dengan cara:

a. Para petani baru akan melakukan penyebaran bibit-bibit tanaman padi di

pesemaian yaitu setelah invasi serangan ulat-ulat penggerek diperkirakan

telah selesai

b. Dilakukan penanaman dengan daya pembaharuan (regenerasi) yang tinggi

Page 102: PERUBAHAN SISTEM PERTANIAN DAN DAMPAKNYA …eprints.uny.ac.id/30542/2/1. Skripsi Full 11407141006.pdf · dipimpin oleh pembantu bupati. ... dan bersifat sensitif terhadap erosi. ...

78

c. Menghancurkan telur kupu-kupu penggerek yang terdapat di lingkungan

pesemaian dan membunuh larva-larva yang baru menetas

d. Melakukan tindakan preventif dengan menyemprot pesemaian yang

dilakukan dengan menggunakan insektisida yang tahan lama

e. Melakukan penyemprotan tanaman dengan sejenis insektisida yang dapat

mematikan telur serta larva hama tanaman tersebut

f. Melakukan penggiliran tanaman untuk mengurangi populasi hama ulat

penggerek dengan cara penanaman padi batang atau jeraminya harus

dibenamkan ke dalam tanah/lumpur

g. Menarik perhatian kupu-kupu penggerek dengan memanfaatkan lampu

petromaks agar mereka terkumpul untuk selanjutnya dimusnahkan

3. Hama wereng

Hama wereng merupakan musuh besar para petani. Hama wereng dapat

diatasi dengan:

a. Melakukan pengeringan apabila hama wereng telah meluas

b. Melakukan pencabutan seluruh tanaman dan kemudian melakukan

pembakaran

c. Melakukan pembasmian dengan insektisida yang disemprotkan seminggu

sekali atau maksimal 10 hari sekali

4. Walang sangit

Walang sangit dengan alat penghisapnya dapat merusak tanaman padi.

Walang sangit berbentuk seperti belalang, dapat terbang jauh, berbadan ramping,

Page 103: PERUBAHAN SISTEM PERTANIAN DAN DAMPAKNYA …eprints.uny.ac.id/30542/2/1. Skripsi Full 11407141006.pdf · dipimpin oleh pembantu bupati. ... dan bersifat sensitif terhadap erosi. ...

79

dan memiliki bau yang menusuk hidung. Cara membasmi hama walang sangit

yaitu:

a. Walang sangit tertarik pada sinar lampu yang terang (petromaks)

b. Walang sangit yang jantan sangat tertarik dengan sinar lampu di malam hari,

tertarik pula dengan makhluk-makhluk lain yang telah membusuk seperti

bangkai ular, katak, dan juga oleh rumput ganggang

c. Pembasmian juga dapat memanfaatkan zat-zat kimia

Umumnya para petani di pedesaan dalam bercocok tanam terutama padi,

masih mengadakan upacara selamatan. Hal ini sulit dihapuskan karena erat

hubungannya dengan kepercayaan mereka. Para petani masih percaya dengan

adanya Dewi Sri yang dihormati, karena dia dianggap sebagai Dewi Padi

pelindung pertanian. Kabupaten Sleman juga mengadakan selamatan seperti

berikut:14

a. Upacara Tanem, upacara ini diadakan sewaktu akan tanem, sesaji upacara

berwujud nasi tumpeng robyong beserta gudangan beserta lauk pauknya

b. Upacara Ningkebi, upacara ini menggunakan sesaji berupa nasi ambengan

dengan lauk pauk (peyek, sambel, krupuk, dan lain-lain). Upacara ini digelar

setelah bibit padi ditanam kemudian padi itu mulai nglilir dan apabila hampir

merkatak maka upacara ini dilaksanakan

c. Upacara yang diadakan sewaktu akan menyebar benih (gabah). Gabah dibawa

ke hutan (tegalan), sebelum disebar, terlebih dahulu diadakan sesaji dengan

jenang katul (kembang pari), yang disajikan di sudut tegalan tempat dimulai

14 Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah Pusat PenelitianSejarah dan Budaya Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, op.cit., hlm 55.

Page 104: PERUBAHAN SISTEM PERTANIAN DAN DAMPAKNYA …eprints.uny.ac.id/30542/2/1. Skripsi Full 11407141006.pdf · dipimpin oleh pembantu bupati. ... dan bersifat sensitif terhadap erosi. ...

80

pekerjaan itu. Selesai nyebar, di rumah diadakan selamatan berwujud nasi

wuduk dengan ingkung ayam beserta lauk pauknya

d. Upacara wiwit diadakan di sawah atau tegalan menjelang padi akan dituai.

Upacara wiwit itu sesaji yang berwujud sega liwet, nasi golong di atasnya

ditutup kerak nasi. Lauknya sambel gepeng, telur ayam rebus, dan gereh

bakar. Upacara ini diadakan di sawah pada waktu sore hari menjelang padi

akan dituai pada keesokan harinya. Upacara ini ditujukan kepada Dhanyang

sawah dengan permintaan agar para petani di tempat itu diberi keselamatan

dan hasil panen yang baik. Mengenai macam sesaji sama dengan pada waktu

mengadakan upacara tanem hanya gudangan dan sambel gepeng tidak

dicampuri, melainkan ditaruh di tempat tersendiri.

e. Upacara Merti Desa

Setelah panen selesai, maka secara umum para petani di daerah

pedesaan mengadakan upacara selamatan yang dinamai Bersih Desa atau atau

Merti Desa. Mengenai selamatan ini, seperti halnya dalam upacara

Majemuk15 tiap kepala somah membawa nasi ambengan16 Bersih desa selalu

diadakan pada bulan Sela, bulan ke-11 tahun Kamariah. Bersih desa pada

mulanya diadakan untuk mengintegrasikan masyarakat yang kurang akrab

antara satu dengan yang lain. Hal ini terkadang sulit dilakukan dalam konteks

15 Majemuk adalah upacara tahunan sebagai wujud rasa syukur kepadapencipta setelah masa panen.

16 Nasi ambengan berupa nasi putih yang diletakkan di atas tampah dandiberi lauk pauk di sekelilingnya. Nasi ambeng adalah hidangan yang disajikandalam selamatan sebagai lambang keberuntungan.

Page 105: PERUBAHAN SISTEM PERTANIAN DAN DAMPAKNYA …eprints.uny.ac.id/30542/2/1. Skripsi Full 11407141006.pdf · dipimpin oleh pembantu bupati. ... dan bersifat sensitif terhadap erosi. ...

81

perkotaan karena kedekatan geografis kurang penting dibandingkan dengan

komitmen ideologis dan perbedaan status sosial.17

f. Munggah Lumbung

Upacara ini dilakukan sewaktu akan menyimpan padi di lumbung.

Dalam upacara ini sering mengadakan sesaji berupa jenang-jenangan 5

macam serta kembang menyan. Rangkaian upacara adat dalam pertanian yang

berpangkal kepada kepercayaan pada Dewi Sri yang dianggap sebagai dewi

pelindung pertanian. Upacara kepada sing mbahureksa dengan permohonan

agar padi dapat awet.

g. Lumbung Paceklik

Upacara ini diadakan khusus untuk membantu kesulitan dalam hal

pertanian. Lumbung paceklik ini mempunyai banyak anggota yang terdiri dari

tiap-tiap kepala somah dari setiap kelurahan. Di Kabupaten Sleman dibentuk

melalui modal yang diperoleh dengan jalan tiap anggota menyerahkan gabah

1 taker. Jumlah anggotanya ada 400 orang.

Masyarakat Yogyakarta dapat dibedakan adanya beberapa lapisan

masyarakat yang ada di darah pedesaan dan di daerah perkotaan. Pada umumnya

lapisan masyarakat yang ada di daerah pedesaan penduduknya hidup dengan cara

bercocok tanam menetap, perbedaan golongan yang ada didasarkan atas hak milik

tanah. Seperti contoh di Kabupaten Sleman. Ketiga golongan ini antara lain:18

17 Clifford Geertz, Agama Jawa: Abangan, Santri, Priyayi dalamKebudayaan Jawa, (Depok: Komunitas Bambu, 2014), hlm. 110-112.

18 Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah Pusat PenelitianSejarah dan Budaya Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, op.cit., hlm. 232.

Page 106: PERUBAHAN SISTEM PERTANIAN DAN DAMPAKNYA …eprints.uny.ac.id/30542/2/1. Skripsi Full 11407141006.pdf · dipimpin oleh pembantu bupati. ... dan bersifat sensitif terhadap erosi. ...

82

1. Wong baku/Sikep/Kulikenceng, orang yang merasa dirinya sebagai keturunan

pembuka tanah (cikal bakal)

2. Kuli gundhul/Lindhung/Indhung, orang yang memiliki pekarangan atau

rumah dan tegalan

3. Numpang, orang yang tidak punya tanah, dan hanya tinggal di pekarangan

oang lain

Berkaitan dengan religi, agama Islam umumnya berkembang baik di

kalangan masyarakat orang Jawa. Hal ini tampak pada bangunan-bangunan

khusus untuk tempat beribadah orang-orang yang beragama Islam. Walaupun

tidak semua orang beribadah menurut agama Islam, namun berlandaskan atas

kriteria pemeluk agamanya, ada yang disebut Islam santri dan Islam kejawen.

Namun, ada juga yang memeluk agama Nasrani atau agama besar lainnya.19

Orang santri adalah penganut agama Islam di Jawa yang secara patuh dan

teratur menjalankan ajaran-ajaran dari agamanya. Golongan orang Islam kejawen,

walaupun tidak menjalankan sholat atau puasa, serta tidak bercita-cita naik haji,

tetapi tetap percaya kepada ajaran keimanan agama Islam. Kecuali itu orang Islam

kejawen tidak terhindar dari kewajiban berzakat. Kebanyakan orang Jawa percaya

bahwa hidup manusia di dunia ini sudah diatur dalam alam semesta, sehingga

tidak sedikit dari mereka yang bersikap nerima, yaitu menyerahkan diri kepada

takdir.

Penduduk di Sleman menganut empat agama yaitu agama Islam, agama

Katholik, dan agama Kristen. Menurut data tahun 1975 di Kabupaten Sleman

19 Koentjaraningrat, Manusia dan Kebudayaan di Indonesia, (Jakarta:Djambatan, 1995), hlm 346-347.

Page 107: PERUBAHAN SISTEM PERTANIAN DAN DAMPAKNYA …eprints.uny.ac.id/30542/2/1. Skripsi Full 11407141006.pdf · dipimpin oleh pembantu bupati. ... dan bersifat sensitif terhadap erosi. ...

83

jumlah pemeluk agama Islam 585.869 jiwa, pemeluk agama Katholik berjumlah

24.490 jiwa, jumlah pemeluk agama Kristen 4.429 jiwa, dan pemeluk agama lain

sebanyak 2.248 jiwa. Data di tahun berikutnya yaitu tahun 1976 menunjukkan

peningkatan jumlah penduduk yang memeluk agama Islam, Katolik, dan Kristen.

Data tahun 1976 pemeluk agama Islam sebanyak 593.834, pemeluk agama

Katholik sebanyak 24.536, jumlah pemeluk agama Kristen sebanyak 5.211, dan

pemeluk agama lain mengalami penurunan menjadi 1.566 jiwa.20

Selamatan adalan suatu upacara makan bersama makanan yang telah diberi

doa sebelum dibagi-bagikan. Selamatan tidak trpisahkan dari pandangan alam

pikiran partisipasi yang erat hubungannya dengan kepercayaan terhadap unsur-

unsur kekuatan sakti maupun makhluk-makhluk halus. Sebab hampir semua

selamatan ditujukan untuk memperoleh keselamatan hidup dengan tidak ada

gangguan-gangguan apapun. Upacara ini biasanya dipimpin oleh modin, yaitu

salah seorang pegawai masjid yang berkewajiban mengucapkan ajan. Upacara

selamatan dapat digolongkan ke dalam enam macam sesuai dengan peristiwa atau

kejadian dalam kehidupan manusia sehari-hari, yaitu:21

1. Selamatan dalam rangka lingkaran hidup seseorang, seperti hamil tujuh bulan,

kelahiran, upacara potong rambut pertama, upacara menyentuh tanah untuk

pertama kali, upacara menusuk telinga, sunat, kematian, dan saat-saat setelah

kematian

20 Pemerintah Kab. Dati II Sleman, Kabupaten Sleman dalam Angka 1975-1979, (Yogyakarta: Pemerintah Kab. Dati II Sleman, 1980), hlm. 32.

21 Clifford Geertz, loc.cit.

Page 108: PERUBAHAN SISTEM PERTANIAN DAN DAMPAKNYA …eprints.uny.ac.id/30542/2/1. Skripsi Full 11407141006.pdf · dipimpin oleh pembantu bupati. ... dan bersifat sensitif terhadap erosi. ...

84

2. Selamatan yang berkaitan dengan bersih desa, penggarapan tanah pertanian,

dan setelah panen padi

3. Selamatan berhubungan dengan hari-hari serta bulan-bulan besar Islam

4. Selamatan pada saat yang tidak tertentu, seperti membuat perjalanan jauh,

menempati rumah kediaman baru, menolak bahaya (ngruwat)

5. Janji ketika sembuh dari sakit (kaul)

Kecuali selamatan sering dibuat pula sesajen. Sesajen ini adalah

penyerahan sajian pada saat-saat tertentu dalam rangka kepercayaan terhadap

makhluk halus di tempat-tempat tertentu, seperti di bawah tiang rumah, di

persimpangan jalan, di kolong jembatan, di bawah pohon-pohon besar, di tepi

sungai, dan tempat-tempat lain yang dianggap keramat dan mengandung bahaya

gaib (angker). Sesajen merupakan rramuan dari tiga macam bunga (kembang

telon), kemenyan, uang recehan, dan kue apem yang ditaruh di dalam besek kecil

atau bungkusan daun pisang. Ada sesajen yang dibuat pada setiap malam Selasa

Kliwon dan Jumat Kliwon. Karena sikap dan pembaaan orang Jawa ini, maka

muncul banyak aliran-aliran kebatinan. Dilihat dari bentuk maupun sifatnya,

yaitu:

1. Gerakan atau aliran kebatinan yang keuaniyahan, aliran ini percaya akan

adanya anasir-anasir ruh halus atau badan halus serta jin-jin

2. Aliran yang keislam-islaman, dengan ajaran-ajaran yang banyak mengambil

unsur-unsur keimanan agama Islam, seperti soal Ketuhanan dan Rasul-Nya,

dengan syarat-syarat yang sengaja dibedakan dengan syariat agama Islam,

Page 109: PERUBAHAN SISTEM PERTANIAN DAN DAMPAKNYA …eprints.uny.ac.id/30542/2/1. Skripsi Full 11407141006.pdf · dipimpin oleh pembantu bupati. ... dan bersifat sensitif terhadap erosi. ...

85

dan dengan banyak unsur-unsur Hindu-Jawa yang sering kali bertentangan

dengan pelajaran-pelajaran agama Islam

3. Aliran yang kehindu-jawian, dimana para pengikutnya percaya kepada dea-

dea agama Hindu, dan dengan nama-nama Hindu

4. Aliran-aliran yang bersifat mistik, dengan usaha manusia untuk mencari

kesatuan dengan Tuhan

B. Dampak Ekonomi

Sejak Orde Baru mulai memegang kekuasaan, beberapa perubahan

ekonomi terjadi di Indonesia. Aspek-aspek perekonomian di Kabupaten Sleman

yang mengalami perubahan antara lain:22

1. Teknologi baru

Salah satu perubahan ekonomi yang terjadi di Indonesia adalah adanya

penerapan teknologi baru di berbagai bidang kegiatan ekonomi. Seperti ontoh di

bidang pertanian masa Orde Baru, bersamaan dengan munculnya Revolusi Hijau

telah mengakibatkan banyak perubahan dalam tata cara penanaman padi. Berbagai

bidang di luar pertanian pedesaan, juga mengalami beberapa perubahan teknologi

termasuk kegiatan masyarakat yang secara tradisional merupakan sumber

kesempatan kerja bagi penduduk desa. Bidang pengangkutan juga mengalami hal

serupa, becak dan pedati memperoleh saingan dari bis dan kendaraan bermotor.

22 Anne Booth dan Peter Mc Cawley, The Indonesian Economic DuringThe Soeharto Era, terj. Boediono, Ekonomi Orde Baru, (Jakarta: LP3ES, 1982),hlm 9.

Page 110: PERUBAHAN SISTEM PERTANIAN DAN DAMPAKNYA …eprints.uny.ac.id/30542/2/1. Skripsi Full 11407141006.pdf · dipimpin oleh pembantu bupati. ... dan bersifat sensitif terhadap erosi. ...

86

2. Perubahan kelembagaan

Perubahan kelembagaan telah terjadi di berbagai bidang dan menghasilkan

akibat-akibat ekonomis. Orde Baru juga memberikan prioritas pada usaha-usaha

meningkatkan produksi berasdan memperbaiki sistem pemasarannya pada akhir

tahun 60-an dan awal tahun 70-an. Adanya program Bimas yang dilaksanakan

secara besar-besaran selama periode ini mencakup berbagai kebijaksanaan

kelembagaan, antara lain diterapkannya pengawasan langsung terhadap harga dan

kuantitas sarana produksi utama (pupuk, insektisida, dan kredit) dan

diterapkannya kebijaksanaan serupa di pasar beras.

Perubahan kelembagaan mempunyai akibat sosial luas lainnya adalah

semakin meluasnya sistem panen tebasan. Sistem panen tebasan ini, dalam

pelaksanaan panen terutama padi diborongkan kepada para pedagang perantara

dari luar desa. Sedangkan sistem panen tradisional, penduduk desa mendapat

kesempatan ikut serta melakukan panen dan memperoleh imbalan. Meluasnya

sistem tebasan ini juga dikaitkan dengan perubahan teknologi dari penggunaan

ani-ani dalam cara panen tradisional ke penggunaan sabit yang umumnya

digunakan oleh tenaga-tenaga borongan dalam sistem tebasan. Produktivitas

tenaga kerja juga jauh lebih tinggi bila digunakan peralatan sabit. Akibat lainnya

adalah pembagian hasil panen menjadi tidak merata.23

23 Ibid., hlm 10.

Page 111: PERUBAHAN SISTEM PERTANIAN DAN DAMPAKNYA …eprints.uny.ac.id/30542/2/1. Skripsi Full 11407141006.pdf · dipimpin oleh pembantu bupati. ... dan bersifat sensitif terhadap erosi. ...

87

Berbagai faktor yang menghambat tercapainya tujuan kebijaksanaan

pembangunan pemerintah dilihat dari sudut ekonomi antara lain:24

1. Masalah pengangkutan, penggudangan, pengolahan, dan saluran pemasaran

2. Keadaan fasilitas penyediaan dan distribusi input pertanian termasuk kredit

3. Masalah harga input pertanian dan harga barang barang konsumsi

4. Harga hasil-hasil pertanian dan harga barang-barang konsumsi

5. Masalah pajak, subsidi, dan kuota

Kondisi pedesaan, terutama karena sulitnya sarana transportasi,

menyebabkan biaya produksi dalam bidang pertanian bertambah besar. Jarang

barang-barang input pertanian yang dibutuhkan oleh petani langsung tersedia di

desa tersebut. Kebanyakan mereka harus mencari ke kota. Kalau pun ada di pasar-

pasar lokal di daerah pedesaan tentu harganya sangat mahal dan kurang terjangkau

oleh daya beli para petani. Pembangunan pertanian di Indonesia, terutama melalui

jalur komunikasi berupa Kelompencapir (kelompok pendengar, pembaca, dan

pirsawan) serta persediaan input-input pertanian yang dikelola oleh Koperasi Unit

Desa (KUD).25

Sebagai petani, umumnya kehidupan keluarga sehari-hari memprihatinkan.

Produksi yang diperoleh dari pertanian hanya cukup untuk menghidupi kehidupan

keluarga sendiri. Kelebihan hasil produksi pertanian umumnya akan dijual ke

pasar untuk membayar pajak dan membeli garam atau minyak tanah. Kelebihan

uang sebagai sisa produksi pertanian dari setiap panen, jarang mereka peroleh.

24 Khairuddin, Pembangunan Masyarakat, (Yogyakarta: Liberty, 1992),hlm 153.

25 Ibid., hlm 154.

Page 112: PERUBAHAN SISTEM PERTANIAN DAN DAMPAKNYA …eprints.uny.ac.id/30542/2/1. Skripsi Full 11407141006.pdf · dipimpin oleh pembantu bupati. ... dan bersifat sensitif terhadap erosi. ...

88

Untuk memenuhi kebutuhan lain mereka menjual kayu bakar maupun rumput ke

daerah Pakem. Sisa uang dari hasil penjualan kayu dan rumput akan mereka

tabung dalam bentuk ternah sapi atau ternak kambing.26 Penjualan rumput

dihargai Rp 500,00 sampai Rp 750,00 untuk satu pikul seberat 50 kg.27

Menurut daftar upah kerja di Kabupaten Sleman tahun 1972 adalah

pekerjaan membajak dan menggaru upah rata-rata sehari antara Rp 400 – Rp 500,

lama bekerja kira-kira 4 jam. Biasanya buruh tani mulai bekerja pukul 06.30 pagi

hingga pukul 11.00 siang. Pekerjaan menangkul, dhangir, dan matun mendapat

upah rata-rata Rp 200 sehari, lama bekerja dari pukul 06.30 pagi hingga pukul

11.00 siang. Sedangkan pekerjaan tandur upahnya Rp 150 sehari. Ada pula orang

yang memberi imbalan berdasarkan perasaan. Misalnya tetangga dekat atau masih

ada hubungan keluarga maka bawon yang diberikan mara papat atau mara enem.

Kemudian yang ikut derep kurang sehari, upahnya Rp 150 ditambah makan.28

Hasil-hasil pertanian seperti padi, jagung, dan kacang-kacangan pada

musim panen harganya rendah dan pada musim paceklik harganya tinggi. Panen

padi ditanam sekitar bulan November-Januari dan dipanen pada bulan April-Juni.

Petani sering rugi dengan pengeluaran besar yang tidak diatur dan tidak ditunggu

sampai panen tiba. Petani juga sering menjual tanaman pada saat masih hijau di

26 Handojo Adi Pranowo DS, Manusia dan Hutan: Proses PerubahanEkologi di Lereng Gunung Merapi, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press,1985), hlm 56.

27 Lucas Sasongko Triyoga, Manusia Jawa dan Gunung Merapi: Persepsidan Kepercayaannya, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1991), hlm32.

28 Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah Pusat PenelitianSejarah dan Budaya Departemen Pendidikan dan Kebudayaan , op.cit., hlm 48-49.

Page 113: PERUBAHAN SISTEM PERTANIAN DAN DAMPAKNYA …eprints.uny.ac.id/30542/2/1. Skripsi Full 11407141006.pdf · dipimpin oleh pembantu bupati. ... dan bersifat sensitif terhadap erosi. ...

89

sawah dengan harga penuh atau berupa pinjaman. Penanaman tanaman yang

masih hijau disebut ijon. Kemikinan yang luas di kalangan petani, keterlibatan

pada hutang, baik hutang biasa maupun dalam sistem ijon merupakan persoalan

pembiayaan. Petani memerlukan kredit murah dari bank.29

Dalam menyelenggarakan aktivitas sosial-budaya yang menyangkut

upacara dan slametan, orang Jawa masih dapat mengharapkan bantuan dan

perhatian dari para warga, tetapi dalam kehidupan ekonominya berdiri sendiri. Hal

ini juga masih dilakukan oleh penduduk Sleman. Hanya keluarga inti dan keluarga

luas yang tinggal bersama dalam rumah tangga yang merupakan suatu kesatuan

sosial yang masih bisa diandalkan untuk membantu dalam aktivitas ekonomi serta

dalam pekerjaan di bidang pertanian untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Sejak lama petani Jawa menanam hasil bumi dalam bidang-bidang tanah yang

sangat kecil, dan dengan tenaga manusia yang berlebihan. Setiap petani Jawa rata-

rata memiliki setengah hektar tanah (berupa tanah tegalan dan tanah sawah).30

Sensus pertanian tahun 1963 menunjukkan bahwa dari 7,94 juta pemilik tanah,

1,43 juta terdiri dari satu bidang, 5,11 juta terdiri dari dua atau tiga bidang, 1,07

juta terdiri dari empat sampai lima bidang, 0,3 juta terdiri dari enam sampai

sembilan bidang, dan 0,02 juta terdiri dari 10 bidang atau lebih.31

29 Mubyarto, Pengantar Ekonomi Pertanian, (Jakarta: LP3ES, 1973), hlm.30-33.

30 Koentjaraningrat, Kebudayaan Jawa, (Jakarta: PN BALAI PUSTAKA,1984), hlm 168.

31 Ibid., hlm 169.

Page 114: PERUBAHAN SISTEM PERTANIAN DAN DAMPAKNYA …eprints.uny.ac.id/30542/2/1. Skripsi Full 11407141006.pdf · dipimpin oleh pembantu bupati. ... dan bersifat sensitif terhadap erosi. ...

90

Sejalan dengan kemajuan teknologi, berbagai peralatan modern di bidang

pertanian sudah diperkenalkan pemerintah sejak tahun 1960-1970an. Peralatan

modern merupakan salah satu program pokok pemerintah untuk meningkatkan

produksi pertanian. Setiap Repelita sektor pertanian mendapatkan prioritas utama.

Prioritas utama tersebut melalui pembangunan pertanian, dan dapat dicapai

beberapa tujuan yaitu swasembada pangan, memperluas kesempatan kerja di

daerah pedesaan, dan menaikkan pendapatan petani. Dalam usaha untuk

mewujudkan tujuan tersebut, maka terdapat suatu program yang disebut Panca

Usaha Tani yaitu terdiri dari penggunaan bibit unggul, pemupukan, pengairan,

pemberantasan hama dan penyakit, serta teknik bercocok tanam.32

Pengaruh teknologi masuk ke Kabupaten Sleman pada tahun 1970-an dan

menyentuh peralatan pertanian yang selama ini digunakan oleh petani.

Kenyataannya teknologi tradisional yang menyangkut masalah prtanian masih

dipakai oleh masyarakat petani di daerah. Teknologi tradisional ini merupakan

pengetahuan mengenai alam yang disebut “pranoto mongso”.33 Dalam rangka

pembangunan pertanian dengan diterapkannya Panca Usaha Tani, yang antara lain

petani diharuskan menggunakan bibit unggul, hampir serentak penanaman padi

menggunakan bibit unggul antara lain PB5, IR36, Sentani, Cisedani, Kruing.

32 Isni Herawati dan Sumintarsih, Peralatan Produksi Tradisional danPerkembangannya di Daerah Istimewa Yogyakarta, (Jakarta: DepartemenPendidikan dan Kebudayaan, 1990), hlm 61.

33 Rusman, dkk, Dampak Sosial Budaya Akibat Menyempitnya LahanPertanian Daerah Jawa Tengah, (Jakarta: Departemen Pendidikan danKebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan Direktorat Sejarah dan NilaiTradisional Proyeh Inventarisasi dan Pembinaan Nilai-nilai Budaya, 1992), hlm.57.

Page 115: PERUBAHAN SISTEM PERTANIAN DAN DAMPAKNYA …eprints.uny.ac.id/30542/2/1. Skripsi Full 11407141006.pdf · dipimpin oleh pembantu bupati. ... dan bersifat sensitif terhadap erosi. ...

91

Sebelum jenis padi bibit unggul diperkenalkan, jenis padi yang ditanam adalah

padi Jawa, Rojolele, Ketan dan sebagainya yang disebut sebagai pari wulu karena

tangkainya panjang dan berbulu.

Melalui Bimbingan Massal dan Intensifikasi Masaldngan dukungan utama

penyuluh tani lapangan. Pemerintah juga melancarkan program berskala besar

untuk membina prasarana pengairan. Upaya agar petani mampu membeli

masukan teknologi modern, pemrintah menyediakan kredit berbunga murah

melalui Bank Rakyat Indonesia yang bertindak sebagai bank pedesaan. Untuk

pemasaran beras, pemerintah mempergunakan Badan Logistik Nasional yang

selain membeli beras/padi dari petani atau koperasi juga berfungsi menjaga harga

beras dengan sistem harga dasar. Kritik juga dilontarkan ke BUUD/KUD.

Lembaga ini dinilai sebagai “alat pemerintah” untuk pengadaan pangan atau

sebagai saluran hasil industri penunjang pertanian melalui sistem yang

mengandung paksaan, daripada sebagai wadah partisipasi warga desa.

Kenyataannya warga belum merasakan bahwa BUUD/KUD wadah mereka karena

peranan dan pengaruh pemerintah dan di lain pihak kepercayaan masyarakat akan

kemampuan koperasi bisa berkembang sangat kecil. Laba sebagai penyalur sarana

produksi tidak cukup besar, demikian juga sebagai perantara pembelian beras

rakyat untuk Bulog. Hal ini mengakibatkan koperasi kurang mampu

mempekerjakan pegawai dengan intensif yang memadai.34

Padi yang telah dituai oleh penderep, lalu dibawa pulang oleh masing-

masing penderep tersebut ke rumah orang yang mempunyai sawah. Di rumah para

34 M. Dawam Rahardjo, Transformasi Pertanian, Industrialisasi, danKesempatan Kerja, (Jakarta: UI Press, 1984), hlm. 67-72.

Page 116: PERUBAHAN SISTEM PERTANIAN DAN DAMPAKNYA …eprints.uny.ac.id/30542/2/1. Skripsi Full 11407141006.pdf · dipimpin oleh pembantu bupati. ... dan bersifat sensitif terhadap erosi. ...

92

pemilik sawah, penderep langsung memproses hasilnya masing-masing, yaitu

menginjak (ngiles) supaya bulir-bulir padi terlepas dari tangkainya. Di Kabupaten

Sleman kebanyakan padi juga diiles. Adanya alat perontok padi yang dibuat dari

kayu, gir sepeda, dan pedal. Alat ini bentuknya persegi dan baru dipakai oleh

beberapa petani saja. Adapun cara kerja alat perontok ini, pedak diinjak terus-

menerus dan silinder akan berputar. Kemudian padi seikat demi seikat dipegang

dengan tangan pada pangkal jeraminya, sedang butit-butir padi digesekkan pada

silinder yang berputar tadi. Butir-butir padi akan rontok dan jatuh. Sementara itu

di bawah diletakkan alat untuk menampung hasil padi yang telah dirontokkan.35

Sejalan dengan kemajuan teknologi, ada alat perontok padi yang lebih

modern yang mempermudah dan mempercepat perontokkan padi. Alat mesin

perontok padi atau thresher, yaitu alat untuk merontokkan padi menjadi gabah.

Alat tersebut digunakan dngan menggunakan tenaga motor. Biasanya yang

memanfaatkan mesin perontok padi ini hanya petani yang tanahnya luas. Hasil

padi yang telah diiles atau dirontokkan dengan alat blungkang, atau mesin

perontok padi, gabah kemudian dijemur dan langsung terkena sinar matahari.

Mesin pengering atau dryer yaitu alat untuk menurunkan kadar air pada gabah

dengan hembusan udara luar atau udara yang dipanaskan. Bahan untuk

memanasan udara adalah minyak tanah atau sekam. Selanjutnya padi yang telah

dijemur kira-kira tiga kali penjemuran lalu dimasukkan ke dalam karung plastik.36

Gabah diperlukan untuk konsumsi sendiri, pada umumnya para petani di dalam

35 Isni Herawati dan Sumintarsih, op. cit., hlm 71.

36 Ibid., hlm 73.

Page 117: PERUBAHAN SISTEM PERTANIAN DAN DAMPAKNYA …eprints.uny.ac.id/30542/2/1. Skripsi Full 11407141006.pdf · dipimpin oleh pembantu bupati. ... dan bersifat sensitif terhadap erosi. ...

93

memproses gabah menjadi beras dilakukan dengan jalan nutu atau menumbuk

padi. Nutu adalah mengelupas kulit gabah supaya menjadi beras dengan alat

khusus lumpang dan alu. Nutu dan bebak ini biasanya dilakukan oleh wanita.

Akan tetapi sekarang ini dengan adanya mesin penggiling padi huller (Rice

Milling Unit), kegiatan bebak dan nutu sudah tidak dilakukan lagi. Huller adalah

salah satu unit alat pengolahan padi yang terdiri dari pengupas kulit, pemisah

gabah, dan beras pecah kulit, serta alat penyosoh.37

Penduduk di Kabupaten Sleman merupakan masyarakat agraris yang

hidupnya bergantung pada pertanian.38 Usaha lain seperti peternakan, perikanan,

perindustrian, hanya dikelola oleh sebagian kecil masyarakat. Baik menggarap

sawah sendiri atau sebagai buruh tani di lahan orang lain. Masuknya modernisasi

pertanian di Kabupaten Sleman membawa perubahan ekonomi yang dialami

masyarakatnya. Kondisi ini diperkuat wawancara dengan Ibu Suyadi yang

menyatakan perubahan ekonomi dirasakan semakin meningkat setelah program

modernisasi pertanian yang dapat meningkatkan hasil produksi.39 Akhirnya

setelah adanya teknologi modern ini sistem derep digantian dengan sistem

tebasan. Peran pemilik sawah akan digantikan oleh penebas yang bersedia

membayar harga yang telah disetujui. Sistem tebasan dianggap menjamin

keuntungan yang relatif memadai bagi penebas. Adanya perubahan bawon ke

37 Ibid., hlm 74.

38 Tashadi, dkk, Kabupaten Sleman dalam Perjalanan Sejarah,(Yogyakarta: Bagian Gabungan Masyarakat Sekretariat Daerah KabupatenSleman, 2002), hlm. 17.

39 Wawancara dengan Ibu Suyadi pada tanggal 20 Desember 2015.

Page 118: PERUBAHAN SISTEM PERTANIAN DAN DAMPAKNYA …eprints.uny.ac.id/30542/2/1. Skripsi Full 11407141006.pdf · dipimpin oleh pembantu bupati. ... dan bersifat sensitif terhadap erosi. ...

94

tebasan, maka perubahan terjadi pula pada hubungan antara penduduk desa dari

hubungan yang sifatnya lebih sosial kepada hubungan yang lebih individual,

bentuk imbalan berupa natura diganti dengan upah atau harga, di kabupaten

sleman diperkirakan 75% areal sawah saat panen ditebaskan.40

Praktek tebasan pada umumnya oleh petani berlahan luas, akan tetapi

dalam perkembangannya diikuti pula oleh petani yang berlahan sempit, karena

mereka dikejar-kejar oleh kebutuhan yang harus dipenuhi, yaitu untuk mengganti

biaya sarana produksi dan keperluan keluarganya. Panen yang dilakukan oleh

petani sendiri dan dibawa pulang, sistem pengupahannya kepada buruh panen dan

proses hasil mengikuti sistem tebasan, yang ternyata pengupahan buruh tani dalam

sistem tebasan lebih rendah daripada sistem panen sendiri.41

Meluasnya sistem tebasan dan luasnya areal sawah yang ditebaskan secara

langsung ditunjang oleh kegiatan penyuluhan, yang dalam memberikan informasi

teknologi baru dibarengi dengan analisa ekonomi yang didasarkan pada

pertimbangan komersil. Ditinjau dari segi petaninya secara logika memang tidak

dapat diharapkan petani akan meninggalkan sistem tebasan, dan kembali pada

sistem bawon, petani akan kembali menderita kerugian minimal 15-25%

dibandingkan memakai sistem tebasan. Ditinjau dari pembangunan pertanian yang

diartikan sebagai peningkatan pendapatan petani dari investasinya desa, sistem

tebasan lebih menunjang pembangunan, akan tetapi jika dilihat dari pembangunan

40 Zuminati Rahayu, op.cit., hlm. 80.

41 Ibid.

Page 119: PERUBAHAN SISTEM PERTANIAN DAN DAMPAKNYA …eprints.uny.ac.id/30542/2/1. Skripsi Full 11407141006.pdf · dipimpin oleh pembantu bupati. ... dan bersifat sensitif terhadap erosi. ...

95

pertanian yang diartikan sebagai peningkatan pendapatan dan taraf hidup

masyarakat pedesaan maka sistem tebasan tidak menunjang pertanian.42

Proses pemasaran hasil, dari petani ke konsumen ada dua cara secara

langsung dan secara tidak langsung. Umumnya hasil pertanian khususnya padi

kecuali dikonsumsi sendiri juga dijual oleh para petani. Di Kabupaten Sleman

sebanyak 34,8% rumah tangga tani yang mengonsumsi hasil panennya untuk

sendiri, dan sebanyak 8,2% yang menjual hasil panennya, kemudian 56,9% rumah

tangga tani mengonsumsi hasil panennya untuk sendiri dan dijual ke pedagang

beras. Peralatan ukur yang dipakai petani dalam mendistibusikan hasil panennya,

pada umumnya menggunakan peralatan dacin jika dalam jumlah besar dan

timbangan kodok jika jumlahnya kecil. Peralatan berupa beruk, panci sudah

jarang digunakan.43

Kecamatan di Kabupaten Sleman pada umumnya tidak mendistribusikan

hasil panennya secara langsung. Hal tersebut karena pada waktu musim panen

hampir semua petani mempunyai beras untuk dikonsumsi sendiri. Kemudian bagi

mereka yang tidak memiliki sawah ikut menjadi buruh pada waktu panen, yang

berarti mendapat bawon yang berupa gabah dari pemilik sawah, jadi tidak ada

tetangga yang membeli beras kepada tetangga petani yang panen untuk keperluan

42 Collier, W.L, dkk, Sistem Tebasan, Bibit Unggul dan PembaharuanDesa di Jawa, Prisma, (No. 6, tahun III), hlm. 18.

43 Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah Pusat PenelitianSejarah dan Budaya Departemen Pendidikan dan Kebudayaan , op.cit., hlm 75.

Page 120: PERUBAHAN SISTEM PERTANIAN DAN DAMPAKNYA …eprints.uny.ac.id/30542/2/1. Skripsi Full 11407141006.pdf · dipimpin oleh pembantu bupati. ... dan bersifat sensitif terhadap erosi. ...

96

sendiri. Apabila ada keperluan mendesak, mereka membeli di pasar. Umumnya

petani yang panen menyimpan gabah bukan beras.44

Proses distribusi tidak langsung umumnya melalui pedagang-pedagang

yang ada di wilayah desa tersebut. Adanya KUD di Kabupaten Sleman, juga

belum berfungsi secara baik dalam menampung hasil panen para petani atau

anggota-anggotanya. Sebagian besar petani di Kabupaten Sleman, menjual hasil

panennya tidak ke KUD, tetapi melalui pedagang-pedagang yang ada di desa.

Kualitas gabah yang dijual petani ke KUD dianggap masih di bawah standar yang

telah ditentukan KUD. Hal ini membuat petani rugi karena kehilangan ongkos

transport dan tenaga. Perhitungan yang lain, bila gabah dijual ke KUD atau ke

pedagang yang ada di desa, harganya hampir sama. Sebaliknya kalau dijual

melalui pedagang tidak perlu mengeluarkan ongkos tansport dan tenaga, cukup

memanggil pedagang, maka transaksi jual beli gabah sudah dapat berlangsung.45

44 Isni Herawati dan Sumintarsih, op. cit., hlm 75.

45 Ibid.

Page 121: PERUBAHAN SISTEM PERTANIAN DAN DAMPAKNYA …eprints.uny.ac.id/30542/2/1. Skripsi Full 11407141006.pdf · dipimpin oleh pembantu bupati. ... dan bersifat sensitif terhadap erosi. ...

97

BAB VKESIMPULAN

Kabupaten Sleman adalah sebuah kabupaten di Daerah Istimewa

Yogyakarta. Kabupaten ini berbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah di utara dan

timur, Kabupaten Gunung Kidul, Kabupaten Bantul, dan Kota Yogyakarta di

selatan, serta Kabupaten Kulon Progo di barat. Pusat pemerintahan di Kecamatan

Sleman, yang berada di jalur utama antara Yogyakarta-Semarang. Bagian utara

kabupaten ini merupakan pegunungan, dengan puncaknya Gunung Merapi di

perbatasan dengan Jawa Tengah, salah satu gunung berapi aktif yang paling

berbahaya di Pulau Jawa. Sedangkan di bagian selatan merupakan dataran rendah

yang subur. Di antara sungai-sungai besar yang melintasi kabupaten ini adalah

Kali Progo yang membatasi kabupaten Sleman dengan Kabupaten Kulon Progo,

Kali Code, Kali Kuning, Kali Opak dan Kali Tapus.

Kabupaten Sleman bagian utara yang berbatasan langsung dengan Gunung

Merapi merupakan daerah berbahaya dan berdampak langsung jika Gunung

Merapi meletus. Merapi meletus memakan korban sebanyak 6 jiwa tahun 1961.

Letusan ini mengarah ke Desa Sempal, Desa Kaligesik, dan Desa Gimbal. Letusan

Merapi tahun 1961 mengeluarkan material perut bumi sebanyak 9,2 juta m3, abu

vulkanik yang dihembuskan angin setinggi 5.000 m dari atas kawah dan kemudian

disebarkan angin ke arah barat sebanyak 20.172 juta m3. Merapi meletus tahun

1969 dengan korban sebanyak 3 jiwa. Merapi kembali meletus tahun 1976 dengan

korban sebanyak 29 jiwa. Erupsi Gunung Merapi juga mengakibatkan kerusakan

lahan pertanian. Pertanian di lereng Merapi juga mengalami perubahan.

Page 122: PERUBAHAN SISTEM PERTANIAN DAN DAMPAKNYA …eprints.uny.ac.id/30542/2/1. Skripsi Full 11407141006.pdf · dipimpin oleh pembantu bupati. ... dan bersifat sensitif terhadap erosi. ...

98

Perubahan sistem pertanian ini terjadi dari sistem perladangan, ke sistem tegalan,

dan beralih sistem persawahan. Muncul sistem pertanian modern seperti: bercocok

tanam di pinggir kali, pertanian yang berpindah-pindah, sistem pertanian dengan

teknologi cangkul, penggunaan teknologi bajak, sistem bajak modern, dan

mekanisasi pertanian. Sistem pertanian tradisional antara lain perladangan dan

tegalan. Perbedaan sistem pertanian tradisional dengan modern dapat dilihat dari

peralatan yang digunakan. Sistem pertanian tradisional menggunakan peralatan

yang sederhana seperti sabit, luku, dan garu. Sedangkan sistem pertanian modern

menggunakan peralatan berupa mesin dan meninggalkan peralatan dengan tenaga

manusia.

Dampak dari perubahan sistem pertanian ini ada dua yaitu dampak sosial

dan dampak ekonomi. Dampak sosial ini meliputi munculnya perhitungan-

perhitungan lama dalam memulai menanam padi yang disebut primbon. Ketika

menanam padi juga berdasarkan pranata mangsa. Pranata mangsa ini terdiri dari

12 mangsa yaitu: mangsa kasa, mangsa karo, mangsa ketolu, mangsa kapat,

mangsa kelima, mangsa kanem, mangsa kepitu, mangsa kewolu, mangsa kesanga,

mangsa kesepuluh, dhestha, dan sada. Tanaman padi juga tidak terbebas dari

serangan hama, hama yang biasa menyerang adalah hama tikus, hama ulat

penggerek, hama wereng dan hama walang sangit.

Umumnya para petani di pedesaan dalam bercocok tanam terutama padi,

masih mengadakan upacara selamatan. Upacara yang diadakan antara lain:

upacara yang diadakan sewaktu akan menyebar benih (gabah), upacara wiwit,

upacara merti desa, munggah lumbung, dan lumbung paceklik. Kebudayaan

Page 123: PERUBAHAN SISTEM PERTANIAN DAN DAMPAKNYA …eprints.uny.ac.id/30542/2/1. Skripsi Full 11407141006.pdf · dipimpin oleh pembantu bupati. ... dan bersifat sensitif terhadap erosi. ...

99

selamatan ini juga mempengaruhi religi masyarakatnya. Agama Islam umumnya

berkembang baik di kalangan masyarakat orang Jawa. Hal ini tampak pada

bangunan-bangunan khusus untuk tempat beribadah orang-orang yang beragama

Islam. Walaupun tidak semua orang beribadah menurut agama Islam, namun

berlandaskan atas kriteria pemeluk agamanya, ada yang disebut Islam santri dan

Islam kejawen. Namun, ada juga yang memeluk agama Nasrani atau agama besar

lainnya.

Dampak ekonomi meliputi mata pencaharian dan pendapatan. Pekerjaan

membajak dan menggaru upah rata-rata sehari antara Rp 400 – Rp 500, lama

bekerja kira-kira 4 jam. Biasanya buruh tani mulai bekerja pukul 06.30 pagi

hingga pukul 11.00 siang. Pekerjaan menangkul, dhangir, dan matun mendapat

upah rata-rata Rp 200 sehari, lama bekerja dari pukul 06.30 pagi hingga pukul

11.00 siang. Sedangkan pekerjaan tandur upahnya Rp 150 sehari. Ada pula orang

yang memberi imbalan berdasarkan perasaan. Misalnya tetangga dekat atau masih

ada hubungan keluarga maka bawon yang diberikan mara papat atau mara enem.

Kemudian yang ikut derep kurang sehari, upahnya Rp 150 ditambah makan.

Untuk meningkatkan pendapatan para petani, dalam usaha pertaniannya

mulai digunakan teknologi yang lebih modern. Umumnya alat-alat baru yang

sudah dimiliki petani adalah alat penyemprot hama tangan (hand sprayer). Di

Kabupaten Sleman yang memiliki hand sprayer ada 1111 rumah tangga tani.

Panca Usaha Tani juga menyangkut teknik pengolahan sawah dan peralatan yang

digunakan. Sementara teknologi maju membawa perkembangan baru dalam

jumlah hasil yang dapat dicapai dan dinikmati oleh beberapa petani pemilik sawah

Page 124: PERUBAHAN SISTEM PERTANIAN DAN DAMPAKNYA …eprints.uny.ac.id/30542/2/1. Skripsi Full 11407141006.pdf · dipimpin oleh pembantu bupati. ... dan bersifat sensitif terhadap erosi. ...

100

luas. Seperti contoh salah satu desa di Kabupaten Sleman teknologi yang masuk

ke desa meliputi huller, dan penyemperotan hama. Sejalan dengan kemajuan

teknologi, ada alat perontok padi yang lebih modern digunakan mempermudah

dan mempercepat perontokkan padi. Alat mesin perontok padi atau thresher, yaitu

alat untuk merontokkan padi menjadi gabah. Alat tersebut digunakan dngan

menggunakan tenaga motor. Dalam rangka pembangunan pertanian dengan

diterapkannya Panca Usaha Tani, yang antara lain petani diharuskan

menggunakan bibit unggul, hampir serentak penanaman padi menggunakan bibit

unggul antara lain PB5, IR36, Sentani, Cisedani, Kruing. Sebelum jenis padi bibit

unggul diperkenalkan, jenis padi yang ditanam adalah padi Jawa, Rojolele, Ketan

dan sebagainya yang disebut sebagai pari wulu karena tangkainya panjang dan

berbulu.

Page 125: PERUBAHAN SISTEM PERTANIAN DAN DAMPAKNYA …eprints.uny.ac.id/30542/2/1. Skripsi Full 11407141006.pdf · dipimpin oleh pembantu bupati. ... dan bersifat sensitif terhadap erosi. ...

101

DAFTAR PUSTAKA

Arsip

Biro Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta, Statistik Pemerintah DaerahIstimewa Yogyakarta Tahun 1964-1966, Yogyakarta: Biro Statistik,1967.

_______, Statistik Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 1969,Yogyakarta: Biro Statistik, 1970.

_______, Statistik Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 1972,Yogyakarta: Biro Statistik, 1973.

Biro Statistik dan Kantor Sensus Daerah Istimewa Yogyakarta, Statistik BerbagaiSegi Indikator Sosial dan Ekonomi Daerah Istimewa Yogyakarta 1973,Yogyakarta: Biro Statistik dan Kantor Sensus, 1975.

Kantor Statistik Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Penduduk KabupatenSleman: Hasil Sensus Penduduk 1990, Yogyakarta: Kantor Statistik,1991.

Pemerintah Kab. Dati II Sleman, Kabupaten Sleman dalam Angka 1975-1979,Yogyakarta: Pemerintah Kab. Dati II Sleman, 1980.

Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta dalamAngka Tahun 1976, Yogyakarta: Biro Statistik, 1976.

Buku

Abd Rahman Hamid dan Muhammad Saleh Madjid, Pengantar Ilmu Sejarah,Yogyakarta: Ombak, 2011.

Ardisson Muhammad, Merapi: Cerita, Kehidupan, Sejarah Geologis, Mitos, danMistis, Surabaya: PORTICO Publishing, 2011.

Bahrein T. Sugihen, Sosiologi Pedesaan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1997.

Biro Hubungan Masyarakat, Kabupaten Sleman, Yogyakarta: Biro HubunganMasyarakat, tt.

Page 126: PERUBAHAN SISTEM PERTANIAN DAN DAMPAKNYA …eprints.uny.ac.id/30542/2/1. Skripsi Full 11407141006.pdf · dipimpin oleh pembantu bupati. ... dan bersifat sensitif terhadap erosi. ...

102

Booth, Anne dan Peter Mc Cawley, The Indonesian Economic During TheSoeharto Era, terj. Boediono, Ekonomi Orde Baru, Jakarta: LP3ES,1982.

Collier, L. William, dkk, Pendekatan Baru dalam Pembangunan Pedesaan diJawa: Kajian Pedesaan Selama Dua Puluh Lima Tahun, Jakarta:Yayasan Obor Indonesia, 1996.

Djoko Suryo, dkk, Gaya Hidup Masyarakat Jawa di Pedesaan: Pola KehidupanSosial Ekonomi dan Budaya, Jakarta: Depdikbud, 1985.

Geertz, Clifford, Involusi Pertanian: Proses Perubahan Ekologi di Indonesia,Jakarta: Bhratara Karya Aksara, 1983.

_______, Agama Jawa: Abangan, Santri, Priyayi dalam Kebudayaan Jawa,Depok: Komunitas Bambu, 2014.

Hagul, Peter, (ed), Pembangunan Desa dan Lembaga Swadaya Masyarakat,Jakarta: Rajawali Pers, 1992.

Handojo Adi Pranowo DS, Manusia dan Hutan: Proses Perubahan Ekologi diLereng Gunung Merapi, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press,1985.

Helius Sjamsuddin, Metodologi Sejarah, Yogyakarta: Ombak, 2007.

Isni Herawati dan Sumintarsih, Peralatan Produksi Tradisional danPerkembangannya di Daerah Istimewa Yogyakarta, Jakarta:Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1990.

Jayadinata, J.T., Tata Guna Tanah dalam Perencanaan Pedesaan, Perkotaan, danWilayah, Bandung: ITB, 1999.

Kantor Pusat Data Provinsi DIY, Monografi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun1979, Yogyakarta: Kantor Pusat Data Provinsi DIY, 1981.

Kartasapoetra, A. G, Hama Tanaman Pangan dan Perkebunan, Jakarta: RadarJaya Offset, 1987.

Kaslan A. Tohir, Pengantar Ekonomi Pertanian, Bandung: Vorkink van Hoeve,tt.

Khairuddin, Pembangunan Masyarakat, Yogyakarta: Liberty, 1992.

Khudori, Ironi Negeri Beras, Yogyakarta: Insist Press, 2008.

Page 127: PERUBAHAN SISTEM PERTANIAN DAN DAMPAKNYA …eprints.uny.ac.id/30542/2/1. Skripsi Full 11407141006.pdf · dipimpin oleh pembantu bupati. ... dan bersifat sensitif terhadap erosi. ...

103

Koentjaraningrat, Kebudayaan Jawa, Jakarta: PN BALAI PUSTAKA, 1984.

_______, Manusia dan Kebudayaan di Indonesia, Jakarta: Djambatan, 1995.

_______, Masyarakat Desa di Indonesia, Jakarta: Lembaga Penerbit FakultasEkonomi Universitas Indonesia, 1984.

Kuntowijoyo, Metodologi Sejarah, Yogyakarta: Tiara Wacana, 2003.

Leirissa, R.Z dkk, Sejarah Perekonomian Indonesia. Jakarta: DepartemenPendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, 1996.

Loekman Soetrisno, Pertanian Pada Abad Ke-21, Jakarta: Direktorat JenderalPendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1998.

Lucas Sasongko Triyoga, Manusia Jawa dan Gunung Merapi: Persepsi danKepercayaannya, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1991.

M. Dawan Rahardjo, Transformasi Pertanian, Industrialisasi, dan KesempatanKerja, Jakarta: UI Press, 1984.

Mubyarto, Pengantar Ekonomi Pertanian, Jakarta: LP3ES, 1973.

Muryanti, Pedesaan dalam Putaran Zaman: Kajian Sosiologis Petani, Pertanian,dan Pedesaan, Yogyakarta: Suka Press UIN Sunan Kalijaga, 2011.

Otto Soemarwoto, Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan, Yogyakarta:Djambatan, 1985.

Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah Pusat Penelitian Sejarahdan Budaya Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Adat IstiadatDaerah Istimewa Yogyakarta, Jakarta: Departemen Pendidikan danKebudayaan, 1977.

Rahardjo, Pengantar Sosiologi Pedesaandan Pertanian, Yogyakarta: GadjahMada University Press, 1999.

Retnowati Abdulgani, Soeharto: The Life and Legacy of Indonesia’s SecondPresident, Jakarta: Kata Hasta Pustaka, 2007.

Ruf, Francois dan Frederic Lancon, Dari Sistem Tebas dan Bakar ke PeremajaanKembali: Revolusi Hijau di Dataran Tinggi Indonesia, Jakarta: SalembaEmpat, 2005.

Rusman, dkk, Dampak Sosial Budaya Akibat Menyempitnya Lahan PertanianDaerah Jawa Tengah, Jakarta: Departemen Pendidikan dan

Page 128: PERUBAHAN SISTEM PERTANIAN DAN DAMPAKNYA …eprints.uny.ac.id/30542/2/1. Skripsi Full 11407141006.pdf · dipimpin oleh pembantu bupati. ... dan bersifat sensitif terhadap erosi. ...

104

Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan Direktorat Sejarah danNilai Tradisional Proyek Inventarisasi dan Pembinaan Nilai-nilaiBudaya, 19922.

Sartono Kartodirdjo, Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah, Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama, 1993.

Sajogyo, Sosiologi Pedesaan: Kumpulan Bacaan, Yogyakarta: Gadjah MadaUniversity Press, 1982.

_______, Bunga Rampai Perekonomian Desa, Yogyakarta: Yayasan OborIndonesia, 1982.

Selo Soemardjan, Perubahan Sosial di Yogyakarta, Yogyakarta: Gadjah MadaUniversity Press, 1981.

Suhartono, Bandit-bandit Pedesaan di Jawa: Studi Historis 1850-1942,Yogyakarta: Aditya Media, 1995.

Sukardi Wisnubroto, Pengenalan Waktu Tradisional Pranata Mangsa danWariga: Menurut Jabaran Meteorologi Manfaatnya dalam Pertaniandan Sosial, Yogyakarta: Mitra Gama Widya, 1999.

Sutikno Bronto, Apa yang Dapat Dilakukan Oleh Ilmuwan Yogyakarta TerhadapGunungapi Merapi dan Lingkungan Hidup di Sekitarnya?, Yogyakarta:Sekolah Tinggi Teknologi Nasional, 1996.

Tim Prodi Ilmu Sejarah, Pedoman Penulisan Tugas Akhir Ilmu Sejarah,Yogyakarta: Program Studi Ilmu Sejarah, Jurusan Pendidikan Sejarah,Fakultas Ilmu Sosial, UNY, 2013.

Artikel dan Jurnal

A.T. Birowo, “Analisa Kebijaksanaan Produksi Pangan Nasional”, Prisma, No.10/X/1981.

Darmakusuma Darmanto, dkk, “Dampak Lingkungan Pemanfaatan Alur Sungai diKali Boyong, Kali Kuning, dan Kali Gendol”, Manusia danLingkungan, Vol.18, No. 2, 2011.

Dedik Budianta, “Sosialisasi Sistem Pertanian Organik Untuk MelestarikanSumber Daya Alam”, dalam Prakarsa: Majalah Pusat DinamikaPembangunan UNPAD, Edisi November.

Page 129: PERUBAHAN SISTEM PERTANIAN DAN DAMPAKNYA …eprints.uny.ac.id/30542/2/1. Skripsi Full 11407141006.pdf · dipimpin oleh pembantu bupati. ... dan bersifat sensitif terhadap erosi. ...

105

E. Roekasah Adiratma, “Mekanisasi Pertanian dan Hubungannya denganKesempatan Kerja”, Prisma, No. 3/XV.

Mubyarto, “Involusi Pertanian dan Pemberantasan Kemiskinan: Kritik TerhadapClifford Geertz”, Prisma, No. 2/VII/1978.

Wahyunto dan Wasito, “Lintasan Sejarah Erupsi Gunung Merapi”, Bogor: BalaiBesar Sumber Daya Lahan dan Balai Besar Pengkajian danPengembangan Teknologi Pertanian.

Skripsi

Siti Alfiah Mukmin, “Kondisi Sosial Ekonomi Penduduk Sleman di SekitarGunung Merapi Tahun 1930-1969”, Skripsi, Jurusan Sejarah FakultasIlmu Budaya UGM, 2003.

Trihapsari Nina Hadiastuti, “Pengaruh Modernisasi Pertanian Pada KehidupanMasyarakat Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, KabupatenSleman Tahun 1970-1984”, Skripsi, Program Studi Ilmu Sejarah,Jurusan Pendidikan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial, UNY, 2013.

Zuminati Rahayu, “Revolusi Hijau dan Perubahan Sosial Ekonomi Petani Wanitadi Kabupaten Sleman Tahun 1970-1984”, Skripsi, Program StudiPendidikan Sejarah, Jurusan Pendidikan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial,UNY, 2015.

Internet

“Kabupaten Sleman”, http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Sleman diakses 24Maret 2015.

“Sengkala”, http://id.wikipedia.org/wiki/Sengkala diakses 4 Mei 2015.

“Kondisi Pertanian Kabupaten Sleman”,https://valkauts.wordpress.com/2012/04/18/kondisi-pertanian-kabupaten-sleman/, diakses 25 Maret 2015.

“Definisi, Pengertian, dan Sistem Pertanian”,http://hutantani.blogspot.co.id/2014/03/definisi-pengertian-dan-sistem-pertanian.html diakses 27 Desember 2015.

Oris Riswan, Ini Sejarah Letusan Gunung Merapi, Okezone, Rabu 30 April 2014.

Page 130: PERUBAHAN SISTEM PERTANIAN DAN DAMPAKNYA …eprints.uny.ac.id/30542/2/1. Skripsi Full 11407141006.pdf · dipimpin oleh pembantu bupati. ... dan bersifat sensitif terhadap erosi. ...

106

Page 131: PERUBAHAN SISTEM PERTANIAN DAN DAMPAKNYA …eprints.uny.ac.id/30542/2/1. Skripsi Full 11407141006.pdf · dipimpin oleh pembantu bupati. ... dan bersifat sensitif terhadap erosi. ...

107

DAFTAR RESPONDEN

No. NamaTempattanggal

lahir/Usia

PekerjaanAlamat

Dulu Sekarang

1. BapakMujiyat

59 tahun Guru Pensiunan Srodokan,Wukirsari,Cangkringan

2. BapakSapari

70 tahun Petani Petani Gungan, Wukirsari,Cangkringan

3. IbuMujilah

68 tahun Petani Petani Banjarsari,Glagaharjo,Cangkringan

4. IbuSuyadi

58 tahun Petani Petani Mrisen,Sardonoharjo,Ngaglik

5. BapakPonimin

65 tahun Petani Petani Dalangan,Karangnongko,Tirtomartani,Kalasan

Page 132: PERUBAHAN SISTEM PERTANIAN DAN DAMPAKNYA …eprints.uny.ac.id/30542/2/1. Skripsi Full 11407141006.pdf · dipimpin oleh pembantu bupati. ... dan bersifat sensitif terhadap erosi. ...

108

Lampiran 2:

PETA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Legenda: Keterangan:

Batas Provinsi Letak Kabupaten Sleman

Batas Kabupaten

Sumber: Biro Statistik dan Kantor Sensus DIY, Statistik Berbagai IndikatorSosial dan Ekonomi DIY 1973, Yogyakarta: Biro Statistik dan Kantor Sensus,1975.

Page 133: PERUBAHAN SISTEM PERTANIAN DAN DAMPAKNYA …eprints.uny.ac.id/30542/2/1. Skripsi Full 11407141006.pdf · dipimpin oleh pembantu bupati. ... dan bersifat sensitif terhadap erosi. ...

109

Lampiran 3:

PETA WILAYAH KABUPATEN SLEMAN

Legenda:

Batas Provinsi

Batas Kabupaten

Batas Kecamatan

Sumber: Biro Statistik dan Kantor Sensus DIY, Statistik Berbagai IndikatorSosial dan Ekonomi DIY 1973, Yogyakarta: Biro Statistik dan Kantor Sensus,1975.

Page 134: PERUBAHAN SISTEM PERTANIAN DAN DAMPAKNYA …eprints.uny.ac.id/30542/2/1. Skripsi Full 11407141006.pdf · dipimpin oleh pembantu bupati. ... dan bersifat sensitif terhadap erosi. ...

110

Lampiran 4:

PETA LETAK SAWAH DAN TEGALAN DI KABUPATEN SLEMAN

Legenda: Keterangan:

Batas Provinsi Sawah

Batas Kabupaten Tegalan

Batas Kecamatan

Sumber: Pemerintah Kab. Dati II Sleman, Kabupaten Sleman dalam Angka 1975-1979, Yogyakarta: Pemerintah Kab. Dati II Sleman, 1980.

Page 135: PERUBAHAN SISTEM PERTANIAN DAN DAMPAKNYA …eprints.uny.ac.id/30542/2/1. Skripsi Full 11407141006.pdf · dipimpin oleh pembantu bupati. ... dan bersifat sensitif terhadap erosi. ...

111

Lampiran 5:

PETA KAWASAN RAWAN BENCANA GUNUNG MERAPI DIKABUPATEN SLEMAN

Legenda: Keterangan:

Batas Provinsi Kawasan Rawan Bencana

Batas Kabupaten Gunung Merapi

Batas Kecamatan

Sumber: www.google.com

Page 136: PERUBAHAN SISTEM PERTANIAN DAN DAMPAKNYA …eprints.uny.ac.id/30542/2/1. Skripsi Full 11407141006.pdf · dipimpin oleh pembantu bupati. ... dan bersifat sensitif terhadap erosi. ...

112

Lampiran 6:

Penduduk Hasil Sensus dan Pendaftaran Rumah Tangga di Kabupaten Sleman

No. Nama Kecamatan Banyaknya DesaBulan Oktober 1961 Bulan Juli 1968

Laki-laki Perempuan Jumlah Laki-laki Perempuan Jumlah

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

1. Sleman 5 14.950 15.332 30.282 19.590 19.883 39.4732. Mlati 5 17.898 18.930 36.828 18.833 19.750 38.5833. Gamping 5 17.078 18.219 35.297 17.699 20.136 37.8354. Godean 7 2.601 2.824 5.441 2.782 2.930 5.7125. Moyudan 4 13.285 14.669 27.964 13.820 14.926 28.7466. Minggir 5 13.863 14.806 28.669 13.790 15.962 29.7527. Seyegan 5 15.359 16.478 31.837 15.600 16.806 32.4058. Tempel 8 16.447 17.548 33.995 17.610 18.871 36.4559. Turi 4 11.671 12.547 24.218 12.096 12.815 24.91110. Pakem 5 8.863 9.438 18.301 12.953 13.473 26.42611. Cangkringan 5 10.141 10.554 20.695 10.954 11.744 22.69812. Ngemplak 5 14.372 15.121 29.993 11.846 12.976 24.82213. Ngaglik 6 11.450 13.251 25.201 17.266 18.174 35.44614. Depok 3 - - 30.589 15.083 15.628 35.63215. Kalasan 4 16.604 18.362 34.966 17.948 19.457 37.40516. Berkah 4 12.061 13.553 25.614 13.182 14.289 27.47117. Prambanan 6 14.514 15.801 30.335 15.261 16.711 31.972

Jumlah 86 211.157 227.433 470.255 246.313 264.531 515.744Sumber: Biro Statistik dan Kantor Daerah Istimewa Yogyakarta, Statistik Berbagai Indikator Sosial dan Ekonomi Daerah Istimewa Yogyakarta

1973, Yogyakarta: Biro Statistik dan Kantor Sensus, 1975.

Page 137: PERUBAHAN SISTEM PERTANIAN DAN DAMPAKNYA …eprints.uny.ac.id/30542/2/1. Skripsi Full 11407141006.pdf · dipimpin oleh pembantu bupati. ... dan bersifat sensitif terhadap erosi. ...

113

Lampiran 7:Penduduk Hasil Sensus dan Pendaftaran Rumah Tangga di Kabupaten Sleman

No. Nama Kecamatan Banyaknya DesaBulan Juli 1970 Bulan Oktober 1971

Laki-laki Perempuan Jumlah Laki-laki Perempuan Jumlah

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

1. Sleman 5 20.727 21.442 41.879 20.291 20.786 43.077

2. Mlati 5 19.669 20.644 40.313 20.080 20.915 40.995

3. Gamping 5 18.913 20.540 39.453 19.616 21.033 40.649

4. Godean 7 2.779 2.907 5.686 2.821 3.001 5.822

5. Moyudan 4 7.770 8.302 29.106 14.132 15.239 29.371

6. Minggir 5 14.847 15.828 30.675 14.668 15.825 30.493

7. Seyegan 5 15.476 17.635 33.111 16.295 17.344 33.630

8. Tempel 8 18.622 18.913 38.030 18.687 19.818 38.504

9. Turi 4 9.355 9.809 24.929 12.517 13.062 25.576

10. Pakem 5 9.520 10.003 19.523 12.716 13.195 25.912

11. Cangkringan 5 11.079 11.567 22.646 11.016 11.763 22.779

12. Ngemplak 5 - - 31.659 15.540 16.671 32.211

13. Ngaglik 6 18.035 18.504 36.539 18.617 18.596 37.413

14. Depok 3 428 4.376 25.677 23.590 23.196 46.786

15. Kalasan 4 18.575 19.709 38.384 18.775 19.930 38.705

16. Berkah 4 3.240 3.597 28.769 13.929 15.376 29.305

17. Prambanan 6 15.435 17.074 32.513 15.919 17.206 33.116

Jumlah 86 204.470 220.850 518.892 269.209 282.956 944.344

Sumber: Biro Statistik dan Kantor Daerah Istimewa Yogyakarta, Statistik Berbagai Indikator Sosial dan Ekonomi Daerah Istimewa Yogyakarta

1973, Yogyakarta: Biro Statistik dan Kantor Sensus, 1975.

Page 138: PERUBAHAN SISTEM PERTANIAN DAN DAMPAKNYA …eprints.uny.ac.id/30542/2/1. Skripsi Full 11407141006.pdf · dipimpin oleh pembantu bupati. ... dan bersifat sensitif terhadap erosi. ...

114

Lampiran 8:

Tabel 1.1 : RATA-RATA LAJU PERTUMBUHAN PENDUDUK PER TAHUN MENURUTDESA/KALURAHAN ANTARA TAHUN 1980 DAN 1990

KABUPATEN: (04) SLEMAN

KECAMATAN: (010) MOYUDAN

No.DESA/

KELURAHAN

DAERAH *) PENDUDUKHASIL SENSUS

PENDUDUK 1980

PENDUDUKHASIL SENSUS

PENDUDUK 1990

LAJUPERTUMBUHANPENDUDUK (r)

SP SP

1980 1990

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1. SUMBERRAHAYU 2 2 6204 6137 -0.11

2. SUMBERSARI 2 2 7046 6962 -0.12

3. SUMBERAGUNG 2 1 10284 10178 -0.10

4. SUMBERARUM 2 2 6910 6247 -1.00

JUMLAH 30444 29524 -0.31

Keterangan *) :

1 = Daerah Kota 2 = Daerah Pedesaan

Sumber: Kantor Statistik Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Penduduk Kabupaten Sleman: Hasil Sensus Penduduk 1990, Yogyakarta:

Kantor Statistik, 1991.

Page 139: PERUBAHAN SISTEM PERTANIAN DAN DAMPAKNYA …eprints.uny.ac.id/30542/2/1. Skripsi Full 11407141006.pdf · dipimpin oleh pembantu bupati. ... dan bersifat sensitif terhadap erosi. ...

115

Lampiran 9:

Tabel 1.2 : RATA-RATA LAJU PERTUMBUHAN PENDUDUK PER TAHUN MENURUTDESA/KALURAHAN ANTARA TAHUN 1980 DAN 1990

KABUPATEN : (04) SLEMAN

KECAMATAN : (020) MINGGIR

No.DESA/

KELURAHAN

DAERAH *) PENDUDUKHASIL SENSUS

PENDUDUK 1980

PENDUDUKHASIL SENSUS

PENDUDUK 1990

LAJUPERTUMBUHANPENDUDUK (r)

SP SP

1980 1990

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1. SENDANGMULYO 2 2 7147 6631 -0.75

2. SENDANGARUM 2 2 3568 3346 -0.64

3. SENDANGREJO 2 2 7690 7454 -0.31

4. SENDANGSARI 2 2 4943 4547 -0.83

5. SENDANGAGUNG 2 2 7708 7147 -0.75

JUMLAH 31056 29125 -0.64

Keterangan *) :

1 = Daerah Kota 2 = Daerah Pedesaan

Sumber: Kantor Statistik Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Penduduk Kabupaten Sleman: Hasil Sensus Penduduk 1990, Yogyakarta:

Kantor Statistik, 1991.

Page 140: PERUBAHAN SISTEM PERTANIAN DAN DAMPAKNYA …eprints.uny.ac.id/30542/2/1. Skripsi Full 11407141006.pdf · dipimpin oleh pembantu bupati. ... dan bersifat sensitif terhadap erosi. ...

116

Lampiran 10:

Tabel 1.3 : RATA-RATA LAJU PERTUMBUHAN PENDUDUK PER TAHUN MENURUTDESA/KALURAHAN ANTARA TAHUN 1980 DAN 1990

KABUPATEN : (04) SLEMAN

KECAMATAN : (030) SAYEGAN

No.DESA/

KELURAHAN

DAERAH *) PENDUDUKHASIL SENSUS

PENDUDUK 1980

PENDUDUKHASIL SENSUS

PENDUDUK 1990

LAJUPERTUMBUHANPENDUDUK (r)

SP SP

1980 1990

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1. MARGODADI 2 1 7138 7103 -0.05

2. MARGOLUWIH 2 2 7059 7371 0.43

3. MARGOMULYO 2 2 8177 8982 0.94

4. MARGOAGUNG 2 1 7740 7893 0.20

5. MARGOKATON 2 1 6410 5916 -0.80

JUMLAH 36524 37265 0.20

Keterangan *) :

1 = Daerah Kota 2 = Daerah Pedesaan

Sumber: Kantor Statistik Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Penduduk Kabupaten Sleman: Hasil Sensus Penduduk 1990, Yogyakarta:

Kantor Statistik, 1991.

Page 141: PERUBAHAN SISTEM PERTANIAN DAN DAMPAKNYA …eprints.uny.ac.id/30542/2/1. Skripsi Full 11407141006.pdf · dipimpin oleh pembantu bupati. ... dan bersifat sensitif terhadap erosi. ...

117

Lampiran 11:

Tabel 1.4 : RATA-RATA LAJU PERTUMBUHAN PENDUDUK PER TAHUN MENURUTDESA/KALURAHAN ANTARA TAHUN 1980 DAN 1990

KABUPATEN : (04) SLEMAN

KECAMATAN : (040) GODEAN

No.DESA/

KELURAHAN

DAERAH *) PENDUDUKHASIL SENSUS

PENDUDUK 1980

PENDUDUKHASIL SENSUS

PENDUDUK 1990

LAJUPERTUMBUHANPENDUDUK (r)

SP SP

1980 1990

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1. SIDOREJO 2 2 6067 5852 -0.36

2. SIDOLUHUR 2 1 7939 8125 0.23

3. SIDOMULYO 2 1 4798 5018 0.45

4. SIDOAGUNG 1 1 5920 6683 1.22

5. SIDOKARTO 2 1 7382 7654 0.36

6. SIDOARUM 2 1 6789 9995 3.94

7. SIDOMOYO 2 1 5242 5669 0.79

JUMLAH 44137 48996 1.05

Keterangan *) :

1 = Daerah Kota 2 = Daerah Pedesaan

Sumber: Kantor Statistik Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Penduduk Kabupaten Sleman: Hasil Sensus Penduduk 1990, Yogyakarta:

Kantor Statistik, 1991.

Page 142: PERUBAHAN SISTEM PERTANIAN DAN DAMPAKNYA …eprints.uny.ac.id/30542/2/1. Skripsi Full 11407141006.pdf · dipimpin oleh pembantu bupati. ... dan bersifat sensitif terhadap erosi. ...

118

Lampiran 12:

Tabel 1.5 : RATA-RATA LAJU PERTUMBUHAN PENDUDUK PER TAHUN MENURUTDESA/KALURAHAN ANTARA TAHUN 1980 DAN 1990

KABUPATEN : (04) SLEMAN

KECAMATAN : (050) GAMPING

No.DESA/

KELURAHAN

DAERAH *) PENDUDUKHASIL SENSUS

PENDUDUK 1980

PENDUDUKHASIL SENSUS

PENDUDUK 1990

LAJUPERTUMBUHANPENDUDUK (r)

SP SP

1980 1990

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1. BALECATUR 2 1 10498 11401 0.83

2. AMBARKETAWANG 1 1 11876 13770 1.49

3. BANYURADEN 2 1 8209 11004 2.97

4. NOGOTIRTO 1 1 8083 13280 5.09

5. TRIHANGGO 2 1 9848 10737 0.87

JUMLAH 48514 60192 2.18

Keterangan *) :

1 = Daerah Kota 2 = Daerah Pedesaan

Sumber: Kantor Statistik Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Penduduk Kabupaten Sleman: Hasil Sensus Penduduk 1990, Yogyakarta:

Kantor Statistik, 1991.

Page 143: PERUBAHAN SISTEM PERTANIAN DAN DAMPAKNYA …eprints.uny.ac.id/30542/2/1. Skripsi Full 11407141006.pdf · dipimpin oleh pembantu bupati. ... dan bersifat sensitif terhadap erosi. ...

119

Lampiran 13:

Tabel 1.6 : RATA-RATA LAJU PERTUMBUHAN PENDUDUK PER TAHUN MENURUTDESA/KALURAHAN ANTARA TAHUN 1980 DAN 1990

KABUPATEN : (04) SLEMAN

KECAMATAN : (060) MLATI

No.DESA/

KELURAHAN

DAERAH *) PENDUDUKHASIL SENSUS

PENDUDUK 1980

PENDUDUKHASIL SENSUS

PENDUDUK 1990

LAJUPERTUMBUHANPENDUDUK (r)

SP SP

1980 1990

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1. TIRTOADI 2 2 6694 7044 0.51

2. SUMBERADI 2 2 9580 10028 0.46

3. TLOGOADI 2 2 7423 7906 0.63

4. SENDANGADI 2 1 8496 10738 2.37

5. SINDUADI 1 1 18135 28638 4.67

JUMLAH 50328 64354 2.49

Keterangan *) :

1 = Daerah Kota 2 = Daerah Pedesaan

Sumber: Kantor Statistik Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Penduduk Kabupaten Sleman: Hasil Sensus Penduduk 1990, Yogyakarta:

Kantor Statistik, 1991.

Page 144: PERUBAHAN SISTEM PERTANIAN DAN DAMPAKNYA …eprints.uny.ac.id/30542/2/1. Skripsi Full 11407141006.pdf · dipimpin oleh pembantu bupati. ... dan bersifat sensitif terhadap erosi. ...

120

Lampiran 14:

Tabel 1.7 : RATA-RATA LAJU PERTUMBUHAN PENDUDUK PER TAHUN MENURUTDESA/KALURAHAN ANTARA TAHUN 1980 DAN 1990

KABUPATEN : (04) SLEMAN

KECAMATAN : (070) DEPOK

No.DESA/

KELURAHAN

DAERAH *) PENDUDUKHASIL SENSUS

PENDUDUK 1980

PENDUDUKHASIL SENSUS

PENDUDUK 1990

LAJUPERTUMBUHANPENDUDUK (r)

SP SP

1980 1990

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1. CATURTUNGGAL 1 1 47068 74671 4.72

2. MAGUWOHARJO 2 2 15174 21491 3.54

3. CONDONGCATUR 2 1 20419 32154 4.65

JUMLAH 82661 128316 4.50

Keterangan *) :

1 = Daerah Kota 2 = Daerah Pedesaan

Sumber: Kantor Statistik Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Penduduk Kabupaten Sleman: Hasil Sensus Penduduk 1990, Yogyakarta:

Kantor Statistik, 1991.

Page 145: PERUBAHAN SISTEM PERTANIAN DAN DAMPAKNYA …eprints.uny.ac.id/30542/2/1. Skripsi Full 11407141006.pdf · dipimpin oleh pembantu bupati. ... dan bersifat sensitif terhadap erosi. ...

121

Lampiran 15:

Tabel 1.8 : RATA-RATA LAJU PERTUMBUHAN PENDUDUK PER TAHUN MENURUTDESA/KALURAHAN ANTARA TAHUN 1980 DAN 1990

KABUPATEN : (04) SLEMAN

KECAMATAN : (080) BERBAH

No.DESA/

KELURAHAN

DAERAH *) PENDUDUKHASIL SENSUS

PENDUDUK 1980

PENDUDUKHASIL SENSUS

PENDUDUK 1990

LAJUPERTUMBUHANPENDUDUK (r)

SP SP

1980 1990

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1. SENDANGTIRTO 2 2 8778 10199 1.51

2. TEGALTIRTO 2 2 7585 8208 0.79

3. JOGOTIRTO 2 2 7773 7692 -0.10

4. KALITIRTO 2 2 8379 8750 0.43

JUMLAH 32515 34849 0.70

Keterangan *) :

1 = Daerah Kota 2 = Daerah Pedesaan

Sumber: Kantor Statistik Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Penduduk Kabupaten Sleman: Hasil Sensus Penduduk 1990, Yogyakarta:

Kantor Statistik, 1991.

Page 146: PERUBAHAN SISTEM PERTANIAN DAN DAMPAKNYA …eprints.uny.ac.id/30542/2/1. Skripsi Full 11407141006.pdf · dipimpin oleh pembantu bupati. ... dan bersifat sensitif terhadap erosi. ...

122

Lampiran 16:

Tabel 1.9 : RATA-RATA LAJU PERTUMBUHAN PENDUDUK PER TAHUN MENURUTDESA/KALURAHAN ANTARA TAHUN 1980 DAN 1990

KABUPATEN : (04) SLEMAN

KECAMATAN : (090) PRAMBANAN

No.DESA/

KELURAHAN

DAERAH *) PENDUDUKHASIL SENSUS

PENDUDUK 1980

PENDUDUKHASIL SENSUS

PENDUDUK 1990

LAJUPERTUMBUHANPENDUDUK (r)

SP SP

1980 1990

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1. SUMBERHARJO 2 2 10169 10704 0.51

2. WUKIRHARJO 2 2 2054 2150 0.46

3. GAYAMHARJO 2 2 3866 3908 0.11

4. SAMBIREJO 2 2 4121 4599 1.10

5. MADUREJO 2 2 9854 9780 -0.08

6. BOKOHARJO 2 1 7258 7894 0.84

JUMLAH 37322 39035 0.45

Keterangan *) :

1 = Daerah Kota 2 = Daerah Pedesaan

Sumber: Kantor Statistik Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Penduduk Kabupaten Sleman: Hasil Sensus Penduduk 1990, Yogyakarta:

Kantor Statistik, 1991.

Page 147: PERUBAHAN SISTEM PERTANIAN DAN DAMPAKNYA …eprints.uny.ac.id/30542/2/1. Skripsi Full 11407141006.pdf · dipimpin oleh pembantu bupati. ... dan bersifat sensitif terhadap erosi. ...

123

Lampiran 17:

Tabel 1.10. : RATA-RATA LAJU PERTUMBUHAN PENDUDUK PER TAHUN MENURUTDESA/KALURAHAN ANTARA TAHUN 1980 DAN 1990

KABUPATEN : (04) SLEMAN

KECAMATAN : (100) KALASAN

No.DESA/

KELURAHAN

DAERAH *) PENDUDUKHASIL SENSUS

PENDUDUK 1980

PENDUDUKHASIL SENSUS

PENDUDUK 1990

LAJUPERTUMBUHANPENDUDUK (r)

SP SP

1980 1990

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1. PURWOMARTANI 2 2 13087 16523 2.36

2. TIRTOMARTANI 2 1 10530 11220 0.64

3. TAMANMARTANI 2 1 10686 10990 0.28

4. SELOMARTANI 2 2 9240 9185 -0.06

JUMLAH 43543 47918 0.96

Keterangan *) :

1 = Daerah Kota 2 = Daerah Pedesaan

Sumber: Kantor Statistik Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Penduduk Kabupaten Sleman: Hasil Sensus Penduduk 1990, Yogyakarta:

Kantor Statistik, 1991.

Page 148: PERUBAHAN SISTEM PERTANIAN DAN DAMPAKNYA …eprints.uny.ac.id/30542/2/1. Skripsi Full 11407141006.pdf · dipimpin oleh pembantu bupati. ... dan bersifat sensitif terhadap erosi. ...

124

Lampiran 18:

Tabel 1.13. : RATA-RATA LAJU PERTUMBUHAN PENDUDUK PER TAHUN MENURUTDESA/KALURAHAN ANTARA TAHUN 1980 DAN 1990

KABUPATEN : (04) SLEMAN

KECAMATAN : (130) SLEMAN

No.DESA/

KELURAHAN

DAERAH *) PENDUDUKHASIL SENSUS

PENDUDUK 1980

PENDUDUKHASIL SENSUS

PENDUDUK 1990

LAJU

SP SP PERTUMBUHAN

1980 1990 PENDUDUK (r)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1. CATURHARJO 2 1 10780 10703 -0.07

2. TRIHARJO 1 1 11883 13446 1.24

3. TRIDADI 2 1 8256 10085 2.02

4. PANDOWOHARJO 2 2 7705 7738 0.04

5. TRIMULYO 2 2 6661 6880 0.32

JUMLAH 45285 48852 0.76

Keterangan *) :

1 = Daerah Kota 2 = Daerah Pedesaan

Sumber: Kantor Statistik Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Penduduk Kabupaten Sleman: Hasil Sensus Penduduk 1990, Yogyakarta:

Kantor Statistik, 1991.

Page 149: PERUBAHAN SISTEM PERTANIAN DAN DAMPAKNYA …eprints.uny.ac.id/30542/2/1. Skripsi Full 11407141006.pdf · dipimpin oleh pembantu bupati. ... dan bersifat sensitif terhadap erosi. ...

125

Lampiran 19:

Tabel 1.14. : RATA-RATA LAJU PERTUMBUHAN PENDUDUK PER TAHUN MENURUTDESA/KALURAHAN ANTARA TAHUN 1980 DAN 1990

KABUPATEN : (04) SLEMAN

KECAMATAN : (140) TEMPEL

No.DESA/

KELURAHAN

DAERAH *) PENDUDUKHASIL SENSUS

PENDUDUK 1980

PENDUDUKHASIL SENSUS

PENDUDUK 1990

LAJUPERTUMBUHANPENDUDUK (r)

SP SP

1980 1990

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1. BANYUREJO 2 1 6672 6610 -0.09

2. TAMBAKREJO 2 2 4372 4057 -0.74

3. SUMBERREJO 2 2 3903 3644 -0.68

4. PONDOKREJO 2 2 4604 4877 0.58

5. MOROREJO 2 2 3988 3987 0.00

6. MARGOREJO 2 2 6440 7142 1.04

7. LUMBUNGREJO 1 1 5455 6048 1.04

8. MERDIKOREJO 2 2 4642 4955 0.65

JUMLAH 40076 41320 0.31

Keterangan *) :

1 = Daerah Kota 2 = Daerah Pedesaan

Sumber: Kantor Statistik Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Penduduk Kabupaten Sleman: Hasil Sensus Penduduk 1990, Yogyakarta:

Kantor Statistik, 1991.

Page 150: PERUBAHAN SISTEM PERTANIAN DAN DAMPAKNYA …eprints.uny.ac.id/30542/2/1. Skripsi Full 11407141006.pdf · dipimpin oleh pembantu bupati. ... dan bersifat sensitif terhadap erosi. ...

126

Lampiran 20:

Tabel 1.15. : RATA-RATA LAJU PERTUMBUHAN PENDUDUK PER TAHUN MENURUTDESA/KALURAHAN ANTARA TAHUN 1980 DAN 1990

KABUPATEN : (04) SLEMAN

KECAMATAN : (150) TURI

No.DESA/

KELURAHAN

DAERAH *) PENDUDUKHASIL SENSUS

PENDUDUK 1980

PENDUDUKHASIL SENSUS

PENDUDUK 1990

LAJUPERTUMBUHANPENDUDUK (r)

SP SP

1980 1990

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1. BANGUNKERTO 2 2 6611 6800 0.28

2. DONOKERTO 2 1 7082 6804 -0.40

3. GIRIKERTO 2 2 6045 5937 -0.18

4. WONOKERTO 2 2 6299 6906 0.92

JUMLAH 26037 26447 0.16

Keterangan *) :

1 = Daerah Kota 2 = Daerah Pedesaan

Sumber: Kantor Statistik Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Penduduk Kabupaten Sleman: Hasil Sensus Penduduk 1990, Yogyakarta:

Kantor Statistik, 1991.

Page 151: PERUBAHAN SISTEM PERTANIAN DAN DAMPAKNYA …eprints.uny.ac.id/30542/2/1. Skripsi Full 11407141006.pdf · dipimpin oleh pembantu bupati. ... dan bersifat sensitif terhadap erosi. ...

127

Lampiran 21:

Tabel 1.16. : RATA-RATA LAJU PERTUMBUHAN PENDUDUK PER TAHUN MENURUTDESA/KALURAHAN ANTARA TAHUN 1980 DAN 1990

KABUPATEN : (04) SLEMAN

KECAMATAN : (160) PAKEM

No.DESA/

KELURAHAN

DAERAH *) PENDUDUKHASIL SENSUS

PENDUDUK 1980

PENDUDUKHASIL SENSUS

PENDUDUK 1990

LAJUPERTUMBUHANPENDUDUK (r)

SP SP

1980 1990

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1. PURWOBINANGUN 2 2 6782 6610 -0.26

2. CANDIBINANGUN 2 2 4423 4203 -0.51

3. HARJOBINANGUN 2 2 4162 3996 -0.41

4. PAKEMBINANGUN 2 2 5168 5268 0.19

5. HARGOBINANGUN 2 2 6227 6788 0.87

JUMLAH 26762 26865 0.04

Keterangan *) :

1 = Daerah Kota 2 = Daerah Pedesaan

Sumber: Kantor Statistik Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Penduduk Kabupaten Sleman: Hasil Sensus Penduduk 1990, Yogyakarta:

Kantor Statistik, 1991.

Page 152: PERUBAHAN SISTEM PERTANIAN DAN DAMPAKNYA …eprints.uny.ac.id/30542/2/1. Skripsi Full 11407141006.pdf · dipimpin oleh pembantu bupati. ... dan bersifat sensitif terhadap erosi. ...

128

Lampiran 22:

Tabel 1.17. : RATA-RATA LAJU PERTUMBUHAN PENDUDUK PER TAHUN MENURUTDESA/KALURAHAN ANTARA TAHUN 1980 DAN 1990

KABUPATEN : (04) SLEMAN

KECAMATAN : (170) CANGKRINGAN

No.DESA/

KELURAHAN

DAERAH *) PENDUDUKHASIL SENSUS

PENDUDUK 1980

PENDUDUKHASIL SENSUS

PENDUDUK 1990

LAJUPERTUMBUHANPENDUDUK (r)

SP SP

1980 1990

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1. WUKIRSARI 2 2 8668 8290 -0.44

2. ARGOMULYO 2 2 6934 6338 -0.89

3. GLAGAHHARJO 2 2 3063 2972 -0.30

4. KEPUHHARJO 2 2 2295 2245 -0.22

5. UMBULHARJO 2 2 2956 3080 0.41

JUMLAH 23916 22925 -0.42

Keterangan *) :

1 = Daerah Kota 2 = Daerah Pedesaan

Sumber: Kantor Statistik Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Penduduk Kabupaten Sleman: Hasil Sensus Penduduk 1990, Yogyakarta:

Kantor Statistik, 1991.

Page 153: PERUBAHAN SISTEM PERTANIAN DAN DAMPAKNYA …eprints.uny.ac.id/30542/2/1. Skripsi Full 11407141006.pdf · dipimpin oleh pembantu bupati. ... dan bersifat sensitif terhadap erosi. ...

129

Lampiran 23:

LUAS TANAMAN DAN PANENAN DI KABUPATEN SLEMAN TAHUN 1973

No.Nama

Kecamatan

Padi JagungLuas

Tanaman(ha)

Luas Panenan(ha)

TakBerhasil

TidakBerhasil

(%)

LuasTanaman

(ha)

LuasPanenan

(ha)

TakBerhasil

TidakBerhasil

(%)

1 Sleman 2.367 2.367 - - 117 117 - -

2 Mlati 2.213 2.213 - - 2 2 - -

3 Gamping 2.953 2.232 - - 40 40 - -

4 Godean 718 718 - - - - - -

5 Moyudan 4.923 4.923 - - 800 800 - -

6 Minggir 3.410 3.410 - - 61 61 - -

7 Seyegan 3.636 3.636 - - - - - -

8 Tempel 4.222 3.113 699 16,5 117 117 - -

9 Turi 3.668 3.668 - - 929 929 - -

10 Pakem 2.335 1.773 562 24,1 262 162 100 38,16

11 Cangkringan 1.891 1.390 501 26,49 1155 776 379 32,81

12 Ngemplak 2.852 2.852 - - 11 11 - -

13 Ngaglik 3.410 3.410 - - 800 800 - -

14 Depok 1.246 907 5 0,4 40 40 - -

15 Kalasan 3.864 3.844 20 0,52 63 49 14 22,22

16 Berbah 3.254 2.839 33 - 48 48 - -

17 Prambanan 3.526 3.526 - - 1.838 1.838 - -

Jumlah 50.488 46.821 1.820 3,6 6.283 5.790 498 7,84

Sumber: Biro Statistik dan Kantor Sensus Daerah Istimewa Yogyakarta, Statistik Berbagai Segi Indikator Sosial dan Ekonomi Daerah Istimewa

Yogyakarta 1973, Yogyakarta: Biro Statistik dan Kantor Sensus, 1975.