Perubahan Sifat-sifat Fisik Mata Jaringan Insang Hanyut · PDF file ·...

6
Jurnal Penelitian Sains Volume 12 Nomer 3(D) 12310 Perubahan Sifat-sifat Fisik Mata Jaringan Insang Hanyut Setelah Digunakan 5, 10, 15, dan 20 Tahun Gondo Puspito Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, FPIK-IPB, Bogor, Indonesia Intisari: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perubahan ukuran mata, kekuatan putus mata dan stabilitas simpul jaring insang hanyut setelah pemakaian 5, 10, 15 dan 20 tahun. Ukuran mata awal adalah 2, 5”, 3, 0” and 3, 5”. Hasil pengukuran akan memberikan informasi umur teknis jaring insang. Hasilnya menunjukkan bahwa peningkatan usia pakai menyebabkan ukuran mata menjadi lebih besar. Ini diilustrasikan dengan persamaan UM 2,5” =0, 122t +6, 106 untuk ukuran mata 2, 5”, UM 3,0” =0, 266t +7, 314(3, 0”), dan UM 3,5” =0, 0206t +8, 486(3, 5”). Peningkatan waktu pemakaian akan diikuti oleh penurunan kekuatan putus mata. Penurunan terendah kekuatan putus mata terjadi pada usia pakai 5 tahun. Hubungan keduanya digambarkan dengan persamaan KM 2,5” = -1, 51t + 11, 12 untuk ukuran mata 2, 5”, KM 3,0” = -1, 094t +11, 10(3, 0”), dan KM 3,5” = -1, 037t +10, 83(3, 5”). UM adalah ukuran mata, KM kekuatan putus mata dan t waktu pemakaian. Sementara, uji terhadap stabilitas simpul tidak memberikan satu pun pergeseran simpul untuk setiap usia pakai. Dari penelitian ini didapatkan bahwa usia teknis jaring insang adalah 5 tahun. Kata kunci: Sifat-sifat fisik, mata jaring insang hanyut, dan usia pakai Abstract: The purpose of this study is to know the change of mesh size, breaking strength of mesh and knot stabilitity of drift gillnet after 5, 10, 15, and 20 years using time. Initial mesh sizes were 2.5”, 3.0”and3.5”. Result of those measurements would give information of technical age of gillnet. Results showed that increasing of using time caused mesh size became larger. These were illustrated by equations of UM 2.5” =0.122t +6.106 for mesh size of 2.5”, UM 3.0” =0.266t +7.314(3.0”), and UM 3.5” =0.0206t +8.486(3.5”). The increasing of using time would be followed by the decreasing of mesh breaking strength. The lowest decreasings occurred on 5 years using time mesh. Relation of both aspects was shown by KM 2.5” = -1.51t + 11.12 for mesh size of 2.5”, KM 3.0” = -1.094t + 11.10(3.0”), and KM 3.5” = -1.037t + 10.83(3.5”). Where UM is mesh size, KM is breaking strength of mesh and t is using time. While, test of knot stability did not give any slip of knot for each using time. From the experiment, it was found that technical age of drift gillnet was 5 years. Keywords: Physical characteristic, drift gillnet mesh, and using time September 2009 1 PENDAHULUAN J aring insang merupakan alat penangkap ikan yang konstruksinya sangat sederhana. Bagian uta- manya hanya berupa selembar jaring yang dilengkapi dengan tali ris atas dan bawah. Ukuran mata ja- ring disesuaikan dengan ukuran ikan yang menjadi target tangkapan utama. Pada tali ris atas ditam- bahkan tali berpelampung dan pada tali ris bawah dilengkapi tali berpemberat. Ikan tertangkap karena menabrak jaring dan sulit melepaskan diri, karena bagian insangnya terbelit atau tersangkut pada mata jaring. Cara menangkap ikan demikian menjadikan alat tangkap ini disebut sebagai jaring insang atau gill- net. Salah satu jenis jaring insang yang sangat populer adalah jaring insang hanyut. Cara pengoperasiannya adalah dengan menghanyutkan beberapa puluh lem- bar jaring yang saling terangkai di permukaan laut. Ikan yang menjadi target utama tangkapannya adalah jenis-jenis ikan pelagis yang melakukan migrasi ho- risontal di permukaan laut, seperti ikan tongkol, kem- bung, selar, lemuru, dan tembang. Jaring insang hanyut sudah sangat dikenal luas oleh nelayan Indonesia. Salahsatunya adalah nelayan Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur. mereka mengoperasikan jaring insang di Samudera India un- tuk menangkap jenis-jenis ikan tongkol dan kem- bung. Kepopulerannya ditunjukkan oleh jumlah unit jaring insang hanyut dan produksinya yang yang lebih banyak dibandingkan dengan jenis-jenis alat tangkap lainnya, seperti bubu, bagan, payang atau pukat cincin. c 2009 FMIPA Universitas Sriwijaya 12310-1

Transcript of Perubahan Sifat-sifat Fisik Mata Jaringan Insang Hanyut · PDF file ·...

Jurnal Penelitian Sains Volume 12 Nomer 3(D) 12310

Perubahan Sifat-sifat Fisik Mata Jaringan Insang Hanyut Setelah

Digunakan 5, 10, 15, dan 20 Tahun

Gondo Puspito

Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, FPIK-IPB, Bogor, Indonesia

Intisari: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perubahan ukuran mata, kekuatan putus mata dan stabilitas

simpul jaring insang hanyut setelah pemakaian 5, 10, 15 dan 20 tahun. Ukuran mata awal adalah 2, 5”, 3, 0” and 3, 5”.

Hasil pengukuran akan memberikan informasi umur teknis jaring insang. Hasilnya menunjukkan bahwa peningkatan usia

pakai menyebabkan ukuran mata menjadi lebih besar. Ini diilustrasikan dengan persamaan UM2,5” = 0, 122t + 6, 106

untuk ukuran mata 2, 5”, UM3,0” = 0, 266t + 7, 314(3, 0”), dan UM3,5” = 0, 0206t + 8, 486(3, 5”). Peningkatan waktu

pemakaian akan diikuti oleh penurunan kekuatan putus mata. Penurunan terendah kekuatan putus mata terjadi pada

usia pakai 5 tahun. Hubungan keduanya digambarkan dengan persamaan KM2,5” = −1, 51t+11, 12 untuk ukuran mata

2, 5”, KM3,0” = −1, 094t+11, 10(3, 0”), dan KM3,5” = −1, 037t+10, 83(3, 5”). UM adalah ukuran mata, KM kekuatan

putus mata dan t waktu pemakaian. Sementara, uji terhadap stabilitas simpul tidak memberikan satu pun pergeseran

simpul untuk setiap usia pakai. Dari penelitian ini didapatkan bahwa usia teknis jaring insang adalah 5 tahun.

Kata kunci: Sifat-sifat fisik, mata jaring insang hanyut, dan usia pakai

Abstract: The purpose of this study is to know the change of mesh size, breaking strength of mesh and knot

stabilitity of drift gillnet after 5, 10, 15, and 20 years using time. Initial mesh sizes were 2.5”, 3.0”and3.5”. Result of

those measurements would give information of technical age of gillnet. Results showed that increasing of using time

caused mesh size became larger. These were illustrated by equations of UM2.5” = 0.122t + 6.106 for mesh size of 2.5”,

UM3.0” = 0.266t + 7.314(3.0”), and UM3.5” = 0.0206t + 8.486(3.5”). The increasing of using time would be followed

by the decreasing of mesh breaking strength. The lowest decreasings occurred on 5 years using time mesh. Relation

of both aspects was shown by KM2.5” = −1.51t + 11.12 for mesh size of 2.5”, KM3.0” = −1.094t + 11.10(3.0”), and

KM3.5” = −1.037t+10.83(3.5”). Where UM is mesh size, KM is breaking strength of mesh and t is using time. While,

test of knot stability did not give any slip of knot for each using time. From the experiment, it was found that technical

age of drift gillnet was 5 years.

Keywords: Physical characteristic, drift gillnet mesh, and using time

September 2009

1 PENDAHULUAN

J aring insang merupakan alat penangkap ikan yangkonstruksinya sangat sederhana. Bagian uta-

manya hanya berupa selembar jaring yang dilengkapidengan tali ris atas dan bawah. Ukuran mata ja-ring disesuaikan dengan ukuran ikan yang menjaditarget tangkapan utama. Pada tali ris atas ditam-bahkan tali berpelampung dan pada tali ris bawahdilengkapi tali berpemberat. Ikan tertangkap karenamenabrak jaring dan sulit melepaskan diri, karenabagian insangnya terbelit atau tersangkut pada matajaring. Cara menangkap ikan demikian menjadikanalat tangkap ini disebut sebagai jaring insang atau gill-net.

Salah satu jenis jaring insang yang sangat populeradalah jaring insang hanyut. Cara pengoperasiannya

adalah dengan menghanyutkan beberapa puluh lem-bar jaring yang saling terangkai di permukaan laut.Ikan yang menjadi target utama tangkapannya adalahjenis-jenis ikan pelagis yang melakukan migrasi ho-risontal di permukaan laut, seperti ikan tongkol, kem-bung, selar, lemuru, dan tembang.

Jaring insang hanyut sudah sangat dikenal luasoleh nelayan Indonesia. Salahsatunya adalah nelayanKabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur. merekamengoperasikan jaring insang di Samudera India un-tuk menangkap jenis-jenis ikan tongkol dan kem-bung. Kepopulerannya ditunjukkan oleh jumlah unitjaring insang hanyut dan produksinya yang yang lebihbanyak dibandingkan dengan jenis-jenis alat tangkaplainnya, seperti bubu, bagan, payang atau pukatcincin.

c© 2009 FMIPA Universitas Sriwijaya 12310-1

Gondo Puspito Jurnal Penelitian Sains 12 3(D) 12310

Hal menarik pada jaring insang hanyut nelayan Aloradalah pada usia pakainya yang dapat mencapai 20tahun. Padahal, usia pakai jaring insang di daerahlain hanya sekitar 2-3 tahun. Pertambahan usia pakaiseharusnya akan menambah kemuluran ukuran matajaring, pelapukan benang dan penurunan stabilitassimpul. Ketiganya akan menurunkan efektifitas danproduktivitas alat tangkap. Penurunan stabilitas sim-pul dan pemuluran ukuran mata akan berimbas padapeningkatan ukuran mata jaring. Akibatnya, ikanyang menjadi tujuan utama penangkapan sulit ter-tangkap, karena dapat lolos melewati mata jaring.Adapun penurunan kekuatan mata menyebabkan be-nang jaring mudah putus akibat rontaan ikan yangtertangkap untuk meloloskan diri. Berdasarkan haltersebut, maka perlu dilakukan pembuktian apakahbenar usia pakai yang demikian lama ini tidak mem-pengaruhi sifat-sifat fisik mata jaring insang.

Penelitian ini untuk mengukur tingkat perubahanukuran mata (mesh size), penurunan kekuatan matadan stabilitas simpul jaring insang setelah usia pe-makaian 5, 10, 15 dan 20 tahun. Ukuran mata jaringyang dijadikan bahan uji adalah sama dengan uku-ran mata jaring insang yang digunakan nelayan Alor,yaitu 2, 5”, 3, 0”, dan 3, 5”. Hasil penelitian ini di-harapkan dapat diketahui umur teknis jaring insangyang sebenarnya, sehingga dapat ditentukan kapanharus diganti. Bagi pemerintah daerah setempat, hasilpenelitian ini akan berguna dalam menentukan waktupemberian bantuan jaring kepada nelayan jaring in-sang hanyut di Kabupaten Alor.

2 METODOLOGI

2.1 Alat dan Bahan

Peralatan yang digunakan terdiri atas breakingstrength tester (merek Shimazu Authograph Ags-DType) berkapasitas 50 kgf, 2 pengait, 2 penjepit,jangka sorong, gunting, dan kaca pembesar. Adapunbahan yang diteliti masing-masing berupa 200 matajaring insang berukuran 2, 5”, 3, 0”, dan 3, 5” (6,25,7,50, dan 8,75 cm) berbahan polyamide (PA) multifil-ament nylon nomor 210 D/9 dengan usia pakai 0, 5,10, 15, dan 20 tahun. Jenis simpulnya adalah singleenglish knot. Mata jaring yang diteliti diambil daribagian tengah beberapa jaring insang milik nelayanyang belum pernah diperbaiki (Gambar 1).

2.2 Metode Penelitian

Penelitian memakai metode percobaan dengan men-gukur langsung terhadap:

1. Kemuluran mata jaring. Sebanyak 100 mata darisetiap jaring insang yang berukuran mata awal

2, 5”; 3, 0”; dan 3, 5” diukur besar matanya meng-gunakan jangka sorong.

2. Kekuatan mata jaring. Pengukuran menggu-nakan breaking strength tester yang dilengkapidengan sepasang kait. Mata jaring diletakkandi antara 2 kait dan selanjutnya dilakukan pe-narikan secara vertikal (Gambar 2a). Kekuatanmata jaring maksimal didapat ketika salahsatusisi/kaki mata jaring putus. Jumlah mata jaringyang diukur sebanyak 20 buah untuk setiap uku-ran mata awal 2, 5”; 3, 0”; dan 3, 5”.

3. Stabilitas simpul jaring. Kerja diawali denganmenentukan arah anyaman jaring melalui penga-matan terhadap arah ikatan simpul jaring meng-gunakan kaca pembesar. Selanjutnya, jaring −sesuai arah anyamannya − diposisikan horison-tal. Dua kaki di atas simpul dipotong panjang,1 kaki di bawah simpul juga dipotong panjangdan 1 lainnya pendek. Pengukuran stabilitas sim-pul dimulai dengan memposisikan 2 kaki di atassimpul dijepit dengan penjepit atas dan 1 kakipanjang di bawah simpul dijepit dengan penjepitbawah (Gambar 2b). Selanjutnya dilakukan pe-narikan. Nilai stabilitas maksimal simpul jaringdidapat ketika kaki pendek terlepas dari simpul.Pengukuran dilakukan terhadap 20 mata untuksetiap ukuran mata awal 2, 5”; 3, 0”; dan 3, 5”.

Pengukuran dilakukan terhadap mata jaring padausia pakai 0, 5, 10, 15 dan 20 tahun.

Gambar 1: Posisi pemotongan contoh mata jaring

2.3 Metode Perhitungan

Data kemuluran mata, kekuatan mata dan stabilitassimpul diuji kenormalannya dengan uji Kolmogrov-Smirnov. Jika p-value > taraf uji (α), maka datadisimpulkan menyebar normal dan sebaliknya jikap − value < α[1]. Data selanjutnya diuji denganrancangan perlakuan acak kelompok (RAK) dan ran-cangan lingkungan tunggal. Ukuran mata awal dina-makan kelompok yang terdiri atas kelompok 1 (2, 5”),

12310-2

Perubahan Sifat-sifat Fisik . . . Jurnal Penelitian Sains 12 3(D) 12310

Gambar 2: Posisi simpul dan mata jaring ketika dilakukanpenarikan

kelompok 2 (3, 0”), dan kelompok 3 (3, 0”). Usiapakai jaring disebut perlakuan yang terdiri atas 5 per-lakuan. Model percobaannya, menurut Steel dan Tor-rie[2], adalah Yij = µ + τi + βj + εij . Yij adalah datadari kelompok ke-j yang memperoleh perlakuan ke-i,µrataan umum, τi pengaruh perlakuan ke-i, βj penga-ruh kelompok ke-j; dan εij pengaruh galat percobaanpada kelompok ke-j yang memperoleh perlakuan ke-i. Hipotesanya adalah 1. H0 : τi = τj ; untuk semuai 6= j dan H1 : τi 6= τj ; dan 2. H0 : βi = βj ; un-tuk semua i 6= j dan H1 : βi 6= βj . Adapun kaidahkeputusannya adalah jika Fhitung > Fα(adp,dbs) : to-lak H0; dan jika Fhitung < Fα(adp,dbs): gagal tolak H0.Apabila berhasil tolak H0, dilanjutkan dengan menen-tukan kemuluran mata, kekuatan mata, dan stabili-tas simpul dengan menggunakan regresi linear. Untukmengetahui apakah perlakuan memberikan pengaruhberbeda nyata terhadap respon, maka dilakukan ujibeda nyata terkecil (BNT ). Prosedurnya adalah:

1. Kriteria uji d = |Yi − Yj ; hipotesa: H0 : τi = τj ;dan H1 : τi 6= τj .

2. Menentukan titik kritis BNTα = tα/2 ·dbs

√2KTS/r ; untuk ulangan sama.

3. Membandingkan titik kritis dengan nilai d. Jikad > titik kritis, maka tolak H0; dan jika d ≤ titikkritis, maka gagal tolak H0.

4. Kesimpulannya adalah jika tolak H0 berarti peng-aruh perlakuan berbeda nyata dan jika gagal to-lak H0 berarti pengaruh perlakuan sama.

3 HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Ukuran Mata

Pembesaran mata disebabkan oleh pemuluran benangyang membentuk mata dan penambahan panjang be-

nang karena penguatan simpul. Besarnya sangat ter-gantung pada kualitas benang, karena setiap jenis be-nang memiliki sifat-sifat yang berbeda[3]. Pemuluranjuga disebabkan oleh adanya tarikan yang kuat danterus menerus. Robinson[4] mengelompokkan penye-bab tarikan terdiri atas faktor internal dan eksternal.Faktor internal meliputi gaya tenggelam dan apungjaring serta tegangan tali temali. Faktor eksternalmencakup gaya hidrodinamik yang disebabkan oleharus dan gesekan antara jaring dengan dasar perairan.Jaring insang yang diteliti dioperasikan dengan caradihanyutkan. Oleh karena itu, faktor eksternal lebihbanyak disebabkan oleh gaya-gaya hidrodinamik yangdisebabkan oleh arus.

Seluruh ukuran mata yang diuji mengalami pening-katan ukuran sejalan dengan pertambahan usia pakai.Pada Gambar 3 ditunjukkan hubungan antara per-tambahan ukuran mata rata-rata dengan waktu pe-makaian. Hubungan antara besarnya ukuran matasejalan dengan pertambahan usia pakai dan digam-barkan dengan persamaan regresi linear UM2,5” =0, 122t + 6, 106 untuk ukuran mata jaring awal 2, 5”,UM3,0” = 0, 266t + 7, 314(3, 0”), dan UM3,5” =0, 206t + 8, 486(3, 5”). Nilai R2 > 0, 6 untuk ke-3persamaan tersebut menggambarkan bahwa hubunganantara hubungan antara variabel dalam persamaanyang dibentuknya sangat erat[5].

Gambar 3: Hubungan antara ukuran mata jaring denganwaktu pemakaian

Pada ke-3 ukuran mata, peningkatan ukuran mataterus bertambah hingga mencapai usia pemakaian 20tahun. Pemuluran untuk setiap pertambahan waktupemakaian 5 tahun tidak selalu sama untuk setiapukuran mata. Hasil uji statistik menunjukkan bahwaterdapat perbedaan yang nyata pada taraf keper-cayaan 95% pada ukuran mata jaring 2, 5”, 3, 0” dan3, 5” terhadap pertambahan ukuran mata. Perbedaanyang mencolok terdapat pada usia pakai 10 dan 15tahun. Ada kemungkinan pada kedua usia pemaka-ian tersebut, tahanan alat yang disebabkan oleh faktoreksternal sangat besar, sehingga benang jaring mener-ima beban tarikan yang sangat tinggi.

12310-3

Gondo Puspito Jurnal Penelitian Sains 12 3(D) 12310

Ukuran mata jaring insang sangat ditentukan olehukuran lingkar tubuh terbesar ikan. Oleh karenanya,pembuatan suatu jaring insang sangat tergantungpada ukuran dan jenis ikan yang menjadi tujuanpenangkapannya. Ukuran mata yang terlalu besaratau kecil dari ukuran ikan menyebabkan jaring in-sang tidak produktif menangkap ikan. Jaring insangyang baik adalah jika ukuran matanya sesuai denganukuran ikan dan konstruksinya tetap.

Dari ketiga ukuran mata, ukuran mata 2, 5” men-galami kemuluran mata terkecil sebesar 0,51 cmatau 8,16% dari ukuran mata awal setelah usia pe-makaian mencapai 20 tahun, selanjutnya diikuti oleh3, 5”(0, 77cm; 8, 80%), dan 3, 0” (1,12 cm; 14,93%). Inidapat difahami, jaring insang dengan ukuran matakecil menangkap ikan-ikan berukuran kecil. Tenagarontaan ikan kecil yang tertangkap relatif rendah,sehingga tidak banyak menambah kemuluran be-nang jaring. Jaring insang berukuran mata 3, 5”hanya menangkap ikan-ikan berukuran besar, tetapiumumnya terjerat. Cara tertangkap demikian tidakmenyebabkan bertambahnya kemuluran benang jaringyang tinggi secara keseluruhan. Rontaan ikan hanyamenambah kemuluran benang pada bagian jaring yangmenjerat ikan. Hal berbeda terjadi pada ukuran mata3, 0”. Pada ukuran ini segala ukuran ikan tertangkap.Ikan yang besar dapat tertangkap secara terpuntal.Tenaga yang dikeluarkan ikan untuk melepaskan diriakan berpengaruh pada semua mata jaring yang mem-bungkusnya.

Kemuluran ke-3 ukuran mata sampai usia pemaka-ian 20 tahun masih relatif kecil. Menurut Soepri-jono[6], kemuluran maksimal benang jaring nilonpolyamida antara 18% - 45% dari panjang awal. Besarkemungkinan kemuluran masih akan sedikit bertam-bah lagi jika usia pemakaian bertambah.

3.2 Kekuatan Mata

Kekuatan putus mata adalah kekuatan maksimumyang dapat ditahan mata sampai salahsatu di-antara ke-4 simpulnya lepas atau benang yangmenghubungkan antara 2 simpul putus pada uji yangmenggunakan tegangan[7]. Hasil pengujian menun-jukkan bahwa kekuatan putus mata jaring hanya ter-gantung pada benang penghubung 2 simpul, karenatidak ada satupun simpul yang lepas.

Kekuatan putus ke-3 ukuran mata mengalami penu-runan seiring dengan pertambahan waktu pemaka-ian (Gambar 4). Besarnya penurunan kekuatanputus ketiganya tidak terlalu berbeda. Masing-masing digambarkan dengan persamaan regresi lin-ear KM2,5” = −1, 151t + 11, 12 untuk ukuran mata2, 5”, KM3,0” = −1, 094t+11, 10(3, 0”) dan KM3,5” =−1, 037t + 10, 83(3, 5”). Keeratan antara variabel-nya pada setiap persamaan sangat erat, karena R2 >

0, 6[5].Penurunan kekuatan putus ke-3 ukuran mata terus

bertambah hingga usia pakai 20 tahun. Penurunanpaling sedikit terjadi pada usia pakai 5 tahun. Padausia ini, jaring masih relatif baru dan masih tinggikekuatan putus matanya. Penurunan kekuatan putuske-3 ukuran mata untuk setiap pertambahan waktupemakaian 5 tahun relatif sama, kecuali pada usiapakai 15 tahun. Hasil uji statistik menunjukkan bahwaterdapat perbedaan yang nyata pada taraf keper-cayaan 95% pada ukuran mata 2, 5”, 3, 0”dan 3, 5” ter-hadap penurunan kekuatan putus mata. Pertamba-han usia pakai dan penggunaan yang terus menerusmenyebabkan adanya pelapukan yang berakibat padaberkurangnya kekuatan putus mata.

Gambar 4: Hubungan antara kekuatan putus mata jaringdengan waktu pemakaian

Kekuatan putus ke-3 mata untuk setiap usia pakairelatif sama, kecuali pada usia pakai 15 tahun. Inimengindikasikan bahwa faktor eksternal yang ditim-bulkan oleh rontaan ikan tangkapan − yang berbedaukuran berdasarkan ukuran mata − tidak mempenga-ruhi kekuatan putus mata. Menurut Fridman[8], be-sarnya kekuatan putus suatu benang dan jaring hanyabergantung pada jenis material, jumlah pilinan persatuan panjang, kondisi benang dan jaring, diameterbenang dan jumlah yarn.

Ada banyak penyebab penurunan kekuatan pu-tus mata, menurut Fridman[8], diantaranya adalahtahanan yang diberikan oleh gaya internal dan eks-ternal yang bekerja secara berulang ketika jaring in-sang dioperasikan. Gaya internal ditimbulkan oleh be-rat jaring dan komponen-komponennya. Gaya eks-ternal ditimbulkan oleh gelombang dan arus, penye-bab lain, menurut Ketrinia[9], adalah gaya eksternalyang ditimbulkan rontaan ikan yang tertangkap. Gayalain adalah tahanan ketika jaring insang dinaikkan keatas perahu. Besarnya tergantung pada kecepatan pe-narikan, arah dan besar arus, serta ukuran dan jum-lah ikan yang tertangkap dan meronta untuk membe-baskan diri.

Jaring insang dioperasikan hampir sepanjang tahun

12310-4

Perubahan Sifat-sifat Fisik . . . Jurnal Penelitian Sains 12 3(D) 12310

pada daerah tropis yang menerima pancaran cahayamatahari yang panjang. Akibatnya, kekuatan putusmatanya akan terdegradasi secara perlahan-lahan[6].Menurut Klust[7], sinar matahari yang berpengaruhpada penurunan kekuatan putus mata jaring insangadalah cahaya ultraungu.

Proses pelapukan jaring akibat cahaya matahari ter-jadi ketika jaring tidak operasikan dan sewaktu di-operasikan. Saat tidak dioperasikan, jaring dijemurdi pantai atau didiamkan saja di atas geladak pe-rahu. Pada keadaan ini jaring terkena cahaya mata-hari langsung terus menerus sepanjang hari. Hal yangsama juga terjadi ketika jaring dioperasikan. Na-mun demikian, pengaruh cahaya matahari terhadapjaring ketika dioperasikan jauh lebih kecil diband-ingkan dengan penjemuran. Penyebabnya, pada saatpengoperasian jaring insang berada sedikit di bawahpermukaan laut. Cahaya yang mengenai permukaanlaut sebagian terpantul oleh permukaan air. Ada-pun cahaya yang menembus permukaan air sebagianterserap oleh partikel-partikel air. Akibatnya, radiasicahaya matahari yang mengenai jaring menjadi jauhberkurang. Menurut Klust[10], radiasi matahari se-makin menurun seiring dengan bertambahnya kedala-man perairan, karena adanya keterbatasan penetrasicahaya saat melewati air. Penetrasi cahaya ultravioletpada air jernih pada kedalaman 1 m hanya 20% danpada kedalaman 5 m tidak terdeteksi lagi.

Pengaruh suhu relatif kecil, karena material pem-buat serat PA − pembentuk jaring insang − lebihbersifat thermoplastic[10]. Namun demikian, jaring se-baiknya terhindar dari penyinaran matahati dan kon-tak dengan permukaan panas yang berlebihan. Sara-vanan[11] menyebutkan bahwa penanganan yang tepatterhadap jaring adalah menyimpannya pada pada ru-ang terlindung pada saat tidak digunakan untuk me-ngurangi efek kerusakan akibat pengaruh langsung ra-diasi matahari.

3.3 Stabilitas Simpul

Stabilitas simpul jaring adalah kemampuan simpul un-tuk mempertahankan bentuknya tanpa terjadi perge-seran[3,7]. Adanya pergeseran pada simpul menye-babkan terjadinya perubahan pada bentuk dan ukuranmata jaring. Ini akan mempengaruhi efektivitas danproduktivitas jaring insang. Jaring dapat menangkapikan dengan ukuran tubuh yang lebih besar atau lebihkecil dari ukuran ikan yang seharusnya tertangkap.

Hasil uji penarikan menunjukkan bahwa stabilitassimpul ke-3 ukuran mata sangat tinggi. Tidak adasatupun simpul yang bergeser, meskipun telah dipakai0, 5, 10, 15 atau 20 tahun. Gaya-gaya eksternal daninternal yang mengenai jaring insang selama pemaka-ian tidak menyebabkan sedikitpun kekenduran padasimpul.

Berdasarkan seluruh hasil uji penarikan, kaki ja-ring tunggal hanya putus pada bagian yang dekatdengan simpul. Posisi ini menjadi bagian terlemahjaring. Ini mungkin disebabkan oleh proses penarikanyang sangat kuat sewaktu dilakukan penjalinan sim-pul di pabrik. Diameter bagian benang yang dekatdengan simpul akan mengecil karena desakan sim-pul. Bagian ini juga mengalami gesekan dengansesama benang sewaktu dilakukan penguatan sim-pul. Dengan demikian, data yang dihasilkan lebihmenggambarkan kekuatan benang jaring. Besarnyasekitar 1/2 kali kekuatan mata jaring. Pada Gambar5 ditunjukkan hubungan antara kekuatan putus be-nang jaring dengan usia pakai jaring.

Gambar 5: Hubungan antara kekuatan putus benangdengan waktu pemakaian

4 KESIMPULAN

Empat kesimpulan dari penelitian ini adalah:

1. Ukuran ke-3 mata jaring setelah usia pakai t =5, 10, 15 dan 20 tahun mengalami peningkatanyang digambarkan dengan persamaan UM2,5” =0, 122t + 6, 106, UM3,0” = 0, 266t + 7, 314, danUM3,5” = 0, 0206t + 8, 486;

2. Kekuatan mata ke-3 ukuran mata jaring sete-lah usia pakai t = 0, 5, 10, 15 dan 20 tahunmengalami penurunan yang besarnya dapat dihi-tung dengan menggunakan persamaan KM2,5” =−1, 51t + 11, 12,KM3,0” = −1, 094t + 11, 10, danKM3,5” = −1, 037t + 10, 83;

3. Stabilitas simpul ke-3 ukuran mata sangat tinggi,karena tidak ada satupun simpul yang lepas; dan

4. Umur teknis ke-3 jaring insang tidak dipengaruhioleh stabilitas simpul, tetapi oleh ukuran dankekuatan mata. Dilihat dari pertambahan ukuranmata, jaring insang dapat dipakai hingga usia 20tahun. Namun demikian, jaring insang sebaiknya

12310-5

Gondo Puspito Jurnal Penelitian Sains 12 3(D) 12310

dipakai tidak lebih dari 5 tahun, karena setelahusia pemakaian tersebut terjadi penurunan keku-atan mata yang sangat besar.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Alam, M., 2001, Analisis data rancangan percobaan,peubah ganda dan riset operasi, Edisi pertama, MatrikConsultant, Bogor

[2] Steel, R.G.D. dan J. H. Torrie, 1980, Prinsip dan prosedurstatistika: Suatu pendekatan biometric, Terjemahan dariPrinciples and procedures of statistic (oleh Sumantri danBambang), PT Gramedia, Jakarta

[3] Murdiyanto, B., 1975, Suatu pengenalan tentang fishinggear material, Proyek Pengembangan Perguruan Tinggi,Institut Pertanian Bogor, Bogor

[4] Robinson, S., 1981, Pengaruh tipe simpul (knot) nylonmultifilament terhadap nilai “knot strength”, KaryaIlmiah (tidak dipublikasikan), Fakultas Perikanan, InstitutPertanian Bogor, Bogor

[5] Wicaksono, Y., 2006, Aplikasi excel dalam menganalisisdata, Seri solusi bisnis berbasis teknologi informasi, PTAlex Media Komputindo, Jakarta

[6] Soeprijono, P., 1973, Serat-serat tekstil, Institut TeknologiTekstil, Bandung

[7] Klust, G., 1983a, Bahan jaring untuk alat penangkapanikan, Terjemahan dari Netting materials for fishing gear(oleh Team BPPI Semarang), Edisi ke-2, BPPI Semarang

[8] Fridman, A.L., 1986, Calculation for fishing gear designs,Fishing News Books Ltd., Cambridge

[9] Ketrinia, R., 1984, Studi perbandingan strength of nettingantara knotted netting nylon 210D/9 dengan knotlessnetting nylon 210D/10, Karya ilmiah (tidakdipublikasikan), Fakultas Perikanan, Institut PertanianBogor

[10] Klust, G., 1983b, Fibre rope for fishing, FAO fishingmanual, Adlard and Son Ltd., Surrey

[11] Saravanan, D., 2007, UV protection textile materials,AUTEX, volume 7, number 1 (pp. 53-62),http://www.autexrj.org

12310-6