Perubahan bentang alam sebagai dampak …elti.fesprojects.net/2012 Mining...

21
Tropenbos International Indonesia Programme TBI INDONESIA Perubahan bentang alam sebagai dampak pertambangan Making Knowledge Work for Forest and People Reklamasi dengan pendekatan bentang alam Petrus Gunarso, PhD Bukit Bangkirai, Samboja 4 Desember 2012

Transcript of Perubahan bentang alam sebagai dampak …elti.fesprojects.net/2012 Mining...

Tropenbos International Indonesia Programme

TBI INDONESIA

Perubahan bentang alam sebagai dampak pertambangan

Making Knowledge Work for Forest and People

Reklamasi dengan pendekatan bentang alam Petrus Gunarso, PhD

Bukit Bangkirai, Samboja 4 Desember 2012

Outline 1. Pendahuluan: Penyebab Utama Perubahan Bentang Alam � Pengelolaan Hutan yang tidak Lestari � Perkembangan Perkebunan Kelapa Sawit � Pertambangan – batubara dengan ‘open pit’ – tambang

terbuka � Infrastruktur

2. Teori - Rehabilitasi, Reklamasi, dan Restorasi 3. Reklamasi areal bekas tambang 4. Reklamasi dengan pendekatan bentang alam 5. Memperluas peran masyarakat 6. Mewujudkan bentang alam yang produktif 7. Kesimpulan

Pendahuluan - 1 • Saat ini kita memiliki wilayah yang hutan yang

mengalami degradasi sangat luas. Hal ini terjadi sebagai akibat dari pengelolaan yang tidak lestari oleh pengelola hutan.

• Produktifitas hutan ini perlu dikembalikan melalui upaya rehabilitasi dan reklamasi.

• Rehabilitasi dan reklamasi hutan merupakan salah satu target pembangunan Kementerian Kehutanan.

Fakta 1. PERKEMBANGAN HPH NASIONAL

HPH aktif : 69 % 62% 55%

Keterangan : *) HPH yang mampu bertahan hanya 139 unit (24%)

*)

Sumber: APHI

Fakta 2: Kebakaran Hutan dan Lahan di Indonesia

NO YEAR HOTSPOT AREA FIRE AREA (ha)

1 1982/1983 East Kalimantan 3,600,000 2

1987 Kalimantan, Sulawesi,

Bali, Nusa Tenggara and Timor

66,000

3 1991

Sumatra, Java, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan

and Sulawesi 500,000

4 1994 Sumatra and Kalimantan 5,400,000 5

1997/1998 Sumatra, Java,

Kalimantan, Sulawesi, and Papua

9,750,000

6 2006

Sumatra, Java, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi, and Maluku

32,198

Source: http://www.bnpb.go.id/userfiles/file/buku/Renas%202010-2014/07_%20BAB%20II%20Gambaran%20Umum%20Kebencanaan.pdf

KALIMANTAN (2000-2010)

Land Cover 2000 (ha)

2005 (ha)

2010 (ha)

Undisturbed Forest 16.924.560 15.575.166 14.070.936

% to total land 31 29 26

Undisturbed Forest In Kalimantan 2000-2010

2000 2005 2010

2000 16.923.560,44

2005 15.575.166,46

2010 14.070.935,95

Pendahuluan-2 • Perkembangan Perkebunan Kelapa Sawit - cukup

menggembirakan jika dipandang dari sisi pertumbuhannya. • Perubahan bentang alam menjadi tanaman monokultur

ditengarai akan rentan terhadap hama dan penyakit. • Sebagian besar ditanam pada wilayah yang dulunya adalah

hutan; apakah dari hutan primer atau dari hutan yang terdegradasi merupakan perdebatan yang terus terjadi di jurnal-jurnal ilmiah

• Kajian kami menunjukkan sebagian besar kebun kelapa sawit berasal dari hutan yang telah terganggu – kelanjutan dari pembukaan hutan sebelumnya.

1990 85,000 ha

2000 737,000 ha

2005 1,096,000 ha

2010 2,897,000 ha

Total Oil Palm :

Fakta 4. Perkembangan Kebun Kelapa Sawit 1990 -2010

Pendahuluan- 3 • Produksi batubara di Kalimantan Timur berkembang dengan

sangat pesat; sebagian besar produksi batubara nasional berasal dari Kalimantan Timur • 2009 produksi 93 juta ton • 2012 diperkirakan sekitar 120 juta ton • Akan dibatasi maksimum 150 juta ton dari target total 220 juta

ton • Perkembangan Pertambangan Batubara dengan tambang

terbuka – open pit; banyak meninggalkan lubang-lubang bekas galian karena reklamasinya belum berjalan dengan baik dan benar.

• Perkembangan reklamasi bekas tambang – di PKP2B dan di IUP masih memprihatinkan.

Fakta 3: Banyak Lubang Menganga Bekas Pertambangan yang Belum Direklamasi

Rehabilitasi dan Reklamasi oleh Pemerintah dan Dorongan Pasar � Upaya rehabilitation hutan telah dilakukan sejak

dimulainya ekploitasi hutan oleh RRL, RLPS, PDASPS. � Kini pemerintah memperkenalkan KBR – Kebun Bibit

Rakyat. � Perusahana juga telah ada yang menerapkan

terobosan dengan silvikultur intensif (intensive silviculture - SILIN’ ) untuk mengatasi regenerasi alami yang lambat. � Sampai saat ini – dorongan pasar untuk memulai

rehabilitasi hutan baru terjadi di Jawa dengan ‘sengon’ dan ‘jabon’ serta ‘jati JUN’.

Inisiatif Masyarakat dan Restorasi berbasis Komunitas � MASBENI – mengarus utamakan kegiatan restorasi bentang

alam di Indonesia

� Forum RE – masih menghadapi tantangan karena tidak adanya insentif dari pemerintah atau bahkan mendapatkan tarif yang sama dengan kegiatan yang bersifat ekstraktif.

� Forum DAS – mempromosikan rehabilitasi di daerah aliran sungai – mewajibkan perusahaan tambang melakukan reklamasi atau rehabilitasi hutan pada daerah aliran sungai yang sama

� GPFLR – gerakan global untuk saling berbagi pengalaman untuk bagaimaana mewujudkan bentang alam yang produktif – dengan pendekatan multidisiplin.

Reklamasi Areal bekas Tambang � Merupakan kewajiban dan terdapat konsekuensi legal jika

tidak dilakukan. Peraturan-2 tentang reklamasi akan diberikan oleh DR Yadi Setiadi � Teknik-teknik bagaimana melakukan reklamasi dengan

baik dan benar – akan diberikan oleh dua pakar reklamasi – DR Yadi Setiyadi dan DR Hery Suhartoyo. � Perhatian terhadap perlunya keanekaragaman hayati

dalam melakukan reklamasi akan diberikan oleh DR Chandra Boer dan DR Sutejo. � Bagaimana proses suksesi terjadi dalam sebuah kegiatan

Reklamasi akan diberikan oleh DR Ishak Yassir.

Reklamasi Dengan Pendekatan Bentang Alam

�Memperhatikan tata ruang nasional, propinsi dan kabupaten �Memperhattikan keterkaitan antar sektor;

kehutanan, pertanian, perkebunan, lingkungan hidup, pertambangan, pariwisata, dsb. �Synergy untuk mendapatkan produktifitas

bentang alam.

Peran Serta Masyarakat � Kemitraan � Government – Community � Company – Community � Community – Community

� Kolaborasi � Memerlukan tokoh – ‘champion’, keterbukaan, keberpihakan

yang jelas, kebersamaan, dan inovasi.

� “Gotong Royong” � Budaya kita yang semakin hari semakin kita tingggalkan –

padahal sangat besar dayanya

Mengapa Perlu Dukungan Komunitas?

� Besaran masalahnya luar biasa – pemerintah sendirian tidak pernah akan mampu mengatasinya. � Dana dan tenaga dari aparatur pemerintahan yang benar-

benar bekerja di tingkat tapak – sangat terbatas. � Jikapun tersedia dana – umumnya hanya untuk kunjungan

singkat atau studi banding dan berjangka pendek serta kurang bersungguh-sungguh � Masih rendahnya kepedulian pemerintah Kabupaten/kota

dan propinsi dalam upaya rehabilitasi dan reklamasi – karena dianggap sebagai ‘cost center’

Bagaimana mewujudkan bentang alam yang produktif?

� Produktif untuk siapa? � Apa tolok ukurnya? – pangan dan air � Siapa pelakunya? – kita semua yang berada di sebuah

bentang alam dan intervensi dari pihak manapun sejauh tujuannya adalah meningkatkan produktivitas bentang alam dan bukan merusaknya. � Menata mosaic bentang alam – dan mengatur

bagaimana mosaic yang paling produktif � Diperlukan kebersamaan, keterbukaan, dan kejujuran

Kesimpulan � Perlu pemahaman mengenai pentingnya produktivitas bentang

alam – untuk mehami mengapa pemerintah mengeluarkan berbagai regulasi untuk rehabilitasi dan reklamasi pasca tambang.

� Regulasi yang ada perlu ditegakkan – agar tujuan rehabilitasi dan reklamasi serta restorasi dapat bermanfaat.

� Ujung tombak di lapangan harus dapat menjadi benteng bagi pencegahan atas bertambah luasnya kerusakan hutan dan lahan.

� Menata mosaic bentang alam – secara multi disiplin akan membantu mewujudkan bentang alam yang lebih produktif.