PERTUMBUHAN EKONOMI DAN KETIMPANGAN …... · Williamson, di dapat bahwa tingkat ketimpangan...
-
Upload
truongkien -
Category
Documents
-
view
240 -
download
1
Transcript of PERTUMBUHAN EKONOMI DAN KETIMPANGAN …... · Williamson, di dapat bahwa tingkat ketimpangan...
i
PERTUMBUHAN EKONOMI DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN ANTAR KECAMATAN DI KABUPATEN KARANGANYAR
TAHUN 2001-2008
Skripsi Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi
Syarat-Syarat untuk Mencapai Gelar sarjana Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh :
ADITYA PRAMULYAWAN
F1106015
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
FAKULTAS EKONOMI
SURAKARTA
2010
ii
ABSTRAK
PERTUMBUHAN EKONOMI DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN
ANTAR KECAMATAN DI KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN 2001-2008
Aditya Pramulyawan F1106015
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui klasifikasi berdasarkan
pertumbuhan ekonomi dan PDRB per kapita Kabupaten Karanganyar, ketimpangan pendapatan di Kabupaten Karanganyar, hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan pendapatan di Kabupaten Karanganyar serta klasifikasi kawasan ketimpangan.
Data yang digunakan adalah data sekunder yang dikumpulkan dari hasil publikasi BPS yang mencakup: Laju Pertumbuhan Ekonomi tahun 2001-2008, Jumlah penduduk Kabupaten Karanganyar tahun 2001-2008, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Karanganyar atas dasar harga konstan tahun 2001-2008, PDRB perkapita Kabupaten Karanganyar atas dasar harga konstan tahun 2001-2008. Klasifikasi kecamatan dihitung menggunakan Tipologi Klassen, sedangkan untuk ketimpangan pendapatan dihitung menggunakan Indeks Williamson, kemudian Korelasi Pearson digunakan untuk mengetahui hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan pendapatan.
Hasil analisis dengan Tipologi Klassen menujukkan bahwa kecamatan di Kabupaten Karanganyar kebanyakan masuk dalam daearah berkembang cepat dan daerah relatif tertinggal. Untuk hasil analisis dengan menggunakan Indeks Williamson, di dapat bahwa tingkat ketimpangan Kabupaten Karanganyar berkisar antara 0,89 sampai dengan 0,92 sehingga hal ini menunjukkan bahwa Kabupaten Karanganyar masuk dalam kawasan ketimpangan besar. Untuk hasil perhitungan dengan menggunakan Korelasi Pearson dapat diketahui bahwa hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan pendapatan adalah tidak signifikan.
Mengacu pada hasil penelitian, maka diajukan beberapa saran kepada Pemerintah Daearah Kabupaten Karanganyar yaitu pertama, mengarahkan atau memprioritaskan perencanaan pembagunan bagi daerah yang relatif tertinggal dengan strategi penanggulangan kemiskinan. Kedua, meningkatkan pertumbuhan ekonomi regional melalui peningkatan PDRB tanpa harus memperbesar ketimpangan pendapatan. Kata kunci : Pertumbuhan Ekonomi (PDRB), Tipologi Klassen, Disparitas
pendapatan, Indeks Williamson (IW), Korelasi Pearson.
iii
iv
v
PERSEMBAHAN
Karya ini aku persembahkan kepada :
ALLAH SWT
Hanya kepada MU kembaliku, semoga Engkau mengampuni segala dosaku
InsyaAllah karya ini adalah jembatan menuju impianku
Dan bimbinglah hamba, agar selalu berada dijalan MU
Karya Sederhana ini ku hadiahkan untuk :
Ayah & Ibuku tersayang, yang senantiasa
mengiringiku dengan doa dan kasih sayang.
Mbah Uti & Adikku
Sobat-sobatku
Almamaterku
vi
MOTTO
“Ketahuilah bahwa kemenagan akan datang bersama kesabaran, jalan keluar akan
datang bersama kesulitan, dan kemudahan itu ada bersama kesusahan”
(Rasulullah SAW)
”Barang siapa mengurangi satu kesulitan saudaranya sewaktu di dunia, maka
Allah akan mengurangi kesulitan-kesulitannya pada hari qiyamat kelak ”.
(Al-Hadits)
”Kebahagiaan itu terdapat pada pengorbanan, menahan keinginan pribadi,
pencurahan segala upaya, dan mencegah semua bahaya, serta jauh dari sifat
egoisme dan balas dendam”
(A’idh Al-Qorni)
” Jadikanlah kelemahan menjadi suatu kelebihan yang dsapat bermanfaat
bagi diri sendiri dan juga orang lain”
(Penulis)
vii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena
atas bimbingan dan petunjuk-Nya penulis selalu diberikan kekuatan dan
keteguhan iman dan kepercayaan diri sehingga dapat menyelesaikan karya kecil
ini, penulisan skripsi yang berjudul PERTUMBUHAN EKONOMI DAN
KETIMPANGAN PENDAPATAN ANTAR KECAMATAN DI
KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN 2001-2008.
Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi salah satu syarat guna
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Selebihnya, penulis berharap skripsi ini bisa menjadi bahan perbandingan atau
referensi bagi penelitian-penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan
ketimpangan pendapatan.
Penulis menyadari bahwa di balik penyusunan skripsi ini terdapat banyak
orang-orang luar biasa yang memberikan bantuan, petunjuk, dan bimbingan serta
motivasi kepada penulis, sehingga dalam kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Bapak Drs. Sutanto, MSi selaku dosen Pembimbing yang telah berkenan
memberikan waktunya untuk membimbing, mengarahkan dan memotivasi
penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
2. Bapak Prof. Dr. Bambang Sutopo, M. Com, Ak selaku dekan Fakultas
Ekonomi UNS.
3. Bapak Drs. Agustinus Suryantoro, M.Si selaku Pembimbing Akademik.
viii
4. Bapak Drs. Kresno Saroso Pribadi, M.Si selaku Kepala Jurusan Ekonomi
Pembangunan FE UNS.
5. Ibu Izza Mafruhah, SE, Msi selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi
Pembangunan FE UNS.
6. Keluarga dan teman-temanku yang selalu sabar memberikan dukungan dan
doa untuk menyelesaikan skripsi ini.
7. Seluruh Dosen di Fakultas Ekonomi, terimakasih telah membimbing saya dan
memberi saya tambahan ilmu yang sebelumnya tidak pernah terbayangkan.
Staf Karyawan Fakultas Ekonomi Universitas sebelas Maret, terima kasih
telah melayani kami hingga kami beranjak keluar dari Fakultas tercinta.
Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna, oleh karena
itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun. Apabila ada
kesalahan, penulis juga memohon maaf, karena manusia tempat salah dan
dosa. Demikianlah, semoga skripsi ini bisa bermanfaat.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Surakarta, 15 April 2007.
Aditya Pramulyawan
ix
Many Thank’s to :
ALLAH SWT, segala puji bagi Nya yang Maha Pengasih dan Maha
Penyayang, yang telah memberi begitu banyak kenikmatan dan banyak
memberi kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini...
Kedua Orang tuaku. Bapak, terima kasih atas segala dukungan yg diberikan.
Terima kasih banyak atas segala yang telah kau ajarkan padaku mengenai
hidup ini. Ibu, makasih sudah banyak mendoakanku.
Drs. Sutanto, MSi, yang telah meluangkan waktunya untuk bimbingan skripsi.
Drs. Hari Murti, MSi dan Drs. Supriyono, MSi yang telah meluangkan waktu
untuk menjadi penguji.
Buat Mbah Uti, makasih buat segala nasihat-nasihatna, kemudian buat adikku
Buat temen2ku EP 06 or IncHa-InChI ComUniTy :
Erma(akhuirnya Ma, stlah pejuangan yang berat, disertai tangisan, terbayar
juga semuanya, heheeeee),Dani(temen q yg puaaaliiiing keren, banyak bnget
yo pengalamanmu),Vina(cepet dirampungke skripsine Vin, jo dolan
wae),Puji(gmana skripsimu kok jrng kliatan),Pipit(Kpan2 ke Tasikmadu n
rumahmu ya ? kan deket... ), Satrio(berwibawa bngt yo dirimu), Iyus(ndang
nyusul pendadaran,Trus gmana kbar si CempluK ), Agus“Bocil“(Cil, yen wis
rampung skripsiane kabar2 ya..,dolan2 bareng meneh yo.),
Yohan(Jrene toe kyo artis to<wuuee’>heeee...., ndang rampungke skripsine),
Anggun(temen ku yg pling intelek abeeeees n seneng jaim),Danang(woi,,,,,g
teu kliatan , pacaran + nge-mig- trus mesti ),
Mami Tisna(Mam, duluan yo, jo lali q lo, kpan2 padu meneh ya, msh kangen
ma Lab PP gak?),Febri(Gwe suka gaya loe, jangan pnah bosen gojegan mbi q
yo ),Fetri(yang suka cinlok ki, temen seperjuangan deg-degan, tp kyke
wsudane cpetan kmu,heeee.....), Nisa(gmana kbarmu buk, kok hilang/, kerja
terus mesti), Danu(skrng kmu sibuk bngt to),Feni(Kok g pnah kliatan),
x
Hadi(Si prof yg nge BAND bngt), Hanif(kamu itu kliatan misterius, heeee...
ayo jd tenis gak),Ayu (kpan2 traktir buah naga ya, Sragen aman to? Cpet
pendadran ya),Wida (Skripsimu smpe ke Sumatera to, jauh banget)
Sidiq (Gmana skripsimu Diq, kok g pnah maen kekampus?),
Susan ( temen sperjuangan bingungnya daftar ciiiieeee ujiana dpet A ki),Nurul
(cpet ujian Nur, kan dah jadi skripsine to),Wiwin (Wiiiiiiin, ndang rampungke
skripsimu. Kapan ya bs gojegan lg ky Lab PP dulu), Andi (pertama kali q
knal anak EP, yoe kwe iku),Yuli (Yanto, ratakandani ..... ☺, raja nge MIG
ki),Yudi (ayo Yud, semangat kuliahna), Wawan(tak kandake yen toe........ ya,
kapan dolan mahmu). N sory ya lo q bnyak slah ma kalian, maapin
yaaaa................
Eko 04,Lindung 05,Pras 05, Catur 05,Handoko 05, Sonny 07 n kakak n adik tingkat
yang laena, trims dah dibagi-bagi pengalamana.
Wat sohib-sohib di rumah:
Imam(ayo Mam ndang garap skripsine), Happy(kapan nikah?heee....),Fajar
(Mg2 ktularan cpet dpet kerjaan) Full Magic TensClub Mr.Warno, Agung,
Frury (sory yen slama ki kalian tak dadeke pelampiasan wktu tenes), M Deni
Indra (awakmu saiki keren), D’Ayo’& D’ David (si kecil sumber inspirasi),
Iim, Yudhi, Bashori n Zulkifli( seneng dah temenen ma kalian),Milu (kerja
dimana toe?? Mg2 q cpet ktularan ndang kerja ya )
Pegawai BPS yang sudah mau direpoti tanya-tanya ttg data
Mksh juga bwt Supra Biru yang slalu jd partner q kemana mana, wat
komputer ma si printer yang dah mbantu skripsi q slama ni,
Kemudian semua sahabat, teman, dan kawan yang belum dapat ku tuliskan
satu per satu, percayalah jika aku tuliskan semua disini skripsi ini akan
berjudul UcApan TeRimA kAsIH ToK. Terimakasih atas waktu,
kebersamaan, dan cerita yang dapat aku tuliskan bersama kalian dalam cerita
kehidupanku.
xi
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK .......................................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................. iii
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................. iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................... v
MOTTO............................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ......................................................................... vii
DAFTAR ISI ....................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................... xiii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1
B. Perumusan Masalah ................................................................ 7
C. Tujuan Penelitian .................................................................... 8
D. Manfaat Penelitian .................................................................. 8
BAB II : KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori ....................................................................... 10
1. Pertumbuhan Ekonomi ..................................................... 10
2. Pertumbuhan Ekonomi Regional....................................... 12
3. Pengertian Disparitas ........................................................ 17
4. Ketimpangan Pembangunan Daerah ................................. 18
5. Penyebab Ketimpangan /Disparitas ................................... 18
xii
6. Penaggulangan Disparitas Wilayah ................................... 25
7. Pendapatan Regional ........................................................ 30
B. Penelitian Terdahulu ............................................................... 39
C. Kerangka Pemikiran .............................................................. 42
D. Hipotesis Penelitian ............................................................... 44
BAB III : METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian ...................................................... 45
B. Jenis dan Sumber Data ............................................................ 45
C. Definisi Operasional Variabel ................................................. 46
D. Alat Analisis Data .................................................................. 47
BAB IV : ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Daerah Penelitian ....................................... 53
B. Analisis Data dan Pembahasan................................................ 58
1. Tipologi Klassen................................................................ 58
2. Indeks Williamson ............................................................. 66
3. Korelasi Pearson ............................................................... 72
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ............................................................................ 74
B. Saran ...................................................................................... 76
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
I.1 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Tengah dan Nasional
Tahun 2004-2008........................................................................................2
I.2 PDRB dan PDRB per Kapita Atas Dasar Harga Konstan
Tahun 2000 Menurut Kecamatan Di Kabupaten Karanganyar
Tahun 2008.................................................................................................6
IV.1 Luas Wilayah Kecamatan di Kabupaten Karanganyar ...........................54
IV.2 Jumlah Penduduk Kecamatan di Kabupaten Karanganyar
Tahun 2001-2008.....................................................................................56
IV.3 Jumlah Penduduk Kabupaten Karanganyar
Tahun 2001-2008......................................................................................57
IV.4 PDRB Atas Dasar Harga Konstan dan Pertumbuhan Ekonomi
Kabupaten Karanganyar Tahun 2001-2008 .............................................58
IV.5 Rata-rata PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 dan
Laju Pertumbuhan Tahun 2001-2008......................................................60
IV.6 Hasil analisis Tipologi Klassen Kecamatan di Kabupaten
Karanganyar Berdasarkan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000
Tahun 2001-2008......................................................................................60
IV.7 Klasifikasi Kecamatan Di Kabupaten Karanganyar
Menurut Tipologi Klassen Tahun 2001-2008...........................................65
IV.8 Indeks Williamson Kabupaten Karanganyar
Tahun 2001-2008.....................................................................................66
xiv
IV.9 Indeks Williamson Kabupaten Karanganyar
Tanpa Kecamatan Jaten Tahun 2001-2008.............................................70
IV.10 Korelasi Pearson Antara Pertumbuhan Ekonomi
dan Ketimpangan Pendapatan................................................................72
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Skema Kerangka Pemikiran....................................................................... 42
4.1 Indeks Williamson Kabupaten Karanganyar
Tahun 2001-2008.........................................................................................67
4.2 Indeks Williamson Kabupaten Karanganyar
Tanpa Kecamatan Jaten Tahun 2001-2008...................................................69
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pertumbuhan ekonomi adalah perubahan tingkat kegiatan ekonomi dari
tahun ke tahun, oleh karena itu untuk mengetahui tingkat pertumbuhan
ekonomi harus menghitung laju pertumbuhan ekonomi. Sedangkan
pertumbuhan ekonomi pada prinsipnya harus dinikmati penduduk, maka
pertumbuhan ekonomi yang tinggi belum tentu dapat dinikmati penduduk jika
pertumbuhan penduduk jauh lebih tinggi (Suseno, 1990:35).
xvi
Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu perubahan tingkat kegiatan
ekonomi yang berlangsung dari tahun ke tahun (Sadono, 1985:19). Untuk
mengetahui tingkat pertumbuhan ekonomi harus dibandingkan pendapatan dari
berbagai tahun yang dihitung berdasarkan harga berlaku atau harga konstan.
Sehingga perubahan dalam nilai pendapatan hanya disebabkan oleh suatu
perubahan dalam tingkat kegiatan ekonomi. Suatu perekonomian dikatakan
mengalami suatu perubahan akan perkembangannya apabila tingkat kegiatan
ekonomi adalah lebih tinggi dari pada yang dicapai pada masa sebelumnya.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator
untuk menunjukkan tingkat pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Indikator
tersebut tidak hanya menunjukan bagaimana hasil-hasil pembangunan tersebut
didistribusikan dan siapa saja yang sesungguhnya menikmati pertumbuhan
ekonomi tetapi seberapa jauh pembangunan telah berhasil menyejahterakan
masyarakatnya. Tingkat pertumbuhan dari 33 provinsi yang ada di Indonesia
dalam kurun waktu lima tahun yaitu selama periode 2004 – 2008, menunjukkan
bahwa pada tahun 2005 laju pertumbuhan menunjukkan angka 5,38%, tahun
2006 sebesar 5,18%, kemudian tahun 2007 sebesar 5,67% dan merupakan laju
pertumbuhan tertinggi dari tahun 2004-2008, serta pada tahun 2008 sebesar
5,59. Dalam kurun waktu lima tahun tersebut pertumbuhan Provinsi Jawa
Tengah dirasa cukup stabil, karena tidak ada perubahan yang mencolok.
Kemudian untuk pertumbuhan PDRB Jawa Tengah dalam kurun waktu yang
sama juga tidak mengalami perbedaan yang mencolok, hal ini terlihat dari
tahun 2005-2008 pertumbuhan PDRB Jawa Tengah berkisar 5%.
xvii
Tabel I.1 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Tengah dan Nasional
Tahun 2004-2008
Tahun Provinsi Jawa Tengah 33 Provinsi
PDRB adhk 2000 Pertumbuhan PDRB adhk 2000 Pertumbuhan ( % ) ( % )
2004 135,789,872.31 - 1,604,036,087.33 - 2005 143,051,213.88 5,35 1,690,311,332.78 5,38 2006 150,682,654.75 5,33 1,777,950,133.39 5,18 2007 159,110,253.77 5,59 1,878,738,648.38 5,67 2008 167,790,369.85 5,46 1,983,833,965.19 5,59
Sumber: PDRB menurut Provinsi, diolah
Keterangan : adhk = atas dasar harga konstan
Dalam rangka mewujudkan pembangunan nasional yang ada di Indonesia
agar tepat sasaran, maka pembangunan daerah yang merupakan bagian integral
dari pembangunan nasional diarahkan untuk pengembangan daerah.
Pembangunan yang ada di daerah harus disesuaikan dengan prioritas dan
potensi yang dimiliki karena setiap daerah tentu memiliki potensi yang berbeda.
Setiap daerah dituntut untuk mampu mengolah potensi yang dimiliki guna
meningkatkan kemampuan daerah agar tidak tertinggal dengan daerah lain.
Pembangunan ekonomi merupakan upaya dari suatu bangsa untuk
meningkatkan kesejahteraan rakyatnya melalui pemanfaatan sumber daya yang
ada. Usaha-usaha pembangunan baik yang menyangkut sektoral maupun
regional telah banyak memberikan hasil-hasilnya yang dapat dirasakan oleh
seluruh lapisan masyarakat. Pembangunan sendiri bukanlah tujuan melainkan
alat untuk menurunkan kemiskinan dan mengurangi disparitas distribusi
pendapatan. Jadi berkurangnya ketidakmerataan distribusi pendapatan
merupakan inti dari pembangunan. Jika pertumbuhan ekonomi yang tinggi
tidak diikuti pemerataan hasil-hasil pembangunan kepada seluruh golongan
xviii
masyarakat, maka hal tersebut tidak ada manfaatnya dalam mengurangi
disparitas pendapatan (Grisvia, 2003:1)
Dalam Kuncoro (2004) Kuznets menyatakan bahwa pada awal
pembangunan ekonomi, perbedaan laju pertumbuhan ekonomi yang besar
mengakibatkan kesenjangan dalam distribusi pendapatan antar propinsi.
Namun, dalam jangka panjang, pada saat kondisi ekonomi mencapai tingkat
kedewasaan (maturity), perbedaan laju pertumbuhan output antar propinsi
cenderung akan mengecil bersamaan dengan meningkatnya pendapatan
perkapita rata-rata di setiap propinsi. Pada akhirnya akan menghilangkan
kesenjangan ekonomi antar daerah.
Pembangunan daerah dapat menjadi suatu jembatan dalam realisasi
pembangunan nasional. Persoalan ketimpangan antar daerah, misalnya,
merupakan salah satu pokok permasalahan dari berbagai persoalan besar
lainnya yang hingga kini masih terus-menerus diagendakan. Tidak kurang
mulai dari sekedar tuntutan peningkatan porsi keuangan daerah hingga gerakan
pembangkangan yang mengarah pada ancaman pemisahan dari wilayah
kesatuan Indonesia akhir-akhir ini semakin gencar dilakukan berbagai
kalangan.
Pembangunan daerah tidak hanya melihat pertumbuhan ekonomi saja
tetapi juga ketimpangan pendapatan daerah. Ketimpangan pendapatan daerah
terjadi disebabkan oleh adanya konsentrasi kegiatan ekonomi, perbedaan
alokasi investasi, tingkat mobilitas faktor produksi antar daerah, perbedaan
sumber daya alam, perbedaan kondisi demografis, kurang lancarnya
perdagangan (Tambunan, 2001: 191)
xix
Selama ini pemerintah pusat terlalu memikirkan kepentingan dirinya
ketimbang kepentingan daerah. Padahal, untuk mewujudkan kepentingan pusat,
tidak terhitung lagi seberapa besar sumber-sumber kekayaan daerah yang telah
diberikan. Sementara, pola-pola pendistribusian hasil-hasil pembangunan yang
selama ini dilakukan dianggap masih kurang sepadan yang mengakibatkan
adanya ketimpangan daerah. Dari sebagian daerah, ketidakadilan yang
dirasakan, diperparah oleh minimnya perbaikan program-program pemerataan.
Yang terlihat, meskipun secara konseptual pembangunan selalu menjadi salah
satu prioritas pembangunan, tetapi jurang pemisah antara pusat dan daerah
semakin melebar, sehingga dikotomi pusat dan daerah pun lambat laun menjadi
semakin menebal. Secara sederhana, segenap nilai kegiatan ekonomi baik
berupa produksi barang maupun jasa suatu daerah dalam satu satuan waktu
(tahun) dapat dijadikan indikator.
Dalam hal demikian, perhitungan nilai Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) yang dijadikan acuan. Pendekatan demikian secara agregatif
menunjukkan kemampuan suatu daerah dalam menghasilkan pendapatan atau
balas jasa kepada faktor-faktor produksi yang ikut berpartisipasi dalam proses
produksi di daerah tersebut. Perhitungan total PDRB yang dibagi dengan
jumlah penduduk tiap-tiap propinsi memang menggambarkan kekayaan
daerah dari sudut produksi dan kegiatan ekonomi. Namun, apakah kekayaan
propinsi juga menjadi kekayaan penduduknya, itu soal lain lagi. Pasalnya,
tidak semua kegiatan ekonomi dimiliki oleh masyarakat disuatu daerah. Bisa
saja suatu daerah hanya menjadi tempat terjadinya kegiatan ekonomi, yang
kepemilikannya justru datang dari luar. Atau, sumber daya alam berada di
xx
daerah tersebut, namun segala produk dan kegiatan ekonominya diatur oleh
korporasi global dan oleh pemerintah pusat. Sehingga hasilnya pun lebih
banyak yang ditarik keluar daerah tersebut atau ke pemerintah pusat di
Jakarta. Dengan kata lain, manfaat dan alokasi investasi dari keuntungan
dinikmati olek pemilik modal, sedangkan penarikan sebagian besar
keuntungan bagi hasil dan pajak dinikmati oleh pemerintah pusat, untuk itu
salah satu gambaran riil mengenai kemakmuran penduduk bisa digunakan
tingkat konsumsi per kapita.
Tabel I.2 PDRB dan PDRB per Kapita
Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Menurut Kecamatan Di Kabupaten Karanganyar Tahun 2008
No
Kecamatan
PDRB PDRB per Kapita Nilai* % Nilai
1 Jatipuro 113.841,21 2,31 2.997.398,82 2 Jatiyoso 99.262,03 2,02 2.461.245,40 3 Jumapolo 144.625,70 2,94 3.050.660,26 4 Jumantono 158.772,76 3,23 3.263.906,98 5 Matesih 153.024,52 3,11 3.329.153,10 6 Tawangmangu 195.945,29 3,98 4.353.662,63 7 Ngargoyoso 110.324,55 2,24 3.128.531,87 8 Karangpandan 184.815,48 3,76 4.294.439,11 9 Karanganyar 357.245,77 7,26 4.738.384,58 10 Tasikmadu 216.369,17 4,40 3.876.819,43 11 Jaten 1.568.144,22 31,86 22.251.386,55 12 Colomadu 203.533,93 4,14 3.369.153,43 13 Gondangrejo 324.853,45 6,60 4.782.531,51 14 Kebakkramat 586.288,83 11,91 9.974.291,11 15 Mojogedang 221.929,31 4,51 3.275.226,02 16 Kerjo 174.226,13 3,54 4.681.358,76 17 Jenawi 124.256,90 2,52 4.498.801,66 18 Jumlah 4.921.454,72 100.00 5.709.165,40
Sumber : Karanganyar dalam Angka Tahun 2009 Catatan : *Dalam Jutaan Rupiah
xxi
Kabupaten Karanganyar mempunyai 17 Kecamatan yang meliputi 177
desa/kelurahan Tiap Kecamatan mempunyai nilai PDRB dan juga tingkat
pertumbuhan ekonomi yang berbeda-beda. Dari Tabel I.2 Dapat dilihat bahwa
terdapat perbedaan pada masing-masing daerah yang cukup mencolok, dimana
PDRB Kecamatan Jaten sebesar Rp 1.568.144,22 juta (31,86%) dan PDRB
Kecamatan Kebakkramat sebesar Rp 586.288,83 juta (11,91). Sedangkan
PDRB daerah-daerah lain berkisar antara Rp 1 triliun sampai Rp 3,5 triliun,
kemudian juga terdapat kecamatan yang kurang dari Rp 1 triliun yaitu Kecamatan
Jatiyoso.
PDRB perkapita di Kabupaten Karanganyar semakin meningkat
jumlahnya dari tahun ke tahun. Beberapa kecamatan yang ada di Kabupaten
Karanganyar memiliki PDRB perkapita yang cukup tinggi, ini disebabkan
karena mayoritas pusat-pusat perkonomian dan kegiatan ekonomi
terkonsentrasi di kecamatan ini. Dilihat dari nilai PDRB perkapitanya
Kecamatan Jaten mempunyai nilai PDRB perkapita yang sangat tinggi,
bahkan sekitar tiga kali lipat dari nilai dari Kabupaten Karanganyar. Akan
tetapi, perbedaan yang mencolok terjadi pada daerah lain, karena daerah-
daerah lain tersebut hanya memiliki nilai PDRB perkapita yang hanya
mempunyai kira-kira setengah dari nilai PDRB perkapita Kabupaten
Karanganyar, seperti daerah Jatipuro, Jatiyoso.
Berangkat dari latar belakang tersebut, akan dilakukan suatu penelitian
dengan judul “Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan Pendapatan
Antar Kecamatan Di Kabupaten Karanganyar Tahun 2001-2008”
xxii
B. Perumusan Masalah :
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka dalam penelitian ini dapat
dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana Klasifikasi kecamatan-kecamatan yang ada di Kabupaten
Karanganyar berdasarkan pertumbuhan ekonomi dan PDRB perkapita
menurut Tipologi Klassen?
2. Bagaimanakah tingkat ketimpangan pendapatan antar kecamatan di
Kabupaten Karanganyar?
3. Adakah hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan
pendapatan antar kecamatan di Kabupaten Karanganyar?
4. Kecamatan manakah yang berada pada kawasan ketimpangan besar,
kawasan ketimpangan sedang dan kawasan ketimpangan kecil?
C. Tujuan Penelitian :
Berdasarkan latar belakang masalah dan perumusan diatas maka tujuan
yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui Klasifikasi kecamatan-kecamatan yang ada di
Kabupaten Karanganyar berdasarkan pertumbuhan ekonomi dan PDRB
perkapita menurut Tipologi Klassen.
2. Untuk mengetahui tingkat ketimpangan pendapatan antar kecamatan di
Kabupaten Karanganyar.
3. Untuk mengetahui adakah hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan
ketimpangan pendapatan antar kecamatan di Kabupaten Karanganyar.
xxiii
4. Untuk mengetahui kecamatan mana saja yang berada pada kawasan
ketimpangan besar, kawasan ketimpangan sedang dan kawasan
ketimpangan kecil.
D. Manfaat Penelitian
a. Bagi Instansi Terkait
Hasil penelitian diharapkan dapat dipergunakan oleh Pemerintah
Kabupaten Karanganyar sebagai bahan pengambilan kebijakan dalam
pengalokasian dana pembangunan kepada kecamatan sesuai dengan
kondisi alamnya yang dapat dikembangkan.
b. Bagi Peneliti
Dapat menambah wawasan serta pengetahuan masalah ketimpangan
pendapatan di suatu daerah.
c. Bagi Peneliti Lain.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi dari studi
pustaka bagi penelitian selanjutnya.
xxiv
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Pertumbuhan Ekonomi
Menurut Simon Kuznets, pertumbuhan ekonomi suatu negara adalah
sebagai kenaikan kapasitas dalam jangka panjang dari negara yang
bersangkutan untuk menyediakan berbagai barang dan jasa ekonomi kepada
penduduknya. Kenaikan kapasitas tersebut ditentukan oleh adanya
kemajuan teknologi, institusional atau kelembagaan dan ideologis terhadap
barbagai keadaan yang ada (Todaro, 200: 144). Dari ketiga komponen
pokok tersebut, dapat dilihat ringkasannya untuk mengetahui definisinya,
a. Kenaikan output secara berkesinambungan adalah manifestasi atau
perwujudan dari apa yang disebut sebagai pertumbuhan ekonomi,
sedangkan kemampuan menyediakan berbagia jenis barang itu sendiri
xxv
merupakan tanda kematangan ekonomi (economic maturity) di suatu
negara yang bersangkutan.
b. Perkembangan teknologi merupakan dasar bagi berlangsungnya suatu
pertumbuhan ekonomi secara berkesinambungan, ini adalah suatu
kondisi yang sangat diperlukan, tetapi tidak cukup ini saja (jadi
disamping perkembangan atau kemajuan teknologi masih ditentukan
sektor-sektor yang lain).
c. Usaha mewujudkan potensi pertumbuhan yang terkandung di dalam
teknologi baru, maka perlu diadakan serangkaian penyesuaian
kelembagaan, sikap dan teknologi. Inovasi di bidang teknologi tanpa
diikuti inovasi sosial, sama halnya dengan lampu pijar tanpa listrik
(potensi ada, tetapi tanpa input komplementernya maka hal itu tidak
bisa membuahkan hasil apapun).
Profesor Kuznets (dalam Todaro, 1994:117) juga mengemukakan
enam karakteristik atau ciri proses pertumbuhan ekonomi sebagai berikut:
a) Tingkat pertambahan output perkapita dan pertambahan penduduk yang
tinggi
b) Tingkat kenaikan total produktivitas faktor yang tinggi, khususnya
produktivitas tenaga kerja
c) Tingkat transformasi struktural ekonomi yang tinggi
d) Tingkat transformasi sosial dan ideologi yang tinggi
e) Adanya kecenderungan daerah yang mulai atau sudah maju
perekonomiannya untuk berusaha menambah bagian-bagian daerah
lainnya sebagai daerah pemasaran dan sumber bahan baku
xxvi
f) Terbatasnya penyebaran pertumbuhan ekonomi yang hanya mencapai
sepertiga bagian penduduk dunia.
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan prosesnya yang bekelanjutan
merupakan kondisi utama bagi kelangsungan pembangunan ekonomi.
Karena penduduk bertambah terus dan berarti kebutuhan ekonomi juga
bertambah terus, maka dibutuhkan penambahan pendapatan setiap tahun.
Hal ini hanya bisa didapat lewat penigkatan output agregat (barang dan
jasa) atau Produk Domestik Bruto (PDB) setiap tahun. Dalam pengertian
ekonomi makro, pertumbuhan ekonomi adalah pertumbuhan PDB yang
berarti juga pertumbuhan pendapatan perkapita (Tambunan, 2001: 3). Akan
tetapi, para teoritikus ilmu ekonomi pembangunan masa kini, masih terus
menyempurnakan makna, hakikat dan konsep pertumbuhan ekonomi. Para
teoritikus tersebut menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi tidak hanya
diukur dengan pertambahan PDB dan PDRB saja, tetapi juga diberi bobot
yang bersifat immaterial seperti kenikmatan, kepuasan dan kebahagiaan
dengan rasa aman dan tentram yang dirasaka masyarakat luas
(Arsyad,1999).
Menurut Boediono (1985), pertumbuhan ekonomi adalah proses
kenaikan output perkapita dalam jangka panjang. Di sini, proses mendapat
penekanan karena mengandung unsur dinamis. Menurut ekonom klasik
maupun ekonom neoklasik (dalam Sukirno, 1985) pada dasarnya ada empat
faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi yaitu:
1) Jumlah penduduk
2) Jumlah stok barang modal
xxvii
3) Luas tanah dan kekayaan alam
4) Tingkat teknologi yang digunakan
2. Pertumbuhan Ekonomi Regional
Menurut Sjafrizal (2008, 85) teori pertumbuhan ekonomi regional
merupakan bagian penting dalam analisa ekonomi regional. Alasannya
adalah karena pertumbuhan merupakan salah satu unsur utama dalam
pembangunan ekonomi regional dan mempunyai kebijakan yang cukup
luas. Sasaran utama analisa pertumbuhan ekonomi regional ini adalah untuk
menjelaskan mengapa suatu daerah dapat tumbuh cepat dan ada juga daerah
yang tumbuh lambat. Selain itu, analisa pertumbuhan ekonomi regional ini
juga dapat menjelaskan mengapa terjadi ketimpangan pembangunan
ekonomi antar wilayah. Sangat disadari bahwa proses pembangunan bukan
hanya ditentukan oleh aspek ekonomi saja, tetapi sedemikian jauh
pertumbuhan ekonomi merupakan unsur penting dalam proses
pembangunan daerah. Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi sampai saat
ini masih merupakan target utama dalam rencana pembangunan wilayah.
Target pertumbuhan ekonomi ternyata sangat bervariasi sesuai dengan
potensi ekonomi yang dimiliki oleh masing-masing daerah. Melalui
pertumbuhan ekonomi daerah yang cukup tinggi tersebut diharapkan
kesejahteraan masyarakat secara bertahap akan dapat ditingkatkan.
Terdapat teori-teori tentang pertumbuhan ekonomi daerah dalam
Arsyad (1999) sebagai berikut :
a. Teori Ekonomi Neo Klasik
xxviii
Peranan teori ekonomi neo klasik tidak terlalu besar dalam menganalsis
pembangunan daerah (regional) karena teori ini tidak memiliki dimensi
spasial yang signifikan. Namun demikian, teori ini memberikan 2 kosep
pokok dalam pembangunan ekonomi daerah yaitu keseimbangan
(equilibrium) dan mobilitas faktor produksi. Artinya, sistem
perekonomian akan mencapai keseimbangan alamiahnya jika modal
bisa mengalir tanpa restriksi (pembatasan). Oleh karena itu, modal akan
mengalir dari daerah yang berupah tinggi menuju kedaerah yang
berupah rendah.
b. Teori Basis Ekonomi (Economy Base Theory)
Teori basis ekonomi ini menyatakan bahwa faktor penetu utama
pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah berhubungan langsung
dengan permintaan akan barang dan jasa dari luar daerah. Perumbuhan
industri-industri yang menggunakan sumber daya lokal, termasuk
tenaga kerja dan bahan baku untuk diekspor, akan menghasilkan
kekayaan daerah dan penciptaan peluang kerja (job creation).
Strategi pembangunan daerah yang muncul yang didasarkan pada teori
ini adalah penekanan terhadap arti penting bantuan (aid) kepada dunia
usaha yang mempunyai pasar secara nasional maupun internasional.
Implementasi kebijakannya mencakup pengurangan hambatan/batasan
terhadap perusahaan-perusahaan yang berorientasi ekspor yang ada dan
akan didirikan di daerah tersebut.
Kelemahan model ini adalah bahwa model ini didasarkan pada
permintaan eksternal bukan internal. Pada akhirnya akan menyebabkan
xxix
ketergantungan yang sangat tingi terhadap kekuatan-kekuatan pasar
secara nasional maupun global. Nmaun demikian, model ini sangat
berguna untuk menentukan keseimbangan antara jenis-jenis industri dan
sektor yang dibutuhkan masyarakat untuk mengembangkan stabilitas
ekonomi.
c. Teori Lokasi
Para ekonomi regional sering mengatakan bahwa ada 3 faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan daerah yaitu : lokasi, likasi dan lokasi.
Pernyataan tersebut sangat masuk akal jika dikaitkan dengan
pengembangan kawasan industri. Perusahaan cenderung untuk
meminimumkan biayanya dengan cara memilih lokasi yang
memaksimumkan peluangnya untuk mendekati pasar. Model
pengembangan industri kuno menyatakan bahwa lokasi yang terbaik
adalah biaya yang termurah anatar bahan baku dengan pasar.
Tentu saja banyak variabel lainnya yang mempengaruhi kualitas atau
suitabilitas suatu lokasi misalnya upah tenaga kerja, biaya energi,
ketersediaan pemasok, komunikasi, fasilitas-fasilitas pendidikan dan
latihan (diklat), kualitas pemerintah daerah dan tanggung jawabnya dan
sanitasi. Perusahaan-perusahaan yang berbeda membutuhkan
kombinasi-kombinasi yang berbeda pula atas faktor-faktor tersebut.
Oleh karena itu, seringkali masyarakat berusaha untuk memanipulasi
biaya dari faktor-faktor tersebut untuk menarik perusahaan-perusahaan
industri.
xxx
Keterbatasan dari teori lokasi ini pada saat sekarang adalah bahwa
teknologi dan komunikasi modern terlah mengubah signifikasi suatu
lokasi tertentu untuk kegiatan produksi dan distribusi barang,
d. Teori Tempat Sentral
Teori tempat sentral (central place theory) menganggap bahwa ada
hirarki tempat (hierarchy of places). Setiap tempat sentral didukung
oleh sejumlah tempat yang lebih kecil yang menyediakan sumber daya
(industri dan bahan baku). Tempat sentral tersebut merupakan suatu
pemukiman yang menyediakan jasa-jasa bagi penduduk daearh yang
mendukungnya.
Teori tempat sentral ini bisa diterapkan pada pembangunan ekonomi
daerah, baik di daerah perkotaan maupun pedesaan. Misalnya perlunya
melakukan pembedaan fungsi antara daerah-daerah yang bertetangga
(berbatasan). Beberapa daerah bisa menjaadi wilayah penyedia jasa
sedangkan lainnya hanya sebagai daearh pemukiman. Seorang ahli
pembangunan ekonomi dareha dapat membantu masyarakat untuk
mengembangkan peranan fungsional mereka dalam sistem daearah.
e. Teori Kausasi Kumulatif
Kondisi daerah-daerah sekitar kota yang semakin buruk menunjukkan
konsep dasar dari tesis kausasi kumulatif (cumulative causation) ini.
Kekuatan-kekuatan pasar cenderung memperparah kesenjangan antara
daerah-daearah tersebut (maju versus terbelakang). Daerah yang maju
mengalami akumulasi keunggulan kompetitif dibanding daerah-daerah
lainnya. Hal ini yang disebut Myrdal (1957) sebagai back-wash effects.
xxxi
f. Model Daya Tarik
Teori daya tarik industri adalah model pembangunan ekonomi yang
paling banyak digunakan oleh masyarakat. Teori ekonomi yang
mendasarinya adalah bahwa suatu masyarakat dapat memperbaiki posisi
pasarnya terhadap industrialis melalui pemberian subsidi insentif.
3. Pengertian Disparitas
Disparitas pembangunan antar wilayah merupakan aspek yang biasa
terjadi dalam kegiatan ekonomi suatu daerah. Disparitas atau ketimpangan
ini pada dasarnya disebabkan oleh adanya perbedaan sumber daya alam dan
letak demografi yang terdapat pada masing-masing wilayah. Berdasarkan
Berdasarkan perbedaan yang ada, kemampuan setiap daerah untuk
mendorong pembangunan juga semakin berbeda antara daerah satu dengan
daerah lainnya. Oleh sebab itu, tidak mengherankan apabila pada setiap
daerah terdapat wilayah yang maju (Developed Region) dan daerah yang
kurang maju (Undeveloped Region). Adanya disparitas antar daerah ini,
membawa implikasi pada kesejahteraan masyarakat antar daerah
(Sjafrizal,2008:104)
Simon Kuznetz menyatakan bahwa, pada tahap awal pertumbuhan
ekonomi, distribusi pendapatan cenderung memburuk, namun pada tahap
selanjutnya distribusi pendapatan di suatu daerah tersebut cenderung akan
membaik. Hal ini yang biasa disebut dengan kurva Kuznetz ” U-terbalik”,
xxxii
karena perubahan waktu (time series) dalam distribusi pendapatan seperti
uang diukur misalnya koefisien Gini, akan tampak seperti kurva berbentuk
U-terbalik (Todaro,2003:240)
4. Ketimpangan Pembangunan Daerah
Berdasarkan trend dalam distribusi pendapatan, ketimpangan
pendapatan ini bisa dikelompokkan menjadi empat kelompok, yaitu
(Kuncoro, 2000: 118):
a. Ketimpangan Kota dan Desa
Ketimpangan kota dan desa yaitu ketimpangan distribusi pendapatan
masyarakat di kota dan di desa.
b. Ketimpangan Regional
Ketimpangan regional yaitu ketimpangan distribusi pendapatan antar
wilayah atau daerah.
c. Ketimpangan Interpersonal
Ketimpangan interpersonal yaitu ketimpangan distribusi pendapatan
masing-masing individu (personal).
d. Ketimpangan Antar Kelompok Sosial Ekonomi
Ketimpangan antar kelompaok social ekonomi yaitu ketimpangan
distribusi pendapatan dilihat dari tingkat pendidikan. Semakin tinggi
tingkat pendidikannya maka semakin besar pendapatan yang diperoleh.
5. Penyebab Ketimpangan /Disparitas
Menurut Irma Adelman dan Cynthia Taft Morris (1973) dalam
Arsyad 1992, 174 penyebab ketidakmerataan adalah :
xxxiii
1. Pertambahan penduduk yang tinggi mengakibatkan menurunnya
pendapatan perkapita.
2. Inflasi, dimana pendapatan uang bertambah tetapi tidak diikuti secara
proporsional dengan pertambahan produksi barang-barang.
3. Ketidakmerataan pembangunan antar daerah.
4. Investasi yang sangat banyak dalam proyek-proyek yang padat modal
(capital intensive), sehingga pemerataan pendapatan modal dari harta
tambahan lebih besar dibandingkan persentase pendapatan yang berasal
dari kerja, hal ini menyebabkan pengangguran bertambah.
5. Rendahnya mobilitas sosial.
6. Pelaksanaan kebijaksanaan industri subtitusi impor yang mengakibatkan
kenaikan harga-harga barang hasil industri untuk melidungi usaha-usaha
golongan kapitalis.
7. Memburuknya nilai tukar bagi NSB dalam perdagangan dengan negara-
negara maju, sebagai akibat ketidakelastisan permintaan negara-negara
terhadap barang-barang ekspor NSB.
8. Hancurnya industri-industri kerajinan rakyat seperti pertukangan,
industri rumah tangga dan lain-lain.
Beberapa faktor utama yang menyebabkan terjadinya disparitas
antar wilayah adalah:
a. Perbedaan Kandungan Sumber Daya Alam
Penyebab pertama yang mendorong disparitas atau ketimpangan
antar wilayah adalah adanya perbedaan yang sangat besar dalam
kandungan sumber daya alam pada masing-masing daerah.
xxxiv
Sebagaimana diketahui bahwa perbedaan kandungan sumber daya alam
di Indonesia ternyata cukup besar. Ada daerah yang memiliki
kandungan minyak dan gas, tetapi ada juga daaerah yang tidak
memiliki. Ada daerah yang memiliki deposit batubara yang cukup besar,
tapi daerah lain tidak. Demikian juga dengan tingkat kesuburan lahan
yang sangat bervariasi sehingga mempengaruhi upaya untuk mendorong
pembangunan pertanian pada masing-masing daerah.
Perbedaan kandungan sumber daya alam ini jelas akan
mempengaruhi kegiatan produksi pada daerah yang bersangkutan.
Daerah dengan kandungan sumber daya alam yang cukup tinggi akan
dapat memproduksi barang-barang tertentu dengan biaya relatif murah
dibandingkan dengan daerah lain yang mempunyai kandungan sumber
daya alam lebih rendah. Kondisi ini mendorong pertumbuhan ekonomi
daerah yang bersangkutan menjadi lebih cepat. Sedangkan daerah lain
yang mempunyai kandungan sumber daya alam lebih kecil hanya akan
dapat memproduksi barang-barang dengan biaya produksi lebih tinggi.
Kondisi ini mendorong pertumbuhan ekonomi daerah yang
bersangkutan menjadi lebih lambat. Dengan demikian terlihat bahwa
perbedaan sumber daya alam ini dapat mendorong terjadinya
ketimpangan pembangunan antar wilayah yang lebih tinggi pada suatu
daerah.
b. Pebedaan Kondisi Demografi
xxxv
Faktor utama lainnya yang juga dapat mendorong terjadinya
disparitas antar wilayah adalah bilamana terdapat perbedaan kondisi
demografis yang cukup besar antar daerah. Kondisi demografis yang
dimaksudkan disini meliputi perbedaan tingkat pertumbuhan dan
struktur kependudukan, pebedaan tingkat pendidikan dan kesehatan
perbedaan kondisi ketenagakerjaan dan perbedaan dalam tingkah laku
dan kebiasaan serta etos kerja yang dimiliki masyarakat di daerah yang
bersangkutan.
Kondisi demografis ini akan dapat mempengaruhi ketimpangan
antar wilayah karena hal ini akan berpengaruh terhadapa produktivitas
kerja pada masyarakat di daerah yang bersangkutan. Daerah dengan
kondisi demografis yang baik akan cenderung mempunyai produktivitas
kerja yang lebih tinggi sehingga hal ini akan mendorong peningkatan
investasi yang selanjutnya akan meningkatkan peningkatan penyediaan
lapangan kerja dan pertumbuhan ekonomi daerah yang bersangkutan.
Sebaliknya, apabila suatu daerah tertentu kondisi demografisnya kurang
baik akan menyebabkan relatif rendahnya produktivitas kerja
masyarakat setempat yang menimbulkan kondisi yang kurang menarik
bagi penanaman modal sehingga pertumbuhan ekonomi daerah
bersangkutan akan menjadi lebih rendah.
c. Kurang Lancarnya Mobilitas Barang dan Jasa
xxxvi
Kurang lancarnya mobilitas barang dan jasa dapat pula
mendorong terjadinya peningkatan disparitas atau ketimpangan antar
wilayah. Mobilitas barang dan jasa ini meliputi perdagangan antara
daerah dan migrasi baik yang disponsori pemerintah (transmigrasi) atau
migrasi yang spontan. Alasannya adalah karena apabila mobilitas
tersebut kurang lancar maka kelebihan produksi suatu daerah tidak
dapat dijual kedarah lain yang membutuhkan. Demikian pula halnya
dengan migrasi yang kurang lancar menyebabkan kelebihan tenaga
kerja suatu daerah tidak dapat dimanfaatkan oleh daerah lain yang
sangat membutuhkannya. Akibatnya, ketimpangan antar wilayah akan
cenderung tinggi karena kelebihan suatu daerah tidak dapat
dimanfaatkan daerah lain yang membutuhkan, sehinnga daerah
terbelakang sulit mendorong proses pembangunannya. Oleh sebab itu,
tidak mengherankan apabila disparitas/ ketimpangan antar daerah akan
cenderung tinggi pada negara yang sedang berkembang dimana
mobilitas barang dan jasa kurang lancar dan masih terdapatnya beberapa
daerah yang terisolir.
d. Konsentrasi Kegiatan Ekonomi Wilayah
Terjadinya konsentrasi kegiatan ekonomi yang cukup tinggi pada
wilayah tertentu jelas akan mempengaruhi disparitas antar wilayah.
Pertumbuhan ekonomi daerah akan cenderung lebih cepat dimana
terdapat konsentrasi kegiatan ekonomi yang cukup besar. Kondisi
tersebut selanjutnya akan mendorong proses pembangunan daerah
melalui peningkatan penyediaan lapangan kerja dan tingkat pendapatan
xxxvii
masyarakat. Demikian pula sebaliknya, bilamana konsentrasi kegiatan
ekonomi pada suatu daerah relatif rendah yang selanjutnya juga
mendorong terjadinya pengangguran dan rendahnya tingkat pendapatan
masyarakat sekitar.
Konsentrasi kegiatan ekonomi tersebut dapat disebabkan oleh
beberapa hal. Pertama, karena terdapatnya sumber daya alam yang lebih
banyak di daerah tertentu, misalnya minyak bumi, gas, batu bara dan
bahan mineral lainnya. Disamping itu terdapatnya lahan yang subur juga
turut mempengaruhi, khususnya menyangkut dengan pertumbuhan
pertanian. Kedua, meratanya fasilitas transportasi baik darat, laut dan
udarajuga turut mempengaruhi konsentrasi kegiatan antar daerah.
Ketiga, kondisi demografis atau kependudukan juga ikut mempengaruhi
karena kegiatan ekonomi akan cenderung terkonsentrasi dimana sumber
daya manusia tersedia dengan kualitas yang lebih baik.
e. Alokasi Dana Pembangunan Antar Wilayah
Tidak dapat ditolak bahwa investasi merupakan salah satu yang
sangat menentukan pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Karena itu,
daerah yang dapat alokasi investasi yang lebih besar dari pemerintah
atau dapat menarik lebih banyak investasi swasta akan cenderung
mempunyai tingkat pertumbuhan ekonomi daerah yang lebih cepat.
Kondisi ini tentunya akan dapat pula mendorong proses pembangunan
daerah melalui penyediaan lapangan kerja yang lebih banyak dan
tingkat pendapatan perkapita yang lebih tinggi. Demikian pula
xxxviii
sebaliknya terjadi, bilamana investasi pemerintah dan swasta yang
masuk kesuatu daerah ternyata lebih rendah.
Alokasi investasi pemerintah ke daerah lebih banyak ditentukan
oleh sistem pemerintahan daerah yang dianut. Apabila sistem
pemerintahan yang dianut bersifat sentralistik, maka alokasi dana
pemerintah akan cenderung lebih banyak dialokasikan pada pemerintah
pusat, sehingga ketimpangan antar wilayah akan cenderung tinggi. Akan
tetapi, sebaliknya bilamana sistem pemerintahan yang dianut adalah
otonomi atau federal, maka dana pemerintah akan lebih banyak
dialokasikan ke daerah sehingga ketimpangan antara wilayah akan
cenderung lebih rendah.
Tidak demikian halnya dengan investasi swasta yang lebih
banyak ditentukan oleh kekuatan pasar. Dalam hal ini kekuatan yang
berperan banyak dalam menarik investasi swasta ke suatu daerah
adalah keuntungan lokasi yang dimiliki oleh suatu daerah. Sedangkan
keuntungan lokasi tersebut ditentukan pula oleh biaya transport baik
untuk bahan baku maupun hasil produksi yang harus dikeluarkan
pengusaha, perbedaan upah buruh, konsentrasi pasar, tingkat persaingan
usaha dan sewa tanah. Termasuk dalam keuntungan lokasi ini adalah
keuntungan aglomerasi yang timbul karena terjadinya konsentrasi
beberapa kegiatan ekonomi terkait pada suatu daerah tertentu. Karena
itu, tidaklah mengherankan bilamana investasi cenderung lebih banyak
terkonsentrasi di daerah perkotaan dibandingkan dengan daerah
xxxix
pedesaan. Kondisi ini menyebabkan daerah perkotaan cenderung
tumbuh lebih cepat dibandingkan daerah pedesaan.
6. Penaggulangan Disparitas Wilayah
Kebijakan dan upaya untuk menaggulangi disparitas/ketimpangan
wilayah sangat ditentukan oleh faktor yang menentukan terjadinya
ketimpangan tersebut. Kebijakan yang dimaksudkan disini adalah upaya
yang dilakukan oleh pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah
daerah yang dapat dilakukan dalam rangka penaggulangan ketimpangan
antar daerah. Kebijakan tersebut antara lain adalah (Sjafrizal,2005: 121):
a) Penyebaran Pembangunan Prasarana Pembangunan
Sebagaimana telah dibahas sebelumnya, bahwa salah satu
penyebab disparitas/ketimpangan antar wilayah adalah karena adanya
perbedaan kandungan sumber daya alam yang cukup besar antar daerah.
Sementara itu, proses perdagangan dan mobilitas faktor-faktor produksi
antar daerah juga turut mendorong terjadinya ketimpangan antarwilayah
tersebut. Karena itu, kebijakan yang dapta dilakukan untuk mengurangi
ketimpangan tersebut adalah dengan memperlancar mobilitas barang dan
faktor produksi antar daerah.
Upaya untuk mendorong kelancaran mobilitas barang dan faktor
produksi antar daerah dapat dilakukan melalui penyebaran pembangunan
prasarana dan sarana keseluruh pelosok wilayah. Prasarana perhubungan
yang dimaksudkan disini adalah fasilitas jalan, terminal dan pelabuhan
laut guna mendorong proses perdagangan antar daerah. Sejalan dengan
hal tersebut jaringan dan fasilitas telekomunikasi juga sangat penting
xl
untuk dikembangkan agar tidak ada daerah yang terisolir dan tidak dapat
berkomunikasi dengan daerah lainnya. Disamping itu, pemerintah perlu
pula mendorong berkembangnya sarana perhubungan seperti perusahaan
angkutan antar daerah dan fasilitas telekomunikasi. Apabila hal ini dapat
dilakukan maka ketimpangan pembangunan antar wilayah akan dapat
dikurangi karena usaha perdagangan dan mobilitas faktor produksi,
khususnya investasi akan dapat lebih diperlancar. Dengan demikian,
daerah yang kurang maju akan dapat pula meningkatkan kegiatan
perdagangan dan investasi di daerahnya, sehingga kegiatan dan
penyediaan lapangan kerja akan dapat pula ditingkatkan. Hal ini akan
dapat mendorong proses pembangunan pada daerah yang kurang maju.
b)Mendorong Transmigrasi dan Migrasi Spontan
Untuk mengurangi disparitas/ketimpangan antar wilayah,
kebijakan dan upaya lain yang dapat dilakukan adalah mendorong
pelaksanaan transmigrasi dan migrasi spontan. Transmigrasi adalah
perpindahan penduduk ke daerah yang kurang berkembang dengan
menggunakan fasilitas dan dukungan pemerintah. Sedangkan migrasi
spontan adalah perpindahan penduduk yang dilakukan secara sukarela
dengan menggunakan biaya sendiri. Melalui proses transmigrasi dan
migrasi spontan ini, kekurangan tenaga kerja yang dialami daerah
terbelakang akan dapat pula diatasi sehingga proses pembangunan daerah
yang bersangkutan akan dapat pula digerakkan.
Indonesia sudah sejak lama melaksanakan program transmigrasi ini
untuk mencapai dua tujuan sekaligus.Pertama, program transmigrasi ini
xli
dilakukan untuk dapat mengurangi kepadatan penduduk yang ada di
pulau Jawa yang telah memicu peningkatan pengangguran dan
kemiskinan. Kedua, program transmigrasi tersebut juga dilakukan dalam
rangka mendorong proses pembangunan di daerah terbelakang yang
menjadi tujuan transmigrasi sehingga lahan yang luas tetapi belum dapat
dimanfaatkan karena keterbatasan tenaga kerja akan dapat diatasi.
Dengan digerakkannya kegiatan pertanian melalui pemanfaatan tenaga
transmigran tersebut, maka kegiatan ekonomi pada daerah terbelakang
tujuan transmigrasi akan dapat ditingkatkan sehingga ketimpangan
pembangunan antar wilayah akan dapat dikurangi.
c) Pengembangan Pusat Pertumbuhan
Kebijakan lain yang dapat dilakukan untuk mengurangi
ketimpangan pembangunan antar wilayah adalah melalui pengembangan
pusat pertumbuhan (Growth Poles) secara terukur. Kebijakan ini
diperkirakan akan dapat mengurangi disparitas antar wilayah karena
pusat pertumbuhan tersebut menganut konsep konsentrasi dan
desentralisasi secara sekaligus. Aspek konsentrasi diperlukan agar
penyebaran kegiatan pembangunan tersebut dapat dilakukan dengan
dengan terus mempertahankan tingkat efisiensi usaha yang sangat
diperlukan untuk pengembangan usaha tersebut. Sedangkan konsep
desentralisasi dimaksudkan agar penyebaran pembangunan antar daerah
dapat dilakukan sehingga disparitas pembangunan pembangunan antar
wilayah akan dapat dikurangi.
xlii
Penerapan konsep pusat pertumbuhan ini untuk mendorong proses
pembangunan daerah dan sekaligus untuk dapat mengurangi ketimpangan
pembangunan antar wilayah, hal ini dapat dilakukan melalui
pembangunan pusat-pusat pertumbuhan pada kota-kota skala kecil dan
menengah. Dengan cara demikian kota-kota dengan skala kecil dan
menengah akan berkembang sehingga kegiatan pembangunan dapat lebih
disebarkan ke pelosok daerah. Sedangkan usaha untuk mengurangi
ketimpangan antar wilayah melalui peningkatan pembangunan daerah
pedesaan sering gagal dilakukan karena hal ini tidak dapat
mempertahankan efisiensi karena lokasinya yang sangat terpencar.
Disamping itu, pemilihan lokasi kegiatan ekonomi di daerah pedesaan
juga seringkali tidak memenuhi persyaratan ekonomi dari segi analisa
keuntungan lokasi yang dapat mendukung usaha bersangkutan.
d) Pelaksanaan Otonomi Daerah
Pelaksanaan otonomi derah dan desentralisasi pembangunan juga
dapat digunakan untuk mengurangi tingkat ketimpangan antar wilayah.
Hal ini jelas, karena dengan dilaksanakannya otonomi daerah dan
desntralisasi pembangunan daerah termasuk daerah terbelakang akan
dapat lebih digerakkan karena ada wewenang yang berada pada
pemerintah daerah dan masyarakat setempat. Dengan adanya
kewenangan tersebut, maka berbagai inisiatif dan aspirasi masyarakat
untuk menggali potensi daerah akan dapat lebih digerakkan.Apabila hal
ini dapat dilakukan maka proses pembangunan daerah secara keseluruhan
xliii
akan dapat lebih ditingkatkan dan secara bersamaan ketimpangan antar
wilayah akan dapat dikurangi.
Pemerintah Indonesia telah melakukan otonomi daerah dan
desentralisasi pembangunan mulai tahun 2001 yang lalu. Melalui
kebijakan ini, pemerintah daerah diberikan kewenangan yang lebih besar
dalam mengelola kegiatan pembangunan di daerahnya masing-masing
(desentralisasi pembangunan). Sejalan dengan hal tersebut masing-
masing daerah juga diberika tambahan alokasi dana yang diberikan
dalam bentuk “Block Grant” berupa Dana Perimbangan.yang terdiri dari
Dana Bagi Hasil Pajak dan sumber daya alam, Dana Alokasi Umum
(DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK). Dengan cara demikian
diharapkan pelaksanaan etonomi daerah dan desentralisasi pembangunan
akan dapat berjalan baik dan berjalan lancar sehingga proses
pembangunan daerah dapat ditingkatkan dan ketimpangan antar wilayah
secara bertahap akan dapat dikurangi.
7. Pendapatan Regional
7.1. Konsep dan Definisi Pendapatan Regional
Berbagai konsep dan definisi yang biasa dipakai dalam membicarakan
pendapatan regional menurut Tarigan (2005: 18) adalah sebagai berikut:
1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas Dasar Harga Pasar
xliv
Produk domestik regional bruto atas dasar harga pasar adalah
jumlah nilai tambah bruto (gross value added) yang timbul dari seluruh
sektor perekonomian di wilayah itu. Yang dimaksud dengan nilai tambah
bruto adalah nilai produksi (output) dikurangi dengan biaya antara
(intermediate cost). Nilai tambah bruto mencakup komponen-komponen
faktor pendapatan (upah dan gaji, bunga, sewa tanah dan keuntungan),
penyusutan, dan pajak tidak langsung neto. Jadi, dengan menghitung nilai
tambah bruto dari masing-masing sektor dan menjumlahkannya akan
menghasilkan produk domestik regional bruto atas dasar harga pasar.
2. Produk Domestik Regional Neto (PDRN) atas Dasar Harga Pasar
Produk domestik regional neto atas dasar harga pasar adalah
produk domestik regional bruto atas dasar harga pasar dikurangi
penyusutan. Penyusutan yang dimaksud adalah nilai susut (aus) atau
pengurangan nilai barang-barang modal (mesin-mesin, peralatan,
kendaraan dan lainnya) karena barang modal tersebut terpakai dalam
proses produksi atau karena faktor waktu. Jika nilai susut barang-barang
modal dari seluruh sektor ekonomi dijumlahkan, hasilnya merupakan
penyusutan keseluruhan.
3. Produk Domestik Regional Neto (PDRN) atas Dasar Biaya Faktor
PDRN atas dasar biaya faktor adalah PDRN atas dasar harga pasar
dikurangi pajak tak langsung neto. Pajak tidak langsung meliputi pajak
penjualan, bea ekspor, bea cukai dan pajak lain-lain, kecuali pajak
pendapatan dan pajak perseroan. Pajak tidak langsung dari unit-unit
produksi dibebankan pada pembeli hingga langsung berakibat menaikkan
xlv
harga barang di pasar. Berlawanan dengan pajak tidak langsung yang
berakibat menaikkan harga barang, subsidi yang diberikan pemerintah
kepada unit-unit produksi terutama unit-unit produksi yang dianggap
penting untuk memenuhi kebutuhan masyarakat luas, akan menurunkan
harga pasar. Dengan demikian, pajak, pajak tidak langsung dan subsidi
mempunyai pengaruh yang berlawanan terhadap harga barang dan jasa
(output produksi). Besarnya pajak tidak langsung dikurangi subsidi
dalam perhitungan pendapatan regional disebut pajak tidak langsung
neto. Kalau produk domestik regional neto atas dasar harga pasar
dikurangi dengan pajak tidak langsung neto, hasilnya adalah produk
domestik regional neto atas dasar biaya faktor.
4. Pendapatan Regional
Pendapatan regional neto adalah produk domestik regional neto
atas dasar biaya faktor dikurangi aliran dana yang mengalir keluar
ditambah aliran dana yang mengalir masuk. Produk domestik regional
neto atas dasar biaya faktor, merupakan jumlah dari pendapatan berupa
upah dan gaji, bunga, sewa tanah dan keuntungan yang timbul, atau
merupakan pendapatan yang berasal dari kegiatan di wilayah tersebut.
Akan tetapi, pendapatan yang dihasilkan tersebut, tidak seluruhnya
menjadi pendapatan penduduk daerah setempat. Hal itu disebabkan ada
sebagian pendapatan yang diterima oleh penduduk daerah lain, misalnya
suatu perusahaan yang modalnya dimiliki orang luar, tetapi perusahaan
tadi beroperasi di daerah tersebut. Dengan sendirinya keuntungan
perusahaan itu sebagian akan menjadi milik orang luar, yaitu milik orang
xlvi
yang mempunyai modal. Sebaliknya, kalau ada penduduk daerah
menanamkan modalnya di luar daerah maka sebagian keuntungan
perusahaan akan mengalir ke daerah tersebut, dan menjadi pendapatan
dari pemilik modal. Produk domestik regional neto atas dasar biaya
faktor dikurangi pendapatan yang mengalir keluar dan ditambah
pendapatan yang mengalir masuk hasilnya merupakan produk regional
neto, yaitu merupakan jumlah pendapatan yang benar-benar diterima
(income receipt) oleh seluruh penduduk yang tinggal di daerah tersebut.
Akan tetapi, untuk mendapatkan angka-angka tentang pendapatan yang
mengalir keluar/masuk suatu daerah (yang secara rasional dapat
diperoleh dari neraca pembayaran luar negeri) masih sangat sukar
diperoleh pada saat ini. Produk regional neto terpaksa belum dapat
dihitung dan untuk sementara produk domestik regional neto atas dasar
biaya faktor dianggap sama dengan pendapatan pendapatan regional
(tanpa kata neto). Pendapatan regional dibagi jumlah penduduk yang
tinggal di daerah itu, hasilnya adalah pendapatan perkapita.
5. Pendapatan Perorangan (Personal Income) dan Pendapatan Siap
Dibelanjakan (Disposible Income)
Apabila pendapatan regional (regional income) dikurangi: pajak
pendapatan perusahaan (corporate income taxes), keuntungan yang tidak
dibagikan (undistributed profit), iuran kesejahteraan sosial (social
security contribution), ditambah transfer yang diterima oleh rumah
tnagga pemerintah, bunga neto atau utang pemerintah, sama dengan
pendapatan perorangan (personal income). Apabila pendapatan
xlvii
perorangan dikurangi pajak pendapatan perorangan, pajak rumah tangga/
PBB dan transfer yang dibayarkan oleh rumah tangga akan sama dengan
pendapatan yang siap dibelanjakan (Disposible Income). Dengan susunan
ini terlihat bahwa pendapatan perorangan merupakan pendapatan yang
diterima rumah tangga. Ternyata tidak seluruh pendapatan regional
diterima oleh rumah tangga. Pajak pendapatan perusahaan diterima oleh
pemerintah, keuntungan yang tidak dibagikan ditahan di perusahaan-
perusahaan, dan dana jaminan sosial dibayar kepada instansi yang
berwenang. Akan tetapi, sebaliknya rumah tangga masih menerima
tambahan berupa transfer payments baik dari pemerintah maupun
perusahaan dan bunga neto atas utang pemerintah. Apabila pendapatan
perorangan dikurangi dengan pajak yang langsung dibebankan kepada
rumah tangga dan hibah yang diberikan oleh rumah tangga, hasilnya
merupakan pendapatan yang siap dibelanjakan (disposable income).
6. Pendapatan Regional atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan
Seperti telah diuraikan diatas, angka pendapatan regional dalam
beberapa tahun menggambarkan kenaikan dan penurunan tingkat
pendapatan masyarakat di daerah tersebut. Kenaikan/penurunan dapat
dibedakan menjadi dua faktor berikut :
a. Kenaikan/penurunan riil, yaitu kenaikan/penurunan tingkat
pendapatan yang tidak dipengaruhi oleh faktor perunbahan harga.
Apabila terjadi kenaikan riil pendapatan penduduk berarti daya beli
xlviii
penduduk di daerah tersebut meningkat, misalnya mampu membeli
barang yang sama kualitasnya dalam jumlah yang lebih banyak.
b. Kenaikan/penurunan pendapatan yang disebabkan adanya faktor
perubahan harga. Apabila terjadi kenaikan pendapatan yang hanya
disebabkan inflasi (menurunnya nilai beli uang) maka walaupun
pendapatan meningkat tetapi jumlah barang yang mampu dibeli
belum tentu meningkat. Perlu dilihat mana yang meningkat lebih
tajam, tingkat pendapatan atau tingkat harga.
Oleh karena itu, untuk mengetahui kenaikan pendapatan yang
sebenarnya (riil), faktor inflasi harus dikeluarkan terlebih dahulu.
Pendapatan regional yang di dalamnya masih ada unsur inflasinya
dinamakan pendapatan regional atas dasar harga berlaku. Sedangkan
pendapatan regional dengan faktor inflasi yang sudah ditiadakan
merupakan pendapatan regional atas dasar harga konstan. Untuk
mengetahui apakah daya beli masyarakat meningkat atau tidak,
pendapatannya harus dibandingkan delam nilai konstan. Dengan alasan
inilah maka pendapatan regional perlu disajikan dalam dua bentuk, yaitu
atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan.
Harga konstan artinya harga produk didasarkan atas harga pada
tahun tertentu. Tahun yang dijadika patokan harga disebut tahun dasar
untuk penentuan harga konstan. Jadi, kenaikan pendapatan hanya
disebabkan oleh meningkatnya jumlah fisik produksi, karena harga
dianggap tetap (konstan). Akan tetapi, pada sektor jasa yang harus tidak
memiliki unit produksi, nilai produksidinyatakan dalam harga jual. Oleh
xlix
karena itu, harga jual harus dideflasi dengan menggunakan indeks inflasi
atau deflator lain yang dianggap lebih sesuai. Laju perumbuhan ekonomi
umumnya diukur dari kenaikan nilai konstan.
7.2. Metode Perhitungan Pendapatan Regional
Metode perhitungan pendapatan regional pada tahap pertama dapat
dibagi menjadi dua metode, yaitu metode langsung dan metode tidak
langsung. Metode langsung adalah perhitungan dengan menggunakan
data daerah atau data asli yang menggambarkan kondisi daerah dan digali
dari sumber data yang ada di daerah itu sendiri. Hal ini berbeda dengan
metode tidak langsung yang menggunakan data dari sumber nasional
yang dialokasikan ke masing-masing daerah. Metode langsung dapat
dilakukan dengan mempergunakan tiga macam cara, yaitu pendekatan
produksi, pendekatan pendapatan dan pendekatan pengeluaran.
Metode tidak langsung adalah perhitungan dengan mengalokasikan
pendapatan nasional menjadi pendapatan regional memakai berbagai
macam indikator, antara lain jumlah produksi, jumlah penduduk, luas dan
areal, sebagai alokatornya (Tarigan, 2005:23 ).
1. Metode Langsung
a. Pendekatan produksi
Pendekatan produksi adalah perhitungan nilai tambah barang dan jasa
yang diproduksi oleh suatu kegiatan/sektor ekonomi dengan cara
mengurangkan biaya antara dari total nilai produksi bruto sektor atau
subsektor tersebut. Pendekatan ini banyak digunakan untuk
memperkirakan nilai tambah dari sektor/kegiatan yang produksinya
l
berbentuk fisik/barang, seperti pertanian, pertambangan dan industri
sebagainya. Nilai tambah merupakan selisih antara nilai produksi
(output) dan nilai biaya antara (intermediate cost), yaitu bahan
baku/penolong dari luar yang dipakai dalam proses produksi. Sektor
jasa yang menerima pembayaran atas jasa yang diberikannya (sesuai
dengan harga pasar), masih bisa dihitung dengan pendekatan produksi.
Akan tetapi, akan lebih mudah apabila dihitung dengan pendekatan
pendapatan. Jika perhitungannya akurat maka kedua pendekatan itu
semestinya memberikan hasil yang sama. Nilai tambah itu sama dengan
balas jasa atas ikut sertanya berbagai faktor produksi dalam proses
produksi.
b. Pendekatan Pendapatan
Dalam pendekatan pendapatan, nilai tambah dari setiap kegiatan
ekonomi diperkirakan dengan menjumlahkan semua balas jasa yang
diterima faktor produksi, yaitu upah dan gaji dan surplus usaha,
penyusutan dan pajak tidak langsung neto. Pada sektor pemerintahan
dan usaha yang sifatnya tidak mencari untung, surplus usaha tidak
diperhitungkan. Surplus usaha meliputi bunga yang dibayarkan neto,
sewa tanah dan keuntungan. Metode pendekatan pendapatan banyak
dipakai pada sektor jasa, tetapi tidak dibayar setara harga pasar,
misalnya sektor pemerintahan. Hal ini disebabkan kurang lengkapnya
data dan tidak adanya metode yang akurat yang dapat dipakai dalam
mengukur nilai produksi dan biaya antara dari berbagai kegiatan jasa,
li
terutama kegiatan yang tidak mengutip biaya. Selain itu, kutipan sering
kali tidak menggambarkan harga yang sebenarnya untuk pelayanan
yang mereka berikan, misalnya sektor pendidikan dan rumah sakit.
c. Pendekatan Pengeluaran
Pendekatan dari segi pengeluaran adalah menjumlahkan nilai
pengguanaan akhir dari barang dan jasa yang diproduksi di dalam
negeri. Kalau dilihat dari segi penggunaan maka total
penyediaan/produksi barang dan jasa itu digunakan untuk:
1) Konsumsi rumah tangga
2) Konsumsi lembaga swasta yang tidak mencari uang
3) Konsumsi pemerintah
4) Pembentukan modal tetap bruto (investasi)
5) Perubahan stok
6) Ekspor neto
Ekspor neto adalah ekspor dikurangi total impor. Total penyediaan
(total barang dan jasa yang tersedia) di dalam negeri adalah total yang
diproduksi ditambah impor dikurangi ekspor. Karena yang akan
dihitung hanya nilai barang dan jasa yang berasal dari produksi dalam
negeri saja maka total konsumsi harus dikurangi dengan nilai impor
kemudaian ditambah dengan nilai ekspor. Perubahan stok adalah selisih
kondisi awal tahun dengan akhir tahun dari barang/bahan yang ada
dalam penyimpanan/pergudangan para pedagang/produsen ataupun stok
dalam proses produksi. Harus dihitung berapa yang digunakan untuk
lii
masing-masing item. Penjumlahan dari keenam unsur penggunaan
tersebut merupakan produk domestik regional bruto.
2. Metode Tidak Langsung
Metode tidak langsung adalah suatu cara mengalokasikan produk
domestik bruto dari wilayah yang lebih luas ke masing-masing bagian
wilayah, misalnya mengalokasikan PDB Indonesia ke setiap provinsi
dengan menggunakan alokasi tertentu, alokator yang dapat digunakan,
yaitu
1. Nilai produksi bruto atau neto setiap sektor/subsektor.
2. Jumlah produksi fisik.
3. Tenaga kerja.
4. Penduduk.
5. Alat ukur tidak langsung.
Dengan menggunaka salah satu atau kombinasi dari beberapa alokator
dapat diprhitugkan persentase bagian masing-masing provinsi terhadap
nilai tambah setiap sektor dan subsektor. Metode ini terkadang terpaksa
digunakan karena adanya kegiatan usaha yang lokasinya ada di
beberapa wilayah, sedangkan pencatatan yang lengkap hanya dilakukan
di kantor pusat. Misalnya, laba perusahaan tidak tercatat pada masing-
masing wilayah melainkan hanya tercatat di kantor pusat.
B. Penelitian Terdahulu
Kajian terdahulu menyebutkan kecenderungan yang ditemukan
beberapa pakar tentang disparitas/ ketimpangan diantaranya.
liii
Agus Eko Prasetyo pada tahun 2007 dalam penelitiannya yang
berjudul ”Analisis Ketimpangan Daerah Di Propinsi Jawa Tengah Tahun
1998-2004”, dengan menggunakan alat analisis Indeks Gini, Indeks Kuznets,
Indeks Oshima dan Indeks Williamson. Untuk menguji indeks-indeks tersebut,
digunakan Uji Hipotesis Mean dan Uji Hipotesisi Dua Mean. Kemudian untuk
menghitung pengaruh variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat
digunakan alat analisis regresi berganda yang dilengkapi dengan Uji t, Uji F
dan Koefisien Determinasi. Hasil analisis menunjukkan bahwa dalam analisis
Indeks Gini, Indeks Kuznets dan Indeks Oshima pada era sebelum otonomi
daerah dan selama otonomi daerah terdapat ketimpangan pendapatan rendah
yaitu rata-rata 0,2555 untuk Indeks Gini, 0,3657 untuk Indeks Kuznets dan
0,3031 untuk Indeks Oshima.Tetapi berdasarkan Indeks Williamson
menunjukkan ketimpangan pendapatan daerah yang cukup tinggi yaitu 0,7672
untuk rata-rata ketimpanga sebelum otonomi, dan 0,7693 umtuk rata-rata
selama daerah Dari hasil analisis regresi berganda menunjukkan bahwa
PDRB, PAD, PKP (Pengeluaran Konsumsi Penduduk), IKM (Indeks
Kemiskinan Manusia) berpengaruh terhadap Indeks Oshima pada era sebelum
otonomi daerah. Sedangkan pada masa otonomi daerah hanya PKP
(Pengeluaran Konsumsi Penduduk) saja yang berpengaruh terhadap Indeks
Oshima.
I Gusti Agung Rai Jentayu pada tahun 2005 dalam penelitiannya yang
berjudul ”Kesenjangan Perekonomian Antar Kabupaten/ Kota di Propinsi
Bali” telah disimpulkan bahwa selama tahun tahun 1993 hingga 2003 terdapat
liv
ketimpangan distribusi pendapatan di propinsi Bali. Melalui Indeks
Williamson tingkat ketimpangan pendapatan antar daerah berkisar antara
0,4452 hingga 0,4959. Sedangkan ketimpangan distribusi pendapatan
perkapita antar daerah melalui Gini Coefficient adalah berkisar antara 0,4689
hingga 0,4823 . Angka ini menunjukkan terjadinya permasalahan ketimpangan
distribusi pendapatan antar daerah. Kemudian dilihat dari tipologi daerah
menunjukkan daerah-daerah dengan Indeks Manusia (IPM) yang relatif tinggi
dengan pertumbuhan ekonominya diatas rata-rata adalah daerah yang
mempunyai pendapatan perkapita yang relatif tinggi dan sebaliknya.
Transformasi struktur perekonomian kabupaten/ kota di Bali menunjukkan
adanya pergeseran-pergeseran, yaitu pergeseran kearah sektor yang dominan
dalam pembentukkan PDRB sehinnga tidak terjadi ketidakseimbangan antar
daerah.
Sutarno dan Mudrajad Kuncoro pada tahun 2004 dalam
penelitiannya yang berjudul ”Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan Antar
Kecamatan di Kabupaten Banyumas, 1993-2000”, dengan menggunakan
Tipologi Klassen, Indeks Williamson dan Indeks Entropi Theil telah
disimpulkan bahwa menurut tipologi Klassen, daerah/kecamatan di Kabupaten
Banyumas dapat diklasifikasikan berdasarkan pertumbuhan dan pendapatan
perkapita menjadi empat kelompok yaitu daerah/kecamatan cepat maju dan
cepat tumbuh, daerah/kecamatan yang maju tapi tertekan, daerah/kecamatan
yang berkembang cepat dan daerah relatif tertinggal. Pada periode 1993-2000,
terjadi kecenderungan peningkatan ketimpangan , baik dianalisis dengan
lv
indeks williamson maupun dengan indeks entropi Theil. Ketimpangan ini
salah satunya diakibatkan konsentrasi aktivitas ekonomi secara spasial.
Kemudian yang terakhir, menurut Hipotesis Kuznets mengenai ketimpangan
yang berbentuk kurva huruf U terbalik berlaku di Kabupaten Banyumas, ini
terbukti dan hsail analisis trend dan korelasi Pearson. Hubungan antara
pertumbuhan dengan indeks ketimpangan Williamson dan entropi Theil untuk
kasus Kabupaten Banyumas selama periode 1993-2000 tebukti berlaku
Hipotesis Kuznets.
C. Kerangka Pemikiran
Untuk mempermudah dalam kegiatan penelitian, analisis data, agar
diperoleh penelitian yang baik, maka didapat kerangka penelitian sebagai
berikut :
Pembangunan Ekonomi Regional
PDRB PDRB per kapita
Pertumbuhan Ekonomi
Kebijakan Pembangunan Ekonomi Daerah
Ketimpangan Regional
Pembangunan Ekonomi Daerah
Kenaikan PDRB dan Pemerataan Pendapatan
lvi
Gambar 2. Skema Kerangka Pemikiran
Kinerja pembangunan ekonomi di suatu daerah dapat diamati dengan
melihat PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) daerah tersebut beserta
pertumbuhannya. Meskipun bukan satu-satunya tolak ukur, namun PDRB
merupakan suatu tolak ukur yang penting untuk mengetahui pertumbuhan/
kinerja ekonomi sektoral. Selain itu, dari proses pembangunan yang berjalan
dapat pula diketahui PDRB per kapita. Sehingga dapat ditentukan tingkat
distribusi pendapatan regional di suatu daerah, yakni dengan melihat
penyebaran PDRB per kapita kecamatan terhadap rata-rata PDRB kabupaten.
Analisis berikut adalah untuk mengetahui apakah terjadi ketimpangan dalam
distribusi pendapatan regional antar kecamatan di Kabupaten Karanganyar
selama periode pengamatan.
Salah indikator yang dikembangkan oleh para ekonom untuk melihat
keberhasilan pembangunan adalah dengan melihat angka ketimpangan
pembangunan regional. Dalam hal ini dipakai Indeks Williamson (IW) sebagai
alat ukur untuk mengetahui tingkat ketimpangan pembangunan regional di
Kabupaten Karanganyar. Dimana IW berkisar diantara 0-1, makin besar angka
ketimpangan pembangunan di suatu daerah berarti pembangunan di daerah
tersebut semakin timpang. Sebaliknya, makin kecil angka ketimpangan
lvii
pembangunan di suatu daerah berarti pembangunan di daerah tersebut dinilai
makin berhasil atau merata. Kemudian setelah diketahui tingkat ketimpangan
pembangunan yang terjadi di Kabupaten Karanganyar dapat dirumuskan suatu
kebijakan yang sesuai untuk mencapai tujuan pembangunan yang sejalan
dengan amanah GBHN, yakni menciptakan masyarakat adil, makmur, merata
materiil dan spiritual.
D. Hipotesis
Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian dan
manfaat penelitian, maka hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini
adalah :
1. Diduga ada perbedaan klasifikasi kecamatan-kecamatan yang ada di
Kabupaten Karanganyar berdasarkan pertumbuhan ekonomi dan
PDRB perkapita menurut Tipologi Klassen.
2. Diduga terdapat tingkat ketimpangan pendapatan antar kecamatan di
Kabupaten Karanganyar.
3. Diduga terdapat hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan
ketimpangan pendapatan antar kecamatan di Kabupaten Karanganyar.
4. Diduga terdapat kecamatan yang berada pada kawasan ketimpangan
besar, kawasan ketimpangan sedang dan kawasan ketimpangan kecil.
lviii
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang linkup penelitian
Peneliti mengambil penelitian pada kecamatan di Kabupaten
Karanganyar yang memiliki 17 kecamatan. Penelitian ini merupakan
penelitian mengenai gambaran pola dan struktur pertumbuhan ekonomi
daerah, hasil analisis ketimpangan pendapatan regional serta hubungannya
dengan pertumbuhan ekonomi regional. Dalam penelitian ini, digunakan data
PDRB lapangan usaha atas dasar harga konstan di Kecamatan Kabupaten
Karanganyar tahun 2001-2008, kemudian data jumlah penduduk Kecamatan
Kabupaten Karanganyar tahun 2001-2008. Serta PDRB per kapita tiap
kecamatan yang sudah diolah.
B. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari data sekunder
yang diambil berdasarkan sumber data yang tersedia pada suatu tempat dan
diperoleh dengan cara:
1. Metode Dokumentasi
Pengumpulan data dengan cara mengutip sumber yang ada.
2. Metode Studi Pustaka
lix
Pengumpulan data dengan mempelajari buku-buku kepustakaan
yang ada kaitannya dengan penelitian ini.
Penelitian ini menggunakan time series data sekunder. Data penelitian
dikumpulkan dari hasil publikasi BPS yang mencakup:
1. Laju Pertumbuhan Ekonomi tahun 2001-2008.
2. Jumlah penduduk Kabupaten Karanganyar tahun 2001-2008.
3. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Karanganyar atas
dasar harga konstan tahun 2001-2008.
4. PDRB perkapita Kabupaten Karanganyar atas dasar harga konstan tahun
2001-2008.
C. Definisi Operasional Variabel
Definisi ini diberikan agar tidak terjadi kesalahan dalam penafsiran
terhadap suatu variabel yang ada. Vaiabel-variabel tersebut, yaitu :
a. Laju Pertumbuhan Ekonomi
Laju Pertumbuhan Ekonomi didapat dari perhitungan PDRB atas dasar
harga konstan. Diperoleh dengan cara mengurangi nilai PDRB pada
tahun ke n terhadap nilai pada tahun ke n-1, dibagi dengan nilai pada
tahun ke n-1, kemudian dikalikan dengan 100 persen.
b. PDRB atas dasar harga konstan
Menunjukkan nilai tambah barang dan jasa tersebut yang dihitung
menggunakan harga berlaku pada satu tahun tertentu sebagai tahun
dasar. PDRB ini digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi
dari tahun ke tahun.
lx
c. PDRB per kapita kabupaten
Merupakan hasil bagi PDRB kabupaten suatu daerah terhadap jumlah
penduduk di kabupaten tersebut pada pertengahan tahun tertentu.
d. PDRB per kapita kecamatan
Merupakan hasil bagi PDRB kecamatan suatu daerah terhadap jumlah
penduduk di kecamatan tersebut pada pertengahan tahun tertentu.
e. Penduduk
Yaitu orang-orang yang berada di dalam suatu wilayah yang terikat oleh
aturan-aturan yang berlaku dan saling berinteraksi satu sama lain secara
terus menerus. Dalam sosiologi, penduduk adalah kumpulan manusia
yang menempati wilayah geografi dan masyarakat tertentu.
D. Alat Analisis Data :
a. Tipologi Klassen
Alat analisis Klassen Typology (Tipologi Klassen) digunakan untuk
mengetahui gambaran tentang pola dan struktur pertumbuhan ekonomi
masing-masing daerah. Tipologi Klassen pada dasarnya membagi daerah
berdasarkan dua indikator utama, yaitu pertumbuhan ekonomi daerah dan
pendapatan per kapita daerah.
Melalui analisis ini diperoleh empat karateristik pola dan struktur
pertumbuhan ekonomi yang berbeda, yaitu: daerah cepat-maju dan cepat-
tumbuh (high growth and high income), daerah maju tapi tertekan (high
income but low growth), daerah berkembang cepat (high growth but
lxi
income), dan daerah relatif tertinggal (low growth and low income)
(Kuncoro dan Aswandi, 2002: 27-45) dan (Radianto, 2003: 479-499).
Kriteria yang digunakan untuk membagi daerah kecamatan dalam
penelitian kali ini adalah sebagai berikut:
1. daerah cepat-maju dan cepat-tumbuh, daerah kecamatan yang
memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita
yang lebih tinggi dibanding rata-rata kabupaten;
2. daerah maju tapi tertekan, daerah kecamatan yang memiliki
pendapatan per kapita lebih tinggi, tetapi tingkat pertumbuhan
ekonominya lebih rendah dibanding rata-rata kabupaten;
3. daerah berkembang cepat, daerah kecamatan yang memiliki
tingkat pertumbuhan tinggi, tetapi tingkat pendapatan per kapita
lebih rendah dibanding rata-rata kabupaten;
4. daerah relatif tertinggal adalah daerah kecamatan yang memiliki
tingkat pertumbuhan ekonomi dan pendapat per kapita yang lebih
rendah dibanding rata-rata kabupaten.
b. Indeks Williamsons (IW)
Tingkat ketimpangan regional suatu daerah adalah perhitungan tingkat
penyebaran PDRB per kapita, baik kecamatan atau kabupaten terhadap
tingkat rata-rata PDRB per kapita kabupatean atau provinsi. Tingkat
penyebaran dapat dihitung dengan menggunakan Indeks Williamson
(Uppal dan Sri Handoko, 1986 dalam Nunik Kadarwati, 2005).
lxii
Formula ini pada dasarnya sama dengan coefficient of variation (CV)
biasa dimana standar deviasi dibagi dengan rataan. Williamson (1965)
memperkenalkan WCV ini dengan menimbangnya dengan proporsi
penduduk, Formulanya adalah sebagai berikut (Sjafrizal dalam Kuncoro,
2004: 133)
IW= Y
nfiYYi /)( 2
Keterangan :
IW = Indeks Williamsons
n = Jumlah penduduk rata-rata Kabupaten Karanganyar
fi = Jumlah penduduk pada kecamatan ke-i
Yi = Pendapatan per kapita kecamatan ke-i
Y = Pendapatan per kapita Kabupaten Karanganyar
Indeks IW berkisar antara 0 < IW < 1, (Emilia dan Imelia, 2006: 51) ;
- Bila IW < 0,3 artinya : ketimpangan pendapatan wilayah rendah.
- Bila IW < 0,3 – 0,4 artinya : ketimpangan pendapatan wilayah
sedang.
- Bila IW > 0,4 artinya : ketimpangan pendapatan wilayah tinggi.
c. Korelasi Pearson
lxiii
Korelasi adalah suatu teknik statistik yang digunakan untuk mencari
hubungan antara dua variabel atau lebih yang sifatnya kuantitatif. Dua
variabel dikatakan berkorelasi apabila perubahan pada variabel yang satu
akan diikuti perubahan variabel yang lain secara teratur, dengan arah yang
sama atau dapat pula dikatakan dengan arah yang berlawanan.
Pada penelitian ini perhitungan koefisien korelasi dilakukan dengan
menggunakan Pearson Product Moment yang dikemukakan oleh Karl
Pearson, dimana korelasi ini digunakan untuk mengetahui hubungan
antara pertumbuhan Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) dengan
Indeks Williamson.
2
1
2
1
2
1
2
1
111
..
.
i
n
ii
n
i
n
iii
n
i
i
n
ii
n
iii
n
i
YYnXXn
YXYXnr
Keterangan :
r = Korelasi Pearson
X = pertumbuhan PDRB
Y = Indeks Williamson
Koefisien korelasi dinyatakan dengan bilangan antara 0 (nol) sampai
+1 atau 0 (nol) sampai -1. Apabila koefisien korelasi r mendekati +1 atau
-1 berarti terdapat hubungan yang lemah atau tidak ada hubungan. Apabila
lxiv
r sama dengan +1 atau -1 berarti terdapat hubungan positif sempurna
(Djarwanto, 1993: 327).
Untuk pengambilan keputusan dari hasil pengujian pada program
SPSS, dapat digunakan 2 cara:
1. Melihat Koefisien Korelasi :
• Apabila Koefisien Korelasi > 0,5. Menunjukkan korelasi yang kuat.
• Apabila Koefisien Korelasi < 0,5. Menunjukkan korelasi yang lemah.
• Penafsiran tanda korelasi, tanda korelasi juga berpengaruh terhadap
penafsiran hasil. Tanda negatif pada output menunjukkan arah
yang berlawanan sedangkan tanda positif menunjukkan arah yang
searah.
2. Melihat Signifikasi Hasil Korelasi :
Bertujuan untuk mengetahui apakah angka korelasi tersebut benar-benar
signifikan sehingga dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan
antara dua variabel.
Pengujian Hipótesis :
H0 : Tidak ada hubungan (korelasi) antara dua variable atau angka
korelasi = 0.
HI : Ada hubungan (korelasi) antara 2 variabel atau angka korelasi >
0.
Uji dua sisi dilakukan untuk mencari ada tidaknya hubungan korelasi.
Keputusan Uji
lxv
• Apabila nilai Sig. > 0,05 Maka H0 diterima, berarti tidak ada
korelasi/hubungan antara dua variabel yang diamati.
• Apabila nilai Sig. < 0,05 Maka H0 ditolak, HI diterima, berarti ada
korelasi/hubungan antara dua variabel yang diamati.
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
lxvi
Bab ini diawali dengan gambaran umum atau profil dari daerah yang
dijadikan obyek penelitianyang terdiri dari keadaan geografis, Kemudian pada
bagian selanjutnya adalah hasil analisis dari data-data yang dikumpulkan dari
variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini.
A. Gambaran Umum Daerah Penelitian
1. Keadaan Geografis Kabupaten Karanganyar
Kabupaten Karanganyar merupakan salah satu kabupaten di
Provinsi Jawa Tengah yang berbatasan dengan Kabupaten Sragen di
sebelah utara, Provinsi Jawa Timur di sebelah timur, Kabupaten Wono giri
di sebelah selatan dan Kota Surakarta dan Kabupaten Boyolali di sebelah
barat.
Bila dilihat dari garis bujur dan garis lintang, maka Kabupaten
Karanganyar terletak antara 110°40’’ - 110°23’’ Bujur Timur dan 7°28’’ -
7°46’’ Lintang Selatan.
Luas wilayah Kabupaten Karanganyar adalah 77.378,6374 Ha,
yang terdiri dari luas tanah sawah 22.844,2597 Ha. Tanah kering
54.534,3777 Ha. Tanah sawah terdiri dari irigasi teknis 7.872,6323 Ha,
setengah teknis 6.144,2939 Ha, sederhana 7.134,1251 dan tadah hujan
1.693,2984 Ha. Sementara itu luas tanah untuk pekarangan aatau
bangunan 20.732,4406 Ha dan luas untuk tegalan 17.937,0211 Ha. Di
Kabupaten Karanganyar terdapat hutan negara seluas 9.729,4995 Ha dan
perkebunan seluas 3.251,5006 Ha.
Kabupaten Karanganyar memiliki luas wilayah 77,37864 Hektar
(773,7864 Km²) atau sebesar 2,4% dari luas wilayah Provinsi Jawa
lxvii
Tengah yang mencapai 32.544,12 Km². Kecamatan terluas adalah
Kecamatan Tawangmangu dengan luas wilayah sebesar 7,00316 Hektar.
Sedangkan kecamatan yang mempunyai luas palin kecil adalah Kecamatan
Colomadu dengan luas wilayah 1,56444 Hektar.
Tabel IV.1 Luas Wilayah Kecamatan di Kabupaten Karanganyar
Kecamatan
Luas Wilayah
(Hektar) Presentase
Jumantono 5,35480 6,92 Jatipuro 4,03670 5,22 Jatiyoso 6,71646 8,68 Jumapolo 5,56704 7,19 Matesih 2,62663 3,39 Tawangmangu 7,00316 9,05 Ngargoyoso 6,53394 8,44 Karangpandan 3,41733 4,42 Karanganyar 4,30255 5,56 Tasikmadu 2,75773 3,57 Jaten 2,55484 3,30 Colomadu 1,56444 2,02 Gondangrejo 5,67795 7,34 Kebakkramat 3,64564 4,71 Mojogedang 5,33089 6,89 Kerjo 4,68226 6,05 Jenawi 5,60628 7,25 Jumlah 77,37864 100,00 Sumber: Karanganyar dalam Angka Tahun 2008
2. Pembagian Wilayah Administrasi
Kabupaten Karanganyar terdiri dari 17 kecamatan yang meliputi
177 desa/kelurahan (15 kelurahan dan 162 desa). Desa atau kelurahan
tersebut terdiri dari 1.091 dusun, 2.313 dukuh, 1.835 RW dan 6.020 RT.
lxviii
Klasifikasi desa atau kelurahan pada tahun 2008 terdiri dari 17 kecamatan
swasembada.
Wilayah Kabupaten Karanganyar terbagi menjadi 17 kecamatan,
yaitu Kecamatan Jatipuro, Kecamatan Jatiyoso, Kecamatan Jumapolo,
Kecamatan Jumantono, Kecamatan Matesih, Kecamatan Tawangmangu,
Kecamatan Ngargoyoso, Kecamatan Karangpandan, Kecamatan
Karanganyar, Kecamatan Tasikmadu, Kecamatan Jaten, Kecamatan
Colomadu, Kecamatan Gondangrejo, Kecamatan Kebakkramat,
Kecamatan Mojogedang, Kecamatan Kerjo dan Kecamatan Jenawi.
3. Kependudukan
Jumlah penduduk Kabupaten Karanganyar selalu mengalami
kenaikan dari tahun ke tahun. Jumlah penduduk yang terbanyak selama
tahun 2001-2008 terletak di Kecamatan Karanganyar. Kemudian untuk
kecamatan dengan jumlah penduduk terkecil terletak di Kecamatan
Jenawi.
Tabel IV.2
Jumlah Penduduk Kecamatan di Kabupaten Karanganyar Tahun 2001-2008
Kecamatan 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Jatipuro 37.048 37.308 37.425 37.553 37.661 37.682 37.884 38.060 Jatiyoso 39.091 39.464 39.638 39.872 40.146 40.298 40.318 40.422 Jumapolo 45.509 45.808 45.999 46.258 46.453 46.469 46.978 47.441 Jumantono 46.090 47.502 46.944 47.315 47.552 47.934 48.424 48.879 Matesih 43.739 43.979 44.370 44.480 44.909 45.446 45.696 46.131
lxix
Tawangmangu 43.464 43.843 44.132 44.382 44.605 44.874 44.892 45.182 Ngargoyoso 33.286 33.574 34.296 34.484 34.745 34.977 35.182 35.351 Karangpandan 39.968 40.625 41.006 41.543 41.866 42.430 42.753 43.247 Karanganyar 69.222 70.672 71.461 72.112 72.750 73.120 73.699 75.796 Tasikmadu 52.482 53.255 53.843 54.301 54.698 55.122 55.379 55.842 Jaten 65.236 66.360 67.170 68.100 68.528 69.007 69.201 70.770 Colomadu 50.279 51.629 52.402 53.797 57.898 56.352 57.084 60.828 Gondangrejo 60.834 62.064 63.287 63.584 64.550 65.181 66.233 68.571 Kebakkramat 54.808 55.691 56.311 56.958 57.480 57.929 58.536 58.973 Mojogedang 60.029 60.743 61.514 62.242 62.896 63.549 64.472 65.051 Kerjo 36.240 36.378 36.530 36.659 36.817 36.867 37.063 37.380 Jenawi 26.706 26.656 26.875 27.000 27.133 27.252 27.572 27.656 Jumlah 804.031 815.551 823.203 830.640 840.687 844.489 851.366 865.580
Sumber : BPS Kabupaten Karanganyar beberapa terbitan (diolah)
Pada tahun 2001 penduduk Kabupaten Karanganyar tercatat
804.031 jiwa, maka pada tahun 2008 sudah mencapai 865.580 jiwa. Dalam
kurun waktu 2001 sampai 2008 telah terjadi pertumbuhan penduduk
sebanyak 61.549 jiwa. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2008 yang
mencapai 14.214 jiwa, sedangkan laju pertumbuhan terendah terjadi pada
tahun 2006 sebesar 3.802 jiwa (table IV.3).
Tabel IV.3 Jumlah Penduduk Kabupaten Karanganyar
Tahun 2001-2008
Tahun Jumlah Penduduk Pertumbuhan Penduduk ( Jiwa ) ( Jiwa )
2001 804.031 - 2002 815.551 11.520 2003 823.203 7.652 2004 830.640 7.437 2005 840.687 10.047
lxx
2006 844.489 3.802 2007 851.366 6.877 2008 865.580 14.214 Sumber: Karanganyar dalam Angka Tahun 2008 yang diolah
4. Pertumbuhan Ekonomi
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan
dari tahun ketahun mengalami kenaikan. Untuk pertumbuhan ekonomi
Kabupaten Karanganyar juga mengalami pertumbuhan ekonomi yang
cukup stabil yaitu berkisar di angka 5%. Pertumbuhan tertinggi selama
periode 2001-2008 terdapat pada tahun 2004 yaitu sebesar 5,98%,
sedangkan untuk pertumbuhan yang terendah terdapat pada tahun 2001
sebesar 4,97. Sedangkan untuk nilai PDRB adhk 2000 dan laju
pertumbuhan ekonomi pada tahun-tahun yang lain dapat kita lihat pada
tabel IV.4.
Tabel IV.4
PDRB Atas Dasar Harga Konstan dan Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Karanganyar Tahun 2001-2008
(dalam jutaan rupiah)
Tahun PDRB adhk 2000 Pertumbuhan ( % )
2001 3.360.714,39 4,97 2002 3.546.613,13 5,53 2003 3.746.320,13 5,63 2004 3.970.278,93 5,98
lxxi
2005 4.188.330,52 5,49 2006 4.401.301,72 5,08 2007 4.654.054,50 5,74 2008 4.921.454,72 5,75 Sumber: PDRB Kab. Karanganyar 2009
B. Hasil Analisis dan Pembahasan
1. Tipologi Klassen
Alat analisis Tipologi Klassen digunakan untuk mengetahui
gambaran tentang pola dan struktur pertumbuhan ekonomi masing-masing
daerah. Tipologi Klassen pada dasarnya membagi daerah berdasarkan dua
indikator utama, yaitu pertumbuhan ekonomi daerah dan pendapatan per
kapita daerah. Dengan menen-tukan rata-rata pertumbuhan ekonomi sebagai
sumbu vertikal dan rata-rata pendapatan per kapita sebagai sumbu
horizontal, daerah yang diamati dapat dibagi dibagi menjadi empat
klasifikasi, yaitu: daerah cepat-maju dan cepat-tumbuh (high growth and
high income), daerah maju tapi tertekan (high income but low growth),
daerah berkembang cepat (high growth but low income), dan daerah relatif
tertinggal (low growth and low income) (Syafrizal, 1997: 27-38; Kuncoro,
1993; Hil, 1989).
Kriteria yang digunakan untuk membagi daerah kabupaten/kota
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) daerah cepat-maju dan
cepat- tumbuh, kecamatan yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi dan
pendapatan per kapita yang lebih tinggi dibanding rata-rata Kabupaten
Karanganyar; (2) daerah maju tapi tertekan, kecamatan yang memiliki
pendapatan per kapita lebih tinggi, tetapi tingkat pertumbuhan ekonominya
lebih rendah dibanding rata-rata Kabupaten Karanganyar; (3) daerah
lxxii
berkembang cepat adalah kecamatan yang memiliki tingkat pertumbuhan
tinggi, tetapi tingkat pendapatan per kapita lebih rendah dibanding rata-rata
Kabupaten Karanganyar. (4) Daerah relatif tertinggal adalah kecamatan
yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita
yang lebih rendah dibanding rata-rata Kabupaten Karanganyar.
Untuk menentukan Tipologi Klassen di Kabupaten Karanganyar
dilakukan dengan membandingkan rata-rata pertumbuhan ekonomi dan rata-
rata PDRB per kapita kecamatan di Kabupaten Karanganyar dengan rata-
rata pertumbuhan ekonomi dan rata-rata PDRB per kapita Kabupaten
Karanganyar.
Secara rinci, hasil Tipologi Klassen kecamatan di Kabupaten
Karanganyar :
Tabel IV.5 Rata-rata PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 dan Laju Pertumbuhan
Tahun 2001-2008
Kabupaten PDRB Perkapita (Rp) Pertumbuhan (%) Y r
Karanganyar 4.923.195,49 5,52 Sumber : BPS Kabupaten Karanganyar beberapa terbitan (diolah)
Tabel IV.6 Hasil analisis Tipologi Klassen Kecamatan di Kabupaten Karanganyar
Berdasarkan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2001-2008
Kecamatan PDRB Perkapita (Rp) Pertumbuhan (%) Keterangan
Yi ri
lxxiii
Jatipuro 2.516.464,47 4,01 Daerah Relatif tertinggal Jatiyoso 2.106.692,93 3,98 Daerah Relatif tertinggal Jumantono 2.799.794,55 6,14 Daerah Berkembang Cepat Jumapolo 2.585.130,69 7,23 Daerah Berkembang Cepat Matesih 2.896.070,54 3,84 Daerah Relatif tertinggal Tawangmangu 3.867.343,01 2,26 Daerah Relatif tertinggal Ngargoyoso 2.669.000,81 5,32 Daerah Relatif tertinggal Karangpandan 3.670.787,31 5.83 Daerah Berkembang Cepat Karanganyar 4.176.948,51 3.33 Daerah Relatif tertinggal Tasikmadu 3.361.923,79 4,38 Daerah Relatif tertinggal Jaten
18.963.733,07
6.57
Daerah Cepat Maju dan Cepat Tumbuh
Colomadu 3.110.017,91 3.82 Daerah Relatif tertinggal Gondangrejo 4.196.501,37 6,85 Daerah Berkembang Cepat Kebakkramat
8.491.505,85
7,06
Daerah Cepat Maju dan Cepat Tumbuh
Mojogedang 2.980.758,44 5,54 Daerah Berkembang Cepat Kerjo 3.926.826,51 6,51 Daerah Berkembang Cepat Jenawi 3.831.262,19 5,09 Daerah Relatif tertinggal Sumber : BPS Kabupaten Karanganyar beberapa terbitan (diolah)
Berdasarkan analisis tipologi klassen pada tabel IV.5 dan tabel
IV.6, beberapa daerah dengan nilai rata-rata pendapatan perkapita serta
nilai rata-rata pertumbuhan ekonomi di kecamatan yang lebih kecil dari
nilai rata-rata pendapatan perkapita serta nilai rata-rata pertumbuhan
ekonomi di Kabupaten Karanganyar masuk dalam daerah relatif tertinggal.
Kecamatan-kecamatan yang ada di Kabupaten Karanganyar yang
masuk dalam daerah relatif tertinggal adalah
5. Kecamatan Jatipuro
6. Kecamatan Jatiyoso
7. Kecamatan Matesih
8. Kecamatan Tawangmangu
9. Kecamatan Ngargoyoso
10. Kecamatan Karanganyar
lxxiv
11. Kecamatan Tasikmadu
12. Kecamatan Colomadu
13. Kecamatan Jenawi
Kecamatan-kecamatan yang berada pada klasifikasi daerah relatif
tertinggal merupakan daerah-daerah yang memiliki basis pertanian, yang
pertumbuhannya tidak mampu mengangkat pertumbuhan PDRB secara
keseluruhan.
Rendahnya alokasi dana untuk kegiatan pembangunan tersebut
menunjukkan kurangnya insentif untuk menarik investor menanamkan
modalnya di beberapa kecamatan yang masuk dalam daerah relatir
tertinggal ini, selain kondisi yang kurang mendukung terhadap
pertumbuhan dan pendapatan per kapita tersebut, ekonominya juga
menunjukkan pertumbuhan negatif setiap tahunnya yang berdampak pada
tertahannya laju pertumbuhan PDRB secara keseluruhan.
Untuk kecamatan yang mempunyai rata-rata pendapatan perkapita
yang lebih besar dari rata-rata pendapatan perkapita Kabupaten
Karanganyar dan rata-rata pertumbuhan ekonomi yang lebih kecil dari
rata-rata pertumbuhan ekonomi Kabupaten Karanganyar masuk dalam
daerah maju tapi tertekan. Akan tetapi kecamatan di Kabupaten
Karanganyar ini tidak ada kecamatan yang masuk dalam daerah maju tapi
tertekan.
Kemudian daerah kecamatan yang mempunyai rata-rata
pendapatan perkapita yang lebih kecil dari rata-rata pendapatan perkapita
lxxv
Kabupaten Karanganyar dan rata-rata pertumbuhan ekonomi yang lebih
besar dari rata-rata pertumbuhan ekonomi Kabupaten Karanganyar masuk
dalam daerah berkembang cepat.
Kecamatan-kecamatan di Kabupaten Karanganyar yang berada di
daerah berkembang cepat adalah :
1. Kecamatan Jumapolo
2. Kecamatan Jumantono
3. Kecamatan Karangpandan
4. Kecamatan Gondangrejo
5. Kecamatan Mojogedang
6. Kecamatan Kerjo
Kecamatan-kecamatan yang masuk dalam daerah berkembang
cepat ini, merupakan kecamatan yang mengandalkan sektor pertanian
sebagai penyumbang perekonomian daerah terutama subsektor tanaman
bahan makanan. Beberapa kecamatan yang masuk dalam sektor
berkembang cepat ini mayoritas masuk dalam wilayah daerah dataran
tinggi atau daerah sejuk, sehingga tidak hanya komoditi padi dan biji-
bijian, tetapi sayur-sayuran dan buah-buahan organik juga memiliki
prospek yang cukup baik untuk dikembangkan di kecamatan-kecamatan
ini.
Yang terakhir, kecamatan yang mempunyai nilai rata-rata
pendapatan perkapita serta nilai rata-rata pertumbuhan ekonomi di
kecamatan yang lebih besar dari nilai rata-rata pendapatan perkapita serta
lxxvi
nilai rata-rata pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Karanganyar masuk
dalam daerah cepat maju dan cepat tumbuh.
Beberapa kecamatan yang masuk dalam daerah cepat maju dan
cepat tumbuh adalah Kecamatan Jaten dan Kecamatan Kebakkramat.
Keberadaan Kecamatan Jaten dan Kecamatan Kebakkramat pada
klasifikasi tersebut, tidak terlepas dari kemampuannya dalam menarik
investasi. Nilai investasi yang tinggi ini disebabkan oleh tersedianya
fasilitas-fasilitas transportasi yang cukup memadai dan juga banyaknya
pusat-pusat pertumbuhan di kedua kecamatan tersebut, selain itu keadaan
demografi dari kedua kecamatan ini juga menjadi faktor pendukung
tingginya investasi.
Pertumbuhan PDRB Kecamatan Jaten dan Kecamatan
Kebakkramat didukung terutama oleh struktur perekonomian yang terbukti
cukup kuat. Struktur perekonomian Kecamatan Jaten dan Kecamatan
Kebakkramat menunjukkan sektor industri sebagai pemberi sumbangan
terbesar yang terbukti mampu mendorong pertumbuhan PDRB, di
samping dua sektor dominan lainnya yaitu perdagangan dan pertanian.
Sektor perdagangan di kedua kecamatan ini termasuk maju, khususnya di
Kecamatan Jaten. Pertumbuhan ketiga sektor tersebut terbukti mampu
mendorong pertumbuhan PDRB Kecamatan Jaten dan Kecamatan
Kebakkramat
lxxvii
Tabel IV.7 Klasifikasi Kecamatan Di Kabupaten Karanganyar Menurut
Tipologi Klassen Tahun 2001-2008 Y1>y Y1<y
R1>r
Daerah Cepat Maju dan
Cepat Tumbuh
-Jaten
-Kebakkramat
Daerah Berkembang Cepat
- Jumapolo
- Jumantono
- Karangpandan
- Gondangrejo
- Mojogedang
- Kerjo
lxxviii
R1 <r
Daerah Maju Tapi
Tertekan
Daerah Relatif Tertinggal
- Jatipuro
- Jatiyoso
- Matesih
- Tawangmangu
- Ngargoyoso
- Karanganyar
- Tasikmadu
- Colomadu
- Jenawi
Sumber : Data diolah
2. Indeks Williamson
Ketimpangan pembangunan terjadi disebabkan adanya perbedaan
pertumbuhan ekonomi tiap kecamatan di Kabupaten Karanganyar.
Pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal antara lain sumber daya alam, sumber daya manusia,
investasi, teknologi, sarana dan prasarana penunjang lainnya. Sedangkan
faktor eksternal adalah campur tangan pemerintah dalam proses
pembangunan daerah baik berupa kebijakan sektoral maupun kebijakan
regional. Pertumbuhan yang berbeda di tiap kecamatan ini menimbulkan
jurang kesejahteraan antar daerah ( ketimpanagn pendapatan antar daerah).
Disparitas atau ketimpangan pendapatan antar daerah di Kabupaten
Karanganyar diperoleh dengan menggunakan Indeks Williamson. Indeks
Williamson mencerminkan ketimpangan pada tingkat pembagunan ekonomi
lxxix
suatu daerah. Hasil perhitungan tingkat ketimpangan pendapatan di
Kabupaten Karanganyar dapat terlihat pada tabel IV.8.
Tabel IV. 8 Indeks Williamson Kabupaten Karanganyar
Tahun 2001-2008 Tahun Indeks Williamson 2001 0,8942 2002 0,8819 2003 0,8737 2004 0,8879 2005 0,9053 2006 0,9089 2007 0,9115 2008 0,9137
Rata-rata 0,8971 Sumber : Data diolah
Dari tabel IV.8 di atas dapat kita lihat bahwa tingkat kesenjangan
pendapatan dalam Kabupaten Karanganyar mengalami peningkatan yang
cukup signifikan yaitu sebesar 0,8942 pada tahun 2001 menjadi 0,9137 pada
tahun 2008. Pada tahun 2001 sampai tahun 2003 tingkat ketimpangan
pendapatan cenderung menurun, tahun 2001 sebesar 0,8942 turun menjadi
0,8819 di tahun 2002, kemudian di tahun 2003 indeks ketimpangan juga
turun menjadi 0,8737.Akan tetapi, pada tahun 2004 sampai 2008 indeks
ketimpangan cenderung naik. Pada tahun 2004 indeks ketimpangan sebesar
0,8879 naik menjadi 0,9053 di tahun 2005, kemudian tahun-tahun
selanjutnya indeks ketimpangan Kabupaten Karanganyar juga mengalami
kenaikan masing-masing sebesar 0.9089 di tahun 2006, selanjutnya 0,9115
di tahun 2007 dan yang terakhir 0,91371 ditahun 2008
Kurva 4.1 Indeks Williamson Kabupaten Karanganyar Tahun 2001-2008
lxxx
0.85
0.86
0.87
0.88
0.89
0.9
0.91
0.92
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
Tahun Pengamatan
Inek
s W
illia
mso
n
Sumber : Data diolah
Indeks ketimpangan Williamson pada Kabupaten Karanganyar
menunjukkan angka ketimpangan yang cukup besar, angka ketimpangan
dari tahun 2001 sampai 2008 rata-rata diatas 0,8. Dengan angka
ketimpangan tersebut Kabupaten Karanganyar termasuk wilayah dengan
ketimpangan pendapatan yang tinggi karena angka ketimpangan diatas 0,4.
Beberapa wilayah atau kecamatan yang menyebabkan ketimpangan
pendapatan Kabupaten Karanganyar menjadi cukup tinggi adalah
Kecamatan Jaten, pendapatan perkapita Kecamatan Jaten yang cukup tinggi
dan berada diatas pendapatan perkapita Kabupaten Karanganyar menjadi
penyebab utama tingginya ketimpangan pendapatan di Kabupaten
Karanganyar.
Beberapa kecamatan yang memiliki pendapatan per kapita tinggi,
yaitu Kecamatan Jaten. Menurut data PDRB per kapita daerah ini,
Kecamatan Jaten adalah yang paling tinngi di Kabupaten Karanganyar, yaitu
sebesar Rp 16.126.850,73 menjadi Rp 22.251.386,55 selama periode 2001-
2008 (lihat lampiran), dan berada jauh diatas pendapatan per kapita
lxxxi
Kabupaten Karanganyar yang hanya Rp 4.188.515,90 di tahun 2001 dan Rp
5.709.165,40 di tahun 2008. PDRB per kapita Kecamatan Jaten juga ini
secara signifikan lebih tinggi dari sebagian kecamatan di Kabupaten
Karanganyar.
Kurva 4.2 Indeks Williamson Kabupaten Karanganyar
Tanpa Kecamatan Jaten Tahun 2001-2008
0.375
0.38
0.385
0.39
0.395
0.4
0.405
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
Tahun Pengamatan
Inde
ks W
illia
mso
n
Sumber : Data diolah
Grafik diatas menunjukkan nilai indeks williamson Kabupaten
Karanganyar tanpa Kecamatan Jaten. Dapat dilihat bahwa angka
ketimpangan pendapatan berkisar diantara 0,3 sampai 0,4 sehingga masuk
dalam ketimpangan sedang, tetapi hanya di tahun 2008 yang angkanya
masuk dalam ketimpangan tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata
lxxxii
ketimpangan pendapatan antar kecamatan di Kabupaten Karanganyar selama
periode tahun 2001-2008 tanpa Kecamatan Jaten masuk pada ketimpangan
sedang.
Tabel IV.9 Indeks Williamson Kabupaten Karanganyar Tanpa Kecamatan Jaten Tahun 2001-2008
Tahun Indeks
Williamson 2001 0.3911 2002 0.3901 2003 0.3857 2004 0.3931 2005 0.3990 2006 0.3993 2007 0.3996 2008 0.4021
Rata-rata 0.3950 Sumber : Data diolah
Pada tahun 2001 sampai tahun 2003 indek williamson mengalami
penurunan yaitu sebesar 0,3911 pada tahun 2001, kemudian turun drastis
menjadi 0,3901 pada tahun 2002 dan turun lagi sebesar 0,3857 pada tahun
2003.
Kemudian pada tahun 2004 sampai 2008 mengalami kenaikan.
Kenaikan mulai terdapat pada tahun 2004 yaitu naik menjadi 0,3931.
Kemudian dari tahun 2005 sampai 2008 kenaikan indeks williamson tidak
lxxxiii
terlalu besar, pada tahun 2005 indeks williamson sebesar 0,3990, pada tahun
2006 menjadi 0,3993 dan pada tahun 2007 indeks williamson sebesar 0,3996
dan 0,4021 pada tahun 2008.
Keberadaan kecamatan dengan PDRB per kapita yang sangat tinggi
ini, sangat di pengaruhi oleh tingkat konsentrasi kegiatan ekonomi daerah
tersebut. Ekonomi daerah dengan konsentrasi kegiatan ekonomi yang tinggi
akan cenderung tumbuh pesat. Sedangkan daerah dengan tingkat konsentrasi
ekonomi rendah cenderung akan mempunyai tingkat pembangunan dan
pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah. Kecamatan Jaten dan Kecamatan
Kebakkramat dengan karakteristik kegiatan ekonomi yang cukup tinggi ini
menyebabkan terpusatnya pembangunan ekonomi pada kedua kecamatan
tersebut. Banyak terdapatnya pabrik-pabrik terutama pabrik tekstil dan juga
pertokoan adalah salah satu penyebab dari tingginya konsentrasi di kedua
kecamatan tersebut.
Dari hasil analisis dengan menggunakan kriteria Indeks Williamson
dari tahun 2001-2008 didapat banyak kecamatan yang masuk dalam wilayah
ketimpangan rendah, yaitu Kecamatan Jatipuro, Kecamatan Jatiyoso,
Kecamatan Jumapolo, Kecamatan Jumantono, Kecamatan Matesih,
Kecamatan Tawangmangu, Kecamatan Ngargoyoso, Kecamatan
Karangpandan, Kecamatan Karanganyar, Kecamatan Tasikmadu,
Kecamatan Colomadu, Kecamatan Gondangrejo, Kecamatan Kebakkramat,
Kecamatan Mojogedang, Kecamatan Kerjo dan Kecamatan Jenawi.
Sedangkan untuk kecamatan yang masuk dalam wilayah ketimpangan tinggi
hanya satu kecamatan, yaitu Kecamatan Jaten. Untuk kecamatan di
lxxxiv
Kabupaten Karanganyar tidak ada yang masuk dalam wilayah ketimpangan
sedang.
3. Korelasi Pearson
Untuk mengetahui hubungan antara pertumbuhan Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) dan ketimpangan pendapatan regional, maka
digunakan metode Korelasi Pearson. Hasil perhitungan Korelasi Pearson
antara pertumbuhan PDRB dan ketimpangan pendapatan regional dapat
dilihat pada tabel IV.10.
Tabel IV.10 Korelasi pearson antara Indeks Williamson dan Pertumbuhan Ekonomi
IW PERTMBHN IW Pearson
Correlation 1 -.107
Sig. (2-tailed) . .802 N 8 8
PERTMBHN Pearson Correlation -.107 1
Sig. (2-tailed) .802 . N 8 8
Sumber : Hasil Pengolahan Data dengan Program SPSS
Berdasarkan tabel IV.10 yang mengukur hubungan antara Indeks
Williamson dan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Karanganyar
menunjukkan hubungan yang tidak signifikan karena angka korelasi
lxxxv
menunjukkan nilai -0,107 dan nilai probabilitasnya 0,802 lebih besar dari
0,05.
Hasil ini tidak dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan antara
ketimpangan pendapatan (Indeks Williamson) dan pertumbuhan ekonomi
Kabupaten Karanganyar. Jadi ketimpangan pendapatan di Kabupaten
Karanganyar tidak dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Kabupaten
Karanganyar, begitu juga sebaliknya. Besarnya pertumbuhan ekonomi
Kabupaten Karanganyar tidak dapat mempengaruhi ketimpangan
pendapatan Kabupaten Karanganyar.
lxxxvi
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan, maka peneliti dapat
mengambil kesimpulan dan memberikan beberapa saran sebagai berikut:
A. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan terhadap analisis data di atas, dapat
disimpulkan beberapa hal yang berhubungan dengan hipotesis sebagai berikut:
1. Berdasarkan Tipologi Klassen menurut pertumbuhan ekonomi dan
pendapatan per kapita, yang termasuk dalam daerah cepat maju dan
cepat tumbuh adalah Kecamatan Jaten dan Kecamatan Kebakkramat,
daerah berkembang cepat adalah Kecamatan Jumapolo, Kecamatan
Jumantono, Kecamatan Karangpandan, Kecamatan Gondangrejo,
Kecamatan Mojogedang, Kecamatan Kerjo. Kemudian tidak ada
kecamatan yang masuk dalam daerah maju tapi tertekan. Selanjutnya
kecamatan yang masuk dalam daerah tertinggal adalah Kecamatan
Jatipuro, Kecamatan Jatiyoso, Kecamatan Matesih, Kecamatan
Tawangmangu, Kecamatan Ngargoyoso, Kecamatan Karanganyar,
Kecamatan Tasikmadu, Kecamatan Colomadu, Kecamatan Jenawi.
Dengan demikian hipotesis dalam penelitian terbukti, bahwa terdapat
lxxxvii
perbedaan klasifikasi kecamatan-kecamatan yang ada di Kabupaten
Karanganyar berdasarkan pertumbuhan ekonomi dan PDRB perkapita
menurut Tipologi Klassen.
2. Pada periode pengamatan 2001-2008 dan dengan menggunakan Indeks
Williamson, angka ketimpangan pada awal periode cenderung terjadi
penurunan kemudian meningkat pada akhir periode. Indeks
Williamson dengan angka diatas 0,4 menunjukkan bahwa Kabupaten
Karanganyar masuk dalam wilayah dengan ketimpangan pendapatan
yang tinggi, tingginya ketimpangan ini salah satunya di sebabkan oleh
konsentrasi aktivitas ekonomi di salah satu wilayah yaitu pada
Kecamatan Jaten. Dengan demikian hipotesis dalam penelitian
terbukti, bahwa terdapat ketimpangan pendapatan di Kabupaten
Karanganyar.
3. Hubungan atau korelasi antara pertumbuhan PDRB dan ketimpangan
pendapatan di Kabupaten Karanganyar tidak signifikan, hal ini berarti
bahwa tidak terdapat hubungan antara pertumbuhan PDRB dan
ketimpangan pendapatan. Jadi tinggi rendahnya pertumbuhan ekonomi
Kabupaten Karanganyar tidak berpengaruh terhadap besar kecilnya
ketimpangan pendapatan Kabupaten Karanganyar, begitu juga
sebaliknya bahwa ketimpangan pendapatan Kabupaten Karanganyar
tidak dapat mempengaruhi tinggi rendahnya pertumbuhan ekonomi di
Kabupaten Karanganyar. Dengan demikian hipotesis dalam penelitian
tidak terbukti, karena tidak terdapat hubungan antara pertumbuhan
ekonomi dan ketimpangan pendapatan di Kabupaten Karanganyar.
lxxxviii
4. Berdasarkan kriteria Indeks Williamson pada periode 2001-2008.
Wilayah kecamatan yang masuk dalam wilayah ketimpangan tinggi
adalah Kecamatan Jaten, sedangkan tidak ada kecamatan yang masuk
wilayah ketimpangan sedang. Selanjutnya yang masuk dalam wilayah
ketimpangan rendah adalah Kecamatan Jatipuro, Kecamatan Jatiyoso,
Kecamatan Jumapolo, Kecamatan Jumantono, Kecamatan Matesih,
Kecamatan Tawangmangu, Kecamatan Ngargoyoso, Kecamatan
Karangpandan, Kecamatan Karanganyar, Kecamatan Tasikmadu,
Kecamatan Colomadu, Kecamatan Gondangrejo, Kecamatan
Kebakkramat, Kecamatan Mojogedang, Kecamatan Kerjo dan
Kecamatan Jenawi. Dengan demikian hipotesis dalam penelitian
terbukti, bahwa terdapat kecamatan yang berada pada kawasan
ketimpangan yang berbeda sesuai dengan kriteria Indeks Williamson.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas dapat diambil beberapa saran yang
dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah daerah dan
instansi terkait khususnya di Kabupaten Karanganyar, adapun saran yang
diajukan sebagai berikut :
1. Pemerintah daerah dapat mengarahkan atau memprioritaskan
perencanaan pembagunan bagi daerah yang relatif tertinggal dengan
strategi penanggulangan kemiskinan. Selain itu, setiap daerah sudah
seharusnya meningkatkan sikap kompetitif dengan daerah lain
supaya setiap daerah mampu bersaing dalam meningkatkan
lxxxix
kemampuan daerahnya masing-masing dan dapat menjalin
kerjasama yang baik.
2. Pemerintah daerah dapat mengurangi ketimpangan pendapatan
regional dengan cara memperbaiki tingkat pemerataan distribusi
pendapatan melalui pembangunan berbagai sarana dan prasarana
yang dibutuhkan didaerah untuk mendukung pembangunan di
tingkat yang lebih rendah, serta dengan mengikis berbagai hambatan
dalam upaya penanaman modal.
3. Pemerintah daerah dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi
regional melalui peningkatan PDRB tanpa harus memperbesar
ketimpangan pendapatan. Dalam hal ini pemerintah daerah dapat
berperan aktif dalam mempelopori dan memfasilitasi lembaga-
lembaga usaha yang padat karya sehingga pengembangan ekonomi
dapat berorientasi pada terciptanya perluasan lapangan kerja.
4. Pemerintah daerah kabupaten melalui kerja sama dengan setiap
kecamatan harus meningkatkan kualitas pendidikan, kesehatan,
disiplin masyarakatnya dan etos kerja penduduknya. Pemerintah
daerah juga harus meningkatkan pendapatan investasi. Dengan
adanya peningkatan kualitas masyarakat dan pemerataan ekonomi
melalui kerjasama antar wilayah diharapkan dapat mengurangi
ketimpangan pendapatan antar kecamatan di Kabupaten
Karanganyar
xc
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, Lincolin.1992. Ekonomi Pembangunan, Edisi II, cetakan pertama. Yogyakarta: STIE YKPN.
Arsyad Lincolin. 1999. Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi
Daerah, Edisi I, Yogyakarta: BPFE. Badan Pusat Statistik. 2001. Karanganyar Dalam Angka 2001. BPS
Karanganyar. __________ _______. 2002. Karanganyar Dalam Angka 2002. BPS
Karanganyar. ___________ ______. 2003. Karanganyar Dalam Angka 2003. BPS
Karanganyar. ___________ ______. 2004. Karanganyar Dalam Angka 2004. BPS
Karanganyar. _____________ ____. 2005. Karanganyar Dalam Angka 2005. BPS
Karanganyar. _____________ ____. 2006. Karanganyar Dalam Angka 2006. BPS
Karanganyar. _____________ ____. 2007. Karanganyar Dalam Angka 2007. BPS
Karanganyar. _____________ ____. 2008. Karanganyar Dalam Angka 2008. BPS
Karanganyar. BPS dan Bappeda Kabupaten Karanganyar. 2001. Produk Domestik Regional
Bruto Kabupaten Karanganyar Tahun 2001. Karanganyar. __________________________________. 2002. Produk Domestik Regional
Bruto Kabupaten Karanganyar Tahun 2002. Karanganyar. __________________________________. 2003. Produk Domestik Regional
Bruto Kabupaten Karanganyar Tahun 2003. Karanganyar. __________________________________. 2004. Produk Domestik Regional
Bruto Kabupaten Karanganyar Tahun 2004. Karanganyar.
xci
__________________________________. 2005. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Karanganyar Tahun 2005. Karanganyar.
__________________________________. 2006. Produk Domestik Regional
Bruto Kabupaten Karanganyar Tahun 2006. Karanganyar. __________________________________. 2007. Produk Domestik Regional
Bruto Kabupaten Karanganyar Tahun 2007. Karanganyar. __________________________________. 2008. Produk Domestik Regional
Bruto Kabupaten Karanganyar Tahun 2008. Karanganyar. Devita Purnawati. 2009. Analisis Disparitas Pendapatan Kabupaten/Kota dan
Pengaruhnya terhadap PDRB di Subusukawonosraten pada tahun 2000-2007. Skripsi FE UNS. Tidak Dipublikasikan.
Grisvia, 2003. Disparitas Distribusi Pendapatan di Jawa Timur. Jurusan Ekonomi
Pembangunan Fakultas Ekonomi Malang. Kuncoro, Mudrajad. 2003. Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi: Bagaimana
meneliti dan menulis tesis?. Jakarta: Erlangga. Sjafrizal. 2008. Ekonomi Regional, Teori& Aplikasi. Padang: Baduose Media. Sutarno,& Kuncoro, M. 2004. Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan Antar
Kecamatan di Kabupaten Banyumas, 1993-2000. Jurnal Ekonomi Pembangunan.
Tambunan, Tulus. 2001. Transformasi Ekonomi di Indonesia: Teori dan
Penemuan Empiris. Jakarta: Salemba Empat. Tarigan, Robinson. 2005. Ekonomi Regional: Teori & Aplikasi, Edisi Revisi.
Jakarta: Bumi Aksara. Todaro, Michael P. 2000. Pembangunan Ekonomi Dunia Ketiga, Edisi Ketujuh. Jakarta: Erlangga.
xcii
Lampiran
Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Karanganyar
Tahun 2001-2008 (%) Kecamatan 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Rata-rata Jatipuro -11,29 10,54 6,14 5,05 5.,02 4,86 5,69 6,11 4,01 Jatiyoso 4,16 -4,19 6,10 4,65 3.,94 5,01 5,87 6,31 3,98 Jumapolo 4,52 22,01 6,19 4,70 3.,46 4,90 5,80 6,24 7,23 Jumantono 2,13 15,63 6,68 4,78 3.,35 4,68 5,69 6,15 6,14
xciii
Matesih 2,02 2,22 2,22 4,89 2.,67 4,88 5,52 5,92 3,79 Tawangmangu 1,85 -11,18 5,90 4,75 1.,09 4,69 5,28 5,68 2,26 Ngargoyoso 3,09 6,74 6,11 5,00 4.,77 4,93 5,76 6,18 5,32 Karangpandan -2,22 15,80 5,64 5,28 5.,33 5,00 5,70 6,09 5,83 Karanganyar 3,83 -9,46 5,74 4,46 5.,66 5,16 5,65 6,03 3,38 Tasikmadu 1,46 1,60 5,36 5,23 4.,77 5,03 5,58 5,95 4,37 Jaten 7,25 7,95 5,55 7,28 7.,25 5,27 5,84 6,12 6,57 Colomadu -9,62 6,96 5,91 4,99 5.,39 5,23 5,65 6,02 3,82 Gondangrejo 12,57 8,49 5,74 6,45 4.,18 5,17 5,93 6,27 6,85 Kebakkramat 13,07 8,18 5,43 6,85 5.,79 5,17 5,84 6,15 7,06 Mojogedang 5,70 6,84 5,97 5,24 4.,04 4,87 5,61 6,02 5,54 Kerjo 7,03 10,87 6,23 5,17 6.,29 4,78 5,66 6,09 6,51 Jenawi 4,81 1,40 6,22 5,12 6.,99 4,71 5,54 5,95 5,09 Kab Karanganyar 4,97 5,53 5,63 5,98 5.,49 5,08 5,74 5,75 5,52
Sumber : BPS Kabupaten Karanganyar beberapa terbitan (diolah)
Jumlah Penduduk Kabupaten Karanganyar Tahun 2001-2008 Kecamatan 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Jatipuro 37.048 37.308 37.425 37.553 37.661 37.682 37.884 38.060 Jatiyoso 39.091 39.464 39.638 39.872 40.146 40.298 40.318 40.422 Jumapolo 45.509 45.808 45.999 46.258 46.453 46.469 46.978 47.441 Jumantono 46.090 47.502 46.944 47.315 47.552 47.934 48.424 48.879 Matesih 43.739 43.979 44.370 44.480 44.909 45.446 45.696 46.131 Tawangmangu 43.464 43.843 44.132 44.382 44.605 44.874 44.892 45.182 Ngargoyoso 33.286 33.574 34.296 34.484 34.745 34.977 35.182 35.351 Karangpandan 39.968 40.625 41.006 41.543 41.866 42.430 42.753 43.247 Karanganyar 69.222 70.672 71.461 72.112 72.750 73.120 73.699 75.796 Tasikmadu 52.482 53.255 53.843 54.301 54.698 55.122 55.379 55.842 Jaten 65.236 66.360 67.170 68.100 68.528 69.007 69.201 70.770 Colomadu 50.279 51.629 52.402 53.797 57.898 56.352 57.084 60.828 Gondangrejo 60.834 62.064 63.287 63.584 64.550 65.181 66.233 68.571 Kebakkramat 54.808 55.691 56.311 56.958 57.480 57.929 58.536 58.973 Mojogedang 60.029 60.743 61.514 62.242 62.896 63.549 64.472 65.051 Kerjo 36.240 36.378 36.530 36.659 36.817 36.867 37.063 37.380 Jenawi 26.706 26.656 26.875 27.000 27.133 27.252 27.572 27.656 Jumlah 804.031 815.551 823.203 830.640 840.687 844.489 851.366 865.580
Sumber : BPS Kabupaten Karanganyar beberapa terbitan (diolah)
Indeks Williamson Kabupaten Karanganyar Tahun 2001-2008
Tahun Indeks
Williamson
xciv
2001 0,8942 2002 0,8819 2003 0,8737 2004 0,8879 2005 0,9053 2006 0,9089 2007 0,9115 2008 0,9137
Rata-rata 0,8971 Sumber : Data diolah
Indeks Williamson Kabupaten Karanganyar Tanpa Kecamatan Jaten Tahun 2001-2008
Tahun Indeks
Williamson 2001 0.3911 2002 0.3901 2003 0.3857 2004 0.3931 2005 0.3990 2006 0.3993 2007 0.3996 2008 0.4021
Rata-rata 0.3950 Sumber : Data diolah
Korelasi pearson antara Indeks Williamson dan Pertumbuhan Ekonomi
IW PERTMBHN IW Pearson
Correlation 1 -.107
Sig. (2-tailed) . .802
xcv
N 8 8 PERTMBHN Pearson
Correlation -.107 1
Sig. (2-tailed) .802 . N 8 8
Sumber : Hasil Pengolahan Data dengan Program SPSS
PDRB Atas Dasar Harga Konstan Kabupaten Karanganyar Tahun 2001-2008
(dalam jutaan rupiah) Kecamatan 2000 2001 2002 2003 2004 2005 Jatipuro 84.312,62 74.790,68 82.673,42 87.752,24 92.187,02 96.810,62 Jatiyoso 72.918,69 75.953,45 72.772,94 77.213,37 80.800,86 83.983,77 Jumapolo 83.620,55 87.399,94 106.637,33 113.234,56 118.558,31 122.655,95
xcvi
Jumantono 99.085,44 101.200,86 117.015,84 124.831,60 130.794,78 135.180,35 Matesih 113.712,22 116.008,97 118.587,67 121.221,89 127.149,32 130.543,34 Tawangmangu 165.828,42 168.889,98 150.012,31 158.870,10 166.416,35 168.228,87 Ngargoyoso 72.885,72 75.137,53 80.199,25 85.101,75 89.357,56 93.618,90 Karangpandan 118.325,25 115.703,73 133.986,90 141.549,86 149.019,49 156.964,53 Karanganyar 276.435,82 287.012,63 259.866,77 274.781,81 287.031,55 303.271,83 Tasikmadu 153.799,42 156.042,02 158.538,05 167.041,10 175.771,55 184.154,80 Jaten 943.150,59 1.011.513,23 1.091.971,27 1.152.605,30 1.236.504,57 1.326.185,61 1.396.126,13Colomadu 152.429,89 137.760,93 147.342,98 156.053,22 163.845,20 172.681,77 Gondangrejo 191.561,09 215.640,15 233.953,71 247.394,02 263.359,64 274.374,85 Kebakkramat 340.418,36 384.908,21 416.398,35 438.988,74 469.075,76 496.212,18 Mojogedang 144.249,00 152.467,30 162.902,52 172.620,72 181.661,02 189.002,26 Kerjo 105.272,20 112.676,82 124.919,32 132.699,81 139.555,51 148.333,63 Jenawi 83.589,99 87.607,98 88.834,51 94.360,04 99.190,44 106.127,26 Jumlah 3.201.595,26 3.360.714,39 3.546.613,13 3.746.320,13 3.970.278,93 4.188.330,52 4.401.301,72
Sumber : BPS Kabupaten Karanganyar beberapa terbitan (diolah)
PDRB per kapita Atas Dasar Harga Konstan Kabupaten Karanganyar Tahun 2001-2008
(dalam rupiah) Kecamatan 2001 2002 2003 2004 2005 2006 Jatipuro 2.023.393,14 2.223.419,77 2.344.310,87 2.459.369,87 2.574.339,61 2.682.690,31Jatiyoso 1.949.673,96 1.851.351,80 1.953.285,35 2.031.550,54 2.092.896,86 2.193.744,25Jumapolo 1.927.273,88 2.336.488,41 2.467.091,28 2.570.258,32 2.651.791,27 2.767.439,61Jumantono 2.212.766,06 2.528.650,74 2.669.680,65 2.776.900,25 2.858.298,00 2.981.972,79Matesih 2.666.259,94 2.714.111,41 2.744.253,04 2.868.698,52 2.919.648,78 3.026.274,74Tawangmangu 3.902.985,19 3.438.992,88 3.608.387,83 3.764.564,77 3.780.509,08 3.948.797,92Ngargoyoso 2.262.565,33 2.396.439,77 2.490.466,93 2.596.773,00 2.700.363,43 2.817.200,06Karangpandan 2.912.470,77 3.325.479,74 3.469.444,30 3.599.330,80 3.762.964,21 3.917.483,04
xcvii
Karanganyar 4.279.746,36 3.691.446,66 3.866.789,64 3.994.593,97 4.180.349,52 4.371.480,91Tasikmadu 3.031.943,81 3.046.289,58 3.123.197,60 3.246.971,31 3.377.004,37 3.546.787,35Jaten 15.653.011,10 16.576.665,60 17.252.504,16 18.289.864,39 19.419.624,94 20.325.619,25Colomadu 2.754.998,11 2.890.494,94 3.002.004,88 3.093.987,42 3.097.097,55 3.282.891,51Gondangrejo 3.555.543,43 3.767.309,79 3.939.959,86 4.159.251,33 4.285.633,86 4.436.770,19Kebakkramat 7.072.658,31 7.565.514,40 7.845.108,48 8.283.459,85 8.669.430,26 9.045.020,32Mojogedang 2.565.277,98 2.727.451,97 2.936.362,75 2.936.362,75 3.026.118,17 3.117.734,28Kerjo 3.137.668,55 3.460.464,74 3.634.914,21 3.816.224,37 4.037.387,92 4.193.541,82Jenawi 3.332.242,12 3.342.659,21 3.559.815,72 3.681.628,86 3.918.014,69 4.058.618,49kab kra 4.188.515,90 4.378.059,10 4.574.278,17 4.802.551,48 5.012.698,91 5.233.097,32
Sumber : BPS Kabupaten Karanganyar beberapa terbitan (diolah)
Perhitungan Indeks Williamson Tahun 2001
Kecamatan Yi Y Yi-Y (Yi-Y)2 f n f/n Jatipuro 2112408.35 4404510.3 -2,292,102 5.25373E+12 37048 804031 0.046077825 Jatiyoso 2035446 4404510.3 -2,369,064 5.61247E+12 39091 804031 0.048618772 Jumapolo 2012060.46 4404510.3 -2,392,450 5.72382E+12 45509 804031 0.056601051 Jumantono 2310112.39 4404510.3 -2,094,398 4.3865E+12 46090 804031 0.057323660 Matesih 2600720.06 4404510.3 -1,803,790 3.25366E+12 43739 804031 0.054399644 Tawangmangu 4074689.41 4404510.3 -329,821 1.08782E+11 43464 804031 0.054057617 Ngargoyoso 2362102.44 4404510.3 -2,042,408 4.17143E+12 33286 804031 0.041398901 Karangpandan 3040599.09 4404510.3 -1,363,911 1.86025E+12 39968 804031 0.049709526 Karanganyar 4156678.5 4404510.3 -247,832 61420601091 69222 804031 0.086093695 Tasikmadu 3104473.05 4404510.3 -1,300,037 1.6901E+12 52482 804031 0.065273603 Jaten 16836319.93 4404510.3 12,431,810 1.5455E+14 65236 804031 0.081136175 Colomadu 2876198.9 4404510.3 -1,528,311 2.33574E+12 50279 804031 0.062533659 Gondangrejo 3711962.6 4404510.3 -692,548 4.79622E+11 60834 804031 0.075661262
xcviii
Kebakkramat 7383806 4404510.3 2,979,296 8.8762E+12 54808 804031 0.068166526 Mojogedang 2678132.41 4404510.3 -1,726,378 2.98038E+12 60029 804031 0.074660057 Kerjo 3275704.1 4404510.3 -1,128,806 1.2742E+12 36240 804031 0.045072889 Jenawi 3478837.63 4404510.3 -925,673 8.5687E+11 26706 804031 0.033215137 Kab Kra 4404510.3 Jumlah 804031
Perhitungan Indeks Williamson Tahun 2002
Kecamatan Yi Y Yi-Y (Yi-Y)2 f n f/n Jatipuro 2274066.64 4487641.26 -2213574.62 4.89991E+12 37308 815551 0.045745760 Jatiyoso 1893523.46 4487641.26 -2594117.80 6.72945E+12 39464 815551 0.048389371 Jumapolo 2389710.78 4487641.26 -2097930.48 4.40131E+12 45808 815551 0.056168161 Jumantono 2586250.54 4487641.26 -1901390.72 3.61529E+12 47502 815551 0.058245284 Matesih 2682302.43 4487641.26 -1805338.83 3.25925E+12 43979 815551 0.053925506 Tawangmangu 3517329.04 4487641.26 -970312.22 9.41506E+11 43843 815551 0.053758747 Ngargoyoso 2451027.91 4487641.26 -2036613.35 4.14779E+12 33574 815551 0.041167260 Karangpandan 3401230.3 4487641.26 -1086410.96 1.18029E+12 40625 815551 0.049812949 Karanganyar 3775533.47 4487641.26 -712107.79 5.07098E+11 70672 815551 0.086655525 Tasikmadu 3115680.49 4487641.26 -1371960.77 1.88228E+12 53255 815551 0.065299411 Jaten 17016367.76 4487641.26 12528726.50 1.56969E+14 66360 815551 0.081368302 Colomadu 2956337.03 4487641.26 -1531304.23 2.34489E+12 51629 815551 0.063305667 Gondangrejo 3853124.75 4487641.26 -634516.51 4.02611E+11 62064 815551 0.076100698 Kebakkramat 7737847.89 4487641.26 3250206.63 1.05638E+13 55691 815551 0.068286349 Mojogedang 2789580.09 4487641.26 -1698061.17 2.88341E+12 60743 815551 0.074480934
xcix
Perhitungan Indeks Williamson Tahun 2003
Kecamatan Yi Y Yi-Y (Yi-Y)2 f n f/n Jatipuro 2344310.87 4574278.17 -2229967.30 4.97275E+12 37425 823203 0.045462662Jatiyoso 1953285.35 4574278.17 -2620992.82 6.8696E+12 39638 823203 0.048150942Jumapolo 2467091.28 4574278.17 -2107186.89 4.44024E+12 45999 823203 0.055878076Jumantono 2669680.65 4574278.17 -1904597.52 3.62749E+12 46944 823203 0.057026031Matesih 2744253.04 4574278.17 -1830025.13 3.34899E+12 44370 823203 0.053899220Tawangmangu 3608387.83 4574278.17 -965890.34 9.32944E+11 44132 823203 0.053610106Ngargoyoso 2490466.93 4574278.17 -2083811.24 4.34227E+12 34296 823203 0.041661656Karangpandan 3469444.30 4574278.17 -1104833.87 1.22066E+12 41006 823203 0.049812744Karanganyar 3866789.64 4574278.17 -707488.53 5.0054E+11 71461 823203 0.086808479Tasikmadu 3123197.60 4574278.17 -1451080.57 2.10563E+12 53843 823203 0.065406710Jaten 17252504.16 4574278.17 12678225.99 1.60737E+14 67170 823203 0.081595913Colomadu 3002004.88 4574278.17 -1572273.29 2.47204E+12 52402 823203 0.063656231Gondangrejo 3939959.86 4574278.17 -634318.31 4.0236E+11 63287 823203 0.076878972Kebakkramat 7845108.48 4574278.17 3270830.31 1.06983E+13 56311 823203 0.068404756Mojogedang 2936362.75 4574278.17 -1637915.42 2.68277E+12 61514 823203 0.074725189Kerjo 3634914.21 4574278.17 -939363.96 8.82405E+11 36530 823203 0.044375446Jenawi 3559815.72 4574278.17 -1014462.45 1.02913E+12 26875 823203 0.032646868Kab Kra 4574278.17
Kerjo 3539290.01 4487641.26 -948351.25 8.9937E+11 36378 815551 0.044605426 Jenawi 3418801.17 4487641.26 -1068840.09 1.14242E+12 26656 815551 0.032684651 Kab Kra 4487641.26 Jumlah 815551
c
Jumlah 823203
Perhitungan Indeks Williamson Tahun 2004
Kecamatan Yi Y Yi-Y (Yi-Y)2 f n f/n Jatipuro 2459369.87 4802551.48 -2343181.61 5.4905E+12 37553 830640 0.045209718Jatiyoso 2031550.54 4802551.48 -2771000.94 7.67845E+12 39872 830640 0.048001541Jumapolo 2570258.32 4802551.48 -2232293.16 4.98313E+12 46258 830640 0.055689589Jumantono 2776900.25 4802551.48 -2025651.23 4.10326E+12 47315 830640 0.056962102Matesih 2868698.52 4802551.48 -1933852.96 3.73979E+12 44480 830640 0.053549071Tawangmangu 3764564.77 4802551.48 -1037986.71 1.07742E+12 44382 830640 0.053431089Ngargoyoso 2596773.00 4802551.48 -2205778.48 4.86546E+12 34484 830640 0.041514976Karangpandan 3599330.80 4802551.48 -1203220.68 1.44774E+12 41543 830640 0.050013243Karanganyar 3994593.97 4802551.48 -807957.51 6.52795E+11 72112 830640 0.086814986Tasikmadu 3246971.31 4802551.48 -1555580.17 2.41983E+12 54301 830640 0.065372484Jaten 18289864.39 4802551.48 13487312.91 1.81908E+14 68100 830640 0.081984975Colomadu 3093987.42 4802551.48 -1708564.06 2.91919E+12 53797 830640 0.064765723Gondangrejo 4159251.33 4802551.48 -643300.15 4.13835E+11 63584 830640 0.076548204Kebakkramat 8283459.85 4802551.48 3480908.37 1.21167E+13 56958 830640 0.068571222Mojogedang 2936362.75 4802551.48 -1866188.73 3.48266E+12 62242 830640 0.074932582Kerjo 3816224.37 4802551.48 -986327.11 9.72841E+11 36659 830640 0.044133439Jenawi 3681628.86 4802551.48 -1120922.62 1.25647E+12 27000 830640 0.032505056Kab Kra 4802551.48
ci
Jumlah 830640
Perhitungan Indeks Williamson Tahun 2005
Kecamatan Yi Y Yi-Y (Yi-Y)2 f n f/n Jatipuro 2574339.61 5012698.91 -2438359.30 5.9456E+12 37661 840687 0.044797886Jatiyoso 2092896.86 5012698.91 -2919802.05 8.52524E+12 40146 840687 0.047753801Jumapolo 2651791.27 5012698.91 -2360907.64 5.57388E+12 46453 840687 0.055255999Jumantono 2858298.00 5012698.91 -2154400.91 4.64144E+12 47552 840687 0.056563263Matesih 2919648.78 5012698.91 -2093050.13 4.38086E+12 44909 840687 0.053419406Tawangmangu 3780509.08 5012698.91 -1232189.83 1.51829E+12 44605 840687 0.0530577Ngargoyoso 2700363.43 5012698.91 -2312335.48 5.3469E+12 34745 840687 0.041329294Karangpandan 3762964.21 5012698.91 -1249734.70 1.56184E+12 41866 840687 0.049799747Karanganyar 4180349.52 5012698.91 -832349.39 6.92806E+11 72750 840687 0.086536368Tasikmadu 3377004.37 5012698.91 -1635694.54 2.6755E+12 54698 840687 0.065063454Jaten 19419624.94 5012698.91 14406926.03 2.0756E+14 68528 840687 0.081514285Colomadu 3097097.55 5012698.91 -1915601.36 3.66953E+12 57898 840687 0.068869865Gondangrejo 4285633.86 5012698.91 -727065.05 5.28624E+11 64550 840687 0.076782441Kebakkramat 8669430.26 5012698.91 3656731.35 1.33717E+13 57480 840687 0.068372652Mojogedang 3026118.17 5012698.91 -1986580.74 3.9465E+12 62896 840687 0.074815002Kerjo 4037387.92 5012698.91 -975310.99 9.51232E+11 36817 840687 0.043793945Jenawi 3918014.69 5012698.91 -1094684.22 1.19833E+12 27133 840687 0.032274794Kab Kra 5012698.91 Jumlah 840687
cii
Perhitungan Indeks Williamson Tahun 2006
Kecamatan Yi Y Yi-Y (Yi-Y)2 f n f/n Jatipuro 2682690.31 5233097.32 -2550407.01 6.50458E+12 37682 844489 0.044621067Jatiyoso 2193744.25 5233097.32 -3039353.07 9.23767E+12 40298 844489 0.047718798Jumapolo 2767439.61 5233097.32 -2465657.71 6.07947E+12 46469 844489 0.055026176Jumantono 2981972.79 5233097.32 -2251124.53 5.06756E+12 47934 844489 0.056760952Matesih 3026274.74 5233097.32 -2206822.58 4.87007E+12 45446 844489 0.053814792Tawangmangu 3948797.92 5233097.32 -1284299.40 1.64942E+12 44874 844489 0.053137459Ngargoyoso 2817200.06 5233097.32 -2415897.26 5.83656E+12 34977 844489 0.041417946Karangpandan 3917483.04 5233097.32 -1315614.28 1.73084E+12 42430 844489 0.050243402Karanganyar 4371480.91 5233097.32 -861616.41 7.42383E+11 73120 844489 0.086584905Tasikmadu 3546787.35 5233097.32 -1686309.97 2.84364E+12 55122 844489 0.065272609Jaten 20325619.25 5233097.32 15092521.93 2.27784E+14 69007 844489 0.081714504Colomadu 3282891.51 5233097.32 -1950205.81 3.8033E+12 56352 844489 0.066729111Gondangrejo 4436770.19 5233097.32 -796327.13 6.34137E+11 65181 844489 0.077183954Kebakkramat 9045020.32 5233097.32 3811923.00 1.45308E+13 57929 844489 0.068596512Mojogedang 3117734.28 5233097.32 -2115363.04 4.47476E+12 63549 844489 0.075251424Kerjo 4193541.82 5233097.32 -1039555.50 1.08068E+12 36867 844489 0.043655986Jenawi 4058618.49 5233097.32 -1174478.83 1.3794E+12 27252 844489 0.032270403Kab Kra 5233097.32 Jumlah 844489
ciii
Perhitungan Indeks Williamson Tahun 2007
Kecamatan Yi Y Yi-Y (Yi-Y)2 f n f/n
Jatipuro 2826793.40 5487197.67 -2660404.27 7.07775E+12 37884 851366 0.044497901Jatiyoso 2319795.26 5487197.67 -3167402.41 1.00324E+13 40318 851366 0.047356836Jumapolo 2910042.47 5487197.67 -2577155.20 6.64173E+12 46978 851366 0.055179558Jumantono 3106180.91 5487197.67 -2381016.76 5.66924E+12 48424 851366 0.056878005Matesih 3166844.83 5487197.67 -2320352.84 5.38404E+12 45696 851366 0.053673743Tawangmangu 4140843.76 5487197.67 -1346353.91 1.81267E+12 44892 851366 0.052729378Ngargoyoso 2959666.14 5487197.67 -2527531.53 6.38842E+12 35182 851366 0.041324178Karangpandan 4084686.54 5487197.67 -1402511.13 1.96704E+12 42753 851366 0.050216945Karanganyar 4591023.52 5487197.67 -896174.15 8.03128E+11 73699 851366 0.08656559Tasikmadu 3704667.75 5487197.67 -1782529.92 3.17741E+12 55379 851366 0.06504723Jaten 21406626.86 5487197.67 15919429.19 2.53428E+14 69201 851366 0.081282316Colomadu 3389515.48 5487197.67 -2097682.19 4.40027E+12 57084 851366 0.067049894Gondangrejo 4645010.99 5487197.67 -842186.68 7.09278E+11 66233 851366 0.077796153Kebakkramat 9476564.07 5487197.67 3989366.40 1.5915E+13 58536 851366 0.068755388Mojogedang 3261533.65 5487197.67 -2225664.02 4.95358E+12 64472 851366 0.075727713Kerjo 4453051.73 5487197.67 -1034145.94 1.06946E+12 37063 851366 0.043533568Jenawi 4258316.76 5487197.67 -1228880.91 1.51015E+12 27572 851366 0.032385601Kab Kra 5487197.67 Jumlah 851366
civ
Perhitungan Indeks Williamson Tahun 2008
Kecamatan Yi Y Yi-Y (Yi-Y)2 f n f/n Jatipuro 2997398.82 5709165.40 -2711766.58 7.35368E+12 38060 865580 0.043970517Jatiyoso 2461245.40 5709165.40 -3247920.00 1.0549E+13 40422 865580 0.046699323Jumapolo 3050660.26 5709165.40 -2658505.14 7.06765E+12 47441 865580 0.054808337Jumantono 3263906.98 5709165.40 -2445258.42 5.97929E+12 48879 865580 0.05646965Matesih 3329153.10 5709165.40 -2380012.30 5.66446E+12 46131 865580 0.053294901Tawangmangu 4353662.63 5709165.40 -1355502.77 1.83739E+12 45182 865580 0.052198526Ngargoyoso 3128531.87 5709165.40 -2580633.53 6.65967E+12 35351 865580 0.040840823Karangpandan 4294439.11 5709165.40 -1414726.29 2.00145E+12 43247 865580 0.049963031Karanganyar 4738384.58 5709165.40 -970780.82 9.42415E+11 75796 865580 0.087566718Tasikmadu 3876819.43 5709165.40 -1832345.97 3.35749E+12 55842 865580 0.064513968Jaten 22251386.55 5709165.40 16542221.15 2.73645E+14 70770 865580 0.081760207Colomadu 3369153.43 5709165.40 -2340011.97 5.47566E+12 60828 865580 0.070274267Gondangrejo 4782531.51 5709165.40 -926633.89 8.5865E+11 68571 865580 0.079219714Kebakkramat 9974291.11 5709165.40 4265125.71 1.81913E+13 58973 865580 0.068131195Mojogedang 3275226.02 5709165.40 -2433939.38 5.92406E+12 65051 865580 0.075153077Kerjo 4681358.76 5709165.40 -1027806.64 1.05639E+12 37380 865580 0.043184916Jenawi 4498801.66 5709165.40 -1210363.74 1.46498E+12 27656 865580 0.031950831Kab Kra 5709165.40 Jumlah 865580
cv