Pertemuan 5 Imbalan Kerja
-
Upload
hesyandi-ebest -
Category
Documents
-
view
233 -
download
2
description
Transcript of Pertemuan 5 Imbalan Kerja
BAB I
PENDAHULUAN
Pada era globalisasi sekarang ini, banyak perusahaan harus mampu menghasilkan
produk dan jasa yang berkualitas agar dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya. Setiap
perusahaan berusaha untuk mencapai sasarannya dalam bentuk kemampuan menghasilkan
laba yang optimal. Dalam mencapai tujuan tersebut, peran manajemen sangat menentukan
dalam mengalokasikan secara efektif sumber daya yang dimiliki perusahaan seperti modal,
manusia dan sumber alam, pasar, teknologi dan lain-lain. Dalam proses mencapai tujuan,
perusahaan akan menghadapi kendala atau masalah–masalah yang tentunya harus
diselesaikan.
Salah satu masalah yang dihadapi oleh perusahaan adalah masalah apakah sudah
sesuai perusahaan dalam pemberian imbalan kerja dengan Undang-undang No.13 tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan. Keberhasilan suatu perusahaan baik itu perusahaan kecil maupun
besar itu pelaku utamanya dipastikan sumber daya yang berkualitas dari itu, jika perusahaan
ingin mendapatkan kontribusi yang lebih dari setiap pekerjanya, imbalan yang didapat oleh
pekerjanya pun harus jelas.
Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor penentu terhadap efisiensi dan
efektivitas dari pemakaian sumber daya lainnya. Untuk itu diperlukan suatu pendekatan yang
mengarah pada penciptaan suatu manajemen tenaga kerja yang baik yang dapat
meningkatkan motivasi kerja karyawan.
Salah satu cara yang paling efektif adalah pemberian imbalan kerja yang tidak hanya
terbatas pada gaji pokok, tetapi juga terdapat imbalan kerja lainnya yang diharapkan oleh
para pekerja, dimana perusahaan menjamin keadilan atas hak para pekerjanya berdasarkan
kinerja mereka masing–masing sesuai kontribusinya pada perusahaan.
Imbalan kerja pada suatu perusahaan disajikan kedalam laporan keuangan dimana
laporan keuangan tersebut merupakan bentuk informasi yang dihasilkan oleh bagian
Accounting. Informasi tersebut digunakan oleh manajemen perusahaan untuk memberikan
pertanggungjawaban keuangan kepada pemilik perusahaan. Sehingga manajemen
perusahaan dapat menetapkan langkah-langkah apa saja yang harus dilakukan dalam
meningkatkan laba perusahaan.Salah satu bentuk laporan keuangan yang digunakan untuk
1
melaporkan imbalan kerja adalah Neraca. Imbalan kerja pada Neraca dilaporkan pada posisi
kredit tepatnya pada Kewajiban Lancar.
Sejak pertama kali diterapkan tahun 2004, akuntansi imbalan kerja merupakan salah
satu komponen penting dalam neraca dan laba rugi perusahaan. Jasa aktuaria sebagai jasa
yang sangat diperlukan dalam kaitannya dengan perhitungan imbalan kerja juga menjadi jasa
yang berkembang cukup pesat. Imbalan kerja memiliki dampak yang signifikan bagi
perusahaan mengingat keterkaitannya dengan jasa yang diberikan oleh karyawan selama
jangka waktu tertentu pada sebuah entitas dimana atas jasanya tersebut seorang kaaryawan
berhak atas uang pensiun yang akan diterimanya nanti. PSAK 24 berusaha untuk mengatur
mengenai perhitungan serta penyajian imbalan kerja tersebut.
Dana Pensiun merupakan suatu badan hukum yang berdiri sendiri dan terpisah dari
Pemberi Kerja, yang berfungsi untuk mengelola dan menjalankan program pensiun sesuai
dengan peraturan perundangan yang berlaku. Dana Pensiun mempunyai tujuan dan kegiatan
usaha yang berlainan dengan perusahaan pada umumnya, maka perlu disusun Standar
Akuntansi Keuangan yang berlaku khusus untuk Dana Pensiun sebagai pedoman proses
akuntansi serta proses penyusunan laporan keuangan. Kekhususan Standar Akuntansi
Keuangan Dana Pensiun terutama mengenai isi laporan keuangan, penilaian aset dan
penentuan kewajiban manfaat pensiun.
Pelaporan keuangan dana pensiun, juga ditentukan oleh faktor kebijakan manajemen
perusahaan mengatur program pensiun. Kebijakan manajemen ini nantinya akan
mempengaruhi keputusan manajemen perusahaan mengenai kewajaran laporan keuangan.
Apakah laporan keuangan yang telah disusun sudah sesuai dengan peraturan program pensiun
yang telah ditetapkan dan sesuai standar pelaporan.
Dana Pensiun mempunyai tujuan dan kegiatan usaha yang berlainan dengan perusahaan pada
umumnya, maka perlu disusunStandar Akuntansi Keuangan yang berlaku khusus untuk Dana
Pensiun sebagai pedoman proses akuntansi serta proses penyusunan laporan keuangan,yakni
PSAK 18. Kekhususan Standar Akuntansi Keuangan Dana Pensiun terutama mengenai isi
laporan keuangan, penilaian aktiva dan penentuan kewajiban manfaat pensiun. Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan No. 18 tentang Akuntansi Dana Pensiun ini disusun dengan
mengadaptasi IAS 26 Accounting and Reporting by Retirement Benefit Plans dengan
memperhatikan peraturan perundangan tentang Dana Pensiun yang berlaku di Indonesia,
khususnya Undang-Undang No. 11 tahun 1992 tentang Dana Pensiun serta peraturan
pelaksanaanny
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. PENGERTIAN IMBALAN KERJA
Imbalan Kerja adalah semua bentuk imbalan yang diberikan entitas sebagai
pertukaran atas jasa yang diberikan oleh pekerja, termasuk direktur dan manajemen. Terdapat
empat jenis Imbalan Kerja, antara lain :
a. Imbalan kerja jangka pendek, adalah imbalan kerja ( selain pesangon pemutusan kerja) yang jatuh tempo seluruhnya dalam waktu 12 bulan setelah akhir periode pekerja memberikan jasanya. Contoh dari Imbalan Kerja Jangka Pendek ini adalah; Gaji, iuran Jaminan Sosial, cuti tahunan, cuti sakit, bagi laba dan bonus (jika terutang dalam waktu 12 bulan pada periode akhir pelaporan), dan imbalan yang tidak berbentuk uang (imbalan kesehatan, rumah, mobil, barang dan jasa yang diberikan secara cuma-cuma atau memalui subsidi)
a) Imbalan Pasca Kerja, adalah imbalan kerja ( selain pesanon pemutusan kerja) yang
terutang seelah pekerja menyelesaikan masa bekerjanya. Contoh dari Imbalan Pasca
Kerja ini adalah : Imbalan Pensiun, Imbalan asuransi jiwa pasca kerja, imbalan
kesehatan pasca kerja. Jika dikaitkan dengan penjelasan diawal tulisan ini, imbalan
pasca kerja yang tercantum di perundangan ketenagakerjaan adalah; Imbalan Pensiun,
Meninggal Dunia, Disability/cacat/medical unfit dan mengundurkan diri.
b) Imbalan Kerja Jangka Panjang, adalah imbalan kerja ( selain imbalan pasca kerja dan
pesangon pemutusan kerja) yang tidak seluruhnya jatuh tempo dalam waktu 12 bulan
setelah akhir periode pekerja memberikan jasanya. Contoh dari Imbalan Jangka
Panjang ini adalah: Cuti besar/cuti panjang, penghargaan masa kerja (jubilee) berupa
sejumlah uang atau berupa pin/cincin terbuat dari emas dan lain-lain
c) Pesangon pemutusan kerja adalah imbalan kerja yang yang terutang akibat :
i. Keputusan entitas untuk memutuskan hubungan kerja sebelum usian pensiun
normal.
ii. Keputusan pekerja menerima tawaran untuk mengundurkan diri secara
sukarela dengan mendapatkan imbalan.
3
2.1.1. PRINSIP UMUM PENGAKUAN UNTUK IMBALAN KERJA
Entitas harus mengakui biaya atas seluruh imbalan kerja yang menjadi hak pekerja
akibat dari jasa yang diberikan kepada entitas selama periode laporan:
1. Sebagai kewajiban, setelah dikurang jumlahyang telah dibayar secara langsung
kepada pekerja atau sebagai kontribusi kepada dana imbalan kerja. Jika pembayaran
kontribusi melibihi kewajiban yang timbul dari jasa sebelum tanggal pelaporan, maka
entitas harus melaporkan kelebihan tersebut sebagai aset di bayar di muka yang akan
mengurangi pembayaran di masa datang atau sebagai pengembalian kas.
2. Sebagai beban, biaya tersebut diakui sebagai biaya perolehan suatu aset seperti
persediaan atau aset tetap.
2.1.2. IMBALAN KERJA JANGKA PENDEK
Imbalan kerja yang jatuh tempo dalam waktu 12 bulan setelah akhir periode pelaporan
saat pekerja memberikan jasa (selain dari pesangon Pemutusan Kontrak Kerja (PKK) dan
imbalan berbasis ekuitas). Contoh dari Imbalan Kerja Jangka Pendek antara lain :
Upah, gaji, dan iuran jaminan sosial.
Cuti-berimbalan jangka pendek (compensated absences)
Hutang bagi laba dan hutang bonus
Imbalan non moneter (non monetary benefits) yang diberikan secara gratis atau
melalui subsidi untu pekerja seperti:
Jaminan kesehatan
Rumah
Mobil, barang atau jasa lainnya.
Gaji dan Upah diakui pada saat pekerja telah memberikan jasanya kepada perusahaan
dalam satu periode akuntansi sebesar jumlah tak terdiskonto (undiscounted amount) atas
imbalan kerja yang diperkirakan untuk dibayar sebagai imbalan atas jasa tersebut.
Cuti berimbalan jangka pendek dapat diakui dengan tiga cara yakni, Diakui pada saat
pekerja memberikan jasa yang menambah hak cuti berimbalan di masa depan ( Cuti boleh
diakumulasi ) , diakui pada saat cuti terjadi ( Cuti tidak boleh diakumulasi ),Diakui dan
4
diukur sebesar jumlah tak terdiskonto dari perkiraan biaya imblan kerja jangka pendek dalam
bentuk cuti berimbalan. Perusahaan harus mengukur perkiraan biaya cuti berimbalan yang
boleh diakumulasi sebagai tambahan yang diperkirakan akan dibayar oleh perusahaan karena
akibat Hak belum digunakan; dan terakumulasi pada tanggal neraca.
Program bagi laba dan bonus diakui jika, dan hanya jika mempunyai kewajiban
hukum atau kewajiban konstruktif atas pembayaran beban tersebut sebagai akibat dari
peristiwa masa lalu; dan Kewajiban tersebut dapat diestimasi secara andal. Kewajiban kini
timbul jika, dan hanya jika, perusahaan tidak mempunyai alternatif realistis lainnnya kecuali
melakukan pembayaran
2.1.3. IMBALAN PASCA KERJA
Imbalan pascakerja adalah imbalan kerja (selain pesangon pemutusan kerja)
yang terutang setelah pekerja menyelesaikan masa kerjanya.Imbalan pascakerja
termasuk misalnya:
a) Tunjangan pensiun
b) Imbalan pascakerja lain, seperti : asuransi jiwa dan perawatan kesehatan
pascakerja. Perjanjian dimana entitas memberikan imbalan pascakerja adalah
program imbalan pascakerja. Entitas harus menerapkan bagian ini untuk semua
perjanjian tersebut baik entitas terlibat atau tidak terlibat atas pendirian entitas
terpisah yang menerima iuran dan membayar imbalan. Dalam beberapa kasus,
perjanjian ini diwajibkan oleh hukum dan bukan sekadar inisiatif entita
Program imbalan pascakerja diklasifikasikan sebagai program iuran pasti atau program
imbalan pasti, bergantung pada substansi ekonomis atas program sebagai turunan dari syarat
dan kondisi utamanya. Program tersebut akan dijelaskan sebagai berikut :
a) Program iuran pasti adalah program imbalan pasca kerja dimana entitas membayar
iuran tetap kepada entitas erpisah (dana) dan tidak memiliki kewajiban hukum
atau konstruktif untuk membayar iuran berikutnya atau melakukan pembayaran
langsung ke pekerja jika dana yang ada tidak mencukupi untuk membayar seluruh
imbalan pekerja terkait dengan jasa mereka pada periode kini dan periode lalu.
Sehingga jumlah imbalan pascakerja yang diterima pekerja ditentukan oleh
jumlah iuran yang dibayar oleh entitas (dan mungkin juga oleh pekerja) ke
5
program imbalan pascakerja atau perusahaan asuransi, ditambah hasil investasi
iuran tersebut.
b) Program imbalan pasti adalah program imbalan pascakerja selain iuran pasti.
Dengan imbalan pasti, kewajiban entitas adalah menyediakan imbalan yang telah
disepakati kepada pekerja dan mantan pekerja, dan risiko aktuarial (dimana
imbalan akan lebih besar daripada yang diperkirakan) dan risiko investasi secara
substantif berada pada entitas. Jika pengalaman aktuarial atau investasi lebih
buruk daripada yang diperkirakan, maka kewajiban entitas akan meningkat.
c) Untuk pengakuan Program Iuran Pasti, Entitas harus mengakui iuran yang
terutang untuk periode berjalan :
d) Sebagai kewajiban, setelah dikurangi dengan jumlah yang telah dibayar. Jika
pembayaran iuran melebihi iuran yang terutang sebelum tanggal pelaporan, maka
entitas harus mengakui kelebihan tersebut sebagai aset.
e) Sebagai beban, kecuali Bab lain mensyaratkan biaya tersebut diakui sebagai
bagian biaya perolehan suatu aset seperti persediaan atau aset tetap.
f) Dalam menerapkan prinsip pengakuan umum untuk program imbalan pasti, maka
entitas ‘ yang timbul dalam program imbalan pasti neto setelah aset program
(kewajiban imbalan pasti atau defined benefit liability)
g) mengakui perubahan neto dalam kewajiban tersebut selama periode sebagai biaya
program imbalan pasti selama periode tersebut
h) Entitas harus mengukur kewajiban imbalan pasti untuk kewajiban dalam program
imbalan pasti pada nilai neto dari total jumlah berikut :
i) nilai kini dari kewajiban dalam program imbalan pasti (kewajiban imbalan pasti
atau defined benefit obligation) pada tanggal pelaporan
j) nilai wajar aset program pada tanggal pelaporan (jika ada) yang digunakan untuk
menutup secara langsung kewajiban tersebut.
2.1.4. IMBALAN JANGKA PANJANG LAINNYA
Imbalan kerja yang termasuk dalam imbalan kerja jangka panjang meliputi:
a. Kompensasi cuti jangka panjangseperti cuti pengabdian dan cuti hari raya.
b. Imbalan pengabdian
c. Imbalan cacat jangka panjang
6
d. Bagi hasil dan bonus yang terutang 12 bulan atau lebihsetelah akhir periode
dimana pekerja memberikan jasa terkait
e. Kompensasi yang ditunda dibayarkan 12 bulan atau lebihsetelah akhir periode
kompensasi tersebut diperole
2.1.5.PESANGON PEMUTUSAN KERJA
Perjanjian kontraktual atau perjanjian lainnya dengan pekerja atau perwakilan pekerja
atau kewajiban konstruktif berdasarkan praktik bisnis, kebiasaan atau keinginan untuk
bertindak adil, untuk melakukan pembayaran kepada pekerja untuk menghentikan
pekerjaannya. Pembayaran tersebut adalah pesangon pemutusan kerja.
Dikarenakan pesangon pemutusan kerja tidak memberikan entitas manfaat ekonomi
masa yang akan datang, maka entitas harus segera mngakuinya sebagai beban dalam laporan
laba rugi. Ketika entitas mengakui pesangon pemutusan kerja, entitas juga mencatat
pengurangan atas tunjangan pensiun atau imbalan kerja lainnya.
Entitas harus mengakui pesangon pemutusan kerja sebagai kewajiban dan beban
hanya ketika entitas mampu menunjukkan komitmen, baik:
a) memutus masa kerja pekerja atau sekelompok pekerja sebelum masa pensiun normalnya;
b) memberikan pesangon pemutusan kerja sebagai akibat penawaran yang dibuat dalam
rangka pengurangan jumlah pekerja secara sukarela. Entitas dianggap mampu menunjukkan
komitmen untuk melakukan pemutusan hanya ketika entitas memiliki program formal yang
detail untuk melakukan pemutusan kerja dan tanpa kemungkinan realistis untuk menarik
programtersebut.
Pengukuran
Entitas harus mengukur pesangon pemutusan kerja pada estimasi terbaik pembayaran
yang akan dibutuhkan untuk menyelesaikan kewajiban pada tanggal pelaporan. Dalam
kasus penawaran pengurangan pekerja secara sukarela, pengukuran pesangon
pemutusan kerja harus berdasarkan jumlah pekerja yang diekspektasikan akan
menerima tawaran tersebut. Ketika pesangon pemutusan kerja terutang lebih dari 12
bulan setelah akhir periode pelaporan, nilainya harus diukur pada nilai kini
terdiskonto.
7
PENGUNGKAPAN
Imbalan Kerja Jangka PendekBagian ini tidak mensyaratkan secara spesifik
pengungkapan imbalan kerja jangka pendek.Program Iuran Pasti. Entitas harus
mengungkapkan jumlah biaya iuran pasti untuk periode dan jumlah yang diakui
dalam laporan laba rugi sebagai beban untuk program iuran pasti. Jika entitas
memperlakukan program imbalan pasti multi pemberi kerja sebagai program iuran
pasti karena informasi yang memadai tidak tersedia untuk menggunakan akuntansi
imbalan pasti (lihat paragraf 23.10), maka entitas harus mengungkapkan fakta bahwa
program tersebut adalah program imbalan pasti dan alasan dicatat sebagai program
iuran pasti, bersama dengan semua informasi yang tersedia mengenai surplus atau
defisit program dan implikasinya terhadap entitas (jika ada). Program Imbalan Pasti
Entitas harus mengungkapkan informasi berikut tentang program imbalan pasti
(kecuali program multi pemberi kerja yang dicatat sebagai program iuran pasti sesuai
dengan paragraf 23.10, dimana menerapkan pengungkapan dalam paragraf 23.37).
Jika entitas memiliki lebih dari satu program imbalan pasti, maka pengungkapan ini
dibuat secara total erpisah untuk setiap program atau pengelompokkan tersebut
dianggap paling bermafaat:
a. penjelasan umum jenis program, termasuk kebijakan pendanaan.
b. kebijakan akuntansi entitas untuk mengakui keuntungan dan kerugian
aktuarial (dalam laporan laba rugi atau ekuitas) dan jumlah atas keuntungan
dan kerugian aktuarial yang diakui selama periode berjalan.
c. penjelasan naratif jika entitas menggunakan penyederhanaan pada paragraf
23.17 dalam mengukur kewajiban imbalan pasti.
d. tanggal penilaian aktuarial komprehensif paling kini dan (jika tidak dilakukan
pada periode pelaporan) penjelasan mengenai penyesuaian untuk mengukur
kewajiban imbalan pasti pada tanggal pelaporan
e. rekonsiliasi saldo awal dan saldo akhir kewajiban imbalan pasti yang
menunjukkan keuntungan dan kerugian aktuarial yang diakui selama periode
f. rekonsiliasi saldo awal dan saldo akhir atas nilai wajar aset program dan saldo
awal dan saldo akhir setiap hak penggantian yang diakui sebagai aset,
ditunjukkan secara terpisah (jika dapat diterapkan):
iuran
imbalan yang dibayarkan; dan
perubahan lainnya dalam aset program
8
g. total biaya yang terkait dengan program imbalan pasti untuk periode,
diungkapkan secara terpisah jumlah:
diakui dalam laporan laba rugi sebagai beban; dan
termasuk biaya perolehan suatu aset
h. untuk setiap kategori besar aset program, dimana seharusnya termasuk tetapi
tidak terbatas pada instrumen ekuitas, instrumen utang, properti, dan semua
aset lainnya, persentase dan jumlah masing-masing kategori tersebut
berdasarkan nilai wajar aset program pada tanggal pelaporan.
i. jumlah yang termasuk nilai wajar aset program untuk:
setiap kelompok instrumen keuangan yang dimiliki entitas; dan
setiap properti yang dikuasai oleh, atau aset lainnya yang digunakan
oleh, entit
j. pengembalian aktual aset program.
k. asumsi aktuarial utama yang digunakan, termasuk, jika dapat diterapkan:
tingkat diskonto;
tingkat imbal hasil yang diekspektasikan atas setiap aset program
untuk periode yang disajikan dalam laporan keuangan
ekspektasi tingkat kenaikan gaji;
tingkat tren kenaikan biaya kesehatan; dan
asumsi aktuatial material lainnya.
Rekonsiliasi di (e) dan (f) di atas tidak perlu disajikan untuk periode lalu.
1. Imbalan Jangka Panjang Lainnya
Untuk setiap kategori imbalan jangka panjang lainnya yang diberikan oleh entitas
kepada pekerja, maka entitas harus mengungkapkan sifat imbalan, jumlah kewajiban dan
status pendanaan pada tanggal pelaporan.
2. Pesangon Pemutusan Kerja
Untuk setiap kategori pesangon pemutusan kerja yang diberikan oleh entitas
kepada pekerja, maka entitas harus mengungkapkan sifat imbalan, kebijakan akuntansi,
dan jumlah atas kewajiban dan status pendanaan pada tanggal pelaporan. Ketika terdapat
ketidakpastian tentang jumlah pekerja yang akan menerima tawaran pesangon pemutusan
kerja, maka timbul kewajiban kontinjensi. Bab 18 Kewajiban Diestimasi dan Kontijensi
9
mensyaratkan entitas untuk mengungkapkan informasi tentang kewajiban kontijensi
kecuali kemungkinan terjadinya penyelesaian kecil sekali.
2.2. AKUNTANSI DANA PENSIUN
Sebagaimana disebutkan dalam Pernyataan Standard Akuntansi Keuangan –PSAK–
No.18 tentang Akuntansi Dana Pensiun bahwa pengertian Dana Pensiun adalah badan hukum
yang mengelola dan menjalankan program yang menjanjikan manfaat pensius.
2.2.1. Akuntansi dan Pelaporan Dana Pensiun
Program Pensiun dapat dibedakan menjadi dua yaitu Program Pensiun luran Pasti
(PPIP) dan Program Pensiun Manfaat Pasti (PPMP).Dana Pensiun dapat berupa Dana
Pensiun Pemberi Kerja atau Dana Pensiun Lembaga Keuangan. Dana Pensiun Pemberi Kerja
dapat menyelenggarakan PPIP atau PPMP, sedangkan Dana Pensiun Lembaga Keuangan
hanya dapat menyelenggarakan PPIP.
10 Pembentukan dan pengelolaan Dana Pensiun harus didasarkan pada peraturan
perundangan yang berlaku
2.2.2. Kewajiban Aktuaria
Dalam laporan keuangan Dana Pensiun yang menyelenggarakan PPMP, perlu diungkapkan
penjelasan yang memadai mengenai sumber perhitungan kewajiban aktuaria seperti metode
penilaian dan asumsi aktuarial yang digunakan aktuaris, nama aktuaris dan tanggal laporan
aktuaris yang terakhir
2.2.3. Frekuensi Penilaian Aktuarial
Dana Pensiun yang menyelenggarakan PPMP wajib memiliki laporan aktuaris sesuai dengan
peraturan perundangan yang berlaku. Dalam laporan keuangan Dana Pensiun harus
disebutkan tanggal laporan aktuaris terakhir yang digunakan sebagai dasar penyusunan
laporan keuangan yang bersangkutan.
2.2.4. Laporan Keuangan Dana Pensiu
Laporan keuangan Dana Pensiun terdiri dari laporan aktiva bersih, laporan perubahan
aktiva bersih, neraca, perhitungan hasil usaha, laporan arus kas, dan catatan atas laporan
10
keuangan. 20 Khusus untuk Dana Pensiun yang menyelenggarakan PPMP, laporan mengenai
kewajiban aktuaria dan perubahannya perlu disusun sebagai lampiran laporan keuangan.
Sebagai informasi tambahan atas laporan keuangan perlu disajikan antara lain portofolio
investasi, rincian biaya yang merupakan beban Dana Pensiun selama satu periode sesuai
dengan Peraturan Dana Pensiun (untuk Dana Pensiun Pemberi Kerja) atau rincian biaya yang
dapat dipungut dari Peserta atau dibebankan pada rekening Peserta selama satu periode sesuai
dengan Peraturan Dana Pensiun (untuk Dana Pensiun Lembaga Keuangan)
2.2.4. Penilaian Aktiva Dana Pensiun
Aktiva Dana Pensiun dinilai sesuai dengan SAK yang berlaku, namun mengingat tujuan
Dana`Pensiun dan kekhususan informasi yang diperlukan maka dalam neraca, untuk aktiva
tertentu disamping nilai historis perlu ditentukan pula nilai wajarnya. Selisih antara nilai
historis dan nilai wajar disajikan sebagai Selisih Penilaian Investasi.
Untuk tujuan penyusunan laporan aktiva bersih dan laporan perubahan aktiva bersih,
investasi Dana Pensiun dinilai berdasarkan nilai wajar (fair value). Surat-surat berharga
dinilai berdasarkan harga pasar karena dianggap sebagai nilai yang paling tepat untuk
mengukur nilai surat berharga pada tanggal laporan dan hasil investasi selama periode
tersebut. Surat-surat berharga yang nilai jatuh temponya sudah ditetapkan dan memang
dimaksudkan untuk membayar manfaat pensiun dinilai berdasarkan nilai jatuh temponya
dengan asumsi tingkat pengembalian yang tetap. Jika suatu investasi tidak mempunyai nilai
wajar maka perlu diungkapkan alasan mengapa nilai wajar tidak dapat ditentukan. Aktiva
operasional dinilai berdasarkan nilai buku
2.2.5. Penyajian Informasi dalam Laporan Keuangan
Laporan keuangan Dana Pensiun perlu mengungkapkan informasi relevan antara lain sebagai
berikut:
a) laporan aktiva bersih
i. nilai aktiva pada akhir periode dengan klasifikasi yang tepat
ii. dasar penilaian aktiva,
iii. investasi sesuai dengan rincian jumlah investasi menurut jenis,
11
iv. kewajiban selain daripada kewajiban aktuaria
b) laporan perubahan aktiva bersih:
• biaya jasa kini (iuran normal) yang jatuh tempo baik yang berasal dari pemberi
kerja atau pemberi kerja dan peserta atau peserta,
• biaya jasa lalu (iuran tambahan) yang jatuh tempo,
• hasil investasi antara lain bunga, dividen, dan sewa,
• pendapatan lain-lain,
• manfaat yang sudah dibayarkan dan yang masih terhutang, dirinci untuk peserta
yang pensiun, yang meninggal atau yang cacat, juga untuk pembayaran manfaat
secara sekaligus,
• beban administrasi,
• beban investasi,
• beban lain-lain
• pajak penghasilan,
• keuntungan atau kerugian dari pelepasan investasi dan penurunan atau kenaikan
nilai investasi,dan
• pengalihan dana ke/dan dari Dana Pensiun lain;
c) neraca:
• posisi keuangan Dana Pensiun
• nilai historis, khusus untuk investasi ditentukan juga nilai wajarnya;
d) perhitungan hasil usaha:
• pendapatan dan beban investasi,
• beban administrasi,
• pendapatan lain-lain;
12
e) laporan arus kas:
laporan arus kas disajikan sesuai dengan sifat kegiatan usaha Dana Pensiun selama periode
pelaporan;
f) catatan atas laporan keuangan, mencakup:
• penjelasan mengenai program pensiun serta perubahan yang terjadi selama periode
laporan, antara lain:
i. nama pendiri Dana Pensiun dan mitra pendiri (jika ada),
ii. kelompok karyawan yang menjadi peserta program pensiun,
iii. jumlah peserta program pensiun dan jumlah pensiunan,
iv. jenis program pensiun,
v. iuran yang berasal dari peserta, jika ada,
vi. untuk PPMP, penjelasan mengenai manfaat pensiun yang dijanjikan,
vii. penjelasan mengenai rencana penggabungan, pemisahan, pemindahan
kelompok peserta dan pembubaran Dana Pensiun (jika besar kemungkinannya
terjadi);
• penjelasan singkat mengenai kebijakan akuntansi yang penting,
• penjelasan mengenai kebijakan pendanaan,
• rincian portofolio investasi, dan
• perhitungan kewajiban aktuaria, metode penilaian, asumsi aktuarial, nama dan
tanggal laporan aktuaris terakhir (dalam hal PPMP).
2.3. Laporan Keuangan Dana Pensiun
Laporan keuangan Dana Pensiun, baik yang menyelenggarakan Program Pensiun
Manfaat Pasti (PPMP) maupun Program Pensiun luran Pasti (PPIP) mencakup:
2.3.1. Laporan Aktiva Bersih
13
Laporan ini bertujuan untuk memberikan informasi tentang jumlah aktiva bersih
yang tersedia untuk membayar kewajiban manfaat pensiun kepada peserta pada tanggal
laporan. Total seluruh aktiva Dana Pensiun tidak termasuk piutang jasa lalu (past service)
yang belum jatuh tempo,dikurangi seluruh kewajiban kecuali kewajiban aktuaria,
menunjukkan jumlah aktiva bersih yang tersedia untuk manfaat pensiun pada tanggal
laporan. Aktiva untuk tujuan penyusunan laporan ini, dinilai sesuai dengan penjelasan
pada butir 28.
2.3.2. Laporan Perubahan Aktiva Bersih
Laporan ini berisi informasi tentang perubahan atas jumlah aktiva bersih yang
tersedia untuk manfaat pensiun, serta menguraikan penyebab perubahan tersebut yang
diperinci atas pertambahan dan atau pengurangan yang terjadi selama suatu periode
tertentu. Neraca, Perhitungan Hasil Usaha dan Laporan Arus Kas Neraca, laporan hasil
usaha dan laporan arus kas disusun berdasarkan Kerangka Dasar Penyusunan dan
Pelaporan Laporan Keuangan yang berazas utama biaya historis. Khusus untuk investasi,
ditentukan juga nilai wajarnya. Selisih antara nilai historis dan nilai wajar disajikan
sebagai Selisih Penilaian Investasi. Selisih Penilaian Investasi bukan merupakan unsur
hasil usaha, tetapi akan mengoreksi nilai historis menjadi nilai wajar. Untuk penyusunan
laporan keuangan Dana Pensiun yang menyelenggarakan PPMP, penentuan kewajiban
aktuaria berdasarkan laporan aktuaris terakhir. Di dalam Neraca, selisih antara nilai
kewajiban aktuaria dan aktiva bersih disajikan sebagai Selisih Kewajiban Aktuaria.
Dalam Neraca Dana Pensiun yang menyelenggarakan PPMP, piutang kepada pemberi
kerja sehubungan dengan jasa masa lalu karyawan diakui sebesar jumlah yang telah jatuh
tempo pada tanggal laporan.
2.3.3. Penilaian Aktiva Dana Pensiun
Untuk tujuan penyusunan laporan aktiva bersih dan laporan perubahan aktiva bersih, aktiva
dinilai sebagai berikut:
(a) uang tunai, rekening giro dan deposito di bank dinilai menurut nilai nominal;
(b) sertifikat deposito, Surat Berharga Bank Indonesia, Surat Berharga Pasar Uang
dan surat pengakuan hutang lebih dari setahun dinilai berdasarkan nilai tunai;
14
(c) surat berharga berupa saham dan obligasi yang diperjualbelikan di bursa efek,
dinilai menurut nilai pasar yang wajar pada tanggal laporan;
(d) penyertaan pada perusahaan yang sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek,
dilaporkan berdasarkan nilai appraisal sebagai hasil penilaian independen;
(e) investasi pada tanah dan bangunan dilaporkan berdasarkan nilai appraisal sebagai
hasil penilaian independen;
(f) piutang dilaporkan berdasarkan jumlah yang dapat ditagih,
setelahmemperhitungkan penyisihan piutang tak tertagih; dan
(g) aktiva operasional antara lain komputer, peralatan kantor dan peralatan lainnya
dilaporkan berdasarkan nilai buku.
Bila suatu aktiva, misalnya gedung digunakan sebagian untuk investasi dan sebagian
untuk kegiatan operasional, maka penggolongan aktiva sebagai investasi atau aktiva
operasional ditentukan berdasarkan yang mana yang lebih signifikan.
2.3.4. Pengungkapan
Informasi tentang hal tersebut di bawah ini perlu diungkapkan secukupnya dalam catatan
atas laporan keuangan, antara lain:
penjelasan mengenai program pensiun serta perubahan yang terjadi selama
periode laporan,
nama pendiri Dana Pensiun dan mitra pendiri (jika ada);
- kelompok karyawan yang menjadi peserta program pensiun;
- jumlah peserta program pensiun dan jumlah pensiunan;
- jenis program pensiun;
- iuran yang berasal dari peserta, jika ada;
- untuk PPMP, penjelasan mengenai manfaat pensiun yang dijanjikan;
- penjelasan mengenai rencana penggabungan, pemisahan, pemindahan
kelompok peserta dan pembubaran Dana Pensiun (jika besar kemungkinannya
terjadi);
15
penjelasan singkat mengenai kebijakan akuntansi yang penting,
penjelasan mengenai kebijakan pendanaan,
rincian portofolio investasi,
perhitungan kewajiban aktuaria, metode penilaian, asumsi aktuarial, nama dan
tanggal laporan aktuaris terakhir (dalam hal PPMP).
2.3.5. Masa Transisi
Jika penerapan Pernyataan ini mengakibatkan perubahan kebijakan akuntansi, perubahan
tersebut dilaporkan secara prospektif.
2.3.6. Tanggal Efektif
Pernyataan ini mulai berlaku untuk laporan keuangan Dana Pensiun yang mencakup
periode yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 1995. Penerapan lebih dini sangat
dianjurkan .
16
2.4. Dana Pensiun
Dana pensiun adalah hak seseoarng untuk memperoleh penghasilan setelah bekerja sekian
tahun dan sudah memasuki usia pensiun atau ada sebab lain sesuai dengan perjanjian yang
telah ditetapkan. Penghasilan ini biasanya berupa uang yang dapat diambil setiap bulannya
atau diambil sekaligus pada saat seseorang memasuki masa pensiun, hal ini tergantung dari
kebijakan yang terdapat dalam suatu perusahaan.Tujuan Penyelenggaraan Dana Pensiun
2.4.1. Bagi Pemberi Kerja
Jika dipandang dari sisi pemberi kerja, tujuan penyelenggara dana pensiun adalah sebagai
berikut:
1. Kewajiban moral
Perusahaaan mempunyai kewajiban moral untuk memberikan rasa aman kepada
karyawan pada saat mencapai usia pensiun. Tenaga kerja tidak dapat dipandang sebelah mata
sebagai faktor produksi. Kewajiban moral tersebut diwujudkan dengan memberkan jaminan
ketenangan atas masa depan para karyawannya. Karyawan yang sudah memasuki masa
pensiun tidak dapat dilepas begitu saja. Perusahaan masih memiliki tanggung jawab moral
terhadap mereka. Oleh karena itu, sudah menjadi kewajiban perusahaan untuk mengikuti atau
membentk sendiri dana pensiun untuk para karyawannya.
2. Loyalitas
Jaminan yang diberikan untuk karyawan akan memberikan dampak positif pada
perusahaan. Karyawan akan termotivasi untuk bekerja lebih baik dengan loyalitas dan
dedikasi yang tinggi. Loyalitas tersebut akan semakin besar dengan jaminan keamanan yang
diterima oleh karyawan.
3. Kompetisi pasar tenaga kerja
Dengan memasukkan program pensiun sebagai suatu bagian dari total kompensasi
yang diberikan kepada karyawan diharapkan perusahaan akan memiliki daya saing dan nilai
lebih dalam usaha mendapatkan karyawan yang berkualitas dan profesional di pasaran tenaga
17
kerja. Dengan tawaran manfaat yang kompetitif bagi para karyawan, perusahaan akan dapat
mempertahankan karyawan yang berkualitas. Di era yang semakin ketat, perusahaan-
perusahaan bersaig untuk mendapatkan tenaga yang profesional. Salah satu alat pengikat bagi
karyawan yang berkualitas adalah tawaran manfaat pensiun pada karyawan tersebut.
2.4.2. Bagi Karyawan
Jika dipandang dari sisi karyawan, tujuan penyelenggara dana pensun adalah sebagai berikut:
1. Rasa aman terhadap masa yang akan datang
Karyawan mengharapkan mendapatkan jaminan ekonomis karena penghasilan yang ia
terima memasuki masa pensiun. Harapan ini akan memengaruhi kinerja saat ini, pada saat ia
masih produktif.
2. Kompensasi yang lebih baik
Karyawan mempunyai tambahan kompensasi meskipun baru bisa ia nikmati pada saat
mencapai usia pensiun atau berhenti bekerja.
2.4.3. Jenis Kelembagaan Dana Pensiun
a. Dana Pensiun Pemberi Kerja
Dibentuk oleh orang atau badan yang memperkerjakan karyawan, selaku pendiri, dan
untuk menyelenggarakan PPMP atau PPIP bagi kepentingann sebagian atau seluruh
karyawannya sebagai peserta, dan yang menimbulkan kewajiban terhadap pemberi kerja.
b. Dana Pensiun Lembaga Keuangan
Dibentuk oleh Bank, atau Perusahaan Asuransi Jiwa (PAJ), yang menyelenggarakan
Program Pensiun Iuran Pasti (PPIP) bagi perorangan, baik karyawan maupun pekerja mandiri
yang terpisah dari Dana Pensiun Pemberi Kerja pesertanya (UU No. 11/1992).
2.4.4. Jenis Program Pensiun
a. Program Pensiun Iuran Pasti (defined contribution plan)
18
Adalah program pensiun yang iurannya ditetapkan dalam Peraturan Dana
Pensiun dan seluruh iuran beserta hasil pengembangannya dibukukan pada rekening
masing-masing sebagai manfaat pensiun. Manfaat pensiun yang diterima oleh Peserta
tergantung pada besarnya iuran pasti, hasil pengembangan dana tersebut
diinvestasikan serta lamanya menjadi Peserta.
b. Program Pensiun Manfaat Pasti (defined benefit plan)
Adalah program pensiun yang manfaatnya ditetapkan dalam peraturan dana
pensiun atau program pensiun lain yang bukan merupakan Program Pensiun Iuran
Pasti.
c. Program Pensiun Berdasarkan Keuntungan
Adalah program pensiun iuran pasti, yang iurannya dari pemberi kerja
berdasarkan pada rumus yang dikaitkan dengan keuntungan pemberi kerja.
2.4.5. Sistem Pembayaran Pensiun
Pada saat menerima pensiun, biasanya perusahaan dapat menawarkan dua macam
sistem pembayaran kepada karyawan. Sistem pembayaran memiliki maksud tertentu
yang saling menguntungkan bagi karyawan dan perusahaan. Menurut Keputusan
Menteri Keuangan Nomor 343/KMK.017/1998. Tanggal 13 Juli 1998. Menurut
peraturan ini ada 2 jenis pembayaran dan ketentuan pembayaran.
Ada dua jenis pembayaran pensiun:
1. Program Pensiun Manfaat Pasti (PPMP) Pertimbangannya:
a. Perusahaan tidak mau mengurusi karyawannya yang sudah pensiun.
b. Memberikan kesempatan kepada karyawannya untuk berusaha dengan uang
pensiunnya.
c. Karena permintaan pensiunan itu sendiri.
Rumus sekaligus pada PPMP :
MP = FPd x MK x PDP
19
Keterangan :
MP = Manfaat Pensiun
FPd = Faktor Penghargaan dalam desimal
MK = Masa Kerja
PDP = Penghasilan Dasar Pensiun bulan terakhir atau rata-rata beberapa bulan terakhir.
Dalam hal ini manfaat pensiun dihitung dengan menggunakan rumus sekaligus besar faktor
penghargaan per tahun masa kerja tidak boleh melebihi 2,5% dan total manfaat pensiun tidak
boleh 80 kali penghasilan dasar pensiun.
Sedangkan menurut rumus bulanan pada PPMP :
MP = Fpe x MK x PDP
Keterangan :
MP = Manfaat Pensiun
FPe = Faktor Penghargaan dalam persentase
MK = Masa Kerja
PDP = Penghasilan Dasar Pensiun bulan terakhir atau rata-rata beberapa bulan terakhir.
Dalam hal ini manfaat pensiun dihitung dengan menggunakan rumus sekaligus besar
faktor penghargaan per tahun masa kerja tidak boleh melebihi 2,5% dan total manfaat
pensiun tidak boleh 80 kali penghasilan dasar pensiun.
2. Program Pensiun Iuran Pasti (PPIP)
Perhitungan menggunakan rumus sekaligus pada PPIP adalah sebagai berikut :
IP = 3 x FPd x PDP
Keterangan :
IP = Iuran Pensiun
FPd = Faktor Penghargaan per tahun dalam desimal
PDP = Penghasilan Dasar Pensiun per tahun
Sedangkan perhitungan dengan rumus bulanan adalah :
IP = 3 x Fpe x PDP
Keterangan :
20
IP = Iuran Pensiun
FPe = Faktor Penghargaan per tahun dalam persen
PDP = Penghasilan Dasar Pensiun per tahun
2.4.6. Keungguulan dan Kelemahan Dana Pensiun
1. Program Pensiun Manfaat Pasti
Keeunggulan :
• Besar manfaat pensiun mudah dihitung
• Lebih memberikan kepastian kepada peserta
• Lebih mudah memberikan penghargaan untuk masa kerja lalu
Kekurangan :
• Beban biaya mudah berfluktuasi
• Nilai hak peserta sebelum pensiun tidak mudah ditentukan
2. Program Pensiun Iuran Pasti
Keunggulan :
• Beban biaya stabil dan mudah diperkirakan
• Nilai hak peserta setiap saat mudah ditetapkan
• Risiko investasi dan mortalitas ditanggung oleh peserta.
Kekurangan :
• Besar manfaat pensiun tidak mudah ditentukan
• Lebih sulit memperkirakan besar penghargaan untuk masa kerja lampau
21
BAB III
ANALISIS KASUS
JAKARTA - PT Indosat Tbk (ISAT) mengakui jika pihaknya memang telah melakukan
rasionalisasi jumlah karyawannya dengan memberhentikan sekira 1.200 karyawannya.
Pemberhentian ini pun tampaknya masih akan dilakukan lagi oleh perseroan
Chief Corporate Services Officer Indosat Noor SDK Devi menuturkan jika pengurangan
jumlah karyawan merupakan hal yang biasa dilakukan perusahaan-perusahaan untuk
memaksimalkan anggarannya dalam raangka mengurangi beban keuangan perseroan
"Rasionalisasi itu kita akan lakukan tiap tahun," jelasnya usai konferensi pers RUPSLB, di
kantornya, Jakarta, Selasa (8/2/2011).Hanya saja, dia menyebut jika pemberhentian karyawan
yang dilakukannya ini mirip dengan program pensiun dini. Dia mengaku karyawan yang
diberhentikan ini pun mendapatkan uang pensiun. "Sifatnya ini voluntary," ungkapnya.
Sebelumnya, Indosat membantah kabar mengenai pemutusan hubungan kerja (PHK) 1.200
karyawannya. Namun, perusahaan telekomunikasi terbesar kedua di Indonesia itu tak
memungkiri perpindahan sumber daya manusia sebagai hal yang biasa dalam bisnis. "Itu
cuma gosip," tampik Dirut Indosat Harry Sasongko, kala itu. (ade)
Analisis kasus
Landasan teori UU No. 13 thn 2003, tentang Ketenagakerjaan
• Pasal 150 tentang Ketentuan mengenai pemutusan hubungan kerja dalam undang-undang
ini meliputi pemutusan hubungan kerja yang terjadi di badan usaha yang berbadan hukum
atau tidak, milik orang perseorangan, milik persekutuan atau milik badan hukum, baik milik
swasta maupun milik negara, maupun usaha-usaha sosial dan usaha-usaha lain yang
mempunyai pengurus dan mempekerjakan orang lain dengan membayar upah atau imbalan
dalam bentuk lain.
22
• Pasal 156 (1) Dalam hal terjadi pemutusan hubungan kerja, pengusaha diwajibkan
membayar uang pesangon dan atau uang penghargaan masa kerja dan uang penggantian hak
yang seharusnya diterima.
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian mengenai evaluasi penerapan PSAK 24 (Revisi 2010) pada perusahaan
modal ventura, penulis membuat beberapa kesimpulan sesuai dengan rumusan masalah yang
telah dibentuk. Berikut ini adalah beberapa kesimpulan yang dapat ditarik oleh penulis:
Perusahaan mulai menerapkan PSAK 24 (Revisi 2010) sejak tahun 2011 dan telah
menggunakan perhitungan berdasarkan PSAK 24 dan UU No 13 Tahun 2003 mulai
tahun 2012 sesuai dengan aturan yang berlaku mengenai tanggal efektif berlakunya
aturan tersebut. Secara umum, perusahaan juga telah menerapkan beberapa aktivitas
yang ada di dalam ruang lingkup imbalan kerja dalam perusahaan dan khususnya
telah menerapkan PSAK 24 (Revisi 2010) mengenai Imbalan Pascakerja.
Pada dasarnya perlakuan akuntansi imbalan pascakerja yang dilakukan perusahaan
telah sesuai dengan aturan PSAK 24 (Revisi 2010) dan UU Ketenagakerjaan.
Pencadangan imbalan pascakerja diakumulasi kedalam kelompok utang jangka
panjang yaitu rekening utang imbalan pascakerja (kewajiban perusahaan). Pencatatan
yang dilakukan perusahaan terhadap beban/imbalan pascakerja dikelompokkan dalam
rekening biaya pegawai. Perlakuan akuntansi atas PSAK 24 sudah dilakukan dengan
benar sebagaimana pada umumnya walaupun dana tersebut masih disimpan pada
perusahaan berupa utang.
Perusahaan mencadangkan beban imbalan pascakerja dengan cara tidak melakukan
pendanaan melalui lembaga dana pensiun ataupun asuransi. Imbalan pascakerja
dibayarkan langsung kepada karyawan pada saat dilakukan pemutusan hubungan
kerja dan imbalan pascakerja langsung dibukukan pada perusahaan dengan
membebankan imbalan kerja dan mengakui kewajiban imbalan pascakerja.
23
4.2. Saran
Sesuai dengan hasil penelitian dan kesimpulan yang telah disampaikan, penulis
memiliki beberapa saran yang diharapkan dapat memberikan kontribusi dan menjadi bahan
pertimbangan bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Berikut ini adalah beberapa saran yang
dapat diberikan oleh penulis:
Untuk Perusahaan Perusahaan disarankan untuk menerapkan PSAK 24 secara
bertahap karena jika diberlakukan secara sekaligus, hal tersebut dapat berdampak besar bagi
laba rugi perusahaan dan akan mengurangi hak dari pemegang saham secara signifikan.
Sebagai alternatif lain, perusahaan juga disarankan melakukan pencadangan beban imbalan
pascakerja melalui pendanaan. Pendanaan imbalan pascakerja dapat dilakukan melalui dana
pensiun. Hal ini dilakukan dengan tujuan meringankan beban pembayaran imbalan
pascakerja pada masa yang akan datang.
24
DAFTAR PUSTAKA
UU No.,13 tahun 2003 tentang tenaga kerja hubungan kerja dan Imbalan kerja dan Pasca
Kerja
PSAK 24 Revisi 2010
Kieso, Weygandt, Walfield, IFRS edition, John Wiley. Intermediate Accounting
Standar Akuntansi Keuangan.Dewan Standar Akuntansi Keuangan, IAI
International Financial Reporting Standards – Certificate Learning Material The Institute of
Chartered Accountants, England and Wales
25