Pertemuan 12

56
Pertemuan 12 Gardu Induk (Konsep Dasar) 1

description

Pertemuan 12. Gardu Induk ( Konsep Dasar ). Gardu Induk merupakan sub sistem dari sistem penyaluran (transmisi) tenaga listrik, atau merupakan satu kesatuan dari sistem penyaluran (transmisi). Penyaluran (transmisi) merupakan sub sistem dari sistem tenaga listrik. - PowerPoint PPT Presentation

Transcript of Pertemuan 12

Page 1: Pertemuan  12

1

Pertemuan 12

Gardu Induk (Konsep Dasar)

Page 2: Pertemuan  12

2

1.1. PENGERTIAN UMUM

Gardu Induk merupakan sub sistem dari sistem penyaluran (transmisi) tenaga listrik, atau merupakan satu kesatuan dari sistem penyaluran (transmisi).

Penyaluran (transmisi) merupakan sub sistem dari sistem tenaga listrik.

Berarti, gardu induk merupakan sub-sub sistem dari sistem tenaga listrik.

Sebagai sub sistem dari sistem penyaluran (transmisi), gardu induk mempunyai peranan penting, dalam pengoperasiannya tidak dapat dipisahkan dari sistem penyaluran (transmisi) secara keseluruhan.

Dalam pembahasan ini difokuskan pada masalah gardu induk yang pada umumnya terpasang di Indonesia, pembahasannya bersifat praktis (terapan) sesuai konsttruksi yang terpasang di lapangan.

Page 3: Pertemuan  12

3

1.2. FUNGSI GARDU INDUK

Mentransformasikan daya listrik : Dari tegangan ekstra tinggi ke tegangan tinggi (500 KV/150 KV). Dari tegangan tinggi ke tegangan yang lebih rendah (150 KV/ 70

KV). Dari tegangan tinggi ke tegangan menengah (150 KV/ 20 KV, 70

KV/20 KV). Dengan frequensi tetap (di Indonesia 50 Hertz).

Untuk pengukuran, pengawasan operasi serta pengamanan dari sistem tenaga listrik.

Pengaturan pelayanan beban ke gardu induk-gardu induk lain melalui tegangan tinggi dan ke gardu distribusi-gardu distribusi, setelah

melalui proses penurunan tegangan melalui penyulang-penyulang (feeder-feeder) tegangan menengah yang ada di gardu induk.

Untuk sarana telekomunikasi (pada umumnya untuk internal PLN), yang kita kenal dengan istilah SCADA.

Page 4: Pertemuan  12

4

1.3. JENIS GARDU INDUK

Jenis Gardu Induk bisa dibedakan menjadi beberapa bagian yaitu : Berdasarkan besaran tegangannya. Berdasarkan pemasangan peralatan. Berdasarkan fungsinya. Berdasarkan isolasi yang digunakan. Bedasarkan sistem rel (busbar).

Dilihat dari jenis komponen yang digunakan, secara umum antara GITET dengan GI mempunyai banyak kesamaan. Perbedaan mendasar adalah :

Pada GITET transformator daya yang digunakan berupa 3 buah tranformator daya masing – masing 1 phasa (bank tranformer) dan dilengkapi peralatan rekator yang berfungsi mengkompensasikan daya rekatif jaringan.

Sedangkan pada GI (150 KV, 70 KV) menggunakan Transformator daya 3 phasa dan tidak ada peralatan reaktor.

Berdasarkan besaran teganganny, terdiri dari : Gardu INduk Tegangan Ekstra Tinggi (GITET) 275 KV, 500 KV. Gardu Induk Tegangan Tinggi (GI) 150 KV dan 70 KV.

Page 5: Pertemuan  12

5

1.3.1. BERDASARKAN PEMASANGAN PERALATAN

Gardu Induk Pasangan Luar : Adalah gardu induk yang sebagian besar komponennya di

tempatkan di luar gedung, kecuali komponen kontrol, sistem proteksi dan sistem kendali serta komponen bantu lainnya, ada di dalam gedung.

Gardu Induk semacam ini biasa disebut dengan gardu induk konvensional.

Sebagian besar gardu induk di Indonesia adalah gardu induk konvensional.

Untuk daerah-daerah yang padat pemukiman dan di kota-kota besar di Pulau Jawa, sebagian menggunakan gardu induk pasangan dalam, yang disebut Gas Insulated Substation atau Gas Insulated Switchgear (GIS).

Gardu Induk Pasangan Dalam : Adalah gardu induk yang hampir semua komponennya

(switchgear, busbar, isolator, komponen kontrol, komponen kendali, cubicle, dan lain-lain) dipasang di dalam gedung. Kecuali transformator daya, pada umumnya dipasang di luar gedung.

Gardu Induk semacam ini biasa disebut Gas Insutaled Substation (GIS).

GIS merupakan bentuk pengembangan gardu induk, yang pada umumnya dibangun di daerah perkotaan atau padat pemukiman yang sulit untuk mendapatkan lahan.

Page 6: Pertemuan  12

6

Lanjutan 1.3.1.

Beberapa keuanggulan GIS dibanding GI konvensional : Hanya membutuhkan lahan seluas ± 3.000 meter persegi atau

± 6 % dari luas lahan GI konvensional. Mampu menghasilkan kapasitas daya (power capasity) sebesar

3 x 60 MVA bahkan bisa ditingkatkan sampai dengan 3 x 100 MVA. Jumlah penyulang keluaran (output feeder) sebanyak 24

penyulang (feeder) dengan tegangan kerja masing-masing 20 KV.

Bisa dipasang di tengah kota yang padat pemukiman. Keunggulan dari segi estetika dan arsitektural, karena

bangunan bisa didesain sesuai kondisi disekitarnya.

Gardu Induk kombinasi pasangan luar dan pasangan dalam :Adalah gardu induk yang komponen switchgear-nya ditempatkan di dalam gedung dan sebagian komponen switchgear ditempatkan di luar gedung, misalnya gantry (tie line) dan saluran udara tegangan tinggi (SUTT) sebelum masuk ke dalam switchgear. Transformator daya juga ditempatkan di luar gedung.

Page 7: Pertemuan  12

7

1.3.2. BERDASARKAN FUNGSINYA Gardu Induk Penaik Tegangan :

Adalah gardu induk yang berfungsi untuk menaikkan tegangan, yaitu tegangan pembangkit (generator) dinaikkan menjadi tegangan sistem.

Gardu Induk ini berada di lokasi pembangkit tenaga listrik. Karena output voltage yang dihasilkan pembangkit listrik kecil dan

harus disalurkan pada jarak yang jauh, maka dengan pertimbangan efisiensi, tegangannya dinaikkan menjadi tegangan ekstra tinggi atau tegangan tinggi.

Gardu Induk Penurun Tegangan : Adalah gardu induk yang berfungsi untuk menurunkan tegangan,

dari tegangan tinggi menjadi tegangan tinggi yang lebih rendah dan menengah atau tegangan distribusi.

Gardu Induk terletak di daerah pusat-pusat beban, karena di gardu induk inilah pelanggan (beban) dilayani.

Gardu Induk Pengatur Tegangan : Pada umumnya gardu induk jenis ini terletak jauh dari pembangkit

tenaga listrik. Karena listrik disalurkan sangat jauh, maka terjadi tegangan jatuh

(voltage drop) transmisi yang cukup besar. Oleh karena diperlukan alat penaik tegangan, seperti bank

capasitor, sehingga tegangan kembali dalam keadaan normal.

Page 8: Pertemuan  12

8

Lanjutan 1.3.2.

Gardu Induk Pengatur Beban : Berfungsi untuk mengatur beban. Pada gardu induk ini terpasang beban motor, yang pada saat

tertentu menjadi pembangkit tenaga listrik, motor berubah menjadi generator dan suatu saat generator menjadi motor atau menjadi beban, dengan generator berubah menjadi motor yang memompakan air kembali ke kolam utama.

Gardu Induk Distribusi : Gardu induk yang menyalurkan tenaga listrik dari tegangan sistem

ke tegangan distribusi. Gardu induk ini terletak di dekat pusat-pusat beban.

Page 9: Pertemuan  12

9

1.3.3. BERDASARKAN ISOLASI YANG DIGUNAKAN

Gardu Induk yang menggunakan isolasi udara : Adalah gardu induk yang menggunakan isolasi udara antara

bagian yang bertegangan yang satu dengan bagian yang bertegangan lainnya.

Gardu Induk ini berupa gardu induk konvensional (lihat gambar 1), memerlukan tempat terbuka yang cukup luas.

Gambar 1 : Gardu induk konvensional

Page 10: Pertemuan  12

10

Lanjutan 1.3.3.

Gardu Induk yang menggunakan isolasi gas SF 6 : Gardu induk yang menggunakan gas SF 6 sebagai isolasi antara

bagian yang bertegangan yang satu dengan bagian lain yang bertegangan, maupun antara bagian yang bertegangan dengan bagian yang tidak bertegangan.

Gardu induk ini disebut Gas Insulated Substation atau Gas Insulated Switchgear (GIS), yang memerlukan tempat yang sempit (lihat gambar 2).

Gambar 2 : Gas Insulated Substation (GIS)

Page 11: Pertemuan  12

11

1.3.4. BERDASARKAN SISTEM REL (BUSBAR)

Rel (busbar) merupakan titik hubungan pertemuan (connecting) antara transformator daya, SUTT/ SKTT dengan komponen listrik lainnya,

untuk menerima dan menyalurkan tenaga listrik. Berdasarkan sistem rel (busbar), gardu induk dibagi menjadi beberapa jenis, sebagaimana tersebut di bawah ini :

Gardu Induk sistem ring busbar : Adalah gardu induk yang busbarnya berbentuk ring. Pada gardu induk jenis ini, semua rel (busbar) yang ada,

tersambung (terhubung) satu dengan lainnya dan membentuk ring (cincin).

Gardu Induk sistem single busbar : Adalah gardu induk yang mempunyai satu (single) busbar. Pada umumnya gardu dengan sistem ini adalah gardu induk yang

berada pada ujung (akhir) dari suatu sistem transmisi. Single line diagram gardu sistem single busbar, lihat gambar 3.

Page 12: Pertemuan  12

12

Lanjutan 1.3.4.

Gardu Induk sistem double busbar : Adalah gardu induk yang mempunyai dua (double) busbar. Gardu induk sistem double busbar sangat efektif untuk

mengurangi terjadinya pemadaman beban, khususnya pada saat melakukan perubahan sistem (manuver sistem).

Jenis gardu induk ini pada umumnya yang banyak digunakan. Single line diagram gardu induk sistem double busbar, lihat

gambar 4.

Gambar 3 : Single line diagram gardu induk single busbar

Rel A Rel BPMS SEKSI

PMS Rel A PMS Rel B

PMT PHT

CTPT

LATRAFO

Page 13: Pertemuan  12

13

Lanjutan 1.3.4.

Gardu Induk sistem satu setengah (on half) busbar : Adalah gardu induk yang mempunyai dua (double) busbar. Pada umumnya gardu induk jenis ini dipasang pada gardu induk di

pembangkit tenaga listrik atau gardu induk yang berkapasitas besar.

Dalam segi operasional, gardu induk ini sangat efektif, karena dapat mengurangi pemadaman beban pada saat dilakukan perubahan sistem (manuver system).

Sistem ini menggunakan 3 buah PMT dalam satu diagonal yang terpasang secara deret (seri). Single line diagram, lihat gambar 5.

Gambar 4 : Single line diagram gardu induk sistem double busbar.

PMT PHT

CTPT

LA

CTPT

LA

CT

PTLA

Rel I

Rel II

PMS Rel

PMS Line

PMT KOPPEL

Page 14: Pertemuan  12

14

Lanjutan 1.3.4.

Gambar 5 : Single line diagram gardu induk satu setengah busbar

CT

PT

LA

REL A

REL B

PMT A1

PMT AB1

PMT B1

PMT A2

PMT AB2

PMT B2

Page 15: Pertemuan  12

Peralatan utama Gardu Induk• Trafo:

– trafo daya, trafo instrumen, CT, PT• CB/PMT• PMS/DS• Busbar (rel daya)• Isolator• LA• Reaktor• Static capacitor• Peralatan sistem pentanahan• Peralatan komunikasi

Page 16: Pertemuan  12
Page 17: Pertemuan  12
Page 18: Pertemuan  12

CT (CURRENT TRANSFORMER) 150 KV

Page 19: Pertemuan  12

PT (POTENTIAL TRANSFORMER) 500 KV

Page 20: Pertemuan  12

AIR BLAST CIRCUIT BREAKER 500 KV SF 6 CIRCUIT BREAKER 500 KV

Page 21: Pertemuan  12
Page 22: Pertemuan  12

TRAFO (INTERBUS) 60 MVA, 500 KV

Page 23: Pertemuan  12

• Dalam bidang STL, digunakan untuk menyebut pertemuan antar jaringan

• Memiliki fungsi utama sebagai penghubung antar jaringan

• Pemilihan bahan Busbar :– Tahanan elektrik rendah.– Kekuatan mekanik tinggi.– Tahan terhadap cuaca.– Tahan terhadap korosi.

Busbar

Page 24: Pertemuan  12

Tipe Busbar

• Single Bus• Double Bus Double Breaker• Main and Transfer Bus• Double Bus, Single Breaker• Ring Bus• Breaker and a Half

Page 25: Pertemuan  12

Keuntungan : Biaya termurah

Kekurangan : Jika ada circuit breaker yang gagal,

maka seluruh gardu induk akan off Sulit untuk melakukan

maintenance Tidak dapat melakukan modifikasi

pada busbar tanpa mematikan gardu induk secara keseluruhan

Hanya dapat digunakan di tempat di mana beban dapat diputus

Single Bus

Page 26: Pertemuan  12

Keuntungan-Setiap jaringan disokong oleh 2 circuit breaker

-Fleksibel untuk menentukan sambungan antara feeder dengan busbar

-Mudah untuk melakukan maintenance circuit breaker

-Memiliki keandalan tinggi

Double Bus, Double Breaker

Page 27: Pertemuan  12

Kekurangan- Memiliki biaya paling tinggi

- Ketika terjadi kerusakan pada circuit breaker, maka jaringan akan kekurangan daya setengah dari seharusnya

Double Bus, Double Breaker

Page 28: Pertemuan  12

Keuntungan- Biaya cukup rendah

- Mudah untuk melakukan maintenance circuit breaker

Main and Transfer Bus

Page 29: Pertemuan  12

Kekurangan- Memerlukan circuit breaker ekstra untuk bus tie

- Switching untuk maintenance circuit breaker cukup rumit

- Kegagalan pada bus dapat berakibat dipadamkannya seluruh gardu induk

Main and Transfer Bus

Page 30: Pertemuan  12

Double Bus, Single Breaker

Page 31: Pertemuan  12

Double Bus, Single Breaker

• Keuntungan– Lebih fleksibel dengan adanya 2 bus– Dapat dilakukan maintenance pada masing-

masing bus– Dapat dilakukan pemindahan secara mudah

menggunakan switch bus tie

Page 32: Pertemuan  12

Double Bus, Single Breaker

• Kekurangan– Diperlukan breaker ekstra untuk bus tie– Diperlukan 4 switch untuk satu jaringan– Kemungkinan gagal pada bus cukup besar

Page 33: Pertemuan  12

Ring Bus

Page 34: Pertemuan  12

Ring Bus

• Keuntungan– Biaya cukup rendah– Pemeliharaan breaker cukup fleksibel– Pemeliharaan dapat berlangsung tanpa interupsi

jaringan– Hanya memerlukan 1 breaker setiap jaringan– Setiap jaringan disokong oleh 2 circuit breaker

Page 35: Pertemuan  12

Ring Bus

• Kekurangan– Apabila terjadi gagal pada saat pemeliharaan

breaker, maka jaringan akan terbagi menjadi 2– Saat terjadi gagal, maka jumlah circuit breaker

yang menyokong jaringan akan berkurang

Page 36: Pertemuan  12

Breaker and A Half

Page 37: Pertemuan  12

Breaker and A Half

• Keuntungan– Operasi paling fleksibel– Memiliki keandalan tinggi– Mudah untuk melakukan maintenance bus– Kegagalan pada bus tidak mengakibatkan

putusnya jaringan

Page 38: Pertemuan  12

Breaker and A Half

• Kekurangan– Setiap jaringan disokong oleh 3/2 breaker– Circuit breaker yang berada di tengah menyokong

2 buah jaringan

Page 39: Pertemuan  12

39

Pertemuan 13Sistem Distribusi

- Tegangan Menengah- Tegangan Rendah

(Konsep Dasar)

Page 40: Pertemuan  12

KONSEP DASAR DAN SISTEM JARINGAN DISTRIBUSI

TEGANGAN MENENGAH

Page 41: Pertemuan  12

INSTALASI GARDU DISTRIBUSI1. POLA SISTEM TENAGA LISTRIK

Contoh di PT PLN (Persero)

~ ~PUSAT LISTRIK

SUTT

SUTET 500 KV

SUTT 150 KV

150 KV / 20 KV

SISTEM DISTRIBUSI TM(PRIMER)

380 V/220 V

SAMBUNGAN PELAYANAN

SISTEM DISTRIBUSI TR(SEKUNDER)

Page 42: Pertemuan  12

2. KONSEP DASAR JARINGAN DISTRIBUSI TEGANGAN MENENGAH

2.1. Ruang lingkupSistem tegangan menengah s/d 35 KV.

2.2. Sistem konstruksi• Saluran udara• Saluran kabel tanah.

2.3. Dasar pertimbangan• Alasan teknis, persyaratan teknis.• Alasan ekonomis, murah• Alasan estetika, segi keindahan• Alasan pelayanan, kontinuitas pelayanan, jenis/macam pelanggan.

Page 43: Pertemuan  12

3. LAY OUT SISTEM DISTRIBUSI TEGANGAN MENENGAH

HV / MV SUBSTATION

MV / LVSUBSTATION

SERVICE CABLE

SAKLAR TR

GARDUTIANG

JTR

JTR

FUSE TR

FUSED

RAK TR

SAKLAR KABELMASUK - KELUAR

SAKLAR KABELTRANSFORMATORFUSE TM

TRANSFORMER

METER

METER

SALURANPELAYANAN

RISING MAIN

MCB

CONSUMERINSTALATION

CONSUMERINSTALATION

SUTMSKTM

HV SWITCHHV BUSBARHV CIRCUIT BREAKERTRANSFORMATOR TENAGA

PMTREL TMPMT PENYULANG

TM KELUAR

POLE SWITCH

Page 44: Pertemuan  12

4. KARAKTERISTIK PERLENGKAPAN (DISTRIBUTION SYSTEM ENGINEERING)

4.1. Pada umumnya material-material utama perlengkapan distandarisir, disesuaikan dengan karakteristik perlengkapan untuk :

• Mempermudah stock manajemen.• Mengurangi variasi penyediaan perlengkapan.• Fasilitas gudang• Menyederhanakan variasi tugas petugas, operasi & pemeliharaan.

4.2. Karakteritik teknis, contoh : PT. PLN (Persero) Distribusi DKI Jakarta & Tangerang.

• Material TM : Rated insulation voltage 24 KV Test power frequency 24 KV, 50 c/s Ketahanan Impulse (BTL – SID) 125 KV Arus nominal ……..A Test ketahanan hubung pendek 12,5 KA ,1 detik Short circuit making capacity 31.5 KA

Page 45: Pertemuan  12

Lanjutan 4.2.

4.3. Perlengkapan hubung bagi TR gardu distribusi.• Test power frekuensi tegangan fasa-fasa 2-3 Kv,1 menit• Test ketahanan impulse 20 KV• Test power frekuensi tegangan fasa-tanah 10 KV, 1 menit• Arus nominal Busbar …….A• Keseragaman acceptance test.

(Ageing test, impulse test, mechanical stength test, maintenance requirements, power frequency test, dan lain-lain).

• Short times with stand current dalam waktu 0,5 detik.

Page 46: Pertemuan  12

5. KARAKTERISTIK JARINGAN DISTRIBUSI SALURAN KABEL TANAH - TM

5.1. Pada gardu induk, pemutus tenaga dengan relai proteksi (non directional).5.2. Jaringan penghantar

• Multicore belted cable• Single belted cable• Ukuran 95 MM², 150 MM², 240 MM²• Tingkat kontinuitas pelayanan tinggi.• Sistem 3 fasa dengan gardu distribusi kapasitas besar.

5.3. Struktur jaringan.• Radial open ring• Pada jarak yang sangat pendek dapat dipertimbangkan sistem radial.

5.4. Jangkauan pelayanan• Maksimum 8 Km panjang rute lintasan.

Page 47: Pertemuan  12

Lanjutan 5.4.

5.5. Rugi tegangan.• Diatur pada batas normal operasi dengan :

Tap changer pada transformator tenaga di gardu induk (on-load). Tap changer off load ± 5 % pada gardu distribusi.

(Lihat gambar network arrangement SKTM).5.6. Gardu distribusi

• Gardu beton dengan dilengkapi : Load breakswitch pada kabel keluar Isolating switch pada kabel masuk

(Kadang-kadang dipakai juga load breakswitch pada kabel masuk)• Pengaman transformator dengan HRC fused.• Pembatas beban dengan relai pembatas dan trafo tegangan pada

pelanggan tegangan menengah.

Page 48: Pertemuan  12

Lanjutan 5.6.

5.7. Gardu kiosk/metal (lad).• Perlengkapan sama dengan gardu beton.• Kapasitas 1 transformator maksimum 630 kVA.

5.8. Tingkat kontinuitas pelayanan.• Orde menit untuk pemulihan gangguan.• Orde detik (short break) pada gardu dengan memakai network protector

(automatic change over).5.9. Pengaman Jaringan.

• Relai overcurrent fasa-fasa dan groundfault relay pada gardu induk.• HRC fused pada gardu distribusi untuk pengaman trafo.• Setting relai 0,47 detik pada gardu induk.

5.10. Pentanahan Sistem.• Memakai tahanan rendah 12 ohm pada transformator gardu induk.• Membatasi arus gangguan tanah sampai dengan 1000 A selama 1 detik.

Page 49: Pertemuan  12

Lanjutan 5.10.

5.11. Kontruksi Jaringan.• Ditanam sedalam minimal 0,8 meter.• Untuk single core cable tiap 2 km, ditransposisi.

5.12. TransformatorKapasitas transformator ukuran besar 250 kVA, 315 kVA, 400 kVA, 630 kVA, 1 MVA dengan 1 atau 2 trafo per gardu.

Page 50: Pertemuan  12

SISTEM DISTRIBUSITEGANGAN RENDAH

Page 51: Pertemuan  12

KETENTUAN UMUM

Page 52: Pertemuan  12

1. SISTEM DISTRIBUSI TEGANGAN RENDAH1.1 Sistem Distribusi Tegangan Rendah merupakan bagian hilir dari suatu sistem tenaga listrik pada tegangan

distribusi dibawah 1 Kilo Volt langsung kepada para pelanggan tegangan rendah.

1.2. Radius operasi jaringan distribusi tegangan rendah dibatasi oleh :a. Susut Tegangan yang disyaratkan.b. Luas penghantar jaringan.c. Distribusi pelanggan sepanjang jalur jaringan

distribusi.d. Sifat daerah pelayanan (desa, kota)e. Kelas pelanggan ( pada beban rendah, pada beban

tinggi)

1.3. Umumnya radius pelayanan berkisar 350 meter.Di Indonesia (PLN) susut tegangan diizinkan ± 5% - 10% dari tegangan operasi.

Page 53: Pertemuan  12

2. STRUKTUR JARINGAN

2.1. Struktur jaringan adalah radial murni atau radial open loop ( bentuk tertutup namun operasi radial).

2.2. Jarang sekali pelanggan dipasok dengan tingkat keandalan tinggi secara tertutup (loop) baik dari satu sumber ataupun dari sumber berlainan.

Page 54: Pertemuan  12

3. KOMPONEN PERLENGKAPAN UTAMA

3.1. Bahan Penghantar memakai 2 jenis :a. Bare Conductor atau tak berisolasi (BCC, A2C, A3C).b. Kabel baik kabel tunggal, jamak atau berpilin

(twisted).

3.2. Tiang penyangga memakai :a. Tiang besi panjang 7 meter, 9 meter atau dibawah saluran udara.b. Tiang beton, dengan panjang yang sama.c. Tiang kayu (sudah jarang dipakai).d. Pada daerah padat bangunan penghantar dengan konstruksi khusus.

Page 55: Pertemuan  12

4. GARDU DISTRIBUSI

4.1. Jaringan distribusi tegangan rendah dimulai dari sumber yang disebut Gardu Distribusi mulaidari panel hubung bagi TR (Rak TR) keluar didistribusikan.

4.2. Untuk setiap sirkit keluar melalui pengaman arus disebut“penyulang/ feeder”

Page 56: Pertemuan  12

5. SISTEM TEGANGAN

5.1. Sistem tegangan yang dianut ada 3 macam :a. Sistem 3 fasa (fasa tiga) : 380 Volt / 220 Voltb. Sistem 2 fasa (fasa dua) : 440 / 220, 220/ …..c. Sistem 1 fasa ( fasa satu) : 110 Volt, 220 Volt, 250 Volt

5.2. Sistem tegangan dipilih mengikuti konsep teknis (Distribution System Engineering) yang dianut satu sama lain dapat berbeda, misalnya :

a. Sistem Kontinental : 3 fasa – 3 kawat(Distribution Substation Concept) 3 fasa – 4 kawat

b. Sistem Amerika : 2 fasa – 3 netral(Multi Grounded)

c. Sistem Kanada : 1 kawat(Swer)