PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ORANG YANG …eprints.upnjatim.ac.id/2835/1/file1.pdfPERTANGGUNGJAWABAN...

42
PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ORANG YANG MENGGADAIKAN MOBIL DALAM STATUS SEWA ( Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Sidoarjo Nomor : 806/Pid/B/2010/PN.Sda.) SKRIPSI (Diajukan untuk memenuhi sebagai persyaratan memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum UPN ”Veteran” Jawa Timur) Oleh : FARIT KURNIAWAN NPM. 0671010056 YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN” JAWA TIMUR FAKULTAS HUKUM PROGRAM STUDI ILMU HUKUM SURABAYA 2011 Hak cipta @ milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Transcript of PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ORANG YANG …eprints.upnjatim.ac.id/2835/1/file1.pdfPERTANGGUNGJAWABAN...

Page 1: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ORANG YANG …eprints.upnjatim.ac.id/2835/1/file1.pdfPERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ORANG YANG MENGGADAIKAN MOBIL DALAM STATUS SEWA ( Studi Kasus Putusan Pengadilan

i

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ORANG YANG

MENGGADAIKAN MOBIL DALAM STATUS SEWA

( Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Sidoarjo Nomor : 806/Pid/B/2010/PN.Sda.)

SKRIPSI

(Diajukan untuk memenuhi sebagai persyaratan memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum UPN ”Veteran” Jawa Timur)

Oleh :

FARIT KURNIAWAN NPM. 0671010056

YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN” JAWA TIMUR

FAKULTAS HUKUM

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

SURABAYA

2011

Hak cipta @ milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Page 2: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ORANG YANG …eprints.upnjatim.ac.id/2835/1/file1.pdfPERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ORANG YANG MENGGADAIKAN MOBIL DALAM STATUS SEWA ( Studi Kasus Putusan Pengadilan

ii

PERSETUJUAN MENGIKUTI UJIAN SKRIPSI

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ORANG YANG

MENGGADAIKAN MOBIL DALAM STATUS SEWA

( Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Sidoarjo Nomor : 806/Pid/B/2010/PN.Sda.)

Disusun Oleh :

FARIT KURNIAWAN NPM. 0671010056

Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Skripsi

Menyetujui,

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Sutrisno, S.H., M.Hum. Yana Indawati, S.H., M.Kn. NIP. 19601212 198803 1 001 NPT. 37901070224

Mengetahui,

D E K A N

Haryo Sulistiyantoro, S.H., M.M

NIP. 19620625 199103 1 001

Hak cipta @ milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Page 3: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ORANG YANG …eprints.upnjatim.ac.id/2835/1/file1.pdfPERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ORANG YANG MENGGADAIKAN MOBIL DALAM STATUS SEWA ( Studi Kasus Putusan Pengadilan

iii

PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN SKRIPSI

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ORANG YANG MENGGADAIKAN MOBIL DALAM STATUS SEWA

( Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Sidoarjo Nomor : 806/Pid/B/2010/PN.Sda.)

Oleh :

FARIT KURNIAWAN NPM. 0671010056

Telah dipertahankan Dihadapan dan Diterima oleh Tim Penguji skripsi Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Pada tanggal 18 November

Pembimbing Utama Tim Penguji : 1. H. Sutrisno, S.H., M.Hum H. Sutrisno, S.H., M.Hum. NIP. 19601212 198803 1 001 NIP. 19601212 198803 1 001 Pembimbing Pendamping 2. Yana Indawati, S.H.,M.Kn. Subani, S.H., MSi. NPT. 379010702264 NIP. 19510504 198303 1 001

3.

Hariyo Sulistiyantoro, S.H., MM NIP. 19620625 199103 1 001

Mengetahui,

D E K A N

Haryo Sulistiyantoro, S.H., M.M NIP. 19620625 199103 1 001

Hak cipta @ milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Page 4: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ORANG YANG …eprints.upnjatim.ac.id/2835/1/file1.pdfPERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ORANG YANG MENGGADAIKAN MOBIL DALAM STATUS SEWA ( Studi Kasus Putusan Pengadilan

iv

PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN REVISI SKRIPSI

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ORANG YANG MENGGADAIKAN MOBIL DALAM STATUS SEWA

( Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Sidoarjo Nomor : 806/Pid/B/2010/PN.Sda.)

Oleh :

FARIT KURNIAWAN NPM. 0671010056

Telah dipertahankan Dihadapan dan Diterima oleh Tim Penguji skripsi Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Pada tanggal 18 November 2011

Tim Penguji : 1. H. Sutrisno, S.H., M.Hum. : ( ..................................................... ) NIP. 19601212 198803 1 001 2. Hariyo Sulistiyantoro, S.H., MM. : ( ..................................................... ) NIP. 19620625 199103 1 001 3. Subani, S.H., MSi. : ( ..................................................... ) NIP. 19510504 198303 1 001

Mengetahui,

D E K A N

Haryo Sulistiyantoro, S.H., M.M NIP. 19620625 199103 1 001

Hak cipta @ milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Page 5: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ORANG YANG …eprints.upnjatim.ac.id/2835/1/file1.pdfPERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ORANG YANG MENGGADAIKAN MOBIL DALAM STATUS SEWA ( Studi Kasus Putusan Pengadilan

v

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Farit Kurniawan Tempat/Tanggal Lahir : Surabaya, 16 Juni 1986 NPM : 0671010056 Konsentrasi : Pidana Alamat : Pakis Gelora II No. 11 Surabaya Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi saya dengan judul : “PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ORANG YANG MENGGADAIKAN MOBIL DALAM STATUS SEWA (Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Sidoarjo Nomor : 806/Pid/B/2010/PN.Sda.)” dalam rangka memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Sajar Hukum pada Fakultas Hukm Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur adalah benar-benar hasil karya cipta saya sendiri, yang saya buat sesuai dengan ketentuan yang berlaku, bukan hasil jiplakan (plagiat). Apabila dikemudian hari ternyata skripsi ini hasil jiplakan (plagiat) maka saya bersedia dituntut di depan Pangadilan dan dicabut gelar kesarjanaan (Sarjana Hukum) yang saya peroleh. Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dengan penuh rasa tanggung jawab atas segala akibat hukumnya. Mengetahui Surabaya, 18 November 2011 An. KaProdi Penulis, Sek.Progdi Fauzul Aliwarman.S.H.,M.Hum Farit Kurniawan NIP. 38202070221 NPM. 0671010056

Hak cipta @ milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Page 6: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ORANG YANG …eprints.upnjatim.ac.id/2835/1/file1.pdfPERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ORANG YANG MENGGADAIKAN MOBIL DALAM STATUS SEWA ( Studi Kasus Putusan Pengadilan

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat ALLAH SWT, atas berkat rohmat-Nya tugas

penulisan laporan Skripsi Penelitian Ilmu Hukum yang berjudul

“Pertanggungjawaban Pidana Orang yang Menggadaikan Mobil dalam Status

Sewa (Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Sidoarjo Nomor:

806/Pid/B/2010/PN.Sda) dapat terselesaikan.

Penulisan Skripsi ini disusun Penelitian untuk memenuhi persyaratan

sesuai kurikulum yang ada Fakultas Hukum Universitas Pembangunan Nasional

“Veteran” Jawa Timur.Disamping itu dapat memberikan hal-hal yang berkaitan

dengan disiplin ilmu dalam mengadakan penelitian guna penyusunan skripsi.

Penulisan skripsi ini dapat terselesaikan atas bantuan, bimbingan, dan

dorongan oleh beberapa pihak .ada kesempatan ini penulis berterima kasih

sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Hariyo Sulistiyantoro, S.H, M.M, Dekan Fakultas Hukum

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur dan sekaligus

Dosen Wali.

2. Bapak H. Sutrisno, S.H, M.Hum, selaku Wadek II Fakultas Hukum

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” sekaligus Dosen

Pembimbing Utama yang sangat membantu dalam penulisan laporan ini.

3. Bapak Drs. EC Gendut Soekarno, MS selaku Wadek II Ilmu Fakultas

Hukum Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Hak cipta @ milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Page 7: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ORANG YANG …eprints.upnjatim.ac.id/2835/1/file1.pdfPERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ORANG YANG MENGGADAIKAN MOBIL DALAM STATUS SEWA ( Studi Kasus Putusan Pengadilan

vii

4. Bapak Panggung Handoko.,S.sos.,S.H.,M.M. selaku Ketua Program Studi

Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Pembangunan Nasional

“Veteran” Jawa Timur.

5. Ibu Yana Indawati, S.H, M.Kn, selaku dosen pendamping yang sangat

membantu terselesaikan laporan ini.

6. Bapak Edy, S.H, dan Pak fawaid, S.H. yang telah banyak membantu dan

memberikan arahan pemikiran hingga terselesaikan laporan ini dan

7. Guru ngaji DR. Gus Mujitabah, S.H., M.M , dan DR. Gus Kadis, S.H.,

M.M , yang telah memberi banyak petuah dan pemahaman perjalanan

hidup.

8. Orang Tua dan Ayu Resti Widayanti S.Hum yang telah banyak memberi

bantuan moril dan materiil.

9. Serta teman-teman satu angkatan yang telah banyak membantu penulis

dalam penyusunan laporan gank PAK EDY, S.H, fronza,bagus deny helmi

dan Praja.

Tentunya laporan Proposal Penelitian Ilmu Hukum ini masih jauh dari apa

yang di harapkan, untuk itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang

bersifat membangun dari seluruh pihak yang dapat dijadikan pedoman dalam

penulisan selanjutnya.

Surabaya, November 2011

Penulis

KATA PENGANTAR

Hak cipta @ milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Page 8: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ORANG YANG …eprints.upnjatim.ac.id/2835/1/file1.pdfPERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ORANG YANG MENGGADAIKAN MOBIL DALAM STATUS SEWA ( Studi Kasus Putusan Pengadilan

viii

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN” JAWA TIMUR FAKULTAS HUKUM

Nama Mahasiswa : Farit Kurniawan NPM : 0671010056 Tempat/Tanggal Lahir : Surabaya, 16 Juni 1986 Program Studi : Strata 1 (S1) Judul Skripsi : ”PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ORANG YANG MENGGADAIKAN

MOBIL DALAM STATUS SEWA (Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Sidoarjo Nomor : 806/Pid/B/2010/PN.Sda.)”

ABSTRAKSI

Penelitian dengan judul di atas bertujuan untuk mengetahui dan

menganalisis akibat hukum bagi orang yang menggadaikan mobil dalam status sewa, dan untuk mengetahui pertanggungjawaban pidana orang yang telah menggadaikan mobil dalam status sewa.

Metode penelitian yang digunakan yuridis normatif yaitu merupakan penelitian hukum terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder terutama yang berkaitan dengan materi yang dibahas.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan pertama, akibat hukumnya pelaku dapat dikenakan sanksi pidana karena telah melakukan penggelapan sebagaimana dimaksud dalam pasal 372 KUHP. Penyewa mobil hanya memilikki hak untuk menikmati mobil sewa, kenyataannya penyewa memperlakukan mobil sewa sebagaimana miliknya sendiri dan menggadaikan mobil sewa tersebut.

Pertanggungjawaban pidana terhadap orang yang telah menggadaikan mobil dalam status sewa, bahwa pihak yang menggadaikan dikenakan sanksi pidana sebagaimana pasal 480 KUHP. Pihak yang menyewa mengetahui bahwa mobil tersebut bukan miliknya sendiri, melainkan milik yang menyewakan sehingga telah melakukan kesalahan. Oleh karena itu pelaku dapat dimintakan pertanggungjawaban pidana karena tidak ada alasan pemaaf atau pembenar menggadaikan mobil sewa.

Kata kunci : Pertanggungjawaban Pidana, Menggadaikan, Sewa

Hak cipta @ milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Page 9: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ORANG YANG …eprints.upnjatim.ac.id/2835/1/file1.pdfPERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ORANG YANG MENGGADAIKAN MOBIL DALAM STATUS SEWA ( Studi Kasus Putusan Pengadilan

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ........................................................................

HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI..........................................

HALAMAN PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN ....................

SURAT PERNYATAAN .................................................................

KATA PENGANTAR ......................................................................

DAFTAR ISI ....................................................................................

ABSTRAK .......................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ....................................................

1.1. Latar Belakang Masalah .................................

1.2. Perumusan Masalah ........................................

1.3. Tujuan Penelitian ............................................

1.4. Manfaat Penelitian ..........................................

1.5. Kajian Pustaka ................................................

1.6. Metodologi Penelitian .....................................

BAB II AKIBAT HUKUM ORANG YANG

MENGGADAIKAN MOBIL DALAM STATUS

SEWA .......................................................................

2.1. Gambaran Kasus dan Putusan PN Nomor

806/Pid/B/2010/PN.Sda) ................................

2.2. Akibat Hukum Orang yang Menggadaikan

Mobil Dalam Status Sewa ..............................

i

ii

iii

iv

v

vii

ix

1

1

2

3

3

3

29

33

33

35

Hak cipta @ milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Page 10: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ORANG YANG …eprints.upnjatim.ac.id/2835/1/file1.pdfPERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ORANG YANG MENGGADAIKAN MOBIL DALAM STATUS SEWA ( Studi Kasus Putusan Pengadilan

x

BAB III PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ORANG

YANG TELAH MENGGADAIKAN MOBIL

DALAM STATUS SEWA .......................................

3.1. Pertanggungjawaban Pidana Orang yang

Menggadaikan Mobil Dalam Status Sewa

Putusan No. 806/Pid/B/2010/PN.Sda. ..........

3.2. Analisa Pertanggungjawaban Pidana Orang

yang Menggadaikan Mobil Dalam Status

Sewa ................................................................

BAB IV PENUTUP ................................................................

4.1. Kesimpulan ...................................................

4.2. Saran .............................................................

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

39

39

43

48

48

49

Hak cipta @ milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Page 11: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ORANG YANG …eprints.upnjatim.ac.id/2835/1/file1.pdfPERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ORANG YANG MENGGADAIKAN MOBIL DALAM STATUS SEWA ( Studi Kasus Putusan Pengadilan

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Krisis ekonomi yang melanda Indonesia umumnya dan krisis moral

masyarakat khususnya membawa dampak dalam kehidupan masyarakat.

Kejahatan baik yang dilakukan oleh para pejabat maupun yang dilakukan

oleh masyarakat dengan berbagai modus sangat dirasakan dan meresahkan

tatanan kehidupan. Korupsi, kolusi dan nepotisme yang terjadi menjadikan

jurang pemisah antara yang kaya dan yang miskin, sehingga ada suatu

anggapan masyarakat yang menyatakan “mencari uang yang haram saja

susah apalagi mencari uang yang halal”. Kondisi yang demikian terutama

bagi masyarakat yang pemahaman tentang agama kurang mengambil jalan

pintas yaitu mengambil langkah untuk melakukan kejahatan, dengan

berbagai macam modus yang penting dapat berhasil dan dapat digunakan

untuk memenuhi kebutuhan hidupnya baik untuk berfoya-foya maupun

memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.

Diundangkannya berbagai peraturan perundang-undangan

dimaksudkan untuk mencari kepastian hukum dalam mencegah terjadinya

suatu kejahatan dan menindak pelaku yang melakukan kejahatan atau

perbuatan pidana yaitu "perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum,

larangan mana disertai ancaman (sanksi) yang berupa pidana tertentu bagi

Hak cipta @ milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Page 12: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ORANG YANG …eprints.upnjatim.ac.id/2835/1/file1.pdfPERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ORANG YANG MENGGADAIKAN MOBIL DALAM STATUS SEWA ( Studi Kasus Putusan Pengadilan

2

barangsiapa melanggar larangan tersebut".1 Hal ini berarti bahwa perbuatan

yang dilarang disertai dengan sanksi pidana bagi pelakunya adalah yang

berkaitan dengan pelanggaran atau perkosaan kepentingan hukum dan suatu

yang membahayakan kepentingan hukum. Perbuatan yang dilanggar tersebut

haruslah telah ada peraturan perundang-undangan yang mengaturnyanya,

sehingga jika peraturan tidak mengatur maka seharusnya seseorang tersebut

bebas dari segala tuntutan hukum dengan didasarkan atas nullum delictum

noela poena cine praivelege sebagaimana pasal 1 Kitab Undang-undang

Hukum Pidana (selanjutnya disingkat KUHP) yang menentukan bahwa

suatu perbuatan tidak dapat dipidana, kecuali berdasarkan kekuatan

ketentuan perundang-undangan pidana yang telah ada, bilamana ada

perubahan dalam perundang-undangan sesudah perbuatan dilakukan, maka

terhadap terdakwa diterapkan ketentuan yang paling menguntungkannya.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian sebagaimana di atas, maka yang

dipermasalahkan dalam skripsi ini adalah:

1. Apa akibat hukum bagi orang yang menggadaikan mobil dalam status

sewa ?

2. Bagaimana pertanggungjawaban pidana orang yang telah menggadaikan

mobil dalam status sewa ?

1Moeljatno, Asas-asas Hukum Pidana, Rinekacipta, Jakarta, 2000, h. 54.

Hak cipta @ milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Page 13: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ORANG YANG …eprints.upnjatim.ac.id/2835/1/file1.pdfPERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ORANG YANG MENGGADAIKAN MOBIL DALAM STATUS SEWA ( Studi Kasus Putusan Pengadilan

3

1.3. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui dan menganalisis akibat hukum bagi orang yang

menggadaikan mobil dalam status sewa.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis pertanggungjawaban pidana orang

yang telah menggadaikan mobil dalam status sewa.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Sebagai sumbangan pemikiran dalam ilmu pengetahuan hukum,

khususnya mengenai akibat dan pertanggungjawaban pidana pegadaian

yang telah menerima gadai mobil dalam status sewa.

2. Sebagai masukan yang berkaitan dengan pihak-pihak yang terlibat dalam

sewa menyewa mobil, dan pemberi gadai mengenai tanggung jawabnya

masing-masing serta aparat penegak hukum dalam menangani kasus

gadai mobil sewa.

1.5. Kajian Pustaka

a. Pengertian Tindak Pidana

Perihal tindak pidana ada yang menyebut sebagai perbuatan

pidana atau peristiwa pidana. Sianturi dalam mengartikan tindak pidana

yang berasal dari istilah Belanda “strafbare feit”, diterjemahkan dalam

bahasa Indonesia sebagai berikut:

a. Perbuatan yang dapat/boleh dihukum;

b. Peristiwa pidana;

Hak cipta @ milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Page 14: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ORANG YANG …eprints.upnjatim.ac.id/2835/1/file1.pdfPERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ORANG YANG MENGGADAIKAN MOBIL DALAM STATUS SEWA ( Studi Kasus Putusan Pengadilan

4

c. Perbuatan pidana dan tindak pidana.2

Mengenai “strafbare feit” ini, Moeljatno menggunakan istilah

perbuatan pidana yang diartikan sebagai "perbuatan yang dilarang oleh

suatu aturan hukum, larangan mana disertai ancaman (sanksi) yang

berupa pidana tertentu bagi barangsiapa melanggar larangan tersebut".3

Sahetapy mengartikan tindak pidana adalah “perbuatan manusia yang

termasuk dalam ruang lingkup rumusan delik, bersifat melawan hukum

dan dapat dicela”,4 kepada pelakunya dapat dikenakan sanksi berupa

pidana.

Perihal delik dibedakan antara delik formil dan delik materiil.

Delik formil menekankan pada perbuatannya, terlepas dari akibat yang

mungkin timbul, perbuatan itu sendiri sudah bertentangan dengan

larangan atau perintah dan sudah dapat dipidana. Pada delik materiil,

yang dilarang dan dapat dipidana adalah menimbulkan aki bat tertentu.5

Hal tersebut berarti bahwa perbuatan yang dilarang disertai

dengan sanksi pidana bagi pelakunya adalah yang berkaitan dengan

pelanggaran atau perkosaan kepentingan hukum dan suatu yang

membahayakan kepentingan hukum. Memperhatikan definisi perbuatan

pidana sebagaimana di atas dapat dijelaskan bahwa unsur perbuatan

2Sianturi, Asas-asas Hukum Pidana Di Indonesia dan Penerapannya, (selanjutnya

disingkat Sianturi 1), Alumni AHAEM-PETEHAEM, Jakarta, 1986, h. 204. 3Moeljatno, Asas-asas Hukum Pidana, Rinekacipta, Jakarta, 2000, h. 54. 4Sahetapy, Hukum Pidana, (Editor Penterjemah), Konsursium Ilmu Hukum Departemen

P & K, Liberty, Yogyakarta, 2003, h. 27. 5Ibid., h. 31.

Hak cipta @ milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Page 15: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ORANG YANG …eprints.upnjatim.ac.id/2835/1/file1.pdfPERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ORANG YANG MENGGADAIKAN MOBIL DALAM STATUS SEWA ( Studi Kasus Putusan Pengadilan

5

pidana yaitu: 1) perbuatan manusia, 2) bersifat melawan hukum dan 3)

dapat dicela.

Perbuatan manusia dijelaskan oleh Sahetapy yaitu:

bukan mempunyai keyakinan atau niat, tetapi hanya melakukan atau tidak melakukan dapat dipidana. Dalam ruang lingkup rumusan delik: semua unsur rumusan delik yang tertulis harus terpenuhi”. Bersifat melawan hukum ialah “suatu perbuatan yang memenuhi semua unsur rumusan delik yang tertulis (misalnya, sengaja membunuh orang lain) tidak dapat dipidana kalau tidak bersifat melawan hukum (misalnya sengaja membunuh tentara musuh oleh seorang tentara dalam perang).

Sedangkan maksud dapat dicela adalah:

suatu perbuatan yang memenuhi semua unsur delik yang tertulis dan juga bersifat melawan hukum, namun tidak dapat dipidana kalau tidak dapat dicela pelakunya. Sifat melawan hukum dan sifat dapat dicela itu merupakan syarat umum untuk dapat dipidananya perbuatan, sekalipun tidak disebut dalam rumusan delik.6

Perihal hukum pidana, Moeljatno mengemukakan:

Hukum pidana adalah bagian daripada keseluruhan hukum yang berlaku di suatu negara, yang mengadakan dasar-dasar dan aturan-aturan untuk:

1) menentukan perbuatan-perbuatan mana yang tidak boleh dilakukan, yang dilarang, dengan disertai ancaman atau sanksi yang berupa pidana tertentu bagi barangsiapa melanggar larangan-larangan tersebut;

2) menentukan kapan dan dalam hal-hal apa kepada mereka yang telah melanggar larangan-larangan itu dapat dikenakan atau dijatuhi pidana sebagaimana yang telah diancamkan;

3) menentukan dengan cara bagaimana pengenaan pidana itu dapat dilaksanakan apabila ada orang yang disangka telah melanggar larangan-larangan tersebut.7

Apabila diperhatikan pendapat Moeljatno di atas dapat dijelaskan

bahwa perbuatan pidana merupakan salah satu bagian yang dipelajari

dalam hukum pidana. Hukum pidana tidak hanya memberikan pengertian

6 Ibid., h. 27 7 Moeljatno, Op. cit., h. 1.

Hak cipta @ milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Page 16: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ORANG YANG …eprints.upnjatim.ac.id/2835/1/file1.pdfPERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ORANG YANG MENGGADAIKAN MOBIL DALAM STATUS SEWA ( Studi Kasus Putusan Pengadilan

6

tentang perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum, larangan mana

disertai ancaman (sanksi) yang berupa pidana tertentu bagi barangsiapa

melanggar larangan tersebut, melainkan juga mencakup hal berkaitan

dengan pengenaan pidana dan cara bagaimana pidana tersebut dapat

dilaksanakan. Larangan tersebut ditujukan kepada perbuatannya, yaitu

suatu keadaan atau kejadian yang ditimbulkan oleh kelakuan atau

perbuatan seseorang. Sedangkan ancaman pidananya atau sanksinya

ditujukan kepada pelaku yang melakukan perbuatan pidana yang

biasanya disebut dengan perkataan "barangsiapa" yaitu pelaku perbuatan

pidana sebagai subyek hukum, yaitu pendukung hak dan kewajiban

dalam bidang hukum.

Barang siapa ditujukan kepada pelaku tindak pidana yang

melakukan kesalahan. Perihal kesalahan dapat dilakukan atas dasar

kesengajaan dan karena kelalaiannya. Perbuatan dilakukan dengan

sengaja adalah perbuatan yang dikehendaki dan dilakukan dengan penuh

kesadaran. Bentuk kesengajaan menurut Moeljatno terdiri dari tiga corak,

yaitu:

1) kesengajaan dengan maksud (dolus derictus);

2) kesengajaan sebagai kepastian, keharusan, dan

3) kesengajaan sebagai kemungkinan (dolus eventualis).8

Sehubungan dengan kesengajaan sebagai suatu perbuatan yang

bersifat melawan hukum, dibedakan antara sifat melawan hukum formal

8Ibid., h. 177.

Hak cipta @ milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Page 17: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ORANG YANG …eprints.upnjatim.ac.id/2835/1/file1.pdfPERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ORANG YANG MENGGADAIKAN MOBIL DALAM STATUS SEWA ( Studi Kasus Putusan Pengadilan

7

dan sifat melawan hukum yang materiil. Sifat melawan hukum formal,

apabila perbuatan telah mencocoki larangan undang-undang, maka di situ

ada kekeliruan. Sahetapy mengemukakan bahwa sifat melawan hukum

formal terjadi karena memenuhi rumusan delik dari undang-undang. Sifat

melawan hukum formal merupakan untuk dapat dipidananya perbuatan

bersumber pada asas legalitas.9 Letak melawan hukum perbuatan sudah

nyata, dari sifat melanggarnya ketentuan undang-undang, kecuali jika

termasuk pengecualian yang telah ditentukan oleh undang-undang pula.

Sifat melawan hukum formal memiliki makna melawan undang-undang,

sebab hukum adalah undang-undang. Sifat melawan hukum yang materiil

berpendapat bahwa belum tentu kalau semua perbuatan yang mencocoki

larangan undang-undang bersifat melawan hukum. Hukum bukanlah

undang-undang saja, di samping undang-undang (hukum yang tertulis)

ada pula hukum yang tidak tertulis yaitu norma-norma atau kenyataan-

kenyataan yang berlaku dalam masyarakat.10 Bentuk yang dikenal dalam

hukum pidana dapat berupa: Formeel delicht juga disebut delik dengan

perumusan formil, yaitu delik yang dianggap telah sepenuhnya

terlaksana dengan dilakukannya suatu perbuatan yang dilarang. Materieel

delicht juga disebut delik dengan perumusan materiil, yaitu delik yang

baru dianggap terlaksana penuh dengan timbulnya akibat yang dilarang.11

9Sahetapy, Op. cit., h. 40. 10Ibid., h. 130. 11Ibid.

Hak cipta @ milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Page 18: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ORANG YANG …eprints.upnjatim.ac.id/2835/1/file1.pdfPERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ORANG YANG MENGGADAIKAN MOBIL DALAM STATUS SEWA ( Studi Kasus Putusan Pengadilan

8

Yang dimaksud dengan kealpaan pada dasarnya ialah kekurang

hati-hatian atau lalai, kekurang waspadaan, keteledoran, kurang

menggunakan ingatannya atau kekhilafan atau sekiranya dia hati-hati,

waspada, tertib atau ingat, peristiwa itu tidak akan terjadi atau akan

dapat dicegahnya.12 Culpa atau Lalai adalah kekhilafan atau kealpaan

yang menimbulkan akibat hukum dianggap melakukan tindak pidana

yang dapat ditindak atau dituntut.13

b. Tindak Pidana Penggelapan

Tindak pidana penggelapan dapat dijumpai dalam ketentuan Pasal

372 KUHP, yang menentukan sebagai berikut:

Barang siapa dengan sengaja dan melawan hukum memiliki barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang lain tetapi yang ada dalam kekuasaannya bukan karena kejahatan diancam karena penggelapan, dengan pidana penjara paling lama empat tahun atau pidana denda paling banyak sembilan ratus rupiah.

Ketentuan Pasal 372 KUHP diawali dengan kata “barangsiapa”

yang ditujukan kepada pelaku tindak pidana penggelapan. Pelaku tindak

pidana diatur dalam Pasal 55 KUHP, yang menentukan:

Pelaku tindak pidana diatur dalam Pasal 55 KUHP, yang menentukan:

(1) dipidana sebagai pelaku tindak pidana: a. mereka yang melakukan, yang menyuruh melakukan dan

yang turut serta melakukan perbuatan; b. mereka yang dengan memberi atau menjanjikan sesuatu

dengan menyalahgunakan kekuasaan atas martabat dengan kekerasan, ancaman atau penyesatan, atau dengan memberi kesempatan, sarana atau keterangan, sengaja menganjurkan orang lain supaya melakukan perbuatan.

12Sianturi, Tindak Pidana Di KUHP Berikut Uraiannya, Alumni-AHM-PTHM, Jakarta,

1983, h. 511. 13 Yan Pramadya Puspa, Kamus Hukum, Aneka Ilmu, Semarang, 1997.

Hak cipta @ milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Page 19: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ORANG YANG …eprints.upnjatim.ac.id/2835/1/file1.pdfPERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ORANG YANG MENGGADAIKAN MOBIL DALAM STATUS SEWA ( Studi Kasus Putusan Pengadilan

9

(2) terhadap penganjur hanya perbuatan yang sengaja dianjurkan sajalah yang diperhitungkan, beserta akibat-akibatnya.

Tindak pidana penggelapan sebagaimana pasal 372 KUHP tersebut

di atas di dalamnya mengandung unsur-unsur tindak pidana sebagai

berikut:

a. unsur subyektif : dengan sengaja;

b. unsur obyektif :

- menguasai secara melawan hukum;

- suatu benda;

- sebagian atau seluruhnya kepunyaan orang lain;

- berada padanya bukan karena kejahatan.14

Unsur pertama Pasal 372 KUHP, yaitu “dengan sengaja”,

merupakan unsur subyektif. Dengan sengaja berkaitan dengan tindak

pidana penggelapan dijelaskan lebih lanjut oleh Sianturi sebagai berikut:

“Pelaku menyadari bahwa ia secara melawan hukum memiliki sesuatu

barang. Menyadari bahwa barang itu adalah sebagian atau seluruhnya

milik orang lain, demikian pula menyadari bahwa barang itu ada

padanya atau ada dalam kekuasaannya bukan karena kejahatan”.15 Jadi

kesengajaan dalam tindak pidana penggelapan ini termasuk kesengajaan

sebagai maksud yakni si pembuat menghendaki adanya akibat yang

dilarang dari perbuatannya.

14Lamintang, Delik-delik Khusus Kejahatan-kejahatan Terhadap Harta Kekayaan,

Sinar Baru, Bandung, 1989, h 105. 15Sianturi, Tindak Pidana di KUHP berikut Uraiannya, Alumni, Jakarta, Tahun 1983, h.

622.

Hak cipta @ milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Page 20: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ORANG YANG …eprints.upnjatim.ac.id/2835/1/file1.pdfPERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ORANG YANG MENGGADAIKAN MOBIL DALAM STATUS SEWA ( Studi Kasus Putusan Pengadilan

10

Unsur kedua Pasal 372 KUHP ialah “menguasai atau memiliki

secara melawan hukum” Pengertian memiliki secara melawan hukum

dijelaskan lebih lanjut sebagai berikut:

Menurut yurisprudensi Mahkamah Agung No. 69 K/Kr/1959 tanggal 11 Agustus 1959 “memiliki berarti menguasai suatu benda bertentangan dengan sifat dari hak yang dimiliki atau benda itu. Yurisprudensi Mahkamah Agung No. 83 K/Kr/1956 tanggal 8 Mei 1957, “memiliki yaitu menguasai sesuatu barang bertentangan dengan sifat dari hak yang dijalankan seseorang atas barang-barang tersebut.16

Jadi apabila barang tersebut berada di bawah kekuasaannya bukan

didasarkan atas kesengajaan secara melawan hukum, maka tidak dapat

dikatakan sebagai telah melakukan perbuatan memiliki sesuatu barang

secara melawan hukum.

Unsur ketiga Pasal 372 KUHP, yaitu “suatu benda”,

menurut Sugandhi adalah sebagai berikut :

Yang dimaksudkan barang ialah semua benda yang berwujud seperti uang, baju, perhiasan dan sebagainya, termasuk pula binatang, dan benda yang tidak berwujud seperti aliran listrik yang disalurkan melalui kawat serta yang disalurkan melalui pipa. Selain benda-benda yang bernilai uang pencurian pada benda-benda yang tidak bernilai uang, asal bertentangan dengan pemiliknya (melawan hukum) dapat pula dikenakan Pasal ini.17

Sedang menurut Sianturi bahwa: “Unsur barang sama saja dengan

barang pada pencurian Pasal 362 KUHP. Pada dasarnya barang adalah

sesuatu yang mempunyai nilai ekonomis setidak-tidaknya bagi

16Ibid. 17Sugandhi, KUHP dengan Penjelasannya, Usaha Nasional, Surabaya, 1980, h. 376.

Hak cipta @ milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Page 21: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ORANG YANG …eprints.upnjatim.ac.id/2835/1/file1.pdfPERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ORANG YANG MENGGADAIKAN MOBIL DALAM STATUS SEWA ( Studi Kasus Putusan Pengadilan

11

pemiliknya”.18 Hal tersebut berarti bahwa pengertian barang diartikan

secara luas, yaitu tidak hanya terbatas pada benda yang berwujud,

melainkan termasuk benda-benda yang tidak berwujud, namun

mempunyai nilai ekonomis, misalnya aliran listrik, gas dan yang lainnya.

Unsur ke empat Pasal 372 KUHP ialah “sebagian atau seluruhnya

kepunyaan orang lain”, dijelaskan oleh Sianturi bahwa: “Barang tersebut

seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain, berarti tidak saja bahwa

kepunyaan itu berdasarkan perundang-undangan yang berlaku, tetapi juga

berdasarkan hukum yang berlaku”.19

Selanjutnya Sianturi mengemukakan: Barang yang dimaksud ada padanya atau kekuasaannya ialah ada kekuasaan tertentu pada seseorang itu terhadap barang tersebut. Barang itu tidak mesti secara nyata ada di tangan seseorang itu, tetapi dapat juga jika barang itu dititipkan kepada orang lain, tetapi orang lain itu memandang bahwa si penitip inilah yang berkuasa pada barang tersebut. Jadi yang ada dalam kekuasaannya bukan karena kejahatan berarti barang itu berada padanya/kekuasaannya bukan saja karena suatu pelaksanaan perundangan yang berlaku seperti : a. Peminjaman, b. Penyewaaan, c. Sewa-beli, d. Penggadaian, e. Jual beli dengan hak utama untuk membeli kembali oleh

sipenjual, f. Penitipan, g. Hak retensi, dan lain sebagainya tetapi juga karena sesuatu hal

yang tidak bertentangan dengan hukum seperti misalnya : 1) Menemukan sesuatu benda di jalanan, di lapangan, di suatu

tempat umum, dan sebagainya; 2) Tertinggalnya suatu barang tamu oleh tamu itu sendiri di

mobil seseorang ketika ia bertamu; 3) Terbawanya sesuatu barang orang lain yang sama sekali tidak

disadarinya; dan lain sebagainya.20

18 Sianturi, Op. Cit., h. 593 19 Ibid., h. 625 20Sianturi, Op. cit., h. 622.

Hak cipta @ milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Page 22: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ORANG YANG …eprints.upnjatim.ac.id/2835/1/file1.pdfPERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ORANG YANG MENGGADAIKAN MOBIL DALAM STATUS SEWA ( Studi Kasus Putusan Pengadilan

12

Hal tersebut berarti bahwa apabila barang tersebut secara

keseluruhan miliknya sendiri, maka tidak dapat dikatakan bahwa barang

tersebut adalah sebagian atau seluruhnya milik orang lain.

Unsur kelima Pasal 372 KUHP, yaitu “berada padanya bukan

karena kejahatan”, dijelaskan oleh Lamintang bahwa: “menunjukkan

adanya suatu hubungan langsung yang sifatnya nyata antara pelaku

dengan suatu benda tertentu”.21 Jadi jika barang tersebut berada di

tangannya melalui mengambil dari orang lain tanpa hak, maka tidak

dapat dikatakan sebagai telah melakukan penggelapan melainkan

melakukan tindak pidana lainnya yaitu tindak pidana pencurian.

c. Penyerahan Barang Bergerak Sebagai Jaminan

Barang bergerak dapat digunakan sebagai jaminan utang melalui

lembaga gadai dan lembaga fidusia. Barang bergerak yang dijadikan

obyek jaminan gadai diatur dalam Buku II Kitab Undang-undang Hukum

Perdata (selanjutnya disingkat KUH Perdata) tentang Kebendaan. Gadai

menurut Pasal 1150 KUHPerdata adalah:

Gadai adalah suatu hak yang diperoleh seorang berpiutang atas suatu benda bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh seorang berutang atau oleh seorang lain atas namanya, dan yang memberikan kekuasaan kepada si berpiutang itu untuk mengambil pelunasan dari barang tersebut secara didahulukan dari pada orang-orang berpiutang lainnya dengan kekecualian biaya untuk melelang barang tersebut dan biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkannya setelah barang itu digadaikan, biaya-biaya mana harus didahulukan.

21 Lamintang, Op. Cit., h. 121.

Hak cipta @ milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Page 23: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ORANG YANG …eprints.upnjatim.ac.id/2835/1/file1.pdfPERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ORANG YANG MENGGADAIKAN MOBIL DALAM STATUS SEWA ( Studi Kasus Putusan Pengadilan

13

Memperhatikan uraian di atas dapat dijelaskan bahwa gadai

adalah penyerahan barang bergerak yang dilakukan oleh pemberi gadai

kepada penerima gadai sebagai jaminan pelunasan utang ketika pemberi

gadai ingkar janji. Dengan penyerahan barang bergerak sebagai jaminan

utang tersebut, memberikan hak untuk didahulukan dalam pelunasan

piutangnya pada pemegang gadai. Meskipun gadai didasarkan atas

penyerahan kekuasaan atas suatu benda yang dijadikan obyek gadai,

penyerahan barang bergerak dari tangan pemberi gadai kepada pemegang

gadai merupakan suatu hal yang mutlak sesuai dengan ketentuan Pasal

1152 ayat (2) KUHPerdata menentukan: “Tak sah adalah gadai atas

segala benda yang dibiarkan tetap dalam kekuasaan si berutang atau si

pemberi gadai, ataupun yang kembali atas kemauan si berpiutang”.

Memperhatikan hal tersebut di atas dapat dijelaskan bahwa gadai

obyeknya barang bergerak, sehingga ketika dijadikan obyek gadai barang

tersebut harus diserahkan kepada pemegang gadai dengan ancaman tidak

sah atau batal demi hukum jika barang yang dijadikan obyek gadai

tersebut tetap berada ditangan pemberi gadai.

Penyerahan barang bergerak sebagai obyek gadai digunakan

sebagai pelunasan utang ketika pemberi gadai tidak dapat membayar

gadainya dengan menjual lelang atas barang tersebut.

Gadai barang bergerak adalah barang bukti dalam perkara

pidana. Barang bukti yaitu: “Barang bukti adalah barang-barang baik

yang berwujud, bergerak atau tidak bergerak yang dapat dijadikan bukti

Hak cipta @ milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Page 24: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ORANG YANG …eprints.upnjatim.ac.id/2835/1/file1.pdfPERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ORANG YANG MENGGADAIKAN MOBIL DALAM STATUS SEWA ( Studi Kasus Putusan Pengadilan

14

dan fungsinya untuk diperlihatkan kepada terdakwa ataupun saksi

dipersidangan guna mempertebal keyakinan hakim dalam menentukan

kesalahan terdakwa”.22

Penyerahan barang bergerak lainnya yang digunakan sebagai

jaminan melalui lembaga fidusia. Fidusia berasal dari kata “fides” yang

berarti kepercayaan. Sesuai dengan arti kata ini, maka hubungan hukum

antara debitor selaku pemberi fidusia dan penerima fidusia selaku

kreditor merupakan hubungan hukum yang didasarkan kepercayaan.

Pemberi fidusia percaya bahwa penerima fidusia mau mengembalikan

hak milik barang yang telah diserahkan, setelah dilunasi hutangnya.

Sebaliknya penerima fidusia percaya bahwa pemberi fidusia tidak akan

menyalah-gunakan barang jaminan yang berada dalam kekuasaannya.23

Tan Kamelo mengemukakan bahwa, jaminan fidusia adalah salah satu

sarana perlindungan hukum bagi keamanan bank yakni sebagai suatu

kepastian bahwa nasabah debitor akan melunasi pinjaman kredit.

Perjanjian fidusia bukan suatu hak jaminan yang lahir karena undang-

undang melainkan harus diperjanjikan lebih dahulu antara bank dengan

nasabah debitor.24

Secara yuridis pasal 1 angka (1) UU No. 42 Tahun 1999

mengemukakan bahwa “pengalihan hak kepemilikan suatu benda atas

22Djoko Prakoso, Alat Bukti dan Kekuatan Pembuktian di Dalam Proses Pidana,

Liberty, Yogyakarta, 1988, h. 148. 23Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, Seri Hukum Bisnis, Jaminan Fidusia, Raja

Rafindo Persada, Jakarta, 2000, h. 113. 24Tan Kamelo, Hukum Jaminan Fidusia (Suatu Kebutuhan yang Didambakan),

Alumni, Bandung, 2004, h. 187.

Hak cipta @ milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Page 25: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ORANG YANG …eprints.upnjatim.ac.id/2835/1/file1.pdfPERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ORANG YANG MENGGADAIKAN MOBIL DALAM STATUS SEWA ( Studi Kasus Putusan Pengadilan

15

dasar kepercayaan dengan ketentuan bahwa benda yang hak

kepemilikannya dialihkan tetap dalam penguasaan pemilik benda”.

Mengenai penyerahan barang jaminan fidusia, Satrio mengemukakan:

“Penyerahan hak milik benda jaminan, maka sebenarnya kreditor telah

menjadi pemilik, tetapi kalau diingat, bahwa tujuannya hanyalah sebagai/

untuk memberikan jaminan saja, maka kreditor setelah menerima

penyerahan benda jaminan, tidak menjadi pemilik dalam arti yang

sebenarnya”.25

Penyerahan secara kepercayaan tidak dimaksudkan untuk betul-

betul dimiliki, namun mengenai hal di atas terjadi suatu silang pendapat,

karena ada pihak yang berpendirian bahwa kreditor pemegang jaminan

fidusia yang dinamakan fidusiairus dengan penyerahan tersebut benar-

benar telah menjadi pemilik dari benda jaminan dengan hak-hak

sebagaimana yang dipunyai seorang pemilik, namun di sisi yang lain

pihak ada sarjana yang berpendapat bahwa fidusia terhadap pihak ketiga

berkedudukan sebagai seorang pemilik, sedang terhadap pemberi jaminan

hanya berkedudukan sebagai seorang pemegang gadai yang tak

memegang benda jaminan, karena para pihak memang tidak benar-benar

bermaksud untuk mengalihkan hak milik atas benda jaminan dan dalam

prakteknya para pihak mengadakan kesepakatan yang membatasi hak-

hak kreditor sampai sejauh hak seorang pemegang hak jaminan saja.26

25J. Satrio, Hukum Jaminan, Hak-hak Jaminan Kebendaan, Citra Aditya Bakti,

Bandung, 1996, h. 177. 26Ibid.

Hak cipta @ milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Page 26: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ORANG YANG …eprints.upnjatim.ac.id/2835/1/file1.pdfPERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ORANG YANG MENGGADAIKAN MOBIL DALAM STATUS SEWA ( Studi Kasus Putusan Pengadilan

16

Gadai kaitannya dengan tindak pidana dapat dijumpai dalam

Pasal 480 ayat (2) KUHP menentukan bahwa “Barang siapa menjadikan

sebagai kebiasaan untuk sengaja membeli, menukar, menerima gadai,

menyimpan, atau menyembunyikan barang yang diperoleh dari

kejahatan, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun.

Orang dikatakan menadah apabila ia :

a. membeli, menyewa, menukari, menerima gadai, menerima sebagai

hadiah, sesuatu barang yang diketahuinya atau patut dapat

disangkanya, bahwa barang itu diperoleh karena kejahatan; atau

karena mau mendapat untung :

b. menjual, menyewakan, menukarkan, menggadaikan, membawa,

menyimpan atau menyembunyikan sesuatu barang yang diketahuinya

atau patut dapat disangkanya, bahwa barang itu diperoleh karena

kejahatan.

Selain perbuatan-perbuatan di atas yang dapat digolongkan

sebagai perbuatan menadah, orang yang mengambil untung dari hasil

sesuatu barang, yang diketahuinya atau patut dapat disangkanya bahwa

barang itu diperoleh karena kejahatan, dapat pula dikatakan ”menadah”.

Barang yang dapat digolongkan sebagai ”barang yang diperoleh

karena kejahatan” misalnya barang asal dari pencurian, penggelapan,

penipuan, pemalsuan uang, perampokan dan lain sebagainya. Barang

yang berasal dari pelanggaran tidak termasuk di sini.

Hak cipta @ milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Page 27: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ORANG YANG …eprints.upnjatim.ac.id/2835/1/file1.pdfPERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ORANG YANG MENGGADAIKAN MOBIL DALAM STATUS SEWA ( Studi Kasus Putusan Pengadilan

17

Barang yang berasal dari kejahatan dibagi pula menjadi 2 bagian

yakni :

a. barang yang diperoleh dari kejahatan seperti barang hasil pencurian,

penggelapan, penipuan atau pemerasan. Barang-barang ini

keadaannya sama saja dengan barang-barang lain yang bukan berasal

dari kejahatan. Dapatnya kita mengeahui bahwa barang itu berasal

dari kejahatan, dilihat dari hasil penyelidikan tentang asal mula dan

caranya barang itu berpindah tangan;

b. barang yang terjadi karena sesuatu kejahatan, misalnya mata uang

palsu, uang kertas palsu, ijazah palsu dan lain sebagainya. Apabila

barang-barang ini dilihat dari segi rupa dan keadaannya, memang

agak berbeda dengan barang yang tidak palsu.

Untuk mengetahui apakah barang itu berasal dari kejahatan,

memang sulit. Tetapi dengan cara menilai dari sudut harga yang jauh

lebih mudah dari harga barang yang bukan berasal dari kejahatan dan

cara penjualan yang dilakukan secara bersembunyi-sembunyi, kita dapat

menyangka bahwa barang itu berasal dari kejahatan.

Hasil dari barang yang diperoleh karena kejahatan dapat

disamakan dengan hasil penjualan barang itu.

Untuk dapat membedakan antara barang yang berasal dari

kejahatan dan hasil dari barang yang diperoleh karena kejahatan, perlu

dikemukakan contoh sederhana sebagai berikut :

Hak cipta @ milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Page 28: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ORANG YANG …eprints.upnjatim.ac.id/2835/1/file1.pdfPERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ORANG YANG MENGGADAIKAN MOBIL DALAM STATUS SEWA ( Studi Kasus Putusan Pengadilan

18

Seorang berhasil merampok sebuah bank. Sebagian uang rampokan

itu dibelikan barang-barang. Uang rampokan itu adalah barang berasal

dari kejahatan, sedang barang-barang yang dibeli dengan uang rampokan

itu adalah hasil dari barang yang diperoleh dari kejahatan.

Dengan adanya perbedaan ini, maka orang yang menerima hadiah

uang yang berasal dari perampokan, dikenakan sub pertama pasal ini,

sedang yang menerima hadiah barang yang dibeli dengan uang hasil

rampokan itu dikenakan sub kedua pasal ini.

Sifat tidak legal pada barang yang diperoleh karena kejahatan itu

tidak selamanya tetap. Apabila barang itu berpindah tangan kepada

seseorang dengan itikat baik, maka sifat tidak legal itu hapus karenanya.

Untuk jelasnya perlu dikemukakan contoh singkat sebagai berikut.

Seseorang berhasil mencuri sebuah arloji. Kemudian arloji itu

digadaikan ke Pegadaian Negeri. Setelah beberapa bulan kemudian,

karena tidak ditebus kembali oleh orang yang menggadaikan, maka arloji

itu lalu dilelang. Orang yang membeli arloji tersebut, tidak dapat

dihukum, karena diterimanya arloji itu dari mobil gadai tersebut dengan

itikad baik.

Sebaliknya sifat tidak legal pada uang palsu yang diperoleh karena

kejahatan tetap kekal untuk selama-lamanya. Uang palsu dan ijazah palsu

senantiasa wajib diserahkan kepada polisi untuk diusut atau kemudian

dirusak guna menjaga agar jangan sampai dipergunakan orang.

Hak cipta @ milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Page 29: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ORANG YANG …eprints.upnjatim.ac.id/2835/1/file1.pdfPERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ORANG YANG MENGGADAIKAN MOBIL DALAM STATUS SEWA ( Studi Kasus Putusan Pengadilan

19

Ketentuan pasal 367 tidak berlaku bagi pasal ini, artinya :menadah”

bukan delik aduan.

Kejahatan ini biasa disebut ”menadah secara kebiasaan”. Agar

dapat dituntut menurut pasal ini, maka kebiasaan sengaja melakukan

penadahan itu harus dibuktikan. Membuat kebiasaan = melakukan

perbuatan lebih dari sekali. Jadi yang dikenakan pasal ini ialah tukang-

tukang tadah yang ulung.

Memperhatikan uraian sebagaimana tersebut di atas dapat

dijelaskan bahwa jika barang bergerak yang dijadikan obyek gadai, maka

barang tersebut secara fisik harus diserahkan oleh pemberi gadai kepada

penerima gadai, dengan ancaman tidak sah. Sedangkan bagi barang

bergerak yang dijadikan obyek jaminan fidusia, terjadi penyerahan hak

milik atas obyek jaminan fidusia dari pemberi fidusia kepada penerima

fidusia. Penyerahan hak milik tersebut tidak perlu dilakukan penyerahan

fisik barangnya melainkan cukup hak kepemilikannya saja, sehingga

pemberi fidusia semula sebagai pemilik, karena hak pemelikannya telah

dialihkan kepada penerima fidusia, maka pemberi fidusia hanya

bertindak sebagai peminjam pakai.

d. Hak Pihak Penyewa dalam Sewa Menyewa

Sewa menyewa termasuk suatu perjanjian yang dibuat secara timbal

balik, sesuai dengan pasal 1548 KUH Perdata menentukan:

Sewa menyewa ialah suatu perjanjian, dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk memberikan kepada pihak yang lainnya kenikmatan dari sesuatu barang, selama suatu waktu tertentu dan

Hak cipta @ milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Page 30: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ORANG YANG …eprints.upnjatim.ac.id/2835/1/file1.pdfPERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ORANG YANG MENGGADAIKAN MOBIL DALAM STATUS SEWA ( Studi Kasus Putusan Pengadilan

20

dengan pembayaran sesuatu harga, yang oleh pihak tersebut belakangan itu disanggupi pembayarannya.

Perjanjian sewa menyewa termasuk sebagai perjanjian yang terbuka

atau kebebasan berkontrak sehingga dapat dibuat menyimpang dari pasal-

pasal KUH Perdata, asalkan perjanjian sewa menyewa tersebut dibuat

tidak bertentangan dengan undang-undang, ketertiban umum maupun

kesusilaan.

Sebagaimana disebutkan di atas bahwa perjanjian sewa menyewa

yang dibuat oleh pihak-pihak mengikat pada saat kedua belah pihak

mencapai kata sepakat mengenai barang yang disewa dan harga sewa.

Dengan tercapainya kata sepakat maka untuk tahap berikutnya yaitu

pelaksanaan perjanjian tersebut.

Pelaksanaan perjanjian merupakan hakikat dari perjanjian itu

sendiri, maksudnya bahwa setiap perjanjian dibuat tentunya mempunyai

maksud tertentu untuk dilaksanakannya. Mengenai pelaksanaan

perjanjian ini, Riduan Syahrani mengemukakan: “Melaksanakan

perjanjian berarti melaksanakan sebagaimana mestinya apa yang

merupakan kewajiban terhadap siapa perjanjian itu dibuat. Oleh karena

itu melaksanakan perjanjian pada hakikatnya adalah berbuat sesuatu atau

tidak berbuat sesuatu untuk kepentingan orang lain”.27

Pelaksanaan perjanjian, timbul pada saat perjanjian tersebut

mengikat kedua belah pihak, yaitu sejak saat tercapainya kata sepakat

27Riduan Syahrani, Seluk Beluk dan Asas-asas Hukum Perdata, Alumni, Bandung,

1999, h. 257.

Hak cipta @ milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Page 31: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ORANG YANG …eprints.upnjatim.ac.id/2835/1/file1.pdfPERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ORANG YANG MENGGADAIKAN MOBIL DALAM STATUS SEWA ( Studi Kasus Putusan Pengadilan

21

mengenai hal-hal yang pokok antara kedua belah pihak yang disebut

dengan konsensus. Saat terjadinya perjanjian atau konsensus, Subekti

mengemukakan sebagai berikut: “Pada dasarnya perjanjian dan perikatan

yang timbul karenanya itu sudah dilahirkan sejak detik tercapainya kata

kesepakatan. Dengan perkataan lain, perjanjian itu sudah sah apabila

sudah sepakat mengenai hal-hal yang pokok dan tidaklah diperlukan

sesuatu formalitas”.28

Dengan tercapainya kata sepakat, maka menimbulkan suatu

kewajiban secara timbal balik yang disebut juga dengan prestasi. Prestasi

diartikan oleh Abdulkadir Muhammad sebagai "kewajiban yang harus

dipenuhi oleh debitur dalam setiap perikatan".29 Prestasi merupakan

kewajiban, yang berarti kewajiban yang harus dipenuhi oleh para pihak

yang membuat perjanjian sebagai pelaksanaan dari perjanjian tersebut,

misalnya membuat bangunan, lukisan dan lain sebagainya.

Dalam perjanjian sewa menyewa pihak yang menyewakan

mempunyai kewajiban, di antaranya sebagaimana diatur dalam pasal

1550 KUH Perdata sebagai berikut:

Pihak yang menyewakan diwajibkan karena sifat perjanjian, dan dengan tak perlu adanya sesuatu janji untuk:

1. menyerahkan barang yang disewakan kepada penyewa; 2. memelihara barang yang disewakan sedemikian, hingga barang itu

dapat dipakai untuk keperluan yang dimaksudkan; 3. memberikan si penyewa kenikmatan yang tenteram dari pada

barang yang disewakan selama berlangsungnya sewa.

28 Subekti, Hukum Perjanjian, Intermasa, Jakarta, 2004, h. 15. 29Abdulkadir Muhammad, Hukum Perikatan, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2002, h. 17.

Hak cipta @ milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Page 32: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ORANG YANG …eprints.upnjatim.ac.id/2835/1/file1.pdfPERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ORANG YANG MENGGADAIKAN MOBIL DALAM STATUS SEWA ( Studi Kasus Putusan Pengadilan

22

Dengan demikian kewajiban pihak yang menyewakan tidak hanya

menyerahkan barang yang disewakan, melainkan juga untuk tetap

memelihara barang yang disewakan tersebut agar tetap dapat dinikmati

oleh penyewa selama waktu sewa.

Kewajiban pihak penyewa di antaranya tertuang dalam pasal 1560

KUH Perdata menentukan:

Si penyewa harus menepati dua kewajiban utama: 1. untuk memakai barang yang disewa sebagai seorang bapak mobil

yang baik, sesuai dengan tujuan yang diberikan pada barang itu menurut perjanjian sewanya, atau jika tidak ada suatu perjanjian mengenai itu, menurut tujuan yang dipersangkakan berhubung dengan keadaan;

2. untuk membayar harga sewa pada waktu-waktu yang telah ditentukan.

Kewajiban untuk memakai barang yang disewa sebagai bapak

mobil yang baik, maksudnya menganggap seakan-akan barang yang

disewa tersebut miliknya sendiri, sehingga jika terdapat kerusakan-

kerusakan kecil, menjadi kewajiban penyewa untuk memperbaikinya.

Memperhatikan uraian sebagaimana di atas dapat dijelaskan bahwa

dalam perjanjian sewa menyewa pihak yang menyewakan mempunyai

kewajiban untuk menyerahkan obyek sewa kepada penyewa untuk

dinikmati dan hak dari yang menyewakan adalah untuk mendapatkan

uang sewa dari penyewa. Sebaliknya kewajiban pihak penyewa adalah

untuk membayar uang sewa kepada pihak yang menyewakan dan hak

penyewa adalah untuk menikmati obyek sewa selama masa sewa, bukan

memiliki obyek sewa, karena tidak ada penyerahan hak milik atas obyek

sewa. Oleh karena hak penyewa hanya menikmati barang sewa, maka

Hak cipta @ milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Page 33: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ORANG YANG …eprints.upnjatim.ac.id/2835/1/file1.pdfPERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ORANG YANG MENGGADAIKAN MOBIL DALAM STATUS SEWA ( Studi Kasus Putusan Pengadilan

23

jika memperlakukan barang sewa seakan-akan barang sewa tersebut

miliknya, dan melakukan suatu perbuatan hukum mengalihkan barang

sewa tersebut, maka dapat dikatakan telah melakukan penggelapan.

e. Pertanggungjawaban Pidana

Pertanggungjawaban pidana menjurus kepada penindakan pelaku

jika telah melakukan suatu tindak pidana dan memenuhi unsur-unsur

yang telah ditentukan dalam undang-undang,30 yang berarti bahwa

pertanggungjawaban pidana pelaku tindak pidjana terjadi jika pelaku

telah terbukti secara sah melakukan tindak pidana karena telah memenuhi

keseluruhan unsur-unsur yang didakwakan oleh jaksa penuntut umum.

Pertanggungjawaban pidana diterapkan terhadap pembuat

perbuatan pidana (dader) baik perbuatan kejahatan maupun pelanggaran

atas delik. Menurut Moeljatno dikemukakan sebagai berikut:

Kejahatan atau “rechtsdeliten” adalah perbuatan yang meskipun tidak ditentukan dalam undang-undang sebagai perbuatan pidana telah dirasakan sebagai onrecht, sebagai perbuatan yang bertentangan dengan tata hukum, sedangkan pelanggaran atau “wetsdeliktern” yaitu perbuatan yang sifat melawan hukumnya baru dapat diketahui setelah ada wet yang menentukan demikian.31

Perihal pertanggungjawaban pidana maksudnya pelaku tindak

pidana dapat dipidana jika memenuhi keseluruhan unsur-unsur tindak

pidana yang didakwakan oleh jaksa penuntut umum dan pelaku dapat

dipertanggung jawabkan atas perbuatannya. Apabila pelaku tidak

30Kanter dan Sianturi, Asas-asas Hukum Pidana Di Indonesia dan Penerapannya,

Alumni, AHM-PTHM, Jakarta, 1982, h. 249. 31Moeljatno, Op. Cit., h. 71.

Hak cipta @ milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Page 34: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ORANG YANG …eprints.upnjatim.ac.id/2835/1/file1.pdfPERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ORANG YANG MENGGADAIKAN MOBIL DALAM STATUS SEWA ( Studi Kasus Putusan Pengadilan

24

memenuhi salah satu unsur yang didakwakan, maka tidak dapat dipidana.

Adapun unsur-unsur pertanggungjawaban pidana adalah:

1) melakukan perbuatan yang melawan hukum atau perbuatan pidana;

2) untuk adanya pidana harus mampu bertanggungjawab;

3) mempunyai suatu bentuk kesalahan;

4) tidak adanya alasan pemaaf.32

Ad. 1. Melakukan perbuatan yang melawan hukum atau perbuatan

pidana.

Unsur pertanggungjawaban pidana dalam bentuk melakukan

perbuatan melawan hukum “wederrechtelijkheid” sebagai syarat mutlak

dari tiap-tiap melakukan perbuatan pidana. Jika sifat melawan hukum

perbuatan pidana tersebut tidak dilakukan, maka menurut Vos, Jonkers

dan Langemeyer dikutip dari bukunya Moeljatno dalam hal ini harus

dilepas dari tuntutan hukum (onstlag van recht-vervolging).33

Sifat melawan hukum dari tindak pidana yang terdapat pada KUHP

merumuskan delik tersebut secara tertulis dan juga tidak tertulis. Jika

rumusan delik tidak mencantumkan adanya sifat melawan hukum suatu

perbuatan pidana, maka unsur delik tersebut dianggap dengan diam-diam

telah ada, kecuali jika pelaku perbuatan dapat membuktikan tidak adanya

sifat melawan hukum tersebut.34

32Ibid., h. 164. 33Ibid., h. 134-135. 34Ibid., h. 134.

Hak cipta @ milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Page 35: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ORANG YANG …eprints.upnjatim.ac.id/2835/1/file1.pdfPERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ORANG YANG MENGGADAIKAN MOBIL DALAM STATUS SEWA ( Studi Kasus Putusan Pengadilan

25

Ad. 2. Untuk adanya pidana harus mampu bertanggungjawab.

Kemampuan bertanggungjawab merupakan unsur yang

diwajibkan guna memenuhi pertanggungjawaban suatu perbuatan pidana.

Menurut Moeljatno, yang menjadi dasar adanya kemampuan

bertanggungjawab adalah:

1) kemampuan untuk membeda-bedakan antara perbuatan yang baik dan

yang buruk, yang sesuai hukum dan yang melawan hukum;

2) kemampuan untuk menentukan kehendaknya menurut keinsyafan

tentang baik dan buruknya perbuatan tadi.35

Sedangkan batasan-batasan mengenai pembuatan perbuatan pidana

(dader) dianggap tidak mampu bertanggungjawab menurut KUHP

adalah:

1) kurang sempurna akalnya atau sakit berubah akalnya (pasal 44 ayat

(1) KUHP);

2) anak yang belum dewasa (pasal 45 KUHP).

Dengan dasar ketentuan KUHP tersebut di atas, maka pembuat perbuatan

pidana (dader) tidak termasuk mempunyai pertanggungjawaban pidana

dalam melakukan perbuatan pidana.

Ad. 3. Mempunyai suatu bentuk kesalahan.

Perbuatan manusia dianggap mempunyai kesalahan atau “schuld”

merupakan bagian dari unsur pertanggungjawaban pidana. Asas yang

dipergunakan dalam pertanggungjawaban pidana yaitu tidak dipidana

Hak cipta @ milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Page 36: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ORANG YANG …eprints.upnjatim.ac.id/2835/1/file1.pdfPERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ORANG YANG MENGGADAIKAN MOBIL DALAM STATUS SEWA ( Studi Kasus Putusan Pengadilan

26

jika tidak ada kesalahan (geen straf zonder schuld; actus non fasit reum

nisi mens sir rea). Menurut Moeljatno, perbuatan manusia dianggap

mempunyai kesalahan jika:

Orang dikatakan mempunyai kesalahan jika dia pada waktu melakukan perbuatan pidana, dilihat dari segi masyarakat dapat tercela karenanya, yaitu kenapa melakukan perbuatan yang merugikan masyarakat padahal mampu untuk mengetahui makna (jelek) perbuatan tersebut dan karenanya dapat bahkan harus menghindari untuk berbuat demikian ….36

Sedangkan menurut Simon sebagaimana dikutip dari bukunya

Moeljatno, kesalahan adalah “keadaan psychis yang tertentu pada orang

yang melakukan perbuatan pidana dan adanya hubungan antara keadaan

tersebut dengan perbuatan yang dilakukan yang sedemikian rupa,

sehingga orang itu dapat tercela karena melakukan perbuatan tadi”.37

Bentuk perbuatan manusia mempunyai kesalahan terdapat dua sifat

dalam hal melaksanakan perbuatan tersebut, yaitu kesengajaan (dolus)

dan kelalaian (culpa). Perbuatan dilakukan dengan sengaja adalah

perbuatan yang dikehendaki dan dilakukan dengan penuh kesadaran.

Bentuk kesengajaan menurut Moeljatno terdiri dari tiga corak, yaitu:

1) kesengakaan dengan maksud (dolus derictus);

2) kesengajaan sebagai kepastian, keharusan, dan

3) kesengajaan sebagai kemungkinan (dolus eventualis).38

35Ibid., h. 165. 36Ibid., h. 157. 37Ibid., h. 168. 38Ibid., h. 167.

Hak cipta @ milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Page 37: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ORANG YANG …eprints.upnjatim.ac.id/2835/1/file1.pdfPERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ORANG YANG MENGGADAIKAN MOBIL DALAM STATUS SEWA ( Studi Kasus Putusan Pengadilan

27

Menurut pendapat Simon yang dikutip dari bukunya Moeljatno mengenai

kealpaan mengatakan bahwa isi kealpaan adalah dapat diduga-duganya

akan timbul akibat. Kealpaan yang harus terjadi pada perbuatan menurut

Van Hamel harus mengandung dua syarat, yaitu:

1) tidak mengadakan penduga-duga sebagaimana diharuskan dalam

hukum;

2) tidak menghadakan penghati-hati sebagaimana diharuskan oleh

hukum.

Kata kesalahan pada kealpaan pengertiannya sekurang-kurangnya terdiri

dari tiga komponen, yaitu:

1) pembuat berbuat lain daripada seharusnya dia berbuat menurut aturan hukum tertulis dan tidak tertulis. Jadi dia berbuat melawan hukum;

2) selanjutnya pembuat laku berbuat sembrono, lalai, kurang berfikir, lengah;

3) akhirnya pembuat dapat dicela, yang berarti bahwa dia dapat dipertanggungakibatnya atas perbuatan yang sembrono, lalai, kurang berfikir dan lengah.39

Pertanggungjawaban pidana seseorang yang melakukan perbuatan

pidana dapat dibatalkan demi hukum jika terdapat alasan pemaaf atau

“verontschukdigingsgrond”. Yang dimaksud dengan alasan pemaaf

menurut teori hukum adalah alasan yang menghapus kesalahan. Menurut

Moeljatno kalau ada alasan-alasan yang menghapuskan kesalahan (alasan

pemaaf), maka masih ada perbuatan pidana, tetapi orangnya tidak

dipidana (tidak dapat dipertanggungjawabkan). Dampak yang terjadi

akibat adanya alasan pemaaf bagi seseorang yang melakukan perbuatan

Hak cipta @ milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Page 38: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ORANG YANG …eprints.upnjatim.ac.id/2835/1/file1.pdfPERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ORANG YANG MENGGADAIKAN MOBIL DALAM STATUS SEWA ( Studi Kasus Putusan Pengadilan

28

pidana adalah perbuatan yang dilakukan oleh terdakwa tetap bersifat

melawan hukum, jadi tetap merupakan perbuatan pidana, tetapi tidak

dipidana karena tidak ada kesalahan.

Ad. 4. Tidak adanya alasan pemaaf.

Menurut Sudarto, alasan-alasan tidak dapat dipertanggungjawab-

kannya seseorang atau tidak dipidananya, karena 2 hal:

Perbuatan meskipun telah mencocoki rumusan delik, namun tidak merupakan suatu tindak pidana karena tidak bersifat melawan hukum (ingat ajaran sifat melawan hukum yang formil dan materiil); meskipun perbuatannya itu dapat dikualifikasikan sebagai perbuatan pidana, namun orangnya tidak dapat dipertanggungjawabkan atas perbuatannya, karena padanya tidak ada kesalahan.40

Berhubung adanya dua hal di atas, maka ilmu pengetahuan hukum pidana

membedakan adanya:

alasan pembenar, dan alasan pemaaf.41

Mengenai alasan pembenar dan pemaaf, sebenarnya pembedaan ini tidak

penting bagi si pembuat sendiri, karena jika ternyata ada alasan

penghapusan pidana, maka teranglah ia tidak akan dipidana.

Ketentuan yang mempunyai bentuk perbuatan sebagai alasan pemaaf

pada ketentuan KUHP adalah sebagai berikut:

1) pasal 44 mengenai pertumbuhan jiwa yang tidak sempurna atau

terganggu;

2) pasal 48 mengenai daya memaksa (overmacht);

3) pasal 49 mengenai pembelaan terpaksa (noodwer);

39Ibid., h. 201. 40Sudarto dan Wonosusanto, Op. cit., h. 1. 41Ibid., h. 2.

Hak cipta @ milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Page 39: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ORANG YANG …eprints.upnjatim.ac.id/2835/1/file1.pdfPERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ORANG YANG MENGGADAIKAN MOBIL DALAM STATUS SEWA ( Studi Kasus Putusan Pengadilan

29

4) pasal 51 ayat (2) mengenai melaksanakan perintah jabatan yang tidak

sah.

Jika memenuhi dari salah satu ketentuan tersebut di atas, maka

perbuatan yang dilakukan merupakan tindak pidana, namun harus

dibebaskan dari segala tuntutan hukum atau tidak dapat dimintai

pertanggungjawaban pidana.

1.6. Metodologi Penelitian

Tipe penelitian yang dipergunakan dalam skripsi ini adalah

penelitian yuridis normatif. Adapun yang dimaksud dengan tipe penelitian

yuridis normatif, adalah penelitian hukum terhadap data primer dan data

sekunder terutama yang berkaitan dengan materi yang dibahas.

a. Pendekatan Masalah

Penelitian ini tergolong sebagai penelitian hukum, dengan

pendekatan permasalahan secara statute approach dan conseptual

approach42. Statute approach, artinya pendekatan terhadap masalah

yang diajukan didasarkan pada peraturan perundang-undangan.

Sedangkan Conseptual approach artinya pendekatan permasalahan

berdasarkan konsep-konsep hukum.

b. Sumber Data

42Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana Prenana Media Group, Jakarta, h.

96.

Hak cipta @ milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Page 40: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ORANG YANG …eprints.upnjatim.ac.id/2835/1/file1.pdfPERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ORANG YANG MENGGADAIKAN MOBIL DALAM STATUS SEWA ( Studi Kasus Putusan Pengadilan

30

- Data primer, yaitu data yang bersifat mengikat, berupa peraturan

perundang-undangan, dalam hal ini KUHP dan peraturan lainnya yang

berkaitan dengan materi yang dibahas.

- Data sekunder, yaitu data yang erat kaitannya dengan data primer, karena

bersifat menjelaskan, yang dapat membantu menganalisis dan memahami

data primer, terdiri dari literatur maupun karya ilmiah para sarjana.43

c. Pengumpulan Data

Data dikumpulkan dengan cara membaca, mempelajari dan

mengidentifikasinya seluruh data baik berupa peraturan perundang-

undangan maupun pendapat para sarjana, kemudian data tersebut diolah

dengan cara dipilah-pilah dari data yang bersifat umum kemudian

disimpulkan menjadi khusus, sehingga diperoleh data yang ada kaitannya

dengan masalah yang dibahas,untuk membahas permasalahan dalam

penelitian ini.

d. Metode Analisis Data

Langkah pengumpulan data dalam tulisan ini adalah melalui studi

kepustakaan, yaitu diawali dengan inventarisasi semua data yang terkait

dengan pokok permasalahan, kemudian diadakan klasifikasi data yang

terkait dan selanjutnya data tersebut disusun secara sistematis untuk lebih

mudah membaca dan mempelajarinya.

Langkah pembahasan dilakukan dengan menggunakan penalaran

yang bersifat deduktif dalam arti berawal dari pengetahuan hukum yang

Hak cipta @ milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Page 41: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ORANG YANG …eprints.upnjatim.ac.id/2835/1/file1.pdfPERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ORANG YANG MENGGADAIKAN MOBIL DALAM STATUS SEWA ( Studi Kasus Putusan Pengadilan

31

bersifat umum yang diperoleh dari peraturan perundang-undangan dan

literatur, yang kemudian dipakai sebagai bahan analisis terhadap

permasalahan yang dikemukakan sehingga diperoleh jawaban dari

permasalahan yang bersifat khusus. Pembahasan selanjutnya digunakan

penafsiran sistematis dalam arti mengkaitkan pengertian antara peraturan

perundang-undangan yang ada serta pendapat para sarjana.

e. Pertanggungjawaban Sistematika

Sistematika skripsiini diawali Bab I, Pendahuluan, berisikan

gambaran umum permasalahan, yang merupakan pengantar pembahasan

pada bab berikutnya. Sub babnya terdiri atas Latar Belakang Masalah,

Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Kajian

Pustaka, Metode Penelitian dan Pertanggungjawaban Sistematika.

Bab II mengenai Akibat Hukum Orang yang Menggadaikan

Mobil Mobil Dalam Status Sewa, dalam bab II ini terdiri atas tiga sub

bab, sub bab pertama tentang Gambaran Kasus Putusan PN Nomor

806/Pid/B/2010/PN.Sda. Sub bab kedua tentang Akibat Hukum Orang

yang Menggadaikan Mobil Dalam Status Sewa (Kasus Putusan Nomor

806/Pid/B/2010/PN.Sda.). Sub bab ketiga tentang Analisa Putusan PN

Sidoarjo tentang Akibat Hukum Orang yang Menggadaikan Mobil Dalam

Status Sewa.

Bab III, mengenai Pertanggungjawban Pidana Orang yang

Menggadaikan Mobil Dalam Status Sewa. Dalam bab ini terdiri atas dua

43Ibid, h. 97

Hak cipta @ milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Page 42: PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ORANG YANG …eprints.upnjatim.ac.id/2835/1/file1.pdfPERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ORANG YANG MENGGADAIKAN MOBIL DALAM STATUS SEWA ( Studi Kasus Putusan Pengadilan

32

sub bab. Sub bab pertama mengenai Pertanggungjawaban Orang yang

Menggadaikan Mobil Dalam Status Sewa (Putusan Nomor

806/Pid/B/2010/PN.Sda.). Sub bab kedua tentang Analisa

Pertanggungjawaban Orang yang Menggadaikan Mobil Dalam Status

Sewa.

Bab IV, Penutup, adalah bagian terakhir dalam skripsi yang

terdiri atas Kesimpulan dan Saran. Kesimpulan berisikan hasil inti

jawaban atas rumusah masalah, sedangkan saran berisikan hal-hal yang

bisa diambil dari skripsi ini.

Hak cipta @ milik UPN "Veteran" Jatim :Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.