Pertanggungjawaban Bos

39
Smile Indonesia PERTANGGUNGJAWABAN BOS

description

bos

Transcript of Pertanggungjawaban Bos

  • PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN DANA BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH TAHUN ANGGARAN 2013.

    PASAL 2 Juknis BOS Tahun 2013 disusun dengan tujuan agar: pada butir b Pertanggungjawaban keuangan dana BOS dilaksanakan dengan tertib administrasi, transparan, akuntabel, tepat waktu, dan terhindar dari penyimpangan.

  • ORGANISASI PELAKSANA BOSA. TIM PENGARAHB. TIM MANAJEMEN BOS PUSATC. TIM MANAJEMEN BOS PROVINSID. TIM MANAJEMEN BOS KABUPATEN/KOTAE. TIM MANAJEMEN BOS SEKOLAH

  • TUGAS DAN TANGGUNGJAWAB TIM MANAJEMEN BOS KABUPATEN:

    (14 BUTIR) HAL.13 JUKNIS PENGGUNAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN DANA BOS TA.2013 (Hal.13)TIM MANAJEMEN BOS SEKOLAH (16 BUTIR) (Hal.14-15)

  • PENGGUNAAN DANA BOSKOMPONEN PEMBIAYAAN :1. PENGEMBANGAN PERPUSTAKAAN2. KEGIATAN DALAM RANGKA PENERIMAAN SISWA BARU3. KEGIATAN PEMBELAJARAN DAN EKSTRA KULIKULER SISWA4. KEGIATAN ULANGAN DAN UJIAN5. PEMBELIAN BAHAN2 HABIS PAKAI6. LANGGANAN DAYA DAN JASA

  • 7. PERAWATAN SEKOLAH8. PEMBAYARAN HONORARIUM BULANAN

    GURU HONORER DAN TENAGA KEPEN- DIDIKAN HONORER9. PENGEMBANGAN PROFESI GURU10.MEMBANTU SISWA MISKIN11.PEMBIAYAAN PENGELOLAAN BOS12.PEMBELIAN PERANGKAT KOMPUTER13.BIAYA LAINNYA JIKA NO 1 S/D 12 TELAH

    TERPENUHI PENDANAANNYA DARI BOS

  • PELAPORAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGANA. PELAPORAN 1.Tingkat Sekolah a. Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (formulir BOS-K1 dan BOS-K2) b. Pembukuan - BKU (Formulir BOS-K3) - Buku Pembantu Kas (Formulir BOS-K4) - Buku Pembantu Bank (Formulir BOS-K5) - Buku Pembantu Pajak (Formulir BOS-K6)

  • Lanjutan...... c. Realisasi penggunaan dana tiap sumber dana (Formulir BOS-K7) d. Rekapitulasi Realisasi Penggunaan Dana BOS (Formulir BOS-K7a) e. Bukti pengeluaran f. Pelaporan

  • Lanjutan ......Bukti pengeluaran sebagai bentuk pertanggungjawaban, meliputi antara lain:a. Setiap transaksi pengeluaran harus didukung dengan bukti kuitansi yang sah;b. Bukti pengeluaran uang dalam jumlah tertentu harus dibubuhi materai yang cukup sesuai dengan ketentuan bea materai. Untuk transaksi dengan nilai sampai Rp 250.000,- tidak dikenai bea meterai, sedang transaksi dengan nilai nominal antara Rp 250.000,- sampai dengan Rp.1.000.000,- dikenai bea meterai dengan tarif sebesar Rp.3.000,- dan transaksi dengan nilai nominal lebih besar Rp 1.000.000,- dikenai bea meterai dengan tarif sebesar Rp 6.000,-c. Uraian pembayaran dalam kuitansi harus jelas dan terinci sesuai dengan peruntukannya;

  • Lanjutan ...d. Uraian tentang jenis barang/jasa yang dibayar dapat dipisah dalam bentuk faktur sebagai lampiran kuitansi;e. Setiap bukti pembayaran harus disetujui Kepala Sekolah dan lunas dibayar oleh Bendahara;f. Segala jenis bukti pengeluaran harus disimpan oleh bendahara BOS sebagai bahan bukti dan bahan laporan.

  • Lanjutan.....Pelaporan:

    a. Setiap kegiatan wajib dibuatkan laporan hasil pelaksanaan kegiatannya. b. Laporan penggunaan dana BOS di tingkat sekolah meliputi laporan realisasi penggunaan dana per sumber dana (Formulir BOS-K7 dan BOS-K7a) dan surat pernyataan tanggung jawab yang menyatakan bahwa dana BOS yang diterima telah digunakan sesuai NPH BOS. c. Buku Kas Umum, Buku Pembantu Kas, Buku Pembantu Bank, dan Buku Pembantu Pajak beserta bukti serta dokumen pendukung bukti pengeluaran dana BOS (kuitansi/faktur/nota/bon dari vendor/ toko/supplier) wajib diarsipkan oleh sekolah sebagai bahan audit

  • Lanjutan.....2. Tingkat Kabupaten/Kota (Formulir BOS-K8)

    a. Rekapitulasi penggunaan dana BOS yg peroleh dari Tim Manajemen BOS sekolah (Formulir BOS-K8) b. Penanganan Pengaduan Masyarakat

  • B. PERPAJAKAN

    1. Kewajiban perpajakan yang terkait dengan penggunaan dana BOS untuk pembelian ATK/bahan/penggandaan dan lain-lain pada kegiatan penerimaan siswa baru; kesiswaan; ulangan harian, ulangan umum, ujian sekolah dan laporan hasil belajar siswa; pembelian bahan-bahan habis pakai, seperti buku tulis, kapur tulis, pensil dan bahan praktikum; pengembangan profesi guru; pembelian bahan-bahan untuk perawatan/ perbaikan ringan gedung sekolah: a. Bagi bendaharawan/pengelola dana BOS pada Sekolah Negeri atas penggunaan dana BOS sebagaimana tersebut di atas adalah: i. Tidak perlu memungut PPh Pasal 22 sebesar 1,5%

  • Lanjutan... ii. Memungut dan menyetor PPN sebesar 10% untuk nilai pembelian lebih dari Rp 1.000.000,- (satu juta rupiah) atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak Rekanan Pemerintah. Namun untuk nilai pembelian ditambah PPNnya jumlahnya tidak melebihi Rp 1.000.000,- dan bukan merupakan pembayaran yang dipecah-pecah, PPN yang terutang dipungut dan disetor oleh Pengusaha Kena Pajak Rekanan Pemerintah sesuai dengan ketentuan yang berlaku umum. Pemungut PPN dalam hal ini bendaharawan pemerintah tidak perlu memungut PPN atas pembelian barang dan atau jasa yang dilakukan oleh bukan Pengusaha Kena Pajak (PKP).

  • b. Bagi bendaharawan/pengelola dana BOS pada Sekolah bukan negeri adalah tidak termasuk bendaharawan pemerintah sehingga tidak termasuk sebagai pihak yang ditunjuk sebagai pemungut PPh Pasal 22 dan atau PPN. Dengan demikian kewajiban perpajakan bagi bendaharawan/pengelola dana BOS pada Sekolah Bukan Negeri yang terkait atas penggunaan dana BOS untuk belanja barang sebagaimana tersebut diatas adalah: - Tidak mempunyai kewajiban memungut PPh Pasal 22, karena tidak termasuk sebagai pihak yang ditunjuk sebagai pemungut PPh Pasal22. - Membayar PPN yang dipungut oleh pihak penjual (Pengusaha Kena Pajak).

  • Lanjutan....

    2. Kewajiban perpajakan yang terkait dengan penggunaan dana BOS untuk pembelian/penggandaan buku teks pelajaran dan/atau mengganti buku teks yang sudah rusak. a. Bagi bendaharawan/pengelola dana BOS pada sekolah negeri atas penggunaan dana BOS untuk pembelian/penggandaan buku teks pelajaran dan/atau mengganti buku teks yang sudah rusak adalah: i. Atas pembelian buku-buku pelajaran umum, kitab suci dan buku- buku pelajaran agama, tidak perlu memungut PPh Pasal 22 sebesar 1,5%.

  • Lanjutan .... ii. Atas pembelian buku-buku pelajaran umum, kitab suci dan buku- buku pelajaran agama, PPN yang terutang dibebaskan. iii. Memungut dan menyetor PPN sebesar 10% untuk nilai pembelian lebih dari Rp 1.000.000,- (satu juta rupiah) atas penyerahan Barang Kena Pajak berupa buku-buku yang bukan buku pelajaran umum, kitab suci dan buku-buku pelajaran agama. Namun untuk nilai pembelian ditambah PPN-nya jumlahnya tidak melebihi Rp.1.000.000,- (satu juta rupiah) dan bukan merupakan pembayaran yang dipecah-pecah, PPN yang terutang dipungut dan disetor oleh Pengusaha Kena Pajak Rekanan Pemerintah.

  • b. Bendaharawan/pengelola dana BOS pada Sekolah Bukan Negeri adalah tidak termasuk bendaharawan pemerintah sehingga tidak termasuk sebagai pihak yang ditunjuk sebagai Pemungut PPh Pasal 22 dan atau PPN. Dengan demikian kewajiban perpajakan bagi bendaharawan/pengelola dana BOS pada Sekolah Bukan Negeri yang terkait dengan pembelian/ penggandaan buku teks pelajaran dan/atau mengganti buku teks yang sudah rusak adalah: i. Tidak mempunyai kewajiban memungut PPh Pasal 22, karena tidak termasuk sebagai pihak yang ditunjuk sebagai pemungut PPh Pasal 22.

  • ii. Atas pembelian buku-buku pelajaran umum, kitab suci dan buku-buku pelajaran agama, PPN yang terutang dibebaskan. iii. Membayar PPN yang dipungut oleh pihak penjual (Pengusaha Kena Pajak) atas pembelian buku yang bukan buku-buku pelajaran umum, kitab suci dan buku-buku pelajaran agama.

  • 3. Kewajiban perpajakan yang terkait dengan pemberian honor pada kegiatan penerimaan siswa baru, kesiswaan, pengembangan profesi guru, penyusunan laporan BOS dan kegiatan pembelajaran pada SMP Terbuka. Semua bendaharawan/penanggung jawab dana BOS baik pada sekolah negeri maupun sekolah bukan negeri: a. Bagi guru/pegawai non PNS sebagai peserta kegiatan, harus dipotong PPh Pasal 21 dengan menerapkan tarif Pasal 17 UU PPh sebesar 5 % dari jumlah bruto honor.

  • b. Bagi guru/pegawai PNS diatur sebagai berikut : i. Golongan I dan II dengan tarif 0% (nol persen). ii. Golongan III dengan tarif 5% (lima persen) dari penghasilan bruto. iii. Golongan IV dengan tarif 15% (lima belas persen) dari penghasilan bruto.

  • PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAHPasal 4Pengelolaan barang milik daerah dilaksanakan berdasarkan asas fungsional, kepastian hukum, transparansi dan keterbukaan, efisiensi, akuntabilitas, dan kepastian nilai.(2) Pengelolaan barang milik daerah meliputi:a. perencanaan kebutuhan dan penganggaran;b. Pengadaanc. Penerimaan, penyimpanan dan penyaluran;d. Penggunaane. penatausahaan;f. pemanfaatan;g. pengamanan dan pemeliharaan;h. penilaian;i. penghapusan;j. pemindahtanganan;k. pembinaan, pengawasan dan pengendalian;I. pembiayaan; danm. tuntutan ganti rugi.

  • Pasal 6Ayat (4) Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah selaku pengguna barang milik daerah, berwenang dan bertanggung jawab :Pada poin:c. melakukan pencatatan dan inventarisasi barang milik daerah yang berada dalam penguasaannya;e. mengamankan dan memelihara barang milik daerah yang berada dalam penguasaannya;h. melakukan pengawasan dan pengendalian atas penggunaan barang milik daerah yang ada dalam penguasaannya;

  • Pasal 6Ayat (7) Pengurus barang bertugas mengurus barang milik daerah dalam pemakaian pada masing-masing pengguna/kuasa pengguna.

  • Pasal 45

    Pengelola, pengguna dan/atau kuasa pengguna wajib melakukan pengamanan barang milik daerah yang berada dalam penguasaannya.(2) Pengamanan barang milik daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi: a. pengamanan administrasi meliputi kegiatan pembukuan, inventarisasi, pelaporan dan penyimpanan dokumen kepemilikan; b. pengamanan fisik untuk mencegah terjadinya penurunan fungsi barang, penurunan jumlah barang dan hilangnya barang; c. pengamanan fisik untuk tanah dan bangunan dilakukan dengan cara pemagaran dan pemasangan tanda batas, selain tanah dan bangunan dilakukan dengan cara penyimpanan dan pemeliharaan; dan d. pengamanan hukum antara lain meliputi kegiatan melengkapi bukti status kepemilikan.

  • Tugas Penyimpan Barang:a. menerima, menyimpan dan menyalurkan barang milik daerah;b. meneliti dan menghimpun dokumen pengadaan barang yang diterima;c. meneliti jumlah dan kualitas barang yang diterima sesuai dengan dokumen pengadaan;d. mencatat barang milik daerah yang diterima ke dalam buku/kartu barang;e. mengamankan barang milik daerah yang ada dalam persediaan; dan membuat laporan penerimaan, penyaluran dan stock/persediaan barang milik daerah kepada Kepala SKPD.

    Tugas Pengurus Barang: a. mencatat seluruh barang milik daerah yang berada di masingmasing SKPD yang berasal dari APBD maupun perolehan lain yang sah kedalam Kartu Inventaris Barang (KIB), Kartu Inventaris Ruangan (KIR), Buku Inventaris (BI) dan Buku Induk Inventaris (BIl), sesuai kodefikasi dan penggolongan barang milik daerah;melakukan pencatatan barang milik daerah yang dipelihara/diperbaiki kedalam kartu pemeliharaan;menyiapkan Laporan Barang Pengguna Semesteran (LBPS) dan Laporan Barang Pengguna Tahunan (LBPT) serta Laporan Inventarisasi 5 (lima) tahunan yang berada di SKPD kepada pengelola; danmenyiapkan usulan penghapusan barang milik daerah yang rusak atau tidak dipergunakan lagi.

  • PENGAWASAN, PEMERIKSAAN DAN SANKSIA. Pengawasan Pengawasan program BOS meliputi pengawasan melekat, pengawasan fungsional, dan pengawasan masyarakat. 1. Pengawasan Melekat yang dilakukan oleh pimpinan masing-masing instansi kepada bawahannya baik di tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota maupun sekolah. Prioritas utama dalam program BOS adalah pengawasan yang dilakukan oleh SKPD Pendidikan Kabupaten/ Kota kepada sekolah.

  • 2. Pengawasan Fungsional Internal oleh Inspektorat Jenderal Kemdikbud serta Inpektorat Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota dengan melakukan audit sesuai dengan kebutuhan lembaga tersebut atau permintaan instansi yang akan diaudit.3. Pengawasan oleh Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dengan melakukan audit atas permintaan instansi yang akan diaudit.4. Pemeriksaan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) sesuai dengan kewenangan.

  • 5. Pengawasan masyarakat dalam rangka transparansi pelaksanaan programBOS oleh unsur masyarakat dan unit-unit pengaduan masyarakat yang terdapat di sekolah, Kabupaten/ Kota, Provinsi dan Pusat. Apabila terdapat indikasi penyimpangan dalam pengelolaan BOS, agar segera dilaporkan kepada instansi pengawas fungsional atau lembaga berwenang lainnya.

  • PENGERTIAN PENGAWASANPengawasan atas penyelenggaraan Pemerintahan Daerah adalah proses kegiatan yang ditujukan untuk menjamin agar Pemerintahan Daerah berjalan secara efisien dan efektif sesuai dengan rencana dan ketentuan peraturan perundang-undangan.

  • PENGAWASANPengawasan dalam konteks pengawasan intern adalah seluruh proses kegiatan audit, evaluasi, reviu, pemantauan dan kegiatan pengawasan lain, seperti konsultansi (consultancy), sosialisasi, asistensi, terhadap penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi dalam rangka memberikan keyakinan yang memadai (assurance) bahwa kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan tolok ukur yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien untuk kepentingan pimpinan dalam mewujudkan tata kelola/kepemerintahan yang baik (good governance).

  • APIPAparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) adalah instansi pemerintah yang dibentuk dengan tugas melaksanakan pengawasan intern di lingkungan pemerintah pusat dan/atau pemerintah daerah, yang terdiri dari Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), Inspektorat Jenderal Departemen, Inspektorat/unit pengawasan intern pada Kementerian Negara, Inspektorat Utama/Inspektorat Lembaga Pemerintah Non Departemen, Inspektorat/unit pengawasan intern Pemerintah lainnya sesuai dengan peraturan pada Kesekretariatan Lembaga Tinggi Negara dan Lembaga Negara, Inspektorat Provinsi/ Kabupaten/ Kota, dan unit pengawasan intern pada Badan Hukum Pemerintah lainnya sesuai dengan peraturan perundang -undangan.

  • T U G A SINSPEKTORAT MEMPUNYAI TUGAS MELAKUKAN PENGAWASAN TERHADAP PELAKSANAAN URUSAN PEMERINTAHAN DI DAERAH, PELAKSANAAN PEMBINAAN ATAS PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA DAN PELAKSANAAN URUSAN PEMERINTAHAN DESA

  • F U N G S IPERENCANAAN PROGRAM PENGAWASANPERUMUSAN KEBIJAKAN DAN FASILITASI PENGAWASANPEMERIKSAAN, PENGUSUTAN, PENGUJIAN DAN PENILAIAN TUGAS PENGAWASAN

  • RUANG LINGKUP PENGAWASAN PENGAWASAN ATAS PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH MELIPUTI: a. Administrasi Umum Pemerintahan (Kebijakan Daerah, Kelembagaan, Pegawai Daerah, Keuangan Daerah dan Barang Daerah) b. Urusan Pemerintahan (Urusan Wajib, Urusan Pilihan, Dana Dekonsentrasi, Tugas Pembantuan dan Kebijakan Pinjaman hibah luar negeri)

  • SANKSISanksi terhadap penyalahgunaan wewenang yang dapat merugikan negara dan/atau sekolah dan/ atau siswa akan dijatuhkan oleh aparat/pejabat yang berwenang. Sanksi kepada oknum yang melakukan pelanggaran dapat diberikan dalam berbagai bentuk, misalnya:Penerapan sanksi kepegawaian sesuai dengan peraturan dan undang-undang yang berlaku (pemberhentian, penurunan pangkat, mutasi kerja).Penerapan tuntutan perbendaharaan dan ganti rugi, yaitu dana BOS yang terbukti disalahgunakan agar dikembalikan kepada satuan pendidikan atau ke kas daerah provinsi.

  • 3. Penerapan proses hukum, yaitu mulai proses penyelidikan, penyidikan dan proses peradilan bagi pihak yang diduga atau terbukti melakukan penyimpangan dana BOS.4. Pemblokiran dana dan penghentian sementara seluruh bantuan pendidikan yang bersumber dari APBN pada tahun berikutnya kepada provinsi/kabupaten/kota, bilamana terbukti pelanggaran tersebut dilakukan secara sengaja dan tersistem untuk memperoleh keuntungan pribadi, kelompok, atau golongan.

  • Yang paling utama dalam pengelolaan keuangan pertanggungjawaban adalah A. PerencanaanB. PelaksanaanC. Pelaporan

  • TERIMA KASIH