PERTAMINA HULU ENERGI BIGphe.pertamina.com/Upload/File/4d244241-9403-4eb7-a... · “Selain itu...

72
phe.pertamina.com COVER STORY Eksplorasi Masif Demi Ketahanan Energi h. 6 INOVASI Tak Cukup Modal Value Creation h. 36 LEISURE Wisata Pulau Tilan, Rayuan dari Sungai Rokan h. 56 Energizing Asia Edisi Juli - September 2018 PERTAMINA HULU ENERGI MENGEJAR FISH BIG

Transcript of PERTAMINA HULU ENERGI BIGphe.pertamina.com/Upload/File/4d244241-9403-4eb7-a... · “Selain itu...

phe.pertamina.com

COVER STORYEksplorasi Masif Demi Ketahanan Energih. 6

INOVASITak Cukup Modal Value Creation h. 36

LEISUREWisata Pulau Tilan,Rayuan dari Sungai Rokan h. 56

Energizing Asia

Edisi Juli - September 2018PERTAMINA HULU ENERGI

MENGEJAR

FISHBIG

VP Relations

Menjadi perusahaan minyak dan gas bumi kelas dunia.

Melaksanakan pengelolaan operasi dan portofolio usaha sektor minyak dan gas bumi secara profesional dan berdaya laba tinggi yang memberikan nilai tambah bagi stakeholders.

VISI

MISI

VISI & MISI PHE

BANGKITKANENERGI NEGERI

Ifki Sukarya, Pemimpin Redaksi

PENGARAH VP Relations PEMIMPIN REDAKSI Ifki Sukarya WAKIL PEMIMPIN REDAKSI Iwan Ridwan Faizal, Ekhsan Nulhakim, Agus Sudaryanto REDAKTUR PELAKSANA Ardianti, Widya Gustiani KOORDINATOR LIPUTAN Aditya Julianto TIM REDAKSI Widya Gustiani, Ardianti, Aditya Julianto LAYOUTER & ILLUSTRATOR Syaiful A. FOTOGRAFER Novian Kusmana, Indra Yudistira SIRKULASI Novian Kusmana, Indra Yudistira KONTRIBUTOR Hanna Prabandari, Mira Tyas Annisa, Achmad Darwis, Miswar, Teuku Fachrizal, Afriandi, Kurniawan Adi Cahyono, Ludmila Savarina.

ALAMAT REDAKSI PT Pertamina Hulu Energi, PHE Tower Lantai 11Jl. TB Simatupang Kav.99, Jakarta Selatan 12520Telp. (+62) 21 2954 7056 / 7337Email: [email protected]

Salah satu isu paling krusial yang dihadapi perusahaan/

organisasi adalah bagaimana mengembangkan kualitas

sumber daya manusia (SDM), atau para individu yang

bekerja di dalamnya. SDM, bagaimanapun, selalu me-

megang peranan terpenting dalam sebuah organisasi

besar, apalagi bagi PT Pertamina Hulu Energi (PHE) yang

aktivitasnya fokus pada kegiatan eksplorasi dan eksploitasi

minyak dan gas bumi. Kesenjangan (gap) kompetensi an-

tara pekerja junior dan senior masih terlalu lebar. Belum lagi

pentingnya sinergi SDM di antara berbagai fungsi. Maklum,

kerja sama tim mutlak diperlukan untuk mengeruk minyak

dan gas dari perut bumi untuk diangkat ke per mukaan.

Dengan latar belakang urgensi regenerasi, diperlukan

transformasi organisasi. Salah satu kebijakan anorganik

yang dilakukan manajemen PHE demi mengurangi gap

kompetensi SDM adalah membuat program Exploration

Academy. Laporan utama PHE Energia edisi kuartal III

2018 fokus membedah urgensi Exploration Academy untuk

Dari RedaksiIfki Sukarya,

Pemimpin Redaksi

meningkatkan kegiatan eksplo rasi untuk keberlanjutan

perusahaan ke depan.

Melalui Exploration Academy diharapkan kemampuan

SDM perusaha an akan meningkat, selain tentu saja akan

memper kuat sinergi antar-AP. Exploration Academy adalah

upaya  breaktrough  program PHE dengan semangat  cost

efficiency. Mereka ikut pertemuan dua kali sebulan dengan

beragam tema pembahasan seperti pelatihan teknis G&G

dan reservoir, petrofisika, sharing knowledge & experience,

seismic & drilling operation, project economy, project man-

agement, dan lain-lain.

Isu lain yang menarik adalah persiapan 17 gugus mewa-

kili PHE di ajang Upstream Improvement and Innovation

Award atau UIIA Direktorat Hulu PT Pertamina (Persero)

di Yogyakarta, 26-29 November 2018. Gugus yang ter pilih

berasal dari 25 gugus peringkat teratas yang dihasilkan

dari Continous Improvement Program (CIP) PHE yang

diselenggarakan pada 3-6 September 2018.

Juga cukup menarik pembahasan alih kelola Blok Southeast

Sumatra (SES). Setelah mendapat mandat untuk mengelola

Blok SES, PHE ber pacu dengan waktu untuk mengontrol

produksi. Peng gunaan teknologi merupakan sarana yang

dipilih untuk bisa menekan laju penurunan alamiah. Teknolo-

gi yang dipilih adalah peng gunaan ultrasonic stimulation.

Ada beragam artikel menarik lainnya pada Energia PHE

edisi kali ini, termasuk local hero dan hobi dan sosok.

Mulai edisi ini, Energia PHE hadir dengan suplemen

CSR sebagai wadah informasi untuk Anak Perusahaan

mengenai pengetahuan tentang CSR secara umum dan

kegiatan yang dilakukan. Pada edisi pertama, suplemen

CSR memuat informasi tentang PROPER dan upaya Anak

Perusahaan untuk mencapai PROPER Emas, sebagai

penghargaan tertinggi dalam pengelolaan lingkungan dan

sosial dari Kementrian Lingkungan Hidup.

Selamat membaca!

COVER STORY

LENSA LOCAL HERO

WAWANCARA

RAGAMINOVASI

Eksplorasi Masif Demi Ketahanan Energi

AHMAD SUKRIRumah Garam Akan Menjadi Solusi Perekonomian Jangka Panjang

Tak Cukup Modal Value Creation

Exploration Academy Program Unggulan Anorganik Perkuat SDM

Menanti Ultrasonic Memacu Produksi SES

6 36

32

40Memaksimalkan Asset Value

Mengurai Gap Melalui Exploration Academy

DAFTAR ISI

6062

4

AbDUl MUTAlIb MASDAR, Direktur Eksplorasi PHE

HOBI

LEISURE

PERISTIWA

KOMUNITAS

SOSOK

Program Community Development JOb Tomori Raih Platinum di ISDA 2018

Wisata Pulau Tilan,Rayuan dari Sungai Rokan

Menyalurkan Hobi, Mencintai Alam

52

56

44

48

“Spot Penyelaman di Indonesia Banyak yang Bagus”

PHE Salurkan Bantuan untuk Korban Bencana Alam di Palu dan Donggala

PHE Siak Alihkan 10% Hak Partisipasi ke Riau Petroleoum Siak

Direktur Hulu Pertamina: Blok Alih Kelola Tantangan PHE ke Depan

PHE ONWJ Pertahankan PEEN Subroto Award Tiga Tahun Berturut-turut

66

5

Pengembangan Sumur butuh Keterlibatan Sejumlah Disiplin Ilmu

RAHMAT WIJAYAVice President Subsurface Development PHE

IMAM bASTARI

COVER STORY

EKSPLORASI MASIF DEMI KETAHANAN ENERGIP

agi itu lantai dua Gedung PHE Tower

semarak. Pekerja-pekerja muda berbaur

dengan direksi dan jajaran manajemen

anak perusahaan di lingkungan PHE.

Bahkan pada gelaran Techno Energy Solution

Day yang digelar PHE, Rabu (29/8) itu,

tidak terlihat sofa-sofa untuk duduk jajaran

direksi yang dipisahkan seperti acara-acara

Pertamina pada umumnya. Yang ada hanya

kursi bulat tanpa sandaran di bagian depan

Foto

: Dok

. PH

E

7

EKSPLORASI MASIF DEMI KETAHANAN ENERGI

ruangan, termasuk untuk Pelaksana Tugas Harian

Direktur Utama PHE Huddie Dewanto.

Dominasi pekerja muda di Techno Energy Solution

Day tidak lepas dari tujuan pelaksanaan ajang

itu, yakni menjadi wadah baru buat para

engineer, geologist maupun profesional

muda menuangkan ide-ide kreatif yang

berhubungan dengan teknologi, khususnya di

sektor eksplorasi dan pengembangan.

Huddie mengatakan PHE memiliki sebaran

aset yang sangat luas dengan lebih dari 50

anak perusahaan, sehingga ada tantangan

tersendiri untuk mengelola.

“Penggunaan teknologi terkini menjadi

pilihan yang tidak bisa dihindari agar PHE

bisa survive dan tumbuh,” kata Huddie.

Selain itu, kata dia, perubahan kebijakan

dari cost recovery menjadi gross split dan

masuknya blok-blok terminasi menjadi

tantangan tersendiri yang harus disikapi

dengan tegas.

Panji Sumirat, Senior Vice President

Development & Production PT Pertamina

(Persero), mengatakan cadangan migas

Indonesia ternyata sangat kecil. Untuk

minyak, Indonesia hanya berada di posisi

nomor 29 dengan cadangan 3,5 juta barel.

Jauh jika dibanding dengan Venezuela

dan negara produsen minyak lainnya.

Untuk gas, cadangan Indonesia lebih

baik 101 TCF, tidak termasuk Natuna yang

mempunyai kandungan CO2 71%.

Agar kompetitif dan sustain, Pertamina

harus memproduksi migas dalam jumlah

besar. Untuk itu pada 2025, Pertamina

manargetkan memproduksi migas hingga

dua juta BOEPD.

Kalau hanya mengandalkan produksi dari

dalam negeri tentu akan sangat berat

untuk Pertamina. Pilihannya kemudian

ekspansi ke luar negeri, sehingga minyak

dari luar bisa dibawa ke domestik untuk

ketahanan energi.

Demi ketahanan energi, Pertamina

perlu strategi untuk mengoptimasi aset

COVER STORY

Foto

: Dok

. PH

E

8

domestik dengan melakukan eksplorasi intensif.

Selain juga menerapkan teknologi Enhanced Oil

Recovery (EOR) dan membawa minyak ke dalam

negeri hasil produksi blok yang diakuisisi di luar

negeri. 

“Kalau hanya mengandalkan di dalam negeri

tidak cukup. Untuk mengurangi biaya impor, kita

membawa minyak yang di luar negeri itu,” kata

Panji.

Pri Agung Rachmanto, Pengamat Energi

dari Universitas Trisakti, mengatakan surplus

nonmigas tidak cukup untuk menutup defisit

migas. Kunci utama bagi perusahaan minyak

seperti Pertamina adalah eksplorasi.

“Namun ternyata tren investasi eksplorasi

menurun. Kalau bussiness as usual seperti ini,

akan susah,” kata dia.

Menurut Pri Agung, tantangan Pertamina ke

depan tidak hanya berkutat pada menahan

laju penurunan produksi alamiah atau decline,

namun juga menemukan cadangan baru dan

meningkatkan produksi. Success story Blok

Offshore North West Java (ONWJ) yang diambil

alih dari BP perlu diduplikasikan oleh PHE.

Untuk itu, Pertamina membutuhkan dukungan

regulasi. Tidak hanya regulasi, pemerintah juga

tidak tanggung memberikan dukungan kepada

Pertamina.

“Jangan dikompetisikan dengan asing. Pertamina

itu wakil negara, jangan dikompetisikan,” kata dia.

Pemerintah melalui Deputi I Kantor Staf

Kepresidenan Darmawan Prasodjo, mengakui

trend of production oil and gas turun terus.

Produksi minyak menurun, bahkan pada 10

tahun dari sekarang produksi minyak hanya 500

ribu. Konsekuensinya, impor minyak dan produk

9

COVER STORY

minyak bisa mendekati Rp900 triliun, jika tanpa ada

strategi baru. 

“Untuk itu, kami minta seluruh jajaran migas

mendukung eksplorasi,” kata dia.

MASIH PROSPEKTIfIndonesia secara geologi masih prospektif untuk

dikejar, sehingga membuka peluang menemukan

lapangan besar atau giant field. Hanya saja

aktivitas eksplorasi yang mudah telah berlalu, dan

kini yang dihadapi lebih sulit. Artinya, risiko yang

dihadapi pun tinggi.

“Selain itu yang harus menjadi perhatian adalah

data. Tanpa ini mungkin tidak akan bisa menemukan

the large giant field,” ujar Awang Harun Satyana,

Executive Advisor Satuan Kerja Khusus Pelaksana

Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas (SKK Migas).

Eksplorasi adalah dasar dari industri migas,

tanpa itu industri migas tidak akan bisa berjalan.

Eksplorasi merupakan kegiatan pengumpulan data,

informasi dan bukti sebagai upaya untuk mencari

kandungan migas atau bahan tambang lain.

Sebagai kajian dasar, penelitian awal dilakukan

geologist. Dengan kompetensi ilmu bumi, geologist

melakukan penelitian untuk mencari cadangan

hidrokarbon pada kawasan tertentu.

Umur eksplorasi  industri migas di Indonesia hampir

150 tahun, termasuk negara yang paling tua di

dunia. Bahkan lebih dulu dibanding negara-negara

di Timur Tengah maupun Afrika Utara. Hingga kini

Indonesia memiliki hampir 1.300 penemuan yang Foto

: Tat

an A

gus

Rust

andi

10

barel oil equivalent (BOE). Lapangan yang masuk

tipe tersebut adalah Attaka dan Badak.

Lapangan besar lainnya, seperti Duri dan Minas di

Central Sumatra masuk tipe kedua, yakni miocene

inverted structure. Lapangan-lapangan tipe ini

menghasilkan 7,7 miliar BOE.

“Untuk minyak di Lapangan Duri dan Minas itu

masih menyumbang hampir 60% dari produksi

Indonesia. Jadi artinya kedepan kita sangat perlu

menemukan lapangan-lapangan yang besar supaya

Indonesia bisa supply sebagai produsen minyak

kalau enggak impor terus,” kata Awang.

Tipe lainnya adalah jurassic rifted structure of

australian passive margin yang memiliki cadangan

mencapai 6,5 miliar BOE. Lapangan yang masuk

tipe ini adalah Lapangan Ubadari, Vorwata dan

Wiriagar Deep, Bintuni serta Lapangan Abadi.

Lapangan minyak dan gas indonesia (30 BBO + 238 TCFG or 70 BBOE)

93 discoveries 0.6 bbO & 40 TCf

East Indonesia

West Indonesia

78 MMbOE/discovery

Salawati61 discoveries 0.5 BBO + 0.1 TCFG

Seram9 discoveries 0.1 BBO

banggai9 discoveries 4.6 TCFG

Kutei109 discoveries 66 TCFG + 3.4 BBO

barito14 discoveries 0.2 BBOSouth Sumatra

285 discoveries 25 TCFG + 3 BBO

Central Sumatra233 discoveries 13.8 BBO + 2.5 TCFG

North Sumatra96 discoveries 23 TCFG + 3.2 BBO

NW Java250 discoveries 3.8 BBO + 13 TCFG

1.000Kilo meters

E Java117 discoveries 312.3 TCFG + 1.3 BBO

52 MMbOE/discovery

bonaparte(Indonesia portion)1 discoveries 14 TCFG in Place

Tarakan40 discoveries 0.6 BBO + 2.8 TCFG

East Natuna3 discoveries 46 TCFG

West Natuna59 discoveries 7.1 TCFG + 0.8 BBO

bintuni13 discoveries 21 TCFG

11

pernah memproduksi minyak hingga 1,65 juta barel

per hari (bph). Namun itu cerita masa lalu, saat ini

produksi minyak sudah sangat menurun, bahkan

tinggal 800 ribuan bph.

Inilah yang kemudian membuat geologi Indonesia

kembali ditelisik untuk mengetahui kemungkinan

memberikan penemuan-penemuan lapangan

yang besar. Dan sebenarnya, Indonesia masih

mempunyai giant field atau super giant field.

Menurut Awang, Indonesia mempunyai 22

lapangan raksasa, dan sebenarnya inilah yang

menjadi backbone produksi nasional. Penemuan

22 lapangan raksasa tersebut, jika dilihat dari enam

konsep eksplorasi, semua hampir berhubungan,

termasuk yang ditemukan PHE di Parang yang

masuk miocene deltaic structure. Tipe miocene

deltaic structure mencakup 11 lapangan besar

yang memiliki cadangan migas hingga 8,5 miliar

1206 discoveries 30 bbO & 198 TCf

COVER STORY

Selain itu, ada tipe miocene reefal build up, seperti

Lapangan Senoro dan Banyu Urip. Lapangan tipe

ini memiliki total cadangan 3,4 miliar BOE.

Dua tipe lainnya adalah miocene deep water

structure dan pre-tertiary fractured basement yang

masing-masing memiliki cadangan migas sebesar

1,09 miliar BOE dan 767 juta BOE.

“Large dan giant field itu sangat menghidupi

Indonesia, bahkan juga di dunia. Bisa dibilang

60% produksi migas dunia berasal dari giant field.

Masalahnya sebagian besar lapangan-lapangan

besar tersebut sudah berusia 50 hingga 70 tahun,”

ungkap Awang.

Dia menambahkan yang ingin diketahui kemudian

adalah dari seluruh konsep-konsep eksplorasi

tersebut, ke depan kira-kira mana yang masih bisa

diharapkan memberikan lapangan besar yang bisa

menjadi backbone produksi.

Eko Rudi, Ketua Pelaksana Techno Energy Solution

Day, mengatakan pada era 1990-an, Pertamina

tidak diperbolehkan mengelola lapangan migas

dengan biaya dan risiko yang tinggi. Lapangan

yang membutuhkan teknologi tinggi, biaya besar

dan risiko tinggi diserahkan ke perusahaan asing.

“Karena apa, sekali enggak ketemu (cadangan

migas), ratusan juta dolar hilang. Kalau Pertamina

kan uang yang dipakai semua uang negara,”

kata Eko yang juga General Manager PHE Abar

Anggursi.

Pertamina saat itu hanya diberikan blok-blok migas

12

yang berisiko rendah. Untuk belajar mengelola blok

berisiko tinggi, Pertamina membeli hak partisipasi

10%-15% di blok tersebut. Jadi kalaupun gagal,

tidak akan berdampak fatal bagi Pertamina.

Kini kondisi berubah. Pertamina ditugaskan

mengelola blok-blok besar, namun sudah tua atau

mature yang berusia rata-rata 50 tahun, sehingga

membutuhkan perawatan ekstra.

“Apakah blok tua ini masih punya potensi besar?

Wallahualam, karena apa yang kita yakini ada

ternyata enggak ada. Tapi yang kita yakini enggak

ada, ternyata ada,” kata Eko.

Menurut Abdul Mutalib, Direktur Eksplorasi

PHE, prinsip satu barel minyak yang diproduksi

digantikan penemuan satu barel tidak bisa lagi

digunakan saat ini. Untuk itu, eksplorasi harus lebih

agresif. Semua kegiatan eksplorasi pun kemudian

harus diubah menjadi lebih masif.

Strategi pertama yang dilakukan PHE adalah

refocusing strategi, jangka pendek, menegah

maupun panjang. Rule of project tidak sekadar

data saja. Jadi itu reseting and refocusing strategi

supaya lebih dalam dan tajam.

Setiap periode, harus memiliki target yang jelas,

baik untuk jangka pendek, menengah maupun

jangka panjang.

Kedua, PHE mendorong untuk Bigfish Pilot Project.

Dalam waktu tiga bulan ke depan, sudah ada NWY

ONWJ dan Tiara Tomori. Itu juga salah satu strategi

mendorong lebih cepat. Foto

: Dok

. PH

E

13

COVER STORY

“Kalau tidak ada penemuan besar,

kita akan lambat nanti. Jadi target tadi

produksi satu diketemukan tiga itu akan

susah,” kata Mutalib.

Untuk itu harus ada perubahan

revolusioner, cara berpikir dan perilaku.

Strategi yang diterapkan pun harus

diperbaiki.

Ketiga, mendorong agar temuan

resources menjadi reserve P1. Ini

berhubungan dengan development

untuk mempercepat monetisasi aset.

Menurut Mutalib, temuan yang kecil

dan medium akan didorong untuk

dimonetisasi. Serapannya banyak

sekali industri di Jawa, mulai dari pabrik

sepatu, susu hingga kaca. Di Jawa

Tengah dan Jawa Timur, pasokan gas

dari Jawa Tengah cuma dari Jatim dan

itu harganya juga mahal kalau ketemu

di Jateng. Itu akan jauh mempermudah

untuk mendapatkan return lebih besar.

Keempat, SDM. Tidak bisa program

dirancang untuk cepat, tapi SDM

masih lambat. Untuk itu, perlu penguatan SDM,

kompetensi dan kapabilitas tidak kalah penting.

“Selama ini kawan-kawan lebih banyak normatif.

Sekarang tidak, kami targetkan, presentasi setiap

bulan. Kami dorong supaya pencapaiannya clear

dan semua harus terukur,” ungkap Mutalib.

TEKNOlOgI bARU Mutalib mengatakan teknologi menjadi salah satu

strategi di eksplorasi. Jika menggunakan teknologi

lama untuk mencari temuan besar itu akan sulit,

jadi harus mengubah dengan membangun konsep-

konsep baru. Walaupun daerah mature, tapi kalau

punya konsep pendekatan baru itu kemungkinan

akan berhasil. Sebaliknya, jika mature gaya lama,

tinggal menunggu saja.

“Jadi perlu improve dan perlu menggunakan

teknologi terbaru. PHE misalnya, di Tomori telah

menggunakan teknologi terkini untuk survei 3D,”

kata dia.

Menurut Mutalib, jika menggunakan konsep dan

teknologi lama akan sulit mendapatkan Big Fish.

Untuk itu butuh kerja keras, apalagi spektrum bisnis

PHE juga sangat luas, ditambah lagi blok-blok

terminasi.

14

“Jadi butuh tim SDM yang solid yang bisa bergerak

cepat, termasuk organisasi harus lebih fleksibel dan

capable makanya kita melakukan resetting ulang,

termasuk pengembangan strategi dan organisasi,”

kata dia.

Eko Rudi mengatakan saat ini pergerakan teknologi

digital luar biasa masif. PHE yang bergerak di

industri migas dengan puluhan anak perusahaan

dan diserahkan penugasan untuk mengelola blok-

blok terminasi, tentu harus menyiapkan SDM yang

mumpuni.

“Untuk itu kita bekali untuk bisa menyikapi

pemanfaatan implementasi teknologi digital, kalau

enggak susah,” kata Eko.

Selain itu, lanjut Eko, bicara data. PHE sampai saat

ini memiliki database yang besar, namun belum

seluruhnya ter-maintenance dengan baik. Misalnya,

engineer butuh data sumur di Sumatera Selatan,

sumur tersebut kapan ditemukan, berapa produksi

kumulatif, sisa cadangannya.

“Data tersebut tidak bisa langsung didapat, namun

harus dicari lebih dulu di database. Untuk itu,

database harus bisa dikelola dengan baik,”

katanya. Foto

: Dok

. PH

E

15

COVER STORY

Aktivitas eksplorasi bertujuan untuk

sustainable perusahaan ke depan.

Cadangan minyak dan gas yang

ditemukan akan memberikan value bagi

perusahaan.

Setelah penemuan cadangan migas terbukti dan

diketahui cadangannya (discovery), kemudian

dilakukan pengembangan agar cadangan tersebut

bisa diproduksi.

16MEMAKSIMALKAN ASSET VALUE

PHE saat ini memiliki aset besar dengan 53 wilayah

kerja. Aset yang dimiliki sangat penting, namun

tentu harus memiliki nilai.

Cadangan migas yang ditemukan saat kegiatan

eksplorasi merupakan salah satu aset. Aset tersebut

baru akan bernilai setelah dikembangkan, berproduksi

hingga menghasilkan pendapatan bagi perusahaan.

Agar aset menjadi bernilai perlu strategi sehingga

membuat aset bisa bernilai maksimal.

Afif Saefudin, Direktur Pengembangan PHE,

memberikan analogi. Gas yang diproduksi jika

kemudian dijual melalui jaringan pipa hanya bernilai

10. Namun jika gas tersebut diolah terlebih dulu

menjadi produk petrokimia, nilainya akan meningkat

menjadi 12. Bagi perusahaan tentu saja akan

memilih untuk mendapatkan nilai yang lebih besar.

Selain itu, hasil temuan eksplorasi yang tidak

begitu besar, tentu tidak akan ekonomis untuk Foto

: Dok

. PH

E

17

COVER STORY

dikembangkan. Untuk itu harus ada pasangan atau

temuan lainnya agar bisa kompetitif.

“Jadi pada saat temuan kecil, kalau stand alone

tidak ekonomis. Lalu ada yang kecil lagi, mungkin

bisa diintegrasikan, sehingga lebih ekonomis. Nah

itulah yang menjadi ruang lingkup pengembangan,”

ungkap Afif.

Menurut Afif, kunci bagi semua industri migas

atau oil and gas company berhubungan dengan

resources. Resources yang dimiliki itu yang

kemudian akan membiayai metode dan operasi

yang akan dijalankan. Namun tidak semua

resources yang ditemukan akan dikembangkan.

Jika ekonomis baru akan dikembangkan untuk

kemudian bisa diproduksikan.

Inilah yang kemudian menjadi tanggung jawab dari

geologist development. Memastikan temuan dari

eksplorasi bisa dikembangkan dan ekonomis.

“Jadi harus sudah certain. Artinya ketidakpastian itu

kecil. Kalau ketidakpastian kecil, kepastiannya besar

dan seharusnya potensi kegagalan kecil,” kata dia.

Kepastian ini diperlukan karena biaya untuk

pengembangan berasal dari pembiayaan atau

pinjaman dengan jaminan dari resources.

Berbeda dengan aktivitas eksplorasi yang tidak

bisa dibiayai dari dana pinjaman. Karena eksplorasi

tidak mempunyai kepastian yang jelas. Makanya,

pembiayaan eksplorasi disebut sebagai sunk cost.

“Makanya pembiayaan eksplorasi itu sunk cost.

Artinya memang untuk dibuang uang itu. Makanya

biayanya tidak boleh dari pinjaman. Karena

jika dibiayai pinjaman, amburadul perusahaan.

Kenapa? Karena kalau dry, siapa yang

mengembalikan,” ungkap Afif.

Eksplorasi menunjukkan betapa proses pencarian

cadangan migas ataupun mineral adalah proses

yang rumit dan penuh ketidakpastian. Meski begitu,

eksplorasi harus dilakukan, bahkan harus lebih

agresif dan massif untuk memberikan peluang lebih

besar menemukan cadangan baru.

Keinginan untuk lebih agresif melakukan eksplorasi

untuk menemukan cadangan baru tentu bukan

tanpa kendala. Yang utama tentu saja masalah

dana. Apalagi dengan risiko yang besar, dana

untuk kegiatan eksplorasi tentu saja tidak akan

bisa kembali dalam jangka waktu cepat. Bahkan,

sangat mungkin untuk tidak kembali jika mengalami

kegagalan.

“Eksplorasi itu kalau kita lakukan sekarang, mulai

investasi, baru akan mulai menuai hasil itu paling

18

“Eksplorasi itu kalau kita lakukan sekarang, mulai investasi, baru akan mulai menuai hasil itu paling cepat 5-6 tahun ke depan.”

cepat 5-6 tahun ke depan. Padahal perusahaan

juga harus tetap profit,” ungkap Eko Rudi, General

Manager PHE Abar Anggursi.

Seagresif apapun eksplorasi yang dilakukan, kata

Eko, sangat tergantung dari profit yang dihasilkan.

Kecuali ada dana khusus yang dialokasikan,

dianggap uang hilang dan tidak masuk dalam

perhitungan pendapatan.

Namun disadari atau tidak, eksplorasi harus

ada hanya sekarang ini mungkin targetnya yang

berbeda. Pertamina dituntut untuk menemukan

cadangan yang besar.

Cadangan yang besar sekelas dengan Banyu Urip

dengan 650 juta barel minyak cadangannya. Jadi

kalau ketemu tiga lapangan seperti Banyu Urip,

maka ada akan ada tambahan kontribusi produksi

minyak hingga 600 ribu barel per hari.

“Namun sekarang ini kok menemukan lapangan

seperti itu susahnya minta ampun. Sekarang ini

yang besar-besar yang ditemukan perusahaan-

perusahaan asing itu adanya di laut dalam, di

tengah laut. Itu biaya ngebornya USS100 juta, kalau

enggak dapat ya zonk,” kata Eko.

POlA PIKIRBerbeda dengan geologist development yang

konservatif, geologist exploration justru harus

optimistis. Pasalnya, jika konservatif yang ada

justru kehati-hatian dan takut gagal. Akibatnya, sulit

menemukan lapangan-lapangan dengan cadangan

besar atau big fish.

“Coba ditukar, geologist development ditaruh

ke eksplorasi, akan konservatif. Nah ini yang

eksplorasi, taruh di development, optimistis terus,

tapi tidak ekonomis. Padahal harus mengembalikan

uang pinjaman,” ungkap Afif.

Konservatif dalam arti memastikan barang yang

ditemukan. Sumber daya yang ditemukan harus

dipastikan jumlahnya. Setelah dipastikan keluar

sertifikasi cadangan. Dari sertifikasi itulah bisa

dicari pembeli dan teknologi untuk mengangkat

sumber daya tersebut.

Menurut Afif, konservatif dalam cara berpikir

geologist. Kalau by data, sudah dibor. Beda

dengan eksplorasi, belum ada bukti jadi harus

diintepretasikan. Kalau intepretasinya konservatif,

maka tidak akan berani mengusulkan pengeboran.

Sebetulnya dalam konteks eksplorasi itu, bukan

semata sumur yang dibor. Success ratio tidak

mungkin besar. Tapi development itu harus atau

dekat 100%. Development kalau cuma 40%, ada

yang salah harusnya 100%.

“Ini yang sesuatu nature, dan tidak boleh

terbalik-balik. Ini hukum alam. Kalau eksplorasi

100% bagus, tapi dari penemuan harus

dipertanyakan. Kenapa? Ada sesuatu yang salah.

100% kan sudah jelas. Namanya gambling,”

ungkap dia. Foto

: Dok

. PH

E

19

COVER STORY

MENGURAI GAP MELALUI Exploration acadEmy

20

Foto

: Dok

. PH

E

21

Visualization Room PHE Tower Jalan TB Simatupang,

Jakarta Selatan, Rabu (11 Juli 2018). Direktur

Eksplorasi PT Pertamina Hulu Energi (PHE) Abdul

Mutalib Masdar tampak berada di ruangan itu

bersama sejumlah Vice President dan General Manager. Hadir

juga Manajer Eksplorasi serta Staf Senior PHE dan Anak

Perusahaan (AP) PHE.

Sebentar kemudian, Mutalib tampil di hadapan audiens.

Saat itu, mantan General Manager PHE Randugunting itu

menyatakan pentingnya transformasi organisasi mengingat

adanya gap kompetensi yang cukup besar antara pekerja

junior dan senior. Karena itu, manajemen PHE memandang

perlunya penguatan kompetensi SDM yang berdaya saing

(teknikal, bisnis, dan kepemimpinan) untuk menunjang

kegiatan eksplorasi yang sangat masif di PHE. Juga

kebutuhan percepatan pengisian posisi kunci di Direktorat

Eksplorasi dan AP PHE serta salah satu inisiatif strategi

eksplorasi untuk efisiensi biaya dalam pengembangan SDM.

“Program konkret serta anorganik yang kami inisiasi adalah

Exploration Academy. Program ini akan memperkuat sinergi

antar-AP PHE dan memberdayakan sumber daya manusia

(SDM) di PHE dan AP PHE,” ujar Mutalib.

Menurut dia, Exploration Academy adalah satu program yang

ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan, kompetensi,

kepemimpinan, ketangkasan, dan pengalaman profesional

eksplorasi dan fungsi-fungsi terkait di bidang eksplorasi.

Termasuk juga di sini adalah soal ekonomi proyek, manajemen

proyek, dan strategi bisnis. Muatan program Akademi Eksporasi

terdiri 60% praktik dan 40% di kelas dan diskusi kelompok

terfokus.

“Target program Exploration Academy adalah menyiapkan

tenaga ahli eksplorasi dan para pekerja terkait dalam waktu

yang singkat (6 hingga 12 bulan) untuk mendukung aktivitas

eksplorasi saat ini dan di masa depan,” katanya.

Sudarmono, Advisor Planning Evaluation PHE, yang ditunjuk

sebagai Rektor Exploration Academy, menyebutkan ada tiga

tujuan yang ingin dicapai dari gelaran Exploration Academy.

Pertama, memberdayakan SDM existing/expertise PHE untuk

COVER STORY

berbagi pengetahuan (knowledge sharing) dan

pengalaman di industri minyak dan gas bumi. Kedua,

percepatan kompetensi dan skill kepemimpinan

profesional PHE, khususnya di bidang eksplorasi

dan fungsi terkait. Ketiga, sebagai salah satu

instrumen organisasi untuk memetakan skill dan

kompetensi profesional, baik di holding PHE dan

AP sehingga menghasilkan profesional PHE yang

mampu dan dapat bersaing secara global.

“Dengan demikian, paling tidak dalam dua tahun

mendatang dapat dicapai kesesuaian antara PRL

dengan kompetensinya,” ujarnya.

Ari Samodra, Vice President Subsurface

Planning & Evaluation PHE, menambahkan

Akademi Eksplorasi PHE merupakan

upaya breaktrough program dengan

semangat efisiensi dana. Ruang lingkup materi

yang diberikan kepada peserta Akademi

Eksplorasi pun beragam seperti Training teknis

G&G dan Reservoir, Petrofisika, Sharing

Knowledge & Experience, Seismic &

Drilling Operation, Project Economy, Project

Management dan lain-lain. “Narasumbernya juga

bervariasi, ada yang dari internal PHE, Pertamina

EP, UTC, PDSI, dan sesekali dari eksternal,”

katanya.

SDM SOlIDMenurut Mutalib, Pertamina membutuhkan

tim SDM yang solid dan bisa bergerak cepat

termasuk organisasi harus lebih fleksibel dan

kapabel. Karena itu, PHE melakukan setting ulang,

termasuk pengembangan strategi dan organisasi.

Mutalib mencoba mereplikasi kelas-kelas model

pendidikan MBA.

“Exploration Academy adalah cara cepat untuk

mencetak kader-kader eksplorasi. Makanya kami

langsung intensif, 2-3 kelas dalam waktu satu bulan

terakhir dengan lebih banyak group discussion,”

katanya.

Peserta Exploration Academy dari berbagai

keahlian, tidak hanya eksplorasi. Ada juga dari

keuangan, legal, dan relations. Di dalam kelas,

peserta akademi tidak bicara geologi, geofisika,

atau perminyakan secara reservoir tapi bicara

kepemimpinan: bagaimana aspek legal dalam

sebuah operasi pengeboran, keekonomian proyek,

dan sebagainya.

“Kami melihat dengan harga minyak yang naik

turun segala macam dan keterbatasan anggaran

dalam pengelolaan SDM, perlu dilakukan terobosan

supaya kita tidak bergerak normatif dalam program

yang biasa-biasa saja tapi tanpa

memerlukan biaya besar, tapi kita

bisa tularkan program-program

inovatif,” ujarnya.

Optimalisasi sumber daya nasional

adalah paling strategis dari

Exploration Academy. Apalagi

PHE memiliki SDM bagus. Siklus

di PHE paling lengkap. Karena itu,

dengan tantangan yang besar kita

harus punya SDM yang berdaya

saing baik secara teknologi maupun

kepemimpinanya.

22

SUDARMONO, Advisor Planning Evaluation PHE

“Selama ini kami punya beberap program reguler

seperti CIP, FSTH, tetapi itu ada aturan main ketat

karena lomba. Tapi (Exploration Academy dan Techno

Day) ini exposure dari apa yang mereka lakukan

selama ini dan itu saya dorong para profesional yang

muda-muda. Exploration Techno Day, misalnya itu

adalah contoh bagaimana kita mendorong anak-anak

muda di PHE agar bisa eksposur,” jelas Mutalib.

Materi yang diberikan di Akademi Eksplorasi lebih

banyak studi kasus. Contohnya isu penggunaan

drone untuk eksplorasi, monitoring platform

miring di WMO. Ada juga pembahasan mengenai

salah satu aset Pertamina di Malaysia yang perlu

decomissioning. Itu adalah restorasi terhadap

fasilitas di offshore yang selama ini belum pernah

dilakukan Pertamina. “Kami sharing, tapi itu bukan

untuk dilombakan hanya share,” ujarnya.

Isu lain yang cukup strategis dan ikut dibahas adalah

soal eksplorasi di border area Kalimantan. Rupanya,

border area di Kalimantan Utara memliki big issue.

Pertamina memiliki big challenge: punya resources

besar, tapi ada kendala politik dan alam serta lain-

lain. “Makanya melalui exploration Technology Day

kita dorong semua bisa exposure termasuk isu-isu

teknikal yang tidak terbayangkan jadi semua AP kita

undang, termasuk kita undang praktisi dan pejabat

pemerintah,” ujarnya.

Kegiatan Exploration Academy minimal sebulan

ada dua kali pertemuan intensif. Para akademisi

berdiskusi bagaimana memecahkan masalah

(how to resolve the problem) dan time-line

penyelesaiannya. “Kami punya jago-jagonya, apa

kurangnya jagoan kami di WMO dan ONWJ. Saya

bilang sama mereka, Indonesia tidak hanya ada

di WMO dan ONWJ, tapi juga ada di Papua dan

daerah lain,” ujar Mutalib.

Dia berharap kompetensi SDM PHE jadi critical

point untuk kita me-leverage proses bisnis menjadi

lebih maju. Karena itu, SDM jadi penting. Kendati

anggaran terbatas, program anorganik seperti

Exploration Academy adalah sebuah keniscayaan.

“Exploration Academy harus menelurkan orang-

orang hebat, tak hanya bagi PHE dan AP, tapi juga

bagi Grup Pertamina. Ini kan untuk kepentingan

nasional. Melalui Exploration Academy bisa

meminimalkan gap para insinyur Pertamina di

lapangan,” jelas Mutalib. Foto

: Dok

. PH

E; (b

awah

) Tat

an A

gus

Rust

andi

23

COVER STORY

24

Saat ini tidak butuh

waktu yang lama untuk

mengembangkan temuan

eksplorasi untuk dilanjutkan ke

pengembangan hingga produksi.

Tergantung apa yang ditemukan

dan berapa yang ditemukan.

Kalau minyak, mudah. Belum

selesai eksplorasi, sudah bisa

di-PoP (Put on Production). Minyak

itu tidak perlu cari buyer, bisa

mudah dijual. Yang susah gas, yang

ditemukan berapa besar? Kalau

besaran nanggung, biasanya buyer

agak kurang tertarik.

Di West Badik, Nunukan

cadangannya hanya delapan

tahun, tidak ada yang mau.

investasi long term itu minimal

cadangannya 10 tahun.

Artinya kurang besar, lalu kita

temukan di Parang, nah ini

dipercepat.

Saya berkolaborasi dengan

Pak Mutalib. Kami melakukan

perhitungan Keris dan Parang

berapa besar jika diintegrasikan.

Industri pupuk butuh sekitar 95

MMSCFD selama 10 tahun,

sedangkan Nunukan hanya

siap 60 MMSCFD selama 8

tahun. Tidak memenuhi kan? ini

kita bicara apa dan berapa jika

produksinya gas.

Berbeda dengan minyak. Kalau

minyak masih bisa. Cadangan

tiga juta barel saja masih bisa,

hanya masalahnya infrastruktur.

Kalau gas, di Jawa mungkin bisa.

Ada lapangan dengan produksi

gas 2-3 MMSCFD, masih bisa

nyambung, bisa dijual. Tapi kalau

di remote, Kalimantan atau

Sulawesi, itu mesti ada pasarnya

di situ. Listrik, kebesaran.

Komunitasnya sedikit, tidak butuh

listrik yang besar. Jadi kalau ada

resources banyak di situ, harus

ada industri datang. Bisa juga

kita yang menciptakan.

AfIf SAEfUDIN, Direktur Pengembangan PHE

Tergantung Berapa

Besar Penemuannya

BIODATATempat/Tanggal lahir: Sidoarjo, 27 Oktober 1964

Pendidikan: Jurusan Teknik Kimia,

Institut Teknologi Surabaya

Karir: • General Manager JOB

Pertamina-PetroChina

Salawati (2009-2013)

• VP Operation &

Production PHE (2013-

2017)

• VP Production Asset

Management (2017-

2018)

• Direktur Pengembangan

(Februari

2018-sekarang)

Foto

: Tat

an A

gus

Rust

andi

25

Contoh di Senoro, kami bangun

industri downstream-nya,

DSLNG (Donggi Senoro LNG).

Di Senoro yang pertama,

upstream downstream ada di

situ. Jadi upstream downstream

jual putus di situ. Kalau di

Bontang dan Arun, masih ikut,

karena upstream skenario

semua. Itu salah satu contoh.

Jadi kalau gas, jika awalnya

lancar, selanjutnya tinggal kipas-

kipas saja. Namun memang

awalnya yang perlu effort ekstra.

Kalau minyak, itu harus terus

jual. Tapi dia bisa lebih awal,

karena pasti dibeli orang. Tinggal

infrastrukturnya, ekonomis atau

tidak dengan infrastrukturnya.

Tidak mungkin kan disitu terus,

kan harus dipindahin kemana.

Misalnya, ada pipa masuk kilang.

Disitu ada fasilitas yang siap, kita

masukan.

Konteksnya mengolah minyak

dan gas, tergantung resources-

nya berapa besar. Artinya,

mau segini, apa yang bisa

dimaksimalkan.

PHE tentu berbeda dengan

Pertamina EP yang memiliki aset

terkonsolidasi. PHE mempunyai

aset yang sendiri-sendiri dan

tidak boleh terkonsolidasi. Kami

punya 53 wilayah kerja atau aset,

disitu perbedaannya.

COVER STORY

26

EKO RUDI TANTORO, Ketua Panitia Technoday, GM PHE Abar & Angursi

technoday, Wadah Kreatif

Profesional Muda PHE

Aktualisasi Diri

BIODATA

Karir• Geofisik Interpretasi

(1995-1997)

• Geologis Produksi

(1998-2000)

• Ketua Tim Produksi

Proyek DOH SBS (2001-

2004)

• Kepala Operasi

Eksplorasi DOH SBS

(2004-2006)

• Manajer Tim Eksplorasi

BOB CPP (2007-2011)

• Senior Manager

Eksplorasi, Teknologi

dan Operasi (2012-

2017)

• General Manager

PHE Abar Anggursi

dan East Ambalat

(2018-sekarang)

Saat ini teknologi digital luar

biasa masif pergerakannya.

Kami di PT Pertamina Hulu

Energi (PHE) harus menyiapkan

SDM dengan memanfaatkan

implementasi teknologi digital

untuk mengelola puluhan blok

migas. Apalagi di sana tersimpan

banyak data yang harus dikelola

dengan baik. Kami harus

punya back up data base.

Contoh, orang engineering

butuh data sumur di Sumsel,

sumur X kapan ditemukan,

berapa produksi kumulatif,

berapa sisa cadangan. Itu

bukan langsung kita dapatkan

tapi dicari dulu data base kita.

Itulah salah satu mengapa

kami tempo hari mengadakan

Techno Energy Solution Day.

Tujuan penyelenggaraan

forum ini menjadi wadah baru

buat para engineer muda

dan profesional muda, untuk

punya ide-ide kreatif yang

berhubungan dengan teknologi

untuk mengaktualisaskan diri.

Selain itu juga ada beberapa

isu yang kami sampaikan di

technoday. Yang penting forum

itu kami kemas berbeda,

mungkin kalau di tempat lain

biasa tapi kalau di Pertamina

sepertinya pertama. Tempat

duduk beda, format persentasi

juga berbeda. Biasanya, bicara

teknikal persentasi ada rumus-

rumus dimana orang baru lihat

saja sudah mengantuk. Direktur

Eksplorasi mendukung penuh

acara ini, dengan mengawal dari

mulai tahap persiapan hingga

acara. Bahkan sampai gladi

resikpun datang.

Apa yang bisa dipetik dari forum

ini? Pertama, dari sisi konsep.

Ada beberapa komentar dari

Anak Perusahaan (AP)-AP lain

mereka tertarik. Karena terus

terang kalau kita persentasi

dihadiri pejabat Pertamina,

para presenter tidak akan lepas

menyampaikan apa adanya.

Itu sulit, semuanya cenderung

dibagus-bagusin karena kita

tidak ingin proyek kita yang

ada kegagalan ditampilkan.

Kalau kemarin itu kita balik,

kamu punya masalah apa

sampaikan. Kedua, mereka

punya lesson learn yang baik

dan diinformasikan kepada yang

lain, agar mereka meniru. Yang

penting di situ adalah mengubah

paradigma.

Selama ini kita orang teknis

terkenal kaku, tahunya pokoknya

hanya dunia kita saja. Sementara

kita kemarin itu mengandeng

Go-Jek terkait teknologi tinggi.

Mereka cukup bagus dalam

backup data. Pertamina

seharusnya lebih hebat dari

Go-Jek dalam pengelolaan data,

karena data yang kita kelola

lebih besar dalam ribuan tera.

Untuk mengolah data butuh dana

Foto

: Tat

an A

gus

Rust

andi

27

jutaan dolar AS. Kita belajar dari

Go-Jek bagaimana mengelola

data dengan sekuriti yang tinggi

dalam penyimpanannya. Itu pun

belum menjamin. Kalau data-

data finance, sudah ada back

up. Data subsurface ini datanya

luar biasa besar dan belum

terintegrasi. Di PHE juga masih

pisah-pisah, contoh WMO atau

pun ONWJ. Kalau disatukan,

terkadang ada yang masuk dan

tidak karena formatnya berbeda

beda. Semua bisa diakomodasi

menjadi satu tetapi butuh biaya

banyak.

Terus terang forum ini hanya

sebaga pemicu (trigger) untuk

maju. Kita sudah mulai dari yang

terkecil, kita kalau mau mulai

dari yang besar, kita bisa. Di sini

sekaligus kita lakukan launching

terkait dengan eksplorasi digital

data. Dari rumah kita dulu

eksplorasi, terus development.

Develoment sebenarnya beririsan

dengan data subsurface.

Bedanya hanya permukaannya.

Itu sudah kita mulai namun belum

secara masif. Pemikiran awal

inilah yang nanti menjadi langkah

pertama Pertamina dan kebetulan

di PHE sudah ada program digital

enteprise. Impaknya, langsung

dibentuk tim techno digital ini.

Semua langsung dilibatkan dan

bergerak.

Forum ini rencananya akan kita

gelar setiap dua tahun sekali,

kalau setahun sekali jenuh. Kita

buat event ini dua tahun sekali

untuk saling tatap muka untuk

sharing, heart to heart, face to

face. Jangan hp to hp. Silaturahim

lah. Karena kami bicara di

upstream tak bisa dipisah-pisah.

Kami menyusun program 2019

sudah dibahas diawal 2018.

Kalau 2018 terus 2019 belum

diaplikasikan sudah ketemu lagi.

Kalau dua tahun kan dari 2018 ke

2020, apa yang dilakukan pada

2018 dieksekusikan pada 2019.

Kami sudah tahu hasilnya seperti

apa, plus minusnya seperti apa,

nanti bisa di share pada 2020.

COVER STORY

28

Randugunting Emas,

merupakan program yang

ditelorkan 2016, ketika kita ada

penemuan di Randugunting 2.

Penemuan itu tentu menjadi

berkah bagi PHE, apalagi

sejak 2015, operatorship di

Randugunting sepenuhnya

berada di bawah PHE. Kita

melihat bahwa tidak mungkin

terus mengandalkan satu sumur

yang mungkin usia produktifnya

hanya 10 tahun. Nah program

Randugunting Emas, kita mulai

melakukan pemetaan prospek,

melakukan kegiatan yang lebih

detail, dimulai dari interpretasi

seismik, kemudian tim eksplorasi

ke lapangan untuk melihat lagi

kesesuaian data permukaan

dan data bawah tanah. Tahun

ini, berencana akan ke lapangan

dengan berkoordinasi dengan tim

eksplorasi dari Pusat (PHE) juga

tim dari SKK Migas.

Tahap pertama dari Program

Randugunting Emas ini yakni

dimulai dari Plan of Development

(PoD). Begitu gasnya on stream,

kita melanjutkan ke tahapan studi

lebih lanjut, lebih detail terhadap

prospek. Sistem kerja di PHE,

sebelum melakukan eksplorasi,

kita menentukan terlebih dahulu

play kemudian menjadi lead

dan dari lead menjadi prospek.

Setelah adanya prospek, baru

kemudian dilihat lagi konsep

geologi yang komprehensif, lalu

dilakukan survei seismik

lalu dilanjutkan dengan

intrepretasi sesismik. Dari

kegiatan studi dan survei

ini, muaranya adalah pada

pemboran sumur.

Saat ini kami akan

berfokus pada PoD

sebagaimana permintaan

dari pusat (PHE) dan

Pertamina (persero).

Terutama ketika eksplorasi

Randugunting berakhir

pada 2017 dan sudah

diajukan perpanjangan WK

sampai Desember 2018,

termasuk di dalamnya

beberapa perbaikan

dalam persetujuan

perpanjangan WK tersebut.

Konsekuensi dari perbaikan

perpanjangan WK tersebut

adalah tertundanya rencana

on stream yang awalnya

direncanakan akhir 2018

dan kemungkinan baru bisa

on stream pada semester

2 2019.

Jadi pada semester 2 2019,

Randugunting 2 akan on stream

dan akan ada penambahan

produksi dari 2 MMSCFD menjadi

3 MMSCFD pada 2019. Kita

memang mencoba melakukan

simulasi produksi yang paling

optimal dan ekonomis. Angka

3 MMSCFD itu sudah terbilang

ekonomis dan jangka panjang.

DARWIN TANgKAlAlOGeneral Manager Tuban

East Java-Randugunting

Bersiap Menuju

Randugunting Emas

BIODATATanggal lahir:16 Agustus 1964

Pendidikan:• S1 Geologi, Universitas

Hasanuddin

• S2 Geofisika Reservoar,

Universitas Indonesia

Karir• Manager Asset CBM

Kalimantan PHE (2012-

2013)

• Senior Manager

Exploration Java&Overseas

PHE (2013-2015)

• General Manager PCPP

OC SDN BHD. Block SK-

305, Sarawak Offshore,

Malaysia.(2015-2018)

• General Manager JOB

Pertamina-PetroChina East

Java, Blok Tuban.(1 April

2018-19 Mei 2018)

• General Manager Tuban

East Java-Randugunting.

(20 Mei 2018 – sekarang)

Foto

: Tat

an A

gus

Rust

andi

29

Sebenarnya bisa saja digenjot

menjadi 17 MMSCFD, tetapi

umurnya hanya 3 tahun. Kalau

dengan umur produksi 3 tahun

tentu tidak ekonomis. Sementara

dengan produksi 3 MMSCFD,

umur produksi 10 tahun.

Begitu juga dari sisi pasar,

dengan misalnya kita push

produksi di 17 MMSCFD,

besar dari sisi produksi, tetapi

permintaan pasar belum sebesar

itu sehingga akan terlantar.

Kemudian dari sisi waktu untuk

on stream akan lebih lama lagi.

Jadi produksi Randugunting

2, akan disesuaikan dengan

kebutuhan pasar dan umur

produksi yang lebih ekonomis.

Produksi dari Randugunting

akan menyokong industri di

wilayah Jawa Tengah. Bahkan

saya sudah dipanggil Bupati

Rembang begitu juga dengan

BUMD, menanyakan kapan

on stream. Saya katakan,

PHE berkeinginan secepat

mungkin bisa on stream, tetapi

ada tahapan lain yang harus

dilakukan di luar kontrol PHE

maupun Pertamina. Misalnya

putusan atau kebijakan tekait

dengan SKK Migas dan Ditjen

Migas, diluar kontrol kami.

COVER STORY

30

Pasokan minyak dan gas

Pertamina memegang

peran yang sangat penting. Dari

aspek ini kebijakan menggiatkan

eksplorasi dapat dikatakan

sangat relevan jika dapat

dilaksanakan Pertamina. Data

menunjukkan bahwa Pertamina

memiliki wilayah kerja yang luas.

Sehingga potensi untuk dapat

melakukan eksplorasi, asalkan

anggarannya tersedia, cukup

besar bagi Pertamina.

Tantangan utama Pertamina

saat ini adalah ruang gerak

anggaran yang tersedia untuk

kegiatan eksplorasi. Dari sisi

kemampuan finansial Pertamina

memiliki kemampuan yang cukup

besar. Akan tetapi anggaran

investasi Pertamina tersebar ke

dalam berbagai unit bisnis yang

jumlahnya banyak. Terutama

banyak terkonsentrasi pada

segmen bisnis hilir migas yang

dalam sejumlah kasus justru

tidak memberikan keuntungan.

Secara spesifik, kebijakan

pemerintah belum mendukung

Pertamina menggiatkan

eksplorasi. Pertamina masih

cukup terbebani dengan segmen

bisnis hilir mereka. Sehingga

ruang untuk melakukan

eksplorasi menjadi terbatas.

Saat ini produksi migas nasional

sebagian besar masih ditopang

blok-blok mature, karena sudah

cukup lama tidak ditemukan

cadangan baru dalam skala yang

besar. Berdasarkan data KEN

(Komite Eksplorasi Nasional)

pada saat itu jumlah cekungan

yang belum dieksplorasi di

Indonesia masih banyak.

Informasi menyebutkan untuk

gas lebih banyak tersebar di

Indonesia Timur. Sementara

untuk minyak banyak di

Indonesia Barat.

Pada kondisi saat ini yang paling

optimal adalah berbagi risiko

dan keuntungan dengan pihak

lain. Terlalu berat jika Pertamina

harus mengerjakan semua

segmen usaha secara mandiri.

Kondisi keuangan Pertamina

saat ini saya kira relatif berat

untuk dapat melakukan ekspansi

eksplorasi secara massif.

Penguatan kemampuan finansial,

teknologi, dan perbaikan data

adalah beberapa hal yang harus

dilakukan agar Pertamina dapat

melakukan eksplorasi secara

masif.

Penugasan pemerintah ke

Pertamina untuk mengelola

blok-blok terminasi memang

positif untuk mendorong

menggiatkan eksplorasi. Namun

tidak berkaitan secara langsung

dengan kemampuan Pertamina

dalam melakukan kegiatan

eksplorasi sepanjang kebijakan

KOMAIDI NOTONEgORO, Direktur Eksekutif Refor Miner Institute

Tantangan Ruang Gerak

Anggaran

BIODATA

Tempat/Tanggal lahir:Bojonegoro, 12 September 1982

Pendidikan:• S1 Ekonomi dan Bisnis,

Universitas Airlangga

• S2 Ilmu Ekonomi,

Universitas Trisakti

• S3 Kebijakan Publik,

Universitas Trisakti

Karir• Tenaga Ahli Komisi VII

DPR

• Peneliti pada Divisi Riset

Bursa Efek Jakarta/

Indonesia

• Direktur Eksekutif

ReforMiner Institute

• Pengajar Magister Ilmu

Ekonomi, Universitas

Trisakti

Foto

: Tat

an A

gus

Rust

andi

31

hilir migas Pertamina masih

ditetapkan sama seperti saat ini.

Hal yang perlu menjadi catatan,

belum tentu keuntungan dari

bisnis pengelolaan blok terminasi

dapat mengkompensasi

kerugian di hilir. Karena di dalam

pengelolaan lapangan terminasi

sendiri juga tetap terdapat risiko

bisnis yang artinya belum tentu

selalu menguntungkan.

Dukungan yang paling

mendasar yang bisa

diberikan pemerintah adalah

memperlakukan Pertamina

layaknya bisnis atau badan

usaha pada umumnya. Bisnis

hilir yang seharusnya untung

ya harus diberikan keuntungan.

Sehingga keuntungan tersebut

dapat digunakan untuk ekspansi

dalam kegiatan eksplorasi di

hulu.

Ke depan, apa yang dilakukan

Pemerintah Malaysia kepada

Petronas dapat menjadi

referensi. Pemerintah Malaysia

memberikan ruang bagi

Petronas untuk menggunakan

sebagian besar keuntungan

mereka di re-investasi terutama

dalam melakukan investasi hulu

migas tidak hanya di dalam

negeri tetapi juga di luar

negeri.

Foto

: Tat

an A

gus

Rust

andi

WAWANCARA

terhadap RKAP 2018 sebesar

192 MMBOE. Prognosa realisasi

penambahan 2C sampai dengan

akhir tahun diproyeksikan

melebihi target, yaitu 195

MMBOE. Untuk pengeboran

sumur eksplorasi, sampai

dengan Agustus 2018 tercatat

empat sumur, terdiri atas sumur

N-7 (PHE WMO), Kumis (PHE

Siak), SES-1 (Simenggaris), dan

KKX-1 (PHE ONWJ). Prognosa

realisasi pengeboran hingga

akhir tahun, yaitu delapan

sumur (tambahan empat sumur

Parang-3, Benewangi, SES-2,

dan R-2). Sedangkan untuk

realisasi 3D Survei Seismik 125

km2 atau 62,5% dari target 200

km2. Untuk 2D 1400 km atau

88% dari target 1600 km.

Kinerja penambahan 2C

PHE naik rata-rata 17%

dalam satu dekade terakhir.

bagaimana dengan target ke

depan, terutama rencana agar

Ada sejumlah kegiatan yang

kami lakukan. Pertama, re-

setting dan refocusing strategi

eksplorasi untuk jangka pendek

(quick win program), jangka

menengah, dan jangka panjang.

Kedua, mendorong penemuan

yang signifikan (discovery)

melalui Big Fish Project.

Ketiga, mendorong percepatan

contingent resources (temuan

2C) menjadi Reserves (P1)

untuk mempercepat monetisasi

aset. Keempat, melakukan

penguatan terhadap kompetensi

sumber daya manusia dan

organisasi eksplorasi. Kelima,

implementasi new play concept

dan teknologi terkini untuk

kegiatan eksplorasi.

bagaimana realisasi eksplorasi

hingga kini dan proyeksi

sampai akhir tahun?

Realisasi target pencapaian 2C

sampai dengan Agustus 2018

adalah 159 MMBOE atau 82%

Exploration acadEmy PROGRAM UNGGULAN

ANORGANIK PERKUAT SDM

32

PT Pertamina Hulu Energi (PHE), anak usaha PT Pertamina (Persero) di sektor hulu migas,

memproyeksikan kegiatan eksplorasi tahun ini dan ke depan lebih agresif. Manajemen PHE

menargetkan kegiatan eksplorasi tiga banding satu. Artinya, tiap produksi satu barel harus

diikuti dengan tambahan cadangan 2C minimal tiga kali.

Abdul Mutalib Masdar adalah

figur sentral dibelakang program

kerja sektor eksplorasi PHE.

Maklum, mantan General

Manager PHE Randugunting

itu adalah yang memiliki

kewenangan dan juga kontrol

dalam pelaksanaan kegiatan

eksplorasi perusahaan. Salah

satu fokus perhatiannya adalah

pengembangan sumber daya

manusia di bidang eksplorasi.

Untuk mengetahui lebih jauh

soal kebijakan eksplorasi PHE,

berikut wawancara Energia PHE

dengan Direktur Eksplorasi

PHE Abdul Mutalib Masdar.

Wawancara dilakukan di

lantai 25 PHE Tower Jalan TB

Simatupang, Jakarta Selatan,

pada Senin (10 September 2018).

Berikut petikannya.

Apa upaya Anda untuk

mencapai target kegiatan

eksplorasi PHE lebih agresif?

33

BIODATA

Tempat/Tanggal lahir: Pangkal Pinang, 24 Mei 1966

Pendidikan: Jurusan Geofisika, Institut

Teknologi Bandung

Karir: • Area Manager, Asia

Overseas Asset,

International Venture of

PHE (2009-2011)

• Senior Asset Manager,

Asia-Australia Overseas

Asset (2010-2013)

• General Manager

Randugunting (2013-2017)

• Direktur Eksplorasi

(Februari 2018-Sekarang)

AbDUl MUTAlIb MASDAR, Direktur Eksplorasi PHE

aktivitas eksplorasi makin

masif?

Berdasarkan Exploration

Retreat 2018, eksplorasi akan

lebih agresif dan masif untuk

melakukan aktivitas eksplorasi di

seluruh wilayah kerja PHE dalam

lima tahun ke depan dengan

rincian sebagai berikut. Pertama,

target penambahan 2C naik

88% dari 1,7 BBOE menjadi 3,2

BBOE. Kedua, target pengeboran

sumur eksplorasi naik 128% dari

91 Well menjadi 208 Well. Ketiga,

target 3D Survei Seismik naik

150% dari 2.190 km2 menjadi

5.485 km2. Keempat, target 2D

Survei Seismik naik 26% dari

11.600 km menjadi 14.692 km.

Untuk Quick Win Program, tahun

depan target sumber daya 2C

adalah 199 MMBOE atau naik

3% dari target 2018. Menurut

rencana akan diperoleh dari

sumur NWY (PHE ONWJ), S-2

dan XLLL (PHE NSO), PHE2-3

(PHE WMO), Keris dan Parang

(PHE Nunukan), West Mudi

(PHE Tuban EJ), Bingo-1 (PHE

Kampar), dan Nuri-1 (BOB CPP).

berapa realisasi anggaran

dana untuk aktivitas eksplorasi

dan target hingga akhir tahun?

Target akhir 2018 adalah US$

112 juta. Realisasi biaya aktivitas

eksplorasi per Agustus adalah

US$ 48 juta atau 43%.

berapa target pengeboran

sepanjang tahun ini?

RKAP 2018 menargetkan 10

sumur untuk dibor tahun ini, yaitu

N-7, XXX-1, SES-1, Parang-2,

Keris-1, NSO-R2, NSO-XLLL,

Bingo-1, NW, dan Panduk.

Wilayah mana saja yang

menjadi fokus eksplorasi PHE

tahun ini?

Fokus temuan eksplorasi tahun

ini untuk wilayah kerja yang

memiliki potensi cadangan besar

seperti NSO (Sumur R-2, target

resources 57 MMBOE) dan ONWJ

(sumur KKX, target resources 14

MMBOE). Untuk mempercepat

monetisasi temuan di wilayah

kerja Nunukan, dilakukan 3D

Survei Seismik dan pengeboran

Parang-3 di akhir tahun. Untuk

meningkatkan kepastian dan

percepatan prospect generation,

dilakukan 3D Survei Seismik

seluas 75km2 di Tomori (Tiara-

Taka) dan 2D Survei Seismik di

ONWJ seluas 840 km. Untuk

mendukung peningkatan produksi

di BOB CPP direncanakan

pengeboran Benewangi-1 dengan

target 2C sebesar 2,82 MMBO.

Selain pengeboran sumur dan

survei seismik juga dilakukan

studi eksplorasi G&G Study, Post

Drill Study dan studi lainnya untuk

mematangkan prospect dan

memperkecil uncertainty pada

beberapa AP PHE.

Apakah sudah ada identifikasi

awal lokasi-lokasi potensi big

fish?

Eksplorasi telah mengidentifikasi

potensi big fish (>50 MMBOE)

yang memiliki total prospective

resources sebesar 388 MMBOE

terdiri atas NWY (ONWJ,

prospect resources gross 213

MMBO), Tiara (Senoro Toili, 74

MMBOE), dan Kemandung (PHE

TEJ, 101 MMBOE).

PHE resmi mendapat

penugasan untuk mengelola

beberapa blok terminasi.

Apakah aktivitas eksplorasi

digiatkan di blok-blok

tersebut?

Kegiatan eksplorasi yang

masih direncanakan untuk

dilakukan meliputi pengeboran,

seismik, dan studi dengan

mengacu kepada komitmen

pasti eksplorasi pada blok-blok

alih kelola seperti di WK Jambi

Merang total komitmen pasti

sangat besar hingga mencapai

US$ 227 juta. Demikian juga

dengan blok-blok alih kelola

lainnya seperti Tuban, OSES,

dan Ogan Komering.

bagaimana kesiapan

SDM ekplorasi PHE untuk

menunjang aktivitas eksplorasi

yang lebih agresif dan masif?

Ada tiga strategi kunci

pengembangan SDM dan

organisasi eksplorasi. Pertama,

melakukan rightsizing organisasi

dengan tujuan penguatan

organisasi guna memenuhi

kebutuhan organisasi eksplorasi

yang lebih fleksibel dan

kapabel. Kedua, pengembangan

sumber daya manusia melalui Foto

: Dok

. PH

E

WAWANCARA

34

selective recruitment, internship

leader program, dan program

Exploration Academy untuk

meningkatkan knowledge,

kompetensi, dan pengalaman.

Ketiga, leveraging business

process untuk kesiapan aktivitas

eksplorasi yang lebih agresif

dan terukur melalui technical

review yang komprehensif sesuai

dengan tujuan dan target yang

telah ditetapkan.

Apa kriteria yang harus

dipenuhi SDM untuk

mendukung aktivitas

eksplorasi yang lebih agresif

dan masif?

Ada beberapa, antara lain

memiliki kompetensi teknis yang

tinggi dalam bidang geoscience

dan teknologi, memiliki

kemampuan kepemimpinan,

managerial skill, dan business

orientied. Selain itu mampu

berkompetisi secara global

dan memiliki kemampuan

soft skill sebagai added value

(communication & presentation

skill, dsb).

Apakah itu juga yang jadi latar

belakang dibuat Exploration

Academy?

Exploration Academy adalah

upaya merespons dan terukur

bagaimana kita bisa lakukan

penguatan sumber daya

manusia di PHE dengan cepat.

Ini program unggulan anorganik

yang kami buat. Saya bilang

Exploration Academy ditujukan

untuk tingkatkan knowledge

leadership experience dari para

pekerja. Kami buat kelas khusus

60% teori 40% praktik dalam

bentuk focus group discussion.

Saya replikasi kelas-kelas MBA

mencari problemnya. Exploration

Academy adalah cara cepat

untuk mencetak kader-kader

eksplorasi, Makanya, kami

langsung intensif ini 2-3 kelas

dalam waktu sebulan terakhir itu

diisi dari dalam beberapa dari

luar.

Apa yang dilakukan di

Exploration Academy?

Semua berhubungan sama

ekplorasi karena di kelas tidak

bicara geologi, geofisika atau

perminyakan secara reservoir

tapi dia bicara leadership.

Bagaimana legal aspek dalam

sebuah operasi pengeboran

proyek ekonomi dan sebagainya.

Cuma ini diinisiasi sama kawan-

kawan eksplorasi karena kami

melihat dengan harga minyak

yang naik turun segala macam.

Kami kan punya keterbatasan

anggaran dalam pengelolaan

sumber daya sehingga perlu

dilakukan terobosan supaya

kita tidak bergerak normatif

dalam program yang biasa-

biasa saja—tanpa memerlukan

biaya besar—kita bisa tularkan

program-program inovatif. Kita

siapkan internal tetapi dengan

kepakaran. Kami punya 50 aset.

Kami punya senior yang banyak.

Itu tidak dituangkan ke adik-

adik di bawah. Saya coba ambil

kumpulkan sehingga kompetensi

adik-adik bertambah, low cost.

Kami tak perlu kursus-kursus

karena kami punya ahli onshore

drilling, kami punya ahli geologi,

kami punya ahli geofisik, seismic,

keuangan, dll. Kenapa kami

tidak utilisasi sendiri. Exploration

Academy dibangun dengan

tujuan untuk maksimalkan

national resources yang ada.

Itu salah satu strategi karena

kita punya semua. Apa yang

tidak ada di PHE. Siklus di PHE

paling lengkap, makanya dengan

tantangan yang besar kami harus

punya SDM yang berdaya saing

baik secara teknologi maupun

leaderhsip-nya.

35

INOVASI

dialih kelola, yakni PHE Ogan

Komering dan Tuban East Java

juga ikut serta.

Ke-25 gugus peringkat teratas

berasal dari PHE holding,

ONWJ, WMO, Nunukan, NSO/

NSB, Bumi Siak Pusako, Ogan

Komering, dan Jambi Merang.

Menurut Mirza, gugus yang

paling menonjol dalam CIP

PHE 2018 berasal dari PHE

Nunukan yang menghasilkan

value creation hingga Rp2,1

triliun. Gugus tersebut adalah

PC-Prove ICA yang mengusung

tema “Menemukan Recoverable

Reserve 221 Juta Barrel Oil

Equivalent. Serta Optimalisasi

Uji Kandungan Lapisan dengan

Metode Inteligence Classification

Analysis (ICA) untuk Detailing

Reservoir Characterization (DR

C) di Lapangan Parang.”

36

Total ada 283 gugus, dari seluruh

PHE dan AP yang aktif membuat

gugus. Sedangkan yang masuk

ke forum CIP PHE sebanyak 180

gugus.

“CIP PHE 2018 adalah sinergi

mencapai target kinerja bisnis

dan operasi. Melalui forum CIP

diharapkan ada sinergi antara

kegiatan operation excellent,

sekaligus mencapai target

kinerja bisnis,” kata Mirza,

Manager Quality Management

System PHE.

Tema-tema yang diangkat gugus

CIP PHE 2018 sangat beragam,

mulai dari peningkatan produksi,

cadangan, hingga aspek Health,

Safety, Security and Environment

(HSSE).

Dari 180 gugus, hampir seluruh

AP mengirimkan wakil ke

forum CIP. Ada yang belum

ikut, terutama AP

eksplorasi. Namun ada

juga AP eksplorasi

yang ikut, seperti PHE

Nunukan dan Abar

Angursi. Selain itu,

anak usaha yang baru

TAK CUKUP MODAL VALUE CREATION

Sebanyak 17 gugus dipilih

mewakili Pertamina

Hulu Energi (PHE)

untuk mengikuti ajang Upstream

Improvement and Innovation

Award atau UIIA Direktorat Hulu

PT Pertamina (Persero) yang akan

digelar 26-29 November 2018 di

Yogyakarta. Gugus yang terpilih

berasal dari 25 gugus peringkat

teratas yang dihasilkan dari

Continous Improvement Program

(CIP) PHE yang digelar pada 3

September-6 September lalu. CIP

PHE diikuti 180 gugus, sebanyak

161 meraih kategori Gold. Sisanya,

19 gugus meraih Silver.

Jika dibanding tahun sebelumnya

yang diikuti 163 gugus, peserta

CIP 2018 meningkat. Bahkan

jumlah 180 gugus sudah

merupakan saringan dari total

seluruh gugus yang membuat

risalah CIP. Ada beberapa anak

perusahaan PHE yang melakukan

forum CIP sendiri, seperti di

Offshore North West Java, West

Madura Offshore dan BOB Bumi

Siak Pusako. Forum-forum inilah

yang menjadi saringan awal

sebelum maju ke forum CIP PHE.

MIRzA, Manager Quality Management System PHE

Foto

: Dok

: PH

E; (b

awah

) Tat

an A

gus

Rust

andi

Prove, maupun I-Prove. Artinya,

keikutsertaan pekerja dalam

forum CIP 2018 cukup banyak.

Jika dilihat dari sisi jumlah

pekerja yang ikut serta kegiatan

CIP hampir 2.000-an pekerja.

Dua orang untuk I-Prove, FT-

Prove 3-6 pekerja bahkan ada

yang delapan. Jumlah tahun ini

I-Prove ada 37 gugus, PC-Prove

ada 84, FT-Prove ada 69, dan

total 180 gugus.

“Jadi paling banyak FT-Prove,

karena interfungsi. Kalau melihat

banyak PC-Prove, artinya banyak

pekerja yang terlibat,” kata dia.

Penilaian CIP PHE 2018

dilakukan 28 juri yang berasal

dari berbagai anak perusahaan

PHE dari berbagai disiplin

ilmu. Serta dari Direktorat Hulu

Pertamina.

value creation, gugus yang

dipilih untuk menjadi wakil

PHE dalam ajang UIIA harus

memiliki potensi. Apalagi,

kini PHE memiliki tantangan

tersendiri, yakni bagaimana

mempertahankan gelar sebagai

juara umum UIIA 2017.

Penilaian juara umum bukan

hanya melihat yang mendapat

nilai Platinum, tapi juga melihat

Best of CIP yang diraih, baik

untuk I-Prove, PC-Prove maupun

FT-Prove. Itu yang ikut menambah

nilai untuk menjadi juara umum.

“Walaupun kami mendapat

Platinum banyak, tapi kalau tidak

meraih Best I-Prove atau PC-

Prove percuma juga,” kata Mirza.

Pada CIP PHE 2018, jumlah

gugus yang ikut serta relatif

imbang antara FT-Prove, PC-

“Mereka ternyata menemukan

cadangan delapan besar dunia

dan value creation-nya cukup

besar. Jadi dengan satu metode

baru dia bisa menemukan

cadangan dengan value creation

Rp2,1 triliun,” ungkap Mirza.

Secara umum value creation

yang riil yang dihasilkan dari

CIP PHE 2018 mencapai Rp11,3

triliun dari seluruh gugus yang

ikut serta. Raihan value creation

pada tahun ini dua kali lipat

dibanding 2017 yang hanya

Rp5,5 triliun. Itupun belum

dihitung dari value creation

projection, yakni proyeksi value

creation hingga akhir tahun. Jika

dimasukkan proyeksi hingga

akhir tahun, maka nilai value

creation bertambah Rp6,1 triliun.

Namun Mirza menambahkan,

tidak cukup modal menghasilkan

37

“Juri ini ada level-levelnya, ada

persyaratan juga untuk menjadi

juri. Pernah jadi juri di level AP,

atau juri itu pernah ikut proses

pelatihan kemudian pernah

menjadi ketua dari gugus yang ikut

program CIP,” kata Muhammad

Taufiq, Juri CIP PHE 2018.

Menurut Taufik, risalah yang

bisa diajukan dalam CIP harus

memenuhi sejumlah syarat,

yang utama adalah memiliki

improvement atau inovasi, bukan

pekerjaan biasa, namun suatu

terobosan baru atau perbaikan

untuk lebih baik.

Kedua, dari sisi ada value, apa

yang diajukan harus memiliki

value creation, baik value cost

maupun peningkatan kualitas.

Ada percepatan delivery,

peningkatan aspek HSSE-nya

dan dampak terhadap moralitas

pekerja.

“Jadi materi yang diajukan

salah satunya harus ada itu, ini

sudah bisa. Tidak harus semua.

Kemudian harus proven, yang

mereka ajukan harus sudah

proven, terbukti. Artinya sudah

melalui suatu cycle yang full,”

kata Taufik.

Suatu ide, kata Taufik, yang

masih dalam tataran ide

belum implementasi itu belum

bisa di-share karena belum

proven. Suatu ide yang belum

diimplementasikan, atau sudah

mengambil karya orang lain, ini

tidak bisa diajukan.

Kriteria lainnya, kemandirian.

Apakah suatu gugus

mengerjakan sendiri, atau effort

majority-nya ada di mereka.

“Kalau yang mengerjakan

pihak lain itu juga tidak masuk

kriteria, karena siapapun bisa

melakukan,” kata Taufik yang juga

menjabat Quality Team Leader

PHE ONWJ.

ASPEK KUAlITASMirza mengakui dari sisi

kuantitas CIP 2018 meningkat

dibanding tahun lalu. Namun,

dilihat dari aspek kualitas,

ternyata CIP PHE 2017 masih

lebih baik. Ini yang menjadi

pekerjaan rumah, yakni menjaga

konsistensi kualitas CIP.

INOVASI

38

Foto

: Dok

: PH

E; (b

awah

) Tat

an A

gus

Rust

andi

diimplementasikan tapi belum

dievaluasi efektivitasnya itu

juga tidak masuk kriteria boleh

diajukan untuk ikut serta dalam

forum CIP.

“Jadi harus proven, full

cycle. Sudah direncanakan,

dilaksanakan, sudah dievaluasi

dan sudah distandardisasi. Ada

dokumen-dokumen yang menjadi

evidence-nya,” ungkap dia.

Kemudian dari aspek keunikan

dan orisinalitas. Yang diajukan

harus sesuatu yang unik, baru.

Kalau sudah pernah dilakukan

sebelumnya, tidak ada hal baru

yang unik, tidak diterima atau

tidak tepat untuk diajukan dalam

forum CIP. Dari sisi orisinalitas,

berkaitan dengan hal yang jarang

ditemukan diluar.

Improvement atau

inovasi yang diajukan

harus benar-benar

dari gugus yang

mengajukan. Itu salah

satu kriteria juga.

Kalau tidak orisinil,

MUHAMMAD TAUfIq, Juri CIP PHE 2018

“Lebih baik, dalam arti kata

kualitas untuk penulisan risalah.

Ini yang perlu kami lakukan

semacam pembinaan lagi,

coaching segala macam,” kata

dia.

Dari sisi potensi ke UIIA akan

menjadi concern ke depannya,

bagaimana agar pada tahun ini

bisa sebaik 2017. Tidak hanya

melihat dari sisi PHE, namun

juga harus melihat dari aspek

penjurian di UIIA 2018.

Menurut Mirza, gugus yang akan

dikirim ke UIIA perlu pembinaan

dan perbaikan. Apalagi saingan

di ajang tersebut bukan hanya

dari PHE. Coaching, bedah

risalah, evaluasi kekurangan

yang masih ada di risalah-

risalah menjadi suatu

keharusan.

“Target kami mempertahankan

juara umum. Paling tidak gugus

yang lolos bisa sama dengan

tahun lalu,” tegas Mirza.

Taufik mengakui dari aspek

penulisan, CIP PHE 2018 masih

di bawah tahun lalu. Namun

kemudian disepakati bahwa yang

menjadi prioritas adalah kualitas

dari inovasinya. Kalau kualitas,

inovasi atau improvement-nya

sudah bagus, penulisan bisa di-

improve.

“Kami bisa coach mereka lagi

untuk penulisan yang lebih baik,

39

tapi ada batasannya. Selama itu

tidak terlalu essential. Ini diskresi

juga. Maka ketika dihadapkan

pada dua penilaian, dimana

penulisannya masih kurang

sempurna tapi inovasinya wow,

kami akan utamakan inovasinya,”

tandas Taufik.

Menurut Taufik, di awal-awal

dijalankan PHE, tidak banyak

pekerja yang memahami CIP.

Hanya pekerja-pekerja tertentu

saja. Yang paling penting adalah

budaya untuk inovasi. Dulu hanya

sedikit pekerja yang mempunyai

budaya tersebut.

“Sekarang jauh lebih besar,

culture itu sudah mulai

terbentuk di pekerja-pekerja

PHE. Jadi setiap melakukan

pekerjaan, sudah ada dibenak

mereka apa yang harus

dilakukan supaya menjadi lebih

baik,” kata dia.

Taufik mengakui untuk menjadi

suatu budaya, challenge-

nya lebih lama lagi. Namun

awareness untuk selalu

berinovasi saat ini jauh lebih

baik, dan diharapkan nantinya

akan terbentuk menjadi sebuah

budaya.

“Ini butuh waktu untuk

meningkatkan awareness mereka

untuk kemudian ditingkatkan

menjadi budaya, tapi PHE sudah

dalam track yang benar menuju

kesana,” katanya.

Wakil PHE di Upstream Improvement and Innovation Award Direktorat Hulu Pertamina:

FT-Prove Bang Cakep, PHE ONWJ

FT-Prove Baracuda, PHE ONWJ

PC-Prove C-Men, PHE WMO

FT-Prove El Barkah, PHE WMO

PC-Prove First, PHE WMO

PC-Prove Funt4stic, PHE ONWJ

FT-Prove Hybrid, PHE ONWJ

PC-Prove Ica, PHE NC

PC-Prove Irit, BOB BSP-Pertamina Hulu

PC-Prove Markisa, BOB BSP-Pertamina Hulu

FT-Prove Master Token, PHE ONWJ

PC-Prove Mighty DUCC, PHE WMO

I-Prove OW, PHE ONWJ

PC-Pintoe Aceh, PHE NSO NSB

Prove Tsumtsum, PHE

PC-Prove Turbo Crut, PHE WMO

FT-Prove Vitamin, PHE ONWJ

1

7

4

10

13

16

2

8

5

11

14

17

3

9

6

12

15

RAGAM

40

MENANTI ULTRASONIC MEMACU PRODUKSI SES

Berbeda dengan pulau

lainnya di Kepulauan

Seribu yang dijadikan

objek wisata, yang ditemui Pulau

Pabelokan adalah fasilitas dan

infrastruktur minyak dan gas

kelas wahid sebagai sentral

atau pusat kegiatan pengelolaan

Blok Southeast Sumatra (SES).

Sejak Kamis, 6 September 2018,

Blok SES dikelola PT Pertamina

(Persero) melalui PT Pertamina

Hulu Energi Offshore Southeast

Sumatra (PHE OSES).

Foto

: Tat

an A

gus

Rust

andi

41

Blok SES yang sudah berumur

lebih dari 50 tahun tersebut

merupakan salah satu primadona

negara pada masanya dengan

produksi minyaknya yang sempat

mencapai 200 ribu barel per hari

(bph).

Seiring berjalannya waktu

produksi SES menurun. Data

Satuan Kerja Khusus Pelaksana

Kegiatan Usaha Hulu Migas

(SKK Migas) mencatat hingga

akhir Agustus 2018 rata-rata

produksi minyak SES sebesar

29.941 bph dan produksi gas

sebesar 83,99 juta kaki kubik per

hari (MMSCFD).

Produksi SES diperoleh dari 31

lapangan, yakni lapangan Aida,

Asti, Banuwati, Cinta, E.Rama,

Farida, Gita, Indri, Intan, Karmila,

Kartini, Kitty, Krisna, Lita, Mila,

N.E Intan, N. Wanda, Nora,

Rama, South West Wanda, S.

Zelda, Selatan, Sundari, Suratmi,

Titi, Vita, Wanda, Widuri, Yani,

Yvonne dan Zelda.

Selama dua dekade produksi

dari lapangan-lapangan tersebut

telah menghasilkan gross

revenue mencapai US$22,87

miliar dan 57% atau sebesar

US$13,3 miliar diantaranya

menjadi penerimaan negara.

Penurunan produksi SES

diperkirakan masih akan terus

terjadi dengan decline rate

yang makin besar apabila

tidak dilakukan upaya untuk

menahannya.

Setelah mendapat mandat

untuk mengelola Blok SES,

Pertamina harus berpacu

dengan waktu untuk mengontrol

produksi. Penggunaan teknologi

merupakan sarana yang dipilih

untuk bisa menekan laju

penurunan alamiah.

Teknologi yang dipilih adalah

penggunaan ultrasonic

Blok SES yang merupakan blok

migas terbesar di ujung selatan

Pulau Sumatera dikelola PHE

OSES setelah kontrak China

National Offshore Oil Corporation

(CNOOC) SES Ltd berakhir

pada 5 September 2018. Kontrak

kerja sama SES ditandatangani

pada 26 Desember 1991 dan

berlaku efektif sejak 6 September

1998 untuk jangka waktu 20

tahun. CNOOC mulai mengelola

dengan menjadi operator SES

sejak 2002.

stimulation. Dilihat dari artinya

dalam bahasa Indonesia

sebenarnya penggunaan

metode ini terletak pada

gelombang ultrasonik yang akan

dimanfaatkan untuk memberikan

stimulus sehingga bisa memicu

minyak agar terlepas dari

jebakan dalam lapisan reservoir.

“Itu teknologi yang sedang

kami siapkan, ultrasonic

stimulation. Itu stimulasi yang

biasa menggunakan fluida acid.

Nanti menggunakan ultrasonic

wave,” kata Dharmawan Samsu,

Direktur Hulu Pertamina.

Gelombang ultrasonic yang akan

digunakan merupakan metode

yang pertama kali dilakukan di

Indonesia. Mengadopsi Rusia

dan telah digunakan Petronas,

Pertamina meyakini bisa

selangkah lebih di depan CNOOC

operator terdahulu Blok SES yang

sangat mengandalkan Electric

Submersible Pump (ESP) dalam

memproduksi minyak.

Setiap sumur SES yang

jumlahnya kurang lebih 400-an

sumur memproduksi minyak

dengan bantuan ESP. Biaya yang

digunakan tentu tidak sedikit.

Dalam implementasinya, apabila

ESP tidak terpakai dan pindah ke

sumur lainnya maka dibutuhkan

dana sebesar US$300 ribu.

Dengan ultrasonic ini maka

dana sebesar itu tidak perlu lagi

dikeluarkan.

“Kami akan step ahead lagi

diatas CNOOC, Kami sudah

mulai juga sebenarnya dan akan

try out di beberapa sumur. Itu

signifikan nantinya (efisiensi),”

kata Dharmawan.

Amien Sunaryadi, Kepala SKK

Migas, mengatakan salah satu

fokus utama yang harus dikejar

manajemen Pertamina melalui

PHE OSES adalah menekan laju

penurunan produksi.

Komitmen kerja pasti Pertamina

di SES sebesar US$ 130 juta

diperuntukan untuk membiayai

berbagai upaya agar laju

produksi tetap stabil selama

beberapa tahun ke depan sambil

menunggu hasil dari eksplorasi

yang harus tetap dilakukan oleh

PHE OSES.

“Komitmen pasti telah ditetapkan

untuk Southeast Sumatra,

memang lebih ditekankan

untuk menekan laju penurunan

produksi seperti komitmen untuk

pengeboran, Work Over, Well

Service dan juga upaya Enhance

Oil Recovery (EOR),” kata Amien.

Komitmen investasi Pertamina

di SES mencakup berbagai

kegiatan eksplorasi, seperti

untuk membiayai kegiatan 

GGRP/flow unit study, water

injection conversion, work over,

seismik 3D/4D, infill driliing, field

reactivation, hingga EOR pilot.

PROSPEKTIfDharmawan menambahkan

dalam mengelola lapangan

mature seperti yang ada di SES

diperlukan ketekunan. Beberapa

langkah sederhana yang kadang

sering diabaikan justru bisa jadi

kunci untuk menjaga produksi di

sana.

Selain mengandalkan teknologi

ESP, dalam waktu dekat ini

harus ada pemahaman dari para

pekerja mengenai prospek. Ini

yang kemudian akan berubah

menjadi potensi. Apabila potensi

itu sukses dikembangkan maka

akan menambah scheme

production.

Menurut mantan bos BP

Indonesia itu, Pertamina

sudah memiliki tim ahli untuk

memetakan dimana saja

additional scheme production

potential bisa dikembangkan.

Di dalamnya misalnya ada infill.

Selain infill ada pengeboran di Foto

: Dok

: PH

E

RAGAM

42

Setiap sumur SES yang jumlahnya kurang lebih 400-an sumur memproduksi minyak dengan bantuan ESp

tempat-tempat di sekitar dari

lapangan yang sudah berpotensi

atau potensi tetangga.

“Mencari opportunity dari

eksplorasi baru dan itu ada di

petakan oleh tim dan kemudian

dilakukan program-program

khusus bagaimana supaya

hal ini lebih atraktif,” ungkap

Dharmawan.

Pertamina sendiri masih meyakini

potensi masih cukup menjanjikan

di Blok SES. Berdasarkan

evaluasi cadangan yang

dilakukan jumlah cadangan

minyak terbukti yang belum

diproduksikan adalah sebesar 57

juta barel untuk minyak dan gas

sebesar 151 BCF.

Selain menyiapkan dari sisi

kinerja produksi dari sisi teknis,

hal lain yang dipersiapkan dalam

mengelola Blok SES setelah alih

kelola ada mengenai transfer

pekerja. Selama ini sebanyak

513 pekerja berstatus sebagai

pekerja CNOOC. Setelah proses

transisi dimulai maka status

pekerja diubah menjadi pekerja

Pertamina.

Dharmawan memastikan

kesejahteraan para pekerja di

Blok SES  sudah mumpuni dan

berdasarkan nilai kewajaran

dalam industri migas “Jadi

Pertamina adalah perusahaan

yang sangat respect terhadap full

basic,” ungkap dia.

Pertamina juga memastikan

mematuhi ketentuan dalam

proses alih kelola lainnya

termasuk keikutsertaan daerah

dalam pengelolaan SES.

Huddie Dewanto, Pelaksana

Tugas Harian Direktur Utama

PHE, mengatakan manajemen

sebenarnya sudah membuka

pintu lebar pembicaraan dengan

pemerintah daerah, namun

hingga penandatanganan kontrak

baru dilakukan masih belum ada

keputusan final mengenai Badan

Usaha Milik Daerah (BUMD)

mana sebagai perwakilan

daerah.

Dalam alur pembentukan atau

penyerahan PI 10% ke daerah

diawali dengan provinsi yang

menunjuk BUMD kemudian

dilakukan due diligence oleh

SKK Migas dan biasanya

didelegasikan kepada

Pertamina untuk melakukan

due diligence. Kemudian kita

akan membicarakan term and

condition-nya dan kembali lagi

disetujui oleh Menteri ESDM. 

“Jadi prosesnya cukup panjang

sebetulnya dari kami siap saja

untuk segera membicarakan

proses pengalihan 10% ke

BUMD dan tergantung kesiapan

BUMD,” kata Huddie.

 

43

KOMUNITAS

44

Menyalurkan HOBI,

MENCINTAI ALAM

Foto

: Dok

: Pat

rapa

la P

HE

Gunung Papandayan

di Garut, Jawa Barat

menjadi gunung

pertama yang dijelajahi

sekelompok pekerja PT

Pertamina Hulu Energi (PHE)

yang tergabung dalam Pertamina

Pencinta Alam (Patrapala)

PHE pada April 2015. Saat itu

pendakian yang dilakukan pada

17 April-19 April diikuti sekitar

40 pekerja tergabung dalam

ekspedisi Patrapala Pertamina

(Persero). Ajang itu sekaligus

mengukuhkan hari lahirnya

Patrapala PHE.

Setelah resmi terbentuk,

Patrapala PHE kemudian

membuat program-program 45

pendakian selanjutnya. Pada

Oktober 2016, Gunung Prau,

Gunung Slamet, Gunung Gede

Pangrango dijelajahi. Setahun

kemudian Patrapala kembali ke

Gunung Slamet.

Pada 2018, Patrapala mulai

mencoba membuat agenda

kerja selama satu tahun. Diawali

pendakian ke Gunung Merbabu

pada Mei lalu yang diikuti 11

pekerja. Serta tiga program

pendakian lainnya hingga akhir

tahun, salah satunya ke Gunung

Kerinci pada Oktober mendatang.

“Pada Agustus nanti, kami juga

kolaborasi dengan Patrapala

Pertamina barengan pendakian.

Jadi Patrapala PHE menjadi

bagian dari Patrapala

Pertamina,” ungkap

Ali Fahmi, pengurus

Patrapala PHE.

Kegiatan pendakian

dilakukan dengan memanfaatkan

hari libur. “Intinya kami ambil

fun dan pengalamannya. Disini

banyak teman-teman suka naik

gunung,” kata Ali, East Area Cash

Flow Planning Analyst PHE yang

bergabung di Patrapala sejak 17

April 2015.

Agenda lain yang disiapkan pada

tahun ini, antara lain bersih-

bersih gunung, penanaman

pohon di Gunung Sindoro atau

Sumbing. Serta kegiatan luar

Ali Fahmi

Foto

: Dok

: Pat

rapa

la P

HE

46

ruang lainnya. Pada tahun ini

Patrapala juga akan menggelar

sesi sharing knowledge dan

pengenalan survival life dengan

mengundang narasumber yang

kredibel.

Kehadiran Patrapala

dianggap menjadi wadah

untuk menyalurkan hobi naik

gunung bagi pekerja PHE. Saat

pendakian ke Merbabu, ada

enam pekerja perempuan dari 11

peserta, yang tiga di antaranya

telah berusia 50-an tahun.

Biasanya sebelum melakukan

pendakian, komunitas yang

tergabung dalam Patrapala

PHE melakukan komunikasi via

WhatsApp (WA) grup. Dua bulan

sebelumnya, rencana pendakian

akan diinformasikan, khususnya

terkait kondisi medan.

“Kalau minat, kami bikin

komitmen. Dua bulan sebelum

berangkat, harus prepare,

seperti persiapan dengan

olahraga atau training,” ungkap

Ali.  

Fanny Rosdiawan, Ketua

Patrapala PHE, mengatakan

setiap kegiatan di Patrapala PHE

selalu ada briefing terkait potensi

hazard dan HSSE seminggu

sebelum pendakian.

“Ini membuat kita lebih yakin

dan siap. Serta lebih menikmati

perjalanan,” kata Fanny yang

juga geoscientist PHE itu.

Saat ini, pekerja PHE yang

tergabung dalam Patrapala

mencapai 70 orang. Setiap akan

naik gunung, biasanya ditentukan

kuota 20-25 orang. Penentuan

kuota bertujuan agar pendakian

bisa dilakukan dengan aman.

Biasanya setiap kali pendakian,

penentuan laki-laki dan

perempuan akan berimbang.

Selain itu, setiap pendakian akan

disertai oleh anggota Patrapala

yang telah berpengalaman.

Sebagian besar peserta yang

ikut serta berusia sekitar 30-an

tahun. Sisanya, berusia di bawah

30 tahun dan sebagian kecil

berusia 40-50 tahun.

KOMUNITAS

47

“Pasti kita tentukan dulu (jumlah

peserta), biar pendakian aman.

Maksimal sekian, kami kasih tahu

juga medan gunungnya seperti

ini dan lain-lain,” ungkap Ali.

Untuk masalah biaya, biasanya

akan ditanggung bersama

peserta yang ikut serta. Namun,

saat ini sebagian mendapat

bantuan Bapor setelah

sebelumnya mengajukan usulan

satu tahun sebelumnya. Bantuan

dari Bapor mulai diperoleh saat

pendakian ke Gunung Merbabu.

Saat ini untuk bergabung

dalam komunitas Patrapala

baru sebatas pada ketertarikan

atau hobi semata. Belum ada

mekanisme yang baku untuk

menjadi anggota. “Kedepan

Patrapala akan mulai seleksi

untuk mencari calon anggota,”

tukas Ali.

IKUT Patrapala karena sudah hobi naik gunung sejak lama, ternyata di PHE ada wadah yang menampung hobi saya. Langsung ikut gabung. Selain itu, di Patrapala bisa kenal banyak kawan dari fungsi lain dan dari AP PHE sehingga menambah networking.

Berbeda saat masih kuliah yang naik gunungnya cukup “koboi” dan tanpa persiapan, di Patrapala PHE setiap ada kegiatan selalu ada briefing. Semoga Patrapala PHE semakin banyak kegiatan ke depannya.fanny Rosdiawan, geoscientist PHE

SEBAGAI penggiat alam bebas (setidaknya dulu), merasa tertarik untuk menggagas kegiatan alam bebas yang tercatat di perusahaan dan berafiliasi dengan Patrapala Pertamina, sehingga dapat mengakomodir dan menyatukan para penggiat alam bebas di PHE dan AP PHE.

Setelah bergabung ke Patrapala PHE, semakin meningkatkan semangat Tadabbur alam sekaligus memperbanyak saudara di alam bebas.

Dalam setiap kegiatan selalu mengedepankan filosofi, berangkat untuk mensyukuri nikmat keindahan alam dan pulang kembali dengan selamatR faisal Adi Nugroho, Industrial Relation Senior Analyst PHE

PATRAPALA PHE menjadi wadah untuk menyalurkan jiwa petualang, berkelana ke tempat-tempat baru sambil mencintai alam dan mengagumi kebesaran ciptaan Allah SWT.

Kegiatan Patrapala PHE sangat positif, yang menambah pengalaman hidup baru dan teman-teman baru. Selalu ingin menyempatkan diri bila ada kesempatan dalam kegiatan Patrapala PHE ke depannya.Reynan gustadilova, Reporting Data Control Analyst PHE

PAtrAPAlA KAtA MErEKA

SOSOK

48

bIODATA 

RAHMAT WIJAYAVice President Subsurface Development PHE

Tempat/tanggal lahir:Jakarta, 16 April 1964

Pendidikan:

• S1 Teknik Perminyakan Usakti,

Jakarta

• S2 Teknik Perminyakan ITB,

Bandung

Karier:

• Pertamina EP Rantau dan

Prabumulih

• Chief of Petroleum Engineering

JOB Pertamina-PetroChina

Salawati (2006-2009)

• Technical Planning Manager JOB

Pertamina-Medco EP Tomori

Sulawesi (2009-2017)

• PHE Subsurface

Development Vice President

(2017-Sekarang)

PENGEMBANGAN SUMUR BUTUH KETERLIBATAN SEJUMLAH DISIPLIN ILMU

Ramah, cepat akrab, namun tetap sederhana. Begitulah

sosok Rahmat Wijaya, Vice President Subsurface

Development PT Pertamina Hulu Energi (PHE). Sudah

setahun, jebolan Teknik Perminyakan Universitas Trisakti, Jakarta

tersebut menjadi VP di Direktorat Pengembangan PHE. Beragam

penugasan pernah dilakoni, salah satunya di Rantau, Kabupaten

Aceh Timur (kini masuk wilayah Kabupaten Aceh Tamiang),

Nanggroe Aceh Darussalam. Saat itu kawasan tersebut termasuk

rawan konflik sehingga pengamanan area dan aktivitas operasi

melibatkan tentara.

Enam tahun Rahmat bekerja di Pertamina Rantau. Selepas itu,

Rahmat dipindahkan ke Pertamina Prabumulih, Sumatera

Selatan. Sebentar saja dia ditugaskan di tempat ini karena enam

bulan berikutnya Rahmat dipercaya jadi Chief of Petroleum

Engineering JOB Pertamina-PetroChina Salawati di Papua. Tugas

ini diembannya selama tiga tahun, dari 2006-2009.

Lepas dari Salawati, Rahmat ini dipromosikan menjadi Technical

Planning Manager JOB Pertamina-MedcoEP Tomori Sulawesi.

Cukup lama Rahmat bekerja di Tomori, hampir sembilan tahun.

Tak heran bila Rahmat disebut-sebut sebagai salah satu tokoh

di balik kesuksesan kinerja JOB Pertamina-MedcoEP Tomori

Sulawesi. Menariknya, kendati tak lagi secara langsung menangani

area Tomori, Rahmat bersama tim dari JOB Pertamina-MedcoEP

Tomori Sulawesi tengah melakukan studi kelayakan (feasibility

study) untuk pengembangan Tomori Tahap 2.

49

Foto

: Tat

an A

gus

Rust

andi

“Dari sisi pasar (gas) sudah

ada. Apalagi di daerah remote

Indonesia Timur itu memang

dibutuhkan volume besar untuk

bisa dijual. Berbeda dengan di

Jawa istilahnya kecil-kecil aja

dibeli. Kalau di Indonesia Timur

harus besar. Di sini mereka

tinggal membuat infrastruktur

saja,” katanya.

Rahmat memproyeksikan

Tomori Tahap 2 memiliki

potensi gas 95 juta standar

kaki kubik per hari (MMSCFD).

Bahkan, masih ada

kemungkinan bertambah dari

onshore. “Offshore ada lagi tapi

masih dalam tahap eksplorasi.

Waktu saya menjabat technical

planning manager, itu kan

membawahi eksplorasi dan

eksploitasi. Saya jadi tahu

potensi Tomori itu selain darat

ada juga di laut, termasuk ada

minyak,” katanya. 

Menurut Rahmat,

pengembangan Tomori Tahap

2 butuh proses. Apalagi,

pemerintah Indonesia

memprioritaskan gas dari

Tomori Tahap 2 dialokasikan

untuk pembeli domestik,

bukan ke PT Donggi Senoro

LNG apalagi ekspor. “Pasokan

gas untuk buyer domestik

seperti PT Pupuk Indonesia.

Kan BUMN juga. Tak boleh

lagi (diekspor) ke luar negeri,”

ujarnya.

Pentingnya Pengembangan

Rahmat mengatakan, fungsi

pengembangan di PHE

cukup strategis. Minyak yang

ditemukan tim eksplorasi mesti

diangkat agar memberikan

keuntungan nilai ekonomis

bagi perusahaan. Hidrokarbon

tersebut diproduksikan tidak at

any cost, harus menghasilan

keuntungan. Pertamina atau

Kontraktor Kontrak Kerja Sama

(KKKS) manapun kerjanya bukan

mencari minyak dan gas tapi

mencari uang.

“Memang minyak dan gas

banyak tapi kalau tidak

ekonomis bagaimana? Itu

tugas kami menilai dari pihak

eksplorasi diserahkan kepada

kami, kira-kira silakan ini bisa

dikembangkan apa tidak. Jika

kita lihat tidak ekonomis, kami

akan cari cara agar ekonomis.

Kalau dengan cara umum tak

ekonomis, cari cara dengan

teknologi atau bagaimana,” kata

Rahmat.

Di masa silam, menurut Rahmat,

kegiatan pengembangan bor

sumur migas bebas. Artinya,

penilaian berdasarkan studi ada

potensi minyak dibor. Itu kapan

saja bisa. Sekarang tak bisa

seperti itu, tapi harus terencana

dari awal, yang disampaikan

lewat rencana pengembangan

atau Plan of Development

(PoD). Dari perusahaan dibuat

perencanaan pengembangan

lapangan sebelum diizinkan

melakukan pengeboran

oleh pemerintah. Tak bisa

sembarangan.

Tim Pengembangan berarti

terlibat dari proses eksplorasi

hingga ke pengembangan.

Dari eksplorasi diserahkan ke

pengembangan. Istilahnya,

PSE atau Penentuan Status

Eksplorasi matang atau

belum. Bila sudah matang bisa

disampaikan ke pengembangan.

“Kami terlibat dari awal mulai

segi subsurface, survey facility 

development dari segi operasi

produksi, hingga sisi pemasaran.

Itu terkait erat untuk pembuatan

PoD. Dari sini tim kita yang 

koordinasi,” ujarnya.

Untuk pengembangan satu

sumur, butuh keterlibatan

sejumlah disiplin ilmu. Di

subsurface ada reservoir

engineer. Awalnya geofisika, Foto

: Tat

an A

gus

Rust

andi

; (ba

wah

) Dok

. PH

E

SOSOK

50

geologist, production engineer

dan drilling engineer terkait.

Mereka punya tugas masing-

masing, misalnya geofisika

melihat gambaran-gambaran

di bawah tanah, lapisan bawah

tanah seperti itu mereka

lihat dari data-data seismik,

pencitraan melalui media suara

dari suara suara yang dikirm ke

bawah tanah pantulan seperti

apa dibuatlah gambar.  Dari

segi geologi gambar lebih

jelas, setelah itu dibor. Setelah

dibor dinilai lagi oleh tim yang

namanya petrofisika lagi, jadi

lebih jelas, lagi nanti dengan

log dengan listrik mengeluarkan

impuls-impuls listrik nanti dibaca

dengan metode tertentu.

“Jadi ketahuan, oh di sini ada

minyak, ada gas ada air. Setelah

itu baru dari tim reservoir

engineer akan melihat: bila

seperti itu ditempat ini bagusnya

diproduksi dengan berapa

jumlahnya, maksimal berapa

misalkan dari lapangan ini bisa

diproduksi total 10 juta barel

selama berapa tahun. Kemudian

dari teknik produksi akan

memikirkan kira-kira bagaimana

cara mengeluarkannya. Setelah

didapat semua, kita bicara

dengan surface facility karena ini

terkait dengan caranya memasak

minyak atau gas kemudian

sampai akhirnya dibawa ke

konsumen,” jelas Rachmat.

PENgAJIANDi tengah rutinitas kerja, Rahmat

masih menyepatkan diri untuk

mengikuti pengajian. Aktivitas

ini tidak dilakukan di waktu

senggang, tapi menyediakan

waktu secara khusus pada

Sabtu dan Minggu. Kata Rahmat,

manakala kita mencari rezeki

tentu kita perhatikan pemberi

rezeki.

“Masa pemberi rezeki memanggil

kita, kita tak datang sementara

bos panggil kita datang, adzan

kita dipanggil, itu panggilan

Allah SWT. Itulah penuhi, itu yang

saya suka. Saya sediakan waktu

untuk menambah ilmu agama,

kita sediakan, itu wajib istilahnya

kalau bahasa agama fardu ain,

wajib bagi setiap orang jangan

hanya diwaktu luang,” katanya.

Pengajian yang diikuti Rahmat

cukup simpel. Bedah buku.

Di mesjid-mesjid dimana

diadakan pengajian, didatangi.

Saat Rahmat masih bekerja di

Tomori, juga di Jakarta. “Saya

menghindari pengajian-pengajian

akbar atau ceramah umum.

Saya membahas sampai detail

biasanya,” ujarnya.

Dalam kegiatan pengajian,

Rahmat tak sendirian. Dia

biasanya datang bersama

keluarga. Di PHE juga ada

aktivitas seperti itu, tapi bukan

hobi tapi sediakan waktu. “Dua

hari itu terjadwal tanggal sekian

buku ini, lalu minggu depan topik

ini,” katanya.

Rahmat sangat terkesan dengan

pembahasan soal tauhid dan

akidah. Dia beralasan, banyak

hal yang kita tidak sadari

ternyata sudah keluar dari aspek

akidah yang seharusnya kita

tahu. “Misalnya ziarah kubur, tapi

seperti apa yang dibolehkan.

Jangan begini-begini siapa

bilang tak boleh, tapi ada

caranya. Itu yang coba saya

belajar,” ujarnya.

Rahmat tinggal dua tahun lagi

berdinas di lingkungan Pertamina.

Satu harapannya yang tertinggal:

menularkan ilmu kepada para

pekerja Pertamina!

51

HOBI

52

Surga menyelam itu ada

di Indonesia. Pernyataan

tersebut bukan isapan

jempol semata. Gugusan

kepulauan Indonesia, dari

Sabang hingga Merauke, yang

terletak di area segitiga karang

dunia (World Coral Triangle),

menawarkan kawasan laut yang

memiliki keragaman terumbu

karang, keragaman jenis ikan, dan

keindahan alam bawah laut. Turis-

turis lokal maupun mancanegara

mengenal dengan baik lokasi

selam spektakuler seperti Bali,

Wakatobi, Bunaken, hingga Raja

Ampat di ujung timur Indonesia.

Namun, bagi yang tak memiliki

banyak waktu senggang, perairan

di Kepulauan Seribu, Jakarta,

bisa menjadi pilihan terbaik. Ada

sekitar 101 pulau di kawasan yang

telah ditetapkan sebagai Taman

Nasional Laut pada 2002 tersebut.

Beberapa lokasi menyelam pilihan

terdapat di Kepulauan Seribu

antara lain Gosong Balik Layar,

Gosong Congkak, Gosong Sepa,

Kuburan Cina, Melinjo, Pulau

Kotok, Pulau Matahari, Pulau

Putri, dan Pulau Sepa. Pulau-

pulau tersebut kerap menjadi

ajang inagurasi atau sertifikasi

bagi para calon penyelam. “Saya

sertifikasinya di Kepulauan Seribu,”

tutur Imam Bastari, karyawan PT

Pertamina Hulu Energi (PHE) yang

memiliki hobi selam.

Imam menyukai selam awalnya

diajak teman-temannya

“SPOT PENYELAMAN DI INDONESIA BANYAK YANG BAGUS”

Foto

: Dok

. PH

E

terumbu karang. Kedalamannya

bervariasi hingga yang terdalam

mencapai 1.044 meter, jarak

pandang 15 – 80 meter, dan

arus yang bersahabat. Terdapat

sekitar 40 lokasi penyelaman

terbaik yang tersebar di wilayah

yang berbatasan langsung

dengan laut Banda ini.

Tiap destinasi penyelaman

memiliki syarat berbeda.

Biasanya, sebelum penyelaman

dilakukan, dive master akan

mengecek frekwensi penyelaman

yang telah dilakukan penyelam.

Menyelam di perairan Labuan

Bajo, misalnya, hanya bisa

dilakukan oleh yang pernah

menyelam di atas 50 kali.

Imam dan klub diving PHE

mengagendakan penyelaman

setahun sekali. Itu lantaran

mereka masih terbentur

pekerjaan rutin, sehingga hanya

pada waktu cuti penyelaman itu

bisa dilakukan. Selain itu, biaya

Sejak itu, beberapa spot

penyelaman populer pernah

dijalal bersama teman-temannya

anggota klub selam PHE.

Lokasi pertama yang dijelajah

adalah perairan Parigi Moutong,

Sulawesi Tengah. Biota laut yang

sangat indah dapat ditemukan

di sekitar 50 titik selam di Parigi

Moutong, yang sebagian

besar terkonsentrasi di antara

daerah Ampibabo hingga

Marantale.

Beberapa waktu lalu, giliran

perairan Wakatobi yang

dikunjungi. Wakatobi terletak di

selatan Sulwesi dan terdiri dari

pulau Wangi-wangi, Kaledupa,

Tomia, dan Binongko. Wakatobi

pun ditetapkan menjadi salah

satu Taman Nasional sejak 1996.

Bahkan, The United Nations

Educational, Scientific and

Cultural Organization (UNESCO),

menetapkan Wakatobi sebagai

Cagar Biosfer Dunia karena

memiliki hingga 750 jenis koral

dengan 25 buah gugusan

53

sesama karyawan PHE. Dari

sekadar ikut-ikutan, lama-lama

menjadi menikmati. Terutama

setelah melihat lokasi-lokasi

penyelaman yang sebagian

besar agak terpelosok, dengan

pemandangan laut yang luar

biasa. “Jadi excited melihat

tempatnya. Jadi serulah. Pas

diving masuk ke laut ternyata

bisa melihat macam-macam ikan

dan karang,” katanya.

Olahraga selam terkait erat

dengan aspek safety, sehingga

tidak sembarang orang dapat

melakukannya. Hanya yang

telah memiliki sertifikat yang

boleh menyelam. Imam sudah

mengantungi sertifikat tersebut

setahun lampau. Sertifikasi

pertama di kolam renang

dahulu selama dua hari untuk

mempelajari teori dan praktik dan

lain-lain. Setelah itu, ujiannya

dilakukan di di Kepulauan Seribu.

Ada sekitar 30 hal yang harus

diujikan pada peserta.

“Ada tantangannya pasti karena

menyelam tidak mudah. Kami diuji

berbagai macam, ada latihan-

latihan harus membuka alat ini,

pindahkan ini, dan sebagainya.

Banyak yang harus dilatih

tentang cara menggunakan alat

di dalam air dan itu perlu waktu.

Nah, di situ orang bisa maju

atau bisa mundur.Ternyata tidak

bisa semua bisa jadi penyelam,

banyak peserta yang mundur,”

katanya.

yang harus dikeluarkan untuk

transportasi, akomodasi, dan

lain-lain lumayan mahal.

Biaya perjalanan, kata Imam,

akan bergantung pada lokasi

penyelaman yang dituju. Seingat

dia, untuk menyelam di Parigi,

per orang menghabiskan

anggaran sekitar Rp10 juta,

termasuk biaya pesawat,

penginapan, makan, serta sewa

alat dan kapal. “Biasanya tiga

hari ada di sana. Sehari tiga

kali diving yakni pagi, siang,

dan sore. Kerjaannya cuman

gitu saja, diving terus makan.

Malamnya udah harus tidur

karena paginya diving lagi.

Karena lokasinya di pelosok

pesawat televisi pun tidak ada,”

tuturnya.

Paling enak, menurut Imam,

menyelam saat pagi karena

badan masih segar. Penyelaman

waktu siang biasanya kondisi

badan sudah mulai capek

meskipun sudah beristirahat

dalam durasi yang telah

ditentukan. “Kalau pagi kondisi

lautnya juga masih enak.

Penyelaman sore yang bahaya

karena kondisi tubuh kadang

sudah lelah,” tuturnya.

Biaya yang harus dikeluarkan

penyelam biasanya bertambah

apabila mereka berniat membeli

peralatan sendiri. Puluhan juta

harus dikeluarkan untuk membeli

alat. Alat yang dibeli tak mesti

baru, bisa juga yang seken

asal kualitasnya masih bagus.

Standarnya yang dimiliki oleh

penyelam minimal boots, find,

dan master. Kemudian sarung

tangan agar tidak tergores

karang yang tajam serta alat

untuk mengukur tekanan

kedalaman. Kadang, terutama

penyelam pemula, cukup

menyewa alat saja, dengan risiko

alat-alat tersebut tidak terlau pas

di badan. “Tergantung budget

masing-masing. Yang sudah

punya alat yang disewa biasanya

cuma tabung untuk penahan

udaranya. Kalau mau punya

sendiri budgetnya banyak karena

biasanya merembet hingga

kamera underwater-nya, dan

sebagainya,” kata dia.

Menyelam membutuhkan

persiapan fisik dan mental. Yang

jelas, ungkap Imam, kondisi

tubuh harus bugar, terutama

tidak boleh sedang sakit flu.

Batuk asal tidak parah masih

diizinkan. Sebelum terjun ke

laut, latihan dulu di kolam

renang supaya tidak salah

dalam menangani berbagai

peralatan saat turun atau

naik ke permukaan air. “Untuk

menstabilkan ke kedalaman laut

sekalian main nafas,” katanya.

Sekali menyelam maksimal

45 menit. Habiskan tabungnya

setelah itu harus istirahat dahulu

di atas. Konsumsi oksigen tiap

penyelam berbeda-beda. Orang

yang panikan atau perokok

cenderung boros oksigen.

Setelah diving jangan langsung

naik pesawat dan penyelam arus

istirahat sekitar sehari.

Imam mengungkapkan modal

pertama bagi seorang penyelam

adalah berani dan tenang. Ada

yang tidak bisa berenang tetapi

bisa diving. “Karena kan harus

nyelam bukan berenang. Kalau

orang mau berenang harus di

HOBI

54

atas, menyelam justru mesti

tenggelem. Saya beberapa kali

susah tenggelam, makanya pakai

besi. Ada yang memakai 7 kg

atau 4 kg di pinggangnya supaya

turun karena kalau di laut badan

ini sebenarnya mengambang,”

jelasnya.

Menyelam yang mengasyikan

itu di open water. Namun, bagi

para pemula harus diperhatikan

maksimal menyelaman pada

kedalaman 20 meter. Jika

penyelam sudah ada di bawah,

mereka tidak boleh langsung naik

karena akan membahayakan

penyelam. Misalkan mau naik

dari kedalaman 5 meter harus

berhenti dulu di posisi 3 meter.

“Terakhir saya sempat menyelam

di kedalaman 30 meter. Paling

bahaya itu arus laut. Saya pernah

terbawa arus pas mau mengejar

kumpulan ikan. Untung diangkat

dan master-nya di tahan. Tetap

ada yang harus mendampingi

dan harus orang lokal karena

dia yang mengetahui daerah

mana yang aman. Biasanya satu

pendamping meng-handle 4

orang,” ungkapnya.

Selain ancaman arus laut,

penyelam juga kerap mengalami

keram. Biasanya ini terjadi karena

berbagai faktor. Misalnya sepatu

boots yang kekecilan sehingga

kaki tidak nyaman. “Pas terkena

air ngelengkung ngelengkung.

Akhirnya ganti beli lagi yang agak

longgar,” kata Imam.

Dia mengaku merasakan

berbagai sensasi saat menyelam.

Pemandangan bawah laut

sangat elok. Pemandangan

itu tidak bisa didapatkan

lewat kegiatan snorkling yang

kedalamannya hanya satu meter.

“Bila kedalamannya mencapai

20 meter bisa ditemui bagian

jurang yang situasinya terasa

mengerikan karena gelap dan

dingin. Kadang tak terasa gerakan

makin cepet supaya buru-buru

sampai spot yang dituju,” kata pria

yang hobi ngegym itu.

Imam dan anggota klub diving

PHE berencana menyelam di

perairan Alor, Nusa Tenggara

Timur, pada awal tahun depan.

Beberapa teman ada juga yang

mengajak ke Kepulauan Seribu.

Gagasan itu banyak ditentang

karena pemandangan di Pulau

Seribu tidak terlalu bagus akibat

karangnya banyak yang rusak.

Dia belum berencana untuk

menjajal spot penyelaman di luar

negeri. “Di Indonesia juga udah

banyak spot yang paling bagus,”

kilahnya.

55

1. matahari Tulamben dive CenterMatahari Tulamben menyediakan tempat latihan diving bagi pemula maupun profesional. Lokasinya di Jl. Kubu-Abang, Tulamben, Kubu, Kabupaten Karangasem, Bali. Kamu bisa ikut kelas introductory scuba diving. Sebelum masuk ke sesi meyelam di Coral Garden, akan ada pelatihan singkat dari Divemaster. Pelatihan singkat ini dilakukan di kolam biasa. Untuk 1 sesi latihan, dikenakan biaya Rp550-800 ribu. Kalau memilih paket kedua, bisa merasakan menyelam di dua tempat yaitu Coral Garden dan USAT Liberty Wreck.

2. Flying Fish JakartaBeralamat di Jalan MT Haryono, Jakarta Selatan. Dengan mengikuti dive course di sini, peserta akan mendapatkan pelatihan lengkap, mulai dari teori di kelas, teori di kolam renang, hingga latihan terjun langsung ke laut.

3. Belajar diving dot Com, Bunaken-BaliBerlokasi di Bunaken dan Bali. Mereka memilih Bunaken dan Bali karena dua tempat ini memiliki kondisi koral yang masih alami. Operator ini membuka pendaftaran melalui internet di websitenya yang sama seperti namanya, yaitu belajardiving.com. Selain akan dibimbing oleh para profesional, peserta akan mendapatkan fasilitas lain seperti penginapan di pinggir pantai sehingga memudahkan saat proses pelatihan. Selain itu, peserta akan masuk dalam komunitas alumni sehingga bisa ikut dalam tour diving yang digelar oleh komunitas alumni Belajar Diving Dot Com.

4. manta dive, LombokBerada di daerah Gili Trawangan dan Gili Air Lombok. Untuk Kamu yang masih pemula, pilih kelas Open water dengan rate harga sekitar Rp3,5 juta.

5. Lautan mas, JakartaLautan Mas yang ada di Jl Toko Tiga No 24, Jakarta Barat. Dengan memberikan tiga jenis paket pilihan, Anda sudah bisa mengikuti latihan untuk mendapatkan lisensi menyelam. Dive operator ini menyediakan 3 paket yang bisa dipilih sesuai kebutuhan. Dari ketiga paket yang ditawarkan, peserta bisa mengikuti tiga kelas kursus, yaitu kelas teori kolam, sesi kolam dan kelas open water selama 2 hari 1 malam di pulau. Paket private bisa membayar biaya pendaftaran Rp 5 juta, sedangkan reguler adalah Rp 2,75 juta. Semua harga ini belum termasuk biaya trip ke pulau.

Sumber: dari berbagai sumber

Tertarik mau belajar diving? Bisa datang ke lokasi ini:

Foto

: Dok

. PH

E

dijuluki sebagai “Hongkong van

Andalas”.

Ekosistem Pulau Tilan sangat

khas. Deretan pepohonan

hijau berbaris di sisi sungai.

Sementara agak ke tengah

pulau yang luasnya mencapai

500 hektare (ha) tersebut

terdapat padang rumput luas

yang ditumbuhi berbagai flora

khas Sumatera. Kelompok

burung Bangau Putih sering

Datanglah ke Pulau Tilan

sore hari. Anda akan

melihat sketsa alam

yang memukau. Menjelang

matahari terbenam atau di waktu

malam, temaram lampu rumah

yang berada di bibir sungai

berkerlap-kerlip, memantul di

permukaan sungai. Seperti

sekumpulan kunang-kunang.

Pulau Tilan memang berada

di tengah Sungai Rokan, yang

LEISURE

berair tenang. Letaknya sekitar

21 kilometer (km) dari Ujung

Tanjung, Kecamatan Tanah

Putih, ke arah Desa Rantau

Bais, Kabupaten Rokan Hilir.

Jika Anda merasa asing dengan

Rokan Hilir, barangkali cukup

familiar dengan nama kota

Bagansiapiapi. Nah, itu adalah

ibukota Kabupaten Rokan

Hilir. Pada masa kejayaannya

dulu, Bagansiapiapi di muara

Sungai Rokan itu pernah

WISATA PULAU TILAN,RAYUAN DARI SUNGAI ROKAN

56

Foto

: Dok

. PH

E

Bleeker 1850). Jenis ikan ini

banyak ditemukan di kawasan

Asia seperti Kamboja, Malaysia,

Thailand maupun Vietnam. Di

Indonesia, ikan Tilan hidup di

Kalimantan dan Sumatera, Jawa,

dan pulau lainnya. Sebuah patung

ikan Tilan pun dibangun di Pulau

Tilan yang memberikan wawasan

pengetahuan bagi pengunjung.

Menurut The IUCN (International

Union for Conservation of

Nature) Red List of Threatened

Species populasi ikan ini semakin

menurun, terutama di Thailand

karena penangkapan oleh para

nelayan. IUCN mengeluarkan

peringatan tindakan konservasi

atas spesies ini berupa

monitoring perkembangan habitat

dan populasinya.

Untuk sampai ke Pulau Tilan

pengunjung mesti menggunakan

sampan. Aparat di Desa Rantau

Bais sudah menyediakan perahu

yang bisa mengangkut 100

orang penumpang menuju pulau

impian. Tak butuh waktu lama

untuk menyeberangi sungai

hinggap di padang itu. Terdapat

pula gerombolan Monyet Ekor

Panjang (Macaca fascicularis),

kerbau, dan jenis binatang lain.

Maka, cukup beralasan apabila

Pemerintah Kabupaten Rokan

Hilir begitu semangat mendorong

pulau ini untuk menjadi salah

satu destinasi wisata lokal.

Menurut hikayat pulau ini

terbentuk dari liukan ikan Tilan

(Mastacembelus erythrotaenia,

57

Rokan, cukup beberapa menit

saja dengan mengayuh sampan

dengan menggunakan dayung.

Bersampan mengelilingi pulau

yang luasnya lebih kurang 5 km

persegi itu hanya butuh waktu

kurang dari satu jam.

Seiring dengan banyaknya

wisatawan yang berkunjung,

pemuda setempat juga

menyediakan motor sewaan bagi

yang tidak kuat berjalan kaki

untuk menikmati pulau dengan

hutan yang masih asri yang hidup

ratusan satwa yang dilindungi.

Bagi wisatawan yang malas

berjalan-jalan, bisa berleha-leha

di pesanggarahan dan gazebo.

Keberadaan Pulau Tilan

memperkuat pengembangan

Desa Rantau Bais sebagai desa

wisata. Desa ini menawarkan

cita rasa alami perdesaan yang

asri, belum banyak terpengaruh

budaya asing. Rumah-rumah

tua di Rantau Bais memantulkan

ciri khas arsitektur Melayu yang

kaya dengan ukiran kayu.

Pemerintah dan masyarakat

setempat tidak setengah hati

membangun sektor pariwisata di

sana. Selain fasilitas dermaga,

perahu penyeberangan

maupun perahu memancing,

pesanggrahan dan gazebo, Pulau

Tilan dilengkapi jembatan apung

dan taman bermain. Bahkan

untuk merayu para wisatawan,

digelar agenda wisata tahunan

Festival Pulau Tilan. Pada tahun

ini merupakan gelaran yang

kelima, dilaksanakan pada awal

Mei 2018.

Festival ini dilaksanakan oleh

Masyarakat Desa Rantau Bais

dengan membentuk panitia dari

kalangan mereka sendiri. Ribuan

pengunjung mendatangi festival

itu, yang berisi berbagai agenda

seperti lomba pacu sampan,

lomba mancing, lomba motor

cross, lomba rebana dan pentas

musik yang menghadirkan artis

Ibu Kota. “Dahulunya kondisi

Pulau Tilan masih sepi, sangat

jarang masyarakat yang mau

berkunjung ke tempat ini. Tapi

dengan adanya Festival Pulau

Tilan, kampung kami menjadi Foto

: Dok

. PH

E

LEISURE

58

dikenal masyarakat luar,” tutur

Plt. Bupati Rokan Hilir, Jamiludin,

saat menutup festival Sabtu

(5/5/2018).

Masyarakat pemilik lahan di

kawasan Pulau Tilan, didorong

bersinergi dengan DPRD,

Pemerintah Kabupaten,

Pemerintah Provinsi dan

Pemerintah Pusat untuk

bersama-sama memajukan objek

wisata alam Pulau Tilan sehingga

bisa mendunia seperti Festival

Bakar Tongkang yang telah

tercantum dalam 100 kalender

event nasional.

Pertamina Hulu Energi Siak (PHE

Siak) yang mengoperasikan

Lapangan Batang, turut

membantu pengembangan Pulau

Tilan. Perusahaan melakukan

restocking bibit ikan Baung

di perairan Sungai Rokan,

Kepenghuluan Rantau Bais.

Sebanyak 58.500 bibit ikan

Baung ditebar di sungai Rokan

dan sebagian lagi dikembangkan

di keramba apung yang

sekaligus dimanfatkan menjadi

jembatan untuk penyeberangan

masyarakat ke Pulau Tilan.

Pejabat Penghulu Kepenghuluan

Rantau Bais, Aljuflizar,

menyampaikan bahwa tantangan

terberat dalam program ini

adalah penyediaan pakan harian.

PHE Siak turut andil dengan

menyumbangkan 500 kg pakan

ikan.

Untuk mendukung Festival Pulau

Tilan, PHE Siak menyerahkan 2

buah unit ponton berukuran 4,5

x 2 m untuk menambah armada

transportasi pengangkutan

wisatawan. Aljufrizal berharap

festival ini dapat mendorong Pulau

Tilan lebih diminati wisatawan

lokal dan menjadikan Desa

Rantau Bais menjadi Desa Wisata

berbasis budaya berwawasan

lingkungan, religius, mandiri

serta meningkatkan kesejahraan

masyarakat yang berjumlah

sekitar 14.000 jiwa itu.

59

LENSA

60

GUnUnG PrAU, Wonosobo, Jawa tengah, kamera Sony DSC

RX100 Karya Shofi.Komentar ahli: Pemilihan waktu pemotretan sudah tepat dengan komposisi cukup bagus.

Teruslah mencoba.

Ruang diskusi fotografi di lingkungan PHE. Karya foto yang dimuat akan diulas

secara fotografi, mulai dari angle, komposisi hingga focus of interest.

Foto-foto yang diterima Energia PHE akan diulas. Karya foto dikirimkan ke: [email protected]

Untuk edisi kali ini telah terpilih 4 foto yang telah diulas oleh

Pewarta Foto Tatan Agus Rst.

PAnGKAlAn BrAnDAn, Samsung S6 Flat, karya Alfila Maulana.Komentar ahli: Pemilihan angle foto akan lebih bagus jika dengan ekspresi dan komposisi. Lebih sabar lagi dan jeli melihat sudut pandang.

Teruslah mencoba.

Foto

: Dok

. Prib

adi

61

YoUnG & FrEE, nusa Penida, Bali. Fuji Film X-A3, karya Ali Fahmi.Komentar ahli: Karya foto ini akan lebih bagus jika elemen yang akan ditampilkan dipilih, sehingga tercipta fokus.

Teruslah mencoba.

SEnJA DI PAntAI lHoKSEUDE, Aceh Besar. Samsung Note 8, karya Teuku Arief Majid.

Komentar ahli: Lebih berani memilih objek yang akan masuk ke frame, karena foto yang baik memiliki 1 focus of interest.

Pada foto ini, terdapat 3 yang berdiri sendiri yaitu bagian bawah (Lahan parkir), bagian tengah (rumah, jembatan dan siluet orang) dan bagian atas (gunung dan langit).

Foto akan lebih baik jika komposisi lebih diperhatikan, mana yang diberikan ruang lebih lebar dan mana yang sedikit.

Teruslah mencoba.

LOCAL HERO

Rumah GaRam akan menjaDi SOLUSI PEREKONOMIAN JANGKA PANJANG

AHMAD SUKRI:

Pada 6 Oktober

2018 lalu, puluhan

warga Banyusangka

berkumpul di depan rumah

garam (Salt House) yang

berada di bibir pantai desa

tersebut. Abdul Syukur, Kepala

desa Banyusangka sengaja

mengundang sebagian warganya

untuk melihat secara langsung

hasil panen garam perdana

dengan menggunakan metode

rumah garam.

“Selain untuk melihat hasil

panen garam, sekaligus juga

acara makan makan sebagai

rasa syukur atas panen garam

pertama dengan metode

modern,” demikian dijelaskan

Abdul Syukur.

Suami dari Hj. Bariroh ini

sengaja mengundang warga

Banyusangka, karena sebagian

besar masyarakat di wilayah

tersebut skeptis dan tidak

percaya proses produksi

garam dengan menggunakan

metode yang tidak lazim bagi

masyarakat setempat. Program

rumah garam merupakan

sebuah kegiatan pengembangan

ekonomi masyarakat yang

diinisiasi oleh PT Pertamina

Hulu Energi West Madura

Offshore (PHE WMO).

Menurut Ahmad Sukri, salah

seorang warga Banyusangka

yang antusias sejak awal

program ini diluncurkan,

62

Foto

: Dok

. PH

E

kok pasir. Makanya banyak yang

pesimis,” cerita Sukri lagi.

Meski banyak yang tidak yakin

dengan metode yang sama

sekali baru bagi kebanyakan

petani garam di sana, Sukri

tak patah arang. Dibantu tiga

orang temannya, ia memutuskan

untuk mencoba cara yang baru

dipelajarinya itu. Setidaknya,

sebagai proyek percontohan.

Ia berharap, setelah hasil yang

didapatkan lebih baik dari cara

tradisional, ia yakin, masyarakat

akan memilih cara yang lebih

baik, efisien dan ekonomis.

“Masyarakat sebenarnya cukup

antusias, tetapi mereka masih

melihat dulu, hasilnya. Mungkin

kalau hasilnya bagus, mereka

akan beralih,” terang dia.

Tantangan pertama yang

dihadapinya adalah menentukan

lokasi lahan yang pas untuk

mendapatkan akses air laut dan

tentunya kesediaan pemilik lahan

untuk didirikan bangunan diatas

tanahnya. Beruntung, program

rumah garam ini mendapatkan

difasilitasi PHE WMO, pria yang

sudah lebih 6 tahun menjadi

petani garam ini mencoba

membandingkan produksi garam

tradisional dan metode rumah

garam.

Beberapa keuntungan

menggunakan metode rumah

garam ini menurutnya, produksi

garam tetap akan berjalan dan

tidak terganggu oleh musim

hujan. Proses produksinya lebih

mudah, menggunakan saluran

air dan langsung diarahkan

ke meja produksi. Keunggulan

lainnya, kalau sudah berjalan,

tenaga kerja yang dibutuhkan

tidak banyak. Satu orang

saja sebenarnya sudah bisa.

Kemudian biasanya, dasar

air laut yang dijadikan adalah

lumpur. Tetapi dengan rumah

garam, air laut dengan dasar

pasir pun masih bisa digunakan.

“Mungkin ini juga yang buat

sebagian besar petani di

Banyusangka tidak terlalu

yakin dengan produksi garam

menggunakan rumah garam.

Biasanya sih yang lumpur. Ini

Kehadiran rumah garam

sebenarnya merupakan respon

PHE WMO atas keluhan

sebagian besar petani garam di

Banyusangka, terkait produksi

garam yang menurun terutama

saat musim penghujan.

“Ketika PHE melakukan studi

sosial di sini, mereka mendapati

keluhan petani soal produksi

garam terutama saat musim

hujan,” demikian cerita Sukri

tentang latar belakang rumah

garam tersebut.

Untuk mengatasi persoalan

produksi garam tersebut, PHE

WMO menjalin kerja sama

dengan Jurusan Agribisnis,

Fakultas Pertanian Universitas

Trunojoyo Madura (UTM). Kerja

sama tersebut terkait teknologi

untuk mengatasi persoalan

produksi petani garam di

Banyusangka. Petani kemudian

diajak melakukan kunjungan ke

sentra produksi garam yang

dikelola swasta di Kabupaten

Pamekasan, Madura. Dari

hasil kunjungan tersebut, salah

satu solusi yang dilakukan

untuk mengatasi anjloknya

produksi garam adalah dengan

menggunakan metode rumah

garam.

Sukri mengikuti sejak awal,

kegiatan pelatihan dan

pembinaan yang dilakukan oleh

PHE WMO dan UTM. Melalui

kunjungan dan pelatihan yang

63

dukungan penuh dari H.

Abdul Syukur, Kepala Desa

Banyusangka. Dukungan penuh

terhadap program ini, dibuktikan

dengan merelakan lahan miliknya

seluas 7x25 meter dijadikan

sebagai proyek percontohan

rumah garam.

Sukri mengakui keterlibatan

Sang Kepala Desa dalam

program rumah garam. Sang

Kepala Desa lah yang menjadi

fasilitator sehingga ia bisa masuk

dalam program yang diinisiasi

oleh PHW WMO dan kerja sama

dengan UTM.

“Khususnya untuk program

rumah garam ini Bapak Kepala

Desa lah yang mengawinkan

saya dengan PHE WMO dan

pihak UTM,” jelas pria kelahiran

14 Mei 1981 ini lagi.

PHE WMO MENJADI BAGIAN DARI MASYARAKAT Sebenarnya, lanjut dia lagi, PHE

WMO sudah menjadi bagian

yang tidak terpisahkan dari

masyarakat Banyusangka. PHE

WMO sudah sering memberikan

bantuan kepada masyarakat

Banyusangka dalam banyak

program lainnya. Program rumah

garam ini semakin meneguhkan

kontribusi nyata bagi masyarakat

di pesisir Bangkalan ini.

Menurut H. Abdul Syukur, setiap

tahun PHE WMO memberikan

bantuan rutin berupa alat

tangkap ikan dan Cold Storage

untuk menyimpan ikan hasil

tangkapan nelayan. Selain itu

juga sudah dibangun jaringan

air bersih, penataan areal

Tempat Pelelangan Ikan juga

penghijauan dan perapihan desa.

“Untuk tahun ini (2018), ada

bantuan untuk pengembangan

fasilitas air bersih serta

pelatihan manajemen kelompok

pengelola air bersih,” demikian

cerita Sang kepala desa tentang

kontribusi yang diberikan PHE

WMO kepada masyarakat

Banyusangka.

Rumah garam ini merupakan

salah satu dari beberapa

program yang dilakukan PHE

WMO di tahun 2018. Abdul

Syukur yang pada era 80-an juga

pernah menjadi petani garam

ini berharap, program rumah

garam ini bisa menjadi solusi

perekonomian berkelanjutan

bagi masyarakat Banyusangka.

Karena harus diakui, hasil

tangkapan ikan nelayan

juga tidak bisa diprediksi

dan cenderung mengalami

penurunan. Pun demikian

dengan pola bertani garam

tradisional, seringkali

terkendala cuaca.

“Rumah garam

ini akan

menjadi solusi

perekonomian

jangka panjang

masyarakat Banyusangka, Insya

Allah,” ujar dia.

Hal senada juga disampaikan

Ahmad Sukri. Satu hal

yang membuat anak muda

Banyusangka ini terlibat secara

aktif dan antusias dalam program

rumah garam ini karena ia

melihat program rumah garam

ini, ada secercah harapan dan

akan menjadi cahaya yang besar

di masa yang akan datang.

Optimisme inilah yang membuat

pria yang sudah 6 tahun lebih

menjadi petani garam dengan

pola tradisional bergabung dan

menjadi pionir dalam program

rumah garam yang diinisiasi

oleh PHE WMO. Bantuan yang

diberikan PHE WMO untuk

program rumah garam ini adalah

satu unit rumah garam dengan

10 meja jadi (lahan penuaan air

garam).

HASIL AWAL YANG BAIKSebagai orang yang sudah

cukup lama berkecimpung

menjadi petani garam,

Sukri cukup paham betul

soal produksi garam.

Karena itu, ketika melihat

proses rumah garam

saat kunjungan awal,

ia yakin bisa

menerapkan di

kampungnya.

Betul saja, tidak

ada kesulitan

berarti yang

dihadapinya.

Foto

: Dok

. PH

E

LOCAL HERO

64

H. AbDUl SYUKUR, Kepala Desa Banyusangka

Sama seperti di tambak garam

tradisional, yang dilakukan Sukri

dan rekannya adalah mengisi

meja jadi dengan air tua hingga

air tua menjadi 17-25 BE (satuan

pengukuran kadar garam).

Hanya saja, di rumah garam, air

menggunakan saluran. Kemudian

posisi 10 meja, di susun seperti

undakan. Meja pertama lebih

tinggi dari meja kedua, meja

kedua lebih tinggi dari meja

ketiga dan seterusnya sampai

meja 10. Dengan pola seperti ini

akan memudahkan sistem kerja.

Keunggulan lainnya, dengan

metode rumah garam ini, waktu

yang dibutuhkan lebih cepat

dibandingkan metode tradisional.

Metode tradisional lebih lama,

karena sangat tergantung

pada iklim dan kondisi cuaca.

Sementara dengan metode

rumah garam, sepanjang waktu

bisa diproduksi.

“Mungkin yang lebih berat itu di

produksi pertama, selanjutnya

sudah lebih mudah dan lebih

cepat,” terangnya.

Ia menceritakan, produksi

pertama rumah garam di

Banyusangka yang dilakukan

pada 6 Oktober 2018 lalu,

merupakan hasil dari proses

penuaan selama 21 hari

sebelumnya. Dari lahan yang

tidak terlalu luas itu, hasil

perdana sebanyak 1,5 ton.

Hasil ini jauh lebih baik

dibandingkan dengan pola

tradisional untuk lahan yang

sama. Ia membandingkan,

untuk memperoleh hasil 1,5

ton di lahan 7x25 meter,

petani garam tradisional harus

sedikitnya melakukan 4 kali

produksi.

Jika pada produksi pertama

membutuhkan waktu penuaan

selama 21 hari, produksi

selanjutnya membutuhkan waktu

sekitar 6 hari saja. Hal ini karena

pada produksi pertama ada

sisa air limbah yang membantu

proses penuaan lebih cepat.

Memang dibandingkan tahap

awal, produksi selanjutnya juga

lebih kecil. Jika produksi pertama

mencapai 1,5 ton

produksi berikutnya

berkisar antara 700-

800 kuintal. Tetapi

jumlah ini masih lebih

besar dibandingkan

dengan menggunakan

pola tradisional. Waktu

lebih pendek, hasil

lebih baik.

Maka tak berlebihan, ketika

produksi perdana, banyak

masyarakat yang berdecak

kagum. Dulu mereka pesimis,

kini sudah banyak yang tertarik.

Karena itulah pada produksi

perdana, Abdul Syukur sengaja

mengundang warga untuk

melihat langsung, hasil dari

rumah garam tersebut.

“Produksi pertama dan kedua

tidak kita jual. Kita simpan saja

dulu. Nanti produksi ketiga baru

dijual,” demikian disampaikan

Abdul Syukur yang diamini

Ahmad Sukri.

Masyarakat kini sudah banyak

yang tertarik bertani garam ala

rumah garam. Ahmad Syukri

tersenyum bahagia. Pilihannya

untuk mengembangkan garam

dengan pola rumah garam bisa

memberikan hasil yang lebih

baik. Panen perdana semakin

meneguhkan niatnya untuk terus

mengembangkan perekonomian

melalui rumah garam. Tanpa

harus khawatir akan iklim dan

cuaca.

65

Dua penghargaan diraih Joint

Operating Body Pertamina–

Medco E&P Tomori Sulawesi

(JOB Tomori) pada acara

penganugerahan Indonesia

Sustainable Development Award

(ISDA) 2018. ISDA 2018 digelar

di Hotel JS Luwansa Kuningan,

Jakarta, Kamis (6/9).

Acara yang dibuka Menteri

PPN/Bappenas Bambang

Brodjonegoro dihadiri

56 perusahaan dan

mempertandingkan lebih dari

200 program Corporate Social

Responsibility (CSR).

JOB Tomori, Kontraktor Kontrak

Kerja Kerja Sama (KKKS)

PERISTIWA

dibawah pengelolaan dan

pengawasan Satuan Kerja

Khusus Pelaksana Kegiatan

Usaha Hulu Minyak dan Gas

Bumi (SKK Migas), berhasil

memperoleh prestasi tertinggi,

Platinum, untuk pencapaian

SDGs Nomor 8 yaitu pekerjaan

layak dan pertumbuhan ekonomi.

JOB Tomori memajukan program

pengembangan UMKM berbasis

tanaman obat yang berada di

Desa Sinorang, Kabupaten

Banggai, Sulawesi Tengah.

Tidak hanya itu, JOB Tomori

juga menyabet Silver untuk

pencapaian SDGs Nomor 4,

yaitu pendidikan berkualitas

melalui program rumah

pemberdayaan ibu dan anak

yang telah dimplementasikan di

kawasan pesisir Pantai Sinorang

dengan melibatkan anak-anak

dan ibu-ibu di Pantai Sinorang,

Kabupaten Banggai untuk

berbuat aktif dalam peningkatan

literasi.

ISDA 2018 yang diselenggarakan

oleh Corporate Forum for

Community Development

(CFCD) merupakan forum

independen yang dibentuk

sebagai wadah para pelaku

CSR dan pegiat pemberdayaan

masyarakat. Kegiatan tersebut

juga didukung oleh Kementerian

Perencanaan Pembangunan

Nasional (PPN)/Bapennas serta

Badan Standarisasi Nasional

(BSN) untuk melakukan penilaian

pada pencapaian program CSR

yang telah berhasil membawa

dampak perubahan signifikan

pada masyarakat dan turut

mendukung pencapaian

Sustainable Development

Goals.

Chandra Budi Tupamahu,

Business Support Senior

Manager JOB Tomori,

mengatakan JOB Tomori dalam

melaksanakan program-program

CSR selalu diupayakan untuk

mencapai tujuan-tujuan SDGs

dan berdampak nyata pada

masyarakat di sekitar wilayah

operasi yang juga sesuai dengan

visi dan misi tanggung jawab

sosial dan lingkungan JOB

Tomori.

“Kami mengucapkan terima

kasih kepada seluruh pihak yang

turut membantu pencapaian

program, khususnya kepada

tim community development,

pemerintah daerah serta

masyarakat binaan JOB Tomori

di Kabupaten Banggai dan

Kabupaten Morowali Utara,” kata

Chandra.

66

Program Community Development JOb Tomori Raih Platinum di ISDA 2018

Foto

: Dok

. PH

E

67

PHE Salurkan bantuan untuk Korban bencana Alam di Palu dan Donggala

PT Pertamina Hulu Energi

(PHE) menyalurkan

bantuan senilai lebih dari

Rp200 juta untuk penyaluran

bantuan perdana bagi korban

bencana alam gempa bumi

dan tsunami di Kota Palu dan

Donggala, Sulawesi. Bantuan

tersebut didapat dari dana yang

dikumpulkan pekerja PHE yang

bersama-sama mengusung

program bantuan kemanusiaan

untuk korban bencana.

“Bagi PHE, kegiatan ini

merupakan bagian dari program

“PHE Peduli”, sebuah program

regular kami di bidang Corporate

Social Responsibility atau CSR

berupa bantuan kemanusiaan,

dan juga tindak lanjut dari

kucuran dana yang dikumpulkan

dari para pekerja PHE,” ujar

Huddie Dewanto, Pelaksana

Tugas Harian Direktur Utama

PHE di sela-sela pemberian

simbolis bantuan di Hanggar

Lapangan Udara Pondok Cabe,

Tangerang, Banten, Selasa

(2/10).

Secara simbolis PHE

menyalurkan bantuan langsung

melalui kerja sama dengan

Pelita Air Service (PAS) ke lokasi

musibah di Palu dan Donggala.

Bantuan diberikan Huddie

kepada Dani Andriananta,

Direktur Utama PAS. Penyaluran

bantuan melalui PAS juga

merupakan salah satu bentuk

sinergi antar anak perusahaan

di bawah naungan PT Pertamina

(Persero).

Bantuan yang diberikan berupa

barang-barang kebutuhan pokok

bagi warga terdampak musibah,

berupa, beras, mie instan, air

minum, popok bayi, pembalut

wanita, peralatan mandi, serta

kebutuhan pokok lainnya.

“Bantuan ini akan terus digulirkan.

PHE saat ini juga tengah

mempersiapkan bantuan lanjutan

yang akan kembali disalurkan

melalui PAS,” kata Huddie.

Kota Palu, Sigi, Donggala dan

sekitarnya luluh lantak akibat

gempa bumi dan tsunami,

Jumat (28/9). Badan Nasional

Penanggulangan Bencana

(BNPB) mencatat hingga Rabu

(10/10), korban jiwa akibat gempa

bumi dan tsunami di Donggala,

Palu, Sigi, Pasang Kayu dan

Moutoung, Sulawesi Tengah

mencapai 2.045 orang.

PERISTIWA

68

PHE ONWJ Pertahankan PEEN Subroto Award Tiga Tahun berturut-turut

PT Pertamina Hulu Energi

Offshore North West Java

(PHE ONWJ) kembali meraih

Penghargaan Efisiensi Energi

Nasional Subroto Award 2018

untuk kategori inovasi khusus

manajemen energi di industri

skala besar. Penghargaan

tersebut berhasil dipertahankan

dalam tiga tahun terakhir sejak

2016. PHE ONWJ membuktikan

diri dapat tetap berinovasi di

tengah skema gross split.

Ignasius Jonan, Menteri ESDM,

menyerahkan piala PEEN Subroto

Award kepada Siswantoro M.

Prasodjo, General Manager

PHE ONWJ atas keberhasilan

PHE ONWJ melakukan inovasi

efisiensi energi yang berdampak

signifikan terhadap penurunan

konsumsi energi perusahaan

(460.299 GJ), penurunan emisi

(21.933 tCO2e) dan biaya energi

(Rp18 miliar).

Keberhasilan tersebut ditunjang

keunggulan PHE ONWJ

yang telah memiliki Sistem

Manajemen Energi ISO 50001

yang diterapkan sejak 2014.

Sistem tersebut menjadi alat

bantu manajemen yang efektif

untuk memastikan keberlanjutan

dari program-program efisiensi

energi di perusahaan.

Malam penghargaan Subroto

Award merupakan ajang

penghargaan tertinggi untuk insan

pertambangan dan energi di

Indonesia. Penghargaan tersebut

diambil dari nama Profesor

Subroto yang merupakan Menteri

Pertambangan dan Energi

periode 1978-1988 dan Sekretaris

Jenderal OPEC selama enam

tahun.

Subroto menekankan pentingnya

peranan energi dalam

mendukung industrialisasi

yang saat ini telah memasuki

Revolusi Industri 4.0. Sejalan

dengan itu, dia mengusulkan

pentahapan energi nasional

yang dibagi menjadi tiga, yaitu

Revolusi Energi 1.0 minyak dan

gas menjadi sumber pendapatan

negara, Revolusi Energi 2.0

energi sebagai mesin penggerak

pembangunan dan Revolusi

Energi 3.0 zero emission energy

melalui elektrifikasi, renewable

energy dan konservasi energi.

Ignatius Jonan, Menteri ESDM memberikan penghargaan Subroto Award, kepada PHE ONWJ yang diterima oleh general Manager PHE ONWJ, Siswantoro.

Foto

: Dok

: PH

E

Direktur Hulu PT Pertamina (Persero) Dharmawan Samsu memberikan pengarahan dalam townhall meeting di PHE Tower (3/10).

69

Direktur Hulu Pertamina: blok Alih Kelola Tantangan PHE ke Depan

PT Pertamina Hulu Energi

menggelar kegiatan Town Hall

Meeting dengan Direktur Hulu PT

Pertamina (Persero), Dharmawan

Samsu, sebagai salah satu upaya

koordinasi lintas manajemen

dengan para pekerja PHE.

Dharmawan resmi menggantikan

posisi Syamsu Alam, sejak Rabu,

29 Agustus 2018.

Kegiatan yang dilaksanakan

di kantor pusat PHE, Rabu

(3/10) dihadiri para pekerja,

manajemen dan jajaran

direksi PHE, guna mendengar

langsung paparan dan arahan

dari Direktur Hulu Pertamina,

sekaligus menyamakan

persepsi terkait visi dan misi

Direktorat Hulu Pertamina,

dengan nahkoda baru,

Dharmawan Samsu sebagai

Direktur Hulu.

Dharmawan mengatakan

wilayah kerja yang tersebar luas

dari ujung barat hingga timur

Indonesia menjadi salah satu

faktor penting dalam pencapaian

produksi secara holding di

lingkungan Direktorat Hulu

Pertamina, sekaligus menjadi

sorotan banyak pihak, khususnya

para stakeholder.

“PHE telah mengelola blok-

blok baru dari alih kelola yang

diamanatkan pemerintah dengan

kondisi sumur yang telah mature.

Kondisi ini menjadi tantangan

tersendiri yang harus dihadapi dan

disikapi dengan baik oleh seluruh

insan PHE,” kata Dharmawan.

Dalam kesempatan tersebut,

Dharmawan berkesempatan

untuk melakukan rapat

manajemen selama satu hari

penuh dengan seluruh direksi

beserta jajaran manajemen PHE.

Dalam meeting tersebut, para

direksi memberikan paparannya

terkait capaian PHE selama ini,

dan rencana PHE ke depan.

PERISTIWA

70

PT Pertamina Hulu Siak (PHE

Siak) telah menandatangani

Perjanjian Pengalihan dan

Pengelolaan 10% hak partisipasi

(Participating Interest/PI) pada

Wilayah Kerja Siak dengan PT

Riau Petroleum Siak, Selasa (7/8).

PHE Siak Alihkan 10% Hak Partisipasi ke Riau Petroleoum Siak

Ekariza, Direktur Operasi dan

Produksi PHE Siak, mengatakan

PHE Siak mendukung penuh

penyertaan Participating Interest

10% kepada pemerintah daerah.

“Ini diharapkan menjadi awal

yang baik untuk bersama-sama

semakin memajukan industri

migas di Riau, guna mendukung

kebutuhan energi nasional

dan kebutuhan pelaku industri

khususnya yang wilayah kerjanya

yaitu provinsi Riau,” kata Ekariza

saat penandatanganan perjanjian

antara PHE Siak dengan Riau

Petroleum di Balai Pauh Janggi

Gedung Daerah, Pekanbaru, Riau.

Penandatanganan dilakukan

oleh Ekariza dan Suharyanto,

Direktur Utama Riau

Petroleum Siak.

Serta disaksikan

Arsyadjuliandi

Rachman, Gubernur

Riau, Hanif Rusjdi,

Kepala SKK Migas

Perwakilan Sumatera

Bagian Utara dan

Rizaldi Winant, GM

PHE Siak.

Pengalihan 10% PI

Blok Siak merujuk

Peraturan Menteri

Energi dan Sumber

Daya Mineral

(ESDM) Nomor

37 Tahun 2016

tentang Ketentuan

Penawaran

Participating Interest 10% pada

Wilayah Kerja Minyak dan Gas

Bumi. Permen tersebut mengatur

ketentuan bahwa Badan Usaha

Milik Daerah (BUMD) dapat

menjadi mitra pemegang

Participating Interest paling

banyak 10% dalam pengelolaan

wilayah kerja migas yang

berada di wilayah provinsi yang

bersangkutan, yaitu Riau.

Dengan pengalihan PI,

pemerintah daerah memberikan

dukungan penuh terhadap

operasi PHE Siak. Sinergi antara

PHE Siak, BUMD PT Riau

Petroleum Siak serta Pemerintah

Daerah Riau tentu akan

memperlancar kegiatan operasi

di Blok Siak.

VP Relations

BERDIRI untuk NEGERI

Community Involvement & Development

Tata nilai PHE

BangkitkanEnErGI nEGErI

pT pertamina Hulu energiJl. Letjen TB. Simatupang Kav. 99 Jakarta 12520T: +62 21 2954 7000 phe.pertamina.com

6C CLEAN (BERSIH)Dikelola secara profesional, menghindari benturan kepentingan, tidak menoleransi suap, menjunjung tinggi kepercayaan dan integritas. Berpedoman pada asas-asas tata kelola korporasi yang baik.

COMPETITIVE (KOMPETITIF)Mampu berkompetisi dalam skala regional maupun internasional, mendorong pertumbuhan melalui investasi, membangun budaya sadar biaya dan menghargai kinerja.

CONFIDENT (PERCAYA DIRI)Berperan dalam pembangunan ekonomi nasional, menjadi pelopor dalam reformasi BUMN, dan membangun kebanggaan bangsa.

CUSTOMER FOCUS (FOKUS PADA PELANGGAN)Berorientasi pada kepentingan pelanggan, dan berkomitmen untuk memberikan pelayanan terbaik kepada pelanggan.

COMMERCIAL (KOMERSIL)Menciptakan nilai tambah dengan orientasi komersial, mengambil keputusan berdasarkan prinsip-prinsip bisnis yang sehat.

CAPABLE (BERKEMAMPUAN)Dikelola oleh pemimpin dan pekerja yang professional dan memiliki talenta dan penguasaan teknis tinggi, berkomitmen dalam membangun riset dan pengembangan.