Persyaratan preparasi

14
Persyaratan preparasi 1. Kemiringan dinding-dinding aksial Preparasi dinding aksial yang saling sejajar terhadap poros gigi sulit untuk menentukan arah pemasangan. Disamping itu, semen juga sulit keluar dari tepi retainer sehingga jembatan tidak bisa duduk sempurna pada tempatnya. Untuk itu, dibuat kemiringan yang sedikit konus ke arah oklusal. Craige (1978) mengatakan bahwa kemiringan dinding aksial optimal berkisar 10-15 derajat. Sementara menurut Martanto (1981), menyatakan bahwa kemiringan maksimum dinding aksial preparasi 7 derajat. Sedangkan Prayitno HR (1991) memandang kemiiringan dinding aksial preparasi 5-6 derajat sebagai kemiringan yang paling ideal. Kemiringan yang lebih kecil sulit diperoleh karena dapat menyebabkan daerah gerong yang tidak terlihat dan menyebabkan retainer tidak merapat ke permukaan gigi. Retensi sangat berkurang jika derajat kemiringan dinding aksial preparasi meningkat. Kegagalan pembuatan jembatan akibat hilangnya retensi sering terjadi bila kemiringan dinding aksial preparasi melebihi 30 derajat. Preparasi gigi yang terlalu konus mengakibatkan terlalu banyak jaringan gigi yang dibuang sehingga dapat menyebabkan terganggunya vitalitas pulpa seperti hipersensitifitas, pulpitis, dan bahkan nekrose pulpa. Kebanyakan literatur mengatakan kemiringan dinding aksial preparasi berkisar 5-7 derajat, namun

description

persyaratan preparasi

Transcript of Persyaratan preparasi

Persyaratan preparasi1. Kemiringan dinding-dinding aksialPreparasi dinding aksial yang saling sejajar terhadap poros gigi sulit untuk menentukan arah pemasangan. Disamping itu, semen juga sulit keluar dari tepi retainer sehingga jembatan tidak bisa duduk sempurna pada tempatnya. Untuk itu, dibuat kemiringan yang sedikit konus ke arah oklusal. Craige (1978) mengatakan bahwa kemiringan dinding aksial optimal berkisar 10-15 derajat. Sementara menurut Martanto (1981), menyatakan bahwa kemiringan maksimum dinding aksial preparasi 7 derajat. Sedangkan Prayitno HR (1991) memandang kemiiringan dinding aksial preparasi 5-6 derajat sebagai kemiringan yang paling ideal. Kemiringan yang lebih kecil sulit diperoleh karena dapat menyebabkan daerah gerong yang tidak terlihat dan menyebabkan retainer tidak merapat ke permukaan gigi. Retensi sangat berkurang jika derajat kemiringan dinding aksial preparasi meningkat. Kegagalan pembuatan jembatan akibat hilangnya retensi sering terjadi bila kemiringan dinding aksial preparasi melebihi 30 derajat. Preparasi gigi yang terlalu konus mengakibatkan terlalu banyak jaringan gigi yang dibuang sehingga dapat menyebabkan terganggunya vitalitas pulpa seperti hipersensitifitas, pulpitis, dan bahkan nekrose pulpa. Kebanyakan literatur mengatakan kemiringan dinding aksial preparasi berkisar 5-7 derajat, namun kenyataaannya sulit dicapai karena factor keterbatasan secara intra oral.2. Ketebalan preparasiJaringan gigi hendaklah diambil seperlunya karena dalam melakukan preparasi kita harus mengambil jaringan gigi seminimal mungkin. Ketebalan preparasi berbeda sesuai dengan kebutuhan dan bahan yang digunakan sebagai retainer maka ketebalan pengambilan jaringan gigi berkisar antara 1-1,5 mm sedangkan jika menggunakan logam porselen pengambilan jaringan gigi berkisar antara 1,5 2 mm. Pengambilan jaringan gigi yang terlalu berlebihan dapat menyebakan terganggu vitalitas pulpa seperti hipersensitivitas pulpa, pulpitis, dan nekrosis pulpa. Pengambilan jaringan yang terlalu sedikit dapat mengurangin retensi retainer sehingga menyebabkan perubahan bentuk akibat daya kunyah.3. Kesejajaran preparasiPreparasi harus membentuk arah pemasangan dan pelepasan yang sama antara satu gigi penyangga dengan gigi penyangga lainnya. Arah pemasangan harus dipilih yang paling sedikit mengorbankan jaringan keras gigi, tetapi dapat menyebabkan jembatan duduk sempurna pada tempatnya.4. Preparasi mengikuti anatomi giigiPreparasi yang tidak mengikuti anatomi gigi dapat membahayakan vitalitas pulpa juga dapat mengurangi retensi retainer gigi tiruan jembatan tersebut. Preparasi pada oklusal harus disesuaikan dengan morfologi oklusal. Apabila preparsai tidak mengukuti morfologi gigi maka pulpa dapat terkena sehingga menimbulkan reaksi negatif pada pulpa.5. Pembulatan sudut-sudut preparasiPreparasi yang dilakukan akan menciptakan sudut-sudut yang merupakan pertemuan dua bidang preparasi. Sudut-sudut ini harus dibulatkan karena sudut yang tajam dapat menimbulkan tegangan atau stress pada restorasi dan sulit dalam pemasangan jembatan.

Menurut hubungan dengan model kerja die dibagi menjadi solitair die dan removable die.a) Soliter DieSoliter die merupakan die yang berdiri sendiri, digunakan untuk pembuatan mahkota tiruan. Tinggi hasil pengecoran 2 kali panjang mahkota. Pembuatan solitair die Setelah cetakan untuk die dibuka dengan pisau ukir yang tajam,gelembung yang terjadi dibuang secara hati-hati. Batas preparasi servikal dipertegas dengan pinsil merah yang tajam Buat garis pedoman vertikal kebawah untuk pemotongan batas proksimaldengan memperlihatkan sumbu panjang gigi dan diuat knvergen Garis dibuat pada permukaan bukal/labial dan palatal/lingual Pemotongan dengan gergaji khusus atau dapat dengan gergaji triplek

Gambar 14 (A), (B), (C). Pemotongan dengan Gergaji Khusus. Hasil pemotongan dirapikan Daerah servikal dipertegas batas dengan membuat groove memakai roundakrilik.

Gambar 15. Cara Mempertegas Daerah Servikal dengan Round Akrilik

Die siap digunakan setelah mengolesinya dengan die spacer. Die spacerberfungsi sebagai :5 Menutup pori stone gips, sehingga memudahkan melepas pola malamyang telah dibuat Mempekeras permukaan die Melindungi batas servikal Sebagai kompensasi kontraksi logam dan ruangan untuk sementasia. REMOVABLE DIEMerupakan die yang terletak pada model kerja dan dapat dilepas darimodel kerja.5 Cara membuat removable die :5SISTEM DI-LOK TRAYSuatu bentuk kotak untuk tempat model kerja.5 Dasar model kerjadikecilkan sampai masuk di-lok tray kemudian dibuat undercut berupagroove memanjang sesuai lengkung gigi. Model kerja ditanam pada Di-loktray dengan stone. Kemudian dipisah dengan gergaji dari gigi tetanggahalus sampai 2-3 mm dari dasar stone. Die dapat dilepas dan disatukan lagi

Gambar 16. SISTEM DI-LOK TRAY

MENGGUNAKAN DOWEL PIN

Gambar 17 (A), (B). Removable Die Menggunakan Dowel Pin.

Persiapan :5 Dowel pin dengan cakram retensi/paper clips Penjepit rambut atau jarum pentul Stone gips dua warna Sticky wax dan lampu spiritus Vaselin dan kuas Gergaji die/triplekKepala dowel pin mempunyai retensi harus berada dalam cetakan negatiftanpa menyentuh bidang oklusal (difiksasi dengan wax pada penjepit rambut).Lakukan pengecoran I sampai batas garis horizontal ( 3 mm diatas servikal).Buat retensi dengan bur bulat kedalaman 2 mm di sisi bukal dan lingualuntuk keperluan stabilisasi. Kemudian buat bulatan wax dg diameter 3 mmdilekatkan diujung pin. Olesi permukaan gigi yang dipreparasi denganvaseline. Membuat pola lilin dapat dengan cara: Langsung (direct) Tidak langsung (indirect) Langsung - tidak langsung (direct indirect) Lilin polaLilin pola sebagai model di kedokteran gigi mempunyai sifat sanggupdibentuk dalam seadaan plastis pada suhu antara cair dan kaku.5Ada 2 macam tipe lilin pola yang biasa dipakai :5 Untuk cara langsung dipilih type 1 yang mempunyai sifat menjadi sangatplastis pada suhu sedikit lebih tinggi di atas suhu mulut, sehingga dapatmemasuki sela-sela preparasi. Untuk pola-pola indirect sebaiknya dipakai type II yang membeku keraspada suhu kamar.Lilin pola yang baik harus dapat memenuhi persyaratan-persyaratan yangtercantum dalam American Dental Association Specification No. 4 for DentalInlay casting wax, mengenai pemuaian, penciutan, flow elastisitas, danplastisitas.5Selain dari sifat-sifat tersebut di atas, suatu lilin inlay harus :5 Mempunyai warna yang menyolok supaya dapat mudah terlihat di antarajaringan gigi dan gusi. Bersifat kohesif jika dilunakan. Dapat dipotong atau di ukir tanpa patah atau rempil. Menguap habis jika dibakar/dipanasi suhu tertentu.Distorsi pola lilin disebabkan oleh:5 Perubahan-perubahan ukuran karena naik turunnya suhu. Perbesaran tegangan (stress release atau relaxation) yang secara kodratada di dalam pola lilin, seperti : Pengisutan pada waktu pembekuan atau penurunan suhu. Adanya hawa, gas atau air di dalam massa lilin yangmengisut/memuai, menarik atau mendorong lilin yang masih lunakakibat dari pengukiran, penambahan lilin cair, atau pengambilankelebihan lilin dengan alat yang panas. Flow atau mengalirnya lilin sebagai bahan amorph pada suhu kamar,lebih tinggi suhunya, lebih besar flownya, jadi juga lebih besar distorsinya.Sebagian dari distorsi dapat dicegah atau dikurangi dengan cara:5 Menggunakan lilin inlay yang memenuhi syarat A.D.A Specification No. 4dan sesuai dengan teknik yang dipakai. (type I atau type II). Sedapat mungkin mencegah penambalan lilin cair pada pola ataumencairkan permukaan lilin setempat. Melunakkan lilin dengan seksama sampai seluruh massa lilin menjadilunak dengan cara memutar-mutar sebatang lilin di atas nyala api. Menyimpan pola di tempat yang dingin, jika tidak mungkin dilakukanpemendaman dengan segera. Memendam pola selekas mungkin setelah dikeluarkan radi mulut atausetelah jadi dibentuk pada die.a. Pembentukan mahkota lilin untuk mahkota penuh menurut caratidak langsung (indirect)Sebagai pedoman dapat dipakai model penelitian (study model) yangmenunjukkan dentuk gigi sebelum direparasi. Yang perlu diperhatikan ialahkecembungan permukaan bukal dan lingual, bentuk dan ukuran bonjolan-bonjolan(cusp) dan letaknya daerah kontak diproksimal.Pembentukan pola lilin pada die dapat dilakukan sebagai berikut :5(Gambar 18 a, b, c, d, e)

Gambar 19. Pembentukan Pola Mahkota .

Gambar 20. Pembuatan Pola Malam dengan Pembentukan LapisDemi Lapis.

Dalam teknik langsung, penempatan saluran logam atau sprue dapatdilakukan di luar atau di dalam mulut. Sedikit lilin ditambahkan kepada pola ditempat di mana sprue akan dilekatkan, dengan demikian pada waktu sprue pinyang panas di tempatkan, lilin tambahan ini akan mengalir menghubungkan poladengan sprue pin dan pola tidak terganggu.b. Pembuatan pola lilin secara langsung-tidak langsung (directindirect)Dalam cara kerja ketiga yang merupakan paduan dari methoda langsungdan tidak langsung, dilakukan percobaan/checking di mulut dari pola lilin yangtelah dibentuk pada model kerja (die).