Perspektif Negara Bangsa Dalam Konteks Otonomi Daerah

33
Perspektif Negara Bangsa Dalam Konteks Otonomi Daerah Materi Ceramah Diklatpim III Badan Diklat Prov. Lampung Pusat Kajian Manajemen Kebijakan Lembaga Administrasi Negara RI Tri Widodo W. Utomo Kepala Pusat Kajian Manajemen Kebijakan (KMK)

description

Materi Ceramah Diklatpim III Badan Diklat Prov. LampungBandar Lampung, 26 Juni 2012

Transcript of Perspektif Negara Bangsa Dalam Konteks Otonomi Daerah

Page 1: Perspektif Negara Bangsa Dalam Konteks Otonomi Daerah

Perspektif Negara Bangsa Dalam

Konteks Otonomi DaerahMateri Ceramah Diklatpim III Badan Diklat Prov.

Lampung

Pusat Kajian Manajemen KebijakanLembaga Administrasi Negara RI

Tri Widodo W. UtomoKepala Pusat Kajian Manajemen Kebijakan (KMK)

Page 2: Perspektif Negara Bangsa Dalam Konteks Otonomi Daerah

Data Pribadi

Nama : Tri Widodo W. Utomo, SH.,MATTL : Yogyakarta, 15-07-1968NIP : 19680715 199401 1 001Jabatan : Kepala Pusat Kajian Manajemen Kebijakan/

Peneliti Utama Bidang Administrasi PublikGol/Pangkat : IV-c / Pembina Utama MudaAlamat Ktr : Jl. Veteran No. 10 Jakarta

Telp. 021-3868202 ext. 179;Fax. 021-3800187Alamt Rmh : Villa Melati Mas Blok M6/12A, Serpong

Tangerang Selatan, HP. 0819-503-4500

PKMK LAN-RI

Page 3: Perspektif Negara Bangsa Dalam Konteks Otonomi Daerah

WILAYAH NEGARA RI

Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang berciri Nusantara dengan wilayah yang batas-batas dan hak-haknya ditetapkan dengan

undang-undang (Pasal 25A)Awal 2004: 32 prov & 434 kab/kota. Awal 2009: 33 prov & 497 kab/kota.

Jumlah pulau: 17.508Luas: 1.919.440 km2 (terluas ke-15 di dunia)

Page 4: Perspektif Negara Bangsa Dalam Konteks Otonomi Daerah

PKMK LAN-RI

Page 5: Perspektif Negara Bangsa Dalam Konteks Otonomi Daerah

Bell (1988, dalam Prasojo 2008): “Negara nasional terlalu kecil untuk mengatur & mengurus masalah2 yg sangat besar, tetapi terlalu besar untuk mengatur & mengurus masalah2 yg sangat kecil”.

Pemencaran tanggungjawab antar level pemerintahan dapat dilakukan melalui desentralisasi atau melalui dekonsentrasi.

Hakekat pemencaran terhadap urusan tertentu tadi adalah tidak dikenalnya tanggung jawab yg bersifat tunggal & utuh dalam penyelenggaraan fungsi/urusan pemerintahan.

Page 6: Perspektif Negara Bangsa Dalam Konteks Otonomi Daerah

Desentralisasi(Rondinelli & WB, 1999)

Political decentralization; Administrative decentralization:

Deconcentration Delegation Devolution

Fiscal decentralization; Market decentralization.

PKMK LAN-RI

Page 7: Perspektif Negara Bangsa Dalam Konteks Otonomi Daerah

5 Tipologi Desentralisasi(Smith, 2001)

PKMK LAN-RI

Page 8: Perspektif Negara Bangsa Dalam Konteks Otonomi Daerah

Sejarah Desentralisasi Gelombang desentralisasi berjalan seiring dengan gerakan

demokratisasi Gomes (2003: 57): Decentralization and democracy are engaged in an intricate dance.

Gerakan demokratisasi yg fenomenal di dunia terjadi di Perancis pada 1789, yg mengubah rezim monarkhi absolut menjadi negara modern berdasarkan konstitusi.

Work (2002: 5): desentralisasi menjadi pusat perhatian pada tahun 1950-an dan 1960-an ketika Inggris & Perancis mempersiapkan kemerdekaan bagi negeri-negeri jajahannya.

Mayoritas negara modern di dunia baru menggulirkan desentralisasi mulai awal tahun 1970-an, yg dikatakan Diamond (1999) sbg ”wave of political decentralization throughout the world since the 1970s”.

Page 9: Perspektif Negara Bangsa Dalam Konteks Otonomi Daerah

Sejarah Desentralisasi RI

Sumber: Utomo, 2009

Page 10: Perspektif Negara Bangsa Dalam Konteks Otonomi Daerah

Paradigma Desentralisasi

Sumber: Smith, 2001

Page 11: Perspektif Negara Bangsa Dalam Konteks Otonomi Daerah

Decentralized governance, when carefully planned, effectively implemented, and appropriately managed, can lead to significant improvement in the welfare of people

at the local level, the cumulative effect of which can lead to enhanced human development. In addition, if

decentralization involves real devolution of power to local levels, the enabling environment for poverty reduction is likely to be stronger. On the contrary, badly planned

decentralization can worsen regional inequalities. Left to their own devices, richer regions are likely to develop

faster than poor ones. And a system of matching grants, intended by central government to motivate local

government to raise funds, typically exacerbates regional disparities.

UNDP … (2000: 60-61)

Page 12: Perspektif Negara Bangsa Dalam Konteks Otonomi Daerah

Otda dlm Negara Kesatuan

Page 13: Perspektif Negara Bangsa Dalam Konteks Otonomi Daerah

Otda dlm Negara Kesatuan

1. Irisan antara urusan / kepentingan Pusat dengan urusan / kepentingan Prov.2. Irisan antara kepentingan Pusat dengan kepentingan Kab/Kota.3. Irisan antara kepentingan Provinsi dengan kepentingan Kab/Kota.4. Irisan antara kepentingan Pusat, Provinsi dan Kab/Kota.

Page 14: Perspektif Negara Bangsa Dalam Konteks Otonomi Daerah

3 Strategi Besar Otonomi Daerah dlm Kerangka NKRI

1. Pemencaran / Pembagian Urusan;

2. Perimbangan Keuangan;3. Harmonisasi Peraturan

Perundangan.

Page 15: Perspektif Negara Bangsa Dalam Konteks Otonomi Daerah

Pemencaran Urusan Pemerintahan

DEKONSENTRASIPemerintah

Administratif / Wilayah

• Kanwil/Kandep• Kepala Wilayah

PEMERINTAH PUSAT DELEGASI

• Otorita• BUMN• Nusakambangan

Daerah OtonomDESENTRALISASI

PRIVATISASI

• Swasta• BOT• BOO• BOL• DLL

• Provinsi• Kab/Kota

Page 16: Perspektif Negara Bangsa Dalam Konteks Otonomi Daerah

POLA HUBUNGAN KEUANGAN PUSAT-DAERAH(Sesuai UU 33/2004 dan UU 32/2004)

Page 17: Perspektif Negara Bangsa Dalam Konteks Otonomi Daerah
Page 18: Perspektif Negara Bangsa Dalam Konteks Otonomi Daerah

(Berdasar UU No. 10/2004)

UUD 1945

UU / Perpu

PP

Peraturan Presiden

Perda

• Sinkronisasi• Harmonisasi

Page 19: Perspektif Negara Bangsa Dalam Konteks Otonomi Daerah

Pembangunan Negara Bangsa (Nation-State) Dalam Konteks Otonomi Daerah

Apakah Otda akan memperkuat sentimen kedaerahan? ATAU …

Otda justru merupakan strategi penguatan negara bangsa?

Page 20: Perspektif Negara Bangsa Dalam Konteks Otonomi Daerah

Esensi OTDA adalah:

• Mengakui kemajemukan daerah …• Menghormati perbedaan sejarah &

budaya …• Mempromosikan keragaman potensi

daerah …• Mengokohkan kepercayaan (trust) &

pemberdayaan (empowerment) …

Page 21: Perspektif Negara Bangsa Dalam Konteks Otonomi Daerah
Page 22: Perspektif Negara Bangsa Dalam Konteks Otonomi Daerah
Page 23: Perspektif Negara Bangsa Dalam Konteks Otonomi Daerah

PKMK LAN-RI

Page 24: Perspektif Negara Bangsa Dalam Konteks Otonomi Daerah

Indonesia dibangun diatas fondasi kemajemukan, sehingga menjelma menjadi Multi-cultural Nation State, BUKAN Mono-cultural Nation State.

Keragaman & kemajemukan merupakan ciri paling prinsipil NKRI.

Keragaman & kemajemukan justru akan menjadi penopang tegaknya kesatuan RI dari ancaman disintegrasi bangsa esensi Bhinneka Tunggal Ika (although in pieces yet one) – “Sutasoma” Mpu Tantular.

OTDA by design adalah strategi penguatan negara bangsa (nation state)!!

Page 25: Perspektif Negara Bangsa Dalam Konteks Otonomi Daerah

Bagaimana kinerja OTDA dalam pembangunan negara bangsa

(nation state)?

Lihat hasil survei …

Page 26: Perspektif Negara Bangsa Dalam Konteks Otonomi Daerah

Survei Kedaerahan & Kebangsaan dalam Demokrasi (LSI, 2007)

Komitmen Kebangsaan (ke-Indonesia-an)

Page 27: Perspektif Negara Bangsa Dalam Konteks Otonomi Daerah

Survei Kedaerahan & Kebangsaan dalam Demokrasi (LSI, 2007)

Rasa/Sentimen Kedaerahan

Page 28: Perspektif Negara Bangsa Dalam Konteks Otonomi Daerah

Survei Kedaerahan & Kebangsaan dalam Demokrasi (LSI, 2007)

Dukungan thd Otonomi Daerah

Page 29: Perspektif Negara Bangsa Dalam Konteks Otonomi Daerah

Survei Kedaerahan & Kebangsaan dalam Demokrasi (LSI, 2007)

Kondisi Sebelum & Sesudah Otonomi Daerah - 1

Page 30: Perspektif Negara Bangsa Dalam Konteks Otonomi Daerah

Survei Kedaerahan & Kebangsaan dalam Demokrasi (LSI, 2007)

Kondisi Sebelum & Sesudah Otonomi Daerah - 2

Page 31: Perspektif Negara Bangsa Dalam Konteks Otonomi Daerah

Kesimpulan LSI (2007)

Dilihat dari sikap dan perilaku politik warga, OTDA yg sudah berjalan sampai hari ini belum mampu menjembatani kedaerahan dan keindonesiaan. OTDA juga belum mampu menyerap keragaman dalam keindonesiaan.

Hubungan antara kedaerahan dan keindonesiaan masih negatif, dan sentimen kedaerahan lebih banyak dibanding keindonesiaan.

Sumber utama dari belum mampunya OTDA menjembatani kedaerahan dan keindonesiaan, belum mampunya menciptakan sistem politik yg kongruen antara pusat dan daerah, adalah kinerja OTDA yg dinilai belum menciptakan keadaan lebih baik dibanding sistem pemerintahan sebelumnya.

Namun demikian, tidak terkaitnya secara berarti antara OTDA dan keindonesiaan masih tertolong berkat demokrasi. Demokrasi-lah yg menggerus kedaerahan, bukan OTDA.

Page 32: Perspektif Negara Bangsa Dalam Konteks Otonomi Daerah

Penutup OTDA memiliki korelasi positif dengan pembangunan negara

bangsa, meskipun kontribusinya belum cukup signifikan. Perlu perbaikan beberapa dimensi OTDA, khususnya dalam hal

penguatan paham konstitusionalisme dalam UUD 1945 dengan lebih memperkokoh segala jenis keistimewaan & keragaman daerah (mis. Yogya).

Jika perlu, revisi UU No. 32/2004 dijadikan sbg momentum untuk mengembalikan kekayaan budaya dan warisan sejarah bangsa masa silam.

Penerapan Desentralisasi Asimetris sesuai dengan fakta historis dan kebutuhan aktual masing2 daerah. Desentralisasi Asimetris adalah jaminan tegaknya NKRI.

Peningkatan kinerja pemerintahan scr lebih serius dengan menekan berbagai penyimpangan & penguatan profesionalisme SDM aparatur.

Page 33: Perspektif Negara Bangsa Dalam Konteks Otonomi Daerah

Terima Kasih® Tri Widodo W Utomo