PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN...

89
PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN TENTANG TINDAKAN PIDANA KEKERASAN ATAU PENGANIAYAAN YANG MENGAKIBATKAN CACAT PERMANEN (Analisa Putusan Nomer: 443/pid/B/2014/PN.BEKASI) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum Untuk memenuhi salah satu persyaratan Memperoleh Gelar S.sy Oleh : AHMAD FERIYANTO NIM : 1110045100013 KONSENTRASI KEPIDANAAN ISLAM PROGRAM STUDI JINAYAH SIYASAH FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Transcript of PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN...

Page 1: PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30599/1/AHMAD... · perspektif hukum pidana islam terhadap putusan pengadilan

PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN

PENGADILAN TENTANG TINDAKAN PIDANA KEKERASAN ATAU

PENGANIAYAAN YANG MENGAKIBATKAN CACAT PERMANEN

(Analisa Putusan Nomer: 443/pid/B/2014/PN.BEKASI)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum

Untuk memenuhi salah satu persyaratan

Memperoleh Gelar S.sy

Oleh :

AHMAD FERIYANTO

NIM : 1110045100013

KONSENTRASI KEPIDANAAN ISLAM

PROGRAM STUDI JINAYAH SIYASAH

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

Page 2: PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30599/1/AHMAD... · perspektif hukum pidana islam terhadap putusan pengadilan
Page 3: PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30599/1/AHMAD... · perspektif hukum pidana islam terhadap putusan pengadilan
Page 4: PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30599/1/AHMAD... · perspektif hukum pidana islam terhadap putusan pengadilan
Page 5: PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30599/1/AHMAD... · perspektif hukum pidana islam terhadap putusan pengadilan

Abstrak

Ahmad feriyanto. NIM 1110045100013 Persfektif Hukum Islam Terhadap

Putusan Hukuman Penjara 1 Tahun Bagi Tindak Pidana Kekerasan atau

Penganiayaan Yang Mengakibatkan Cacat Permanen ( Kasus Putusan Pengadilan

Negri Bekasi Nomor: 443/Pid/B/2014/PN. Bks.). Program Studi Jinayah Siyasah,

Konsentrasi Kepidanaan Islam, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam

Negri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1435 H/2014 M.

Masalah utama dari pembahasan skripsi ini adalah mengenai sanksi Tindak

Pidana Kekerasan atau Penganiayaan di tinjau dari hukum pidana Islam dimana

ada kesamaan tentang tinjauan hukumnya dengan hukum pidana Positif.

Hasil dari penelitian ini adalah memahami dan mengetahui secara spesifik

mengenai sanksi dari tindak pidana kekerasan atau penganiayaan yang

mengakibatkan cacat permanen dari tinjauan hukum pidana Islam, shingga kita

semua dapat mengetahui dan paham perbedaan maupun kesamaan antara hukum

pidana Positif maupun hukum pidana islam.

Pembimbing : Dr. Alfitra, SH, MH.

Dedi Nursamsi, SH, M. Hum.

Daftar Pustaka : Tahun 1981 s.d. Tahun 2013

Page 6: PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30599/1/AHMAD... · perspektif hukum pidana islam terhadap putusan pengadilan

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu

persyaratanmemperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuanyang berlaku di Universitas Islam Negri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta

3. Jika kemudian hari terbuktibahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakandari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negri (UIN) Syarif hidayatullah

Jakarta

Jakarta, 7 April 2015

Ahmad Feriyanto

Page 7: PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30599/1/AHMAD... · perspektif hukum pidana islam terhadap putusan pengadilan

KATA PENGANTAR

بسم اهلل الرحمن الرحيم

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Tak ada untaian kata yang Indah yang senantiasa saya ucapkan selain rasa

syukur saya kepada Allah SWT yang telah meridhoi perjalanan hidup saya, sampai

saya bisa menyelesaikan dari apa yang menjadi tugas dan kewajiban saya sebagai

mahasiswa yaitu menyelesaikan Skripsi saya. Sholawat ma’a salam semoga

tercurahkan kebaginda alam ya’ni NabiyAllah Muhammad SAW, berikut kepada

keluarga, para sahabat, para tabi’in, dan semoga saya khususnya bisa selalu

istiqomah dalam menjalankan apa-apa yang telah disunnahkan oelh Rasulullah

SAW, serta kita semuanya mudah-mudahan mendapatkan syafa’at diyaumil

qiyamah nanti AMIIN.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini banyak sekali

hambatan dan kesulitan yang dihadapi maupun dijalani, namun akhirnya disetiap

ada kesulitan pasti ada kemudahan yang akhirnya, tentunya tak lepas dari beberapa

individu yang selalu memberikan bimbingan dan masukan kepada penulis sampai

akhirnya skripsi inipun terselesaikan.

Dengan demikian pada kesempatan kali ini penulis ingin mengungkapkan

rasa terimakasih yang takterhingga sekaligus kehormatan disertai penghargaan

yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dr. H. JM. Muslimin, MA., selaku Dekan Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN

Sayarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dra. Hj, Maskufa, M.Ag., selaku Ketua Jurusan Jinayah Siyasah yang telah

memberikan kebaikan kepada saya khususnya sebagai mahasiswa.

3. Hj. Rosdiana, MA., selaku Sekretaris Jurusan Jinayah Siyasah yang telah

memberikan kebaikan kepada saya khususnya dalam data-data mahasiswa.

4. Dr. Alfitra, SH, MH., selaku dosen pembimbing pertama saya yang telah

membimbing saya dalam hal penulisan skripsi ini.

Page 8: PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30599/1/AHMAD... · perspektif hukum pidana islam terhadap putusan pengadilan

5. Dedi Nursamsi, SH, M.Hum., selaku dosen pembimbing kedua saya yang telah

membimbing saya juga dalam hal penulisan skripsi ini.

6. Terlebih lagi yang paling utama dan istimewa untuk kedua orang tua saya

khususnya Manta Gunawan dan Ibunda Encih yang telah memberikan

dukungan berupa do’a, finansial, nasehat, dan memberikan yang tidak bisa

penulis haturkan dan balas semua jasa-jasanya, serta seluruh keluarga yang

telah memberikan support kepada saya dalam penulisan skripsi ini.

7. Seluruh pengurus lembaga Yayasan Pembinaan Yatim Piatu Al-Ikhlas yang

telah membantu dalam hal kebutuhan ataupun kekurangan yang ada dalam

penulisan skripsi ini.

8. Kawan-kawan seperjuangan khususnya yang berkonsentrasi dikepidanaan

Islam serta adik kelasnya angkatan tahun 2010 dan 2011. Khususnya buat

teman saya Rodhi Firdaus, Aditiya, Imas, Amanah, Reniati, Ade, Yongki, dan

Gea, serta seluruh kawan-kawan yang tidak bisa disebutkan namanya satu

persatu namun tidak mengurangi rasa hormat saya karena kalian yang sudah

bisa membuat saya tetap semangat dalam menempuh perjuangan diperkuliahan

ini.

9. Buat kawan-kawan alumni SD Jati Reja 03 Lemahabang (Cikarang Timur),

khususnya Santa Wijaya, Anim Sanusi, Rohman yang selalu mendo’akan saya

agar sabar dalam menuntut ilmu diperkuliahan ini.

Kepada seluruh pihak yang telah memberikan motivasi baik secara

langsung maupun tidak langsung untuk mengejar cita-cita yang ingin dicapai,

semoga semuanya dibalas sama Allah SWT atas kebaikan yang telah diberikan

kepada penulis selama ini.

Penulispun menyadari banyak kekurangan dalam penulisan maupun yang

lainnya, oleh karena itu kritik dan saran yang bisa membangun, perlu kiranya

diberikan agar bisa lebih sempurna lagi dalam penulisan skripsi ini. Maka akhirnya

penulis berharap, semoga skripsi ini bermanfa’at bagi penulis khususnya, dan

umumnya bagi para pembaca.

“Amiin Yaa Allah Yaa Robbal ‘Aalamiin…

Page 9: PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30599/1/AHMAD... · perspektif hukum pidana islam terhadap putusan pengadilan
Page 10: PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30599/1/AHMAD... · perspektif hukum pidana islam terhadap putusan pengadilan
Page 11: PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30599/1/AHMAD... · perspektif hukum pidana islam terhadap putusan pengadilan

viii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENYERTAAN….………………………………………………………..

KATA PENGANTAR………………………………………………………………vi

DAFTAR ISI...……………………………………………………………………..viii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masala.…………………………………………...1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah……………………..………5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian………………………...…….........6

D. Review Studi Terdahulu…………………………...………………7

E. Metode Penelitian………………………………...……………….8

F. Sistematika Penulisan…………………………………...…….…10

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KEJAHATAN MENURUT

HUKUM PIDANA POSITIF DAN HUKUM PIDANA ISLAM

A. Tinjauan Menurut Hukum Pidana Positif………………………..15

1. Pengertian Tindak Pidana…………………………...……….15

2. Macam-macam Tindak Pidana dan Hukumannya…………...20

3. Tujuan Penghukuman Terhadap Pelaku Tindak Pidana……..23

B. Tinjauan Menurut Hukum Pidana Islam…………………………24

1. Pengertian Tindak Pidana……………………………………24

2. Macam-macam Tindak Pidana dan Hukumannya…………...25

3. Tujuan Penghukuman Terhadap Pelaku Tindak Pidana……..31

BAB III TINDAK PIDANA KEKERASAN ATAU PENGANIAYAAN

MENURUT HUKUM PIDANA POSITIF DAN HUKUM PIDANA

ISLAM

A. Tindak Pidana Kekerasan Atau Penganiayaan Menurut Hukum

Positif…………………………………………………………….34

Page 12: PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30599/1/AHMAD... · perspektif hukum pidana islam terhadap putusan pengadilan

ix

1. Pengertian Tindak Pidana Kekerasan atau Penganiayaan

……………………….……………………..………………...34

2. Klasifikasi dan Sanksi-sanksi Tindak Pidana Kekerasan atau

Penganiayaan ………………………………………………..35

3. Penganiayaan Yang Mengakibatkan Cacat Permanen…….....38

B. Tindak Pidana Kekerasan atau Penganiayaan Menurut Hukum

Islam………………………………………………………….......38

1. Pengertian Tindak Pidana Kekerasan atau Penganiayaan

……………………….……………………..………………..38

2. Klasifikasi dan Sanksi-sanksi Tindak Pidana Kekerasan atau

Penganiayaan ………………………………………………..40

3. Aspek syar’i Penyelesaian Tindak Pidana Kekerasan atau

Penganiayaan…………………………………………….......53

C. Faktor Penyebab Tindak Pidana Kekerasan atau Penganiayaan….58

BAB IV PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP

PUTUSAN PENGADILAN TENTANG TINDAK PIDANA

KEKERASAN ATAU PENGANIAYAAN YANG

MENGAKIBATKAN CACAT PERMANEN

A. Deskripsi Putusan Pengadilan……………………………………60

B. Perspektif Hukum Pidana Islam Terhadap Putusan

Pengadilan………………………………………………………..62

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

Daftar Pustaka

Page 13: PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30599/1/AHMAD... · perspektif hukum pidana islam terhadap putusan pengadilan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Beranjak dalam hidup manusia tidak lepas dengan yang namanya hak

dan kewajiban, semuanya itu telah menjadi pengetahuan yang umum dalam

konteks Islam. Diantara hak manusia itu adanya hak hidup dan hak milik, hak

kebebasan berpendapat dan mengeluarkan pernyataan, hak amal bil-ma’ruf,

hak kemerdekaan beragama dan berkeyakinan, dan hak persamaan. sedangkan

kewajiban manusia adalah kewajiban hubungan dirinya dengan tuhannya dan

kewajiban hubungan dirinya dengan orang lain ( Masyarakat )1.

Adapun hak dan kewajiban itu mengandung arti yang sangat penting

dalam rangka pembinaan hidup individu. Islam mengharuskan adanya suatu

opini umum yang bermoral, mendorong kearah kebaikan dan mencegah segala

bentuk kejahatan dan kemungkaran.2

Bentuk kejahatan dan kemunkaran adalah perbuatan keji yang sangat

dilarang oleh Allah, karena dari dampak perbuatan yang dilarang maka akan

berdampak kepada kehidupan sosial bermasyarakat. Sebagaimana Rosul

sangat melarang perbuatan kejinya itu :

من تركه الناس إتقاء فحشه ةمياالق موي اهللدنع ةلزنم سالنارإن ش

1Harun Nasution dan Bahtiar Effendy, Hak Asasi Manusia Dalam Islam, ( Jakarta :

PT. Pustaka Firdaus 1987) hal. 49 dan 65-69 2Muhammad Abu Zahrah, Membangun Masyarakat Islami, (Jakarta 12048: PT.

Pustaka Firdaus 1994) hal. 19

Page 14: PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30599/1/AHMAD... · perspektif hukum pidana islam terhadap putusan pengadilan

2

“Sesungguhnya manusia yang paling buruk kedudukannya disisi Allah

dihari kiamat, yaitu orang yang mana manusia meninggalkannya karena

perbuatan kejinya.”3

Tetapi tak lepas dari semuanya itu dalam diri manusia ada yang

namanya sifat baik dan sifat buruk. Sifat baik mencerminkan sikap terpuji dan

sifat buruk mencerminkan sikap kejahatan. Sedangkan kekerasan atau

penganiayaan, merupakan sifat buruk yang terdapat dalam diri manusia atau

para ahli ilmu sosial menggunakan istilah “Agresi” untuk setiap perbuatan

manusia yang bertujuan untuk menyakiti badan atau menyakiti perasaan orang

lain.4 Gejala kekerasan atau penganiayaan (violence), kebiadaban (barbarity),

kekejaman (cruelty), dan segala bentuk tindakan yang melampaui batas

kemanusiaan (inhumanity) yang muncul dalam kehidupan umat manusia, pada

hakikatnya telah tua setua sejarah manusia sendiri. Demikian pula gejala

kehidupan yang berorientasi pada landasan kemanusiaan (humanity),

kedamaian (peace) keamanan (security) toleransi kebajikan (benevolence) dan

rasa cinta kasih atas sesama juga telah tua setua sejarah manusia mengenal

kebudayaan, peradaban dan agama.5

Hal ini bisa dirasakan oleh kejiwaan setiap manusianya itu sendiri ,

baik dilihat dari kenyataan yang dialami oleh setiap individunya sendiri

maupun dari beberapa fenomena yang dihadirkan oleh informasi yang aktual

3Sejumlah Para Ulama Dari Para Penuntut Ilmu Didunia Islam (Tafsir Al’Usyr Al-

Akhir), Hukum-Hukum Penting Bagi Seorang Muslim, cet. 4, hal, 203. 4Willie Koen, Kekerasan dan Agresi (Perilaku Manusia), (PT. Tira Pustaka, 1987), hal. 9

5Yaya Khisbiyah dkk, Melawan kekerasan Tanpa kekerasan, (Yogyakarta : Pustaka

Pelajar Opset, 2000) hal. 32

Page 15: PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30599/1/AHMAD... · perspektif hukum pidana islam terhadap putusan pengadilan

3

tajam bahkan akurat yang ada pada zaman sekarang, karena seiring dengan

teknologinya pula yang bisa memberikan tentang pengetahuan yang begitu

canggih dan bisa secara langsung dilihat ataupun disaksikan walupun tidak

berada dalam kejadiannya itu sendiri, yang memberikan suatu kabar tentang

maraknya sebuah kejahatan, sebagai bukti kenyataan dalam sosial.

Masyarakat Indonesia bahkan masyarakat dunia pada umumnya saat

ini sedang dihadapkan pada keadaan yang sangat mengkhawatirkan akibat

maraknya sebuah kejahatan yang terjadi dalam lingkungan masyarakatnya

sendiri baik dari kalangan tua bahkan yang muda yang berdampak kepada

kehidupan bangsa dan negara pada masa sekarang ini dan yang lebih

mengkhawatikannya lagi akan terus-menerus terjadi dikehidupan sebuah masa

yang akan datang.6

Adanya sebuah kejahatan kekerasan atau penganiayaan yang ada

dimasyarakat khususnya di Indonesia, secara tidak langsung bisa membatasi

pergaulan bagi seseorang yang terlibat didalamnya baik pelaku terlebihlagi

korbannya itu sendiri. Oleh karena itu, larangan Islam tidak semata-mata

untuk membatasi pergaulan, tetapi lebih dari itu yaitu, untuk menyelamatkan

peradaban manusia yang pada dasarnya sebagai langkah baik agar tidak

melanggar norma-norma hukum yang telah ditetapkan oleh agama dan yang

telah disepakati masyarakat.7

6Andi Hamzah, System Pidana dan Pemidanaan Indonesia, (Jakarta : PT. Pradya

Paramita, 1997), hal. 67. 7Rachmat Syafe’I, Al-Hadis Aqidah, Akhlaq, Sosial, dan Hukum, (Bandung : Pustaka

Setia, 2003), cet. 2, hal. 209.

Page 16: PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30599/1/AHMAD... · perspektif hukum pidana islam terhadap putusan pengadilan

4

Adapun salah satu usaha penanggulangan kejahatan ialah

menggunakan hukum pidana dengan sanksinya yang berupa pidana, namun

demikian persoalan ini masih sering dipermasalahkan. Penggunaan hukum

termasuk hukum pidana sebagai salah satu upaya untuk mengatasi

permasalahan sosial yang ada dimasyarakat.8

Sebenarnya Pembangunan suatu wilayah dalam hal mengurangi

tingkat kejahatan kekerasan atau penganiayaan itu menghendaki adanya cara

baru dan suasana baru yang sejalan dengan irama perkembangan zamannya.

Tentu hal ini akan membawa konsekuensi pada perlunya ditinggalkan cara-

cara mengatasi kejahatan yang sudah ketinggalan zaman dan tidak perlu

dipertahankan lagi didalamnya. Oleh karena itu, pembangunan suatu wilayah

yang hanya berorientasi pada aspek fisik semata tidaklah cukup apabila tidak

disertai dengan pembangunan pada aspek nonfisik, seperti perubahan pada

cara berfikir yang berdasarkan konsep keagamaan.9Selain itu kemampuan

dalam bicara yang dibarengi dengan peningkatan daya otak memperkaya

hubungan sosial orang primitif dan mempertebal rasa kemasyarakatannya

pula.10

Jika dilihat secara mendalam pada dasarnya mencegah sebuah

kejahatan itu sendiri khususnya kekerasan atau penganiayaan bisa

dikategorikan dalam konsep Maqasid Al-Syari’ah yang bertujuan untuk

8Teguh Prasetyo, Kriminalisasi Dalam Hukum Pidana,(Bandung: Nusa Media, 2010), Cet.

1, hal. 19 9

Dikdik M. Arief Mansur dan Elisatris Gultom, urgensi perlindungan korban

kejahatan,(Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2007) Cet.1, hal.15-16. 10

Willie Koen, The Community (Lingkungan Masyarakat),(PT. Tira Pustaka, 1987)

hal.16

Page 17: PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30599/1/AHMAD... · perspektif hukum pidana islam terhadap putusan pengadilan

5

mewujudkan kebaikan sekaligus menghindarkan keburukan atau mengambil

manfaat dan menolak mudarat, istilah yang sederajat dengan inti dari maqasid

al-syari’ah tersebut adalah Maslahat, karena penetapan hukum dalam Islam

harus bermuara kepada maslahat, untuk memahami hakikat dan peranan

maqasid al-syari’ah yang bertujuan memelihara Agama, Jiwa, Akal,

Keturunan dan Harta yang dimasukan dalam sebuah hukum jinayat ketika

melanggarnya.

Dimaksud dengan jinayat meliputi beberapa hukum, yaitu membunuh

orang, melukai, memotong anggota tubuh, dan menghilangkan salah satu

panca indra.11

perbuatan kekerasan fisik menurut hukum pidana Islam dapat

digolongkan kepada perbuatan kejahatan terhadap nyawa atau badan orang

lain, perbuatan itu merupakan bentuk tindak pidana penganiayaan atas selain

jiwa, dapat juga dikatakan sebagai pelukaan (al-jarh) atau tindak pidana selain

jiwa (jinayatun ‘ala maaduunan nafs).12

Sedangkan tindak pidana selain selain jiwa didalamnya terdapat

penganiayaan atau kekerasan atas anggota badan dan semacamnya yang

meliputi diantaranya: pemotongan tangan, kaki, jari, kuku, hidung, zakar, biji

pelir, telinga, bibir, pencongkelan mata, merontokan gigi, pemotongan

rambut, alis, bulu mata, jenggot, kumis, bibir kemaluan perempuan, dan

lidah.13

11

Sulaiman Rasyid, Fiqh Islam, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2012), cet. 57,

hal. 429. 12

Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 2005), cet.1,

hal.179 13

Ibid, hal. 181

Page 18: PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30599/1/AHMAD... · perspektif hukum pidana islam terhadap putusan pengadilan

6

Sebagai mana Firman Allah S.W.T :

ذن والسن وكتبنب عليهم فيهآأن النفس ببلنفس والعين ببلعين واألنف ببألنف واألذن ببأل

ببلسن والجروح قصبص ج فمن تصدق به,فهى كفبرةله

ج لمومن

يحكم بمآأنزل اهلل

) ( فؤولئك هم الظبلمىن

“Kami telah menetapkan bagi mereka dai dalamnya (Taurat) bahwa

nyawa (dibalas) dengan nyawa, mata dengan mata, hidung dengan hidung,

telinga dengan telinga, gigi dengan gigi, dan luka-luka (pun) ada qisasnya

(balasan yang sama). Barang siapa melepaskan (hak qisas)nya, maka itu

(menjadi) penebus dosa baginya. Barangsiapa tidak memutuskan perkara

menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itulah orang-orang

zalim.”(Al-Maidah: 45).

Dari ayat diatas dapat disimpulakan bahwa kejahatan itu harus

dihukum seperti apa yang ditetapkan oleh Allah SWT.

Tetapi pada kenyataannya sebuah kejahatan yang berkembang

dimasyarakat pada zaman sekarang, banyak menemukan sebuah kejadian

yang luar biasa dari kejahatannya itu sendiri sekaligus menghebohkan

dibeberapa kalangan masyarakat.

Sedangkan di Indonesia banyak sekali kejahatan khususnya kekerasan

yang bisa menghilangkan panca indra yang mengakibatkan cacat permanen

terlebih lagi di kota Bekasi khususnya. Karena kota Bekasi merupakan tempat

yang terkenal dengan kota Industri dan kota Produktif dalam barang-barang

serta jasa, sudah barang tentu banyak kejahatan khususnya kekerasan atau

penganiayaan yang terjadi didalamnya.

Page 19: PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30599/1/AHMAD... · perspektif hukum pidana islam terhadap putusan pengadilan

7

Melihat kejadian dari beberapa kejahatan khususnya kekerasan atau

penganiayaan yang mengakibatkan cacat permanen yang terjadi, khususnya di

daerah Bekasi, Penulis ingin menghadirkan sebuah karya tulis yang di beri judul :

PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN

PENGADILAN TENTANG TINDAK PIDANA KEKERASAN ATAU

PENGANIAYAAN YANG MENGAKIBATKAN CACAT PERMANEN

(Analisa Putusan Nomer : 443/Pid/B/2014/PN.BEKASI).” Sebagai bahan dan

syarat untuk menyelesaikan tugas akhir dari perkuliahan, serta berharap dengan

adanya skripsi ini para hakim khususnya bisa menghukum para pelaku kejahatan

selain dengan hukum yang ditentukan Negara khususnya hukum positif, bisa

menghukum dengan hukum Islamnya pula, yang berdasarkan dari hukum Allahnya

langsung. Agar menjalankan kewajiban dari sebuah Negara, menjalankan

kewajiban pula yang Allah tentukan yaitu, dengan menjalankan hukum-hukum

berdasarkan Al Qur’an dan Sunnah-sunnahnya.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Beberapa kejahatan yang ada, bisa terjadi kepada siapa saja baik antara

kelompok dengan kelompok seperti, kelompok SMA dengan kelompok SMA

lainnya, antara orang yang dikenal maupun orang yang tidak dikenal, bahkan

antara keluarga terdekatpun bisa terjadi. Teramat banyak kasus kejahatan yang

ada adalah kekerasan atau penganiayaan yang dilakukan oleh individu dengan

individu lainnya baik dikampung maupun dikota, dan lebih dikhususkannya

lagi dikota Bekasi sendiri.

Page 20: PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30599/1/AHMAD... · perspektif hukum pidana islam terhadap putusan pengadilan

8

Agar skripsi ini menjadi jelas terperinci dan menjadi lebih baik lagi,

penulis akan membahas apa yang menjadi isi pokok dari permasalahan yang

telah dirumuskan. Maka penulis merumuskan sebagai berikut :

1.Bagaimana faktor penyebab pelaku melakukan tindak pidana

kekerasan atau penganiayaan yang mengakibatkan cacat permanen

dalam pandangan hukum Islam dan hukum Positif ?

2. Bagaimana isi Putusan Hakim Pengadilan Negri Bekasi perkara No.

443/Pid/B/2014/PN.BEKASI terhadap pelaku kekerasan atau

penganiayaan yang mengakibatkan cacat permanen ?

3.Bagaimana pandangan hukum Islam dan hukum Positif terhadap

putusan hakim Pengadilan Negri Bekasi perkara No.

443/Pid/B/2014/PN.BEKASI tindak pidana kekerasan atau

penganiayaan yang mengakibatkan cacat permanen ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui faktor penyebab pelaku melakukan tindak pidana

kekerasan atau penganiayaan yang mengakibatkan cacat permanen

dalam pandangan hukum Islam dan hukum Positif.

b. Untuk mengetahui isi putusan hakim Pengadilan Negri Bekasi

perkara No. 443/Pid/B/2014/PN.BEKASI terhadap pelaku kekerasan

atau penganiayaan yang mengakibatkan cacat permanen.

Page 21: PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30599/1/AHMAD... · perspektif hukum pidana islam terhadap putusan pengadilan

9

c. Untuk mengetahui pandangan hukum islam dan hukum positif

terhadap putusan Pengadilan Negri Bekasi perkara No.

443/Pid/B/2014/PN.BEKASI perkara kekerasan atau penganiayaan yang

mengakibatkan cacat permanen.

2. Manfaat Penelitian

a. Menambah wawasan yang luas tentang ilmu pengetahuan hukum,

khususnya dalam bidang tindak pidana kekerasan atau penganiayaan

dalam pandangan hukum islam dan hukum positif.

b. Bermanfaat bagi peneliti agar mengetahui tentang tindak pidana

kekerasan atau penganiayaan, khususnya dibidang hukum, dan

penerapannya terhadap pencegahan sebuah kejahatan.

c. Bermanfaat bagi masyarakat pada umumnya, penulisan ini menjadi

informasi untuk memperluas wawasan tentang tindak pidana kekerasan

atau penganiayaan yang terjadi didaerah Bekasi khususnya dan apa

hukuman bagi pelaku yang melakukan tindak pidana tersebut.

D. Review Studi Terdahulu

Karya Abdul Qadir Audah At-tasyri Al-Jina’I Fil Islam,Beirut :Ar-

Risalah, 1992, Al-Islam wa Audhauna Al-Qanuniyah, Beirut, Dar Fikr 1989.

Adalah sebuah buku yang menjadi bahan rujukan hukum islam kaum

intelektual Mesir khususnya, dan dunia islam modern pada saat ini umumnya.

Page 22: PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30599/1/AHMAD... · perspektif hukum pidana islam terhadap putusan pengadilan

10

Skripsi karya Miftah Faridh yang berjudul Kekerasan Dalam

Penyidikan Menurut Hukum Positif (KUHP) dan Hukum Islam, Fakultas

Syariah dan Hukum Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Skripsi karya Adi Supriatna yang berjudul Tinjauan Hukum Islam

Terhadap Tindak Pidana Kekerasan Kolektif Yang Mengakibatkan Luka

Berat, Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negri Syarif

Hidayatullah Jakarta. Pada tulisan beliau menguraikan sebuah tindak pidanan

kekerasan secara kolektif saja, tidak menjelaskan jenis-jenis sebuah kekerasan

atau penganiayaan yang menjadi pokok dari rangkaian kejahatan.

Kelebihannya pada tulisan beliau adalah membahas tentang bagaimana

pertanggung jawaban pidana serta hukumannya menurut hukum islam itu

sendiri mengenai tindak pidana kekerasan secara kolektif.

Sedangkan perbedaan penulis dengan sebuah tulisan beliau adalah

terletak pada menjelaskan jenis-jenis sebuah kekerasan atau penganiayaan

yang menjadi pokok dari rangkaian kejahatan terhadap kekerasan atau

penganiayaan yang menjadi cacat permanen dalam bagian tubuh sikorban.

E. Metode Penelitian

Untuk mengumpulkan dari data tulisan ini, penulis menggunakan

sistem metode sebagai berikut :

1. Jenis Penelitian

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data

yang kualitatif yaitu data yang dinyatakan dalam bentuk-bentuk

Page 23: PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30599/1/AHMAD... · perspektif hukum pidana islam terhadap putusan pengadilan

11

simbolik seperti pertanyaan tafsiran, tanggapan-tanggapan tidak

berupa ucapan lisan dan grafik-grafik. Dan biasanya diperoleh berupa

kata-kata, nilai, norma, aturan-aturan dari sebuah kejadian yang

diteliti, berupa memahami secara mendalam, mengupas isi masalah,

dan mencermati secara ilmiah serta kulaitatif dalam pembahasan

tindak pidana kekerasan atau penganiayaan yang mengakibatkan cacat

permanen.14

2. Jenis Data Yang Digunakan Dalam Penelitian

a. Data Primer yakni data yang diperoleh dari sumber-sumber

primer, yakni sumber asli yang memuat informasi atau data

tersebut yang berupa suatu putusan pengadilan Negri Bekasi

tentang Undang-undang No. 8 tahun 1981 tentang Hukum

Acara Pidana, Pasal 351 ayat (2) tentang Kekerasan.

b. Data Skunder yakni data yang diperoleh dari sumber bukan asli

memuat informasi atau data tersebut seperti bahan-bahan

hukum, internet (website) yang ada korelasinya dengan

pembahasan materi yang menjadi pokok pembahasan masalah

yaang akan dibahas dalam skripsi ini, yaitu Nomor:

443/Pid/B/2014/PN. Bks.15

3. Teknik Pengolahan dan Analisa Data

14

Tatang M. Amirin, Menyusun Rencana Penelitian,( Jakarta: PT. RajaGrafindo

Persada, 1995 ), cet.3, hal.119 15

Ibid, hal.132.

Page 24: PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30599/1/AHMAD... · perspektif hukum pidana islam terhadap putusan pengadilan

12

Tinjauan tentang teknik analisa data ini menggunakan tinjauan

kualitatif yaitu dengan membaca dan memahami dari beberapa literatur dan

refrensi-refrensi yang berhubungan dengan tindak pidana kekerasan yang

mengakibatkan cacat permanen dan argumen dari pembahasanya. Yang

ditujukan untuk memberikan ulasan secara jelas, sistematis, objektif dan

menguraikan apa adanya. Baik yang secara ungkapan sebuah lisan ataupun

ucapan yang tidak dispesifikan lagi menjadi sebuah variable yang terpisah

melainkan dipandang secara universal.

4. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian kualitatif, model penyajian yang khas adalah dalam

bentuk teks yang naratif.16

Adapun sebuah metode penulisan ini, penulis mengacu kepada sebuah

tulisan skripsi, yang dihadirkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, dan diterbitkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum, tahun

2013.

F. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah penyusunan penulisan skripsi ini maka penulis

terlebih dahulu akan menguraikan sistematika penulisan yang digunakan,

sehingga dengan jelas menguraikan pokok-pokok permasalahan dan

pemecahannya. Adapun sistematika penulisan dalam skripsi ini adalah sebagai

berikut:

16

Matthew B. Miles dan A. Michael Huberman, Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber

tentang Metode-metode Baru, terj. Tjetjep Rohendi Rohili, (Jakarta: UI Perss, 1992), hal. 137.

Page 25: PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30599/1/AHMAD... · perspektif hukum pidana islam terhadap putusan pengadilan

13

BAB I : PENDAHULUAN

Merupakan bab pendahuluan yang menguraikan tentang : Latar Belakang

Masalah, Perumusan dan Pembatasan Masalah, Tujuan dan Manfaat

Penelitian, Review Studi Terdahulu, Metode Penelitian dan Sistematika

Penelitian.

BAB II : TINJAUAN UMUM TENTANG KEJAHATAN

Merupakan bab pembahasan yang menerangkan tentang : Pengertian Tindak

Pidana, Macam-macam Tindak Pidana dan Hukumannya, Tujuan

Penghukuman Terhadap Pelaku Tindak Pidana yang ditinjau dari hukum

positif dan Pengertian Tindak Pidana, Macam-macam Tindak Pidana dan

Hukumannya, Tujuan Penghukuman Terhadap Pelaku Tindak Pidana yang

ditinjau dari hukum islam.

BAB III : TINDAK PIDANA KEKERASAN ATAU PENGANIAYAAN

Merupakan bab pembahasan yang mengkhususkan dari inti skripsi yang

ditulis tentang : Pengertian Tindak Pidana Kekerasan atau Penganiayaan,

Klasifikasi dan Sanksi-sanksi Tindak Pidana Kekerasan Atau Penganiayaan

yang ditinjau Menurut Hukum Positif dan Pengertian Tindak Pidana

Kekerasan atau Penganiayaan, Klasifikasi dan Sanksi-sanksi Tindak Pidana

Kekerasan atau Penganiayaan, dan Aspek syar’i Penyelesaian Tindak Pidana

Kekerasan atau Penganiayaan yang ditinjau Menurut Hukum Islam.

Page 26: PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30599/1/AHMAD... · perspektif hukum pidana islam terhadap putusan pengadilan

14

BAB IV : ANALISIS PUTUSAN PENGADILAN NEGRI BEKASI

Merupakan Bab Analisis Putusan Hakim Terkait Tentang Tindak Pidana

Kekerasan Atau Penganiayaan Tentang: Putusan Nomer :

443/Pid/B/2014/Pn.Bekasi, yang didalamnya terdapat, Deskripsi Putusan

Pengadilan, Perspektif Hukum Pidana Islam Terhadap Putusan Pengadilan Tentang

Tindak Pidana Kekerasan Atau Penganiayaan Yang Mengakibatkan Cacat

Permanen.

BAB V : PENUTUP

Merupakan bab terakhir dari Skripsi ini yang berisi tentang : Kesimpulan dari

apayang dibahas dalam skripsi diatas dan Saran yang bermuatan positif agar

bisa menjadi bahan yang dipertimbangkan untuk menjadi lebih baik dan

membangun lagi dalam pembahasan maupun penulisannya.

Page 27: PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30599/1/AHMAD... · perspektif hukum pidana islam terhadap putusan pengadilan

15

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG TINDAK PIDANA MENURUT HUKUM

PIDANA POSITIF DAN HUKUM PIDANA ISLAM

A. Tinjauan Menurut Hukum Positif

1. Pengertian Tindak Pidana

Menurut Prof. Moeljanto, S.H. tindak pidana ialah perbuatan yang

dilarang oleh suatu aturan hukum larangan mana disertai ancaman (sanksi) yang

berupa pidana tertentu, bagi barangsiapa melanggar larangan tersebut.1

Jadi berdasarkan pendapat tersebut di atas pengertian dari tindak pidana

yang dimaksud adalah bahwa perbuatan pidana atau tindak pidana senantiasa

merupakan suatu perbuatan yang tidak sesuai atau melanggar suatu aturan

hukum atau perbuatan yang dilarang oleh aturan hukum yang disertai dengan

sanksi pidana yang mana aturan tersebut ditujukan kepada perbuatan sedangkan

ancamannya atau sanksi pidananya ditujukan kepada orang yang melakukan

atau orang yang menimbulkan kejadian tersebut. Dalam hal ini maka terhadap

setiap orang yang melanggar aturan-aturan hukum yang berlaku, dengan

demikian dapat dikatakan terhadap orang tersebut sebagai pelaku perbuatan

pidana atau pelaku tindak pidana. Akan tetapi haruslah diingat bahwa aturan

larangan dan ancaman mempunyai hubungan yang erat, oleh karenanya antara

1 Moeljanto, Asas-asas Hukum Pidana, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), cet. 7, hal.

54.

Page 28: PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30599/1/AHMAD... · perspektif hukum pidana islam terhadap putusan pengadilan

16

kejadian dengan orang yang menimbulkan kejadian juga mempunyai hubungan

yang erat pula.2

Pengertian tentang tindak pidana dalam Kitab Undang-undang Hukum

Pidana (KUHP) dikenal dengan istilah Straftbaar Feit dan dalam kepustakaan

tentang hukum pidana sering mempergunakan istilah delik, sedangkan pembuat

undang-undang merumuskan suatu undang-undang mempergunakan istilah

peristiwa pidana atau perbuatan pidana atau tindak pidana. Tindak pidana

merupakan suatu istilah yang mengandung suatu pengertian dasar dalam ilmu

hukum, sebagai istilah yang dibentuk dengan kesadaran dalam memberikan ciri

tertentu pada peristiwa hukum pidana. Tindak pidana mempunyai pengertian

yang abstrak dari peristiwa-peristiwa yang kongkrit dalam lapangan hukum

pidana, sehingga tindak pidana haruslah diberikan arti yang bersifat ilmiah dan

ditentukan dengan jelas untuk dapat memisahkan dengan istilah yang dipakai

sehari-hari dalam kehidupan masyarakat.3

Perumusan mengenai perbuatan pidana akan lebih lengkap apabila

tersusun sebagai berikut: “Bahwa perbuatan pidana adalah suatu perbuatan yang

oleh suatu aturan hukum pidana dilarang dan diancam dengan pidana bagi

barang siapa yang melanggar larangan tersebut.”Adapun perumusan tersebut

yang mengandung kalimat “Aturan hukum pidana” dimaksudkan akan

2 Moeljanto, Asas-asas Hukum Pidana, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), cet. 7, hal.

54. 3 Kertonegoro, pengupahan Teori, Hukum, Manajemen Sentanoe, (Jakarta: Yayasan

Tenaga Kerja Indonesia, 2001), hal. 62.

Page 29: PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30599/1/AHMAD... · perspektif hukum pidana islam terhadap putusan pengadilan

17

memenuhi keadaan hukum di Indonesia yang masih mengenal kehidupan

hukum yang tertulis maupun hukum yang tidak tertulis.4

Adapun ruanglingkup berlakunya hukuman tindak pidana adalah berlaku

bagi setiap orang yang melakukan tindak pidana sesuai dengan asas

ruanglingkup berlakunya, asas ruanglingkup berlakunya aturan tindak pidana

ada empat macam:

1). Asas Teritorialitas

Asas ini diatur juga dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

(KUHP) yaitu dalam pasal 2 KUHP yang menyatakan : “Ketentuan pidana

dalam perundang-undangan Indonesia diterapkan bagi setiap orang yang

melakukan suatu tindak pidana di Indonesia”.

Perluasan dari Asas Teritorialitas diatur dalam pasal 3 KUHP yang

menyatakan : “Ketentuan pidana perundang-undangan Indonesia berlaku bagi

setiap orang yang di luar wilayah Indonesia melakukan tindak pidana didalan

kendaraan air atau pesawat udara Indonesia”.

Yang dimaksud tujuan dari pasal ini adalah bermuara pada konteks

universal supaya perbuatan pidana yang terjadi di dalam kapal atau pesawat

terbang yang berada di perairan bebas atau yang berada di wilayah udara bebas,

tidak termasuk wilayah teritorial suatu Negara, sehingga ada yang mengadili

apabila terjadi suatu perbuatan pidana dari setiap masing-masing Negaranya itu

sendiri.

4 Bambang Poernomo, Asas-asas Hukum Pidana,( Jakarta: Ghalia Indonesia, 1992), hal.

130.

Page 30: PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30599/1/AHMAD... · perspektif hukum pidana islam terhadap putusan pengadilan

18

2). Asas Nasionalitas Aktif

Yakni apabila warganegara Indonesia melakukan kejahatan meskipun

terjadi di luar Indonesia, pelakunya dapat dikenakan hukum pidana Indonesia,

apabila pelaku kejahatan yang hanya dapat dikenakan hukum pidana Indonesia.

Sedangkan perbuatan pidana yang dilakukan warganegara Indonesia di negara

asing yang telah menghapus hukuman mati, maka hukuman mati tidak dapat

dikenakan pada pelaku kejahatan itu, hal ini diatur dalam pasal 6 KUHP.

3). Asas Nasionalitas Pasif (Non Aktif)

Tolak pangkal pemikiran dari asas perlindungan adalah bahwa setiap

negara yang berdaulat wajib melindungi kepentingan hukumnya atau

kepentingan nasionalnya. Ciri utamanya adalah Subjeknya berupa setiap orang

tidak terbatas pada warga negara saja, selain itu tidak tergantung pada tempat, ia

merupakan tindakan-tindakan yang dirasakan sangat merugikan kepentingan

nasional indonesia yang karenanya harus dilindungi. Kepentingan nasional

tersebut ialah:

(1). Keselamatan kepala atau wakil Negara RI, keutuhan dan keamanan negara

serta pemerintah yang sah, keamanan penyerahan barang, angkatan perang RI

pada waktu perang, keamanan Martabat kepala negara RI;

(2). Keamanan ideologi negara, pancasila dan haluan Negara;

(3). Keamanan perekonomian;

(4). Keamanan uang Negara, nilai-nilai dari surat-surat yang dikeluarkan RI;

(5). Keamanan pelayaran dan penerbangan terhadap pembajakan.

Page 31: PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30599/1/AHMAD... · perspektif hukum pidana islam terhadap putusan pengadilan

19

Tolak pangkal pemikiran dari asas perlindungan adalah bahwa setiap

negara yang berdaulat wajib melindungi kepentingan hukumnya atau

kepentingan nasionalnya. Ciri utamanya adalah Subjeknya berupa setiap orang

tidak terbatas pada warga negara saja, selain itu tidak tergantung pada tempat, ia

merupakan tindakan-tindakan yang dirasakan sangat merugikan kepentingan

nasional indonesia yang karenanya harus dilindungi. Kepentingan nasional

tersebut ialah:

a. Keselamatan kepala atau wakil Negara RI, keutuhan dan keamanan Negara

serta pemerintah yang sah, keamanan penyerahan barang, angkatan perang

RI pada waktu perang, keamanan Martabat kepala negara RI;

b. Keamanan ideologi negara, pancasila dan haluan Negara;

c. Keamanan perekonomian;

d. Keamanan uang Negara, nilai-nilai dari surat-surat yang dikeluarkan RI;

e. Keamanan pelayaran dan penerbangan terhadap pembajakan.

4). Asas Universal

Asas universal adalah asas yang menyatakan setiap orang yang

melakukan perbuatan pidanan dapat dituntut undang-undang hukum pidana

Indonesia di luar wilayah Negara untuk kepentingan hukum bagi seluruh

dunia. Asa ini melihat hukum pidanan berlaku umum, melampaui batas ruang

wilayah dan orang, yang dilindungi disini ialah kepentingan dunia. Jenis

kejahatan yang dicantumkan pidanan menurut asas ini sangat berbahaya tidak

Page 32: PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30599/1/AHMAD... · perspektif hukum pidana islam terhadap putusan pengadilan

20

hanya dilihat dari kepentingan Indonesia tetapi juga kepentingan dunia. Secara

universal kejahatan ini perlu dicegah dan diberantas.5

2. Macam-macam Tindak Pidana dan Hukumannya

Tindak Pidana menurut sistem KUHP kita terbagi kedalam dua bagian;

Pertama, kejahatan yang bisa didefinisikan sebagai peristiwa pidana atau

perbuatan melanggar hukum yang dipidana berdasarkan asas legalitas Pasal 1

ayat 1 KUHP artinya suatu perbuatan penjahat dapat dipidana (dihukum)

berdasarkan adanya undang-undang pidana.6

Sedangkan menurut sebagian

pakar hukum menyatakan perbuatan-perbuatan yang meskipun tidak ditentukan

dalam undang-undang sebagai perbuatan pidana, akan tetapi telah dirasakan

sebagai perbuatan yang bertentangan dengan tata hukum.7

Kedua, pelanggaran adalah perbuatan-perbuatan yang bersifat melawan,

hukumnya baru dapat diketahui setelah ada wet yang menentukan dengan

demikian yang bisa diartikan sebagai perbuatan yang tidak sesuai atau

bertentangan dengan ketentuan undang-undang pidana ditentukan lebih ringan

pidananya dari pada kejahatan.8 Pembagian dua jenis ini, tidak ditentukan

dengan nyata-nyata dalam suatu pasal KUHP tetapi sudah dianggap demikian

adanya.9

5 Teguh Prastyo, Hukum pidana, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), cet. 3, hal. 41

6 Teguh Sulista dan Aria Zurnetti, Hukum Pidana (Horizon Baru Pasca Reformasi),

(Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2011), cet. 1, hal. 33 7 Moeljatno, Asas-asas Hukum Pidana,(Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), cet. 7, hal, 71

8 Jur. Andi Hamzah, Terminologi Hukum Pidana, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), cet. 2,

hal. 95 9 Moeljanto, Asas-asas Hukum Pidana, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), cet. 7, hal.

54.

Page 33: PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30599/1/AHMAD... · perspektif hukum pidana islam terhadap putusan pengadilan

21

Adapun jenis hukuman yang ada diIndonesia khususnya seseorang

melakukan tindak pidana dapat dikenakan sanksi berupa penjara disertai denda

yang dalam hal ini dilihat dari pandangan menurut hukum pidana positif

(KUHP) dan diluar (KUHP) ada dua macam juga, yaitu pidana pokok dan

pidana tambahan.

a. Pidana pokok, meliputi:

1). Pidana Mati

Hukuman mati adalah hukuman yang dilaksanakan untuk

menghilangkan nyawa terhukum. Menurut Pasal 11 KHUP, hukuman mati

dilakukan oleh algojo pada tempat gantungan dengan mengeratkan tali yang

terikat ditiang gantungan pada leher terpidana kemudian menjatuhkan papan

tempat terpidana berdiri.10

2). Pidana Penjara

Pidana Penjara adalah suatu pidana berupa pembatasan kebebasan

bergerak dari seorang terpidana, yang dilakukan dengan menutup orang

tersebut didalam sebuah lembaga pemasyarakatan, dengan mewajibkan

orang untuk menaati semua peraturan tata tertib yang berlaku didalam

lembaga pemasyarakatan, yang dikaitkan dengan sesuatu tindakan tata tertib

bagi mereka yang telah melanggar peraturan tersebut.11

10

Hilman Hadi Kusuma, Bahasa Hukum Indonesia, (Bandung: Alumni, 1992), hal. 118. 11

P.A.F. Laminating dan Theo Laminating, Hukum Penitensier Indonesia, (Jakarta: Sinar

Grafika, 2010), hal. 54. Untuk batasan minimum dan maksimum pidana menurut pasal 12 KUHP:

Page 34: PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30599/1/AHMAD... · perspektif hukum pidana islam terhadap putusan pengadilan

22

3). Pidana Kurungan

Pidana kurungan juga merupakan salah satu bentukk pidana perampasan

kemerdekaan, akan tetapi pidana kurungan ini dalam beberapa hal lebih ringan

dari pada pidana penjara. Keringanan tersebut diantaranya seperti pidana

kurungan mempunyai hak pistol.12

4). Pidana Denda

Secara umum, kata denda berarti hukuman yang berupa harus membayar

dengan uang atau bisa juga diartikan dengan uang yang harus dibayarkan

sebagai hukuman karena melanggar hukum. Sedangkan dalam bahasa Belanda

hukuman denda berasal dari kati vermogenstraf yang berarti hukuman

kekayaan.13

5). Pidana Tutupan (ditambah UUNo. 20/1946).

Pidana ini adalah salah satu pidana yang menghilangkan kemerdekaan

namun lebih berat dari pada hukuman denda hukuman ini biasanya diberikan

kepada orang-orang yang mempunyai kedudukan tinggi di Indonesia yang

melakukan kejahatan dan telah berjasa kepada Negara.14

b. Pidana Tambahan, meliputi:

1). Pencabutan Hak-Hak Tertentu

Pidana penjara ialah seumur hudup atau selama waktu tertentu (ayat 1), Pidana penjara selama

waktu tertentu paling pendek satu hari dan paling lama lima belas tahun berturut-turut (ayat 2). 12

Hak pistol ialah hak atau kesempatan para terpidana kurungan untuk mengurus makanan

dan alat tidur sendiri. Lihat Pasal 23 KUHP. 13

Hilman Hadi Kusuma, Bahasa Hukum Indonesia (Bandung: Alumni 1992), hal. 119. 14

Andi Hamzah, Asas-asas hukum Pidana ((Jakarta : PT. Pradya Paramita, 1997), hal. 191

Page 35: PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30599/1/AHMAD... · perspektif hukum pidana islam terhadap putusan pengadilan

23

Pencabutan hak-hak tertentu bersifat sementara, berkisar antara 2-5

tahun lebih lama daripada pidana pokok. Kecuali jika dijjatuhi pidana mati atau

penjara seumur hidup, maka lamanya pidana pencabutan hak adalah seumur

hidup.15

2). Perampasan Barang-Barang Tertentu

Pidana ini bertujuan untuk mencegah pengurangan atau penggantian dari

barang-barang hasil kejahatan. Barang-barang yang boleh dirampas ialah

corpora delicta (barang-barang milik si terpidana yang diperoleh sebagai hasil

dari kejahatan) dan instrumenta delicta (barang-barang milik terpidana yang

digunakan untuk melakukan kejahatan).16

3). Pengumuman Putusan Hakim.17

Hukuman tambahan ini dimaksudkan untuk mengumumkan kepada

khalayak ramai agar dengan demikian masyarakat umum lebih berhati-hati

terhadap si terhukum. Biasanya ditentukan oleh hakim dalam surat kabar yang

mana kesemuanya di tanggung atas biaya si terhukum. Jadi, cara-cara

menjalankan pengumuman putusan hakim dimuat dalam putusan.18

Disamping jenis sanksi yang berupa pidana, dalam hukum pidana positif

dikenal juga jenis sanksi yang berupa tindakan, misalnya:

15

S.R. Sianturi, Asas-asas Hukum PIdana di Indonesia dan Penerapannya ( Jakarta : BPK

Gunung Muria, 1996), hal. 142. 16

Leden Marpaung, Asas Teori Praktek Hukum Pidana, (Jakarta : Sinar Grafika, 2008),

hal. 144. 17

Bambang Waluyo, Pidana dan Pemidanaan, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), hal. 10. 18

Leden Marpaung, Asas Teori Praktek Hukum Pidana,… hal. 112-113.

Page 36: PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30599/1/AHMAD... · perspektif hukum pidana islam terhadap putusan pengadilan

24

a. Penempatan dirumah sakit jiwa bagi yang tidak dapat

dipertanggungjawabkan karena jiwanya cacat dalam tubuhnya atau

terganggu penyakit;

b. Bagi anak yang berumur 16 tahun melakukan tindak pidana, hakim dapat

mengembalikan kepada orang tuanya, memerintahkan agar anak tersebut

diserahkan kepada pemerintah.19

3. Tujuan Penghukuman Terhadap Pelaku Tindak Pidana

Pemikiran yang menjadi landasan aktivitas Union tentang tujuan

penghukuman ini adalah memerangi kejahatan sebagai suatu gejala masyarakat,

agar bagi pelaku tindak pidana merasakan efek jera dalam melakukan kejahatan

dan tidak mampu melakukan kejahatan-kejahatan lainnya.20

Menurut Andi Hamzah, sepanjang perjalanan sejarah, tujuan dari pidana ada

empat bagian:

1. Pembalasan (revenge)

Seseorang yang telah menyebabkan kerusakan dan mala petaka pada orang lain,

menurut alas an ini wajib menderita seperti yang ditimpakan kepada orang lain.

2. Penghapusan Dosa (ekspiantion)

Konsep ini berasal dari pemikiran yang bersifat religious yang bersumber dari

Allah.

19

Teguh Prastyo, Hukum pidana, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), cet. 3, hal. 98. Lihat juga

pasal 44 ayat 2 dan pasal 45 KUHP. 20

Ibid, hal. 74-75.

Page 37: PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30599/1/AHMAD... · perspektif hukum pidana islam terhadap putusan pengadilan

25

3. Menjerakan

4. Memperbaiki si pelaku tindak kejahatan (rehabilition of the criminal).

Pidana ini ditetapkan sebagai usaha untuk mengubah sikap dan perilaku jarimun

agar tidak mengulangi kejahatannya.21

B. Tinjauan Menurut Hukum Pidana Islam

1. Pengertian Tindak Pidana

Tindak Pidana (jarimah) didefinisikan oleh imam al-Mawardi

sebagai berikut:

حؼضيش ب ثحذ ا ساث ششػيخ صجشاهلل ػ يحظ

“segala larangan syara‟ (melakukan hal-hal yang dilarang dan atau

meninggalkan hal-hal yang diwajibkan) yang diancam dengan hukuman had

atau ta‟zir.22

Sedangkan hukuman atau dalam hukum pidana islam disebut juga

sebagai „uqubah yang menurut bahasa berasal dari kata عقوبا ج عقب yang artinya

mengikuti atau mengiringi.23

Sedangkan menurut istilah derita atau nestapa

yang ditetapkan bagi suatu perbuatan yang dilarang, yang didasarkan kepada

sumber dan dalil hukum islam. Abdul Qadir Audah mendefinisikan hukuman

sebagi sanksi hukum yang telah ditetapkan untuk kemaslahatan umat khususnya

21

Andi Hamzah, Asas-asas hukum Pidana ((Jakarta : PT. Pradya Paramita, 1997), hal. 193 22

A.Djazuli, fiqh jinayah (upayan menanggulangi kejahatan dalam islam), (PT

RajaGrafindo Persada, 1997), hal. 28. 23

Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta: PT Hidakarya Agung, 1990),

hal. 274.

Page 38: PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30599/1/AHMAD... · perspektif hukum pidana islam terhadap putusan pengadilan

26

masyarakat karena melanggar perintah syar‟i (Allah SWT dan Rasul-Nya).24

Ibnu „Abidin dari ulama madzhab Hanafi mendefinisikan bahwa hukuman

penghalang sebelum melakukan, ancaman sesudahnya. Maksudnya, dengan

mengetahui syari‟atnya menghalangi keberanian melakukan dan terjerumusnya

sesudahnya menghalangi kembali kepadanya.25

2. Macam-macam Tindak Pidana dan Hukumannya

Berdasarkan suatu ketentuan yang ada dalam hukum pidana islam,

hukuman mempunyai macam-macamnya diantaranya hukuman ditinjau dari

segi terdapat dalam nashnya, yaitu hudud, qishash, diyat, dan kafarah. Misalnya

hukuman bagi pezina, pencuri, perampok, pemberontak, pembunuh, dan orang

yang mendzihar istrinya. Sedangkan yang tidak ada nashnya hukumannya

disebut ta‟zir, seperti percobaan melakukan tindak pidana, tidak melaksanakan

amanah, sanksi palsu, dan melanggar aturan lalu-lintas.26

a. Hudud

Hudud secara bahasa merupakan bentuk jamak dari kata حد ج حدودا

yang berarti عقوبة (hukuman).27

Sedangkan menurut istilah hudud adalah

batasan-batasan ketentuan dari Allah SWT tentang hukuman yang diberikan

kepada orang-orang yang berbuat dosa atau melanggar hukum. Sedangkan

24

Abdul Qodir Audah, Ensiklopedia Hukum Pidana Islam, Jilid III, Penerjemah: Tim

Tsalisah, (Jakarta: PT Kharisma Ilmu, 2007), hal. 19 25

Ahmad Hanafi, Asas-asas Hukum Puidana Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 2005),

cet. 5, hal. 225 26

A. Djazuli, fiqh jinayah (upayan menanggulangi kejahatan dalam islam), (PT

RajaGrafindo Persada, 1997), hal. 28. 27

Ahmad Warson Munawir, Al Munawir: Kamus Arab-Indonesia, (Surabaya:

Pustaka Progressif, 1997), hal. 243.

Page 39: PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30599/1/AHMAD... · perspektif hukum pidana islam terhadap putusan pengadilan

27

perbuatan melanggar hukum disebut jarimah, sehingga sebuah pelanggaran

terhadap hudud disebut jarimah hudud. Adapun secara umum pengertian hudud

berarti larangan atau batas antara dua barang yang bertentangan.28

Jadi hukuman

hudud adalah sanksi dari sebuah hukum yang ditetapkan untuk jarimah hudud.

Sedangkan dari sebuah pengertian jarimah hudud adalah perbuatan

pidana dimana bentuk tindak pidana dan batas hukumannya sudah ditetapkan

secara khusus (eksplisit) oleh nass-nass syara‟, baik dari al-qur‟an dan hadits,

dimana tindak pidana tersebut menyangkut hak Allah. Yang ditetapkan

sanksinya berupa had (ketetapan dalam al-qur‟an dan sunnah). Hukumannya

berupa rajam, jilid atau dera, amputasi tangan, eksekusi bunuh, pengasingan

atau deportasi, dan salib.29

Adapun contoh hukuman yang diberikan kepada orang yang melakukan

tindakan seperti hukuman orang melakukan zina yang muhsan maka harus

dihukum dengan hukuman rajam, yang ghoiru muhsan harus dicambuk atau

dera 100 kali sekaligus diasingkan, kemudian dicambuk 80 kali bagi yang

menuduh berzina atau yang disebut qadzaf, sedangkan yang syurb al-khamar

(meminum minuman keras) dihukum dengan 40 atau 80 kali dera, adapun al-

baghyu (pemberontakan) diancam dengan pidana mati, sariqah (pencurian)

hukumannya harus potong tangan atau amputasi tangan, hirabah diancam

hukumannya dengan pidana mati, penyaliban, dan pengasingan dan riddah

(murtad) dihukum dengan hukuman mati.

28

M. Abdul Mujieb, Kamus Istilah Fiqh, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1995), hal.106. 29

Teguh Prasetyo, Hukum Pidana, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), hal.13.

Page 40: PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30599/1/AHMAD... · perspektif hukum pidana islam terhadap putusan pengadilan

28

b. Qishas

Secara bahasa qishas berasal dari kata اصصق-صقي -صق yang berarti هعبتت

(mengikuti), menelusuri jejak langkah. Sedangkan menurut istilah yang

dikemukakan oleh Al-Jurjani yaitu mengenakan sebuah tindakan (sanksi

hokum) kepada pelaku persis seperti tindakan yang dilakukan oleh pelaku

tersebut (terhadap korban).30

Dalam fiqih jinayah, sanksi qishas ada dua macam, yaitu sebagai

berikut:

1). Qishas karena melakukan jarimah pembunuhan

2). Qishas karena melakukan jarimah kekerasan atau penganiayaan

Ulama fiqih membedakan jarimah pembunuhan menjadi tiga kategori,

yaitu:

1). Pembunuhan Sengaja

Adapun jarimah ini sanksinya terdapat dalam firman Allah sebagai

berikut.

ا كتت ػهيكى انقصبص فى انقتهى أي يآيبانزيقهى

انحش

خى خى ثبنب انب انؼجذ ثبنؼجذ ثبنحش

قهى ثبحسب ادآء اني ف ؼش شيء فبتجبع ثبن اخي ,ي ػفي ن ف

قهى, ػزاة انيى رانك فه

(٨٧١ ح) انجقش

”Hai orang-orang yangberiman, diwajibkan atas kamu qishas berkenaan

dengan orang-orang yang dibunuh; orang merdeka dengan orang merdeka,

30

M. Nurul Irfan, Fiqh Jinayah, (Jakarta: Amzah, 2003), cet. Pertama, hal.4.

Page 41: PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30599/1/AHMAD... · perspektif hukum pidana islam terhadap putusan pengadilan

29

hamba dengan hamba, dan wanita dengan wanita. Maka barangsiapa yang

mendapat pema‟afan dari saudaranya, hendaklah (yang mema‟afkan) mengikuti

dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi ma‟af) membayar (diyat)

kepada yang member ma‟af dengan cara yang baik (pula). Yang demikian itu

adalah suatu keringanan dari Tuhan kamu dan suatu rahmat. Barangsiapa yang

melampaui batas sesudah itu, maka baginya siksa yang amat pedih. (Qs. Al-

Baqara: 178).

Ayat ini berisi tentang hukuman qishas bagi pembunuhan yang dilakukan

kejahatannya secara sengaja dan pihak keluarga korban tidak mema‟afkan

pelaku. Adapun keluarga korban mema‟afkan pelaku, maka sanksi qishas tidak

berlaku dan beralih menjadi hukuman diyat.31

2). Pembunuhan semi sengaja atau pembunuhan tersalah

3). Pembunuhan tersalah

Ketiga pembunuhan diatas disepakati oleh jumhur ulama, kecuali Imam

Malik. Mengenai hal ini, Abdul Qodir Audah mengatakan perbedaan pendapat

mendasar bahwa imam Malik tidak mengenal jenis pembunuhan semi sengaja,

karena menurutnya didalam Al-Qur‟an hanya jenis pembunuhan sengaja dan

tersalah. Barangsiapa menambah satu macam lagi, berarti ia menambah

ketentuan nash.32

c. Diyat

Diyat adalah hukuman pokok bagi pembunuhan dan kekerasan atau

penganiayaan semi sengaja dan tidak sengaja. meskipun bersifat hukuman,

namun diyat merupakan harta yang diberikan kepada korban bukan kepada

31

M. Nurul Irfan, Fiqh Jinayah, (Jakarta: Amzah, 2003), cet. Pertama, hal.5. 32

Ibid. hal. 6.

Page 42: PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30599/1/AHMAD... · perspektif hukum pidana islam terhadap putusan pengadilan

30

perbendaharaan Negara. Dari segi ini diyat lebih mirip gengan ganti kerugian

apa lagi besarnya dapat berbeda-beda menurut perbedaan kerugian material

yang terjadi yang terjadi dan menurut perbedaan kesengajaan atau tidaknya

terhadap jarimah.33

Adapun dasar dari hukuman diyat ini terdapat dalam firman Allah SWT.

ى ي اق يؤي كى يؤي ا يشيذ أخشي ستجذط

افيب خ اسكس آإنى انفت كهب سدد

فب

ى حيج حقفت اقته ى ى فخز آايذي يكف آانيكى انسهى يهق كى ى نى يؼتضن ط

انـئكى

ى ( ١٨سهطببيجيب ) انسآء : جؼهب نكى ػهي

“Kelak kamu akan dapati (golongan-golongan) yang lain, yang

bermaksud supaya mereka aman dari pada kamu dan aman (pula) dari kaumnya,

Setiap mereka diajak kembali kepada fitnah (syirik), merekapun terjun

kedalamnya. Karena itu jika mereka tidak membiarkan kamu dan (tidak) mau

mengemukakan perdamaian kepadamu, serta (tidak) menahan tangan mereka

(dari memerangimu), maka tawanlah mereka dan bunuhlah mereka dan orang-

orang yang kami berikan kepadamu alasan yang nyata (untuk menawan dan

membunuh) mereka. (Qs. : Annisa Ayat 91).

Adapun hadits yang menerangkan tentang diyat adalah

سسل اهلل صهى اهلل ػهي سهى كتت ػ أثى ثكش ي ػشث حضو ػ أثي ػ جذ : أ

في اال ف إرا أػت جذػ انذيخ في انهسب إني أم انيي كتبة كب في كتبث ... إ

ي اانذيخ في انشفتي انذيخ في انجيضتي انذيخ في انزكش انذيخ في انصهت انذيخ ف

خ حهج انذيخ في انجبئفخ حهج اناحذدح صف انذيخ في انؤيانؼيي انذيخ في انشجم

انذيخ في انقهخ خسخ ػشش يبإلثم في كم أصجغ ي اصبثغ انيذانشجم ػشش ي

33

A. Dzajuli, Fiqih Jinayah, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,1997), cet. 2,

hal.155-156

Page 43: PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30599/1/AHMAD... · perspektif hukum pidana islam terhadap putusan pengadilan

31

انشجم يقتم ثبنشأح ػهى ام انزة أنف ديبس اإلثم في انضحخ خس ي اإلثم إ

بئى( )سا انس

Artinya: “Dari Abu Bakar ibn „Amr Ibnu Hazm dari kakeknya, bahwa

Rasulullah SAW menulis surat kepada penduduk yaman dan di dalam suratnya

itu tertulis… dan sesungguhnya perusakan hidung apabila sampai gerumpung

adalah satu diyat, pada lidah satu diyat, pada kedua bibir satu diyat, pada dua

telur laki-laki satu diyat, pada zakar satu diyat, pada tulang belakang satu diyat,

pada kedua mata satu diyat, pada satu kaki separuh diyat, pada ma‟munah (luka

yang sampai keinti otak yaitu kulit yang berada dibelakang otak) sepertiga

diyat, pada jaifah (luka sampai kerongkongan, yaitu bagian leher, dada, dan

perut) sepertiga diyat, pada munaqilah (yang membuat tulang beralih dari

tempat biasanya setelah dipatahkan lima belas ekor unta, pada setiap jari tangan

atau kaki sepuluh ekor unta, pada satu gigi lima ekor unta, pada mudhihah lima

ekor unta, dan laki laki bisa dibunuh (di qishash) dengan perempuan, dan untuk

pemilik emas diyatnya seribu dinar. (HR. An-Nasa‟i).34

Dari kedua dasar dalil diatas diyat dalam pembunuhan sengaja itu bukan

hukuman pokok, melainkan hukuman pengganti dari qishas bila qishas itu tidak

dapat dilaksanakan atau dihapus dengan sebab-sebab yang telah disebut

dimuka.35

d. Ta’zir

Ta‟zir menurut bahasa سضػ yang sinonimnya ةدأ yang artinya mendidik

atau ىظػ yang artinya mengagungkan dan menghormati.36

Sedangkan menurut

istilah ta‟zir didefinisikan oleh Al-Mawardi ta‟zir adalah “hukuman yang

bersifat pendidikan atas perbuatan dosa (maksiat) yang hukumannya belum

ditetapkan oleh syara’.”

34

Ahmad Wardi Muslich, Pengantar Dan Asas Hukum Pidana Islam Fikih Jinayah,

(Jakarta: Sinar Grafika, 2006), hal. 40-41. 35

A. Dzajuli, Fiqih Jinayah, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,1997), cet. 2,

hal.155-156 36

Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta: PT. Hidakarya Agung), cet. 8,

hal. 37 dan 272

Page 44: PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30599/1/AHMAD... · perspektif hukum pidana islam terhadap putusan pengadilan

32

Kemudian Abdul Aziz Amir membagi jarimah ta‟zir secara rinci kepada

beberapa bagian, yaitu:

1). Jarimah ta’zir yang berkaitan dengan badan, seperti hukuman mati dan jilid

2). Jarimah ta’zir yang berkaitan dengan kemerdekaan seseorang atau pelukaan,

seperti hukuman penjara dan pengasingan

3). Jarimah ta’zir yang berkaitan dengan harta, seperti denda, penyitaan,

perampasan harta, dan menghancurkan barang

4). Jarimah ta’zir lain yang ditentukan ulil amri demi kemaslahatan umum

seperti, kejahatan terhadap kehormatan dan kerusakan akhlak.37

3. Tujuan Penghukuman Terhadap Pelaku Tindak Pidana

Tujuan dari penetapan dan penerapan hukuman dalam syariat Islam

adalah:

1). Pencegahan ( ( انضجشانشدع

Pengertian pencegahan adalah menahan orang berbuat jarimah agar ia

tidak mengulangi perbuatan jarimahnya. Disamping mencegah pelaku,

pencegah juga mengandung arti mencegah orang lain selain pelaku agar ia tidak

ikut-ikutan melakukan jarimah, sebab ia bisa mengetahui bahwa hukuman yang

dikenakan kepada pelaku juga akan dikenakan terhadap orang lain yang juga

melakukan perbuatan sama.

37

Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 2005), Cet.

2, hal. 248-256.

Page 45: PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30599/1/AHMAD... · perspektif hukum pidana islam terhadap putusan pengadilan

33

2). Perbaikan dan Pendidikan ( يت انتز ( اإلصالح

Tujuan yang kedua dari penjatuhan hukuman adalah mendidik pelaku

jarimah agar ia menjadi orang yang baik dan menyadari kesalahannya. Disini

terlihat bagaimana perhatian syariat Islam terhadap pelaku. Dengan adanya

hukuman ini, diharapkan akan timbul dalam diri pelaku suatu kesadaran bahwa

ia menjauhi jarimah bukan karena takut akan hukuman, melainkan karena

kesadaran diri dan kebenciannya terhadap jarimah serta dengan harapan

mendapat ridha dari Allah SWT.

3). Kemaslahatan Masyarakat.

Pada dasarnya bermuara pada sebuah keinginan agar para pelaku tindak

pidana menyadari akan pentingnya syariat Islam yang harus dijalani dalam

kehidupan sehari-hari, maka dari itu Abdul Qadir Awdah mengatakan bahwa

prinsip hukuman dalam Islam dapat disimpulkan dalam dua prinsip pokok, yaitu

menuntaskan segala perbuatan pidana dengan mengabaikan pribadi terpidana

dan memperbaiki sikap terpidana sekaligus memberantas segala bentuk tindak

pidana. Memberantas segala bentuk tindak pidana bertujuan untuk memelihara

stabilitas masyarakat, sedangkan untuk pribadi terpidana bertujuan untuk

memperbaiki sikap dan perilakunya. Oleh sebab itu, menurutnya hukuman bagi

segala bentuk tindak pidana yang terjadi harus sesuai dengan kemaslahatan dan

ketentraman masyarakat yang menghendaki.38

38

Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 2005), Cet. 2, hal.

157-158.

Page 46: PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30599/1/AHMAD... · perspektif hukum pidana islam terhadap putusan pengadilan

34

BAB III

KETENTUAN TENTANG TINDAK PIDANA KEKERASAN ATAU

PENGANIAYAAN MENURUT HUKUM PIDANA POSITIF DAN

HUKUM PIDANA ISLAM

A. Tindak Pidana Kekerasan Atau Penganiayaan Menurut Hukum

Pidana Positif

1. Pengertian Tindak Pidana Kekerasan atau Penganiayaan

Kekerasan atau Penganiayaan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

dimuat artinya sebagai perlakuan sewenang-wenang dengan penyiksaan,

penindasan dan sebagainya terhadap korban kekerasan atau penganiayaan.1

Perumusan dalam tindak pidana kekerasan atau penganiayaan dalam sebuah

pasal adalah gambaran rumusan secara umum, karena tidak dijelaskan secara

rinci bagaimana bentuk kejahatannya, tetapi yang dirumuskan hanya sebuah

akibat dari kekerasan atau penganiayaan saja, akan tetapi dalam sebuah ilmu

pengetahuan telah didefinisikan ialah dengan sengaja yang dapat

menimbulkan nestapa, rasa sakit, atau merusak kesehatan orang lain.2

Dengan demikian, seseorang dapat disebut sebagai pelaku kekerasan

atau penganiayaan apabila dilakukannya dengan sengaja yang dapat

menimbulkaan rasa sakit, menimbulkan luka, ataupun merugikan dari

kesehatan orang lain.3 Lain halnya ketika dalam konteks kedokteran, apabila

seorang dokter melakukan sebuah operasi seperti mengamputasi kaki

1 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Keempat,

(Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008), hal. 70. 2 Suharto, Hukum Pidana Materil, (Jakarta: Sinar Grafika, 2002), hal. 50.

3 P.A.F. Laminating, “Delik-Delik Khusus Kejahatan Terhadap Nyawa, Tubuh, dan

Kesehatan, hal. 132

Page 47: PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30599/1/AHMAD... · perspektif hukum pidana islam terhadap putusan pengadilan

35

pasiennya maka tidak bisa dikatakan sebagai pelaku tindak pidana kekerasan

atau penganiayaan.4

2. Klasifikasis dan Sanksi-sanksi Tindak Pidana Kekerasan atau

Penganiayaan

Bedasarkan unsur kesalahannya, tindak pidana ini dibagi menjadi dua

bagian, yaitu:

1). Tindak Pidana Yang Disengeja

Tindak Pidana yang dilakukan dengan unsur kesengajaan dapat dibedakan

menjadi empat macam, yaitu kekerasan atau penganiayaan biasa, kekerasan

atau penganiayaan ringan, kekerasan atau penganiayaan berencana, kekerasan

atau penganiayaan berat.5

Adapun sanksi bagi seseorang yang melakukan tindak pidan kekerasan atau

penganiayaan yang disengaja terdapat Dalam pasal:

(a). 351 KUHP tentang kekerasan atau penganiayaan biasa (ayat 1)

dengan ancaman hukuman pidana penjara paling lama dua tahun delapan

bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah,

kekerasan atau penganiayaan yang mengakibatkan luka berat (ayat 2) diancam

pidana penjara paling lama lima tahun, kekerasan atau penganiayaan yang

mengakibatkan kematian (ayat 3) dikenai pidana paling lama tujuh tahun

penjara, dan kekerasan atau penganiayaan yang berupa sengaja merusak

4

M. Sudradjat Bassar, Tindak-tindak Pidana Tertentu didalam Kitab Undang-

undang Hukum Pidana, (Bandung: Remadja Karya, 1986), hal. 134. 5Adam Chazawi, “Kejahatan Terhadap Tubuh dan Nyawa, (Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, 2007), hal. 8.

Page 48: PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30599/1/AHMAD... · perspektif hukum pidana islam terhadap putusan pengadilan

36

kesehatan (ayat 4) serta percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak

dipidana (ayat 5).6

(b). 352 KUHP tentang kekerasan atau penganiayaan ringan dengan

ancaman pidana penjara paling lama tiga bulan atau pidana denda paling

banyak empat ribu lima ratus rupiah, namun hukuman tersebut dapat ditambah

sepertiga bagi orang yang melakukan kejahatan itu terhadap orang yang

bekerja padanya atau menjadi bawahannya.7 Percobaan melakukan kekerasan

atau penganiayaan yang dimaksud dalam pasal 352, tidak dikenai hukuman.

Akan tetapi, percobaan melakukan kekerassan atau penganiayaan yang

dimaksud dalam pasal 353, 354, dan 355 tidak dikecualikan dari hukuman.8

(c). 353 tentang tindak pidana kekerasan atau penganiayaan berencana,

dalam pasal ini hukuman bagi seseorang yang melakukannya dijatuhi

kukuman pidana penjara paling lama empat tahun terdapat dalam ayat (1)

tentang direncanakan terlebih dahulu. Sedangkan dalam ayat (2) dijatuhi

hukuman pidana penjara paling lama tujuh tahun apabila perbuatannya itu

mengakibatkan luka berat, jika sampai pada kematian maka terdapat dalam

ayat (3) yang akan dijatuhi pidana penjara paling lama Sembilan tahun.9

(d). 354 tentang tindak pidana kekerasan atau penganiayaan berat biasa

dengan ancaman pidana penjara paling lama delapan tahun (pasal 354 ayat

(1)), dan kekerasan atau penganiayaan berat yang menimbulkan kematian

6 Adam Chazawi, “Kejahatan Terhadap Tubuh dan Nyawa, (Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, 2007), hal. 16-17. Dan Lihat Pasal 351 KUHP 7 Pasal 352 KUHP

8M. Sudradjat Bassar, Tindak-tindak Pidana Tertentu didalam Kitab Undang-undang

Hukum Pidana, (Bandung: Remadja Karya, 1986), hal. 136. 9 Pasal 353 KUHP

Page 49: PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30599/1/AHMAD... · perspektif hukum pidana islam terhadap putusan pengadilan

37

dapat dijatuhi ancaman pidana penjara paling lama sepuluh tahun (pasal 354

ayat (1)).10

2). Tindak Pidana Karena Kealpaan

Dalam pasal 360 KUHP dimuat hanya satu ketentuan mengenai tindak pidana

terhadap tubuh yang dilakukan karena kealpaan, adanya unsur subjektif

karena kealpaan dan unsur objektif karena kekerasan atau penganiayaan yang

karena kealpaan dapat mengakibatkan luka berat dan menimbulkan rasa sakit

serta mengakibatkan kecacatan seumur hidup atau cacat permanen. Tetapi

unsur yang terpenting dalam kekerasan atau penganiayaan adanya unsur

kesalahan atau kejahatan yang dilakukan secara lupa.11

Adapun sanksi bagi setiap seseorang yang melakukan tindak pidana

kekerasan atau penganiayaan yang tidak disengaja terdapat dalam pasal 360

KUHP, yang berbunyi:

i. Barang siapa karena kesalahannya (kealpaannya) menyebabkan

orang lain mendapat luka-luka berat, diancam dengan pidana

penjara paling lama lima tahun atau pidana kurungan paling lama

satu tahun

ii. Barang siapa karena kesalahannya (kealpaannya) menyebabkan

orang lain luka-luka sedemikian rupa sehingga timbul penyakit

atau halangan menjalankan pekerjaanjabatan atau pencarian selama

waktu tertentu, diancam dengan pidana penjara paling lama

Sembilan bulan atau kurungan paling lama enam bulan atau pidana

denda paling tinggi empat ribu lima ratus rupiah.12

10

Pasal 354 KUHP. Akibat kematian bukanlah yang menjadi tujuan, yang diinginkan

hanya pada luka beratnya saja. Adapun kematian hanya faktor untuk memperberat pidana

pada kekerasan atau penganiayaan berat saja dan bukan syarat sebagai terjadinya kekerasan

atau penganiayaan berat. Dalam Adami Chazawi, “Kejahatan Terhadap Tubuh…”, hal. 33. 11

Adam Chazawi, “Kejahatan Terhadap Tubuh dan Nyawa, (Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, 2007), hal. 51. 12

Pasal 360 KUHP

Page 50: PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30599/1/AHMAD... · perspektif hukum pidana islam terhadap putusan pengadilan

38

Dari sebuah pasal diatas dapat diambil kesimpulan bahwasanya

kejahatan yang dilakukan terhadap tubuh seseorang yang dikarenakan tidak

sengaja kemudian mengakibatkan luka berat dapat diancam hukuman penjara

paling lama lima tahun atau kurungan paling lama satu tahun. Sedangkan, jika

hal tersebut menyebabkan orang lain luka-luka sedemikian rupa sehingga

timbul penyakit atau halangan terhadap menjalankan pekerajaa jabatan serta

pencarian selama waktu tertentu, maka diancam dengan pidana penjara paling

lama Sembilan bulan atau kurungan paling lama enam bulan atau denda

paling tinggi empat ribu lima ratus rupiah.

3. Penganiayaan Yang Menyebabkan Cacat Permanen

Cacat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah

kekurangan yang menyebabkan nilai atau mutunya kurang baik atau kurang

sempurna (yang terdapat pada badan, benda, batin, atau akhlak) sedangkan

permanen yang berarti tetap (tidak untuk sementara waktu) berlangsung lama

(tanpa perubahan yg berarti)13

Dalam hal ini penganiayaan yang mengakibatkan cacat permanen

adalah penganiayaan terhadap anggota tubuh yang dibedakan dalam

penyebutannya saja agar lebih khusus lagi dalam anggota tubuh mana yang

dilukai sehingga mengalami kecacatan, karena pada dasarnya dalam

penganiayaan ini sama istilahnya yang disebutkan dalam hukum pidana

Positif maupun hukum pidana Islam itu sendiri yang pada intinya sama-sama

13

http://kbbi.web.id/cacat, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Kamus versi

online/daring (dalam jaringan),

Page 51: PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30599/1/AHMAD... · perspektif hukum pidana islam terhadap putusan pengadilan

39

pelukaan terhadap anggota tubuh yang dilakukan oleh seseorang kepada

angota tubuh orang lain.

B. Tindak Pidana Kekerasan Atau Penganiayaan Menurut Hukum

Pidana Islam

1. Pengertian Tindak Pidana Kekerasan atau Penganiayaan

Tindak pidana dalam hukum Islam dikenal dengan jarimah yang

berasal dari kata (جرم) yang sinonimnya ( كسبو قطع ) yang berarti berusaha

dan bekerja yang dalam hal ini khusus untuk pengertian usaha yang tidak baik

atau dibenci oleh manusia. Dari pengertian tersebut dapatlah ditarik definisi

yang jelas bahwa pengertian jarimah secara bahasa adalah melakukan setiap

perbuatan yang menyimpang dari kebenaran, keadilan, dan jalan yang lurus

(agama).14

Menurut Ahmad Wardi Muslich sebagaimana dikutip dari Abdul Qadir

Audah dalam kitabnya yang berjudul Al-Tasyri’ Al-Jinaiy Al-Islamy, jarimah

kekerasan atau penganiayaan atau tindak pidana selain jiwa adalah setiap

perbuatan menyakiti orang lain yang mengenai badannya, tetapi tidak sampai

menghilangkan nyawanya. Pengertian ini sejalan dengan definisi yang

dikemukakan oleh Wahbah Zuhaili, bahwa tindak pidana selain jiwa adalah

setiap tindakan melawan hukum atas badan manusia, baik berupa pemotongan

anggota badan, pelukaan, maupun pemukulan, sedangkan nyawanya tidak

terganggu.15

14

Ahmad Wardi Muslich, Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam Fikih Jinayah,

Cet.2, (Jakarta: Sinar Grafika, 2006), hal. 9. 15

Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 2005), cet.

2, hal. 179.

Page 52: PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30599/1/AHMAD... · perspektif hukum pidana islam terhadap putusan pengadilan

40

Menurut sebagian fukaha, kekerasan atau penganiayaan (tindak pidana

selain jiwa) adalah perbuatan menyakitkan yang mengenai badan seseorang,

namun tidak mengakibatkan kematian. Ini adalah pendapat yang sangat teliti

dan mampu memuat setiap bentuk melawan hukum dan kejahatan yang bisa

digambarkan, sehingga masuk di dalamnya: melukai, memukul, mendorong,

menarik, memeras, memotong rambut dan pencabutannya, dan lain-lain.16

2. Klasifikasi dan Sanksi-sanksi Tindak Pidana Kekerasan Atau

Penganiayaan

Unsur-unsur tindak pidana kekerasan atau penganiayaan secara umum

harus dipenuhi dalam menetapkan suatu perbuatan jarimah, yaitu:

a. Rukun syar’i ( unsur formil )

yaitu nash yang melarang perbuatan dan mengancam perbuatan

terhadapnya. Terdapat lima masalah pokok sebagai berikut:

1). Asas Legaitas Tindak Pidana KekerasanAtau Penganiayaan.

Suatu perbuatan dapat dianggap sebagai jarimah dan harus dituntut

apabila ada nash yang melarang dan mengancamnya dengan hukuman. Hal ini

sesuai dengan kaidah syari‟at Islam yang berbunyi :

ال حكى ال فعبل ءانعقال قجم سد انض

Artinya: “Sebelum ada nash (ketentuan), tidak ada hukum bagi perbuatan

orang-orang yang berakal sehat”.17

16

Ahsin Sakho Muhammad (eds), Ensiklopedi Hukum PIdana Islam, (Jakarta:

Kharisma Ilmu, 2008), hal. 19. 17

Ahmad Wardi Muslich, Pengantar Dan Asas Hukum Pidana Islam, Cet. 2,

(Jakarta: Sinar Grafika, 2006), hal. 29.

Page 53: PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30599/1/AHMAD... · perspektif hukum pidana islam terhadap putusan pengadilan

41

Untuk tindak pidana kekerasan atau penganiayaan ketentuannya tercantum

dalam :

(a). Qs. Al- Baqarah ayat 179:

(٢:٩٧١) نكى في انقظبص حيبح يب أني انؤنجبة نعهكى تتق

Artinya :“Dan dalam qishaash itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu,

Hai orang-orang yang berakal, supaya kamu bertakwa.”

(b). Qs. Al- Maidah: 45:

ثبأل األر ف ف ثبأل األ ثبنعي انعي انفس ثبنفس آأ ى في ب عهي كتج انس ر

ح قظبص انجش ثبنسج ف كفبسحن ,ف تظذق ث

ج نى ي

زل اهلل آأ يحكى ث

) ( ى انظبن فؤنئك

Artinya:” Dan kami telah tetapkan terhadap mereka di dalamnya (At

Taurat) bahwasanya jiwa (dibalas) dengan jiwa, mata dengan mata, hidung

dengan hidung, telinga dengantelinga, gigi dengan gigi, dan luka-luka (pun)

adakisasnya. Barangsiapa yang melepaskan (hak kisas) nya, Maka melepaskan

hak itu (menjadi) penebus dosa baginya.Barangsiapa tidak memutuskan

perkara menurut apa yang diturunkan Allah, Maka mereka itulah orangorang

zalim”.18

(c). Hadits „Amr Ibn Hazm:

سسل اهلل طهى اهلل عهي سهى ع أثى ثكش ي عشث حزو ع أثي ع جذ : أ

في اال ف إرا أعت جذع انذيخ في كتت إني أم انيي كتبة كب في كتبث ... إ

انهسب اانذيخ في انشفتي انذيخ في انجيضتي انذيخ في انزكش انذيخ في انظهت انذيخ

خ ثهث انذيخ في يخ في انؤيفي انعيي انذيخ في انشجم اناحذدح ظف انذ

18

Departemen RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Bandung: CV. Penerbit

Diponegoro , 2008), hal.115.

Page 54: PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30599/1/AHMAD... · perspektif hukum pidana islam terhadap putusan pengadilan

42

سخ عشش يبإلثم في كم أطجع ي اطبثع انيذانشجم انجبئفخ ثهث انذيخ في انقهخ خ

انشجم يقتم ثبنشأح عهى ام انزة عشش ي اإلثم في انضحخ خس ي اإلثم إ

أنف ديبس )سا انسبئى(

Artinya: “Dari Abu Bakar ibn „Amr Ibnu Hazm dari kakeknya, bahwa

Rasulullah SAW menulis surat kepada penduduk yaman dan di dalam

suratnya itu tertulis… dan sesungguhnya perusakan hidung apabila sampai

gerumpung adalah satu diyat, pada lidah satu diyat, pada kedua bibir satu

diyat, pada dua telur laki-laki satu diyat, pada zakar satu diyat, pada tulang

belakang satu diyat, pada kedua mata satu diyat, pada satu kaki separuh diyat,

pada ma‟munah (luka yang sampai keinti otak yaitu kulit yang berada

dibelakang otak) sepertiga diyat, pada jaifah (luka sampai kerongkongan,

yaitu bagian leher, dada, dan perut) sepertiga diyat, pada munaqilah (yang

membuat tulang beralih dari tempat biasanya setelah dipatahkan lima belas

ekor unta, pada setiap jari tangan atau kaki sepuluh ekor unta, pada satu gigi

lima ekor unta, pada mudhihah lima ekor unta, dan laki laki bisa dibunuh (di

qishash) dengan perempuan, dan untuk pemilik emas diyatnya seribu dinar.

(HR. An-Nasa‟i).19

2). Sumber Aturan Jarimah Kekerasan atau Penganiayaan.

Jumhur ulama telah sepakat bahwa sumber aturan tindak pidana

kekerasan atau penganiayaan terdiri dari dua, yaitu:

(a) Al-Qur‟an, yakni tertulis dalam QS. Al- Baqarah ayat 179 dan Qs.Al-

Maidah ayat 45.

(b) As-Sunnah, ialah apa yang bersumber dari Rasul, baik perkataan

(qauliyah), perbuatan (fi’liyah), dan ketetapannya (takririyah).

Adapun hadits yang menerangkan tentang hukuman tindak pidana

penganiayaan adalah hadits dari „Amr Ibn Hazm.

3). Masa Berlakunya Aturan Jarimah Kekerasan atau Penganiayaan.

19

Ahmad Wardi Muslich, Pengantar Dan Asas Hukum Pidana Islam Fikih Jinayah,

(Jakarta: Sinar Grafika, 2006), hal. 40-41.

Page 55: PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30599/1/AHMAD... · perspektif hukum pidana islam terhadap putusan pengadilan

43

Dalam hukum positif, ketentuan tentang masa berlakunya peraturan ini

dapat dilihat dalam pasal 1 ayat (1) kitab Undang-undang Hukum Pidana

Indonesia. Pasal tersebut berbunyi: “tiada suatu perbuatan dapat dipidana

melainkan atas kekuatan ketentuan pidana dalam perundang undangan yang

telah ada sebelum perbuatan itu terjadi”.20

Menurut hukum pidana Islam ketentuan masa berlakunya peraturan

pidana ini, pada prinsipnya sama dengan hukum pidana positif. Seperti halnya

dalam hukum positif, peraturan pidana dalam hukum pidana Islam berlaku

sejak ditetapkannya dan tidak berlaku terhadap peristiwa yang terjadi sebelum

peraturan itu dikeluarkannya atau ditetapkan.Dengan demikian, peraturan

pidana dalam hukum postif tidak berlaku surut.

4). Lingkungan Berlakunya Aturan Tindak Pidana Kekerasan atau

Penganiayaan

Pada dasarnya syari’at Islam bukan syariat regional atau kedaerahan,

melainkan syari’at yang bersifat universal dan internasional. Akan tetapi tidak

semua orang percaya kepada syari’at Islam , sedangkan syari’at ini tidak

mungkin dipaksakan maka dalam kenyataannya syari’at Islam hanya dapat

diterapkan di negerinegeri yang berada dalam kekuasaan kaum muslimin saja.

Dalam hubungan dengan lingkungan berlakunya peraturan pidana Islam,

secara teoritis para fukaha membaginya dalam dua bagian yaitu negeri Islam (

.( دارالحرب ) dan negeri bukan Islam ( داراالسالم21

20

Redaksi Sinar Grafika, KUHAP dan KUHP, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), hal. 3. 21

Ahmad Wardi Muslich, Pengantar Dan Asas Hukum Pidana Islam, Cet. 2,

(Jakarta: SinarGrafika, 2006), hal. 53.

Page 56: PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30599/1/AHMAD... · perspektif hukum pidana islam terhadap putusan pengadilan

44

5). Asas Pelaku Atau Terhadap Siapa Berlakunya Aturan Tindak Pidana

Kekerasan atau Penganiayaan.

Hukum pidana syari‟at Islam khususnya dalam pelaksanaannya tidak

membeda-bedakan tingkatan manusia. Sejak pertama kali diturunkan syari‟at

Islam memandang bahwa semua orang di depan hukum sama tingkatannya.

Tidak ada perbedaan antara orang kaya dengan orang miskin, bangsawan dan

rakyat jelata serta penguasa dan penduduk biasa. Dalam Islam perbedaan

tingkatan itu hanya satu, yaitu yang paling taqwa saja disisi sang pencipta

yaitu Allah SWT.22

b. Rukun Maddi (unsur materil)

yaitu adanya tingkah laku yang membentuk jarimah, baik perbuatan-

perbuatan nyata ataupun sikap tidak berbuat. Unsur materil adalah perbuatan

atau ucapan yang menimbulkan kerugian kepada individu atau masyarakat.

Dalam jarimah zina unsur materilnya adalah perbuatan merusak keturunan,

dalam jarimah qodhaf unsur materilnya adalah perkataan yang berisi tuduhan

zina, jarimah pembunuhan unsur materilnya adalah perbuatan yang

mengakibatkan hilangnya nyawa orang lain.

Sedangkan jarimah kekerasan atau penganiayaan unsur materilnya

adalah perbuatan yang mengakibatkan pencederaan pada tubuh orang lain.

Perbuatan-perbuatan tersebut adakalanya telah selesai dilakukan dan

adakalanya tidak selesai karena ada sebab-sebab dari luar.Jarimah yang tidak

selesai ini dalam hukum positif disebut perbuatan percobaan. Disamping itu,

22

Ahmad Wardi Muslich, Pengantar Dan Asas Hukum Pidana Islam, Cet. 2,

(Jakarta: SinarGrafika, 2006), Ibid, hal. 41.

Page 57: PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30599/1/AHMAD... · perspektif hukum pidana islam terhadap putusan pengadilan

45

perbuatan-perbuatan tersebut adakalanya dilakukan oleh seorang dan

bersama-sama dengan orang lain, dalam hukum positif ini dinamakan dengan

turut serta melakukan jarimah.23

c. Rukun Adabi (unsur moril)

yaitu orang yang dapat dimintai pertanggungjawaban terhadap

jarimah yang diperbuatnya.24

Mengenai pertanggungjawaban seseorang, ada kaidah yang berbunyi:

ال يكهف ششعب إال ي كب قبدسا عهى فى دنيم انتكهيف أال نب كهف ث ال يكهف ششعب

و ن عهب يحه عهى إيتثبن إال ثفعم يك يكذس نهكهف يعه

Artinya: “Menurut syara‟ seseorang tidak dapat diberi pembebanan

(taklif) kecuali apabila ia mampu memahami dalil-dalil taklif dan cakap untuk

mengerjakannya. Dan menurut syara‟ pula seseorang tidak dibebani taklif

kecuali dengan pekerjaan yang mungkin dilaksanakan dan disanggupi serta

diketahui oleh mukallaf dengan pengetahuan yang bisa mendorongnya untuk

melakukan perbuatan tersebut”.25

Kaidah di atas menyatakan tentang syarat-syarat yang terdapat pada

pelaku. Adapun syarat untuk pelaku mukallaf itu ada dua macam. Pertama,

Pelaku sanggup memahami nash-nash syara‟ yang berisi hukum taklifi.

Kedua, pelaku pantas untuk dimintai pertanggungjawaban dan di jatuhi

hukuman. Sedangkan syarat untuk perbuatan yang diperintahkan ada tiga

macam:

1) Perbuatan itu mungkin dikerjakan.

23Ibid, hal. 41. 24

Ibid, hal. 6 25

Ahmad Wardi Muslich, Pengantar Dan Asas Hukum Pidana Islam, Cet. 2,

(Jakarta: SinarGrafika, 2006), hal. 30.

Page 58: PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30599/1/AHMAD... · perspektif hukum pidana islam terhadap putusan pengadilan

46

2) Perbuatan itu disanggupi oleh mukallaf, yakni ada dalam jangkauan

kemampuan mukallaf, baik untuk mengerjakannya maupun meninggalkannya.

3) Perbuatan tersebut diketahui oleh mukallaf dengan sempurna.26

Adapun sanksi-sanksi bagi seseorang yang melakukan tindak pidana

kekerasan atau penganiayaan sebagai berikut:

1. Qishash

Pengertian qishash sebagaimana dikemukakan oleh Ahmad Hanafi

yang dikutip dari Muhammad Abu Zahrah adalah:

قظبص ا يز نجبنجبى ي انعقثخ انبديخ يثم يبأزل ثهجي عهي

Artinya: “Qishsah adalah memberikan hukuman kepada pelaku perbuatan

persis apa yang dilakukan kepada sikorban.”27

Qishsah merupakan hukuman pokok bagi perbuatan pidana dengan

objek (sasaran) jiwa ataupun anggota badan yang dilakukan dengan sengaja,

seperti membunuh, melukai menghilangkan anggota badan.28

Dalam penganiayaan, hukuman qishash dapat dikenakan pada tindak pidana

sebagai berikut:

a. Perusakan terhadap athraf dan sejenisnya dengan sengaja.

26

Maksudnya adalah 1). Pelaku mengetahui hukum- hukum taklifi dan untuk itu

maka hokum tersebut harus sudah ditetapkan dan disiarkan kepada orang banyak. Dengan

demikian maka hal ini berarti tidak ada jarimah kecuali dengan adanya nash (ketentuan). 2).

Pada ketentuan hukum itu sendiri ada faktor yang mendorong seseorang untuk berbuat . hal

ini berarti ia mengetahui bahwa ia akan dikenakan hukuman apabila tidak menaati peraturan

atau ketentuan hukum tersebut. Dengan demikian, maka pengertiannya adalah bahwa suatu

ketentuan tentang jarimah harus berisi ketentuan tentang hukumnya. 27

Ahmad Hanafi, Asas-asas Hukum Pidana Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1995),

cet. 5, hal. 255. 28

Rahmat Hakim, Hukum Pidana Islam (Fiqh Jinayah), (Jakrta: Pustaka Setia, 2000),

hal. 125.

Page 59: PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30599/1/AHMAD... · perspektif hukum pidana islam terhadap putusan pengadilan

47

Athraf menurut para fuqaha adalah tangan dan kaki, pengertian

tersebut kemudian diperluas kepada anggota badan yang lain sejenis athraf,

yaitu jari, kuku, bulu mata, gigi, rambut, jenggot, alis, kumis, hidung, lidah,

zakar, biji pelir, telinga, bibir, mata, dan bibir kemaluan perempuan.

Sedangkan yang dimaksud dengan perusakan athraf ialah tindakan berupa

pemotongan seperti pada tangan dan kaki, pencongkelan seperti pada mata,

dan pencabutan seperti pada gigi, serta tindakan lain yang sesuai dengan jenis

anggota badannya.29

b. Menghilangkan Manfaat Anggota Badan Secara Sengaja.

Menghilangkan manfaat anggota badan bukan berarti menghilangkan

jenis anggota badan itu sendiri.Maksudnya, yang hilang hanya manfaatnya

saja sedangkan jenis anggota badannya masih tetap ada.Manfaat anggota

badan ada yang menyatu seperti kemampuan memegang dengan

tangan.Adapun manfaat anggota badan yang tidak menyatu dengan anggota

badan misalnya adalah kemampuan mendengar (daya pendengaran) terpisah

dari telinga. Menurut Wahbah Zuhaili, yang mengutip pendapat sebagian

ulama, jenis manfaat anggota badan yang terpisah dengan anggota badannya

ada dua puluh jenis bahkan lebih. Diantara jenis manfaat anggota badan

tersebut adalah daya akal, pendengaran, penglihatan, penciuman,

pembicaraan, suara, rasa (dzauq), pengunyahan (madhgun), pengeluaran mani

29

Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 2005), hal.

185.

Page 60: PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30599/1/AHMAD... · perspektif hukum pidana islam terhadap putusan pengadilan

48

(imna’), penghamilan (ihbal), persetubuhan (jima’), pengeluaran air seni

(ifdha’), daya gerak (bathsyu), dan berjalan.30

c. Pelukaan Terhadap Muka dan Kepala (sajjaj).

Menurut Imam Abu Hanifah, hanya luka mudhihah yang dapat

dikenakan qishash, mudhihah adalah pelukaan yang agak dalam sehingga

memotong atau merobek selaput antara daging dan tulang, sehingga tulang

tersebut kelihatan. Sedangkan jenis-jenis syajjaj di atas mudhihah seperti

hasyimah, munqilah, al-ammah, dan ad-damighah, tidak menggunakan

hukuman qishash karena sangat sulit untuk dilaksanakan secara tepat ada

kelebihan. Menurut Imam Malik semua jenis syajjaj sebelum mudhihah

berlaku hukuman qishash, karena hal itu mungkin yntuk dilaksanakan.31

d. Pelukaan Terhadap Jirah (anggota badan selain wajah, kepala, dan

athraf).

Hukuman qishash dapat dikenakan kepada pelaku penganiayaan

apabila memiliki syarat sebagai berikut:

1). Jaifah, yaitu pelukaan yang sampai ke bagian dalam dari dada dan perut,

baik pelukaannya dari depan, belakang, maupun samping.

2). Ghoir jaifah, yaitu pelukaan yang tidak sampai ke bagian dalam dari

anggota badan tesebut, melainkan hanya bagian luarnya saja.

Hukuman qishash untuk jirah ini memiliki beberapa pendapat yang berbeda,

diantaranya :

30

Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 2005), hal.

185-186. 31

Ibid, hal. 186

Page 61: PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30599/1/AHMAD... · perspektif hukum pidana islam terhadap putusan pengadilan

49

Imam Malik, berpendapat bahwa qishash berlaku pada semua jirah,

baik lukanya munqilah maupun hasyimah. Alasannya karena pada luka

tersebut masih memungkinkan untuk dilaksanakannya qishash, kecuali jika

menimbulkan kekhawatiran. Sedangkan untuk jaifah tidak berlaku hukuman

qishash.

Abu Hanifah, bependapat bahwa di dalam jirah tidak berlaku hukuman

qishash, baik jaifah maupun ghoir jaifah. Alasannya adalah karena sulit untuk

menerapkan kesepadanan dalam pelaksanaannya.

Imam Syafi‟i dan Imam Ahmad, berpendapat bahwa dalam jirah

berlaku hukuman qishash apabila pelukaannya sampai mudhihah, yaitu

pelukaan sampai kepada tulangnya. Alasannya karena dalam hal ini

kesepadanan mungkin diterapkan karena ada batas, yaitu tulang.

Hukuman qishash dapat dikenakan kepada pelaku penganiayaan apabila

memiliki syarat sebagai berikut:

1. Korban adalah orang yang terlindungi darahnya. Menurut hukum Islam

yang tidak terlindungi darahnya adalah seorang pezina, muhsan, orang

murtad, kafir harbi, dan lain-lain.

2. Pelaku penganiayaan adalah orang yang mukkalaf, akil baligh, tidak hilang

ingatan (gila).

3. Pelaku melakukan perbuatan penganiayaan tanpa paksaan dari siapapun.32

Dalam pelaksanaan hukuman, baik untuk penganiayaan sengaja

maupun penganiayaan (pelukaan) sengaja, pelaku menerima hukuman sesuai

32

Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 2005), hal.

127.

Page 62: PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30599/1/AHMAD... · perspektif hukum pidana islam terhadap putusan pengadilan

50

dengan apa yang diterima korban, tidak boleh melebihi apa yang dilakukan

pelaku terhadap korban. Melebihkan hukuman dianggap sebagai perbuatan

yang melampaui batas dan tidak dikehendaki oleh Allah SWT.33

Qishash tidak dapat dilakukan apabila terdapat sebab-sebab sebagai

berikut:

a) Tidak adanya tempat (obyek) qishash.

b) Pengampunan

c) Perdamaian.

Adapun dasar dari hukuman qishos terdapat dalam surat Al-Baqarah ayat 179

dan Al-Maidah ayat 45

2. Diyat

Hukuman diyat merupakan hukuman pengganti untuk qishash apabila

hukuman qishash terhalang oleh suatu sebab.Diat, sebagai hukuman

pengganti berlaku dalam tindak pidana atas selain jiwa dengan sengaja.Di

samping itu, diyat juga merupakan hukuman pokok apabila tindak pidananya

menyerupai sengaja atau kesalahan.34

Adapun hadits yang menerangkan tentang diyat adalah

سسل اهلل طهى اهلل عهي سهى ع أثى ثكش ي عشث حزو ع أثي ع جذ : أ

في اال ف إرا أعت جذع انذيخ في كتت إني أم انيي كتبة كب في كتبث ... إ

انهسب اانذيخ في انشفتي انذيخ في انجيضتي انذيخ في انزكش انذيخ في انظهت انذيخ

في خ ثهث انذيخ يخ في انؤيفي انعيي انذيخ في انشجم اناحذدح ظف انذ

33

Rahmat Hakim, Hukum Pidana Islam (Fiqh Jinayah), (Jakarta: Pustaka Setia,

2000), hal. 131. 34

Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 2005), Cet.

2, hal. 195-196.

Page 63: PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30599/1/AHMAD... · perspektif hukum pidana islam terhadap putusan pengadilan

51

انجبئفخ ثهث انذيخ في انقهخ خسخ عشش يبإلثم في كم أطجع ي اطبثع انيذانشجم

انشجم يقتم ثبنشأح عهى ام انزة عشش ي اإلثم في انضحخ خس ي اإلثم إ

أنف ديبس )سا انسبئى(

Artinya: “Dari Abu Bakar ibn „Amr Ibnu Hazm dari kakeknya, bahwa

Rasulullah SAW menulis surat kepada penduduk yaman dan di dalam

suratnya itu tertulis… dan sesungguhnya perusakan hidung apabila sampai

gerumpung adalah satu diyat, pada lidah satu diyat, pada kedua bibir satu

diyat, pada dua telur laki-laki satu diyat, pada zakar satu diyat, pada tulang

belakang satu diyat, pada kedua mata satu diyat, pada satu kaki separuh diyat,

pada ma‟munah (luka yang sampai keinti otak yaitu kulit yang berada

dibelakang otak) sepertiga diyat, pada jaifah (luka sampai kerongkongan,

yaitu bagian leher, dada, dan perut) sepertiga diyat, pada munaqilah (yang

membuat tulang beralih dari tempat biasanya setelah dipatahkan lima belas

ekor unta, pada setiap jari tangan atau kaki sepuluh ekor unta, pada satu gigi

lima ekor unta, pada mudhihah lima ekor unta, dan laki laki bisa dibunuh (di

qishash) dengan perempuan, dan untuk pemilik emas diyatnya seribu dinar.

(HR. An-Nasa‟i).35

Diyat, baik sebagai hukuman pokok maupun sebagai hukuman

pengganti, digunakan untuk pengertian diyat yang penuh (kamilah), yaitu

seratus ekor unta. Adapun untuk hukuman yang kurang dari diyat kamilah

menggunakan istilah irsy ( ارش ).ganti rugi atau irsy ada dua macam:

1) . Irsy (ganti rugi) yang telah ditentukan ( ارش مقدر ), irsyun muqaddar

adalah ganti rugi yang sudah ditentukan batas dan jumlahnya oleh syara‟.

Contohnya seperti ganti rugi satu tangan atau satu kaki.

2) . Irsy (ganti rugi) yang belum ditentukan( adalah ganti ,( ارش غير مقدر

rugi atau denda yang belum ditentukan oleh syara‟. Dan untuk penentuannya

diserahkan kepada hakim.

35

Ahmad Wardi Muslich, Pengantar Dan Asas Hukum Pidana Islam Fikih Jinayah,

(Jakarta: Sinar Grafika, 2006), hal. 40-41.

Page 64: PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30599/1/AHMAD... · perspektif hukum pidana islam terhadap putusan pengadilan

52

Hukuman diyat (kamilah) berlaku apabila manfaat jenis anggota

badan ada yang hilang seluruhnya, seperti hilangnya dua tangan. Sedangkan

irsy berlaku apabila manfaat jenis anggota badan itu hilang sebagian,

sedangkan sebagian lagi utuh.

Contohnya seperti hilangnya satu (sebelah) tangan, satu (sebelah) kiri, atau

satu jari. Berikut adalah pembagiannya:

a) Diyat Kamilah.

Diyat kamilah atau diyat sempurna berlaku apabila kekerasan atau

penganiayaan tersebut mengakibatkan hilangnya manfaat ataupun merusak

anggota badan. Anggota badan yang berlaku diyat kamilah ada empat

kelompok, adapun kelompoknya yaitu sebagai berikut:

(1) . Anggota badan yang tanpa pasangan.

Yang termasuk dalam kelompok ini adalah hidung, lidah, zakar

(kemaluan), tulang belakang, lubang kencing, lubang dubur, kulit, rambut,

dan jenggot.

(2) . Anggota badan yang berpasangan.

Yang termasuk dalam kelompok ini adalah tangan, kaki, mata, telinga,

bibir, alis, payudara, testis, bibir vagina, pinggul, dan tulang rahang.

(3) . Anggota badan yang terdiri dari dua pasang yaitu kelopak mata dan bulu

mata.

(4) . Anggota yang terdiri dari lima pasang atau lebih terdiri dari jari tangan,

jari kaki, dan gigi.36

36

Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 2005), Cet.

2, hal. 196.

Page 65: PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30599/1/AHMAD... · perspektif hukum pidana islam terhadap putusan pengadilan

53

b) Diyat ghoir kamilah

Diyat ghoir kamilah berlaku dalam ibanahal-athraf, apabila jenis

anggota badan atau manfaatnya hilang sebagian, sedangkan sebagian lagi

masih utuh.Diyatghoirkamilah atau irsy ini berlaku untuk semua jenis

anggota badan, baik yang tunggal (tanpa pasangan) maupun yang

berpasangan.

3. Ta’zir

Ta’zir secara etimologis berarti menolak atau mencegah. Sedangkan

secara terminologis adalah bentuk hukuman yang tidak disebutkan ketentuan

kadar hukumnya oleh syara’ dan menjadi kekuasaan waliyyul amri atau

hakim.37

Sebagian ulama mengartikan ta’zir sebagai hukuman yang berkaitan

dengan pelanggaran hak Allah SWT dan hak hamba yang tidak ditentukan Al-

Qur‟an dan hadits. Dalam praktek penjatuhan hukuman, hukuman ta’zir

kadangkala dijatuhkan sebagai hukuman tambahan yang menyertai hukuman

pokok bagi jarimah hudud atau qishash diyat. Hal ini bila menurut

pertimbangan siding pengadilan dianggap perlu untuk dijatuhkan sebagai

hukuman tambahan.38

4. Aspek syar’i Penyelesaian Tindak Pidana Kekerasan atau

Penganiayaan.

Dalam konteks penyelesaian menurut syar’i berkaitan dengan tindak

pidana kekerasan atau penganiayaan diklasifikasikan dalam dua bentuk yang

ditinjau dari cara penyelesaiannya itu sendiri agar terbentuk menjadi lebih

37

Rahmat Hakim, Hukum Pidana Islam (Fiqih Jinayah) ,(Bandung: CV. Setia

Pustaka, 2000), hal.140. 38

Ibid, 143.

Page 66: PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30599/1/AHMAD... · perspektif hukum pidana islam terhadap putusan pengadilan

54

spesifik lagi, maka dengan itu hukum syar’i membagi kedalam dua

klasifikasinya. Pada dua klasifikasi diatas dalam menentukan pembagian

tindak pidana kekerasan atau penganiayaan bisa disimpulkan bahwa

perbuatannya itu masuk dalam beberapa tinjauan dari aspeknya itu sendiri,

yaitu ditinjau dari segi niatnya, dan ditinjau dari segi obyeknya (sasarannya).39

a. Ditinjau dari segi niatnya.

Ditinjau dari niat seseorang pelaku, jenis tindak pidana

kekerasan penganiayaan dapat dibagi kepada dua bagian yang di

paparkan oleh sebagian para ulama yang klasik maupun kontemporer

yang berkembang pada saat ini.

1) Tindak pidana kekerasan atau penganiayaan dengan sengaja

Pengertian tindak pidana kekerasan penganiayaan dengan sengaja, seperti

dikemukakan oleh Ahmad Wardi Muslich dari kitab Abdul Qadir Audah

adalah:

فبنعذ يبتعذ في نجبى انفعم ثقظذا

Artinya: “Perbuatan sengaja adalah setiap perbutan pelaku sengaja melakukan

perbuatan dengan maksud melawan hukum”.40

Dari definisi di atas dapat diambil asumsi bahwa tindak pidana

kekerasan atau penganiayaan dengan sengaja adalah pelaku berniat sengaja

melakukan perbuatan yang dilarang dengan maksud untuk menyakiti orang

lain. Sebagai contoh, seseorang sengaja melempar batu kepada orang lain

39

Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 2005), Cet.

2, hal. 180. 40

Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 2005), Cet.

2, hal. 180.

Page 67: PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30599/1/AHMAD... · perspektif hukum pidana islam terhadap putusan pengadilan

55

dengan maksud agar batu itu mengenai anggota tubuhnya.

2) Tindak pidana kekerasan atau penganiayaan dengan tidak di sengaja

انخطؤ يبتع في انجبى انفعم د قظذ انعذا

Artinya: “Perbuatan karena kesalahan adalah suatu perbuatan dimana

pelaku sengaja melakukan suatu perbuatan, tetapi tidak ada maksud melawan

hukum.”41

Dari definisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa perbuatan yang

dilakukan pelaku sengaja, akan tetapi tidak ada niat untuk menyakiti orang

lain. Contohnya, seseorang membuang batu melalui jendela, kemudian

mengenai seseorang yang sedang melintas.Bisa juga perbuatan yang terjadi

akibat kalalaian pelaku tanpa ada maksud melakukan perbuatan

tersebut.Misalnya orang yang membalikkan badan dan menimpa orang yang

sedang tidur disampingnya sehingga tulang rusuknya patah.42

b. Ditinjau dari Obyek Atau Sasarannya.

Ditinjau dari obyek atau sasarannya, tindak pidana atas selain jiwa, baik

sengaja maupun tidak sengaja dapat dibagi menjadi lima bagian, yaitu:

1) Memisahkan Anggota Badan atau Sejenisnya.

Yang dimaksud dengan memisahkan anggota badan adalah memotong atau

melukai bagian dari anggota badan sehingga terpisah dari anggota badannya,

misalnya memotong kaki, jari-jari, kuku, hidung, dua belah pelir (testis), bibir

kemaluan perempuan, telinga, bibir, lidah, men cukilmata, mencabut gigi dan

41

Ibid, hal. 180. 42

Ahsin Sakho Muhammad (eds), Ensiklopedi Hukum Pidana Islam, (Jakarta:

Kharisma Ilmu, 2008), hal. 19.

Page 68: PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30599/1/AHMAD... · perspektif hukum pidana islam terhadap putusan pengadilan

56

memecahkannya, mencukur atau mencabut rambut kepala, jenggot, kedua alis,

dan kumis.43

2) Menghilangkan Manfaat Anggota Badan, Tetapi Anggota Badannya

Tetap Ada.

Maksud dari jenis menghilangkan manfaat anggota badan, Tetapi anggota

badannya tetapi ada adalah tindakan yang merusak manfaat dari suatu fungsi

anggota badan, sedangkan anggota badannya masih utuh seperti semula.

Misalnya, menghilangkan daya pendengaran tetapi telinganya tetap ada,

penglihatan tetapi matanya tetap ada, penciuman tetapi hidungnya tetap ada,

pengecap untuk lidah, kemampuan berbicara, bersetubuh, dan lain-lain.44

3) Melukai Kepala dan Muka.

Asy-syijaj merupakan nama khusus dari pelukaan terhadap muka dan kepala,

Dalam pembagian asy-syijaj terdapat perbedaan pendapat dikalangan para

ulama. Di antaranya:

a) Asy-Syijaj menurut Imam Abu Hanifah:

1. Al-Kharisah, yaitu luka yang merobek kulit dan tidak menimbulkan

mengalir seperti air mata.

2. Ad-Dami’ah, yaitu luka yang menimbulkan pendarahan, tetapi tidak sampai

mengalir seperti air mata.

3. Ad-Damiyah, yaitu luka yang mengalirkan darah.

4. Al-Badiah, yaitu luka yang memotong daging.

5. Al-Mutalahimah, yaitu luka yang menghilangkan daging lebih banyak

daripada luka pada al- badiah.

6. As-Samhaq, yaitu luka yang memotong daging dan menampakkan lapisan

tipis antara daging dan tulang.

43Ibid, hal. 20

44 Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, Jakarta: Sinar Grafika, 2005, Cet. 2,

hal. `181.

Page 69: PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30599/1/AHMAD... · perspektif hukum pidana islam terhadap putusan pengadilan

57

7. Al-Mudihah, yaitu luka yang memotong kulit yang melindungi tulang dan

menampakkan tulang walaupun hanya sebesar jarum.

8. Al-Hasyimah, yaitu luka yang memecahkan tulang.

9. Al-Munqilah, yaitu luka yang menembus tulang (tempurung) kepala, yaitu

lapisan di bawah tulang dan di atas otak.

10. Ad-Damigah, yaitu luka yang menembus lapisan (di bawah tulang) sampai

keotak.45

b) Asy- Syijaj menurut Imam Syafi’i dan Ahmad Bin Hanbal:

1. Al-Kharisah, yaitu luka yang merobek kulit dan tidak menimbulkan

pendarahan.

2. Ad-Dami’ah, yaitu luka yang menimbulkan pendarahan, tetapi tidak sampai

mengalir seperti air mata.

3. Ad-Damiyah, yaitu luka yang mengalirkan darah.

4. Al-Badiah, yaitu luka yang memotong daging.

5. Al-Mutalahimah, yaitu luka yang menghilangkan daging lebih banyak

daripada luka pada al badiah.

6. As-Samhaq, yaitu luka yang memotong daging dan menampakkan lapisan

tipis antara daging dan tulang.

7. Al-Mudihah, yaitu luka yang memotong kulit yang melindungi tulang dan

menampakkan tulang walaupun hanya sebesar jarum.

8. Al-Hasyimah, yaitu luka yang memecahkan tulang.

9. Al-Munqilah, yaitu luka yang menembus tulang (tempurung) kepala, yaitu

lapisan dibawah tulang dan di atas otak.46

Menurut Abdurrahman Al-Jaziri, “sebenarnya jenis syajjaj yang

disepakati oleh para fuqaha adalah sepuluh macam, yaitu tanpa memasukkan

jenis yang ke sebelas, yaitu ad-damighah. Hal ini karena ad-damighah itu

pelukaan yang merobek selaput otak, sehingga karenanya otak tersebut akan

berhamburan, dan kemungkinan mengakibatkan kematian.”47

4) Melukai Selain Kepala dan Muka

45

Ahhsin Sakho Muhammad (eds), Ensiklopedi Hukum Pidana Islam, (Jakarta:

Kharisma Ilmu, 2008), hal. 20. 46

Ahsin Sakho Muhammad (eds), Ensiklopedi Hukum Pidana Islam, (Jakarta:

Kharisma Ilmu, 2008), hal. 20. 47

Ibid, hal. 21.

Page 70: PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30599/1/AHMAD... · perspektif hukum pidana islam terhadap putusan pengadilan

58

Al-Jirah atau pelukaan terhadap anggota badan selain wajah dan

kepala.Seperti leher, dada, perut sampai batas pinggul. Luka ini di bagi

menjadi dua;

(a). Al-Ja’ifah, yaitu pelukaan yang sampai ke bagian dalam dari rongga dada

dan perut, seperti pelukaan pada tenggorokan, punggung, lambung, dua buah

pelir, dan dubur.

(b). Ghoiru Ja’ifah, yaitu pelukaan yang tidak sampai ke bagian dalam dari

rongga dada dan perut, melainkan hanya pada bagian luarnya saja.

5) Luka yang Tidak Termasuk Empat Jenis Sebelumnya.

Yang termasuk dalam kelompok ini adalah setiap perbuatan menyakiti, akan

tetapi tidak sampai menimbulkan luka syajaj atau jirah, serta tidak sampai

merusak ataupun menghilangkan manfaat dari anggota tubuh. Misalnya

pemukulan pada bagian muka, tangan, kaki, dan badan, akibat pemukulan

tersebut korban hanya mengalami memar, muka merah, atau terasa sakit pada

anggota badannya.48

C. Faktor Penyebab Tindak Pidana Kekerasan atau Penganiayaan

Dalam kehidupan sehari-hari manusia sering dihadapkan kepada suatu

kebutuhan yang mendesak, kebutuhan pemuas diri dan bahkan kadang-kadang

karena keinginan atau desakan untuk mempertahankan status sendiri, dari

semua proses yang terjadi mengakibatkan seseorang melakukan tindak pidana

48

Ahsin Sakho Muhammad (eds), Ensiklopedi Hukum Pidana Islam, (Jakarta:

Kharisma Ilmu, 2008), hal. 22.

Page 71: PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30599/1/AHMAD... · perspektif hukum pidana islam terhadap putusan pengadilan

59

khususnya kekerasan atau penganiayaan.49

Dari segi faktornya seseorang

melakukan tindak pidana kekerasan atau penganiayaan sebagai berikut:

1. Disebabkan kondisi masyarakat disekelilingnya yang dapat

mempengaruhi. Karena pergaulan bebas yang terjadi dalam masyarakat

maka kurangnya pengontrolan diri dalam menghadapi masalah yang ada

dihadapannya kemudian terjadilah hal-hal yang demikian.

2. Disebabkan kondisi ekonomi minim yang ada didalam keluarga.

Kebutuhan pokok yang semakin meningkat sedangkan persaingan yang

begitu banyak, menyebabkan seorang melakukan tindak pidana untuk

memenuhi kebutuhan hidupnya dengan cara melakukan kekerasan atau

penganiayaan.

3. Disebabkan kejiwaan sipelaku yang mempunyai kelainan dalam kondisi

badannya, tokoh yang paling terkemuka dalam mazhab anthropologi ini ialah C.

Lombroso (1835 – 1909) dengan buah pekerjaannya yang paling penting ialah

“L‟uomo delinqunte”. Menurut Lombroso manusia yang pertama adalah penjahat

dari sejak lahirnya.50

Quetelet sebagai seorang yang statis, beliau juga menyelidiki pengaruh

besar kecilnya kemungkinan untuk berbuat jahat seperti dilihat dari

pendidikan, pekerjaan, kemiskinan, iklim, perubahan musim dengan

bertambahnya kejahatan ekonomi dalam musim dingin dan kejahatan

penyerangan dalam musim panas dengan jenis kelamin dan umur.51

49

Teguh Prasetyo, Hukum Pidana,(Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2010), hal 3 50

W. A. Bonger, Pengantar tentang Psikologi Kriminal,(Jakarta: Ghalia Indonesia, 1981),

edisi ke empat, hal, 100. 51

Ibid, hal. 67

Page 72: PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30599/1/AHMAD... · perspektif hukum pidana islam terhadap putusan pengadilan

60

BAB IV

PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN

PENGADILAN TENTANG TINDAK PIDANA KEKERASAN ATAU

PENGANIAYAAN YANG MENGAKIBATKAN CACAT

PERMANEN

A. Deskripsi Putusan Pengadilan

Dalam suatu pembahasan mengenai bab ini akan memaparkan

bagaimana duduk perkara mengenai penjatuhan pidana kekerasan atau

penganiayaan kepada terdakwa dengan pidana penjara selama 1 (satu) tahun

dan membebankan biaya perkara ini kepada Terdakwa sebesar Rp.2.000,-

(dua ribu rupiah) dengan analisis berdasarkan Putusan Pengadilan Nomer :

443/Pid/B/2014/Pn.Bekasi dengan tersangka Suharyanto bin Mulgiono yang

berusia 35 tahun beralamat dikampung Jatijaya Rt. 002/003 desa Laban Sari

Kecamatan Cikarang Timur Kabupaten Bekasi.1

Adapun tentang kasaus kekerasan atau penganiayaan yang dilakukan

oleh Suharyanto bin Mulgiono terhadap Maman Sumantri bin Enteg

berdasarkan saksi yang ada dipersidangan yaitu Enteg Bin Nisan, Kemudian

Mamannya sendiri, mengatakan sebagai berikaut:

Asal mula kejadian tersebut pada hari Sabtu tanggal 08 Pebruari 2014

sekitar pukul 07.30 Wib di Kampung Jati Jaya Rt. 002/003 Desa Labansari

Kecamatan Cikarang Timur Kabupaten Bekasi, anak dari korban bermain bola

bersama teman-temannya, lalu bola tersebut masuk kepekarangan rumah

terdakwa, sepulangnya dari mengambil bola anak korban tersebut menangis

1Deskripsi Putusan Pengadilan Nomor: 443/Pid/B/2014/Pn.Bekasi

Page 73: PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30599/1/AHMAD... · perspektif hukum pidana islam terhadap putusan pengadilan

61

dan mengadu pada ibunya yaitu Ecih Mayasari, kemudian Ecihpun mulai

curiga kepada Suharyanto ketika melihat anaknya menangis, kemudian

Ecihpun menghampiri Suharyanto sekaligus menegurnya dengan keadaan

marah-marah, setelah itu terjadilah percekcokan mulut diantara keduanya.

Sedangkan Maman Sumantri mendengar istrinya bertengkar dalam hal

ini beradu mulut Mamanpun segera keluar dari dalam rumah dalam keadaan

emosi, kemudian keluarlah perkataan ”dasar banci” yang ditujukan kepada

Suharyanto, dikarenakan Suharyanto tidak terima atas perkataan Maman

kepadanya disitupun saling tidak terima antara keduanya sehingga

mengakibatkan perkelahian physik atau pukul-memukul. Kertika mereka

saling memukul maka bergulatlah mereka sehingga keduanya terjatuh diatas

tanah sampai mereka terguling-guling, ketika itu posisi terdakwa ada dibawah

tubuh Maman, kemudian Suharyanto menarik rambut dari Maman tersebut

selanjutnya menggigit daun telinga Maman sebelah kanan sampai putus dan

banyak mengeluarkan darah selanjutnya Mamanpun kesakitan sambil

terbaring ditanah, kemudian tanpa dipikirkannya lagi Suharyantopun

meninggalkan Maman yang sedang terbaring kesakitan ditanah.

Melihat kejadian tersebut langsunglah Maman dibawa beobat ke

RSUD Karawang, ketika dibawa kerumah sakit karawang bahwa Maman

tidak sampai diopname melainkan hanya dijahit daun telinganya saja agar

tidak mengeluarkan banyak darah, ketika dirumah sakit korbanpun kemudian

diVisum, hasil dari Visum Repertum No. 08/FK-VER/II/2014 yang

dikeluarkan oleh dokter spesialis forensik yaitu dr. Hafiful Syah, SP. F., hasil

Page 74: PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30599/1/AHMAD... · perspektif hukum pidana islam terhadap putusan pengadilan

62

dari tersebut adalah daun telinga Maman sebelah kanan terputus 5 Cm x 1

Cm, pada paha kanan ditemukan terdapat memar warna kemerahan berukuran

5 Cm x 3 Cm dan pada daun telinga kanan Maman ternyata tidak bisa

disambung lagi dikarenakan putus dan mengalami cacat permanen, ketika

keluarga korban meminta kepada terdakwa untuk membiayai dalam proses

penyembuhan atau pengobatan ternyata dari pihak terdakwa tidak

membiayainya dan bisa disebut tidak bertanggung jawab dan tidak meminta

ma’af sedikitpun atas perbuatannya itu.

Sedangkan menurut saksi Agus Sugianto Bin Enteg asal mula kejadian

itu pada anak kaka saksi bernama Salimah sedang bermain bola kecil bersama

teman-temannya, lalu bola tersebut masuk kedalam pekarangan rumah

saudara Suharyanto atau terdakwa, dan ketika Salimah mengambil bola

tersebut ada terdakwa, tetapi entah kenapa Salimah pulang menangis dan

kemudian pulang mengadu pada ibunya yang bernama Ecih bahwa ia

dipelototi oleh terdakwa, melihat anaknya menangis Ecihpun begegas

menemui terdakwa dan menegurnya kemudian Ecih marah-marah kepada

terdakwa sehingga terjadi percekcokan antara keduanya.

Setelah beberapa menit keluarlah suami Ecih yang bernama Maman

Sumanti yang sedang memperbaiki motor dirumahnya melihat istrinya

bertengkar, Maman Sumantripun emosi lalu begegas menemui terdakwa

kemudian mengeluarkan ucapan “dasar banci” yang ditujukan kepada

terdakwa Suharyanto, karena mereka saling tidak terima maka terjadilah

perkelahian physik diantara keduanya yaitu saling memukul sehingga

Page 75: PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30599/1/AHMAD... · perspektif hukum pidana islam terhadap putusan pengadilan

63

mengakibatkan jatuh keduanya serta guling-gulingan keduanya. Selanjutnya

terdakwa menjambak rambut Maman sekaligus menggigit telinga sebelah

kananya.

Akan tetapi menurut saksi ini sebelum terjadi perkelahian bahwa

sebelumnya antara keluarga ini sudah mempunyai permasalahan dimana dua

tahun yang lalu keponakan terdakwa membawa kabur lari istri saksi.

Sesuai dengan deskripsi yang berada disebuah arsip putusan

pengadilan penulis mengamati dari putusan hakim tersebut sebagai berikut.

1. Unsur Barang Siapa

Barang siapa disini adalah seorang subyek hukum yang didakwakan

telah melakukan tindak pidana dan perbuatannya itu dapat dipertanggung

jawabkan secara yuridis.

Sedangkan yang dimaksud barang siapa dalam perkara ini adalah

terdakwa Suharyanto Bin Mulgiono benar dalam identitasnya dan

dibenarkan juga oleh terdakwa kemudian terdakwa dihadapkan dimuka

persidangan oleh jaksa penuntut umum.

2. Unsur Melakukan Penganiayaan

Dimaksud disini adalah melukai atau melakukan sebuah kekerasan

dalam bentuk menyiksa yang mengakibatkan kerugian dari belah pihak

dengan unsur kesengajaan. Dengan demikian pengertian melakukan

penganiayaan jelas dilakukan oleh terdawa Suharyanto Bin Mulgiono.

Karena dari beberapa keterangan saksi yang diungkapkan dimuka

persidangan mengatakan terdakwa Suharyanto Bin Mulgiono melakukan

Page 76: PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30599/1/AHMAD... · perspektif hukum pidana islam terhadap putusan pengadilan

64

hal tersebut yang alamat di kp. Jati Jaya Desa Laban Sari Kec. Cikarang

Timur Kab.Bekasi.

Awalnya terpicu dari pertengkaran mulut Ecih dengan terdakwa

karena tidak terima melihat anaknya menangis seketika keluarnya dari

halaman terdakwa, mendengaar pertengkaran dari keduanya, suami dari

Ecih yang bernama Maman menghampiri dan mengatakan “Banci” kepada

Tedakwa dari kejadian tersebut kemudian terjadi perkelahian fisik.

Dengan kejadian tersebut Majlis Hakim menyimpulkan bahwa perbuatan

tersebut termasuk dalam unsur penganiayaan.

3. Unsur Yang Mengakibatkan Luka-luka Berat

Dimaksud Luka-luka Berat adalah melakukan tindakan pidana yang

mengakibatkan nestapa bahkan cacat sementara atau selamanya bagi sikorban.

Dengan demikian melihat hilangnya panca indra dari pihak korban yaitu

telinga sebelah kanan maka Majlis Hakim menyimpulkan

bahwa luka tersebut adalah luka berat dan mengatakan bahwa perbuatan

tersebut masuk dalam perbuatan yang termaktub dalam pasal 351 tentang

kekerasan atau penganiayaan biasa yang mengakibatkan luka berat, karena

hilangnya anggota dari salah satu pendengarannya.

Setelah majelis hakim pengadilan melihat dari unsur-unsur yang

dilakukan oleh terdakwa maka barulah diputusakan dengan putusan yang

dikeluarkan pada hari kamis tanggal 19 Juni 2014 oleh majelis hakim yang

bernama Lince Anna Purba, S.H.,M.H, selaku hakim ketua memutuskan

bahwa Suharyanto Bin Mulgiono ini melakukan tindak pidana kekerasan atau

Page 77: PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30599/1/AHMAD... · perspektif hukum pidana islam terhadap putusan pengadilan

65

penganiayaan yang mengakibatkan cacat permanen dalam hal ini disebut

sebagai luka-luka berat dengan menjatuhkan hukuman penjara selama 1 tahun

dan membebankan biaya perkara ini kepada Terdakwa sebesar Rp.2.000,-

(dua ribu rupiah), penulispun menyetujui hasil putusan tersebut karena dilihat

dari perspektif hukum pidana Positif sendiri sudahlah baik yang mana

memberikan sanksi sebagai efek jera bagi pelakunya, karena tujuan dari

penghukuman yang dilaksanakan pada dasarnya adalah bertujuan memberikan

efek jera bagi setiap pelaku yang melakukan tindak pidana.

Adapun unsur yang dipaparkan diatas terkandung didalam pasal 351

KUHP ayat (2) yang menerangkan seseorang yang melakukan kekerasan atau

penganiayaan yang mengakibatkan luka berat dan dalam hal ini disebut

sebagai luka-luka berat.

B. Perspektif Hukum Pidana Islam Terhadap Putusan Pengadilan

Dalam agama Islam terdapat beberapa peraturan yang datangnya dari

Allah langung yang tertulis didalam Al-Qur’an maupun Hadits yang bertujuan

untuk setiap manusia bisa menjalankan syaritnya dengan baik sesuai dengan

aturan-aturan yang berlaku dalamnya, baik hubungan dengan Allah maupun

dengan manusia yang lainnya atau bisa disebut sebagai Hablum Minallah Wa

Hablum Minannas terkecuali bagi orang-orang yang tidak berakal, karena

hukuman bisa batal kepada orang yang demikian.

Prilaku manusia dikerjakan secara sembrono yang berdasarkan hawa

nafsunya saja berdampak kepada keburukan yang pada akhirnya, baik dalam

Page 78: PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30599/1/AHMAD... · perspektif hukum pidana islam terhadap putusan pengadilan

66

hal kejahatan melakukan pembunuhan, pemerkosaan, bahkan penganiayaan

yang sudah jelas dilarang oleh Allah.

Dari salah satu penyebutan tentang kejahatan tersebut adalah tentang

kekerasan atau penganiayaan, dalam agama Islam sangat dilarang melakukan

tindakan yang dapat merusak anggota badan dalam hal ini adalah pelukaan

terhadap hilangnya salah satu dari dua telinga. Melihat pokok dari

permasalahan melalui putusan Hakim yang dikeluarkan pengadilan Negeri

Bekasi Nomer. 443/Pid/B/2014/PN. Bks.

Penulis menganalisis jenis tindak pidana yang dilakukan masuk dalam

kategori perbuatan penganiayaan yang tidak sampai menghilangkan jiwa

sikorban dalam bentuk pemukulan dan pelukaan.2 Bila dimasukan dalam

analisis sebuah putusan diatas pada dasarnya hukum Islam mempunyai dasar

yang harus dijalankan menurut hukum syari’atnya sendiri karena, untuk

menjaga dari hal-hal yang tidak diinginkan terhadap diri manusia yang pada

khususnya. Konsep yang terkenal dalam syari’at Islam itu sendiri bermuara

pada prinsip dasar yaitu demi kemaslahatan individu maupun kelompok

lainnya.

Dalam hal pelukaan ini ada tiga aspek bila dilihat dari perbuatan ini

apabila ditinjau dari hukum pidana Islam, pertama aspek syar’i, permasalahan

ini masuk dalam hal perusakan yang dilarang keras oleh Allah yang dalam

penerapanya adalah حفظ النفس yaitu menjaga diri yang mana masuk dalam

pembahasan selain jiwa yang bisa disebut perusakan kepada diri seseorang

2Abdul Qodir Audah, Ensiklopedia Hukum Pidana Islam, Jilid I, Penerjemah: Tim

Tsalisah, (Jakarta: PT Kharisma Ilmu, 2007), hal. 100

Page 79: PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30599/1/AHMAD... · perspektif hukum pidana islam terhadap putusan pengadilan

67

baik sengaja maupun tidak sengaja yang dalam konteks memisahkan anggota

badan atau sejenisnya atau bisa diartikan memotong, melukai bagian dari

anggota badan sehingga terpisah dari badannya dan perbuatan ini harus

dikenakan qishas, karena sesuai dengan hukum syariat yang berlaku dalam

pandangan hukum pidana Islam, akan tetapi hukuman qishas ini bisa tidak

dilakukan apabila dari pihak yang dirugikan mema’afkan dari perbuatannya

tersebut, akan tetapi sebagai pengganti dari hukumanya itu adalah diyat, yang

mana hukuman diyat yang dimaksud disini adalah sebagai pengganti dari

hukuman qishas yang telah ditetapkan atau bisa disebut juga sebagai ganti

rugi dari pihak pelaku terhadap sikorban.

Melihat dari pembahasan yang penulis angkat dari putusan pengadilan

Bekasi ini, penulis berpendapat bahwa Suharyanto bin Mulgiono harus

dijatuhkan hukuman diyat, karena ia melakukan sebuah tindak pidana yang

dilakukan secara sengaja (al-qatlul ‘amd), menganalisis hasil dari

musyawarah pihak korban telah meringankan dari hukumanya itu, maka

pantaslah seorang terdakwa ini dibatalkan hukuman qishasnya akan tetapi

hanya dimintai pertanggung jawabannya saja. Dikarenakan dalam realisasinya

tidak mau bertanggung jawab yang hal ini membiayai dalam proses

pengobatannya maka sipelaku ini harus dikenakan diyat. Akan tetapi hukuman

diyatnya itu hanya separuh yang dalam hal ini merusak anggota badan atau

disebut dengan pelukaan. Adapun pelukaan ini yang dimaksud adalah masuk

dalam kategori athrof yaitu tangan dan kaki tetapi dari kesepakatan fuqoha

diperluas lagi sejenis athrof yang didalamnya termasuk telinga. Adapun

Page 80: PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30599/1/AHMAD... · perspektif hukum pidana islam terhadap putusan pengadilan

68

masalah dendanya bisa diserahkan kepada seorang Hakim dipengadilan yang

berdasarkan keadilan. Apabila ditinjau dari hukum maddinya, perbuatannya

itu sudah jelas sekali dapat merugikan seseorang yang dalam hal ini samapi

kepada kecacatan permanen. Sedangkan dari hukum adabinya, seseorang

yang berakal wajib mempertanggung jawabkan atas perbuatannya itu dan bisa

dibilang wajib bagi seorang yang mukallaf bertanggung jawab apabila

perbuatannya tersebut diketahui dengan sempurna melakukannya.3 Karena

bisa dibilang dilakukannya dengan unsur kesengajaan. Akan tetapi diyat ini

termasuk kepada ارش غير مقدر adalah ganti rugi yang belum ditentukan oleh

syara’ dan penentuannya ditentukan oleh hakim.4

Dari sebuah hukum pidana Islam diwajibkan kepada seorang pelaku

apabila melakukan tindak pidana tersebut harus dijatuhi hukuman qishas,

Ketika pihak korban tidak tau dari segi hukumnya kemudian mengajukan

kepersidangan, maka seorang hakim wajib mengajukan diyat terlebih dahulu.

Diyat inipun berlaku apabila jenis anggota badan atau manfaatnya

hilang sebagian, sedangkan sebagian lagi masih utuh dan berlaku pula untuk

semua jenis anggota badan, baik yang tunggal (tanpa pasangan) maupun yang

berpasangan yang dalam konteks permasalahan yang dibahas adalah

hilangnya sebagian telinga dari sebelah kanan. Dan apabila seorang pelaku

melakukannya berulang kali, maka diperbolehkan hukumannya ditambah

selain diyat dengan hukuman penjara pula yang ada diIndonesia saat ini,

3Maksudnya pelaku mengetahui hukum-hukum taklifi dan untuk itu maka hukum tersebut

bisa diberlakukan. 4 Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 2005), cet.2,

hal.196.

Page 81: PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30599/1/AHMAD... · perspektif hukum pidana islam terhadap putusan pengadilan

69

sebagai efek jera kepada sipelaku perbuatan kekerasan, karena sudah

melanggar ketentuan yang sudah berlaku.

Tertuju kepada pembahasan skripsi ini penulis melihat dikarenakan

unsur yang dikaji dalam hukum Islam maupun hukum pidana Positif Maka

dari itu sudah jelas bahwa sanksi yang harus diberikan bagi pelaku bukan

hanya dipenjara saja melainkan harus dikenakan diyat juga agar selain

menjalankan hukum Positif yang berlaku diIndonesia bisa pula menjalankan

hukum Islamnya juga yang sesuai dengan syari’at islamnya, karena sipelaku

tidak membiayai dari proses pemulihan seseorang yang dianiayanya.

Karena pada dasarnya hukum syari’at Islam ditegakan dalam

permasalahan kekerasan atau penganiayaan ini khususnya tertuju untuk

menjaga diri agar seseorang tidak bisa berbuat sewenang-wenang dalam

menghadapi masalah yang ada dalam masyarakat atau bisa disebut main

hakim sendiri dan bisa disebut pula mengedepankan sebuah kemaslahatan dari

pada kemadharatan.

Page 82: PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30599/1/AHMAD... · perspektif hukum pidana islam terhadap putusan pengadilan

73

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari semua pembahasan yang telah dilakukan terhadap permasalahan

yang diangkat dalam skripsi ini tentang tindak pidana kekerasan atau

penganiayaan yang mengakibatkan cacat permanen yang direlevasikan pada

putusan hakim pengadilan, yang disajikan oleh penulis dari hukum pidana

Islam maupun dari hukum pidana Positif merupakan ketertarikan penulis yang

diharapkan bisa menambah wawasan tentang keilmuan dalam bidang hukum

mengenai tindak pidana kekerasan atau penganiayaan dan menambah ilmu

bagi yang membacanya. Adapun kesimpulanya sebagai berikut:

1. Tindak pidana kekerasan atau penganiayaan yang mengakibatkan cacat

permanen dalam pandangan hukum pidana Islam telah ditentukan oleh

syariat yang terdapat dibeberapa macam tindak pidana seperti: Perusakan

terhadap athraf dan sejenisnya dengan sengaja, Menghilangkan Manfaat

Anggota Badan Secara Sengaja, Pelukaan Terhadap Muka dan Kepala

(sajjaj), Pelukaan Terhadap Jirah (anggota badan selain wajah, kepala,

dan athraf). Adapun hukuman bagi yang melakukannya dikenakan

hukuman diyat yaitu dengan denda, mengenai penjara selama 1 tahun

menurut hukum pidana Positif sudahlah baik bagi terdakwa karena,

terdakwa tidak meminta ma’af setelah kejadian tersebut dan tidak

membiayai dalam proses pengobatan sikorban, sedangkan dalam hukum

Page 83: PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30599/1/AHMAD... · perspektif hukum pidana islam terhadap putusan pengadilan

74

pidana Islam haruslah seseorang itu membayar diyat yang sudah

ditentukan dalam islam, karena sebagai bahan ganti rugi atas perbuatan si

pelaku terhadap sikorban dalam memenuhi tanggungjawab atas kejadian

yang dilakukan karena perbuatan yang merugikannya itu.

2. Tentang putusan perkara No. 443/Pid/B/2014/PN.BEKASI, atas nama

Suharyanto bin Mulgiono sebagai terdakwa, terdakwa di dakwakan karena

melakukan unsur kekerasan atau penganiayaan yang mengakibatkan luka

berat tetapi dalam hal ini luka berat bagi penulis digantikan dengan cacat

permanen yang dilakukan dengan unsur sengaja menggigit daun telinga

sebelah kanan dan Hakim memvonis terdakwa dengan ancaman pidana

penjara selama 1 tahun berdasarkan dakwaan primair pasal 351 ayat (2)

KUHP dan Undang-undang No. 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara

Pidana.

3. Dalam pandangan hukum Pidana Islam dan hukum pidana positif tentang

masalah tindak pidana kekerasan atau penganiayaan yang mengakibatkan

cacat permanen disebut juga dalam hukum Islam perusakan terhadap

athraf dan hukum Positifnya kejahatan yang disengeja yang

mengakibatkan luka berat.

B. SARAN

Dalam skripsi ini penulis menambahkan beberapa saran, yang

bertujuan untuk membantu mengatasi masalah tentang tindak pidana

kekerasan atau penganiayaan yang ada dimasyarakat, yang diharapkan bisa

diaplikasikan sarannya ini, adapun sarannya sebagai berikut:

Page 84: PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30599/1/AHMAD... · perspektif hukum pidana islam terhadap putusan pengadilan

75

1. Berperinsip bagi setiap penegak hukum berlaku adil, dan bijak dalam

menyelesaikan bahkan memutuskan setiap adanya perkara dan jangan

sampai merugikan dari salah satu belah pihak, yang sangat lebih

pentingnya peranan seorang hakim dan penegak hukum harus bisa lebih

cermat lagi dalam mengatasai sebuah tindak pidana kekerasan atau

penganiayaan karena, banyak oknum penegak hukum saat ini tidak adil

dalam memutuskannya, yang berakibat kerugian yang ditimbulkan dari

salah satu pihak.

2. Memasukan hukum Islam di Negara Indonesia saat ini, mungkin sudah

saatnya diberlakukan, karena dengan hukum Islam yang ditegakan sedikit

banyaknya bisa menimbulkan efek kejeraan bagi setiap pelaku tindak

pidana kekerasan atau penganiayaan, karena dalam hukum positif banyak

sekali orang salah mengartikan dalam pengambilan hukumnya itu yang

berdampak tidak memberikan efek jera bagi pelakunya.

3. Menumbukan dari setiap individu yang berpegang teguh kepada

keimanan, dengan mendalami ilmu-ilmu tentang agama, hukum, moral,

dan nilai-nilai akhlak, sebab terlebihlagi kepada akhlak sangat penting

bagi setiap individu, ketika terbentuknya orang sudah beriman yang

berilmu, bermoral bahkan berakhlak maka bisa dipastikan tidak akan

melakukan sebuah tindak pidana.

4. Membagi sebuah pengalaman dan pengetahuan kepada generasi-generasi

yang muda saat ini, tentang masalah tindak pidana kekerasan atau

penganiayaan disertai dengan akibat dan dampaknya sehinga dari setiap

Page 85: PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30599/1/AHMAD... · perspektif hukum pidana islam terhadap putusan pengadilan

76

genserasi-generasinya bisa mengetahui tentang masalah tersebut, agar

dimasa yang akan datang generasi penerus bangsa ini tidak lagi melakukan

tindak pidana kekerasan atau penganiayaan dan lebih mengedepankan

solidaritas dari merekanya yang tinggi dalam bersosialisasi.

Page 86: PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30599/1/AHMAD... · perspektif hukum pidana islam terhadap putusan pengadilan

74

DAFTAR PUSTAKA

Audah, Abdul Qodir, Ensiklopedia Hukum Pidana Islam, Jilid III, Penerjemah:

Tim Tsalisah, Jakarta: PT Kharisma Ilmu, 2007

Abu Zahrah Muhammad, Membangun Masyarakat Islami, Jakarta : PT.

Pustaka Firdaus 1994

Bonger, W. A, Pengantar tentang Psikologi Kriminal, Jakarta: Ghalia

Indonesia,1981

Chazawi Adam, “Kejahatan Terhadap Tubuh dan Nyawa, Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, 2007

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi

Keempat, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008

Departemen RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Bandung: CV. Penerbit

Diponegoro , 2008

Djazuli A., Fiqh Jinayah (upayan menanggulangi kejahatan dalam islam), PT

RajaGrafindo Persada, 1997

Hamzah Andi, System Pidana dan Pemidanaan Indonesia, Jakarta : PT. Pradya

Paramita, 1997

Hamzah Jur. Andi, Terminologi Hukum Pidana, Jakarta: Sinar Grafika, 2009

……………..., Asas-asas hukum Pidana Jakarta : PT. Pradya Paramita, 1997

Hakim Rahmat, Hukum Pidana Islam (Fiqh Jinayah), Jakarta: Pustaka Setia,

2000

Hanafi Ahmad, Asas-asas Hukum Puidana Islam, Jakarta: Bulan Bintang,

2005

Kertonegoro, pengupahan Teori, Hukum, Manajemen Sentanoe, Jakarta:

Yayasan Tenaga Kerja Indonesia, 2001

Khisbiyah dkk Yaya, Melawan kekerasan Tanpa kekerasan, Yogyakarta :

Page 87: PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30599/1/AHMAD... · perspektif hukum pidana islam terhadap putusan pengadilan

75

Pustaka Pelajar Opset, 2000

Koen Willie, Kekerasan dan Agresi (Perilaku Manusia), PT. Tira Pustaka,

1987

…………..., The Community (Lingkungan Masyarakat), PT. Tira Pustaka,

1987

Kusuma Hilman Hadi, Bahasa Hukum Indonesia, Bandung: Alumni 1992

Mansur Dikdik M. Arief dan Elisatris Gultom, urgensi perlindungan korban

kejahatan, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2007

Laminating P.A.F. dan Theo Laminating, Hukum Penitensier Indonesia,

Jakarta: Sinar Grafika, 2010

…………………., “Delik-Delik Khusus Kejahatan Terhadap Nyawa, Tubuh,

dan Kesehatan,

Marpaung Leden, Asas Teori Praktek Hukum Pidana, Jakarta : Sinar Grafika,

2008

Matthew B. Miles dan A. Michael Huberman, Analisis Data Kualitatif: Buku

Sumber tentang Metode-metode Baru, terj. Tjetjep Rohendi Rohili,

Jakarta: UI Perss, 1992

Moeljanto, Asas-asas Hukum Pidana, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002

Muhammad Ahsin Sakho (eds), Ensiklopedi Hukum PIdana Islam, Jakarta:

Kharisma Ilmu, 2008

Mujieb M. Abdul, Kamus Istilah Fiqh, Jakarta: Pustaka Firdaus, 1995

Munawir Ahmad Warson, Al Munawir: Kamus Arab-Indonesia, Surabaya:

Pustaka Progressif, 1997

Nasution Harun dan Bahtiar Effendy, Hak Asasi Manusia Dalam Islam,

Jakarta : PT. Pustaka Firdaus 1987

Nurul Irfan M., Fiqh Jinayah, Jakarta: Amzah, 2003

Page 88: PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30599/1/AHMAD... · perspektif hukum pidana islam terhadap putusan pengadilan

76

Prasetyo Teguh, Hukum pidana, Jakarta: Rajawali Pers, 2012

………………, Kriminalisasi Dalam Hukum Pidana, Bandung: Nusa Media,

2010

Poernomo Bambang, Asas-asas Hukum Pidana, Jakarta: Ghalia Indonesia,

1992

Rasyid Sulaiman, Fiqh Islam, Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2012

Sejumlah Para Ulama Dari Para Penuntut Ilmu Didunia Islam (Tafsir Al’Usyr

Al-Akhir), Hukum-Hukum Penting Bagi Seorang Muslim,

Sianturi S.R, Asas-asas Hukum PIdana di Indonesia dan Penerapannya

Jakarta : BPK Gunung Muria, 1996

Sudradjat Bassar, M., Tindak-tindak Pidana Tertentu didalam Kitab Undang

undang Hukum Pidana, Bandung: Remadja Karya, 1986

Suharto, Hukum Pidana Materil, Jakarta: Sinar Grafika, 2002

Sulista Teguh dan Aria Zurnetti, Hukum Pidana (Horizon Baru Pasca

Reformasi) Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2011

Syafe’I Rachmat, Al-Hadis Aqidah, Akhlaq, Sosial, dan Hukum, Bandung :

Pustaka Setia, 2003

Tatang M. Amirin, Menyusun Rencana Penelitian, Jakarta: PT. RajaGrafindo

Persada, 1995

Teguh Prasetyo, Hukum Pidana, Jakarta: Rajawali Pers, 2011

Waluyo Bambang, Pidana dan Pemidanaan, Jakarta: Sinar Grafika, 2008

Wardi Muslich Ahmad, Hukum Pidana Islam, Jakarta: Sinar Grafika, 2005

………………………, Pengantar Dan Asas Hukum Pidana Islam Fikih

Jinayah, Jakarta: Sinar Grafika, 2006

Yunus Mahmud, Kamus Arab-Indonesia, Jakarta: PT Hidakarya Agung, 1990

Page 89: PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30599/1/AHMAD... · perspektif hukum pidana islam terhadap putusan pengadilan

77

Redaksi Sinar Grafika, KUHAP dan KUHP, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011)

Arsip Putusan Pengadilan Nomor: 443/Pid/B/2014/Pn.Bekasi.