Perspektif Hukum Krisis Global Terhadap Ekonomi Syariah Kondisi Saat Kini Dan Keadaan Yang Akan...

68
PERSPEKTIF HUKUM KRISIS GLOBAL TERHADAP EKONOMI SYARIAH KONDISI SAAT KINI DAN KEADAAN YANG AKAN DATANG SERTA ANALISANYA By Timur Abimanyu, SH.MH Latar Belakang : Krisis ekonomi dan moneter yang terjadi di Indonesia pada kurun waktu 1997-1998 merupakan pukulan yang sangat berat bagi sistem perekonomian Indonesia. Dalam periode tersebut banyak lembaga-lembaga keuangan, termasuk perbankan mengalami kesulitan keuangan. Tingginya tingkat suku bunga telah mengakibatkan tingginya biaya modal bagi sektor usaha yang pada akhirnya mengakibatkan merosotnya kemampuan sektor usaha produksi. Sebagai akibatnya, kualitas aset perbankan turun secara drastis sementara sistem perbankan diwajibkan untuk terus memberikan imbalan kepada depositor sesuai dengan tingkat suku bunga pasar. Rendahnya kemampuan daya saing usaha sektor produksi telah menyebabkan berkurangnya peran sistem perbankan secara umum untuk menjalankan fungsinya sebagai mediator kegiatan investasi. Kemudian pada tahun 2008 terjadi krisis global yang dapat kita lihat pada negara adidaya yang sangat berkuasa yaitu Amerika Serikat pun mengalami guncangan yang hebat dan pemerintah amerika mesti turun tangan secara langsung untuk menjaga stabilisasi di negara tersebut , tentu saja faktor ini mempengaruhi banyak negara dan bukan hanya Amerika Serikat itu sendiri tentunya. Selama krisis ekonomi tersebut, perbankan syariah masih dapat memenuhi kinerja yang relatif lebih baik dibandingkan perbankan konvensional. Hal ini dapat dilihat dari relatif rendahnya penyaluran pembiayaan yang bermasalah pada perbankan syariah dan tidak terjadinya hambatan dalam kegiatan operasionalnya. Hal ini dapat dipahami mengingat tingkat pengembalian pada bank syariah tidak mengacu pada tingkat suku bunga yang berlaku tetapi menurut prinsip bagi hasil. Dengan demikian bank syariah dapat menjalankan kegiatannya tanpa terganggu dengan kenaikan tingkat suku bunga yang terjadi, sehingga perbankan syariah mampu menyediakan modal investasi dengan biaya modal yang relatif lebih rendah dari bank konvensional kepada masyarakat.

Transcript of Perspektif Hukum Krisis Global Terhadap Ekonomi Syariah Kondisi Saat Kini Dan Keadaan Yang Akan...

Page 1: Perspektif Hukum Krisis Global Terhadap Ekonomi Syariah Kondisi Saat Kini Dan Keadaan Yang Akan Datang Serta Analisanya by Timu

PERSPEKTIF HUKUM KRISIS GLOBAL TERHADAP EKONOMI SYARIAH KONDISI SAAT KINI DAN KEADAAN YANG AKAN DATANG

SERTA ANALISANYA

By Timur Abimanyu, SH.MH

Latar Belakang :

Krisis ekonomi dan moneter yang terjadi di Indonesia pada kurun waktu 1997-1998 merupakan pukulan yang sangat berat bagi sistem perekonomian Indonesia. Dalam periode tersebut banyak lembaga-lembaga keuangan, termasuk perbankan mengalami kesulitan keuangan. Tingginya tingkat suku bunga telah mengakibatkan tingginya biaya modal bagi sektor usaha yang pada akhirnya mengakibatkan merosotnya kemampuan sektor usaha produksi. Sebagai akibatnya, kualitas aset perbankan turun secara drastis sementara sistem perbankan diwajibkan untuk terus memberikan imbalan kepada depositor sesuai dengan tingkat suku bunga pasar. Rendahnya kemampuan daya saing usaha sektor produksi telah menyebabkan berkurangnya peran sistem perbankan secara umum untuk menjalankan fungsinya sebagai mediator kegiatan investasi. Kemudian  pada tahun 2008 terjadi krisis global yang dapat kita lihat pada negara adidaya yang sangat berkuasa yaitu Amerika Serikat pun mengalami guncangan yang hebat dan pemerintah amerika mesti turun tangan secara langsung untuk menjaga stabilisasi di negara tersebut , tentu saja faktor ini mempengaruhi banyak negara dan bukan hanya Amerika Serikat itu sendiri tentunya.

Selama krisis ekonomi tersebut, perbankan syariah masih dapat memenuhi kinerja yang relatif lebih baik dibandingkan perbankan konvensional. Hal ini dapat dilihat dari relatif rendahnya penyaluran pembiayaan yang bermasalah pada perbankan syariah dan tidak terjadinya hambatan dalam kegiatan operasionalnya. Hal ini dapat dipahami mengingat tingkat pengembalian pada bank syariah tidak mengacu pada tingkat suku bunga yang berlaku tetapi menurut prinsip bagi hasil. Dengan demikian bank syariah dapat menjalankan kegiatannya tanpa terganggu dengan kenaikan tingkat suku bunga yang terjadi, sehingga perbankan syariah mampu menyediakan modal investasi dengan biaya modal yang relatif lebih rendah dari bank konvensional kepada masyarakat.

Pada krisis keuangan Amerika Serikat saat ini, mulai merambah ke berbagai negara, termasuk Indonesia. Pada tanggal 8 Oktober 2008, kemaren, IHSG tertekan tajam turun 10 %, demikian pula Nikken di Jepang jatuh lebih dari 9 %. Hampir semua pasar keuangan dunia terimbas krisis financial US tersebut.  Karena itu para pengamat menyebut krisis ini sebagai krisis finansial global. Krisis keuangan global yang terjadi belakangan ini, merupakan fenomena yang mengejutkan dunia, tidak saja bagi pemikir ekonomi mikro dan makro, tetapi juga bagi para elite politik dan para pengusaha. Dalam sejarah ekonomi, ternyata krisis sering terjadi di mana-mana melanda hampir semua negara yang menerapkan sistem kapitalisme. Krisis demi krisis ekonomi terus berulang tiada henti, sejak tahun 1923,1930, 1940, 1970, 1980, 1990, dan 1998 – 2001 bahkan sampai saat ini krisis semakin mengkhawatirkan dengan munculnya krisis finansial di Amerika Serikat . Krisis itu terjadi tidak saja di Amerika latin, Asia, Eropa, tetapi juga melanda Amerika Serikat.

Roy Davies dan Glyn Davies, 1996 dalam buku The History of Money From Ancient time to Present Day, menguraikan sejarah kronologi secara komprehensif. Menurut mereka, sepanjang abad 20 telah terjadi lebih 20 kali kriss besar yang melanda banyak negara. Fakta ini menunjukkan bahwa secara rata-rata, setiap 5 tahun terjadi krisis keuangan hebat yang mengakibatkan penderitaan bagi ratusan juta umat manusia. Pada tahun 1907

Page 2: Perspektif Hukum Krisis Global Terhadap Ekonomi Syariah Kondisi Saat Kini Dan Keadaan Yang Akan Datang Serta Analisanya by Timu

krisis perbankan Internasional dimulai di New York, setelah beberapa decade sebelumnya yakni mulai tahun 1860-1921 terjadi peningkatan hebat jumlah bank di Amerika s/d 19 kali lipat. Selanjutnya, tahun1920 terjadi depresi ekonomi di Jepang. Kemudian pada tahun 1922 – 1923 German mengalami krisis dengan hyper inflasi yang tinggi. Karena takut mata uang menurun nilainya, gaji dibayar sampai dua kali dalam sehari. Selanjutnya, pada tahun 1927 krisis keuangan melanda Jepang (37 Bank tutup); akibat krisis yang terjadi pada bank-bank Taiwan. Begitu pula pada tahun 1929–1930 The Great Crash (di pasar modal NY) & Great Depression (Kegagalan Perbankan); di US, hingga net national product-nya terbangkas lebih dari setengahnya. Selanjutnya, pada tahun 1931 Austria mengalami krisis perbankan, akibatnya kejatuhan perbankan di German, yang kemudian mengakibatkan berfluktuasinya mata uang internasional. Hal ini membuat UK meninggalkan standard emas. Kemudian1944 –1966 Prancis mengalami hyper inflasi akibat dari kebijakan yang mulai meliberalkan perekonomiannya. Berikutnya, pada tahun 1944–1946 Hungaria mengalami hyper inflasi dan krisis moneter. Ini merupakan krisis terburuk eropa. Note issues Hungaria meningkat dari 12000 million (11 digits)hingga 27 digits.

Pada tahun 1945–1948 Jerman mengalami hyper inflasi akibat perang dunia kedua.. Selanjutnya tahun 1945 – 55 Krisis Perbankan di Nigeria Akibat pertumbuhan bank yang tidak teregulasi dengan baik pada tahun 1945. Pada saat yang sama, Perancis mengalami hyperinflasi sejak tahun 1944 sampai 1966. Pada tahun (1950-1972) ekonomi dunia terasa lebih stabil sementara, karena pada periode ini tidak terjadi krisis untuk masa tertentu. Hal ini disebabkan karena Bretton Woods Agreements, yang mengeluarkan regulasi di sektor moneter relatif lebih ketat (Fixed Exchange Rate Regime). Disamping itu IMF memainkan perannya dalam mengatasi anomali-anomali keuangan di dunia. Jadi regulasi khususnya di perbankan dan umumnya di sektor keuangan, serta penerapan rezim nilai tukar yang stabil membuat sektor keuangan dunia (untuk sementara) "stabil/tenang".

Akan tetapi pada tahun 1971 Kesepakatan Breton Woods runtuh (collapsed)1. Pada hakikatnya perjanjian ini runtuh akibat sistem dengan mekanisme bunganya tak dapat dibendung untuk tetap mempertahankan rezim nilai tukar yang fixed exchange rate. Selanjutnya pada tahun 1971-73 terjadi kesepakatan Smithsonian (di mana saat itu nilai 1 Ons emas = 38 USD). Pada fase ini dicoba untuk menenangkan kembali sektor keuangan

1.Haruskah perusahaan yang menjatuhkan Tiger Woods selama skandal nya sekarang mengembalikan dia?Ketika memeriksa pertanyaan ini dua pertimbangan etis datang ke pikiran . Pertama yang harus Anda menghukum kehidupan profesional seseorang berdasarkan tindakan dalam kehidupan pribadinya dan kedua adalah etis untuk istirahat kontrak profesional berdasarkan tindakan seseorang dalam kehidupan pribadi mereka . Bagi saya jawaban untuk pertanyaan pertama adalah tidak ada , sedangkan jawaban untuk pertanyaan kedua membutuhkan beberapa pemeriksaan .Menurut hukum ia telah melakukan kejahatan belum perusahaan seperti Gillette , Gatorade , Accenture , dan AT & T dengan cepat mulai menjatuhkan kesepakatan dukungan . Perusahaan-perusahaan takut publisitas yang buruk dan konsumen gambar sekarang akan mengasosiasikan dengan Tiger Woods dan skandal seksnya . Hari ini kontrak dukungan yang paling memuat klausula moral yang memungkinkan perusahaan untuk mengakhiri kontrak tanpa penalti di terjadi insiden dengan selebriti bahwa perusahaan merasa sangat merusak reputasi mereka.Perusahaan telah menyewa Tiger karena mereka percaya citra publik dan persona akan membantu mereka untuk menjual produk mereka . Tugas Tiger kepada perusahaan adalah untuk mempertahankan dirinya sebagai model peran positif untuk tujuan ini . Jika Tiger telah setuju untuk jenis hubungan , apapun yang dilakukannya yang mencegah keberhasilannya sebagai alat pemasaran akan menjadi pelanggaran kontrak . Logikanya jika Tiger Woods dipekerjakan untuk mendukung produk mereka karena citra publik dan persona , dan bukan karena kehebatan golf nya , sponsornya dibenarkan dalam mengakhiri hubungan profesional mereka dengan dia berdasarkan tindakan pribadinya. Tapi dari sudut pandang etika normatif Anda perlu memutuskan siapa yang mungkin terluka atau dibantu oleh mengembalikan Tiger , hak dan kewajiban dari setiap orang yang terlibat dan konsekuensi dari keputusan ini . Mari kita mulai dengan perusahaan . Beberapa orang akan mengatakan dengan mengabaikan tuduhan dan isu-isu kredibilitas yang diangkat karena Macan pelanggaran perusahaan tidak merek mereka merugikan yang dapat mempengaruhi bottom line mereka dan mereka ... http://www.studymode.com/essays/Should The Companies That Dropped Tiger.

Page 3: Perspektif Hukum Krisis Global Terhadap Ekonomi Syariah Kondisi Saat Kini Dan Keadaan Yang Akan Datang Serta Analisanya by Timu

dengan perjanjian baru. Namun hanya bertahan 2-3 tahun saja. Dimana pada tahun 1973 Amerika meninggalkan standar emas. Akibat hukum "uang buruk (foreign exchange) menggantikan uang bagus (dollar yang di-back-up dengan emas)-(Gresham Law)".2 Pada tahun 1973 dan sesudahnya  mengglobalnya aktifitas spekulasi sebagai dinamika baru di pasar moneter konvensional akibat penerapan floating exchange rate sistem. Periode Spekulasi; di pasar modal,uang, obligasi dan derivative. Maka tak aneh jika pada tahun 1973–1974 terjadi krisis perbankan kedua di Inggris; akibat Bank of England meningkatkan kompetisi pada supply of credit. Pada tahun 1974 Krisis pada Euro dollar Market; akibat west German Bankhaus ID Herstatt gagal mengantisipasi international crisis. Selanjutnya

2 Pada tahun 1907 krisis perbankan Internasional dimulai di New York, setelah beberapa decade sebelumnya yakni mulai tahun 1860-1921 terjadi peningkatan hebat jumlah bank di Amerika s/d 19 kali lipat. Selanjutnya, tahun 1920 terjadi depresi ekonomi di Jepang. Kemudian pada tahun 1922 – 1923 German mengalami krisis dengan hyper inflasi yang tinggi. Karena takut mata uang menurun nilainya, gaji dibayar sampai dua kali dalam sehari. Selanjutnya, pada tahun 1927 krisis keuangan melanda Jepang (37 Bank tutup); akibat krisis yang terjadi pada bank-bank Taiwan. Pada tahun 1929 – 30 The Great Crash (di pasar modal NY) & Great Depression (Kegagalan Perbankan); di US, hingga net national product-nya terbangkas lebih dari setengahnya. Selanjutnya, pada tahun 1931 Austria mengalami krisis perbankan, akibatnya kejatuhan perbankan di German, yang kemudian mengakibatkan berfluktuasinya mata uang internasional. Hal ini membuat UK meninggalkan standard emas. Kemudian1944 – 66 Prancis mengalami hyper inflasi akibat dari kebijakan yang mulai meliberalkan perekonomiannya. Berikutnya, pada tahun 1944 – 46 Hungaria mengalami hyper inflasi dan krisis moneter. Ini merupakan krisis terburuk eropa. Note issues Hungaria meningkat dari 12000 million (11 digits) hingga 27 digits. Pada tahun 1945 – 48 Jerman mengalami hyper inflasi akibat perang dunia kedua.. Selanjutnya tahun 1945 – 55 Krisis Perbankan di Nigeria Akibat pertumbuhan bank yang tidak teregulasi dengan baik pada tahun 1945. Pada saat yang sama, Perancis mengalami hyperinflasi sejak tahun 1944 sampai 1966. Pada tahun (1950-1972) ekonomi dunia terasa lebih stabil sementara, karena pada periode ini tidak terjadi krisis untuk masa tertentu. Hal ini disebabkan karena Bretton Woods Agreements, yang mengeluarkan regulasi di sektor moneter relatif lebih ketat (Fixed Exchange Rate Regime). Disamping itu IMF memainkan perannya dalam mengatasi anomali-anomali keuangan di dunia. Jadi regulasi khususnya di perbankan dan umumnya di sektor keuangan, serta penerapan rezim nilai tukar yang stabil membuat sektor keuangan dunia (untuk sementara) "tenang". Namun ketika tahun 1971 Kesepakatan Breton Woods runtuh (collapsed). Pada hakikatnya perjanjian ini runtuh akibat sistem dengan mekanisme bunganya tak dapat dibendung untuk tetap mempertahankan rezim nilai tukar yang fixed exchange rate. Selanjutnya pada tahun 1971-73 terjadi kesepakatan Smithsonian (di mana saat itu nilai 1 Ons emas = 38 USD). Pada fase ini dicoba untuk menenangkan kembali sektor keuangan dengan perjanjian baru. Namun hanya bertahan 2-3 tahun saja. Pada tahun 1973 Amerika meninggalkan standar emas. Akibat hukum "uang buruk (foreign exchange) menggantikan uang bagus (dollar yang di-back-up dengan emas)-(Gresham Law)". Pada tahun 1973 dan sesudahnya mengglobalnya aktifitas spekulasi sebagai dinamika baru di pasar moneter konvensional akibat penerapan floating exchange rate sistem. Periode Spekulasi; di pasar modal, uang, obligasi dan derivative. Maka tak aneh jika pada tahun 1973 – 1874 krisis perbankan kedua di Inggris; akibat Bank of England meningkatkan kompetisi pada supply of credit. Pada tahun 1974 Krisis pada Eurodollar Market; akibat west German Bankhaus ID Herstatt gagal mengantisipasi international crisis. Selanjutnya tahun 1978-80 Deep recession di negara-negara industri akibat boikot minyak oleh OPEC, yang kemudian membuat melambung tingginya interest rate negara-negara industri. Selanjutnya sejarah mencatat bahwa pada tahun 1980 krisis dunia ketiga; banyaknya hutang dari negara dunia ketiga disebabkan oleh oil booming pada th 1974, tapi ketika negara maju meningkatkan interest rate untuk menekan inflasi, hutang negara ketiga meningkat melebihi kemampuan bayarnya. Pada tahun 1980 itulah terjadi krisis hutang di Polandia; akibat terpengaruh dampak negatif dari krisis hutang dunia ketiga. Banyak bank di eropa barat yang menarik dananya dari bank di eropa timur. Pada saat yang hampir bersamaan yakni di tahun 1982 terjadi krisis hutang di Mexico; disebabkan outflow kapital yang massive ke US, kemudian di-treatments dengan hutang dari US, IMF, BIS. Krisis ini juga menarik Argentina, Brazil dan Venezuela untuk masuk dalam lingkaran krisis.Perkembangan berikutnya, pada tahun 1987 The Great Crash (Stock Exchange), 16 Oct 1987 di pasar modal US & UK. Mengakibatkan otoritas moneter dunia meningkatkan money supply. Selanjutnya pada tahun 1994 terjadi krisis keuangan di Mexico; kembali akibat kebijakan finansial yang tidak tepat. Pada tahun 1997-2002 krisis keuangan melanda Asia Tenggara; krisis yang dimulai di Thailand, Malaysia kemudian Indonesia,

Page 4: Perspektif Hukum Krisis Global Terhadap Ekonomi Syariah Kondisi Saat Kini Dan Keadaan Yang Akan Datang Serta Analisanya by Timu

tahun 1978-1980 Deep recession di negara-negara industri akibat boikot minyak oleh OPEC, yang kemudian membuat melambung tingginya interest rate negara-negara industri.

Sejarah mencatat bahwa pada tahun 1980 krisis dunia ketiga; banyaknya hutang dari negara dunia ketiga disebabkan oleh oil booming pada th 1974, tapi ketika negara maju meningkatkan interest rate untuk menekan inflasi, hutang negara ketiga meningkat melebihi kemampuan bayarnya. Pada tahun 1980 itulah terjadi krisis hutang di Polandia; akibat terpengaruh dampak negatif dari krisis hutang dunia ketiga. Banyak bank di eropa barat yang menarik dananya dari bank di eropa timur.

Hampir bersamaan, pada tahun 1982 terjadi krisis hutang di Mexico,3 disebabkan outflow kapital yang massiveke US, kemudian di-treatments dengan hutang dari US, IMF, BIS. Krisis ini jugamenarik Argentina, Brazil dan Venezuela untuk masuk dalam lingkaran krisis. Perkembangan berikutnya, pada tahun1987 The Great Crash (Stock Exchange), 16 Oct 1987 di pasar modal US & UK.Mengakibatkan otoritas moneter dunia meningkatkan money supply. Selanjutnya pada tahun 1994 terjadi krisis keuangan di Mexico; kembali akibat kebijakan finansial yang tidak tepat. Pada tahun 1997-2002 krisis keuangan melanda Asia Tenggara; krisis yang dimulai di Thailand, Malaysia kemudian Indonesia, akibat kebijakan hutang yang tidak transparan. Krisis Keuangan di Korea; memiliki sebab yang sama dengan Asteng. Kemudian, pada tahun 1998 terjadi krisis juga pada keuangan di Rusia; dengan jatuhnya nilai Rubel Rusia (akibat spekulasi) Selanjutnya krisis keuangan melanda Brazil di tahun 1998, yang hampir bersamaan krisis keuangan melanda Argentina di tahun 1999. Terakhir, pada tahun 2007-hingga saat ini, krisis keuangan melanda  Amerika Serikat. Dari data dan fakta historis tersebut terlihat bahwa dunia tidak pernah sepi dari krisis yang sangat membahayakan kehidupan ekonomi umat manusia.

akibat kebijakan hutang yang tidak transparan. Krisis Keuangan di Korea; memiliki sebab yang sama dengan Asteng. Kemudian, pada tahun 1998 terjadi krisis keuangan di Rusia; dengan jatuhnya nilai Rubel Rusia (akibat spekulasi) Selanjutnya krisis keuangan melanda Brazil di tahun 1998. pad saat yang hamper bersamaan krisis keuangan melanda Argentina di tahun 1999. Terakhir, pada tahun 2007-hingga saat ini, krisis keuangan melanda Amirika serikat. http://forum.indowebster.com.

3.http://www.pesantrenvirtual.com/index.php?Itemid=60&catid=8:kajian-ekonomi&id=1236:akar-krisis-keuangan-global-dan-momentum-ekonomi-syariah-sebagai-solusi-&option=com_content&view=article Dalam menganalisa penyebab utama timbulnya krisis moneter tersebut, banyak yang berkonklusi bahwa kerapuhan fundamental ekonomi (fundamental economic fragility) adalah merupakan penyebab utama munculnya krisis ekonomi. Hal ini seperti disebutkan oleh Michael Camdessus (1997), Direktur International Monetary Fund (IMF) dalam kata-kata sambutannya pada Growth-Oriented Adjustment Programmes (kurang lebih) sebagai berikut: "Ekonomi yang mengalami inflasi yang tidak terkawal, defisit neraca pembayaran yang besar, pembatasan perdagangan yang berkelanjutan, kadar pertukaran mata uang yang tidak seimbang, tingkat bunga yang tidak realistik, beban hutang luar negeri yang membengkak dan pengaliran modal yang berlaku berulang kali, telah menyebabkan kesulitan ekonomi, yang akhirnya akan memerangkapkan ekonomi negara ke dalam krisis ekonomi". Ini dengan jelas menunjukkan bahwa defisit neraca pembayaran (deficit balance of payment), beban hutang luar negeri (foreign debt-burden) yang membengkak--terutama sekali hutang jangka pendek, investasi yang tidak efisien (inefficient investment),dan banyak indikator ekonomi lainnya telah berperan aktif dalam mengundang munculnya krisis ekonomi. Sementara itu,menurut pakar ekonomi Islam, penyebab utama krisis adalah kepincangan sektor moneter (keuangan)dan sektor riel yang dalam Islam dikategorikan dengan riba. Sektor keuangan berkembangcepat melepaskan dan meninggalkan jauh sektor riel. Bahkan ekonomi kapitalis,tidak mengaitkan sama sekali antara sektor keuangan dengan sektor riel. Tercerabutnyasektor moneter dari sektor riel terlihat dengan nyata dalam bisnis transaksi maya (virtual transaction) melalui transaksi derivatif yang penuh ribawi. Tegasnya, Transaksi maya sangat dominan ketimbang transaksi riil.Transaksi maya mencapai lebih dari 95 persen dari seluruh transaksi dunia. Sementara transaksi di sektor riel berupa perdagngan barang dan jasa hanyasekitar limapersen saja.

Page 5: Perspektif Hukum Krisis Global Terhadap Ekonomi Syariah Kondisi Saat Kini Dan Keadaan Yang Akan Datang Serta Analisanya by Timu

Rumusan Masalah :Berdasarkan latar belakang, maka dilakukan perumusan masalah sebagai berikut :1. Bagaimanakah pengaruh krisis global pada ekonomi syariah pada keadaan sekarang ?2. Bagaimanakah kondisi ekonomi syariah pada keadaan yang akan datang ?

Tujuan Penulisan Dengan berdasarkan pada latar belakang dan perumusan masalah diatas, maka penulis

akan menjabarkan mengenai tujuan penelitian adalah sebagai berikut :1. Untuk menguraikan keadaan ekonomi syariah akibat krisis global dalam keadaan

sekarang maupun keadaan yang akan datang. 2. Untuk membuktikan dan menganalisa kondisi krissis global yang berdampak pada

perkembangan ekonomi syariah baik secara internal maupun secara eksternal.3. Untuk memberikan memberikan konstribusi maupun solusi terhadap ekonomi syariah

akibat dan dampak krisis global.

Kegunaan PenulisanMengenai kegunaan penulisan tesis pada sub bab ini, penulis akan menguraikan

sebagai berikut :1. Secara histories dan teoritis, hasil penulisan ini dari hasil penelusuran

mengungkapkan secara ilmiah mengenai keadaan sebenarnya yang terjadi pada kondisi sekarang dan yang akan datang mengenai dampak krisis global terhadap ekonomi syariah baik secara internal dan eksternal.

2. Agar hasil empiris ini, dari hasil penelitian mampu membuktikan kondisi sebenarnya, kondisi yang aka datang mengenai kondisi ekonomi syariah di era krisis global.

3. Agar hasil analisis yuridis Normative atas alasan deskriptif atas perundang-undangan peradilan perbankan maupun Undang-undang Bank yang merupakan sebagai dasar kebijakan terhadap pengelolaan keuangan Negara.

Kerangka Teori dan Metode Penelitian :- Kerangka Teori

Mengenai historis/latar belakang masalah tentang suatu dampak krisis global terhadap ekonomi syariah dengan bersandar pada kebijakan Undang-Undang Bank Indonesia yaitu Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah.

Berdasarkan kerangka teori dan konsep, penulis menggunakan pengertian yang bersandar kepada :

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1999, Pasal 1: ”Dalam undang-undang ini yang dimaksud dengan : 1. Dewan Gubernur adalah pimpinan Bank Indonesia, 2.Gubernur adalah pemimpin merangkap anggota Dewan Gubernur, 3. Deputi Gubernur Senior adalah wakil pemimpin merangkap anggota Dewan Gubernur, 4. Deputi Gubernur adalah anggota Dewan Gubernur, 5. Bank adalah Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat sebagaimana dimaksud dalam undang-undang tentang perbankan yang berlaku, 6. Sistem pembayaran adalah suatu

Page 6: Perspektif Hukum Krisis Global Terhadap Ekonomi Syariah Kondisi Saat Kini Dan Keadaan Yang Akan Datang Serta Analisanya by Timu

sistem yang mencakup seperangkat aturan, lembaga, dan mekanisme, yang digunakan untuk melaksanakan pemindahan dana guna memenuhi suatu kewajiban yang timbul dari suatu kegiatan ekonomi, 7..............dst”

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 Pasal 6 ayat m : ”menyediakan pembiayaan dan/atau melakukan kegiatan lain berdasarkan Prinsip Syariah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia."

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah :” Pasal 1 : Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan: 1.Perbankan Syariah

adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. 2.Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk Simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat”.

Metode Penelitian Metode penelitian yang dipakai dalam penulisan ini adalah penelitian kualitatif

serta ditunjang pada analisis yuridis Normative yaitu suatu penelitian yang mengacu kepada norma-norma hukum yang berlaku didalam lingkungan Perbankan Indonesia dan Perbankan syariah, yang terdapat dalam Undang-undang Bank Indonesia maupun Perbankan Syariah serta Surat Edaran Bank Indonesia, yang menganalisa secara mendalam dan melakukan perbandingan (Konprehensif).

Dasar Hukum Perbankan Syariah Di Indonesia :

Perbankan syariah di Indonesia berjalan cukup menjanjikan walau geraknya tidak secepat perbankan konvensional, hal ini akibat dari sistem dan perangkat hukum yang mendukung perbankan syariah tidak memberikan ruang yang seluas-luasnya bagi perbankan syariah untuk berkembang. Terlihat sebelum adanya revisi terhadap undang-undanga perbankan atau munculnya UU No 10 tahun 1998 tentang perbankan, tidak ada perangkat hukum yang mendukung sistim operasional bank syariah, kecuali UU No 7 Tahun 1992 dan PP No 72 Tahun 1992. Dalam UU No 7 Tahun 1992 itu keberadaan perbankan syariah dipahami sebagai bank bagi hasil serta perbankan syariah harus tunduk kepada peraturan perbankan umum yang biasa kita sebut bank konvensional. Setelah adanya revisi terhadap paraturan perundang-undangan perbankan yaitu munculnya UU No. 10 tahun 1998 tentang Perubahan terhadap UU No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan, disebutkan bahwa Bank Syariah adalah Bank Umum yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Dalam menjalankan aktivitasnya, Bank Syariah menganut prinsip-prinsip sebagai berikut:

Pelaksanaan prinsip-prinsip yang merupakan pembedaan utama antara bank syariah dengan bank konvensional. Bank Syari’ah / Islam dalam sistem perbankan Indonesia secara formal telah dikembangkan sejak tahun 1992 sejalan dengan diberlakukannya UU No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan. Namun demikian, UU tersebut belum memberi landasan hukum yang kuat terhadap pengembangan bank Syari’ah karena belum secara tegas mengatur keberadaan bank berdasarkan prinsip Syari’ah melainkan Bank Bagi Hasil. Pengertian Bank

Page 7: Perspektif Hukum Krisis Global Terhadap Ekonomi Syariah Kondisi Saat Kini Dan Keadaan Yang Akan Datang Serta Analisanya by Timu

Bagi Hasil yang dimaksudkan dalam UU Perbankan No. 7 Tahun 1992 belum mencakup secara tetap pengertian Bank Syariah yang memiliki cakupan lebih luas dari bagi hasil. Demikian pula dengan ketentuan operasional, hingga tahun 1998 belum terdapat ketentuan operasional yang lengkap yang secara khusus mengatur kegiatan usaha Bank Syariah. Pada pasal 6 huruf (m) dan pasal (e) tidak disebutkan Bank Syari’ah (Syariah), akan tetapi hanya Bank Bagi Hasil. Kemudian peraturan ini ditindaklanjuti dengan PP No. 72 tahun 1992 tentang bank berdasarkan prinsip bagi hasil.

Pemberlakuan UU Perbankan No. 10 tahun 1998 yang mengubah UU No. 7 tahun 1992 yang diikuti dengan dikeluarkannya sejumlah ketentuan pelaksanan dalam bentuk SK Direksi BI/Peraturan Bank Indonesia, telah memberi landasan hukum yang lebih kuat dan kesempatan yang lebih luas lagi bagi pengembangan perbankan Syari’ah di Indonesia. Perundang-undangan tersebut memberi kesempatan yang luas untuk pengembangan jaringan perbankan Syari’ah antara lain melalui ijin pembukaan Kantor Cabang Syari’ah (KCS) oleh bank konvensional. Dengan kata lain, Bank Umum dimungkinkan untuk menjalankan kegiatan usahanya secara konvensional dan sekaligus dapat melakukannya berdasarkan prinsip syariah

UU No.10 tahun 1998 4di atas menjadi dasar hukum penerapan Dual Banking System di Indonesia, efek dari hal tersebut adalah perbankan syariah tidak berdiri sendiri(mandiri), sehingga dalam operasionalisasinya masih menginduk kepada bank konvensional. Bila demikian adanya perbankan syariah hanya menjadi salah satu bagian dari program pengembangan bank konvensional. Untuk mencapai tujuan yang diinginkan oleh perbankan

4.Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 Tahun 1998, Pasal 7: Selain melakukan kegiatan usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, Bank Umum dapat pula :a.melakukan kegiatan dalam valuta asing dengan memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia ,b. melakukan kegiatan penyertaan modal pada bank atau perusahaan di bidang keuangan, seperti sewa guna usaha, modal ventura, perusahaan efek, asuransi, serta lembaga kliring penyelesaian dan penyimpanan, dengan memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia, c. melakukan kegiatan penyertaan modal sementara untuk mengatasi akibat kegagalan kredit atau kegagalan pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah, dengan syarat harus menarik kembali penyertaannya, dengan memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia, Dan d. bertindak sebagai pendiri dana pensiun dan pengurus pensiun sesuai dengan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan dana pensiun yang berlaku. Pasal 8: 1.Dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah, Bank Umum wajib mempunyai keyakinan berdasarkan analisis yang mendalam atau itikad baik dan kemampuan serta kesanggupan Nasabah Debitur untuk melunasi utangnya atau mengembalikan pembiayaan dimaksud sesuai dengan yang diperjanjikan., 2.Bank Umum wajib memiliki dan menerapkan pedoman perkreditan dan pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia, Pasal 9 : 1. Bank Umum yang menyelenggarakan kegiatan penitipan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf i, bertanggung jawab untuk menyimpan harta milik penitip, dan memenuhi kewajiban lain sesuai dengan kontrak, 2. Harta yang dititipkan wajib dibukukan dan dicatat secara tersendiri, 3. Dalam hal bank mengalami kepailitan, semua harta yang dititipkan pada bank tersebut tidak dimasukkan dalam harta kepailitan dan wajib dikembalikan kepada penitip yang bersangkutan. Pasal 10 : Bank Umum dilarang :a. melakukan penyertaan modal kecuali sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf b dan huruf c, b. melakukan usaha perasuransian, b. melakukan usaha lain di luar kegiatan usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dan Pasal 7. Pasal 11 : 1. Bank Indonesia menetapkan ketentuan mengenai batas maksimum pemberian kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah, pemberian jaminan, penempatan investasi surat berharga atau hal lain yang serupa, yang dapat dilakukan oleh bank kepada peminjam atau sekelompok peminjam yang terkait termasuk kepada perusahaan-perusahaan dalam kelompok yang sama dengan bank yang bersangkutan,2. Batas maksimum sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak boleh melebihi 30 % (tiga puluh perseratus) dari modal bank yang sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia, 3Bank Indonesia menetapkan ketentuan mengenai batas maksimum pemberikan kredit, ......dst.

Page 8: Perspektif Hukum Krisis Global Terhadap Ekonomi Syariah Kondisi Saat Kini Dan Keadaan Yang Akan Datang Serta Analisanya by Timu

syariah maka dibutuhkan kemandirian perbankan syariah dengan pengaturan secara sendiri perbankan syariah.

Dalam UU No 10/1998 ini juga belum bisa maksimal karena dalam UU ini aspek perbankan syariah dan pendukungnya belum banyak yang dianut secara konsisten. Karena kalau dilihat dari potensi yang dimiliki perbankan syariah yang sungguh luar biasa, tidak mungkin perbankan syariah hanya mendapat porsi dibawah 5 % dari perbankan konvensional nasional, semestinta perbankan syariah bisa mendapatkan porsi 50 % bahkan bisa lebih dari itu, apabila legitisamsi hukum yang diberikan sesuai dengan konsep syariah yang sebenarnya secara kaffah dan konsisten.

Ketua Dewan Syariah Nasional (DSN), KH Ma’ruf Amin dan menurutnya, UU nomor 10/1998 belum terlaksana secara maksimal. Masih banyak yang harus diperbaiki dari UU tersebut, perbankan syariah dan perbankan konvensional memiliki karakter yang berbeda. Karena itu, perlu ada peraturan atau UU tersendiri dari perbankan syariah untuk mempercepat pertumbuhan dan perkembangan perbankan syariah. Karena Idealnya market share (pangsa pasar) bank syariah dan bank konvensional itu fifty-fift.

Ada revisi terhadap UU Bank Indonesia yaitu UU No. 23/1999 tentang Bank Indonesia (BI)5 memberikan support terhadap perkembangan perbankan syariah di Indonesia dimana dalam UU No. 23/1999 menugaskan BI untuk mempersiapkan perangkat peraturan atau fasilitas-fasilitas penunjang yang mendukung operasional Bank Syari’ah. Kedua UU tersebut di atas menjadi dasar hukum penerapan Dual Banking System di Indonesia. Dual Banking System yang dimaksud adalah terselenggaranya dua sistem perbankan (konvensional dan syariah) secara berdampingan dalam melayani perekonomian nasional yang pelaksanaannya diatur dalam berbagai peraturan yang berlaku (Bank Indonesia, Oktober 2001).

Bank Indonesia sebagai Bank Central Indonesia yang memegang otoritas moneter adalah membantu bank-bank yang mengalami kesulitan likuiditas. Menurut pasal. 11 ayat 1 UU No. 23/1999 tentang Bank Indonesia adalah dapat memberi kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip Syariah untuk jangka waktu paling lama sembilan puluh (90) hari kepada bank untuk mengatasi kesulitan pendanaan jangka pendek bank tersebut. Hanya saja

5.Undang-Undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 1999 :Pasal 10 : 1. Dalam rangka menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf a Bank Indonesia berwenang : a. menetapkan sasaran-sasaran moneter dengan memperhatikan sasaran laju inflasi yang ditetapkannya; b. melakukan pengendalian moneter dengan menggunakan cara-cara yang termasuk tetapi tidak terbatas pada : 1). operasi pasar terbuka di pasar uang baik rupiah maupun valuta asing; 2).penetapan tingkat diskonto; 3). penetapan cadangan wajib minimum;4). pengaturan kredit atau pembiayaan. 2.Cara-cara pengendalian moneter sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf b dapat dilaksanakan juga berdasarkan prinsip syariah. 3. Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf b dan ayat 2 ditetapkan dengan Peraturan Bank Indonesia. Pasal 11 : 1. Bank Indonesia dapat memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah untuk jangka waktu paling lama 90 (sembilan puluh) hari kepada Bank untuk mengatasi kesulitan pendanaan jangka pendek Bank yang bersangkutan. 2. Pelaksanaan pemberian kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah sebagaimana dimaksud pada ayat 1 wajib dijamin oleh Bank penerima dengan agunan yang berkualitas tinggi dan mudah dicairkan yang nilainya minimal sebesar jumlah kredit atau pembiayaan yang diterimanya. 3. Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2 ditetapkan dengan Peraturan Bank Indonesia.

Page 9: Perspektif Hukum Krisis Global Terhadap Ekonomi Syariah Kondisi Saat Kini Dan Keadaan Yang Akan Datang Serta Analisanya by Timu

kesulitan terjadi ketika UU tersebut juga menentukan bahwa bank konvensional maupun bank syariah wajib memberikan jaminan berupa agunan yang berkualitas tinggi dan mudah dicairkan serta nilainya minimal sebesar jumlah kredit atau pembiayaan yang diterimanya. Sedangkan maksud agunan yang berkualitas tinggi dan mudah dicairkan adalah meliputi surat berharga atau tagihan yang diterbitkan oleh pemerintah atau badan hukum lain yang mempunyai otoritas untuk itu. Sedang bagi perbankan syariah untuk dapat menyediakan agunan berupa surat-surat berharga dan/atau tagihan yang tidak berbunga, belum mungkin karena pasar uang (financial market) yang berdasarkan prinsip syariah6 belum berkembang di Indonesia.

Peraturan Pendukung Perbankan Syariah di Indonesia adalah :

6.Undang-Undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia (BI) mengamanatkan kepada BI untuk mempersiapkan perangkat peraturan atau fasilitas-fasilitas penunjang yang mendukung operasional Bank Syari’ah. Dalam upaya mendorong pertumbuhan industri perbankan syariah yang masih berada dalam tahap awal pengembangan, beberapa hal penting yang perlu mendapatkan perhatian oleh BI antara lain: Kerangka dan perangkat pengaturan Operasional perbankan syariah belum lengkap; Pengaturan Cakupan pasar masih terbatas; Institusi pendukung yang belum lengkap dan efektif; Efisiensi operasional perbankan syariah yang masih belum optimal; perlu adanya aturan sistem bagi hasil dan transaksi dalam perbankan syariah serta aturan investasi asing di perbankan syariah (sebelum adanya UU atau PP Investasi di bidang perbankan syariah. Peran ini dirasa kurang dari Bank Indonesia, masih banyak yang harus diperhatikan oleh Bank Indonesia terkait pembuatan peraturan atau aturan main perbankan di Indonesia, sehingga posisi perbankan syariah dan konvensional berada dalam satu tingkatan yang sama. Bank Indonesia sebagai Bank central Indonesia dengan hak dan otoritas yang dimiliki mestinya lebih leluasa membuat suatu kebijakan yang lebih komprehensif terkait dengan kebijakan perkembangan perbankan syariah. Peran bank Indonesia sungguh luar biasa kalau melihat amanah yang diberikan oleh UU. 23 Tahun 1999, sekarang tinggal bagaimana BI mamainkan perannya ke depan terkait perkembangan perbankan syariah di Indonesia.Kedua, Terkait dengan surat-surat berharga atau surat utang negara (SUN) di Indonesia yang berdasar syariah belum diatur sehingga dalam pelaksanaannya akan memenuhi banyak rintangan dan berdampak kepada pemahaman investasi dari aspek syariah pada sisi yang berbeda. Pada tahun 2006 saja negara-negara Timur Tengah (Timteng) menawarkan dana hingga 8 miliar dolar AS, atau setara dengan Rp 71 triliun, untuk membeli obligasi syariah atau Sukuk Indonesia. Dana dari hasil penerbitan Sukuk itu nantinya digunakan membiayai proyek- proyek kelistrikan. Negara kaya raya dari Timur tengah kini memiliki dana yang melimpah ruah akibat tingginya harga minyak dunia. Di tengah limpahan duit, negara-negara Timteng itu kelimpungan mencari tempat investasi. Sebab sampai sekarang beberapa negara di Eropa dan Amerika menutup diri akibat peristiwa pengeboman menara kembar WTC, atau peristiwa yang dikenal dengan sebutan 9/11. Sebagai pengganti, negara-negara Timteng membidik Asia, termasuk Indonesia untuk menempatkan dana-dananya tersebut. Kalau kita lihat UU No 24 Tahun 2002 tentang Surat Utang Negara/ obligasi kalau dipakai landasan obligasi syariah maka akan rancu, karena dalam UU tersebut masih banyak kata-kata secara tidak langsung berkaitan dengan bunga yang sangat bertentangan dengan konsep syariah atau riba. Sehingga dalam kenyataannya obligasi korporasi dengan prinsip syariah telah mencapai belasan (14 sampai saat ini, 6 mudharabah dan 8 ijarah). Ketiga, mengenai perangkat pendukung perbankan syariah sebagaimana perbankan konvensional, maka perlu diatur perdagangan saham perbankan syariah yaitu pasar modal berprinsip syariah. Kegiatan Pasar Modal di Indonesia diatur dalam undang-undang No. 8 tahun 1995 (“UUPM”). Pasal 1 butir 13 UU 8/95 menyatakan bahwa “Pasar Modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran Umum dan Perdagangan Efek, Perusahaan Publik yang berkaitan dengan Efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan Efek”. Sedangkan Efek, dalam UUPM Pasal 1 butir 5 dinyatakan sebagai: “surat berharga yaitu surat pengakuan hutang, surat berharga komersial, saham obligasi, tanda bukti hutang, unit penyertaan kontrak investasi kolektif, kontrak kegiatan berjangka atas Efek dan setiap derivatif Efek”. UU No. 8 Tahun 1995 ini tidak membedakan apakah kegiatan Pasar Modal tersebut dilakukan berdasarkan prisnip-prisnip syariah atau tidak. Dengan demikian, berdasarkan UUPM kegiatan Pasar Modal di Indonesia dapat dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip syariah dan dapat pula dilakukan tidak sesuai dengan prinsip syariah.( KarimSyah Law Firm, 2005. Perlunya Peraturan Perundang-undangan Mengenai Pasar Modal Berdasarkan Syariah. Jakarta) Sehingga dalam pelaksanaannya bagi perbankan syariah akan memberikan ketidak pastian apakah sesuai dengan prinsip syariah atau tidak. Maka dari itu, perlu sekiranya pembuatan perangkat hukum terkait dengan keberadaan pasar modal syariah untuk mendukung perjalanan perbankan syariah. Keempat, Sebelum adanya amandemen terhadap UU No 7/1989 tentang Peradilan Agama menjadi kendala hukum di Indonesia, kewenangan mengadili sengketa perbankan Islam ada ditangan Pengadilan Negeri, sedang pengadilan negeri tidak menggunakan syariah sebagai landasan hukum bagi penyelesaian perkara. Dan kita tahu wewenang Pengadilan Agama telah dibatasi UU No. 7 Tahun 1989. Institusi ini hanya dapat memeriksa dan mengadili perkara-perkara yang menyangkut perkawinan, warisan, waqaf, hibah, dan sedekah. Pengadilan Agama tidak dapat memeriksa perkara-perkara di luar kelima bidang tersebut. Berdasarkan latar belakang di atas, kepentingan untuk membentuk lembaga permanen yang berfungsi untuk menyelesaikan kemungkinan terjadinya sengketa perdata di antara bank-bank Syariah dengan para nasabah sudah sangat mendesak, maka didirikan suatu lembaga yang mengatur hukum materi dan/atau berdasarkan prinsip syari’ah, badan ini dikenal dengan nama Badan Arbitrase Muamalah Indonesia atau BAMUI, yang didirikan secara bersama oleh Kejaksaan Agung Republik Indonesia dan MUI. Tap sampai sebelum UU No 7/1989 tentang Peradilan Agama diamandemen, badan tersebut belum bekerja dan sengketa perdata di antara bank-bank Syari’ah dengan para nasabah diselesaikan di Pengadilan Negeri. Dengan berlakunya UU No 3 tahun 2006 tentang Perubahan atas UU No 7/1989 tentang Peradilan Agama, telah disahkan oleh Presiden Republik Indonesia. Kelahiran Undang-Undang ini membawa implikasi besar terhadap perundang-indangan yang mengatur harta benda, bisnis dan perdagangan secara luas. Pada pasal 49 point i disebutkan dengan jelas bahwa Pengadilan Agama bertugas dan berwenang memeriksa, memutus dan menyelesaikan perkara di tingkat pertama antara orang –orang yang beragama Islam di bidang ekonomi syariah. Dalam penjelasan UU tersebut disebutkan bahwa yang dimaksud dengan ekonomi syariah adalah perbuatan atau kegiatan usaha yang dilaksanakan menurut prinsip syari’ah, antara lain meliputi : a. Bank syariah, b.Lembaga keuangan mikro syari’ah, c. asuransi syari’ah, d. reasurasi syari’ah, e. reksadana syari’ah, f. obligasi syariah dan surat berharga berjangka menengah syariah, g. sekuritas syariah, h. Pembiayaan syari’ah, i. Pegadaian syari’ah, j. dana pensiun lembaga keuangan syari’ah dan k. bisnis syari’ah. Namun, wewenang....dst

Page 10: Perspektif Hukum Krisis Global Terhadap Ekonomi Syariah Kondisi Saat Kini Dan Keadaan Yang Akan Datang Serta Analisanya by Timu

Keberadaan UU nomor 10/1998 tentang perbankan dan UU No. 23/1999 tentang Bank Indonesia menjadi landasan utama penunjang perbankan syariah di Indonesia saat ini, dengan berbagai kelemahan dari kedua peraturan perundang-undangan tersebut, ditambah lagi yang menjadi persoalan sekarang adalah peraturan pendukung terkait perkembangan perbankan syariah di Indonesia. Tanpa adanya peraturan pendukung terhadap alat-alat dari transaksi perbankan syariah akan memenuhi kesulitan bahkan bisa fatal. Peraturan pendukung perbankan syariah dimaksud adalah tentang peraturan BI tentang operasional perbankan syariah, Obligasi, Pasar Modal, Hukum Perdata dalam penyelesaian sengketa perbankan syariah.

Dampak krisis dan resesi :

Pengamat ekonomi yang berkomentar dan memberikan analisis dari berbagai sudut pandang dan dalam menganalisa penyebab utama timbulnya krisis moneter tersebut, banyak yang berkonklusi bahwa kerapuhan fundamental ekonomi (fundamental economic fragility) adalah merupakan penyebab utama munculnya krisis ekonomi. Hal ini seperti disebutkan oleh Michael Camdessus (1997), Direktur International Monetary Fund (IMF) : mengatakan pada Growth-Oriented Adjustment Programmes (kurang lebih) sebagai berikut: "Ekonomi yang mengalami inflasi yang tidak terkawal, defisit neraca pembayaran yang besar, pembatasan perdagangan yang berkelanjutan, kadar pertukaran mata uang yang tidak seimbang, tingkat bunga yang tidak realistik, beban hutang luar negeri yang membengkak dan pengaliran modal yang berlaku berulang kali, telah menyebabkan kesulitan ekonomi, yang akhirnya akan memerangkapkan ekonomi negara ke dalam krisis ekonomi".

Hal ini menunjukkan bahwa defisit neraca pembayaran (deficit balance of payment), beban hutang luar negeri (foreign debt-burden) yang membengkak--terutama sekali hutang jangka pendek, investasi yang tidak efisien (inefficient investment),dan banyak indikator ekonomi lainnya telah berperan aktif dalam mengundang munculnya krisis ekonomi. Demikian pula menurut pakar ekonomi syariah (Islam), penyebab utama krisis adalah kepincangan sektor moneter (keuangan) dan sektor riel yang dalam Islam dikategorikan dengan riba. Dikarenakan sektor keuangan berkembang cepat melepaskan dan meninggalkan jauh sektor riel, bahkan ekonomi kapitalis, tidak mengaitkan sama sekali antara sektor keuangan dengan sektor riel tersebut.

Karena sangat cepatnya sektor moneter dari sektor riel terlihat dengan nyata dalam bisnis transaksi maya (virtual transaction) melalui transaksi derivatif yang penuh dengan ribawi, dimana transaksi dunia maya sangat dominan ketimbang transaksi riil. Transaksi yang terjadi didunia maya mencapai lebih dari 95 persen dari seluruh transaksi dunia dan sementara transaksi di sektor riel berupa perdagangan barang dan jasa hanya sekitar lima persen saja.

Menurut analisis-analisis lain, dimana perbandingan tersebut semakin tajam, tidak lagi 95 % : 5 %, melainkan menjadi 99% : 1 %. (dalam tulisan Agustianto di sebuah seminar Nasional tahun 2007 di UINJakarta), disebutkan  bahwa volume transaksi yang terjadi di pasar uang (currency speculation and derivative market) dunia berjumlah US$1,5 trillion hanya dalam sehari, sedangkan volume transaksi pada perdagangan dunia di sektor riil hanya US$ 6 trillion setiap tahunnya (Rasio 500 : 6 ), Jadi sekitar 1-an %. Celakanya lagi, hanya 45 persen dari transaksi di pasar, yang spot, selebihnya adalah forward, futures, dan options.

Page 11: Perspektif Hukum Krisis Global Terhadap Ekonomi Syariah Kondisi Saat Kini Dan Keadaan Yang Akan Datang Serta Analisanya by Timu

Hukum Islam sangat mencela transaksi dirivatif ribawi  dan menghalalkan transaksi riel. Hal ini dengan tegas difirmankan Allah dalam Surah Al-Baqarah : 275 : Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.

Jelasnya bahwa perkembangan dan pertumbuhan finansial di dunia saat ini, sangat tak seimbang dengan pertumbuhan sektor riel. Realitas ketidak seimbangan arus moneter dan arus barang/jasatersebut, mencemaskan dan mengancam ekonomi di berbagai negara. Peter Drucker, menyebut gejala ketidak seimbangan antara arus moneter dan arus barang/jasa sebagai adanya decopling, yakni fenomena keterputusan antara maraknya arus uang (moneter) dengan arus barang dan jasa. Dimana fenomena ketidak seimbangan itu dipicu oleh maraknya bisnis spekulasi (terutama di dunia pasar modal, pasar valas dan proverti), sehingga potret ekonomi dunia seperti balon saja (bubble economy). Diibartkan ekonomi balon dimana secara lahir tampak besar, akan tetapi ternyata tidak berisi apa-apa kecuali udara. Bublle economy adalah sebuah ekonomi yang besar dalam perhitungan kuantitas moneternya, namun tak diimbangi oleh sektor riel, bahkan sektor riel tersebut amat jauh ketinggalan perkembangannya.

Ilustrasi fenomena decoupling tersebut, misalnya sebelum krisis moneter Asia, dalam satu hari, dana yang gentayangan dalam transaksi maya di pasar modal dan pasar uang dunia, diperkirakan rata-rata beredar sekitar 2-3 triliun dolar AS atau dalam satu tahun sekitar 700 triliun dolar AS. Padahal pada kenyataannya arus perdagangan barang secara international dalam satu tahunnya hanya berkisar 7 triliun dolar AS. Degan demikian arus uang 100 kali lebih cepat dibandingkan dengan arus barang (Didin S Damanhuri, Problem Utang dalam Hegemoni Ekonomi).7

Pada pandangan ekonomi Islam (syariah), dimana jumlah uang yang beredar bukanlah variabel yang dapat ditentukan begitu saja oleh pemerintah sebagai variabel eksogen, jumlah uang yang beredar ditentukan di dalam perekonomian sebagai variabel endogen, yaitu ditentukan oleh banyaknya permintaan uang di sektor riel atau dengan kata lain, jumlah uang yang beredar sama banyaknya dengan nilai barang dan jasa dalam perekonomian. Jelas perbedaan konsep ekonomi Islam (syariah) dengan ekonomi konvensional, dimana ekonomi konvensional : memisahkan antara sektor finansial dan sektor riel dan akibat pemisahan tersebut, ekonomi dunia sangat rawan krisis, khususnya negara–negara berkembang (dan terparah Negara Indonesia). Hal ini dikarenakan, pelaku

7.http://www.pesantrenvirtual.com/index.php?Itemid=60&catid=8: kajian- ekonomi&id = 1236: akar-krisis keuangan-global-dan-momentum-ekonomi-syariah-sebagai-solusi-&option=com_content&view=article Dalam ekonomi Islam, jumlah uang yang beredar bukanlah variabel yang dapat ditentukan begitu saja oleh pemerintah sebagai variabel eksogen. Dalam ekonomi Islam, jumlah uang yang beredar ditentukan di dalam perekonomian sebagai variabel endogen, yaitu ditentukan oleh banyaknya permintaan uang di sektor riel atau dengan kata lain, jumlah uang yang beredar sama banyaknya dengan nilai barang dan jasa dalam perekonomian. Dalam ekonomi Islam, sektor finansial mengikuti pertumbuhan sektor riel, inilah perbedaan konsep ekonomi Islam dengan ekonomi konvensional, yaitu ekonomi konvensional, jelas memisahkan antara sektor finansial dan sektor riel. Akibat pemisahan itu, ekonomi dunia rawan krisis, khususnya negara–negara berkembang (terparah Indonesia). Sebab, pelaku ekonomi tidak lagi menggunakan uang untuk kepentingan sektor riel, tetapi untuk kepentingan spekulasi mata uang. Spekulasi inilah yang dapat menggoncang ekonomi berbagai negara, khususnya negara yang kondisi politiknya tidak stabil. Akibat spekulasi itu, jumlah uang yang beredar sangat tidak seimbang dengan jumlah barang di sektor riel. Spekulasi mata uang yang mengganggu ekonomi dunia, umumnya dilakukan di pasar-pasar uang. Pasar uang di dunia ini saat ini, dikuasai oleh enam pusat keuangan dunia (London, New York, Chicago, Tokyo,Hongkong dan Singapura). Nilai mata uang negara lain, bisa saja tiba-tiba menguat atau sebaliknya. Lihat saja nasib rupiah semakin hari semakin merosot dan nilainya tidak menentu. Di pasar uang tersebut, peran spekulan cukup signifikan untuk menggoncang ekonomi suatu negara. Lihatlah Inggris, sebagai negara yang kuat ekonominya, ternyata pernah sempoyongan gara-gara ulah spekulan di pasar uang, apalagi kondisinya seperti Indonesia, jelas menjadi bulan-bulanan para spekulan. Demikian pula ulah George Soros di Asia Tenggara. Bagi spekulan, tidak penting apakah nilai menguat atau melemah. Bagi mereka yang penting adalah mata uang selalu berfluktuasi. Tidak jarang mereka melakukan rekayasa untuk menciptakan fluktuasi bila ada momen yang tepat, biasanya satu peristiwa politik yang menimbulkan ketidak pastian.

Page 12: Perspektif Hukum Krisis Global Terhadap Ekonomi Syariah Kondisi Saat Kini Dan Keadaan Yang Akan Datang Serta Analisanya by Timu

ekonomi tidak lagi menggunakan uang untuk kepentingan sektor riel, tetapi untuk kepentingan spekulasi mata uang. Spekulasi inilah yang dapat menggoncang ekonomi berbagai negara, khususnya negara yang kondisi politiknya tidak stabil dan akibat spekulasi tersebut, jumlah uang yang beredar sangat tidak seimbang dengan jumlah barang di sektor riel.

Dengan terjadinya spekulasi mata uang yang mengganggu ekonomi dunia, umumnya dilakukan di pasar-pasar uang dan pasar uang di dunia dikuasai oleh enam pusat keuangan dunia (London, New York, Chicago, Tokyo,Hongkong dan Singapura). Nilai mata uang negara lain, bisa saja tiba-tiba menguat atau sebaliknya. Lihat saja nasib rupiah semakin hari semakin merosot dan nilainya tidak menentu. Pada pasar uang tersebut, peran spekulan cukup signifikan untuk menggoncang ekonomi suatu negara, seperti pernah terjadi di Inggris sebagai negara yang kuat ekonominya, ternyata pernah sempoyongan gara-gara ulah spekulan di pasar uang, apalagi kondisinya seperti Indonesia, jelas menjadi bulan-bulanan para spekulan (demikian pula ulah George Soros di Asia Tenggara)8. Dimana terhadap para spekulan, tidak penting apakah nilai menguat atau melemah, bagi mereka yang penting adalah mata uang selalu berfluktuasi, dan tidak jarang mereka melakukan rekayasa untuk menciptakan fluktuasi bila ada momen yang tepat, biasanya satu peristiwa

8.http://cukireznor.wordpress.com/2011/04/22/krisis-keuangan-dunia- akibat- ulah- zionis- george- soros/ Soros dikenal memiliki kemampuan tinggi dalam berspekulasi di bidang perdagangan mata uang. Pada tahun 1982, dalam waktu singkat Soros berhasil meraup keuntungan 1,2 milyar dolar dalam perdagangan mata uang Poundsterling. Akibatnya, sebagian perekonomian Inggris hancur. Iapun dijuluki sebagai “Pria Yang Menghancurkan Pound” (The Man Who Broke the Pound). Pada pertengahan tahun 1997, perekonomian negara-negara Asia Tenggara, antara lain Indonesia, Thailand, dan Malaysia, tergoncang hebat karena secara tiba-tiba harga tukar dollar melonjak tinggi. Ribuan perusahaan bangkrut dan jutaan orang menjadi penganggur.Meskipun banyak faktor yang menyebabkan krisis moneter ini, namun salah satu sebab utamanya adalah perilaku para spekulan valuta asing yang telah memborong dollar Amerika, lalu menjualnya dengan harga tinggi sehingga nilai mata uang negara-negara ASEAN itu terpuruk. Spekulan uang terbesar pada era krisis tersebut adalah George Soros.Kebangkrutan berbagai industri di negara-negara ASEAN itu lalu dimanfaatkan oleh kapitalis Barat untuk membeli saham-saham di negara-negara tersebut dengan harga murah. Akibatnya, kini sebagian besar perusahaan penting di Indonesia adalah milik pengusaha asing. Pada tahun 2000, George Soros dilaporkan memiliki saham pada PT AGIS di Indonesia sebesar 10 persen dan beberapa perusahaan lainnya, termasuk Astra internasional.Belakangan, untuk menghapus citra buruk dirinya, lewat jaringan yayasan yang dimilikinya, Soros berusaha menyisihkan sebagian kekayaan yang diperolehnya dari kegiatan spekulasi untuk membantu mengatasi dampak ‘kegagalan sistem pasar finansial global’ terhadap negara-negara miskin. Soros selalu menampilkan organisasi yang dipimpinnya itu sebagai organisasi yang melakukan aksi-aksi kemanusiaan di berbagai penjuru dunia. Soros juga melakukan perjalanan ke berbagai penjuru dunia dan menyampaikan pidato-pidato berkenaan dengan demokrasi dan kebebasan. Menurut media massa Barat, Soros Foundation telah mengucurkan dana sebesar 4,2 milyar dolar untuk membantu fakir miskin di berbagai penjuru dunia.Namun, bantuan itu tidak disalurkan lewat PBB dengan alasan bahwa Soros tidak mempercayai PBB. Karena itu, banyak pengamat politik yang meyakini bahwa langkah Soros Foundation untuk menyampaikan bantuannya secara langsung adalah untuk menyebarkan pengaruh dan infiltrasi di kawasan-kawasan yang diberi bantuan. Pada tahun 1997, seorang ilmuwan Bosnia mengungapkan bahwa di Bosnia, Soros dianggap sebagai pahlawan oleh sebagaian masyarakat negara muslim ini. Sebabnya adalah karena selama Perang Bosnia, Soros banyak mengucurkan bantuan finansial kepada rakyat Bosnia. Kemudian, setelah perang usai, Soros mendanai berbagai penerbitan media massa di negara itu. Media yang diterbitkan itu banyak memuat foto-foto amoral dan menyebarkan pemikiran kebebasan dan sekularisme.Dalam sistem ekonomi kapitalisme, kepala negara-kepala negara di dunia ditentukan oleh AS. Dalam pemilu Brazil, kandidat yang menentang kebijakan kami, tidak boleh terpilih. Pada kenyataannya, bukanlah rakyat Brazil yang memberikan suara. Jika ada kandidat lain yang terpilih, Brazil akan berhadapan dengan krisis ekonomi yang besar. AS kini bagaikan Roma pada zaman dulu, yang merupakan rezim satu-satunya yang berhak untuk bersuara.Anehnya, meskipun berperan sebagai sumber krisis keuangan di berbagai negara dan berhasil mengeruk milyaran dollar dari krisis itu, Soros pun aktif menulis buku-buku ilmiah mengenai perekonomian dunia. Di sini ia menempatkan diri sebagai pengamat dan memberikan saran-saran mengenai bagaimana seharusnya perekonomian dunia diatur sehingga negara-negara bisa keluar dari krisis ekonomi. Salah satu buku karya Soros berjudul Krisis Kapitalisme Global . Di dalamnya, Soros berusaha menunjukkan bahwa kapitalisme global sedang mengalami ujian dan ancaman yang sangat berat. Apabila hal ini tidak ditangani secara serius, suasana krisis akan akan menghantui perjalanan kapitalisme global. Dengan kata lain, meskipun sistem kapitalisme telah terbukti mengorbankan jutaan rakyat di dunia, namun Soros melalui bukunya ini berusaha terus menyebarkan sistem kapitalisme global yang memang terbukti telah membuat dirinya kaya raya.

Page 13: Perspektif Hukum Krisis Global Terhadap Ekonomi Syariah Kondisi Saat Kini Dan Keadaan Yang Akan Datang Serta Analisanya by Timu

politik yang menimbulkan ketidak pastian. Pada momentum tersebut, secara perlahan-lahan mereka membeli rupiah, sehingga permintaan akan rupiah meningkat, hal ini akan mendorong nilai rupiah secara semu ini dan akan menjadi makanan empuk para spekulan. Apabila momentum tersebut muncul dan ketidak pastian mulai merebak, mereka akan melepas secara sekaligus dalam jumlah besar. Pasar akan kebanjiran rupiah dan tentunya nilai rupiah akan anjlok.

Robin Hahnel dalam artikelnya Capitalist Globalism In Crisis: Understanding the Global Economic Crisis (2000), mengatakan bahwa globalisasi-khususnya dalam financial market, hanya membuat pemegang asset semakin memperbesar jumlah kekayaannya tanpa melakukan apa-apa. Dalam kacamata ekonomi Islam, mereka meraup keuntungan tanpa 'iwadh (aktivitas bisnis riil, seperti perdagangan barang dan jasa riil), mereka hanya memanfaatkan fasilitas-fasilitas yang terdapat dalam pasar uang dengan kegiatan spekulasi untuk menumpuk kekayaan mereka tanpa kegiatan produksi yang riil.

”Mereka tidak bekerja, mereka tidak roduce, mereka perdagangan uang untuk saham, saham obligasi, dolar atau untuk yen. Mereka berspekulasi bahwa beberapa cara untuk menahan kekayaan mereka akan lebih aman dan lebih menguntungkan daripada cara lain. Secara garis besar, sistem kredit global telah berubah selama dua dekade terakhir dengan cara yang senang untuk spekulasi (Hahnel, 2000)”.

Hahnel, menyoroti bagaimana sistem kredit atau sistem hutang sudah memerangkap perekonomian dunia sedemikian dalam. Apalagi mekanisme bunga (interestrate) juga menggurita bersama sistem hutang ini. Yang kemudian membuat sistem perekonomian harus menderita ketidak seimbangan kronis. Sistem hutang ini menurut Hahnel hanya melayani kepentingan spekulator, kepentingan segelintir pelaku ekonomi. Namun segelintir pelaku ekonomi tersebut menguasai sebagian besar asset yang ada di dunia. Jika kita kaji pemikiran Hahner ini lebih mendalam akan kita lihat dengan sangat jelas bahwa perekonomian akan berakhir dengan kehancuran akibat sistem yang dianutnya, yakni kapitalisme ribawi.

Dan Taylor (Penasihat keuangan Barat),  mempunyai keyakinan bahwa sistem kewangan dan perbankan Islam mempuyai keunggulan system yang lebih baik berbanding dengan sistem keuangan Barat yang berasaskan riba. Krisis keuangan yang sedang dihadapai oleh negara-negara Barat seperti USA dan UK memberikan kekuatan secara langsung dan tidak langsung kepada sistem finansial Islam yang berdasarkan Syariah. Sistem keuangan Barat sudah runtuh.... "Islamic finance and banking willwin", begitulah kata penasihat kewangan Barat. BDO Stoy Hayward says financial turmoil puts Islamic products in strong position.

”Menurut penasihat keuangan bank syariah, lembaga keuangan beberapa yang masih memiliki sejumlah besar uang yang tersedia untuk membiayai individu dan korporat, seperti rekan-rekan perbankan barat mereka, yang hanya akan terus menyempit kebijakan pinjaman dari krisis ekonomi saat ini”. “Dan Taylor, Kepala Perbankan di BDO Stoy Hayward, mengatakan: "Sebagai riskprofile Bank Islam umumnya lebih rendah dibandingkan bank konvensional Barat, ini menyajikan pilihan yang lebih solid untuk kedua investor ritel dan institusional dan menunjukkan bahwa berurusan dengan lembaga keuangan Islam akan tumbuh dramatis sebagai orang beralih ke produk yang lebih aman dalam lingkungan ini. " "Pertumbuhan lebih lanjut dari perbankan syariah di Inggris juga

Page 14: Perspektif Hukum Krisis Global Terhadap Ekonomi Syariah Kondisi Saat Kini Dan Keadaan Yang Akan Datang Serta Analisanya by Timu

akan dikaitkan dengan pendekatan yang lebih konservatif untuk pembiayaan, karena risiko dibagi dengan theinvestor, seperti model ekuitas swasta. Selain itu, lebih sulit untuk lembaga keuangan Islam untuk menggunakan leverage , sehingga profil risiko mereka secara alami rendah, : Taylor (Ahmad Sanusi Husein)”

Aktivitas riba para spekulan adalah meraup keuntungan dari selisih harga beli dan harga jual, semakin besar selisihnya, maka akan makin menarik bagi para spekulan untuk bermain. Berdasarkan realitas itulah, maka Konferensi Tahunan Association of Muslim Scientist di Chicago, Oktober 1998 yang membahas masalah krisis ekonomi Asia dalam perspektif ekonomi Islam, menyepakati bahwa akar persoalan krisis adalah perkembangan sektor finansial yang berjalan sendiri, tanpa terkait dengan sektor riel. Dengan demikian, sangat jelas sekali nilai suatu mata uang dapat berfluktuasi secara liar.

Solusinya adalah mengatur sektor finansial agar menjauhi dari segala transaksi yang mengandung riba, termasuk transaksi-transaksi maya di pasar uang dan gejala decoupling, sebagaimana digambarkan di atas, disebabkan, karena fungsi uang bukan lagi sekedar menjadi alat tukar dan penyimpanan kekayaan, tetapi telah menjadi komoditas yang diperjualbelikan dan sangat menguntungkan bagi mereka yang memperoleh gain,meskipun bisa berlaku mengalami kerugian milyaran dollar AS.

Kesimpulannya bahwa perekonomian saat ini digelembungkan oleh transaksi maya yang dilakukan oleh segelintir orang di beberapa kota dunia, seperti London (27 persen), Tokyo-Hong Kong-Singapura (25 persen), dan Chicago-New York (17 persen), kekuatan pasar uang ini sangat besar dibandingkan kekuatan perekonomian dunia secara keseluruhan dan perekonomian global praktis ditentukan oleh perilaku lima negara yang berkompeten mempengarhi krisis global tersebut.

Perkembangan Ekonomi Syariah :Hukum Islam khususnya ekonomi syariah sangat menolak keras segala jenis

transaksi maya seperti yang terjadi di pasar uang saat ini, ditegaskan bahwa "Uang bukan komoditas" bahwa praktek penggandaan uang dan spekulasi sangat dilarang dan sebaliknya, hukum Islam khusus eknomi syariah mendorong globalisasi dalam arti mengembangkan perdagangan internasional.

Dimana dalam ekonomi syariah, globalisasi merupakan bagian integral dari konsep universal Islam. Rasulullah telah menjadi pedagang internasional sejak usia remaja. Ketika berusia belasan tahun, dia telah berdagang ke Syam (Suriah), Yaman, dan beberapa negara di kawasan Teluk sekarang. Sejak awal kekuasaannya, umat Islam menjalin kontak bisnis dengan Cina, India, Persia, dan Romawi. Bahkan hanya dua abad kemudian (abad kedelapan), para pedagang Islam telah mencapai EropaUtara. Ternyata nilai-nilai ekonomi syariah selalu aktual, dan terbukti dapat menjadi solusi terhadap resesi perekonomian. Pada zaman Nabi Muhammad jarang sekali terjadi resesi dan zaman khalifah yang empat, akan tetapi pernah sekali Nabi Muhammad mengalami defisit, yaitu sebelum Perang Hunain, namun segera dilunasi setelah perang. Begitu pula di zaman Umar bin Khattab (khalifah kedua) dan Utsman (khalifah ketiga) , malah APBN mengalami surplus dan pada dalam zaman pemerintahan Khalifah Umar bin Abdul Aziz tidak dijumpai lagi orang miskin.

Rahasia kebijakan moneter Rasulullah SAW diikuti oleh para khalifah yang selalu terkait dengan sektor riil perekonomian yaitu berupa perdagangan dan hasilnya adalah pertumbuhan sekaligus stabilitas. Dengan memperkuat antara sektor moneter dengan sektor riil merupakan obat mujarab untuk mengatasi gejolak kurs mata uang, seperti yang melanda

Page 15: Perspektif Hukum Krisis Global Terhadap Ekonomi Syariah Kondisi Saat Kini Dan Keadaan Yang Akan Datang Serta Analisanya by Timu

Indonesia sejak akhir 1997 sampai saat ini. Perekonomian yang mengaitkan sektor moneter langsung dengan sektor riil akan membuat kurs mata uang stabil dan teori inilah yang dijalankan bank-bank Islam (perbkan syariah) dewasa ini, di mana setiap pembiayaan harus ada underline transactionnya, tidak seperti bank konvensional yang menerapkan sistem ribawi. Menjadi tantangan umat Islam adalah menunjukkan keagungan dan keampuhan ekonomi syariah, dimana tidak hanya bagi masyarakat muslim, melainkan juga bagi masyarakat non muslim dan tidak hanya di Indonesia tetapi juga  di dunia international. Terlihat bahwa Islam ternyata mewariskan sistem perekonomian yang tepat, fair, adil, manusiawi, untuk menciptakan kemaslahatan dan kesejahteraan hidup orang banyak.

Perbankan Syariah Keadaan Sekarang dan Keadaan Yang akan Datang :9

Perbankan syariah atau Perbankan Islam adalah suatu sistem perbankan yang dikembangkan berdasarkan syariah (hukum) islam. Usaha pembentukan sistem ini didasari oleh larangan dalam agama islam untuk memungut maupun meminjam dengan bunga atau yang disebut dengan riba serta larangan investasi untuk usaha-usaha yang dikategorikan haram (misal: usaha yang berkaitan dengan produksi makanan/minuman haram, usaha

9.http://www.islamicity.com/finance/IslamicBanking_Evolution.htm,Percobaan pertama modern dengan perbankan Islam dilakukan di Mesir di bawah penutup , tanpa memproyeksikan gambar Islam , karena takut dipandang sebagai manifestasi fundamentalisme Islam yang diharamkan rezim politik. Upaya perintis , yang dipimpin oleh Ahmad El Najjar , mengambil bentuk sebuah bank simpanan yang berbasis profit sharing di kota Mesir Mit Ghamr pada tahun 1963 . Eksperimen ini berlangsung hingga 1967 ( Siap 198l ) , dengan waktu yang ada sembilan bank seperti di negara ini . Bank-bank ini , yang tidak dikenakan atau membayar bunga , investasi sebagian besar dengan terlibat dalam perdagangan dan industri , secara langsung atau dalam kemitraan dengan orang lain , dan berbagi keuntungan dengan para deposannya ( Siddiqi 1988) . Dengan demikian , mereka berfungsi pada dasarnya sebagai tabungan lembaga investasi bukan sebagai bank komersial . The Nasir Social bank , didirikan di Mesir pada 197l , ditetapkan sebagai bank umum bebas bunga , meskipun piagam tidak menyinggung Islam atau Syariah ( hukum Islam ) . IDB didirikan pada tahun 1974 oleh Organisasi Negara-negara Islam (OKI ) , tapi itu terutama bank antar pemerintah yang bertujuan untuk menyediakan dana untuk proyek pembangunan di negara-negara anggota . IDB menyediakan berbasis biaya jasa keuangan dan bantuan keuangan bagi hasil ke negara-negara anggota . Operasi IDB bebas dari bunga dan secara eksplisit berdasarkan prinsip Syariah . Pada tahun tujuh puluhan , telah terjadi perubahan iklim politik di banyak negara Muslim, supaya tidak ada lagi kebutuhan yang kuat untuk mendirikan lembaga keuangan Islam di bawah penutup . Sejumlah bank syariah , baik secara tertulis dan semangat , muncul di Timur Tengah , misalnya, Dubai Islamic Bank ( 1975) , Faisal Islamic Bank of Sudan ( 1977) , Faisal Islamic Bank of Egypt ( 1977) , dan Islamic Bank Bahrain ( 1979 ) , untuk menyebutkan beberapa .Wilayah Asia - Pasifik tidak menyadari angin perubahan . Filipina Amanah Bank ( PAB ) didirikan pada tahun 1973 dengan Keputusan Presiden sebagai lembaga perbankan khusus tanpa mengacu pada karakter Islam dalam piagam bank . Pembentukan PAB adalah respon oleh Pemerintah Filipina ke pemberontakan Muslim di selatan , yang dirancang untuk melayani kebutuhan perbankan khusus dari komunitas Muslim . Namun, tugas utama PAB adalah untuk membantu rehabilitasi dan rekonstruksi di Mindanao , Sulu dan Palawan di selatan ( Mastura 1988) . PAB ini memiliki delapan cabang yang terletak di kota-kota besar dari provinsi Muslim selatan , termasuk satu di Makati ( Metro Manila) , di samping kantor pusat berlokasi di Zamboanga City di Mindanao . PAB , bagaimanapun , tidak sepenuhnya bank Islam , karena operasi berbasis bunga terus hidup berdampingan dengan mode Islam pembiayaan . Hal ini memang menarik untuk mengamati bahwa PAB beroperasi dua ' jendela ' untuk transaksi deposito , yaitu , konvensional maupun syariah . Namun demikian , upaya-upaya sedang dilakukan untuk mengubah PAB ke dalam bank syariah penuh ( Mastura 1988) .Perbankan Islam memulai debutnya di Malaysia pada tahun 1983 , tetapi bukan tanpa pendahulunya . Pertama lembaga keuangan Islam di Malaysia adalah Muslim Pilgrims Savings Corporation didirikan pada tahun 1963 untuk membantu orang menyimpan untuk haji ( ziarah ke Mekkah dan Madinah ) . Pada tahun 1969 , badan ini berkembang menjadi Manajemen Haji dan Dana Dewan atau Tabung Haji seperti yang sekarang dikenal . The Tabung Haji telah bertindak sebagai perusahaan keuangan yang menginvestasikan tabungan calon jamaah haji sesuai dengan syariah , tetapi perannya agak terbatas , karena merupakan lembaga keuangan non-bank . Keberhasilan Tabung Haji , bagaimanapun , memberikan dorongan utama untuk membangun Bank Islam Malaysia Berhad ( BIMB ) yang merupakan baku bank umum syariah penuh di Malaysia . The Tabung Haji juga con tributed l2.5 persen dari modal awal BIMB sebesar M $ 80 juta. BIMB memiliki pelengkap dari empat belas cabang di beberapa bagian negara . Rencana yang sedang terjadi untuk membuka enam cabang baru tahun sehingga pada tahun 1990 jaringan cabang BIMB akan total tiga puluh tiga ( Man 1988) . Referensi juga harus dilakukan untuk beberapa lembaga keuangan Islam yang didirikan di negara-negara di mana Muslim adalah minoritas . Ada proliferasi tabungan bebas bunga pinjaman dan masyarakat di India selama tujuh puluhan ( Siddiqi 1988) . Islam Banking System ( sekarang disebut Islamic Finance House ), .... Ada juga Islamic Bank Internasional Denmark , di Kopenhagen , dan Perusahaan Investasi Islam telah dibentuk di Melbourne , Australia. Courtesy of Mohamed Ariff, University of Malaya.

Page 16: Perspektif Hukum Krisis Global Terhadap Ekonomi Syariah Kondisi Saat Kini Dan Keadaan Yang Akan Datang Serta Analisanya by Timu

media yang tidak islami dll), dimana hal ini tidak dapat dijamin oleh sistem perbankan konvensional.

Perbankan syariah pertama kali muncul di Mesir tanpa menggunakan embel-embel islam, karena adanya kekhawatiran rezim yang berkuasa saat itu akan melihatnya sebagai gerakan fundamentalis. Pemimpin perintis usaha ini Ahmad El Najjar, mengambil bentuk sebuah bank simpanan yang berbasis profit sharing (pembagian laba) di kota Mit Ghamr pada tahun 1963. Eksperimen ini berlangsung hingga tahun 1967, dan saat itu sudah berdiri 9 bank dengan konsep serupa di Mesir. Bank-bank ini, yang tidak memungut maupun menerima bunga, sebagian besar berinvestasi pada usaha-usaha perdagangan dan industri secara langsung dalam bentuk partnership dan membagi keuntungan yang didapat dengan para penabung. Masih di negara yang sama, pada tahun 1971, Nasir Social bank didirikan dan mendeklarasikan diri sebagai bank komersial bebas bunga. Walaupun dalam akta pendiriannya tidak disebutkan rujukan kepada agama maupun syariat islam.

Dengan berdirinya Islamic Development Bank (IDB) pada tahun 1974 disponsori oleh negara-negara yang tergabung dalam Organisasi Konferensi Islam, walaupun utamanya bank tersebut adalah bank antar pemerintah yang bertujuan untuk menyediakan dana untuk proyek pembangunan di negara-negara anggotanya. IDB menyediakan jasa finansial berbasis fee dan profit sharing untuk negara-negara tersebut dan secara eksplisit menyatakan diri berdasar pada syariah islam. Dibelahan negara lain pada kurun 1970-an, sejumlah bank berbasis islam kemudian muncul. Di Timur Tengah antara lain berdiri Dubai Islamic Bank (1975), Faisal Islamic Bank of Sudan (1977), Faisal Islamic Bank of Egypt (1977) serta Bahrain Islamic Bank (1979). Dia Asia-Pasifik, Phillipine Amanah Bank didirikan tahun 1973 berdasarkan dekrit presiden, dan di Malaysia tahun 1983 berdiri Muslim Pilgrims Savings Corporation yang bertujuan membantu mereka yang ingin menabung untuk menunaikan ibadah haji.

Di Indonesia pelopor perbankan syariah adalah Bank Muamalat Indonesia. Berdiri tahun 1991, bank ini diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan pemerintah serta dukungan dari Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) dan beberapa pengusaha muslim. Bank ini sempat terimbas oleh krisis moneter pada akhir tahun 90-an sehingga ekuitasnya hanya tersisa sepertiga dari modal awal. IDB kemudian memberikan suntikan dana kepada bank ini dan pada periode 1999-2002 dapat bangkit dan menghasilkan laba.

Kondisi sekarang ini dimana, keberadaan bank syariah di Indonesia telah di atur dalam Undang-undang yaitu UU No. 10 tahun 1998 tentang Perubahan UU No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan. Hingga tahun 2007 terdapat 3 institusi bank syariah di Indonesia yaitu Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri dan Bank Mega Syariah. Sementara itu bank umum yang telah memiliki unit usaha syariah adalah 19 bank diantaranya merupakan bank besar seperti Bank Negara Indonesia (Persero) dan Bank Rakyat Indonesia (Persero). Dan sistem syariah juga telah digunakan oleh Bank Perkreditan Rakyat, saat ini telah berkembang 104 BPR Syariah.

Adapun Visi dan misi dari kegiatan pengembangan perbankan syariah adalah :“Terwujudnya sistem perbankan syariah yang kompetitif, efisien, dan memenuhi prinsip kehati-hatian serta mampu mendukung sektor riil secara nyata melalui kegiatan

Page 17: Perspektif Hukum Krisis Global Terhadap Ekonomi Syariah Kondisi Saat Kini Dan Keadaan Yang Akan Datang Serta Analisanya by Timu

pembiayaan berbasis bagi hasil dan transaksi riil dalam kerangka keadilan, tolong menolong dan menuju kebaikan guna mencapai kemaslahatan masyarakat”

Karakteristik Bank Syariah :1. Universal Bank Syariah adalah untuk setiap orang, tanpa memandang perbedaan

kemampuan ekonomi maupun perbedaan agama.2. Adil Memberikan sesuatu hanya kepada yang berhak serta memperlakukan sesuatu

sesuai posisinya.3. Melarang adanya masyir (unsur spekulasi atau untung-untungan), gharar

(ketidakjelasan), haram, dan riba.4. Transparan Dalam kegiatannya, bank syariah sangat terbuka bagi seluruh lapisan

masyrakat.5. Seimbang Mengembangkan sektor keuangan melalui aktivitas perbankan syariah yang

mencakup pengembangan sektor riil danUMKM.6. Maslahat Bermanfaat dan membawa kebaikan bagi seluruh aspek kehidupan. Variatif

Produk bervariasi mula idari tabungan haji dan umrah, tabungan umum, giro, deposito, pembiayaan yang berbasis bagi hasil, jual beli dan sewa,sampai pada produk jasa kustodian, jasa transfer dan jasa pembayaran (debit card, syariah charge).

7. Memiliki Fasilitas Penerimaan dan penyaluran zakat, infaq, sedekah, waqaf, dana kebajikan (qard), memiliki fasilitas ATM, mobile banking, internet banking dan inter-koneksi antar bank syariah. (aml)

Target Perbankan Syariah, adapun target pencapaian pengembangan sistem perbankan syariah nasional adalah :- Memiliki daya saing yang tinggi dengan tetap berpegang pada nilai-nilai syariah.- Memiliki peran signifikan dalam sistem perekonomian nasional serta perbaikan

kesejahteraan rakyat.- Memiliki kemampuan untuk bersaing secara global dengan pemenuhan standar

operasional keuangan internasion.

Bank Indonesia telah menentukan sasaran yang realistis untuk  mewujudkan visi yang sudah dicanangkan. Sasaran ini dibuat dengan mempertimbangkan kondisi aktual, termasuk: faktor-faktor yang berpengaruh dan kecenderungan yang akan membentuk industri di masa yang akan datang manfaat dan tantangan yang ada, serta kelebihan dan keterbatasan dari pelaku industri dan stakeholders lainnya.

Sasaran pengembangan perbankan syariah sampai tahun 2011 adalah terpenuhinya prinsip syariah dalam operasional perbankan, yang ditandai dengan :- Tersusunnya norma-norma keuangan syariah yangseragam (standarisasi).- Terwujudnya mekanisme kerja yang efisien bagipengawasan prinsip syariah dalam

operasional perbankan (baik instrumen maupun badan terkait).- Rendahnya tingkat keluhan masyarakat dalam hal penerapan prinsip syariah dalam setiap

transaksi.

Dengan menerapkan prinsip kehati-hatian dalam operasional perbankan syariah yaitu dengan :

Page 18: Perspektif Hukum Krisis Global Terhadap Ekonomi Syariah Kondisi Saat Kini Dan Keadaan Yang Akan Datang Serta Analisanya by Timu

- Terwujudnya kerangka pengaturan dan pengawasan berbasis risiko yang sesuai dengan karakteristiknya dan didukung oleh SDI yang handal.

- Diterapkannya konsep corporate governance dalam operasi perbankan syariah.- Diterapkannya kebijakan exit dan entry yang efisien.- Terwujudnya realtime supervision.- Terwujudnya self regulatory system.

Menciptakan sistem perbankan syariah yang kompetitif dan efisien; yang ditandai dengan :- Terciptanya pemain-pemain yang mampu bersaing secara global.- Terwujudnya aliansi strategis yang efektif.- Terwujudnya mekanisme kerjasama dengan lembaga lembaga pendukung .

Menciptakan stabilitas sistemik serta terealisasinya kemanfaatan bagi masyarakat luas, yang ditandai dengan:- Terwujudnya safety net yang merupakan kesatuan dengan konsep operasional perbankan

yang berhati-hati.- Terpenuhinya kebutuhan masyarakat yang menginginkan layanan bank syariah di

seluruh Indonesia dengan target pangsa sebesar 5% dari total aset perbankan nasional.- Terwujudnya fungsi perbankan syariah yang kaffah dan dapat melayani seluruh segmen

masyarakat.- Meningkatnya proporsi pola pembiayaan secara bagi hasil.

Tantangan pada kondisi yang akan datang pada sistem Perbankan Syariah di Indonesia adalah :10

- Fakta implementasi, menunjukkan bahwa dalam periode krisis ekonomi, perbankan syariah memiliki daya tahan yang relatif lebih kuat dan berkaitan dengan persoalan perbankan syariah diharapkan dapat berperan lebih besar dalam proses pemulihan perekonomian Indonesia yang masih terus berlangsung.

- Berupaya mendorong pertumbuhan industri perbankan syariah yang masih berada dalam tahap awal pengembangan, beberapa hal penting yang perlu mendapatkan perhatian khusus antara lain:1. Kerangka dan perangkat pengaturan perbankan syariah belum lengkap.2. Masih mencakup pasar masih terbatas.3. Masih kurangnya pengetahuan dan pemahaman mengenai produk dan jasa

perbankan syariah.4. Institusi pendukung yang belum lengkap dan efektif.5. Efisiensi operasional perbankan syariah yang masih belum optimal dan memadai.6. Porsi pembiayaan bagi hasil dalam transaksi bank syariah masih perlu ditingkatkan

lagi. 7. Kemampuan untuk memenuhi kinerja dan standar keuangan syariah internasional.

Pada dasar prinsip syariah11 adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan/atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan

10.Frank E. Vogel and Samuel L. Hayes,III, Islamic Law and Finance-Religion, Risk, and Return, Kluwer Law International, The Hague, London, Boston, hal.19.

11.David L, Ratner and Thomas Lee Hazen, Securities Regulation Case and Materials (St.Paul Minn : West Publishing, 1991), hal 79.

Page 19: Perspektif Hukum Krisis Global Terhadap Ekonomi Syariah Kondisi Saat Kini Dan Keadaan Yang Akan Datang Serta Analisanya by Timu

lainnya yang sesuai dengan syariah. Beberapa prinsip/ hukum yang dianut oleh sistem perbankan syariah antara lain :Pembayaran terhadap pinjaman dengan nilai yang berbeda dari nilai pinjaman dengan nilai ditentukan sebelumnya tidak diperbolehkan, Pemberi dana harus turut berbagi keuntungan dan kerugian sebagai akibat hasil usaha institusi yang meminjam dana, Islam tidak memperbolehkan “menghasilkan uang dari uang”. Uang hanya merupakan media pertukaran dan bukan komoditas karena tidak memiliki nilai intrinsik, Unsur Gharar (ketidak pastian, spekulasi)12 tidak diperkenankan. Kedua belah pihak harus mengetahui dengan baik hasil yang akan mereka peroleh dari sebuah transaksi, Investasi hanya boleh diberikan pada usaha-usaha yang tidak diharamkan dalam islam. Usaha minuman keras misalnya tidak boleh didanai oleh perbankan syariah.

Produk perbankan syariah adalah :

- Jasa untuk peminjam dana.- Mudhorobah, adalah perjanjian antara penyedia modal dengan pengusaha. Setiap

keuntungan yang diraih akan dibagi menurut rasio tertentu yang disepakati. Resiko kerugian ditanggung penuh oleh pihak Bank kecuali kerugian yang diakibatkan oleh kesalahan pengelolaan, kelalaian dan penyimpangan pihak nasabah seperti penyelewengan, kecurangan dan penyalahgunaan.

- Musyarokah (Joint Venture), konsep ini diterapkan pada model partnership atau joint venture. Keuntungan yang diraih akan dibagi dalam rasio yang disepakati sementara kerugian akan dibagi berdasarkan rasio ekuitas yang dimiliki masing-masing pihak. Perbedaan mendasar dengan mudharabah ialah dalam konsep ini ada campur tangan pengelolaan manajemennya sedangkan mudharabah tidak ada campur tangan.

- Murobahah , yakni penyaluran dana dalam bentuk jual beli. Bank akan membelikan barang yang dibutuhkan pengguna jasa kemudian menjualnya kembali ke pengguna jasa dengan harga yang dinaikkan sesuai margin keuntungan yang ditetapkan bank, dan pengguna jasa dapat mengangsur barang tersebut. Besarnya angsuran flat sesuai akad diawal dan besarnya angsuran=harga pokok ditambah margin yang disepakati. Contoh:harga rumah, 500 juta, margin bank/keuntungan bank 100 jt, maka yang dibayar nasabah peminjam ialah 600 juta dan diangsur selama waktu yang disepakati diawal antara Bank dan Nasabah.

- Takaful (asuransi islam)

Jasa untuk penyimpan dana :

- Wadi’ah (jasa penitipan), adalah jasa penitipan dana dimana penitip dapat mengambil dana tersebut sewaktu-waktu. Dengan sistem wadiah Bank tidak berkewajiban, namun diperbolehkan, untuk memberikan bonus kepada nasabah.Akad Wadiah sendiri menurut cara penitipannya dapat ada 2 jenis akad yaitu :1. Wadhiah Dhamanah : Titipan dengan izin tertitip boleh pemanfaatan harta titipan.

Diletakkan dalam pool of fund untuk dikembangkan oleh tertitip.2. Wadhiah Amanah : Titipan tanpa kebolehan izin memanfaatkan harta titipan:

contoh : Safe Deposit Box.

12. John C. Coffee, Jr.1.”Market Faklure and the Economic Case for A Man datory Disclosure System, Virginia Law Review, (Vol 79, 1984), hal. 721-722.

Page 20: Perspektif Hukum Krisis Global Terhadap Ekonomi Syariah Kondisi Saat Kini Dan Keadaan Yang Akan Datang Serta Analisanya by Timu

- Deposito Mudhorobah, nasabah menyimpan dana di Bank dalam kurun waktu yang tertentu. Keuntungan dari investasi terhadap dana nasabah yang dilakukan bank akan dibagikan antara bank dan nasabah dengan nisbah bagi hasil tertentu.Akad Mudharabah juga ada 2 jenis berdasarkan dimana dana dititipkan :1. Mudharabah Mutlaqah (Bagi Hasil Mutlak): Bank berkuasa penuh menentukan

jenis dan tempat investasi. Nasabah tidak perlu menentukan ke mana dananya akan diinvestasikan oleh bank syariah, sepenuhnya merupakan hak Bank.

2. Mudharabah Muqayyadah (Bagi Hasil Terikat): Bank berwenang terbatas dalam menentukan jenis dan tempat investasi. Skim ini biasanya digunakan untuk mewadahi kebutuhan nasabah (umumnya adalah nasabah besar seperti perusahaan dan pemerintah) untuk menggunakan bank syariah sebagai perpanjangan tangannya untuk berinvestasi pada sektor bisnis tertentu. Dana tidak disatukan dalam pool-of-fund bank syariah, namun dikelola secara terpisah.

Contoh kasus :13

”Obligasi Syariah Indosat tidak mempunyai acuan hukum positif seperti UU atau peraturan Bapepam yang menjadi naungannya. Sebagai gantinya Obligasi Syariah Indosat bernaung di bawah Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN MUI) No 32 tentang Obligasi Syariah dan No 33 tentang Obligasi Syariah Mudharabah. Kasus lainnya, Obligasi korporasi dengan prinsip syariah yang sesudahnya juga dapat bernaung di bawah Fatwa DSN MUI No 41 tentang Obligasi Syariah Ijarah. Obligasi Syariah dalam fatwa-fatwa yang telah disebutkan mengalami redefinisi sebagai Surat Berharga Jangka Panjang berdasarkan prinsip syariah sehingga dapat diperjual belikan. Berangkat dari kasus-kasus ini, kalau dilihat dari kaca mata hukum dan peradilan, maka hal ini cukup meragukan, sehingga untuk memberikan kekuatan hukum sesuai dengan sistem hukum di Indonesia maka perlu adanya UU tersendiri mengenai obligasi syariah, sehingga mampu memberikan jaminan kepastian hukum kepada investor dan lainnya”.

Dimana keberadaan bank Islam di Indonesia memiliki peluang yang mengembirakan dan perlu dioptimalkan guna membangun kembali sistem perbankan yang sehat dalam rangka mendukung program pemulihan dan pendayaan ekonomi nasional, selain restrukturisasi perbankan. Hal itu dikarenakan adanya beberapa pertimbangan, antara lain :

1. Kebutuhan jasa perbankan bagi masyarakat yang tidak dapat menerima konsep bunga, 14rakyat Indonesia 85 % beragama Islam, meskipun pada hakikatnya agama non Muslim pun (Yahudi dan Nasrani) juga menolak konsep bunga ini, yang telah nyata

13.Halim Alamsyah, Seminar ISEI tentang Indonesia Economic Outlook 2010, Jakarta, Desember, 2009/Panelis Seminar Tahunan Riset Stabilitas Sistem Keuangan, Jakarta, Desember, 2009/ISEAS Public Seminar on Indonesian Economy In Globalized Recession,Singapore, Juni 2009, Seminar SEACEN/BIS Executive Seminar on Global Shocks and Economic Stability, Yogyakarta, Januari, 2009/Seminar Telkom Solution tentang Trend Pertumbuhan Industri Perbankan, Kebijakan Arsitektur Perbankan Indonesia dan Trend ICT Perbankan Tahun 2009-2011, Jakarta, Januari, 2009/Seminar Warta Ekonomi tentang IT di Indus tri Pembiayaan & Asuransi Meningkatkan Revenue Assurance & Collection Dalam Kondisi Krisis Global dengan Aplikasi IT yang Efektif dan Efisien, Jakarta, Januari, 2009/Pembicara High Level Policy Dialogue Meeting Depkeu BKF-Australia, Jakarta, Februari, 2009/Pembicara Seminar FKDKP tentang Penerapan PSAK 50 (revisi 2006) dan PSAK 55 (revisi 2006) serta Implikasi Terhadap Laporan Bulanan Bank Umum , Jakarta, Februari,2009/ Seminar BARa tentang Managing Opportunity and Risk in Crisis, Jakarta, Maret, 2009/Seminar ISEI tentang Indonesia Economic Ou tlook 2010, Jakarta, Desember, 2009;

Page 21: Perspektif Hukum Krisis Global Terhadap Ekonomi Syariah Kondisi Saat Kini Dan Keadaan Yang Akan Datang Serta Analisanya by Timu

gagal dalam usahanya mensejahterakan masyarakat dan bangsa ini, bahkan telah membuat terpuruk perekonomian Indonesia. Apabila penduduk Indonesia saat ini 220 juta maka 187 juta adalah beragama Islam, meskipun tidak semua orang Muslim memahami konsep bunga ini maka disinilah tugas kita, terutama ulama dan cendekiawan yang secara khusus memiliki pengikut, seperti ulama dan cendekiawan yang ada di organisasi sosial kemasyarakat (NU, Muhamadiyah, Al-Irsyad, dll.) maupun organisasi partai politik (PK, PBB, PNU, dll.) untuk memberikan pemahaman dan sosialisasi tentang keberadaan perbankan syariah di Indonesia secara terus-menerus. Berdasarkan data BMI bahwa jumlah nasabah BMI dan Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) maupun keuangan mikro lainnya yang berprinsip syariah masih 0,2 % dari nasabah bank nasional sehingga perbankan syariah masih dapat memobilisasi dana masyarakat dengan bersaing dengan perbankan konvensional, terutama dari segmen masyarakat yang selama ini belum dapat tersentuh oleh sistem perbankan konvensional.

2. Peluang pembiayaan bagi pengembangan usaha berdasarkan prinsip kemitraan, dalam sistem perbankan konvensional, konsep yang diterapkan adalah hubungan debitur dan kreditur yang antagonis (debitor to creditor relationship). Seorang debitur harus dan wajib mengembalikan pokok pinjaman dan bunganya, apakah debitur mendapatkan untung atau rugi. Kreditur tidak mau ambil peduli. Hal ini berbeda dengan sistem perbankan syariah. Konsep yang diterapkan adalah hubungan antar investor yang harmonis (mutual investor relationship), sehingga adanya saling kerjasama dan kepercayaan karena dalam perbankan syariah menerapkan nilai ilahiyah sebagai pengendali yang bersifat transendental dan nilai keadilan, persaudaraan, kepedulian sosial yang bersifat horisontal.

3. Kebutuhan akan produk dan jasa perbankan unggulan, sistem perbankan syariah memiliki keunggulan komparatif berupa penghapusan  embebanan bunga yang berkesinambungan (perpetual interest effect), membatasi kegiatan spekulasi yang tidak produktif dan pembiayaan yang ditujukan pada usaha-usaha yang memperhatikan unsur moral (halal). Produk perbankan seperti berupa tabungan, giro dan deposito yang menerapkan prinsip-prinsip simpanan (depository), bagi hasil (profit sharing), jual beli (sale and purchase), sewa (operational lease and financial lease), jasa (fee based services).

4. Peningkatan jumlah lembaga keuangan syariah, gairah perbankan nasional, baik keinginan untuk membuka kantor bank umum syariah ataupun kantor unit syariah dapat terlihat dari perkembangan yang pesat jumlah  perbankan syariah di Indonesia. Apabila saat-saat krisis tahun 1998 baru ada satu Bank Umum Syariah, yaitu Bank Muamalat Indonesia, dengan 9 kantor cabang dan itu hanya tersebar di Pulau Jawa dan 77 Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) maka per tanggal 23 Juli 2002, sudah ada 2 Bank Umum Syariah, yaitu BMI dan Bank Syariah Mandiri (BSM) serta 6 Bank Umum Konvensional yang membuka unit syariah, yaitu BNI 1946, Bukopin, BRI, Danamon, IFI dan Bank Jabar dengan 36 kantor cabang, 52 kantor cabang pembantu serta 81 BPRS yang sudah tersebar di seluruh Indonesia. Kinerja bank syariah juga sangat memuaskan. Hal ini dapat terlihat dari loan to deposit ratio (LDR) atau perbandingan jumlah kredit dengan simpanan pihak ke-3, yang rata-rata 100 %, terkecuali BMI yang hanya 81 %. Ini masih lebih bagus dibandingkan LDR perbankan nasional yang hanya 39 %. Namun,

14.Syahrir, 2, Tinjauan Pasar Modal, (jakarta :PT.Gramedia Pustaka Utama, 1995), hal 292-293. Justarian Naiborhu, “Perilaku Investor dalam Membeli Saham :Berlakukah Fundamental Analysis?” dalam syarir dan Marzuki Usman,ed,Op.cit hal. 5-86.

Page 22: Perspektif Hukum Krisis Global Terhadap Ekonomi Syariah Kondisi Saat Kini Dan Keadaan Yang Akan Datang Serta Analisanya by Timu

asset bank syariah yang pada Mei 2002, totalnya Rp 3.02 Trilyun masih kalah apabila dibandingkan perbankan yang menempati rangking menengah, seperti Bank Niaga yang pada tahun 1995 sudah mencapai Rp 4.74 Trilyun, apalagi jika dibandingkan dengan BCA yang total assetnya sebesar Rp 99 Trilyun.

5. Adanya pelayanan yang meluruskan pelanggan dengan cara sesuai Islam, hal itu dapat terbukti dengan diraihnya penghargaan Quality Assurance Service Australia, predikat ISO 9001 tahun 2000 untuk pelayanan bank khususnya customer service dan taller banking diberikan pada BMI, serta Market Research Indonesia tahun 2000, yang memasukkan BMI masuk deretan unggulan terbaik dari 5 bank dalam pelayanan.

Faktor-Faktor Penghambat Perbankan Syariah :

Tidak obyektif kiranya jika kita hanya menampilkan faktor pendorong perkembangan perbankan syariah di Indonesia tanpa menjelaskan juga faktor penghambat yang merupakan tantangan bagi kita, terutama berkaitan dengan penerapan suatu sistem perbankan yang baru, suatu sistem yang mempunyai sejumlah perbedaan prinsip-prinsip dengan sistem yang dominan dan telah berkembang pesat di Indonesia. Faktor-faktor penghambat itu adalah sebagi berikut :

1. Pemahaman masyarakat yang belum tepat terhadap kegiatan operasional bank syariah :Hal demikian, dikarenakan masih dalam tahap awal pengembangan dapat imaklumi bahwa pada saat ini pemahaman sebagian masyarakat mengenai  sistem dan prinsip perbankan syariah masih belum tepat. Pada dasarnya, Sistem Ekonomi Islam telah jelas, yaitu melarang praktek riba serta akumulasi kekayaan hanya pada pihak tertentu secara tidak adil, akan tetapi, secara praktis, bentuk produk dan jasa pelayanan, prinsip-prinsip dasar hubungan antar bank dan nasabah, serta cara-cara berusaha yang halal dalam bank syariah, masih perlu disosialisasikan secara luas. Adanya perbedaan  karakteristik produk bank konvensional dengan bank syariah telah menimbulkan adanya keengganan bagi pengguna jasa perbankan. Keengganan tersebut antara lain disebabkan oleh hilangnya kesempatan mendapatkan penghasilan tetap berupa bunga dari simpanan. Oleh karena itu, secara umum perlu diinformasikan bahwa dana pada bank syariah juga dapat memberikan keuntungan finansiil yang kompetitif. Disamping itu, salah satu karakteristik khusus dari hubungan bank dengan nasabah dalam sistem perbankan syariah adalah adanya moral force dan tutunan terhadap etika usaha yang tinggi dari semua pihak. Hal ini selanjutnya akan mendukung prinsip kehati-hatian dalam usaha bank maupun nasabah.

2. Peraturan yang berlaku belum sepenuhnya mengakomodir operasional bank syariah :Hal ini disebabkan adanya sejumlah perbedaan dalam pelaksanaan operasional antara bank syariah dan bank konvensional. Ketentuan-ketentuan perbankan perlu disesuaikan agar memenuhi ketentuan syariah sehingga bank syariah dapat beroperasi secara efektif dan efisien. Ketentuan-ketentuan tersebut antara lain hal yang menyatakan :(a) Instrumen yang diperlukan untuk mengatasi masalah likuiditas(b) Instrumen moneter yang sesuai dengan prinsip syariah untuk keperluan pelaksanaan

tugas bank sentral;(c) Standar akuntansi, audit dan pelaporan;(d) Ketentuan-ketentuan yang mengatur mengenai prinsip kehati-hatian, dsb.

Page 23: Perspektif Hukum Krisis Global Terhadap Ekonomi Syariah Kondisi Saat Kini Dan Keadaan Yang Akan Datang Serta Analisanya by Timu

3. Jaringan kantor bank syariah yang belum luasPengembangan jaringan kantor bank syariah diperlukan dalam rangka perluasan jangkauan pelayanan kepada masyarakat. Disamping itu, kurangnya jumlah bank syariah yang ada juga menghambat perkembangan kerjasama antar bank syariah. Kerjasama yang sangat diperlukan antara lain, berkenaan dengan penempatan dana antar bank dalam hal mengatasi masalah likuiditas sebagai suatu badan usaha, bank syariah perlu beroperasi dengan skala yang ekonomis. Karenanya, jumlah jaringan kantor bank yang luas juga akan meningkatkan efisiensi usaha. Berkembangnya jaringan bank syariah juga diharapkan dapat meningkatkan komposisi ke arah peningkatan kualitas pelayanan dan mendorong inovasi produkdan jasa bank syariah.

4. Kecilnya market share :Adanya bank syariah yang beroperasi dengan tujuan utama menggerakan perekonomian secara produktif. Di samping sungguh-sungguh menjalankan fungsi intermediasi karena secara syariah tugas bank selaku mudharib (pengelola dana) harus menginvestasikan pada sektor ekonomi secara riil untuk kemudian berbagi hasil dengan sahibul maal (pemilik dana) sesuai dengan nisbah yang disepakati. Hal ini terbukti, meskipun market share bank syariah masih sangat kecil, yaitu kurang dari 1 %, namun rasio pembiayaan dengan dana pihak ketiga lebih dari 100 %, yang berarti bank telah menjalankan fungsi intermediasinya tersebut. Masih kecilnya market share itu disebabkan antara lain karena bank syariah mempunyai keterbatasan dana baik dari segi permodalan maupun jumlah dana masyarakat yang berhasil dihimpun karena alasan-alasan seperti yang diungkapkan diatas.

5. Sumber daya manusia yang memiliki keahlian dalam bank syariah masih sedikit:Kendala-kendala di bidang sumber daya manusia dalam pengembangan perbankan syariah disebabkan karena sistem ini masih belum lama dikembangkan. Disamping itu, lembaga-lembaga akademik dan pelatihan dibidang ini sangat terbatas sehingga tenaga terdidik dan berpengalaman dibidang non perbankan syariah, baik dari sisi bank pelaksana maupun dari bank sentral (pengawas dan peneliti bank), masih sangat sedikit. Pengembangan sumber daya manusia dibidang perbankan syariah sangat perlu karena keberhasilan pengembangan bank syariah pada level mikro sangat ditentukan oleh kualitas manajemen dan tingkat pengetahuan, serta ketrampilan pengelola bank. Sumber daya manusia dalam perbankan syariah harus memiliki pengetahuan yang kas dibidang perbankan, memahami implementasi prinsip-prinsip syariah dalam praktek perbankan, serta mempunyai komitmen kuat untuk menerapkannya secara konsisten. Dalam hal pengembangan bank syariah dengan cara mengkonversi bank konvensional menjadi bank syariah atau membuka kantor cabang syariah oleh bank umum konvensional. Permasalahan ini menjadi lebih penting karena diperlukan suatu perubahan pola pikir dari sistem usaha bank yang beroperasi secara konvensionalo ke bank yang beroperasi dengan prinsip syariah.

Fator Penyebab Lain adalah Krisis Globalisasi :Bahwa terjadi krisis maha dahsyat di Amerika Serikat yang menyebar ke semua negara di dunia sudah sangat banyak kita baca. Namun tidak banyak yang menjelaskan tentang sebab-sebabnya, dan juga tidak banyak yang menguraikan tentang landasan dari sebab-sebab itu, yaitu mashab pikiran atau ideologi yang memungkinkan dipraktekannya cara-cara penggelembungan di sektor keuangan.

Page 24: Perspektif Hukum Krisis Global Terhadap Ekonomi Syariah Kondisi Saat Kini Dan Keadaan Yang Akan Datang Serta Analisanya by Timu

Tentang krisis global tersebut pada media massa di negara-negara maju banyak yang mengulasnya. Intinya sebagai berikut. :

Bank hipotik yang mengkhususkan diri memberikan kredit untuk pembelian rumah, dengan sendirinya mempunyai tagihan kepada penerima kredit yang menggunakan uangnya untuk membeli rumah. Jaminan atas kelancaran pembayaran cicilan utang pokok dan bunganya adalah rumah yang dibiayai oleh bank hipotik tersebut. Kita sebut tagihan ini tagihan primer, karena langsung dijamin oleh rumah, atau barang nyata. Tagihannya bank hipotik kepada para penerima kredit berbentuk kontrak kredit yang berwujud kertas. Istilahnya adalah pengertasan dari barang nyata berbentuk rumah. Karena kertas yang diciptakannya ini mutlak mewakili kepemilikan rumah sebelum hutang oleh pengutang lunas, maka kertas ini disebut surat berharga atau security. Pekerjaan mengertaskan barang nyata yang berbentuk rumah disebutsecuritization of asset.

Misalnya Bank hipotik ini bernama Bear Sterns. Bear Sterns mengkonversi uang tunainya ke dalam kewajiban cicilan utang pokok beserta pembayaran bunga oleh para penghutang atau debitur. Jadi uang tunai atau likuiditasnya berkurang. Namun Bear Sterns memegang surat berharga atau security yang berbentuk kontrak kredit atau tagihan kepada para debiturnya. Bear Sterns mengelompokkan surat-surat tagihan tersebut ke dalam kelompok-kelompok yang setiap kelompoknya mengandung surat tagih dengan tanggal jatuh tempo pembayaran yang sama. Setiap kelompok ini dijadikan landasan untuk menerbitkan surat utang yang dijual kepada Lehman Brothers (misalnya) dan bank-bank lain yang semuanya mempunyai nama besar. Yang sekarang dilakukan oleh Bear Sterns bukan menerbitkan surat piutang, tetapi surat janji bayar atau surat utang. Atas dasar surat piutang kepada ratusan atau ribuan debiturnya, Bear Sterns menerbitkan surat utang kepada Lehman. Uang tunai hasil hutangnya dari Lehman dipakai untuk memberi kredit lagi kepada mereka yang membutuhkan rumah. Seringkali untuk membeli rumah kedua, ketiga oleh orang yang sama, sehingga potensi kreditnya macet bertambah besar. Penerbitan surat berharga berbentuk surat janji bayar atau promes disebut securitization of security. Bahasa Indonesianya yang sederhana “mengertaskan kertas.” Surat berharga ini kita namakan surat berharga sekunder, karena tidak langsung dijamin oleh barang yang berbentuk rumah, melainkan oleh kertas yang berwujud surat janji bayar oleh bank hipotik yang punya nama besar.

Contoh : ”Lehman memegang surat utang dari Bear Sterns dan juga dari banyak lagi perusahaan-

perusahaan sejenis Bear Sterns. Seluruh surat ini dikelompokkkan lagi ke dalam wilayah-wilayah geografis, misalnya kelompok debitur California, kelompok debitur Atlanta dan seterusnya. Oleh Lehman kelompok-kelompok surat-surat utang dari bank-bank ternama ini dijadikan landasan untuk menerbitkan surat utang yang dibeli oleh Merril Lynch dan bank-bank lainnya dengan nama besar juga yang disebut surat utang tertsier”.

Demikianlah, dimisalkan satu rumah sebagai jaminan menghasilkan uang tunai ke dalam kas dan bank-bank ternama dengan jumlah keseluruhan yang berlipat ganda. Media massa negara-negara maju menyebutkan bahwa bank-bank tersebut melakukan sliced and diced, yang secara harafiah berarti bahwa satu barang dipotong-potong dan kemudian masing-masing diperjudikan. Maka banyak bank yang debt to equity ratio-nya 35 kali.

Page 25: Perspektif Hukum Krisis Global Terhadap Ekonomi Syariah Kondisi Saat Kini Dan Keadaan Yang Akan Datang Serta Analisanya by Timu

Dan bayangkan, misalnya adanya pembeli rumah yang gagal bayar cicilan utang pokok beserta bunganya. Kalau satu tagihan dipotong-potong (sliced) menjadi 5, yang masing-masing dibeli oleh bank-bank yang berlainan, maka gagal bayar oleh satu debitur merugikan 5 bank. Ini sebagai contoh. Dalam kenyataannya bisa lebih dari 5 bank yang terkena kerugian besar, karena kepercayaan bank-bank besar di seluruh dunia kepada nama-nama besar investment banks dan hedge funds di Amirika Serikat.

Dampak-dampak yang kemungkinan akan timbul :

Dampak pertama adalah bahwa bank tidak percaya pada bank lain yang minta kredit kepadanya melalui pembelian surat berharganya. Ini berarti bahwa bank-bank yang tadinya memperoleh likuiditas dari sesama bank menjadi kekeringan likuiditas, sedangkan bank-bank yang termasuk kategori investment bank atau hedge fund tidak mendapatkan uangnya dari penabung individual, tetapi dari bank-bank komersial atau sesama investment bank atau sesama hedge funds. Jadi dampak pertama adalah kekeringan likuiditas.

Dampak kedua adalah bahwa bank yang menagih piutangnya yang sudah jatuh tempo tidak memperoleh haknya, karena bank yang diutanginya tidak mampu membayarnya tepat waktu, karena pengutang utamanya, yaitu individu yang membeli rumah-rumah di atas batas kemampuannya memang tidak mampu memenuhi kewajibannya. Lembaga-lembaga keuangan di Amerika Serikat dengan sadar memberikan kredit rumah kepada orang yang tidak mampu. Itulah sebabnya namanya subprime mortgage. Sub artinya di bawah. Prime artinya prima atau bonafid. Jadi dengan sadar memang memberikan kredit rumah kepada orang-orang yang tidak bonafid atau tidak layak memperoleh kredit. Bahwa kepada mereka toh diberikan, bahkan berlebihan, karena adanya praktek yang disebut sliced and diced tadi. Dampak kedua ini, yaitu bank-bank gagal bayar kepada sesama bank mengakibatkan terjadinya rush oleh bank-bank pemberi kredit, antara lain kepada Lehman Brothers. Maka Lehman musnah dalam waktu 24 jam.

Ketika surat utang inferior yang disebut subprime mortgage macet, barulah ketahuan bahwa begini caranya memompakan angin ke dalam satu surat utang yang dijual berkali-kali dengan laba sangat besar. Dan ketika balon angin keuangan meledak, menurut Henry Paulson sudah menjabat menteri keuangan AS, dia melakukan tindakan-tindakan yang menurut banyak orang membingungkan, akan tetapi menurut beberapa orang bahwa henry adalah manusia yang hebat, tegas .(Newsweek tanggal 29 September 2008 halaman 20). Ada alasan untuk menganggapnya orang hebat. Dia mahasiswa Phi Beta Kappa dari Dartmouth. Penghubung antara gedung putihnya Nixon dan Departemen Perdagangan. MBA dari Harvard, bergabung dengan Goldman Sachs Chicago di tahun 1974, menjadi CEO-nya dari 1998 sampai 2006. Dan sekarang menteri keuangan AS.

Beban berat menghadapi krisis yang sangat dahsyat yang sedang berlangsung, adanya tindakan-tindakan seperti semaunya sendiri atau bingung. Henry memfasilitasi JP Morgan untuk membeli Bear Sterns dengan harga hanya US$ 2 per saham, yang dalam waktu singkat direvisi menjadi US$ 10. Fannie Mae dan Freddie Mac, perusahaan quasi milik pemerintah telah memberikan jaminan kredit sebesar US$ 5,4 trilyun. Untuk menyelamatkannya dua perusahaan penjaminan kredit tersebut dibeli oleh pemerintah dengan jumlah uang US$ 80 milyar. Lehman Brothers disuruh bangkrut saja. Merril Lynch

Page 26: Perspektif Hukum Krisis Global Terhadap Ekonomi Syariah Kondisi Saat Kini Dan Keadaan Yang Akan Datang Serta Analisanya by Timu

dijual kepada Bank of America. Akhirnya dia menyodorkan usulan supaya pemerintah AS menyediakan uang US$ 700 milyar untuk menanggulangi krisis. Kongres marah, karena alasan ideologi. Bagaimana mungkin bangsa yang kepercayaannya pada keajaiban mekanisme pasar bagaikan agama mendadak disuruh intervensi dengan uang yang begitu besar? Wall Street guncang luar biasa. Kongres rapat lagi dan “terpaksa” menyetujui usulan Hank Paulson dan Bernanke, Presiden Federal Reserve, supaya pemerintah AS menggunakan uang rakyat pembayar pajaknya sebesar Rp 700 milyar untuk mencoba menyelesaikan masalah keuangan yang maha dahsyat itu. Saya katakan mencoba, karena setelah disetujui, Wall Street tetap saja terpuruk.

Seperti telah dikemukakan diatas, bahwa sangat banyak kertas-kertas derivatif diciptakan oleh bank-bank dengan nama besar, sehingga tanpa ragu banyak bank-bank besar di seluruh dunia membelinya sebagai investasi mereka. Kertas-kertas berharga ini mendadak musnah harganya, sehingga banyak bank yang menghadapi kesulitan sangat kritis.

Dampak Krisis Global terhadap Indonesia

Perekonomian Indonesia Tahun 2008 Tengah Krisis Keuangan Global Indonesia merupakan negara small open economy sehingga imbas dari krisis finansial global sangat mempengaruhi kondisi perekonomian dalam negeri. Salah satu dampak dari krisis finansial global adalah perlambatan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2008. Pertumbuhan ekonomi Indonesia secara keseluruhan tumbuh mencapai 6,1% pada tahun 2008 atau sedikit lebih rendah dibandingkan dengan tahun 2007 sebesar 6,3%.

Dampak negatif dari krisis global, antara lain sebagai berikut :- Menurunnya kinerja neraca pembayaran.- Tekanan pada nilai tukar Rupiah.- Dorongan pada laju inflasi.

Pertama, kinerja neraca pembayaran yang menurun.Pada saat terjadi krisis global, negara adidaya Amerika Serikat mengalami resesi yang serius, sehingga terjadi perlambatan pertumbuhan ekonomi yang selanjutnya menggerus daya beli masyarakat Amerika. Hal ini sangat mempengaruhi negara-negara lain karena Amerika Serikat merupakan pangsa pasar yang besar bagi negara-negara lain termasuk Indonesia. Penurunan daya beli masyarakat di Amerika menyebabkan penurunan permintaan impor dari Indonesia. Dengan demikian ekspor Indonesia pun menurun. Inilah yang menyebabkan terjadinya defisit Neraca Pembayaran Indonesia (NPI). Bank Indonesia memperkirakan secara keseluruhan NPI mencatatkan defisit sebesar US$ 2,2 miliar pada tahun 2008. Penyebab lain terjadinya defisit NPI adalah derasnya aliran keluar modal asing dari Indonesia khususunya pada pasar SUN (Surat Utang Negara) dan SBI (Sertifikat Bank Indonesia). Derasnya aliran modal keluar tersebut menyebabkan investasi portofolio mencatat defisit sejak kuartal III-2008 dan terus meningkat pada kuartal IV-2008. Selain itu, adanya sentimen negatif terhadap pasar keuangan global juga membuat terjadinya pelepasan aset finansial oleh investor asing dan membuat neraca finansial dan modal ikut menjadi defisit.

Kedua, tekanan pada nilai tukar Rupiah.

Page 27: Perspektif Hukum Krisis Global Terhadap Ekonomi Syariah Kondisi Saat Kini Dan Keadaan Yang Akan Datang Serta Analisanya by Timu

Secara umum, nilai tukar rupiah bergerak relatif stabil sampai pertengahan September 2008. Hal ini terutama disebabkan oleh kinerja transaksi berjalan yang masih mencatat surplus serta kebijakan makroekonomi yang berhati-hati. Namun sejak pertengahan September 2008, krisis global yang semakin dalam telah memberi efek depresiasi terhadap mata uang. Kurs Rupiah melemah menjadi Rp 11.711,- per USD pada bulan November 2008 yang merupakan depresiasi yang cukup tajam, karena pada bulan sebelumnya Rupiah berada di posisi Rp 10.048,- per USD. Pergerakan Kurs Rupiah selama tahun 2008 dan awal 2009 dapat dilihat dari grafik dibawah ini:

- Semasa Pemerintahan Orde Baru, Indonesia menganut sistem fixed exchange rate atau sistem nilai tukar tetap. Tetapi pada Pemerintahan berikutnya sampai sekarang, sistem yang dianut telah berubah menjadi sistem floating exchange rate atau sistem nilai tukar mengambang. Dengan sistem ini nilai tukar rupiah menjadi bergantung pada supply dan demand di pasar. Hal ini berbeda dengan sistem fixed exchange rate dimana Bank Indonesia berkewajiban menjaga Rupiah konstan dengan aktif membeli dan menjual valas untuk menghadapi supply dan demand yang berubah-ubah.

- Pada masa krisis global yang terjadi sejak beberapa waktu yang lalu, terjadi keketatan likuiditas global, dengan demikian supply dollar relatif sangat menurun. Hal inilah yang memeberikan efek depresiasi terhadap Rupiah. Keketaatan likuiditas global terjadi akibat perusahaan dan rumah tangga lebih menjaga likuiditasnya untuk berjaga-jaga dari berbagai resiko bisnis yang meningkat akibat krisis global. Hal ini yang menyebabkan sulitnya mencari dana talangan dalam membiayai defisit anggaran pemerintah. Rumah tangga konsumen pun mulai menahan diri untuk berbelanja guna mengantisipasi terhadap goncangan yang mungkin terjadi. Keketatan likuiditas diperparah oleh sikap bank yang terlalu berhati-hati dalam mengucurkan kreditnya dalam rangka meminimalisir terjadinya kredit macet.

Sebenarnya depresiasi Rupiah menguntungkan kondisi dalam negeri, karena secara teoritis akan meningkatkan daya saing produk dalam negeri. Harga-harga produk dalam negeri menjadi relatif lebih murah apabila dibandingkan dengan harga-harga produk sejenis yang diimpor dari negara lain. Di pasar negara tujuan ekspor Indonesia, konsumen akan lebih memilih produk dari Indonesia karena harganya lebih murah. Kondisi ini menyebabkan ekspor Indonesia meningkat.

Namun hal itu tidak terjadi, karena negara lain juga mengalami hal yang sama seperti Indonesia dimana mata uangnya juga mengalami depresiasi. Krisis global membuat daya beli masyarakat di setiap negara pada umumnya menurun. Sehingga Depresiasi tidak serta merta membuat ekspor Indonesia meningkat, bahkan ekspor justru turun.  Berdasarkan laporan BPS awal Maret 2009 lalu, disebutkan bahwa nilai ekspor Indonesia pada Januari 2009 hanya sebesar USD 7,15 miliar. Angka ini turun 17,7% dibandingkan nilai ekspor pada Desember 2008 sebesar USD 8,69 miliar. Bahkan, jika dibandingkan dengan Januari 2008, nilai penurunannya lebih besar lagi, yakni sebesar 36%.

Ketiga, dorongan pada laju inflasi.Dorongan tersebut berasal dari lonjakan harga minyak dunia yang mendorong dikeluarkannya kebijakan subsidi harga BBM. Tekanan inflasi makin tinggi akibat harga

Page 28: Perspektif Hukum Krisis Global Terhadap Ekonomi Syariah Kondisi Saat Kini Dan Keadaan Yang Akan Datang Serta Analisanya by Timu

komoditi global yang tinggi. Namun inflasi tersebut berangsur menurun di akhir tahun 2008 karena harga komoditi yang menurun dan penurunan harga subsidi BBM. Pergerakan inflasi di Indonesia dapat dilihat dari grafik.

Dari grafik tersebut terlihat bahwa terjadi tekanan inflasi yang tinggi hingga triwulan III-2008 yakni hingga bulan September 2008. Hal ini dipicu oleh kenaikan harga komoditi dunia terutama minyak dan pangan. Lonjakan harga tersebut berdampak pada kenaikan harga barang yang ditentukan pemerintah (administered prices) seiring dengan kebijakan pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi. Setelah bulan September 2008, tingkat inflasi mulai turun karena turunnya harga komoditi internasional, pangan dan energi dunia. Penyebab lain dari terus menurunnya tingkat inflasi adalah kebijakan Pemerintah menurunkan harga BBM jenis solar dan premium pada Desember 2008, dan produksi pangan dalam negeri yang relatif bagus. Bahkan awal Desember 2008 terjadi deflasi sebesar 0,04 persen. Deflasi tersebut terjadi karena menurunnya harga pada sektor transportasi, konsumsi, dan jasa keuangan. Keberhasilan menurunkan inflasi secara berangsur-angsur tak lepas dari keberhasilan instansi terkait dalam memitigasi akselerasi ekspektasi inflasi yang sempat meningkat tajam pasca kenaikan harga BBM. Secara keseluruhan, inflasi IHK pada tahun 2008 mencapai 11,06 persen, sementara inflasi inti mencapai 8,29 persen.

Dampak Krisis Global terhadap Bank Syariah.15

Dampak Krisis Global ini tentu saja dirasakan oleh banyak kalangan di Seluruh dunia, tetapi banyak pihak yang mengatakan bahwa ”bank syariah kebal dari krisis global”, dan krisis global sama sekali tidak mempengaruhi kinerja per-bankan syariah yang ada saat ini, tetapi   kita perlu mengecek kebeneran klaim yang satu ini ,  saya sangat tertarik mendengerkan seluruh perkataan yang sedang saya cari tahu kebenerannya baik melalui media massa, internet maupun dari talk show pada suatu acara ataupun pada televisi .

Pada titik awal ini, mencari tahu mulai dari sistem perbankan syariah hingga ke perbedaan dengan bank lainnya seperti yang saya ulas sebelumnya ,  dari sini saya mengetahui dan saya yakin banyak juga selain saya sudah mengetahui bahwa bank syariah tidak menggunakan sistem yang berbasis suku bunga sehingga ketika krisis ekonomi terjadi dan suku bunga system perbankan nasional ataupun global bergejolak maka bank syariah yang tidak berbasis suku bunga akan akaman , dengan mudahnya dari berbagai pihak memberikan jawaban “bank syariah tidak menggunakan suku bunga , ya pastilah tidak akan

15.http://www.ekonomisyariah.org/download/artikel/Makalah Seminar Perbankan Syariah, Analisis Dmapak Krisis Keuangan Global Terhadap Profitabilitas Bank Syariah dhi PT. BANK MUAMALAT INDONESIA TBK PERIODE 2006 – 2008, Makalah Seminar, Oleh Yulina Ananda : Dari hasil keseluruhan penelitian ini yang memiliki variabel-variabel independen tingkat inflasi dan suku bunga sebagai indikator krisis keuangan global dan variabel total pendapatan yang dibagihasilkan dapat diambil kesimpulan bahwa setelah melewati tiga analisis yaitu regresi dan korelasi berganda, analisis ekonometrik atau asumsi klasik serta dua pengujian hipotesis, variabel-variabel yang diteliti terbebas dari 3 asumsi klasik hanya autokorelasi yang tidak terpenuhi. Artinya bahwa dalam setiap penelitian dimana urutan pada pengamatan-pengamatan berbeda bisa saja terjadi pelonggaran asumsi klasik. Oleh karenanya, autokorelasi atau sering disebut dengan korelasi serial terjadi kebanyakan pada serangkaian data runtut waktu. Dan dari hipotesis dapat disimpulkan bahwa pendugaan yang menyatakan bahwa indikator krisis keuangan global berupa tingkat inflasi dan suku bunga secara tidak langsung memang berpengaruh terhadap tingkat profitabilitas bank syariah (PT Bank Muamalat Indonesia) akan tetapi hal itu tidaklah signifikan karena setelah melewati berbagai macan uji analisis, dihasilkan pernyataan bahwa hipotesis peneliti adalah tidak tepat. Yang artinya indikator krisis keuangan ditinjau dari tingkat inflasi dan suku bunga tidak berpengaruh negatif terhadap ROE Bank Muamalat Indonesia. Dan total pendapatan yang dibagihasilkan juga tidak berpengaruh signifikan positif terhadap ROE Bank Muamalat Indonesia.

Page 29: Perspektif Hukum Krisis Global Terhadap Ekonomi Syariah Kondisi Saat Kini Dan Keadaan Yang Akan Datang Serta Analisanya by Timu

berpengaruh” , tetapi pada faktanya bila kita telaah lebih lanjut maka kita akan mengetahui semua sector akan mengalami dampak dari krisis global biarpun beberapa sector mengalami dampak yang sangat kecil, dari sini saya memutuskan bahwa bank syariah tidak kebal terhadap krisis global, tetapi masih terkenda dampak dari krisis global biarpun tidak secara langsung.

Saya berpendapat seperti ini berdasarkan pola pikir saya karena seperti yang kita ketahui bank syariah menggunakan sistem bagi hasil dalam pekerjaannya , dan kita perlu mengingat juga bahwa bank syariah juga berinteraksi dengan dunia luar, dengan nasabah yang menyimpan tabungannya , dengan nasabah yang di biayainya , dengan suppliers yang mendukung oprasional sehari-harinya , dengan perusahaan induknya, dengan para investor , pemilik modalnya dan pemegang sahamnya. Kita perlu mengetahui bahwa nasabah yang proyek2nya dibiayai oleh bank syariah tidak otomatis melindungi usahanya dari resiko terburuk yang bias terjadi.

Contoh I : Krisis Bank Syariah Akibat Menurunnya Perdagangan Dunia.

”Misalnya: akibat krisis global maka penduduk di negara2 di Eropa atau AS berkurang kemampuan konsumsinya. Maka permintaan terhadap barang impor, misalnya Kijang Inova dari Indonesia, atau tembakau atau sandal jepit dari Indonesia berkurang. Bila yg menunda pembelian sandal jepit cuma satu dua orang Amerika tentu tidak akan terlalu berpengaruh. Tapi urusan ekspor impor sudah juta-juta dollar itung2annya. Dan penurunan permintaan bisa menyebabkan sebuah pabrik di Indonesia bangkrut dan tutup. Pemilik pabrik tak akan bisa membayar cicilannya kepada bank. maka pihak bank akan terkena musibah kredit macet. Sama saja jika pabrik itu dibiayai oleh bank syariah, apabila menggunakan skema murabahah atau mudharabah, maka pihak bank syariahnya akan tetep terkena imbasnya walau tidak secara langsung terkena”.

Contoh II : Krisis Bank Syariah Akibat Gejolak Suku Bunga

“Dari sisi bunga, di saat Bank Indonesia menaikan BI rate menjadi 9,5% perbankan syariah tidak bisa mengikuti kenaikan suku bunga tersebut. Akibatnya, bank syariah menjadi kurang menarik untuk nasabah menaruh uangnya”. Sementara di bank konvensional, kenaikan BI rate langsung direspon dengan menaikkan kembali bunganya mencapai 14% hingga 15%. Apalagi suku bunga Lembaga Penjaminan Simpanan (LPS) juga sudah mengalami kenaikan 10%. Hal yang sama sekali tak bisa dilakukan bank syariah.

Dampaknya, dana pihak ketiga (DPK) di perbankan syariah berpotensi menurun. Nasabah kebanyakan tentu memilih bank lain yang menawarkan rente tinggi, di atas bagi hasil bank syariah”.

Kebijakan Bank Indonesia dalam Menghadapi Krisis Global

Bank Indonesia (BI) sebagai otoritas moneter yang mempunyai independensi dari pemerintah mempunyai kewajiban menjaga stabilitas moneter serta mengeluarkan

Page 30: Perspektif Hukum Krisis Global Terhadap Ekonomi Syariah Kondisi Saat Kini Dan Keadaan Yang Akan Datang Serta Analisanya by Timu

kebijakan-kebijakan yang dapat meminimalisir dampak dari krisis global. Bank Indonesia telah menerapkan beberapa kebijakan, yakni:

Pertama, Kebijakan dalam sektor moneter. BI mengarahkan kebijakan pada penurunan tekanan inflasi yang didorong oleh tingginya permintaan agregat dan dampak lanjutan dari kenaikan harga BBM yang sempat mendorong inflasi mencapai 12,14 persen pada bulan September 2008. Untuk mengantisipasi berlanjutnya tekanan inflasi, BI menaikkan BI rate dari 8 persen secara bertahap menjadi 9,5 persen pada Oktober 2008. Dengan kebijakan moneter tersebut ekspektasi inflasi masyarakat tidak terakselerasi lebih lanjut dan tekanan neraca pembayaran dapat dikurangi.

Selanjutnya, memasuki triwulan II-2008, seiring dengan turunnya harga komoditi dunia serta melambatnya  permintaan agregat sebagai imbas dari krisis keuangan global, BI memperkirakan tekanan inflasi ke depan menurun, sehingga BI Rate pada bulan Desember 2008 diturunkan sebesar 25 basis point (bps) menjadi 9,25 bps.

Kedua, Kebijakan dalam sektor perbankan. Kebijakan tersebut diarahkan pada upaya memperkuat ketahanan sistem perbankan, khususnya dalam upaya persiapan implementasi Basel II. Basel II dibuat berdasarkan struktur dasar the 1988 accord  yang memberikan kerangka perhitungan modal yang bersifat lebih sensitif terhadap risiko (risk sensitive) serta memberikan insentif terhadap peningkatan kualitas penerapan manajemen risiko di bank. Hal ini dicapai dengan cara penyesuaian persyaratan modal dengan risiko dari kerugian kredit dan juga dengan memperkenalkan perubahan perhitungan modal dari eksposur yang disebabkan oleh risiko dari kerugian akibat kegagalan operasional.

Basel II bertujuan meningkatkan keamanan dan kesehatan sistem keuangan, dengan menitikberatkan pada perhitungan permodalan yang berbasis risiko, supervisory review process, dan market discipline. Framework Basel II disusun berdasarkan forward-looking approach yang memungkinkan untuk melakukan penyempurnaan dan penyesuaian dari waktu ke waktu. Hal ini untuk memastikan bahwa framework Basel II dapat mengikuti perubahan yang terjadi di pasar maupun perkembangan-perkembangan dalam manajemen risiko.

Kebijakan dalam sektor perbankan lainnya adalah meningkatkan kapasitas pelayanan industri perbankan syariah. Sistem perbankan syariah terbukti lebih tahan terhadap hantaman krisis. Sistem perbankan ini juga sudah mulai digiatkan oleh negara-negara non-muslim seperti Inggris, Italia, Hong Kong, China, Malaysia, dan Singapura. Bahkan menurut anggota Komite Ahli Bank Indonesia, perbankan syariah tetap stabil di saat krisis global berlangsung dikarenakan perbankan syariah merupakan pilihan yang komprehensif, progresif, dan menguntungkan.

Seiring dengan semakin dalamnya tekanan krisis global, sejak semester II-2008, kebijakan perbankan ditujukan pada upaya mengurangi imbas krisis global pada perbankan domestik. Keketatan likuiditas yang terjadi akibat krisis disikapi BI dengan mempermudah akses bank umum dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) terhadap fasilitas pendanaan. Namun upaya tersebut tetap dilakukan BI dengan memperhatikan risiko yang terjadi pada perbankan nasional serta dampak yang lebih luas pada perekonomian rakyat. Untuk itu, upaya menjaga

Page 31: Perspektif Hukum Krisis Global Terhadap Ekonomi Syariah Kondisi Saat Kini Dan Keadaan Yang Akan Datang Serta Analisanya by Timu

ketersediaan pendanaan bagi sektor Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) sebagai bantalan perekonomian rakyat, juga senantiasa dicermati.

Terkait dengan kebijakan di sektor perbankan ini, BI telah mengeluarkan ketentuan-ketentuan yang bertujuan untuk memberikan ruang bagi perbankan dalam menyalurkan kredit dengan tetap memperhatikan unsur kehati-hatian dan kestabilan ekonomi secara umum. Ketentuan-ketentuan tersebut mencakup beberapa hal seperti: memperpanjang masa transisi penerapan Basel II untuk perhitungan beban modal risiko operasional, menyederhanakan tatacara pembukuan kantor bank (termasuk syariah), menyesuaikan bobot Aset Tertimbang Menurut Resiko (ATMR) untuk Kredit Usaha Kecil dengan skim penjaminan, menyesuaikan tatacara penilaian kredit dalam jumlah tertentu, memberikan fasilitas transaksi USD repurchase agreement (repo) bank kepada BI, dan mengurangi kewajiban pembentukan penyisihan penghapusan aktiva non produktif.

Selanjutnya ketentuan-ketentuan tersebut akan diikuti dengan langkah pengaturan secara lebih mendalam, terkait dengan upaya peningkatan transparansi perbankan, penguatan efektifitas manajemen risiko likuiditas, dan produk-produk derivatif perbankan. Dengan demikian diharapkan seluruh pelaku industri perbankan, baik bank umum konvensional maupun syariah, akan memiliki ruangan yang cukup untuk menjalankan fungsi intermediasinya tanpa mengesampingkan prinsip kehati-hatian dan manajemen risiko, sebagai prioritas utama.

Ketiga,  Kebijakan di sektor pembayaran. Bank Indonesia turut berupaya mencegah terjadinya guliran krisis global terhadap kelancaran sistem pembayaran nasional. Dalam mencegah risiko sistemik dari risiko gagal bayar peserta yang cenderung meningkat pada kondisi krisis dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, BI telah melakukan perubahan jadwal setelmen sistem pembayaran pada hari tertentu.

Kebijakan BI dalam sistem pembayaran terus dilakukan untuk meningkatkan pengedaran uang yang cepat, efisien, aman, dan handal, meningkatkan layanan kas prima, dan meningkatkan kualitas uang. Sementara kebijakan non tunai diarahkan untuk memitigasi risiko sistem pembayaran melalui pengawasan sistem pembayaran, mengatur kegiatan money remittances, meningkatkan efisiensi pengelolaan rekening pemerintah, dan meningkatkan pembayaran non tunai.

Sebagai Bank Sentral, BI memang mempunyai tanggung jawab dalam membuat kebijakan-kebijakan dalam menstabilkan kondisi moneter Indonesia. Dengan demikian diharapkan kebijakan-kebijakan yang dibuat BI merupakan kebijakan yang strategis dan tepat sasaran dalam meminimalisir dampak krisis keuangan. Kebijakan moneter yang diambil BI juga diharapkan dapat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap sektor riil dan selanjutnya pada kesejahteraan masyarakat. (Catatan : Bahan tulisan ini, antara lain bersumber dari laporan Bank Indonesia)

Contoh Kasus : Dampak Krisis Global Terhadap Kinerja Bank Perkreditan Rakyat/Syariah Di Provinsi Bengkulu

Page 32: Perspektif Hukum Krisis Global Terhadap Ekonomi Syariah Kondisi Saat Kini Dan Keadaan Yang Akan Datang Serta Analisanya by Timu

”Sebagai salah satu elemen penggerak perekonomian daerah, perbankan daerah memegang peranan penting. Oleh karena itu, dalam menyikapi gejolak krisis keuangan global, konsolidasi dan komunikasi yang efektif dengan perbankan daerah sangat diperlukan. Dalam rangka mengenali dampak krisis keuangan global khususnya terhadap kinerja perbankan di Propinsi Bengkulu, Bank Indonesia Bengkulu mengadakan temu wicara dengan direksi seluruh bank yang berkantor pusat di Bengkulu yaitu 5 BPR/S dan BPD Bengkulu. Terjadinya krisis keuangan global tentunya akan berpengaruh pada kegiatan operasional perbankan, terutama berkaitan dengan penyaluran kredit perbankan. Berdasarkan data yang disampaikan oleh BPR kepada Bank Indonesia, sektor perkebunan seperti kelapa sawit dan karet, sebagai salah satu komoditas unggulan propinsi Bengkulu, memiliki share kredit masing-masing sebesar 16,59% dan 35,99% dari total kredit. Sementara rasio kredit bermasalah sektor perkebunan kelapa sawit sebesar 1,05% dan sektor perkebunan karet sebesar 5,04%. Bagi BPR/S di wilayah KBI Bengkulu, kedua sektor ini merupakan salah satu andalan dalam penyaluran kredit. Dengan terjadinya krisis global dikhawatirkan kualitas kredit pada kedua sektor tersebut akan mengalami penurunan. Namun berdasarkan pengamatan selama Oktober hingga November 2008, secara umum kredit dikedua sektor ini belum menunjukkan permasalahan yang berarti. Hanya ada sebagian debitur terutama petani kelapa sawit dan karet yang meminta restrukturisasi kredit karena mengalami kesulitan dalam mengangsur kredit ke bank. Terlepas dari tekanan yang sedang dialami oleh sektor perkebunan, kondisi BPR/S Bengkulu di tahun 2008 secara umum cukup stabil, meskipun sedikit mengalami penurunan jumlah DPK dan penyaluran kredit yang berdampak pada menurunnya LDR di triwulan IV, seperti yang terlihat pada grafik dibawah. (Sumber : Laporan BPR/S, Bank Indonesia)”.

Sementara itu, kondisi perbankan secara umum tidak jauh berbeda. Tingkat NPL yang diperkirakan akan naik karena keadaan ekonomi yang kurang baik, ternyata masih belum terlihat. Di bawah ini disajikan perkembangan perbankan sepanjang tahun 2008.(Sumber : Laporan Bank Umum, Bank Indonesia). Menghadapi tahun 2009, tampaknya masih akan diwarnai dengan tantangan ekonomi yang cukup berat dan penuh dengan ketidakpastian akibat dari krisis keuangan global. Oleh karen itu, pihak perbankan diharapkan agar lebih berhati-hati dalam menyalurkan kredit pada sektor-sektor yang diperkirakan akan rentan terhadap krisis keuangan global dan selalu memantau perkembangan kredit yang telah disalurkan. Dengan manajamen resiko yang penuh kehati-hatian, diharapkan perbankan dapat meminimalisir dampak negatif dari krisis keuangan global.

Upaya dan Strategi Bank syariah menghadapi krisis global Di masa yang Akan Datang :1. Strategi Konsolidasi. Strategi ini diaplikasikan melalui perlindungan dan penguatan

posisi bersaing bank syariah di pasar. Ini tidak berarti manajemen hanya diam menyaksikan dinamika pasar dan invasi pesaing. Manajemen harus fokus padacore competence bank syariah terutama komitmen pada penerapan prinsip-prinsip syariah, kekuatan struktur modal, dan ketersediaan dana pihak ketiga. Kesadaran untuk memenuhi kompetensi akan membantu peningkatan sumber daya yang dimiliki sehingga memberikan posisi bersaing yang lebih baik dibandingkan pesaing.

2. Keunggulan Biaya. Pencapaian tingkat keuntungan bagi pemegang saham dan deposan yang lebih tinggi dari biasanya akan memudahkan bank syariah menerapkan strategi konsolidasi di atas. Cara terbaik adalah dengan memotong biaya operasional (service

Page 33: Perspektif Hukum Krisis Global Terhadap Ekonomi Syariah Kondisi Saat Kini Dan Keadaan Yang Akan Datang Serta Analisanya by Timu

cost) yang dikeluarkan. Sesungguhnya struktur modal bank syariah tidak mengandung utang sehingga tidak ada pembayaran bunga tetap kepada deposan atau shahibul maal lainnya. Hal ini memberikan keunggulan bersaing bagi bank syariah dibanding bank konvensional karena tekanan terhadap manajemen terkait pengambilan risiko dan keputusan investasi akan sedikit mengendur. Oleh karena itu, biaya manajerial relatif lebih mudah ditangani daripada biaya bunga.

3. Merger dan Akuisisi. Berdasarkan pengalaman lembaga keuangan maupun non-keuangan, strategi ini merupakan strategi yang paling umum direkomendasikan. Penggabungan usaha akan berpengaruh positif terhadap skala ekonomi, kemampuan bersaing dan bersinergi bank syariah. Namun ada sedikit catatan yang perlu diperhatikan, yaitu merger dua bank syariah yang lemah hanya akan menghasilkan sebuah bank syariah yang tidak cukup kuat. Perbedaan sifat (sumber dan penggunaan dana, struktur biaya) antara bank syariah dan bank konvensional juga harus benar-benar dipertimbangkan jika diterapkan pada dua jenis bank yang berlainan.

Strategi ini dapat digunakan bank syariah dengan mengambil inisiatif-inisiatif untuk memaksimalkan peluang dan meminimalisir ancaman. Pertama, Ekspansi Pasar. Krisis keuangan global akan memberikan bank syariah peluang yang cukup terbuka untuk memasuki pasar yang selama ini kurang terjamah. Pasar ini menyediakan nasabah dari sektor baru seperti pembiayaan UMKM, pemberdayaan perempuan, dan kebutuhan pendanaan APBD bagi pemerintah daerah. Ini akan memberikan peluang emas bagi bank syariah untuk memenangkan sektor-sektor baru. Bank syariah dapat memperluas aktivitas pembiayaan dan mendiversifikasi sumber dananya melalui pendirian kantor cabang baru atau berafiliasi dengan bank di segmen pasar yang belum banyak tersentuh ini.

Strategi Diversifikasi. Bank syariah bisa mengeluarkan produk baru atau melakukan inovasi terhadap produk yang sudah ada, tentu dengan persetujuan Dewan Pengawas Syariah. Hal ini dapat dikerjakan bersamaan dengan pengenalan segmen pasar yang baru. Strategi ini meliputi pergerakan bank syariah menuju pasar dengan menawarkan produk baru. Bank syariah dapat merambah pasar dengan membawa produk baru pada industri keuangan, seperti pendirian dan investasi di asuransi syariah, reksadana syariah dan lembaga keuangan syariah lainnya. Selain itu, bank syariah dapat melakukan diversifikasi investasinya di luar sektor keuangan melalui investasi langsung ke sektor riil seperti pabrik-pabrik manufaktur, rumah sakit, dan perusahaan industri lain.

Kepemimpinan Dinamis. Krisis juga otomatis memaksa bank syariah mengubah sasarannya secara mendalam dan struktural. Oleh karena itu, pimpinan bank syariah dituntut mengambil tindakan yang responsif, cerdas, dan cukup fleksibel. Karakter kepemimpinan yang unik dan kuat akan menjadi faktor penentu berhasil tidaknya penerapan strategi-strategi yang telah disusun. Para manajer puncak harus mampu mengendalikan aktivitas operasional bank syariah secara stabil melewati badai krisis. Manajer-manajer bank syariah saat ini ditantang untuk lebih berani mengambil keputusan bersifat strategis sebagai bentuk respon atas situasi yang mendesak. Para manajer muda juga dapat diberi kesempatan untuk mengawal bank syariah dan mencoba melakukan berbagai terobosan baru yang inovatif.

Hubungan krisis global dengan ajaran agama yang digunakan pada bank syariah :

Page 34: Perspektif Hukum Krisis Global Terhadap Ekonomi Syariah Kondisi Saat Kini Dan Keadaan Yang Akan Datang Serta Analisanya by Timu

Banyak pihak terutama pengamat ekonomi yang bertanya apakah dasar yang digunakan pada Bank Syariah sebagai bank dengan syariat Islam sehingga bank tersebut tahan terhadap krisis keuangan global dengan menggunakan ajaran agama , hal ini membuat saya penasaran dan ingin lebih dalam mempelajari ini lebih dalam agar mengerti hubungan antara islam dan bank syariah sendiri. Dan saya menemukan beberapa hal  yang berhubungan dengan aturan bermuamalah pada bank syariah dengan cakupan yang lebih luas dan spesifik seperti sebagai berikut :

1. Ajaran islam mengajarkan bahwa Tauhid dimana hanya Allah SWT pemilik semua isi langit dan bumi (Luqman:26) dan manusia diciptakan sebagai wakilnya (khalifah) di muka bumi (Al Ahzab:72). Hubungan ini membawa konsekuensi bahwa setiap tindakan manusia harus sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh sang pencipta.

2. Sumber hukum utama adalah Al-Qur’an dan Sunnah ditambah sumber hukum lain (Fiqh) seperti ijtihad, Ijma, Qiyas, dll sehingga ketetapan dan larangan muamalah dalam Islam adalah merujuk langsung kepada ketentuan Illahi dan Rasul-Nya.

3. Sistem ekonomi Islam dijalankan dengan 5 prinsip (Mannan, MA, 1986) yaitu (1) Konsep Al Qur’an (2) Keterkaitan antara Al Qur’an dengan As Sunnah dan  sumber-sumber hukum Islam lainnya (3) Kepemilikan pribadi yang dibatasi nilai-nilai Islam (4) Persaudaraaan antara muslim dan umat manusia dan; (5) Kedaulatan mutlak di tangan Allah SWT.

4. Dalam bermuamalah, Islam melarang praktek riba (Al Baqarah: 275-280) dan jual beli utang kecuali pada par value (Al Baqarah: 282). Kredit perbankan berbasis bunga di dua negara maju atas jelas melanggar larangan riba, termasuk jual beli surat utang melalui transaksi derivatif di pasar keuangan yang bahkan volumenya telah jauh melebihi kapasitas riil perekonomian. Al Qur’an Surah Al Maidah: 90 dan ketentuan fiqh muamalah (ijtihad dan ijma) juga melarang transaksi keuangan yang mengandung ketidakpastian (gharar), perjudian (qimar), penipuan (fraud). Perdagangan surat utang mortgage termasuk CDS sebagai instrumen hedgeging yang nilainya lebih besar dari kapasitas perekonomian mencerminkan adanya praktek spekulasi (qimar) dan gharar serta rentan penipuan (fraud).

Selain itu, berubahnya struktur sistem keuangan seperti yang disebutkan di atas menyebabkan konsentrasi likuiditas perbankan ada pada sektor keuangan (pasar uang) dan bukan sektor riil sebagaimana fungsi intermediasi perbankan yang seharusnya mereka dijalankan. Ini termasuk kategori penimbunan harta (hoarding) yang juga dilarang dalam Islam (At Taubah: 34). Praktek hoarding yang terjadi ini bahkan berujung kepada eksploitasi keuangan dan keguncangan perekonomian seperti yang dirasakan sekarang.

Para pemilik uang (investor) telah hidup berlebih-lebihan tanpa memperdulikan perkembangan sektor riil yang melibatkan banyak pengusaha menengah-kecil dan orang-orang tidak mampu. Islam melarang hidup berlebih-lebihan sebagaimana disebutkan dalam Surah Al A’raf: 31 dan Al Furqan: 67 walaupun Islam mengakui perbedaan taraf hidup dan penghasilan. Kesejahteraan negara (welfare state) dalam pandangan Islam tidak hanya mencakup aspek ekonomi namun juga sosial bahkan akhirat sehingga ketentuan memberi zakat, infaq, shadaqah, qardh, dll diwajibkan dan sangat dianjurkan untuk meminimalkan kesenjangan taraf hidup antara masyarakat berpenghasilan tinggi dan rendah. Mungkin krisis keuangan global yang terjadi di negara-negara maju dan berdampak luas ke negara lain memberikan pesan kepada umat manusia bahwa nilai-nilai rohani telah banyak

Page 35: Perspektif Hukum Krisis Global Terhadap Ekonomi Syariah Kondisi Saat Kini Dan Keadaan Yang Akan Datang Serta Analisanya by Timu

diabaikan. Sudah saatnya, pelaku ekonomi baik muslim maupun non muslim kembali kepada nilai-nilai rohani yang diajarkan agama mereka agar terhindar dari masalah krisis ekonomi maupun sosial.

Analisa Kebijakan Berdasarkan Faktor Internal :

Berdasaran kebijakan dasar yaitu Undang Undang Dasar 1945 dan Undang-Undang Bank Indonesia yang mengatur segala kegiatan Perbakan Syariah di Indonesia, dimana digunakan strategi bank syariah yaitu mengambil inisiatif-inisiatif untuk memaksimalkan peluang dan meminimalisir ancaman. Dengan ekspansi Pasar. Pada krisis keuangan global ini bank syariah mempunyai peluang yang cukup terbuka untuk memasuki pasar yang selama ini kurang terjamah. Pasar ini menyediakan nasabah dari sektor baru seperti pembiayaan UMKM, pemberdayaan perempuan, dan kebutuhan pendanaan APBD bagi pemerintah daerah. Ini akan memberikan peluang emas bagi bank syariah untuk memenangkan sektor-sektor baru. Bank syariah dapat memperluas aktivitas pembiayaan dan mendiversifikasi sumber dananya melalui pendirian kantor cabang baru atau berafiliasi.

Strategi Diversifikasi adalah dimana bank syariah dapat mengeluarkan produk baru atau melakukan inovasi terhadap produk yang sudah ada, tentu dengan persetujuan Dewan Pengawas Syariah. Hal ini dapat dikerjakan bersamaan dengan pengenalan segmen pasar yang baru. Strategi ini meliputi pergerakan bank syariah menuju pasar dengan menawarkan produk baru. Bank syariah dapat merambah pasar dengan membawa produk baru pada industri keuangan, seperti pendirian dan investasi di asuransi syariah, reksadana syariah dan lembaga keuangan syariah lainnya. Selain itu, bank syariah dapat melakukan diversifikasi investasinya di luar sektor keuangan melalui investasi langsung ke sektor riil seperti pabrik-pabrik manufaktur, rumah sakit, dan perusahaan industri lain.

Analisa Kebijakan Berdasakan Faktor Eksternal :

Kebijakan Berdasaan Faktor eksternal, dimana antara kebijakan dasar dan kebijakan pemberlakukan Bank Indonesia (BI) yang mempunyai otoritas moneter yang mempunyai independensi dari pemerintah mempunyai kewajiban menjaga stabilitas moneter serta mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang dapat meminimalisir dampak dari krisis global. Kebijakan dalam sektor moneter Bank Indonesia mengarahkan pada kebijakan eksternal, pada penurunan tekanan inflasi yang didorong oleh tingginya permintaan agregat dan dampak lanjutan dari kenaikan harga BBM yang sempat mendorong inflasi mencapai 12,14 persen pada bulan September 2008. Untuk mengantisipasi berlanjutnya tekanan inflasi, BI menaikkan BI rate dari 8 persen secara bertahap menjadi 9,5 persen pada Oktober 2008. Dengan kebijakan moneter tersebut ekspektasi inflasi masyarakat tidak terakselerasi lebih lanjut dan tekanan neraca pembayaran dapat dikurangi.

Tertama pada kebijakan sektor perbankan yang diarahkan untuk memperkuat ketahanan sistem perbankan, khususnya dalam upaya persiapan implementasi Basel II. Basel II dibuat berdasarkan struktur dasar the 1988 accord  yang memberikan kerangka perhitungan modal yang bersifat lebih sensitif terhadap risiko (risk sensitive) serta memberikan insentif terhadap peningkatan kualitas penerapan manajemen risiko di bank. Hal ini dicapai dengan cara penyesuaian persyaratan modal dengan risiko dari kerugian

Page 36: Perspektif Hukum Krisis Global Terhadap Ekonomi Syariah Kondisi Saat Kini Dan Keadaan Yang Akan Datang Serta Analisanya by Timu

kredit dan juga dengan memperkenalkan perubahan perhitungan modal dari eksposur yang disebabkan oleh risiko dari kerugian akibat kegagalan operasional. Jelaslah bahwa Basel II bertujuan meningkatkan keamanan dan kesehatan sistem keuangan, dengan menitik beratkan pada perhitungan permodalan yang berbasis risiko, supervisory review process, dan market discipline. Framework Basel II disusun berdasarkan forward-looking approach yang memungkinkan untuk melakukan penyempurnaan dan penyesuaian dari waktu ke waktu. Hal ini untuk memastikan bahwa framework Basel II dapat mengikuti perubahan yang terjadi di pasar maupun perkembangan-perkembangan dalam manajemen risiko.

Serta kebijakan-kebijakan seperti meningkatkan kapasitas pelayanan industri perbankan syariah. Sistem perbankan syariah terbukti lebih tahan terhadap hantaman krisis dalam tekanan krisis global, sejak semester II-2008, kebijakan perbankan ditujukan pada upaya mengurangi imbas krisis global pada perbankan domestik. Keketatan likuiditas yang terjadi akibat krisis disikapi BI dengan mempermudah akses bank umum dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) terhadap fasilitas pendanaan. Namun upaya tersebut tetap dilakukan BI dengan memperhatikan risiko yang terjadi pada perbankan nasional serta dampak yang lebih luas pada perekonomian rakyat. Untuk itu, upaya menjaga ketersediaan pendanaan bagi sektor Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) sebagai bantalan perekonomian rakyat.

Terkait dengan kebijakan di sektor perbankan ini, adalah memperpanjang masa transisi penerapan Basel II untuk perhitungan beban modal risiko operasional, menyederhanakan tatacara pembukuan kantor bank (termasuk syariah), menyesuaikan bobot Aset Tertimbang Menurut Resiko (ATMR) untuk Kredit Usaha Kecil dengan skim penjaminan, menyesuaikan tatacara penilaian kredit dalam jumlah tertentu, memberikan fasilitas transaksi USD repurchase agreement (repo) bank kepada Bank Indonesia dan mengurangi kewajiban pembentukan penyisihan penghapusan aktiva non produktif. Upaya kebijakan eksternal yang intinya adalah penguatan efektifitas manajemen risiko likuiditas, dan produk-produk derivatif perbankan. Dengan demikian diharapkan seluruh pelaku industri perbankan, baik bank umum konvensional maupun syariah, akan memiliki ruangan yang cukup untuk menjalankan fungsi intermediasinya tanpa mengesampingkan prinsip kehati-hatian dan manajemen risiko.

Kesimpulan

Faktor pendukung maupun penghambat bank syariah dan krisis global mempengaruhi bank syariah, dapat ditarik kesimpulan :1. Bank Syariah tetap terkena dampak krisis global walaupun tidak secara langsung tetapi

tidak terlalu mempengaruhi kinerja bank syariah, berbeda dengan bank konvensional yang beberapa bank tersebut hingga mesti mengalami collapse.

2. Bank Syariah merupakan bank yang Solid dan akan terus bertumbuh walaupun Krisis Global tetap berlangsung dan bank syariah di Indonesia telah menjadi lokomotif

Page 37: Perspektif Hukum Krisis Global Terhadap Ekonomi Syariah Kondisi Saat Kini Dan Keadaan Yang Akan Datang Serta Analisanya by Timu

perkembangan kesyariahan di Indonesia karena itu Bank syariah memiliki prospek yang baik untuk terus berkembang

3. Prospek perbankan syariah sangat menjanjikan di Indonesia untuk ikut memberikan kontribusi kepada perekonomian bangsa dan negara.

4. Tingginya tingkat persaingan dalam dunia perbankan serta cepatnya perkembangan teknologi dari  produk perbankan membuat bank syariah harus lebih bisa lagi melakukan inovasi produk dan jasa layanan yang ada, sehingga mampu memberikan pelayanan dan produk yang menarik terhadap nasabah. Mengingat, nasabah bank syariah yang ada selama ini, merupakan nasabah bank konvensional dan dalam penarikan nasabah, tidak cukup hanya mengandalkan pendekatan ke-islaman semata.

5. Karena prospek perbankan syariah sungguh luar biasa di Indonesia, maka perlu kiranya semua eleman masyarakat dan Negara untuk ikut memberikan support terkait perkembangan perbankan syariah dimasa yang akan datang.

6. Peran Bank Indonesia dalam perjalanan perbankan syariah sangat besar, sehingga Bank Indonesia perlu membuat kebijakan-kebijakan yang lebih komprehensif dan maksimal untuk mendukung perbankan syariah. Hal ini mungkin bisa lakukan dengan menambah sumber daya manusia terutama dari anggota pemerintahan dan masyarakat yang betul-betul memahami ekonomi syariah yang diharapkan mampu memberikan kontribusi yang komprehensif dan maksimal dalam menggiring laju perbankan syariah.

Daftar Pustaka Electronik

----------http://www.bi.go.id----------http://id.wikipedia.org/wiki/Perbankan_syariah----------http://www.pkesinteraktif.com/content/view/4142/36/lang,id/http://jufrism.wordpress.com/2008/02/19/aspek-hukum-kebijakan-pengembangan-produk-

perbankan-syariah/http://cakwawan.wordpress.com/2007/11/10/tinjauan-politik-hukum-perbankan-syariah-di-

indonesia/---------http://agustianto.niriah.com/2008/04/03/politik-hukum-ekonomi-syariah/http://doelmith.wordpress.com/2008/11/22/pengertian-sejarah-dan-dasar-pemikiran-bank-

syariah/---------http://muttaqinhasyim.wordpress.com/2009/05/15/konsep-dasar-bank-syariah/http://yusril.ihzamahendra.com/2007/12/05/hukum-islam-dan-pengaruhnya-terhadap-

hukum-nasional-indonesia/---------http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20091001212136AAAa128http://www.eramuslim.com/berita/nasional/abaikan-sistem-ekonomi-syariah-indonesia-

terkena-dampak-krisis-global.htmhttp://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/8B6EA83F-52D0-4DA9-8E691DBEE89F0FBE/

8136/cetakbirups.pdf---------http://zulsitompul.files.wordpress.com/2007/06/bank-syariahjhb.pdf---------http://www.ekonomisyariah.org/download/artikel/hanawijaya%20bsm.pdfhttp://images.nuris2007.multiply.multiplycontent.com/attachment/0/

SX7eCgoKCEoAADbjku41/Prospek%20Bank%20Syariah%20di%20Indonesia.pdf?nmid=183064239

http://els.bappenas.go.id/upload/kliping/Ekonomi%20Syariah%20tahan%20krisis.pdf

Page 38: Perspektif Hukum Krisis Global Terhadap Ekonomi Syariah Kondisi Saat Kini Dan Keadaan Yang Akan Datang Serta Analisanya by Timu

http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/69245552-B546-4651-AE2F-2BFF5E364F40/15525/Boks3DampakKrisisTerhadapPerbankanDaerah.pdf

http://ib-bloggercompetition.kompasiana.com/2009/10/11/the-biggest-secretfinally-revealed/

http://www.republika.co.id/berita/31514/Ketika_Barat_Jatuh_Cinta_pada_Sistem_Ekonomi_Syariah

---------http://www.pkesinteraktif.com/content/view/3093/38/lang,ar/http://kangmaswiwit.wordpress.com/2007/06/06/hukum-bunga-bank-dan-karakteristik-

bank-syariah/----------http://www.muamalatbank.com/index.php/home/about/profile----------http://indonesia.faithfreedom.org/forum/bank-syariah-kelimpungan-t30035/

Daftar Pustaka

Ahmad Yani dan Gunawan Widjaja. Hukum Bisnis : Kepailitan. Jakarta : PT.Rajagrafindo Persada, 1999.

A. Pilto, Pembuktian dan Daluwarsa menurut KUH Perdata Belanda, terjemahan M.Isa Arief, Jakarta:Internusa, 19978.

---------Abadulkadir Muhammad, Hukum Perikatan.Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 1992.

Arsyad, Lincolin. “ Ekonomi Pembangunan”, Penerbit : Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN, Edisi ke 4, tahun 2004.

Amrizal, Hukum Bisnis: Deregulasi dan Joint Venture di Indonesia Teori dan Praktik.Jakarta : Penerbit : Jambatan, 1996.

Anton Hermanto dan Sri Mulyani Indrawat, menyatakan bahwa salah satu titik lemahnya fundamental Indonesia adalah pada sisi neraca ekonomi eksternal yang ditandai dengan defisit transaksi berjalan meningkat. Defisit transaksi berjalan ini dibiayai oleh arus modal masuk yang memang cukup besr sejak awl tahun 1990an, sehingg secara keseluruhan neraca pembayaran masih mengalami surplus.Kompas, 11 Juli 1998.

-----------Abdul Ghofur Anshori, Hukum Perbankan Syariah, Refika Aditama, Bandung 2009.

-----------Ahmad Kamil dan M. Fauza, Kearah Pembaharuan Hukum Acara Perdata dalam Sema dan Perma, Kencana Prenata Media Group, Jakarta, 2008.

Ascarya dan Diana Yumanita, Bank Syariah: Gambaran Umum, Seri Kebanksentralan No.14, Bank Indonesia, Cetakan Pertama, April 2005.

Ade Maman Suherman, Pengantar Perbandingan Sistem Hukum: Civil Law-Common Law-Hukum Islam, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004.

-----------Amir Mahmud dan Rukmana, Bank Syari’ah, PT Gelora Aksara Pratama, Surabaya, 2010.Allen, Linda. “ Capital Markets And Institutions “: A Global View.New York, Brisbane,

Singapore : Jhon Wiley & Sons’s, Inc., 1997.Asmon, I.E.” Pemilikan Saham Oleh Karyawan: Suatu Sistem Demokrasi Ekonomi Bagi

Indonesia”, dalam Didik J.Rachbini, ed , Pemikiran Kea rah Demokrasi Ekonomi. Jakarta, LP3ES, 1990.

Page 39: Perspektif Hukum Krisis Global Terhadap Ekonomi Syariah Kondisi Saat Kini Dan Keadaan Yang Akan Datang Serta Analisanya by Timu

-----------Bank Indonesia, Cetak Biru Pengembangan Perbankan Syarian Indonesia, Jakarta, 2005.

Boediono, ”Ekonomi Mikro, seri sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi” No.1, BPFE Yogyakarta, 1987.

Bernadette Waluto. Hukum Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang. Bandung : CV Mandar Maju, 1999.

Black and Daniel, “ Money and Bangkok”, Contemporary Pranctices, Politik and Isues Business Publication INC.Plano, Texas 1991.

Beach, Mary E.T.” Developments In Securities Refistration and Prospektus Delivery”. ALI-BABA Course Materiels Journal, February 1997.

Beaver, William H. “ The Nature of Mandated Disclosure”, dalam Richard A. Posner dan Kenneth E.Scott, ed, Economic of Corporation Law and Securities Regulation.Boston, Toronto : Little Brown & Company, 1980.

Black, Henry Campbell.Black’s Law Dictionary, Sixt Edition.ST.Paul. Minn: West Publishing Co, 1990.

Bromberg, Alan R.” Corporate Information: Texas Gulf Sulphur and Its Implications”. South-Western Law Journal, vol 22, 1968.

Bunch, Gary.” Chiarella : The Need For Equal Access Under Section 10(b)”. San Diego Law Review, vol 17, 1980.

Bank Indonesia, Direktorat Perbankan Syariah, Laporan Perkembangan Perbankan Syariah Tahun 2004.

Bank Indonesia: ”Perekonomian Tahun 2007 Bertambah Baik dengan 8 Syarat”. KOMPAS, Jakarta. 2007.

BPS Provinsi Kalimantan Tengah. “Pemerintah Janji Entaskan 1,5 juta Pengangguran”. CyberNews. Yogyakarta.

Bronkhorst,C; ”L’atat de necessite.In : Netherlands Report, etc.Pescara 1970 (See Bibl.No. 63)pp.341-352.On Necessity.`

Black and Daniel, “ Money and Bangkok”, Contemporary Pranctices, Politik and Isues Business Publication INC.Plano, Texas 1991.

Beaver, William H. “ The Nature of Mandated Disclosure”, dalam Richard A. Posner dan Kenneth E.Scott, ed, Economic of Corporation Law and Securities Regulation.Boston, Toronto : Little Brown & Company, 1980.

Black, Henry Campbell.Black’s Law Dictionary, Sixt Edition.ST.Paul. Minn: West Publishing Co, 1990.

Coffe, Jhon C.Jr.” Market Failure And The Economic Case For A Mandatory Disclosure System”.Virginia Law Review, vol. 70, 1984.

Corgill, Dennis.S.” Insider Trading, Price Signals, and Noisy Information”. Indiana Law Journal, vol. 71, 1996.

Chatamarrassjid. Menyingkap Tabir Perseroan (Pencieng the Corporate Veil).Kapita Selekta Hukum Perusahaan.Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 2000.

Carl, Bernd Kaeblig, Indonesia Intellectual Property Law, First Edition., editor : Gregory J.Churchill, Maret 1993.

Coffe, Jhon C.Jr.” Market Failure And The Economic Case For A Mandatory Disclosure System”.Virginia Law Review, vol. 70, 1984.

Corgill, Dennis.S.” Insider Trading, Price Signals, and Noisy Information”. Indiana Law Journal, vol. 71, 1996.

Dewi Nurul Mustari, Penyelesaian Sengketa dalam Praktik Perbankan Syariah, Parama Publishing, Yogjakarta, 2012.

Page 40: Perspektif Hukum Krisis Global Terhadap Ekonomi Syariah Kondisi Saat Kini Dan Keadaan Yang Akan Datang Serta Analisanya by Timu

Davis, Jeffry L.” Disorgement in Insider Trading Cases : A Proposed Rule”. Securities Regulation Law Journal, vol.22, 1994.

Downes, John dan Jordan Elliot Gooman, “ Dictionary of Finance and Investment Term “. Diterjemahkan oleh Soesanto Budhidarmo. Jakarta : PT.Elex Media Komputindo, 1991.

David L, Ratner and Thomas Lee Hazen, Securities Regulation Case and Materials (St.Paul Minn : West Publishing, 1991).

-----------E. Suherman. Faillissement (Kepailitan).Bandung : Bina Cipta, 1988.Eisert, Edward G “ Legal Strategis for Avoiding Class Action Law Suit Against Mutual

Funds”. Securities Regulation Law Journal. Vol.24, 1996.Frank E.Vogel And Samuel L.Hayes,III, Kluwer Law International, The HaqueLondon-

Boston, 1998.Frederic.S.Mishkin, The Economics of Money, Bangking and Financial Market, Sixth

Edition, Addison Wesley Longman USA, 2001.Fischel, Daniel R.” Efficient Capital Markets, The Crash, and the Fraud on the Market

Theory”. Delaware Journal of Corporate Law, vol. 74, 1989.Freilich, Harold I. dan Ralph S,Janvery.” Understanding’Best Efforts’Of ferings”.

Securities Regulation Law Journal, vol .17, 1989.Fischel, Daniel R.” Efficient Capital Markets, The Crash, and the Fraud on the Market

Theory”. Delaware Journal of Corporate Law, vol. 74, 1989.Freilich, Harold I. dan Ralph S,Janvery.” Understanding’Best Efforts’Of ferings”.Fischel, Daniel R.” Efficient Capital Markets, The Crash, and the Fraud on the Market

Theory”. Delaware Journal of Corporate Law, vol. 74, 1989.Frederic.S.Mishkin, The Economics of Money, Bangking and Financial Market, Sixth

Edition, Addison Wesley Longman USA, 2001.Goelzer, Daniel L. Esq.” Management’s Discussion and Analysis and Environmental

Disclosure”.Preventive Law Reporter, Summer, 1995.Grossfeld, Berhard.” The Strenght and Weakness of Comparative Law”.Oxford :

Clarendon, Press, 1990.Gilson, Ronald J.dan reiner H. Kraakman.” The Mechanisms of Market Efficiency”.Virginia

Law Journal, vol. 24, 1997.Gunawan Wijaya. ”Aspek Hukum Dalam Bisnis Pemilikan, Pengurusan. Perwakilan dan

Pemberian Kuasa (dalam sudut Pandang KUH Perdata)”. Ed.1, Cet.2 Jakarta: Kencana, 2006.

Gunarto Suhadi. ”Risiko Kriminalitas Kredit Perbankan”. Ed1, Cet.1. Yogyakarta : Universitas Atma Jaya, 2006.

Gallant, Peter.” The Eurobond Market, First Publishied”.New York :New York Institute of Finance, 1988.

Goelzer, Daniel L. Esq.” Management’s Discussion and Analysis and Environmental Disclosure”.Preventive Law Reporter, Summer, 1995.

http://www.mirajnews.com/id/ekonomi/3390-industri-perbankan-syariah-hadapi tantangan-mekonomi-global.html.

-----------http://www.antaranews.com/berita/ 302481/ bi- perbankan- syariah- hadapi- tiga-tantangan.

Hartono, Sunarjati. “ Capita Selecta Perbandingan Hukum”. Alumni (Stensil) Bandung, 1970.

Harzel Leo & Richard Shepro.” Setting the Boundaries for Disclosure”.Delevare Journal of Corporate Law, vol. 74 1989.

Page 41: Perspektif Hukum Krisis Global Terhadap Ekonomi Syariah Kondisi Saat Kini Dan Keadaan Yang Akan Datang Serta Analisanya by Timu

------------Iskandar Putong, ”Pengantar Ekonomi: Mikro & Makro”, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2000.

Islamic Development Bank, Islamic Research and Training Institute, Corporate Governance In Islamic Financial Institutions, Occasional Paper No.6,2002.

----------I. Jerry Hoff, Indonesia Bankruptcy Law, editor: Gregory.J, Churchill, Januari 1999.

J. Eggens, In En Uittreden Van Leden Bij Vennoot Schappen Onder Firma, (Praeadvies) untuk Konggres ke 4 Ned Indise Juristen Vereeniging di zaman tahun 1936 di Jakarta : diumumkan dalam lampiran pada T.144.

----------Kartohadiprodjo, Soedirman. “ Hukum Nasional” beberapa catatan, Bina tjipta, 1968,

Koentjaraningrat. “ Rintangan-Rintangan mental dalam pembangunan ekonomi di Indonesia.” Terbitan tak berkala, seri no. 12, Lembaga Reasearch Kebudayaan Nasional, Jakarta, 1969.

Kansil, C.S.T. Hukum Perusahaan Indonesia (aspek Hukum Dalam Ekonomi),Jakarta : Pradnya Paramita, 1995.

Kartini Mujadi. Hakim Pengawas dan Kurator dalam Kepailitan dan dalam Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang. Newslleter No. 33 Tahun IX, Jakarta : Yayasan Pusat Pengkajian Hukum, 1998.

Karnaen Perwataatmadja dan Muhammad Syafe’I Antonio, “Apa dan Bagaimana Bank Islam”, PT.Dara Bhakti Prima Yasa Yogyakarta, 1992.

Karmel, Roberta S.” Is the Shingle Theory Dead”.Washington & Lee Law Review, vol 52, 1995.

John C. Coffee, Jr.1.”Market Faklure and the Economic Case for A Man datory Disclosure System, Virginia Law Review, (Vol 79, 1984), hal. 721-722.

Kaligis, OC dan Associates. ”The Politicization of The Nation B anking Case”. Jakarta : OC. Kaligis dan Associates, 2006.

Karmel, Roberta S.” Is the Shingle Theory Dead”.Washington & Lee Law Review, vol 52, 1995.

Koesnadi Hardjasoemantri. “Hukum Tata Lingkungan. Edisi ke.7.Cet. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Karnaen Perwataatmadja dan Muhammad Syafe’I Antonio, “Apa dan Bagaimana Bank Islam”, PT.Dara Bhakti Prima Yasa Yogyakarta, 1992., Kasmir, “ Bank dan Lembaga Keuangan lainnya”, Pt.Raja Grafindo, Jakarta, 1997.

Lynn A. Stout, Op.cit, hal 615.lihat juga Marvin G. Pickholz dan Edwar B.Horahan III, “The SEC’s Version of the Efficient Market Theory and Its Impact on Securities Law Liabilities”,Washington and Lee Law Review.(Vo;.39, 1982).

Marc I. Steinberg, I. Understanding Securities Law, Second Edition, (New York, San Fransisco : Matthew Bender & Co.Inc, (1996).

Muhammad Al-Bashir Muhammad Al-Amine, Istisna (Manufacturing Contract) In Islamic Banking and Finance, Law and Practice, A.S.Noordeen, Kuala Lumpur, 2000.

M.N. Purwosutjipto. Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia. Jilid.8 : Perwasitan, Kepailitan dan Penundaan Pebayaran. Jakarta : PT. Djambatan, 1992.

Martiman Prodjohamidjo. Proses Kepailitan menurut Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No. I Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang tentang Kepailitan, Bandung : CV Mandar Maju, 1999.

Page 42: Perspektif Hukum Krisis Global Terhadap Ekonomi Syariah Kondisi Saat Kini Dan Keadaan Yang Akan Datang Serta Analisanya by Timu

M. Polak, Handboek voor het Ned. Handels-en Faillis-sementsrecht. Jilid I, cetakan ke 5, cetakan ke 4 dan cetakan ke 3.Disingkat dengan Polak I(5), Polak I(4) dan Polak I(3) , cetakan ke 3 ini adalah yang masih paling cocok dengan KUHD.

Muhammad Syafe’I Antonio,”Bank Syariah”, dari Teori kePraktik, Gema Insani, 2001.Nsngoi, Ronald.Peningkatan Produktifitas Organisasi Perusahaan, Analisis Nomor 3 Vol.

15 Maret 1986,p.232-239.N. Lapolwa dan Daniel S. Kuswandi, “ Akuntansi Bank”, Lembaga Pengembangan

Perbankan Indonesia, Jakarta, 1993.Paul A. Samuelson & William D. Nordhaus, ”Economics, fourteenth edition”, Mg Graw-

Hill International editions, 1992.Pa-jakartatimur.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=317: dikotomi-

penyelesaian-sengketa-perbankan-syariah&catid=62:artikel.Proyeksi Bank Dunia “pertumbuhan ekonomi Indonesia 2007 sebesar 6,3 persen dan 6,5

persen pada 2008”. ANTARA News. Jakarta, 11 april 2007.Parwoto Wignjosumarto, Tugas dan Wewenang Hakum Pemeriksa/Pemutus Perkara

Hakim Pengawas dan Kuratir/Pengurus, Juli 2001.Retnowulan Sutantio. Kapita Selekta Hukum Ekonomi dan Perbankan. Jakarta : Mahkamah

Agung RI, 1996.Rachmadi Usman. Pasal-Pasal tentang Hak Tanggungan atas Tanah. Jakarta : PT.

Djambatan, 1998.---------Republik Indonesia, Undang-undang Nomor 21 tahun 2008 tentang Perbankan

Syariah.---------Republik Indonesia, Undang-undang Nomor 3 tahun 2006 tentang Peradilan

Agama.R.M. Mac Iver dan Charles H.Page. “ Society an Introductory analysis.” Mac Millian &

Co,Ltd.London, 1961, hal 213.----------Subekti. Hukum Perjanjian.Jakarta : Internusa, 1980.Sudin Haron, Bala Shanmugam, Islamic Banking System-Concepts & Applications,

Pelanduk Publications, Malaysia, 1997.

Sudin Haron, Islamic Banking-Rules & Regulations, Pelanduk Publications, Malaysia, 1997.

Subekti dan R Tjitrosudibio. KUH Dagang dan Undang-Undang Kepailitan, terjemahan Wetboek van Koophandel en Faillissementsverodening. Jakarta : Pradnya Paramita, 1982.

Sukrisno, “ Perencanaan Strategis Bank”, Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia, Jakarta 1992.

Suyud Margono, ”Hukum Perusahaan Indonesia: Catatan Atas Undang-Undang PerseroanTerbatas”. Cet. 1. Jakarta : Novindo Pustaka Mandiri, 2008.

Ramlan Ginting. ”Letter Of Credit : Tinjauan Aspek Hukum dan Bisnis”.Jakarta : Universitas Trisakti, 2007.

Sudin Haron, Bala Shanmugam, Islamic Banking System-Concepts & Applications, Pelanduk Publications, Malaysia, 1997.

Sudin Haron, Islamic Banking-Rules & Regulations, Pelanduk Publications, Malaysia, 1997.

Sembiring, Sentosa, Hukum Investasi : Pembahasan Dilengkapi dengan Undang-Undang No. 25 Tahun 2007, tentang Penanaman Modal”.Cet.1.Bandung : Nuasa Aulia, 2007.

Page 43: Perspektif Hukum Krisis Global Terhadap Ekonomi Syariah Kondisi Saat Kini Dan Keadaan Yang Akan Datang Serta Analisanya by Timu

Star Nauta Carsten, C- Verwer, J. ” Proe Advies Derde Juristen Conggres”. Di Jakarta disertai Verwer J 1934. De Bataviasche Gronthuur, Een Europeesch Gewoonterechtelijke Opstalfiguur.NV.Drukkerij J.de Boer, Tegal, 1934.

Sadono Sukirno, ”Pengantar Teori Mikroekonomi”, Edisi ketiga, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta 2002.

Syahrir, Tinjauan Pasar Modal, (jakarta :PT.Gramedia Pustaka Utama, 1995), hal 292-293. Justarian Naiborhu, “Perilaku Investor dalam Membeli Saham :Berlakukah Fundamental Analysis?” dalam syarir dan Marzuki Usman,ed,Op.cit.

Soediyono Reksoprayitno, ”Ekonomi Makro: analisis IS-LM dan permintaan-penawaran agregatif”, Liberty, Yogyakarta, 2000.

Ter Haar, Bzn.B. “ Beginselen En Stelsel Van Het Adar Recht”. J.B. Woters Groningen. Jakarta, 1950.

Thomas Suryono DKK, “ Kelembagaan Perbankan”, Penerbit PT. Gramedia, Jakarta, 1998.Tirole, Jean. The Theory of Industrial Organisasi.USA Masachusetts Institute of

Technology, 1989.----------Treuman, Walter et al.US Busness Law, 2nd Verlag Otto Schmidi KG Koeln, 1990.----------Wirjono Prodjodikoro. Azasazas Hukum Perjanjian.Bandung: Sumur, 1993.-------------www. investorindonesia. com, 12/11/2007, 17:08:06 WIB Whittaker, David. J. ”Terorits and Terorism : In The Contemporary world”. Singapore :

ISEAS, 2006.Zainal Asikin. Hukum Kepailitan dan Penundaan Pembayaran di Indonesia. Jakarta : PT

Rajagrafindo Persada, 2001.