PERSPEKTIF BAPEPAM-LK TERHADAP RUU OJK...

140
PERSPEKTIF BAPEPAM-LK TERHADAP RUU OJK DALAM BIDANG PENGAWASAN PASAR MODAL SYARIAH Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy) Oleh: DIAN PUTRI WARYATI NIM: 107046101866 KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H/2011 M

Transcript of PERSPEKTIF BAPEPAM-LK TERHADAP RUU OJK...

Page 1: PERSPEKTIF BAPEPAM-LK TERHADAP RUU OJK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4783/1/DIAN... · PERSPEKTIF BAPEPAM.LK TERHADAP RUU OJK DALAM BIDANG PENGAWASAN PASAR

PERSPEKTIF BAPEPAM-LK TERHADAP RUU OJK DALAM

BIDANG PENGAWASAN PASAR MODAL SYARIAH

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)

Oleh:

DIAN PUTRI WARYATI

NIM: 107046101866

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH

PROGRAM STUDI MUAMALAT

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1432 H/2011 M

Page 2: PERSPEKTIF BAPEPAM-LK TERHADAP RUU OJK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4783/1/DIAN... · PERSPEKTIF BAPEPAM.LK TERHADAP RUU OJK DALAM BIDANG PENGAWASAN PASAR

PERSPEKTIF BAPEPAM.LK TERHADAP RUU OJK DALAMBIDANG PENGAWASAN PASAR MODAL SYARIAH

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi persyaratan

Memperoleh celar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)

Oleh:

DIAN PUTRI WARYATI

NIMI 107046101866

Dibawah Bimbingan

Pembimbing

Prof. Dr. E. Muha

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH

PROGRAM STUDI MUAMALAT

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUMUMVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAII

M.M

JAKARTA

1432 Ht20l1M

Amin Suma, S.H, M.A,

Page 3: PERSPEKTIF BAPEPAM-LK TERHADAP RUU OJK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4783/1/DIAN... · PERSPEKTIF BAPEPAM.LK TERHADAP RUU OJK DALAM BIDANG PENGAWASAN PASAR

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul '?ERSPEKTIF BAPEPAM-LK TERIIADAP RUU OJK

DALAM BIDATYG PENGAWASAN PASAR MODAL SYARIAII" telah diujikan

dalam Sidang Munaqasah Fakultas Syariah dan Hukum Univenitas Islam Negeri

(UIN) Syaril Hidayatullah Jakata pada 3 November 201l. Skipsi illi telah diteflma

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)

pada Program Studi Muamalat (Ekonomi !slam).

Jakarta, 3 November 2011

Mengesahkan,

PANITIA UJIAN

l. Ketua

2. Sekretaris

3. Pembimbing

4. Penguji I

Dr. Euis Amalia. M.Ae

NrP. 19710 7011 9980 32003

Mu'min Roul MA

NIP. 19700 4161 9970 31004

mad Amin

NIP. 19550 5051 9820 31012

A. Chairul Hadi. MA

NIP. 150 4 184

Drs. Burhanuddin Yusuf. MM

NIP. 19540 6181 9810 31005

,4t-'-'fkW"'

yariah dan Hukum

50 5051 9820 31012

5. Perguji II

Page 4: PERSPEKTIF BAPEPAM-LK TERHADAP RUU OJK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4783/1/DIAN... · PERSPEKTIF BAPEPAM.LK TERHADAP RUU OJK DALAM BIDANG PENGAWASAN PASAR

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Jakarta, September 2011

Dian Putri Waryati

Page 5: PERSPEKTIF BAPEPAM-LK TERHADAP RUU OJK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4783/1/DIAN... · PERSPEKTIF BAPEPAM.LK TERHADAP RUU OJK DALAM BIDANG PENGAWASAN PASAR

i

KATA PENGANTAR

بِسمِ اِهللا الرحمنِ الرحيمِ

Puja dan puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT dengan

segala kenikmatan dan kesempatan yang diberikan kepada penulis hingga dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan berbagai kemudahan.

Shalawat serta salam tercurahkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad

SAW yang selalu memberi syafa’at kepada umatnya dari setiap lafadz shalawat yang

terucap.

Penulis sadar bahwa dalam mengerjakan skripsi ini tentunya tidak terlepas

dari dukungan dan bantuan banyak pihak, dengan segala kerendahan hati dan rasa

syukur penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada:

1. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum sekaligus merupakan dosen

pembimbing skripsi, Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH,

MA, MM, yang telah memberikan bimbingan, pelajaran, semangat dan

nasehat kepada penulis dalam mengerjakan skripsi ini.

2. Ketua Program Studi Muamalat Ibu Euis Amalia dan Sekretaris Jurusan

Studi Muamalat Bapak Mu’min Rouf, atas segala waktu, bantuan,

bimbingan dan semangat kepada penulis.

3. Seluruh Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta yang telah mendidik dan membimbing penulis selama masa

perkuliahan.

Page 6: PERSPEKTIF BAPEPAM-LK TERHADAP RUU OJK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4783/1/DIAN... · PERSPEKTIF BAPEPAM.LK TERHADAP RUU OJK DALAM BIDANG PENGAWASAN PASAR

ii

4. Seluruh Staf Fakultas Syariah dan Hukum, Staf Perpustakaan Utama, dan

Staf Perpustakaan Fakultas, atas segala pelayanan yang diberikan kepada

penulis.

5. Kepada orang tua, Bapa Wardih dan Mama Nuryati, juga Dede Rama

yang telah memberikan perhatian dan kasih sayang yang tak terhingga

dalam mendidik dan mendampingi penulis dalam keadaan apapun.

6. Bapak Luthfy Zain Fuady dan Muhammad Thouriq yang telah

meluangkan waktunya sebagai narasumber penulis. Mba Risaa dan Pak

Yudi (Humas Bapepam-Lk) yang telah banyak membantu penulis.

7. Shafitranata, Soraya, Tari, Ratna, Annafi, Maya, Yuke, Azizah, yang telah

memberikan dukungan moril dan kehadirannya saat bahagia maupun

sedih, semoga selalu dapat bersama. Dan juga keluarga besar PS 2007

khususnya PS C’07, yang telah memberikan warna dalam hidup penulis,

semoga kesuksesan berpihak pada kita, Aamiin.

8. Dan untuk semua pihak yang telah membantu penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini, maaf tidak bisa disebut semuanya, tapi penulis

tidak akan melupakan jasa kalian, semoga Allah membalasnya, Aamiin

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya, khususnya

untuk mahasiswa/i Fakultas Syariah dan Hukum.

Jakarta November 2011

Penulis

Page 7: PERSPEKTIF BAPEPAM-LK TERHADAP RUU OJK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4783/1/DIAN... · PERSPEKTIF BAPEPAM.LK TERHADAP RUU OJK DALAM BIDANG PENGAWASAN PASAR

iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………..………………………………………. …. i

DAFTAR ISI…………………………………………………………………. iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah……………………………………… 1

B. Identifikasi Masalah. ………………………………………… 3

C. Batasan dan Rumusan Masalah..……………………………. . 4

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian……………………………….. 5

E. Review Studi Terdahulu……………………………………… 6

F. Metode Penelitian…………………………………………….. 8

G. Sistematika Penulisan………………………………………. 10

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG RUU OJK

A. Latar Belakang Pemikiran…………………………………. … 12

B. Sejarah Pembentukan RUU OJK…………………………… 18

C. Pemikiran Yang Berhubungan Dengan RUU OJK………… … 19

D. RUU OJK Terkait Pengawasan Pasar Modal Syariah………. 28

BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG BAPEPAM-LK

A. Sejarah Berdirinya Bapepam-Lk…………………………… … 32

B. Dasar Hukum Pembentukan Bapepam-Lk………………... … 34

C. Fungsi dan Tugas Bapepam-Lk…………………………..... … 35

D. Peraturan Bapepam-Lk dan DSN-MUI Terkait Pasar

Modal Syariah………………………………………………… 46

Page 8: PERSPEKTIF BAPEPAM-LK TERHADAP RUU OJK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4783/1/DIAN... · PERSPEKTIF BAPEPAM.LK TERHADAP RUU OJK DALAM BIDANG PENGAWASAN PASAR

iv

BAB IV TANGGAPAN BAPEPAM-LK TENTANG RUU OJK DALAM

BIDANG PENGAWASAN PASAR MODAL SYARIAH

A. Pendapat Bapepam-Lk Terkait Pemikiran Pembentukan

OJK…………………………………………………………… 48

B. Pendapat Bapepam-Lk Terhadap Kewenangan OJK Dalam

Melakukan Pengawasan Terhadap Pasar Modal Syariah

Dalam RUU OJK…………………………………………….. 52

C. Kelangsungan Bapepam-Lk Jika Pengawasan Pasar

Modal Syariah Menjadi Kewenangan OJK………………….. 55

D. Nilai-nilai syariah dalam RUU OJK…………………………. 60

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan………………………………………................. 67

B. Saran………………………………………………………….. 68

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………….. 70

LAMPIRAN-LAMPIRAN…………………………………………………… 71

Page 9: PERSPEKTIF BAPEPAM-LK TERHADAP RUU OJK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4783/1/DIAN... · PERSPEKTIF BAPEPAM.LK TERHADAP RUU OJK DALAM BIDANG PENGAWASAN PASAR

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Meningkatnya jumlah lembaga keuangan di Indonesia di antaranya dalam

bidang perbankan, pasar modal, maupun industri jasa keuangan non bank baik

konvensional maupun syariah membuat masyarakat semakin cerdas dalam

menggunakan jasa maupun produk lembaga keuangan dalam melancarkan

transaksi keuangannya. Dalam setiap bidang lembaga keuangan tentu

memerlukan badan pengawas untuk mendukung maupun mengatur operasional

lembaga keuangan tersebut, agar tujuan dari dibentuknya lembaga tersebut dapat

tercapai.

Akan tetapi beberapa tahun belakangan Indonesia mengalami krisis

keuangan, sebut saja masalah subrime mortage di AS yang mengakibatkan krisis

keuangan di berbagai negara yang secara umum menginvestasikan modalnya di

AS, namun tidak berdampak besar bagi Indonesia. Tidak hanya itu permasalahan

yang terjadi di Bank Century yang merugikan nasabahnya dan berdampak pada

tingkat kepercayaan nasabah pada dunia perbankan. Untuk kasus yang sedang

marak menjadi perbincangan masyarakat pada awal 2011 adalah penjebolan dana

nasabah Citibank yang dilakukan oleh pegawai bank tersebut. Hal tersebut

menimbulkan kesan lemahnya pengawasan BI terhadap perbankan.

Semakin gencarnya pertumbuhan lembaga keuangan berdasarkan prinsip

syariah juga berdampak pada timbulnya pasar modal berdasarkan prinsip syariah,

Page 10: PERSPEKTIF BAPEPAM-LK TERHADAP RUU OJK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4783/1/DIAN... · PERSPEKTIF BAPEPAM.LK TERHADAP RUU OJK DALAM BIDANG PENGAWASAN PASAR

2

tentu untuk pengawasannya sendiri dilakukan oleh Bapepam-Lk dan Dewan

Syariah nasional (DSN). Makin bertambahnya instrumen-instrumen di pasar

modal syariah maupun jumlah emiten saham syariah, membuat DSN dan

Bapepam-Lk mengharuskan untuk membuat peraturan-peraturan yang dapat

merangsang perkembangan pasar modal syariah dan tentunya agar berjalan

sesuai dengan prinsip syariah.

Hal tersebut diatas membuat pemerintah berpikir keras untuk mencari

cara bagaimana mengurangi risiko yang ada pada lembaga keuangan agar

dampaknya tidak meluas ke perekonomian Indonesian secara umum. Diantara

langkah pemerintah untuk menangani krisis yang terjadi yaitu dengan

membentuk Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang merupakan amanat dari UU No.

3 tahun 2004 tentang BI yang pada akhir tahun 2010 OJK harus terbentuk. Pada

pertengahan tahun 2010 pemerintah melalui Kementerian Keuangan

mengajukan draft Rancangan Undang-Undang (RUU) OJK kepada Dewan

Perwakilan Rakyat (DPR) untuk dipertimbangkan isinya kemudian disahkan

menjadi undang-undang (UU) OJK.

Menurut RUU OJK yang terdapat pada website resmi Bapepam-Lk, tugas

dari OJK adalah melakukan pengaturan serta pengawasan lembaga keuangan

diantaranya perbankan, pasar modal, dan industri keuangan nonbank.

Pembentukan OJK ini didasari pada pentingnya melakukan pengawasan terhadap

lembaga keuangan secara menyeluruh dalam satu atap pengawasan. Ditengah

perbincangan hangat soal pembentukan OJK banyak pihak yang pro maupun

Page 11: PERSPEKTIF BAPEPAM-LK TERHADAP RUU OJK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4783/1/DIAN... · PERSPEKTIF BAPEPAM.LK TERHADAP RUU OJK DALAM BIDANG PENGAWASAN PASAR

3

kontra dilihat dari segi butuh atau tidaknya OJK ini dikarenakan sudah ada

lembaga yang terbentuk dalam melakukan pengawasan terhadap lembaga

keuangan. Sebut saja BI yang salah satu tugasnya adalah melakukan pengaturan

dan pengawasan terhadap perbankan, juga ada Bapepam–Lk yang tugasnya

adalah melakukan pengaturan dan pengawasan dibidang pasar modal dan

lembaga keuangan.

Dalam skripsi ini, penulis mengangkat judul “Perspektif Bapepam-Lk

Terhadap RUU OJK Dalam Bidang Pengawasan Pasar Modal Syariah”.

Disini penulis akan menjelaskan tentang tugas OJK dalam melakukan

pengawasan pasar modal syariah dilihat dari RUU OJK yang hingga saat ini

belum disahkan oleh DPR, bagaimana pendapat Bapepam-Lk tentang

pembentukan lembaga OJK tersebut, kewenangan OJK dalam melakukan

pengawasan pasar modal syariah dilihat dari sudut pandang Bapepam-Lk, dan

bagaimana kelangsungan Bapepam-Lk sebagai lembaga yang melakukan

pengaturan serta pengawasan terhadap pasar modal jika OJK benar terbentuk

serta menguraikan nilai-nilai syariah yang terdapat dalam RUU OJK.

B. Identifikasi Masalah

Luasnya perbincangan mengenai pembentukan OJK membuat penulis

perlu kiranya mengidentifikasi masalah terkait pembentukan OJK serta

kewenangannya dalam pengawasan pasar modal syariah yang tertuang dalam

RUU OJK. Berikut identifikasi masalahnya:

Page 12: PERSPEKTIF BAPEPAM-LK TERHADAP RUU OJK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4783/1/DIAN... · PERSPEKTIF BAPEPAM.LK TERHADAP RUU OJK DALAM BIDANG PENGAWASAN PASAR

4

1. Apa yang dimaksud dengan OJK?

2. Apa yang menjadi latar belakang pembentukan OJK?

3. Apa yang membuat kewenangan OJK sangat luas untuk menjadi

lembaga independen dalam pengawasan lembaga keuangan?

4. Bagaimana pendapat Bapepam-Lk terhadap pembentukan OJK?

5. Bagaimana kedudukan Bapepam-Lk dalam hal pengawasan lembaga

keuangan yang menjadi tanggung jawabnya (pasar modal syariah)

jika OJK benar terbentuk?

C. Batasan dan Rumusan masalah

Dalam penelitian ini penulis akan mengemukakan seputar permasalahan

pembentukan OJK dan pendapat dari Bapepam-Lk sebagai lembaga yang

mengawasi Pasar Modal Syariah mengenai wewenang OJK dalam melakukan

pengaturan dan pengawasan Pasar Modal Syariah yang tertulis dalam RUU OJK.

Untuk mempermudah pembahasan maka penulis merumuskan masalah

yang akan dibahas sebagai berikut:

1. Perspektif Bapepam-Lk tentang pembentukan OJK dan isi dari RUU

OJK?

2. Perspektif Bapepam-Lk Terhadap Kewenangan OJK Dalam

Melakukan Pengawasan Terhadap Pasar Modal Syariah Dalam RUU

OJK?

3. Bagaimana perspektif Bapepam-Lk jika pengawasan pasar modal

syariah menjadi kewenangan OJK?

Page 13: PERSPEKTIF BAPEPAM-LK TERHADAP RUU OJK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4783/1/DIAN... · PERSPEKTIF BAPEPAM.LK TERHADAP RUU OJK DALAM BIDANG PENGAWASAN PASAR

5

4. Apa saja nilai-nilai syariah dalam RUU OJK?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mendeskripsikan tanggapan Bapepam-Lk mengenai pembentukan OJK

dan RUU OJK.

2. Mendeskripsikan tanggapan Bapepam-Lk terkait kewenangan OJK

dalam melakukan pengaturan dan pengawasan terhadap pasar modal

syariah.

3. Mendeskripsikan kelangsungan lembaga Bapepam-Lk jika pengawasan

pasar modal syariah benar menjadi kewenangan OJK.

4. Untuk mengetahui apa saja nilai-nilai syariah yang terdapat dalam RUU

OJK.

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Bagi penulis diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pemahaman

terkait kewenangan OJK dalam melakukan pengawasan pasar modal

syariah yang tertuang dalam RUU OJK.

2. Bagi fakultas syariah dan hukum, diharapkan dapat menambah koleksi

penelitian yang dapat dijadikan referensi dalam kegiatan belajar

mengajar.

3. Bagi mahasiswa secara umum, diharapkan dapat memberi dan membuka

wawasan tentang OJK?

Page 14: PERSPEKTIF BAPEPAM-LK TERHADAP RUU OJK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4783/1/DIAN... · PERSPEKTIF BAPEPAM.LK TERHADAP RUU OJK DALAM BIDANG PENGAWASAN PASAR

6

E. Riview Studi Terdahulu

No. Identitas Peneliti Isi Perbedaan

1.

2.

Penulis: Afika

Yumya Syahmi

Judul: “Pengaruh

Pembentuka

Otoritas Jasa

Keuangan

Terhadap

Kewenangan Bank

Indonesia

Dibidang

Pengawasan

Perbankan”.

Skripsi S1,

Fakultas Hukum

Universitas

Indonesia, 2008.

Penulis: Izzudin

Judul:

“Menimbang

Pengawasan Bank

Tujuan: secara umum penelitian

tersebut untuk mengetahui

dampak dari pembentukan OJK

terhadap kewenangan dan fungsi

BI.

Metode Penelitian: kualitatif,

menghasilka data eksploratis

analisis.

Hasil: pengawasan perbankan

akan menjadi wewenang OJK,

namun peran BI tidak dapat

dikesampingkan, OJK tetap

harrus berkoordinasi dengan BI

menyangkut informasi dan data

perbankan. Setelah OJK

terbentuk pengawasan BI

terfokus pada kebijakan moneter

yaitu mencapai dan memelihara

kestabilan nilai uang.

Tujuan: mencari tau

sejauhmana pengawasan bank

oleh OJK.

Periode penelitian: 2010

Pada penelitian tersebut

terfokus pada kewenangan

BI pasca terbentuknya

OJK. Untuk penlitian yang

akan dilakukan penulis

terfokus pada perspektif

bapepam terhadap RUU

OJK terkait pengawasan

pasar modal syariah.

metode penelitian yang

akan digunakan adalah

kualitatif deskriptif

analisis, yaitu menjelaskan

secara jelas bagaimana

perspektif bapepam

terhada RUU OJK dengan

sebelumnya melihat

fenomena politik yang

terjadi terkait

pembentukan OJK dengan

segala kewenangannya.

Dalam penelitian tersebut,

penulis lebih fokus kepada

pengawasan bank yang

akan dilakukan oleh OJK.

Page 15: PERSPEKTIF BAPEPAM-LK TERHADAP RUU OJK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4783/1/DIAN... · PERSPEKTIF BAPEPAM.LK TERHADAP RUU OJK DALAM BIDANG PENGAWASAN PASAR

7

3.

oleh OJK”, Bank

dan Managemen,

maret-april 2010.

Penulis: Malik

Cahyadin

Judul: “urgensi

pembentukan OJK:

menuju system

pengawasan yang

lebih proaktif

terhadap lembaga

keuangan”.

Pangsa, edisi 8,

September 2002.

Hasil: kebijakan moneter dan

keuangan yang ditangani oleh

dua institusi yang berbeda tidak

akan berjalan sesuai harapan

apabila tidak ada koordinasi dan

komunikasi yang baik. Akan

disayangkan jika OJK nanti

tidak berjalan efektif, mengingat

OJK memiliki peran, tugas, dan

kewenangan yang sangat luas.

Penulis menyarankan, agar perlu

kiranya ruang lingkup

penanganan OJK dibatasi hanya

sektor perbankan saja, sehingga

lebih fokus.

Hasil: dalam rangka melakukan

perbaikan dalam pengawasan

dibidang lembaga keuangan, ada

hal-hal yang yang perlu

diperhatikan, diantaranya perlu

mengkaji secara mendalam akan

pembentukan OJK untuk jangka

panjang, perlu mempersiapkan

sistem, sumber daya dan

undang-undang yang menjadi

fondasi terbentuknya pengawas

lembaga keuangan. Meskipun

Sedangkan penelitian yang

akan dilakukanlebih fokus

kepada pengawasan pasar

modal oleh OJK menurut

RUU OJK dilihat dari

kacamata Bapepam-Lk.

Pada artikel tersebut

lembaga yang dimaksud

belum disebutkan secara

spesifik, utnuk penelitian

selanjutnya

mengkhususkan pada

lembaga Bapepam-Lk

selaku pengawas pasar

modal saat ini. Dan juga

akan membahas

bagaimana pandangan

bapepam terhadap RUU

Page 16: PERSPEKTIF BAPEPAM-LK TERHADAP RUU OJK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4783/1/DIAN... · PERSPEKTIF BAPEPAM.LK TERHADAP RUU OJK DALAM BIDANG PENGAWASAN PASAR

8

lembaga keuangan bersifat

independen perlu adanya

koordinasi dengan otoritas

moneter dalam melakukan

pengawasan.

OJK yang member

kewenangan terjadap

lembaga yang akan

dibentuk yaitu OJK dalam

hal pengawasan pasar

modal syariah yang belum

sempat disinggung pada

artikel tersebut.

F. Metodelogi Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan (field

research) yakni dengan melakukan wawancara langsung ke lembaga terkait

yaitu Bapepam-Lk. Data dari hasil wawancara tersebut dijabarkan dalam

bentuk uraian, secara kualitatif dan alamiah mengenai pandangan Bapepam-

Lk terhadap RUU OJK terkait pengawasan pasar modal syariah disertakan

dengan kutipan langsung wawancara.

2. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan penulis adalah melakukan

wawancara kepada Bapepam-Lk terkait masalah yang diangkat dan juga

library research, yaitu mencari bahan materi baik teori maupun praktis

Page 17: PERSPEKTIF BAPEPAM-LK TERHADAP RUU OJK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4783/1/DIAN... · PERSPEKTIF BAPEPAM.LK TERHADAP RUU OJK DALAM BIDANG PENGAWASAN PASAR

9

melalui literatur berupa bahan-bahan pustaka (buku, majalah, artikel, dan

lainya).

3. Jenis dan Sumber data

Jenis data dalam penelitian ini adalah data kualitatif. Sumber data nya

berasal dari data primer dan sekunder. Data primer merupakan data yang

didapat dari sumber pertama baik dari individu maupun perseorangan seperti

hasil wawancara maupun kuesioner.1 Data primer dalam penelitian ini

berasal dari hasil wawancara kepada Bapepam-Lk terkait RUU OJK dalam

bidang pengawasan Pasar Modal Syariah. Adapun sumber data sekundernya

adalah RUU OJK yang di ajukan pemerintah melalui kementrian keuangan

kepada DPR yang diserahkan kepada DPR pada bulan Juni 2010.

4. Metode pengolahan data

Pengolahan data menggunakan metode deskriptif, yaitu melihat

fenomena yang terjadi terkait pembentukan OJK dengan segala

kewenangannya yang tertulis dalam RUU OJK yang mengundang pro dan

kontra, dan pengolahan data yang dilakukan dengan cara menganalisis serta

menjelaskan secara jelas data-data yang didapat secara apa adanya yang

bertujuan untuk menjawab persoalan yang diangkat dalam penelitian.

1 Umar Husein, Metode Penelitian Untuk Skripsi Dan Tesis Bisnis, (Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, 2004), Cet. Keenam, h. 42

Page 18: PERSPEKTIF BAPEPAM-LK TERHADAP RUU OJK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4783/1/DIAN... · PERSPEKTIF BAPEPAM.LK TERHADAP RUU OJK DALAM BIDANG PENGAWASAN PASAR

10

5. Teknik Penulisan

Adapun teknik penulisan proposal skripsi ini mengacu pada buku

“Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas syariah dan Hukum Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007”.

G. Sistematika Penulisan

Untuk pembahasan yang lebih terarah dan mempermudah penulisan

pemahaman isi, maka penulis menuangkan kedalam lima bab dengan

sistematika penulisan sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan yang berisikan latar belakang masalah,

pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, riview

studi terdahulu, metode penelitian serta sistematika penulisan.

Bab II Berisikan tentang latar belakang pemikiran pembentukan

OJK, sejarah pembentukan OJK, pemikiran yang berhubungan dengan RUU

OJK, dan isi RUU OJK yang terkait dengan pengawasan Pasar Modal

Syariah.

Bab III Pada bab ini membahas gambaran umum tentang Bapepam-

Lk dan OJK, meliputi sejarah berdirinya, fungsi dan tujuan, landasan hukum

Bapepam-Lk, peraturan Bapepam-Lk dan DSN-MUI terkait Pasar Modal

Syariah.

Bab IV Berisikan pembahasan tentang tanggapan Bapepam-Lk terkait

pembentukan OJK dan RUU OJK, pendapat Bapepam-Lk tentang

Page 19: PERSPEKTIF BAPEPAM-LK TERHADAP RUU OJK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4783/1/DIAN... · PERSPEKTIF BAPEPAM.LK TERHADAP RUU OJK DALAM BIDANG PENGAWASAN PASAR

11

kewenangan pengawasan Pasar Modal Syariah jika OJK terbentuk,

kelangsungan lembaga Bapepam-Lk jika OJK terbentuk dan nilai-nilai syariah

yang terdapat dalam RUU OJK.

BAB V Berisikan kesimpulan dan saran.

Page 20: PERSPEKTIF BAPEPAM-LK TERHADAP RUU OJK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4783/1/DIAN... · PERSPEKTIF BAPEPAM.LK TERHADAP RUU OJK DALAM BIDANG PENGAWASAN PASAR

12

BAB II

Gambaran Umum Tentang RUU OJK

A. Latar Belakang Pemikiran OJK

Secara historis, ide pembentukan OJK sebenarnya adalah hasil kompromi

untuk menghindari jalan buntu pembahasan undang-undang tentang Bank

Indonesia oleh DPR. Pada awal pemerintahan Presiden Habibie, pemerintah

mengajukan RUU tentang Bank Indonesia yang memberikan independensi

kepada bank sentral. RUU ini disamping memberikan independensi tetapi juga

mengeluarkan fungsi pengawasan perbankan dari Bank Indonesia. Ide

pemisahan fungsi pengawasan dari bank sentral ini datang dari Helmut

Schlesinger, mantan Gubernur Bundesbank (bank sentral Jerman) yang pada

waktu penyusunan RUU (kemudian menjadi Undang-Undang No. 23 Tahun

1999) bertindak sebagai konsultan. Mengambil pola bank sentral Jerman yang

tidak mengawasi bank.1

Meski kelahiran OJK ini tengah digodok, tapi sampai kini2 masih banyak

yang mempertanyakan gagasan pokok pendirian OJK. Sampai saat ini tidak ada

satu latar belakangpun yang dapat meyakinkan, terutama para pelaku pasar

keuangan baik diperbankan, asuransi maupun pasar modal, bahwa OJK ini perlu

1 Diakses pada tanggan 28 Juni 2011 dari http://www.ojk-indonesia.info/tentang_ojk

2 Tulisan dimuat dimajalah Investor pada September 2002

Page 21: PERSPEKTIF BAPEPAM-LK TERHADAP RUU OJK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4783/1/DIAN... · PERSPEKTIF BAPEPAM.LK TERHADAP RUU OJK DALAM BIDANG PENGAWASAN PASAR

13

ada dan dibuat sekarang3. Sejauh ini alasan yang sering dilontarkan terhadap

pembentukan OJK ini agar Bank Indonesia (BI) sebagai bank sentral dengan

pengelolaan moneter negara tidak perlu dipusingkan lagi dengan masalah

pengawasan perbankan yang terlalu bersifat teknis.4

Alasan lain menyebut bahwa OJK perlu dibuat karena undang-undang

perbankan secara implisit telah mengarahkan seluruh jasa keuangan berada

dibawah satu pengawasan. Tapi alasan ini terlampau berpihak, karena semua

undang-undang jasa kauangan yang ada saat ini –UU No. 8 tahun 1995 tentang

pasar modal misalnya- mempunyai kedudukan yang setara. Koordinasi dan

pengelolaan industri jasa keuangan secara lebih terpadu juga terlalu mengada-

ada untuk dijadikan latar belakang karena itu dianggap hanyalah masalah

managerial yang tidak konseptual.5

Pada tahun1997, Indonesia dihantam krisis moneter yang membuat bank

Indonesia (BI) oleng dan nyaris bangkrut. Akibat intervensi yang berlebihan

yang dilakukan pemerintah, BI dipaksa untuk memberikan dana talangan kepada

bank umum nasional yang terkena rush. Dana talangan itu kemudian dikenal

dengan liquidity support atau bantuan likuiditas bank Indonesia (BLBI). Selain

ke bank umum swasta, BLBI juga diberikan ke Bank exim, bank milik

3 Tahun 2002

4 Tito Sulistio, Mencari Ekonomi Pro Pasar: Catatan Tentang Pasar Modal, Privatisasi Dan Konglomerasi Lokal, (Jakarta: The Investor, 2004), h. 252

5 Ibid., h. 252

Page 22: PERSPEKTIF BAPEPAM-LK TERHADAP RUU OJK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4783/1/DIAN... · PERSPEKTIF BAPEPAM.LK TERHADAP RUU OJK DALAM BIDANG PENGAWASAN PASAR

14

pemerintah yang saat ini sudah dilebur ke bank mandiri.jumlahnya sekitar Rp 20

triliun. Ditambah dana penjaminan Rp 53,8 triliun, total dana talangan yang

dikucurkan BI mencapai Rp 218,3 triliun.6

Perlu kiranya dibentuk OJK di Indonesia berawal dari amanat Undang-

undang tentang Bank Indonesia (BI) No.3 tahun 2004 yang menyatakan bahwa:

(1) tugas mengawasi bank akan dilakukan oleh lembaga pengawasan sektor jasa

keuangan yang independen, dan dibentuk dengan undang-undang. (2)

pembentukan lembaga pengawasan sebagaimana yang dimaksud ayat (1), akan

dilaksanakan selambat-lambatnya 31 Desember 2010.

Banyak pakar ekonomi yang menyatakan telah gagalnya BI dalam

menjalankan tugasnya sebagai pemilik otoritas pengawas perbankan di

Indonesia terlihat dari banyaknya kasus perbankan yang mulai muncul pasca

krisis ekonomi global tahun 2010 yang disebabkan oleh kegagalan pembayaran

kredit perumahan (subrime morgage default) di Amerika Serikat meskipun

dampaknya tidak secara langsung dirasakan oleh Indonesia.

Sebut saja di antaranya kasus Bank Century yang kesulitan likuiditas,

gagal kliring karena gagal menyediakan dana (refund) bagi nasabah, yang pada

akhirnya Bank Century diambil alih oleh pemerintah melalui bantuan yang

diberikan LPS (Lembaga Penjamin Simpanan) dengan memberikan suntikan

6 Dewi Gemala, Aspek-Aspek Hukum Dalam Perbankan dan Perasuransian Syariah di Indonesia, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006), h. 119

Page 23: PERSPEKTIF BAPEPAM-LK TERHADAP RUU OJK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4783/1/DIAN... · PERSPEKTIF BAPEPAM.LK TERHADAP RUU OJK DALAM BIDANG PENGAWASAN PASAR

15

dana agar Bank Century dapat melakukan likuiditas. Adapula kasus Citybank

yang melibatkan pegawai bank tersebut yang melakukan pembobolan dana

nasabah sejumlah Rp.17 Milyar, yang hingga Mei 2011 masih dilakukan

penyelidikan lebih dalam mengenai kasus tersebut. Tidak hanya itu kasus lain

yang terjadi di Bank Mega yakni bobolnya dana milik PT. Elnusa Tbk. sejumlah

Rp.111 milyar, yang sahamnya terdaftar pada Bursa Efek.

Kasus-kasus yang kerap terjadi pada dunia perbankan menciptakan

image dan kepercayaan perbankan dimata masyarakat berkurang, hal ini

membuat peran pengawasan BI terhadap perbankan dipertanyakan. Juga yang

menjadi pertimbangan pemerintah untuk segera merancang RUU (Rancangan

Undang-Undang) OJK, agar lembaga keuangan tidak hanya indutri perbankan

saja akan tetapi industri keuangan lainya seperti pasar modal maupun industri

keuangan nonbank dalam melaksanakan kegiatannya dapat diawasi oleh

lembaga independen tanpa campur tangan pihak lain agar kerjanya dapat

berjalan lebih objektif dalam bertindak.

Terjadinya proses globalisasi dalam sistem keuangan dan pesatnya

kemajuan dibidang teknologi informasi dan inovasi financial telah menciptakan

sistem keuangan yang sangat kompleks, dinamis dan saling terkait antar masing-

masing subsektor keuangan baik dalam hal produk maupun kelembagaan.

Disamping itu, adanya lembaga keuangan yang yang memiliki hubungan

kepemilikan di berbagai subsektor keuangan (konglomerasi) telah menambah

Page 24: PERSPEKTIF BAPEPAM-LK TERHADAP RUU OJK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4783/1/DIAN... · PERSPEKTIF BAPEPAM.LK TERHADAP RUU OJK DALAM BIDANG PENGAWASAN PASAR

16

kompleksitas transaksi dan interaksi antar lembaga-lembaga keuangan didalam

sistem keuangan.7

Dalam naskah akademik pembentukan otoritas jasa keuangan tidak

hanya landasan yuridis yaitu amanat UU nomor 3 tahun 2004 pasal 34 tentang

Bank Indonesia yang pada hakikatnya pasal 34 dimaksud untuk memberikan

otoritas pengaturan dan pengawasan sektor jasa keuangan dimaksud terhadap

industri perbankan, pasar modal (sekuritas) dan industri keuangan nonbank

(asuransi, dana pensiun, modal ventura, dan perusahaan pembiayaan serta

lembaga lain yang menyelenggarakan pengelolaan dana masyarakat. Adapun

landasan filosofis dari pembentukan OJK adalah agar keseluruhan kegiatan jasa

keuangan didalam sektor jasa keuangan dapat terselenggara secara teratur, adil,

trnsparan, dan akuntabel, serta dapat mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh

secara berkelanjutan dan stabil. Sedangkan landasan sosiologis dari

pembentukan OJK adalah perlu adanya prinsip kesetaraan (level playing field),

pengaturan dan pengawasan yang didasarkan pada prinsip-prinsip keadilan dan

transparasi harus ditetapkan sedemikian rupa untuk menciptakan suatu aktifitas

dan transaksi ekonomi yang teratur, efisien dan produktif, dan menjamin adanya

perlindungan nasabah dan masyarakat.8

7 Tim Panitia Antar Departemen Rancangan Undang-Undang Tentang Otoritas Jasa

Keuangan, Naskah Akademik Pembentukan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), (Jakarta: 2010), h. 2

8 Ibid., h. 4

Page 25: PERSPEKTIF BAPEPAM-LK TERHADAP RUU OJK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4783/1/DIAN... · PERSPEKTIF BAPEPAM.LK TERHADAP RUU OJK DALAM BIDANG PENGAWASAN PASAR

17

Tidak hanya itu, ada berbagai pertimbangan yang menjadi alasan

pemerintah untuk membentuk OJK yaitu adanya berbagai alasan perubahan yang

terjadi dalam industri jasa keuangan, terutama menyangkut empat faktor :9

1. Produk jasa keuangan semakin bervariasi dan kompleks;

2. Karena berbagai alasan bisnis, lembaga-lembaga keuangan cenderung

untuk, menjadi bagian dari konglomerasi;

3. Globalisasi perdagangan jasa meningkatkan arus transaksi ke luar dari

atau masuk ke Indonesia;

4. Perkembangan inovasi teknologi bisnis yang sangat cepat; kompleksitas

produk yang diperdagangkan makin tinggi. Inovasi tersebut

membutuhkan langkah antisipasi perlindungan kepada konsumen.

OJK akan menjadi sebuah lembaga yang independen tampa campur

tangan pemerintah dalam melakukan tugasnya sesuai dengan amanat UU tentang

BI No. 3 tahun 2004. Sesuai dengan namanya Otorotas Jasa Keuangan maka,

OJK akan menanungi seluruh lembaga keuangan tidak terkecuali lembaga

keuangan berbasis syariah seperti pasar modal syariah misalnya. Dengan begitu

dapat dikatakan kewenangan OJK sangatlah luas karena mengawasi seluruh

lembaga keuangan yang ada di Indonesia. Selain itu OJK tidak hanya melakukan

9 Dewi Gemala, Aspek-Aspek Hukum Dalam Perbankan dan Perasuransian Syariah Di

Indonesia, Opcit., h. 121

Page 26: PERSPEKTIF BAPEPAM-LK TERHADAP RUU OJK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4783/1/DIAN... · PERSPEKTIF BAPEPAM.LK TERHADAP RUU OJK DALAM BIDANG PENGAWASAN PASAR

18

pengawasan dan pengaturan saja, akan tetapi juga pemeriksaan dan penyidikan

akan menjadi kewenangannya.

B. Sejarah Pembentukan RUU OJK

Sudah semestinya RUU OJK disahkan selambat-lambatnya tanggal 31

Desember 2010 menurut UU No.3 tahun 2004. Menilik kebelakang, UU tentang

BI yang memerintahkan untuk dibentuknya lembaga independen yang fungsinya

mengawasi lembaga keuangan yang ada di Indonesia dimulai dari UU No.23

pasal 34 tahun 1999 yang mengamanatkan bahwa paling lambat tanggal 31

Desember 2002, namun hingga akhirnya UU tersebut diamandemen menjadi

undang-undang yang berlaku sekarang, yaitu UU No.3 tahun 2004 tentang BI.

RUU OJK dirancang oleh pemerintah melalui kementerian keuangan

termasuk didalamnya Bapepam-Lk sebagai pemilik Otoritas Pengawas Pasar

Modal dan juga dari pihak Bank Indonesia sebagai pemilik Otoritas Pengawasan

Perbankan, tim penyusun RUU OJK ini diketui oleh Fuad Rachmany, yang pada

saat itu (2010) masih menjabat sebagai ketua Bapepam-Lk. Setelah RUU OJK

disepakati isinya oleh departemen terkait, lalu RUU OJK diserahkan kepada

kementerian hukum dan HAM untuk diperiksa kembali, lalu kemudian diberikan

kepada presiden untuk selanjutnya diserahkan kepada DPR untuk disahkan

menjadi UU.

RUU OJK pun diterima oleh DPR untuk dilanjutkan pembahasannya

yang tadinya menjadi kewenangan komisi XI DPR sekarang menjadi

Page 27: PERSPEKTIF BAPEPAM-LK TERHADAP RUU OJK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4783/1/DIAN... · PERSPEKTIF BAPEPAM.LK TERHADAP RUU OJK DALAM BIDANG PENGAWASAN PASAR

19

kewenangan pansus RUU OJK yang dibentuk pada tanggal 20 Juli 2010 oleh

DPR. Pansus RUU OJK ini terdiri dari 30 anggota yang diketuai oleh Nusro

Wahid, yang pada awalnya dijadwalkan RUU OJK dapat disahkan menjadi UU

pada sidang paripurna tanggal 17 Desember 2011 akan tetapi ternyata

pembahasan mengenai RUU OJK belum selesai.

Pada akhirnya di sidang paripurna DPR tanggal 27 Oktober 2011 dengan

beberapa kesepakatan yang terjadi antara DPR dan pemerintah yang pertama

yaitu; 1) fungsi penyelidikan dan penyidikan pada OJK disepakati; 2) masa

transisi bagi BI yaitu 3 tahun sejak OJK diundangkan atau akhir 2014, untuk

Bapepam-LK harus sudah melebur pada akhir 2012; 3) Dewan Komisioner

harus sudah dipilih pada Juni 2012 yang mana panitia penyeleksi calon DK

dipimpin oleh Menteri keuangan.

C. Pemikiran Yang Berhubungan Tentang RUU OJK

Dibeberapa negara sudah menggunakan OJK sebagai pemilik otoritas

lembaga keuangan sebut saja Swedia. Swedia dengan bank sentralnya Riskbank

merupakan salah satu negara yang sudah puluhan tahun memiliki lembaga

pengawasan bank secara terpisah. Pascakrisis 1990-an, negara ini memutuskan

untuk melakukan pengawasan secara intensif terhadap perkembangan bank-bank

yang suatu saat bisa menimbulkan dampak sistemik dalam arti menyebabkan

guncangnya stabilitas keuangan sebuah negara. Atas dasar argumen itu,

Riskbank pun lalu membentuk Financial Stability Wing (FSW). FSW memiliki

Page 28: PERSPEKTIF BAPEPAM-LK TERHADAP RUU OJK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4783/1/DIAN... · PERSPEKTIF BAPEPAM.LK TERHADAP RUU OJK DALAM BIDANG PENGAWASAN PASAR

20

dua tugas pokok yaitu menyangkut pengawasan prasarana keuangan seperti

sistem pembayaran dan melakukan pengawasan bank-bank yang masuk kategori

sistemik.10

Sebut juga Perancis, pengawasan lembaga keuangan di Perancis

dilakukan The Banking Commission. Ini merupakan badan yang bersifat kolegial

yang terdiri atas tujuh anggota dan diketuai the governor of the banque de france

(The France Central Bank). Badan ini memiliki kewenangan yang cukup besar

untuk melakukan pengaturan, pengawasan dan investigasi serta tindakan

sanksi/hukum untuk meyakinkan lembaga keuangan memenuhi segala ketentuan

hukum perundang-undangan dan/atau peraturan yang berlaku.11

Pada negara yang melakukan pengawasan terhadap lembaga keuangan

semacam OJK tentunya memiliki model-model yang berbeda dari tiap negara,

hal inilah yang menjadi pertimbangan dalam menentukan model OJK di

Indonesia. Tentunya ada yang sukses menggunakan model yang dianut maupun

mengalami kegagalan, dan Indonesia sudah sepatutnya mengambil pelajaran dari

negara lain dalam menentukan kebijakannnya sendiri.

10 Paul Sutaryono, “Pengawasan Bank Tetap di BI atau OJK?”, Bank Dan Management,

no.112 (Maret-April 2010): hal. 6

11 Ibid., h. 6

Page 29: PERSPEKTIF BAPEPAM-LK TERHADAP RUU OJK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4783/1/DIAN... · PERSPEKTIF BAPEPAM.LK TERHADAP RUU OJK DALAM BIDANG PENGAWASAN PASAR

21

Model pengawasan industri jasa keuangan di berbagai negara didunia

sangat beragam yang dapat diklasifikasikan dalam 3 (tiga) kelompok besar,

yaitu:12

1. Multi Supervisory Model, yaitu pengaturan dan pengawasan sektor

jasa keuangan oleh lebih dari dua otoritas. Masing-masing industri

jasa keuangan seperti perbankan, pasar modal, asuransi, dan

lembaga jasa keuangan lainnya diatur dan diawasi oleh masing-

masing regulator yang berbeda. Model ini diterapkan oleh beberapa

Negara seperti Amerika Serikat dan Republik Rakyat China.

2. Twin Peak Supervisory Model, yaitu pengaturan dan pengawasan

sektor jasa keuangan yang dilakukan oleh dua otoritas utama yang

bagiannya didasarkan pada aspek prudential dan aspek market

conduct. Dalam model ini lembaga keuangan prudensial seperti

seperti bank dan perusahaan asuransi berada dalam satu juridiksi

pengaturan dan pengawasan tersendiri, sedangkan perusahaan efek

dan lembaga keuangan lainnya serta seluruh produk-produk jasa

keuangan berada dalam satu juridiksi pengaturan dan pengawasan

tersendiri pula. Model ini diterapkan oleh Negara-negara seperti

Australia dan Canada.

12 Tim Panitia Antar Departemen Rancangan Undang-Undang Tentang Otoritas Jasa

Keuangan, Opcit., h. 10

Page 30: PERSPEKTIF BAPEPAM-LK TERHADAP RUU OJK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4783/1/DIAN... · PERSPEKTIF BAPEPAM.LK TERHADAP RUU OJK DALAM BIDANG PENGAWASAN PASAR

22

3. Unified supervisory model, yaitu pengaturan dan pengawasan

sektor jasa keuangan oleh otoritas yang terintegrasi dibawah satu

lembaga atau badan yang memiliki otoritas pengaturan dan

pengawasan terhadap seluruh sektor jasa keuangan mencakup

perbankan, pasar modal, asuransi, dan lembaga keuangan lainnya.

Model ini mulai cenderung diterapkan dibeberapa negara sejak

tahun 1997. Yang pertama kali menerapkan model ini adalah

Norwegia ditahun 1986. Sampai saat ini sudah lebih dari 30 negara

menerapkan model ini. Model ini diterapkan oleh negara-negara

yang sektor keuangannya cukup besar dan maju seperti antara lain

Inggris, Jepang, Korea Selatan, dan Jerman.

Dari ketiga model diatas sepertinya Indonesia akan mengadopsi

model yang ketiga yaitu unified supervisory model, dimana hanya ada satu

otoritas yang melakukan fingsi pengaturan dan pengawasan dari seluruh

lembaga keuangan meliputi perbakan, asuransi, pasar modal, maupun

lembaga keuangan lainnya. Fungsi pengaturan dan pengawasan akan berada

ditangan OJK yang saat ini rancangan undang-undangnya sedang menjadi

pembahasan DPR dan akan segera disahkan menjadi Undang-undang setelah

penantian yang cukup lama.

Kajian akademis atas kondisi otoritas pengawas yang ada dinegara-

negara lain termasuk perkembangan industri jasa keuangan di Indonesia dan

Page 31: PERSPEKTIF BAPEPAM-LK TERHADAP RUU OJK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4783/1/DIAN... · PERSPEKTIF BAPEPAM.LK TERHADAP RUU OJK DALAM BIDANG PENGAWASAN PASAR

23

negara lain, serta pengaturan dan pengawasannya, telah menjadi dasar bagi

penyusunan rancang bangun OJK dalam Rancangan Undang-Undang tentang

OJK (RUU-OJK)

Terdapat materi RUU OJK dan beberapa ketentuan perundangan yang

terkait apabila OJK selaku otoritas yang melakukan pengaturan dan

pengawasan disektor jasa keuangan terbentuk, dijelaskan dengan tabel

berikut:13

Keterkaitan RUU OJK Dengan Hukum Positif

No Peraturan Perundangan Terkait dan Substansi

Rumusan Pasal Peraturan Terkait

1

2

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2004 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia

Terkait dengan kebijakan moneter, sistem pembayaran dan stabilitas keuangan

Memuat amanat pembentukan OJK

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2004 Tentang Lembaga Penjamin Simpanan

Memuat peran OJK terkait bank bermasalah

Pasal 34

[1] Tugas mengawasi bank akan dilakukan oleh lembaga pengawasan sektor jasa keuangan yang independen, dan dibentuk dengan undang-undang.

[2} Pembentukan lembaga pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat [1], akan dilaksanakan selambat-lambatnya 31 desember 2010

Pasal 21

Ayat [1]

[1] LPS menerima pemberitahuan dari LPP mengenai bank yang sedang dalam upaya penyehatan sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-undangan dibidang perbankan.

13 Tim Panitia Antar Departemen Rancangan Undang-Undang Tentang Otoritas Jasa

Keuangan, Opcit., H. 14

Page 32: PERSPEKTIF BAPEPAM-LK TERHADAP RUU OJK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4783/1/DIAN... · PERSPEKTIF BAPEPAM.LK TERHADAP RUU OJK DALAM BIDANG PENGAWASAN PASAR

24

3

Pimpinan OJK menjadi salah

satu anggota dewan komisioner LPS

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan Sebagaimana Diubah Dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998

Saat OJK terbentuk tugas dan wewenang bank Indonesia sebagaimana dimaksud dalam UU tentang perbankan menjadi tugas dan wewenang OJK. Beberapa ketentuan yang terkait adalah:

Peran OJK dalam perizinan dan pencabutan izin usaha bank

Ayat [2]

LPS melakukan penyelesaian bank gagal yang tidak berdampak sistemik setelah LPP atau komite koordinasi menyerahkan penyelesaiannya kepada LPS.

Pasal 65

Ayat [1]

[1] Anggota dewan komisioner berjumlah 6 (enam) orang, yang terdiri atas:

a. 1 (satu) orang pejabat setingkat eselon 1 departemen keuangan yang ditunjuk oleh menteri keuangan;

b. 1 (satu) orang unsur pimpinan LPP yang ditunjuk oleh pimpinan LPP;

c. 1 (satu) orang dari unsur pimpinan bank Indonesia yang ditunjuk oleh pimpinan bank Indonesia;

d. 3 (tiga) orang anggota yang berasal dari dalam dan/atau luar LPS.

Pasal 16 [1] Setiap pihak yang melakukan kegiatan penghimpunan dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan wajib terlebih dahulu memperoles izin usaha sebagai bank umum ata bank perkreditan rakyat dari pimpinan bank Indonesia, kecuali apabila kegiatan menghimpun dana dari masyarakat dimaksud diatur dengan undang-undang tersendiri. Pasal 37 [2] Apabila:

a. Tindakan sebagaimana dimaksud dalam ayat [1] belum cukup untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi bank;dan/atau

b. Menurut penilaian bank Indonesia keadaan

Page 33: PERSPEKTIF BAPEPAM-LK TERHADAP RUU OJK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4783/1/DIAN... · PERSPEKTIF BAPEPAM.LK TERHADAP RUU OJK DALAM BIDANG PENGAWASAN PASAR

25

4

Peran OJK dalam pembinaan

dan pengawasan bank

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 1992 Tentang Dana Pensiun

Saat OJK terbentuk, tugas dan wewenang menteri keuangan sebagaimana dimaksud dalam UU tentang dana pensiun menjadi tugas dan wewenang OJK beberapa ketentuan yang terkait adalah:

Peran OJK dalam pembentukan dan pembubaran dana pensiun

Peran OJK dalam pembinaan dan pengawasan dana pensiun

suatu bank dapat membahayakan sistem perbankan, pimpinan bank Indonesia dapat mencabut izin usaha bank dan memerintahkan direksi bank untuk segera menyelenggarakan rapat umum pemegang saham guna membubarkan badan hokum bank dan membentuk tim likuidasi.

Pasal 29 [1] Pembinaan dan pengawasan dilakukan

oleh bank Indonesia Pasal 31 Bank Indonesia melakukan pemeriksaan terhadap bank secara berkala maupun setiap waktu apabila diperlukan.

Pasal 6 Ayat [2]

[2] Dalam jangka waktu paling lama 3 [tiga] bulan terhitung sejak diterimanya permohonan pengesahan dana pensiun secara lengkap dan memenuhi ketentuan undang-undang ini dan peraturan pelaksanaannya, maka peraturan dana pensiun tersebut wajib disahkan dengan keputusan menteri dan dicatat dalam buku daftar umum yang disediakan u tuk itu, dan dalam hal permohonan ditolak, [emberitahuan penolakan harus disertai alasan penolakannya.

Pasal 34

Ayat [1]

[1] Pembubaran dana pensiun ditetapkan dengan keputusan menteri yang sekaligus menunjuk likuidator, untuk melaksanakan tindakan-tindakan yang diperlukan dalam jangka waktu yang ditetapkan oleh menteri.

Pasal 50

Ayat [1]

[1] Pembinaan dan pengawasan atas dana pensiun

Page 34: PERSPEKTIF BAPEPAM-LK TERHADAP RUU OJK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4783/1/DIAN... · PERSPEKTIF BAPEPAM.LK TERHADAP RUU OJK DALAM BIDANG PENGAWASAN PASAR

26

5

6

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1992 Tentang Usaha Perasuransian

Saat OJK terbentuk tugas dan wewenang menteri keuangan sebagaimana dimaksud dalam UU tentang usaha perasuransian menjadi tugas dan wewenang OJK. Beberapa ketentuan yang terkait adalah:

Peran OJK dalam pembinaan dan dan pengawasan usaha perasuransian

Peran OJK dalam pemberian izin dan pencabutan izin usaha perasuransian

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 tahun 1995 tentang pasar modal

Saat OJK terbentuk tugas dan wewenang bapepam sebagaimana dimaksud dalam UU pasar modal menjadi tugas dan wewenang OJK. Beberapa ketentuan yang terkait adalah:

Peran OJK dalam pembinaan dan pengawasan pasar modal

Wewenang OJK terkaiy pasar modal

pemberi kerja dan dana pensiun lembaga keuangan dilakukan oleh menteri.

Pasal 10

Pembinaan dan pengawasan terhadap usaha perasuransian dilakukan oleh menteri.

Pasal 9

Ayat [1]

[1] Setiap pihak yang melakukan usaha perasuransian wajib mendapat izin usaha dari menteri, kecualai bagi perusahaan yang menyelenggarakan program asuransi social

Pasal 17

Ayat [1]

[1] Dalam hal terdapat pelanggaran tehadap ketentuan dalam undang-undang ini atau peraturan pelaksanaannya, menteri dapat melakukan tindakan berupa pemberian peringatan, pembatasan kegiatan usaha, atau pencabutan izin usaha.

Pasal 3

Ayat [1]

[1] Pembinaan dan pengaturan, dan pengawasan sehari-hari kegiatan pasar modal dilakukan oleh badan pengawas pasar modal yang selanjutnya disebut bapepam

Pasal 5

Dalam melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 dan pasal 4, bapepam berwenang untuk :

a. Memberi: 1) Izin kepada bursa efek, lembaga

kliring dan penjaminan, lembaga penyimpanan dan penyelesaian, reksa

Page 35: PERSPEKTIF BAPEPAM-LK TERHADAP RUU OJK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4783/1/DIAN... · PERSPEKTIF BAPEPAM.LK TERHADAP RUU OJK DALAM BIDANG PENGAWASAN PASAR

27

dana, perusahaan efek, penasehat investasi, dan biro administrasi efek;

2) Izin orang perseorangan bagi wakil penjamin emisi efek, wakil perantara pedagang efek, dan wakil manager investasi; dan

3) Persetujuan bagi bank kustodian; b. Mewajibkan pendaftaran profesi

penunjang pasar modal dan wali amanat; c. Menetapkan persyaratan dan tata cara

pencalonan dan memberhentian untuk sementara waktu komisaris dan atau direktur serta menunjuk managemen sementara bursa efek, lembaga kliring dan penjaminan, serta lembaga penyimpanan dan penyelesaian sampai dengan dipilihnya komisaris dan atau direktur yang baru;

d. Menetapkan persyaratan dan tata cara pernyataan pendaftaran serta menyatakan, menunda, atau membatalkan efektifnya penyataan pendaftaran;

e. Mengadakan pemeriksaan dan penyidikan terhadap setiap pihak dalam hal terjadi peristiwa yang diduga merupakan pelanggaran terhadap undang-undang ini dan atau peraturan pelaksanaannya;

f. Mewajibkan setiap bank untuk: 1) Menghentikan atau memperbaiki

iklan atau promosi yang berhubungan dengan kegiatan di pasar modal; atau

2) Mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk mengatasi akibat yang timbul dari iklan atau promosi yang dimaksud;

g. Melakukan pemeriksaan terhadap: 1) Setiap emiten atau perusahaan public

yang telah atau diwajibkan menyampaikan pernyataan pendaftaran kepada bapepam; atau

2) Pihak yang dipersyaratkan memiliki izin usaha, izin orang perseorangan, persetujuan, atau pendaftaran profesi berdasarkan undang-undang ini;

h. Menunjuk pihak lain untuk melakukan pemeriksaan tertentu dalam rangka pelaksanaan wewenang bapepam sebagaimana dimaksud dalam huruf g;

i. Mengumumkan hasil pemeriksaan;

Page 36: PERSPEKTIF BAPEPAM-LK TERHADAP RUU OJK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4783/1/DIAN... · PERSPEKTIF BAPEPAM.LK TERHADAP RUU OJK DALAM BIDANG PENGAWASAN PASAR

28

j. Membekukan atau membatalkan pencatatan suatu efek pada bursa efek atau menghentikan transaksi bursa atau efek tertentu untuk jangka waktu tertentu guna melindungi kepentingan pemodal;

k. Menghentikan kegiatan perdagangan bursa efek untuk jangka waktu tertentu dalam hal keadaan darurat;

l. Memeriksa keberatan yang diajukanoleh pihak yang dikenakan sangsi oleh bursa efek, lembaga penyimpanan dan penyelesaian serta memberikan keputusan membatalkan atau menguatkan pengenaan sanksi dimaksud;

m. Menetapkan biaya perizinan, persetujuan, pendaftaran, pemeriksaan, dan penelitian serta biaya lain dalam rangka kegiatan pasar modal;

n. Melakukan tindakan yang diperlukan untuk mencegah kerugian masyarakat sebagai akibat pelanggaran atas ketentuan dibidang pasar modal;

o. Memberikan penjelasan lebih lanjut yang bersifat teknis atau peraturan pelaksanaannya;

p. Menetapkan instrument lain sebagai efek selain yang telah ditentukan dalam pasal 1 angka 5; dan

q. Melakukan hal-hal lain yang diberikan berdasarkan undang-undang ini.

D. RUU OJK Terkait Pengawasan Pasar Modal Syariah

Dalam RUU OJK tidak disebutkan secara rinci tentang industri keuangan

berdasarkan prinsip syariah termasuk diantaranya pasar modal syariah, hanya

disebutkan secara umum yang masih menginduk ke industri keuangan

konvensional. Berikut dijabarkan pada tabel terkait isi RUU OJK yang

membahas atau menyebutkan tentang pasar modal:

Page 37: PERSPEKTIF BAPEPAM-LK TERHADAP RUU OJK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4783/1/DIAN... · PERSPEKTIF BAPEPAM.LK TERHADAP RUU OJK DALAM BIDANG PENGAWASAN PASAR

29

Pembahasan Pasar Modal Dalam RUU OJK

No Pasal Isi

1

2

3

4

Pasal 4 ayat (1)

Pasal 4 ayat (5)

Pasal 20 ayat (2)

Pasal 21 ayat (1)

Otoritas jasa keuangan melakukan pengaturan da

pengawasan secara terpadu, independen, dan

akuntabel terhadap:

a. Kegiatan jasa keuangan di bidang perbankan;

b. Kegiatan jasa keuangan di bidang pasar

modal; dan

c. Kegiatan jasa keuangan di bidang IKNB

Tugas pengawasan terhadap kegiatan jasa keuangan

di bidang pasar modal sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) huruf b dlaksanakan oleh pengawas pasar

modal.

Kepala eksekutif pengawas pasar modal memimpin

tugas pengawasan terhadap kegiatan jasa keuangan di

bidang pasar modal sebagaimana di maksud dalam

pasal 4 ayat (5).

Dalam rangka melaksanakan tugas pengawasan

sebagaimana dimaksud dalam pasal 20, kepala

eksekutif dibidang measing-masing mempunyai

wewenang:

a. Menetapkan kebijakan operasional

pengawasan terhadap kegiatan jasa

keuangan;

b. Menetapkan aturan teknis dibidang jasa

keuangan;

c. Melakukan pengawasan, pemeriksaan, dan

Page 38: PERSPEKTIF BAPEPAM-LK TERHADAP RUU OJK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4783/1/DIAN... · PERSPEKTIF BAPEPAM.LK TERHADAP RUU OJK DALAM BIDANG PENGAWASAN PASAR

30

5

6

Pasal 47 ayat (1)

Pasal 47 ayat (2)

tindakan lain terhadap pelaku dan / atau

penunjang kegiatan jasa keuangan

sebagaimana dimaksud dam peraturan

perundang-undangan di bidang jasa

keuangan;

d. Mengeluarkan perintah tyertulis kepada pihak

tertentu;

e. Melakukan penunjukan pengelola statuter;

f. Menetapkan penggunaaan pengelola statuter;

g. Menetapkan sanksi administrative kepada

pihak yang melakukan pelanggaran di bidang

jasa keuangan; dan

h. Member dan / atau mencabut:

1. Izin usaha;

2. Izin orang perseorangan;

3. Efektifnya pernyataan pendaftaran;

4. Surat tanda terdaftar;

5. Persetujuan melakukan kegiatan usaha;

6. Pengesahan; dan

7. Persetujuan pembubaran/ penetapan

pembubaran.

Tugas wewenang pengaturan dan pengawasan

dibidang pasar modal dan IKNB yang dilaksanakan

oleh menteri keuangan atau badan pengawas pasar

modal dan lembaga keuangan secara bertahap beralih

kepada otoritas jasa keuangan paling lama 3 (tiga)

tahun terhitung sejak tanggal undang-undang ini

diundangkan.

Untuk tahun pertama setelah tugas dan wewenang

pengaturan pengawasan sebagaimana dimaksud pada

Page 39: PERSPEKTIF BAPEPAM-LK TERHADAP RUU OJK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4783/1/DIAN... · PERSPEKTIF BAPEPAM.LK TERHADAP RUU OJK DALAM BIDANG PENGAWASAN PASAR

31

7

8

9

Pasal 48 ayat (2)

Pasal 50 ayat (2)

Pasal 52 angka 4

ayat (1) beralih, pembiayaan penyelenggaraan tugas

dan wewenang pengaturan dan pengawasan dibidang

pasar modal.

Terhitung sejak wewenang pengaturan dan

pengawasan dibidang pasar modal dan IKNB

sebagaimana dimaksud dalam pasal 47 ayat (1)

beralih kepada otoritas jasa keuangan, status

kepegawaian pegawai negeri sipil pada badan

pengawas pasar modal dan lembaga keuangan,

kementerian keuangan dialihkan menjadi pegawai

otoritas jasa keuangan.

Badan Pengawas Pasar Modal Dan Lembaga

Keuangan, Kementerian Keuangan bertugas

mempersiapkan perangkat dan infrastruktur yang

dibutuhkan bagi pengalihan tugas dan wewenang

pengaturan dan pengawasan dibidang pasar modal

dan IKNB dari Badan Pengawas Pasar Modal Dan

Lembaga Keuangan kepada Otoritas Jasa Keuangan.

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar

Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

1995 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 3608). Dan peraturan

undang-undang lainnya dibidang jasa keuangan

dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak

bertentangan dan belum diganti berdasarkan undang-

undang ini.

Page 40: PERSPEKTIF BAPEPAM-LK TERHADAP RUU OJK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4783/1/DIAN... · PERSPEKTIF BAPEPAM.LK TERHADAP RUU OJK DALAM BIDANG PENGAWASAN PASAR

32

BAB III

Gambaran Umum Tentang Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga

Keuangan (Bapepam-Lk)

A. Sejarah Umum Berdirinya Bapepam-Lk

Terbentuknya Bapepam berawal dari dibentuknya tim persiapan pasar

modal (PM) dan pasar uang (PU) di Bank Indonesia (BI) berdasarkan keputusan

direksi BI No. 4/16 tanggal 26 juli 1968. Dari penelitian Tim tersebut didapatkan

bahwa PM di Indonesia benihnya sudah ada sejak tahun 1952, akan tetapi karena

pengaruh situasi politik yang terjadi dan masih awamnya pengetahuan

masyarakat tentang pasar modal, maka pertumbuhan bursa efek di Indonesia

mengalami kelesuan.

Tim persiapan PM dan PU dibubarkan setelah melakukan tugasnya

dengan dikeluarkannya surat keputusan Kep-Menkeu No. Kep-25/MK/IV/1/72

tanggal 13 Januari 1972. Pada tahun 1976 dibentuklah Bapepam (Badan

Pelaksana Pasar Modal) yang secara umum bertugas membantu menteri

keuangan yang diketuai oleh gubernur Bank Sentral.

Dengan dibentuknya Bapepam selain membantu menteri keuangan juga

bertugas membentuk kembali PU dan PM. Bapepam juga memiliki fungsi ganda

yaitu sebagai penyelenggara serta pengawas bursa efek. Namun, dengan adanya

keppres No. 53/1990 dan SK Menkeu No. 1548/1990 maka dualisme fungsi

Page 41: PERSPEKTIF BAPEPAM-LK TERHADAP RUU OJK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4783/1/DIAN... · PERSPEKTIF BAPEPAM.LK TERHADAP RUU OJK DALAM BIDANG PENGAWASAN PASAR

33

Bapepam di hapus terfokus pada pengawasan pasar modal. Sedangkan pasar

uang diserahkan kepada Bank Indonesia.

Sejak tahun 2005 Bapepam disempurnakan menjadi Badan Pengawas

Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (disingkat Bapepam-LK) berdasarkan

keputusan menteri keuangan RI Nomor KMK 606/KMK.01./2005tanggal 30

Desember 2005. Bapepam-LK merupakan gabungan dari Badan Pengawas Pasar

Modal (Bapepam) dan Direktorat Jendral Lembaga Keuangan Departemen

Keuangan. Bapepam-LK berada di bawah departemen Keuangan Republik

Indonesia yang bertugas membina, mengatur, mengawasi sehari-hari kegiatan

pasar modal serta merumuskan kebijakan dan standarisasi teknis dibidang

lembaga keuangan.1

Diawali dengan diterbitkannya reksadana syariah oleh PT.Dana Reksa

pada pertengahan tahun 1997 merupakan awal dari berkembangnya instrumen

investasi syariah di Pasar Modal. Hal tersebut menarik perhatian lembaga-

lembaga yang terlibat dalam pasar modal syariah diantaranya Bapepam-Lk dan

DSN-MUI untuk membuat nota kesepahaman (MoU) dalam mengembangkan

pasar modal berbasis syariah di Indonesia.

Dari sisi kelembagaan Bapepam-LK, perkembangan Pasar Modal Syariah

ditandai dengan pembentukan Tim Pengembangan Pasar Modal Syariah pada

tahun 2003. Selanjutnya, pada tahun 2004 pengembangan Pasar Modal Syariah

1 Andri Soemitra, Bank Dan Lembaga Keuangan, (Jakarta: Kencana, 2009), h. 110

Page 42: PERSPEKTIF BAPEPAM-LK TERHADAP RUU OJK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4783/1/DIAN... · PERSPEKTIF BAPEPAM.LK TERHADAP RUU OJK DALAM BIDANG PENGAWASAN PASAR

34

masuk dalam struktur organisasi Bapepam dan LK, dan dilaksanakan oleh unit

setingkat eselon IV yang secara khusus mempunyai tugas dan fungsi

mengembangkan pasar modal syariah. Sejalan dengan perkembangan industri

yang ada, pada tahun 2006 unit eselon IV yang ada sebelumnya ditingkatkan

menjadi unit setingkat eselon III.2

B. Dasar Hukum Pembentukan Bapepam-Lk

GBHN 1999–2004 telah merespon dinamika perubahan industri jasa

keuangan tersebut, dimana dinyatakan bahwa dalam rangka menciptakan industri

pasar modal yang efektif dan efisien, perlu dibentuk suatu lembaga independen

yang mengawasi kegiatan di bidang Pasar Modal dan lembaga keuangan. Lebih

lanjut, berdasarkan Pasal 34 ayat (1) Undang-undang Nomor 23 Tahun 1999

sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004 tentang Bank

Indonesia, disebutkan bahwa pengawasan industri jasa keuangan dilakukan oleh

lembaga pengawas sektor jasa keuangan yang independen selambat-lambatnya

dibentuk pada Desember 2010.

Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor KMK

606/KMK.01./2005 tanggal 30 Desember 2005 tentang Organisasi dan Tata

Kerja Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan, organisasi unit

eselon I Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) dan unit eselon I Direktorat

2 “Sejarah Pasar Modal Syariah”, diakses pada tanggal 13 juni 2011 dari

http://www.bapepam.go.id/syariah/sejarah_pasar_modal_syariah.html

Page 43: PERSPEKTIF BAPEPAM-LK TERHADAP RUU OJK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4783/1/DIAN... · PERSPEKTIF BAPEPAM.LK TERHADAP RUU OJK DALAM BIDANG PENGAWASAN PASAR

35

Jenderal Lembaga Keuangan (DJLK) digabungkan menjadi satu organisasi unit

eselon I, yaitu menjadi Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan

(Bapepam dan Lembaga Keuangan).3

C. Tugas dan Fungsi Bapepam-Lk

Pasar modal di Indonesia dikelola oleh badan pengawas pasar modal

(Bapepam) yang struktur organisasinya berada dibawah Departemen Keuangan.

Bapepam ini mempunyai berbagai fungsi dan kewenangan.4

1. Tugas dan fungsi Bapepam

Bapepam memiliki beberapa tugas dan fungsi, antara lain:

a. Melakukan pembinaan, membuat peraturan, dan mengawasi kegiatan

pasar modal sehari-hari.

b. Mewujudkan terciptanya kegiatan pasar modal yang teratur, wajar, dan

efisien dengan tujuan melindungi kepentingan pemodal dan masyarakat.

c. Melaksanakan pembinaan terhadap semua pelaku dan lembaga yang

berkaitan dengan pasar modal.

d. Mempertanggungjawabkan seluruh aktivitasnya ke menteri keuangan

berkaitan dengan keputusan-keputusan yang berhubungan dengan pasar

modal.

3 Diakses pada tanggal 16 juni 2011 dari

http://www.bapepam.go.id/bapepamlk/organisasi/index.htm

4 Ade Arhesa an Edia Hendiman, Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank, (Jakarta, PT. Indekx Kelompok Gramedia, 2006), h. 217

Page 44: PERSPEKTIF BAPEPAM-LK TERHADAP RUU OJK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4783/1/DIAN... · PERSPEKTIF BAPEPAM.LK TERHADAP RUU OJK DALAM BIDANG PENGAWASAN PASAR

36

Sebagai Badan Pelaksana Pasar Modal (1976) tugas Bapepam menurut

Keppres NO. 52/1976 tentang pasar modal yang disempurnakan dengan Keppres

No. 58 tahun 1984 adalah:

Mengadakan penilaian terhadap perusahaan-perusahaan yang akan

menjual saham-sahamnya melalui Pasar Modal apakah telah

memenuhi persyaratan yang ditentukan dan sehat serta baik;

Menyelenggarakan Bursa Pasar Modal yang efektif dan efisien;

Terus-menurus mengikuti perkembangan perusahaan-perusahaan yang

menjual saham-sahamnya melalui pasar modal.

2. Kewenangan Bapepam5

Kewenangan Bapepam antara lain:

a. Memberikan izin usaha, izin perorangan, persetujuan kepada pelaku

pasar modal.

b. Menetapkan persyaratan dan dan tata cara menjadi peserta pasar modal

serta dapat menyatakan penundaan atau pembatalan terhadap

efektifnya pernyataan pendaftaran.

c. Mengadakan pemeriksaan dan dan penyidikan apabila diduga terjadi

peristiwa / aktivitas yang merupakan pelanggaran terhadap undang-

undang dan ketentuan pelaksanaan pasar modal.

5 Ibid., h. 219

Page 45: PERSPEKTIF BAPEPAM-LK TERHADAP RUU OJK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4783/1/DIAN... · PERSPEKTIF BAPEPAM.LK TERHADAP RUU OJK DALAM BIDANG PENGAWASAN PASAR

37

d. Melakukan pemeriksaan terhadap emiten, perusahaan public, dan piha-

pihak yang memiliki izin usaha, izin perorangan atau pendaftaran di

pasar modal.

e. Melakukan penunjukan kepada pihak lain untuk melakukan

pemeriksaan tertentu dalam rangka pelaksanaan wewenang bapepam.

f. Membatalkan atau membekukan pencatatan efek tertentu pada bursa

efek atau menghentikan transaksi bursa atau efek tertentu.

g. Menetapkan instrument tertentu sebagai efek.

Adapun wewenang Bapepam-Lk secara lengkap tertuang dalam pasal

5 Undang-Undang Pasar Modal sebagai berikut:

a. memberi :

1) Izin usaha kepada Bursa Efek, Lembaga Kliring dan Penjaminan,

Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian, Reksa Dana, Perusahaan

Efek, Penasihat Investasi, dan Biro Administrasi Efek;

2) Izin orang perseorangan bagi Wakil Penjamin Emisi Efek, Wakil

Perantara Pedagang Efek, dan Wakil Manajer Investasi; dan

3) Persetujuan bagi Bank Kustodian;

b. mewajibkan pendaftaran Profesi Penunjang Pasar Modal dan Wali

Amanat;

c. menetapkan persyaratan dan tata cara pencalonan dan memberhentikan

untuk sementara waktu komisaris dan atau direktur serta menunjuk

Page 46: PERSPEKTIF BAPEPAM-LK TERHADAP RUU OJK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4783/1/DIAN... · PERSPEKTIF BAPEPAM.LK TERHADAP RUU OJK DALAM BIDANG PENGAWASAN PASAR

38

manajemen sementara Bursa Efek, Lembaga Kliring dan Penjaminan,

serta Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian sampai dengan dipilihnya

komisaris dan atau direktur yang baru;

d. menetapkan persyaratan dan tata cara Pernyataan Pendaftaran serta

menyatakan, menunda, atau membatalkan efektifnya Pernyataan

Pendaftaran;

e. mengadakan pemeriksaan dan penyidikan terhadap setiap Pihak dalam hal

terjadi peristiwa yang diduga merupakan pelanggaran terhadap Undang-

undang ini dan atau peraturan pelaksanaannya;

f. mewajibkan setiap pihak untuk :

1) menghentikan atau memperbaiki iklan atau promosi yang berhubungan

dengan kegiatan di Pasar Modal; atau

2) mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk mengatasi akibat

yang timbul dari iklan atau promosi dimaksud;

g. melakukan pemeriksaan terhadap :

1) Setiap Emiten atau Perusahaan Publik yang telah atau diwajibkan

menyampaikan Pernyataan Pendaftaran kepada Bapepam; atau

2) Pihak yang dipersyaratkan memiliki izin usaha, izin orang

perseorangan, persetujuan, atau pendaftaran profesi berdasarkan

Undang-undang ini;

h. menunjuk Pihak lain untuk melakukan pemeriksaan tertentu dalam rangka

pelaksanaan wewenang Bapepam sebagaimana dimaksud dalam huruf g;

Page 47: PERSPEKTIF BAPEPAM-LK TERHADAP RUU OJK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4783/1/DIAN... · PERSPEKTIF BAPEPAM.LK TERHADAP RUU OJK DALAM BIDANG PENGAWASAN PASAR

39

i. mengumumkan hasil pemeriksaan;

j. membekukan atau membatalkan pencatatan suatu Efek pada Bursa Efek

atau menghentikan Transaksi Bursa atas Efek tertentu untuk jangka waktu

tertentu guna melindungi kepentingan pemodal;

k. menghentikan kegiatan perdagangan Bursa Efek untuk jangka waktu

tertentu dalam hal keadaan darurat;

l. memeriksa keberatan yang diajukan oleh Pihak yang dikenakan sanksi

oleh Bursa Efek, Lembaga Kliring dan Penjaminan, atau Lembaga

Penyimpanan dan Penyelesaian serta memberikan keputusan

membatalkan atau menguatkan pengenaan sanksi dimaksud;

m. menetapkan biaya perizinan, persetujuan, pendaftaran, pemeriksaan, dan

penelitian serta biaya lain dalam rangka kegiatan Pasar Modal;

n. melakukan tindakan yang diperlukan untuk mencegah kerugian

masyarakat sebagai akibat pelanggaran atas ketentuan di bidang Pasar

Modal;

o. memberikan penjelasan lebih lanjut yang bersifat teknis atas Undang-

undang ini atau peraturan pelaksanaannya;

p. menetapkan instrumen lain sebagai Efek selain yang telah ditentukan

dalam Pasal 1 angka 5; dan

q. melakukan hal-hal lain yang diberikan berdasarkan Undang-Undang ini.

Page 48: PERSPEKTIF BAPEPAM-LK TERHADAP RUU OJK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4783/1/DIAN... · PERSPEKTIF BAPEPAM.LK TERHADAP RUU OJK DALAM BIDANG PENGAWASAN PASAR

40

Mengingat pasar modal merupakan salah satu sumber pembiayaan

dunia usaha dan sebagai wahana investasi bagi para pemodal, serta memiliki

peranan strategis untuk menunjang pembangunan nasional, pasar modal perlu

mendapat pengawasan agar pasar modal dapat berjalan secara teratur, wajar,

efisien, serta melindungi kepentingan pemodal dan masyarakat (UUPM pasal

4). Untuk itu, bapepam diberikan kewenangan luar biasa dan kewajiban untuk

membina, mengatur, dan mengawasi setiap pihak yang melakukan kegiatan

dipasar modal. Pengawasan tersebut dapat dilakukan dengan menempuh

upaya-upaya, baik yang bersifat preventif dalam bentuk aturan, pedoman,

bimbingan, dan arahan maupun secara represif dalam bentuk pemeriksaan,

penyidikan dan pengenaan sanksi.6

Fungsi Bapepam yang demikian itu adalah fungsi-fungsi yang juga

dimiliki oleh Otoritas Pasar Modal di negara-negara lain di dunia.

Kewenangan yang diberikan oleh UU No. 8 tahun 1995 tentang pasar modal

pasal 3 dan 4 adalah kewenangan yang sesuai standar dan prinsip hukum pasar

modal global. Otoritas pasar modal akan mempunyai 3 (tiga) fungsi utama,

yaitu melakukan pembinaan, pengaturan, dan pengawasan. Fungsi-fungsi

tersebut diberikan kepada Bapepam untuk memfasilitasi tercapainya tujuan

6 M Irsan Nasarudin dan Indra Surya, Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia, (Jakarta:

Kencana, 2004), h.

Page 49: PERSPEKTIF BAPEPAM-LK TERHADAP RUU OJK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4783/1/DIAN... · PERSPEKTIF BAPEPAM.LK TERHADAP RUU OJK DALAM BIDANG PENGAWASAN PASAR

41

yang dicanangkan UU, yaitu menciptaka pasar modal yang teratur wajar dan

efisien, serta memberikan perlindungan kepada pemodal dan masyarakat.7

Bapepam-Lk memiliki wewenang untuk membina, mengatur, dan

mengawasi kegiatan pasar modal serta merumuskan dan melaksanakan

kebijakan dan standarisasi teknis dibidang lembaga keuangan. Dalam

melaksanakan wewenang tersebut Bapepam-Lk menyelenggarakan fungsi

sebagai berikut:8

1. Penyusunan peraturan di bidang pasar modal;

2. Penegakan peraturan di bidang pasar modal;

3. Pembinaan dan pengawasan terhadap pihak yang memperoleh izin usaha,

persetujuan, pendaftaran dari Badan dan pihak lain yang bergerak di pasar

modal;

4. Penetapan prinsip-prinsip keterbukaan bagi Emiten dan Perusahaan

Publik;

5. Penyelesaian yang diajukan oleh pihak yang dikenakan sanksi oleh Bursa

Efek, Kliring, dan Penjaminan, dan Lembaga Penyimpan dan

Penyelesaian;

6. Penetapan ketentuan asuransi di bidang pasar modal;

7. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang lembaga keuangan;

7 Ibid., h. 116

8 Nindyo Pramono, Pengantar Tentang Pasar Modal Di Indonesia, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1997), h. 52

Page 50: PERSPEKTIF BAPEPAM-LK TERHADAP RUU OJK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4783/1/DIAN... · PERSPEKTIF BAPEPAM.LK TERHADAP RUU OJK DALAM BIDANG PENGAWASAN PASAR

42

8. Pelaksanaan kebijakan dibidang lembaga keuangan, sesuai ketentuan

perundang-undangan yang berlaku;

9. Perumusan standar, norma, pedoman kriterian dan prosedur di bidang

lembaga keuangan;

10. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang lembaga keuangan;

11. Pelaksanaan tata usaha Badan.

UUPM (Undang-Undang Pasar Modal) tidak membedakan apakah

kegiatan pasar modal tersebut dilakukan dengan prinsip-prinsip syariah atau

tidak. Dengan demikian, berdasarkan UUPM kegiatan pasar modal di

Indonesia dapat dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip syariah dan dapat

pula dilakukan tidak sesuai prinsip syariah.9

Dalam menjalankan fungsinya sebagai pengawas Pasar Modal, khusus

dalam melakukan pembinaan dan pengawasan pasar modal syariah Bapepam-

Lk bekerjasama dengan Dewan Syariah Nasional (DSN) dari Majlis Ulama

Indonesia (MUI) yang menjadi pusat referensi atas aspek-aspek syariah dalam

kegiatan pasar modal syariah. DSN bertugas memberikan fatwa-fatwa

sehubungan dengan kegiatan emisi, perdagangan, pengelolaan portofolio efek-

efek syariah, dan kegiatan lain yang berhubungan dengan efek syariah. DSN

mempunyai kewenangan penuh untuk memberikan keputusan tentang berhak

9 Nurul Huda dan Mustafa Edwin Nasuition, Investasi Pada Pasar Modal Syariah, (Jakarta:

Kencana Prenada Media Group, 2007), h. 55

Page 51: PERSPEKTIF BAPEPAM-LK TERHADAP RUU OJK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4783/1/DIAN... · PERSPEKTIF BAPEPAM.LK TERHADAP RUU OJK DALAM BIDANG PENGAWASAN PASAR

43

tidaknya sebuah efek menyandang label syariah. Kewenangan penuh juga

dimiliki DSN dalam pengawasan kegiatan emisi, perdagangan, pengelolaan

portofolio efek-efek syariah.10

Secara garis besar fungsi, tugas maupun wewenang Bapepam-Lk

adalah menyelenggarakan bursa pasar modal tak terkecuali didalamnya Pasar

Modal Syariah yang efektif dan efisien, membuat peraturan ataupun pedoman

dalam melakukan kegiatan di Pasar Modal, melakukan pengawasan dan

pembinaan terhadap pelaku pasar modal agar senantiasa mengikuti peraturan

yang dikeluarkan Bapepam-Lk. Tidak hanya itu Bapepam-Lk pun diharuskan

mengikuti perkembangan yang terjadi dalam bursa pasar modal dan ketika

terjadi penyimpangan dalam pelaksanaan pasar modal, Bapepam-Lk berhak

untuk mencabut izin dari pihak atau Badan yang melakukan kegiatan di pasar

modal.

Dalam perkembangan terkhir Badan Pengawas Pasar Modal

(Bapepam) menetapkan perkembangan Pasar Modal Syariah sebagai salah

satu priorotas kerja lima tahun kedepan. Rencana tersebut dituangkan dalam

Masterplan Pasar Modal Indonesia 2005-2009. Dengan program ini,

pengembangan Pasar Modal Syariah memiliki arah jelas dan makin membaik.

Terdapat dua strategi utama yang dicanangkan Bapepam untuk mencapai

pengembangan pasar modal syariah. Pertama, mengembangkan kerangka

hukum untuk memfasilitasi pengembangan pasar mdal berbasis syariah.

10 Nurul Huda dan Mustafa Edwin Nasution, Opcit., h. 58

Page 52: PERSPEKTIF BAPEPAM-LK TERHADAP RUU OJK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4783/1/DIAN... · PERSPEKTIF BAPEPAM.LK TERHADAP RUU OJK DALAM BIDANG PENGAWASAN PASAR

44

kedua, mendorong pengembangan produk pasar modal berbasis syariah.

selanjutnya, dua strategi utama tersebut dijabarkan Bapepam menjadi tujuh

implementasi startegi, yakni:11

1. Mengatur penerapan prinsip syariah;

2. Menyusun standar akuntansi;

3. Mengembangkan profesi pelaku pasar;

4. Sosialisasi prinsip syariah;

5. Mengembangkan produk;

6. Menciptakan produk baru;

7. Meningkatkan kerja sama dengan dewan syariah nasional (DSN)

MUI.

Bapepam-Lk pun memiliki tugas maupun wewenang semacamnya,

termasuk ikut andil dalam mengembangkan produk Pasar Modal dan Industri

Keuangan Non Bank. Adapun strategi yang akan dilakukan bapepam untuk

mengembangkan pasar modal berbasis syariah seperti yang tercantum dalam

strategi 3 masterplan Bapepam-Lk tahun 2010-2014 dilakukan dalam

beberapa program sebagai berikut:12

11 Mustafa Edwin Nasution, Pengenalan Eksklusif: Ekonomi Islam, Cet. III (Jakarta: Kencana

Prenada Media Group, 2010), h. 303

12 Kementrian Keuangan Republik Indonesia, Badan Pengawas Pasar Modal, Master Plan Pasar Modal dan Industri Keuangan Non Bank 2010-2014, h. 17

Page 53: PERSPEKTIF BAPEPAM-LK TERHADAP RUU OJK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4783/1/DIAN... · PERSPEKTIF BAPEPAM.LK TERHADAP RUU OJK DALAM BIDANG PENGAWASAN PASAR

45

Program 1: Mengembangkan kerangka regulasi yang mendukung

pengembangan Pasar Modal dan Industri Keuangan Non Bank berdasarkan

prinsip syariah. Dengan melakukan penambahan dan penyempurnaan regulasi

baru yang lebih komprehensip terkait produk pasar modal dan industri

keuangan non bank bersdasarkan prinsip syariah melalui fatwa DSN-MUI.

Program 2: Mengembangkan produk pasar modal dan jasa keuangan

non bank berdasarkan prinsip syariah. Dengan melakukan langkah

penyusunan pedoman baku syariah, dan menciptakan produk-produk baru

syariah.

Program 3: Mengupayakan kesetaraan produk keuangan syariah

dengan produk konvensional. Bapepam akan pelakukan penyetaraan produk,

baik dari proses penerbitan maupun perpajakan antara produk konvensional

maupun berbasis syariah.

Program 4: Meningkatkan perkembangan sumber saya manusia di

pasar modal dan industri keuangan non bank berdasarkan prinsip syariah. cara

yang ditempuh dalam meningkatkan pengembangan sumber daya manusia

dengan memfokuskan pada pembekalan teknis industry dan pengetahuan fikih

muamalat. Dan juga membuat pedoman standar kualifikasi dan sertifikasi bagi

para professional dibidang pasar modal berbasis syariah.

Page 54: PERSPEKTIF BAPEPAM-LK TERHADAP RUU OJK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4783/1/DIAN... · PERSPEKTIF BAPEPAM.LK TERHADAP RUU OJK DALAM BIDANG PENGAWASAN PASAR

46

D. Peraturan Bapepam-Lk dan DSN-MUI Terkait Pasar Modal Syariah

1. Fatwa Dewan Syariah Nasional 13

Operasional pasar modal syariah menurut fatwa dewan syariah

nasional (DSN) No. 40/DSN-MUI/X/2003, tentang pasar modal dan

pedoman umum penerapan prinsip syariah dibidang pasar modal, sebagai

berikut:

Transaksi yang dilarang dalam pasar modal syariah, antara lain:

Pelaksanaan transaksi harus dilakukan menurut prinsip kehati-hatian

serta tidak diperbolehkan melakukan spekulasi dan manipulasi yang

didalamnya mengandung unsur dharar, gharar, riba, maisir, risywah, maksiat

dan kezhaliman. Transaksi yang mengandur unsur dharar, gharar, riba,

maisir, risywah, maksiat dan kezhaliman, antara lain:

Najsy, yaitu melakukan penawaran palsu,

Bai’ al-ma’dum, yaitu melakukan penjualan atas barang (efek

syariah) yang belum dimiliki (short selling);

Insider trading, yaitu memakai informasi orang dalam bentuk

memperoleh keuntungan atas transaksi yang dilarang;

Menimbulkan informasi yang menyesatkan;

13 Muhammad Sholahuddin dan Lukman Hakim, Lembaga Ekonomi dan Keuangan Syariah

Kontemporer, (Surakarta: Muhammadiyah University Press, 2008), h. 270

Page 55: PERSPEKTIF BAPEPAM-LK TERHADAP RUU OJK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4783/1/DIAN... · PERSPEKTIF BAPEPAM.LK TERHADAP RUU OJK DALAM BIDANG PENGAWASAN PASAR

47

Margin trading, yaitu melakukan transaksi atas efek syariah

dengan fasilitas pinjaman berbasis bunga atas kewajiban

penyelesaian pembelian efek syariah tersebut;

Ikhtikar (penimbunan), yaitu melakukan pembelian atau dan

pengumpulan suatu efek syariah, dengan tujuan mempengaruhi

pihak lain;

Dan transaksi-transaksi lain yang mengandung unsur-unsur diatas.

Transaksi dalam pasar modal syariah semestinya mendapatkan Harga

Pasar Wajar, yaitu harga pasar dari efek syariah harus mencerminkan nilai

valuasi kondisi yang sesungguhnya dari asset yang menjadi dasar penerbitan

efek tersebut dan/atau sesuai dengan mekanisme pasar yang teratur, wajar

efisien serta tidak direkayasa.

2. Peraturan Bapepam-Lk Terkait Pasar Modal Syariah

Terkait pasar modal berdasarkan prinsip syariah, bepepam

mengeluarkan peraturan No.IX.A.13 tentang penerbitan efek syariah,

peraturan No.IX.A.14 tentang akad-akad yang digunakan dalam penerbitan

efek syariah, peraturan No.II.K.I tentang criteria dan penerbitan daftar efek

syariah dan peraturan No.X.K.2 tentang penyampaian laporan keuangan

berkala emiten atau perusahaan publik.

Page 56: PERSPEKTIF BAPEPAM-LK TERHADAP RUU OJK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4783/1/DIAN... · PERSPEKTIF BAPEPAM.LK TERHADAP RUU OJK DALAM BIDANG PENGAWASAN PASAR

48

BAB IV

Perspektif Bapepam-Lk Terhadap RUU OJK Dalam Bidang Pengawasan Pasar

Modal Syariah

A. Perspektif Bapepam-Lk Terhadap Pembentukan OJK dan Isi RUU OJK

Otoritas Jasa Keuangan yakni lembaga yang melaksanakan tugas dan

wewenang pengaturan dan pengawasan secara terpadu, independen, dan

akuntabel terhadap kegiatan jasa keuangan di bidang perbankan, pasar modal dan

industri keuangan nonbank. OJK adalah lembaga independen yang tidak berada

dibawah otoritas lain didalam sistem pemerintahan negara Republik Indonesia,

yang memiliki independensi di dalam melaksanakan fungsinya, bebas dari

campur tangan pihak lain. Independensi OJK dapat dilaksanakan dengan

penerapan tata kelola yang baik antara lain dalam hal penetapan Dewan

Komisioner yang transparan dan prudent, akuntabilitas dan pertanggungjawaban

kepada publik, serta mekanisme check & balances dimana dilakukan pemisahan

yang jelas antara fungsi pengaturan dan fungsi pengawasan. Independensi OJK

diatur dalam RUU OJK. 1

Berdasarkan ketentuan pasal 34 Undang-undang tentang Bank Indonesia

beserta penjelasannya dapat disimpulkan bahwa OJK akan bertugas mengawasi

bank, lembaga-lembaga usaha perasuransian, lembaga-lembaga usaha pasar

1 Diakses pada tanggal 12 Agustus 2011 dari http://www.ojk-indonesia.info

Page 57: PERSPEKTIF BAPEPAM-LK TERHADAP RUU OJK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4783/1/DIAN... · PERSPEKTIF BAPEPAM.LK TERHADAP RUU OJK DALAM BIDANG PENGAWASAN PASAR

49

modal, dana pensiun, lembaga-lembaga usaha pembiayaan, modal ventura, dan

lembaga-lembaga lain yang mengelola dana masyarakat. Dengan demikian OJK

akan mengambil alih sebagian tugas dan wewenang Bank Indonesia, Direktorat

Jenderal Lembaga Keuangan, Badan Pengawas Pasar Modal, dan institusi-

institusi pemerintah lain yang selama ini mengawasi lembaga pengelola dana

masyarakat.2

Perumusan RUU OJK pasca amandemen UU No.3 tahun 1999 dimulai

sejak tahun 2008, yang tentunya berdasarkan amanat UU No. 3 tahun 2004

tentang BI (Bank Indonesia). Pembentukan OJK ini merupakan fungsi

pemerintah, dan perumusan RUU OJK dilakukan oleh pemerintah yang terdiri

dari kementerian keuangan yang diwakili oleh Bapepam-Lk selaku pemilik

otoritas di bidang pasar modal dan BI selaku pemilik otoritas dibidang

perbankan.

Ditengah polemik butuh atau tidaknya, setuju atau tidak OJK dibentuk,

Bapepam-Lk sendiri memiliki pendapat, bahwasanya OJK perlu dibentuk dan

adapun penjelasan tentang pentingnya OJK dibentuk tertuang dalam naskah

akademik pembentukan OJK.

2 Darmin Nasution, “Konsepsi Penyusunan Rancangan Undang-Undang Tentang Otoritas

Jasa Keuangan Dan Persiapan Pembentukan Otoritas Jasa Keuangan”, diakses pada tanggal 24 Juni 2011 dari www.legalitas.org

Page 58: PERSPEKTIF BAPEPAM-LK TERHADAP RUU OJK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4783/1/DIAN... · PERSPEKTIF BAPEPAM.LK TERHADAP RUU OJK DALAM BIDANG PENGAWASAN PASAR

50

“Faktanya OJK ini memang diperlukan, argumennya ada di naskah

akademik RUU OJK, itulah argumennya, argumennya sudah cukup

kuat”3

Dalam Naskah Akademik Pembentukan OJK dijelaskan bahwasanya

terdapat beberapa landasan penting dalam pembentukan OJK, yaitu: landasan

yuridis dimana UU No.3 tahun 2004 tentang Bank Indonesia, yang

mengamanatkan bahwasanya perlu dibentuknya lembaga pengawasan sektor jasa

keuangan yang termasuk didalamnya perbankan, pasar modal, modal ventura,

dana pensiun, lembaga keuangan nonbank dan lain sebagainya yang termasuk

dalam bidang industri jasa keuangan baik konvensional maupun syariah.

Landasan filosofis, dari segi filosofis pembentukan OJK dengan tujuan agar

keseluruhan kegiatan jasa keuangan didalam sektor jasa keuangan dapat

terselenggara secara teratur, adil, transparan dan akuntabel, serta dapat

mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan stabil.4

Adapun dari segi landasan sosiologis, pembentukan OJK didasari semangat

reformasi dan gejala transformasi sektor keuangan yang menglobal yang ditandai

oleh kemajuan teknologi informasi, inovasi produk-produk finansial yang

semakin kompleks dan keterkaitan entitas bisnis antar negara.5

3 Wawancara Pribadi dengan Muhammad Touriq (Kepala Bagian Pengembangan Kebijakan

Pasar Modal Syariah Bapepam-Lk). Jakarta, 25 Juli 2011

4 Tim Panitia Antar Departemen Pembentukan Rancangan Undang-Undang Tentang Otoritas Jasa Keuangan, Naskah Akademik Pembentukan OJK, 2010, h. 3

5 Ibid, h.5

Page 59: PERSPEKTIF BAPEPAM-LK TERHADAP RUU OJK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4783/1/DIAN... · PERSPEKTIF BAPEPAM.LK TERHADAP RUU OJK DALAM BIDANG PENGAWASAN PASAR

51

Dalam RUU OJK tidak dijelaskan secara spesifik terkait katagori industri

keuangannya, termasuk dalam konvensional ataupun syariah, dalam RUU OJK

hanya disebutkan secara umumnya saja. Hal tersebut tidak dipermasalahkan oleh

Bapepam-Lk yang di wakili oleh kepala bagian pengembangan kebijakan pasar

modal syariah Bapepam-Lk, beliau menyatakan bahwa tidak dibedakannya pasar

modal syariah maupun konvensional dalam RUU OJK tidak akan menhambat

pertumbukan industri syariah karena bagaimnapun OJK kelak akan menjadi

payung hukum dari seluruh industri keuangan baik konvensional maupun

syariah.

“Menurut saya OJK ini akan menjadi payung hukum sehingga saya tidak perlu

merasa khawatir kalau syariah akan tertinggal. Karena nanti setelah OJK nya ada

akan ada undang-undang bawahannya, untuk apa khawatir karena industri kita

sama ko’, bank ada bank konvensional, asuransi, pasar modal juga ada syariah,

hingga ini (OJK) akan menaungi secara hukum. Yang namanya industri

keuangan akan masuk disini (OJK) baik konvensional maupun syariah, kenapa

kita jadi khawatir, karena kita sudah pasti masuk, seperti kita di Indonesia masa

kita takut tidak diakui, kita tidak perlu secara eksklusif menyebutkan itu, gx

perlu, karena yang kita susun adalah pengawasan industri keuangan.”6

6 Wawancara Pribadi dengan Muhammad Touriq (Kepala Bagian Pengembangan Kebijakan

Pasar Modal Syariah Bapepam-Lk). Jakarta 25 Juli 2011

Page 60: PERSPEKTIF BAPEPAM-LK TERHADAP RUU OJK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4783/1/DIAN... · PERSPEKTIF BAPEPAM.LK TERHADAP RUU OJK DALAM BIDANG PENGAWASAN PASAR

52

B. Perspektif Bapepam-Lk Terhadap Kewenangan OJK Dalam Melakukan

Pengawasan Terhadap Pasar Modal Syariah Dalam RUU OJK

Menurut ketua Bapepam-LK periode 27April 2006-15April 2011 Fuad

Rahmany, draft RUU yang akan diserahkan mengacu pada UU Bank Indonesia

pasal 34, ditambahkan Fuad, OJK menjadi badan pengawasan perbankan, serta

lembaga keuangan nonbank. Saat ini fungsi pengawasan perbankan ada di BI,

sementara untuk fungsi pengawasan (supervisi) pasar modal dan lembaga

keuangan nonbank ada di Bapepam-LK, yang merupakan perwakilan dari

Kementerian Keuangan.7

Ruang lingkup OJK terdiri dari pengaturan, pengawasan dan penegakan

hukum. Fungsi pengaturan dilakukan oleh Dewan Komisioner sementara Fungsi

Pengawasan dilakukan oleh masing-masing pengawas yang terdiri dari pengawas

perbankan, pengawas pasar modal dan pengawas industri keuangan nonbank

yang selanjutnya disebut Kepala Eksekutif. Kewenangan penegakan hukum

dilakukan oleh OJK terhadap industri jasa keuangan sesuai dengan RUU OJK

pasal 41. 8

“(1) Selain Pejabat Penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia, Pejabat

Pegawai Negeri Sipil tertentu yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya meliputi

pengawasan industri jasa keuangan di lingkungan Otoritas Jasa Keuangan, diberi

7 “Bapepam: OJK harus terbentuk tahun ini”, diakses pada tanggal 15 Agustus 2011 dari

http://finance.detik.com/read/2010/03/01/200212/1308927/5/bapepam-ojk-harus-terbentuk-tahun-ini

8 Diakses pada tanggal 12 Agustus 2011 dari http://www.ojk-indonesia.info/mainmenu.php?module=faq&id=0&&page=1

Page 61: PERSPEKTIF BAPEPAM-LK TERHADAP RUU OJK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4783/1/DIAN... · PERSPEKTIF BAPEPAM.LK TERHADAP RUU OJK DALAM BIDANG PENGAWASAN PASAR

53

wewenang khusus sebagai penyidik sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang

Hukum Acara Pidana”.9

Menurut RUU OJK, OJK memiliki wewenang diantaranya melakukan

pengaturan dan pengawasan kegiatan sehari-hari pasar modal termasuk

didalamnya pasar modal berdasarkan prinsip syariah. Pada Bab II pasal 4 angka

(2) dinyatakan bahwa tugas pengaturan dalam kegiatan industri keuangan

termasuk didalamnya pasar modal, maka pengaturannya berdasarkan ketentuan

dalam Undang-Undang OJK yang akan terbentuk nanti. Adapun dalam tugas

pengawasan terhadap kegiatan jasa keuangan dibidang pasar modal dilaksanakan

oleh Pengawas Pasar Modal. Hal tersebut menandakan bahwasanya pada setiap

bidang industri keuangan yang bernaung di bawah payung OJK tidak serta merta

diawasi langsung oleh OJK akan tetapi akan ada bidang atau bagian yang

mengawasinya yang dipimpin oleh kepala eksekutif yang bertanggung jawab

kepada dewan komisioner.

Bapepam-Lk memiliki fungsi utama yaitu melakukan pengawasan

terhadap pasar modal baik konvensional maupun syariah. Jika OJK benar

terbentuk, menurut Lutfie Zain Fuady selaku kepala bagian hukum pengelolaan

investasi syariah Bapepam-Lk pengawasan terhadap pasar modal syariah akan

tetap efektif, karena tidak ada fungsi yang hilang dalam tubuh Bapepam-LK

9 Indonesia, Rancangan Undang-Undang Otoritas Jasa Keuangan, ps.41

Page 62: PERSPEKTIF BAPEPAM-LK TERHADAP RUU OJK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4783/1/DIAN... · PERSPEKTIF BAPEPAM.LK TERHADAP RUU OJK DALAM BIDANG PENGAWASAN PASAR

54

justru akan semakin kuat dengan terbentuknya OJK dengan segala kewenangan

yang dimilikinya nanti.

“pengawasannya akan tetap efektif bila OJK benar terbentuk, tidak ada

kewenangan yang hilang jika menjadi OJK. Makin kuat dia, hilang tidak

karena kita gabung dengan bank, kan makin banyak tuh produk yang

bersinggungan pasti lebih baik”.10

OJK juga memiliki kewenangan khusus yaitu melakukan penyidikan

terhadap industri jasa keuangan yang diduga adanya unsur pidana di bidang

industri jasa keuangan yang didapat dari laporan, pengaduan, maupun

pemberitahuan seseorang akan adanya kecenderungan tindak pidana tersebut.

Kewenangan melakukan penyidikan tersebut yang dijelaskan secara rinci dalam

RUU OJK pada Bab VIII pasal 41 angka (3).

Kelak OJK akan menaungi seluruh industri keuangan yang ada di

Indonesia, dan dalam perumusan RUU OJK itu sendiri hanya disebutkan industri

keuangan secara umum. Tidak disebutkannya industri keuangan yang berbasis

syariah, hal ini dikarenakan industri keuangan yang berdasarkan prinsip syariah

sudah pasti termasuk dalam industri keuangan, baik konvensional maupun

syariah. Menurut Ketua Bapepam-Lk periode 2006-2010 Fuad Rahmany,

Undang-Undang OJK pada dasarnya hanya mengatur tentang struktur organisasi

10 Wawancara Pribadi dengan Luthfy Zain Fuady (Kepala Bagian Hukum Pengelolaan

Investasi syariah Bapepam-Lk). Jakarta 18 Juli 2011

Page 63: PERSPEKTIF BAPEPAM-LK TERHADAP RUU OJK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4783/1/DIAN... · PERSPEKTIF BAPEPAM.LK TERHADAP RUU OJK DALAM BIDANG PENGAWASAN PASAR

55

dari lembaga pengatur dan pengawas sektor keuangan. Lebih lanjut, Fuad

menambahkan, aturan tentang produk keuangan dan batasannya bisa diatur di

masing-masing undang-undang. Seperti undang-undang pasar modal mengatur

tentang pasar modal, undang-undang perbankan tentang perbankan, demikian

halnya dengan undang-undang perasuransian. 11 Karenanya untuk industri

keuangan berdasarkan prinsip syariah kelak akan diatur dalam undang-undang

turunan pada masing-masing pengawas industri keuangan di OJK nanti.

C. Kelangsungan kelembagaan Bapepam-Lk Jika Pengawasan Pasar Modal

Syariah Menjadi Kewenangan OJK

Meskipun pengawasan terhadap produk ataupun hal-hal yang terkait

dengan pasar modal syariah berada pada biro-biro terkait, namun fungsi

pengawasan ini dimaksudkan untuk menjaga kepentingan emiten maupun

pemilik saham. Seperti yang dikatakan oleh kepala bagian hukum pengelolaan

investasi syariah, Luthfy Zain Fuady bahwa salah satu cara pengawasan yang

dilakukan Bapepam-Lk adalah dengan memastikan bahwa efek yang diterbitkan

oleh emiten yang menerbitkan saham syariah tetap berada pada jalur syariah.

11 Arif Firdaus, Bapepam Menolak Penjaminan Polis Diatur Dalam OJK, diakses pada tanggal

15 Agustus 2011 dari http://www.tempo.co/hg/perbankan_keuangan/2010/04/27/brk,20100427-243528,id.html

Page 64: PERSPEKTIF BAPEPAM-LK TERHADAP RUU OJK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4783/1/DIAN... · PERSPEKTIF BAPEPAM.LK TERHADAP RUU OJK DALAM BIDANG PENGAWASAN PASAR

56

“…. Tugasnya legulator adalah memastikan atau mendorong untuk

menjaga dirinya (perusahaan yang mengeluarkan efek syariah) agar tetap

syariah…. ”.12

Diungkapkan pula oleh kepala Bapepam-Lk periode 2006-2010 Fuad

Rahmany bahwasanya pengawasan akan tetap berada pada pemilik otoritas

semula, seperti pengawasan perbankan akan tetap dilakukan oleh pihak Bank

Indonesia begitu pula pasar modal akan tetap menjadi kewengan Bapepam-Lk,

tidak langsung sepenuhnya OJK yang melakukan pengawasan langsung, BI dan

Bapepam-Lk lah yang akan diawasi oleh OJK.

"Kita berpikir positif saja lah. Supervisi terhadap perbankan tetap dilakukan

orang-orang BI, jadi bukan oleh OJK langsung. Demikian pula dengan pasar

modal tetap oleh orang-orang Bapepam-LK, tetapi mungkin namanya akan

berubah. Dan dua lembaga inilah yang akan diawasi OJK secara langsung,"13

Pernyataan tersebut sesuai dengan apa yang tertulis dalam naskah

akademik pembentukan OJK bahwasanya, fungsi pengaturan dilakukan oleh

Dewan Komisioner sedangkan fungsi pengawasan dilakukan masing-masing oleh

pengawas perbankan, pasar modal dan pengawas industri keuangan non bank.

Dewan komisioner sebagai organ tertinggi dalam OJK selain menjalankan fungsi

pengaturan, juga berperan untuk memastikan masing-masing pengawas

12 Wawancara Pribadi dengan Luthfy Zain Fuady (Kepala Bagian Hukum Pengelolaan

Investasi Bapepam-Lk). Jakarta 18 Juli 2011 13 “OJK Tidak Mengubah Peran Otoritas”, diakses Pada Tanggal 17 Juni 2011 dari

Http://Bataviase.Co.Id/Node/104094

Page 65: PERSPEKTIF BAPEPAM-LK TERHADAP RUU OJK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4783/1/DIAN... · PERSPEKTIF BAPEPAM.LK TERHADAP RUU OJK DALAM BIDANG PENGAWASAN PASAR

57

melaksanakan tugasnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku.14

Meskipun fungsi pengawasannya dibagi menjadi masing-masing bidang

yang dipimpin oleh Kepala Eksekutif, namun pengaturan dari semua bidang

industri keuangan dilakukan oleh dewan Komisioner yang mana dewan

komisioner inilah yang mengepalai OJK. Baik fungsi maupun pegawai sebut saja

Bapepam-LK kewenangan pengawasan pasar modal akan tetap dimiliki, yang

berbeda adalah struktur kelembagaannya yang akan menjadi bagian dari OJK

bukan lagi di bawah kementerian keuangan, dan status kepegawaiannya bukan

lagi pegawai negeri sipil, akan tetapi menjadi pegawai OJK. Hal tersebut sesuai

dengan yang dikatakan ketua Bapepam-Lk.

"Gedung dan pegawainya tidak berubah. Hanya status kepegawaian yang

berubah,"15

Dalam melakukan fungsi pengawasan terhadap pasar modal syariah,

tentunya Bapepam-Lk menciptakan peraturan-peraturan yang kiranya dapat

memfasilitasi agar produk-produk pada pasar modal syariah dapat berlaku.

Peraturan yang dikeluarkanpun tidak hanya meliputi produk, tetapi juga emiten,

laporan keuangan maupun akad-akad yang digunakan dalam mengeluarkan efek

14 Tim Panitia Antar Departemen Pembentukan Rancangan Undang-Undang Tentang

Otoritas Jasa Keuangan, Naskah Akademik Pembentukan OJK, 2010, h. 4 15 “OJK Tidak Mengubah Peran Otoritas”, Diakses Pada Tanggal 17 Juni 2011 dari

Http://Bataviase.Co.Id/Node/104094

Page 66: PERSPEKTIF BAPEPAM-LK TERHADAP RUU OJK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4783/1/DIAN... · PERSPEKTIF BAPEPAM.LK TERHADAP RUU OJK DALAM BIDANG PENGAWASAN PASAR

58

syariah. Sejak adanya pasar modal berbasis syariah, Bapepam-Lk bekerjasama

dengan DSN-MUI dalam membuat peraturan.

Di Indonesia, tonggak awal yang berkaitan dengan pembuatan peraturan

pasar modal syariah bisa dikatakan baru dimulai pada tahun 2001, yakni

bersamaan dengan dikeluarkannya fatwa DSN MUI No. 20/DSN-MUI/IV/2001

tentang pedoman investasi untuk reksadana syariah. Kemudian diikuti oleh fatwa

DSN MUI tahun 2002 tentang obligasi syariah, serta nota kesepahaman (MoU)

Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) dengan DSN-MUI tentang

pembentukan pasar modal yang berdasarkan prinsip-prinsip syariah.16

Menurut kepala bagian pengembangan kebijaksanaan pasar modal

syariah, kerjasama antara Bapepam-Lk dengan DSN-MUI dalam membuat

regulasi dikarenakan keterbatasan pengetahuan Bapepam-Lk terkait bidang

syariah dalam pengoperasian pasar modal berbasis syariah. Pengetahuan DSN-

MUI dalam menguasai ilmu syariah lebih dipercayai karenanya kerjasama ini

dibutuhkan agar peraturan yang dibuat adapat memebuhi segala aspek, baik dari

segi syariah maupun pasar modal syariah.

“Kami sebagai regulator dipasar modal tentunya menyadari bahwa kompetensi

atau wilayah kerja kita adalah dari segi industrinya. Ruler, regulasi ngertilah

kita, tapi begitu masuk ke syariah mungkin temen-temen di Bapepam-Lk

sebagian mengetahui hanya sisi umumnya saja, fiqh muamalat itu apa.

16 Samwise Prodo, “Perkembangan Pasar Modal Syariah Di Inidonesia”, artikel diakses pada

tanggal 22 Juni 2011 dari: Http://Id.Shvoong.Com/Business-Management/Investing/2105937-Perkembangan-Pasar-Modal-Syariah-Di/#Ixzz1pzl735vl

Page 67: PERSPEKTIF BAPEPAM-LK TERHADAP RUU OJK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4783/1/DIAN... · PERSPEKTIF BAPEPAM.LK TERHADAP RUU OJK DALAM BIDANG PENGAWASAN PASAR

59

Pengetahuan-pengetahuan itu temen-temen di Bapepam-Lk memiliki tetapi tidak

begitu detail, bagaimana mekanisme ijtihad segala macam itu memang bukan

wilayahnya kita, bukan kompetensinya kita. Karena itu dibangunlah kerjasama

dengan Dewan Syariah Nasional (DSN) MUI”17

Adapun peraturan yang telah dibuat oleh Bapepam-Lk dan DSN-MUI

untuk mengakomodir pelaksanaan pasar modal syariah di antaranya peraturan

No.IX.A.13 tentang penerbitan efek syariah, peraturan No.IX.A.14 tentang akad-

akad yang digunakan dalam penerbitan efek syariah, peraturan No.II.K.I tentang

kriteria dan penerbitan daftar efek syariah dan peraturan No.X.K.2 tentang

penyampaian laporan keuangan berkala emiten atau perusahaan publik.

Jika OJK terbentuk tentunya akan ada peraturan turunan yang akan

mengatur mekanisme pengawasan dimasing-masing bidang industri keuangan.

Mekanisme operasional di bidang pasar modal diatur dalam Undang-Undang

Pasar Modal (UUPM) dan peraturan lain yang dikeluarkan oleh Bapepam-Lk.

UUPM inipun berlaku untuk pasar modal syariah seperti yang dikatakan oleh

kepala bagian pengembangan kebijakan pasar modal syariah di biro standar

akuntansi dan keterbukaan Bapepam-Lk bahwasanya UUPM sudah

mengakomodasi peraturan-peraturan yang dibutuhkan oleh pasar modal syariah.

17 Wawancara Pribadi Dengan Muhammad Touriq (Kepala Bagian Pengembangan Kebijakan

Pasar Modal Syariah Bapepam-Lk). Jakarta 25 Juli 2011

Page 68: PERSPEKTIF BAPEPAM-LK TERHADAP RUU OJK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4783/1/DIAN... · PERSPEKTIF BAPEPAM.LK TERHADAP RUU OJK DALAM BIDANG PENGAWASAN PASAR

60

"Undang-Undang pasar modal itu bisa dijadikan landasan untuk pasar

modal syariah. Sudah akomodatif dan implementatif,"18

Untuk kedepannya OJK tentunya akan membuat peraturan sendiri untuk

menetapkan mekanisme operasional OJK. Adapun undang-undang yang dimiliki

industri keuangan yang ada berada dalam naungannya akan tetap berlaku,

termasuk undang-undang pasar modal dan peraturan yang telah dikeluarkan oleh

Bapepam-Lk akan tetap berlaku, seperti yang ditegaskan oleh kepala bagian

hukum pengelolaan investasi Bapepam-Lk.

“Oh ya jelas, malah lebih kuat, karena OJK punya kewenangan untuk

bikin peraturan”.19

D. Nilai-nilai Syariah Yang Terdapat Dalam RUU OJK

Nilai-nilai yang terkandung dalam RUU OJK secara tidak langsung

mengadopsi nilai-nilai syariah maupun perintah yang terdapat dalam Al-Qur’an untuk

membentuk manajemen sebuah lembaga yang baik. Brikut dipaparkan nilai-nilai

syariah yang terdapat dalam RUU OJK:

18 “Menanti Geliat Syariah di Pasar Modal” Diakses pada tanggal 12 Agustus 2011dari

http://bataviase.co.id/node/539930

19Wawancara Pribadi dengan Luthfy Zain Fuady (Kepala Bagian Hukum Pengelolaan Investasi Bapepam-Lk). Jakarta 18 Juli 2011

Page 69: PERSPEKTIF BAPEPAM-LK TERHADAP RUU OJK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4783/1/DIAN... · PERSPEKTIF BAPEPAM.LK TERHADAP RUU OJK DALAM BIDANG PENGAWASAN PASAR

61

1. Prinsip Profesionalisme

Di dalam RUU OJK diatur kriteria seperti apa yang akan menjadi

pegawai OJK, seperti yang disebutkan dalam Bab III Pasal 8 tentang syarat

calon anggota dewan komisioner yang berasal dari unsur masyarakat yang

diantaranya adalah mempunyai pengalaman atau keahlian di bidang jasa

keuangan. Al-Qu’an memerintahkan untuk melakukan pekerjaan yang sesuai

dengan keahliannya.. Hal ini dijelaskan dalam surat Az-Zumar ayat 39:

Artinya: “Katakanlah: "Hai kaumku, Bekerjalah sesuai dengan keadaanmu,

Sesungguhnya Aku akan bekerja (pula), Maka kelak kamu akan mengetahui”.

Dan syarat untuk menjadi Dewan Komisioner OJK yaitu memiliki

akhlak, moral, dan integritas yang baik dan hendaklah menjaga amanat yang

telah diberikan, sebagaimana yang diperintahkan Allah dalam surat Al-Anfal

ayat 27:

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah

dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-

amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui”.

2. Prinsip Perencanaan

Dalam RUU OJK Bab V pasal 28 tentang rencana kerja. Dewan

Komisioner diharuskan membuat rencana kerja dan anggaran paling lambat 6

(enam) bulan sejak dimulainya tahun buku. Penting kiranya membuat rencana

Page 70: PERSPEKTIF BAPEPAM-LK TERHADAP RUU OJK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4783/1/DIAN... · PERSPEKTIF BAPEPAM.LK TERHADAP RUU OJK DALAM BIDANG PENGAWASAN PASAR

62

kerja agar dalam menjalankan fungsinya dapat lebih terarah. seperti yang di

terangkan dalam surat Al-Hasyr ayat 18:

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan

hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari

esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha

mengetahui apa yang kamu kerjakan”.

3. Prinsip Pengawasan

Pengawasan langsung terhadap industri jasa keuangan dilakukan oleh

Kepala Eksekutif, akan tetapi Kepala Eksekutif ini akan tetap di awasi oleh

Dewan Komisioner. Hal tersebut diatur dalam Bab III Pasal 13 dan Pasal 14

yang menjelaskan kewenangan Kepala Eksekutif dalam melakukan tugas

pengawasan. Dalam Al-Qu’an juga dijelaskan pentingnya melakukan

pengawasan dalam surat Al-Balad ayat 17:

Artinya: “Dan dia (Tidak pula) termasuk orang-orang yang beriman dan

saling berpesan untuk bersabar dan saling berpesan untuk berkasih sayang”.

Page 71: PERSPEKTIF BAPEPAM-LK TERHADAP RUU OJK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4783/1/DIAN... · PERSPEKTIF BAPEPAM.LK TERHADAP RUU OJK DALAM BIDANG PENGAWASAN PASAR

63

4. Prinsip Musyawarah

Dalam hal pengambilan keputusan yang terdapat dalam RUU OJK

Bab III Pasal 17 angka (6) dilakukan dengan cara musyawarah untuk

mencapai mufakat. Sebagaimana yang dijelaskan pula dalam Al-Qu’an surat

Al-Imran ayat 159:

Artinya: “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut

terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah

mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka,

mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka

dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka

bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang

yang bertawakkal kepada-Nya”.

Dan dijelaskan pula apabila terjadi pertentangan pendapat dalam surat

An-nisa (04) ayat 59:

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah

Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan

Page 72: PERSPEKTIF BAPEPAM-LK TERHADAP RUU OJK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4783/1/DIAN... · PERSPEKTIF BAPEPAM.LK TERHADAP RUU OJK DALAM BIDANG PENGAWASAN PASAR

64

pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Qur’an)

dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari

kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya”.

5. Prinsip Keterbukaan

Dalam Bab VI Pasal 36 tentang pelaporan dan akuntabilitas, dijelaskan

bahwasanya OJK wajib menyusun laporan kegiatan maupun laporan

keuangan dan wajib melaporkannya kepada DPR. Hal tersebut senada dengan

surat Al-Baqarah ayat 283 yang mengajarkan untuk mencatatkan semua

pemasukan ataupun pengeluaran keuangan:

Artinya: “Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu'amalah tidak secara tunai)

sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, Maka hendaklah ada barang

tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang). akan tetapi jika sebagian

kamu mempercayai sebagian yang lain, Maka hendaklah yang dipercayai itu

menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah

Tuhannya; dan janganlah kamu (para saksi) menyembunyikan persaksian. dan

barangsiapa yang menyembunyikannya, Maka Sesungguhnya ia adalah orang

yang berdosa hatinya; dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.

6. Prinsip Kerjasama

Pada Bab VII tentang hubungan dengan lembaga lain Pasal 37, OJK

wajib berkoordinasi dengan Bank Indonesia, Kementerian Keuangan maupun

Lembaga Penjamin Simpanan dalam hal bertukar informasi terkait dengan

Page 73: PERSPEKTIF BAPEPAM-LK TERHADAP RUU OJK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4783/1/DIAN... · PERSPEKTIF BAPEPAM.LK TERHADAP RUU OJK DALAM BIDANG PENGAWASAN PASAR

65

industri keuangan yang bersangkutan. Hal tersebut dilakukan dalam rangka

mencegah dan menangani kondisi krisis di sektor keuangan. Dan juga

melakukan hubungan internasional dengan menjadi anggota organisasi

pengawas jasa keuangan internasional atas nama Republik indonesia.

Kerjasama semacam ini juga dianjurkan dalam Al-Qur’an surat Al-Maidah

ayat 2:

…..

Artinya: “..dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan

takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan

bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya”.

Page 74: PERSPEKTIF BAPEPAM-LK TERHADAP RUU OJK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4783/1/DIAN... · PERSPEKTIF BAPEPAM.LK TERHADAP RUU OJK DALAM BIDANG PENGAWASAN PASAR

66

BAB V

Penutup

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh penulis tentang

perspektif Bapepam-Lk terhadap RUU OJK dalam bidang pengawasan pasar

modal syariah, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Bapepam-Lk mendukung dibentuknya OJK dengan alasan agar

pengawasan dibidang keuangan berada dalam satu naungan peraturan

maupun pengawasan. Meskipun dalam RUU OJK industri keuangan yang

berdasarkan prinsip syariah tidak disebutkan secara jelas, namun Bapepam-

Lk tidak mempermasalahkan hal tersebut dengan keyakinan bahwa OJK

akan menaungi seluruh industri keuangan baik konvensional maupun

syariah.

2. Fungsi pengawasan terhadap pasar modal baik syariah maupun

konvensional akan tetap dimiliki oleh Bapepam-Lk namun Bapepam-Lk

bertanggung jawab kepada OJK bukan lagi kepada Menteri Keuangan, dan

fungsi pengaturan terhadap industri keuangan berada pada OJK.

Dalam melakukan pengaturan maupun pengawasan (saat ini) terhadap efek

maupun emiten, Bapepam-Lk bekerjasama dengan DSN-MUI dalam

membuat peraturan atau kebijakan agar efek syariah yang beredar dipasar

modal syariah dapat tetap konsisten dengan tujuannya. kerjasama ataupun

Page 75: PERSPEKTIF BAPEPAM-LK TERHADAP RUU OJK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4783/1/DIAN... · PERSPEKTIF BAPEPAM.LK TERHADAP RUU OJK DALAM BIDANG PENGAWASAN PASAR

67

hubungan antara Bapepam-Lk dengan DSN akan tetap berlangsung jika

OJK nantinya terbentuk.

3. Bapepam-Lk berpendapat bahwasanya fungsi pengaturan maupun

pengawasan yang ada pada Bapepam-Lk tidak akan berubah jika OJK

benar terbentuk nantinya, malah menurutnya akan makin kuat. Begitupun

dengan peraturan maupun undang-undang yang dimiliki pasar modal tidak

akan ada yang berubah, bahkan akan ada peraturan yang akan lebih

menguatkan peraturan yang ada dan kemungkinan dibentuk peraturan baru

oleh OJk. Terkait dengan kewenangan dan status karyawan Bapepam-Lk

jika OJK terbentuk, kewenangan Bapepam-Lk akan pindah ke OJK dan

status karyawan Bapepam-Lk akan menjadi karyawan OJK tidak lagi

menjadi pegawai negeri sipil.

4. Dalam RUU OJK terdapat nilai-nilai syariah yang diantaranya adalah

prinsip profesionalisme yang mengharuskan untuk bekerja sesuai dengan

kemampuan dan keahlian yang dimiliki. Terdapat pula prinsip

perencanaan, prinsip pengawasan, prinsip musyawarah, prinsip

keterbukaan dan prinsip kerjasama, dengan adanya prinsip-prinsip tersebut

yang secara tidak langsung diadopsi dari Al-Qur’an diharapkan agar OJK

nanti memiliki manajemen kelembagaan yang baik.

B. Saran-saran

1. Sebelum OJK terbentuk, alangkah baiknya jika pemerintah, khususnya

pemilik otoritas dari tiap industri keuangan seperti Bapepam-Lk maupun

Page 76: PERSPEKTIF BAPEPAM-LK TERHADAP RUU OJK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4783/1/DIAN... · PERSPEKTIF BAPEPAM.LK TERHADAP RUU OJK DALAM BIDANG PENGAWASAN PASAR

68

BI lebih menguatkan fungsi pengaturan maupun pengawasannya, agar jika

OJK terbentuk nanti tidak sulit untuk melakukan adaptasi lagi, karena

otoritas sebelumnya sudah kuat jadi OJK tinggal melanjutkan saja.

2. Perbedaan pendapat dalam menentukan Dewan Komisioner antara

pemerintah dengan DPR sebaiknya jangan terus berlanjut, karena industri

keuangan kita butuh OJK jika OJK tidak ada kepastian pastinya pengaturan

dan pengawasanpun tidak akan berjalan dengan baik.

3. Hendaknya DSN tetap dilibatkan dalam membuat regulasi ataupun

mengeluarkan fatwa-fatwa terkait pasar modal syariah meski OJK

terbentuk nanti karena DSN mempunyai kemampuan untuk membuat atau

memutuskan peraturan dari segi syariah agar pasar modal syariah dapat

berkembang lebih baik.

4. Jika memang OJK sudah sepatutnya dibentuk maka sebaiknya pemerintah

dan DPR mempercepat pengesahan RUU OJK menjadi UU agar bisa

ditindak lanjut dengan segera, terlebih lagi pembentukan OJK ini sudah

melewati batas waktu yang diamanatkan UU No.3 tahun 2004 tentang BI,

yaitu 31 desember 2010, jangan sampai OJK batal dibentuk karena tidak

memiliki titik temu atau bahkan terjadi amandemen dari UU tentang BI

tersebut untuk kesekian kalinya yang mungkin kelak akan mencoreng

kinerja pemerintah dan DPR hanya karna ketidak seriusan dalam

membentuk OJK.

Page 77: PERSPEKTIF BAPEPAM-LK TERHADAP RUU OJK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4783/1/DIAN... · PERSPEKTIF BAPEPAM.LK TERHADAP RUU OJK DALAM BIDANG PENGAWASAN PASAR

69

Daftar Pustaka

Al-Qur’an Al-Karim

Arhesa, Ade dan Hendiman, Edia. Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank, Jakarta, PT. Indekx Kelompok Gramedia, 2006.

Gemala, Dewi, Aspek-Aspek Hukum Dalam Perbankan dan Perasuransian Syariah di Indonesia, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006.

Huda, Nurul dan Nasution, Mustafa Edwin. Investasi Pada Pasar Modal Syariah, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007.

Kementrian Keuangan Republik Indonesia, Badan Pengawas Pasar Modal, Master Plan Pasar Modal Dan Industri Keuangan Non Bank 2010-2014.

Irsan, M. Nasarudin dan Surya, Indra. Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia, Jakarta: Kencana, 2004.

Nasution, Mustafa Edwin, Pengenalan Eksklusif: Ekonomi Islam, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010, Cet. Ke-3.

Pramono, Nindyo, Pengantar Tentang Pasar Modal Di Indonesia, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1997.

Sholahuddin, Muhammad dan Hakim, Lukman. Lembaga Ekonomi dan Keuangan Syariah Kontemporer, Surakarta: Muhammadiyah University Press, 2008.

Sulistio, Tito, Mencari Ekonomi Pro Pasar: Catatan Tentang Pasar Modal, Privatisasi dan Konglomerasi Lokal, Jakarta: The Investor, 2004.

Soemitra, Andri, Bank dan Lembaga Keuangan, Jakarta: Kencana, 2009.

Sutaryono, Paul, “Pengawasan Bank Tetap di BI atau OJK?”, Bank Dan Management, no.112 Maret-April 2010.

Tim Panitia Antar Departemen Rancangan Undang-Undang Tentang Otoritas Jasa Keuangan, Naskah Akademik Pembentukan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Jakarta: 2010.

http://www.ojk-indonesia.info/tentang_ojk

Page 78: PERSPEKTIF BAPEPAM-LK TERHADAP RUU OJK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4783/1/DIAN... · PERSPEKTIF BAPEPAM.LK TERHADAP RUU OJK DALAM BIDANG PENGAWASAN PASAR

70

http://bataviase.co.id/node/539930

“RUU OJK terhambat komposisi DK”, diakses pada tanggal 23 Juni 2011 dari http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2011/05/26/13414142/RUU.OJK.Terhambat.Komposisi.DK

“Sejarah Pasar Modal Syariah”, diakses pada tanggal 13 juni 2011 dari http://www.bapepam.go.id/syariah/sejarah_pasar_modal_syariah.html

http://www.ojk-indonesia.info

“OJK Tidak Mengubah Peran Otoritas”, diakses Pada Tanggal 17 Juni 2011 dari Http://Bataviase.Co.Id/Node/104094

Samwise Prodo, “Perkembangan Pasar Modal Syariah Di Inidonesia”, artikel diakses pada tanggal 22 Juni 2011 dari: Http://Id.Shvoong.Com/Business-Management/Investing/2105937-Perkembangan-Pasar-Modal-Syariah-Di/#Ixzz1pzl735vl

www.legalitas.org

Page 79: PERSPEKTIF BAPEPAM-LK TERHADAP RUU OJK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4783/1/DIAN... · PERSPEKTIF BAPEPAM.LK TERHADAP RUU OJK DALAM BIDANG PENGAWASAN PASAR

KEMENTERIANAGAMAUNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)SYARIF HIDAYATULLAH JAKAR'TA

FAKULTAS SYARIAII DAN HUKUM

Jln. lr. H. Juanda No.95 CioutaiJal€da 15412.lndonssiar6lp. 162-21) 747 11537 ,7401925 FeD<. (62-21) 7491821Webslt€ : www'uinjK-ac.E E"mail : syar [email protected]

I r l - .

LTIT I

Nomor : Un.01/ Fal PP .01.1. / tl L\ / 2011,Lamp :1 (satu) Berkas ProposalHal : Mohon Kesediaan menjadi Pembimbing Skripsi

NamaNIMProdi/Konsentrasi

Judul Skripsi

Jakarta,3 Mei 2011 M29 Jumadal Ula 1432 H

Yang TerhormatBapakP r o f . D r . H . V . A m i n s u m a . 5 H , M { , M \ 4Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Jakaria

Assnla 1l1nLaikun wa/ahmatullah uabnrakatut.Pimpinan Fakultas Syariah dan Hukum UIN SyadJ Hidayatullah Jakaftamengharapkan kesediaan Saudara untuk menjadi pembimbing sk psi mahasiswa:

Dian Pufri Waryati107046101E66Muamalat/Perbankan SyariahPerspektif BAPEPAM Terhadnp Ranc ryan lJndang

U Cnng Otaritis I!1s4 Keuallgan (Ru1-1OIK) (tatdnL BidingPengmoasan Pnsnr Madt Sllnrinh

Beberapa hal yang dapat djpertilnbangkan adalah sebagai berikut:L Topik bahasan da11 a I litrc dimana perlu dapai diadakan perubahan dan

PetyernPurnaan.2. Teknih penulisan s[paya memjuk kepada buku "pectornar penulisan Skripsr

Fakultas Syariah darl Hukum UIN Syarif Hidayatuttah lakara,,

Demikianlah atas kesediaan saudara kami ucapkan krnna kasih.

Wassalant nlnik nunrdl atulltihi udbnrakautLi Muamalat (Ekonomi Islam)

Ag2002 41

Tembusan'

Disampaikan dengan hormat kepada:L Kasubag Akadernik & Kemalrasiswaan Fakrlltas Syariah dan Hukum2. Sekreiaris Progiam Studi Muamalat Fakultas Syariah dan Flukumi. .frsip

rGtua Procr:m

;: i;iir'

-t;'jirri(\

Page 80: PERSPEKTIF BAPEPAM-LK TERHADAP RUU OJK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4783/1/DIAN... · PERSPEKTIF BAPEPAM.LK TERHADAP RUU OJK DALAM BIDANG PENGAWASAN PASAR

KEMENTERIAN AGAMALTNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

JLn. l r H . Juanda No.95 C ip l l . l Jakda 15412Indonos iaTeLo.(62-2r I747 r1537,7401925Fat (62 21J7491821wdo5 l€. [email protected]<l a( rd E-na I syar-fLluir@v€hoo @m

Nomor : Un.01/F.1/ KM.00.02/2198 /207ILamPlran r -

Hal : Permohonan Data/ Wawancara

Kepada YthKepala Humas BapepamDi_

Tempat

As s aLafiu' alaikum W r.1,h.

Pimpina]r Fakultas Syariahmenerangkan bahwa:

NamaNomor PokokTempat/Tanggal LahirSernester

JLtrusal\/ Konsentr asi

Telp /Hp

J,rrti 2A-1,1,

dan Hukum UIN SyaiJ Hidayatullai Jakarta

Dian Pufi Waryati107046101866

Jakarta, 10 Mei 1990Vlll (Delapan)Muamalat /Perbankan SyariahJl. H. Kacit Rt.002/09 Rengas No.6 , Ciputat Timur TangerangSelaian 15412085710645410

adalah benar mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakartayang sedang menyelesaikan skripsi dengan Topik/ Judul :

" Perspektif Bapepam Terhadap RUU OII( Dalam Bidang pengawasall pasar MoiLalSlariah "

untuk melengkapi bahan/ data yang berkaitan dengan penulisan/ pembahasan topik /Judul di atas, dimohon kiranya Bapak/ Ibu/ Saudara/ i dapat membantu/ menedmayang bersangkutan untuk berwawancara.

Atas kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/i, kami ucapkan banyak terima kasih.

I,'Jnssr ln nu i nlni kunt lNr.Wb.

A.n DEKAN,. Akadqrk-

Mukri Aji, M.A.21985031003

Page 81: PERSPEKTIF BAPEPAM-LK TERHADAP RUU OJK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4783/1/DIAN... · PERSPEKTIF BAPEPAM.LK TERHADAP RUU OJK DALAM BIDANG PENGAWASAN PASAR

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIABADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

SEKRETARIAT BADAN

GEDUNG SUIUITRO OJOJONADIKUSUI\]IO, JL. LAPANGAN BANTENG TIMUR NO,1-1, JAKARTA 10710TELEPON 33s3001; FAKSIMILE 3357917; S|TUSw.bapepam.so.id

NomorSifatHal

NamaNIM

Tembusan Yth:1. Sekretaris Badan;2. Kabag. KSI & Humas.

s - 4l tBL.o14t2oi jBiasaSurat Keterangan Riset

lq J 2011

Yth. Pembantu Dekan Bidang AkademikulN Syadf Hidayatullah JakartaJl. lr . H. juanda No. 95 CiputatJakada 15412

lllenunjuk su|at SaudaE Noi Un.01/F4|KM.00 .021375812011 , Ianggal 20 Juni2011 yang kami terima melalui mahasiswa Saudara pada tanggal 21 Juni 2011perihal Permohonan DataMawancara, dengan ini kami beritahukan bahwamahasiswa Sauda|al

: Dian Putri Waryati: '107046707866

Jurusan / Konsenkasi : Muamalat / Perbankan Syariah

telah melakukan penelitian (mengumpulkan data) dan wawancafa di BadanPengawas Pasar lvlodal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK), KementerianKeuangan R.l. pada bulan Juni 20'1'1, dalam rangka penyusunan skripsi denganjudul:

"Perspektif Bapepam Terhadap RUU OJK Dalam Bidang PengawasanPasar Modal Syariah"

Demikian surat keterangan ini dibuat untuk digunakan sebagaimanamestrnya.

a.n. Kabag.KerjasamalntemasionaldanHubungan Masyarakai

Page 82: PERSPEKTIF BAPEPAM-LK TERHADAP RUU OJK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4783/1/DIAN... · PERSPEKTIF BAPEPAM.LK TERHADAP RUU OJK DALAM BIDANG PENGAWASAN PASAR

Hasil Wawancara

Perspektif Bapepam-Lk Terhadap RUU OJK Dalam Bidang Pengawasan Pasar

Modal Syariah

Narasumber : Luthfy Zain Fuady

Jabatan : Kepala Bagian Hukum Pengelolaan Investasi Bapepam-Lk

Hari/tanggal : Senin, 18 Juli 2011

Tempat : Ruang Rapat Biro Perundang-undangan dan Hukum Bapepam-Lk

Gedung Sumitro Djojohadikusumo, JL. Lapangan Banteng Timur

No.1-4, Jakarta 10710

Pertanyaan dan jawaban:

Tanya :(Dengan melihat judul skripsi penulis, narasumber langsung memberikan

pendapatnya terkait judul yang diangkat)

Jawab : Sebenarnya itu diskusi yang tidak perlu dalam membedakan perbankan

syariah atau perbankan konvensional sebetulnya tidak ada itu perbankan

syariah, karena yang dilakukan bank syariah bukan bank, bukan

kegiatan bank, mengumpulkan dana dari masyarakat dan menyalurkan

ke masyarakat. Semuanya berbentuk pembiyaan syariah, sebetulnya

tidak ada itu hubungan antara kreditor dan debitor. Nah, di pasar modal

itu juga tidak ada pasar modal syariah atau tidak syariah itu tidak ada,

dimanapun tidak ada. Pada satu produkpun bisa jadi syariah dia tanpa

dia dinyatakan syariah . suatu barang dia halal tanpa disebut dia halal,

syariah itukan lidzatihi, itu dia halal atau haram, atau juga bisa karena

lighairihi atau karena bukan karena zat atau bendanya itu, tapi karena

akad-akad diperolehnya benda itu. Di pasar modal juga begitu, kita tidak

Page 83: PERSPEKTIF BAPEPAM-LK TERHADAP RUU OJK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4783/1/DIAN... · PERSPEKTIF BAPEPAM.LK TERHADAP RUU OJK DALAM BIDANG PENGAWASAN PASAR

pernah bicara konteks pasar modal syariah dalam suatu sistem, tidak

ada. Suatu hal, contohlah saham, saham inisecara esensi dia halal tanpa

pernah disebut dia halal atau haram, PT. Indosat, PT. Telkom, dll. Dia

itukan tidak pernah menyatakan “saham saya halal”, tapi kita melihat di

nisbah, eh bukan nisbahnya ya, leveragenya antar hutang syariah dan

hutang non syariah, bisnisnya cuma telepon selular, jadi orang bisa

melihat halal tanpa pernah si “Telkom” menyatakan “produk saya ini

halal”. Dalam artian, ketika indosat menerbitkan sukuk obligasi syariah,

indosat misalnya bisa tidak yang halal itu berubah menjadi haram,

menjadi tidak syariah?, mungkin, jadi dipasar modal itu tidak pernah

ada pembedaan antara syariah dengan yang tidak syariah. yang penting

adalah kalu orang sudah mendeclaire dirinya syariah maka dia akan

tetap syariah tetapi menjadi syariah tidak ada urusannya dengan pasar

modal hingga menjadi syariah itu sendiri. Tetapi who one, seseorang

menyatakan “produk saya adalah syariah” dan kemudian menjual

produk itu di pasar modal dia mesti mengguaranty bahwa produk dia itu

syariah, kita tidak pernah mempertanyakan “kenapa produk anda tidak

syariah”, karena awalnya tidak bilang syariah tapi sekali anda bilang

syariah maka tugasnya legulator adalah memastikan atau mendorong

untuk menjaga dirinya (perusahaannya) tetap syariah, karena orang yang

mebeli produk itu kan dulu membeli dengan pandangan syariah “saya

membeli itu karena memang dia menyatakan syariah, kalau dia tidak

pernah bilang syariah maka saya akan membeli yang lain yang mungkin

syariah”. Misalnya saya investor, didatangi untuk membeli obligasi

indosat syariah, satu lagi didatangi untuk membeli saham Telkom,

syariah dan bukan syariah kan, saya beli dua-duanya. Pada efek syariah

walaupun tanpa bilang saya beli efek syariah, artinya apa tujuan saya

beli itu adalah saya tidak berpikir syariah atau tidak syariah. nah

kebetulan saja pas saya bawa pulang kerumah ternyata syariah, tapi

Page 84: PERSPEKTIF BAPEPAM-LK TERHADAP RUU OJK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4783/1/DIAN... · PERSPEKTIF BAPEPAM.LK TERHADAP RUU OJK DALAM BIDANG PENGAWASAN PASAR

ketika saya beli sukuk atau obligasinya indosat yang memang niat saya

beli itu adalah syariah. nah niat saya itu harus dijaga oleh si penerbit

(emiten), pemerintah dalam hal ini harus menjaga agar penerbit itu tetap

pada janjinya, Telkom misalnya, ketika dia berubah menjadi syariah,

tidak ada urusan dengan regulator karena orang yang beli Telkom tidak

ada yang berniat membeli efek syariah tapi karena dia ngasih untung

aja.

Tanya : Adakah kemungkinan Pasar Modal Syariah memiliki UU sendiri?

Jawab : Bapepam itu sendiri tidak punya (bukan tidak punya), disebut

kewenangan khusus tentang pengawasan pasar modal syariah tetapi

tidak disebut itu bukan berarti tidak punya. Seperti Telkom tadi, tidak

disebut bukan berarti tidak syariah, bisa jadi Telkom itu syariah tanpa

dia sebut syariah. bapepam juga tudak menyebut secara khusus tentang

kewenangan di Undang-Undang (lho yaaaa). Karena tidak disebut dalam

Undang-Undang maka dapat dilihat pada peraturan No. IX.A.13 dan

IX.A.14 (tentang akad-akad yang digunakan untuk penerbitan efek-efek

syariah dipasar modal syariah). pada huruf f diterangkan kewenangan

bapepam mengeluarkan daftar efek syariah. No. 3 ada kalimat

emitennya itu menyatakan sahamnya syariah, maka huruf b. ketika

emiten dari awal sudah menyatakan dirinya itu sudah syariah maka

kemudian selanjutnya harus tetap syariah… (no. IX.A.14)

Tanya : Bagaimana kewenangan pengawasan Bapepam terhadap Pasar Modal

Syariah?

Jawab : Inikan dunia yang bukan dibungkus dengan agama, jadi boleh-boleh saja

syariah atau konvensional, tidak ada problem disini. Jadi disini hanya

muamalah dan pilihan, ketika dia pindah dari syariah ke konvensional

misalnya prostitusi tidak apa-apa asal RUPS nya setuju, yang tadinya

Page 85: PERSPEKTIF BAPEPAM-LK TERHADAP RUU OJK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4783/1/DIAN... · PERSPEKTIF BAPEPAM.LK TERHADAP RUU OJK DALAM BIDANG PENGAWASAN PASAR

beli karena syariah dan ternyata besok bukan syariah harus dikasih tau

kalau besok bukan syariah. jadi kalau saya beli daftarnya itu syariah

maka saya punya waktu untuk melakukan devestasi saya, pilihannya

saya menjual karena bukan syariah atau menjadi bagian yang bukan

syariah , membuat diri saya tidak taat pada peraturan agama kalau dari

awal pertimbangan saya membeli efek karena syariah. Tetapi yang tidak

boleh adalah membuat orang lain tidak taat pada agamanya tanpa

diberitahu, inilah mekanisme yang dibuat jangan sampai orang tau itu

menyangka dirinya memiliki efek syariah namun ternyata bukan efek

syariah itu yang tidak boleh, tulah perannya bapepam dalam

pengawasan. Kewenangan Bapepam dapat juga dilihat di peraturan

No.X.K.2 (tentang laporan keuangan, dilaporan keuangan itu ada rasio-

rasio misalnya rasio antara pembiayaan yang diperoleh dari hutang,

ribawi kalau pake bunga dengan pembiayaan perusahaan yang bukan

ribawi, misalnya equitas saham kalau 20% pembiayaan ribawi maka

sudah keluar dari prinsip syariah, setiap setengah tahun kita meriview

laporan keuangan dan ini sudah keluar dari prinsip syariah karena

dulunya dia (emiten) mengatakan sahamnya akan dikelola sesuai

syariah. Dalam hal reksa dana (syariah), bank custodian yang menjadi

wasitnya bahwa manajer investasi yang mengelola dana itu apakah

sesuai dengan kontraknya atau tidak. Dalam kontraknya dia bisa bilang

adalah syariah, ketika dia melenceng-melenceng maka yang “meniup

pluit” pertama kali bukan Bapepam tetapi Bank Kustodian, bukan untuk

kepentingan emiten saja, tapi untuk kepentingan pemegang reksadana,

artinya apa, bank kustodian ini dia melaksanakan fungsi-fungsinya

Bapepam dalam melaksanakan perlindungan. Kadang-kadang kita

(Bapepam-Lk) itu bisa pinjem “kepanjangan tangan”, contohnya Bank

Kustodian utnuk melakukan pengawasan manajer investasi. Bank

kustodian wajib menolak apabila ada efek non syariah masuk, inilah

Page 86: PERSPEKTIF BAPEPAM-LK TERHADAP RUU OJK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4783/1/DIAN... · PERSPEKTIF BAPEPAM.LK TERHADAP RUU OJK DALAM BIDANG PENGAWASAN PASAR

mekanisme pengawasan yang tidak dilakukan secara langsung oleh

Bapepam akan tetapi oleh Bank Kustodian. Lahirnya Bank Kustodian

ini dari peraturan Bapepam, ini mekanisme dari pengawasan Bapepam,

nah ini semua akan beralih ke OJK jadi aman-aman saja.

Tanya : Bagaimana fungsi pengawasan Bapepam jika OJK benar terbentuk?

Jawab : Saya bilang RUU OJK, pengawasannya akan tetap efektif bila OJK

benar terbentuk, tidak ada kewenangan yang hilang jika menjadi OJK.

Makin kuat dia, hilang tidak, karena kita gabung dengan bank, kan

makin banyak tuh produk yang bersinggungan pasti lebih baik.

Tanya : Akankah undang-undang ataupun peraturan yang ada di Bapepam akan

tetap berlaku, atau akan ada peraturan yang baru?

Jawab : Oh ya jelas, malah lebih kuat, karena OJK punya kewenangan untuk

bikin peraturan.

Tanya : Bagaimana dengan pembentukan OJK itu sendiri?

Jawab : OJK itu adalah fungsi pemerintah.

Yang bertandatangan dibawah ini,

Narasumber Peneliti

Luthfy Zain Fuady Dian Putri Waryati

Page 87: PERSPEKTIF BAPEPAM-LK TERHADAP RUU OJK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4783/1/DIAN... · PERSPEKTIF BAPEPAM.LK TERHADAP RUU OJK DALAM BIDANG PENGAWASAN PASAR

Hasil Wawancara

Perspektif Bapepam-Lk Terhadap RUU OJK Dalam Bidang Pengawasan Pasar

Modal Syariah

Narasumber : Muhammad Touriq

Jabatan : Kepala Bagian Pengembangan Kebijakan Pasar Modal Syariah

Bapepam-Lk.

Hari/tanggal : Senin, 25 Juli 2011

Tempat : Ruang Kepala Bagian Pengembangan Kebijakan Pasar Modal

Syariah

Gedung Sumitro Djojohadikusumo, JL. Lapangan Banteng Timur

No.1-4, Jakarta 10710

Pertanyaan dan jawaban:

Tanya : Bagaimana mekanisme pengawasan terhadap produk-produk pasar modal

syariah yang dilakukan Bapepam?

Jawab : Pengawasannya (pasar modal syariah) dilakukan oleh biro-biro terkait,

disini hanya membuat kebijakan, kemudian nanti kita design ruler atau

regulasi, nanti itu yang pake adalah temen-temen dibiro teknis dan

investasi. Nanti mereka yang mengusulkan dan yang mengawasi juga

mereka.

Jawab : Jadi sebenernya fungsi kita adalah level pembuat draft kebijakan, jadi kita

mendesign sebuah aturan , itu dari kita, jadi kita tidak berdiri sendiri

dalam menyusun itu (peraturan) karena yang mengetahui nature

indistrinya adalah biro-biro teknis terkait, misalnya kalau bicara tentang

reksa dana syariah, kalau bicara tentang reksa dana itu adanya di biro

teknis dan investasi, mereka yang tau industri dari itu (reksadana) seperti

apa, mereka yang mengexpose Terhadap pelakunya, mereka yang

Page 88: PERSPEKTIF BAPEPAM-LK TERHADAP RUU OJK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4783/1/DIAN... · PERSPEKTIF BAPEPAM.LK TERHADAP RUU OJK DALAM BIDANG PENGAWASAN PASAR

mempunyai komunikasi dengan asosiasi-asosiasinya, sehingga yang tau

nature dari industrinya adalah mereka. Kita sebagai supporting hokum,

nanti kita bekerjasama dengan mereka (DSN-MUI) di internal Bapepam-

LK kita selalu komunikasi dengan mereka, kira-kira apa si yang

dibutuhkan oleh pelaku pasar, khususnya misalnya dalam pengaturan

industri reksadana syariah, harus diatur portofolionya segala macam,

nanti kita design draftnya, nanti kita diskusikan lagi, kemudian nanti

setelah kita sepakati sebuah draft peraturan baru kita masukan ke biro

perundang-undangan dan badan hukum. Nanti mereka yang memproses,

jadi level kita sampe disitu. Jadi bagaimana si kalau ada pihak yang mau

menerbitkan sukuk atau koorporasi nanti kita bikin aturannya dengan biro

penilaian perusahaan. Kita bikin ruler dan regulasinya, kita bikin batasan-

batasannya segala macam dari mulai pembuatan sampai produk itu di

launching.

Jadi bagaimana pengawasan-pengawasannya itu diatur diaturan kita, nanti

yang menggunakannya adalah biro, mereka yang mengawasi, kita tidak

mengawasi jadi kita hanya murni membuat ruler.

Tanya : Dalam pembuatan peraturan, Bapepam bekerjasama dengan DSN-MUI,

sejauh mana kerjasama yang terjalin?

Jawab : Kami sebagai regulator dipasar modal tentunya menyadari bahwa

kompetensi atau wilayah kerja kita adalah dari segi industrinya. Ruler,

regulasi ngertilah kita, tapi begitu masuk ke syariah mungkin temen-

temen di Bapepam-Lk sebagian mengetahui hanya sisi umumnya saja,

fiqh muamalat itu apa segala macem. Pengetahuan-pengetahuan itu

temen-temen di Bapepam-Lk memiliki tetapi tidak begitu detail,

bagaimana mekanisme ijtihad segala macam itu memang bukan

wilayahnya kita, bukan kompetensinya kita. Karena itu dibangunlah

kerjasama dengan Dewan Syariah Nasional (DSN) MUI, ketika misalnya

Page 89: PERSPEKTIF BAPEPAM-LK TERHADAP RUU OJK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4783/1/DIAN... · PERSPEKTIF BAPEPAM.LK TERHADAP RUU OJK DALAM BIDANG PENGAWASAN PASAR

ada yang menyangkut aspek fiqh muamalat dan syariahnya kita akan

menyerahkan kebijakan itu kepada DSN-MUI, tetapi tentunya tidak serta

merta prosesnya terpisah jadi kita selalu komunikasikan, intinya kita

sama-sama, jadi bukan DSN sendiri, mereka mengekspor kita sama-sama,

nah adakan rapat secara reguler bukan hanya level penulisan regulasi,

ketika kita mengkaji saja yang baru tahap kajian kita juga mengundang

mereka sebagai narasumber, kita sharelah pendapat kita dan mereka, jadi

istilahnya komunikasi kita seperti itu. Kemudian ada produk kita yang

namanya daftar efek syariah kita menelaah dari sisi bener-bener

keuangannya segala macem, kita punya tim disini jadi ketika ada satu titik

ada problem dari syariah yang mungkin sebenarnya kita paham tapi kita

sadar ini bukan kompetensi kita, jadi kita angkat sama-sama dengan DSN.

Dari situ muncullah komunikasi ada pendapat-pendapat yang diberikan

DSN, jadi kita sepakati, demikian juga sebaliknya ketika DSN ingin

menerbitakan sebuah fatwa yang terkait dengan pasar modal, kemudian

DSN ingin melihat secara komprehensip, kompetensi DSN itu memang di

syariah tetapi untuk melakukan ijtihad tentunya mereka butuh informasi

yang komprehensip tentang masalah atau isu yang sedang diangkat

misalnya fatwa terakhir tentang mekanisme perdagangan saham fatwa

No. 80 atau fatwa tentang obligasi syariah, mereka mencari tau tentang

obligasi syariah dan nanti kita berikan informasi sepenuhnya kepada DSN

bagaimana mekanismenya. Ketika DSN sudah paham, baru mereka cari,

ini sebenarnya dilarang gx si, bertentangan gx si, jadi kalau misalnya ada

1 item yang menjadi khilafiyah (perbedaan pendapat) ada yang bilang

boleh ada yang bilang tidak boleh nanti akan timbul khilafiyah, beda

pendapat nanti ada dalil-dalinya, mana si yang boleh atau tidak. Nanti ada

satu titik siding pleno yang mengexplore itu dibadan harian DSN, tapi ada

satu titik siding pleno yang memutuskan apakah itu terlarang atau boleh

kalau yang sudah pasti. Selalu beriringan sampai sidang pleno pun

Page 90: PERSPEKTIF BAPEPAM-LK TERHADAP RUU OJK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4783/1/DIAN... · PERSPEKTIF BAPEPAM.LK TERHADAP RUU OJK DALAM BIDANG PENGAWASAN PASAR

regulasi duduk walaupun perannya supporting hanya menjelaskan.

Misalnya dipleno menanyakan “apa si yg dimaksud dengan match atau

reaksi harga?” kan mereka gx paham tuh, disitulah peran kita

menjelaskan hingga mereka paham disandingkanlah dengan dalil-dalil

yang ada. Posisinya itu bukan ….. tapi memang bener-bener terus sampai

dengan terkhir bukan dioper-operan gitu, jadi memang beriringan yang

selama ini kiami lakukan sejak tahun 2004 sejak ada unit eselom buat

syariah ini.

Tanya : Apakah OJk memang harus sudah dibentuk?

Jawab : Saya sebagai bagian dari Bapepam-Lk akan mendukung apa yang sedang

diperjuangkan menteri keuangan dan pemerintah bahwa OJK itu perlu

dibentuk.

Tanya : Dalam RUU OJK tidak dijelaskan secara detail, tidak ada pembedaan

antara industri keuangan konvensional ataupun syariah, bagaimana

menurut anda?

Jawab : Menurut saya OJK ini akan menjadi payung hukum sehingga saya tidak

perlu merasa khawatir kalau syariah akan tertinggal. Karena nanti setelah

OJK nya ada akan ada undang-undang bawahannya, untuk apa khawatir

karena industri kita sama ko’, bank ada bank konvensional, asuransi,

pasar modal juga ada syariah, hingga ini (OJK) akan menaungi secara

hukum. Yang namanya industri keuangan akan masuk disini (OJK) baik

konvensional maupun syariah, kenapa kita jadi khawatir, karena kita

sudah pasti masuk, seperti kita di Indonesia masa kita takut tidak diakui,

kita tidak perlu secara eksklusif menyebutkan itu, gx perlu, karena yang

kita susun adalah pengawasan industri keuangan.

Page 91: PERSPEKTIF BAPEPAM-LK TERHADAP RUU OJK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4783/1/DIAN... · PERSPEKTIF BAPEPAM.LK TERHADAP RUU OJK DALAM BIDANG PENGAWASAN PASAR

Tanya : Perlukah peraturan atau UU tersendiri tentang pasar modal syariah?

Jawab : Peraturannya sekarang udah ada, sekali lagi, kita adalah bagian dari

industri tidak perlu ada hal-hal yang dikhawatirkan seperti memisahkan

diri kemudian kita eksklusif, kita terbuka untuk siapapun selama UU itu

bisa mengakomodasi, jadi tidak ada hambatan.

Tanya : Jadi, cukup dengan UUPM tahun 1995?

Jawab : Bukan hanya fatwa, regulasi kita cukup untuk membuat pasar modal

syariah, Memang peraturan kita sudah memungkinkan untuk melakukan

untuk apa saja. Kalau seandainya nanti ada keuangan yahudi y bisa saja,

jadi UU kita benar-benar terbuka, karena UU nya mungkin berbeda

dengan UU perbankan. Di UU perbankan disebutkan jelas bahwa bank itu

adalah menghimpun dana masyarakat kemudian disalurkan dalam bentuk

kredit, kredit itu dalam bentuk hutang piutang dengan maminta imbalan

berupa bunga, disebutkan seperti itu. Jadi kalau syariah mau masuk ya

tidak bisa, maka dibentuklah Undang-undang pervbankan syariah. jadi

UU yang eksis tentang mengakomodasi semua unsure berbeda dengan

pasar modal, dulu UU SUN No.24 tahun 1992tentang surat utang Negara,

disitu jelas bahwa pemerintah republik Indonesia bisa mengambil

pendanaan dari masyarakat dalam bentuk surat hutang yang dimana

pemerintah itu mengembalikan pokoknya dan membayar bunga. Surat

berharga yang tanpa bunga itu tidak bisa karena akan melanggar UU

SBSN, jadi dibentuklah UU baru. Jika selama ini UU yang kita bikin

memungkinkan kita untuk masuk, bikin aja produk, kecuali UU ini

menutup.

Page 92: PERSPEKTIF BAPEPAM-LK TERHADAP RUU OJK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4783/1/DIAN... · PERSPEKTIF BAPEPAM.LK TERHADAP RUU OJK DALAM BIDANG PENGAWASAN PASAR

Tanya : Bagaimana kerjasama dengan DSN setelah OJK terbentuk?

Jawab : Kerjasama dengan DSN seperti sekarang aja kenapa mesti dikhawatirkan,

dan apa urgensinya kita membuat DSN baru, DSN sudah ada kenapa

mesti dibentuk lagi.

Tanya : Apakah keberadaan OJK ini penting?

Jawab : Faktanya OJK ini memang diperlukan, argumennya ada di naskah

akademik RUU OJK, itulah argumennya, argumennya sudah cukup kuat.

Yang bertandatangan dibawah ini,

Nara sumber Peneliti

Muhammad Touriq Dian Putri Waryati

Page 93: PERSPEKTIF BAPEPAM-LK TERHADAP RUU OJK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4783/1/DIAN... · PERSPEKTIF BAPEPAM.LK TERHADAP RUU OJK DALAM BIDANG PENGAWASAN PASAR

1

 

RANCANGAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

NOMOR TAHUN

TENTANG

OTORITAS JASA KEUANGAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang :

a. bahwa untuk mewujudkan perekonomian nasional yang mampu tumbuh secara berkelanjutan dan stabil, diperlukan industri jasa keuangan yang sehat, teratur, dan mempunyai daya saing yang tinggi;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, diperlukan otoritas jasa keuangan yang bertugas melaksanakan pengawasan yang dapat mengeluarkan peraturan yang berkaitan dengan tugas pengawasan terhadap perbankan, pasar modal, dan industri jasa keuangan non bank secara terpadu, independen, dan akuntabel;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b serta untuk melaksanakan ketentuan Pasal 34 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2009 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia Menjadi Undang-Undang yang mengamanatkan pembentukan lembaga pengawasan sektor jasa keuangan, perlu membentuk Undang-Undang tentang Otoritas Jasa Keuangan;

Mengingat :

1. Pasal 5 ayat (1), Pasal 20, dan Pasal 33 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3843) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2009 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Perubahan

Page 94: PERSPEKTIF BAPEPAM-LK TERHADAP RUU OJK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4783/1/DIAN... · PERSPEKTIF BAPEPAM.LK TERHADAP RUU OJK DALAM BIDANG PENGAWASAN PASAR

2

 

Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia Menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4962);

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

dan

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:

1. Dewan Komisioner adalah pimpinan otoritas jasa keuangan.

2. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan adalah peraturan tertulis yang dibentuk oleh Dewan Komisioner dan mengikat secara umum.

3. Peraturan Dewan Komisioner adalah peraturan tertulis yang dibentuk oleh Dewan Komisioner dan mengikat di lingkungan internal Otoritas Jasa Keuangan.

4. Peraturan Kepala Eksekutif adalah peraturan tertulis yang dibentuk oleh Kepala Eksekutif yang memuat aturan teknis dalam rangka pelaksanaan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan dan/atau Peraturan Dewan Komisioner dan mengikat secara umum.

5. Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya secara konvensional dan/atau berdasarkan prinsip syariah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang mengenai perbankan.

6. Pasar Modal adalah pasar modal sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang mengenai pasar modal.

7. Industri Keuangan Non Bank yang selanjutnya disingkat IKNB adalah kegiatan jasa keuangan yang disediakan oleh lembaga keuangan selain bank yang mencakup Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan, Lembaga Penjaminan, Pergadaian, Perusahaan Perasuransian, dan lembaga yang menyelenggarakan program jaminan sosial, pensiun, dan kesejahteraan yang bersifat wajib, serta industri keuangan non bank lainnya.

8. Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia sebagaimana dimaksud

Page 95: PERSPEKTIF BAPEPAM-LK TERHADAP RUU OJK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4783/1/DIAN... · PERSPEKTIF BAPEPAM.LK TERHADAP RUU OJK DALAM BIDANG PENGAWASAN PASAR

3

 

dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

9. Lembaga Penjamin Simpanan adalah Lembaga Penjamin Simpanan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang tentang Lembaga Penjamin Simpanan.

10. Peraturan Perundang-undangan di Bidang Jasa Keuangan adalah peraturan perundang-undangan di bidang perbankan, perbankan syariah, pasar modal, dana pensiun, lembaga pembiayaan, lembaga pembiayan ekspor, lembaga pembiayaan sekunder perumahan, lembaga penjaminan, pergadaian, usaha perasuransian, lembaga yang menyelenggarakan program jaminan sosial, pensiun, dan kesejahteraan yang bersifat wajib, atau industri keuangan non bank lainnya, termasuk peraturan pelaksanaannya.

11. Setiap orang adalah orang perseorangan atau korporasi.

BAB II

PEMBENTUKAN, TEMPAT KEDUDUKAN, DAN TUGAS

Pasal 2

(1) Dengan Undang-Undang ini dibentuk Otoritas Jasa Keuangan.

(2) Otoritas Jasa Keuangan adalah lembaga yang independen dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, bebas dari campur tangan pihak lain, kecuali untuk hal-hal yang secara tegas diatur dalam Undang-Undang ini.

Pasal 3

(1) Otoritas Jasa Keuangan berkedudukan di ibukota Negara Republik Indonesia.

(2) Otoritas Jasa Keuangan dapat mempunyai kantor di dalam dan di luar wilayah Negara Republik Indonesia yang dibentuk sesuai dengan kebutuhan.

Pasal 4

(1) Otoritas Jasa Keuangan melakukan tugas pengaturan dan pengawasan secara terpadu, independen, dan akuntabel terhadap:

a. kegiatan jasa keuangan di bidang Perbankan;

b. kegiatan jasa keuangan di bidang Pasar Modal; dan

c. kegiatan jasa keuangan di bidang IKNB.

(2) Tugas pengaturan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan berdasarkan ketentuan dalam Undang-Undang ini.

(3) Dalam hal Otoritas Jasa Keuangan mengeluarkan peraturan pelaksanaan kegiatan jasa keuangan di bidang Perbankan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, Otoritas Jasa Keuangan berkoordinasi dengan Bank Indonesia.

(4) Tugas pengawasan terhadap kegiatan jasa keuangan di bidang Perbankan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dilaksanakan oleh pengawas

Page 96: PERSPEKTIF BAPEPAM-LK TERHADAP RUU OJK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4783/1/DIAN... · PERSPEKTIF BAPEPAM.LK TERHADAP RUU OJK DALAM BIDANG PENGAWASAN PASAR

4

 

Perbankan. (5) Tugas pengawasan terhadap kegiatan jasa keuangan di bidang Pasar Modal

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dilaksanakan oleh pengawas Pasar Modal.

(6) Tugas pengawasan terhadap kegiatan jasa keuangan di bidang IKNB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dilaksanakan oleh pengawas IKNB.

BAB III

DEWAN KOMISIONER, KEPALA EKSEKUTIF DAN ORGAN PENDUKUNG DAN KEPEGAWAIAN

Bagian Kesatu

Dewan Komisioner

Pasal 5

(1) Dalam melaksanakan tugasnya, Otoritas Jasa Keuangan dipimpin oleh Dewan Komisioner.

(2) Dewan Komisioner sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bersifat kolektif.

(3) Dewan Komisioner mempunyai 7 (tujuh) orang anggota yang ditetapkan dengan Keputusan Presiden.

(4) Susunan Dewan Komisioner terdiri atas:

a. seorang ketua merangkap anggota;

b.3 (tiga) orang Kepala Eksekutif merangkap anggota; dan

c. 3 (tiga) orang anggota.

(5) Anggota Dewan Komisioner sebagaimana dimaksud pada ayat (3) berasal dari unsur:

a. Masyarakat berjumlah 2 (dua) orang yang satu diantaranya sebagai ketua;

b. Bank Indonesia berjumlah 1 (satu) orang yang merupakan ex-officio Deputi Gubernur Bank Indonesia;

c. Kementerian Keuangan berjumlah 1 (satu) orang yang merupakan ex-officio Pejabat setingkat eselon I Kementerian Keuangan; dan

d. Otoritas Jasa Keuangan berjumlah 3 (tiga) orang yang merangkap sebagai Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan, Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, dan Kepala Eksekutif Pengawas IKNB.

(6) Dalam hal terdapat calon Anggota Dewan Komisioner yang berasal dari unsur Otoritas Jasa Keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf d dinilai tidak mampu, calon Anggota Dewan Komisioner dapat berasal dari unsur masyarakat.

Page 97: PERSPEKTIF BAPEPAM-LK TERHADAP RUU OJK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4783/1/DIAN... · PERSPEKTIF BAPEPAM.LK TERHADAP RUU OJK DALAM BIDANG PENGAWASAN PASAR

5

 

(7) Anggota Dewan Komisioner sebagaimana dimaksud pada ayat (2) memiliki kedudukan yang setara.

Pasal 6

(1) Calon Anggota Dewan Komisioner yang berasal dari unsur masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (5) huruf a dipilih oleh Presiden berdasarkan usulan Menteri Keuangan untuk mendapat konfirmasi dari DPR.

(2) Calon Anggota Dewan Komisioner sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diusulkan oleh Menteri Keuangan kepada Presiden sebanyak 2 (dua) orang untuk setiap anggota Dewan Komisioner yang akan ditetapkan.

(3) Calon Anggota Dewan Komisioner yang merupakan ex-officio Deputi Gubernur Bank Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (5) huruf b, diusulkan oleh Gubernur Bank Indonesia melalui Menteri Keuangan kepada Presiden.

(4) Calon Anggota Dewan Komisioner yang merupakan ex-officio Pejabat setingkat Eselon I Kementerian Keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (5) huruf c, diusulkan oleh Menteri Keuangan kepada Presiden.

(5) Calon Anggota Dewan Komisioner yang merangkap sebagai Kepala Eksekutif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (5) huruf d, diusulkan oleh Dewan Komisioner melalui Menteri Keuangan kepada Presiden.

Pasal 7

(1) Anggota Dewan Komisioner sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) dan ayat (5) diangkat untuk masa jabatan 5 (lima) tahun dan dapat diangkat kembali untuk 1 (satu) kali dalam jabatan yang sama.

(2) Pengangkatan kembali Dewan Komisioner sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6.

Pasal 8

Syarat calon Anggota Dewan Komisioner yang berasal dari unsur masyarakat adalah sebagai berikut:

a. warga negara Indonesia;

b. memiliki akhlak, moral, dan integritas yang baik;

c. cakap melakukan perbuatan hukum;

d. tidak pernah dinyatakan pailit atau tidak pernah menjadi pengurus perusahaan yang menyebabkan perusahaan tersebut pailit;

e. sehat jasmani;

f. berusia paling tinggi 65 (enam puluh lima) tahun pada saat ditetapkan;

g. mempunyai pengalaman atau keahlian di bidang jasa keuangan;

Page 98: PERSPEKTIF BAPEPAM-LK TERHADAP RUU OJK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4783/1/DIAN... · PERSPEKTIF BAPEPAM.LK TERHADAP RUU OJK DALAM BIDANG PENGAWASAN PASAR

6

 

h. tidak memiliki benturan kepentingan di lembaga jasa keuangan;

i. bukan sebagai pengurus dari organisasi pelaku atau profesi di industri jasa keuangan;

j. tidak menjadi anggota partai politik; dan

k. tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana kejahatan.

Pasal 9

(1) Anggota Dewan Komisioner sebelum memangku jabatannya wajib mengucapkan sumpah atau janji menurut agama atau kepercayaannya di hadapan Mahkamah Agung.

(2) Bunyi lafal sumpah atau janji sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebagai berikut: “Saya bersumpah/berjanji bahwa saya, untuk menjadi anggota Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan langsung atau tidak langsung dengan nama dan dalih apapun tidak memberikan atau menjanjikan untuk memberikan sesuatu kepada siapapun”. “Saya bersumpah/berjanji bahwa saya, dalam melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatan ini, tidak akan menerima langsung atau tidak langsung dari siapapun sesuatu janji atau pemberian dalam bentuk apapun”. “Saya bersumpah/berjanji bahwa saya akan melaksanakan tugas dan kewajiban sebagai anggota Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan dengan sebaik-baiknya dan dengan penuh rasa tanggung jawab”. “Saya bersumpah/berjanji bahwa saya akan setia kepada negara, konstitusi, dan haluan negara”.

Pasal 10

(1) Anggota Dewan Komisioner tidak dapat diberhentikan sebelum masa jabatannya berakhir, kecuali apabila memenuhi alasan sebagai berikut:

a. meninggal dunia;

b. mengundurkan diri;

c. masa jabatannya telah berakhir dan tidak diangkat kembali;

d. berhalangan tetap sehingga tidak dapat melaksanakan tugas atau diperkirakan secara medis tidak dapat melaksanakan tugas lebih dari 6 (enam) bulan berturut-turut;

e. tidak menjalankan tugasnya sebagai anggota Dewan Komisioner lebih dari 3 (tiga) bulan berturut-turut, tanpa alasan yang dapat dipertanggungjawabkan;

f. tidak lagi menjadi Deputi Gubernur Bank Indonesia bagi anggota Dewan Komisioner yang berasal dari Bank Indonesia;

Page 99: PERSPEKTIF BAPEPAM-LK TERHADAP RUU OJK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4783/1/DIAN... · PERSPEKTIF BAPEPAM.LK TERHADAP RUU OJK DALAM BIDANG PENGAWASAN PASAR

7

 

g. tidak lagi menjadi pejabat setingkat eselon I pada Kementerian Keuangan bagi anggota Dewan Komisioner yang berasal dari Kementerian Keuangan;

h. tidak lagi menjabat sebagai Kepala Eksekutif

i. memiliki hubungan keluarga sampai derajat ke tiga dan semenda dengan anggota Dewan Komisioner lain dan tidak ada satupun yang mengundurkan diri dari jabatannya; atau

j. tidak lagi memenuhi salah satu syarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8.

(2) Pemberhentian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diusulkan oleh Dewan Komisioner melalui Menteri Keuangan kepada Presiden untuk mendapatkan penetapan.

Pasal 11

(1) Dalam hal terjadi kekosongan anggota Dewan Komisioner yang berasal dari unsur masyarakat karena alasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10, Presiden menetapkan anggota Dewan Komisioner yang baru dengan memperhatikan ketentuan Pasal 6 ayat (1), Pasal 7, dan Pasal 8.

(2) Anggota Dewan Komisioner yang baru sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan untuk masa jabatan 5 (lima) tahun.

Pasal 12

(1) Dalam hal terjadi kekosongan Ketua Dewan Komisioner, anggota Dewan Komisioner yang berasal dari unsur masyarakat bertindak sebagai pejabat sementara Ketua Dewan Komisioner sampai dengan ditetapkannya Ketua Dewan Komisioner yang baru.

(2) Dalam hal pada saat yang bersamaan terjadi kekosongan pada kedua anggota Dewan Komisioner yang berasal dari unsur masyarakat, Dewan Komisioner yang ada menunjuk salah satu anggota Dewan Komisioner sebagai pejabat sementara Ketua Dewan Komisioner sampai dengan ditetapkannya Ketua Dewan Komisioner yang baru.

(3) Pejabat sementara Ketua Dewan Komisioner sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mempunyai kewenangan yang sama dengan Ketua Dewan Komisioner.

(4) Dalam hal terjadi kekosongan anggota Dewan Komisoner yang merupakan salah satu Kepala Eksekutif, berdasarkan rapat Dewan Komisioner salah satu Deputi Eksekutif bidang tersebut ditunjuk sebagai pejabat sementara Kepala Eksekutif merangkap anggota dewan komisioner sampai dengan ditetapkannya Kepala Eksekutif yang baru.

(5) Anggota dewan komisoner yang merangkap sebagai kepala eksekutif yang baru sebagaimana dimaksud pada ayat (4) mempunyai kewenangan yang sama dengan Dewan Komisiner yang merangkap Kepala Eksekutif yang digantikan.

Page 100: PERSPEKTIF BAPEPAM-LK TERHADAP RUU OJK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4783/1/DIAN... · PERSPEKTIF BAPEPAM.LK TERHADAP RUU OJK DALAM BIDANG PENGAWASAN PASAR

8

 

Pasal 13

(1) Tugas pengaturan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) dilaksanakan oleh Dewan Komisioner.

(2) Dalam rangka melaksanakan tugas pengaturan, Dewan Komisioner mempunyai fungsi:

a. menetapkan kebijakan umum mengenai pelaksanaan tugas Otoritas Jasa Keuangan;

b. menetapkan peraturan dan keputusan Otoritas Jasa Keuangan; dan

c. melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas pengawasan yang dilakukan oleh Kepala Eksekutif.

(3) Dalam rangka melaksanakan fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Dewan Komisioner mempunyai wewenang:

a. menetapkan peraturan pelaksanaan Undang-Undang ini dan Peraturan Perundang-undangan di Bidang Jasa Keuangan;

b. menetapkan peraturan mengenai tata cara penetapan perintah tertulis terhadap pihak yang melakukan kegiatan jasa keuangan tertentu untuk melaksanakan atau tidak melaksanakan hal tertentu guna memenuhi ketentuan Peraturan Perundang-undangan di Bidang Jasa Keuangan;

c. menetapkan peraturan mengenai tata cara penetapan pengelola statuter jasa keuangan dalam rangka penyelamatan kelangsungan usaha lembaga keuangan tertentu dan perlindungan kepentingan nasabah, termasuk dalam rangka pemberantasan kejahatan keuangan yang dilakukan pihak di industri jasa keuangan;

d. menetapkan struktur organisasi dan infrastruktur Otoritas Jasa Keuangan;

e. menetapkan pengaturan mengenai tata cara pengenaan sanksi sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-Undangan di Bidang Jasa Keuangan; dan

f. mengawasi pelaksanaan tugas pengawasan yang dilaksanakan oleh Kepala Eksekutif.

Pasal 14

(1) Dalam rangka melaksanakan kewenangan sebagaimana dimaksud pada Pasal 13 ayat (3), Dewan Komisioner menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan, Peraturan Dewan Komisioner, dan/atau Keputusan Dewan Komisioner.

(2) Dewan Komisioner dapat mendelegasikan wewenang menetapkan peraturan pelaksanaan Undang-Undang ini dan Peraturan Perundang-undangan di Bidang Jasa Keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (3) kepada Kepala Eksekutif.

Page 101: PERSPEKTIF BAPEPAM-LK TERHADAP RUU OJK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4783/1/DIAN... · PERSPEKTIF BAPEPAM.LK TERHADAP RUU OJK DALAM BIDANG PENGAWASAN PASAR

9

 

Pasal 15 Anggota Dewan Komisioner tidak dapat menduduki jabatan pada lembaga lain, kecuali dalam rangka pelaksanaan tugas dan wewenang Otoritas Jasa Keuangan dan/atau penugasan berdasarkan peraturan perundang-undangan.

Pasal 16

(1) Antaranggota Dewan Komisioner dilarang mempunyai hubungan keluarga sampai derajat ketiga dan semenda.

(2) Jika antaranggota Dewan Komisioner terbukti memiliki hubungan keluarga sebagaimana dimaksud pada ayat (1), salah seorang di antara mereka wajib mengundurkan diri dari jabatannya dalam waktu 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak terbukti mempunyai hubungan keluarga.

(3) Dalam hal tidak ada satupun anggota Dewan Komisioner yang mengundurkan diri sebagaimana dimaksud pada ayat (2), semua anggota Dewan Komisioner yang mempunyai hubungan keluarta tersebut diberhentikan dari jabatannya oleh Presiden.

Pasal 17

(1) Dewan Komisioner melaksanakan rapat Dewan Komisioner secara berkala paling sedikit 1 (satu) bulan sekali atau sewaktu-waktu berdasarkan permintaan salah satu anggota Dewan Komisioner.

(2) Ketua Dewan Komisioner memimpin rapat Dewan Komisioner.

(3) Dalam hal Ketua Dewan Komisioner berhalangan, anggota Dewan Komisioner yang berasal dari unsur masyarakat memimpin rapat Dewan Komisioner.

(4) Dalam hal anggota Dewan Komisioner yang berasal dari unsur masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (3) berhalangan, berdasarkan kesepakatan antara anggota Dewan Komisioner, salah satu anggota Dewan Komisioner ditunjuk untuk memimpin rapat Dewan Komisioner.

(5) Rapat Dewan Komisioner dinyatakan sah apabila dihadiri paling sedikit 5 (lima) orang anggota Dewan Komisioner.

(6) Pengambilan keputusan Dewan Komisioner dilakukan berdasarkan musyawarah untuk mencapai mufakat.

(7) Dalam hal musyawarah untuk mencapai mufakat sebagaimana dimaksud pada ayat (6) tidak tercapai, keputusan ditetapkan berdasarkan suara terbanyak

(8) Setiap Rapat Dewan Komisioner dibuat risalah rapat yang ditandatangani oleh semua anggota Dewan Komisioner yang hadir.

(9) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyelenggaraan rapat Dewan Komisioner diatur dengan Peraturan Dewan Komisioner.

Page 102: PERSPEKTIF BAPEPAM-LK TERHADAP RUU OJK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4783/1/DIAN... · PERSPEKTIF BAPEPAM.LK TERHADAP RUU OJK DALAM BIDANG PENGAWASAN PASAR

10

 

Pasal 18

(1) Dewan Komisioner mewakili Otoritas Jasa Keuangan di dalam dan di luar pengadilan.

(2) Dewan Komisioner dapat menyerahkan kewenangan mewakili sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada salah satu anggota Dewan Komisioner, dan/atau kepada pejabat Otoritas Jasa Keuangan atau pihak lain untuk mewakili Otoritas Jasa Keuangan yang khusus dikuasakan untuk itu.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penugasan dan pemberian kuasa kepada pihak lain sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Dewan Komisioner.

Pasal 19

(1) Dewan Komisioner harus membuat kode etik Otoritas Jasa Keuangan.

(2) Kode etik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Dewan Komisioner.

Bagian Kedua

Kepala Eksekutif

Pasal 20

(1) Kepala Eksekutif pengawas Perbankan memimpin tugas pengawasan terhadap kegiatan jasa keuangan di bidang Perbankan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (4).

(2) Kepala Eksekutif pengawas Pasar Modal memimpin tugas pengawasan terhadap kegiatan jasa keuangan di bidang Pasar Modal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (5).

(3) Kepala Eksekutif pengawas IKNB memimpin tugas pengawasan terhadap kegiatan jasa keuangan di bidang IKNB sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (6).

Pasal 21

(1) Dalam rangka melaksanakan tugas pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20, Kepala Eksekutif sesuai dengan bidang tugas masing-masing mempunyai wewenang:

a. menetapkan kebijakan operasional pengawasan terhadap kegiatan jasa keuangan;

b. menetapkan aturan teknis di bidang jasa keuangan;

c. melakukan pengawasan, pemeriksaan, dan tindakan lain terhadap pelaku dan/atau penunjang kegiatan jasa keuangan sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Perundang-undangan di Bidang Jasa Keuangan;

d. mengeluarkan perintah tertulis kepada pihak tertentu;

e. melakukan penunjukan pengelola statuter;

f. menetapkan penggunaan pengelola statuter;

Page 103: PERSPEKTIF BAPEPAM-LK TERHADAP RUU OJK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4783/1/DIAN... · PERSPEKTIF BAPEPAM.LK TERHADAP RUU OJK DALAM BIDANG PENGAWASAN PASAR

11

 

g. menetapkan sanksi administratif terhadap pihak yang melakukan pelanggaran di bidang jasa keuangan; dan

h. memberikan dan/atau mencabut:

1) izin usaha;

2) izin orang perseorangan;

3) efektifnya Pernyataan Pendaftaran;

4) surat tanda terdaftar;

5) persetujuan melakukan kegiatan usaha;

6) pengesahan; dan

7) persetujuan pembubaran/penetapan pembubaran,

sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Perundang-undangan di Bidang Jasa Keuangan.

(2) Ketentuan mengenai tata cara pelaksanaan kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Kepala Eksekutif sesuai dengan bidang tugasnya.

(3) Pengabaian terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, huruf d, huruf e, dan huruf f dapat dikenai sanksi administratif sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Pasal 22

Tugas pengawasan yang dilakukan oleh Kepala Eksekutif dilaksanakan secara independen.

Bagian Ketiga

Organ Pendukung dan Kepegawaian

Pasal 23

(1) Untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas dan wewenang Otoritas Jasa Keuangan, dibentuk Sekretariat Dewan Komisioner dan beberapa Deputi Kepala Eksekutif.

(2) Otoritas Jasa Keuangan dapat mengangkat tenaga ahli.

(3) Susunan organisasi dan tata kerja Sekretariat Dewan Komisioner dan Deputi Kepala Eksekutif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan tata cara pengangkatan dan penugasan tenaga ahli sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Dewan Komisioner.

Pasal 24

(1) Dewan Komisioner mengangkat dan memberhentikan pegawai Otoritas Jasa Keuangan.

Page 104: PERSPEKTIF BAPEPAM-LK TERHADAP RUU OJK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4783/1/DIAN... · PERSPEKTIF BAPEPAM.LK TERHADAP RUU OJK DALAM BIDANG PENGAWASAN PASAR

12

 

(2) Sekretariat Dewan Komisioner dan Deputi Kepala Eksekutif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1) berasal dari pegawai Otoritas Jasa Keuangan.

(3) Otoritas Jasa Keuangan dapat mempekerjakan Pegawai Negeri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(4) Pengangkatan dan pemberhentian pegawai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan mempekerjakan Pegawai Negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditetapkan dengan Keputusan Dewan Komisioner.

(5) Ketentuan mengenai sistem kepegawaian, sistem penggajian, dan tata cara mempekerjakan Pegawai Negeri diatur dengan Peraturan Dewan Komisioner.

Bagian Keempat

Lain-lain

Pasal 25

Anggota Dewan Komisioner dan pegawai Otoritas Jasa Keuangan yang dengan itikad baik melaksanakan tugas dan/atau wewenangnya sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang ini dan Peraturan Perundangan-Undangan di Bidang Jasa Keuangan, tidak dapat dituntut secara pribadi di hadapan hukum.

Pasal 26

(1) Gaji, penghasilan lainnya, dan fasilitas bagi Anggota Dewan Komisioner dan Kepala Eksekutif diatur dengan Peraturan Dewan Komisioner.

(2) Besaran gaji, penghasilan lainnya, dan fasilitas bagi Dewan Komisioner ditetapkan paling banyak 2 (dua) kali dari gaji, penghasilan lainnya, dan fasilitas Deputi Kepala Eksekutif.

BAB IV

KERAHASIAAN INFORMASI

Pasal 27

(1) Setiap orang yang pernah menjabat sebagai anggota Dewan Komisioner atau sebagai pegawai Otoritas Jasa Keuangan dilarang menggunakan atau mengungkapkan informasi apapun yang bersifat rahasia kepada pihak lain, kecuali dalam rangka pelaksanaan tugas dan wewenangnya berdasarkan keputusan Otoritas Jasa Keuangan atau ditentukan dalam Undang-Undang.

(2) Setiap orang yang bertindak untuk dan atas nama Otoritas Jasa Keuangan, yang diperkerjakan dan/atau diperbantukan di Otoritas Jasa Keuangan, atau sebagai tenaga ahli di Otoritas Jasa Keuangan dilarang menggunakan atau mengungkapkan informasi apapun yang bersifat rahasia kepada pihak lain, kecuali dalam rangka pelaksanaan tugas atau berdasarkan keputusan Otoritas Jasa Keuangan.

Page 105: PERSPEKTIF BAPEPAM-LK TERHADAP RUU OJK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4783/1/DIAN... · PERSPEKTIF BAPEPAM.LK TERHADAP RUU OJK DALAM BIDANG PENGAWASAN PASAR

13

 

(3) Setiap orang yang mengetahui informasi yang bersifat rahasia baik karena kedudukannya, profesinya, sebagai pihak yang diawasi, atau hubungan apapun dengan Otoritas Jasa Keuangan, dilarang menggunakan atau mengungkapkan informasi tersebut kepada pihak lain, kecuali dalam rangka pelaksanaan keputusan Otoritas Jasa Keuangan.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai kerahasiaan, penggunaan, dan pengungkapan informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2) dan ayat (3), diatur dengan Peraturan Dewan Komisioner.

(5) Pelanggaran terhadap ketentuan ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) dapat dikenai sanksi administratif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

BAB V

RENCANA KERJA, ANGGARAN, DAN PEMBIAYAAN

Bagian Pertama

Rencana Kerja dan Anggaran

Pasal 28

(1) Dewan Komisioner menyusun rencana kerja dan anggaran Otoritas Jasa Keuangan serta mengumumkannya dalam waktu paling lambat 6 (enam) bulan sebelum dimulainya tahun buku.

(2) Dewan Komisioner dapat melakukan perubahan rencana kerja dan anggaran Otoritas Jasa Keuangan pada tahun berjalan.

Pasal 29

(1) Otoritas Jasa Keuangan wajib membentuk cadangan paling banyak sejumlah 24 (dua puluh empat) bulan dari anggaran pengeluaran OJK.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai rencana kerja dan anggaran Otoritas Jasa Keuangan diatur dengan Peraturan Dewan Komisioner.

Bagian Kedua

Pembiayaan

Pasal 30

Dalam rangka membiayai kegiatan dalam anggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (1), Otoritas Jasa Keuangan menetapkan dan memungut biaya yang wajib dibayar oleh industri jasa keuangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 31

Dalam waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari setelah penetapan rencana kerja dan anggaran Otoritas Jasa Keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28, Otoritas Jasa Keuangan menetapkan biaya sebagaimana dimaksud

Page 106: PERSPEKTIF BAPEPAM-LK TERHADAP RUU OJK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4783/1/DIAN... · PERSPEKTIF BAPEPAM.LK TERHADAP RUU OJK DALAM BIDANG PENGAWASAN PASAR

14

 

dalam Pasal 30 dan mengumumkannya kepada industri jasa keuangan.

Pasal 32

Jenis, besaran, tata cara penarikan, penyetoran dan penagihan, serta penggunaan biaya, pengenaan denda keterlambatan penyetoran biaya diatur dengan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan.

Pasal 33

(1) Otoritas Jasa Keuangan menatausahakan dan mengelola penerimaan biaya secara transparan, akuntabel, dan mandiri.

(2) Dana yang berasal dari biaya yang dipungut dari industri jasa keuangan hanya dapat digunakan untuk membiayai kegiatan Otoritas Jasa Keuangan dan pembentukan cadangan.

Pasal 34

(1) Dalam hal terdapat surplus atau defisit anggaran Otoritas Jasa Keuangan, surplus atau defisit tersebut digunakan untuk menambah atau mengurangi cadangan Otoritas Jasa Keuangan pada tahun berikutnya.

(2) Dalam hal terjadi surplus pada tahun berjalan, maka:

a. surplus tersebut diperhitungkan sebagai penambah cadangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (1);

b. apabila cadangan tersebut telah mencapai sejumlah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (1) maka kelebihannya digunakan untuk mengurangi biaya industri jasa keuangan secara proporsional pada tahun berikutnya.

(3) Dalam hal terjadi defisit dalam tahun berjalan, defisit tersebut ditutup dari cadangan Otoritas Jasa Keuangan pada tahun tersebut.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai cadangan Otoritas Jasa Keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (1) diatur dengan Peraturan Dewan Komisioner.

Pasal 35

Dalam hal kondisi perekonomian nasional memburuk sehingga biaya yang dipungut dari industri jasa keuangan dan cadangan yang dimiliki Otoritas Jasa Keuangan tidak mencukupi untuk membiayai kegiatan operasional Otoritas Jasa Keuangan, Pemerintah membiayai pelaksanaan kegiatan Otoritas Jasa Keuangan.

BAB VI

PELAPORAN DAN AKUNTABILITAS

Pasal 36

(1) Otoritas Jasa Keuangan wajib menyusun laporan tahunan yang terdiri atas laporan kegiatan dan laporan keuangan.

Page 107: PERSPEKTIF BAPEPAM-LK TERHADAP RUU OJK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4783/1/DIAN... · PERSPEKTIF BAPEPAM.LK TERHADAP RUU OJK DALAM BIDANG PENGAWASAN PASAR

15

 

(2) Periode laporan tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah tanggal 1 Januari sampai dengan 31 Desember.

(3) Otoritas Jasa Keuangan wajib menyampaikan laporan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada Dewan Perwakilan Rakyat.

(4) Laporan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) disampaikan juga kepada Presiden.

(5) Dalam rangka penyusunan laporan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Dewan Komisioner menetapkan standar dan kebijakan akuntansi Otoritas Jasa Keuangan.

(6) Laporan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diaudit oleh Badan Pemeriksa Keuangan atau Kantor Akuntan Publik yang ditunjuk oleh Badan Pemeriksa Keuangan.

(7) Otoritas Jasa Keuangan wajib mengumumkan laporan keuangan tahunan Otoritas Jasa Keuangan kepada publik melalui media cetak atau media elektronik.

(8) Ketentuan lebih lanjut mengenai bentuk dan susunan laporan kegiatan dan laporan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), serta tata cara, bentuk, dan susunan laporan keuangan yang diumumkan sebagaimana dimaksud pada ayat (7), diatur dengan Peraturan Dewan Komisioner.

BAB VII

HUBUNGAN DENGAN LEMBAGA LAIN

Bagian Pertama

Koordinasi dan Kerja Sama

Pasal 37

(1) Otoritas Jasa Keuangan wajib berkoordinasi dengan Bank Indonesia, Kementerian Keuangan, dan Lembaga Penjamin Simpanan melalui forum stabilitas sistem keuangan.

(2) Otoritas Jasa Keuangan dan Bank Indonesia dapat berkoordinasi dan bekerja sama dalam pengawasan bersama atas kegiatan jasa keuangan di bidang Perbankan.

(3) Otoritas Jasa Keuangan dan Lembaga Penjamin Simpanan dapat berkoordinasi dan bekerja sama dalam pengawasan bersama atas kegiatan jasa keuangan di bidang Perbankan.

(4) Untuk memastikan dan memelihara stabilitas sistem keuangan, dalam pengawasan bersama sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Bank Indonesia dapat melakukan pengawasan langsung dan/atau pengawasan tidak langsung terhadap bank.

(5) Dalam rangka mendukung koordinasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) Otoritas Jasa Keuangan, Bank Indonesia, dan Lembaga

Page 108: PERSPEKTIF BAPEPAM-LK TERHADAP RUU OJK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4783/1/DIAN... · PERSPEKTIF BAPEPAM.LK TERHADAP RUU OJK DALAM BIDANG PENGAWASAN PASAR

16

 

Penjamin Simpanan wajib membangun dan memelihara sarana pertukaran informasi secara terintegrasi.

(6) Dalam rangka peningkatan pengawasan dan penegakan hukum dalam industri jasa keuangan, Otoritas Jasa Keuangan berkoordinasi dan bekerja sama dengan lembaga penegak hukum dan instansi terkait lainnya.

(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara koordinasi dan kerja sama diatur dengan Peraturan Dewan Komisioner.

Pasal 38

(1) Otoritas Jasa Keuangan menginformasikan kepada Lembaga Penjamin Simpanan mengenai bank bermasalah yang sedang dalam upaya penyehatan oleh Otoritas Jasa Keuangan sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-undangan di bidang perbankan.

(2) Otoritas Jasa Keuangan menyerahkan penyelesaian bank gagal yang tidak berdampak sistemik kepada Lembaga Penjamin Simpanan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang tentang Lembaga Penjamin Simpanan.

(3) Dalam rangka penyelesaian dan penanganan bank gagal yang ditengarai berdampak sistemik, Otoritas Jasa Keuangan wajib menginformasikan kepada forum stabilitas sistem keuangan tentang bank gagal yang ditengarai berdampak sistemik.

Pasal 39

Dalam rangka mencegah dan menangani kondisi krisis di sektor keuangan, Otoritas Jasa Keuangan wajib berkoordinasi dengan Bank Indonesia, Kementerian Keuangan, dan Lembaga Penjamin Simpanan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang mengenai jaring pengaman sistem keuangan.

Bagian Kedua

Hubungan Internasional

Pasal 40

(1) Otoritas Jasa Keuangan dapat melakukan kerja sama dengan otoritas pengawas perbankan, pasar modal, dan/atau industri keuangan non bank di negara lain serta organisasi internasional dan lembaga internasional lainnya.

(2) Otoritas Jasa Keuangan dapat menjadi anggota organisasi pengawas jasa keuangan internasional.

(3) Dalam hal anggota organisasi pengawas jasa keuangan internasional sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah negara, Otoritas Jasa Keuangan dapat bertindak untuk dan atas nama negara Republik Indonesia sebagai anggota.

(4) Otoritas Jasa Keuangan dapat melakukan kerja sama dan memberikan bantuan dalam rangka pemeriksaan dan penyidikan yang dilakukan oleh otoritas pengawas perbankan, pasar modal, dan/atau industri keuangan non bank negara lain berdasarkan permintaan tertulis.

Page 109: PERSPEKTIF BAPEPAM-LK TERHADAP RUU OJK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4783/1/DIAN... · PERSPEKTIF BAPEPAM.LK TERHADAP RUU OJK DALAM BIDANG PENGAWASAN PASAR

17

 

(5) Kerja sama dan pemberian bantuan dalam rangka pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dapat dilakukan apabila:

a. otoritas pengawas perbankan, pasar modal, dan industri keuangan non bank negara lain tersebut telah memiliki perjanjian kerja sama timbal balik dengan Otoritas Jasa Keuangan; dan

b. pelaksanaan kerja sama dan pemberian bantuan tersebut tidak bertentangan dengan kepentingan umum.

(6) Kerja sama dan pemberian bantuan dalam rangka penyidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dapat dilakukan apabila:

a. otoritas pengawas perbankan, pasar modal, dan industri keuangan non bank negara lain tersebut telah memiliki perjanjian kerja sama timbal balik dengan Otoritas Jasa Keuangan; dan

b. pelaksanaan kerja sama dan pemberian bantuan tersebut dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang kerjasama timbal balik dalam masalah pidana.

BAB VIII

PENYIDIKAN

Pasal 41

(1) Selain Pejabat Penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia, Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya yang meliputi pengawasan industri jasa keuangan di lingkungan Otoritas Jasa Keuangan, diberi wewenang khusus sebagai penyidik sebagaimana dimaksud dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana.

(2) Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (3) dapat diangkat menjadi Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

(3) Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berwenang:

a. menerima laporan, pemberitahuan, atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak pidana di bidang industri Jasa Keuangan;

b. melakukan penelitian atas kebenaran laporan atau keterangan berkenaan dengan tindak pidana di bidang industri Jasa Keuangan;

c. melakukan penelitian terhadap orang yang diduga melakukan atau terlibat dalam tindak pidana di bidang industri Jasa Keuangan;

d. memanggil, memeriksa, dan meminta keterangan dan barang bukti dari setiap orang yang disangka melakukan, atau sebagai saksi dalam tindak pidana di bidang industri Jasa Keuangan;

e. melakukan pemeriksaan atas pembukuan, catatan, dan dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana di bidang industri jasa keuangan;

Page 110: PERSPEKTIF BAPEPAM-LK TERHADAP RUU OJK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4783/1/DIAN... · PERSPEKTIF BAPEPAM.LK TERHADAP RUU OJK DALAM BIDANG PENGAWASAN PASAR

18

 

f. melakukan penggeledahan di setiap tempat tertentu yang diduga terdapat setiap barang bukti pembukuan, pencatatan, dan dokumen lain serta melakukan penyitaan terhadap barang yang dapat dijadikan bahan bukti dalam perkara tindak pidana di bidang industri jasa keuangan;

g. meminta data, dokumen, atau alat bukti lain baik cetak maupun elektronik kepada penyelenggara jasa telekomunikasi;

h. dalam keadaan tertentu meminta kepada pejabat yang berwenang untuk melakukan pencegahan terhadap orang yang diduga telah melakukan tindak pidana di bidang industri jasa keuangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

i. meminta bantuan aparat penegak hukum lain;

j. meminta keterangan dari bank tentang keadaan keuangan pihak yang diduga melakukan atau terlibat dalam pelanggaran terhadap undang-undang di bidang industri jasa keuangan dan/atau peraturan pelaksanaannya;

k. memblokir rekening pada bank atau lembaga keuangan lain dari pihak yang diduga melakukan atau terlibat dalam tindak pidana di bidang industri jasa keuangan;

l. meminta bantuan ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di bidang industri jasa keuangan; dan

m. menyatakan saat dimulai dan dihentikannya penyidikan.

BAB IX

KETENTUAN PIDANA

Pasal 42

(1) Setiap orang yang melanggar ketentuan Pasal 27 ayat (1), ayat (2), dan/atau ayat (3), dipidana dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) atau pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan pidana denda paling banyak Rp15.000.000.000,00 (lima belas miliar rupiah).

(2) Apabila pelanggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh korporasi, dipidana dengan pidana denda paling sedikit Rp15.000.000.000,00 (lima belas miliar rupiah) atau paling banyak Rp45.000.000.000,00 (empat puluh lima miliar rupiah).

Pasal 43

(1) Setiap orang yang dengan sengaja mengabaikan, tidak memenuhi, atau menghambat pelaksanaan kewenangan Kepala Eksekutif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) huruf c, huruf d, dan huruf e dipidana dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) atau pidana penjara paling

Page 111: PERSPEKTIF BAPEPAM-LK TERHADAP RUU OJK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4783/1/DIAN... · PERSPEKTIF BAPEPAM.LK TERHADAP RUU OJK DALAM BIDANG PENGAWASAN PASAR

19

 

lama 6 (enam) tahun dan pidana denda paling banyak Rp15.000.000.000,00 (lima belas miliar rupiah).

(2) Apabila pelanggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh korporasi, dipidana dengan pidana denda paling sedikit Rp15.000.000.000,00 (lima belas miliar rupiah) atau paling banyak Rp45.000.000.000,00 (empat puluh lima miliar rupiah).

Pasal 44

(1) Setiap orang yang dengan sengaja mengabaikan, tidak memenuhi atau menghambat pelaksanaan perintah tertulis atau tugas pengelola statuter sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) huruf d dan huruf f, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) atau pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan pidana denda paling banyak Rp15.000.000.000,00 (lima belas miliar rupiah).

(2) Apabila pelanggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh korporasi, dipidana dengan pidana denda paling sedikit Rp15.000.000.000,00 (lima belas miliar rupiah) atau paling banyak Rp45.000.000.000,00 (empat puluh lima miliar rupiah).

BAB X

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 45

Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku:

1. Izin usaha, izin orang perseorangan, efektifnya Pernyataan Pendaftaran, surat tanda terdaftar, persetujuan melakukan kegiatan usaha, pengesahan, dan persetujuan pembubaran/penetapan pembubaran yang telah dikeluarkan oleh Bank Indonesia, Menteri Keuangan, atau Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan berdasarkan Peraturan Perundang-Undangan di Bidang Jasa Keuangan sebelum diundangkannya Undang-Undang ini, dinyatakan tetap berlaku.

2. Permohonan izin usaha, izin orang perseorangan, efektifnya Pernyataan Pendaftaran, surat tanda terdaftar, persetujuan melakukan kegiatan usaha, pengesahan, dan persetujuan pembubaran/penetapan pembubaran, yang sedang dalam proses penyelesaian pada Bank Indonesia, Menteri Keuangan, atau Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan berdasarkan Peraturan Perundang-Undangan di Bidang Jasa Keuangan, penyelesaiannya dialihkan kepada Otoritas Jasa Keuangan.

Pasal 46

(1) Pengalihan tugas dan wewenang pengaturan dan pengawasan di bidang Perbankan dari Bank Indonesia kepada Otoritas Jasa Keuangan dilakukan secara bertahap dan berkoordinasi dengan Bank Indonesia dalam waktu paling lama 3 (tiga) tahun terhitung sejak tanggal Undang-Undang ini

Page 112: PERSPEKTIF BAPEPAM-LK TERHADAP RUU OJK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4783/1/DIAN... · PERSPEKTIF BAPEPAM.LK TERHADAP RUU OJK DALAM BIDANG PENGAWASAN PASAR

20

 

diundangkan.

(2) Untuk 2 (dua) tahun pertama setelah tugas dan wewenang pengaturan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) beralih, pembiayaan penyelenggaraan tugas dan wewenang pengaturan dan pengawasan di bidang Perbankan berasal dari anggaran Bank Indonesia.

Pasal 47

(1) Tugas dan wewenang pengaturan dan pengawasan di bidang Pasar Modal dan IKNB yang dilaksanakan oleh Menteri Keuangan atau Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan secara bertahap beralih kepada Otoritas Jasa Keuangan dalam waktu paling lama 3 (tiga) tahun terhitung sejak tanggal Undang-Undang ini diundangkan.

(2) Untuk tahun pertama setelah tugas dan wewenang pengaturan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) beralih, pembiayaan penyelenggaraan tugas dan wewenang pengaturan dan pengawasan di bidang Pasar Modal dan IKNB oleh Otoritas Jasa Keuangan, berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.

Pasal 48

(1) Terhitung sejak tugas dan wewenang pengaturan dan pengawasan kegiatan jasa keuangan di bidang Perbankan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 ayat (1), beralih kepada Otoritas Jasa Keuangan, status kepegawaian pegawai Bank Indonesia yang melaksanakan tugas dan wewenang di bidang pengaturan dan pengawasan beralih seluruhnya atau sebagian menjadi pegawai Otoritas Jasa Keuangan.

(2) Terhitung sejak tugas dan wewenang pengaturan dan pengawasan kegiatan jasa keuangan di bidang Pasar Modal dan IKNB sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 ayat (1) beralih kepada Otoritas Jasa Keuangan, status kepegawaian Pegawai Negeri Sipil pada Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan, Kementerian Keuangan dialihkan menjadi pegawai Otoritas Jasa Keuangan.

(3) Pengalihan status kepegawaian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan sesuai dengan prosedur yang berlaku berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang kepegawaian.

(4) Penyidik Pegawai Negeri Sipil pada Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Kementerian Keuangan dipekerjakan menjadi Penyidik Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Otoritas Jasa Keuangan.

Pasal 49

(1) Terhitung sejak Otoritas Jasa Keuangan menyelenggarakan tugas dan wewenang pengaturan dan pengawasan di bidang Perbankan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 ayat (1), infrastruktur dan kekayaan negara pada Bank Indonesia dalam rangka pelaksanaan tugas dan wewenang pengaturan dan pengawasan di bidang Perbankan, beralih untuk digunakan sementara oleh Otoritas Jasa Keuangan.

Page 113: PERSPEKTIF BAPEPAM-LK TERHADAP RUU OJK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4783/1/DIAN... · PERSPEKTIF BAPEPAM.LK TERHADAP RUU OJK DALAM BIDANG PENGAWASAN PASAR

21

 

(2) Terhitung sejak Otoritas Jasa Keuangan menyelenggarakan tugas dan wewenang pengaturan dan pengawasan di bidang Pasar Modal dan IKNB sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 ayat (1), infrastruktur dan kekayaan negara pada Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan, Kementerian Keuangan beralih untuk digunakan oleh Otoritas Jasa Keuangan.

BAB XI

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 50

(1) Bank Indonesia bertugas menyiapkan perangkat dan infrastruktur yang dibutuhkan bagi pengalihan tugas dan wewenang pengaturan dan pengawasan di bidang Perbankan dari Bank Indonesia kepada Otoritas Jasa Keuangan.

(2) Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan, Kementerian Keuangan bertugas mempersiapkan perangkat dan infrastruktur yang dibutuhkan bagi pengalihan tugas dan wewenang pengaturan dan pengawasan di bidang Pasar Modal dan IKNB dari Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan kepada Otoritas Jasa Keuangan.

Pasal 51

(1) Untuk pertama kali, dalam waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari kalender sebelum Otoritas Jasa Keuangan menyelenggarakan tugas dan wewenang pengaturan dan pengawasan di bidang Perbankan, Pasar Modal, dan IKNB, Presiden harus menetapkan Dewan Komisioner.

(2) Dewan Komisioner sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas 7 (tujuh) orang anggota dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Ketua Dewan Komisioner diusulkan oleh Menteri Keuangan kepada Presiden untuk masa jabatan 5 (lima) tahun;

b. 1 (satu) orang anggota Dewan Komisioner diusulkan Menteri Keuangan kepada Presiden untuk masa jabatan 4 (empat) tahun;

c. 1 (satu) orang anggota Dewan Komisioner yang mewakili Bank Indonesia yang merupakan ex-officio Deputi Gubernur Bank Indonesia diusulkan Gubernur Bank Indonesia kepada Presiden melalui Menteri Keuangan;

d. 1 (satu) orang anggota Dewan Komisioner yang mewakili Kementerian Keuangan yang merupakan ex-officio pejabat setingkat eselon I Kementerian Keuangan diusulkan Menteri Keuangan kepada Presiden;

e. 1 (satu) orang anggota Dewan Komisioner yang merangkap sebagai Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan diusulkan Gubernur Bank Indonesia kepada Presiden melalui Menteri Keuangan untuk masa jabatan 5 (lima) tahun;

f. 1 (satu) orang anggota Dewan Komisioner yang merangkap sebagai Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal diusulkan Menteri Keuangan kepada

Page 114: PERSPEKTIF BAPEPAM-LK TERHADAP RUU OJK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4783/1/DIAN... · PERSPEKTIF BAPEPAM.LK TERHADAP RUU OJK DALAM BIDANG PENGAWASAN PASAR

22

 

Presiden untuk masa jabatan 5 (lima) tahun;

g. 1 (satu) orang anggota Dewan Komisioner yang merangkap sebagai Kepala Eksekutif Pengawas IKNB diusulkan Menteri Keuangan kepada Presiden untuk masa jabatan 5 (lima) tahun;

(3) Pada saat Otoritas Jasa Keuangan menyelenggarakan tugas dan wewenang pengaturan dan pengawasan di bidang Perbankan, Pasar Modal, dan IKNB, Dewan Komisioner sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menetapkan struktur organisasi dan penempatan pegawai.

(4) Anggota Dewan Komisioner sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat diangkat kembali untuk satu kali masa jabatan berikutnya dengan masa jabatan yang sama dengan memperhatikan ketentuan Pasal 7, Pasal 8, dan Pasal 9.

Pasal 52

Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku:

1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 13, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3467);

2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3472) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3790);

3. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 37, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3477);

4. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3608);

5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2009 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 7,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4962);

6. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 94, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4867);

dan peraturan perundang-undangan lainnya di bidang jasa keuangan dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dan belum diganti berdasarkan

Page 115: PERSPEKTIF BAPEPAM-LK TERHADAP RUU OJK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4783/1/DIAN... · PERSPEKTIF BAPEPAM.LK TERHADAP RUU OJK DALAM BIDANG PENGAWASAN PASAR

23

 

Undang-Undang ini.

Pasal 53

Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-Undang ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Disahkan di Jakarta pada tanggal

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, DR. H. SOESILO BAMBANG YUDHOYONO

Diundangkan di Jakarta pada tanggal

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, PATRIALIS AKBAR

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN NOMOR

Page 116: PERSPEKTIF BAPEPAM-LK TERHADAP RUU OJK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4783/1/DIAN... · PERSPEKTIF BAPEPAM.LK TERHADAP RUU OJK DALAM BIDANG PENGAWASAN PASAR

24

 

RANCANGAN PENJELASAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

NOMOR TAHUN

TENTANG

OTORITAS JASA KEUANGAN

I. UMUM

Dalam rangka mewujudkan perekonomian nasional yang mampu tumbuh dengan stabil dan berkelanjutan, menciptakan kesempatan kerja yang luas dan seimbang di semua sektor perekonomian, dan memberikan kesejahteraan secara adil kepada seluruh rakyat Indonesia, maka program pembangunan ekonomi nasional harus dilaksanakan secara komprehensif dan mampu menggerakkan kegiatan perekonomian nasional yang memiliki jangkauan yang luas dan menyentuh keseluruh sektor riil dari perekonomian masyarakat Indonesia. Program pembangunan juga harus dilaksanakan secara transparan dan akuntabel yang berpedoman pada prisip-prinsip demokrasi ekonomi sebagaimana diamanatkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Untuk mencapai tujuan tersebut di atas, program pembangunan nasional perlu didukung oleh tata kelola pemerintahan yang baik dan melakukan reformasi yang terus menerus terhadap setiap komponen dalam sistem perekonomian nasional. Salah satu komponen penting dalam sistem perekonomian nasional dimaksud adalah sistem keuangan dan keseluruhan kegiatan jasa keuangan yang menjalankan fungsi intermediasi bagi berbagai kegiatan produktif di dalam perekonomian nasional. Fungsi intermediasi yang diselenggarakan oleh berbagai lembaga jasa keuangan dalam perkembangannya telah memberikan kontribusi yang cukup signifikan dalam penyediaan dana untuk pembiayaan pembangunan ekonomi nasional. Oleh karena itu, pemerintah senantiasa memberikan perhatian yang serius terhadap perkembangan kegiatan industri jasa keuangan tersebut, dengan mengupayakan terbentuknya kerangka peraturan dan pengawasan industri jasa keuangan yang terpadu dan komprehensif. Terjadinya proses globalisasi dalam sistem keuangan dan pesatnya kemajuan di bidang teknologi informasi dan inovasi finansial telah menciptakan sistem keuangan yang sangat kompleks, dinamis dan saling terkait antar masing-masing subsektor keuangan baik dalam hal produk maupun kelembagaan. Di samping itu, adanya lembaga keuangan yang memiliki hubungan kepemilikan di berbagai subsektor keuangan (konglomerasi) telah menambah kompleksitas transaksi dan interaksi antar lembaga-lembaga keuangan di dalam sistem keuangan. Sehubungan dengan hal tersebut di atas, perlu dilakukan penataan kembali struktur pengorganisasian dari lembaga-lembaga yang melaksanakan fungsi

Page 117: PERSPEKTIF BAPEPAM-LK TERHADAP RUU OJK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4783/1/DIAN... · PERSPEKTIF BAPEPAM.LK TERHADAP RUU OJK DALAM BIDANG PENGAWASAN PASAR

25

 

pengaturan dan pengawasan di industri jasa keuangan yang mencakup bidang perbankan, pasar modal dan industri jasa keuangan non bank. Penataan dimaksud dilakukan agar dapat dicapai mekanisme koordinasi yang lebih efektif di dalam menangani permasalahan yang timbul dalam sistem keuangan sehingga dapat lebih menjamin tercapainya stabilitas sistem keuangan. Pengaturan dan pengawasan terhadap keseluruhan kegiatan jasa keuangan tersebut harus dilakukan secara lebih terintegrasi. Pasal 34 Undang-undang Nomor 3 Tahun 2004 tentang Bank Indonesia mengamanatkan pembentukan lembaga pengawasan sektor jasa keuangan yang mencakup perbankan, asuransi, dana pensiun, sekuritas, modal ventura dan perusahaan pembiayaan serta badan-badan lain yang menyelenggarakan pengelolaan dana masyarakat. Pada hakikatnya Pasal 34 dimaksud memberikan otoritas pengaturan dan pengawasan kepada lembaga pengawasan sektor jasa keuangan dimaksud terhadap industri Perbankan, Pasar Modal (sekuritas), dan Industri Keuangan Non Bank (asuransi, dana pensiun, modal ventura dan perusahaan pembiayaan serta badan-badan lain yang menyelenggarakan pengelolaan dana masyarakat). Lembaga pengawasan sektor jasa keuangan yang memiliki otoritas pengaturan dan pengawasan terhadap industri sektor keuangan tersebut di atas dalam Undang-Undang ini disebut Otoritas Jasa Keuangan (Otoritas Jasa Keuangan). Otoritas Jasa Keuangan merupakan lembaga independen yang menyelenggarakan fungsi pengaturan dan pengawasan terhadap kegiatan jasa keuangan di bidang Perbankan, Pasar Modal dan Industri Keuangan Non Bank. Undang-Undang tentang Otoritas Jasa Keuangan pada dasarnya memuat ketentuan tentang organisasi dan tata kelola (governance) dari lembaga yang memiliki otoritas pengaturan dan pengawasan terhadap industri jasa keuangan, sedangkan ketentuan mengenai jenis-jenis produk jasa keuangan, cakupan dan batas-batas kegiatan lembaga jasa keuangan, kualifikasi dan kriteria lembaga jasa keuangan, tingkat kesehatan dan pengaturan prudensial serta ketentuan tentang jasa penunjang industri jasa keuangan dan lain sebagainya menyangkut transaksi jasa keuangan diatur dalam undang-undang sektoral tersendiri yaitu Undang-Undang tentang Perbankan, Undang-Undang tentang Pasar Modal, Undang-Undang tentang Usaha Perasuransian, Undang-Undang tentang Dana Pensiun, dan peraturan perundang-undangan lain yang terkait dengan sektor jasa keuangan lainnya. Adapun mekanisme kerja sama dan koordinasi antara Bank Indonesia, Kementerian Keuangan, Lembaga Penjamin Simpanan dan Otoritas Jasa Keuangan dalam rangka pencegahan dan penanganan krisis di sektor keuangan diatur dalam undang-undang yang mengatur tentang jaring pengaman sistem keuangan. Otoritas Jasa Keuangan dibentuk dengan tujuan agar keseluruhan kegiatan jasa keuangan di dalam sektor jasa keuangan dapat terselenggara secara teratur, adil, transparan, dan akuntabel, serta dapat mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan stabil. Otoritas Jasa Keuangan dibentuk dan dilandasi dengan prinsip-prinsip tata kelola yang baik, yang meliputi independensi, akuntabilitas,

Page 118: PERSPEKTIF BAPEPAM-LK TERHADAP RUU OJK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4783/1/DIAN... · PERSPEKTIF BAPEPAM.LK TERHADAP RUU OJK DALAM BIDANG PENGAWASAN PASAR

26

 

pertanggungjawaban, transparansi, dan kewajaran (fairness). Untuk menjamin tercapainya tujuan pembentukan Otoritas Jasa Keuangan tersebut di atas, maka Otoritas Jasa Keuangan harus merupakan bagian dari sistem penyelenggaraan urusan kenegaraan yang terintegrasi secara baik dengan lembaga-lembaga negara dan pemerintahan lainnya di dalam mencapai tujuan dan cita-cita kemerdekaan Indonesia yang tercantum dalam konstitusi Republik Indonesia. Di samping itu, agar Otoritas Jasa Keuangan dapat melaksanakan fungsinya secara efektif, maka Otoritas Jasa Keuangan harus memiliki independensi di dalam melaksanakan fungsinya agar dapat terlindungi dari berbagai kepentingan yang dapat menghambat tercapainya tujuan tersebut di atas. Independensi ini diwujudkan dalam dua hal. Pertama, secara kelembagaan Otoritas Jasa Keuangan tidak berada di bawah otoritas lain di dalam sistem Pemerintah negara Republik Indonesia, dan Kedua, secara orang perseorangan yang memimpin Otoritas Jasa Keuangan harus memiliki kepastian atas jabatannya berupa jangka waktu jabatan yang tidak bisa diganti sejauh melaksanakan tugas dengan benar dan tidak terlibat dalam kriminalitas. Otoritas Jasa Keuangan melaksanakan tugas dan wewenangnya berlandaskan kepada asas-asas sebagai berikut: 1. Asas kepastian hukum, yakni asas dalam negara hukum yang

mengutamakan landasan peraturan perundang-undangan dan keadilan dalam setiap kebijakan penyelenggaraan Otoritas Jasa Keuangan.

2. Asas kepentingan umum, yakni asas yang mendahulukan kesejahteraan umum dengan cara yang aspiratif, akomodatif, dan selektif.

3. Asas keterbukaan, yakni asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang penyelenggaraan Otoritas Jasa Keuangan dengan tetap memperhatikan perlindungan atas hak asasi pribadi dan golongan, serta rahasia negara termasuk rahasia sebagaimana ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan;

4. Asas profesionalitas, yakni asas yang mengutamakan keahlian dalam pelaksanaan tugas, dan wewenang Otoritas Jasa Keuangan, dengan tetap berlandaskan pada kode etik dan ketentuan peraturan perundang-undangan;

5. Asas integritas, yakni asas yang berpegang teguh pada nilai-nilai moral dalam setiap tindakan dan keputusan yang diambil dalam penyelenggaraan Otoritas Jasa Keuangan.

6. Asas Akuntabilitas, yakni asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari setiap kegiatan penyelenggaraan Otoritas Jasa Keuangan harus dapat dipertanggungjawabkan kepada publik.

Sejalan dengan prinsip-prinsip tata kelola di atas, Otoritas Jasa Keuangan harus memiliki struktur yang memiliki unsur check and balances. Hal ini diwujudkan dengan melakukan pemisahan yang jelas antara fungsi pengaturan dan fungsi pengawasan. Fungsi pengaturan dilakukan oleh Dewan Komisioner sedangkan fungsi pengawasan dilakukan masing-masing oleh Pengawas Perbankan, Pengawas Pasar Modal dan Pengawas Industri

Page 119: PERSPEKTIF BAPEPAM-LK TERHADAP RUU OJK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4783/1/DIAN... · PERSPEKTIF BAPEPAM.LK TERHADAP RUU OJK DALAM BIDANG PENGAWASAN PASAR

27

 

Keuangan Non Bank. Dewan Komisioner sebagai organ tertinggi dalam Otoritas Jasa Keuangan selain menjalankan fungsi pengaturan, juga berperan untuk memastikan masing-masing Pengawas melaksanakan tugasnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pemisahan fungsi antara Dewan Komisioner dan tiga Pengawas ini dimaksudkan untuk: 1. menciptakan ketegasan pemisahan antara tanggung jawab regulator

(Dewan Komisioner) dengan tanggung jawab supervisor (Kepala Eksekutif masing-masing Pengawas);

2. menghindari pemusatan kekuasaan yang terlalu besar pada satu pihak agar tidak terjadi penyalahgunaan kewenangan;

3. mendorong terjadinya pembagian kerja (division of labor) sehingga tercipta profesionalisme dari spesialisasi di masing-masing fungsi pengaturan dan pengawasan.

Pengawasan terhadap Perbankan, Pasar Modal, dan Industri Keuangan Non Bank perlu dilakukan secara terpisah karena adanya perbedaan karakteristik dari masing-masing industri jasa keuangan tersebut. Dengan adanya pemisahan pengawasan atas masing-masing industri jasa keuangan tersebut, diharapkan dapat terciptanya spesialisasi dalam pengawasan, pengembangan metode pengawasan yang tepat, serta mengurangi luasnya rentang kendali pengawasan agar proses pengambilan keputusan dan pelaksanaan atas keputusan tersebut menjadi lebih efisien dan efektif. Dengan demikian, pemisahan pengawasan tersebut akan mewujudkan efektivitas pengawasan terhadap kegiatan jasa keuangan untuk masing-masing industri. Mengingat industri jasa keuangan merupakan industri yang mempunyai kegiatan usaha yang bersifat kompleks dan melibatkan dana masyarakat luas, maka Otoritas Jasa Keuangan dalam melaksanakan pengaturan dan pengawasan terhadap industri jasa keuangan perlu dilakukan secara hati-hati dan cermat. Oleh karena itu, pengalihan tugas dan wewenang dari instansi yang lama kepada Otoritas Jasa Keuangan harus dilakukan dengan pertimbangan yang matang dan waktu yang tepat dengan memperhatikan hal-hal seperti kesiapan organisasi, personil, perangkat dan infrastruktur, dan stabilitas sistem keuangan.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1

Cukup jelas.

Pasal 2

Cukup jelas.

Page 120: PERSPEKTIF BAPEPAM-LK TERHADAP RUU OJK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4783/1/DIAN... · PERSPEKTIF BAPEPAM.LK TERHADAP RUU OJK DALAM BIDANG PENGAWASAN PASAR

28

 

Pasal 3

Cukup jelas.

Pasal 4

Ayat (1)

Yang dimaksud dengan “terpadu” adalah suatu kegiatan pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi dalam rangka efektivitas pelaksanaannya.

Yang dimaksud dengan “independen” adalah pelaksanaan kegiatan pengaturan dan pengawasan yang dilakukan secara mandiri tanpa campur tangan pihak lain, kecuali sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.

Yang dimaksud dengan “akuntabel” adalah pelaksanaan kegiatan pengaturan dan pengawasan dapat dipertanggungjawabkan berdasarkan peraturan perundangan-undangan.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Mengingat Bank Indonesia sebagai otoritas moneter yang dalam menjalankan tugas dan wewenangnya mempunyai kaitan yang sangat erat dengan perbankan, maka pengaturan perbankan yang terkait dengan kebijakan moneter dan sistem pembayaran tetap menjadi kewenangan Bank Indonesia yang meliputi:

a. ketentuan mengenai giro wajib minimum; b. pengaturan dan penyelenggaraan sistem pembayaran; c. posisi devisa netto (net open position); d. jenis alat pembayaran dan produk perbankan; e. pengaturan pasar uang antar bank; dan f. fungsi lender of the last resort (fasilitas likuiditas intrahari, fasilitas

pendanaan jangka pendek, dan fasilitas pembiayaan darurat). Untuk menghindari adanya tumpang tindih dalam pengaturan perbankan, maka Otoritas Jasa Keuangan dalam mengeluarkan peraturan di bidang perbankan melakukan koordinasi dengan Bank Indonesia.

Page 121: PERSPEKTIF BAPEPAM-LK TERHADAP RUU OJK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4783/1/DIAN... · PERSPEKTIF BAPEPAM.LK TERHADAP RUU OJK DALAM BIDANG PENGAWASAN PASAR

29

 

Ayat (4)

Cukup jelas.

Ayat (5)

Cukup jelas.

Ayat (6)

Cukup jelas.

Pasal 5

Ayat (1)

Dewan Komisioner merupakan organ tertinggi Otoritas Jasa Keuangan yang menetapkan kebijakan umum dan peraturan pelaksanaan di bidang jasa keuangan.

Ayat (2)

Yang dimaksud dengan “bersifat kolektif” adalah bahwa setiap pengambilan keputusan disetujui dan diputuskan secara bersama-sama oleh anggota Dewan Komisioner. Dengan demikian, setiap keputusan yang diambil di dalam rapat Dewan Komisioner mengikat seluruh anggota Dewan Komisioner.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Ayat (5)

Huruf a

Unsur dari masyarakat berasal dari kalangan profesional atau ahli dalam bidang industri jasa keuangan.

Huruf b

Yang dimaksud dengan “Deputi Gubernur Bank Indonesia” adalah Deputi Gubernur Bank Indonesia yang tugas dan

Page 122: PERSPEKTIF BAPEPAM-LK TERHADAP RUU OJK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4783/1/DIAN... · PERSPEKTIF BAPEPAM.LK TERHADAP RUU OJK DALAM BIDANG PENGAWASAN PASAR

30

 

wewenangnya terkait dengan stabilitas sistem keuangan khususnya di bidang perbankan. Ketentuan ini dimaksudkan untuk menjamin kerja sama dan koordinasi yang efektif antara Bank Indonesia dengan Otoritas Jasa Keuangan dalam rangka kelancaran dan mendukung tugas dan wewenang masing-masing.

Huruf c

Yang dimaksud dengan “pejabat setingkat eselon I Kementerian Keuangan” adalah pejabat setingkat eselon I Kementerian Keuangan yang tugas dan wewenangnya terkait dengan stabilitas sistem keuangan. Ketentuan ini dimaksudkan untuk menjamin kerja sama dan koordinasi yang efektif antara Menteri Keuangan dengan Otoritas Jasa Keuangan dalam rangka kelancaran dan mendukung tugas dan wewenang masing-masing.

Huruf d

Cukup jelas.

Ayat (6)

Pada dasarnya 3 (tiga) orang Anggota Dewan Komisioner adalah berasal dari unsur Otoritas Jasa Keuangan yaitu dari Deputi Kepala Eksekutif. Namun demikian, apabila tidak terdapat Deputi Kepala Eksekutif yang mampu untuk diangkat menjadi Kepala Eksekutif, maka calon Anggota Dewan Komisioner dapat diangkat dari unsur masyarakat yang mempunyai pengalaman dalam bidang pengaturan dan pengawasan industri jasa keuangan sesuai dengan posisi jabatan yang akan diduduki sebagai Kepala Eksekutif, atas usulan Dewan Komisioner. Calon anggota Dewan Komisioner tersebut terlebih dahulu harus melalui uji kelayakan (fit and proper test) dan pengujian lain yang dilakukan Dewan Komisioner.

Ayat (7)

Yang dimaksud dengan “memiliki kedudukan yang setara” adalah setiap anggota Dewan Komisioner mempunyai hak dan kewajiban yang sama dalam pengambilan keputusan dan pertanggungjawaban.

Page 123: PERSPEKTIF BAPEPAM-LK TERHADAP RUU OJK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4783/1/DIAN... · PERSPEKTIF BAPEPAM.LK TERHADAP RUU OJK DALAM BIDANG PENGAWASAN PASAR

31

 

Pasal 6

Cukup jelas.

Pasal 7

Cukup jelas.

Pasal 8

Huruf a

Cukup jelas.

Huruf b

Cukup jelas.

Huruf c

Cukup jelas.

Huruf d

Cukup jelas.

Huruf e

Anggota Dewan Komisioner tidak boleh terkendala oleh kondisi jasmani yang secara permanen menyebabkan yang bersangkutan tidak dapat menjalankan tugasnya dengan baik.

Huruf f

Cukup jelas.

Huruf g

Yang dimaksud dengan “mempunyai pengalaman atau keahlian di bidang jasa keuangan” adalah seseorang yang memiliki pengalaman, keilmuan, atau keahlian yang memadai di bidang jasa keuangan.

Huruf h

Yang dimaksud dengan “tidak memiliki benturan kepentingan di lembaga jasa keuangan” adalah pada saat menjabat sebagai anggota Dewan Komisioner:

- tidak menjadi pengurus atau yang setara dengan pengurus di lembaga jasa keuangan, atau tidak lagi sebagai pengurus dengan

Page 124: PERSPEKTIF BAPEPAM-LK TERHADAP RUU OJK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4783/1/DIAN... · PERSPEKTIF BAPEPAM.LK TERHADAP RUU OJK DALAM BIDANG PENGAWASAN PASAR

32

 

cara mengundurkan diri secara tertulis sebagai pengurus;

- tidak menjadi pengendali dan pengelola di lembaga jasa keuangan;

- tidak lagi sebagai pengendali di lembaga jasa keuangan dengan cara melepaskan pengendalian dan pengelolaannya sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan di Bidang Jasa Keuangan.

Huruf i

Cukup jelas.

Huruf j

Apabila seseorang diangkat menjadi anggota Dewan Komisioner dan yang bersangkutan merupakan anggota salah satu partai politik, maka yang bersangkutan wajib terlebih dahulu melepaskan keanggotaannya sebagai anggota partai politik tersebut sebelum diangkat menjadi anggota Dewan Komisioner.

Huruf k

Cukup jelas.

Pasal 9

Cukup jelas.

Pasal 10

Ayat (1)

Huruf a

Cukup jelas.

Huruf b

Pengunduran diri anggota Dewan Komisioner berlaku efektif sejak tanggal pengunduran diri tersebut disetujui oleh Presiden.

Huruf c

Cukup jelas.

Huruf d

Yang dimaksud dengan “berhalangan tetap” adalah cacat fisik

Page 125: PERSPEKTIF BAPEPAM-LK TERHADAP RUU OJK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4783/1/DIAN... · PERSPEKTIF BAPEPAM.LK TERHADAP RUU OJK DALAM BIDANG PENGAWASAN PASAR

33

 

dan/atau cacat mental yang tidak memungkinkan yang bersangkutan melaksanakan tugasnya dengan baik. Berakhirnya keanggotaan Dewan Komisioner karena cacat fisik dan/atau cacat mental, ditetapkan dalam Keputusan Presiden.

Yang dimaksud dengan “diperkirakan secara medis” adalah perkiraan secara medis yang dibuktikan dengan keterangan tertulis dari dokter, yang menerangkan bahwa anggota Dewan Komisioner yang bersangkutan tidak dapat melaksanakan tugas lebih dari 6 (enam) bulan berturut-turut.

Huruf e

Yang dimaksud dengan “tanpa alasan yang dapat dipertanggungjawabkan” adalah tidak adanya alasan yang kuat yang menyebabkan anggota Dewan Komisioner diberhentikan antara lain sakit yang dibuktikan dengan surat keterangan dokter yang ditunjuk Dewan Komisioner, penugasan di luar kegiatan Otoritas Jasa Keuangan oleh Presiden, atau kegiatan lain demi kepentingan Negara terhadap anggota Dewan Komisioner dimaksud sehingga tidak memungkinkan untuk sementara waktu bagi Anggota Dewan Komisioner tersebut untuk melaksanakan tugasnya di Otoritas Jasa Keuangan sesuai dengan Undang-Undang ini.

Huruf f

Cukup jelas.

Huruf g

Cukup jelas.

Huruf h

Cukup jelas.

Huruf i

Cukup jelas.

Huruf j

Cukup jelas.

Page 126: PERSPEKTIF BAPEPAM-LK TERHADAP RUU OJK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4783/1/DIAN... · PERSPEKTIF BAPEPAM.LK TERHADAP RUU OJK DALAM BIDANG PENGAWASAN PASAR

34

 

Ayat (2)

Cukup jelas.

Pasal 11

Cukup jelas.

Pasal 12

Cukup jelas.

Pasal 13

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Huruf a

Cukup jelas.

Huruf b

Cukup jelas.

Huruf c

Cukup jelas.

Ayat (3)

Huruf a

Cukup jelas.

Huruf b

Yang dimaksud dengan “perintah tertulis” antara lain perintah tertulis untuk melakukan langkah-langkah pencegahan terhadap gangguan kelangsungan usaha lembaga jasa keuangan, untuk menyampaikan informasi, dokumen, atau laporan tertentu kepada Otoritas Jasa Keuangan, untuk menggantikan pengurus atau pihak tertentu di lembaga jasa keuangan, dan untuk menghentikan perjanjian antara lembaga jasa keuangan dengan

Page 127: PERSPEKTIF BAPEPAM-LK TERHADAP RUU OJK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4783/1/DIAN... · PERSPEKTIF BAPEPAM.LK TERHADAP RUU OJK DALAM BIDANG PENGAWASAN PASAR

35

 

pihak lain yang diduga merugikan lembaga jasa keuangan.

Huruf c

Pengaturan mengenai pengelola statuter dalam ketentuan ini termasuk pengaturan yang memungkinkan pengelola statuter untuk memiliki kewenangan untuk mengambil alih seluruh wewenang dan fungsi manajemen lembaga jasa keuangan, melakukan pembatalan atau pengakhiran perjanjian yang dibuat oleh lembaga jasa keuangan dan melakukan pengalihan portofolio usaha dalam rangka perlindungan kepentingan nasabah dan pemberantasan kejahatan keuangan.

Huruf d

Cukup jelas.

Huruf e

Cukup jelas.

Huruf f

Dewan Komisioner dalam mengawasi pelaksanaan tugas pengawasan yang dilaksanakan oleh Kepala Eksekutif ditujukan untuk evaluasi dan perbaikan kinerja dari Kepala Eksekutif. Pengawasan tersebut tidak dimaksudkan untuk memberi kewenangan kepada Dewan Komisioner untuk mengintervensi atau turut campur terhadap pelaksanaan tugas dan wewenang masing-masing Kepala Eksekutif.

Pasal 14

Cukup jelas.

Pasal 15

Cukup jelas.

Pasal 16

Ayat (1)

Cukup jelas.

Page 128: PERSPEKTIF BAPEPAM-LK TERHADAP RUU OJK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4783/1/DIAN... · PERSPEKTIF BAPEPAM.LK TERHADAP RUU OJK DALAM BIDANG PENGAWASAN PASAR

36

 

Ayat (2)

Dalam hal hubungan keluarga terjadi pada 2 (dua) orang atau lebih anggota Dewan Komisioner maka hanya 1 (satu) orang yang diperbolehkan tetap menjabat sebagai anggota Dewan Komisioner.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Pasal 17

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Ayat (5)

Rapat dapat dilaksanakan melalui media telekonferensi, video konferensi, atau sarana media elektronik lainnya yang memungkinkan semua peserta rapat saling melihat dan/atau mendengar secara langsung serta berpartisipasi dalam rapat.

Ayat (6)

Cukup jelas.

Ayat (7)

Cukup jelas.

Ayat (8)

Risalah rapat paling sedikit memuat hari dan tanggal pelaksanaan rapat, pimpinan dan peserta rapat, agenda rapat, dan keputusan rapat.

Ayat (9)

Page 129: PERSPEKTIF BAPEPAM-LK TERHADAP RUU OJK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4783/1/DIAN... · PERSPEKTIF BAPEPAM.LK TERHADAP RUU OJK DALAM BIDANG PENGAWASAN PASAR

37

 

Cukup jelas.

Pasal 18

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Dewan Komisioner yang ditunjuk mewakili Otoritas Jasa Keuangan antara lain dalam pelaksanaan kerja sama antarinstansi dan hubungan internasional.

Yang dimaksud dengan “pihak lain” adalah badan, lembaga, institusi, atau orang dari dalam maupun luar Otoritas Jasa Keuangan.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Pasal 19

Ayat (1)

Sejalan dengan praktik tata kelola yang baik, Otoritas Jasa Keuangan merumuskan dan menerapkan kode etik bagi pegawainya. Kode etik mencakup antara lain, ketentuan mengenai pelarangan untuk melakukan tindakan yang tidak terpuji oleh pegawai Otoritas Jasa Keuangan, dan ketentuan umum mengenai perilaku yang diharapkan dari pegawai Otoritas Jasa Keuangan. Kode etik ini dievaluasi secara berkala.

Pemberlakuan kode etik disesuaikan dengan tingkatan dari pegawai Otoritas Jasa Keuangan, misalnya mereka yang menjadi pegawai pelaksana memiliki kewajiban yang lebih ringan dibanding dengan pegawai dengan jabatan tinggi.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Pasal 20

Cukup jelas.

Page 130: PERSPEKTIF BAPEPAM-LK TERHADAP RUU OJK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4783/1/DIAN... · PERSPEKTIF BAPEPAM.LK TERHADAP RUU OJK DALAM BIDANG PENGAWASAN PASAR

38

 

Pasal 21

Cukup jelas.

Pasal 22

Yang dimaksud dengan “independen” adalah dalam melaksanakan tugas pengawasan sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing, Kepala Eksekutif tidak dapat diintervensi oleh pihak manapun kecuali ditentukan dalam Undang-Undang ini.

Pasal 23

Ayat (1)

Organ di bawah Deputi Kepala Eksekutif terdiri atas Direktur-Direktur dan jajaran di bawahnya.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Pasal 24

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Pada prinsipnya Otoritas Jasa Keuangan memiliki pegawai sendiri yang dilakukan dengan rekruitmen langsung. Namun untuk mengefektifkan tugas dan wewenangnya, Otoritas Jasa Keuangan dapat mempekerjakan Pegawai Negeri dari instansi lain atau dengan status lainnya. Hak dan kewajiban Pegawai Negeri tersebut disetarakan dengan hak dan kewajiban pegawai Otoritas Jasa Keuangan.

Pegawai Negeri yang bekerja pada Otoritas Jasa Keuangan dapat berstatus dipekerjakan atau status lainnya dalam rangka menunjang kewenangan Otoritas Jasa Keuangan di bidang pemeriksaan dan/atau

Page 131: PERSPEKTIF BAPEPAM-LK TERHADAP RUU OJK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4783/1/DIAN... · PERSPEKTIF BAPEPAM.LK TERHADAP RUU OJK DALAM BIDANG PENGAWASAN PASAR

39

 

penyidikan atau tugas-tugas yang bersifat khusus. Pegawai Negeri tersebut antara lain berasal dari pejabat penyidik Pegawai Negeri Sipil, Pejabat Penyidik Kepolisian, dan/atau penyidik kejaksaan.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Ayat (5)

Yang dimaksud “sistem kepegawaian” mencakup antara lain pengangkatan, pemberhentian, usia pensiun, jenjang karier, hak dan kewajiban pegawai.

Pasal 25

Ketentuan ini dimaksudkan untuk memberikan kepastian hukum atas tanggung jawab pribadi bagi anggota Dewan Komisioner dan pegawai Otoritas Jasa Keuangan yang dengan itikad baik telah melaksanakan tugas dan wewenangnya sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.

Ketentuan ini tidak dimaksudkan untuk melindungi Dewan Komisioner dan pegawai Otoritas Jasa Keuangan dari perbuatan hukum yang bersifat pidana, perdata, atau tindak pidana lainnya yang dilakukan secara melawan hukum.

Pasal 26

Ayat (1)

Besaran gaji, penghasilan lainnya, dan fasilitas bagi anggota Dewan Komisioner dan Kepala Eksekutif ditetapkan dengan mempertimbangkan sistem penggajian yang berlaku pada industri jasa keuangan dan regulator jasa keuangan, baik nasional maupun internasional.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Pasal 27

Ayat (1)

Yang dimaksud dengan ”rahasia” adalah sesuatu yang menurut peraturan perundang-undangan atau menurut sifatnya dan/atau

Page 132: PERSPEKTIF BAPEPAM-LK TERHADAP RUU OJK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4783/1/DIAN... · PERSPEKTIF BAPEPAM.LK TERHADAP RUU OJK DALAM BIDANG PENGAWASAN PASAR

40

 

menurut perintahnya harus dirahasiakan.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Hubungan yang terjadi karena kedudukannya misalnya, terjadi antara pejabat dari lembaga berkoordinasi atau bekerja sama dengan Otoritas Jasa Keuangan.

Hubungan akibat profesi misalnya, auditor, penilai, notaris, atau aktuaris di industri jasa keuangan.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Ayat (5)

Cukup jelas.

Pasal 28

Ayat (1)

Masing-masing Kepala Eksekutif, sesuai dengan bidang tugasnya menyampaikan rencana kerja dan anggaran dalam waktu paling lambat 10 (sepuluh) bulan sebelum dimulainya tahun buku, untuk ditetapkan oleh Dewan Komisioner sebagai bagian dari rencana kerja dan anggaran Otoritas Jasa Keuangan untuk tahun buku berikutnya.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Pasal 29

Ayat (1)

Cadangan paling banyak 24 (dua puluh empat) bulan anggaran pengeluaran OJK yang bersumber dari surplus.

Cadangan dibentuk untuk mengatasi pengeluaran-pengeluaran yang tidak terduga atau terencana, seperti peningkatan kegiatan, pelaksanaan pekerjaan yang bersifat luar biasa (extraordinair), pengadaan, penggantian dan pembaruan aktiva tetap, pengadaan perlengkapan yang

Page 133: PERSPEKTIF BAPEPAM-LK TERHADAP RUU OJK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4783/1/DIAN... · PERSPEKTIF BAPEPAM.LK TERHADAP RUU OJK DALAM BIDANG PENGAWASAN PASAR

41

 

diperlukan, pengembangan organisasi dan sumber daya manusia, serta menutup defisit tahun berjalan.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Pasal 30

Yang dimaksud dengan “industri jasa keuangan” adalah setiap pihak yang memperoleh izin usaha, izin orang perseorangan, efektifnya Pernyataan Pendaftaran, surat tanda terdaftar, persetujuan melakukan kegiatan usaha, pencatatan, dan pengesahan, termasuk pelaku dan penunjang kegiatan di industri jasa keuangan.

Pasal 31

Cukup jelas.

Pasal 32

Jenis biaya yang dapat ditetapkan antara lain berupa biaya terhadap perizinan, persetujuan, pendaftaran, pengesahan, pengawasan, pemeriksaan, penelitian, transaksi perdagangan efek, dan/atau biaya lainnya. Biaya-biaya tersebut ditagih secara bulanan, tahunan, atau sewaktu-waktu sesuai karakteristik biaya dimaksud.

Pasal 33

Cukup jelas.

Pasal 34

Ayat (1)

Yang dimaksud dengan “surplus” adalah selisih lebih antara pendapatan dan beban Otoritas Jasa Keuangan.

Yang dimaksud dengan “defisit” adalah selisih kurang antara pendapatan dan beban Otoritas Jasa Keuangan.

Page 134: PERSPEKTIF BAPEPAM-LK TERHADAP RUU OJK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4783/1/DIAN... · PERSPEKTIF BAPEPAM.LK TERHADAP RUU OJK DALAM BIDANG PENGAWASAN PASAR

42

 

Ayat (2)

Huruf a

Cukup jelas.

Huruf b

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Pasal 35

Pembiayaan dari Pemerintah dimaksudkan untuk menjamin terselenggaranya kelangsungan pelaksanaan tugas Otoritas Jasa Keuangan dalam keadaan perekonomiaan yang tidak kondusif, dengan tidak mengurangi independensi pelaksanaan tugas dan kewenangan Otoritas Jasa Keuangan. Pengajuan pembiayaan kegiatan operasional oleh Otoritas Jasa Keuangan kepada Pemerintah dilakukan setelah Otoritas Jasa Keuangan melakukan upaya-upaya efisiensi pengeluaran.

Pasal 36

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Penyampaian laporan Otoritas Jasa Keuangan kepada Dewan Perwakilan Rakyat dimaksudkan untuk menjelaskan pelaksanaan kegiatan dan kinerja Otoritas Jasa Keuangan selama tahun berjalan.

Ayat (4)

Penyampaian laporan Otoritas Jasa Keuangan kepada Presiden dimaksudkan untuk menjelaskan pelaksanaan kegiatan dan kinerja Otoritas Jasa Keuangan selama tahun berjalan. Dalam hal ini, Presiden

Page 135: PERSPEKTIF BAPEPAM-LK TERHADAP RUU OJK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4783/1/DIAN... · PERSPEKTIF BAPEPAM.LK TERHADAP RUU OJK DALAM BIDANG PENGAWASAN PASAR

43

 

sebagai pemangku yang bertanggung jawab memelihara dan menumbuhkan perekonomian nasional.

Ayat (5)

Penyusunan standar dan kebijakan akuntansi oleh Otoritas Jasa Keuangan dilakukan dengan memperhatikan prinsip akuntansi yang berlaku umum.

Ayat (6)

Cukup jelas. Ayat (7)

Cukup jelas.

Ayat (8)

Cukup jelas. Pasal 37

Ayat (1)

Koordinasi ini antara lain diperlukan dalam rangka mendukung tugas Bank Indonesia dalam melaksanakan kebijakan moneter yang antara lain mencakup operasi pasar terbuka, giro wajib minimum, sistem pembayaran, dan fasilitas likuiditas, menunjang tugas Kementerian Keuangan di bidang fiskal, dan mendukung tugas Lembaga Penjamin Simpanan di bidang penjaminan simpanan, serta membantu Otoritas Jasa Keuangan dalam pengaturan dan pengawasan kegiatan jasa keuangan, yang dilakukan secara berkala.

Ayat (2)

Pengawasan bersama sebagaimana dimaksud pada ayat ini adalah untuk mendukung tugas Otoritas Jasa Keuangan dan Bank Indonesia dalam rangka memelihara stabilitas sistem keuangan di sektor Perbankan.

Ayat (3)

Pengawasan bersama sebagaimana dimaksud pada ayat ini adalah untuk mendukung tugas Lembaga Penjamin Simpanan dalam rangka melaksanakan tugas dan wewenangnya.

Ayat (4)

Yang dimaksud dengan “pengawasan langsung” adalah yang dikenal

Page 136: PERSPEKTIF BAPEPAM-LK TERHADAP RUU OJK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4783/1/DIAN... · PERSPEKTIF BAPEPAM.LK TERHADAP RUU OJK DALAM BIDANG PENGAWASAN PASAR

44

 

dengan istilah onsite supervision.

Yang dimaksud dengan “pengawasan tidak langsung” adalah yang dikenal dengan istilah offsite supervision.

Ayat (5)

Pertukaran informasi tersebut dibangun secara terintegrasi sehingga Otoritas Jasa Keuangan, Bank Indonesia, dan Lembaga Penjamin Simpanan dapat mengakses dan memperoleh informasi untuk mendukung tugas dan wewenang masing-masing.

Ayat (6)

Ketentuan ini dimaksudkan agar Otoritas Jasa Keuangan dapat bekerja sama dengan lembaga-lembaga lain yang memiliki fungsi penegakan hukum, seperti kejaksaan, kepolisian, lembaga dan/atau komisi yang bertugas di bidang pemberantasan tindak pidana pencucian uang, pemberantasan tindak pidana korupsi, dan lembaga terkait lainnya.

Ayat (7)

Untuk mengefektifkan koordinasi dan kerja sama antara Otoritas Jasa Keuangan dengan pihak sebagaimana dimaksud dalam Pasal ini, Peraturan Dewan Komisioner sebagaimana dimaksud dalam Pasal ini dapat memuat ketentuan tentang kesepakatan bersama, dan/atau bentuk lain yang setara dengan kesepakatan bersama.

Pasal 38

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Dalam Undang-Undang tentang Lembaga Penjamin Simpanan, lembaga pengawas sektor jasa keuangan disebut dengan Lembaga Pengawas Perbankan. Dengan dibentuknya Otoritas Jasa Keuangan maka yang dimaksud dengan Lembaga Pengawas Perbankan adalah Otoritas Jasa Keuangan

Ayat (3)

Yang dimaksud dengan “bank gagal yang ditengarai berdampak sistemik” adalah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang tentang Lembaga Penjamin Simpanan dan Undang-Undang mengenai jaring pengaman

Page 137: PERSPEKTIF BAPEPAM-LK TERHADAP RUU OJK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4783/1/DIAN... · PERSPEKTIF BAPEPAM.LK TERHADAP RUU OJK DALAM BIDANG PENGAWASAN PASAR

45

 

sistem keuangan.

Pasal 39

Cukup jelas.

Pasal 40

Ayat (1)

Otoritas Jasa Keuangan dapat berkerjasama dengan:

- organisasi internasional antara lain, International Organization of Securities Commisions (IOSCO), International Organization of Pension Supervisors (IOPS), International Association of Insurance Supervisors (IAIS), organisasi pengawas dan pengatur perbankan internasional

- Lembaga internasional antara lain, Asian Development Bank (ADB), World Bank, Islamic Development Bank (IDB), dan Financial Action Task Force on Money Laundering (FATF)

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Ayat (5)

Huruf a

perjanjian kerja sama timbal balik dapat dilakukan melalui perjanjian bilateral maupun multilateral.

Huruf b

Cukup jelas.

Ayat (6)

Cukup jelas.

Pasal 41

Cukup jelas.

Page 138: PERSPEKTIF BAPEPAM-LK TERHADAP RUU OJK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4783/1/DIAN... · PERSPEKTIF BAPEPAM.LK TERHADAP RUU OJK DALAM BIDANG PENGAWASAN PASAR

46

 

Pasal 42

Cukup jelas.

Pasal 43

Cukup jelas.

Pasal 44

Cukup jelas.

Pasal 45

Cukup jelas.

Pasal 46

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2) Pembiayaan dari Bank Indonesia masih dibutuhkan untuk menunjang dan menjamin kelangsungan pengawasan di bidang Perbankan pada awal pembentukan Otoritas Jasa Keuangan.

Pasal 47

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Pembiayaan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara masih dibutuhkan untuk menunjang dan menjamin kelangsungan pengawasan di bidang Pasar Modal dan IKNB pada awal pembentukan Otoritas Jasa Keuangan.

Pasal 48

Cukup jelas.

Pasal 49

Cukup jelas.

Page 139: PERSPEKTIF BAPEPAM-LK TERHADAP RUU OJK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4783/1/DIAN... · PERSPEKTIF BAPEPAM.LK TERHADAP RUU OJK DALAM BIDANG PENGAWASAN PASAR

47

 

Pasal 50

Ayat (1) Perangkat dan infrastruktur yang dibutuhkan, antara lain struktur organisasi, infrastruktur, dan prosedur operasional, rencana kerja dan anggaran, pengalihan dan pengadaan personalia dari Bank Indonesia, dan instansi lain apabila diperlukan, kepada Pengawas Perbankan, pengalihan dan pengadaan sistem informasi dan dokumentasi.

Ayat (2)

Perangkat dan infrastruktur yang dibutuhkan, antara lain struktur organisasi, infrastruktur, dan prosedur operasional, rencana kerja dan anggaran, pengalihan dan pengadaan personalia dari Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan, dan instansi lain apabila diperlukan, kepada Pengawas Pasar Modal dan Pengawas Industri Keuangan Non Bank, pengalihan dan pengadaan sistem informasi dan dokumentasi.

Pasal 51

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Huruf a

Cukup jelas.

Huruf b

Cukup jelas.

Huruf c

Yang dimaksud dengan “Deputi Gubernur Bank Indonesia” adalah lihat penjelasan Pasal 5 ayat 5 huruf b.

Huruf d

Cukup jelas.

Page 140: PERSPEKTIF BAPEPAM-LK TERHADAP RUU OJK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4783/1/DIAN... · PERSPEKTIF BAPEPAM.LK TERHADAP RUU OJK DALAM BIDANG PENGAWASAN PASAR

48

 

Huruf e

Cukup jelas.

Huruf f

Cukup jelas.

Huruf g

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Pasal 52

Cukup jelas. Pasal 53

Cukup jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR