Persona Jurnal Psikologi Indonesia Volume 8, No. 1, Juni...

17
Persona Jurnal Psikologi Indonesia Volume 8, No. 1, Juni 2019 ISSN.2301-5985 (Print), 2615-5168 (Online) DOI: https://doi.org/10.30996/persona.v8i1.2471 Website: http://jurnal.untag-sby.ac.id/index.php/persona Psychological Well Being Ditinjau Dari Keberadaan Orang Tua Pada Remaja Yang Tinggal Di Panti Asuhan Noormala Rachmawati, Eben Ezer Nainggolan, Amherstia Pasca Rina Email: [email protected] Fakultas Psikologi Universitas 17 Agustus 2019 Surabaya Abstract The purpose of this study was to determine the differences in psychological well being of adolescent who have and have not parent that live in orphanage. The samples in this study were 64 adolescents who lived in orphanages with ages 14-20 years old using the purposive sampling technique. This research was conducted in 3 (three) Orphanages in Surabaya, namely Orphanage Ashabul Kahfi, Orphanage B.J.Habibie, Orphanage Karya Kasih. The data analysis technique used is the independent sample t-test. The results of the analysis using SPSS Version 23.0, obtained the results of the Sig. (2-tailed) Psychological Well Being variable above 0.05, so it is concluded that there is no difference in Psychological Well Being in adolescent who have and have not parent that live in orphanages. The research hypothesis which states that there are differences in Psychological Well Being between adolescent have and have not parent that live in an orphanage is not proven to be correct and is not acceptable. Keywords: Psychological Well Being, Youth, Orphanage Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan psychological well being pada remaja yang memiliki orang tua dan yang tidak memiliki orang tua yang tinggal di panti asuhan. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 64 remaja yang tinggal di panti asuhan dengan rentan usia 14-20 tahun dengan menggunakan teknik purposive sampling. Penelitian ini dilakukan di 3 (tiga) Panti Asuhan di Surabaya, yaitu Panti Asuhan Ashabul Kahfi, Panti Asuhan B.J.Habibie, Panti Asuhan Karya kasih. Teknik analisis data yang digunakan adalah independent sample t-test. hasil analisis dengan menggunakan SPSS Versi 23.0.diperoleh hasil nilai Sig. (2- tailed) variabel Psychological Well Being di atas 0.05, sehingga disimpulkan tidak terdapat perbedaan Psychological Well Being pada remaja yang memiliki orang tua dan yang tidak memiliki orang tua yang tinggal di panti asuhan. Hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa ada perbedaan Psychological Well Being antara remaja yang memiliki orang tua dan yang tidak memiliki orang tua yang tinggal di panti asuhan adalah tidak terbukti kebenarannya maka tidak dapat diterima. Kata Kunci: Psychological Well Being, Remaja, Panti Asuhan. Persona Jurnal Psikololgi Indonesia [1] Fakultas Psikologi E-mail:[email protected] Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya

Transcript of Persona Jurnal Psikologi Indonesia Volume 8, No. 1, Juni...

Page 1: Persona Jurnal Psikologi Indonesia Volume 8, No. 1, Juni ...repository.untag-sby.ac.id/2389/13/Persona Jurnal... · Pers0na: Jurnal Psikologi Indonesia Volume 8, No.1, Juni 2019 ISSN.

Persona Jurnal Psikologi Indonesia Volume 8, No. 1, Juni 2019

ISSN.2301-5985 (Print), 2615-5168 (Online)

DOI: https://doi.org/10.30996/persona.v8i1.2471

Website: http://jurnal.untag-sby.ac.id/index.php/persona

Psychological Well Being Ditinjau Dari Keberadaan Orang Tua

Pada Remaja Yang Tinggal Di Panti Asuhan

Noormala Rachmawati, Eben Ezer Nainggolan, Amherstia Pasca Rina

Email: [email protected]

Fakultas Psikologi Universitas 17 Agustus 2019

Surabaya

Abstract

The purpose of this study was to determine the differences in psychological well being of

adolescent who have and have not parent that live in orphanage. The samples in this study were 64

adolescents who lived in orphanages with ages 14-20 years old using the purposive sampling

technique. This research was conducted in 3 (three) Orphanages in Surabaya, namely Orphanage

Ashabul Kahfi, Orphanage B.J.Habibie, Orphanage Karya Kasih. The data analysis technique used

is the independent sample t-test. The results of the analysis using SPSS Version 23.0, obtained the

results of the Sig. (2-tailed) Psychological Well Being variable above 0.05, so it is concluded that

there is no difference in Psychological Well Being in adolescent who have and have not parent that

live in orphanages. The research hypothesis which states that there are differences in Psychological

Well Being between adolescent have and have not parent that live in an orphanage is not proven

to be correct and is not acceptable.

Keywords: Psychological Well Being, Youth, Orphanage

Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan psychological well being

pada remaja yang memiliki orang tua dan yang tidak memiliki orang tua yang tinggal di panti

asuhan. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 64 remaja yang tinggal di panti asuhan dengan

rentan usia 14-20 tahun dengan menggunakan teknik purposive sampling. Penelitian ini

dilakukan di 3 (tiga) Panti Asuhan di Surabaya, yaitu Panti Asuhan Ashabul Kahfi, Panti Asuhan

B.J.Habibie, Panti Asuhan Karya kasih. Teknik analisis data yang digunakan adalah independent

sample t-test. hasil analisis dengan menggunakan SPSS Versi 23.0.diperoleh hasil nilai Sig. (2-

tailed) variabel Psychological Well Being di atas 0.05, sehingga disimpulkan tidak terdapat

perbedaan Psychological Well Being pada remaja yang memiliki orang tua dan yang tidak

memiliki orang tua yang tinggal di panti asuhan. Hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa

ada perbedaan Psychological Well Being antara remaja yang memiliki orang tua dan yang tidak

memiliki orang tua yang tinggal di panti asuhan adalah tidak terbukti kebenarannya maka tidak

dapat diterima.

Kata Kunci: Psychological Well Being, Remaja, Panti Asuhan.

Persona Jurnal Psikololgi Indonesia [1] Fakultas Psikologi

E-mail:[email protected] Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya

Page 2: Persona Jurnal Psikologi Indonesia Volume 8, No. 1, Juni ...repository.untag-sby.ac.id/2389/13/Persona Jurnal... · Pers0na: Jurnal Psikologi Indonesia Volume 8, No.1, Juni 2019 ISSN.

Noormala Rachmawati, Eben Ezer Nainggolan, Amherstia Pasca Rina Volume 8, No.1, Juni 2019

Pendahuluan

Keluarga adalah kunci utama suatu kehidupan, berawal dari keluarga seseorang dapat

mengenal dirinya sendiri, dapat mengenal lingkungan disekitarnya, keluarga juga berperan

dalam membentuk kepribadian anak melalui interaksi dalam keluarga, anak juga memperlajari

pola-pola tingkah laku, sikap. Sosialiasi pertama kali terjadi dalam lingkungan keluarga melalui

pengasuhan anak yang diberikan oleh orang tuanya, namun tidak semua individu beruntung

dapat tinggal bersama keluarga.

Masa remaja dianggap sebagai masa yang labil yaitu di mana individu berusaha mencari

jati dirinya dan mudah sekali menerima informasi dari luar dirinya tanpa ada pemikiran yang

lebih lanjut ( Hurlock, 1980). Informasi yang baik diharapkan akan mampu membentuk individu

yang baik, Salah satu hal yang diperlukan untuk dimiliki oleh remaja adalah psychological well

being.Saat psychological well being tercipta, maka remaja tersebut akan mampu membentuk

kemandirian dan mampu memiliki arti, mampu menerima dirinya apa adanya, serta mampu

merealisaisikan potensi dirinya, (Ryff dalam Kartika 2010).

Demikian halnya Pinguart & Sorenson, 2000, Psychological well being didefinisikan

merupaakan keadaan yang diperoleh dari lingkungan disekitar individu dengan perasaan yang

menyenangkan. Sedang kebahagiaan juga diartikan bentuk keadaan yang harmonis, sejahtera

(well being) dan kepuasan hati, yaitu kepuasan yang diperoleh apabila kebutuhan yang

diharapkan dapat terpenuhi.

Hasil ini didukung penelitian Ramadhani, et al (2016), siswa yang tinggal bersama saudara,

keluarga angkat sebagai wali pasca perceraian orang tua memiliki kesejahteraan psikologis

tertinggi dibandingkan dengan siswa yang mendapatkan wali ayah atau ibu. Hal ini serupa

dengan ungkapan Sarwono bahwa apabila terjadi masalah dengan suami-istri (meninggal atau

perceraian) lebih baik anak dipindahkan ke sanak keluarga lain atau kalau perlu dipindahkan ke

keluarga lain yang tidak ada hubungan darah (misalnya tidak ada sanak-keluarga atau harus

kos) perlu dicarikan hubungan antara anggota keluarganya cukup harmonis. Penelitian ini

memiliki novelty pada panti asuhan yang memiliki orang tua dan tidak memiliki orang tua.

Alasan seorang individu tinggal di panti asuhan dikarenakan individu tersebut tidak

memiliki orang tua (meninggal dunia) ataupun orang tua yang tidak mampu membiayai sekolah

dan biaya hidup individu tersebut. Orang tua adalah orang yang paling bertanggung jawab atas

tumbuh kembang anak, mendidik anak membutuhkan kesabaran namun ketika orang tua tidak

sanggup untuk mendidik anaknya karena faktor ekonomi maka anak tersebut dititipkan di panti

asuhan, karena panti asuhan lah merupakan tempat yang tepat bagi masa depan anak.

Remaja yang berusaha menemukan identitas dirinya dihadapkan pada situasi yang

menuntut harus mampu membentuk hubungan yang hangat di dalam lingkungannya dan

mampu menerima diri apa adanya, perasaan bahagia, mempunyai kepuasaan hidup serta

mempunyai tujuan untuk mencapai masa depan yang cerah sehingga dapat berguna bagi nusa

dan bangsa serta dapat menjadikan kebanggaan orang tua.

Pers0na: Jurnal Psikologi Indonesia

ISSN. 2301-5985 (Print), 2615-5168 (Online) Page 2

Page 3: Persona Jurnal Psikologi Indonesia Volume 8, No. 1, Juni ...repository.untag-sby.ac.id/2389/13/Persona Jurnal... · Pers0na: Jurnal Psikologi Indonesia Volume 8, No.1, Juni 2019 ISSN.

Pers0na: Jurnal Psikologi Indonesia Volume 8, No.1, Juni 2019

ISSN. 2301-5985 (Print), 2615-5168 (Online)

Menurut Depsos RI (2004), panti asuhan untuk anak-anak merupakan lembaga

pemerintah guna kesejahteraan sosial yang bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan

kesejahteraan sosial pada anak terlantar dengan memberikan santunan pada wali anak dalam

memenuhi kebutuhan fisik, mental dan sosial kepada anak asuh sehingga memperoleh

kesempatan yang tepat untuk mengembangkan kepribadiannya.

Remaja cenderung khawatir mengenai masa depannya, sehingga psychological well

being nya rendah (Ni’mah Suseno, 2013). Masa remaja adalah masa yang penuh kebahagiaan

mendapatkan kasih sayang, perhatian dari orang tua dan pengurus panti.

Penelitian yang dilakukan oleh Hartini (dalam Mazaya dan Supradewi, 2011),

menunjukkan bahwa remaja yang tinggal di panti asuhan memiliki gambaran kebutuhan

psikologis seperti kepribadian yang pasif, tidak peduli, menarik diri, mudah putus asa dan

penuh ketakutan.

Penelitian yang dilakukan oleh Jayanti (2015), menyatakan bahwa tinggal di panti

asuhan membuat remaja memperoleh berbagai hal menyenangkan. Hal itulah yang dapat

menggantikan peranan dan kasih sayang orang tua, seperti memiliki banyak teman, dapat

meneruskan sekolah, serta dapat meningkatkan nilai-nilai keagamaan karena adanya

pendisiplinan dari pengasuh panti asuhan yang belum tentu didapatkan pada remaja lain. Berdasarkan wawancara dengan beberapa remaja yang tinggal di panti asuhan Ashabul

Khafi, Jl. Raya Mulyosari No.57, Surabaya. Beberapa remaja tersebut merasa dirinya berbeda

dengan orang lain, perbedaan yang dimaksud adalah status sosial individu sebagai yatim piatu,

masa remaja adalah masa peralihan menuju kedewasaan, individu dikategorikan sebagai remaja

adalah individu yang memasuki usia 11 hingga 20 tahun (Papalia & Feldman, 2014).

Berdasarkan wawancara dengan beberapa remaja yang memiliki orang tua yang thinggal

di panti asuhan Karya Kasih, Jl. Gembong IV No. 26, Surabaya. yaitu masalah ingin pulang ke

kampung halamannya dan ingin bertemu dengan orang tuanya. Sedangkan berdasarkan

wawancara dengan remaja yang tidak mempunyai orang tua, remaja tersebut mengatakan

padatnya kegiatan sehingga kelelahan, hal ini menimbulkan kemarahan pengurus panti

terhadap remaja tersebut karena tugas yang diberikan sebagian tidak dikerjakan.

Berdasarkan wawancara dengan beberapa remaja di panti asuhan BJ. Habibie Jl. Keputih

Tegal I / 25, Surabaya. beberapa remaja mengatakan ingin kabur dari panti karena kurangnya

perhatian pengasuh panti. Contohnya, adanya peraturan melarang menggunakan handphone,

sedangkan remaja tersebut ingin berkomunikasi dengan saudaranya di kampung halaman.

Kesimpulan yang diperoleh peneliti berdasarkan pengamatan dari ke-3 (tiga) panti

asuhan, maka ditemukan adanya psychological well being rendah pada remaja yang tinggal di

panti asuhan dikarenakan remaja tersebut cenderung tidak mematuhi peraturan, selain itu

adanya perasaan tidak bahagia dan tidak bisa memaafkan orang lain selama tinggal di panti

asuhan.

Noormala Rachmawati, Eben Ezer Nainggolan, Amherstia Pasca Rina Page 3

Page 4: Persona Jurnal Psikologi Indonesia Volume 8, No. 1, Juni ...repository.untag-sby.ac.id/2389/13/Persona Jurnal... · Pers0na: Jurnal Psikologi Indonesia Volume 8, No.1, Juni 2019 ISSN.

Noormala Rachmawati, Eben Ezer Nainggolan, Amherstia Pasca Rina Volume 8, No.1, Juni 2019

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah penelitian ini

adalah “Apakah ada perbedaan psychological well being pada remaja yang memiliki orang tua

dan yang tidak memiliki orang tua yang tinggal di Panti Asuhan ?”. Tujuannya untuk mengetahui

perbedaan psychological well being pada remaja yang memiliki orang tua dan yang tidak

memiliki orang tua yang tinggal di Panti Asuhan.

Kajian Pustaka

Menurut Ryff & Keyes (1995), psychological well being adalah kemampuan individu dalam

membentuk hubungan yang hangat dengan orang lain, menerima dirinya apa adanya, mandiri

terhadap tekanan sosial, dapat mengontrol lingkungan, memiliki arti dalam hidup serta

merealisasikan potensi dirinya secara berkelanjutan. Menurut Corsini (Solihin, 2006),

psychological well being adalah suatu keadaan individu yang baik termasuk kebahagiaan, self

esteem dan kenyamanan serta kepuasan dalam hidup. Ryff mendefinisikan psychological well

being terdiri dari enam komponen, yaitu penerimaan diri, kemandirian, pertumbuhan pribadi,

penguasaan lingkungan, hubungan positif dengan orang lain, dan tujuan hidup (Snyder &

Lopez, 2007).

Komponen Psychological Well Being terdapat 6 aspek menurut Ryff (dalam Rff dan Singer,

2008) dalam psychological well being yaitu:

a. Penerimaan diri (Self-acceptance), seseorang yang memiliki penerimaan diri ditunjukkan

adanya karakteristik: memiliki sikap positif terhadap dirinya, mengakui dan menerima

berbagai aspek yang ada dalam dirinya baik yang bersifat baik maupun buruk.

Sedangkan seseorang yang tidak memiliki penerimaan diri dapat ditunjukkan dengan

karakteristik: merasa tidak puas dengan dirinya, dan kecewa terhadap apa yang telah

terjadi di masa lalu.

b. Hubungan positif dengan orang lain (positive relation with orthers), individu yang

memiliki hubungan positif dengan orang lain memiliki karakteristik: mempunyai

kehangatan dan kepuasan, sedangkan yang tidak memiliki hubungan positif dengan

orang lain mempunyai karakteristik: memiliki sedikit hubungan yang akrab dan saling

percaya dengan orang lain, sulit terbuka, dan tidak peduli dengan orang lain.

c. Otonomi (autonomy). Individu yang mencerminkan otonomi menunjukkan karakteristik:

mampu mandiri dan tidak menunjukkan ketergantungan Sedangkan individu yang

belum memiliki otonomi ditunjukkan dengan karakteristik: seseorang yang tergantung

pada harapan dan evaluasi orang lain.

d. Penguasaan terhadap lingkungan (environmental mastery). individu yang mampu

menunjukkan penguasaan lingkungan: merasa mampu untuk mengatur lingkungannya.

Sedangkan individu yang belum memiliki penguasaan pada lingkungan memiliki

karakteristik: merasa kesulitan dalam mengatur hidupnya sehari-hari, kurangnya

perhatian akan kesempatan yang ada di sekitarnya.

Pers0na: Jurnal Psikologi Indonesia

ISSN. 2301-5985 (Print), 2615-5168 (Online) Page 4

Page 5: Persona Jurnal Psikologi Indonesia Volume 8, No. 1, Juni ...repository.untag-sby.ac.id/2389/13/Persona Jurnal... · Pers0na: Jurnal Psikologi Indonesia Volume 8, No.1, Juni 2019 ISSN.

Pers0na: Jurnal Psikologi Indonesia Volume 8, No.1, Juni 2019

ISSN. 2301-5985 (Print), 2615-5168 (Online)

e. Tujuan hidup (purpose in life). individu yang memiliki tujuan dalam hidup: memiliki tujuan

dan perasaan terarah dalam hidupnya, merasa bahwa terdapat makna di kehidupan

sekarang dan kehidupan yang telah lalu. Sedangkan seseorang yang tidak memiliki

tujuan hidup: merasa kekurangan bermaknaan dalam hidup, tidak memiliki tujuan.

f. Pertumbuhan pribadi (personal growth). Teori perkembangan juga menekankan pada

pentingnya manusia untuk tumbuh dan menghadapi tantangan baru dalam setiap

periode pada tahap perkembangan. Karakteristik yang menggambarkan pertumbuhan

pribadi: memiliki perasaan akan perkembangan yang terus berlanjut, mampu melihat diri

sebagai individu yang tumbuh dan berkembang. Adapun karakter yang tidak mewakili

adanya pertumbuhan pribadi: adanya perasaan yang terhenti (stagnation), kurangnya

keinginan untuk terus tumbuh dan berkembang, merasa bosan. Teori Ryff dalam Rahayu (2008), psychological well being dipengaruhi oleh beberapa faktor,

yaitu:

1. Usia.

Ryff menjelaskan bahwa dimensi penerimaan diri dan hubungan positif terhadap

sesama tidak menunjukkan adanya perbedaan seiring dengan bertambahnya usia

(Rahayu, 2008).

2. Jenis kelamin.

Ryff (dalam Rahayu. 2008) berpendapat bahwa laki-laki berbeda signifikan dengan

perempuan dalam dimensi hubungan positif terhadap orang lain. Stereotipe gender

telah ditanamkan sejak dini baik dalam diri anak laki-laki maupun perempuan (Papalia,

2009).

3. Status sosial ekonomi.

Individu yang memiliki status sosial ekonomi yang rendah akan cenderung suka

membandingkan dirinya dengan orang lain yang memiliki status sosial ekonomi yang

lebih tinggi dengan dirinya.

4. Stres.

Stres pada seorang individu akan mempengaruhi tinggi rendahnya psychological well

being pada seseorang (Rathi & Rastogi, 2007).

5. Budaya

Dimensi penerimaan diri lebih banyak terdapat pada budaya barat daripada budaya

timur (Rahayu.2008).

6. Dukungan sosial

Seseorang yang memiliki psychological well being yang tinggi dan positif sering dicirikan

dengan sikap seseorang yang penuh kasih sayang, perhatian, rasa nyaman dan

penghargaan diri dari orang lain.

Noormala Rachmawati, Eben Ezer Nainggolan, Amherstia Pasca Rina Page 5

Page 6: Persona Jurnal Psikologi Indonesia Volume 8, No. 1, Juni ...repository.untag-sby.ac.id/2389/13/Persona Jurnal... · Pers0na: Jurnal Psikologi Indonesia Volume 8, No.1, Juni 2019 ISSN.

Noormala Rachmawati, Eben Ezer Nainggolan, Amherstia Pasca Rina Volume 8, No.1, Juni 2019

Pengertian Remaja

Hurlock (1997) menyatakan bahwa masa remaja adalah masa kritis identitas Ego remaja.

Identitas diri yang dicari remaja tersebut setidaknya berupa usaha untuk menjelaskan siapa

dirinya dan apa perannya dalam masyarakat. Perkembangan remaja meliputi perubahan fisik,

perubahan emosi dan perubahan sosial.

Santrock (2007) menyatakan bahwa pada masa remaja, perkembangan kognitif remaja

sudah mencapai tahap formal operasional. Remaja dapat memahami dan menghayati

kepentingan keberadaan hidupnya menurut sudut pandang dirinya sendiri.

Pengertian orang tua

Pengertian orang tua adalah dua individu yang berbeda memasuki hidup bersama

dengan membawa pandangan, pendapat dalam mendidik dan mengasuh anak (Gunarsa, 1976).

Anak yang dirawat oleh orang tua kandung akan mendapatkan kasih yang tulus dari orang tua

kandungnya, karena orang tua sangat menyayangi anak-anaknya. Kasih sayang dan aktivitas

anak panti asuhan berbeda dengan anak yang tinggal bersama orang tuanya. Menurut Sahlan

(2002). Orang tua adalah sebuah keluarga yang terdiri dari ayah dan ibu, dan merupakan

sebuah ikatan perkawinan yang sah yang dapat membentuk sebuah keluarga. Orang tua

memiliki tanggung jawab untuk mendidik, mengasuh dan membimbing anak untuk mencapai

masa depan anak dan yang menghantarkan anak untuk siap bersosialisasi di kehidupan

bermasyarakat. Menurut Keraf (2004), orang tua mempunyai peran dan tanggung jawab pada

anak orang tua dapat menjadi kakak ataupun teman bagi mereka,agar mereka merasa aman,

juga akan merasa dimengerti dan mendapat dukungan.

Kerangka Berfikir

Penulis mencoba mengangkat model kajian yang berkaitan dengan pokok permasalahan

yang ada. Maka kerangka berfikir yang penulis ajukan adalah sebagai berikut :

Gambar 1.

Kerangka Berfikir

Pers0na: Jurnal Psikologi Indonesia

ISSN. 2301-5985 (Print), 2615-5168 (Online) Page 6

Tidak memiliki Orang Tua

1. Tidak memiliki penerimaan diri (self acceptance) 2. Tidak memiliki hubungan positif dengan orang lain

(positive relations with other) 3. Tidak memiliki Otonomi (autonomy) 4. Tidak memiliki penguasaan lingkungan (environmental

mastery) 5. Tidak memiliki Tujuan Hidup (Purpose in life)

Page 7: Persona Jurnal Psikologi Indonesia Volume 8, No. 1, Juni ...repository.untag-sby.ac.id/2389/13/Persona Jurnal... · Pers0na: Jurnal Psikologi Indonesia Volume 8, No.1, Juni 2019 ISSN.

Pers0na: Jurnal Psikologi Indonesia

ISSN. 2301-5985 (Print), 2615-5168 (Online) Volume 8, No.1, Juni 2019

Hipotesis

Berdasarkan kajian pustaka, dan kerangka berpikir, maka hipotesis yang akan diajukan

dalam penelitian ini adalah: Ada perbedaan antara Psychological well being pada remaja yang

memiliki orang tua dan yang tidak memiliki orang tua yang tinggal di panti asuhan.

Metode Penelitian

Populasi adalah sekelompok individu atau obyek yang memiliki karakteristik yang

sama, yang mungkin diselidiki atau diamati (Imron, 2010). Menurut Sugiyono (2013)

mengartikan populasi sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari

dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 64 orang, dengan

penelitian remaja yang tinggal di panti asuhan Ashabul Kahfi sebanyak 19 orang, remaja yang

tinggal di panti asuhan Karya Kasih sebanyak 20 orang, remaja yang tinggal di panti asuhan BJ.

Habibie sebanyak 25 orang, jadi total keseluruhannya remaja yang tinggal di 3 (tiga) panti

asuhan ini sebanyak 64 orang.

Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti, jika penelitian hanya

mengambil sebagian dari populasi, maka penelitian tersebut disebut penelitian sampel, dalam

penelitian ini peneliti mengambil subjek dengan memakai penelitian sampel. Sampel pada

penelitian ini total keseluruhan adalah 64 orang remaja yang tinggal di panti asuhan yaitu yang

berusia 14 tahun sampai 20 tahun didasari karena remaja yang tinggal di panti asuhan yang

memiliki orang tua dan tidak memiliki orang tua. Remaja yang memiliki orang tua permasalahan

pada ekonomi, keluarga tidak mempunyai pilihan lain, maka membawa anak untuk dirawat di

panti asuhan adalah jalan terbaik bagi anak untuk melanjutkan kehidupan yang layak.

Permasalahan remaja yang tidak mempunyai orang tua adalah remaja tersebut hanya berharap

belas kasihan dari pengasuh panti, karena pengasuh pantilah yang menjadi orang tua remaja

tersebut.

Teknik Pengambilan Sampel Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive

sampling yang teknik pengambilan sampelnya dilakukan dengan cara mengambil subyek bukan

didasarkan atas strata, random, atau daerah, tetapi berdasarkan atas adanya tujuan tertentu

serta berdasarkan pada ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu yang diperkirakan mempunyai sangkut

paut dengan ciri-ciri atau sifat-sifat yang ada dalam populasi yang sudah diketahui sebelumnya

(Arikunto, 2006).

Noormala Rachmawati, Eben Ezer Nainggolan, Amherstia Pasca Rina Page 7

Page 8: Persona Jurnal Psikologi Indonesia Volume 8, No. 1, Juni ...repository.untag-sby.ac.id/2389/13/Persona Jurnal... · Pers0na: Jurnal Psikologi Indonesia Volume 8, No.1, Juni 2019 ISSN.

Noormala Rachmawati, Eben Ezer Nainggolan, Amherstia Pasca Rina Volume 8, No.1, Juni 2019

B. Desain Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Menurut Sugiyono (2010), penelitian

kuantitatif merupakan metode penelitian yang digunakan untuk meneliti populasi atau sampel

tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat

kuantitatif atau statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

Penelitian ini menggunakan penelitian korelasi, yaitu penelitian yang melibatkan dua atau lebih

variabel dengan satu atau lebih variabel lain (Purwanto, 2008). Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui apakah terdapat perbedaan Psychological well being antara remaja yang memiliki

orang tua dan yang tidak memiliki orang tua yang tinggal di panti asuhan.

2. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah suatu definisi mengenai variabel yang dirumuskan

berdasarkan karakteristik-karakteristik variabel tersebut yang dapat diamati (Azwar, 2011).

Adapun definisi operasional penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Psychological well being (Variabel Y)

Psychological well being adalah suatu keadaan individu dapat menerima kekuatandan

kelemahan diri, memiliki hubungan positif dengan orang lain, mampu

mengarahkanperilakunya sendiri, mampu mengembangkan potensi diri secara

berkelanjutan, mampumenguasai lingkungan, seseorang mampu mengevaluasi

kehidupan mereka, mampu memiliki tujuan dalam hidupnya serta memfokuskan pada

realiasi diri (self realizasion), pernyataan diri (personal expressiveness) dan aktualisasi diri

(self actualization).

b. Memiliki orang tua dan tidak memiliki orang tua (Variabel X

Orang tua adalah sebuah keluarga yang sangat penting bagi kehidupan anak, karena

orang tualah yang mendidik, mengajarkan hal-hal yang baik kepada anak, dan harus

menjadikan teladan yang baik dan merawat demi masa depan anak, agar anak dapat

berguna bagi masyarakat dan mampu bersosialisasi didalam kehidupan mereka kelak.

3. Instrumen Pengumpulan Data

Menurut Arikunto (2005), “Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang

digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data agar kegiatan tersebut

menjadi sistematis. Instrumen atau alat yang digunakan dalam penelitian ini berupa

kuesioner. Kuesioner dapat digunakan untuk mengetahui data pribadi seseorang,

pengalaman, pengetahuan yang kita peroleh dari responden. Metode pengumpulan

data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode skala atau pernyataan.

Penelitian ini menggunakan satu skala yaitu skala psychological well being.

Pers0na: Jurnal Psikologi Indonesia

ISSN. 2301-5985 (Print), 2615-5168 (Online) Page 8

Page 9: Persona Jurnal Psikologi Indonesia Volume 8, No. 1, Juni ...repository.untag-sby.ac.id/2389/13/Persona Jurnal... · Pers0na: Jurnal Psikologi Indonesia Volume 8, No.1, Juni 2019 ISSN.

Pers0na: Jurnal Psikologi Indonesia

ISSN. 2301-5985 (Print), 2615-5168 (Online) Volume 8, No.1, Juni 2019

C. Variabel Penelitian

Variabel diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat menjadi objek penelitian. Variabel

penelitian juga sebagai faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala yang diteliti.

Variabel-variabel yang hendak diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Variabel terikat (Y) : Psychological well being

2 .Variabel bebas (X : Remaja yang memiliki orang tua

dan tidak memiliki orang tua

D. Pengembangan alat ukur

Alat pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan skala model

likert. Skala psychological well being disusun berdasarkan menurut Ryff (dalam Ryff dan Singer,

2008) dalam psychological well being yaitu:

1) Penerimaan diri (self acceptance), seperti memiliki sikap positif terhadap dirisendiri,

mengakui dan menerima berbagai aspek diri termasuk kualitas baik dan buruk

dalam dirinya, perasaan positif tentang kehidupan masa lalu.

2) Hubungan positif dengan orang lain (positive relation with others), seperti bersikap

hangat dan percaya dalam berhubungan dengan orang lain.

3) Otonomi (autonomy), seperti, kemampuan individu dalam mengambil keputusan

sendiri dan mandiri, berperilaku sesuai dengan standar nilai individu itu sendiri,

mengevaluasi diri sendiri.

4) Penguasaan terhadap lingkungan (environmental mastery), seperti, mampu dan

berkompetensi mengatur lingkungan, menggunakan secara efektif kesempatan

dalam lingkungan, mampu menghadapi kejadian diluar lingkungan.

5) Tujuan hidup (purpose in life),seperti memiliki tujuan, misi, dan arah yang

membuatnya merasa bahwa hidup ini memiliki makna, mampu merasakan arti

dalam hidup masa kini maupun yang telah dijalan.

6) Pertumbuhan pribadi (personal ground), seperti menyadari potensi yang ada dalam

diri dan terus mengembangkan potensi tersebut, melakukan perbaikan dalam

hidupnya setiap waktu, sesuai dengan kapasitas periode perkembangan.

Skala yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan model skala likert yang sudah

dimodifikasi dengan pernyataan-pernyataan lewat 5 alternatif pilihan jawaban, yaitu : Sangat

Setuju (SS), Setuju (S), Netral (N) Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Setiap

pernyataan akan diberi nilai.

Noormala Rachmawati, Eben Ezer Nainggolan, Amherstia Pasca Rina Page 9

Page 10: Persona Jurnal Psikologi Indonesia Volume 8, No. 1, Juni ...repository.untag-sby.ac.id/2389/13/Persona Jurnal... · Pers0na: Jurnal Psikologi Indonesia Volume 8, No.1, Juni 2019 ISSN.

Noormala Rachmawati, Eben Ezer Nainggolan, Amherstia Pasca Rina Volume 8, No.1, Juni 2019

Pemberian nilai untuk pernyataan favourable nilainya bergerak dari 1 sampai 5. Bila

jawaban sangat tidak setuju nilainya 1, tidak setuju nilainya 2, netral nilainya 3, setuju nilainya 4,

dan sangat setuju nilainya 5. Pernyataan unfavourable bergerak dari 5 sampai 1. Bila jawaban

sangat tidak setuju nilainya 5, tidak setuju nilainya 4, netral nilainya 3, Setuju nilainya 2, dan

sangat setuju nilainya 1. Pernyataan-pernyataan dalam skala ini dibuat berdasarkan teori-teori

pendukung yang dianggap mewakili indikator variabel penelitian.

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Penelitian dilaksanakan pada tanggal 31 Mei -17 Juli 2019, di 3 (tiga) panti asuhan yaitu:

Panti asuhan Ashabul Kahfi, Panti asuhan Karya Kasih, Panti asuhan B.J.Habibie.

Pengambilan data dilakukan dengan mendatangi satu persatu panti asuhan dan meminta

ijin untuk melakukan penelitian, kemudian penyebaran skala dilakukan di 3 (tiga) panti asuhan

yang berada di Surabaya pada remaja yang berusia 14 - 20 tahun.

Tabel.4.1.

Pengambilan Data Partisipan

No.

Hari atau tanggal Pengambilan Data

Waktu Nama Panti Asuhan

Alamat Panti Asuhan

1. Jumat, 31 Mei 2019 Pk.18.00-20.00

Panti Asuhan Ashabul Kahfi

Jl. Raya Mulyosari No.57 Surabaya

2. Senin, 24 Juni 2019 Pk.13.00-14.00

Panti Asuhan Karya Kasih

Jl. Gembong IV/26 Surabaya

4. Senin, 24 Juni 2019 Pk.17.00-18.00

Panti Asuhan B.J.Habibie

Jl. Keputih Tegal I/25 Surabaya

Deskripsi Data

Analisis deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan pertanyaan dari hasil data

tanggapan responden pada kuesioner untuk variable psychological well being. Berikut hasil

deskripsi dalam bentuk tabel frekuensi untuk variabel psychological well being yaitu:

Tabel 4.2

Distribusi Frekuensi Psychological well being

Kategori Distribusi

Frekuensi Prosentase %

Rendah 10 15.6

Sedang 44 68.8

Tinggi 10 15.6

Total 64 100

Sumber: Lampiran 3

Pers0na: Jurnal Psikologi Indonesia

ISSN. 2301-5985 (Print), 2615-5168 (Online) Page 10

Page 11: Persona Jurnal Psikologi Indonesia Volume 8, No. 1, Juni ...repository.untag-sby.ac.id/2389/13/Persona Jurnal... · Pers0na: Jurnal Psikologi Indonesia Volume 8, No.1, Juni 2019 ISSN.

Pers0na: Jurnal Psikologi Indonesia

ISSN. 2301-5985 (Print), 2615-5168 (Online) Volume 8, No.1, Juni 2019

diketahui bahwa sebagian besar remaja yang memiliki orang tua dan yang tidak memiliki

orang tua yang tinggal di panti asuhan mempunyai Psychological well being dalam kategori

sedang sebesar 68.8% atau 44 orang. Dan sebagian kecil remaja yang tinggal di panti asuhan

mempunyai Psychological well being dalam kategori rendah dan tinggi masing-masing sebesar

15.6% atau 10 orang. Sehingga dalam hal ini Psychological well being remaja yang tinggal di panti

asuhan secara umum adalah sedang. Tabulasi silang dilakukan untuk mengetahui hubungan

antara variabel data. Berikut tabulasi silang antara kategori Psychological well being dengan

kelompok responden.

Tabel 4.3

Tabulasi Silang Antara Kategori Psychological well being dengan Kelompok Responden

Kategori Psychological well being

Total Rendah Sedang Tinggi

Kelompo

k remaja

Tidak

memiliki ortu

Count 7 32 8 47

% of Total 10.9% 50.0% 12.5% 73.4%

Memiliki ortu Count 3 12 2 17

% of Total 4.7% 18.8% 3.1% 26.6%

Total

Count 10 44 10 64

% of Total 15.6% 68.8% 15.6% 100.0%

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar remaja yang tidak memiliki orang tua

memiliki Psychological well being sedang (50%), begitu pula dengan remaja yang memiliki orang

tua mayoritas memiliki Psychological well being sedang (18.8%).

Uji Normalitas

Untuk menguji normalitas data digunakan uji statistik One-Sample Kolmogorov-Smirnov

Test. Kriteria pengujian normalitas data dengan membandingkan probabilitas Asymp. Sig (2-

tailed) dengan nilai alpha (α), Kriteria pengujian adalah apabila probabilitas Asymp. Sig (sig 2-

tailed) > alpha (α), maka hasil tes dikatakan berdistribusi normal. Hipotesis pengujian uji

normalitas dengan menggunakan One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test adalah sebagai

berikut:

H0: angka signifikan (Sig) < 0,05 maka data tidak berdistribusi normal

H1: angka signifikan (Sig) > 0,05 maka data berdistribusi normal.

Hasil uji normalitas dengan One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test menggunakan software

program SPSS, ditunjukkan pada Tabel sebagai berikut.

Noormala Rachmawati, Eben Ezer Nainggolan, Amherstia Pasca Rina Page 11

Page 12: Persona Jurnal Psikologi Indonesia Volume 8, No. 1, Juni ...repository.untag-sby.ac.id/2389/13/Persona Jurnal... · Pers0na: Jurnal Psikologi Indonesia Volume 8, No.1, Juni 2019 ISSN.

Noormala Rachmawati, Eben Ezer Nainggolan, Amherstia Pasca Rina Volume 8, No.1, Juni 2019

Tabel 4.4.

Hasil Uji Normalitas Variabel Psychological well being

Data Asymp. Sig α Keterangan

Psychological well being 0.675 0.05 Normal

Berdasarkan Tabel 4.4 di atas, hasil uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov terlihat bahwa nilai

signifikansi untuk variabel Psychological well being adalah lebih besar dari 0,05, maka data tersebut

berdistribusi normal.

Uji Homogenitas

Langkah selanjutnya adalah melakukan uji homogenitas varians data. Kriteria Uji

homogenitas dilakukan dengan membandingkan angka signifikan Asymp. Sig dengan nilai

alpha (α), dengan ketentuan, jika angka signifikan (Sig) lebih besar dari α (0,05), maka H0

diterima, sebaliknya jika angka signifikan (Sig) lebih kecil dari α (0,05), maka H0 ditolak.

Hipotesis pengujian uji homogenitas adalah sebagai berikut:

H0: Kedua varian populasi adalah homogen

H1: Kedua varian populasi adalah tidak homogen

Dari data skor kelompok remaja yang memiliki orang tua dan yang tidak memiliki orang

tua yang tinggal di panti asuhan, setelah dilakukan uji homogenitas diperoleh output yang

ditunjukkan pada Tabel 4.5 sebagai berikut:

Tabel 4.5

Hasil Uji Homogenitas Varians Variabel Psychological well being

Data Asymp. Sig α Keterangan

Psychological well being 0.788 0.05 Homogen

Berdasarkan Tabel 4.5 di atas, diperoleh angka signifikansi pada data Psychological well

being lebih dari 0,05, maka terima H0 dan tolak H1 dengan kesimpulan data Psychological well

being antara remaja yang memiliki orang tua dan yang tidak memiliki orang tua yang tinggal di

panti asuhan bersifat homgen atau memiliki varians populasi yang sama (equal variances

assumed).

Pers0na: Jurnal Psikologi Indonesia

ISSN. 2301-5985 (Print), 2615-5168 (Online) Page 12

Page 13: Persona Jurnal Psikologi Indonesia Volume 8, No. 1, Juni ...repository.untag-sby.ac.id/2389/13/Persona Jurnal... · Pers0na: Jurnal Psikologi Indonesia Volume 8, No.1, Juni 2019 ISSN.

Pers0na: Jurnal Psikologi Indonesia

ISSN. 2301-5985 (Print), 2615-5168 (Online) Volume 8, No.1, Juni 2019

Perbedaan Psychological well being pada remaja yang memiliki orang tua dan yang tidak

memiliki orang tua

Uji beda yang digunakan untuk mengetahui perbedaan Psychological well being antara

remaja yang memiliki orang tua dan yang tidak memiliki orang tua yang tinggal di panti asuhan

adalah Independent t Test karena sebelumnya telah diketahui distribusi data normal. Berikut

langkah-langkah untuk uji beda:

a. Tingkat signifikan = 0.05

b. Daerah kritis : Hipotesis ditolak jika Sig. < (0.05)

Berikut hasil uji beda untuk masing-masing variabel independen:

Tabel 4.6

Uji Beda Psychological well being antara remaja yang memiliki orang tua dan yang tidak

memiliki orang tua

Kelompok Rata-rata

Skor

Sig. (2-

tailed)

Keputusan

Hipotesis

Memiliki orang tua 3.1347 0.472

Hipotesis

ditolak Tidak memiliki orang tua 3.0262

Berdasarkan tabel 4.6, diketahui bahwa nilai Sig. (2-tailed) variabel Psychological well being

mempunyai nilai Sig. (2-tailed) di atas 0.05, maka H0 diterima, sehingga disimpulkan tidak

terdapat perbedaan Psychological well being pada remaja yang memiliki orang tua dan yang

tidak memiliki orang tua yang tinggal di panti asuhan, sehingga hipotesis ditolak.

Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis data dalam penelitian ini diperoleh tidak terdapat perbedaan

Psychological well being pada remaja yang memiliki orang tua dan yang tidak memiliki orang tua

yang tinggal di panti asuhan. Hal ini menunjukkan bahwa remaja yang memiliki orang tua dan

yang tidak memiliki orang tua yang tinggal di panti asuhan mempunyai Psychological well being

yang sama. Hasil wawancara peneliti dengan pengasuh yang ada di tiga panti diperoleh data

bahwa remaja yag memiliki orang tua dan tidak memiliki orang tua yang tinggal di panti asuhan

dapat mempunyai psychological well being tinggi dimana remaja tersebut dapat memaafkan

terhadap orang yang telah menyakitinya.

Noormala Rachmawati, Eben Ezer Nainggolan, Amherstia Pasca Rina Page 13

Page 14: Persona Jurnal Psikologi Indonesia Volume 8, No. 1, Juni ...repository.untag-sby.ac.id/2389/13/Persona Jurnal... · Pers0na: Jurnal Psikologi Indonesia Volume 8, No.1, Juni 2019 ISSN.

Noormala Rachmawati, Eben Ezer Nainggolan, Amherstia Pasca Rina Volume 8, No.1, Juni 2019

Menurut Enright, Freedman, dan Rique (dalam Shekhar, Jamwal, & Sharma, 2014)

menyatakan bahwa seseorang yang dapat memaafkan dan tidak memiliki rasa dendam dalam

hatinya akan bisa merasakan kebahagiaan, tidak memiliki rasa khawatir dari pada orang yang

tidak dapat memaafkan. Faktor Psychological well being ada dukungan sosial bahwa individu

yang dukungan sosial berupa kasih sayang, perhatian, rasa nyaman dan penghargaan diri dari

orang lain memiliki Psychological well being yang tinggi, budaya barat memiliki skor yang tinggi

dalam penerimaan diri dan dimensi otonomi tidak ketergantungan terhadap orang lain,

sedangkan budaya timur yang menjunjung tinggi nilai budaya, stres merupakan salah satu

faktor yang dapat mempengaruhi tinggi rendahnya Psychological well being pada diri seseorang

dan

status sosial ekonomi seseorang yang memiliki status sosial ekonomi yang rendah cenderung

membandingkan dirinya dengan orang lain yang memiliki status sosial ekonomi yang lebih baik. hasil temuan ini menunjukkan hal yang berbeda bahwa tidak memiliki orang tua bukan

menjadi pemicu psychological well-being yang buruk. Hal ini dapat dikarenakan oleh fungsi dan

peran panti asuhan mampu menjadi orang tua pendamping yang baik sehingga baik pada anak

yang memiliki orang tua maupun yang tidak memiliki orang tua tetap memiliki psychological

well-being yang baik. Dengan kata lain, peran panti asuhan sebagai pengganti orang tua mampu

dalam membentuk psychological well-being.

Disisi lain, menurut tinjauan teoritis seperti yang dikemukakan oleh Napitupulu (2009)

bahwa pada remaja yang tidak memiliki orang tua tekanan-tekanan yang dialami akan semakin

banyak terkait dengan tidak adanya orang tua sebagai sumber kasih sayang, perlindungan

dan dukungan. Oleh karena itu, keberadaan panti asuhan dapat digunakan untuk

menggantikan peran orang tua, sehingga meskipun mereka tidak memiliki orang tua maka

tetap memiliki psychological well-being yang baik.

Kesimpulan dan Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil suatu kesimpulan bahwa

tidak terdapat perbedaan Psychological well being pada remaja yang memiliki orang tua dan

yang tidak memiliki orang tua yang tinggal di panti asuhan. Artinya remaja yang memiliki orang

tua dan yang tidak memiliki orang tua yang tinggal di panti asuhan mempunyai Psychological

well being yang sama. Psychological well being remaja yang memiliki orang tua dan tidak

memiliki orang tua yang tinggal di panti asuhan akan selalu bahagia, nyaman dan bersemangat

dalam menjalani kehidupan sehari – hari, dan remaja yang tidak mempunyai psychological well

being baik remaja yang memiliki orang tua dan yang tidak memiliki orang tua akan mudah putus

asa.

Pers0na: Jurnal Psikologi Indonesia

ISSN. 2301-5985 (Print), 2615-5168 (Online) Page 14

Page 15: Persona Jurnal Psikologi Indonesia Volume 8, No. 1, Juni ...repository.untag-sby.ac.id/2389/13/Persona Jurnal... · Pers0na: Jurnal Psikologi Indonesia Volume 8, No.1, Juni 2019 ISSN.

Pers0na: Jurnal Psikologi Indonesia

ISSN. 2301-5985 (Print), 2615-5168 (Online) Volume 8, No.1, Juni 2019

Ketiga panti asuhan yang telah diteliti ternyata remaja yang memiliki orang tua dan

tidak memiliki orang tua yang tinggal di panti asuhan mempunyai psychological well being yang

sedang sehingga remaja yang memiliki orang tua dan tidak memiliki orang tua dapat

memaafkan orang tuanya dan mempunyai hubungan baik dengan lingkungan sekitarnya.

Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh, hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa

“Ada perbedaan Psychological well being antara remaja yang memiliki orang tua dan yang tidak

memiliki orang tua yang tinggal di panti asuhan” tidak terbukti.

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, penulis mengemukakan beberapa saran

kepada pihak yang terkait, sebagai berikut:

1. Bagi remaja yang memiliki orang tua, disarankan dapat merespon secara positif solusi

dari kedua orang tuanya yang memiliki keterbatasan secara ekonomi agar remaja mampu

berkembang lebih baik, serta memiliki komunikasi dan hubungan yang baik dengan

orang tua.

2. Bagi remaja yang tidak memiliki orang tua, disarankan menjalin komunikasi yang efektif

dan mulai terbuka dengan pengasuh tentang kebutuhan psikologisnya.

3. Bagi remaja yang memiliki orang tua dan yang tidak memiliki orang tua, disarankan untuk

mulai mencari potensi-potensi dirinya untuk dikembangkan atau untuk mengenal

kelebihan dan kekurangan. 4. Bagi panti asuhan, disarankan pengasuh dapat menjadi orang tua selama dipanti dengan

menjalin kedekatan sebagai upaya memberi dukungan, perhatian dan rasa aman pada

remaja panti, serta memberikan wadah kegiatan positif dengan melihat kemampuan dan

minat remaja panti. 5. Bagi peneliti berikutnya, yang meneliti psychological well being pada remaja yang memiliki

orang tuan dan yang tidak memiliki orang tua yang tinggal di panti asuhan, dapat

meneliti aspek-aspek lain yang mempengaruhi psychological well being, misalnya

penerimaan diri, stress, dan menjalin hubungan positif dengan orang lain yang dapat

dijadikan variabel oleh peneliti selanjutnya.

Noormala Rachmawati, Eben Ezer Nainggolan, Amherstia Pasca Rina Page 15

Page 16: Persona Jurnal Psikologi Indonesia Volume 8, No. 1, Juni ...repository.untag-sby.ac.id/2389/13/Persona Jurnal... · Pers0na: Jurnal Psikologi Indonesia Volume 8, No.1, Juni 2019 ISSN.

Noormala Rachmawati, Eben Ezer Nainggolan, Amherstia Pasca Rina Volume 8, No.1, Juni 2019

Daftar Pustaka

Adiputra & Moningka. (2012). Gambaran Psychological well being pada perempuan Dewasa Awal.

Jurnal Psikologi. Vol 05.Jakarta : Universitas Bunda mulia.

etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/88427/.../S1-2015-320038- Introduction.pdf.

Cahyanti, Ika Yuniar. (2012), Perbedaan Psychological well being pada penderita diabetes militus

tipe 2 usia dewasa madya ditinjau dari segi coping. Surabaya : Jurnal Klinis dan kesehatan.

Universitas Airlangga. Vol. 1. No.2, Juni 2012.

Daniel Kahneman, Ed Diener & Norbert Schwarz (2003), Well being the Foundation of Hedonic

Psychology , New york 10021.

Fredman. S., & Ma. A. K (2014), Journal of divorce & the impact of forgiveness on adolescent

adjusment to parental divorce, (November 2014), 37-41.

Graham, Helen & Jordan. (2011). Psychological well being dalam Konteks sosial. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Huppert, F. A. (2009), Psychological well being evidence regarding is causes and consequences,

Applied Psychology Health and well being, I (2), 137-164.

Hurlock, Elizabeth. B. (1980). Pendekatan perkembangan: suatu pendekatan sepanjang rentang

kehidupan. Edisi kelima. Alih bahasa : Istiwidayanti & Soedjarwo. Jakarta : Erlangga.

Hurlock. E. B. (2004). Psikologi Perkembangan. Jakarta : PT. Gelora.

James Budiman (2014), Psikologi Praktis Remaja, Surabaya: Penerbit liris, ISBN : 978-602-1526-

255.

Juntika Nurihsan, M.Pd. & Dr. Mubiar Agustin, M.Pd. (2013), Dinamika Perkembangan Anak &

Remaja. Bandung : Bagian Penerbitan PT. Refika Aditama.

Kartika, S.C. (2010) . Psikodrama untuk meningkatkan psychological well- being pada remaja

yang tinggal di panti asuhan. Skripsi, Universitas Muhammadiyah Malang.

Maier, E.H., & Lachman, M. E. (2000), Consequences of early parental loss and separation for

health and well being in Midlife. International Journal of Behavioral Development, 24(2), 183-

189.

Pers0na: Jurnal Psikologi Indonesia

ISSN. 2301-5985 (Print), 2615-5168 (Online) Page 16

Page 17: Persona Jurnal Psikologi Indonesia Volume 8, No. 1, Juni ...repository.untag-sby.ac.id/2389/13/Persona Jurnal... · Pers0na: Jurnal Psikologi Indonesia Volume 8, No.1, Juni 2019 ISSN.

Pers0na: Jurnal Psikologi Indonesia

ISSN. 2301-5985 (Print), 2615-5168 (Online) Volume 8, No.1, Juni 2019

Moh. Ali & Moh. Asrori. (2004). Psikologi Remaja. Jakarta : Bumi Aksara.

Ni’mah Suseno, M. (2013). Efektivitas pembentukan karakter spiritual untuk meningkatkan

optimisme terhadap masa depan anak yatim piatu The effect of Spiritual Character

Building to Enhance the optimisn toward the future among orphan Child. Jurnal Intervensi

Psikologi, 5 (1), 1-24

Nina Yunita Kartikasari. (2013). Body dissatisfaction terhadap psychological well being pada

karyawati. Journal Ilmiah Psikologi terapan 2013, Vol. 01,No.02, Agustus 2013.

Ramadhani, T., Djunaedi., A. Sismiati. (2016). “Kesejahteraan Psikologis (Psychological Well-

Being) Siswa yang Orang Tuanya Bercerai (Studi Deskriptif yang Dilakukan pada Siswa di

SMK Negeri 26 Pembangunan Jakarta). Jurnal Bimbingan Konseling, 108-115.

Rianda. E., & Liana. M (2016), Forgiveness ditinjau dari empathy pada pasangan suami istri

dikelurahan binjai kecamatan medan denai. Jurnal Tarbiyah, vol. 23, No. 2, Juli- Desember

2016.

Ryff, Carol. D & Keyes, C.L.M (1995). The structure of psychological well Being revisited. Journal

of Personality and Social Psychology 1995, Vol. 69, No.4,719-727.

Ryff, Carol. D. (1989). Happiness Is Everything, or is it ? Explorations on the Meaning of

Psychological Well Being. Journal of Personality and Social Psychology.

Sarlito Wirawan Sarwono. (2012). Psikologi Remaja. Jakarta: PT. Raja Grafindo.

Savitri, J., Kiswantomo,H., & Ratnawati. (2010). Studi deskriptif mengenal psychological well

being pada remaja sos desa taruna kinderdorf bandung. Fakultas psikologi. Universitas

Kristen Maranatha.

Suryani Hardjo & Eryanti Novita. Hubungan dukungan sosial dengan psychological well being

pada remaja korban sexual Abuse, ISSN : 2085-6601, EISSN : 25 02-4590.

Winilis Wikanestri, Adhyatman Prabowo (2015). Psychological well being pada pelaku wirausaha.

Seminar Psikologi & Kemanusiaan, ISBN: 978-979-796-324-8.

Zulkifli L. (2009). Psikologi Perkembangan. Bandung : Bagian Penerbitan PT. Remaja

Rosdakarya.

Noormala Rachmawati, Eben Ezer Nainggolan, Amherstia Pasca Rina Page 17