Persiapan Pemboran Lubang Tembak

22
SMK NEGERI 1 DUSUN TENGAH BAHAN PEMBELAJARAN MATA DIKLAT TEKNIK PELEDAKAN JURUSAN GEOLOGI PERTAMBANGAN KELAS XI SEMESTER GENAP DISUSUN OLEH : RIGAS ANDINO, A.Md

description

oke

Transcript of Persiapan Pemboran Lubang Tembak

SMK NEGERI 1 DUSUN TENGAH

BAHAN PEMBELAJARANMATA DIKLAT TEKNIK PELEDAKANJURUSAN GEOLOGI PERTAMBANGAN KELAS XI SEMESTER GENAP

DISUSUN OLEH :

RIGAS ANDINO, A.Md

Ampah2011PERSIAPAN PELAKSANAAN PELEDAKAN

A. Dasar Teori KegiatanPersiapan peledakan adalah semua kegiatan, baik teknis maupun tindakan pengamanan yang ditujukan untuk dapat melaksanakan suatu peledakan dengan aman dan berhasil. Dari suatu pengalaman bahwa untuk mendapatkan suatu peledakan yang aman dan berhasil, hal ini sangat erat hubungannya dengan hasil pelaksanaan Persiapan peledakan itu sendiri.Pelaksanaan Persiapan peledakan yang kurang baik atau sembrono, akan mengakibatkan resiko kerugian dan bahaya keselamatan kerja bagi personil maupun peralatan yang berupa :a. Jumlah batu hasil ledakan sangat sedikitb. Satuan atau beberapa lubang ledak yang mangkir (misfire)c. Terjadi ledakan prematured. Fragmentasi material yang terlalu besar atau terlampau kecil dan relatif tidak homogene. Layangan batu /material ledakan (Flying rock) yang sangat jauhf. Korban orang atau kerusakan peralatang. Kebutuhan waktu untuk melaksanakan peledakan akan bertambah besarh. Penambahan biaya operasional, dllPada prinsipnya, persiapan peledakan dapat dibagi atas beberapa bagian atau tahap kerja :1. Pengamanan lapangan kerja selama pelaksanaan Persiapan peledakan2. Persiapan peralatan peledakan, antara lain : Detonator, kabel pembantu, kabel utama dan blasting machine (Exploder) dll3. Mempersiapkan primer4. Pengisian Lubang ledak (Inisiasi)5. Perangkaian kabel atau sumbu penghubung6. Penentuan posisi blaster (Shot fire and blasting machine)7. Pengamanan lapangan peledakan dan sekelilingnya sebelum peledakan dilakukan (road block)

B. Rancangan PeledakanFaktor Faktor yang dapat divariasikan untuk mendesain atau perancangan peledakan dapat mencakup :a. Ketinggian Jenjang (Bench)Saat batuan di bor dan diledakan untuk membuat tangga/ teras/ pijakan pijakan (Steps), aktifitas ini disebut sebagai pemboran jenjang (Bench Drilling). Tinggi jenjang ditentukan oleh Faktor seperti kestabilan batuan dan kestabilan lerengnya.b. Diameter Lubang BorDiameter lubang bor sangat erat hubungannya dengan ketinggian dan beban bench. Lokasi tambang, tingkat produksi, kepadatan batuan, Faktor bahan peledak untuk udara dan pemantauan getaran tanah dapat memainkan peranan penting dalam menentukan jenis mesin dan diameter lubang terkait dengan dimensi permuka kerja yang diinginkan.c. Burden dan SpacingAdalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan dimensi suatu pola bor lubang tembakd. Gerakan / Lemparan (Movement / Throw)Pola lubang bor dirancang untuk mendapatkan permukaan hasil peledakan yang sesuai untuk peralatan alat muat dan alat angkut. Faktor utama yang mengendalikan gerakan pada saat peledakan adalah Faktor beban atau lapisan tanah penutup (Overburden). Pemilihan lapisan tanah penutup juga akan bergantung pada lebar dari lapisan yang akan dibuka atau lebar bench yang diinginkan.e. FragmentasiAdalah istilah umum yang dipakai untuk menerangkan ukuran masing-masing pecahan batuan yang akan terbentuk setelah peledakan dilakukan. Kemudian setelah burden ditentukan spacing juga harus sudah ditentukan untuk memberikan Fragmentasi yang diinginkan. Spacing dihitung berdasarkan Jumlah volume / tonase Overburden (OB) yang akan diledakan dan jumlah bahan peledak yang akan diisi pada lubang bor.f. Dinding Hasil LedakanSeringkali baris dari lubang bor yang akan menghasilkan dinding terjal dibuat berjarak lebih dekat satu sama lainnya, hal ini akan menyebabkan bahan peledak yang digunakan lebih banyak.g. Pengaruh / Kontrol LingkunganHampir semua kegiatan penambangan yang mengggunakan peledakan membatasi tingkat kebisingan (Noise) dan getaran (Vibration) yang diakibatkan oleh kegiatan peledakan seperti yang ada dipersyaratkan oleh Badan Lingkungan Hidup (BLH). Suara ledakan akan menjadi sangat keras jika lubang ledak tidak memiliki stemming yang sesuai dengan standar yang telah ditentukan.h. Lubang vertical dan MenyudutLubang peledakan yang menyudut akan lebih produktif atau efektif dibandingkan dengan lubang yang vertical, tetapi masing-masing memiliki kelebihan, kekurangan dan tujuan tertentu.Lubang Vertikal Pergerakan dari arah alat bor lebih cepat, membutuhkan lebih sedikit jarak pemboran Lebih sedikit keausan pada suku cadang / spare part alat bor Penyetelan mesin relatif lebih mudah oleh operator drilling Menyebabkan kerusakan pada kemiringan dinding (High wall).Lubang Menyudut Menghasilkan ledakan yang lebih baik Burden yang merata dihasilkan pada sepanjang dinding high wall Lubang Pemboran menyudut akan searah dengan dinding baru yang akan dihasilkan sehingga dinding High Wall menjadi lebih Stabil. Pengaturan arah lubang bor lebih sulit

C. Penentuan Geometri PeledakanGeometri peledakan merupakan hubungan antara berbagai dimensi yang digunakan dalam merencanakan peledakan secara geometri.Adapun Faktor yang perlu diperhatikan dalam Penentuan geometri peledakan, yaitu :a. Diameter Lubang Bor (d)Pemilihan diameter lubang bor tergantung pada tingkat produksi yang diinginkan, sehingga dengan lubang bor yang lebih besar, lebih besar pula tingkat produksi yang dihasilkan. Pemilihan ukuran diameter lubang bor secara tepat penting untuk memperoleh hasil Fragmentasi secara maksimal dengan biaya relatif rendah.Faktor yang membatasi dalam pemilihan diameter lubang bor antara lain : Ukuran Fragmentasi material yang diinginkan Pengisian bahan peledak yang rendah karena bahaya getaran yang ditimbulkan.Sedangkan pola umumnya ada tiga kriteria dalam menentukan lubang bor, yaitu : Ketersedian alat bor Kedalaman lokasi yang akan diledakan Jarak terdekat terhadap bangunan, pemukiman maupun peralatan lainnya.Dalam Penentuan geometri peledakan, diameter lubang berkaitan dengan ketinggian jenjang, sehingga :

d = (5 10) x K

dimana :d = Diameter lubang bor (mm)K = Tinggi JenjangDengan diameter lubang yang kecil maka burden juga kecil, maka hasil fragmentasi yang bagus dengan getaran yang rendah. Hal ini perlu diperhatikan, lebih-lebih apabila peledakan berdekatan dengan pemukiman penduduk. Pemakaian bor kecil pada kondisi batuan yang labil akan menghasilkan Fragmentasi yang lebih baik dari pada lubang bor yang besar.b. Burden (B)Burden adalah jarak antara lubang bor terhadap bidang bebas (free face) yang terdekat pada saat terjadi peledakan. Peledakan dengan Jumlah baris (Row) yang banyak, true burden tergantung pada penggunaan bentuk pola peledakan yang digunakan, bila peledakan yang digunakan adalah delay detonator dengan tiap-tiap baris delay yang berdekatan akan menghasilkan free face yang baru.Burden merupakan variable yang sangat penting dan kritis dalam desain peledakan. Dengan jenis bahan peledak yang dipakai dan batuan yang dihadapi terdapat jarak maksimum burden agar peledakan sukses.Jarak burden sangat erat hubungannya dengan besar kecil diameter lubang bor yang digunakan. Sehingga besar jarak burden optimum biasanya terletak antara (25 40) diameter lubang atau :

B = (25 40) x d

Dimana : B = Burden (m)d = Diameter lubang bor (mm)jarak burden ini sangat dipengaruhi oleh rongga batuan, dimana pada jarak pada kondisi ini berkisar antara (2,5 3 m). sedangkan lokasi yang dianggap bebas rongga, jarak burden berkisar antara 3 3,5 meter dan 4 4 meter, itu semua disesuaikan lagi dengan kondisi batuan dilapangan.c. Spacing (S)Spacing adalah Jarak antara dua lubang tembak yang berdekatan dalam satu baris (row). Spacing merupakan fungsi dari burden dan dihitung setelah burden ditetapkan secara teoritis, optimum spacing berkisar antara (1,1 1,8) burden atau :

S = (1,1 1,8) x B

Dimana :S = Spacing dan B = BurdenJika spacing lebih kecil daripada burden , cenderung menyebabkan stemming injection yang lebih dini. Akibatnya gas yang dihamburkan ke atmosfir (air blast). Sebaliknya jika spacing terlalu besar daripada burden, Fragmentasi diantara lubang tembak hasilnya tidak sempurna.d. Sub Driiling (J)Sub Drilling adalah tambahan kedalaman dari pada lubang bor dibawah rencana lantai jenjang. Sub drilling diperlukan untuk menghindari tonjolan (toe) pada lantai jenjang, karena pada bagian tempat ini sangat sukar untuk diledakan. Cara perhitungan sub drilling adalah :

J = (0,2 0,4) x B

Dimana :J = Sub drilling (m) dan B = Burden (m)Bila sub drilling ini berlebihan maka akan mengakibatkan getaran yang berlebihan (Excessive ground vibration) dan masalah tonjolan pada lantai.e. Stemming (T)Adalah tempat material penutup didalam lubang bor diatas kolom isian bahan peledak. Stemming berfungsi untuk mengurung gas ledakan sehingga dapat menghindari air blast yang dapat mengakibatkan material yang terlempar /terbang jauh ke udara (flaying rock). Ukuran stemming (T) yang diperlukan tergantung jarak burden (B) dan biasanya dibuat :

T = (0,7 1) x Bdimana : T = Stemming (m) dan B = Burden (m)Stemming yang digunakan biasanya berasal dari material yang keras dan padat.f. Kedalaman Lubang Bor (H)Kedalaman Lubang Bor ditentukan berdasarkan kondisi batuan (yang telah diuji di laboratorium), Dimensi dan kemampuan alat tambang sehingga akan mempengaruhi tinggi jenjang.g. Tinggi Jenjang (K)Ketinggian jenjang harus disesuaikan dengan kemampuan alat bor dan diameter lubang. Sehingga jenjang yang lebih rendah memakai diameter lubang bor yang lebih kecil, sedangkan diameter lubang bor yang besar untuk jenjang yang lebih tinggi. Secara praktis hubungan diameter lubang bor dengan ketinggian jenjang dapat diformulasikan :

K = (0,1 0,2) x dDimana : K = Tinggi jenjang (m) dan d = diameter lubang bor (mm)

D. Kecepatan PemboranAdalah kecepatan waktu yang diperlukan dalam 1 kali siklus pemboran sampai kedalaman tertentu. Untuk mengetahui kemampuan dari produktivitas alat bor yang digunakan dalam upaya pencapaian target produksi overburden (BCM) per hari, maka Faktor Faktor yang mempengaruhinya adalah sebagai berikut :a. Waktu Edar (Cycle Time)Waktu edar adalah salah satu cara pengukuran untuk mengetahui kemampuan kinerja alat bor dalam suatu siklus kegiatan pemboran. Dalam melakukan rangkaian kegiatan kerja atau waktu edar alat bor perlu diperhatikan : Waktu persiapan (preparing) Waktu pemboran batang bor pertama (single pass) Waktu untuk pengangkatan rangkaian bor (drill strain) Waktu pindah lokasi (moving) Waktu mengatasi hambatan (operator skill)b. Kesediaan alat mekanis (Mechanical availability)Merupakan Faktor yang menunjukan kesediaan alat untuk melakukan kerja dengan mempertimbangkan waktu yang hilang akibat break down maupun tidak bekerjanya alat.c. Efisiensi kerjaFaktor yang paling sulit untuk ditentukan karena dipengaruhi oleh beberapa hal seperti manusia yang menggunakan alat, cuaca, kondisi alat dan suasana kerja.d. Jenis BatuanMisalkan pada batupasir yang biasanya rentan terhadap gesekan sehingga dapat runtuh pada lubang bor atau batu lempung yang basah dapat lengket karena cutting lambat naik.

e. Kedalaman (Depth) Dalam hal ini dipengaruhi oleh faktor geometri dari perencanaan dan target produksi yang diinginkan.f. Lokasi Tempat kerja (Site)Lokasi tempat kerja yang akan dibor, sedapat mungkin dibersihkan dari material-material yang telah dibongkar ataupun diledakan sebelumnya agar tidak mengganggu proses pemboran itu sendiri yang pada akhirnya akan mempengaruhi efisiensi kerja kegiatannya.g. Cuaca (Weather)Merupakan salah satu faktor force majeure (kendala alam) yang dapat menggagalkan bahkan menghentikan kegiatan ini secara langsung. Kadang kala para kru pemboran dan peledakan dituntut untuk dapat melaksanakan kegiatan ini karena adanya perubahan jadwal dari waktu dari yang sudah ditetapkan.h. Pengolahan dan penggunaan alatPengolahan dalam hal ini adalah mempersiapkan material-material stemming dan Instalasi/ lay out peralatan sesuai dengan unjuk kerja yang sudah ditetapkan bagi tiap personil untuk dapat bekerja dengan sebaik-baiknya.i. Skill dan pengalaman operatorPerformance seorang operator drill lubang tembak sangat berperan penting dalam menjaga kelancaran proses pemboran, hal ini ditunjang oleh pengalaman dalam berimprovisasi untuk dapat mengoperasikan peralatan sebaik mungkin dengan memahami aspek kondisi peralatan (Mechanical Availability).j. Kelambatan Kerja dan penundaanKelambatan kerja dan penundaan dapat bersumber dari Peralatan, bahan, cuaca, personil, social dan lain-lain maupun perubahan peraturan yang mengatur masalah kegiatan itu sendiri dalam hal ini tentunya adalah bagian yang dianggap merugikan.

E. Distribusi Bahan Peledaka. Perhitungan Bahan Peledak dalam Lubang Tembak (Loading Faktor)Berat bahan peledak yang terdapat didalam kolom isian pada tiap lubang bor merupakan fungsi daripada density, diameter dan kolom isian bahan peledak. Berat bahan peledak tersebut dapat dihitung sebagai berikut :Loading Faktor = Loading density x panjang kolom isianEW = 0,34 x De2 x Ede = 0,34 x De2Dimana :EW = Berat bahan peledak dalam kolom isian (lb) = Loading FaktorDe = Diameter Bahan Peledak (Inch) = Density Bahan PeledakEcl = Panjang kolom isian (ft) dan de = Loading Density (lb/ft)

hal ini perlu diketahui agar pengiriman/ suplai bahan peledak dari gudang koleksi sama dengan yang dibutuhkan.b. Powder Faktor (Pf)Powder Faktor adalah hubungan matematis antara bahan peledak terhadap jumlah batuan yang diledakan. Istilah lain powder Faktor disebut juga Specific Charge Weight.Ada 4 cara dalam menyatakan powder Faktor : Berat bahan peledak per volume batuan yang diledakan (Kg/m3) Berat bahan peledak per berat batuan yang diledakan (Kg/ton) Volume batuan per bahan peledak (M3/ton) Berat batuan per bahan peledak (Ton/Kg)Secara umum Pf ini dapat dihubungkan dengan unit hasil produksi pada operasi peledakan. Dengan Pf dapat diketahui konsumsi bahan peledak yang dipakai untuk menghasilkan sejumlah batuan. Dari pengalaman, harga Pf pada operasi penambangan batubara dengan overburden yang relatif solid, berkisar antara 0,30 0,60 Kg/m3.

Untuk menghitung dengan basis volume (cubic yard) tiap lubang dihitung seperti persamaan dibawah ini :

V = (B x S x H) /27

Dimana :V = Volume (cubic yard)B = Burden (ft)S = Spacing (ft)H = Tinggi lereng (ft)Sedangkan untuk menghitung dengan basis berat (ton) tiap lubang bor dipakai persamaan :W = (Dimana :W = Berat batuan (ton) = Density Batuan (lb/ft3)

F. Kegiatan PendahuluanKegiatan pendahuluan sebelum dilakukan pemboran dan peledakan adalah pembersihan lokasi tempat yang akan dibor dan diledakkan dari sisa batuan dari kegiatan penambangan maupun hasil dari ledakan terdahulu agar kedua unit kerja yang beroperasi pada lokasi tersebut dapat bekerja dengan baik dengan tahapan sebagai berikut :

1. Pemasangan PatokPemasangan patok batas untuk menandai daerah yang akan diledakan sesuai dengan peta rencana divisi drill dan blast dengan tujuan untuk memudahkan dalam pengawasan operator alat berat dalam melakukan pembersihan lokasi tersebut.2. Pembersihan PermukaanKegiatan ini dilakukan agar permukaan tempat kerja menjadi rata dan untuk mempermudah alat berat (Bulldozer, Excavator dan Grader) dalam menentukan kedalaman lubang tembak.3. Pengukuran ElevasiDibeberapa perusahaan besar umumnya menggunakan laser plane untuk menentukan elevasi lubang bor sedangkan pada perusahaan menengah ke bawah biasanya dilakukan secara manual. Sebelum digunakan ini diletakan pada pertengahan lokasi yang akan dilevelkan sehingga dapat bekerja secara otomatis. Apabila lampu yang semula berwarna merah menjadi berwarna hijau maka lampu rotary nya akan berputar menandakan bahwa lokasi sudah rata (Level). Setelah ini barulah dilakukan penentuan titik bor dengan memberi tanda pita pada lokasi yang akan dibor jika telah diukur menggunakan alat ukur tanah.4. Pengukuran Burden dan SpacingBurden dan Spacing adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan dimensi suatu pola bor secara geometri. Pengukuran burden dan spacing dilakukan untuk menetapkan posisi pola pemboran dilokasi yang telah ditetapkan sesuai dengan peta rencana pemboran. Kemudian memberikan informasi kepada operator drilling kedalaman lubang bor.5. PemboranPemboran Lubang Tembak umumnya dilakukan menggunakan peralatan bor sejenis dengan jack Hammer maupun percussive drill yang memiliki rangkaian penyangga berupa menara bor yang terhubung langsung dengan motor pengangkutnya. Motor ini juga berfungsi untuk mengangkut peralatan lain seperti peralatan pemboran (Pipa, Bit, rod, Drifter, air hose dan tools lainnya) dan juga peralatan tambahan (compressor, generator dll). Adapun bit (mata bor) yang digunakan umumnya adalah tricon.Setelah pekerjaan pendahuluan telah selesai, selanjutnya adalah pencatatan kedalaman pada tiap lubang bor. Apabila kedalaman melebihi dari target Sub Drilling. maka dilakukan stemming /penimbunan dengan material batuan agar kedalaman tersebut dapat terpenuh. Selanjutnya adalah dengan memberikan pita berwarna tertentu untuk menulis nama titik lubang (sesuai dengan peta) dan kedalamannya.Berdasarkan pengalaman dilapangan, hal-hal yang dapat mempengaruhi waktu edar adalah sebagai berikut : Adanya flushing untuk membersihkan hasil cutting didalam lubang bor Pindah lokasi tidak berurutan Tekanan udara yang diberikan ketika melakukan flushing Sang rod (Sang Adaptor) sudah tidak sentraliser lag

G. Peralatan Bor Contoh standar peralatan bor yang digunakan dalam hal ini adalah peralatan bor Drilling milik yang digunakan pada PT. Thiess Contractors Indonesia dengan merk INGERSOLLREN DM 50 E buatan jerman dengan spesifikasi :a. Mata Bor/ bit yang berbentuk Tricone dengan diameter bit 9 Inch (229 mm)b. Batang /pipa bor dengan panjang 6 m dan 9 m tipe NXc. Rod berfungsi sebagai penghubung anatara pipa dan mata bord. Coupling slipe. Menara Bor (Mast) berfungsi sebagai penyangga pada motor rotation drifter dan accessories drilling lainnya yang memungkinkan untuk melakukan pemboran.f. Drifter, berguna untuk melakukan umpan (feed), mengalirkan udara (flushing), rotation dan percussion.g. Selang Udara (air Hose) untuk mengalirkan udara dari kompresor ke mesin bor

H. Pola dan Arah Pemboran Lubang TembakPola Pemboran yang dilakukan didasarkan pada kebutuhan teknis peledakan itu sendiri, dimana pola yang sejajar umumnya digunakan pada perlapisan batuan yang relatif kurang compact seperti batupasir silikaan maupun lanau padat sedangkan pada batupasir Konglomeratan, batugamping dan lempung karbonatan biasanya dengan pola silang (Zig zag)Gaya yang ditimbulkan oleh pola sejajar tidak saling menutupi bahkan memungkinkan untuk terjadinya bongkahan sedangkan pola zig zag dapat meleraikan sebaran arah gaya lemparan material yang ditunjang oleh delay detonator.Metode pemboran dapat dilakukan dengan lubang tegak maupun miring, dimana pola tegak umumnya didasarkan pada kestabilan jenjang yang memenuhi syarat sedangkan lubang miring biasanya dilakukan ke arah dinding luar dari jenjang yang kurang stabil.

I. Mekanisme Kerja Alat BorSecara singkat, bagan mekanime kerja alat pemboran lubang tembak adalah sebagai berikut :Meniup CuttingMengangkat Batang BorMeniup Cutting

Ambil PosisiPemboranMenyambung PipaPemboranLepas Batang BorPindah Lokasi

J. Analisa Hasil Kerja Bor Lubang TembakAnalisa hasil kerja alat bor meliputi : Cycle Time Pemboran (CTr)Dimana : CT = Total cycle time pemboran seluruh data dan D = Jumlah data Lubang Kedalaman Lubang Bor (Hr)Dimana : H = Total kedalaman seluruh data dan D = Jlh data Lubang Kecepatan Pemboran ? Produksi dan produktivitas ?

BAHAN PELEDAK

Bahan peledak adalah suatu campuran bahan/ senyawa-senyawa kimia tertentu yang bereaksi dengan kecepatan tinggi yang menghasilkan panas dan gas sehingga menghasilkan tekanan yang sangat tinggi. Atau secara singkat diartikan sebagai campuran bahan-bahan kimia tertentu yang sengaja dibuat agar meledak untuk keperluan tertentu.

A. Sifat Sifat Bahan PeledakAdapun sifat-sifat dari bahan ini adalah :a. Kekuatan (Strength)Adalah ukuran kemampuan (persentase) dari bahan peledak tersebut untuk menghasilkan daya ledak. Sehingga ukuran yang digunakan dalam hal ini adalah : Weight Strength (berdasarkan beratnya) Volume Strength (berdasarkan volumenya)Secara umum semakin berat atau semakin banyak bahan peledak yang digunakan maka semakin besar pula daya yang dihasilkan.b. Kecepatan Rambat (Velocity Detonation)Adalah kecepatan rambat / hantaran kecepatan detonasi dari bahan yang menghasilkan energi panas persatuan waktu (detik mili detik) dari bahan tersebut. Kecepatan ini dapat diukur langsung dengan alat Micro Timer secara langsung atau secara Semi manual (menggunakan Stopwatch) apabila pada sumbu Api dan Sumbu Ledak dengan menggunakan metode deutriche.c. Kepekaan (Sensitivity)Adalah ukuran besarnya energi (Impuls) yang diperlukan oleh bahan peledak untuk mulai bereaksi dan dapat menyebabkan reaksi ledakan yang dirambatkan ke seluruh muatan.Ada beberapa macam sifat-sifat dari kepekaan (sensitivity) bahan peledak :1. Kepekaan Bahan peledak terhadap benturan (Sensitivity to shock)2. Kepekaan Bahan peledak terhadap gesekan (Sensitivity to friction)3. Kepekaan Bahan peledak terhadap panas (Sensitivity to Heat)4. Kepekaan Bahan peledak terhadap ledakan pendahuluan (Sensitivity to Initiator)5. Kepekaan Bahan peledak terhadap gelombang detonasi (Sensitivity to Cap detonatord. Bobot Isian (Density)Adalah berat per satuan volume yang dapat dinyatakan dalam tiga cara :1. Berat per Unit volume2. Loading density /berat bahan per unit panjang dari isian (lb/ft)3. Cartridge Count yaitu banyaknya cartridge atau batang bahan peledak dengan ukuran 1 x 8 Inch dalam peti seberat 22,5 Kg

e. Tekanan detonasi (Detonation pressure)Adalah penyebaran tekanan gelombang ledakan dalam kolom isian bahan peledak.f. Ketahanan terhadap air (Water Resistance)Adalah kemampuan dari suatu bahan peledak untuk menahan rembesan air dalam waktu tertentu dan masih dapat diledakan dengan baik.g. Stabilitas Kimia (Chemical Stability)Adalah ukuran kestabilan bahan peledak dalam penyimpanan. Makin stabil bahan peledaknya berarti tidak mudah terurai, sehingga semakin aman dalam penyimpanan.

B. Persiapan dan Peralatan Bahan PeledakSebelum melakukan kegiatan peledakan maka terlebih dahulu dilakukan persiapan peralatan dan perlengkapan peledakan. Untuk Contoh Peralatan, bahan dan alat pengangkut bahan peledak yang digunakan diambil dari milik PT. Orica Explosive dengan spesifikasi :1. Truck Volvo NL 10 Turbo (MMU)Truck Mobile Manufacture Unit (MMU) ini berfungsi sebagai untuk memproduksi dan mengangkut bahan peledak yang telah dimuatkan dari gudang bahan peledak (Magazine). Kapasitas MMU untuk Power Gel 2560 sebesar 10,5 ton dan untuk Product energen 2620 sebesar 7,5 ton. MMU juga memanfaatkan wadah terpisah untuk menyimpan bahan baku termasuk Ammonium Nitrate (AN), Fuel Oil (FO), Emulation Phase (EP) dan tambahan kimia seperti Gassa.2. Mobil Pick Up (Toyota Land Cruiser)Mobil ini digunakan untuk mengangkut perlengkapan (accessories) peledakan seperti : Nonel Detonator Primer (Anzomex Booster 400 gr) In hole Delay Detonator (25 ms, 42 ms, 65 ms dan 100 ms) Alat untuk meledakan (Starter Kit) LIL (Lead in line) 500 m / reel TimbanganAksesories ini tidak boleh digabung dengan bahan peledak baik dalam penyimpanan maupun dalam pengangkutan.3. Primer (Anzomex Booster Power Plus P 400 gr)Booster ini berfungsi untuk menghentak atau meledakan isian utama dalam kolom lubang tembak.4. Nonel DetonatorDetonator Berfungsi sebagai pemicu /hulu ledak5. Alat untuk meledakan (Starter Kit)Alat ini berfungsi sebagai penggerak utama untuk menimbulkan gelombang detonasi.6. LIL (Lead in Line) Berfungsi sebagai pemicu utama untuk diadakannya peledakan yang panjangnya 500 m/reel dan LIL ini dipacu oleh seorang Shoot Fire. LIL ini berisikan PETN yang berfungsi untuk meledakan Primer.7. Ms ConnectorBerfungsi untuk membuat jenjang atau delay ledakan pada setiap lubang. Hal ini dilakukan untuk mengurangi getaran (vibration) dan suara (Noise) ledakan.8. TimbanganBerfungsi untuk mengetahui densitas dari bahan peledak yang diisi dalam lubang tembak.

C. Pengisian Lubang LedakAgar sedapat mungkin seluruh energi bahan peledak termanfaatkan untuk sejumlah massa batuan yang akan diledakkan, maka distribusi bahan peledak didalam lubang bor adalah faktor yang paling penting dalam kegiatan peledakan.PT. Orica Explosive selaku sub Contractors PT. Thiess, menggunakan bahan peledak Product power Gel 2560 yang campurannya adalah Ammonium Nitrate (AN) sebesar 30% dan Emulsion Phase (EP) sebesar 70% dan gassa. Fungsi dari gassa disini adalah untuk mengembangkan atau memadatkan bahan peledak sehingga bahan peledak menjadi padat dan mengembang. Sedangkan energen 2620, 2640, 2660, bahan peledak campuran yang digunakan adalah : ANFO dimana Kandungan Ammonium Nitrate (NH4NO3) 94% dan fuel Oil (CH2) 6% dan emulsion phase.

D. Cara Kerja Pengisian Lubang TembakAdapun urutan kerja dalam pengisian bahan peledak yaitu :1. Mengukur Kedalaman Lubang Tembak (Sounding)Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada tanah yang runtuh disekitar dinding lubang yang terdapat rongga sehingga mempersulit pengisian. Selain itu juga untuk mengetahui kedalaman lubang, maka perlu juga diketahui kedalaman air pada lubang yang basah. Dalam pengisian lubang tembak (Explosive Loading), jenis bahan peledak yang digunakan haruslah disesuaikan dengan kondisi lubang apabila terdapat air, maka primer berikut campuran yang digunakan harus dibedakan. Hal ini dilakukan agar reaksi ledak yang dihasilkan oleh bahan terdistribusi dengan baik.Untuk Lubang berair PT. Orica Explosive menggunakan Product power Gel 2560 sedangkan untuk lubang kering dipakai product energen 2620, 2640, 2660. Keuntungan menggunakan energen adalah meningkatkan produktivitas dan energi yang lebih besar.2. Pembuatan PrimerBooster bias dikatakan primer apabila sudah ada didalam lubang ledak. Bersamaan dengan proses pengisian bahan peledak dilakukan terlebih dahulu pemasangan Booster ini ke setiap lubang dengan cara menyambungkannya ke Excel D / Line 400 ms x 15 meter kemudian dimasukan dimasukan kedalam lubang tembak dengan system Bottom Priming yaitu menempatkan primer dibagian bawah atau ujung dalam lubang tembak. Dalam pembuatan primer ini detonator harus benar-benar masuk ke dalam booster artinya detonator ini bersentuhan langsung dengan booster sehingga tidak mudah lepas. Selanjutnya adalah bahwa primer harus benar-benar masuk sampai ujung dalam lubang tembak.3. Pengisian Energen dan Power GelPekerjaan ini dilakukan langsung oleh Truck MMU yang mengangkut bahan peledak dari magazine ke lokasi. Setibanya truck ini ke lokasi mesti diperkirakan langsung bekerja/ melakukan pengisian bahan peledak ke dalam lubang tembak. Apabila mengunakan power gel, cara pengisiannya menggunakan alat bantu selang (Hose). Sebelumnya selang ini diatur sedemikian rupa agar tidak terlipat dan menyebabkan tersumbatnya bahan peledak didalamnya. Sedangkan untuk pengisian energen yaitu dengan menggunakan alat bantu pipa yang terhubung dari MMU.4. Pengisian StemmingStemming adalah tempat material penutup diatas kolom isian. Pengisian stemming dilakukan untuk mengurung gas yang ditimbulkan dari ledakan. Material stemming diambil dari cutting hasil pemboran lubang tembak. Apabila stemming dilakukan dengan baik maka akan mengurangi suara (Noise) dengan baik.5. Rangkaian PeledakanSetelah semua kegiatan pengisian selesai maka dilanjutkan dengan tube tube Nonel Delay Connector.Cara pemasangannya harus disesuaikan dengan pola penyalaannya yaitu lubang mana yang pertama kali akan diledakan. Selain itu perangkaian delay connector ini bertujuan untuk menentukan arah lemparan (Fly rock) ke bidang bebas (Free Face).6. PeledakanSetelah semua rangkaian bahan peledak tersambung, maka dilakukan pengosongan lokasi antara 15 20 menit sebelum diadakannya peledakan dan pada saat yang sama penempatan road blocker dilakukan. Semua peralatan dan manusia, harus keluar dari lokasi dengan acuan radius aman yang sudah ditentukan berdasarkan standar Standar Operation Procedure (SOP)Untuk memastikan lokasi sudah aman, blaster melakukan pengecekan keliling dengan membunyikan sirene/ alarm panjang selama 3 kali dalam 1 2 menit dan setelah itu blaster menghubungi masing-masing petugas road block. Hal ini dilakukan agar benar-benar memastikan keselamatan Kerja bagi semua personil, peralatan, bangunan maupun pemukiman. Apabila semua petugas road block sudah mengkonfirmasi status aman kepada Juru ledak (blaster), maka aba-aba akan mulai dilakukan dengan ceremonial sebagai berikut :Perhatian..Perhatian! sebentar lagi akan diadakan peledakan di Block Pit.., Mohon Frequency radio dikosongkan sampai blasting dinyatakan clear.Kemudian blaster kembali meminta konfirmasi dari petugas road bloker bahwa lokasi masih tetap aman. Setelah road blocker melaporkan situasi aman. Blaster segera memberikan aba-aba hitungan mundurSiap! Tiga..Dua..satuTembakPenembakan menggunakan starter kit pada PT. Orica Explosive dilakukan dengan cara diinjak.Apabila semua lubang telah meledak, crew blasting akan melaporkan ke masing masing road blocker bahwa peledakan selesai dan aman. Namun apabila terjadi misfire, konfirmasi dari crew blasting untuk meminta petugas road bloker tetap ditempat sampai peledakan kedua. Dalam kasus misfire, crew blasting harus menyelidiki dan memberikan pelaporan ke pada Kepala Teknik Tambang.

7. Kebutuhan bahan peledakDibawah ini merupakan table spesifikasi bahan peledak power gel dan energen :TipeAmmoniumNitrate (AN)Emulsion(EP)Fuel Oil(FO)Density(Kg/m)(9 Inch)229 mm

26 2066,4 %30 %3,6 %1.10 gr/cc45.3 kg/m

26 4061 %36 %3 %1.20 gr/cc49,4 kg/m

26 6054,6 %43 %2,4 %1.30 gr/cc53,5 kg/m

25 6030 %70 %-1.15 gr/cc47,4 kg/m

Sumber : Product Standar (power Gel & Energen) PT. Orica Explosive Soal 1 : Hitung kebutuhan bahan peledak dan waktu yang diperlukan untuk mengisi lubang tembak untuk power gel tipe 2560 apabila hasil data pemboran lubang tembak pada suatu pit di dapat sebagai berikut :

Kedalaman rata-rata lubang tembak (Av.H)5,25 m

Rata-rata stemming (Av.T)2,80 m

Rate power gel150 kg/menit

Diameter lubang 229 mm

Kebutuhan Per meter47,4 kg/m

Jumlah lubang 43 hole

Jawaban :Av. H x kebutuhan per meter x jumlah lubang = Total bahan peledak(5,25 2,80) x 47,4 kg/m x 43 = 4993,59 kg

Kebutuhan 1 lubang = 2,45 x 47,4 = 116,13 kgMaka waktu yang diperlukan untuk mengisi 1 lubang = Sehingga total waktu pengisian seluruh lubang = 0,7742 x 43 = 33,29 menit

Catatan Tambahan Mata Diklat Peledakan