PERSEPSI PETANI TERHADAP ALIH FUNGSI USAHA LAHAN ...eprints.stiperdharmawacana.ac.id/236/1/Skripsi...

71
PERSEPSI PETANI TERHADAP ALIH FUNGSI USAHA LAHAN PERKEBUNAN KARET KE LAHAN UBI KAYU DI DESA RESTU RAHAYU KECAMATAN RAMAN UTARA KABUPATEN LAMPUNG TIMUR (Skripsi) Oleh FAFA GUMILANG NPM : 12210007 SEKOLAH TINGGI ILMU PERTANIAN (STIPER) DHARMA WACANA KOTA METRO-LAMPUNG 2016

Transcript of PERSEPSI PETANI TERHADAP ALIH FUNGSI USAHA LAHAN ...eprints.stiperdharmawacana.ac.id/236/1/Skripsi...

PERSEPSI PETANI TERHADAP ALIH FUNGSI USAHA LAHAN PERKEBUNAN KARET KE LAHAN UBI KAYU DI DESA RESTU

RAHAYU KECAMATAN RAMAN UTARA KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

(Skripsi)

Oleh

FAFA GUMILANG NPM : 12210007

SEKOLAH TINGGI ILMU PERTANIAN (STIPER) DHARMA WACANA KOTA METRO-LAMPUNG

2016

PERSEPSI PETANI TERHADAP ALIH FUNGSI USAHA LAHAN PERKEBUNAN KARET KE LAHAN UBI KAYU DI DESA RESTU

RAHAYU KECAMATAN RAMAN UTARA KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar

Sarjana Pertanian

Pada Jurusan Agribisnis

Oleh

FAFA GUMILANG

SEKOLAH TINGGI ILMU PERTANIAN (STIPER) DHARMA WACANA KOTA METRO-LAMPUNG

2016

ABSTRAK

PERSEPSI PETANI TERHADAP ALIH FUNGSI USAHA LAHAN PERKEBUNAN KARET KE LAHAN UBI KAYU DI DESA RESTU

RAHAYU KECAMATAN RAMAN UTARA KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

Oleh :

FAFA GUMILANG

Pembangunan pertanian yang akan dilaksanakan memiliki dua tujuan pokok, yaitu untuk meningkatkan produksi dan meningkatkan pendapatan petani. Seperti beras, ubi kayu, jagung. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui variabel yang dapat mempengaruh petani beralih fungsi usaha lahan perkebunan karet ke ubi kayu di Desa Restu Rahayu Kecamatan Raman Utara Kabupaten Lampung Timur. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode sensus. Data yang diperlukan dalam penelitian ini berupa data primer dan sekunder, sampel berjumlah 32 petani di Desa Restu Rahayu. Metode analisis data yang digunakan adalah metode analisis kualitatif, uji hipotesis menggunakan data dari lapangan yang dibuat kata-kata atau kalimat. Hasil penelitian menunjukan bahwa variabel yang mempengaruhi alih fungsi usaha lahan perkebunan karet ke lahan ubi kayu adalah beda pendapatan dan resiko, produksi sedangkan yang tidak berpengaruh adalah umur tanaman, pengalaman usahatani, luas kepemilikan lahan, bimbingan usahatani.

Kata Kunci: Persepsi Petani Terhadap Alih Fungsi Lahan Usaha Lahan Perkebunan Karet Ke Lahan Ubi Kayu, Lampung Timur.

Judul Skripsi : PERSEPSI PETANI TERHADAP ALIH FUNGSI

USAHA LAHAN PERKEBUNAN KARET KE LAHAN UBI KAYU DI DESA RESTU RAHAYU KECAMATAN RAMAN UTARA KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

Nama Mahasiswa : FAFA GUMILANG

NPM : 12210007

Program Studi : AGRIBISNIS

Jurusan : AGRIBISNIS

MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

Pembimbing I, Pembimbing II,

Supriyadi, S.E., M.T.A. Ainul Mardliyah, S.P., M.Si NIP. 0027046201 NIP. 0209078601

2. Ketua Jurusan

Dr. Ismalia Afriani, S.P., MSi NIP. 197504 17200501 2 001

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji Ketua : Supriyadi, S.E., M.T.A Penguji Utama : Zulkarnain, S.P.,M.E.P

Anggota : Ainul Mardliyah, S.P., M.Si

2. Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Dharma Wacana Kota Metro Ir. Rakhmiati, M.T.A.

NIP : 196304081989 03 2001

Tanggal Lulus : 14. September, 2016

PERSEMBAHAN

Dengan segala puji syukur kepada Allah SWT. Yang Maha

Esa dan atas dukungan serta do’a dari orang-orang tercinta,

akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik dan

tepat pada waktunya. Oleh karena itu, dengan bangga dan

bahagia saya ucapkan terimakasih saya kepada:

1. Ibu dan Ayah, yang telah memberikan dukungan moril serta

do’a yang tiada hentinya untuk kesuksesan saya.

2. Adik saya, yang slalu memberikan semangat dan do’anya.

3. Teman-teman yang telah memberikan dukungan dan bantuan

serta do’anya.

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Desa Adiluwih, pada tanggal 1 Desember 1992 sebagai anak

pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Margono dan Ibu Enti

Kusumawati.

Pendidikan Sekolah dasar di SD Negeri 2 Poncokresno, Kecamatan Negerikaton

Kabupaten Pesawaran di selesaikan pada tahun 2006. Sekolah Menengah Pertama

di SMP Negeri 1 Negerikaton, Kecamatan Negerikaton Kabupaten Pesawaran

diselsaikan pada tahun 2008. Sekolah Menengah Umum di SMU Negeri 1

Adiluwih, Kecamatan Adiluwih Kabupaten Pringsewu diselesaikan pada tahun

2011. Pada tahun 2012 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu

Pertanian (STIPER) Dharma Wacana Metro, Lampung pada jurusan Agribisnis

serta mengkuti study lapang pada tahun 2013 dan 2014.

MOTO

Tetap Berusaha dan Jangan Menyerah Demi Menggapai Cita-Cita

(Fafa Gumilang)

“Barang siapa yang keluar untuk mencari ilmu

Maka dia berada di jalan ALLAH SWT

(HR. Tarmuji)

“ALLAH SWT tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan

kesanggupannya”

(QS. AL-Israa: 32)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat

dan hidayah-nya, sehingga skripsi dengan judul “Persepsi Petani Terhadap Alih

Fungsi Usaha Lahan Perkebunan Karet Ke Lahan Ubi Kayu di Desa Restu

Rahayu Kecamatan Raman Utara Kabupaten Lampung Timur. Penulis dapat

selesaikan dengan baik. Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima

kasih kepada :

1. Ibu Ir. Rakhmiati, M.T.A Selaku ketua STIPER Dharma Wacana Metro

yang telah memberikan dukungan, fasilitas, dan kemudahan-kemudahan

dalam kegiatan di STIPER Dharma Wacana Metro.

2. Bapak Supriyadi, S.E., M.T.A. Selaku pembimbing I, atas segala

bimbingan, dukungan, motivasi dan saran yang sangat berarti hingga

selesainya skripsi penelitian ini

3. Ibu Ainul Mardliyah,S.P., M.Si sebagai pembimbing II, atas segala

bimbingan, bantuan, motivasi dan saran yang sangat berarti hingga

selesainya penulisan skripsi ini

4. Ibu Ismalia Afriani, S.P., M.S.i selaku ketua jurusan Agribisnis yang telah

memberikan dukungan dan kemudahan-kemudahan dalam kegiatan di

STIPER Dharma Wacana Metro.

5. Bapak Zulkarnain, S.P., M.E.P Selaku penguji skripsi ini yang telah

memberikan dukumgan dan kemudahan-kemudahan dalam kegiatan di

STIPER Dharma Wacana Metro.

6. Teman-teman Semua yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi

ini.

7. Petani di Desa Restu Rahayu Kecamatan Raman Utara Kabupaten

Lampung Timur terimakasih atas kerjasamanya kepada penulis dalam

menyelesaikan penelitiannya.

Semoga amal baik telah diberikan akan mendapat imbalan yang sesuai dari Allah

SWT amin. Harapan penulis Skripsi ini dapat bermanfaat untuk pengembangan

ilmu pengetahuan khususnya di bidang pertanian, penulis menyadari sepenuhnya

skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, hal ini semata-mata karena keterbatasan

penulis. Dengan demikian penulis sudah berusaha dengan sungguh-sungguh

dalam penyusunan skripsi ini, tentu masih banyak kekurangan. Untuk itu saran

masuknya dari semua pihak sangat penulis harapkan.

Penulis

Fafa Gumilang

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL .................................................................................. xii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................. xiv

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... xv

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ........................................................................... 1 1.2. Rumusan Masalah ...................................................................... 6 1.3. Tujuan Penelitian ........................................................................ 6 1.4. Manfaat Penelitian ...................................................................... 6 II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

2.1. Tinjauan Pustaka........................................................................ 7 2.1.1. Tinjauan Umum Tanaman Karet..................................... 7 2.1.2. Tinjauan Umum Tanaman Ubi Kayu .............................. 8 2.1.3. Pengertian Lahan ............................................................. 10 2.1.4. Alih Fingsi Lahan ............................................................ 12 2.1.5. Faktor-Faktor Yang Alih Fungsi Lahan .......................... 14 2.1.6 Penelitian Terdahulu ........................................................ 15 2.2. Kerangka Pemikiran ................................................................... 17 2.3. Hipotesis ..................................................................................... 19

III. METODE PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional................................................................... 20 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................... 21 3.3. Populasi, Sampel dan Teknik Sampel........................................ 21

3.4. Metode Pengumpulan Data ....................................................... 22 3.5. Metode Penelitian ....................................................................... 23

IV. PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Wilayah Penelitian. .................................................... 25 4.1.1. Keadaan Umum Daerah Penelitian .................................. 25 4.1.2. Jenis Tanah dan Iklim ...................................................... 26 4.1.3. Potensi Pertanian.............................................................. 26 4.1.4. Pendidikan di Desa Restu Rahayu .................................... 27 4.1.5. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencarian ............... 27 4.1.6. Kelompok Tani ................................................................. 28 4.1.7. Identitas Responden.......................................................... 29 4.1.8. Pengalaman Berusahatani ................................................. 32

4.2. Pengujian Penelitian .................................................................... 33 4.3. Uji Kualitatif Variabel................................................................. 33 4.3.1 Uji Variabel Umur Tanaman ............................................. 33 4.3.2. Uji Variabel Produksi ....................................................... 34 4.3.3. Uji Variabel Pengalaman Usahatani.................................. 36 4.3.4. Uji Variabel Luas Kepemilikan Lahan ............................. 37 4.3.5. Uji Variabel Bimbingan Teknis ........................................ 38

4.3.6. Uji Variabel Beda Pendapatan Usahatani ........................ 39 4.3.7. Uji Variabel Resiko Usahatani.......................................... 40 4.3.8. Uji Variabel Y Alih Fungsi Lahan ................................... 41 V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan ................................................................................. 43 5.2. Saran .......................................................................................... 43

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Harga Rata-rata (Rp/kg) Komoditas Karet di Propinsi Lampung Tahun 2011-2014 ......................................................... 2 2. Harga Rata-rata (Rp/kg) Komoditas Ubi Kayu di Propinsi Lampung Tahun 2011-2014 ......................................................... 3 3. Luas Lahan Produksi Tanaman Karet dan Ubi Kayu di Lampung Timur Pada Tahun 2011-2014 .................................. 4 4. Luas Lahan Tanaman Karet dan Tanaman Ubi Kayu di Desa Restu Rahayu 2015 ......................................................... 5 5. Curah Hujan Rata-rata Selama 5 Tahun Terakhir ( Tahun 2011s/d2015) ................................................................... 26 6. Kondisi Pendidikan di Desa Restu Rahayu.................................. 27

7. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencarian di Desa Restu Rahayu .................................................................. 27 8. Karakteristik Kelompok Tani di Desa Restu Rahayu .................. 28

9. Sebaran Tingkat Umur Responden di Desa Restu Rahayu .................................................................. 29

10. Sebaran Tingkat Pendidikan Responden di Desa Restu Rahayu ................................................................ 30

11. Sebaran Luas Lahan Responden di Desa Restu Rahayu ................................................................ 31 12. Sudah Berapa Lama Usahatani Ubi Kayu Petani Responden

di Desa Restu Rahayu ................................................................ 32 13. Variabel Umur Tanaman ............................................................ 33

14. Variabel Produksi Tanaman Karet ............................................. 34

15. Variabel Pengalaman Usahatani................................................. 36

16. Variabel Luas Kepemilikan Lahan............................................. 37

17. Variabel Bimbingan Teknis ....................................................... 38

18. Variabel Beda Pendapatan Usahatani ........................................ 39

19. Variabel Resiko Usahatani ......................................................... 40

20. Variabel Alih Fungsi Lahan ...................................................... 41

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Kerangka Fikir ......................................................................... 18

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1. Kuisioner.................................................................................... 48 2. Identitas Responden ................................................................... 52

3. Penyusutan Alat Pertanian ......................................................... 56

4. Tenaga Kerja.............................................................................. 62

5. Biaya Produksi ........................................................................... 78

6. Total Biaya Usahatani................................................................ 84

7. Penerimaan ................................................................................ 88

8. Pendapatan ................................................................................. 90

9. Foto Dukementasi ...................................................................... 92

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan pertanian yang telah, sedang, dan akan dilaksanakan pada masa-

masa mendatang pada dasarnya memiliki dua tujuan pokok, yaitu untuk

meningkatkan produksi baik secara kuantitatif maupun kualitatif dan

meningkatkan pendapatan petani. Orientasi peningkatan produksi ditujukan untuk

pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri terutama untuk beberapa tanaman

bahan makanan utama yang memiliki posisi yang sangat srategis seperti beras, ubi

kayu, jagung, dan kedelai untuk memenuhi kebutuhan ekspor terutama dua

komoditas perkebunan (karet dan kelapa sawit) yang secara tradisional

merupakan primadona komoditas ekspor (Minsyah dkk, 2010).

Perspektif ekonomi sumber daya lahan dikenal “land rent”, suatu bidang lahan,

paling tidak mengenal mengadung empat fungsi rent (Umi dkk, 2012) yaitu

fungsi kualitas dan kelangkaan, fungsi aksesibilitas, fungsi ekologi, dan fungsi

sosial. Terkait dengan alih fungsi lahan, maraknya fenomena ini merupakan

dampak dari makin tinggi dan bertambahnya tekanan kebutuhan dan permintaan

terhadap lahan.

Alih fungsi lahan pertanian masih berlangsung dari areal pertanian tanaman

perkebunan karet ke berbagai penggunaan lain baik yang masih berada dalam

lingkup sektor pertanian seperti menjadi areal pertanaman tanaman pangan dan

palawija yang secara ekonomi lebih menguntungkan atau terjadi sebaliknya

maupun ke penggunaan pada sektor-sektor lain seperti menjadi areal perindustrian

dan fasilitas umum (Matondangetal, 1992).

Faktor ekonomi lain yaitu rendahnya harga karet di tingkat petani yaitu. Rp 6000-

7000/kg membuat pabrik crub rubber semakin sulit memperoleh bahan baku dan

petani terpaksa menyadap karet. Petani mau menyadap bila tidak ada pekerjaan

lain. Tetapi apabila ada pekerjaan lain seperti menjadi buruh tani atau kuli

bangunan maka mereka tidak akan menyadap (Candra, 2014)

Perkembangan harga komoditi karet selama 4 tahun (2011-2014) sebagaimana

dapat dilihat yang tertera pada Tabel 1 di bawah ini.

Tabel 1. Harga Rata-rata (Rp/kg) Komoditas Karet di Propinsi Lampung Tahun

(2011-2014) No Tahun Rata-rata Harga

(Rp/kg) 1 2 3 4

2011 2012 2013 2014

9.800 12.500 7.000 6.500

Sumber : Dinas Perkebunan Provinsi Lampung, 2015

Berdasarkan tabel 1. Terlihat harga karet tahun 2012 sebesar Rp 12.500,tahun

2013 turun drastis menjadi Rp 7000/kg, pada tahun 2014 turun lagi menjadi Rp

6500/kg. Harga karet selama 4 tahun terakhir terjadi penurunan di sebabkan

kualitas karet yang tidak maksimal sehingga petani beralih fungsi usaha dari karet

ke ubi kayu.

Perkembangan harga komoditi ubi kayu selama 4 tahun (2011-2014) sebagai

dapat dilihat yang tertera pada Tabel 2 di bawah ini

Tabel 2. Harga Rata-rata (Rp/kg) Komoditas Ubi Kayu di Propinsi Lampung Tahun (2011-2014)

No Tahun Rata-rata Harga (Rp/kg)

1 2 3 4

2011 2012 2013 2014

700 800 900

1.100 Sumber : dinas pertanian Provinsi Lampung, 2015 Berdasarkan Tabel 2. Terlihat harga ubi kayu tahun 2011 sebesar Rp. 700, pada

tahun 2012 mengalami kenaikan sebesar Rp. 800, tahun 2013 mengalami

kenaikan lagi sebesar Rp. 900. Kenaikan terjadi lagi pada tahun 2014 sebesar Rp.

1.100. Harga ubi kayu selama 4 tahun terakhir mengalami kenaikan karena

permintaan ubi kayu di pabrik terus meningkat.

Sehingga sejumlah petani di Provinsi Lampung beralih menanam ubi kayu

menyusul setiap tahunya semakin naik harga jual komoditas ini. Lampung

merupakan produsen ubi kayu terbesar di Indonesia dengan produksi hingga 24,56

juta ton per tahun (BPS). Berdasarkan Dinas Pertanian di Lampung, Pada Bulan

April 2013 Kabupaten Lampung Selatan dan Lampung Timur, mengalami alih

fungsi usaha lahan, dimana lahan pertanian didominasi oleh tanaman ubi kayu.

Ubi kayu menggusur komoditas andalan lainnya seperti karet, selain itu ubi kayu

banyak dipilih petani karena bisa di panen dengan waktu 8 bulan saja. Modalnya

tidak terlalu besar jika dibandingkan komoditas lain. Petani bisa mendapatkan

keuntungan setidaknya Rp 15 juta (Nugroho, 2013).

Kabupaten Lampung Timur dengan adanya harga karet yang terus mengalami

penurunan yang di sebabkan kualitas karet yang tidak maksimal sehingga

terjadinya usaha lahan karet yang berubah fungsi menjadi usaha lahan ubi kayu.

Berikut ini terlihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Luas Lahan, Produksi Tanaman Karet dan Ubi Kayu di Lampung Timur Pada Tahun 2011-2014 No Tahun Luas Lahan (ha) Produksi (Ton)

Produktivitas (Ton/Ha

Karet Ubi Kayu Karet Ubi Kayu Karet Ubi Kayu 1 2 3 4

2011 2012 2013 2014

87.250 256.600 318.143 432.700

54.073 47.555 50.866 53.740

87.450 267.839 356.354 356.200

1.360.303 1.236.925 1.342.254 1.433.094

1,00 1,04 1,12 0,82

25,15 26,01 26,38 26,66

Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS, 2014)

Berdasarkan Tabel 3. Produksi antara lahan karet dengan lahan ubi kayu per

tahunnya sangat jauh perbandinganya yakni dengan luas lahan 432.700 ha pada

lahan karet hanya dapat menghasilkan 356.200 ton dengan produktivitas sebesar

0,82 ton/ha pada tahun 2014. Sedangkan pada lahan ubi kayu dari luas lahan

53.740 ha bisa menghasilkan 1.433.094 ton dengan produktivitas sebesar 26,66

ton/ha pada tahun 2014. Terlihat bahwa adanya perubahan fungsi usaha lahan

karet ke ubi kayu. Hal ini dikarenakan rendahnya harga karet dan naiknya

kebutuhan hidup sehingga petani menebang/menebas tanaman karet yang tidak

produktif untuk dialihkan usaha lahan untuk komoditi ubi kayu. Karena komoditi

ubi kayu masa tumbuhnya sampai panen hanya memerlukan waktu 8 bulan saja,

Modal untuk tanaman ubi kayu sekitar 4 juta per hektar dan lebih menjanjikan

karena harga ubi kayu yang terus stabil, sehingga petani memperoleh pendapatan

rata-rata per tahun Rp. 21.000.000. Sedangkan karet masa tumbuhnya sampai

berproduksi memerlukan waktu 5 tahun, selain itu dengan modal yang tinggi

sekitar 6 juta per hektar dan memperoleh pendapatan rata-rata per tahun Rp

7.000.000.

Perkembangan Desa Restu Rahayu Kecamatan Raman Utara yang cukup baik dari

perkembangan perekonomian dan kependudukan dimana sampai tahun 2015

tercatat jumlah penduduk 1458 jiwa (orang) yang terdiri dari 723 pria dan 735

wanita yang akan membawa implikasi terjadinya konversi lahan pertanian yang

cukup baik. Selain itu petani sering mengalami kerugian karena harga karet yang

rendah maka alih fungsi lahan karet menjadi lahan ubi kayu, dapat memberikan

pendapatan yang lebih tinggi karena harga ubi kayu yang stabil dibandingkan

karet.

Desa Restu Rahayu Kecamatan Raman Utara memiliki luas lahan karet 287 ha,

dan luas lahan tanaman ubi kayu 324 ha. Hal tersebut menunjukan adanya

perubahan fungsi usaha lahan karet ke usaha ubi kayu.

Tabel 4. Luas Lahan Tanaman Karet dan Luas Tanaman Ubi Kayu di Desa Restu Rahayu Tahun 2015 No Tahun Jenis Komoditi Luas Lahan (ha) Jumlah Petani 1 2015 Karet 287 156 2 2015 Ubi Kayu 324 123

Jumlah 611 279 Sumber : Balai Penyuluhan Pertanian, Peternakan dan Kehutanan Kecamatan

Raman Utara, 2015 Berdasarkan Tabel 4. Luas lahan karet di desa restu rahayu seluas 287 ha. Dan

tanaman ubi kayu seluas 324 ha, perbedaan pada luas lahan komoditi karet dan

singkong , bahwa terjadinya perubahan fungsi usaha lahan komoditi karet ke ubi

kayu.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas terlihat bahwa petani di Desa Restu

Rahayu termotivasi untuk melakukan alih fungsi usaha lahan perkebunan karet

berubah ke komoditi ubi kayu

Dari uraian di atas maka masalah yang teridentifikasi pada penelitian ini adalah :

faktor-faktor apakah yang mempengaruhi petani beralih fungsi usaha lahan

perkebunan karet ke ubi kayu di Desa Restu Rahayu Kecamatan Raman Utara

Kabupaten Lampung Timur ?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruh

petani beralih fungsi usaha lahan perkebunan karet ke ubi kayu di Desa Restu

Rahayu Kecamatan Raman Utara Kabupaten Lampung Timur.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Sebagai sumbangan pemikiran ke massa depan bagi petani karet dalam

pelaksanaan alih fungsi lahan sub sektor tanaman pangan lainya.

2 Sebagai bahan informasi bagi penelitian selanjutnya, sehingga dapat

menyempurnakan hasil penelitian yang telah dilakukan.

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Tinjauan umum Tanaman Karet.

Tanaman karet (Havea brasiliensis) berasal dari lembah Amazon, Brasilia di

Amirika tengah dan masuk di Indonesia pada tahun 1876. Tanaman karet dapat

tumbuh dengan baik dengan baik dengan syarat tumbuh sebagai berikut :

ketinggian optimal antara 0-200 m dpl, suhu antara 28-350C, curah hujan 2.500

mm/ tahun dapat juga pada curah hujan 1.500 mm/tahun tetapi merata sepanjang

tahun. Tanaman karet umumnya dapat hidup di berbagai jenis tanah pada Ph 4,0-

8,0 (Sianturi, 1982)

Klasifikasi Botani dan Morfologi tanaman sebagai berikut ;

Klasifikasi Botani tanaman karet sebagai berikut ;

Divisi : Spermatophyta

Sub Divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Keluarga : Euphorbiaceae

Genus : Havea

Spesies : Havea brasiliensis

Tanaman karet berupa pohon yang tingginya bisa mencapai 25 meter dengan

diameter batang cukup besar. Umumnya batang karet tumbuh lurus ke atas dengan

percabangan di bagian atas. Di batang inilah terkandung getah yang lebih dikenal

dengan lateks daun karet terdiri dari tangkai utama sepanjang 3-20 cm dan tangkai

anak daun sepanjang 3-10 cm dengan kelenjar di ujungnya. Setiap daun karet

biasanya terdiri dari tiga anak daun yang berbentuk elips memanjang dengan

ujung runcing. Daun ini berwarna hijau dan menjadi kuning atau merah menjelang

rontok. Seperti tanaman tropis lainya daun-daun karet akan rontok pada puncak

musim kemarau untuk mengurangi penguapan tanaman. Karet termasuk tanaman

sempurna karena memiliki bunga jantan dan bunga betina dalam satu pohon,

terdapat dalam malai paying yang jarang. Pangkal tenda bunga berbentuk lonceng

dan diujung terdapat lima tajuk yang sempit (Siantari, 1982).

2.1.2 Tinjauan umum Tanaman Ubi kayu

Ubi kayu adalah tanaman perdu yang berasal dari Benua Amerika, tepatnya Brasil

(Lingga dkk.,1986) Ubi kayu, yang juga dikenal sebagai ketela pohon atau

singkong, dalam bahasa Inggris bernama cassava, adalah pohon tahunan tropika

dan subtropika dari keluarga Euphorbiaceae. Umbinya dikenal luas sebagai

makanan pokok penghasil karbohidrat dan daunnya sebagai sayuran.

Ubi kayu merupakan tanaman pangan dan perdagangan (cash crop). Sebagai

tanaman perdagangan, ubi kayu menghasilkan gaplek, tepung ubi kayu, etanol,

gula cair, sorbitol, monosodium glutamat, dan tepung aromatik. Ubi kayu dapat

menghidupi berbagai industri hulu dan hilir. Sebagai tanaman pangan, ubi kayu

merupakan sumber karbohidrat bagi sekitar 500 juta manusia di dunia. Di

Indonesia, tanaman ini menempati urutan ketiga setelah padi dan jagung. Sebagai

sumber karbohidrat, ubi kayu merupakan penghasil kalori terbesar dibandingkan

dengan tanaman lain seperti jagung, beras, sorgum, gandum. Indonesia adalah

penghasil ubi kayu urutan keempat terbesar di dunia setelah Nigeria, Brasil, dan

Thailand. Namun pasar ubi kayu dunia dikuasai oleh Thailand dan Vietnam.

Dalam sistematika tanaman, ubi kayu termasuk kelas Dicotyledoneae. Ubi kayu

masuk dalam famili Euphorbiaceae yang mempunyai 7.200 spesies beberapa di

antaranya mempunyai nilai komersial, seperti karet (Hevea brasiliensis), jarak

(Ricinus comunis dan Jatropha curcas), umbi-umbian Universitas Sumatera Utara

(Manihot,spp), dan tanaman hias (Euphorbias,pp) (Prihatman,K. 2000).

Ubi kayu merupakan umbi atau akar pohon yang panjang dengan fisik rata-rata

bergaris tengah 2-3 cm dan panjang 50-80 cm, tergantung dari jenis ubi kayu yang

ditanam. Umbi ubi kayu berasal dari pembesaran sekunder akar adventif Umbi

ubi kayu tidak tahan simpan meskipun ditempatkan di lemari pendingin. Gejala

kerusakan ditandai dengan keluarnya warna biru gelap akibat terbentuknya asam

sianida yang bersifat racun bagi manusia. Namun, umbi ubi kayu merupakan

sumber energi yang kaya karbohidrat namun sangat miskin protein (Purwonodan

Purnamawati, 2007).

Klasifikasi Ubi Kayu sbb :

Kingdom : Plantae ( tumbuh- tumbuhan)

Divisio : Spermatophyta ( tumbuhan berbiji )

Subdivisio : Angiospermae ( biji tertutup )

Kelas : Dicotyledonae ( biji berkeping dua )

Ordo : Euphorbiales

Famili : Euphorbiaceae

Genus : Manihot

Species : Manihot glaziovii Muell

Varietas ubi kayu sudah tersebar luas di masyarakat pada masa sekarang ini.

Varietas tersebut merupakan varietas lokal maupun varietas unggulan nasional.

Berdasarkan laporan tahunan Balai Penelitian Tanaman Kacang kacangandan

Umbi-umbian (Balitkabi), Malang tahun 2000 menyebutkan bahwa telah

diperoleh 28 kombinasi persilangan dan 3 kombinasi silang bebas klon-klon ubi

kayu dalam rangka pembentukan varietas unggul ubi kayu yang rendah HCN dan

toleran terhadap serangan hama tungau merah. Varietas unggul ubi kayu yang saat

ini banyak ditanam dikalangan masyarakat diantaranya adalah: Adira 1, Adira 2,

Adira 4, Darul Hidayah, Malang 1, Malang 2, Malang 4, Malang 6, UJ-3, dan UJ-

5 (Purwonodan Purnamawati, 2007).

2.1.3 Pengertian Lahan

Lahan adalah suatu wilayah daratan dengan ciri mencakup semua watak yang

melekat pada atmosfer, tanah, geologi, timbulan, hidrologi, populasi tumbuhan

dan hewan, serta kegiatan manusia di atasnya (Notohadiprawiro, 1996). Mutu

lahan merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan keberhasilan usaha

pertanian, karena hampir semua kegiatan pertanian dilaksanakan di atas lahan.

Mubyarto (1972). Menerangkan bahwa pertanian dalam arti sempit atau pertanian

rakyat yaitu usaha pertanian keluarga dimana diproduksi bahan makanan utama

seperti ubi-ubian, beras, palawija. Pertanian rakyat dusahakan di lahan ladang dan

perkarangan. Sedamgkan pertanian dalam arti luas mencakup :

1. Pertanian rakyat disebut pertanian dalam arti sempit

2. perkebunan (termasuk perkebunan rakyat dan perkebunan besar)

3. Kehutanan

4. Pertenakan

5. Perikanan (dalam perikanan dikenal pembagian lebih lanjut yaitu perikanan

darat dan perikanan laut.

Lahan sebagai suatu sistem mempunyai komponen-komponen yang terorganisir

secara spesifik dan perilakunya menuju kepada sasaran-sasaran tertentu.

Komponen-komponen lahan ini dapat dipandang sebagai sumberdaya dalam

hubungannya dengan aktivitas manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya

Dengan demikian ada dua kategori utama sumberdaya lahan, yaitu (1)

sumberdaya lahan yang bersifat alamiah dan (2) sumberdaya lahan yang

merupakan hasil aktivitas manusia (budidaya manusia). Berdasarkan atas konsepsi

tersebut maka pengertian sumberdaya lahan mencakup semua karakteristik lahan

dan proses-proses yang terjadi di dalamnya, yang dengan cara-cara tertentu dapat

digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia (Worosuprojo, 2007).

Tanah atau lahan merupakan salah satu sumber daya yang penting dalam

kehidupan manusia karena setiap aktivitas manusia selalu terkait dengan tanah.

Tanah merupakan (sekumpulan tubuh alamiah, mempunyai kedalaman lebar yang

ciri-cirinya mungkin secara langsung berkaitan dengan vegetasi dan pertanian

sekarang) ditambah ciri-ciri fisik lain seperti penyediaan air dan tumbuhan

penutup yang dijumpai (Akbar, 2008)

2.1.4 Alih Fungsi Lahan

Lestari (2009) mendefinisikan alih fungsi lahan atau lazimnya disebut sebagai

konversi lahan adalah perubahan fungsi sebagian atau seluruh kawasan lahan dari

fungsinya semula (seperti yang direncanakan) menjadi fungsi lain yang menjadi

dampak negatif (masalah) terhadap lingkungan dan potensi lahan itu sendiri. Alih

fungsi lahan juga dapat diartikan sebagai perubahan untuk penggunaan lain

disebabkan oleh faktor-faktor yang secara garis besar meliputi keperluan untuk

memenuhi kebutuhan penduduk yang makin bertambah jumlahnya dan

meningkatnya tuntutan akan mutu kehidupan yang lebih baik.

Menurut Bambang Irawan dan Supena Friyatno (2000), pada tingkatan mikro,

proses alih fungsi lahan pertanian (alih fungsi lahan ) dapat dilakukan oleh petani

sendiri atau dilakukan oleh pihak lain. Alih fungsi lahan yang dilakukan oleh

pihak lain memiliki dampak yang lebih besar terhadap penurunan kapasitas

produksi pangan karena proses alih fungsi lahan tersebut biasanya mencakup

hamparan lahan yang cukup luas, terutama ditujukan untuk pembangunan

kawasan perumahan. Proses alih fungsi lahan yang dilakukan oleh pihak lain

tersebut biasanya berlangsung melalui dua harapan, yaitu :

1. Pelepasan hak pemilikan lahan petani kepada pihak lain

2. Pemanfaatan lahan tersebut untuk kegiatan non pertanian

Menurut Rustiadi, Ernan (2010) Dari satu sisi, proses alih fungsi lahan pada

dasarnya dapat dipandang merupakan suatu bentuk konsekuensi logis dari adanya

pertumbuhan dan transformasi perubahan struktur social ekonomi masnyarakat

yang sedang berkembang. Perkembangan yang dimaksud tercemin dari :

1. pertumbuhan aktifitas pemanfaatan sumberdaya alam akibat meningkatnya

permintaan kebutuhan terhadap penggunaan lahan sebagai dampak

peningkatan jumlah penduduk dan kebutuhan per kapita.

2. Adanya pergeseran kontribusi sektor-sektor pembangunan dari sektor primer

khususnya pertanian dan pengolahan sumberdaya alam ke aktifitas sektor

sekunder.

Alih fungsi lahan adalah suatu proses perubahan penggunaan lahan dari bentuk

penggunaan tertentu menjadi penggunaan lain misalnya perubahan lahan

pertanian menjadi non pertanian. Alih fungsi lahan akan terjadi terus menerus

yang disebabkan oleh semakin meningkatnya kebutuhan lahan untuk pemukiman,

industri, perkantoran, jalan raya dan infrastruktur lain untuk menunjang

perkembangan masyarakat,Alih fungsi lahan bukan hanya terletak pada boleh atau

tidaknya suatu lahan di alih fungsikan tetapi lebih banyak menyangkut kepada

kesesuaian dengan tata ruang, dampak dan manfaat ekonomi dan lingkungan

dalam jangka panjang dan alternatif lain yang dapat ditempuh agar manfaatnya

lebih besar daripada dampaknya (Pakpahan et al., 2007).

Irawan (2005) mengungkapkan bahwa Alih fungsi lahan berawal dari permintaan

komoditas pertanian terutama komoditas pangan terhadap pendapatan dibanding

dengan komoditas non pertanian. Oleh karena itu pembangunan ekonomi yang

berdampak pada peningkatan pendapatan penduduk cenderung menyebabkan

naiknya permintaan komoditas pangan dengan laju lebih tinggi dibandingkan

dengan permintaan komoditas non pertanian. Konsekuensi lebih lanjut adalah

karena kebutuhan lahan untuk memproduksi setiap komoditas merupakan turunan

dari permintaan komoditas yang bersangkutan, maka pembangunan ekonomi yang

membawa kepada peningkatan pendapatan akan menyebabkan naiknya

permintaan lahan untuk kegiatan pertanian dengan laju lebih cepat dibandingkan

kenaikan permintaan di luar lahan untuk kegiatan non pertanian.

2.1.5 Faktor–Faktor Alih Fungsi Lahan Pertanian

Pengembilan keputusan adalah kegiatan yang berkaitan dengan kemungkinan

kedaan masa depan, karena akibat atau hasil dari suatu pengambilan keputusan

akan dialami pada masa yang akan datang (Nasruddin dan Nahraeni, 1999).

Nasution, dkk, (2000). Memaparkan beberapa faktor yang berperan penting yang

menyebabkan proses alih fungsi lahan pertanian yaitu sebagai berikut:

1) Perkembangan standar tuntutan hidup. Hal ini berhubungan dengan nilai land

rent yang mampu memberikan perkembangan standar tuntutan hidup petani.

2) Fluktuasi Harga pertanian. Menyangkut aspek fluktuasi harga-harga komoditas

3) Struktur biaya produksi pertanian.

4) Teknologi. Terhambatnya perkembangan teknologi intensifikasi pada

penggunaan lahan yang memiliki tingkat pertanian yang terus meningkat akan

mengakibatkan proses ekstenfikasi yang lebih dominan, Proses ekstenfikasi

dari penggunaan lahan akan terus mendorong proses konversi lahan.

5) Resiko dan ketidakpastian. Aktivitas pertanian dengan tingkat resiko

ketidakpastian yang tinggi akan menurunkan nilai harapan dari tingkat

produksi, harga dan keuntungan. Dengan demikian penggunaan lahan yang

mempunyai resiko dan ketidakpastian yang lebih tinggi akan cenderung

dikonversi ke penggunaan lain yang resikonya lebih rendah.

Menurut Lestari (2009) proses alih fungsi lahan pertanian ke penggunaan non

pertanian yang terjadi disebabkan oleh beberapa faktor. Ada tiga faktor penting

yang menyebabkan terjadinya alih fungsi lahan yaitu:

1. Faktor Eksternal. Merupakan faktor yang disebabkan oleh adanya dinamika

pertumbuhan perkotaan, demografi maupun ekonomi.

2. Faktor Internal. Faktor ini lebih melihat sisi yang disebabkan oleh kondisi

sosial-ekonomi rumah tangga pertanian pengguna lahan.

3. Faktor Kebijakan. Yaitu aspek regulasi yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat

maupun daerah yang berkaitan dengan perubahan fungsi lahan pertanian.

Kelemahan pada aspek regulasi atau peraturan itu sendiri terutama terkait

dengan masalah kekuatan hukum, sanksi pelanggaran, dan akurasi objek lahan

yang dilarang dikonversi.

Menurut Sukiyah (1997) faktor–faktor penyebab perubahan pola peladangan

adalah antara lain; faktor kebijakan pemerintah, faktor penduduk, faktor

teknologi, faktor keadaan tanah, faktor pangsa pasar dan faktor kepercayaan.

2.1.6 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu merupakan kumpulan penelitian yang sudah dilakukan

dengan kaitannya dalam analisis faktor – faktor yang mempengaruhi alih fungsi

lahan. Penelitian Mustopa (2011), Menyatakan bahwa analisis faktor-faktor yang

mempengaruhi alih fungsi lahan pertanian di Kabupaten Demak dengan hasil

penelitian besarnya alih fungsi lahan pertanian di Kabupaten Demak, di duga di

pengaruhi oleh faktor jumlah penduduk, jumlah industri di Kabupaten Demak dan

juga besarnya PDRB. Akan tetapi hanya variabel jumlah penduduk dan jumlah

industri yang terbukti signifikan.

Penelitian oleh Sihaloho dkk (2007), Menyatakan bahwa faktor-faktor yang

menyebabkan konversi lahan di Kelurahan Mulyaharja dapat dibagi dua yaitu aras

makro yang terdiri dari kebijakan pemerintah yang memberikan iklim kondusif

bagi transformasi peruntukan suatu kawasan dan pertumbuhan penduduk alamiah

dan non-alamiah. (2) aras mikro yang terdiri dari keterdesakan ekonomi, investasi

pihak pemodal dan proses alih hak milik atas tanah. Konversi lahan pertanian

berimplikasi pada perubahan atau struktur agrarian yang menghasilkan

kerimpangan struktur agrarian lahan terhadap kehidupan masyarakat menyangkut

perubahan pola penguasaan lahan, pola nafkah dan hubungan pola produksi.

Penelitian oleh Dewa Putu Arwan Suputra dkk (2012), Menyatakan bahwa ada

tiga faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan di Subak Daksina, yaitu faktor

kondisi lahan, faktor pemanfaatan lahan (untuk kepentingan sendiri) dan faktor

ketidakefektifan lahan. Variabel yang mewakili setiap faktor yang mempengaruhi

alih fungsi lahan di Subak Daksina ada 13 variabel yaitu variabel penghasilan

lahan, (pendapatan) fungsi lahan, keadaan lahan kering, lokasi lahan, perbatasan

pusat kota, keadaan lahan basah mewakili faktor kondisi lahan; variabel terhimpit

pemukiman, variabel nilai jual lahan, biaya produksi, kebutuhan tempat tinggal

keluarga mewakili faktor pemanfaatan lahan (untuk kepentingan sendiri) dan

variabel digunakan sebagai sarana jalan, saluran irigasi, peluang kerja di sektor

lain menjanjikan mewakili faktor ketidakefektifan lahan. Persamaan dengan

penelitian ini adalah sama-sama mengukur faktor-faktor yang mempengaruhi

konversi lahan. Perbedaan dengan penelitian ini adalah objek penelitian dan

terdapat tambahan variabel terikat.

2.2 Kerangka Pemikiran

Desa Restu Rahayu Kecamatan Raman Utara Merupakan daerah yang berbasis

pertanian yang terdiri dari lahan kering/peladangan dan daerah persawahan. Pada

daerah perladangan yang berproduktif untuk usahataninya adalah tanaman

perkebunan (karet dan kelapa sawit). Kondisi pertanian khususnya tanaman karet

produksinya rendah dan harga karet dari tahun ke tahun terus mengalami

penurunan sedangkan harga ubi kayu yang semakin membaik. Sehingga petani

melakukan alih fungsi lahan perkebunan karet ke ubi kayu. faktor-faktor yang

mempengaruhi alih fungsi usaha lahan perkebunan karet ke ubi kayu antara lain :

(1) Umur tanaman (2) Produksi (3) pengalaman usahatani (4) luas pemilikan

lahan (5) Bimbingan teknis (6) Beda pendapatan usahatani (7) Resiko usahatani

dengan latar belakang kondisi yang seperti itu petani dilahan perkebunan karet

termotivasi untuk mengalihkan usahataninya ke ubi kayu yang dianggap lebih

menguntungkan.

Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat digambarkan dalam gambar 1.

Persepsi petani terhadap perubahan fungsi usaha lahan perkebunan karet ke ubi

kayu di Desa Restu Rahayu Kecamatan Raman Utara Kabupaten Lampung Timur

sebagai berikut :

Gambar 1. Kerangka persepsi petani terhadap perubahan fungsi usaha lahan perkebunan karet ke ubi kayu di Desa Restu Rahayu Kecamatan Raman Utara Kabupaten Lampung Timur.

Persepsi Petani Terhadap Alih Fungsi Usaha Lahan Perkebunan Karet Ke

Ubi kayu (Variabel Bebas X )

X1 = Umur Tanaman(Tahun)

X2 = Produksi (Ton/Tahun)

X3 = Pengalaman Usahatani (Tahun)

X4 = Luas Kepemilikan Lahan (Ha)

X5 = Bimbingan Teknis (Skor)

X6 = Beda Pendapatan Usahatani

(Rp/Tahun)

X7 = Resiko Usahatani (Skor)

Variabel Terikat (Y)

Alih Fungsi Karet ke

Ubi kayu (Ha)

2.3 Hipotesis

Diduga perubahan fungsi lahan perkebunan karet dipengaruhi oleh variabel yang

mempengaruhi umur Tanaman, produksi, pengalaman usahatani, luas kepemilikan

lahan, bimbingan teknis, beda pendapatan usahatani, resiko usahatani di Desa

Restu Rahayu Kecamatan Raman Utara Kabupaten Lampung Timur.

III METODE PENELITIAN

3.1 Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan petunjuk mengenai variabel-variabel yang akan

diteliti, cara untuk memperoleh dan menganalisa data yang berhubungan dengan

penelitian.

1. Umur adalah umur tanaman karet saat berlangsungnya penelitian ini, yang

diukur dalam tahun.

2. Produksi adalah hasil yang diperoleh dari tanaman karet dan ubi kayu

dalam tahun.

3. Pengalaman usahatani adalah lamanya petani mengusahakan usahatani pada

lahan perkebunan karet, yang dihitung dalam tahun.

4. Luas kepemilikan lahan adalah luas areal yang dimiliki petani, yang diukur

dalam hektar.

5. Bimbingan teknis adalah bimbingan dan penyuluhan yang dilakukan oleh

penyuluh pertanian, yang dihitung dalam jumlah Skor

6 Selisih biaya produksi adalah perbedaan antara besar kecilnya nilai biaya

produksi usahatani perkebunan karet dan usahatani ubi kayu yang dihitung

dalam rupiah/tahun.

7. Resiko adalah hambatan-hambatan dalam usahatani yang diukur dalam skor

Sbb: Jika resiko usahatani karet > usahatani ubi kayu dengan skor 3.

Sedangkan Jika Resiko usahatani karet < usahatani ubi kayu dengan skor 1

dan jika resiko usahatani dengan skor 2 maka keduanya memiliki resiko

yang sama

8. pendapatan usahatani adalah penerimaan yang diterima petani usahatani ubi

kayu setelah dikurangi biaya pengeluaran/produksi dalam jangka waktu satu

kali produksi, diukur dalam rupiah/tahun.

9 Alih fungsi usaha lahan adalah petani perkebunan karet ke ubi kayu yang

pengukuranya melalui luas lahan yang diukur dalam hektar.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi daerah penelitian dipilih secara sengaja (purposivie) yaitu di Desa Restu

Rahayu Kecamatan Raman Utara Kabupaten Lampung Timur. Pemilihan lokasi

berdasarkan pertimbangan bahwa tersebut banyaknya petani yang merubah fungsi

lahan perkebunan karet ke lahan ubi kayu. Waktu penelitian berlangsung dari

Maret sampai dengan bulan April 2016.

3.3 Populasi, Sampel dan Teknik Sampel

Populasi adalah seluruh petani yang mengusahakan perkebunan karet yang

merubah lahan ubi kayu yang diambil guna menjadi sampel atau objek dari

penelitian ini. Kemudian Mubyarto (1982), mengemukakan bahwa populasi

adalah kumpulan objek mengenai suatu persoalan secara keseluruhan data dari

mana contoh diambil jika seandainya semua tersedia. Dalam penelitian ini yang

menjadi sampel adalah petani karet yang telah merubah fungsi usaha lahan

perkebunan karet ke ubi kayu yang berada di Desa Restu Rahayu Kecamatan

Raman Utara Kabupaten Lampung Timur. Berdasarkan informasi yang diperoleh

terdapat sejumlah 32 orang petani yang merubah fungsi usaha lahan perkebunan

karet ke ubi kayu. Dalam penelitian ini karena jumlah anggota populasi penelitian

ini kurang dari 100 orang, maka pengambilan sampel berdasarkan pada teori oleh

Arikunto.S (2006) yaitu jika sampel diatas 100 orang maka diambil 10 % dari

jumlah populasi kurang dari 100 orang maka sample dapat diambil dari jumlah

populasi yang ada. Seluruh populasi yang ada sebanyak 32 orang responden maka

diambil seluruhnya sebagai sampel dengan metode sensus.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey. Data yang

dikumpulkan:

1. Data Primer

yaitu data yang diperoleh dari wawancara langsung dengan mengajukan

beberapa pertanyaan yang telah dibuat dan disusun dalam bentuk kuisioner.

2. Data Sekunder

yaitu data yang diperoleh dari dinas/instansi atau lembaga yang berhubungan

dengan penelitian ini.

3.5 Metode Penelitian

a. Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif, yaitu penelitian yang

menghasilkan data dekriptif yang berupa kata-kata tertulis atau lisan dari

responden dan perilaku yang dapat diamati. Penelitian kualitatif juga merupakan

suatu pendekatan induktif untuk penyusunan pengetahuan yang menggunakan

riset dan menekankan subjektifitas serta arti pengalaman bagi individu(margono,

2006). Metode penelitian ini dipilih oleh peneliti untuk mengungkapkan

pendapat/tanggapan masyarakat tentang pengertian, penyebab, tanda gejala

terhadap penelitian tersebut.

b. Informan/Subjek

Penelitian informan dalam penelitian ini adalah sebagian masyarakat dalam satu

desa. Teknik pengambilan informasi porposive sampling yaitu dengan mengambil

subjek penelitian ini yang memenuhi kriteria, dimana kreteria tersebut dibuat oleh

peneliti sendiri (Marzuki, 2002).

c. Mengangkat Permasalahan

Permasalahan yang diangkat dalam penelitian kualitatif biasanya berupa

permasalahan yang sifatnya memiliki daya tarik tertentu, spesifik, dan terkadang

bersifat individual (Suharsimi Arikunto, 2002).

d. mengumpulkan Data yang Relevan

Data merupakan sesuatu yang penting dalam penelitian kualitatif umumnya

berupa kumpulan kata, kumpulan kalimat, dan kumpulan pertanyaan. Untuk

mendapatkan data yang relevan dengan kebutuhan data yang diinginkan

(sugiyono, 2009).

e. Melakukan Analisis Data

Analisis data merupakan langkah berikutnya setelah data relevan diperoleh, ada

beberapa teknik analisis data dalam penelitian kualitatif yang dapat digunakan

antara lain : ( Range, grouded Theory, case study, dan phenomenology) analisis

data yang dilakukan biasanya bersifat manual berdasarkan kepekaan dan

kemampuan analisis peneliti (Hardiansyah, 2012).

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Wilayah Penelitian

4.1.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian

Desa Restu Rahayu adalah desa yang terletak di Kecamatan Raman Utara

Kabupaten Lampung Timur. Dengan Jumlah penduduk sebesar adalah 1458 jiwa

(orang) yang terdiri dari 723 pria dan 735 wanita. Pada tahun 2015 Desa Restu

Rahayu memiliki luas wilayah sebesar 1022 Ha, dengan batas wilayah sebagai

berikut :

─ Sebelah Utara berbatasan dengan Sungai puring(Desa Seputih Banyak) ─ Sebelah Selatan berbatasan dengan Sungai Raman (Desa Raman Fajar) ─ Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Rejo Katon. ─ Sebelah Timur Berbatasan dengan Sungai Batang Hari(Desa Purbolinggo) Orbitasi atau jarak tempuh Desa Restu Rahayu dari pusat pemerintahan

kecamatan, Kabupaten, Provinsi yaitu :

a. Dari Pusat Pemerintahan Kecamatan ± 12 kilometer

b. Dari Pusat Pemerintahan Kabupaten ± 35 kilometer

c. Dari Pusat Pemerintahan Provinsi ± 112 Kilometer

4.1.2 Jenis Tanah dan Iklim

Desa Restu Rahayu memiliki jenis tanah Top Soil PMK dengan tekstur tanah liat

berpasir kisaran pH 4-5 kemiringa 00 – 150, Faktor pembatas kesuburan tanah

yaitu : Organik 25%, Kadar N Rendah, dan Kadar K Sedang

Desa Restu Rahayu beriklim Tropis dengan curah hujan rata-rata selama 5 tahun

terakhir (tahun 2011 s/d 2015) dapat dilihat tabel berikut:

Tabel 5. Curah Hujan rata-rata selama 5 tahun terakhir (tahun 2011s/d 2015) di Wilayah Binaan Restu Rahayu Kecamatan Raman Utara Kabupaten Lampung Timur.

Jan Feb Mar April Mei Juni Agt Sept Okt Nov Des Ch

(mm) 4000 3851 3254 2309 1970 1001 906 1042 1605 3070 3950

Hh (hari)

312 210 205 180 162 120 130 95 100 180 300

Sumber : BP3K Raman Utara

4.1.3 Potensi Pertanian

Potensi Pertanian yang ada di Desa Restu Rahayu hampir sama dengan Desa-Desa

lain disekitarnya yaitu Desa Seputih Banyak dan Raman Fajar yang mayoritas

masyarakatnya bermata pencarian sebagai petani sebesar 83,97%. Sedangkan

paling sedikit berstatus sebagai buruh yaitu sebesar 7,21%. Di Desa Restu Rahayu

tidak ada tanah yang dipergunakan untuk perkebunan negara, perkebunan swasta

maupun tempat rekreasi. Semua tanah yang dimilki oleh masyarakat dimanfaatkan

untuk usahatani perkebunan rakyat, perladangan, persawahan, dan rumah tempat

tinggal.

4.1.4 Pendidikan Di Desa Restu Rahayu Kecamatan Raman Utara

Kondisi pendidikan di Desa Restu Rahayu mulai dari belum sekolah, tidak

sekolah, Paud sampai Perguruan Tinggi pada Tabel 6 sebagai berikut :

Tabel 6. Kondisi Pendidikan di Desa Restu Rahayu Kecamatan Raman Utara

Kabupaten Lampug Timur.

No Pendidikan

Desa Restu Rahayu Jumlah Orang % Orang %

1 2 3 4 5 6 7 8

Belum Sekolah Tidak Sekolah PAUD TK Sekolah Dasar SLTP SLTA/SMU Perguruan Tinggi

152 2 -

35 150 80 75 32

28,89 0,38

- 6,51 28,52 15,21 14,25 5,08

152 2 -

35 150 80 75 32

28,89 0,38

- 6,51 28,52 15,21 14,25 5,08

Sumber : Monografi Desa Restu Rahayu, 2015

Dari tabel diatas, ternyata di Desa Restu Rahayu mayoritas belom sekolah, yaitu

sebesar 28,89 %

4.1.5 Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencarian

Jumlah penduduk berdasarkan mata pencarian di Desa Restu Rahayu Kecamatan

Raman Utara, secara terperinci disajikan pada Tabel 7 sebagai berikut :

Tabel 7. Jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian di Desa Restu Rahayu Kecamatan Raman Utara Kabupaten Lampung Timur.

No Pekerjaan Desa Restu Rahayu Jumlah Orang % Orang %

1 2 3 4 5 6

Petani/pekebun Peternak Jasa(Tukang dsb) Pedagang PNS/TNI/POLRI Lain-lain

550 3 35 15 47 25

83,97 0,46 5,34 2,24 4,12 3,82

550 3 35 15 47 25

83,97 0.46 5,34 2,24 4,12 3,82

Jumlah 675 99,95 675 99,95 Sumber : Monografi Desa Restu Rahayu, 2015

Berdasarkan Tabel 7. Diketahui bahwa jumlah penduduk di Desa Restu Rahayu

bermata pencarian sebagai petani yaitu sejumlah 550 orang (83,97%), peternak

sejumlah 3 orang (0,46%), jasa/tukang sejumlah 35 orang (5,34%), Pedagang

sejumlah 15 orang (2,24%), PNS,/TNI/POLRI sejumlah 47 orang (4,12%), dan

Lain-lain sejumlah 25 (3,82%). Hal ini dapat disimpulkan sebagian besar jumlah

penduduk di Desa Restu Rahayu Kecamatan Raman Utara bermata pencarian

sebagai petani.

4.1.6 Kelompok Tani

Kelompok tani yang ada di Desa Restu Rahayu tergabung dalam 15 buah

kelompok tani , dengan kondisi seperti pada tabel 8.

Tabel 8. Karakteristik Kelompok Tani di Desa Restu Rahayu Kecamatan Raman Utara Kabupaten Lampung Timur Tahun 2015

Kelompok Tani

Ketua Jumlah Anggota

Tahun Berdiri

Komoditas Unggulan

Kelas Kelompok

Eka Laksana Nuju Rahayu Dwi Rahayu Panca Karya Merta Sari Kencana Wrd Dharma Kerti Sri Werdhi Restu Makmur Setiap Marga Marga Bakti Mulia Bakti Merta Nadi Nuju Rahayu I Rahayu

Md Sukerta Md Subrata Putra Yasa Md Arka Ny Surman Wy Binastra Pan Wira A Ny Saputra Gst K Rudika Dw Aji Eka Ny Suwidya Pt Duwamba I Made Yasa Ny Sunanyo Gst Ngurah

24 20 20 15 25 21 17 26 30 24 24 26 28 21 20

1996 1998 1998 1998 1998 1990 1994 1998 1990 1994 2007 1999 1999 2011 2011

TPH TPH TPH TPH TPH TPH TPH TPH TPH TPH TPH TPH TPH TPH TPH

Pemula Pemula Pemula Pemula Pemula Pemula Pemula Lanjut Pemula Pemula Pemula Pemula Lanjut Pemula Pemula

341 Sumber : Rencana Kerja Tahunan Pertanian (RKTP) Tahun 2015

4.1.7 Identitas Responden

Untuk mengetahui latar belakang dan identitas responden, maka perlu diketahui

berbagai hal yang berhubungan dengan keadaan responen, seperti umur, tingkat

pendidikan yang ditamatkan, pekerjaan. Pada uraian berikut ini disajikan

informasi yang berhubungan dengan keadaan identitas responden, pendidikan

formal, mata pencarian, dan luas lahan usahatani.

a. Umur Responden Umur responden dapat mempengaruhi pada kegiatan bertani dan produktif kerja

disektor pertanian. Umur produktif antara 25 – 45 tahun, (Sutomo, 2008)

Termasuk pada sektor pertanian. Berdasarkan hasil penelitian dilapangan

diperoleh data responden yang berkaitan dengan umur. Umur responden berbeda-

beda antara 29 – 49 tahun. Terlihat pada tabel 9 sebaran tingkat umur responden

di desa Restu Rahayu sebagai berikut:

Tabel 9. Sebaran Tingkat Umur Responden di Desa Restu Rahayu Kecamatan

Raman Utara Kabupaten Lampung Timur 2016 No Golongan Umur (Th) Jumlah Persentase % 1 2 3

29 - 36 37 - 44 45 – 49

12 16 4

37 50 13

Jumlah 32 100 Sumber : data primer (diolah) 2016

Tabel 9 Terlihat bahwa sebagian besar umur responden berada 37 – 44 tahun ada

16 orang dengan persentase 50%. Berdasarkan pada data diatas, maka umur

responden di Desa Restu Rahayu Kecamatan Raman Utara sebagian besar berada

pada usia produktif di bawah umur 50 tahun. Sehingga Produksi usahatani Ubi

Kayu dapat meningkat.

b. Tingkat Pendidikan

Berdasarkan hasil di lapangan diperoleh data tingkat pendidikan responden

seperti Tabel 10 sebagai berikut:

Tabel 10. Sebaran Tingkat Pendidikan Responden di Desa Restu Rahayu

Kecamatan Raman Utara Kabupaten Lampung Timur. No Pendidikan Jumlah Persentase % 1 2 3 4

SD/SR SLTP SLTA

Perguruan Tinggi

4 8 14 6

12 25 43 20

Jumlah 32 100 Sumber : Data Primer (diolah) 2016

Tabel 10 diketahui sebagian besar responden berpendidikan tamat sekolah

lanjutan tingkat atas (SLTA), yaitu sebanyak 14 orang (43%). Sedangkan

responden yang paling sedikit tamatan sekolah dasar (SD) yaitu sebanyak 4 orang

(12%). Responden yang tamat pendidikan sampai perguruan tinggi yaitu

sebanyak 6 orang (20%) dan responden yang tamat pendidikan sampai sekolah

lajutan tingkat menengah (SLTP) yaitu sebanyak 8 orang (25%). Tingkat

pendidikan yang ditempuh oleh para responden dapat mempengaruhi kreatifitas

mereka serta daya serap informasi dan teknologi usahatani yang lebih maju.

Rendahnya pendidikan responden akan berpengaruh terhadap kemampuannya

dalam memahami berbagai hal yang berkaitan dengan teknologi usahatani,

terutama kesadaran dan ketersediaan petani dalam menerima inovasi baru.

c. Luas Lahan Usahatani Responden Luas lahan garapan yang dikelola oleh setiap petani akan berpengaruh terhadap

perolehan hasil panen. Semakin luas lahan usahatani yang dipergunakan akan

memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk memperoleh hasil panen yang

lebih besar dan sebaliknya kepemilikan luas lahan yang dimiliki oleh responden

tidak dapat ditambah lagi karena ketersediaan areal lahan yang dapat digunakan

untuk memperluas lahan sangat terbatas. Sebaran luas lahan responden yang

dipergunakan untuk perkebunan karet berkisar 0,76 sampai dengan 5 ,00 ha pada

Tabel 11 sebagai berikut:

Tabel 11. Sebaran luas lahan responden di Desa Restu Rahayu Kecamatan Raman

Utara Kabupaten Lampung Timur. No Luas Lahan (Ha) Jumlah (Orang) Persentase % 1 2 3 4

0,76 – 1,00 1,50 – 2,00 2,50 – 3,00 3,50 – 4,00

4 11 10 7

12 34 31 23

Jumlah 32 100 Sumber : Data Primer (diolah) 2016

Tabel 11. Terlihat sebaran luas lahan yang dimiliki responden yang paling banyak

luas lahan 1,50 – 2,00 ha dimiliki sebanyak 11 responden. Responden yang

memiliki luas lahan 0,76 – 1,00 ha sebanyak 4 orang. Responden yang memiliki

luas lahan 2,50 – 3,00 ha sebanyak 10 orang, dan responden yang memiliki luas

lahan 3,50 – 4,00 ha sebanyak 7 orang. Luas kepemilikan lahan yang dimiliki oleh

responden rata –rata lebih dari 1 ha, sehingga dapat meningkatkan produksi dan

pendapatan usahatani ubi kayu. Sedangkan usahatani perkebunan karet yang

menjadi salah satu sumber mata pencarian petani responden belum mampu secara

optimal dijadikan sumber pendapatan.

4.1.8 Pengalaman Berusahatani

Usahatani perkebunan karet menjadi alih fungsi usahatani ubi kayu telah

dilakukan sebagian masyarakat Desa Restu Rahayu Kecamatan Raman Utara

Kabupaten Lampung Timur sekitar 4 tahun yang lalu. Pengalaman menjalankan

usahatani suatu komoditas merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi

keberhasilan usaha pertanian. Dengan pengalaman yang dimiliki maka petani

akan memahami berbagai hal yang berkaitan dengan komoditas karet, dengan

pengalaman yang dimiliki diharapkan mereka akan mampu mengelola dan

meningkatkan hasil usahataninya dengan berbagai cara, termasuk melakukan

perbaikan terhadap kelemahan – kelemahan yang telah ditemui di masa –masa

yang telah lalu. Usahatani ubi kayu di Desa Restu Rahayu Kecamatan Raman

Utara Kabupaten Lampung Timur memiliki pengalaman yang bervariasi, ada yang

masih baru, tetapi ada sebagian yang telah cukup lama, diantara responden

memiliki pengalaman sampai 4 tahun. Pengalaman berusahatani responden

disajikan pada Tabel 12 berikut ini :

Tabel 12. Usahatani ubi kayu responden di Desa Restu Rahayu Kecamatan Raman

Utara Kabupaten Lampung Timur. No Lama Berusahatani (Th) Jumlah (Orang Persentase % 1 2 3 4

8 10 11 9

7 5 12 8

21 17 37 25

Jumlah 32 100 Sumber : Data primer(diolah) 2016

Berdasarkan tabel 12 maka dapat dijelaskan bahwa sebagian besar responden

usahatani karet telah memiliki pengalaman yang begitu lama, lebih dari 7 tahun

sehingga responden mengganti dengan komoditas ubi kayu karena masa

produksinya sampai 8 bulan.

4.2 Pengujian Penelitian

Pengujian Penelitian kualitatif menyusun suatu tindakan atau menyusun gagasan

yang beraturan, berarah dan berkonteks yang patut (relevan), sehingga peneliti

dapat menjelaskan situasi dan peristiwa terhadap masalah yang terjadi di dalam

penelitian antara lain :

4.3 Uji Kualitatif Variabel

4.3.1. Uji Variabel Umur Tanaman

Umur tanaman adalah umur tanaman karet yang sudah tidak lagi produktif yang

menyebabkan terjadinya alih fungsi usaha lahan perkebunan karet ke ubi kayu di

Desa Restu Rahayu Kecamatan Raman Utara Kabupaten Lampung Timur. Yang

terlihat pada tabel 13 sebagai berikut:

Tabel 13. Variabel Umur Tanaman Karet No Umur Tanaman Karet(Tahun) Jumlah Responden Presentasi% 1 2 3 4 5

27 20 22 24 25

13 5 7 5 2

40 15 21 15 9

Jumlah 32 100 Sumber: Data Primer (diolah)

Berdasarkan tabel 13 terlihat data di lapangan usia umur tanaman karet mencapai

tertinggi 27 tahun dengan jumlah responden 13 serta persentase (40%). Sedangkan

yang terendah mencapai 20 tahun dengan jumlah responden 5, serta persentase

(15%). Umur tanaman karet pada usia 22 tahun dengan jumlah responden 7 serta

persentase (21%). Pada umur tanaman karet berusia 24 tahun dengan jumlah

responden 5 serta persentase (15%). tanaman karet pada usia 25 tahun dengan

jumlah responden 2 serta persentase (9%). Artinya bahwa variabel umur tanaman

dapat mempengaruhi alih fungsi lahan karet ke ubi kayu di desa Restu Rahayu

karena umur tanaman karet yang sudah tua (lebih dari 20 tahun) menyebabkan

produksi getah karet mengalami penurunan, sehingga responden berfikir dengan

cara apa yang dilihatnya atau hanya kondisi sesaat tanpa mempertimbangkan

untuk kedepanya.

4.3.2. Uji Variabel Produksi

Produksi adalah hasil yang diperoleh responden dari usahatani perkebunan karet

yang dihitung dalam tahun. Di Desa Restu Rahayu Kecamatan Raman Utara

Kabupaten Lampung Timur yang terlihat pada tabel 14 sebagai berikut:

Tabel 14 variabel Produksi Tanaman Karet No Produksi Karet(Ton) Jumlah Responden Persentase % 1 2 3 4 5

12 11 10 9 8

1 5 8 5 13

5 15 25 15 40

Jumlah 32 100 Sumber: Data Primer(diolah)

Berdasarkan tabel 14 terlihat bahwa produksi tertinggi mencapai 12 ton per tahun

yang berjumlah 1 responden dengan persentase (5%). Sedangkan produksi yang

terendah memcapai 8 ton yang berjumlah 13 responden dengan persentase (40%).

Pada produksi karet mencapai 11 ton per tahun berjumlah 5 responden dengan

persentase (15%). Sedangkan jumlah 8 responden bisa mencapai 10 ton per tahun

dengan persentase (25%). Dan produksi karet yang memcapai 9 ton per tahun

berjumlah 5 responden dengan persentase (15%). Artinya variabel produksi dapat

mempengaruhi alih fungsi lahan karet ke ubi kayu di Desa Restu Rahayu karena

rata-rata produksi getah karet responden per bulan menghasilkan 400 kg per

hektar dengan harga getah karet sejumlah Rp. 7000/kg, sehingga per bulan

responden mendapatkan uang (penerimaan) sejumlah Rp. 2.800.000 dalam

setahun responden mendapatkan uang (penerimaan) sejumlah Rp. 33.600.000 dan

dibagi dengan tenaga kerja sejumlah 3 orang dengan biaya per satu hari

Rp.50.000, selama 4 hari jadi dalam setahun responden harus membayar upah

tenaga kerja sejumlah Rp. 28.800.000, sehingga uang yang di dapatkan responden

dalam satu tahun harus diambil untuk tenaga Rp .33.600.000 - Rp. 28.800.000

= Rp. 4.800.000 sehingga pendapatan responden dalam satu tahun sejumlah

Rp. 4.800.000. Sedangkan produksi ubi kayu per hektar dalam satu tahun

sejumlah 7000 kg dengan harga ubi kayu sejumlah Rp 1.100/kg, Sehingga

responden mendapatkan uang (penerimaan) dalam setahun sejumlah

Rp. 7.700.000, dan dibagi tenaga kerja sejumlah 4 orang dengan biaya per satu

hari Rp.50.000, sehingga dalam setahun responden harus membayar tenaga kerja

sejumlah Rp. 1.200.000, jadi uang yang di dapatkan responden diambil biaya

tenaga kerja Rp. 7.700.000 – Rp. 1.200.000 = Rp. 6.500.000, sehingga pendapatan

responden sejumlah Rp.6.500.000/thn. Penyebab responden beralih fungsi lahan

karet ke ubi kayu karena tanaman karet waktu produksinya menunggu lama

sampai 5 tahun, sedangkan ubi kayu waktu produksinya sampai 8 bulan, jadi

dalam 5 tahun ubi kayu bisa 6 kali produksi.

4.3.3. Uji Variabel Pengalaman Usahatani Pengalaman usahatani adalah lamanya petani mengusahakan usahatani pada

lahan perkebunan karet, yang dihitung dalam tahun di Desa Restu Rahayu

Kecamatan Raman Utara Kabupaten Lampung Timur. Yang terlihat pada Tabel

15 sebagai berikut :

Tabel 15 Variabel Pengalaman Usahatani Karet

No Pengalaman Usahatani Jumlah Responden Persentase % 1 2 3 4 5 6 7

14 13 12 11 10 9 8

2 2 5 7 5 7 4

6 6 16 21 16 21 14

Jumlah 32 100 Sumber: Data Primer (diolah)

Berdasarkan tabel 15 terlihat bahwa pengalaman usahatani yang terlama mencapai

14 tahun dengan jumlah 2 responden, Sedangkan pengalaman usahatani yang baru

mencapai 8 tahun dengan jumlah 4 responden, pengalaman usahatani yang

mencapai 13 tahun dengan jumlah 2 responden, sedangkan pengalaman

usahataninya mencapai 12 tahun dengan jumlah 5 responden, pada pengalaman

usahatani yang mencapai 11 tahun dengan jumlah 5 responden, dan 9 responden

yang mempunyai pengalaman usahatani mencapai 9 tahun. Artinya variabel

pengalaman usahatani dapat mempengaruhi alih fungsi lahan karet ke ubi kayu

di desa Restu Rahayu karena responden kurang menguasai dalam teknik usahatani

tanaman karet yang disebabkan banyaknya resiko dalam budidaya tanaman karet

seperti umur tanaman karet yang masih mudah rentan terhadap kematian karena

kurangnya pengairan dan kondisi cuaca yang dapat menganggu penyadapan

seperti getah karet yang tercampur dengan air.

4.3.4. Uji Variabel Luas Kepemilikan Lahan Luas kepemilikan lahan adalah luas areal yang dimiliki responden, yang diukur

dalam hektar. Di Desa Restu Rahayu Kecamatan Raman Utara Kabupaten

Lampung Timur. Yang terlihat pada tabel 16 sebagai berikut:

Tabel 16 Variabel Luas Kepemilikan Lahan No

LuasKepemilikan

Lahan(Hektar) Jumlah Responden Persentase %

1 2 3 4

5 4 3 2

2 4 9 17

8 11 28 53

Jumlah 32 100 Sumber: Data Primer(diolah) Berdasarkan tabel 16 terlihat bahwa luas kepemilikan lahan yang terluas hanya

berjumlah 2 responden dengan luas lahan 5 hektar persentase (8%). Sedangkan

luas kepemilikan lahan yang paling banyak berjumlah 17 responden dengan luas 2

hektar persentase (11%). Luas kepemilikan lahan mempunyai luas lahan 4 hektar

berjumlah 4 responden dengan persentase (28%) Dan responden yang memiliki

luas lahan 3 hektar hanya berjumlah 9 responden dengan persentase (53%).

Artinya bahwa variabel luas kepemilikan lahan tidak mempengaruhi alih fungsi

lahan karet ke ubi kayu di Desa Restu Rahayu karena luas lahan pertanian lebih

dari 2 hektar.

4.3.5. Uji Variabel Bimbingan Teknis

Bimbingan teknis adalah bimbingan dan penyuluhan yang dilakukan oleh

penyuluh pertanian, kepada kelompok tani di Desa Restu Rahayu Kecamatan

Raman Utara Kabupaten Lampung Timur. Yang terlihat pada tabel 17 sebagai

berikut:

Tabel 17 Variabel Bimbingan Teknis No Bimbingan Teknis Jumlah Responden Persentase % 1 2 3 4 5

12 11 10 9 8

2 2 6 9 13

8 8 16 28 40

Jumlah 32 100 Sumber: Data Primer (diolah) Berdasarkan tabel 17 terlihat bahwa variabel bimbingan teknis yang terbanyak

mencapai 12 dengan jumlah responden 2, serta persentase (8%). Sedangkan

bimbingan teknis yang sedikit mencapai 8 dengan jumlah responden 13 serta

persentase (40%). Serta bimbingan teknis yang mencapai 11 dengan jumlah

responden 2 persentase (8%). Bimbingan teknis yang mencapai 10 dengan jumlah

responden 6 serta persentase (16%). Dan bimbingan teknis yang mencapai 9

dengan jumlah responden 9 serta persentase (40%). Artinya variabel bimbingan

teknis dapat mempengaruhi alih fungsi lahan karet ke ubi kayu di desa Restu

Rahayu rata-rata responden tidak aktif dalam mengikuti bimbingan dari

penyuluhan pertanian karena hanya membuang waktu sehingga menyebabkan

responden kurang berpengalamaan dalam usahatani tanaman karet.

4.3.6. Uji Variabel Beda Pendapatan Usahatani

Beda pendapatan usahatani adalah Selisih pendapatan atau perbedaan antara besar

kecilnya pendapatan yang diterima usahatani perkebunan karet dan usahatani ubi

kayu yang dihitung dalam rupiah/tahun. Di Desa Restu Rahayu Kecamatan

Raman Utara Kabupaten Lampung Timur. Yang terlihat pada tabel 18 sebagai

berikut:

Tabel 18. Variabel Beda Pendapatan Usahatani No Pendapatan karet Jumlah

Responden Pendapatan Ubi kayu

Jumlah Responden

Selisih Pendapatan

1 2

Rp.28.230.000 Rp.4.050.000

1 1

Rp.32.640.000 Rp.5.265.000

1 1

4.410.000 1.215.000

Jumlah 2 2 Sumber: Data primer (diolah)

Berdasarkan tabel 18 terlihat bahwa pendapatan usahatani karet yang terbesar

sejumlah Rp 28.230.000 dengan 1 responden, sedangkan pendapatan usahatani

karet yang terkecil sejumlah Rp. 4.050.000, dengan 1 responden, dan pendapatan

ubi kayu yang terbesar Rp. 32.640.000 dengan jumlah responden 1, sedangkan

pendapatan ubi kayu yang terkecil sejumlah Rp. 5.265.000 dengan responden 1,

serta perbedaan pendapatan karet dengan pendapatan ubi kayu yang terbesar

Rp. 4.410.000, dan perbedaan pendapatan karet dengan pendapatan ubi kayu yang

terkecil sejumlah Rp. 1.215.000. Beda pendapatan usahatani dapat mempengaruhi

alih fungsi lahan karet ke ubi kayu di desa Restu Rahayu karena harga getah karet

yang rendah dengan yaitu Rp.7000/kg, hal ini disebabkan adanya fluktuasi harga

dan mutu dari getah karet yang kurang baik sedangkan harga ubi kayu sebesar

Rp. 1.100/kg karena banyaknya petani yang menanam ubi kayu karena harga ubi

kayu yang stabil, dan resiko usahatani ubi kayu yang sedikit membuat responden

memilih menanam ubi kayu.

4.3.7. Uji Variabel Resiko Usahatani Resiko Usahatani adalah hambatan-hambatan dalam usahatani karet seperti hama

dan penyakit antara ain : (hama kutu, hama kumbang, hama belalang, dan hama

rayap), sedangkan penyakit tanaman karet antara lain :( penyakit akar putih, jamur

upas, kanker bercak, busuk pangkal batang), yang diukur dalam skor. Jika resiko

usahatani karet ringan mengunakan skor (1), sedangkan jika resiko usahatani karet

sedang menggunakan skor (2), dan resiko usahatani karet berat skor (3). Di Desa

Restu Rahayu Kcamatan Raman Utara Kabupaten Lampung Timur. Yang terlihat

pada tabel 19 sebagai berikut:

Tabel 19 Variabel Resiko Usahatani Tanaman Karet No Resiko Usahatani karet (Skor) Jumlah Responden Persentase % 1 2 3

1 2 3

3 7 21

11 23 65

Jumlah 32 100 Sumber: Data Primer (diolah)

Berdasarkan tabel 19 bahwa variabel resiko usahatani perkebunan karet

mengalami kerusakan ringan menggunakan skor (1), dengan jumlah responden 3

serta persentase (11%). Jika resiko usahatani karet mengalami kerusakan sedang

dengan skor (2), jumlah responden 7 serta persentase (23%). Dan jika resiko

usahatani karet mengalami kerusakan berat maka menggunakan skor (3), dengan

jumlah respoden 27 serta persentase (65%). Artinya bahwa variabel resiko

usahatani dapat mempengaruhi alih fungsi lahan karet ke ubi kayu di desa Restu

Rahayu karena resiko usahatani karet rata-rata mengalami kerusakan berat seperti

terkena hama kutu, hama kumbang, hama belalang, dan hama rayap, sedangkan

penyakit pada tanaman karet seperti akar putih, penyakit jamur upas, kanker

bercak, busuk pangkal batang. Bahwa resiko usahatani karet disebabkan oleh

hama dan penyakit yang sulit pengendalianya, maka responden memilih beralih

fungsi ke komoditas ubi kayu yang resiko usahataninya mudah cara

pengendalianya.

4.3.8. Uji Varibel Y Alih Fungsi Lahan Karet ke Ubi Kayu

Alih fungsi lahan adalah pergantian komoditas perkebunan karet ke ubi kayu

yang pengukuranya melalui luas lahan yang diukur dalam hektar, di desa Restu

Rahayu Kecamatan Raman Utara Kabupaten Lampung Timur. Yang terlihat pada

tabel 20 sebagai berikut:

Tabel 20 Variabel Alih Fungsi Lahan No Alih fungsi lahan Jumlah responden Pesentase %

1 2 3 4

4 3 2 1

3 4 11 14

9 14 34 43

Jumlah 32 100 Sumber: Data Primer (diolah)

Berdasarkan tabel 20 terlihat bahwa variabel alih fungsi lahan karet ke ubi kayu

terluas 4 hektar dengan jumlah responden 3 serta persentase (9%). Sedangkan alih

fungsi lahan karet ke ubi kayu yang tersempit seluas 1 hektar dengan jumlah

responden 14 serta persentase (43%). Pada alih fungsi lahan karet ke ubi kayu

seluas 3 hektar dengan jumlah responden 4 serta persentase (14%). Dan alih

fungsi lahan karet ke ubi kayu seluas 2 hektar dengan jumlah responden 11 serta

persentase (43%). Artinya variabel alih fungsi lahan karet ke ubi kayu di desa

Restu Rahayu karena produksi tanaman karet menurun mencapai 400 kilogram

per hektar jadi produksi karet dalam satu tahun mencapai 4800 kilogram biasanya

produksi tertinggi dalam satu bulan mencapai 600 kilogram per hektar kondisi

tersebut disebabkan umur tanaman karet yang sudah tua tidak produtif lagi.

Sedangkan produksi ubi kayu dalam 8 bulan mencapai 7000 kilogram per hektar

kondisi tersebut disebabkan karena komoditas ubi kayu mudah untuk di

budidayakan.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan di atas, maka diperoleh kesimpulan

bahwa variabel yang mempengaruhi alih fungsi lahan usaha perkebunan karet ke

ubi kayu di Desa Restu Rahayu Kecamatan Raman utara Kabupaten Lampung

Timur adalah umur tanaman, beda pendapatan, resiko usahatani, produksi,

sedangkan pengalaman usahatani,bimbingan teknis, luas kepemilikan lahan, tidak

berpengaruh terhadap alih fungsi lahan karet ke ubi kayu dengan cara metode

kualitatif.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan maka dapat dikemukakan saran

adalah sebagai berikut:

1. Pemerintah harus melakukan pembinaan kepada petani di desa Restu Rahayu

untuk memberi pengarahan laju alih fungsi lahan usahatani dengan cara

memberikan penyuluhan untuk mendorong peningkatan hasil usahataninya

dan harga yang stabil dapat memperkuat meningkatkan usahatani karet.

2. Petani harus ditekankan bahwa peningkatan usahatani harus melakukan

bersama-sama dengan memanfaatkan bantuan usahatani yang telah diberikan,

komponen teknologi yang sudah ada.

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, L.,2004, Ekonomi Pembangunan, Bagian Penerbitan STIE-YPKN, Yogyakarta.

Akbar, R., 2008. Proses Pembebasan Tanah Pertanian Untuk Pembangungan

kawasan Perumahan. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. PT Rineka

Cipta. Jakarta. Biro Pusat Statistik. 2014. Lampung Timur Dalam Angka. BPS. Sukadana.

Bambang Irawan dan Supena Friyatno. 2001. Konversi Lahan Sawah: Potensi Dampak, Pola dan Pemanfaatannya dan Faktor Determinan. Fakultas Ekonomika dan Binis Universitas Diponegoro. Semarang.

Chandra. J. 2014. Pasokan Karet ke Fabrik Berkurang. Media Perkebunan Edisi

131. Oktober 2014. Medan. Dinas Perkebunan Provinsi Lampung, 2015. Tabel Harga Karet di Provinsi

Lampung, Penerbit Tribun Lampung : Bandar Lampung. Herdiansyah, Haris. 2012. Metodelogi Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu-ilmu

Sosial, Selemba Humanika Jakarta. Lingga, P. dkk. 1986. Bertanam Ubi-ubian. Penebar Swadaya: Jakarta. 285 hal Lestari, T. 2009. Dampak Konversi Lahan Pertanian Bagi Taraf Hidup Petani.

Skripsi. Bogor. Institut Pertanian Bogor. Matondang S, R Situmorang, dan SMH Tampubolon. 1992. Prospek sumbangan

Intensifikasi padi di Daerah pasang surut dalam Usaha mempertahankan Swasembada Beras.Dalam Risalah Pertemuan Nasional pengembangan pertanian Lahan Rawa Pasang Surut dan Lebak, Cisarua 3-4 Maret 1992. Bogor : Pusat penelitian dan pengembangan pertanian.

Mustopa, Z., 2011. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan

pertanian di Kabupaten Demak : Skripsi. Universitas Diponegoro, Semarang.

Mubyarto. 1972. Pengantar Ilmu Pertanian.Penerbit LP3ES : Jakarta Mubyarto, 1982. Pengantar Ekonomi Pertanian.LP3ES. Jakarta. Margono, 2006. Metode Penelitian Pendidikan, PT Rinika Cipta, Jakarta Hal 41. Marzuki, 2002. Metodelogi Riset BPFE, Yogyakarta, Hal. 55. N I. Minsyah, Endrizal, E.E. Ananto, dan F, Kasryno, 2010. Perubahan Luas dan

Alih Fungsi Lahan Pertanian Serta Permasalahanya di provinsi Jambi dalam Jurnal sosio ekonomi bisnis univertas jambi vI 12 no. 1 edisi januari-juni 2010. Jambi Fp u. jambi.

Nasrruddin, W dan Wini Nahraeni, 1999 . Ekonomi produksi. Universitas

Terbuka. Jakarta. Nugroho, AR. Komoditas Petani di Lampung Beralih ke Singkong. 2013.

(http://www,SUKADANA,KOMPAS)

Nasoetion, Lutfi Ibrahin, dan Winoto, Joyo. 2000. Masalah Alih Fungsi Lahan dan Dampaknya Terhadap Keberlangsungan Swasembada Pangan. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian. Jakarta

Notohadiprawiro, T. 1996. Pendayagunaan pengelolaan tanah untuk proteksi

lingkungan. Seminar Sehari Sekolah Tinggi Teknik Lingkungan tentang Inovasi Teknologi Lingkungan Menyongsong Era Globalisasi. Yogyakarta, 18 September 1996.

Purwono dan H. Purnamawati. 2007. Budidaya 8 Jenis Tanaman Pangan Unggul.

Penebar Swadaya: Jakarta. 139 hal.

Pakpahan, Agus. 2007. Investing In Farmers’ Welfare. Cetakan pertama. Bogor: PT Penerbit IPB Press

Prihatman, K. 2000. Ketela Pohon/Singkong (Manihot utilissima Pohl). Available at: Universitas Padjadjaran. Jawa Barat. Rauf, A.H., 2010. Alih Fungsi Lahan Pertanian Menjadi Lahan Perkebunan Tebu

dan Dampaknya terhadap Masyarakat Pedesaan (Studi Kasus Perubahan Sosial Petani di Kecamatan Tolangohula Kabupaten Gorontalo). Disertasi, Gorontalo.

Rustiadi, dkk. 2010. Konversi Lahan Pertanian dan Dinamika Perubahan

penggunaan Lahan di Kasawan Bandung Utara. Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro. Semarang.

Sihaloho, Martua., Dharmawan, Arya Hadi, dan Rusli, Said. 2007. Konversi Lahan Pertanian dan Perubahan Struktur Agraria (Studi Kasus di

Kelurahan Mulyaharaja, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Jawa barat). Sodality: Jurnal Transdisiplin Sosiologi, Komunikasi, dan Ekologi Manusia Vol. 1. Tahun 2007. Jawa Barat.

Sukiyah.H. 1997. Perubahan pola perladangan masyarakat tradisional ( Kasus

masyarakat Lebak di Jawa Barat ). Cv. Putra sejati Raya. Jakarta. Soerianegara, I. 1977. Pengelolaan Sumber Daya Alam. Sekolah Pascasarjana

IPB. Bogor. Siantari, 19982. Teknik budidaya karet. Universitas Sumatra Utara. Medan Suprapto, J 1980. Statistik Teori dan Aplikasi. Edisi ke-5. Jilid I. Erlangga.

Jakarta. Suputra, Dewa Putu Arwan, dkk. 2012. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Alih

fungsi Lahan Studi Kasus di Subak Daksina, Desa Tibubeneng, Kecamatan Kuta Utara, Kabupaten Badung. E-Journal Agribisnis dan Agrowisata Vol. 1. Tahun 2012. Denpasar: Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana.

Suharmi Arikunto, 2002. Presedur Penelitian: Pendekatan Praktik, PT Rineka

Cipta, Jakarta, Hal. 309. Sugiyono, 2009. Metode Penelitian Kualitatif dan R&D, Alfabeta, Bandung. Hal 225. Tulenan, A., 2013. “Perkembangan Jumlah Penduduk terhadap Alih Fungsi

Lahan di Kabupaten Minahasa Selatan”. Skripsi. Universitas Sam Ratulangi Manado.

Umi dkk, 2012. Faktor yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan Pangan Menjadi

Kelapa Sawit di Bengkulu : Kasus petani Di Desa Kungkai Baru. Dalam prosiding Seminar Nasional Budidaya Pertania Urgensi dan Strategi Pengendalian Alih Fungsi Lahan Pertanian Bengkulu 7 Juli 2011 Balai Pengkajian Pertanian Bengkulu.

Worosuprojo, Suratman. 2007. Pengelolaan Sumberdaya Lahan Berbasis Spasial

Dalam Pembengunan Berkelanjutan Di Indonesia. Makalah Pidato Pengukuhan Guru Besar UGM Yojakarta.

LAMPIRAN

LAMPIRAN 1. DAFTAR PERTANYAAN (KUISIONER) PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALI FUNGSI USAHA LAHAN PERKEBUNAN KARET KE UBI KAYU DI DESA RESTU RAHAYU KECAMATAN RAMAN UTARA KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

_______________________________________________________________ No/Kode Resp :………………..

I. IDENTITAS PETANI

1. Nama Petani Responden : ……………………………. 2. Jenis Kelamin : ……………………………. 3. Umur : ……………………………. 4. Pendidikan : ……………………………. 5. Alamat Tempat Tinggal : ……………………………. 6. Pengalaman

Berusahatani Karet :……………….. Tahun 7. Mata Pencarian Sampingan :……………….. 8. Luas Lahan Karet :……………….. Hektar II. Pendapatan Usaha Tani Ubi Kayu Musim tanam : Luas lahan : ……………….Ha Desa : Kecamatan : Raman Utara

1. Biaya Usahatani (dalam ribuan) a. Tenaga Kerja

No Uraian HOK Harga Satuan (Rp)

Nilai (Rp)

1 Persiapan bibit

2 Persiapan lahan tanam

3 Penanaman 4 Penyiangan 5 Pemupukan 6 Penyemprotan 7 Pemeliharaan 8 Panen 9 Lain-lain

b. Sarana produksi No Uraian Satuan Harga Satuan Nilai (Rp) 1 Bibit 2 Pupuk Kandang/organik 3 Pupuk Buatan 4 a. Urea 5 b. Phonska 6 c. NPK 7 e. PPC/ZPT 8 f. HORMAX 9 g. 10 Pestisida 11 a. Regent 12 b. Antracol 70WP 13 c. Rondap 14 d. 15 e. 16 f.

∑ c. Lain-Lain. No Uraian Satuan (Rp) 1 Sewa tanah per musim 2 Sewa Traktor

∑ Biaya Total Produksi (A+B+C) = Rp ……………………………… 2. Penerimaan a. Produksi Ubi Kayu (……………Kg), (a) @ Rp. …………….. /Kg = Rp. ………………. b. Pendapatan petani Penerimaan-Biaya total = Rp - Rp = Rp …………………

III. Analisa Usaha Tani Perkebunan Jenis Komiditi : …………… Luas lahan : …………… Desa : Kecamatan : Raman Utara 1. Biaya Usahatani (dalam ribuan) No Uraian Satuan Volume Harga Satuan

(Rp) Nilai (Rp)

1. Pupuk - Urea - Phonska - NPK - Organik - ZA

2. Pestisida - Dangke 40WP - Agrifos 400 SL - Genus - - -

Bahan - Tawas - Asam semut

3. Peralatan - Alat - Pisau sadap - Sprayer - Mangkuk - Tali - Talang

Tenaga Kerja HKO Satuan Volume Harga satuan Nilai

(Rp) - Pemupukan

- Pemangkasan - Sadapan - Penyiangan - Panen

Lain-lain Jumlah

Biaya Produksi satu tahun = Rp. ……………………………… Biaya Produksi perhektar = Rp. ………………………………

2. Penerimaan/pendapatan

a. Produksi selama satu bulan (……….Kg), x 12 bulan Rp ……………./Kg = Rp ………………………… b. Pendapatan petani Penerimaan-Biaya total produksi = Rp…………………. = Rp. …………… - Rp. …………… = Rp………………

IV. Faktor-Faktor Alih Fungsi Lahan Karet Aspek Ekonomis

1. Berapakah harga jual getah karet saat terendah ?...................................

2. Berapakah harga jual getah karet saat tertinggi ?...................................

3. Berapa harga jual getah karet rata-rata ?................................................

4. BerapakahProduksi karet saat terendah?................................................

5. Berapakah Produksi karet saat tertinggi?...............................................

6. Berapakah produksi karet per rata-rata ?................................................

7. Memerlukan berapa tahunkah tanaman karet dari mulai menanam sampai berproduksi ?.....................................................................

8. Memerlukan berapa tahunkah tanaman ubi kayu dari mulai menanam sampai

panen ?............................................................................ V. Variabel Terikat

- Berapakah luas lahan perkebunan karet yang sudah dialih fungsikan ke ubi

kayu?.................................Ha

Lampiran 9. Foto Dokumentasi