PERSEPSI, MOTIVASI, DAN PARTISIPASI MASYARAKAT … · 6 Tingkat pendidikan masyarakat 16 ... 9...

54
PERSEPSI, MOTIVASI, DAN PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP PENGELOLAAN HUTAN BERSAMA MASYARAKAT (PHBM) DI RPH DAYEUHLUHUR BKPH WANAREJA KPH BANYUMAS BARAT AHADIAN RAKHMADI DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

Transcript of PERSEPSI, MOTIVASI, DAN PARTISIPASI MASYARAKAT … · 6 Tingkat pendidikan masyarakat 16 ... 9...

Page 1: PERSEPSI, MOTIVASI, DAN PARTISIPASI MASYARAKAT … · 6 Tingkat pendidikan masyarakat 16 ... 9 Tingkatan persepsi responden terhadap sistem PHBM 25 ... meningkatkan moral dan profesionalisme

PERSEPSI, MOTIVASI, DAN PARTISIPASI MASYARAKAT

TERHADAP PENGELOLAAN HUTAN BERSAMA

MASYARAKAT (PHBM) DI RPH DAYEUHLUHUR BKPH

WANAREJA KPH BANYUMAS BARAT

AHADIAN RAKHMADI

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 2: PERSEPSI, MOTIVASI, DAN PARTISIPASI MASYARAKAT … · 6 Tingkat pendidikan masyarakat 16 ... 9 Tingkatan persepsi responden terhadap sistem PHBM 25 ... meningkatkan moral dan profesionalisme
Page 3: PERSEPSI, MOTIVASI, DAN PARTISIPASI MASYARAKAT … · 6 Tingkat pendidikan masyarakat 16 ... 9 Tingkatan persepsi responden terhadap sistem PHBM 25 ... meningkatkan moral dan profesionalisme

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Persepsi, Motivasi, dan

Partisipasi Masyarakat terhadap Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM)

di RPH Dayeuhluhur BKPH Wanareja KPH Banyumas Barat adalah benar karya

saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk

apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau

dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah

disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir

skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Juni 2014

Ahadian Rakhmadi

NIM E14090132

Page 4: PERSEPSI, MOTIVASI, DAN PARTISIPASI MASYARAKAT … · 6 Tingkat pendidikan masyarakat 16 ... 9 Tingkatan persepsi responden terhadap sistem PHBM 25 ... meningkatkan moral dan profesionalisme

ABSTRAK

AHADIAN RAKHMADI. Persepsi, Motivasi, dan Partisipasi Masyarakat

terhadap Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) di RPH Dayeuhluhur

BKPH Wanareja KPH Banyumas Barat. Dibimbing oleh YULIUS HERO.

Sumberdaya hutan memiliki peranan penting bagi pemerintah, masyarakat

maupun pihak-pihak yang memiliki kepentingan. Komponen kebijakan sangatlah

berpengaruh terutama peranannya dalam pembuatan sistem pengelolaan hutan.

Sistem pengelolaan hutan haruslah sesuai dengan tujuan bersama yaitu terciptanya

kesejahteraan masyarakat dan kelestarian hutan. Penelitian ini mengkaji persepsi,

motivasi, dan partisipasi masyarakat terhadap sistem pengelolaan hutan bersama

masyarakat (PHBM). Metode yang digunakan adalah wawancara terstruktur

(kuisioner) dengan pengambilan responden secara purposive sampling, observasi

dan studi pustaka. Kegiatan PHBM di RPH Dayehluhur terdiri dari kegiatan di

dalam kawasan hutan berupa kegiatan pengusahaan hutan, usaha produktif lahan

dan kegiatan di luar kawasan hutan berupa usaha produktif peternakan ayam yang

dilaksanakan di Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Lodaya. LMDH

Unggul Lestari, LMDH Rindu Alam dan LMDH Wana Basma hanya melakukan

kegiatan di dalam kawasan hutan saja. Tingkat persepsi, motivasi, dan partisipasi

masyarakat terhadap PHBM termasuk dalam kategori tinggi. Tingkat persepsi

sebesar 73.33 % secara umum dipengaruhi oleh faktor internal berupa kebutuhan

akan kesejahteraan hidup dengan korelasi sebesar 0.674, hal ini menunjukan

bahwa masyarakat secara internal melihat bahwa PHBM dapat memberikan

kesejahteraan hidup bagi masyarakat. Tingkat motivasi sebesar 83.33% secara

umum dipengaruhi oleh kegiatan yang sukarela atau voluntary sebesar 0.875,

menunjukan bahwa masyarakat memiliki keinginan maupun dorongan untuk ikut

serta secara sukarela dan sadar akan pentingnya kegiatan PHBM. Tingkat

partisipasi sebesar 43.33% sebagian besar ada pada tingkat pelaksanaan secara

umum dipengaruhi oleh kegiatan rapat pelaksanaan kegiatan dan sosialisasi

PHBM sebesar 0.762, yang mengindikasikan bahwa masyarakat sangat antusias

mengikuti kegiatan rapat maupun sosialisasi PHBM.

Kata kunci: LMDH, motivasi, partisipasi, persepsi, PHBM

Page 5: PERSEPSI, MOTIVASI, DAN PARTISIPASI MASYARAKAT … · 6 Tingkat pendidikan masyarakat 16 ... 9 Tingkatan persepsi responden terhadap sistem PHBM 25 ... meningkatkan moral dan profesionalisme

ABSTRACT

AHADIAN RAKHMADI. Perception, Motivation and Community Participation

toward Community Forest Management (CFM) in RPH Dayeuhluhur BKPH

Wanareja KPH Banyumas Barat. Supervised by YULIUS HERO.

Forest resource has an important role for Indonesian Government,

community and other stakeholders. The component of policyas a particular

component play an influential role in the making of forest management system.

Forest management systems shall comply the common goal i.e. the developing of

community welfare and the sustainability of forests. This research examines the

perception, motivation, and community participation toward system ofcommunity

forest management (CFM). The method used in this research is structured

interview (questionnaire) with retrieval of purposive sampling of respondents,

observation and literature study. CFM activities in RPH Dayehluhur comprise of

activities in the forest area of forest concession activities, land and productive

business ventures of non productive land and activities outside the forest area such

as chicken farm in LMDH Lodaya. LMDH Unggul Lestari, LMDH Rindu Alam

dan LMDH Wana Basma only undertake activities within the forest area only.The

level of perception, motivation and participation of society can be counted as high

which CFM i.e. 73.33% level of perception in General is affected by internal

factors include the need for welfare live with correlation of 0.674 this indicate that

the communities internally to see what CFM give for the community, the level of

motivation of 83.33% is generally influenced by the activities of voluntary or

involuntary means that society has 0.875 desire or urge to participate on a

voluntary basis and are aware of the importance of the activities of CFM and the

level of participation of 43.33% largely exists on the level of implementation, are

affected by the activities of the meeting of the implementation activities and

socialization of CFM 0.762, indicating that the community is enthusiastic to

following the meeting and socialization activities CFM

Keywords: LMDH, motivation, participation, perception, CFM

Page 6: PERSEPSI, MOTIVASI, DAN PARTISIPASI MASYARAKAT … · 6 Tingkat pendidikan masyarakat 16 ... 9 Tingkatan persepsi responden terhadap sistem PHBM 25 ... meningkatkan moral dan profesionalisme
Page 7: PERSEPSI, MOTIVASI, DAN PARTISIPASI MASYARAKAT … · 6 Tingkat pendidikan masyarakat 16 ... 9 Tingkatan persepsi responden terhadap sistem PHBM 25 ... meningkatkan moral dan profesionalisme

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kehutanan

pada

Departemen Manajemen Hutan

PERSEPSI, MOTIVASI, DAN PARTISIPASI MASYARAKAT

TERHADAP PENGELOLAAN HUTAN BERSAMA

MASYARAKAT (PHBM) DI RPH DAYEUHLUHUR BKPH

WANAREJA KPH BANYUMAS BARAT

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

AHADIAN RAKHMADI

Page 8: PERSEPSI, MOTIVASI, DAN PARTISIPASI MASYARAKAT … · 6 Tingkat pendidikan masyarakat 16 ... 9 Tingkatan persepsi responden terhadap sistem PHBM 25 ... meningkatkan moral dan profesionalisme
Page 9: PERSEPSI, MOTIVASI, DAN PARTISIPASI MASYARAKAT … · 6 Tingkat pendidikan masyarakat 16 ... 9 Tingkatan persepsi responden terhadap sistem PHBM 25 ... meningkatkan moral dan profesionalisme

Judul Skripsi : Persepsi, Motivasi, dan Partisipasi Masyarakat terhadap

Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) di RPH

Dayeuhluhur BKPH Wanareja KPH Banyumas Barat

Nama : Ahadian Rakhmadi

NIM : E14090132

Disetujui oleh

Diketahui oleh

Dr. Ir. Ahmad Budiaman, M.Sc.FTrop

Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

Dr. Ir. Yulius Hero, M. Sc

Pembimbing

Page 10: PERSEPSI, MOTIVASI, DAN PARTISIPASI MASYARAKAT … · 6 Tingkat pendidikan masyarakat 16 ... 9 Tingkatan persepsi responden terhadap sistem PHBM 25 ... meningkatkan moral dan profesionalisme

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas

segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Topik yang

dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juli 2013 ini adalah

Persepsi, Motivasi, dan Partisipasi Masyarakat terhadap Pengelolaan Hutan

Bersama Masyarakat (PHBM) di RPH Dayeuhluhur BKPH Wanareja KPH

Banyumas Barat

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Alm. Ir. Sudaryanto dan Dr. Ir.

Yulius Hero, M.Sc selaku pembimbing, kepada staf Perum Perhutani Unit I Jawa

Tengah, serta ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Ayah (Basuki

Nugroho), Ibu (Reni Erniyati), Zaoma Yundhini, Ria Puspita Sari, dan Sylvia

Dewi Wulandari serta seluruh Keluarga, rekan-rekan Manajemen Hutan 46, dan

Sahabat atas segala doa dan kasih sayangnya.

Semoga Skripsi ini bermanfaat.

Bogor, Mei 2014

Ahadian Rakhmadi

Page 11: PERSEPSI, MOTIVASI, DAN PARTISIPASI MASYARAKAT … · 6 Tingkat pendidikan masyarakat 16 ... 9 Tingkatan persepsi responden terhadap sistem PHBM 25 ... meningkatkan moral dan profesionalisme

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Kerangka Pikir 2

Perumusan Masalah 3

Tujuan Penelitian 3

Manfaat Penelitian 3

TINJAUAN PUSTAKA 3

Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) 3

Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) 5

Persepsi 6

Motivasi 7

Partisipasi 8

METODE 10

Waktu dan Tempat 10

Alat dan Bahan 10

Metode Pengumpulan Data 10

Metode Pengolahan dan Analisis Data 11

HASIL DAN PEMBAHASAN 13

Kondisi Umum Lokasi Penelitian 13

Kegiatan Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat 17

Karakteristik Responden 20

Persepsi, Motivasi dan Partisipasi Masyarakat Terhadap PHBM 24

SIMPULAN DAN SARAN 37

Simpulan 37

Saran 37

DAFTAR PUSTAKA 37

LAMPIRAN 39

Page 12: PERSEPSI, MOTIVASI, DAN PARTISIPASI MASYARAKAT … · 6 Tingkat pendidikan masyarakat 16 ... 9 Tingkatan persepsi responden terhadap sistem PHBM 25 ... meningkatkan moral dan profesionalisme

DAFTAR TABEL

1 Skor pertanyaan pada persepsi, motivasi, dan partisipasi 11 2 Tingkat reliabilitas metode Alpha Cronbach 12 3 Perbandingan lahan desa dengan lahan hutan 15

4 Status lahan desa lokasi penelitian 15

5 Klasifikasi penduduk berdasarkan usia 16 6 Tingkat pendidikan masyarakat 16

7 Klasifikasi masyarakat desa berdasarkan mata pencaharian 17 8 Nilai validitas dari pertanyaan persepsi 25 9 Tingkatan persepsi responden terhadap sistem PHBM 25 10 Hasil korelasi indikator persepsi 26 11 Nilai validitas dari pertanyaan motivasi 28 12 Tingkatan motivasi responden terhadap sistem PHBM 28 13 Hasil korelasi indikator motivasi 29 14 Nilai validitas dari pertanyaan partisipasi 31 15 Tingkatan partisipasi responden terhadap sistem PHBM 32 16 Hasil korelasi indikator partisipasi 33

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka pemikiran penelitian 2

2 Hirarki kebutuhan Maslow 8 3 Lokasi penelitian 14 4 Tumpangsari tanaman sengon (a), Usaha ternak ayam (b) 19 5 Petak 28T tutup kontrak (a), Tumpang sari tanaman kopi (b) 20 6 Komposisi umur responden 20 7 Komposisi tingkat pendidikan responden 21

8 Jumlah anggota keluarga 22 9 Luas lahan milik 22 10 Jenis pekerjaan 23

11Pengalaman pekerjaan 23 12 Tingkat pendapatan Error! Bookmark not defined.

DAFTAR LAMPIRAN

1 Uji validitas dan reliabilitas 39

Page 13: PERSEPSI, MOTIVASI, DAN PARTISIPASI MASYARAKAT … · 6 Tingkat pendidikan masyarakat 16 ... 9 Tingkatan persepsi responden terhadap sistem PHBM 25 ... meningkatkan moral dan profesionalisme

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sumber daya alam Indonesia merupakan karunia dan amanah Tuhan Yang

Maha Esa yang dianugerahkan kepada bangsa Indonesia. Didalam UUD 1945

pasal 33 ayat 3 diketahui bahwa bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di

dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya

kemakmuran rakyat. Ada banyak upaya yang bisa dilakukan untuk menjaga

kelestarian hutan yaitu dengan memperhatikan sistem pengelolaan hutan,

meningkatkan moral dan profesionalisme para penyelenggara, memperhatikan

faktor-faktor eksternal yang mempengaruhinya (Meitasari 2012). Pengelolaan

yang baik adalah pengelolaan yang melibatkan berbagai pihak yang memiliki

kepentingan terhadap hutan yaitu masyarakat sekitar hutan, pemerintah, serta para

stakeholder. Masyarakat sekitar hutan berinteraksi terhadap hutan secara intensif,

oleh sebab itu diperlukan suatu pengetahuan dari pemerintah mengenai peranan

partisipasi masyarakat di dalam dan sekitar hutan tersebut.

Pemerintah melibatkan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yaitu Perum

Perhutani dalam meningkatkan kelestarian sumberdaya alam dan kesejahteraan

masyarakat (prosperity approach) melalui partisipasi masyarakat yang tinggal di

dalam dan di sekitar hutan melaksanakan beberapa kegiatan seperti Tumpang Sari

pada tahun 1972, Mantri Lurah pada tahun 1974, Pembangunan Masyarakat Desa

Hutan pada tahun 1982, dan Perhutanan Sosial pada tahun 1986. Sejalan dengan

reformasi di bidang politik, ekonomi, sosial dan budaya mendorong pula

terjadinya reformasi dalam pembangunan sektor kehutanan, maka tahun 2001

lahir Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) dengan ciri Bersama,

Berdaya dan Berbagi yang berbasis lahan dan non lahan. Tahun 2007 terjadi

perubahan paradigma dari PHBM menjadi PHBM Plus. PHBM Plus

mengupayakan keberlanjutan fungsi dan manfaat sumberdaya hutan yang optimal

dan peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang bersifat fleksibel,

partisipatif dan akomodatif. Tahun 2009 PHBM Plus kembali menjadi PHBM

dengan perubahan beberapa keputusan yang bersifat mendukung melalui

kerjasama antar pihak.

Keberhasilan dari kegiatan PHBM tidak terlepas dari keaktifan masyarakat

dalam berpartisipasi. Masyarakat yang berpartisipasi memiliki tujuan tertentu

dalam kegiatan PHBM. Tujuan masyarakat dalam mengikuti kegiatan PHBM

biasanya didasari oleh motivasi tertentu yang timbul berdasarkan persepsi yang

dimiliki oleh masyarakat. Perbedaan persepsi akan menimbulkan suatu motivasi

yang berbeda sehingga sikap dari masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam

pengelolaan hutan akan berbeda juga. Dengan demikian perlu dilakukan

penggalian informasi terhadap persepsi, motivasi dan partisipasi masyarakat agar

tujuan dari keikutsertaan masyarakat dalam Lembaga Masyarakat Desa Hutan

(LMDH) dapat diketahui secara jelas dan dapat digunakan sebagai pertimbangan

untuk meningkatkan pengelolaan hutan yang lebih baik.

Page 14: PERSEPSI, MOTIVASI, DAN PARTISIPASI MASYARAKAT … · 6 Tingkat pendidikan masyarakat 16 ... 9 Tingkatan persepsi responden terhadap sistem PHBM 25 ... meningkatkan moral dan profesionalisme

2

Kerangka Pikir

Dalam meningkatkan kelestarian hutan dan mencapai

kesejahteraan masyarakat maka peranan masyarakat terhadap hutan harus

diketahui. Peran kepentingan dari masyarakat ini dapat diketahui dari

tingkat persepsi, motivasi maupun partisipasi. Persepsi dipengaruhi oleh

faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal berupa karakteristik

yaitu pendidikan, umur dan kebutuhan serta faktor eksternal berupa

permasalahan yang dihadapi dan informasi yang didapat. Tingkat persepsi

ini akan menjadi dasar motivasi sehingga menentukan partisipasi dari

masyarakat. Motivasi akan timbul apabila pemenuhan kebutuhan-

kebutuhan dasar dapat dipenuhi sehingga dapat memenuhi kebutuhan

lainnya yang lebih tinggi. Peran partisipasi dapat menjadi tingkat ukuran

efektif dan efisiennya suatu kegiatan terutama kegiatan PHBM. Gambar 1

menunjukan keterkaitan antara faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat

persepsi, motivasi dan partisipasi masyarakat.

.

Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian

Faktor eksternal :

permasalahan

jumlah keluarga

Selectivity Faktor

internal/karakteristik :

pendidikan

umur kebutuhan Pembentukan

perilaku

Motivasi

Partisipasi

Tinggi:

upaya PHBM yang baik

Masyarakat sejahtera dan

hutan lestari

Teori Abraham Maslow

(1954):

kebutuhan fisiologis

kebutuhan akan rasa aman

kebutuhan sosial

kebutuhan akan penghargaan

kebutuhan aktualisasi diri

Pembentukan

perilaku & sikap

Rendah:

upaya PHBM yang kurang

optimal

Persepsi

Page 15: PERSEPSI, MOTIVASI, DAN PARTISIPASI MASYARAKAT … · 6 Tingkat pendidikan masyarakat 16 ... 9 Tingkatan persepsi responden terhadap sistem PHBM 25 ... meningkatkan moral dan profesionalisme

3

Perumusan Masalah

Adanya perbedaan pandangan berupa persepsi dan motivasi dari

masyarakat yang mempengaruhi tingkat partisipasi terhadap peranan dari

masyarakat dalam LMDH yang berbeda, sehingga berpengaruh pada sistem dari

PHBM yang akan terlaksana. Faktor-faktor yang berkaitan dengan sikap tersebut

perlu diidentifikasi dimana hubungan dengan lembaga yang mewadahi

masyarakat harus diketahui seberapa besar pengaruhnya terhadap kegiatan PHBM

tersebut.

Berdasarkan pemikiran diatas maka penelitian ini difokuskan pada sikap

petani berupa persepsi, motivasi dan partisipasi terhadap PHBM melalui LMDH.

Selain itu hubungan antara tingkat persepsi, motivasi, dan partisipasi ini dapat

dianalisi dengan efektif dalam sistem PHBM yang saat ini dilaksanakan di RPH

Dayeuhluhur BKPH Wanareja KPH Banyumas Barat, Perum Perhutani Unit I

Jawa Tengah.

Tujuan Penelitian

Menerangkan hubungan tingkat persepsi, motivasi, dan partisipasi masyarakat

dalam kegiatan Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM).

Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Memberikan informasi mengenai tingkat persepsi, motivasi, dan partisipasi

petani peserta LMDH dalam kegiatan PHBM

2. Memberikan informasi mengenai peranan LMDH dalam kegiatan PHBM di

RPH Dayeuhluhur BKPH Wanareja, KPH Banyumas Barat

3. Memberikan informasi kepada pihak Perum Perhutani dalam evaluasi dan

penyempurnaan kebijakan pengelolaan sumberdaya hutan yang lestari

TINJAUAN PUSTAKA

Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM)

Sejarah PHBM di Perum Perhutani

Sejarah Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) dimulai pada

masa kolonial Belanda, dimana pemerintah Hindia Belanda membutuhkan tenaga

kerja murah untuk kerja hutan yang kemudian diciptakan sistem tumpangsari

dalam kegiatan penanaman hutan dengan memberikan kesempatan kepada tenaga

kerja penanaman hutan (pesanggem) untuk menanam palawija (tanaman pangan)

dalam mencukupi kebutuhan pangannya. Dalam pelaksanaannya banyak

diterapkan persyaratan-persyaratan tertentu dimana masyarakat diikat dengan

kontrak untuk melaksanakan kewajiban-kewajiban tertentu yang berkaitan dengan

pengelolaan hutan dengan imbalan (uang kontrak) yang jumlahnya relatif sangat

kecil. Pertengahan tahun 1970, FAO dan SIDA mempertemukan kelompok ahli

tentang kehutanan dan pembangunan masyarakat lokal. Hasil pertemuan itu telah

Page 16: PERSEPSI, MOTIVASI, DAN PARTISIPASI MASYARAKAT … · 6 Tingkat pendidikan masyarakat 16 ... 9 Tingkatan persepsi responden terhadap sistem PHBM 25 ... meningkatkan moral dan profesionalisme

4

mendorong untuk menggali kembali pengalaman-pengalaman negara antara lain

social forestry di India, village woodlots di Korea, forest villages di Thailand,

village forestation di Tanzania dan tumpangsari di Jawa. Upaya pengembangan

kehutanan masyarakat mendapatkan dukungan dari para ahli dan praktisi

kehutanan sedunia dengan mengadakan Kongres Kehutanan Sedunia VIII pada

16-28 Oktober 1978 di Jakarta dengan tema pokok „Forest for People’. Gagasan

forest for people dalam perkembangan dituntut bukan hanya diwujudkan melalui

penyediaan hasil hutan bagi masyarakat atau melibatkan masyarakat dalam

pengelolaan hutan, melainkan juga menempatkan masyarakat sebagai aktor utama

pengelolaan hutan, baik sebagai pengelola hutan yang di usahakan pada lahan

sendiri maupun lahan negara (Suharjito et al. 2000).

Pengelolaan hutan berbasis masyarakat di indonesia menggunakan

berbagai istilah seperti hutan kemasyarakatan, hutan kerakyatan, kehutanan

masyarakat, kehutanan sosial dan social forestry. Istilah perhutanan sosial

digunakan pertama kali dalam penyelenggaraan program oleh Perum Perhutani di

Jawa pada tahun 1986 dan proyek percontohan program oleh Kantor Wilayah

Departemen Kehutanan yang salah satunya adalah di Belangian. Menurut

Permenhut Nomor P.01/Menhut-II/2004, Social forestry adalah sistem

pengelolaan sumberdaya hutan pada kawasan hutan negara dan atau hutan hak,

yang memberi kesempatan kepada masyarakat setempat sebagai pelaku dan atau

mitra utama dalam rangka meningkatkan kesejahteraannya dan mewujudkan

kelestarian hutan.

Perum Perhutani mengembangkan pengelolaan hutan yang melibatkan

masyarakat tersebut dengan program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat

(PHBM) yang ditetapkan dengan SK No.136/KPTS/DIR/2001. Upaya ini

dilakukan karena ingin memberikan penguatan, hak, peran dan tanggung jawab

serta kesejahteraan yang lebih besar kepada masyarakat lokal. Sistem PHBM ini

berbeda dengan penerapan sistem kegiatan berbasis masyarakat sebelumnya

seperti Mantri Lurah (MALU), Pengelolaan Masyarakat Desa Hutan (PMDH),

perhutanan sosial dan lain sebagainya. Sistem PHBM ini menempatakan

masyarakat menjadi mitra sejajar Perum Perhutani yang mampu membangun,

melindungi dan memanfaatkan sumberdaya hutan di dalam sistem PHBM. Perum

Perhutani bersama-sama dengan stakeholder lain yang aktif memfasilitasi

masyarakat untuk menumbuh kembangkan budaya dan tradisi pengelolaan

sumberdaya hutan di lahan-lahan desa pada beberapa wilayah yang kurang

berkembang. Oleh karena itu, maka budaya tanggung jawab masyarakat terhadap

pengelolaan hutan dapat terbangun dan pada akhirnya dapat memberikan manfaat

bagi masyarakat itu sendiri (Suharjito et al. 2000).

Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM)

Setelah berjalan selama enam tahun, PHBM tersebut dilaksanakan

ditemukan beberapa kendala dan permasalahan sehingga dilakukan perubahan

paradigma dari Perum Perhutani dengan mengeluarkan surat Keputusan Direksi

Perum Perhutani No: 268/KPTS/DIR/2007 tentang Pedoman Pengelolaan

Sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat Plus (PHBM Plus) menyebutkan bahwa

Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) adalah sistem pengelolaan

sumberdaya hutan dengan pola kolaborasi yang bersinergi antara Perum Perhutani

dan masyarakat desa hutan atau para pihak yang berkepentingan dalam upaya

Page 17: PERSEPSI, MOTIVASI, DAN PARTISIPASI MASYARAKAT … · 6 Tingkat pendidikan masyarakat 16 ... 9 Tingkatan persepsi responden terhadap sistem PHBM 25 ... meningkatkan moral dan profesionalisme

5

mencapai keberlanjutan fungsi dan manfaat sumberdaya hutan yang optimal dan

peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang bersifat fleksibel,

partisipatif dan akomodatif. Prinsip yang mendasari adanya perubahan

Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) menjadi Pengelolaan

Sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat Plus (PHBM Plus) adalah sebagai

berikut:

1. Pelaksanaan PHBM Plus diawali dengan perubahan pola pikir (mindset) pada

semua jajaran di Perum Perhutani dari yang birokratif, sentralistik, kaku,

ditakuti menjadi fasilitator, fleksibel, akomodatif dan dicintai.

2. Perencanaan partisipatif dan fleksibel sesuai dengan karakteristik wilayah.

3. Dilaksanakan dengan fleksibilitas, akomodatif, partisipatif dan kesadaran akan

tanggung jawab sosial (Social Responsibility).

4. Keterbukaan, kebersamaan, saling memahami dan pembelajaran bersama.

5. Bersinergi dan terintegrasi dengan program-program Pemerintah Daerah.

6. Pendekatan dan kerjasama kelembagaan dengan hak dan kewajiban yang jelas.

7. Peningkatan kesejahteraan masyarakat desa hutan.

8. Pemberdayaan masyarakat desa hutan secara berkesinambungan

9. Mengembangkan dan meningkatkan usaha produktif menuju masyarakat

mandiri dan hutan lestari

10. Supervisi, monitoring, evaluasi dan pelaporan bersama para pihak

Setelah dua tahun kemudian dalam mempercepat dan fleksibilitas

pelaksanaan PHBM maka dilakukan perubahan terhadap Keputusan Direksi

Perum Perhuntani Nomor 268/KPTS/DIR/2007 yang dirubah menjadi Keputusan

Direksi Perum Perhuntani Nomor 682/KPTS/DIR/2009. Keputusan direksi ini

meyatakan bahwa PHBM dapat dilaksanakan dengan baik apabila memenuhi

syarat-syarat sebgai berikut :

1. Pemahaman yang utuh terhadap konsep PHBM dan kesiapan pola pikir

(mindset) pada semua jajaran Perum Perhutani dan jajaran LMDH untuk

melaksanakannya.

2. Desa dengan Kawasan Hutan Pangkuan Desanya (KHPD).

3. Pengkajian Desa secara Partisipatif (PDP) atau metode lain yang bersifat

partisipatif.

4. Pertemuan dan pendampingan yang intensif.

5. Kelembagaan masyarakat desa hutan.

6. Aturan-aturan yang bersifat mengikat.

7. Usaha produktif dan atau sharing (bagi hasil).

8. Peran dan kerjasama antar pihak.

Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH)

Lembaga adalah wadah terhadap sekumpulan orang berinisiatif untuk

memenuhi kebutuhan bersama, dan yang berfungsi mengatur akan kebutuhan

bersama tersebut dengan nilai dan aturan bersama. Lembaga Masyarakat Desa

Hutan (LMDH) adalah satu lembaga yang dibentuk oleh masyarakat desa yang

berada didalam atau disekitar hutan untuk mengatur dan memenuhi kebutuhannya

melalui interaksi terhadap hutan dalam konteks sosial, ekonomi, politik dan

budaya. LMDH merupakan lembaga yang berbadan hukum, mempunyai fungsi

sebagai wadah bagi masyarakat desa hutan untuk menjalin kerjasama dengan

Page 18: PERSEPSI, MOTIVASI, DAN PARTISIPASI MASYARAKAT … · 6 Tingkat pendidikan masyarakat 16 ... 9 Tingkatan persepsi responden terhadap sistem PHBM 25 ... meningkatkan moral dan profesionalisme

6

Perum Perhutani dalam PHBM dengan prinsip kemitraan. LMDH memiliki hak

kelola di petak hutan pangkuan di wilayah desa dimana LMDH itu berada,

bekerjasama dengan Perum Perhutani dan mendapat bagi hasil dari kerjasama

tersebut. LMDH dalam menjalankan kegiatan pengelolaan hutan, mempunyai

aturan main yang dituangkan dalam Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah

Tangga (ART).

Pihak yang terlibat dalam proses pengembangan lembaga masyarakat desa

hutan ini adalah: seluruh anggota dan pengurus dari LMDH, pemerintah daerah

(desa sampai kabupaten), pihak yang terkait sesuai dengan kebutuhan

(dinas/instansi terkait), pihak yang memiliki kepedulian terhadap pengembangan

lembaga (investor, perguruan tinggi, LSM), dan fasilitator yang dapat dipilih dari

masyarakat sendiri atau pihak luar. Tujuan pengembangan LMDH adalah 1) untuk

meningkatkan kemampuan LMDH dalam pengelolaan lembaganya, 2) pengenalan

pendekatan partisipatif dalam rangka pengembangan lembaga, 3) memberikan

pandangan yang berbeda dan kritis dalam rangka pengembangan lembaga

masyarakat, dan 4) memberikan panduan sederhana namun bermutu dalam rangka

pengembangan lembaga masyarakat. Manfaat pengembangan LMDH, yaitu untuk

memenuhi kebutuhan akan adanya panduan dalam pengembangan LMDH, untuk

menghasilkan peningkatan kemampuan lembaga dalam pengelolaan lembaga

secara tunggal maupun kolektif, serta mendorong lembaga untuk memiliki

kekuatan dalam menghadapi dan berinteraksi dengan pihak luar, baik dalam daya

dukung maupun dalam daya saing (kemampuan bernegosiasi) (Awang et al. 2008).

Persepsi

Leavitt (1978) menyatakan definisi persepsi (perception) dalam arti sempit

adalah penglihatan, bagaimana cara seseorang melihat sesuatu, sedangkan dalam

arti luas ialah pandangan atau pengertian, yaitu bagaimana seseorang memandang

atau mengartikan sesuatu. Persepsi dapat diartikan juga sebagai pandangan,

interprestasi, penilaian, harapan atau aspirasi seseorang terhadap objek yang

dibentuk melalui serangkaian proses (kognisi) yang diawali dengan menerima

rangsangan (stimulus) dari objek oleh indera (mata, hidung, telinga, kulit dan

mulut) dan dipahami dengan interprestasi atau penaksiran tentang objek yang

dimaksud. Sehingga dapat dikatakan bahwa persepsi merupakan hasil respon

seorang manusia terhadap sesuatu yang ditangkap oleh panca indera. Stimulus

dapat berupa benda, isyarat, informasi, maupun situasi dan kondisi tertentu.

Pendapat lain tentang persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa atau

hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan

menafsirkan pesan (Rakhmat 2005).

Proses pembentukan persepsi merupakan suatu proses yang terjadi pada

diri manusia. Proses ini dapat dipengaruhi oleh berbagai hal yang dialami oleh

pribadi masing-masing dalam merespon segala sesuatu. Hal yang mempengaruhi

persepsi berupa dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor

internal adalah faktor yang muncul dari diri seseorang yang mempengaruhi pola

pikir dan pandangannya terhadap suatu objek atau permasalahan tertentu seperti

karakteristik sosial yang diantaranya adalah tingkat kecerdasan atau pendidikan

dan pengetahuan, kebutuhan, usia, dan lain-lain. Faktor eksternal adalah faktor

yang berasal dari luar yang mempengaruhi (stimulus) pola pikir dan pandangan

Page 19: PERSEPSI, MOTIVASI, DAN PARTISIPASI MASYARAKAT … · 6 Tingkat pendidikan masyarakat 16 ... 9 Tingkatan persepsi responden terhadap sistem PHBM 25 ... meningkatkan moral dan profesionalisme

7

seseorang yang berkaitan dengan objek atau permasalahan tertentu atau

pengalaman orang lain yang dilihatnya atau yang diketahuinya berkenaan dengan

hal tersebut dan struktur sosial yang mengatur kehidupan sosial seperti jumlah

keluarga (Rakhmat 2005).

Persepsi terhadap hutan dan kehutanan sangat dipengaruhi oleh pandangan

hidup, adat istiadat, dan kebiasaan serta ketergantungannya terhadap hutan dan

kehutanan. Masyarakat mempunyai tingkat ketergantungan yang cukup tinggi

terhadap hutan baik ketergantungan terhadap hasil hutan berupa kayu sebagai

bahan bangunan, kayu bakar, daun jati, lahan usaha dan lain-lain. Dengan

demikian persepsi mereka terhadap hutan pada umumnya baik dalam artian bahwa

hutan banyak memberikan manfaat bagi masyarakat. Namun persepsi yang baik

terhadap hutan tidak selalu diikuti dengan persepsi yang baik terhadap kehutanan,

dalam hal ini terhadap Perum Perhutani. Bagi masyarakat yang dalam

kehidupannya banyak tergantung pada kegiatan Perum Perhutani pada umumnya

mempunyai persepsi yang baik pula (Suharjito & Darusman 1998).

Motivasi

Motivasi diartikan sebagai dorongan yang timbul pada diri seseorang

secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan

tertentu, atau usaha-usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok

orang tertentu tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang

dikehendakinya atau mendapat kepuasan dengan perbuatannya (Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan 1998). Motivasi sebagai proses psikologis timbul

diakibatkan oleh faktor di dalam diri seseorang itu sendiri yang disebut intrinsik

atau faktor di luar diri yang disebut faktor ekstrinsik. Faktor di dalam diri

seseorang atau faktor intrinsik yaitu motivasi dari dalam diri seseorang ;

seseorang melakukan sesuatu karena ia ingin melakukannya. Motivasi ekstrisik

berasal dari diri orang itu. Seseorang melakukan sesuatu untuk memenangkan

suatu hadiah yang khusus ditawarkan untuk perilaku tersebut (Leavitt 1978).

Maier (1955) dalam Zainun (1989) membedakan adanya dua macam

keadaan motivasi. Keadaan motivasi yang pertama dinamakannya situasi motivasi

yang subjective dan yang lain disebutnya situasi motivasi yang objective. Keadaan

motivasi yang subjektif itu merupakan keadaan yang terdapat dalam diri

seseorang yang disebut need atau kebutuhan, drive atau dorongan, atau desire atau

keinginan. Sedangkan yang objektif adalah satu barang atau keadaan yang berada

di luar seseorang yang biasa disebut dengan istilah incentive atau rangsangan atau

goal atau sasaran atau tujuan.

Menurut Abraham Maslow (1943) dalam Atkinson et al. (1983), perilaku

manusia untuk memenuhi kebutuhannya dapat dibagi menjadi lima jenjang yaitu

kebutuhan mempertahankan hidup (Physiological needs). Manifestasi kebutuhan

tampak pada tiga hal yaitu: sandang, pangan, papan yang merupakan kebutuhan

primer untuk memenuhi kebutuhan fisiologis manusia. Kemudian yang kedua

adalah kebutuhan rasa aman (Safety needs). Manifestasi kebutuhan ini antara lain

kebutuhan akan keamanan jiwa, kebutuhan keamanan harta, perlakuan yang adil

dan pensiun serta jaminan hari tua. Kebutuhan yang ketiga adalah kebutuhan

sosial (Social needs). Manifestasi kebutuhan ini tampak pada kebutuhan akan

perasaan diterima oleh orang lain (sense of belonging), kebutuhan untuk maju dan

Page 20: PERSEPSI, MOTIVASI, DAN PARTISIPASI MASYARAKAT … · 6 Tingkat pendidikan masyarakat 16 ... 9 Tingkatan persepsi responden terhadap sistem PHBM 25 ... meningkatkan moral dan profesionalisme

8

tidak gagal (sense of achievement), perasaan ikut serta (sense of participation).

Kebutuhan yang keempat adalah kebutuhan akan penghargaan (Esteem needs).

Semakin tinggi status seseorang semakin tinggi pula penghargaannya. Kemudian

yang terakhir adalah kebutuhan aktualisasi kerja (Self actualisation). Manifestasi

kebutuhan ini tampak pada keinginan mengembangkan kapasitas mental dan

kapasitas kerja. Teori Maslow mengenai motivasi didasarkan kepada adanya

tingkat-tingkat kebutuhan dan perubahan daya dorongnya. Perubahan daya dorong

dalam istilah Maslow “prepotency” berarti bahwa apabila semua tingkat

kebutuhan manusia tidak bisa dipenuhi, maka kebutuhan-kebutuhan dasar yang

bersifat pangan, papan dan sandang (kebutuhan fisiologis) merupakan kebutuhan

paling dominan. Hirarki kebutuhan manusia menurut Maslow disajikan pada

Gambar 2.

Gambar 2 Hirarki kebutuhan Maslow

Partisipasi

Partisipasi merupakan bentuk kegiatan ikut serta menyumbangkan sesuatu

yang dimiliki sebagai respon terhadap sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya.

Sebenarnya definisi partisipasi sangat beragam. Menurut Nasdian (2003) dalam

Budiarti (2011), partisipasi adalah proses aktif dimana inisiatif diambil oleh

masyarakat itu sendiri , dibimbing oleh cara berpikir sendiri dengan menggunakan

sarana dan proses dimana mereka dapat melakukan kontrol efektif. Definisi ini

memberikan pengertian bahwa masyarakat diberi kemampuan untuk mengelola

potensi yang dimiliki secara mandiri.

Cohen dan Uphoff (1980) dalam Budiarti (2011) menyatakan partisipasi

yang dibagi dari dimensi partisipasi sebgai berikut:

1. Jenis partisipasi yang diharapkan meliputi:

a. Partisipasi dalam mengambil keputusan (perencanaan)

b. Partisipasi dalam pelaksanaan

c. Partisipasi dalam menerima manfaat

d. Partisipasi dalam evaluasi

2. Siapa yang berpartisipasi terdiri dari:

a. Penduduk setempat

Page 21: PERSEPSI, MOTIVASI, DAN PARTISIPASI MASYARAKAT … · 6 Tingkat pendidikan masyarakat 16 ... 9 Tingkatan persepsi responden terhadap sistem PHBM 25 ... meningkatkan moral dan profesionalisme

9

b. Pemimpin setempat, meliputi: pemimpin informal, pemimpin organisasi

formal, dan pemerintah setempat

c. Orang luar desa

3. Bagaimana proses partisipasi itu berlangsung, meliputi beberapa hal:

a. Apakah inisiatif partisipasi itu timbul dari atas atau dari bawah?

b. Apakah dorongan untuk berpartisipasi itu bersifat bebas atau paksaan?

c. Bagaimana struktur partisipasi masyarakat?

d. Bagaimana saluran partisipasi, apakah secara individu atau secara kolektif,

apakah melalui organisasi formal atau informal, apakah partisipasi itu

langsung atau tidak langsung?

e. Jangka waktu partisipasi

f. Lingkup partisipasi

g. Kemampuan masyarakat untuk memperoleh manfaat sesuai yang

diharapkan sebagi hasil partisipasinya.

Seiring dengan perkembangannya, partisipasi terbagi dalam dua pola yaitu

pola partisipasi secara individu dan pola partisipasi secara kelompok. Seseorang

yang inovatif dan aktif dalam setiap kegiatan pembangunan akan sangat

membantu dirinya dan keluarganya untuk meningkatkan taraf hidup secara

ekonomis dan spiritual. Sebagai mahluk sosial, maka pola individu harus

dikembangkan kepada anggota yang lain, sehingga tercipta pola partisipasi secara

berkelompok atau secara menyeluruh. Kartasubrata (1986) mengemukakan bahwa

dorongan dan rangsangan untuk berpartisipasi mencakup faktor –faktor

kesempatan, kemauan, kemampuan dan bimbingan. Kesempatan untuk

berpartisipasi hendaknya tidak hanya diberikan pada waktu pelaksanaannya saja

tetapi juga mulai dari pengambilan keputusan, pelaksanaan, pemantauan,

penilaian dan kemudian distribusi hasilnya.

Beberapa faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat menurut

Pangestu (1995) dalam Budiarti (2011) adalah sebagai berikut:

1. Faktor internal

Faktor internal yaitu mencakup karakteristik individu yang dapat

mempengaruhi individu tersebut untuk berpartisipasi dalam suatu kegiatan.

Karakteristik individu mencakup umur, tingkat pendidikan, jumlah beban

keluarga, jumlah pendapatan dan pengalaman berkelompok.

2. Faktor eksternal

Faktor eksternal meliputi hubungan yang terjalin antara pihak mengelola

proyek dengan sasaran dapat mempengaruhi partisipasi karena sasaran akan

dengan sukarela terlibat dalam suatu proyek jika sambutan pihak pengelola

positif dan menguntungkan mereka. Selain itu, bila didukung dengan

pelayanan pengelola kegiatan yang positif dan tepat dibutuhkan oleh sasaran.

Slamet (1980) dalam Kartasubrata (1986) mengemukakan bahwa syarat-

syarat yang diperlukan agar masyarakat dapat berpartisipasi adalah sebagai

berikut :

1. Adanya kesempatan untuk membangun atau ikut dalam pembangunan

2. Adanya kemampuan untuk memanfaatkan kesempatan tersebut

3. Adanya kemampuan untuk berpartisipasi.

Page 22: PERSEPSI, MOTIVASI, DAN PARTISIPASI MASYARAKAT … · 6 Tingkat pendidikan masyarakat 16 ... 9 Tingkatan persepsi responden terhadap sistem PHBM 25 ... meningkatkan moral dan profesionalisme

10

METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan bulan Agustus

2013 di Desa pangkuan hutan yaitu Desa Datar, Sumpinghayu, Cilumping dan

Cijeruk areal RPH Dayeuhluhur BKPH Wanareja KPH Banyumas Barat, Perum

Perhutani Unit I Jawa Tengah.

Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat tulis,

kuisioner, kamera, kalkulator, laptop, software SPSS (Statistical Program for

Social Science), Microsoft Excel dan Mocrosoft Word.

Metode Pengumpulan Data

Jenis Data

Jenis data terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer yaitu data

yang diperoleh secara langsung dari responden, meliputi karakteristik responden,

data persepsi, motivasi dan partisipasi serta gambaran umum kondisi hutan yang

dikelola bersama masyarakat yang merupakan pengetahuan mereka. Data

sekunder yaitu data yang berkaitan dengan penelitian namun diperoleh secara

tidak langsung dari responden namun informasi yang diperoleh dari dokumen,

arsip dan laporan. Data tersebut meliputi kondisi umum lokasi penelitian, data

pelaksanaan PHBM, struktur organisasi masyarakat (LMDH), rencana staregis

LMDH dan data-data lain yang berhubungan dengan penelitian ini

Teknik Pengamatan (observation)

Data dikumpulkan melalui pengamatan secara langsung terhadap berbagai

kegiatan di lapangan, keadaan daerah penelitian dan pengamatan kondisi sosial

masyarakat.

Teknik Wawancara (interview)

Data dikumpulkan melalui tanya jawab yang dilakukan langsung terhadap

responden yang terlibat dalam kerjasama serta berbagai pihak yang terkait untuk

melengkapi data dan informasi. Wawancara dapat dilakukan secara

terstruktur/semiterstruktur (kuisioner) maupun wawancara tidak terstruktur

(bebas).

Studi Pustaka

Data dikumpulkan melalui proses mencari, mencatat dan mempelajari studi

literatur serta pengumpulan data-data dari instansi terkait.

Page 23: PERSEPSI, MOTIVASI, DAN PARTISIPASI MASYARAKAT … · 6 Tingkat pendidikan masyarakat 16 ... 9 Tingkatan persepsi responden terhadap sistem PHBM 25 ... meningkatkan moral dan profesionalisme

11

Pemilihan Responden

Pengambilan sampel responden menggunakan metode Purpossive

Sampling. Responden yang dipilih berjumlah 30 orang yang ikut dalam

kepengurusan LMDH di RPH Dayeuhluhur yang dipilih berdasarkan kepemilikan

luas lahan yang beraneka ragam, tempat tinggal yang dekat dengan hutan dan

keaktifan dalam LMDH. Jumlah 30 sampel yang diambil dari empat LMDH

menggunakan metode teknik sampling proporsional sesuai dengan proporsi total

setiap pengurus dan anggota LMDH.

Metode Pengolahan dan Analisis Data

Analisis Data

Analisis data disajikan secara deskriptif. Analisis deskriptif digunakan

untuk menganalisa karakteristik dan praktek pengelolaan hutan berdasarkan hasil

wawancara dan observasi lapang. Peubah-peubah yang dianalisis adalah system

pengelolaan yang diterapkan. Langkah-langkah yang dilakukan untuk

menganalisis data penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pengumpulan informasi hasil wawancara dan observasi lapang

2. Pemilihan informasi sesuai dengan kategori-kategorinya

3. Penyajian dalam bentuk uraian penjelasan dan tabel

4. Penarikan kesimpulan

Analisis Pengukuran Tingkat Persepsi, Motivasi, dan Partisipasi

Pertanyaan-pertanyaan dalam kuisioner menggunakan opsi jawaban skala

likert. Menurut Riduwan et al. (2009), skala likert digunakan untuk mengukur

sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang kejadian

atau gejala sosial. Persepsi, motivasi, dan partisipasi masyarakat terhadap kegiatan

PHBM diukur berdasarkan jumlah skor dengan 12 pertanyaan persepsi, 10

pertanyaan motivasi dan 25 pertanyaan partisipasi menggunakan skala likert.

Masing-masing jawaban diberi skor seperti pada Tabel 1.

Tabel 1 Skor pertanyaan pada persepsi, motivasi, dan partisipasi

No. Jawaban Skor

1 Ya 3

2 Ragu-ragu 2

3 Tidak 1

Uji Validitas dan Uji Reliabilitas

Uji Validitas dilakukan untuk menentukan keabsahan dari pertanyaan yang

digunakan dalam penelitian ini. Uji ini menunjukkan skor, nilai dan ukuran yang

diperoleh benar-benar menyatakan hasil pengukuran atau pengamatan yang ingin

diukur. Instrumen valid apabila nilai korelasi adalah positif dan nilai probabilitas

korelasi P Value < taraf signifikan (α) sebesar 0.05 (selang kepercayaan 95%). Uji

validitas dilakukan dengan cara mengukur korelasi antara variable dengan skor

total variabel menggunakan rumus teknik korelasi pearson product moment

(Sarwono 2006).

Page 24: PERSEPSI, MOTIVASI, DAN PARTISIPASI MASYARAKAT … · 6 Tingkat pendidikan masyarakat 16 ... 9 Tingkatan persepsi responden terhadap sistem PHBM 25 ... meningkatkan moral dan profesionalisme

12

Rxy = ∑ ∑ ∑

√ ( ) √ ( ( )

Keterangan:

rxy = korelasi antar X dan Y

n = jumlah responden

X = skor masing-masing pertanyaan

Y = skor total

Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui konsistensi alat ukur dalam

mengukur gejala yang sama. Suatu kuesioner dikatakan reliabel jika kuesioner

tersebut dapat digunakan berulang-ulang kepada kelompok yang sama dan

menghasilkan data yang sama. Uji reliabilitas menggunakan metode koefisien

Alpha Cronbach pada software SPSS (Sarwono 2006). Jika ri positif dan nilainya

mendekati 1 (mempunyai alpha cronbach lebih dari 0.6) maka pengukuran yang

digunakan reliabel (Tabel 2).

Tabel 2 Tingkat reliabilitas metode Alpha Cronbach

Alpha Tingkat reliabilitas

0.00–0.20 Kurang reliable

0.21–0.40 Agak reliable

0.41–0.60 Cukup reliable

0.61–0.80 Reliable

0.81–1.00 Sangat reliable

Sumber : Budiarti (2011)

Analisis Korelasi Rank Spearman

Metoda analisis data yang digunakan adalah analisis kuantitatif dengan

menggunakan uji statistik. Data yang diperoleh diolah melalui tahap editing,

scoring, coding, dan entri data ke komputer. Uji statistik digunakan untuk

menguji hubungan tingkat persepsi, motivasi dan partisipasi terhadap PHBM.

Untuk melakukan uji statistik tersebut dilakukan dengan analisis Rank

Correlation Spearman (rs), yang dapat menguji keeratan hubungan antar variabel

yang diukur dengan menggunakan software SPSS. Seperti yang dikemukakan

oleh Sarwono (2006) bahwa korelasi Rank Spearman digunakan untuk

mengetahui ada dan tidaknya hubungan antara dua variabel, yaitu variabel bebas

dan variabel tergantung yang berskala ordinal (non-parametrik). Variabel

independen (bebas) penelitian ini adalah indikator persepsi, motivasi dan

partisipasi. Sedangkan variabel dependen (tergantung) dalam penelitian ini

menggunakan variabel tingkat persepsi, motivasi, dan partisipasi masyarakat

dalam LMDH. Adapun persamaan Rank Correlation Spearman (rs) yang

digunakan adalah sebagai berikut Nurgiyantoro et al. (2009):

Page 25: PERSEPSI, MOTIVASI, DAN PARTISIPASI MASYARAKAT … · 6 Tingkat pendidikan masyarakat 16 ... 9 Tingkatan persepsi responden terhadap sistem PHBM 25 ... meningkatkan moral dan profesionalisme

13

rs (rho) = 1- ∑

( )

Keterangan :

rs (rho) = korelasi Rank Spearman

N = banyaknya sampel pengamatan

D = perbedaan skor antar dua kelompok pasangan

Sarwono (2006) menyatakan bahwa nilai Rank Correlation Spearman (rs)

dapat menghasilkan angka positif (+) atau negatif (-). Tanda positif (+)

menyatakan hubungan peringkat antara kedua variabel bersifat searah. Searah

mempunyai makna jika variabel bebas besar maka variabel tergantungnya juga

besar. Sebaliknya apabila tandanya negatif (-) menyatakan hubungan peringkat

antar kedua variabelnya berlawanan atau bertolak belakang (bersifat tidak searah).

Tidak searah mempunyai makna jika variabel bebas besar maka variabel

tergantungnya menjadi kecil. Angka korelasi berkisar antara 0 sampai dengan 1.

Besar kecilnya angka korelasi menentukan kuat atau lemahnya kedua variabel.

Patokan angkanya adalah sebagai berikut :

0.00–0.25 : korelasi sangat lemah (dianggap tidak ada)

0.26–0.50 : korelasi cukup

0.51–0.75 : korelasi kuat

0.76–1.00 : korelasi sangat kuat

Uji Signifikansi Hasil Korelasi

Menurut Sarwono (2006), signifikansi hubungan antara dua variabel dapat

dianalisis dengan ketentuan sebagai berikut :

1. Hipotesis: H0 : Hubungan antara dua variabel tidak signifikan

H1: Hubungan antara dua variabel signifikan

2. Patokan pengambilan keputusan selang kepercayaan 95%

Jika probabilitas < 0.05, maka H0 ditolak

Jika probabilitas > 0.05, maka H0 diterima

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Lokasi Penelitian

Biofisik dan Letak Desa Penelitian

Desa Datar Kecamatan Dayeuhluhur Kabupaten Cilacap memiliki luas

1747.1 ha berada pada ketinggian 600 mdpl. Adapun Batas-batas wilayah Desa

Datar sebelah utara berbatasan dengan Desa Sumpinghayu, sebelah selatan

berbatasan dengan Desa Dayeuhluhur, sebelah barat berbatasan dengan Desa

Bolang, serta sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Wanareja.

Desa Sumpinghayu Kecamatan Dayeuhluhur Kabupaten Cilacap memiliki

luas 1415.5 ha berada pada ketinggian 650 mdpl. Adapun batas desa sebelah utara

berbatasan dengan Kabupaten Kuningan, sebelah selatan berbatasan dengan Desa

Page 26: PERSEPSI, MOTIVASI, DAN PARTISIPASI MASYARAKAT … · 6 Tingkat pendidikan masyarakat 16 ... 9 Tingkatan persepsi responden terhadap sistem PHBM 25 ... meningkatkan moral dan profesionalisme

14

Datar, sebelah barat berbatasan dengan Desa Cilumping, sebelah timur berbatasan

dengan Desa Jambu.

Desa Cilumping Kecamatan Dayeuhluhur Kabupaten Cilacap memiliki

luas 2072.8 ha berada pada ketinggian 780 mdpl. Adapun batas desa sebelah utara

berbatasan dengan Kabupaten Kuningan sebelah Selatan berbatasan dengan Desa

Datar sebelah barat berbatasan dengan Desa Cijeruk sebelah timur berbatasan

dengan Desa Sumpinghayu.

Desa Cijeruk Kecamatan Dayeuhluhur Kabupaten Cilacap memiliki luas

1637.5 ha dengan ketinggian 750 mdpl. Adapun batas desa sebelah utara

berbatasan dengan Kabupaten Kuningan, sebelah selatan berbatasan dengan Desa

Datar, sebelah Barat berbatasan dengan Desa Bolang, sebelah timur berbatasan

dengan Desa Cilumping.

Gambar 3 Lokasi penelitian

Jenis tanah yang terdapat ditempat penelitian merupakan tanah latosol

cokelat. Wilayah KPH Banyumas Barat berdasarkan klasifikasi Schmidt dan

Ferguson termasuk tipe iklim B, dengan temperatur rata-rata 20-27°C. KPH

Banyumas Barat memiliki curah hujan rata-rata per tahun mencapai 2000 mm/th

dengan banyaknya jumlah hari hujan 19 hari/bulan.

Page 27: PERSEPSI, MOTIVASI, DAN PARTISIPASI MASYARAKAT … · 6 Tingkat pendidikan masyarakat 16 ... 9 Tingkatan persepsi responden terhadap sistem PHBM 25 ... meningkatkan moral dan profesionalisme

15

Status Lahan Desa Hutan

Lahan memiliki tata, fungsi dan status kepemilikan. Fungsi utama

penggunaan lahan di desa penelitian baik Desa Datar, Desa Sumpinghayu, Desa

Cilumping dan Desa Cijeruk yaitu sebagai areal pemukiman, areal perkebunan,

pertanian dan sarana umum masyarakat seperti sarana peribadatan, sarana

olahraga, sarana jalan umum dan sarana bangunan umum. Setiap desa penelitian

mendapatkan hak mengelola lahan hutan Perum Perhutani sesuai dengan

perjanjian kerjasama antara masyarakat dengan Perum Perhutani KPH Banyumas

Barat. Luas lahan yang dikerjasamakan dan telah disepakati yaitu Desa Datar

seluas 613.7 ha Desa Sumpinghayu luas pangkuan hutan 1234.5 ha Desa

Cilumping luas pangkuan hutan sebesar 1267.5 ha dan Desa Cijeruk luas

pangkuan hutan 1298.5 ha

Tabel 3 Perbandingan lahan desa dengan lahan hutan

Desa Luas Lahan Desa Luas Hutan Persen (%)

Datar 1747.10 613.70 35.13

Sumpinghayu 1415.50 1234.50 87.21

Cilumping 2072.86 1267.50 61.15

Cijeruk 1637.56 1298.52 79.29

Total 5235.46 4414.22 84.31

Tabel 4 Status lahan desa lokasi penelitian

Kategori penggunaan

lahan

Luas lahan (ha)

Desa

Datar

Desa

Sumpinghayu

Desa

Cilumping

Desa

Cijeruk

Tanah pemukiman 481.00 54.50 164.50 183.45

Tanah persawahan 550.10 97.00 490.00 132.00

Tanah hutan/kebun 692.00 1234.50 1267.50 1298.52

Tanah prasarana 24.00 2.30 4.06 2.89

Lain-lain - 27.20 146.80 20.70

Total 1747.10 1415.50 2072.86 1637.56

Sumber : Data monografi Desa Datar, Sumpinghayu, Cilumping dan Cijeruk (2012)

Kependudukan

Jumlah penduduk di Desa Datar pada tahun 2012 adalah 3655 jiwa yang

terdiri dari 1879 orang laki-laki (48.76%) dan 1776 orang perempuan (51.23%)

dengan jumlah 1055 kepala keluarga. Jumlah penduduk di Desa Sumpinghayu

pada tahun 2012 adalah 1052 jiwa yang terdiri dari 513 orang laki-laki (48.76%)

dan 539 orang perempuan (51.23%) dengan jumlah 336 kepala keluarga. Jumlah

penduduk di Desa Cilumping pada tahun 2012 adalah 863 jiwa yang terdiri dari

431 orang laki-laki (49.94%) dan 432 orang perempuan (50.05%) dengan jumlah

263 kepala keluarga. Jumlah penduduk di Desa Cijeruk pada tahun 2012 adalah

1.384 jiwa yang terdiri dari 699 orang laki-laki (50.50%) dan 685 orang

Page 28: PERSEPSI, MOTIVASI, DAN PARTISIPASI MASYARAKAT … · 6 Tingkat pendidikan masyarakat 16 ... 9 Tingkatan persepsi responden terhadap sistem PHBM 25 ... meningkatkan moral dan profesionalisme

16

perempuan (49.49%) dengan jumlah 469 kepala keluarga. Bila diklasifikasikan

menurut usia, penduduk Desa Datar, Desa Sumpinghayu, Desa Cilumping dan

Desa Cijeruk disajikan dalam Tabel 5.

Tabel 5 Klasifikasi penduduk berdasarkan usia

Usia

(tahun)

Desa Datar Desa

Sumpinghayu Desa Cilumping Desa Cijeruk

Jumlah

(jiwa)

Persen

(%)

Jumlah

(jiwa)

Persen

(%)

Jumlah

(jiwa)

Persen

(%)

Jumlah

(jiwa)

Persen

(%)

0-15 862 23.58 249 23.66 202 23.40 320 23.12

15-55 2079 56.88 624 59.31 479 55.50 778 56.21

≥56 214 19.53 179 17.01 182 21.08 286 20.66

Total 3655 100.00 1052 100.00 863 100.00 1384 100.00

Sumber : Data monografi Desa Datar, Sumpinghayu, Cilumping dan Cijeruk (2012)

Pendidikan

Pendidikan yang pernah ditempuh oleh masyarakat Desa Datar, Desa

Sumpinghayu, Desa Cilumping dan Desa Cijeruk memiliki tingkat pendidikan

masyarakat yang ditempuh selama hidup dari Sekolah Dasar (SD), Sekolah

Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA) sampai dengan

Perguruan Tinggi (PT).

Tabel 6 Tingkat pendidikan masyarakat

Pendidikan

Desa Datar Desa

Sumpinghayu Desa Cilumping Desa Cijeruk

Jumlah

(jiwa)

Persen

(%)

Jumlah

(jiwa)

Persen

(%)

Jumlah

(jiwa)

Persen

(%)

Jumlah

(jiwa)

Persen

(%)

SD 2774 84.06 651 69.70 106 48.62 47 34.56

SMP 365 11.06 208 22.27 86 39.45 45 33.09

SMA 130 3.94 44 4.71 19 8.72 37 27.21

PT 31 0.94 31 3.32 7 3.21 7 5.15

Total 3300 100.00 934 100.00 218 100.00 136 100.00

Sumber : Data monografi Desa Datar, Sumpinghayu, Cilumping dan Cijeruk (2012)

Mata Pencaharian

Mata pencaharian dari penduduk desa lokasi penelitian sangat beraneka

ragam. Mata pencaharian tersebut antara lain sebagai petani, buruh tani, PNS,

pedagang, peternak, suasta dan pengrajin. Data klasifikasi dari jumlah mata

pencaharian penduduk yang didapat dari data monografi dapat dilihat pada Tabel

7.

Page 29: PERSEPSI, MOTIVASI, DAN PARTISIPASI MASYARAKAT … · 6 Tingkat pendidikan masyarakat 16 ... 9 Tingkatan persepsi responden terhadap sistem PHBM 25 ... meningkatkan moral dan profesionalisme

17

Tabel 7 Klasifikasi masyarakat desa berdasarkan mata pencaharian

Mata

Pencaharian

Desa Datar Desa

Sumpinghayu Desa Cilumping Desa Cijeruk

Jumlah

(jiwa)

Persen

(%)

Jumlah

(jiwa)

Persen

(%)

Jumlah

(jiwa)

Persen

(%)

Jumlah

(jiwa)

Persen

(%)

Petani 2028 83.29 266 266 27.37 201 81.38 450 450 32.49

Buruh Tani 140 5.75 7 0.72 15 6.07 250 18.05

PNS 24 0.99 4 0.41 5 2.02 10 0.72

Pedagang 170 6.98 178 18.31 10 4.05 25 1.81

Peternak 6 0.25 433 44.55 1 0.40 619 44.69

Swasta 35 1.44 80 8.23 1 0.40 14 1.01

Pengrajin 32 1.31 4 0.41 15 100.00 16 1.16

Total 2435 100.00 972 100.00 248 81.38 1384 100.00

Sumber : Data monografi Desa Datar, Sumpinghayu, Cilumping dan Cijeruk (2012)

Kegiatan Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat

Pengelolaan hutan bersama masyarakat (PHBM) merupakan kegiatan yang

meliputi penyusunan rencana pengelolaan sumberdaya hutan, pemanfaatan

sumberdaya hutan dan kawasan hutan, serta perlindungan sumberdaya hutan dan

konservasi alam. Pelaksanaan PHBM dilakukan dengan jiwa bersama, berdaya

dan berbagi yang meliputi pemanfaatan lahan dan atau ruang, pemanfaatan waktu,

pemanfaatan hasil dalam pengelolaan sumberdaya hutan dengan prinsip saling

menguntungkan, saling memperkuat dan saling mendukung serta kesadaran akan

tanggung jawab sosial (Social Responcibility). Setiap pengelolaan hutan disusun

program yang dapat dikerjasamakan dengan LMDH, antara lain : Bidang

Perencanaan, Pembinaan SDH, Produksi, Pemasaran dan Industri, Keamanan

Hutan, Keuangan dan SDM (SK Direksi Perum Perhutani Nomor

682/KPTS/DIR/2009).

Menurut SK Direksi Perum Perhutani Nomor 2141/KPTS/I/2002 tentang

PHBM di Unit I Jateng mengenai objek dan jenis kegiatan meliputi kegiatan

PHBM di dalam kawasan hutan maupun kegiatan diluar kawasan hutan. Kegiatan

di dalam kawasan hutan terdiri dari kegiatan pengusahaan hutan yang meliputi

bidang perencanaan, penanaman, pemeliharaan, perlindungan, dan pemanenan

hasil hutan. Usaha produktif yang berbasis lahan antara lain Agrisilvikultur,

Silvofishery, Silvopastural, Agrosilvopastural. Usaha produktif yang berbasis

bukan lahan antara lain: pengelolaan wisata, pengelolaan tambang galian,

pengelolaan sumber mata air, pengembangan dan pengusahaan flora dan fauna,

pemborongan barang dan jasa. Kegiatan di luar kawasan hutan meliputi kegiatan

usaha produktif seperti pengembangan Hutan Rakyat, pengembangan peternakan,

aneka usaha kehutanan seperti perlebahan dan persuteraan alam, industri

pengelolaan hasil hutan dan industri kecil/industri rumah tangga.

Page 30: PERSEPSI, MOTIVASI, DAN PARTISIPASI MASYARAKAT … · 6 Tingkat pendidikan masyarakat 16 ... 9 Tingkatan persepsi responden terhadap sistem PHBM 25 ... meningkatkan moral dan profesionalisme

18

Kegiatan PHBM di RPH Dayeuhluhur BKPH Wanareja KPH Banyumas

Barat Perum Perhutani Unit I ini berjalan dengan adanya suatu lembaga yang

mewadahi kegiatan ini. Salah satu lembaga yang berperan adalah Lembaga

Masyarakat Desa Hutan (LMDH) yang dibentuk oleh Perum Perhutani. LMDH

adalah satu lembaga yang dibentuk oleh masyarakat desa yang berada didalam

atau disekitar hutan untuk mengatur dan memenuhi kebutuhannya melalui

interaksi terhadap hutan dalam konteks sosial, ekonomi, politik dan budaya

(Awang et al. 2008). RPH Dayeuhluhur sudah terbentuk 8 LMDH. LMDH yang

terpilih adalah LMDH lama yang sudah jalan kegiatannya minimal selama 5 tahun.

Tiga LMDH baru dibentuk pada bulan juni 2013 sedangkan 1 LMDH merupakan

LMDH pangkuan dari RPH Wanareja. Terdapat empat LMDH berdasarkan empat

desa pangkuan hutan yang dipilih yaitu LMDH Lodaya di Desa Datar, LMDH

Unggul Lestari di Desa Sumpinghayu, LMDH Wana Basma di Desa Cilumping

dan LMDH Rindu Alam di Desa Cijeruk.

LMDH Lodaya

LMDH Lodaya merupakan LMDH yang paling baik dari LMDH yang

diteliti dengan beberapa kegiatannya berorientasi pada peningkatan ekonomi

masyarakat sekitar hutan yang berbasiskan pemberdayaan dan pelestarian hutan.

Kegiatan kerjasama PHBM dengan Perum Perhutani di LMDH Lodaya berupa

kegiatan di dalam kawasan hutan yang meliputi kerjasama berupa penanaman,

penebangan, penyadapan getah pinus, tumpang sari tanaman sengon, dan kegiatan

keamanan sedangkan kegiatan diluar kawasan hutan meliputi kerjasama usaha

produktif yaitu dibidang peternakan berupa ternak ayam serta kegiatan dibidang

sosial masyarakatan seperti beasiswa untuk sekolah dasar dan santunan duka cita.

Peranan LMDH Lodaya pada kegiatan dalam kawasan hutan yang meliputi

penanaman dan penebangan yaitu mengajak anggota maupun pengurus dalam

pengadaan sumberdaya buruh bantu. Kegiatan pemeliharaan berupa patroli

keamanan rutin dilakukan setiap saat. Kegiatan penyadapan getah pinus dilakukan

oleh anggota LMDH Lodaya dengan sistem pembayaran dilakukan sesuai target

getah yang didapat. Untuk sistem tumpangsari tanaman sengon dengan pinus

dikerjasamakan dengan menandatangani kontrak kerjasama sebagai trasparasi

bagi peran dan bagi hasil. Total luas tanaman sengon yang dikerjasamakan

sebesar 2.51 ha yang ditanam pada petak 27B, 27C, 27D, 27E, 29A, 29B, 29C.

Gambar 3 (a) merupakan salah satu lokasi tumpangsari tanaman sengon di petak

29C. Gambar 3 (b) merupakan salah satu kegiatan diluar kawasan hutan berupa

usaha produktif pembesar ternak ayam. Usaha pembesaran ayam ini berupa

pembesaran ayam yang berumur satu hari dibesarkan hingga umur 27 hari dan

kemudian dijual ke Jakarta untuk bahan dasar ayam goreng cepat saji. Salah satu

kegiatan PHBM di LMDH Lodaya dapat dilihat pada Gambar 4.

Page 31: PERSEPSI, MOTIVASI, DAN PARTISIPASI MASYARAKAT … · 6 Tingkat pendidikan masyarakat 16 ... 9 Tingkatan persepsi responden terhadap sistem PHBM 25 ... meningkatkan moral dan profesionalisme

19

(a) (b)

Gambar 4 Tumpangsari tanaman sengon (a), Usaha ternak ayam (b)

LMDH Unggul Lestari dan Rindu Alam

Kegiatan Kerjasama PHBM di LMDH Unggul Lestari dan LMDH Rindu

Alam masih sebatas kegiatan di dalam kawasan hutan saja yang meliputi

penanaman, penebangan, penyadapan getah pinus, tumpang sari tanaman sengon,

dan kegiatan keamanan sedangkan kegiatan diluar kawasan hutan masih belum

ada. Kegiatan penanaman dan penebangan LMDH Unggul Lestari dan Rindu

Alam juga menyediakan sumberdaya buruh bantu, selain itu pengadaan tenaga

buruh persemaian di LMDH Rindu Alam memiliki peran yang besar karena lokasi

persemaian yang berada di Desa Cijeruk. Kegiatan penyadapan getah pinus pada

Desa Sumpinghayu dan Desa Cijeruk dilakukan oleh anggota LMDH Unggul

lestari dan Rindu Alam.

Kegiatan usaha produktif yang berbasis lahan yaitu tumpang sari tanaman

sengon di Desa Sumpinghayu dikerjasamakan pada petak 28AR dengan luas 0,3

ha dan petak 28K dengan luas 0.18 ha pada Desa Cijeruk dikerjasamakan pada

petak 28R dengan luas 0.06 ha dan petak 28AP dengan luas 0.03 ha. Jumlah

luasan tanaman sengon yang dikerjasamakan ini masih sangat kecil namum bagi

pengurus dan anggota LMDH sangat berarti karena mereka menganggap bahwa

dengan memanfaatkan lahan yang kosong akan memberikan nilai tambah baik

secara ekonomi yaitu dari bagi hasil maupun secara ekologi yaitu terjaganya

kelestarian hutan. Selain itu manfaat sosial dari kegiatan kerjasama tanaman

sengon sangat berpengaruh sehingga LMDH semakin kompak dalam menjaga

keamanan hutan dan hubungan dengan pihak Perum Perhutani pun semakin baik

dengan adanya kerjasama ini.

LMDH Wana Basma

LMDH Wana Basma memiliki peranan yang sangat penting di Desa

Cilumping karena untuk desa ini penanaman pinus banyak mengalami kegagalan

dalam pertumbuhan, dan area hutan produksinya sudah di non aktifkan/tutup

kontrak. Namun sebagian besar hutan produksi terbatas berada pada Desa

Cilumping sehingga peningkatan keamanan sangat diperlukan dalam menjaga

untuk daerah tenurial ini terdapat mitos yang melarang bagi pejabat untuk datang

Page 32: PERSEPSI, MOTIVASI, DAN PARTISIPASI MASYARAKAT … · 6 Tingkat pendidikan masyarakat 16 ... 9 Tingkatan persepsi responden terhadap sistem PHBM 25 ... meningkatkan moral dan profesionalisme

20

ke daerah tertentu dan jika melanggar maka akan keselong (hilang) tidak kembali

lagi, namun tahun 2008 dilakukan persyaratan untuk daerah-daerah yang dilarang

agar bisa didatangi oleh mandor Perum Perhutani. Lahan tidur akibat konflik

tenurial seiring dengan adanya kegiatan PHBM lahan tersebut dikerjasamakan

dengan masyarakat Desa Cilumping yang diwadahi oleh LMDH Wana Basma

tahun 2009 dengan ditanami tanaman kopi arabika seluas 30 ha pada petak 28A

(Gambar 4 b). Tugas Pengurus dan anggota LMDH adalah memelihara tanaman

Kopi Arabika tersebut serta secara tidak langsung menjaga keamanan hutan

produksi terbatas.

(a) (b)

Karakteristik Responden

Umur

Responden terdiri dari pengurus dan anggota LMDH yang masuk dalam

Desa pangkuan hutan RPH Dayehluhur yaitu Desa Datar, Desa Sumpinghayu,

Desa Cilumping dan Desa Cijeruk yang terdiri dari berbagai tingkatan umur.

Karakteristik responden berdasarkan umur dapat dilihat pada Gambar 6.

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

35%

40%

22-38 39-56 57-74

30%

40%

30%

Persentase (%)

Umur (Tahun)

Gambar 5 Petak 28T tutup kontrak (a), Tumpang sari tanaman kopi (b)

Gambar 6 Komposisi umur responden

Page 33: PERSEPSI, MOTIVASI, DAN PARTISIPASI MASYARAKAT … · 6 Tingkat pendidikan masyarakat 16 ... 9 Tingkatan persepsi responden terhadap sistem PHBM 25 ... meningkatkan moral dan profesionalisme

21

Kegiatan PHBM didominasi oleh umur 39–56 tahun, umur ini menjadi

suatu indikator kematangan masyarakat dalam berfikir, tingkat pengetahuan dan

pengalaman yang baik. Pada umur 22–38 tahun menunjukan bahwa usia ini

merupakan usia awal/muda dalam bekerja, hal tersebut muncul karena diusia

muda rata-rata masyarakat mengadu nasib diluar kota sehingga kontribusi dalam

PHBM masih sangat sedikit. Pada umur 57–74 tahun menunjukan bahwa umur ini

masuk kategori usia yang tua sehingga cukup sedikit yang berkontribusi.

Pendidikan Responden

Pendidikan memiliki peranan penting dalam menentukan kualitas

sumberdaya manusia serta tingkatan kesejahteraan sehingga dapat menjadi

gambaran umum potensi sumberdaya yang ada di desa pangkuan dalam resort.

Tingkat pendidikan responden dapat dilihat pada Gambar 7.

Responden umumnya memiliki tingkat pendidikan Sekolah Dasar (SD)

dengan persentase 53.33%. Persentase tersebut menggambarkan bahwa secara

umum masyarakat masih memiliki tingkat pendidikan yang rendah.

Jumlah Anggota Keluarga

. Jumlah anggota keluarga dapat menjadi gambaran kecil jumlah penduduk

dan kepadatan penduduk suatu wilayah. Persentase terbesar berkaitan dengan

jumlah anggota keluarga ada pada rentan 2–3 orang sebesar 50.00% dan

persentasi terendah sebesar 6.67% ada pada rentan 6–7 orang. Persentase tersebut

menggambarkan bahwa responden yang terpilih mewakili gambaran umum dari

jumlah kepadatan penduduk yang relatif sedang.. Tingkat jumlah anggota

keluarga dapat dilihat pada Gambar 8

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

TidakSekolah

SD SMP SMA PT

3,33%

53,33%

26,67%

13,33%

3,33%

Gambar 7 Komposisi tingkat pendidikan responden

Persentase (%)

Pendidikan

Page 34: PERSEPSI, MOTIVASI, DAN PARTISIPASI MASYARAKAT … · 6 Tingkat pendidikan masyarakat 16 ... 9 Tingkatan persepsi responden terhadap sistem PHBM 25 ... meningkatkan moral dan profesionalisme

22

Luas Lahan Milik

Luas kepemilikan lahan masyarakat merupakan asset kekayaan yang

dimiliki oleh masyarakat. Luas lahan milik ini sangat bervariasi dari luasan paling

rendah sebesar 150 m2 hingga paling tinggi sebesar 14.200 m

2. Luas lahan milik

dapat dilihat pada Gambar 9.

Kepemilikan lahan masyarakat pengurus maupun anggota LMDH dengan

persentasi tertinggi sebesar 56.67% memiliki lahan milik antara 150≤x<4.833 m².

Persentase tersebut menggambarkan bahwa secara umum kepemilikan lahan

masyarakat masih relatif kecil sehingga potensi untuk menggarap lahan hutan

sangat memungkinkan.

Jenis Pekerjaan

Jenis pekerjaan di Desa Datar, Desa Sumpinghayu, Desa Cilumping dan

Desa Cijeruk dikelompokan menjadi 2 kategori yaitu usaha dibidang tani dan

dibidang non tani. Usaha dibidang tani meliputi kegiatan pengelolaan lahan

pribadi maupun lahan hutan, kegiatan penyadapan, maupun kegiatan yang

berkaitan dengan pertanian, kehutanan, perikanan dan peternakan. Kegiatan

dibidang non tani meliputi kegiatan diluar pertanian seperti pegawai swasta,

0%

10%

20%

30%

40%

50%

2≤x<4 4≤x<6 6≤x<8

50,00%

43,33%

6,67%

Persentase (%)

Jumlah keluarga

Gambar 8 Jumlah anggota keluarga

0%

20%

40%

60%56,67%

30,00%

13,33%

Luas lahan (m2)

Persentase (%)

Gambar 9 Luas lahan milik

Page 35: PERSEPSI, MOTIVASI, DAN PARTISIPASI MASYARAKAT … · 6 Tingkat pendidikan masyarakat 16 ... 9 Tingkatan persepsi responden terhadap sistem PHBM 25 ... meningkatkan moral dan profesionalisme

23

pedagang, buruh pabrik, dan lain lain. Jenis pekerjaan dapat dilihat pada Gambar

10.

Mayoritas masyarakat berprofesi sebagai petani sesuai dengan keadaan

secara umum potensi dari desa. Potensi tersebut berupa kesuburan tanah yang baik,

kesediaan air yang melimpah dan budaya bertani yang secara turun temurun

sehingga usaha dibidang tani inilah yang menjadi pekerjaan utama dari

masyarakat.

Pengalaman Pekerjaan

Pengalaman pekerjaan secara umum merupakan lamanya masyarakat

dalam bekerja khususnya dibidang pertanian. Pengalaman pekerjaan ini

berpengaruh pada tingkat pengetahuan dari bidang kerja masyarakat tersebut.

Pengalaman pekerjaan dapat dilihat pada Gambar 11.

Perbandingan tingkat pengalaman kerja dengan tingginya persentasi berada

pada 19≤x<36 tahun. Persentasi pengalaman kerja ini secara keseluruhan

mengambarkan bahwa masyarakat di Kecamatan Dayeuhluhur memiliki

pengalaman yang cukup lama dalam bekerja.

0%

10%

20%

30%

40%

50%

3≤x<19 19≤x<36 36≤x<52

43,33%

50,00%

6,67%

Persentase (%)

Pengalaman kerja

(tahun)

Gambar 10 Jenis pekerjaan

Gambar 11 Pengalaman pekerjaan

Persentase (%)

Jenis pekerjaan

Page 36: PERSEPSI, MOTIVASI, DAN PARTISIPASI MASYARAKAT … · 6 Tingkat pendidikan masyarakat 16 ... 9 Tingkatan persepsi responden terhadap sistem PHBM 25 ... meningkatkan moral dan profesionalisme

24

Tingkat Pendapatan

Pendapatan merupakan penerimaan berupa uang, barang maupun jasa yang

diperoleh dari hasil timbal balik kegiatan (kerja) dalam waktu tertentu dengan

dikurangi biaya yang dikeluarkan. Pengelompokan pendapatan yang dihitung

disini khusus hanya berupa uang, hal ini untuk memudahkan dalam melakukan

perbandingan. Pendapatan ini penting untuk diketahui sebagai indikator tingkat

kesejahteraan keluarga. Tingkat pendapatan dapat dilihat pada Gambar 12.

Masyarakat desa secara umum memiliki tingkat pendapatan antara 6 juta–

20 juta/tahun. Masyarakat tergolong cukup dalam mendapatkan penghasilan

karena untuk konsumsi makan masyarakat sebagian besar mendapatkannya dari

pengolahan lahan sedangkan penghasilan uang ini merupakan hasil produk yang

dijual sehingga masyarakat mendapatkan uang dari hasil penjualan tersebut.

Persepsi, Motivasi dan Partisipasi Masyarakat Terhadap PHBM

Persepsi

Persepsi masyarakat terhadap PHBM diketahui dari data wawancara

terstruktur. Uji validitas dari 12 pertanyaan persepsi dalam wawancara diketahui

nilai P Value < 0.05 ada pada 9 pertanyaan sedangkan 3 pertanyaan memiliki nilai

yang lebih sehingga masuk dalam kategori tidak valid. Nilai validitas dapat dilihat

pada Table 8.

Gambar 8 Tingkat Pendapatan 0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

6 juta≤x<20 juta

20 juta≤x<34 juta

34 juta≤x<48 juta

66,67%

30,00%

3,33%

Persentase (%)

Pendapatan

(RP/Tahun)

Gambar 12 Tingkat Pendapatan

Page 37: PERSEPSI, MOTIVASI, DAN PARTISIPASI MASYARAKAT … · 6 Tingkat pendidikan masyarakat 16 ... 9 Tingkatan persepsi responden terhadap sistem PHBM 25 ... meningkatkan moral dan profesionalisme

25

Tabel 8 Nilai validitas dari pertanyaan persepsi

No Indikator persepsi P Value

1 Pengertian dari PHBM 0.000

2 PHBM meningkatkan pengalaman dan ilmu pengetahuan 0.000

3 PHBM meningkatkan keeratan antar masyarakat 0.693

4 PHBM meningkatkan kelestarian hutan Konstan

5 Nilai budaya atau adat dapat dipertahankan berkat PHBM 0.000

6 PHBM dapat meningkatkan kesejahteraan hidup 0.017

7 PHBM dapat meningkatkan pendapatan rumah tangga 0.000

8 Kehadiran PHBM dapat memajukan sarana prasarana 0.000

9 Kegiatan PHBM meningkatkan pembangunan desa 0.000

10 Kegiatan PHBM meningkatkan kemandirian 0.551

11 Kegiatan PHBM membuka lapangan pekerjaan 0.000

12 Kegiatan PHBM sesuai dengan potensi masyarakat dan desa 0.000 Keterangan : pertanyaan yang dinyatakan valid jika nilai P-Value < 0.05

Indikator nomor 3 dan 10 tidak valid dan nomor 4 hasil jawabannya

konstan sehingga tidak dipakai dalam persentasi skor. Selanjutnya uji reliabilitas

dilakukan pada 9 poin pertanyaan dengan hasil alpha cronbach sebesar 0.746

(Lampiran 1). Hasil tersebut menunjukan bahwa pertanyaan masuk kategori

reliabel yaitu alpha cronbach > 0.60 (Tabel 2).

Tabel 9 Tingkatan persepsi responden terhadap sistem PHBM

Variabel persepsi Kategori Frekuensi Persentase (%)

Tinggi 21≤x<27 22 73.33

Sedang 15≤x<21 7 23.33

Rendah 9≤x<15 1 3.33

Total 30 100.00

Hasil dari pengujian validitas dan reliabilitas kemudian di skoring

menggunakan skala likert dengan kategori tinggi, sedang, dan rendah (Tabel 9).

Hasil analisis menunjukan bahwa tingkat persepsi masyarakat secara umum

tergolong tinggi dengan persentasi sebesar 73.33% kemudian persentasi sedang

sebesar 23.33% dan persentasi rendah sebesar 3.33%.

Page 38: PERSEPSI, MOTIVASI, DAN PARTISIPASI MASYARAKAT … · 6 Tingkat pendidikan masyarakat 16 ... 9 Tingkatan persepsi responden terhadap sistem PHBM 25 ... meningkatkan moral dan profesionalisme

26

Tabel 10 Hasil korelasi indikator persepsi

No Indikator persepsi Koefisien

korelasi P Value

1 Pengertian dari PHBM 0.283 0.129

2 PHBM meningkatkan pengalaman dan ilmu pengetahuan 0.501 0.005*

5 Nilai budaya atau adat dapat dipertahankan berkat PHBM 0.573 0.001*

6 PHBM dapat meningkatkan kesejahteraan hidup 0.674 0.000*

7 PHBM dapat meningkatkan pendapatan rumah tangga 0.504 0.004*

8 Kehadiran PHBM dapat memajukan sarana prasarana 0.432 0.017*

9 Kegiatan PHBM meningkatkan pembangunan desa 0.554 0.002*

11 Kegiatan PHBM membuka lapangan pekerjaan 0.501 0.005*

12 Kegiatan PHBM sesuai potensi masyarakat dan desa 0.593 0.001*

* Berpengaruh nyata pada selang 95 %

Berdasarkan Tabel 10 untuk indikator persepsi yang memiliki P Value <

0.05 (terima H1 tolak H0) artinya bahwa indikator persepsi berkorelasi secara

signifikan terhadap tingkat persepsi masyarakat pada PHBM. Berkorelasi secara

signifikan mengandung arti bahwa semakin tinggi indikator persepsi masyarakat

maka tingkat persepsi masyarakat akan semakin tinggi terhadap PHBM. Persepsi

yang berkorelasi kuat (0.51–0.75) secara signifikan antara lain indikator 6,

indikator 12, indikator 5, dan indikator 9.

Indikartor 6 berupa pengaruh kesejahteraan masyarakat dari kegiatan

PHBM. Kesejahteraan bagi masyarakat dapat berbeda-beda, tidak dapat dilihat

dari satu aspek saja oleh karenanya program PHBM dapat memberikan beberapa

keuntungan sehingga tingkat kesejahteraan memiliki nilai korelasi yang tinggi

diantara indikator lainnya. Kesejahteraan sendiri merupakan faktor internal berupa

kebutuhan dari masyarakat yang timbul dari dalam diri. Indikator 12 berupa

kegiatan PHBM sesuai dengan potensi masyarakat dan desa. Kegiatan PHBM

yang sudah dilaksanakan sesuai dengan kemampuan maupun potensi yang

dimiliki oleh masyarakat, kemampuan maupun potensi masyarakat dalam bertani

dan berkebun sesuai dengan tujuan dari PHBM antara lain menyelaraskan

kegiatan pengelolaan sumberdaya hutan sesuai dengan kondisi dan dinamika

sosial masyarakat desa hutan. Indikator 5 berupa budaya/adat dapat dipertahankan

berkat PHBM. Menurut Suharjito & Darusman (1998) persepsi terhadap hutan

dan kehutanan sangat dipengaruhi oleh pandangan hidup, adat istiadat, dan

kebiasaan serta ketergantungannya terhadap hutan dan kehutanan. Nilai budaya

dan adat berupa kebiasaan dari masyarakat melakukan kegiatan secara

bersama/gotong royong. Kegiatan gotong royong dinilai sama oleh masyarakat

dengan jiwa PHBM yaitu bersama, berdaya dan berbagi, selain itu khusus di Desa

Cilumping LMDH Wana Basma pernah diadakan upacara pemotongan kambing

untuk memenuhi syarat masuknya pejabat dan karyawan perhutani di daerah

pengelolaan hutan. Indikator 9 berupa peningkatan pembangunan desa dengan

adanya PHBM. Pembangunan desa tidak secara fisik terlihat karena dana sharing

yang masih sedikit. Bagian 10 % kas desa digunakan untuk menambah peralatan

desa saja dan 30 % dana sosial masih terbagi-bagi seperti dana santunan duka cita,

santunan kecelakaan kerja, sumbangan ke dusun-dusun dan kelompok penyadap.

Page 39: PERSEPSI, MOTIVASI, DAN PARTISIPASI MASYARAKAT … · 6 Tingkat pendidikan masyarakat 16 ... 9 Tingkatan persepsi responden terhadap sistem PHBM 25 ... meningkatkan moral dan profesionalisme

27

Persepsi yang berkorelasi cukup (0.26–0.50) secara signifikan antara lain

indikator 7, indikator 2, indikator 11, dan indikator 8. Berkorelasi secara

signifikan mengandung arti bahwa semakin tinggi indikator persepsi masyarakat

maka tingkat persepsi masyarakat akan semakin tinggi terhadap PHBM. Indikator

7 berupa adanya PHBM akan meningkatkan pendapatan rumah tangga. Menurut

Rakhmat (2005) persepsi dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal, faktor

eksternal adalah faktor yang berasal dari luar yang mempengaruhi rangsangan

(stimulus) pola pikir dan pandangan seseorang yang berkaitan dengan objek atau

permasalahan tertentu atau pengalaman orang lain yang dilihatnya atau yang

diketahuinya berkenaan dengan hal tersebut dan struktur sosial yang mengatur

kehidupan sosial seperti jumlah keluarga. Peningkatan pendapatan merupakan

indikator yang didasari dari permasalahan ekonomi masyarakat sehingga

masyarakat berharap dengan adanya PHBM ini dapat memberikan peningkatan

pendapatan untuk masyarakat sekitar hutan.

Indikator 2 berupa peningkatan pengalaman dan ilmu pengetahuan.

Menurut Rakhmat (2005) persepsi dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal,

faktor internal adalah faktor yang muncul dari diri seseorang yang mempengaruhi

pola pikir dan pandangannya terhadap suatu objek atau permasalahan tertentu

seperti karakteristik sosial yang diantaranya adalah tingkat kecerdasan atau

pendidikan dan pengetahuan, kebutuhan, usia dan lain-lain. Tingkat persepsi dari

peningkatan pengalaman dan ilmu pengetahuan ini merupakan kebutuhan yang

tumbuh dari masyarakat mengenai rasa keingintahuan untuk lebih mendalami

mengenai kegiatan PHBM dari Perum Perhutani.

Indikator 11 berupa ketersediaan lapangan kerja dengan adanya kegiatan

PHBM. Masyarakat memandang bahwa kegiatan PHBM ini merupakan peluang

yang sangat baik dalam membuka lapangan pekerjaan, baik digunakan sebagai

pekerjaan utama maupun pekerjaan sampingan. Indikator 8 berupa kemajuan

sarana dan prasarana setelah adanya PHBM dengan tingkat persepsi. Masyarakat

berharap sarana dan prasarana dapat semakin maju dengan adanya jatah dana

sharing dari hasil kegiatan PHBM yaitu sebesar 10 % untuk kas desa dan 30%

untuk dana sosial.

Persepsi pada indikator 1 berupa pengertian dari PHBM terhadap tingkat

persepsi memiliki P Value > 0.05 (terima H0 tolak H1) artinya bahwa indikator

motivasi tidak berkorelasi secara signifikan terhadap tingkat persepsi masyarakat

pada PHBM. Tidak berkorelasi secara signifikan mengandung arti bahwa tinggi

maupun rendahnya indikator persepsi masyarakat maka tidak mempengaruhi

tingkat persepsi masyarakat terhadap kegiatan PHBM. Masyarakat sebagian

mengerti mengenai program Perum Perhutani tentang adanya pengelolaan yang

melibatkan masyarakat (PHBM) dan sebagian besar masyarakat mengikuti

kegiatan PHBM tersebut.

Kegiatan PHBM melalui persepsi masyarakat secara umum berpengaruh

pada tindakan masyarakat selanjutnya, tiga indikator dengan nilai korelasi kuat

yaitu kesejahteraan, kegiatan yang sesuai dengan potensi dan dapat

mempertahankan budaya dari masyarakat. Tiga indikator tersebut

mengindikasikan bahwa Perum Perhutani harus mempertimbangkan kegiatan

PHBM yang sesuai dengan pandangan masyarakat tersebut. Kesejahteraan

merupakan bentuk keadaan masyarakat untuk dapat hidup layak artinya salah satu

kegiatan PHBM harus dapat memberikan nilai tambah bagi masyarakat sehingga

Page 40: PERSEPSI, MOTIVASI, DAN PARTISIPASI MASYARAKAT … · 6 Tingkat pendidikan masyarakat 16 ... 9 Tingkatan persepsi responden terhadap sistem PHBM 25 ... meningkatkan moral dan profesionalisme

28

memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Kegiatan yang sesuai dengan potensi

merupakan kegiatan yang berkaitan dengan kemampuan secara umum masyarakat

dan kita ketahui bahwa pertanian sangat dominan di RPH Dayeuhluhur sehingga

kolaborasi antara kehutanan dan pertanian sangat dianjurkan untuk kegiatan

PHBM selanjutnya. Budaya masyarakat dalam bekerjasama serta

bergotongroyong dapat dijadikan acuan untuk program kegiatan PHBM

selanjutnya agar kekompakan dari masyarakat dapat terjaga.

Motivasi

Motivasi masyarakat terhadap PHBM diketahui dari data wawancara

terstruktur. Uji validitas dari 10 pertanyaan persepsi dalam wawancara diketahui

nilai P Value < 0.05 ada pada 9 pertanyaan sedangkan 1 pertanyaan memiliki

nilai yang lebih sehingga masuk dalam kategori tidak valid. Nilai validitas dapat

dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11 Nilai validitas dari pertanyaan motivasi

No Indikator motivasi P Value

1 PHBM merupakan kegiatan yang dianjurkan pemerintah 0.000

2 Kegiatan PHBM merupakan kegiatan voluntary 0.000

3 PHBM membuka lapangan kerja dan kesempatan berusaha 0.022

4 Kegiatan PHBM memumbuhkan kepuasan kerja 0.000

5 PHBM dapat meningkatkan pendapatan 0.000

6 PHBM dapat dijadikan tabungan hari tua 0.000

7 Tanggung jawab pemerintah dan masyarakat dalam pengelolaan 0.000

8 Kegiatan PHBM dapat meningkatkan pengalaman kerja 0.112

9 PHBM mempererat hubungan masyarakat dengan perhutani 0.000

10 Kegiatan PHBM memberi kemudahan dalam pengelolaan hutan 0.002 Keterangan : pertanyaan yang dinyatakan valid jika nilai P Value < 0.05

Tabel 11 menunjukan bahwa pada nomer 8 tidak valid, pertanyaan tersebut

tidak dipakai dalam persentasi skor. Selanjutnya uji reliabilitas dilakukan pada 9

poin pertanyaan dengan hasil alpha cronbach sebesar 0.676 (Lampiran 1). Hasil

tersebut menunjukan bahwa pertanyaan masuk kategori reliabel yaitu alpha

cronbach > 0.60 (Tabel 2).

Tabel 12 Tingkatan motivasi responden terhadap sistem PHBM

Variabel motivasi Kategori Frekuensi Persentase (%)

Tinggi 21≤x<27 25 83.33

Sedang 15≤x<21 5 16.67

Rendah 9≤x<15 0 0.00

Total 30 100.00

Hasil dari pengujian validitas dan reliabilitas kemudian di skoring

menggunakan skala likert dengan kategori tinggi, sedang, dan rendah (Tabel 12).

Hasil analisis menunjukan bahwa tingkat motivasi masyarakat tergolong tinggi

Page 41: PERSEPSI, MOTIVASI, DAN PARTISIPASI MASYARAKAT … · 6 Tingkat pendidikan masyarakat 16 ... 9 Tingkatan persepsi responden terhadap sistem PHBM 25 ... meningkatkan moral dan profesionalisme

29

dengan persentasi sebesar 83.33% kemudian persentasi sedang sebesar 16.67%

dan persentasi rendah sebesar 0.00%.

Tabel 13 Hasil korelasi indikator motivasi

No Indikator motivasi Koefisien

korelasi P Value

1 PHBM merupakan kegiatan yang dianjurkan pemerintah 0.595 0.001*

2 Kegiatan PHBM merupakan kegiatan voluntary 0.875 0.000*

3 PHBM membuka lapangan kerja dan kesempatan

berusaha

0.597 0.000*

4 Kegiatan PHBM memumbuhkan kepuasan kerja 0.331 0.074

5 PHBM dapat meningkatkan pendapatan 0.745 0.000*

6 PHBM dapat dijadikan tabungan hari tua 0.340 0.066

7 Tanggung jawab pemerintah dan masyarakat dalam

pengelolaan

0.598 0.000*

9 PHBM mempererat hubungan masyarakat dengan pihak

perum perhutani

0.597 0.000*

10 Kegiatan PHBM memberi kemudahan dalam pengelolaan

hutan

0.447 0.013*

* Berpengaruh nyata pada selang 95 %

Berdasarkan Tabel 13 untuk indikator motivasi yang memiliki P Value <

0.05 (terima H1 tolak H0) memiliki arti bahwa indikator motivasi berkorelasi

secara signifikan terhadap tingkat motivasi masyarakat pada PHBM. Berkorelasi

secara signifikan mengandung arti bahwa semakin tinggi indikator motivasi

masyarakat maka tingkat motivasi masyarakat akan semakin tinggi terhadap

PHBM.

Motivasi yang berkorelasi sangat kuat (0.76–1.00) adalah indikator 2 berupa

kegiatan PHBM merupakan kegiatan voluntary. Kebutuhan sosial dari masyarakat

untuk ikut serta dan diterima melalui program voluntary ini yang menjadikan

masyarakat tertarik untuk bergabung dalam kegiatan PHBM. Faktor yang

mempengaruhi besarnya nilai korelasi pada indikator ini berasal dari dalam diri

(intrinsik) dimana situasi motivasi bersifat subjektif yaitu masyarakat memiliki

keinginan maupun dorongan untuk ikut serta secara sukarela dan sadar akan

pentingnya kegiatan PHBM.

Motivasi yang berkorelasi kuat (0.51–0.75) antara lain indikator 5, indikator

7, indikator 3, indikator 9 dan indikator 1. Indikator 5 berupa kegiatan PHBM

dapat meningkatkan pendapatan. Motivasi masyarakat dalam memperoleh

pendapatan timbul dari dalam diri (intrinsik) sebagai dorongan yang sifatnya

subjektif sedangkan melihat dari perolehan pendapatan menjadi sasaran maupun

tujuan utama (objektif). Indikator 7 berupa kegiatan PHBM merupakan tanggung

jawab pemerintah dan masyarakat dalam pengelolaan hutan. Masyarakat sadar

kegiatan PHBM ini merupakan kegiatan bersama antara pemerintah dan

masyarakat sehingga menjadi suatu motivasi bagi masyarakat untuk ikut

berpartisipasi dalam pengelolaan hutan di Perum Perhutani.

Indikator 3 berupa kegiatan PHBM membuka lapangan kerja dan

kesempatan berusaha. Masyarakat sangat termotivasi mengikuti kegiatan PHBM

Page 42: PERSEPSI, MOTIVASI, DAN PARTISIPASI MASYARAKAT … · 6 Tingkat pendidikan masyarakat 16 ... 9 Tingkatan persepsi responden terhadap sistem PHBM 25 ... meningkatkan moral dan profesionalisme

30

karena masyarakat mengetahui bahwa dengan adanya kegiatan PHBM ini maka

akan membuka lapangan pekerjaan dan membuka kesempatan berusaha. PHBM

ini bermanfaat bagi masyarakat yang benar-benar tidak memiliki pekerjaan tetap,

masyarakat yang memiliki lahan kecil, bahkan masyarakat yang memiliki lahan

luas. Jenjang motivasi menurut Teori Maslow berupa kebutuhan akan

pengembangan kapasitas kerja dan situasi motivasi yang berperan adalah

kebutuhan atau dorongan masyarakat untuk mendapatkan pekerjaan sehingga

bersifat subjektif.

Indikator 9 berupa kegiatan PHBM dapat mempererat hubungan masyarakat

dengan pihak Perum Perhutani. Masyarakat termotivasi untuk ikut dalam kegiatan

PHBM agar hubungan antara masyarakat dengan pihak Perum Perhutani menjadi

baik dan semakin erat. Ada kecenderungan masyarakat untuk dapat menjalin

hubungan yang baik dengan pihak perum perhutani dan menurut tingkat

kebutuhan Maslow masuk dalam kategori kebutuhan sosial masyarakat.

Indikator 1 berupa PHBM merupakan kegiatan yang dianjurkan oleh

pemerintah. Masyarakat termotivasi mengikuti kegiatan PHBM karena merupakan

kegiatan yang dianjurkan oleh pemerintah sehingga tingkat motivasi masyarakat

akan semakin tinggi seiring dengan peningkatan program sosialisasi yang

diberikan oleh pemerintah. Situasi motivasi ini termasuk yang objektif,

masyarakat akan antusias dengan adanya rangsangan dari pemerintah berupa

sosialisasi, pendampingan dan kepercayaan yang diberikan.

Motivasi yang berkorelasi cukup (0.76–1.00) adalah indikator 10 berupa

hubungan dari kegiatan PHBM memudahkan dalam pengelolaan hutan terhadap

tingkat motivasi. Masyarakat termotivasi untuk mengikuti kegiatan PHBM agar

masyarakat mengerti bagaimana cara mengelola hutan dengan baik. Masyarakat

ingin adanya perubahan dengan mengikuti kegiatan PHBM, hal ini merupakan

situasi yang bersifat objektif serta dapat diketahui adanya timbal balik dari

pengembangan diri yang diperoleh merupakan kebutuhan aktualisasi menurut

teori Maslow.

Indikator motivasi yang memiliki P Value > 0.05 (terima H0 tolak H1)

memiliki arti bahwa indikator motivasi tidak berkorelasi secara signifikan

terhadap tingkat motivasi masyarakat pada kegiatan PHBM. Tidak berkorelasi

secara signifikan mengandung arti bahwa tinggi maupun rendahnya indikator

motivasi masyarakat maka tidak mempengaruhi tingkat motivasi masyarakat.

Indikator yang tidak berkorelasi secara signifikan antara lain indikator 4 dan

indikator 6. Indikator 4 berupa kegiatan PHBM menumbuhkan kepuasan kerja.

Masyarakat yang memiliki kepuasan kerja tinggi maupun rendah dalam kegiatan

PHBM tidak menjadi faktor motivasi bagi masyarakat. Kegiatan PHBM ini

memberikan kepuasan kerja yang tinggi bagi masyarakat yang menjadikan PHBM

sebagai pekerjaan utama karena dapat memberikan pendapatan tetap bagi

masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Bagi masyarakat yang

menjadikan PHBM sebagai pekerjaan sampingan kepuasan kerjanya cukup tinggi

karena sudah terlanjur antusias pada pekerjaan utamanya namun kelebihan utama

dari pekerjaan sampingan bagi masyarakat adalah dapat memberikan tambahan

pendapatan.

Indikator 6 berupa kegiatan PHBM dapat dijadikan tabungan hari tua.

Masyarakat sendiri menilai bahwa kegiatan PHBM hanya memberikan

pendapatan untuk saat ini saja dan belum memberikan pendapatan yang sifatnya

Page 43: PERSEPSI, MOTIVASI, DAN PARTISIPASI MASYARAKAT … · 6 Tingkat pendidikan masyarakat 16 ... 9 Tingkatan persepsi responden terhadap sistem PHBM 25 ... meningkatkan moral dan profesionalisme

31

lebih sehingga dapat dijadikan tabungan untuk hari tua. Nilai ekonomis yang

sangat besar dirasakan oleh masyarakat adalah dari penyadapan getah pinus,

karena selain memberikan pendapatan yang tetap dari hasil hutan non kayu

tersebut juga digunakan untuk keperluan hidup masyarakat sehari-hari sehingga

tidak ada uang sisa yang dapat disisihkan untuk dijadikan tabungan. Pola pikir

masyarakat tersebut harus dirubah oleh Perum Perhutani dengan meningkatkan

program-program PHBM yang lainnya agar masyarakat tidak memandang satu

kegiatan PHBM saja.

Kegiatan PHBM melalui motivasi masyarakat dapat mempengaruhi

keputusan dari keikutsertaan masyarakat. Tiga indikator digunakan untuk

melakukan evaluasi kebijakan dari kegiatan PHBM. Satu indikator dengan

korelasi sangat kuat yaitu kegiatan PHBM yang sifatnya voluntary atau sukarela

dan dua indikator dengan korelasi kuat yaitu kegiatan PHBM dapat meningkatkan

pendapatan serta kegiatan PHBM merupakan tanggungjawab pemerintah dan

masyarakat. Perum Perhutani sebaiknya tetap mempertahankan kegiatan PHBM

yang membebaskan masyarakat untuk bergabung karena kesadaran mereka sendiri,

masyarakat sadar bahwa kegiatan PHBM dapat memberikan banyak keuntungan,

indikator tersebut merupakan kunci utama yang menjadi daya tarik masyarakat

untuk sukarela mengikuti kegiatan PHBM. Sistem kemitraan yang menempatkan

kedudukan masyarakat setara dengan Perum Perhutan menjadi motif masyarakat

untuk senantiasa bertanggungjawab, sehingga tanggungjawab bersama antara

masyarakat dan Perum Perhutani merupakan suatu kewajiban yang harus

dilaksankan. Perum Perhutani harus membuat suatu kebijakan yang mewajibkan

bagi pihak Perum Perhutani sendiri untuk bertanggungjawab dalam setiap

pelaksanaan PHBM. Dengan adanya kewajiban dalam bertanggungjawab dapat

meningkatkan kinerja kegiatan PHBM sekaligus memberikan contoh pada

masyarakat bahwa Perum Perhutani serius dalam melakukan pengelolaan hutan.

Partisipasi

Partisipasi masyarakat terhadap PHBM diketahui dari data wawancara

terstruktur. Uji validitas dari 25 pertanyaan partisipasi dalam wawancara diketahui

nilai P Value < 0.05 ada pada 22 pertanyaan, sedangkan 3 pertanyaan memiliki

nilai yang lebih sehingga masuk dalam kategori tidak valid. Nilai validitas dapat

dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14 Nilai validitas dari pertanyaan partisipasi

No Indikator partisipasi perencanaan P Value

1 Masyarakat ikut dalam rencana kegiatan PHBM 0.000

2 Keterlibatan tokoh masyarakat dalam penyusunan kegiatan 0.712

3 Keikutsertaan masyarakat dalam penandatanganan kerjasama 0.000

4 Masyarakat ikut dalam pertemuan pelaksanaan kegiatan 0.000

5 Masyarakat ikut dalam penentuan tanaman yang akan ditanam 0.004

6 Masyarakat ikut dalam penentuan lokasi penanaman 0.000

7 Peningkatan kegiatan dan keamanan hutan oleh masyarakat 0.753

8 Masyarakat ikut dalam penentuan bagi hasil 0.048

9 Masyarakat ikut dalam rapat perencanaan 0.000

10 Masyarakat ikut dalam acara konsultasi kegiatan 0.000

Page 44: PERSEPSI, MOTIVASI, DAN PARTISIPASI MASYARAKAT … · 6 Tingkat pendidikan masyarakat 16 ... 9 Tingkatan persepsi responden terhadap sistem PHBM 25 ... meningkatkan moral dan profesionalisme

32

Indikator partisipasi pelaksanaan

11 Masyarakat ikut aktiv dalam kepengurusan LMDH 0.003

12 Masyarakat ikut dalam kegiatan persemaian 0.000

13 Masyarakat ikut dalam kegiatan penanaman 0.000

14 Masyarakat ikut dalam kegiatan penebangan 0.161

15 Masyarakat ikut dalam kegiatan PHBM berupa bagi hasil 0.006

16 Masyarakat ikut kegiatan pengelolaan hasil 0.000

17 Masyarakat ikut kegiatan rapat pelaksanaan kegiatan PHBM 0.000

18 Masyarakat ikut dalam pembentukan LMDH 0.000

19 Masyarakat ikut kegiatan konsultasi perencanaan 0.000

20 Masyarakat ikut kegiatan sosialisasi PHBM 0.000

Indikator partisipasi pemanfaatan

21 Masyarakat ikut kegiatan kesepakatan bagi hasil 0.000

22 Masyarakat ikut kegiatan rapat pemanfaatan bagi hasil 0.000

23 Masyarakat ikut kegiatan konsultasi kegiatan 0.000

24 Masyarakat ikut kegiatan pemasaran hasil usaha 0.001

25 Keaktifan masyarakat dalam mencari informasi baru 0.001 Keterangan : pertanyaan yang dinyatakan valid jika nilai P Value < 0.05

Tabel 14 menunjukan bahwa nomer 2, 7, dan 14 tidak valid sehingga tidak

dipakai dalam persentasi skor. Selanjutnya uji reliabilitas dilakukan pada 22 poin

pertanyaan dengan hasil alpha cronbach sebesar 0.889 (Lampiran 1). Hasil

tersebut menunjukan bahwa pertanyaan masuk kategori reliabel yaitu alpha

cronbach > 0.60 (Tabel 2).

Tabel 15 Tingkatan partisipasi responden terhadap sistem PHBM

Variabel partisipasi Kategori Frekuensi Persentase (%)

Tinggi 51.33≤x<66.00 13 43.33

Sedang 36.67≤x<51.33 12 40.00

Rendah 22.00≤x<36.67 5 16.67

Total 30 100

Hasil dari pengujian validitas dan reliabilitas kemudian di skoring

menggunakan skala likert dengan kategori tinggi, sedang, dan rendah (Tabel 15).

Hasil analisis menunjukan bahwa tingkat partisipasi masyarakat tergolong tinggi

dengan persentasi sebesar 43.33% kemudian persentasi sedang sebesar 40.00%

dan persentasi rendah sebesar 16.67%.

Lanjutan Tabel 14

Page 45: PERSEPSI, MOTIVASI, DAN PARTISIPASI MASYARAKAT … · 6 Tingkat pendidikan masyarakat 16 ... 9 Tingkatan persepsi responden terhadap sistem PHBM 25 ... meningkatkan moral dan profesionalisme

33

Tabel 16 Hasil korelasi indikator partisipasi

No Indikator partisipasi perencanaan Koefisien

korelasi P Value

1 Masyarakat ikut dalam penyusunan rencana kegiatan PHBM 0.564 0.001*

3 Keikutsertaan masyarakat dalam penandatanganan kerjasama 0.520 0.000*

4 Masyarakat ikut dalam pertemuan pelaksanaan kegiatan 0.653 0.000*

5 Masyarakat ikut dalam penentuan tanaman yang akan ditanam 0.381 0.038*

6 Masyarakat ikut dalam penentuan lokasi penanaman 0.537 0.002*

8 Masyarakat ikut dalam penentuan bagi hasil 0.397 0.030*

9 Masyarakat ikut dalam rapat perencanaan 0.746 0.000*

10 Masyarakat ikut dalam acara konsultasi kegiatan 0.746 0.000*

Indikator partisipasi pelaksanaan

11 Masyarakat ikut aktif dalam kepengurusan LMDH 0.314 0.091

12 Masyarakat ikut dalam kegiatan persemaian 0.206 0.275

13 Masyarakat ikut dalam kegiatan penanaman 0.639 0.000*

15 Masyarakat ikut dalam kegiatan PHBM berupa bagi hasil 0.245 0.191

16 Masyarakat ikut kegiatan pengelolaan hasil 0.476 0.008*

17 Masyarakat ikut kegiatan rapat pelaksanaan kegiatan PHBM 0.762 0.000*

18 Masyarakat ikut dalam pembentukan LMDH 0.553 0.002*

19 Masyarakat ikut kegiatan konsultasi kegiatan 0.674 0.000*

20 Masyarakat ikut kegiatan sosialisasi PHBM 0.762 0.000*

Indikator partisipasi pemanfaatan

21 Masyarakat ikut kegiatan kesepakatan bagi hasil 0.757 0.000*

22 Masyarakat ikut kegiatan rapat pemanfaatan bagi hasil 0.476 0.008*

23 Masyarakat ikut kegiatan konsultasi mengenai bagi hasil 0.683 0.000*

24 Masyarakat ikut kegiatan pemasaran hasil usaha 0.254 0.175

25 Keaktifan masyarakat dalam mencari informasi baru 0.363 0.049*

* Berpengaruh nyata pada selang 95 %

Berdasarkan Tabel 16 kegiatan partisipasi masyarakat terhadap kegiatan

PHBM dibagi menjadi tiga bagian yaitu kegiatan partisipasi perencanaan,

kegiatan partisipasi pelaksanaan dan kegiatan partisipasi pemanfaatan. Kegiatan

partisipasi perencanaan merupakan satu rangkaian kegiatan yang dilakukan untuk

menjalankan suatu usaha pada periode tertentu yang mencakup keterlibatan dalam

penyusunan rencana, kehadiran dalam merencanakan kegiatan dan kehadiran

dalam penandatanganan kerjasama serta kehadiran dalam konsultasi mengenai

kegiatan PHBM. Kegiatan partisipasi pelaksanaan merupakan satu rangkaian

kegiatan yang dilakukan untuk menjalankan suatu usaha pada periode tertentu

yang mencakup keterlibatan dalam pelaksanaan kegiatan yang telah direncanakan

sebelumnya. Kegiatan partisipasi pemanfaatan merupakan satu rangkaian kegiatan

yang dilakukan untuk menjalankan suatu usaha pada periode tertentu sehingga

mengetahui hasil dari kegiatan yang telah dilaksanakan sebagai bahan evaluasi.

Kegiatan partisipasi perencanaan antara lain indikator 1 hingga indikator 10.

Untuk seluruh indikator partisipasi perencanaan diketahui bahwa P Value < 0.05

(terima H1 tolak H0). Nilai tersebut menunjukan bahwa indikator partisipasi

perencanaan berkorelasi secara signifikan terhadap tingkat partisipasi masyarakat

pada kegiatan PHBM dengan korelasi cukup (0.26–0.50) hingga kuat (0.51–0.75).

Page 46: PERSEPSI, MOTIVASI, DAN PARTISIPASI MASYARAKAT … · 6 Tingkat pendidikan masyarakat 16 ... 9 Tingkatan persepsi responden terhadap sistem PHBM 25 ... meningkatkan moral dan profesionalisme

34

Berkorelasi secara signifikan memiliki arti bahwa semakin tinggi indikator

partisipasi perencanaan maka semakin tinggi juga tingkat partisipasi pada kegiatan

PHBM. Indikator 9 berupa masyarakat ikut dalam rapat perencanaan memiliki

maksud bahwa seluruh pengurus maupun anggota wajib mengikuti kegiatan ini,

karena hasil penyusunan rencana kegiatan PHBM akan dijelaskan secara

transparan sehingga adanya usulan maupun kebijakan baru dapat ditampung dan

menjadi masukan untuk perbaikan kegiatan PHBM selanjutnya.

Indikator 10 mengenai keikutsertaan masyarakat dalam konsultasi kegiatan

merupakan kelanjutan dari hasil dari rapat perencanaan. Hasil rapat perencanaan

dikonsultasikan kembali apakah layak untuk dilaksanakan atau tidak. Indikator 4

berupa masyarakat ikut dalam pertemuan pelaksanaan kegiatan menunjukan

bahwa kegiatan pertemuan antar LMDH dijadikan acuan dasar perencanaan agar

kegiatan PHBM dapat terpantau secara kontinyu setiap 1 bulan sekali. Kegiatan

tersebut berupa arisan LMDH yang didalamnya terdapat evaluasi, sharing dan

syukuran. Indikator 1 yaitu masyarakat ikut dalam penyusunan rencana kegiatan

PHBM, masyarakat di 4 desa tersebut mengikuti penyusunan rencana kegiatan

lima tahun PHBM yang akan dilaksanakan yaitu dengan perwakilan beberapa

pengurus yang dari masing-masing desa. Kegiatan perencanaan ini penting untuk

mengetahui program kerja PHBM yang akan dilaksanakan kedepannya. Indikator

6 masyarakat ikut berpartisipasi dalam penentuan lokasi tanaman, lokasi tanam

sangat penting agar lahan yang kosong dapat segera termanfaatkan. Masyarakat

berperan penuh dalam penentuan lokasi tanaman pada lokasi petak yang

mengalami kerusakan tanaman sehingga dapat ditanami dengan tanaman pengisi.

Indikator 3 keikutsertaan masyarakat dalam penandatanganan kerjasama masuk

dalam kegiatan perencanaan, masyarakat menyetujui rencana kegiatan PHBM

yang telah dibentuk.

Indikator 8 yaitu masyarakat ikut dalam menentukan bagi hasil, ini

menunjukan bahwa penentuan persentasi sharing telah disepakati antara

masyarakat dengan perum perhutani sebelum kegiatan PHBM dilaksanakan.

Indikator 5 yaitu masyarakat ikut dalam menentukan tanaman yang akan ditanam

memiliki arti bahwa masyarakat ikut berperan penuh dalam penentuan tanaman

yang akan ditanam khususnya untuk tanaman pengisi serta untuk tanaman

pertanian yang ditanam pada sela-sela tanaman pokok.

Kegiatan partisipasi pelaksanaan antara lain indikator 11 hingga indikator

20. Untuk indikator partisipasi yang memiliki peluang < 0.05 (terima H1 tolak

H0) memiliki arti bahwa indikator partisipasi berkorelasi secara signifikan

terhadap tingkat partisipasi masyarakat pada kegiatan PHBM dengan korelasi

cukup (0.26–0.50) hingga kuat (0.51–0.75). Berkorelasi secara signifikan

memiliki arti bahwa semakin tinggi indikator partisipasi pelaksanaan maka

semakin tinggi juga tingkat partisipasi pada kegiatan PHBM. Beberapa indikator

yang berkorelasi secara signifikan antara lain Indikator 17 berupa masyarakat

mengikuti rapat pelaksanaan kegiatan. Rapat kegiatan yang direncanakan berupa

arisan LMDH masih berjalan dengan baik. Selain fasilitas meningkatkan

keakraban antar LMDH, sasaran utama rapat kegiatan ini lebih mengacu pada

keikutsertaan masyarakat dalam memberi masukan secara langsung saat kegiatan

PHBM dilaksanakan sehingga kendala maupun inovasi dari masyarakat dapat

diketahui. Indikator 19 berupa masyarakat ikut dalam konsultasi kegiatan dan

indikator 20 berupa masyarakat ikut dalam kegiatan sosialisasi PHBM. Kegiatan

Page 47: PERSEPSI, MOTIVASI, DAN PARTISIPASI MASYARAKAT … · 6 Tingkat pendidikan masyarakat 16 ... 9 Tingkatan persepsi responden terhadap sistem PHBM 25 ... meningkatkan moral dan profesionalisme

35

konsultasi dan sosialisasi menjadi kegiatan yang tidak dapat dipisahkan biasanya

dengan adanya sosialisasi dari pihak Perum Perhutani maka hal-hal yang perlu

dievaluasi dapat dikonsultasikan pada konsultasi kegiatan PHBM.

Indikator 13 yaitu masyarakat ikut kegiatan penanaman. Kegiatan PHBM

berupa penanaman sudah menjadi kegiatan wajib bagi masyarakat dan partisipasi

masyarakat terhadap penanaman sangat tinggi karena tuntutan pekerjaan sebagai

petani sehingga kegiatan tersebut berjalan dengan baik. Indikator 18 berupa

masyarakat ikut dalam pembentukan LMDH. LMDH sendiri dibentuk untuk

mengawasi kegiatan PHBM secara umum dan masyarakat yang mengikuti PHBM

sebagian besar masuk sebagai pengurus dan anggota LMDH. Indikator 16 berupa

masyarakat mengikuti kegiatan pengelolaan hasil. Masyarakat ikut berpartisipasi

dalam mengelola hasil dari kegiatan PHBM seperti proses pemanenan kayu

sengon, proses penglangsiran getah pinus dan proses pengolahan kayu pinus yang

telah habis produksi. Untuk partisipasi pelaksanaan yang memiliki peluang > 0.05

(terima H0 tolak H1) memiliki arti bahwa indikator partisipasi tidak berkorelasi

secara signifikan terhadap tingkat partisipasi masyarakat pada kegiatan PHBM.

Partisipasi pelaksanaan yang tidak berkorelasi secara signifikan antara lain

indikator 11, indikator 12, dan indikator 15. Indikator 11 yaitu masyarakat ikut

aktif dalam kepengurusan LMDH artinya bahwa keaktifan maupun tidak pengurus

LMDH tidak mempengaruhi tingkat partisipasi terhadap PHBM. Kepedulian

pengurus untuk aktif pada 4 LMDH masih kurang, pengurus yang aktif hanya

ketua, sekertaris dan bendahara saja. Indikator 12 yaitu masyarakat mengikuti

pelaksanaan kegiatan persemaian artinya bahwa adanya keikutsertaan maupun

tidak masyarakat tidak mempengaruhi tingkat partisipasi. Kegiatan persemaian

dilakukan di Desa Cijeruk, hal ini dikarenakan penanaman pinus sedang intensif

dilakukan di petak sekitar area Desa Cijeruk maka LMDH Rindu Alam yang

banyak berperan dalam kegiatan persemaian. Indikator 15 yaitu masyarakat

mengikuti kegiatan PHBM berupa bagi hasil artinya bahwa keikutsertaan

masyarakat dalam mendapatkan bagi hasil maupun tidak, tidak mempengaruhi

tingkat partisipasi. Kegiatan bagi hasil langsung dilaksanakan setelah kegiatan

yang dikerjasamakan telah selesai dilaksanakan oleh masyarakat.

Kegiatan partisipasi pemanfaatan antara lain indikator 21 hingga indikator

25. Partisipasi yang memiliki peluang < 0.05 (terima H1 tolak H0) memiliki arti

bahwa indikator partisipasi pemanfaatan berkorelasi secara signifikan terhadap

tingkat partisipasi masyarakat pada kegiatan PHBM dengan korelasi cukup (0.26–

0.50) hingga kuat (0.51–0.75). Hal tersebut menunjukan bahwa semakin tinggi

indikator partisipasi pemanfaatan maka semakin tinggi tingkat partisipasi

masyarakat terhadap PHBM. Partisipasi pemanfaatan yang bekorelasi antara lain

indikator 21, indikator 22, indikator 23, dan indikator 25. Indikator 21 yaitu

masyarakat ikut kegiatan kesepakatan bagi hasil, indikator 22 yaitu masyarakat

ikut kegiatan rapat bagi hasil, dan indikator 23 yaitu masyarakat ikut kegiatan

konsultasi bagi hasil saling berkaitan dan sangat berpengaruh terhadap tingginya

tingkat partisipasi. Adanya persetujuan akan kesepakatan bagi hasil dan rutinitas

masyarakat dalam mengikuti rapat bagi hasil ini maka dapat diketahui transparasi

hasil antara masyarakat dan Perum Perhutani serta disepakati pada kegiatan

konsultasi bagi hasil.

Selain tiga indikator tersebut, pada indikator 25, masyarakat menilai dengan

adanya program PHBM menuntut masyarakat untuk aktif mendapatkan informasi

Page 48: PERSEPSI, MOTIVASI, DAN PARTISIPASI MASYARAKAT … · 6 Tingkat pendidikan masyarakat 16 ... 9 Tingkatan persepsi responden terhadap sistem PHBM 25 ... meningkatkan moral dan profesionalisme

36

baik secara langsung dari pihak Perum Perhutani maupun secara tidak langsung

dari masyarakat sendiri. Indikator 24 memiliki peluang > 0.05 (terima H0 tolak

H1) memiliki arti bahwa keikutsertaan masyarakat terhadap pemasaran hasil

usaha tidak berkorelasi secara signifikan terhadap tingkat partisipasi masyarakat

pada kegiatan PHBM. Tinggi rendahnya partisipasi masyarakat dalam kegiatan

pemasaran tidak mempengaruhi tingginya tingkat partisipasi terhadap kegiatan

PHBM. Kegiatan pemasaran hasil tidak melibatkan masyarakat secara penuh,

masyarakat hanya ikut dalam pemasaran kayu yang ditanam sebagai tanaman

pengisi seperti sengon, mahoni dan tanaman pertanian saja.

Kegiatan PHBM berdasarkan partisipasi masyarakat ditinjau dari tiga indikator

dengan korelasi yang kuat antara lain kegiatan rapat pelaksanaan, kegiatan

sosialisasi dan kegiatan kesepakatan bagi hasil pada kegiatan pemanfaatan.

Masyarakat menginginkan kegiatan PHBM yang transparan artinya bahwa

kegiatan berupa rapat pelaksanaan, kegiatan sosialisasi dan kegiatan kesepakatan

bagi hasil diadakan bersama-sama antara Perum Perhutani dan masyarakat.

Kegiatan rapat pelaksanaan ini sangat berguna baik bagi masyarakat maupun bagi

Perum Perhutani dalam kegiatan PHBM. Bagi masyarakat dapat berfungsi sebagai

media untuk memberikan masukan kegiatan yang sesuai dengan keinginan

masyarakat maupun kendala teknis saat pelaksanaan, sedangkan bagi Perum

Perhutani dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk memilih kegiatan

yang sesuai dengan potensi masyarakat agar kegiatan dapat berjalan secara efektif

dan efisien. Kegiatan sosialisasi perlu diadakan rutin selama kegiatan PHBM

berjalan, karena dengan adanya kegiatan sosialisasi yang rutin dilaksanakan maka

secara tidak langsung dapat menjadi fungsi kontrol bagi pihak Perum Perhutani

maupun bagi masyarakat. Kegiatan kesepakatan bagi hasil pemanfaatan sangat

penting untuk diketahui bersama antara pihak Perum Perhutani maupun bagi

masyarakat sehingga kepuasan masyarakat dalam mengikuti kegiatan PHBM

dapat diketahui dan tidak terjadi kesalahan pahaman mengenai sistem bagi hasil

pada saat pelaksanaan kegiatan PHBM selanjutnya.

Page 49: PERSEPSI, MOTIVASI, DAN PARTISIPASI MASYARAKAT … · 6 Tingkat pendidikan masyarakat 16 ... 9 Tingkatan persepsi responden terhadap sistem PHBM 25 ... meningkatkan moral dan profesionalisme

37

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Kegiatan PHBM di RPH Dayeuhluhur terdiri dari kegiatan di dalam

kawasan hutan berupa kegiatan pengusahaan hutan, usaha produktif lahan dan

kegiatan di luar kawasan hutan berupa usaha produktif peternakan ayam yang

dilaksanakan di LMDH Lodaya. Tiga LMDH lainnya yaitu LMDH Unggul

Lestari, LMDH Rindu Alam dan LMDH Wana Basma hanya melakukan kegiatan

di dalam kawasan hutan saja. Tingkat persepsi, motivasi, dan partisipasi

masyarakat terhadap PHBM termasuk dalam kategori tinggi yaitu tingkat persepsi

sebesar 73.33 % secara umum dipengaruhi oleh faktor internal berupa kebutuhan

akan kesejahteraan hidup dengan korelasi sebesar 0.674 artinya masyarakat secara

internal melihat bahwa PHBM dapat memberikan kesejahteraan hidup bagi

masyarakat, tingkat motivasi sebesar 83.33% secara umum dipengaruhi oleh

kegiatan yang sukarela atau voluntary sebesar 0.875 artinya masyarakat memiliki

keinginan maupun dorongan untuk ikut serta secara sukarela dan sadar akan

pentingnya kegiatan PHBM, dan tingkat partisipasi sebesar 43.33% sebagian

besar ada pada tingkat pelaksanaan, dipengaruhi oleh kegiatan rapat pelaksanaan

kegiatan dan sosialisasi PHBM sebesar 0.762 artinya masyarakat sangat antusias

mengikuti kegiatan rapat maupun sosialisasi PHBM.

Saran

1. Perlunya peningkatan kinerja LMDH terutama LMDH Unggul Lestari,

LMDH Rindu Alam, dan LMDH Wana Basma agar kegiatan PHBM tidak

hanya didalam kawasan hutan saja, namun kegiatan di luar kawasan hutan

pun dapat dilaksanakan sehingga dapat berjalan secara proporsional.

2. Pemerintah harus rutin mengadakan kegiatan sosialisasi untuk dapat

mengetahui kendala maupun keinginan masyarakat terhadap sistem PHBM

karena partisipasi masyarakat pada rapat pelaksanaan kegiatan dan

sosialisasi PHBM berpengaruh besar pada tingkat partisipasi

DAFTAR PUSTAKA

Atkinson RL, Atkinson RC, Hilgard ER. 1983. Pengantar Psikologi. Taufiq N,

penerjemah; Dharma A, editor. Jakarta (ID): Erlangga. Terjemahan dari:

Introduction to Psycholoogy. Ed ke-8.

Awang SA et al. 2008. Panduan Pemberdayaan Lembaga Masyarakat Desa Hutan

(LMDH). Montpellier (FR): French Agricultural Research Centre for

International Development (CIRAD), Bogor (ID): Center for International

Forestry Research (CIFOR), dan Yogyakarta (ID): PKHR Fakultas Kehutanan

UGM.

Budiarti, S. 2011. Persepsi dan Partisipasi Masyarakat Desa Sekitar Hutan

terhadap Sistem PHBM di Perum Perhutani (kasus di KPH Cianjur Perum

Page 50: PERSEPSI, MOTIVASI, DAN PARTISIPASI MASYARAKAT … · 6 Tingkat pendidikan masyarakat 16 ... 9 Tingkatan persepsi responden terhadap sistem PHBM 25 ... meningkatkan moral dan profesionalisme

38

Perhutani Unit III, Jawa Barat) [Skripsi]. Bogor (ID): Departemen Manajemen

Hutan. Institut Pertanian Bogor.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1999. Kamus Besar bahasa Indonesia.

Jakarta (ID): Balai Pustaka.

Kartasubrata, J. 1986. Aspirasi Rakyat dalam Pengelolaan dan Pemanfaatan Hutan

di Jawa. [disertasi]. Bogor : Fakultas Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor.

Leavitt H J. 1978. Psikologi Manajemen. Jakarta (ID): Erlangga.

Meitasari N. 2012. Tingkat Partisipasi Pengasuh Pohon Dalam Program Pohon

Asuh [Skripsi]. Bogor (ID): Departemen Manajemen Hutan. Institut Pertanian

Bogor.

Nurgiyantoro B, Gunawan, Marzuki. 2009. Statistik Terapan Untuk Ilmu-Ilmu

Sosial. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press

[Perum Perhutani] Perusahaan Umum Kehutanan Negara Indonesia Keputusan

Direksi Nomor 682/KPTS/DIR/2009 tentang Pedoman Pengelolaan

Sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat. (ID)

[Perum Perhutani] Perusahaan Umum Kehutanan Negara Indonesia Keputusan

Direksi Nomor 268/KPTS/DIR/2007 tentang Pedoman Pengelolaan

Sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat Plus. (ID)

[Perum Perhutani] Perusahaan Umum Kehutanan Negara Indonesia Keputusan

Direksi Nomor 136/KPTS/DIR/2001 tentang Pedoman Pengelolaan

Sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat. (ID)

[Perum Perhutani] Perusahaan Umum Kehutanan Negara Indonesia Keputusan

Direksi Nomor 2142/KPTS/I/2002 tentang Pengelolaan Sumberdaya Hutan

Bersama Masyarakat di Unit I Jawa Tengah. (ID)

Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.01/Menhut-II/2004 Tentang

Pemberdayaan Masyarakat Setempat di Dalam dan atau Sekitar Hutan Dalam

Rangka Social Forestry. (ID)

Rakhmat J. 2005. Psikologi Komunikasi. Bandung(ID): PT. Rermaja Rosdakarya.

Riduwan, Akdon. 2009. Rumus dan Data dalam Analisis Statistika. Bandung

(ID): Alfabeta

Sarwono J. 2006. Analisis Data Penelitian Menggunakan SPSS. Yogyakarta (ID):

Andi Publisher

Suharjito D, Darusman D. 1998. Kehutanan Masyarakat: Beragam Pola

Partisipasi Masyarakat. Bogor (ID): Proyek Kerjasama Institut Pertanian

Bogor dan The Ford Foundation.

Suharjito D, Khan A, Djatmiko W.A, Sirait M.T, Evelyna S. 2000. Karakteristik

Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat. Yogyakarta (ID): Aditya Media

Zainun, B. 1989. Manajemen dan Motivasi. Jakarta (ID): Balai Aksara.

Page 51: PERSEPSI, MOTIVASI, DAN PARTISIPASI MASYARAKAT … · 6 Tingkat pendidikan masyarakat 16 ... 9 Tingkatan persepsi responden terhadap sistem PHBM 25 ... meningkatkan moral dan profesionalisme

39

Lampiran 1 uji validitas dan reliabilitas

Uji validitas :

• Sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu instrument pengukuran dalam

melakukan fungsi ukurnya

• Korelasi antara item pertanyaan dengan total skor

Uji reliabilitas :

• Sejauh mana hasil pengukuran dapat dipercaya bila dilakukan pengukuran

pada waktu yang berbeda pada kelompok subjek yang sama diperoleh hasil

relatif sama.

1. Persepsi

No Korelasi Total skor persepsi P Value

1 Pearson correlation 0.469**

0.000

2 Pearson correlation 0.468**

0.000

3 Pearson correlation 0.048 0.693

4 Pearson correlation a a

5 Pearson correlation 0.540**

0.000

6 Pearson correlation 0.729**

0.017

7 Pearson correlation 0.696**

0.000

8 Pearson correlation 0.581**

0.000

9 Pearson correlation 0.680**

0.000

10 Pearson correlation 0.072 0.551

11 Pearson correlation 0.447**

0.000

12 Pearson correlation 0.455**

0.000

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). a. Cannot be computed because at least one of variables is constant

Reliability statistics

Cronbach's alpha N of Items

0.746 9

`

Page 52: PERSEPSI, MOTIVASI, DAN PARTISIPASI MASYARAKAT … · 6 Tingkat pendidikan masyarakat 16 ... 9 Tingkatan persepsi responden terhadap sistem PHBM 25 ... meningkatkan moral dan profesionalisme

40

2. Motivasi

No Korelasi Total skor motivasi P Value

1 Pearson correlation 0.511**

0.000

2 Pearson correlation 0.729**

0.000

3 Pearson correlation 0.272* 0.022

4 Pearson correlation 0.721**

0.000

5 Pearson correlation 0.505**

0.000

6 Pearson correlation 0.477**

0.000

7 Pearson correlation 0.657**

0.000

8 Pearson correlation 0.190 0.112

9 Pearson correlation 0.442**

0.000

10 Pearson correlation 0.364**

0.000

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Reliability statistics

Cronbach's alpha N of Items

0.676 9

3. Partisipasi

No Korelasi Total skor partisipasi P Value

1 Pearson correlation 0.596**

0.000

2 Pearson correlation 0.045 0.712

3 Pearson correlation 0.529**

0.000

4 Pearson correlation 0.644**

0.000

5 Pearson correlation 0.342**

0.004

6 Pearson correlation 0.554**

0.000

7 Pearson correlation 0.038 0.753

8 Pearson correlation 0.236* 0.048

9 Pearson correlation 0.510**

0.000

10 Pearson correlation 0.534**

0.000

11 Pearson correlation 0.343**

0.003

12 Pearson correlation 0.520**

0.000

13 Pearson correlation 0.774**

0.000

14 Pearson correlation 0.168 0.161

15 Pearson correlation 0.326**

0.000

16 Pearson correlation 0.595**

0.000

Page 53: PERSEPSI, MOTIVASI, DAN PARTISIPASI MASYARAKAT … · 6 Tingkat pendidikan masyarakat 16 ... 9 Tingkatan persepsi responden terhadap sistem PHBM 25 ... meningkatkan moral dan profesionalisme

41

No Korelasi Total skor partisipasi P Value

17 Pearson correlation 0.754**

0.000

18 Pearson correlation 0.602**

0.000

19 Pearson correlation 0.464**

0.000

20 Pearson correlation 0.738**

0.000

21 Pearson correlation 0.697**

0.000

22 Pearson correlation 0.602**

0.000

23 Pearson correlation 0.655**

0.000

24 Pearson correlation 0.372**

0.001

25 Pearson correlation 0.394**

0.001

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Reliability statistics

Cronbach's alpha N of Items

0.889 22

Lanjutan tabel partisipasi

Page 54: PERSEPSI, MOTIVASI, DAN PARTISIPASI MASYARAKAT … · 6 Tingkat pendidikan masyarakat 16 ... 9 Tingkatan persepsi responden terhadap sistem PHBM 25 ... meningkatkan moral dan profesionalisme

42

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Cilacap pada tanggal 16 September 1990. Penulis

adalah anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Basuki Nugroho dan Reni

Erniyati. Penulis mulai pendidikan di SDN Adimulya 01 pada tahun 1997, SMP N

1 Majenang pada tahun 2003, SMA N 1 Majenang pada tahun 2006 dan

menyelesaikan pendidikan SMA pada tahun 2009. Pada tahun yang sama penulis

lulus ujian Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi (SNMPTN). Penulis

diterima Program Studi Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian

Bogor Selama mengikuti perkuliahaan di Fakultas Kehutanan IPB, penulis telah

melaksanakan Praktek Pengelolaan Ekosistem Hutan (P2EH) di Sancang Barat-

Kamojang pada tahun 2011, Praktek Pengelolaan Hutan (P2H) di Hutan Pendidikan

Gunung Walat, KPH Cianjur dan Taman Nasional Gunung Halimun-Salak (TNGHS)

pada tahun 2012, Praktek Kerja Lapang (PKL) di IUPHHK-HPH PT. Roda Mas

Kalimantan Timur pada tahun 2013, dan Proyek Inventarisasi Hutan Menyeluruh

Berkala (IHMB) di PT. Agro Wahana Bumi-NTB pada tahun 2013.

Selama menjadi mahasiswa, penulis juga pernah mengikuti organisasi

kemahasiswaan yaitu menjadi pengurus Forest Management Student Club (FMSC)

sebagai anggota divisi Informasi dan Komunikasi, anggota Kelompok Studi

Pemanfaatan. Pengurus Sylva Indonesia (Ikatan Mahasiswa Kehutanan Indonesia)

sebagai anggota divisi Penggembangan Sumberdaya Mahasiswa Kehutanan

(PSDMK), kepala divisi Informasi dan Komunikasi serta mengikuti kepanitian dalam

berbagai acara di Fakultas Kehutanan IPB. Prestasi yang pernah diraih penulis

adalah didanainya kegiatan PKM bidang Pengabdian kepada Masyarakat, berjudul

“Laboratorium Alam Berbasis Kehutanan sebagai Sarana Belajar Santri di Pondok

Pesantren Al-Qur‟an Cijantung Ciamis” pada tahun 2012. Untuk menyelesaikan gelar Sarjana Kehutanan IPB, penulis menyelesaikan

skripsi dengan judul “Persepsi, Motivasi, dan Partisipasi Masyarakat terhadap

Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) di RPH Dayeuhluhur BKPH

Wanareja KPH Banyumas Barat” dibimbing oleh Dr. Ir. Yulius Hero, M.sc