PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA...

230
PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN MUSEUM MISI MUNTILAN SEBAGAI SARANA PENDIDIKAN KARAKTER SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2017 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Transcript of PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA...

Page 1: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN MUSEUM MISI

MUNTILAN SEBAGAI SARANA PENDIDIKAN KARAKTER

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Sejarah

Oleh

NUR ARDITA RAHMAWATI

NIM: 131314047

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2017

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

i

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN MUSEUM MISI

MUNTILAN SEBAGAI SARANA PENDIDIKAN KARAKTER

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Sejarah

Oleh

NUR ARDITA RAHMAWATI

NIM: 131314047

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2017

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

ii

SKRIPSI

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN MUSEUM MISI

MUNTILAN SEBAGAI SARANA PENDIDIKAN KARAKTER

Oleh:

Nur Ardita Rahmawati

131314047

Telah disetujui oleh:

Pembimbing I

Dra. Theresia Sumini, M.Pd. Tanggal 18 Juli 2017

Pembimbing II

Hendra Kurniawan, M.Pd. Tanggal 18 Juli 2017

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

iii

SKRIPSI

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN MUSEUM MISI

MUNTILAN SEBAGAI SARANA PENDIDIKAN KARAKTER

Dipersiapkan dan ditulis oleh:

Nur Ardita Rahmawati

131314047

Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji

pada tanggal 25 Juli 2017

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Panitia Penguji

Nama Lengkap Tanda Tangan

Ketua : Ignatius Bondan Suratno, S.Pd., M.Si. ………………….

Sekretaris : Dra. Theresia Sumini, M.Pd. ………………….

Anggota : Dra. Theresia Sumini, M.Pd. ………………….

Anggota : Hendra Kurniawan, M.Pd. ………………….

Anggota : Dr. Anton Haryono, M.Hum. ………………….

Yogyakarta, 25 Juli 2017

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma

Dekan,

Rohandi, Ph.D.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk:

Mendiang nenek tercinta

Rosa de Lima Maria Sumaryati

Orang terkasih yang memberikan banyak dukungan di awal perkuliahan

Bapak dan Ibu tercinta

Bapak Junedi dan Ibu Victoria Runi

Terima kasih atas doa dan dukungan yang selalu diberikan kepada saya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

v

MOTTO

“Al heb ik een uitgesproken westerse opvoeding gehad, toch ben en blijf ik in de

allereeste plaat Javaan”

(Walaupun saya telah mengenyam pendidikan Barat, namun pertama-tama saya

adalah dan tetap orang Jawa)

Sri Sultan Hamengkubuwono IX

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

tidak memuat karya atau bagian orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya sebuah karya ilmiah.

Yogyakarta, 18 Juli 2017

Penulis,

Nur Ardita Rahmawati

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Nur Ardita Rahmawati

Nomor Mahasiswa : 131314047

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN MUSEUM MISI

MUNTILAN SEBAGAI SARANA PENDIDIKAN KARAKTER

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan

kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma untuk menyimpan, mengalihkan

dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk perangkat data,

mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media

lain untuk kepentingan akademisi tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun

memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal, 18 Juli 2017

Yang menyatakan

(Nur Ardita Rahmawati)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

viii

ABSTRAK

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN MUSEUM MISI

MUNTILAN SEBAGAI SARANA PENDIDIKAN KARAKTER

Nur Ardita Rahmawati

Universitas Sanata Dharma

2017

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) sejarah berdirinya

Museum Misi Muntilan, (2) kegiatan edukasi di Museum Misi Muntilan yang

berkaitan dengan pendidikan karakter, (3) dan persepsi masyarakat terhadap

keberadaan Museum Misi Muntilan sebagai sarana pendidikan karakter.

Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan metode studi kasus. Sumber

data pada penelitian diperoleh dari lokasi penelitian, informan (pengelola,

pengunjung Museum Misi Muntilan dan guru), koleksi benda museum dan

dokumen museum mengenai data pengunjung. Pengambilan sampel menggunakan

teknik purposive sampling dan snowball sampling. Pengumpulan data dilakukan

dengan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi.

Hasil penelitian ini menunjukkan: (1) sejarah berdirinya Museum Misi

Muntilan bermula dari peringatan Keuskupan Agung Semarang ke-50 dengan

menyusun beberapa program salah satunya pembuatan museum. Museum

didirikan di Muntilan karena alasan historis. Muntilan adalah tempat awal

berkembangnya gereja Katolik di Jawa dengan Romo van Lith sebagai peletak

dasarnya. (2) Kegiatan edukasi di Museum Misi Muntilan yang berkaitan dengan

pendidikan karakter antara lain: pendampingan kepada masyarakat,

pendampingan OMK dan PIA, Novena Misioner Malam Selasa Kliwon, dan

kegiatan orientasi siswa baru sekolah di sekitar Muntilan. (3) Persepsi masyarakat

terhadap keberadaan Museum Misi Muntilan sebagai sarana pendidikan karakter

adalah positif. Hal ini ditunjukkan dengan pengelola memiliki pemahaman

mendalam mengenai karakter yang ingin dikembangkan melalui kegiatan edukasi

di museum, pengunjung memiliki kesan positif setelah berkunjung dan guru

merasakan manfaat dengan adanya pendampingan yang dilakukan oleh tim

edukasi kepada para siswa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

ix

ABSTRACT

SOCIETY’S PERCEPTION OF MUNTILAN MISSIONARY MUSEUM

EXISTANCE AS A MEDIUM FOR CHARACTER EDUCATION

Nur Ardita Rahmawati

Sanata Dharma University

2017

This study aims to describe: (1) the history of Muntilan Missionary

Museum, (2) the education activities in Muntilan Missionary Museum which have

relation with character education, (3) and the society’s perception of Muntilan

Missionary Museum as a medium for character education.

The type of the research is qualitative with case study methods. The data

were obtained from the location of research, informants (museum organizers and

visitors, and teachers), collections of the museum, and the document of visitors.

Purposive sampling and snowball sampling were used in taking samples. Data

were collected through observation, interviews, and documentation.

The results of this study shows: (1) the history of Muntilan Missionary

Museum started when The Semarang Bishop was celebrating 50th

birthday with

arranged some programs. One of them is museum building. It was built in

Muntilan for historical reasons. Muntilan was the beginning of Catholic Church

in Java and Father van Lith as the pioneer. (2) Education activities in Muntilan

Missionary Museum has a relation with character education such as society

assistance, community assistance such as OMK and PIA, Missionary Novena on

Tuesday Night, and orientation for new students from schools near Muntilan. (3)

The society’s perception of Muntilan Missionary Museum as a medium for

character education is positive. It was shown by the museum organizers who have

comprehensive understanding about characters which are developed in museum,

the visitors had impression after visiting, and teachers who got the benefits of

assistance by organizers for their students.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir

dengan judul Persepsi Masyarakat Terhadap Keberadaan Museum Misi Muntilan

sebagai Sarana Pendidikan Karakter. Penelitian ini disusun guna memenuhi salah

satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan

Sejarah.

Dalam proses penyusunan tugas akhir ini penulis menyadari akan

keterlibatan dan bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak

langsung. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

dan Bapak Ignatius Bondan, S.Pd., M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan

Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan

izin penelitian kepada peneliti

2. Ibu Dra. Theresia Sumini, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Sejarah Universitas Dharma sekaligus dosen pembimbing yang telah banyak

memberikan bimbingan dan dukungan kepada peneliti dari awal penelitian

sampai penyusunan laporan penelitian.

3. Bapak Hendra Kurniawan, M.Pd., selaku Wakil Ketua Program Studi

Pendidikan Sejarah sekaligus dosen pembimbing yang dengan sabar

membimbing dan memberi banyak masukan kepada peneliti.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

xi

4. Bapak Sutarjo Adisusilo, M.Pd., selaku dosen pendamping akademik yang

selalu memberikan motivasi kepada mahasiswa.

5. Seluruh dosen program studi Pendidikan Sejarah yang selalu memberikan

dukungan kepada mahasiswa tingkat akhir dalam menyelesaikan tugas akhir.

6. Bapak Agus selaku sekretariat Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta yang telah membantu memperlancar penelitian.

7. Romo Nugroho, Pr., selaku Direktur Museum Misi Muntilan yang telah

memberi izin untuk melakukan penelitian dan meluangkan waktu untuk

wawancara.

8. Romo Bambang Sutrisno, Pr., selaku ketua tim pelaksana pembangunan

Museum Misi Muntilan yang meluangkan waktu dan berbagi pengalaman

selama menjadi pengelola Museum Misi Muntilan.

9. Bapak Ant. Tri Usada Sena dan Bapak Muji selaku tim edukasi dari Museum

Misi Muntilan yang selalu memberikan bantuan dan meluangkan waktu untuk

wawancara.

10. Seluruh staff Museum Misi Muntilan yang telah membantu peneliti dalam

melakukan penelitian.

11. Bapak Robertus Baluk Nugroho, S.Pd., selaku Wakil Kepala Sekolah Bagian

Kurikulum SMA Pangudi Luhur yang mengijinkan penulis melakukan

penelitian dan Ibu Lucia Desy, S.Pd., selaku guru sejarah SMA Pangudi Luhur

van Lith yang membantu peneliti mendapatkan informasi.

12. Bapak Joko selaku guru IPS SMP Kanisius Muntilan Lith yang membantu

peneliti mendapatkan informasi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

xii

13. Kedua orang tua tercinta Bapak Junedi dan Ibu Victoria Runi yang selalu

memberikan dukungan

14. Sahabat-sahabat angkatan 2013, yang saling mendukung dan memberikan

semangat dalam menyelesaikan tugas akhir.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan tugas akhir ini masih terdapat

kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan

saran yang bersifat membangun agar penelitian ini lebih baik. Semoga karya tulis

ini dapat bermanfaat.

Yogyakarta, 18 Juli 2017

Penulis

Nur Ardita Rahmawati

(131314047)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................iii

HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................. iv

HALAMAN MOTTO ................................................................................... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ....................................................... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ...... vii

ABSTRAK ....................................................................................................viii

ABSTRACT ................................................................................................... ix

KATA PENGANTAR ................................................................................... x

DAFTAR ISI .................................................................................................xiii

DAFTAR TABEL ........................................................................................ xv

DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xvii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1

A. Latar Belakang ............................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ......................................................................... 4

C. Batasan Masalah ............................................................................. 4

D. Tujuan Penelitian............................................................................ 5

E. Manfaat Penelitian .......................................................................... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA ........................................................................ 6

A. Kajian Teori.................................................................................... 6

1. Konsep Persepsi ...................................................................... 6

2. Konsep Museum ..................................................................... 9

3. Konsep Masyarakat ................................................................ 15

4. Konsep Misi ........................................................................... 17

5. Museum Misi Muntilan .......................................................... 25

6. Konsep Pendidikan Karakter.................................................. 27

B. Kerangka Berpikir ......................................................................... 34

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

xiv

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................. 35

A. Jenis Penelitian .............................................................................. 35

B. Tempat Penelitian .......................................................................... 36

C. Sumber Data .................................................................................. 36

D. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 37

E. Instrumen Pengumpulan Data........................................................ 39

F. Pengambilan Sampel ...................................................................... 40

G. Teknik Analisis Data ..................................................................... 42

H. Validitas Data ................................................................................ 44

I. Sistematika Penulisan .................................................................... 48

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................ 49

A. Deskripsi Latar ............................................................................. 49

1. Visi dan Misi .......................................................................... 50

2. Sarana Prasarana .................................................................... 52

B. Deskripsi Hasil Penelitian ............................................................ 53

1. Sejarah Museum Misi Muntilan ............................................. 53

2. Kegiatan MMM berkaitan dengan Pendidikan Karakter ....... 59

3. Persepsi Masyarakat Terhadap MMM ................................... 64

C. Pembahasan .................................................................................. 77

1. Sejarah Museum Misi Muntilan ............................................. 77

2. Kegiatan MMM berkaitan dengan Pendidikan Karakter ....... 84

3. Persepsi Masyarakat Terhadap MMM ................................... 89

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 102

A. Kesimpulan ................................................................................. 102

B. Saran ............................................................................................ 104

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 106

LAMPIRAN ................................................................................................. 110

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Jadwal Penelitian.............................................................................. 36

Tabel 2. Data Pengunjung Museum Misi Muntilan ....................................... 50

Tabel 3. Daftar Ruang Pameran MMM PAM ................................................ 53

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar I. Kerangka Berpikir ......................................................................... 34

Gambar II. Alur Analisis Data ....................................................................... 44

Gambar III. Diagram Data Pengunjung MMM PAM .................................... 50

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Observasi Museum ...................................................... 110

Lampiran 2. Kisi-Kisi Pedoman Wawancara ................................................ 111

Lampiran 3. Pedoman Wawancara ............................................................... 112

Lampiran 4. Catatan Lapangan Wawancara ................................................. 115

Lampiran 5. Dokumentasi Wawancara ......................................................... 173

Lampiran 6. Lembar Pengamatan Dokumentasi ........................................... 177

Lampiran 7. Dokumentasi Kesan Pengunjung .............................................. 180

Lampiran 8. Silabus ...................................................................................... 185

Lampiran 9. RPP ........................................................................................... 202

Lampiran 10. Surat Bukti Penelitian ............................................................. 212

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Museum merupakan sarana dalam pengembangan budaya dan peradaban

manusia. Secara luas museum juga bergerak di sektor ekonomi, politik, dan

sosial.1 Museum berguna sebagai sarana pembelajaran dan sarana pewarisan nilai-

nilai dari kehidupan di masa lalu ke masa kini dan masa yang akan datang.

Museum menyadarkan masyarakat akan pentingnya merawat dan melestarikan

benda peninggalan di masa lalu.

Melihat pentingnya peninggalan benda dari masa lalu untuk dirawat dan

dilestarikan maka tidak heran jika di negara kita banyak didirikan museum.

Hampir setiap ibukota provinsi memiliki museum tingkat provinsi dan museum

lokal. Museum lokal dimasukkan ke dalam jaringan sistem permuseuman dan

diberikan bantuan untuk pemugaran gedung serta peningkatan usaha perawatan

dan penyajian koleksinya.2 Baik museum tingkat nasional, provinsi, maupun

tingkat lokal tetaplah kehadirannya memiliki arti penting dan fungsi tersendiri.

Salah satu museum lokal yang ada di Indonesia adalah Museum Misi

Muntilan. Museum Misi Muntilan adalah museum yang terletak di Jalan Kartini 3,

Muntilan, Jawa Tengah. Museum ini diresmikan pada tahun 2004. Koleksi yang

ada ialah benda-benda yang berkaitan erat dengan kegiatan misi Katolik baik yang

1 Tjahjopurnomo, Sejarah Permuseuman di Indonesia (Jakarta:Direktorat Permuseuman,

Direktorat Jenderal dan Purbakala, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, 2001) hlm. 88 2 Amir Sutaarga, Pedoman dan Penyelenggaraan dan Pengelolaan Museum (Jakarta :Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan) hlm. 4

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

2

ada di sekitar maupun di luar Muntilan. Meski sudah lama diresmikan keberadaan

museum ini masih jarang diketahui masyarakat umum, bahkan umat Katolik

sekalipun. Ada umat Katolik yang sudah mengetahui keberadaan museum tersebut

tetapi belum pernah berkunjung. Ada juga yang memang sama sekali belum

mengetahui keberadaan museum tersebut.

Keadaan seperti ini sangat disayangkan karena Museum Misi Muntilan

memiliki koleksi yang lengkap dan bermanfaat bagi umat Katolik maupun non

Katolik. Berangkat dari pengalaman penulis ketika melakukan Pengabdian

Masyarakat di Museum Misi Muntilan, penulis melihat bahwa museum ini

menghadirkan banyak tokoh inspiratif namun sebagian tokoh belum terlalu

dikenal oleh masyarakat. Tokoh-tokoh tersebut memiliki peran penting baik bagi

umat Katolik maupun umat non Katolik di masa lalu.

Setiap tokoh yang ditampilkan di Museum Misi Muntilan memiliki nilai

karakter tersendiri yang dapat bermanfaat bagi masyarakat. Untuk membantu

dalam menggali nilai-nilai karakter maka setiap ada yang berkunjung selalu diberi

pendampingan dari pihak museum. Adanya penggalian nilai-nilai karakter pada

koleksi museum melalui pendampingan ini berarti museum bisa dimanfaatkan

sebagai sarana pendidikan karakter.

Pendidikan karakter menjadi suatu hal yang kini diperbincangkan.

Pendidikan karakter memiliki tujuan untuk mengembangkan karakter bangsa.

Adapun karakter bangsa yang dikembangkan pada kurikulum 2013 meliputi nilai-

nilai: (1) religius, (2) jujur, (3) toleransi, (4) disiplin, (5) kerja keras, (6) kreatif,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

3

(7) mandiri, (8) demokratis, (9) rasa ingin tahu, (10) semangat kebangsaan, (11)

cinta tanah air, (12) menghargai prestasi, (13) bersahabat / komunikatif, (14) cinta

damai, (15) gemar membaca, (16) peduli lingkungan, (17) peduli sosial, dan (18)

tanggung jawab.3

Beberapa nilai karakter yang dikembangkan dalam Kurikulum 2013

rupanya bisa ditemui pada tokoh-tokoh yang ditampilkan di Museum Misi

Muntilan. Nilai karakter tersebut misalnya: religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja

keras, mandiri, demokratis, semangat kebangsaan, cinta tanah air, bersahabat,

cinta damai, peduli lingkungan dan sosial serta tanggung jawab. Hal ini juga

sesuai dengan landasan museum Indonesia dengan 3 pilar utama, yakni 1)

mencerdaskan kehidupan bangsa, 2) membentuk kepribadian (karakter) bangsa,

dan 3) menanamkan konsep ketahanan nasional dan Wawasan Nusantara. Ketiga

pilar tersebut merupakan landasan kegiatan operasional museum yang dibutuhkan

di era globalisasi ini. Pada saat masyarakat mulai kehilangan orientasi akar

budaya atau jati dirinya, maka museum dapat memberi inspirasi tentang hal-hal

penting dari masa lalu yang harus diketahui untuk menuju ke masa depan.4

Agar hal tersebut dapat terjadi maka persepsi tentang museum sebagai

tempat pameran benda masa lalu perlu diubah bahwa museum adalah tempat yang

menyenangkan untuk belajar dan juga tempat untuk mengembangkan nilai

karakter. Pengembangan nilai karakter akan terwujud apabila pengunjung merasa

berkesan sehingga mendapatkan makna dan inspirasi baru setelah berkunjung.

3 Muchlas Samani dan Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter (Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2013) hlm. 52 4 Tjahjopurnomo, Loc. cit.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

4

Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan di atas, peneliti tertarik

melakukan penelitian dengan judul “Persepsi Masyarakat Terhadap Keberadaan

Museum Misi Muntilan sebagai Sarana Pendidikan Karakter”. Harapannya

dengan penelitian ini Museum Misi Muntilan menjadi museum yang lebih dikenal

oleh masyarakat dan memberikan inspirasi bagi museum lain agar bisa menjadi

sarana pendidikan karakter seperti yang dicanangkan oleh pemerintah.

B. RUMUSAN MASALAH

Melihat latar belakang di atas maka dapat dibuat rumusan masalah sebagai

berikut:

1. Bagaimana sejarah Museum Misi Muntilan?

2. Apa saja kegiatan Museum Misi Muntilan yang berkaitan dengan pendidikan

karakter?

3. Bagaimana persepsi masyarakat terhadap keberadaan Museum Misi Muntilan

sebagai sarana pendidikan karakter?

C. BATASAN MASALAH

Batasan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah sejarah

Museum Misi Muntilan, dan kegiatan yang ada di dalamnya serta persepsi

masyarakat terhadap keberadaan Museum Misi Muntilan sebagai sarana

pendidikan karakter.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

5

D. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian ini berdasarkan rumusan masalah di atas sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan sejarah Museum Misi Muntilan.

2. Mendeskripsikan kegiatan yang berkaitan dengan pendidikan karakter di

Museum Misi Muntilan.

3. Menjelaskan persepsi masyarakat terhadap keberadaan Museum Misi

Muntilan sebagai sarana pendidikan karakter.

E. MANFAAT PENELITIAN

Manfaat yang didapat dari penelitian ini yaitu:

1. Bagi Museum Misi Muntilan

Menambah koleksi untuk perpustakaan museum dan bisa menjadi inspirasi

untuk peneliti lain yang ingin mengadakan penelitian mengenai Museum Misi

Muntilan.

2. Bagi Universitas Sanata Dharma

Menambah koleksi penelitian dan bisa dijadikan referensi khususnya prodi

Pendidikan Sejarah dalam pengembangan perkuliahan sejarah gereja serta hal

yang berkaitan dengan permuseuman.

3. Bagi Peneliti

Memberikan pengalaman baru dalam membuat karya tulis ilmiah dan

mengembangkan wawasan peneliti mengenai misi, permuseuman, serta

pendidikan karakter.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Konsep Persepsi

a. Pengertian Persepsi

Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan.

Proses persepsi tidak dapat lepas dari penginderaan, dan proses penginderaan

merupakan proses yang mendahului terjadinya persepsi. Stimulus yang mengenai

individu itu kemudian diorganisasikan, diinterpretasikan, sehingga individu

menyadari tentang apa yang ada di inderanya itu. Proses inilah yang dimaksud

dengan persepsi. Jadi, stimulus diterima oleh alat indera, kemudian melalui proses

persepsi sesuatu yang diindera tersebut menjadi sesuatu yang berarti setelah

diorganisasikan dan diinterpretasikan.5

Dalam persepsi stimulus dapat datang dari luar diri individu, dan juga

dapat datang dari dalam diri individu yang bersangkutan. Bila yang dipersepsi

dirinya sendiri maka disebut persepsi diri (self-perception).6 Ketika melakukan

persepsi pada diri sendiri orang dapat melihat bagaimana keadaan dirinya sendiri.

Bila objek persepsi terletak di luar orang yang mempersepsi, maka objek persepsi

dapat bermacam-bermacam, yaitu dapat berupa benda-benda, situasi, dan juga

dapat berupa manusia. Bila objek persepsi berupa benda-benda disebut persepsi

benda (things perception) atau juga disebut non-social perception, sedangkan bila

objek persepsi berupa manusia atau orang disebut persepsi sosial atau social

5 Bimo Walgito, Psikologi Sosial: Suatu Pengantar (Yogyakarta: Andi, 2003) hlm. 53

6 Ibid, hlm. 54

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

7

perception. Persepsi sosial merupakan suatu proses seseorang untuk mengetahui,

menginterpretasikan dan mengevaluasi orang lain yang dipersepsi, tentang sifat-

sifatnya, kualitasnya dan keadaan yang lain yang ada dalam diri orang yang

dipersepsi, sehingga terbentuk gambaran mengenai orang yang dipersepsi.7

Persepsi bersifat individual karena berkaitan dengan perasaan, kemampuan

berpikir, dan pengalaman setiap individu yang tidak sama sehingga dalam

mempersepsi stimulus hasilnya berbeda.8

b. Faktor-Faktor yang Berpengaruh pada Persepsi

1) Faktor Internal

Faktor internal yaitu keadaan individu yang berpengaruh pada individu

dalam mengadakan persepsi. Keadaan individu tersebut bisa datang dari dua

sumber antara lain sumber jasmani dan sumber psikologis. Bila jasmani terganggu

maka akan berpengaruh pada hasil persepsinya sedangkan sumber psikologis yang

akan berpengaruh pada hasil persepsi adalah pengalaman, persepsi, perasaan,

kemampuan berpikir, kerangka acuan dan motivasi.9 Keadaan individu ditentukan

oleh sifat struktural dari individu, sifat temporer dari individu, dan aktivitas yang

sedang berjalan pada individu. Sifat struktural adalah sifat permanen dari individu

misalnya ada individu yang suka memperhatikan keadaan sekitarnya tetapi ada

juga yang acuh tak acuh sedangkan sifat temporer individu berkaitan dengan

suasana hati individu.10

7 Ibid, hlm. 56

8 Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, (Yogyakarta: Andi, 2005) hlm. 100

9 Ibid, hlm. 55

10 Ibid, hlm. 130

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

8

2) Faktor Eksternal

Faktor eksternal yang berpengaruh pada persepsi antara lain stimulus dan

lingkungan di mana persepsi itu berlangsung. Kejelasan stimulus akan banyak

berpengaruh dalam persepsi. Pada umumnya stimulus yang kuat lebih

menguntungkan dibandingkan stimulus yang lemah.11

Bila stimulus itu berwujud

benda-benda bukan manusia, maka ketepatan persepsi lebih terletak pada individu

yang mengadakan persepsi, karena benda-benda yang dipersepsi tersebut tidak

ada usaha untuk mempengaruhi yang mempersepsi. Sedangkan lingkungan yang

menjadi latar belakang stimulus berpengaruh pula pada persepsi terutama jika

objek persepsi adalah manusia. Objek yang sama dengan situasi sosial yang

berbeda dapat menghasilkan persepsi yang berbeda.12

c. Aplikasi Teori Persepsi dalam Kehidupan

Pembahasan ini menggambarkan bagaimana suatu hasil kontak / hubungan /

interaksi mempengaruhi tingkah laku dan cara (jalan) pikiran seseorang, seperti:13

1) Impression Formation, yaitu: proses dimana informasi tentang orang lain

diubah menjadi pengetahuan atau pemikiran yang relatif menetap tentang

orang tersebut.

2) Attribution, yaitu: proses dimana manusia menjelaskan dan

menginterpretasikan kejadian yang ditemuinya.

3) Social Influence, yaitu: proses dimana seseorang hadir dan berusaha

mempengaruhi sikap atau persepsi orang lain.

11

Bimo Walgito, op. cit, hlm. 127 12

Bimo Walgito, op. cit, hlm. 55 13

Irbandi Rukminto Adi, Psikologi, Pekerjaan Sosial dan Ilmu Kesejahteraan Sosial, (Jakarta:

Rajagrafindo Persada, 1994), hlm. 114

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

9

4) Social Relationship, yaitu: persepsi sosial yang banyak dipengaruhi oleh

kedekatan seseorang dengan orang lain.

2. Konsep Museum

a. Pengertian Museum

Kata museum berasal dari bahasa Yunani, muze yang berarti kumpulan

sembilan dewi perlambang ilmu dan kesenian.14

Dalam KBBI, museum adalah

gedung yang digunakan sebagai tempat untuk pameran tetap benda-benda yang

patut mendapat perhatian umum, seperti peninggalan sejarah, seni, dan ilmu;

tempat penyimpanan kuno. Museum adalah lembaga yang bersifat tetap, tidak

mencari keuntungan, melayani masyarakat dan perkembangannya, terbuka untuk

umum, yang mengumpulkan, merawat dan memamerkan benda-benda bukti

material manusia dan lingkungannya. Museum bertujuan untuk kegiatan yang

berkaitan dengan penelitian, pendidikan dan hiburan.15

Museum merupakan sarana dalam pengembangan budaya dan peradaban

manusia. Museum juga bergerak dalam sektor ekonomi, politik, sosial, dan lain-

lain. Di samping itu, museum merupakan wahana yang memiliki peran strategis

terhadap penguatan jati diri masyarakat. Para ahli kebudayaan meletakkan

museum sebagai bagian dari pranata sosial dan sebagai media edukasi untuk

memberikan gambaran tentang perkembangan alam dan budaya manusia kepada

publik.16

Museum sebagai media komunikasi memiliki lima metode penyampaian

14

Amir Sutaarga, op. cit, hlm. 7 15

Tjahjopurnomo, op. cit. hlm. 6 16

Ibid, hlm. 88

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

10

seperti: pameran (baik semi permanen maupun sementara), acara, kegiatan

edukatif, pengenalan dan ceramah, dan penerbitan.17

Penyelenggara museum dapat merupakan badan pemerintah dan dapat pula

badan swasta dalam bentuk perkumpulan atau yayasan yang di atur kedudukan,

tugas dan kewajibannya oleh undang-undang.18

Menyelenggarakan museum

diperlukan banyak biaya. Hal ini terkait dengan fungsi museum itu sendiri sebagai

tempat penyimpanan benda-benda purbakala, tempat pameran, dan dasar

pengelolaan museum itu bersifat ilmiah untuk tujuan edukatif dan kultural.19

b. Jenis Museum

Pada tahun 1971 Direktorat Permuseuman mengelompokkan museum

berdasarkan jenis koleksi. Berdasarkan jenis koleksi maka ada tiga jenis museum,

antara lain: Museum Umum, Museum Khusus dan Museum Lokal. Namun pada

tahun 1975, pembagian jenis museum tersebut diubah menjadi Museum Umum,

Museum Khusus dan Museum Pendidikan. Pada tahun 1980 pembagian itu

semakin sederhana menjadi Museum Umum dan Museum Khusus. Museum

umum adalah musum yang memiliki berbagai macam jenis koleksi sedangkan

museum khusus adalah museum yang hanya memiliki satu jenis koleksi, misalnya

Museum Batik.20

Direktorat Permuseuman mengelompokkan lagi museum

berdasarkan tingkat kedudukan. Pengelompokan museum menjadi Museum

17

Schouten, Pengantar Didaktik Museum (terj.) (Jakarta: Proyek Pembinaan Permuseuman

Jakarta, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1992) hlm. 2 18

Amir Sutaarga, op. cit, hlm. 24 19

Loc. cit. 20

Tjahjopurnomo, op. cit, hlm. 30

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

11

Tingkat Nasional (awalnya Museum Umum dan Khusus), Museum Tingkat

Regional (provinsi), dan Museum Tingkat Lokal (Kodya / Kabupaten).21

Museum Tingkat Nasional adalah museum dengan kumpulan koleksi yang

berkaitan dengan bukti material manusia atau lingkungan dan bernilai nasional

contohnya: Museum Nasional yang terletak di Jakarta. Museum Tingkat Regional

(provinsi) adalah museum yang koleksinya berkaitan dengan lingkungan provinsi,

contoh: Museum Keraton Yogyakarta. Museum Tingkat Lokal adalah museum

dengan koleksi benda yang bercorak atau bernilai lokal berasal dari kabupaten

dimana museum itu berada, contoh: Museum Gerabah. Museum ini termasuk jenis

museum tingkat lokal karena terletak di Bantul yang merupakan salah satu

kabupaten yang ada di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.22

Berdasarkan

Rencana Peraturan Pemerintah museum dibagi menjadi 4 jenis yaitu:

1) Museum umum

Museum umum adalah museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan

bukti material manusia dan atau lingkungannya yang berkaitan dengan berbagai

cabang seni, disiplin ilmu dan teknologi, contoh dari museum umum yang ada di

Indonesia adalah Museum Indonesia di TMII.23

2) Museum sejarah

Museum sejarah adalah museum yang mencakup hal-hal tentang sejarah

yang berkaitan dengan masa kini dan masa depan. Koleksi yang dimiliki museum

sejarah sangat beragam seperti: dokumen, artefak, benda bersejarah, dan lain-lain.

21

Tjahjopurnomo, loc. cit 22

Mohammad Zakaria, Pengertian, Fungsi, dan Jenis-jenis Museum

(http://belajaritutiadaakhir.blogspot.co.id/2011/08/museum-di-indonesia.html), diakses tanggal 17

April 2017 23

Idem

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

12

Contoh dari museum sejarah di Indonesia adalah Museum Fatahillah, Museum

Misi Muntilan, Museum Benteng Vredeburg, dan lain sebagainya.24

3) Museum seni

Museum seni adalah sebuah ruangan untuk pameran benda seni, mulai dari

seni visual yaitu di antaranya lukisan, gambar, dan patung. Museum ini disebut

juga galeri seni. Contoh dari museum seni adalah Museum Affandi dan Museum

Wayang yang terletak di Yogyakarta.25

4) Museum Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Museum ilmu pengetahuan dan teknologi adalah museum yang

menampilkan berbagai ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang. Contoh

museum yang bertemakan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia adalah

Museum Pusat Peragaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang berada di TMII.26

c. Fungsi Museum

Museum memiliki 4 fungsi, antara lain27

:

1) Fungsi edukatif dan akademis

Museum berfungsi sebagai wahana pendidikan, sarana membagi

pengetahuan (baik baru maupun lama) dan juga tempat melakukan studi atau

penelitian. Museum dituntut tidak hanya sebagai sarana pembelajaran publik,

namun juga harus mampu menunjang perkembangan ilmu pengetahuan seperti

halnya pusat studi maupun pusat kajian universitas. Museum juga menjadi tempat

di mana para peneliti khususnya sejarawan maupun mahasiswa mendapatkan

24

Museum, (https://id.wikipedia.org/wiki/Museum ) diakses tanggal 17 April 2017 25

Loc.cit 26

Iqbal, Museum Pusat Peragaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi,

(http://museumppiptek.blogspot.co.id/ ) diakses tanggal 17 April 2017 27

Khidir Marsanto P, “Revitalisasi Museum” Basis, Nomor 07-08, 2012, hlm. 28

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

13

sumber sejarah berupa dokumen, foto, dan lain sebagainya. Hampir semua

museum yang didirikan memiliki fungsi edukatif dan akademis bagi masyarakat.

2) Fungsi sosio kultural

Museum menjadi media “pengingat” peristiwa yang di alami manusia.

Museum menjadi sarana pameran dari hasil kebudayaan atau benda-benda

peninggalan di masa lalu agar tidak hilang atau dilupakan oleh masyarakat.

Museum yang memiliki fungsi sosio kultural misalnya Museum Purbakala

Sangiran yang terletak di Kabupaten Sragen. Museum ini menyimpan berbagai

benda peninggalan yang digunakan oleh manusia purba. Artinya museum menjadi

media pengingat bagi manusia zaman sekarang mengenai kehidupan manusia

zaman pra-sejarah beserta benda-benda peninggalannya.

3) Fungsi rekreasi dan ekonomi

Museum dapat digunakan sebagai tempat rekreasi yang memberikan

inspirasi kepada masyarakat umum. Salah satu contoh museum yang berfungsi

sebagai tempat rekreasi dan ekonomi adalah De Mata Trick Eye Museum.

Museum ini terletak di Yogyakarta. Koleksi yang ada berupa gambar-gambar tiga

dimensi seperti gambar pemandangan dan berbagai ilustrasi dengan ukuran besar.

Koleksi tersebut digunakan pengunjung untuk berfoto.

4) Fungsi politik

Dalam misi politik kebudayaan, museum diperlukan untuk melegitimasi

atau mengklaim hal-hal yang simpang siur dan terlupakan. Sebab narasi besar

tentang identitas biasanya berada di wilayah abu-abu, dialektis, oleh karena itu

identitas perlu dibentuk dalam wacana yang tegas dan dikukuhkan melalui display

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

14

dan aktivitas di museum. Contoh museum yang memiliki fungsi politik adalah

Monumen Yogya Kembali. Museum ini menyimpan koleksi yang berkaitan

dengan Serangan Umum 1 Maret. Selain itu juga ada Museum Benteng Vredeburg

yang menyajikan diorama tentang berbagai peristiwa politik di Indonesia mulai

peritiwa sebelum Proklamasi Kemerdekaan sampai dengan masa Orde Baru.

Museum ini juga memiliki koleksi berupa patung, foto, dan lukisan.

d. Permasalahan dan Potensi Permuseuman di Indonesia

1) Permasalahan

Permasalahan permuseuman di Indonesia dibagi menjadi dua faktor, yakni:

a) Faktor internal

Faktor internal yang muncul dalam permasalahan permuseuman di

Indonesia di antaranya adalah pemahaman tenaga museum. Pemahaman tenaga

museum maksudnya pemahaman yang dimiliki tenaga museum terhadap fungsi

kelembagaan, perangkat kebijakan dan hukum yang belum mengikuti perubahan

eksternal mekanisme penyelenggaraan dan pengelolaan yang masih lemah. Selain

itu permasalahan laina adalah penanganan koleksi yang belum maksimal (mulai

dari pengadaan dan penghapusan), kurangnya pembiayaan untuk pengembangan

museum, dan belum maksimalnya peran kehumasan.28

b) Faktor eksternal

Faktor eksternal masalah permuseuman di Indonesia di antaranya adalah

perubahan paradigma museum sebagai ruang ekslusif menjadi ruang publik,

perubahan metode penyajian yang pada mulanya taksonomik dan kronologis

28

Tjahjopurnomo, op. cit, hlm. 54

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

15

menjadi tematik. Di samping itu penyelenggaraan dan pengelolaan museum

belum selaras dengan perkembangan teknologi informasi dan ilmu pengetahuan.29

2) Potensi

Meskipun berbagai permasalahan muncul, di sisi lain museum juga memiliki

berbagai potensi diantaranya30

:

a) Museum menjadi tempat pelestarian, lembaga pendidikan nonformal, sumber

data penelitian dan bagian dari industri budaya.

b) Meningkatnya minat untuk mendirikan museum dari pemerintah hingga

komunitas maupun swasta.

c) Terbentuknya asosiasi permuseuman; berkembangnya program tanggung

jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility) yang membantu

mempopulerkan museum.

d) Beberapa perguruan tinggi mengembangkan studi museum (Universitas

Indonesia, Universitas Padjajaran, dan Universitas Gajah Mada); dan adanya

dukungan dari komunitas yang aktif membuat program-program

permuseuman untuk publik.

3. Konsep Masyarakat

Kata masyarakat berasal dari bahasa Arab “syaraka” yang berarti ikut

serta, berpartisipasi atau “musyaraka” yang berarti saling bergaul.31

Menurut

KBBI masyarakat adalah sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan terikat

oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap sama. Masyarakat merupakan

29

Ibid. hal 55 30

Tjahjopurnomo, loc.it 31

Basrowi, M.S, Pengantar Sosiologi, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2005) hlm. 37

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

16

sekumpulan manusia yang memiliki budaya sendiri dan bertempat tinggal di

daerah tertentu dan anggotanya memiliki pengalaman hidup yang sama

berdasarkan nilai-nilai yang dipedomani.32

Masyarakat yang dimaksud dalam

penelitian ini adalah pengelola, pengunjung dan guru sekitar Museum Misi

Muntilan. Pada umumnya pengunjung dibagi menjadi 3 kategori yaitu33

:

a. Pengunjung pelaku studi

Pengunjung pelaku studi ialah mereka yang menguasai bidang studi

tertentu yang berkaitan dengan koleksi museum untuk menambah pemahamannya

dan melaksanakan tugas atau pekerjaan tertentu. Pengunjung pelaku studi

memanfaatkan perpustakaan yang ada di museum. Pengunjung jenis ini juga

melakukan penggalian informasi melalui kurator atau orang yang paham

mengenai benda koleksi di museum tersebut. Contoh dari pengunjung pelaku studi

adalah siswa, mahasiswa yang melakukan penelitian atau mengerjakan tugas,

maupun peneliti atau sejarawan.

b. Pengunjung bertujuan tertentu

Pengunjung bertujuan tertentu adalah pengunjung yang datang ke museum

karena bertepatan dengan acara pameran maupun acara tertentu yang

diselenggarakan oleh pihak museum. Contoh dari pengunjung bertujuan tertentu

adalah kelompok masyarakat dari salah satu pondok pesantren Gunung Pring di

Muntilan yang datang ke Museum Misi Muntilan dalam rangka menghadiri acara

berbuka puasa bersama pada tahun 2016.

32

Ibid, hlm. 39 33

Schouten, op. cit, hlm. 10

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

17

c. Pengunjung pelaku rekreasi

Pengunjung pelaku rekreasi ialah pengunjung yang datang ke museum

untuk berekreasi tanpa ada maksud tertentu atau memberikan perhatian khusus

terhadap koleksi atau cerita yang ada.

4. Konsep Misi

a. Pengertian Misi

Kata misi adalah istilah Bahasa Indonesia untuk kata Latin missio yang

berarti perutusan.34

Istilah misi tidak hanya dipakai dalam lingkup keagamaan

tetapi juga di dunia profan seperti misi diplomatis, misi politis, misi ilmu

pengetahuan, misi kebudayaan, misi dalam dunia kemiliteran. Semuanya berarti

pelimpahan tugas dan tanggung jawab. Di dalam Gereja istilah misi digunakan

baik untuk menunjuk kegiatan yang lebih luas dan umum, yakni menyangkut

semua kegiatan Gerejawi, maupun untuk karya khusus pewartaan dan penyebaran

iman Kristen kepada orang-orang (dan bangsa-bangsa) yang belum pernah

mendengar tentang Injil, yakni kepada orang-orang yang beragama lain atau yang

tidak beragama.35

Secara lebih teologis, kata misi dimaknai sebagai berikut: a) penyebaran

iman, b) penyebarluasan Kerajaan Allah, c) pentobatan kaum kafir, d)

pembentukan Gereja-Gereja baru. Semua arti ini menjadi biasa sejak kira-kira

berdirinya Serikat Yesus pada abad ke 16. Sebelumnya dalam teologi missio

berbicara mengenai Allah Tritunggal, mengenai perutusan Putera dan Roh oleh

34

Edmund Woga, Dasar-Dasar Misiologi (Yogyakarta: Kanisius, 2006) hlm. 13 35

Ibid. hlm. 13-15

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

18

Allah Bapa. Dalam arti penyebarluasan iman di antara bangsa-bangsa, kata misi

mulai dipakai sejak abad ekspansi kultural, politis dan ekonomis Eropa ke seluruh

dunia. Oleh karena itu, istilah misi dalam arti seperti digambarkan di atas erat

berhubungan dengan ekspansi Eropa itu dan sekarang ini turut memikul kesalahan

yang terkandung di dalam ekspansi penuh kekerasan itu.36

Istilah misi dengan arti penyebaran iman baru mulai digunakan pada

pertengahan kedua abad 16.37

Sebelumnya Gereja menggunakan istilah lain untuk

menunjuk kegiatan pewartaan Injil, penyebaran iman Kristen, pembangunan

jemaat baru, seperti penyebaran iman (propagation fidei), pentobatan orang-orang

kafir (conversion gentilium), pewartaan Injil ke seluruh dunia (praedicatio

apostolica), pemeliharaan agama Kristen (procuration salutis apud barbarous

gentes), penananaman baru agama Kristen (novella christanitatis plantation),

penyebaran Kerajaan Kristus (propagation regni Christi), perluasan Gereja

(dilatation ecclesiae), penanaman Gereja (plantation ecclesiae). Istilah misi baru

digunakan secara umum abad ke-17.38

b. Perlunya Misi

Konsili menentukan dasar-dasar teologis sekaligus berfungsi sebagai

motivasi yang senantiasa menggerakkan Gereja untuk menjalankan misi. Karya

misi merupakan pelaksanaan diri Gereja yang dalam keseluruhan karya

36

George Kirchberger, Misi Gereja Dewasa Ini (Maumere: Lembaga Pembentukan Berlanjut

Arnold Jansen:, 1999) hlm. 8-9 37

Edmund Woga, op. cit, hlm. 16 38

Edmund Woga, loc. cit

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

19

keselamatan Allah berperan sebagai sakramen.39

Mengenai perlunya misi

diuraikan di bawah ini:

1) Motivasi Teologis: Misi demi Kemuliaan Allah

Pemahaman mengenai misi itu ada dan perlu demi kemuliaan Allah

merupakan hasil pemikiran teologis yakni perutusan berasal dari Allah dan

kembali ke Allah. Perlunya misi berhubungan langsung dengan rencana

penyelamatan Allah sejak penciptaan. Misi adalah cara Allah melaksanakan

rencana penyelamatan-Nya yang universal. Misi diperlukan untuk memanggil

segala bangsa untuk datang kepada Allah supaya Allah dimuliakan dan seluruh

ciptaan disatukan.40

2) Motivasi Kristologis: Kristuslah Satu-Satunya Pengantara

Perutusan Kristus-Putra Allah yang menjadi manusia dijelaskan dalam AG

3 (Dokumen Konsili Vatikan II: Ad Gentes, dekrit tentang Kegiatan Misioner

Gereja) adalah sebagai cara yang baru dan definitif kedatangan Allah ke tengah-

tengah sejarah bangsa manusia.41

Peranan yang definitif ini menunjukkan

keunikan Kristus bahwa Kristus adalah pengantara antara Allah dengan manusia.

3) Motivasi Eklesiologis: Gereja adalah Tubuh Kristus

Gereja dan Kristus tidak dapat dipisahkan karena adanya hubungan yang

eksplisit. Gereja adalah tubuh mistik Kristus dan Kepala Tubuh adalah Kristus.

Hubungan ini terjalin karena iman Gereja kepada Kristus ditandai dengan

pembaptisan dan keanggotaan di dalam tubuh. Iman, pembaptisan dan

39

Ibid, hlm. 207 40

Ibid, hlm. 207-208 41

Ibid, hlm. 209

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

20

keanggotaan dalam Gereja menjadi persyaratan dalam menuju keselamatan.42

Dalam karya misionernya Gereja mengusahakan “perambatan iman” proses

mengusahakan anggota Gereja bukan sekedar soal menambah jumlah penganut

agama Kristen, tetapi terutama merupakan sesuatu yang prinsipiil dalam

keseluruhan karya penyelamatan Allah, dimana Gereja menjadi sakramen-Nya.

Iman akan Yesus Kristus menjadi usaha yang pertama dalam karya misi ditandai

dengan pembaptisan sebagai pintu masuk ke dalam Gereja.43

4) Motivasi Antropologis: Keselamatan Integral Manusia

Allah menciptakan manusia sebagai pribadi yang utuh; begitu pula dengan

keselamatan yang direncanakan-Nya bagi manusia bukan hanya keselamatan jiwa

tetapi keselamatan seluruh manusia (badan-jiwa, jasmani-rohani) atau

keselamatan yang integral.44

Keselamatan integral merupakan nilai-nilai

manuasiawi eksistensial yang dialami selama manusia hidup, yakni nilai-nilai

yang menjamin kehidupan manusia dan membuat manusia menjadi lebih

manusiawi dalam segala segi dan dimensi hidupnya.45

Gereja sebagai sarana

keselamatan mengemban tugas untuk menunjukkan keselamatan integral itu.

Karya misi tidak hanya diarahkan pada keselamatan jiwa manusia, tetapi harus

membuat keberadaan manusia menjadi eksistensi yang terarah kepada

kesempurnaan.46

42

Ibid, hlm. 211 43

Ibid, hlm. 212 44

Ibid, 214 45

Loc.cit 46

Ibid, 214-215

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

21

5) Motivasi Eskatologis: Kepenuhan Keselamatan

Eskatologis adalah pemahaman ajaran tentang akhir dunia dan hidup yang

lebih sempurna setelah kehidupan di dunia ini.47

Misi Gereja dalam fenomena

eskatologis berperan terhadap perjalanan seluruh umat manusia menuju tujuan

akhir hidupnya. Misi menjadi ajakan kepada manusia untuk berziarah menuju

kepada Allah.48

Allah yang sejak awal datang kepada manusia tetap menyertai

manusia untuk mencapai tujuan akhirnya yaitu Allah sendiri. Misi berarti

membawa unsur-unsur penting keselamatan akhir ke dalam kehidupan dunia masa

kini.49

Misi bukan hanya persiapan untuk tujuan akhir, tetapi peristiwa dari akhirat

itu sendiri, justru karena daya ilahi pengudusan senantiasa menyertai Gereja.

Allah yang menjadi tujuan telah menyertai Gereja dan misinya sampai pada akhir

jaman.50

Karya misi merupakan partisipasi pada karya penyelamatan Allah yang

bertujuan untuk mengusahakan agar benih-benih keselamatan dalam setiap

ciptaan diperkembangkan dan diarahkan secara utuh kepada kesempurnaan akhir

zaman.51

c. Awal Misi di Indonesia

Selama masa pemerintahan VOC tidak ada kebebasan beragama di

Indonesia. Kebebasan itu baru ada sebagai akibat bergemanya cita-cita revolusi

Perancis: kebebasan, kesamaan dan persaudaraan, yaitu pada masa Gubernur

Jenderal Daendels (1808-1811). Mulai tahun 1808 berdatanganlah imam-imam ke

Indonesia untuk memulai karya misionernya. Meskipun perkembangan umatnya

47

Ibid, 216 48

Ibid, hlm. 221 49

Ibid, hlm. 219 50

Loc. cit 51

Ibid, hlm. 221

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

22

sangat lambat, Paus menetapkan berdirinya Vikariat Apostolik Batavia pada

tanggal 20 September 1842.52

Setengah pertama dari abad 19, karya kerasulan hampir terbatas karena

kemiskinan dari para missionaris dan adanya larangan dari pemerintah yang

berwenang. Misi Indonesia berawal di Kalimantan. Pastor Sanders mengunjungi

Kalimantan (Dutch Borneo) tahun 1851, tetapi misi pertama didirikan oleh Jesuit

tahun 1883. Tahun 1853, seorang misionaris memilih untuk tinggal di Bangka

dimana ada pekerja Katolik di pertambangan timah. Tahun berikutnya, ada

misionaris datang ke Sumatera. Namun, di pulau tersebut belum ada misi yang

terorganisir sebelum Jesuit didirikan tahun 1888. Misi di Sulawesi prosesnya

hampir sama. Misi mulai di Manado tahun 1885, Kepulauan Kei tahun 1888, dan

Makasar tahun 1891 dengan masing-masing satu imam.53

Peningkatan misi di Hindia Belanda terjadi antara tahun 1871-1890.

Berbagai kegiatan misi meluas seiring dengan meningkatnya para imam Yesuit

dan kedatangan suster dan bruder yang lebih banyak. Tahun 1890 jumlah imam di

Hindia Belanda ada 45 orang. Peningkatan ini tidak hanya menghasilkan misi-

misi baru di luar Jawa, tetapi juga melahirkan sebuah strategi di pulau utama itu

sendiri.54

d. Karya Misi di Muntilan

Pada tahun 1892 sudah ada karya Misioner Katolik di Magelang. Karya ini

dilakukan oleh Pastor Hebrans dan Pastor F. Voogels SJ. Mereka secara rutin

52

Tim KAS, Garis-Garis Besar Sejarah Gereja Katolikdi Keuskupan Agung Semarang,

(Semarang: KAS, 1992) hlm. 15 53

Bernard De Vaulux, History of the Missions (London: Burn and oates, 1969) hlm. 187-188 54

Karel Steenbrink, Orang-Orang Katolik di Indonesia 1808-1942 (jilid 1), (Maumere: Ledalero,

hlm. 2006), hlm. 359

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

23

berkunjung di beberapa desa di Muntilan. Hasil karya Pastor Voogels ini adalah

dibaptisnya 135 orang di Muntilan pada bulan Desember 1895.55

Namun, ada

beberapa kendala dalam melakukan karya misioner di Muntilan seperti:

kurangnya koordinasi dan kondisi umat yang menyedihkan, jarak yang harus

ditempuh, mentalitas umat, dan penyelewengan yang dilakukan oleh oknum yang

mencari keuntungan sendiri. Untuk memperbaiki kondisi tersebut dikirimlah

tenaga baru, yaitu Petrus Hoevenaars dan Fransiskus van Lith.56

Petrus Hoevenaars dan Fransiskus van Lith tiba di Batavia tanggal 4

Oktober 1896. Keduanya mulai mempelajari bahasa Jawa di Semarang karena

akan berkarya di Jawa.57

Sejak bulan Maret 1897 Pastors Hoevenaars ditempatkan

di Yogyakarta.58

Pada tanggal 27 Mei 1899 Hoevenaars dipindahkan ke Mendut

yang merupakan stasi misi baru.59

Sedangkan Fransiskus van Lith menjalankan

karyanya di Muntilan. Tanggal 21 Oktober 1897 Pastor van Lith memperoleh izin

pemerintah untuk membuka sebuah pos misi di Muntilan, stasi misi permanen

pertama.60

Pastor van Lith berhasil menemukan celah yang bisa dimasuki dalam

mengembangkan karya misi yaitu jalur pendidikan.61

Pada tahun 1904, dibukalah

sekolah pendidikan guru di Muntilan. Sekolah ini merupakan kelanjutan dari

kursus pelatihan untuk para katekis di Semarang. Hal ini menjadi suatu permulaan

55

J. Soenarjo, Muntilan: Awal Misi Katolik di Jawa. Kenangan 100 tahun Paroki Santo Antonius

Muntilan 1894-1994, (Muntilan, 1994) hlm. 12 56

J. Soenarjo, loc. cit 57

Karel Steenbrink, op. cit, hlm. 367 58

Tim KAS, op. cit, hlm. 15 59

Karel Steenbrink, op. cit, hlm. 371 60

Karel Steenbrink, op. cit, hlm. 375 61

J. Soenarjo, op. cit, hlm. 12

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

24

yang baik untuk pembelajaran yang lebih umum bagi para guru sekolah dasar.62

Sekolah ini mendapat sambutan baik dari masyarakat sehingga dalam

perjalanannya sekolah yang didirikan oleh Pastor van Lith semakin berkembang.63

Pada tahun 1907 mulai dibuka sekolah/sekolah desa yang menjadi sebuah

permulaan adanya pendidikan massal mengikuti cara Barat di seluruh wilayah

Hindia Belanda. Para alumni dari sekolah Muntilan memiliki peluang kerja yang

amat besar. Beberapa kelompok siswa melanjutkan studi mereka untuk menjadi

imam.64

Pada tahun 1912, Pastor van Lith membentuk yayasan yang bernama

Xaverius College dibantu oleh para Bruder FIC.65

Tahun 1913 pendidikan rendah

ditutup digantikan dengan sekolah berbahasa Belanda dan Bahasa Jawa dijadikan

mata pelajaran tambahan.66

Selain menaruh perhatian ke bidang pendidikan,

Pastor van Lith juga menaruh perhatian di bidang kesehatan. Pada tahun 1902,

rumah sakit sederhana didirikan di Muntilan.67

Karya Pastor van Lith dan para

pastor, bruder dan suster yang membantu dan meneruskannya (Pastor van Lith

wafat pada tahun 1926) di Muntilan ternyata berkumandang ke wilayah lain,

bahkan sampai luar kabupaten Magelang.

Hubungan baik yang dibina oleh Pastor van Lith dan hasil karyanya di

berbagai bidang ini ternyata menghasilkan benih-benih baru bagi umat Kristus.

Hasil penuaian pertama dari benih ini terjadi di wilayah Yogyakarta, tepatnya di

desa Kalibawang dimana pada bulan Desember 1903 secara massal sebanyak 171

62

Kareel Steenbrink, op. cit, hlm. 384 63

J. Soenarjo, op. cit, hlm. 14 64

Kareel Steenbrink, loc. cit 65

J. Soenarjo, Muntilan, op. cit, hlm. 14 66

Kareel Steenbrink, Orang-Orang Katolik di Indonesia Jilid 2, (Maumere: Ledalero, 2006) hlm.

635 67

J. Soenarjo, op. cit, hlm. 14

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

25

orang dipermandikan dengan air Sendang Sono.68

Pada akhir masa kolonial

rupanya yang diharapkan oleh Pastor van Lith menjadi kenyataan. Muntilan telah

menjadi pusat kaderisasi dan penggemblengan bagi Gereja Kristus. Muntilan

dengan karya misinya tidak hanya dikenal dan berguna bagi Gereja tetapi juga

bagi bangsa Indonesia.69

5. Museum Misi Muntilan Pusat Animasi Misioner (MMM PAM)

Museum Misi Muntilan Pusat Animasi Misioner (MMM PAM) adalah

museum khusus yang menekankan pengembangan nilai-nilai karya misi

Keuskupun Agung Semarang rintisan van Lith, S. J. MMM PAM menjadi bagian

karya pastoral KAS yang merupakan konsorsium Keuskupan Agung Semarang,

Serikat Yesus Provinsi Indonesia, dan Konggregasi Bruder FIC Provinsi

Indonesia. MMM PAM memiliki peran dalam menumbuhkembangkan Gereja

Lokal karena menjadi pemersatu dari jaringan gerakan-gerakan misioner.70

Pemilihan nama MMM PAM diharapkan agar museum menjadi museum

yang hidup bukan hanya sekedar tempat memajang koleksi benda-benda kuno

atau bersejarah. MMM PAM adalah museum yang sungguh merawat dan

mempresentasikan aneka koleksi peninggalan misi dengan sungguh-sunguh.

MMM PAM berharap aneka koleksi bisa membawa umat sampai pada anamnesis.

Anamnesis yaitu penghadiran kembali karya misi dari masa silam ke masa kini

68

Ibid, hlm. 17 69

J. Soenarjo, op. cit, hlm. 14 70

Tim MMM PAM, Pedoman Museum Misi Muntilan Pusat Animasi Misioner, (Muntilan:

Museum Misi Muntilan, 2009) hlm. 5

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

26

yang digunakan untuk membantu umat dalam menghadapi zaman dengan hati

yang dikobarkan oleh peristiwa iman para leluhur.71

Dalam penyelenggaraannya MMM PAM memiliki 3 bidang karya

permuseuman72

, yakni:

a. Bidang koleksi

Bidang koleksi adalah bagian dari karya permuseuman yang mencari,

mengumpulkan, menafsirkan nilai-nilai missioner peninggalan misi, dan menata

koleksi.73

Penyajian koleksi kepada publik bukanlah suatu kegiatan yang bebas

dari penilaian yang tunduk pada persyaratan keahlian dan pemberian bentuk yang

baik dan estetis. Namun, kegiatan itu merangkum segala hal yang berkaitan

dengan cara museum menyampaikan informasi kepada pengunjung.74

b. Bidang preparasi konservasi

Bidang preparasi konservasi adalah bagian dari karya permuseuman yang

bertugas mengelola dan memelihara gedung museum serta mengusahakan

pengembangan gedung dan sarana prasarana demi tercapai tujuan MMM PAM.75

c. Bidang edukasi

Bidang edukasi adalah bidang karya yang bertugas menghidupkan

semangat MMM PAM dengan merumuskan dan mengembangkan konsep. Bidang

edukasi secara konkret terwujud dalam pendampingan pengunjung.76

71

R. Sani Wibowo, SJ., “Membangun Museum yang Hidup” Rohani, No. 11, Tahun ke-60,

November 2013, hlm. 5 72

Tim MMM PAM, op. cit, hlm. v 73

R. Sani Wibowo, SJ., op. cit, hlm. 5 74

Schouten, op. cit, hlm. 23 75

R. Sani Wibowo, loc. cit 76

Ibid, hal, 6

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

27

6. Konsep Pendidikan Karakter

a. Definisi Pendidikan

Dalam Bahasa Indonesia, pendidikan, berasal dari kata „didik‟, diartikan

sebagai proses perubahan pikiran dan perasaan, perilaku secara keseluruhan baik

terhadap individu maupun kelompok. Dalam pengertian luas pendidikan juga

melibatkan lingkungan sosial, struktur sosial, institusi sosial. Pada tujuan

terakhirlah, sebagai cita-cita yang berkaitan dengan dimensi masyarakat secara

keseluruhan, masyarakat damai dan sejahtera, di dalam individu, kelompok,

bangsa, dan negara, atas dasar keberhasilannya dalam meningkatkan pendidikan,

terjadi sikap saling menghargai, saling menghormati, bahkan saling mengkritik

dalam arti positif.77

Sementara itu, Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 mendefinisikan

pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

dan proses pembelajaran sehingga peserta didik secara aktif mengembangkan

potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan,

masyarakat, bangsa dan negara.78

Pendidikan sejatinya merupakan hak dasar bagi setiap individu.

Pendidikan adalah sarana penumbuhan dan pengembangan dimensi-dimensi

kemanusiaan menuju terwujudnya kehidupan yang memposisikan pada derajat

kemanusiaan yang hakiki. Pendidikan bukanlah tempat membentuk manusia yang

77

Nyoman Kutha Ratna, Peranan Karya Sastra, Seni, dan Budaya dalam Pendidikan Karakter

(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014) hlm. 74 78

Made Pidarta, Landasan Kependidikan: Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia (Jakarta:

Rhineka Cipta, 2013) hlm. 11

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

28

hanya mementingkan aspek kecerdasan (kognitif), seperti yang selama ini tampak

dalam kebanyakan realitas pendidikan di Indonesia ataupun sebagai sarana

melestarikan hegemoni atau penindasan terhadap kaum lemah oleh individu

ataupun kelompok yang dominan dan hegemonik. Pendidikan adalah upaya

mencapai kemerdekaan, pembebasan, dan kesetaraan bagi setiap individu maupun

kelompok yang terlibat dalam pendidikan, terutama bagi peserta didik.79

b. Definisi Karakter

Watak atau karakter berasal dari kata Yunani “charassein”, yang berarti

barang atau alat untuk menggores, yang kemudian hari dipahami sebagai stempel /

cap. Jadi, watak itu sebuah stempel atau cap, sifat-sifat yang melekat pada

seseorang. Watak sebagai sifat seseorang dapat dibentuk, artinya watak seseorang

dapat berubah, kendati watak mengandung unsur bawaan (potensi internal), yang

setiap orang dapat berbeda. Namun, watak amat dipengaruhi oleh faktor eksternal,

yaitu keluarga, sekolah, masyarakat, lingkungan pergaulan dan lain-lain.80

Karakter menjadi identitas, menjadi ciri, menjadi sifat yang tetap, yang mengatasi

pengalaman kontingen yang selalu berubah.

Karakter dimaknai sebagai cara berpikir dan berperilaku yang khas tiap

individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat,

bangsa dan negara. Secara universal berbagai karakter dirumuskan sebagai nilai

hidup bersama berdasarkan atas pilar: kedamaian (peace), menghargai (respect),

kerjasama (cooperation), kebebasan (freedom), kebahagiaan (happiness),

kejujuran (honesty), kerendahan hati (humility), kasih sayang (love),

79

Mukhrizal Arif, dkk, Pendidikan Posmodernisme (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014), hlm. 247 80

Sutarjo Adisusilo, Pembelajaran Nilai-Karakter: Konstruktivisme dan VCT Sebagai Inovasi

Pendekatan Pembelajaran Afektif (Depok: RajaGrafindo Persada, 2014) hlm. 76-77

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 47: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

29

tanggungjawab (responsibility), kesederhanaan (simplicity), toleransi (tolerance),

dan persatuan (unity).81

Jadi, karakter adalah seperangkat nilai yang telah menjadi kebiasaan hidup

sehingga menjadi sifat tetap dalam diri seseorang, misalnya kerja keras, pantang

menyerah, jujur, sederhana, dan lain-lain. Adanya karakter itulah kualitas seorang

pribadi diukur.82

Karakter seseorang dipengaruhi oleh lingkungan sekitar

(lingkungan sosial budaya dan lingkungan fisik). Karakter menjadi akar atau dasar

dari semua tindakan baik tindakan baik maupun jahat.

c. Definisi Pendidikan Karakter

Dalam pengertian yang sederhana, pendidikan karakter adalah hal positif

yang dilakukan oleh guru dan berpengaruh kepada karakter siswa yang diajarnya.

Pendidikan karakter adalah upaya sadar dan sungguh-sungguh dari seorang guru

untuk mengajarkan nilai-nilai kepada siswanya.83

Pendidikan karakter menurut

Scerenko seperti yang dikutip oleh Muchlas Samani dan Hariyanto, dapat

dimaknai sebagai upaya yang dikembangkan, didorong dan diberdayakan melalui

keteladanan, kajian (sejarah, dan biografi tokoh bijak dan pemikir besar), serta

praktik emulasi (usaha yang maksimal untuk mewujudkan makna dari apa-apa

yang diamati dan dipelajari).84

Pengertian pendidikan karakter secara luas adalah melindungi diri sendiri,

membentuk kepribadian mandiri yang didasarkan atas keyakinan tertentu, baik

yang bersifat individu maupun kelompok, dan dengan sendirinya bangsa dan

81

Muchlas Samani dan Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter (Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2013) hlm. 43 82

Sutarjo Adisusilo, op. cit, hlm. 78 83

Muchlas Samani dan Hariyanto, loc.it. 84

Ibid, hlm. 45

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 48: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

30

negara. Pendidikan karakter bagi bangsa Indonesia harus sesuai dengan jiwa dan

semangat Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.85

Pendidikan karakter

menjadi sarana pengembangan kemampuan yang bersinambungan dalam diri

manusia untuk mengadakan internalisasi nilai. Menurut Plato seperti yang dikutip

oleh Doni Koesoema, pendidikan karakter merupakan sebuah kinerja dari sebuah

sistem pembinaan dan pembentukan untuk menciptakan sosok pribadi pemimpin

yang akan membawa masyarakat pada suatu kebaikan dan keadilan.86

d. Tujuan Pendidikan Karakter

Tujuan utama pendidikan karakter adalah menumbuhkan seorang individu

menjadi pribadi yang memiliki integritas moral sekaligus mampu mengusahakan

sebuah ruang lingkup kehidupan yang menghayati integritas moralnya dalam

tatanan kehidupan masyarakat. Ruang lingkup pendidikan karakter tidak hanya

individual tetapi juga melibatkan lingkungan sosial. Pendidikan karakter bertujuan

sebagai acuan bagi kehidupan pribadi maupun kehidupan bersama.87

Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian

Pendidikan Nasional menyatakan bahwa tujuan pendidikan karakter adalah

membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral,

bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorientasi

ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa

kepada Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan Pancasila.88

Pendidikan karakter akan

memperluas wawasan para pelajar tentang nilai-nilai moral sehingga mereka

85

Nyoman Kutha Ratna, op. cit, hlm. 132 86

Doni Koesoema A, Pendidikan Karakter Strategi Mendidik Anak di Zaman Global, (Jakarta:

Gramedia, 2010) hlm. 104-112 87

Muchlas Samani dan Hariyanto, op. cit, hlm. 52 88

Loc.cit

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 49: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

31

semakin mampu dalam mengambil keputusan yang dapat dipertanggungjawabkan

secara moral.89

e. Fungsi Pendidikan Karakter

Fungsi pendidikan karakter telah dirumuskan oleh Pusat Kurikulum, sebagai

berikut:90

1) Mengembangkan potensi dasar agar berhati baik, berpikiran baik, dan

berperilaku baik. Pendidikan karakter berfungsi membentuk manusia cerdas

yang berbudi, membaangun semangat dan tekad dengan pikiran yang positif

dan sikap optimis, serta dengan rasa persaudaraan, persatuan dan kebersamaan

yang tinggi.91

2) Memperkuat dan membangun perilaku bangsa yang multikultur. Pendidikan

karakter menyadarkan bahwa pluralitas suku, bahasa, agama justru

memberikan kekayaan milik bersama yang harus dipelihara dan

dikembangkan.92

3) Meningkatkan peradaban bangsa yang kompetitif dalam pergaulan dunia.

Pendidikan karakter mengajarkan manusia terbiasa disiplin dan kerja keras.

Karakter disiplin dan kerja keras mampu menjadikan peradaban bangsa

sebagai bangsa yang memiliki daya saing di dalam pergaulan dunia.

f. Pendidikan Karakter dalam Kehidupan Sehari-hari

Pendidikan karakter bisa diselenggarakan dalam bentuk formal seperti

yang dilakukan dalam dunia pendidikan dan juga bisa diselenggarakan secara non

89

Dony Koesoema, op. cit, hlm. 116 90

Muchlas Samani dan Hariyanto, op. cit, hlm.52 91

Syamsul Kurniawan, Pendidikan Karakter, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2013), hlm. 104 92

Muhammad Yaumi, Pendidikan Karakter: Landasan, Pilar dan implemantasi, (Jakarta:

Kencana, 2014), hlm. 81

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 50: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

32

formal. Tanpa disadari pendidikan karakter di tengah masyarakat justru lebih

banyak dilakukan karena sejak lahir hingga dewasa manusia selalu berhubungan

dengan masyarakat. Pada dasarnya karakterisasi terbentuk sepanjang hayat

sehingga pendidikan karakter adalah keseluruhan hidup itu sendiri.93

Masyarakat menjadi laboratorium bagi pendidikan karakter. Pendidikan

karakter akan menemukan verifikasi nilainya secara nyata (konkret) ketika

pembelajaran akan norma dan perilaku yang membentuk individu itu semakin

lama menjadi sistem nilai bersama yang mampu menjaga stabilitas masyarakat.94

Masyarakat dimaknai sebagai tempat di mana pada akhirnya pendidikan karakter

itu hadir. Pendidikan karakter juga sebagai sarana pedagogis bagi masyarakat luar

sehingga dapat menumbuhkan perilaku dan tata nilai yang bermakna dalam

kehidupan bermasyarakat. Hasil yang baik dari pendidikan karakter bukan hanya

dilihat dari peserta didik saja tetapi juga masyarakat yang bergerak bersama.95

B. Kerangka Berpikir

Museum didirikan sebagai tempat untuk menyimpan benda-benda

bersejarah sekaligus sebagai sarana pewarisan nilai-nilai dari generasi terdahulu

kepada generasi berikutnya. Pewarisan nilai-nilai di museum bisa dilakukan

dengan menyampaikan cerita di balik koleksi yang ada. Misalnya saja melalui

kegiatan pendampingan kepada masyarakat yang berkunjung ke museum.

Museum Misi Muntilan merupakan museum yang selalu melakukan

pendampingan terhadap masyarakat yang berkunjung. Pendampingan dilakukan

93

Nyoman Kutha Ratna, op. cit, hlm. 239 94

Dony Koesoema, op. cit, hlm. 187 95

Ibid, hlm. 189

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 51: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

33

agar masyarakat yang datang tidak hanya sekedar melihat koleksi saja.

Pendampingan itu memudahkan masyarakat dalam menemukan nilai-nilai yang

ada termasuk nilai karakter pada tokoh-tokoh yang ditampilkan di Museum Misi

Muntilan. Cerita mengenai tokoh-tokoh yang ditampilkan di museum menjadi

stimulus yang diterima oleh masyarakat melalui panca indera yang selanjutnya

diolah menjadi persepsi. Tokoh-tokoh yang ditampilkan di Museum Misi

Muntilan memiliki karakter yang dapat dijadikan teladan bagi umat yang

beragama Katolik maupun yang bukan Katolik.

Selain menampilkan tokoh-tokoh berkarakter, Museum Misi Muntilan

juga memiliki berbagai kegiatan positif. Kegiatan tersebut di antaranya adalah

Novena Selasa Kliwonan, gelar budaya, dan buka puasa bersama dengan

masyarakat dari pondok pesantren. Hal ini menunjukkan penghayatan terhadap

nilai karakter khususnya dalam toleransi umat beragama dan menghargai

kebudayaan pada masyarakat multikultur.

Tidak hanya pendampingan di museum saja, Museum Misi Muntilan juga

melakukan pendampingan kepada PIA (Pendampingan Iman Anak) dan OMK

(Orang Muda Katolik). Pendampingan dilakukan oleh tim edukasi Museum Misi

Muntilan. Pendampingan ini biasanya dilakukan di museum maupun di luar

museum misalnya di paroki-paroki. Melalui pendampingan ini berbagai karakter

ditanamkan kepada anak-anak maupun remaja. Karakter yang ditanamkan dari

pendampingan tersebut seperti toleransi (bukan hanya terhadap agama saja tetapi

juga toleransi terhadap budaya), kemandirian, percaya diri, dan semangat

persaudaraan di mana tidak ada perbedaan antara yang miskin dan kaya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 52: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

34

Adanya pendampingan terhadap masyarakat, PIA maupun OMK dan

kegiatan-kegiatan positif yang dilakukan oleh pengelola museum tersebut

diharapkan muncul persepsi masyarakat terhadap keberadaan Museum Misi

Muntilan sebagai sarana pendidikan karakter.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat dibuat skema kerangka berpikir

sebagai berikut:

Gambar I: Kerangka Berpikir

MUSEUM MISI

MUNTILAN

KOLEKSI KEGIATAN

MASYARAKAT

PERSEPSI

PENDIDIKAN

KARAKTER

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 53: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

35

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah

penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang tidak

dimanipulasi oleh peneliti.96

Penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang

menghasilkan temuan atau data yang tidak diperoleh dengan prosedur statistik.

Penelitian ini menekankan penggunaan data nonstatistik dalam proses analisis

data hingga dihasilkan temuan penelitian secara ilmiah.97

Penelitian kualitatif

didefinisikan sebagai metode penelitian ilmu-ilmu sosial yang mengumpulkan dan

menganalisis data berupa kata-kata (lisan maupun tulisan) dan perbuatan-

perbuatan manusia dan peneliti tidak perlu menganalisis angka-angka sehingga

data yang diperoleh tidak dikuantifikasikan.98

Menurut Bogdan dan Taylor dalam Andi Prastowo, penelitian kualitatif

diartikan sebagai penelitian yang menghasilkan data deskriptif kualitatif berupa

kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati serta

diarahkan pada latar dan individu secara menyeluruh (holistik).99

Dalam

penelitian ini mengunakan metode studi kasus. Studi kasus adalah salah satu jenis

penelitian dari penelitian kualitatif. Penelitian studi kasus yaitu studi yang

96

Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2014), hlm. 1-2 97

Rulam Ahmadi, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014), hal 15 98

Afrizal, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Rajagrafindo, 2015) hlm.13 99

Andi Prastowo, Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan Penelitian,

(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014) hlm. 22

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 54: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

36

mengeksplorasi suatu masalah dengan batasan terperinci dan pengambilan data

mendalam serta menyertakan sumber informasi.100

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Museum Misi Muntilan Pusat Animasi Misioner.

Museum Misi Muntilan terletak di Jalan Kartini 3, Muntilan, Jawa Tengah.

2. Waktu Penelitian

Berikut ini merupakan penjabaran dari pelaksanaan penelitian di Museum Misi

Muntilan:

Tabel. 1 Jadwal Penelitian

No. Kegiatan Bulan

Maret April Mei Juni Juli

1. Persiapan

2. Observasi

3. Pengambilan data

4. Pengolahan data

5. Penyusunan laporan

C. Sumber Data

Data pada penelitian kualitatif diperoleh secara verbal melalui wawancara

atau dalam bentuk tertulis melalui analisis dokumen. Pada dasarnya data kualitatif

itu terdiri atas kutipan atau jawaban dan deskripsi tentang situasi, peristiwa, dan

interaksi.101

Peneliti menentukan sumber data yang digunakan pada penelitian ini

yaitu lokasi penelitian, informan (pengelola dan pengunjung Museum Misi

100

Hamid Darmadi, Metode Penelitian Pendidikan dan Sosial, ( Bandung: Alfabeta, 2014) hlm

291 101

Rulam Ahmadi, op. cit, hlm. 108

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 55: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

37

Muntilan, dan guru SMP Kanisius Muntilan dan SMA Pangudi Luhur van Lith),

koleksi benda museum dan dokumen museum berupa notulen rapat Museum Misi

Muntilan, dan buku kesan pengunjung dari tahun 2013 hingga tahun 2016.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah teknik yang digunakan peneliti untuk

mendapatkan data yang standar.102

Teknik pengumpulan data yang digunakan

yaitu:

1. Observasi

Observasi adalah pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap

gejala-gejala yang diteliti.103

Observasi yang dilakukan peneliti adalah observasi

partisipatif aktif. Observasi partisipatif aktif maksudnya peneliti ikut terlibat pada

kegiatan yang dilakukan oleh narasumber agar data yang diperoleh lebih lengkap

dan tajam.104

Jadi, ketika melakukan observasi pada penelitian ini peneliti ikut

mendampingi pengunjung bersama dengan pengelola Museum Misi Muntilan.

Peneliti melakukan pengamatan di Museum Misi Muntilan sesuai dengan

pedoman atau instrumen observasi yang telah dibuat oleh peneliti.

2. Wawancara

Wawancara adalah tanya jawab secara lisan antara dua orang atau lebih

secara langsung. Orang yang mewawancarai disebut interviewer sedangkan orang

102

Sugiyono, op. cit, hlm. 62 103

Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial (Edisi Kedua),

(Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hlm. 52 104

Sugiyono, op.cit, hlm. 64

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 56: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

38

yang diwawancarai disebut interviewee.105

Wawancara menjadi teknik

pengumpulan data yang sering dilakukan dalam penelitian kualitatif.106

Ada

berbagai jenis wawancara namun jenis wawancara yang dilakukan oleh peneliti

adalah wawancara semi terstruktrur (semi structure interview). Wawancara semi

terstruktur yaitu jenis wawancara yang termasuk kategori in-dept interview

bertujuan untuk menemukan permasalahan lebih terbuka dengan mengajak

narasumber atau informan ikut menyampaikan pendapatnya.107

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dalam penelitian

mengenai pendapat, sikap ataupun persepsi. Kelebihan teknik wawancara adalah

dapat mengumpulkan data yang lebih luas dan memunculkan sesuatu yang belum

terpikirkan sebelumnya.108

Dalam penelitian ini peneliti melakukan wawancara

kepada pengunjung, guru SMP Kanisius Muntilan dan guru SMA Pangudi Luhur

van Lith, dan pengelola Museum Misi Muntilan.

3. Dokumentasi

Teknik pengumpulan data menggunakan dokumentasi ialah teknik

pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen.109

Dokumen

merupakan catatan peristiwa berupa tulisan, gambar maupun karya seseorang.

Dokumentasi merupakan pelengkap dari penggunaan observasi dan wawancara.110

Dokumentasi dalam penelitian ini menggunakan data pengunjung, catatan dari

105

Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, op. cit, hlm. 55 106

Wina Sanjaya, Penelitian Pendidikan: Jenis, Metode dan Prosedur, (Jakarta: Kencana Prenada

Media Grup, 2013) hlm. 263 107

Sugiyono, op. cit, hal 73 108

Wina Sanjaya, op. cit, hlm. 263 109

Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, op. cit, hlm. 69 110

Sugiyono, op. cit, hlm. 82

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 57: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

39

rapat pleno MMM tahun 2015, buku pedoman Museum Misi Muntilan dan buku

kesan pengunjung dari tahun 2013 hingga 2016.

E. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan

oleh peneliti dalam kegiatan mengumpulkan data agar pengumpulan data menjadi

lebih mudah dan sistematis.111

Instrumen pengumpulan data tergantung pada

metode penelitian. Berikut ini instrumen pengumpulan data yang peneliti

gunakan:

1. Instrumen Observasi

Instrumen observasi adalah alat yang berfungsi sebagai pedoman bagi

observer untuk mencatat hasil pengamatannya tentang hal-hal yang menjadi bahan

observasinya. Untuk mencatat hasil observasi, peneliti menggunakan lembar

pengamatan berupa check list atau daftar cek. Check list adalah pedoman

observasi yang berisikan daftar aspek yang diamati.112

Aspek yang diamati antara

lain: lokasi museum, sarana-prasarana yang dimiliki museum dan ketenagakerjaan

museum. (selengkapnya lihat lampiran)

2. Instrumen Wawancara

Instrumen wawancara adalah pedoman yang digunakan peneliti ketika

melakukan wawancara. Instrumen wawancara ini digunakan peneliti sebagai alat

untuk menggali informasi dari pengelola museum, pengunjung museum dan guru

dari SMP Kanisius Muntilan dan SMA Pangudi Luhur van Lith. Instrumen

111

Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta: Rhineka Cipta, 2000), hlm. 101 112

Wina Sanjaya, op. cit, hlm. 274

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 58: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

40

wawancara kepada pengelola digunakan untuk menggali informasi tentang sejarah

Museum Misi Muntilan, kegiatan edukasi yang berkaitan dengan pendidikan

karakter, dan persepsi pengelola terhadap Museum Misi Muntilan sebagai

pendidikan karakter. Instrumen wawancara kepada pengunjung digunakan untuk

menggali informasi tentang pendapatnya mengenai koleksi museum dan persepsi

terhadap museum sebagai sarana pendidikan. Instrumen yang digunakan kepada

guru SMP Kanisius Muntilan dan SMA Pangudi luhur untuk menggali informasi

tentang sarana pembelajaran dan sarana pendidikan karakter. (Selengkapnya lihat

lampiran)

3. Instrumen Dokumentasi

Instrumen dokumentasi dalam penelitian ini adalah dokumen-dokumen

yang berupa data pengunjung, data kegiatan museum, foto, gambar dan koleksi-

koleksi yang ada.

F. Pengambilan Sampel

Sampel yang dimaksud dalam penelitian ini bukanlah sampel statistik

melainkan sampel teoritis.113

Sampel teoritis adalah sampel yang didasarkan pada

konsep-konsep yang terbukti secara teoritik dengan teori yang sedang disusun.114

Dalam penelitian kualitatif sampel disebut dengan narasumber, partisipan, dan

informan.115

Teknik pengambilan sampel ada dua macam, yaitu: Probability

Sampling dan Nonprobability Sampling. Probability Sampling adalah teknik

113

Ibid. hlm. 50 114

Anselm Strauss dan Juliet Corbin, Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif (terjemahan),

(Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2009) hlm. 196 115

Sugiyono, op. cit hlm. 50

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 59: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

41

pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur

(anggota) populasi untuk dipilih menjadi sampel.116

Nonprobability Sampling

adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi kesempatan sama bagi

setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Nonprobability Sampling

meliputi, sampling sistematis, kuota, aksidental, purposive, jenuh, snowball.

Teknik pengambilan sampel yang sesuai dengan penelitian ini adalah

Nonprobability Sampling, yaitu: purposive dan snowball. Teknik pengambilan

sampel purposive adalah teknik pengambilan sampel sumber data berdasarkan

pertimbangan tertentu yang memudahkan peneliti.117

Purposive merupakan salah

satu strategi bagi peneliti untuk memahami suatu kasus tanpa perlu

menggeneralisasikan pada semua kasus.118

Teknik snowball adalah teknik

pengambilan sumber data, yang pada awalnya sumber data berjumlah sedikit

namun semakin lama sumber data yang diperoleh semakin banyak karena

informan yang dipilih akan merujuk peneliti kepada orang lain yang yang dapat

berpartisipasi dalam memberi informasi kepada peneliti.119

Sampel yang diambil oleh peneliti sebagai sumber data dalam penelitian

ini adalah pengelola museum yang nantinya juga merujuk ke informan lain yang

dapat membantu peneliti mendapat data lebih banyak sesuai dengan prosedur

teknik snowball sampling, pengunjung Museum Misi Muntilan dan guru SMP

116

Ibid. hal 52 117

Ibid. hal 53 118

Rulam Ahmadi, op. cit, hal 23 119

Sugiyono, op. cit, hlm. 54

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 60: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

42

Kanisius Muntilan dan guru SMA Pangudi Luhur van Lith. Sampel dipilih untuk

mendapatkan informasi selengkap-lengkapnya bukan untuk digeneralisasikan.120

G. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun data yang diperoleh

dari observasi, wawancara dan dokumentasi secara sistematis dengan cara

mengorganisasikan data hingga memilah data yang penting dan dibuat kesimpulan

yang mudah dipahami baik diri sendiri maupun orang lain.121

1. Analisis sebelum di lapangan

Analisis ini dilakukan terhadap data hasil studi pendahuluan atau data

sekunder yang digunakan dalam fokus penelitian. Namun, fokus penelitian ini

sifatnya masih sementara dan berkembang setelah masuk ke lapangan.122

Analisis

sebelum di lapangan yang dilakukan pada penelitian ini adalah menganalisis

sumber sekunder seperti dokumen yang ada di Museum Misi Muntilan.

2. Analisis selama di lapangan

Ada berbagai macam model untuk analisis selama di lapangan. Peneliti

menggunakan model Miles dan Huberman. Analisis data menurut Miles dan

Huberman dalam Andi Prastowo terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi

bersamaan, yaitu:123

120

Sugiyono, loc. cit dan Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif Edisi Kedua, (Jakarta: Prenada

Media Group, 2014), hlm. 108 121

Sugiyono, op.cit, hlm. 89 122

Andi Prastowo, op. cit. hlm. 240 123

Ibid, hlm. 241

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 61: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

43

a. Reduksi Data

Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian dan

penyederhanaan, dan transformasi data “kasar” yang berlangsung selama

pengumpulan data berjalan. Bahkan setelah penelitian di lapangan berakhir dan

laporan akhir tersusun.124

Reduksi data berarti memilih hal-hal pokok,

memfokuskan pada hal penting agar peneliti mendapat gambaran yang jelas.

Reduksi data diperlukan untuk mempermudah peneliti dalam pengumpulan data

selanjutnya karena ketika peneliti semakin lama di lapangan menemukan semakin

banyak data.125

Dalam penelitian ini reduksi data dilakukan dengan memilih data yang

sesuai baik hasil dari wawancara dengan pengelola dan pengunjung Museum Misi

Muntilan dan guru SMP Kanisius Muntilan dan SMA Pangudi Luhur van Lith

maupun dokumentasi yang berupa buku kesan pengunjung Museum Misi

Muntilan.

b. Penyajian Data

Penyajian data adalah sekumpulan informasi yang memberi kemungkinan

adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.126

Penyajian data

kualitatif bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar

kategori, flowchart, dan sebagainya. Namun, yang paling sering digunakan adalah

teks naratif.127

Pada penelitian ini peneliti menyajikan data berupa teks naratif.

124

Ibid, hlm. 243 125

Sugiyono, op. cit, hlm. 92 126

Andi Prastowo, op. cit, hlm. 244 127

Sugiyono, op. cit, hlm. 95

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 62: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

44

c. Kesimpulan atau verifikasi

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif merupakan temuan baru berupa

deskripsi atau gambaran suatu objek yang belum jelas menjadi jelas setelah

diteliti.128

Selama penelitian berlangsung penarikan kesimpulan juga diverifikasi,

makna-makna yang muncul dari data harus diuji validitasnya.129

Berikut ini gambar alur analisis data di lapangan menurut Miles dan

Huberman yang dikutip oleh Afrizal:130

Gambar II: Alur Analisis Data Menurut Miles dan Huberman

H. Validitas Data

Validitas merupakan ketepatan antara data yang ada pada objek penelitian

dengan data yang dilaporkan oleh peneliti.131

Dalam penelitian kualitatif, data

128

Ibid, hlm. 99 129

Andi Prastowo, op. cit, hlm. 249 130

Afrizal, op. cit, hlm.180 131

Sugiyono, op. cit, hlm. 118

Pengumpulan

Data

Penyajian Data

Reduksi Data Kesimpulan /

Verifikasi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 63: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

45

dinyatakan valid ketika tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan peneliti

dengan yang sesungguhnya terjadi di lapangan.132

Agar data yang dihasilkan dapat

dipercaya maka peneliti perlu melakukan trianggulasi. Trianggulasi merupakan

teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar

data tersebut untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data

tersebut.133

Trianggulasi dalam pengujian kredibilitas diartikan sebagai

pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai

waktu.134

Trianggulasi dibedakan menjadi 5 macam, yaitu:

1. Trianggulasi Sumber

Trianggulasi sumber adalah teknik pengecekan kredibilitas data yang

dilakukan dengan memeriksa data yang didapat melalui berbagai sumber. Data

yang didapat bukan disamaratakan tetapi dideskripsikan dan dikategorikan mana

yang sama dan mana yang berbeda.135

Sumber dalam penelitian ini antara lain:

pengelola dan pengunjung Museum Misi Muntilan, guru SMP Kanisius Muntilan

dan SMA Pangudi Luhur van Lith, dan dokumen yang berupa notulen rapat

museum dan buku kesan pengunjung.

2. Trianggulasi Teknik

Trianggulasi teknik adalah teknik yang digunakan untuk mengecek sumber

yang diperoleh dengan teknik yang berbeda.136

Pada penelitian ini, peneliti

menggunakan trianggulasi teknik untuk mengecek data yang diperoleh seperti

hasil wawancara diperiksa dengan hasil observasi dan dokumentasi.

132

Ibid, hlm. 119 133

Andi Prastowo, op. cit, hlm. 269 134

Sugiyono, op. cit, hlm. 125 135

Andi Prastowo, op. cit, hlm. 269 136

Sugiyono, op. cit, hlm. 127

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 64: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

46

3. Trianggulasi Waktu

Trianggulasi waktu adalah teknik yang dilakukan dengan cara memeriksa

hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi dalam waktu atau situasi yang

berbeda. Data yang diperoleh oleh peneliti di waktu yang berbeda diperiksa

kembali apakah data yang diperoleh di waktu yang berbeda hasilnya tetap sama.

Jika hasilnya tetap sama maka data tersebut dapat dipercaya.137

Dalam penelitian

ini trianggulasi waktu digunakan untuk memastikan data yang diperoleh akurat

meskipun waktu wawancara dengan narasumber berbeda.

4. Trianggulasi Penyidik

Trianggulasi penyidik adalah cara pemeriksaan kredibilitas data dengan

memanfaatkan pengamat lain untuk membantu mengurangi ketidaktepatan dalam

pengumpulan data.138

Pengamat lain dalam penelitian ini adalah Erza Setiana

Sirait, mahasiswa program studi pendidikan sejarah Universitas Sanata Dharma.

5. Trianggulasi Teori

Trianggulasi teori adalah teknik cara pemeriksaan data yang dilakukan

dengan menggunakan lebih dari satu teori untuk memeriksa data temuan

penelitian.139

Trianggulasi teori digunakan dalam penelitian ini untuk membahas

hasil penelitian dengan kajian teori yang ada. Selain dengan trianggulasi, validitas

data dalam penelitian kualitatif bisa dilakukan dengan cara berikut ini:

1. Meningkatkan Ketekunan

Meningkatkan ketekunan digunakan untuk mendapatkan interpretasi yang

konsisten serta mendalam. Hal ini berarti peneliti mengadakan pengamatan

137

Andi Prastowo, op. cit, hlm. 270 138

Loc. cit 139

Ibid, hlm. 271

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 65: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

47

dengan teliti dan rinci secara berkesinambungan.140

Peneliti meningkatkan

ketekunan dengan sering pergi ke lokasi penelitian demi memperoleh data yang

mencukupi.

2. Memperpanjang Waktu Penelitian

Memperpanjang waktu penelitian berguna untuk membatasi kekeliruan

dalam penelitian. Hal ini juga dimaksudkan untuk membangun kepercayaan para

subjek terhadap peneliti dan juga kepercayaan diri peneliti itu sendiri.141

Peneliti

memperpanjang waktu penelitian untuk memastikan data yang diperoleh

mencukupi karena sumber data yang diperoleh semakin bermacam-macam.

3. Pemeriksaan Sejawat Melalui Diskusi

Teknik ini dilakukan dengan menunjukkan hasil sementara atau hasil akhir

yang diperoleh dalam bentuk diskusi dengan rekan sejawat. Pemeriksaan sejawat

berarti pemeriksaan yang dilakukan dengan cara mengumpulkan rekan sebaya

yang memiliki pengetahuan umum yang sama mengenai hal yang sedang

diteliti.142

Dalam penelitian ini peneliti melakukan diskusi dengan teman yang

juga meneliti lokasi yang sama. Hal ini dilakukan untuk saling bertukar informasi

tentang data yang diperoleh ketika penelitian.

140

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi, (Bandung: Rosdakarya, 2004)

hlm. 329 141

Ibid, hlm. 327-329 142

Ibid, hlm.333-334

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 66: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

48

I. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

Bab I: Pendahuluan

Berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan

penelitian dan manfaat penelitian.

Bab II: Kajian Pustaka

Berisi tentang kajian teori dari konsep persepsi, museum, masyarakat,

misi, Museum Misi Muntilan dan pendidikan karakter serta kerangka

berpikir pada penelitian ini.

Bab III: Metodologi Penelitian

Berisi tentang jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, sumber data,

teknik pengumpulan data, instrumen pengumpulan data, pengambilan

sampel, teknik analisis data, dan validitas data.

Bab IV: Hasil Penelitian dan Pembahasan

Berisi tentang deskripsi latar, deskripsi hasil penelitian, dan pembahasan

dari hasil penelitian.

Bab V: Kesimpulan

Berisi tentang kesimpulan dari hasil penelitian dan saran-saran untuk

peneliti.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 67: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

49

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Latar

Penelitian ini dilaksanakan di Museum Misi Muntilan Pusat Animasi

Misioner (MMM PAM) berlokasi di Jalan Kartini 3, Muntilan 56411, Jawa

Tengah. MMM PAM berada di kawasan misi Muntilan. MMM PAM terletak di

antara Gereja Santo Antonius Muntilan dan Pastoran, dan di depan museum ada

SMP Kanisius Muntilan. MMM PAM juga dekat dengan SMA Pangudi Luhur

van Lith, Bruder FIC dan Kerkoff (Makam Gereja) Muntilan. MMM PAM adalah

museum yang terdiri dari dua lantai. Lantai bawah terdapat ruang pertemuan, dua

vitrin yang berisikan benda-benda koleksi, kantor, perpustakaan, kamar-kamar,

ruang makan, dapur, dan toilet. Lantai atas terdiri dari beberapa ruangan berisi

benda-benda koleksi yang dipamerkan dan tempat berdoa. Bangunan MMM PAM

tidak terlalu luas namun mampu menyimpan banyak benda koleksi. Jumlah

koleksi MMM PAM yang tercatat sampai dengan bulan Juli 2014 mencapai 824

buah koleksi.140

Sebagian koleksi ada yang dipamerkan dan ada juga yang masih

tersimpan di ruang penyimpanan (storage). MMM PAM juga memiliki

pengunjung yang tiap tahunnya selalu bertambah. Kenaikan jumlah pengunjung

dibuktikan dalam Notulen Pleno MMM PAM 5 Agustus 2014.

140

Notulen Pleno MMM PAM 5 Agustus 2014

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 68: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

50

Data jumlah pengunjung dapat dilihat pada diagram di bawah ini:

2010 2011 2012 2013

Jumlah Pengunjung 3657 3828 6493 6131

0

2000

4000

6000

8000

Data Pengunjung MMM PAM

Jumlah Pengunjung

Gambar III: Diagram Data Pengunjung MMM PAM

Pada data pengunjung terbaru tahun 2016 jumlah pengunjung museum mencapai

5.122 pengunjung.

Berikut ini klasifikasi pengunjung pada tahun 2016 berdasarkan kategorinya:

Tabel 2. Data Pengunjung Museum Misi Muntilan Bulan Januari-Desember 2016

No. Jenis Pengunjung Jumlah

1. Pengunjung Pelaku Studi 1.451

2. Pengunjung Rekreatif 3.632

3. Pengunjung Bertujuan Khusus 39

Total 5.122

1. Visi, Misi, Tujuan dan Fungsi MMM PAM

Berikut ini adalah visi, misi, tujuan dan fungsi MMM PAM:141

a. Visi

Museum Misi Muntilan sebagai Pusat Animasi Misioner yang mengobarkan

semangat misi berdasar inspirasi Rama van Lith untuk

menumbuhkembangkan Gereja Keuskupan Agung Semarang.

141

Diambil dari Brosur MMM PAM

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 69: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

51

b. Misi

Museum Misi Muntilan memiliki misi ikut ambil bagian dalam

pengembangan Gereja yang bermakna bagi warganya dan masyarakat dengan:

1) Pengembangan iman umat pada umumnya (propagation of faith).

2) Pengembangan iman anak dan remaja (missionary childhood).

3) Pengembangan panggilan iman dan hidup bakti (Saint Peter The Apostle).

c. Tujuan

MMM PAM memiliki tujuan untuk ikut ambil bagian menjamin

berkembangnya Gereja Lokal KAS sebagai persekutuan paguyuban-paguyuban

murid-murid Tuhan Yesus Kristus.

d. Fungsi

MMM PAM memiliki dua fungsi yaitu sebagai fasilitas KAS untuk

merefleksikan, memusyawarahkan, dan mengembangkan gerakan missioner di

KAS serta menjaga dan mengembangkan kawasan situs misi Muntilan.

2. Sarana-Prasarana

Berikut ini adalah daftar sarana prasarana yang dimiliki oleh MMM:142

a. Ruang Pertemuan

Fungsi ruangan pertemuan di MMM PAM adalah sebagai tempat untuk rapat,

tempat pengarahan dan pemutaran film kepada pengunjung sebelum pengunjung

melihat koleksi yang ada di museum.

142

Hasil observasi pada tanggal 27 April 2017

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 70: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

52

b. Kantor

Kantor MMM PAM menjadi ruang kerja bagi para pengelola museum. Kantor

juga dimanfaatkan sebagai tempat untuk menyimpan berbagai dokumen-dokumen

yang dimiliki oleh museum termasuk dokumen tentang inventaris koleksi,

berbagai laporan, dan lain sebagainya.

c. Perpustakaan

Perpustakaan yang dimiliki MMM PAM memang tidak berukuran besar tetapi

koleksi buku yang dimiliki cukup beragam, dari buku tentang agama Katolik,

sejarah, budaya, politik, dan sebagainya.

d. Ruang Pameran

Ruang pameran adalah ruangan yang berisi benda-benda koleksi yang dipajang

sesuai dengan tema yang dikehendaki oleh museum.

Berikut ini daftar ruang pameran yang ada di MMM PAM143

:

Tabel 3. Daftar Ruang Pameran MMM PAM

Nomor

Ruang Tema koleksi

12

Koleksi mimbar, meja altar, kursi untuk ekaristi kudus dalam rangka

kunjungan Paus Yohanes Paulus II 10 Oktober 1989 di Lanud Adi

Sucipto, Yogyakarta dan Koleksi 42 reliqui Santo-Santa, korpus

Yesus, Koleksi Jubah Uskup Mgr. Soegijapranata dan Kardinal

Darmajuwono.

13 Kisah dan koleksi dari Romo Sanjaya, Romo Mangunwijaya &

Pendulum Romo Wignya, Pr.

14 Koleksi Jubah dan benda-benda peninggalan lain dari Uskup KAS ke-

1 s/d ke-5.

15 Beberapa Kongregasi, Institut Sekuler yang berkarya di Keuskupan

Agung Semarang

16 dan

17

Kisah katekis-katekis awal, Percetakan Kanisius, Ganjuran, Sarana

Bermisi.

143

Data diperoleh dari Slide Display Koleksi MMM PAM bahan rapat Agustus 2014

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 71: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

53

18 dan

19

Sejarah awal misi Jawa, Jesuit dan pionernya, dan Aneka koleksi Mgr.

Soegijapranata.

e. Ruang doa

Ruang doa di MMM PAM ini dapat digunakan bagi siapa saja yang ingin berdoa

baik individu maupun kelompok.

f. Storage

Ruangan yang digunakan untuk menyimpan benda-benda koleksi yang belum

dipamerkan.

g. Ruang Makan

h. Toilet

i. Area parkir

B. Deskripsi Hasil Penelitian

1. Sejarah Museum Misi Muntilan Pusat Animasi Misioner (MMM PAM)

a. Latar belakang berdirinya Museum Misi Muntilan (MMM)

Latar belakang berdirinya Museum Misi Muntilan (selanjutnya disingkat

MMM) bermula ketika Keuskupan Agung Semarang (selanjutnya disingkat KAS)

memperingati ulang tahun ke-50 tanggal 25 Juni 1990. Pada waktu itu, keuskupan

membuat beberapa program yang diarahkan untuk umat. Salah satu programnya

adalah mendirikan museum. Keuskupan mulai menyadari pentingnya sebuah

lembaga atau tempat untuk memelihara sejarah keuskupan agar tidak dilupakan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 72: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

54

oleh anak-anak muda. Tujuan museum ini dibangun untuk kepentingan

mendalami pola dasar penghayatan iman di KAS.144

Pada awalnya sudah ada museum yang menyimpan peninggalan-

peninggalan dari romo, misionaris, pendiri kongregasi dan berbagai macam

dokumen yang berkaitan dengan sejarah KAS di Wisma Keuskupan Agung

Semarang, Jalan Pandanaran 13, Semarang. Akan tetapi, tempat itu belum

memadai dan kurang diperhatikan sehingga kurang menarik. Bahkan terlihat

seperti gudang.145

Pada tahun 1998, Mgr. Ignatius Suharyo meminta Romo

Bambang, Pr. untuk membuat museum yang hidup di Muntilan. Museum yang

hidup maksudnya museum yang bisa menjadi sarana edukasi dan mengikuti

perkembangan zaman. Museum yang akan didirikan ini bertujuan sebagai sarana

pembelajaran bagi umat mengenai dinamika hidup gereja. Panitia persiapan pun

mulai dibentuk. Panitia ini bernama Panitia Persiapan Museum Misi Muntilan

Sejarah Gereja Keuskupan Agung Semarang (CL 2 dan CL 3).146

Alasan dipilihnya Muntilan sebagai tempat didirikannya MMM yakni

terkait dengan alasan historis. Kisah sejarah yang terjadi di Muntilan tidak hanya

terkait dengan Muntilan saja tetapi juga sejarah perkembangan KAS. Bahkan

Muntilan disebut sebagai Betlehem van Java. Muntilan adalah tempat Romo van

Lith peletak dasar gereja KAS menjalankan karya misinya. Jejak Romo van Lith

144

Hasil wawancara dengan Romo Nugroho, Pr. pada tanggal 8 Mei 2017, Bapak Seno pada

tanggal 2 Mei 2017, dan Romo Bambang Sutrisno, Pr.pada tanggal 17 Mei 2017 145

Hasil wawancara dengan Romo Nugroho, Pr. loc. cit, Romo Bambang, Pr. loc. cit, Bapak Muji

pada tanggal 27 April 2017 146

Hasil wawancara dengan Bapak Seno, loc. cit, dan Bapak Muji, loc. cit.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 73: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

55

ini tampak pada peninggalannya berupa Gereja Santo Antonius Muntilan,

pastoran, dan sekolah-sekolah (CL 3 dan CL 4).147

Terkait dengan pembangunan museum, pastoran dipilih sebagai tempat

yang tepat untuk mendirikan museum. Alasannya karena suasana sangat

mendukung dimana bangunan pastoran dekat dengan gereja dan memiliki nilai

sejarah. Akan tetapi, pastoran masih digunakan oleh romo-romo sehingga perlu

membuat gedung baru sebagai penggantinya. Izin pembangunan dari gedung ini

adalah untuk pastoran. Bentuk gedungnya pun ada ruang pertemuan dan kamar-

kamar yang direncanakan sebagai tempat pertemuan Orang Muda Katolik (OMK)

dan PIA (Pendampingan Iman Anak) (CL 13 dan CL 3).148

Namun, umat

Muntilan merasa bahwa gedung baru tersebut kurang ideal jika digunakan sebagai

pastoran. Hal ini memunculkan kebijakan baru yang dibuat oleh Mgr. Ignatius

Suharyo yaitu gedung baru yang direncanakan sebagai pengganti pastoran ditata

sebagai museum (CL 13).149

Pada tahun 2002, bangunan ini mulai difungsikan sebagai museum (CL 2

dan CL 3).150

Mulanya museum ini bernama Museum Misi Muntilan Sejarah

Gereja Keuskupan Agung Semarang. Akan tetapi, pada tahun 2004 Mgr. Ignatius

Suharyo meresmikan dan memberkati museum ini dengan nama Museum Misi

Muntilan Pusat Animasi Misioner (CL 13).151

147

Hasil wawancara dengan Romo Nugroho, Pr., loc. cit, dan Bapak Seno, loc. cit. 148

Hasil wawancara dengan Romo Bambang, Pr., loc. cit dan Bapak Seno, loc. cit. 149

Lebih lanjut disampaikan oleh Romo Bambang Pr. melalui wawancara pada tanggal 17 Mei

2017 150

Hasil wawancara dengan Bapak Muji pada tanggal 27 April 2017dan Bapak Seno pada tanggal

2 Mei 2017 151

Hasil wawancara dengan Romo Bambang, Pr. pada tanggal 17 Mei 2017

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 74: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

56

b. Kendala

Beberapa kendala yang dihadapi ketika mendirikan museum adalah

masalah kepemilikan tanah, pendanaan dan pemahaman tentang museum.

Masalah kepemilikan tanah bermula karena tanah yang akan digunakan sebagai

museum adalah tanah milik kongregasi Serikat Jesuit (SJ). Sementara itu, orang

umum melihat bahwa program tersebut adalah bagian dari program KAS yang

identik dengan Imam Praja. Banyak pihak yang belum mengetahui jika

pembangunan museum adalah program antara KAS, Serikat Jesuit, bruder FIC,

dan Suster Fransiskan karena terkait dengan kawasan situs misi di Muntilan (CL

13).152

Berdasarkan buku Pedoman MMM untuk mengatasi kendala tersebut

diterbitkan Surat Keputusan Bersama (SKB) antara Uskup Agung Semarang,

Romo Provinsial S.J., dan Bruder Provinsial FIC yang menjelaskan bahwa

Kongregasi Serikat Jesuit Provinsi Indonesia menjadikan aset tanah bagi

pembangunan MMM, Kongregasi Bruder FIC membuka kamar yang pernah

dipakai oleh Romo Sanjaya, Pr dan kapel di dekatnya untuk kepentingan ziarah

rohani, sedangkan pihak KAS menjadi pengelola karya museum lewat panitia

yang ditunjuknya.

Kendala berikutnya yaitu mengenai pendanaan untuk pembangunan

museum. Dalam hal pendanaan untuk pembangunan museum itu tidak mudah.

Pembangunan museum tidak serta merta didukung berbeda dengan kegiatan

152

Romo Bambang, Pr. loc. cit

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 75: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

57

gereja lainnya seperti ekaristi. Selain itu hasilnya tidak instan sebab museum ini

adalah investasi jangka panjang (CL 3).153

Kendala lain dalam mendirikan museum adalah pemahaman tentang

permuseuman. Ada yang memahami museum itu hanya pada sisi sejarah saja

bahkan museum dijadikan sebagai tempat untuk menyimpan benda-benda kuno

seperti gudang. Akan tetapi, ada juga yang memahami bahwa museum itu adalah

sesuatu yang dinamis dan boleh berkembang (CL 3 dan CL 4).154

Dalam

penyelenggaraannya juga muncul kendala. Kendalanya adalah MMM bukan

hanya sebagai museum saja melainkan sebagai rumah bagi Komisi Karya

Misioner KAS dan Karya Kepausan Indonesia KAS. Maka sebetulnya

penyelenggaraan museum menjadi tidak fokus. Artinya terkadang yang berperan

adalah Komisi Karya Misioner tetapi terkadang juga Karya Kepausan Indonesia.

MMM pernah hanya dipahami sebagai sarana atau alat saja untuk

menyelenggarakan karya-karya (CL 4).155

c. Proses Pengumpulan Benda Koleksi

Pada mulanya benda-benda yang menjadi koleksi di MMM berasal dari

Wisma KAS.156

Setelah disebarkan informasi tentang adanya museum ini koleksi

pun bertambah misalnya dari berbagai macam ordo dan kongregasi. Koleksi

museum berupa jubah, patung, gambar, foto, naskah, panji-panji, lukisan,

souvenir, dan berbagai peralatan yang digunakan para misionaris maupun awam.

153

Hasil wawancara dengan Bapak Seno pada tanggal 2 Mei 2017 154

Hal ini diutarakan oleh Bapak Seno, loc. cit, dan Romo Nugroho, Pr. pada tanggal 8 Mei 2017 155

Hasil wawancara dengan Romo Nugroho, Pr., loc. cit. 156

Hal ini dikatakan oleh Romo Bambang, Pr. pada tanggal 17 Mei 2017, Romo Nugroho, Pr.,

pada tanggal 8 Mei 2017, Bapak Seno pada tanggal 2 Mei 2017 dan Bapak Muji pada tanggal 27

April 2017.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 76: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

58

Koleksi benda yang dimiliki MMM bukanlah duplikat melainkan benda asli

sehingga dalam perkembangannya museum dikatakan sebagai museum kaya.157

Koleksi museum ini berasal dari hibah, kecuali lonceng dari Boro. MMM harus

mengganti lonceng tersebut dengan lonceng yang baru (CL 2 dan CL 3).158

Pengumpulan benda untuk koleksi MMM memiliki kriteria tertentu.

Walaupun belum ada rumusan yang definitif. Akan tetapi, benda yang dapat

menjadi koleksi di MMM adalah benda-benda yang berkaitan dengan karya misi

gereja KAS dan memiliki nilai bukan hanya lokal tetapi juga KAS. Benda-benda

tersebut berkaitan dengan proses perkembangan gereja dari awal hingga

perkembangannya dan ada tokoh-tokoh tertentu seperti biara, biarawati, uskup,

dan awam. Kriteria tersebut digunakan untuk memilah benda-benda yang memang

ada hubungannya dengan sejarah gereja KAS karena banyak umat yang

memberikan benda-benda kuno tetapi belum tentu ada hubungannya dengan

gereja KAS.159

Berdasarkan hasil penelitian di atas, sejarah MMM PAM bermula dari

adanya peringatan 50 tahun KAS. Dalam peringatan tersebut disusun beberapa

program yang ditujukan untuk umat Katolik. Salah satu programnya adalah

pembuatan museum yang hidup agar umat menyadari pentingnya memahami

sejarah perkembangan gereja KAS. Tempat yang dipilih untuk membangun

museum ini adalah Muntilan. Alasannya, Muntilan adalah tempat lahirnya karya

misi Gereja Katolik di Jawa sehingga disebut Betlehem van Java.

157

Hasil wawancara dari Bapak Seno, loc. cit. 158

Hasil wawancara dari Bapak Seno, loc. cit, dan Bapak Muji, loc. cit 159

Hasil wawancara dengan Romo Nugroho, Pr., tanggal 8 Mei 2017, Bapak Seno dan Bapak

Muji, loc. cit

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 77: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

59

Ketika MMM dibangun ada beberapa kendala yang muncul. Kendalanya

seperti masalah kepemilikan tanah, pendanaan dan pemahaman tentang museum.

Proses pengumpulan koleksi MMM juga tidak mudah dan dibutuhkan kriteria

tertentu. Tidak semua benda peninggalan sejarah bisa dijadikan koleksi.

Sementara itu, minat masyarakat untuk memberikan benda bersejarah agar

dipamerkan di museum cukup tinggi. Hal ini berarti masyarakat menyambut baik

keberadaan museum tersebut. Berbagai kendala tersebut dapat diatasi dengan

musyawarah dan masing-masing pihak dapat menerima hasil musyawarah

sehingga museum dapat diresmikan oleh Mgr. Ignatius Suharyo.

2. Kegiatan Museum Misi Muntilan yang Berkaitan dengan Pendidikan

Karakter

a. Kegiatan yang dilaksanakan di MMM PAM

Kegiatan yang dilaksanakan di MMM PAM ada tiga, antara lain: kegiatan

bidang koleksi, reparasi dan konservasi, dan edukasi. Kegiatan bidang koleksi

yakni kegiatan berkaitan dengan mencari, mengumpulkan, mendata, mencatat,

mempelajari, dan memajangkan koleksi. Kegiatan bidang preparasi dan

konservasi berkaitan dengan merawat gedung, kebersihan, keamanan,

kenyamanan, kerapihan, keindahan, dan seterusnya. Kegiatan bidang edukasi

berkaitan dengan sosialisasi, presentasi koleksi, kemudian menggali informasi,

menyampaikan informasi, dan meneliti benda-benda koleksi. Ketiga kegiatan

tersebut dilaksanakan secara rutin (CL 2).160

Pada kegiatan bidang koleksi ada

perawatan rutin pada benda koleksi secara harian maupun mingguan. Begitu pula

160

Hasil wawancara dengan Bapak Seno pada tanggal 2 Mei 2017

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 78: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

60

dengan kegiatan lainnya seperti reparasi dan konservasi yang rutin merawat cat,

dinding, listrik dan sebagainya setiap hari. Untuk kegiatan bidang edukasi yang

rutin dilakukan adalah pendampingan terhadap pengunjung (CL 4).161

b. Kegiatan Edukasi Berkaitan dengan Pendidikan Karakter

Secara konkret, kegiatan edukasi yang berkaitan dengan pendidikan

karakter adalah pendampingan. Pendampingan ini dibedakan menjadi 2, yaitu

pendampingan singkat dan pendampingan panjang. Pendampingan singkat adalah

pendampingan yang dilakukan selama 30 menit sampai 2 jam. Pendampingan

singkat sering dilakukan kepada pengunjung yang datang rombongan. Proses

pendampingan singkat dilakukan oleh tim edukasi MMM dengan mengantar

pengunjung ke ruang presentasi film dan memberikan pengarahan. Setelah itu

pengunjung baru diajak berkunjung untuk melihat koleksi yang ada (CL 2).162

Untuk pendampingan panjang dilakukan selama 4 jam sampai akhir pekan.

Istilah lain dari pendampingan panjang ini adalah rekoleksi. Rekoleksi adalah

pendalaman yang bersifat rohani, artinya ada tarikan-tarikan atau refleksi yang

berkaitan dengan semangat hidup khusus untuk pengunjung beragama Katolik.163

Sebenarnya kegiatan seperti ini yang paling diharapkan oleh pengelola museum

sehingga pengunjung dapat merasakan sungguh nilai-nilai koleksi untuk

kehidupan dirinya.

Salah satu cara yang dilakukan oleh tim edukasi MMM dalam melakukan

pendampingan misalnya dengan menunjukkan gambar Mgr. Soegijapranata. Tim

edukasi tidak hanya menceritakan siapa, dimana, kapan dilahirkan dan tahun

161

Hal ini juga dikatakan oleh Romo Nugroho, Pr. pada tanggal 8 Mei 2017 162

Hal ini disampaikan oleh Bapak Seno selaku anggota tim edukasi MMM tanggal 2 Mei 2017 163

Hasil wawancara dengan Romo Nugroho, Pr. pada tanggal 8 Mei 2017

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 79: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

61

berapa Mgr. Soegijapranata wafat, tetapi juga menceritakan bahwa beliau

memiliki semboyan 100% Katolik 100% Indonesia. Lalu setiap orang diberi

kesempatan untuk merefleksikan hidupnya melalui beberapa pertanyaan reflektif.

Apakah sebagai seorang Katolik sudah mencoba menghidupi yang

disemboyankan oleh Mgr. Soegijapranata, apakah di dalam kehidupan jaman

sekarang masih 100% Katolik 100% Indonesia? Tahap berikutnya diberikan

pertanyaan lebih mendalam, kalau sudah bagaimana mempertahankannya? Kalau

belum, apa yang akan dilakukan? Kegiatan seperti ini bisa dilaksanakan pada

pribadi atau kelompok besar (CL 2).164

Sebelum pengunjung mengadakan kunjungan diberi pertanyaan terlebih

dahulu. Pertanyaan mengenai apa yang menjadi tujuan mereka datang ke museum

misalnya hanya berkunjung saja tetapi ada juga yang memang ingin belajar secara

khusus untuk mendalami sejarah dan semangat keuskupan. Untuk yang ingin lebih

mendalami sejarah atau semangat keuskupan, tim edukasi MMM melakukan

pendampingan lebih mendalam bisa dilakukan dengan cara outbond maupun

permainan-permainan tertentu (CL 3).165

Selain pendampingan singkat dan panjang, kegiatan edukasi yang

berkaitan dengan pendidikan karakter adalah Novena Misioner Selasa Kliwonan

yang dulu bernama Novena Jumat Kliwonan. Novena Misioner Selasa Kliwonan

yaitu pertemuan yang menggunakan musik, shalawatan, penampilan, khotbah,

dan lain-lain. Kegiatan ini adalah hasil kerja sama antara MMM PAM dengan

pengurus Kerkoff. Walaupun kegiatan itu tidak berkaitan langsung dengan benda

164

Hal ini disampaikan oleh Bapak Seno pada tanggal 2 Mei 2017 165

Hal ini ditambahkan oleh Romo Nugroho, Pr. pada tanggal 8 Mei 2017

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 80: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

62

koleksi MMM tetapi kegiatan tersebut berkaitan langsung dengan semangat yang

diwariskan para pendahulu (CL 2 dan CL 4).166

Kegiatan edukasi lain yang

diselenggarakan oleh MMM adalah kegiatan orientasi sekolah dimana sekolah

yang berada di dekat museum mengajak siswa-siswanya untuk berkunjung.

Karakter yang ingin dibangun ketika orang belajar di museum adalah karakter

misioner. Karakter misioner adalah karakter orang yang berani menjadi saksi

kegembiraan Injil (CL 4).167

c. Kendala Kegiatan

Kendala yang dihadapi ketika menyelenggarakan kegiatan edukasi di

MMM adalah inovasi penyelenggaran yang berkaitan dengan cara tim edukasi

MMM menyampaikan sejarah dan semangat misi kepada anak-anak dan orang

muda. Bahkan, tidak semua orang dewasa pun menyukai sejarah. Cara yang

digunakan untuk mengatasi kendala tersebut adalah dengan melakukan

pembelajaran secara rutin kepada tim edukasi MMM PAM (CL 4).168

Kendala lain dalam menyelenggarakan kegiatan adalah keterbatasan

ruangan. Semakin banyak orang yang mengenal MMM, semakin banyak yang

ingin menyumbangkan koleksinya. Sementara, koleksi di museum sudah begitu

banyak. Cara menghadapi kendala tersebut dengan melakukan kerja sama dengan

pihak lain yang masih berkaitan untuk menyediakan ruangan khusus sebagai

tempat menyimpan sendiri koleksinya kemudian museum membantu dengan

memberikan edukasi. Misalnya ketika mempelajari tentang Romo van Lith,

pusatnya memang di Muntilan tetapi tim edukasi MMM bisa bekerja sama dengan

166

Hasil wawancara dengan Bapak Muji pada tanggal 27 April 2017 dan Romo Nugroho, loc. cit. 167

Hal ini ditambahkan oleh Romo Nugroho, Pr., loc. cit. 168

Hasil wawancara dengan Romo Nugroho, Pr., loc. cit.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 81: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

63

Gereja dan Susteran Fransiskan di Gedangan. Begitu juga dengan gereja tua di

Ambarawa dimana Romo van Lith pernah tinggal di sana dan MMM yang

bertugas merangkaikannya dalam bentuk katekese (edukasi). Kendala lain adalah

ketika ada kunjungan mendadak sementara MMM sudah memiliki program lain.

Kendalanya ada pada kendala pengaturan waktu karena tenaga yang ada

jumlahnya terbatas sehingga tidak bisa melayani banyak orang (CL 2).169

Berdasarkan hasil penelitian di atas, ada 3 kegiatan yang diselenggarakan

oleh MMM dikategorikan berdasarkan bidangnya, yaitu kegiatan bidang koleksi,

bidang preparasi dan konservasi, dan bidang edukasi. Kegiatan bidang edukasi

MMM yang berkaitan dengan pendidikan karakter antara lain: pendampingan

kepada masyarakat terdiri dari pendampingan singkat dan panjang, Novena

Misioner Malam Selasa Kliwonan, dan kegiatan orientasi siswa sekolah di sekitar

museum. Kegiatan edukasi di atas berkaitan dengan pendidikan karakter karena

ada karakter yang akan dibentuk oleh tim edukasi MMM. Dalam

penyelenggaraannya tim edukasi tidak lepas dari kendala. Kendala yang ada yakni

berkaitan dengan inovasi penyelenggaraan kegiatan, keterbatasan ruang, dan

tenaga kerja. Namun, tim edukasi dapat menghadapi kendala tersebut. Hal ini

tercermin pada kegiatan edukasi yang selalu terselenggara.

169

Hasil wawancara dengan Bapak Seno pada tanggal 2 Mei 2017

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 82: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

64

3. Persepsi Masyarakat Terhadap Keberadaan Museum Misi Muntilan

(MMM) Sebagai Sarana Pendidikan Karakter

Masyarakat yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pengelola museum,

pengunjung, guru, dan siswa. Berikut ini hasil penelitian tentang persepsi

masyarakat:

a. Persepsi Pengelola Museum Terhadap MMM sebagai Sarana Pendidikan

Karakter

1) Pengunjung MMM

Pengunjung MMM dari awal museum berdiri hingga sekarang adalah umat

Katolik (CL 3 dan CL 4).170

Umat Katolik yang datang pun masih terbagi ke

dalam beberapa kategori. Misalnya kategori anak dan remaja seperti komunitas

sekolah, kelompok missdinar, kelompok sekolah minggu, dan kelompok komuni

pertama. Berikutnya kategori orang muda sebagai contoh adalah Panitia Asian

Youth Day (AYD) 2017. Untuk kategori dewasa, contohnya adalah keluarga,

lingkungan, paroki, romo, uskup, dan lain sebagainya (CL 4).171

Dalam perkembangannya MMM mulai dikenal masyarakat umum dan

mulai berani membuka diri dengan membentuk jaringan dengan kelompok lintas

iman di mana pernah ada kelompok NU yang datang berkunjung. Salah satu

pengelola MMM pernah membantu mahasiswa UIN Sunan Kalijaga yang

menyusun skripsi tentang perbandingan Romo van Lith dengan Sunan Kalijaga.

Beberapa mahasiswa UNY juga pernah datang dalam rangka mempelajari sejarah

gereja di MMM. Jadi, bisa dikatakan bahwa pengunjung MMM itu

170

Hasil wawancara dengan Bapak Seno pada tanggal 2 Mei 2017 dan Romo Nugroho, Pr. pada

tanggal 8 Mei 2017 171

Hal ini ditambahkan oleh Romo Nugroho, Pr, loc. cit

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 83: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

65

beranekaragam dari umat Katolik sendiri pun beragam ditambah dengan

pengunjung dari lintas iman yang memanfaatkan kunjungan ke MMM (CL 3 dan

CL 4).172

2) Tokoh yang Menjadi Ikon MMM dan Nilai Karakternya

Tokoh yang menjadi ikon MMM adalah Romo van Lith. Romo van Lith

menjadi ikon MMM karena ia menjadi pelopor munculnya jemaat Katolik di

Jawa. Romo van Lith adalah orang yang memiliki gagasan bahwa pola bermisi di

Jawa tidak serta merta hanya pembaptisan menjadi Katolik saja. Ia memiliki

gagasan bahwa kekatolikkan bisa ditangkap kalau Jawa merdeka maka dia

menjalankan karya misinya melalui pendidikan. Padahal sebelum Romo van Lith,

kegiatan bermisi itu gambarannya Gereja Katolik itu membawa kebenaran dan

Jawa itu tanah kegelapan dan untuk menjadi terang maka Jawa harus

dikatolikkan.173

Mengenai karakter Romo van Lith, ada tiga karakter yang diungkapkan

oleh pengelola MMM. Karakter pertama adalah menjadi manusia beriman, ini

tercermin dalam usahanya dalam memperbaiki kehidupan masyarakat melalui

pendidikan. Karakter kedua adalah berguna bagi orang lain (man for the others).

Karakter ketiga adalah tidak pernah berhenti belajar. Ketiga karakter yang dimiliki

Romo van Lith ini dilandasi oleh iman sehingga kereligiusannya tidak hanya

berguna bagi diri sendiri tetapi juga berguna untuk masyarakat. Pendidikan yang

172

Hasil wawancara dengan Bapak Seno pada tanggal 2 Mei 2017 dan Romo Nugroho, Pr., loc. cit 173

Hal ini dikatakan oleh Romo Bambang Pr. pada tanggal 17 Mei 2017, Romo Nugroho, Pr. pada

tanggal 8 Mei 2017, Bapak Seno pada tanggal 2 Mei 2017, dan Bapak Muji pada tanggal 27 April

2017

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 84: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

66

dikembangkannya pun tidak hanya menyiapkan manusia yang bisa bekerja tetapi

manjadi manusia yang memanusiakan manusia (CL 3).174

Sehubungan dengan hal di atas, banyak yang bisa dipelajari dari Romo van

Lith pada kehidupan sekarang. Romo van Lith adalah orang yang sangat

menghargai budaya. Melalui pendekatan budaya Romo van Lith mampu

memahami kehidupan orang Jawa pada saat itu sehingga ia mampu menyatu

dengan rakyat. Hal tersebut penting bagi kehidupan masa kini untuk menghargai

kebudayaan yang ada. Menghargai kebudayaan ini perlu karena dalam kehidupan

kita berdampingan dengan saudara-saudara lain (CL 4 dan CL 13).175

Romo van

Lith telah memberi contoh bahwa Gereja Katolik itu tidak eksklusif dan harus

selalu berdialog dengan orang lain untuk memajukan kehidupan berbangsa dan

bernegara (CL 4).176

3) MMM sebagai Sarana Pendidikan Karakter

Museum ini memang tujuan awalnya untuk pendidikan karakter misioner

(CL 4).177

MMM bisa menjadi sebagai sarana pendidikan karakter karena MMM

menjadi sarana tugas perutusan karya misi dimana tugas karya misi saat ini adalah

pembentukan karakter. Karya misi bukan sekedar membuat orang menjadi

beragama Katolik tetapi membuat orang semakin beriman, sejahtera dan

bermartabat (CL2).178

Hal yang pertama kali digali pendampingan di MMM

adalah memahami diri sendiri di hadapan Tuhan agar bisa menghargai sesamanya.

174

Hasil wawancara dengan Bapak Seno, loc. cit. 175

Hal ini diungkapkan oleh Romo Nugroho, Pr. pada tanggal 8 Mei 2017 dan Romo Bambang,

Pr. pada tanggal 17 Mei 2017 176

Hal ini ditambahkan Romo Nugroho, Pr. pada tanggal 8 Mei 2017 177

Hasil wawancara dengan Romo Nugroho, Pr., loc. cit 178

Hasil wawancara dengan Bapak Seno pada tanggal 2 Mei 2017

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 85: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

67

Semakin matang seseorang itu semakin terbuka sedangkan seseorang fanatik

tertutup artinya tidak memiliki karakter. Seseorang yang tidak memiliki karakter

akan dikuasai oleh kekuasaan tertentu sedangkan seseorang yang berkarakter

memiliki keyakinan diri, pemahaman terbuka, dan berprinsip. Orang yang sudah

pernah mengikuti pendampingan di MMM akan memiliki karakter yang berani

berpendapat, berprinsip, dan terbuka serta kritis seperti Romo van Lith (CL 13).179

b. Persepsi Pengunjung Terhadap MMM Sebagai Sarana Pendidikan

Karakter

1) Tujuan Awal Datang ke Museum

Tujuan awal sejumlah pengunjung yang datang ke MMM itu bermacam-

macam. Ada pengunjung yang bertujuan dalam rangka ziarah ke Sendang Sono

dan kerkoff lalu sekaligus mengunjungi museum.180

Ada pula pengunjung yang

kunjungannya berkaitan dengan himbauan dari Uskup Jakarta untuk

mengamalkan Pancasila dan menghargai jasa para pahlawan termasuk pahlawan

yang beragama Katolik. Kunjungan ini tidak hanya sekedar mampir saja tetapi

sudah direncanakan sebelumnya (CL 9).181

Tujuan pengunjung lainnya datang ke

museum antara lain dalam rangka mengikuti kegiatan MOS (Masa Orientasi

Siswa) yang merupakan bagian dari acara pengenalan lingkungan dan untuk

magang dan mempelajari sistem edukasi di MMM (CL 10 dan CL 11).182

179

Hasil wawancara dengan Romo Bambang, Pr. pada tanggal 17 Mei 2017 180

Hasil wawancara dengan Tia pada tanggal 22 April 2017, Ibu Harjono pada tanggal 11 Mei

2017, Bapak Jimmy pada tanggal 11 Mei 2017, dan Bapak Paulus pada tanggal 18 Mei 2017. 181

Hasil wawancara dengan Bapak Jimmy, loc. cit. 182

Hasil wawancara dengan Angel dan Sari pada tanggal 15 Mei 2017, dan Ryan 18 Mei 2017

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 86: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

68

2) Kesan Pengunjung terhadap MMM

Sebelum berkunjung sejumlah pengunjung memiliki gambaran tentang

MMM adalah museum yang hanya berisikan benda-benda peninggalan misionaris

pada masa lalu dan benda peninggalan untuk mengenang jasa Romo van Lith.183

Rupanya setelah berkunjung pengunjung memiliki gambaran baru mengenai

MMM. MMM memiliki berbagai benda yang berkaitan dengan perjalanan para

misionaris baik dari dalam negeri maupun luar negeri (CL 14).184

Mereka juga

terkesan dengan tokoh-tokoh teladan yang ditampilkan di MMM.185

Pengunjung

umumnya terkesan dengan Romo van Lith (CL 1 dan CL 7),186

Barnabas

Sarikrama (CL 8 dan CL 11),187

dan Mgr. Ignatius Suharyo (CL 14).188

Pengunjung juga menuliskan kesannya di dalam Buku Kesan Pengunjung

MMM. Beberapa kesan pengunjung dalam penelitian ini didapatkan dari Buku

Kesan Pengunjung tahun 2013 hingga 2016 (selengkapnya lihat lampiran

halaman 180-184). Kesan pengunjung tersebut antara lain: bermanfaat bagi umat

beriman dalam mengemban tugas pelayan dalam masyarakat dan mengingatkan

kembali akan sejarah pahlawan iman Katolik,189

menyadarkan seseorang untuk

berintropeksi diri,190

merasa bersyukur atas karya Tuhan dan museum menjadi

183

Hasil wawancara dengan Brurry pada tanggal 9 Mei 2017, Angel dan Sari pada tanggal 15 Mei

2017 dan Bapak Paulus pada tanggal 18 Mei 2017 184

Hasil wawancara dengan Bapak Paulus, loc.cit. 185

Hasil wawancara dengan Tia, pada tanggal 27 April 2107, Ibu Harjono dan Bapak Jimmy pada

tanggal 11 Mei 2017, Brurry, loc. cit, Angel dan Sari, loc. cit, dan Bapak Paulus, loc. cit. 186

Hasil wawancara dengan Tia, loc. cit, Brurry, loc. cit¸ dan Sari loc. cit. 187

Hasil wawancara dengan Bu Harjono, pada tanggal 11 Mei 2017 dan Angel pada tanggal 15

Mei 2017 188

Hasil wawancara dengan Bapak Paulus pada tanggal 18 Mei 2017 189

Kesan yang ditulis oleh Ignatius Redjo pada tanggal 10 Oktober 2013 190

Kesan yang ditulis oleh P. C. Joko Trisianto pada tanggal 10 Oktober 2013

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 87: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

69

tempat pembelajaran dan menanamkan kebanggaan bagi umat Katolik.191

Pengunjung juga menuliskan mengenai Romo van Lith yang menghargai

kebudayaan dan melayani sesama sehingga bisa menjadi inspirasi bagi anak-

anak.192

Ada pula pengunjung yang terinspirasi dengan MMM dan ingin

mendirikan museum serupa di daerah Flores.193

Kesan pengunjung setelah mengunjungi MMM dilihat dari hasil

wawancara maupun hasil dokumentasi buku pengunjung pada umumnya adalah

positif. Hal ini didukung oleh para pengunjung yang merasa mendapatkan manfaat

dari mengunjungi MMM. Para pengunjung tersebut terkesan dengan sejarah,

tokoh-tokoh, dan berbagai peninggalannya. Bahkan ada yang berminat untuk

membangun museum misi di daerah lain, di luar Jawa.

3) Pendapat Pengunjung Mengenai Koleksi di MMM

Mengenai koleksi di MMM beberapa pengunjung berpendapat bahwa

koleksi yang ada itu bagus, menarik, dan unik. Pengunjung berpendapat koleksi di

MMM tersebut tergolong lengkap didukung dengan adanya altar, baju uskup, dan

foto-foto pada jaman dahulu.194

Menurut pengunjung koleksi yang ada di MMM

dapat membuka wawasan seseorang (CL 7).195

Koleksi yang dimiliki oleh MMM

juga bermakna dan setiap koleksi memiliki cerita (CL 15).196

Sementara itu, ada

pengunjung yang berpendapat lain terhadap koleksi di MMM. Menurut

191

Kesan yang ditulis oleh Fr. M. Florianus, BHK pada tanggal 22 Maret 2014 192

Hasil dari dokumentasi kesan yang ditulis oleh guru SD PL Don Bosko Semarang pada tanggal

4 Oktober 2014 dan guru TK. St. Theresia Muntilan tanggal 31 Januari 2015 193

Hasil dari dokumentasi kesan yang ditulis oleh Dominikus Juang Tatum pada tanggal 15 Juni

2016 194

Hasil wawancara dengan Bu Harjono dan Bapak Jimmy pada tanggal 11 Mei 2017, Sari dan

Angel pada tanggal 15 Mei 2017. 195

Hasil wawancara dengan Brurry pada tanggal 15 Mei 2017 196

Hasil wawancara dengan Ryan Saputra pada tanggal 18 Mei 2017

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 88: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

70

pengunjung tersebut koleksi yang ada di MMM kurang lengkap karena sumbernya

banyak yang dibawa ke Belanda (CL 7).197

Koleksi MMM masih perlu ditambah

dari benda bersejarah yang dimiliki oleh paroki-paroki lain seperti paroki di

Semarang yang berkaitan dengan pendirian awal gereja dan perawatannya perlu

lebih ditingkatkan (CL 14 dan CL 15).198

4) Tokoh yang Menginspirasi serta Nilai Karakternya dan Cara

Memaknainya

Mengenai tokoh yang menginspirasi beberapa pengunjung mengatakan

Romo van Lith.199

Walaupun Romo van Lith bukan orang Indonesia beliau sangat

menghargai budaya Indonesia khususnya Jawa. Romo van Lith dengan

pendekatan budaya berhasil menemukan cara untuk memperbaiki nasib orang

Jawa melalui pendidikan. Ia membuka pandangan baru terhadap misi di tanah

Jawa. Berkaitan dengan nilai karakter dari Romo van Lith yang dapat digali antara

lain: kerendahan hati, totalitas dalam melakukan pekerjaan, menghargai budaya

dan mau mempelajari hal baru seperti belajar bahasa Jawa.200

Mengenai cara

memaknainya setiap pengunjung memiliki cara masing-masing seperti:

mengerjakan tugas dengan total (CL 1),201

selalu terus belajar (CL 10),202

menghargai budaya (CL 9),203

bekerja keras dan pantang menyerah (CL 7).204

197

Hasil wawancara pada tanggal 9 Mei 2017 198

Hasil wawancara dengan Bapak Paulus dan Ryan pada tanggal 18 Mei 2017 199

Hal ini dikatakan oleh Tia pada tanggal 27 April 2017, Bapak Jimmy pada tanggal 11 Mei

2017, Brurry pada tanggal 9 Mei 2017, dan Sari pada tanggal 15 Mei 2017 200

Loc. cit 201

Hasil wawancara dengan Tia pada tanggal 27 April 2017 202

Hasil wawancara dengan Sari pada tanggal 15 Mei 2017 203

Hasil wawancara dengan Bapak Jimmy pada tanggal 11 Mei 2017 204

Hasil wawancara dengan Brurry Nugroho pada tanggal 9 Mei 2017

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 89: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

71

Sementara itu, tokoh lainnya yang menginspirasi pengunjung adalah Mgr.

Ignatius Suharyo. Alasan pengunjung memilih Mgr. Ignatius Suharyo karena

memiliki latar belakang profesi yang sama dan nilai karakter yang bisa digali dari

Mgr. Ignatius Suharyo adalah dalam melakukan pelayanan yang murah hati. Cara

memaknainya dengan berusaha menjadi orang Katolik yang sabar, penuh cinta

kasih, rendah hati dan juga ikhlas dalam melayani masyarakat (CL 14).205

Tokoh berikutnya menginspirasi adalah Barnabas Sarikrama. Barnabas

Sarikrama adalah orang yang pertama kali dibaptis oleh Romo van Lith. Pada

awalnya Barnabas Sarikrama memiliki luka di bagian kakinya dan Romo van Lith

berhasil mengobatinya. Untuk mengungkapkan rasa terima kasihnya, ia mengajak

warga setempat untuk mempelajari ajaran Katolik bersama Romo van Lith.

Berawal dari kisah tersebut nilai karakter yang bisa digali dari Barnabas

Sarikrama yaitu rasa syukur dan kegigihannya. Melalui rasa syukur dan

kegigihannya dalam ikut menyampaikan ajaran agama Katolik mampu membawa

ia dan warga lainnya untuk percaya akan kasih Tuhan. Nilai karakter tersebut bisa

dimaknai dengan tetap gigih berjuang serta belajar dan selalu bersyukur karena

dengan seperti itu bisa merasa bahagia (CL 11).206

Tokoh inspiratif lain menurut salah seorang pengunjung adalah Mbah

Dharmo. Menurut pengunjung tersebut, Mbah Dharmo adalah tokoh yang

mengesankan. Kesan tersebut dilihat dari cara beliau mengajar. Beliau sebagai

seorang guru agama mengajak orang yang tidak menyukai ajaran agama Katolik

205

Hasil wawancara dengan Bapak Paulus pada tanggal 18 Mei 2017 206

Hasil wawancara dengan Angel pada tanggal 15 Mei 2017

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 90: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

72

untuk tetap mempelajarinya. Tujuannya agar bisa mengetahui bagian mana yang

tidak disukai dan tahu alasannya (CL 15).207

5) Pendapat Pengunjung terhadap MMM sebagai Sarana Pendidikan

Karakter

Berkaitan dengan MMM sebagai sarana pendidikan karakter pada

umumnya pengunjung mengatakan setuju. Mengenai hal ini pengunjung

mengatakan bahwa setiap tokoh yang dijelaskan pada saat pendampingan di

MMM telah melakukan hal-hal luar biasa dan sebagian besar tokoh-tokohnya

kurang dikenal sebelumnya.208

MMM menjadi sebagai sarana pendidikan karakter

karena banyak kisah baik misionaris maupun orang awam yang dapat menjadi

teladan (CL 9).209

Hal ini juga didukung dengan MMM yang serius dalam

menjalankan fungsi edukatif berbeda dengan museum lainnya yang fokus dalam

penyelenggaran pameran saja. Selain itu latar belakang anggota tim edukasi

MMM berasal dari pendidikan agama Katolik sehingga museumnya berkarakter

dan tentu bisa membentuk karakter orang lain (CL 15).210

Menurut salah satu pengunjung mengenai MMM sebagai sarana

pendidikan karakter belum terlihat sarana prosesnya karena banyak orang yang

berkunjung hanya sekedar melihat saja. Menurutnya proses pendidikan karakter

bisa dilakukan pendampingan secara intens kepada anak-anak di MMM misalnya

setiap hari minggu. Setelah itu dilakukan baru bisa terlihat hasilnya dan adakah

perubahan karakter pada anak-anak tersebut karena pendampingan sekali saja

207

Hasil wawancara dengan Ryan pada tanggal 18 Mei 2017 208

Hasil wawancara dengan Tia pada tanggal 27 April 2017, Brurry pada tanggal 9 Mei 2017, Bu

Harjono dan Bapak Jimmy pada tanggal 11 Mei 2017, Bapak Paulus pada tanggal 18 Mei 2017 209

Lebih lanjut dikatakan oleh Bapak Jimmy, loc. cit 210

Hasil wawancara dengan Ryan pada tanggal 18 Mei 2017

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 91: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

73

belum cukup untuk pendidikan karakter (CL 7).211

Mengenai MMM sebagai

sarana pendidikan karakter pengunjung menyarankan agar MMM disosialisasikan

ke OMK di paroki-paroki. Harapannya ketika OMK mengadakan kunjungan ke

MMM, mereka terketuk hatinya dan ada yang tertarik menjadi pastor dan pasti

muncul calon pastor baru (CL 14).212

Meskipun banyak pengunjung setuju tetapi ada pengunjung yang

berpendapat lain khususnya para siswa. Mereka mengatakan bahwa masih belum

mengetahui apakah MMM bisa menjadi sarana pendidikan karakter karena

mereka baru berkunjung sekali saat MOS dan menyarankan agar penataan

museum dibuat lebih menarik lagi sehingga minat anak-anak bertambah (CL 10

dan CL 11).213

c. Persepsi Guru di Sekolah Sekitar Muntilan Terhadap MMM sebagai

Sarana Pendidikan Karakter

1) MMM sebagai sarana pembelajaran

Mengenai MMM sebagai sarana pembelajaran baik SMA Pangudi Luhur

van Lith maupun SMP Kanisius Muntilan menggunakan museum tersebut. SMA

Pangudi Luhur van Lith menggunakan MMM sebagai sarana pembelajaran

khususnya dalam karakter pengenalan secara mendalam terhadap karya-karya

Romo van Lith dan mulai dari awal sejarahnya agama Katolik di Muntilan ini.

Sekolah pun terbantu dengan adanya pendampingan yang dilakukan oleh tim

MMM sekolah sangat terbantu. Begitu pula dengan SMP Kanisius Muntilan

memanfaatkan penggunaan MMM sebagai sarana pembelajaran untuk menambah

211

Hasil wawancara dengan Brurry pada tanggal 9 Mei 2017 212

Hasil wawancara dengan Bapak Paulus pada tanggal 18 Mei 2017 213

Hasil wawancara dengan Angel dan Sari pada tanggal 15 Mei 2017

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 92: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

74

pengetahuan umum siswa khususnya yang beragama Katolik dan Kristen.

Walaupun tidak menutup kemungkinan dapat menambah pengetahuan siswa yang

beragama lainnya (CL 5 dan CL 6).214

Sementara itu, MMM belum pernah digunakan sebagai sarana

pembelajaran sejarah di kelas. Sebab koleksi yang ada berhubungan erat dengan

Romo van Lith ketika menyebarkan agama Katolik dan dalam materi sejarah

SMA itu tidak ada. Akan tetapi guru tetap memberikan materi tentang Romo van

Lith ketika menjelaskan masa pendudukan Jepang meski tidak banyak. Caranya

dengan menambahkan materi tentang Romo van Lith dari segi kepahlawanannya

bukan hanya dalam menyebarkan agama Katolik saja (CL 5).215

2) Pendapat Guru Tentang Koleksi MMM

Menurut para guru koleksi MMM sangat lengkap. koleksi yang ada di

MMM dapat membantu untuk mengingat sejarah berdirinya SMA Pangudi Luhur

van Lith. Mulai dari awal perubahan Kolese, lalu menjadi SGB hingga pada

akhirnya menjadi SMA (CL 6 dan CL 12).216

Walaupun koleksi MMM lengkap

mereka belum menggunakan koleksi tersebut untuk proses pembelajaran.

Alasannya karena tidak ada keterkaitan antara koleksi dengan materi

pembelajaran. Koleksi yang ada tersebut hanya digunakan untuk menambah

pengetahuan umum saja (CL 6).217

214

Hasil wawancara dengan Bapak Baluk dan Bapak Joko pada tanggal 8 Mei 2017 215

Hasil wawancara dengan Bapak Baluk, loc. cit. 216

Hasil wawancara dengan Bapak Joko, loc. cit dan Bu Desy pada tanggal 15 Mei 2017 217

Hasil wawancara dengan Bapak Joko, loc. cit

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 93: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

75

3) Pendapat Tentang Berbagai Kegiatan yang Diselenggarakan oleh MMM

Berbagai kegiatan yang diselenggarakan oleh MMM baik SMP Kanisius

Muntilan maupun SMA Pangudi Luhur van Lith mengikuti kegiatan tersebut.

SMP Kanisius Muntilan dan SMA Pangudi Luhur van Lith mengikuti kegiatan

edukasi yang diselenggarakan oleh MMM seperti pendampingan, selain dapat

digunakan sebagai pembelajaran agar anak-anak lebih mengetahui sejarah agama

Katolik, romo-romo, dan peninggalannya di Jawa, kegiatan tersebut juga dapat

digunakan sebagai sarana wisata (CL 5 dan CL 6).218

4) Pemanfaatan MMM dalam Bidang Pendidikan

Pemanfatan MMM dalam bidang pendidikan oleh SMA Pangudi Luhur

van Lith adalah dengan mengajak siswa untuk bekunjung ke MMM. Walaupun

memiliki film dari Puskat yang berjudul Betlehem van Java dan sering

ditayangkan sekolah tetap juga melakukan kunjungan ke MMM. Kunjungan ke

museum ini ditujukan agar siswa memaknai museum tersebut sebagai gerbang

untuk mengetahui masa lalu (CL 5 dan CL 12).219

Begitu pula dengan SMP

Kanisius Muntilan, para siswa diajak untuk melihat, membaca, memahami dan

juga meneladani kehidupan tokoh-tokoh yang hidup di masa lampau. Siswa

diharapkan dapat meneladani karakter dari tokoh-tokoh tersebut yang sangat

sederhana, bisa bertoleransi dengan setiap ajaran agama lain, dan hidup dalam

masyarakat yang majemuk (CL 6).220

218

Hasil wawancara dengan Bapak Baluk dan Bapak Joko pada tanggal 8 Mei 2017 219

Hasil wawancara dengan Bapak Baluk, loc. cit dan Ibu Desy pada tanggal 12 Mei 2017 220

Hasil wawancara dengan Bapak Joko pada tanggal 8 Mei 2017

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 94: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

76

5) Pendapat Guru Mengenai MMM Sebagai Sarana Pendidikan Karakter

Mengenai MMM sebagai sarana pendidikan karakter guru yang

diwawancarai dalam penelitian ini mengatakan setuju.221

Alasannya MMM

memiliki banyak koleksi yang dapat digunakan dalam pengembangan karakter

anak muda Katolik. Nilai-karakter yang dikembangkan melalui pendampingan di

MMM juga selaras dengan SMA Pangudi Luhur van Lith. Harapannya nilai

karakter yang ditanamkan kepada anak-anak tersebut dapat dikembangkan oleh

mereka selepas dari sekolah ini. Hal ini terbukti ketika mereka bertemu dengan

mereka yang memiliki nilai lebih jika dibandingkan alumni SMA lainnya (CL

5).222

MMM sebagai sarana pendidikan karakter dapat dilihat dari keteladanan

tokoh-tokoh yang ditampilkan di museum. Cara yang dilakukan untuk

menyampaikan nilai karakter kepada siswa adalah dengan memperlihatkan dan

memahami benda-benda peninggalan, dan juga membaca buku tentang misionaris.

Misalnya melalui pendampingan dijelaskan kepada siswa tentang kedatangan para

misionaris dari luar negeri dengan karakternya yang sopan, ramah dan bisa

menghargai budaya setempat (CL 6).223

Berdasarkan hasil penelitian di atas, persepsi masyarakat terhadap MMM

sebagai sarana pendidikan karakter tersebut pada umumnya positif. Persepsi postif

ini dari segi pengelola, mereka begitu memahami karakter yang akan

dikembangkan. Hal ini didukung juga oleh pengelola yang menjadi bagian dari

tim edukasi memiliki latar belakang pendidikan agama Katolik. Persepsi positif

221

Hasil wawancara dengan Bapak Baluk dan Bapak Joko pada tanggal 8 Mei 2017 dan Bu Desy

pada tanggal 12 Mei 2017 222

Hasil wawancara dengan Bapak Baluk tanggal 8 Mei 2017 223

Hasil wawancara dengan Bapak Joko tanggal 8 Mei 2017

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 95: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

77

dari pengunjung terlihat dari kesan yang mereka dapatkan setelah berkunjung.

Mereka terinsipirasi dengan tokoh-tokoh yang ditampilkan dan di museum.

Demikian juga dengan para guru yang merasa terbantu dengan adanya kegiatan

pendampingan untuk siswanya. Hal ini memunculkan persepsi positif terhadap

MMM. Persepsi negatif juga muncul dalam penelitian ini namun hanya sebagian

kecil saja karena belum merasakan manfaatnya.

C. Pembahasan

1. Sejarah Museum Misi Muntilan Pusat Animasi Misioner (MMM PAM)

Sejarah Museum Misi Muntilan Pusat Animasi Misioner (selanjutnya

disingkat MMM PAM) bermula dari peringatan 50 tahun Gereja Keuskupan

Agung Semarang (KAS) tanggal 25 Juni 1990. Pada peringatan tersebut Gereja

KAS menyusun beberapa program. Beberapa program yang disusun tersebut

diarahkan untuk umat. Beberapa program tersebut antara lain: pendataan,

musyawarah pastoral, penulisan sejarah dan pendirian museum.224

Gagasan

tentang program pendirian museum itu muncul karena keuskupan mulai

menyadari pentingnya sejarah keuskupan agar tidak dilupakan oleh umat. Maka,

diperlukan sebuah lembaga atau tempat yang dapat membantu memunculkan

kesadaran sejarah keuskupan bagi umat yakni museum. Museum memang bisa

diselenggarakan oleh pemerintah maupun yayasan. Hal ini sesuai dengan teori

yang mengatakan museum dapat diselenggarakan oleh badan pemerintah dan

224

Tim MMM, op. cit, hlm. I

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 96: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

78

dapat pula merupakan badan swasta, dalam bentuk perkumpulan atau yayasan

yang di atur kedudukan, tugas dan kewajibannya oleh undang-undang.225

Pada tahun 1992 sebenarnya sudah dirintis sebuah museum Gereja KAS

yang berada di Wisma Uskup KAS, Jalan Pandanaran 13, Semarang. Museum

tersebut berisi benda-benda peninggalan yang berkaitan dengan sejarah Gereja

KAS seperti peninggalan dari para missionaris, para pendiri kongregasi dan

dokumen-dokumen penting yang berkaitan. Koleksinya pun cukup banyak.

Namun, museum tersebut kurang memadai dan belum mendapatkan perhatian.

Museum tersebut terlihat seperti gudang untuk menyimpan barang-barang

kuno.226

Sementara yang dimaksud dengan museum itu bukan hanya tempat untuk

menyimpan benda-benda kuno saja tetapi sebagai tempat terbuka untuk umum

yang mengumpulkan, merawat dan memamerkan benda peninggalan sejarah,

untuk tujuan penelitian, pendidikan maupun hiburan.227

Melalui rapat Dewan Konsultator KAS yang dilaksanakan tanggal 3

Februari, 6 April, dan 1 Juni 1998 memutuskan untuk memindah museum KAS

dari Semarang ke Muntilan.228

Alasan Muntilan dipilih sebagai tempat untuk

museum yang baru karena ada pertimbangan historis. Muntilan adalah tempat

dimana Romo van Lith menjalankan karya misinya.229

Romo van Lith

memperoleh izin pemerintah untuk membuka sebuah pos misi di Muntilan, stasi

225

Amir Sutaarga, op. cit, hlm. 24 226

Hasil wawancara dengan Romo Bambang, Pr. pada tanggal 17 Mei 2017 dan Bapak Muji pada

tanggal 27 April 2017 227

Tjahjopurnomo, op. cit, hlm. 6 228

Tim MMM, op. cit, hlm. i 229

Ibid, hlm. 221

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 97: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

79

misi permanen pertama tanggal 21 Oktober 1897.230

Hasil karya misi Romo van

Lith masih dapat dilihat sampai sekarang ini seperti adanya sekolah-sekolah,

Gereja Santo Antonius, pasturan, dan rumah sakit. Muntilan merupakan tempat

munculnya tokoh-tokoh yang berpengaruh bagi perkembangan gereja maupun

bangsa Indonesia. Bahkan, Muntilan juga disebut sebagai Betlehem van Java

karena Muntilan adalah tempat dimulainya misi gereja Katolik dan tempat awal

berkembangnya jemaat Katolik di Jawa. Muntilan telah menjadi pusat kaderisasi

dan penggemblengan bagi Gereja Kristus. Muntilan dengan karya misinya tidak

hanya dikenal dan berguna bagi gereja tetapi juga bagi bangsa Indonesia.231

Setelah Muntilan ditetapkan sebagai tempat dibangunnya museum yang

baru, kemudian tempat yang akan digunakan sebagai museum mulai

dipertimbangkan. Tempat tersebut adalah pastoran Muntilan. Pastoran dipilih

dengan alasan usia bangunan yang sudah tua dan letaknya dekat dengan gereja

sehingga dinilai ideal untiuk dijadikan museum. Namun, gedung Pastoran

Muntilan masih digunakan sehingga dibangunlah tempat baru sebagai pengganti.

Tahap selanjutnya adalah penyusunan panitia. Panitia ini dinamakan

Panitia Persiapan Museum Misi Muntilan Sejarah Gereja Keuskupan Agung

Semarang dan Romo Bambang Sutrisno, Pr. dipilih sebagai ketua tim pelaksana

dalam pembuatan museum oleh Mgr. Ignatius Suharyo. Museum tersebut

diharapkan dapat menjadi museum yang hidup. Museum yang hidup adalah

museum yang dapat digunakan sebagai sarana edukasi dan tidak hanya sebagai

sarana untuk memajang benda-benda sejarah. Hal ini sesuai dengan teori bahwa

230

Karel Steenbrink, op. cit,hlm. 375 231

J. Soenarjo, op. cit, hlm 14

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 98: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

80

museum adalah lembaga yang bersifat tetap, tidak mencari keuntungan, melayani

masyarakat dan perkembangannya, terbuka untuk umum, yang mengumpulkan,

merawat dan memamerkan benda-benda bukti material manusia dan

lingkungannya untuk tujuan penelitian, pendidikan dan hiburan.232

Pada saat itu Romo Bambang, Pr. memiliki sebuah tim bernama P3J KAS

(Pelayanan Pendampingan Penggembala Jemaat Keuskupan Agung Semarang).

Tim tersebut memiliki tanggung jawab dalam mengolah benda peninggalan

sejarah agar lebih bermakna bagi kehidupan di masa kini. Hal ini memang

menjadi tujuan dari MMM sebagai museum yang hidup. Artinya museum berguna

sebagai sarana pembelajaran bagi umat khususnya mengenai dinamika hidup

Gereja agar iman mereka semakin kuat.

Pendirian MMM tidak terlepas dari berbagai kendala. Kendala dalam

pendirian MMM antara lain masalah kepemilikan tanah, pendanaan selama

pembangunan, pembangunan gedung pastoran yang baru dan pemahaman tentang

museum. Kendala kepemilikan tanah tersebut bermula dari tanah yang akan

digunakan sebagai museum adalah tanah milik kongregasi Serikat Jesuit (SJ).

Sementara, orang umum melihat bahwa program tersebut adalah bagian dari

program KAS yang identik dengan Imam Praja. Padahal program pembangunan

museum ini terkait dengan kawasan situs misi sehingga melibatkan banyak pihak.

Pihak yang terlibat yaitu KAS, Serikat Jesuit, Bruder Frates Immaculatae

Conceptionis Beatae Mariae Virginis (FIC), dan Suster Fransiskan.

232

Tjahjopurnomo, op. cit, hlm. 6

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 99: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

81

Kendala tersebut segera diatasi dengan diterbitkannya Surat Keputusan

Bersama (SKB) antara Uskup Agung Semarang, Romo Provinsial SJ., dan Bruder

Provinsial FIC No. 752/A/VII/19/99 Perihal Museum Misi Muntilan meneguhkan

kesepakatan tidak tertulis yang telah berjalan. Kongregasi Serikat Jesuit Provinsi

Indonesia menjadikan aset tanah bagi pembangunan MMM, Kongregasi Bruder

FIC membuka kamar yang pernah dipakai oleh Romo Sanjaya, Pr. dan kapel di

dekatnya untuk kepentingan ziarah rohani, sedangkan pihak KAS menjadi

pengelola karya museum lewat panitia yang ditunjuknya. Pemakaian aset tanah

Serikat Jesuit di kompleks misi Muntilan untuk karya permuseuman mendapatkan

persetujuan Pater Jendral Serikat Jesuit lewat surat No. IDO 01/13 tertanggal 10

Mei 2001.233

Jadi, dengan adanya SKB tersebut menjadi jelas bahwa MMM bukan

hanya program dari satu pihak melainkan banyak pihak.

Kendala berikutnya adalah pendanaan selama pembangunan museum.

Selama pembangunan museum memang dibutuhkan banyak dana. Hal ini

diperkuat dengan teori yang mengatakan bahwa pembangunan suatu museum

diperlukan banyak biaya mengingat fungsi museum bukan hanya sebagai tempat

penyimpanan benda-benda kuno maupun tempat pameran dan dasar pengelolaan

museum itu bersifat ilmiah untuk tujuan edukatif dan kultural.234

Selain itu,

pembangunan museum adalah sebuah gagasan yang baru ketika menggalang dana

di gereja sehingga tidak serta merta mendapat dukungan. Gagasan ini berbeda

dengan kegiatan gereja lainnya seperti ekaristi yang lebih mudah mendapatkan

dana.

233

Ibid, hlm. iv 234

Amir Sutaarga, op. cit, hlm. 24

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 100: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

82

Kendala selanjutnya terjadi pada pembangunan gedung pastoran yang

baru. Ketika itu pembangunan gedung baru tersebut sudah selesai tetapi muncul

pihak yang merasa jika gedung tersebut kurang ideal digunakan sebagai pastoran.

Untuk mengatasi kendala tersebut Mgr. Ignatius Suharyo kemudian memutuskan

untuk menggunakan gedung baru tersebut sebagai museum. Maka, sampai hari ini

masih bisa dilihat bahwa bangunan museum memiliki banyak kamar. Sebenarnya

hal ini berkaitan dengan tujuan awal sebagai pastoran dan tempat untuk pertemuan

OMK, PIA, dan seterusnya.

Kendala lainnya yaitu tentang pemahaman terhadap museum. Ada yang

memahami museum hanya pada sisi sejarah saja tetapi ada juga yang memahami

sisi sifatnya yang dinamis sehingga bisa berkembang. Kendala seperti itu menjadi

faktor internal permasalahan museum yang kerap terjadi di Indonesia yang terkait

pemahaman dari tenaga museum itu sendiri.235

Tenaga MMM tidak memiliki latar

belakang yang cukup memadai untuk penyelenggaraan museum. Dalam

penyelenggaraannya museum ini menjadi lembaga museum dan tempat berkarya

bagi Komisi Karya Misioner KAS dan Karya Kepausan Indonesia KAS. Hal ini

membuat penyelenggaraan museum menjadi tidak fokus sehingga MMM pernah

hanya dipahami sebagai sarana atau alat saja untuk menyelenggarakan karya-

karya.

Pada akhirnya museum ini mulai difungsikan pada awal Januari 2002 dan

berkantor di Jalan Kartini 3 Muntilan. Koleksi museum ini awalnya berasal dari

benda-benda peninggalan dari Wisma KAS. Koleksi mulai bertambah ketika

235

Tjahjopurnomo, op. cit, hlm. 54

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 101: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

83

informasi tentang keberadaan museum disebarluaskan. Sejak saat itu koleksi

MMM tidak hanya dari Wisma KAS tetapi dari berbagai tempat. Koleksi yang

dimiliki pun bermacam-macam bentuknya seperti jubah, patung, gambar, lukisan,

foto, naskah, panji-panji, souvenir dan sebagainya. Dalam perkembangannya,

MMM disebut sebagai museum kaya karena koleksi yang dimiliki adalah benda

asli bukan replika. Koleksi yang dimiliki museum pada umumnya berasal dari

hibah. Hanya satu koleksi saja yang bukan dari hibah, yaitu Lonceng Prenthaler

dari Boro. Pihak MMM harus mengganti lonceng tersebut dengan lonceng yang

baru.

Proses pengumpulan benda koleksi di MMM menggunakan kriteria

tertentu walaupun belum ada rumusan definitif. Kriteria tersebut di antaranya

adalah benda yang menjadi koleksi harus berkaitan dan memiliki nilai karya misi

gereja KAS dan memiliki nilai bukan hanya lokal tetapi juga KAS. Benda-benda

tersebut juga memiliki relevansi dengan tokoh-tokoh tertentu seperti biara,

biarawati, uskup, dan awam dalam proses perkembangan gereja dari awal sampai

perkembangannya. Akhirnya, pada tanggal 12 Desember 2004, museum

diresmikan dan diberkati oleh Mgr. Ignatius Suharyo. Beliau menetapkan nama

museum menjadi Museum Misi Muntilan Pusat Animasi Misioner (MMM

PAM).236

MMM PAM adalah museum yang merawat dan mempresentasikan

aneka koleksi peninggalan misi dengan sungguh-sunguh. MMM PAM berharap

aneka koleksi bisa membawa umat sampai pada anamnesis, yaitu penghadiran

kembali karya misi dari masa silam ke masa kini yang digunakan untuk

236

Tim MMM, op. cit, hlm. vii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 102: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

84

membantu umat dalam menghadapi zaman dengan hati yang dikobarkan oleh

peristiwa iman para leluhur.237

MMM menjadi museum yang menekankan akan

pentingnya menggali makna di dalam benda koleksinya. Hal ini menjadi

keistimewaan dari MMM sendiri yang tidak hanya mementingkan pada kegiatan

pameran saja. MMM secara tidak langsung telah mempraktekkan teori yang

mengatakan bahwa museum memiliki peran strategis terhadap penguatan jati diri

masyarakat dengan cara menggali makna yang ada pada koleksi dan disampaikan

kepada masyarakat yang berkunjung.238

2. Kegiatan Museum Misi Muntilan yang Berkaitan dengan Pendidikan

Karakter

Ada tiga kegiatan yang dilaksanakan di MMM PAM. Kegiatan tersebut

antara lain kegiatan di bidang koleksi, preparasi dan konservasi, dan edukasi.

Kegiatan di bidang koleksi berkaitan adalah mencari, mengumpulkan,

menafsirkan nilai-nilai missioner peninggalan misi, serta menata dan menyajikan

koleksi.239

Kegiatan di bidang koleksi ini tidak dilakukan dengan sembarangan.

Hal ini sesuai dengan teori tentang penyajian koleksi. Penyajian koleksi tidak

hanya sekedar memperhatikan estetika atau keindahan tetapi juga informasi yang

akan disampaikan kepada pengunjung.240

Koleksi di MMM disajikan di dalam

ruangan berdasarkan temanya. MMM tidak memajang koleksinya secara

kronologis melainkan tematis. Dilihat dari segi penyajian koleksinya yang tematik

ini justru menjadi keistimewaan tersendiri bagi MMM sebab penyajian tematik

237

R. Sani Wibowo, SJ., op. cit, hlm. 5 238

Tjahjopurnomo, op. cit, hlm. 88 239

R. Sani Wibowo, SJ op.cit, hlm. 5 240

Schouten, op. cit, hlm. 23

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 103: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

85

menjadi faktor eksternal dari permasalahan museum di Indonesia yang pada

mulanya taksonomik dan kronologis.241

Kegiatan berikutnya adalah kegiatan dalam bidang preparasi dan

konservasi. Kegiatan ini berhubungan dengan mengelola dan memelihara gedung

museum serta mengusahakan pengembangan gedung dan sarana prasarana demi

tercapai tujuan MMM PAM.242

Misalnya memeriksa kondisi gedung museum dan

merawat sarana prasarana yang ada. Kegiatan selanjutnya pada bidang edukasi.

Kegiatan ini berkaitan dengan membangkitkan semangat MMM PAM dengan

merumuskan dan mengembangkan konsep misioner. Kegiatan bidang edukasi ini

secara konkret terwujud dalam pendampingan pengunjung.243

Tim yang

bertanggung jawab atas kegiatan bidang edukasi ini juga menerbitkan buku-buku

yang sesuai dengan konsep misioner MMM PAM.244

Kegiatan di bidang edukasi yang diselenggarakan oleh MMM berkaitan

erat dengan pembentukan karakter. Kegiatan edukasi di MMM dapat menjadi

sarana pendidikan karakter. Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai upaya

yang dikembangkan, didorong dan diberdayakan melalui keteladanan, kajian

(sejarah, dan biografi para bijak dan pemikir besar), serta praktik emulasi (usaha

yang maksimal untuk mewujudkan makna dari apa-apa yang diamati dan

dipelajari).245

Sesuai dengan teori di atas bahwa pendidikan karakter di MMM

dapat dimaknai sebagai upaya yang dikembangkan melalui keteladanan para

tokoh misioner sebagai usaha untuk mewujudkan makna dari karakter tokoh

241

Tjahjopurnomo, op. cit, hlm. 55 242

R. Sani Wibowo, op.cit, hlm. 5 243

Ibid, hlm. 6 244

Ibid, hlm. 16 245

Muchlas Samani dan Hariyanto, op. cit, hlm. 45

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 104: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

86

misioner yang dipelajari melalui kegiatan edukasi. Kegiatan edukasi yang sering

diselenggarakan adalah pendampingan kepada masyarakat. Ada dua kategori

pendampingan yang dilakukan, yakni pendampingan singkat dan pendampingan

panjang.

Pendampingan singkat adalah pendampingan yang dilakukan selama 30

menit sampai 3 jam. Pendampingan ini diselenggarakan dengan cara mengajak

pengunjung ke tempat presentasi film untuk diberi arahan, setelah itu diajak

berkunjung sambil dijelaskan. Pendampingan singkat juga dilaksanakan untuk

pengunjung perorangan. Bagi tim edukasi MMM, walaupun hanya ada satu

pengunjung tetap harus didampingi agar pengunjung tetap mendapatkan makna

dari kunjungannya tidak sebatas mengetahui yang tertera pada label.

Untuk pendampingan panjang disebut dengan rekoleksi. Rekoleksi adalah

pendalaman yang bersifat rohani berkaitan dengan semangat hidup untuk umat

Katolik. Pendampingan panjang dilakukan selama 4 jam hingga akhir pekan.

Selain rekoleksi, pendampingan ini bisa diselenggarakan dengan outbound

ataupun permainan tertentu tergantung dengan jenis karakter yang akan

dikembangkan. Pendampingan panjang ini diharapkan bisa membuat masyarakat

merasakan sungguh makna dari koleksi MMM untuk dirinya dalam kehidupan

sehari-hari.

Salah satu cara yang dilakukan oleh tim edukasi MMM ketika

pendampingan berlangsung misalnya dengan menunjukkan koleksi gambar dari

tokoh misioner Mgr. Soegijapranata. Pada saat pendampingan tim edukasi tidak

hanya menjelaskan pengetahuan umum. Tim juga menyampaikan nilai-nilai yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 105: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

87

ada dari Mgr. Soegijapranata melalui semboyan 100% Katolik 100% Indonesia.

Setelah itu pengunjung didorong dengan pertanyaan-pertanyaan reflektif agar

pemahamannya dan nilai-nilai yang disampaikan semakin mendalam.

Selain itu, kegiatan edukasi yang berkaitan dengan pendidikan karakter

adalah Novena Misioner Selasa Kliwonan yang sebelumnya bernama Novena

Jumat Kliwonan. Novena Misioner Selasa Kliwonan yaitu pertemuan yang

diselenggarakan 35 hari sekali dengan menggunakan musik tradisional,

shalawatan, pertunjukkan seni, khotbah, dan lain-lain. Kegiatan ini adalah hasil

kerja sama antara MMM PAM dengan pengelola Kerkoff. Walaupun kegiatan ini

tidak berkaitan langsung dengan benda koleksi di MMM tetapi kegiatan ini

berkaitan dengan semangat yang diwarisi oleh para tokoh pendahulu. Hal ini

terkait dengan tujuan yang dikehendaki oleh MMM untuk membawa umat sampai

pada anamnesis, yaitu penghadiran kembali karya misi dari masa silam ke masa

kini yang digunakan untuk membantu umat dengan mengobarkan peristiwa iman

para leluhur.246

Kegiatan edukasi lain yang masih berkaitan dengan pendidikan karakter

adalah orientasi sekolah yang dilakukan atas kerja sama antara sekolah yang ada

di sekitar museum dengan MMM. Misalnya SMA Pangudi Luhur van Lith yang

mengajak siswanya berkunjung ke museum untuk mengenal tokoh-tokoh terutama

Romo van Lith. Melihat kegiatan edukasi yang beragam tersebut tentu saja MMM

tidak bekerja sendiri. MMM PAM melakukan kerja sama dengan jaringan kerja,

misalnya: kelompok Paroki Santo Antonius Muntilan, sekolah di sekitar museum

246

Sani Wibowo, SJ., op. cit, hlm. 5

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 106: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

88

seperti SMP Kanisius Muntilan dan SMA Pangudi Luhur van Lith, kerkoff, dan

juga masyarakat sekitar.

Dalam menyelenggarakan kegiatan edukasi MMM mengalami berbagai

kendala. Pertama adalah kendala dalam inovasi penyelenggaraan. Inovasi

penyelenggaraan di sini berkaitan dengan cara menyampaikan sejarah dan

semangat misi itu baik kepada anak-anak, remaja, maupun orang dewasa. Untuk

mengatasi kendala tersebut tim edukasi MMM berusaha mengikuti pembelajaran

secara rutin.

Kendala berikutnya adalah ketidakcukupan ruang. Semakin banyak orang

yang mengenal museum, semakin banyak pula yang ingin menyumbangkan

koleksi. Sementara, koleksi yang ada sudah banyak. Kendala tersebut diatasi

dengan mengajak pihak lain yang masih berkaitan untuk menyediakan ruangan

khusus sebagai tempat menyimpan sendiri koleksinya kemudian museum

membantu dengan memberikan edukasi. Misal ketika ada yang ingin mempelajari

tentang Romo van Lith yang berpusat di Muntilan, tim edukasi MMM bisa

bekerja sama dengan Gereja dan Susteran Fransiskan di Gedangan maupun gereja

tua di Ambarawa. Nantinya tim edukasi MMM yang akan bertugas

merangkaikannya dalam bentuk katekese (edukasi). Kendala lain adalah ketika

ada kunjungan yang mendadak sementara MMM sudah memiliki program lain. Ini

menjadi kendala dalam pengaturan waktu karena tenaga dari MMM ini terbatas

sehingga belum bisa melayani pengunjung dengan jumlah yang sangat besar.

Berdasarkan paparan di atas kegiatan edukasi di MMM yang berkaitan

dengan pendidikan karakter antara lain pendampingan kepada masyarakat,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 107: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

89

Novena Misioner Selasa Kliwonan, dan pendampingan kepada siswa SMA

Pangudi Luhur pada masa orientasi sekolah. Kegiatan-kegiatan tersebut memiliki

banyak nilai karakter yang dapat digali, tetapi karakter utama yang ditonjolkan

adalah karakter misioner. Walaupun dalam menyelenggarakan kegiatan edukasi

mengalami berbagai kendala, pengelola MMM selalu berusaha untuk mengatasi

kendala tersebut.

3. Persepsi Masyarakat Terhadap Keberadaan Museum Misi Muntilan

Sebagai Sarana Pendidikan Karakter

Persepsi adalah suatu proses yang didahului oleh penginderaan dan

dipengaruhi oleh stimulus yang mengenai individu itu kemudian diorganisasikan,

diinterpretasikan, sehingga individu menyadari tentang apa yang ada

diinderanya.247

Dalam penelitian ini yang dimaksud masyarakat terdiri dari

pengelola Museum Misi Muntilan (selanjutnya disingkat MMM)248

, pengunjung,

dan guru di sekolah sekitar MMM.

Mayoritas pengunjung yang datang adalah umat Katolik. Umat Katolik

pun masih terbagi ke dalam beberapa kategori. Misalnya kategori anak dan remaja

seperti komunitas sekolah, kelompok missdinar, kelompok sekolah minggu, dan

kelompok komuni pertama. Kategori orang muda sebagai contoh adalah Panitia

Asian Youth Day (AYD) 2017. Untuk kategori dewasa, contohnya adalah

keluarga, lingkungan, paroki, romo, uskup, dan lain sebagainya. Seiring dengan

perkembangannya MMM mulai dikenal oleh masyarakat luas. MMM mulai berani

247

Bimo Walgito, op.cit, hlm. 53 248

Pengelola MMM antara lain: Romo Bambang Sutrisno, Pr. ketua tim pelaksana pembangunan

MMM, Romo Nugroho, Pr. direktur MMM periode 2014 sampai 2018, Bapak Seno anggota tim

edukasi MMM, dan Bapak Muji guru agama Katolik dan salah satu anggota tim edukasi MMM.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 108: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

90

membuka diri dengan membentuk jaringan dengan kelompok lintas iman, sebagai

contoh kelompok NU. Tidak hanya itu saja pengunjung MMM juga ada yang

datang dari Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga dan Universitas Negeri

Yogyakarta. Mereka datang untuk mempelajari hal-hal berkaitan dengan sejarah

gereja. Untuk mempermudah pembahasan dalam penelitian ini, peneliti membagi

pengunjung ke dalam tiga kategori sesuai dengan teori, yaitu: pengunjung pelaku

studi,

pengunjung bertujuan tertentu, dan pengunjung pelaku rekreasi.249

Pengunjung pelaku studi ialah mereka yang menguasai bidang studi tertentu

berkaitan dengan koleksi museum untuk menambah pemahamannya,

melaksanakan tugas atau pekerjaan tertentu dan sebagainya.250

Pengunjung

bertujuan tertentu adalah pengunjung yang datang ke museum karena bertepatan

dengan acara pameran yang diselenggarakan oleh pihak museum. Pengunjung

pelaku rekreasi ialah pengunjung yang datang ke museum untuk berekreasi tanpa

ada maksud tertentu atau memberikan perhatian khusus terhadap koleksi atau

cerita yang ada.251

Persepsi masyarakat terhadap MMM sebagai sarana pendidikan karakter

dari segi pengelola adalah positif. Pengelola MMM setuju jika MMM menjadi

sarana pendidikan karakter. Pendidikan karakter adalah sarana pengembangan

kemampuan yang berkesinambungan dalam diri manusia untuk mengadakan

249

Schouten, op. cit, hlm. 10 250

Pengunjung dengan kategori pelaku studi di dalam penelitian ini adalah Tia (mahasiswi

Universitas Surabaya), Angel dan Sari (Siswa SMA Pangudi Luhur van Lith), dan Ryan Saputra

(Mahasiswa jurusan museologi UGM). 251

Pengunjung pelaku rekreasi di dalam penelitian ini adalah Bu Harjono, Pak Jimmy, Brurry

Nugroho dan Pak Paulus Sulistyo

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 109: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

91

internalisasi nilai.252

Hal ini sejalan dengan tujuan awal didirikannya museum dan

berbagai kegiatan edukasi yang diselenggarakan oleh MMM. Tujuan awal

didirikan museum adalah untuk pendidikan karakter misioner. Karakter misioner

adalah karakter orang yang berani menjadi saksi kegembiraan Injil. MMM juga

menjadi sarana tugas perutusan karya misi di mana tugas karya misi saat ini

adalah pembentukan karakter. Walaupun karakter itu berasal dari internal

seseorang namun dapat dibentuk karena karakter itu sendiri dipengaruhi oleh

keluarga, sekolah, masyarakat, lingkungan pergaulan dan lain-lain, misalnya saja

pembentukan karakter melalui kegiatan edukasi MMM.253

Pembentukan karakter

melalui edukasi di MMM ini salah satunya dengan pendampingan kepada

masyarakat.

Pengelola MMM menyatakan bahwa pendampingan di MMM bertujuan

agar masyarakat mampu memahami diri sendiri dan menghargai sesamanya dan

menjadi terbuka. Seseorang yang sudah pernah mengikuti pendampingan di

MMM diharapkan dapat memiliki karakter yang berani berpendapat, berprinsip,

dan terbuka serta kritis seperti Romo van Lith.254

Beliau adalah tokoh yang

menjadi ikon di MMM. Romo van Lith menjadi ikon karena beliau adalah perintis

lahirnya jemaat Katolik di pulau Jawa dengan pembaptisan di Sendang Sono dan

ia mengembangkan atau mewartakan Injil lewat karya pendidikan.255

Romo van Lith membuka gagasan bahwa pola bermisi di Jawa tidak hanya

dengan membaptis orang Jawa menjadi Katolik. Hal ini terkait teori perlunya misi

252

Doni Koesoema A, op. cit, (Jakarta: Gramedia, 2010) hlm. 104-112 253

Sutarjo Adisusilo, op. cit, hlm. 76-77 254

Hasil wawancara dengan Romo Bambang Sutrisno pada tanggal 17 Mei 2017 255

J. Soenarjo, op. cit, hlm. 12

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 110: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

92

sebagai motivasi eklesiologis yang mengatakan bahwa hubungan yang terjalin

antara iman Gereja kepada Kristus ditandai dengan pembaptisan dan keanggotaan

di dalam tubuh. Iman, pembaptisan dan keanggotaan dalam Gereja menjadi

persyaratan dalam menuju keselamatan. Namun, bukan sekedar soal menambah

jumlah penganut agama Kristen tetapi Iman akan Yesus Kristus menjadi usaha

yang pertama.256

Bagi Romo van Lith bermisi di Jawa adalah bentuk perjuangan

kasih Allah untuk mengangkat martabat orang Jawa agar setara dengan orang

Eropa.257

Romo van Lith sebagai ikon dari MMM tentunya adalah seorang

misionaris dengan karakter yang kuat. Karakter yang dimaksud di sini adalah cara

berpikir dan berperilaku yang khas setiap individu untuk hidup dan bekerja sama,

baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.258

Jika dikaitkan

dengan teori tersebut maka karakter Romo van Lith antara lain beriman, berguna

bagi orang lain (man for the others), dan menghargai budaya. Melalui karakter

yang dimilikinya Romo van Lith berhasil menemukan cara mengatasi

permasalahan yang ada di Jawa yakni dengan pendidikan. Pendidikan diartikan

sebagai proses perubahan pikiran dan perasaan, perilaku secara keseluruhan baik

terhadap individu maupun kelompok dengan melibatkan lingkungan sosial,

struktur sosial, institusi sosial yang bertujuan mewujudkan masyarakat damai dan

sejahtera.259

Teori tersebut sejalan dengan pendidikan yang dikembangkan oleh

Romo van Lith. Pendidikan yang diselenggarakan oleh Romo van Lith mampu

256

Edmund Woga, op. cit, hlm. 211-214 257

Tim Edukasi MMM PAM, Pendidikan Model van Lith, (Muntilan: MMM, 2008), hlm. 29 258

Muchlas Samani dan Hariyanto, op. cit, hlm. 43 259

Nyoman Kutha Ratna, op. cit, hlm. 74

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 111: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

93

mewujudkan masyarakat Jawa yang lebih sejahtera dan melahirkan orang-orang

yang nantinya menjadi tokoh yang berguna bagi bangsa. Tokoh-tokoh tersebut

antara lain: Mgr. Soegijapranata, I.J. Kasimo, C. Simajuntak, dan Yos Sudarso.

Dalam mendidik anak, remaja, dan kaum muda Romo van Lith tidak memandang

golongan kaya maupun miskin. Bagi Romo van Lith pendidikan tidak sekedar

mencetak calon pegawai tetapi sebagai sarana untuk perwujudan iman.

Perwujudan iman berarti tekanan pada pengalaman atau tindakan hidup yang

sesuai dengan nilai-nilai Kristiani.260

Usaha penyelenggaraan pendidikan yang dilakukan oleh Romo van Lith

membuahkan hasil. Hasilnya adalah sekolah pendidikan guru yang didirikan di

Muntilan pada tahun 1904.261

Pada tahun 1907 sekolah desa yang menjadi sebuah

permulaan adanya pendidikan massal bercorak Barat dibuka di seluruh wilayah

Hindia Belanda. Para alumni dari sekolah Muntilan memiliki peluang kerja yang

amat besar.262

Pada tahun 1912, Pastor van Lith membentuk yayasan yang

bernama Xaverius College dibantu oleh para Bruder FIC.263

Sekolah ini mendapat

sambutan baik dari masyarakat sehingga dalam perjalanannya sekolah yang

didirikan oleh Pastor van Lith semakin berkembang.264

Melihat hasil karya dalam

pendidikan tersebut terlihat kegigihan Romo van Lith dalam melakukan karya

misi di Jawa. Karya misi Romo van Lith tidak hanya berguna bagi gereja tetapi

juga bagi bangsa Indonesia.265

260

Tim Edukasi MMM, op. cit, hlm. 35-36 261

Kareel Steenbrink, op. cit, hlm. 384 262

Kareel Steenbrink, loc. cit 263

J. Soenarjo, Muntilan, op. cit, hlm. 14 264

J. Soenarjo, op. cit, hlm. 14 265

J. Soenarjo, loc. cit

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 112: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

94

Persepsi masyarakat berikutnya dilihat dari segi pengunjung. Masih

berkaitan dengan teori persepsi yakni proses stimulus diterima oleh alat indera,

kemudian melalui proses persepsi sesuatu yang diindera tersebut menjadi sesuatu

yang berarti setelah diorganisasikan dan diinterpretasikan, stimulus dapat datang

dari luar maupun dari dalam individu.266

Stimulus yang dimaksud di sini adalah

benda-benda koleksi MMM yang ditangkap oleh pengunjung melalui

penginderaan (dengan indera penglihatan dan pendengaran). Pada umumnya

sebelum masuk ke dalam MMM pengunjung merasa penasaran terhadap

koleksinya.

Pendapat pengunjung tentang koleksi di MMM ada yang mengatakan

bahwa koleksi di museum lengkap dan menarik di mana setiap koleksi memiliki

ceritanya masing-masing dan bermakna, tetapi ada juga yang mengatakan bahwa

koleksi MMM masih minim dan perlu ditambah lagi caranya melakukan kerja

sama dengan paroki-paroki yang memiliki koleksi berkaitan dengan sejarah gereja

KAS. Setiap pengunjung memiliki pendapat masing-masing mengenai koleksi

yang ada. Hal ini disebabkan oleh faktor internal berkaitan dengan kondisi

jasmani dan fisik seseorang dan faktor eksternal berkaitan dengan lingkungan

sosial yang berpengaruh terhadap persepsi mereka dengan benda yang dilihat.

Faktor internal menjadi faktor yang paling berpengaruh, misalnya adanya

pengalaman atau motivasi tertentu.267

Pengunjung yang mengatakan koleksi di

MMM tidak lengkap bisa saja karena dia memiliki ekspektasi yang tinggi

266

Bimo Walgito, op.cit, hlm. 53-54 267

Ibid, hlm. 55

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 113: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

95

terhadap koleksi di MMM sebelum berkunjung atau dia sudah memiliki

pemahaman tertentu tentang koleksi sebuah benda di museum.

Setelah masuk ke museum melihat koleksi dan mendapatkan

pendampingan, kesan terhadap MMM pun muncul. Kesan pengunjung yang

muncul tersebut bermacam-macam dan hampir semua memiliki kesan positif.

Kesan positif yang muncul seperti pengunjung merasa mendapatkan manfaat dari

mengunjungi museum. Pengunjung merasa mendapatkan inspirasi baru dan

wawasan tentang sejarah gereja semakin bertambah. Pengunjung juga merasa

imannya semakin dikuatkan serta terdorong untuk memperbaiki diri dan melayani

sesame serta merasa semakin bersyukur kepada Tuhan.

Kesan pengunjung terhadap MMM tergantung dari seberapa besar

pemahaman maupun pengalaman dan minat yang dimiliki oleh pengunjung.

Kesan pengunjung ini bisa disebut persepsi. Persepsi adalah suatu proses yang

didahului oleh penginderaan.268

Kesan tersebut adalah hasil dari suatu proses yang

didahului oleh penginderaan terhadap koleksi yang ada di MMM, misalnya

dengan melihat koleksi dan mendengarkan cerita mengenai tokoh tertentu dibalik

koleksi, kemudian hal tersebut disimpan dan diinterpretasikan oleh masing-

masing individu. Dalam hal ini menurut aplikasi dari teori persepsi dalam

kehidupan disebut dengan impression formation. Impression formation, adalah

suatu proses dimana informasi tentang orang lain diubah menjadi pengetahuan

atau pemikiran yang relatif menetap tentang orang tersebut.269

Impression

268

Bimo Walgito, op. cit hlm. 53 269

Irbandi Rukminto Adi, op.cit, hlm. 114

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 114: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

96

formation tersebut berkaitan dengan bagaimana pengunjung melihat tokoh yang

ada di museum sebagai inspirasi mereka.

Sejumlah pengunjung mengatakan tokoh yang menginspirasi adalah Romo

van Lith. Pengunjung mengatakan walaupun Romo van Lith bukan orang

Indonesia, beliau sangat menghargai budaya dan gigih memperjuangkan martabat

masyarakat Jawa melalui pendidikan. Menurut beberapa pengunjung karakter

yang ada pada diri Romo van Lith ini dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-

hari bisa dengan menghargai budaya sekitar, peduli dengan sesama dengan tidak

membedakan orang lain, dan gigih dalam melakukan pekerjaannya.

Masih berkaitan dengan tokoh yang menginspirasi ada juga pengunjung

yang terinspirasi dengan Mgr. Ignatius Suharyo. Alasannya karena memiliki latar

belakang profesi yang sama sebagai anggota TNI. Karakter yang digali dari Mgr.

Ignatius Suharyo yaitu melakukan pelayanan dengan murah hati. Karakter

tersebut bisa menjadi keteladanan bagi siapa saja bahwa melakukan pelayanan itu

harus secara murah hati. Cara memaknai nilai karakter tersebut dalam kehidupan

sehari-hari yang utama adalah berusaha menjadi orang yang sabar, penuh cinta

kasih dan juga rendah hati terhadap sesama.

Tokoh lain yang menginspirasi pengunjung adalah Barnabas Sarikrama.

Barnabas Sarikrama merupakan orang yang pertama kali dibaptis oleh Romo van

Lith. Barnabas Sarikrama mampu memberikan inspirasi karena perjuangannya.

Ketika itu kakinya sedang sakit, ia mau menempuh jarak jauh untuk bertemu

dengan Romo van Lith dan dari situ ia mulai belajar agama Katolik. Ketika

kakinya mulai sembuh, sebagai ucapan terima kasihnya ia mengajak warga

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 115: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

97

setempat untuk belajar agama Katolik bersama Romo van Lith. Karakter yang

dapat digali dari Barnabas Sarikrama adalah rasa syukurnya dan kegigihannya.

Cara memaknai karakter Barnabas Sarikrama adalah dengan selalu bersyukur agar

mendapatkan kebahagiaan dan gigih dalam memperjuangkan hal yang diinginkan

Tokoh-tokoh di atas hanyalah sebagian kecil dari tokoh yang ditampilkan

di MMM. Setiap tokoh memiliki karakter khas yang dapat diteladani hingga

sekarang ini. Hal ini diperkuat dengan teori berikut bahwa karakter secara

universal dirumuskan sebagai nilai hidup bersama berdasarkan atas pilar:

kedamaian (peace), menghargai (respect), kerjasama (cooperation), kebebasan

(freedom), kebahagiaan (happiness), kejujuran (honesty), kerendahan hati

(humility), kasih sayang (love), tanggungjawab (responsibility), kesederhanaan

(simplicity), toleransi (tolerance), dan persatuan (unity).270

Nilai karakter universal

pada teori di atas dimiliki oleh tokoh-tokoh yang ditampilkan di MMM.

Berkaitan dengan MMM sebagai sarana pendidikan karakter pengunjung

dalam penelitian ini menyatakan setuju. Pengunjung berpendapat bahwa banyak

hal yang bisa dipelajari dari setiap tokoh yang telah dijelaskan oleh tim edukasi

museum ketika pendampingan berlangsung. Banyak tokoh yang selama ini jarang

diangkat tetapi memiliki karya luar biasa dan bisa menjadi teladan termasuk

kisah-kisah dari orang awam. Pengunjung juga mengaku senang dengan adanya

pendampingan sehingga mereka bisa mengetahui lebih tentang tokoh yang

ditampilkan di sana. Seorang pengunjung memberi saran agar museum

disosialisasikan kepada OMK (Orang Muda Katolik) di paroki-paroki dengan

270

Muchlas Samani dan Hariyanto, op. cit, hlm. 43

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 116: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

98

harapan agar ada yang terketuk hatinya dan muncul calon-calon pastor. Sementara

itu, seorang pengunjung pelaku studi memiliki persepsi bahwa MMM sebagai

sarana pendidikan karakter adalah hal unik. Selama ini walaupun museum selalu

dikatakan sebagai tempat edukasi, tetapi pada umumnya museum hanya fokus

pada kegiatan pameran saja. Hal ini berbeda dengan MMM. MMM justru

memiliki sistem edukasi yang bagus diwujudkan dengan berbagai kegiatan

edukasi. Kegiatan edukasi MMM pun tidak hanya diselenggarakan di dalam

museum saja tetapi juga di luar museum. Selain itu, tim edukasi MMM berlatar

belakang pendidikan agama sehingga bisa membentuk karakter.

Persepsi masyarakat dari segi guru juga positif. Melihat koleksi dan

kegiatan yang ada di MMM para guru SMP Kanisius Muntilan dan SMA Pangudi

Luhur van Lith setuju dengan MMM sebagai sarana pendidikan karakter. Sesuai

dengan definisi dari pendidikan karakter yaitu sebagai upaya sadar dan sungguh-

sungguh dari seorang guru untuk mengajarkan nilai-nilai kepada siswanya.271

Artinya para guru dan tim edukasi MMM sudah berusaha mengajarkan nilai-nilai

melalui kegiatan edukasi. Guru SMA Pangudi Luhur van Lith merasakan bahwa

karakter yang ditanamkan pada siswa itu bisa dikembangkan sampai siswa lulus

dari sekolah. Hal ini terbukti pada alumni-alumni yang memiliki nilai lebih ketika

dibandingkan dengan alumni SMA lain.

Melalui pendampingan dan kegiatan yang didampingi oleh Romo

Nugroho, Pr. nilai-nilai karakter itu sejalan dengan yang ada di MMM. Mengenai

MMM sebagai sarana pendidikan karakter guru SMP Kanisius mengatakan bahwa

271

Muchlas Samani dan Hariyanto, loc.it.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 117: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

99

nilai karakter dapat dilihat dari keteladanan tokoh-tokoh yang ditampilkan di

museum. Cara yang dilakukan untuk menyampaikan nilai karakter kepada siswa

adalah dengan memperlihatkan dan memahami benda-benda peninggalan para

misionaris. Misalnya melalui pendampingan dijelaskan kepada siswa tentang

kedatangan para misionaris dengan karakternya yang sopan, ramah dan bisa

menghargai budaya setempat.

Para guru ini memiliki persepsi positif karena mereka marasakan manfaat

dari MMM. Para guru tersebut memanfaatkan MMM sebagai sarana pembelajaran

untuk menambah pengetahuan umum siswa khususnya yang beragama Katolik

atau Kristen dan tidak menutup kemungkinan yang beragama lain. Para guru juga

merasakan manfaat dari kegiatan edukasi seperti pendampingan. Siswa diajak

untuk melihat, memahami, dan meneladani tokoh-tokoh berkarakter yang

ditampilkan di museum. Ini mecerminkan bahwa pendidikan yang dilakukan di

sekolah tersebut tidak hanya mementingkan aspek kognitif saja, tetapi juga aspek

sosial dengan memanfaatkan pendampingan yang ada di MMM. Hal ini diperkuat

dengan teori yang menyatakan bahwa pendidikan bukanlah tempat membentuk

manusia yang hanya mementingkan aspek kecerdasan (kognitif), melainkan upaya

mencapai kemerdekaan, pembebasan, dan kesetaraan bagi setiap individu maupun

kelompok yang terlibat dalam pendidikan, terutama bagi peserta didik.272

Mengenai MMM sebagai sarana pendidikan karakter ada juga sebagian

kecil yang berpersepsi negatif. Persepsi negatif ini muncul dari pengunjung yang

terdiri dari siswa dan umum. Siswa yang diwawancarai oleh peneliti berpendapat

272

Mukhrizal Arif, dkk, op. cit, hlm. 247

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 118: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

100

bahwa pendidikan karakter di museum itu belum terlihat. Hal ini disebabkan

karena mereka belum mendalami apa yang ada di museum dan berkunjung hanya

satu kali ketika masa orientasi saja. Salah satu pengunjung memiliki pendapat

bahwa MMM sebagai sarana pendidikan karakter itu belum terlihat karena orang

yang datang kesana juga hanya sekedar berkunjung. Menurutnya agar pendidikan

karakter itu terlihat harus ada proses di sana misalnya pendampingan secara intens

anak kecil setiap Minggu sehingga perubahan karakter pada anak dapat terlihat.

Adanya perbedaan pendapat tentang MMM sebagai sarana pendidikan

karakter ini dikarenakan adanya faktor yang berpengaruh pada persepsi, terutama

faktor internal yakni faktor dari dalam individu. Misalnya pemahaman atau

pengetahuan yang berbeda-beda mengenai museum. Persepsi bersifat individual

karena berkaitan dengan perasaan, kemampuan berpikir, dan pengalaman setiap

individu yang tidak sama sehingga dalam mempersepsi stimulus hasilnya

berbeda.273

Berdasarkan penelitian di atas sejumlah pengunjung memiliki persepsi

yang positif terhadap MMM sebagai sarana pendidikan karakter. Pendidikan

karakter adalah sarana pengembangan kemampuan yang berkesinambungan dalam

diri manusia untuk mengadakan internalisasi nilai.274

Ini diperkuat dengan

kegiatan yang diselenggarakan oleh MMM yang selalu berkaitan dengan

pengembangan nilai-nilai kehidupan.Walaupun ada yang berpendapat bahwa

pendidikan karakter di MMM itu belum terlihat. Sebenarnya hal itu terjadi karena

273

Bimo Walgito, op.cit, hlm. 100 274

Doni Koesoema A, op.cit, hlm. 104-112

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 119: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

101

pemahaman mereka tentang kegiatan edukasi di MMM masih kurang dan merasa

tidak mendapat manfaat dari kunjungan yang dilakukan.

Berdasarkan uraian di atas masyarakat dalam penelitian ini memiliki

persepsi positif terhadap MMM sebagai sarana pendidikan karakter. Hal ini

terlihat dimana masyarakat yang terdiri dari pengelola MMM, sejumlah

pengunjung dan guru menyatakan setuju jika MMM digunakan sebagai sarana

pendidikan karakter. Pendidikan karakter memiliki banyak fungsi seperti: (1)

mengembangkan potensi dasar agar berhati baik, berpikiran baik, dan berperilaku

baik; (2) membangun perilaku bangsa yang multikultur; dan (3) meningkatkan

peradaban bangsa yang kompetitif dalam pergaulan dunia.275

Fungsi pendidikan

karakter pada teori di atas terwujud dalam kegiatan edukasi yang ada di MMM.

Melalui pendampingan masyarakat diajak untuk mengembangkan karakter

sehingga bisa selalu berperilaku baik, dan membangun perilaku bangsa yang

multikultur dengan mengenalkan tokoh-tokoh teladan yang berasal dari berbagai

daerah, suku, bahkan dari luar negeri dan mengenalkan berbagai budaya melalui

acara Novena Misioner Malam Selasa Kliwon. Tujuan utama pendidikan karakter

adalah menumbuhkan seorang individu menjadi pribadi yang memiliki integritas

moral dan mampu mengusahakan sebuah ruang lingkup kehidupan yang

menghayati integritas moralnya dalam tatanan kehidupan masyarakat. Ruang

lingkup pendidikan karakter tidak hanya individual tetapi juga melibatkan

lingkungan sosial seperti halnya di Museum Misi Muntilan.276

275

Muchlas Samani dan Hariyanto, op. cit, hlm. 52 276

Loc. cit

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 120: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

102

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai

berikut:

1. Sejarah Museum Misi Muntilan Pusat Animasi Misioner (MMM PAM)

berawal dari peringatan Keuskupan Agung Semarang ke-50. Dalam

peringatan tersebut membahas beberapa program yang salah satunya

adalah pembangunan museum. Museum yang diprogramkan tersebut

diharapkan dapat menjadi museum yang hidup. Maksud dari museum yang

hidup adalah museum yang dapat menjadi sarana edukasi bagi setiap orang

yang berkunjung sehingga museum bukan menjadi gudang mahal untuk

menyimpan benda-benda peninggalan sejarah. Museum yang hidup

tersebut dibangun di Muntilan. Alasannya adalah pertimbangan historis

bahwa Muntilan adalah tempat Romo van Lith sebagai peletak dasar awal

berkembangnya jemaat Katolik di Jawa memulai misinya sehingga disebut

Betlehem van Java. Karya misi yang ada di Muntilan memiliiki pengaruh

yang kuat terhadap Keuskupan Agung Semarang. Pada saat itu Mgr.

Ignatius Suharyo menunjuk Romo Bambang Sutrisno sebagai ketua tim

pelaksana pembangunan museum yang bernama (Pelayanan

Pendampingan Penggembala Jemaat Keuskupan Agung Semarang). Dalam

pembangunan museum muncul berbagai kendala, yakni kepemilikan

tanah, pendanaan, pembangunan gedung, dan pemahaman tentang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 121: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

103

museum. Akan tetapi kendala tersebut dapat di atasi dengan cara

musyawarah.

2. Kegiatan Museum Misi Muntilan yang berkaitan dengan pendidikan

karakter adalah kegiatan di bidang edukasi. Kegiatan edukasi yang

diselenggarakan Museum Misi Muntilan yakni, pendampingan yang dibagi

menjadi dua yakni pendampingan panjang dan pendampingan singkat,

Novena Misioner Selasa Kliwonan, dan kegiatan orientasi siswa baru

sekitar Muntilan. Kegiatan yang paling menonjol adalah pendampingan.

Pendampingan ini dilakukan oleh tim edukasi kepada masyarakat.

Pendampingan bisa dilakukan di museum maupun di luar museum karena

yang terpenting adalah semangat pengembangan karakternya. Hal ini

terkait dengan tujuan awal Museum Misi Muntilan didirikan sebagai

museum yang hidup. Adanya kegiatan-kegiatan tersebut pengunjung yang

datang diharapkan dapat mengambil makna dari kunjungan yang

dilakukan.Kegiatan edukasi di atas disebut berkaitan dengan pendidikan

karakter karena dalam penyelenggaraannya berkaitan erat dengan proses

internalisasi atau penanaman nilai karakter dari tokoh-tokoh teladan ada di

Museum Misi Muntilan.

3. Persepsi masyarakat terhadap keberadaan MMM sebagai sarana

pendidikan karakter dari segi pengelola adalah positif. Hal ini didukung

oleh faktor internal dimana pengelola begitu memahami essensi dari

berbagai kegiatan edukasi yang diselenggarakan. Selain itu, pengelola juga

sangat paham akan tokoh-tokoh misioner yang berkarakter. Untuk persepsi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 122: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

104

masyarakat dari segi pengunjung dalam penelitian ini sebagian besar

positif. Mereka yang memiliki persepsi positif berarti merasakan manfaat

dan makna dari kegiatan edukasi terutama pendampingan. Sebagian kecil

yang memiliki persepsi negatif disebabkan belum merasakan manfaat dan

belum begitu paham dengan kegiatan yang dilaksanakan karena

pendampingan hanya dilakukan satu kali. Persepsi masyarakat dari segi

guru terhadap MMM sebagai sarana pendidikan karakter positif. Persepsi

guru yang positif ini dipengaruhi oleh guru yang merasakan manfaat akan

pendampingan dan MMM tersebut sebagai sarana pembelajaran dan

penyampaian nilai karakter yang dimiliki oleh tokoh teladan yang

ditampilkan di MMM.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan, maka saran yang dapat disampaikan oleh peneliti

sebagai berikut:

1. Bagi pengelola MMM hendaknya melakukan promosi lebih banyak

kepada masyarakat di sekitar terutama orang muda. Agar masyarakat di

sekitar semakin mendapatkan manfaat dari adanya museum. Pengelola

hendaknya menunjukkan keindonesiaan dengan menampilkan tokoh-tokoh

nasional yang lahir dari pendidikan Romo van Lith.

2. Bagi tim edukasi MMM hendaknya melakukan pendampingan yang lebih

intensif kepada masyarakat sekitar. Hal ini terkait dengan proses

pembentukan karakter membutuhkan waktu yang lama.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 123: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

105

3. Bagi pengunjung hendaknya melakukan kunjungan lebih dari satu kali

agar dapat semakin memahami nilai-nilai yang didapat untuk kehidupan

sehari-hari.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 124: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

106

DAFTAR PUSTAKA

Afrizal. 2015. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rajagrafindo

Andi Prastowo. 2014. Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan

Penelitian. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media

Basrowi. 2005. Pengantar Sosiologi, Bogor: Ghalia Indonesia

Bimo Walgito. 2003. Psikologi Sosial: Suatu Pengantar. Yogyakarta: Andi

____________.2005. Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi

Burhan Bungin. 2014. Penelitian Kualitatif Edisi Kedua, Jakarta: Prenada Media

Group

De Vaulux, Bernard. 1969. History of the Missions. London: Burn and oates

Doni Koesoema A. 2010. Pendidikan Karakter Strategi Mendidik Anak di Zaman

Global. Jakarta: Gramedia

Hamid Darmadi. 2014. Metode Penelitian Pendidikan dan Sosial. Bandung:

Alfabeta

Husaini Usman dan Purnomo Setiady. 2008. Metodlogi Penelitian Sosial.

Jakarta: Bumi Aksara

Irbandi Rukminto Adi. 1994. Psikologi, Pekerjaan Sosial dan Ilmu Kesejahteraan

Sosial: Dasar-Dasar Pemikiran. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Khidir Marsanto P. 2012. Basis, Nomor 07-08, “Revitalisasi Museum”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 125: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

107

Kirchberger, George. 1999. Misi Gereja Dewasa Ini. Maumere: Lembaga

Pembentukan Berlanjut Arnold Jansen

Lexy Moleong. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung:

Rosdakarya

Made Pidarta. 2013. Landasan Kependidikan: Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak

Indonesia. Jakarta: Rhineka Cipta

Moh. Amir Sutaarga,. 1990. Pedoman dan Penyelenggaraan dan Pengelolaan

Museum. Jakarta :Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Muchlas Samani, dan Hariyanto. 2013. Konsep dan Model Pendidikan Karakter.

Bandung: Remaja Rosdakarya

Muhammad Yaumi. 2014. Pendidikan Karakter: Landasan, Pilar dan

Implementasi. Jakarta: Kencana

Mukhrizal Arif, dkk. 2014. Pendidikan Posmodernisme. Yogyakarta: Ar-Ruzz

Media

Nyoman Kutha Ratna. 2014. Peranan Karya Sastra, Seni, dan Budaya dalam

Pendidikan Karakter. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Rulam Ahmadi. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Ar-Ruzz

Media

R. Sani Wibowo, SJ. 2013. Rohani, No. 11, “Membangun Museum yang Hidup”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 126: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

108

Schouten. 1992. Pengantar Didaktik Museum (terj.). Jakarta: Proyek Pembinaan

Permuseuman Jakarta, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan

Steenbrink, Karel. 2006. Orang-Orang Katolik di Indonesia 1808-1942 (jilid 1).

Maumere: Ledalero

______________. 2006. Orang-Orang Katolik di Indonesia 1808-1942 (jilid 2).

Maumere: Ledalero

Strauss, Anselm dan Juliet Corbin. 2009. Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif

(terjemahan). Yogyakarta:Pustaka Pelajar

Sugiyono. 2014. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta

Suharsimi Arikunto. 2000. Manajemen Pendidikan. Jakarta: Rhineka Cipta

Sutarjo Adisusilo. 2014. Pembelajaran Nilai-Karakter:Konstruktivisme dan VCT

Sebagai Inovasi Pendekatan Pembelajaran Afektif. Depok: RajaGrafindo

Persada

Syamsul Kurniawan. 2013. Pendidikan Karakter. Yogyakarta: Ar. Ruzz Media

Tim Edukasi MMM. 2008. Pendidikan Model van Lith. Muntilan: MMM PAM

Tim MMM PAM. 2009. Pedoman Museum Misi Muntilan Pusat Animasi

Misioner. Muntilan: MMM PAM

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 127: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

109

Tjahjopurnomo. 2001. Sejarah Permuseuman di Indonesia. Jakarta: Direktorat

Permuseuman, Direktorat Jenderal dan Purbakala, Kementerian Pariwisata

dan Ekonomi Kreatif

Wina Sanjaya. 2013. Penelitian Pendidikan: Jenis, Metode dan Prosedur.

Jakarta: Kencana Prenada Media Grup

Woga, Edmund. 2006. Dasar-Dasar Misiologi. Yogyakarta: Kanisius

Sumber Internet:

Iqbal. Museum Pusat Peragaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.

(http://museumppiptek.blogspot.co.id/ ) diakses tanggal 17 April 2017

Mohammad Zakaria. Pengertian, Fungsi, dan Jenis-jenis Museum.

(http://belajaritutiadaakhir.blogspot.co.id/2011/08/museum-di-

indonesia.html) diakses tanggal 17 April 2017

Museum. (https://id.wikipedia.org/wiki/Museum ) diakses tanggal 17 April 2017

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 128: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

110

Lampiran 1

LEMBAR OBSERVASI MUSEUM

Lokasi : Museum Misi Muntilan

Waktu Pelaksanaan : 27 April 2017

No Objek yang diamati Hasil

Ya Tidak

1. Lokasi museum strategis √

2. Museum memiliki bangunan pokok ( pameran tetap,

pameran temporer, auditorium, kantor,laboratorium

konservasi, perpustakaan, bengkel preparasi, dan ruang

penyimpanan

Koleksi)

3. Museum memiliki bangunan penunjang (lobby, tempat

parkir, toilet dan pos keamanan)

4. Koleksi museum memiliki nilai sejarah dan nilai-nilai

ilmiah

5. Koleksi museum dijelaskan secara historis dan

fungsinya

6. Museum memiliki alat pengamanan (CCTV) √

7. Museum memiliki pengamanan yang ketat terhadap

koleksi

8. Ruangan penataan koleksi museum terjaga

kebersihannya

9. Museum memiliki pengatur suhu ruangan untuk

menjaga koleksi

10. Pencahayaan ada di setiap ruang koleksi di museum √

11. Museum memiliki ruang penyimpanan koleksi yang

luas

12. Museum memiliki daftar inventaris koleksi yang

diperbarui secara rutin

13. Museum memiliki kurator √

14. Museum memiliki memiliki tim edukasi √

15. Museum memiliki tenaga administrasi √

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 129: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

111

Lampiran 2 KISI-KISI WAWANCARA

1. Kisi-Kisi Wawancara Pengelola

No Butir-Butir Pertanyaan

1 Latar belakang berdirinya museum

2 Tujuan didirikannya Museum Misi Muntilan?

3 Alasan dipilihnya Muntilan

4 Proses pengumpulan benda di Museum

5 Kegiatan edukasi berkaitan dengan pendidikan karakter

6 Persepsi terhadap Museum Misi Muntilan sebagai sarana pendidikan

karakter

2. Kisi Kisi Wawancara Pengunjung

No Butir-Butir Pertanyaan

1 Tujuan berkunjung ke museum

2 Kesan pengunjung terhadap Museum Misi Muntilan

3 Persepsi terhadap Museum Misi sebagai sarana pendidikan karakter

3. Kisi-Kisi Wawancara Guru

No Butir-Butir Pertanyaan

1 Penggunaan Museum Misi sebagai sarana pembelajaraan

2 Penapat guru tentang koleksi

3 Cara memanfaatkan Museum Misi Muntilan

4 Persepsi terhadap Museum Misi Muntilan sebagai sarana pendidikan

karakter

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 130: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

112

Lampiran 3

PEDOMAN WAWANCARA KEPADA PENGELOLA MUSEUM MISI

MUNTILAN

Permasalahan 1: sejarah dan koleksi Museum Misi Muntilan

a. Apa yang menjadi latar belakang didirikannya Museum Misi Muntilan?

b. Apa tujuan didirikannya Museum Misi Muntilan?

c. Bagaimana visi dan misi Museum Misi Muntilan?

d. Apa saja kendala yang dihadapi ketika mendirikan Museum Misi Muntilan?

e. Mengapa Muntilan menjadi tempat yang dipilih untuk mendirikan Museum

Misi Muntilan?

f. Berasal darimana saja koleksi Museum Misi Muntilan?

g. Apa saja yang menjadi kriteria suatu benda untuk bisa menjadi koleksi di

Museum Misi Muntilan? Apa saja yang dilakukan dalam merawat benda-

benda koleksi? Adakah tim khusus yang merawat koleksi-koleksi tersebut?

Permasalahan 2: kegiatan Museum Misi Muntilan yang berkaitan dengan

pendidikan karakter.

a. Apa saja kegiatan yang dilaksanakan di Museum Misi Muntilan? Apa saja

kegiatan rutin yang dilaksanakan oleh Museum Misi Muntilan?

b. Apa yang menjadi kegiatan favorit yang dilaksanakan oleh Museum Misi

Muntilan? Mengapa kegiatan tersebut menjadi kegiatan favorit?

c. Apa saja kegiatan yang dilakukan oleh Museum Misi Muntilan dalam bidang

edukatif? Bagaimana kegiatan tersebut dilaksanakan? Adakah tim

khusus yang menangani kegiatan tersebut?

d. Siapa saja yang terlibat dalam kegiatan edukatif tersebut?

e. Bagaimana tanggapan dari masyarakat atas kegiatan edukatif tersebut?

Adakah masyarakat yang terlibat pada kegiatan tersebut?

f. Adakah kendala dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan tersebut?

Bagaimana Museum Misi Muntilan menghadapi kendala tersebut?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 131: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

113

Permasalahan 3: Persepsi masyarakat terhadap keberadaan Museum Misi

Muntilan sebagai sarana pendidikan karakter

a. Siapa saja yang menjadi pengunjung Museum Misi Muntilan? Berasal dari

mana saja pengunjung Museum Misi Muntilan?

b. Dari banyak tokoh yang ditampilkan di museum, siapa tokoh yang menjadi

ikon dari Museum Misi Muntilan? Mengapa tokoh tersebut dijadikan ikon

dari museum? Karakter apa yang dapat digali dari tokoh tersebut?

c. Selain karakter dari tokoh yang menjadi ikon Museum Misi Muntilan,

karakter apa saja yang bisa digali dari museum ini?

d. Bagaimana pendapat anda mengenai Museum Misi Muntilan sebagai sarana

pendidikan karakter?

PEDOMAN WAWANCARA PENGUNJUNG MUSEUM MISI MUNTILAN

Permasalahan: Persepsi masyarakat terhadap keberadaan Museum Misi

Muntilan sebagai sarana pendidikan karakter

a. Apakah anda sering mengunjungi museum?

b. Bagaimana kesan pertama ketika anda mendengar Museum Misi Muntilan?

c. Bagaimana pendapat anda mengenai koleksi yang ada di Museum Misi

Muntilan?

d. Dimana ruangan Museum Misi Muntilan yang paling anda sukai? Mengapa

anda menyukai ruangan tersebut?

e. Siapa tokoh yang memberi anda inspirasi? Apa alasannya?

f. Nilai-nilai karakter apa saja yang anda dapat dari tokoh tersebut?

g. Bagaimana anda memaknai nilai karakter dari tokoh tersebut?

h. Apa saja kegiatan Museum Misi Muntilan yang anda ketahui? Apakah anda

ikut terlibat di dalamnya?

i. Bagaimana pendapat anda tentang Museum Misi Muntilan sebagai sarana

pendidikan karakter?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 132: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

114

PEDOMAN WAWANCARA KEPADA GURU

Permasalahan: Persepsi masyarakat terhadap keberadaan Museum Misi

Muntilan sebagai sarana pendidikan karakter

a. Apakah anda pernah menggunakan Museum Misi Muntilan sebagai sarana

pembelajaran?

b. Bagaimana pendapat anda tentang koleksi Museum Misi Muntilan?

Apakah koleksi-koleksi tersebut membantu anda dalam menyampaikan materi

pembelajaran kepada siswa?

c. Bagaimana pendapat anda terhadap berbagai kegiatan yang diselenggarakan

Museum Misi Muntilan?

d. Apakah anda melibatkan para siswa untuk mengikuti kegiatan yang

diselenggarakan Museum Misi Muntilan?

e. Bagaimana cara anda dalam memanfaatkan Museum Misi Muntilan dalam

bidang pendidikan?

f. Melihat kayanya koleksi yang memiliki nilai-nilai karakter yang dapat digali

serta memiliki kegiatan edukatif, setujukah anda apabila Museum Misi

Muntilan menjadi sarana pendidikan karakter? Bagaimana pendapat anda?

g. Bagaimana cara yang anda lakukan untuk menyampaikan nilai-nilai karakter

yang dapat digali di Museum Misi Muntilan kepada para siswa?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 133: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

115

CATATAN LAPANGAN 1

WAWANCARA

Topik : Persepsi Masyarakat Terhadap Keberadaan Museum Misi

Muntilan Sebagai Sarana Pendidikan Karakter

Nama Peneliti : Nur Ardita Rahmawati

Responden : Tia (Pengunjung, Mahasiswi Universitas Negeri Surabaya,

Jurusan Farmasi)

Waktu : 22 April 2017

Keterangan P: Peneliti

I: Informan

P: Apakah Tia sering berkunjung ke museum?

I: Jarang, dulu pernah di daerah asal saya sekali di Ende.

P: Bagaimana kesan pertama Tia ketika mendengar kata “Museum Misi

Muntilan?”

I: Penasaran, Museum Misi? Aku memang suka hal-hal berbau sejarah, apalagi

ketika masuk ke dalam Museum Misi ada jubah-jubah Romo. Aku suka.

P: Dari banyak ruangan yang ada di Museum Misi Muntilan, ruangan mana yang

membuat berkesan atau ruangan mana yang paling menarik?

I: Ada dua ruangan yang membuat berkesan. Pertama, ruangan yang menceritakan

sejarah Paus Yohannes Paulus II yang datang ke Indonesia. Alasannya karena

penasaran dengan apa yang dilakukan Paus ketika datang kesini dan ada foto-foto

ketika Paus memimpin perayaan. Ruangan kedua, ruang yang ada foto van Lith.

Van Lith memiliki pengaruh namun jarang diangkat dalam tulisan sejarah. Aku

kagum dengan van Lith karena dia mengajarkan tentang persatuan bahwa orang

yang merdeka harus mengenal Allah dulu. Makanya beliau mengkatolikkan, atau

istilahnya menobatkan orang Jawa supaya merdeka, ketika orang Jawa merdeka

maka menjadi setara dengan Belanda.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 134: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

116

P: Jadi, tokoh yang menginspirasi Tia adalah Romo van Lith. Menurut Tia, apa

saja nilai-nilai yang bisa diteladani dari tokoh van Lith untuk kehidupan sehari-

hari?

I: Van Lith itu bukan orang Indonesia tetapi beliau mau berkorban dan melakukan

pelayanan yang total. Saat dia mencoba untuk mendekati orang Jawa secara tidak

langsung pasti dia “dilihat” sebelah mata oleh orang asing lain tetapi dengan

kerendahan hatinya, dengan tulusnya, untuk tetap menjalankan misinya, saya

harus membuat semua orang merdeka dihadapan Tuhan itu benar-benar

melakukan totalitas. Nilai yang bisa aku teladani adalah totalitasnya dalam

melakukan tugas. Aku belum bisa sampai kesitu jadi aku mau berusaha buat

melakukan tugas secara total.

P: Bagaimana tanggapan Tia kalau misalnya museum misi muntilan ini dijadikan

sarana pendidikan karakter?

I: Setuju sekali, karena banyak hal yang bisa dipelajari dari setiap tokoh-tokoh

yang dijelaskan oleh pendamping, banyak banget tokoh yang belum dikenal tetapi

hal-hal yang mereka kerjakan itu luar biasa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 135: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

117

CATATAN LAPANGAN 2

WAWANCARA

Topik : Persepsi Masyarakat Terhadap Keberadaan Museum Misi

Muntilan Sebagai Sarana Pendidikan Karakter

Nama Peneliti : Nur Ardita Rahmawati

Responden : Pak Muji (Pengelola MMM PAM)

Waktu : 27 April 2017

Keterangan P: Peneliti

I: Informan

P: Apa latar belakang didirikan Museum Misi Muntilan dan mengapa di

Muntilan?

I: Sebetulnya museum itu ada di Semarang di kompleks keuskupan tapi disana

agaknya tidak berkembang. Museum menjadi semacam gudang tempat

penyimpanan benda-benda bersejarah. Lalu Mgr. Suharyo tahun 1998, menunjuk

Romo Bambang Sutrisno untuk membuat museum yang hidup di Muntilan.

Mengapa di Muntilan? Karena ada alasan historisnya. Secara historis Muntilan

diakui sebagai tempat awal tumbuh berkembangnya jemaat Katolik di Pulau Jawa

maka Muntilan disebut Betlehem van Java. Maka museum diletakkan di pusatnya

yaitu di Muntilan. Lalu museum ini tahun 1998 Romo Bambang mulai merintis

membuat museum ini mulai didirikan bekerja sama dengan keuskupan dan Serikat

Jesuit (SJ). Tahun 2000 mulai beroperasi, mulai ada tamu, sudah mulai ditata, dsb.

Lalu tahun 2004 diberkati dan diresmikan oleh Mgr. Ignatius Suharyo

P: Apa tujuan utama didirikannya Museum Misi Muntilan?

I: Museum pada umumnya dikenal sebagai tempat menyimpan benda-benda

sejarah tetapi sekarang museum menjadi tempat pembelajaran bernilai sejarah.

Mengapa didirikan museum ini? Awalnya Mgr. Ignatius Suharyo mengatakan

untuk membuat museum yang hidup, supaya ada pembelajaran dari umat

mengenai dinamika hidup gereja. Jadi, museum ini didirikan supaya ada

pembelajaran bagi umat dinamika hidup gereja. Itu yang penting. Menjadi

museum yang hidup artinya setiap pengunjung di museum mesti dipandu. supaya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 136: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

118

mereka ada proses pembelajaran, kalau dibiarkan masuk (museum) hanya melihat

saja kurang mendapatkan makna.

P: Bagaimana cara mengumpulkan koleksi yang ada di Museum Misi Muntilan?

I: Pengumpulan koleksi yang pertama dari keuskupan, lalu bertambah karena

kami menyebarkan informasi tentang adanya museum ini. Maka, kelompok

religious banyak mengirim data-data historis. Kadang-kadang kami harus

mendatangi, seperti misalnya Pak Kari Dharmo Suprapto yang di Gunung Kidul

itu, kami datangi ke sana lalu membawa barang-barangnya. Jadi, hibah. Hampir

semuanya diserahkan secara hibah, kecuali lonceng dari Boro harus diganti

lonceng baru ke Boro. Koleksi itu sangat banyak dan ruangannya terbatas, maka

banyak disimpan di gudang.

P: Apa kriteria suatu benda koleksi dari MMM untuk bisa dipajang?

I: Jadi di sini itu pendekatannya adalah pendekatan proses dan tokoh. Pertama,

kita tampilkan tokoh-tokoh. Lalu di ruang tertentu proses bagaimana

perkembangan gereja dari awal hingga perkembangannya. Lalu ada tokoh awam,

tokoh biara-biarawati, tokoh-tokoh uskup, tokoh-tokoh berkharisma. Jadi, kami

tidak sembarang meletakkan setiap ruang itu mempunyai maksud tertentu.

P: Apa saja kegiatan yang dilakukan oleh MMM dalam bidang edukatif?

I: Dalam bidang edukatif antara lain: pertama, semua pengunjung harus dipandu.

Pemanduan itu adalah melaksanakan bahwa MMM menjadi pusat animasi

missioner yang menggemakan semangat bermisi. Pemanduan itu adalah proses

edukasi kepada pengunjung. Kedua dengan mengadakan kerja sama dengan

kelompok pengurus kerkoff yaitu setiap malam Selasa Kliwon “mengadakan

semacam pengajian” yaitu pertemuan dengan menggunakan musik tradisional,

shalawatan, penampilan, khotbah, dll. Itu adalah proses edukasi. Itu saya katakan

proses edukasi dari museum karena hampir semua yang menangani museum.

Ketiga, kami sering berkunjung ke kelompok-kelompok tertentu, kami tidak

hanya menunggu yang datang ke museum tetapi juga datang ke kelompok-

kelompok tertentu seperti paroki dan lingkungan. Disitulah mengadakan edukasi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 137: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

119

P: Dari ketiga kegiatan tersebut siapa saja yang terlibat?

I: Yang pokok adalah orang-orang dari museum tetapi juga menggunakan

jaringan-jaringan kerja. Jaringan kerja itu banyak sekali, misalnya jaringan

kelompok paroki Santo Antonius Muntilan. Jaringan itu bisa juga tenaga-tenaga

relawan yang pernah bekerja sama dengan Museum Misi Muntilan.

P: Bagaimana tanggapan dari masyarakat terhadap kegiatan yang diadakan

museum?

I: Kami melihat gejala-gejala yang ada, masyarakat di sini terutama masyarakat

Katolik, misalnya setiap malam Selasa Kliwonan yang diadakan di Kerkoff,

pengunjungnya cukup banyak. Lalu misalnya kerja sama dengan kelompok lintas

iman juga baik dan kami hampir setiap tahun mengadakan gelar budaya. Gelar

budaya ini melibatkan lintas iman dari pondok pesantren, dan sebagainya. Hal itu

menjadi tanda-tanda menunjukkan respon masyarakat cukup positif terhadap

museum ini.

P: Berkaitan dengan koleksinya, Museum Misi Muntilan memiliki banyak tokoh

yang ditampilkan. Siapa tokoh yang menjadi ikon dari Museum Misi Muntilan?

I: Sebetulnya tokoh utama itu Romo van Lith, karena beliau menjadi pelopor,

perintis munculnya jemaat Katolik Pulau Jawa dengan pembaptisan di Sendang

Sono. Kedua, karena mengembangkan atau mewartakan Injil lewat karya

pendidikan maka sampai pemerintah mengapresiasi karya van Lith itu hingga

mendapat bintang jasa dari pemerintah Oktober tahun lalu (2016). Jadi, gereja

tampil bermisi itu Romo van Lith menjadi ikonnya. Semua tokoh juga bermisi

tapi pasti lain misinya.

P: Karakter apa saja yang bisa digali dari museum ini?

I: Yaitu pertama, gereja itu berkembang karena keterlibatan semua pihak, itu yang

pokok. Gereja didukung oleh semua pihak. Lalu tokoh-tokohnya pada umumnya

itu sangat dekat dengan umat, seperti Mgr. Soegijapranata, lalu Yustinus Kardinal

Darmojuwono, jadi karakternya pertama keterlibatan semua pihak dan kedua,

pemimpinnya dekat dengan umat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 138: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

120

CATATAN LAPANGAN 3

WAWANCARA

Topik : Persepsi Masyarakat Terhadap Keberadaan Museum Misi

Muntilan Sebagai Sarana Pendidikan Karakter

Nama Peneliti : Nur Ardita Rahmawati

Responden : Bapak Ant. Tri Usada Sena (Pengelola MMM PAM)

Waktu : 2 Mei 2017

Keterangan P: Peneliti

I: Informan

P: Apa yang menjadi latar belakang didirikannya Museum Misi Muntilan?

I: Museum Misi Muntilan Pusat Animasi Missioner didirikan oleh Keuskupan

Agung Semarang. Tim persiapan sudah mulai ada tahun 1990. Pada waktu itu

keuskupan berulang tahun ke 50. Pada ulang tahun itu, ada beberapa program

yang dibuat oleh keuskupan. Programnya itu mengarah ke umat semua. Salah

satunya adalah membuat museum ini. Mengapa membuat museum? karena

pimpinan keuskupan waktu itu Mgr. Ignatius Suharyo berfikir: Semarang itu,

sebagai keuskupan boleh dikatakan baik, maju, istilah rohaninya mendapat banyak

rahmat, lalu museum menjadi wujud dari atas banyaknya rahmat tapi sekaligus

selain syukur, Mgr. Ignatius Suharyo mengingatkan bahwa kita bisa seperti ini

karena Semarang itu umatnya relatif banyak, umatnya terus berkembang, program

dan kegiatan bisa berjalan, dan ada sejarahnya. Pembuatan museum di satu sisi

sebagai ungkapan syukur, satu sisi mengingatkan terutama anak-anak muda juga

umat Semarang bahwa ini semua tidak langsung jadi, supaya dengan melihat

sejarah, umat lalu tertantang, untuk aku sendiri bisa menyumbang apa. Tahun

1990 mulai gagasannya, 1998 dibentuklah panitia persiapan namanya Panitia

Persiapan Museum Misi Muntilan Sejarah Gereja Keuskupan Agung Semarang

bukan Museum Misi Muntilan Pusat Animasi Misioner. Entah bagaimana,

kehebatan Mgr. Ignatius Suharyo yang ditunjuk menjadi pengelola itu

(kepanitian) justru bukan orang sejarah. Yang memimpin itu justru Romo

Bambang Sutrisno, beliau bukan orang sejarah tapi justru pengembang umat,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 139: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

121

pastor umat, memang ada beberapa ahli sejarah termasuk Ibu Sumini. Ibu Sumini

menjadi pendamping dari sisi sejarah lalu juga ada Romo Hasto. Lalu pada sisi

bangunan itu para insinyur dari Universitas Soegijapranata. Memang ada praktisi

museum namanya Pak Marsudi, beliau orang dari pemerintah yang bekerja pada

bidang kebudayaan bagian Muskala (Museum dan Benda Purbakala). Lalu dalam

perkembangannya, kita baru tahu gagasan Mgr. Ignatius Suharyo adalah supaya

museum yang dibangun ini nanti tidak seperti museum-museum yang lain. Waktu

itu museum-museum ada bangunan, ada benda-benda penting mahal

dikumpulkan. Lalu menjadi seperti istilahnya “gudang mahal”. Mgr. Ignatius

Suharyo berfikir supaya museum yang nanti didirikan Keuskupan Agung

Semarang itu istilahnya menjadi museum yang hidup. Museum yang bisa menjadi

sarana edukasi, museum yang tetap ada hubungannya dengan perkembangan

zaman. Maka waktu itu dipilihlah Romo Bambang Sutrisno yang mempunyai tim

bernama P3J. Tim inilah yang mengolah bagaimana sebuah benda mati bisa

berbicara untuk orang hidup jaman sekarang. Contohnya adalah sepeda onthel

(benda mati). Kalau dilihat hanya sepeda, tapi bagaimana dari sepeda itu bisa

memancing orang jaman sekarang, iya aku juga punya sarana transportasi, aku

juga punya sarana, bagaimana bisa aku gunakan untuk menjadi berkah bagi

banyak orang. Kira-kira itu latar belakang pendirian museum. Jadi ada historis,

ada yang kelembagaan tadi Keuskupan Agung Semarang. Tapi juga ada latar

belakang orang-orang tertentu seperti Mgr. Suharyo, lalu Romo Bambang dari sisi

ketokohannya dan kebetulan juga mulai dikumpulkan sebetulnya benda-benda

yang nanti akan menjadi koleksi di museum. Beberapa koleksi dikumpulkan di

Semarang sana. Lalu 1998 terbentuk panitia, sudah rapat lalu muncul dua bidang

dalam kepanitian itu, satu sisi namanya bidang kewadakan itu akan mengurus

bangunan, pemajangan, situasi sekitarnya, dan yang tidak kalah penting sisi

isinya. Isi itu lalu memikirkan edukasinya seperti apa. Lalu yang bagian wadak itu

lebih banyak ditangani oleh teman-teman dari Semarang, arsitek, ahli bangunan,

pendanaan dan sisi edukasi. Bu Sumini banyak mengisi sejarahnya, bagaimana

menata sejarah, urutannya seperti ini, dst. Lama-lama juga bergabung beberapa

teman dari Museum Benteng Vredeburg yang memberi masukan-masukan. Lalu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 140: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

122

tambah Romo Banar mulai menyusun belajar tentang sejarah, belajar tentang

museum, belajar tentang dokumen gereja yang ada kaitannya dengan kesejarahan

dan permuseuman. Setelah banyak belajar lalu tahun 2000 membangun wadahnya.

Lalu ini dibangun dan menjadi catatan sejarah untuk museum sendiri waktu itu

dipilih tempatnya di Muntilan. Bukan di Semarang. Alasannya adalah ketika tim

ini rapat yang bagian isi yang didampingi Bu Sumini dkk, pada rapat menemukan

jejak bahwa sebetulnya kekatolikan itu mau direpresentasikan seperti apa, kalau

secara historis maka Muntilan tempatnya karena di sinilah dulu Romo van Lith

peletak dasar sejarah gereja Keuskupan Agung Semarang tinggal dan menjalankan

aksinya maka mengapa museum ini tidak ada di Semarang tetapi ada di Muntilan.

Alasannya itu pertimbangan historis. Disinilah Romo van Lith pernah tinggal

buktinya ada pastoran, Gereja Santo Antonius, sekolah, maka lalu dipikirkan

museumnya ada di Muntilan tepatnya di pastoran dekat gereja, bangunannya tua,

memiliki nilai sejarah, merepresentasikan apa yang mau dibuat dengan museum

dan sangat mendukung suasananya. Karena pastoran masih digunakan maka perlu

Romo-Romo yang berkarya disitu dibuatkan rumah baru. Maka dibangunlah

tempat ini. Ini dulu ijinnya pastoran, maka kita lihat itu tempatnya dekat dengan

gereja, bentuk bangunannya ada ruang pertemuan, yang di atas itu kamar, yang di

bawah ada ruang pertemuan dan kamar yang gambarannya untuk pertemuan

OMK, PIA, dst. Tapi itu menjadi catatan sejarah saja karena ada umat yang

merasa kurang tepat sebetulnya kalau bangunan baru yang sebetulnya

diperuntukkan untuk pastoran lalu mau digunakan sungguh sebagai pastoran.

Terlalu sayang. Umat Muntilan masih merasa sayang kalau melepaskan pastoran

yang bersejarah itu lalu diganti ini. Timbul dinamika tertentu pada waktu itu..

Lalu Mgr. Ignatius Suharyo dengan kebijakan visionernya, bangunan yang calon

pastoran itu coba ditata menjadi museum. Maka tahun 2002, bangunan baru ini

lalu coba difungsikan menjadi museum. Dari situ, dari tahap awal yang dibuat itu,

Romo Bambang menawarkan beberapa kegiatan edukasi museum. Jadi di

museum tidak sekedar orang datang melihat koleksi tetapi ada sisi edukasinya

terutama untuk pengembangan umat, lalu pihak keuskupan Mgr. Ignatius

Suharyo, Romo Wignya, Mgr. Pujasumarta (mendiang) yang nanti menjadi uskup

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 141: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

123

Semarang waktu itu, merumuskan museum ini adalah tempat untuk

pengembangan semangat misi. Apa itu pengembangan semangat misi? Bahasa

sederhananya tempat dimana jiwa semangat kekatolikkan itu dihidupkan kembali

bukan sekedar kronologi sejarah adanya gereja tetapi lalu titik-titik sejarah itu

menjadi momen istilah bahasa agamanya itu rahmat, kaeros, bukan hanya kronos

tetapi kaeros yang ditangkap sehingga memungkinkan orang-orang keuskupan

jaman sekarang bisa berkarya seperti ini. Maka, muncul istilah Pusat Animasi

Misioner bahkan lalu Mgr. Ignatius Suharyo dan Mgr. Pujasumarta dalam salah

satu buku mengatakan sebetulnya yang mau dibangun oleh Keuskupan Agung

Semarang adalah pusat animasi misioner disebut pusat animasi misioner itu

wujudnya Museum Misi Muntilan. Maka sampai sekarang namanya menjadi

museum Misi Muntilan Pusat Animasi Misioner. Jadi, ada sisi permuseumannya,

sejarahnya, ada sisi pengembangan semangat kekatolikannya yaitu pusat animasi

missioner. Itu latar belakangnya.

P: Apa saja hambatan yang dihadapi ketika mendirikan Museum Misi Muntilan?

I: Kalau hambatannya lebih soal pemahaman tentang permuseumnya sendiri. Ada

yang memahami lalu mencoba menyatukan pemahaman itu sendiri. Ada yang

gambarannya sisi sejarah saja tapi lalu ada yang mengatakan, museum itu juga

sesuatu yang dinamis, boleh berkembang. Lalu hambatan lainnya itu pendanaan,

itu jelas karena gagasan seperti ini berbeda, di dalam gereja itu paling laris kalau

kegiatan ada ekaristi, dst tetapi kalau untuk pengembangan-pengembangan seperti

tidak serta merta lalu didukung. Apalagi ini tidak instan langsung kelihatan,

investasi jangka panjang tapi semuanya bisa dilalui dengan baik. Lalu pendanaan

dipikirkan dengan sungguh-sungguh. Tantangan selanjutnya dari sisi menyatukan

banyak pemahaman itu. Lalu dari umat yang tidak serta merta langsung

memahami ini maunya seperti apa. Tantangan internal sendiri kami bukan orang

sejarah sementara gambaran orang itu sendiri, orang datang ke museum tidak

salah kalau mengatakan itu sejarah. Lalu menghadapi tantangan itu kami belajar

sungguh dalam arti menyediakan tempat, waktu, datang ke ahli-ahli sejarah tapi

juga pembelajaran yang tidak langsung dari orang datang memberi masukan.

Tantangan berikut muncul setelahnya, entah bagaimana padahal tidak ada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 142: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

124

sosialisasi yang khusus rupanya menarik minat banyak orang juga museum ini

dan mulai berdatangan. Ketika berdatangan tantangan baru muncul lagi, seperti

bagaimana mengatur jadwal untuk melayani pengunjung, belum lagi nanti

semakin banyak lalu bagaimana menata supaya ada sinergi karena di sini ada

banyak sekali kepentingan seperti bruder memiliki kegiatan sendiri, sekolah

memiliki kegiatan, lalu bagaimana kalau museum juga ada kegiatan? Tapi justru

dengan melewati tantangan-tantangan itu gambaran museum yang diharapkan

terpetakan dengan baik, seperti kepentingan untuk sinergi, kepentingan untuk

edukasi, kepentingan untuk pencarian dana, atau kepentingan untuk kepentingan

internal kita. Dari sisi kelembagaan tantangan yang tidak mudah juga adalah

museum ini didirikan dengan menyatukan beberapa lembaga yang menjalankan

museum ini faktanya pada tahap awal adalah tim yang disebut P3J (Pelayanan

Pendampingan Penggembala Jemaat) Keuskupan Agung Semarang sebetulnya

urusannya mengurus umat tidak ada hubungannya dengan sejarah atau museum.

Lalu bagaimana itu menyatukan sisi sejarah dengan pengembangan umat? Itu juga

tidak mudah. Belum lagi dalam perkembangan lalu tim ini juga dipercaya untuk

mengelola namanya lembaga yang namanya Lembaga Karya Kepausan Indonesia

(KKI). Itu tidak mudah karena ada pengembangan jemaat lalu menjadi namanya

Komisi Karya Misioner, Karya Kepausan Indonesia, ada museum. Tahun 2006

bulan Desember muncul surat dari Mgr. Ignatius Suharyo menjembatani

ketegangan antar lembaga itu dengan mengatakan Museum Misi Muntilan itu

menjadi istilahnya sarana tugas perutusan bagi Komisi Karya Misioner dan Karya

Kepausan Indonesia. Setelah tantangan itu dijalani, bukan berarti tantangan

hilang, tidak.sampai sekarang pun masih ada suasana itu, ini museum tapi juga

Komisi Karya Misioner, juga Karya Kepausan Indonesia. Jadi, di Keuskupan

Agung Semarang secara kelembagaan museum ini boleh dikatakan yang dilihat

oleh Keuskupan sebagai lembaga itu ada Komisi Karya Misioner, lalu dibawah itu

ada divisi museum. Jadi, museum itu semacam divisi saja sementara untuk

masyarakat umum mereka tidak akan mengenal Komisi Karya Misioner yang

dikenal justru Museum Misi. Jadi tantangan dari sisi lembaga atau institusional

sebenarnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 143: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

125

P: Berasal dari mana saja koleksi Museum Misi Muntilan? Bagaimana suatu

benda bisa menjadi koleksi Museum Misi Muntilan?

I: Pada tahap awal semua koleksi merupakan kiriman dari Keuskupan Agung

Semarang, bentuknya ada jubah, patung, lalu ada gambar, foto, beberapa naskah,

panji-panji, dsb. Dalam perkembangan seringkali museum ini dikatakan museum

yang kaya. Karena semua benda koleksi yang kami miliki itu benda real (asli)

bukan duplikat. Misalnya ada jubah, sepeda, bentuk alat-alat liturgi. Sering kali

ada yang tanya belinya berapa. Lalu kami tunjukkan bahwa koleksi di museum ini

lebih banyak pemberian (hibah) yang pernah kami beli dalam arti mengganti

hanya sedikit, salah satu contoh lonceng Prenthaler karena kami berpikir itu

sangat bersejarah kami menemukan ada di suatu lokasi di Boro, Kulon Progo

karena benda itu masih berfungsi kita mengganti dengan lonceng yang baru tapi

yang lainnya itu hibah. Misal ada seorang bapak menyerahkan buku yang pernah

digunakan shalawatan di Sendang Sono, lalu ada bapak menyerahkan tutup

tabernakel sebagai praktik devosi. Ada lagi yang bersemangat untuk memberi, di

suatu paroki ketika ada yang datang 1 mobil ada yang membawa tumpukan kertas

banyak sekali dan dimasukkan sini, setelah dilihat rupanya tidak berhubungan

dengan sejarah KAS. Hal ini berkaitan dengan kriteria. Maka mulai menata

kriteria meski sampai sekarang belum terumuskan secara jelas. Lalu gambaran

besarnya yang bisa masuk ke Museum Misi Muntilan adalah benda-benda yang

ada hubungannya dengan 1) karya misi gereja 2) memiliki nilai bukan hanya lokal

tetapi untuk keseluruhan Keuskupan Agung Semarang. Baru dua itu kriterianya

dan itu masih sangat relatif. Setiap benda koleksi yang masuk, yang bisa kami

buat hanya dicatat, ini tahun berapa, nilai sejarahnya, ukurannya apa, baru sampai

tahap itu dulu. Belum sampai rumusan yang definitif untuk kriteria koleksi. Benda

tersebut bisa milik pribadi, tokoh atau milik lembaga.

P: Adakah tim khusus yang merawat koleksi-koleksi tersebut?

I: Secara kelembagaan pernah mencoba apa yang disarankan oleh permuseuman,

ada kuratornya, ada ketua museum, ada sekretaris, bendahara, tim edukasi, tim

preparasi konservasi dan tim koleksi.gambarannya seperti itu dan coba ditata

seperti itu. Tetapi sampai sekarang masih tarik ulur antara keinginan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 144: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

126

mengembangkan dengan kenyataan jumlah orang terbatas, pendanaan juga tidak

mudah. Memang belum ada tim secara khusus tapi kalau tertulis ada. Bidang

koleksi itu ada teman-teman dari Benteng Vredeburg, tapi yang nyata mengurus

adalah Mas Yuli. Mulai dari mengurus kebersihannya, penataannya lalu agak

terbengkalai sekarang pencatatannya atau nanti ke depannya mudah-mudahan ada

pemikiran untuk itu karena kalau terlambat yang namanya koleksi itu berbahaya

bisa rusak. Jadi, tim khusus secara faktual belum ada tapi kalau catatan atau

tulisan ada.

P: Apa saja kegiatan yang dilaksanakan di Museum Misi Muntilan?

I: Kegiatan di Museum Misi Muntilan, ada kegiatan yang berkaitan dengan

koleksi: mencari, mengumpulkan, mendata, mencatat, mempelajari, dan

memajangkan koleksi. Ada yang berkaitan dengan reparasi dan konservasi

kepentingannya merawat gedung, kebersihan, keamanan, kenyamanan, kerapihan,

keindahan, dst. Berikutnya ada kegiatan yang berkaitan dengan edukasi, mulai

dari sosialisasi, presentasi koleksi, kemudian juga menggali informasi,

menyampaikan informasi, meneliti benda-benda koleksi, menambah jangkauan

benda koleksi. Lalu kegiatannya yang berkaitan dengan edukasi secara konkret

paling sering adalah pendampingan pengunjung, dibedakan dengan pendampingan

singkat dan pendampingan panjang. Pendampingan singkat itu waktunya setengah

jam sampai dua jam. Ada pendampingan panjang mulai dari 4 jam sampai

weekend. Pengalaman pendampingan singkat biasanya rombongan ditempatkan

dalam rangkaian kegiatan misalnya ziarah. Mereka datang dari Yogyakarta,

Semarang, Magelang, Surabaya datang ke sini punya waktu 2 jam yang kita

lakukan mengantar di tempat presentasi film itu, memberikan pengantar lalu

mengajak berkunjung, lalu dijelaskan. Pendampingan pendek biasanya ramai pada

bulan-bulan seperti liburan Mei dan Oktober. Kami pernah mengalami

pendampingan yang panjang 4 jam sampai weekend.Istilah rohaninya rekoleksi.

Rekoleksi itu sebenarnya yang paling diharapkan, bukan hanya wisata

mengunjungi museum tetapi ada waktu bagi pengunjung untuk mencecap

sungguh nilai-nilai koleksi untuk kehidupan dirinya. Konkretnya misalnya melihat

foto Mgr. Soegijapranata. Tidak hanya tahu siapa Mgr. Soegijapranata lahir

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 145: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

127

dimana, meninggal tahun berapa, apa saja jabatannya tapi lalu juga merasakan

sungguh, beliau mempunyai semboyan semangat 100% Katolik 100% Indonesia

misalnya seperti itu, lalu orang diberikan kesempatan untuk merefleksikan

hidupnya apakah aku sebagai orang Katolik sudah mencoba menghidupi apa yang

disemboyankan oleh Monsigneur ini, apakah dalam hidupku jaman sekarang juga

tetap 100% Katolik 100% Indonesia. Lalu di tahap berikutnya bahkan ditanya

dengan refleksi lebih mendalam, kalau sudah bagaimana mempertahankannya,

kalau belum apa yang akan dilakukan? Itu bisa pribadi bisa kelompok bahkan

kelompok besar. Itu secara edukatif dicoba dijalankan di Museum Misi Muntilan

ini. Sekarang bagian ini sangat ditolong oleh tim sejarah, yang menyediakan data-

data meskipun masih belum terlalu lengkap, misalnya yang terakhir itu adalah

data-data tentang Lembaga Hidup Bakti yang ikut berkarya di keuskupan Agung

Semarang. Mereka menggali kelahiran tarekat-tarekat tertentu apa perannya, dst.

Itu sangat membantu untuk visi edukasi kita. Tapi kalau kegiatan yang berkaitan

dengan museum yang paling konkret adalah mendampingi pengunjung. Hal yang

harus diingat bahwa museum ini menjadi sarana tugas bagi Komisi Karya

Misioner dan Karya Kepausan Indonesia. Lalu dari kacamata museum, KKM dan

KKI itu mengisi dari sisi isi edukasinya yaitu semua edukasi yang dilakukan di

Museum Misi Muntilan intinya mendampingi pengunjung (menjadi guide bagi

pengunjung) itu tidak hanya cukup menunjukkan benda koleksi dengan data-data

fisik tetapi menyisipkan bagaimana caranya tentang semangat bermisi. Itu yang

menjadi seni di Museum Misi Muntilan ini. Siapa yang datang, mereka tidak bisa

dituntut untuk datang lalu mau mengembangkan semangat misi karena hal itu jauh

dari kehidupan, orang datang ke museum itu mau melihat museum, mau mengerti

sejarah, tetapi lalu di sini ada isi, tambahan isi tentang semangat misi itu. Maka

seringkali mencari celah, misalnya ditunjukkan ini foto Soegijapranoto, sejarah

hidupnya seperti ini tapi lalu akan disisipi semangatnya seperti ini 100% Katolik

100% Indonesia. Unsur permuseuman tidak terlalu penting sebetulnya, yang

penting ini foto, difoto tahun berapa, ukurannya berapa, harusnya seperti itu. Jadi,

mungkin kegiatan edukasi di sini yang lalu menjadi unik yaitu tidak sekedar

menunjukkan misalnya ada foto Basuki Abdullah itu, dipajangkan di museum ini,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 146: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

128

di museum lain yang akan ditunjukkan koleksinya itu, ini buatan Basuki Abdullah

tahun sekian, dibuat dengan cat seperti ini. Tapi disini lalu foto itu akan berbunyi:

Basuki Abdullah, orang awam ikut mencoba mengungkapkan imannya lewat

lukisan, maka kamu sebagai orang yang bukan romo, bukan bruder, kamu adalah

pelajar, kamu bisa melakukan apa sebagai seorang pelajar? Bisa dengan belajar

yang baik, tidak mencontek. Itu isi edukasi di sini seperti itu.

P: Apa yang menjadi kegiatan rutin di Museum Misi Muntilan?

I: Di sini ada sekretariatnya maka kegiatan rutin yang dijalankan masing-masing

bidang diharapkan bisa berjalan beriringan. Kegiatan rutin di bidang koleksi ada

perawatan rutin secara harian, mingguan. Kegiatan reservasi konservasi

mengelola ini ada mengurus cat, listrik, itu ada pekerjaannya sendiri. Kemudian

yang edukasi ada mencoba menggali sejarah dan mencatatkan. Lalu pengunjung

yang datang harus dilayani, itu menjadi pekerjaan rutin bagi kami.lalu bagian

kesekretariatan memikirkan bagaimana pengelolaan uangnya, kemudian menata

program-programnya, orang-orangnya. Itu menjadi pekerjaan rutin harian.

P: Adakah kegiatan edukasi Museum itu mengadakan penyuluhan ke sekolah?

I: Sebenarnya ada macam-macam bisa sosialisasi, informasi, kami sering

menyebutnya rekoleksi. Sebenarnya rekoleksi itu sama yaitu penyuluhan

menjelaskan misalnya pengalaman. Ada yang diprogramkan, dulu pernah dengan

SMP Kanisius Muntilan karena letaknya berdekatan. Lalu setiap Jumat ada

pembinaan bersama museum lalu mulai diprogramkan pada tahap awal

perkenalan, berikutnya mengenal tokoh ini, besok mengenal tokoh ini, dst. Atau

SMA van Lith setiap siswa baru harus mengenal museum atau kepada umat

keseluruhan di Muntilan kita membuat program Selasa Kliwonan. Itu titik

tolaknya dari museum dulu. Dulu ada koleksi dibawa lalu ditunjukkan, misal ini

koleksi Darmojuwono, besoknya ini koleksi Soegijapranata. Fisiknya seperti ini,

nilai semangatnya seperti ini. Kita sendiri juga membuat penyuluhan, Selasa

Kliwonan itu sebenarnya penyuluhan, hanya bentuknya orang umum akan lebih

mudah menyebutnya ini penyuluhan, kita menyebutnya rekoleksi. Hampir sama

sebetulnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 147: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

129

P: Adakah yang menjadi kegiatan favorit Museum misi Muntilan?

I: Kalau yang diprogramkan besar misalnya museum mengadakan Gelar Budaya,

itu bukan favorit tapi kegiatan lintas iman. Tidak hanya yang Katolik tapi lintas

iman. Lalu kegiatan Selasa Kliwonan itu tidak favorit tapi diprogram setiap 35

hari sekali. Museum yang menyelenggarakan. Lalu yang akhir-akhir ini dengan

Romo Nugroho dalam rangka ulang tahun misalnya mengadakan seminar tentang

museum, dalam rangka ulang tahun menyelenggarakan bagaimana membuat

berita-berita (latihan jurnalistik) dari melihat benda koleksi ini lalu dituliskan.

Akhir-akhir ini saja baru terprogramkan, istilahnya itu kami hanya menunggu

datangnya pengunjung. Dulu digambarkan sampai di depan itu ada vitrin

bergerak, digambarkan kalau ada paroki tertentu ingin melihat museum tidak bisa

datang kesini, lalu kami yang datang kesana membawa dua vitrin itu ditata sesuai

dengan tema yang diinginkan oleh sana tapi sampai saat ini belum pernah terjadi

seperti itu.

P: Adakah tim khusus yang menangani kegiatan edukatif di Museum Misi

Muntilan?

I: Ya, ada. Justru yang paling kuat dari museum ini adalah sisi edukatifnya.

Semua yang terlibat di museum ini seperti didorong untuk mampu menjadi tim

edukasi. Sekurang-kurangnya mendampingi pengunjung baik itu yang mengurus

koleksi, sekretariat, preparasi dan konservasi, itu di saat dibutuhkan harus mampu

menjadi tim edukasi dan sejak awal itu disadari oleh yang mendirikan museum

ini. Nafas atau roh dari museum ini adalah edukasinya. Bahkan kalau kita cermati

yang sekarang ini hnbpenataan koleksi itu mendasarkan diri pada gagasan

edukatif sebenarnya bukan kronologis karena edukasinya menghendaki tidak

kronologis. Lalu mengabdi kepada edukatif. Padahal sebetulnya ilmu museum itu

tidak seperti itu masing-masing berdiri secara otonom dan saling mendukung, tapi

disini yang terjadi bidang koleksi dan preparasi itu melayani edukasi. Misalnya

mengapa penataannya memakai cahaya yang seperti ini? Itu sebenarnya untuk

kepentingan supaya orang mudah belajar seperti itu.

P: Adakah keterlibatan masyarakat dalam keterlibatan kegiatan edukatif?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 148: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

130

I: Kalau keterlibatan dalam arti menjadi team guide itu pada waktu tertentu ada.

Kami selalu mengusahakan ada orang yang terlibat. Memang ada keterlibatan

umat Katolik di sini yang menjadi tim edukasi Museum Misi Muntilan. Misal ada

kunjungan yang banyak itu mengundang Bu Gatik, Pak Ali, Pak Daruno, dst.

Keterlibatan juga ada dalam bidang koleksi jadi umat menyerahkan miliknya

untuk diserahkan di museum. Itu kan juga keterlibatan masyarakat, terutama

masyarakat Katolik.

P: Adakah kendala dalam melaksanakan kegiatan edukatif tersebut?

I: Kendalanya itu kalau ada kunjungan mendadak. Sementara di sisni sudah ada

program, jadi hanya kendala pengaturan waktu saja. Lalu yang sangat klasik

adalah ketenagaan terbatas orangnya. Tidak terlalu bisa melayani banyak orang,

terbatas tempatnya. Saya merasa tidak banyak kendala.

P: Bagaimana cara menghadapi kendala tersebut?

Caranya kita bicarakan lalu koordinasi, kemudian kita janjian, siapa yang

melayani hari ini siapa yang besok.

P: Siapa saja yang menjadi pengunjung Museum Misi Muntilan?

I: Pada tahap awal mayoritas umat Katolik bahkan sampai sekarang karena ini

memang museum Katolik. Lalu kalau jenisnya macam-macam dari anak-anak,

pelajar, mahasiswa, kebanyakan juga umat umum. Profesinya juga macam-macam

dari umat awam, sampai pejabat gereja, biarawan, biarawati karena memang

diperuntukkan untuk itu. Lalu dalam perkembangan semakin dikenal masyarakat

umum. Seperti yang diungkapkan Romo Nugroho dalam refleksi waktu rapat,

ketika ditanya oleh Romo Provinsial apa yang paling dirasakan, Romo Nugroho

menjawab begitu banyak orang yang baik hati membantu kami. Akhir-akhir ini

dengan mulai berani membuka diri mengajak kelompok lintas iman dan tidak

sedikit yang datang, baik sekedar melihat maupun belajar. Saya pernah menemani

mahasiswa IAIN yang menyusun skripsi tentang perbandingan Romo van Lith

dengan Sunan Kalijaga. Lalu beberapa mahasiswa UNY bagian sejarah yang juga

belajar tentang sejarah gereja di Museum Misi Muntilan ini. Jadi, macam-macam

kalangan yang memanfaatkan museum ini. Sekitar 3 atau 4 tahun yang lalu Mgr.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 149: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

131

Pujasumarta secara eksplisit dalam surat gembala menyebut bahwa umat Katolik

KAS didorong untuk datang ke MMM PAM belajar lagi semangat misi. Sejak dua

tahun lalu sebelum beliau meninggal. Lalu semakin banyak lagi umat yang

datang. Meskipun kalau kami pergi ke paroki kemarin terakhir ke paroki

Gondang, di Klaten itu saja, paroki yang dekat, ketika mendampingi lalu kami

tanya siapa yang belum pernah datang ke museum? Hampir semua belum. Jadi,

masih banyak juga yang belum datang. Ada juga museum ini didatangi dari

wisatawan mancanegara, wisatawan dalam arti memang berwisata karena dibawa

oleh agen wisata. Dalam perjalanan dari Jogja ke Borobudur lalu dimampirkan

kesini. Ada juga yang datang kesini karena kompleks ini pernah menjadi situs

sejarah bagi orang Belanda tahun 1942-1944 kalau tidak salah menjadi markas

bagi tentara Jepang lalu banyak orang Belanda ditawan di sini lalu mereka

bernostalgia. Tapi juga ada orang luar yang memang kepentingannya ingin

melihat sejarah gereja biasanya mereka orang religius seperti suster, bruder.

P: Dari banyak tokoh yang ditampilkan, siapakah tokoh yang menjadi ikon dan

mengapa tokoh tersebut menjadi ikon di Museum Misi Muntilan?

I: Ikon dari Museum ini Romo van Lith, yang secara kronologis titik pijaknya

adalah van Lith. Van Lith menjadi ada titik masa sebelum van Lith dan sesudah

van Lith. Van Lith dari sisi perkembangan sejarah, dia adalah orang yang

membuka gagasan, gambaran, pola bermisi di Jawa yang menekankan bermisi

tidak sama dengan membaptis, kekatolikkan tidak serta merta dibaptis dan

memiliki KTP Katolik tetapi juga saya semakin memahami sosok van Lith

sebagai pribadi yang luar biasa. Bayangkan dia itu guru biasa, dia tidak

meninggalkan benda-benda yang bisa kelihatan sampai sekarang misalnya

jubahnya, catatannya, buku atau apa yang pernah melekat pada beliau itu kita

nggak punya. Tetapi semangat itu nampak dari penerus-penerus beliau. Apakah

ada seorang guru di Indonesia yang sampai melahirkan 4 orang muridnya jadi

pahlwan nasional, itu sangat istimewa, orang Belanda dan Katolik tinggal di sini,

mendidik anak Jawa, diakui oleh negara ini lewat murid-muridnya. Ada

Soegijapranata, Yos Sudarso, Cornelis Simanjuntak, ada lagi I.J Kasimo. Mereka

mengakui murid-murid Romo van Lith itu berjasa bukan hanya bagi gereja tapi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 150: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

132

juga bagi masyarakat. Itu istimewa, jadi keistimewaan gerejawi dia sebagai

pembeda antara masa sebelum dan sesudah Romo van Lith. Sebelum Romo van

Lith bermisi itu sangat tradisional jadi gambarannya gereja Katolik itu membawa

kebenaran, Jawa itu tanah kegelapan, terang itu artinya Jawa di Katolikkan.Tapi

Romo van Lith tidak seperti itu, dia dengan gagasannya yang sangat visioner itu

karakter kekatolikkan bisa ditangkap kalau Jawa merdeka. Itu dari sisi

gerejawinya. Kalau dari sisi pribadinya, seorang guru dengan 4 murid yang

menjadi pahlawan nasional tidak mudah. Maka bisa menjadi istimewa kalau

sebagai pribadi pada masa hidupnya biasa saja. Saya membayangkan Romo van

Lith seperti romo pada umumnya. Ketika beliau masih hidup itu banyak tokoh

Katolik yang lebih hebat menurut saya, ada Hoevenaars, ada tokoh lain yang

sampai dipatungkan di Bandung yang sampai meninggal di tanah misi. Tapi

Romo van Lith yang menjadi tokoh yang luar biasa karena itu tadi usaha

pencerdasan dan pembangkitan nasionalisme bagi orang Jawa.

P: Lalu apa saja nilai karakter yang dapat digali dari Romo van Lith?

I: Satu, menjadi manusia yang beriman, umat itu terungkap di dalam usaha

memperbaiki kehidupan masyarakat, supaya bisa seperti itu orang harus terdidik.

Lalu karakter yang kedua berguna bagi orang lain (man for the others) bukan

hanya diriku tapi juga orang lain. Ketiga, terdidik terus menerus. Terdidik tidak

dalam arti selesai sekolah selesai. Tapi dia terus menerus mau belajar mau

mendengarkan. Saya kira yang saya tangkap dari van Lith ya tiga itu.

Landasannya adalah iman, menjadi manusia religius tapi kereligiusannya itu tidak

sekedar kepentingan agama sendiri tapi lalu juga berguna untuk masyarakat.

Misalnya: Sogijapranata 100% Katolik 100% Indonesia. Yos Sudarso meninggal

untuk menyelamatkan yang lainnya, I. J Kasimo pada masanya menjadi menteri

kerakyatan yang sampai bertentangan dengan Sukarno kalau sudah sampai

kerakyatan. Cornelis Simanjuntak membangkitkan semangat nasionalisme melalui

lagu-lahu yang dia miliki. Bukan hanya untuk kepentingan dirinya lalu beriman,

berguna dan terdidik, terus menerus belajar. Kira-kira warisan itu yang bisa

diambil dari semangatnya Romo van Lith. September lalu kalau tidak salah dapat

penghargaan dari pemerintah dalam bidang pendidikan. Pendidikan yang tidak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 151: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

133

hanya menyiapkan orang untuk bisa bekerja tapi bisa sungguh menjadi semakin

manusia dan memanusiakan orang lain. Bedanya apa? Bedanya kalau hanya

sekedar bekerja saya belajar untuk kepentingan saya sendiri tapi kalau yang

diusahakan Romo van Lith saya bisa bekerja dan membuat orang lain semakin

bahagia hidupnya. Karena kalau hanya sekedar membahagiakan diri sendiri

pokoknya saya kaya, saya mulia, terserah orang lain, dan itu bukan humanisme

yang dibawa oleh Romo van Lith. Kalau dari sisi Romo van Lithnya, bisa seperti

itu karena sisi religius, karena dia sangat percaya kepada Tuhan.

P: Nilai-nilai karakter apa yang secara umum dapat digali dari museum ini?

I: Kalau kami sekarang yang kami tawarkan sesuai dengan rencana induk

keuskupan itu membantu gereja bersama-sama sebagai bagian dari gereja

menawarkan pertama pada internal gereja, kita semua selalu sadar bahwa gereja

harus berdiri paling depan ketika berurusan dengan soal-soal keimanan. Seorang

Katolik itu seorang yang beriman. Kedua, membantu agar semakin sejahtera.

Iman itu terwujud bukan soal doa tetapi harus terwujud pada kehidupan

kesejahteraannya juga harus nampak. Orang Katolik sejati itu orang Katolik yang

tidak bisa lalu banyak hutang. Punya hutang tapi harus untuk terus berkembang.

Bukan lalu hidupnya sempurna, boleh jatuh tetapi tidak berhenti di dasar tapi

harus bangkit. Lalu yang ketiga, yang menjadi kekhasan bagi gereja Katolik yaitu

humanisme. Ketiga itu yang kami tawarkan di museum ini. Dimanapun itu lintas

agama, semua orang harus beriman, membantu orang lain sejahtera dan yang

ketiga hidup sebagai sesama manusia tidak boleh dibeda-bedakan. Istilahnya Mgr.

Soegijapranata itu kemanusiaan itu satu. Yang namanya manusia itu ya manusia.

Kamu Katolik, kamu Budha itu ya manusia, pokoknya manusia kita bela atau

menjadi manusia yang menghargai kemartabatan.

P: Bagaimana pendapat anda mengenai Museum Misi Muntilan sebagai sarana

pendidikan karakter?

I: Sejauh yang sudah dibuat selama ini mencoba banyak hal yang masih bisa

dibenahi sebetulnya. Sumbangan-sumbangan dalam arti gagasan, pemikiran,

begitu banyak orang yang membantu. Begitu kita terbuka itu ternyata lalu justru

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 152: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

134

menemukan banyak support. Dulu ada semacam ketakutan tetapi begitu terbuka

ternyata banyak orang yang mau berelasi membangun jaringan. Tapi masih

banyak yang perlu dibenahi baik bagian teknis maupun isi. Saya setuju kalau

museum dijadikan sebagai sarana pendidikan karakter karena sebutannya memang

sarana tugas perutusan karya misi. Karya misi gereja saat ini adalah pembentukan

karakter itu. Karya misi bukan sekedar membuat orang menjadi Katolik. Karya

misi itu tugasnya membuat orang semakin beriman, sejahtera, dan bermartabat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 153: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

135

CATATAN LAPANGAN 4

WAWANCARA

Topik : Persepsi Masyarakat Terhadap Keberadaan Museum Misi

Muntilan Sebagai Sarana Pendidikan Karakter

Nama Peneliti : Nur Ardita Rahmawati

Responden : Romo Y. Nugroho Tri S, Pr. (Direktur Museum Misi

Muntilan periode 2014-2018)

Waktu : 8 Mei 2017

Keterangan P: Peneliti

I: Informan

P: Apa yang menjadi latar belakang didirikannya Museum Misi Muntilan?

I: Latar belakang umumnya Keuskupan Agung Semarang pada waktu itu

memperingati 50 tahun keuskupan mempunyai kesadaran baru mengenai sejarah

keuskupan. Lalu dari pertemuan-pertemuan dipikirkan bagaimana ada lembaga

atau tempat yang memelihara kesadaran sejarah itu supaya anak-anak muda tidak

lupa pada sejarah keuskupan. Lalu dicari tempat, dan sebelumnya sudah ada

peninggalan-peninggalan dari pendahulu, romo-romo, misionaris, para pendiri

kongregasi dan berbagai macam dokumen yang berkaitan dengan sejarah yang

selama itu disimpan di Keuskupan Agung Semarang tepatnya di Wisma

Keuskupan Agung Semarang Pandanaran 13, Semarang. Tetapi belum memadai

karena hanya disimpan di rumah saja. Lalu dipikirkan bagaimana ada yang

namanya museum tapi bukan hanya sebagai tempat menyimpan barang-barang

peninggalan sejarah tapi juga menjadi tempat studi tempat pembelajaran untuk

mempelajari apa yang sudah terjadi, menentukan apa yang perlu dibuat masa

sekarang, dan untuk mempertimbangkan rencana-rencana tindak lanjut ke depan.

Hal itu yang menjadi gagasan awal dibuatnya sebuah museum. Sesudahnya baru

dipikirkan di mana tempatnya, dan dipilih di Muntilan karena Muntilan ini amat

kental nuansa sejarahnya tidak hanya untuk Muntilan saja tapi Keuskupan Agung

Semarang karena Muntilan ini disebut sebagai Betlehemnya Keuskupan Agung

Semarang bahkan bukan hanya Keuskupan Agung Semarang tapi juga

Betlehemnya tanah Jawa karena kisah sejarah yang terjadi di Muntilan ini

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 154: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

136

membuat menjadi perkembangan sejarah untuk seluruh Keuskupan Agung

Semarang terutama dengan kehadiran tokoh-tokoh seperti Romo van Lith

kemudian Romo Sanjaya, kemudian mereka yang dimakamkan di kerkoff

Muntilan itu tokoh-tokoh yang selama ini besar peranannya untuk perkembangan

gereja Keuskupan Agung Semarang, juga sekolahnya Romo van Lith, kehadiran

suster-suster, dsb itulah yang membuat Muntilan sebagai tempat diciptakannya

dibuatnya Museum Misi Muntilan tadi. Tanpa mengurangi semangatnya, tanpa

mengurangi nilainya sebagai museum lalu Mgr. Ignatius Suharyo memberi nama

sebagai Pusat Animasi Misioner sehingga tempat ini diharapkan tempat dimana

benda-benda peninggalan itu terus dihidupkan semangatnya, dihidupkan rohnya,

untuk tempat pembelajaran semua orang. Itu yang kemudian terus menerus

menjadi visi atau guideline dari seluruh kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan

di Museum Misi Muntilan.

P: Apa yang menjadi visi dan misi dari Museum Misi Muntilan?

I: Memang visi belum diperbarui yang ditulis di sana itu. Intinya sebetulnya ingin

membangkitkan semangat misi dengan semangat dari pendahulu terutama dari

Romo van Lith untuk mengawal perjalanan seluruh Keuskupan Agung Semarang

karena setiap lima tahun paling tidak Keuskupan Agung Semarang punya arah

dasar perbaruan visi dan misi itu. Mungkin fokusnya bisa berubah maka kita

sebagai salah satu lembaga keuskupan mengikuti perubahan gerak itu dan

memberi warna khasnya pada dimensi misioner, dimensi perutusan, dimensi

kesaksian. Rumusan bisa berubah sesuai dengan gerak langkah Keuskupan Agung

Semarang yang terumus dalam arah dasar Keuskupan Agung Semarang. Arah

dasar Keuskupan Agung Semarang itu boleh juga dikatakan sebagai visi dan

misinya keuskupan. Lembaga-lembaga keuskupan mengikuti arah dan dasar dari

keuskupan itu.

P: Apa saja kendala ketika mendirikan Museum Misi Muntilan?

I: Kendala yang pertama itu kendala teknis. Tentu saja karena kita selama ini tidak

memiliki latar belakang yang cukup memadai untuk penyelenggaraan museum

sebagaimana kita memahami museum-museum yang besar itu dan pandangan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 155: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

137

orang yang cenderung masih mengatakan museum itu tempat untuk menyimpan

atau menjadi gudang. Maka beberapa kali beberapa paroki yang tua-tua itu

kadang-kadang bertanya, “saya punya buku-buku lama. Boleh tidak disimpan di

museum?” atau “Saya punya organ tua yang sudah rusak dan tidak dipakai” lalu

ditanya itu nilai sejarahnya apa? “Nilai sejarahnya bagi kami yaitu itu amat

penting seumur dengan gereja.” Tetapi apakah ada relevansinya dengan seluruh

keuskupan? Pertanyaan-pertanyaan yang seperti itu, membagi kesadaran kepada

umat bahwa museum ini memang milik Keuskupan Agung Semarang sebagai

bagian dari animasi missioner yang di sini tentu saja berkaitan dengan sejarah

Keuskupan Agung Semarang. Bukan hanya sejarah kecil atau milik pribadi.

Kedua, ada kaitan dengan penyelenggaraannya. Museum ini tidak hanya menjadi

lembaga museum saja, tetapi rumah ini juga menjadi rumah karya untuk Komisi

Karya Misioner KAS dan Karya Kepausan Indonesia KAS dengan aneka macam

tugas dan karyanya. Maka kalau dilihat sebetulnya memang tidak fokus

penyelenggaraan museumnya, tidak fokus itu artinya kadang-kadang yang

berperan adalah Komisi Karya Misioner kadang-kadang yang berperan adalah

Karya Kepausan Indonesia dan bahkan pernah museum ini hanya dipahami

sebagai sarana atau alat saja untuk menyelenggarakan karya-karya. Padahal dulu

tentu saja harapan para pendirinya tidak sampai di situ. Maka kita mencoba

menjembatani itu semua dengan membuat kegiatan-kegiatan edukasi yang

temanya untuk mengembangkan museum. Misalnya dengan mengutus teman-

teman yang ada di museum ini lalu belajar ke tempat-tempat lain misal Museum

Benteng atau mengikuti pertemuan-pertemuan untuk penyelenggara museum

sehingga saling berbagi pengalaman dan wawasan mengenai museum dan aneka

macam hal ikhwal penyelenggaraannya. Kemudian juga memperbarui koleksi-

koleksinya dan melakukan penyegaran-penyegaran berkaitan dengan benda-benda

museum itu sendiri. Memang tidak serta merta semuanya bisa berjalan sesuai

dengan apa yang kita bayangkan mengenai museum tapi memang itu semua

menjadi bagian dari keseluruhan gerak dan sinergi antara ketiga lembaga yang ada

di rumah ini.

P: Berasal dari mana saja koleksi MMM?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 156: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

138

I: Koleksi museum ini berasal dari berbagai tempat. Berbagai tempat itu ada yang

pertama tama sudah merupakan koleksi dari yang sudah dikumpulkan di wisma

uskup itu. Kemudian ada koleksi dari berbagai macam ordo, kengregasi tarekat.

Misalnya para romo serikat Jesus mereka mempunyai banyak koleksi. Kemudian

susteran-susteran, mereka juga punya sumbangan-sumbangan koleksi. Kemudian

juga dari gereja-gereja tertentu. Jadi, koleksi-koleksi yang ada di sini ini dari

berbagai tempat. Tapi juga ada dari peristiwa-peristiwa tertentu misal altar dan

mimbar serta tempat duduk yang pernah dipakai oleh Paus Yohannes Paulus II

ketika berkunjung ke Indonesia. Itu kan dari peristiwa tertentu dulu itu disimpan

sebagai bagian dari koleksi, tetapi sekarang menjadi koleksi yang berharga karena

Paus Yohanes Paulus II sudah dinyatakan sebagai orang kudus atau santo. Maka

peninggalan itu menjadi peninggalan yang penting karena menjadi relikui yakni

peninggalan dari orang-orang Kudus dan kita berbangga hati karena memiliki

peninggalan itu.

P: Apa saja kegiatan yang dilaksanakan di Museum Misi Muntilan?

I: Perlu digarisbawahi dahulu, karakter yang ingin dibangun ketika orang belajar

di museum ini adalah karakter misioner. Karakter missioner itu adalah karakter

orang yang berani menjadi saksi kegembiraan Injil. Bukan karakter-karakter yang

lain misalnya karakter kepemimpinan, karakter keberanian. Maka kalau orang

datang kesini pasti akan selalu diarahkan untuk membangun karakter tadi.

Kegiatan-kegiatannya apa saja? Pertama, tentu saja kunjungan. Kunjungan-

kunjungan yang ada dari orang melihat koleksi lalu ada pendalaman. Pendalaman

bisa dalam bentuk doa, lagu-lagu, menonton film, dinamika permainan itu

diarahkan untuk menumbuhkan kembali semangat misi bagi setiap orang.

Kemudian juga ada rekoleksi. Rekoleksi itu pendalaman yang bersifat lebih

rohani. Artinya ada refleksi yang berkaitan dengan semangat hidup sebagai umat

Katolik. Tentu saja itu khusus bagi pengunjung yang beragama Katolik, yang

tidak tentu saja diarahkan untuk melihat, mengamati peran gereja Keukupan

Agung Semarang dalam perkembangan seluruh masyarakat pada perkembangan

bangsa. Kemudian, pengembangan yang lain adalah kerjasama-kerjasama

misalnya beberapa kali walaupun belum sering tetapi sekali dua kali pernah ada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 157: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

139

orang yang mencoba menulis atau mendalami tentang sejarah Keuskupan Agung

Semarang. Itulah hal-hal yang kami kembangkan supaya museum ini terus

menerus berkembang sesuai dengan visi, misi dan harapan pendiriannya.

P: Apa saja kegiatan rutin yang dilaksanakan di Museum Misi?

I: Kegiatan rutin tentu saja kegiatan perawatan. Perawatan itu rutin. Kemudian

kami mengadakan konsolidasi, pembicaraan-pembicaraan di tingkat staff (staff

harian). Kemudian yang berkaitan langsung dengan keberadaan museumnya yaitu

menyelenggarakan kegiatan-kegitan edukatif yang ada di sekitar ini. Misalnya:

kalau dulu ada novena Jumat Kliwonan di kerkoff, salah satu cita-citanya untuk

menjaga terus menerus semangat yang diwariskan oleh para pendahulu. Sekarang

menjadi Novena Misioner Selasa Kliwonan. Itu tidak berkaitan langsung dengan

bendanya, barangnya tapi berkaitan langsung dengan semangatnya. Selain Novena

Selasa Kliwonan yang rutin diadakan adalah orientasi sekolah. Jadi, sekolah-

sekolah yang ada di sekitar sini mereka mengadakan orientasi lingkungan

termasuk mengadakan kunjungan ke Museum Misi ini. Saya kira itu juga kegiatan

yang baik dalam kerjasama dengan sekolah dan anak-anak supaya mereka sejak

awal punya semangat dan kesadaran misi.

P: Bagaimana kegiatan tersebut dilaksanakan?

I: Kegiatan tersebut dilaksanakan dengan kerja sama. Kalau ada orang mau ke sini

mengadakan kunjungan kita tanya, nilai apa yang ingin dipetik dari kunjungan

anda? Mungkin saja orang hanya mengatakan kami mampir saja. Tapi ada juga

yang memang ingin mau anak-anak kami belajar secara khusus untuk mendalami

semangat dan sejarah keuskupan lalu kami selenggarakan kegiatan yang lebih

mendalam lagi. Entah dengan outbond, rekoleksi, entah dengan permainan-

permainan tertentu supaya menjadi semakin mendalam. Misalnya kerjasama

dengan sekolah-sekolah yang lain.

P: Adakah tim khusus yang menangani kegiatan tersebut?

I: Ada. Kami bekerja sama dengan teman-teman yang lain misalnya para guru

yang ada di sini. Kami di kompleks Jl. Kartini ini bekerja sama sebagai satu

keluarga. Kadang-kadang bekerja sama dengan sekolah Kanisius, van Lith, Orang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 158: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

140

Muda Katolik. Jadi, ada masyarakat (orang-orang) yang terlibat dalam kegiatan

tersebut.

P: Apa saja kendala dalam melaksanakan kegiatan tersebut? Bagaimana cara

mengatasinya?

I: Kendalanya saya menilai hanya satu yaitu dalam inovasi penyelenggaraan.

Barang-barang itu sudah begitu saja yang perlu kita perbarui inovasinya,

bagaimana kita menyampaikan sejarah dan semangat misi itu kepada orang-orang

baru misalnya anak-anak, orang-orang muda. Bahkan orang dewasa yang dalam

arti tertentu tidak semua tertarik pada sejarah tapi mereka harus disegarkan dan

diberitahu bahwa ada sejarah dan semangatnya itu. Itu yang menjadi kendala

untuk kami. Cara mengatasi kendala itu kami mengadakan pembelajaran terus

menerus. Kalau boleh dikatakan sebagai kendala, semakin banyak orang yang

mengenal museum ini, semakin banyak orang yang ingin menyumbnagkan

koleksi. Sementara koleksi yang ada di sini saja sudah sedemikian rupa. Belum

yang ada di ruang penyimpaanan. Sebetulnya tahun 2015 (kurang lebih), ketika

dalam pembicaraan dengan Mgr. Pujasumarta, beliau mengatakan kita tidak mau

museum itu berhenti sebagai bangunan yang memang sebesar ini saja tetapi

semangat edukasi sejarah itu harus ditularkan ke berbagai tempat yang lain, misal

tempat yang bersejarah itu bukan hanya di Muntilan ini tapi ada gereja-gereja dan

biara-biara yang tua dan mereka masing-masing memiliki peninggalan-

peninggalan tertentu. Lalu kita diajak untuk mengatasi kendala ketidakcukupan

ruang itu dengan mengajak bekerja sama dengan mereka misalnya di tempat-

tempat tertentu yang berkaitan dengan mereka. Mereka menyediakan satu ruangan

khusus untuk menyimpan sendiri bahan-bahan atau koleksi mereka. Lalu museum

ini menjembatani dengan edukasi. Misalnya kalau mau belajar tentang Romo van

Lith memang pusat aktivitas terbesarnya ada di Muntilan ini. Tapi kita juga bisa

bekerja sama dengan Gereja Gedangan dan susteran Fransiskan di Gedangan.

Mereka punya gereja dan biara yang tua dan Romo van Lith dulu pernah ada di

sana. Terus dengan Gereja Katedral karena Katedral juga sudah ada sejak lama

yang ada di Randusari itu sudah tua juga. Lalu Ambarawa ada gereja tua juga dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 159: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

141

Romo van Lith pernah singgah di sana. Lalu kita yang merangkaikan dalam

bentuk katekese (edukasi) itu untuk mengatasi kendala dalam bentuk ruangan tadi.

P: Siapa saja pengunjung yang berkunjung di museum ini?

I: Pengunjung museum itu terdiri dari berbagai kalangan tetapi memang sebagian

besar terdiri dari umat Katolik sendiri. Umat katolik pun masih terbagi dalam

berbagai kategori. Kategori anak dan remaja misalnya, anak dan remaja saja

masih ada beberapa kategori. Kategori komunitas sekolah atau sekolah yang

mengajak kesini atau kategori paroki misalnya kelompok missdinar, kelompok

sekolah minggu, kelompok komuni pertama. Kemudian ada orang muda, orang

muda juga beberapa kali kesini, misalnya mereka sedang berziarah, atau mereka

yang sedang belajar misalnya mereka Panitia Asian Youth Day 2017 mereka mau

mempelajari sejarah keuskupan lalu mereka datang kesini. Kemudian orang

dewasa, itu macam juga. Ada keluarga, lingkungan, paroki, komunitas kelompok,

kelompok romo-romo, uskup-uskup dan kelompok-kelompok NU, komunitas

penggemar museum, komunitas orang muda pecinta sejarah. Kemudian juga yang

dari luar negeri selain romo dan uskup, juga ada orang yang punya ikatan-ikatan

tertentu dengan tempat ini misalnya orang-orang yang keluarganya pernah tinggal

di sini.

P: Dari banyak tokoh yang ditampilkan di MMM, siapa yang menjadi ikon?

I: Tentu saja pertama Romo van Lith, kemudian Romo Sanjaya, kemudian uskup-

uskup dan yang tingkatnya internasional adalah peninggalan dari Paus Yohannes

Paulus II

P: Karakter apa yang dapat digali dari tokoh tersebut, terutama Romo van Lith?

I: Ada banyak hal yang bisa dipelajari dari Romo van Lith. Untuk konteks

sekarang misalnya semangat misi yang dihidupi dalam konteks budaya setempat

yang menyatu dengan konteks Indonesia dan kebudayaan-kebudayaan yang ada di

sini. Itu penting untuk kehidupan gereja sampai sekarang karena kita hidup

berdampingan dengan saudara-saudara yang lain. Maka, kita tidak bisa

mengatakan gereja Katolik itu ekslusif dan Romo van Lith sudah memberi contoh

hal itu. Bahwa kita harus terus menerus berdialog dengan setiap orang yang kita

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 160: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

142

jumpai terutama dengan mereka yang berkehendak baik untuk memajukan

kehidupan tidak hanya kehidupan sendiri tapi juga kehidupan berbangsa dan

bernegara.

P: Selain karakter dari Romo van Lith, karakter apa saja yang dapat digali dari

museum ini?

I: Terutama karena sesuai dengan tujuannnya tentu karakter misioner. Semangat

untuk siap diutus menjadi pembawa kabar baik.

P: Bagaimana pendapat Romo mengenai Museum Misi Muntilan sebagai sarana

pendidikan karakter?

I: Museum ini baik untuk dijadikan tempat pendidikan karakter karena tujuan

awalnya juga untuk pendidikan karakter misioner. Memang museum ini

terselenggara untuk itu.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 161: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

143

CATATAN LAPANGAN 5

WAWANCARA

Topik : Persepsi Masyarakat Terhadap Keberadaan Museum Misi

Muntilan Sebagai Sarana Pendidikan Karakter

Nama Peneliti : Nur Ardita Rahmawati

Responden : Robertus Baluk Nugroho (Waka Kurikulum SMA Pangudi

Luhur van Lith)

Waktu : 8 Mei 2017

Keterangan P: Peneliti

I: Informan

P: Apakah anda pernah menggunakan Museum Misi Muntilan sebagai sarana

pembelajaran?

I: Kami menggunakan Museum Misi Muntilan sebagai sarana pembelajaran

khususnya dalam karakter pengenalan secara mendalam terhadap karya-karya

Romo van Lith dan mulai dari awal sejarahnya agama Katolik di Muntilan ini.

Sebagai sarana pembelajaran tentunya sekolah sangat memanfaatkan faktor jarak

antara materi dengan sumber belajar yaitu Museum Misi Muntilan. Jadi, kami

sangat terbantu dengan informasi yang diberikan oleh Museum Misi Muntilan

yang kami hadapkan sekiranya bisa membantu peserta didik.

P: Bagaimana pendapat anda tentang koleksi Museum Misi Muntilan? Apakah

koleksi-koleksi tersebut membantu anda dalam menyampaikan materi

pembelajaran kepada siswa?

I: Koleksi yang ada di Museum Misi Muntilan sangat membantu terhadap

mengingatkan kami terhadap berdirinya sekolah ini juga. Dari awal mulai

perubahan Kolese, lalu SGB dan sampai akhirnya menjadi SMA. Perubahan

terjadi antara tahun 1990 sampai 1991. Ini sangat membantu kepada peserta didik

kami pengenalan sejarah pada peserta didik kami yang kaitannya dengan

bagaimana sekolah ini didirikkan.

P: Bagaimana pendapat anda terhadap berbagai kegiatan yang diselenggarakan

Museum Misi Muntilan?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 162: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

144

I: Berkaitan dengan kegiatan yang diselenggarakan oleh Museum Misi Muntilan

kami sering mengikuti kegiatan yang ada di sana. Pada intinya sebagai

penanggung jawab dari Museum Misi Muntilan itu adalah Romo Nughroho Tri,

Pr. dan kebetulan beliau sebagai koordinator pengembangan spiritualitas di SMA

Pangudi Luhur van Lith. Sehingga nilai-nilai yang ditanamkan oleh beliau kepada

kami tentunya reliable dengan yang berada di Museum Misi Muntilan. Jadi, di sini

Romo Nugroho sebagai romo pendamping kami ditugaskan oleh Keuskupan

Agung Semarang untuk mendampingi anak –anak muda di sekolah kami.

P: Bagaimana cara anda dalam memanfaatkan Museum Misi Muntilan dalam

bidang pendidikan?

I: Lalu cara kami memanfaatkan Museum Misi Muntilan dalam pendidikan

karakter, kami manfaatkan dengan kunjungan, meskipun kami juga punya film

yang dikeluarkan oleh Puskat dan sering ditayangkan kepada peserta didik kami

yaitu film Betlehem van Java.

P: Melihat kayanya koleksi yang memiliki nilai-nilai karakter yang dapat digali

serta memiliki kegiatan edukatif, setujukah anda apabila Museum Misi Muntilan

menjadi sarana pendidikan karakter? Bagaimana pendapat anda?

I: Melihat koleksi yang kaya yang berada di MMM, sekolah tentunya sangat

setuju. Kaitannya dengan pengembangan karakter anak muda yang Katolik.

Bagaimana semangat yang militan yang kami genderangkan di sekolah ini,

nantinya bisa muncul ketika mereka sudah lulus dari sekolah ini.

P: Bagaimana cara yang anda lakukan untuk menyampaikan nilai-nilai karakter

yang dapat digali di Museum Misi Muntilan kepada para siswa?

I: Cara menyampaikannya melalui pendampingan dan kegiatan yang didampingi

oleh Romo Nugroho Tri, kami dalam nilai-nilai karakter sangat selaras dengan

apa yang terdapat di Museum Misi Muntilan. Sehingga yang kami tanamkan pada

anak-anak untuk nilai karakter nanti bisa mereka tumbuhkembangkan selepas dari

sekolah ini. Terbukti alumni kami memiliki nilai lebih ketika mereka ditemukan

dengan alumni SMA lain yang memiliki karya yang berbeda yang berada di

masing-masing sekolah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 163: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

145

CATATAN LAPANGAN 6

WAWANCARA

Topik : Persepsi Masyarakat Terhadap Keberadaan Museum Misi

Muntilan Sebagai Sarana Pendidikan Karakter

Nama Peneliti : Nur Ardita Rahmawati

Responden : Bapak Joko (Guru SMP Kanisius van Lith)

Waktu : 8 Mei 2017

Keterangan P: Peneliti

I: Informan

P: Apakah anda pernah menggunakan Museum Misi Muntilan sebagai sarana

pembelajaran?

I: Ya, pernah. Untuk menambah pengetahuan umum siswa khususnya yang

beragama Katolik atau Kristen tapi tidak menutup kemungkinan yang beragama

lain juga.

P: Bagaimana pendapat anda tentang koleksi Museum Misi Muntilan? Apakah

koleksi-koleksi tersebut membantu anda dalam menyampaikan materi

pembelajaran kepada siswa?

I: Koleksinya lengkap, tetapi untuk proses pembelajaran masuk ke materi tidak

ada kaitannya dengan materi yang ada. Jadi, hanya untuk menambah pengetahuan

umum.

P: Bagaimana pendapat anda terhadap berbagai kegiatan yang diselenggarakan

Museum Misi Muntilan?

I: Bagus, sangat menarik. Selain edukasi atau pembelajaran secara umum, juga

bisa untuk refreshing atau wisata. Untuk anak-anak lebih tahu tentang sejarah

Katolik, romo-romo, peninggalannya, dsb.

P: Apakah anda melibatkan para siswa untuk mengikuti kegiatan yang

diselenggarakan Museum Misi Muntilan?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 164: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

146

I: Ya karena kegiatan MMM setiap ada kegiatan, entah itu Sumpah Pemuda, 17

Agustus, kita selalu bekerja sama dengan Museum Misi Muntilan. Salah satunya

entah itu untuk Gelar Budaya, kebersihan lingkungan, selalu melibatkab tidak

hanya SMP Kanisius Muntilan, tapi SMP di seluruh Muntilan khususnya yang

yayasan Katolik.

P: Bagaimana cara anda dalam memanfaatkan Museum Misi Muntilan dalam

bidang pendidikan?

I: Anak diajak ke sana melihat, membaca, memahami dan juga meneladani

tentang kehidupan para misionaris khususnya romo-romo di waktu lampau

dengan karakter mereka yang sangat sederhana, bisa bertoleransi dengan setiap

ajaran agama lain, dan bisa tergabung di masyarakat dengan budaya yang

majemuk.

P: Melihat kayanya koleksi yang memiliki nilai-nilai karakter yang dapat digali

serta memiliki kegiatan edukatif, setujukah anda apabila Museum Misi Muntilan

menjadi sarana pendidikan karakter? Bagaimana pendapat anda?

I: Ya, saya setuju. Melihat setiap karakter yang di contohkan atau dari keteladanan

romo-romo yang ada di situ, peninggalannya di situ, sebagian besar itu dari luar

negeri ada yang dari Belanda tapi juga ada dari daerah lain. Mereka bisa

menyelami, memahami budaya, adat istiadat di sekitar Muntilan sambil mereka

menyebarkan agama.

P: Bagaimana cara yang anda lakukan untuk menyampaikan nilai-nilai karakter

yang dapat digali di Museum Misi Muntilan kepada para siswa?

I: Caranya yang jelas kita melihat, memahami peninggalan-peninggalan yang ada

dengan membaca buku tentang perjuangan para misionaris. Mereka berjuang

tanpa pamrih. Mereka datang ke Indonesia dengan tujuan bukan untuk menjajah,

tapi untuk menyebarkan agama Katolik. Karakter mereka sangat sopan, ramah,

dan bisa menyelami setiap adat-istiadat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 165: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

147

CATATAN LAPANGAN 7

WAWANCARA

Topik : Persepsi Masyarakat Terhadap Keberadaan Museum Misi

Muntilan Sebagai Sarana Pendidikan Karakter

Nama Peneliti : Nur Ardita Rahmawati

Responden : Brurry Nugroho (pengunjung / salah satu penduduk sekitar

Museum Misi Muntilan dan pernah menjadi guru sejarah di SMA

Pangudi Luhur van Lith)

Waktu : 9 Mei 2017

Keterangan P: Peneliti

I: Informan

P: Apakah anda sering mengunjungi museum?

I: Jarang.

P: Bagaimana kesan pertama ketika mendengar kata Museum Misi Muntilan?

I: Yang pasti museum yang dibuat untuk mengenang jasa-jasa Romo van Lith.

Setahu saya itu.

P: Bagaimana pendapat mas Brurry tentang koleksi yang ada di Museum Misi

Muntilan?

I: Kalau untuk koleksi saya lihat kurang karena untuk sumber sendiri itu banyak

yang dibawa ke Belanda. Jadi untuk koleksinya minim. Belum lagi nanti

berbenturan dengan koleksi yang ada di kolsani yang juga bagian dari Museum

Misi.

P: Dimana ruangan Museum Misi Muntilan yang mas Brurry sukai?

I: Kalau ruangan tidak ada. Cuma yang paling bagus itu menurutku gedung

sebelahnya itu yang berbau sejarah.

P: Kalau dilihat dari koleksinya, mas Brurry memilih koleksi yang mana?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 166: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

148

I: Sepertinya kurang penataannya, kurang bisa menunjukkan bahwa ini museum.

Pengemasannya saja masih kurang.

P: Melihat banyaknya tokoh yang ditampilkan di Museum Misi Muntilan, siapa

tokoh yang memberikan inspirasi? Mengapa?

I: Kalau yang paling banyak itu van Lith karena dia yang membuka pandangan

bahwa misi di Indonesia berhasil itu dia dan ada baptisannya juga di Sendang

Sono. Van Lith juga menjadi fondasi awal misi di Indonesia.

P: Nilai-nilai karakter apa saja yang bisa digali dari tokoh van Lith?

I: Yang pasti kerja keras, rela berkorban, kemudian bela rasa.

P: Bagaimana cara mas Brurry untuk memaknai nilai karakter tokoh tersebut?

I: Untuk pemaknaannya ya ketika saya bekerja ya seperti dia bekerja keras,

pantang menyerah. Yang jelas jangan membeda-bedakan Romo van Lith seperti

itu. Yang diperhatikan harus yang lemah dulu. Kebanyakan orang sekarang

melihat orang kaya dulu seperti itu.

P: Mengenai kegiatan di Museum Misi Muntilan, kegiatan apa saja yang mas

Brurry ketahui?

I: Kalau untuk Museum Misi pernah ada sekali yang peringatan Romo van Lith,

terus ada juga pendampingan anak-anak kecil dan itu memang kerja sama dengan

SMA Pangudi Luhur van Lith juga. Menanamkan seperti ini van Lith dulu terus

dikembangkan kegiatan anak-anaknya. Tapi saya lupa nama acaranya apa.

P: Apakah mas Brurry terlibat dalam kegiatan yang diselenggarakan Museum

Misi Muntilan?

I: Pertama sempat diajak. Cuma saya nggak bisa. Waktu itu jadi pemeran di

Ketoprak waktu ada pementasan. Lalu yang kedua cuma menemani saja.

P: Bagaimana pendapat mas Brurry mengenai Museum Misi Muntilan sebagai

sarana pendidikan karakter?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 167: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

149

I: Kalau untuk sarananya prosesnya saja yang belum terlihat. Kebanyakan orang

datang ke sana cuma melihat.untuk proses pendidika karakternya itu belum

kelihatan. Jadi memang ketika valuenya karakter harus ada proses di sana

misalnya pendampingan secara intens, anak kecil setiap Minggu didampingi di

Museum Misi. Nanti baru terlihat hasilnya. Pendidikan karakter itu apa. Karakter

anak ini ada perubahan tidak. Kalau hanya sekedar berkunjung tidak bisa. Harus

ada proses pendampingan di sana, lebih dari sekali dan intens.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 168: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

150

CATATAN LAPANGAN 8

WAWANCARA

Topik : Persepsi Masyarakat Terhadap Keberadaan Museum Misi

Muntilan Sebagai Sarana Pendidikan Karakter

Nama Peneliti : Nur Ardita Rahmawati

Responden : Bu Harjono (pengunjung / lansia)

Waktu : 11 Mei 2017

Keterangan P: Peneliti

I: Informan

P: Apakah anda sering mengunjungi museum?

I: Tidak, baru pertama kali ini.

P: Bagaimana kesan pertama ketika anda mendengar Museum Misi Muntilan?

I: Saya kagum, ada bapak yang bernama Barnabas Sarikrama yang menjadi orang

Jawa Katolik pertama.

P: Apa tujuan awal anda datang ke Museum Misi?

I: tujuannya memang sudah direncana ke kerkoff, sebelum itu ke museum karena

kami belum pernah mengunjungi museum.

P: Bagaimana pendapat anda mengenai koleksi yang ada di Museum Misi

Muntilan?

I: Koleksi foto-foto di sini lengkap, ada sejarah orang tua dari salah satu ibu ini

menyumbangkan sepedanya di sini oleh keluarga itu Mbah Dharmo.

P: Dimana ruangan Museum Misi Muntilan yang paling anda sukai? Mengapa

anda menyukai ruangan tersebut?

I: Ruangan yang ada sepeda Mbah Dharmo, karena itu menjadi bukti kerja keras

Mbah Dharmo dalam menyampaikan ajaran Katolik dengan sepedanya.

P: Siapa tokoh yang memberi anda inspirasi? Apa alasannya?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 169: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

151

I: Romo van Lith. Romo van Lith itu yang mengenalkan agama Katolik ke

Barbanabas Sarikrama dan menyembuhkan kakinya yang sakit.

P: Bagaimana pendapat anda tentang Museum Misi Muntilan sebagai sarana

pendidikan karakter?

I: Setuju, museum ini baik dan bagus, pengunjungnya didampingi jadi bisa tahu

cerita-ceritanya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 170: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

152

CATATAN LAPANGAN 9

WAWANCARA

Topik : Persepsi Masyarakat Terhadap Keberadaan Museum Misi

Muntilan Sebagai Sarana Pendidikan Karakter

Nama Peneliti : Nur Ardita Rahmawati

Responden : Pak Jimmy (pengunjung / lansia / Jakarta)

Waktu : 11 Mei 2017

Keterangan P: Peneliti

I: Informan

P: Apakah anda sering mengunjungi museum?

I: Baru kali ini.

P: Apa tujuan awal anda datang ke museum ini?

I: Tujuannya bersamaan dengan ziarah ke kerkoff dan memang sudah

direncanakan dari awal. Sebenarnya ini menanggapi himbauan uskup dari Jakarta

untuk mengamalkan Pancasila dan menghargai para pahlawan.termasuk pahlawan

yang Katolik.

P: Bagaimana kesan pertama ketika anda mendengar Museum Misi Muntilan?

I: Kesannya baik, ada ya museum yang menceritakan cerita seperti ini. Biasanya

cuma ziarah saja.

I: Bagaimana pendapat anda mengenai koleksi yang ada di Museum Misi

Muntilan?

P: Bagus, semuanya ada artinya cuma kita belum begitu mendalaminya, sepintas

saja.

P: Dimana ruangan Museum Misi Muntilan yang paling anda sukai?

I: Yang ada sepeda onthel, milik Mbah Dharmo.

P: Siapa tokoh yang memberi anda inspirasi? Apa alasannya?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 171: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

153

I: Romo van lith, karena pendiri, orang luar yang peduli dengan nasib penduduk

di sekitar sini.

P: Nilai-nilai karakter apa saja yang anda dapat dari tokoh tersebut?

I: Kepeduliannya terhadap pendidikan dan menghargai budaya Jawa.

P: Bagaimana anda memaknai nilai karakter dari tokoh tersebut?

I: Dengan usaha misalnya menjalani apa yang Tuhan ajarkan,

P: Bagaimana pendapat anda tentang Museum Misi Muntilan sebagai sarana

pendidikan karakter?

I: Bagus, setuju, banyak kisah orang awam yang dapat dijadikan teladan untuk

menjadi perutusan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 172: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

154

CATATAN LAPANGAN 10

WAWANCARA

Topik : Persepsi Masyarakat Terhadap Keberadaan Museum Misi

Muntilan Sebagai Sarana Pendidikan Karakter

Nama Peneliti : Nur Ardita Rahmawati

Responden : Maria Hapsari Prajna Paramita (Siswa SMA Pangudi Luhur van

Lith kelas XI IPS 1)

Waktu : 15 Mei 2017

Keterangan P: Peneliti

I: Informan

P: Apakah Sari sering mengunjungi museum?

I: Tidak pernah.

P: Bagaimana kesan pertama Sari, ketika mendengar kata Museum Misi

Muntilan?

I: Waktu itu pertama berfikir ada museum seperti ini. Biasanya museum itu

selama ini cuma berisi benda peninggalan perang, ternyata ini seperti

peninggalan-peninggalan yang berhubungan dengan agama.

P: Apa tujuan pertama Sari datang ke Museum Misi Muntilan?

I: Dulu itu waktu MOS, jadi itu pengenalan lingkungan sekitar terus diajak jalan-

jalan sama kakak kelasnya ke Museum Misi Muntilan. Jadi, baru sekali kesana.

P: Bagaimana pendapatmu tentang koleksi yang ada di Museum Misi Muntilan?

I: Koleksinya menurutku bagus. Ada meja-meja, baju-baju uskup.

P: Dari banyaknya tokoh yang ditampilkan di Museum Misi Muntilan, siapa yang

menginspirasi? Mengapa tokoh tersebut menginspirasi?

I: Tokohnya itu Romo van Lith, karena banyak tokoh yang sebenarnya tidak

dikenal. Tapi karena sekolah di van Lith jadi mengerti sejarahnya. Beliau punya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 173: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

155

keinginan besar untuk membuat orang Jawa mengenal pendidikan. Beliau juga

berusaha sebaik mungkin mendidik orang Jawa.

P: Nilai-nilai karakter apa saja yang dapat digali dari tokoh van Lith?

I: Nilai-nilainya lebih ke semangat perjuangannya. Beliau berani untuk mendidik,

awalnya ke sini tidak bisa berbahasa Jawa terus dia melihat kondisi orang Jawa

merasa miris, dia ingin belajar Bahasa Jawa. Terus setelah dia bisa akhirnya dia

mulai bergaul dengan orang Jawa.

P: Bagaimana Sari memaknai nilai karakter tersebut?

I: Menurutku sebenarnya susah di sini karena asrama, susah membagi waktunya

harus belajar dan ada kegiatan sehari-hari juga seperti mencuci baju, sudah

terbengkalai. Kadang-kadang kalau ulangan pasrah. Belajar juga tidak tahu harus

bagaimana, ada juga teman-teman yang memberi semangat. Jadi, berjuang saja

dan semangat. Tetap semangat walaupun harus lembur berusaha sebaik mungkin

biar semuanya itu tertata.

P: Apa saja kegiatan di Museum Misi Muntilan yang Sari tahu?

I: Nggak tahu kegiatannya apa saja.

P: Bagaimana pendapat Sari tentang Museum Misi Muntilan sebagai sarana

pendidikan?

I: Kurang tahu bisa atau tidak. Soalnya kurang mengena, terus ke situ (Museum

Misi Muntilan) baru sekali waktu MOS. Itu juga Cuma melihat untuk sampai

mendalami belum.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 174: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

156

CATATAN LAPANGAN 11

WAWANCARA

Topik : Persepsi Masyarakat Terhadap Keberadaan Museum Misi

Muntilan Sebagai Sarana Pendidikan Karakter

Nama Peneliti : Nur Ardita Rahmawati

Responden : Angela Amanda Amalia Aprilia (Siswa SMA Pangudi Luhur

van Lith kelas X IPS 2)

Waktu : 15 Mei 2017

Keterangan P: Peneliti

I: Informan

P: Apakah Angel sering ke Museum?

I: Kalau dulu SMP sering ke Museum.

P: Bagaimana kesan pertama Angel ketika mendengar kata Museum Misi

Muntilan?

I: Pada waktu itu saya pikir Museum Misi Muntilan ini tempat seperti jejak

karyanya Romo van Lith karena gereja sama sekolah ini berdekatan. Saya pikir ini

adalah jejak rekam Romo van Lith tapi sampai sana nggak cuma itu saja tapi ada

penyebaran dan hasil ajaran Romo van Lith itu gimana.

P: Bagaimana pendapat Angel tentang koleksi yang ada di Museum Misi

Muntilan?

I: Menurut saya koleksinya bagus-bagus, menarik. Pokoknya membuat orang jadi

terbuka wawasannya.

P: Apa tujuan awal datang ke Museum Misi Muntilan?

I: Tujuan awal ke Museum Misi Muntilan MOS juga.

P: Dari banyak tokoh yang ditampilkan di Museum Misi Muntilan siapa yang

paling menginspirasi Angel? Mengapa?

I: Kalau menurut saya yang menginspirasi itu Barnabas Sarikrama. Jadi, Barnabas

Sarikrama ini adalah orang yang pertama kali dibaptis oleh Romo van Lith. Jadi,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 175: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

157

sebenarnya saya sebelum ke Museum Misi Muntilan sudah tahu tentang Barnabas

Sarikrama tapi setelah sampai di sana saya lebih mengenal lagi. Jadi Barnabas

Sarikrama orang pertama kali yang dibaptis Romo van Lith karena waktu itu dia

memiliki luka di kakinya sehingga dia tidak bisa jalan. Akhirnya setelah dia

ketemu sama Romo van Lith dan dia berguru dengannya terus dia jadi sembuh.

Akhirnya sebagai ucapan terima kasihnya ia mengajak warga setempat untuk ikut

bersama Romo van Lith. Jadi, sebenarnya yang turut mengajak itu nggak hanya

Romo van Lith dan kawan-kawanya tapi juga Barnabas Sarikrama.

P: Nilai-nilai karakter apa saja yang dapat digali dari Barnabas Sarikrama?

I: Nilai-nilainya itu rasa syukurnya. Jadi, rasa syukurnya yang membawa dia

percaya akan kasih Tuhan. Orangnya juga gigih. Kegigihannya itu yang

membawa dia akan kesungguhan. Dia harus berjalan dari Muntilan ke Sendang

Sono dalam keadaan kaki yang sakit. Jadi, dia gigih memperjuangkan apa yang

menjadi keinginan dan kebutuhannya. Dia juga bisa mengajak orang-orang

sekitarnya untuk percaya akan Kerajaan Allah sendiri.

P: Bagaimana Angel memaknai nilai karakter tersebut?

I: Kalau memaknai disini ya itu, harus gigih berjuang menghadapi tantangan-

tantangan di sini. Karena memang di sini bukan sekolah biasa, di asrama dengan

banyak kegiatan. Itu semua harus dijalani dengan sadar bukan karena kewajiban.

Dari Barnabas Sarikrama ini juga belajar untuk pandai bersyukur. Kalau kita

menerima sesuatu yang membanggakan bersyukurlah. Jadi semakin

menghilangkan kepenatan karena ketika kita bersyukur juga merasa bahagia.

P: Apakah Angel tahu kegiatan apa saja yang ada di Museum Misi Muntilan?

I: Kurang tahu.

P: Bagaimana pendapat Angel kalau Museum Misi Muntilan dijadikan sebagai

sarana pendidikan karakter?

I: Kalau dijadikan sebagai sarana pendidikan karakter akan lebih bagus karena

disitu juga memperlihatkan perjuangan karya mereka yang menyebarkan Kerajaan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 176: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

158

Allah. Menurut saya itu bagus, tapi sampai saat ini saya kurang tahu apakah itu

cuma jiwa museum saja atau mereka seperti membuka pintu menarik anak-anak

di sekitarnya untuk melihat lebih dalam di situ. Jadi, bisa dijadikan sarana

pendidikan karakter.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 177: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

159

CATATAN LAPANGAN 12

WAWANCARA

Topik : Persepsi Masyarakat Terhadap Keberadaan Museum Misi

Muntilan Sebagai Sarana Pendidikan Karakter

Nama Peneliti : Nur Ardita Rahmawati

Responden : Lucia Desy Puspitasari (Guru Sejarah SMA Pangudi Luhur

van Lith)

Waktu : 15 Mei 2017

Keterangan P: Peneliti

I: Informan

P: Apakah anda pernah menggunakan Museum Misi Muntilan sebagai sarana

pembelajaran?

I: Kalau selama ini saya belum pernah menggunakan Museum Misi. Soalnya pasti

akan berhubungan dengan bagaimana Romo van Lith menyebarkan agama di sini.

Walaupun ada beberapa materi ada biasanya akan tetap ada yang namanya pas

masa Jepang. Bagaimana para interneran yang ditawan. Bagi saya itu tidak harus

dengan bagaimana agamanya Romo van Lith menyebarkan tapi lebih perannya

dia dalam mengajarkan agama tapi dilihat dari segi kepahlawanannya. Walaupun

di materi saya tidak ada. Kalau yang dulu juga memasukkan Romo van Lith

dalam buku pelajarannya.

P: Bagaimana pendapat anda tentang koleksi Museum Misi Muntilan? Apakah

koleksi tersebut membantu dalam menyampaikan pembelajaran kepada peserta

didik?

I: Dari 2 tahun ini, saya belum pernah mengajak anak untuk masuk ke sana.

Mungkin kalau dengan anak biasanya untuk kegiatan di sekitar Museum Misi

mungkin mereka lebih tertarik.

P: Bagaimana pendapat anda terhadap berbagai kegiatan yang diselenggarakan

oleh Museum Misi Muntilan?

I: setahu saya selama 2 tahun di sini hanya MOS.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 178: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

160

P: Sebagai guru bagaimana cara Bu Lusi dalam memanfaatkan Museum Misi

dalam bidang pendidikan?

I: Dalam bidang pendidikan berarti lebih bagaimana mereka memaknai Museum

itu sebagai gerbangnya menuju ke masa lalu. Jadi, kita hidup di masa sekarang,

tidak mungkin kita kesana. Maka dengan cara mengunjungi museum. Entah

Museum Misi entah yang ada di Jogja mungkin.itu sebagai gerbang bagi mereka

untuk tahu keadaan pada masa itu, yang terjadi seperti ini. Biasanya ada

dioramanya jadi kita bisa tahu dari situ. Mungkin kalau ada filmnya bisa

menontonkan film itu kepada anak/anak, biasanya filmnya Betlehem van Java.

P: Melihat banyaknya koleksi yang dimiliki oleh Museum Misi Muntilan

memiliki nilai-nilai karakter yang dapat digali. Setujukah anda apabila Museum

Misi menjadi sarana pendidikan karakter?

I: Untuk pendidikan karakter masuknya ketika di sini visi dari SMA van Lith ini

Kristiani, Cerdas, Visioner, Unggul, Peduli. Ini kan masuk dalam bagaimana

Romo van Lith juga mengajarkan hal itu. Dia Kristiani dan visioner bagaimana

visionernya itu membangun sekolah ini tidak hanya masa itu tapi juga sampai

sekarang masih ada pendidikannya. Letaknya sama terus bagaimana

kekatolikkannya dibina. Di sini biasanya setiap Sabtu ada yang namanya RPK

(Remaja Pecinta Kristus). Jadi, hampir seperti kebaktian, seperti bagaimana

belajar tentang Kristus itu sendiri. Anak-anak biasanya juga ikut PIA jadi

kristianinya kuat terus visionernya membangun bagaimana di sini kegiatannya

banyak, berarti sumpanya tugas untuk minggu depan, mereka tidak bisa satu hari

atau dua hari sebelumnya mereka kerjakan. Tapi bisanya dicicil minggu ini

mengerjakan apa dulu. Nanti pas hari H bisa selesai soalnya padat banget.

P: Nilai-nilai apa yang bisa digali dari Romo van Lith selain visioner dan

kristiani?

I: Romo van Lith itu katakanlah dia pendatang tapi dia lebih menjunjung

bagaimana orang Jawa bisa belajar lebih, yang penting kamu sekarang belajar

soalnya pendidikan itu adalah pintu dari segala sesuatu. Dari situ, dia tidak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 179: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

161

memandang siapapun. Begitu juga ketika saya di sini. Anak-anak di sini dari

Sabang sampai Merauke, saya tidak membedakan mereka, mau yang pintar yang

bodoh, mau yang cantik yang ganteng, semua saya rangkul. Jadi, saya tidak

membedakan mereka.

P: Bagaimana cara yang Bu Desy lakukan untuk menyampaikan nilai-nilai

karakter yang dapat digali dari museum tadi?

I: Kalau nilai-nilai seperti itu tidak harus diajarkan, ini nilai kasih sayang atau

nilai apa, tapi mereka kalau bisa lebih ke tindakan biar mereka sendiri yang

menggali nilai-nilai itu.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 180: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

162

CATATAN LAPANGAN 13

WAWANCARA

Topik : Persepsi Masyarakat Terhadap Keberadaan Museum Misi

Muntilan Sebagai Sarana Pendidikan Karakter

Nama Peneliti : Nur Ardita Rahmawati

Responden : Romo Dominicus Bambang Sutrisno, Pr. (Tim pendiri

Museum Misi Muntilan, Imam Projo KAS)

Waktu : 17 Mei 2017

Keterangan P: Peneliti

I: Informan

P: Apa yang menjadi latar belakang didirikannya Museum Misi Muntilan?

I: Latar belakangnya untuk konteks sejarah Gereja Keuskupan Agung Semarang.

Museum untuk kepentingan memahami, mendalami, spiritualitas atau pola dasar

penghayatan iman di Keuskupan Agung Semarang. Ada latar belakang sikap

rohaninya, yang pokok untuk kepentingan sejarah supaya bisa paham ketika kami

membuat museum itu, pertama kali yang saya buat. Saya dan teman-teman belajar

hakekat sejarah itu bagaimana. Bukan belajar penataan gedung gimana tapi

hakekat sejarah dulu itu bagaimana. Bu Sumini menjadi tempat bagi kami untuk

bertanya. Lalu diberi pemahaman, seperti kursus dasar atau kuliah singkat karena

kami bukan orang yang punya latar belakang sejarah, sebagai iman itu teologi,

filsafat. Kebetulan saya studinya sosiologi. Di situ baru tahu bahwa sejarah itu

untuk memahami situasi konkret sekarang. Bagaimana bisa seperti ini? Lalu dicari

latar belakang ada bentukan masa lampau macam apa. Kalau jaman dulu saya

tahunya sejarah itu mesti membicarakan yang dulu terus ternyata yang pokok

membicarakan yang sekarang dan dari situ kemudian mempunyai daya dobrak

untuk ke depan. Maka nanti penataan museum pun konsepnya penataan sejarah.

P: Mengapa Muntilan menjadi tempat yang dipilih untuk mendirikan museum?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 181: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

163

I: Sebelumnya museum ada di Semarang di Wisma Uskup. Dulu ada ulang tahun

KAS ke 50 lalu ada beberapa program besar. Satu, konferensi pastoral. Lalu

muncul pastoral lingkungan, pendataan dan yang ketiga itu membuat museum.

Jadi, koleksinya itu banyak sebetulnya. Tapi dulu saya tidak tertarik di Wisma

Uskup Semarang. Menjenguk saja tidak, tidak ada yang memperhatikan. Ternyata

menjadi keprihatinan dari para petinggi (konsetor) lalu memutuskan dipulangkan

ke Muntilan karena Muntilan itu disebut Betlehem van Java, tempat lahirnya

Tuhan di Jawa. Lembaga Keuskupan yang ada di Muntilan (Kevikepan Kedu) itu

karya misioner, saya yang di situ. Muntilan untuk gereja umat Jawa dipandang

sebagai tempat lahir. Jadi dikembalikan kesitu.

P: Apa saja kendala yang dihadapi ketika mendirikan Museum Misi?

I: Kendalanya itu kami orang lapangan, pelaksana dari putusan tingkat tinggi. Itu

kendalanya, pertama soal kepemilikkan tanah karena itu tanahnya Kongregasi

imam SJ. Programnya orang melihatnya itu utusan Keuskupan Agung Semarang.

Orang sering kali lihat, Projo. Jadi, ada Jesuit dan Projo sementara kalau orang-

orang umum tahunya itu tanahnya paroki Muntilan. Maka kami lalu menempati

tanahnya Jesuit kemudian untuk paroki Muntilan. Lalu ada yang merasa

dirugikan. Museum yang sekarang ada sebetulnya bukan untuk museum. Itu untuk

ganti pastoran. Pastoran sekarang itu yang sebelumnya direncanakan untuk

museum. Maka pertama kali pembangun pastoran baru. Sehingga nanti romo-

romo pindah kesitu, nanti ada rehabilitasi lagi pastoran sekarang itu untuk

museum. Program museum itu program kerja sama anatara Keuskupan, Serikat

Jesuit, lalu dengan bruder FIC karena menyangkut situs misioner di Muntilan.

Maka ada yang merasa “direbut”. Ketika membangun pun ada yang tidak puas.

Banyak yang tidak tahu bahwa itu putusannya konsorsium. Waktu itu prosedur

perijinan sudah terpenuhi tetapi ada yang tidak ikhlas. Ini dulu jadi perkara

sendiri. Akhirnya saya dipanggil oleh Provincial SJ dan wakilnya karena waktu

itu saya membuat reaksi juga dalam arti walaupun sudah jadi kalau tidak boleh ya

sudah, tidak memakai situ. Ternyata pimpinan SJ memanggil saya mengatakan

“kamu mau merusak kerja sama Keuskupan dengan SJ ya, kamu minta pindah?”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 182: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

164

jadi itu tanah SJ dipakai untuk kerja sama dan tenaganya dari keuskupan. Saya

sendiri adalah tenaga keuskupan. Jadi program Keuskupan memakai aset Jesuit.

Kalau nanti suatu saat itu program ini bubar semua kembali ke SJ. Kendala

berikut sampai pada permuseumannya, ada ahli yang merasa kalau ini bukan

museum dan harus dirombak. Saya hanya diam saja. Sebetulnya disuruh kerja

sama tapi kalau harus segala-galanya, dulu mau kerja sama dengan yang lain lalu

merasa dia jadi penentu. Lalu harus ini itu dan yang membiayai kami. Ya sudah,

pokoknya jalan terus. Itu yang awal-awal seperti itu. Yang paling susah itu karena

saya tidak tahu tentang museum, hanya sejarah tapi bagaimana permuseuman saya

tidak tahu. Teman-teman saya juga bukan orang orang berlatar belakang

pemahaman museum, sejarah juga tidak tapi dengan landasan kerangka dasarnya

itu pemahaman sejarah, itupun nanti ramai dengan yang orang-orang museum

kepurbakalaan segala. Banyak pihak yang dulu terlibat istilahnya kerja sama.

Semua punya gambaran atau paradigma yang sadar atau tidak sadar

“memaksakan”. Sementara saya hanya melakukan yang saya pahami, yang ahli

museum saya lihat menata juga seperti itu. Lalu sampai pada visi, lalu akhirnya

diberi nama Museum Misi Muntilan Pusat Animasi Misioner. Tadinya MMM

Sejarah Gereja Keuskupan Agung Semarang. Lalu dalam perjalanan jauh,

museum lalu ada karya missioner dan karya kepausan tadinya seperti itu. Dalam

pelaksanaannya, saya jadikan satu karena yang melaksanakan satu. Saya padukan,

itu juga jadi ribut. Karya misioner, karya misioner dan karya kepausan, karya

kepausan, itu ribut sampai Dewan Pastoral Keuskupan Agung Semarang. Saya

bilang kalau yang diminta itu, aparatnya harus lain kalau satu aparat tidak bisa. Itu

juga membutuhkan waktu 2 tahun. Baru lalu akhirnya uskup yang membuat lalu

jadi Museum Misi Muntilan Pusat Animasi Misioner. Nanti dalam logonya atau

cap itu Sarana Perutusan Karya Misioner dan Karya Kepausan Indonesia KAS.

Lalu terumus visi misi, itu dirumuskan sambil jalan. Jadi, itu bukan ada hal yang

jelas dulu tapi sambal jalan. Itu perjalanannya.

P: Berasal dari mana saja koleksi MMM?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 183: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

165

I: Pertama kali dari yang ada di KAS, di Wisma Uskup. Lalu dikirm ke kami. Jadi

rasanya itu menerima barang-barang yang kami tidak tahu apa-apa. Dulu bingung,

ini bagaimana. Tetapi setelah mulai tahu dan kebetulan dalam proses yang kami

belum jelas itu lalu saya sudah dianggap orang yang tahu sejarah, kebetulan waktu

itu tahun 2004 ada ulang tahun 100 tahun Sendang Sono. 2002 sudah mulai

bergerak, panitia, dan saya diminta untuk ikut terlibat dalam visi misi Sendang

Sono. Romo Hasto itu ahli sejarah misi, tapi ketika dia diminta untuk berbicara

tentang Sendang Sono dia memberi tahu keuskupan, Bambang saja. Dia punya

koleksi banyak, data-data banyak. Lalu saya dari situ kemudian harus bicara. Dari

situ saya mulai tahu sejarahnya gereja kuncinya Muntilan-Sendang Sono,

Muntilan-Sendang Sono, itu dulu mulai tahu. Lalu ada buahnya saya mulai

mereka-reka untuk penataan museum itu, lalu hanya di ruang aula itu dulu. Untuk

percobaan, dari keuskupan Mgr. Pujasumarta dulu masih vikjen itu, kalau

memimpin retreat di Muntilan itu pasti selalu dibawa belajar sejarah itu. Saya

harus menyajikan belum ada lemari-lemari itu lalu untuk cerita. Dari situ,

kemudian museum itu memang 3, ada koleksi, edukasi, dan konservasi. Lalu yang

saya kuati edukasi, siapa saja yang terlibat di Museum harus jadi edukator. Pelan-

pelan dari situ mulai ada penataan. Lalu dari banyak koleksi itu, baru lihat

koleksinya itu jauh lebih banyak daripada yang dipajang. Kami tahu koleksinya

darimana, dari keuskupan, lama-lama menguasai latar belakangnya, maknanya

jadi setiap momen ada maknanya. Kemudian mulai banyak yang datang. Lalu

orang-orang yang punya, banyak yang diserahkan sehingga awalnya koleksi dari

keuskupan tapi setelah itu banyak yang dari umat diserahkan. Ada juga kami tahu

disana, ada yang diminta dan diganti misal Lonceng Prennthaler. Jadi ada yang

praktis kami mengeluarkan biaya tapi kebanyakan diberikan oleh umat misal

buku-buku, patung, dll. Itu yang mereka takut kalau di rumah tidak dihargai oleh

anak cucunya. Entah itu dari pastoran, tapi kebanyakan dari awam. Jadi koleksi

asalnya dari situ dan itu asli semua. Sehingga orang luar negeri datang melihat

kami ini museum itu kaya raya, uangnya pasti banyak karena bisa punya asli. Itu

mahal sekali. Lalu banyak yang tidak percaya kalau ini diberikan. Pasti ada

datanya dan pelan-pelan kami mulai tahu saya mesti mengirim kalau ada training-

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 184: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

166

training tenaga museum, dan lama-lama pemanfaatan koleksi itu menjadi sarana

untuk edukasi, pesannya. Dulu selalu dipersalahkan oleh orang-orang museum

karena itu tidak ada tulisannya. Kalau saya harus ada yang memandu sehingga

meresap. Kalau rombongan harus di ruang aula dulu ada pengantar dulu, lalu di

dampingi. Entah itu keluarga, kelompok, masyarakat harus sampai disitu

pesannya. Tahun 2008 baru tahu, kalau permuseuman itu ada dua macam, yaitu

museograf dan museologi. Museograf itu menekankan penyajian benda kalau

museologi menekankan warisan nilai-nilai, hanya yang bernilai yang dipajangkan.

Ternyata yang saya lakukan museologi. Mgr. Suharyo ketika membuat hanya

memiliki pesan, buat museum yang hidup karena museum kerap dianggap sebagai

gudang mahal. Bulan desember 2004 Museum Misi Muntilan baru diresmikan.

Penataan pada koleksi ganti sampai 3 kali karena kerangka teoritis kami itu ada

pergeseran-pergeseran. Kerangka dibuat seperti tata cara ekaristi, pertama ada

pembuka, lalu distu ada pengantar, nanti bagian konservasi menyediakan aula.

Lalu koleksi ada pengantar yang menyampaikan edukasi. Lalu baru prosesnya.

Kemudian penutup itu perutusan.

P: Siapa tokoh yang menjadi ikon dari Museum Misi Muntilan? Mengapa tokoh

tersebut menjadi ikon? Nilai karakter apa yang dapat digali dari tokoh tersebut?

I: Romo van Lith, dia itu sosok yang memahami realita. Jadi karyanya selalu

bertolak dari situasi atau kondisi konkret. Missionaris jaman dulu itu secara kasar

tugasnya membuat orang yang tidak Katolik jadi Katolik (membaptis). Lalu nanti

membina gereja Katolik, menumbuhkan, mengembangkan supaya gereja Katolik

menjadi besar. Maka romo Hoevenaars yang bersama-sama itu begitu bisa

berbahasa Jawa karena waktu itu syarat utamanya harus bisa berbahasa Jawa.

Nanti romo-romo SJ Eropa tidak boleh belajar bahasa Indonesia sebelum

menguasai bahasa Jawa karena harus masuk ke orang Jawa. Romo Hoevenaars

bisa lalu menerjemahkan doa-doa, pelajaran-pelajaran agama, kemudian

membaptis orang-orang. Romo van Lith ketika belajar bahasa Jawa kemudian

memahami dia heran dengan realitas. Romo van Lith berfikir atas situasi konkret

keadaan Jawa yang berbeda dengan Eropa. Romo van Lith masuk ke dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 185: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

167

budaya. Romo van Lith mempelajari Jawa itu real, masuk dalam budaya, sosial,

pola hidup. Lalu tersentuh karena Jawa itu banyak hal sudah amat sangat rohani.

Misalnya sudah ada sesaji, malam selasa Kliwon, ada pakaian jatuh saja ada

maknanya. Lalu ada candi-candi, banyak tempat pemujaan. Jadi, orang Jawa itu

sudah amat mendalam hidup rohaninya sekalipun tidak kenal Yesus. Romo van

Lith amat sangat menghargai budaya Jawa itu, kemudian sampai pada dia tidak

hanya memahami budaya tapi juga ikut berprihatin, ternyata Belanda itu

dibandingkan Jawa bukan apa-apanya. Arsitektur budaya Jawa itu hebat

dibandingkan Belanda sana yang kecil. Romo van Lith lalu berfikir apakah orang

Jawa itu bodoh? Literatur-literatur menunjukkan intelektual kok sampai terjajah?

Ini berarti apa tidak sesuai dengan Kerajaan Allah. Karena satu orang-orang Jawa

ditindas, lain dengan Belanda yang lain. Romo van Lith di desa Semampir.

Pokoknya misionaris Jawa harus di pedesaan. Dulu Romo Palincx mengusulkan

itu dan itu dijalankan. Lalu van Lith menemukan penyebabnya karena

cakrawalanya sempit, aspek pendidikan. Maka ada 3 hal inkulturasi, nasionalisme,

dan pendidikan. Kemudian dipilih kuncinya pendidikan. Van Lith masuk kesitu.

Supaya kerajaan Allah ditegakkan disitu, punya martabat sederajat dengan orang

Eropa. Itu perjuangan Romo van Lith. Maka, dia berjuang sungguh-sungguh tapi

di hadapan pemimpin misi tidak ada hasilnya, hasilnya tidak begitu ada karena

yang dibaptis hanya sedikit. Romo van Lith kemudian dipindah, sebelum dipindah

Romo van Lith membaptis 173 orang. Itu menjadi kejutan. Bagi Romo van Lith

edukasi itu nomor satu, dan penghargaan pada budaya setempat, dan martabat

manusia begitu tinggi sehingga dia menyatu dengan rakyat. Sekolah van Lith itu

tidak ada pelajaran agama sehingga kalau ada yang ingin jadi Katolik itu urusan di

luar sekolah. Bahkan lulusan van Lith yang bekerja untuk gereja itu di luar jam

mengajar. Mereka guru-guru. Guru-guru lulusan van Lith yang aktif-aktif itu di

luar kerja, sore hari. Kalau yang misi lain kan di sekolahan. Di situ pelajaran

umum. Ini yang terjadi. Romo van Lith ikut belajar gamelan, ikut acara kampung

nyadran, lalu membantu membuat perjanjian-perjanjian, surat-surat, dia

membantu rakyat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 186: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

168

P: Melihat banyaknya nilai-nilai yang bisa digali dari Museum Misi Muntilan itu

bagaimana pendapat Romo mengenai Museum Misi Muntilan sebagai sarana

pendidikan karakter?

I: Ya disini lalu orang belajar memahami diri di hadapan Tuhan, dari situ

penghargaan kemanusiaan sangat besar baik personal maupun bersama-sama. Di

situ orang tidak akan diseragamkan, kamu mau jadi apa. Jadi kalau ada

pendampingan itu nomor satu menggali dulu jadi tidak bertolak dari kerangka

berfikir seperti kurikulum itu tapi proses bukan kok pelajaran, kuliah sudah ada

buku pegangan, nomor satu itu. Bisa kelompok bisa perorangan. Lalu baru input,

baru cakrawala sehingga orang semakin matang. Orang kalau semakin matang itu

terbuka. Orang yang fanatik tertutup itu orang yang tidak punya karakter, orang

yang dikuasai oleh kekuasaan tertentu sampai tidak mengerti diajak demo tapi

tidak mengerti apa yang didemokan. Tapi orang yang berkarakter punya

keyakinan diri, pemahaman, terbuka dan di sana kalau pendampingan untuk

belajar. Biasanya yang sudah ikut itu orangnya untuk jaman sekarang itu pasti

punya prinsip. Maka kader-kadernya bisa berani mengeluarkan pendapat, punya

prinsip, terbuka dan kritis. Van Lith itu pendidikannya yang mampu menjadi

pemimpin, maka berkarakter.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 187: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

169

CATATAN LAPANGAN 14

WAWANCARA

Topik : Persepsi Masyarakat Terhadap Keberadaan Museum Misi

Muntilan Sebagai Sarana Pendidikan Karakter

Nama Peneliti : Nur Ardita Rahmawati

Responden : Paulus Sulistyo ( Pengunjung / Dinas di Buntal KODAM IV

Diponegoro, membawahi museum Mandala Bakti Tugu Muda)

Waktu : 18 Mei 2017

Keterangan P: Peneliti

I: Informan

P: Apakah anda sering mengunjungi museum?

I: Ya, karena saya juga kebetulan dinas di museum. Kita seringkali mengunjungi

museum kemudian kita mengambil sisi-sisi yang baik di museum lain kemudian

kita terapkan di museum yang kita kelola.

P: Bagaimana kesan pertama bapak ketika mendengar Museum Misi Muntilan?

I: Ketika saya mendengar Museum Misi berarti bayangan saya itu di sini pasti

tempat benda-benda untuk jaman-jaman misionaris awal-awal. Kemudian ketika

saya masuk, saya melihat memang itu ada justru yang lebih banyak adalah

perjalanan dari para missionaris dari luar maupun dalam negeri.

P: Apa tujuan awal bapak datang ke Museum Misi Muntilan?

I: Kita memang rombongan dari kantor setiap 3 bulan ada namanya program

triwulan, kita jauh hari sudah direncanakan kita mempunyai program-program di

militer itu. Salah satunya adalah program ziarah rohani. Ziarah rohani, kita tadi ke

Sendang Sono kemudian ke Museum Misi dan dilanjutkan ke makam Sanjaya.

P: Bagaimana pendapat bapak tentang koleksi yang ada di Museum Misi

Muntilan?

I: Lumayan bagus, tetapi masih perlu ditambah. Sebetulnya di paroki-paroki lain

itu masih banyak benda-benda yang masih bisa ditarik ke dalam Museum Misi.

Karena saya sering melihat ke paroki-paroki lain banyak tempat-tempat bersejarah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 188: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

170

tetapi karena tidak ada yang tahu dari Museum Misi ini sehingga benda-benda

bersejarah itu hanya teronggok begitu saja di Paroki. Terutama saya juga di gereja

saya, di paroki Semarang sana ada benda-benda jaman pendirian awal-awal.

P: Dimana ruangan Museum Misi Muntilan yang paling anda sukai? Mengapa

anda menyukai ruangan tersebut?

I: Saya yang paling suka di ruang yang ada Soegijapranata karena saya juga

melihat di situ ketika kita mengunjungi Universitas Soegijapranata juga di sana

ada tasnya, ada benda-benda peninggalan juga ada di Universitas Soegijapranata.

P: Siapa tokoh yang memberi anda inspirasi? Apa alasannya?

I: Hampir semua uskup memberi inspirasi karena rata-rata kami dari kalangan

TNI tentunya kami sering menjadikan uskup TNI Polri ini sebagai teladan kami.

Salah satunya adalah Mgr. Suharyo.

P: Nilai-nilai karakter yang bisa digali dari tokoh tersebut apa saja?

I: Keteladanan dari Mgr. Ignatius Suharyo yang selalu saya ingat adalah

pelayanan yang murah hati.

P: Bagaimana anda memaknai nilai karakter dari tokoh tersebut?

I: Itu sebetulnya idealnya seorang Katolik seperti Mgr. Suharyo. Sabar, penuh

cinta kasih, kemudian juga rendah hati. Itu yang utama.

P: Bagaimana pendapat anda tentang Museum Misi Muntilan sebagai sarana

pendidikan karakter?

I: Bagus, harusnya disosialisasikan kepada OMK (Orang Muda Katolik) di

paroki-paroki. Kenapa? Karena harapan kita ketika OMK mengunjungi ke

Museum Misi, kita mengharapkan mereka terketuk hatinya kemudian mereka

tertarik untuk menjadi pastur. Kalau seperti kita ini hanya mengenal saja karena

kita sudah berkeluarga. Tetapi kalua sasarannya Museum Misi ini bisa diarahkan

ke OMK pasti akan muncul calon-calon pastor yang baru. Pasti banyak.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 189: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

171

CATATAN LAPANGAN 15

WAWANCARA

Topik : Persepsi Masyarakat Terhadap Keberadaan Museum Misi

Muntilan Sebagai Sarana Pendidikan Karakter

Nama Peneliti : Nur Ardita Rahmawati

Responden : Ryan Saputra ( Pengunjung / Mahasiswa S2 Museologi,

UGM)

Waktu : 18 Mei 2017

Keterangan P: Peneliti

I: Informan

P: Apakah mas Ryan sering mengunjungi museum?

I: Lumayan sering.

P: Apa kesan pertama mas Ryan ketika mendengar kata Museum Misi Muntilan?

I: Jadi begini, punya bayangan akan apa isinya sekaligus terus penasaran apa

isinya. Jadi, tahu kira-kira ceritanya tentang ini Cuma waktu pertama kali

mendengar tidak tahu koleksinya bakal bagaimana. Karena saya kerja di museum

agak cenderung mungkin bias. Cuma keseringan lihat museum gitu seperti

menilai isi museumnya bagus atau tidak. Ketika dengar Museum Misi Muntilan

itu pertama penasaran, sekaligus koleksinya mengimbangi tidak.

P: Bagaimana pendapat mas Ryan tentang koleksi yang ada di Museum Misi

Muntilan?

I: Koleksinya berharga, cukup banyak dan ada isinya. Bisa ada cerita yang

dikeluarkan dari sana.jadi, latar belakang cerita di balik koleksinya itu lumayan

bagus. Perawatannya kurang, agak kurang serius dirawat.

P: Dari banyak ruangan yang ada, ruangan mana yang paling berkesan?

I: Yang ruangan pertama setelah naik tangga, yang bagian sejarah karena

koleksinya cenderung lebih tua.

P: Melihat banyak tokoh yang ditampilkan di Museum Misi, siapa tokoh yang

memberikan inspirasi?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 190: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

172

I: Sebenarnya bukan inspirasi, tapi lebih berkesan. Bapak bapak dari Gunung

Kidul yang mengajarkan agama dengan cara maksa. Mau tidak mau, orang

dipaksa belajar, orang tidak suka dipaksa belajar dengan alasan toh kalau kamu

tidak suka nanti biar tahu tidak sukanya karena apa. Itu kan agak garis keras.

P: Apakah mas Ryan tahu kegiatan apa saja yang ada di Museum Misi Muntilan?

I: Beberapa tahu seperti Selasa Kliwon yang di kerkoff. Selain itu pendampingan

sekolah, retret, outbond.

P: Bagaimana pendapat mas Ryan mengenai Museum Misi Muntilan sebagai

sarana pendidikan karakter?

I: Unik. Jadi begini, selama ini menurutku museum itu selalu dibilang institusi

pendidikan cuma jarang yang benar-benar serius mengerjakan pendidikannya.

Misalnya cuma dengan pameran, yang bikin kegiatan itu jarang. Ada beberapa

cuma jarang menurutku yang sebagus Muntilan. Sekaligus bicara aja. Aku

magang di sana karena memang untuk melihat sistem pendidikan di Museum Misi

Muntilan. Karena aku melihat di sana baik cenderung lebih baik daripada rata-rata

museum lainnya yang cuma melihat pendidikan dari sisi pameran. Museum Misi

Muntilan punya program yang memang dikemas buat misalnya seperti rekoleksi

itu mereka mengkhususkan rekoleksinya untuk apa. Tidak harus berhubungan

dengan museumnya dan itu unik karena lembaganya juga unik. Mereka bisa

memberi pendampinan di luar hal yang ada di museum. Jadi, tidak terikat di

museumnya dan itu bagus jadi ciri atau karakter yang kuat. Menjawab pertanyaan

tadi soal pendidikan karakter, museumnya saja karakternya kuat saya rasa untuk

membentuk karakter orang bisa dan orang-orangnya backgroundnya kan

pendidikan malahan bukan orang-orang museum. Jadi, itu sepertinya cukup

berpengaruh mengapa program pendidikannya lumayan bagus.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 191: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

173

Lampiran 5 Dokumentasi Wawancara

Wawancara dengan Tia pada tanggal 27 April 2017

Sumber: Dokumen Pribadi

Wawancara dengan Bapak Seno pada tanggal 2 Mei 2017

Sumber: Dokumen Pribadi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 192: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

174

Wawancara dengan Pak Baluk Nugroho pada tanggal 8 Mei 2017

Sumber: Dokumen Pribadi

Wawancara dengan Romo Nugroho, Pr. pada tanggal 8 Mei 2017

Sumber: Dokumen Pribadi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 193: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

175

Wawancara dengan Bapak Joko pada tanggal 8 Mei 2017

Sumber: Dokumen Pribadi

Wawancara dengan Bu Lucia pada tanggal 12 Mei 2017

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 194: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

176

Wawancara dengan peserta didik SMA Pangudi Luhur van Lith pada tanggal 12

Mei 2017

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Wawancara dengan Romo Bambang Sutrisno, Pr. Pada tanggal 17 Mei 2017

Sumber: Dokumen Pribadi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 195: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

177

Lampiran 6.

LEMBAR PENGAMATAN DOKUMEN

No. Obyek yang diamati Hasil

Ya Tidak

1. Dokumen data pengunjung √

2. Museum Misi Muntilan memiliki brosur √

3. Museum Misi Muntilan memiliki katalog √

4. Buku pedoman mengenai Museum Misi Muntilan √

Dokumen Penelitian

Buku Kesan Pengunjung tahun 2013 sampai 2016

Dokumentasi Pribadi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 196: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

178

Brosur Museum Misi Muntilan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 197: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

179

Risalah dan Catatan Rapat Pleno MMM PAM 2015

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 198: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

180

Lampiran 7 Dokumentasi dari Buku Kesan Pengunjung Tahun 2013-2016

No. Tanggal Nama Alamat Jumlah Inspirasi iman yang diperoleh

1.

14/10/2013 C.E. Subardini Sang Timur Salut dan bangga, semoga menjadi

inspirasi dalam perkembangan iman

Katolik pada khususnya dan semua

pengunjung pada umumnya.

Saran: alangkah lengkapnya jika

dicantumkan juga semua ordo

suster dan romo beserta foto dan

visi, misi.

2.

15/10/2013 Ignatius Redjo Kalasan Barat,

Paroki Kalasan

70 orang

Sangat bermanfaat bagi umat

beriman dalam mengembang tugas

pelayan dalam masyarakat.

mengingat kembali sejarah

pahlawan iman Katolik.

3.

15/10/2013 P. C. Joko Trisianto Jl. Solo Purwodadi

Km 5,5, Jetak,

Wonorejo,

Gondangrajo, KRA

55 orang Proses penyadaran diri pribadi

untuk lebih instropeksi dalam

berperilaku dalam iman secara

pribadi untuk memperbaiki diri

pribadi

4.

27/10/2013 Rombongan Ketua Wilayah

dan Ketua Lingkungan

Gereja HKTY Ganjuran

Ganjuran,

Sumbermulyo,

Bambanglipuro,

Bantul

50 orang Datang berulang kesekian kali ke

museum ini semakin membuat

yakin pada Yesus yang menjadi

jalan bagi kehidupan kekal kita.

5.

17/3/2014 Sr. Lina SPM Jl. dr. Moh. Saleh

25 Probolinggo

5 orang Memberikan banyak inspirasi untuk

mengembangkan pengelolaan SPM

di Probolinggo.

Sr. Irma SPM Membangun semangat untuk

menghargai dan mencintai jasa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 199: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

181

bakti para pendahulu di KAS.

Sr. Vianney SPM Memperkaya wawasan tentang

kekaayaan misi KAS. Sr. Grace SPM

Bpk Sukisna

6.

22/3/2014 Fr. M. Florianus, BHK Surabaya 1 orang Syukur berlimpah atas karya agung

cintamu yang boleh kami warisi

menjadi tempat pembelajaran dan

menanamkan kebanggaan bagi

umat Katolik.

7.

4/10/2014 SD PL Don Bosko

Semarang

Jl. Sultan Agung

133 Smg

85 orang Semangat Pastur van Lith

menginspirasi untuk lebih melayani

sesama.

Membuat saya lebih tahu mengenal

tentang keragaman kebudayaan dan

keragaman suatu

budaya jaman dahulu Romo van

Lith.

8.

19/10/2014 Rombongan Lingkungan

Vincentius, Paroki St Petrus

dan Paulus Babadan,

Yogyakarta

Yogyakarta 60 orang Memberikan pengetahuan tentang

sejarah Gereja khususnya di

Keuskupan Agung Semarang dan

memberikan motivasi bagi kaum

muda dalam mengembangkan iman

dalam pelayanan terhadap sesame

dan Tuhan.

9.

23/10/2014 Rombongan KB-TK

Pangudi Luhur St. Ignatius

Muntilan

Jl. Kartini No. 4

Muntilan

85 anak Menginspirasi anak-anak dalam

mengenal gereja dan pemimpin-

pemimpin gereja.

Menggugah minat anak menjadi

Romo atau karya panggilan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 200: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

182

sejenisnya.

Mendasarkan semangat para Romo

dan Suster pendahulu untuk

berjuang dalam melayani sesama

kepada para umat.

10.

25/10/2014 Rombongan SMK Saraswati Jl. Hasanudin 738

Salatiga

67 orang Mengenal, mengetahui serta

menambah wawasan tentang

sejarah iman Katolik yang tumbuh

di Jawa Tengah

Para siswa sangat senang bisa

mengunjungi Museum Misi

Muntilan

Pak Gito sangat memotivasi para

siswa dengan apa yang telah

disampaikannya dengan

menceritakan dengan jelas mantap,

humor, dan motivasi ini membawa

harapan untuk hidup iman yang

lebih. Dan pasti memotivasi untuk

menjadi pewarta lebih baik.

11.

21/11/2014 Kel. Besar IPPAK Semester

III

Jl. Ahmad Zazuli

No. 2 Yogyakarta

43 orang Kami semakin tertarik untuk

menjadi katekis-katekis sederhana

tetapi memiliki visi dan misi yang

sungguh dapat mengembangkan.

12.

30/11/2014 PIA PIR Emmanuel Ngawen Ngawen 50 orang Menjadi sarana belajar dan

tambahan pengetahuan tentang

tokoh-tokoh Katolik. Semoga

keteladanan iman mereka

menguatkan anak-anak untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 201: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

183

menjadi pewarta sabda.

13.

25/1/2015 Keluarga Besar SMAN 1

Wates (Siswa Katolik)

Jl. Terbahsari no.

1Wates,

Kulomprogo

31orang Menggugah semangat untuk

menjadi pewarta kabar gembira

Kerajaan Allah untuk dibagikan

kepada semua orang yang dijumpai

dalam kehidupan sehari-hari.

14.

31/1/2015 Kel. TK St. Theresia

Muntilan

Jl. Kartini 20,

Muntilan

80 orang Anak-anak mengenal benda-benda

bersejarah peninggalan Romo-romo

misi di Jawa, membuat anak

semakin menghargai para romo dan

pendahulu yang memajukan iman

Katolik. Semoga diantara anak-

anak ada yang melanjutkan karya

mereka.

15. 11/6/2015 Johny A. Khosyariri Mhs. S3 sejarah

UGM

1 orang Mencari inspirasi dari koleksi

museum.

16. 22/11/2015 Lingkungan Alfonsus

Lisouri Tlogosari Semarang

Tlogosari,

Semarang

45 orang Semoga menambah kekuatan iman

untuk lebih giat dalam mewartakan

injil.

17.

13/12/2015 Putra-Putri Altar St.

Antonius Muntilan

Muntilan 40 orang Mengetahui peninggalan-

peninggalan bersejarah dan kisah-

kisah yang terjadi pada jaman

dahulu.

18. 19/2/2016 SMK Sanjaya Muntilan Lebih mengetahui sejarah Iman

Katolik di daerah sendiri dan bisa

lebih menghargai.

19. 8/5/2016 J.B. Laksana Adi Kuntjara Blunyah Gede, No.

72, Jogja

1 orang Semakin mengenal para misionaris

yang telah berjasa dalam

memperjuangkan agama Katolik di

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 202: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

184

Indonesia khususnya Jawa Tengah.

20.

15/6/2016 Dominikus Juang Taum Saya terinspirasi oleh Museum Misi

Keuskupan Semarang. Kalau bisa di

Lembata atau Flores juga dibuat

museum misi peninggalan Pater-

Pater SVd di Flores / Lembata.

Saya akan berusaha meyakinkan

Pater SVd di sana untuk memulai

pembangunan museum SVd di

Waikomo/ Lewoleta/ Lembata.

21. 14/10/2016 Keluarga besar Siswa-Guru

Katolik, Budha, Kristen

SMK N 1 Nanggulan KP

Jl. Gajah Mada

Wijimulyo,

Nanggulan, KP

46 orang Belajar lintas agama, menambah

pengetahuan sejarah gereja Katolik

dan pendidikan Katolik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 203: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

185

Lampiran 8

SILABUS

MATA PELAJARAN SEJARAH

KELOMPOK PEMINATAN ILMU-ILMU SOSIAL

Satuan Pendidikan : SMA

Kelas : XI

Kompetensi Inti :

1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya

2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai),

santun, responsif, dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam

berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam

pergaulan dunia.

3. Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa

ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan,

kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang

kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.

4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang

dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.

Kompetensi Dasar Materi Pokok Pembelajaran Penilaian Alokasi

Waktu

Sumber

Belajar

1.1 Menghayati nilai-nilai

peradaban dunia yang

menghargai perbedaan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 204: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

186

Kompetensi Dasar Materi Pokok Pembelajaran Penilaian Alokasi

Waktu

Sumber

Belajar

sebagai karunia Tuhan yang

Maha Esa.

2.1 Mengembangkan sikap

jujur, rasa ingin tahu,

tanggung jawab, peduli,

santun, cinta damai dalam

mempelajari peristiwa

sejarah sebagai cerminan

bangsa dalam pergaulan

dunia.

2.2 Menunjukan sikap cinta

tanah air, nilai-nilai rela

berkorban dan kerja sama

yang dicontohkan para

pemimpin pada masa

pergerakan nasional, meraih

dan mempertahankan

kemerdekaan Indonesia.

3.1 Menganalisis sistem

pemerintahan, sosial, Kerajaan-Kerajaan

Besar Indonesia pada

Mengamati:

Membaca buku teks tentang sistem

Tugas: Membuat laporan

4 mg x 4

jp Buku

Paket

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 205: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

187

Kompetensi Dasar Materi Pokok Pembelajaran Penilaian Alokasi

Waktu

Sumber

Belajar

ekonomi, dan kebudayaan

masyarakat Indonesia pada

masa kerajaan-kerajaan

besar Hindu-Buddha yang

berpengaruh pada

kehidupan masyarakat

Indonesia masa kini.

3.2 Menganalisis sistem

pemerintahan, sosial,

ekonomi, dan kebudayaan

masyarakat Indonesia pada

masa kerajaan-kerajaan

besar Islam di Indonesia

yang berpengaruh pada

kehidupan masyarakat

Indonesia masa kini.

4.1 Menyajikan warisan sistem

pemerintahan, sosial,

ekonomi, dan kebudayaan

masyarakat Indonesia pada

masa kerajaan-kerajaan

besar Hindu-Buddha yang

berpengaruh pada

kehidupan masyarakat

Masa Kekuasaan

Hindu-Buddha dan

Islam

Sistem

pemerintahan,

sosial, ekonomi, dan

kebudayaan

masyarakat

Indonesia pada masa

kerajaan-kerajaan

besar Hindu-Buddha

yang berpengaruh

pada kehidupan

masyarakat

Indonesia masa kini.

Sistem

pemerintahan,

sosial, ekonomi, dan

kebudayaan

masyarakat

Indonesia pada masa

kerajaan-kerajaan

besar Islam di

Indonesia yang

berpengaruh pada

kehidupan

pemerintahan, sosial, ekonomi, dan

kebudayaan masyarakat Indonesia

pada masa kerajaan-kerajaan besar

Hindu-Buddha dan Islam yang

berpengaruh pada kehidupan

masyarakat Indonesia masa kini.

Menanya:

Menanya dan berdiskusi untuk

mendapatkan klarifikasi, penjelasan

dan perluasan bahan analisis

mengenai sistem pemerintahan,

sosial, ekonomi, dan kebudayaan

masyarakat Indonesia pada masa

kerajaan-kerajaan besar Hindu-

Buddha dan Islam yang

berpengaruh pada kehidupan

masyarakat Indonesia masa kini.

Mengeksplorasikan:

Mengumpulkan data dan informasi

lanjutan terkait dengan pertanyaan

mengenai sistem pemerintahan,

sosial, ekonomi, dan kebudayaan

masyarakat Indonesia pada masa

kerajaan-kerajaan besar Hindu-

tertulis hasil analisis

mengenai sistem

pemerintahan, sosial,

ekonomi, dan

kebudayaan masyarakat

Indonesia pada masa

kerajaan-kerajaan besar

Hindu-Buddha dan

Islam yang berpengaruh

pada kehidupan

masyarakat Indonesia

masa kini.

Observasi: Mengamati kegiatan

peserta didik dalam

proses mengumpulkan

data, analisis data dan

pembuatan laporan.

Portofolio: Menilai laporan tertulis

hasil analisis mengenai

sistem pemerintahan,

sosial, ekonomi, dan

kebudayaan masyarakat

Sejarah

kelas XI

Buku-

buku

lainya

Sumber

lain yang

tersedia

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 206: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

188

Kompetensi Dasar Materi Pokok Pembelajaran Penilaian Alokasi

Waktu

Sumber

Belajar

Indonesia masa kini, dalam

bentuk tulisan dan media

lain.

4.2 Menyajikan hasil

identifikasi warisan sistem

pemerintahan, sosial,

ekonomi, dan kebudayaan

masyarakat Indonesia pada

masa kerajaan-kerajaan

besar Islam di Indonesia

yang berpengaruh pada

kehidupan masyarakat

Indonesia masa kini, dalam

bentuk tulisan dan media

lain.

masyarakat

Indonesia masa kini.

Buddha dan Islam yang

berpengaruh pada kehidupan

masyarakat Indonesia masa kini,

melalui bacaan dan sumber lain

yang tersedia.

Mengasosiasikan:

Menganalisis informasi dan data

yang di dapat dari bacaan dan

sumber lain yang terkait mengenai

sistem pemerintahan, sosial,

ekonomi, dan kebudayaan

masyarakat Indonesia pada masa

kerajaan-kerajaan besar Hindu-

Buddha dan Islam yang

berpengaruh pada kehidupan

masyarakat Indonesia masa kini

Mengomunikasikan:

Membuat laporan hasil analisis

dalam bentuk tulisan dan atau

media lain mengenai sistem

pemerintahan, sosial, ekonomi, dan

kebudayaan masyarakat Indonesia

pada masa kerajaan-kerajaan besar

Hindu-Buddha dan Islam yang

Indonesia pada masa

kerajaan-kerajaan besar

Hindu-Buddha dan

Islam yang berpengaruh

pada kehidupan

masyarakat Indonesia

masa kini.

Tes:

Menilai kemampuan

peserta didik dalam

menganalisis sistem

pemerintahan, sosial,

ekonomi, dan

kebudayaan masyarakat

Indonesia pada masa

kerajaan-kerajaan besar

Hindu-Buddha dan

Islam yang berpengaruh

pada kehidupan

masyarakat Indonesia

masa kini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 207: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

189

Kompetensi Dasar Materi Pokok Pembelajaran Penilaian Alokasi

Waktu

Sumber

Belajar

berpengaruh pada kehidupan

masyarakat Indonesia masa kini

3.3 Menganalisis keterkaitan

antara pemikiran dan

peristiwa-peristiwa penting

di Eropa antara lain:

Merkantilisme,

Renaissance, Reformasi

Gereja, Revolusi Industri

dan pengaruhnya bagi

kehidupan bangsa Indonesia

dan bangsa lain di dunia

pada masa itu dan masa

kini.

4.3 Membuat karya tulis

tentang pemikiran dan

peristiwa-peristiwa penting

di Eropa antara lain:

Merkantilisme,

Renaissance, Reformasi

Gereja, Revolusi Industri

yang berpengaruh bagi

Indonesia dan dunia.

Peristiwa di Eropa

Yang Berpengaruh

terhadap Kehidupan

Ummat Manusia

Pemikiran dan

peristiwa-peristiwa

penting di Eropa

antara lain:

Merkantilisme,

Renaissance,

Reformasi Gereja,

Revolusi Industri

dan pengaruhnya

bagi kehidupan

bangsa Indonesia

dan bangsa lain di

dunia pada masa itu

dan masa kini.

Mengamati:

Membaca buku teks tentang

pemikiran dan peristiwa-peristiwa

penting di Eropa antara lain:

Merkantilisme, Renaissance,

Reformasi Gereja, Revolusi Industri

dan pengaruhnya bagi kehidupan

bangsa Indonesia dan bangsa lain di

dunia pada masa itu dan masa kini.

Menanya:

Menanya dan berdiskusi untuk

mendapatkan klarifikasi dan

pendalaman pemahaman tentang

pemikiran dan peristiwa-peristiwa

penting di Eropa antara lain:

Merkantilisme, Renaissance,

Reformasi Gereja, Revolusi Industri

dan pengaruhnya bagi kehidupan

bangsa Indonesia dan bangsa lain di

dunia pada masa itu dan masa kini.

Mengeksplorasikan:

Tugas: Membuat karya tulis

tentang pemikiran dan

peristiwa-peristiwa

penting di Eropa antara

lain: Merkantilisme,

Renaissance, Reformasi

Gereja, Revolusi

Industri dan

pengaruhnya bagi

kehidupan bangsa

Indonesia dan bangsa

lain di dunia pada masa

itu dan masa kini.

Observasi :

Mengamati kegiatan

peserta didik dalam

proses mengumpulkan

data, analisis data dan

pembuatan laporan.

Portofolio:

4 mg x 4

jp

Buku

Paket

Sejarah

kelas XI

Buku-

buku

lainya

Sumber/

media

lain yang

tersedia

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 208: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

190

Kompetensi Dasar Materi Pokok Pembelajaran Penilaian Alokasi

Waktu

Sumber

Belajar

Mengumpulkan data dan informasi

lanjutan terkait dengan pertanyaan

dan materi tentang pemikiran dan

peristiwa-peristiwa penting di Eropa

antara lain: Merkantilisme,

Renaissance, Reformasi Gereja,

Revolusi Industri dan pengaruhnya

bagi kehidupan bangsa Indonesia

dan bangsa lain di dunia pada masa

itu dan masa kini, melalui bacaan

dan sumber-sumber lainya yang

terkait

Mengasosiasikan:

Menganalisis informasi dan data

yang di dapat dari bacaan dan

sumber lain yang terkait mengenai

pemikiran dan peristiwa-peristiwa

penting di Eropa antara lain:

Merkantilisme, Renaissance,

Reformasi Gereja, Revolusi Industri

dan pengaruhnya bagi kehidupan

bangsa Indonesia dan bangsa lain di

dunia pada masa itu dan masa kini.

Mengomunikasikan:

Menilai karya tulis

peserta didik tentang

pemikiran dan

peristiwa-peristiwa

penting di Eropa antara

lain: Merkantilisme,

Renaissance, Reformasi

Gereja, Revolusi

Industri dan

pengaruhnya bagi

kehidupan bangsa

Indonesia dan bangsa

lain di dunia pada masa

itu dan masa kini.

Tes:

Menilai kemampuan

peserta didik dalam

menganalisis tentang

pemikiran dan

peristiwa-peristiwa

penting di Eropa antara

lain: Merkantilisme,

Renaissance, Reformasi

Gereja, Revolusi

Industri dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 209: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

191

Kompetensi Dasar Materi Pokok Pembelajaran Penilaian Alokasi

Waktu

Sumber

Belajar

Membuat karya tulis mengenai

pemikiran dan peristiwa-peristiwa

penting di Eropa antara lain:

Merkantilisme, Renaissance,

Reformasi Gereja, Revolusi Industri

dan pengaruhnya bagi kehidupan

bangsa Indonesia dan bangsa lain di

dunia pada masa itu dan masa kini.

pengaruhnya bagi

kehidupan bangsa

Indonesia dan bangsa

lain di dunia pada masa

itu dan masa kini.

3.4 Menganalisis keterkaitan

antara revolusi-revolusi

besar dunia (Perancis,

Amerika, Cina, Rusia dan

Indonesia) dan kehidupan

umat manusia pada masa itu

dan masa kini.

4.4 Menyajikan hasil analisis

tentang revolusi-revolusi

besar dunia (Perancis,

Amerika, Cina, Rusia dan

Indonesia) serta

pengaruhnya terhadap

kehidupan umat manusia

dalam bentuk tulisan dan

media lain.

Revolusi Besar Dunia

dan Pengaruhnya

Terhadap Ummat

Manusia

Revolusi-revolusi

besar dunia

(Perancis, Amerika,

Cina, Rusia dan

Indonesia) dan

kehidupan umat

manusia pada masa

itu dan masa kini.

Mengamati:

Membaca buku teks mengenai

keterkaitan antara revolusi-revolusi

besar dunia (Perancis, Amerika,

Cina, Rusia dan Indonesia) dan

kehidupan umat manusia pada masa

itu dan masa kini.

Menanya:

Menanya dan berdiskusi untuk

mendapatkan klarifikasi dan

pendalaman pemahaman mengenai

keterkaitan antara revolusi-revolusi

besar dunia (Perancis, Amerika,

Cina, Rusia dan Indonesia) dan

kehidupan umat manusia pada masa

itu dan masa kini.

Tugas: Membuat tulisan dan

atau media lain

mengenai keterkaitan

antara revolusi-revolusi

besar dunia (Perancis,

Amerika, Cina, Rusia

dan Indonesia) dan

kehidupan umat

manusia pada masa itu

dan masa kini.

Observasi: Mengamati kegiatan

peserta didik dalam

proses mengumpulkan

data, analisis data dan

5 mg x 4

jp

Buku

Paket

Sejarah

kelas XI

Buku-

buku

lainnya

Gambar

Revolusi

-revolusi

besar

dunia

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 210: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

192

Kompetensi Dasar Materi Pokok Pembelajaran Penilaian Alokasi

Waktu

Sumber

Belajar

Mengeksplorasikan:

Mengumpulkan data dan informasi

lanjutan terkait dengan pertanyaan

dan materi mengenai keterkaitan

antara revolusi-revolusi besar dunia

(Perancis, Amerika, Cina, Rusia dan

Indonesia) dan kehidupan umat

manusia pada masa itu dan masa

kini, melalui bacaan dan sumber-

sumber lainnya yang terkait.

Mengasosiasikan:

Menganalisis informasi dan data

yang di dapat dari bacaan dan

sumber lain yang terkait mengenai

keterkaitan antara revolusi-revolusi

besar dunia (Perancis, Amerika,

Cina, Rusia dan Indonesia) dan

kehidupan umat manusia pada masa

itu dan masa kini, melalui bacaan

dan sumber-sumber lainnya yang

terkait.

Mengomunikasikan:

Membuat laporan dalam bentuk

pembuatan laporan.

Portofolio:

Menilai tulisan dan atau

media lain mengenai

keterkaitan antara

revolusi-revolusi besar

dunia (Perancis,

Amerika, Cina, Rusia

dan Indonesia) dan

kehidupan umat

manusia pada masa itu

dan masa kini.

Tes:

Menilai kemampuan

peserta didik dalam

menganalisis

keterkaitan antara

revolusi-revolusi besar

dunia (Perancis,

Amerika, Cina, Rusia

dan Indonesia) dan

kehidupan umat

manusia pada masa itu

dan masa kini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 211: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

193

Kompetensi Dasar Materi Pokok Pembelajaran Penilaian Alokasi

Waktu

Sumber

Belajar

tulisan dan media lain mengenai

keterkaitan antara revolusi-revolusi

besar dunia (Perancis, Amerika,

Cina, Rusia dan Indonesia) dan

kehidupan umat manusia pada masa

itu dan masa kini, melalui bacaan

dan sumber-sumber lainnya yang

terkait.

3.5 Menganalisis hubungan

perkembangan faham-

faham besar seperti

nasionalisme, liberalisme,

sosialisme, demokrasi, Pan

Islamisme dengan gerakan

nasionalisme di Asia-Afrika

pada masa itu dan masa

kini.

4.5 Menyajikan hasil analisis

tentang hubungan

perkembangan faham-

faham besar seperti

nasionalisme, liberalisme,

sosialisme, demokrasi, Pan

Islamisme dengan gerakan

Ideologi, Perang

Dunia dan

Pengaruhnya

terhadap Gerakan

Kemerdekaan di Asia

dan Afrika.

Perkembangan

faham-faham besar

seperti nasionalisme,

liberalisme,

sosialisme,

demokrasi, Pan

Islamisme dengan

gerakan

nasionalisme di

Asia-Afrika pada

masa itu dan masa

Mengamati:

Membaca buku teks mengenai

hubungan perkembangan faham-

faham besar seperti nasionalisme,

liberalisme, sosialisme, demokrasi,

Pan Islamisme dengan gerakan

nasionalisme di Asia-Afrika pada

masa itu dan masa kini.

Menanya:

Menanya dan berdiskusi untuk

mendapatkan klarifikasi dan

pendalaman pemahaman mengenai

hubungan perkembangan faham-

faham besar seperti nasionalisme,

liberalisme, sosialisme, demokrasi,

Pan Islamisme dengan gerakan

Tugas: Membuat tulisan dan

atau media lain

mengenai hubungan

perkembangan faham-

faham besar seperti

nasionalisme,

liberalisme, sosialisme,

demokrasi, Pan

Islamisme dengan

gerakan nasionalisme di

Asia-Afrika pada masa

itu dan masa kini.

Observasi:

Mengamati kegiatan

peserta didik dalam

3 mg x 4

jp

Buku

Paket

Sejarah

kelas XI

Buku-

buku

lainya

Sumber

lain yang

tersedia

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 212: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

194

Kompetensi Dasar Materi Pokok Pembelajaran Penilaian Alokasi

Waktu

Sumber

Belajar

nasionalisme di Asia-Afrika

dalam bentuk tulisan dan

media lain.

kini.

nasionalisme di Asia-Afrika pada

masa itu dan masa kini.

Mengeksplorasikan:

Mengumpulkan data dan informasi

lanjutan terkait dengan pertanyaan

dan materi mengenai hubungan

perkembangan faham-faham besar

seperti nasionalisme, liberalisme,

sosialisme, demokrasi, Pan

Islamisme dengan gerakan

nasionalisme di Asia-Afrika pada

masa itu dan masa kini.

Mengasosiasikan:

Menganalisis informasi dan data

yang di dapat dari bacaan dan

sumber lain yang terkait mengenai

hubungan perkembangan faham-

faham besar seperti nasionalisme,

liberalisme, sosialisme, demokrasi,

Pan Islamisme dengan gerakan

nasionalisme di Asia-Afrika pada

masa itu dan masa kini.

Mengomunikasikan:

proses mengumpulkan

data, analisis data dan

pembuatan laporan.

Portofolio:

Menilai tulisan dan atau

media lain mengenai

hubungan

perkembangan faham-

faham besar seperti

nasionalisme,

liberalisme, sosialisme,

demokrasi, Pan

Islamisme dengan

gerakan nasionalisme di

Asia-Afrika pada masa

itu dan masa kini.

Tes:

Menilai kemampuan

peserta didik dalam

menganalisis hubungan

perkembangan faham-

faham besar seperti

nasionalisme,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 213: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

195

Kompetensi Dasar Materi Pokok Pembelajaran Penilaian Alokasi

Waktu

Sumber

Belajar

Membuat laporan dalam bentuk

tulisan dan atau media lain

mengenai hubungan perkembangan

faham-faham besar seperti

nasionalisme, liberalisme,

sosialisme, demokrasi, Pan

Islamisme dengan gerakan

nasionalisme di Asia-Afrika pada

masa itu dan masa kini.

liberalisme, sosialisme,

demokrasi, Pan

Islamisme dengan

gerakan nasionalisme di

Asia-Afrika pada masa

itu dan masa kini.

3.6 Menganalisis pengaruh PD

I dan PD II terhadap

kehidupan politik, sosial-

ekonomi dan hubungan

internasional (LBB, PBB),

pergerakan nasional dan

regional.

4.6 Menyajikan hasil analisis

tentang pengaruh PD I dan

PD II terhadap kehidupan

politik, sosial-ekonomi dan

hubungan internasional

(LBB, PBB ), pergerakan

nasional dan regional dalam

bentuk tulisan dan media

Perang Dunia dan

Kelembagaan Dunia

Pengaruh PD I dan

PD II terhadap

kehidupan politik,

sosial-ekonomi dan

hubungan

internasional (LBB,

PBB), pergerakan

nasional dan

regional.

Mengamati:

Membaca buku teks mengenai

pengaruh PD I dan PD II terhadap

kehidupan politik, sosial-ekonomi

dan hubungan internasional (LBB,

PBB), pergerakan nasional dan

regional.

Menanya:

Menanya dan berdiskusi untuk

mendapatkan klarifikasi dan

pendalaman pemahaman mengenai

pengaruh PD I dan PD II terhadap

kehidupan politik, sosial-ekonomi

dan hubungan internasional (LBB,

PBB), pergerakan nasional dan

Tugas:

Membuat tulisan dan

atau media lain

mengenai pengaruh PD

I dan PD II terhadap

kehidupan politik,

sosial-ekonomi dan

hubungan internasional

(LBB, PBB),

pergerakan nasional dan

regional.

Observasi:

Mengamati kegiatan

peserta didik dalam

proses mengumpulkan

3 mg x 4

jp

Buku

Paket

Sejarah

kelas XI

Buku-

buku

lainya

Sumber/

media

lain yang

tersedia

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 214: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

196

Kompetensi Dasar Materi Pokok Pembelajaran Penilaian Alokasi

Waktu

Sumber

Belajar

lain.

regional.

Mengeksplorasikan:

Mengumpulkan informasi lanjutan

terkait dengan pertanyaan dan

materi mengenai pengaruh PD I

dan PD II terhadap kehidupan

politik, sosial-ekonomi dan

hubungan internasional (LBB,

PBB), pergerakan nasional dan

regional, melalui bacaan dan

sumber-sumber lain yang terkait.

Mengasosiasikan:

Menganalisis informasi dan data

yang di dapat dari bacaan dan

sumber lain yang terkait untuk

menyimpulkan keterkaitan pengaruh

PD I dan PD II terhadap kehidupan

politik, sosial-ekonomi dan

hubungan internasional (LBB,

PBB), pergerakan nasional dan

regional.

Mengomunikasikan:

Menyajikan dalam bentuk tulisan

data, analisis data dan

pembuatan laporan.

Portofolio:

Menilai tulisan dan atau

media lain mengenai

pengaruh PD I dan PD

II terhadap kehidupan

politik, sosial-ekonomi

dan hubungan

internasional (LBB,

PBB), pergerakan

nasional dan regional.

Tes:

Menilai kemampuan

peserta didik dalam

menganalisis pengaruh

PD I dan PD II terhadap

kehidupan politik,

sosial-ekonomi dan

hubungan internasional

(LBB, PBB),

pergerakan nasional dan

regional.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 215: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

197

Kompetensi Dasar Materi Pokok Pembelajaran Penilaian Alokasi

Waktu

Sumber

Belajar

dan atau media lain mengenai

pengaruh PD I dan PD II terhadap

kehidupan politik, sosial-ekonomi

dan hubungan internasional (LBB,

PBB).

3.7 Menganalisis pengaruh

imperialisme dan

kolonialisme Barat di

Indonesia dalam bidang

politik, ekonomi, sosial-

budaya, pendidikan dan

agama serta perlawanan

kerajaan Indonesia terhadap

imperialisme dan

kolonialisme Barat.

3.8 Menganalisis peran Sumpah

Pemuda bagi kehidupan

kebangsaan di Indonesia

pada masa itu dan masa

kini.

3.9 Menganalisis kehidupan

sosial, ekonomi, budaya,

militer dan pendidikan di

Kebangkitan

Heroisme dan

Kesadaran

Kebangsaan

Pengaruh

imperialisme dan

kolonialisme Barat

di Indonesia

Sumpah Pemuda

Pendudukan meliter

Jepang di Indonesia.

Akar-akar

nasionalisme yang

terkandung dalam

Sarekat Islam,

Indische Partij, dan

Budi Oetomo

Mengamati:

Membaca buku teks dan

mengamati sumber lain mengenai

Imperialisme dan kolonialisme

Barat, Sumpah Pemuda,

pendudukan militer Jepang dan

akar-akar nasionalisme.

Menanya:

Menanya dan berdiskusi untuk

mendapatkan klarifikasi dan

pendalaman pemahaman mengenai

Imperialisme dan kolonialisme

Bartat, Sumpah Pemuda,

pendudukan militer Jepang dan

akar-akar nasionalisme.

Mengeksplorasikan:

Mengumpulkan data/inormasi

lanjutan melalui bacaan dan

Tugas:

Membuat tulisan dan

atau media lain

mengenai Imperialisme

dan kolonialisme Barat,

Sumpah Pemuda,

pendudukan militer

Jepang dan akar-akar

nasionalisme.

Observasi: Mengamati kegiatan

peserta didik dalam

proses mengumpulkan

data, analisis data dan

pembuatan laporan.

Portofolio: Menilai tulisan dan atau

media lain mengenai

6 mg x 4

jp

Buku

Paket

Sejarah

kelas XI

Buku-

buku

lainya

Sumber/

media

lain yang

tersedia

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 216: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

198

Kompetensi Dasar Materi Pokok Pembelajaran Penilaian Alokasi

Waktu

Sumber

Belajar

Indonesia pada zaman

pendudukan Jepang.

3.10 Menganalisis akar-akar

nasionalisme Indonesia

pada masa kelahirannya dan

pengaruhnya bagi masa

kini.

4.7 Menyajikan hasil evaluasi

tentang pengaruh

imperialisme dan

kolonialisme Barat di

Indonesia dalam bidang

politik, ekonomi, sosial-

budaya, pendidikan dan

agama serta perlawanan

kerajaan Indonesia dalam

bentuk tulisan dan media

lain.

4.8 Menyajikan hasil evaluasi

penerapan semangat

Sumpah Pemuda dalam

kehidupan generasi muda

sumber-sumber lain yang terkait

mengenai Imperialisme dan

kolonialisme Barat, Sumpah

Pemuda, pendudukan militer Jepang

dan akar-akar nasionalisme.

Mengasosiasikan:

Menganalisis dan menyimpulkan

pengaruh imperialisme dan

kolonialisme Barat di Indonesia,

peran Sumpah Pemuda bagi

kehidupan kebangsaan di Indonesia,

kehidupan sosial, ekonomi, budaya,

militer dan pendidikan di Indonesia

pada zaman pendudukan Jepang,

serta akar-akar nasionalisme

Indonesia

Mengomunikasikan:

Menyajikan dalam bentuk tulisan

dan atau media lain tentang

imperialisme dan kolonialisme

Barat, Sumpah Pemuda,

pendudukan militer Jepang dan

akar-akar nasionalisme.

Imperialisme dan

kolonialisme Barat,

Sumpah Pemuda,

pendudukan militer

Jepang dan akar-akar

nasionalisme.

Tes:

Menilai kemampuan

peserta didik dalam

menganalisis mengenai

Imperialisme dan

kolonialisme Barat,

Sumpah Pemuda,

pendudukan militer

Jepang dan akar-akar

nasionalisme.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 217: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

199

Kompetensi Dasar Materi Pokok Pembelajaran Penilaian Alokasi

Waktu

Sumber

Belajar

Indonesia dan dalam

kehidupan bernegara bangsa

Indonesia masa kini, dalam

bentuk tulisan atau media

lain.

4.9 Membuat kliping tentang

kehidupan sosial, ekonomi,

budaya, militer dan

pendidikan di Indonesia

pada zaman pendudukan

Jepang.

4.10 Menyajikan berbagai

peristiwa yang

menunjukkan akar-akar

nasionalisme Indonesia

seperti Sarekat Islam,

Indische Partij, Budi

Utomo, dalam bentuk

tulisan dan media lain.

3.11 Menganalisis peristiwa-

peristiwa sekitar Proklamasi

17 Agustus 1945 dan

artinya bagi kehidupan

berbangsa dan bernegara

Proklamasi

Kemerdekaan sebagai

Penegakan Hak

Bangsa Indonesia

Peristiwa-peristiwa

Mengamati:

Membaca buku teks dan

mengamati sumber lain mengenai

peristiwa-peristiwa sekitar

Proklamasi 17 Agustus 1945 dan

Tugas:

Membuat media

gambar mengenai

peristiwa-peristiwa

sekitar Proklamasi 17

8 mg x 4

jp

Buku

Paket

Sejarah

kelas XI

Buku-

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 218: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

200

Kompetensi Dasar Materi Pokok Pembelajaran Penilaian Alokasi

Waktu

Sumber

Belajar

pada masa itu dan masa

kini.

4.11 Menyajikan gambaran

peristiwa-peristiwa sekitar

Proklamasi 17 Agustus

1945 dan artinya bagi

kehidupan berbangsa dan

bernegara dalam bentuk

media visual.

sekitar Proklamasi

17 Agustus 1945

dan artinya bagi

kehidupan

berbangsa dan

bernegara pada masa

itu dan masa kini.

artinya bagi kehidupan berbangsa

dan bernegara pada masa itu dan

masa kini.

Menanya:

Menanya dan berdiskusi untuk

mendapatkan klarifikasi dan

pendalaman pemahaman mengenai

peristiwa-peristiwa sekitar

Proklamasi 17 Agustus 1945 dan

artinya bagi kehidupan berbangsa

dan bernegara pada masa itu dan

masa kini.

Mengeksplorasikan:

Mengumpulkan data dan ifnormasi

lanjutan melalui bacaan dan

sumber-sumber lain yang terkait

mengenai peristiwa-peristiwa

sekitar Proklamasi 17 Agustus 1945

dan artinya bagi kehidupan

berbangsa dan bernegara pada masa

itu dan masa kini.

Mengasosiasikan:

Menganalisis dan menyimpulkan

Agustus 1945 dan

artinya bagi kehidupan

berbangsa dan

bernegara pada masa itu

dan masa kini.

Observasi: Mengamati kegiatan

peserta didik dalam

proses mengumpulkan

data, analisis data dan

pembuatan laporan.

Portofolio: Menilai media gambar

karya peserta didik

tentang peristiwa-

peristiwa sekitar

Proklamasi 17 Agustus

1945 dan artinya bagi

kehidupan berbangsa

dan bernegara pada

masa itu dan masa kini.

Tes:

Menilai kemampuan

buku

lainya

Internet

(jika

tersedia)

Gambar-

gambar

peristiwa

proklama

si

kemerde

kaan RI

17

Agustus

1945.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 219: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

201

Kompetensi Dasar Materi Pokok Pembelajaran Penilaian Alokasi

Waktu

Sumber

Belajar

mengenai peristiwa-peristiwa

sekitar proklamasi 17 Agustus 1945

dan artinya bagi kehidupan

berbangsa dan bernegara pada masa

itu dan masa kini.

Mengomunikasikan:

Menyajikan dalam bentuk media

gambar peristiwa-peristiwa sekitar

Proklamasi 17 Agustus 1945 dan

artinya bagi kehidupan berbangsa

dan bernegara pada masa itu dan

masa kini.

peserta didik dalam

menganalisis materi

peristiwa-peristiwa

sekitar Proklamasi 17

Agustus 1945 dan

artinya bagi kehidupan

berbangsa dan

bernegara pada masa itu

dan masa kini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 220: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

202

Lampiran 9

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP)

Sekolah : SMA Pangudi Luhur van Lith

Mata Pelajaran : Sejarah

Kelas/Semester : 11 / Genap

Materi Pokok : Pengaruh Imperialisme dan Kolonialisme Belanda

Alokasi Waktu : 2 x 45 menit (1 kali pertemuan)

A. KOMPETENSI INTI (KI)

KI. 3 Memahami, menerapkan dan menganalisis pengetahuan faktual,

konseptual, dan prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang

ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dalam

wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban

terkait penyebab fenomena dan kejadian dalam bidang kerja yang

spesifik untuk memecahkan masalah.

KI. 4 Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah

abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di

sekolah secara mandiri, dan mampu melaksanakan tugas spesifik di

bawah pengawasan langsung.

B. KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR PENCAPAIAN

3.7 Menganalisis pengaruh imperialisme dan kolonialisme Barat di

Indonesia dalam bidang politik, ekonomi, sosial-budaya, pendidikan dan

agama serta perlawanan kerajaan Indonesia terhadap imperialisme dan

kolonialisme Barat

3.7.1 Menganalisis pengaruh imperialisme dan kolonialisme Barat

dalam bidang agama khususnya mengenai sejarah Museum Misi

Muntilan terkait dengan awal mula Gereja Katolik di Jawa

3.7.2 Menganalisis kegiatan edukasi di Museum Misi Muntilan yang

berkaitan dengan pendidikan karakter

3.7.3 Menganalisis tentang Museum Misi Muntilan sebagai sarana

pendidikan karakter

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 221: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

203

4.7 Menyajikan hasil evaluasi tentang pengaruh imperialisme dan

kolonialisme Barat di Indonesia dalam bidang politik, ekonomi, sosial-

budaya, pendidikan dan agama serta perlawanan kerajaan Indonesia

dalam bentuk tulisan dan media lain

4.7.1 Membuat laporan tertulis berbentuk artikel tentang pengaruh

imperialisme dan kolonialisme Barat di Indonesia dalam bidang

agama khususnya tokoh-tokoh yang ditampilkan di Museum

Misi Muntilan

C. TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta didik diharapkan mampu:

1. Menganalisis pengaruh imperialisme dan kolonialisme Barat dalam bidang

agama khususnya mengenai sejarah Museum Misi Muntilan terkait dengan

awal mula Gereja Katolik di Jawa

2. Menganalisis kegiatan edukasi di Museum Misi Muntilan yang berkaitan

dengan pendidikan karakter

3. Menganalisis tentang Museum Misi Muntilan sebagai sarana pendidikan

karakter

4. Membuat laporan tertulis berbentuk artikel tentang pengaruh imperialisme

dan kolonialisme Barat di Indonesia dalam bidang agama khususnya

tokoh-tokoh yang ditampilkan di Museum Misi Muntilan

D. MATERI PEMBELAJARAN

1. Sejarah berdirinya Museum Misi Muntilan terkait dengan awal mula

Gereja Katolik di Jawa.

2. Kegiatan edukasi berkaitan dengan pendidikan karakter.

3. Museum Misi Muntilan sebagai sarana pendidikan karakter.

E. METODE PEMBELAJARAN

1. Pendekatan Pembelajaran : Pembelajaran Saintifik

2. Strategi Pembelajaran : Cooperative Learning

3. Model Pembelajaran : STAD (Students Team Achivement Divison)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 222: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

204

F. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN

Kegiatan Deskripsi Alokasi

Waktu

A. Pendahuluan

Guru mengucapkan salam

Guru meminta salah satu peserta didik untuk

memimpin doa

Guru memerika kehadiran peserta didik

Guru memeriksa materi ajar dan alat atau media

pembelajaran

Guru menanyakan materi yang disampaikan

minggu lalu

Guru menyampaikan kompetensi dasar dan

tujuan pembelajaran

15

Menit

B. Kegiatan Inti Mengamati

Peserta didik mengamati video tentang sejarah

Museum Misi Muntilan

Peserta didik mengamati powerpoint tentang

kegiatan edukatif di Museum Misi Muntilan

Menanya

Peserta didik diberi arahan untuk untuk

bertanya dari video yang sudah ditayangkan

Peserta didik bertanya mengenai powerpoint

yang sudah ditayangkan

Mengumpulkan Informasi

Peserta didik dibagi menjadi 4 kelompok.

Masing-masing kelompok diminta berdiskusi

tentang tokoh yang diteladani beserta

karakternya dari yang ditampilkan di Museum

Misi Muntilan.

Peserta didik mengumpulkan informasi melalui

video yang ditayangkan oleh guru, internet,

buku referensi dan berdiskusi dengan teman

kelompok.

Mengasosiasi

Setiap kelompok berdiskusi tentang tokoh yang

mereka teladani beserta karakternya

Peserta didik menghubungkan hasil diskusinya

Setelah berdikusi, peserta didik mengerjakan

kuis secara individu.

Mengkomunikasikan

Setiap kelompok mempresentasikan hasil

diskusi dan kelompok lain yang tidak presentasi

diperbolehkan untuk bertanya kepada kelompok

yang presentasi.

60

Menit

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 223: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

205

Setiap kelompok mempresentasikan tokoh yang

mereka teladani beserta nilai karakternya

Guru mengklarifikasi setiap jawaban peserta

didik

Guru memberikan penghargaan kepada

kelompok yang melakukan presentasi terbaik

Guru meminta peserta didik mengumpulkan

hasil diskusinya

C. Penutup a. Guru dan peserta didik melakukan refleksi

pembelajaran secara bersama

b. Guru memberikan penguatan terhadap

pencapaian kompetansi peserta didik

c. Guru bersama peserta didik menyimpulkan

pembelajaran tentang materi yang telah

diberikan

15

Menit

G. MEDIA, ALAT DAN SUMBER BELAJAR

1. Media Pembelajaran : PPT (Power Point) dan Video

2. Alat Pembelajaran : LCD, Laptop, dan Speaker

3. Sumber Pembelajaran :

a. Buku Pedoman Museum Misi Muntilan

b. Buku Pendidikan Model van Lith

c. Museum Misi Muntilan

H. PENILAIAN, PEMBELAJARAN REMIDIAL, DAN PENGAYAAN

1. Teknik Penilaian

a. Penilaian sikap

1) Observasi

b. Penilaian Pengetahuan

1) Tes

2) Tanya Jawab

3) Observasi terhadap kegiatan diskusi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 224: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

206

2. Instrumen Penilaian

a. Penilaian sikap diskusi dan presentasi kelompok

No Nama

Ber

tanggungja

wab

Men

den

gar

kan

Men

anya

Men

gem

ukak

an

pen

dap

at

Men

gkom

unik

asik

an

Ker

jasa

ma

Jumlah

(1-4) (1-4) (1-4) (1-4) (1-4) (1-4)

1.

2.

3. dst

Keterangan Penilaian:

Masing-masing kolom diisi dengan kriteria;

Baik Sekali : 4

Baik : 3

Cukup : 2

Kurang : 1

x 100

b. Instrumen Penilaian Pengetahuan

Setiap soal memiliki bobot yang sama = 20

Keterangan Penilaian:

Skor maksimal = 60

x 100

Soal Uji Kompetensi

1) Jelaskan sejarah berdirinya Museum Misi Muntilan!

2) Jelaskan kegiatan yang berkaitan dengan pendidikan karakter di

Museum Misi Muntilan!

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 225: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

207

3) Jelaskan yang dimaksud dengan Museum Misi Muntilan sebagai

sarana pendidikan karakter!

Kunci Jawaban

1) Sejarah berdirinya Museum Misi Muntilan:

Museum Misi Muntilan berdiri sejak tahun 2002 dan diresmikan

tanggal 12 Desember 2004 oleh Mgr. Ignatius Suharyo. Latar belakang

berdirinya Museum Misi Muntilan bermula ketika Keuskupan Agung

Semarang memperingati ulang tahun ke-50 dengan membuat berbagai

program salah satunya pembuatan museum. Alasan museum

diletakkan di Muntilan adalah terkait dengan alasan historis bahwa

Muntilan adalah tempat awal mula berkembangnya Gereja Katolik di

Jawad dan di sanalah Romo van Lith melakukan karya misinya.

Benda-benda koleksi Museum Misi berasal dari Wisma KAS dan

umat. Pada perkembangannya Museum Misi Muntilan disebut sebagai

museum yang hidup karena museum ini tidak hanya memajangkan

koleksi saja tetapi pengelolanya melakukan pendampingan kepada

pengunjung. Tujuannya agar pengunjung mendapatkan makna dari

kunjungan ke museum.

2) Kegiatan yang berkaitan dengan pendidikan karakter di Museum Misi

Muntilan

Kegiatan yang berkaitan dengan pendidikan karakter di Museum Misi

Muntilan adalah kegiatan edukasi. Kegiatan edukasi ini meliputi

pendampingan kepada masyarakat, Novena Misioner Malam Selasa

Kliwon, dan pendampingan Masa Orientasi Siswa SMA Pangudi

Luhur van Lith. Kegiatan tersebut berkaitan dengan pendidikan

karakter karena setiap kegiatan dikembangkan melalui keteladanan

para tokoh misioner sebagai usaha untuk mewujudkan makna dari

karakter tokoh misioner yang dipelajari melalui kegiatan edukasi.

Kegiatan edukasi tersebut tidak harus dilaksanakan di museum sebab

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 226: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

208

yang paling diutamakan dalam kegiatan ini adalah penanaman nilai-

nilainya.

3) Museum Misi Muntilan sebagai sarana pendidikan karakter

Museum Misi Muntilan sebagai sarana pendidikan karakter

maksudnya adalah museum menjadi tempat dalam pengembangan

karakter atau sebagai sarana dalam internalisasi nilai, khususnya

karakter misioner. Museum Misi Muntilan tidak hanya memamerkan

atau memajang benda peninggalan masa lalu saja tetapi juga

membantu masyarakat menggali nilai atau makna dari koleksi tersebut.

Museum Misi mampu mengolah benda-benda koleksi tersebut menjadi

bermakna bagi setiap orang yang mengunjungi sehingga para

pegunjung terkesan dengan apa yang dihadirkan oleh museum.

Museum Misi Muntilan sebagai sarana pendidikan karakter ini sesuai

dengan apa yang dikehendaki oleh pemerintah dalam menciptakan

generasi yang berkarakter. Museum selalu melakukan pendampingan

di berbagai tempat dan tidak hanya terikat dengan koleksinya.

c. Psikomotorik

1) Teknik Penilaian : Penugasan

2) Bentuk Instrumen : Lembar Tugas

3) Instrumen

Buatlah artikel tentang pengaruh imperialisme dan kolonialisme Barat

di Indonesia dalam bidang agama khususnya mengenai salah satu

tokoh yang menginspirasi hidupmu yang ditampilkan di Museum Misi

Muntilan!

No Peserta

Didik

Indikator

Jumlah

Rel

evan

si

Per

um

usa

n

Mas

alah

Isi

Pen

utu

p

Daf

tar

Pust

aka

(1-4) (1-4) (1-15) (1-4) (1-3) 30

1.

2. dst

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 227: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

209

Petunjuk Penskoran

Peserta didik memperoleh nilai:

Baik sekali: apabila memperoleh skor 26-30

Baik : apabila memperoleh skor 18-25

Cukup : apabila memperoleh skor 9-17

Kurang : apabila memperoleh skor 1-8

d. Pembelajaran Remidial dan Pengayaan

Pembelajaran remidial dilaksanakan segera setelah diadakan

penilai bagi peserta didik yang mendapat nilai di bawah 75 dengan

mengerjakan kembali soal uji kompetensi.

Pengayaan dilaksanakan peserta didik yang mendapatkan nilai di

atas 75 dengan memberikan latihan soal.

Yogyakarta, 18 Juli 2017

Nur Ardita Rahmawati

131314047

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 228: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

210

Materi Pembelajaran

1. Sejarah Museum Misi Muntilan

Sejarah Museum Misi Muntilan Pusat Animasi Misioner (selanjutnya

disingkat MMM PAM) bermula dari peringatan 50 tahun Gereja Keuskupan

Agung Semarang (KAS) tahun 1990. Pada peringatan tersebut Gereja KAS

menyusun beberapa program. Beberapa program yang disusun tersebut diarahkan

untuk umat. Beberapa program tersebut antara lain: pendataan, musyawarah

pastoral, penulisan sejarah dan pendirian museum. Pada tahun 1992 sebenarnya

sudah dirintis sebuah museum Gereja KAS yang berada di Wisma Uskup KAS,

Jalan Pandanaran 13, Semarang. Museum tersebut berisi benda-benda

peninggalan yang berkaitan dengan sejarah Gereja KAS seperti peninggalan dari

para missionaris, para pendiri konggregasi dan dokumen-dokumen penting yang

berkaitan. Koleksinya pun cukup banyak. Namun, museum tersebut kurang

memadai. Melalui rapat Dewan Konsultator KAS yang dilaksanakan tanggal 3

Februari, 6 April, dan 1 Juni 1998 memutuskan untuk memindah museum KAS

dari Semarang ke Muntilan. Alasan Muntilan dipilih sebagai tempat untuk

museum yang baru karena ada pertimbangan historis. Muntilan adalah tempat

dimana Romo van Lith menjalankan karya misinya. Museum ini mulai

difungsikan pada awal Januari 2002 dan berkantor di Jalan Kartini 3 Muntilan.

pada tanggal 12 Desember 2004, museum diresmikan dan diberkati oleh Mgr.

Ignatius Suharyo. Beliau menetapkan nama museum menjadi Museum Misi

Muntilan Pusat Animasi Misioner (MMM PAM).

2. Kegiatan yang Berkaitan dengan Pendidikan Karakter

Kegiatan di bidang edukasi yang diselenggarakan oleh MMM berkaitan

erat dengan pembentukan karakter. Kegiatan edukasi di MMM dapat menjadi

sarana pendidikan karakter. Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai upaya

yang dikembangkan, didorong dan diberdayakan melalui keteladanan, kajian

(sejarah, dan biografi para bijak dan pemikir besar), serta praktik emulasi (usaha

yang maksimal untuk mewujudkan makna dari apa-apa yang diamati dan

dipelajari). Sesuai dengan teori di atas bahwa pendidikan karakter di MMM dapat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 229: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

211

dimaknai sebagai upaya yang dikembangkan melalui keteladanan para tokoh

misioner sebagai usaha untuk mewujudkan makna dari karakter tokoh misioner

yang dipelajari melalui kegiatan edukasi. Kegiatan edukasi yang sering

diselenggarakan adalah pendampingan kepada masyarakat. Ada dua kategori

pendampingan yang dilakukan, yakni pendampingan singkat dan pendampingan

panjang. Selain itu, kegiatan edukasi yang berkaitan dengan pendidikan karakter

adalah Novena Misioner Selasa Kliwonan yang sebelumnya bernama Novena

Jumat Kliwonan. Novena Misioner Selasa Kliwonan yaitu pertemuan yang

diselenggarakan 35 hari sekali. Kegiatan edukasi lain yang masih berkaitan

dengan pendidikan karakter adalah orientasi sekolah yang dilakukan atas kerja

sama antara sekolah yang ada di sekitar museum dengan MMM. Misalnya SMA

Pangudi Luhur van Lith yang mengajak siswanya berkunjung ke museum untuk

mengenal tokoh-tokoh terutama Romo van Lith.

3. Museum Misi Muntilan sebagai Sarana Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter memiliki banyak fungsi seperti: (1) mengembangkan

potensi dasar agar berhati baik, berpikiran baik, dan berperilaku baik; (2)

memperkuat dan membangun perilaku bangsa yang multikultur; dan (3)

meningkatkan peradaban bangsa yang kompetitif dalam pergaulan dunia. Fungsi

pendidikan karakter pada teori di atas terwujud dalam kegiatan edukasi yang ada

di MMM. Melalui pendampingan, masyarakat diajak untuk mengembangkan

karakter sehingga bisa selalu berperilaku baik, dan membangun perilaku bangsa

yang multikultur dengan mengenalkan tokoh-tokoh teladan yang berasal dari

berbagai daerah, suku, bahkan dari luar negeri. Tujuan utama pendidikan karakter

adalah menumbuhkan seorang individu menjadi pribadi yang memiliki integritas

moral, bukan hanya sebagai individu, namun sekaligus mampu mengusahakan

sebuah ruang lingkup kehidupan yang mengahayati integritas moralnya dalam

tatanan kehidupan masyarakat. Maka ruang lingkup pendidikan karakter tidak

hanya individual tetapi juga melibatkan lingkungan sosial seperti halnya di

Museum Misi Muntilan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 230: PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN … · Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh NUR ARDITA RAHMAWATI NIM: 131314047 ... dan mempublikasikannya di internet atau media ... collections

212

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI