PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG PENTINGNYA...
Transcript of PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG PENTINGNYA...
1
PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG PENTINGNYA PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM DALAM PENDIDIKAN FORMAL DI DUSUN CROGOL,
DESA BRUNOSARI, KECAMATAN BRUNO,
KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2018
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh :
SITI HIMATUL ULIYAH
NIM : 111-14-040
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU PENDIDIKAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2018
iii
PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG PENTINGNYA PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM DALAM PENDIDIKAN FORMAL DI DUSUN CROGOL,
DESA BRUNOSARI, KECAMATAN BRUNO,
KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2018
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh :
SITI HIMATUL ULIYAH
NIM : 111-14-040
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU PENDIDIKAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2018
vii
MOTTO
اْلِعْلِمَأَراَدالُدْنَيا َفَعَلْيِه ِبْاْلِعْلِم, َوَمْن أَراَداْلاَاِخَرَة َفَعَلْيِه ِباْلِعْلِم, َوَمْن أَراَداُهَما َفَعَلْيِه ِب َمْن
“Barang siapa yang menginginkan kebahagiaan di dunia maka haruslah dengan
ilmu, barang siapa yang menginginkan kebahagiaan di akhirat maka haruslah
dengan ilmu, dan barang siapa yang menginginkan kebahagiaan pada keduanya
maka haruslah dengan ilmu”
(HR. ibn Asakir)
viii
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahirabbil’alamin dengan rahmat dan hidayah Allah SWT
skripsi ini telah selesai. Skripsi ini saya persembahkan untuk:
1. Kedua orang tua saya, bapak Sajidin dan ibu Solikhati, yang senantiasa
memberikan nasihat dan mencurahkan kasih sayang, pengorbanan yang
begitu besar, serta panjatan doa yang tiada henti, sehingga saya dapat
melanjutkan studi dengan lancar.
2. Kakak dan adik saya, Muhammad Nurul Musyafa’, Siti Ummu Mu’arifah,
Nur Rohman, Rahmi Mawaddati, Lailatul Hikmah serta Khaizatin Nikmah,
yang selalu memerikan semangat, hiburan dan motivasi.
3. Ibu Nyai Hj. Siti Zulaikho AH, selaku pengasuh PPTQ Al-Muntaha yang
selalu mendoakan, menasehati dan memotivasi saya.
4. Bapak Imam Mas Arum, M.Pd selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
membimbing saya dengan sabar.
5. Keluarga besar PPTQ Al-Muntaha, khususnya teman-teman angkatan 2014
yang tiada hentinya memberikan semangat, hiburan dan motivasi.
6. Teman-teman PAI angkatan 2014
ix
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji Syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas segala limpahan
hidayah dan inayah-Nya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
lancar, sebagai salah satu persyaratan wajib untuk dapat memperoleh gelar Sarjana
Strata Satu Pendidikan (S.Pd) Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah
dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Shalawat serta
salam penulis sanjungkan ke pangkuan nabi agung Rasulullah Muhammad SAW
yang telah melimpahkan syafaatnya dan membawa kita dari zaman kebodohan
menuju zaman keislaman.
Skripsi ini membahas sedikit tentang persepsi masyarakat tentang
pentingnya pendidikan agama Islam dalam pendidikan formal yang pada masa ini
menjadi salah satu aspek yang sangat diperhatikan berbagai kalangan, utamanya
pemerintah. Adapun fenomena yang menjadi objek penelitian ini adalah hilangnya
nilai-nalai akhlak atau budi pekerti anak.
Dengan melihat berbagai faktor yang ada dalam masyarakat, penulis
berusaha mengungkapkan segala hal yang menghambat pandangan masyarakat
tentang pentingnya pendidikan agama Islam dalam pendidikan formal. Adapun
tujuannya tidak lain adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan
hilangnya nilai-nilai akhlak anak yang ada di dusun Crogol, desa Brunosari,
x
kecamatan Bruno Kabupaten Purworejo. Sehingga diharapkan dapat ditemukan solusi
untuk memperbaiki nilai-nilai akhlak anak dan meningkatkan mutu pendidikan
formal di lingkungan masyarakat dusun Crogol.
Dalam penulisan Skripsi ini penulis banyak menemui hambatan, tetapi
dengan Rahmat-nya dan perjuangan penulis serta bantuan dari berbagai pihak
sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan
banyak terima kasih atas segala motivasi, nasehat, doa, dukungan dan bimbingan
kepada:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. Selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M.Pd. Selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN
Salatiga.
3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. selaku ketua jurusan Pendidikan Agama Islam.
4. Bapak Imam Mas Arum, M.Pd. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan
saran, bimbingan, dan arahan serta keikhlasan dan kebijaksaan meluangkan waktu,
tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan pada penulisan skripsi ini.
5. Bapak Dr. Imam Sutomo, M.Ag. selaku dosen pembimbing akademik penulis yang
dengan kesabarannya, membimbing penulis dari waktu ke waktu.
6. Bapak dan Ibu Dosen serta Staff di lingkup jurusan PAI
xi
7. Bapak H. Zainal Abidin, selaku kepala desa Brunosari, yang telah memberikan izin
kepada penulis untuk melakukan penelitian di dusun Crogol.
8. Bapak Fatkhul Akhadi, selaku kepala dusun di Crogol yang telah menjadi
narasumber utama dan membantu penulis saat melakukan penulisan.
9. Bapak/Ibu di dusun Crogol yang telah membantu penulis selama melakukan
penulisan.
10. Semua pihak yang telah membantu penulis menyelesaikan skripsi ini, baik secara
langsung maupun tidak langsung.
Atas jasa mereka, penulis hanya dapat memohon doa semoga amal mereka
mendapat balasan yang lebih baik serta mendapat kesuksesan baik di dunia maupun
di akhirat. Penulis dalam hal ini mengharapkan saran dan kritik dari pembaca untuk
menyempurnakan skripsi ini. Dan akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Salatiga, 14 September 2018
Penulis
Siti Himatul Uliyah
NIM 111-14-040
xii
ABSTRAK
Uliyah, Siti Himatul. 2018. Persepsi Masyarakat Tentang Pentingnya Pendidikan
Agama Islam Dalam Pendidikan Formal Di Dusun Crogol, Desa
Brunosari, Kecamatan Bruno, Kabupaten Purworejo. Skripsi. Progam
Studi Pendidikan Agama Islam. IAIN Salatiga. Pembimbing: Imam Mas
Arum, M.Pd
Kata Kunci: Pentingnya Pendidikan Agama Islam dalam Pendidikan Formal
Penelitian ini adalah upaya untuk mendeskripsikan tentang bagaimana
persepsi masyarakat tentang pentingnya pendidikan agama Islam dalam pendidikan
formal di dusun Crogol, desa Brunosari, kecamatan Bruno, Kabupaten Purworejo
tahun 2018. Pertanyaan yang ingin dijawab dalam penelitian ini yaitu bagaimana
persepsi masyarakat tentang pentingnya pendidikan agama Islam dalam pendidikan
formal?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka peneliti menggunakan
pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan datanya dengan observasi, wawancara
dan dokumentasi. Untuk analisis data dengan menggunakan analisis data model
interaktif, sedangkan pengecekan keabsahan datanya menggunakan tringulasi sumber.
Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) Persepsi masyarakat umur
40-70 tahun tentang pentingnya pendidikan agama Islam dalam pendidikan formal,
dimana Masyarakat sudah mengetahui bahwa pendidikan agama Islam dalam
pendidikan formal itu penting bagi anak-anak, dimana pendidikan agama Islam itu
menjadikan anak tahu bahwa berbuat dosa itu dilarang, hanya saja mereka belum bisa
menjadikan pendidikan agama Islam dalam pendidikan formal sebagai kebutuhan
utama anak. Hal ini, disebabkan karena kurangnya kesadaran masyarakat tentang
pentingnya pendidikan agama Islam dalam pendidikan formal, orientasi pada harta
benda semata, kecenderungan orang tua yang hanya fokus pada pendidikan non
formal (pesantren) saja dan pemikiran masyarakat yang cenderung terbelakang. 2)
Persepsi masyarakat umur 20-35 tahun tentang pentingnya pendidikan agama Islam
dalam pendidikan formal di dusun Crogol, dimana Masyarakat umur 20-35 tahun
sudah lebih menyadari pentingnya pendidikan agama Islam dalam pendidikan formal
dibandingkan dengan masyarakat umur 40-70 tahun . Hal ini karena pemikiran
masyarakat umur 20-35 tahun di dusun Crogol sudah mulai maju, mereka sudah sadar
bahwa pendidikan agama Islam itu menjadikan anak-anak mempunyai batasan dalam
pergaulan dan menjadikan anak-anak tahu apa yang boleh dan apa yang tidak boleh
dilakukan. Hanya saja masalah biaya dan kurang pemahaman mereka tentang
pentingnya pendidikan agama Islam dalam pendidikan formal, sehingga mereka
kurang dalam memotivasi anak dalam pendidikan, akibatnya minat belajar anak
belum maksimal.
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………………………………………………....i
LEMBAR BERLOGO………………………………………………….ii
JUDUL………………………………………………………………….iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING……………………………………...iv
PENGESAHAN KELULUSAN………………………………………..v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN……………………………...vi
MOTTO………………………………………………………………..vii
PERSEMBAHAN……………………………………………………..viii
KATA PENGANTAR…………………………………………………ix
ABSTRAK……………………………………………………………..xii
DAFTAR ISI…………………………………………………………...xiii
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………...xvii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………..1
A. Latar belakang masalah………………………………………..1
B. Fokus penelitian…………………………………….................6
C. Tujuan penelitian………………………………………………6
xiv
D. Manfaat penelitian……………………………………………..6
E. Penegasan istilah………………………………………….........7
1. Persepsi Masyarakat…………………………………….…..7
2. Pendidikan Agama Islam……………………………………8
2. Pendidikan Formal………………………………………..…8
F. Sistematika Penulisan…………………………………………..9
BAB II KAJIAN PUSTAKA…….…………………………………...9
A. Persepsi Masyarakat…………………………………………..10
1. Persepsi……………………………………………………10
a. Pengertian Persepsi…………………………………….10
b. Aspek Persepsi…………………………………………11
c. Unsur-unsur Persepsi…………………………………..12
d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi…………..12
2. Pengertian Masyarakat………………………..…………..13
B. Pendidikan Agama Islam………………………………………14
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam………………………..14
2. Tujuan Pendidikan Agama Islam…………………………..16
xv
3. Dasar-Dasar Pendidikan Agama Islam……………………18
C. Pendidikan Formal……………………………………………..19
1. Pengertian Pendidikan Formal…………………………….19
2. Komponen Pendidikan…………………………………….23
3. Belajar……………………………………………………...24
a. Pengertian Belajar………………………………………24
b. Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Belajar...….28
D. Kajian Terdahu…………………………………………………30
BAB III METODE PENELITIAN………………………….………..31
A. Jenis Penelitian………………………………………………….31
B. Lokasi dan Waktu Penelitian…….……………………………...32
C. Sumber Data……………………………………………………..32
1. Data Primer…………………………………………………...32
2. Data Sekunder………………………………………………...32
D. Prosedur Pengumpulan Data……………………………….……33
1. Wawancara……………………………………………………33
2. Observasi……………………………………………………...33
xvi
3. Dokumentasi………………………………………………….34
E. Analisis Data…………………………………………………….34
F. Pengecekan Keabsahan Temuan………………………………...35
BAB IV PAPARAN DAN ANALISIS DATA…………………….….35
A. Gambaran Umum Dusun Crogol……………………………......35
1. Letak Geografis……………………………………………….35
2. Kondisi Masyarakat………………………………………….38
3. Temuan Hasil Wawancara…………………………………..43
B. Analisi Data…………………………………………………….48
BAB V PENUTUP……………………………………………………...52
A. Kesimpulan……………………………………………………...52
B. Saran……………………………………………………………..53
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
1. DAFTAR SKK
2. NOTA PEMBIMBING SKRIPSI
3. SURAT PERMOHONAN IJIN PENELITIAN
4. SURAT KETERANGAN MELAKUKAN PENELITIAN
5. LEMBAR KONSULTASI
6. KODE PENELITIAN
7. PEDOMAN WAWANCARA
8. HASIL WAWANCARA
9. DOKUMENTASI
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bangsa Indonesia mempunyai ideologi Negara Pancasila yang mengakui
eksitensi semua agama dan rakyatnya wajib beragama. Di Indonesia sendiri ada 6
agama yang diakui, yaitu: Islam, Hindu, Budha, Kristen, Katholik dan Konghucu.
Sebagai landasan utamanya yaitu ketuhanan yang maha Esa, yang berarti bahwa
segala produk budaya bersumber pada-Nya. Sebagai bangsa yang beragama
tentunya Indonesia memiliki budaya yang cenderung spiritual-religius. Budaya
bangsa yang cenderung spiritual-religius tersebut menjadi jati diri bangsa
Indonesia. Hal ini menjadikan Indonesia sangat menjunjung nilai-nilai
kebudayaan. Akan tetapi, nilai-nilai kebudayaan bangsa luntur terkikis
modernisasi dari waktu ke waktu. Lunturnya nilai-nilai kebudayaan menjadikan
gererasi bangsa memiliki watak atau karakter yang kurang baik. Untuk
menghindari hancurnya karakter bangsa perlu adanya penerapan pendidikan
karakter di sekolah.
Pendidikan karakter merupakan pondasi bangsa yang sangat penting dan
perlu ditanamkan sejak dini kepada anak-anak. Akan tetapi, globalisasi membawa
masyarakat melupakan pendidikan karakter bangsa. Menurut Nugraha (2015:1)
sampai saat ini dunia pendidikan di Indonesia belum mendorong pembangunan
karakter bangsa. Lebih lanjut ia mengatakan pendidikan nasional kini telah
2
kehilangan rohnya lantaran tunduk terhadap pasar bukan pencerahan terhadap
peserta didik. Pasar tanpa karakter akan hancur dan akan kehilangan aspek-aspek
manusia dan kemanusiaan, karena kehilangan karakter itu sendiri (Muslich,
2015:1-2). Pembentukkan karakter yang baik tentunya didukung oleh beberapa
faktor, salah satunya faktor pendidikan.
Pendidikan bagi kehidupan umat manusia merupakan kebutuhan mutlak
yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan sama sekali mustahil
suatu kelompok manusia dapat hidup berkembang sejalan dengan aspirasi (cita-
cita) untuk maju, sejahtera dan bahagia menurut konsep pandangan hidup mereka
(Ihsan, 2008:2).
Pendidikan merupakan jalan untuk menjadikan anak didik menjadi
generasi penerus bangsa yang mampu menjadikan bangsa Indonesia menjadi
bangsa yang cerdas, bermoral, dan mengharumkan nama bangsa. Hal ini sesuai
dengan tujuan pendidikan nasional yang termaktup dalam UU. No. 2 Tahun 1989,
tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 2, Pasal 4 yaitu“Tujuan Pendidikan
Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia
Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
yang Maha Esa dan berbudi pekerti yang luhur, memiliki pengetahuan dan
keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri
serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan” (Soedijarto, 1993:70-
71).
3
Pendidikan merupakan kebutuhan setiap manusia, dan seseorang lebih
dihormati di masyarakat karena derajat pendidikannya. Hal ini sesuai dengan
firman Allah Swt, dalam Q.S al-Mujadalah ayat 11 yang berbunyi:
Artinya: “Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu:
"Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan
memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka
berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan
Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”(Kementrian, 2016:162).
Ayat di atas menjelaskan bahwa salah satu syarat seseorang mendapatkan
hidup yang lebih baik di antaranya adalah dengan ilmu, baik dalam urusan dunia
maupun akhirat. Oleh karena itu, orang yang ingin kehidupan yang layak, baik dari
segi kehidupan dunia maupun akhirat harus memperhatiakan ilmu. Ilmu yang baik
tentunya dihasilkan dari pendidikan yang bermutu dan berkualitas.
4
Pendidikan yang bermutu dan berkualias akan sangat mudah didapatkan
di daerah perkotaan. Karena orang-orang kota sudah maju pemikirannya dalam
berbagai segi, khususnya segi pendidikan. Sedangkan di daerah perdesaan masih
sangat sulit menjadikan pendidikan sebagai kebutuhan yang primer untuk anak-
anak, walaupun zaman semakin berkembang dan alat teknologi semakin canggih.
Karena kesadaran mereka yang masih sangat minim akan pentingnya pendidikan,
baik itu pendidikan formal maupun non formal.
Akan tetapi, di dusun Crogol pendidikan belum bisa menjadi kebutuhan
yang utama bagi anak-anak. hal ini dikarenakan kurangnya pemahaman orang
tentang pendidikan dan kebanyakan orang tua di dusun Crogol tidak lulus sekolah
dasar. Ini mengakibatkan pemikiran masyarakat dusun Crogol masih terbelakang
pemikirannya. Akibantnya anak kurang termotivasi dalam belajar dan minatnya
untuk sekolah menjadi tidak maksimal. Anak sekolah hanya asal berangkat saja
dan terkadang malas untuk berangkat sekolah. Contohnya di dusun Crogol masih
di temukan beberapa anak yang berhenti sekolah padahal masih duduk di bangku
dasar. Hal ini terjadi karena kurangnya motivasi dari orang tuanya tentang
pentingnya sebuah pendidikan. Akibatnya kehidupan anak tidak terarah baik dari
segi pendidikan umum maupun pendidikan agamanya. Seharusnya anak
mendapatkan 2 hal tersebut, akhirnya sang anak tidak mendapatkan pendidikan
dengan maksimal. Dan yang lulusan SD dan seterusnya tidak ada setengahnya
yang melanjutnya pendidikan ke jenjang selanjutnya. Anak yang tidak
melanjutkan pendidikan biasanya pergi merantau, mondok atau di rumah saja.
5
Akibatnya terjadi pernikahan dini, kenakalan remaja, pengangguran dan kerja
serabut. Pernikahan dini merupakan hal yang biasa dan hampir semua masyarakat
di dusun Crogol menikah diusia dini. Padahal kita tahu pendidikan itu sangat
penting untuk anak-anak. Dimana pendidikan agama, pendidikan karakter,
pendidikan sosial dan lainnya sebagainya tidak akan lengkap jika tidak didapatkan
di sekolah. Apalagi perkembangan zaman yang semakin maju seperti saat ini,
dimana semua hal bisa dilihat melalui hp, dan jika penggunaannya tidak berada
dalam pengawasan orang tua, maka anak bisa keblabasan terjerumus dalam hal-hal
yang kurang baik. Selain itu anak sekarang mulai SD sudah berpacaran, susah
disuruh untuk mengaji, madin tidak berangkat karena keasikan bermain dan
kadang tidak puasa saat puasa ramadhan. Masalah seperti ini kadang orang tuanya
tidak tahu, terkadang tahu tetapi cuek. Ini membuat nilai-nilai kepribadian anak
menjadi buruk, anak-anak mulai pandai berbohong, sebab anak dari rumah
pamitnya pergi ngaji dan saat bulan puasa anak ikut sahur dan berbuka. Masih
anak-anak saja sudah pandai berbohong dan berkepribadian kurang baik,
bagaimana nanti besarnya. Masalah seperti ini cukup berat untuk era sekarang,
dimana sangat dibutuhkan pendidikan agama Islam di sekolah, contoh-contoh
yang baik dari orang tua, bimbingan dan pantauan dari orang tua. Sehingga
perkembangan anak bisa sesuai dengan Islam dan terarah. Ada apa dibalik
fenomena ini, apakah faktor pendidikan orang tua terdahulu yang hanya
menanamkan pendidikan non formal (pesantren), atau pandangan masyarakat yang
masih memandang bahwa pendidikan formal itu tidak begitu penting, atau
6
pengaruh teman sebaya, atau ada faktor lain yang mempengaruhi pola pikir
masyarakat yang cenderung memandang sebelah mata pendidikan formal.
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti merasa tertarik untuk
melakulan penelitian tentang “Persepsi Masyarakat Tentang Pentingnya
Pendidikan Agama Islam Dalam Pendidikan Formal Di Dusun Crogol, Desa
Brunosari, Kecamatan Bruno, Kabupaten Purworejo Tahun 2018”.
B. Fokus Penelitian
Bagaimana persepsi masyarakat tentang pentingnya pendidikan agama Islam
dalam pendidikan formal di dusun Crogol, desa Brunosari, kecamatan Bruno,
kabupaten Purworejo?
C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui persepsi masyarakat tentang pentingnya pendidikan agama
Islam dalam pendidikan formal di dusun Crogol, desa Brunosari, kecamatan
Bruno, kabupaten Purworejo.
D. Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan terhadap pentingnya
pendidikan agama Islam dalam pendidikan formal di dusun Crogol dan
sekitarnya.
2. Fungsi Praktis
7
a. Bagi masyarakat: Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap
pentingnya pendidikan agama Islam dalam pendidikan formal sehingga
kedepan diharapkan akan membawa kemajuan bagi masyarakat dusun
Crogol.
b. Bagi peneliti: Sebagai pedoman dalam rangka melaksanakan tugas sebagai
calon pendidik yang akan terjun langsung untuk mengamalkan segala ilmu
yang telah dipelajari dan dapat menumbuhkan kesadaran masyarakat tentang
pentingnya pendidikan agama Islam dalam pendidikan formal.
c. Bagi lembaga: Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu
sumber kekayaan ilmiah yang bisa dijadikan rujukan pengembangan ilmu.
E. Penegasan Istilah
Untuk menghindari kesalahpahaman dalam memahami judul penelitian
ini, maka perlu dijelaskan arti kata dalam judul penelitian.
1. Persepsi Masyarakat
Persepsi adalah tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu atau
proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca inderanya (KBBI,
2002:863).
Sedangkan masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling
berinteraksi. Suatu kesatuan masyarakat dapat memiliki prasarana yang
memungkinkan para warganya untuk berinteraksi (Koentjraningrat, 2011:120).
8
Jadi yang dimaksud dengan persepsi masyarakat adalah pandangan
sekelompok orang yang diperoleh melalui pengalaman tentang obyek,
peristiwa, atau hubungan-hubungan dengan lingkungan sekitar.
2. Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Agama Islam berarti usaha-usaha secara sistematis dan
pragmatis dalam membantu anak didik agar mereka hidup sesuai dengan ajaran
Islam (Zuhaerini, 1983:27).
3. Pendidikan Formal
Pendidikan formal adalah pendidikan yang terstruktur dan berjenjang
yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.
Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun
kemauan, dan mengembangkan kreatifitas peserta didik dalam proses
pembelajaran (UU. NO 20 Tahun 2003, tentang Jalur Pendidikan Pasal 1 Ayat
11 dan Ayat 13).
F. Sistematika Penulisan
Dalam penelitian ini, peneliti menyusun ke dalam 5 bab yang rinciannya
sebagai berikut:
Bab I, Pendahuluan, berisi latar belakang masalah, fokus masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, dan sistematika penulisan.
9
Bab II, Kajian Pustaka, berisi tentang teori-teori yang berkaitan dengan
objek penelitian. Yaitu pengertian persepsi masyarakat, pendidikan agama Islam,
pendidikan formal dan kajian pustaka (kajian penelitian terdahulu).
Bab III, Metode Penelitian, berisi jenis penelitian, lokasi dan waktu
penelitian, sumber data, analisis data, pengecekan keabsahan.
Bab IV Paparan dan Analisis Data, berisi Paparan Data dan Analisis Data
Bab V, Penutup, berisi kesimpulan dan saran.
10
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Persepsi Masyarakat
1. Persepsi
a. Pengertian Persepsi
Persepsi adalah tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu atau
proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca inderanya (KBBI,
2002:863).
Menurut Slameto (2010:102) pengertian persepsi adalah proses
yang berkaitan dengan masuknya pesan atau informasi kedalam otak
manusia, melalui persepsi manusia terus menerus mengadakan hubungan
dengan lingkungannya. Hubungan ini dilakukan lewat inderanya, yaitu
indera penglihat, pendengar, peraba, perasa dan pencium.
Menurut Rakhmat (2003:51) Persepsi adalah pengalaman tentang
obyek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan
menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.
Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah
pandangan atau tanggapan langsung seseorang yang diperoleh melalui
pengalaman tentang obyek, peristiwa, atau hubungan-hubungan dengan
11
lingkungan sekitar yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan
menafsirkan pesan.
b. Aspek Persepsi
Dalam persepsi terdapat aspek-aspek yang bisa dipengaruhi oleh
proses persepsi tersebut, aspek persepsi menurut McDowwell & Newel
yaitu:
1) Kognisi
Aspek kognisi merupakan aspek yang melibatkan cara berpikir,
mengenali, memaknai suatu stimulus yang diterima oleh panca indera,
pengalaman atau yang pernah dilihat dalam kehidupan sehari-hari.
Hurlock menambahkan bahwa aspek kognitif didasarkan atas konsep
suatu informasi, aspek kognitif ini juga didasarkan pada pengalaman
pribadi dan apa yang dipelajari.
2) Afeksi
Aspek afeksi merupakan aspek yang membangun aspek kognitif.
Aspek afektif ini mencakup cara individu dalam merasakan,
mengekspresikan emosi terhadap stimulus berdasarkan nilai-nilai dalam
dirinya yang kemudian mempengaruhi persepsinya (Takwin, 24).
12
c. Unsur-Unsur Persepsi
Menurut Astuti (2010:14) unsur-unsur dalam persepsi meliputi 3 hal, yaitu:
1) Pengamatan
Pengmatan adalah suatu fungsi pengenalan dimana seseorang
menghayati obyek yang nyata dengan jalan kontak langsung terhadap
system.
2) Pandangan
Pandangan adalah suatu proses dimana menghimpun dari semua
pendapat dan pemikiran mengenai obyek melalui informasi dan
komunikasi.
3) Pendapat
Pendapat adalah suatu proses dimana seseorang melakukan kontak
secara teratur dan sistematis dengan memberikan penilaian terhadap
obyek.
d. Faktor yang Mempengaruhi Persepsi
Persepsi dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya menurut
Saleh (2004:119), faktor yang mempengaruhi persepsi antara lain:
1) Perhatian yang selektif
13
2) Ciri-ciri rangsang
3) Nilai dan kebutuhan individu
4) Pengalaman dahulu
2. Pengertian Masyarakat
Masyarakat adalah istilah yang paliang lazim dipakai untuk
menyebutkan kesatuan-kesatuan hidup manusia, baik dalam tulisan ilmiah
maupun dalam bahasa sehari-hari (Koentjaraningrat, 2011: 143).
Dalam masyarakat dikelompokkan menjadi dua, yaitu kelompok
masyarakat tradisional dan kelompok masyarakat modern. Masyarakat
tradisional lebih dikenal dengan masyarakat yang tinggal dipedesaaan,
sedangkan masyarakat modern mengacu pada masyarakat yang tinggal di
daerah perkotaan.
Adapun masyarakat tradisional mempunyai ciri-ciri homogenitas
sosial, hubungan primer, kontrol sosial yang ketat dan bergotong royong.
Sedangkan dalam masyarakat modern mempunyai ciri-ciri heterogenitas,
individualistis, kontrol sosial yang tidak begitu ketat, serta dinamika sosial yang
cepat (Fatchurrohman, 2012: 33-35).
14
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa persepsi masyarakat
adalah pandangan sekelompok orang yang diperoleh melalui pengalaman
tentang obyek, peristiwa, atau hubungan-hubungan dengan lingkungan sekitar.
B. Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Istilah pendidikan bukanlah hal yang tabu bagi masyarakat, mulai dari
anak-anak sampai orang dewasa pernah mendengar istilah pendidikan. Bahkan
orang yang tidak mengenyam pendidikan sama sekali pun mengetahui istilah
pendidikan walaupun tidak mengetahui apa definisinya.
Bagi masyarakat awam, pendidikan indentik dengan istilah sekolah.
Akan tetapi, pendidikan tidak hanya didapatkan di sekolah saja. Mengacu pada
UU Sisdiknas nomor 20 tahun 2003 (UU Sisdiknas nomor 20 tahun 2003: 3),
pendidikan sendiri dapat dikatakan sebagai “Usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang dimiliki dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”
(Hasbullah, 2009: 4).
Pendidikan adalah kumpulan dari semua proses yang memungkinkan
seseorang mengembangkan kemampuan-kemampuan, sikap-sikap, dan bentuk-
15
bentuk tingkah laku yang bernilai positif di dalam masyarakat tempat dia hidup
(Idris, 1992: 4). Menurut Ki Hajar Dewantara pendidikan adalah menuntut
segala kekuatan kodrat yang ada pada diri anak-anak itu agar mereka sebagai
manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan
kebahagiaan yang setinggi-tingginya (Maunah, 2009:4).
Dari keterangan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran yang memungkinkan seseorang mengembangkan kemampuan-
kemampuan, sikap-sikap, dan bentuk-bentuk tingkah laku yang bernilai positif
di dalam masyarakat tempat dia hidup.
Sedangkan Pendidikan Agama Islam berarti usaha-usaha secara
sistematis dan pragmatis dalam membantu anak didik agar mereka hidup sesuai
dengan ajaran Islam (Zuhaerini, 1983:27).
Berikut ini pengertian Pendidikan Agama Islam menurut para ahli,
anatara lain:
a. Menurut Ahmad Tafsir Pendidikan Agama Islam sebagai bimbingan yang
diberikan oleh seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan
ajaran Islam.
16
b. Menurut Al-Syaibany Pendidikan Agama Islam adalah proses mengubah
tingkah laku individu peserta didik pada kehidupan pribadi, masyarakat dan
alam sekitarnya.
c. Menurut Ahmad D. Marimba Pendidikan Agama Islam adalah bimbingan
secara sadar oleh pendidikan terhadap perkembangan jasmani dan rohani
peserta didik menuju terbentuknya insan kamil (Tafsir, 2005:45).
Dari keterangan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pendidikan
agama Islam adalah usaha-usaha secara sistematis dan pragmatis dalam
membantu anak didik agar seseorang berkembang sesuai dengan ajaran Islam.
2. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Tujuan pendidikan agama Islam di sekolah atau madrasah bertujuan
untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan
pemupukan pengetahuan, penghayatan, serta pengamalan peserta didik tentang
agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam
hal keimanan, ketakwaan, berbangsa serta dapat melanjutkan pada jenjang
pendidikan yang lebih tinggi (Kementrian, 2002:3).
Pendidikan agama Islam juga mempunyai tujuan pembentukkan
kepribadian muslim, yaitu suatu kepribadian yang seluruh aspeknya dijiwai
oleh ajaran Islam. Hal ini berarti bahwa pendidikan Islam itu diharapkan dapat
menghasilkan manusia yang berguna bagi dirinya dan masyarakat serta senang
dan gemar mengamalkan dan mengembangkan ajaran Islam yang berhubungan
17
dengan Allah dan manusia sesamanya, dapat mengambil manfaat yang semakin
meningkat dari alam semesta ini untuk kepentingan hidup di dunia kini dan di
akhirat nanti (Daradjat, 2011:30).
Dari keterangan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan
pendidikan agama Islam adalah untuk menumbuhkan dan meningkatkan
keimanan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, serta
pengamalan peserta didik dapat menghasilkan manusia yang berguna bagi
dirinya dan masyarakat serta senang dan gemar mengamalkan dan
mengembangkan ajaran Islam yang berhubungan dengan Allah dan manusia
sesamanya.
3. Dasar-Dasar Pendidikan Agama Islam
Menurut Daradjat (2011:19-20) dasar-dasar pendidikan agama Islam
terdiri dari 3 hal, yaitu:
a. Al-Qur’an
Pendidikan termasuk ke dalam usaha atau tindakan untuk membentuk
manusia, termasuk ke dalam ruang lingkup mu’amalah sehingga pendidikan
sangat penting, karena ikut menentukan corak dan bentuk masyarakat.
Dan di dalam Al-Qur’an terdapat banyak ajaran yang berisi prinsip-
prinsip berkenaan dengan kegiatan atau usaha pendidikan itu. Sebagai
contoh dapat dibaca kisah lukman mengajari anaknya dalam surat lukman
ayat 12 sampai 19. Cerita itu menggambarkan prinsip materi pendidikan
yang terdiri dari masalah iman, akhlak, ibadat, social dan ilmu pengetahuan.
18
Ayat lain menceritakan tentang tujuan hidup dan nilai suatu kegiatan dan
amal saleh. Itu berarti bahwa kegiatan pendidikan harus mendukung tujuan
hidup tersebut.
Oleh karena itu pendidikan agama Islam harus mendukung tujuan
hidup tersebut. Dan pendidikan agama Islam harus menggunakan al-Qur’an
sebagai sumber utama dalam merumuskan berbagai teori tentang pendidikan
Islam.
b. As-Sunnah
As-Sunnah adalah perkataan, perbuatan ataupun pengakuan rasul Saw,
yang dimaksud dengan pengakuan ialah kejadian atau perbuatan orang lain
yang diketahui rasulullah dan beliau membiarkan saja perbuatan atau
kejadian itu berjalan.
As-Sunnah merupakan sumber ajaran kedua sesudah Al-Qur’an.
Seperti al-Qur’an, Sunnah juga berisi aqidah dan syariah. Sunnah berisi
petunjuk atau pedoman untuk kemaslahatan hidup manusia dalam segala
aspeknya, untuk membina umat menjadi manusia seutuhnya.
c. Ijtihad
Ijtihad adalah istilah para fuqaha, yaitu berfikir dengan menggunakan
seluruh ilmu yang dimiliki oleh ilmuan syariat Islam untuk menetapkan atau
menentukan suatu hokum syariat Islam dalam hal-hal yang belum ditegaskan
dalam al-Qur’an dan Sunnah. Akan tetapi ijtihad tidak boleh lepas dari al-
Qur’an dan Sunnah.
19
C. Pendidikan Formal
1. Pengertian Pendidikan Formal
Telah diketahui bahwa pendidikan di bagi menjadi 3 bagian, yaitu
Pendidikan Formal, Pendidikan Non formal dan Pendidikan Informal.
Pendidikan formal dalam perspektif masyarakat biasanya sering disebut dengan
pendidikan yang ada di sekolah, pendidikan non formal sering disebut dengan
pendidikan di pondok pesantren, dan pendidikan informal sering disebut
pendidikan yang ada di dalam keluarga. Semua perspektif masyarakat tentang
pendidikan benar, karena jika melihat pada UU Sistem Pendidikan Nasional No
20 Tahun 2003 (UU Sisdiknas no 20 tahun 2003: 4) telah disebutkan bahwa:
a. Pendidikan Formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang
yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan
tinggi.
b. Pendidikan Non Formal adalah jalur pendidikan diluar pendidikan formal
yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang.
c. Pendidikan Informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan
Dari keterangan diatas dapat diketahui, bahwa pendidikan tidak hanya
berlangsung di lingkungan sekolah saja, dalam bahasa akademik dikenal
dengan istilah pendidikan formal. Lingkungan keluarga, masyarakat dan
pondok pesantren juga dapat dikatakan tempat berlangsungannya pendidikan.
20
Akan tetapi, dalam skripsi ini pembahasannya lebih dikhususkan dalam
pendidikan formal.
Pendidikan formal adalah pendidikan yang mempunyai jenjang
bertingkat, seperti lembaga pendidikan resmi SD dari kelas I sampai kelas VI,
SMP, SMA dan perguruan tinggi yang dilakukan karena tugas jabatan oleh
guru kepada murid-muridnya (Ahmadi, 1991:191).
Dalam UU SISDIKNAS pasal 14 dinyatakan bahwa jenjang
pendidikan formal yang termasuk jalur pendidikan sekolah terdiri atas
pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.
1) Pendidikan dasar Sesuai dengan pasal 17 ayat 1, 2 dan 3, pendidikan dasar
merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan
menengah. Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah
Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah
Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang
sederajat.
2) Pendidikan menengah Sesuai dengan pasal 18 ayat 1, 2, 3,dan 4, pendidikan
menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar. Pendidikan menengah
terdiri atas pendidikan menengah umum dan pendidikan menengah kejuruan.
Pendidikan menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah
Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan Madrasah Aliyah
Kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat.
21
3) Pendidikan tinggi Sesuai dengan pasal 19 ayat 1 dan 2, pendidikan tinggi
diselenggarakan untuk menyiapkan peserta didik menjadi anggota
masyarakat yang memiliki kemampuan akademik Pendidikan tinggi
merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang
mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dan
doktor yang diselenggarakan oleh pendidikan tinggi (Hasbullah, 2006:311-
312).
Dengan demikian sekolah sebagai pendidikan formal adalah lembaga
dengan organisasi yang tersusun rapi, dan segala aktifitasnya direncanakan
dengan sengaja yang disebut dengan kurikulum, yang bertujuan (Ahmadi,
1991:162):
a) Membantu hubungan keluraga untuk mendidik dan mengajar, memperbaiki
dan memperdalam, memperluas tingkah laku anak peserta didik yang dibawa
dari keluarga serta membantu pengembangan bakat.
b) Mengembangkan kepribadian peserta didik lewat kurikulum agar:
(1) Peserta didik dapat bergaul dengan guru, karyawan, dengan temannya
sendiri dan masyarakat sekitar.
(2) Peserta didik belajar taat kepada peraturan dan disiplin.
(3) Mempersiapkan peserta didik terjun dimasyarakat berdasarkan norma-
norma yang berlaku.
22
Dengan adanya pendidikan formal maka dapat menolong tugas-tugas
yang seharusnya diberikan oleh pendidik informal akan kebutuhan pengetahuan
dan keterampilan bagi seorang anak. Pendidikan formal mengakibatkan
manusia terus menerus berada dalam setting buatan, yang bersifat modern, yang
kadang-kadang membahayakan anak didik sendiri yakni menjadi golongan
manusia tersendiri dalam masyarakatnya. Sehingga anak-anak menjadi terasing
dari masyarakat. Begitu pula dengan pendidikan formal yang semakin
terperinci atau mengkhususkan menjadikan seseorang hanya menguasai bidang
tertentu dan buta bidang-bidang lain (Joesoef, 2004:68).
Dari keterangan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa pendidikan
formal adalah lembaga pendidikan yang tersusun rapi, terstruktur, berjenjang
dan dilaksanakan dengan aturan-aturan yang ketat, yang terdiri atas pendidikan
dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.
2. Komponen Pendidikan
Setiap pendidikan mempunyai komponen masing-masing, baik
pendidikan formal, non formal dan informal. Adapun komponen dari
pendidikan formal dibagi menjadi beberapa bagian, antara lain (Suwarno, 2006:
33-48):
a. Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh
kegiatan pendidikan. Tujuan pendidikan menurut jenisnya, terbagi dalam
23
beberapa jenis, yaitu tujuan nasional, institusional, kurikuler, dan
instruksional.
b. Peserta Didik
Peserta didik adalah anggota masyakarat yang berusaha
mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia
pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
c. Pendidik
Pendidik adalah orang yang dengan sengaja memengaruhi orang
lain untuk mencapai tingkat kemanusiaan yang lebih tinggi. Dengan kata
lain, pendidik adalah orang yang lebih dewasa yang mampu membawa
peserta didik ke arah kedewasaan.
d. Alat Pendidikan
Alat pendidikan adalah hal yang tidak sengaja membuat kondisi-
kondisi yang memungkinkan terlaksananya pekerjaan mendidik, tetapi juga
mewujudkan diri sebagai perbuatan atau situasi yang membantu pencapaian
tujuan pendidikan.
e. Lingkungan Pendidikan
Lingkungan pendidikan adalah lingkungan yang melingkupi
terjadinya proses pendidikan. Lingkungan pendidikan meliputi lingkungan
keluarga, sekolah, dan masyarakat.
24
3. Belajar
a. Pengertian Belajar
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya (Slameto, 1991:2). Belajar juga dapat didefinisikan kegiatan
yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam
penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti, bahwa
berhasil atau gagalnya pencapaian pendidikan itu amat bergantung pada
proses belajar yang dialami siswa baik ketika ia berada di sekolah maupun di
lingkungan rumah atau keluarganya sendiri (Syah, 2003: 63).
Dengan begitu, keberhasilan siswa dalam belajar tergantung pada
proses yang dialami siswa baik ketika siswa berada di sekolah maupun di
luar sekolah.
Implementasi dari belajar adalah hasil belajar. Hasil belajar
merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran. Hasil belajar siswa pada
hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam
pengertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif dan
psikomotorik (Sudjana, 2009:3).
25
Menurut Hamalik (2003:160) Hasil belajar siswa meliputi tiga
aspek, yaitu
1) Aspek kognitif, kemampuan kognitif yang meliputi: pengetahuan,
pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi.
2) Aspek afektif, kemampuan afektif meliputi: penerimaan, partisipasi,
penilaian, penentuan sikap, organisasi dan pembentukan pola hidup.
3) Aspek psikomotorik, kemampuan psikomotorik meliputi, persepsi,
kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks,
gerakan penyesuaian dan kreativitas.
b. Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya, tetapi
dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu faktor intern dan faktor
ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada di dalam diri individu yang
sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang berada di luar
diri individu yang sedang belajar.
Menurut Slameto (1991:56), yang tergolong faktor-faktor yang
mempengaruhi keberhasilan belajar secara internal dan eksternal adalah:
26
1) Faktor Internal
Faktor Internal dibagi menjadi 3, yaitu
a) Faktor Jasmaniah
Faktor jasmaniah adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan
kondisi fisik individu. Seperti faktor kesehatan dan cacat tubuh.
b) Faktor Psikologis
Kelelahan dibedakan menjadi dua, yaitu kelelahan jasmaniah dan
kelelahan rohaniah.
2) Faktor Eksternal
Faktor ini dikelompokkan menjadi 3, yaitu:
a) Faktor Keluarga
Faktor keluarga adalah faktor yang mempengaruhi proses belajar
siswa di lingkungan keluarga. Seperti cara orang tua mendidik, relasi
antar keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian
keluarga dan latar belakang kebudayaan.
b) Faktor Sekolah
Faktor sekolah adalah faktor yang mempengaruhi proses belajar
siswa di lingkungan sekolah. Seperti metode mengajar, kurikulum,
27
relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah,
alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan
gedung, metode belajar, dan tugas rumah.
c) Faktor Masyarakat
Faktor masyarakat adalah faktor yang mempengaruhi proses
belajar siswa di lingkungaan masyarakat. Seperti kegiatan siswa dalam
masyarakat, media, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat.
c. Prinsip-prinsip Belajar
Menurut Dimyati (2006: 42-49) prinsip-prinsip belajar secara
umum sebagai berikut:
1) Perhatian dan Motivasi
Perhatian mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan belajar.
Perhatian terhadap pelajaran akan timbul pada siswa apabila bahan
pelajaran sesuai dengan kebutuhan. Disamping perhatian, motivasi
mempunyai peranan penting dalam kegiatan belajar.
2) Keaktifan
Kecenderungan psikologi dewasa ini menganggap bahwa anak
adalah makhluk yang aktif. Dalam setiap belajar, siswa selalu
menampakkan keaktifannya.
28
3) Keterlibantan Langsung
Pentingnya keterlibatan langsung dalam belajar jangan diartikan
keterlibatan fisik semata, namun lebih dari itu terutama keterlibatan
mental emosional, kognitif, dan perolehan pengatahuan.
4) Pengulangan
Dengan mengadakan pengulangan maka daya-daya tersebut akan
berkembang. Pengulangan untuk melatih daya-daya jiwa, pembentukkan
respon namun prinsip pengulangan masih tetap diperlukan sebagai dasar
pembelajarn
5) Tantangan
Dalam situasi belajar siswa menghadapi suatu tujuan yang ingin
dicapai, tetapi selalu terdapat hambatan yaitu mempelajari bahan belajar.
Maka timbullah motif untuk mengatasi hambatan itu dengan mempelajari
bahan ajar tersebut.
6) Balikan dan Penguatan
Siswa belajar dengan sungguh-sungguh dan mendapat nilai yang
baik dalam ulangan, inilah yang disebut penguatan. Balikan yang segera
diperolah siswa setelah belajar melalui penggunaan metode-metode.
29
D. Kajian Terdahulu
Pertama, skripsi atas nama Makhsus (Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2013) dalam skripsinya “ Persepsi Masyarakat Tentang
Pentingnya Pendidikan Formal 12 Tahun”, menyimpulkan bahwa persepsi
masyarakat di kampung pejamuran tentang pendidikan formal 12 tahun, dengan
hasil persepsi positif 47,5% dan persepsi negatif 52,5 % yang berkembang didalam
persepsi dan pola pikir masyarakat pejamuran.
Kedua, skripsi atas nama Nur Aslikudin (Institut Agama Islam Negeri
Salatiga, 2015) dalam skripsinya “Persepsi Masyarakat Tentang Pentingnya
Pendidikan Formal Implikasinya Dalam Sikap Kedewasaan Anak” menyimpulkan
bahwa persepsi masyarakat dusun Semoyo sudah menganggap pendidikan formal
itu penting, hanya saja kepedulian masyarakat terhadap pendidikan masih kurang.
Imbasnya pada kedewasaan anak, dimana anak yang meneruskan pendidikan ke
jenjang yang tinggi lebih mudah bergaul di masyarakat dibandingkan dengan anak
yang tidak meneruskan sekolah.
Ketiga, skripsi atas nama Durotul Afifah (Universitas Islam Negeri Sunan
Kalijaga Yogyakarta, 2014) dalam skripsinya “Upaya Masyarakat Dalam
Menumbuhkan Kesadaran Akan Pentingnya Pendidikan Formal” menyimpulkan
bahwa upaya untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat desa Sendang akan
pentingnya Pendidikan formal dilakukan melalui kegiatan penyuluhan pendidikan,
kegiatan penyadaran pendidikan, kegiatan sosialisasi dan pemberian penghargaan,
kegiatan penghimbauan, pemberian pujian dan pemberian nasihat.
30
Dari ketiga skripsi di atas dapat disimpulkan persamaan dan perbedaan
skripsi peneliti dengan skripsi terdahulu, yaitu:
1. Persamaan skripsi peneliti dengan ketiga skripsi di atas yaitu sama-sama fokus
penelitiannya tentang pendidikan formal.
2. Perbedaan skripsi peneliti dengan ketiga skripsi di atas yaitu dari segi setting
(tempat), obyek, subyek maupun waktu.
Dari penelusuran terhadap penelitian ke tiga skripsi di atas, bahwa tidak
ada satu penelitianpun, yang meneliti tentang Persepsi Masyarakat Tentang
Pentingnya Pendidikan Agama Islam Dalam Pendidikan Formal di dusun Crogol,
desa Brunosari, Kecamatan Bruno, Kabupaten Purworejo Tahun 2018. Sehingga
bisa dinilai layak untuk dikaji lebih lanjut untuk dijadikan sebagai obyek
penelitian.
31
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Pada penelitian skripsi ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif,
karena penelitian ini merupakan suatu bentuk penelitian yang bersifat deskriptif
kualitatif. Maksudnya penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan hasil
pengolahan data yang berupa kata-kata, gambaran umum yang terjadi di lapangan.
Menurut Moleong (2011:6) penelitian kualitatif adalah penelitian yang
bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek
penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain, secara
holistik, dengan cara deskriptif, dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu
konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.
Sedangkan jenis penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field
research), yaitu penelitian yang pengumpulan datanya dilakukan di lapangan.
Lapangan dalam hal ini diartikan sebagai lokasi penelitian, yaitu di dusun Crogol,
desa Brunosari, kecamatan Bruno, kabupaten Purworejo.
Penelitian lapangan (field research) dapat juga dianggap sebagai
pendekatan luas dalam penelitian kualitatif atau sebagai metode untuk
mengumpulkan data kualitatif. Ide pentingnya adalah bahwa peneliti berangkat ke
lapangan untuk mengadakan pengamatan tentang suatu fenomena dalam suatu
keadaan alamiah (Moleong, 2011: 26).
32
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Dusun Crogol adalah tempat dimana peneliti melakukan penelitiannya.
Alasan peneliti memilih penelitian di dusun Crogol adalah untuk mengetahui
persepsi masyarakat tentang pentingnya pendidikan agama Islam dalam
pendidikan formal. Sebab di dusun tersebut masyarakatnya mulai kehilangan
nilai-nilai akhlaknya atau perilakunya mulai menyimpang.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni-Juli 2018 di dusun
Crogol, kecamatan Bruno, kabupaten Purworejo.
C. Sumber Data
1. Data Primer
Data primer adalah data dalam bentuk verbal atau kata-kata yang
diucapkan secara lisan, gerak-gerik atau perilaku yang dilakukan oleh subjek
yang dapat dipercaya (Arikunto, 2010:22). Data primer dalam penelitian ini,
didapatkan dari kepala desa, kepala dusun, ketua RT dan masyarakat dusun
Crogol.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari dokumen-dokumen
grafis (tabel, catatan, notulen rapat, SMS, dan lain-lain), foto-foto, film,
33
rekaman video dan benda-benda yang dapat memperkaya data primer
(Arikunto, 2010:22). Data sekunder untuk memperkuat hasil penelitian ini, di
dapatkan dari dokumen-dokumen yang mendukung.
D. Prosedur Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang autentik dan dapat dipertanggung jawabkan
dalam penelitian ini, maka diperlukan suatu metode dalam pengumpulan data,
yaitu:
1. Wawancara
Wawancara adalah salah satu instrumen yang digunakan untuk
menggali data secara lisan. Hal ini harus dilakukan secara mendalam agar kita
mendapatkan data yang valid dan detail (Winarta, 2014:74). Adapun yang
peneliti wawancarai adalah kepala desa, kepada dusun, rt, dan masyarakat
dusun Crogol.
Adapun dalam penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi
tentang: Persepsi masyarakat tentang pentingnya pendidikan agama Islam
dalam pendidikan formal di dusun Crogol, desa Brunosari, kecamatan Bruno,
kabupaten Purworejo.
2. Observasi
Obsevasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematik
terhadapa gejala yang tampak pada objek peneliti (Winarta, 2014:75).
34
Observasi ini lakukan dengan maksud untuk mengetahui situasi dan kondisi
objek yang sedang diteliti.
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data dengan mencari data
mengenai hal-hak atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat
kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda dan sebagainya
(Arikunto, 1998:236).
E. Analisis Data
Analisis data digunakan awal penelitian hingga akhir pengumpulan data
yang bersifat terbuka dan induktif, sehingga tidak menutup kemungkinan akan
terjadi reduksi data, perbaikan dan verifikasi atas data yang diperoleh. Hal ini
dimaksudkan untuk lebih mempermudah pemahaman dan kejelasan. Sesuai
dengan jenis dan pendekatan yang digunakan, maka teknik analisis datanya adalah
deskriptif kualitatif.
Hal ini dimaksudkan untuk memahami informasi yang berkaitan dengan
persepsi masyarakat terhadap pentingnya pendidikan formal di dusun Crogol, desa
Brunosari, kecamatan Bruno, kabupaten Purworejo tersebut dalam pelaksanaanya
di lapangan. Analisis kualitatif tidak bisa dipisahkan dengan proses pengumpulan
data. Data yang dianalisis berupa kata-kata yang dikumpulkan dalam berbagai cara
35
(obsevasi. wawancara, dokumentasi), kemudian setelah itu dianalisis dengan
pentahapan secara berurutan dan interaksional.
F. Pengecekan Keabsahan Temuan
Dalam menguji keabsahan data diperlukan teknik tringulasi agar data
yang didapatkan dalam penelitian valid dan reliabel.
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau
sebagai pembanding terhadap data itu (Moleong, 2011: 330).
36
BAB IV
PAPARAN DAN ANALISIS DATA
A. Gambaran Umum Dusun Crogol
1. Letak Geografis
Dusun Crogol terletak di ujung paling timur dari desa Brunosari dan
berada di perbatasan antara desa Brunosari dengan desa Puspo. Dusun Crogol
masuk ke wilayah desa Brunosari, kecamatan Bruno, kabupaten Purworejo.
Sebelah barat dari dusun Crogol adalah dusun Kedungwatesan yang juga masih
dalam wilayah desa Brunosari. Adapun sebelah timur dusun ini adalah dusun
Kalimangir dan dusun Kalipuring yang sudah masuk ke wilayah desa Puspo,
kecamatan Bruno, kabupaten Purworejo.
Dusun Crogol merupakan dusun yang jauh dari keramaian, karena
dusun Crogol dikelilingi hutan dan lumayan jauh dengan dusun yang lainnya.
Dusun ini lumayan sulit untuk dijangkau karena terletak di wilayah atas dan
merupakan dusun yang paling jauh dari desa Brunosari. Selain itu, jalannya
naik, berbelok-belok, dan belum semua jalannya diaspal, masih ada setengah
jalan yang masih berupa cor blok.
Untuk sampai ke dusun Crogol, hanya bisa ditempuh dengan sepeda
motor (kendaraan pribadi) dan berjalan kaki. Tidak ada angkotan umum yang
sampai ke dusun Crogol, angkotan umum hanya berada di jalan raya dan tidak
37
masuk ke dusun-dusun. Diperlukan waktu sekiatr 1 jam dengan berjalan kaki
dan 15 menit menggunakan sepeda motor untuk sampai ke dusun Crogol,
dengan jarak 2,5 KM dari jalan raya Brunorejo-Gowong. Rute yang digunakan
untuk menuju dusun Crogol adalah dari kecamatan sekitar 1 KM sampai
jembatan Singojoyo belok kiri, dari jembatan Singojoyo sekitar 150 M sampai
SD N Singojoyo, dari SD N Singojoyo sekitar 350 M sampai dusun
Kedungwatesan, dari dusun Kedungwatesan lurus sekitar 2 KM sampai dusun
Crogol. Adapun rute dari arah Kalimangir ini lebih sulit untuk dijangkau. Hal
ini dikarenakan jalan yang naik turun, berbelok belok, sepi, lewat hutan dan
jalan masih berupa cor blok, jika di musim penghujan jalan sangat licin karena
sudah berlumut. Sedangkan rute yang lainnya lagi, dapat ditempuh dari dusun
Kalipuring. Dimana rute ini lebih sulit lagi dibandingkan dengan rute dari
dusun Kalimangir, karena jalan di dusun Kalipuring sudah sangat rusak cor
bloknya. Ketika musin kemarau jalan berdebu dan ketika musim penghujan
jalan sangat licin.
Jika digambarkan secara umum, maka lokasi dusun Crogol sebagai
berikut:
a. Batas Wilayah
Sebelah Utara : Hutan
Sebelah Selatan : Hutan Pinus, dusun Munggangsari
38
Sebelah Barat : Hutan Pinus, sawah, dusun Kedungwatesan
Sebelah Timur : Hutan pinus, dusun Kalimangir dan dusun Kalipuring
b. Suhu udara rata-rata : ± 26o C
c. Jarak ke Pemerintahan:
1) Jarak ke Pemerintah Desa : ± 5 KM
2) Jarak ke Pemerintah Kecamatan : ± 3,5 KM
3) Jarak ke Pemerintah Kabupaten : ± 39 KM
d. Demografi
1) Jumlah Penduduk Dusun : 917 jiwa
2) Jumlah Kepala Keluarga : 264 KK
3) Jumlah Penduduk Laki-laki : 478 jiwa
4) Jumlah Penduduk Perempuan : 439 jiwa
2. Kondisi Masyarakat
a. Bidang Pendidikan
1) Pendidikan Formal
39
Dalam bidang pendidikan, masyarakat dusun Crogol kebanyakan
masih dalam taraf rendah. Berikut tabel tingkat pendidikan pada tahun
2018 di dusun Crogol:
No Tingkat Pendidikan Jumlah
1. TK/PAUD 23
2. Sekolah Dasar 120
3. Sekolah Menengah Pertama 46
4. Sekolah Menengah Atas 16
5. Perguruan Tinggi 4
2) Pendidikan Non Formal
No Nama Kegiatan Jumlah
1. TPA/MADIN 120
2. Pesantren 8
3. Kursus -
4. Lain-lain -
b. Bidang Sosial
Dusun Crogol merupakan dusun yang padat penduduknya. Hal ini
terbukti dengan jumlah jiwa yang ada di dusun Crogol, yaitu: 917 jiwa.
40
Padatnya penduduk di dusun Crogol, menjadikan masyarakat Crogol
memerlukan sosok pemimpin yang bisa menjadi contoh dan panutan dalam
hidup. Berikut ini struktur kepemimpinan yang ada di dusun Crogol.
1) Kepala dusun : Pak Fatkhul Akhadi
2) Kaur : Pak H. Sajidin
3) Ketua RW : Pak Imam Jamil
4) Ketua RT : a) Pak Asnawi
b) Pak Muhdhor
c) Pak Dawud Mustofa
d) Pak Mugiyono
e) Pak Antono
5) Sekretasris : Pak Nur Karim
6) Bendahara : Pak Khafidin
c. Bidang Agama
Dusun Crogol terkenal dengan dusun yang nyantri. Sebab banyak
warga Crogol yang pernah mondok dibandingkan dengan yang sekolah
tinggi. Dengan begitu, di dusun Crogol banyak sekali acara keagamaan,
antara lain sebagai berikut:
41
1) Pengajian seninan setiap malam senin habis shalat isya
2) Nariyahan bapak-bapak setiap malam selasa kliwon habis isya
3) Diba’an ibu-ibu setiap malam rabu habis shalat isya
4) Diba’an remaja dan orang tua setiap rabu kliwon habis shalat maghrib
5) Pengajian selapanan setiap rabu kliwon
6) Yasinan bapak-bapak setiap malam juma’at
Banyaknya kegiatan keagamaan di dusun Crogol, menjadikan
warga Crogol memerlukan sosok pemimpin atau panutan. Berikut ini
Struktur pimpinan keagamaan di Dusun Crogol
a) Kyai : Pak Sukron Izazin, S.Pdi
b) Ustadz : (1) Pak Rodin Ardani
(2) Pak Muhammad
(3) Pak Asnawi
(4) Pak Makmun
(5) Pak Kulsum
(6) Pak Nurudin
(7) Pak Saripin
42
(8) Pak Muslimin
(9) Pak Muhdi
c) Ustadzah : (1) Bu Lu’luun Niswah
(2) Bu Ulfah
(3) Bu Romi Sefi
d) Takmir : Pak Muhdhor
e) Penasehat : (1) Pak H. Sumarno
(2) Pak H. Saifullah
(3) Pak Jemakir
d. Bidang Ekonomi
Jumlah penduduk berdasarkan profesi:
1) Guru : 2 jiwa
2) Perhutani : 1 jiwa
3) Perangkat desa : 2 jiwa
4) Petani : 377 jiwa
5) Pedagang : 15 jiwa
6) Buruh : 220 jiwa
43
7) Pelajar : 217 jiwa
8) Belum berprofesi : 75 jiwa
3. Temuan Hasil Wawancara
Persepsi masyarakat tentang pentingnya pendidikan agama Islam
dalam pendidikan formal
a. Persepsi atau pandangan masyarakat umur 40-70 tahun tentang pentingnya
pendidikan agama Islam dalam Pendidikan formal
Setiap orang mempunyai pandangan yang berbeda-beda tentang
pentingnya sebuah pendidikan, khususnya pendidikan agama Islam dalam
pendidikan formal, seperti:
1) ZA (67 Tahun)
“Menurut saya, pendidikan formal itu pendidikan untuk mengetahui ilmu
secara luas, sedangkan pendidikan agama Islam untuk mengetahui ilmu
tentang Islam. Sehingga pendidikan agama Islam dalam pendidikan
formal itu sangat penting mbak, sebab disamping untuk memperdalam
ilmu pengetahuan, juga untuk melatih kedisiplinan anak, contohnya
dalam menghargai waktu”. (W/ZA/P/29-06-18/08.00-08.57)
2) R (50 Tahun)
“Sak ngertose kulo pendidikan formal niku pendidikan ingkang wonten
sekolahan, ingkang ndadosaken lare pinter. Kados teng SD niku. Yen
pendidikan agami Islam niku ingkang ndadosaken lare saget ngaji lan
ngerti babagan agami. Dados pendidikan agami Islam teng pendidikan
formal niku penting, supados lare pinter lan ngerti agami. Ananging nasib
kulo nopo pripun nggih, lare kulo niku ken sekolah mboten purun. Lare
44
kulo mawon ingkang lulus SD namong setunggal”. (W/R/P/05-07-
18/17.00-17.35)
Ketidakpahaman orang tua tentang pentingnya pendidikan
agama Islam dalam pendidikan formal mempengaruhi minimnya minat
anak untuk melanjutkan sekolah.
3) N (47 Tahun)
“Pendidikan formal itu ya sekolah, tempat untuk berlatih membaca,
menulis dan menghitung. Sedangkan pendidikan agama Islam itu untuk
mengetahui tentang larangan berbuat dosa. Jadi pendidikan agama Islam
dalam pendidikan formal itu penting buat anak. Akan tetapi mencari uang
juga penting. Sehingga anak tidak perlu sekolah yang tinggi-tinggi,
asalkan sudah bisa menghitung, membaca dan menulis itu sudah cukup.
Selanjutnya anak membantu orang tua mencari uang dengan cara
merantau. Banyak orang kaya walaupun cuma lulusan sekolah dasar
bahkan tidak sekolah, asalkan mau kerja keras mencari uang”.
(W/N/P/05-07-18/14.00-14.30)
Orientasi orang tua pada harta benda saja, menjadikan minat
belajar anak berkurang. Akibatnya anak tidak ada keinginan untuk
melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
4) F (45 Tahun)
“Saya tidak tahu pendidikan formal itu apa, kalau pendidikan agama
Islam itu ya pendidikan yang membahas tentang Islam, yang saya tahu
itu saja. Sekolah itu penting, agar anak menjadi pandai. Tetapi untuk
sekolah yang tinggi itu saya tidak punya biayanya. Jadi anak saya yang
perempuan cukup sampai SMP saja, setelah itu saya suruh mondok agar
tahu agama dan tidak minta sekolah lagi. Anak perempuan itu tidak
perlu sekolah tinggi-tinggi, yang penting sudah bisa membaca, menulis
dan menghitung itu cukup. Untuk anak saya yang laki-laki saya
sekolahkan lagi setelah lulus SMP karena dia ingin melanjutkan SMA,
awalnya saya tidak mau karena takut tidak bisa membiayai. Karena anak
laki-laki saya lumayan pintar dan sering mendapatkan peringkat kelas,
45
akhirnya saya memenuhi keinginannya untuk sekolah lagi”. (W/F/P/04-
07-18/14.00-14.30)
Hal ini diperkuat dengan pernyataan FA, bahwa:
“Sesepuh atau orang yang dituakan di dusun Crogol selalu memberikan
masukan kepada masyarakat untuk memasukkan anaknya ke pondok
pesantren”(W/FA/P/02-07-18/19.00-19.45).
Pernyataan tersebut sudah melekat dipikiran masyarakat Crogol,
dan menjadikan orang tua di dusun Crogol lebih mementingkan pendidikan
non formal (pesantren) dan melupakan pendidikan formal, padahal di dalam
pendidikan formal juga ada pendidikan agama Islam.
Dari keterangan narasumber di atas dapat diambil kesimpulan
bahwa persepsi atau pandangan masyarakat umur 40-70 tahun tentang
pentingya pendidikan agama Islam dalam pendidikan formal yaitu
Masyarakat sudah mengetahui bahwa pendidikan agama Islam dalam
pendidikan formal itu penting bagi anak-anak, dimana pendidikan agama
Islam itu menjadikan anak tahu bahwa berbuat dosa itu dilarang, hanya saja
mereka belum bisa menjadikan pendidikan agama Islam dalam pendidikan
formal sebagai kebutuhan utama anak. Hal ini, disebabkan karena kurangnya
kesadaran masyarakat tentang pentingnya pendidikan agama Islam dalam
pendidikan formal, orientasi pada harta benda semata, kecenderungan orang
tua yang hanya fokus pada pendidikan non formal (pesantren) saja dan
pemikiran masyarakat yang cenderung terbelakang.
46
b. Persepsi atau pandangan masyarakat umur 20-35 tahun tentang pentingnya
pendidikan agama Islam dalam pendidikan formal
Seperti halnya masyarakat umur 40-70 tahun, masyarakat umur 20-
35 tahun juga mempunyai persepsi atau pandangan yang berbeda terhadap
pentingnya agama Islam dalam pendidikan formal, yaitu:
1) DM (35 Tahun)
“Pendidikan formal itu ya pendidikan yang mengajarkan cara menulis,
berhitung dan membaca. Sedangkan pendidikan agama Islam
mengajarkan tentang larangan mencuri, berbohong dan lain-lain.
Pendidikan agama Islam dalam pendidikan formal itu Penting, karena
dengan adanya agama Islam dalam pendidikan formal yang tadinya anak
tidak bisa membaca, menulis dan menghitung menjadi bisa dan anak tahu
mana yang baik dan mana yang tidak baik. Saya itu ingin anak saya
nantinya sekolahnya itu lebih tinggi dari saya, paling tidak ya sampai
SMA, itu juga kalau ada uang mbak. Supaya mudah nantinya mencari
pekerjaan dan hidupnya punya pegangan agama yang baik. Tidak seperti
saya menjadi petani. Menjadi petani itu susah mbak, kadang kalau lagi
musim kemarau harus merantau agar tetap mempunyai uang. Di sini itu
kalau musim kemarau sawahnya tidak bisa diolah mbak, gak ada airnya”.
(W/DM/P/04-07-18/19.00-19.35)
2) WL (33 Tahun)
“Saya tidak paham mbak pendidikan formal itu apa, yang saya ya sekolah
itu. Kalau pendidikan agama Islam itu ya pendidikan yang mengajarkan
cara membaca al-Qur’an yang baik dan benar dan yang mengajarkan yang
yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh untuk dilakukan. Pendidikan
itu sangat penting mbak untuk anak, supaya anak tidak terjerumus ke
dalam pergaulan bebas dan mudah dalam mencari pekerjaan. Apalagi
seperti sekarang ini, mencari pekerjaan itu sulitnya minta ampun. Jadi
saya ingin anak-anak saya sekolah setinggi-tingginya biar nanti tuanya
tidak menyesal seperti saya. Saya itu dulunya selalu mendapatkan
peringkat 1 di kelas. Karena orang tua saya tidak punya uang, akhirnya
saya cuma lulusan SD. Giliran anak saya ada uang tetapi disuruh sekolah
47
itu cuma asal berangkat saja, susah sekali kalau disuruh belajar”.
(W/WL/P/02-07-18/15.00-15.45)
3) WR (30 Tahun)
“Setahu saya pendidikan formal itu ya sekolah dari SD sampai kuliah,
lebih lanjutnya saya tidak begitu paham. Kalau pendidikan agama Islam
itu pendidikan yang mengajarkan tentang pahala dan dosa. Jadi,
Pendidikan itu sangat penting untuk anak-anak. makanya saya ingin anak
saya itu sekolahnya sampai kuliah. Supaya nantinya jadi orang yang
sukses dan bermanfaat untuk orang lain, mempunyai bekal agama yang
kuat saat tua dan tidak seperti saya ini hanya menjadi petani. Yang
penghasilannya tidak tetap dan tidak menentu. Masalah berapa biayanya
dipikir sambil jalan, insyaallah ada rejekinya”. (W/WR/P/02-07-
18/19.00-19.25)
4) FA (28 Tahun)
“Pendidikan formal itu ya pembelajaran di sekolah yang nantinya sangat
berguna bagi penerus bangsa. Sedangkan pendidikan agama Islam itu
pembelajaran yang di dalamnya dijelaskan batasan-batasan perbuatan
yang boleh kita lakukan dan tidak boleh kita lakukan. Dimana seperti
sekarang ini pergaulan antara perempuan dan laki-laki sudah melampaui
batas. Sehingga Pendidikan agama Islam dalam pendidikan formal itu
sangat penting, sebab maju dan tidaknya suatu Negara tergantung pada
pendidikannya. Semakin bagus pendidikan Negara tersebut, maka
semakin maju negaranya. Untuk saat ini kan saya belum tahu rasanya
menyekolahkan anak itu seperti apa, karena anak saya masih kecil. Akan
tetapi saya mempunyai keinginan untuk menyekolahkan anak saya
sampai perguruan tinggi. Supaya anak saya itu bisa menjadi contoh untuk
anak-anak disini. Diman sampai saat belum belum begitu peduli terhadap
pendidika. Rata-rata orang disini itu cuma lulusan SD mbak. Ada
beberapa yang lulusan SMP dan SMA, untuk yang lulusan perguruan
tinggi itu jarang sekali mbak. Hal ini dipengaruhi oleh pandangan orang
tuanya yang belum begitu tahu pendidikan itu apa, yang mereka tahu
hanya bertani dan beribadah. Akibatnya anak-anak di sini itu tidak begitu
minat untuk melanjutkan sekolah. Selain itu tokoh masyarakat atau orang
yang dituakan di dusun Crogol itu memberikan masukan kepada
masyarakat Crogol itu untuk mondok, agar tahu ilmu agama. Tidak
ditambahi sekolah, padahal di sekolah juga dijelaskan tentang ilmu
agama.”. (W/FA/P/02-07-18/19.00-19.45)
48
Dari keterangan narasumber di atas dapat diambil kesimpulan
bahwa persepsi atau pandangan masyarakat umur 20-35 tahun tentang
pentingnya pendidikan agama Islam dalam pendidikan formal yaitu
masyarakat lebih menyadari pentingnya pendidikan agama Islam dalam
pendidikan formal dibandingkan dengan masyarakat umur 40-70 tahun . Hal
ini karena pemikiran masyarakat umur 20-35 tahun di dusun Crogol sudah
mulai maju, mereka sudah sadar bahwa pendidikan agama Islam itu
menjadikan anak-anak mempunyai batasan dalam pergaulan dan menjadikan
anak-anak tahu apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan. Hanya
saja masalah biaya dan kurang pemahaman mereka tentang pentingnya
pendidikan agama Islam dalam pendidikan formal, sehingga mereka kurang
dalam memotivasi anak dalam pendidikan, akibatnya minat belajar anak
belum maksimal.
B. Analisi Data
Persepsi masyarakat terhadap pentingnya pendidikan agama Islam dalam
pendidikan formal di dusun Crogol
Setiap masyarakat mempunyai pandangan atau persepsi yang berbeda
tentang pentingnya pendidikan, khususnya pendidikan agama Islam dalam
pendidikan formal. Di dusun Crogol ada 2 macam pendapat yang berbeda dalam
memaknai pendidikan agama Islam dalam pendidikan formal, yaitu:
49
1. Persepsi masyarakat umur 40-70 tahun tentang pentingnya pendidikan agama
Islam dalam pendidikan formal
Masyarakat sudah mengetahui bahwa pendidikan agama Islam dalam
pendidikan formal itu penting bagi anak-anak, dimana pendidikan agama Islam
itu menjadikan anak tahu bahwa berbuat dosa itu dilarang, hanya saja mereka
belum bisa menjadikan pendidikan agama Islam dalam pendidikan formal
sebagai kebutuhan utama anak. Hal ini, disebabkan karena kurangnya
kesadaran masyarakat tentang pentingnya pendidikan agama Islam dalam
pendidikan formal, orientasi pada harta benda semata, kecenderungan orang tua
yang hanya fokus pada pendidikan non formal (pesantren) saja dan pemikiran
masyarakat yang cenderung terbelakang.
Akibatnya banyak anak yang tidak melanjutkan sekolah ke jenjang
yang lebih tinggi. Hal ini terbukti dengan data lulusan lima tahun yang lalu
mulai dari SD-SMA, sebagaimana table berikut:
a. Lulusan SD
No Tahun Tidak lulus
SD
Jumlah lulusan Jumlah anak yang
melanjutkan
1. 2014 3 22 15
2. 2015 2 22 13
3. 2016 16 14
50
4. 2017 2 20 19
5. 2018 20 13
b. Lulusan SMP
No Tahun Jumlah lulusan Jumlah anak yang melanjutkan
1. 2014 9 3
2. 2015 13 8
3. 2016 8 3
4. 2017 15 11
5. 2018 13 2
c. Lulusan SMA
No Tahun Jumlah lulusan Jumlah anak yang melanjutkan
1. 2014 3 1
2. 2015 2 1
3. 2016 5 -
4. 2017 3 1
5. 2018 8 1
51
Data di atas menunjukkan sedikitnya minat anak untuk melanjutkan
pendidikan formal ke jenjang yang lebih tinggi. Dari 179 lulusan mulai dari SD
hingga SMA hanya 105 anak yang melanjutkan pendidikan dan 7 anak yang
putus sekolah.
2. Persepsi masyarakat umur 20-35 tahun tentang pentingnya pendidikan agama
Islam dalam pendidikan formal di dusun Crogol
Masyarakat umur 20-35 tahun sudah lebih menyadari pentingnya
pendidikan agama Islam dalam pendidikan formal dibandingkan dengan
masyarakat umur 40-70 tahun . Hal ini karena pemikiran masyarakat umur 20-
35 tahun di dusun Crogol sudah mulai maju, mereka sudah sadar bahwa
pendidikan agama Islam itu menjadikan anak-anak mempunyai batasan dalam
pergaulan dan menjadikan anak-anak tahu apa yang boleh dan apa yang tidak
boleh dilakukan. Hanya saja masalah biaya dan kurang pemahaman mereka
tentang pentingnya pendidikan agama Islam dalam pendidikan formal, sehingga
mereka kurang dalam memotivasi anak dalam pendidikan, akibatnya minat
belajar anak belum maksimal.
52
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Persepsi masyarakat tentang pentingnya agama Islam dalam pendidikan
formal di dusun Crogol, yaitu:
1. Persepsi masyarakat umur 40-70 tahun tentang pentingnya pendidikan agama
Islam dalam pendidikan formal, dimana Masyarakat sudah mengetahui bahwa
pendidikan agama Islam dalam pendidikan formal itu penting bagi anak-anak,
dimana pendidikan agama Islam itu menjadikan anak tahu bahwa berbuat dosa
itu dilarang, hanya saja mereka belum bisa menjadikan pendidikan agama Islam
dalam pendidikan formal sebagai kebutuhan utama anak. Hal ini, disebabkan
karena kurangnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya pendidikan agama
Islam dalam pendidikan formal, orientasi pada harta benda semata,
kecenderungan orang tua yang hanya fokus pada pendidikan non formal
(pesantren) saja dan pemikiran masyarakat yang cenderung terbelakang.
2. Persepsi masyarakat umur 20-35 tahun tentang pentingnya pendidikan agama
Islam dalam pendidikan formal di dusun Crogol, dimana Masyarakat umur 20-
35 tahun sudah lebih menyadari pentingnya pendidikan agama Islam dalam
pendidikan formal dibandingkan dengan masyarakat umur 40-70 tahun . Hal ini
karena pemikiran masyarakat umur 20-35 tahun di dusun Crogol sudah mulai
maju, mereka sudah sadar bahwa pendidikan agama Islam itu menjadikan anak-
53
anak mempunyai batasan dalam pergaulan dan menjadikan anak-anak tahu apa
yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan. Hanya saja masalah biaya dan
kurang pemahaman mereka tentang pentingnya pendidikan agama Islam dalam
pendidikan formal, sehingga mereka kurang dalam memotivasi anak dalam
pendidikan, akibatnya minat belajar anak belum maksimal.
B. Saran
1. Agar tokoh agama atau orang yang dituakan di dusun Crogol memberikan
penyuluhan yang seimbang antara pendidikan formal dan pendidikan non
formal, dimana semuanya sama-sama penting. Supaya persepsi masyarakat
yang menganggap pendidikan formal itu tidak penting bisa berubah.
2. Perlu adanya penyuluhan terhadap pentingnya pendidikan formal bagi orang
tua dan anak di dusun Crogol, sehingga pemikiran orang tua yang
beranggapan pendidikan formal itu tidak penting hilang dan orang tua bisa
perhatian pada anak dalam hal pendidikan formal, misalnya orang tua
mendampingi ketika anak sedang belajar, sehingga orang tua mengetahui
perkembangan belajar anak. Sehingga minat anak untuk melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi bisa meningkat.
3. Diharapkan dengan adanya penelitian ini bisa menjadi rujukan penelitian
untuk peneliti selanjutnya.
1
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu. 1991. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.
Astuti, Sri. 2010. Konsep Persepsi, (Online), (www.pradikto.com/2013/03/konsep-
persepsi_5.html, di akses 2 Oktober 2018).
Daradjat, Zakiyah, dkk. 2011. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.
Dimyati dkk. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Fatchurrohman. 2012. Kemitraan Pendidikan Relasi Sinergis antara Sekolah,
Keluarga, dan Masyarakat. Salatiga: STAIN Salatiga Press
Hamalik, Oemar. 2003. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem.
Jakarta: Bumi Aksara.
Hasbullah. 2009. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grasindo Persada.
Idris, Zahara dan Lisma Jamal. 1992. Pengantar Pendidikan 1. Jakarta: PT Grasindo.
Ihsan, Fuad. 2008. Dasar-Dasar Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Joesoef, Soelaiman. 2004. Konsep Dasar Pendidikan Luar Sekolah. Jakarta: PT Bumi
Aksara.
Koentjaraningrat. 2011. Pengantar Antropologi 1. Jakarta: Renika Cipta.
Maunah, Binti. 2009. Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: Teras.
Moeloeng, J Lexy. 2011. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Muslich, Masnur. 2015. Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan Krisis
Multidimensial. Cet ke 5. Jakarata: Bumi Aksara.
2
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2002. Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Rakhmat, Jalaluddin. 2003. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Saleh, Abdurrohman, Dkk. 2004. Psikologi, Suatu Pengantar. Jakarta: Prenada
Media
Slameto. 1991. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka
Cipta.
Sujdana, Nana. 1995. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Suwarno, Wiji. 2006. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jogjakarta: Ar-Ruzz.
Syah, Muhibbin. 1997. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Tafsir, Ahmad. 2005. Ilmu Pendidikan Dalam Persfektif Islam. Bandung: PT Remaja
Rosda Karya.
Zuhaerini, 1983. Metodik Khusus Pendidikan Agama. Surabaya: Usaha Nasional.
12
KODE PENELITIAN
PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG PENTINGNYA PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM DALAM PENDIDIKAN FORMAL DI DUSUN CROGOL,
DESA BRUNOSARI, KECAMATAN BRUNO, KABUPATEN PURWOREJO
TAHUN 2018
1. Responden
No Nama Kode
1. H. Zainal Abidin ZA
2. Rolijah R
3 Nurudin N
4. Faizah F
5. Dawud Mustofa DM
6. Walpingah WL
7. Waringah WR
8. Fatkhul Akhadi FA
2. Metode Penelitian
Metode Penelitian Kode
Wawancara W
13
3. Media Penyimpanan Data
Media Kode
Foto T
File F
4. Kategori
Kategori Kode
Persepsi Masyarakat Terhadap Pentingnya
Pendidikan Formal
P
14
PEDOMAN WAWANCARA DENGAN KEPALA DESA
PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG PENTINGNYA PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM DALAM PENDIDIKAN FORMAL DI DUSUN CROGOL,
DESA BRUNOSARI, KECAMATAN BRUNO, KABUPATEN PURWOREJO
TAHUN 2018
Kode Responden : ZA
Kode Data : W/ZA
Hari/Tanggal : 29 Juni 2018
Tempat : Balai Desa Brunosari
Waktu : 08.00-08.57
Daftar Pertanyaan:
Bagaimana persepsi anda tentang pentingnya pendidikan agama Islam dalam
pendidikan formal?
15
PEDOMAN WAWANCARA DENGAN KEPALA DESA
PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG PENTINGNYA PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM DALAM PENDIDIKAN FORMAL DI DUSUN CROGOL,
DESA BRUNOSARI, KECAMATAN BRUNO, KABUPATEN PURWOREJO
TAHUN 2018
Kode Responden : R
Kode Data : W/R
Hari/Tanggal : 5 Juli 2018
Tempat : Rumah Ibu R
Waktu : 17.00-17.35
Daftar Pertanyaan:
Bagaimana persepsi anda tentang pentingnya pendidikan agama Islam dalam
pendidikan formal?
16
PEDOMAN WAWANCARA DENGAN MASYARAKAT
PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG PENTINGNYA PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM DALAM PENDIDIKAN FORMAL DI DUSUN CROGOL,
DESA BRUNOSARI, KECAMATAN BRUNO, KABUPATEN PURWOREJO
TAHUN 2018
Kode Responden : WL
Kode Data : W/WL
Hari/Tanggal : 02 Juli 2018
Tempat : Rumah Ibu WL
Waktu : 15.00-15.45
Daftar Pertanyaan:
Bagaimana persepsi anda tentang pentingnya pendidikan agama Islam dalam
pendidikan formal?
17
PEDOMAN WAWANCARA DENGAN KEPALA DUSUN
PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG PENTINGNYA PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM DALAM PENDIDIKAN FORMAL DI DUSUN CROGOL,
DESA BRUNOSARI, KECAMATAN BRUNO, KABUPATEN PURWOREJO
TAHUN 2018
Kode Responden : FA
Kode Data : W/FA
Hari/Tanggal : 07 Juli 2018
Tempat : Rumah Pak FA
Waktu : 19.00-19.45
Daftar Pertanyaan:
Bagaimana persepsi anda tentang pentingnya pendidikan agama Islam dalam
pendidikan formal?
18
TRANSKIP WAWANCARA DENGAN KEPALA DUSUN
PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG PENTINGNYA PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM DALAM PENDIDIKAN FORMAL DI DUSUN CROGOL,
DESA BRUNOSARI, KECAMATAN BRUNO, KABUPATEN PURWOREJO
TAHUN 2018
Kode Responden : ZA
Kode Data : W/ZA
Hari/Tanggal : 29 Juni 2018
Tempat : Balai Desa Brunosari
Waktu : 08.00-08.57
Daftar Pertanyaan:
Bagaimana persepsi anda tentang pentingnya pendidikan agama Islam dalam
pendidikan formal?
“Menurut saya, pendidikan formal itu pendidikan untuk mengetahui ilmu secara luas,
sedangkan pendidikan agama Islam untuk mengetahui ilmu tentang Islam. Sehingga
pendidikan agama Islam dalam pendidikan formal itu sangat penting mbak, sebab
disamping untuk memperdalam ilmu pengetahuan, juga untuk melatih kedisiplinan
anak, contohnya dalam menghargai waktu”.
19
TRANSKIP WAWANCARA DENGAN MASYARAKAT
PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG PENTINGNYA PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM DALAM PENDIDIKAN FORMAL DI DUSUN CROGOL,
DESA BRUNOSARI, KECAMATAN BRUNO, KABUPATEN PURWOREJO
TAHUN 2018
Kode Responden : R
Kode Data : W/R
Hari/Tanggal : 5 Juli 2018
Tempat : Rumah Ibu R
Waktu : 17.00-17.35
Daftar Pertanyaan:
Bagaimana persepsi anda tentang pentingnya pendidikan agama Islam dalam
pendidikan formal?
“Sak ngertose kulo pendidikan formal niku pendidikan ingkang wonten sekolahan,
ingkang ndadosaken lare pinter. Kados teng SD niku. Yen pendidikan agami Islam
niku ingkang ndadosaken lare saget ngaji lan ngerti babagan agami. Dados
pendidikan agami Islam teng pendidikan formal niku penting, supados lare pinter lan
ngerti agami. Ananging nasib kulo nopo pripun nggih, lare kulo niku ken sekolah
mboten purun. Lare kulo mawon ingkang lulus SD namong setunggal”.
20
TRANSKIP WAWANCARA DENGAN MASYARAKAT
PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG PENTINGNYA PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM DALAM PENDIDIKAN FORMAL DI DUSUN CROGOL,
DESA BRUNOSARI, KECAMATAN BRUNO, KABUPATEN PURWOREJO
TAHUN 2018
Kode Responden : R
Kode Data : W/R
Hari/Tanggal : 5 Juli 2018
Tempat : Rumah Ibu R
Waktu : 17.00-17.35
Daftar Pertanyaan:
Bagaimana persepsi anda tentang pentingnya pendidikan agama Islam dalam
pendidikan formal?
“Sak ngertose kulo pendidikan formal niku pendidikan ingkang wonten sekolahan,
ingkang ndadosaken lare pinter. Kados teng SD niku. Yen pendidikan agami Islam
niku ingkang ndadosaken lare saget ngaji lan ngerti babagan agami. Dados
pendidikan agami Islam teng pendidikan formal niku penting, supados lare pinter lan
ngerti agami. Ananging nasib kulo nopo pripun nggih, lare kulo niku ken sekolah
mboten purun. Lare kulo mawon ingkang lulus SD namong setunggal”.
21
TRANSKIP WAWANCARA DENGAN MASYARAKAT
PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG PENTINGNYA PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM DALAM PENDIDIKAN FORMAL DI DUSUN CROGOL,
DESA BRUNOSARI, KECAMATAN BRUNO, KABUPATEN PURWOREJO
TAHUN 2018
Kode Responden : WL
Kode Data : W/WL
Hari/Tanggal : 02 Juli 2018
Tempat : Rumah Ibu WL
Waktu : 15.00-15.45
Daftar Pertanyaan:
Bagaimana persepsi anda tentang pentingnya pendidikan agama Islam dalam
pendidikan formal?
“Saya tidak paham mbak pendidikan formal itu apa, yang saya ya sekolah itu. Kalau
pendidikan agama Islam itu ya pendidikan yang mengajarkan cara membaca al-
Qur’an yang baik dan benar dan yang mengajarkan yang yang boleh dilakukan dan
yang tidak boleh untuk dilakukan. Pendidikan itu sangat penting mbak untuk anak,
supaya anak tidak terjerumus ke dalam pergaulan bebas dan mudah dalam mencari
pekerjaan. Apalagi seperti sekarang ini, mencari pekerjaan itu sulitnya minta ampun.
22
Jadi saya ingin anak-anak saya sekolah setinggi-tingginya biar nanti tuanya tidak
menyesal seperti saya. Saya itu dulunya selalu mendapatkan peringkat 1 di kelas.
Karena orang tua saya tidak punya uang, akhirnya saya cuma lulusan SD. Giliran
anak saya ada uang tetapi disuruh sekolah itu cuma asal berangkat saja, susah sekali
kalau disuruh belajar.”
23
TRANSKIP WAWANCARA DENGAN KEPAL DUSUN
PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG PENTINGNYA PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM DALAM PENDIDIKAN FORMAL DI DUSUN CROGOL,
DESA BRUNOSARI, KECAMATAN BRUNO, KABUPATEN PURWOREJO
TAHUN 2018
Kode Responden : FA
Kode Data : W/FA
Hari/Tanggal : 07 Juli 2018
Tempat : Rumah Pak FA
Waktu : 19.00-19.45
Daftar Pertanyaan:
Bagaimana persepsi anda tentang pentingnya pendidikan agama Islam dalam
pendidikan formal?
“Pendidikan formal itu ya pembelajaran di sekolah yang nantinya sangat
berguna bagi penerus bangsa. Sedangkan pendidikan agama Islam itu pembelajaran
yang di dalamnya dijelaskan batasan-batasan perbuatan yang boleh kita lakukan dan
tidak boleh kita lakukan. Dimana seperti sekarang ini pergaulan antara perempuan
dan laki-laki sudah melampaui batas. Sehingga Pendidikan agama Islam dalam
pendidikan formal itu sangat penting, sebab maju dan tidaknya suatu Negara
24
tergantung pada pendidikannya. Semakin bagus pendidikan Negara tersebut, maka
semakin maju negaranya. Untuk saat ini kan saya belum tahu rasanya menyekolahkan
anak itu seperti apa, karena anak saya masih kecil. Akan tetapi saya mempunyai
keinginan untuk menyekolahkan anak saya sampai perguruan tinggi. Supaya anak
saya itu bisa menjadi contoh untuk anak-anak disini. Diman sampai saat belum belum
begitu peduli terhadap pendidika. Rata-rata orang disini itu cuma lulusan SD mbak.
Ada beberapa yang lulusan SMP dan SMA, untuk yang lulusan perguruan tinggi itu
jarang sekali mbak. Hal ini dipengaruhi oleh pandangan orang tuanya yang belum
begitu tahu pendidikan itu apa, yang mereka tahu hanya bertani dan beribadah.
Akibatnya anak-anak di sini itu tidak begitu minat untuk melanjutkan sekolah. Selain
itu tokoh masyarakat atau orang yang dituakan di dusun Crogol itu memberikan
masukan kepada masyarakat Crogol itu untuk mondok, agar tahu ilmu agama. Tidak
ditambahi sekolah, padahal di sekolah juga dijelaskan tentang ilmu agama.”