PERSEPSI MASYARAKAT PEMULUNG TENTANG PENDIDIKAN...

129
PERSEPSI MASYARAKAT PEMULUNG TENTANG PENDIDIKAN FORMAL WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN Studi Kasus: Tempat Pembuangan Akhir Sampah Di Rawa Kucing, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat Menuju Gelar Sarjana Pendidikan Oleh Ikhwan Yasin Putrawan Nim: 1113015000065 JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2019

Transcript of PERSEPSI MASYARAKAT PEMULUNG TENTANG PENDIDIKAN...

Page 1: PERSEPSI MASYARAKAT PEMULUNG TENTANG PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...(TPA) Rawa Kucing, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang. 2019 Penelitian ini

PERSEPSI MASYARAKAT PEMULUNG TENTANG

PENDIDIKAN FORMAL WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS)

TAHUN

Studi Kasus: Tempat Pembuangan Akhir Sampah Di Rawa Kucing,

Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Untuk Memenuhi Syarat Menuju Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Ikhwan Yasin Putrawan

Nim: 1113015000065

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2019

Page 2: PERSEPSI MASYARAKAT PEMULUNG TENTANG PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...(TPA) Rawa Kucing, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang. 2019 Penelitian ini

i

Page 3: PERSEPSI MASYARAKAT PEMULUNG TENTANG PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...(TPA) Rawa Kucing, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang. 2019 Penelitian ini

ii

Page 4: PERSEPSI MASYARAKAT PEMULUNG TENTANG PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...(TPA) Rawa Kucing, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang. 2019 Penelitian ini

iii

Page 5: PERSEPSI MASYARAKAT PEMULUNG TENTANG PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...(TPA) Rawa Kucing, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang. 2019 Penelitian ini

iv

Page 6: PERSEPSI MASYARAKAT PEMULUNG TENTANG PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...(TPA) Rawa Kucing, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang. 2019 Penelitian ini

v

Page 7: PERSEPSI MASYARAKAT PEMULUNG TENTANG PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...(TPA) Rawa Kucing, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang. 2019 Penelitian ini

vi

Abstrak

Ikhwan Yasin Putrawan (1113015000065). UIN Syarifhidayatullah Jakarta

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial. Persepsi Pemulung Tentang Pendidikan Formal Wajib

Belajar 12 (Dua Belas) Tahun Studi Kasus Tempat Pembuangan Akhir

(TPA) Rawa Kucing, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang. 2019

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi masyarakat pemulung

tentang pendidikan formal wajib belajar 12 tahun. Studi kasus TPA Rawa Kucing

Kecamatan Neglasari Kota Tangerang. Penelitan ini tergolong ke dalam jenis

penelitian kualitatif dengan metode deskriptif. Sampel dalam penelitian ini

berjumlah 19 orang dengan menggunakan metode purpsive sample. Teknik

pengumpulan data melalui wawancara, observasi, dan studi dokumen. Serta

pengolahan data/analisis data dengan menggunakan tahap reduksi, penyajian, dan

penarikan kesimpulan/verifikasi.

Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa masyarakat pemulung TPA

Rawa Kucing berpersepsi positif terhadap pendidikan formal wajib belajar 12

tahun. Hal ini telah ditemukan melalui hasil penelitian bahwa pemulung banyak

yang menyekolahkan anak mereka dan bercita-cita agar nasib anaknya tidak

memiliki pekerjaan sebagai pemulung. Kendala-kendala yang dihadapi para

pemulung adalah keterbatasan penghasilan sehingga menyulitkan dukungan

materi pada anaknya untuk bersekolah 12 tahun.

Kata Kunci: Persepsi Pemulung, Pendidikan Formal Wajib 12 Tahun, TPA Rawa

Kucing.

Page 8: PERSEPSI MASYARAKAT PEMULUNG TENTANG PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...(TPA) Rawa Kucing, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang. 2019 Penelitian ini

vii

Abstract

Ikhwan Yasin Putrawan (1113015000065). UIN Syarifhidayatullah Jakarta

Faculty of Tarbiyah and Teacher Training Sciences Department of Social

Sciences Education. Scavenger Perceptions About 12 (Twelve) Years

Compulsory Formal Education Case Study of Rawa Kucing Final Disposal

(TPA), Neglasari District, Tangerang City.

This study aims to determine the perception of scavenger communities

about 12 years compulsory formal education in the Rawa Kucing TPA case study

in Neglasari District, Tangerang City. This research belongs to the descriptive

research method with a qualitative method approach. The sample in this study

amounted to 19 people using the purpsive sample method and through data

collection techniques through interviews, observations, and document studies. As

well as data management / data analysis using the stages of reduction,

presentation, and drawing conclusions / verification.

The results of this study indicate that scavengers have a positive

perception of 12-year compulsory education. This has been found through the

results of these studies many scavengers who send their children to school and

aspire to the fate of their children not like scavengers. The obstacles faced by

scavengers are limited income so it makes it difficult to support material to their

children for school.

Keywords: Perceptions of Scavengers, 12 Years Compulsory Formal Education,

Rawa Kucing TPA.

Page 9: PERSEPSI MASYARAKAT PEMULUNG TENTANG PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...(TPA) Rawa Kucing, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang. 2019 Penelitian ini

viii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohma nirrahim

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, yang Maha Pengasih lagi

Maha Penyayang. Sholawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada sang

revolusioner Islam yakni Nabi Muhammad SAW. Karena berkat rahmat dan

hidayah-Nya Penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Persepsi

Masyarakat Pemulung tentang Pendidikan Formal Wajib Belajar 12 Tahun studi

kasus Tempat Pembuangan Akhir Rawa Kucing Kecamatan Neglasari kota

Tangerang. Skripsi ini merupakan persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana di

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Dalam proses penyusunan skripsi ini, tentunya penulis tidak sendiri dalam

menyelesaikan skripsi ini, penulis mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, baik

bantuan moril ataupun materil. Maka dari itu penulis mengucapkan terima kasih

kepada:

1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya. MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah

dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Iwan Purwanto, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Andri Noor Ardiyansah, M.S.i selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial dan selaku Pembimbing Akademik yang selalu

memberikan bimbingan dan motivasi kepada penulis.

4. Dr. Teuku Rusman Nulhakim, M.Pd., selaku dosen pembimbing I yang

selalu meluangkan waktunya kepada penulis untuk memberikan

bimbingan, arahan, dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

Page 10: PERSEPSI MASYARAKAT PEMULUNG TENTANG PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...(TPA) Rawa Kucing, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang. 2019 Penelitian ini

ix

5. Andri Noor Ardiyansah, M.S.i, selaku dosen pembimbing II yang selalu

meluangkan waktunya kepada penulis untuk memberikan bimbingan,

arahan, dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Seluruh Dosen Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yang telah

memberikan ilmunya kepada penulis, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini.

7. Kedua orang tua Bapak Pantono Rono Wijaya dan Ibu lili Djulaili yang

telah merawat dan membesarkan penulis dengan penuh kasih sayang dan

selalu memberikan motivasi, doa, serta dukungan baik berupa moril

ataupun materil selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta.

8. Teman teman tongkrongan yaitu Boim, Iwan, Ari, Argo, Chasan, Suparjo,

Maman terima kasih atas kebersamaanya melewati hari-hari yang

menjenuhkan di Ciputat.

9. Terima kasih untuk bang Ganjar yang telah membuka lapak rental PS

(playstation) dekat samping UIN tidak jauh dari tempat makan

Pagaruyung sebagai waktu senggang geng kocik dalam mengisi

kekosongan yang bosan.

10. Kawan-kawan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial angkatan 2013,

khususnya konsentrasi sosiologi, terimakasih atas kebersamaan dan

kekompakannya.

Jakarta, 8 Agustus 2019

Penulis

Ikhwan Yasin Putrawan

NIM: 1113015000065

Page 11: PERSEPSI MASYARAKAT PEMULUNG TENTANG PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...(TPA) Rawa Kucing, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang. 2019 Penelitian ini

x

DAFTAR ISI

COVER ............................................................................................................ i

LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING.................................. ii

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI ............................... iii

LEMBAR PERNYATAAN UJI REFERENSI ............................................ iv

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI .............................................. v

ABSTRAK ...................................................................................................... vi

ABSTRACT .................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR .................................................................................... viii

DAFTAR ISI ................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1

B. Identifikasi Masalah ........................................................................ 7

C. Pembatasan Masalah........................................................................ 8

D. Perumusan Masalah ......................................................................... 8

E. Tujuan Penelitian ............................................................................. 8

F. Manfaat Penelitian ........................................................................... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian persepsi dan masyarakat .............................................. 10

1. Definisi persepsi ....................................................................... 10

a. Faktor yang mempengaruhi persepsi sosial.......................... 11

b. Persepsi-persepsi subjektif .................................................. 13

2. Pengertian Masyarakat ............................................................. 14

a. Lapisan masyarakat ............................................................ 14

Page 12: PERSEPSI MASYARAKAT PEMULUNG TENTANG PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...(TPA) Rawa Kucing, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang. 2019 Penelitian ini

xi

b. Dasar lapisan masyarakat ................................................... 15

c. Faktor yang mendorong proses perubahan masyarakat ..... 16

d. Faktor yang menghalangi perubahan pada masyarakat ..... 17

B. Definisi pendidikan ........................................................................ 19

1. Pengertian pendidikan ......................................................... 19

2. Tujuan pendidikan Indonesia ............................................... 20

3. Macam-macam tujuan pendidikan....................................... 21

C. Kemiskinan perkotaan.......... .......................................................... 28

1. Definisi kemiskinan .................................................................. 28

2. Urbanisasi ................................................................................ 29

3. Slum area................................................................................... 30

D. Hasil penelitian yang relevan ........................................................ 31

E. Kerangka berfikir .......................................................................... 34

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Peneitian ........................................................ 34

B. Populasi dan Sampel penelitian..................................................... 35

C. Pendekatan dan Metodolodi penelitian .......................................... 36

D. Sumber pengumpulan Data ........................................................... 38

E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 39

F. Teknis Analisis data ....................................................................... 42

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Objek Penelitian ............................................................ 45

1. Letak geografis kota Tangerang ................................................ 45

2. Demografi penduduk kota Tangerang ....................................... 46

3. Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Rawa Kucing..................... 47

B. Deskripsi Hasil Penelitian .............................................................. 49

1. Jumlah pemulung TPA Rawa Kucing ....................................... 49

2. Identitas informan ..................................................................... 49

3. Kondisi sosial masyarakat pemulung ............................................ 53

4. Persepsi masyarakat pemulung terhadap pendidikan formal wajib

belajar 12 tahun ......................................................................... 55

Page 13: PERSEPSI MASYARAKAT PEMULUNG TENTANG PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...(TPA) Rawa Kucing, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang. 2019 Penelitian ini

xii

C. Pembahasaan hasil penelitian ......................................................... 67

1. Teori fungsionalisme ................................................................. 68

2. Kemiskinan ........................................................................... 70

D. KeterbatasanPenelitian.................................................................. 75

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ................................................................................... 76

B. Saran-saran ................................................................................... 77

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 78

LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................ 80

BIODATA PENULIS .................................................................................. 118

Page 14: PERSEPSI MASYARAKAT PEMULUNG TENTANG PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...(TPA) Rawa Kucing, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang. 2019 Penelitian ini

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian.............................................................................. 34

Tabel 3.2 Pedoman Observasi .......................................................................... 39

Tabel 3.3 Pedoman Wawancara ....................................................................... 41

Tabel 4.1 Tabel Informan ................................................................................. 52

Tabel 4.2 Tabel informan wawancara lanjutan................................................. 53

Tabel 4.3 Pendapatan dan biaya pengeluaran pemulung per hari..................... 56

Tabel 4.4 Hambatan pemulung menyekolahkan anak...................................... 57

Tabel 4.5 Persepsi pemulung pendidikan formal wajib belajar 12 tahun......... 59

Tabel 4.6 Keinginan anak pemulung berpendidikan tinggi.............................. 61

Tabel 4.7 Tingkat pendidikan terhadap status pekerjaan................................ 62

Tabel 4.8 Tingkat pendidikan terhadap status pekerjaan................................. 62

Tabel 4.9 Tanggapan pemulung jika sekolah lagi........................................... 64

Tabel 4.10 Tanggapan pemulung mengikuti PKBM...................................... 65

Tabel 4.11 Tanggapan keinginan selain menjadi pemulung........................... 66

Tabel 4.12 Tanggapan Pemulung setelah mendapatkan Ijazah...................... 67

Page 15: PERSEPSI MASYARAKAT PEMULUNG TENTANG PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...(TPA) Rawa Kucing, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang. 2019 Penelitian ini

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Penelitian ....................................................... 35

Gambar 4.2 Pintu masuk TPA Rawa Kucing................................................... 48

Gambar 4.3 Tempat bekerja pemulung dan tempat istirahat ........................... 48

Gambar 4.4 Mobil pengangkut sampah dari beberapa kecamatan .................. 74

Gambar 4.5 Pemulung TPA rawa Kucing setelah wawancara ........................ 74

Gambar 4.6 Tumpukan sampah TPA Rawa Kucing ........................................ 74

Page 16: PERSEPSI MASYARAKAT PEMULUNG TENTANG PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...(TPA) Rawa Kucing, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang. 2019 Penelitian ini

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Instrumen wawancara ................................................................... . 80

Lampiran 2 Instrumen wawancara lanjutan....................................................... 81

Lampiran 3 Hasil wawancara ........................................................................... 82

Lampiran 4 Hasil observasi .............................................................................. 111

Lampiran 5 Tabel jumlah pemulung TPA Rawa Kucing................................. 112

Lampiran 6 Brosur TPA Rawa Kucing ............................................................ 114

Lampiran 7 Surat turun lapangan ..................................................................... 115

Lampiran 8 Foto dokumentasi penelitian ......................................................... 116

Page 17: PERSEPSI MASYARAKAT PEMULUNG TENTANG PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...(TPA) Rawa Kucing, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang. 2019 Penelitian ini

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Salah satu tuntutan gerakan reformasi thun 1998, ialah diadakannya

reformasi dalam bidang pendidikan. Tuntutan reformasi pendidikan, dipenuhi oleh

DPR-RI, bersama dengan pemerintah, dengan disahkan Undang-Undang Sistem

Pendidikan Nasional No.20 tahun 2003. Pada pasal 11 ayat 1 pemerintah pusat

dan pemerintah daerah wajib memberi layanan dan kemudahan, serta menjamin

terselenggaranya pendidikan bermutu bagi warga negara tanpa diskriminasi.

Pada pasal 54 ayat 1, dan ayat 2, pada UU tersebut menyatakan bahwa

Demokratisasi penyelenggaraan pendidikan, harus mendorong pemberdayaan

masyarakat dengan memperluas partisipasi masyarakat dalam pendidikan yang

meliputi peran serta perorangan, kelompok, keluarga, organisasi, kemasyarakatan

dalam penyelenggaraaan dan pengendalian mutu pelayanan pendidikan. Pasal

tersebut dapat berperanan sebagai sumber, pelaksana, dan pengguna hasil

pendidikan. Jusdengan demikian itu masyarakat berhak menyelenggarakan

pendidikan yang berbasis masyarakat, dengan mengembangkan dan melaksanakan

kurikulum dan evaluasi pendidikan, serta pendanaannya sesuai dengan standard

nasional pendidikan.

Pada pasal 1, butir 24 dan 25, pada UU tersebut menyatakan

partisipasi masyarakat itu kemudian dilembagakan dalam bentuk dewan

pendidikan dan komite sekolah/madrasah. Dewan pendidikan adalah lembaga

mandiri mandiri yang beranggotakan berbagai unsur masyarakat yang peduli

pendidikan. Sedang komite sekolah/madrasah adalah lembaga mandiri orang

tua/wali peserta didik, komunitas sekolah, serta tokoh masyarakat yang peduli

pendidikan.1

Dalam pembangunan pendidikan masyarakat diberikan peran terhadap

pendidikan di era reformasi maka dari itu masyarakat berpartisipasi dalam

1 Anwar Arifin, Memahami Paradigma Baru pendidikan Nasional dalam Undang-

Undang Nasional (Jakarta: Ditjen kelembagaan Agama Islam Depag, 2003),. h.1 – 4.

Page 18: PERSEPSI MASYARAKAT PEMULUNG TENTANG PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...(TPA) Rawa Kucing, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang. 2019 Penelitian ini

2

pendidikan melalui pasal-pasal pendidikan ataupun undang-undangnya demi

memajukan pembangunan kualitas manusia maupun sumber daya manusianya

untuk memajukan indeks suatu negara tersebut melalui otonomi daerah dan

pemerintah pusat tanpa ada diskriminasi sehingga terwujudnya mutu pendidikan.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi sangat pesat

menuntut hadirnya perubahan paradigma pendidikan yang berorientasi pada pasar

dan kebutuhan hidup masyarakat. Wen dalam bukunya “future of education”

yang dikutip oleh Nurhayati menyebutkan beberapa pergeseran paradigm

pendidikan, antara lain:

1. pendidikan yang berorientasi pada pengetahuan bergeser menjadi

pengembangan ke segala potensi yang seimbang.

2. Dari keseragaman pembelajaran bersama yang sentralistik menjadi

keberagaman yang terdesentralisasi dan terindividulisasikan

3. Pembelajaran dengan model penjejangan yang terbatas menjadi

pembelajaran seumur hidup

4. Dari pengakuan gelar ke arah pengakuan kekuatan profesionalisme

5. Pembelajaran yang berbasis pencapaian target kurikulum bergeser menjadi

pembelajaran yang berbasis potensi dan produksi.2

Dari kutipan buku yang saya kutip diatas, peneliti memahami bahwa

paradigma pendidikan di era globalisasi paradigma pendidikan mengacu pada

skill target terhadap peserta didik untuk dikembangkan potensi melalui kebijakan-

kebijakan tersebut untuk dijadikan individu yang berkualitas dan berprofesional

guna terwujudnya Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas. Akan tetapi,

pembelajaran yang berbasis pencapaian target sangat mempengaruhi para peserta

didik di lembaga pendidikan di karenakan “jenjang pendidikan dasar seharusnya

merupakan jenjang pendidikan yang menyenangkan sesuai masa bermain, tetapi

kesempatan bermain bagi anak sangat dibatasi karena mengejar target kurikulum

sesuai dengan ambisi sekolah atau orang tua.”3hal tersebut pendekatan bermain

2 Eti Nurhayati, Psikologi pendidikan Inovativ (Yogyakarta, pustaka pelajar, 2011),h.354. 3 Ibid.,h.355.

Page 19: PERSEPSI MASYARAKAT PEMULUNG TENTANG PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...(TPA) Rawa Kucing, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang. 2019 Penelitian ini

3

sambil belajar menghilang dikarenakan mengejar target kuantitatif yang sangat

padat.

Dalam visi yang telah dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara bahwa

lembaga pendidikan memiliki peran untuk mengembangkan para peserta didik

memanusiakan manusia melalui tenaga pendidik yang berprofesinal dan memiliki

kualitas SDM yang baik baik sarana ataupun prasarana guna tercapainya mutu

pendidikan serta mengembangkan para peserta didik agar supaya bermoral dan

cerdas tidak hanya pada individu sendiri melainkan di lingkungan individu sediri.

Berdasarkan undang-undang yang berlaku, sistem pendidikan telah

dilengkapi dengan perangkat-perangkat sistem yang secara langsung memberikan

peran dalam pengembangan SDM. Sistem pendidikan memiliki bagian-bagian

sistem yang terkait dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Berbagai cara

memandang bagian sistem pendidikan antara lain menurut jenjang (pendidikan

dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi), menurut jenis (pendidikan

umum kejuruan, professional dan agama), dan menurut penyelenggara

(pemerintah atau swasta). 4

Menurut Lerner, yang saya kutip dari Nurhayati menjelaskan bahwa

urbanisasi dan pertumbuhan kota merupakan indikator dari modernisasi dan

kemajuan. Akan tetapi, proses urbanisasi pada saat ini seringkali menimbulkan

permasalahan sosial. Kenyataannya menunjukan bahwa tidak semua individu

yang dating ke kota mendapatkan penghidupan yang lebih baik. Sehingga

akhirnya perkotaan yang identik dengan kemajuan dan kemewahan atau yang

sering dikenal istilah modernitas , pada sisi lain kadang memperlihatkan

kemiskinan, perumahan kumuh, kesemrawutan dan permasalahan sosial lainnya.5

Dari ukuran kehidupan modern pada masa kini mereka tidak menikmati

fasilitas pendidikan, pelayanan kesehatan, dan kemudahan–kemudahan lainnya

yang terjadi pada jaman modern. Kemisminan ini ditandai oleh sikap tingkah laku

yang menerima keadaan yang seakan-akan tidak dapat diubah yang tercemin di

dalam lemahnya kemajuan untuk maju, rendahnya kualitas sumber daya manusia,

4 Ace Suryadi, pendidikan, Investasi SDM, dan pembangunan isu,teori, dan aplikasi

(Jakarta, Balai pustaka , 2002),.h.24. 5 Cucu Nurhayati, sosiologi perkotaan (Jakarta, Uin Jakarta press, 2013),.h.103.

Page 20: PERSEPSI MASYARAKAT PEMULUNG TENTANG PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...(TPA) Rawa Kucing, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang. 2019 Penelitian ini

4

lemahnya nilai tukar hasil produksi, rendahnya produktivitas, terbatasnya modal

yang dimiliki.berpartisipasi dalam pembangunan.6

Laju pertumbuhan penduduk yang sangat cepat Perkembangan teknologi

dan berbagai sarana kehidupan di perkotaan tidak seiring dengan perkembangan

kesejahteraan masyarakat, hal seperti ini terlihat adanya masyarakat pinggiran

seperti pemulung. Pemulung adalah salah satu contoh kegiatan sektor informal

yang ada di perkotaan para pemulung melakukan pengumpulan barang bekas

karena adanya permintaan dari industri-industri pendaur ulang bahan-bahan bekas.

Dalam realitas di masyarakat, keberadaan pemulung dapat dilihat dari dua sisi

yang berbeda, pertama profesi pemulung ini mampu memberikan peluang kerja

kepada pemulung itu sendiri ketika pemerintah tidak mampu menciptakan

lapangan pekerjaan untuk mereka yang sangat membutuhkan pekerjaan.7

Seiring berkembangnya modernisasi terdapat beberapa kehidupan

perkotaan yang masih kumuh hal itu bertolak belakang dalam modernitas dan

globalisasi peradaban manusia akan tetapi masyarakat tersebut menggantungkan

hidup dipemukiman tersebut untuk bertahan hidup sehingga bagaimana presepsi

masyarakat tersebut terhadap pendidikan yang berkaitannya dengan kemajuan

suatu masyarakat sebagai pengembangan diri individu terhadap lingkungan

masyarakat tersebut.

Peneliti melakukan survei awal ke tempat lokasi penelitian di TPA sampah

yang bertempatan di Neglasari. Peneliti menemukan responden dan melakukan

interaksi bersama peneliti, para pemulung ada menetap di suatu pemukiman

kumuh di TPA Rawa Kucing dan adapula mereka yang nomaden. Pemulng yang

nomaden biasanya hanya bekerja mengumpulkan sampah lalu ditukarkan ke

“mandor” lalu pulang bermukim di tempat yang lain, ada juga menetap di sana

untuk sementara waktu sebagai pendatang

6 Sayamsir salam, Amir Fadhilah, sosiologi pembangunan: Pengantar studi

pembangunan lintas sektoral. (Jakarta: UIN Jakarta 2009)., h.102 7Gunawan Jurnal Strategi Bertahan hidup pemulung, Tanjung

pinang(Universitas Maritim Raja Ali Haji, 2016)., h.2.

Page 21: PERSEPSI MASYARAKAT PEMULUNG TENTANG PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...(TPA) Rawa Kucing, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang. 2019 Penelitian ini

5

Sebagian remaja pemulung yang tidak sekolah lebih memilih memulung

guna menambah uang lalu mereka mengumpulkan beberapa sampah yang bisa di

daur ulang seterusnya untuk ditukarkan kepada “mandor” yang ada di tempat

pembuangan akhir tersebut. Namun ada dua tempat untuk singgah di “pintu tiga”

di dalamnya terdapat terpal-terpal dan beberapa tempat kumuh yang di tempati

oleh para pemulung untuk bekerja atau bersinggah. Di depan gapura tempat

pembuangan akhir terdapat bangunan kumuh yang disinggahi untuk waktu

beberapa lama. Mereka mendiami tempat di depan gapura adalah masyarakat

yang urbanisasi dari sebagian daerah Banten. Di tempat tersebut tampak kotor dan

dipenuhi oleh sampah-sampah baik yang bisa di daur ulang ataupun tidak.

Pemukiman di sana terkadang bau sampah dan minimnya unit kesehatan

masyarakat ataupun puskesmas di lokasi tersebut sehingga menimbulkan beberapa

penyakit di lingkungan tersebut dan jauh dari kata higenis.8

Dari latar belakang di atas, pendidikan masyarakat pemulung adalah hak

setiap warga negara guna berkembangnya SDM di suatu negara. Di era globalisasi

ini bahwa lulusan yang hanya memperoleh pendidikan sampai SD tidak begitu

baik taraf hidupnya. Banyak stigma negatif bahwa profesi pemulung adalah

profesi yang rendah penghasilannya di masyarakat. Akan tetapi, walau hanya

memperoleh pendidikan tidak sesuai dengan program-program pendidikan,

mereka berusaha mencari nafkah hidup. Mereka sebetulnya peduli terhadap anak

mereka yang ingin memperoleh memperbaiki taraf hidup mereka di bidang

Pendidikan namun, memiliki kendala.

Pada kesempatan ini peneliti tertarik untuk meneliti pemulung yang

hidupnya bermukim di Tempat Pembuangan Akhir Rawa Kucing. Dari latar

belakang di atas, peneliti berusaha untuk mengkaji masalah ini dengan

mengangkat judul, yaitu: “Persepsi Masyarakat Pemulung Tentang

Pendidikan Formal Wajib Belajar 12 Tahun. Studi Kasus: Pemukiman

Kumuh Tempat Pembuangan Akhir Rawa Kucing, Kecamatan Neglasari,

Kota Tangerang.”

8 Hasil observasi awal ke tempat pembuangan akhir sampah Rawa Kucing pada tanggal

16 januari 2019

Page 22: PERSEPSI MASYARAKAT PEMULUNG TENTANG PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...(TPA) Rawa Kucing, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang. 2019 Penelitian ini

6

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan penulis akan

mengidentifikasi masalah dalam penelitian ini sebagai berikut.

1. Penghasilan ekonomi membuat masyarakat pemulung tidak dapat

menyelesaikan pendidikan formal

2. Masyarakat pemulung yang lebih memilih mencari uang dibanding

menuntaskan pendidikan formal

3. Terdapat beberapa remaja usia sekolah yang tidak bersekolah

4. Kehidupan mereka yang diwarnai dengan kemiskinan dan kekumuhan

5. Tingkat pendidikan dan kesadaran kesehatan yang rendah

C. Pembatasan Masalah

Agar pembatasan masalah yang diuraikan di atas, tidak seluruhnya

dikaji dalam penelitian ini mengingat adanya keterbatasan waktu, keterbatasan

kemampuan, dan keterbatasan masalah dalam penelitian ini. Oleh karena itu,

penelitian pendidikan pembatasan masalah yaitu Konsep peneliti meneliti

pemulung dan wajib belajar 12 (dua belas) tahun. Waktu penelitian selama

bulan April sampai dengan Juni 2019. Tempat lokasi penilitian di TPA Rawa

Kucing, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah di atas peneliti

merumuskan masalah sebagai berikut. “Bagaimana persepsi pemulung

terhadap pendidikan formal wajib belajar 12 (dua belas) tahun di TPA Rawa

Kucing, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang”?

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuannya penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran

tentang persepsi masyarakat kumuh Kampung Pemulung TPA Rawa

Kucing tentang pentingnya pendidikan formal wajib belajar 12 (dua belas)

tahun.

Page 23: PERSEPSI MASYARAKAT PEMULUNG TENTANG PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...(TPA) Rawa Kucing, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang. 2019 Penelitian ini

7

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis

1) Manfaat penyusunan laporan penelitian bagi peneliti, adalah:

a. Merupakan upaya mengungkap masalah sosial dalam konteks

pendidikan di kampung pemulung TPA Rawa Kucing.

b. Untuk memberikan informasi pada banyak pihak dalam membuat

hasil penelitian menjadi lebih realistis di lapangan.

2) Bagi pembaca, dengan adanya informasi dari penelitian ini diperoleh

suatu masalah yang terungkap dan diharapkan bermanfaat bagi para

pembaca untuk menambah wawasannya.

3) Bagi peneliti lain diharapkan penelitian ini menjadi referensi oleh

penelitian-penelitian lainnya.

b. Manfaat Praktis

1) Bagi remaja yang putus sekolah di pemukiman kumuh tersebut

agar menempuh pendidikan formal 12 tahun supaya menjadi

indvidu atau sumber daya manusia yang lebih baik.

2) Bagi Masyarakat Kampung Pemulung TPA Rawa Kucing,

diharapkan dapat memberi arah dan motivasi untuk menjadi

manusia cerdas dan berpendidikan yang berguna bagi bangsa dan

negara.

3) Bagi Pemda kota tangerang, diharapkan dapat menjadi masukan

dalam merumuskan kebijakan pembangunan khusunya bidang

pendidikan yang adil dan merata bagi seluruh masyarakat.

Page 24: PERSEPSI MASYARAKAT PEMULUNG TENTANG PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...(TPA) Rawa Kucing, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang. 2019 Penelitian ini

8

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pengertian persepsi dan Masyarakat

1. Definisi Persepsi

Istilah persepsi biasanya digunakan untuk mengungkapkan tentang

pengalaman terhadap sesuatu benda ataupun sesuatu kejadian yang dialami.

Dalam kamus standar yang dikutip oleh Sholeh dijelaskan bahwa persepsi

dianggap sebagai sebuah pengaruh ataupun sebuah kesan oleh benda yang semata-

mata menggunakan pengamatan pengindraaan. Persepsi ini di definisikan sebagai

proses yang menggabungkan dan mengorganisir data-data indra kita

(pengindraan) untuk dikembangkan sedemikian rupa sehingga kita dapat

menyadari di sekeliling kita, termasuk sadar akan diri kita sendiri. Dalam buku

Shaleh menyebutkan, bahwa persepsi adalah kemampuan membeda-bedakan,

mengelompokan memfokuskan perhatian terhadab satu objek rangsangan. Dalam

proses pengelompokan dan membedakan ini persepsi melibatkan proses

interprestasi berdasarkan pengalaman terhadap satu peristiwa atau objek.9

Dari buku psikologi umum dan perkembangan karya Azhari persepsi itu

bersifat selektif. Persepsi dalam arti sempit adalah penglihatan atau bagaimana

cara seseorang melihat sesuatu. Sedangkan dalam arti luas adalah pandangan

seseorang mengenai bagaiman ia mengartikan nilai dari sesuatu.10

Perbedaan

perbedaan persepsi antara lain disebabkan oleh:

(a) Perhatian, biasanya kita tidak menangkap seluruh rangsangan yang ada

disekitar kita secara sekaligus, tetapi kita memfokuskan satu atau dua

objek saja

(b) Set, adalah harapan seseorang tentang rangsangan yang akan timbul.

Misalnya, pada seorang pelari yang siap di garis start terdapat set

bahwa akan terdengar bunyi pistol disaat ia harus mulai lari

9Abdul Rahman Shaleh, psikologi suatu pengantar dalam prespektif islam (Jakarta:

prenadamedia,2004), h.111. 10

Akyas Azhari, psikologi umum dan perkembangannya, Jakarta.,h.107.

Page 25: PERSEPSI MASYARAKAT PEMULUNG TENTANG PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...(TPA) Rawa Kucing, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang. 2019 Penelitian ini

9

(c) Kebutuhan, kebutuhan-kebutuhan sesaat maupun yang menetap pada

diri seseorang mempengaruhi persepsi orang tersebut

(d) Sistem nilai yang berlaku dalam suatu masyarakat berpengaruh pula

terhadap persepsi11

.

a. Faktor yang mempengaruhi persepsi sosial

Banyak faktor yang mempengaruhi persepsi sehingga membentuk

pola tersebut menjadi persepsi sosial. “Sebagai upaya memahami

keseluruhan gambaran komperehensif tentang diri orang lain, dalam

proses pembentukan persepsi, seseorang mendayagunakan segenap

informasi yang dimiliki untuk membentuk kesan-kesan (impressions)

tentang orang lain. Kesan-kesan itu mencangkup gambaran tentang

keseluruhan kepribadian. Pada akhirnya kesan-kesan yang tersusun secara

teratur dan relatif menetap kedalam persepsi tersebut akan memberi

pengaruh dalam perilaku sosial seseorang.12

Dalam proses persepsi seseorang, memori akan merinci masukan (input)

stimulus dalam usaha menemukan ciri-ciri tertentu yang sesuai dengan

spesifikasi suatu konsep.

Dalam proses persepsi itu terjadi organisasi ciri-ciri utama yang

bersifat teratur, dampak gema (hallo effect), efek awal (primacy effect)

dan efek akhir (recency effect) Dari ciri di atas, proses memori juga

memberikan pengaruh kuat terhadap persepsi sosial seseorang. Proses

pengkodean dalam memori menunjukan terdapatnya seleksi aktif

preseptor terhadap informasi-informasi yang masuk.

Untuk lebih mempermudah pemahaman terhadap persepsi sosial,

Robbin mengemukakan bahwa terdapat beberapa faktor utama yang

memberi pengaruh terhadap pembentukan persepsi sosial seseorang.

Faktor faktor itu adalah faktor penerima (the perceiver), situasi (the

situation) dan objek sasaran (the target)

11 Ibid,. h.109.

12 Fattah Hanurawan psikologi sosial suatu pengantar (Bandung: Remaja Rosdakarya

2010), h.35

Page 26: PERSEPSI MASYARAKAT PEMULUNG TENTANG PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...(TPA) Rawa Kucing, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang. 2019 Penelitian ini

10

1) Faktor Penerima

Apabila seseorang mengamati orang lain yang menjadi objek

sasaran persepsi dan mencoba untuk memahaminya, tidak dapat

disangkal bahwa pemahaman sebagai suatu proses kognitif akan sangat

dipengaruhi karakteristik kepribadian seorang pengamat. Diantara

karakteristik kepribadian utama itu adalah konsep diri, nilai dan sikap,

pengalaman di masa lampau, dan harapan-harapan yang terdapat

dirinya.

2) Faktor situasi

Pengaruh faktor situasi dalam proses persepsi sosial dapat dipilah

menjadi tiga, yaitu seleksi, kesamaan dan organisasi. Secara alamiah,

seseorang lebih memuasatkan perhatian pada objek-objek yang

dianggap lebih disukai, ketimbang objek-objek yang tidak disukainya.

Proses kognitif semacam itu lazim disebut dengan seleksiinformasi

tentang keberadaan suatu obyek, baik yang bersifat fisik maupun

sosial.

Unsur kedua dalam faktor situasi adalah kesamaan-kesamaan

adalah kecendrungan dalam proses persepsi sosial untukn

mengklasifikasikan orang-orang kedalam suatu kategori yang kurang

lebih sama. Unsur ketiga dalam faktor situasi adalah organisasi

perseptual. Dalam proses persepsi sosial, individu cenderung untuk

memahami orang lain sebagai objek persepsi ke dalam system yang

bersifat logis, teratur, dan runtut.13

3) Faktor Objek

Selain faktor kepribadian penerima dan faktor situasi,

pembentukan persepsi sosial dapat juga dipengaruhi oleh faktor objek.

Dalam persepsi sosial secara khusus, objek yang diamati itu adalah

orang lain. Ciri utama yang menimbulkan kesan pada penerima

adalah keunikan (novelty) suatu objek. Dalam hal ini, ciri-ciri unik

13

Ibid,. h. 37-38.

Page 27: PERSEPSI MASYARAKAT PEMULUNG TENTANG PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...(TPA) Rawa Kucing, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang. 2019 Penelitian ini

11

yang terdapat dalam diri seseorang adalah salah satu unsur penting

yang menyebabkan orang lain merasa tertarik untuk memusatkan

perhatiannya.

b. Persepsi Persepsi Subjektif

Persepsi-persepsi subjektif individu membentuk tingkah laku dan

kepribadian. Orang-orang berjuang ke arah superioritas atau

keberhasilan untuk mengompensasikan perasaan-perasaan inferioritas,

tetapi cara bagaimana mereka berjuang, ditentukan bukan oleh

kenyataan melainkan oleh persepsi-persepsi subjektif mereka tentang

kenyataan.

Dengan kata lain, kepribadian tidak dibentuk oleh inferioritas –

inferiotas organ, pengalaman-pengalaman awal, atau dorongan dasar,

tetapi oleh pandangan-pandangan individual tentang hal-hal ini dan

faktor-faktor lain.14

2. Pengertian Masyarakat

Masyarakat adalah istilah yang paling lazim dipakai untuk menyebutkan

kesatuan-kesatuan hidup manusia, baik dalam tulisan ilmiah maupun dalam

bahasa sehari-hari, adalah masyarakat. Menurut Koentjaraningrat istilah

masyarakat berasal dari bahasa Arab yaitu syaraka yag berarti “ikut serta,

berpartisipasi.”Sedangkan dalam bahasa Inggris dipakai istilah society yang

berasal dari kata Latin socius, yang berarti “kawan”. Masyarakat adalah

sekumpulan manusia yang saling bergaul atau dengan istilah ilmiah saling

berinteraksi. Pola tersebut harus bersifat menetap dan kontinyu, dengan kata lain

pola tersebut harus sudah menjadi adat istiadat yang khas. Masyarakat adalah

memang sekumpulan manusia yang saling “bergaul”, atau dengan istilah ilmiah

“berinteraksi”. Suatu kesatuan manusia dapat mempunyai prasarana melalui apa

warga-warganya dapat saling berinteraksi. Adanya prasarana untuk berinteraksi

memang menyebabkan bahwa warga dari satu kolektif manusia itu akan saling

14

Yustinus Semiun. OFM, Teori-Teori kepribadian (Yogyakarta: Kanisius), h .224.

Page 28: PERSEPSI MASYARAKAT PEMULUNG TENTANG PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...(TPA) Rawa Kucing, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang. 2019 Penelitian ini

12

berinteraksi. Masyarakat secara khusus di definisikan: masyarakat adalah

kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat-istiadat

tertentu bersifat kontinu, dan yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama.15

a) Lapisan Masyarakat

Di dalam uraian tentang teori lapisan, senantiasa dijumpai istilah kelas

(sosial class). Seperti yang sering terjadi dengan beberapa istilah lain dalam

sosiologi, istilah kelas jugatidak selalu mempunyai ari yang sama, walaupun

pada hakikatnya mewujudkan sistem kedudukan-kedudukan yang pokok

dalam masyarakat. Penjumlahan kelas-kelas masyarakat disebut class-system.

Artinya, semua orang dan keluarga yang sadar akan kedudukan mereka itu

diketahui dan diakui oleh masyarakat umum. Dengan demikian, pengertian

kelas parallel dengan pengertian lapisan tanpa membedakan apakah dasar

lapisan itu faktor uang, tanah, kekuasaan, atau dasar lainnya.16

b) Dasar Lapisan Masyarakat

Ukuran atau kriteria yang bisa yang biasa dipakai untuk

menggolong-golongkan anggota masyarakat ke dalam suatu lapisan adalah

sebagai berikut

1) Ukuran kekayaan Barangsiapa yang memiliki kekayaan paling banyak

termasuk lapisan teratas. Kekayaaan tersebut, misalnya, dapat dilihat

pada bentuk rumah yang bersangkutan, mobil pribadinya cara-caranya

mempergunakan pakaian serta bahan pakaian yang dipakainya,

kebiasaan untuk berbelanja barang-barang mahal dan seterusnya.

2) Ukuran kekuasaan Baarangsiapa yang memiliki kekuasaan atau yang

mempunyai wewenang terbesar menempati lapisan atasan.

3) Ukuran kehormatan Ukuran kehormatan tersebut mungkin terlepas dari

ukuran-ukuran kekayaan dan/atau kekuasaan. Orang yang paling

disegani dan dihormati, mendapat tempat yang teratas. Ukuran

15Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi ,(Jakarta: Rineka Cipta,2002), h. 121.. 16

Soerjono Soekanto dan Budi Sulistyowati, Sosiologi suatu pengantar (Jakarta: PT Rajagrafindo 2014), h.203.

Page 29: PERSEPSI MASYARAKAT PEMULUNG TENTANG PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...(TPA) Rawa Kucing, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang. 2019 Penelitian ini

13

semacam ini, banyak dijumpai pada masyarakat tradisional. Biasanya

mereka adalah golongan tua atau mereka yang pernah berjasa

4) Ukuran ilmu pengetahuan Ilmu pengetahuan sebagai ukuran dipakai

oleh masyarakat yang menghargai ilmu pengetahuan. Akan tetapi,

ukuran tersebut kadang-kadang menyebabkan terjadinya akibat-akibat

negative karena ternyata ternyata bahwa bukan mutu ilmu pengetahuan

yang dijadikan ukuran yang dijadikan ukuran, tetapi gelar

kesarjanaanya. Sudah tentu hal demikian memacu segala macam usaha

untuk mendapat gelar, walau tidak halal.

Ukuran di atas tidaklah bersifat implikatif karena masih ada ukuran

ukuran lain yang dapat digunakan. Akan tetapi, ukuran-ukuran di atas

amat menentukan sebagai dasar timbulnya sistem lapisan masyarakat

tertentu.17

c) Faktor-Faktor yang Mendorong Proses Perubahan Masyarakat

Dalam buku Sosiologi Suatu pengantar karya Soerdjono Soekanto

bahwa faktor faktor yang mempengaruhi jalannya proses perubahan

sebagai berikut:

1) Kontak dengan kebudayaan lain. Salah satu proses yang menyangkut

hal ini adalah diffusion. Difusi adalah proses penyebaran unsur-unsur

kebudayaan dari individu kepada individu lain, dan dari masyarakat ke

masyarakat lain. Dengan proses tersebut, manusia mampu

menghimpun penemuan-penemuan baru yang dihasilkan

2) Sistem pendidikan formal yang maju. Pendidikan mengajarkan aneka

macam kemampuan kepada individu. Pendidikan memberikan nilai-

nilai tertentu bagi manusia, terutama dalam membukanya pikiran serta

menerima hal-hal yang baru dan juga bagaimana cara berfikir ilmiah.

17

Ibid.,h. 206.

Page 30: PERSEPSI MASYARAKAT PEMULUNG TENTANG PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...(TPA) Rawa Kucing, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang. 2019 Penelitian ini

14

3) Sikap menghargai hasil karya seseorang dan keinginan-keinginan

untuk maju.Apabila sikap tersebut melembaga dalam masyarakat,

masyarakat merupakan pendorong bagi usaha-usaha penemuan baru.

4) Toleransi: terhadap perbuatan-perbuatan menyimpang (deviation),

yang bukan merupakan delik

5) Sistem terbuka lapisan masyarakat (open stratification) Sistem terbuka

memungkinkan adanya gerak sosial vertical yang luas atau berarti

memberi kesempatan kepada para individu untuk maju atas dasar

kemampuan diri sendiri. Dalam keadaan demikian, seseorangmungkin

akan mengadakan identifikasi dengan warga-warga yang mempunyai

status yang lebih tinggi.

6) Pendudukan yang heterogen ada masyarakat yang terdiri dari

kelompok-kelompok sosial yangmempunyai latar belakang

kebudayaan ras ideology yang berbeda dan seterusnya. Mudah

terjadinya pertentangan pertentangan yang mengundang kegoncangan-

kegoncangan. Keadaan demikian menjadi pendorong bagi terjadinya

perubahan-perubahan dalam masyarakat.

7) Ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang-bidang kehidupan tertentu.

Ketidakpuasan yang berlangsung terlalu lama dalam sebuah

masyarakat berkemungkinan besar akan mendatangkan revolusi

8) Orientasi ke masa depan.

9) Nilai bahwa manusia harus senantiasa berikhtiar untuk memperbaiki

hidupnya.18

d) Faktor-faktor yang menghalangi terjadinya perubahan pada

masyarakat

Karena pola kehidupan sosial masyarakat tidaklah statis akan tetapi

dinamis memiliki kendala yang ada di masyarakat berikut merupakan

faktor penghambat perubahan:

1) Kurangnya hubungan dengan masyarakat lain. Kehidupan terasing

menyebabkan sebuah masyarakat tidak mengetahui perkembangan-

18

Ibid,.h.283.

Page 31: PERSEPSI MASYARAKAT PEMULUNG TENTANG PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...(TPA) Rawa Kucing, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang. 2019 Penelitian ini

15

perkembangan yang terjadi pada masyarakat lain yang mungkin dapat

memperkaya kebudayaan sendirI

2) Perkembangan ilmu pengetahuan yang terlambat. Hal ini mungkin

disebabkan hidup masyarakat terasing dan tertutup atau mungkin

karena lama dijajah oleh masyarakat lain

3) Sikap masyarakat yang tradisional. Suatu sikap yang mengagung-

agungkan tradisi dan masa lampau serta beranggapan bahwa tradisi

secara mutlak tak dapat diubah menghambat jalannya proses

perubahan

4) Adanya kepentingan-kepentingan yang telah tertanam dengan kuat

atau vested interest Dalam setiap organisasi sosial yang mengenal

sistem lapisan, pasti akan ada sekelompok orang yang menikmati

kedudukan-kedudukan perubahan. Misalnya dalam masyarakat feudal

dan juga pada masyarakat yang sedang mengalami transisi. Dalam hal

yang terakhir, ada golongan-golongan dalam masyarakat yang

dianggap sebagai proses transisi. Karena selalu mengidentifikasi diri

dengan usaha dan jasa-jasanya, sukar sekali bagi mereka untuk

melepaskan kedudukannya di dalam suatu proses perubahan.

5) Rasa takut akan terjadinya kegoyahan pada int egarasi kebudayaan.

Memang harus diakui kalau tidak mungkin integrasi semua unsur suatu

kebudayaan bersifat sempurna. Beberapa pengelompokan unsur-unsur

tertentu mempunya derajat integrasi tinggi. Maksudnya unsur-unsur

luar dikahawatirkan akan menggoyahkan integrasi dan menyebabkan

perubahan-perubahan pada aspek-aspek tertentu masyarakat.

6) Prasangka terhadap hal-hal baruatau asing atau sikap yang tertutup

7) Hambatan-hambatan yang bersifat ideologis

8) Adat atau kebiasaan, adat atau kebiasaan merupakan pola-pola

perilaku bagi anggota masyarakat di dalam memenuhi segala

kekebutuhan pokoknya. Apabila kemudian ternyata pola-pola perilaku

tersebut efektif lagi dalam di dalam memenuhi kebutuhan pokok, krisis

akan muncul. Mungkin adat atau kebiasaan mencangkup bidang

Page 32: PERSEPSI MASYARAKAT PEMULUNG TENTANG PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...(TPA) Rawa Kucing, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang. 2019 Penelitian ini

16

kepercayaan, sistem mata pencaharian, pembuatan rumah, cara

berpakaian tertentu, begitu kokoh sehingga sukar untuk diubah.

9) Nilai bahwa hidup ini pada hakikatnya buruk dan tidak bisa

diperbaiki19

B. Definisi Pendidikan, Tujuan, Macam-macam tujuan, dan Wajib Belajar 12

tahun

1. Pengertian Pendidikan

Hampir setiap orang pernah mengalami pendidikan, tetapi tidak setiap

orang mengerti makna kata pendidikan, pendididik dan mendididik. Untuk

memahami pendidikan, ada dua istilah yang dapat mengerahkan pada pemahaman

hakikat pendidikan, yakni kata pedagogie dan pedagogiek. Pedagogie bermakna

pendidikan, sedangkan pedagogiek berarti ilmu pendidikan. Oleh karena itu,

tidaklah mengherankan apabila pedagogic (pedagogics) atau ilmu mendidik

adalah ilmu atau teori yang sistematis tentang pendidikan yang sebenarnya bagi

anak atau untuk anak sampai dewasa.20

Dalam buku Ekosusilo dan Kasihadi menguraikan bahwa pendidikan

kumpulan dari semua proses yang memungkinkan seseorang mampu

mengembangkan seluruh kemampuan (potensi) yang dimilikinya, sikap-sikap dan

bentuk-bentuk perilaku yang bernilai positif di masyarakat tempat individu yang

bersangkutan berada. Pendidikan dimulai di keluarga atas anak (infant) yang

belum mandiri, kemudian diperluas lingkungan tetangga atau komunitas sekitar

(milieu), lembaga prasekolah, persekolahan formal dan lain-lain tempat anak-anak

mulai dari kelompok kecilsampai rombongan yang relatif besar (lingkup makro)

dengan pendidikan dimulai dari guru rombongan/kelas yang mendidik secara dan

menjadi pengganti orang.

Dilihat dari segi proses terjadinya terjadinya pendidikan ada dua segi yang

harus dikembangkan yaitu proses individual dan proses sosial. Beberapa ahli

pendidikan mengatakan bahwa masalah utama pendidikan adalah bagaimana

mengembangkan semua kemampuan dasar (potensi) yang sudah dimiliki anak

19 Iibid,. h.287.

20 Sukardjo dan Ukim Komarudin, Landasan pendidikan konsep dan aplikasinya (Jakarta:

PT Rajagrafindo 2009), h.7.

Page 33: PERSEPSI MASYARAKAT PEMULUNG TENTANG PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...(TPA) Rawa Kucing, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang. 2019 Penelitian ini

17

sejak lahir. Sedangkan pendidikan sebagai proses sosial pendidikan harus

berusaha melestarikan dan meneruskan nilai-nilai kebudayaaan kepada generasi

berikutnya.21

2. Tujuan Pendidikan Indonesia

Tujuan pendidikan di Indonesia dalam arti rumusan tentang bentuk

manusia Indonesia yang akan dicapai oleh kegiatan pendidikan di Indonesia sejak

tahun 1950 hingga sekarang mengalami beberapa perubahan, yang rumusnya

dapat dikemukakan sebagai berikut:

a. Rumusan tujuan pendidikan menurut Undang undang Pendidikan dan Pengajaran

Nomor 4 Tahun 1950 yang kemudian diubah menjadi UU Nomor 12 Tahun 1954,

yang tercantum dalam Bab II Pasal 3 berbunyi: “Tujuan pendidikan dan

pengajaran ialah membentuk manusia susila yang cakap dan warga negara yang

demokratis serta bertanggung jawab tentang kesejahteraaan masyarakat dan tanah

air”.

b. Rumusan tujuan pendidikan menur ut ketetapan MPRS Nomor II Tahun !960,

yang berbunyi: “Tujuan Pendidikan ialah mendidik anak kea rah terbentuknya

manusia yang berjiwa Pancasila dan bertanggung jawab atas terselenggaranya

masyarakat Ssosialis Indonesia yang adil dan makmur materil dan spiritual.

c. Rumusan tujuan pendidikan menurut Undang-undang sistem Pendidikan Nasional

Nomor 2 Tahun 1989, pada Bab II, Pasal 4 yang berbunyi, “Pendidikan nasional

bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia

seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha

Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan

jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung

jawab kemasyarakatan dan kebangsaan”.22

3. Macam-macam Tujuan Pendidikan

21

Madyo Ekosusilo, dan R.B Kasihadi, Dasar-dasar pendidikan, (Semarang: Effhar Publishing, 1985) h.13.

22 H.M.Alisui Sabri pengantar ilmu pendidikan (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005),h. 43.

Page 34: PERSEPSI MASYARAKAT PEMULUNG TENTANG PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...(TPA) Rawa Kucing, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang. 2019 Penelitian ini

18

Pendidikan berlangsung dalam suatu proses panjang yang pada akhirnya

mencapai tujuan umum atau akhir, yaitu kedewasaan atau pribadi dewasa susila.

Tujuan yang bersifat umum ini akan dicapai melalui pencapaian tujuan-tujuan

dekat. Seorang ahli pendidikan, Langeveld mengemukakan macam-macam tujuan

pendidikan, dalam buku Sabri menguraikan yaitu: tujuan umum/ akhir atau

lengkap/ total, tujuan khusus, tujuan tak lengkap, tujuan sementara, tujuan

insidentil dan tujuan intermedier.23

Berikut ini akan dikemukakan secara singkat

dalam buku Hasbullah memaparkan tentang tujuan-tujuan tersebut satu per satu

secara hierarki.

a) Tujuan Umum

Ini merupakan tujuan yang menjiwai pekerjaan mendidik dalam segala

waktu dan keadaan. Tujuan umum ini dirumuskan dengan memperhatikan

hakikat kemanusiaan yang universal

b) Tujuan Khusus

Tujuan ini merupakan pengkhususan dari tujuan umum diatas beberapa

hal,diantaranya:

1) Terdapatnya perbedaan individual anak didik, misalnya perbedaan

dalam bakat, jenis kelamin, intelegensi, minat dan sebagainnya;

2) Perbedaan lingkungan keluarga atau masyarakat, misa=l: tujuan

khusus untuk masyarakat pertanian perikanan dan lain-lain.

3) Perbedaan yang berhubungan dengan tugas lembaga pendidikan,

misalnya: tujuan khusus untuk pendidikan keluarga, pendidikan

sekolah dan pendidikan dalam perkembangan pemuda;

4) Perbedaan yang berhubungan dengan pandangan atau falsafat hidup

suatu bangsa

c) Tujuan Tak Lengkap

Ini adalah tujuan yang hanya mencangkup salah satu dari aspek

kepribadian, misalnya: tujuan khusus pembentukan kecerdasan saja, tanpa

23

Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu pendidikan (PT Raja Grafindo Jakarta 1995) h.13.

Page 35: PERSEPSI MASYARAKAT PEMULUNG TENTANG PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...(TPA) Rawa Kucing, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang. 2019 Penelitian ini

19

memperhatikan yang lainnya. Jadi tujuan tak lengkap ini merupakan

bagian dari tujuan umum yang melingkupi perkembangan seluruh aspek

kepribadian.

d) Tujuan Sementara

Perjalanan untuk mencapai tujuan umum tidak dapat dicapai secara

sekaligus, karenanya perlu ditempuh setingkat demi setingkat. Tingkatan

demi tingkatan yang diupayakan untuk menuju tujuan akhir itulah yang

dimaksud tujuan sementara. Misalnya: anak menyelesaikan pelajaran di

jenjang pendidikan dasar merupakan tujuan sementara untuk selanjutnya

terus meneruskan ke jenjang yang lebih seperti sekolah menengah umum

(SMU) dan Perguruan Tinggi.

e) Tujuan Insidentil

Ini merupakan tujuan yang bersifat sesaat karena adanya situasi yang

secara kebetulan, kendatipun demikian, tujuan ini tidak terlepas dari tujuan

umum. Misalnya: seseorang ayah memanggil anaknya dengan tujuan anak

mencapai kepatuhan.

f) Tujuan Intermedier

Disebut juga tujuan perantara, merupakan tujuan yang dilihat sebagai

alat dan harus dicapai lebih dahulu demi kelancaran pendidikan selanjutnya,

misalnya anak dapat membacadan menulis (tujuan sementara) demi

kelancaran mengikuti pelajaran disekolah.24

Kemudian, dalam hubungannya dengan hierarki tujuan pendidikan,

dibedakan macam-macam tujuan pendidikan yaitu: tujuan nasional, intisional,

kulikuler dan tujuan intruksional.

1) Tujuan Nasional

Ini merupakan tujuan umum pendidikan nasional yang di dalamnya

terkandung rumusan klarifikasi umum yang diharapkan dimiliki oleh

setiap warga negara setelah mengikuti dan menyelesaikan program

24

Ibid,. h.14

Page 36: PERSEPSI MASYARAKAT PEMULUNG TENTANG PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...(TPA) Rawa Kucing, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang. 2019 Penelitian ini

20

pendidikan nasional tertentu. Yang menjadi sumber tujuan ini biasanya

terdapat didalam undang-undang atau ketentuan resmi pendidikan25

2) Tujuan Intuisional

ni merupakan tujuan lembaga pendidikan sebagai pengkhususan dari

tujuan umum, yang berisi kualifikasi yang diharapkan diperoleh anak

setelah menyelesaikan studinya di lembaga pendidikan tertentu.

3) Tujuan kurikuler

Tujuan ini adalah penjabaran dari tujuan intuisional, yang

berisi kualifikasi yang diharapkan dimiliki oleh terdidik setelah

mengikuti program pengajaran dalam suatu bidang studi tertentu,

misalnya tujuan untuk bidang studi Sejarah kebudayaan Islam, Bahasa

Indonesia, PKN dan sebagainya. Rumusannya terdapat dalam

kurikulum suatu pendidikan tertentu.26

4) Kurikulum 2013 berbasis kompetensi

Pada hakikatnya kompetensi merupakan perpaduan dari

pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap yang direfleksikan dalam

kebiasaan berfikir dan bertindak. Kompetensi diartikan sebagai

pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang dikuasai oleh seseorang

yang telah menjadi bagian dari dirinya, sehingga ia dapat melakukan

perilaku-perilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik sebaik baiknya.

Kompetensi merupakan penguasaan terhadap suatu tugas, keterampilan,

yang diperlukan untuk menunjang keberhasilan. Beberapa aspek atau

ranah yang terkandung dalam kompetensi dapat diuraikan sebagai berikut.

1) Pengetahuan (knowledge); yaitu kesadaran dalam bidang kognitif,

misalnya seorang guru mengetahui cara melakukan identifikasi belajar,

dan bagaimana melakukan pembelajaran terhadap peserta didik dan

kebutuhannya

2) Pemahaman (understanding); yaitu kedalaman kognitif, dan afektif

yang dimiliki oleh individu, misalnya seorang guru yang akan

25

Ibid,. h. 15 26

Ibid,. h.17

Page 37: PERSEPSI MASYARAKAT PEMULUNG TENTANG PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...(TPA) Rawa Kucing, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang. 2019 Penelitian ini

21

melaksanakan pembelajaran harus memiliki pemahaman yang baik

tentang karakteristik dan kondisi peserta didik, agar dapat

melaksanakan pembelajaran secara efektif dan efisien.

3) Kemampuan (skil); adalah sesuatu yang dimiliki oleh individu untuk

melakukan tugas atau pekerjaan yang dibebankan kepadanya, misalnya

kemampuan guru dalam memilih, dan membuat alat peraga sederhana

untuk memberi kemudahan belajar pada peserta didik.

4) Nilai (value); adalah suatu standar perilaku yang telah diyakini dan

secara psikologis telah menyatu dalam diri seseorang, misalnya standar

perilaku guru dalam pembelajaran (kejujuran, keterbukaan,

demokratis, dan lain-lain).

5) Sikap (attitude); yaitu perasaan (senang- tidak senang, suka-tidak

suka) atau reaksi terhadap suatu rangsangan yang datang dari luar.

Misalnya reaksi terhadap krisis ekonomi, perasaan terhadap kenaikan

upah/gaji, dan sebagainya.

6) Minat (interest); adalah kecendrungan seseorang untuk melakukan

sesuatu perbuatan. Misalnya minat untuk mempelajari atau melakukan

sesuatu.27

4. Wajib Belajar 12 Tahun

Dalam pasal 31 ayat 1 dan 2 masyarakat berhak mendapatkan

pendidikan pemerintah dan masyarakat turut berperan dalam pendidikan.

Pemerintah juga mengeluarkan kebijakan ataupun aturan aturan otonomi daerah

terhadap pendidikan guna tercapainya pendidikan wajib belajar melalui standard

dan jenjang di pendidikan tersebut. Di dalam Bab XIII pasal 31 ayat 1, dan 2

dicantumkan ketentuan dasar tentang bidang pendidikan pendidikan dan

pengajara. Hukum dasar tersebut berbunyi sebagai berikut:

a. Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran.

b. Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan suatu sistem pengajaran

nasional, yang diatur dengan Undang-Undang.

27

Mulyasa, Pengembangan Implementasi Kurikulum 2013, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya), h. 66-69

Page 38: PERSEPSI MASYARAKAT PEMULUNG TENTANG PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...(TPA) Rawa Kucing, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang. 2019 Penelitian ini

22

Dalam masa mendatang besar kemungkinan ditetapkan Undang-

Undang tentang Kewajiban belajar di samping keharusan memperbaiki atau

menyempurnakan kedua Undang-Undang Organik yang disebutkan terdahulu.28

Dalam kebijakan pemerintah tersebut memunculkan lembaga lembaga

pendidikan.

1) Pendidikan Formal

Jenjang pendidikan adalah tingkatan pendidikan persekolahan yang

berkesinambungan antara satu jenjang dengan jenjang lainnya. Jenjang

pendidikan yang termasuk jalur pendidikan sekolah terdiri dari atas Pendidikan

Dasar, Pendidikan Menengah, dan Pendidikan Tinggi (Perguruan

Tinggi).Pendidikan dasar adalah Sekolah Dasar (SD) disusul oleh Sekolah

Menengah Pertama (SMP)

jenjang pendidikan dasar ini melalui sekolah dasar ini menempuh

pendidikan dipersekolahan sekitar enam tahun lalu dilanjutkan oleh sekolah

menengah pertama selama tiga tahun baik di swasta ataupun negri. Selanjutnya

ada jenjang pendidikan melalui sekolah menengah atau, biasa disebut sebagai

Sekolah Menengah Atas (SMA) pendidikan ini selama tiga tahun sesuai minat

para peserta didik masing masing karena satuan pendidikan tidak hanya satu pada

jenjang ini terdapat Sekolah Menengah Umum (SMU), Madrasah Aliyah (MA),

dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang memiliki beberapa kejuruan untuk

dijadikan profesi nantinya.29

2) Pendidikan Keluarga

Keluarga merupakan lembaga pendidikan yang pertama dan utama

dalam masyarakat, karena dalam keluargalah manusia dilahirkan, berkembang

menjadi dewasa. Bentuk da nisi serta cara-cara pendidikan di dalam keluarga akan

selalu mempengaruhi tumbuh dan berkembangnya watak, budi pekerti dan

kepribadian tiap-tiap manusia. Pendidikan yang diterima dalam keluarga inilah

yang akan difunakan oleh anak sebagai dasar untuk mengikuti pendidikan

28

Hadari Nawawi, perundang-undangan pendidikan (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1983),h. 65.

29 Ace Suryadi, pendidikan, Investasi SDM, dan pembangunan isu,teori, dan aplikasi

(Jakarta, Balai pustaka , 2002),h.155.

Page 39: PERSEPSI MASYARAKAT PEMULUNG TENTANG PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...(TPA) Rawa Kucing, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang. 2019 Penelitian ini

23

selanjutnya di sekolah. Peranan keluarga terutama dalam penanaman sikap dan

nilai hidup, pengembangan bakat dan minat serta pembinaan bakat dan

kepribadian. Sehubungan dengan itu penanaman nilai-nilai Pancasila, nilai-nilai

keagamaam dan nilai-nilai kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dimulai

dalam keluarga.30

C. Faktor-Faktor yang mempengaruhi individu menuntaskan pendidikan fprmal

1) Motivasi Individu

Motivasi menurut Sumadi Suryabrata adalah keadaan yang terdapat

dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas tertentu

guna pencapaian suatu tujuan. Sementara itu Gates dan kawan-kawan

mengemukakan bahwa motivasi adalah suatu kondisi fisiologis dan psikologis

yang terdapat dalam diri seseorang yang mengatur tindakannya dengan cara

tertentu.31

Motivasi berprestasi merupakan salah satu faktor yang ikut menentukan

keberhasilan dalam belajar, di mana besar kecilnya pengaruh tersebut

tergantung pada intensitasnya. Klausmeier menyatakan bahwa perbedaan dalam

intensitas motivasi berprestasi ditunjukkan dalam berbagai tingkatan prestasi

yang dicapai oleh berbagai individu. Semakin besar motivasi seseorang untuk

terus berprestasi, maka dia akan terus mencoba menggapai pendidikan mereka

ke jejang yang lebih tinggi.32

a. Keinginan untuk menempuh pendidikan

Keinginan untuk menempuh pendidikan merupakan modal awal

bagi seseorang untuk terus menempuh pendidikan. Tidak adanya

unsur terpaksa pada anak untuk bersekolah menjadikan anak

menikmati dan mengerti akan pentingnya pendidikan yang

dijalaninya. Manusia pada dasarnya memiliki keinginan untuk

30

Kasihadi,op.cit,. h73. 31 Djali, Psikologi Pendidikan. (Jakarta : Bumi Aksara 2008)., h. 101 32 Djali, Psikologi Pendidikan. (Jakarta : Bumi Aksara, 2008)., h. 110

Page 40: PERSEPSI MASYARAKAT PEMULUNG TENTANG PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...(TPA) Rawa Kucing, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang. 2019 Penelitian ini

24

memperoleh kompetensi dari lingkungannya, sehingga akan mucul

suatu suatu rasa percaya diri bahwa dia mampu untuk melakukan

sesuatu. Apabila seseorang mengetahui bahwa dia merasa mampu

terhadap apa yang dia pelajari maka dia akan percaya diri untuk

menggapai kompetensi yang ingin dia dapatkan.33

b. Cita-cita

Hal yang dapat menjadi motivasi dan tujuan seorang anak

menjalani jenjang pendidikan mereka adalah karena adanya cita-

cita yang ingin mereka raih. Cita-cita yang terdapat pada anak akan

memberikan gambaran bagi mereka jalan mana yang harus dia

tempuh untuk dapat mewujudkannya, dan salah satu jalannya

adalah dengan menempuh pendidikan. Hal ini di tegaskan bahwa

salah satu motif seseorang melakukan kegiatan belajar adalah

untuk mengarahkan pada prilaku tertentu, dan hal ini merupakan

suatu bentuk cita-cita. Motif anak yang dibawa ke dalam suatu

situasi belajar sangat berpengaruh terhadap bagaimana mereka

belajar dan apa yang mereka pelajari.34

2) Motivasi Orang Tua

Menurut Slameto, orang tua yang kurang/tidak memperhatikan dan

memberikan dorongan atau motivasi terhadap pendidikan anaknya,

misalnya acuh tak acuh terhadap belajar anaknya, tidak memperhatikan

sama sekali akan kepentingan-kepentingan dan kebutuhan-kebutuhan

anaknya dalam belajar, tidak mengatur waktu belajarnya, tidak

menyediakan/melengkapi alat belajarnya, tidak memperhatikan apakah anak

belajar atau tidak, tidak mau tau kemajuan belajar anaknya, kesulitan-

kesulitan yang dialami dalam belajar dan lain-lain dapat menyebabkan anak

tidak/kurang berhasil dalam belajarnya. Mungkin hasil yang didapatkan

tidak memuaskan bahkan mungkin gagal dalam studinya. Hal ini dapat

33 Rifa’i, Achmad, Psikologi Pendidikan. (Semarang : Unnes Press, 2000)., h.155 34 Rifa’i, Achmad, Psikologi Pendidikan (Semarang : Unnes Press, 2000),. h. 158

Page 41: PERSEPSI MASYARAKAT PEMULUNG TENTANG PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...(TPA) Rawa Kucing, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang. 2019 Penelitian ini

25

terjadi pada anak dari keluarga yang kedua orang tuanya terlalu sibuk

mengurus pekerjaan mereka atau hal yang lain. Ini menunjukkan bahwa

motivasi yang berasal dari orang tua sangatlah dibutuhkan oleh seorang

anak dalam menempuh pendidikannya.35

a. Kesadaran orang tua akan arti penting pendidikan

Arti penting pendidikan seharusnya sudah dipahami oleh orang

tua, hal ini karena dapat berpengaruh pada pendidikan anak-anak

mereka. Kesadaran orang tua yang baik akan arti penting

pendidikan akan mengarahkan anak-anak mereka untuk

menempuh jenjang pendidikan setinggi-tingginya. Kesadaran akan

tanggung jawab mendidik dan membina anak secara terus-menerus

perlu dikembangkan kepada setiap orang tua, sehingga pendidikan

yang dilakukan tidak lagi berdasarkan kebiasaan yang dilihat dari

orang tua, tetapi telah di dasari oleh teori-teori pendidikan modern,

sesuai dengan perkembangan zaman.36

b. Tujuan orang tua menyekolahkan anak

Munib, mengatakan bahwa setiap kegiatan pendidikan baik di

dalam lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat tentu

memiliki tujuan tertentu yang hendak dicapai. Misalnya supaya

pandai berbicara, membaca dan menulis, berhitung dan

sebagainya, bertambah cerdas, rajin, teliti, berani dan sebagainya,

bahkan ada orang tua yang mengarahkan anak mereka untuk

menjadi apa yang mereka inginkan. Tujuan orang tua

menyekolahkan anak mereka tentunya bermacam-macam. Hal ini

dapat berpengaruh pada tingkat pendidikan yang dapat ditempuh

oleh anaknya.37

c. Kesedian orang tua menyekolahkan anak

35 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. (Jakarta : Rineka

Cipta:2003),. h. 61 36 Hasbullah Opcit,. h 46 37 Munib, Achmad. 2007. Pengantar Ilmu Pendidikan. Semarang: UNNES Press. Hal 48

Page 42: PERSEPSI MASYARAKAT PEMULUNG TENTANG PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...(TPA) Rawa Kucing, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang. 2019 Penelitian ini

26

Kesedianan orang tua untuk menyekolahkan anaknya

merupakan sarat mutlak bagi terlaksananya pendidikan bagi anak.

Karena secara material dan moral orang tua mempengaruhi tingkat

pendidikan anak-anaknya, salah satu tanggung jawab orang tua

dan keluarga terhadap anak-anak mereka adalah memberikan ilmu

pengetahuan dan keterampilan yang berguna bagi kehidupan anak

kelak, sehingga bila ia telah dewasa akan mampu mandiri.38

3) Kondisi Sosial

Kondisi sosial berarti keadaan yang berkenaan dengan

kemasyarakatan yang selalu mengalami perubahan-perubahan melalui

proses sosial. Proses sosial terjadi karena adanya interaksi sosial. Interaksi

sosial dapat membentuk suatu norma-norma sosial tertentu dalam kelompok

masyarakat. Hal ini ditegaskan oleh Sherif, bahwa interaksi sosial antar

anggota suatu kelompok dapat menimbulkan suatu norma sosial dalam

masyarakat yang berlaku dalam masyarakat tersebut.39

a. Kondisi lingkungan keluarga

Kondisi sosial keluarga akan diwarnai oleh bagaimana

interaksi sosial yang terjadi diantara anggota keluarga dan interaksi

sosial dengan masyarakat lingkungannya. Interaksi sosial di dalam

keluarga biasanya didasarkan atas rasa kasih sayang dan tanggung

jawab yang diwujudkan dengan memperhatikan orang lain,

bekerja sama, saling membantu dan saling memperdulikan

termasuk terhadap masa depan anggota keluarga, salah satunya

dalam penyelenggaraan pendidikan anak. Interaksi sosial dalam

keluarga turut menentukan pula cara-cara tingkah laku seseorang

38 Hasbullah. Opcit,. h. 45 39 Gerungan, W. A. Psikologi Sosial,( Bandung : Refika Aditama:2009)., h. 110

Page 43: PERSEPSI MASYARAKAT PEMULUNG TENTANG PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...(TPA) Rawa Kucing, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang. 2019 Penelitian ini

27

dalam pergaulan sosial di dalam masyarakat pada umumnya. 40

Menurut Slameto relasi antar anggota keluarga yang terpenting

adalah relasi orang tua dengan anaknya. Selain itu, relasi anak

dengan saudaranya atau dengan anggota keluarga yang lain pun

turut mempengaruhi pendidikan anak. Wujud relasi itu misalnya

apakah hubungan itu penuh dengan kasih sayang dan perhatian,

ataukah sikap yang terlalu keras41

b. Kondisi lingkungan masyarakat

Lingkungan masyarakat dapat mempengaruhi pola pemikiran

dan norma serta pedoman yang dianut oleh seseorang dalam suatu

masyarakat, karena di dalam masyarakat terjadi suatu proses

sosialisasi. Hal ini juga terdapat dalam dunia pendidikan,

seseorang yang berada di lingkungan masyarakat yang

mementingkan pendidikan maka dia juga akan terpengaruh untuk

ikut mementingkan pendidikan. Begitu juga sebaliknya, jika

seseorang berada pada lingkungan masyarakat yang menganggap

pendidikan tidak penting maka dia juga dapat terpengaruh dan ikut

beranggapan bahwa pendidikan kurang penting. Lewat proses

sosialisasi, seorang individu menghayati, mendarah dagingkan

(internalize) nilai-nilai, norma dan aturan yang dianut kelompok

dimana ia hidup.

4) Kondisi Ekonomi

Ekonomi dalam dunia pendidikan memegang peranan yang cukup

menentukan. Karena tanpa ekonomi yang memadai dunia pendidikan tidak

akan bisa berjalan dengan baik. ini menunjukkan bahwa meskipun ekonomi

bukan merupakan pemegang peranan utama dalam pendidikan, namun

keadaan ekonomi dapat membatasi kegiatan pendidikan.42

40 Ibid., 195 41 Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta. Hal 62 42 Pidarta, Made. Landasan Kependidikan, Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia.(Jakarta: Rineka Cipta, 2007)., h106

Page 44: PERSEPSI MASYARAKAT PEMULUNG TENTANG PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...(TPA) Rawa Kucing, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang. 2019 Penelitian ini

28

Faktor Ekonomi keluarga banyak menentukan dalam belajar anak.

Misalnya anak dalam keluarga mampu dapat membeli alat-alat sekolah

lengkap, sebaliknya anak-anak dari keluarga miskin tidak dapat membeli

alat-alat itu. Dengan alat serba tidak lengkap inilah maka hati anak-anak

menjadi kecewa, mundur, putus asa sehingga dorongan belajar mereka

kurang.43

Menurut Gerungan, keadaan ekonomi keluarga tentulah berpengaruh

terhadap perkembangan anak-anak, apabila diperhatikan bahwa dengan

adanya perekonomian yang cukup, lingkungan material yang dihadapi anak

di keluarganya itu lebih luas, ia akan mendapat kesempatan yang lebih luas

untuk mengembangkan bermacam-macam kecakapan yang tidak dapat ia

kembangkan apabila tidak ada prasarananya.44

a. Pekerjaan

Menurut Judian setiap manusia berhak mendapatkan pekerjaan

yang layak, mampu untuk menghidupi diri sendiri maupun

keluarganya. Kerja merupakan bagian dari hidup manusia, dengan

bekerja manusia bisa bertahan hidup, mencari makan dan

meningkatkan taraf kesejahteraannya. Bekerja juga merupakan

eksistensi diri sebagai makhluk sosial. Karena itu, jenis-jenis

pekerjaan cukup banyak sesuai dengan keahlian seseorang.

Kesimpulannya jenis pekerjaan adalah segala sesuatu yang

dikerjakan manusia untuk melangsungkan kehidupannya. Jenis

pekerjaan yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah suatu

profesi yang dilakukan seseorang dalam mencarinafkah dan

pencaharian. Mata pencaharian yang dimaksud adalah

pekerjaanutama dan pekerjaan sampingan.

b. Pendapatan

Seseorang harus berusaha dan bekerja untuk menjalankan dan

mempertahankan kelangsungan hidupnya. Dengan berusaha dan

43 Ahmadi, Abu, Psikologi Sosial. (Jakarta: Rineka Cipta, 2007)., h. 266 44 Gerungan, W. A. opcit,. H.196

Page 45: PERSEPSI MASYARAKAT PEMULUNG TENTANG PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...(TPA) Rawa Kucing, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang. 2019 Penelitian ini

29

bekerjalah seseorang mendapatkan upah atau pendapatan.

Pendapatan merupakan hal yang penting dalam mendukung

kelangsungan hidup suatu keluarga dimana orang tua sebagai

fungsi ekonomis dalam kelangsungan hidup keluarganya tersebut.

Semakin besar pendapatan yang diperoleh maka semakin tinggi

pemenuhan kebutuhan dari anggota keluarga itu.

Pendapatan (income) uang yang diterima seseorang dari

perusahaan dalam bentuk gaji, upah, sewa, bunga, laba, dan lainnya,

bersama dengan tunjangan pengangguran, uang pensiun dan lain

sebagainya.45

Menurut Valerie J. Hull bahwa jumlah seluruh

pendapatan dan kekayaan keluarga termasuk barang dan hewan

peliharaan dipakai untuk membagi keluarga kedalam tiga kelompok

pendapatan yaitu, pendapatan tinggi, pendapatan menengah dan

pendapatan rendah.46

Selain itu pendapatan atau income dari

seseorang adalah hasil penjualannya dari faktor-faktor produksi yang

dimilikinya kepada sektor produksi.47

D. Kemiskinan perkotaan

1. Definisi Kemiskinan

Berbagai persoalan kemiskinan penduduk memang menarik untuk disimak

dari berbagai aspek, sosial, ekonomi, politik dan politik. Aspek sosial terutama

akibat terbatasnya interaksi sosial dan penguasaan informasi. Aspek ekonomi

akan tampak pada terbatasnya pemilikan alat alat produksi, upah kecil, daya tawar

rendah, tabungan nihil lemah mengantisipasi peluang. Dari aspek psikologi

terutama akibat rasa rendah diri fatalisme, malas, dan rasa terisolir. Sedangkan,

45 Christopher Pass dan Bryan Lowes, Kamus Lengkap Ekonomi, (Jakarta: Erlangga, 1994), h287.

46 Singarimbun. M. Metode Penelitian Survey. (Jakarta: Pustaka LP3ES Indonesia, 1985), h.155

47 Boediona, Ekonomi Mikro. (Yogyakarta: BPFE Yogyakarta,1996)., h.105

Page 46: PERSEPSI MASYARAKAT PEMULUNG TENTANG PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...(TPA) Rawa Kucing, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang. 2019 Penelitian ini

30

dari aspek politik berkaitan dengan kecilnya akses terhadap berbagai fasilitas dan

kesempatan, diskriminatif, posisi lemah dalam proses pengambilan keputusan.48

Dari ukuran kehidupan modern pada masa kini mereka tidak menikmati

fasilitas pendidikan, pelayanan kesehatan, dan kemudahan–kemudahan lainnya

yang terjadi pada jaman modern. Kemiskinan ini ditandai oleh sikap tingkah laku

yang menerima keadaan yang seakan-akan tidak dapat diubah yang tercemin di

dalam lemahnya kemajuan untuk maju, rendahnya kualitas sumber daya manusia,

lemahnya nilai tukar hasil produksi, rendahnya produktivitas, terbatasnya modal

yang dimiliki49

Menurut para pemerhati kemiskinan, kemiskinan dapat di kelompokan

kedalam 4 bentuk, yaitu:

1) Kemiskinan absolut yaitu tingkat pendapataanya tidak cukup untuk

memenuhi kebutuhan minimum (pangan, sandang, kesehatan,

perumahan, dan pendidikan)

2) Kemiskinan relatif adalah kondisi dimana pendapatannya berada pada

posisi di atas garis kemiskinan, jika dibandingkan dengan pendapatan

masyarakat sekitarnya

3) Pengaruh kebijakan pembangunan yang belum menjangkau

pendapatan

4) Kemiskinan kultural adalah mengacu pada persoalan sikap seseorang

sikap seseorang atau masyarakat yang disebabkan oleh oleh factor

budaya, seperti tidak mau berusaha untuk memperbaiki tingkat

kehidupan, malas,, pemboros, tidak kreatif, meskipun ada usaha dari

pihak luar untuk membantunya50

2. Urbanisasi

Urbanisasi merupakan fenomena awal perpindahan pendududuk dari desa

ke kota untuk mengikuti arus industrialisasi di perkotaan. Urbanisasi atau migrasi

merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari proses pembangunan perkotaan.

48

H. Syamsir Salam dan Amir Fadhilah, sosiologi pembangunan: Pengantar studi pembangunan lintas sektoral (Jakarta: UIN Jakarta 2009) h.104.

49 Ibid,. h.102.

50 Ibid,h.105.

Page 47: PERSEPSI MASYARAKAT PEMULUNG TENTANG PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...(TPA) Rawa Kucing, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang. 2019 Penelitian ini

31

Kedua hal ini tidak bisa dihindarkan selama adanya keseimbangan dalam proses

pembangunan desa kota.51

Secara umum timbulnya migrasi karena adanya full faktor kota sebagai

pusat aktivitas dan kegiatan perekonomian dan fush faktor kurangnya fasilitas dan

kesempatan yang tertersedia di pedesaan. Sebagian besar individu yang

bermigrasi ke kota adalah usia produktif yang berkemauan keras dan kuat untuk

mendapatkan penghasilan yang lebih baik untuk dirinya dan keluarganya.

Tumbuhnya industrialisasi di kota membuka lapangan kerja sehingga

mengakibatkan perpindahan penduduk dari desa ke kota.52

Arus urbanisasi Indonesia belum diimbangi dengan adanya perluasan

kesempatan bekerja di bidang industri, jasa, atau wiraswasta. Akibatnya,

pendatang baru menjadi beban kota. Karena kesulitan tempat tinggal, keterbatasan

perekonomian dan pendidikan rendah para pendatang ini tinggal bersama keluarga

atau teman sekampungnya.53

3. Slum Area (Pemukiman Kumuh)

Pemukiman kumuh atau slum area merupakan kawasan dimana terdapat

bangunan-bangunan kumuh yang jelas berbeda antara bangunan perumahan-

perumahan yang berstruktur rapi pada pemukiman. Biasanya pemukiman kumuh

terdapat di pinggiran kota umumnya pemukiman ini ditempati oleh masyarakat

miskin kota yang bertahan hidup atas ekonomi yang kurang mampu dalam

menjalani penghidupan dirinya dan keluarganya, biasanya mereka berasal dari

kampung mereka yang berurbanisasi demi ekonomi yang lebih baik.

Dalam buku Rahardjo, Daldjoeni mengatakan bahwa kota dapat

didekati dua aspek, yakni aspek fisik (pengkotaan fisik) dan aspek mental

(pengkotaan mental). Pengkotaan fisik bersangkut paut dengan luas wilayah,

kepadatan penduduk, dan tataguna tanah yang non-agraris. Pengkotaan mental

bertalian dengan orientasi nilai serta kebiasaan hidup penduduk kota. Pengkotaan

51

Cucu Nurhayati, sosiologi perkotaan (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2013), h.103 52

Ibid,. h.104 53

Ibid,.h.106

Page 48: PERSEPSI MASYARAKAT PEMULUNG TENTANG PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...(TPA) Rawa Kucing, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang. 2019 Penelitian ini

32

mental menjadi pusat perhatian antropologi, tanpa mengabaikan aspek-aspek

lainnya yang juga berpengaruh terhadapnya.54

E. Hasil Penelitian yang relevan

Penelitian tentang persepsi masyarakat dalam konteks pendidikan ini, telah

dilakukan beberapa penelitian terkait dengan hal tersebut, diantaranya adalah:

1. Penelitian milik Dara Rahmita Dewi tahun 2015 yang berjudul “Persepsi

Masyarakat Cina Benteng terhadap Pendidikan studi kasus Desa Sukasari,

Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang”. Menyimpulkan bahwa tujuan dari

penelitian ini adalah mendapatkan bukti empiris Persepsi Masyarakat Cina

Benteng terhadap Pendidikan dan Peran Lembaga Intuisi Pendidikan terhadap

Pendidikan Cina Benteng. Penelitian dilakukan di Jalan Bhakti No. 14 Pasar lama,

Kota Tangerang dengan pendekatan deskriptif kualitatif. Teknik pengambilan

sampel menggunakan snowball sampling dan purposive sampling. Instrument

penelitian yang diambil adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Persepsi

masyarakat tersebut sudah mengalami peningkatan pendidikan sudah menekankan

pendidikan dan lebih memilih akademis demi meningkatkan taraf hidup

masyarakat tersebut dan juga peran lembaga pendidikan di masyarakat tersebut

berperan mempengaruhi pandangan akan kesadaran pendidikan terhadap

masyarakat tersebut.55

2. Penelitian milik Misbahudin tahun 2017 yang berjudul “Persepsi Masyarakat

Pesisir Pantai Utara Jawa Terhadap Pentingnya Pendidikan Formal Sebagai Salah

Satu Cara Meningkatkan Status Sosial Di Masyarakat.” Kesimpulan penelitian

tersebut penelitian ini dilakukan agar persepsi masyarakat tersebut menjadi positif

dalam konteks pendidikan guna mendapatkan status sosial di masyarakat tersebut

dan berperan mengembangkan dan memajukan pendidikan di desa tersebut.

Penelitian tersebut dilakukan di Desa Tanjung Anom, Kecamatan Mauk,

Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. Dengan menggunakan deskriptif

54

Mudjia Rahardjo, sosiologi pedesaan studi perubahan sosial (Malang: Uin malang press 2007), h.53.

55 Dara Rahmita Dewi, “Persepsi Masyarakat Cina Benteng terhadap Pendidikan studi

kasus Desa Sukasari, kecamatan tangerang, kota tangerang”, skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2015, h.72

Page 49: PERSEPSI MASYARAKAT PEMULUNG TENTANG PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...(TPA) Rawa Kucing, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang. 2019 Penelitian ini

33

kualitatif teknik pengumpulan data dengan teknik snowball sampling dan

purposive sampling. Istrument penelitian yang diambil dengan menggunakan

metode wawancara, observasi dan dokumentasi. Hasil penelitian tersebut

masyarakat mulai memeiliki kesadaran akan pentingnya pendidikan formal.56

3. Penelitian milik Nur Aslikudin tahun 2015 dengan judul “Persepsi Masyarakat

Tentang Pentingnya Pendidikan Formal Implikasinya Dalam Sikap Kedewasaan

Anak Di Dusun Semoyo, Desa Sughimas, Kecamatan Grabag, Kabupaten

Magelang.” Kesimpulan penelitian tersebut masyarakat sadar bahwa pendidikan

berdampak pada kontribusi masyarakat ketika dihadapkan dengan permasalahan-

permasalahan yang ada di masyarakat tersebut serta kedewasaan anak dalam

kehidupan sehari-harinya. Hanya saja tidak sedikit juga masyarakat masih banyak

yang mengeluhkan dalam pendidikan ini karena pemikiran masyarakat dusun

Soemoyo masih dibilang terbelakang. Lokasi penelitian ini di Dusun Semoyo,

Kecamatan Grabag. Penlitian ini kualitatif dengan menggunakan metode

observasi non partisipan, wawancara dan dokumentasi.57

4. Penelitian Makhus tahun 2013 yang berjudul “Persepsi Masyarakat Tentang

Pentingnya Pendidikan Formal Studi Kasus Kampung Pejamuran, Desa Pasilian,

Kecamatan Krojo, Kabupaten Tangerang.” Menyimpulkan bahwa hasil penelitian

yang diteliti persepsi positif 47,5% dan Persepsi negatif 52,5 % dan perlunya

sosialisasi terhadap pentingnya pendidikan untuk waktu yang akan datang. Lokasi

tempat penelitian di kampung Penjamuran dengan penelitian kualitatif deskriptif

dan metode observasi partisipan, wawancara tidak terstruktur, dan angket.

Menggunakan alat bantu penelitian berupa presentase, tabulating, dan scoring.58

5. Penelitian Cessna Oki Triputra tahun 2014 yang berjudul “Persepsi Komunitas

Punk Taring Babi Terhadap Pendidikan.” Menyimpulkan bahwa pendidikan

56

Misbahudin, “Persepsi Masyarakat Pesisir Pantai Utara Jawa Terhadap Pentingnya Pendidikan Formal Sebagai Salah Satu Cara Meningkatkan Status Sosial Di Masyarakat”, Skripsi, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2017, h. 133

57 Nur Aslikudin Persepsi Masyarakat Tentang Pentingnya Pendidikan Formal

Implikasinya Dalam Sikap Kedewasaan Anak Di Dusun Semoyo, Desa Sughimas, Kecamatan Grabag, Kabupaten Magelang, Skripsi, IAIN Salatiga, Salatiga, 2015, h.104

58 Makhus,”Persepsi Masyarakat Tentang Pentingnnya Pendidikan Formal 12 Tahun

Studi kasus Kampung Pejamuran”, Desa Pasilian, Kecamatan Krojo, Kabupaten Tangerang, Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta: 2013, h.52

Page 50: PERSEPSI MASYARAKAT PEMULUNG TENTANG PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...(TPA) Rawa Kucing, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang. 2019 Penelitian ini

34

merupakan fondasi agar kelak yang mengikuti proses tersebut mampu bertahan

hidup meskipun bukan dari pendidikan formal, menurut komunitas punk marjinal

tersebut hasil pendidikan bukanlah dilihat dari ijazah yang dimiliki tapi suatu

kemampuan seseorang yang mampu bertahan hidup dan menghasilkan sebuah

karya. Lokasi penelitian di Lenteng Agung Sanggar Komunitas Taring Babi.

Penelitian yang menggunakan kualitatif deskriptif dengan metode wawancara,

observasi, dan dokumentasi.59

F. Kerangka Berfikir

Persepsi merupakan gambaran atau pandangan individu ke lingkungan

atau masyarakat setempat melalui panca inderanya baik itu dari suatu objek,

kejadian, dan pengalaman-pengalaman yang ada di masyarakat tersebut sehingga

bisa mengorganisir, atau memilah-milah dari suatu kejadian atau peristiwa agar

bisa di tafsirkan. Masyarakat merupakan suatu perkumpulan kelompok yang

saling bergaul satu sama lain dan dari definisi tersebut diatas masyarakat

mengalami perubahan-perubahan persepsi atau masyarakat itu sendiri baik dari

luar ataupun dari dalam sebagai faktor penghambatnya perubahan atau sebagai

pendorong perubahan. Pada umumnya setiap masyarakat memiliki dua macam

persepsi persepsi baik dan persepsi buruk dalam konteks pendidikan.

Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi yang ada pada diri

setiap individu sebagai mutu SDM suatu negara di mulai dari keluarga sampai

melanjutkannya di jenjang pendidikan formal wajib belajar 12 tahun. Pendapatan

ekonomi merupakan hambatan bila pendapatan tersebut hanya bisa dipakai untuk

bertahan hidup dan tidak memenuhi kebutuhan pendidikan seperti membayar

iuran bulanan dan membeli sarana pendidikan.

Persepsi masyarakat di perkotaan menyatakan bahwa pemukiman kumuh

dan kemiskinan adalah suatu hal yang saling berkaitan. Stigma masyarakat bahwa

59

Ceessna Oki Triputra, , “Persepsi Komunitas Punk Taring Babi Terhadap Pendidikan”, Skripsi UIN syarif Hidayatullah, Jakarta: 2014, h.63

Page 51: PERSEPSI MASYARAKAT PEMULUNG TENTANG PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...(TPA) Rawa Kucing, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang. 2019 Penelitian ini

35

pemulung hidup di garis kemiskinan sehingga tidak butuh pendiddikan. Untuk itu

perlu adanya dorongan atau motivasi bagi masyarakat pemulung untuk

berpersepsi baik terhadap arti penting pendidikan dan berpartisipasi dalam

pendidikan formal wajib 12 tahun berikut adalah kerangka berfifkir penelitian di

dalam bentuk gambar 2.1.

Bagan kerangka Berfikir Penelitian

Gambar 2.1

Persepsi masyarakat pemulung

terhadap pendidikan formal

Pendapatan Ekonomi

masyarakat pemulung

Motivasi pemulung terhadap pendidikan formal wajib belajar 12 tahun

Partisipasi masyarakat pemulung terhadap

Pendidikan Formal wajib belajar 12 tahun di TPA

Rawa Kucing

Page 52: PERSEPSI MASYARAKAT PEMULUNG TENTANG PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...(TPA) Rawa Kucing, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang. 2019 Penelitian ini

36

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Metodologi penelitian merupakan langkah-langkah dalam melakukan

penelitian melalui aspek dan instrumen terhadap penelitian secara kualitatif

maupun kuantitatif untuk memperoleh data di lapangan atau di masyarakat untuk

memberikan hasil penelitian di lapangan tersebut.

A. Tempat dan waktu

1. Tempat

Penelitian ini dilakukan di Kota tangerang, tepatnya di TPA Rawa

Kucing, Kecamatan neglasari adapaun pertimbangan tempat tersebut

sebagai lokasi penelitian karena terdapat pemukiman kumuh dan

pemulung. Namun, peneliti melakukan penelitian hanya di pemukiman

kumuh dan pemulung saja sebagai tujuan apa persepsi masyarakat tersebut

tentang pendidikan formal 12 tahun.

2. Waktu

penelitian berlangsung sekitar empat bulan. Penelitian dilakukan

secara bertahap mulai dari kegiatan awal pendahuluan, pelaksanaan, dan

tahap akhir penelitian. Mulai dari April sampai dengan Agustus 2019.

Adapun waktu dan pelaksanaan dapat dilihat dari tabel berikut ini. Namun

jadwal dapat sewaktu-waktu berubah sesuai kemampuan peneliti dalam

meneliti dan mengelola hasil data.

Page 53: PERSEPSI MASYARAKAT PEMULUNG TENTANG PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...(TPA) Rawa Kucing, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang. 2019 Penelitian ini

37

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian

DESKRIPSI 2019

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des

Penyusunan

Proposal

Penyusunan

Kajian

Pustaka

Penyusunan

Metode

Penelitian

Pengumpulan

data

lapangan

Pengolahan

data analisis

lapangan

Penyusunan

Laporan

Penelitian

Sidang

Munaqasoh

B. Populasi dan Sampel Penelitian

Page 54: PERSEPSI MASYARAKAT PEMULUNG TENTANG PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...(TPA) Rawa Kucing, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang. 2019 Penelitian ini

38

Populasi adalah kumpulan dari seluruh unsur atu elemen atau unit

pengamatan (observation unit) yang akan diteliti, sedangkan sebuah sampel

adalah sebagian dari unsur elemen atau pengamatan dari poulasi yang sedang di

pelajari tersebut.60 Adapun populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat

pemulung yang hidup di pemukiman „pintu tiga‟ TPA Rawa Kucing, Kecamatan

Neglasari, Kota Tangerang.

Pengambilan sampel (sampling) adalah proses memilih sejumlah elemen

secukupnya dari populasi, sehingga penelitian terhadap sampel dan pemahaman

tentang sifat atau karakteristiknya akan membuat kita dapat menggenerealisasikan

sifat atau karakteristik tersebut pada elemen populasi.61

Purposive sampling, yaitu pengambilan sampel yang hanya menurut

kriteria, pemikiran atau pengetahuan pengambil sampel. Sampel yang terpilih

secara otomatis dipengaruhi oleh pemahaman pengambil sampel terhadap

populasi. Meskipun demikian, dalam praktiknya , metode ini sering digunakan

dalam survei dengan jumlah unit sampel kecil. Sebagai contoh terdapat seorang

peneliti yang ingin mengambil sampel secara purposive satu kota yang mewakili

populasi yang mencangkup seluruh kota, maka peneliti hendaknya yakin bahwa

sampel yang dipilih benar-benar mewakili dari populasi.62

C. Pendekatan dan Metodologi penelitian

a. Pendekatan

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk

memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian seperti,

60 Abuzar Asra, Puguh Bodoro Irawan dan Agus Purwoto, Metode Penelitian Survei,

(Bogor: In Media, 2014), h. 70. 61 Juliansyah noor, Metode penelitian Skripsi, Disertasi, Karya Ilmiah, (Jakarta: Kencana

Prenada Grup, 2011), h. 148 62Joko ade Nursiyono, Kompas Teknik Pengambilan Sampel, (Bogor: Penerbit In Media, 2014), h. 25

Page 55: PERSEPSI MASYARAKAT PEMULUNG TENTANG PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...(TPA) Rawa Kucing, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang. 2019 Penelitian ini

39

tindakan, perilaku, motivasi dan pandangan, dijelaskan secara menyeluruh

berupa kata-kata dan bahasa yang alamiah.63

b. Metode

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

metode ini diuraikan dengan kata-kata menurut pendapat responden, apa

adanya sesuai dengan pernyataan penelitinya, kemudia dianalisis pula dengan

kata-kata yang melatarbelakangi responden berperilaku (berfikir, berperasaan,

dan bertindak) seperti itu tidak seperti lainnya, direduksi, ditriangulasi,

disimpulkan (diberi makna oleh peneliti), dan di verifikasi (dikonsultasikan

kembali kepada responden dan teman sejawat). Kata deskriptif berasal dari

bahasa inggris, deskriptive, yang berati bersifat menggambar atau melukiskan

sesuatu hal. Minimal ada tiga hal yang digambarkan dalam penelitian kualitatif,

yaitu karakteristik perilaku, kegiatan atau kejadian-kejadian yang terjadi

selama penelitian, dan kadaan lingkungan atau karakteristik tempat penelitian

berlangsung.64

Penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang paling dasar.

Ditujukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena

yang ada, baik fenomena yang bersifat alamiah ataupun rekayasa manusia.

Penelitian ini mengkaji bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan,

kesamaan dan perbedaannya dengan fenomena lain.65

Penelitian kualitatif tidak memberikan perlakuan, manipulasi atau

pengubahan pada variabel-variabel bebas, tetapi menggambarkan suatu kondisi

apa adanya. Penggambaran kondisi bisa individual atau kelompok, dan

menggunakan angka-angka. Dalam penelitian deskriptif, peneliti tidak

melakukan manipulasi atau memberikan perlakuan-perlakuan tertentu terhadap

variabel atau merancang sesuatu yang diharapkan terjadi pada variabel, tetapi

semua kegiatan, keadaan, kejadian, aspek, komponen atau variabel berjalan

63Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : Remaja Rosdakarya,

2014), h. 6 64 Husaini Usman, dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta:PT

Bumi Aksara, 2008), h. 129. 65 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2015), h. 72.

Page 56: PERSEPSI MASYARAKAT PEMULUNG TENTANG PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...(TPA) Rawa Kucing, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang. 2019 Penelitian ini

40

sebagaimana adanya. Tanpa penelitianpun semua kegiatan, keadaan, komponen

variabel berjalan seperti itu.

Penelitian ini berkenaan dengan keadaan atau kejadian-kejadian yang

biasa berjalan. Satu-satunya unsur manipulasi atau perlakukan yang diberikan

hanyalah penelitian itu sendiri, yang dilakukan melalui observasi, wawancara,

pengedaran angket atau studi dokumentasi. Penelitain deskriptif tidak berhenti

pada pengumpulan data, pengorganisasian, analisis dan penarikan interpretasi

serta penyimpulan, tetapi dilanjutkan dengan pembandingan, mencari

kesamaan-perbedaan dan hubungan kausal dalam berbagai hal.66

Persepsi wajib sekolah merupakan suatu kegiatan yang ada dalam

masyarakat, maka dari itu peneliti menggunakan metode deskriptif ini

dikarenakan dengan metode deskripti ini peneliti bisa menggambarkan suatu

kondisi yang apa adanya sesuai apa yang peneliti lihat. Dengan metode

deskriptif peneliti dapat menggambarkan bagaimana bentuk kegitan, dampak

dari persepsi wajib sekolah bahkan manfaat persepsi wajib belajar bisa dengan

mudah diketahui dengan menggunakan metode deskriptif ini.

D. Sumber Pengumpulan Data

Di dalam sebuah penelitian data meruakan komponen yang penting dalam

melakukan penelitian berupa kumpulan fakta-fakta yang terjadi dilapangan

dalam bentuk mentah dan diproses secara rinci. Yang dimaksud dengan

sumber data ialah dari mana data itu diperoleh. Pengertian sumber data ialah

subjek atau objek penelitian dari mana darinya akan diperoleh data67

sumber

data dalam penelitian ini sebagai berikut.

1) Sumber data primer

Sumber data primer merupakan data utama pada proses pengambilan data

tanpa perantara, adapun data primer pada penelitian ini adalah, masyarakat

pemulung TPA Rawa Kucing.

2) Sumber data sekunder

66 Ibid,. h. 73-74. 67 Johni Dimyati, Metodologi Penelitian Pendidikan & Aplikasinya pada Pendidikan Anak

Usia Dini (PAUD), (Jakarta: Kencana Prenadamedia Grup, 2013) h. 39

Page 57: PERSEPSI MASYARAKAT PEMULUNG TENTANG PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...(TPA) Rawa Kucing, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang. 2019 Penelitian ini

41

Sumber data sekunder merupakan data yang diambil dari pihak mana saja

yang bisa memberikan tambahan data guna melengkapi kekurangan dari data

yang diperoleh melalui sumber data primer.68

Sumber data sekunder ini adalah

berasal pada sekretariat TPA Rawa Kucing.

E. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen

Teknik pengumpulan data merupakan cara mengumpulkan data yang

dibutuhkan untuk menjawab rumusan masalah penelitian. Umumnya cara

mengumpulkan data dapat menggunakan teknik: wawancara (interview), angket

(quistionnare), pengamatan (observation), dan studi dokumen.69

Adapun teknik

pengumpulan data dalam penelitian ini sebagai berikut.

1. Observasi

Poerwandari dalam buku karangan Gunawan berpendapat bahwa

observasi merupakan metode yang paling dasar dan paling tua, karena

dengan cara-cara tertentu kita selalu terlibat dalam proses mengamati.

Semua bentuk penelitian, baik itu kualitatif maupun kuantitatif

mengandung aspek observasi di dalamnya. Istilah observasi diturunkan

dari bahasa latin yang berarti “melihat” dan “memperhatikan”. 70

Istilah

observasi diarahkan pada kegiatan memperhatikan secara akurat, mencatat

fenomena yang muncul dan mempertimbangkan hubungan antar fenomena

aspek dalam fenomena tersebut. Observasi selalu menjadi bagian dalam

penelitian, dapat berlangsung dalam konteks laboratorium (eksperimental)

maupun konteks alamiah. Observasi yang dilakukan di dalam laboratorium

dalam konteks eksperimental adalah penelitian kuantitatif. Observasi

dalam rangka penelitian kualitatif harus dalam konteks alamiah

(naturalistik)71

selanjutnya pedoman observasi peneliti mengadaptasikan

dengan skripsi Dewi dalam langkah-langkah observasi pola interaksi,

68 Ibid,. h.39 69 Noor, op.cit., h. 138 70 Imam Gunawan, metode penelitian Kualitatif teori dan Praktik, (Jakarta: PT Bumi

Aksara, 2013), h. 143 71 Ibid,. h. 143

Page 58: PERSEPSI MASYARAKAT PEMULUNG TENTANG PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...(TPA) Rawa Kucing, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang. 2019 Penelitian ini

42

objek yang diamati, kondisi sosial masyarakat tersebut, dan apa yang

dilakukan oleh masyarakat di lingkungan tersebut.72

Tabel 3.2 Pedoman Observasi

2. Wawancara

Wawancara dalam buku Sarosa, adalah salah satu alat yang paling

banyak digunakan untuk mengumpulkan penelitian kualitatif. Wawancara

memungkinkan peneliti mengumpulkan data yang beragam dari para

responden dalam berbagai situasi dan konteks. Meskipun demikian,

wawancara perlu digunakan dengan berhati-hati karena perlu ditriangulasi

dengan data lain.74

Wawancara (interview) dapat diartikan sebagai cara yang yang

dipergunakan untuk mendapatkan informasi (data) dari responden dengan

cara bertanya langsung secara bertatap muka (face to face). Namun

demikian, teknik wawancara ini dalam perkembangannya tidak harus

dilakukan secara berhadapan langsung, melainkan dapat saja dengan

memanfaatkan sarana komunikasi lain, misalnya telepon dan internet.

72 Dewi op.cit h,. 39

74 Samiaji Sarosa, Penelitian Kualitatif Dasar-Dasar, (Jakarta: Permata Puri Media, 2012), h. 45.

No Data yang diperlukan Objek yang diamati

1 Kondisi sosial masyarakat pemukiman

kumuh TPA Rawa kucing

Lingkungan sekitar masyarakat TPA

Rawa Kucing

2 Interaksi sosial masyarakat pemukiman

kumuh TPA rawa kucing

Beberapa individu yang dijadikan

sampel

3 Area sekitar Pemukiman kumuh TPA Rawa

Kucing

Lingkungan sekitar TPA Rawa

Kucing

4 Agenda harian masyarakat pemukiman

kumuh TPA Rawa Kucing

Kegiatan rutin masyarakat pemukiman

kumuh TPA Rawa Kucing73

Page 59: PERSEPSI MASYARAKAT PEMULUNG TENTANG PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...(TPA) Rawa Kucing, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang. 2019 Penelitian ini

43

Wawancara sering disebut sebagai suatu proses komunikasi dan

Interaksi.75

Tipe wawancara pada penelitian ini adalah wawancara terstruktur

yang menggunakan pertanyaan yang sudah disusun sebelumnya sehingga

memiliki standar yang sama. Wawancara terstruktur dilakukan dengan

menanyakan daftar pertanyaan dalam sebuah pedoman wawancara.

Pewawan cara mencatat jawaban responden.76

Ataupun merekam suara

responden berikut peneliti mengadaptasikan pedoman wawancara dengan

skripsi Dewi.77

Tabel 3.3 Pedoman Wawancara

75 Bagong Suyanto dan Sutinah, Metode Penelitian Sosial Berbagai Alternatif

Pendekatan, (Jakarta: Prenada Media Group, 2005), h. 69 76 Sarosa, op.cit,. h.46 77 Dewi op.cit h,. 42

Dimensi Indikator

Persepsi masyarakat pemukiman

kumuh pemulung terhadap

Pendidikan

1. Pendidikan terakhir

2. Kegiatan atau pekerjaan sehari

hari

3. Pendapatan dan pengeluaran

4. Usaha untuk melanjutkan

pendidikan

5. Usaha untuk menyekolahkan anak

6. Pengaruh teman dan lingkungan

sosial dalam pendidikan

7. Budaya sosial belajar di

masyarakat

8. Persepsi masyarakat terhadap

Page 60: PERSEPSI MASYARAKAT PEMULUNG TENTANG PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...(TPA) Rawa Kucing, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang. 2019 Penelitian ini

44

3. Studi Dokumen.

Studi dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang tidak

langsung ditunjukan pada subjek penelitian, tetapi melalui dokumen.

Teknik ini biasanya digunakan untuk mengumpulkan data yang berupa

data sekunder (data yang telah dikumpulkan orang lain). Secara

prosedural, teknik ini sangat praktis sebab menggunakan benda-benda

mati, yang seandainya terdapat kesalahan atau kurang jelas bisa dilihat

kembali data aslinya.79

Studi dokumen disisni peneliti berusaha mencari

data di masyarakat pemukiman pemulung melalui RT, sekretariat

pemulung dan data di kelurahan yang berdomisili menetap, adapun yang

tidak menetap peneliti mencari data tersebut di tempat pengelolaan TPA

tersebut.

E. Analisis data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang

diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara

mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit,

melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan

yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah di pahami oleh

79 Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2011), h. 183

lulusan pendidikan wajib belajar

12 tahun dan lebih

9. Persepsi masyarakat terhadap

kebutuhan pendidikan78

Page 61: PERSEPSI MASYARAKAT PEMULUNG TENTANG PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...(TPA) Rawa Kucing, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang. 2019 Penelitian ini

45

diri sendiri maupun orang lain.80

Proses analisis data dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Reduksi Data, merangkum data yang ada dan mulai memfokuskan

pada hal-hal yang penting serta mencari tema sesuai dengan tujuan

penelitian.81

Dengan demikian data yang direduksi akan memberikan

gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk

melakukan pengumpulan data selanjutnya.

2. Penyajian Data, setelah data direduksi, peneliti melakukan tahap

selanjutnya adalah menyajikan data. Dalam penlitian kualitatif, data ini

dapat disajikan dalam table, grafik, phie cahrd, pictogram dan

sejenisnya.82

Dengan menyajikan data, maka data tersebut sudah

tersusun sesuai dengan tema yang saling berhubungan sehingga mudah

dipahami.

3. Penarikan kesimpulan dan Verifikasi, tahap terakhir dari analisis data.

Peneliti menarik kesimpulan berdasarkan data-data yang telah didapat

di lapangan.83

Kesimpulan ini dibuktikan dengan cara menafsirkan

berdasarkan kategori yang ada sehingga dapat diketahui apa persepsi

masyarakat pemukiman kumuh tentang wajib belajar

80

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D, (Bandung: Alfabeta,

2012), Cet.15, h. 244. 81 Ibid., h. 247. 82 Ibid., h. 249. 83 Ibid., h. 252.

Page 62: PERSEPSI MASYARAKAT PEMULUNG TENTANG PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...(TPA) Rawa Kucing, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang. 2019 Penelitian ini

46

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini peneliti akan memaparkan fokus dari penelitian ini yaitu

persepsi masyarakat pemulung tentang pendidikan formal wajib belajar 12 (dua

belas) tahun di TPA Rawa Kucing kecamatan Neglasari, Kota Tangerang. subjek

penelitian adalah masyarakat yang hidup di tempat pembuangn akhir yang

berprofesi sebagai pemulung dengan konteksnya persepsi pendidikan formal 12

tahun.

Pada penelitian kualitatif peneliti diwajibkan dapat menggali data

berdasarkan apa yang diucapkan, dirasakan, dan dilakukan oleh sumber data. Pada

penelitian kualitatif peneliti bukan sebagaimana seharusnya apa yang dipikirkan

oleh peneliti tetapi berdasarkan sebagaimana yang terjadi di tempat lokasi

penelitian dan juga sumber data.

Dengan melakukan pendekatan deskriptif maka peneliti harus

memaparkan, menjelaskan, menggambarkan data yang telah diperoleh oleh

peneliti melalui informan dengan metode wawancara, observasi, dan studi

dokumen. Maka pada bab ini peneliti membagi menjadi tiga bagian agar mudah di

pahami yaitu:

1. Deskripsi tempat penelitian dan Informan

2. Deskripsi hasil penelitian

3. Analisis hasil penelitian

Page 63: PERSEPSI MASYARAKAT PEMULUNG TENTANG PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...(TPA) Rawa Kucing, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang. 2019 Penelitian ini

47

A. Deskripsi Objek Penelitian

1. Letak Geografis Kota Tangerang

Letak Kota Tangerang Secara geografis Kota Tangerang terletak

pada posisi 106 36 - 106 42 Bujur Timur (BT) dan 6 6 - 6 Lintang Selatan

(LS). Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Teluk Naga dan

Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang, sebelah Selatan berbatasan

dengan Kecamatan Curug, Kecamatan Serpong dengan DKI Jakarta,

sedangkan sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Cikupa Kabupaten

Tangerang.

Gambar 4.1 Peta Kota Tangerang

Page 64: PERSEPSI MASYARAKAT PEMULUNG TENTANG PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...(TPA) Rawa Kucing, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang. 2019 Penelitian ini

48

Secara administratif luas wilayah Kota Tangerang dibagi dalam 13

kecamatan, yaitu Ciledug (8,769 Km), Larangan (9,611 Km), Karang

Tengah (10,474 Km), Cipondoh ((17,91 Km), Pinang (21,59 Km),

Tangerang (15,785 Km), Karawaci (13,475 Km), Jatiuwung (14,406 Km),

Cibodas (9,611 Km), Periuk (9,543 Km), Batuceper (11,583 Km),

Neglasari (16,077 Km), dan Benda (5,919 Km), serta meliputi 104

kelurahan dengan 981 rukun warga (RW) dan 4.900 rukun tetangga

(RT).Letak Kota Tangerang tersebut sangat strategis karena berada di

antara Ibukota Negara DKI Jakarta dan Kabupaten Tangerang. Sesuai

dengan Instruksi Presiden Nomor 13 Tahun 1976 tentang Pengembangan

Jabotabek (Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi), Kota Tangerang

merupakan salah satu daerah penyangga Ibukota Negara DKI Jakarta.

Posisi Kota Tangerang tersebut menjadikan pertumbuhannya pesat.

Pada satu sisi wilayah Kota Tangerang menjadi daerah limpahan berbagai

kegiatan di Ibukota Negara DKI Jakarta. Di sisi lain Kota Tangerang dapat

menjadi daerah kolektor pengembangan wilayah Kabupaten Tangerang

sebagai daerah dengan sumber daya alam yang produktif.

Pesatnya pertumbuhan Kota Tangerang dipercepat pula dengan

keberadaan Bandara Internasional Soekarno-Hatta yang sebagian arealnya

termasuk ke dalam wilayah administrasi Kota Tangerang. Gerbang

perhubungan udara Indonesia tersebut telah membuka peluang bagi

pengembangan kegiatan perdagangan dan jasa secara luas di Kota

Tangerang.84

2. Demografi Penduduk Kota Tangerang

Tangerang juga memiliki jumlah komunitas Tionghoa yang cukup

signifikan, banyak dari mereka adalah campuran Cina Benteng. Mereka

didatangkan sebagai buruh oleh kolonial Belanda pada abad ke 18 dan 19,

dan kebanyakan dari mereka tetap berprofesi sebagai buruh dan petani.

Budaya mereka berbeda dengan komunitas Tionghoa lainnya di

84 https://tangerangkota.go.id/geografi diakses pada Jum’at 24 Mei 2019

Page 65: PERSEPSI MASYARAKAT PEMULUNG TENTANG PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...(TPA) Rawa Kucing, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang. 2019 Penelitian ini

49

Tangerang: ketika hampir tidak satupun dari mereka yang berbicara

dengan aksen Mandarin, mereka adalah pemeluk Taoisme yang kuat dan

tetap menjaga tempat-tempat ibadah dan pusat-pusat komunitas mereka.

Secara etnis, mereka tercampur, namun menyebut diri mereka sebagai

Tionghoa.

Banyak makam Tionghoa yang berlokasi di Tangerang,

kebanyakan sekarang telah dikembangkan menjadi kawasan sub-urban

seperti Lippo Village. Kawasan pecinan Tangerang berlokasi di Pasar

Lama, Benteng Makassar, Kapling dan Karawaci (bukan Lippo Village),

dan Poris. Orang-orang dapat menemukan makanan dan barang-barang

berkhas China. Lippo Village adalah lokasi permukiman baru.

Kebanyakan penduduknya adalah pendatang, bukan asli Cina Benteng.85

3. Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Rawa Kucing

Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Rawa Kucing merupakan

tempat pembuangan sampah yang berada di Kota Tangerang, berlokasi di

Jl. Iskandar Muda, Kedaung Wetan, Neglasari, Kota Tangerang, Banten.

Didirikan sejak tahun 1992 Terdapat tiga pintu masuk untuk memasuki

area ini.

Pada awalnya lokasi TPA Rawa Kucing adalah tempat

penambangan pasir yang kini dirubah fungsinya menjadi tempat

pembuangan akhir yang melayani sampah seluruh masyarakat kota

tangerang yang terbagi dari 13 kecamatan dan 104 kelurahan. Luas lahan

TPA Rawa Kucing 34,8 Ha volume timbunan sampah perhari 1200 sampai

1400 ton/hari terdapat fasilitas pasokan bahan kompos 6 truk /hari,

pengangkut sampah 180 armada, pembibitan tanaman, masjid, mini

soccer, bukit ambekan, kantor, kantin, jembatan timbang, taman, kolam

resapan, dan saung bundar. Dalam misinya peneliti mengobservasi bahwa

tempat pembuangan ini nantinya akan menjadi tempat pembuangan yang

ramah lingkungan karena akan di tumbuhi beberapa tumbuhan hijau agar

tidak gersang serta menyaring beberapa macam bau yang tak sedap akan

85 https://tangerangkota.go.id/demografi diakses pada Jum’at 24 Mei 2019

Page 66: PERSEPSI MASYARAKAT PEMULUNG TENTANG PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...(TPA) Rawa Kucing, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang. 2019 Penelitian ini

50

sampah pengelola TPA juga punya upaya agar orang yang berprofesi

pemulung tidak di cap sebagai pekerjaan yang kotor di TPA tersebut.

B. Deskripsi Hasil Penelitian

1. Jumlah pemulung TPA Rawa Kucing

Jumlah pemulung yang ada di TPA Rawa Kucing sekitar 350

jiwa. Data yang diperoleh oleh staf TPA rawa kucing data tersebut di

kelola pada tahun 2018. Dalam data tersebut hanyalah berupa nama-

nama pemulung.

Gambar 4.2 Pintu masuk TPA Rawa

Kucing

Gambar 4.3 Tempat bekerja pemulung dan tempat

istirahat.

Page 67: PERSEPSI MASYARAKAT PEMULUNG TENTANG PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...(TPA) Rawa Kucing, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang. 2019 Penelitian ini

51

2. Identitas Informan

Dalam penelitian ini peneliti mewawancarai 9 (sembilan)

dan mewawancarai selanjutnya 5 (lima) untuk menambah

kelayakan dalam bab ini. pemulung berkisar umur 23 (dua puluh

tiga) tahun hingga yang tertua 66 (enam puluh enam) tahun mereka

memiliki jawaban yang sama atas pentingnya persepsi pendidikan

berikut adalah partisipan yang di wawancarai.

Inisial (M) merupakan pemulung yang sudah lama bekerja

di TPA tersebut yang dulunya sebagai ojek sepeda berasal dari

desa gaga (Tangerang) berumur 47 tahun. Menyelesaikan jenjang

pendidikan sampai kelas 3 sekolah dasar (SD)

Inisial (D) umur 30 tahun jenis kelamin laki-laki

merupakan pemulung yang sudah lama bekerja pemulung yang

sudah bekerja sekitar 10 tahun, sebelum bekerja sebagai pemulung

bekerja di malaysia dan sekarang tidak bekerja apapun selain

memulung. Menyelesaikan jenjang pendidikan sampai kelas 6

sekolah dasar (SD).

Inisial (R) umur 23 tahun jenis kelamin laki-laki jenis

kelamin laki-laki sudah bekerja sebagai pemulung sekitar 6 tahun,

tidak memiliki pekerjaan sampingan. Sebelumnya sebagai petani di

kampungnya yang berasal dari malimping. Bermukim di kontrakan

sekitar TPA Rawa Kucing. Menyelesaikan jenjang pendidikan

kelas 2 sekolah dasar (SD).

Inisial (S) umur 45 tahun jenis kelamin laki-laki sudah

bekerja sebagai pemulung sekitar 4 tahun, bekerja sampingan

sebagai buruh proyek, namun jika tidak ada proyek beliau bekerja

sebagai pemulung. Sebelumnya bekerja sebagai penjual gorengan.

Bermukim di kedaung barat sekitar kecamatan neglasari. Dan tidak

menempuh jenjang pendidikan sama sekali.

Page 68: PERSEPSI MASYARAKAT PEMULUNG TENTANG PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...(TPA) Rawa Kucing, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang. 2019 Penelitian ini

52

Inisial (N) umur 45 tahun jenis kelamin laki-laki bekerja

sebagai pemulung sekitar 5 tahun bermukim di Kedaung. Beliau

tidak memiliki pekerjaan sampingan dan sebelum bekeja sebagai

pemulung merupakan buruh di pabrik. Menyelesaikan jenjang

pendidikan sampai kelas 4 sekolah dasar (SD)

Inisial (E) jenis kelamin laki-laki umur 38 tahun bermukim

di Kedaung di kecamatan Neglasari beliau memulung sudah sekitar

2 tahun pekerjaan sampingan sebagai kuli bangunan dan

sebelumnya juga sebagai kuli bangunan. Jenjang terakhir

pendidikan kelas 3 sekolah menengah pertama (SMP)

Inisial (E) jenis kelamin perempuan umur 31 tahun

bermukim di Kedaung baru kecamatan Neglasari beliau memulung

sekitar 2 tahun pekerjaan sampingan sebagai pembantu rumah

tangga, dan sebelumnya bekerja sebagai pembantu rumah tangga.

Jenjang terakhir pendidikan kelas 6 sekolah dasar (SD) dan tidak

lulus.

Inisial (A) jenis kelamin laki-laki umur 60 tahun bekerja

sebagai pemulung sudah 11 tahun. Merupakan pemulung yang

sudah lama karena pekerjaan sebelumnya pemulung tidak memiliki

pekerjaan sampingan bermukim di luar sekitaran TPA Rawa

Kucing. Tidak menyelesaikan jenjang pendidikan atau tidak

sekolah.

Inisial (E) jenis kelamin perempuan umur 40 tahun bekerja

sebagai pemulung sudah 11 tahun. Merupakan pemulung yang

sudah lama karena pekerjaan sebelumya sebagai pemulung tidak

memiliki pekerjaan sampingan bermukim di Kedaung sekitar

kecamataan Neglasari. Tidak menyelesaikan jenjang pendidikan

atau tidak sekolah.

Berikut adalah identitas informan dalam wawancara

lanjutan persepsi masyarakat pemulung tentang pendidikan formal

Page 69: PERSEPSI MASYARAKAT PEMULUNG TENTANG PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...(TPA) Rawa Kucing, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang. 2019 Penelitian ini

53

wajib belajar 12 tahun studi kasus TPA Rawa kucing kecamatan

Neglasari Kota Tangerang.

Inisial (C) jenis kelamin Laki-laki umur 29 tahun bekerja

sebagai pemulung sudah lima tahun dan pengepul barang-barang

bekas, pekerjaan sebelumnya sebagai pengumpul dan pembeli

botol kecap dan berdagang kasur busa. Bermukim di desa Togo,

Tangerang. Menyelesaikan pendidikan sampai kelas 5 Sekolah

Dasar (SD)

Inisial (M) jenis kelamin Laki-laki umur 33 tahun bekerja

sebagai pemulung sudah 17 tahun tidak ada pekerjaan sebelumnya,

selain bekerja sebagai pemulung kegiatan selain memulung hanya

mencari uang. Bermukim di Kotabumi, Tangerang. Menyelesaikan

Pendidikan sampai kelas 5 Sekolah Dasar (SD)

Inisial (J) jenis kelamin laki-laki umur 35 tahun bekerja

sebagai pemulung sudah 23 tahun kegiatan selain memulung tidak

ada, pekerjaan sebelumya sebagai buruh pabrik. Bermukim di

Kedaung Baru, Tangerang. Menyelesaikan pendidikan sampai

kelas 6 Sekolah dasar (SD)

Inisial (S) jenis kelamin laki-laki umur 39 tahun bekerja

sebagai pemulung sudah 24 tahun kegiatan selain memulung

bekerja di pabrik, pekerjaan sebelumnya sebagai buruh pabrik

pencetak gantungan baju. Bermukim di Paku Haji, Tangerang.

Menyelesaikan pendidikan sampai kelas 5 Sekolah Dasar (SD)

Inisial (P) jenis kelamin laki-laki umur 40 tahun bekerja

sebagai pemulung sudah 5 tahun selain bekerja sebagai pemulung

bekerja sebagai pengelola limbah, dan pekerjaan sebelumnya

sebagai kuli bangunan. Bermukim di kedaug Baru, Tangerang.

Menyelesaikan pendidikan sampai kelas 2 Sekolah Menengah

Pertama (SMP)

Page 70: PERSEPSI MASYARAKAT PEMULUNG TENTANG PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...(TPA) Rawa Kucing, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang. 2019 Penelitian ini

54

Tabel 4.1

Tabel Informan

No Nama Inisial JK Umur Pendidikan Akhir

1 Masdur (M) L 47 3 (SD)

2 Dika (D) L 30 6 (SD)

3 Rasta (R) L 23 2 (SD)

4 Sukri (S) L 45 Tidak sekolah

5 Nasir (N) L 45 4 (SD)

6 Eman (E) L 38 SMP

7 Erna (E) P 31 6 (SD)

8 Ali (A) L 60 Tidak sekolah

9 Eli (E) P 40 Tidak sekolah

Tabel 4.2

Tabel Informan wawancara lanjutan

No Nama Inisial JK Umur Pendidikan Akhir

1 Cimei (C) L 29 5 (SD)

2 Musnadi (M) L 33 5 (SD)

3 Jeib (J) L 35 6 (SD)

4 Sulta (S) L 39 5 (SD)

5 Purwanto L 40 2 (SMP)

Page 71: PERSEPSI MASYARAKAT PEMULUNG TENTANG PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...(TPA) Rawa Kucing, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang. 2019 Penelitian ini

55

3. Kondisi sosial masyarakat pemulung

Berdasarkan observasi yang telah dilakukan bahwa kondisi sosial

masyarakat TPA Rawa Kucing bermata pencarian pemulung dan

buruh, mereka mengumpulkan sampah berupa botol-botol plastik,

sampah-sampah plastik, kayu bekas, sampah yang bermuatan logam

yang kemudian dikumpulkan untuk dihitung dengan berat berupa

satuan kilogram, dalam pengerjaan tersebut pemulung memperoleh

uang Rp 40.000 (dua puluh ribu) rupiah jika pemulung tersebut hanya

sekedar kerja biasa akan tetapi jika pemulung tersebut bekerja keras

bisa mendapatkan Rp 80.000 (delapan puluh ribu) rupiah per harinya.

Terdapat beberapa pemulung yang berasal dari desa yang

berurbanisasi.

Aktivitas pemulung di tempat tersebut hanyalah mengumpulkan

sampah dan mengilokan sampah-sampah tersebut ketika truk muatan

sampah tersebut datang ke TPA tersebut pemulung melakukan

pencarian sampah-sampah untuk dikiloin ataupun melakukan

klasifikasi sampah tersebut, proses pengklasifikasi sampah tersebut

dilakukan di tempat-tempat mereka yang memiliki gubuk-gubuk lalu

disana terdapat kelompok mereka berupa keluarga ataupun teman

mereka, kemudian melakukan pemilihan sampah tersebut.

Mereka bekerja sejak pagi sampai sore, kemudian mereka pulang

ketempat tinggal mereka masing masing, karena pihak dari TPA

tersebut menjadwalkan atau menghimbau agar tidak ada pemulung

yang tinggal di dalam TPA tersebut. Peneliti bertanya kepada pihak

pengelola TPA berinisial W menyatakan bahwa para pemulung tidak

tinggal di TPA. Mereka menempati rumah tinggal mereka sendiri ini

sesuai dengan hasil wawancara yaitu: “Tidak, mereka hanya bekerja dari

pagi sampai sore ketika malam TPA ini tutup tidak di perbolehkan pemulung

untuk beristirahat ataupun bermukim di sini karena tidak baik juga dengan

kesehatan mereka”.86

86 Wawancara pihak TPA inisial (W) 15 April 2019

Page 72: PERSEPSI MASYARAKAT PEMULUNG TENTANG PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...(TPA) Rawa Kucing, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang. 2019 Penelitian ini

56

Namun ketika sedang wawancara peneliti bertanya kepada

responden yaitu pemulung dengan menyatakan bahwa “Tidak, karena

disini kotor banyak kecoa dan belatung masa anak kami yang umur beberapa

bulan tinggal disini, kami memang kerja bawa anak, namun ketika waktunya

pulang kami kembali ke kontrakan bersama.”87

Dapat disimpulkan bahwa pemulung TPA Rawa Kucing tidak

bermukim di dalam TPA akan tetapi bermukim di luar sekitaran TPA

karena ada beberapa pernyataan yang tinggal di kontrakan dekat TPA

itu sendiri.

4. Persepsi masyarakat pemulung terhadap pendidikan formal wajib

belajar 12 tahun

Peneliti melakukan observasi dan penelitian ke tempat penelitian

bahwa masyarakat pemulung telah memiliki persepsi bahwa anak yang

pada usia wajib belajar diwajibkan menyelesaikan pendidikan wajib

belajar 12 tahun akan tetapi memiliki beberapa macam kendala,

beberapa kendala tersebut terdapat di ekonomi dan penghasilan sehari

hari berikut beberapa jawaban beberapa pertanyaan pada wawancara.

Tidak hanya di perspekif saja peneliti telah menayakan beberapa

pertanyaan berupa penghasilan dan pengeluaran kebutuhan masyarakat

tersebut sehari-hari hasil dari informan mengatakan bahwa sehari bisa

mencapai tiga puluh ribu sampai lima puluh ribu rupiah, akan tetapi

jika tekun atau giat dalam memulung bisa mencapai seratus ribu rupiah

hanya dalam sehari bekerja dari pagi hingga petang hari namun jika

pemulung untuk memenuhi kebutuhan harian setiap keluarga ataupun

individu jawaban mereka terssebut tidak lah mencukupi. Berikut

pemaparan beberapa hasil wawancara

Masdur menyatakan, “Yaa paling empat puluh ribu.”

87 Wawancara dengan pemulung inisial (R) 10 mei 2019

Page 73: PERSEPSI MASYARAKAT PEMULUNG TENTANG PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...(TPA) Rawa Kucing, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang. 2019 Penelitian ini

57

Dan pengeluarannya “Ngga stabil lah sama pengeluaran, pengeluaran

saya kadang kadang kalo hari ini sembilan puluh ribu kalo hari biasa enam

puluh ribu.”

Berikut adalah pernyataan oleh Rasta,“Ya paling 70 atau 60.”

Dan pengeluaran harian buat memenuhi kebutuhan sehari hari

menyatakan “Ya itu sekitar segitu pas-pasan kayaknya gak ada buat

nyimpen gitu (tabungan).” Untuk lebih lanjutnya peneliti membuatkan

tabel atas pendapatan dan pengeluaran.

Tabel 4.3

Pendapatan dan biaya pengeluaran pemulung perhari

K

e

t

e

r

a

n

g

a

n

b

a

h

w

a dari tabel 4.3 menujukan bahwa pemulung hidup dibawah ekonomi

yang berkecukupan. Dalam tabel tersebut menunjukan bahwa rata-rata

pendapatan pemulung Rp 40.000 rupiah saja dan pengeluaran lebih

No Nama JK Pendapatan

(RP)

Pengeluaran

(RP)

keterangan

1 Masdur L 30.000 60.000 Defisit

2 Dika L 250.000 100.000 Surplus

3 Rasta L 40.000 70.000 Defisit

4 Sukri L 40.000 60.000 Defisit

5 Nasir L 40.000 60.000 Defisit

6 Eman L 40.000 70.000 Defisit

7 Erna P 40.000 60.000 Defisit

8 Ali L 40.000 70.000 Defisit

9 Eli P 40.000 70.000 Defisit

Page 74: PERSEPSI MASYARAKAT PEMULUNG TENTANG PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...(TPA) Rawa Kucing, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang. 2019 Penelitian ini

58

dari pendapatan. Dan penjelasan yang surplus itu adalah seorang yang

mengepul sampah yang per minggu bisa dikilokan dan perbulannya

juga mendapatkan uang dari hasil tersebut karena pengepul ini

medapatkan penghasilan yang besar dari sampah logam sesuai

pernyataan Dika, “Sehari nyampelah 250, mingguan kita kan tampung,

seminggu paling banter sejuta, kan kalo bulanannya ada dari logam-

logam.”88

Dapat disimpulkan bahwa pendapatan dan pengeluaran untuk

memenuhi kebutuhan sehari hari tidaklah sepadan kadang lebih besar

pengeluaran dari pada pendapatan, hal ini bisa disebut pemulung

sebagai pekerjaan yang fakir karena meskipun bekerja namun tidak

memenuhi standar kebutuhan hidup perharinya. Untuk mencukupi

kekurangan tersebut pemulung melakukan utang ataupun biaya

pengeluaran tersebut di cukup cukupi.

Selanjutnya adalah tentang bagaimana usaha dan hambatan

pemulung menyekolahkan anaknya. Karena dari pendapatan dan

pengeluaran dalam kebutuhan hidup berada di atas ekonomi yang

rendah hal ini bagaimana usaha pemulung memenuhi kebutuhan

anaknya dalam konteks pendidikan.

Tabel 4.4

Hambatan pemulung menyekolahkan anak

No keterangan frekuensi persentase

1 Tidak ada 4 44.44%

2 Bersekolah, minim biaya 2 22.22%

3 Putus sekolah 2 22.22%

4 Belum sekolah 1 11.11%

Total 9 100%

88 wawancara dengan pemulung inisial (D) 10 mei 2019

Page 75: PERSEPSI MASYARAKAT PEMULUNG TENTANG PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...(TPA) Rawa Kucing, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang. 2019 Penelitian ini

59

Dari persentase di tabel 4.4 menunjukan bahwa dalam

ekonomi sekarang berpengaruh terhadap pendidikan hal ini

menunjukan bahwa hambatan pemulung dalam menyekolahkan

anaknya nyaris tidak ada namun akan tetapi ada beberapa yang sulit

namun masih bisa menyekolahkan anaknya hal ini dalam persentase

sulit dinyatakan pemulung bahwa, “ya kalo ada uang dia sekolah kalo

tidak ada ya dia ngga sekolah.” Dan pemulung lainnya juga

menyatakan, “hambatan sih ngga tapi kan duitnya abis mulu buat

kebutuhan perhari.” Dan pernyataan tersebut peneliti klasifikasikan

dalam kategori sulit menyekolahkan.

Untuk lebih lanjutnya bagaimana persepsi pemulung dalam

konteks pendidikan formal 12 tahun. Peneliti menyanyakan kepada

beberapa informan dan Masdur menyatakan bahwa, “sebenernya peting

atau perlu cuman kemampuan saya hanya sebatas wawasan orang lain,

perlu berbagi pengalaman terutama untuk mencari pengalaman namun tidak

hanya di sekolah saja.”

Dari pernyataan tersebut, menunjukan bahwa pendidikan

memanglah perlu akan tetapi pendidikan tidak hanya di dapati di

sekolah saja dalam mencari pengalaman baik pengalaman hidup

maupun pengalaman dalam bekerja Berikut adalah pernyataan dari

Dika,“ya penting banget lah, agar bahagia membantu keluarga tidak seperti

sekarang atau saya ini memulung, ingin yah anak saya sekolah tinggi agar

tidak seperti saya.89

Dari pernyataan tersebut bahwa pendidikan

memang sangatlah penting hal ini dapat mengubah status pekerjaan

seseorang untuk kedepaannya memperoleh profesi yang baik untuk

kedepannya.

Berikut adalah informan Sukri, Perlu ya tapi berhasil atau

tidaknya dia ya tergantung mental dan usaha dan juga dia berkeinginan

penuh kalau kita kuat tapi mentalnya lemah ya repot juga tapi sih kita mudah

6 wawancara dengan pemulung inisial (D) 10 mei 2019

Page 76: PERSEPSI MASYARAKAT PEMULUNG TENTANG PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...(TPA) Rawa Kucing, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang. 2019 Penelitian ini

60

mudahan harapan ngga kayak gitu harus berguna bener-bener.90

Dalam

pemaparan diatas bahwa persepsi akan pendidikan formal sudah positif

ntuk mengetahui lebih lanjut peneliti membuat tabel hasil penelitian

dalam bentuk presentase sebagai berikut.

Tabel 4.5

Persepi pemulung terhadap pendidikan formal wajib 12 tahun

No keterangan frekuensi persentase

1 Penting sekali 3 33.33%

2 Penting 6 66.33%

3 Tidak penting 0 0%

Total 9 100%

Dari tabel di 4.5 menunjukan bahwa pemulung berpersepsi

positif terhadap wajib belajar 12 tahun hal ini menunjukan bahwa pada

kolom tidak penting menunjukan 0% atau tidak ada yang berpendapat

pendidikan itu tidak penting akan tetapi dalam temuan di lapangan

pemulung masih terkendala oleh kekurangan biaya akan tetapi yang di

fokuskan ini terhadap anaknya yang mengenyam pendidikan.

Untuk lebih lanjut dalam persepsi atas pendidikan 12 tahun

peneliti mengajukan pertanyaan tentang anak pemulung tersebut

berkeinginan melanjutkan pendidikan lebih tinggi berikut beberapa

pernyataan oleh dika, Biarpun dulu saya di tinggal sama orang tua dulu ya

ingin anak saya tidak seperti saya begini biar pinter ya kan dan

pendidikannya lebih jauh siapa tau nasib orang berbeda-beda ingin sarjana

yah waktu itu saya nanya anak saya.91

Dari pernyataan tersebut peneliti

berpendapat bahwa setiap anak adalah harapan untuk masa depan yang

90 Wawancara dengan pemulung inisial (S) 10 mei 2019 91 Wawancara dengan pemulung inisial (D) 10 mei 2019

Page 77: PERSEPSI MASYARAKAT PEMULUNG TENTANG PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...(TPA) Rawa Kucing, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang. 2019 Penelitian ini

61

lebih baik maka dari itu di harapkan bisa mengenyam pendidikan

tinggi dan merubah nasib menjadi lebih baik.

Berikut adalah pernyataan oleh Sukri, “Saya sih harapan sih

mudah mudahan ada jalan keluarnya masa depan dia bisa berguna dan bisa

membantu keluarga ya apa lagi kita sebagai orng tua tidak kecewa. ya tapi

mudah mudahan jangan sih jangan ada halangan dari awal sampai

dewasa.”92

Didalam pernyataan tersebut bahwa anak pemulung tersebut

semoga kedepannya atau di usia dewasa nanti bisa membantu dan

berguna bagi keluarga dan tidak ada halangan dalam menempuh

pendidikan.

Berikut adalah pernyataan oleh rasta“ingin dan harapan itu pasti

masa bapaknya tidak berpendidikan anaknya juga tidak berpendidikan ngga

mungkinlah semampu saya saya sekolahin. Ingin lebih baiklah intinya dari

keluarganya atau bapaknya dan mudah mudahan rezekinya lebih baik dari

saya.”93 Dalam pernyataan pemulung tersebut ingin menyekolahkan

anaknya sehingga mampu membuat anaknya berpendidikan sehingga

tidak seperti responden di masa sekarang untuk kedepannya anak

tersebut memiliki profesi yang lebih baik.

Berikut adalah pernyataan oleh Masdur dalam keinginan

anaknya berpendidikan tinggi, “ ya pengen anak saya juga berpendidikan

tinggi jadi saya juga ngga ragu mendidiknya di hukum agama dia tau di

hukum negara dia tau.” Pernyataan tersebut di harapkan anaknya bisa

berpendidikan tinggi dan orang tuanya bisa mendidiknya dalam ranah

agama maupun hukum karena anak tersebut sudah mengerti, dalam

konteks ini pendidikan merupakan suatu pola pembentukan moral

manusia menjadi lebih baik tidak hanya di sekolah saja.

Tabel 4.6

Presentase Keinginan anak pemulung berpendidikan tinggi

No Keterangan frekuensi Persentase

92 Wawancara dengan pemulung inisial (S) 10 mei 2019 93Wawancara dengan pemulung inisial (R) 10 Mei 2019

Page 78: PERSEPSI MASYARAKAT PEMULUNG TENTANG PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...(TPA) Rawa Kucing, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang. 2019 Penelitian ini

62

1 Ingin tinggi 3 33.33%

2 Ingin menjadi sarjana 2 22.22%

3 Lebih dari orang tua 4 44.44%

4 Tidak ingin 0 0%

Total 9 100%

Dari tabel 4.6 menunjukan bahwa pemulung memiliki keinginan

anaknya agar bisa memiliki pendidikan yang tinggi rata-rata jawaban yang

peneliti dapat bahwa anaknya pemulung itu ingin berpendidikan tinggi dan

bisa menjadi sarjana agar bisa sukses setelahnya dan menemukan bahwa

beberapa pernyataan supaya tidak senasib menjadi orangtuanya yang

berprofesi memulung

Selanjutnya peneliti memfokuskan pertanyaan apakah pendidikan

yang rendah berpengaruh terhadap status pekerjaan. Berikut beberapa

pemaparan hasil wawancara dalam bentuk tabel dan tabel presentase.

Tabel 4.7

Tingkat pendidikan terhadap status pekerjaan

No Nama Pendapat

1 Masdur

(M)

Ada, kalau waktu itu kan saya kan khusus sekolah saya

kagak bisa kalau tanpa saya usaha sekarang saya melalui

usaha tapi pendidikan saya rendah begitu.

2 Dhika

(D)

Ada, berpengaruh besar itu antara pendidikan dan

pekerjaan berpengaruh besar, terkadang kitapun ada

seperti orang-orang yang nawarin pekerjaan kadang kita

gak mampu karena apa? Keterbatasan pendidikan

Page 79: PERSEPSI MASYARAKAT PEMULUNG TENTANG PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...(TPA) Rawa Kucing, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang. 2019 Penelitian ini

63

3 Rasta (R) Ada lah kan kita kadang ijazah sampe smp nyesel juga

kadang kita tidak bisa nyenengin orang tua gitu

4 Nasir (N) Kagak, yang penting pekerjaaan itu halal lah

Tabel 4.8

Tingkat pendidikan terhadap status pekerjaan

Berdasarkan tabel 4.8 bahwa tingkat pendidikan dengan status

pekerjaaan sangatlah penting, guna melamar kerja di tempat pekerjaan

manapun, hal ini telah disampaikan oleh penjelasan diatas banyak para

pemulung sadar akan pentingnya pendidikan. Akan tetapi masalah biaya di

masa lalu membuatnya putus sekolah dan berhenti sampai SD ataupun

SMP hal itu membuat menyesal di kemudian hari, namun di masa

sekarang akhirnya terbuka pikirannya bahwa pendidikan itu penting

karena banyaknya pernyataan-pernyataan bahwa anak saya harus lebih

baik dari saya dalam hal ini pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang

diperlukan untuk kedepannya.

Berikutnya adalah hasil wawancara bagaimana pandangan

pemulung terhadap masyarakat baik individu yang menempuh pendidikan

formal ataupun pandangannya terhadap individu yang berpendidikan

tinggi, beberapa hasil wawancara ada yang menunjukan tentang harapan

berikut pernyataan oleh Rasta, Ya saya berharap orang orang berpendidikan

No Keterangan frekuensi Persentase

1 Pengaruh besar 3 33%

2 Ada pengaruh 4 44%

3 Tidak ada pengaruh 2 22%

Total 9 99%

Page 80: PERSEPSI MASYARAKAT PEMULUNG TENTANG PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...(TPA) Rawa Kucing, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang. 2019 Penelitian ini

64

yang lebih tinggi itu mendapatkan pekerjaan lebih baik, orang-orang yang ikut

campur di pemerintahan itu lebih baik sehingga kami tidak terlantar, yaa kalo

yang diatasnya kami ini korupsi ini kami kena dampaknya, yaa kan sama kaya

pabrik pabrik ini juga bekerja sama dengan pemerintah tanpa adanya

pemerintah tidak ada pabrik-pabrik disini94

. Pernyataan tersebut adalah

harapan bagi masyarakat ataupun individu yang menempuh pendidikan

tinggi agar bisa lebih membantu dan memajukan orang-orang yang masuk

dalam kategori kemiskinan struktural.

Dan selanjutnya adalah pernyataan yang meyatakan hanya “biasa

saja” terhadap Individu atau masyarakat yang memperoleh pendidikan

tinggi pernyataan oleh Dika sebagai berikut, “biasa aja, bisa nyenengin

orangtua buat kebutuhan keluarga terpenuhi, yaa sukses lah.” 95 Dan

selanjutnya pernyataan oleh Masdur sebagai berikut, “biasa saja ngga

terlalu mengharap juga nggak ya kalau berharap yaa pasti berharap,

cuman pikiran saya sampai kapan nih anak saya bisa menilai seperti itu

kayak dia gitu, saya mau cari ilmunya supaya anak saya seperti itu, kalau

harapan saya kan sudah lanjut usia jadi harapan saya cuman ada di

anak”.96

Dalam pernyataan yang dinyatakan oleh masdur sebenarnya

untuk dimasa sekarang dia memandang orang pendidikan tinggi biasa

biasa saja namun akan tetapi dia lebih menggantungkan harapannya

terhadap anaknya agar bisa berpendidikan tinggi.

Untuk selanjutnya adalah bagaimana persepsi pemulung atau

pandangan bila pemulung tersebut berkeinginan sekolah lagi dari lima data

informan memperoleh hasil yang positif atas respon bagaimana jika

bersekolah terhadap orang yang putus sekolah berikut kami buat dalam

bentuk tabel. Tabel 4.9

Tanggapan pemulung jika bersekolah lagi

No Nama Tanggapan

94 Wawancara dengan pemulung inisial (R) 10 mei 2019 95 Wawancara dengan pemulung inisial (D) 10 mei 2019 96 Wawancara dengan pemulung inisial (M) 10 mei 2019

Page 81: PERSEPSI MASYARAKAT PEMULUNG TENTANG PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...(TPA) Rawa Kucing, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang. 2019 Penelitian ini

65

1 Cimey Sayaa? Ngga lah kayak sekolah paket, kita mah dari

umur bisa sih bisa sih

2 Musnadi Ingin, sih pengen

3 Jeib Ingin, biar bisa lebih baik dari sekarang

4 Sulta Ya kalau tuhan berkehendak aja pengen, pengen aja

gitu kayak orang orang orang hidup layak gitu

5 Purwanto Ingin, karena saya kalau ngelamar kerja di pabrik

itu pasti di tanyain ijasah

Dari keterangan tabel 4.9 bahwa semuanya hampir berpendapat

ingin melanjutkan pendidikan akibat putus sekolah akan tetapi dari inisial

(C) masih ragu-ragu akan umur dan waktu untuk lebih pahamnya lagi

peneliti membuat tabel bagaimana tanggapan atas sekolah PKBM tentang

suatu paket akibat putus sekolah dan berupa beberapa tangaapan dari

responden

Tabel 4.10

Tanggapan pemulung Mengikuti kegiatan PKBM

No Nama Tanggapan

1 Cimei Iyaa, kadang-kadang malem sih dulu di desa ada

cuman karena umur udah begini

2 Musnadi Yaa kalo bisa sih secepatnya gitu ya kalo ada biaya

3 Jeib Ada ingin

4 Sulta Pengen serius, sebenernya pengen

Page 82: PERSEPSI MASYARAKAT PEMULUNG TENTANG PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...(TPA) Rawa Kucing, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang. 2019 Penelitian ini

66

5 Purwanto Udah pasti ada lah, Karena kalau sekarang dari

faktor ekonomi, biayai anak sekola, keluarga, buat

makan, kalau ada waktu senggang mungkin bisa

Dari keterangan tabel 4.10 menunjukan antusias dalam mengikuti

kegiatan PKBM bertanggapan positif untuk lebih jelasnya lagi peneliti

menanyakan kapan waktu yang pas bila Mengikuti PKBM berlangsung

berikut pernyataan oleh Pak Cimei, “Malem Paling” pernyataan oleh pak

Jeib, “Paling nunggu biaya dulu, Malem, pagi buat usaha” pernyataan

oleh pak Musnadi, “Kalau bisa sih malem”. Kebanyakan pemulung ingin

mengikuti PKBM malem hari karena sesuai jawaban pernyataan tersebut

berkeinginan mengikuti PKBM di malam hari karena pagi sampai siang

hari adalah waktu di gunakan untuk mencari rezeki atau bekerja. Dapat

disimpulkan bahwa para responden positif menanggapi tentang adanya

program PKBN.

Kemudian peneliti mengajukan beberapa pertanyaaan tambahan

tentang apakah ada keinginan merubah nasib selain menjadi pemulung

berikut adalah tabel tanggapan dari responden.

Tabel 4.11

Tanggapan keinginan selain menjadi pemulung

No Nama Tanggapan

1 Cimei Ingin sih pasti

2 Musnadi Pengen bener

3 Jeib Ingin banget

4 Sulta Pengen sih sebenarnya gitu

5 Purwanto Udah pasti ingin

Page 83: PERSEPSI MASYARAKAT PEMULUNG TENTANG PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...(TPA) Rawa Kucing, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang. 2019 Penelitian ini

67

Dari penjelasan tabel 4.11 poin yang dimaksud keinginan dalam

merubah nasib menjadi pemulung dan jawaban di atas menunjukan semua

ingin merubah nasib selain menjadi pemulung. Selanjutnya apa yang

dilakukan pemulung jika sudah memiliki ijasah hasil dari PKBM maka

peneliti membuat tabel beserta tanggapan apa yang dilakukan setelah

mendapatkan ijasah

Tabel 4.12

Tanggapan pemulung setelah mendapatkan Ijasah

No Nama Tanggapan

1 Cimei Pengennya saya yang lebih baik sih cuman kita

udah lama sih di sini dari kelas lima sd langsung

2 Musnadi Yaa mau mencari pekerjaan layak aja gitu di

pabrik

3 Jeib Pengen usaha aja gitu

4 Sulta Pengenya sih kayak orang kantoran temen temen

saya gitu sukses

5 Purwanto Kalau saya sih pengennya perdagangan

Dari tabel 4.12 menunjukan bahwa ijazah di jaman sekarang

terbukti penting hal itu terwujud dalam langkah pemulung dalam

kedepanya agar bisa bekerja selain memulung dan bekerja lebih layak lagi.

C. Pembahasaan Hasil Penelitian

1. Persepsi pemulung tentang pendidikan wajib belajar 12 tahun

Dari penjelasan hasil wawancara diatas masyarakat pemulung

tersebut memiliki persepsi positif akan pendidikan wajib belajar 12 tahun

pemulung tersebut termotivasi akan pentingnya pendidikan dan tidak

hanya pendidikan wajib belajar 12 tahun akan tetapi terhadap keinginan

anak para pemulung ingin memiliki pendidikan tinggi agar bisa berguna

dan bisa menolong keluarga para pemulung itu sendiri. Para pemulung

Page 84: PERSEPSI MASYARAKAT PEMULUNG TENTANG PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...(TPA) Rawa Kucing, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang. 2019 Penelitian ini

68

menjawab bahwa itu penting sebagai mana dalam teori psikologi melalui

definisi persepsi adalah

“ kamus standar yang dikutip oleh Sholeh dijelaskan bahwa persepsi

dianggap sebagai sebuah pengaruh ataupun sebuah kesan oleh benda yang

semata-mata menggunakan pengamatan pengindraaan. Persepsi ini di definisikan

sebagai proses yang menggabungkan dan mengorganisir data-data indra kita

(pengindraan) untuk dikembangkan sedemikian rupa sehingga kita dapat

menyadari di sekeliling kita, termasuk sadar akan diri kita sendiri97

Hal ini peneliti simplkan bahwa persepsi membentuk pemulung

berupaya menuntaskan jenjang pendidikan formal anak mereka karena hal

itu terbentuk dari lingkungan mereka dan masa lalu dari orang tua

pemulung yang tidak menyelesaikan jenjang pendidikan mereka. Peran

ijazah juga perlu karena ketika melamar pekerjaan kebanyakan pemulung

selain memulung mereka bekerja sampingan menjadi buruh di pabrik akan

tetapi semakin berkembangnya zaman ijazah nanti juga ditanyakan sebagai

melamar pekerjaan yang lebih baik sesuai dengan pernyataan pemulung

yang memiliki keinginan merubah nasib ataupun merubah pekerjaan

memulung itu tersebut.

2. Teori fungsionalisme struktural Talcott Parsons dan peran

pendidikan.

Pendidikan adalah proses guna mewujudkan kualitas sumber daya

manusia secara utuh agar dapat melaksanakan peran dalam kehidupan

kelompok maupun individual baik secara fungsional dan optimal.

Masyarakat pemulung telah mengharapkan bahwa pendidikan formal

mampu mengubah suatu status sosial yang ada pada individu masing

masing sesuai dengan pernyataannya bahwa mereka ingin ketika

melalui dari pendidikan anak mereka tidak senasib dengan orang

tuanya. Dalam hal ini serupa dengan definisi teori fungsional dari

Talkot Parsons.

97 Abdul Rahman Shaleh, psikologi suatu pengantar dalam prespektif islam (Jakarta:

prenadamedia,2004), h.111.

Page 85: PERSEPSI MASYARAKAT PEMULUNG TENTANG PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...(TPA) Rawa Kucing, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang. 2019 Penelitian ini

69

“Fungsi diartikan sebagai segala kegiatan yang diarahkan

kepada memenuhi kebutuhan atau kebutuhan-kebutuhan dari

sebuah sistem (Rocher, 1975:40). Dengan menggunakan definisi

itu, parsons percaya bahwa ada empat persyaratan mutlak yang

harus ada supaya termasuk masyarakat bisa berfungsi. Keempat

persyaratan itu disebutnya AGIL. AGIL adalah singkatan dari (A)

adaptiation, (G) Goal Attaiment, (I) Integration, dan (L) latency

(pattern maintenance). Demi keberlangsungan hidupnya, maka

masyarakat harus menjalankan fungsi-fungsi tersebut, yakni:

Adaptasi (Adaptiation): supaya masyarakat bisa bisa

bertahan dia harus mampu menyesuaikan dirinya dengan

lingkungan dan menyesuaikan lingkungan dengan dirinya

Pencapaian tujuan (Goal attaiment): sebuah sistem harus

mampu menentukan tujuannya dan berusaha mencapai

tujuan-tujuan yang telah dirumuskannya itu.

Integrasi (Integration): Masyarakat harus mengatur

hubungan di antara komponen-komponenya supaya dia

berfungsi secara maksimal.

Latensi atau pemeliharaaan pola-pola yang sudah ada setiap

masyarakat harus mempertahankan memperbaiki, dan

membaharui baik motivasi individu-individu maupun pola-

pola budaya yang menciptakan dan mempertahankan

motivasi-motivasi itu.

Keempat persyaratan fungsional itu mempuyai hubungan

erat dengan keempat sistem tidakan. Sistem organisme biologis

dalam sistem tindakan berhubungan denga fungsi adaptasi yakni

menyesuaikan diri dengan lingkungan dan mengubah lingkungan

sesuai dengan kebutuhan. Sistem kepribadian melaksanakan fungsi

pencapaian tujuan dengan merumuskan tujuan dan menggerakan

sumber daya untuk mencapai tujuan-tujuan itu. Sistem sosial

berhubungan dengan fungsi-fungsi integrasi dengan mengontrol

Page 86: PERSEPSI MASYARAKAT PEMULUNG TENTANG PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...(TPA) Rawa Kucing, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang. 2019 Penelitian ini

70

komponen-komponen pembentuk masyarakat itu. Akhirnya sistem

kebudayaan berhubungan dengan fungsi pemeliharaan pola-pola

atau struktur-struktur yang ada dengan menyiapkan norma-norma

dan nilai-nilai yang memotivasi mereka dalam berbuat sesuatu”.98

Dalam lembaga menyelenggarakan berbagai macam fungsi,

dalam lembaga keluarga memperhatiakan dan memberikan

perlindungan keluarga satu dengan yang lain, menyelenggarakan

fungsi-fungsi ekonomi, ayah ibu dan kakak juga berfungsi sebagai

pengganti guru ketika berada di rumah, memberikan gizi dan obat-

obatan serta gizi maupun pelayanan sosial-sosial lainya. Hal ini

terealisasi kan bahwa pemulung mencari nafkah untuk anak

mereka meskipun pengeluaran lebih dibandingkan dengan

pendapatan.

Peneliti menyimpulkan bahwa pemulung mulai beradaptasi

dengan penyelesaian jenjang pendidikan formal wajib belajar 12

tahun karena pendidikan itu penting dan bisa mencapai tujuan taraf

hidup menjadi baik sehingga mampu menjadi sumber daya

manusia yang unggul dan memotivasi lingkungan mereka agar

mampu menyekolahkan anak mereka dan menyelesasikan PKBM

untuk pemulung yang putus sekolah. Sesuai dengan pernyataan

informan harapan dari lembaga persekolahan tersebut atau orang

yang berpendidikan tinggi yaitu Ya saya berharap orang orang

berpendidikan yang lebih tinggi itu mendapatkan pekerjaan lebih baik,

orang-orang yang ikut campur di pemerintahan itu lebih baik sehingga

kami tidak terlantar, yaa kalo yang diatasnya kami ini korupsi ini kami

kena dampaknya, yaa kan sama kaya pabrik pabrik ini juga bekerja

sama dengan pemerintah tanpa adanya pemerintah tidak ada pabrik-

pabrik disini99

.

98 Bernard Raho, Teori Sosiologi Modern, ( Jakarta: Prestasi pustaka: 2007). h,55 99 Wawancara dengan pemulung inisial (R) 10 mei 2019

Page 87: PERSEPSI MASYARAKAT PEMULUNG TENTANG PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...(TPA) Rawa Kucing, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang. 2019 Penelitian ini

71

3. Kemiskinan

Dalam hasil penelitian ini bahwa masyarakat pemulung

memiliki unsur kemiskinan struktural karena dalam struktur

kehidupan ekonomi pada tiap harinya selalu mengalami kendala

ataupun kekurangan karena banyaknya pernyataan hasil

wawancara menunjukan bahwa banyak pengeluaran dibandingkan

dengan hasil memulung tidak sampai disitu dalam konteks

pendidikan pula mengalami kekurangan dalam memberi

kemudahan untuk akses pendidikan karena jika orang tua

pemulung tidak memiliki uang maka anak mereka tidak sekolah.

Hal ini berdampak terhadap anak-anaknya yang menempuh

pendidikan namun para pemulung ini tidak mudah menyerah

mereka tetap bekerja agar bisa menyelesaikan pendidikan anaknya

di usia sekolah. Sebagaimana kemiskinan dapat dikategorikan:

1. Kemiskinan yang disebabkan aspek badaniah, biasanya

orang-orang tersebut tidak bisa berbuat maksimal

sebagaimana manusia lainnya yang sehat jasmaniah.

Karena cacat badaniah misalnya, dia lantas berbuat atau

bekerja secara tidak wajar, seperti mengemis dan minta-

minta, sedangkan yang menyangkut aspek mental, biasanya

mereka disifati rasa malas untuk bekerja secara wajar

sebagaimana mesti manusia lainnya.

2. Kemiskinan yang disebabkan oleh bencana alam, mereka

yang terkena bencana alam umumnya tidak memiliki

tempat tinggal bahkan sumber daya alam yang mereka

miliki pun termakan bencana alam.

Page 88: PERSEPSI MASYARAKAT PEMULUNG TENTANG PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...(TPA) Rawa Kucing, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang. 2019 Penelitian ini

72

3. Kemiskinan buatan disebut juga kemiskinan struktural,

yang ditimbulkan oleh struktur-struktur ekonomi, sosial,

dan kultur serta politik. Kemiskinan ini biasa disebut 100

D. Keeterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti memiliki keterbatsan diantaranya

lokasi yang kurang lebih 23 kilometer hal ini memakan waktu Perjalanan

satu jam dari tempat tinggal. Jumlah informan yang terbatas hanya 14

orang dan hanya menggunakan metode wawancara dan observasi

mendapatkan informasi yang terbatas. Terdapat beberapa pemulung yang

enggan di wawancarai dan kurangnya triangulasi informasi yang kurang

optimal dan Keterbatasan pihak pengelola TPA Rawa Kucing dalam Studi

Dokumen membuat kekurangannya dalam mengelola TPA tersebut. Dan

instrumen penelitian yang minim.

100 https://www.academia.edu/26661748/Teori_kemiskinan diakkses pada 9 juli 2019

Gambar 4.6 Tumpukan sampah TPA rawa Kucing

Page 89: PERSEPSI MASYARAKAT PEMULUNG TENTANG PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...(TPA) Rawa Kucing, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang. 2019 Penelitian ini

73

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa masyarakat Pemulung

di TPA Rawa Kucing telah memiliki Persepsi yang positif dan baik tentang

pendidikan formal wajib belajar 12 tahun. Telah ditemukan masyarakat

pemulung berkeinginan untuk bersekolah kembali dan tetap berkeinginan

untuk menyekolahkan anaknya hingga tuntas meskipun pas-pasan dalam

memenuhi kebutuhan hidup mereka. Beberapa poin hasil wawancara dengan

pemulung menggantung harapannya kepada anak mereka agar lebih baik

nasibnya kedepannya melalui pendidikan.

Di era globalisasi dan kemajuan teknologi sekarang ijazah pendidikan

formal sangatlah perlu dalam persaingan maupun mencari pekerjaan.

Beberapa pemulung yang sulit melamar pekerjaan karena tidak memiliki

ijazah formal, kebanyakan pekerjaan mereka selain memulung hanyalah buruh

pabrik, kuli bangunan dan pembantu rumah tangga. Para pemulung memiliki

pandangan bahwa dengan pendidikan yang rendah maka akan berpengaruh

dengan pekerjaan dan penghasilan untuk penghidupan yang lebih layak.

Page 90: PERSEPSI MASYARAKAT PEMULUNG TENTANG PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...(TPA) Rawa Kucing, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang. 2019 Penelitian ini

74

B. Saran-Saran

Bertolak dari penelitian peneliti memberikan saran kepada:

1. Kepada Pemerintah kota Tangerang dimohon untuk memberikan

bantuan sekolah gratis untuk anak pemulung di TPA Rawa Kucing

2. Dinas pendidikan kota Tangerang mendirikan sarana PKBM untuk

pemulung yang sudah putus sekolah dan anaknya.

3. Dinas Pendidikan Kota Tangerang Membuka jalur afirmasi kepada

pemulung dan anak-anaknya atas beasiswa dalam memperoleh

pendidikan untuk keperluan sekolah

4. Dinas ketenagakerjaan dan lingkungan hidup agar membuka tempat

pelatihan khusus dan membentuk tim kreativitas dalam mengelola daur

ulang sampah.

5. Para pemulung sebaiknya menjual barang daur ulang melalui

distributor yang ditunjuk sehingga dapat menambah penghasilan

pemulung.

Page 91: PERSEPSI MASYARAKAT PEMULUNG TENTANG PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...(TPA) Rawa Kucing, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang. 2019 Penelitian ini

75

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Anwar. Memahami Paradigma Baru pendidikan Nasional. Jakarta: Ditjen

kelembagaan Agama Islam Depag, 2003.

Aslikudin,Nur.“Persepsi Masyarakat Tentang Pentingnya Pendidikan Formal

Implikasinya Dalam Sikap Kedewasaan Anak Di Dusun Semoyo. Desa

Sughimas, Kecamatan Grabag, Kabupaten Magelang.” Skripsi, IAIN Salatiga,

Salatiga, 2015.

Asra, Abuzar, Puguh Bodoro Irawan, Agus Purwoto. Metode Penelitian Survei. Bogor:

In Media, 2014.

Azhari, Akyas. Psikologi umum dan perkembangannya, Jakarta: Teraju, 2004

Basundoro, Purnawan. Pengantar sejarah kota. Jakarta: penerbit ombak, 2016.

Dewi, Rahmita Dara. “Persepsi Masyarakat Cina Benteng terhadap Pendidikan studi

kasus Desa Sukasari, kecamatan tangerang, kota tangerang”, skripsi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta. Jakarta, 2015.

Dimyati, Johni. Metodologi Penelitian Pendidikan & Aplikasinya pada Pendidikan

Anak Usia Dini (PAUD). Jakarta: Kencana Prenadamedia Grup, 2013.

Ekosusilo, Madyo, R.B Kasihadi, Dasar-dasar pendidikan

Gunawan Jurnal Strategi Bertahan hidup pemulung, Tanjung pinang: Universitas

Maritim Raja Ali Haji, 2016.

Gunawan, Imam. Metode penelitian Kualitatif teori dan Praktik. Jakarta: PT Bumi

Aksara, 2013.

Hanurawan Fattah. Psikologi sosial suatu pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya

2010.

Hasbullah. Dasar-dasar Ilmu pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo 1995.

Koentjaraningrat. Pengantar ilmu antropologi. Jakarta: Rineka Cipta, 2002.

Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Pustaka Setia, 2011.

Page 92: PERSEPSI MASYARAKAT PEMULUNG TENTANG PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...(TPA) Rawa Kucing, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang. 2019 Penelitian ini

76

Makhus.”Persepsi Masyarakat Tentang Pentingnnya Pendidikan Formal 12 Tahun Studi

kasus Kampung Pejamuran”, Desa Pasilian, Kecamatan Krojo, Kabupaten

Tangerang, Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta: 2013.

Misbahudin, “Persepsi Masyarakat Pesisir Pantai Utara Jawa Terhadap Pentingnya

Pendidikan Formal Sebagai Salah Satu Cara Meningkatkan Status Sosial Di

Masyarakat”, Skripsi, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2017.

Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya,

2014

Mulyasa. Pengembangan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya 2013.

Nawawi, Hadari Perundang-undangan Pendidikan. Jakarta: Ghalia Indonesia, 1983.

Noor, Juliansyah. Metode penelitian Skripsi, Disertasi, Karya Ilmiah, Jakarta: Kencana

Prenada Grup, 2011.

Nurhayati, Cucu. Sosiologi perkotaan Jakarta: UIN Jakarta Press, 2013.

Nurhayati, Deti. Psikologi pendidikan Inovativ Yogyakarta: pustaka pelajar, 2011.

Nursiyono, Joko ade. Kompas Teknik Pengambilan Sampel. Bogor: Penerbit In Media,

2014.

Rahardjo, Mudjia. Sosiologi pedesaan studi perubahan sosial. Malang: Uin malang

press 2007.

Sabri, H.M.Alisui. Pengantar ilmu pendidikan. Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005

Salam, Syamsir, Amir Fadhilah, sosiologi pembangunan: Pengantar studi

pembangunan lintas sektoral. Jakarta: UIN Jakarta 2009.

Sarosa, Samiaji. Penelitian Kualitatif Dasar-Dasar, Jakarta: Permata Puri Media, 2012.

Semiun, Yustinus OFM, Teori-Teori kepribadian, Yogyakarta: Kanisius, 2013.

Shaleh, Abdul Rahman. psikologi suatu pengantar dalam prespektif islam. Jakarta:

prenadamedia, 2004.

Soekanto, Soerjono, Budi Sulistyowati. Sosiologi suatu pengantar, Jakarta: PT

Rajagrafindo 2014.

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta,

2012.

Sukardjo, Ukim Komarudin. Landasan pendidikan konsep dan aplikasinya. Jakarta: PT

Rajagrafindo 2009.

Sukmadinata, Nana Syaodih. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2015.

Page 93: PERSEPSI MASYARAKAT PEMULUNG TENTANG PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...(TPA) Rawa Kucing, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang. 2019 Penelitian ini

77

Suryadi, Ace. Pendidikan, Investasi SDM, dan pembangunan isu,teori, dan aplikasi.

Jakarta: Balai pustaka , 2002.

Suyanto, Bagong, Sutinah. Metode Penelitian Sosial Berbagai Alternatif Pendekatan.

Jakarta: Prenada Media Group, 2005.

Triputra, Ceessna Oki. “Persepsi Komunitas Punk Taring Babi Terhadap Pendidikan”,

Skripsi UIN syarif Hidayatullah, Jakarta: 2014.

Usman, Husaini, Purnomo Setiady Akbar. Metodologi Penelitian Sosial, Jakarta: PT

Bumi Aksara, 2008

https://www.academia.edu/15728273/teori_fungsionalisme_menurut_emil_Durkheim

diakses pada 9 juli 2019

https://www.academia.edu/26661748/teori_kemiskinan diakkses pada 9 juli 2019

Lampiran Isntrumen Wawancara

1. Sudah berapa lama memulung

2. Apa kegiatan anda selain bekerja?

3. Berapa pendapatan anda sehari atas pekerjaan tersebut ?

4. Berapa pengeluaran harian anda untuk memenhi kebutuhan?

5. Sebelumnya apa pekerjaan saudara sebelum memulung?

6. Sampai jenjang mana pendidikan terakhir anda?

7. Apa usaha anda melanjutkan pendidikan?

8. Apa hambatan anda melanjutkan pendidikan?

9. Apakah ada pengaruh dilingkungan anda untuk memperoleh pendidikan?

10. Apakah ada hambatan saudara menyekolahkan anak anda? Jika ada

jelaskan

11. Apa harapan anda terhadap anak anda yang mendapat pendidikan formal?

12. Inginkah saudara, atau anak anda berpendidikan tinggi?

13. Apakah keuntungan yang didapat jika jika mengenyam ppendidikan?

14. Apa persepsi anda terhadap pendidikan formal wajar 12 tahun? Perlu atau

tidak perlu jelaskan

15. Menurut anda adakah keterkaitan antara tingkat pendidikan rendah dengan

jenis pekerjaan yang ditekuni?

Page 94: PERSEPSI MASYARAKAT PEMULUNG TENTANG PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...(TPA) Rawa Kucing, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang. 2019 Penelitian ini

78

16. Bagaimana pandangan anda terhadap lulusan yang memperoleh pendidikan

tinggi?

Lampiran Instrumen wawancara lanjutan

1. Sudah berapa lama memulung

2. Apa kegiatan anda selain bekerja?

3. Berapa pendapatan anda sehari atas pekerjaan tersebut ?

4. Berapa pengeluaran harian anda untuk memenhi kebutuhan?

5. Sebelumnya apa pekerjaan saudara sebelum memulung?

6. Sampai jenjang mana pendidikan terakhir anda?

7. Apa usaha anda melanjutkan pendidikan?

8. Apa hambatan anda melanjutkan pendidikan?

9. Apakah ada pengaruh dilingkungan anda untuk memperoleh pendidikan?

10. Apakah ada hambatan saudara menyekolahkan anak anda? Jika ada

jelaskan

11. Apa harapan anda terhadap anak anda yang mendapat pendidikan formal?

12. Inginkah saudara, atau anak anda berpendidikan tinggi?

13. Apakah keuntungan yang didapat jika jika mengenyam ppendidikan?

14. Apa persepsi anda terhadap pendidikan formal wajar 12 tahun? Perlu atau

tidak perlu jelaskan

15. Menurut anda adakah keterkaitan antara tingkat pendidikan rendah dengan

jenis pekerjaan yang ditekuni?

16. Bagaimana pandangan anda terhadap lulusan yang memperoleh pendidikan

tinggi?

17. Ingin tidak bapak bersekolah lagi ? ya kenapa tidak kenapa

18. Apakah ada keinginan dari bapak untuk PKBM ?

19. Kalaupun bisa kapan mulai mengikuti PKBM tersebut ?

20. Inginkah merubah nasib selain menjadi pemulung?

21. Setelah mendapatkan pendidikan formal atau ijazah kira-kira apa

setelahnya?

Page 95: PERSEPSI MASYARAKAT PEMULUNG TENTANG PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...(TPA) Rawa Kucing, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang. 2019 Penelitian ini

79

Lampiran hasil wawancara

Hasil wawancara 1

Tanggal dan waktu:10/05/2019 Asal: Desa Gaga, Tangerang

Tempat: TPA Rawa Kucing Umur: 47

Interviewer: Masdur jenis kelamin: Laki-laki

1. T: Sudah berapa lama memulung?

J: Sudah dari umur 12 tahunan ada saya memulung

2. T: Apa kegiatan anda selain bekerja?

J: Ngga ada

3. T:Berapa pendapatan anda sehari atas pekerjaan tersebut ?

J: Satu hari? yah paling 40.000

4. T: Berapa pengeluaran harian anda untuk memenhi kebutuhan?

J: Ya ngga stabillah sama pengeluaran, pengeluaran saya kadang kalo hari

ini 90.000 kalo biasa yah paling 60.000

5. T: Sebelumnya apa pekerjaan saudara sebelum memulung?

J: Sebelum saya pemulung saya jadi ojek sepeda di jakarta pak

6. T: Sampai jenjang mana pendidikan terakhir anda?

J: SD kelas 3 saya

7. T: Apa usaha anda melanjutkan pendidikan?

J: Ngga, dulu sistemnya bertani, jadi dulu saya ngikut orang tua saya

bertani

8. T: Apa hambatan anda melanjutkan pendidikan?

J: Ngga ada masalah hambatan tuh ngga ada, cuman dari orang tua saya

kurang mampu jadi saya hidupnya beginilah daripada saya nganggur

9. T: Apakah ada pengaruh dilingkungan anda untuk memperoleh

pendidikan?

J: Dulu ada pengaruh kadang-kadang dari jalan ngga stabil, kendaraannya

ngga ada ngga punya kendaraan

10. T: Apakah ada hambatan saudara menyekolahkan anak anda? Jika ada

jelaskan

Page 96: PERSEPSI MASYARAKAT PEMULUNG TENTANG PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...(TPA) Rawa Kucing, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang. 2019 Penelitian ini

80

J: Yaa masalah hambatan sih Alhamdulillah ngga ada hala rintangan,

cuman pengeluaran biaya tuh terlalu banyak buat bayar sekolah bayar

pesantren

11. T:Apa harapan anda terhadap anak anda yang mendapat pendidikan

formal?

J: Yaaa harapan saya sih dia bisa menolong orang lain, bisa menolong

keluarga

12. T: Inginkah saudara, atau anak anda berpendidikan tinggi?

J: Yaaa ingin anak saya ingin sukses

13. T: Apakah keuntungan yang didapat jika jika mengenyam pendidikan?

J: Yaaa kalo emang dia pendidikannya sudah tinggi dia bisa menilai sendiri

jadi saya tidak ragu mendidiknya dari hukum agama atau hukum negara

14. T: Apa persepsi anda terhadap pendidikan formal wajar 12 tahun? Perlu

atau tidak perlu jelaskan

J: Yaaa sebenarnya perlu, sebenernya penting cuman kemampuan saya ini

hanya wawasan orang laen, perlu pendidikan orang lain sekedar berbagi

pengelaman gitu

15. T: Menurut anda adakah keterkaitan antara tingkat pendidikan rendah

dengan jenis pekerjaan yang ditekuni?

J: Ada, kalau waktu itu saya kan khusus saya sekolah saya kagak bisa kalau

tanpa saya usaha, nah kalau saya sekarang usaha cuman pendidikan saya

rendah

16. T: Bagaimana pandangan anda terhadap lulusan yang memperoleh

pendidikan tinggi?

J: Yaa kalau saya sih biasa, biasa saja ngga terlalu mengharap juga nggak

ya kalau berharap yaa pasti berharap, cuman pikiran saya sampai kapan

nih anak saya bisa menilai seperti itu kayak dia gitu, saya mau cari

ilmunya supaya anak saya seperti itu, kalau harapan saya kan sudah lanjut

usia jadi harapan saya cuman ada di anak

Hasil wawancara 2

Page 97: PERSEPSI MASYARAKAT PEMULUNG TENTANG PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...(TPA) Rawa Kucing, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang. 2019 Penelitian ini

81

Tanggal dan waktu: 10/05/2019 Asal: kedaung, Tangerang

Tempat: TPA Rawa Kucing Umur: 30

Interviewer: Dhika jenis kelamin: Laki-laki

1. T: Sudah berapa lama memulung?

J: Udah lama mulung juga, sepuluh tahunan ada

2. T: Apa kegiatan anda selain bekerja?

J: Ngga ada saya disini mulu

3. T: Berapa pendapatan anda sehari atas pekerjaan tersebut ?

J: Sehari nyampelah 250, mingguan kita kan tampung, seminggu paling banter

sejuta, kan kalo bulanannya ada dari logam-logam

4. T: Berapa pengeluaran harian anda untuk memenhi kebutuhan?

J: Sehari minimal cepe apa seratus tiga puluh lah

5. T: Sebelumnya apa pekerjaan saudara sebelum memulung?

J: Ya sebelumnya saya ngga kemana-mana, pernah saya sebelum memulung saya

kerja di malaysia 4 tahunan lah di malaysia

6. T: Sampai jenjang mana pendidikan terakhir anda?

J: Sampe sd doang kelas enam keluar ijazah kerja, karena kebutuhan bantu-bantu

orang tua

7. T: Apa usaha anda melanjutkan pendidikan?

J: Ngga, kan disini kan ngga ada lulusan apa kan kalo kerja di sini apa modalnya

tenaga doang

8. T: Apa hambatan anda melanjutkan pendidikan?

J: Terkendala ekonomi

9. T: Apakah ada pengaruh dilingkungan anda untuk memperoleh pendidikan?

J: Ngga ada

10. T: Apakah ada hambatan saudara menyekolahkan anak anda? Jika ada jelaskan

J: Yaa menyekolahkan anakan jujur saja, saya kan dari keluarga ngga mampu ya

sebisa-bisa saya atau adek saya usaha kemana yang penting dari hasil keringat

kita dan halal

11. T: Apa harapan anda terhadap anak anda yang mendapat pendidikan formal?

J: Kan anak saya yang kecil yang pertama baru sd yang satu masih kecil baru bisa

jalan, kepengennya tuh anak saya ngga seperti saya ingin sekolah keluar negri

gitu

12. T: Inginkah saudara, atau anak anda berpendidikan tinggi?

J: Iyaa pengen banget, iya saya kan dulu kan sama orang tua ngga disekolahin

karena apa ngga punya biaya, tapi saya ngga mau anak saya seperti saya begini,

pinginlah nyekolahan anak tinggi

13. T: Apakah keuntungan yang didapat jika jika mengenyam ppendidikan?

Page 98: PERSEPSI MASYARAKAT PEMULUNG TENTANG PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...(TPA) Rawa Kucing, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang. 2019 Penelitian ini

82

J: Keuntunganya sih ya pendidikan tinggi, yaa dari bahasa ekonomi berkecukupan

saya juga udah tanya anak saya cita-cita nya yaa pengen sekolah pengen jadi

polisi, yaa doain aja lah biar sukses

14. T: Apa persepsi anda terhadap pendidikan formal wajar 12 tahun? Perlu atau

tidak perlu jelaskan

J: Yaa penting banget lah, yah biar anak saya bahagia lah keluarganya ngga

seperti saya ini memulung

15. T: Menurut anda adakah keterkaitan antara tingkat pendidikan rendah dengan

jenis pekerjaan yang ditekuni?

J: Yaa mengaruh banget sih sedangkan saya mau masuk kerja kemana aja susah

ijazah sd

16. T: Bagaimana pandangan anda terhadap lulusan yang memperoleh pendidikan

tinggi?

J: Ngga sih biasa aja, bisa nyenengin orangtua buat kebutuhan keluarga

terpenuhi, yaa sukses lah.

Hasil wawancara 3

Tanggal dan waktu: 10/05/2019 Asal: Sewan Tangerang

Tempat: TPA Rawa Kucing Umur: 23

Interviewer: Rasta jenis kelamin: Laki-laki

1. T: Sudah berapa lama memulung?

J: Sekitar 6 tahun

2. T: Apa kegiatan anda selain bekerja?

J: Ngga ada kerjaaan lain sih selain mulung disini

3. T: Berapa pendapatan anda sehari atas pekerjaan tersebut ?

J: Ya paling 70 an

4. T: Berapa pengeluaran harian anda untuk memenhi kebutuhan?

J: Ya sekitaran segitu sih pas-pasan ngga bisa buat nyimpen

5. T: Sebelumnya apa pekerjaan saudara sebelum memulung?

J: Saya di kampung malimping bertani

6. T: Sampai jenjang mana pendidikan terakhir anda?

J: Sd saya kelas dua

7. T:Apa usaha anda melanjutkan pendidikan?

Page 99: PERSEPSI MASYARAKAT PEMULUNG TENTANG PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...(TPA) Rawa Kucing, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang. 2019 Penelitian ini

83

J: Ada sih ada pengen sih pengen cuman, situasi di kampung saya kan sekolah

saya jauh terus saya ikut orang tua tani kalau di kampung saya suka menanam

padi hutan lagian juga dari hutan ke sekolah saya bisa sampai 4 jam

8. T: Apa hambatan anda melanjutkan pendidikan?

J: Hambatannya dulu ekonomi sama jarak yang ditempuh untuk sekolah iyu jauh

belum ada transportasi karena hutan kan belum lagi kalau lagi hujan

9. T: Apakah ada pengaruh dilingkungan anda untuk memperoleh pendidikan?

J: Pengaruhnya itu saya tuh ngga bisa mencari nafkah yang baik ya disini jalan

satu-satunya yang baik untuk menghidupi keluarga saya ya disini cuman

bermodalkan tenaga dan mental

10. T: Apakah ada hambatan saudara menyekolahkan anak anda? Jika ada jelaskan

J: Yang sekolah belum baru enam tahun

11. T: Apa harapan anda terhadap anak anda yang mendapat pendidikan formal?

J: Itu pasti harapan anak saya menyekolahkan anak saya pasti semampu saya

menyekolahkan anak saya karena apa masa bapaknya ngga berpendidikan

anaknya juga ngga berpendidikan

12. T: Inginkah saudara, atau anak anda berpendidikan tinggi?

J: Ingin lebih baik dari bapaknya atau keluarga saya

13. T: Apakah keuntungan yang didapat jika jika mengenyam ppendidikan?

J: Ya kalau sampai orang orang kuliah ya saya ngga mampu, karena apa saya ngga

mampu paling smp lah karena sih liat kondisi

14. T: Apa persepsi anda terhadap pendidikan formal wajar 12 tahun? Perlu atau

tidak perlu jelaskan

J: Perlu sebenarnya perlu harus

15. T: Menurut anda adakah keterkaitan antara tingkat pendidikan rendah dengan

jenis pekerjaan yang ditekuni?

J: Ada berpengaruh besar pekerjaan dengan pendidikan, terkadang kita seperti

orang orang nawarin pekerjaan tapi kita tidak mampu karena apa keterbatasan

pendidikan, kaya saya waktu itu ada bos dari perusahaan menawarkan pekerjaan

dan saya melamar pekerjaan lalu ditanya keahlian saya apa saya hanya bisa

bekerja bermodalkan tenaga seperti buruh keras lah untuk bekerja dengan tulis

menulis saya tidak bisa

16. T: Bagaimana pandangan anda terhadap lulusan yang memperoleh pendidikan

tinggi?

J: Ya saya berharap orang orang berpendidikan yang lebih tinggi itu mendapatkan

pekerjaan lebih baik, orang-orang yang ikut campur di pemerintahan itu lebih

baik sehingga kami tidak terlantar, yaa kalo yang diatasnya kami ini korupsi ini

kami kena dampaknya, yaa kan sama kaya pabrik pabrik ini juga bekerja sama

dengan pemerintah tanpa adanya pemerintah tidak ada pabrik-pabrik disini.

Page 100: PERSEPSI MASYARAKAT PEMULUNG TENTANG PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...(TPA) Rawa Kucing, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang. 2019 Penelitian ini

84

Hasil wawancara 4

Tanggal dan waktu: 10/05/2019

Tempat: hutan jati, kedaung barat

Interviewer: pak sukri, 45 tahun

1. T: Sudah berapa lama memulung?

J: Kurang lebih 4 tahunan lah

2. T: Apa kegiatan anda selain bekerja?

J: Proyek bangunan, ini lagi gak ada bangunan

3. T: Berapa pendapatan anda sehari atas pekerjaan tersebut ?

J: Ya gak tentu, kadang-kadang 50.000

4. T: Berapa pengeluaran harian anda untuk memenhi kebutuhan?

J: Ya klo kebutuhan mah lebih dari segitu, habis 70.000 an lah kan sehari-

harinya kan serba beli kan. Gak seperti punya sawah. Keperluan sehari-

harinya harus beli. Ya harus jalan seperti ini, ya klo gak jalan ya repot. Gak

ada proyek pindah lari kesini. Klo proyek ada baru ini ditinggal. Gak tentu

juga, kadang-kadang sampe dua tiga bulan

5. T: Sebelumnya apa pekerjaan saudara sebelum memulung?

J: Sebelumnya saya jual gorengan, cuman berapa bulan, cuman gak ada

hasrat untuk berlanjut, gak punya modal bahannya mahal, sedikit-sedikit

mah, 20 30 mah dapet.

6. T: Sampai jenjang mana pendidikan terakhir anda?

J: Terus terang saja saya tidak sekolah, ditinggal orang tua masih kecil-

kecil. Saudara-saudara saya ada empat, klo saya sekolah gak ada yang

ngurusin. Selesai keluarga saya sekolah, baru saya minat berkeluarga.

Alhamdulillah saudara ada yang lulusan SMP, ada yang aliyah. Bukan kita

gak disuruh sama orang tua, tapi emang kepalang tanggung. Habis gimana,

saya pengen sekolah, tapi dibawah saya masih kecil-kecil. Orang tua saya

kan semua meninggal.

7. T: Apa usaha anda melanjutkan pendidikan?

J: Gak ada, lanjut langsung begini

8. T: Apa hambatan anda melanjutkan pendidikan?

Page 101: PERSEPSI MASYARAKAT PEMULUNG TENTANG PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...(TPA) Rawa Kucing, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang. 2019 Penelitian ini

85

J: Hambatannya, ya karena tanggungan itu tadi

9. T: Apakah ada pengaruh dilingkungan anda untuk memperoleh

pendidikan?

J: Gak ada, emang status saya sangat membutuhkan ekonomi, di bawah

saya masih kecil-kecil

10. T: Apakah ada hambatan saudara menyekolahkan anak anda? Jika ada

jelaskan

J: Ada, ya sekarang terhambat, cuman anak saya tinggal dua, yang empat

meninggal. Klo anak saya yang pertama umur 7 bulan, terus 12 bulan udah

lumayan gede, terus lulus SD, sekarang ini yang ada baru kelas 3. Yang

kecil baru umur 1 tahun. Klo hambatan mah, namanya kita orang butuh,

kadang kala klo lagi gak ada duit dia gak sekolah. untuk sekarang ada, klo

kemaren belum begitu rame.

11. T: Apa harapan anda terhadap anak anda yang mendapat pendidikan

formal?

J: Saya sih klo dia punya cita-cita ya ntar klo udah ketahuan dewasanya,

sekarangkan masih kecil jadi belum ketahuan. Ada harapan di anak,

barangkali mudah-mudahan ada jalan keluarnya, masa depan dia juga bisa

berguna, apalagi buat dihadapan orang tua juga gak kecewa. Ya kita mah

harapan Cuma di anak aja

12. T: Inginkah saudara, atau anak anda berpendidikan tinggi?

J: Kepengen pak, semua juga kepengen, cuman berhasil enggaknya kan kita

bergantung pada tuhan juga. Ya mudah-mudahan gak ada halangan, dari

awal sampai dia dewasa

13. T: Apakah keuntungan yang didapat jika jika mengenyam pendidikan?

J: Cuman kita bersyukur aja, klo dia memang bisa berguna jadi orang yang

pinter harapan kita cuman bersyukur itu kan semacam kita mimpi, ya habis

klo dibayangkan kita usahanya saja kayak gini kan pemulung tiap hari

harus dijual, harus dibeliin lagi kebutuhan dia sekolah buat besok, ntar sore

jual, klo gak begitu buat dia sekolah gak dapet, harus ada, Cuman itu aja.

Page 102: PERSEPSI MASYARAKAT PEMULUNG TENTANG PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...(TPA) Rawa Kucing, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang. 2019 Penelitian ini

86

14. T: Apa persepsi anda terhadap pendidikan formal wajar 12 tahun? Perlu

atau tidak perlu jelaskan

J: Pengennya mah perlu, gak tau mah, mudah-mudahan berhasil atau

gaknya mah tergantung mental dia, mental usahanya, dan dia juga punya

keinginan penuh. Klo kita kuat mental dia lemah yarepot juga kan. Ya

mudah-mudahan harapan sih ya gak kayak ghitu

15. T: Menurut anda adakah keterkaitan antara tingkat pendidikan rendah

dengan jenis pekerjaan yang ditekuni?

J: Ya cuman begini doang, cuman kadang kala gini, klo kita nyerah, kita

lemah, ini lagi dateng males kita, kadang-kadang bangunan masih dua

bulan. Kadang-kadang kita suka kepikiran gini. Ya gimana ya kita, klo

begini terus ghitu, bukan kita mematahkan semangat dari yang kuasa,

bukan. Ya kadang-kadang kita udah lelah, menunjang kehidupan kita untuk

masa depan, selalu dikejar-kejar buat hari ini, buat besok begitu terus.

16. T: Bagaimana pandangan anda terhadap lulusan yang memperoleh

pendidikan tinggi?

J: Ya klo kita pandang yang lulusan tinggi, ya kemungkinan emang klo

modalnya ada ya alhamdulillah pada berkah gitu, ya lumayan cukuplah kita

lihat sandaran hidupnya sampai dimana yang penting anak-anak lulus ghitu

aja. Ya, keterkaitan dengan kebutuhan. Klo untuk kehidupan emang masih

ngontrak. Ya klo saya sih sendiri gak mengharapkan ya terserah mereka

aja, klo secara logikan kan kita ngelihat orang yang tinggi kan repot juga,

seakan-akan kita sensitif terhadap orang yang pinter. Barangkali emang

tadinya orangnya gak sekolah dan dibebani hal keluarga, ya otomatis ya

kita pasang badan aja, tenaga, abis kita mau gimana, mau berbuat apa kita.

Sekarang kita mah selain kita berusaha, ikutin apa yang kita mampu kayak

gini ya udah gak ada lagi, klo kita ngebayangin orang yang udah lulus

sekolah pinter, jadi ini jadi aduh berabe, yang ada kelurga saya timbul stres.

Biarin ajalah mungkin rejeki dia, nasib dia, semuanya udah ada takdirnya.

Cuman kita belum bisa merubahnya kayak gini.

Page 103: PERSEPSI MASYARAKAT PEMULUNG TENTANG PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...(TPA) Rawa Kucing, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang. 2019 Penelitian ini

87

Hasil wawancara 5

Tanggal dan waktu:16/05/2019

Tempat: kedaung togo

Interviewer: pak Eman, 38 tahun

1. T: Sudah berapa lama memulung?

J: Dua tahun lah

2. T: Apa kegiatan anda selain bekerja?

J: Selain pemulung ya kadang-kadang kerja dibangunan, ya jadi buruh

3. T: Berapa pendapatan anda sehari atas pekerjaan tersebut ?

J: Kan namanya kerja disini kan gak ditentuin, kadang-kadang dapet

60.000, tergantung kitanya nyarinya, klo kitanya nyarinya dari pagi sampe

sore itu bisa 80.000 90.000 gitu.

4. T: Berapa pengeluaran harian anda untuk memenhi kebutuhan?

J: Sama, cukup gak cukup ya dicukup-cukupin lah kita bisa ngirit

5. T: Sebelumnya apa pekerjaan saudara sebelum memulung?

J: Saya kuli bangunan

6. T: Sampai jenjang mana pendidikan terakhir anda?

J: SMP

7. T: Apa usaha anda melanjutkan pendidikan?

J: Ada, pengen lanjut, tapi karena orang tua gak bisa ngebiayain ya udah

sampai situ aja

8. T: Apa hambatan anda melanjutkan pendidikan?

J: Keuangan

9. T: Apakah ada pengaruh dilingkungan anda untuk memperoleh

pendidikan?

J: Gak ada sih

10. T: Apakah ada hambatan saudara menyekolahkan anak anda? Jika ada

jelaskan

J: Ada, itu mah mah harus buat nyekolahin anak. Gak ada sih, belom ada

11. T: Apa harapan anda terhadap anak anda yang mendapat pendidikan

formal?

Page 104: PERSEPSI MASYARAKAT PEMULUNG TENTANG PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...(TPA) Rawa Kucing, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang. 2019 Penelitian ini

88

J: Ya biar dia bisa ngebantu saya klo udah tamat ghitu. Kan biar nanti dia

bisa kerja

12. T: Inginkah saudara, atau anak anda berpendidikan tinggi?

J: Semua juga begitu, pengen anaknya biar ijazah tinggi

13. T: Apakah keuntungan yang didapat jika jika mengenyam pendidikan?

J: Pendidikan 12 tahun itu penting

14. T: Apa persepsi anda terhadap pendidikan formal wajar 12 tahun? Perlu

atau tidak perlu jelaskan

J: itu perlu untuk masa depan

15. T: Menurut anda adakah keterkaitan antara tingkat pendidikan rendah

dengan jenis pekerjaan yang ditekuni?

J: Ada, yang namanya ijazah sampai SMP doang kan nyesel juga, gak bisa

nyenengin orang tua

16. T: Bagaimana pandangan anda terhadap lulusan yang memperoleh

pendidikan tinggi?

J: Enak juga dilihatnya klo punya pendidikan tinggi mah, usahanya juga

kan, masa depan anak terjamin, pendidikan mah harus tinggi, supaya masa

depannya gak kayak kita begini, jangan sampe lah, orang tuanya kan susah

payah, jangan sampe anaknya kayak begini.

Hasil wawancara 6

Tanggal dan waktu:16/05/2019

Tempat: Rawa Kucing

Interviewer: pak Nasir, 38 tahun

1. T: Sudah berapa lama memulung?

J: ya sekitar lima tahunan lah

2. T: Apa kegiatan anda selain bekerja?

J: Gak ada kegiatan lagi, langsung pulang.

3. T: Berapa pendapatan anda sehari atas pekerjaan tersebut ?

Page 105: PERSEPSI MASYARAKAT PEMULUNG TENTANG PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...(TPA) Rawa Kucing, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang. 2019 Penelitian ini

89

J: Sekarang minimal seharinya 40.000, kadang-kadang 50.000 tidak tentu

sih, namanya beginian mah kadang-kadang lebih dari 100.000

4. T: Berapa pengeluaran harian anda untuk memenhi kebutuhan?

J: Untuk pengeluaran sehari-hari lebih dari 40.000

5. T: Sebelumnya apa pekerjaan saudara sebelum memulung?

J: buruh pabrik

6. T: Sampai jenjang mana pendidikan terakhir anda?

J: SD, kelas 4 berhenti

7. T: Apa usaha anda melanjutkan pendidikan?

J: ngga ada

8. T: Apa hambatan anda melanjutkan pendidikan?

J: Terkendala di biaya

9. T: Apakah ada pengaruh dilingkungan anda untuk memperoleh

pendidikan?

J: Gak ada

10. T: Apakah ada hambatan saudara menyekolahkan anak anda? Jika ada

jelaskan

J: Alhamdulillah tidak ada hambatan

11. T: Apa harapan anda terhadap anak anda yang mendapat pendidikan

formal?

J: Harapannya, anak saya bisa lulus sekolah, jangan sampai kayak orang

tuanya. Orang tuanya kan udah gak lulus

12. T: Inginkah saudara, atau anak anda berpendidikan tinggi?

J: ya pengen pak yang namanya buat anak mah

13. T: Apakah keuntungan yang didapat jika jika mengenyam pendidikan?

J: keutungannya untuk masa depan

14. T: Apa persepsi anda terhadap pendidikan formal wajar 12 tahun? Perlu atau

tidak perlu jelaskan?

J: Perlu.

15. T: Menurut anda adakah keterkaitan antara tingkat pendidikan rendah dengan

jenis pekerjaan yang ditekuni?

Page 106: PERSEPSI MASYARAKAT PEMULUNG TENTANG PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...(TPA) Rawa Kucing, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang. 2019 Penelitian ini

90

J: Ngga ada yang penting kerjanya halal lah

16. T: Bagaimana pandangan anda terhadap lulusan yang memperoleh pendidikan

tinggi?

J: Bersyukur aja, namanya kita, sedikit-sedikit mungkin naroh, kadang-kadang

20.000. lebih bagus buat warga lah. Namanya sebagai orang tua, pendidikan

tinggi harus kita usahainlah, jangan sampai kayak orang tuanya yang belum lulus

Hasil wawancara 7

Tanggal dan waktu:16/05/2019

Tempat: kedaung baru

Interviewer: ibu Erna, 31 tahun

1. T: Sudah berapa lama memulung?

J: Sama dua tahun

2. T: Apa kegiatan anda selain bekerja?

J: Saya mah di rumah, pembantu rumah tangga

3. T: Berapa pendapatan anda sehari atas pekerjaan tersebut ?

J: Klo saya mah tergantung tenaga saya, perempuan kan beda, paling juga

30.000 ribu 50.000 dari pagi sampe sore

4. T: Berapa pengeluaran harian anda untuk memenhi kebutuhan?

J: Klo dipenuhin mah sehari 50.000 ya cukup gak cukup, ya di cukup-

cukupin

5. T: Sebelumnya apa pekerjaan saudara sebelum memulung?

J: Pembantu rumah tangga, apa ya disebutnya asisten rumah tangga

6. T: Sampai jenjang mana pendidikan terakhir anda?

J: SD kelas 6 gak lulus

7. T: Apa usaha anda melanjutkan pendidikan?

J: Sama saya kurang bianya makanya gak dilanjutin

8. T: Apa hambatan anda melanjutkan pendidikan?

J: Ekonomi

9. T: Apakah ada pengaruh dilingkungan anda untuk memperoleh

pendidikan?

J: Gak tau ya, gak ada kayaknya, se umur hidup baru begini

Page 107: PERSEPSI MASYARAKAT PEMULUNG TENTANG PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...(TPA) Rawa Kucing, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang. 2019 Penelitian ini

91

10. T: Apakah ada hambatan saudara menyekolahkan anak anda? Jika ada

jelaskan

J: Gak ada, cita-cita mah pengen nyekolahin sampai lanjut

11. T: Apa harapan anda terhadap anak anda yang mendapat pendidikan

formal?

J: Pengen ngelanjutin anak tapi gak ada biayanya, harapannya biar sukses

12. T: Inginkah saudara, atau anak anda berpendidikan tinggi?

J: Inginlah

13. T: Apakah keuntungan yang didapat jika mengenyam pendidikan?

J: keuntungannya bisa membantu keluarga

14. T: Apa persepsi anda terhadap pendidikan formal wajar 12 tahun?

J: Pentinglah, anak mah harus dipentingin

15. T: Menurut anda adakah keterkaitan antara tingkat pendidikan rendah

dengan jenis pekerjaan yang ditekuni?

J: Anak harus meningkatlah, gak tau saya

16. T: Bagaimana pandangan anda terhadap lulusan yang memperoleh

pendidikan tinggi?

J: Buat masa depan, pendidikan mah harus dicari buat masa depan anak

Hasil wawancara 8

Tanggal dan waktu: 16/05/2019 Asal: Kedaung, Tangerang

Tempat: TPA Rawa Kucing Umur: 40

Interviewer: Ibu Eni jenis kelamin: perempuan

1. T: Sudah berapa lama memulung?

J: Sama udah 4 tahunan dari buanngan sana ksini lagi

2. T: Apa kegiatan anda selain bekerja?

J: .Ini doang mulung, pemulung terus

3. T: Berapa pendapatan anda sehari atas pekerjaan tersebut ?

J: Enam puluh kalo lagi banyak kadang empat pulu

4. T: Berapa pengeluaran harian anda untuk memenhi kebutuhan?

Page 108: PERSEPSI MASYARAKAT PEMULUNG TENTANG PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...(TPA) Rawa Kucing, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang. 2019 Penelitian ini

92

J: Pengeluaran mah gede mah per harinya, lebih banyak bulan puasa kan

5. T: Sebelumnya apa pekerjaan saudara sebelum memulung?

J: Udah ini dari dulu pemulung dari punya anak satu

6. T: Sampai jenjang mana pendidikan terakhir anda?

J: Saya mah ngga sekolah dulu

7. T: Apa usaha anda melanjutkan pendidikan?

J: Ngga ada orang janda pak boro-boro bekal pendidikan

8. T: Apa hambatan anda melanjutkan pendidikan?

J: Iya karena ekonomi

9. T: Apakah ada pengaruh dilingkungan anda untuk memperoleh

pendidikan?

J: Ada sampe kelas enam doang abis ngga punya bapa ngga ada yang

biayaain

10. T: Apakah ada hambatan saudara menyekolahkan anak anda? Jika ada

jelaskan

J: Anak saya mah udah pada kawin semuanya

11. T: Apa harapan anda terhadap anak anda yang mendapat pendidikan

formal?

J: Kalo ada usahanya pengen, kalo saya buat kebutuhan sehari-hari saja

12. T: Inginkah saudara, atau anak anda berpendidikan tinggi?

J: Ya ingin sih pasti cuman kan kita begini

13. T: Apakah keuntungan yang didapat jika mengenyam pendidikan?

J: Untungnya mah enak berpendidikan tinggi

14. T: Apa persepsi anda terhadap pendidikan formal wajar 12 tahun?

J: Perlu kalo kita mah tapi boro-boro pemulung tapi kita pengen anak kita

berpeendidikan tinggi

15. T: Menurut anda adakah keterkaitan antara tingkat pendidikan rendah

dengan jenis pekerjaan yang ditekuni?

J: Jenis pekerjaan iya

16. T: Bagaimana pandangan anda terhadap lulusan yang memperoleh

pendidikan tinggi?

Page 109: PERSEPSI MASYARAKAT PEMULUNG TENTANG PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...(TPA) Rawa Kucing, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang. 2019 Penelitian ini

93

J: Ada tapi anak saya mah segitu doang pendidikannya sampe sd pada

berenti kasian ngeliat kita mulung pada berenti, pengen nyuksesin anak

berpendidikan tinggi

Hasil wawancara 9

Tanggal dan waktu: 16/05/2019 Asal: Kedaung, Tangerang

Tempat: TPA Rawa Kucing Umur: 60

Interviewer: Bapak Ali jenis kelamin: Laki-laki

1. T: Sudah berapa lama memulung?

J: Udah lama udah empat tahun lebih

2. T: Apa kegiatan anda selain bekerja?

J: Sama saya pemulung terus

3. T: Berapa pendapatan anda sehari atas pekerjaan tersebut ?

J: Paling enam puluh sama istri saya

4. T: Berapa pengeluaran harian anda untuk memenhi kebutuhan?

J: Haa sama pengeluarannya banyakan puasa

5. T: Sebelumnya apa pekerjaan saudara sebelum memulung?

J: Iya dari dulu juga saya mulung

6. T: Sampai jenjang mana pendidikan terakhir anda?

J: Ngga sekolah saya

7. T: Apa usaha anda melanjutkan pendidikan?

J: Ada tapi udah tua mah kan saya dulu juga ngga

8. T: Apa hambatan anda melanjutkan pendidikan?

J: Iya karena ekonomi

9. T: Apakah ada pengaruh dilingkungan anda untuk memperoleh

pendidikan?

J: ngga ada

10. T: Apakah ada hambatan saudara menyekolahkan anak anda? Jika ada

jelaskan

J: Hambatannya ngga ada cuman udah ngga pada sekolah juga

Page 110: PERSEPSI MASYARAKAT PEMULUNG TENTANG PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...(TPA) Rawa Kucing, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang. 2019 Penelitian ini

94

11. T: Apa harapan anda terhadap anak anda yang mendapat pendidikan

formal?

J: Kalo ada usahanya pengen kebutuhanya Cuma sehari doang

12. T: Inginkah saudara, atau anak anda berpendidikan tinggi?

J: Iya ingin cuman saya ngga mampu

13. T: Apakah keuntungan yang didapat jika jika mengenyam pendidikan?

J: Untungnya enak ngga jadi pemulung

14. T: Apa persepsi anda terhadap pendidikan formal wajar 12 tahun?

J: Yaa perlu haruslah sekolah

15. T: Menurut anda adakah keterkaitan antara tingkat pendidikan rendah

dengan jenis pekerjaan yang ditekuni?

J: Iyaa ada

16. T: Bagaimana pandangan anda terhadap lulusan yang memperoleh

pendidikan tinggi?

J: Yaa pengen lah seneng bisa membantu anak itu berpendidikan tinggi

Hasil wawancara 10

Nama: Cimey asal: Desa Togo, Tangerang

Waktu/tanggal : 10.31 23 juli 2019 tempat: TPA Rawa Kucing

Umur: 29 tahun

1. T: Sudah berapa lama memulung?

J: Gatau dah, lebih dari dua tahun dah kita patokin aja lima tahunan lah

2. T: Apa kegiatan anda selain bekerja?

J: Beli botol kecap, terus saya jual lagi

3. T: Berapa pendapatan anda sehari atas pekerjaan tersebut ?

J: Ngga gede paling tiga ratus

4. T: Berapa pengeluaran harian anda untuk memenhi kebutuhan?

J: Yah palig gocap

5. T: Sebelumnya apa pekerjaan saudara sebelum memulung?

Page 111: PERSEPSI MASYARAKAT PEMULUNG TENTANG PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...(TPA) Rawa Kucing, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang. 2019 Penelitian ini

95

J: Dagang kasur busa gitu

6. T: Sampai jenjang mana pendidikan terakhir anda?

J: Sekolah? Oh kita mah ancur kelas 5an sd udah berenti, ngga ngga ampe

lulus

7. T: Apa usaha anda melanjutkan pendidikan?

J: Yah ada sih dulu dagang-dagang

8. T: Apa hambatan anda melanjutkan pendidikan?

J: Ada sih ada cuman ada gitulah yaudah

9. T: Apakah ada pengaruh dilingkungan anda untuk memperoleh

pendidikan?

J: Ngga ada

10. T: Apakah ada hambatan saudara menyekolahkan anak anda? Jika ada

jelaskan

J: Anak masih kecil sih paling juga 3 tahun sih perempua, nggga ada sih

11. T: Apa harapan anda terhadap anak anda yang mendapat pendidikan

formal?

J: Yaa ada itu mah ada harapaan mah

12. T: Inginkah saudara, atau anak anda berpendidikan tinggi?

J: Inginlah jangan sampe kayak kita, busehh

13. T: Apakah keuntungan yang didapat jika jika mengenyam pendidikan?

J: ya mudah-mudahan bisa ngebantu orang tua

14. T: Apa persepsi anda terhadap pendidikan formal wajar 12 tahun?

J: Perlu sih pengennya begitu ngebahagiain orang tuanya

15. T: Menurut anda adakah keterkaitan antara tingkat pendidikan rendah

dengan jenis pekerjaan yang ditekuni?

J: Yaa ada, ada

16. T: Bagaimana pandangan anda terhadap lulusan yang memperoleh

pendidikan tinggi?

J: Yah biasa-biasa ajaah

17. T: Ingin tidak bapak bersekolah lagi ? ya kenapa tidak kenapa

Page 112: PERSEPSI MASYARAKAT PEMULUNG TENTANG PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...(TPA) Rawa Kucing, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang. 2019 Penelitian ini

96

J: Sayaa? Ngga lah kayak sekolah paket, kita mah dari umur bisa sih bisa

sih

18. T: Apakah ada keinginan dari bapak untuk PKBM ?

J: Yaa kadang-kadang malem sih dulu di desa ada cuman karena umur udah

begini

19. T: Kalaupun bisa kapan mulai mengikuti PKBM tersebut ?

J: Malem paling

20. T: Inginkah merubah nasib selain menjadi pemulung?

J: Ingin sih pasti

21. T: Setelah mendapatkan pendidikan formal atau ijazah kira-kira apa

setelahnya?

J: Pengennya saya yang lebih baik sih cuman kita udah lama sih di sini dari

kelas lima sd langsung

Hasil wawancara 11

Nama: Musnadi asal: Kotabumi, Tangerang

Waktu/tanggal : 10.38 23 juli 2019 tempat: TPA Rawa Kucing

Umur: 33

1. T: Sudah berapa lama memulung?

J: Ooh udah, saya sih udah jalan hampir 17 tahunan

2. T: Apa kegiatan anda selain bekerja?

J: Yaa kadang-kadang apa aja sih yang menghasilkan buat anak istri

3. T: Berapa pendapatan anda sehari atas pekerjaan tersebut ?

J: Ya pendapatan mah kadang-kadang 70

4. T: Berapa pengeluaran harian anda untuk memenhi kebutuhan?

J: Lebih ged pengeluaran

5. T: Sebelumnya apa pekerjaan saudara sebelum memulung?

J: Ya ngga ada lagi

6. T: Sampai jenjang mana pendidikan terakhir anda?

Page 113: PERSEPSI MASYARAKAT PEMULUNG TENTANG PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...(TPA) Rawa Kucing, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang. 2019 Penelitian ini

97

J: Cuman SD saya sama sih kelas lima

7. T: Apa usaha anda melanjutkan pendidikan?

J: Pengennya sih

8. T: Apa hambatan anda melanjutkan pendidikan?

J: Hambatannya sih karena faktor ekonomi biaya

9. T: Apakah ada pengaruh dilingkungan anda untuk memperoleh

pendidikan?

J: Ya ada sihh

10. T: Apakah ada hambatan saudara menyekolahkan anak anda? Jika ada

jelaskan

J: Ada juga

11. T: Apa harapan anda terhadap anak anda yang mendapat pendidikan

formal?

J: Ya pengennya sih kerja lebih baik dari kita lebih bagus

12. T: Inginkah saudara, atau anak anda berpendidikan tinggi?

J: Pengen

13. T: Apakah keuntungan yang didapat jika jika mengenyam pendidikan?

J: Ya keuntungannya sih buat nyenengin orang tua

14. T: Apa persepsi anda terhadap pendidikan formal wajar 12 tahun?

J: Kayaknya perlu juga sih

15. T: Menurut anda adakah keterkaitan antara tingkat pendidikan rendah

dengan jenis pekerjaan yang ditekuni?

J: Kayaknya iya, ada

16. T: Bagaimana pandangan anda terhadap lulusan yang memperoleh

pendidikan tinggi?

J: Biasa aja kayaknya

17. T: Ingin tidak bapak bersekolah lagi ? ya kenapa tidak kenapa

J: Saya sih pengen sih pengen

18. T: Apakah ada keinginan dari bapak untuk PKBM ?

J: pengen

19. T: Kalaupun bisa kapan mulai mengikuti PKBM tersebut ?

Page 114: PERSEPSI MASYARAKAT PEMULUNG TENTANG PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...(TPA) Rawa Kucing, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang. 2019 Penelitian ini

98

J: Yaa kalo bisa sih secepatnya gitu ya kalo ada biaya, Kalau bisa sih

malem

20. T: Inginkah merubah nasib selain menjadi pemulung?

J: Pengen bener

21. T: Setelah mendapatkan pendidikan formal atau ijazah kira-kira apa

setelahnya?

J: Yaa mau mencari pekerjaan layak aja gitu di pabrik

Hasil wawancara 12

Nama: Jeib asal: Kedaung baru, Tangerang

Waktu/tanggal : 10.43 23 juli 2019 tempat: TPA Rawa Kucing

Umur: 35

1. T: Sudah berapa lama memulung?

J: Udah dua puluan dua puluh tigaan lah

2. T: Apa kegiatan anda selain bekerja?

J: Ngga ada lagi

3. T: Berapa pendapatan anda sehari atas pekerjaan tersebut ?

J: Tiga puluh ribu

4. T: Berapa pengeluaran harian anda untuk memenhi kebutuhan?

J: Sebenarnya sih ngga memenuhi cuman kan kita atur-atur aja

5. T: Sebelumnya apa pekerjaan saudara sebelum memulung?

J: Waktu itu sih kerja di pabrik

6. T: Sampai jenjang mana pendidikan terakhir anda?

J: Sekolah dasar kelas 6

7. T: Apa usaha anda melanjutkan pendidikan?

J: Sebenarnya ada usaha pengen ke smp cuman karena biaya

8. T: Apa hambatan anda melanjutkan pendidikan?

J: Yaitu tadi karena biaya

9. T: Apakah ada pengaruh dilingkungan anda untuk memperoleh

pendidikan?

Page 115: PERSEPSI MASYARAKAT PEMULUNG TENTANG PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...(TPA) Rawa Kucing, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang. 2019 Penelitian ini

99

J: Ngga ada pengaruh

10. T: Apakah ada hambatan saudara menyekolahkan anak anda? Jika ada

jelaskan

J: Ngga ada hambatan

11. T: Apa harapan anda terhadap anak anda yang mendapat pendidikan

formal?

J: Ya itu bisa berguna ya pokoknya lebih dari orang tuanya

12. T: Inginkah saudara, atau anak anda berpendidikan tinggi?

J: Ya ingin

13. T: Apakah keuntungan yang didapat jika jika mengenyam pendidikan?

J: Yaa ada keuntungannya pasti

14. T: Apa persepsi anda terhadap pendidikan formal wajar 12 tahun?

J: Perlu ya biar bisa bersaing di pekerjaan kan sekarang kalo kerja

ditanyain pendidikan tingginya

15. T: Menurut anda adakah keterkaitan antara tingkat pendidikan rendah

dengan jenis pekerjaan yang ditekuni?

J: Ada ya jelas ada

16. T: Bagaimana pandangan anda terhadap lulusan yang memperoleh

pendidikan tinggi?

J: Ya kalo bisa mah jangan di beda bedain mah masalah pekerjaan

17. T: Ingin tidak bapak bersekolah lagi ? ya kenapa tidak kenapa

J: Ingin, biar bisa lebih baik dari sekarang

18. T: Apakah ada keinginan dari bapak untuk PKBM ?

J: Ada ingin

19. T: Kalaupun bisa kapan mulai mengikuti PKBM tersebut ?

J: Paling nunggu biaya dulu, Malem, pagi buat usaha

20. T: Inginkah merubah nasib selain menjadi pemulung?

J: Ingin banget

21. T: Setelah mendapatkan pendidikan formal atau ijazah kira-kira apa

setelahnya?

J: Pengen usaha aja gitu

Page 116: PERSEPSI MASYARAKAT PEMULUNG TENTANG PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...(TPA) Rawa Kucing, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang. 2019 Penelitian ini

100

Hasil Wawancara 13

Nama: Sulta asal: Pakuhaji Kulon Tangerang

Waktu/tanggal : 10.48 23 juli 2019 tempat: TPA Rawa Kucing

Umur: 39

1. T: Sudah berapa lama memulung?

J: Haa, hampir jalan 24 tahun

2. T: Apa kegiatan anda selain bekerja?

J: Pabrik sekali-kalinya itu juga ngga make ijasah di gang ati jakarta barat

3. T: Berapa pendapatan anda sehari atas pekerjaan tersebut ?

J: Ya alhamdulilah gocap lumayan buat dapur cuman kalo anak minta duit

bingung bang bener

4. T: Berapa pengeluaran harian anda untuk memenhi kebutuhan?

J: Sehari kadang-kadang kalo ngga gali lobang tutup lobang bisa sampe

enampuluan pengeluaran

5. T: Sebelumnya apa pekerjaan saudara sebelum memulung?

J: Nyetak ini gantungan ini apa baju

6. T: Sampai jenjang mana pendidikan terakhir anda?

J: Kelas lima SD itu alhamdulillah mau gimana lagi orang tuanya gak

mampu lah

7. T: Apa usaha anda melanjutkan pendidikan?

J: ngga ada usaha mah saya dulu dagang

8. T: Apa hambatan anda melanjutkan pendidikan?

J: hambatannya faktor ekonomi

9. T: Apakah ada pengaruh dilingkungan anda untuk memperoleh

pendidikan?

J: Yaa ada juga sih pengaruh cuman mau gimana lagi emang nasib kita

begini

10. T: Apakah ada hambatan saudara menyekolahkan anak anda? Jika ada

jelaskan

J: Ngga ada

Page 117: PERSEPSI MASYARAKAT PEMULUNG TENTANG PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...(TPA) Rawa Kucing, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang. 2019 Penelitian ini

101

11. T: Apa harapan anda terhadap anak anda yang mendapat pendidikan

formal?

J: Kalau saya sih pengen nyuksesin sih anak saya, supaya jangan kaya

orang tuanya, supaya bisa mengabdi orang tua, ngabdi negara, jangan

sampe ngalamin sampe kayak orang tuanya lah

12. T: Inginkah saudara, atau anak anda berpendidikan tinggi?

J: Insya Allah kalau misalnya tuhan berkehendak mah, ingin insya Allah

tapi saya ngikutin keadaannya ajah

13. T: Apakah keuntungan yang didapat jika jika mengenyam pendidikan?

J: Ya bahagia aja gitu senang kalau anak seneng orang tua juga ikutan

seneng. Kalau misalnya anak terjerumus yang engga-engga kan bingung

nyesel gitu udah capek capek memulung gak ada guna itu

14. T: Apa persepsi anda terhadap pendidikan formal wajar 12 tahun?

J: Kalau sebenarnya perlu, makanya saya bercita cita pengen jadi abri perlu

sebenarya

15. T: Menurut anda adakah keterkaitan antara tingkat pendidikan rendah

dengan jenis pekerjaan yang ditekuni?

J: Ada sih

16. T: Bagaimana pandangan anda terhadap lulusan yang memperoleh

pendidikan tinggi?

J: Kalau lulusan tinggi mah lebih layak lebih enak, di banding sama

pemulung susah payahnya minta ampun cuman butuh sabar aja

17. T: Ingin tidak bapak bersekolah lagi ? ya kenapa tidak kenapa

J: Ya kalau tuhan berkehendak aja pengen, pengen aja gitu kayak orang

orang orang hidup layak gitu

18. T: Apakah ada keinginan dari bapak untuk PKBM ?

J: Pengen serius, sebenernya pengen

19. T: Kalaupun bisa kapan mulai mengikuti PKBM tersebut ?

J: Ya insya Allah lah sesuai aturannya aja

20. T: Inginkah merubah nasib selain menjadi pemulung?

J: Pengen sih sebenarnya gitu

Page 118: PERSEPSI MASYARAKAT PEMULUNG TENTANG PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...(TPA) Rawa Kucing, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang. 2019 Penelitian ini

102

21. T: Setelah mendapatkan pendidikan formal atau ijazah kira-kira apa

setelahnya?

J: Pengenya sih kayak orang kantoran temen temen saya gitu sukses

Hasil wawancara 14

Nama: Purwanto asal: Kedaung, Tangerang

Waktu/tanggal : 10.54 23 juli 2019 tempat: TPA Rawa Kucing

Umur: 40 tahun

1. T: Sudah berapa lama memulung?

J: Kurang lebih 5 tahunan

2. T: Apa kegiatan anda selain bekerja?

J: Tadinya buka limbah, ngolah limbah beliin

3. T: Berapa pendapatan anda sehari atas pekerjaan tersebut ?

J: Paling normalnya enampuluh tujuh puluanlah

4. T: Berapa pengeluaran harian anda untuk memenhi kebutuhan?

J: Lebih dari lima puluh ngga sepadan

5. T: Sebelumnya apa pekerjaan saudara sebelum memulung?

J: Tadinya sebelum bekerja pemulung saya bekerja di kuli bangunan

proyek

6. T: Sampai jenjang mana pendidikan terakhir anda?

J: SMP kelas dua udah berenti belum sempat dapet ijazah

7. T: Apa usaha anda melanjutkan pendidikan?

J: Itu pengennya sih lanjut lagi kalo ada paket

8. T: Apa hambatan anda melanjutkan pendidikan?

J: Yang dulu itu pasti karena orang tua saya ngga mampu

9. T: Apakah ada pengaruh dilingkungan anda untuk memperoleh

pendidikan?

Page 119: PERSEPSI MASYARAKAT PEMULUNG TENTANG PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...(TPA) Rawa Kucing, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang. 2019 Penelitian ini

103

J: Oh ada

10. T: Apakah ada hambatan saudara menyekolahkan anak anda? Jika ada

jelaskan

J: Oh ada itu hambatan udah pasti banyak cuman bisa

11. T: Apa harapan anda terhadap anak anda yang mendapat pendidikan

formal?

J: Harapan saya kalau mampu nih ya biar tinggi sekolah mendapatkan

pekerjaan lebih layak

12. T: Inginkah saudara, atau anak anda berpendidikan tinggi?

J: Oh sudah pasti, udah pasti pengen lah

13. T: Apakah keuntungan yang didapat jika jika mengenyam pendidikan?

J: Keuntungannya, anak kalau udah pinter ngga perlu dibekali harta yang

penting pendidikan keuntunya itu dia mencari pasti lebih enak

14. T: Apa persepsi anda terhadap pendidikan formal wajar 12 tahun?

J: Perlu

15. T: Menurut anda adakah keterkaitan antara tingkat pendidikan rendah

dengan jenis pekerjaan yang ditekuni?

J: Jenis pekerjaan yang ditekuni itu pasti ada

16. T: Bagaimana pandangan anda terhadap lulusan yang memperoleh

pendidikan tinggi?

J: Pandangan saya tuh wah udah pasti enak udah pasti pinter kalau

pendidikan tinggi tuh udah pinter

17. T: Ingin tidak bapak bersekolah lagi ? ya kenapa tidak kenapa

J: ingin, karena saya kalau ngelamar kerja di pabrik itu pasti di tanyain

ijasah

18. T: Apakah ada keinginan dari bapak untuk PKBM ?

J: Udah pasti ada lah, tapi kalau sekarang dari faktor ekonomi, biayai anak

sekola, keluarga, buat makan, kalau ada waktu senggang mungkin bisa

19. T: Kalaupun bisa kapan mulai mengikuti PKBM tersebut ?

J: Ya mungkin kalo saya sekarang yang udah berkeluarga ini mungkin

malem, karena paginya buat usaha

Page 120: PERSEPSI MASYARAKAT PEMULUNG TENTANG PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...(TPA) Rawa Kucing, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang. 2019 Penelitian ini

104

20. T: Inginkah merubah nasib selain menjadi pemulung?

J: Udah pasti pingin

21. T: Setelah mendapatkan pendidikan formal atau ijazah kira-kira apa

setelahnya?

J: Kalau saya sih pengennya perdagangan

Lampiran 6 Brosur TPA Rawa Kucing

Page 121: PERSEPSI MASYARAKAT PEMULUNG TENTANG PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...(TPA) Rawa Kucing, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang. 2019 Penelitian ini

105

Lampiran Hasil Observasi

Page 122: PERSEPSI MASYARAKAT PEMULUNG TENTANG PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...(TPA) Rawa Kucing, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang. 2019 Penelitian ini

106

Tanggal: 10/05/2019

Tempat: TPA Rawa Kucing

Hasil Observasi

Peneliti ke tempat penelitian pada pagi hari tiba sampai di TPA pukul 08.00 WIB pagi hari

disana banyak truk pengangkut sampah yang memasuki area TPA dari berbagai kecamatan

kota Tangerang banyak pemulung di sekitar sektor satu yang sedang bekerja memilah sampah

dan ada pula yang sedang beristirahat di tempat gubuk-gubuk yang mereka buat sendiri. Ada

beberapa pemulung yang hanya memakai sepeda lalu memilah sampah disana dan langsung

pulang lagi, ada pula yang hanya berjalan kaki dari tempat tinggal mereka.

Kondisi ekonomi pada umumnya mereka hanya di bedakan antara pemulung dan pengepul

sampah, yang pemulung memiliki penghasilan yang dinyatakan kurang untuk memenuhi

kebutuhan hidup mereka sendiri sedangkan pengepul bisa memenuhi kehidupan mereka dari

penghasilannya namun mereka saling membantu satu sama lain terlihatnya dari bangunan

gubuk mereka yang beristirahat sama-sama. Namun ada beberapa pemulung yang hanya

sendiri mereka biasanya hanya mencari sampah dan langsung pulang mereka menukarkan

sampah-sampah tersebut di luar TPA rawa kucing. Mereka bekerja sejak pagi sampai sore,

kemudian mereka pulang ketempat tinggal mereka masing masing, karena pihak dari TPA

tersebut menjadwalkan atau menghimbau agar tidak ada pemulung yang tinggal di dalam TPA

tersebut. Beberapa ada yang tidak sampai sehari mereka hanya sejam atau dua jam mencari

sampah sesuai dengan tenaga mereka saja.

Page 123: PERSEPSI MASYARAKAT PEMULUNG TENTANG PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...(TPA) Rawa Kucing, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang. 2019 Penelitian ini

107

Lampiran 7 Surat turun lapangan

Page 124: PERSEPSI MASYARAKAT PEMULUNG TENTANG PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...(TPA) Rawa Kucing, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang. 2019 Penelitian ini

108

Lampiran foto dokumentasi

penelitian

(Bersama Pak Eman Pemulung TPA rawa Kucing)

(Foto dengan responden pak cimey setelah

wawancara)

(Pintu 3 TPA Rawa Kucing)

(Bersama Pak Purwanto setelah wawancara)

Page 125: PERSEPSI MASYARAKAT PEMULUNG TENTANG PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...(TPA) Rawa Kucing, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang. 2019 Penelitian ini

109

(Bersama pemulung TPA Rawa Kucing Sehabis wawancara)

(Tempat Istirahat pemulung dan wawancara dengan

beberapa pemulung)

Beberapa Sampah di TPA Rawa Kucing

Page 126: PERSEPSI MASYARAKAT PEMULUNG TENTANG PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...(TPA) Rawa Kucing, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang. 2019 Penelitian ini

110

Page 127: PERSEPSI MASYARAKAT PEMULUNG TENTANG PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...(TPA) Rawa Kucing, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang. 2019 Penelitian ini

111

Page 128: PERSEPSI MASYARAKAT PEMULUNG TENTANG PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...(TPA) Rawa Kucing, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang. 2019 Penelitian ini

112

Page 129: PERSEPSI MASYARAKAT PEMULUNG TENTANG PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...(TPA) Rawa Kucing, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang. 2019 Penelitian ini

113