Persepsi Guru Sekolah Dasar Terhadap Program Sertifikasi Guru

108
 i PERSEPSI GURU SEKOLAH DASAR TERHADAP PROGRAM SERTIFIKASI GURU DI KECAMATAN JIWAN KABUPATEN MADIUN SEBAGAI DASAR PENGUATAN KEBIJAKAN PEMERINTAH TENTANG SERTIFIKASI GURU TESIS Untuk memenuhi sebagian persyaratan Untuk mencapai derajad Sarjana S-2 Program Studi Kebijakan dan Pengembangan Pendidikan Oleh SUDARMAN NIM 05370056 PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2007

description

Persepsi Guru Sekolah Dasar Terhadap Program Sertifikasi GuruPersepsi Guru Sekolah Dasar Terhadap Program Sertifikasi Guru

Transcript of Persepsi Guru Sekolah Dasar Terhadap Program Sertifikasi Guru

  • i

    PERSEPSI GURU SEKOLAH DASAR TERHADAP PROGRAM SERTIFIKASI GURU

    DI KECAMATAN JIWAN KABUPATEN MADIUN SEBAGAI DASAR PENGUATAN KEBIJAKAN PEMERINTAH

    TENTANG SERTIFIKASI GURU

    TESIS

    Untuk memenuhi sebagian persyaratan Untuk mencapai derajad Sarjana S-2

    Program Studi Kebijakan dan Pengembangan Pendidikan

    Oleh SUDARMAN NIM 05370056

    PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

    2007

  • ii

    HALAMAN PERSETUJUAN

    Judul : Persepsi Guru Sekolah Dasar Terhadap Program Sertifikasi Guru di Kecamatan Jiwan Kabupaten Madiun Sebagai Dasar Penguatan Program Pemerintah Tentang

    Sertifikasi Guru. Nama Mahasiswa : SUDARMAN N I M : 05370056

    Telah disetujui Oleh :

    Pembimbing Utama

    Dr. Arif Budi Wurianto, Drs,M.Si.

    Pembimbing Pendamping

    Dra. Siti Fatimah Sunaryo, M.Pd.

    ii

  • iii

    TESIS

    Dipersiapkan dan disusun oleh

    SUDARMAN NIM : 05370056

    Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Pada tanggal 30 September 2007

    SUSUNAN DEWAN PENGUJI Pembimbing Utama

    Dr. ARIF BUDI WURIANTO, M.Si.

    Anggota Dewan Penguji,

    Dr. DWI PRIYO UTOMO, M.Pd. Pembimbing Pendamping,

    Dra. SITI FATIMAH SUNARYO, M.Pd.

    Drs. HARTONO, M.Pd.

    Tesis ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan untuk mencapai derajat gelar Magister Pendidikan

    Tanggal 30 September 2007

    Dr. H. ACHMAD HABIB, MA Direktur Program Pasca Sarjana

    iii

  • iv

    PERNYATAAN

    Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis ini tidak terdapat karya yang pernah

    diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan

    sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah

    ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam

    naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

    Malang, 30 September 2007

    S U D A R M A N NIM. 05370056

    iv

  • v

    M O T T O

    Bacalah atas nama Tuhanmu, gunakan hidupmu untuk terus membaca, karena membaca adalah kunci dari segala kesuksesan hidup

    v

  • vi

    HALAMAN PERSEMBAHAN

    Tesis ini kupersembahkan untuk :

    1. Istriku tercinta TIK SOEHINDRARTI EH, yang telah memberikan dukungan

    untuk menyelesaikan Program Pasca Sarjanaku.

    2. Anakku tercinta TYAR JATU ALMIRA dan ABHITAH NOVIAR JANITRA

    yang telah ikut memberikan inspirasi dalam menyelesaikan kuliah.

    vi

  • vii

    KATA PENGANTAR

    Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan

    rahmat, taufiq serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tesis yang

    berjudul Persepsi Guru Sekolah Dasar Terhadap Program Sertifikasi Guru di

    Kecamatan Jiwan Kabupaten Madiun Sebagai Dasar Penguatan Program Pemerintah

    Tentang Sertifikasi Guru dengan lancar.

    Dalam menyelesaikan tesis ini penulis banyak mendapatkan bantuan baik secara

    moral maupun secara material yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu.

    Untuk itu sebagai ungkapan rasa terima kasih yang setinggi-tingginya penulis

    sampaikan kepada yang terhormat Bapak/Ibu :

    1. Drs. H. Muhadjir Effendy, M.AP, selaku rektor Universitas Muhammadiyah

    Malang

    2. Dr. H. Achmad Habib, MA, sebagai Direktur Program Pasca Sarjana Universitas

    Muhammadiyah Malang

    3. Dr. Dwi Priyo Utomo, M.Pd, selaku Ketua Program Studi Kebijakan dan

    Pengembangan Pendidikan Program Pasca Sarjana UMM Malang

    4. Dr. Arif Budi Wurianto, Drs. M.Si, sebagai dosen pembimbing Utama

    5. Dra. Siti Fatimah Sunaryo, M.Pd, sebagai pembimbing pendamping

    6. Drs. Suwito, sebagai Kepala Cabang Dinas Pendidikan Kecamatan Jiwan

    7. Seluruh Kepala Sekolah Dasar se Kecamatan Jiwan

    vii

  • viii

    8. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian tesis ini yang tidak dapat

    disebutkan satu persatu.

    Penulis menyadari dengan sepenuh hati, bahwa tesis ini masih jauh dari

    kesempurnaan dan sudah barang tentu masih terdapat banyak kekurangan dan

    kelemahan yang disebabkan oleh dangkalnya pengetahuan penulis dan keterbatasan

    waktu. Untuk itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis

    harapkan.

    Mudah-mudahan tesis ini dapat bermanfaat bagi pembaca, terutama para

    pemerhati di bidang kebijakan dan pengembangan pendidikan.

    Malang, September 2007

    Penulis

    viii

  • ix

    DAFTAR ISI

    Hal. HALAMAN JUDUL ..................................................................................

    HALAMAN PERSETUJUAN ....................................................................

    HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................

    HALAMAN PERNYATAAN ....................................................................

    HALAMAN MOTTO .................................................................................

    HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................

    KATA PENGANTAR ................................................................................

    DAFTAR ISI ...............................................................................................

    DAFTAR TABEL .......................................................................................

    ABSTRAK ..................................................................................................

    i

    ii

    iii

    iv

    v

    vi

    vii

    ix

    xii

    xiii

    BAB I.

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang ...

    B. Fokus Penelitian

    C. Tujuan Penelitian ..

    D. Manfaat Penelitian

    1. Manfaat Teoritis .

    2. Manfaat Praktis ..

    E. Penegasan Istilah ...

    1

    8

    9

    9

    9

    10

    10

    ix

  • x

    BAB II.

    BAB III.

    BAB IV.

    KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

    A. Kajian Pustaka .

    1. Penelitian Terdahulu ..

    2. Kebijakan Pemerintah

    B. Landasan Teori .

    1. Konsep Persepsi

    2. Konsep Guru dan Peranannya ..

    3. Profesi Guru........................ ..

    4. Sertifikasi Guru ..

    METODE PENELITIAN

    A. Rangcangan Penelitian ..

    B. Lokasi Penelitian dan Informan Penelitian ......................

    C. Teknik Penelitian ..

    1. Teknik Pengumpulan Data .

    2. Teknik Pengolahan Data

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANNYA

    A. Gambaran Umum Pendidikan di Kecamatan Jiwan .

    B. Tanggapan Positif Guru Sekolah Dasar di Kecamatan Jiwan Terhadap Program Sertifikasi .................

    C. Tanggapan Negatif Guru Sekolah Dasar di Kecamatan Jiwan Terhadap Program Sertifikasi ..........

    D. Temuan-Temuan Penelitian................................................

    11

    11

    11

    13

    13

    19

    23

    28

    41

    41

    42

    42

    43

    47

    50

    64

    69

    x

  • xi

    BAB V. PENUTUP

    A. Kesimpulan .......................................................................

    B. Saran .................................................................................

    72

    73

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

    75

    77

    xi

  • xii

    DAFTAR TABEL

    Hal.

    Tabel 1. Daftar Guru dan Kualifikasi Akademik di Indonesia..............

    Tabel 2. Data Sekolah di Kecamatan Jiwan ..

    Tabel 3. Data Penyebaran Sekolah Dasar di Kecamatan Jiwan ............

    Tabel 4. Data Guru, Kepala Sekolah dan Penjaga.................................

    7

    47

    48

    49

    xii

  • xiii

    ABSTRACT

    Sudarman. 2007. The Elementary Teacher Perception on Teachers Certification in Jiwan Sub district Madiun Regency the Strengthen Base of Government Policy on Teachers Certification. The Education Development and Policy Study Program. Post Graduate Program UMM Malang. Advisor (I) Dr. Arif Budi Wurianto, Drs. M.Si, (II) Dra. Siti Fatimah, M,Pd.

    This study aims at sharing informations both positive and negative opinions of the Elementary Teacher in Jiwan Sub district on teachers certification program and to get some findings which can explain the Elementary teachers perception in Jiwan Sub district about teachers certification.

    This study is designed and analyzed with qualitative method or pospositivistic based on pospositivism philosophy. There are three kinds of data collection held to support to each other, those are observation, questionnaire and further interview of some respondents. The data analyzing of the study uses Interactive Model of Miles and Huberman started by collecting, reducing, presenting and verifying data.

    Positive respond from the teachers of Elementary School in Jiwan subdistrict to the program of teachers certification are (1) Fourteenth law, 2005 as a basic of law to increase teachers quality, (2) Undergraduate Degree? Four year diploma prgram as the academic qualification is appropriate with nowadays period and the progress of knowledge and technology, (3) Four of basic competence has to be owned by teacher, (4) Portfolio model certification is good for teacher, (5) Teachers conviction of professions subsidy.

    Negative respond from the teachers of Elementary School in Jiwan subdistrict to the program of teachers certification are (1) Fourteenth law, 2005 seems hard to be realized, (2) Teacher should not has an academic qualification of Undergraduate Degree / Four year diploma, (3) Lack of socialization on portfolio model certification, (4) Hard to get subsidy for profession.

    Result of the research which are connect to the teachers certificaton are (1) It needs much effort to get minimal score of governments requirement, (2) Deceit on collecting documents, (3) Innappropriate in choosing participants of portfolio certification.

    xiii

  • xiv

    ABSTRAKSI

    Sudarman, 2007. Persepsi Guru Sekolah Dasar Terhadap Program Sertifikasi Guru di Kecamatan Jiwan Kabupaten Madiun Sebagai Dasar Penguatan Kebijakan Pemerintah Tentang Sertifikasi Guru. Program Studi Kebijakan dan Pengembangan Pendidikan, Program Pasca Sarjana UMM Malang. Pembimbing (I) Dr. Arif Budi Wurianto, Drs. M.Si, (II) Dra. Siti Fatimah, M.Pd.

    Penelitian ini bertujuan untuk memberikan penjelasan tentang tanggapan positif dan tanggapan negatif guru Sekolah Dasar di Kecamatan Jiwan terhadap program sertifikasi guru dan memperoleh temuan-temuan yang dapat menjelaskan persepsi guru Sekolah Dasar di Kecamatan Jiwan terhadap sertifikasi guru.

    Penelitian ini dirancang dan dianalisis secara kualitatif atau postpositivistik yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme. Pengumpulan data dilakukan dengan tiga cara yang saling mendukung yaitu observasi, kuisioner dan wawancara yang mendalam dengan sejumlah informan. Pengolahan data pada penelitian ini menggunakan Model Interactive dari Miles and Huberman dimulai dari pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan verifikasi data.

    Tanggapan positif guru Sekolah Dasar di Kecamatan Jiwan terhadap program sertifikasi guru adalah (1) UU No.14 Tahun 2005 merupakan landasan hukum dalam meningkatkan kualitas guru, (2) kualifikasi akademik Sarjana/D IV bagi guru sudah sesuai dengan tuntutan jaman dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, (3) Guru wajib memiliki empat kompetensi dasar, (4) sertifikasi model portofolio sangat menguntungkan bagi guru, (5) tunjangan profesi diyakini guru akan dapat terealisasi.

    Tanggapan negatif guru Sekolah Dasar di Kecamatan Jiwan terhadap program sertifikasi guru adalah (1) UU No. 14 Tahun 2005 hanya merupakan janji yang sulit untuk terealisasi, (2) guru tidak harus berkualifikasi Sarjana/ D IV, (3) sertifikasi model portofolio kurang sosialisasi, (4) tunjangan profesi guru tidak akan dapat terealisasi.

    Temuan-temuan dalam penelitian yang terkait dengan sertifikasi guru adalah (1) Guru kurang yakin dapat mencapai skor minimal yang ditetapkan oleh pemerintah, (2) masih ada guru yang bermoral kurang baik dalam melengkapi dokumen, (3) penentuan peserta sertifikasi portofolio masih belum sesuai dengan aturan yang berlaku.

    .

    xiv

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Pendidikan mempunyai peranan yang sangat strategis dalam

    pembangunan suatu bangsa. Berbagai kajian di banyak negara menunjukkan

    kuatnya hubungan antara pendidikan dengan tingkat perkembangan bangsa-

    bangsa tersebut yang ditunjukkan oleh berbagai indikator ekonomi dan sosial

    budaya. Pendidikan yang mampu memfasilitasi perubahan adalah pendidikan

    yang merata, bermutu, dan relevan dengan kebutuhan masyarakat.

    Menyadari peran strategis pendidikan tersebut, pemerintah Indonesia

    senantiasa mendukung ide yang menempatkan sektor pendidikan, khususnya

    pendidikan dasar, sebagai prioritas dalam pembangunan nasional. Bahkan

    dalam masa krisis ekonomi sekalipun, pendidikan tetap mendapatkan

    perhatian meskipun fokusnya dibatasi pada upaya penanggulangan dampak

    krisis ekonomi terhadap pendidikan.

    Agar pembangunan pendidikan dapat berkontribusi terhadap

    peningkatan kualitas sumber daya manusia, terdapat tiga syarat utama yang

    harus diperhatikan yaitu : (1) sarana gedung, (2) buku yang memadai dan

    berkualitas serta (3) guru dan tenaga kependidikan yang profesional (Mulyasa,

    2005 : 3).

    Pengaruh pendidikan dapat dilihat dan dirasakan secara langsung

    dalam perkembangan serta kehidupan masyarakat, kehidupan kelompok dan

    1

  • 2

    kehidupan setiap individu. Jika di bidang-bidang lain seperti ekonomi,

    pertanian dan perindustrian berperan menciptakan sarana dan prasarana bagi

    kepentingan manusia, maka pendidikan berurusan langsung dengan

    pembentukan manusia. Pendidikan menentukan model manusia yang akan

    dihasilkannya. Pendidikan juga memberikan kontribusi yang sangat besar

    terhadap kemajuan suatu bangsa dan merupakan wahana dalam

    menterjemahkan pesan-pesan konstitusi serta sarana dalam membangun watak

    bangsa. Masyarakat yang cerdas akan memberikan nuansa kehidupan suatu

    bangsa yang cerdas pula dan secara progresif akan membentuk kemandirian

    dan kreatifitas.

    Untuk mewujudkan masyarakat madani dalam Negara Kesatuan

    Republik Indonesia yang lebih demokratis, transparan dan menjujung tinggi

    hak azasi manusia hanya dapat dilakukan melalui pendidikan. Hanya melalui

    pendidikan yang benar bangsa ini dapat membebaskan diri dari krisis

    multidimensi yang berkepanjangan. Pendidikan yang berkualitas juga dapat

    membebaskan masyarakat dari belenggu kemiskinan dan keterpurukan hidup.

    Pendidikan yang benar dan berkualitas adalah pendidikan yang dapat

    mengembangkan potensi masyarakat, mampu menumbuhkan kemauan, dapat

    membangkitkan generasi muda untuk menggali potensi dan

    mengembangkannya secara optimal bagi kepentingan pembangunan bangsa

    (Mulyasa : 2005).

    Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang

    Sistem Pendidikan Nasional mengemukakan bahwa pendidikan nasional

  • 3

    bertujuan mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

    beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,

    sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang

    demokratis serta bertanggungjawab dalam rangka mencerdaskan kehidupan

    bangsa.

    Untuk mencapai tujuan tersebut pemerintah telah menetapkan tiga

    rencana strategis yaitu (1) perluasan dan peningkatan akses, (2) peningkatan

    mutu, relevansi dan daya saing serta (3) peningkatan tata kelola pendidikan,

    transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan pendidikan.

    Salah satu komponen pendidikan yang sangat penting dalam rangka

    pelaksanaan rencana strategis tersebut adalah guru. Guru merupakan

    komponen pendidikan yang sangat menentukan dalam membentuk wajah

    pendidikan di Indonesia. Ujung tombak dari semua kebijakan pendidikan

    adalah guru. Gurulah yang akan membentuk watak dan jiwa bangsa, sehingga

    baik dan buruknya bangsa ini sangat tergantung pada guru. Banyaknya

    kejahatan, pencurian, kerusuhan, pengangguran disebabkan oleh guru yang

    salah dalam menerapkan pendidikan. Demikian juga bangsa yang malas,

    kurang kreatif, kurang berani mengambil resiko, kurang inovatif, culas,

    berjiwa korup, sering meyalahkan orang lain, semua itu sangat ditentukan oleh

    peran guru.

    Karena peran guru yang begitu besar, maka diperlukan guru yang

    profesional, kreatif, inovatif, mempunyai kemauan yang tinggi untuk terus

  • 4

    belajar, melek terhadap teknologi informasi, sehingga mampu mengikuti

    perkembangan zaman.

    Tuntutan profesionalisme guru terus didengungkan oleh berbagai

    kalangan di masyarakat kita, termasuk kalangan guru sendiri melalui berbagai

    organisasi guru yang ada, di samping tuntutan perbaikan taraf hidup guru.

    Mereka berharap, untuk meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan di

    Indonesia, diperlukan seorang guru yang profesional dalam mendidik siswa-

    siswinya di sekolah.

    Sejalan dengan tuntutan profesionalisme guru itulah, maka pemerintah

    mengeluarkan Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan

    Dosen. Dengan dikeluarkannya Undang-Undang tersebut guru diposisikan

    sebagai suatu profesi sebagaimana profesi dokter, hakim, jaksa, akuntan dan

    profesi-profesi lain yang akan mendapat penghargaan sepadan sesuai dengan

    profesinya masing-masing.

    Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,

    mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi

    peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal,

    pendidikan dasar, dan pendidikan menengah (UU No. 14/2005 : pasal 1).

    Guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada jenjang

    pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan anak usia dini pada

    jalur formal yang diangkat sesuai dengan peraturan perundang-undangan (UU

    No. 14/2005 : pasal 2). Pengakuan kedudukan guru sebagai tenaga

  • 5

    profesional seperti yang dimaksudkan di atas dibuktikan dengan sertifikasi

    pendidik (UU No. 14/2005 : pasal 2).

    Profesi guru merupakan bidang pekerjaan khusus yang tentunya tidak

    bisa dilakukan oleh sembarangan orang dan hanya bisa dilaksanakan oleh

    orang-orang terdidik yang sudah disiapkan untuk menekuni bidang

    pendidikan. Pekerjaan khusus tersebut dilaksanakan dengan prinsip-prinsip

    (1) memiliki bakat, minat, panggilan jiwa dan idealisme, (2) memiliki

    komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan

    akhlak mulia, (3) memiliki kualitas akademik dan latar belakang pendidikan

    sesuai dengan bidang tugasnya, (4) memiliki kompetensi yang diperlukan

    sesuai dengan bidang tugasnya, (5) memiliki tanggungjawab atas pelaksanaan

    tugas keprofesionalan, (6) memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai

    dengan prestasi kerja, (7) memiliki kesempatan untuk mengembangkan

    keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat, (8)

    memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas

    keprofesionalan dan (9) memilik organisasi profesi yang mempunyai

    kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas profesi guru.

    Sebagai profesi guru wajib memiliki kualifikasi akademik,

    kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki

    kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kualifikasi

    akademik yang disyaratkan bagi guru adalah guru harus mempunyai

    pendidikan sarjana atau diploma empat. Sedangkan kompetensi guru yang

    dipersyaratkan adalah kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,

  • 6

    kompetensi sosial dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui

    pendidikan profesi.

    Sertifikasi pendidik diperoleh melalui program pendidikan profesi

    yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang memiliki program

    pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi dan ditetapkan oleh

    pemerintah. Syarat dan materi sertifikasi ditetapkan dengan Peraturan

    Pemerintah Tentang Guru yang saat ini masih menunggu verifikasi dan

    pengesahan dari pemerintah.

    Karena Peraturan Pemerintah Tentang Guru belum selesai dan

    program sertifikasi guru sudah dicanangkan sejak tahun 2006, maka

    pelaksanaan sertifikasi guru kemungkinan menggunakan Peraturan Menteri

    Pendidikan Nasional (www.depdiknas.go.id diakses : 9 Pebruari 2007 ).

    Menurut Mendiknas, sertifikasi guru pada APBN 2006 disediakan anggaran

    sebesar 35,8 miliar untuk mensertifikasi 20.000 guru, sedangkan pada APBN

    2007 disediakan anggaran sebesar 380,9 miliar untuk mensertifikasi 190.450

    guru (www.depdiknas.go.id diakses : 9 Pebruari 2007 ). Pelaksanaan

    sertifikasi akan mendahulukan 20.000 guru yang berasal dari kuota tahun 2006

    yaitu 14.000 guru Sekolah Dasar (SD) dan 6.000 guru Sekolah Menengah

    Pertama (SMP).

    Menurut data dari Depdiknas tahun 2007 jumlah guru di Indonesia

    sebanyak 2.224.721 orang guru dengan kualifikasi pendidikan seperti terlihat

    dalam Tabel 1.

  • 7

    Tabel 1. Data Guru dan Kualifikasi Akademik di Indonesia

    Kualifikasi Pendidikan No Jenjang Jumlah S 1 D 3 D 2 D 1 1. TK 137.069 5.318 - 7.539 124.143 2. SLB 8.304 3.886 467 - 3.951 3. SD 1.234.927 103.116 26.798 495.700 609.189 4. SMP 466.748 197.621 117.154 999.557 52.416 5. SMA 230.114 168.167 55.043 4.349 2.531 6. SMK 147.559 95.161 44.533 2.641 5.297 Jumlah 2.224.721 573.269 243.995 609.786 797.527

    Sumber : Depdiknas 2007

    Dari data tersebut di atas menunjukkan bahwa jumlah guru Sekolah

    Dasar menduduki peringkat pertama diantara jenjang pendidikan lainnya.

    Dari 1.234.927 orang guru SD, hanya 103.116 (8,35 %) orang yang

    berpendidikan Sarjana dan sebanyak 609.189 (49,33 %) orang guru yang

    berpendidikan D1. Karena jumlahnya yang cukup banyak dan rata-rata

    tingkat pendidikan guru rendah, maka guru SD mengahadapi permasalahan

    yang sangat komplek.

    Persepsi mencakup kemampuan untuk mengadakan diskriminasi yang

    tepat antara dua perangsang atau lebih, berdasarkan pembedaan antara ciri-ciri

    fisik yang khas pada masing-masing rangsangan (Winkel 1996 : 249).

    Adanya kemampuan ini dinyatakan dalam suatu reaksi yang menunjukkan

    kesadaran akan hadirnya rangsangan (stimulus) dan perbedaan antara

    rangsangan-rangsangan yang ada. Persepsi termasuk ranah psikomotorik

    menurut klasifikasi Simpson, dengan kemampuan internal individu yaitu

    menafsirkan suatu rangsangan, kepekaan terhadap suatu rangsangan dan

    kemampuan untuk membedakan suatu rangsangan.

  • 8

    Kepekaan, penafsiran dan kemampuan membedakan terhadap

    rangsang yang berupa informasi tentang aturan dan perundang-undangan

    sangat diperlukan oleh guru, sehingga pada saat guru melaksanakan dan

    menjalani aturan tersebut benar-benar paham sesuai dengan aturan yang

    dikehendaki. Bearangkat dari situasi itulah maka persepsi terhadap program

    sertifikasi guru sangat penting bagi setiap guru.

    Di lain pihak belum semua guru di setiap jenjang pendidikan

    memahami terhadap sertifikasi guru. Bagaimana aturan main dan

    persyaratan sertifikasi guru, peraturan-peraturan yang melandasi sertifikasi

    guru, Lembaga penyelenggara sertifikasi guru, belum banyak dimengerti oleh

    guru. Apalagi guru-guru yang berada di daerah terpencil yang belum

    terjangkau oleh arus informasi dan komunikasi.

    Bertitik tolak dari hal tersebut di atas , maka penulis ingin melakukan

    penelitian yang berjudul Persepsi Guru Sekolah Dasar Terhadap Program

    Sertifikasi Guru Di Kecamatan Jiwan Kabupaten Madiun Sebagai Dasar

    Penguatan Kebijakan Pemerintah Tentang Sertifikasi Guru

    B. Fokus Penelitian

    Dalam pandangan penelitian kualitatif gejala dari suatu obyek bersifat

    holistik (menyeluruh, tidak dapat dipisah-pisahkan), oleh karena itu perlu

    ditetapkan suatu fokus. Fokus penelitian dalam penelitian kualitatif

    merupakan batasan masalah. Dalam penelitian ini yang menjadi fokus

    penelitian adalah sebagai berikut :

  • 9

    1. Bagaimanakah tanggapan positif guru Sekolah Dasar di Kecamatan Jiwan

    terhadap program sertifikasi ?

    2. Bagaimanakah tanggapan negatif guru Sekolah Dasar di Kecamatan Jiwan

    terhadap program sertifikasi ?

    3. Temuan-temuan apakah yang dapat menjelaskan tanggapan positif dan

    negatif guru Sekolah Dasar di Kecamatan Jiwan terhadap program

    sertifikasi ?

    C. Tujuan Penelitian

    Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan penjelasan tentang :

    1. Tanggapan positif guru Sekolah Dasar di Kecamatan Jiwan terhadap

    program sertifikasi.

    2. Tanggapan negatif guru Sekolah Dasar di Kecamatan Jiwan terhadap

    program sertifikasi.

    3. Temuan-temuan yang dapat menjelaskan tanggapan positi dan negatif

    guru Sekolah Dasar di Kecamatan Jiwan terhadap sertifikasi.

    D. Manfaat Penelitian

    1. Manfaat Teoritik

    a. Penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam pengembangan ilmu

    pengetahuan terutama di bidang pengembangan kebijakan pendidikan.

    b. Bagi para peneliti, penelitian ini dapat diajdikan referensi dalam penelitian

    lanjutan di bidang pengembangan kebijakan pendidikan

  • 10

    2. Manfaat Praktis

    a. Bagi sekolah, dapat memberikan gambaran dan masukan dalam rangka

    pelaksanaan sertifikasi guru sekolah dasar di Kecamatan Jiwan Kabupaten

    Madiun.

    b. Bagi Dinas Pendidikan dan para pengambil kebijakan, penelitian ini dapat

    dijadikan cermin tentang pelaksanaan sertifikasi guru sekolah dasar di

    Kabupatren Madiun

    E. Penegasan Istilah

    1. Persepsi

    Persepsi secara umum merupakan suatu tanggapan berdasarkan suatu evaluasi

    yang ditujukan terhadap suatu obyek yang berupa program sertifikasi guru dan

    dinyatakan secara verbal.

    2. Tanggapan Positif

    Tanggapan positif yaitu pandangan terhadap suatu obyek dan menuju pada

    suatu keadaan dimana subyek yang memberikan tanggapan cenderung

    menerima obyek (program sertifikasi guru) yang ditangkapnya sesuai dengan

    pribadinya.

    3. Tanggapan Negatif

    Tanggapan negatif yaitu pandangan terhadap suatu obyek dan menunjukkan

    pada keadaan dimana subyek yang memberikan tanggapan cenderung

    menolak obyek (program sertifikasi guru) yang ditangkapnya karena tidak

    sesuai dengan pribadinya.

  • 11

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

    A. Kajian Pustaka

    1. Penelitian Terdahulu

    Penelitian yang membahas tentang persepsi guru terhadap pelaksanaan

    program sertifikasi belum banyak dilakukan oleh para peneliti, hal ini

    disebabkan sertifikasi guru baru akan dilaksanakan oleh pemerintah di seluruh

    Indonesia setelah dikeluarkan Peraturan Pemerintah tentang Sertifikasi Guru.

    Hasil penelitian yang agak relevan yaitu Basri ( 2002 ) menyatakan

    bahwa pada umumnya belum ada kesamaan persepsi guru SMK Negeri di

    Kotamadya Banjarmasin terhadap implementasi Pendidikan Sistem Ganda

    (PSG). Demikian juga dengan Hendarman (2003) menyimpulkan dalam

    penelitiannya yang berjudul Persepsi Guru dan Institusi Pasangan Tentang

    Kendala-Kendala Implementasi Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan

    Kelompok Pariwisata bahwa antara guru dan institusi pasangan mempunyai

    persepsi yang berbeda terhadap implementasi kurikulum.

    2. Kebijakan Pemerintah

    Kebijakan pemerintah yang mendasari Sertifikasi Guru adalah

    Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen. Di dalam

    pasal 8 disebutkan bahwa guru wajib memiliki kualifikasi akademik,

    kompetensi, sertifikasi pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki

    kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

    11

  • 12

    Sertifikasi pendidik diberikan kepada guru yang telah memenuhi

    persyaratan (UU No. 14 Tahun 2005 pasal 11). Sertifikasi pendidik diperoleh

    melalui program pendidikan profesi yang diselenggarakan oleh perguruan

    tinggi yang memiliki program pengadaan tenaga kependidikan yang

    terakreditasi dan ditetapkan oleh pemerintah. Beban belajar pendidikan

    profesi untuk guru pada satuan pendidikaan TK dan SD atau yang sederajat

    adalah 18 sampai 20 satuan kredit semester. Sedangkan untuk satuan

    pendidikan setingkat SMP dan SMA atau yang sederajat adalah 30 sampai 40

    satuan kredit semester.

    Muatan pendidikan profesi meliputi kompetensi pedagogik,

    kepribadian, sosial dan profesional. Bobot muatan kompetensi disesuaikan

    dengan latar belakang pendidikan yaitu untuk lulusan program sarjana (S1)

    atai diploma empat (D-IV) kependidikan dititik beratkan pada penguatan

    kompetensi profesional. Sedangkan untuk lulusan sarjana (S1) atau diploma

    empat (D-IV) non-kependididkan dititik beratkan pengembangan kompetensi

    pedagogik. Program sertifikasi profesi diakhiri dengan uji sertifikasi pendidik

    yaitu melalui ujian tertulis dan ujian kinerja. Ujian kinerja dilaksanakan

    secara holistik yang mencakup ujian kompetensi pedagogik, kepribadian,

    sosial dan profesional. Sertifikat pendidik dianggap sah setelah mendapatkan

    nomor registrasi unik dari Departemen Pendidikan Nasional

  • 13

    B. Landasan Teori

    1. Konsep Persepsi

    a. Pengertian Persepsi

    Persepsi dalam Psikologi diartikan sebagai salah satu perangkat

    psikologis yang menandai kemampuan seseorang untuk mengenal dan

    memaknakan sesuatu objek yang ada di lingkungannya. Menurut Scheerer

    persepsi adalah representasi phenomenal tentang objek distal sebagai hasil dari

    pengorganisasian dari objek distal itu sendiri, medium dan rangsangan

    proksinal. Dalam persepsi dibutuhkan adanya objek atau stimulus yang

    mengenai alat indera dengan perantaraan syaraf sensorik, kemudian diteruskan

    ke otak sebagai pusat kesadaran (proses psikologis). Selanjutnya, dalam otak

    terjadilah sesuatu proses hingga individu itu dapat mengalami persepsi (proses

    psikologis).

    Persepsi merupakan suatu proses dimana seseorang

    mengorganisasikan dalam pikirannya, menafsirkannya, mengalami, dan

    mengelola pertanda atas segala sesuatu yang terjadi di lingkungannya

    (Hammer dan Morgan dalam Ibrahim, 1983 : 33). Sedangkan menurut Abizar

    (1988 : 18) mengatakan bahwa persepsi adalah suatu proses dengan mana

    seseorang individu memilih, mengevaluasi dan mengorganisasi stimulus dari

    lingkungannya. Persepsi juga menentukan cara kita berperilaku terhadap

    suatu obyek atau permasalahan, bagaimana segala sesuatu itu mempengaruhi

    persepsi seseorang nantinya akan mempengaruhi perilaku yang dipilihnya.

  • 14

    Persepsi, menurut Jalaludin (1998: 51), adalah pengalaman tentang

    objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan

    menyimpulkan informasi dan menafslrkan pesan.

    Menurut Ruch (1967: 300), persepsi adalah suatu proses tentang

    petunjukpetunjuk inderawi (sensory) dan pengalaman masa lampau yang

    relevan diorganisasikan untuk memberikan kepada kita gambaran yang

    terstruktur dan bermakna pada suatu situasi tertentu. Senada dengan hal

    tersebut Atkinson dan Hilgard (1991: 201) mengemukakan bahwa persepsi

    adalah proses dimana kita menafsirkan dan mengorganisasikan pola stimulus

    dalam lingkungan. Gibson dan Donely (1994: 53) menjelaskan bahwa

    persepsi adalah proses pemberian arti terhadap lingkungan oleh seorang

    individu.

    Dikarenakan persepsi bertautan dengan cara mendapatkan pengetahuan

    khusus tentang kejadian pada saat tertentu, maka persepsi terjadi kapan saja

    stimulus menggerakkan indera. Dalam hal ini persepsi diartikan sebagai

    proses mengetahui atau mengenali obyek dan kejadian obyektif dengan

    bantuan indera (Chaplin, 1989: 358)

    Sebagai cara pandang, persepsi timbul karena adanya respon terhadap

    stimulus. Stimulus yang diterima seseorang sangat komplek, stimulus masuk

    ke dalam otak, kernudian diartikan, ditafsirkan serta diberi makna melalui

    proses yang rumit baru kemudian dihasilkan persepsi (Atkinson dan Hilgard,

    1991 : 209). Dalam hal ini, persepsi mencakup penerimaan stimulus (inputs),

    pengorganisasian stimulus dan penerjemahan atau penafsiran stimulus yang

  • 15

    telah diorganisasi dengan cara yang dapat mempengaruhi perilaku dan

    membentuk sikap, sehingga orang dapat cenderung menafsirkan perilaku

    orang lain sesuai dengan keadaannya sendiri (Gibson, 1986: 54).

    b. Pembentukan Persepsi dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

    Proses pembentukan persepsi sebagai pemaknaan hasil pengamatan

    yang diawali dengan adanya stimuli. Setelah mendapat stimuli, pada tahap

    selanjutnya terjadi seleksi yang berinteraksi dengan "interpretation", begitu

    juga berinteraksi dengan "closure". Proses seleksi terjadi pada saat seseorang

    memperoleh informasi, maka akan berlangsung proses penyeleksian pesan

    tentang mana pesan yang dianggap penting dan tidak penting. Proses closure

    terjadi ketika hasil seleksi tersebut akan disusun menjadi satu kesatuan yang

    berurutan dan bermakna, sedangkan interpretasi berlangsung ketika yang

    bersangkutan memberi tafsiran atau makna terhadap informasi tersebut secara

    menyeluruh. Menurut Asngari (1984: 12-13) pada fase interpretasi ini,

    pengalaman masa silam atau dahulu. memegang peranan yang penting.

    Bagaimana seseorang melakukan persepsi serta bagaimana suatu

    rangsangan dipersepsi banyak faktor yang mempengaruhinya. Suatu stimulus

    yang sama bisa dipersepsi berbeda oleh orang lain yang berbeda juga.

    Ada beberapa karakteristik yang mempengaruhi suatu persepsi

    seseorang yaitu (1) faktor ciri khas dari obyek stimulus (2) faktor-faktor

    pribadi (3) faktor pengaruh kelompok dan (4) faktor perbedaan latar belakang.

  • 16

    Faktor dari obyek stimulus terdiri dari (1) nilai dari stimulus (2) arti

    emosional orang yang bersangkutan (3) familiaritas dan (4) intensitas yang

    berhubungan dengan derajad kesadaran seseorang mengenai stimulus tersebut.

    Termasuk di dalam faktor pribadi yaitu ciri khas individu seperti taraf

    kecerdasan, minat, emosional dan sebagainya. Respon orang lain dapat

    memberi kearah suatu tingkah laku konform. Studi Flamen (1961)

    menemukan bahwa adanya kohesi dalam kelompok yang berpengaruh dapat

    menyebabkan perubahan persepsi pada anggota. Perbedaan latar belakang

    seseorang juga sangat berpengaruh terhadap persepsi seseorang terhadap suatu

    stimulus.

    Secara umum ada beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi yaitu :

    1). Faktor-Faktor Fungsional

    Faktor-faktor fungsional ini juga disebut sebagai faktor personal

    atau perseptor, karena merupakan pengaruh-pengaruh di dalam individu

    yang mengadakan persepsi seperti kebutuhan, pengalaman masa lalu dan

    hal-hal lainnya. Berarti persepsi bersifat selektif secara fungsional

    sehingga obyek-obyek yang mendapatkan tekanan dalam persepsi

    biasanya obyek-obyek yang memenuhi tujuan individu yang melakukan

    persepsi.

    Termasuk dalam faktor fungsional ini adalah pengaruh kebutuhan,

    kesiapan mental, suasana emosional dan latar belakang sosial budaya. Jadi

    yang menentukan persepsi bukan jenis atau bentuk stimulus tetapi

    karakteristik orang menentukan respon atau stimulus.

  • 17

    2). Faktor-Faktor Struktural

    Faktor struktural merupakan pengaruh yang berasal dari sifat

    stimulus fisik dan efek-efek yang ditimbulkan pada sistem syaraf individu.

    Prinsip yang bersifat struktural yaitu apabila kita mempersepsikan sesuatu,

    maka kita akan mempersepsikan sebagian suatu keseluruhan. Jika kita

    ingin memahami sutau peristiwa, kita tidak dapat meneliti faktor-faktor

    yang terpisah, tetapi harus mendorongnya dalam hubungan keseluruhan.

    Sebagai contoh dalam memahami seseorang kita harus melihat

    masalah-masalah yang dihadapinya, konteksnya maupun lingkungan sosial

    budayanya. Dalam mengorganisasi sesuatu, kita harus melihat

    konteksnya. Walaupun stimulus yang kita terima tidak lengkap, kita akan

    mengisinya dengan interpretasi yang konsisten dengan rangkaian stimulus

    yang kita persepsi.

    Oleh karena manusia selalu memandang stimulus dalam

    konteksnya, maka manusia akan mencari struktur pada rangkaian stimulus

    yang diperoleh dengan jalan mengelompokkan berdasarkan kedekatan atau

    persamaan, sehingga dari prinsip ini berarti obyek atau peristiwa yang

    berdekatan dalam ruang dan waktu atau menyerupai satu sama lain,

    cenderung ditanggapi sebagai bagian dari struktur yang sama.

    c. Bentuk-Bentuk Persepsi

    Persepsi secara umum merupakan suatu tanggapan berdasarkan suatu

    evaluasi yang ditujukan terhadap suatu obyek dan dinyatakan secara verbal,

    sedangkan bentuk-bentuk persepsi merupakan pandangan yang berdasarkan

  • 18

    penilaian terhadap suatu obyek yang terjadi, kapan saja, dimana saja, jika

    stimulus mempengaruhinya. Persepsi yang meliputi proses kognitif mencakup

    proses penafsiran obyek, tanda dan orang dari sudut pengalaman yang

    bersangkutan.

    Oleh karena itu dalam menerima suatu stimulus kemampuan manusia

    sangatlah terbatas, sehingga manusia tidak mampu memproses seluruh

    stimulus yang ditangkapnya. Artinya meskipun sering disadari, stimulus yang

    akan dipersepsi selalu dipilih suatu stimulus yang mempunyai relevansi dan

    bermakna baginya. Dengan demikian dapat diketahui ada dua bentuk persepsi

    yaitu yang bersifat positif dan negatif.

    1). Persepsi Positif

    Persepsi positif yaitu persepsi atau pandangan terhadap suatu

    obyek dan menuju pada suatu keadaan dimana subyek yang

    mempersepsikan cenderung menerima obyek yang ditangkap karena sesuai

    dengan pribadinya.

    2). Persepsi Negatif

    Yaitu persepsi atau pandangan terhadap suatu obyek dan menunjuk

    pada keadaan dimana subyek yang mempersepsi cenderung menolak

    obyek yang ditangkap karena tidak sesuai dengan pribadinya.

  • 19

    2. Konsep Guru dan Peranannya

    a. Pengertian Guru

    Guru secara sederhana dapat diartikan sebagai orang yang memberikan

    ilmu pengetahuan kepada anak didik (Anwar Q & Sagala S, 2004 : 120).

    Karena tugasnya itulah, guru dapat menambah kewibawaannya dan

    keberadaan guru sangat diperlukan masyarakat, mereka tidak meragukan lagi

    akan urgensinya guru bagi anak didik.

    Menurut Undang Undang No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan

    Dosen, guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,

    mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi

    peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal,

    pendidikan dasar dan pendidikan menengah.

    b. Peran Guru

    Menurut Manan dalam Mulyasa (2005) sedikitnya ada 19 peran guru

    yaitu sebagai pendidik, pengajar, pembimbing, pelatih, penasehat, pembaharu,

    model dan teladan, pribadi, peneliti, pendorong kreatifitas, pembangkit

    pandangan, pekerja rutin, pemindah kemah, pembawa cerita, aktor,

    emansipator, evaluator, pengawet dan kulminator.

    Sedangkan menurut Undang Undang No. 20 Tahun 2003 dan Undang

    Undang No. 14 Tahun 2005 peran guru adalah sebagai pendidik, pengajar,

    pembimbing, pengarah, pelatih, penilai dan pengevaluasi dari peserta didik.

  • 20

    1). Guru Sebagai Pendidik

    Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan dan

    identifikasi bagi para peserta didik dan lingkungannya. Oleh karena itu

    guru harus mempunyai standar kualitas pribadi tertentu, yang mencakup

    tanggungjawab, wibawa, mandiri dan disiplin.

    Guru harus memahami nilai-nilai, norma moral dan sosial, serta

    berusaha berperilaku dan berbuat sesuai dengan nilai dan norma tersebut.

    Guru juga harus bertanggung jawab terhadap tindakannya dalam proses

    pembelajaran di sekolah.

    Sebagai pendidik guru harus berani mengambil keputusan secara

    mandiri berkaitan dengan pembelajaran dan pembentukan kompetensi,

    serta bertindak sesuai dengan kondisi peserta didik dan lingkungan.

    2). Guru Sebagai Pengajar

    Di dalam tugasnya, guru membantu peserta didik yang sedang

    berkembang untuk mempelajari sesuatu yang belum diketahuinya,

    membentuk kompetensi dan memahami materi standar yang dipelajari.

    Guru sebagai pengajar, harus terus mengikuti perkembangan teknologi,

    sehinga apa yang disampaikan kepada peserta didik merupakan hal-hal

    yang uptodate dan tidak ketinggalan jaman.

    Perkembangan teknologi mengubah peran guru dari pengajar yang

    bertugas menyampaikan materi pembelajaran menjadi fasilitator yang

    bertugas memberikan kemudahan belajar. Hal itu dimungkinkan karena

    perkembangan teknologi menimbulkan banyak buku dengan harga relatif

  • 21

    murah dan peserta didik dapat belajar melalui internet dengan tanpa

    batasan waktu dan ruang, belajar melalui televisi, radio dan surat kabar

    yang setiap saat hadir di hadapan kita.

    Derasnya arus informasi, serta cepatnya perkembangan teknologi

    dan ilmu pengetahuan telah memunculkan pertanyaan terhadap tugas guru

    sebagai pengajar. Masihkah guru diperlukan mengajar di depan kelas

    seorang diri , menginformasikan, menerangkan dan menjelaskan. Untuk

    itu guru harus senantiasa mengembangkan profesinya secara profesional,

    sehingga tugas dan peran guru sebagai pengajar masih tetap diperlukan

    sepanjang hayat.

    3). Guru Sebagai Pembimbing

    Guru sebagai pembimbing dapat diibaratkan sebagai pembimbing

    perjalanan yang berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya yang

    bertanggungjawab. Sebagai pembimbing, guru harus merumuskan tujuan

    secara jelas, menetapkan waktu perjalanan, menetapkan jalan yang harus

    ditempuh, menggunakan petunjuk perjalanan serta menilai kelancarannya

    sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan peserta didik.

    Sebagai pembimbing semua kegiatan yang dilakukan oleh guru

    harus berdasarkan kerjasama yang baik antara guru dengan peserta didik.

    Guru memiliki hak dan tanggungjawab dalam setiap perjalanan yang

    direncanakan dan dilaksanakannya.

  • 22

    4). Guru Sebagai Pengarah

    Guru adalah seorang pengarah bagi peserta didik, bahkan bagi

    orang tua. Sebagai pengarah guru harus mampu mengarkan peserta didik

    dalam memecahkan permasalahan-permasalahan yang dihadapi,

    mengarahkan peserta didik dalam mengambil suatu keputusan dan

    menemukan jati dirinya.

    Guru juga dituntut untuk mengarahkan peserta didik dalam

    mengembangkan potensi dirinya, sehingga peserta didik dapat

    membangun karakter yang baik bagi dirinya dalam menghadapi kehidupan

    nyata di masyarakat.

    5). Guru Sebagai Pelatih

    Proses pendidikan dan pembelajaran memerlukan latihan

    ketrampilan, baik intelektual maupun motorik, sehingga menuntut guru

    untuk bertindak sebagai pelatih, yang bertugas melatih peserta didik dalam

    pembentukan kompetensi dasar sesuai dengan potensi masing-masing

    peserta didik.

    Pelatihan yang dilakukan, disamping harus memperhatikan

    kompetensi dasar dan materi standar, juga harus mampu memperhatikan

    perbedaan individual peserta didik dan lingkungannya. Untuk itu guru

    harus banyak tahu, meskipun tidak mencakup semua hal dan tidak setiap

    hal secara sempurna, karena hal itu tidaklah mungkin.

  • 23

    6). Guru Sebagai Penilai

    Penilaian atau evalusi merupakan aspek pembelajaran yang paling

    kompleks, karena melibatkan banyak latar belakang dan hubungan, serta

    variabel lain yang mempunyai arti apabila berhubungan dengan konteks

    yang hampir tidak mungkin dapat dipisahkan dengan setiap segi penilaian.

    Tidak ada pembelajaran tanpa penilaian, karena penilaian merupakan

    proses menetapkan kualitas hasil belajar, atau proses untuk menentukan

    tingkat pencapaian tujuan pembelajaran peserta didik.

    Sebagai suatu proses, penilaian dilaksanakan dengan prinsip-

    prinsip dan dengan teknik yang sesuai, mungkin tes atau non tes. Teknik

    apapun yang dipilih, penilaian harus dilakukan dengan prosedur yang

    jelas, yang meliputi tiga tahap, yaitu persiapan, pelaksanaan dan tindak

    lanjut.

    Mengingat kompleksnya proses penilaian, maka guru perlu

    memiliki pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang memadai. Guru harus

    memahami teknik evaluasi, baik tes maupun non tes yang meliputi jenis

    masing-masing teknik, karakteristik, prosedur pengembangan, serta cara

    menentukan baik atau tidaknya ditinjau dari berbagai segi, validitas,

    reliabilitas, daya beda dan tingkat kesukaran soal.

    3. Profesi Guru

    a. Pengertian Profesi

    Pengertian profesi adalah suatu pernyataan atau suatu janji terbuka

    (to profess artinya menyatakan), yang menyatakan bahwa seseorang itu

  • 24

    mengabdikan dirinya pada suatu jabatan atau pelayanan karena orang tersebut

    merasa terpanggil untuk menjabat pekerjaan itu. (Sahertian, 1994 : 26)

    Pengertian profesi menurut Hornby dalam Roestiyah (1982 : 176)

    accuption is one reguiring, advanced educational and special training

    Profesi adalah suatu pekerjaan yang memerlukan pendidikan lanjut dan latihan

    khusus. Sutisna (1983 : 302) mengemukakan bahwa profesi adalah suatu

    pekerjaan yang meminta pendidikan tertentu dalam liberal arts atau science

    dan biasanya meliputi pekerjaan mental, seperti : mengajar, pekerja Sosial,

    pengarang dan seterusnya terutama kedokteran, hukum / teologi.

    Sejalan dengan itu, Ornstein dan Levine dalam Soetjipto dan Kosasi.

    (1999:15) menyatakan bahwa profesi adalah jabatan yang mengandung

    pengertian ; 1) melayani masyarakat, merupakan karier yang akan

    dilaksanakan sepanjang hayat (tidak berganti-ganti pekerjaan), 2) memerlukan

    bidang ilmu dan ketrampilan tertentu diluar jangkauan khalayak ramai (tidak

    setiap orang dapat melakukannya) 3) menggunakan hasil penelitian dan

    aplikasi dari teori ke praktek (teori baru di kembangkan dari hasil penelitian)

    4) memerlukan latihan khusus dengan waktu yang panjang, 5) terkendali

    berdasarkan lisensi baku dan/atau mempunyai persyaratan masuk (untuk

    menduduki jabatan tersebut memerlukan izin tertentu atau persyaratan khusus

    yang ditentukan untuk dapat mendudukinya), 6) otonomi dalam membuat

    keputusan tentang ruang lingkup kerja tertentu atau adanya persyaratan

    tertentu (tidak teratur orang lain), 7) menerima tanggung jawab terhadap

    keputusan yang diambil dan unjuk kerja yang ditampilkan yang berhubungan

  • 25

    dengan layanan yang diberikan (langsung bertanggung jawab terhadap apa

    yang diputuskannya, tidak pindah ke atasan atau instansi yang lebih tinggi).

    Mempunyai sekumpulan untuk kerja yang baku, 8) mempunyai komitmen

    terhadap jabatan dan klien; dengan penekanan terhadap layanan yang akan

    diberikan, 9) menggunakan administrator untuk memindahkan profesinya;

    relatif bebas dari supervisi dalam jabatan (misalnya: dokter memakai tenaga

    administrator untuk mendata klien, sementara tidak ada supervisi dari luar

    terhadap pekerjaan dokter itu sendiri), 10) mempunyai organisasi yang diatur

    oleh anggota profesi sendiri, 11) mempunyai profesi dan atau kelompok elit

    untuk mengetahui dan mengakui keberhasilan, 12) mempunyai kode etik

    untuk menjelaskan hal-hal yang meragukan atau menyaksikan yang

    berhubungan dengan layanan yang diberikan, 13) mempunyai kadar

    kepercayaan yang tinggi dari publik kepercayaan diri setiap anggotanya

    (anggota masyarakat selalu meyakini dokter lebih tahu tentang penyakit pasien

    yang dilayani). 14) mempunyai status sosial dan ekonomi yang tinggi (bila di

    banding dengan jabatan lainnya).

    Pengertian jabatan profesional perlu dibedakan dari pekerjaan yang

    menuntut dan dapat dipenuhi lewat pembiasaan melakukan ketrampilan

    tertentu (magang, keterlibatan langsung dalam situasi kerja dilingkungannya,

    dan ketrampilan kerja sebagai warisan orang tua atau pendahulunya). Seorang

    pekerja profesional perlu dibedakan dari: pertama, seorang teknisi, kedua

    (pekerja profesional dan teknisi) dapat saa tampil dengan unjuk kerja yang

    sama (misalnya: menguasai tehnik kerja sama, menguasai prosedur yang

  • 26

    sama, dapat memecahkan masalah-masalah teknik dalam bidang kerjanya),

    tetapi seorang yang profesional dituntut menguasai visi yang mendasari

    ketrampilan yang menyangkut wawasan filosofis, pertimbangan rasional, dan

    memiliki pola yang positif dalam melaksanakan serta mengembangkan mutu

    karyanya ( Joni: 1980:6)

    Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh

    seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan

    keahlian, kemahiran atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma

    tertentu serta memerlukan pendidikan profesi (UU No. 14/2005).

    b. Profesi Guru

    Guru sebagai profesi, bukan lagi dianggap sebagai pekerjaan biasa,

    tetapi suatu pekerjaan yang memerlukan pendidikan dan keahlian tertentu

    yang tidak dapat dilakukan oleh sembarangan orang.

    Guru mengemban tugas sebagaimana dinyatakan dalam Undang-

    Undang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003, dalam pasal 39 ayat 1.

    Tenaga kependidikan bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan,

    pengembangan, pengawasan dan pelayanan teknis untuk menunjang proses

    pendidikan pada satuan pendidikan. Sedangkan ayat 2 berbunyi pendidik

    merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan

    proses pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan serta

    melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi

    pendidik pada perguruan tinggi.

  • 27

    Di dalam Undang Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen

    pasal 1 menyebutkan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas

    utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan

    mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan

    formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Pengakuan guru sebagai

    tenaga profesional dibuktikan dengan sertifikat pendidik.

    c. Syarat Syarat Menjadi Guru Profesional

    Menjadi seorang guru bukanlah pekerjaan gampang, seperti yang

    dibayangkan sebagian orang, dengan bermodal penguasaan materi dan

    menyampaikannya kepada peserta didik, hal ini belum cukup untuk dikatakan

    sebagi guru yang memiliki pekerjaan profesional. Guru harus memiliki

    berbagai ketrampilan, kemampuan khusus, mencintai pekerjaannya dan

    menjaga kode etik guru.

    Menurut Oemar Hamalik dalam Yamin (2006 : 7) guru profesional

    harus memiliki persyaratan yang meliputi (1) memiliki bakat sebagai guru, (2)

    memiliki keahlian sebagai guru, (3) memiliki keahlian yang baik dan

    terintegrasi, (4) memiliki mental yang sehat, (5) berbadan sehat, (6) memiliki

    pengalaman dan pengetahuan yang luas, (7) berjiwa Pancasila, (8) merupakan

    warga negara yang baik.

    Sedangkan menurut Undang Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru

    dan Dosen pasal 7, profesi guru merupakan bidang pekerjaan khusus yang

    dilaksanakan berdasarkan prinsip sebagai berikut : (1) memiliki bakat, minat,

    panggilan jiwa dan idealisme, (2) memiliki komitmen untuk meningkatkan

  • 28

    mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan dan akhlak mulia, (3) memiliki

    kualitas akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas,

    (4) memilik kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas, (5)

    memiliki tanggungjawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan, (6)

    memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja, (7)

    memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara

    berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat, (8) memiliki jaminan

    perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan dan (9)

    memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal

    yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru.

    4. Sertifikasi Guru

    a. Pengertian Sertifikasi

    Guru merupakan kunci dalam peningkatan mutu pendidikan dan

    mereka berada di titik sentral dari setiap usaha reformasi pendidikan yang

    diarahkan pada perubahan-perubahan kualitatif. Setiap usaha peningkatan

    mutu pendidikan seperti pembaharuan kurikulum, pengembangan metode-

    metode mengajar, penyediaan sarana dan prasarana hanya akan berarti jika

    melibatkan guru. Artinya titik total pembangunan pendidikan tergantung dari

    bagaimana membangun mutu guru ke arah yang profesional.

    Dalam kenyataannya mutu guru di Indonesia sangat beragam dan rata-

    rata masih di bawah standar yang telah ditentukan. Banyak guru yang belum

    memenuhi standar kualifikasi pendidikan dan belum mempunyai kompetensi

    yang telah disyaratkan.

  • 29

    Sertitifikasi adalah pemberian sertifikat kompetensi atau surat

    keterangan sebagai pengakuan terhadap kemampuan seseorang dalam

    melakukan suatu pekerjaan setelah lulus uji kompetensi. Sertifikasi berasal

    dari kata certification yang berarti diploma atau pengakuan secara resmi

    kompetensi seseorang untuk memangku sesuatu jabatan profesional.

    Sertifikasi guru dapat diartikan sebagai surat bukti kemampuan mengajar

    dalam mata pelajaran, jenjang dan bentuk pendidikan tertentu seperti yang

    diterangkan dalam sertifikat kompetensi tersebut (depdiknas, 2003).

    Dalam Undang Undang No. 14/2005 pasal 2, disebutkan bahwa

    pengakuan guru sebagai tenaga yang profesional dibuktikan dengan sertifikasi

    pendidik. Selanjutnya pasal 11 menjelaskan bahwa sertifikasi pendidik

    diberikan kepada guru yang telah memenuhi persyaratan. Sertifikasi pendidik

    diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang memiliki program pengadaan

    tenaga kependidikan yang terakreditasi.

    Menurut Samani (2006 : 8) sertifikat pendidik adalah bukti formal

    dari pemenuhan dua syarat, yaitu kualifikasi akademik minimum dan

    penguasaan kompetensi minimal sebagai guru. Sedangkan menurut Trianto

    dan Tutik (2007 : 9) Sertifikat pendidik adalah surat keterangan yang

    diberikan suatu lembaga pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi

    sebagai bukti formal kelayakan profesi guru, yaitu memenuhi kualifikasi

    pendidikan minimum dan menguasai kompetensi minimal sebagai agen

    pembelajaran.

  • 30

    Sertifikasi guru dapat diartikan sebagai suatu proses pemeberian

    pengakuan bahwa seseorang telah memiliki kompetensi untuk melaksanakan

    pelayanan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu, setelah lulus uji

    kompetensi yang diselenggarakan oleh lembaga sertifikasi (Mulyasa, 2007 :

    34).

    Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Sertifikasi pendidik adalah

    suatu bukti pengakuan sebagai tenaga profesional yang telah dimiliki oleh

    seorang pendidik dalam melaksanakan pelayanan pendidikan pada satuan

    pendidikan tertentu, setelah yang bersangkutan menempuh uji kompetensi

    yang dilakukan oleh lembaga sertifikasi.

    b. Tujuan dan Manfaat Sertifikasi

    Menurut Wibowo dalam Mulyasa (2007 : 35) mengungkapkan bahwa

    tujuan sertifikasi guru adalah (1) melindungi profesi pendidik dan tenaga

    kependidikan, (2) melindungi masyarakat dari praktik-praktik yang tidak

    kompeten, sehingga merusak citra pendidik dan tenaga kependidikan, (3)

    membantu dan melindungi lembaga penyelenggara pendidikan, dengan

    menyediakan rambu-rambu dan instrumen untuk melakukan seleksi terhadap

    pelamar yang kompeten, (4) membangun citra masyarakat terhadap profesi

    pendidik dan tenaga kependidikan, (5) memberikan solusi dalam rangka

    meningkatkan mutu pendidikan dan tenaga kependidikan.

    Sedangkan menurut Departemen Pendidikan Nasional mengungkapkan

    bahwa tujuan sertifikasi guru adalah (1) menentukan kelayakan guru dalam

    melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran, (2) meningkatkan

  • 31

    profesionalisme guru, (3) meningkatkan proses dan hasil pendidikan, (4)

    mempercepat terwujudnya tujuan pendidikan nasional.

    Manfaat sertifikasi pendidik dan kependidikan menurut Mulyasa

    (2007: 35) yaitu untuk pengawasan dan penjaminan mutu tenaga kependidikan

    dalam rangka pengembangan kompetensi, pengembangan karir tenaga

    kependidikan secara berkelanjutan dan peningkatan program pelatihan yang

    lebih bermutu.

    c. Kerangka Sertifikasi

    Sertifikasi guru merupakan amanat Undang-Undang Republik

    Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

    Sertifikasi dapat berbentuk ijazah dan sertifikat kompetensi, tetapi bukan

    sertifikat yang diperoleh melalui pertemuan ilmiah seperti seminar, diskusi

    panel, lokakarya dan simposium (UU RI No. 20/2003 pasal 61). Sertifikat

    kompetensi diperoleh dari penyelenggara pendidikan dan lembaga pelatihan

    setelah lulus uji kompetensi yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan

    yang terakreditasi atau lembaga sertifikasi.

    Sertifikasi guru dikenakan terhadap calon guru lulusan LPTK,

    maupun yang berasal dari perguruan tinggi nonkependidikan bidang ilmu

    tertentu yang ingin memilih guru sebagai profesi. Bagi lulusan dari perguruan

    tinggi nonkependidikaan sebelum mengikuti uji sertifikasi dipersyaratkan

    mengikuti program pembentukan kemampuan mengajar di LPTK.

  • 32

    Kerangka pelaksanaan sertifikasi kompetensi guru baik lulusan sarjana

    kependidikan maupun lulusan sarjana nonkependidikan, menurut Mulyasa

    (2007: 40) dapat dijelaskan sebagai berikut :

    Pertama, lulusan program sarjana kependidikan sudah mengalami

    pembentukan kompetensi menmgajar, sehingga mereka hanya memerlukan uji

    kompetensi yang dilaksanakan oleh pendidikan tinggi yang memeliki Program

    Pengadaan Tenaga Kependidikan (PPTK) terakreditasi dan ditunjuk oleh

    Ditjen Dikti Departemen Pendidikan Nasional.

    Kedua, lulusan program sarjana nonkependidikan harus terlebih dahulu

    mengikuti proses pembentukan kompetensi mengajar pada perguruan tinggi

    yang memiliki Program Pengadaan Tenaga Kependidikan (PPTK) secara

    tersetruktur. Setelah dinyatakan lulus dalam pembentukan kompetensi

    mengajar, baru mengikuti sertifikasi.

    Ketiga, penyelenggara program Pembentukan Kompetensi Mengajar

    dipersyaratkan adanya status lembaga LPTK yang terakreditasi. Sedangkan

    untuk pelaksanaan uji kompetensi sebagai bentuk audit atau evaluasi

    kompetensi mengajar guru harus dilaksanakan oleh LPTK terakreditasi yang

    ditunjuk dan ditetapkan oleh Ditjen Dikti Depdiknas.

    Keempat, peserta uji kompetensi yang telah dinyatakan lulus, baik

    yang berasal dari lulusan program sarjana pendidikan maupun sarjana

    nonkependidikan diberikan sertifikat kompetensi sebagai bukti yang

    bersangkutan memiliki kewenangan untuk melakukan praktik dalam bidang

    profesi guru pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.

  • 33

    Kelima, peserta uji kompetensi yang berasal dari guru yang sudah

    melaksanakan tugas dalam interval waktu tertentu sebagai bentuk kegiatan

    penyegaran dan pemutakhiran kembali sesuai dengan tuntutan kemajuan ilmu

    pengetahuan dan teknologi serta persyaratan dunia kerja. Disamping itu uji

    kompetensi juga diperlukan bagi yang tidak melakukan tugas profesinya

    sebagai guru dalam jangka waktu tertentu.

    d. Standar Kompetensi Guru dalam Sertifikasi

    Menurut Broke and Stone dalam Mulyasa (2007 : 25) kompetensi

    guru sebagai .. descriptive of qualitative nature of teacher behavior appears to

    be entirely meaningful (kompetensi guru merupakan gambaran kualitatif

    tentang hakekat perilaku guru yang penuh arti).

    Menurut UU RI No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen,

    dijelaskan bahwa kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan

    dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen

    dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.

    Sedangkan menurut Mulyasa (2007 : 26) menyatakan bahwa

    kompetensi mengacu pada kemampuan melaksanakan sesuatu yang diperoleh

    melalui pendidikan. Kompetensi guru menunjuk kepada performance dan

    perbuatan yang rasional untuk memenuhi spesifikasi tertentu di dalam

    pelaksanaan tugas-tugas pendidikan.

    Dari uraian di atas, nampak bahwa kompetensi guru merupakan

    gambaran tentang kemampuan guru yang mencakup pengetahuan, ketrampilan

  • 34

    dan perilaku guru yang harus dikuasai agar dapat menjalankan tugas secara

    profesional.

    Kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi

    kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional (UUGD No. 14

    /2005 : pasal 10 ). Empat kompetensi guru seperti yang diamanatkan dalam

    Undang-Undang tersebut merupakan standar kompetensi yang harus dikusai

    oleh guru. Dengan kompetensi tersebut diharapkan guru dapat melaksanakan

    tugas sebagai tenaga kependidikan yang profesioanal yaitu sebagai agen

    pembelajaran.

    Kompetensi pedagogik yaitu kemampuan mengelola pembelajaran

    peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan

    dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan

    peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

    Kompetensi kepribadian yaitu kemampuan kepribadian yang mantap,

    stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik dan

    berakhlak mulia. Guru dalam melaksanakan tugasnya harus bersikap terbuka,

    kritis dan skeptis untuk mengaktualisasi penguasaan isi bidang studi.

    Kompetensi sosial merupakan kemampuan pendidik sebagai bagian

    dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan

    peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta

    didik, dan masyarakat sekitar.

    Kompetensi profesional yaitu kemampuan penguasaan materi

    pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya

  • 35

    membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan

    dalam standar nasional pendidikan.

    Keempat standar kompetensi guru tersebut dijabarkan dalam bentuk

    kisi-kisi standar kompetensi guru dalam sertifikasi seperti terdapat dalam

    Lampiran.

    e. Sertifikasi Guru dengan Portofolio

    Guru dalam jabatan atau guru yang sudah memiliki pengalaman

    mengajar proses sertifikasi guru dilakukan dengan berlandaskan pada

    Permendiknas No. 18 Tahun 2007. Uji kompetensi untuk memperoleh

    sertifikat pendidik dilakukan dalam bentuk penilaian portofolio. Portofolio

    adalah bukti fisik (dokumen) yang menggambarkan pengalaman

    berkarya/prestasi yang dicapai dalam menjalankan tugas profesi sebagai guru

    dalam interval waktu tertentu. Dokumen ini terkait dengan unsur pengalaman,

    karya dan prestasi selama guru yang bersangkutan menjalankan peran sebagai

    agen pembelajaran (kompetensi kepribadian, pedagogik, profesional dan

    sosial).

    Dalam Permendiknas No. 18 Tahun 2007 tentang sertifikasi bagi guru

    dalam jabatan komponen portofolio meliputi: (1) kualifikasi akademik, (2)

    pendidikan dan pelatihan, (3) pengalaman mengajar, (4) perencanaan dan

    pelaksanaan pembelajaran, (5) penilaian dari atasan dan pengawas, (6) prestasi

    akademik, (7) karya pengembangan profesi, (8) keikutsertaan dalam forum

    ilmiah, (9) pengalaman organisasi di bidang kependidikan dan sosial, serta

    (10) penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan.

  • 36

    Kualifikasi akademik yaitu tingkat pendidikan formal yang telah

    dicapai sampai dengan guru mengikuti sertifikasi, baik pendidikan gelas ( S1,

    S2 atau S3 ) maupun non gelas ( D4 atau Post Graduate diploma ), baik di

    dalam maupun di luar negeri. Bukti fisik yang terkait dengan komponen ini

    berupa ijazah atau sertifikat diploma.

    Pendidikan dan Pelatihan yaitu pengalaman dalam mengikuti kegiatan

    pendidik dan pelatihan dalam rangka pengembangan dan/atau peningkatan

    kompetensi dalam melaksanakan tugas sebagai pendidikan, baik pada tingkat

    kecamatan, kabupaten/kota, propinsi, nasional, maupun internasional. Bukti

    fisik komponen ini dapat berupa sertifikat, piagam, atau surat keterangan dari

    lembaga penyelnggara diklat.

    Pengalaman mengajar yaitu masa kerja guru dalam melaksanakan

    tugas sebagai pendidik pada satuan pendidikan tertentu sesuai dengan surat

    tugas dari lembaga yang berwenang (dapat dari Pemerintah, dan/atau

    kelompok masyarakat penyelenggara pendidikan). Bukti fisik dari komponen

    ini dapat berupa surat keputusan / surat keterangan yang sah dari lembaga

    yang berwenang.

    Perencanaan Pembelajaran yaitu persiapan mengelola pembelajaran

    yang akan dilaksanakan dalam kelas pada setiap tatap muka. Perencanaan

    pembelajaran ini paling tidak memuat perumusan tujuan / kompetensi,

    pemilihan dan pengorganisasian materi, pemilihan sumber / media

    pembelajaran, skenario pembelajaran, dan penilaian hasil belajar. Bukti fisik

  • 37

    dari sub komponen ini berupa dokumen perencanaan pembelajaran ( RP / RPP

    / SP ) yang diketahui / disahkan oleh atasan.

    Pelaksanaan pembelajaran yaitu kegiatan guru dalam mengelola

    pembelajaran di kelas. Kegiatan ini mencakup tahapan pra pembelajaran (

    pengecekan kesiapan kelas dan apersepsi ), kegiatan inti ( penguasaan materi,

    strategi pembelajaran, pemanfaatan media / sumber belajar, evaluasi,

    penggunaan bahasa), dan penutup ( refleksi, rangkuman, dan tindak lanjut ).

    Bukti fisik yang dilampirkan berupa dokumen hasil penilaian oleh kepala

    sekolah dan/atau pengawas tentang pelaksanaan pembelajaran yang dikelola

    oleh guru.

    Penilaian dari atasan dan pengawas yaitu penilaian atasan terhadap

    kompetensi kepribadian dansosial, yang meliputi aspek-aspek ketaatan

    menjalankan ajaran agama, tanggung jawab, kejujuran, kedisiplinan,

    keteladanan, etos kerja, inovasi dan kreativitas, kemampuan menerima kritik

    dan saran, kemampuan berkomunikasi dan kemampuan bekerjasama dengan

    menggunakan format penilaian.

    Prestasi akademik yaitu prestasi yang dicapai guru, utamanya yang

    terkait dengan bidang keahliannya yang mendapat pengakuan dari

    lembaga/panitia penyelenggara, baik tingkat kecamatan, kabupaten/kota,

    provinsi, nasional, maupun internasional. Komponen ini meliputi lomba dan

    karya akademik ( juara lomba atau penemuan karya monumental di bidang

    pendidikan atau non kependidikan ), dan pembimbingan teman sejawat

    dan/atau siswa ( instruktur, guru inti, tutor atau pembimbing ). Bukti fisik

  • 38

    yang dilampirkan berupa surat penghargaan, surat keterangan atau sertifikat

    yang dikeluarkan oleh lembaga/panitia penyelenggara.

    Karya pengembangan profesi yaitu suatu karya yang menunjukkan

    adanya upaya dan hasil pengembangan profesi yang dilakukan oleh guru.

    Komponen ini meliputi buku yang dipublikasikan pada tingkat

    kabupaten/kota, propinsi atau nasional; artiket yang dimuat dalam media

    jurnal/majalah/buletin yang tidak terakreditasi, terakreditasi dan internasional

    menjadi reviewer buku, penulis soal EBTANAS/UN; modul/buku cetak lokal

    ( Kabupaten / Kota ) yang minimal mencakup materi pembelajaran selama 1

    (satu) semester ; media / ata pembelajaran dalam bidangnya; laporan

    penelitian tindakan kelas ( individu / kelompok ); dan karya seni (patung,

    rupa, tari, lukis, sastra, dll). Bukti fisik yang dilampirkan berupa surat

    keterangan dari pejabat yang berwenang tentang hasil karya tersebut.

    Keikutsertaan dalam forum ilmiah yaitu partisipasi dalam kegiatan

    ilmiah yang relevan dengan bidang tugasnya pada tingkat kecamatan,

    kabupaten / kota, provinsi, nasional atau internasional; baik sebagai

    pemakalah maupun sebagai peserta. Bukti fisik yang dimapirkan berupa

    makalah dan sertifikat / piagam bagi nara sumber, dan sertifikat / piagam bagi

    peserta.

    Pengalaman organisasi di bidang kependidikan dan sosial yaitu

    pengalaman guru menjadi pengurus, dan bukan hanya sebagai anggota di

    suatu organisasi kependidikan dan sosial. Pengurus organisasi di bidang

    kependidikan antara lain pengawas, kepala sekolah, wakil kepala sekolah,

  • 39

    ketua jurusan, kepala lab, kelapa bengkel, kepala studio, ketua asosiasi guru

    bidang studi, asosiasi profesi, dan pembina kegiatan ekstra kurikuler

    (pramuka, drumband, mading, karya ilmiah remaja KIR). Sedangkan

    pengurus di bidang sosial anatara lain menjabat ketua RW, Ketua RT, Ketua

    LMD, dan pembina kegiatan keagamaan. Bukti fisik yang dilampirkan adalah

    surat keputusan atau surat keterangan dari pihak yang berwenang.

    Penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan yaitu

    penghargaan yang diperoleh karena guru menunjukkan dedikasi yang baik

    dalam melaksanakan tugas dan memenuhi kriteria kuantitatif (lama waktu,

    hasil, lokasi/geografis), kualitatif (komitmen, etos kerja), dan relevansi (dalam

    bidang/rumpun bidang), baik pada tingkat kabupaten/kota, provinsi, nasional,

    maupun internasional. Bukti fisik yang dilampirkan berupa fotocopy

    sertifikat, piagam, atau surat keterangan.

    Fungsi portofolio dalam sertifikasi guru (khususnya guru dalam

    jabatan) untuk menilai kompetensi guru dalam menjalankan tugas dan

    perannya sebagai agen pembelajaran. Kompetensi pedagogik dinilai antara

    lain melalui dokumen kualifikasi akademik, pendidikan dan pelatihan,

    pengalaman mengajar, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran.

    Kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial dinilai antara lain melalui

    dokumen penilaian dari atasan dan pengawas. Kompetensi profesional dinilai

    antara lain melalui dokumen kualifikasi akademik, pendidikan dan pelatihan,

    pengalaman mengajar, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran dan

    prestasi akademik.

  • 40

    Portofolio juga berfungsi sebagai : (1) wahana guru untuk

    menampilkan dan/atau membuktikan unjuk kinerjanya yang meliputi

    produktivitas, kualitas, dan relevansi melalui karya-karya utama dan

    pendukung, (2) informasi/data dalam memberikan pertimbangan tingkat

    kelayakan kompetensi seorang guru, bila dibandingkan dengan standar yang

    telah ditetapkan, (3) dasar menentukan kelulusan seorang guru yang mengikuti

    sertifikasi (layak mendapatkan sertifikat pendidik atau belum) dan (4) dasar

    memberikan rekomendasi bagi peserta yang belum lulus untuk menentukan

    kegiatan lanjutan sebagai representasi kegiatan pembinaan dan pemberdayaan

    guru.

    f. Mekanisme Pengujian Sertifikasi

    Pengujian sertifikasi terutama pengujian dengan portofolio dilakukan

    dengan dua tahapan, yaitu harus menempuh tes tertulis dan tes kinerja yang

    dipadukan dengan self appraisal, portofolio dan dilengkapi dengan peer

    appraisal. Adapun materi tes tertulis dan tes kinerja, portofolio dan peer

    appraisal didasarkan pada indikator esensial kompetensi guru sesuai dengan

    tuntutan minimal sebagai agen pembelajaran.

    Menurut Trianto dan Tutik (2007 : 83), mekanisme pengujian

    sertifikasi guru mengikuti tiga alur yaitu : (1) para guru harus memenuhi

    persyaratan administrasi yang telah ditetapkan dan baru menempuh ujian tulis;

    (2) jika lulus dalam ujian tertulis, guru diwajibkan mengikuti uji kinerja; (3)

    guru wajib mencatat dan mengumpulkan semua aktivitas yang dilakukan baik

    saat pembelajaran maupun di luar pembelajaran dalam bentuk portofolio.

  • 41

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Rangcangan Penelitian

    Penelitian ini pada dasarnya akan memberikan penjelasan tentang

    persepsi guru sekolah dasar di Kecamatan Jiwan terhadap program sertifikasi

    melalui kegiatan analisis secara kualitatif.

    Penelitian ini dirancang dan dianalisis secara kualitatif, dimana realitas

    dipandang sesuatu yang holistik, kompleks, dinamis, penuh makna dan dengan

    menggunakan pola pikir yang induktif. Fokus penelitian kualitatif belum

    begitu jelas dan akan berkembang pada waktu penelitian berlangsung.

    Hubungan antara peneliti dengan yang diteliti bersifat interaktif dengan

    sumber data supaya memperoleh makna.

    Metode Penelitian kualitatif juga dinamakan metode postpositivistik

    karena berlandaskan pada filsafat postpositivisme dan juga dinamakan metode

    artistik karena bersifat seni, serta dinamakan metode alamiah atau natural

    setting (Sugiyono, 2006 : 8).

    B. Lokasi dan Informan Penelitian

    Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar se Kecamatan Jiwan

    Kabupaten Madiun tahun 2007.

    Informan dalam penelelitian kualitatif merupakan nara sumber atau

    partisipan yang menjadi teman dan guru dalam penelitian. Informan dalam

    penelitian ini adalah guru Sekolah Dasar di Kecamatan Jiwan Kabupaten

    41

  • 42

    Madiun. Jumlah dan penentuan informan dilakukan dengan teknik Snowball

    sampling yaitu teknik pengambilan sampel sumber data yang pada awalnya

    jumlahnya sedikit, lama-lama menjadi besar seperti bola salju yang

    menggelinding

    C. Teknik Penelitian

    1. Teknik Pengumpulan Data

    Teknik Pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis

    dalam penelitian. Menurut Sugiyono (2006 : 253) pengumpulan data dapat

    dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber dan berbagai cara.

    Ditinjau dari settingnya, pengumpulan data dapat dilakukan pada

    setting alamiah (natural setting), pada laboratorium (eksperimen), pada suatu

    seminar, di rumah dan dapat juga pada waktu diskusi. Berdasarkan sumber

    data, pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer dan sumber

    skunder. Sedangkan ditinjau dari cara pengambilan data, pengumpulan data

    dapat dilakukan dengan cara Observasi, interview, kuisioner dan dokumentasi.

    Pada penelitian ini pengumpulan data dilakukan pada setting alamiah

    dengan sumber data primer dan dengan cara kuisioner, dokumentasi, dan

    wawancara.

    a. Teknik Angket (kuesioner)

    Angket digunakan untuk mengumpulkan data tentang persepsi guru

    terhadap program sertifikasi guru. Angket ini digunakan untuk memperoleh

    data bagaimana persepsi guru terhadap program sertifikasi yang akan

  • 43

    dilaksanakan oleh pemerintah. Daftar pertanyaan yang ada dalam angket

    bersifat terbuka dan dapat diisi sesuai dengan pendapat informan penelitian.

    b. Teknik Dokumentasi

    Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen

    dapat berupa tulisan, gambar, atau karya monumental dari seseorang.

    Dokumen yang berbentuk tulisan berupa catatan harian, cerita,

    biografi,monografi, peraturan dan kebijakan.

    Dokumen yang dikumpulkan dalam penelitian ini berbentuk dokumen

    tulisan yang berupa monografi, peraturan dan kebijakan pemerintah.

    c. Teknik Wawancara

    Teknik pengumpulan data dengan wawancara dimaksudkan untuk

    mengetahui hal-hal yang lebih mendalam dari informan. Wawancara

    digunakan untuk memperoleh data yang lebih valid dari informan dan

    memperkuat data yang sudah diperoleh dari hasil angket dan dokumentasi.

    Wawancara terhadap informan dilakukan dengan semiterstruktur

    (semistructure interview), dimana dalam pelaksanaan wawancara dilakukan

    secara terbuka, bebas tetapi masih berpedoman pada pedoman wawancara

    yang sudah disiapkan.

    2. Teknik Pengolahan Data

    Dalam penelitian kualitatif, data diperoleh dari berbagai sumber,

    dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam

    (triangulasi), dan dilakukan secara terus menerus sampai datanya jenuh.

  • 44

    Dengan pengamatan yang terus menerus tersebut mengakibatkan variasi data

    tinggi sekali. Data yang diperoleh pada umumnya adalah data kualitatif

    (walaupun tidak menolak data kuantitatif), sehingga teknik pengolahan data

    yang digunakan belum ada polanya yang jelas. Oleh karena itu sering

    mengalami kesulitan dalam melakukan pengolahan data.

    Pengolahan data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum

    memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan.

    Pengolahan data telah mulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah,

    sebelum terjun ke lapangan, dan berlangsung terus sampai penulisan hasil

    penelitian. Dalam penelitian kualitatif, pengolahan data lebih difokuskan

    selama proses di lapangan bersamaan dengan pengumpulan data.

    Model pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini

    menggunakan Model Interactive dari Miles and Huberman yaitu analisis data

    dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai

    pengumpulan data dalam periode tertentu. Aktivitas dalam analisis data

    meliputi pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan verifikasi data

    seperti dilukiskan pada Gambar 1.

    Data Collection Data Disply

    Data Reduction

    Verifying

    Gambar 1. Pengolahan data Model Interactive ( Miles and Huberman )

  • 45

    a. Data Collection (Pengumpulan Data)

    Data dikumpulkan dengan berbagai teknik pengumpulan data

    (Triangulasi), yaitu merupakan penggabungan dari berbagai macam teknik

    pengumpulan data baik wawancara, observasi maupun dengan menggunakan

    angket. Semakin banyak data yang terkumpul, maka hasil penelitian yang

    didapat semakin bagus.

    b. Data Reduction (Reduksi Data)

    Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu

    maka data perlu dicatat secara teliti dan rinci. Kemudian data dirangkum,

    dipilih hal-hal yang pokok, difokuskan pada hal-hal yang penting dan dicari

    tema serta polanya.

    Data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas

    dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya,

    dan mencari data berikutnya jika diperlukan. Data-data yang tidak terpakai

    dibuang, sehingga peneliti lebih fokus pada data yang telah tereduksi.

    Dalam penelitian ini data-data yang tereduksi adalah data-data yang

    ada kaitannya dengan tujuan penelitian yaitu persepsi positif dan persepsi

    negatif guru terhadap sertifikasi guru serta temuan-temuan di lapangan yang

    ada kaitanya dengan sertifikasi guru. Data yang tidak ada kaitannya dengan

    persepsi positif dan persepsi negatif guru terhadap sertifikasi guru dibuang.

    Karena reduksi data merupakan proses berfikir sensitif yang

    memerlukan kecerdasan dan keluasan serta kedalaman wawasan, maka

    reduksi data dapat dilakukan dengan mendiskusikan pada teman atau orang

  • 46

    lain yang dipandang ahli, misalnya Kepala Cabang Dinas Pendidikan, Kepala

    Dinas Pendidikan atau para Pengawas pada Dinas Pendidikan Kabupaten

    Madiun. Dari hasil diskusi akan diperoleh data yang benar-benar penting dan

    sesuai dengan tujuan.

    c. Data display (Penyajian Data)

    Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah

    mendispaykan data. Display data dapat dalam bentuk tabel, grafik, chard dan

    sejenisnya. Melalui penyajian data dalam bentuk display, maka data dapat

    terorganisir, tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan semakin mudah

    dipahami.

    Display data dalam penelitian ini dilakukan dalam bentuk uraian

    singkat, bagan, hubungan antar kategori dan flowchart. Penyajian data dengan

    menggunakan teks yang bersifat naratif.

    d. Verifying (Verifikasi)

    Langkah berikutnya dalam analisis data adalah verifikasi yaitu

    memverifikasi data dan menarik kesimpulan. Kesimpulan yang diambil harus

    didukung oleh data-data yang valid dan konsisten, sehingga kesimpulan yang

    dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.

    Kesimpulan yang diperoleh merupakan jawaban dari fokus penelitian

    yang telah dirumuskan sejak awal dan dapat berkembang sesuai dengan

    kondisi yang berada di lapangan. Kesimpulan yang diperoleh juga dapat

    berupa temuan baru yang belum pernah ada sebelumnya.

  • 47

    BAB IV

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANNYA

    A. Gambaran Umum Pendidikan di Kecamatan Jiwan

    Kecamatan Jiwan merupakan salah satu bagian dari lima belas

    kecamatan yang ada di Kabupaten Madiun. Kecamatan Jiwan terletak di

    sebelah barat daya wilayah Kabupaten Madiun. Batas wilayah Kecamatan

    Jiwan yaitu sebelah timur Kota Madiun, sebelah barat dan selatan berbatasan

    dengan Kabupaten Magetan dan disebelah utara berbatasan dengan

    Kecamatan Sawahan.

    Perkembangan pendidikan di Kecamatan Jiwan ditinjau dari kuantitas

    menunjukkan perkembangan yang sangat pesat. Data jumlah sekolah di

    Kecamatan Jiwan dapat di lihat pada Tabel 2.

    Tabel 2. Data Sekolah di Kecamatan Jiwan

    No.

    Jenis Sekolah Jumlah

    1.

    2.

    3. 4.

    5. 6.

    Sekolah Dasar (SD) Sekolah Menengah Pertama (SMP) Sekolah Menengah Atas (SMA) Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Sekolah Luas Biasa (SLB) Madrasah Tsanawiyah

    28 2

    1

    2

    1

    1

    Jumlah sekolah 35

    47

  • 48

    Melihat jumlah sekolah yang ada di Kecamatan Jiwan sebenarnya

    sudah sangat memadai, tetapi masyarakat Jiwan lebih banyak mengacu pada

    perkembangan pendidikan yang ada di Kota Madiun. Masyarakat lebih

    banyak menyekolahkan anaknya di Kota Madiun, bahkan sejak Sekolah Dasar

    mereka menyekolahkan anaknya di kota. Apalagi sejak pendidikan di Kota

    Madiun memberlakukan kuota anak luar kota yang bisa masuk hanya 10

    persen, maka sebagian besar anak-anak Jiwan sejak Sekolah Dasar sudah

    sekolah di kota.

    Penyebaran Sekolah Dasar hampir merata di semua desa di Kecamatan

    Jiwan. Data Penyebaran Sekolah Dasar berdasarkan wilayah seperti terlihat

    pada Tabel 4.

    Tabel 3. Data Penyebaran Sekolah Dasar di Kecamatan Jiwan

    No.

    Nama Desa Jumlah SD Jumlah Guru

    1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

    10. 11. 12. 13. 14.

    Jiwan Sukolilo Kwangsen Bibrik Teguhan Grobogan Klegen Serut Ngetrep Wayut Sambirejo Kincang Bedoho Bukur Metesih

    2 2 2 2 3 2 2 1 2 2 3 1 2 2

    23 19 15 16 24 16 12 9

    18 19 29 7

    18 18

    Jumlah sekolah 28 243

  • 49

    Potensi tenaga kependidikan pada Sekolah Dasar di Kecamatan Jiwan

    seperti terlihat pada Tabel 4.

    Tabel 4. Data Guru, Kepala Sekolah dan Penjaga

    Jenis Guru

    No. Nama Sekolah Um

    um

    Ag

    ama

    Islam

    Ag

    ama

    Kristen

    Olah

    Rag

    a

    Jum

    lah G

    uru

    Kep

    ala S

    ekolah

    Penjag

    a

    1 2 3 4 5 6 7 8 9

    10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28

    Wayut 01 Wayut 03 Jiwan 01 Jiwan 02 Sukolilo 01 Sukolilo 03 Kincang 01 Kincang 02 Kincang 03 Metesih 01 Metesih 03 Teguhan 01 Teguhan 02 Teguhan 03 Kwangsen 01 Kwangsen 02 Ngetrep Grobogan 01 Grobogan 02 Sambirejo 01 Sambirejo 02 Bukur 01 Bukur 02 Klagenserut 01 Klegenserut 02 Bibrik 01 Bibrik 02 Bedoho

    7 7

    10 7 8 7 8 6 7 8 6 6 7 6 6 6 6 5 6 7 8 6 6 8 0 6 6 6

    1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1 1 2 2 3 0 1 2 1

    1 1

    1

    1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

    1

    1 1 1 1 1 1 1 1

    1

    8 9

    12 10 11 9

    11 9 9

    10 8 8 9 8 7 8 8 7 9 9

    10 9 9

    12 1 7 9 8

    1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1

    2 1

    1

    1 1

    1 1 1 1

    1 1

    1 1

    1

    Jumlah 182 35 3 23 243 25 15

  • 50

    B. Tanggapan Positif Guru Sekolah Dasar di Kecamatan Jiwan Terhadap Program Sertifikasi Guru

    Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 dibentuk dan

    dikeluarkan dengan berbagai pertimbangan yaitu (1) dalam rangka upaya

    mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia

    Indonesia yang beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia serta menguasai ilmu

    pengetahuan, teknologi, dan seni dalam mewujudkan masyarakat yang maju,

    adil, makmur, dan beradab berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

    Negara Republik Indonesia Tahun 1945; (2) untuk menjamin perluasan dan

    pemerataan akses, peningkatan mutu dan relevansi, serta tata pemerintahan

    yang baik dan akuntabilitas pendidikan yang mampu menghadapi tantangan

    sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global perlu

    dilakukan pemberdayaan dan peningkatan mutu guru secara terencana, terarah

    dan berkesinambungan; (3) bahwa guru mempunyai fungsi, peran, dan

    kedudukan yang sangat strategis dalam pembangunan nasional dalam bidang

    pendidikan, sehingga perlu dikembangkan sebagai profesi yang bermartabat.

    Pemberlakuan UU No. 14 Tahun 2005 merupakan komitmen

    pemerintah dalam rangka mengangkat martabat profesi guru yang sekarang

    berada di titik nadir yang hidup segan matipun tak mau. Profesi guru akan

    diposisikan sebagai sutau profesi sebagaimana halnya profesi dokter,

    pengacara, akuntan. Tanggapan positif guru terhadap pemebrlakuan Undang-

    Undang Guru dan Dosen sebagai berikut :

  • 51

    Undang-Undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen merupakan langkah maju peme