Persentasi Seminar Proposal

31
HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI IPS MAS PERSADA ULAKAN KECAMATAN ULAKAN TAPAKIS Disusun oleh : ADE SURYA Dosen Pembimbing : 1. Taufik, M.Pd 2. Zulkarnaini, S.Pd.Kons

Transcript of Persentasi Seminar Proposal

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL

DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI IPS

MAS PERSADA ULAKAN KECAMATAN ULAKAN TAPAKIS  

Disusun oleh :

ADE SURYA

Dosen Pembimbing : 1. Taufik, M.Pd2. Zulkarnaini, S.Pd.Kons 

  

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang MasalahPendidikan  adalah  suatu  usaha  atau  kegiatan  yang 

dijalankan  dengan  sengaja,  teratur  dan  berencana  dengan maksud  mengubah  atau  mengembangkan  perilaku  yang diinginkan.  Sekolah  sebagai  lembaga  formal  merupakan sarana dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan tersebut. Melalui sekolah, siswa belajar berbagai macam hal.

Dengan  belajar  akan  terjadi  perubahan  yang  sifatnya positif sehingga pada tahap akhir akan didapat pengetahuan, sikap dan keterampilan baru. Hasil dari proses belajar tersebut tercermin  dalam  prestasi  belajarnya.  Namun  dalam  upaya meraih  prestasi  belajar  yang memuaskan  dibutuhkan  proses pembelajaran yang berkualitas.

• Prestasi  belajar  menurut  Yaspir  Gandhi  Wirawan dalam  Murjono  (1996  :178)  adalah  :  “Hasil  yang dicapai  seorang  siswa  dalam  usaha  belajarnya sebagaimana dicantumkan di dalam nilai rapornya. 

• Proses  belajar  di  sekolah  adalah  proses  yang sifatnya  kompleks  dan  menyeluruh.  Banyak  orang yang  berpendapat  bahwa  untuk  meraih  prestasi yang tinggi dalam belajar, seseorang harus memiliki   Intelligence Quotient  (IQ)  yang  tinggi,  karena inteligensi  merupakan  bekal  potensial  yang  akan memudahkan  dalam  belajar  dan  pada  gilirannya akan menghasilkan prestasi belajar yang optimal.

• Kenyataannya,  dalam  proses  belajar  mengajar  di  sekolah sering  ditemukan  siswa  yang  mempunyai  kemampuan inteligensi tinggi  tetapi memperoleh prestasi belajar  yang relatif  rendah,  namun  ada  siswa  yang  walaupun kemampuan  inteligensinya  relatif  rendah,  dapat  meraih prestasi belajar yang relatif tinggi.

• Menurut Goleman (2000 : 44), kecerdasan intelektual (IQ) hanya menyumbang 20% bagi kesuksesan, sedangkan 80% adalah  sumbangan  faktor  kekuatan-kekuatan  lain, diantaranya adalah kecerdasan emosional  atau Emotional Quotient  (EQ)  yakni  kemampuan memotivasi  diri  sendiri, mengatasi  frustasi,  mengontrol  desakan  hati,  mengatur suasana hati (mood), berempati serta kemampuan bekerja sama

• Keseimbangan  antara  IQ  dan  EQ  merupakan  kunci keberhasilan  belajar  siswa  di  sekolah  (Goleman,  2002). Pendidikan  di  sekolah  bukan  hanya  perlu  mengembangkan rational intelligence  yaitu  model  pemahaman  yang  lazimnya dipahami  siswa  saja,  melainkan  juga  perlu  mengembangkan emotional intelligence siswa 

• Memang harus diakui bahwa mereka yang memiliki IQ rendah dan  mengalami  keterbelakangan  mental  akan  mengalami kesulitan, bahkan mungkin tidak mampu mengikuti pendidikan formal  yang  seharusnya  sesuai  dengan  usia  mereka.  Namun fenomena  yang  ada  menunjukan  bahwa  tidak  sedikit  orang dengan  IQ  tinggi  yang  berprestasi  rendah,  dan  ada  banyak orang  dengan  IQ  sedang  yang  dapat  mengungguli  prestasi belajar orang dengan  IQ tinggi. Hal  ini menunjukan bahwa  IQ tidak selalu dapat memperkirakan prestasi belajar seseorang

Menurut Goleman (2002 : 59), khusus pada orang-orang yang murni  hanya  memiliki  kecerdasan  akademis  tinggi,  mereka cenderung memiliki rasa gelisah yang tidak beralasan, terlalu kritis,  rewel,  cenderung  menarik  diri,  terkesan  dingin  dan cenderung  sulit  mengekspresikan  kekesalan  dan kemarahannya secara tepat. Bila didukung dengan rendahnya taraf kecerdasan emosionalnya, maka orang-orang seperti ini sering menjadi sumber masalah. Karena sifat-sifat di atas, bila seseorang  memiliki  IQ  tinggi  namun  taraf  kecerdasan emosionalnya  rendah maka  cenderung  akan  terlihat  sebagai orang yang keras kepala, sulit bergaul, mudah frustrasi, tidak mudah percaya kepada orang lain, tidak peka dengan kondisi lingkungan  dan  cenderung  putus  asa  bila mengalami  stress. Kondisi  sebaliknya,  dialami  oleh  orang-orang  yang  memiliki taraf IQ rata-rata namun memiliki kecerdasan emosional yang tinggi.

• Karena  itu,  pembelajaran  yang  berhasil haruslah  dimulai  dengan  menciptakan  emosi (EQ)  yang  positif  pada  diri  siswa.  Jika  siswa mengalami  emosi  positif,  mereka  dapat menggunakan  IQ  untuk  tugas-tugas  belajar. Untuk  menciptakan  emosi  positif  pada  diri siswa  dapat  dilakukan  dengan  berbagai  cara, diantaranya  adalah  dengan  menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan.

• Pada penelitian ini, penulis mengambil sampel pada  sekolah  MAS  Persada  Ulakan  kelas  XI jurusan IPS. Berdasarkan data nilai ujian mata pelajaran  ekonomi  semester  I  yang  diterima dari guru mata pelajaran pada tanggal 1 April 2013,  menunjukkan  hasil  belajar  kurang memuaskan.

• Berdasarkan  latar  belakang  yang  telah diuraikan  diatas  apakah  terdapat  hubungan antara  kecerdasan  emosional  (EQ)  akan berdampak pada prestasi belajar.

B. Identifikasi MasalahBerdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah yang dapat diidentifikasikan adalah :1. Rendahnya motivasi siswa dalam belajar2. Kurangnya kedisiplinan terhadap aturan sekolah 3. Rendahnya daya tangkap siswa dalam pembelajaran4. Siswa kurang mampu dalam mengontrol emosi5. Kurang  terarahnya  EQ  anak  dalam  menjalani 

kegiatan yang ada sekolah6. Kurangnya  perhatian  dan  dukungan  orang  tua 

terhadap anak dalam pendidikan7. Kurangnya  sarana dan prasarana dalam menunjang 

pembelajaran

C. Batasan MasalahBerdasarkan  identifikasi  masalah  diatas penulis  memberikan  batasan  permasalahan penelitian sebagai berikut : “Apakah terdapat hubungan  antara  kecerdasan  Emosional dengan prestasi belajar siswa”

D. Tujuan PenelitianTujuan penelitian dalam penulisan  ini  adalah untuk  mengetahui  hubungan  antara kecerdasan  emosional  dengan  prestasi belajar.

E. Manfaat Penelitian1. PenelitiDiharapkan dapat digunakan oleh peneliti  sebagai wahana penerapan ilmu  dalam  kuliah  dan  dapat memperbanyak  ilmu  pengetahuan  yang didapat  sehingga dapat menjadi bekal dimasa depan. 

2. SekolahHasil  penelitian  ini  dapat  dijadikan  sebagai  salah  satu  masukan  akan pentingnya  pengaruh  kecerdasan  emosional  terhadap  peningkatan prestasi belajar siswa serta dapat bermanfaat bagi peningkatan kualitas lulusan  yang  dicetak  oleh  MAS  Persada  Ulakan  Kecamatan  Ulakan Tapakis.

3. Perguruan TinggiHasil  penelitian  ini  diharapkan  bermanfaat  dalam  memperluas pengetahuan dalam bidang pendidikan yang terkait dengan kecerdasan emosional  terhadap prestasi  belajar  siswa. Wawasan pengetahuan  ini juga dapat menjadi wacana pengetahuan bagi mahasiswa di lingkungan pendidikan,  khususnya  pada  Prodi  Ekonomi  Sekolah  Tinggi  Keguruan dan Ilmu Pendidikan STKIP Nasional Padang Pariaman.

BAB II KAJIAN TOERI 

A. EmosiMenurut Daniel Goleman (2002 : 411) emosi merujuk  pada  suatu  perasaan  dan  pikiran yang  khas,  suatu  keadaan  biologis  dan psikologis  dan  serangkaian  kecenderungan untuk  bertindak.  Emosi  pada  dasarnya adalah  dorongan  untuk  bertindak.  Biasanya emosi  merupakan  reaksi  terhadap rangsangan dari luar dan dalam diri individu. 

b. Kecerdasan EmosionalIstilah  “kecerdasan  emosional”  pertama  kali  dilontarkan pada  tahun  1990  oleh  psikolog  Peter  Salovey  dari Harvard  University  dan  John  Mayer  dari  University  of New  Hampshire  untuk  menerangkan  kualitas-kualitas emosional yang tampaknya penting bagi keberhasilan

• Ary Ginanjar (2005 : 39) dalam pengkajiannya ditemukan bahwa  inti  kemampuan  pribadi  dan  sosial  yang  sama, terbukti  menjadi  inti  utama  keberhasilan  (Kecerdasan emosional).  Kecerdasan  emosional  sangat  dipengaruhi oleh  lingkungan, tidak bersifat menetap, dapat berubah-ubah setiap saat. Untuk itu peranan lingkungan terutama orang tua pada masa kanak-kanak sangat mempengaruhi dalam pembentukan kecerdasan emosional.

C. Faktor Kecerdasan Emosional

Mengenali Emosi DiriMengenali  emosi  diri  sendiri  merupakan  suatu  kemampuan  untuk mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi.  

Mengelola EmosiMengelola emosi merupakan kemampuan individu dalam  menangani perasaan  agar  dapat  terungkap  dengan  tepat  atau  selaras,  sehingga tercapai keseimbangan dalam diri individu. 

Memotivasi Diri SendiriPresatasi harus dilalui dengan dimilikinya motivasi dalam diri individu. 

Mengenali Emosi Orang LainKemampuan untuk mengenali emosi orang lain disebut juga empati

Membina HubunganKemampuan  dalam  membina  hubungan  merupakan  suatu keterampilan  yang  menunjang  popularitas,  kepemimpinan  dan keberhasilan antar pribadi (Goleman, 2002 : 59). 

• Belajar Menurut  Logan,  dkk  (1976)  dalam  Sia  Tjundjing (2001:70)  belajar  dapat  diartikan  sebagai  perubahan tingkah  laku  yang  relatif  menetap  sebagai  hasil pengalaman dan latihan . 

Senada  dengan  hal  tersebut,  Winkel  (1997:193) berpendapat  bahwa  belajar  pada  manusia  dapat dirumuskan  sebagai  suatu  aktivitas  mental  atau  psikis yang  berlangsung  dalam  interaksi  aktif  dengan lingkungan,  yang  menghasilkan  perubahan-perubahan dalam  pengetahuan  dan  nilai  sikap,  Perubahan  itu bersifat relatif konstan dan berbekas.

• Menurut  Irwanto  (1997  :105)  belajar merupakan  proses  perubahan  dari  belum mampu  menjadi  mampu  dan  terjadi  dalam jangka waktu tertentu

• Banyak orang  yang berpendapat  bahwa untuk meraih  prestasi  yang  tinggi  dalam  belajar, seseorang harus memiliki  Intelligence Quotient (IQ)  yang tinggi,  karena  inteligensi merupakan bekal potensial yang akan memudahkan dalam belajar dan pada gilirannya akan menghasilkan prestasi belajar yang optimal. 

• Keseimbangan antara IQ dan EQ merupakan kunci keberhasilan  belajar  siswa  di  sekolah  (Goleman, 2002).  Pendidikan  di  sekolah  bukan  hanya  perlu mengembangkan  rational intelligence  yaitu model pemahaman yang lazimnya dipahami siswa saja,  melainkan  juga  perlu  mengembangkan emotional intelligence siswa 

• Walaupun  EQ  merupakan  hal  yang  relatif  baru dibandingkan  IQ,  namun  beberapa  penelitian telah  mengisyaratkan  bahwa  kecerdasan emosional  tidak  kalah  penting  dengan  IQ (Goleman, 2002:44).

Prestasi Belajar 

Prestasi  belajar  merupakan    hasil  usaha belajar  yang  dicapai  seorang  siswa  berupa suatu  kecakapan  dari  kegiatan  belajar  bidang akademik  di  sekolah  pada  jangka  waktu tertentu  yang  dicatat  pada  setiap  akhir semester di dalam buku laporan yang disebut rapor.

•  Faktor-faktor Yang Mempengaruhi    Prestasi Belajar • Faktor Internal 

 Faktor Fisiologis  Kesehatan badan,Pancaindera

Faktor Psikologis Intelligensi,Sikap,Motivasi

• Faktor Eksternal  Faktor lingkungan keluarga 

Sosial ekonomi keluarga, Pendidikan orang tua, Perhatian orang tua dan suasana hubungan antara anggota keluarga

Faktor lingkungan sekolah 

Sarana dan prasarana,Kompetensi guru dan siswa,Kurikulum dan metode mengajar

Faktor lingkungan masyarakat Sosial budaya, Partisipasi terhadap pendidikan

Pengukuran prestasi belajar 

Penelitian RelevanPenelitian yang sejenis diteliti oleh peneliti sebelumnya yaitu sebagai berikut:– Amalia Sawitri Wahyuningsih, (2004). Meneliti tentang kecerdasan emosional 

terhadap  prestasi  belajar  menggunakan  metode  pemeriksaan  dokumen dengan  melihat  nilai  hasil  ujian  semester,  dan  dalam  pengumpulan  data menggunakan metode  skala  untuk  kecerdasan  emosional  berdasarkan  teori Daniel Goleman yang terdiri dari mengenali emosi diri, mengelola emosi diri, memotivasi  diri  sendiri, mengenali  emosi  orang  lain  (empati)  dan membina hubungan  (kerjasama)  dengan  orang  lain.  Maka  penelitian  ini  menemukan hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar.

– Hj.  Teti  Salehati  (2008).  Meneliti  untuk    mengetahui    hubungan  antara kecerdasan emosi  dan motif  berprestasi  dengan prestasi  belajar  siswa pada pelajaran  pendidikan  lingkungan  hidup.    Desain  penelitian  yang  digunakan dalam  penelitian  ini  adalah    menggunakan  metoda  deskriptif,  sebab penelitian  ini  berkenaan  dengan  peristiwa-peristiwa  atau  fenomena-fenomena  yang  telah  dan  sedang  terjadi  dan  berhubungan  dengan  kondisi objek penelitian masa kini. Maka penelitian ini menemukan hubungan antara kecerdasan  emosional  dengan  prestasi  belajar  pada  pelajaran  pendidikan lingkungan hidup.

Kerangka Konseptual

Kerangka  konseptual  dalam  penelitian  ilmiah  sering  juga disebut  oleh  pakar  penelitian  dengan  kerangka  berfikir, kerangka  ini  disusun  berdasarkan  hubungan  variable,  antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar.

Kecerdasan Emosional (EQ)(Variable bebas)

Prestasi Belajar (Variable terikat)

Hipotesis 

• (Ha) : “Ada  hubungan  antara  kecerdasan  emosional dengan Prestasi belajar”

•  (Ho) : “Tidak ada hubungan antara kecerdasan emosional dengan Prestasi belajar”

BAB IIIMETODE PENELITIAN 

A. Identifikasi Variabel PenelitianPada penelitian yang menjadi  variabel bebas adalah kecerdasan emosional dan variable terikatnya adalah prestasi belajar.

B.  Definisi Operasional• Prestasi belajar adalah hasil belajar dari suatu aktivitas belajar 

yang  dilakukan  berdasarkan  pengukuran  dan  penilaian terhadap  hasil  kegiatan  belajar.  Pada  penelitian  ini menggunakan nilai  raport  kelas XI  jurusan  IPS mata pelajaran ekonomi semester 1.

• Kecerdasan  emosional  adalah  kemampuan    seseorang  untuk mengenali  emosi  diri,  mengelola  emosi,  memotivasi  diri sendiri, mengenali emosi orang lain (empati) dan kemampuan untuk membina hubungan (kerjasama) dengan orang lain.

C. Populasi dan Pengambilan Sampel 

Populasi• Menurut Arikunto (2010 : 173) Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Apabila 

seseorang meneliti  semua elemen yang ada diwilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi. Dalam penelitian  ini populasi penelitian adalah  siswa jurusan IPS kelas XI MAS Persada Ulakan yang berjumlah sebanyak 30 orang.

Sampel• Menurut Arikunto  (2010  : 174)  jika kita hanya akan meneliti  sebagian populasi, maka 

penelitian  tersebut  penelitian  sampel.  Sampel  adalah  sebagian  atau  wakil  populasi yang  diteliti.  Dinamakan  penelitian  sampel  apabila  kita  bermaksud  untuk menggeneralisasikan hasil penelitian sampel.

• Apabila  subjek  kurang  dari  100,  maka  lebih  baik  diambil  seluruhnya,  sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi, selanjutnya  jika  jumlah subjeknya besar dapat diambil diantara 10%-15% atau 20%-25% atau lebih tergantung pada :• Kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga dan dana• Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subjek• Besar kecilnya resiko yang ditanggung.

Maka peneliti disini mengambil 30 sampel, karena menurut Arikunto jika subjeknya kurang dari 100 maka lebih baik diambil seluruhnya

D. Metode Pengambilan Data 

1. Angket• yaitu  suatu  metode  pengambilan  data  di mana  data-data  yang  diperlukan  dalam penelitian  diperoleh  melalui  pernyataan atau  pertanyaan  tertulis  yang  diajukan responden  mengenai  suatu  hal  yang disajikan  dalam  bentuk  suatu  daftar pertanyaan (Koentjaraningrat, 1994 : 173).

Lanjutan 

2. Dokumentasi•  Menurut Kartini Kartono  (1990  : 73)  teknik pemeriksaan dokumen adalah pengumpulan informasi  dan  data  secara  langsung  sebagai hasil  pengumpulan  sendiri.  Data  yang dikumpulkan  tersebut    adalah    bersifat orisinil  untuk  dapat  dipergunakan  secara langsung.  Teknik  pemeriksaan  dokumen  ini khusus  digunakan  untuk  melakukan pengumpulan data terhadap prestasi belajar.

E. Metode Analisis Instrumen 

• Suatu alat ukur dapat dinyatakan sebagai alat ukur  yang  baik  dan  mampu  memberikan informasi  yang  jelas  dan  akurat  apabila  telah memenuhi  beberapa  kriteria  yang  telah ditentukan  oleh  para  ahli  psikometri,  yaitu kriteria valid dan reliabel. 

Lanjutan 

1. Validitas• Menurut  Sutrisno  Hadi  (1990  :  102)  Validitas adalah  seberapa  jauh  alat  ukur  dapat mengungkap dengan benar gejala atau sebagian gejala  yang  hendak  diukur,  artinya  tes  tersebut mengukur apa yang seharusnya diukur. Suatu alat ukur dapat dikatakan mempunyai validitas tinggi apabila  alat  ukur  tersebut  menjalankan  fungsi ukurnya atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan  maksud  dilakukannya  pengukuran tersebut

2.  Reliabilitas Reliabilitas  adalah  sejauh  mana  hasil  suatu pengukuran dapat dipercaya, maksudnya apabila dalam  beberapa  pelaksanaan  pengukuran terhadap  kelompok  yang  sama  diperoleh  hasil yang relatif sama (Saifuddin Azwar, 2000 : 3). Dalam  penelitian  ini,  uji  reliabilitas  dilakukan dengan  menggunakan  program  SPSS  16  for windows.

Lanjutan 

F. Metode Analisis Data • Analisis  data  yang  digunakan  untuk  melihat hubungan antara kecerdasan emosional dengn prestasi  belajar  adalah  dengan menggunakan korelasi  product  moment  dari  Karl  Pearson. Cara  penghitungannya  dibantu  dengan menggunakan program SPSS 16 for window.

TERIMA KASIH

Good Lucky