Persentasi etika

17
Tugas Etika dan Pengembangan Pribai Tentang Sejarah Mande Rubiah Di Susun Oleh : Nama: Lina Syafutri Npm: D0G010007 Priodi: D3 Sekretaris

Transcript of Persentasi etika

Tugas Etika dan Pengembangan Pribai

TentangSejarah Mande Rubiah

Di Susun Oleh :Nama: Lina SyafutriNpm: D0G010007

Priodi: D3 Sekretaris

MANDE RUBIAH

RUMAH GADANG MANDE RUBIAH

Rumah Gadang Mande Rubiah terletak di Kecamatan Lunang Silaut dengan jarak ± 157 Km dari Kota Painan, dan ±3,5 jam dari kotaPadang. Objek Wisata Rumah Gadang Mande Rubiah diperkirakan sudah ada sejak abad ke 14. pendiriannya memiliki kaitan yang sangat erat dengan Kerajaan Pagaruyuang yang terletak di Batusangkar.

Konon dikisahkan ketika terjadi huru-hara di Kerajaan Pagaruyung seorang Putri Bundo Kandung yang bernama Putri Salasiah Pinang Masak melarikan diri dan kemudian membangun isatana di hilir Batang Lunang. Maka sesuai dengan kisah tersebut diyakini adaya keturunan Mande Rubiah di daerah ini. Latar belakang inilah yang kemudian menjadi daya tarik wisata budaya sehingga Rumah Gadang ini banyak dikunjungi para wisatawan. Dilakosi ini banyak terdapat peninggalan sejarah yang dianggap keramat oleh masyarakat setempat, diantaranya Tanduak Binauang, Talua Garudo dan berbagai jenis keris.

Disamping itu, anda juga dapat melihat keunikan keuburan Cindua Mato dan Bundo Kanduang yang telah ada sejak dulunya. Apabila anda berada di lokasi ini, anda bisa berdialog langsung tentang sejarah Bundo Kanduang dengan seorang Mande yang mendiami rumah gadang tersebut yang dipercaya merupakan keturunan Bundo kanduang.

TELUR BURUNG GARUDA DI RUMAH MANDE RUBIAH

Rumah Gadang Mande Rubiah di Nagari Lunang,Kecamatan Lunang Silaut Kabupaten Pesisir Selatan memiliki keunikkan tersendiri.Karena salah satu tonggak di rumah gadang itu dapat mengeluarkan air. Hal ini telah berlangsung sejak dahulu-dahulunya. Masyarakat percaya bahwa air yang keluar dari tonggak rumah gadang Mande Rubiah ini dapat mengobati berbagai macam penyakit.Sampai sekarang tidak sedikit orang yang datang kerumah gadang Mande rubiah ini dengan maksud yang demikian.Disamping itu Mande Rubiah sendiri dipercaya sebagai seorang yang sakti mandraguna (orang bertuah).Jadi diantara meraka yang datang ke rumah gadang mande Rubiah ini bukan saja orang yang ingin berobat, tetapi mereka juga mempercayai jika mereka punya suatu hajat dan menghajatkannya ketika meminum air yang keluar dari tonggak Rumah gadang mande Rubiah ini maka Insya Allah hajat itu akan tercapai.

NAZAR DI RUMAH MANDE RUBIAH

Setelah penyakit seseorang itu sembuh atau hajatnya tercapai,biasanya orang itu kembali lagi ke rumah gadang mande Rubiah,katanya untuk membayar nazar,karena dahulu mereka bernazar jika penyakitnya sembuh atau hajatnya tercapai mereka akan berdoa di rumah gadang Mande Rubiah ini.Jika anda tertarik untuk ke Lunang,entah bermaksud untuk berobat atau berhajat atau hanya sekedar untuk berjalan-jalan,melihat-lihat kuburan tua yang ada disekitar komplek Rumah gadang Mandeh Rubiah ini,yang dipercaya sebagai kuburan Raja Pagaruyung dan pengikutnya.Dengan senang hati Titisan Mande Rubiah yang tinggal di Rumah Gadang tersebut akan menjawab pertanyaan anda.Disamping itu anda juga dapat melihat benda-benda pusaka minagkabau lainnya,juga sebuah telur besar “talua garudo” (telur burung garuda) yang tak ada duanya.

Batas Wilayah

Di timur berbatasan dengan Kabupaten Kerinci, Jambi dan di barat

dengan Samudera Hindia. Di utara dengan Kecamatan Basa IV Balai dan

di selatan dengan Provinsi Bengkulu

Nagari-nagari di Lunang Silaut

Ada 5 nagari di Kecamatan Lunang Silaut : Lunang Utara, Lunang,

Lunang Selatan, Lunang Barat dan Silaut

Sedangkan berikut adalah : 1. Tanjung Makmur 2. Taman Makmur 3. Mekar

Sari 4. Suka Maju 5. Silaut 6. Sindang 7. Tanjuang Baringin 8. Talang Sari

9. Tanjung Sari 10. Lunang 11. Bukit Tapuih 12. Kumbuang

SEJARAH MANDE RUBIAHDi Lunang ini terdapat keluarga Mande Rubiah yang dipercaya

merupakan keturunan Bundo Kanduang, seorang raja perempuan Minangkabau (abad 16) yang menyelamatkan diri dari musuhnya yang menyerang Pagaruyung dari Timur. Ia menyelamatkan diri bersama anak dan menantunya ke daerah ini. Hingga kini masih didapati makam keluarga Kerajaan Pagaruyung di nagari Lunang dan juga sebuah rumah gadang yang tak lain adalah istana Bundo Kanduang.Di Lunang ini mayoritas didiami oleh pecahan Suku Malayu yang secara historis merupakan keturunan dari pendatang dari Sungai Pagu dan daerah lain di sekitar Lunang. Selain itu juga terdapat Suku Caniago di nagari ini. adapun nama-nama suku di Nagari Lunang adalah : Malayu, Malayu Gadang Rantau Kataka, Malayu Gadang Kumbuang, Malayu Durian/Rajo, Malayu Kecik, Malayu Tangah, Caniago Patih dan Caniago mangkuto.Mande Rubiah sekarang bernama kecil Rakinah. suami beliau bernama Suhardi sutan Indera (suku Malayu Gadang Rantau Kataka) dan 7 orang anak (6 Putera dan 1 Puteri) ; Mar Alamsyah Sutan Daulat, SSTP, Zulrahmansyah,D.Rajo Mudo,SS, Noval Nofriansyah, Marwansyah, Zaitulsyah, Heksa Rasudarsyah, Naura Puti kabbarasti.

Di zaman kekuasaan Inderapura, nagari Lunang berada dibawah penguasaan Inderapura.

Potensi LunangLunang berpotensi menjadi daerah tujuan wisata

sejarah dan budaya di Sumatera Barat dengan dijadikannya rumah gadang Mande Rubiah sebagai museum oleh Pemerintah Daerah Pesisir Selatan. Juga dilakukan pemugaran terhadap situs-situs sejarah di Lunang.Selain itu dari segi ekonomi, Lunang berpotensi karena lahan perkebunan kelapa sawit di daerah transmigran Lunang Silaut.

LEGENDA KERAJAAN MANDE RUBIAH

Kerajaan yang disebut-sebut sebagai pewaris tahta Bundo Kanduang yang dikenal sebagai Raja Perempuan Pagarruyung yang paling termasyhur dan melegenda di tengah-tengah masyarakat Minangkabau.

Hubungan antara dua kerajaan besar ini diungkapkan dalam Kaba Cindua Mato yang sama melegendanya dengan Bundo Kanduang. Menurut cerita rakyat Minangkabau itu, disaat terjadi pertempuran hebat antara Pagarruyung dengan Kerajaan Singiang-Ngiang (selama lebih kurang 23 tahun), Bundo Kanduang dengan beberapa pengikutnya mengirab (terbang) ke langit. Bahasa itu tentu hanyalah sebagai kiasan dari kenyataan yang sebenarnya bahwa Bundo Kanduang melarikan diri ke Nagari Lunang dan mendirikan sebuah kerajaan kecil di daerah itu. Untuk menyembunyikan identitasnya, Bundo Kanduang menukar namanya dengan Mande Rubiah, yang kata awal bahasa itu dalam bahasa Minangkabau memiliki makna yang sama.

Bundo Kanduang bagi banyak ahli sejarah tetap saja sebagai tokoh yang misterius keberadaannya. Hal ini bisa jadi karena Minangkabau sebelum Islam masuk ke daerah ini tidak mengenal tradisi menulis, sehingga sejarah hanya diwariskan secara lisan dari mulut kemulut. Tidak hanya itu, tetapi sejarah pun dibungkus dalam bentuk cerita yang disebut di Ranah Minang sebagai Kaba. Berbagai kisah semisal asal keturunan Minangkabau dari Iskandar Zulkarnain (Alexander Agung). Dalam Tambo Minangkabau disebutkan bahwa Iskandar Zulkarnain memiliki tiga orang anak laki-laki. Ketiga orang anak ini adalah Maharaja Alif, Maharaja Dipang dan Maharaja Diraja. Anak Iskandar Zulkarnain yang terakhir ini datang kedaratan Minangkabau sewaktu Gunung Marapi masih sebesar telur itik. Maharaja Diraja inilah yang kemudian dipercayai sebagai nenek moyang orang Minangkabau.

Di Lunang juga terdapat komplek makam Bundo Kanduang, Dang Tuanku, Puti Bungsu, Cindua Mato dan beberapa pengikutnya. Kuburan Bundo Kanduang, Dang Tuanku, Puti Bungsu dan beberapa orang pengikutnya terletak dalam satu komplek. Sementara itu kuburan Cindua Mato terpisah hampir satu kilometer dari komplek makam Bundo Kanduang. Entah mengapa makam Cindua Mato terpisah dari komplek makam yang Bundo Kanduang, yang penting semua makam manusia-manusia yang sering dijumpai dalam mitos Minangkabau itu sama-sama dikeramatkan.

Yang juga sangat menarik bagi pengunjung adalah nisan-nisan di setiap kuburan itu yang unik. Nisan yang tidak biasanya dijumpai di Minangkabau itu khabarnya didatangkan dari Aceh, makanya orang-orang setempat juga menyebutnya sebagai Nisan Aceh. Bentuk nisan itu seperti penggada Bima yang sering dijumpai di film-film. Mempunyai ukiran yang tidak terpikirkan oleh manusia sekarang bagaimana cara orang-orang dimasa ratusan tahun lalu itu membuatnya.

Bundo Kanduang, yang kemudian berganti nama menjadi Mande Rubiah, sampai sekarang tahta kebesarannya masih berlanjut hingga Mande Rubiah VII. Keberadaan Mande Rubiah sebagai penerus kebesaran Bundo Kanduang diakui di tengah-tengah masyarakat tidak hanya di Nagari Lunang, akan tetapi sampai ke daerah-daerah yang pernah dipengaruhi oleh kekuasaan Minangkabau seperti Indopuro, Muko-Muko (Bengkulu), Jambi, dan Palembang. Bahkan sampai sekarang masih ada masyarakat dari Air Bangis, yang mencari nenek moyang mereka ke Nagari Lunang.

Mande Rubiah VII, sebagai pewaris tahta Bundo Kanduang menjadi pemimpin bagi masyarakat, tidak hanya secara simbolik tapi berlaku dalam berbagai kegiatan adat, agama, bahkan pemerintahan. Dalam tataran adat, Mande Rubiah VII yang melantik atau mensyahkan penghulu nan salapan (pimpinan adat). Selain itu Mande Rubiah VII juga memberikan keputusan akhir tentang apa yang dimusyawarahkan oleh pimpinan adat. Bila Mande Rubiah VII setuju makakeputusan berlaku, bila keputusan itu kurang berkenan di hati Mande Rubiah VII, maka keputusan harus ditinjau ulang kembali.

Jejak-jejak sejarah yang ditinggalkan Bundo Kanduang di Kerajaan Mande Rubiah, selain peninggalan-peninggalan kuno yang ada di istana seperti; manuskrip, senjata-senjata, dan alat-alat rumah tangga kerajaan yang telah berusia ratusan tahun, di sekitar komplek Istana Mande Rubiah juga dapat ditemukan kuburan para tokoh yang melegenda di Minangkabau (Bundo Kanduang, Dang Tuanku, Rajo Mudo, Puti Bungsu, dan Cindua Mato). Namun yang terpenting jejak yang ditinggalkan Bundo Kanduang di Nagari Lunang adalah pengaruh Mande Rubiah di tengah-tengah masyarakat yang semakin mengukuhkan bahwa beliau benar-benar sebagai penerus kebesaran tahta Ratu Minangkabau.

FOTO- FOTO RUMAH MANDE RUBIAH

SEKIAN DAN TERIMA KASIH