PERSEKUSI MUSLIM UIGHUR DALAM TINJAUAN HUKUM …

99
PERSEKUSI MUSLIM UIGHUR DALAM TINJAUAN HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.) Pada Program Studi Hukum Tata Negara Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Oleh : FADHILATUR ROSYIDAH NIM: 11160453000006 PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A 1441 H / 2020 M

Transcript of PERSEKUSI MUSLIM UIGHUR DALAM TINJAUAN HUKUM …

Page 1: PERSEKUSI MUSLIM UIGHUR DALAM TINJAUAN HUKUM …

PERSEKUSI MUSLIM UIGHUR DALAM TINJAUAN HUKUM

HUMANITER INTERNASIONAL

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

(S.H.) Pada Program Studi Hukum Tata Negara Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Oleh :

FADHILATUR ROSYIDAH

NIM: 11160453000006

PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

1441 H / 2020 M

Page 2: PERSEKUSI MUSLIM UIGHUR DALAM TINJAUAN HUKUM …

i

Page 3: PERSEKUSI MUSLIM UIGHUR DALAM TINJAUAN HUKUM …

ii

Page 4: PERSEKUSI MUSLIM UIGHUR DALAM TINJAUAN HUKUM …

iii

LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertandatangan di bawah ini menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini adalah hasil karya asli Saya yang diajukan untuk memenuhi salah

satu syarat memperoleh gelar Sarjana Hukum (S.H) pada Fakultas Syariah dan

Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Sumber-sumber yang telah Saya gunakan dalam penulisan ini telah Saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli Saya atau

merupakan hasil jiplaka dari karya orang lain, maka Saya berseda menerima

sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Jakarta, 2 April 2020

Fadhilatur Rosyidah

NIM : 11160453000006

Page 5: PERSEKUSI MUSLIM UIGHUR DALAM TINJAUAN HUKUM …

iv

ABSTRAK

Fadhilatur Rosyidah. NIM 11160453000006. PERSEKUSI MUSLIM

UIGHUR DALAM TINJAUAN HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL.

Program Studi Hukum Tata Negara, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas

Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, 1441 H/2020 M. ix + 67 halaman

+ 22 halaman lampiran.

Latar belakang penelitian ini adalah adanya tindakan persekusi yang

dilakukan oleh pemerintah Cina terhadap etnis Muslim Uighur. Skripsi ini

bertujuan untuk mengetahui tindakan persekusi yang dilakukan oleh pemerintah

Cina terhadap etnis Muslim Uighur di Xinjiang dan tinjauan hukum humaniter

internasional terhadap persekusi yang dilakukan Pemerintah Cina terhadap etnis

Muslim Uighur.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian normatif dengan

pendekatan undang-undang (statute approach). Penelitian ini menggunakan tiga

bahan hukum, yaitu bahan hukum primer (Universal Declaration of Human

Rights, dan Statuta Roma 1998), bahan hukum sekunder (buku-buku yang terkait

perlindungan HAM dan penyelenggaraan hukum humaniter internasional), dan

bahan non hukum. Kemudian data yang didapat dianalisis secara sistematis,

sehingga menghasilkan output yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

Hasil Penelitian ini menunjukan dua hal. Pertama, persekusi yang

dilakukan oleh pemerintah Cina terhadap Muslim Uighur di antaranya berupa

penyekapan, penindasan, perampasan, kekerasan, penembakan mati, hingga

membatasi hak beragama dan privasi Musim Uighur di antaranya yaitu membuat

kebijakan penghapusan wakaf, penghapusan pajak untuk sekolah Islam, melarang

pegawai negeri atau pejabat pemerintah Muslim untuk berpuasa, tidak bebas

beraktifitas karena selalu diawasi oleh kepolisian, dan adanya kebijakan

pemindaian alat komunikasi bagi warga etnis Uighur. Kedua, tindakan persekusi

yang dilakukan Pemerintah Cina terhadap Muslim Uighur melanggar ketentuan

dalam hukum humaniter internasional, di antaranya adalah ketentuan dalam

Universal Declaration of Human Rights dan Statuta Roma 1998. Kasus persekusi

Muslim Uighur telah memenuhi keempat syarat yurisdiksi Mahkamah Pidana

Internasional yang termuat dalam Statuta Roma 1998 di antaranya yaitu:

Rationae materiae, Rationae temporis, Rationae loci,dan Rationae personae, dan

penanganan kasus ini dapat diambil alih oleh Dewan Keamanan PBB untuk

diadili melalui Mahkamah Pidana Internasional (International Criminal Court).

Kata Kunci : Persekusi, Etnis Uighur, Hukum Humaniter

Pembimbing : Dr. KH. Mujar Ibnu Syarif, S.H., M.A.

Daftar Pustaka : 1967 s.d. 2020

Page 6: PERSEKUSI MUSLIM UIGHUR DALAM TINJAUAN HUKUM …

v

حيم حمن الر بسم الله الر

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah swt., yang

berkat karunia dan nikmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

“Persekusi Muslim Uighur Dan Pengaruhnya Terhadap Hubungan Diplomatik

Indonesia-Cina (Analisis Hukum Humaniter).” Shalawat serta salam penulis

curahkan kepada Nabi Muhammad saw., yang telah menuntun umat Islam menuju

Shirat al-mustaqim yang diridhai Allah swt.

Penulis menyadari bahwa tanpa bimbingan dan dukungan dari berbagai

pihak, penulis tidak dapat menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, dalam

kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya

terutama kepada:

1. Dr. H. Ahmad Tholabi Kharlie, S.Ag., S.H., M.H., M.A., Dekan

Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Hj. Maskufa, M.Ag., Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan

Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan para

Wakil Dekan lainnya.

3. Sri Hidayati, M.Ag., Ketua Program Studi Hukum Tata Negara yang

sudah penulis anggap sebagai ibu sendiri dan yang selalu sabar dalam

mendengar curahan hati penulis dari awal perkuliahan hingga saat ini.

Dan Hj. Masyrofah, S.Ag., M.Si., Sekretaris Program Studi Hukum

Tata Negara yang sudah membantu administratif akademik penulis.

4. Dr. KH. Mujar Ibnu Syarif, S.H., M.A., Dosen Pembimbing Skripsi

penulis yang dengan sabar telah memberikan bimbingan, arahan, dan

mentransfer ilmunya kepada penulis sejak awal perkuliahan hingga

saat ini. Tanpa adanya bimbingan dan arahan dari beliau tidak mungin

skripsi ini dapat sampai ke tangan pembaca.

5. Prof. Arskal Salim GP, M.Ag., Dosen Penasihat Akademik penulis,

yang telah menjadi inspirator penulis dalam menjalani perkuliahan di

kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 7: PERSEKUSI MUSLIM UIGHUR DALAM TINJAUAN HUKUM …

vi

6. Dosen-dosen Fakultas Syariah dan Hukum, khususnya Dosen Hukum

Tata Negara atas transfer ilmu yang diberikan selama penulis belajar di

kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Semoga atas semua yang

diberikan dengan ikhlas akan menjadi amal ibadah yang terus

mengalir.

7. Segenap staf Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, staf Perpustakaan Utama UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, staf Perpustakaan Pascasarjana UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang telah menyediakan fasilitas yang memadai

bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Kedua orang tua tercinta Ayahanda H. Mulyadi, Ibunda Hj. Nurjanah,

Kakek H. Warkaya dan Nenek Hj. Nadiroh yang selalu menjadi garda

terdepan dalam memberikan dukungan bagi penulis di segala aspek,

dan juga yang tak ada hentinya menyelipkan penulis dalam doa di

setiap sujudnya. Dan juga adik-adik tercinta Muhammad Fadil

Firmansyah dan Muhammad Fadlan Ardiansyah yang telah turut andil

memberikan hiburan kepda penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

9. Kepada partner Ajat Sudrajat, S.Ag., kostmate Suci Prastya Ningrum,

S. Psi. yang selalu memberikan dorongan semangat kepada penulis dan

menjadi tempat berkeluh kesah penulis selama penulisan skripsi ini.

10. Keluarga besar Hukum Tata Negara UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

khususnya kawan seperjuangan Hukum Tata Negara angkatan 2016

yang telah melewati perkuliahan bersama dari awal kuliah hingga saat

ini, semoga ilmu yang kami dapat diperkuliahan diberkahi Allah swt.

Khususnya untuk Princess HTN Andriani Kasip, Silmi Nurtsin, Lis

Diana Putri, Miftahurrahmah, Halimatur Rusyda, Nur Kholifah, Syifa

Salsabila, Ajeng Dwi Pramesti, Husniyah, Inten Murnia Sari dan

kawan seperjuangan lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

11. Keluarga Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) Hukum Tata

Negara yang telah menjadi tempat berproses di internal kampus dalam

mengolah bakat berorganisasi penulis. Khususnya Bang Muhammad

Page 8: PERSEKUSI MUSLIM UIGHUR DALAM TINJAUAN HUKUM …

vii

Ridwan, S.H., Bintang Garda Nusantara, Nur Kholifah, Wildan Fauzi,

dan anggota lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

12. Keluarga besar Ikatan Mahasiswa Tegal (IMT) Ciputat yang telah

memberikan wadah bagi penulis dalam belajar berorganisasi, dan

memberikan arti persaudaraan sesungguhnya di tanah rantau.

Khususnya Mas Mochamad Andi Apriyanto, S.H., Robi Chul Bais,

Khoerun Nisa DPM, Aghnina Auliani, Dede Hidayatulloh dan anggota

lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

13. Dan kepada seluruh civitas akademika UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta yang tak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Semoga bantuan yang telah diberikan oleh semua pihak senantiasa

menjadi amal ibadah yang terus mengalir pahalanya hingga Hari Kiamat.

Dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya, dan bagi

pembaca umumnya.

Jakarta, 2 April 2020 M

8 Sya’ban 1441H

Fadhilatur Rosyidah

NIM : 11160453000006

Page 9: PERSEKUSI MUSLIM UIGHUR DALAM TINJAUAN HUKUM …

viii

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN .............................................................................. i

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................... ii

LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................ iii

ABSTRAK .......................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR ......................................................................................... v

DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1

B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah .................................. 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................. 8

D. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu ........................................................ 9

E. Metode Penelitian...................................................................................... 11

F. Sistematika Penulisan ............................................................................... 15

BAB II KONSEP PERSEKUSI, HAM, DAN TEORI HUKUM

HUMANITER ..................................................................................................... 16

A. Konsep Persekusi ...................................................................................... 16

B. Teori Hukum Humaniter Internasional .................................................... 18

C. Persekusi Sebagai Pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) ................... 21

BAB III KONFLIK UIGHUR ........................................................................... 26

A. Potret Muslim Uighur .............................................................................. 26

B. Kondisi Sosial dan Politik Muslim Uighur ............................................... 34

C. Akar Konflik Muslim Uighur ................................................................... 41

BAB IV PERSEKUSI MUSLIM UIGHUR DITINJAU DARI ASPEK

HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL ................................................. 45

A. Persekusi Muslim Uighur .......................................................................... 45

Page 10: PERSEKUSI MUSLIM UIGHUR DALAM TINJAUAN HUKUM …

ix

B. Analisis Hukum Humaniter Internasional terhadap Persekusi Muslim

Uighur ....................................................................................................... 50

BAB V PENUTUP ............................................................................................... 61

A. Kesimpulan ............................................................................................... 61

B. Saran .......................................................................................................... 62

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 63

LAMPIRAN ........................................................................................................ 68

Page 11: PERSEKUSI MUSLIM UIGHUR DALAM TINJAUAN HUKUM …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kejahatan masa kini memang tidak lagi menggunakan cara-cara lama yang

telah terjadi sebelumnya. Dari sekian banyak jenis kejahatan yang terjadi di

dalam kehidupan masyarakat, ada jenis kejahatan yang berdampak terhadap

keselamatan dan perdamaian dunia yaitu extra ordinary crime atau lebih dikenal

dengan istilah kejahatan luar biasa. Apabila dilihat dari sejarahnya, kejahatan luar

biasa hanya mencakup 4 jenis kejahatan saja yaitu kejahatan perang, kejahatan

agresi, kejahatan genosida dan kejahatan terhadap kemanusiaan. Namun,

perkembangan kejahatan sekarang menunjukkan bahawa ada beberapa kejahatan

terkini yang diasumsikan sama dengan keempat jenis kejahatan tersebut. 1

Persekusi dapat ditafsirkan sebagai kejahatan luar biasa karena termasuk dalam

jenis kejahatan terhadap kemanusiaan.

Persekusi ini merupakan salah satu jenis kejahatan kemanusiaan

sebagaimana dijelaskan dalam Statuta Roma, Pasal 7 ayat (1) 2 dan Pasal 7 ayat

(2) huruf g3. Ketentuan pasal tersebut menjelaskan bahwa "persecution" berarti

perampasan secara sengaja dan kejam terhadap hak-hak dasar yang bertentangan

dengan hukum internasional dengan alasan politik, ras, nasional, etnis, budaya,

agama, gender.

Kejahatan kemanusiaan yang berupa tindakan persekusi jelas melanggar

ketentuan Hak Asasi manusia. Hak Asasi Manusia (HAM) merupakan hak-hak

dasar yang telah melekat pada diri setiap manusia dan merupakan anugerah yang

1 Muhammad Hatta, Kejahatan Luar Biasa (Extra Ordinary Crime), (Aceh : UNIMAL

Press, 2019), h. 9

2 Pasal 7 ayat (1) Statuta Roma 1998 : “Crime against humaniy means any of the

following acts when commited as part of widespread or systematic attack directed against any

civilian population, with knowledge of attack.”

3 Pasal 7 yat (2) huruf g Statuta Roma 1998 : “Persecution means the intentional and

severe deprivation of fundamental rights contrary to international law by reason of the identity of

the group or collectivity;”

Page 12: PERSEKUSI MUSLIM UIGHUR DALAM TINJAUAN HUKUM …

2

diberikan Tuhan sejak lahir serta tidak dapat diganggu gugat oleh siapapun.

Dalam Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) atau Universal Declaration of

Human Rights 4 berisi hak berpikir dan mengeluarkan pendapat, hak untuk

memperoleh nama baik, hak untuk kemerdekaan hidup, hak untuk memperoleh

pekerjaan, hak mendapatkan pendidikan dan pengajaran, hak untuk mendapatkan

perlindungan hukum, hak untuk hidup, hak menganut aliran kepercayaan atau

agama tertentu, dan hak memiliki sesuatu.

Hal tersebut juga tertuang dalam Pasal 2 Universal Declaration of Human

Right (UDHR), bahwa setiap orang berhak atas hak asasi nya tanpa dibeda-

bedakan : “Setiap orang berhak atas semua hak dan kebebasan-kebebasan yang

tercantum di dalam deklarasi ini dengan tidak ada pengecualian apa pun, seperti

pembedaan ras, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama, politik atau pandangan

lain, asal-usul kebangsaan atau kemasyarakatan, hak milik, kelahiran ataupun

kedudukan lain. Selanjutnya, tidak akan diadakan pembedaan atas dasar

kedudukan politik, hukum atau kedudukan internasional dari negara atau daerah

dari mana seseorang berasal, baik dari negara yang merdeka, yang berbentuk

wilyah-wilayah perwalian, jajahan atau yang berada di bawah batasan kedaulatan

yang lain”.

Eksistensi Hak Asasi Manusia (HAM) dan keadilan merupakan dasar

dalam membangun komunitas bangsa yang memiliki kohesi sosial yang kuat.

Meskipun beragam ras, etnis, agama, dan keyakinan politik, masyarakat akan

dapat hidup harmonis dalam suatu komunitas bangsa atau negara, jika ada sikap

penghargaan terhadap nilai-nilai HAM dan keadilan. Eksistensi HAM berbanding

lurus dengan keberadaan bangsa, sesuai dengan jangkauan pemikiran dan

perkembangan lingkungannya. Untuk itu, setiap kejahatan HAM harus diadili

karena kejahatan tersebut selalu menjadi kendala dalam perjalanan peradaban

bangsa. Pelanggaran HAM dapat juga dilakukan oleh satuan non-pemerintah,

4 Universal Declaration of Human Right, merupakan sebuah pernyataan yang bersifat

anjuran yang diadopsi oleh Majelis Umum Persatuan Bangsa-Bangsa (10 Desember 1948 di Palais

de Chaillot, Paris). Pernyataan ini terdiri atas 30 pasal yang menggarisbesarkan pandangan Majelis

Umum PBB tentang jaminan hak-hak asasi manusia (HAM) kepada semua orang. Dalam Yudi

Latif, Negara Paripurna, (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2013), h. 184.

Page 13: PERSEKUSI MUSLIM UIGHUR DALAM TINJAUAN HUKUM …

3

misalnya pembunuhan penduduk sipil oleh para pemberontak, serangan

bersenjata oleh satu pihak kepada pihak lain dan sebagainya.5

Melihat besarnya perhatian PBB dan dunia internasioanal terhadap hak-

hak asasi manusia sedunia, maka sudah sepantasnya dalam kehidupan

bermasyarakat bahkan bernegara harus senantiasa menghormati dan

memperlakukan setiap manusia sesuai dengan harkat dan martabat hak-hak

asasinya. Perkembangan progresif di bidang hak asasi manusia dewasa ini tidak

terlepas dengan adanya prinsip bahwa negara (pemerintah) mempunyai

kewajiban untuk menjamin dan memberikan perlindungan HAM tersebut selain

merupakan tanggung jawab negara yang bersangkutan juga merupakan tanggung

jawab bersama masyarakat internasional.

Saat ini, tidak ada satu pun aspek kehidupan yang keluar dari HAM.

Masalah perlindungan internasional HAM ini sudah diatur secara baik dalam

hukum internasional HAM yang secara khusus mengatur mengenai perlindungan

individu dan kelompok dari pelanggaran berat HAM yang dilakukan oleh aparat

pemerintah.6

Kendati demikian, pelanggaran terhadap HAM masih sering terjadi.

Pengekangan kebebasan atas hak-hak yang dimiliki seseorang, pendiskriminasian

suatu etnis sampai pada pemusnahan suatu kelompok tertentu masih saja terjadi.

Pelanggaran-pelanggaran tersebut masih terjadi di tengah masyarakat

internasional yang menjunjung tinggi persamaan dan martabat kehidupan

manusia. Pelanggaran terhadap peraturan-peraturan HAM dan kejahatan-

kejahatan serius terhadap HAM membutuhkan perhatian khusus, karena hal

tersebut berkaitan dengan kehidupan manusia yang seharusnya bebas dari rasa

tidak aman. Hanya saja tindakan-tindakan tidak manusiawi masih sering

diterima, khususnya pada kaum-kaum minoritas.

Dalam dunia Internasional, penegakkan hukum tentang Hak Asasi

Manusia secara global dalam penegakannya dapat dikatakan belum tuntas. Dalam

5 Fazlur Rahman, et.al, Analisis Yuridis Pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) di

Indonesia (Studi Kasus di Mesuji Sumatra Selatan), (Makasar : UNHAS, 2011), h. 2.

6 Boer Mauna, Hukum Internasional Pengertian Peranan dan Fungsi dalam Era

Dinamika Global, edisi ke-2, (Bandung : Alumni, 2005), h. 672.

Page 14: PERSEKUSI MUSLIM UIGHUR DALAM TINJAUAN HUKUM …

4

perkembangannya, hukum yang berkaitan dengan Hak Asasi Manusia secara

global juga telah diatur dalam hukum humaniter. Hukum humaniter yang mulai

dikenal pada tahun 1970an ini awalnya disebut dengan International

Humanitarian Law Applicable in Armed Conflict lalu berkembang menjadi

hukum perang (law of war), yang kemudian berkembang lagi menjadi hukum

sengketa bersenjata (law of arms conflict), dan pada akhirnya dikenal dengan

istilah hukum humaniter. Jadi dapat disimpulkan bahwa hukum humaniter

internasional adalah seperangkat aturan yang dibuat dengan alasan kemanusiaan

untuk membatasi akibat-akibat dari pertikaian bersenjata. Hukum ini melindungi

korban atau orang lain yang terlibat ataupun tidak terlibat dalam pertikaian.

Hukum humaniter merupakan bagian dari hukum internasional.

Hukum humaniter internasional merupakan salah satu instrumen yang

dapat digunakan oleh setiap negara, termasuk oleh negara damai atau negara

netral, untuk ikut serta mengurangi penderitaan masyarakat akibat perang yang

terjadi di berbagai negara.7

Pemerintah Cina melakukan tindakan persekusi8 terhadap kaum Muslim

Uighur di wilayah yang dikenal dengan nama Turkistan Timur, sementara Cina

menyebutnya dengan nama Xinjiang, yang berarti blok baru. Persekusi yang

terjadi mengakibatkan lebih dari seratus enam puluh Muslim meninggal.

Sementara menurut warga Uighur akibat dari persekusi itu hampir empat ratus

Muslim meninggal, ratusan menderita luka-luka, dan ratusan lagi ditangkap.9

Pemerintah Cina mengubah bentuk penjajahannya menjadi penjajahan

kependudukan, di mana ia memindahkan sekitar delapan juta masyarakat Cina

dari keturunan Han yang merupakan suku terbesar ke Turkistan Timur.

Selanjutnya mereka diberi jabatan tinggi dan kekuasaan penuh. Sementara

penduduk asli dijadikan penduduk kelas dua yang dipekerjakan sebagai pegawai

7Ambarwati, et.al, Hukum Humaniter Internasional dalam Studi Hubungan Internasional,

(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009), h. 27.

8 Persekusi adalah pemburuan sewenang-wenang terhadap seorang atau sejumlah warga

dan disakiti, dipersulit, atau ditumpas. Dikutip dari https://kbbi.web.id/persekusi, diakses pada

tanggal 10 Juli 2019 Pukul 11.26 WIB. 9 Muslim Uighur Sekitar Satu Juta ditahan PBB Sebut Ini Mengkhawatirkan, dikutip dari

https://www.bbc.com/indonesia/dunia-45372418, diakses pada 9 Juli 2019 pukul 15.47 WIB.

Page 15: PERSEKUSI MUSLIM UIGHUR DALAM TINJAUAN HUKUM …

5

rendahan, dan pekerja kasar untuk memperoleh penghidupannya. Sesungguhnya

yang melakukan kejahatan terhadap warga Uighur sekarang, bukan hanya

pemerintah dan aparatnya yang bertindak represif, namun juga orang-orang Cina

keturunan Han yang banyak melakukan berbagai bentuk permusuhan dan

pelecehan terhadap penduduk asli.10

Namun, pemerintah Cina membantah

tudingan adanya diskriminasi rasial terhadap Etnis Muslim Uighur di Xinjiang.

Berkaitan dengan hal tersebut di atas, sudah menjadi tanggung jawab

negara jaminan atas penegakan hukum terhadap pelanggaran HAM. Apabila

negara membiarkan tidak ditegakkannya hukum atau bahkan menjadi bagian dari

pelanggaran HAM tersebut maka negara tetap dalam keadaan impunitas11

(impunity).

Berdasarkan urgensi dan daya tarik yang tinggi terhadap fenomena

tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian pustaka mengenai

persekusi Muslim Uighur untuk mengetahui perkembangan lebih lanjut terhadap

problematika di atas. Selain itu, peneliti juga ingin mengkaji secara mendalam

terkait dengan implementasi hukum humaniter internasional berdasarkan

fenomena yang telah dipaparkan, dan dituangkan dalam judul :

“PERSEKUSI MUSLIM UIGHUR DALAM TINJAUAN HUKUM

HUMANITER INTERNASIONAL”

B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Hukum Internasional, terutama setelah Perang Dunia I, telah

memberikan status kepada individu sebagai subjek hukum Internasional yang

mandiri dalam tata hukum internasional. Individu dalam hukum Internasional,

juga dapat membela hak-haknya secara langsung, yang pada awalnya berlaku

10

Muhammad Fajrin Saragih, “Tinjauan Yuridis Pelanggaran Ham Terhadap Muslim

Uighur di China Ditinjau dari Hukum Humaniter” (Medan: Jurnal Universitas Sumatera Utara,

2015), h.3-4.

11

Impunitas adalah keadaan tidak dapat dipidana (nirpidana). Diakses melalui

https://kbbi.web.id/impunitas , diakses pada tanggal 10 Juli 2019 Pukul 15.12 WIB.

Page 16: PERSEKUSI MUSLIM UIGHUR DALAM TINJAUAN HUKUM …

6

menurut masyarakat Eropa dalam Konvensi Eropa serta berlaku dalam

Konvensi Amerika.

Pasca disahkannya dokumen dasar pembentukan Mahkamah Pidana

Internasional (International Criminal Court) yaitu Statuta Roma 1998 pada

17 Juli 1998 maka telah berlaku hukum baru yang di dalamnnya memuat

peraturan baru tentang genosida, yakni Statuta Roma. Statuta Roma

merupakan hasil dari beberapa upaya yang dilakukan oleh PBB untuk

menciptakan sebuah Pengadilan Internasional.

Cina sebagai negara yang tergabung dalam PBB sudah seharusnya

menjunjung tinggi nilai hak asasi manusia. Namun, dengan adanya

problematika persekusi yang dialami oleh etnis Muslim Uighur seolah Cina

sudah tidak lagi mengindahkan prinsip yang telah dijunjung tinggi oleh

seluruh anggota PBB. Terlebih problematika tersebut telah menjadi sebuah

isu global yang turut mengganggu stabilitas politik internasional.

Berdasarkan pemaparan di atas, maka dapat disebutkan identifikasi

masalah yang diteliti lebih lanjut, sebagai berikut:

1. Persekusi yang dilakukakan oleh pemerintah Cina terhadap etnis

Muslim Uighur menjurus ke tindakan genosida. Tindakan-tindakan

tersebut berdampak pada penurunan populasi etnis Uighur yang jika

dibiarkan secara terus-menerus maka dapat memusnahkan etnis

Uighur di Cina.

2. Diskriminasi rasial yang dialami oleh etnis Muslim Uighur ini tidak

sesuai dengan Hak Asasi Manusia dalam Universal Declaration of

Human Rights yang telah disepakati oleh seluruh negara-negara di

dunia yang tergabung dalam Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan

juga tidak sesuai dengan prinsip kemanusiaan. Hal itu, terkait dengan

Cina yang juga menjadi negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa

yang seharusnya turut menjunjung tinggi nilai hak asasi manusia

namun yang terjadi adalah sebaliknya, justru Cina sudah tidak lagi

menjunjung tinggi prinsip yang telah disepakati bersama.

Page 17: PERSEKUSI MUSLIM UIGHUR DALAM TINJAUAN HUKUM …

7

3. Persekusi yang dilakukan oleh Pemerintah kepada etnis Uighur turut

membuat negara-negara di dunia merespon dan mengecam

Pemerintah Cina untuk menghentikan tindakan pelanggaran HAM

karena hal tersebut tidak sesuai dengan prinsip kemanusiaan.

4. Republik Rakyat Cina (RRC) dikenal dengan “macan asia”, dengan

perekonomian yang maju dan sebagai negara yang berpengaruh di

kawasan Asia. Dengan adanya problematika ini, dapat

mengakibatkan citra Cina sebagai negara maju di Asia menjadi tidak

baik dan secara langsung berpengaruh terhadap perekonomian Cina.

5. Persekusi yang dialami oleh etnis Uighur yang mayoritas beragama

Islam turut menjadi perhatian dunia. Karena Islam merupakan agama

yang diakui secara global dan merupakan salah satu agama dengan

penganut terbesar di dunia, isu diskriminasi ini menjadi sorotan

karena dianggap merendahkan entitas salah satu agama.

6. Etnis Uighur sebagai etnis minoritas di Cina tidak mendapat

perlakuan baik oleh Pemerintah Cina, sehingga terkesan negara Cina

mengabaikan hak warga negaranya.

2. Pembatasan Masalah

Untuk mempermudah pembahasan dalam penulisan skripsi ini, penulis

membatasi masalah yang dibahas sehingga pembahasannya lebih jelas dan

terarah sesuai dengan yang diharapkan penulis. Penelitian ini difokuskan

pembahasannya hanya menyangkut masalah persekusi Muslim Uighur dalam

tinjauan Hukum Humaniter Internasional.

3. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka secara

terperinci masalah yang diteliti adalah implikasi dari tindakan persekusi

terhadap Muslim Uighur dalam tinjauan hukum humaniter internasional. Dari

masalah di atas maka dapat diperoleh rumusan penelitian sebagai berikut:

Page 18: PERSEKUSI MUSLIM UIGHUR DALAM TINJAUAN HUKUM …

8

a. Bagaimana bentuk persekusi yang dilakukan Pemerintah Cina terhadap

Muslim Uighur?

b. Bagaimana tinjauan hukum humaniter internasional terhadap persekusi

yang dilakukan Pemerintah Cina terhadap Muslim Uighur?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan

Tujuan penelitian yang dilakukan mengenai implikasi dari tindakan

persekusi terhadap Muslim Uighur dalam tinjauan hukum humaniter

internasional:

a. Mengetahui bentuk persekusi yang dilakukan Pemerintah Cina

terhadap Muslim Uighur.

b. Mengetahui tinjauan hukum humaniter internasional terhadap

persekusi yang dilakukan Pemerintah Cina terhadap Muslim Uighur.

2. Manfaat

Manfaat penelitian yang dilakukan mengenai implikasi dari tindakan

persekusi terhadap Muslim Uighur dalam tinjauan hukum humaniter

internasional adalah sebagai berikut :

a. Manfaat Akademik

Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan penelitian lebih lanjut

guna untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang tindakan

persekusi terhadap Muslim Uighur dalam tinjauan hukum humaniter

internasional.

b. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara

praktis kepada semua pihak yang terkait dalam penelitian ini, diantaranya:

Page 19: PERSEKUSI MUSLIM UIGHUR DALAM TINJAUAN HUKUM …

9

1) Sebagai bahan referensi untuk mengembangkan ilmu pengetahuan

tentang tindakan persekusi terhadap Muslim Uighur dalam tinjauan

hukum humaniter internasional.

2) Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu bahan referensi

dalam bidang politik/hukum internasional bagi mahasiswa/i yang

terkhusus membahas mengenai Hukum Humaniter Internasional.

3) Penelitian ini secara pribadi menjadi salah satu bentuk implementasi

dari ilmu pengetahuan yang diperoleh penulis selama mengikuti

program perkuliahan sarjana di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

D. Tinjauan (Review) Studi Terdahulu

Dalam rangka mendukung penelitian ini, peneliti telah berusaha

melakukan penelusuran terhadap berbagai karya-karya ilmiah baik yang

berbentuk buku, artikel dan sebagainya yang mempunyai relevansi dengan

penelitian ini. Adapun hasil penelusuran yang peneliti dapatkan, antara lain:

Muhammad Fajrin Saragih “Tinjauan Yuridis Pelanggaran HAM

Terhadap Muslim Uighur di China Ditinjau dari Hukum Humaniter,” Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara tahun 2015. 12

Dalam penulisan artikel ini,

dijelaskan bahwa Pemerintah Cina telah melakukan pelanggaran HAM di

Xinjiang, di antaranya pelanggaran kebebasan beragama, ditinjau dari

ketentuan hukum dalam Konvensi Janewa.

Lidya Elmira Amalia dalam karya ilmiah skripsi yang berjudul

“Diskriminasi Rasial Terhadap Minoritas Muslim Uyghur di China Ditinjau

dari Hukum Islam” Fakultas Ilmu Agama Islam Universitas Islam Indonesia

tahun 2018.13

Dalam penulisan skripsi ini, dijelaskan bentuk-bentuk

diskriminasi rasial pemerintah Cina terhadap Etnis Uighur berupa kebijakan

12

Lihat https://digilib.uin-suka.ac.id, diakses pada 9 Juli 2019, Pukul 10.40 WIB 13

Lihat https://repositori,usu.ac.id, diakses pada 9 Juli 2019, Pukul 10.50 WIB

Page 20: PERSEKUSI MUSLIM UIGHUR DALAM TINJAUAN HUKUM …

10

pengusiran Islam dari identitas Uighur, memberikan penekanan khusus untuk

mengasingkan wanita Uighur, larangan bagi muslim Uighur untuk memasuki

masjid dan bagaimana pandangan Islam terhadap konsep minoritas yaitu Islam

memberikan penghargaan yang tinggi terhadap kaum minoritas dan

diskriminasi rasial yang tidak dibenarkan dalam Islam.

Ika Yogyantari, “Muslim Uyghur di Provinsi Xinjiang Pada Masa

Pemerintah Komunis China Tahun 1949 - 2008 M,” Fakultas Adab dan

Humaniora Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun

2008.14

Dalam penulisan skripsi ini, dijelaskan usaha pemerintah Komunis

Cina dalam menekan umat beragama di wilayah Xinjiang khususnya terhadap

umat Islam dengan membuat kebijakan yang merugikan umat Islam di

Xinjiang dan sikap Muslim Uighur terhadap perlakuan pemerintah Komunis

China yang melawan dan ingin mendirikan negara sendiri yang merdeka dan

berdaulat.

Muhammad Izzul Mubarak “Kebijakan Pemerintah China Terhadap

Muslim Uighur Perspektif Siyasah Syar’iyyah” Fakultas Syari’ah dan Hukum

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun 2018.15

Dalam

penulisan skripsi ini, dijelaskan bagaimana kebijakan Pemerintah Cina

terhadap etnis Uighur yang tidak sesuai dengan prinsip siyasah syar’iyyah

yaitu dalam teori fiqh siyasah syar’iyyah ini yang di dalamnya mencakup

konsep hukum-hukum dan hak-hak bagi anak Adam yang dijamin oleh Islam

dan Pemerintah China telah melakukan pelanggaran HAM internasional yang

tercantum dalam Konvensi Janewa 1949.

Dari semua karya ilmiah yang disebutkan sebelumnya, masing-masing

karya memiliki fokus pembahasan yang menarik. Penulis sangat tertarik

membahas persoalan ini, tentunya dengan melihat adanya celah untuk

membahas tema dan objek penelitian yang sama, tetapi dengan fokus

14

Lihat https://dspace,uii.ac.id, diakses pada 5 Juli 2019, Pukul 15.20 WIB 15

Lihat https://digilib.uin-suka.ac.id, diakses pada 5 Juli 2019, Pukul 17.20 WIB

Page 21: PERSEKUSI MUSLIM UIGHUR DALAM TINJAUAN HUKUM …

11

pembahasan yang berbeda. Dalam penulisan skripsi ini, penulis lebih

menekankan pada tindakan persekusi yang dilakukan Pemerintah Cina

terhadap Muslim Uighur dengan mengaitkan pada tinjauan hukum humaniter

internasional dalam Universal Declaration of Human Rights dan Statuta Roma

1998.

E. Metode Penelitian

Untuk membantu memudahkan dalam penyusunan skripsi ini, maka

disusun metode16

penelitan sebagai jalan petunjuk yang mengarahkan jalannya

penelitian ini, atau dengan kata lain sebagai jalan atau cara dalam rangka

usaha mencari data yang digunakan untuk memecahkan suatu masalah yang

ada dalam skripsi ini, yaitu sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum normatif.

Penelitian hukum normatif merupakan penelitian hukum yang mengkaji

hukum tertulis dari berbagai aspek, yaitu aspek teori, sejarah, filosofi,

perbandingan, struktur dan komposisi, lingkup materi, dan

konsistensi.17

Dalam literatur lain disebutkan bahwa penelitian hukum

normatif terdiri dari: penelitian terhadap asas-asas hukum, penelitian

terhadap sistematika hukum, penelitian terhadap taraf sinkronisasi

hukum, sejarah hukum, dan penelitian perbandingan hukum.18

Penelitian hukum yang mengkaji hukum tertulis dari berbagai aspek,

yaitu aspek teori, sejarah, filosofi, perbandingan, struktur dan

16

Metode adalah suatu cara atau jalan sehubungan dengan usaha ilmiah, metode

menyangkut masalah cara kerja, yaitu cara kerja untuk dapat memahami obyek yang menjadi

sasaran ilmu yang bersangkutan dalam Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta:

UI Press, 2015), h. 5.

17

Soerjono Soekanto dan Sri Mamuji, Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan

Singkat, (Jakarta: UI Press, 1990), h. 15.

18

Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta:Raja Grafindo Persada,

2003), h. 41.

Page 22: PERSEKUSI MUSLIM UIGHUR DALAM TINJAUAN HUKUM …

12

komposisi, lingkup materi, konsistensi, dan realitas kejadian yang ada

di masyarakat.

Penelitian hukum normatif dilakukan dengan cara mengkaji

hukum tertulis yang bersifat mengikat dari segala aspek yang kaitannya

dengan pokok bahasan yang diteliti. Penelitian hukum empiris

dilakukan dengan cara mengkaji persekusi Muslim Uighur yang

dilakukan Pemerintah Cina dalam tinjauan Universal Declaration of

Human Rights dan Statuta Roma 1998.

2. Pendekatan Penelitian19

a. Pendekatan Undang-Undang (Statute Aprroach)

Pendekatan ini dilakukan dengan menelaah semua

peraturan perundang-undangan dan regulasi yang bersangkut paut

dengan tindakan persekusi yang dialami oleh Muslim Uighur.

b. Pendekatan Konseptual

Penelitian ini berdasarkan pada pendekatan Konseptual

(conceptual approach) yaitu yang beranjak dari pandangan-

pandangan dan doktrin-doktrin yang berkembang di dalam hukum.

Pendekatan ini menjadi penting sebab pemahaman terhadap

pandangan/doktrin yang berkembang dalam hukum dapat menjadi

pijakan untuk membangun argumentasi hukum ketika

menyelesaikan isu hukum yang dihadapi. Pandangan/doktrin akan

memperjelas ide-ide dengan memberikan konsep hukum, maupun

asas hukum yang relevan dengan permasalahan. Penelitian ini juga

berfokus pada problem identifikasi yaitu penelitian yang bertujuan

untuk menginventarisir dan kemudian mengklarifikasi

permasalahan untuk dicarikan jalan keluar.

19

Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta: Kencana, 2014), h. 133-177.

Page 23: PERSEKUSI MUSLIM UIGHUR DALAM TINJAUAN HUKUM …

13

3. Sifat Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif, yaitu

penelitian yang bertujuan untuk memperoleh pemaparan (deskripsi)

secara lengkap, rinci, jelas, dan sistematis tentang implikasi kebijakan

yang dikeluarkan pemerintah Indonesia untuk membantu Etnis Uighur

di Xinjiang Cina.

4. Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini dapat dikategorikan

sebagai berikut:

a. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang bersifat

autoritatif, artinya mempunyai otoritas atau kewenangan tertentu. Bahan-

bahan hukum primer terdiri dari perundang-undangan, catatan-catatan

resmi atau risalah dalam pembuatan perundang-undangan dan putusan-

putusan hakim.20

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan hukum

primer antara lain Universal Declaration of Human Rights dan Statuta

Roma 1998.

b. Bahan Hukum Sekunder

Mengenai bahan hukum sekunder, Peter Mahmud Marzuki

berpendapat bahwa bahan hukum sekunder merupakan bahan hukum

yang berupa semua publikasi tentang hukum yang bukan merupakan

dokumen-dokumen resmi. Publikasi tentang hukum meliputi bukubuku,

teks, kamus-kamus hukum, jurnal-jurnal hukum dan komentarkomentar

atas putusan pengadilan. Bahan hukum sekunder yang digunakan dalam

penulisan ini adalah buku-buku teks tentang hukum yang relevan dengan

isu hukum yang diangkat dan ditulis dalam penulisan ini, seperti literatur-

20

Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, h. 181-195.

Page 24: PERSEKUSI MUSLIM UIGHUR DALAM TINJAUAN HUKUM …

14

literatur dan buku-buku yang terkait dengan perlindungan hak asasi

manusia, dan penyelenggaraan hukum humaniter internasional.

c. Bahan Non-Hukum

Bahan-bahan non hukum dalam penetian hukum dapat berupa

buku-buku mengenai ilmu politik, ekonomi, sosiologi, filsafat,

kebudayaan atau laporan-laporan penelitian non hukum sepanjang

semua itu memiliki relevansi dengan topik penelitian. Bahan-bahan non

hukum tersebut dimaksudkan untuk memperkaya dan memperluas

wawasan bagi peneliti, namun yang harus digarisbawahi bahwa bahan

non hukum ini tidak boleh lebih dominan dibanding bahan hukum

primer dan sekunder.21

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan

beberapa bahan non hukum antara lain: buku-buku politik dan

hubungan internasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),

Ensiklopedi di perpustakaan.

5. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini metode yang digunakan dalam pegumpulan

data adalah metode dokumentasi, yaitu dengan mencatat dan mengcopy

data-data tertulis yang berhubungan dengan masalah penelitian baik dari

sumber dokumen/buku-buku, koran, majalah, internet dan lain lain.

6. Metode Analisis Data

Data yang telah diperoleh kemudian diklasifikasikan menurut

pokok bahasan masing-masing, maka selanjutnya dilakukan analisis data.

Analisis data bertujuan untuk menginterprestasikan data yang sudah

disusun secara sistematis yaitu dengan memberikan penjelasan. Analisis

data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif, yaitu

menguraikan data secara bermutu dalam bentuk kalimat yang teratur,

21 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, h. 204-208.

Page 25: PERSEKUSI MUSLIM UIGHUR DALAM TINJAUAN HUKUM …

15

runtun, logis, tidak tumpang tindih, dan efektif, sehingga memudahkan

interpretasi data dan pemahaman hasil analisis.

F. Sistematika Penulisan

Untuk mendapatkan gambaran jelas mengenai materi yang menjadi pokok

penulisan skripsi dan supaya memudahkan para pembaca dalam mempelajari

tata urutan penulisan ini, maka penulis menyusun sistematika penulisan ini

sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan. Pada bab ini, dipaparkan Latar Belakang Masalah,

Identifikasi Masalah, Pembatasan Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan dan

Manfaat Penelitian, Tinjauan (review) Kajian Terdahulu, Metode Penelitian,

dan Sistematika Penulisan.

Bab II Konsep Persekusi, HAM dan Teori Hukum Humaniter. Pada bab

ini, diulas mengenai Konsep Perekusi, Teori Hukum Humaniter Internasional,

dan Persekusi Sebagai Pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM).

Bab III Konflik Uighur. Pada bab ini, dipaparkan mengenai Potret Muslim

Uighur, Kondisi Sosial dan Politik Muslim Uighur, dan Akar Konflik Muslim

Uighur.

Bab IV Persekusi Muslim Uighur Ditinjau dari Aspek Hukum Humaniter

Internasional. Pada bab ini, dielaborasikan mengenai Persekusi Muslim

Uighur, dan Analisis Hukum Humaniter Intenasional terhadap Persekusi

Muslim Uighur.

Bab V Penutup. Dalam bab ini diuraikan kesimpulan sebagai jawaban dari

rumusan masalah dan saran atau masukan sebagai usulan tindak lanjut dari

penelitian ini.

Page 26: PERSEKUSI MUSLIM UIGHUR DALAM TINJAUAN HUKUM …

16

BAB II

KONSEP PERSEKUSI, HAM, DAN TEORI HUKUM HUMANITER

A. Konsep Persekusi

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) arti kata dari

persekusi adalah pemburuan sewenang-wenang terhadap seorang atau sejumlah

warga dan disakiti, dipersulit, atau ditumpas.1 Namun apabila kata persekusi

tersebut dijadikan sebagai kata kerja yaitu “memperkusi” memiliki arti menyiksa,

atau menganiaya, sehingga ada unsur praktik adanya suatu penyiksaan.

Dalam bahasa Inggris, persekusi disebut dengan persecution yang

memiliki makna “hostility and ill-treatment, especially because of race or

political or religious beliefs”, atau jika diterjemahkan secara bebas adalah

“permusuhan dan penganiayaan, terutama karena ras atau keyakinan politik atau

agama”.

Persekusi dilakukan tanpa dasar kewenangan yang diatur undang-undang.

Hal ini akan dapat mengancam seseorang dalam berdemokrasi dan

mengekspresikan suatu pendapat yang dijamin undang-undang dan dapat

berakibat meresahkan publik. Atas kejadian kasus-kasus persekusi, seharusnya

pihak yang berwenang yaitu Aparat Penegak Hukum bertindak aktif untuk

menyelesaikan sesuai ketentuan. Hal ini untuk mencegah dan membuat tidak

terulangnya kembali kejadian persekusi dikemudian hari dan menutup peluang

terjadinya upaya balasan dari korban pada waktu dan di tempat lain kepada

persekutor.

Persekusi ini ada dikarenakan banyaknya keinginan untuk memaksakan

suatu kehendaknya agar diterima oleh orang lain melalui proses-proses yang

secara hukum tidak diperbolehkan karena dalam perbuatannya merugikan pihak

lain, namun pelaku memaksakannya dengan bentuk perbuatan yang berkaitan

dengan kekerasan terhadap korbannya agar korban mau mengikuti apa yang

dikehendaki oleh pelaku. Persekusi ini juga disebabkan karena adanya kefanatikan

1 Dikutip dari https://kbbi.web.id/persekusi, diakses pada tanggal 18 April 2020 Pukul

11.22 WIB.

Page 27: PERSEKUSI MUSLIM UIGHUR DALAM TINJAUAN HUKUM …

17

ide terhadap kepercayaan dari pandangan diri seseorang atau kelompok yang

menyebabkan gejolak antara kedua pihak yang tidak sependapat pemikirannya

yang kemudian menimbulkan perbuatan-perbuatan yang dilarang menurut

hukum.2

Berdasarkan peristiwa persekusi yang telah terjadi, karakteristik persekusi

antara lain :3

1. Adanya hak dasar yang dirampas

2. Pelaku mentarget :

a. Orang atau orang-orang karena identitas kelompok

b. Orang atau orang-orang karena identitas bersama/kolektif

c. Kelompok tertentu

d. Kolektivitas tertentu

3. Pentargetan tersebut didasarkan atas dasar politik, ras, kebangsaan,

etnis, budaya, agama, gender atau dasar lain yang secara universal

tidak dibolehkan menurut hukum internasional

4. Tindakan yang dilakukan mulai pembunuhan, penganiayaan, hingga

perbuatan tidak manusiawi yang menyebabkan penderitaan fisik

maupun mental

5. Meluas atau sistematis, dan

6. Pelaku mengetahu bahwa tindakannya bagian dari tindakan yang

diniatkan sebagai bagian dari serangan meluas atau sistematis.

Dari pemaparan sebelumnya, dapat dipahami bahwa yang dimaksud

persekusi adalah sebuah sikap permusuhan atau penganiayaan terhadap

seseorang oleh individu maupun kelopok-kelompok tertentu yang biasanya

didasarkan pada dasar politik, ras, kebangsaan, etnis, budaya, agama dan

gender. Membahas mengenai persekusi, tidak jarang terjadi perdebatan yang

cukup menarik mengenai makna dari persekusi. Seperti yang disampaikan

2 Muhammad Hilman Anfas Maaroef, Persekusi dalam Perspektif Hukum Positif di

Indonesia, (Surabaya : UNAIR, 2020), h.4

3 Nur Pujiyanti, Pertanggungjawaban Pidana Pelaku Persekusi, (Surabaya : UNTAG,

2018), h.19

Page 28: PERSEKUSI MUSLIM UIGHUR DALAM TINJAUAN HUKUM …

18

Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumhan), yang meyatakan bahwa

“persekusi adalah bentuk lain dari main hakim sendiri. Hal itu tidak

dibenarkan di negara hukum, termasuk Indonesia.... Selanjutnya, disampaikan

oleh Kabiro Humas Kemenkumham, Efendy BP, mengatakan bahwa

“persekusi adalah pemburuan sewenang-wenang terhadap seorang atau

sejumlah warga yang kemudian disakiti, dipersusah, atau ditumpas...”. 4

B. Teori Hukum Humaniter

Persoalan konflik dan perang menjadi sebuah pembicaraan yang hangat

dalam hubungan antar negara, ditambah lagi dengan timbulnya korban-korban

manusia akibat peristiwa tersebut, baik itu dari pihak sipil maupun korban dari

pihak militer. Pemikiran yang muncul selama ini bahwa dalam konflik bersenjata,

jatuhnya korban dari pihak militer dianggap sebagai sebuah konsekuensi dari

peperangan yang terjadi. Sementara itu jatuhnya korban sipil dianggap sebagai

sesuatu yang seharusnya tidak terjadi, masyarakat sipil yang tidak bersenjata dan

tidak terlibat dalam konflik seharusnya menjadi pihak yang bebas dan dilindungi

keselamatannya. Namun ironisnya kondisi ini tidak jarang dimanfaatkan untuk

tujuan-tujuan strategis dan politis dengan mengabaikan hak-hak dan keselamatan

mereka. Hukum Humaniter Internasional lahir sebagai upaya penyeimbang antara

kebutuhan-kebutuhan militer dan keperluan akan penghormatan akan hakikat

manusia.5

Kejahatan perang adalah suatu tindakan pelanggaran, dalam cakupan

hukum internasional, terhadap hukum perang oleh satu atau beberapa orang, baik

militer maupun sipil. Pelaku kejahatan perang ini disebut penjahat perang. Setiap

pelanggaran hukum perang pada konflik antar bangsa merupakan kejahatan

perang. Pelanggaran yang terjadi pada konflik internal suatu negara, belum tentu

4 Kemenkumham: Persekusi Sama Saja Main Hakim Sendiri dikutip dari

http://news.liputan6.com, diakses pada 20 April 2020, Pukul 09.00 WIB.

5 Iqbal Asnawi “Konsistensi Penegakan Hukum Humaniter Internasional dalam

Hubungan Antar Bangsa”, Jurnal Hukum Samudra Keadilan, Vol.12, No.1 (Januari 2017), h. 112.

Page 29: PERSEKUSI MUSLIM UIGHUR DALAM TINJAUAN HUKUM …

19

bisa dianggap kejahatan perang.6 Kejahatan perang meliputi semua pelanggaran

terhadap perlindungan yang telah ditentukan oleh hukum perang. Kejahatan

perang mencakup kegagalan untuk tunduk pada norma prosedur dan aturan

pertempuran, seperti menyerang pihak yang telah mengibarkan bendera putih,

atau sebaliknya, menggunakan bendera perdamaian itu sebagai taktik perang

untuk mengecoh pihak lawan sebelum menyerang.

Perlakuan semena-mena terhadap tawanan perang atau penduduk sipil

juga bisa dianggap sebagai kejahatan perang. Pembunuhan massal dan genosida

kadang dianggap juga sebagai suatu kejahatan perang, walaupun dalam hukum

humaniter, kejahatan-kejahatan ini secara luas dideskripsikan sebagai kejahatan

terhadap kemanusiaan. Kejahatan perang merupakan bagian penting dalam hukum

humaniter karena biasanya pada kasus kejahatan ini dibutuhkan suatu pengadilan

internasional, seperti pada Pengadilan Nuremberg. Contoh pengadilan ini pada

awal abad ke-21 adalah Pengadilan Kejahatan Internasional untuk Bekas

Yugoslavia dan Pengadilan Kejahatan Internasional untuk Rwanda, yang dibentuk

oleh Dewan Keamanan PBB berdasarkan pasal VII Piagam PBB.

Pada dasarnya Hubungan Internasional merupakan interaksi antar aktor

suatu negara dengan negara lain. Secara umum pengertian Hubungan

Internasional adalah hubungan yang dilakukan antar negara yaitu unit politik yang

didefinisikan menurut territorial, populasi, dan otonomi daerah yang secara efektif

mengontrol wilayah dan penghuninya tanpa menghiraukan homogenitas etnis.

Hubungan Internasional mencakup segala bentuk hubungan antar bangsa dan

kelompok-kelompok bangsa dalam masyarakat dunia dan cara berfikir manusia.

Negara merupakan unit hubungan antar bangsa sekaligus sebagai aktor dalam

masyarakat antar bangsa. Negara sebagai suatu organisasi diciptakan dan

disiapkan untuk mencapai tujuan tertentu melalui berbagai tindakan yang

direncanakan.

6 Dikutip dari https://id.wikipedia.org/wiki/Kejahatan_perang, diakses pada 17 Januari

2020, pukul 11.50. WIB.

Page 30: PERSEKUSI MUSLIM UIGHUR DALAM TINJAUAN HUKUM …

20

Hukum perang atau yang sering disebut dengan Hukum Humaniter

internasional, atau hukum sengketa bersenjata memiliki sejarah yang sama tuanya

dengan peradaban manusia, atau sama tuanya dengan perang itu sendiri. Mochtar

Kusumaatmadja mengatakan, bahwa adalah suatu kenyataan yang menyedihkan

bahwa selama 3400 tahun sejarah yang tertulis, umat manusia hanya mengenal

250 tahun perdamaian. Naluri untuk mempertahankan diri kemudian membawa

keinsyarafan bahwa cara berperang yang tidak mengenal batas itu sangat

merugikan umat manusia, sehingga kemudian mulailah orang mengadakan

pembatasan-pembatasan, menetapkan ketentuan-ketentuan yang mengatur perang

antara bangsa-bangsa.7

Selanjutnya Mochtar Kusumaatmadja juga mengatakan bahwa tidaklah

mengherankan apabila perkembangan hukum internasional modern sebagai suatu

sistem hukum yang berdiri sendiri dimulai dengan tulisantulisan mengenai hukum

perang. Dalam sejarahnya Hukum Humaniter Internasional dapat ditemukan

dalam aturan-aturan keagamaan dan kebudayaan di seluruh dunia. Perkembangan

modern dari hukum humaniter baru dimulai pada abad ke-19. Sejak itu, negara-

negara telah setuju untuk menyusun aturan-aturan praktis, yang berdasarkan

pengalaman-pengalaman pahit atas peperangan modern. Hukum Humaniter

Internasional itu mewakili suatu keseimbangan antara kebutuhan kemanusiaan

dan kebutuhan militer dari negara-negara.8

Sumber utama hukum humaniter terdiri dari Hukum Den Haag dan

Hukum Jenewa. Hukum Den Haag terdiri dari, Konvensi den Haag 1899 dan 1907

mengenai cara dan alat berperang. Konvensi Den Haag 1899 terdiri dari 3

konvensi dan tiga deklarasi, antara lain Konvensi II tentang Hukum dan kebiasaan

Perang di Darat serta adanya deklarasi larangan penggunaan proyektil-proyektil

yang menyebabkan gas-gas cekik dan beracun dilarang. Sedangkan Konvensi Den

Haag 1907 terdiri dari 13 Konvensi, konvensi yang penting antara lain Konvensi

7 Mochtar Kusumaatmadja, Hukum Internasional Humaniter dalam Pelaksanaan dan

Penerapannya di Indonesia, (Bandung : Bina Cipta, 1980), h. 20

8 Mochtar Kusumaatmadja, Hukum Internasional Humaniter dalam Pelaksanaan dan

Penerapannya di Indonesia, h. 24

Page 31: PERSEKUSI MUSLIM UIGHUR DALAM TINJAUAN HUKUM …

21

III tentang Cara Memulai Permusuhan dan Konvensi IV tentang Hukum dan

Kebiasaan Perang di Darat. Konvensi IV ini sering disebut dengan Hague

Regulation (HR). HR memberikan batasan yang lebih tegas terhadap pemakaian

alat dan metode perang. Di samping itu di dalam terdapat Martens Clause, dimana

dalam Martens Clause dinyatakan bahwa dalam keadaan apapun harus

diperhatikan perlakuan kemanusiaan.9

Di era sekarang, terbentuk sumber hukum humaniter internasional. Pasca

disahkannya dokumen dasar pembentukan Mahkamah Pidana Internasional

(International Criminal Court) yaitu Statuta Roma 1998 pada 17 Juli 1998 maka

telah berlaku hukum baru yang di dalamnnya memuat peraturan baru tentang

genosida, yakni Statuta Roma. Statuta Roma merupakan hasil dari beberapa upaya

yang dilakukan oleh PBB untuk menciptakan sebuah Pengadilan Internasional.

Statuta Roma dibuat dengan tujuan untuk menyelaraskan hukum perang

dan membatasi penggunaan senjata berteknologi maju yang terjadi pasca Perang

Dunia I dan Perang Dunia II. Prioritas utamanya adalah untuk mengadili individu

yang bertanggung jawab atas kejahatan teradap kemanusiaan. Dengan adanya

Statuta Roma, para pelaku tindak kejahatan teradap umat manusia tidak

dieksekusi di kotak umum atau dikirim ke perkemahan penyiksaan, namun

mereka diperlakukan sebagai penjahat dengan sidang reguler, hak untuk membela

diri dan praduga tak bersalah.10

C. Persekusi Sebagai Pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM)

Persekusi tergolong dalam kejahatan luar biasa (extra ordinary crimes)

karena termasuk di dalam kejahatan terhadap kemanusiaan. Salah satu kejahatan

yang mendunia dan berdampak buruk bagi peradaban manusia adalah kejahatan-

kejahatan yang tergolong kepada extra ordinary crimes atau kejahatan luar biasa.

9 Aryuni Yuliatiningsih, “Agresi Israel Terhadap Palestina Perspektif Hukum Humaniter

Internasional”, Jurnal Dinamika Hukum, Vol. 9, No.2, (Mei, 2009), h. 112-113.

10

Statuta Roma 1998 diunduh melalui https://www.icc-cpi.int/nr/rdonlyres/ea9aeff7-

5752-4f84- be94-0a655eb30e16/0/rome_statute_english.pdf, terjemahannya dalam Bahasa

Indonesia dapat diunduh pada http://referensi.elsam.or.id/wpcontent/uploads/2014/10/Statuta-

Roma.pdf

Page 32: PERSEKUSI MUSLIM UIGHUR DALAM TINJAUAN HUKUM …

22

Ada beberapa istilah yang digunakan untuk menafsirkan istilah extra ordinary

crime seperti kejahatan luar biasa, kejahatan ekstrem, kejahatan serius, kejahatan

yang berdampak luas dan sistematik terhadap kehidupan sosial, ekonomi, politik,

hukum dan budaya. Apapun istilah yang digunakan untuk menyebutkan

penafsiran terhadap istilah extra ordinary crimes namun yang pasti kejahatan

tersebut berbeda dengan kejahatan konvensional baik dari sifat, karakter, cara

melakukan kajahatan dan dampak daripada kejahatan tersebut.

Istilah extra ordinary crime awalnya muncul dari pelanggaran HAM berat.

Hal ini dapat dilihat dalam Pasal 5 Statuta Roma 1998 yang menentukan bahwa

kriteria daripada the most serious crimes concern to international community

adalah genosida, kejahatan terhadap kemanusiaan, kejahatan perang, dan

kejahatan agresi.11

Dari situ lah istilah extra ordinary crime selalu diarahkan

kepada keempat jenis kejahatan tersebut. Walaupun kejahatan perang dan

kejahatan agresi sulit ditemukan atau tidak mungkin terjadi lagi pada saat

demokrasi mulai tumbuh hampir disemua negara-negara di dunia.

Extraordinary crimes diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi

kejahatan luar biasa. Ford berpandangan bahwa kejahatan luar biasa yang

dimaksud disini adalah pelanggaran HAM berat. Extra ordinary crimes adalah

suatu perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk menghilangkan hak asasi

umat manusia dan menjadi yurisdiksi Peradilan Pidana Internasional, serta dapat

dijatuhkannya hukuman mati terhadap pelaku kejahatan tersebut.12

Dalam hukum pidana internasional, sejak dibentuknya Rome Statute of

International Criminal Court tahun 1998, istilah the most serious crimes concern

to international community mulai diperkenalkan. Berdasarkan Pasal 5 Statuta

Roma, the most serious crimes concern to international community ditafsikan

menjadi empat jenis kejahatan yaitu genosida, kejahatan terhadap kemanusiaan,

11

Sunarto, “Kriminalisasi Dalam Tindak Pidana Terorisme”, Jurnal Equality, Vol. 12,

No. 2 (Agustus 2007), h. 14

12

Stuart Ford, “Crimes Against Humanity At The Extraordinary Chambers In The Courts

Of Cambodia: Is A Connection With Armed Conflict Required”, Pacific Basin Law Journal, Vol.

24, No. 2, (Januari 2007), h. 127-129.

Page 33: PERSEKUSI MUSLIM UIGHUR DALAM TINJAUAN HUKUM …

23

kejahatan perang, dan kejahatan agresi. Keempat kejahatan tersebut dipandang

sebagai kejahatan luar biasa karena akibatnya dapat mencederai hati nurani

kemanusiaan dan merupakan pelanggaran berat yang mengancam perdamaian,

keamanan dan kesejahteraan dunia.13

Berdasarkan pada kriteria tersebut maka tindakan persekusi dan

pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) berat dapat dikategorikan sebagai

kejahatan luar biasa karena berdasarkan dua alasan, yaitu pola tindak pidana yang

sangat sistematis dan biasanya dilakukan oleh pihak pemegang kekuasaan

sehingga kejahatan tersebut baru bisa diadili jika kekuasaan itu runtuh serta

kejahatan tersebut sangat bertentangan dan mencederai rasa kemanusiaan secara

mendalam.

Kejahatan genosida dan kejahatan terhadap kemanusiaan memiliki status

yang sangat khusus dalam Hukum Internasional. Kejahatan ini adalah the most

serious crimes of international concern as a whole atau kejahatan paling berat

bagi masyarakat internasional secara keseluruhan. Kejahatan ini termasuk

pelanggaran terhadap norma Jus Cogens dan Erga Omnes, yakni norma tertinggi

dalam hukum internasional yang mengalahkan norma-norma lainnya (overriding

norms) dan apabila terjadi delik tersebut maka semua negara mempunyai

kewajiban untuk melakukan tindakan hukum terhadap pelakunya.14

Genosida

salah satu kejahatan terlarang dan sangat berbahaya. Hal itu disebabkan, kejahatan

genosida dapat menghancurkan seluruhnya atau sebagian anggota kelompok

dengan latar belakang kebangsaan, etnis, ras, atau agama. Raphael Lemkin

menyebutkan genosida sebagai suatu rencana yang terorganisir dan terkoordinasi

yang bertujuan untuk menghancurkan dasar-dasar kehidupan yang esensial dari

kelompok bangsa, dengan tujuan untuk membinasakan, mengilangkan,

menghapuskan atau menghancurkan kelompok-kelompok bangsa tersebut.15

13

Muhammad Hatta, Kejahatan Luar Biasa (Extra Ordinary Crime),h. 12

14

Muhammad Hatta, Kejahatan Luar Biasa (Extra Ordinary Crime),h. 13

15

Raphael Lemkin, “Genocide”, American Scholar, Vol. 15, No. 2, (April, 1946), h.

227-230

Page 34: PERSEKUSI MUSLIM UIGHUR DALAM TINJAUAN HUKUM …

24

Dalam instrumen internasional, definisi pelanggaran HAM berat belum

dirumuskan secara jelas dan tegas. Victor Conde menyebutkan bahwa sebuah

istilah pelanggaran hak asasi manusia yang digunakan oleh resolusi, deklarasi dan

perjanjian-perjanjian internaional tetapi tidak ditafsirkan secara baik, namun

pelanggaran HAM berat ditafsikan sebagai kejahatan yang bersifat serius seperti

kejahatan aparted, diskriminasi ras, pembunuhan, tindakan perbudakan, genosida,

tindakan kejahatan karena agama yang berskala besar.16

Dalam berbagai resolusi, deklarasi dan perjanjian internasional, definisi

pelanggaran HAM berat tidak dapat diuraikan secara komprehensif, namun

pengertian umum dari pelanggaran HAM berat adalah suatu tindakan kekerasan

secara sistematis, serius dan berskala besar (massif) yang dilakukan oleh aparat

negara seperti tindakan diskriminasi rasial, aparteid, perbudakan, pembunuhan

massal, kekerasan atau penyiksaan berhubungan dengan agama (persekusi).

Biasanya, dampak pelanggaran HAM berat yang dirasakan oleh korban susah

untuk dipulihkan atau diperbaiki.

Walaupun belum memiliki satu definisi yang disepakati secara umum,

namun di kalangan para ahli terdapat semacam kesepakatan bahwa definisi

pelanggaran HAM barat adalah pelanggaran terhadap kewajiban negara yang lahir

dari instrumen-instrumen internasional. Pelanggaran tersebut dapat dilakukan baik

dengan perbuatannya sendiri (acts of commission) maupun karena kelalaian (acts

of omission). Adapun rumusan yang lain yang berkaitan dengan pelanggaran

HAM berat adalah tindakan dan kelalaian negara terhadap norma hukum

internasional.

Sejalan dengan hal tersebut, menurut Cherif Bassiouni bahwa suatu

perbuatan melawan hukum internasional dapat dikualifikasikan sebagai kejahatan

internasional apabila memenuhi tiga faktor, yaitu:17

1. Perbuatan itu melanggar kepentingan internasional yang sangat signifikan 2. Perbuatan itu melanggar nilai-nilai bersama masyarakat dunia

16

Muhammad Hatta, Kejahatan Luar Biasa (Extra Ordinary Crime),h. 27

17

M. Cherif Bassiouni, “The ICC-Quo Vadis”, Journal of International Criminal Justice,

Volume 4, No. 3, (Juli 2006), h. 421-427.

Page 35: PERSEKUSI MUSLIM UIGHUR DALAM TINJAUAN HUKUM …

25

3. Perbuatan tersebut melintasi batas-batas wilayah suatu negara, baik itu

karena pelaku korban maupun perbuatan itu sendiri. Sejauh ini batasan-batasan yang dapat dikategorikan Pelanggaran berat

HAM yang melanggar norma hukum internasional, tetap berpedoman pada apa

yang telah ditetapkan dalam Universal Declaration of Human Rights (UDHR) dan

juga komisi hukum internasional (International Law Commission) tentang

rancangan ketetapan tindak pidana kejahatan perdamaian dan keselamatan umat

manusia seperti kejahatan genosida, apartheid, pelanggaran sistematik terhadap

hak asasi manusia. Instrumen lain seperti Statuta Roma 1998 juga menjabarkan

kejahatan HAM berat yang memiliki empat yurisdiksi kejahatan yaitu kejahatan

genosida, kejahatan kemanusiaan, kejahatan perang dan kejahatan agresi.

Page 36: PERSEKUSI MUSLIM UIGHUR DALAM TINJAUAN HUKUM …

26

BAB III

KONFLIK UIGHUR

A. Potret Muslim Uighur

Muslim Uighur adalah suku minoritas di wilayah Provinsi Xinjiang,

terletak di ujung Barat dan Barat Laut Cina. Suku ini memiliki provinsi sendiri

dengan status otonomi bernama Xinjiang-Uighur. Mayoritas suku Uighur adalah

Muslim. “Uighur”sendiri memiliki arti persatuan atau persekutuan. Kaum Muslim

Uighur berbicara dengan bahasa lokal dan Turkmen. Mereka menulis dengan

tulisan bahasa Arab. Awal mula masuknya Islam ke Xinjiang yaitu ketika

masyarakat Uighur berperan sebagai perantara perdagangan antara Cina dengan

Barat.1

Uighur secara hariah berarti “bersatu” atau “sekutu”. Asal dari Muslim

Uighur dapat ditelusuri dari abad ke-3 SM, diketahui bahwa nenek moyang

bangsa Uighur menganut Shamanisme2, Manicheism, Nestorinisme, Mazdaisme,

dan Buddhisme. Penduduk Muslim Uighur tersebar di daerah otonomi Xinjiang

dan sebagian kecil menghuni Povinsi Hunan dan Henan. Populasi Etnis Muslim

Uighur menurut data terbaru adalah sekitar 8 juta jiwa.

Wilayah Otonom Xinjiang Uighur, juga disebut Xin (untuk

kependekannya), terletak di Cina utara-barat laut dan sudah menjadi provinsi

otonom semenjak tahun 1955, dengan nama resmi Xinjiang Uighur Autonomous

Region (XUAR), beribukota Urumqi.3 Terletak di pedalaman benua Eurasia,

1 Anshari Thayib, Islam di Cina, (Surabaya : Amar Press, 1991), h. 42

2 Shamanisme merupakan sebuah ajaran spiritual kuno, dan dalam catatan sejarah dunia

ajaran ini dikatakan sebagai ajaran spiritual tertua yang dikenal manusia di Bumi. Ciri dari ajaran

ini adalah dari teori-teori tentang menempatkan pikiran pada sisi tersembunyi yang berada pada

dimensi berbeda pikiran atau dikenal dengan istilah roh atau jiwa. Dikutip dari https://atlantis-

indonesia.org/2016/09/shamanisme-spiritual-tertua-bumi/, diakses pada 26 November 2019 Pukul

12.52 WIB.

3 Xinjiang (yang artinya “new territory” atau “new frontier”) adalah wilayah terbesar di

antara semua tingkat administratif daerah di provinsi Cina.3 Nama tersebut diberikan pada 18

November 1884 oleh pemerintah Cina. Xinjiang Uighur meliputi area seluas 1,66 juta sq.km,

seperenam wilayah Cina. Xinjiang menempati seperenam wilayah Cina secara keseluruhan, dan

Page 37: PERSEKUSI MUSLIM UIGHUR DALAM TINJAUAN HUKUM …

27

Xinjiang berbatasan dengan Rusia, Kazakhstan, Kirghizistan, Tajikistan, Pakistan,

India, Afganistan, Mongolia, Tibet. Posisi geografis membuat Xinjiang memiliki

arti strategis yang sangat penting bagi Cina maupun negara-negara di sekitarnya.

Dalam sejarah, Xinjiang merupakan bagian pengendali kunci dari Jalur Sutera

(Silk Road), sementara saat ini merupakan bagian tak terpisahkan dari kereta api

yang mengarah ke Continental Eurasia kedua. Dengan demikian wilayah Xinjiang

adalah “rumah” dari berbagai keturunan peradaban Turki seperti Kazaks Uighur,

Kirgiz, Tatar dan Uzbek. Uighur sendiri merupakan suku terbanyak jumlah

populasinya di antara kelompok etnis di Xinjiang berdasarkan keturunan Turki

yang memiliki banyak bahasa. Karena letaknya Jalan Sutra yang terkenal, Uighur

memainkan peran penting dalam pertukaran budaya antara Timur dan Barat,

sehingga mereka memiliki budaya dan peradaban yang unik.

Wilayah Xinjiang dulu lebih dikenal sebagai “Turkistan Timur”. Luas

wilayah Turkistan Timur sendiri mencapai 1,6 juta kilometer persegi atau

seperlima dari luas Cina. Berkat interaksi panjang dengan pedagang Arab, Persia,

dan Turki itulah yang membuat masyarakat Uighur mulai mengenal dan memeluk

agama Islam. Jumlah Muslim Uighur pada tahun 2011 sekitar 8 juta orang.

Sedangkan jumlah umat Muslim di Cina pada tahun 2011 sekitar 20 juta orang

dari total penduduk Cina yang berjumlah 1,3 Milyar.4

Jean A. Berlie dalam bukunya Islam in Cina: Hui and Uygghurs Between

Modernization and Sinicization menjelaskan bahwa tersebarnya Islam di Cina

melalui tiga (3) tahap yaitu :5

populasi Uighurs terdiri dari 47% dari populasi Xinjiang. Walaupun berstatus sebagai provinsi

otonom, namun status tersebut hanya simbolis karena kuatnya kendali Partai Komunis Cina.

4 Perlakuan Pemerintah China Terhadap Muslim Uighur, dikutip dari

https://www.kompas.com/marinaikasari, diakses pada 29 November 2019 Pukul 11.52 WIB.

5 Jean A Berlie, Islam in Cina: Hui and Uygghurs Between Modernization and

Sinicization, (Bangkok: White Lotus, 2004), h. 1-2.

Page 38: PERSEKUSI MUSLIM UIGHUR DALAM TINJAUAN HUKUM …

28

1. Gelombang Pertama, (Abad ke 8-14 M)

Kerjasama non-commercial pertama antara pemerintah Cina dengan Islam

terjadi pada abad kedelapan. Tercatat pada tahun 713 M seorang utusan muslim

meninggalkan Ferghana salah satu daerah di Uzbekistan.Sementara itu pada

kisaran abad kesembilan, salah seorang saudagar dari basrah yang bernama Ibn

Wahab diterima oleh khaisar Yizong (859-873 M), sang kaisar tertarik dengan

koleksi megah yang ia bawa. Selanjutnya pada tahun 1345 M Ibnu Batutah

mengunjungi Canton sebagai pusat pelabuhan perdagangan orang-orang Arab di

Cina. Abad ke-8 hingga ke-14 inilah Islam mengalami perkembangan yang sangat

pesat tepatnya dibawah kekaisaran Yizong dan Ming. Arus perdagangan juga

semakin ramai karena para pedagang dari Arab mampu menggeser dominasi

Portugis yang sebelumnya sempat menguasai pusat perdagangan di Macau.

2. Gelombang Kedua Sufi (abad ke 17-18 M)

Gelombang kedua masuknya Islam di Cina melalui ajaran suffisme terjadi

sekitar abad ke 17 M hingga 18 M. Pada tahun 1820-1876 M terjadi sebuah

pemberontakan di sebelah utara dan barat daya Cina dan sekaligus menjadi akhir

dari berdirinya negara Islam di Yunan. Raja Sulaiman (Du Wenxiu nama

panggilan Cinanya) meninggal pada momentum tersebut. Pada kurun waktu yang

sama, seorang yang berkebangsaan perancis bernama Garnier (1839-1873 M)

menjelaskan bahwa Islam masuk ke Cina pada masa itu tidak lepas dari peran

penting Syech Sulaiman yang berasal dari Dali. Dengan paham zahiriyahnya, ia

berusaha menyebar luaskan pahamnya di daerah Gansu. Sementara itu Ningxia

(tetangga dekat dari Gansu) juga terdapat seorang tokoh spirutual yang cukup

berpengaruh dengan paham suffismenya yaitu Master Ma Hualong (1820-1871

M).

3. Gelombang ketiga (abad ke-19 ) hingga saat ini

Gelombang ketiga masuknya Islam di Cina merupakan reaksi dari ajaran

sufisme yang ditandai dengan berakhirnya abad ke-19. Terdapat ungkapan unik

untuk menandai arus penyebaran Islam pada masa ini yaitu the new of relegion

Page 39: PERSEKUSI MUSLIM UIGHUR DALAM TINJAUAN HUKUM …

29

(agama baru) yang dimotori oleh Ma Wanfu (1849-1934 M). Model dakwanya

sendiriterinspirasi oleh doktrin sufisme yang dia anut. Selain itu paham dan

gerakan dari Ma Wanfu juga sering disebut dengan paham dan gerakan anti

ortodoks. Meski paham sufiesme (the new of relegion) terbilang lebih liberal dan

fleksibel jika dibandingkan dengan ajaran Islam sebelumnya, tidak menjadikan

Islam pada masa itu menjadi agama yang mayoritas. Memang pemeluk Islam

meningkat jika dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya.

Sejak awal kaum Uighur di Xinjiang tidak pernah mengakui diri mereka

sebagai bagian dari wilayah kedaulatan Cina. Keyakinan mereka yang menolak

menjadi bagian dari RRC adalah karena secara historis bangsa Uighur di Xinjiang

adalah keturunan Turki dan merupakan bagian dari Republik Turkistan Timur,

wilayah yang kemudian dianeksasi oleh Cina. Wang Enmao, sekretaris pertama

Eastern Turkestan Party Committee menyatakan bahwa tindakan Cina

menganeksasi wilayah Xinjiang merupakan hal yang tidak dapat diterima. 6

Pemberontakan bersenjata yang terjadi di Baren pada April 1990

menandai peningkatan kekerasan Muslim Uighur di Xinjiang. Retorika etnis dan

agama menjadi pembenaran tindakan mereka. Kekerasan sikap Uighur menandai

kerasnya perjuangan mereka untuk meninggalkan Cina karena pemerintah Cina

yang didominasi oleh kaum Han melakukan represi militer dan budaya. Bahkan

setelah peristiwa Baren, Beijing semakin mengekang kebebasan beragama dan

menghembuskan isu revivalisme Islam dan bangkitnya nasionalisme etnis.

Perkembangan ini semakin memperkuat diskriminasi kepada kaum Uighur. Sikap

diskriminatif terhadap kaum Uighur yang ditunjukkan oleh pemerintah Cina

sudah sedemikian dalam, tidak hanya pada kebebasan mengekspresikan

spiritualitas beragama, namun diskriminasi juga ditunjukkan dalam hal kesehatan,

pendidikan dan pekerjaan, sehingga bangsa Uighur merasa betul-betul tidak

nyaman menjadi “bagian tak terpisahkan” dari RRC.

6Baiq LSW Wardhani, “Respon Cina Atas Gerakan Pan-Uyghuris di Provinsi Xinjiang,”

Jurnal Masyarkat, Kebudayaan, dan Politik Volume 24, No 4, (Januari 2011), h. 293.

Page 40: PERSEKUSI MUSLIM UIGHUR DALAM TINJAUAN HUKUM …

30

Upaya artifisial untuk asimilasi yang dilakukan oleh pemerintah Cina bagi

kaum minoritas Uighur dengan kaum mayoritas Han belum berhasil, bahkan

terancam gagal dengan sikap menentang dari kaum minoritas. Untuk mencapai

tujuan pemisahan diri, kaum Uighur membentuk organisasi-organisasi

pembebasan, seperti Eastern Turkestan People’s Party (ETPP) East Turkestan

Liberation Organization (Sharqiy Turkestan Azatliq Teshkilati; disingkat ETLO)

dan ETIM (East Turkestan Islamic Movement). Pemerintah Cina menganggap

gerakan ETIM sebagai „gravest terrorist threat‟ dan mengancam integritas

territorial Cina dan pemerintah Cina tetap memandang bahwa pertikaian Uighur‐

Han merupakan pangkal persoalan besar yang mengganggu stabilitas Cina.7

Pendidikan Muslim di Negeri Tirai Bambu pada umumnya sama dengan

pendidikan di wilayah muslim lainya. Pada mulanya pendidikan agama

berkonsentrasi pada masjid-masjid dengan menggunakan sistem halaqah atau

masyarakat muslim Cina lebih mengenalnya dengan sebutan Jingtang Jiaoyu.

Sistem ini merupakan sistem pendidikan yang dikembangkan oleh masyarakat

Muslim Cina selama periode kekuasaan Dinasti Ming dan Hui yang menjadikan

masjid-masjid sebagai pusatnya. Bahasa Arab serta Persia merupakan bagian dari

kurikulum utama dalam sistem pendidikan Islam di Cina. Bahasa Persia sendiri

merupakan bahasa asing Islam utama yang digunakan oleh masyarakat muslim

Cina dan diikuti oleh bahasa Arab. Beberapa jenderal muslim juga ikut

membiayai atau menjadi sponsor siwa muslim utuk belajar ke luar negeri.8

Pendidikan Islam di Cina juga sangat familiar dengan beberapa literatur

Cina muslim seperti Kitab Han. Seorang ulama bernama Liu Zhi menulis teks

yang bertujuan untuk membantu orang-orang Islam di Cina belajar bahasa Arab.

Sementara itu, kamus Arab-Tionghoa merupakan kamus pertama yang disusun

oleh Shaik Elias Wong Ching pada tahun 1925 yang diterbitkan di Tientsin.

7Bhavna Singh, “Ethnicity, Separatism, and Terrorism in Xinjiang: Cina‟s Triple

Conondrum,” The Institute of Peace and Conflict Studies (IPCS), No. 96. New Delhi, IPCS. 2010.

dalam Baiq LSW Wardhani, Respon Cina Atas Gerakan Pan-Uighurisdi Provinsi Xinjiang, h.293.

8 Ismail Suardi Wekke Rusdan, “Minoritas Muslim di China Perkembangan, Sejarah dan

Pendidikan,” Jurnal Ijtimaiyya, Volume 10, No. 1, (Mei 2017), h. 166.

Page 41: PERSEKUSI MUSLIM UIGHUR DALAM TINJAUAN HUKUM …

31

Selain membuat kamus, ia juga gigih dalam menerjemahkan al-Quran dari bahasa

Arab ke Cina.9

Pada masa Republik Cina, pemerintah mendukung Akademi Guru

Chengda yang membantu mengatur era baru dalam pendidikan Islam di Cina.

Mereka memperkenalkan semangat nasionalisme dan bahasa Cina di kalangan

umat Islam serta menggabungkan sepenuhnya ke dalam aspek utama masyarakat

Cina. Bahkan perhatian pemerintah Cina pada masa itu terhadap pendidikan Islam

sangat besar. Terbukti pemerintah pada masa itu sengaja menyediakan dana untuk

Federasi Keselamatan Nasional Islam Cina untuk pendidikan Islam di negeri

tersebut. Adapun presiden federasi tersebut dijabat oleh Jenderal Bai Chongxi (Pai

Chung-his) dan wakilnya yaitu Tang Kesen (Tang Ko-San). 40 sekolah dasar

Sino-Arab juga didirikan di Ningxia oleh gebernurnya yakni Gubernur Hongkui.10

Pada perkembangan selanjutnya, sisitem pendidikan yang sederhana

secara perlahan tapi pasti mulai menuju perguruan tinggi yang bersifat lebih

modern. Revisi dilakukan pada buku-buku Islam. Umat Islam di Cina juga mulai

mengenal pendidikan modern namun masih bersifat swasta. Adapun biaya yang

diperlukan untuk keberlangsung institusi-institusi pendidikan ini menggunakan

biaya sendiri tanpa ada ikut campur dari pemerintah. Adapun salah satu tokoh

muslim Cina yang terkenal gigih membantu proses pembangunan pendidikan di

Cina adalah Muhammad Ma Jian (Muhammad Makin, 1906-1978 M). Dia adalah

seorang sarjana Islam Cina sekaligus penerjemah dari Provinsi Yunnan dari Cina

Barat Daya.

Daerah yang menjadi basis penduduk Muslim juga menjadi tempat dimana

banyak perguruan tinggi Islam lahir. Begitu juga dengan sekolah lanjutan seperti

Now West College yang berdiri di Peking, Ming The Secondary School yang ada

di Provinsi Yunnan, Mu Sing Secondary School di Chinghai, Kun Loon Middle

9 Ibrahim Tien Ying Ma, Perkembangan Islam Di Tiongkok, (Jakarta: Bulan Bintang,

1979), h. 329.

10

Riedha Faridha, dan Nor Huda, “Islam Di Cina Pada Masa Pemerintahan Republik

Nasionalis, 1911-1949,” Jurnal Tamaddun, Volume 14, No.2, (Juli 2015), h. 19.

Page 42: PERSEKUSI MUSLIM UIGHUR DALAM TINJAUAN HUKUM …

32

School di Chinghai dan Cheng Ta Islamic Normal School di Tsianan dan Peking.

Serta Kang Chow yang terletak di Provinsi Kansu pernah menjadi kiblat utama

pengkajian Islam hingga tahun 1928. Namun dalam aksi serangan yang dilakukan

oleh Fang Yu Hiang menyebabkan banyak kerusakan sehingga dengan terpaksa

pusat kajian Islam pindah ke Peking.11

Berdirinya sejumlah perguruan tinggi di Peking tidak dapat dilepaskan

dari peran tokoh muslim yang cukup disegani yaitu Jenderal Ma Fo Hiang.

Karena kegigihanya, dia mendapat bantuan dari pemerintah yang ada di Peking

guna membangun pendidikan di wilayah tersebut. Jenderal tersebut setidaknya

telah membangun 12 tempat pendidikan di sekitar masjid-masjid. Oleh karena itu

ketika ada rencana pemindahan college dari Tsinan ke Peking, Ma Fo Hiang

sangat menyambut rencana tersebut bahkan biaya bulanan di college ditanggung

oleh keluarganya serta orang-orang muslim kaya yang ada di Peking. Terdapat

sebuah catatan dari Badarudin Chini (1935 M) yang menyebutkan bahwa sistem

pendidikan college di Peking sangat maju dengan pembagian tiga kelompok study

yaitu: kelompok remaja/junior, madya/senior dan kelompok umum.12

Selain Jenderal Mang Fo Hiang, terdapat tokoh Islam lainya yang

berusaha untuk membangun lembaga pendidikan Islam di daerah Peking. Sebagai

contoh Shaik Muhammad Wang Hao Jan yang membangun sekolah dasar

(Primary Muslim School) pada tahun 1910 M. Ada juga Shaik Nur Muhammad

Ta Pu Sheng pimpinan dari perguruan tinggi Madrasah Muallimin (Islamic

Normal School) yang berdiri pada tahun 1928 M. Dari Madrasah Muallimininilah

Muahammad Ma Chien (Makin) dikirim ke Mesir untuk menuntut ilmu. Selain

itu, ada juga beberapa orang yang dikirim seperti H. Abubakar F. T. Hu dan

Dawoud C.M. Ting. Selain Madrasah Muallim, Madrasah Muallimin Wan Hsien

11

Ismail Suardi Wekke Rusdan, “Minoritas Muslim di China Perkembangan Sejarah dan

Pendidikan”, h. 167.

12

Riedha Faridha, dan Nor Huda, “Islam Di Cina Pada Masa Pemerintahan Republik

Nasionalis, 1911-1949,” h. 20.

Page 43: PERSEKUSI MUSLIM UIGHUR DALAM TINJAUAN HUKUM …

33

(Hsein Islamic Normal School) juga pernah mengirimkan beberapa utusan

pelajarnya untuk menimba ilmu ke Mesir.

Meski sekolah-sekolah tersebut diperuntuhkan bagi umat Islam, namun

untuk pelajaran matematika, fisikia, hitorgeografi dan beberapa ilmu terapan

lainya yang bersifat umum tetap diajarkan oleh guru-guru yang berkompeten di

bidangnya tanpa mempermasalahkan latar belakang keagamaan mereka. Pelajaran

tentang prinsip dan administrasi edukasi, psikologi etika dan civis diajarkan pada

tingkat perguruan tinggi. Ada juga Mu Hsin Midle School (Sekolah Menengah

Pembaharuan Islam) yang terletak di Hankow, provinsi Chekiang yang berdiri

pada tahun 1928 M. Hebatnya tidak hanya menampung pelajar muslim, non-

muslim juga dapat ikut menimba ilmu di lembaga pendidikan ini.13

Perkembangan pendidikan Islam di Cina selain dapat ditelusuri melalui

lembaga-lembaga pendidikan dan journal/majalah Islam yang menginspirasi,

selama Islam mewarnai beberapa dinasti yang ada di Cina hingga masa revolusi

terdapat para tokoh cendikiawan terkenal karena pencapaian bidang akademiknya

diantaranya adalah: Dalam bidang Sastra ada Lee Yen Shen, Lee Hsuin dan Lee

Shun mereka terkenal sebagai cendekiawan dalam bidang Sastra, pada masa

kekaisaran Dinasti Tang. Selanjutnya ada Wang Daiyu (1584-1670), dia adalah

pencipta dari teori pembela Islam dengan membedakan dengan budaya Cina. Ia

juga sangat mahir dalam bidang studi pengetahuan klasik Cina dan telah

menyebarkan inti dari ajaran Islam kepada masyarakat Cina. Tidak bisa

dipungkiri, pemikiran Wang Daiyu banyak mempengaruhi umat Islam sepanjang

sejarah. Adapun karya-karya monumentalnya yang terkenal hingga kini adalah

True Explanation on The Right Religion (Islam), High Learning in Qing Zhen

(Islam).14

13

Ibrahim Tien Ying Ma, Perkembangan Islam Di Tiongkok, h. 334.

14

Asmanidar, “Potret Tamaddun Islam Di Negeri Tirai Bambu: Mulai Dari Masa Dinasti

Tang Hingga Republik China,” Jurnal Ilmiah Islam Futura, Volume 14, No. 2, (Februari 2015),

h. 205.

Page 44: PERSEKUSI MUSLIM UIGHUR DALAM TINJAUAN HUKUM …

34

Perkembangan pendidikan Islam di Cina telah melahirkan banyak

cendekiawan, lembaga-lembaga pendidikan dan pemikiran orisinil yang tidak

hanya bermanfaat bagi masyarakat muslim Cina namun juga bagi perkembangan

budaya Cina secara keseluruhan. Meski beberapa kali umat Islam Cina

mendapatkan tekanan dari Dinasti yang berkuasa saat itu, namun dengan

kegigigan dan semangat belajarnya tidak mengurangi niat mereka untuk tetap

mengembangkan ilmu pengetahuan. Bahkan sebagian dari mereka rela

menyisihkan harta kekayaanya untuk membangun dan membiayai lembaga-

lembaga pendidikan Islam yang sering kali tidak mendapat respon dari penguasa

pada saat itu. 15

Sistem pendidikan yang diterapkan umat Islam juga menunjukkan adanya

sebuah langkah progresif dari waktu ke waktu. Hal ini terlihat jelas ketika

perkembangan awal pendidikan Islam di Cina masih memanfaatkan masjid

sebagai tempat utama untuk saling tukar pengetahuan (atau yang sering disebut

halaqah). Model halaqah dengan memanfaatkan masjid sudah menjadi ciri khas

pendidikan Islam di abad pertama berdirinya Islam. Dengan kondisi politik yang

fluktuatif bagi umat Islam Cina, secara mengejutkan mereka mampu

meningkatkan model sistem pendidikan yang lebih modern yaitu model sistem

pendidikan perguruan tinggi mengikuti perkembangan zaman modern pada masa

itu. Untuk yang kesekian kalinya, dalam sektor pendidikan umat Islam Cina

berhasil membuktikan bahwa dengan jumlah minoritasnya mereka tetap survive

tidak hanya untuk menegakkan panji-panji Islam namun juga untuk masa depan

Cina yang lebih gemilang.

B. Kondisi Sosial dan Politik Muslim Uighur

Secara garis besar, umat Islam di Cina dapat dikelompokkan menjadi

beberapa kelompok kebangsaan utama yaitu: Turki yang terdiri dari orang-orang

Uighur, Kirghiz, Kazakh, Uzbek dan orang-orang muslim percampuran antara

bangsa Salar dan Hicu. Uighur sendiri merupakan kelompok inti penduduk

15

Ismail Suardi Wekke Rusdan, “Minoritas Muslim di China : Perkembangan, Sejarah,

dan Pendidikan,” h. 177.

Page 45: PERSEKUSI MUSLIM UIGHUR DALAM TINJAUAN HUKUM …

35

muslim yang ada di Turkestan Timur. Penduduk pribumi atau non-Islam sering

memanggilnya dengan sebutan Hui Hui, sementara Tajik merupakan sebutan bagi

muslim lainya yang menggunakan bahasa Persi. Terdapat pula muslim Mongol,

Lolo, Sihia, Tao dan juga Tibet yang merupakan bagian minoritas dari Muslim

Cina. Meski demikian, orang-orang Islam di Cina sendiri lebih suka menyebut

mereka dengan sebutan Chew-Min, sementara agamanya disebut dengan Tsing

Ching Chew yang artinya “agama yang suci”.16

Perekonomian di kawasan

Xinjiang sebagian besar perada dakam sektor pertanian dan perdagangan dengan

wilayah seperti Kashgar berkembang sebagai “Jalur Sutra”17

yang terkenal di

Cina.

Pasca revolusi Cina, mereka berusaha untuk mempertemukan antar

berbagai golongan bangsa dan membentuk persatuan diantara masyarakat Cina.

Orang muslim sendiri tidak bisa lepas dari kebudayaan Hang yang sudah

mengakar kuat dalam tradisi Cina. Meski demikian dalam hal perkawinan, nilai

moral, makanan dan etika sosial tetap pada batasan-batasan agama Islam. Tidak

ditemukan perkawinan campuran antara muslim dengan non-muslim, bahkan

untuk bisa menikahi seorang perempuan non-muslim (yang menurut hukum syar‟i

diperbolehkan), adat masyarakat muslim Cina tetap mengharuskan calon

mempelai perempuan untuk masuk agama Islam terlebih dahulu. Apabila hal itu

tidak dilakukan maka pernikahan juga tidak akan pernah berlangsung.18

Memang pada dasarnya masyarakat muslim Cina cenderung hidup

komunal19

yang terpisah dari penduduk yang memiliki kepercayaan yang berbeda,

16

M. Rafiq Khan, Islam di Tiongkok, (Jakarta: Tintamas, 1967), Hlm. 30

17

Jalur Sutra merupakan sebuah jalur perdagangan melalui Asia yang menghubungkan

antara Timur dan Barat dengan dihubungkan oleh pedagang, pengelana, biarawan, prajurit,

nomaden dengan menggunakan karavan dan kapal laut, dan menghubungkan Chang‟an, Republik

Rakyat Tiongkok, dengan Antiokhia, Suriah, dan juga tempat lainnya pada waktu yang bervariasi.

Dikutip dari https://indonesia.go.id/narasi/indonesia-dalam-angka-ekonomi/jalur-sutera-abad21-

apa-untungnya, diakses pada 26 November 2019 Pukul 12.43 WIB.

18

M. Rafiq Khan, Islam di Tiongkok, h. 16-17.

19

Komunal berkaian dengan Komune : Kelompok orang yang hidup bersama. Dikutip

dari https://kbbi.web.id/komune, diakses pada 22 Oktober 2019 Pukul 13.30 WIB.

Page 46: PERSEKUSI MUSLIM UIGHUR DALAM TINJAUAN HUKUM …

36

baik itu ketika mereka tinggal di kota maupun di desa. Meski demikian, mereka

selalu berusaha untuk menjaga sikap agar terhindar dari sifat pamer atau

melakukan konfrontasi yang sekiranya dapat menyulut/menyinggung perasaan

penganut agama lain. Umat Islam Cina biasanya juga membuat kampung-

kampung khusus untuk mereka. Dan bagi orang-orang Han, sangat mudah untuk

mengenali rumah-rumah orang Muslim karena mereka memiliki konsep bentuk

rumah yang berbeda.20

Kehidupan sehari-hari masyarakat muslim Cina sepenuhnya adalah

kebiasaan dan tata cara kehidupan masyarakat setempat seperti halnya rambut

panjang yang dikucir khas ala masyarakat Cina. Tradisi ini sudah ada sejak zaman

Dinasti Manchu dan mereka masih menggunakan sebagian besar kebiasaaan

tersebut hingga masa kini. Cara berpakain juga tidak jauh berbeda dengan

masyarakat Cina non-muslim pada umumnya. Yang membedakan, umat Islam

Cina akan menggunakan tambahan sorban ketika hendak pergi ke masjid.21

Di daerah Xinjiang, kaum muslim laki-laki menggunakan penutup kepala

berukuran kecil yang berwarna-warni serta bersulam. Ada juga yang

menggunakan sorban dari bahan katun berwarna putih dan kuning. Sedangkan di

beberapa daerah Xinjiang yang lainya, kaum laki-laki muslim menggunakan peci

(kufiah) ketika menunaikan shalat jumat. Adapun pemakaian sutera hanya

diperuntuhkan bagi para perempuan muslim dan laki-laki yang dianggap sebagai

pemuka agama.22

Islam dengan tegas melarang umatnya untuk memakan beberapa jenis

makanan tertentu. Aturan ini juga diterapkan oleh masyarakat muslim di Cina

dengan cara berhati-hati dalam memilih makanan. Mereka tidak memakan daging

babi, darah, bangkai, hewan persembahan serta hewan-hewan yang diharamkan

20

Dawoud C.M Ting, Kebudayaan Islam Di Cina, (Jakarta: Pustaka Jaya, 1980), h. 398.

21

Thomas W Arnold, Sejarah Dakwah Islam, (Jakarta: Widjaya, 1979), h. 26.

22

Riedha Faridha, dan Nor Huda, “Islam Di Cina Pada Masa Pemerintahan Republik

Nasionalis 1911-1949,” h. 156.

Page 47: PERSEKUSI MUSLIM UIGHUR DALAM TINJAUAN HUKUM …

37

lainya. Mereka juga menghindari mengkonsums rokok, araka dan opium (candu).

Rumah makan halal juga banyak dibangun di sana dengan tidak menyediakan

masakan berbahan daging babi. Sementara itu arak masih tetap tersedia untuk

kalangan orang non-muslim dan mereka akan memisahkan cangkir-cangkir yang

digunakan untuk menuang arak dengan cangkir yang digunakan oleh orang Islam.

Mereka juga mempunyai kedai, toko roti dan parfum yang tidak mengandung

alkohol atau obat-obatan yang tidak diperbolehkan oleh Islam. Umat Islam di

Cina juga terkenal ulet dalam bidang perekonomian dan dagang seperti halnya

masyarakat pribumi pada umumnya.23

Karena terlalu lama putus hubungan dengan dunia luar secara tidak sadar

umat Islam Cina telah membuat mereka menjadai sedikit terpengaruh oleh ajaran

konfusianisme dan Budhisme dalam beberapa hal. Di antaranya dalam hal

penyebutan tempat ibadah yang menggunakan kata syih yang berarti masjid. Kata

syih sendiri merupakan penyebutan kuil bagi agama Budha. Masjid-masjid yang

ada di Cina juga memiliki kemiripan dengan kuil Kong Hu Chu dan kuil Budha

apabila diamati dari luar.24

Karena pada masa kekaisaran Manchu, tidak diperbolehkan

masyarakatnya membangun di luar bentuk bangunan yang lumrah pada zamanya.

Sikap Dinasti Manchu yang terang-terangan memusuhi umat Islam Cina

menyebabkan keterbelakangan dan kesengsaraan banyak hal bagi kaum Muslim

Cina. Meski demikian, imbas dari tindakan represif dari Dinasti Manchu ini tidak

dialami oleh umat Islam secara keseluruhan. Terdapat daerah-daerah dimana umat

Islam yang tinggal di pedalaman atau terpencil jauh dari pusat kota hidup dalam

situasi yang biasa saja. Pasca revolusi nasionalis, para revolusioner bergerak

untuk menjangkau mereka guna memperbaiki kehidupan mereka yang lebih baik

lagi. Pada dasarnya mereka tidak dapat dikatakan ketinggalan apabila

dibandingkan dengan masyarakat yang hidup di daerah dekat dengan peradaban

kota. Bahkan mereka memiliki posisi yang cukup strategis dalam perdagangan,

23

Thomas W Arnold, Sejarah Dakwah Islam, h. 270.

24

Thomas W Arnold, Sejarah Dakwah Islam, h. 26.

Page 48: PERSEKUSI MUSLIM UIGHUR DALAM TINJAUAN HUKUM …

38

pertanian dan peternakan. Mungkin karena Tiga Asas Rakyat (San Min Chu I)

yang diusung oleh Dr. San Yet Sen ketika melakukan revolusi yang membuat

pemerintah merasa perlu untuk memperhatikan dan tidak membiarkan seorangpun

masyarakatnya yang tidak terjamah oleh pemerintah.25

Apabila melihat kehidupan sosial masyarakat Islam di Cina, terlihat jelas

bahwa mereka dapat membaur dengan budaya masyarakat setempat. Mereka tetap

menjunjung tinggi adat istiadat yang ada, di samping mereka tetap berusaha

menjalankan perintah agama. Akulturasi budaya semacam ini hanya dapat

ditemukan pada daerah-daerah yang menerima Islam melalui cara damai. Tidak

seperti penyebaran Islam di kawasan Timur Tengah yang menggantikan budaya

setempat (pribumi) dengan budaya Arab, Islam di Cina lebih fleksibel dan mampu

menyesuaikan diri dengan situasi rezim pada masanya. Alasan inilah yang

sekiranya membuat Islamtetap eksis hingga saat ini di negeri yang berpaham

komunis meski dengan jumlah yang minoritas.

Pecahnya revolusi Cina pada tahun 1911 hingga pada saat Cina Baru

terbentuk di tahun 1949 wilayah Xinjiang dikuasai oleh empat gubernur yaitu

diantaraya Yang Zengxin, Jin Shuren, Sheng Shicai, dan dominasi pemerintah

Kuomintang.

Yang Zangxin26

gubernur Xinjiang Pertama setelah Revolusi Cina sudah

sangat memahami wilayah Xinjiang berikut Islam yang menjadi mayoritas

dikarenakan sudah menghabiskan sebagian besar kariernya di Hezhou dan

Xinjiang, sehingga sudah tahu banyak mengenai doktrin dan sekte Islam. Yang

Zangxin turut aktif dalam memperjuangkan dukungan dari lingkaran atas umat

Islam di Xinjiang, memberikan perlakuan istimewa pada kaum bangsawan etnis

Uighur sehingga dapat bersama mengontrol umat Islam. Bukan hanya karena

25

Ismail Suardi Wekke Rusdan, Minoritas Muslim di Cina : Perkembagan, Sejarah, dan

Pendidikan, Hlm. 165.

26

Yang Zengxin ialah seorang kandidat sukses dalam ujian kerajaan tertinggi pada masa

Dinasti Qing, Lahir di Kabupaten Mengzi, Provinsi Yunnan. Lihat Mi Shoujiang dan You Jia,

Islam In Cina, h. 108.

Page 49: PERSEKUSI MUSLIM UIGHUR DALAM TINJAUAN HUKUM …

39

sepenuhnya mengakui gelar dan jajaran bangsawan kelompok minoritas di

Xinjiang yang diberikan oleh Dinasti Qing dan membatasi hak istimewa mereka,

tetapi juga melaporkannya kepada Pemerintah Warlords Utara untuk konfirmasi

ulang dan promosi sehingga dapat memperkuat posisi kekuasaannya. Dalam

kepemimpinannya Yang Zangxin mengadopsi serial langkah-langkah untuk

mengendalikan pemikiran “Double-Pan” yaitu Pan-Islamisme dan Pan-Turkisme

yang muncul di akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20. Dia mengambil tindakan

pencegahan yang ketat terhadap orang asing yang datang ke Xinjiang dengan

memeriksa identitas mereka sehingga tidak memungkinkan begi mereka untuk

terlibat dengan penduduk setempat, atau mengusir mereka dsn mempropaganda

mereka. Dia juga melarang orang asing untuk mempropagandakan pemikiran-

pemikiran “Double-Pan”, guru asing yang menyebarkan pemikiran “Double-Pan”

di sekolah akan diusir oleh pemerintah daerah, dan sekolah tersebut akan ditutup.

Jin Shuren27

diangkat menjadi gubernur di Xinjiang oleh Pemerintah

Republik setelah Yang Zengxin dibunuh.Jin Shuren melakukan sikap pencegahan

yang ketat terhadap maslaah agama. Kebijakannya tentang etnis dan keagamaan

bersifat diskriminatif dan supresif28

yang semakin menumbuhkan kontradiksi

antara kelompok etnis di Xinjiang. Kebijakannya yang kontroversial di antaranya

Dia mengatur pengungsi dengan tidak bijakana dengan membebankan biaya pada

para petani Uighur berkaitan dengan irigasi pertanian mereka.

Sheng Shicai29

membangun rezim feodal di Xinjiang yang memanfaatkan

kondisi yang terjadi yautu pasca terjadinya pemberontakan di wilayah Hami pada

tahun 1930. Sheng Shicai memamerkan kesetaraan etnis dan kebebasan beragama,

27

Jin Shuren seorang mahasiswa Yang Zengxin yang datang ke Xonjiang setelah lulus

dari Sekolah Tinggi Gansu lalu diangkat menjadi hakim kabupaten dari Aksu dan wilayah lain,

dan dipromosikan ke posisi direktur Departemen Urusan Sipil Provinsi Xinjiang pada tahun 1926

.Lihat Mi Shoujiang dan You Jia, Islam In Cina, h. 110.

28

Supresif adalah bersifat menindas. Dikutip dari https://kbbi.web.id/rasial, diakses pada

22 Oktober 2019 Pukul 13.45 WIB.

29

Sheng Shicai lahir di keluarga militer di Shenyang. Dia telah belajar ke Jepang dua kali

untuk belajar, dan menduduki sebuajh posisi di markas umum Tentara Revolusioner Republik

setelagi ia kembali ke Cina, .Lihat Mi Shoujiang dan You Jia, Islam In Cina, h. 112.

Page 50: PERSEKUSI MUSLIM UIGHUR DALAM TINJAUAN HUKUM …

40

namun ketika situasi politik berubah, ia melakukan penganiayaan berdarah pada

tokoh-tokoh dalam kelompok minoritas dan mengadopsi kebijakan untuk

menghapuskan Islam di Xinjiang. Pemerintah provinsi Xinjiang menerbitkan

Deklarasi administrasi yang dikenal dengan “Delapan Deklarasi” yang

menempatkan masalah agama diatas semua masalah yang lainnya yang

diterbitkan pada pada tanggal 12 April 1934. Lalu disusul dengan dirumuskannya

“Enam Kebijakan” sebagai pelengkap pedoman aturan, yaitu (1) menentang

imperialisme, (2) mendukung Uni Soviet, (3) memegang teguh kesetaraan etnis,

(4) menjadi jujur dan tegak, (5) memelihara perdamaian, dan (6) menjadi

konstruktif.

Pada periode awal pelaksanaan kebijakan ini menghasilkan beberapa efek

positif di antaranya pengakuan otoritas tokoh dari kelompok etnis minoritas ke

dalam pemerintahan, dan sebagai hasilnya kontradiksi etnis dikurangi sampai

batas waktu tertentu. Di Provinsi Kedua Perwakilan Rakyat Majelis Xinjiang,

Badan Federasi Rakyat Xinjiang dibentuk untuk menangani berbagai kasus

khusus yang berhubungan dengan etnis diantaranya pula tergabung didalamnya

etnis Uighur. Meskipun demikian, enam kebijakan tersebut sebenarnya hanya

merupakan sebuah taktik di mana Sheng Shicai membangun pemerintahan

autokrasinya. Setelah ia menguasai tanah Xinjiang, Sheng Shicai mulai

menganiayan muslim, menuduh mereka merencanakan pemberontakan. Pada

awalnya menangkap orang-orang berpengaruh dan kuat dari kelompok minoritas,

dan kemudian menyeret mereka ke dalam kasus pemberontakan dan menghukum

mereka di benjara bahkan melakukan eksekusi terhadap mereka.

Lalu pada akhirnya Xinjiang memasuki pengendalian kekuasaan kiri

langsung dari Kuomintang. Pemerintah Kuomintang mengirim Zhang Zhizong

untuk negosiasi perdamaian di Dihua, di mana protokol perdamainan

ditandatangani dan mendirikan Pemerintah Provinsi Koalisi. Pada bulan Januari

1949, Bao‟erhan mengambil jabatan ketua Pemerintah Provinsi Xinjiang dan pada

19 September 1949 dia menelpon Mao Zedong, menunjukkan bahwa ia telah

memutuskan untuk melepaskan diri dari pemerintah Kuomintang. Pada tanggal 20

Page 51: PERSEKUSI MUSLIM UIGHUR DALAM TINJAUAN HUKUM …

41

Oktober 1949 pelopor dari Tentara Pembebasan Rakyat masuk Dihua dan menjadi

paukian penjaga di sana, dan Xinjiang dibebaskan secara damai.30

C. Akar Konflik Muslim Uighur

Terdapat beberapa faktor yang menjadikan konflik di Xinjiang menjadi

perhatian internasional. Salah satu yang terpenting adalah faktor minyak. Faktor

ini berkontribusi terhadap penindasan kemajuan ekonomi di kawasan itu. Faktor

minyak memberi signifikansi atas aspek lingkungan dari perjuangan antara

Uighur melawan kaum Han.31

Xinjiang merupakan ladang minyak yang sangat

penting bagi Cina, terutama pada saat Cina sedang mencapai status negara industri

maju. Krisis energi global mengharuskan Cina memberi perhatian khusus pada

Xinjiang yang mampu membuat Cina menjadi negara besar dan diperhitungkan di

persaingan global. Didasari oleh arti strategis Xinjiang bagi Cina dan dunia

internasional, setiap keinginan Xinjiang untuk membangun hubungan dengan

dunia luar membuat Cina merasa terancam karena membaiknya hubungan

komunikasi dan transportasi Xinjiang dengan dunia luar akan melemahkan

kebijakan integrasi Cina atas kaum Uighur. Ditemukannya cadangan besar sumber

daya alam strategis di Xinjiang, khususnya minyak dan gas alam, telah

menghasilkan ketegangan dan menjadikan pemisahan diri Xinjiang semakin

kompleks. Dengan demikian, secara bersamaan faktor minyak dan lokasi

geografis Xinjiang memberi makna tertentu pada jenis konflik yang terjadi di

wilayah ini karena konflik tersebut memiliki dimensi internasional yang penting.

Pemerintah Cina saat ini lebih intensif dalam mengeluarkan kebijakan dan

tindakan kerasnya terhadap warga Uighur. Hal ini terjadi setelah adanya protes

jalanan pada 1990-an dan aksi protes lagi menjelang Olimpiade Beijing pada

2008. Namun, di tahun 2009 kekerasan terhadap muslim Uighur lebih meningkat

30

Mi Shoujiang dan You Jia, Islam in Cina, h. 115.

31

Datangnya kaum Han ke Propinsi Xinjiang pada tahun 1949 sebagaian besar

disebabkan karena dibangunnya Xinjiang Production and Construction Corps (XPCC) (Xinjiang

shengchan jianche bingtuan), dikutip dari http://Cinaperspectives.revues.org/648, diakses pada 16

Januari 2020 Pukul 14.18 WIB.

Page 52: PERSEKUSI MUSLIM UIGHUR DALAM TINJAUAN HUKUM …

42

lagi yaitu yang ditandai dengan kerusuhan etnis skala besar di ibukota Urumqi.

Sekitar 200 orang tewas dalam kerusuhan. Keamanan ditingkatkan dan banyak

orang Uighur ditahan sebagai tersangka.32

Pada Juni 2012, enam orang Uighur dilaporkan mencoba membajak

sebuah pesawat dari Hotan ke Urumqi, namun mereka berhasil diringkus oleh

sejumlah penumpang dan awak.33

Terjadi pertumpahan darah pada April 2013,

disusul kekerasan Juni 2013, di distrik Shanshan yang menewaskan 27 orang

setelah polisi menembaki sekelompok ortang yang menurut media pemerintah

adalah gerombolan bersenjatakan pisau yang menyerang bangunan pemerintah

setempat. Menetapkan fakta tentang insiden ini sulit, karena akses jurnalis asing

ke wilayah ini dikontrol ketat. Tetapi dalam beberapa bulan terakhir, tampaknya

terjadi pergeseran kekerasan, yang mengarah ke serangan skala besar dengan

sasaran warga, terutama di Xinjiang. Sedikitnya 31 orang tewas dan lebih dari 90

orang menderita luka-luka pada Mei 2014 ketika dua mobil menabrak secara

sengaja pasar Urumqi disusul pelemparan bahan peledak ke kerumunan. Cina

menyebutnya sebagai "insiden kekerasan teroris ". Sebelumnya terjadi serangan

bom dan pisau di stasiun kereta api selatan Urumqi pada bulan April, yang

menewaskan tiga orang dan melukai 79 lainnya.34

Beberapa kekerasan juga tumpah meluber dari Xinjiang. Sebuah aksi

penikaman di Kunming pada bulan Maret 2014 di provinsi Yunnan, menewaskan

29 orang, dan pemerintah menyebut separatis Xinjiang adalah pelakunya, seperti

juga kejadian Oktober 2013, ketika sebuah mobil menabrak kerumunan dan

terbakar di alun-alun Tiananmen. Beijing. Aparat kemudian meluncurkan apa

32

Mengapa Terus Terjadi Ketegangan antara Pemerintah Cina dan Suku Uighur, dikutip

dari https://www.bbc.com/indonesia/dunia-46601641, diakses pada 26 November 2019 Pukul

10.48 WIB.

33

Dikutip dari https://internasional.kompas.com/read/2012/06/29/16541779

/Cina.Gagalkan.Upaya.Pembajakan.Pesawat , diakses pada 26 November 2019 Pukul 12.27 WIB.

34

Dikutip dari https://www.bbc.com/indonesia/dunia-46601641, diakses pada 26

November 2019 Pukul 12.58 WIB.

Page 53: PERSEKUSI MUSLIM UIGHUR DALAM TINJAUAN HUKUM …

43

yang mereka sebut "kampanye satu tahun melawan terorisme", meningkatkan

keamanan di Xinjiang dan meningkatkan latihan militer di wilayah tersebut.35

Kerusuhan yang telah disebutkan di atas merupakan bentuk kemarahan

orang-orang Uighur terhadap kebijakan diskriminatif Pemerintah Cina. Alih-alih,

itu mendorong Tiongkok untuk membatasi kaum Uighur sangat gerakan dan

kebebasan. Selain itu, banyak serangan teroris Muslim di luar Xinjiang dan Cina

sendiri berkontribusi pada pembatasan yang semakin berat Hak kebebasan

Uighur. Pejabat Cina telah didedikasikan untuk konsep "kamp pendidikan ulang"

sejak 2014.36

Ada juga laporan-laporan tentang vonis massal dan penangkapan sejumlah

“kelompok teror”. Media pemerintah Cina telah melaporkan daftar panjang orang-

orang yang dihukum karena aktivitas ekstremis dan dalam beberapa kasus,

hukuman mati. Ada salah satu warga Uighur yang bernama Ilham Tohti yang

ditahan atas tuduhan sparatisme pada September 2014. Sejak 2016, Republik

Rakyat Cina membuat kebijakan represif terhadap etnis Uighur di Xinjiang

dengan menugaskan pejabat intelijen sebagai "adopsi" anggota keluarga sipil,

serta menginstal spyware wajib untuk melakukan pengawasan di daerah tersebut.

Pada Agustus 2018, sebuah komite PBB mendapat laporan bahwa hingga

satu juta warga Uighur dan kelompok Muslim lainnya ditahan di wilayah Xinjiang

barat, dan di sana mereka menjalani apa yang disebut program 'reedukasi, atau

'pendidikan ulang'. Pemerintah Cina membantah tudingan kelompok-kelompok

HAM itu. Pada saat yang sama, ada semakin banyak bukti pengawasan opresif

terhadap orang-orang yang tinggal di Xinjiang.

Kamp pendidikan ulang ini adalah lembaga yang didirikan oleh

pemerintah Provinsi Xinjiang pejabat untuk melakukan indoktrinasi politik

35

Dikutip dari https://www.bbc.com/indonesia/dunia-46601641, diakses pada 21

Oktober 2019 Pukul 10.35 WIB

36

Ayu Suci Rakhima dan Ni Gusti Ayu Dyah Satyawati, “Gross Violations of Human

Rights Veiled within Xinjiang Political Reeducation Camps,” Jurnal Kertha Patrika, Volume 41,

No. 1, (April 2019), h.2.

Page 54: PERSEKUSI MUSLIM UIGHUR DALAM TINJAUAN HUKUM …

44

melalui penahanan dan perampasan kebebasan bergerak menuju Uighur.

Ironisnya, Konsulat Cina untuk Kazakhstan pada Februari 2018 membantah

keberadaan kebijakan seperti itu diberdayakan berlatih di Xinjiang,37

begitu pula

Kementerian Luar Negeri Cina pada Mei 2018. Namun, dalam pernyataannya

kepada media, pejabat Pemerintah Cina tidak menyatakan pernyataan mereka

mengenai Problematika Uighur ini. Tidak ada fakta yang menguatkan pernyataan

mereka. Peningkatan Jumlah Muslim Uighur yang ditahan di kamp pendidikan

ulang pada periode 2015 hingga 2018 relatif cepat dan konstan selalu

meningkat.38

37

Consul of General Cina Denies Reports on Political Education Camps for Uighurs in

Cina’s Xinjiang, dikutip dari https://akipress.com/news:602025, diakses pada 18 Desember 2019

Pukul 12.20 WIB.

38

Around 120,000 Uighurs Detained for Re-education in Xinjiang’s KashgarPerfecture,

dikutip dari https://www.rfa.org/english/news/Uighur/detentions/01222018171657.html, diakses

pada 18 pada Desember 2019 Pukul 12.30 WIB.

Page 55: PERSEKUSI MUSLIM UIGHUR DALAM TINJAUAN HUKUM …

45

BAB IV

PERSEKUSI MUSLIM UIGHUR DITINJAU DARI ASPEK HUKUM

HUMANITER INTERNASIONAL

A. Persekusi Muslim Uighur

Peristiwa kejahatan yang menimpa etnis Muslim uighur di Cina telah

menjurus kepada kejahatan genosida atau usaha pembersihan etnis. Hal

tersebut dilakukan oleh pemerintah Cina secara sistematis, dimulai dengan

kebijakan – kebijakan pemerintah yang menyudutkan keberadaan muslim

Uighur, hingga adanya propaganda pemerintah yang menjadikan muslim

Uighur sebagai kambing hitam atau etnis yang disalahkan atas kejadian

berdarah yang terjadi pada tanggal 5 Juli 2009. Walaupun fakta sebenarnya

yang terjadi di lapangan adalah banyaknya korban jiwa yang jatuh di pihak

Muslim Uighur sebanyak kurang lebih 200 orang tewas dan melukai 1.700

orang terluka dalam peristiwa tersebut dan semuanya adalah Muslim Uighur,

yang kemudian propaganda tersebut tumbuh dan berkembang sehingga

menyulut kemarahan etnis Han terhadap etnis muslim Uighur.1

Kejahatan terhadap umat manusia adalah istilah di dalam hukum

internasional yang mengacu pada tindakan pembunuhan massal dengan

penyiksaan terhadap tubuh dari orang-orang, sebagai suatu kejahatan

penyerangan terhadap yang lain. Para sarjana Hubungan internasional telah

secara luas menggambarkan "kejahatan terhadap umat manusia" sebagai

tindakan yang sangat keji, pada suatu skala yang sangat besar, yang

dilaksanakan untuk mengurangi ras manusia secara keseluruhan. Biasanya

kejahatan terhadap kemanusian dilakukan atas dasar kepentingan politis,

seperti yang terjadi di Jerman oleh pemerintahan Hitler serta yang terjadi di

Rwanda dan Yugoslavia.

1 Muhammad Fajrin Saragih, Tinjauan Yuridis Pelanggaran Ham Terhadap Muslim

Uighur di Cina Ditinjau dari Hukum Humaniter, h. 14.

Page 56: PERSEKUSI MUSLIM UIGHUR DALAM TINJAUAN HUKUM …

46

Tindakan persekusi yang dilakukan oleh pemerintah Cina terhadap

Muslim Uighur telah melanggar ketentuan hak asasi manusia dan menjadi

perhatian internasional. Diantara pelanggaran HAM yang terjadi yaitu pihak

tentara Cina di Xinjiang kembali melakukan kekerasan terhadap warga

Muslim Uighur yang menyebabkan sekurang-kurangnya 8 orang warga etnis

Uighur ditembak mati atas tuduhan menyerang pejabat polis dan menggelar

mereka sebagai “pengganas” atau “muslim ektrimis”. Keganasan yang terbaru

ini dilaporkan berlaku di wilayah Yarkand yaitu Kashgar.

Dilaporkan bahawa puluhan Muslim Uighur di Xinjiang telah meninggal

dunia akibat ditembak mati oleh pihak rezim komunis Cina atas tuduhan

“keganasan” dan digelar sebagai “muslim ekstrimis”, di mana tuduhan

tersebut sama sekali tidak berasas dan tanpa bukti serta perbicaraan yang

kukuh dari mahkamah. Pertubuhan Hak Asasi Manusia mengecam tindakan

yang dilakukan oleh pihak berkuasa Cina terhadap Muslim Uighur dengan

menuduh kaum minoriti tersebut terlibat dalam keganasan dan melakukan

pemberontakan ke atas kerajaan sehingga isu tersebut dibesar-besarkan dan

menyebabkan penindasan terhadap etnis minoritas Muslim di Xinjiang

semakin berleluasa.2

Upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Cina awalnya tidak bertujuan

untuk membasmi Etnis Uighur secara fisik, melainkan kebijakan yang

dikeluarkan oleh Pemerintah Cina bertujuan untuk membersihkan warga

negara Cina dari Ideologi Islam, karena menurut pemerintah ideologi Islam

merupakan penyakit yang amat menular bagi kelangsungan kehidupan

bernegara mereka dan juga bertentangan dengan Ideologi yang dianut oleh

Cina. Dalam pandangan pemerintah, warga Uighur yang menderita penyakit

tersebut harus dikarantina, dan cara pemerintah Cina untuk mencapai tujuan

tersebut adalah dengan memberdayakan warga Uighur untuki dibina dalam

2 Muhammad Fajrin Saragih, Tinjauan Yuridis Pelanggaran Ham Terhadap Muslim

Uighur di Cina Ditinjau dari Hukum Humaniter, h. 18.

Page 57: PERSEKUSI MUSLIM UIGHUR DALAM TINJAUAN HUKUM …

47

kamp pendidikan ulang.3 Namun, dalam praktik pendidikan ulang yang ada di

kamp-kamp tersebut, orang-orang Uighur menjadi sasaran penahanan,

penyiksaan, dan perampasan sewenang-wenang kebebasan berpikir dan

beragama. Praktik-praktik yang dilakukan Pemerintah Cina dalam kamp-kamp

pendidikan ulang di Xinjiang memenuhi syarat sebagai kejahatan terhadap

kemanusiaan ketika dilakukan sebagai bagian dari suatu yang meluas atau

sistematis serangan diarahkan terhadap penduduk sipil mana pun. Namun, hal

ini masih belum ada cukup bukti untuk membuktikan unsur kekerasan

terhadap penduduk sipil, karena objek serangan terbatas hanya pada orang-

orang Uighur yang secara terang-terangan mempraktekan ajaran Islam secara

terbuka.

Selama dekade terakhir, kota-kota di Xinjiang telah diubah sebagai

bagian dari proyek asimilasi pemerintah. Ibukota Urumqi adalah salah satu

kota seperti itu. Bangunan-bangunan perumahan halaman bertingkat rendah

telah diruntuhkan, dengan penghuninya pindah ke gedung-gedung tinggi yang

dirancang pemerintah. Pasar terbuka dan toko-toko telah ditutup. Beijing

berencana untuk mengganti kota-kota Uighur lainnya dengan strip ritel dan

gedung-gedung tinggi untuk mencerminkan kota-kota di Cina tengah.4 Lebih

jauh lagi, warga di Xinjiang diawasi dengan ketat oleh polisi. Muslim Uighur

tidak bebas dalam beraktifitas seperti selalu diperiksa di pos-pos pemeriksan.

Di tempat-tempat umum pun Muslim Uighur tidak bisa bebas karena selalu

diawasi di manapun dan kapanpun, seperti di stasiun kereta api, jalan masuk

dan keluar kota, pusat perbelanjaan, bank, dan pom bensin.5 Polisi

3 Peraturan Daerah Otonomi Xinjiang Uighur untuk Urusan Agama, 2014

menggantikan Peraturan Daerah Otonomi Xinjiang Uighur tentang Pengelolaan Urusan

Agama, 1994.

4 Josh Chin, "After Mass Detentions, Cina Razes Muslim Communities to Build a

Loyal City," The Wall Street Journal, (Maret 2019). Dikutip dari

https://www.wsj.com/articles/after-mass-detentions-Cina-razes-muslim-communities-to-build-

a-loyal-city-11553079629 diakses pada 4 Desember 2019 Pukul 12.14 WIB.

5 Josh Chin,"Twelve Days in Xinjiang: How Cina's Surveillance State Overwhelms

Daily Life." The Wall Street Journal, (Desember 2017). Dikutip dari

https://www.wsj.com/articles/twelve-days-in-xinjiang-how-Cinas-surveillance-state-

overwhelms-daily-life-1513700355, diakses pada 4 Desember 2019 Pukul 12.19 WIB.

Page 58: PERSEKUSI MUSLIM UIGHUR DALAM TINJAUAN HUKUM …

48

menganalisis wajah, kartu identitas, pola suara, dan konten telepon dengan

bantuan pemindai otomatis. Terlepas dari ketidakadilan yang sangat besar ini,

komunitas internasional tidak berbuat banyak untuk mengadvokasi hak asasi

manusia di Xinjiang.

Kaum Uighur telah lama berjuang untuk melepaskan diri dari

kekuasaaan pemerintah Cina. Sebagai sebuah wilayah yang terletak sangat

strategis, Xinjiang sebenarnya merupakan area yang sangat luas, dengan

jumlah penduduk yang tidak terlalu banyak, menyebabkan wilayah ini

menjadi tempat untuk pengujian nuklir, pelatihan militer, dan penjara para

buruh yang membangkang. Populasi Xinjiang yang berjumlah 18 juta

mencakup beberapa kelompok yang berbahasa etnis Turki-Muslim, penduduk

Uighur yang berjumlah delapan juta, adalah etnis dengan penduduk terbesar.

Persentase etnis Han di Xinjiang telah tumbuh pesat akibat kebijakan

pemerintah Cina yang dengan sengaja memperbesar jumlah populasi Han

agar menjadi mayoritas di Xinjiang. Sama seperti Tibet, Uighur di Xinjiang

telah berjuang untuk keberadaan budaya mereka di tengah-tengah represi

pemerintah Cina yang didukung oleh para migran Cina dari etnis yang lain.

Selain itu Uighur juga bertahan dari represi politik dalam bentuk apa

pun yang disebabkan karena perbedaan identitas. Demi menghilangkan

dominasi Uighur di Xinjiang, pemerintah Cina tidak segan-segan melakukan

penganiayaan, pemenjaraan dan penghilangan. Masjid-masjid ditutup dan

bahasa Uighur dilarang digunakan di perguruan tinggi. Rakyat Uighur

dikenakan wajib kerja tidak dibayar dalam pembangunan jaringan pipa yang

direncanakan untuk mengekspor sumber daya minyak bumi lokal ke bagian

lain dari Cina.6

Dalam menyikapi kasus yang terjadi di Xinjiang Cina terhadap etnis

Uighur, PBB memang telah mengecam keras kepada pemerintah Cina atas

tindakan represif yang dilakukan terhadap etik Uighur. Namun, hal tersebut

mendapat penolakan dari pemerintah Cina mereka berdalih melalui Juru bicara

6 Baiq LSW Wardhani, Respon Cina Atas Gerakan Pan-Uighurisdi Provinsi

Xinjiang, h. 293.

Page 59: PERSEKUSI MUSLIM UIGHUR DALAM TINJAUAN HUKUM …

49

Kementerian Luar Negeri Cina, Geng Shuang, menuturkan masalah yang

terjadi di Xinjiang bukan tentang penindasan hak asasi manusia, tetapi tentang

melawan gerakan separatisme dan terorisme.7

Perilaku Pemerintah Cina kepada etnis Uighur di dalam kamp

pendidikan ulang Xinjiang memenuhi syarat sebagai pelanggaran berat

terhadap hak asasi manusia. Hal ini didasarkan pada fakta bahwa tindakan

tersebut dilakukan dilarang berdasarkan norma jus cogens, yang dianggap

mendasar dan merendahkan. Fakta bahwa bahkan Parlemen Eropa telah

memperhatikan masalah ini menunjukkan caranya substansial masalah ini

dalam perspektif hak asasi manusia.8

Pemerintah Cina juga melakukan pembatasan beragama bagi Muslim

Uighur di antaranya membuat kebijakan penghapusan wakaf yang diwariskan

ke masjid-masjid dan lembaga-lembaga keagamaan Islam lainya. Kondisi

tersebut sangat memukul umat Islam Cina dan berpengaruh besar terhadap

tatanan kultur sosial, ekonomi, politik serta budayanya. Bahkan kaum

komunis juga menggantikan huruf Arab yang sudah menjadi ciri khas dan

budaya muslim di Sinking dan Kansu menjadi huruf Cyrillik. Dapat

dibayangkan bagaimana dua dimensi budaya tersebut digerus habis oleh kaum

komunis Cina. Tidak luput pajak untuk membiayai sekolah-sekolah muslim

juga ikut dihapus. Bahkan dalam urusan menjalankan syariat Islam, mereka

berusaha ikut campur dengan mengeluarkan peraturan yang melarang pegawai

negeri atau pejabat pemerintah untuk menjalankan puasa.9

7 Puluhan Anggota PBB Kecam Sikap Represif Cina Ke Uighur, dikutip dari

https://www.cnnindonesia.com/internasional/20190926085254-134-434140/puluhan-anggota-

pbb-kecam-sikap-represif-Cina-ke-uighur, diakses pada 17 Januari 2020 Pukul 11.48 WIB.

8Ayu Suci Rakhima dan Ni Gusti Ayu Dyah Satyawati, “Gross Violations of Human

Rights Veiled within Xinjiang Political Reeducation Camps,” h. 3.

9 Larangan berpuasa ini dilakukan pemerintah kepada penduduk muslim Uighur,

Provinsi Xinjiang Cina dengan berbagai cara. Mulai dari tetap membiarkan toko makanan

buka pada bulan ramadan, menambah porsi jam olah raga di sekolah pada siang hari, hingga

peraturan pemerintah yang tidak memperbolehkan pegawai negeri atau pekerja sekotor

pemerintahan untuk berpuasa dengan alasan dapat mengurangi produktifitas kerja. Lihat,

Kacau Otoritas Cina Larang Umat Muslim Uighur Berpuasa, dikutip dari

Page 60: PERSEKUSI MUSLIM UIGHUR DALAM TINJAUAN HUKUM …

50

Negara-negara di dunia turut prihatin dalam melihat permasalahan yang

dialami Muslim Uighur ini. Turki dan Inggris menyatakan keprihatinan,

dengan harapan dapat melindungi kebebasan beragama dan identitas budaya di

Cina. Masih tidak ada tindakan yang diambil. Pada bulan Maret, Amerika

Serikat mengadakan pertemuan Dewan Hak Asasi Manusia untuk menarik

perhatian pada masalah dan membangun momentum untuk bertindak.10

Cina

menanggapi dengan menjadi tuan rumah para diplomat dari negara-negara

seperti Pakistan, Rusia, Belarus, Kuba dan Venezuela untuk melakukan tur

"pusat pelatihan kejuruan" mereka dan meyakinkan mereka untuk memboikot

acara tersebut. Meskipun demikian, Inggris, Jerman, Belanda, dan Kanada

mensponsori itu, menarik para diplomat dari selusin negara. Negara-negara

membahas kondisi di Xinjiang sebagai pelanggaran hak asasi manusia.

Michelle Bachelet, kepala hak asasi manusia PBB, meminta Cina untuk

mengizinkan penyelidikan independen atas laporan pelanggaran di daerah

tersebut. Sekali lagi, tidak ada tindakan spesifik yang diuraikan.11

Beberapa

anggota PBB, terutama sekutu Muslim Cina, percaya narasi Cina bahwa kamp

adalah proyek keamanan nasional untuk memerangi terorisme. Di sisi lain,

banyak negara bertujuan untuk menghentikan penganiayaan.

B. Analisis Hukum Humaniter Internasional terhadap Persekusi

Muslim Uighur

Dalam penerapan hukum humaniter internasional, di dalamnya tidak luput

dari penegakkan hak asasi manusia. Dalam prinsip Hak Asasi Manusia, negara

https://news.okezone.com/read/2017/06/06/18/1708975/kacau-otoritas-Cina-larang-umat-

muslim-uighur-berpuasa, diakses pada 22 Oktober 2019 Pukul 13.01 WIB.

10

Nick Cumming Bruce, "U.S. Steps Up Criticism of Cina for Detentions in

Xinjiang," The New York Times, (Maret 2019), dikutip dari

https://www.nytimes.com/2019/03/13/world/asia/Cina-muslim-

xinjiang.html?rref=collection%2Ftimestopic%2FUighurs%20(Chinese%20Ethnic%20Group,

diakses pada 4 Desember 2019 11.32 WIB.

11

Nick Cumming Bruce,"U.N. Rights Chief, Denouncing 'Gross Inequalities,' Jabs at

Cina and Israel." The New York Time, (Maret 2019), dikutip dari

https://www.nytimes.com/2019/03/06/world/europe/un-rights-

bachelet.html?rref=collection%2Ftimestopic%2FUighurs%20(Chinese%20Ethnic%20Group,

diakses pada 4 Desember 2019 Pukul 11.37 WIB.

Page 61: PERSEKUSI MUSLIM UIGHUR DALAM TINJAUAN HUKUM …

51

merupakan salah satu pihak yang memiliki power (kekuasaan), namun negara

juga memiliki batasan dalam kaitannya dengan hal ini yaitu negara tidak

diperkenankan untuk menyalahgunakan kekuasaannya (abuse of power).

Ditinjau dari segi hukum, negara merupakan pihak yang berkewajiban untuk

melindungi (protect), menjamin (ensure) dan memenuhi (fulfill) Hak Asasi

Manusia warga negaranya.12

Kewajiban negara menyangkut HAM dilakukan dengan cara melindungi

HAM setiap warga negara dan juga individu lainnya dari penyalahgunaan

kekuasaan negara, menjamin eksistensi HAM setiap individu dalam ketentuan

hukum maupun di dalam pelaksanaannya dan memenuhi HAM individu tiap

warga negara. Misalnya terhadap hak untuk tidak disiksa (right not to be

tortured), negara membuat aturan hukum yang melarang praktik-praktik

penyiksaan untuk melindungi setiap individu dari tindak penyiksaan. Negara

juga menjamin bahwa setiap individu harus benar-benar bebas dari tindak

penyiksaan, negara juga harus benar-benar memenuhi hak untuk tidak disiksa

secara nyata.

Pasca disahkannya dokumen dasar pembentukan Mahkamah Pidana

Internasional (International Criminal Court) yaitu Statuta Roma 1998 pada 17

Juli 1998 maka telah berlaku hukum baru yang di dalamnnya memuat

peraturan baru tentang genosida, yakni Statuta Roma. Statuta Roma

merupakan hasil dari beberapa upaya yang dilakukan oleh PBB untuk

menciptakan sebuah Pengadilan Internasional. Dalam statuta ini juga diatur

mengenai unsur-unsur kejahatan, prosedur beracara, dan pembuktian. Di

dalam Statuta Roma juga dijelaskan bahwa perintah atasan atau komandan

tidak membebaskan tanggung jawab pidananya kepada siapapun disebabkan

karena ketidaktahuan bahwa perintah tersebut melanggar hukum atau tidak

nyata-nyata melanggar hukum. Perintah untuk melakukan genosida dan

kejahatan terhadap kemanusiaan jelas-jelas melanggar hukum. Apabila

12

Andrey Sujatmoko, Hukum HAM dan Hukum Humaniter, (Jakarta : Rajawali Pers,

2016), h. 59

Page 62: PERSEKUSI MUSLIM UIGHUR DALAM TINJAUAN HUKUM …

52

perbuatan itu dilakukan karena perintah jabatan atau ketidaktahuan atas

tindakan yang dilakukan tidak membebaskan tanggung jawab pidana

pelakunya.

Statuta Roma dibuat dengan tujuan untuk menyelaraskan hukum perang

dan membatasi penggunaan senjata berteknologi maju yang terjadi pasca

Perang Dunia I dan Perang Dunia II. Prioritas utamanya adalah untuk

mengadili individu yang bertanggung jawab atas kejahatan teradap

kemanusiaan. Dengan adanya Statuta Roma, para pelaku tindak kejahatan

teradap umat manusia tidak dieksekusi di kotak umum atau dikirim ke

perkemahan penyiksaan, namun mereka diperlakukan sebagai penjahat dengan

sidang reguler, hak untuk membela diri dan praduga tak bersalah. Pasal 24

Statuta Roma menyatakan “Tidak seorangpun bertanggung-jawab secara

pidana berdasarkan Statuta ini atas perbuatan yang dilakukan sebelum

diberlakukannya Satuta ini”. Statuta ini mulai diberlakukan pada tanggal 1

Juli tahun 2002 dan menjadi dasar dibentuknya Pengadilan Kriminal

Internasional (International Criminal Court) pada tahun 2002. Pengadilan

Kriminal Internasional merupakan sebuah, tribunal permanen untuk menuntut

individual yang melanggar pada ketentuan Statuta Roma untuk membantu

sistem yudisional nasional yang telah ada. Oleh karena Statuta Roma menjadi

dasar berdirinya International Criminal Court, maka seluruh kejahatan yang

diatur di dalam Statuta Roma akan diadili di Pengadilan tersebut. 13

Diatur dalam Statuta Roma dalam Pasal 7, definisi kejahatan

terhadapkemanusiaan ialah perbuatan yang dilakukan sebagai bagian dari

serangan yang meluas atau sistematik yang diketahuinya bahwa serangan

tersebut ditujukan secara langsung terdapat penduduk sipil.

Kejahatan terhadap kemanusiaan ialah salah satu dari empat Pelanggaran

HAM berat yang berada dalam yurisdiksi International Criminal Court (ICC).

13

Statuta Roma 1998 diunduh melalui https://www.icc-cpi.int/nr/rdonlyres/ea9aeff7-

5752-4f84- be94-0a655eb30e16/0/rome_statute_english.pdf, terjemahannya dalam Bahasa

Indonesia dapat diunduh pada http://referensi.elsam.or.id/wpcontent/uploads/2014/10/Statuta-

Roma.pdf

Page 63: PERSEKUSI MUSLIM UIGHUR DALAM TINJAUAN HUKUM …

53

Pelanggaran HAM berat lainnya ialah Genosida, Kejahatan perang, dan

kejahatan Agresi.

Kejahatan-kejahatan terhadap perikemanusiaan sebagaimana yang

dimaksud dalam Pasal 7 Statuta Roma tersebut adalah serangan yang meluas

atau sistematik yang ditujukan secara langsung terhadap penduduk sipil

dengan tujuan:14

a. Pembunuhan;

b. Pemusnahan;

c. Perbudakan;

d. Pengusiran atau pemindahan penduduk;

e. Perampasan kemerdekaan / perampasan kebebasan fisik lain;

f. Menganiaya;

g. Memperkosa, perbudakan seksual, memaksa seorang menjadi pelacur,

menghamili secara paksa, melakukan sterilisasi secara paksa, ataupun

bentuk kejahatan seksual lainnya;

h. Penyiksaan terhadap kelompok berdasarkan alasan politik, ras,

kebangsaan, etnis, kebudayaan, agama, jenis kelamin (gender)

sebagaimana diatur dalam Pasal 3 ICCPR ataupun adengan alas an-

alasan lainnya yang secara umum diketahui sebagai suatu alasan yang

dilarang oleh hukum internasional;

i. Penghilangan seseorang secara paksa;

j. Kejahatan apartheid;

k. Perbuatan lainnya yang tak berperikemanusiaan yang dilakukan secara

sengaja sehingga mengakibatkan penderitaan, luka parah baik tubuh

maupun mental ataupun kesehatan fisiknya.

Kewajiban negara menyangkut HAM Internasional diatur dalam

berbagai instrumen HAM Internasional diantaranya Universal Declaration of

14

Boer Mauna, Hukum Internasional: Pengertian, Peranan, Fungsi dan Era Dinamika

Global, h. 295-296.

Page 64: PERSEKUSI MUSLIM UIGHUR DALAM TINJAUAN HUKUM …

54

Human Rights, International Covenant on Civil Political Rights (ICCPR),

International Covenant on Economic Social and Cultur Rights (ICESCR),

Konvensi Anti Penyiksaan (Convention Against Torture/CAT).

Tindakan persekusi yang dilakukan Pemerintah Cina terhadap Muslim

Uighur di Xinjiang tidak sesuai ketentuan di bawah Pasal 5 dan Pasal 9

Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (UDHR), Pasal 7 dan Pasal 9

Kovenan Internasional tentang Sipil dan Hak Politik (ICCPR), Konvensi

Menentang Penyiksaan (CAT) 15

, serta ketentuan di bawah Pasal 5, Pasal 6,

Pasal 7, dan Pasal 8 Statuta Roma 1998. Meskipun Cina telah

menandatangani Kovenan pada 5 Oktober 1998, namun pemeritah Cina belum

meratifikasinya. Oleh karena itu, Cina hanya berkewajiban untuk bertindak

dengan itikad baik dan tidak melanggar tujuan dari Perjanjian. Melakukan

diskriminasi kebebasan terhadap etnis Uighur sebenarnya tidak sesuai dengan

tujuan perjanjian. Apalagi penting beberapa ketentuan dalam ICCPR sudah

dianggap sebagai norma jus cogens16

dan karenanya menjadi non-derogate17

.

Instrumen hukum HAM internasional menunjukkan bahwa kasus

penahanan Muslim Uighur dalam kamp pendidikan ulang di Xinjiang

melanggar hukum dan sewenang-wenang. Penahanan Warga Uighur di kamp

pendidikan ulang Xinjiang mengandalkan kriminalisasi Uighur karena

mempraktikkan agama dan kepercayaan mereka. Haruskah ada dasar untuk

mengkriminalkan Uighur karena keyakinan mereka, ketentuan semacam itu

sendiri merupakan pelanggaran terhadap mereka pengakuan dan perlindungan

hak atas agama sebagai hak fundamental. Bahkan, penahanan atas dasar

merampas hak-hak orang atas agama memenuhi syarat sebagai penahanan

15

Cina telah meratifikasi Konvensi Menentang Penyiksaan pada tahun 1998.

16

Dalam Pasal 53 Konvensi Wina 1969, Bagian V yang mengatur perihal pembatalan, jus

cogens adalah norma yang diterima dan diakui oleh masyarakat internasional secara

keseluruhan, sebagai norma yang tidak dapat dilanggar (a norm from which no derogation is

permitted) dan hanya dapat diubah oleh suatu norma dasar hukum internasional umum baru

yang mempunyai sifat yang sama.

17

Tidak merugikan orang lain.

Page 65: PERSEKUSI MUSLIM UIGHUR DALAM TINJAUAN HUKUM …

55

sewenang - wenang dan karenanya, melanggar ketentuan hak untuk kebebasan

dan keamanan orang sebagaimana diatur dalam Pasal 9 ICCPR.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah bersama membahas permasalah

ini pada bulan Agustus 2018. Komite Penghapusan Diskriminasi Rasial

(ICERD)18

memerintahkan Cina untuk menutup kamp-kamp dan mengakhiri

pengawasan massal, tetapi Cina menyangkal keberadaan kamp-kamp tersebut

dan memastikan bahwa warga di Xinjiang sejahtera19

. Ketika praktik

diskriminasi itu berlanjut, PBB membahas langkah-langkah selanjutnya pada

sesi tahunan Dewan Hak Asasi Manusia (UNHRC)20

pada Februari 2019.

Cina memiliki kewajiban internasional untuk mengambil tindakan yang

diperlukan untuk menyelesaikan pelanggaran berat terhadap hak asasi manusia

dalam yurisdiksinya. Dalam pasal 2 ICCPR diberlakukan kewajiban bagi Cina

untuk memastikan bahwa hak-hak warga negara di bawah Kovenan dilindungi

dan diakui pula di dalam undang-undang Cina. Selain itu, Pasal 3 ICCPR

menekankan kewajiban bagi suatu Negara untuk memastikan persamaan hak

seluruh warga negara dan juga menyediakan pemulihan yang efektif untuk

orang atau orang-orang yang telah dilanggar hak-haknya di bawah Kovenan.21

18

ICERD adalah sebuah konvensi hak asasi manusia yang mewajibkan anggotanya untuk

menghapuskan diskriminasi ras dan mengembangkan pengertian di antara semua ras,

sebagaimana termaktub dalam Pasal 2 Angka 1 International Convention on the Elimination

of All Forms of Racial Discrimination, yang disetujui, dibuka, ditandatangani dan diratifikasi

oleh Resolusi Majelis Umum 2106 A (XX) 21 Desember 1965 yang mulai berlaku 4 Januari

1969.

19

Stephanie Nebehay, "U.N. Calls on Cina to Free Uighurs from Alleged Re-

education Camps,” Reuters, (Agustus 2018), dikutip dari https://www.reuters.com/article/us-

Cina-rights-un/u-n-calls-on-Cina-to-free-uighurs-from-re-education-camps-

idUSKCN1LF1D6, diakses pada 4 Desember 2019 Pukul 11.10 WIB.

20

UNHRC adalah organisasi penerus dari Komisi Hak Asasi Manusia PBB (United

Nations Commission on Human Rights, disingkat UNCHR) di PBB yang merupakan

mekanisme utama PBB dan forum internasional yang menangani perlindungan hak asasi

manusia.

21

Article 3 ICCPR (Internatioal Convenant on Civil and Political Rights) :“The

States Parties to the present Covenant undertake to ensure the equal right of men and women

to the enjoyment of all civil and political rights set forth in the present Covenant.” Diakses

Page 66: PERSEKUSI MUSLIM UIGHUR DALAM TINJAUAN HUKUM …

56

Sehubungan dengan kewajiban Cina dalam penegakkan hak asasi manusia

internasional yang relevan dengan instrumen hak asasi manusia, undang-

undang Cina berfungsi sebagai opsi untuk menyelesaikan masalah

pelanggaran HAM berat di kamp pendidikan ulang di Xinjiang. Karenanya, ini

merupakan pilihan pertama untuk mencari pertanggungjawaban atas

pelanggaran berat hak asasi manusia terhadap etnis Uighur dalam kamp

pendidikan ulang di Xinjiang adalah mengandalkan undang-undang Cina dan

pengadilan lokal.

Namun, yang dikhawatirkan adalah Pengadilan lokal tidak akan

memberi perlindungan kepada para korban pelanggaran HAM dan tidak

efektif untuk meminta pertanggungjawaban pelaku. Atau terdapat pilihan lain

untuk menyelesaikan kasus ini sebelum dibawa ke ranah Komite Anti

Penyiksaan atau Komite Hak Asasi Manusia ditingkat internasional.

Sanksi dalam Pasal 77 Statuta Roma secara tegas menyatakan hukuman pada

pelaku kejahatan genosida : 22

1. Subject to article 110, the Court may impose one of the following

penalties on a person convicted of a crime referred to in article 5 of

this Statute :

(a) Imprisonment for a specified number of years, which may not

exceed a maximum of 30 years; or

(b) A term of life imprisonment when justified by the extreme gravity of

the crime and the individual circumstances of the convicted person.

2. In addition to imprisonment, the Court may order :

(a) A fine under the criteria provided for in the Rules of Procedure

and Evidence ; (b)

(b) A forfeiture of proceeds, property and assets derived directly or

indirectly from that crime, without prejudice to the rights of bona

fide third parties.

Dilihat dari pelaku tindak kejahatan Internasional, Statuta Roma

memberikan peraturan berupa pertanggungjawaban secara individual,

melalui https://www.ohchr.org/Documents/ProfessionalInterest/ccpr.pdf pada 4 Desember

2019 Pukul 12.13 WIB.

22

Article 77 Crimes Against Humanity Rome Statute of the International Criminal Court

Page 67: PERSEKUSI MUSLIM UIGHUR DALAM TINJAUAN HUKUM …

57

sebagaimana yang tercantum di dalam pasal 25. Selanjutnya, pada pasal 26

disebutkan bahwa pengadilan tidak memiliki wewenang untuk mengadili anak

berusia di bawah 18 tahun ketika anak tersebut diduga melakukan tindak

kejahatan. Selanjutnya, di dalam pasal 27 disebutkan bahwa Statuta Roma

berlaku bagi siapa saja, tanpa memandang jabatan atau bangsa dari pelaku

yang diduga melakukan tindak kejahatan tersebut. Berdasarkan 3 pasal di atas,

dapat disimpulkan bahwa, pertanggungjawaban perbuatan pidana dilakukan

secara individu dan dihukum sesuai dengan gravitasi atau kadar perbuatannya,

sedangkan tindak pidana yang dilakukan oleh warga negara atau pemimpin

negara, tidak mempengaruhi tanggung jawab dan eksistensi dari negara

tersebut di dalam hukum Internasional.

Kasus persekusi Muslim Uighur dapat diambil alih penanganannya oleh

Dewan Keamanan PBB untuk diadili melalui Mahkamah Pidana Internasional

(International Criminal Court) dengan memperhatikan empat yurisdiksi pada

ICC yaitu :23

“Pertama, Rationae materiae (material jurudiction) : segala jenis

kejahatan yang telah dilakukan seperti misalnya kejahatan genosida, kejahatan

terhadap kemanusiaan, kejahatan perang, dan kejahatan agresi, seperti yang

dijelaskan dalam pasal 5-8 Statuta Roma tahun 199824

berdasarkan jenis

kejahatan yang menjadi ruang lingkupnya”. Maka yang dialami Etnis Uighur

termasuk dalam kategori kejahatan genosida dan kejahatan terhadap

kemanusiaan.

23

Sefriani, Yurisdiksi ICC terhadap Negara non Anggota Statuta Roma 1998, hlm.218-

321

24

Article 5 (Crimes within the Jurisdiction of the Court), Article 6 (Genocide), Article 7

(Crimes against humanity), Article 8 (War Crimes) of Crimes Against Humanity Rome

Statute of the International Criminal Court

Page 68: PERSEKUSI MUSLIM UIGHUR DALAM TINJAUAN HUKUM …

58

“Kedua, Rationae temporis (temporal juridiction): berdasarkan pada

pasal 11 statuta roma tahun 199825

, bahwa ICC hanya dapat mengadili

kejahatan yang dilakukan setelah tanggal 1 Juli 2002. Oleh karena itu,

berkaitan dengan kasus Muslim Uighur hal ini dapat diadili melalui

Mahkamah Pidana Internasional dikarenakan kasus ini terjadi setelah 1 Juli

2002.

“Ketiga, Rationae loci (teritorial juridiction): ICC dapat mengadili

kasus-kasus yang terjadi di negara peserta di mana menjadi lokasi tempat

terjadinya kejahatan hal ini diatur dalam pasal 12 Statuta Roma tahun 1998

26berdasarkan wilayah atau tempat dilakukannya kejahatan.”.

“Keempat, Rationae personae (personal juridiction): berdasarkan pasal 25

Statuta Roma tahun 1998,27

ICC hanya mengadili individu tanpa memandang

apakah ia merupakan seorang pejabat negara dan sebagainya yaitu

berdasarkan subjek hukum yang dapat diadili.”. Kasus yang dialami Etnis

Uighur di sini yang bertanggungjawab adalah individu termasuk pejabat

pemerintahan, komandan baik militer muapun sipil. Jadi perlu pengusutan

yang lebih dalam, individu yang bertangggungjawab tanpa memandang

pangkat atau golongan tertentu.

Statuta berlaku sama terhadap semua orang tanpa suatu perbedaan atas

dasar jabatan resmi. Secara khusus, jabatan resmi sebagai seorang kepala

negara atau pemerintahan anggota suatu pemerintahan atau parlemen, wakil

terpilih atau pejabat pemerintah dalam hal apapun tidak mengecualikan

seseorang dari tanggung jawab pidana di bawah statuta. Demikian pula dalam

25

Article 11 (Jurisdiction Ratione Temporis) of Crimes Against Humanity Rome Statute

of the International Criminal Court

26

Article 12 (Precondition to the Exercise Juridiction) of Crimes Against Humanity

Rome Statute of the International Criminal Court.

27

Article 25 (Individual Criminal Responsibility) of Crimes Against Humanity Rome

Statute of the International Criminal Court.

Page 69: PERSEKUSI MUSLIM UIGHUR DALAM TINJAUAN HUKUM …

59

hal mengenai dirinya sendiri tidak merupakan suatu alasan untuk mengurangi

hukuman.28

Organisasi internasional seperti PBB yang memiliki wewenang untuk

memfasilitasi kerja sama antar negara dan menyelesaikan masalah aksi

kolektif. Namun dalam kasus Uighur, pertemuan PBB belum mengarah pada

kegiatan nyata. Hal ini disebabkan oleh pembatasan yang melekat dalam

struktur organisasi. Menurut Pasal 7 Statuta Roma dari Pengadilan Pidana

Internasional, kejahatan terhadap kemanusiaan termasuk “deportasi atau

pemindahan paksa penduduk,” “pemenjaraan,” “penyiksaan,” dan

“penganiayaan terhadap kelompok yang dapat diidentifikasi atau kolektivitas

pada politik, ras, nasional, etnis, budaya, agama, gender ”. 29

Meskipun untuk

menuntut Cina atas pelanggaran HAM yang telah dilakukan, Cina harus tetap

menaati Statuta Roma atau Dewan Keamanan PBB harus merujuk kasus ini ke

ICC (International Criminal Court). Dikarenakan Cina bukan anggota Statuta

Roma, jadi tugasnya diserahkan kepada Dewan Keamanan PBB. Karena Cina

adalah salah satu dari lima anggota tetap Dewan Keamanan PBB .

Selain itu, yang menjadi permasalahan adalah Cina tidak terikat oleh

Statuta Roma sehingga tidak pula terikat dengan mahkamah pidana

internasional.30

Oleh karena itu, masalah ini lebih berat secara substansial

ketika dinilai dari perspektif dan instrumen hukum hak asasi manusia, di

mana Cina tidak terikat dalam ketentuan ini.

Walaupun Cina bukan negara peserta yang meratifikasi mahkamah

pidana internasional, tetapi bukan berarti kejahatan yang terjadi terhadap etnis

Uighur tidak dapat diadili melalui Mahkamah Pidana Internasional. Karena

28

Sefriani, “Yurisdiksi ICC terhadap Negara non Anggota Statuta Roma 1998,” h.328.

29

Article 7 Crimes Against Himanity Rome Statute of the International Criminal Court

30 Negara yang menyetujui Statuta Roma, dikutip dari https: //asp.icc cpi.int / id menu /

asp / menyatakan% 20 pesta / halaman / the% 20state% 20 pesta% 20ke% 20the% 20 rome%

20 statute.aspx, diakses pada 18 Desember 2019 Pukul 12.51 WIB.

Page 70: PERSEKUSI MUSLIM UIGHUR DALAM TINJAUAN HUKUM …

60

semua warga negara berada di bawah yurisdiksi Mahkamah Pidana

Internasional dalam salah satu kondisi antara lain :31

Pertama, negara di mana tempat lokasi kejadian ia telah meratifikasi

perjanjian mahkamah pidana internasional;

Kedua, negara tersebut telah mengakui yurisdiksi mahkamah pidana

internasional dalam dasar ad hoc;

Ketiga, Dewan Keamanan PBB menyampaikan kasus yang terjadi ke

mahkamah pidana internasional.

Berangkat dari keempat yurisdiksi tersebut kasus persekusi Muslim

Uighur ini tentu dapat diselesaikan dan diadili dalam Mahkamah Pidana

Internasional (International Criminal Court) karena telah memenuhi syarat-

syarat yang ditetapkan oleh Mahkamah Pidana Internasional diantaranya pada

Pasal 11, Pasal 12 dan Pasal 25 Statuta Roma 1998.

31

Sefriani, “Yurisdiksi ICC terhadap Negara non Anggota Statuta Roma 1998,” Jurnal

Hukum, Volume 14, No. 2, (April 2007), h. 318-321.

Page 71: PERSEKUSI MUSLIM UIGHUR DALAM TINJAUAN HUKUM …

61

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya,

maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Persekusi yang dilakukan oleh pemerintah Cina terhadap Muslim Uighur

di antaranya berupa penyekapan, penindasan, perampasan, kekerasan,

penembakan mati, hingga membatasi hak beragama dan privasi Musim

Uighur diantaranya yaitu membuat kebijakan penghapusan wakaf,

penghapusan pajak untuk sekolah Islam, melarang pegawai negeri atau

pejabat pemerintah Muslim untuk berpuasa, tidak bebas beraktifitas karena

selalu diawasi oleh kepolisian, dan adanya kebijakan pemindaian alat

komunikasi bagi warga etnis Uighur. Persekusi yang menimpa Muslim

uighur di Cina telah mejurus kepada kejahatan genosida, usaha

pembersihan etnis karena dilakukan secara sistematis, yang dimulai

dengan kebijakan-kebijakan Pemerintah Cina yang menyudutkan

keberadaan Muslim Uighur.

2. Tindakan persekusi yang dilakukan Pemerintah Cina terhadap Muslim

Uighur melanggar ketentuan hukum humaniter internasional, di antaranya

adalah ketentuan dalam Universal Declaration of Human Rights

(DUHAM) dan Statuta Roma 1998. Kasus persekusi Muslim Uighur telah

memenuhi keempat syarat yurisdiksi Mahkamah Pidana Internasional

yang termuat dalam Statuta Roma 1998 di antaranya yaitu: Rationae

materiae, Rationae temporis, Rationae loci,dan Rationae personae, dan

penanganan kasus ini dapat diambil alih oleh Dewan Keamanan PBB

untuk diadili melalui Mahkamah Pidana Internasional (International

Criminal Court) .

Page 72: PERSEKUSI MUSLIM UIGHUR DALAM TINJAUAN HUKUM …

62

B. Saran

Sebagai usulan tindak lanjut dari penulisan skripsi ini, penulis

merekomendasikan beberapa hal sebagai berikut :

1. Kepada pemerintah Indonesia direkomendasikan untuk lebih berani dalam

mengambil kebijakan, khususnya yang berkaitan dengan pemberantasan

kejahatan kemanusiaan. Sehingga, hak dan kewajiban Muslim Uighur

dapat segera dipenuhi dengan sebaik-baiknya.

2. Kepada pemerintah Indonesia direkomendasikan beberapa langkah

diplomasi yang dalam mengupayakan penyelesaian konflik yang dialami

oleh Muslim Uighur, diantara langkah yang perlu dilakukan adalah

melalui jalur diplomasi Goverment to Goverment atau dialog antar

pemerintah. Langkah kedua yaitu dengan jalur diplomasi yang difasilitasi

oleh badan arbiter seperti Dewan Keamanan PBB, OKI (Organisasi

Kerjasama Islam), dan ASEAN (Asscociation of Southeast Asian Nation).

3. Kepada para akademisi, politisi, dan masyarakat pada umumnya terutama

mahasiswa supaya turut serta mengawal jalannya pemerintahan dan

menjadi pengingat bagi pemerintah untuk bersama-sama mewujudkan

rasa aman di seluruh dunia.

Page 73: PERSEKUSI MUSLIM UIGHUR DALAM TINJAUAN HUKUM …

63

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Ambarwati, et.al, Hukum Humaniter Internasional dalam Studi Hubungan Inter-

nasional, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009.

Arnold, Thomas W, Sejarah Dakwah Islam, Jakarta: Widjaya, 1979.

Berlie, Jean A, Islam in Cina: Hui and Uygghurs Between Modernization and Sin-

icization, Bangkok: White Lotus, 2004.

Boer Mauna, Hukum Internasional Pengertian Peranan dan Fungsi dalam Era D-

inamika Global, edisi ke-2, Bandung: Alumni, 2005.

Hatta, Muhammad, Kejahatan Luar Biasa (Extra Ordinary Crime), Aceh : UNI-

MAL Press, 2019

Kusumaatmadja, Mochtar, Hukum Internasional Humaniter dalam Pelaksanaan

dan Penerapannya di Indonesia, Bandung : Bina Cipta, 1980.

Latif, Yudi, Negara Paripurna, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2013.

M. Rafiq Khan, Islam di Tiongkok, Jakarta: Tintamas, 1967.

Ma, Ibrahim Tien Ying, Perkembangan Islam Di Tiongkok, Jakarta: Bulan Binta-

ng, 1979.

Maaroef, Muhammad Hilman Anfas, Persekusi dalam Perspektif Hukum Positif

di Indonesia, Surabaya : UNAIR, 2020.

Marzuki, Peter Mahmud, Penelitian Hukum, Jakarta: Kencana, 2014.

Pujiyanti, Nur, Pertanggungjawaban Pidana Pelaku Persekusi, Surabaya: UNT-

AG, 2018.

Rahman, Fazlur, et.al, Analisis Yuridis Pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM)

di Indonesia (Studi Kasus di Mesuji Sumatra Selatan), Makasar: UNHAS,

2011.

Shoujiang, Mi dan You Jia, Islam in Cina, Yogyakarta: LKIS, 2014.

Soekanto, Soerjono dan Sri Mamuji, Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan

Singkat, Jakarta: UI Press, 1990.

----------, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UI Press, 2015.

Page 74: PERSEKUSI MUSLIM UIGHUR DALAM TINJAUAN HUKUM …

64

Sujatmoko, Andrey, Hukum HAM dan Hukum Humaniter, Jakarta : Rajawali Pers,

2016.

Sunggono, Bambang, Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta: Raja Grafindo Per-

sada, 2003.

Thayib, Anshari, Islam di Cina, Surabaya : Amar Press, 1991.

Ting, Dawoud C.M, Kebudayaan Islam Di Cina, Jakarta: Pustaka Jaya, 1980.

JURNAL

Asmanidar, “Potret Tamaddun Islam Di Negeri Tirai Bambu: Mulai Dari Masa D-

inasti Tang Hingga Republik China,” dalam Jurnal Ilmiah Islam Futura,

Volume 14, No. 2, Februari 2015.

Bassiouni, M. Cherif, “The ICC-Quo Vadis”, Journal of International Criminal

Justice, Volume 4, No. 3, Juli 2006.

Chin, Josh, "After Mass Detentions, China Razes Muslim Communities to Build a

Loyal City," dalam The Wall Street Journal, Maret 2019.

-------------,"Twelve Days in Xinjiang: How China's Surveillance State Overwhel-

ms Daily Life." dalam The Wall Street Journal, Desember 2017.

Faridha, Riedha, dan Nor Huda, “Islam Di Cina Pada Masa Pemerintahan Repub-

lik Nasionalis, 1911-1949,” dalam Jurnal Tamaddun, Volume 14, No.2,

Juli 2015.

Ford, Stuart, “Crimes Against Humanity At The Extraordinary Chambers In The

Courts Of Cambodia: Is A Connection With Armed Conflict Required”,

dalam Pacific Basin Law Journal, Vol. 24, No. 2, Januari 2007.

Ismail Suardi Wekke Rusdan, “Minoritas Muslim di China Perkembangan, Sejar-

ah dan Pendidikan,” dalam Jurnal Ijtimaiyya, Volume 10, No. 1, Mei

2017.

Lemkin, Raphael, “Genocide”, dalam American Scholar, Vol. 15, No. 2, April

1946

Nebehay, Stephanie, "U.N. Calls on China to Free Uighurs from Alleged Reeduc-

ation Camps,” dalam Reuters, Agustus 2018.

Rakhima, Ayu Suci dan Ni Gusti Ayu Dyah Satyawati, “Gross Violations of Hu-

man Rights Veiled within Xinjiang Political Reeducation Camps,” dalam

Jurnal Kertha Patrika, Volume 41, No. 1, April 2019.

Page 75: PERSEKUSI MUSLIM UIGHUR DALAM TINJAUAN HUKUM …

65

Saragih, Muhammad Fajrin, “Tinjauan Yuridis Pelanggaran Ham Terhadap Musl-

im Uighur di China Ditinjau dari Hukum Humaniter” dalam Jurnal

Universitas Sumatera Utara, 2015

Sefriani, “Yurisdiksi ICC terhadap Negara non Anggota Statuta Roma 1998,” dal-

am Jurnal Hukum, Volume 14, No. 2, April 2007.

Singh, Bhavna, “Ethnicity, Separatism, and Terrorism in Xinjiang: Cina’s Triple

Conondrum,” The Institute of Peace and Conflict Studies (IPCS), No. 96,

dalam Jurnal IPCS, 2010.

Sunarto, “Kriminalisasi Dalam Tindak Pidana Terorisme” dalam Jurnal Equality,

Vol. 12, No. 2, Agustus 2007.

Wardhani, Baiq LSW, “Respon Cina Atas Gerakan Pan-Uyghuris di Provinsi Xin-

jiang,” dalam Jurnal Masyarkat, Kebudayaan, dan Politik Volume 24, No

4, Januari 2011.

Yuliatiningsih, Aryuni, “Agresi Israel Terhadap Palestina Perspektif Hukum Hu-

maniter Internasional”, dalam Jurnal Dinamika Hukum, Vol. 9, No.2, Mei,

2009.

WEBSITE

Around 120,000 Uighurs Detained for Re-education in Xinjiang’s Kashgar Perfe-

cture, dikutip dari

https://www.rfa.org/english/news/Uighur/detentions/01222018171657.htm

l.

Bruce, Nick Cumming,"U.N. Rights Chief, Denouncing 'Gross Inequalities,' Jabs

at China and Israel." dalam The New York Time, Maret 2019, dikutip dari

https://www.nytimes.com/2019/03/06/world/europe/un-rights-

bachelet.html?rref=collection%2Ftimestopic%2FUighurs%20(Chinese%2

0Ethnic%20Group.

--------, "U.S. Steps Up Criticism of China for Detentions in Xinjiang," dalam The

New York Times, Maret 2019, dikutip dari

https://www.nytimes.com/2019/03/13/world/asia/china-muslim-

xinjiang.html?rref=collection%2Ftimestopic%2FUighurs%20(Chinese%2

0Ethnic%20Group.

Consul of General China Denies Reports on Political Education Camps for Uigh-

urs in China’s Xinjiang, dikutip dari https://akipress.com/news:602025.

Dikutip dari https://id.wikipedia.org/wiki/Kejahatan_perang.

Dikutip dari https://kemlu.go.id.

Page 76: PERSEKUSI MUSLIM UIGHUR DALAM TINJAUAN HUKUM …

66

Dikutip dari https://www.bbc.com/indonesia/dunia-46601641.

.

Dikutip dari https://www.bbc.com/indonesia/dunia-46601641.

Dikutip dari http://chinaperspectives.revues.org/648.

Dikutip dari https://atlantis-indonesia.org/2016/09/shamanisme-spiritual-tertua-b-

umi/,

Dikutip dari https://internasional.kompas.com/read/2012/06/29/16541779 /Chi-

na.Gagalkan.Upaya.Pembajakan.Pesawat

Dikutip dari https://kbbi.web.id/komune.

Dikutip dari https://kbbi.web.id/rasial.

Dikutip dari https://kemlu.go.id, diakses.

https://digilib.uin-suka.ac.id.

https://digilib.uin-suka.ac.id.

https://dspace,uii.ac.id.

https://kbbi.web.id/impunitas.

https://kbbi.web.id/persekusi.

https://www.republika.co.id/berita/kolom/wacana/19/02/16/pn00y7282-uighur-

dan-komitmen-indonesia-menyelamatkan-umat-islam.

https://repositori,usu.ac.id.

Jangan Hanya Diam Melihat Diskriminasi Muslim Uighur, dikutip dari

https://www.kompas.com/ademesti.

Kacau Otoritas China Larang Umat Muslim Uighur Berpuasa, dikutip dari https-

://news.okezone.com/read/2017/06/06/18/1708975/kacau-otoritas- china-

larang-umat-muslim-uighur-berpuasa.

Mengapa Terus Terjadi Ketegangan antara Pemerintah Cina dan Suku Uighur, di-

kutip dari https://www.bbc.com/indonesia/dunia-46601641.

Muslim Uighur Sekitar Satu Juta ditahan PBB Sebut Ini Mengkhawatirkan, di-

kutip dari https://www.bbc.com/indonesia/dunia-45372418.

Page 77: PERSEKUSI MUSLIM UIGHUR DALAM TINJAUAN HUKUM …

67

Negara yang menyetujui Statuta Roma, dikutip dari https: //asp.icc cpi.int / id

menu / asp / menyatakan% 20 pesta / halaman / the% 20state% 20 pesta%

20ke% 20the% 20 rome% 20 statute.aspx.

Perlakuan Pemerintah China Terhadap Muslim Uighur, dikutip dari https://www.

kompas.com/marinaikasari.

Puluhan Anggota PBB Kecam Sikap Represif China Ke Uighur, dikutip dari ht-

tps://www.cnnindonesia.com/internasional/20190926085254-134434140/-

puluhan-anggota-pbb-kecam-sikap-represif-china-ke-uighur.

Uighur dan Komitmen Indonesia Menyelamatkan Umat Islam, dikutip dari https-

://www.republika.co.id/berita/kolom/wacana/19/02/16/pn00y7282uighur-

dan-k-omitmen-indonesia-menyelamatkan-umat-islam.

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

International Convenant on Civil and Political Rights (ICCPR)

International Convention on the Elimination of All Forms of Racial

Discrimination (ICERD) 1965

Konvensi Wina 1969

Peraturan Daerah Otonomi Xinjiang Uighur untuk Urusan Agama, 2014 mengga-

ntikan Peraturan Daerah Otonomi Xinjiang Uighur tentang Pengelolaan

Urusan Agama, 1994.

Statuta Roma 1998

Page 78: PERSEKUSI MUSLIM UIGHUR DALAM TINJAUAN HUKUM …

68

Lampiran

Page 79: PERSEKUSI MUSLIM UIGHUR DALAM TINJAUAN HUKUM …

69

Page 80: PERSEKUSI MUSLIM UIGHUR DALAM TINJAUAN HUKUM …

70

Page 81: PERSEKUSI MUSLIM UIGHUR DALAM TINJAUAN HUKUM …

71

Page 82: PERSEKUSI MUSLIM UIGHUR DALAM TINJAUAN HUKUM …

72

Page 83: PERSEKUSI MUSLIM UIGHUR DALAM TINJAUAN HUKUM …

73

Page 84: PERSEKUSI MUSLIM UIGHUR DALAM TINJAUAN HUKUM …

74

Page 85: PERSEKUSI MUSLIM UIGHUR DALAM TINJAUAN HUKUM …

75

Page 86: PERSEKUSI MUSLIM UIGHUR DALAM TINJAUAN HUKUM …

76

Page 87: PERSEKUSI MUSLIM UIGHUR DALAM TINJAUAN HUKUM …

77

Page 88: PERSEKUSI MUSLIM UIGHUR DALAM TINJAUAN HUKUM …

78

Page 89: PERSEKUSI MUSLIM UIGHUR DALAM TINJAUAN HUKUM …

79

Page 90: PERSEKUSI MUSLIM UIGHUR DALAM TINJAUAN HUKUM …

80

Page 91: PERSEKUSI MUSLIM UIGHUR DALAM TINJAUAN HUKUM …

81

Page 92: PERSEKUSI MUSLIM UIGHUR DALAM TINJAUAN HUKUM …

82

Page 93: PERSEKUSI MUSLIM UIGHUR DALAM TINJAUAN HUKUM …

83

Page 94: PERSEKUSI MUSLIM UIGHUR DALAM TINJAUAN HUKUM …

84

Page 95: PERSEKUSI MUSLIM UIGHUR DALAM TINJAUAN HUKUM …

85

Page 96: PERSEKUSI MUSLIM UIGHUR DALAM TINJAUAN HUKUM …

86

Page 97: PERSEKUSI MUSLIM UIGHUR DALAM TINJAUAN HUKUM …

87

Page 98: PERSEKUSI MUSLIM UIGHUR DALAM TINJAUAN HUKUM …

88

Page 99: PERSEKUSI MUSLIM UIGHUR DALAM TINJAUAN HUKUM …

89