Perpindahan Panas dan Massa pada Proses Pemasakan Kacang ...
Perpindahan Massa Antar Fase
-
Upload
elvera-marliani -
Category
Documents
-
view
458 -
download
131
description
Transcript of Perpindahan Massa Antar Fase
PERPINDAHAN MASSA
Tiga prinsip mekanisme perpindahan massa :
1. Molecular diffusion ( Difusi molekuler )
2. Interphase mass transfer (one-film theory)
3. Interphase mass transfer (two-film theory)
1. Molecular Diffusion ( Difusi Molekuler )
Difusi adalah peristiwa mengalirnya/berpindahnya suatu zat dalam
pelarut dari bagian berkonsentrasi tinggi ke bagian yang berkonsentrasi
rendah. Perbedaan konsentrasi yang ada pada dua larutan disebut gradien
konsentrasi. Difusi akan terus terjadi hingga seluruh partikel tersebar luas
secara merata atau mencapai keadaan kesetimbangan dimana perpindahan
molekul tetap terjadi walaupun tidak ada perbedaan konsentrasi.
Definisi difusi adalah penyebaran molekul zat dan gas / cairan yang
konsentrasinya tinggi (hipertonis) ke gas / cairan yang konsentrasinya lebih
rendah (hipotonis). Dengan kata lain setiapzat akan berdifusi menuruni
gradien konsentrasinya. Hasil dari difusi adalah konsentrasiyang sama antara
larutan tersebut dinamakan isotonis.
Proses difusi terjadi karena adanya perpindahan massa suatu zat dimana
massa dapat berpindah dari kondisi dengan konsentrasi tinggi ke konsentrasi
rendah. Perpindahan massa dapat terjadi dalam fasa gas maupun cair.
Peristiwa difusi berakhir jika telah mencapai keadaan setimbang antara dua
keadaan (pada keadaan sebelumnya terdapat perbedaan konsentrasi sehingga
keadaan belum setimbang). Proses difusi dapat terus-menerus berlangsung
jika perbedaan konsentrasi antara dua kondisi dipertahankan. Hal ini dapat
dilakukan dengan mengalirkan fluida yang merupakan tempat akan
berdifusinya suatu molekul secara terus menerus. Proses difusi akan berhenti
jika kondisi dari dua fluida sudah sama atau setimbang.
Pada absorbsi gas, zat- terlarut terdifusi melalui fase gas ke antarmuka
antara kedua fase dan melalui zat cair dari antarmuka itu. Pada proses
destilasi, komponen yang bertitik didih rendah terdifusi melalui fase zat cair
ke antarmuka dan dari antarmuka ke fase uap. Komponen yang bertitik didih
tinggi terdifusi pada arah yang berlawanan dan berpindah melalui uap ke zat
cair. Pada proses ekstraksi zat cair , zat terlarut terdifusi melalui fase rafinat
ke antarmuka ,lalu ke fase ekstrak. Pada proses kristalisasi, zat- terlarut
terdifusi melalui cairan induk ke kristal dan mengendap pada permukaan zat
padat. Pada proses humidifikasi ( kelembaban ) tidak ada difusi fase zat cair
karena zat cairnya murni dan tidak mungkin ada gradien konsentrasi di dalam
zat cair itu, tetapi uapnya terdifusi ke antarmuka zat cair- gas.
Ada beberapa macam kecepatan ( velocity )yang diperlukan untuk
memberikan gerakan masing- masing bahan dan fase kesluruhan . Oleh
karena gerakan absolut tidak mempunyai makna , setiap kecepatan itu harus
didasarkan pada suatu keadaan diam sembarang . Molekul- molekul setiap
komponen dalam suatu campuran berada dalam keadaan rambang, jika
seluruh kecepatan sesaat komponen itu di jumlahkan dan diuraikan menjadi
kecepatan yang tegak lurus terhadap antarmuka , dan dibagi dengan
banyaknya molekul zat itu , maka akan di dapat kecepatan makroskopik
komponen itu.
Masalah perpindahan massa dapat diselesaikan dengan dua cara yang
berbeda, pertama dengan menggunakan konsep tahap kesetimbangan
(equilibrium stage) atau kedua atas dasar proses laju diffusi (diffusional rate
process). Cara mana yang dipilih, bergantung pada jenis peralatan yang
digunakan untuk melaksanakan operasi tersebut. Semua perhitungan
perpindahan massa akan memerlukan pengetahuan tentang hubungan
kesetimbangan fase.
Batas perpindahan fase tercapai apabila kedua fase itu mencapai
kesetimbangan dan perpindahan netto berhenti. Untuk proses praktis, yang
harus mempunyai laju produksi, maka proses kesetimbangan harus dihindari,
karena laju perpindahan massa pada setiap keseimbangan. Ada beberapa
macam kesetimbangan yang penting dalam perpindahan massa. Dalam fase
lindak (bulk), pengaruh luas permukaaan dapat diabaikan dan variabel yang
menentukan adalah sifat-sifat intensif seperti suhu, tekanan dan konsentrasi.
Walaupun penyebab difusi umumnya karena gradien konsentrasi,tetapi
difusidapat
juga terjadi karena gradien tekanan, karena gradien suhu, atau karena medan
gaya yang diterapkan dari luar seperti pada pemisah sentrifugal. Difusi
molekuler yang terjadi karena gradien tekanan (bukan tekanan parsial)
disebut difusi tekanan ( pressure diffusion), yangdisebabkan karena gradien
suhu disebut difusi termal (thermal diffusion), sedangkan yang disebabkan
oleh medan gaya dari luar disebut difusi paksa ( forced diffusion).
Jadi difusi adalah pencampuran spontan dari molekul-molekul karena
suatu perbedaan. Perbedaan ini dapat berupa perbedaan suhu atau pun
konsentrasi. Spesi sebuah molekul dalam satu fasa akan selalu berdifusi dari
konsentrasi yang tinggi ke konsentrasi yang rendah, sampai tercapai
konsentrasi yang sama. Ilustrasinya diberikan pada gambar dibawah ini.
Perpindahan molekul suatu spesi (misal A) dinyatakan dalam fluks molar
WA (mol/area.waktu), kearah tertentu. Fluks A (WA) relatif terhadap sebuah
koordinat vektor tertentu. Jumlah WA (partikel A yang berpindah) dalam
koordinat rektangular dinyatakan oleh:
Jika kita mengaplikasikan mole balance pada spesi A, yang mengalir dan
bereaksi di elemen volum ( ∆V=∆x∆y∆z ), kita akan mendapatkan fluks molar
dalam tiga dimensi. Gambar berikut memperlihatkan aliran dari fkuls molar A
dalam koorinat tiga dimensi.
Molar flux balance pada sistem diatas dinyatakan dengan :
Jika membagi persamaan diatas dengan ∆x∆y∆z dan mengambil limit
mendekati nol, maka akan didapat persamaan molar flux balance pada
koordinat rektangular:
Difusi Molekular pada Cairan
Laju difusi molekular untuk cairan lebih kecil apabila dibandingkan
terhadap laju difusi molekul gas. Hal ini disebabkan jarak antara molekul
dalam fasa cair lebih rapat apabila dibandingkan dalam fasa gas. Umumnya
koefisien difusi untuk gas lebih besar hingga105 kali koefisien difusi cairan.
Namun fluks pada gas tidak berbeda jauh dari fluks dalam cair yaitu 100 kali
lebih cepat, hal itu disebabkan karena konsentrasi cair lebih besar daripada
konsentrasi dalam fasa gas.
Persamaan difusi untuk cairan Jarak molekul dalam cairan lebih rapat
daripada dalam fasa gas, maka densitas danhambatan difusi pada cairan akan
lebih besar. Hal ini juga menyebabkan gaya interaksi antarmolekul sangat
penting dalam difusi cairan. Perbedaan antara difusi cairan dan difusi
gasadalah bahwa pada difusi cairan difusifitas sering bergantung pada
konsentrasi daripadakomponen yang berdifusi.Equimolar counterdiffusion,
dimulai dengan persamaan umum fick kita dapat mensubstitusiuntuk NA =
NB pada keadaan steady state.
Difusi melalui membran dapat berlangsung melalui tiga mekanisme, yaitu:
1 .Difusi sederhana (simple difusion),
2. Difusi melalui saluran yang terbentuk oleh protein trans membran
3. Difusi difasilitasi ( fasiliated difusion).
Difusi melalui membran berlangsung karena molekul-molekul yang
berpindah atau bergerak melalui membran bersifat larut dalam lemak (lipid )
sehingga dapat menembus lipid bilayer pada membran secara langsung.
Membran sel permeabel terhadap molekul larut lemak seperti hormon steroid,
vitamin A, D, E, dan K serta bahan-bahan organik yang larut dalam lemak,
Selain itu, membran sel juga sangat permeabel terhadap molekul anorganik
seperti O, CO₂, OH, dan H₂O. Beberapa molekul kecil khusus yang terlarut
serta ion-ion tertentu, dapat menembus membran melalui Saluran ini
terbentuk dari protein transmembran, semacam pori dengan diameter tertentu
yang memungkinkan molekul dengan diameter lebih kecil dari diameter pori
tersebut dapat melaluinya. Sementara itu, molekul – molekul berukuran besar
seperti asam amino, glukosa,dan beberapa garam – garam mineral, tidak
dapat menembus membrane secara langsung, tetapi memerlukan protein
pembawa atau transporter untuk dapat menembus membran. Proses masuknya
molekul besar yang melibatkan transporter dinamakan difusi difasilitasi, yaitu
pelaluan zat melalui rnembran plasma yang melibatkan protein pembawa atau
protein transporter. Protein transporter tergolong protein transmembran yang
memiliki tempat perlekatan terhadap ion atau molekul yang akan ditransfer ke
dalam sel. Setiap molekul atau ion memiliki protein transporter yang khusus,
misalnya untuk pelaluan suatu molekul glukosa diperlukan protein transporter
yang khusus untuk mentransfer glukosa kedalam sel. Protein transporter
untuk glukosa banyak ditemukan pada sel-sel rangka, otot jantung, sel-sel
lemak dan sel-sel hati, karena sel –sel tersebut selalu membutuhkan glukosa
untuk diubah menjadi energi.
Syarat suatu partikel atau molekul dapat melewati membrane sel dengan cara
difusi adalah:
1. Partikel atau molekul tersebut merupakan partikel atau molekul
sederhana
2. Berukuran kecil
3. Dapat larut dalam air ataupun lemak
Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan difusi :
1. Perbedaan Konsentrasi
Makin besar perbedaan konsentrasi antara dua bagian, makin besar
proses difusi yang terjadi.
2. Jarak Tempat Berlangsungnya Difusi
Makin dekat jarak tempat terjadinya difusi, makin cepat proses difusi
yang berlangsung.
3. Area Tempat Berlangsungnya Difusi
Makin luas area difusi makin cepat proses difusi
4. StrukturTempat Berlangsungnya Difusi
Adanya pori-pori pada membran (sekat) meningkatkan proses difusi.
Makin banyak jumlah pori dan makin besar ukuran pori, makin
meningkatkan proses difusi..
5. Ukuran dan Tipe Molekul Yang Berdifusi
Molekul-molekul berukuran kecil (misalnya, oksigen), berdifusi lebih
cepat daripada molekul-molekul berukuran besar (misalnya, karbon
dioksida)
Molekul-molekul yang larut dalam bahan-bahan penyusn membran,
berdifusi lebih cepat. Misalnya, molekul-molekul yag larut dalam
berdifusi lebih cepat daripada molekul-molekul yang tidak larut dalam
air.
6. Suhu, makin tinggi difusi makin cepat
7. BM makin besar difusi makin lambat
8. Kelarutan dalam medium, makin besar difusi makin cepat
Gambar Contoh Difusi
Macam - macam & Proses Difusi
1. Difusi Sederhana
Difusi sederhana berarti bahwa gerakan kinetik molekuler dari molekul
ataupun ion terjadi melalui celah membran atau ruang intermolekuler
tanpa perlu berikatan dengan protein pembawa pada membran.
Kecepatan difusi ditentukan oleh : jumlah zat yang tersedia, kecepatan
gerak kinetik dan jumlah celah pada membran sel.
Difusi sederhana ini dapat terjadi melalui dua cara:
a. Melalui celah pada lapisan lipid ganda, khususnya jika bahan
berdifusi terlarut lipid.
Salah satu faktor paling penting yang menentukan kecepatan suatu
zat melalui lapisan lipid ganda ialah kelarutan lipid dan zat terlarut.
Seperti misalnya kelarutan oksigen,nitrogen, karbon dioksida dan
alkohol dalam lipid sangat tinggi,sehingga semua zat ini langsung
larut dalam lapisan lipid ganda dan berdifusi melalui membran sel
sama seperti halnya dengan difusi yang teradi dalam cairan.
Kecepatan zat-zat ini berdifusi melalui membran berbanding
langsung dengan sifat kelarutan lipidnya.
b. Difusi melalui saluran protein
Air tidak dapat menembus lapisan lipid ganda,air dapat menembus
membran sel dengan mudah ,molekul ini berjalan melalui saluran
protein. Molekul lain yang bersifat tidak larut dalam lipid dapat
berjalan melalui saluran pori protein dengan cara yang sama seperti
molekul air jika ukuran molekulnya cukup kecil. Semakin besar
ukurannya, kemampuan penetrasinya menurun secara cepat.
Saluran protein dibedakan atas dua:
a) Saluran ini bersifat permeabel selektif terhadap zat.
b) Saluran ini dapat dibuka dan ditutup oleh gerbang.
Sebagian besar saluran protein bersifat sangaet selektif untuk
melakukan transpor satu atau lebih ion atau molekul spesifik. Ini
akibat dari ciri khas saluran itu sendiri seprti diameternya,bentuknya
dan jenis muatan listrik di sepanjang permukaan dalamnya. Salah
satu contoh saluran yang paling penting yaitu saluran
natrium,permukaan dalam saluran ini bermutan negatif kuat. Muatan
negatif ini menarik ion natrium kedalam saluran kemudian ion
natrium ini berdifuisi kedalam sel. Saluran natrium ini secara
spesifik bersifat selektif untuk jalannya ion-ion natrium. Sebaliknya
terdapat serangkian saluran protein yang bersifat untuk transpor
kalium. Saluran ini berukuran lebih kecil dari pada saluran natrium
dan tidak bermuatan negatif,sehingga tidak mempunyai daya tarik
kuat untuk menarik ion-ion agar masuk kedalam saluran. Karena
ukurannya yang kecil hanya dapat dilalui oleh ion kalium,sehingga
ion kalium dengan mudah berdifusi keluar sel.
Gerbang saluran protein. Tujuan gerbang saluran protein ini
untuk mengtur permeabitas saluran. Dalam hal saluran natrium,
pembukaan dan penutupan ini terjadi pada bagian luar saluran dari
membran sel.
Sedangkan pada saluran kalium, terjadi pada bagian dalam ujung
saluran. Pembukaan dan penutupan gerbang diatur dalam dua cara:
a) Voltase gerbang
Pada saat terdapat muatan negatif kuat pada bagian dalam
membran sel,gerbang natrium dibagian luar akan tertutup rapat,
sebaliknya bila bagian dalam membran keilangan muatan
negatifnya,gerbang ini akan akan terbuka secara tiba-tiba
sehingga memungkinkan sejumlah besar ion natrium mengalir
masuk melalui pori-pori natrium. Pada gerbang kalium akan
membuaka bila bagian dalam membran sel menjadi bermuatan
positif.
b) Gerbang kimiawi
Gerbang saluran protein akan terbuka karena mengikat molekul
lain dengan protein,hal ini akan menyebabkan perubahan pada
molekul protein sehingga gerbang akan terbuka atau tertutup.
Contohnya efek saluran asetilkolin.(di bicarakan pada sistem
saraf).
2. Difusi dipermudah
Disebut juga dengan difusi diperantarai pembawa,artinya pembawa
akan mempermudah difusi zat ke sisi lain. Zat –zat paling penting yang
melintasi proses difusi yang dipermudah ialah glukose dan sebagian
besar asam-asan amino. Molekul pembawa akan mentraspor glukose
atau monosakarida lainya ke dalam sel. Insulin dapat meningkatkan
kecepatan proses difusi ini sebesar 10 sampai 20 kali lipat. Ini adalah
mekanisme dasar yang digunakan insulin untuk mengatur pemakian
glukose dalam tubuh.
3. Difusi difasilitasi (facilitated diffusion)
Pelaluan zat melalui rnembran plasrna yang melibatkan protein
pembawa atau protein transporter. Protein transporter tergolong protein
transmembran yang memliki tempat perlekatan terhadap ion atau
molekul vang akan ditransfer ke dalam sel. Setiap molekul atau ion
memiliki protein transforter yang khusus, misalnya untuk pelaluan
suatu molekul glukosa diperlukan protein transforter yang khusus untuk
mentransfer glukosa ke dalam sel. Protein transporter untuk grukosa
banyak ditemukan pada sel-sel rangka, otot jantung, sel-sel lemak dan
sel-sel hati, karena sel – sel tersebut selalu membutuhkan glukosa untuk
diubah menjadi energi.
Contoh Difusi
Contoh dari difusi dalam kehidupan sehari-hari adalah sebagai berikut:
1. Larutnya kristal gula dalam air, artinya komponen gula mendifusi ke
fase cair
2. Uap air dari cerek yang berdifusi dalam udara.
3. Difusi yang paling sering terjadi adalah difusi molekuler, Difusi ini
terjadi jika terbentuk perpindahan dari sebuah lapisan (layer) molekul
yang diam dari solid atau fluida
4. Terserapnya zat beracun ke dalam arang
5. Larutnya oksigen dalam darah
6. Pada proses fermentasi,nutrisi dan oksigen yang terlarut dalam larutan
mendifusi ke mikroorganisme
7. Pengambilan uranium dari batuan dengan cara ekstraksi menggunakan
pelarut organik, misalnya heksana
8. Penghilangan logam berbahaya dari limbah cair menggunakan
absorben
Perhatikan gambar berikut :
Apabila dinding pemisah dihilangkan, maka gas A berdifusi ke gas B.
Rumus umum :
N A=(N A+N B ) x A−C . DAB .dx A
dz
dimana :
N A=(mol Atime . area )
C=total concentration(mol( A+B )volume )
X A=mol fraction (mol Amol ( A+B ) )
DAB=the diffusivity or diffusion coefficient of A in B (areatime
)
Tiga kondisi khusus :
1. Difusi melalui medium yang diam (NB = 0)
N A=(N A+N B ) x A−C . DAB .dx A
dz
N A=−C . DAB
(1−x A ).dx A
dz
Contoh :
Air menguap ke udara
Minyak yang volatile menguap ke udara
2. Difusi equimolar berlawanan (NA= -NB)
Ilustrasi :
A
NB NA
B
N A=(N A+N B ) x A−C . DAB .dx A
dz
N A=−C . DAB .dx A
dz
Contoh : difusi uap dan cairan dalam kolom distilasi.
3. Difusi dalam larutan encer (xA 0, thus C is constant)
N A=(N A+N B ) x A−C . DAB .dx A
dz
N A≈ 0−C . DAB .dx A
dz
N A≈ −. DAB .d (C . x A )
dz
N A= −.D AB .d (C A )
dz. .. . .. .Fick's law
Catatan :
Difusi dapat terjadi pada fase gas, cair maupun padat.Untuk difusi pada zat
padat mengikuti hokum Fick’s.
PERPINDAHAN MASSA ANTAR FASE
Pembahasan pada bab sebelumnya hanya mengenai difusi pada zat dalam
fase tunggal. Proses perpindahan massa pada umumnya mengenai duua fase
yang tidak saling larut dikontakkan agar terjadi perpindahan massa. Oleh
karena itu, pada bab ini akan dibahan mengenai aplikasi dari mekanisme
diffusional untuk setiap fase pada system gabungan. Seperti yang kita ketahui
bahwa laju difusi pada setiap fase tidak bergantung pada gradient konsentrasi.
Pada waktu yang sama gradient konsentrasi pada system dua fase
mengindikasikan tercapainya kesetimbangan antar fase.
Pada operasi alat transfer massa, banyak melibatkan transfer massa
antara 2 fase atau lebih yang dikontakkan. Ada beda konsentrasi di masing-
masing fase.
Contoh fase-fase:1. sistem gas – cair,2. sistem cair – cair ( kedua cairan tidak saling larut),3. sistem fluida – padatan.
Transfer massa antar fase:1. satu film, terjadi pada kontak fase padat dengan fluida.2. dua film, terjadi pada kontak fase fluida dengan fluida.
KESETIMBANGAN
Langkah yang tepat untuk membahas kesetimbangan adalah mengetahui
karakteristik kesetimbangan disetiap proses dan untuk menyetarakan nya
dengan yang lain. Contohnya, pada proses absorpsi gas yang melibatkan
ammonia yang terlarut dari campuran ammonia-udara dengan air. Misalnya
air yang jumlahnya tetap ditempatkan pada wadah tertutup bersamaan dengan
campuran gas ammonia dan udara, system keseluruhan dijalankan pada
tekanan dan temperature konstan. Karena ammonia adalah zat yang sangat
larut dalam air, molekul ammonia akan berpindah secara langsung dari gas ke
liquid, menembus permukaan antar fase yang memisahkan kedua fase.
Sejumlah molekul ammonia keluar kembali menjadi molekul gas, pada laju
proporsional ke dalam konsentrasi nya pada liquid. Semakin banyak ammonia
yang berpindah ke liquid, diiringi dengan kenaikan konsentrasi yang
konsekuen di dalam liquid, sampai perlahan laju perpindahan massa yang
memasuki liquid samma dengan laju perpindahan massa yang keluar dari
liquid. Pada saat yang sama, melalui mekanisme difusi, konsentrasi pada
setiap fase menjadi sama. Kemudian terjadi kesetimbangan dinamik, saat
molekul ammonia berpindah kembali dan seterusnya dari satu fase ke fase
lainnya, perpindahan massa keseluruhan sama dengan nol. Konsentrasi pada
tiap fase tidak lagi mengalami perubahan.
Apabila ditambahkan ammonia ke dalam wadah, akan terjadi suatu
kesetimbangan konsentrasi yang baru secara perlahan, dengan konsentrasi
yang lebih tinggi daripada konsentrasi mula-mula pada setiap fase. Pada saat
ini secara perlahan dapat diselesaikan hubungan antara kesetimbangan
konsentrasi dalam kedua fase. Jika ammonia dimisalkan sebagai zat A,
kesetimbangan konsentrasi pada fase gas dan liquid adalah yA dan xAadalah
fraksi mol, akan menimbulkan kenaikan pada kurva kesetimbangan distribusi
seperti gambar 5.1. Kurva ini menghasilkan jumlah air yang tidak
berpengaruh dan udara yang digunakan pada saat mula-mula dan hanya
dipengaruhi oleh kondisi, seperti temperature dan tekanan, dikaitkan dengan
system tiga komponen.Penting untuk dicatat bahwa pada keadaan setimbang
onsentrasi pada dua fase tidak sama; malah potensial kimia dari ammonia
adalah sama pada kedua fase.
Kurva pada gambar 5.1.tidak menunjukkan semua kesetimbangan
konsentrasi yang ada pada system. Contohnya, air akan secara perlahan
menguap menjadi gas, komponen di udara juga akan terlarut menjadi
komponen kecil dalam liquid, dan kesetimbangan konsentrasi untuk zat
tersebut akan terbentuk.
yA
xA
yA = fraksi mol gas
xA = fraksi mol liquid
Gambar 5.1. kesetimbangan distribusi pelarut antara gas dan liquid pada
temperature konstan.
Solid A( dapat larut )
CAS
•CA
Fluid B (liquid atau gas)NA
film
A. Perpindahan massa antar fase (one-film theory) untuk fase yang tidak
saling larut
Sistem atau fase :
Solid-liquid ( kristalisasi )
Solid-gas ( sublimasi dan adsorpsi )
Ilustrasi :
Untuk laju transfer massa yang diperkirakan untuk A, persamaan yang
dapat digunakan adalah :
N A=kc (C AS−C A )=kx ( xAS−x A )=k y ( y AS− y A )=k g (PAS−PA )
PA= y A . Pt
dimana :
N A= mass transfer of A ( mol Aarea .time
)
C AS=saturated concentration of A
C A=concentration of A in fluid B ( inliquid or in gas )
k c , kx , k y , k g=mass−transfer coefficient ( film resis tan ce )
Zat A padatr
Contoh aplikasi :
Suatu padatan A (misal: kapur barus atau es kering) berbentuk bola
jari-jari R0 = 0,8 cm berada di udara yang ventilasinya cukup baik. Rapat
massa A . Suhu system T = 300 K. tekanan uap murni zat A
pada 300 K adalah . Koefisien transfer massa A dari
permukaan ke udara . Ingin diperkirakan waktu yang
diperlukan sampai zat A tersebut habis menyublim. Diketahui berat
molekul A, .
Analisis :
Neraca massa A padatan :
Dimana r = berubah
sehingga :
Dimana :
Sehingga :
Karena ventilasi baik maka ≈ 0
Transfer Massa Antar Fase Satu Film
Ditinjau difusi solut dari fluida ke padatan:
Transfer massa yang terlibat :1. difusi A secara konvektif dari badan utama fluida ke permukaan padatan. Difusi ini terjadi di film, dari 1 ke 2.
2. difusi A secara molekuler dari permukaan padatan ke dalam padatan, dari 3 ke 4.
Arah transfer tergantung konsentrasi.
Contoh kasus ini :1. pelarutan gula dengan pengadukan.
2. Penjerapan logam berat dalam arang.
Contoh lain :
Nilai kc tergantung dari sifat padatan, sifat fluida, geometri alat, kecepatanpengadukan;
Satuan volu satuan waktu . satuan luas transfer
Difusi antar 2 fase satu film ( difusi dalam aliran turbulen ) :
Pada operasi alat transfer massa, banyak melibatkan transfer massa
antara 2 fase atau lebih yang di kontakkan. Ada beberapa konsentrasi di
masing-masing fase.
Contoh fase-fase :
1. Sistem gas- cair
2. Sistem cair- cair ( kedua cairan tidak saling larut )
3. Sistem fuida- padatan
Dalam arus turbulen , zat yang dibawa dari satu lokasi ke lokasi lain
oleh pusaran- pusaranyang bergerak, sebagaiana pusaran itu membawa
momentum dan energi kalor.
Persamaan untuk perpindahan massa ialah:
JA,t = - ԐN dc / db
Dimana :
J A, t = Fluks molal A , relatif terhadap fase itu secara keseluruhan
yang disebabkan oleh aksi turbulen
Ԑ N = Difusivitas pusaran
Fluks molal total, relatif terhadap keseluruhan fase , menjadi
JA = - (Dv+ Ԑ N) ρM dc/ db
Difusi pusaran itu bergantung pada sifat-sifat fluida, serta juga pada
kecepatan dan posisi didalam arus aliran .
Pada kebanyakan operasi perpindahan massa, aliran turbulen diperlukan
untuk meningkatkan laju perpindahan massa per satuan luas atau untuk
membantu mendispersikan fluida yang satu ke fluida yang lain , sehingga
memberikan lebih banyak lagi antarmuka. Selain dari itu, perpindahan
massa ke antarmuka fluida sering bersifat tak- stedy dengan gradien
konsentrasi yang selalu berubah dan demikian pula laju perpindahan
massanya.
Perpindahan massa dalam kebanyakan hal dikerjakan dengan
menggunakan persamaan yang sejenis juga , yang menggunakan koefisien
perpindahan massa. Koefisien ini di defenisikan sebagai laju perpindahan
massa per satuan luas beda- konsentrasi dan biasanya didasarkan atas
aliran dalam mol.
Konsep dasar teori film ialah bahwa tahanan terhadap difusi dapat
dianggap ekivalen dengan tahanan di dalam film yang tebalnya tertentu.
Teori film sering dipakai sebagai dasar untuk soal-soal rumit tentang difusi
multikomponen atau difusi yang disertai reaksi kimia.
Phase I •
NA
film2
•(CA1)i
(CA2)iCA2
film1f
Phase II
Interface
Sebagai contoh, misalkan perpindahan massa dari suatu arus gas
turbulen kedinding suatu pipa, disini terdapat lapisan laminer didekat
dinding, dimana perpindahan massa kebanyakan oleh difusi molekular,
dan gradien konsentrasi pun mendekati linier. Makin jauh jaraknya dari
dinding, turbulennya menjadi lebih kuat dan difusivitas pusaran pun
meningkat, yang berarti di perlukan gradien yang lebih kecil untuk
menghasilkan fluks yang sama.
Walaupun ada beberapa contoh tentang difusi melalui film- fliuda
stagnan, perpindahan massa biasanya terjadi didalam suatu lapisan batas
yang tipis dekat permukaan dimana aliran fluida itu laminer.
B. Perpindahan massa antar fase (two-film theory) untuk fase yang tidak saling larut
Sistem atau fase :
Gas-liquid (absorpsi dan aerasi )
Liquid-liquid (ekstraksi )
Ilustrasi :
CA1
Phase I•
NA
•
CA1
C*A1
CA2
film
Phase II
Asumsi :
Lapisan film sangat tipis, maka tidak terdapat akumulasi A pada lapisan
film, dan memberikan :
a. CA1i dalam persamaan CA2i
(C A 1 )i=H . (C A 2)i. . .. .. . .. .. . .. .Henry ' s law
b. Flux yang sama dari fase I dan ke fase II
N A=kc 1(C A 1−(C A 1)i )=kc 2( (C A 2 )i−C A 2 )
CA1i dan CA2i tidak dapat diukur,oleh karena itu persamaan di atas akan
sulit digunakan. Jadi dua lapisan fil dapat di asumsikan hanya satu film
( sebagai kombinasi dari dua film ).
1. Gabungan film dalam fase I
Ilustrasi :
Jadi, C*A1 dalam keadaan setimbang dengan CA2
C¿A 1=H .C A 2
Phase I •
NA
film
•CA1
(C*A2)CA2
Phase II
Analisa :
Persamaan perpindahan massa dapat dituliskan :
N A=K c1 (CA 1−C A 1¿ ) ; K c1= overall mass−transfer in phase I
Perhitungan untuk mendapatkan nilai Kc1 dapat diselesaikan dengan
manipulasi matematik seperti dibawah ini :
(C A 1−C A 1¿ )=(C A 1−(C A 1 )i)+( (C A 1 )i−CA 1
¿ )
(C A 1−C A 1¿ )=(C A 1−(C A 1 )i)+(H . (CA 2)i−C A 2
¿ )
N A
Kc 1=
N A
kc 1+.
H .N A
kc 2
1K c1
= 1k c1
+ Hkc2
2. Kombinasi film dalam fase II
Illustration:
Analisa :
REAKSI
Mixed flow
Transfer O2ke udara
V,CA
. .A A AN kc S C C angin
YA
Dengan metode yang sama, koefisien perpindahan massa dan kofisien
perpindahan massa secara keseluruhan dalam fase II dapat ditentukan
dengan cara berikut :
N A=Kc2 (CA 2¿ −C A 2 ) ; K c 2= overall mass transfer in phase II
C A 1=H . C A 2¿
1Kc 2
= 1k c2
+ 1 H. kc 1
Contoh aplikasi :
Volume air V = 10000 m3, luas permukaan air S = 2500 m2. Suatu saat
danau tercemar minyak yang volatile (A) sampai kadar CA0 = 100 mg/l.
Transfer massa A dari air ke udara: dimana
= massa A/waktu. Nilai Kc = 0,9 cm.jam. Kesetimbangan
. Ingin diperkirakan waktu sampai kadar A di air menjadi CA1
= 10 mg/l.
Analisis:
Neraca massa A di air danau:
Karena banyak angin maka YA ≈ 0
Transfer Massa Antar Fase Dua Film
Ditinjau transfer massa solut (A) dari fluida I ( gas) ke fluida II ( cairan).
1. transfer massa dari badan utama fase I ke permukaan antar fase.
2. transfer massa antar fase dari antar fase ke badan utama fase II.
3. di batas antar fase, tidak ada tahana, sehingga terjadi keseimbangan.PAi = f (XAi ; keseimbangan)
Perpindahan massa akan berlangsung selama ada perbedaan konsentrasi
dilapisan film. Jika konsentrasi di batas fase sudah sama dengan
konsnentrasi di badan utama, maka keadaan jenuh atau keseimbangan
telah tercapai. Dari uraian di atas, tampak bahwa hubungan keseimbangan
menjadi sangat penting untuk diketahui. Hal ini dapat digunakan untuk
menentukan profil konsentrasi di kedua fase.
Difusi antar fase dua film
Dalam berbagai proses pemisahan, bahan- bahan harus mengalami
difusi dari satu fase ke fase yang lain dan laju difusi didalam kedua fase itu
mempengaruhi laju perpindahan-massa menyeluruh. Dalam teori yang
diusulkan oleh Whitman pada tahun 1923, diandaikan terdapat
kesetimbangan pada antarmuka, dan tahanan terhadap perpindahan massa
pada kedua fase itu dijumlahkan untuk mendapatkan tahanan menyeluruh ,
sebagaimana dilakukan pada perpindahan kalor. Kebalikan dari tahanan
menyeluruh itu adalah koefisien menyeluruh, yang lebih mudah digunakan
untuk perhitungan rancang daripada koefisien – koefisien individual.
Hal yang membuat perpindahan massa antar fase menjadi lebih rumit
ialah karena adanya perpindaham kalor dan ketidaksinambungan yang
terdapat pada antarmuka, yang terjadi karena konsentrasi atau fraksi mol
zat- terlarutyang terdifusi hampir tidak pernah sama pada kedua sisi
antarmuka itu.
Efisiensi tahap atau piring pada operasi destilasi, absorbsi atau ekstraksi
merupakan fungsi dari laju perpindahan massa dan koefisien perpindahan.
Dalam operasi dimana bahan dikeluarkandari zat padat permeabel, seperti
pada operasi pengurasan ( leaching ) atau pengeringan.
Teori dua film dapat diterapkan pada perpindahan massa pasa piring
tapis ( sieve tray ), untuk membantu mengkorelasikan dan memperluas
data efisiensi piring. Gelembung- gelembug yang terbentuk pada lubang-
lubang piring diandaikan naik melalui kolam zat cair , dimana zat cair itu
bercampur secara vertikal sehingga mempunyai komposisi lokal.
Gelembung- gelembung itu mengalami perubahan komposisi pada waktu
naik, tetapi dalam fase gas ini kita andaikan bahwa tidak terdapat
pencampuran pada arah vertikal.
Efisiensi tahap dalam proses pengurasan bergantung pada waktu kontak
antara zat padat dan larutan dan laju difusi pelarut dari zat padat ke zat
cair. Jika partikel zat padat itu tidak berongga- rongga dan zat-terlarut itu
hanya terdapat pada film tipis zat cair yang berada diseputar partikel itu,
perpindahan massa akan berlangsung dengan cepat dan kesetimbangan
akan dapat dicapai dalam sembarang waktu kontak yang wajar. Proses
demikian lebih mendekati proses pencucian daripada proses pengurasan,
dan jika dilaksanakan didalam sederetan tangki maka efisiensi tahapnya
dapat dianggap satu. Waktu-menetap didalam setiap tahap terutama
bergantung pada waktu mengendap suspensi itu dan partikel yang halus
akan memerlukan waktu yang lebih panjang walaupun perpindahan
massanya lebih cepat.
Bila kebanyakan zat-terlarut itu terlebih dahulu dilarutkan didalam pori-
pori zat padat berpori, atau terdapat sebagai fase terpisah didalam partikel
zat padat, laju difusi dari bagian dalam kepermukaan zat padat pada
umumnya merupakan langkah yang menentukan dalam laju pengurasan
menyeluruh.
Jika partikel itu sudah melayang menjadi suspensi didalam zat cair,
pengadukan yang lebih kuat tidak banyak pengaruhnya terhadap laju
perpindahan massa, tetapi laju itu akan meningkat banyak apabila zat
padat itu digiling halus. Bila tahanan-dalam terhadap difusi merupakan
satu-satunya faktor pembatas, waktu untuk mencapai suatu tingkat
pendekatan terhadap kesetimbangan berubah menurut pangkat dua dari
dimensi partikel yang terkecil, baik partikel itu berupa bola, silinder
ataupun sayatan tipis.
Pengurasan bahan-bahan alam seperti umbi gula atau kacang kedelai
adalah rumit, karena zat terlarutnya terkandung didalam sel-sel tumbuhan
dan harus terlebih dahulu berpindah kedinding sel. Jika langkah tahanan
ini relatif besar, usaha memperkecil partikel dengan pencincangan tidaklah
banyak pengaruhnya, artinya tidak sebanyak dalam hal difusi didalam zat
padat seragam.
Untuk ekstrasi minyak dari kacang kedelai, biji kacang itu dihancurkan
untuk memecahkan dinding sel dan dengan demikian membebaskan
minyak, tetapi umbi gula harus disayat-sayat sedemikian rupa sehingga
kebanyakan sel masih sebagaiman sedia kala. Dengan demikian,
ketidakmurnian yang berbobot molekul tinggi akan lebih terhambat
difusinya dibandingkan dengan sukrosa.
Pada kondisi ideal tertentu, efisiensi tahap dalam ekstraksi beberapa
bahan- bahan berbentuk sel dapat diramalkan dari data eksperimen yang
didapatkan dari difusi pada kondisi suhu dan pengadukan yang sama
dengan yang akan dilakukan didalam instalasi pabrik.
PERPINDAHAN ANTAR FASA PADA SISTEM MULTI KOMPONEN
Hubungan antara laju perpindahan masa antar fasa biasanya digunakan
untuk analisa proses seperti distilasi, absorpsi, ekstraksi, pengeringan dan
reduksi kimia heterogen. Beberapa hubungan dinyatakan secara empiris
karena proses tersebut biasanya terlalu kompleks untuk dianalisa secara detail
. Bagaimanapun persamaan pada chapter 18 Bird merupakan dasar untuk
memilih hubungan persamaan yang tidak berdimensi dan persamaan –
persamaan ini digunakan untuk analisa dan extrapolasi data experiment. Bab
ini merupakan lanjutan dari Bab 6 dan 13 (Bird) yang sudah kita diskusikan
mengenai hubungan – hubungan dari momentum dan perpindahan panas
antara cairan dan padatan. Bab ini akan mendiskusikan hubungan
perpindahan massa antar fasa dan melanjutkan dari chapter 6 dan 13 (Bird)
untuk pencampuran .
Definisi Kofesien Perpindahan Massa Biner Dalam Satu Fasa
Pembahasan subbab ini kita khususkan dengan perpindahan materi pada
permukaan. Permukaan dapat berupa batas fasa digambarkan pada fig 15.1-1
atau dinding yang menyerap ( porous wall ) yang ditunjukkan oleh fig 15.1-2
Laju aliran gas A dan B sepanjang permukaan dianggap Y= 0 sampai
A dan B memasuki aliran pada NAo dan NBo ( Moles / (unit area)( unit
time ) ) . Koefisien perpindahan panas diberi simbol, Kx, Kc dan bila dengan
laju difusi
J Ay∗|y=0|=−J By∗|y=0=k x , loc¿ Δx A (15-1)
Laju difusi bila diganti dengan fluks molar NAo dan NBo menghasilkan
persamaan
N A 0−x A 0(N A 0+N BO)=k x , loc¿ Δx A (15-2)
N B 0−x A 0(N A 0+N BO)=k x , loc¿ ΔxB (15-3)
dengan xA0 = 1- xB0
{N A 0−x Ao (N Ao+N Bo )Δx A
}=k x ,loc ¿
k x , loc DcDAB = fungsi dari Re, Sc,geometri (15-4)
k x , loc¿ DcDAB
= fungsi dari Re, Sc,
N A 0+N BO
k x , loc ,geometri (15-5)
Permukaan pada daerah A yang terbatas, koefisien perpindahan massa rata-
rata didefinisikan
W A(m)−x A 0 (W A
(m )+W B(m ))=k x
¿ AΔx A (15-6)
Untuk Laju Perpindahan Massa kecil, diasumsikan k x ,loc=k x ,loc¿
, sehingga:
W A(m)−x A 0 (W A
(m )+W B(m ))=k x AΔx (15-7)
WA dan WB adalah laju molar A dan B pada aliran seluruh permukaan.
W A=x Ao (W Am+W B )≡k x 1(∏ )(∏ DL (x Ao−xAb 1)
dWAm : k x x Aoloc (x A+x Ab )dA+x Ao(dW
A (m )+dWB (m ) )
Hubungan Koefisien Perpindahan Massa Biner Dalam Satu Fasa Pada
Laju Perpindahan Massa Yang Rendah
Laju aliran isotermal keadaan steady dari cairan A dan B dalam pipa
yang ditunjukkan pada fig 15.2-1. Diasumsikan kecepatan distribusi pada “ 1
“ diketahui dan konsentrasi fluida konstan pada XA1 pada daerah Z < 0. Dari Z
= 0 hinggan Z = L , dinding pipa dilapisi dengan padatan dari A dan B yang
melarut secara perlahan dan komponen cairan konstan pada XA0 sepanjang
permukaan yang dilarutkan. Asumsi selanjutnya bahwa physical properties C,
µ, dan DAB konstan.
Laju penambahan kalor oleh konduksi dan laju molar penambahan spesi A
oleh difusi antara “ 1 “ dan “ 2 “ dirumuskan:
Heat transfer:
Q=∫0
L
∫0
2 Π
(+k ∂T∂r
|r=R)Rd θ dz
Mass transfer:
W A(m)−x A 0 (W A
(m )+W B(m ))=∫
0
L
∫0
2 π
(+cDAB
∂ x A
∂r|r=R)R dθ dz
(15-8)
Evaluasi terhadap sisi kiri dari persamaan diatas dalam term h1 dan kx1,
diperoleh persamaan :
Heat transfer:
h1=1
Π DL (T0−T 1)∫0
L
∫0
2 Π
(+k ∂T∂r
|r=R)Rd θ dz
Mass transfer:
k x1=1
π DL( xA 0−x A 1)∫0
L
∫0
2π
(+cDAB∂ xA∂ r
|r=R)R dθ dz(15-9)
dengan parameter tak berdimensi: r* = r / D , z* = z / D, T∗¿
(T−T 0)(T 1−T 0 ) ,
x A∗¿( xA−x A 0 )( x A 1−x A 0 ) maka diperoleh:
Heat transfer:
Nu 1≡h1 D
k= 1
2 ΠL/D ∫0
L /D
∫0
2 Π
(−∂T ¿
∂r¿|r∗¿1/2)dθ dz¿
Mass transfer:
NuAB1≡k x1 DcDAB
= 12 πL/D ∫
0
L /D
∫0
2 π
(∂ xA∂r
|r∗¿R) dθ dz∗¿ ¿(15-10)
Nu adalah Bilangan Nussel untuk transfer panas tanpa transfer massa, dan
NuAB adalah Bilangan Nussel transfer-massa untuk transfer massa yang
lambat.
Nu1 = f(Re, Pr, L/D)
NuAB1 = f(Re, Sc, L/D)
Untuk konveksi bebas sekeliling objek yg tercelup:
Num = f(Gr, Pr)
NuABm = f( GrAB, Sc )
GrAB : Bilangan Grashof untuk difusi biner.
Dari analogi persamaan 13.3-1 ( Bird) untuk konveksi paksa sekitar bola
dengan diameter D:
hm Dk f
=2. 0+0 . 60( D . v∞ . ρf
μf)1 /2
( Cp . μk )
f
1 /3
(15-11)
Modifikasi pers diatas dg besaran transfer massa pd Tabel 21.2-1 (Bird),
diperoleh:
k xm Dc f D ABf
=2 . 0+0 .60( D . v∞ . ρf
μ f)1/2
( μρ . DAB )f
1 /3
Contoh 1:
Sebuah tetesan air berbentuk bola, D = 0,05. Jatuh pada v = 215 cm/s sampai
kering. P = 1atm. Hitung laju evaporasi pada saat suhu permukaan tetesan 70
F dan suhu udara 140 F. Tekanan uap air pada 70 F = 0,0247 atm. Asumsi
kondisi pseudo-steady –state.
Jawab;
Misal ; air = A
Udara = B
Solubilitas udara diabaikan WB(m) = 0, Asumsi laju evaporasi kecil, sehingga:
W A(m)=k xm πD2 ( x Ao−x A∞ )
(1−xAo ) (15-12)
Nilai kxm dapat dihitung dari persamaan 15-11 atau fig 13.3-2 (Bird)
T 0= 70 F T∞= 140 FT f=
T 0+T∞
2 = 105 0F
xAo = 0.0247 xA = 0x Af=
x A 0+x A∞
2 = 0.0124
xAf dari air dalam gas sangat kecil sehingga dapat diabaikan
c f =3.88 x 10-5 g-mole cm-3
ρ f=1.12 x 10-3 g cm-3
μ f=1.91 x 10-4 g cm-1sec-1 (dari Table 1.1-1 Bird)
DABf = 0.292 cm2 sec-1 (dari Eq. 16.3-1 Bird)
( μρD AB )f
=0 . 58
Dv∞ ρf
μ f=(0 .05)(215 )(1. 12 x 10−3 )
1.91 x 10−4 =63
k xm=c f D AB
D [2 . 0+0 .60( Dv∞ ρf
μf )1/2
( μρD AB )f
1/3 ](15-13)
=(3 . 88 x 10−5)(0. 292)
0 .05[ 2+3. 96 ]
=1.35 x 10-3 g-mole sec-1 cm-2
W A(m)= (1.35 x 10-3)()(0.05)2
0 .0247−01−0 . 0247
= 2.70 x 10-7 g-mole sec-1
Contoh 2
Efek pendingin dari evaporasi dapat digunakan untuk menganalisa campuran
gas sederhana. Pada fig 15.2.2 campuran gas A dan gas B. Terdapat dua
termometer, termometer cair (dry bulb) dibiarkan terbuka, sedangkan yang
lainnya (wet bulb) ditutupi oleh larutan A. tentukan persamaan untuk
komposisi aliran gas pada pembacaan kedua temperatur.
Jawab :
Asumsi kecepatan fluida tinggi, sehingga pembacaan Temperatur tidak
dipengaruhi oleh radiasi dan konduksi panas.
Energy Balance :
W A(m)=(H Ag0−H A 1)=Q
Dengan mengabaikan efek transfer panas h, didapat Q=h m ΠL (T∞−T 0) . Dan
juga mengabaikan panas dari campuran fasa gas, HAg0 – HA1 dan dapat
digantikan oleh panas penguapan A pada T0, didapat
W A(m) Δ H
~
A , vap=hm Π DL (T−T 0)
sesuai dengan persamaan 15.1.12 Bird :
W A(m)(1−x A 0 )=k xm Π DL ( x A 0−xa∞ )
maka kombinasi dari dua persamaan tersebut adalah :
(x A 0−x A∞)(T−T 0) (1−x Ao )
=hm
k xm Δ H~
A ,vap (*)
data perpindahan panas untuk silinder dengan permukaan konstan dan tidak
ada perpindahan massa adalah jH vs Re pada fig 13.3.1 Bird, hubungan
perpindahan masa dan komposisi permukaan konstan
jH = JD
atauhm
ρf c p v∞
¿Prf
2/3=k xm
c f v∞Sc f
2/3 ¿
dengan Cp = cCp, dan menggabungkan dengan persamaan (*) didapat
(x A 0−x A∞ )(T−T 0) (1−x Ao )
=C pf
¿
Δ H~
A , vap
( ScPr )f
2/3¿
komposisi gas interfacial xA0 dapat diprediksi, pada laju perpindahan massa
yang rendah dan mengabaikan resistansi transfer massa dan panas dari
interfase itu sendiri. Dari kesetimbangan cair-uap dapat menentukan xA0
xA0 = xA0(T0,p)
persamaan yang umum digunakan adalah
xA0 =
P A , vap
P
dimana Pa,vap adalah tekanan uap A pada T0. asumsi ini berdasarkan kehadiran
B tidak mengubah tekanan parsial A pada interfase, sehingga A dan B
membentuk campuran gas ideal.
Definisi Koefisien Perpindahan Massa biner dalam 2 fasa pada Laju
Perpindahan Massa Rendah
yA digunakan untuk fraksi mol A dalam fasa gas
xA digunakan untuk fraksi mol A dalam fasa liquid
Interface : permukaan / lapisan antara fase liquid dan fase gas
pada inteface :
yA0 = f(XA0) (15-14)
Untuk Perpindahan Massa rendah dari zat A pada setiap fasa menghasilkan :
1−x A 0
k x
dWAl(m )
dA=x A 0−x Ab
(15-15)
1− y A 0
k y
dWAg(m )
dA= y A 0− y Ab
(15-16)
Jika : dW AL ( M ) = NAl o dan d WAg ( M ) = Nago
maka : persamaan (15-14) dan (15-15)menjadi (15-16)
Definisi Koefisien Perpindahan untuk Laju Perpindahan Massa yang
Tinggi
Dari persamaan 15-7
WA(m )−x A 0(W
A(m )+WB(m ))=k x AΔx A (15-17)
WA(m )−x A 0(W
A(m )+WB(m ))adalah laju difusi A masuk ke fluida pada
interface.
Untuk laju Perpindahan Massa tinggi , menggunakan superscript black dot
( • ) untuk menandakan bahwa koefisien transfer bergantung pada laju
Perpindahan Massa sehingga :
WA(m )−x A 0(W
A(m )+WB(m ))=k x¿ AΔx A (15-18)
WA(m )=kx ¿ AΔx A+(W
A(m )+WB(m )) x A 0 (15-19)
faktor koreksi untuk kx :
θAB=
k x , loc¿
k x , loc (15-20)
faktor koreksi ini bergantung pada profil konsentrasi A dan B.
Koefisien Transfer Pada Laju Perpindahan Massa Tinggi (Teori Pada
Plat Film)
Kondisi batas :
Pada y = 0 , vx = 0 (15-21)
T = T0 (15-22)
xA = xA0 (15-23)
N Ay
NBy=
N A 0
N B 0 (15-24)
pada y = v, vx=v∞ (15-25)
pada y = T, T=T∞ (15-26)
pada y = AB, xA = xA0 (15-27)
Persamaan kontuinitas :
dN Ay
dy=0
(15-28)
dN By
dy=0
(15-29)
hasil integrasinya :
N Ay=x A(N Ay+N By )−cDAB
dx A
dy=const
(15-30)
N By=const (15-31)
Dari persamaan 15 –28 dan 15-29 di subtitusi ke ( 15-30 ) menghasilkan :
( x−x A 0 )(N A 0+N B 0)−cDAB
dx A
dy=J Ay
¿ |y=0≡N A 0−xA (N A 0+N B 0 ) (15-32)
integrasi persamaan 15-32 dengan kondisi batas pada 15-21,22,23
menghasilkan persamaan:
1−( x A−x A 0 )(N A 0+N B 0 )N A 0−x A
0(N A 0+N B 0 )
=exp(N A 0+N B 0 )y
cD AB (15-33)
Aplikasi kondisi batas pada persamaan 15-25,26 dan 27 menghasilkan :
1−( x A−x A 0 )(N A 0+N B 0 )N A 0−x A
0(N A 0+N B 0 )
=exp(N A 0+N B 0 )δAB
cD AB (15-34)
faktor koreksi perpindahan lokal
k¿x , loc=
N A 0−x A0(N A 0+N B 0 )
( x A0−x A∞ ) (15-35)
sehingga 15-34 dapat dituliskan :
1+N A 0+N B 0
k¿x , loc
=exp(N A 0+NB 0 )y
cDAB (15-36)
Pada limit NA0 dan NB0 mendekati 0, persamaannya menjadi :
1k x , loc
=δAB
cD AB (15-37)
Subtitusi persamaan (15-37 ) ke persamaan ( 15-34 ) akan menghasilkan :
1+x A0
−x A∞
N A 0
N A 0+N B 0−x A0
=expN A 0+N B 0
k x ,loc
(15-38)
Variabel tidak berdimensi di ruas kanan pada persamaan (15-38) biasa
disebut : faktor laju ( rate factors )
φ AB=N A 0+N B 0
k x , loc (15-39)
sedangkan variabel tidak berdimensi pada ruas kiri disebut flux rasio,
RAB=N A 0+N B 0
k¿x , loc
=x A0
−x A∞
N A 0
N A 0+NB 0−x A0 (15-40)
sehingga persamaan (15-40) dapat dituliskan :
Φ=ln (1+R ) (15-41)
Faktor koreksi, θ akibat efek dari koefisien Perpindahan Massa dirumuskan :
θv=k¿x
k x=
Φ AB
RAB (15-42)
Dari persamaan 15.5-43 dan 44 :
θ=ln (R+1 )R (15-43)
Dengan demikian persamaan-persamaan diatas akan menghasilkan bahwa
perpindahan massa A dan B masuk ke dalam aliran menyebabkan Φ AB positif
dan koefisien perpindahan menurun dan begitu pula sebaliknya.
Contoh 2:
Cairan A digunakan dari lapisan yang terbasahi secara tangensial
melewatialiran gas B murni yang tidak terkondensasi. Nilai kx, kc pada
permukaan 0,1 lb / mole-hr-ft2 dan komposisi gas XA0 = 0,8. Hitung laju
penguapan lokal.
Jawab :
Gas B tidak dapat terkondensasi, NB0 = 0. Aplikasi persamaan 15-38
menghasilkan
ln {1+ 0 .80−01 . 0−0 .80 }=
N A 0+00 .1 (15-44)
sehingga :
NA0 = 0,1 ln ( 1 + 4.0 )
= 0.161 lb-mole hr-1 ft-2
contoh 3
Hitung laju koreksi Perpindahan Massa dari soal 2
Jawab:
Sesuai persamaan 15-40:
RAB=N A 0+N B 0
k¿x , loc
=x A0
−x A∞
N A 0
N A 0+NB 0−x A0
= 0 .0247
1−0.0247=0. 0253
dengan menggunakan persamaan 15-43dan fig 21.7-3 Bird didapatkan θAB =
0.987
sehingga ;
WA(m )=θ AB k xm πD2 x A 0−x A∞
1−x A 0 (15-45)
Koefisien Perpindahan Pada Laju Tinggi Teori Penetrasi
Laju perpindahan massa terimplisit disebutkan pada persamaan 19.1-17
BIRD:
x A 0−x A∞
N A 0
N A 0+N B 0−x A 0
=√π (1+erf ϕ )ϕ expϕ2
(15-46)
dengan θ adalah laju perpindahan massa yang tidak berdimensi dari
persamaan 19.1-13a :
ϕ=N A 0+N B 0
c √ tDAB (15-47)
Koefisien perpindahan massa lokal, kx, kc pada dinding basah didefinisikan :
k x ,loc¿ =
N A 0−x A 0 (N A 0+NB 0 )x A 0−x A∞ (15-48)
subtitusi 15-48 ke 15-46 menghasilkan :
N A 0+N B 0
kx , loc¿ =√π ϕ (1+erf ϕ )exp ϕ2
(15-49)
limit dari laju perpindahan massa rendah :
{limϕ→ 0k x , loc¿ }=k x ,loc=
N A 0+NB 0
ϕ √π (15-50)
dari persamaan 21-47 menghasilkan:
k x ,loc¿ =c √ DAB
πtloc (15-51)
Perubahan nilai kx,kc bergantung pada beberapa variabel tak berdimensi,
antara lain :
RAB=N A 0+N B 0
kx , loc¿ =
x A 0−x A∞
N A 0
N A 0+NB 0−x A 0
(15-52)
φ AB=N A 0+N B 0
k x , loc (15-53)
θAB=k x , loc¿
k x , loc (15-54)
kombinasi dari persamaan 15-50 dan 15-53 menghasilkan:
φ AB=ϕ√ π (15-55)
Sehingga persamaan 15-46 dapat dituliskan :
R=φ(1+erf φ√ π )exp φ2
π (15-56)
dengan faktor koreksi θAB=
φAB
RAB akan menghasilkan :
θ=(1+erf φ√ π )
−1exp (−φ2
π )(15-57)
Koefisien Perpindahan Pada Laju Tinggi (Teori Lapisan Batas)
Hasil dari profil kecepatan , temperatur dan komposisi menghasilkan satu
fungsi :
Π=(η , Λ ,K ) (15-58)
Koefisien Perpindahan Massa lokal dirumuskan :
k x , loc¿
cv∞=
Π '(0 , Sc , K )2 Sc ( v∞ x
v )−1/2
(15-59)
Sifat-sifat fisik dianggap konstan dalam pencampuran dan sama untuk A dan
B sehingga :
RAB=cV y 0
k x¿
(15-60)
Pada lapisan batas k x¿
memberikan :
RAB=KSc
Π ' (0 , Sc , K ) (15-61)
dan dalam sebuah fungsi :
RAB=KΛ
Π ' (0 , Sc , K ) (15-62)
faktor koreksi perpindahan massa ,k diberikan dengan rasio profil kemiringan
pada dinding :
θ=Π ' ( 0 , Λ , K )Π ' (0 , Λ , 0) (15-63)
Contoh soal 4
Dengan menggunakan kondisi lapisan batas, diketahui : Sc = 0,6 pada
temperatur rata-rata dan komposisi xAf. Bandingkan hasilnya dengan hasil
sebelumnya ( contoh 2)
Jawab:
RAB = 4,00
Dari fig 21.7-1
RAB = 4,00 dan ΛAB = 0,6
θAB = 1,03
NB0 = 0
θAB=k x , loc¿
k x , locφAB
= (0.1)(0.3)
= 0.103 lb-mole hr-1 ft-2