Perpajakan.rtf

download Perpajakan.rtf

If you can't read please download the document

Transcript of Perpajakan.rtf

1 PERBEDAAN-PERBEDAAN ANTARA PENDAPATAN WAJIB PAJAK DENGAN PENDAPATAN BISNIS (Dengan acuan khusus terhadap kasus Indonesia) Oleh Mohammad Zain Universitas Widyatama Abstrak Sebab-sebab utama dari perbedaan-perbedaan antara laporan keuangan untuk maksud-maksud pajak dengan untuk pelaporan keuangan adalah berbagai tujuan-tujuan dari UndangUndang Pajak Pendapatan dan Standar Akuntansi Keuangan Indonesia (Prinsip-Prinsip Akuntansi Yang Telah Diterima Secara Umum). Tujuan-tujuan pajak tersebut adalah untuk memberikan penghasilan bagi operasi pemerintah, dan kadangkala bisa saja digunakan untuk mengatur perekonomian, atau untuk mencapai tujuan-tujuan sosial lainnya dan sedikit menyangkut pencocokan terbaik tentang penghasilan-penghasilan dan biaya-biaya atau segala apapun dari tujuan-tujuan akuntansi eksternal yang spesifik lainnya. Hasil-Imbal Pajak Pendapatan merupakan salah satu jenis laporan akuntansi dan keuntungan bersih (atau kerugian) yang diperlihatkan dalam rekening pembayar pajak (wajib pajak) tak perlu merupakan keuntungan bersih (atau kerugian) untuk maksud-maksud pajak. Terdapat beberapa dari kasus-kasus dimana ketidakcocokan-ketidakcocokan mungkin saja ada antara pajak dengan angka-angka keuntungan dan kerugian akuntansi, disebabkan langsung oleh persyaratan spesifik dalam undangundang pajak tersebut. Perbedaan-perbedaan lainnya muncul dikarenakan oleh peluang-peluang yang dapat dibuat oleh wajib pajak, yang dapat menghindari pajak pendapatan, misalnya penggeseran keuntungan (profit shifting). Penggunaan cash basis bisa saja menyebabkan kebingungan dalam perhitungan pendapatan, yaitu jumlah pendapatan dapat diatur setiap tahun dengan cara menyusun pendapatan tunai dan biaya-biaya. Untuk alasan tersebut, perhitungan pajak pendapatan yang menggunakan cash basis hendaknya mempertimbangkan upaya menggunakan sistem bauran (hibrid). Bilamana terjadi ketidakcocokan, maka suatu laporan merekonsiliasikan keuntungan bersih atau kerugian untuk maksud-maksud akuntansi dengan pendapatan wajib pajak atau kerugian hendaknya dibuat untuk maksud-maksud pajak. Laporan demikian diperlukan pada saat mengisi hasil-imbal pajak pendapatan. Kata kunci: ketidakcocokan, rekonsiliasi, undang-undang pajak pendapatan Pendahuluan Maksud mengakumulasikan data akuntansi adalah untuk menghasilkan laporan-laporan bagi para pengguna. Laporankeuangan tersebut merupakan hasil akhir dari penerapan prinsipprinsip akuntansi dan asumsi terhadap transaksi-transaksi. Banyak macam tipe laporan-laporan akuntansi telah dikembangkan untuk melayani kebutuhan masyarakat untuk mendapatkan informasi ekonomi. Ini dipersiapkan untuk hampir setiap bisnis atau unit ekonomi lainnya, termasuk lembagalembaga, organisasi-organisasi kesejahteraan dan pemerintahpemerintah. Hasil-Imbal Pajak Pendapatan merupakan salah satu jenis laporan keuangan dan keuntungan bersih (atau kerugian) yang diperlihatkan dalam rekening wajib pajak tak perlu merupakan keuntungan bersih (atau kerugian) untuk maksudmaksud pajak. Sebab-sebab utama dari perbedaan-perbedaan antara laporan keuangan untuk maksud-maksud pajak dengan untuk pelaporan keuangan adalah berbagai tujuan-tujuan dari UndangUndang Pajak Pendapatan dan Standar Akuntansi Keuangan Indonesia (Prinsip-Prinsip Akuntansi Yang Telah Diterima Secara Umum). Tujuan-tujuan pajak tersebut adalah untuk memberikan penghasilan bagi operasi pemerintah, dan kadangkala bisa saja digunakan untuk mengatur perekonomian, atau untuk mencapai tujuan-tujuan sosial lainnya dan sedikit menyangkut pencocokan terbaik tentang penghasilan-penghasilan dan biaya-biaya atau segala apapun dari tujuan-tujuan akuntansi eksternal yang spesifik lainnya. Akuntansi pajak digerakkan oleh sasaran-sasaran yang berbeda ketimbang akuntansi keuangan. Walaupun dalam beberapa hal akuntansi pajak sesuai dengan Prinsip-Prinsip Akuntansi Yang Telah Diterima Secara Umum, namun dalam banyak kasus itu berbeda secara mencolok dengan GAAP. Itu jelas mengartikulasikan alasan mengapa akuntansi pajak dan akuntansi keuangan haruslah perlu divergen. Sasaran utama dari akuntansi keuangan adalah untuk memberikan informasi yang berguna terhadap manajemen, para pemegang saham, para kreditur, dan lain-lain yang berkepentingan selayaknya; tanggung jawab utama dari akuntan adalah untuk melindungi pihak-pihak ini agar tidak tersesat. Sebaliknya, sasaran utama dari sistem pajak pendapatan tersebut adalah pengumpulan penghasilan secara wajar, tanggung jawab utama dari Direktorat Jenderal Pajak (Kantor Pajak Indonesia) adalah untuk melindungi fiskal publik. Sesuai dengan sasaran-sasarannya dan tanggung jawab-tanggung jawabnya, akuntansi keuangan memiliki landasannya pada prinsip konservasi, dengan akibat wajar bahwa kekeliruankekeliruan yang mungkin ada dalam pengukuran hendaknya dalam arah undestatement ketimbang overstatement tentang pendapatan dan net assets. Variasi-variasi antara pajak dan akuntansi keuangan dapat dikategorikan sebagai perbedaan-perbedaan pemilihan waktu (timing) atau perbedaan-perbedaan permanen. Perbedaanperbedaan pemilihan tersebut waktu dapat dibagi menjadi empat3 sub kategori: Pendapatan diakui dalam suatu masa sebelumnya untuk perpajakan ketimbang untuk pelaporan keuangan. Sebagai contohnya, banyaknya uang yang diterima terlebih dahulu untuk layanan-layanan (jasa-jasa) yang akan dilaksanakan dalam masa berikutnya haruslah diakui untuk maksudmaksud pajak pada tahun yang diterima. Akuntansi keuangan menghendaki pengakuan hanya sebagaimana jasa-jasa atau layanan-layanan tersebut diberikan. Pendapatan diakui dalam suatu masa nanti untuk perpajakan ketimbang untuk pelaporan keuangan. Sebagai contohnya, keuntungan pada suatu penjualan cicilan pada umumnya diakui pada saat penjualan itu untuk pelaporan keuangan. Akan tetapi, untuk maksud-maksud pajak, keuntungan tersebut kadangkala isa saja ditunda dan diakui bila pengumpulan-pengumpulan uang tunai diterima pada kontrak cicilan. Biaya-biaya dan kerugian-kerugian dikurangi dalam suatu masa sebelumnya untuk perpajakan ketimbang untuk pelaporan keuangan. Sebagai contohnya, aturan-aturan pemulihan biaya yang telah dipercepat itu bisa saja memungkinkan assets akan didepersiasikan pada suatu masa yang lebih pendek dan juga laju yang lebih dipercepat untuk maksud-maksud pajak ketimbang yang diperbolehkan oleh prinsip-prinsip akuntansi keuangan tersebut. Biaya-biaya dan kerugian-kerugian dikurangi pada suatu masa nanti untuk perpajakan ketimbang untuk pelaporan keuangan. Sebagai contohnya, prinsip-prinsip akuntansi keuangan menghendaki bahwa bisnis-bisnis,d alam keadaan normal, menaksirkan uncollectible accounts mereka dan mengorbankan jumlah uang yang telah ditaksirkan pdaa tahun penjualan tersebut. Akan tetapi, aturan-aturan pajak melarang allowance atau metoda cadangan dan memungkinkan deduksi-deduksi kredit macet (bed debt) hanya kalau individual accounts receivables menjadi tidak berharga. Variasi-variasi lainnya antara pendapatan wajib pajak dengan pendapatan bersih finansial menggambarkan perbedaanperbedaan permanen. Perbedaan-perbedaan ini dapat juga dibagi menjadi empat sub kategori: Pendapatan dikeluarkan dari pendapatan kotor wajib pajak tetapi dimasukkan dalam pendapatan finansial. Sebagai contohnya, pembayaran dari perusahaan asuransi kepada individu sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi endowment, dan asuransi beasiswa. Pendapatan dimasukkan dalam pendapatan kotor wajib pajak tetapi dikeluarkan dari pendapatan finansial. Sebagaicontohnya, bunga terkait atas pinjaman-pinjaman interperusahaan. Item-item dan kerugian-kerugian tertentu dapat dideduksikan atau dikurangi untuk maksud-maksud pajak tetapi tidak dikorbankan dan kerugian-kerugian, untuk pelaporan keuangan. Sebagai contohnya, jika pendapatan kotor setelah deduksi kerugian-kerugian yang diderita, maka kerugian-kerugian tersebut akan dikompensasikan terhadap pendapatan. Biaya-biaya dan kerugian-kerugian tidak dapat dikurangi untuk maksud-maksud pajak tetapi dikorbankan untuk pelaporan keuangan. Sebagai contohnya, kompensasi atau recompense (balas jasa atau imbalan jasa) bertalian dengan pekerjaan atau layanan-layanan yang diberikan dalam bentuk inkind atau amenities hendaknya tidak dikurangi dari pendapatan. Walaupun perbedaan-perbedaan permanen menyebabkan pendapatan wajib pajak dan pendapatan bersih finansial itu bervariasi, namun secara teknisnya mereka tidak berada dalam liingkup akuntansi pajak karena mereka tidak melibatkan pemilihan waktu (timing). Perspektif_perspektif Yang Bertentangan mengenai Pengukruan Pendapatan Persoalan yang lebih praktis tentang perbedaan-perbedaan antara laporan keuangan untuk maksud-maksud pajak dengan laporan keuangan untuk laporan-laporan keuangan, terutama sekali disebabkan oleh perbedaan-perbedaan antara pendapatan yang ditentukan dibawah Standar Akuntansi Keuangan Indonesia (Prinsip-Prinsip Akuntansi Yang Telah Diterima Secara Umum) dan yang dihitung untuk maksud-maksud pajak. Perbedaanperbedaan ini ditimbulkan oleh banyak faktor yang masuk dan mempengaruhi struktur-struktur pajak. Terutama sekali diantara faktor-faktor ini adalah falsafah negara hukum (Pancasila), penggunaan-penggunaan kekuasaan (layak dan tak-layak) oleh kelompok-kelompok dan lobi-lobi dengan kepentingan tetap (bagi pribadi). Pengadilan-pengadilan tersebut juga menciptakan variasivariasi melalui interpretasi tentang undang-undang dan peraturan-peraturan. Meningkatnya penggunaan kebijakan pajak sebagai suatu alat perencanaan dan kontrol ekonomi mungkin adalah untuk membuat perbedaan-perbedaan ini menjadi suatu masalah yang berkesinambungan. Para menejer bisnis mempunyai satu terhadap pengukuran pendapatan untuk maksud-maksud laporan keuangan dan suatu yang berbeda terhadap pengukuran pendapatan untuk maksud-maksud pajak. Para menejer khususnya mempunyai insentif-insentif untuk melaporkan sebanyak mungkin pendapatan buku. Kompensasi mereka dan5 bahkan jaminan pekerjaan mereka bisa saja bergantung pada tingkat penghasilan-penghasilan yang dilaporkan kepada para investor lama dan potensial dalam perusahaan tersebut. Akan tetapi, GAAP didasarkan atas suatu prinsip konservasi. Bialamana ada keragu-raguan, maka laporan-laporan keuangan hendaknya menangguhkan realisasi pendapatan dan mempercepat realisasi kerugian-kerugian. Menurut teori setidaktidaknya, GAAP mengekang segala kecenderungan apapun di pihak manajemen untuk mengiinflasikan pendapatan buku dengan cara meng-overstating (terlalu menekankan) penghasilan-penghasilan atau meng-understating (kurang menekankan) biaya-biaya. Bertentangan dengan sikap ekspansif mereka terhadap pendapatan buku, para menejer khususnya ingin mendeflasikan pendapatan wajib pajak (dan habilitas pajak resultante) yang dilaporkan kepada pemerintah. Direktorat Jenderal Pajak menyadari tentang bias atau penyimpangan pengukuran ini. Sebagai akibatnya, Undang-Undang Pajak juga mencakup prinsip konservatisme-konservatisme, tetapi yang dijalankan untuk menghalangi para menejer agar jangan terlalu rendah menekankan pendapatan kotor dan terlalu tinggi menekankan deduksi-deduksi. Ketegangan yang wajar antara pengukuran pendapatan dibawah GAAP dan pengukuran pendapatan dan/atau Undang-Undang Pajak saja bagi perusahaanperusahaan yang mempersiapkan laporan-laporan keuangan bagi para pengguna eksternal dan hasil-hasil imbal pajak pendapatan untuk pemerintah. Maksud-maksud kami disini bukanlah untuk mengidentifikasikan semua faktor yang mempengaruhi struktur pajak, tetapi untuk mengembangkan suatu pengertian tentang beberapa prinsip dasar yang mendasari kumpulan undangundang pajak dan menyebabkan timbulnya konflik-konflik besar antara pengukuran pendapatan untuk maksud-maksud pajak dan perhitungan pendapatan untuk maksud-maksud akuntansi umum. Untuk mempersiapkan laporan keuangan bagi maksudmaksud pajak secara benar, beberapa prinsip dasar yang akan dibahas disini adalah: Metoda-metoda akuntansi Perbedaan-perbedaan permanen Perbedaan-perbedaan timing Selain itu, tanpa suatu pengetahuan yang baik tentang bagaimana cara untuk menghitung pendapatan untuk maksudmaksud pajak, laporan-laporan keuangan untuk maksud-maksud pajak tersebut akan dipersiapkan secara tak-benar. Undangundang Pajak Pendapatan bervariasi dari negara ke negara. Nanti akan diuraikan beberapa perincian yang berlaku di Indonesia. Perincian tersebut memberikan informasi spesifik bagiIndonesia dan jenis contoh untuk kasus-kasus yang lebih umum. Metoda-metoda akuntansi Sebuah perusahaan haruslah mengukur pendapatan wajib pajaknya setiap tahun dan membayar pajak setiap tahun. Perusahaan-perusahaan mendapat ruang gerak yang luas sehubungan dengan masa 12 bulan atas mana untuk mengukur pendapatan. Tahun taxable perusahaan pada umumnya berkorespondensi dengan masa akuntansi tahunannya untuk maksud-maksud laporan keuangan. Pilihan tahun kalender atau tahun fiskal lazimnya didiktekan menurut siklus pengoperasian perusahaan, perusahaan-perusahaan ingin menutup buku mereka dan menghitung keuntungan mereka pada akhir siklus wajar dari aktivitas bisnis. Setelah menetapkan tahun taxablenya, perusahaan harus menempatkan item-item pendapatan dan deduksi dari transaksitransaksinya ke suatu tahun tertentu. Untuk melakukan hal ini, perusahaan haruslah mempergunakan suatu metoda akuntansi, suatu sistem yang konsisten guna menentukan point tersebut tepat pada waktunya dimana item-item pendapatan dan deduksi tersebut diakui (diperhitungkan) untuk maksud-maksud pajak. Untuk membeikan suatu kerangka bagi metoda akuntansi, pertama-tama akan diuraikan persyaratan umum bagi semua metoda akuntansi pajak sebagai berikut: Metoda akuntansi tersebut haruslah sesuai dengan yang digunakan untuk maksud-maksud buku. Metoda akuntansi tersebut haruslah secara jelas mencerminkan pendapatan Tunduk terhadap persyaratan 2 dan 3, para pembayar pajak (wajib pajak) bisa saja menggunakan segala metodametoda akuntansi apapun berikut dibawah ini: Kuetansi-kuetansi tunai dan metoda disbarment (metoda tunai) Metoda accrual Setiap metoda yang diperkenankan lainnya (sebagai contohnya, persentase metoda penyelesaian) Segala kombinasi dari metoda-metoda yang diperbolehkan dibawah peraturan (suatu metoda hibrid) Pembayar pajak atau wajib pajak yang diikutsertakan terlibat dalam lebih dari satu perdagangan atau bisnis bisa saja menggunakan suatu metoda akuntansi yang berbeda untuk masing-masing perdagangan atau bisnis. Kecuali kalau diberikan sebaliknya, maka para wajib pajak haruslah memperoleh Direktorat Jenderal Pajak untuk merubah metoda akuntansi. Aturan-aturan ini nampaknya memberi semua wajib pajak banyak leeway (peluang atau waktu ekstra) dalam upaya menyeleksi metoda akuntansi.7 Undang-undang tersebut mengakui bahwa tidak ada metoda akuntansi seragam yang dapat diresepkan bagi para wajib pajak dan mengharapkan para wajib pajak untuk mempergunakan bentuk-bentuk atau metoda-metoda akuntansi yang cocok bagi maksud-maksud mereka. Pasal 2 ayat (1), (2), (5), (6), (7) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketetapan-Ketetapan Umum dan Prosedur-Prosedur Pajak sebagaimana terakhir diamandemen oleh Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007, antara lain berbunyi Pasal 28 Masing-masing wajib pajak yang mengadakan aktivitas-aktivitas bisnis ataujasa atau layanan pribadi yang independen dan Wajib Pajak Perusahaan di Indonesia akan menyimpan pembukuan Para wajib pajak dibebaskan dari kewajiban menyimpan pembukuan sebagaimana ditunjuk pada ayat (1), namun diwajibkan untuk menyimpan pencatatan adalah wajib pajak individual yang diikutsertakan terlibat dalam bisnis-bisnis atau jasa-jasa pribadi independen yang sesuai dengan ketetapan-ketetapan dari undang-undang pajak diperkenankan untuk menghitung pendapatan bersih menggunakan keuntungan yang dianggap bersih dan wajib pajak individual yang tidak diikutsertakn terlibat dalam bisnis-bisnis atau jasa-jasa pribadi yang independen Pembukuan atau pencatatan akan dilakukan di Indonesia menggunakan abjat Latin, bilangan-bilangan Arab, mata uang rupiah, dan akan ditulis dalam bahasa Indonesia atau dalam setiap bahasa asing apapun yang diijinkan oleh Menteri Keuangan. Pembukuan akan disimpan dengan prinsip konsistensi dan menggunakan metoda accrual atau metoda cash Segala perubahan apapun dalam metoda pembukuan dan atau masa tahun finansial akan dijamin mendapat persetujuan dari Direktorat Jenderal Pajak. Pembukuan akan terdiri setidak-tidaknya dari catatan-catatan tentang aktiva, passiva, equity, pendapatan dan biayabiaya, penjualan dan pembelian, sehingga jumlah pajak yang dapat dibayarkan dapat dihitung. Anda dapat mencari keuntungan yang dianggap bersih pada Pasal 15 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 tahun 1983 tentang Pajak Pendapatan sebagaimana terakhir diamandemen oleh Undang-undang Nomor 36 tahun 2008, sebagai berikut dibawah ini: Keuntungan yang dipertimbangkan untuk menentukan pendapatan bersih akan dirumuskan dan diatur dari waktu ke waktu, dan diterbitkan/disahkan oleh Direktorat JenderalPajak Masing-masing wajib pajak yang pendapatan kotor dari kegiatankegiatan bisnis atau jasa-jasa independennya dalam setahun adalah kurang dari RP 4.800.000.000,- (empat milyar delapan ratus juta rupiah) bisa saja menghitung pendapatan bersihnya dengan cara menerapkan keuntungan yang telah dipertimbangkan sebagaimana ditunjuk pada ayat (1), menetapkan bahwa itu disampaikan kepada Direktorat Jenderal Pajak dalam tiga bulan pertama tahun taxable yang terkait. Wajib pajak yang menghitung pendapatan bersih menggunakan keuntungan yang telah dipertimbangkan seperti yang ditunjuk pada ayat (20 akan diwajibkan untuk membuat catatan-catatan sebagaimana tercantum dalam ketetapanketetapan dari Undang-undang mengenai Aturan-aturan dan Prosedur-prosedur Umum Perpajakan. Wajib pajak yang gagal menginformasikan Direktorat Jenderal Pajak untuk memilih keuntungan yang telah dipertimbangkan sebagaimana tercakup dalam ayat (2) dianggap memilih untuk membukukan rekening. Wajib pajak yang diwajibkan untuk membukukan rekening atau catatan-catatan, termasuk wajib pajak sebagaimana yang termaktub dalam ayat (3) dan (4), tetapi gagal untuk mencatat atau sepenuhnya mencatat atau membukukan rekening, atau gagal menyingkapkan catatan-catatan atau pembukuan rekening atau bukti penunjang, dalam kasus tersebut pendapatan bersih akan dihitung menggunakan keuntungan yang telah dipertimbangkan dan pendapatan kotor akan dihitung dalam basis lain sebagaimana ditetapkan oleh atau berdasarkan Peraturan menteri keuangan. Dihapus. Jumlah pendapatan kotor sebagaimana tercakup dalam ayat (2) bisa saja diatur oleh Peraturan menteri keuangan. Perbedaan-perbedaan Permanen Banyak dari perbedaan-perbedaan antara pendapatan kotor sebagaimana dilaporkan atas hasil-imbal pajak dan atas laporan keuangan diakibatkan oleh ketetapan-ketetapan yang ditentukan dalam undang-undang pajak yang relevan, yang tidak termasuk ketentuan-ketentuan pendapatan spesifik basis pajak dan biayabiaya bisnis tertentu dianggap tak dapat dikurangi untuk maksud-maksud pajak atau jumlah yang dapat dikurangi dalam hasil-imbal pajak itu terbatas. Selain itu, sejumlah terbatas deduksi-deduksi pajak statutory tidak dipertimbangkan biayabiaya untuk maksud-maksud akuntansi. Terdapat tiga jenis perbedaan-perbedaan permanen: Penghasilan yang diakui untuk maksud-maksud pelaporan akuntansi keuangan tetapi tak pernah dapat-dipajak Biaya-biaya yang diakui untuk maksud-maksud pelaporan9 akuntansi keuangan yang tak-pernah dapat dikurangi Deduksi-deduksi pajak pendapatan yang tidak mengkualifikasikan sebagai biaya-biaya dibawah prinsipprinsip akuntansi yang telah diterima secara umum. Ketetapan-ketetapan dalam Undang-undang Pajak Pendapatan yang menyebabkan perbedaan-perbedaan permanen tersebut adalah: Deduksi-deduksi yang ditolak Tidak termasuk suatu item dari pendapatan kotor berarti, dalam suatu pengertian praktis, bahwa item tersebut bukanlah bagian dari pendapatan kotor yang merupakan titik mula dalam upaya menghitung pajak pendapatan. Anda dapat mengeluarkan suatu item dari pendapatan kotor untuk setiap apapun dari alasan-alasan berikut ini: Tidak dapat dikurangi Pendapatan dibawah Undang-undang PajakTidak muncul dalam definisi pendapatan Secara tegas dikeluarkan menurut undang-undang atau anggaran dasar. Item-item dalam kelas 1 dan 2 tidak dapat dikurangi dan anda dapat mencari item-item yang menyebabkan perbedaanperbedaan permanen, menurut ketetapan-ketetapan dalam Undang-undang Pajak Pendapatan dalam pasal 9 UndangUndang Republik Indonesia Nomor 7 tahun 1983 tentang Pajak Pendapatan sebagaimana terakhir diamandemen oleh Undangundang Nomor 36 tahun 2008, yang berbunyi sebagai berikut dibawah ini: Dalam menentukan pendapatan wajib pajak dari wajib pajak residen dan perusahaan permanen, berikut dibawah ini tidak dapat dikurangi Distribusi keuntungan-keuntungan dalam apapun nama atau bentuknya, misalnya dividen-dividen, termasuk dividen-dividen yang dibayarkan oleh sebuah perusahaan asuransi kepad pemegang polis, dan segala distribusi apapun dari surplus tersebut oleh sebuah koperasi Ongkos-ongkos yang dibebankan atau dikeluarkan untuk manfaat-manfaat priobadi dari para pemegang saham, mitra-mitra atai anggota-anggota Pembentukan atau akumukasi dari cadangan-cadangan,kecuali Cadangan untuk kredit macet dari sebuah bank dan bisnis lainnya yang melakukan bisnis sebagai kreditur, perusahaan sewa-menyewa finansial, perusahaan keuangan konsumen dan perusahaan factoring; Cadangan-cadangan dalam sebuah bisnis asuransi termasuk cadangan-cadangan untuk kepentingankepentingan sosial dan dibuat oleh Agensi Jaminan Sosial; Menjamin cadangan-cadangan bagi Lembaga-Lembaga Jaminan Deposito Cadangan-cadangan untuk biaya-biaya reklamasi dalam pertambangan umum Cadangan-cadangan untuk dalam bisnis reforestry biaya-biaya reforestasi dan yangCadangan-cadangan untuk menutup mempertahankan situs limbah industri diadakan oleh bisnis pengolah limbah industri;Ketentuan-ketentuan dan syarat-syarat yang akan ditetapkan oleh atau berdasarkan Peraturan menteri keuangan Premi-premi asuransi untuk asuransi-asuransi kesehatan, kecelakaan, jiwa, maksud rangkap dan asuransi pendidikan yang dibayarkan oleh masing-masing wajib pajak, kecuali yang dibayarkan oleh wajib pajak dimana premi-premi itu diperlakukan sebagai pendapatan Wajib pajak tersebut. Pertimbangan atau remunerasi yang berkaitan dengan pekerjaan atau layanan-layanan yang diberikan dalam bentuk suatu manfaat, kecuali ketetapan-ketetapan tentang makanan dan minuman bagi para pegawai atau pertimbangan atau remunerasi yang diberikan dalam bentuk suatu manfaat di daerah-daerah tertentu dan bertalian dengan pekerjaan sebagaimana ditetapkan oleh atau berdasarkan Peraturan menteri keuangan. Kompensasi brelebihan yang dibayarkan kepada para pemegang saham atau pihak-pihak terkait lainnya sebagai pertimbangan atas usaha atau pekerjaan yang dilaksanakan; Hadiah-hadiah, dana-dana bantuan atau donasi-donasi,11 dan warisan-warisan sebagaimana tercakup dalam Pasal 4 ayat (3) sub ayat a dan sub ayat b, kecuali donasidonasi sebagaimana tercakup dalam Pasal 6 ayat (1) sub ayat i sampai sub ayat m dan zakat yang diterima oleh Badan Zakat Amal atau lembaga-lembaga zakat amal lainnya yang ditetapkan atau disetujui oleh pemerintah atau donasi agama kompulsory bagi para pengikut dari agama-agama yang diakui oleh Pemerintah yang diterima oleh lembaga-lembaga agama yang ditetapkan dan disetujui oleh Pemerintah, yang ditetapkan oleh atau berdasarkan Peraturan Pemerintah Pajak pendapatan Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk manfaat pribadi dari wajib pajak atau tanggungannya Gaji yang dibayarkan kepada anggota asosiasi, perusahaan, atau perseroan terbatas modal yang tidak terdiri dari saham-saham Penalti administratif dalam bentuk bunga, denda, dan surcharges, serta hukuman pidana dalam bentuk dendadenda yang dikenakan sesuai dengan undang-undang pajak yang berlaku Pengeluaran-pengeluaran untuk mendapatkan penghasilan, mengumpulkan, dan mencari pendapatan yang mempunyai umur bermanfaat lebih dari setahun, tak akan dibebankan secara langsung terhadap pendapatan tetapi akan dikurangi pada depresiasi atau amortisasi sebagaimana tercakup dalam Pasal 11 atau Pasal 11A. Eksklusi-eksklusi Item-item dalam kelas 3 sepenuhnya dibebaskan (dikeluarkan) dan anda dapat mencari item-item ini dalam pasal 4 ayat (3) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 tahun 1983 tentang Pajak Pendapatan sebagaimana terakhir diamandemen oleh Undang-undang Nomor 36 tahun 2008, yang berbunyi sebagai berikut: Akan ada yang dikeluarkan dari obyek yang dapat dipajak 1. Dana-dana bantuan dan donasi-donasi, termasuk zakat yang diterima oleh badan zakat amal atau lembagalembaga zakat amal lainnya yang ditetapkan atau disetujui oleh Pemerintah dan diterima oleh para penerima zakat yang memenuhi syarat, donasi agamakompulsori bagi para pengikut dari agama-agama yang diakui oleh Pemerintah, diterima oleh lembaga-lembaga agama yang ditetapkan dan disetujui oleh Pemerintah dan diterima oleh para penerima donasi yang memenuhi syarat, yang ditetapkan oleh atau berdasarkan Peraturan Pemerintah, dan 2. Hadiah-hadiah yang diterima oleh sanak-famili dalam satu derajat garis silsilah/keturunan langsung dan terhadap badan agama, entitas pendidikan atau entitas sosial lainnya, termasuk yayasan, koperasi, atau setiap individu yang melakukan usaha mikro dan kecil yang ditetapkan oleh atau berdasarkan Peraturan menteri keuangan, menetapkan bahwa pihak-pihak yang tersedbut diatas tidak mempunyai bisnis, pekerjaan, kepemilikan ataupun hubungan kontrol; dan Warisan Asset-asset yang meliputi uang tunai yang diterima oleh suatu entitas yang tercakup dalam Pasal 2 ayat (2) sub ayat b, dalam pertukaran untuk saham-saham atau kontribusi modal. Pertimbangan atau remunerasi dalam bentuk manfaatmanfaat menurut jenis-jenisnya dalam hal pekerjaan atau layanan-layanan yang diterima atau ditambahkan dari wajib pajak atau Pemerintah, kecuali diberikan oleh nonwajib pajak, wajib pajak yang dibebankan dengan pajak akhir atau wajib pajak yang menggunakan keuntungan yang telah dipertimbangkan sebagaimana tercakup dalam Pasal 15 Pembayaran-pembayaran oleh perusahaan asueansi kepada individu sehubungan dengan asuransi-asuransi kesehatan, kecelakaan, jiwa atau pendidikan. Dividen-dividen atau distribusi keuntungan yang diterima oleh atau ditambahkan oleh perseroan terbatas residen, koperasi, perusahaan-perusahaan milik negara, atau perusahaan-perusahaan milik pemerintah daerah melalui kepemilikan dalam perusahaan yang didirikan dan berdomisili di Indonesia menetapkan bahwa: Dividen-dividen dibayarkan dari penghasilan-penghasilan yang tertahan Perseroan- perseroan Terbatas dan perusahaan-perusahaan milik negara dan perusahaan-perusahaan milik pemerintah daerah yang13 menerima dividen-dividen tersebut haruslah memiliki setidak-tidaknya 25% dari total modal yang dibayarkan; Kontribusi-kontribusi yang diterima atau ditambahkan melalui dana pensiun yang pendiriannya disetujui oleh Menteri Keuangan, yang dibayarkan oleh employer atau pegawai Pendapatan dari investasi modal dari dana pensiun sebagaimana tercakup dalam sub ayat (g) di sektor-sektor tertentu sebagaimana ditentukan oleh SK Menteri Keuangan Distribusi keuntungan-keuntungan yang diterima atau ditambahkan oleh anggota dari perseroan terbatas, yang modalnya tidak terdiri dari firma asosiasi kemitraan saham dan kongsi, termasuk pemegang unti kontrak investasi kolektif Dihapus Pendapatan yang diterima oleh perusahaan modal-patungan dalam bentuk dis keuntungan-keuntungan dari perusahaan patungan yang didirikan dan mengadakan bisnis atau diikutsertakan terlibat dalam kegiatan-kegiatan di Indonesia, menetapkan bahwa Investee adalah perusahaan mikro, kecil dan berukuran sedang, atau diikutsertakan terlibat dalam sektorsektor bisnis yang ditetapkan oleh atau berdasarkan Peraturan Mentri Keuangan; dan Saham-saham investee tidak diperdagangkan dalam bursa saham (pertukaran saham) di Indonesia beasiswa-beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu yang ditetapkan oleh atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan. Suatu surplus yang diterima atau ditambahkan oleh suatu lembaga atau organisasi nir-laba yang diikutsertakan terlibat dalam pendidikan dan atau riset dan pengembangan, yang didaftarkan dalam lembaga-lembaga yang bersesuaian, yang diinvestasikan kebali dalam bentuk-bentuk infrastruktur-infrastruktur pendidikan dan atau penelitian dan pengembangan, dalam masa tak lebih dari 4 (empat) tahun sejak diterima atau ditambahkan, sebagaimana ditetapkan oleh atau berdasarkan Peraturan Mentri Keuangan Dana-dana bantuan atau donasi-donasi yang dibayarkan olehAgensi Jaminan Sosial kepada Wajib pajak tertentu, sebagaimana ditetapkan oleh atau berdasarkan Peraturan Mentri Keuangan.Valuasi inventaris-inventaris Undang-undang Pajak Pendapatan hanya diijinkan menggunakan dua cara menilai inventaris-inventaris: (1) rata-rata (2) metoda first-in-first-out (FIFO). Kalau suatu metoda sudah dipergunakan, maka itu mungkin saja tidak beribah tanpa mendapat persetujuan dari Direktorat Jenderal Pajak. Metoda yang dipakai tersebut haruslah digunakan untuk inventaris keseluruhan. Ketetapanketetapan dalam Undang-undang Pajak Pendapatan yang menyangkut penilaian inventaris-inventaris adalah pasal 10 ayat (6) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 tahun 1983 tentang Pajak Pendapatan sebagaimana terakhir diamandemen oleh Undang-undang Nomor 36 tahun 2008, yang brebunyi sebagai berikut: Inventaris-inventaris dan penggunaan inventarisinventaris untuk memperhitungkan biaya barangbarang yang dijual akan dinilai berdasarkan biaya akuisisi atas rata-rata atau menggunakan metoda first-in-first out. Perbedaan-perbedaan Timing Sebagaimana disebutkan sebelumnya, pajak dan variasivariasi akuntansi keuangan yang diakibatkan oleh perbedaanperbedaan timing dapat dibagi-bagi lagi menjadi empat kategori berikut dibawah ini: Pendapatan diakui pada masa sebelumnya untuk perpajakan ketimbang untuk pelaporan keuangan. Sebagai contohnya, jumlah uang yang diterima terlebih dahulu untuk mendapatkan layanan-layanan yang akan dilaksanakan pada suatu masa berikutnya haruslah diakui untuk maksud-maksud pajak pada tahun yang diterima tersebut. Akuntansi keuangan memerlukan pengakuan hanya kalau layanan-layanan tersebut diberikan. Pendapatan diakui pada masa nanti untuk perpajakan ketimbang untuk pelaporan keuangan. Sebagai contohnya, keuntungan atas penjualan cicilan pada umumnya diakui pada saat penjualan untuk pelaporan keuangan. Akan tetapi, untuk maksud-maksud pajak, keuntungan tersebut kadangkala bisa saja ditunda dan diakui bilamana pengumpulan uang tunai diterima atas kontrak cicilan tersebut. Biaya-biaya dan kerugian-kerugian dikurangi pada masa sebelumnya untuk perpajakan ketimbang untuk pelaporan15 keuangan. Sebagai contohnya, aturan-aturan pemulihan biaya bisa saja memungkinkan asset-asset akan didepresiasikan pada suatu masa yang lebih pendek dan terlebih lagi laju yang lebih dipercepat untuk maksudmaksud pajak ketimbang yang diperbolehkan melalui prinsip-prinsip akuntansi keuangan. Biaya-biaya dan kerugian-kerugian dikurangi pada suatu masa nantu untuk perpajakan ketimbang untuk pelaporan keuangan. Sebagai contohnya, prinsip-prinsip akuntansi keuangan menghendaki bahwa bisnis-bisnis, dalam keadaan normal, menaksirkan rekening-rekening mereka yang tidak dapat dikumpulkan dan mengorbankan sejumlah uang taksiran, melarang allowance atau metoda cadangan dan memungkinkan deduksi-deduksi kredit macet (bad debt) hanya kalau individual accounts receivables menjadi tak-berharga. Ketetapan-ketetapan dalam Undang-undang Pajak Pendapatan yang menyebabkan perbedaan-perbedaan timing adalah depresiasi dan amortisasi. Sesuai dengan Undang-undang Pajak Pendapatan, depresiasi untuk asset-asset ditentukan dibawah Sistem Pemulihan Biaya Dipercepat Yang telah temodifikasi (MACRS). Itu dimaksudkan untuk menyederhanakan proses depresiasi sebelumnya dan sebagai suatu cara merangsang perluasan ekonomi dengan cara memungkinkan pemulihan biaya-biaya asset terhadap masaa waktu yang lebih pendek dan juga menggantikan depresiasi yang dipercepat, allowance investasi dan tax holiday yang digunakan sebagai insentif-insentif untik investasi di Indonesia sebelum tahun 1984. Merekonsiliasi Pendapatan Buku dan Pendapatan Wajib Pajak Sebagaimana ditunjukkan sebelumnya, keuntungan bersih (atau kerugian) yang diperlihatkan dalam rekening wajib pajak tak perlu merupakan keuntungan bersih (atau kerugian) untuk maksud-maksud pajak, dikarenakan oleh perbedaan-perbedaan antara pengukuran pendapatan untuk maksud-maksud pajak dan pengukuran pendapatan dibawah prinsip-prinsip akuntansi yang telah diterima secara umum (GAAP). Bilamana terjadi ketidakcocokan, maka perusahaan tersebut haruslah merekonsiliasi atas Lampiran 1 Hasil-imbal Pajak Pendapatan Tahunan untuk Perusahaan 1771-1. Perhitungan Pendapatan Brsih Fiskal, dalam bentuk Pengaturan Positif dan Pengaturan Fiskal Negatif, dalah sebagai berikut: N URAIAN IDR o 1 Pendapatan Bersih Komersial Domestik2 3 4 56Pendapatan kotor Biaya Barang-barang yang dijual Ongkos-ongkos lainnya Pendapatan bersih dari bisnis (1a-1b-1c) Pendapatan dari kegiatan-kegiatan NonBisnis Biaya dari kegiatan-kegiatan Non-Bisnis Pendapatan bersih dari kegiatan-kegiatan Non-Bisnis Total (1d + 1g) Pendapatan Bersih Komersial Asing (Dari Lampiran Khusus 7A kolom 5) Total Pendapatan Bersih Komersial (1h + 2) Pendapatan tunduk terhadap Pendapatan Akhir dan Pendapatan Non-Wajib pajak Pengaturan Positif Ongkos-ongkos yang dituntut atau dikeluarkan untuk mendapatkan manfaat-manfaat pribadi dari para pemegang saham, kepemilikan atau anggota-anggota Pembentukan atau akumulasi allowances Pertimbangan atau remunerasi yang berkaitan dengan pekerjaan atau layanan-layanan yang diberikan dalam bentuk manfaat Kompensasi berlebihan yang dibayarkan kepada para pemegang saham atau pihak-pihak terkait lainnya sebagai suatu pertimbangan dari usaha atau pekerjaan yang dilaksanakan Hadiah-hadiah, dana-dana bantuan atau donasi Pajak pendapatan Gaji atau upah yang dibayarkan kepada anggota asosiasi Firma, atau Perseroan Terbatas yang modalnya tidak terdiri dari saham-saham Penalti-penalti administrasi Depresiasi yang kurang komersial terhadap depresiasi fiskal Amortisasi yang kurang komersial terhadap amortisasi fiskal Ongkos-ongkos yang tertunda Pengaturan fiskal positif lainnya Total 5a sampai 5j Pengaturan Fiskal Negatif Depresiasi yang kurang komersial dibawah17 depersiasi fiskal Amortisasi yang kurang komersial dibawah amortisasi fiskal Pendapatan yang tertunda Pengaturan fiskal negatif lainnya Total 6a sampai 6d Fasilitas-fasilitas allowance Investasi . Tahun (a) dari Lampiran Khusus 4A line 5b) PENDAPATAN BERSIH FISKAL (3-4+5m-6e7b)7 8Kesimpulan Bila jumlah pendapatan yang ditentukan untuk maksudmaksud pajak pendapatan berbeda dari jumlah yang dilaporkan untuk maksud-maksud akuntansi keuangan, maka sudut pandang yang berlaku yaitu ongkos pajak pendapatan yang dilaporkan itu hendaknya didasarkan atas pendapatan yang dilaporkan untuk maksud-maksud akuntansi keuangan. Perbedaan-perbedaan antara pendapatan buku dengan pendapatan wajib pajak adalah permanen atau sementara. Sebab-sebab utama dari perbedaan-perbedaan dalam cara pendapatan itu ditentukan untuk maksud-maksud pajak pendapatan dan maksud-maksud akuntansi keuangan, adalah berbedanya tu\ dari undang-undang pajak dan pelaporan keuangan. Sasaran dari prinsip-prinsip akuntansi yang telah diterima secara umum (dan laporan-laporan keuangan yang dipersiapkan sesuai dengan GAAP) adalah untuk memberikan informasi yang berguna dan terkait kepada manajemen, para pemegang saham, para kreditur, dan para pengambil keputusan bisnis lainnya. Sebaliknya, sasaran utama (tetapi tentu saja tak hanya itu saja) dari undang-undang pajak (dan tanggung jawab Direktorat Jenderal Pajak) adalah untuk membangkitkan dan melindungi penghasilan-penghasilan pajak pemerintah dan tak perlu menyempurnakan atau menyelesaikan pencocokan terbaik tentang penghasilan-penghasilan dan biaya-biaya atau segala apapun dari tujuan-tujuan akuntansi eksternal spesifik. Perbedaan buku/pajak permanen mempengaruhi hanya tahun dimana terjadi. Sebagai akibatnya, biaya pajak pendapatan untuk maksud-maksud laporan keuangan didasarkan atas pendapatan buku yang diatur untuk semua perbedaan permanen, sedangkan perbedaan-perbedaan sementara terjadi bila suatu item pendapatan, perolehan, ongkos atau kerugian diperhitungkan pada tahun (atau tahun-tahun) yang berbeda untuk maksud buku ketimbang untuk maksud-maksud pajak. Segala kelebihan apapun dari pendapatan wajib pajak atas pendapatan buku dari perbedaan sementara yang mengelilinginya menjadi suatu kelebihan dari pendapatan buku atas pendapatan wajib pajak pada tahun mendatang, dansebaliknya. Kita telah belajar bahwa perusahaan-perusahaan harus memilih suatu metoda akuntansi untuk membagi suatu aliran pendapatan kontinu menjadi segmen-segmen 12 bulan. Pemilihan metoda akuntansi tersebut sangat sedikit dilakukan dengan pengukuran pendapatan wajib pajak daripada umur perusahaan, namun segala sesuatu yang dilakukan dengan pengukuran pendapatan untuk tiap tahun wajib pajak, atau dengan perkataan lain, perhitungan pendapatan wajib pajak bisnis bergantung pada tahun dapat-dipajak (taxable year) dan metoda akuntansi yang dipergunakan oleh perusahaan tersebut. Perusahaan-perusahaan seringkali menggunakan seluruh metoda yang sama untuk baik pelaporan keuangan maupun maksudmaksud pajak. Bahkan meskipun demikian, terdapat banyak ketidakcocokan-ketidakcocokan antara perhitungan buku dan pendapatan yang dapat-dipajak (wajib pajak) dan dikarenakan oleh hal ini, maka perusahaan tersebut haruslah merekonsiliasi dalam bentuk Pengaturan Fiskal Positif dan Pengaturan Fiskal Negatif, pada Lampiran 1 Hasil-imbal Pajak Pendapatan Tahunan untuk Perusahaan 1771-1.