Perpajakan Tugas Acc XIA Ted

download Perpajakan Tugas Acc XIA Ted

of 21

Transcript of Perpajakan Tugas Acc XIA Ted

Perpajakan

Daftar isiA. Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah.2 A. Pajak Pertambahan Nilai2 B. Pajak Penjualan atas Barang Mewah 5B. Pajak Pertambahan Nilai Kurang Bayar dan Lebih Bayar7 A. Pajak Pertambahan Nilai Lebih Bayar7 B. Pajak Pertambahan Nilai Kurang Bayar8C. Bea Materai8A. Pengertian8B. Dasar hukum8C. Jenis-Jenis Bea Materai9D. Karakteristik Bea Materai9E. Objek Bea Materai9F. Tarif Bea Materai11G. Ketentuan dan Sanksi11D. Pajak Penghasilan13A. Pasal 2113B. Pasal 2214C. Pasal 2314D. Pasal 2414E. Pasal 2515F. Pasal 2615G. Pasal 28a dan 2916E. Pajak Bumi dan Bangunan....17 A. Pengertian......................................17 B. Objek Pajak....................................17 C. Subjek Pajak dan Wajib pajak........18 D. Dasar Pengenaan...........................18 E. Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NJOPTKP) ....19 F. Dasar Penghitungan...................19 G. Tarif Pajak Bumi dan Bangunan.....20

5

A. Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Pertambahan Nilai Barang Mewah Pajak Pertambahan NilaiPengertianPajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak yang dikenakan atas setiap pertambahan nilai dari barang atau jasa dalam peredarannya dari produsen ke konsumen. Dalam bahasa Inggris, PPN disebut Value Added Tax (VAT) atau Goods and Services Tax (GST). PPN termasuk jenis pajak tidak langsung, maksudnya pajak tersebut disetor oleh pihak lain (pedagang) yang bukan penanggung pajak atau dengan kata lain, penanggung pajak (konsumen akhir) tidak menyetorkan langsung pajak yang ia tanggung.

Karakteristik-Pajak tidak langsung (indirect tax), maksudnya pemikul beban pajak dan penanggung jawab atas pembayaran pajak ke kantor pelayanan pajak adalah subjek yang berbeda.

-Multitahap (multi stage), maksudnya pajak dikenakan di tiap mata rantai jalur produksi dan jalur distribusi dari pabrikan.

-Pajak objektif, maksudnya pengenaan pajak didasarkan pada objek pajak tanpa melihat kondisi subjek pajak.

-Bersifat netral. yaitu PPN tidak hanya dikenakan pada barang tetapi juga jasa.

-Menghindari pengenaan pajak berganda (double tax). karena PPN hanya dikenakan pada pertambahan nilainya saja.

-Dipungut menggunakan faktur.

-PPN dikenakan sebagai pajak atas konsumsi dalam negeri (domestic consumptions).

-Dihitung dengan metode pengurangan tidak langsung (indirect subtraction), yaitu dengan memperhitungkan besaran pajak masukan dan pajak keluaran.

PerkecualianPada dasarnya semua barang dan jasa merupakan barang kena pajak dan jasa kena pajak, sehingga dikenakan Pajak Pertambahan Nilai (PPN), kecuali jenis barang dan jenis jasa sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 4A Undang-Undang No. 8/1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang No. 18/2000 tidak dikenakan PPN, yaitu:1. Barang tidak kena PPN:-barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil langsung dari sumbernya, meliputi:minyak mentah (crude oil).-Gas bumi tidak termasuk gas bumi seperti elpiji yang siap dikonsumsi langsung oleh masyarakat.Panas bumi.-asbes, batu tulis, batu setengah permata,batu kapur, batu apung, batu permata,bentonit, dolomit, felspar (feldspar), garam batu (halite), grafit, granit/andesit, gips,kalsit, kaolin, leusit, magnesit, mika, marmer, nitrat, opsidien, oker, pasir dan kerikil, pasir kuarsa, perlit, fosfat(phospat), talk, tanah serap (fullers earth),tanah diatome, tanah liat, tawas (alum),tras, yarosif, zeolit, basal, dan trakkit.-Batu bara sebelum diproses menjadi briket batu bara dan.bijih besi, bijih timah, bijih emas, bijih tembaga, bijih nikel, bijih perak, serta bijih bauksit.Barang-barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat, meliputi:-beras-gabah-jagung-sagu-kedelai-garam, baik yang beryodium maupun yang tidak beryodium-daging, yaitu daging segar yang tanpa diolah, tetapi telah melalui proses disembelih, dikuliti, dipotong, didinginkan,dibekukan, dikemas atau tidak dikemas,digarami, dikapur, diasamkan, diawetkan dengan cara lain, dan/atau direbus-telur, yaitu telur yang tidak diolah,termasuk telur yang dibersihkan,diasinkan, atau dikemas-susu, yaitu susu perah baik yang telah melalui proses didinginkan maupun dipanaskan, tidak mengandung tambahan gula atau bahan lainnya, dan/atau dikemas atau tidak dikemas-buah-buahan, yaitu buah-buahan segar yang dipetik, baik yang telah melalui proses dicuci, disortasi, dikupas,dipotong, diiris, di-grading, dan/atau dikemas atau tidak dikemas-sayur-sayuran, yaitu sayuran segar yang dipetik, dicuci, ditiriskan, dan/atau disimpan pada suhu rendah, termasuk sayuran segar yang dicacah-makanan dan minuman yang disajikan di hotel,restoran, rumah makan, warung, dan sejenisnya,meliputi makanan dan minuman baik yang dikonsumsi di tempat maupun tidak, termasuk makanan dan minuman yang diserahkan oleh usaha jasa boga atau katering.-Uang, emas batangan, dan surat berharga

2. Jasa tidak kena PPN:-Jasa pelayanan kesehatan medis, meliputi:-Jasa dokter umum, dokter spesialis, dan dokter gigi.-Jasa dokter hewan.-Jasa ahli kesehatan, seperti ahli akupunktur, ahli gigi, ahli gizi, dan ahli fisioterapi.-Jasa kebidanan dan dukun bayi.-Jasa paramedis dan perawat.-Jasa rumah sakit, rumah bersalin, klinik kesehatan, laboratorium kesehatan, dan sanatorium.-Jasa psikolog dan psikiater.((konsultan kesehatan))-Jasa pengobatan alternatif, termasuk yang dilakukan oleh paranormal.-Jasa pelayanan sosial, meliputi:-Jasa pelayanan panti asuhan dan panti jompo.-Jasa pemadam kebakaran.-Jasa pemberian pertolongan pada kecelakaan.-Jasa lembaga rehabilitasi.-Jasa penyediaan rumah duka atau jasa pemakaman, termasuk krematorium.-Jasa di bidang olah raga kecuali yang bersifat komersial.-Jasa pengiriman surat dengan perangko meliputi jasa pengiriman surat dengan menggunakan perangko tempel danmenggunakan cara lain pengganti perangko tempel.Jasa keuangan, meliputi:-Jasa menghimpun dana dari masyarakat berupa giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan, dan/atau bentuk lain yang dipersamakan dengan itu.-Jasa menempatkan dana, meminjam dana, atau meminjamkan dana kepada pihak lain dengan menggunakan surat,sarana telekomunikasi maupun dengan wesel unjuk, cek, atau sarana lainnya.-jasa pembiayaan, termasuk pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, berupa:a) sewa guna usaha dengan hak opsi;b) anjak piutang;c) usaha kartu kredit; dan/ataud) pembiayaan konsumen;.-Jasa penyaluran pinjaman atas dasar hukum gadai, termasuk gadai syariah dan fidusia-Jasa penjaminan-Jasa asuransi-Jasa keagamaan, meliputi:-Jasa pelayanan rumah ibadah.-Jasa pemberian khotbah atau dakwah.-Jasa penyelenggaraan kegiatan keagamaan-Jasa lainnya di bidang keagamaan.-Jasa pendidikan, meliputi:-Jasa penyelenggaraan pendidikan sekolah, seperti jasa penyelenggaraan pendidikan umum, pendidikan kejuruan, pendidikan luar biasa, pendidikan kedinasan, pendidikan keagamaan, pendidikan akademik, dan pendidikan profesional.-Jasa penyelenggaraan pendidikan luar sekolah.-Jasa kesenian dan hiburan yang telah dikenakan pajak tontonan termasuk jasa di bidang kesenian yang tidak bersifat komersial, seperti pementasan kesenian tradisional yang diselenggarakan secara cuma-cuma.-Jasa penyiaran yang tidak bersifat iklan-Jasa angkutan umum di darat dan di air serta jasa angkutan udara dalam negeri yang menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari jasa angkutan udara luar negeri.-Jasa tenaga kerja, meliputi:-Jasa tenaga kerja.-Jasa penyediaan tenaga kerja sepanjang pengusaha penyedia tenaga kerja tidak bertanggung jawab atas hasil kerja dari tenaga kerja tersebut.-Jasa penyelenggaraan pelatihan bagi tenaga kerja.-Jasa perhotelan, meliputi:Jasa persewaan kamar termasuk tambahannya di hotel, rumah penginapan, motel, losmen, hostel, serta fasilitas yang terkait dengan kegiatan perhotelan untuk tamu yang menginap.Jasa persewaan ruangan untuk kegiatan acara atau pertemuan di hotel, rumah penginapan, motel, losmen, dan hostel.-Jasa yang disediakan oleh pemerintah dalam rangka menjalankan pemerintahan secara umum-Jasa penyediaan tempat parkir-Jasa telepon umum dengan menggunakan uang logam-Jasa pengiriman uang dengan wesel pos-Jasa boga atau katering

A. Pajak Pertambahan nilai Barang Mewaha. PengertianPPnBM merupakan jenis pajak yang merupakan satu paket dalam Undang-undang Pajak Pertambahan Nilai. Namun demikian, mekanisme pengenaan PPnBM ini sedikit berbeda dengan PPN. Berdasarkan Pasal 5 Ayat (1) Undang-undang PPN, Pajak Penjualan Atas Barang Mewah dikenakan terhadap :1. penyerahan Barang Kena Pajak Yang Tergolong Mewah yang dilakukan oleh Pengusaha yang menghasilkan Barang Kena Pajak Yang Tergolong Mewah di dalam Daerah Pabean dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya;2. impor Barang Kena Pajak Yang Tergolong Mewah.Dengan demikian, PPnBM hanya dikenakan pada saat penyerahan BKP Mewah oleh pabrikan (pengusaha yang menghasilkan) dan pada saat impor BKP Mewah. PPnBM tidak dikenakan lagi pada rantai penjualan setelah itu. Adapun fihak yang memungut PPnBM tentu saja pabrikan BKP Mewah pada saat melakukan penyerahan atau penjualan BKP Mewah. Sementara itu, PPnBM atas impor BKP mewah dilunasi oleh importir berbarengan dengan pembayaran PPN impor dan PPh Pasal 22 Impor.

b. Dasar Pertimbangan Pengenaan PPnBM1. perlu keseimbangan pembebanan pajak antara konsumen yang berpenghasilan rendah dengan konsumen yang berpenghasilan tinggi;2. perlu adanya pengendalian pola konsumsi atas Barang Kena Pajak Yang Tergolong Mewah;3. perlu adanya perlindungan terhadap produsen kecil atau tradisional;4. perlu untuk mengamankan penerimaan Negara

c. Pengertian BKP Mewah1. bahwa barang tersebut bukan merupakan barang kebutuhan pokok; atau2. barang tersebut dikonsumsi oleh masyarakat tertentu; atau3. pada umumnya barang tersebut dikonsumsi oleh masyarakat berpenghasilan tinggi; atau4. barang tersebut dikonsumsi untuk menunjukkan status; atau5. apabila dikonsumsi dapat merusak kesehatan dan moral masyarakat, serta mengganggu ketertiban masyarakat, seperti minuman beralkohol.

d. Tarif BKP MewahBerdasarkan Pasal 8 Undang-undang PPN, ditentukan :1. Tarif Pajak Penjualan Atas Barang Mewah adalah paling rendah 10% (sepuluh persen) dan paling tinggi 75% (tujuh puluh lima persen).2. Atas ekspor Barang Kena Pajak Yang Tergolong Mewah dikenakan pajak dengan tarif 0% (nol persen).3. Dengan Peraturan Pemerintah ditetapkan kelompok Barang Kena Pajak Yang Tergolong Mewah yang dikenakan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah. 4. Jenis Barang yang dikenakan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah atas Barang Kena Pajak Yang Tergolong Mewah ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan.

Contoh Soal PPN dan PPnBMDiketahui:1. PKP A dalam bulan Januari 2001 menjual tunai Barang Kena Pajak kepada PKB B dengan harga jual Rp. 25.000.000,00 PPN yang terutang yang dipungut oleh PKP A = 10% x Rp. 25.000.000,00 = Rp. 2.500.000,00 PPN sebesar Rp. 2.500.000,00 tersebut merupakan Pajak Keluaran yang dipungut oleh Pengusaha Kena Pajak A.2. PKP B dalam bulan Pebruari 2001 melakukan penyerahan Jasa Kena Pajak dengan memperoleh Penggantian sebesar Rp. 15.000.000,00 PPN yang terutang yang dipungut oleh PKP B = 10% x Rp. 15.000.000,00 = Rp. 1.500.000,00 PPN sebesar RP. 1.500.000,00 tersebut merupakan Pajak Keluaran yang dipungut oleh Pengusaha Kena Pajak B.3. Pengusaha Kena Pajak C mengimpor Barang Kena Pajak dari luar Daerah Pabean dengan Nilai Impor sebesar RP. 35.000.000,00 PPN yang dipungut melalui Direktorat Jenderal Bea dan Cukai = 10% x Rp. 35.000.000,00 = Rp. 3.500.000,004. Pengusaha Kena Pajak D mengimpor Barang Kena Pajak yang tergolong Mewah dengan Nilai Impor sebesar Rp. 50.000.000,00 Barang Kena Pajak yang tergolong mewah tersebut selain dikenakan PPN juga dikenakan PPnBM misalnya dengan tarif 20% (dua puluh persen).

Penyelesaian:Penghitungan PPN dan PPnBM yang terutang atas impor Barang Kena Pajak yang tergolong mewah tersebut adalah:a. Dasar Pengenaan Pajak Rp. 50.000.000,00b. PPN = 10% x Rp. 50.000.000,00 = Rp. 5.000.000,00c. PPn BM = 20% x Rp. 50.000.000,00 = Rp. 10.000.000,00

Kemudian PKP D menggunakan BKP yang diimpor tersebut sebagai bagian dari suatu BKP yang atas penyerahannya dikenakan PPN 10% dan PPnBM dengan tarif misalnya 35% (tiga puluh lima persen).

Oleh karena PPnBM yang telah dibayar atas BKP yang diimpor tersebut tidak dapat dikreditkan, maka PPnBM sebesar Rp. 10.000.000,00 dapat ditambahkan ke dalam harga BKP yang dihasilkan oleh PKP D atau dibebankan sebagai biaya.

Misalnya PKP D menjual BKP yang dihasilkannya kepada PKP X dengan harga jual Rp150.000.000,00 maka penghitungan PPN dan PPnBM yang terutang adalah:

a. Dasar Pengenaan Pajak Rp. 150.000.000,00b. PPN = 10% x Rp. 150.000.000,00 = Rp. 15.000.000,00c. PPnBM =35% x Rp. 150.000.000,00 = Rp. 52.500.000,00

PPN sebesar Rp5.000.000,00 yang dibayar pada saat impor merupakan pajak masukan bagi PKP D dan PPN sebesar Rp15.000.000,00 merupakan pajak keluaran bagi PKP D. Sedangkan PPnBM sebesar Rp. 10.000.000,00 tidak dapat dikreditkan. Begitu pun dengan PPnBM sebesar Rp. 52.500.000,00 tidak dapat dikreditkan oleh PKP X.

B. PPN Lebih Bayar dan PPN Kurang Bayara. PPN Lebih BayarContoh Soal:Pada bulan Oktober 2002, PT ABADI melakukan penyerahan BKP sebesar Rp 120 Milyar, PPN yang dipungut sebesar 10% atau Rp 12 Milyar. Pembelian BKP/JKP yang dilakukan PT ABADI adalah Rp 140 Milyar, sehingga PPN yang dibayar atas pembelian BKP/JKP tersebut sebesar 10 % dari 140 Milyar atau Rp 14 Milyar. Penghitungan dan pengkreditan PPN yang dilakukan PT ABADI untuk Masa Pajak Oktober 2002 adalah:

Pajak MasukanRp14 Milyar Pajak KeluaranRp12 Milyar __________ _ PPN Lebih bayarRp2 Milyar

Jumlah PPN lebih bayar sebesar Rp 2 Milyar tersebut dapat dimintakan kembali (restitusi) atau dikompensasikan ke Masa Pajak Nopember 2002. Penghitungan tersebut dituangkan dalam SPT Masa PPN Masa Oktober 2002 yang harus disampaikan ke Kantor Pelayanan Pajak dimana PT. ABADI terdaftar paling lambat tanggal 20 Nopember 2002.

b. PPN Kurang BayarContoh Soal:Pada bulan September 2002, PT ABADI melakukan penyerahan BKP sebesar Rp 100 Milyar, PPN yang dipungut sebesar 10% atau Rp 10 Milyar. Pembelian BKP/JKP yang dilakukan PT ABADI adalah Rp 80 Milyar, sehingga PPN yang dibayar atas pembelian BKP/JKP tersebut sebesar 10 % dari 80 Milyar atau Rp 8 Milyar.

Penghitungan dan pengkreditan PPN yang dilakukan PT ABADI untuk Masa Pajak September 2002 adalah:

Pajak MasukanRp 8 MilyarPajak KeluaraNRp 10 Milyar__________ _PPN Kurang BayarRp 2 MilyarJumlah PPN lebih bayar sebesar Rp 2 Milyar tersebut dapat dimintakan kembali (restitusi) atau dikompensasikan ke Masa Pajak Nopember 2002. Penghitungan tersebut dituangkan dalam SPT Masa PPN Masa Oktober 2002 yang harus disampaikan ke Kantor Pelayanan Pajak dimana PT. ABADI terdaftar paling lambat tanggal 20 Nopember 2002.C. Bea Materaia. PengertianBea Meterai merupakan pajak yang dikenakan terhadap dokumen yang menurut Undang-undang Bea Meterai menjadi objek Bea Meterai. Atas setiap dokumen yang menjadi objek Bea Meterai harus sudah dibubuhi benda meterai atau pelunasan Bea Meterai dengan menggunakan cara lain sebelum dokumen itu digunakanb. Dasar Hukum1.Undang-undang Nomor 13 Tahun 1985 tentang Bea Meterai

2.Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2000 tentang Perubahan Tarif Bea Meterai dan Besarnya Batas Pengenaan Harga Nominal Yang Dikenakan Bea Meterai.

3.Peraturan Menteri Keuangan Nomor 90/PMK.03/2005 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 15/PMK.03/2005 Tentang Bentuk, Ukuran, Warna, Dan Desain Meterai Tempel Tahun 2005

4.Keputusan Menteri Keuangan Nomor 133b/KMK.04/2000 tentang Pelunasan Bea Meterai dengan Menggunakan Cara Lain.

5.Keputusan Dirjen Pajak Nomor KEP-122b/PJ./2000 tentang Tatacara Pelunasan Bea Meterai dengan membubuhkan Tanda Bea Meterai Lunas dengan Mesin Teraan.

6.Keputusan Dirjen Pajak Nomor KEP-122c/PJ./2000 tentang Tatacara Pelunasan Bea Meterai dengan membubuhkan Tanda Bea Meterai dengan Teknologi Percetakan.

7.Keputusan Dirjen Pajak Nomor KEP-122d/PJ./2000 tentang Tatacara Pelunasan Bea Meterai dengan membubuhkan Tanda Bea Meterai dengan Sistem Komputerisasi.

8.Keputusan Menteri Keuangan Nomor 476/KMK.03/2002 tentang Pelunasan Bea Meterai dengan Cara Pemeteraian Kemudian.

9.Keputusan Dirjen Pajak Nomor KEP-02/PJ./2003 tentang Tatacara Pemeteraian Kemudian.

10.Surat Edaran Nomor 29/PJ.5/2000 tentang Dokumen Perbankan yang dikenakan Bea Meterai.

c. Jenis Bea Materai1. Benda meterai adalah meterai tempel dan kertas meterai yang dikeluarkan oleh Pemerintah Republik Indonesia2. Pemeteraian kemudian adalah pelunasan bea meterai yang dilakukan pejabat pos atas dokumen yang bea meterai belum dilunasid. Karakteristik bea Materai Bea meterai tidak diperlukan nomor identitas baik untuk wajib pajak maupun obyek pajak Pembayaran bea meterai terjadi terlebih dahulu daripada saat terutang Waktu pembayaran dapat dilakukan secara isidentil dan tidak terikat waktu

e. Objek Bea MateraiPada prinsipnya dokumen yang harus dikenakan meterai adalah dokumen menyatakan nilai nominal sampai jumlah tertentu, dokumen yang bersifat perdata dan dokumen yang digunakan di muka pengadilan, antara lain :a.Surat perjanjian dan surat-surat lainnya yang dibuat dengan tujuan untuk digunakan sebagai alat pembuktian mengenai perbuatan, kenyataan atau keadaan yang bersifat perdata.

b.Akta-akta notaris termasuk salinannya.

c.Akta-akta yang dibuat oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah termasuk rangkap-rangkapnya.

d.Surat yang memuat jumlah uang yaitu:

-yang menyebutkan penerimaan uang;

-yang menyatakan pembukuan uang atau penyimpanan uang dalam rekening bank;

-yang berisi pemberitahuan saldo rekening di bank

-yang berisi pengakuan bahwa utang uang seluruhnya atau sebagian telah dilunasi atau diperhitungkan.

e.Surat berharga seperti wesel, promes, aksep dan cek.

f.Dokumen yang dikenakan Bea Meterai juga terhadap dokumen yang akan digunakan sebagai alat pembuktian di muka pengadilan yaitu surat-surat biasa dan surat-surat kerumahtanggaan, dan surat-surat yang semula tidak dikenakan Bea Meterai berdasarkan tujuannya, jika digunakan untuk tujuan lain atau digunakan oleh orang lain, lain dan maksud semula.

Yang tidak termasuk objek dari bea materai antara lain:Secara umum dokumen yang tidak dikenakan bea meterai adalah dokumen yang berhubungan dengan transaksi intern perusahaan, berkaitan dengan pembayaran pajak dan dokumen Negara.

Dokumen yang tidak termasuk objek Bea Meterai adalah:

1.Dokumen yang berupa:

-surat penyimpanan barang;

-konosemen;

-surat angkutan penumpang dan barang;

-keterangan pemindahan yang dituliskan diatas dokumen surat penyimpanan barang, konosemen, dan surat angkutan penumpang dan barang;

-bukti untuk pengiriman barang untuk dijual atas tanggungan pengirim;

-surat pengiriman barang untuk dijual atas tanggungan pengirim;

-surat-surat lainnya yang dapat disamakan dengan surat-surat di atas.

2.Segala bentuk ijazah

3.Tanda terima gaji, uang tunggu, pensiun, uang tunjangan dan pembayaran lainnya yang ada kaitannya dengan hubungan kerja serta surat-surat yang diserahkan untuk mendapatkan pembayaran itu.

4.Tanda bukti penerimaan uang negara dan kas negara, kas pemerintah daerah dan bank.

5.Kuitansi untuk semua jenis pajak dan untuk penerimaan lainnya yang dapat disamakan dengan itu ke kas negara, kas pemerintah daerah dan bank.

6.Tanda penerimaan uang yang dibuat untuk keperluan intern organisasi.

7.Dokumen yang menyebutkan tabungan, pembayaran uang tabungan kepada penabung oleh bank, koperasi, dan badan-badan lainnya yang bergerak di bidang tersebut

8.Surat gadai yang diberikan oleh Perum Pegadaian.

9.Tanda pembagian keuntungan atau bunga dan Efek, dengan nama dan bentuk apapun.

f. Tarif Bea Materai1.Tarif Bea Meterai Rp 6.000,00 untuk dokumen sebagai berikut:

a.Surat Perjanjian dan surat-surat lainnya yang dibuat dengan tujuan untuk digunakan sebagai alat pembuktian mengenai perbuatan, kenyataan atau keadaan yang bersifat pendata

b.Akta-akta Notaris termasuk salinannya

c.Surat berharga seperti wesel, promes, dan aksep selama nominalnya lebih dan Rp1.000.000,00.;

d.Dokumen yang akan digunakan sebagai alat pembuktian di muka Pengadilan, yaitu:

-surat-suratbiasa dan surat-surat kerumahtanggaan.

-surat-suratyang semula tidak dikenakan Bea Meterai berdasarkan tujuannya, jika digunakan untuk tujuan lain atau digunakan oleh orang lain selain dan tujuan semula.

2.Untuk dokumen yang menyatakan nominal uang dengan batasan sebagai berikut:

-nominal sampai Rp250.000,- tidak dikenakan Bea Meterai

-nominal antara Rp250.000,- sampai Rp1.000.000,- dikenakan Bea Meterai Rp3.000,-

-nominal diatas Rp 1.000.000,- dikenakan Bea Meterai Rp 6.000,-

3.Cek dan Bilyet Giro dikenakan Bea Meterai dengan tarif sebesar Rp 3.000,-tanpa batas pengenaan besarnya harga nominal.

4.Efek dengan nama dan dalam bentuk apapun yang mempunyai harga nominal sampai dengan Rp1.000.000,- dikenakan Bea Meterai Rp 3.000,- sedangkan yang mempunyai harga nominal lebih dari Rp 1.000.000,- dikenakan Bea Meterai Rp 6.000,-.

5.Sekumpulan Efek dengan nama dan dalam bentuk apapun yang tercantum dalam surat kolektif yang mempunyai jumlah harga nominal sampai dengan Rp 1.000.000,- dikenakan Bea Meterai Rp 3.000,-, sedangkan yang mempunyai harga nominal lebih dan Rp 1.000.000,- dikenakan Bea Meterai dengan tarif sebesar Rp 6.000,-.

g. Ketentuan dan Sanksi1. Ketentuan Khususa.Dokumen yang dibuat di luar negeri pada saat digunakan di Indonesia harus telah dilunasi Bea Meterai yang terutang dengan cara pemeteraian kemudian.

b.Pejabat Pemerintah, hakim, panitera, jurusita, notaris, dan pejabat umum lainnya, masing-masing dalam tugas atau jabatannya tidak dibenarkan:

-Menerima, mempertimbangkan atau menyimpan dokumen yang Bea Meterainya tidak atau kurang dibayar;

-Melekatkan dokumen yang Bea Meterainya tidak atau kurang dibayar sesuai dengan tarifnya pada dokumen lain yang berkaitan;

-Membuat salinan, tembusan, rangkapan atau petikan dan dokumen yang Bea Meterainya tidak atau kurang dibayar;

-Memberikan keterangan atau catatan pada dokumen yang tidak atau kurang dibayar sesuai dengan tarif Bea Meterainya.

Pelangganan terhadap ketentuan tersebut dikenakan sanksi administratif sesuai Peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Ketentuan PidanaDipidana sesuai dengan ketentuan dalam KUHP:

-Barang siapa meniru atau memalsukan meterai tempel kertas meterai atau meniru dan memalsukan tanda tangan yang perlu untuk mensahkan meterai;

-Barang siapa dengan sengaja menyimpan dengan maksud untuk diedarkan atau memasukkan ke Negara Indonesia meterai palsu, yang dipalsukan atau yang dibuat dengan melawan hak;

-Barang siapa dengan sengaja menggunakan, menjual, menawarkan menyerahkan, menyediakan untuk dijual atau dimasukkan ke Negara Indonesia meterai yang mereknya, capnya, tanda tangannya, tanda sahnya atau tanda waktunya mempergunakan telah dihilangkan seolah-olah meterai itu belum dipakai dana atau menyuruh orang lain menggunakannya dengan melawan haknya;

-Barang siapa menyimpan bahan-bahan atau perkakas-perkakas yang diketahuinya digunakan untuk melakukan salah satu kejahatan untuk meniru dan memalsukan benda meterai;

-Barang siapa dengan sengaja menggunakan cara lain (sesuai Pasal 7 UU Bea Meterai dipidana penjara selama-lamanya 7 tahun dan tindak pidana ini adalah bentuk kejahatan).

3. SanksiSanksi ini dikenakan apabila terjadinya pelanggaran yang mengakibatkan Bea Meterai yang harus dilunasi kurang bayar-Dokumen sebagaimana yang dimaksud dalam objek Bea Meterai tidak atau kurang dilunasi sebagaimana mestinya dikenakan denda administrasi sebesar 200% (dua ratus persen) dari Bea Meterai yang tidak atau kurang dibayar.

-Pemegang dokumen atas dokumen sebagaimana dimaksud dalam huruf (a) harus melunasi Bea Meterai terutang berikut dendanya dengan cara pemeteraian kemudian.

D. PPh Pasal 21, 21, 23, 24, 25, 26, 28, dan 29 a.PPh Pasal 211. PengertianPPh pasal 21 adalah pasal yang mengatur pajak yang dikenakan terhadap penghasilan yang diterima dari pekerjaan / jasa baik dalam hubungan kerja maupun dari pekerjaan bebas oleh WP perorangan dalam negeri.2. Subjek Pajak PPh Pasal 211. Pegawai2. Penerima pensiun3. Penerima honorarium4. Penerima upah5. Orang pribadi lainnya yang menerima / memperoleh penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan dari pemotong pajak.3. Pengecualian Subjek Pajak1. Pejabat perwakilan diplomatik beserta staf2. Pejabat perwakilan organisasi internasional beserta staf.4. Pengecualian objek pajak 1. Pembayaran asuransi dari perusahaan asuransi kesehatan, kecelakaan, jiwa, dwiguna, beasiswa2. Penerimaan dalam bentuk natura dan atau keenikmatan dalam bentuk apapun yang diberikan oleh WP atau pemerintah3. Iuran pensiun yang dibayarkan kepada dana pensiun yang pendirian telah disyahkan oleh menkeu atau iuran THT kepada badan penyelenggra jamsostek yang dibayar oleh pemberi kerja4. Zakat yang diterima oleh orang pribadi yang berhak dari badan atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah.

b. PPh Pasal 221. PengertianPPh pasal 22 membahas tentang penghasilan yang berasal dari penjualan pada instansi pemerintah, impor, dan industri tertentu (industri rokok, industri kertas, industri otomotif, industri semen, industri baja, Pertamina Bulog untuk tepung terigu dan gula pasir).2. Tarif 1. Tarif PPh pasal 22 atas penjualan instansi pemerintah :PPh pasal 22 bendaharawan = 1,5% x nilai penjualan

2. Tarif PPh pasal 22 atas impor :1.Bila importir memiliki API (Angka Pengenal Impor)PPh pasal 22 impor = 2,5% x nilai impor2.Bila importir tidak memiliki APIPPh pasal 22 impor = 7,5% x nilai impor

c. PPh pasal 231. PengertianPPh pasal 23 membahas tentang penghasilan yang diperoleh dari penggunaan harta atau modal (deviden, bunga, royalti, hadiah penghargaan, sewa, dan jasa).

2. Tarif1. Deviden, royalti, bunga, hadiah penghargaanPPh pasal 23 = 15% x penghasilan bruto2. Sewa dan jasaPPh pasal 23 = 2% x penghasilan bruto

d. PPh Pasal 241. PengertianPPh pasal 24 membahas tentang penghasilan yang berasal dari luar negeri. Pada prinsinya dalam PPh pasal 24 adalah mencari besarnya pajak yang bisa dikreditkan dengan jalan membandingkan antara pajak yang dipungut di luar negeri dengan batas maksimum kredit pajak dipilih yang terkecil.2. TarifBatas maksimum kredit pajak = penghasilan dari luar negeri/ PKP x PPh terutange. PPh Pasal 251. PengertianPPh pasal 25 membahas tentang angsuran pajak yang menggunakan stelsel anggapan.2. TarifAnsuran pajak/ bulan = PPh terutang kredit pajak /12f. PPh Pasal 261. PengertianPajak Penghasilan (PPh) Pasal 26 adalah PPh yang dikenakan/ dipotongatas penghasilan yang bersumberdari Indonesia yang diterima /diperolehWajib Pajak(WP) luar negeri selain bentuk usaha tetap (BUT) diIndonesia.2. Tarif dan Objek Pajak1. 20% (final) dari jumlah penghasilan bruto yangditerima / diperoleh Wajib PajakLuar Negeriberupa : a. dividen; b. bunga, premium, diskonto, premi swap,dan imbalan sehubungan dengan jaminan pengembalian hutang; c. royalti, sewa,& penghasilan lain sehubungan dgn penggunaan harta; d. imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan; e. hadiah dan penghargaan f. pensiun dan pembayaran berkala lainnya.2. 20% (final) dari perkiraan penghasilan neto berupa : a. penghasilan dari penjualan harta di Indonesia; b. premi asuransi, premi reasuransi yang dibayarkan langsung / melalui pialang kepada perusahaan asuransi di luar negeri.3. 20% (final) dari Penghasilan Kena Pajak sesudah dikurangi pajak darisuatu BUT di Indonesia, kecuali penghasilan tersebut ditanamkan kembali di Indonesia.

4. Tarif berdasarkan Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda (P3B) antaraIndonesia dengan negara pihak pada persetujuan.

g. PPh Pasal 28a dan 291. Pengertian

Pajak Penghasilan pasal 29 akan terjadi apabila pajak terutang pada tahun pajak berjalan melebihi jumlah kredit pajak yang telah dipotong atau dipungut pihak lain maupun yang telah dibayar sendiri oleh Wajib Pajak. Dengan kata lain PPh pasal 29 ini adalah Pajak Penghasilan Kurang Bayar yang harus disetor oleh Wajib Pajak ke Kas Negara melalui Bank Persepsi atau Kantor Pos dan Giro. Apabila pajak terutang pada tahun pajak berjalan kurang dari jumlah kredit yang telah dipotong atau dipungut pihak lain maupun yang telah dibayar sendiri oleh Wajib Pajak,maka akan timbul lebih bayar pajak dan lebih bayar pajak ini disebut sebagai Pajak Penghasilan pasal 28A.2. Contoh SoalSebagai contoh, pada tahun 2011, PT Amanah mencatat peredararan bruto sebesar Rp.5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) dan Penghasilan Kena Pajaknya sebesar Rp.100.000.000,00 (seratus juta rupiah).Apabila pada tahun 2011 perusahaan telah dipotong dan dipungut PPh pasal 22 sebesar Rp.2.000.000,00 (dua juta rupiah), PPh Pasal 23 sebesar Rp.3.000.000,00 (tiga juta rupiah),maka bisa dilihat perhitugan PPh pasal 25 dan PPh pasal 28A atau PPh pasal 29-nya sebagai berikut:Penghasilan Kena PajakRp.100.000.000,00PPh Terutang : 25% x Rp.100.000.000,00Rp.25.000.000,00Kredit Pajak :PPh pasal 22Rp.2.000.000,00PPh pasal 23Rp.3.000.000,00Total Kredit PajakRp.5.000.000,00Pajak Kurang Bayar (PPh pasal 29)Rp.20.000.000,00Apabila penghasilan yang diterima oleh PT Amanah seluruhnya bersifat teratur,maka angsuran PPh pasal 25 tahun 2012 sebesar Rp.20.000.000,00 : 12 = Rp.1.666.667,00.Diasumsikan pada contoh diatas,selain transaksi yang telah terjadi, dari peredaran bruto tersebut terdapat pula penyerahan Barang Kena Pajak ke Kementrian Sosial sebesar Rp.2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah), sehingga terdapat pemungutan PPh pasal 22 yang dilakukan oleh Bendaharawan Kemenntrian Sosial sebesar 1,5% x Rp.2.000.000.000,00 = Rp.30.000.000,00 (tiga puluh juta rupiah),sehingga penghitungan Pajak Terutang Tahunan PT Amanah akan berubah menjadi sebagai berikut :Penghasilan Kena PajakRp.100.000.000,00PPh Terutang : 25% x Rp.100.000.000,00Rp.25.000.000,00Kredit Pajak :PPh pasal 22Rp.32.000.000,00PPh pasal 23Rp._3.000.000,00Total Kredit PajakRp.35.000.000,00Pajak Lebih Bayar (PPh pasal 28A)(Rp. 10.000.000,00)

E. Pajak Bumi dan Bangunana. PengertianPajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah Pajak Negara yang dikenakan terhadap bumi dan atau bangunan berdasarkan Undang-undang nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan sebagaimana telah diubah dengan UndangUndang nomor 12 Tahun 1994.PBB adalah pajak yang bersifat kebendaan dalam arti besarnya pajak terutang ditentukan oleh keadaan objek yaitu bumi/tanah dan atau bangunan. Keadaan subjek (siapa yang membayar) tidak ikut menentukan besarnya pajak.b. Objek PajakObjek PBB adalah Bumi dan atau Bangunan:Bumi: Permukaan bumi (tanah dan perairan) dan tubuh bumi yang ada di pedalaman serta laut wilayah Indonesia. Contoh: sawah, ladang, kebun, tanah, pekarangan, tambang.Bangunan: Konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada tanah dan atau perairan. Contoh: rumah tempat tinggal, bangunan tempat usaha, gedung bertingkat, pusat perbelanjaan, emplasemen, pagar mewah, dermaga, taman mewah, fasilitas lain yang memberi manfaat, jalan tol, kolam renang, anjungan minyak lepas pantai.Objek Pajak Yang Tidak Dikenakan PBB

1. Digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum dibidang ibadah, sosial, kesehatan, pendidikan dan kebudayaan nasional yang tidak dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan, seperti mesjid, gereja, rumah sakit pemerintah, sekolah, panti asuhan, candi.2. Digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala atau yang sejenis dengan itu.3. Merupakan hutan lindung, suaka alam, hutan wisata, taman nasional, tanah penggembalaan yang dikuasai oleh desa, dan tanah negara yang belum dibebani suatu hak.4. Digunakan oleh perwakilan diplomatik berdasarkan asas perlakuan timbal balik.5. Digunakan oleh badan dan perwakilan organisasi internasional yang ditentukan oleh Menteri Keuangan.c. Subjek Pajak dan Wajib Pajak-Subjek Pajak adalah orang pribadi atau badan yang secara nyata: mempunyai suatu hak atas bumi, dan atau; memperoleh manfaat atas bumi, dan atau; memiliki bangunan, dan atau; menguasai bangunan, dan atau; memperoleh manfaat atas bangunan

-Wajib pajak PBB adalah orang pribadi atau badan yang memiliki hak dan/atau memperoleh manfaat atas tanah dan/atau memiliki, menguasai, dan/atau memperoleh manfaat atas bangunan. Wajib pajak memiliki kewajiban membayar PBB yang terutang setiap tahunnya. PBB harus dilunasi paling lambat 6 (enam) bulan sejak tanggal diterimanya SPPT oleh wajib pajak. Karna Wajib Pajak Adalah 5-8 bulan.d. Dasar Pengenaan PBBDasar pengenaan PBB adalah Nilai Jual Objek Pajak (NJOP). NJOP ditetapkan per wilayah berdasarkan keputusan Menteri Keuangan dengan mendengar pertimbangan Bupati/Walikota serta memperhatikan :

1. harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual beli yang terjadi secara wajar;2. perbandingan harga dengan objek lain yang sejenis yang letaknya berdekatan dan fungsinya sama dan telah diketahui harga jualnya;3. nilai perolehan baru;4. penentuan Nilai Jual Objek Pajak pengganti.

e. Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NJOPTKP)NJOPTKP adalah batas NJOP atas bumi dan/atau bangunan yang tidak kena pajak. Besarnya NJOPTKP untuk setiap daerah Kabupaten/Kota setinggi-tingginya Rp 12.000.000,- dengan ketentuan sebagai berikut :1. Setiap Wajib Pajak memperoleh pengurangan NJOPTKP sebanyak satu kali dalam satu Tahun Pajak.2. Apabila Wajib Pajak mempunyai beberapa Objek Pajak, maka yang mendapatkan pengurangan NJOPTKP hanya satu Objek Pajak yang nilainya terbesar dan tidak bisa digabungkan dengan Objek Pajak lainnya.f. Dasar Penghitungan PBBDasar penghitungan PBB adalah Nilai Jual Kena Pajak (NJKP).Besarnya persentase NJKP adalah sebagai berikut :1. Objek pajak perkebunan adalah 40%2. Objek pajak kehutanan adalah 40%3. Objek pajak pertambangan adalah 40%4. Objek pajak lainnya (pedesaan dan perkotaan):-apabila NJOP-nya Rp1.000.000.000,00adalah 40%-apabila NJOP-nya < Rp1.000.000.000,00 adalah 20%

g. Tarif PBBBesarnya tarif PBB adalah 0,5%Rumus Penghitungan PBBRumus penghitungan PBB = Tarif x NJKP1. Jika NJKP = 40% x (NJOP - NJOPTKP) maka besarnya PBB = 0,5% x 40% x (NJOP-NJOPTKP) = 0,2% x (NJOP-NJOPTKP)2. Jika NJKP = 20% x (NJOP - NJOPTKP) maka besarnya PBB = 0,5% x 20% x (NJOP-NJOPTKP) = 0,1% x (NJOP-NJOPTKP)