PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan...

203
PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realita

Transcript of PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan...

Page 1: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

PERNIKAHAN SIRRI:Antara Cita dan Realita

Page 2: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Sanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta, sebagaimana yang diatur dan diubah dari Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002, bahwa:Kutipan Pasal 113(1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagai-

mana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah).

(2) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h untuk Peng guna an Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

(3) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau huruf g untuk Peng guna an Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp 1.000.000. 000,00 (satu miliar rupiah).

(4) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp 4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).

Page 3: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

PERNIKAHAN SIRRI:

Antara Cita dan Realita

Dr. Siti Zumrotun, M.Ag.

EditorDr. Ilyya Muhsin, M.Si.

Page 4: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

GERAKAN ISLAM POLITIKDI PERGURUAN TINGGI UMUM

Penulis:Dr. Ilyya Muhsin, M.Si.

Editor:Dr. Siti Zumrotun

Tata Letak & Rancang Sampul:Bang Joedin

Penerbit:Trussmedia Grafika

Jl. Gunungan, Karang RT.03, No.13, SingosarenBanguntapan, Bantul

Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)Phone. 08 222 923 8689, WA. 0857 291 888 25

Email: [email protected]

Cetakan I, Juli 2018xv + 189 hlm.; 16 x 23 cmISBN 978-602-5747-12-0

Page 5: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Dr. Siti Zumrotun, M.Ag. v

Kata Pengantar

Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kepada Allah SWT yang selalu mencurahkan Rahmat dan Hidayah serta

karunianya kepada Penulis, sehingga buku yang berjudul Pernikahan Sirri: antara cita dan realita, dapat diselesaikan. Shalawat dan salam tetap tercurahkan kepada junjungan Nabi agung kita Muhammad SAW yang telah merintis sekaligus mengembangkan tasyri’ Islam, sehingga Islam tampil sebagai agama yang Rahmatan lil’alamiin. Sekaligus sebagai uswatun hasanah dalam segala bidang kehidupan baik dalam berkeluarga, bermasyarakat maupun dalam bernegara.

Buku ini merupakan hasil penelitian tentang fenomena nikah sirri di masyarakat. Buku yang Penulis susun ini dalam semua bab mengkaji tentang pernikahan sirri baik dalam teori maupun praktek di masyarakat. Faktor yang mendorong, proses pernikahan, bentuk pernikahan, persepsi masyarakat serta implikasinya dalam kehidupan yang dialami oleh para pelaku nikah sirri.

Buku ini menggambarkan secara lengkap tentang pernikahan sirri yang dipraktikkan oleh masyarakat dengan menggambarkan kehidupan keluarga mereka. Bahkan juga kehidupan sosial ke masya-rakatan dan juga hubungannya dengan kehidupan bernegara, ber-dasarkan pada penelitian yang langsung dilakukan oleh penulis.

Penulis menyadari bahwa buku ini masih jauh dari sempurna, sehingga masih banyak masukan dan kritik yang sifatnya membangun dari kalangan pembaca, akademisi. Para Kyai dan masyarakat pada umumnya.

Page 6: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Pernikahan Sirri: Antara Cita dan Realita

vi Dr. Siti Zumrotun, M.Ag.

Kami ucapkan terima kasih kepada para pihak yang telah men dukung terbitnya buku ini. Terutama kepada seluruh sivitas aka-demika IAIN Salatiga, masyarakat pelaku nikah sirri, serta teman-teman yang tidak bisa saya sebut satu persatu. Terima kasih juga saya hutur kan kepada suamiku tercinta dan anak-anakku tersayang. Jazakumullah khairal jaza’.

Salatiga, 20 Oktober 2017Penulis

Dr. Siti Zumrotun, M.Ag.

Page 7: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Dr. Siti Zumrotun, M.Ag. vii

Pengantar EditorPernikahan Sirri Bukan Solusi

Pernikahan merupakan hal yang esensial bagi kehidupan manusia sepanjang hidupnya. Dengan pernikahan atau

perkawinan manusia bisa membentuk keluarga dalam rangka meneruskan keturuannya. Selain itu pernikahan juga merupakan tuntutan kodrat setiap manusia. Bahkan perkawinan tidak hanya urusan manusia dengan manusia lainnya, akan tetapi juga merupakan urusan manusia dengan Tuhannya. Oleh karena itu semua agama atau bahkan Negara mengatur hal tersebut.

Islam merupakan agama yang memiliki aturan secara detail terkait dengan pernikahanan dengam tujuan agar manusia bisa men-jalani hidup keluarga secara maslahah dunia dan akhirat. Bukan sebaliknya dengan pernikahan malah menimbulkan kemaf sadatan atau kesengsaraan. Sehubungan dengan hal tersebut bukan hanya agama tapi juga Negara membuat peraturan ataupun undang-undang terkait dengan tata aturan pernikahan.

UU No 1 Tahun 1974 mengatur mekanisme perkawinan ber-dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-kem bangan zaman dalam rangka menjaga ketertiban dan per lindu-ngan kepada masyarakat khususnya pihak perempuan. Sebagai-mana tercantum dalam pasal Pasal 2 ayat (1) menyatakan bahwa perkawinan sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agama dan kepercayaan. Pasal 2 Ayat (2) menyatakan bahwa tiap-tiap perkawinan dicatat menurut perundang-undangan yang berlaku. Terhadap pasal 2 ayat (2) ini terdapat 2 macam penafsiran, yaitu:

Page 8: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Pernikahan Sirri: Antara Cita dan Realita

viii Dr. Siti Zumrotun, M.Ag.

Pertama, pendapat yang memisahkan pasal 2 ayat (1) dengan ayat (2), sehingga perkawinan sudah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing dan kepercayaannya, sedangkan pendaftaran hanyalah merupakan syarat administratif. Hal ini menunjukkan bahwa perkawinan antara orang-orang yang beragama Islam sudah sah apabila telah memenuhi syarat-syarat dan rukunnya.

Kedua, pendapat yang menyatakan antara pasal 2 ayat (1) dan (2) merupakan satu kesatuan yang menentukan sahnya suatu perkawinan. Pendapat ini didasarkan pada penafsiran sosiologi dan dikaitkan dengan akibat hukum dari perkawinan.1

Kelompok yang berpendapat bahwa pencatatan perkawinan sebagai syarat adminisrasi hanya memandang pada proses ijab qabul yang sudah memenuhi syarat dan rukun secara agama tanpa me-man dang akibat hukumnya dan juga bukan pada pencatatannya. Pen dapat ini dipegangi oleh masyarakat Islam pada umumnya dan juga para ahli hukum di Indonesia.

Pro dan kontra tersebut hanya terjadi di kalangan pakar hukum ataupun akademisi. Sedangkan masyarakat pada umunya memegangi bahwa pernikahan sudah sah ketika sudah memenuhi syarat dan rukun menurut hukum Islam. Tidak menjadi persoalan apakah pernikahan itu sudah dicatatkan atau belum. Pencatatan di hadapan KUA hanya merupakan syarat adminitratif sehingga tidak mengurangi keabsahan nikah itu sendiri. Pernikahan semacam ini dikenal oleh kalangan masyarakat dengan istilah nikah sirri atau nikah dibawah tangan atau nikah modin.

Banyak faktor yang mendorong masyarakat untuk melakukan pernikahan secara sirri ini antara lain: faktor agama, pendidikian ekonomi, biologis, ekonomi juga mitos dan lingkungan.

Tuntunan agama yang didukung dengan adanya pemuka agama yang mau menikahkan para pelaku nikah sirri ini mencari

1 Wasman dan Wardah Nuroniyah, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia Perbandingan Fiqih dan Hukum Positif, (Yogyakarta: Teras, 2011), h. 46.

Page 9: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Dr. Siti Zumrotun, M.Ag. ix

Pernikahan Sirri: Antara Cita dan Realita

legitimasi dari sisi agama. Sehingga hubungan biologis mereka men-jadi halal. Fenomena ini menggambarkan betapa faktor ajaran agama memiliki peran yang sangat penting dalam mendorong seseorang untuk melakukan pernikahan. Tetapi sayangnya, para pasangan yang menikah sirri ini sering tidak mengindahkan faktor tersebut, sehingga mereka melaksanakan rukun dan syarat nikah sirri secara setengah-setengah. Dalam Islam pernikahan tidak boleh dilakukan secara diam-diam walau sudah memenuhi syarat dan rukunnya. Islam sangat menganjurkan untuk melakukan perayaan atau walimah sebagai tanda syukur dan kegembiraan atas pernikahan tersebut. Bahkan bukan hanya sekadar pengumuman atau pun persaksian, akan tetapi walimah memiliki fungsi untuk menghindarkan suatu

pasangan dari fitnah atau isu negatif. Mereka ingin menghalalkan suatu hubungan dengan berupaya

menjalankan tuntunan agama, namun pada praktiknya mereka tidak me menuhi unsur penghalalan nikah tersebut. Akibatnya, tujuan utama menikah sirri agar terhindar dari fitnah dan pelabelan negatif pun tidak terwujud, dan bahkan memunculkan pelabelan yang bahkan lebih keras lagi. Ada yang mengatakan perilaku tersebut tidak ber moral, merebut suami orang, hanya ingin mementingkan diri sendiri, dan lain-lain.

Dengan demikian, hal ini tentu saja kembali berpulang ke-pada pemahaman dan tingkat pendidikan praktik pelaku nikah sirri tersebut terhadap apa hakikat sah dan tidaknya nikah sirri ini. Karena itulah peran pemuka agama atau siapapun tokoh yang merasa mempunyai kemampuan untuk menikahkan pasangan nikah sirri ini sangatlah penting dalam proses adaptasionis yang menyebabkan praktik nikah sirri ini terus lestari.

Salatiga, 25 Oktober 2017Editor,Dr. Ilyya Muhsin, M.Si.

Page 10: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-
Page 11: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Dr. Siti Zumrotun, M.Ag. xi

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ..........................................................................................vPengantar Editor: Pernikahan Sirri Bukan Solusi ............................. viiDaftar Isi ................................................................................................ xi

BAB I PERNIKAHAN DALAM BUDAYA MANUSIA .......................1

BAB II PERNIKAHAN SIRRI ............................................................11

A. Pengertian Nikah dan Nikah Sirri .......................................... 11B. Tujuan Nikah dan Relevansinya dengan Nikah Sirri ........... 19

BAB III PENCATATAN PERNIKAHAN .............................................25

A. Pencatatan Pernikahan antara Syarat Administratif atau Syarat Kumulatif ........................................................................ 25

B. Pencatatan Perkawinan dalam Islam ...................................... 28C. Pencatatan Perkawinan di Indonesia...................................... 30

1. Pencatatan Perkawinan dalam UU No 22 Tahun 1946.. 302. Pencatatan Perkawinan dalam UU No. 1 Tahun 1974 ... 313. PP No 9 Tahun 1975 Tentang Pelaksanaan UU No 1

Tahun 1974 Tentang Perkawinan ..................................... 334. Pencatatan Perkawinan dalam KHI ................................. 355. Pencatatan perkawinan dalam UU No. 23 Tahun 2006

Tentang Administrasi Kependudukan ............................. 35

Page 12: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Pernikahan Sirri: Antara Cita dan Realita

xii Dr. Siti Zumrotun, M.Ag.

D. Perbedaan Pendapat Tentang Pencatatan Perkawinan ........ 361. Syarat Administratif ........................................................... 372. Syarat Kumulatif ................................................................. 39

BAB IV BENTUK-BENTUK DAN TIPE-TIPE PERNIKAHAN SIRRI

DI MASYARAKAT .................................................................43A. Profil Keluarga Nikah Sirri ...................................................... 43

1. Pernikahan Sirri di Usia Senja .......................................... 442. Pernikahan Pada Masa Iddah: Kasus Nt dan Edy .......... 493. Pernikahan Pensiunan: Kasus Kdjh dan Rjmn ............... 514. Pernikahan PNS dengan Janda ......................................... 545. Pernikahan Semi Duda dengan Gadis: Kasus suami

ditinggal istri bekerja ke luar negera menjadi TKW, (kasus Ags dan Rhy) ........................................................... 62

6. Pernikahan Semi Janda dengan Perjaka: Kasus Hnk dan Antk ...................................................................................... 64

7. Pernikahan Janda dengan Semi Duda ............................. 668. Pernikahan Gadis dengan Pria yang sudah Bersuami ... 699. Pernikahan Perempuan yang masih bersuami dengan

laki-laki yang masih bersuami: kasus sgym dan bun. .... 7210. Pernikahan Poligami karena Istri Pertama Mandul: Kasus Jnd dan Rbh .............................................................. 7611. Pernikahan sirri yang ketiga: Kasus Snph dan Sgng ...... 8012. Pernikahan Janda dengan laki yang beristri (kasus Mnh

dan Rtn) .............................................................................. 8513. Pasangan TKI (Kasus Ztn dan ZD) .................................. 8814. Pernikahan Duda dengan Perempuan Semi Janda

(Pasangan Bapak Kary dan Ibu Zhrtn) ............................ 8915. Pernikahan Sirri Janda Pensiunan dengan Orang yang

Tidak Normal ..................................................................... 9016. Pernikahan antar negara (Pasangan My dan Bny) ......... 9217. Pernikahan Pada Masa Iddah (Kasus Shd Dan Strn) ..... 94

Page 13: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Dr. Siti Zumrotun, M.Ag. xiii

Pernikahan Sirri: Antara Cita dan Realita

B. Model Pernikahan Sirri di Masyarakat .................................. 961. Memenuhi Syarat dan Rukun Pernikahan Menurut Fiqh ..972. Tidak Memenuhi Syarat dan Rukun Pernikahan Menurut Fiqh ...................................................................... 983. Memenuhi Syarat dan Rukun Menurut UUP No.1 Tahun 1974 ................................................................. 994. Tidak Memenuhi Peraturan dalam UUP No.1 Tahun 1974 ................................................................. 995. Walimah ............................................................................. 1006. Tidak Ada Walimah.......................................................... 1017. Pencatatan .......................................................................... 1028. Tempat Pelaksanaan ......................................................... 103

C. Tipologi Pernikahan Sirri Masyarakat Salatiga ................... 1051. Tipologi Pernikahan ......................................................... 105

D. Persepsi Masyarakat Terhadap Pasangan Nikah Sirri ........ 128

BAB V FAKTOR-FAKTOR TERJADINYA PERNIKAHAN SIRRI DI MASYARAKAT ...............................................................133

A. Faktor Internal Terjadinya Nikah Sirri Masyarakat .......... 1331. Meraih Keuntungan dalam Bidang Ekonomi ............... 1332. Dalam Rangka Memenuhi Kebutuhan Biologis ........... 1353. Pertimbangan dalam Menjalankan Agama ................... 1374. Keuntungan Psikologis..................................................... 1395. Umur Sudah Tua .............................................................. 1396. Terbentur Aturan Administrasi ...................................... 139

B. Faktor Eksternal Terjadinya Nikah Sirri ............................. 1431. Peraturan Perundang-Undangan .................................... 1432. Sosial dan Budaya ............................................................. 1443. Karakter Masyarakat ....................................................... 1454. Peran Kyai/Tokoh Masyarakat ........................................ 1465. Mitos ................................................................................... 1476. Lembaga KUA .................................................................. 147

Page 14: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Pernikahan Sirri: Antara Cita dan Realita

xiv Dr. Siti Zumrotun, M.Ag.

7. Tingkat Pengetahuan Masyarakat ................................. 148

BAB VI IMPLIKASI NIKAH SIRRI DALAM KEHIDUPAN ...........149

A. Implikasi Nikah Sirri dalam Kehidupan Berkeluarga, Ber masyarakat, dan Bernegara ............................................. 149

1. Implikasi Nikah Sirri dalam Kehidupan Berkeluarga .. 1492. Implikasi dalam Kehidupan Bermasyarakat ................. 1513. Implikasi dalam Kehidupan Bernegara ......................... 154

B. Praktik Nikah Sirri dalam Analisis Maqāsid al-Syari’ah ....158

BAB VII PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP NIKAH SIRRI ....165

A. Persepsi Tokoh Masyarakat ................................................... 166B. Persepsi Tokoh Agama ........................................................... 168C. Persepsi Pejabat Pemerintah ................................................. 170D. Persepsi dari Kalangan Akademisi ....................................... 175

PENUTUP ..................................................................................179

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................183

Page 15: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Dr. Siti Zumrotun, M.Ag. 1

BAB I

PERNIKAHAN DALAM BUDAYA MANUSIA

Sejarah mencatat beberapa masalah krusial terkait dengan ke hidupan manusia hubungannya dengan seksual. Bahkan

tidak hanya manusia, binatangpun juga memiliki naluri dalam hubungannya dengan masalah seksual. Karena Allah manciptakan makhluk dengan berpasangan. Demikianlah naluri makhluk, masing-masing memiliki pasangan dan berusaha untuk bertemua dengan pasa ngannya. Tidak ada satu naluri yang lebih dalam dan lebih kuat dorongannya melebihi naluri dorongan pertemuan dua lawan jenis: pria dan wanita, jantan dan betina, positif dan negatif. Itulah ciptaan dan pengaturan ilahi.

Sebagaimana firman Allah dalam surat adz-Dzariyat: 49

رون   لعلكم تذك ء خلقنا زوجي  ش ومن كArtinya: “Segala sesuatu telah Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah”.

Dalam surat Yasin: 36

نفسهم رض ومن أ

ا تنبت ٱل زوج كها مم

ي خلق ٱل سبحن ٱلا ل يعلمون ٣٦ ومم

Page 16: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Pernikahan Sirri: Antara Cita dan Realita

2 Dr. Siti Zumrotun, M.Ag.

Artinya: Maha suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui.

Laki-laki dan perempuan sebagai pasangan manusia harus hidup bekerja sama dan hidup harmonis. Salah satu bentuk kerja sama dan perwujudan dari kehidupan harmonis itu adalah pernikahan. Sebelum perwujudan hidup kerjasama dalam bentuk pernikahan sebagai mana yang dikenal sekarang ini ada bentuk-bentuk pe nyatu an antara laki-laki dan perempuan dalam menyalurkan naluri seksualnya. Misalnya jika dipelajarai tentang adat istiadat sebeluam Islam.

Dalam bidang hukum, Mushthafa Sa’id Al-Khinn sebagaimana dikutip Jaih Mubarok menyebutkan bahwa bangsa Arab pra-Islam menjadikan adat sebagai hukum dengan berbagai bentuknya. Dalam perkawinan mereka mengenal beberapa macam perkawinan, antara lain sebagai berikut:1. Istibdha, pernikahan untuk mencari keuntungan, yaitu seorang

suami meminta kepada istrinya untuk berjimak dengan pria yang dipandang mulia atau memiliki kelebihan tertentu, seperti keberanian dan kecerdasan. Selama istri berjimak dengan laki-laki tersebut, suami menahan diri dengan tidak berjimak dengan istrinya sebelum terbukti bahwa istrinya hamil. Jika istri sudah hamil dengan laki-laki terhormat tresebut maka suami kembali menjimaki istrinya. Tujuan perkawinan samacam ini adalah agar istri melahirkan anak yang memiliki sifat yang dimiliki oleh laki-laki yang menjimakinya yang tidak dimiliki oleh sifat suaminya. Salah satu contohnya adalah seorang suami merelakan istrinya berjimak dengan raja hingga terbukti hamil agar memperoleh anak yang berasal dari bangsawan atau orang-orang terhormat.

2. Poliandri, yaitu beberapa laki-laki berjimak dengan seorang wanita. Biasa nya wanita semacam ini memasang bendera di depan rumahnya sebagai tanda bahwa wanita itu bisa dikenali. Setelah per empuan itu hamil dan melahirkan anak, perempuan

Page 17: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Dr. Siti Zumrotun, M.Ag. 3

Bab I: Pernikahan dalam Budaya Manusia

tersebut memanggil semua laki-laki yang pernah menjimaknya untuk berkumpul di rumahnya. Setelah semuanya hadir, per-empu an tersebut memberitahukan bahwa ia telah dikaruniai anak hasil hubungan dengan mereka, kemudian sang perempuan menunjuk salah satu dari semua laki-laki tersebut untuk menjadi bapak dari anak yang dilahirkannya. Sedangkan laki-laki yang ditunjuk tidak boleh menolak. Yang dijadikan dasar untuk menentukan siapa bapak dari anak tersebut adalah tanda-tanda distinktif serta wajah anak, yang ditentukan oleh ahli nujum dan para fisiognomis. Selanjutnya para fisiognomis itu menyatakan pandangannya mengenai anak siapakah bayi itu. Wanita semacam ini bisa dikatakan sekarang sama dengan pelacur.1

3. Maqtha Yaitu seorang laki-laki menikahi ibu tirinya setelah bapak nya meninggal dunia. Jika seorang anak ingin mengawini ibu tirinya dia melemparkan kain kepada ibu tirinya sebagai tanda bahwa ia menginginkannya. Sementara ibu tirinya tidak memiliki kewenangan untuk menolak. Jika anak laki-laki tersebut masih kecil, ibu tiri diharuskan menunggu sampai anak tersebut dewasa. Setelah dewasa, anak tersebut berhak memilih untuk menjadikannya sebagai istri atau melepaskannya.

4. Badal, Yaitu tukar-menukar istri tanpa bercerai terlebih dahulu dengan tujuan untuk memuaskan jimak dan terhindar dari kebosanan.

5. Shighar, yaitu seorang wali menikahkan anak atau saudara atau saudara perempuannya kepada seorang laki-laki tanpa mahar.2

Selanjutnya berkembang bentuk-bentuk perkawinan yang ter-kenal dan berlaku dalam masyarakat tradisional bisa dikla sifi kasikan

1 Murtadha Muthahhari, The Rights of Women in Islam, Terj. M. Hashem, Hak-hak Wanita Dalam Islam (Jakarta: Lentera Basritama, 2000), hlm. 208.

2 Mushthafa Sa’id Al-Khinn, 1984: 18-19, yang dikiutip oleh Jaih Mubarok, Sejarah dan Perkembangan Hukum Islam,(Bandung: Remaja Rosda Karya:2000), hlm. 20-21.

Page 18: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Pernikahan Sirri: Antara Cita dan Realita

4 Dr. Siti Zumrotun, M.Ag.

menjadi dua, yaitu monogamy, poligini dan poliandri. Sedangkan dalam masyarakat modern pada umumnya hanya mengenal bentuk perkawinan monogami.

Monogami merupakan perkawinan antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan pada suatu saat tertentu. Bentuk ini dikenal oleh umum dan dapat ditemukan dalam setiap masyarakat, bahkan dikalangan penganut agama Kristen bentuk ini merupakan sebuah keharusan. Monogami merupakan bentuk perkawinan yang paling alami. Dalam monogami terdapat semangat eksklusif yang khusus, yakni perasaan saling memiliki secara khusus dan individual.3 Dalam monogami, istri dan suami memandang perasaan, kasih sayang, dan keuntungan seksual sebagai milik dan hak timbal balik.

Poligini atau poligami merupakan bentuk jamak tunggal. Poligami ini bisa diklasifikasikan menjadi tiga tipe, yaitu poigini, poliandri, conogami4:a. Poligini, merupakan perkawinan antara seorang laki-laki dengan

lebih dari satu wanita dalam waktu yang sama. Sebenarnya setiap manusia ini mempunyai kecenderungan untuk melakukan poligini, akan tetapi karena adanya nilai-nilai dan kaidah-kaidah dalam masyarakat, maka kecenderungan untuk berpoligini dapat dikekang.

Ada beberapa hal yang menyebabkan terjadinya poligini, antara lain:(1) Faktor kebudayaan, perang misalnya mengurangi jumlah

laki-laki sehingga terjadi ketidakseimbangan antara jumlah laki-laki dan perempuan sehingga memungkikan adanya poligini.

(2) Lingkungan sosial, seperti penyakit yang memperkecil jumlah kaum laki-laki.3 Murtadha Muthahhari, The Rights of Women in Islam, Terj. M. Hashem,

Hak-hak Wanita Dalam Islam (Jakarta: Lentera Basritama, 2000), hlm. 206.4 Siti Norma & Sudarso, Pranata Keluarga., hlm. 230.

Page 19: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Dr. Siti Zumrotun, M.Ag. 5

Bab I: Pernikahan dalam Budaya Manusia

(3) Untuk mendapatkan status dalam masyarakat, karena makin banyak istri, maka statusnya makin tinggi dalam masyarakat.

(4) Untuk tujuan ekonomi, karena makin banyak istri maka makin banyak yang membantu untuk mengolah sawahnya atau mencari rezeki.

(5) Ingin mendapatkan keturunan karena istri yang pertama tidak dapat memberi keturunan.5

b. Poliandri, seorang wanita, dalam waktu yang sama, mempunyai lebih dari seorang suami. Will Durant menulis, ”Praktik seperti ini dapat ditemukan pada suku Tuda dan beberapa suku di Tibet”. Bentuk poliandri ini sekarang sudah tidak dikenal oleh masyarakat. Hal ini disebabkan karena ayah dari anak tidak dikenal. Dalam jenis hubungan perkawinan ini, hubugan antara ayah dan ananknya tidak pasti.6 masyarakat menganggap hal ini sebagai sesuatu yang luar biasa dan merupakan bentuk perkawinan yang tidak diakui.7

c. Conogami, merupakan perkawinan dari dua atau lebih laki-laki dengan dua atau lebih wanita dalam perkawinan kelompok.8 Dalam perkawinan ini tidak ada pria yang mempunyai hubungan eksklusif dengan seorang wanita tertentu, dan tidak ada wanita yang terpaut secara eksklusif pada seorang pria tertentu. Will Durant menyebutnya dengan istilah ”perkawinan kelompok”.9

Dalam ilmu antropologi dikenal ada dua jenis perkawinan poligami yang menyebabkan sikap istri berbeda-beda dalam menerimanya. Yaitu poligami yang dasarnya romantic love marriage dan poligami yang disarnya economic marriage. Poligami model pertama (romantic love marriage) akan berlangsung sangat alot.

5 Ibid., hlm. 231.6 Murtadha Muthahhari, Hak-hak Wanita Dalam Islam, hlm. 208-209.7 Khoiruddin, Sosiologi Keluarga, hlm. 24. 8 Siti Norma & Sudarso, Pranata Keluarga, hlm. 231.9 Murtadha Muthahhari, Hak-hak Wanita Dalam Islam, hlm. 206.

Page 20: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Pernikahan Sirri: Antara Cita dan Realita

6 Dr. Siti Zumrotun, M.Ag.

Poligami model ini banyak berahir dengan perceraian. Biasa seorang istri bersikeras untuk tidak mau dipoligami. Bahkan mengajukan opsi lebih baik dicerai dari pada dipoligami. Jika akhirnya istri bisa menerima poligami ini, maka dalam model ini keadaan keluarga akan terus menerus ditimpa masalah yang memicu pada perang dingin antara suami dan istri. Namun jika istri bisa mentranformasikan situasi dengan mengambil manfaat untuk menyenagkan diri sendiri dan anak-anaknya sehingga suami tak lebih hanya sapi perahan maka perkawinan poligami ini mungkin bias bertahan.

Dalam model ini romantic love marriage, penerimaan istri atas poligami sering didasarkan atas pertimbangan untuk mem per-tahan kan sebuah keyakinan bahwa rumah tangganya telah dibangu n berdasarkan cinta.perceraian bagi mereka hampir bukan pilihan karena perceraian merupakan penghancuran atas seluruh bangunan keyakinan atas keluarga yang selama telah dibangun atas dasar cinta dan ke setiaan. Tak heran misalnya ada perempuan yang menerima per-kawin an poligami meskipun secara finansial mereka cukup mandiri.

Berbeda dengan model economic marriage, poligami yang dilakukan dalam model ini disebabkan kebutuhan ekonomi. Poli-gami model ini harus bisa diterima dan dirasionalisasikan. Praktek model ini biasanya terjadi pada masyarakat agraris, dalam kleuarga petani-petani pegunungan atau para pedagang nomaden. Ini juga penjelasan yang bisa rasional untuk praktek poligami dan konon bisa harmonis.10

Dari berbagai bentuk perkawinan tersebut melahirkan bentuk-bentuk keluarga yang bisa dibedakan menjadi dua, yakni keluarga batih (Conjugal family atau Basik family) adalah keluarga yang terdiri suami, isteri dan anak-anak mereka yang belum kawin.11

10 Faqihuddin Abdul qadir, Memilih monogamy, Pembacaan Atas Al-Qur’an dan Hadis Nabi, (Yogyakarta: LKiS Pelangi Aksara:2005), hlm.Ii-Iii.

11 Siti Norma & Sudarso, Pranata Keluarga, hlm. 231.

Page 21: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Dr. Siti Zumrotun, M.Ag. 7

Bab I: Pernikahan dalam Budaya Manusia

Keluarga kerabat atau besar (Exentended family atau Consanguine family atau joint family) adalah keluarga yang tidak hanya terdiri dari suami, istri, dan anak-anak mereka, melainkan termasuk juga orang-orang yang ada hubungan darah dengan mereka, misalnya kakek, nenek, paman,  bibi, keponakan dan sebagainya.12

Mengenai consanguine family, lebih jauh dapat dibedakan lagi menjadi dua bentuk, yaitu: pertama, consanguine family yang matrilineal yaitu bahwa yang masuk keluarga adalah kelompok dari saudara-saudara perempuan dan laki-laki dengan anak-anak dari saudara perempuan tersebut. Sehingga di sini terdapat keadaan laki-laki yang telah kawin seakan-akan tidak termasuk dalam keluarga si istri beserta anak-anaknya, dan suami tersebut tetap bersama keluarganya sendiri. Sedang istri berkeluarga dengan anak-anaknya dan saudara-saudara perempuanya dan saudara-saudara laki-lakinya beserta anak-anak dari saudara-saudara perempuannya. Kedua, consanguine family yang patrilineal yang merupakan kebalikannya dari consanguine family yang matrilinial yaitu istri tidak termasuk keluarga suaminya. Suami berkeluarga dengan saudara-saudara perempuan dengan anak-anaknya sendiri dan saudara-saudaranya laki-laki beserta anak-anak dari saudara-saudara laki-laki tersebut.

Jika ditinjau dari tempat tinggal atau pemukiman keluarga bisa dibedakan menjadi: pertama, patrilokal adalah pasangan suami istri, tinggal bersama atau dekat dengan keluarga sedarah suami. Kedua, matrilokal adalah pasangan suami istri, tinggal bersama atau dekat dengan keluarga satu istri.13 Ketiga, neolokal adalah pasangan suami istri, tinggal jauh dari keluarga suami maupun istri. Berdasarkan penelitian yang pernah penulis lakukan ada satu lagi tipe keluarga berdasarkan pemukiman yaitu mediolokal, keluarga yang tinggal dekat dengan keluarga suami dan dekat dengan keluarga istri, karena pernikahan tersebut dilakukan dengan saudara dan tinggal dalam

12 Ibid., hlm. 232.13 Ibid., hlm. 233.

Page 22: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Pernikahan Sirri: Antara Cita dan Realita

8 Dr. Siti Zumrotun, M.Ag.

satu kampung.14

Dalam melaksanakan peran suami dan istri dalam keluarga bisa dibedakan menjadi tiga yaitu: patriakal adalah keluarga yang dominan dan memegang kekuasaan dalam keluarga adalah dipihak ayah atau suami. Matriakal adalah keluarga yang dominan dan memegang kekuasaan dalam keluarga adalah pihak ibutau istri. Equalitarium adalah keluarga yang memegang kekuasaan adalah ayah atau suami dan ibu atau istri.15

Berbagai tipologi keluarga yang dalam ilmu sosiologi tersebut memiliki berbagai fungsi.16 Adapun fungsi-fungsi keluarga tersebut antara lain: a. Fungsi pengaturan keturunan, keluarga menjamin keberlang-

su ngan reproduksi. Karena fungsi reproduksi ini merupakan hakikat untuk kelangsungan hidup manusia dan sebagai dasar kehidupan sosial manusia, dan bukan hanya sekedar kebutuhan biologis saja. Fungsi ini didasarkan atas pertimbangan sosial, misalnya dapat melanjutkan keturunan, dapat mewariskan harta, serta pemeliharaan pada hari tua. Pada umumnya masyarakat mengatakan bahwa perkawinan tanpa menghasilkan anak merupakan suatu kemalangan karena bisa menimbulkan hal-hal yang negatif. Bahkan ada yang berpendapat semakin banyak anak semakin banyak rizqi.

b. Fungsi sosialisasi atau pendidikan. Fungsi ini adalah untuk mendidik anak mulai dari awal sampai pertumbuhan anak hingga terbentuk personality-nya. Anak-anak itu lahir tanpa bekal sosial, agar bisa berpartisipasi maka harus disosialisasi oleh orangtuanya tentang nilai-nilai-nilai yang ada dalam masyarakat. Anak harus

14 Hasil penelitian Siti Zumrotun, Pola Perkembangan Perkawinan Endogami: Studi Kasus di Dusun Jembangan, Desa Sruwen, Kecamatan Tengaran, Tahun 2015.

15 Siti Norma & Sudarso, Pranata Keluarga, hlm.233.16 Ibid., hlm. 234-236.

Page 23: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Dr. Siti Zumrotun, M.Ag. 9

Bab I: Pernikahan dalam Budaya Manusia

diajari norma-norma yang baik yang berlaku dan norma-norma jelak yang seharusnya dijauhi dan tidak dilaksanakan. Dengan demikian keluarga merupakan perantara diantara masyarakat luas dan individu. Kepribadian seseorang diletakkan pada waktu uang sangat muda sedangkan yang sangat berepengaruh dalam kepribadian ini adalah seorang ibu.

c. Fungsi ekonomi atau unit produksi. Fungsi keluarga ini meliputi pencarian nafkah, perencanaan dan pembelanjaannya. Pelak-sana anya dilakukan oleh dan untuk semua anggota keluarga, sehingga akan menambah saling mengerti, solidaritas dan tang-gung jawab bersama. Fungsi ini menggambarkan bahwa keluarga bisa berfungsi sebagai lembaga ekonomi yang masing-masing ang gotanya memiliki peran dan hubungan dalam bekerja. Se-hingga tidak hanya suami yang berperan dalam bidang ekonomi. Hubungan suami istri dan anak-anak bisa dipandang sebagai teman dalam bekerja.

d. Fungsi Pelindung. Fungsi ini lebih menitikberatkan dan mene-kankan kepada rasa aman dan terlindungi apabila anak merasa aman dan terlindungi barulah anak dapat bebas melakukan penjajaan terhadap lingkungan.

e. Fungsi Penentuan status. Jika dalam masyarakat terdapat per-bedaan status yang besar, maka kleuarga akan mewariskan statusnya pada tiap-tiap anggota atau individu sehingga tiap-tiap anggota keluarga mempunyai hak-hak istimewa. Perubahan status ini biasanya melalui perkawinan. Hak-hak istimewa keluarga, misalnya menggunakan hak milik tertentu. Jadi status dapat diperoleh melalui assign status maupun ascribed status.

f. Fungsi Pemeliharaan. Keluarga pada dasarnya berkewajiban untuk memelihara anggota-anggota yang sakit, menderita, dan tua. Fungsi pemeliharaan ini pada setiap masyarakat berbeda-beda, akan tetapi sebagian masyarakat membebani keluarga dengan pertanggungjawaban khusus terhadap anggotanya bila mereka

Page 24: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Pernikahan Sirri: Antara Cita dan Realita

10 Dr. Siti Zumrotun, M.Ag.

tergantung pada masyarakat. Seiring dengan perkembangan masyarakat yang makin dan modern dan komplek, sebagian dari pelaksanaan fungsi pemeliharaan ini lambat laun mulai banyak diambil alih dan dilayani oleh lembaga-lembaga masyarakat, misalnya rumah sakit, rumah-rumah yang khusus melayani orang jompo.

g. Fungsi Afeksi. Salah satu kebutuhan dasar manusia adalah kebutuhan akan kasih sayang atau rasa dicintai. Sejumlah studi telah menunjukkan bahwa kenakalan yang serius adalah satu ciri khas dari anak yang sama sekali tidak pernah mendapatkan perhatian atau merasakan kasih sayang. Di sisi lain, ketiadaan afeksi juga akan menggerogoti kemampuan bayi untuk bertahan hidup.

Keluarga dengan berbagai fungsinya tersbut maka kehidupan manusia akan terus berlangsung dan masing-masing pasangan bisa memiliki peran dan fungsi dalam mendidik anak dalam membangun masyarakat sesuai dengan tanggung jawab masing-masing.

Page 25: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Dr. Siti Zumrotun, M.Ag. 11

BAB II

PERNIKAHAN SIRRI

A. Pengertian Nikah dan Nikah Sirri

Dewasa ini fenomena nikah sirri menjadi isu menarik untuk diperbincangkan secara serius, bukan karena

nikah sirri tersebut dilakukan dengan sembunyi-sembunyi dan menuai kontroversi di kalangan ahli hukum di Indonesia, melainkan nikah sirri tersebut sudah menjadi perilaku yang tidak tabu baik di kalangan pejabat, selebriti, praktisi politik atau bahkan tokoh agama dan juga tokoh masyarakat maupun rakyat biasa. Selain itu juga realitas praktik nikah sirri di masyarakat menimbulkan banyak masalah yang tidak sederhana dalam menjalani kehidupan keluarga. Mulai dari masalah ekonomi, sosial, budaya sampai pada masalah hukum dan pendidikan.

Untuk memposisikan secara proporsional, masalah nikah sirri harus dimaknai secara seragam terlebih dahulu. Sehingga tidak muncul berbagai interpretasi yang berbeda-beda. Secara etimologi nikah sirri dalam bahasa Arab disebut nikāh al-sirr yaitu pernikahan yang dilakukan secara rahasia, sembunyi-sembunyi, tanpa publikasi atau tanpa walîmah.17

17 Ahmad Warson Munawir, Al-Munawwir: Kamus Arab-Indonesia (Yogya karta: Unit Pengadaan Buku-buku Ilmiah Keagamaan PP Al-Munawwir,

Page 26: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Pernikahan Sirri: Antara Cita dan Realita

12 Dr. Siti Zumrotun, M.Ag.

Dalam konteks Indonesia, ada ragam pengertian dan praktik nikah sirri yang dipersepsikan masyarakat, yang bisa dibedakan menjadi tiga kategori. Yaitu nikah tanpa wali, nikah di bawah tangan dan nikah tanpa walimah.18

Nikah tanpa wali adalah nikah yang dilakukan tanpa hadirnya seoarang wali, bahkan keluarganyapun tidak mengetahuianya.19 Nikah di bawah tangan adalah nikah yang dilakukan dengan memenuhi syarat dan rukunnya tetapi tidak atau belum dicatatkan ke PPN.20 Sedangkan nikah tanpa walimah adalah nikah yang sudah tercatat akan tetapi tidak diadakan perayaan atau walimah.

Walaupun tidak hanya satu definisi nikah sirri di kalangan para ulama, namun definisi yang melekat di kalangan masyarakat di Indonesia tentang nikah sirri adalah nikah yang dilangsungkan menurut ketentuan fiqh (telah memenuhi syarat dan rukunnya), tetapi masih bersifat intern keluarga dan belum dicatatkan ke Pegawai Pencatat Nikah (PPN). Nikah semacam ini disebut dengan nikah yang ”tidak dicatat” atau disebut juga nikah ”di bawah tangan”. Nikah semacam ini tidak mendapatkan bukti autentik berupa Akta Nikah sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia. Selain dikenal dengan kata nikah sirri, masyarakat juga sering menyebutnya dengan nikah modin, kyai, atau nikah secara agama.

Nikah sirri dalam tinjauan sosial ada dua bentuk: pertama, pernikahan yang dilangsungkan antara mempelai lelaki dan per-empuan tanpa kehadiran wali dan saksi-saksi, atau dihadiri wali tanpa

1984), hlm. 667.18 Naqiyah Mukhtar, “Mengurai Nikah Sirri Dalam Islam”, al Manahij, vol.

VI, APIS, 2012, , hlm. 257.19 Saifudin Zuhri, Sanksi Pidana Bagi Pelaku Nikah Sirri dan Kumpul Kebo

(Semarang: Bima Sakti, tt), hlm.3. 20 Siti Musawwamah dkk, Akseptabilitas Regulasi Kriminalisasi Pelaku

Kawin Sirri menurut Pemuka Masyarakat Madura (Jakarta: Kementerian Agama Republik Indonesia, 2012), hlm. 50.

Page 27: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Dr. Siti Zumrotun, M.Ag. 13

Bab II: Pernikahan Sirri

saksi-saksi, kemudian mereka saling berwasiat untuk merahasiakan pernikahan tersebut. Jenis pernikahan ini batil (tidak sah), karena tidak memenuhi persyaratan-persyaratannya, yaitu unsur wali dan saksi-saksi dan kedua, pernikahan yang berlangsung dengan rukun-rukun dan syarat-syaratnya yang lengkap, seperti ijab kabul, wali dan saksi-saksi, akan tetapi mereka itu (suami, istri, wali dan saksi-saksi) satu kata untuk merahasiakan pernikahan dari pengetahuan masyarakat atau sejumlah orang.21

Neng Djubaidah dalam bukunya Pencatatan Perkawinan & Perkawinan Tidak Dicatat..., menerangkan bahwa perkawinan ”tidak dicatat” berbeda dengan perkawinan ”tidak dicatatkan”. Pada istilah ”perkawinan tidak dicatat” bermakna bahwa perkawinan itu tidak mengandung unsur ”dengan sengaja” yang mengiringi iktikad atau niat seseorang untuk tidak mencatatkan perkawinannya. Adapun istilah ”perkawinan tidak dicatatkan” terkandung iktikad atau niat buruk dari suami khususnya yang bermaksud perkawinannya memang ”dengan sengaja” tidak dicatatkan.22 Dari nikah yang tidak dicatat atau tidak dicatatkan inilah kemudian muncul istilah nikah sirri.

Sedangkan kata nikah itu sendiri dalam bahasa Arab ber-makna al-wathî’ dan al dammu wa al-tadãkhul. Terkadang juga disebut dengan al-d}ammu wa al-jam’u atau ’ibãrat ’an al-wathî’ wa al-’aqd yang bermakna bersetubuh, berkumpul dan akad.23

Perkawinan atau pernikahan dalam fiqh sering disebut dengan kata nikah dan zawaj. Kata-kata na-ka-ha banyak terdapat dalam al Qur’an yang berarti kawin, sebagaimana dalam Q.S. An-

21 Thriwaty Arsal, “Nikah Sirri dalam Tinjauan Demografi”, Sodality: Jurnal Sosiologi Pedesaan, Vol. 06, No. 02, I September 2012, hlm. 160.

22 Neng Djubaidah, Pencatatan Perkawinan & Perkawinan Tidak Dicatat Menurut Hukum Tertulis Di Indonesia dan Hukum Islam (Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2010), hlm.153.

23 Wahbah Al Zuhaily, al-Fiqh al-Islãmi Wa ‘Adillatuhu, Juz VII (Damsyiq; Dãr al-Fikr, 1989), hlm .29.

Page 28: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Pernikahan Sirri: Antara Cita dan Realita

14 Dr. Siti Zumrotun, M.Ag.

Nisa:3 yang artinya: Dan jika kamu takut tidak akan dapat Berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), Maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. kemudian jika kamu takut tidak akan dapat Berlaku adil,Maka (kawinilah) seorang saja,atau budak-budak yang kamu miliki. yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.

Demikian pula banyak kata za-wa-ja dalam al Qur’an yang ber-arti kawin. Sebagimana dalam Q.S. al-Ahzab:37. Secara bahasa nikah berarti “bergabung”, “hubungan kelamin” dan juga berarti “akad”. Makna bahasa ini terdapat dalam Q.S. Al-Baqarah:230 yang artinya:

Ayat tersebut mengandung arti hubungan kelamin dan bukan hanya sekedar akad nikah karena ada petunjuk dari hadis Nabi bahwa setelah akad nikah dengan laki-laki kedua perempuan itu belum boleh dinikahi oleh mantan suaminya kecuali suami yang kedua telah meraskan nikmatnya hubungan kelamin dengan perempuan tersebut.

Meskipun ada dua kemungkinan arti kata na-ka-ha itu namun mana di antara dua kemungkinan tersebut yang mengandung makna sebenarnya terdapat perbedaan pendapat di antara ulama. Golongan Syafiiyah berpendapat bahwa kata nikah itu berarti akad dalam arti yang sebenarnya (hakiki) bisa juga dimakani hubungan kelamin dalam arti yang tidak sebenarnya (majazi).24 Sedangkan golongan hanafiah nikah menurut makna hakiki adalah bersetubuh dan menurut makna majazi suatu akad yang menjadikannya halal berhubungan kelamin antara laki-laki dan wanita. Ulama lain seperti Abu Qasim Al-Zajjad, Imam Yahya, Ibnu Hazm dan sebagian ulama Hanafiyah nikah bermakna berserikat antara akad dengan bersetubuh. Adapun ulama ahli fiqh memaknai nikah adalah akad

24 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, antara Fiqh Munakaht dan Undang-Undang Perkawinan, (Jakarta: Prenada Media Group:2006), h.36-37.

Page 29: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Dr. Siti Zumrotun, M.Ag. 15

Bab II: Pernikahan Sirri

yang diatur oleh agama untuk memberikan kepada laki-laki hak memiliki farji (kemaluan) wanita dan seluruh tubuhnya untuk penimatan sebagai tujuan primer.25

Menurut Muhammad Abu Zahrah di dalam kitabnya al-ahwal al-syakhsiyyah, mendefinisikan nikah sebagai akad yang menimbulkan akibat hukum berupa halalnya melakukan persetubuhan antara laki-laki dan perempuan, saling tolong menolong serta menimbulkan hak dan kewajiban di antara keduanya.26

Imam Taqiyuddin An-Nabhani dalam kitab Kifayat al Akhyar mendefinisikan nikah sebagai al wat’ yaitu akad yang masyhur yang terdiri dari rukun dan syarat dan yang dimaksud dengan al wat’ adalah bersetubuh.27

Berangkat dari makna secara etimologis tersebut para fuqaha beragam dalam mendefinisikan nikah secara terminologi. Wahbah al-Zuhaily mendefinisikan nikah adalah: ”Akad yang telah ditetapkan oleh syar’i agar seseorang laki-laki dapat mengambil manfaat untuk melakukan istimta’ dengan seorang wanita atau sebaliknya”.28

Abû Zahrah di dalam kitabnya al-Ahwãl al-Syakhs}iyyah, men definisikan nikah sebagai akad yang menimbulkan akibat hukum berupa halalnya melakukan persetubuhan antara laki-laki dengan per empuan, saling tolong menolong serta menimbulkan hak dan kewajiban.29

Hazairin menyatakan bahwa inti dari pernikahan adalah hubungan seksual. Menurutnya tidak ada nikah bila tidak ada hubu-

25 Ibrahim Husen,Fiqh Perbandingan Masalah Pernikahan, (Jakarta:Pustaka Firadaus, 2003)

26 Muhammad Abu Zahrah, al-ahwal al-syakhsiyyah, (Qahirah: Dar al Fikr al-Arabiyyah,tt), h. 19.

27 Taqiyuddin An-Nabhani Kifayat al Akhyar, (Bandung: Al Maarif: t.t), juz II, h. 36

28 Ibid.29 Muhammad Abû Zahrah, al Ahwal Al-Syakhsiyyah (Qahirah: Dãr al-

Fikr al-‘Arabi, 1957), 19.

Page 30: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Pernikahan Sirri: Antara Cita dan Realita

16 Dr. Siti Zumrotun, M.Ag.

ngan seksual.30 Senada dengan Hazairin, Mahmud Yunus men-definisikan pernikahan sebagai hubungan seksual. Begitu juga Ibrahim Hosen mendefinisikan pernikahan sebagai akad yang dengannya menjadi halal hubungan kelamin antara pria dan wanita.31

Definisi nikah dalam kitab-kitab fiqh tersebut di atas nampak-nya para ulama dalam mendefinisikan kata nikah semata-mata dalam konteks hubungan biologis. Di mana definisi tersebut belum sepenuhnya menggambarkan hakikat perkawinan itu sendiri. Selain terkesan sangat berorientasi pada biologis definisi menurut ulama fiqh terkesan sangat bias gender yang menempatkan perempuan dalam posisi yang subordinat. Perempuan ditempatkan sebagai objek kenikmatan bagi laki-laki32

Berangkat dari makna secara etimologis tersebut para fuqaha beragam dalam mendefinisikan nikah secara terminologi. Wahbah al-Zuhaily mendefinisikan nikah adalah: ”Akad yang telah ditetapkan oleh syar’i agar seseorang laki-laki dapat mengambil manfaat untuk melakukan istimta’ dengan seorang wanita atau sebaliknya”.33

Abû Zahrah di dalam kitabnya al-Ahwãl al-Syakhsiyyah, men-de finisikan nikah sebagai akad yang menimbulkan akibat hukum ber-upa halalnya melakukan persetubuhan antara laki-laki dengan per em-puan, saling tolong menolong serta menimbulkan hak dan ke wajiban.34

Hazairin menyatakan bahwa inti dari pernikahan adalah hubungan seksual. Menurutnya tidak ada nikah bila tidak ada

30 Hazairin, Hukum Kekeluargaan Nasinal Indonesia (Jakarta: Tintamas, 1961), 61.

31 Ibrahim Hosen, Fikih Perbandingan Dalam Masalah Nikah, Talak dan Rujuk (Jakarta: Ihya Ulumuddin, 1971), 65.

32 Amiur Nuruddin, Hukum Perdata Islam di Indonesia Studi kritis Perkembangan Hukum Islam dari Fikih, UU No I/1974 sampai KHI,(Jakarta: Prenada Media:2004), h. 44-45.

33 Ibid., hlm. 29.34 Muhammad Abû Zahrah, al Ahwal Al-Syakhsiyyah (Qahirah: Dãr al-

Fikr al-‘Arabi, 1957), hlm. 19.

Page 31: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Dr. Siti Zumrotun, M.Ag. 17

Bab II: Pernikahan Sirri

hubungan seksual.35 Senada dengan Hazairin, Mahmud Yunus mendefinisikan pernikahan sebagai hubungan seksual. Begitu juga Ibrahim Hosen mendefinisikan pernikahan sebagai akad yang dengannya menjadi halal hubungan kelamin antara pria dan wanita.36

Definisi baik secara etimologis maupun terminologis di atas mem berikan kesan bahwa perempuan ditempatkan sebagai objek kenikmatan bagi laki-laki. Perempuan hanya dilihat dari aspek biolo-gis nya saja. Implikasinya perempuan menjadi pihak yang dikuasai laki-laki.

Berbeda dengan definisi didalam UU No.I/1974 seperti yang ter muat dalam pasal 1 ayat 2 perkawinan didefinisikan sebagai: ”Ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga, rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”. Dari definisi ini terlihat bahwa pernikahan tidak hanya penghalalan hubungan antara laki-laki dan perempuan tetapi mengandung tiga dimensi yaitu dimensi sosiologis (peristiwa sosial yang bersifat pribadi/individual affair), teologis (aktifitas keagamaan), dan berdimensi yuridis formal, karena nikah sebagaimana disebutkan dalam al Qur’an sebagai perjanjian yang agung (mitsãqan ghalîzan).37

Ketiga dimensi tersebut merupakan standar pelaksanaan per nikahan yang terjadi di Indonesia. Misalnya orang yang ingin melaku kan nikah, maka orang tersebut harus memenuhi syarat dan rukun sesuai dengan agama yang mereka anut. Kemudian diadakan perayaan (walîmah al-’ursy) sesuai dengan tradisi di lingkungannya, juga harus dicatatkan ke Kantor Urusan Agama (KUA) atau DKCS setempat.

35 Hazairin, Hukum Kekeluargaan Nasinal Indonesia (Jakarta: Tintamas, 1961), hlm.61.

36 Ibrahim Hosen, Fikih Perbandingan Dalam Masalah Nikah, Talak dan Rujuk (Jakarta: Ihya Ulumuddin, 1971), hlm. 65.

37 Q.S. an-Nisa’: 4.

Page 32: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Pernikahan Sirri: Antara Cita dan Realita

18 Dr. Siti Zumrotun, M.Ag.

Pencatatan perkawinan merupakan suatu keharusan sebagaimana diterangkan dalam UU No. I/1974 pasal 2 ayat 2 bahwa: ”Tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan yang berlaku”. Kemudian ditegaskan lagi pelaksanaannya dalam PP No.9/1975 dalam pasal 3 yang menyatakan bahwa: ”Setiap orang yang akan melangsungkan perkawinan memberitahukan kehendaknya kepada Pegawai Pencatat Nikah di tempat perkawinan akan dilangsungkan”.38

Hakikat dari pencatatan perkawinan menurut UU No. I/1974 bertujuan untuk mewujudkan ketertiban perkawinan di tengah masyarakat, untuk melindungi martabat dan kesucian perkawinan, khususnya bagi perempuan dalam kehidupan rumah tangga. Dengan akte nikah, suami istri memiliki bukti autentik atas perbuatan hukum yang telah mereka lakukan. Bukti otentik semacam ini

38 Selanjutnya dijelaskan dalam KHI pasal 5: (1) Agar terjamin ketertiban perkawinan bagi masyarakat Islam, setiap perkawinan harus dicatat. (2) Pencatatan perkawinan tersebut pada ayat (1) dilakukan oleh Pegawai Pencatat Nikah sebagaimana diatur dalam UU No.22 Tahun 1946 jo. UU No. 32 Tahun 1954. Dari pasal-pasal dalam UU maupun KHI ini muncul berbagai analisis, apakah pencatatan perkawinan ini sebagai sayarat sah atau sebagai syarat administrasi. Ada beberapa alasan yang dikemukakan bahwa pencatatan sebagai syarat sah perkawinan. Pertama, selain didukung oleh praktik hukum dari badan-badan publik, juga pasal-pasal Perpu pelaksanaan UUP (PP. No.9 Tahun 1975) dan juga dari jiwa dan hakikat UUP itu sendiri. Kedua, ayat yang ada di dalam pasal 2 UUP harus dipandang sebagai satu kesatuan yang tidak terpisah. Ketiga, apabila isi pasal 2 UUP dikaitkan dengan bab III (pasal 13s/d21) dan Bab IV (pasal 22s/d28), masing-masing tentang pencegahan dan pembatalan, hanya bisa dilakukan apabila diatur di dalam PP No.9/1975. bila perkwinan sah tanpa ada pencatatan, pasal pencegahan dan pembatalan menjadi tidak ada gunanya. Keempat, dari sisi bahasa, arti kata ”dan” pada pasal 2 ayat 1 UUP berarti kumulatif. Khoiruddin Nasution, Status Wanita di Asia Tenggara: Studi terhadap Perundang-undangan Perkawinan Muslim Kontemporer di Indonesia dan Malaysia (Jakarta-Leiden: INIS, 2002), hlm.158-159. Bagi mereka yang berpendapat bahwa pencatatan hanya sebagai syarat administrasi beralasan, sebagaimana dikemukakan oleh Wasit Aulawi dalam Sejarah Perkembangan Hukum Islam di Indonesia, secara tegas UUP No. 1 Tahun 1974 hanya mengatur pencatatan perkawinan, talak, dan rujuk, yang berarti hanya acara, bukan materi hukum.

Page 33: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Dr. Siti Zumrotun, M.Ag. 19

Bab II: Pernikahan Sirri

sangat urgen sebagai tali pengikat tanggung jawab semua pihak agar terjamin nilai keadilan dan ketertiban yang menjadi pilar utama tegaknya kehidupan rumah tangga.39 Sehingga jika ada orang yang melaksanakan pernikahan walau sudah memenuhi syarat dan rukun pernikahan, namun tidak tercatat ataupun sengaja tidak dicacat dikenal oleh masyarakat dengan sebutan nikah sirri.40

B. Tujuan Nikah dan Relevansinya dengan Nikah Sirri

Jika direlevansikan antara nikah sirri dengan definisi nikah menurut UU No I/1974 nampak ada dimensi yang tidak terpenuhi, yaitu dimensi sosiologi juga dimensi yuridis. Dalam tinjauan sosio-logi, jika apa yang dipikirkan atau diperbuat seseorang tidak sesuai dengan nilai-nilai yang dianut masyarakat, maka orang tersebut dapat dikatakan telah melakukan anomali nilai atau keanehan. Akibatnya masyarakat akan memberikan sanksi sosial. Sanksi tersebut bisa berupa label atau stigma negatif. Akibat stigma negatif tersebut akhirnya pasangan tersebut tidak mau bersosialisasi dengan masyarakat. Kehidupan seks yang awalnya bertujuan untuk melang-sungkan generasi secara harmonis akhirnya berubah menjadi

39 Bukti autentik berupa akta nikah pada zaman Nabi belum begitu penting, mengingat kultur menulis pada waktu tidak begitu penting karena kultur lesan (hafalan) lebih berkembang, sedangkan tradisi walimah al-’ursy walau hanya menyembelih seekor kambing merupakan saksi syar’i, selain itu perkawinan pada waktu itu berlangsung dengan jarak yang dekat. Baca dalam Amiur Nuruddin, Hukum Perdata Islam Di Indonesia (Jakarta: Prenada Media, 2004), hlm. 120-121.

40 Di kalangan masyarakat sendiri muncul perbedaan pendapat tentang keabsahan hukum pernikahan ini. Perbedaan ini muncul dari pertanyaan apakah pencatatan ini sebagai rukun sehingga mempengaruhi sahnya pernikahan, atau hanya sebagai syarat administrasi. Dari perbedaan tersebut Atho’ Muzhar menganalisis bahwa pencatatan perkawinan harus dilihat sebagai bentuk baru cara mengumumkan perkawinan. Lebih jauh dari pencatatan ini lebih maslahat terutama bagi wanita dan anak-anak. Baca dalam M. Atho Muzhar, Membaca Gelombang Ijtihad, Antara Tradisi dan Liberasi (Jakarta: Titian Ilahi Pres, 1998), hlm. 180.

Page 34: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Pernikahan Sirri: Antara Cita dan Realita

20 Dr. Siti Zumrotun, M.Ag.

pemuas hawa nafsu belaka.41

Kondisi tersebut bertentangan dengan tujuan nikah sebagai-mana yang tercantum dalam makna nikah dalam UU No I/1974 yakni untuk membentuk keluarga bahagia, kekal. Tujuan perkwinan yang kekal dan bahagia ini dapat dielaborasi menjadi tiga hal. Pertama, suami-istri saling bantu-membantu serta lengkap-melengkapi. Kedua, masing-masing suami-istri dapat mengembangkan kepriba-diannya. Ketiga, membentuk keluarga yang bahagia sejahtera spi-ritual dan material.42

Ketiga tujuan nikah tersebut nampak sangat idealis jika di-bandingkan dengan struktur sosial masyarakat Indonesia yang mayo-ritas menganut kultur patriarchi. Yakni, sebuah sistem sosial dimana klan laki-laki lebih dominan dibanding dengan klan per empuan. Sehingga tujuan nikah tersebut akan sulit diwujudkan apalagi pernikahan yang dilangsungkan sudah tidak mempertimbangkan faktor sosiologi. Sementara idealnya pernikahan secara sosial se-bagaimana komentar Asaf A.A Pyzee, mampu atau berhasil meng-angkat derajat seoarang perempuan ke tingkat yang lebih tinggi di masyarakat dibanding dengan kondisi sebelumnya.43

Sedangkan jika ditinjau dari dimensi yuridis, bahwa nikah yang dilakukan secara sirri tidak memenuhi UU No. I Tahun 1974 yang mengharuskan pernikahan dicatatkan. Selain itu nikah sirri memiliki beberapa dampak negatif yang ditimbulkan antara lain: pertama, tidak ada jaminan perlindungan hukum dan tidak memiliki jaminan yang pasti ketika perempuan hamil dan mempunyai anak. Sehingga jika terjadi percekcokan yang berakibat suami melalaikan kewajibannya, istri tidak dapat menuntutnya secara sah di pengadilan. Sementara

41 Gani Abdullah, ”Seks, Gender dan Reproduksi Perempuan” (Khoirul Muzakki, Kontroversi Nikah Sirri), Suara Merdeka, Rabu 28 Desember 2011), hlm. 7.

42 Amiur Nuruddin dan Azhari Akmal Taringan, Hukum Perdata Islam Di Indonesia, hlm. 51.

43 Ibid., hlm. 57.

Page 35: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Dr. Siti Zumrotun, M.Ag. 21

Bab II: Pernikahan Sirri

menurut UU No. I/1974 pasal 34 ayat 3 dengan jelas diterangkan bahwa: ”Jika suami atau istri melalaikan kewajibannya masing-masing dapat mengajukan gugatan kepada pengadilan”. Jika perkawinan itu tidak legal, maka jika terjadi kelalaian terhadap tanggungjawab sebagai suami atau istri tidak dapat dituntut di pengadilan. Dan yang paling rentan untuk dilanggar hak-haknya adalah istri.

Kedua, nikah sirri rentan terjadi kekerasan terhadap perempu-an. Karena posisi perempuan (istri) lemah, sehingga laki-laki (suami) merasa bebas melakukan apa saja dan meninggalkannya sesukanya karena pernikahannya tidak memiliki kekuatan hukum. Ketiga, praktik nikah sirri mudah menimbulkan pelanggaran terhadap hak reproduksi dan kesehatan perempuan. Keempat, mudah terjadi perceraian dengan hanya mengucapkan kata cerai dan meninggalkan istri tanpa tanggungjawab dari suami.44

Dari sini nampak jelas bahwa praktik pernikahan sirri itu sulit mewujudkan keluarga yang bahagia dan maslahah karena banyak melanggar aturan-aturan pemerintah hingga banyak menimbulkan kerusakan dan madharat. Bahkan tidak jarang terjadi lahir hubungan seks di luar nikah dengan dalih pernikahan sirri.45

Padahal pernikahan itu sendiri memiliki tujuan yang sangat agung dalam rangka membentuk keluarga yang sakînah mawaddah wa rahmah. Keluarga yang sakinah ini akan dapat terwujud jika antara suami dan istri mampu melaksanakan fungsi-fungsi keluarga yang meliputi: fungsi keagamaan, fungsi sosial budaya, fungsi cinta kasih, fungsi perlindungan, fungsi reproduksi, fungsi sosialisasi dan pendidikan, fungsi ekonomi dan fungsi pembinaan lingkungan.

Fungsi pembinaan lingkungan ini menunjukkan bahwa manu-sia adalah makhluk sosial sehingga ia tidak dapat hidup sendirian.

44 Mudhofar Badri dkk, Panduan Pengajaran Fiqh Perempuan di Pesantren (Yogyakarta:: Yayasan Kesejahteraan Fatayat. tt), hlm. 165.

45 M. Quraish Shihab, Perempuan dari Cinta sampai Seks (Jakarta: Lentera Hati, 2010), hlm. . 241.

Page 36: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Pernikahan Sirri: Antara Cita dan Realita

22 Dr. Siti Zumrotun, M.Ag.

Lingkungan merupakan suatu hal yang tidak mungkin dihindari dalam kehidupan keluarga. Karena lingkungan merupakan kekuatan baik positif maupun negatif dalam mempengaruhi keluarga. Namun juga sebaliknya keluarga mempengaruhi lingkungan. Oleh karena itu keluarga di samping diharapkan memiliki kemampuan untuk menempatkan diri secara serasi, selaras dan seimbang sesuai dengan kondisi sosial dan budaya masyarakatnya, keluargapun diharapkan berpartisipasi dalam pembinaan lingkungan yang sehat dan positif sehingga lahir norma luhur yang sesuai dengan nilai agama dan budaya masyarakat. 46

Sementara praktik pernikahaan sirri sarat akan pengabaian nilai, baik nilai agama, budaya maupun nilai-nilai yang berlaku di masyarakat. Realitas yang terjadi banyak masyarakat yang menganggap bahwa istri yang dinikah secara sirri tidak jarang mendapatkan stigma ”istri simpanan” sehingga sulit bersosialisasi dengan masyarakat. Selain itu nikah sirri juga sarat akan terjadinya diskriminasi dan ketidakadilan gender pada perempuan (istri).47

Tidak dapat dipungkiri bahwa mengabaikan perempuan berarti mengabaikan setengah potensi masyarakat, dan melecehkan mereka berarti melecehkan seluruh manusia karena tidak seorangpun -kecuali Adam dan Hawa- yang tidak lahir melalui seorang perempuan. Sementara nikah sirri sebagaimana komentar Masdar F. Mas’udi menunjukkan dominasi laki-laki terhadap perempuan, karena merupakan ”penjajahan seks” yang menunjukkan kekuasaan laki-laki terhadap perempuan.48

Walau sebagian masyarakat paham bahkan tahu secara langsung pasangan nikah sirri rentan terjadi kekerasan dalam berbagai bentuknya, namun pernikahan tersebut tetap saja terjadi. Bahkan para ulama, tokoh masyarakat ataupun pejabat pemerintah

46 Ibid., hlm. 137-149.47 Khoirul Marzuki, ”Kontroversi Hukum Nikah Sirrih”, hlm. 7.48 Ibid.

Page 37: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Dr. Siti Zumrotun, M.Ag. 23

Bab II: Pernikahan Sirri

sudah paham akan status hukum pernikahan sirri tersebut, namun tetap saja di antara mereka ada yang mau menikahkan dengan cara sirri tersebut. Bahkan yang lebih tragis lagi ada tokoh agama di suatu desa yang menikahkan pasangan dengan nikah sirri, padahal sudah tahu jelas orang tersebut masih punya istri. Lebih parah lagi laki-laki yang dinikahkan tersebut berbohong dengan mengaku sudah menceraikan istri pertamanya. Dari sini nampak bahwa salah satu motivasi terjadinya nikah sirri adalah poligami. Musdah Mulia dalam bukunya yang berjudul Islam Menggugat Poligami menerangkan tentang terjadinya nikah di bawah tangan (nikah sirri), merupakan problem sosial yang sering muncul sebagai implikasi dari poligami. Para suami yang berpoligami banyak yang enggan mencatatkan pernikahannya karena malu dan segan berurusan dengan aparat pemerintah.49

49 Musdah Mulia, Islam Menggugat Poligami (Jakarta: Gramedia Pustaka utama, 2007), hlm.. 161.

Page 38: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-
Page 39: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Dr. Siti Zumrotun, M.Ag. 25

BAB III

PENCATATAN PERNIKAHAN

A. Pencatatan Pernikahan antara Syarat Administratif atau Syarat Kumulatif

Berbicara tentang pencatatan perkawinan di Indonesia tidak bisa lepas dari hukum perkawinan dalam Islam

(Fqih Munakahat) dan juga UU No 1 Tahun 1974. Berbicara hukum perkawinan di Indonesia tidak bisa dipisahkan dari sejarah munculnya UUP No 1 Tahun 1974, yang dilatarbelakangi oleh belum adanya Undang-Undang perkawinan dalam bentuk unifikasi dan terkodifikasi. Kenyataan Indonesia merupakan Negara bekas jajahan Belanda dalam kurun waktu yang lama, telah menjadikan hukum perkawinan di Indonesia memiliki corak politik hukum Belanda.50

Diterbitkannya UU No 1 Tahun 1974 tentang perkawinan pada dasarnya akan lebih baik dan lebih bercorak Indonesia dan dapat lebih memenuhi aspirasi masyarakat Indonesia. Atau dengan kata lain, UU No I Tahun 1974 ditengarai merupakan hukum nasional yang sepenuhnya tercipta berdasarkan hukum dan politik hukum Indonesia.51

50 Kusumadi Pdjosewojo, Pedoman Pelajaran Tata Hukum Indoensia,(Jakarta:Penerbit UNiversitas, 1961),h.27.

51 Bustanul Arifin,Pelembagaan Hukum Islam di Indoensia, Akar Sejarah, Hambatan dan Prpsesnya,(Jakarta:Gema Insani Pres,1996), h.118-119.

Page 40: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Pernikahan Sirri: Antara Cita dan Realita

26 Dr. Siti Zumrotun, M.Ag.

Pada tanggal 16 Agustus 1973 pemerintah mengajukan RUU Perkawinan. Sebulan sebelum diajukannya RUU tersebut timbul reaksi keras dari kalangan umat Islam. RUU tersebut dianggap bertentangan dengan hukum Islam. Bahkan ada yang menganggap lebih keras lagi bahwa RUU tersebut ingin mengkristenkan Indonesia. (Amiur:2004:23): Respon negatif terhadap RUU perkawinan muncul dari organisasi-organisasi Islam terkait dengan pasal atau ayat-ayat yang menurut mereka bertentangan dengan hukum Islam. Misalnya pasal tentang poligami. Pasal 3,4,dan 5. Ratna Sari ketua Persatuan Muslim Indonesia (Permi) mengatakan bahwa menjadi istri kedua, ketiga, dan keempat adalah lebih baik dari pada melacurkan diri. Penolakan terhadap RUU perkawinan ini muncul dalam pembahasan RUU di DPR.

FPP adalah fraksi yang paling keras menentang RUU ter sebut karena bertentangan dengan hukum Islam. Kamal Hasan meng gam-barkan bahwa semua ulama baik dari kalangan tradisional maupun modernis, dari Aceh sampai Jawa Timur menolak RUU tersebut.52

Menyaksikan reaksi keras umat Islam yang demikian meluas dan pembicaraan di parlemen seolah-olah buntu, maka terjadi lobbying antara fraksi-fraksi damn pemerintah, Fraksi PPP dan Fraksi ABRI. Setelah beberapa kali mengadakan pertemuan tercapai konsensus yang berintikan:1. Hukum agama Islam tentang perkawinan tidak akan dikurangi

atau diubah.2. Sebagai consensus dari butir satu di atas maka, alat-alat pelak-

sana annya juga tidak akan dikurangi atau diubah, tegasnya UU No. 22 Tahun 1946 dan UU No. 14 Tahun 1970 dijamin kelangusngannya.

3. Hal-hal yang bertentangan dengan agama Islam dan tidak mungkin disesuaikan dalam RUU ini supaya didrop atau dihilangkan.

52 Kamal Hasan, Modernisasi Indonesia; Respon Cendekiawan muslim, (Jakarta: Lingaran Studi Indonesia, 1987), h. 190.

Page 41: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Dr. Siti Zumrotun, M.Ag. 27

Bab III: Pencatatan Pernikahan

4. Pasal (2) ayat (1) itu disetujui dengan rumusan “Perkawinan adalah sah apabila dilakukan munurut hukum dan kepercayaannya masing-masing”. Tiap-tiap perkawinan dicatat demi kepentingan administrasi Negara.

5. Perkawinan dan perceraian serta poligami perlu diatur untuk mencegah kesewenang-wenangan.53

Menarik untuk dicatat dengan disahkannya UUP No 1 Tahun 1974 hukum Islam memasuki fase baru dengan apa yang disebut fase taqnin (fase pengundangan). Banyak sekali ketentuan-ketentuan fikih Islam tentang perkawinan yang ditransformasikan ke dalam UU tersebut kendati dengan modifikasi. Namun demikian dalam memahami pasal-pasal dalam UUP tersebut umat Islam berbeda pendapat. Khususnya terkait dengan pasal 2 ayat 1 dan 2 tentang sahnya perkawinan.

Pasal 2 ayat (1) menyatakan bahwa perkawinan sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agama dan kepercayaan. Pasal 2 Ayat (2) menyatakan bahwa tiap-tiap perkawinan dicatat menurut perundang-undangan yang berlaku.

Terhadap pasal 2 ayat (2) ini terdapat 2 macam penafsiran, yaitu:

Pertama,pendapat yang memisahkan pasal 2 ayat (1) dengan ayat (2), sehingga perkawinan sudah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing dan kepercayaannya, sedangkan pendaftaran hanyalah merupakan syarat administratif. Hal ini menunjukkan bahwa perkawinan antara orang-orang yang beragama Islam sudah sah apabila telah memenuhi syarat-syarat dan rukunnya.

Kedua, pendapat yang menyatakan antara pasal 2 ayat (1) dan (2) merupakan satu kesatuan yang menentukan sahnya suatu perkawinan. Pendapat ini didasarkan pada penafsiran sosiologi dan

53 Iskandar Pitonga,Hak-hak Wanita dalam UUP dan KHI, (Jakarta, Nuansa Madani, 1999), h. 31.

Page 42: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Pernikahan Sirri: Antara Cita dan Realita

28 Dr. Siti Zumrotun, M.Ag.

dikaitkan dengan akibat hukum dari perkawinan.54

B. Pencatatan Perkawinan dalam Islam

Permasalahan pencatatan perkawinan dalam kitab-kitab fikih klasik tidak ditemukan. Pembahasannya berkutat pada nikah sirri yang terkait dengan saksi. Menurut jumhur ulama suatu perkawinan dianggap sah apabila telah memenuhi rukun dan syarat-syarat.

Ada beberapa analisis yang dikemukakan mengapa pencatatan perkawinan tidak diberi perhatian yang serius oleh fikih Islam walaupun ada ayat al-Qur’an yang mengajarkan untuk mencatat segala bentuk transaksi mumalah.

Pertama, lerangan untuk menulis sesuatu selain al-Qur’an. Akibatnya kultur tulis tidak begitu berkembang dibanding dengan kultur hafalan (oral).

Kedua, kelanjutan dari yang pertama, maka mereka mengan-dalkan hafalan (ingatan). Agaknya mengingat peristiwa perkawinan bukanlah sebuah hal yang sulit untuk dilupakan.

Ketiga, tradisi walimatul ursy walaupun dengan menyembelih seekor kambing merupakan saksi di samping saksi syar’I tentang sebuah perkawinan.

Keempat, ada kesan perkawinan yang berlangsung pada awal-awal Islam belum terjadi antar wilayah Negara yang berbeda-beda. Biasanya perkawinan pada masa itu berlangsung dimana calon suami dan calon istri berada dalam satu wilayah yang sama. Sehingga alat bukti perkawinan selain saksi belum dibutuhkan.55

54 Wasman dan Wardah Nuroniyah, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia Perbandingan Fiqih dan Hukum Positif, (Yogyakarta: Teras, 2011), h. 46.

55 Amiur Nuruddi dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia, (Jakarta; Prenada Media:2001), hlm.120-121.

Page 43: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Dr. Siti Zumrotun, M.Ag. 29

Bab III: Pencatatan Pernikahan

Seiring dengan perkembangan zaman dan dinamika terus berkembang terkait dengan sosial budaya juga hukum. Pergeseran kultural lisan (oral) kepada kuktur tulis sebagai cirri masyarakat modern, menuntut dijadikannya akta atau surat sebagai bukti autentik. Saksi hidup tidak lagi bisa diandalkan tidak saja karena hilang dengan sebab kematian, manusia bisa juga mengalami kesila pan dan kelupaan. Atas dasar ini diperlukan sebuah bukti yang abadi itulah yang disebut dengan akta. Akta nikah untuk saat sekarang sangatlah penting berkaitan dengan tanggungjawab sosial dan hukum. Mengingat perkawinan merupakan perbuatan yang berimplikasi pada masalah sosial dan hukum.

Sebagaimana dikutip oleh Khoirudin Nasution, Ahmad Safwat sarjana dari Mesir mengharuskan pencatatan perkawinan ber-dasar pada pemikiran, bahwa ada hukum yang mewajibkan perilaku tertentu, dan mestinya hukum itu tidak berubah kecuali hanya dengan perubahan tersebut tujuan hukum dapat dicapai dengan tepat guna (efisien). Artinya, kalau ada cara yang lebih efisien untuk mencapai tujuan, cara itulah yang lebih diutamakan. Kehadiran saksi dalam akad nikah menurut Ahmad Safwat, bertujuan sebagai pengumuman kepada khalayak ramai. Kalau ada cara yang lebih baik atau lebih memuaskan untuk mencapai tujuan tersebut, cara ini dapat diganti dengan pencatatan perkawinan secara formal. Dengan kata lain, pencatatan perkawinan bagi Safwat sebagai ganti dari kehadiran saksi, sebuah rukun yang harus dipenuhi untuk sahnya akad nikah.

Dalam mensikapi persoalan tersebut jalan ijtihad yang diambil oleh para ulama salah satunya dengan mengambil qaidah fiqhiyyah, yang artinya: meninggalkan kerusakan-kerusakan itu lebih didahulukan dari pada menarik kemaslahatan.

Ini artinya bahwa harapan untuk menarik kemaslahatan dengan menikah sirri atau menikah yang tidak dicatatkan dengan mengabaikan kemafsadatan yang ditimbulkan dari nikah sirri

Page 44: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Pernikahan Sirri: Antara Cita dan Realita

30 Dr. Siti Zumrotun, M.Ag.

telah menyalahi salah satu qaidah fiqhiyyah tersebut. Realitas yang terjadi di masyarakat bahwa pernikahan sirri banyak menimbulkan mafsadat jika dibandingkan kemaslahatannya.

C. Pencatatan Perkawinan di Indonesia

1. Pencatatan perkawinan dalam UU No 22 Tahun 1946

Perkawinan atau pernikahan menurut UU No 22 Tahun 1942 Pasal 1 ayat 1 dan 2 menyatakan bahwa:

“Nikah yang dilakukan menurut agama Islam, selanjutnya disebut nikah, diawasi oleh Pegawai Pencatat Nikah yang diangkat oleh Menteri Agama atau pegawai yang ditunjuk olehnya. Talak dan rujuk yang dilakukan menurut agama Islam selanjutnya disebut talak dan rujuk, diberitahukan kepada Pegawai Pencatat Nikah”.

Tugas Pegawai Pencatat Nikah ditentukan dalam pasal 2 ayat 1 yaitu:

“Pegawai pencatat Nikah dan orang yang disebut dalam ayat 3 Pasal ! membuat catatan tentang segala nikah yang dilakukan di bawah pengawasannya dan tentang talak dan rujuk yang diberitahukan kepasanya, catatan yang dimaksudkan pada pasal I dimasukkan di dalam buku pendaftaran masing-masing yang sengaja diadakan untuk hal itu, dan contohnya masing-masing ditetapkan oleh Mentri Agama.56

Untuk mengetahui ketentuan pelanggaran pelaksanaan akad nikah yang dilakukan orang Islam di Indonesia ditentukan dalam Pasal 3 ayat (1):

“Barangsiapa yang akad nikah dengan seorang perempuan tidak di bawah pengawasan pegawai yang dimaksudkan pada ayat (2) pasal 1 atau wakilnya, dihukum denda sebanyak-banyak Rp.50 (lima puluh rupiah).

56 Sajuti Thalib, Hukum Kekeluargaan Indonesia, Dalam Neng Djubaidah, Pencatatan Perkawinan, h.210.

Page 45: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Dr. Siti Zumrotun, M.Ag. 31

Bab III: Pencatatan Pernikahan

Berdasarkan pasal 3 ayat (1) UU No 22 Tahun 1946 dapat diketahui bahwa pelaksanaan perkawinan memang harus dilakukan dihadapan Pegawai Pencatat Nikah. Bagi barang siapa (seorang laki-laki) yang melakukan akad nikah dengan seorang perempuan tdiak dibawah pengawasan pegawai, maka ia dapat dikenakan hukuman denda paling banyak Rp. 50 (lima puluh rupiah). Dalam ketentuan tersebut jelas bahwa yang dapat dikenakan denda adalah suami.57

Pasal ini memberitahukan legalisasi bahwa supaya nikah, talak, dan rujuk menurut agama Islam supaya dicatat agar mendapat kepastian hukum. Dalam Negara yang teratur segala hak-hak yang bersangkut dengan kependudukan harus dicatat, sebagai kelahiran, pernikahan, kematian, dan sebagainya lagi pada perkawinan perlu dicatat ini untuk menjaga jangan sampai ada kekacauan.

2. Pencatatan perkawinan dalam UU No. 1 Tahun 1974

Pasal 1 UU No I Tahun 1974 merumuskan bahwa perkawinan adalah ikatan lahir batin antara pria dengan seorang wanita untuk membentuk rumah tangga (keluarga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

Perkawinan berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa adalah perkawinan berdasarkan agama. Menurut Hazairin “Ketuhanan Yang Maha Esa” sebagaimana yang tercantum dalam pasal 29 ayat (1) UUD 1945, maka yang dimaksud dengan perkawinan berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa adalah sebagai berikut:a. Di dalam Negara Republik Indonesia tidak boleh terjadi atau

tidak boleh berlaku”Hukum Perkawinan” yang bertentangan dengan kaidah-kaidah Islam bagi orang-orang Islam, atau “Hukum Perkawinan” yang bertentangan dengan kaidah-kaidah agama Nasrani bagi umat Nasrani, “Hukum Perkawinan” yang bertentangan dengan kaidah-kaidah agama Budha bagi umat

57 Ibid, h.211.

Page 46: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Pernikahan Sirri: Antara Cita dan Realita

32 Dr. Siti Zumrotun, M.Ag.

Budha, Hukum Perkawinan” yang bertentangan dengan kaidah-kaidah agama Hindu bagi umat Hindu, “Hukum Perkawinan” yang bertentangan dengan kaidah-kaidah ajaran Koh Hu Cu bagi penganut Konh Hu Cu.58

b. Negara Republik Indonesia wajib menjalankan syariat atau hukum (per kawinan) Islam bagi orang Islam, hukum (perkawinan) Nasrani bagi orang Nasrani, hukum (perkawinan) Budha bagi orang Buda, hukum (perkawinan) Hindu bagi orang Hindu, hukum (perkawinan) Kong Hu Cu bagi orangKong Hu Cu, dalam menjalankan Hukum Perkawinan itu memerlukan bantuan atau perantaraan kekuasaan Negara.59

Dalam Pasal 2 ayat (1) dengan tegas menjelaskan: “ Suatu perkawinan sah apabila dilakukan menurut masing-masing agama”. Suatu rumusan yang jelas (plain meaning), sehingga tidak mungkin ditafsirkan, ditambah dan dikurangi. Perkawinan menurut hukum agamanya masing-masing mengandung maksud bahwa perkawinan merupakan persitiwa hukum. Suatu perkawinan harus dilakukan menurut agamanya dan kepercayaannya masing-masing seoanjang tidak betentangan dengan UU Perkawinan No I Tahun 1974.

Adapun pencatatan perkawinan dinyatakan dalam pasal 2 ayat (2) bahwa: “Tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku”. Ini adalah satu-satunya ayat yang mengatur tentang pencatatan perkawinan.

Di dalam penjelasannya tidak ada uraian yang lebih rinci kecuali yang dimuat dalam PP No 9 Tahun 1975 tentang pelaksanaan UU No I Tahun 1974. Dengan demikian, pencatatan perkawinan ini walaupun di dalam UUP hanya diatur satu ayat, namun sebenarnya masalah pencatatan ini sangat dominan.

58 Neng Djubaidah,Pencatatan Perkawinan dan Perkawinan Tidak dicata-tkan, (Jakarta: Sinar Grafika:2010), h. 2012-213.

59 Neng Djubaidah,Pencatatan Perkawinan dan Perkawinan Tidak dicatat-kan,h.213.

Page 47: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Dr. Siti Zumrotun, M.Ag. 33

Bab III: Pencatatan Pernikahan

3. PP No 9 Tahun 1975 Tentang Pelaksanaan UU No 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan

Dalam Bab II Pasal 2 Ayat 1 dijelaskan bahwa: Ayat 1 “Pencatatan Perkawinan dari mereka yang melangsungkan per ka-winan nya menurut Agama Islam, dilakukan oleh Pegawai Pen catat sebagaimana dimaksud dalam UU Nomor 32 tahun 1954 tentang Pencatat Nikah, Talak, dan Rujuk.”

Ayat 2: “Pencatatan Perkawinan dari mereka yang melangsungkan per-kawinan nya menurut agamanya dan kepercayaannya itu selain agama Islam dilakukan oleh Pegawai Pencatat Perkawinan pada Kantor Catatn Sipil sebagaimana dimaksud dalam berbagai perundang-undangan mengenai pencatatan perkawinan.”

Ayat 3:”Dengan tidak mengurangi ketentuan-ketentuan yang khusus berlaku bagi tatacara pencatatan perkawinan berdasarkan berbagai peraturan yang berlaku, tatacara pencatatn perkawinan dilakukan sebagaimana ditentukan dalam Pasal 3 sampai Pasal 9 Peraturan Pemerintah.”

Pasal 3 dinyatakan: 1) Setiap orang yang akan melangsungkan perkawinan mem be-

ritahu kan kehendaknya kepada Pegawai Pencatat di tempat perkawinan akan berlangsung.

2) Pemberitahuan tersebut dalam ayat (1) dilakukan sekurang-kurang nya 10 hari kerja sebelum perkawinan dilangsungkan.

3) Pengecualian terhadap jangka waktu tersebut dalam ayat (2) di-sebabkan sesuatu alasan yang penting, diberikan oleh camat (atas nama) Bupati Kepala daerah.

Pasal 6; Ayat 1: “Pegawai Pencatat yang menerima pem-beritahuan kehendak melangsungkan perkawinan, meneliti apakah syarat-sayart perkawinan telah dipenuhi dan apakah tidak terdapat

Page 48: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Pernikahan Sirri: Antara Cita dan Realita

34 Dr. Siti Zumrotun, M.Ag.

halangan perkawinan menurut Undang-Undang.”“Selain penelitian terhadap hal sebagai dimaksud dalam ayat

(1), Pegawai Pencatat meneliti pula:1) Kutipan Akta Kelahiran atau surat kenal lahir calon mempelai.

Dalam hal tidak ada akta kelahiran atau surat kenal lahir dapat dipergunakan surat keterangan yang menyatakan umur dan asal-usul calon mempelai yang diberikan oleh Kepala Desa atau yang setingkat dengan itu;

2) Keterangan mengenai nama, agama/kepercayaan, pekerjaan, dan tempat tinggal orang tua calon mempelai;

3) Izin tertulis/izin Pengadilan sebagai dimaksud dalam pasal 6 ayat (2), (3), (4), dan (5) Undang-undang, apabila salah seorang calon mempelai atau keduanya belum mencapai umur 21 (dua puluh satu) tahun;

4) Izin Pengadilan sebagi dimaksud pasal 14 Undang-undang; dalam hal calon mempelai adalah seorang suami yang masih mempunyai isteri;

5) Dispensasi Pengadilan/Pejabat sebagai dimaksud Pasal 7 ayat (2) Undang-undang;

6) Izin kematian isteri atau suami yang terdahuluatau dalam hal perceraian surat keterangan perceraian, bagi perkawinan untuk kedua kalinya atau lebih;

7) Izin tertulis dari Pejabat yang ditunjuk oleh Menteri HANKAM/PANGAB, apabila salah satu calon mempelai atau keduanya anggota Angkatan Bersenjata;

8) Surat kuasa otentik atau di bawah tangan yang disahkan Pegawai Pencatat, apabila salah seorang calon mempelai atau keduanya tidak dapat hadir sendiri karena sesuatu alas an yang penting, sehingga mewakilkan kepada orang lain.

Page 49: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Dr. Siti Zumrotun, M.Ag. 35

Bab III: Pencatatan Pernikahan

4. Pencatatan Perkawinan dalam KHI

Pasal 2 Kompilasi Hukum Islam merumuskan bahwa: Per-kawinan menurut hukun Islam adalah pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat atau mis\ãqan ghalîz{an untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah. Pasal 3 KHI merumuskan Perkawinan bertujuan untuk mewujudkan kehidupan rumah tangga yang sakinah, mawaddah, dan rahmah.

Mengenai sahnya perkawinan ditentukan dalam pasal 4 KHI, bahwa Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum Islam sesuai dengan pasal 2 ayat (1) UU No. I Tahun 1974. Perkawinan yang dilakukan menurut hukum agama adalah suatu “peristiwa hukum” yang tidak dapat dianulir dengan Pasal 2 ayat (2) UU No.I Tahun 1974 yang menentukan tentang penacatatan perkawinan. Dengan demikian, dapat dikemukakan bahwa rumusan pasal 4 KHI mempertegas bahwa perkawinan yang sah adalah perkawinan menurut hukum Islam, sesuai dengan pasal 2 ayat (1) UU No. 1 Tahun 1974.

Pencatatan perkawinan diatur dalam pasal 5 KHI bahwa: i) Agar terjamin ketertiban perkawinan bagi masyarakat Islam

setiap perkawinan harus dicatat.ii) Pencatatan perkawinan sebagaimana tersebut pada ayat (1)

dilaku kan oleh Pegawai Pencatat Nikah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1946 jo.Undang-Undang Nomor 32 Tahun 1954.

5. Pencatatan perkawinan dalam UU No. 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan

Pencatatan Perkawinan bagi penduduk yang beragama Islam, Pasal 8 UU No 23 Tahun 2006 menentukan, bahwa kewajiban Instansi Pelaksana untuk pencatatan nikah, talak, cerai, dan rujuk bagi penduduk yang beragama Islam pada tingkat Kecamatan

Page 50: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Pernikahan Sirri: Antara Cita dan Realita

36 Dr. Siti Zumrotun, M.Ag.

dilakukan oleh pegawai pada KUA Kecamatan. Pencatatan Perkawinan di Indonesia menurut pasal 34 UU

No. 23 Tahun 2006 ditentukan bahwa:(i) Perkawinan yang sah menurut peraturan Perundang-undangan

wajib dilaporkan oleh Penduduk kepada Instansi Pelaksana di tempat terjadinya perkawinan paling lambat 60 hari sejak tanggal perkawinan.

(ii) Berdasarkan laporan sebagimana dimaksud pada ayat (1)Pejabat Pencatatn Sipil mencatat pada Register Akta Perkawinan dan menerbitkan Kutipan Akta Perkawinan.

(iii) Kutipan Akta Perkawinan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) masing-masing diberikan kepada suami dan istri.

(iv) Pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bagi penduduk yang beragama Islam dilakukan oleh KUA Kecamatan.

(v) Data hasil pencatatan peristiwa sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan dalam Pasal 8 ayat (2) wajib disampaikan oleh KUA Ke-camatan kepada Instansi Pelaksanan dalam waktu paling lambat 10 (sepuluh) hari setelah pencatatan perkawinan dilaksanakan.

(vi)Hasil pencatatan data sebagaimna dimaksud pada ayat (5) tidak memerlukan penerbitan kutipan Akta Pencatatan Sipil.

(vii)Pada tingkat kecamatan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan pada UPTD Instansi Pelaksana.

D. Perbedaan Pendapat Tentang Pencatatan Perkawinan

Dari berbagai dasar hukum baik berupa UU, PP, ataupun KHI tentang pencatatan perkawinan di Indonesia tersebut di atas terlihat bahwa pencatatan perkwinan merupakan suatu yang sangat penting. Karena sangat penting persitiwa pekawinan itu sendiri maka perkawinan menjadi perhatian serius bagi pemerintah demi ketertiban dan juga keamanan bagi masyarakat. Agar tidak terjadi

Page 51: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Dr. Siti Zumrotun, M.Ag. 37

Bab III: Pencatatan Pernikahan

kekeliruan dalam pencatatan perkawinan maka proses pencatatan lebih lama dari pada aqad pernikahan itu sendiri. Dalam PP No.9 Tahun 1975 dijelaskan tata cara dan prosedur pencatatan perkawinan dimulai dengan pemberitahuan, penelitian, pengumuman dan pelak-sanaan. Hal ini memberikan kesan bahwa pencatatan per kawinan merupakan perkara yang mutlak harus dilakukan bagi pasangan calon pengantin yang akan melakukan aqad nikah.

Berkenaan dengan pencatatan perkawinan ini apakah me-ru pa kan suatu hal yang mutlak dan mempengaruhi keabsahan per-kawinan atau hanya sekedar tertib administrasi muncul dua pen-dapat.

Pendapat pertama menyatakan bahwa tidak menjadi syarat sah sebuah perkawinan dan hanya menjadi persyaratan administratif sebagai bukti telah terjadinya sebuah perkawinan. Pendapat yang kedua, pandangan yang menyatakan bahwa pencatatan perkawinan tetap menjadi syarat sah tambahan sebuah perkawinan.60

1. Syarat Administratif

Bagi kelompok yang berpendapat bahwa pencatatan perkawinan hanya sebagai syarat administratif berkeyakinan bahwa sahnya sebuah perkawinan hanya didasarkan pada aturan-aturan agama sebagaimana yang telah disebut pasal 2 ayat 1 UU No I Tahun 1974. Dengan demikian ayat 2 yang membicarakan tentang pencatatan perkawinan tidak memiliki hubungan dengan sah dan tidaknya perkawinan. Jadi masing-masing orang akan melakukan per kawinan menurut agamanya masing-masing, sedangkan pencatatan perkawinan hanya sebagai kewajiban administrasi.

Selanjutnya sahnya perkawinan dan fungsi pencatatan per-kawinan dapat dilihat dari penjelasan umum angka 4 huruf b. Bahwa pencatatan perkawinan menurut penjelasan angka 4 huruf b adalah

60 Hartono Mardjono

Page 52: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Pernikahan Sirri: Antara Cita dan Realita

38 Dr. Siti Zumrotun, M.Ag.

sama halnya dengan “pencatatan peristiwa-peristiwa penting” dalam kehidupan seseorang, misalnya kelahiran, kematian yang dinyatakan dalam surat-surat keterangan, yaitu suatu akta yang juga dimuat dalam daftar pencatatan. Jadi jelas bahwa “pencatatan perkawinan” menurut UU No I Tahun 1974 adalah sebagai pencatatan “peristiwa penting” bukan “peristiwa hukum”.61

Oleh karena itu sahnya sebuah perkawinan bukan tergantung pada pencatatan perkawinan karena pencatatan perkawinan bukan peristiwa hukum. Bagir Manan berpendapat bahwa perkawinan yang sah adalah perkawinan yang memenuhi UU No I Tahun 1974 Pasal 2 ayat (1), yaitu sah menurut agama yang mempunyai akibat hukum yang sah pula. Pencatatan perkawinan sebagaimana ditentukan dalam UU No 1 Tahun 1974 pasal 2 ayat (2), tidak menunjukkan kuali fikasi sederajat yang bermakna sahnya perkawinan menurut agama.62

Pendapat Bagir Manan ini diperkuat oleh ketentuan dalam Pasal 4 KHI, bahwa”Perkawinan yang sah, apabila dilakukan menurut Hukum Islam sesuai dengan Pasal 2 ayat (1) UU No 1 Tahun 1974 tentang perkawinan”. Sedangkan pencatatan perkawinan menurut KHI Pasal 5 bertujuan untuk menjamin ketertiban perkawinan bagi masya rakat. Dengan demikian ayat 2 yang membicarakan tentang pen catatan perkawinan hubungan dengan sah dan tidaknya sebuah perkawinan.

Pendapat ini didukung oleh Neng Djubaidah dengan me-ngutip fatwa MUI dalam Ijtima’ Ulama Fatwa se-Indonesia II pada Mei tahun20016 tentang Masa’il Waqiiyyah Mu’ashirah, tentang nikah dibawah tangan:1. Pernikahan dibawah tangan hukumnya sah karena telah terpenuhi

syarat dan rukun nikah, tetapi haram jika terdapat madharat.2. Pernikahan harus dicatatkan secara resmi pada instantsi ber-

61 Neng Djubaidah,Pencatatan Perkawinan dan Perkawinan Tidak dicatatkan,h. 215

62 Ibid.h.216

Page 53: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Dr. Siti Zumrotun, M.Ag. 39

Bab III: Pencatatan Pernikahan

wenang, sebagai langkah preventif untuk menolak dampak negative/madharat (saddan lidz-dzari’ah).

Rumusan ke-1”Pernikahan dibawah tangan hukumnya sah karena telah terpenuhi syarat dan rukun nikah, tetapi haram jika terdapat madharat” berarti pernikahan dibawah tangan atau perkawinan tidak dicatat adalah hukumnya sah karena terpenuhi syarat dan rukun nikah dan tetap tidak haram jika tidak terdapat madharat. Sekalipun terdapat kemadharatan dalam perkawinan yang sah sesuai Hukum Islam yang belum/tidak dicatat, tidak berarti status hukumnya menjadi “batal demi hukum” karena selain pencatatan perkawinan itu bukan sebagai rukun nikah, kemadharatan yang ditimbulkan oleh perkawinan belum dicatat juga dapat diberikan jalan keluar atau solusi yaitu itsbat nikah ke Pengadilan Agama.63

2. Syarat Kumulatif

Melihat berbagai aturan baik berupa Undang-undang atau-pun Peraturan Pemerintah terkait pencatatan pernikahan di Indo n-esia menunjukkan bahwa pemerintah sudah berusaha untuk men-ciptakan ketertiban dan juga mengangkat derajat rakyat terutama kaum perempuan. Catatan secara formal ini menjadi sangat penting bagi negara berkaitan dengan pertanggungjawaban sosial, karena Negara merupakan representasi pertangungjawaban publik. Dari sinilah sebagian pakar hukum berpendapat bahwa pencatatan nikah men jadi syarat kumulatif.Mereka yang berpendapat bahwa pencatatan nikah menjadi syarat kumulatif beralasan bahwa landasan metodologis pemerintah dalam menetapkan UU No I Tahun 1974 khusunya pasal 2 ayat (2) tentang pencatatan ini sangatlah jelas. Secara teknis, para ulama ushul menyebutnya dengan maslahat al-mursalah(public interest).64

63 Neng Djubaidah, Pencatatan Perkawinan..h. 256-257.64 Ahmad Rofiq, Pembaharuan Hukum Islam di Indonesia, (Yogyakarta:

Gama Media, 2001), h. 109..

Page 54: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Pernikahan Sirri: Antara Cita dan Realita

40 Dr. Siti Zumrotun, M.Ag.

Dengan landasan tersebut maka Ahmad Rofiq berpendapat bahwa pencatatan perkawinan merupakan syarat sah dalam nikah. Hal ini merupakan ijtihad baru atau ijtihad insya’i dengan menggunakan kaidah “Menolak bahaya didahulukan atas mendatangkan kebaikan”. Untuk menjamin ketertiban dan kepastian hukum rakyatnya maka pemerintah dapat menetapkan aturan yang mendukung terciptanya ketertiban dan kepastian hukum sesuai dengan kaidah, suatu tindakan atau peraturan pemerintah berintikan kemaslahatan rakyatnya.

Tindakan dan kebijaksanaan yang ditempuh oleh pemimpin atau penguasa harus sejalan dengan kepentingan umum bukan untuk golongan atau untuk diri sendiri. Penguasa adalah pengayom dan pengemban kesejahteraan rakyat.

Kebijakan penguasa terkait dengan pencatatan nikah ini sejalan dengan ghayat al-tasyri’ (tujuan hukum Islam) yaitu men-ciptakan kemaslahatan bagi masyarakat. Nilai kemaslahatan adalah merupakan dasar semua kaidah yang dikembangkan dalam hukum Islam.65

Kaidah ini berasal dari fatwa Imam Asy-Syafi’i:

 من التيم ة المام من الرعية منلة الولمنل

“Kedudukan imam terhadap rakyat adalah seperti kedudukan wali terhadap anak yatim”.

Dr. H.M. Asrorun Ni’am berpendapat bahwa: perkawinan yang dilakukan diluar pengetahuan dan pengawasan pegawai pencatatan nikah tidak memiliki kekuatan hukum dan dianggap tidak sah di mata hukum. Hal ini dikarenakan perkawinan dibawah tangan berdampak sangat merugikan istri dan anak perempuan pada umumnya, baik secara hukum maupun social. Secara hukum kenegaraan, tidak diakuinya hak-hak keperdataan yang ditimbulkan

65 Jaih Mubaraok, Sejarah dan Perkembangan Hukum Islam,(bandung: Remaja Rosda karya:2000), h. 8.

Page 55: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Dr. Siti Zumrotun, M.Ag. 41

Bab III: Pencatatan Pernikahan

oleh pertalian hubungan perkawinan, tidak dianggap sebagai istri yang sah dan tidak boleh atas nafkah dan warisan dari suami jika meninggal dunia. Di samping itu juga tidak berhak atas harta gono gini jika terjadi perceraian, karena secara hukum, perkawinan dianggap tidak pernah terjadi.66

Dalam Kompilasi Hukum Islam di Indonesia tujuan pencatatan perkawinan yang dilakukan dihadapan dan dibawah pengawasan Pegawai Pencatat Nikah adalah untuk terjaminnya ketertiban perkawinan. Sehingga perkawinan yang dilakukan diluar Pegawai Pencatat Nikah tidak mempunyai kekuatan hukum. Dari sini nampaknya bisa diambil konklusi atau kesimpulan bahwa dengan mengambil jalan tengah yaitu bukan bicara sah dan tidak sah terhadap model perkawinan tersebut. Akan tetapi masalah memiliki kekuatan hukum atau tidak memiliki kekuatan hukum. Segala sesuatu perbuatan manusia yang berimplikasi dengan hokum harus memiliki bukti konkrit. Maka bukti konkrit sebuah pernikahan adalah adanya akte nikah yang dikeluarkan oleh Pegawai Pencatata Nikah dalam hal KUA.

Sebuah perkawinan yang tidak dicatatkan tidak memiliki kekuatan hukum, dengan demikian pencatatan perkawinan ini sangat penting dalam rangka menciptakan kepastian hokum dari suatu perkawinan yang telah dilangsungkan.

66 Neng Djubaidah, Pencatatan Perkawinan..h. 257-258.

Page 56: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-
Page 57: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Dr. Siti Zumrotun, M.Ag. 43

BAB IV

BENTUK-BENTUK DAN TIPE-TIPE PERNIKAHAN SIRRI

DI MASYARAKAT

Agar mendapatkan gambaran umum tentang proses pelaksanaan pernikahan sirri serta kondisi keluarga

pasa ngan nikah sirri yang terjadi di masyarakat akan penulis paparkan tentang profil keluarga nikah sirri. Dari sini kita akan mendapatkan berbagai informasi, mulai dari proses pelaksanaan pernikahan sirri, kehidupan keluarga bahkan sampai pada kondisi ekonomi serta pendidikan bagi anak-anaknya.

A. Profil Keluarga Nikah Sirri

Masyarakat di suatu wilayah di manapun merupakan masya-rakat yang homogen, baik agama, maupun budayanya. Mereka seba-gian besar tinggal di wilayah perkampungan yang kental dengan tradisi keagamaan khususnya agama Islam. Sebagian kecil ada yang ting gal di wilayah perkotaan dan sebagian lagi di komplek peru mahan. Suasana kehidupan masyarakatnya lebih didominasi dengan meodel kehidupan orang desa yang nampak kebersamaan serta ke rukunannya.

Dari 19 pasangan pernikahan secara sirri yang terjadi di Kota Salatiga bisa dikategorikan berdasarkan umur dan status pernikahan sebagai berikut:

Page 58: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Pernikahan Sirri: Antara Cita dan Realita

44 Dr. Siti Zumrotun, M.Ag.

1. Pernikahan Sirri di Usia Senja

Pernikahan milik semua usia mulai dari yang muda sampai yang sudah tua, bahkan yang sudah kakek-kakek ataupun nenek-nenek sekalipun. Pernikahan sirri pada usia senja ini terjadi pada dua pasangan. Yaitu pasangan Bdi dan Nrt dan pasangan Snrt dan Rhmh.

a. Pasangan Bdi dan NrtMbah Bdi seorang pensiunan PNS sudah beberapa tahun

hidup tidak serumah dengan istrinya. Ada beberapa faktor yang membuat mbah Bdi ini keluar dari rumah dan memilih hidup sendiri, sehingga bukan ketenangan dan ketentraman dalam menghabiskan waktu tuanya, akan tetapi kebingungan dan kegelisahan selalu menyelimuti kehidupan masa pensiunnya. Dalam kesendiriannya tersebut ia harus pindah dari satu rumah ke rumah orang yang mau menerimanya tinggal, ia diusir oleh istrinya karena percekcokan. Dengan bekal uang pensiun ia mampu bertahan hidup. Kehidupan seperti ini ia alami selama beberapa tahun.

Pada suatu hari mbah Bdi (panggilan akrabnya) bertemu dengan seorang perempuan yang bernama mbah Nrt. Dari pertemuan tersebut membawa kedua insan yang sudah sama-sama lanjut usia sepakat menjalin hubungan dan kemudian melangsungkan pernikahan secara sirri. Persis pada bulan Maulud tahun 2010 mbah Bdi dan Mbah Nrt mengucapkan akad nikah dihadapan Bapak Kyai Slmt dari Bener.67 Walaupun pernikahan tersebut tidak dicatatkan ke PPN, namun tetap diadakan walimahan dengan mengundang warga di lingkungan RT dan RW. Selain itu pernikahan ini juga dilaporkan kepada Bapak Lurah setempat. Hal ini dilakukan agar masyarakat tahu bahwa mereka sudah melakukan pernikahan walau tidak mempunyai akte nikah. Menurutnya jika masyarakat tahu

67 Wawancara dengan Mbah Baidi & Mbah Narti pada hari Selasa tanggal 26 Febuari 2013 jam 16.00 – 17.20 WIB.

Page 59: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Dr. Siti Zumrotun, M.Ag. 45

Bab IV: Bentuk-Bentuk dan Tipe-Tipe Pernikahan Sirri di Masyarakat

bahwa dirinya sudah menikah, membuatnya tenang serta memiliki kekuatan walau hanya dengan kesaksian saja.

Pernikahan secara sirri ini dilakukan karena mbah Baidi sebe-narnya masih memiliki istri yang sah dan belum diceraikan walau mereka telah lama hidup terpisah. Pernikahan mbah Bdi dengan Mbah Nrt ini diketahui oleh istri pertama yang dinikahi secara sah, karena mbah Bdi pernah mengajak mbah Nrt berkunjung ke rumah istri pertamanya. Tidak terjadi percekcokan sedikitpun ketika kedua perempuan tua yang sama-sama menjadi istri mbah Bdi tersebut saling bertemu. Selanjutnya antara mbah Nrt dan istri pertama mbah Bdi terjadi hubungan yang harmonis. Istri pertama sering berkunjung ke rumah mbah Nrt untuk meminta jatah gaji yang harus diterima tiap bulannya. Setiap datang ke rumah mbah Nrt mereka berdua saling bercekerama, sementara Mbah Bdi sibuk dengan pekerjaan di rumah. Mbah Bdi enggan menemui istri pertamanya.

Mbah Nrt bercerita apapun kebutuhan mbah Bdi saat ini dicukupi dengan baik. Karena tidak punya sepeda, maka kemudian dibelikan sepeda motor walau tidak baru, karena sepeda motor yang dimilikinya diminta oleh anak mbah Bdi, memberikan uang kepada anak mbah Bdi ketika minta, memberikan uang kepada istri pertama setiap kali datang dan lain-lain. Ketika kami bertanya berapa uang yang diberikan kepada istri pertama mbah Bdi, mbah Nrt menjawab 20-30 ribu setiap kali datang (sebulan sekali). Namun ternyata kebaikan yang diceritakan dengan mengeluarkan uang tersebut merupakan uang dari mbah Bdi sendiri. Karena istrinya sudah meminjam uang di bank entah berapa besarnya dengan jaminan SK pensiun mbah Bdi hingga uang pensiun tersebut habis.

Pelayanan sang istri pada suamiKesepian serta kegelisahan yang bertahun-tahun dirasakan

oleh mbah Bdi kini tiada lagi, semenjak menikah dengan Mbah Nrt. Sorot mata serta senyuman mbah Bdi yang penuh kebahagiaan

Page 60: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Pernikahan Sirri: Antara Cita dan Realita

46 Dr. Siti Zumrotun, M.Ag.

nampak sekali ketika kami datang bersilaturrahmi ke rumahnya. Mereka sedang duduk bersanding sambil menikmati pahitnya teh tradisional serta gulo klethuk yang setia menemaninya. Mbah Bdi kini punya teman hidup. Lebih penting lagi kini mbah Bdi ada yang menyucikan sarungnya ketika kotor. Ada yang membuatkan minuman jika ia haus, ada yang memasakkan ketika ia lapar dan yang tak kalah pentingnya ada yang menemani ketika tidur. Mbah Nrt yang sudah puluhan tahun hidup menjada dan tinggal di rumah sendiri tanpa ditemani sang anak kini memiliki teman bercengkerama. Sebagaimana layaknya istri, mbah Nrt dengan setia melayani suaminya dengan penuh keikhlasan, walau harus menjadi istri kedua bahkan juga tidak punya akte nikah. Namun sepertinya akte nikah bagi pasangan tersebut tidak begitu penting, mungkin karena mereka sudah tua. Sedangkan istri pertama mbah Bdi juga bisa menerima dan tidak akan menuntut.

Perempuan yang tangguhBicara masalah ekonomi keluarga sekarang ini tidak lepas

juga dari peran kaum perempuan, seiring dengan kemajuan dan perkembangan zaman. Sekarang ini banyak kita temukan kelompok perempuan yang memiliki berbagai bentuk aktivitas ekonomi, sebagai bentuk alternatif membantu perekonomian keluarga. Namun tidak begitu yang terjadi pada mbah Nrt seorang perempuan janda dengan satu orang anak laki-laki. Sejak anaknya umur 5 tahun ia diceraikan oleh suaminya. Dengan bekal kesabarannya ia berhasil menghidupi anak laki-lakinya hingga lulus SMK (sekarang sudah bekerja dan berkeluarga, tinggal di Jawa Barat). Ia membiayai hidupnya dengan berjualan kelapa, singkong, daun pisang dan lain-lain. Mulai jam 4.30 pagi ia sudah berangkat ke pasar di daerah Boyolali dengan membawa barang dagangan apa saja sesuai dengan perolehan barang di sore dan malam harinya. Barang dagangan yang diperoleh berasal dari hasil kebun masyarakat sekitar tempat tinggalnya. Hasil kebun apa saja yang dijual oleh tetangganya dibeli dan esok harinya dibawa

Page 61: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Dr. Siti Zumrotun, M.Ag. 47

Bab IV: Bentuk-Bentuk dan Tipe-Tipe Pernikahan Sirri di Masyarakat

ke pasar. Di pasar barang-barang tersebut sudah ada pelangganya. Jadi Mbah Nrt tidak harus menawarkan barang dagangannya. ber-ceng kerama dengan suaminya sepanjang hari.

b. Pasangan Rhmh dan SnrtKeinginan untuk menikah merupakan Sehingga hanya 3-4

jam saja ia sudah pulang kembali ke rumahnya dan bisa hak setiap orang tidak memandang jenis kelamin, umur, kaya miskin, dan lain sebagainya. Oleh karena itu walaupun umur sudah berkepala delapam tetapi keinginan untuk mencari pendamping hidup tetap saja menggelora. Seperti yang terjadi pada seorang kekak tua renta yang sudah ditinggal mati istrinya, tetapi keinginan untuk menikah kembali tidak bisa dibendung oleh siapapun.

Kisah ini terjadi pada kakek bernama Snrto yang sudah ber-umur kurang lebih 75 tahun. Dia hidup dengan anak dan cucu-cucu-nya. Namun ternyata dia merasa kesepian dan bermaksud untuk me-nikah lagi. Dengan caranya sendiri dia berusaha mencari calon istri yang siap diajak hidup bersama. Akhirnya ketemulah seorang per-empuan yang lumayan masih muda, seorang penjual sayur keliling. Tanpa penuh basa basi kakek tersebut mengutarakan maksdunya untuk menikahinya.

Menurut pengakuan Rhmh dia tidak mau menikah dengan mbah Snrt sampai dia berkali-kali mengutarakan maksudnya. Namun akhirnya perempuan yang bernama Rhmh tersebut mau dinikahinya. Karena merasa sudah tua, pernikahan berlangsung secara sederhana tanpa persiapan yang matang. Mungkin juga karena tidak didukung oleh anak-anaknya. Akhirnya pernikahan tersebut terlaksana pula walau hanya dinikahkan oleh salah satu tokoh agama (Bapak modin) desa setempat. Adapun yang menjadi walinya adalah kakak kandung dari Ibu Rhmh. Disaksikan oleh beberapa tetangga dekat (kebetulan tetangga dekat semua masih ada hubungan keluarga).68

68 Wawancara dengan Ibu Snrt di rumahnya pada hari minggu 7 September

Page 62: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Pernikahan Sirri: Antara Cita dan Realita

48 Dr. Siti Zumrotun, M.Ag.

Setelah menikah mereka hidup layaknya suami istri. Kebetul-an Ibu Rhmh sudah mempunyai rumah sendiri, jadi Bapak Snrto tinggal bersama istri di rumah istrinya bahkan sekalipun mereka tidak pernah tinggal di rumah pihak laki-laki walau jarak rumahnya berdekatan. Perceraian sirri

Pada umumnya setelah pernikahan pasangan akan merasa lebih bahagia jika dibandingkan dengan sebelum menikah. Akan tetapi tidak demikian yang terjadi pada pasangan pernikahan secara sirri ini. Bukan bertambah bahagia yang dirasakan oleh Ibu Rhmh tapi sebaliknya. Kehidupannya tetap saja susah bahkan tambah susah. Biasanya Ibu Rhmh tinggal di rumah sendiri dengan tenang dan santai sekarang harus melayani suami baik lahir maupun batin. Biasanya setelah pulang dari berjualan sayur keliling kemudian isti-rahat tapi setelah punya suami belum sempat istirahat harus pergi ke ladang karena disuruh oleh suami. Walau hasilnya dimakan bersama.

Pernikahan sirri ini hanya berjalan kurang lebih setengah tahun. Menurut pengakuan Ibu Rhmah, bapak Snrto memiliki sifat yang keras dan mudah marah. Tanpa mengetahui secara pasti pada suatu hari sepulang jama’ah magrib dari mushalla tiba-tiba sudah ada bapak modin (yang dulu menikahkan), suaminya dan beberapa orang lainnya. Ternyata maksud kedatangan mereka adalah untuk menyaksikan bahwa Bapak Snrto akan mengucapkan kata cerai. Aku saiki wis ora arep urip karo kowe meneh (kurang lebih seperti itu).

Tanpa mampu berucap apapun Ibu Rhmh menerima begitu saja ucapan cerai dari suaminya. Kemudian Bapak Snrto pulang kembali ke rumah hidup bersama anak dan cucunya. Sementara Ibu Rhmh kembali hidup sendiri dengan tenang dan santai. Kebetulan pernikahan ini tidak dikarunia anak.

Selang satu tahun Bapak Snrto jatuh sakit dan meninggal dunia dalam usianya 80 tahun. Dan Ibu Rhmah menikah lagi dengan Bapak Wrsto dengan resmi dicatatkan di KUA.

2014 sekitar jam 10.00 sampai selesai.

Page 63: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Dr. Siti Zumrotun, M.Ag. 49

Bab IV: Bentuk-Bentuk dan Tipe-Tipe Pernikahan Sirri di Masyarakat

2. Pernikahan Pada Masa Iddah: Kasus Nt dan Edy

Pernikahan secara sirri terjadi juga pada pasangan janda muda dengan duda yang masih muda. Seabagaimana yang terjadi pada pasangan Nt dan Edy.

Peneliti mengenal Ibu tiga orang anak ini diawali dari kon-sultasi keluarga ke LKBHI. Nt adalah seorang ibu muda yang sudah lama berpisah ranjang dengan suaminya. Awalnya Nt hidup bahagia dengan suami yang memberinya tiga orang anak laki-laki. Namun perpisahan itu terpaksa terjadi karena Nt sudah tidak kuat lagi me-nahan rasa penderitaan akibat perselingkuhan suami. Dalam keadaan hamil lima bulan anak yang ketiga, Nt memutuskan untuk pulang ke Salatiga (rumah orangtuanya). Suaminya tidak pernah mencari ataupun sekedar menengok apalagi mengajaknya untuk pulang.

Selama lima tahun dia bekerja keras dengan buruh menjahit celana kolor. Setiap hari rata-rata hanya mendapatkan uang Rp. 10.000. Namun dengan kesabaran dan keuletannya, Nt berkembang dari menjadi buruh kini menjadi seorang penjahit baju. Sekarang sudah mempunyai mesin jahit, obras dari hasil menabung sedikir demi sedikit. Sedangkan suaminya hampir tidak pernah mengirimi uang. Nt-pun juga tidak mau memintanya, karena menurutnya itu sudah menjadi tanggungjawab suaminya. Sehingga tidak usah diminta seharusnya mengirim.

Pada bulan Januari 2014 tiba-tiba suaminya datang bersama ibunya. Ternyata kedatangannya tidak lain hanya untuk mengajaknya kembali hidup bersama setelah lama berpisah. Niat baik suami Nt dijawab dengan menceritakan perjalanan hidup dari awal perpisahannya dan lima tahun perjuangannya merawat, mendidik, dan membiayai sekolah. Setelah panjang lebar bercerita kemudian Nt berkata kepada suaminya. Kon ki rene arep balik karo aku, aku sakjane wis ora mikir sampean mas. Aku gelem bali karo sampean ananging sampean kudu ngkresiki bojomu sing nok Suroboyo. Sampean ugo kudu ngijoli kabeh rekosoku berjuang ngopeni anak sak suwene

Page 64: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Pernikahan Sirri: Antara Cita dan Realita

50 Dr. Siti Zumrotun, M.Ag.

limang tahun. Mendengar perkataan Nt tersebut suaminya hanya bisa menangis dan minta maaf. Suaminya tidak mau meninggalkan istri mudanya. Kemudian suaminya bertanya kepada Nt, kon arep njaluk cerai? Nt menjawab: yo.

Cerai Talak di Pengadilan AgamaTak lama kemudian tepatnya pada bulan Mei 2014 Nt mengurus

cerai talak ke Pengadilan Agama. Sidangpun berjalan dengan lancar walau tanpa kehadiran suami. Akhirnya perceraianpun segera putus. Belum sempat mengambil Akte Cerai selang setengah bulan dari putusnya perceraian datanglah seorang laki-laki bernama Edy untuk melamarnya. Edy adalah seorang duda beranak dua yang bekerja menjual jasa pemasangan listrik dari rumah ke rumah. Dari sinilah Edy mengenal Nt yang kemudian jatuh cinta kemudian melamarnya. Dua minggu setelah dilamar kemudian melangsungkan pernikahan secara sirri atas saran dari seorang kyai yang sekaligus Saudara dan juga tetangga dekatnya. Awalnya bapak kandung Nt tidak setuju kalau menikah secara sirri, akan tetapi bapak kyai itu mengatakan tidak apa-apa, lebih baik pernikahan sirri itu segera dilaksanakan. Sepertinya ada hal yang tersembunyi dibalik permikahan sirri itu. Hal tersembunyi tersebut tidak bisa dilihat ataupun dirasakan oleh manusia biasa. Dengan alasan tersebut akhirnya pernikahan berlangsung. Ijab qabul dilaksanakan di hadapan bapak kyai juga masyarakat setempat, dengan wali ayah kandung. Selain itu ada alasan administrasi, yaitu perubahan status kawin dalam KTP juga Kartu Keluarga. Dengan begitu baru bisa mengurus pernikahan secara sah di KUA. Setelah pernikahan sirri dilaksanakan mereka langsung hidup layaknya suami istri di rumah Nt.69

69 Wawancara dengan Ibu Nt di rumahnya pada hari minggu tanggal 22 Juni 2014

Page 65: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Dr. Siti Zumrotun, M.Ag. 51

Bab IV: Bentuk-Bentuk dan Tipe-Tipe Pernikahan Sirri di Masyarakat

3. Pernikahan Pensiunan: Kasus Kdjh dan Rjmn

Pernikahan sirri yang dilakukan oleh pensiunan di sini mak-sudnya salah satu diantara pasangan suami ataupun istri adalah se-orang janda atau duda yang dtinggal mati suami atau istri. Sedang-kan istri atau suami yang mati tersebut waktu hidupnya berstatus sebagai PNS atau ABRI. Kasus ini terjadi pada pasangan Khdj dan Rjmn sebagai berikut:

Diusianya yang masih bisa dibilang muda karena belum lulus SLTA, pada tahun 1980 ibu Kdjh ini harus menikah dengan seorang tentara. Hal ini dilakukan karena dia sudah hamil lebih dahulu sebelum menikah. Kehamilan Kdjh ini seperti ada unsur kesengajaan dari pihak keluarga. Karena pada dasarnya Kdjh sudah mempunyai pacar seorang pelayaran, akan tetapi orangtua terutama bapaknya ingin memiliki menantu seorang tentara. Dengan izin keluarganya sang tentara sering memaksa mengajak berhubungan intim dengan Kdjh hingga dia hamil. Akhirnya belum lulus SLTA dia menikah dengan pemuda pujaan orangtuanya. Selang tujuh tahun dari usia pernikahan tepatnya pada tahun 1987 suaminya diberi tugas untuk menjaga wilayah Timur-timur dari berbagai kekacauan yang terjadi. Sementara istri dengan ketiga anaknya yang masih kecil menunggu dengan setia di rumah bersama orangtuanya di ngeblok (komplek perumahan tentara di Salatiga). Tugas mulia dari negara tersebut ternyata merenggut nyawa sang suami. Suami ibu Kdjh akhirnya meninggal dunia dalam usia yang masih muda.

Ibu Kdjh akhirnya hidup sebagai janda dengan tiga anak yang masih kecil. Dengan mengandalkan uang pensiun dari suaminya ibu Kdjh berusaha untuk merawat dan menghidupi ketiga anaknya dengan sabar dan kuat. Namun lama kelamaan gaji pensiuan almarhum suaminya tidak cukup untuk menghidupi dirinya dan keluarganya. Akhirnya ibu Kdjh pergi ke Bogor bekerja di sebuah perusahaan. Sementara ketiga anaknya tinggal serumah dengan kakek dan neneknya di Salatiga.

Page 66: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Pernikahan Sirri: Antara Cita dan Realita

52 Dr. Siti Zumrotun, M.Ag.

Walaupun jarak antara kota tempat bekerja dengan rumah lumayan jauh akan tetapi Ibu Kdjh ini selalu menyempatkan pulang sekali setiap bulan atau paling lama tiga bulan sekali. Dengan bekal gaji pensiun dan gaji dari bekerja ini akhirnya ibu Kdjh lumayan bisa menghidupi ketiga anak yang masih kecil.

Pernikahan KeduaMerasa lumayan lama menjada diusia yang relatif masih

muda, datang seorang pemuda tampan bernama Rjmn yang me-mikat hati ibu Kdjh ini. Pemuda tamatan STM ini berasal dari Te manggung yang sama-sama bekerja di Bogor, tetapi bukan teman di perusahaan yang sama. Melihat keuletan dan kesetiaan si pemuda tampan tersebut, ibu Kdjh akhirnya terpikat dan siap untuk menikah. Mengingat penghasilan yang hanya bisa dibilang cukup maka Ibu Kdjh berpikir dan menawarkan kepada pemuda tersebut untuk melangsungkan pernikahan secara sirri. Dengan tujuan agar gaji pensiun dari mantan suaminya tidak hilang. Kebetulan pemuda tersebut bersedia.

Pernikahan secara sirri atau pernikahan tidak dicatatkan tersebut berlangsung di Bogor rumah pamannya. Adapun yang menjadi wali nikah adalah paman dari Ibu Kdjh yang ada di Bogor. Selain ada wali pernikahan tersebut juga dihadiri oleh saksi baik dari pihak laki-laki maupun dari pihak perempuan.

Menurut Ibu Kdjh paman yang menikahkan tersebut seorang kyai bahkan baginya seorang wali. Paman saya itu sudah biasa bu menikahkan orang secara sirri begitu. Dia tidak hanya seorang kyai tapi mungkin bisa dibilang wali. Ketika saya tanya apakah dia seorang pegawai pencatat nikah? Ibu Kdjh menjawab: bukan bu, tapi nggak tahu sekarang mungkin bisa menjadi PNS yang bertugas mencatat pernikahan. 70

70 Wawancara dengan Ibu Kdjh di rumahnya pada hari Jum’at Tanggal 18 April 2014.

Page 67: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Dr. Siti Zumrotun, M.Ag. 53

Bab IV: Bentuk-Bentuk dan Tipe-Tipe Pernikahan Sirri di Masyarakat

Takut kehilangan gaji pensiun mantan suamiPernikahan sirri yang dilakukan dalam rangka menyelamatkan

gaji pensiun dari mantan suami tentara ini dilaporkan ke koman dan-nya. Walaupun sebetulnya komandan tersebut ternyata mengizinkan bahkan menganjurkan. Hal ini dilakukan oleh komandan karena mengingat usia Ibu Kdjh masih muda. Terbukti sampai sekarang Ibu Kdjh ini masih menikmati gaji pensiunnya. Sebetulnya tidak saya saja lho bu yang melakukan nikah sirri ini. Banyak dari teman-teman saya yang melakukan juga. Bahkan ada teman saya yang menjadi guru (PNS) karena suaminya meninggal (PNS) dia kemudian menikah lagi dengan PNS juga. Bahkan adik saya kandung juga menikah dengan laki-laki secara sirri juga, karena suaminya meninggal dunia. Suami adik saya juga tentara. Jadi takut kehilangan pensiun juga.

Selain faktor ekonomi karena takut kehilangan uang pensiun pernikahan sirri ini dilakukan karena memang ingin mencari teman hidup dan teman berbagi. Sehingga beban hidup itu tidak ditanggung sendiri. Ternyata dengan aku menikah ini bu, saya bisa nyekolahkan anak walau hanya tingkat SLTA. Saya juga bisa punya rumah, walau harus meminjam di bank dengan bekal SK pensiun. Karena suami saya itu rajin bu. Yang bangun rumah ini juga suami saya semua walau hanya tenaganya. Uangnya saya pinjam di bank. Mungkin kalau saya nggak menikah lagi ya mungkin tidak seperti ini. 71

Suami yang setiaKesetiaan suami yang lebih muda usia 5 tahun ini terbukti

dengan hadirnya 2 anak. Satu laki-laki sekarang sudah lulus STM dan satu perempuan yang sekarang masih duduk di bangku kelas 4 SD. Anak laki-laki pasangan dengan suami kedua ini sekarang sudah bekerja di Bandung. Dan kesetian itu masih terjalin sampai sekarang. Hal ini dibuktikan walau tidak hidup dalam satu rumah karena suami tetap ada di Temanggung dan Ibu Kdjh tinggal di

71 Wawancara dengan Ibu Kdjh.

Page 68: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Pernikahan Sirri: Antara Cita dan Realita

54 Dr. Siti Zumrotun, M.Ag.

Salatiga. Akan tetapi jarak yang jauh ini tidak mengurangi kesetiaan suami kepada Ibu Kdjh. Karena komunikasi bisa dijalin lewat hand phone. Selain itu juga Ibu Kdjh setiap tanggal 10, 20 dalam satu bulan pergi ke Temanggung. Karena dia ikut arisan, PKK, Dawis juga kegiatan sosial yang lain di rumah suaminya di Temanggung. Namun ironisnya suaminya tidak pernah mau datang ke Salatiga. Ketika saya tanya kenapa suami ibu tidak mau datang ke Salatiga? Jawab Ibu Kdjh saya nggak tahu buk. Mungkin karena di sana juga punya rumah jadi dia nggak mau ninggalkan rumahnya. Yah nggak apa-apa buk saya yang ngalah ke sana.

Tidak hanya tidak mau datang ke Salatiga suaminya hampir tidak pernah kasih uang nafkah. Itu saja jika Ibu Kdjh datang ke rumahnya yang di Temanggung. Kadang-kadang juga sudah datang ke Temanggung tidak diberi uang juga. Hal ini sering juga memicu pertengkaran. Mestinya suami saya itu sadar bahwa dia harus mem-beri nafkah, tapi yah saya ikhlas sajalah buk, biar saya hidup begini nggak apa-apa. Saya menyadari kondisi suami saya.

4. Pernikahan PNS dengan Janda

Pernikahan kedua seorang PNS dengan janda ini terjadi pada pasangan St dan Fr juga pasangan Nr dan Klb.

a. Pasangan St dan FrSekitar tahun 1989 ibu dengan satu anak perempuan ini

datang ke Salatiga dalam rangka ingin memperbaiki nasib. Hal ini terpaksa dilakukan karena berpisah dengan suaminya. Ibu ini merantau dengan buliknya yang juga janda. Dengan bekal kemauan untuk bekerja keras dan juga ketrampilan membuat sate ayam dia kemudian berjualan sate di daerah lapangan Kridanggo Salatiga.

Pada tahun 1991 ketemulah seorang laki-laki di lapangan Pancasila ketika sama-sama melihat pertunjukan. Dari perkenalan tersebut berlanjut pada berpacaran. Satu tahun lamanya mereka

Page 69: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Dr. Siti Zumrotun, M.Ag. 55

Bab IV: Bentuk-Bentuk dan Tipe-Tipe Pernikahan Sirri di Masyarakat

ber pacaran. Setalah mendapatkan izin dari orangtua yang tinggal di Madura Ibu St ini akhirnya berniat melangsungkan pernikahan. Namun ternyata laki-laki calon suaminya tersebut sudah punya istri seorang guru (PNS). Selain sudah punya istri Bapak Fr juga seorang pegawai negeri.

Berdasarkan saran dan nasehat dari teman-teman akhirnya pernikahan secara sirri-pun terjadi di Desa Butuh Kecamatan Tenga-ran. Sebuah desa di mana salah satu teman itu bertempat tinggal. Sedangkan yang menikahkan juga temannya sekaligus menjadi wali dalam pernikahan tersebut. Jadi wali dari pernikahan sirri Ibu St bukan ayah kandungnya. Namun menurut pengakuannya ayahnya sudah mengizinkannya. Sedangkan saksinya adalah kakak dari temannya yang kebetulan pada waktu itu menjabat se bagai bekel. Setelah pernikahan berlangsung Ibu St ini pindah ke Rekesan. Bersama dengan suaminya ia mengontrak sebuah rumah. Di rumah ini pula kemudian keluarganya dari Madura datang untuk bersilaturrahmi sekaligus membuktikan informasi tentang pernikahannya.

Walau pernikahan dilakukan secara sirri akan tetapi istri per-tamanya juga tahu. Keluarga suami dan juga keluarga istri pertama Bpk Fr juga mengetahui. Saya nggak mau buk kalau istrinya Bapak Fr tidak tahu, karena nanti kalau dia ke sini beberapa hari, ya nanti bisa terjadi pertengkaran hebat. Lha itu say nggak mau. Seriap Jum’at, Sabtu dan Minggu suami saya selalu ke sini.72

Anak yang CerdasPada tahun 1994 lahirlah anak laki-laki pertama hasil dari

pernikahan dengan Bapak Fr. Dan pada tahun 1997 lahir anak kedua. Kedua anaknya ini memiliki cita-cita yang sangat tinggi. Anak pertamanya ingi kuliah di pelistrikan dan ingin bekerja di PLN sedangkan anak kedua (perempuan) yang sekarang sedang duduk di kelas tiga SMP bercita-cita ingin kuliah di STAN (Sekolah Tinggi

72 Wawancara dengan Ibu St di rumahnyam pada hari selasa 29 April 2014

Page 70: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Pernikahan Sirri: Antara Cita dan Realita

56 Dr. Siti Zumrotun, M.Ag.

Administrasi Negara) seperti mba Vivi tetangganya. Dalam rangka meraih cita-cita tersebut kini anak pertama sudah lulus STM kini bekerja di sebuah pabrik. Hasil dari kerjanya ditabung agar bisa melanjutkan kuliah dan bisa bekerja di PLN.

Sedangkan anak perempuan setelah lulus SMP ingin melanjut-kan ke SMAN I Salatiga. Walau orang tuanya tidak mampu tapi ibu St ini bertekad ingin menyekolahkan anaknya sesuai dengan cita-cita. Dia akan berusaha mencarika bantuan dari dana BOS dengan mencari surat keterangan miskin dari kecamatan. Alhamdulillah anak saya ini cerdas buk, IQ sampai 128, jadi saya sebagai orangtua akan selalu berusaha agar anak saya bisa sekolah. Sambil berdoa dengan Yang Maha Kuasa karena hanya Dia-lah yang tahu akan nasib makhluknya.

Nikah sirri identik dengan kumpul kebo Istilah kumpul kebo73 yang dikenal oleh masyarakat adalah

untuk menggambarkan perilaku dua orang manusia yang berlainan jenis kelaminnya tinggal dalam satu rumah tanpa ikatan perkawinan. Sesuai dengan definisi tersebut maka jika di masyarakat terdapat pasangan laki-laki dan perempuan yang tidak ada ikatan nikah disebut dengan kumpul kebo. Bahkan masyarakat secara sering mengabaikan keberadaan masyarakat yang nikah secara sirri-pun disebut dengan kumpul kebo yang berkonotasi negatif. Sebutan kumpul kebo oleh masyarakat terhadap pasangan Ibu St dengan Bapak Fr yang melakukan nikah sirri ternyata dilontarkan juga sebagian masyarakat. Sebutan dan cibiran negatif lain juga datang dari masyarakat yang hidup di lingkungannya. Namun hal itu diterima dengan sabar. Bahkan anaknya mengetahui bahwa orangtuanya mendapatkan nilai-nilai negatif tresebut dari masyarakat. Bahkan

73 Istilah yang asli dahulunya adalah koempoel gebouw. Dalam istilah bahasa Belanda gebouw, bermakna bangunan atau rumah, jadi koempoel gebouw maksudnya adalah berkumpul di bawah satu atap rumah. Istilah gebouw berubah menjadi kebo, sehingga menjadi kumpul kebo.

Page 71: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Dr. Siti Zumrotun, M.Ag. 57

Bab IV: Bentuk-Bentuk dan Tipe-Tipe Pernikahan Sirri di Masyarakat

anaknya menghibur orangtuanya dengan berkata: biarlah mah kita dijelek-jeleki tetangga, kan doa orang yang terdlalimi didengarkan oelh Allah. Selain itu anaknya memiliki tekad yang kuat untuk mem-buktikan bahwa keluarganya tidak hina sebagaimana anggapan masyarakat selama ini.

Di balik anggapan negatif tersebut ada juga tetangga yang me-mikirkan nasib anak-anaknya dengan mencarikan beasiswa untuk anak-anaknya. Justru pada saat mengurus syarat-syarat adminis-trasi inilah istilah kumpul kebo keluar dan sampai pada telingan Ibu St. Dan gara-gara istilah tersebut Bapak RT setempat tidak mau memberi pengantar keterangan miskin. Mendengar kabar tersebut maka Ibu St pergi ke rumah salah satu tokoh masyarakat yang menceritakan tentang kabar tersebut dengan membawa surat nikah secara resmi. Tokoh masyarakat tersebut lalu berkata: akte nikah ini Anda foto copy dan masukkan di bawah pintu rumah Bapak RT biar tahu bahwa Anda itu nikah resmi dan bukan kumpul kebo. Tetapi saran tersebut tidak dilaksanakan, karena khawatir ada yang tidak suka dan kemudian melaporkan suaminya ke instansi tempat kerja.

Rahasia di balik akta nikah Ibu St mengetahui bahwa menikah secara sirri ini tidak

memiliki kekuatan hukum. Namum dia menyadari bahwa sampai kapanpun tidak akan bisa melakukan pernikahan secara resmi ke PPN, karena status suaminya. Menyadari statusnya sebagai pasangan suami istri yang menikah secara sirri sehingga tidak memiliki kekuatan hukum, maka atas bantuan temannya yang baik hati akhirnya dia mempunyai akte nikah secara resmi. Hal ini dilakukan agar suaminya tidak berani berlaku sewenang-wenang terhadap dirinya. Kepemilikan akta nikah resmi ini hanya diketahui oleh dirinya dan keluarganya, bahkan Bapak RT tidak diberi tahu. Hal ini dilakukan karena mereka khawatir kalau ada yang mengetahui tentang status suaminya dan melaporkan kepada dinas tempat suaminya bekerja. Bukti akta nikah dari PPN itu juga ditunjukkan

Page 72: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Pernikahan Sirri: Antara Cita dan Realita

58 Dr. Siti Zumrotun, M.Ag.

kepada kami (peneliti). Namun dengan tetap hati-hati karena khawatir ada yang tahu.

Bukti pertanggungjawaban suami akibat akta nikah tersebut pada hari itu terbukti. Ketika menunjukkan akta nikah itu tiba-tiba ada sepeda motor yang berhenti di depan rumah. Dan ternyata yang datang adalah suami Ibu St. Disela-sela jam kerjanya dia menyem-patkan datang ke rumah Ibu St. Melihat kedatangan suaminya tersebut Ibu St terkejut dan cepat-cepat menyimpan kembali akta nikahnya ke dalam lemari dan berpura-pura tidak terjadi apa-apa, sambil memberi kode kepada peneliti untuk tidak bercerita tentang tema pembicaraan.74

Istri menjadi kepala keluarga75

Walau satu sisi Ibu St ini dikenal sebagai pasangan suami istri yang tidak memenuhi adminstrasi negara, namun di sisi lain ia berusaha untuk memenuhi administrasi. Dalam rangka meme-nuhi administrasi tersebut maka ketika akan mendaftarkan anaknya ke sekolah dia harus mencari akta kelahiran untuk anak-anaknya. Dalam mengurus akta kelahiran harus ada KK (kartu keluarga). Kemudian Ibu St mencari KK ke kelurahan setempat yang kemudian diteruskan ke DKCS. Kebetulan salah satu staf kelurahan mengetahui status pernikahan ibu St. Maka dibuatlah pengantar tentang anggota keluarga yang terdiri dari ayah/suami, ibu/istri, anak. Ada yang unik dalam KK tersebut karena ada yang tidak sesuai dengan hukum keluarga yang berlaku di Indonesia. Seharusnya yang berdasarkan UU Perkawinan pasal 31 ayat 1 menerangkan bahwa suami sebagai kepala keluarga, sedangkan istri sebagai ibu rumah tangga. Akan tetapi kartu keluarga milik Ibu St ini yang tercatat menjadi KK adalah istri/

74 Wawancara dengan Ibu St pada hari Selasa 29 April 2014.75 Berdasarkan data di kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil

Kota Salatiga jumlah KK seluruhnya adalah 55.608 orang yang terdiri KK laki-laki: 46.568 orang, dan KK perempuan 9.040 0rang.

Page 73: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Dr. Siti Zumrotun, M.Ag. 59

Bab IV: Bentuk-Bentuk dan Tipe-Tipe Pernikahan Sirri di Masyarakat

ibu yakni Ibu St.76 Sedangkan status suami adalah anggota keluarga. KK semacam ini terpaksa dibuat untuk me nun jukkan bahwa anak-anak yang tercantum dalam KK tersebut me miliki ayah. Walau demikian akta kelahiran anak-anaknya tetap tidak mencantumkan nama ayah, jadi hanya dilahirkan dari seorang ibu.

b. Pasangan Nr dan KlbIbu Nr adalah seorang janda yang tinggal mati oleh suaminya

karena mengidap suatu penyakit. Dengan sabar dan juga tabah janda satu anak perempuan ini menjalani hidupnya dengan berusaha ber-jualan kelontong di pinggir jalan tidak jauh dari rumahnya. Kehidupan terasa sangat berat, disamping harus menghidupi diri sendiri, juga harus menghidupi anaknya yang masih sekolah di luar kota, dia juga harus bertindak sebagai ibu sekaligus sebagai Ayah. Karena usianya yang masih relatif muda, dan masih sangat pantas untuk menikah lagi, maka banyak laki-laki yang datang ke rumahnya. Kedatangan laki-laki tersebut selalu menimbulkan kecurigaan dari tentangga. Mulai dari bertanya, memfitnah, menggunjing dan lain-lain. Menurut pengakuannya hidupnya menjadi tidak tenang, takut sekaligus malu. Rasa seperti ini ia jalani selama tiga tahun dari wafatnya suami. Banyak laki-laki yang datang untuk mengajaknya menikah, tapi Ibu Nr belum siap. Sikapnya ini menimbulkan kekecewaan laki-laki. Teror lewat sms, juga guna-guna dengan meletakkan kembang di

76 Dari realitas masyarakat perempuan menjadi kepala keluarga tersebut pada tanggal 24-30 November 2013 diadakan pertemuan nasional yang disebut dengan Forum Nasional Perempuan Kepala Keluarga (Fornas PEKKA). Ternyata jumlah perempuan yang menjadi kepala keluarga sangat banyak dan diperkirakan melampaui data Badan Pusat Statistik secara nasional. Ada banyak sebab antara lain:sistem pendataan yang digunakan pemerintah yang cenderung menggunakan unit rumsh tangga dalam sistem pendataan dan penentuan sasaran program, rendahnya tingkat kepemilikan dokumen kependudukan seperti KTP, KK, Akte Nikah, Akte Cerai, Akte kelahiran. http://www.pekka.or.id. Berdasarkan data terakhir yang dimuat dalam antara.com sekitar tujuh juta perempuan yang menjadi kepala keluarga. Dari sekian banyak perempuan menjadi kepala keluarga tersebut rata-rata kehidupan mereka ada dalam garis kemiskinan.

Page 74: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Pernikahan Sirri: Antara Cita dan Realita

60 Dr. Siti Zumrotun, M.Ag.

luar rumahnya. Sehingga semakin takut tinggal di rumah sendiri. Beruntung di rumahnya ada anak yang kost. Jika harus membuka warung sampai malam dia minta ditemani oleh anak kost tersebut.

Setelah lebih dari tiga tahun kewafatan suaminya akhirnya dia memutuskan ingin menikah lagi. Keinginan untuk menikah ini didiskusikan dengan anak perempuan satu-satunya yang kini sudah menginjak dewasa. Ternyata anak perempuannya tersebut mengajukan syarat jika ibunya mau menikah. Ibu boleh menikah tetapi tidak boleh keluar dari rumah ini dan tetap tinggal bersamanya, tidak boleh pindah rumah atau ikut suaminya. Sedangkan pihak suami (bapak tiri) juga tidak boleh tinggal bersama dalam rumah ini. Selain itu tidak boleh punya anak.

Nampaknya Ibu Nr ini sudah memiliki pilihan calon suami dari beberapa laki-laki yang mencoba mendekatinya. Laki-laki tersebut berstatus PNS. Dengan statusnya tersebut maka pernikahannya tidak bisa dicatatkan. Atas kesepakatan mereka berdua akhirnya mereka memutuskan menikah dengan cara sirri. Pernikahan ini berlangsung pada tahun 2012 di rumah paman pihak perempuan di Ambarawa. Sehingga tidak banyak tetangga yang mengetahuinya. Hanya disaksikan oleh satu orang tetangga dari pihak perempuan dan Saudara dari pihak perempuan juga. Adapun yang menjadi walinya adalah ayah kandungnya sendiri.

Kehidupan setelah menikahSesuai dengan syarat yang diajukan oleh anak perempuannya,

kini Ibu Nr tetap tinggal serumah dangan anaknya dan tetap berjualan kelontong di warungnya. Sementara anak perempuannya kini sudah bekerja di sebuah apotik yang berjarak satu km dari rumah. Sedangkan suaminya juga tidak tinggal di rumah ibu Nr.

Ketika peneliti bertanya apa alasan pernikahan sirri ini dilaku-kan dia langsung menjawab, karena tidak ingin punya anak. Pihak suami juga menghendaki demikian. Selain itu dia juga beralasan

Page 75: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Dr. Siti Zumrotun, M.Ag. 61

Bab IV: Bentuk-Bentuk dan Tipe-Tipe Pernikahan Sirri di Masyarakat

dengan bersuami walau dengan nikah sirri sudah tidak ada laki-laki yang menggodanya lagi.

Selain alasan tersebut di atas ternyata pernikahan sirri dilaku-kan karena suami sudah memiliki istri yang sah. Menurut penga-kuannya sampai saat ini istri yang pertama belum tahu. Namun keluarga dari pihak suami sudah mengetahuinya. Bahkan waktu orangtua suaminya tersebut meninggal dunia Ibu Nr ini juga takziyah, karena sudah terlambat maka dia tidak datang ke rumahnya, akan tetapi langsung ke makam, dan berdoa. Sehingga kesempatan ketemu istri yang pertama tidak terjadi.

Keadaan keluarga ibu Nr ini jika diamati secara mendalam bisa dikatakan sudah menikah tapi sama saja dengan tidak menikah. Aktifitas atau kegiatan yang dilakukan tidak berbeda dengan ketika belum menikah. Jika biasanya seorang istri memiliki kegiatan rutin memasakkan suaminya, mencuci baju suaminya, bercengkerama dengan suaminya di waktu-waktu luang sambil melepas rasa lelah, pergi bersama dan lain-lain, kegiatan seperti ini sama sekali tidak tercipta. Menurut pengakuan Ibu Nr suaminya hanya datang seminggu sekali kadang pada hari Kamis siang, kadang hari Jum’at. Bahkan kadang-kadang datang hanya sebentar saja, hanya untuk mampir shalat Jum’at, dan setelah shalat Jum’at langsung bekerja lagi di kantor yang jaraknya hanya sekitar 2 km. Bahkan jika tidak datang dalam satu minggu Ibu Nr juga tidak merasa gelisah. Mau datang ya alhamdulillah, tidak juga tidak apa-apa. Karena mungkin beliau sibuk, tugas luar kota atau ada pekerjaan lain. Saya juga tidak pernah sms atau telpon agar beliau datang. Bahkan saya juga tidak pernah bertanya apa-apa terkait dengan pekerjaan, keluarga atau urusan-urusannya. Jika beliau bercerita ya saya dengarkan saja. Jika tidak bercerita saya juga tidak bertanya.

Kondisi yang demikian terus berlangsung terus sampai peneliti melakukan wawancara. Bahkan berdasarkan keterangan dari tetangga, mereka juga tidak pernah melihat suaminya Ibu Nr datang

Page 76: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Pernikahan Sirri: Antara Cita dan Realita

62 Dr. Siti Zumrotun, M.Ag.

ke rumah. Apalagi mendatangi acara walimahan tetangga, teman, saudara itupun belum pernah dilakukan oleh pasangan suami istri ini. Sampai pada suatu hari salah satu teman dari Ibu Nr yang pergi walimah bersama mengatakan kepada orang lain untuk mencarikan suami untuk Ibu Nr ini agar tidak menikah secara sirri. Salah seorang tetangganya juga pernah mengatakan: mbak sampeyan ki kok yo ora tau boncengan lungo bareng karo bojomu. Tetangga yang lain lagi mengatakan: mbak hati-hati lho, mengko jenengan nak malah dikereti (dihabiskan harta bendanya saja).77

Namun di sisi lain kondisi warung Ibu Nr ini nampak ada perubahan. Jika sebelum menikah dagangannya di warungnya tidak begitu penuh dan juga lengkap, kini warungnya penuh dengan berbagai macam dagangan. Ibu Nr juga mengaku kalau sering diberi uang, bahkan juga sering dibelikan barang dagangan, jika sudah habis dibelikan lagi.

5. Pernikahan Semi Duda dengan Gadis: Kasus suami ditinggal istri bekerja ke luar negera menjadi TKW, (kasus Ags dan Rhy)

Pada tahun 1992 Bapak Ags pria asli Semarang meminang gadis Salatiga dan kemudian menikahinya. sebagaimana layaknya setelah menikah mereka hidup berumah tangga dan dikaruniai satu anak laki-laki. Bapak Ags bekerja di pelabuhan sehingga jarang di rumah. Pada suatu hari istri meminta izin untuk bekerja di luar negeri sebagai TKW. Namun selang beberapa tahun bekerja tidak ada kabar beritanya, suratpun tidak datang. Dalam kesendiriannya itu dia harus mengurus anaknya sekolah di PAUD, masak, bersih-bersih rumah dan juga bekerja di Semarang. Dia merasa sangat repot. Pekerjaan sehari-harinya dia kerjakan sendiri pagi harus mengurus anak mulai dari memandikan, membuat sarapan, mengantarkan anak sekolah. Ketika anaknya di sekolah dia di rumah bersih-bersih dan persiapan berangkat bekerja ke Semarang (kerja di pelabuhan).

77 Wawancara dengan Ibu Nr pada hari Minggu Tanggal 15 Februari 2015.

Page 77: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Dr. Siti Zumrotun, M.Ag. 63

Bab IV: Bentuk-Bentuk dan Tipe-Tipe Pernikahan Sirri di Masyarakat

Jam 9 pagi anaknya sudah pulang kemudian dijemput dan langsung diajak ke Semarang dititipkan orangtuanya dan Bapak Ags bekerja. Pulang dari kerja langsung ambil anaknya untuk dibawa pulang ke Salatiga. Kesibukan ini dia jalani mulai dari tahun 1997 sampai tahun 2001.

Pada tahun 2001 kabar dari istrinya tidak juga kunjung datang, akhirnya Bapak Ags memutuskan untuk menikah lagi dengan seorang gadis yang bekerja dekat tempat tinggalnya. Dia kemudian melamar gadis itu dan kemudian melangsungkan pernikahan secara sirri. Karena tidak ada surat perceraian ataupun surat izin dari pengadilan untuk berpoligami. Sedangkan istri pertama tidak diceraikan.

Pernikahan itu berlangsung di rumah pihak perempuan. Adapun yang menikahkan adalah salah satu kyai yang bertempat tinggal tidak jauh dari rumah istrinya. Ada saksi dan juga ijab qabul, bahkan juga ada walimah walau hanya sekedar tetangga dekat. Keluarga pihak laki-laki juga datang untuk menyaksikan pernikahan tersebut. Setelah pernikahan berlangsung mereka terus hidup serumah di rumah Bapak Ags yang sudah dibangun dengan istri pertamanya. Saat ini pasangan Bapak Ags dan Ibu Rhy ini dikaruniai seorang anak perempuan sekarang sudah berumur tujuh tahun.

Nikah resmi dan sirri sama sajaKetika peneliti bertanya apakah tidak ingin menikah secara

resmi. Bapak Ags menjawab sebetulnya juga ingin, akan tetapi terkendala pada urusan adminstrasi di pengadilan agama. Menurut pengakuannya dia pernah mengurus cerai ke pengadilan agama dengan alasan istri pergi dan tidak pernah kembali namun karena dia harus mendatangkan saksi akhirnya dia tidak mau meneruskannya. Posisi seperti inilah kemudian kami sebut dengan semi duda.

Menurut pengakuannya nikah resmi ataupun sirri sama saja yang penting tanggung jawab sebagai suami untuk menafkahi baik lahir maupun batin terpenuhi. Yang penting sekarang itu bukan

Page 78: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Pernikahan Sirri: Antara Cita dan Realita

64 Dr. Siti Zumrotun, M.Ag.

resmi dan tidak resminya buk, tapi nerimo. Dan kebetulan istri saya itu nerimo, ya sudah. Lha mau apalagi to buk yang penting semua kebutuhan istri saya cukupi78

Dalam setiap minggunya dia pulang ke rumah setiap Sabtu pagi dan kembali bekerja hari Minggu sore.

6. Pernikahan Semi Janda dengan Perjaka: Kasus Hnk dan Antk

Pernikahan semi janda adalah sebuah pernikahan yang dilakukan oleh seorang perempuan yang sudah punya suami akan tetapi sudah tidak diurus oleh suaminya selama bertahun-tahun. Akan tetapi suami tersebut belum pernah menceraikannya.

Cerita ini diawalai dari perantauan Hnk. Ia datang ke Jakarta untuk mengadu nasib terutama dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya. Hnk seorang perempuan alumni SMK. Jakarta bagi Henk bukan hanya tempat mencari pekerjaan, namun jodohpun akhirnya ditemukan juga. Pada tahun 2004 Hnk ketemu jodoh dan menikah dengan laki-laki asal Kota Blora. Kehidupan rumah tangganya selama 4 tahun berjalan dengan harmonis walau sering ada pertengkaran kecil dan tidak berarti. Hingga akhirnya dikaruniai seorang anak laki-laki. Baru pada tahun 2009 terjadi perselisihan karena dipicu masalah ekonomi. Perselisihan tersebut memicu perpisahan (bukan cerai). Sdrwnt pulang ke Blora sendiri tanpa mengajak istri. Sementara Hnk pulang ke Salatiga.

Di tengah-tengah pisah ranjang Hnk bertemu dengan seorang laki-laki yang bernama Antk kemudian menjalin hubungan sebagai pacar. Hubungannya semakin intim yang akhirnya mereka berdua berbuat hal yang dilarang agama kemudian hamil. Dalam posisinya yang demikianlah akhirnya pernikahan sirri-pun terpaksa

78 Wawancara dengan Bapak Ags pada hari Sabtu Tanggal 3 Mei 2014. jawaban Bapak Ags ini sama dengan hasil wawancara dengan tetangga dekat yang bernama Ibu Sfy. Dia mengatakan bahwa mbak Rhy menerima saja pernikahan sirrinya yang penting saya diberi kecukupan dan tidak kekurangan.

Page 79: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Dr. Siti Zumrotun, M.Ag. 65

Bab IV: Bentuk-Bentuk dan Tipe-Tipe Pernikahan Sirri di Masyarakat

dilaksanakan dalam rangka menutup aib keluarga. Pernikahan sirri berlangsung di Jakarta, dan yang menjadi wali nikah paman Hnk, disaksikan oleh dua orang tentangga.Tidak ada selamatan sebagaimana layaknya pernikahan.

Pernikahan Hnk diketahui oleh suami (Sdrwnt) kemudian datang ke rumah orangtua Hnk dan mengatakan sampai kapanpun tidak akan menceraikan Hnk. Mendengar pernyataan suaminya tersebut Hnk justru mengajukan gugat cerai ke pengadilan agama, namun karena suaminya tidak pernah datang akhirnya gugatan tersebut dicabut kembali. baru pada tahun 2014 Hnk mengajukan kembali gugatan cerai ke pengadilan agama Kota Salatiga.79

Hnk sekarang hidup dengan suami yang kedua di rumah orangtua Athk di salah satu desa di Kota Salatiga. Saat ini mereka sudah dikaruniai seorang anak perempuan. Merasa pernikahan yang mereka lakukan belum memenuhi ketentuan negara, diapun tidak berani berbaur dengan masyarakat sekitarnya. Masyakat juga tahu bahwa pernikahan mereka hanya dilakukan secara sirri, dan tidak tahu apakah pernikahan tersebut benar-benar terjadi atau tidak. Karena tidak dilakukan di desa di mana mereka tinggal. Sehingga masyarakat juga enggan memberikan keterangan tentang kehidupan keluarga mereka. Sementara pelaku sendiri juga merasa tidak percaya diri. Penelitipun tidak bisa mengungkap sampai dalam tentang pernikahan sirri pasangan ini.

Henk sangat sadar bahwa posisinya pernikahannya tidak diakui oleh negara karena tidak dicatatkan. oleh karena itu dia menunda untuk mencarikan akta kelahiran anak perempuan, karena Hnk tahu nanti akta kelahiran hanya akan tertulis nama ibu dan tidak ada nama ayah, padahal anak tersebut jelas punya ayah. Sedangkan anak laki-laki hasil nikah dengan Sdrwt ikut kakeknya. jika sekolah libur baru ikut tinggal dengan Hnk.

79 Waktu penelitian berlangsung gugatan belum disidangkan karena baru akan berlangsung pada tanggal 25 Juni 2014.

Page 80: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Pernikahan Sirri: Antara Cita dan Realita

66 Dr. Siti Zumrotun, M.Ag.

Satu keluarga tiga Kartu KeluargaDalam rangka tertib administrasi kependudukan Hnk pun

tercatat oleh dinas kependudukan sipil memiliki kartu keluarga yang hanya mencantumkan nama dirinya sendiri. Sedangkan anak laki-laki hasil pernikahannya dengan sdrwt ikut KK kakeknya. Sedangkan suami yeng bernama Antk’ ikut KK orangtuanya. sulit dibayangkan tetapi itu sebuah kenyataan.

7. Pernikahan Janda dengan Semi Duda

Kasus ini terjadi pada pasangan Msd dan Vv. Pada pagi hari sekitar jam 10 berlangsung ijab qabul antara Msd dengan Vv di rumah mempelai perempuan. Proses ijab dan qabul berlangsung dengan sangat sederhana yang hanya dihadiri bapak RT setempat dan 6 undangan lainnya. Sementara dari pihak mempelai laki-laki hanya terdiri dari keluarga besar dan 2 orang tetangga agak jauh yang dipercaya untuk menyerahkan (masrahke: Jawa).

Sebelum ijab qabul berlangsung diawali terlebih dahulu oleh bapak modin dengan menuntut bapak kandung dari mempelai perempuan untuk menyerahkan perwaliannya kepada bapak modin (kasus seperti ini banyak terjadi di masyarakat pedesaan yang rata-rata kurang berpendidikan, wali/ayah kandung tetap ada di samping mempelai wanita) setelah itu ada beberapa kata pengantar dari bapak modin (yang menikahkan) setelah salam puji syukur dan shalawat bapak modin mengatakan: bahwa beliau sebetulnya tidak biasa menikahkan orang, akan tetapi sering dimintai tolong oleh masyarakat setempat untuk menikahkan terhadap orang-orang yang kecelakaan (MBA marrried by accident). Dalam wajah pak modin terkandung makna bahwa beliau tahu bahwa nikah secara sirri menyalahi aturan pemerintah karena tidak dicatatkan. Walau begitu dia tetap saja percaya diri untuk melakukan proses ijab qabul. Tangan sedikit gemetar (sudah tua) karena memegang buku kecil (buku khutbah nikah) pak modin menuntun mempelai laki-laki

Page 81: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Dr. Siti Zumrotun, M.Ag. 67

Bab IV: Bentuk-Bentuk dan Tipe-Tipe Pernikahan Sirri di Masyarakat

untuk menirukan lafadz qabul, setalah beberapa kali diulang karena belum tepat, akhirnya dengan siap mempelai laki-laki mengucapkan qabul. Setelah itu diikuti doa nikah. Tanpa ada tanda tangan saksi juga tanda tangan pasutri walau dalam secarik kertas akhirnya proses ijab qabul tersebut selesai. Setelah selasai acara ijab qabul diteruskan makan besar dengan menu sederhana tidak sebagaimana walimah al-‘ ursy pada umunya yang terjadi di daerah tersebut.

Walaupun tidak mengundang semua tetangga, namun kebetulan pada saat itu di depan rumahnya ada banyak orang, baik ibu-ibu maupun bapak-bapak karena kebetulan ada acara lomba-lomba dan juga karaoke dalam rangka menyambut hari kemerdakaan RI. Dengan demikian masyarakat sekitar mengetahui secara langsung bahwa mereka telah melangsungkan pernikahan.80

Kenapa nikah sirri ini dilakukan? Nikah sirri dilakukan karena ternyata mempelai pria atau laki-laki masih berstatus suami orang lain, akan tetapi tidak pernah hidup layaknya suami istri. Istri yang pernah dinikahi secara resmi setelah beberapa tahun hidup rukun bersama dan dikaruniai seorang anak ini berasal dari Jawa Timur. Hanya karena penentuan tempat tinggal setelah berkeluarga, Msd rela berpisah dengan istri. Istri tidak mau diajak hidup bersama di rumah suami (Salatiga) dan sebaliknya suami juga tidak mau diajak hidup di daerah asal istrinya Jawa Timur. Sehingga mereka berpisah begitu saja tanpa ada perceraian secara resmi.

Sementara mempelai perempuan seorang janda dari suami yang sudah meninggal dunia karena kecelakaan dengan satu anak laki-laki yang sudah kini sudah masuk sekolah dasar. Anak tersebut nampak sudah sangat akrab dengan keluarga mas Msd. Hal ini terlihat ketika prosesi pernikahan sirri itu selesai anak tersebut langsung minta gendong ibu dari Msd. Situasi ini menggambarkan

80 Peneliti hadir langsung dan mengadakan pengamatan pada proses pernikahan sirri di Karangjati Ungaran pada hari Minggu Tanggal Minggu tanggal 6 Juli 2013.

Page 82: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Pernikahan Sirri: Antara Cita dan Realita

68 Dr. Siti Zumrotun, M.Ag.

bahwa sebelum pernikahan itu berlangsung sudah terjalin hubungan keluarga yang akrab.

Berbeda dengan proses ijab qabul dan juga walimah pada umumnya yang menjadi tradisi di lingkungan masyarakat, setelah melakukan ijab qabul langsung diadakan walimah secara besar-besaran (tergantung kemampuan ekonomi orang tuanya). Kemudian di siang harinya atau besok harinya walimah itu diadakan di rumah mempelai laki-laki (ngunduh mantu). Dalam proses nikah sirri ini jauh dari tradisi tersebut, karena setelah menikah rombongan mempelai laki-laki pulang dan ironisnya kedua mempelai tersebut langsung ikut pulang ke Salatiga tanpa diiringi oleh keluarga mempelai perempuan kemudian langsung hidup bersama. Di rumah mempelai laki-laki tidak diadakan selamatan (syukuran) sebagaimana layaknya yang berlaku di masyarakat tersebut. Bahkan sebelum pernikahan berlangsung juga tidak ada persiapan di rumah mempelai laki-laki. Berbeda dengan proses pernikahan adik kandung mas Msd yang berlangsung pada tanggal 11 Desember 2013. tiga bulan sebelumnya sudah direncanakan oleh kedua keluarga pihak laki-laki dan juga pihak perempuan. Direncanakan acara walimahan, macam masakan, siapa yang diundang, kapan dibawa ke rumah mempelai laki-laki dan lain-lain.

Selanjutnya pasangan tersebut hidup di rumah kedua orangtuanya dengan bergantian (kadang-kadang tinggal di Salatiga dan kadang-kadang tinggal di Ungaran). Kebetulan pekerjaan suami ada dekat dengan wilayah ungaran. Tapi kadang-kadang pula mengerjakan pekerjaan itu di Salatiga, karena kebetulan di rumah juga membuka bengkel mobil bersama dengan adiknya. Sedangkan sang istri akhirnya merelakan keluar dari pekerjaannya menjaga konter isi pulsa di wilayah Karangjati ungaran. Kini Vv hanya tinggal di rumah melayani suami sesuai dengan tradisi yang berlaku di wilayah Salatiga. Jika pekerjaan rumah tangga sudah selesai Vv kadang-kadang menemani suami yang sedang bekerja di halaman

Page 83: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Dr. Siti Zumrotun, M.Ag. 69

Bab IV: Bentuk-Bentuk dan Tipe-Tipe Pernikahan Sirri di Masyarakat

rumahnya. Walupun pasangan ini masih relatif muda akan tetapi hadirnya anak belum merupakan dambaan dari keluarga yang mereka bangun.

8. Pernikahan Gadis dengan Pria yang sudah Bersuami

Pernikahan antara gadis dengan seorang pria yang sudah beristri terjadi pada tiga pasangan, yaitu Smtn dengan Mrgn,

a. Pasangan Smtn dengan MrgnMalam itu81 ketika kami berkunjung ke rumah ibu Smtn

dalam keadaan gelap karena tidak ada penerangan di teras juga halaman menuju rumahnya, tapi setelah kami memberikan salam berkali-kali juga mengetuk pintu rumahnya, kemudian dibukakan pintu depan ruang tamu. Tanpa terbayang sebelumnya betapa berantakannya ruang tamu tersebut, sampai kami sedikit kikuk harus duduk di mana. Karena ada kursi tamu tapi penuh dengan buku-buku sekolah anaknya. Nyuwun ngapunten bu, niki lare-lare nembe mawon sinau, bukune mboten ditoto maleh. Ternyata memang nggak ada ruang untuk belajar selain di ruang tamu tersebut. Ruang keluarga tempat bercengkerama, belajar dan juga menonton TV ternyata dipergunakan untuk membuat besek (keranjang) dari bambu sebagai tempat ikan pindang. Di ruang tersebut tidak hanya keluarga ibu Smtn yang membuat besek tapi juga keluarga kakak perempuannya. Dengan tangan terampilnya mereka merangkai sisiran bambu tipis sambil menikmati acara TV. Tidak hanya ibu Smtn tapi juga anaknya yang paling besar (kelas 6 SD) juga ikut membantu membuat besek. Besek yang sudah jadi dan berjumlah banyak nantinya akan diambil tengkulak dengan harga 125 buah besek Rp. 8.000. ketika saya tanya dapat berapa besek perharinya? Mereka menjawab mboten mesti bu, niki namung samben mawon. Lha terus apa pekerjaan pokoknya setiap hari? Jawabnya momong bu.

81 Wawancara dengan Smtn ada tangal 28 Nopember 2013

Page 84: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Pernikahan Sirri: Antara Cita dan Realita

70 Dr. Siti Zumrotun, M.Ag.

Tenaga Kerja WanitaIbu Smtn sejak kecil sudah menjadi seoarang anak yatim

yang sudah ditinggal mati bapaknya sejak umur 5 tahun. Dia sempat sekolah SD tapi tidak meneruskan ke SMP karena keadaan ekonomi. Kemudian bekerja di Jakarta jadi pembantu rumah tangga. Namun karena hasilnya tidak banyak kemudian dia kerja menjadi TKW di Arab Saudi selama beberapa tahun. Hasilnya sekarang bisa dinikmati yaitu untuk membuat rumah yang lumayan besar dan bertingkat ( untuk ukuran desa tersebut waktu itu sudah termasuk rumah paling bagus). Setelah itu dia sudah tidak pergi lagi untuk menjadi TKW. Dia tinggal di rumah merawat ternak sapi dan juga bertani.

Pada suatu hari dia dilamar oleh seorang laki-laki kemudian menikahinya dengan cara sirri. Karena ternyata laki-laki tersebut sudah punya istri. Walau tidak dicatatkan ke KUA setempat tapi dia mengadakan walimah dengan tetangga sekitar. Adapun yang menikahkan adalah tokoh agama setempat. Setelah pernikahan tersebut berlangsung ibu Smtn tetap tinggal di rumahnya, sedangkan suaminya kadang-kadang di rumah istri pertama kadang-kadang di rumah ibu Smtn. Hubungan dengan istri pertama tidak ada masalah. Pernikahan kedua dengan cara sirri ini terjadi karena istri pertama sudah tidak bisa punya anak lagi akibat dioperasi rahimnya.

Nafkah/ekonomi Ibu Smtn seorang perempuan yang sudah biasa hidup

mandiri sejak kecil sehingga sudah terbiasa dan terbawa sampai dia berkeluarga. Karena nafkah dari suami tidak mencukupi mengingat suaminya hanya seorang petani maka Smtn rela bekerja membanting tulang untuk menghidupi keempat anaknya dengan bertani di sawah juga membuat besek di rumah. Suaminya hanya kadang-kadang memberi uang itu juga kalau suaminya punya, kalau tidak punya dia juga tidak menuntutnya. Kesibukan ibu Smtn ini bisa terlihat dari kondisi rumahnya yang sangat tidak teratur juga tidak terawat,

Page 85: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Dr. Siti Zumrotun, M.Ag. 71

Bab IV: Bentuk-Bentuk dan Tipe-Tipe Pernikahan Sirri di Masyarakat

karena waktunya habis untuk mencari uang dan mengurus keempat anaknya.

Akta kelahiran anak tanpa nama ayahSelama ini tidak ada masalah dalam keluarganya karena ibu

Smtn sangat sadar bahwa dia hanya sebagai istri kedua. Dia juga tidak pernah menuntut nafkah lebih, bahkan dia tidak pernah minta untuk mencatatkan pernikahannya di KUA setempat. Walaupun dia tahu, bahwa hal ini akan berakibat tidak diakuinya oleh negara akan status anak-anaknya. Dia pasrah dengan akta kelahiran yang hanya tercantum nama ibu Smtn saja. Keempat anaknya sudah punya akta kelahiran semua, karena merupakan salah satu syarat ketika anak-anak mendaftar sekolah. Akte kelahiran tersebut dia cari lewat perangkat desa dengan membayar sejumlah uang hasil keringat ibu Smtn sendiri, karena tidak diberi oleh suaminya.

Pendidikan anakTiga dari anak ibu Smtn kini sudah sekolah. Anak pertama

kelas 6 SD, anak kedua kelas 4 dan anak ketiga kelas 2. sedangkan anak yang paling kecil belum masuk sekolah. Anak kedua yang bernama wulan tergolong anak yang pandai dikelasnya, ia selalu mendapatkan rengking satu. Sedangkan anak yang nomer satu yag sekarang duduk dibangku kelas enam SD rencanya akan meneruskan sekolah di SMP I Pabelan.82

Pertemuan antara ibu Smtn dengan istri pertamaPernikahan sirri antara ibu smtnn dengan suaminya ini

diketahui oleh istri yang sah dari bapak Mrgn. Adapun pertemuan antara istri pertama dengan ibu Smtn sangat jarang, kemungkinan ketemu hanya kalau kebetulan berkunjung ke rumah mertua itupun

82 Berdasarkan wawancara dengan Ibu Smtn di rumahnya sambil melihat anak-anak kecilnya membantu ibu merangkai belahan bambu yang tipis untuk dibuat besek tempat ikan pindang.

Page 86: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Pernikahan Sirri: Antara Cita dan Realita

72 Dr. Siti Zumrotun, M.Ag.

jika ada keperluan yang sangat penting. Ketika mereka saling bertemu tidak ada percekcokan yang berarti. Hal ini terjadi karena Ibu Smtn tidak pernah menuntut apapun kepada suaminya. Dengan nada pasrah dia mengatakan: Mau datang ke rumah ya alhamdulillah tidak juga nggak apa-apa. Diberi uang ya alhamdulillah tidak diberi juga tidak apa-apa.

9. Pernikahan Perempuan yang masih bersuami dengan laki-laki yang masih bersuami: kasus sgym dan bun.

Pada tahun 1984 Ibu Sgym melangsungkan pernikahan dengan Bapak Pn. Pada waktu itu usia Ibu Sgym masih sangat muda bahkan belum lulus SMP usianya bari 14 tahun. Pernikahan ini terjadi karena dijodohkan oleh orangtuanya dengan Bapak Pn yang usianya lebih tua 13 tahun. Walaupun dijodohkan yang awalnya tidak suka, akan tetapi lama kelamaan rumahtangga itu bisa dibangun dengan baik. Pasangan ini dikarunia dua anak laki-laki dan perempuan.

Ibu Sgym seorang perempuan yang memiliki bakat berjualan tembikar sebagaimana orangtuanya. Sehingga hidupnya lebih banyak di pasar dan bahkan di perjalanan. Karena harus membeli tembikar-tembikar tersebut ke Klaten dan menyetorkannya ke berbagai penjual di sekitar Kota Salatiga. Ibu Sgym harus menjalani kehidupan dengan sangat keras. Dengan naik sepeda motor dari Klaten membawa barang dagangan, kemalaman, kepanasan, kehujanan merupakan hal yang biasa dia alami. Sedangkan suaminya membantu semampunya. Hal ini dilakukan dalam rangka menghidupi kedua anak semata wayangnya. Dengan harapan agar kedua anaknya memiliki nasib yang lebih baik tidak seperti orangtuanya.

Perjuangan Ibu Sgym ini sekarang sudah menuai hasil. Anak pertama laki-laki yang bernama Antk menjadi tentara dan memiliki prestasi yang cemerlang. Sedangkan anak nomer dua yang bernama Ls sekarang menjadi bidan, walau masih membantu di salah satu tempat praktek dokter kandungan di Salatiga.

Page 87: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Dr. Siti Zumrotun, M.Ag. 73

Bab IV: Bentuk-Bentuk dan Tipe-Tipe Pernikahan Sirri di Masyarakat

Tidak ada pasangan yang sempurnaKini anak-anak sudah memiliki kesibukan sebagaimana

hara pan orangtuanya. Sehingga Ibu Sgym sekarang ada di rumah sendiri kesepian. Pagi ke pasar sebagaimana aktivitas biasanya. Tapi ke butuhan hidup menuntut untuk selalu bekerja keras. Karena untuk menutupi hutang-hutang biaya anak-anaknya sekolah. Dia tetap membanting tulang siang dan malam. Sementara sang suami tidak bisa berbuat apa-apa. Pernah dicoba dipercaya untuk berjualan tembikar mengganti Ibu Sgym tetapi yang terjadi malah kebangkrutan. Pernah juga dicarikan pekerjaan untuk menjadi sopir malah mobilnya menabrak garasi. Berbagai persoalan menumpuk terutama masalah ekonomi mendorong percekcokan dengan suami terus terjadi.

Karena merasa sudah tidak ada kecocokan akhirya suami Ibu Sgym keluar dari rumah dan tinggal di masjid deket rumahnya. Sehingga Ibu Sgym tinggal sendiri di rumah. Kesendirian Ibu Sgym dirasa sangat berat. Dia harus menanggung semua hutang-hutang sendiri. Ibu Sgym butuh orang yang mendampingi untuk ikut ber-peran serta dalam berpikir khususnya dalam memenuhi kebutuhan ekonominya. Peristiwa ini terjadi mulai sekitar Tahun 2007.

Di tengah kesendiriannya itu dia terpikat dengan laki-laki lain. Laki-laki tersebut setiap hari memberi perhatian lebih dibanding suaminya. Laki-laki tersebut seorang sopir colt yang memuat sayur dari daerah Kopeng. Setiap hari Ibu Sgym ikut bersama laki-laki tersebut dalam rangka mengusir kesepian. Dan ternyata laki-laki tersebut juga kesepian karena ulah istri yang tidak setia. Dari hari ke hari minggu ke minggu bulan ke bulan akhirnya Ibu Sgym dan laki-laki tersebut saling jatuh cinta dan bertekad ingin berpisah dari pasangan masing-masing. Mereka bertekad ingin menceraikan istri dan suaminya.

Dalam proses perceraian masing-masing tidak bisa menahan diri untuk segera melakukan pernikahan. Sehingga mereka memutus-

Page 88: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Pernikahan Sirri: Antara Cita dan Realita

74 Dr. Siti Zumrotun, M.Ag.

kan untuk melakukan pernikahan secara sirri. Pernikahan sirri antara Ibu Sgym dengan Laki-laki yang bernama Bun tersebut berlangsung pada Tahun 2008 yang bertempat di salah satu desa di kecamatan Geta san. Proses pernikahan berlangsung sangat sederhana. Ber-dasar kan pengakuan Ibu Sgym mereka dinikahkan oleh bapak Modin hanya dengan tumpengan. Mengundang beberapa orang, makan tumpeng dan pernyataan dari bapak modin bahwa mereka sudah resmi menjadi suami istri. Tidak dihadir wali dari Ibu Sgym, bahkan juga tidak ikrar ijab qabul. Untuk memperkuat pernyataan tersebut, pernikahan secara sirri itu tercatat dalam sebuah kertas. (waktu kami wawancara untuk melihat catatan tersebut, kata Ibu Sgym ditumpuk di Pengadilan Agama ketika mengurus perceraian dengan suaminya).

Pernikahan sirri itu terjadi sementara masing-masing pihak masih mempunyai suami dan istri yang sah. Menurut pengakuannya Ibu Sgym sebelum melakukan pernikahan meminta izin kepada suami yang sah (bapak Pn) dan Bapak Pn memberikan izin secara tertulis. Inti dari surat tersebut adalah mengizinkan istri menikah dengan laki-laki lain karena sudah tidak ada kecocokan dalam hidup berumahtangga. Selain minta izin kepada suaminya, dia juga melapor kepada Bapak RT setempat bahwa dia akan melakukan nikah secara sirri.

Nikah sirri itu dilaksanakan lagi ketika suaminya (Bpk Bun, suami kedua) diajak pulang kerumah Ibu Sgym. Pernikahan tersebut hanya mengundang Bapak RT setempat, dan beberapa tetangga yang dianggap perlu. Tidak ada ijab qabul, tidak ada wali, hanya makan dan mengatakan bahwa dirinya sudah menikah secara sirri dengan Bapak Bun. Selang beberapa bulan menikah Bapak Bun pergi ke Batam untuk bekerja. Ibu Sgym sangat nyaman dengan statusnya karena sudah memiliki suami yang lebih muda dan lebih bertanggungjawab. Bahkan waktu itu (Tahun 2008) lebih nyaman dengan nikah sirri karena kalau mau cerai tinggal cerai begitu saja tanpa harus ke Pengadilan Agama.

Page 89: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Dr. Siti Zumrotun, M.Ag. 75

Bab IV: Bentuk-Bentuk dan Tipe-Tipe Pernikahan Sirri di Masyarakat

Pernikahan yang dicatatkan Disela-sela kesibukannya dengan suami yang kedua (nikah

sirri) keduanya berusaha mengurus perceraian dengan suami dan istrinya ke Pengadilan Agama. Ibu Sgym mengajukan talak ke pengadilan Agama Kota Salatiga untuk bisa berpisah secara resmi dengan suaminya yang pertama. Proses perceraiannya lumayan sulit, karena Bapak Pn banyak tidak mengakui pernyataan-pernyataan yang diajukan oleh Ibu Sgym. Akhirnya pada sidang ke 13 perceraian tersebut baru bisa putus, dan ibu Sgym mendapatkan surat resmi cerai dari Pengadilan Agama Kota Salatiga. Begitu juga yang dilakukan oleh Bapak Bun. Dia juga mengurus proses cerai dengan istri pertamanya. Setelah mereka berdua memiliki surat cerai yang sah dari Pengadilan Agama, mereka memproses pernikahan secara resmi di KUA. Pada tahun 2010 mereka melakukan pernikahan di KUA dan mendapatkan akta nikah.

Walau sudah menjadi istri yang sah tetapi keberadaan Ibu Sgym di keluarga mertuanya belum bisa diterima dengan baik. Mungkin karena kekhawatiran bahwa keberadaan Ibu Sgym ini akan menganggu harta suami dengan istri yang pertama. Hal ini diketahui oleh Ibu Sgym karena suaminya (bapak Bun) pernah membawa selembar kertas dari Bapak RW setempat (desa suaminya) yang berisi bahwa semua harta benda pasangan Bapak Bun beserta istri pertama adalah milik anak-anaknya.

Dari sini Ibu Sgym menaruh curiga dengan suaminya bahwa suaminya sedikit memiliki sifat yang jelek. Dia mau enaknya saja tapi tidak mau berkorban. Kini mereka berdua hidup di rumah Ibu Sgym di Salatiga.

Kehidupan Ibu Sgym Ddngan Bapak BunTidak biasanya Ibu Sgym libur tidak berjualan di pasar

karena dia harus mengejar uang untuk setoran mobil yang setiap bulannya Rp. 2.500.000. tapi kebetulan pada hari itu libur karena

Page 90: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Pernikahan Sirri: Antara Cita dan Realita

76 Dr. Siti Zumrotun, M.Ag.

harus bersih-bersih rumah khususnya tempat parkir barang dagannnya. Kelihatan sangat harmonis mereka berdua ketika kami datang. Mereka bekerjasama bersih-bersih dan membuat rak untuk barang dagangannya. Begitu kami datang Ibu Sgym dengan gayanya yang khas ramah dan banyak senyum dia mengajak kami duduk di ruang tamu. Tanpa kami tanya dia sudah banyak bercerita tentang kehidupaannya.

Sementara bapak Bun tetap saja mengerjakan pekarjaannya di samping rumah. Sesekali Ibu Sgym berkata lirih takut kedengaran suaminya, tetapi sesekali dia berteriak bertanya kepada suaminya. Dia berkata sambil berbisik ketika kami tanya mengapa Ibu Sgym memilih Bapak Bun sebagai suami keduanya. Dia menjawab: saya mencari suami yang takut dengan anak saya. Dan ternyata dia takut betul dengan anak saya.

Restu anakPerceraian Ibu Sgym dengan Bapak Pn dan pernikahannya

dengan Bapak Bun ternyata tidak direstui oleh kedua anaknya. Terutama anak laki-lakinya. Ketidaksetujuan ini ditunjukkan dengan mem berhentikan uang kiriman dari anaknya kepada Ibu Sgym.

Kiriman uang dari anaknya sekarang mengalir kepada bapak-nya (Bapak Pn). Tetapi hal tersebut tidak menjadi masalah bagi Ibu Sgym bahkan dia sering menyuruh anak perempuannya untuk ber kunjung ke rumah bapaknya dengan mengajaknya jalan-jalan sekedar makan.83

10. Pernikahan Poligami karena Istri Pertama Mandul: Kasus Jnd dan Rbh

Anak merupakan dambaan setiap keluargaSebelum menikah dengan Ibu Rbh bapak Jnd sudah menikah

dengan Ibu Mnh seorang janda yang tidak mempunyai anak. Namun

83 Wawancara dengan Ibu Sgym pada hari minggu Tanggal 20 April 2014

Page 91: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Dr. Siti Zumrotun, M.Ag. 77

Bab IV: Bentuk-Bentuk dan Tipe-Tipe Pernikahan Sirri di Masyarakat

begitu juga setelah lama menikah dengan Bapak Jnd ternyata tidak juga dikaruniai anak. Karena Bapak Jnd sangat menginginkan hadirnya anak dalam pernikahan mereka maka berbagai usahapun dilakukan. Namun ternyata berbagai usaha tersebut tidak menuai hasil sehingga pasangan Bapak Jnd dengan Ibu Mnh ini tetap tidak memiliki anak. Akhirnya Ibu Mnh menyerah dengan menyuruh suaminya untuk menikah dengan perempuan lain.

Pada tahun 1982 Bapak Jnd menikah lagi dengan seorang gadis bernama Rbh yang dijodohkan oleh ayah dari Ibu Rbh. Karena status Bpk Jnd sudah beristri dan tidak mau repot ngurus ke pengadilan agama, maka pernikahan itu berlangsung secara sirri. Adapun yang bertindak sebagai wali adalah ayak kandung dari pihak perempuan, ada saksi dan juga ijab dan qabul. Kebetulan ayah dari Ibu Rbh adalah orang yang sangat tahu akan hukum dalam agama Islam. Walimah diadakan baik di lingkungan masyarakat tempat tinggal Ibu Rbh maupun di masyarakat tempat tinggal Bapak Jnd.

Selang beberapa tahun belum juga dikarunai anak, namun setelah berbagai usaha dilakukan maka pada tahun 1985 akihrnya anak yang didambakan itupun lahir.

Ketika peneliti bertanya apakah Ibu Rbh tidak ingin menikah secara resmi? Ibu Rbh menjawab; nggeh sakjane kulo pengen banget bu nikah wonten KUA tapi nggih pripun nggeh, tekan sakpriki dereng saget. Riyen jane nggih sampun nyobi pados surat-surat wonten rumah sakit Ambarawa tapi mboten purun maringi surat. Malah yu Mnh ngendikan ”wis aku patekno wae gen gampang ora usah ngurus surat-surat”. Lha kulo nggih malah mboten purun to bu, la wong tasih urip kok kon mateke. Nggih mpun bu mpun usaha ning mboten saget kulo nggih pasrahke mawon.

Ketika peneliti bertanya kenapa ngurus surat kok ke rumah sakit? Ternyata mereka ingin mendapatkan kepastian bahwa Ibu Mnh istri pertama Bapk Jnd memang tidak punya anak karena mandul. Surat keterangan tersebut mungkin akan dibawa ke pengadilan

Page 92: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Pernikahan Sirri: Antara Cita dan Realita

78 Dr. Siti Zumrotun, M.Ag.

sebagai bukti dengan harapan bisa mendapatkan izin untuk poligami. Karena tidak mendapatkan surat maka mereka juga tidak meneruskan ke pengadilan agama. Sehingga sampai saat ini sudah kurang lebih 30 tahun mereka tetap hidup bersama dalam pernikahan sirri. Sementara Ibu Rbh juga sudah pasrah karena merasa dirnya sudah tua. Tidak ada kekhawatiran lagi untuk dikhianati suaminya. Karena ia yakin bahwa tujuan menikah dengan Ibu Rbh adalah ingin mempunyai anak. Dan sekarang sudah mempunyai dua anak laki-laki yang pertama sudah berumur 25 tahun dan yang kedua sudah berumur 20 tahun, keduanya belum menikah.

Kini sudah tidak ada harapan lagi untuk menikah secara resmi karena merasa sudah tua. Diapun tidak pernah khawatir tentang warisan jika nanti suaminya meninggal dunia karena sudah punya anak. Ketidak khawatiran ini juga berdasarkan pengalaman yang terjadi pada tetangganya yang menikah secara sirri. Tetangganya sekarang sudah ditinggal mati suaminya sementara juga tidak ada keributan tentang pembagian warisan.

Perempuan pekerja kerasSetelah mempunyai dua anak laki-laki, dengan izin dari

suaminya Ibu Rbh bekerja di Jakarta menjadi pramuwisma di rumah salah satu orang yang terkenal di negeri ini. Ia dengan bangga bercerita tentang pengalaman kerja di rumah oarng yang terkenal. Pekerjaan keras ini ia lakukan dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan sekolah kedua anak semata wayangnya. Karena ditinggal kerja, maka anaknya dititipkan di rumah kakek neneknya di desa yang letaknya hanya beberapa kilo dari rumahnya. Selain belajar di sekolah formal kedua anaknya juga belajar mengaji di rumah kakeknya. Sekolah formalnya ditempuh hanya sampai SMP yang kebetulan berada di lingkungan tempat tinggal yang tidak jauh dari rumah kakek. Setelah lulus SMP anak laki-laki yang nomor dua meneruskan ke Pondok Pesan-tren Atturmusi di Pacitan. Lima tahun anaknya mondok di Pacitan. Sedangkan anak laki-laki pertama pergi ke Jakarta berjualan es.

Page 93: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Dr. Siti Zumrotun, M.Ag. 79

Bab IV: Bentuk-Bentuk dan Tipe-Tipe Pernikahan Sirri di Masyarakat

Lama Ibu Rbh bekerja di Jakarta dalam rangka mencari uang demi anak-anaknya. Namun akhirnya ia jatuh sakit dan terpaksa ia berhenti bekerja kemudian pulang ke Salatiga. Penyakit yang dideritanya lumayan lama tidak sembuh. Dia terus berobat kemana-mana sampai akhirnya sembuh. Setelah sembuh Ibu Rbh sudah tidak kembali ke Jakarta lagi. Kegiatan sehari-harinya sekarang mengolah legen untuk menjadi gula merah dari beberapa pohon kelapa yang berada di kebun suaminya. Pengambilan legen diburuhkan ke tetangga dengan bagi hasil seminggu dimasak oleh Ibu Rbh dan seminggu dimasak oleh pihak yang mengambil legen. Hasil yang diperoleh setiap minggu berkisar antara 25 sampai 30 kg. Harga perkilonya sekitar 10 – 11 ribu rupiah.

Selain hasil dari mengolah gula merah Ibu Rbh dibantu oleh anak laki-laki menjual hasil penen dari kebun. Kadang-kadang menjual lombok, pisang dan lain sebagainya di pasar tradisional di dekat rumahnya.

Berusaha menjadi istri salihahDalam rangka membina keluarga yang sakinah mawaddah

wa rahmah, sepeninggal orangtuanya Ibu Rbh mendapatkan warisan berupa tanah sawah. Kemudian dijualnya tanah tersebut untuk dibelikan tanah di dekat rumah. Dengan harapan bisa digarap tanpa harus pulang pergi dari rumah ke sawah yang berjauhan dari rumahnya. Sehingga sekarang ini dia bisa pergi ke sawah, bisa memasak dan mengolah gula merah, bisa melayani suami dan bahkan bisa mengajar mengaji al-Quran kepada anak-anak di mushalla depan rumahnya.

Dengan bekal ilmu yang diajarkan dari ayahnya kini bersama anak laki-lakinya yang nomor satu setiap habis jamaah shalat magrib Ibu Rbh mengabdikan dirinya untuk mengajar membaca al-Quran terhadap anak-anak yang berada di lingkungan tempat tinggalnya. Setiap malam Senin bersama ibu-ibu yang lain rutin membaca al-

Page 94: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Pernikahan Sirri: Antara Cita dan Realita

80 Dr. Siti Zumrotun, M.Ag.

Barjanji dalam rangka bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW. Sedang kan setiap malam Rabo ikut ngaji kupingan. Yaitu men-dengar kan ceramah dari kyai atau tokoh agama setempat tentang syariat Islam.

Selain kegiatan tersebut di atas dalam rangka menjadi istri yang shalikhah ia juga rela melayani istri pertama Bapak Jnd yang kini sudah tua dan sakit-sakitan. Kebetulan waktu peneliti datang Bapak Jnd tidak ada di rumah entah kemana perginya Ibu Rbh tidak tahu. Ndek ndalu nggeh sare mpriki bu, kulo wangsul subuhan (jamaah subuh) kok mpun mboten wonten. Jane masuk angin, neng kok nggeh malah mboten wonten griyo. Mungkin ke rumah istri pertama. Kersane bu mboten nopo-nopo, biasane nggih enten mpriko, neng niki kaleh dinten enten mpriki masuk angin. Wong nak mboten mpriko nggeh kulo ken mpriko mesakkae yu Mnh mpun sepuh. Kolowingi sewulan yu Mnh nggeh sakit wonten mpriki kulo sing ngopeni, mandang mpun mantun nggeh mantuk mpriko maleh.84

Ketulusan dan kentrimoan Ibu Rbh nampak lugu, dia tidak pernah protes dan menuntut apapun terhadap suami. Dia nerima apa adanya dengan kondisinya walaupun secara lahir suaminya lebih banyak bersama dengan istri pertamanya. Dia membiarkan suami sesukanya mau tinggal dengan istri pertamanya atau dengan Ibu Rbh. Dia sangat menyadari kondisi istri pertamanya yang sudah tua dan membutuhkan teman, sementara Ibu Rbh sudah punya teman yaitu kedua anak laki-lakinya yang sangat penurut.85

11. Pernikahan sirri yang ketiga: Kasus Snph dan Sgng

Ibu Snpah seorang perempuan kelahiran Madura 51 tahun yang lalu. diusianya yang masih sangat muda dia sudah menikah

84 Pengakuan Ibu Rbh yang terlihat sudah ikhlas menerima nasibnya menjadi istri kedua dari bapak Jnd.

85 Wawancara dengan Ibu Rbh di rumahnya pada hari Sabtu Tanggal 3 Mei 2014

Page 95: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Dr. Siti Zumrotun, M.Ag. 81

Bab IV: Bentuk-Bentuk dan Tipe-Tipe Pernikahan Sirri di Masyarakat

dengan seorang pemuda pilihan orangtuanya. Pada usia 15 tahun dia sudah menikah dengan laki-laki sekampung dengan cara per-nikahan sirri. Pernikahan sirri yang dia lakukan sudah menjadi budaya di kampung wilayah Madura tempat di mana dia dilahirkan. Sehingga Ibu Snpah tidak tahu alasannya, mengapa harus menikah secara sirri. yang dia tahu hanyalah mengikuti kehendak orangtua. Kalau di Madura kan memang nikah sirri itu sudah biasa. Pengakaun Ibu Snpah tanpa menaruh sedikit curiga terhadap pertanyaan yang lontarkan oleh peneliti.

Pernikahan pertama dengan suami yang bernama Abdl Krm ini dikaruniai seorang anak laki-laki yang kini sudah meninggal dunia pada usia 24 Tahun.86 Pernikahan dengan Abdl Krm ini tidak berlangsung lama. selang beberapa tahun setelah menikah mereka bercerai secara sirri. kasus ini mengantarkan Ibu Snpah untuk merantau ke Jakarta. Dalam perantauannya di Jakarta ketemu seorang laki-laki yang bernama Kasmn. Karena jauh dari orangtua dan tanah kelahirannya akhirnya pertemuan dengan Kasmn mengantarkan pernikahan kedua yang tidak beda dengan pernikahan pertama. Yakni dengan pernikahan sirri juga. Pernikahan sirri yang kedua ini berlangsung di daerah Pasar Minggu Jakarta. Adapun yang menjadi wali nikah adalah seorang ustad dari Madura.

Dalam pengakuannya Kasmn adalah seorang pemuda yang belum pernah menikah alias masih perjaka. Namun ternyata setelah pulang ke Salatiga pengakuan Kasmn tersebut palsu. Kasmn adalah seorang laki-laki yang sudah bersitri dengan dua anak perempuan. Walau merasa terbohongi Snpah tetap meneruskan berkeluarga dengan Kasmn di Salatiga dengan mengontrak rumah dari satu

86 Anak laki-laki kini sudah meninggal dunia pada usia 24 tahun. sejak kecil anak laki-laki tersebut ditinggal merantau oleh ibunya. Sehingga anak tersebut tidak pernah mendapatkan kasih sayang dari ibu, sehingga sangatlah pantas jika lelaki tersebut hidup dan mati di jalan yang tidak benar. Karena menurut pengakuan ibu Snpah anaknya mati karena minum oplosan. (wawancara dengan Ibu Snpah pada hari Rabo 28 Mei 2014 di rumahnya Salatiga)

Page 96: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Pernikahan Sirri: Antara Cita dan Realita

82 Dr. Siti Zumrotun, M.Ag.

kampung ke kampung yang lain, dengan kondisi ekonomi yang sangat pas-pasan. Dalam rangka mencukupi kehidupannya Snpah rela bekerja apa saja asal halal.

Pernikahan sirri dengan Kasmn berlangsung kurang lebih 16 tahun dengan satu anak laki-laki yang kini sudah berusia 17 Tahun. Dengan ketekunan, keberanian dan tidak kenal malu Ibu Snpah berusaha menghidupi anak laki-lakinya walau harus bekerja disebuah yayasan Kristen di dekat tempat tinggalnya. Hal ini dilakukan karena suaminya tidak pernah memberi nafkah. Dengan bekal sedikit tabungan dan bantuan dari masyarakat Ibu Snpah bertekad mendirikan sebuah rumah sangat sederhana di pinggiran kuburan Cina di Kota Salatiga.

Tidak seperti layaknya keluarga yang lain, Ibu Sanph yang memiliki seorang suami akan tetapi seperti tidak punya suami. Tidak pernah diberi nafkah baik sandang, papan maupun pangan. Dia paling cepat datang tiga bulan sekali hanya untuk melepas rindu dengan istri setelah itu pergi entah ke mana. Dalam kehidupan yang demikian akhirnya Ibu Sanph minta diceraikan oleh suaminya. Dengan kata-kata yang tidak bertanggungjawab permintaan Ibu Sanph dijawab dengan kamu kan memang bukan apa-apa saya.

Perceraian sirri dengan suami keduapun terjadi. Kemudian ketemu lagi dengan laki-laki asli warga Salatiga yang sudah 23 tahun merantau ke Papua. Pertemuan dengan laki-laki yang bernama Sgeng ini membawa rasa cinta dan bertekad untuk melangsungkan pernikahan. Mereka berdua berkonsultasi ke beberapa teman untuk menikah. Karena terkendala oleh status kependudukan Sgeng (KTP hilang). Karena tidak punya KTP maka pernikahanpun tidak bisa diproses di KUA. Mereka berkonsultasi dengan beberapa teman untuk menikah secara sirri. Akhirnya pernikahan sirri yang ketiga kali bagi Ibu Snpah berlangsung dihadapan seorang tokoh masyarakat yang disaksikan oleh Bapak RT dan adik dari Bapak Sgeng.87

87 Wawancara dengan Bapak Sgeng dan Ibu Snpah pada hari Rabo Tanggal

Page 97: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Dr. Siti Zumrotun, M.Ag. 83

Bab IV: Bentuk-Bentuk dan Tipe-Tipe Pernikahan Sirri di Masyarakat

Nikah Sirri lebih mahal dari Nikah ResmiSalah satu faktor terjadinya nikah sirri adalah karena biaya

yang mahal. Namun untuk wilayah Kota Salatiga berdasarkan pengakuan para kepala KUA faktor tersebut tidak benar. Karena pada dasarnya nikah di KUA hanya membutuhkan dana Rp. 30.000. Bahkan ada KUA yang mau menanggung biaya tersebut diambil dari uang pribadi.88 Hal ini dilakukan terhadap pasangan yang memang tidak mampu membayar biaya pernikahan di KUA.

Pernyataan kepala KUA Sidomukti tersebut ternyata benar jika dihubungkan dengan pengakuan Ibu Snpah dan Bapak Sgeng. Menurut pengakuan mereka berdua selain sangat sulit pernikahan secara sirri, selain itu juga lebih mahal. Sebelum nikah sirri itu dilakukan mereka berdua berkonsultasi dengan salah seorang tokoh agama, namun tokoh tersebut tidak bisa memberi jawaban ya atau tidak. Tokoh agama tersebut hanya menjawab: yo nak masalah nikah sirri kuwi aku ora iso ngejoke utowo ngundurke, soale aku yo ra ngerti. Atas saran beberapa teman akhirnya ia memutuskan untuk menikah sirri dari pada runtang runtung disawang ora apik. Akhirnya salah satu teman mencoba mencarikan salah seorang ustad untuk menikahkan. Namun ternyata salah seorang ustad tersebut mau menikahkan dengan membayar lima juta rupiah. Karena mereka tidak mampu, akhirnya mencari orang lain. Dan ternyata ada juga salah seorang tokoh agama yang menikahkan dengan biaya Rp. 1.000.000.

Setelah menyiapkan uang tersebut pada tanggal 5 September 2013 hari kamis Pahing Ibu Snpah dan Bapak Sgeng menikah di hadapan tokoh masyarakat disaksikan oleh Bapak RT dan adik kandung bapak Sgeng. Selain disaksikan oleh dua orang saksi per-nikahan sirri tersebut dicatat di atas kertas folio bergaris dengan tulisan tangan yang rapi. Catatan nikah sirri tersebut kini disimpan

28 Mei 2014.88 Wawancara dengan Bapak Miftah Kepala KUA Kecamatan Sidomukti

pada tanggal 26 Maret 2014.

Page 98: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Pernikahan Sirri: Antara Cita dan Realita

84 Dr. Siti Zumrotun, M.Ag.

oleh Ibu Snpah. Setelah menikah mereka langsung hidup bersama dalam rumah yang sudah dibuat oleh Ibu Snph. Kini mereka tinggal dengan seorang anak laki-laki anak dari suami yang kedua.

Nikah Resmi tetap Dicari Bapak Sgeng adalah seorang laki-laki yang sudah terbiasa

menjalani kerasnya kehidupan. Diusianya yang masih muda dia mencoba merantau di Papua. Dalam perantauannya yang panjang dia tidak pernah memberi kabar pada keluarganya, sehingga keluarganyapun tidak tahu keberadaannya. Di Papua dia menjadi warga masyarakat dan menikah dengan seorang perempuan asli Papua. Pernikahan berlangsung sesuai dengan adat masyarakat Papua yang dikenal dengan pernikahan masuk. Tidak dicatat di kantor KUA ataupun di DKCS. Pernikahan berlangsung di depan kepala suku dan disaksikan oleh masyarakat kemudian hidup bersama layaknya suami istri. Pernikahan Bapak Sgeng ini berlangsung kurang lebih 20 tahun dan dikaruniai dua anak.

Karena mendapatkan kabar bahwa bapaknya meninggal maka Bapak Sgeng pulang ke Jawa (Salatiga) dan tidak kembali lagi ke Papua. Dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya Bapak Sgeng bekerja sebagai pedagang asongan dengan naik turun dari bis ke bis. Setahun tinggal di Salatiga ketemu Ibu Snpah yang kini menjadi istri dengan nikah sirri.

Bapak Sgeng dan Ibu Snpah sampai saat ini berusaha untuk menikah secara resmi tapi belum bisa. Hal ini disebabkan Bapak Sgeng belum memiliki KTP Salatiga sementara KTP di Papua juga tidak punya (hilang). Karena sudah 23 tahun tidak kembali juga tidak ada kabar oleh keluarganya tidak dianggap ada sehingga nama Bapak Sgeng tidak terdaftar dalam KK. Karena tidak terdaftar dalam KK dari orangtuanya maka RT setempat tidak mau memberi surat pengantar untuk mengurus KTP. Mereka terus berusaha untuk mencari KTP agar bisa mendaftarkan pernikahannya ke KUA.

Page 99: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Dr. Siti Zumrotun, M.Ag. 85

Bab IV: Bentuk-Bentuk dan Tipe-Tipe Pernikahan Sirri di Masyarakat

12. Pernikahan Janda dengan laki yang beristri (kasus Mnh dan Rtn)

Lika liku Pernikahan Kedua Janda MudaIbu Mnh seoarang ibu yang hidup dengan satu anak

perempuan, karena sudah bercerai dengan suaminya. dalam rangka memenuhi kebutuhan sehari-hari dia bekerja di sebuah perusahaan di Kota Ungaran. Sekarang anak perempuan sudah menikah dan sudah dikaruniai seorang anak, sehingga ibu Mnh dalam usia yang masih muda sudah memiliki dua cucu laki-laki dan perempuan.

Selama bekerja di perusahaan Ibu Mnh ini ketemu seorang laki-laki yang kebetulan senang dan ingin hidup bersama. Hubungan antara keduanya tercium oleh istri pertama Bapak Rtn yang kebetulan bekerja dalam satu perusahaan. Pada suatu hari istri Bapak Rtn datang ke rumah Ibu Mnh di Salatiga. Namun hanya ketemu ibunya, karena Ibu Mnh sedang tidak ada di rumah. Inti dari kedatangannya adalah untuk mencari kejelasan hubungan antara suaminya dengan Ibu Mnh. Karena tidak ketemu kemudian pulang, tapi tidak lama kemudian Ibu Mnh datang. Mendapatkan cerita tentang kedatangan Ibu Zmr (istri Bapak RTN), Ibu Mnh langsung mengejarnya ke jalan raya. Karena kebetulan Ibu Zmr harus naik bis menuju rumah di Lemah Ireng. Kebetulan Ibu Zmr belum mendapatkan bis. Di jalan raya itu mereka berdua berbicara tentang kejelasan hubungan antara Ibu Mnh dengan Bapak Rtn. Ibu Mnh mengatakan bahwa sebetulnya saya tidak mencintai Bapak Rtn, maka kalau saya suruh ninggalkan, saya siap.

Pada dasarnya Ibu Mnh tidak suka karena laki-laki tersebut sudah punya istri. Namun karena kesabaran laki-laki tersebut akhirnya Ibu Mnh dengan terpaksa mau menikah dengan Bapak Rtn walau dengan pernikahan sirri.

Pernikahan secara sirri dilaksanakan di rumah Ibu Mnh pada tahun 2007. Adapun yang menikahkan adalah salah seorang

Page 100: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Pernikahan Sirri: Antara Cita dan Realita

86 Dr. Siti Zumrotun, M.Ag.

kyai yang bertempat tinggal tidak jauh dari desa dimana Ibu Mnh bertempat tinggal. Walau tidak dicatakan di KUA tetapi proses pernikahan itu mengundang tetangga sekitarnya. Pernikahan ini terjadi karena laki-lakinya sudah memiliki istri. Sementara istrinya tidak mengizinkan jika pernikahan dilakukan di KUA. Tapi walau begitu istri pertama memberikan izin dengan lewat sms yang intinya mengizinkan suaminya menikah lagi.

Ibu Mnh sebetulnya ingin ada perjanjian hitam di atas putih sebagai bukti bahwa pernikahan yang dilangsungkan tidak ada masalah dengan istri pertama suaminya. Akan tetapi istri pertama dari bapak Rtn tersebut tidak mau. Kebetulan istri pertama Bapak Budi adalah seorang manager yang tentu saja dia termasuk orang yang berpendidikan. Namun karena menyadari kekurangannya (karena menderita suatu penyakit istri pak Rtn tidak bisa melayaninya secara maksimal), maka mengizinkan suaminya untuk menikah lagi dengan cara sirri. Sedangkan anak perempuan dari Bapak Rtn tidak menyetujui pernikahan bapaknya.

Setelah pernikahan itu berlangsung secara resmi Bapak Rtn tetap tinggal serumah dengan istri pertama. Namun hampir setiap hari Bapak Rtn mengunjungi Ibu Mnh walau jarang menginap. Karena keesokan harinya dia harus mengantarkan istri pertama berangkat kerja.89 Bapak Rtn juga aktif dalam kegiatan kemasyarakatan di kampungnya Ibu Mnh.

Pada hari Sabtu Tanggal 26 April 2014 peneliti meneruskan wawancara. Pada waktu itu peneliti datang ke warung di mana Ibu Mnh berjualan. Seperti biasa peneliti memberi salam dan masuk ke warung. Menginat tempatnya yang kecil peneliti tidak jadi masuk, karena ternyata di dalam ada seorang laki-laki yang sedang mem-bantu membersihkan warung. Melihat kedatangan kami Ibu Mnh kemudian keluar, tanpa bertanya maksud kedatangan kami, langsung kami diajak ke rumah yang terletak tidak jauh dari warungnya.

89 Wawancara dengan Ibu Mnh pada hari Jum’at Tanggal 18 April 2014.

Page 101: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Dr. Siti Zumrotun, M.Ag. 87

Bab IV: Bentuk-Bentuk dan Tipe-Tipe Pernikahan Sirri di Masyarakat

Sedangkan jualan di warung diserahkan kepada laki-laki di warung itu. Begitu sampai di rumah Ibu Mnh berkata: ya itu tadi bu garwane kulo. Lumayan kaget, kami kira laki-laki yang ada diwarung tadi bapaknya.

Antara Harapan dan Kenyataan Malam minggu biasanya Bapak Rtn tidur di rumah Ibu Mnh

untuk melepas rasa rindu layak yang dilakukan oleh pasangan suami istri. Namun tidak demikian yang dirasakan oleh Ibu Mnh. Karena suaminya juga harus berbagi dengan istri pertamanya yang tinggal jauh dari rumah ibu Mnh. Sehingga percekcokan mulutpun sering terjadi, bahkan ketika hendak melakukan hubungan suami istri sering juga didahului oleh pertengkaran. Hal ini sering terjadi karena Ibu Mnh merasa bahwa dirinya hanya sebagai istri pemuas hawa nafsu belaka. Karena suaminya hanya datang dan bermalam ketika dia butuh. Walau secara nafkah lahir suaminya juga bertanggungjawab. Namun yang diharapkan Ibu Mnh tidak hanya sekedar pemenuhan nafkah, lebih dari itu Ibu Mnh mendambakan suami yang selalu mendampinginya setiap saat. Setiap hari berkumpul layak keluarga yang lain.

Kalau percekcokan terjadi yang dibicarakan selalu tuntutan Ibu Mnh untuk dinikah secara resmi. Pah nak jenengan pancen seneng karo aku tenanan yo aku nikahono resmi neng KUA, kepiye wae carane. Suaminya menjawab, aku kuwi nduweni niat tapi yo sok nak wis bojoku wis ora ono. Aku ugo nduweni nait arep nyenengake sempean tekan sok tuwo. Aku arep adol lemahku nak wis payu sampean meha tak wenehi Rp. 100 jt keno tok nggo sangu tuwo.90

Menurut pengakuan Ibu Mnh perempuan yang mau dinikahi secara sirri adalah perempuan yang bodoh. Jadi saya juga bodoh buk. Jane kulo nggih sok jengkel buk, jenenge wong bebojoan ki lak nggih karepe ketunggon pendak dinten. Tapi kulo sadar wong bojo kulo nggih nduwe tanggungan liyane.

90 wawancara dengan Ibu Mnh pada tanggal 26 April 2014

Page 102: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Pernikahan Sirri: Antara Cita dan Realita

88 Dr. Siti Zumrotun, M.Ag.

Namun walau begitu Ibu Mnh mengakui bahwa suaminya tipe suami yang sangat setia dan juga sabar. Ibu Mnh sering tidak melayani suami seperti layaknya istri pada umunya, sering tidak taat, sering membantah, sering berani tapi suaminya tetap saja memberikan nafkah lahir dan batin. Walau sering juga suaminya muncul rasa cemburu ketika Ibu Mnh dingin untuk digauli. Suaminya bertanya: mamah nduwe pacar yo. Ibu Mnh menjawab: yo aku pancen nduwe pacar wong Jakarta lewat FB, tapi ra pernah ketemu. Pernah ketemu sekali ketika kebetulan ada tugas ke Solo. Pacarnya Ibu Mnh dalam proses perceraian dengan istrinya. Janjine nak wis resmi cerai arep nikahi aku secara resmi. Ungkap Ibu Mnh dengan suaminya. Waduh mah, aku yo kudu siap-siap kelangan mamah yo.

Mulai tahun 2007 sampai sekarang(waktu peneliti wawancara) Ibu Mnh hidup dengan suami yang tidak pernah dicintainya. Sehingga keadaan keluarganya terasa hambar.

13. Pasangan TKI (Kasus Ztn dan ZD)

Pertemuan ibu Ztn dengan bapak Zd ketika sama-sama jadi TKI di negara Brunei. Ibu Ztn menikah dengan bapak Zd berlangsung dirumahnya dengan mengundang tetangga, adapun yang menikahkan adalah tokoh masyarakat yang tinggal tidak jauh dari rumahnya. Pernikahan ini dilaksanakan secara sirri. Bapak Zd berasal dari Cilacap. Waktu pernikahan berlangsung tidak satupun keluarga dari pihak laki-laki hadir. Tapi kami belum mampu mengungkap sebab pernikahan sirri tersebut. Karena menurut pengakuanya setelah menikah secara sirri kemudian mencatatkan ke Blitar. Kenapa di Blitar? Kan saya punya teman banyak di sana dan pihak KUA juga memberi surat pindah ke Blitar. Namun dari sorot matanya kelihatan bahwa dia berbohong. (ibu Ztn termasuk orang yang berpendidikan. Dia lulus SMA I Salatiga sehingga dia lumayan hati-hati dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan kami. Bahkan dia curiga dengan kedatangan kami. Ternyata keesokan harinya jam

Page 103: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Dr. Siti Zumrotun, M.Ag. 89

Bab IV: Bentuk-Bentuk dan Tipe-Tipe Pernikahan Sirri di Masyarakat

06.00 dia datang ke rumah mahasiswa kami yang mengantarkan kami wawancara dengan mengembalikan bingkisan sambil berkata tidak mau dijadikan objek penelitian.

Setahun setelah menikah ibu Ztn melahirkan anak laki-laki. Namun kehamilan dan kelahiran anak tersebut tidak sempat ditunggui oleh suaminya karena sudah berangkat ke Brunei untuk bekerja. Sampai saat ini anaknya berusia sekitar 2 tahun belum pernah ketemu bapaknya. Hanya bisa ketemu lewat telpon saja kalau suaminya menelpon, kalau tidak ibu Ztn tidak mau menelpon karena banyak menghabiskan pulsa. Saat ini Ibu Ztn tinggal serumah dengan ibu kandungnya yang sudah tua dan seorang buah hati hasil pernikahan sirri. Sepertinya sudah tidak ada harapan lagi untuk bertemu dengan suaminya entah karena apa. Hal ini terlihat ketika kami tanya apakah masih ingin punya anak lagi, dia menjawab ah mboten bu sampun tuo, gadah setunggal niki mpun alhamdulillah saget damel gondelan mbenjang nak sepah.91

Nafkah / EkonomiDalam menghidupi keluarganya dia harus bekerja dengan

menerima jahitan baju, juga menunggu kiriman dari suaminya (itupun juga kalau dikirimi). Namun sepertinya hasil menjahit baju di rumah tidak mencukupi karena tidak banyak yang menjahitkan, mungkin karena lama tidak jadi. Karena ibu Ztnn harus mengurus anak laki-lakinya yang sangat aktif sehingga harus ekstra dalam mengawasi anak tersebut.

14. Pernikahan Duda dengan Perempuan Semi Janda (Pasangan Bapak Kary dan Ibu Zhrtn)

Berawal dari sakitnya seorang istri dari Bapak Kryd yang lama sampai istri itu meninggal dunia. Setelah istrinya meninggal dunia

91 Wawancara dengan Ibu Ztn di rumahnya pada tanggal 14 September 2014.

Page 104: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Pernikahan Sirri: Antara Cita dan Realita

90 Dr. Siti Zumrotun, M.Ag.

Bapak Karyd berniat ingin menikah kembali dengan perempuan yang bernama Zhrtn. Status Ibu Zhrtn masih memiliki suami, namun tidak jelas keberadaannya, karena pergi selama tiga tahun tanpa jelas kabarnya. Namun tekad mereka berdua untuk menikah tetap saja berlangsung. Dengan berusaha memberi tahu PPN setempat pada suatu hari ingin melangsungkan pernikahan di rumah Bapak Karyd. Setelah diadakan pemeriksaan oleh PPN ternyata status Ibu Zhrtn tidak jelas. Karena belum ada surat cerai secara resmi dari Pengadilan Agama. Oleh karena itu Kepala KUA setempat tidak mau menikahkan. Namun pernikahan tersebut tetap berlangsung dihadapan tokoh masyarakat setempat.

Selanjutnya pasangan ini hidup berkeluarga dan memiliki anak dari hasil pernikahan sirri tersebut.

15. Pernikahan Sirri Janda Pensiunan dengan Orang yang Tidak Normal

Keinginan untuk melakukan pernikahan milik setiap manu-sia baik mereka itu normal maupun kurang normal. Karena per-kawinan memang merupakan fitrah kemanusiaan. Dengan menikah kehidupan seseorang akan tentram dan bahagia.

Mhb adalah seorang pemuda yang memiliki kekurangan akal akibat keturunan dari orangtuanya (ayah kandungnya). Dia hidup dengan ibunya yang sudah janda dan kakak laki-lakinya yang tidak sempurna akalnya. Ibunya hanya seorang janda yang hidup dalam kondisi pas-pasan dan harus menanggung nafkah dua anak laki-laki yang tidak sempurna akalnya.

Kehidupan sehari-harinya hanya berjalan tanpa memiliki arah dan tujuan yang pasti. Namun kadang-kadang dia juga hidup layaknya manusia normal. Ketika dia memiliki pikiran yang normal dia juga berkerja. Pada suatu saat dia bekerja di puskesmas dekat rumahnya. Namun karena sering kambuh penyakitnya maka di-keluar kan dari tempat kerjanya.

Page 105: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Dr. Siti Zumrotun, M.Ag. 91

Bab IV: Bentuk-Bentuk dan Tipe-Tipe Pernikahan Sirri di Masyarakat

Entah karena terobsesi untuk menjadi polisi atau yang lainnya Mahbub sering memerankan dirinya sebagai polisi yang mengatur kemacetan mobil di jalan raya. Dia juga sering bawa pistol-pistolan dan bawa peluit dengan berjalan kesana kemari mengatur keamanan lalu lintas.

Awalnya polisi tidak tahu kalau Mahb tidak normal, sehingga ditangkap dan di bawa ke kantor polisi. Berdasarkan informasi dari masyarakat kemudian dilepaskan dan selanjutnya didiamkan saja, bahkan ketika lumayan normal para polisi yang sudah tahu tentang kondisinya sering menyuruhnya bekerja ringan dan memberinya upah sekedar untuk membeli sebungkus nasi.

Di dalam ketidak sempurnaan akal tersebut ternyata ada se-orang perempuan tua dan sudah janda yang menaruh simpati dengan Mahb. Kebetulan janda tersebut setiap hari bekerja di sebuah ter-minal dengan menjadi penjaga kios sebuah agen bis jurusan Jakarta. Sedangkan Mahb sering berada di terminal tersebut. Witing terisno jalaran songko kulino, akhirnya perempuan janda tersebut jatuh cinta dengan Mahb. Cinta janda tersebut disambut hangat oleh Mahb. Sampai pada suatu hari mereka berdua datang ke Bapak RT di mana Mahb bertempat tinggal dengan maksud untuk melangsungkan pernikahan. Melihat kesungguhan mereka berdua Bapak RT sempat berpikir-pikir. Mengingat salah satu di antara mereka tidak normal dari segi akal. Pada suati hari di tempat yang terpisah dengan Mahb Bapak RT berbicara dengan janda yang akan menikah dengan Mahb membicarakan tentang kekurangan Mahb. Ternyata sungguh mulia niat dari perempuan janda tersebut. Ia bertekad menikahi mau menikah dengan Mahb dengan harapan Mahb sembuh dari penyakitnya.

Pada tahun 2013 berlangsunglah pernikahan secara sirri di rumah Mhb yang dihadiri oleh Bapak RT dan beberapa tetangga. Adapun yang menikahkan adalah salah satu tokoh agama yang tinggal di lingkungan masyarakat di mana Mahb bertempat tinggal.

Page 106: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Pernikahan Sirri: Antara Cita dan Realita

92 Dr. Siti Zumrotun, M.Ag.

Sebagaimana layaknya menikah secara Islam, pernikahan itu berlangsung sesuai syarat dan rukun nikah. Hanya saja wali nikah bukan dari pihak perempuan, tapi wali hakim.92

Pernikahan secara sirri berlangsung karena pihak perempuan adalah janda yang menerima uang pensiun dari mantan suami yang sudah meninggal. Untuk menyelamatkan uang pensiun tersebut maka pernikahan dilakukan secara sirri. Namun sebetulnya pihak keluarga terutama anak-anak dari ibu janda tersebut kurang setuju karena khawatir uang pensiun dari ayahnya hanya akan habis untuk kehidupan keluarga baru ibunya. Untuk memastikan bahwa hal tersebut tidak akan terjadi maka anak-anak dari pihak istri minta surat perjanjian tertulis bahwa uang pensiun tetap untuk keluarga dari pihak perempuan.

Pernikahan Hanya Seumur JagungSebagaimana layaknya pasangan suami istri yang lainnya,

setelah menikah mereka hidup bersama serumah dengan bahagia. Istrinya setiap hari tetap bekerja di terminal dan sorenya pulang. Namun ternyata kebahagiaan itu tidak berlangsung lama. Setelah empat bulan dari usia menikah istrinya sudah tidak mau pulang ke rumah Mahb akan tetapi pulang ke rumah yang berada di Kendal. Pernikahan antara Bapak Mhb dengan Ibu Mrym ini tidak dikaruniai anak, mungkin karena istrinya sudah tua dan juga sudah memiliki empat anak dari pernikahan dengan suami yang pertama.

16. Pernikahan antar negara (Pasangan My dan Bny)

My adalah seorang warga Salatiga yang menjadi mahasiswa salah satu perguruan tinggi di Yogyakarta mengambil program D I. Dalam menempuh kuliah tersebut berkenalan dengan seorang laki-laki yang berasal dari Timor Leste yang sama-sama menempuh kuliah di Yogyakarta. Kebetulan laki-laki yang bernama Bny tersebut

92 Wawancara dengan Bapak Ketua RT pada hari minggu 31 Agustus 2014.

Page 107: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Dr. Siti Zumrotun, M.Ag. 93

Bab IV: Bentuk-Bentuk dan Tipe-Tipe Pernikahan Sirri di Masyarakat

menganut agama yang berbeda dengan My. Hubungan serius dengan Bny ini diketahui oleh kedua orangtua My. Karena tahu bahwa Bny menganut agama yang berbeda dengan yang dianut oleh My dan juga orangtuanya maka hubungan antara My dengan Bny dilarang oleh keluarga My.

Pada suatu hari My dinasihati oleh orangtua agar tidak me-nerus kan hubungannya dengan Bny kecuali Bny mau masuk dan ikut agama yang dianut oleh My. Bahkan orangtua My mengancam jika terjadi sebaliknya (My yang masuk ke agama Bny) lebih baik keluar dari rumah dan tidak pernah kembali lagi. Tekad orangtua My lebih baik kehilangan satu anak dari pada harus menikah beda agama.

Namun hubungan cinta antara My dan Bny sudah tidak ter-bendung lagi. Selain jauh dari orangtua sehingga tidak bisa diawasi terus menerus juga karena didorong oleh rasa cinta yang mendalam akhirnya hubungan mereka sampai melanggar aturan agama. Akhirnya My hamil. Dalam kondisi yang sudah demikian orangtua My tetap minta Bny untuk masuk dan menganut agama My. Bny ber sedia masuk Islam dan kemudian nikah secara Islam tetapi tidak dicatatkan ke KUA, karena Bny tidak membawa surat-surat untuk mengurus ke KUA.

Nikah Resmi hanya sebuah harapanPernikahan secara sirri berlangsung di rumah My. adapun

yang me nikahkan adalah salah seorang tokoh agama, disaksikan oleh beberapa tetanggga dekat. Sehingga tetangga tahu persis bahwa antara My dan Bny telah menikah, namun tidak ada bukti hitam di atas putih.

Selang beberapa bulan menikah lahirlah seorang bayi per-empu an yang kini sudah berumur 5 tahun. Sementara ayahnya (Bny) pulang kembali ke Timor Leste dan hanya sekali dalam satu tahun datang ke Salatiga. Namun kebutuhan hidup keluarganya mendapatkan kiriman dari Bny walau tidak rutin setiap bulan.

Page 108: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Pernikahan Sirri: Antara Cita dan Realita

94 Dr. Siti Zumrotun, M.Ag.

Untuk menutupi kekurangannya My mencoba bekerja di salah satu perusahaan. Kini My dan anaknya tinggal serumah dengan orangtuanya dan juga adik-adiknya.93

17. Pernikahan Pada Masa Iddah (Kasus Shd Dan Strn)

Salah satu tujuan dari nikah sirri adalah terhindarnya berbagai macam fitnah yang muncul di masyarakat akibat hubungan dua insan yang berlainan jenis. Sementara mau menikah secara resmi mereka masing terhalang syarat administrasi. begitulah penjelasan salah seorang kyai yang akan menikahkan secara sirri antara pasangan Shd dengan Stry pada hari Sabtu tgl 31 Januari 2015.

Bapak Shd adalah seorang duda yang baru saja ditinggal mati istrinya dua bulan yang lalu. Belum genap seratus hari meninggalnya sang istri tercinta ternyata sudah mendapatkan perempuan tambatan hati yang siap diajak menikah. Sedangkan perempuan yang diajak menikah adalah seorang janda yang baru saja menyelesaikan proses perceraian di pengadilan agama kota setempat. Tak sabar menunggu akte cerai dikeluarkan dari pengadilan agama mereka berdua melangsungkan nikah secara sirri. Berbagai macam perkataan negatif ditujukan kepada kedua pasangan tersebut. Jika awalnya pernikahan sirri ini untuk menghindari fitnah maka yang muncul malah sebaliknya. Jika peneliti awalnya tidak mengerti tentang sejauhmana hubungan mereka, kini muncul beberapa kecurigaan-kecurigaan yang mungkin juga bisa salah bisa juga benar.

Kecurigaan masyarakat ini muncul mengingat Bapak Shd jika ditinjau dari segi umur mestinya sudah bisa bersabar menunggu waktu sampai akte cerai keluar juga menunggu waktu untuk berduka atas kematian istrinya. Tapi kenapa tergesa-gesa. Ada juga salah seorang sahabat yang meminta untuk menunda sampai seratus hari

93 Wawancara dengan ibu Mrtn ibu dari My di rumahnya. Karena kebetulan pada waktu itu pelaku nikah sirri sedang berbelanja di pasar. Sedangkan hari-hari yang lain dia bekerja dari pagi pulang malanm di sebuah perusahaan di Ungaran.

Page 109: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Dr. Siti Zumrotun, M.Ag. 95

Bab IV: Bentuk-Bentuk dan Tipe-Tipe Pernikahan Sirri di Masyarakat

kematian istrinya. ”Anjing menggonggong kafilah berlalu” mungkin peribahasa itu tepat jika diterapkan pada kasus ini.

Tepat pada tangga 31 Januari 2015 berlangsunglah pernikah-an sirri di rumah Bapak Shd. Jika ditinjau dari syarat dan rukun per-ni kahan nampak bahwa pernikahan sirri tersebut sudah ter penuhi, akan tetapi secara administrasi belum terpenuhi. Pernikahan ini berlangsung lancar dihadiri kedua mempelai, wali dari pihak mem-pelai perempuan, dua orang saksi, ijab dan qabul serta dihadiri bapak RW juga bapak RT setempat. Setelah pernikahan berlang-sung beberapa tetangga yang diundang dipersilahkan untuk menik mati hidangan. Salah satu yang hidangkan adalah nasi yang berbentuk tumpeng. Ketika peneliti bertanya makna tumpeng kecil yang disajikan apakah memiliki makna tertentu, mempelai laki-laki menjawab: tidak ada. Tapi kemudian mempelai laki-laki meneruskan menjawab: metua dalan sing lempeng arti dalam bahasa Indonesia keluarlah jalan yang lurus.

Berdasarkan penelitian terhadap pasangan suami istri yang menikah secara sirri bisa dibedakan antara pernikahan sirri dengan pernikahan yang dilakukan secara resmi. Berikut ini beberapa perbedaan antara nikah sirri dengan nikah resmi:1. Jika ditinjau dari usia pasangan yang menikah secara sirri, hampir

semua pasangan yang melakukan nikah sirri sudah berumur di atas 30 tahun. Sedangkan dalam pernikahan resmi lebih banyak yang berumur di bawah 30 tahun.

2. Kebanyakan dari mereka yang perempuan sudah janda dan yang laki-laki biasanya juga duda atau sudah memiliki istri yang sah. Sedangkan dalam pernikahan resmi lebih banyak terjadi antara gadis dengan perjaka.

3. Jika ditinjau dari pendidikan mayoritas mereka berhenti sekolah, ada yang hanya berpendidikan SD, SMP, juga SMA. tak satupun dari mereka yang mengenyam bangku kuliah.

Page 110: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Pernikahan Sirri: Antara Cita dan Realita

96 Dr. Siti Zumrotun, M.Ag.

4. Jika ditinjau dari proses ijab qabul dalam pernikahan sirri berbeda-beda prosesnya. Ada yang memenuhi syarat dan rukun ada juga yang tidak memenuhi syarat dan rukun. Sedangkan dalam nikah resmi bisa dipastikan memenuhi syarat dan rukun.

5. Memiliki keturunan bukan tujuan dari melakukan pernikahan, kecuali jika pernikahan sirri itu dilakukan karena istri pertamanya tidak bisa memiliki anak, atau juga sudah terjadi kehamilan sebelum menikah. Sedangkan dalam nikah resmi hampir semua memiliki tujuan untuk memiliki anak.

6. Saksinya sedikit, bila perlu tidak banyak orang yang tahu. Biasanya mereka baru tahu setelah ada masalah. Biasanya pernikahan sirri model ini dilakukan karena poligami yang tidak diketahui oleh istri pertama (poligami tersembunyi) Sedangkan dalam nikah resmi pada umunya diadakan walimah dengan mengundang saudara, teman, tetangga dan lain-lain.

7. Biaya nikah sirri lebih mahal dari pada nikah resmi. Kalau nikah resmi cukup Rp. 30.000 bahkan sekarang ini gratis, maka nikah sirri membayar lebih mahal bahkan ada yang membayar sampai satu juta seperti kasus yang terjadi pada pasangan Cny dan Sgng.

8. Mencarikan orang yang mau menikahkan sirri di Kota Salatiga ini lebih sulit. Sejak ada RUU HMPA khususnya terkait dengan pemidanaan pernikahan sirri para kyai ataupun tokoh agama enggan menikahkan secara sirri. Maka mayoritas orang yang meni-kahkan adalah orang di luar Kota Salatiga. Sedangkan meni kah secara resmi sangat mudah dilakukan karena tinggal men daftar-kan ke KUA dan menghadirkan wali dalam pernikahan tersebut.

B. Model Pernikahan Sirri di Masyarakat

Praktik nikah sirri di masyarakat setelah diteliti secara men-dalam walau belum menyeluruh, antara pasangan yang satu dengan pasangan yang lainnya memiliki bentuk dan model berbeda-beda.

Page 111: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Dr. Siti Zumrotun, M.Ag. 97

Bab IV: Bentuk-Bentuk dan Tipe-Tipe Pernikahan Sirri di Masyarakat

Perbedaan bentuk serta model pernikahan sirri ini bisa dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, keluarga serta lingkungan di mana mereka tinggal. Mereka yang berpendidikan setingkat SMP atau SMA agak berhati-hati agar tidak terjadi hal-hla yang tidak diinginkan dikemudian hari. Sedangkan mereka yang hidup di lingkungan keluarga yang memiliki pengetahuan agama serta tinggal di lingkungan masyarakat yang religius berusaha melaksnakan per-nikahan yang sesuai dengan hukum Islam bahkan ada yang me nga-dakan walimah walaupun hanya sekedar mengundang tentangga dekat. Adapun mereka yang kurang dalam berpendidikan serta tinggal di lingkungan yang agamanya kurang kuat mereka melaksanakan per nikahan tidak sesuai dengan hukum Islam. Mereka hanya melakukan nikah sesuai dengan adat yang berlaku di wilayah mereka bertempat tinggal. Berbagai bentuk dan model pernikahan sirri di Salatiga jika ditinjau dari segi pelaksanaannya akan bisa dibedakan berdasarkan hukum, adat, dan tempat pelaksanaan. Jika ditinjau dari proses pelaksanaan ijab qabul, pernikahan sirri masyarakat Kota Salatiga bisa dibedakan menjadi:

1. Memenuhi Syarat dan Rukun Pernikahan Menurut Fiqh

Dalam fiqh, UU No I Tahun 1974 juga KHI pelaksanaan nikah harus memenuhi syarat dan rukun. Adapun syarat dan rukun tersebut antara lain adanya calon mempelai laki-laki, adanya calon mempelai perempuan, adanya wali dari pihak perempuan, dua orang saksi dan ijab qabul. Pelaksanaan nikah secara sirri yang terjadi di Kota Salatiga yang memenuhi syarat dan rukun nikah adalah terjadi pada pasangan Mnh dan Jnd, pasangan ini dinikahkan oleh salah satu kyai dengan wali ayah kandungnya, ijab qabul, dan juga saksi dari masyarakat. Hal ini juga terjadi pada pasangan Nt dan Edy, menurut penga kuannya pernikahan dilakukan di rumah orangtuanya. Ada-pun yang menjadi wali adalah ayah kandungnya sendiri disaksikan oleh dua orang saksi yang adil. Pasangan Bdi dan Nrt, pernikahan

Page 112: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Pernikahan Sirri: Antara Cita dan Realita

98 Dr. Siti Zumrotun, M.Ag.

dilangsungkan di rumah mempelai perempuan dengan wali nikah seorang kyai (orangtua perempuan sudah meninggal dunia) disaksi-kan dua orang saksi yang adil. Pasangan Mas’udi dan vivi, pernikahan ini dilaksanakan di rumah mempelai perempuan dengan wali ayah kandung yang kemudian diserahkan kepada salah satu tokoh agama setempat, dua orang saksi yang adil. Pasangan Jnd dan Rbh, palaksanaan nikah di rumah mempelai perempuan, wali nikah ayah kandung, dua orang saksi yang adil.

2. Tidak Memenuhi Syarat dan Rukun Pernikahan Menurut Fiqh

Masyarakat Kota Salatiga dan sekitarnya ini melakukan perkawinan secara sirri hanya dengan mengundang masyarakat di sekitar tempat tinggal untuk menyaksikan. Perkawinan itu berlang-sung hanya dengan selamatan tumpengan. Tumpengan tersebut kemudian dimakan bersama oleh masyarakat. Kedua calon pengantin hadir dalam pertemuan tersebut. Salah satu tokoh masyarakat kemudian mengumumkan bahwa pasangan ini (disebut namanya) sudah sah menjadi suami dan istri. Hanya dengan kata-kata dan upacara tumpengan tersebut kedua calon pengantin selanjutnya sah sebagai pasangan suami istri tanpa ada akad atau ijab qabul, juga tidak ada wali. Menurut Kepala KUA Kecamatan Sidomukti peristiwa tersebut jelas tidak sesuai dengan hukum Islam dan juga hukum positif di Indonesia. Pernikahan sirri yang demikian jelas keabsahan menurut hukum dipertanyakan.

Kategori proses pernikahan sirri dengan tumpengan ini terjadi pada pasangan Sgym dan Bun. Pernikahan ini berlangsung di desa asal mempelai laki-laki dilereng gunung merbabu.

Ketidaksesuaian dengan hukum juga terjadi pada pasangan St dan Fry. Mereka menikah tidak dihadiri oleh wali dari pihak perempuan. Padahal ayah kandung mempelai perempuan masih hidup. Begitu juga yang terjadi pada pasangan Cny dan Sgng. Wali dari mempelai perempuan juga diwakilkan akan tetapi tidak ada

Page 113: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Dr. Siti Zumrotun, M.Ag. 99

Bab IV: Bentuk-Bentuk dan Tipe-Tipe Pernikahan Sirri di Masyarakat

akad taukil dari wali yang berhak menikahkan.

3. Memenuhi Syarat dan Rukun Menurut UUP No.1 Tahun 1974

Sebuah peristiwa pernikahan sirri yang sangat unik jika kategori ini ternyata memang ada. Pasangan pernikahan sirri akan tetapi memiliki akte nikah asli dari KUA. Bahkan juga memiliki Kartu Keluarga (KK) yang menyebut nama ayah. Kategori ini terjadi pada pasangan St dan Fry. Mereka memang menikah secara sirri akan tetapi kemudian St menuntut untuk bisa memiliki akte nikah asli. Dengan berusaha semaksimal mungkin akhirnya ada teman yang bisa membantu mencarikan akta nikah asli-peneliti juga sempat melihatnya-. Akta nikah ini disimpan oleh St dengan berusaha untuk tidak diketahui orang lain kalau dia punya akta nikah. Karena khawatir ada seseorang yang tidak suka kemudian melaporkan perbuatannya ke kantor suaminya bekerja (suaminya seorang PNS). St merasa tenang dengan memiliki akte tersebut. Menurutnya suaminya tidak akan berani berbuat macam-macam yang merugikan pernikahannya karena St merasa memiliki kekuatan hukum.

Selain itu St juga bisa mencantumkan nama suaminya dalam KK walau statusnya tidak sebagai kepala keluarga. Pencantuman ini hanya untuk memastikan bahwa anak-anak yang dilahirkan memiliki ayah. Namun ketika mencari akta kelahiran anak St tidak berani men cantumkan nama ayahnya. Karena St tidak mau menunjukkan akta nikah kepada pegawai di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil.

4. Tidak Memenuhi Peraturan dalam UUP No.1 Tahun 1974

Kategori ini sengaja peneliti cantumkan mengingat ada pernikahan sirri yang memenuhi peraturan UUP sebagaimana kategori di atas. Menurut pegawai KUA di Kota Salatiga masyarakat yang melangsungkan perkawinan sirri dengan memenuhi syarat dan rukun pernikahan akan tetapi tetap tidak sesuai dengan proses

Page 114: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Pernikahan Sirri: Antara Cita dan Realita

100 Dr. Siti Zumrotun, M.Ag.

yang berlaku di lembaga KUA karena tidak sesuai dengan UUP yang berlaku di Indonesia. Kerena peristiwa akad nikah tersebut menyalahi prosedur pernikahan yang berlaku di lembaga perkawinan di Indonesia, karena tidak memenuhi syarat administrasi.

5. Walimah

Walimah arti harfiahnya ialah berkumpul, karena pada waktu itu berkumpul suami-isteri. Dalam istilah khusus  walimah yaitu tentang makan dalam acara perkawinan. Dalam kamus hukum walimah juga adalah makanaan pesta pengantin atau setiap makanan untuk undangan dan lain sebagainya. Kata walimah berasal dari  al-walam  yang mempunyai arti  al-jam’u  (berkumpul), karena setelah prosesi ijab qabul dalam akad nikah keduanya biasa dan bisa berkumpul. Ada juga yang mengartikan al-walim itu makanan pengantin, yang maksudnya adalah makanan yang disediakan khusus dalam acara pesta pernikahan. 94

Dari definisi tersebut di atas, semua bentuk tasyakuran yang terjadi di masyarakat Kota Salatiga apapun bentuknya bisa dikategorikan walimah. Namun berbeda dengan persepsi yang ada di masyarakat. Walimah adalah perayaan yang diadakan setelah akad nikah dengan tujuan tasyakuran dengan mengundah tetangga, sanak kerabat, handai taulan. Adapun waktu serta tempat bisa bervariasi. Ada yang saat ijab qabul langsung walimah, ada juga yang menunda sehari atau dua hari, bahkan ada juga yang menunda sampai sebulan atau lebih. Sedangkan tempat walimah bisa diadakan di rumah mempelai perempuan juga mempelai laki-laki, bisa juga diadakan di gedung-gedung pertemuan. Walimahan-walimahan seperti ini biasanya terjadi pada pasangan yang menikah secara resmi di KUA. Sedangkan untuk pasangan yang menikah secara sirri kemudian mengadakan walimahan diadakan dengan cara yang

94 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2009), hlm. 155.

Page 115: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Dr. Siti Zumrotun, M.Ag. 101

Bab IV: Bentuk-Bentuk dan Tipe-Tipe Pernikahan Sirri di Masyarakat

sangat sederhana. Cukup mengundang tetangga sekitar rumah tempat tinggal mempelai perempuan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan para pasangan nikah sirri proses walimah ini jika dikategorikan dari tempat walimah bisa dibagi menjadi dua:a. Berlangsung di tempat mempelai perempuan saja.b. Berlangsung di rumah mempelai laki-laki saja.c. Berlangsung di tempat mempelai laki-laki dan perempuan

sebagaimana yang terjadi pada pasangan Sgym dan Bun. d. Berlangsung di luar rumah kedua mempelai. Seperti terjadi pada

pasangan Nr dan Klb.

Adapun tujuan diadakannya walimah juga bervariasi, di antara tujuan tersebut adalah:a. Agar pernikahan mereka diketahui oleh masyarakat sekitar

bahwa dirinya sudah menikah walau secara sirri.b. Agar tidak muncul fitnah atau hal-hal yang tidak diinginkan, c. Selain bertujuan untuk mengumumkan pernikahannya juga

agar dalam menjalani kehidupan berkeluarga dengan pasangan tersebut merasa lebih tentram dan juga tenang.

6. Tidak Ada Walimah

Jika kembali pada definisi walimah itu hanya makan-makan setelah diadakannya ijab qabul maka sebetulnya praktik nikah sirri yang ada di masyarakat Kota Salatiga bisa diketegorikan semua mengadakan walimah. namun jika ditinjau dari tradisi walimah yang ada di lingkungan masyarakat Kota Salatiga pada dasarnya mereka tidak pernah ada yang mengadakan walimah. Dalam persepsi masyarakat walimah yang sangat sederhana dikenal dengan istilah slametan.95 Bahkan dalam tradisi masyarakat abangan Kota Salatiga

95 Selamatan atau selametan adalah sebuah tradisi ritual yang dilakukan

Page 116: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Pernikahan Sirri: Antara Cita dan Realita

102 Dr. Siti Zumrotun, M.Ag.

nikah sirri dikenal juga dengan istilah tumpengan. Karena mereka hanya menghidangkan nasi dalam bentuk tumpeng kemudian dimakan bersama.

Dari hasil penelitian yang telah peneliti lakukan ada pasangan nikah sirri yang sama sekali tidak mengadakan walimah ataupun juga slametan. Kategori ini terjadi pada pasangan St dan Fry. Walimah atau slametan ini tidak diadakan karena ijab qabul dilaksanakan di rumah salah satu temannya yang berada di luar Kota Salatiga.

7. Pencatatan

Definisi yang melekat di kalangan masyarakat di Indonesia tentang nikah sirri adalah nikah yang dilangsungkan menurut ke-tentu an fiqh (telah memenuhi syarat dan rukunnya), tetapi masih ber sifat intern keluarga dan belum dicatatkan ke Pegawai Pencatat Nikah (PPN). Nikah semacam ini disebut dengan nikah yang ”tidak dicatat” atau disebut juga nikah ”di bawah tangan”. Nikah semacam ini tidak mendapatkan bukti autentik berupa Akta Nikah sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indo-nesia. Selain dikenal dengan kata nikah sirri, masyarakat juga sering menyebutnya dengan nikah modin, kyai, atau nikah secara agama.

Jika kita lihat dari prakti nikah sirri di masyarakat Kota Sala-tiga pelaksanaan nikah sirri bisa dikategorikan menjadi dua yaitu dicatat di atas lembaran kertas dan tidak dicatat.

Dicatat di atas selembar kertasWalaupun nikah sirri semacam ini tidak diakui oleh negara

karena tidak memiliki bukti autentik berupa akta nikah, akan tetapi ada saja pasangan yang memiliki catatan resmi berupa akta nikah

oleh masyarakat Jawa. Selamatan juga dilakukan oleh masyarakat Sunda dan Madura. Selamatan adalah suatu bentuk acara syukuran dengan mengundang beberapa kerabat atau tetangga . Secara tradisional acara syukuran dimulai dengan doa bersama, dengan duduk bersila di atas tikar, melingkari nasi tumpeng dengan lauk pauk

Page 117: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Dr. Siti Zumrotun, M.Ag. 103

Bab IV: Bentuk-Bentuk dan Tipe-Tipe Pernikahan Sirri di Masyarakat

dari KUA. Juga ada dua pasangan yang memiliki bukti autentik berupa catatan dalam lembaran kertas yang ditandatangani oleh para saksi. Namun bukti autentik tersebut tetap saja tidak mampu merubah status pasangan tersebut dari menikah secara sirri kepada pernikahan secara resmi. Bahkan anak yang dilahirkan juga tidak bisa mendapatkan akte kelahiran dengan mencantumkan nama bapak kandungnya.

Tidak dicatatSesuai dengan definisi dari nikah sirri yaitu pernikahan yang

tidak sesuai dengan UUP perkawinan karena tidak dicatatkan ke KUA dari semua pasangan nikah sirri yang berhasil peneliti temukan hanya dua pasangan yang memiliki catatan pernikahan. Selebihnya tidak memiliki catatan berupa apapun. Mereka merasa cukup dengan ijab qabul yang disaksikan oleh beberapa orang. Selanjutnya mereka membangun keluarga tanpa memegangi surat nikah.

8. Tempat Pelaksanaan

Jika ditinjau dari tempat pelaksanaan pernikahan secara sirri yang terjadi di masyarakat Kota Salatiga ini bisa dibagi menjadi empat kategori yaitu:

Bertempat di rumah mempelai perempuanPernikahan pada umunya memang berlangsung di daerah

tempat tinggal mempelai perempuan, sehingga wajar jika kategori ini paling banyak dilakukan oleh pasangan nikah sirri. Sedangkan mempelai perempuan yang tidak berasal dari Salatiga otomatis diadakan di tempat asal mempelai tersebut yang kemudian ikut suami nya tinggal di Salatiga. Kasus ini misalnya terjadi pada pasa-ngan Msd dan Vv. Pernikahan secara sirri dilaksanakan di rumah mempelai perempuan di wilayah Karangjati dengan cara yang sangat sederhana. Siang harinya ketika keluarga mempelai laki-laki pulang ke Salatiga mempelai perempuan ikut ke Salatiga. Sedangkan di

Page 118: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Pernikahan Sirri: Antara Cita dan Realita

104 Dr. Siti Zumrotun, M.Ag.

rumah mempelai laki-laki sama sekali tidak ada acara dalam bentuk apapun. Pernikahan yang terjadi di luar Kota Salatiga juga terjadi pada pasangan Ant dan Hnk.

Rumah mempelai laki-laki

Pernikahan sirri dilangsungkan di rumah mempelai laki-laki saja. Setelah pernikahan berlangsung mempelai perempuan langsung tinggal serumah dengan mempelai laki-laki di rumah mempelai laki-laki. Tanpa ada acara apapun di rumah mempelai perempuan. Keluarga pihak mempelai perempuan yang datang ke rumah mempelai laki-laki. Cara seperti ini tidak sesuai dengan budaya yang berlaku di Kota Salatiga khususnya dan di masyarakat Indonesia pada umumnya. Biasanya jika ada mempelai yang melakukan pernikahan dengan mengambil tempat di daerah mempelai laki-laki disebabkan ada hal-hal yang melatarbelakangi kenapa hal itu terjadi. Kasus ini terjadi pada pasangan Shd dan Strn.

Di Rumah orang lainYang peneliti maksudkan dengan rumah orang lain adalah

bahwa pelaksanaan nikah sirri tidak dilaksanakan di rumah mempelai perempuan juga tidak di rumah mempelai laki-laki. Rumah orang lain ini bisa dibagi lagi menjadi dua kategori yaitu rumah teman sehingga tidak hubungan kerabat atau suadara dan rumah saudara yang ada hubungan kerabat atau hubungan nasab. Realitas ini terjadi pada pasangan nikah sirri antara Fry dan St juga pasangan Rjmn dan Khdj, juga pasangan Nr dan Klb.

Fry dan St melakukan pernikahan di rumah teman di salah satu desa di Tengaran sama sekali tidak ada hubungan kerabat karena rumah St di Madura sedangkan rumah Fry di Ambarawa. Sedangkan Nr dan Klb berlangsung di Ambarawa di rumah salah satu paman dari mempelai perempuan.

Page 119: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Dr. Siti Zumrotun, M.Ag. 105

Bab IV: Bentuk-Bentuk dan Tipe-Tipe Pernikahan Sirri di Masyarakat

Pada akhirnya bisa diambil kesimpulan bahwa nikah sirri yang terjadi pada masyarakat Kota Salatiga merupakan potret per-nikahan yang tidak sesuai dengan potret pernikahan sebagaimana di terangkan dalam Fiqh/Islam. Hampir semua pasangan dari hasil pernikahan sirri selalu memunculkan problematika kehidupan yang tidak sederhana. Dampak yang diperoleh tidak hanya pada pasa ngan itu sendiri akan tetapi juga keluarga besar bahkan juga lingkungannya.

C. Tipologi Pernikahan Sirri Masyarakat Salatiga

Tipologi nikah sirri yang terjadi di masyarakat Salatiga bisa dilihat dari berbagai teori tentang sosiologi keluarga sebagai berikut:

1. Tipologi pernikahan

Terlepas dari sah atau tidaknya pernikahan sirri dari berbagai cara, proses atau masalah-masalah yang menyelimutinya, pernikahan tersebut sudah terjadi dan kemudian hidup sebagai sebagai suami dan istri dalam keluarga. Dari berbagai kasus pernikahan sirri yang terjadi di Kota Salatiga jika dilihat dari bentuk-bentuk perkawinan, bisa dikategorikan menjadi lima bentuk yaitu monogami, poligami, poliandri, semi poligami dan semi poliandri.

a. Pernikahan MonogamiMonogami, adalah suatu bentuk perkawinan/pernikahan

dimana si suami tidak menikah dengan perempuan lain dan si isteri tidak menikah dengan lelaki lain. Jadi singkatnya monogami merupakan nikah antara seorang laki dengan seorang wanita tanpa ada ikatan penikahan lain. Monogami adalah bentuk perkawinan yang paling alami. Dalam monogami terdapat semangat eksklusif yang khusus, yakni perasaan saling memiliki secara khusus dan individual. Dalam monogami, istri dan suami memandang perasaan kasih sayang, dan keuntungan seksual mereka sebagai milik dan hak

Page 120: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Pernikahan Sirri: Antara Cita dan Realita

106 Dr. Siti Zumrotun, M.Ag.

timbal balik masing-masing.96

Bentuk perkawinan seperti ini sesuai dengan definisi nikah yang tercantum dalam UUP No.1 Tahun 1974 yang mengandung makna bahwa pernikahan di Indonesia berasaskan monogami. Asas ini ditegaskan dalam pasal 3 ayat 1 yaitu: “Pada asasnya, dalam suatu perkawinan, seorang pria hanya boleh mempunyai seorang isteri” dengan demikian seorang wanita hanya boleh mempunyai seorang suami. Dengan mempunyai satu isteri, diharapkan dengan mudah dapat menetralisasi sifat cemburu dan iri hati dalam kehidupan berumah tangga yang monogamis.

Asas monogami dalam UUP No.1 Tahun 1974 sebetulnya disemangati oleh pernikahan yang pernah dilakukan oleh Rasulullah Saw bersama istrinya Khadijah r.a. Ungkapan bahwa ”poligami itu sunnah” pada dasarnya menafikan kenyataan”sunnah-sunnah” yang lebih memihak pada perkawinan monogami. Misalnya, kenyataan bahwa Nabi Muhammad Saw lebih lama hidup dengan satu istri, yaitu Khadijah Binti Khuwailid r.a., pada saat beliau masih muda belia dan hidup di masyarakat yang hampir semuanya mempraktikkan pologami. Di mata masyarakat Arab pada saat itu, seorang laki-laki- seperti Nabi Muhammad Saw. yang memiliki kedudukan dan ketokohan- sangat wajar melakukan poligami, apalagi Khadijah r.a. sendiri jauh lebih tua dan tidak memberikan anak laki-laki. Akan tetapi, Nabi Saw lebih memilih setia monogami sampai akhir hayat Khadijah r.a.bahkan sampai Khdijah meninggal Nabi tetap monogami.

Jika sunnah diartikan sebagi sesuatu yang dipraktikan Nabi Saw. maka monogami lebih lama diparkatikkan oleh Nabi Saw, bahkan lebih lama jika dibandingkan dengan masa poligami beliau. Nabi Muhammad Saw hidup bahagia dengan satu orang istri selama 28 tahun, sementara perkawinan poligami dilakukan dua tahun

96 Murtadha Muthhahhari, The Rights of Women in Islam, terj. M. Hashem, Hak-hak Wanita dalam Islam (Bandung: Pustaka, 2000), h. 206.

Page 121: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Dr. Siti Zumrotun, M.Ag. 107

Bab IV: Bentuk-Bentuk dan Tipe-Tipe Pernikahan Sirri di Masyarakat

setelah wafat Khadijah dan hanya berlangsung selama 8 tahun dari sisa kehidupan Nabi Saw.97 Sehingga keluarga yang mempertahankan perkawinan dengan model monogami bisa juga dikategorikan pada pengamalan sunnah Nabi saw.

Bentuk perkawinan dengan monogami yang terjadi pada keluarga nikah sirri di masyarakat Kota Salatiga ini bukan berarti menutup rapat poligami, akan tetapi pasangan yang menikah sirri dalam bentuk ini semuanya terjadi antara janda dengan duda yang terhalang administrasi untuk mencatatkan pernikahannya ke Kantor Urusan Agama (KUA) setempat. Di antara pasangan nikah sirri dengan bentuk monogami ini terjadi pada pasangan sebagai berikut:1) Cny dan Sgng. Cny adalah seorang perempuan yang sudah dua

kali mengalami menjadi janda. kedua pernikahan sebelumnya juga dilakukan dengan cara sirri. Pernikahan yang pertama dilakukan ketika dia masih tinggal di kampung halamannya di Madura kemudian cerai. Sedangkan pernikahannya yang kedua dilakukan di Jakarta dengan seorang laki-laki yang mengaku belum punya istri. Suami dalam pernikahan sirri kedua ini berasal dari desa yang tidak jauh dari Kota Salatiga. Setelah hidup lama dalam keluarga nikah sirri dengan berbagai problem yang selalu datang silih berganti akhirnya perceraian di antara merekapun terjadi. Kemudian ketemu dengan seorang laki-laki asli dari Salatiga yang sudah lama merantau kemudian pulang dengan tidak membawa identitas yang jelas. Sehingga laki-laki tersebut tidak memiliki KTP. Proses pendaftaran pernikahan tidak bisa dilakukan sehingga mereka melakukan nikah sirri.

2) Pasangan Kry dan Zhrt. Kry adalah seorang duda yang ditinggal mati oleh istrinya, sedangkan Zhrt seorang janda yang ditinggal mati suaminya. Walaupun di antara mereka tidak saling memiliki pasangan lain namun pernikahan monogami ini ternyata juga

97 Faqihuddin Abdul Kodir, Memilih Monogami Pembacaan atas Al-Qur’an dan Hadis Nabi, (Yogyakarta: LKiS, 2005), hlm.129.

Page 122: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Pernikahan Sirri: Antara Cita dan Realita

108 Dr. Siti Zumrotun, M.Ag.

menuai persoalan yang tidak ringan. Persoalan-persoalan ter-sebut akhir nya membawa pada perceraian secara sirri hanya cukup dengan cara mengembailkan pembicaraan kepada pihak keluarga perempuan.

3) Pasangan Edy dan Nt. Edy adalah seorang duda yang masih relatif berusia muda yang memiliki dua anak laki-laki. Sedangkan Nt seorang janda yang baru saja mengurus gugat cerai ke pengadilan agama setempat karena sudah hampir lima tahun tidak diurus oleh suaminya.

4) Pasangan Mhb dan Mrym. Mhb adalah seorang perjaka yang kurang sempurna akalnya sedangkan Mrym seorang janda yang mendapatkan pensiun dari suami yang telah meninggal dunia. Kehidupan keluarga yang mereka bangun tidak sesuai dengan yang mereka harapkan, akhirnya merekapun bercerai secara sirri.

5) Pasangan Rmh dan Snrt. Rmh adalah seorang perempuan yang sudah lumayan berumur tapi belum pernah menikah (gadis). Kegiatan sehari-harinya berjualan sayur keliling. Sedangkan Snrt adalah seorang duda yang sudah memiliki banyak cucu. Mereka hidup berkeluarga hanya berlangsung kurang lebih setengah tahun dan kemudian bercerai secara sirri juga.

6) Pasangan My dan Bny. My adalah seorang mahasiswa di salah satu perguruan tinggi di Yogyakarta yang menjalin cinta dengan Bny seorang mahasiswa yang berasal dari Timur-Timur. Setelah menikah mereka tidak tinggal dalam satu rumah karena Bny harus pulang ke Timur-Timur.

Praktik perkawinan dengan bentuk monogami yang terjadi pada pernikahan sirri oleh masyarakat ini tidak sesuai dengan apa yang diharapkan dalam tujuan monogami. Ternyata walaupun di antara mereka tidak memiliki suami atau istri lain akan tetapi ketenangan dan kebahagiaan juga tidak tercapai dengan baik. Konflik antar suami dengan istri tetap saja terjadi. Konflik yang muncul di antara mereka bisa saja mengantarkan pada perceraian.

Page 123: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Dr. Siti Zumrotun, M.Ag. 109

Bab IV: Bentuk-Bentuk dan Tipe-Tipe Pernikahan Sirri di Masyarakat

Konflik yang membawa pada perceraian ini terjadi pada pasangan Zhrt dan Kry yang dipicu masalah cemburu juga kurang perhatiannya istri terhadap suami. Perceraian pada pasangan mono-gami ini juga terjadi pada pasangan Rmh dan Snrt dengan alasan yang kurang jelas.

Jika tujuan utama asas monogami dalam UUP adalah ke-bahagiaan, namun kebahagiaan keluarga yang diinginkan dengan cara menikah sirri di sini tidak bisa tercapai secara sempurna. Walau-pun mereka tidak bercerai namun masalah-masalah lainpun akan tetap muncul. Misalnya saja pasangan My dan By, pasangan ini tidak pernah berkumpul sebagaimana layaknya keluarga ideal. My harus membanting tulang menghidupi anak semata wayangnya sendiri di Salatiga sedangkan suaminya pulang ke negerinya dan tidak pernah pulang ke Salatiga. Walau sering masih terjadi komunikasi lewat telpon.

b. Pernikahan PoligamiBagaimana dengan praktik poligami dalam pernikahan

sirri. Berdasarkan data yang ada salah satu faktor yang mendukung terjadinya nikah sirri adalah karena suami masih memiliki istri. Hampir kasus poligami dalam pernikahan sirri didahului dengan perselingkuhan oleh suami. Bisa saja perselingkuhan itu diketahui oleh istri sahnya, bisa juga perselisihan itu tidak diketahui oleh istri yang sah. Pasangan yang berpoligami dalam nikah sirri antara lain:1) Pasangan Mnh dan Rtn. Poligami Rtn ini diketahui oleh istri

yang sah, namun walau begitu tetap sering terjadi perang mulut. Percekcokan ini tidak hanya terjadi dengan istri yang sah akan tetapi juga sering terjadi dengan istri yang dinikah dengan cara sirri. Menurut pengakuan Mnh percekcokan muncul karena ibu Mnh merasa hanya sebagai pemuas nafsu sek saja. Suaminya hanya datang dan bermalam ketika dia butuh. Walau secara nafkah lahir suaminya juga bertanggungjawab. Namun yang diharapkan Ibu

Page 124: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Pernikahan Sirri: Antara Cita dan Realita

110 Dr. Siti Zumrotun, M.Ag.

Mnh tidak hanya sekedar pemenuhan nafkah, lebih dari itu Ibu Mnh mendambakan suami yang selalu mendampinginya setiap saat. Setiap hari berkumpul layak keluarga yang lain.

2) Pernikahan poligami sirri ini juga terjadi pada pasangan St dan Fr. Walau pernikahan dilakukan secara sirri akan tetapi istri pertamanya juga tahu. Keluarga suami dan juga keluarga istri pertama Bpk Fr juga mengetahui. Saya nggak mau buk kalau istrinya Bapak Fr tidak tahu, karena nanti kalau dia ke sini beberapa hari, ya nanti bisa terjadi pertengkaran hebat. Lha itu say nggak mau. Setiap Jum’at, Sabtu dan Minggu suami saya selalu ke sini.Kasus poligami juga terjadi pada pasangan Rbh dan Jnd. Poligami yang dilakukan atas dasar izin dari istri yang pertama, karena tidak bisa melahirkan anak. Sehingga di antara istri pertama dan istri kedua juga dengan suaminya tidak pernah terjadi percekcokan. Kedua istri bisa hidup dengan rukun bahkan saling membantu. Kerukunan ini bisa dilihat dari ketulusan dan kentrimoan Ibu Rbh bisa dilihat dari dia tidak pernah protes dan menuntut apapun terhadap suami. Dia nerima apa adanya dengan kondisinya walaupun secara lahir suaminya lebih banyak bersama dengan istri pertamanya. Dia membiarkan suami sesukanya mau tinggal dengan istri pertamanya atau dengan Ibu Rbh. Dia sangat menyadari kondisi istri pertamanya yang sudah tua dan membutuhkan teman, sementara Ibu Rbh sudah punya teman yaitu kedua anak laki-lakinya yang sangat penurut. Kebahagiaan keluarga ini bisa tercapai karena secara umur mereka sudah tua sehingga sudah tidak ada rasa ingin saling menguasai, selain itu juga keluarga ini terlihat rajin dalam mengerjakan ibadah.

3) Pasangan Smtn dan Mrgn. Selama ini tidak ada masalah dalam keluarganya karena ibu Smtn sangat sadar bahwa dia hanya sebagai istri kedua. Dia juga tidak pernah menuntut nafkah lebih, bahkan dia tidak pernah minta untuk mencatatkan pernikahannya di KUA setempat. Walaupun dia tahu bahwa hal ini akan berakibat

Page 125: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Dr. Siti Zumrotun, M.Ag. 111

Bab IV: Bentuk-Bentuk dan Tipe-Tipe Pernikahan Sirri di Masyarakat

tidak diakuinya oleh negara bahwa anak-anaknya merupakan anak hasil pernikahan dengan suaminya. Dia pasrah dengan akte kelahiran yang hanya tercantum nama ibu Smtn saja. Pernikahan sirri antara ibu smtnn dengan suaminnya ini diketahui oleh istri yang sah dari bapak Mrgn. Adapun pertemuan antara istri pertama dengan ibu Smtn sangat jarang, kemungkinan ketemu hanya kalau kebetulan berkunjung ke rumah mertua itupun jika ada keperluan yang sangat penting. Ketika mereka saling bertemu tidak ada percekcokan yang berarti. Hal ini terjadi karena Ibu Smtn tidak pernah menuntut apapun kepada suaminya. Mau datang ke rumah ya alhamdulillah tidak juga nggak apa-apa. Diberi uang ya alhamdulillah tidak diberi juga tidak apa-apa.

Pernikahan poligami sirri yang terjadi di masyarakat Kota Sala tiga sengaja mereka lakukan karena dilatarbelakangi oleh bebe-rapa faktor:a) Munculnya anggapan bahwa poligami merupakan perbuatan yang

sah-sah saja dilakukan oleh setiap laki-laki tanpa memikirkan apakah sebetulnya dia sudah memenuhi syarat apa belum untuk berpoligami sebagaimana yang tercantum dalam fiqh ataupun juga UUP yang berlaku di Indonesia.

b) Para perempuan yang mau dipoligami dengan pernikahan sirri sebetulnya sadar bahwa mereka terperosok pada perbuatan yang tidak mereka sukai. Namun mereka rela melakukan dengan alasan: (a) Tidak ada pilihan lain kecuali hanya taat kepada kedua

orang tuanya. Kasus ini terjadi pada Rbh. Dia terpaksa mau menikah dengan laki-laki pilihan orangtuanya. Karena laki-laki tersebut adalah temannya dalam pengajian.

(b) Pandangan stereotip masyarakat yang menganggap bahwa jika ada perempuan yang sudah berumur kemudian belum menikah merupakan “perawan kasep”. Sehingga dia rela melakakun poli gami sirri karena untuk memenuhi tuntutan

Page 126: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Pernikahan Sirri: Antara Cita dan Realita

112 Dr. Siti Zumrotun, M.Ag.

masyarakat tersebut. Kasus ini terjadi pada Smtn.(c) Sudah terlanjur cinta, bahkan sudah hamil sebelum menikah

sehingga mereka rela dipoligami secara sirri. Kasus ini terjadi pada St.

(d) Terperangkap dengan janji laki-laki yang ingin memberikan banyak uang untuk kehidupan masa depannya. Kasus ini terjadi pada Mnh.Sedangkan alasan para suami untuk melakukan poligami

adalah:

1) Istrinya mandul, tapi mereka tidak mau mengurus tertib adminis-trasi ke pengadilan agama. Kasus ini terjadi pada Jnd.

2) Tidak puas dengan pelayanan seks dari istri pertama. Kasus ini terjadi pada Rtn, Mrgn, Fr.

c. Pernikahan PoliandriBentuk poliandri dalam perkawinan sebetulnya sudah

dipraktikkan oleh manusia dalam sejarah. Dalam masyarakat jahiliah di Jazirah Arab dahulu, di samping pelacuran seperti yang dikenal pada dewasa ini dikenal juga apa yang dinamai nikah istibdla’, yakni seorang suami membiarkan istrinya digauli –untuk masa tertentu– oleh seorang laki-laki yang memiliki kemuliaan dan kelebihan tertentu dengan harapan memperoleh keturunan yang berkualitas melalui laki-laki tersebut, begitu istrinya hamil, hubungan tersebut segera dihentikan.

Bentuk poliandri yang lain adalah ”percampuran” seorang per empuan berhubungan dengan beberapa laki-laki. Apabila per-empuan itu hamil maka dia akan memanggil semua laki-laki yang meng gaulinya untuk dipilih menjadi anak yang akan dilahirkannya. Sementara laki-laki yang dipilih itu tidak boleh menolaknya.98

98 Jaih Mubarok, Sejarah dan Perkembangan Hukum Islam, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2000), hlm. 20-21.

Page 127: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Dr. Siti Zumrotun, M.Ag. 113

Bab IV: Bentuk-Bentuk dan Tipe-Tipe Pernikahan Sirri di Masyarakat

Kendati poliandri dikenal oleh masyarakat tertentu pada masa lalu, ternyata bentuk perkwinan ini tidak berhasil dan akhir-nya ditinggalkan. Kegagalan bentuk perkawinan ini utamanya disebab kan bahwa bentuk poliandri ini bertentangan dengan kodrat laki-laki dan juga kodrat perempuan, sekaligus kekaburan nasab anak yang dilahirkan. Dengan demikian poliandri tidak sesuai dengan temperamen dan naluri baik naluri laki-laki maupun naluri perempuan.

Dari perspektif perempuan, poliandri tidak konsisten dengan watak dan juga bertentangan dengan kepentingannya. Seorang wanita membutuhkan pria bukan hanya sebagai sumber atau faktor dalam pemuasan dorongan seksualnya, sehingga dikatakan ’lebih banyak lebih bahagia’. Wanita membutuhkan pria yang hatinya berada di tangannya. Pria harus menjadi pelindung dan pembelanya. Pria harus mendapatkan uang, memberikan hasil kerjanya, dan mengurusnya dengan penuh perhatian. Seorang wanita yang berpoliandri tidak pernah mampu menarik perlindungan, cinta kasih, keterpautan, dan pembaktian yang setia dari kaum pria.99

Dari sini bisa ditarik kesimpulan bahwa wanita cenderung bersifat monogami. Maka jika ada gerakan yang menuntut kesetaraan gender dengan diperbolehkan poliandri tidak akan disambut oleh perempuan karena bertentangan dengan kodratnya. Pada akhirnya, kita dapat mengatakan bahwa poliandri merugikan bukan saja perempuan tapi juga anak.100

Poliandri yang memiliki makna bahwa pernikahan seorang perempuan dengan lebih dari satu orang suami sebetulnya tidak biasa terucap oleh masyarakat sekitar Kota Salatiga. Mengingat poliandri bukan merupakan perbuatan yang diperbolehkan agama juga bukan merupakan tradisi yang berlaku di masyarakat Indonesia pada umumnya. Namun peneliti saat ini akan mengangkat kasus ini

99 Murtadha Muthhahhari, The Rights of Women in Islam, hlm. 215-216.100 Quraish Shihab, Perempuan, hlm. 204-206.

Page 128: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Pernikahan Sirri: Antara Cita dan Realita

114 Dr. Siti Zumrotun, M.Ag.

ke dalam analisis terhadap fenomena pernikahan sirri yang terjadi di masyarakat Kota Salatiga. Menginggat ada beberapa kasus nikah sirri yang dilakukan karena pada dasarnya seorang istri masih memiliki suami. Di antara kasus pernikahan sirri dengan mengambil bentuk perkwinan poliandri ini terjadi pada pasangan:1) Pasangan Sgym dan Bun. Sgym adalah seorang perempuan yang

sudah memiliki suami dan dua orang anak. Setelah sekitar 20 tahun menikah perselisihan dengan suami sering terjadi dengan berbagai persoalan yang muncul. Perselisihan tersebut terus terjadi sehingga memaksa suaminya harus keluar di rumah dan tinggal di ruangan kecil bagian dari masjid yang berada di belakang rumahnya. Kemudian Sgym ketemu dengan laki-laki yang bernama Bun. Dalam posisi seperti inilah kemudian Sgym menikah sirri dengan Bun. Setelah selang satu tahun lebih Sgym baru mengurus gugat cerai ke pengadilan agama.

2) Pasangan Hnk dan Ant. Hnk adalah seorang perempuan yang sudah memiliki suami. Dalam membangun keluarga dengan suaminya tersebut sering terjadi percekcokan dengan alasan yang tidak jelas. Suaminya pulang ke rumah orangtuanya sedangkan Hnk juga pulang ke rumah orangtuanya. Perpisahan antara suami istri yang cukup lama dengan tidak saling memberi kabar. Hal ini mendorong Hnk untuk menjalin hubungan dengan laki-laki lain. Sesuatu yang tidak diinginkanpun terjadi. Akhirnya Hnk menikah dengan Ant. Pernikahan sirri ini kemudian didengar oleh suaminya. Kemudian suaminya tersebut mendatangi Hnk dan mengatakan sampai kapanpun tidak akan menceraikan Hnk. Posisi Hnk kini tidak jelas, sehingga tidak bisa mengurus pernikahan resminya dengan Ant.

Bentuk poliandri yang terjadi pada keluarga nikah sirri oleh masyarakat Kota Salatiga berbeda dengan kasus poliandri yang terjadi dalam sejarah manusia. Dimana dalam satu waktu seorang perempuan memiliki beberapa laki-laki yang bisa mengadakan

Page 129: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Dr. Siti Zumrotun, M.Ag. 115

Bab IV: Bentuk-Bentuk dan Tipe-Tipe Pernikahan Sirri di Masyarakat

hubungan sek dalam satu waktu. Poliandri di sini memang per-empuan memiliki dua laki-laki, akan tetapi laki-laki (suami sah) ter sebut sudah dalam keadaan berpisah rumah tapi belum ada per-ceraian secara resmi oleh pengadilan agama. Jadi poliandri dalam pasangan nikah sirri ini seorang perempuan dalam waktu terntentu hanya berhubungan dengan satu laki-laki sehingga nasab anak jelas. Akan tetapi tetap saja anak yang dilahirkan tidak bisa dinasabkan kepada bapak kandungnya secara sah karena tidak bisa dibuktikan dengan akte nikah orangtuanya.

Jika kita tinjau dari sisi hukum sebetulnya pelaku pernikahan sirri dalam bentuk ini sudah mengabaikan dua peraturan, yakni melanggar larangan hukum yang mengharamkan seorang perempuan memiliki lebih dari satu suami dan juga melanggar peraturan administrasi pernikahan yang berlaku di Indonesia dengan tidak mencatatkan pernikahannya kepada pihak pegawai pencatat nikah.

Pelaku pernikahan ini nampak jelas tidak mempertimbangkan implikasi yang akan muncul baik yang akan mengenai dirinya, anak-anak nya atau juga lingkungan sosialnya. Mereka hanya memen-tingkan kepentingan dirinya sendiri, dengan menganggap sah hidup berkeluarga dengan melakukan nikah sirri.

Di sisi yang lain perempuan ini menunjukkan bahwa dirinya tidak bisa hidup tanpa pendampingan seorang laki-laki. Realitas ini menunjukkan rendahnya kesadaran perempuan akan kehidupan yang otonom. Sedangkan jika ditinjau dari sisi kesetaraan gender justru pernikahan sirri dengan model poliandri ini menunjukkan bahwa dominasi laki-laki tetap bertahan. Sehingga perempuan hanya rela menerima ketidakadilan serta penindasan dari laki-laki.

d. Penikahan Semi PoliandriAda bentuk lain diluar tiga bentuk di atas ketika pernikahan

sirri itu dilakukan. Yaitu ada dua pasangan yang melakukan per-nikahan sirri pada masa iddah. Menurut pengakuan dari pasangan

Page 130: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Pernikahan Sirri: Antara Cita dan Realita

116 Dr. Siti Zumrotun, M.Ag.

nikah sirri, mereka melakukan nikah sirri karena baru saja mengurus perceraian ke pengadilan agama, sambil menunggu surat resmi cerai dikeluarkan dari pengadilan agama, maka mereka melakukan pernikahan secara sirri. Karena bagi seorang janda atau duda yang mau menikah KUA tidak mau menikahkan jika tidak ada surat keterangan cerai resmi dari pengadilan agama.

Pasangan yang melakukan pernikahan sirri pada masa iddah ini meyakini bahwa sebetulnya mempelai perempuan sudah merasa dicerai oleh suaminya sejak lama sehingga masa iddahnya sudah habis. Hukum yang mereka pegangi adalah cerai secara sirri dan bukan cerai secara resmi. Sehingga mereka berani menikah dengan cara sirri.

Para pelaku nikah sirri ini mengabaikan implikasi sosial massa iddah. Seorang istri yang ditalaq suaminya sebelum habis masa iddah sebetulnya masih menjadi tanggung jawab suami. Selain itu juga statusnya belum lepas sepenuhnya, karena suami bisa saja kembali sewaktu-waktu. Selain itu masa iddah ini merupakan masa penyesuaian relasi sosial antara kedua keluarga, bahkan juga meru-pakan masa penyesuaian dalam lingkungan masyarakat. Se mentara masyarakat juga paham apa yang harus dilakukan oleh seoarang perempuan dalam masa iddah. Implikasi sosial ini diabaikan begitu saja oleh pasangan ini.

Adapun pasangan nikah sirri yang melakukan pernikahan semi poliandri ini adala:1) Ed dan Nt. Nt adalah seorang istri yang menggugat cerai

suaminya di Pengadilan Agama Kota Salatiga karena sudah lama tidak dinafkahi baik lahir maupun batin. Setelah gugatan tersebut dikabulkan oleh pihak PA, tanpa menunggu masa iddah berakhir Ibu Nt ini melangsungkan pernikahan secara sirri yang disaksikan oleh tokoh agama setempat.

2) Shd dan Styrn. Bapak Shd adalah duda karena ditinggal meti oleh istrinya. Sedangkan Ibu Styrn adalah seoarang istri yang menggugat cerai suaminya di Pengadilan Agama Kota Salatiga.

Page 131: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Dr. Siti Zumrotun, M.Ag. 117

Bab IV: Bentuk-Bentuk dan Tipe-Tipe Pernikahan Sirri di Masyarakat

Setelah gugat cerai itu dikabulkan oleh pihak PA, tanpa menunggu selesai masa iddah Styrn menikah secara sirri dengan Bapak shd yang juga baru saja ditinggal mati oleh istrinya, belum genap tiga bulan dari kematian istrinya.

e. Pernikahan Semi PoligamiIstilah semi poligami merupakan istilah baru dalam berbicara

bentuk-bentuk pernikahan sebagaimana juga istilah semi poliandri. Semi poligami adalah merupakan perkawinan seorang laki-laki dengan dua orang perempuan atau lebih akann tetapi praktiknya laki-laki tersebut hanya memiliki satu istri. Kasus ini terjadi pada Ags dengan Rhy. Pada dasarnya Ags belum resmi bercerai dengan istri pertama yang bekerja ke luar negeri.i) Bentuk keluarga/tipe keluarga Dalam teori sosiologi keluarga bentuk-bentuk keluarga bisa

dikategorikan berdasarkan:a. Jumlah dan jenis anggota keluarga. bentuk ini ada dua yakni:

1) (Conjugal family atau Basik family) adalah keluarga yang terdiri suami, isteri dan anak-anak mereka yang belum kawin. Keluarga nikah sirri yang termasuk dalam bentuk ini adalah keluarga Rbh dan Jnd, sampai saat ini keluarga ini terdiri dari suami, istri dan dua anak laki-laki yang belum menikah. Juga keluarga Smtn dan Mrgn, dan keluarga Zhrtn dan Kryd.

2) Keluarga kerabat atau besar (Exentended family atau Consanguine family atau joint family) adalah keluarga yang tidak hanya terdiri dari suami, istri, dan anak-anak mereka, melainkan termasuk juga orang-orang yang ada hubungan darah dengan mereka, misalnya kakek, nenek, paman,  bibi, keponakan dan sebagainya. Pasangan nikah sirri dengan tipe ini adalah pasangan Hnk dan Antk, mereka tinggal bersama orangtua serta suadara-saudara

Page 132: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Pernikahan Sirri: Antara Cita dan Realita

118 Dr. Siti Zumrotun, M.Ag.

yang belum menikah.3) Ada yang lebih kecil dari keluarga tipe pertama conjugal

family atau basik family, karena hanya terdiri suami dan istri saja, misalnya terjadi pada pasangan Mnh dan Rtn, pasangan Bdi dan Nrt. Sementara suami tidak selalu berada di rumah karena harus berbagi waktu dengan istri pertama. Oleh karena itu peneliti menyebutnya dengan istilah small family atau under basik family.

b. Tempat Tinggal Dalam teori keluarga bisa dibedakan berdasarkan tempat

tinggal, yaitu patrilokal adalah pasangan suami istri, tinggal bersama atau dekat dengan keluarga sedarah suami. Kedua, matrilokal adalah pasangan suami istri, tinggal bersama atau dekat dengan keluarga satu istri. Ketiga, neolokal adalah pasangan suami istri, tinggal jauh dari keluarga suami mau-pun istri. Berdasarkan penelitian yang pernah penulis laku-kan ada satu lagi tipe keluarga berdasarkan pemukiman yaitu mediolokal, keluarga yang tinggal dekat dengan keluarga suami dan dekat dengan keluarga istri, karena pernikahan ter sebut dilakukan dengan saudara dan tinggal dalam satu kampung.

Jika pada umumnya dan sudah menjadi tradisi tempat tinggal menjadi tanggungjawab suami sehingga bertempat tinggal di lingkungan keluarga suami (patrilokal). Tidak demi-kian dalam keluarga nikah sirri, suami tidak bertanggungjawab dengan tempat tinggal mereka setelah menikah. Pasangan yang menikah sirri rata-rata tinggal di rumah istri atau dekat dengan keluarga istri (matrilokal). Hal ini disebabkan: 1) Istri sudah mempunyai rumah dari warisan suaminya,2) Istri sudah memiliki rumah warisan orangtuanya, 3) Istri sudah memiliki rumah dari hasil kerja sebelum

mereka menikah.4) Sementara suami sudah memiliki rumah yang ditempati

Page 133: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Dr. Siti Zumrotun, M.Ag. 119

Bab IV: Bentuk-Bentuk dan Tipe-Tipe Pernikahan Sirri di Masyarakat

dengan sitri pertama.5) Sepertinya suami tidak perlua membautkan rumah untuk

istri yang dinikah sirri, hal bisa karena ekonomi tidak cukup, bisa saja karena memang istri juga tidak berani menuntut.

c. Berdasarkan Pengaruh yang dominan dalam keluarga Tipologi keluarga ditinjau pengaruh yang paling besar

(dominan) dalam keluarga dibagi menjadi dua: pertama, patriakat yaitu seorang laki-laki atau bapak yang memegang peranan penting di dalam keluarga. Banyak masyarakat yang menganggap tipe ini merupakan tipe yang paling ideal. Kedua, matriakat yaitu yang memegang peranan penting dalam keluarga adalah istri atau keluarga dari pihak istri

Tidak seperti keluarga pada umumnya, yang bisanya laki-laki lebih mendominasi dalam berbagai hal. Dalam keluarga nikah sirri, dominasi laki-laki hanya bisa dilihat dari proses pernikahan secara sirri saja. Terlihat suami tidak berusaha untuk memproses pernikahan secara resmi, sedangkan istri tidak memiliki kekuasaan apa-apa kecuali hanya menerima nasib dengan dinikahi secara sirri.Selanjutnya tipe keluarga ini menyalahi keumuman bentuk

ideal yang selama ini dipersepsikan oleh masyarakat. Realitas yang terjadi keluarga nikah sirri dalam berbagai hal dominasi istri lebih ter lihat (matriakat). Misalnya bisa dilihat dari pengaturan peran dalam mem bimbing anak. Laki-laki merasa tidak memiliki kewajiban terhadap pendidikan anak-anaknya. Sehingga beban pen-didikan anak-anak semuanya diberikan kepada istri. Dominasi ini terjadi pada pasangan yang memiliki anak, seperti yang terjadi Ibu Ztun, dia harus merawat, membiayai sekolah anak-anaknya sendiri. Karena suaminya jarang memberi nafkah.

Jika suami memiliki kewajiban memberikan nafkah baik lahir mau pun batin, maka dalam keluarga nikah sirri suami tidak

Page 134: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Pernikahan Sirri: Antara Cita dan Realita

120 Dr. Siti Zumrotun, M.Ag.

sepenuhnya bisa menafkahi istrinya baik lahir maupun batin. Hal ini disebabkan karena beberapa hal. Untuk nafkah lahir biasanya: 1) Istri sudah memiliki uang pensiun dari mantan suaminya,2) Istri sudah terbiasa bekerja sejak sebelum menikah dengan

suaminya.3) Suami memiliki keluarga yang sah sehingga para suami lebih me-

mentingkan nafkah pada keluarga yang sah tersebut.Sedangkan untuk nafkah batin atau ketidakadilan dalam

giliran seksual biasanya suami sudah memiliki istri yang sah. Suami biasanya lebih lama dengan istri yang sah, baru akan ke rumah istri yang dinikahi sirri jika sudah diijinkan oleh istri yang sah. Kecuali kasus yang terjadi pada pasangan Bdi dan Nrt, suami lebih banyak tinggal dengan istri yang dinikah sirri. Sebaliknya pasangan ini istri yang mendominasi laki-laki. Gaji pensiun Bdi dihabiskan untuk pinjam uang di bank. Sehingga istri yang sah sudah tidak mendapatkan bagian.

Jika pada umumnya tempat tinggal juga menjadi tanggung-jawab suami dalam keluarga nikah sirri, suami tidak bertanggungjawab dengan tempat tinggal mereka setelah menikah. Hal ini disebabkan: 1) Istri sudah mempunyai rumah dari warisan suaminya,2) Istri sudah memiliki rumah warisan orangtuanya, 3) Istri sudah memiliki rumah dari hasil kerja sebelum mereka

menikah.Peran sosial bagi keluarga yang menikah sirri lebih didominasi

oleh istri. Hal ini bukan dikarenakan suami merasa tidak percaya diri untuk bersosialisasi dengan lingkungan di mana istri bertempat tinggal, akan tetapi tempat tinggal setelah menikah, mayoritas istri tetap tinggal di rumah sendiri dan tidak mengikuti suami.

Para istri yang dinikah secara sirri semuanya memiliki peran ganda, karena kebutuhan ekonomi yang mereka tanggung tidak bisa dipenuhi oleh suaminya. Kecuali pasangan Msd dan Vv.

Page 135: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Dr. Siti Zumrotun, M.Ag. 121

Bab IV: Bentuk-Bentuk dan Tipe-Tipe Pernikahan Sirri di Masyarakat

Keluarga nikah sirri yang ada di Kota Salatiga tidak bisa di-kata kan sebagai keluarga yang memenuhi kriteria keluarga se bagai-mana tersebut dalam teori sosiologi keluarga. Namun keluarga tersebut tetap ada dan berjalan di masyarakat. Karena tidak meme-nuhi kriteria tersebut maka peneliti sebut bahwa keluarga yang dibangun dengan pernikahan sirri disebut dengan istilah anomalic family. Ciri-ciri anomalic family dalam keluarga nikah sirri adalah sebagai berikut:1) Keluarga tidak selalu lengkap terdiri dari suami, istri dan anak

yang terus tinggal dalam satu rumah yang dibangun bersama.2) Keluarga yang tidak mampu membangun komunikasi yang baik

sehingga tidak bisa muncul rasa saling bekerjasama dan ber-sosialisasi bersama sesuai dengan kaidah-kaidah yang berlaku.

3) Masing-masing suami atau istri tidak mampu menjalankan peran nya secara maksimal, karena mereka jarang bertemu dalam satu rumah.

4) Tidak mampu menciptakan ketentraman dan ketenangan jiwa, karena bahaya sewaktu-waktu bisa mengancamnya.

Hampir seluruh perempuan yang dinikah secara sirri terpaksa harus siap menerima resiko-resiko yang muncul sewaktu-waktu. Misalnya tiba-tiba diceraikan oleh suaminya, tidak mendapatkan nafkah secara rutin, tidak mendapatkan waris ketika ditinggal mati suaminya. tidak bisa mendapatkan akte kelahiran untuk anak-anaknya dan resiko-resiko lain yang sewaktu-waktu bisa terjadi.

Pernikahan sirri yang dilakukan oleh masyarakat kota Salatiga merupakan jalan keluar dari berbagai persoalan dengan menuai persoalan lain yang lebih berat. Tidak seperti pasangan nikah sirri pada kasus-kasus penelitian yang lain, yang kemudian bisa berlanjut pada pernikahan secara resmi. Dari berbagai kasus nikah sirri yang terjadi di Kota Salatiga sampai saat ini hanya satu kasus yang kemudian bisa menikah secara resmi, yaitu pasangan Sgym dan Bn.

Page 136: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Pernikahan Sirri: Antara Cita dan Realita

122 Dr. Siti Zumrotun, M.Ag.

Bahkan lebih tragis lagi kasus yang menimpa pada pasangan Shd dan Strn. Tidak hanya tidak bisa mencatatkan ke KUA, akan tetapi pernikahan sirri yang baru saja dijalani sekitar dua bulan, Strn meninggalkan rumah suaminya tanpa pamit. Ketika Shd mencarinya dan mengajaknya untuk pulang ke rumah Strn menolaknya. Hingga pada suatu hari Strn datang ke rumah Shd dengan menuntut berbagai tanggungjawab yang menurut Strn tidak pernah ditunaikan oleh Shd. Karena kasus tersebut kini pasangan yang baru saja menikah secara sirri sudah berpisah secara sirri juga.

Selain memiliki berbagai implikasi di atas pernikahan yang dilakukan secara sirri merupakan penzaliman terhadap perkawinan itu sendiri. Hal ini dikarenakan pernikahan sirri tidak sesuai dengan hakikat perkawinan sebagaimana tercantum dalam UU P Tahun 1974. Pernikahan atau perkawinan dalam UU No.1 Tahun 1974: ”Ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga, rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”. Sedangkan arti perkawinan menurut KHI seperti yang terdapat dalam pasal 2: akad yang sangat kuat atau miitsaqan ghlidhan untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah.

Definisi perkawinan tersebut di atas mengandung makna yang mendalam. Ada beberapa hal yang ditekankan: pertama nikah bukan hanya memiliki makna halalnya hubungan secara fisik, akan tetapi juga hubungan psikhis. Kedua, perkawinan juga dimaksudkan untuk membentuk keluarga yang bahagia, sehingga tidak hanya hukum formal saja akan tetapi juga mempertimbangkan sifat sosial.

Ketiga, perkawinan itu hanya terjadi sekali dalam seumur hidup, hal ini terkandung dalam kata kekal. Kata kekal ini memiliki makna bahwa antara suami dan istri harus menjaga kesetiaan agar mahligai rumah tangganya tidak tergoyahkan.

Perkawinan atau pernikahan merupakan peristiwa yang sakral dan memiliki tujuan yang agung, oleh karena itu peristiwa ini

Page 137: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Dr. Siti Zumrotun, M.Ag. 123

Bab IV: Bentuk-Bentuk dan Tipe-Tipe Pernikahan Sirri di Masyarakat

harus memiliki bukti autentik berupak akte nikah dengan cara men-catatkannya kepada pegawai pencatat nikah atau PPN. Kewaji ban mencatatkan ini tercantum dalam pasal 2 ayat 2 UU No.1 Tahun 1974 bahwa: Tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan peruandang-undangan yang berlaku.

Masyarakat harusnya memahami bahwa pernikahan (atau perkawinan) itu sebagai ikhtiar manusia dalam mengahalalkan hubungan antara laki-laki dan perempuan berbasiskan prinsip ikhlas dan terbuka. Atau bahkan lebih dari itu, bahwa pernikahan itu semata-mata wujud tabarru’, yang berorientasi eskatologis-mendekatkan diri kepada Tuhan. Dengan begitu pernikahan hendaknya tidak dipahami secara parsial laiknya akad jual beli barang dagangan atau untuk pemenuhan hasrat seksual belaka sehingga cukup dengan melaksanakan nikah sirri yang penting tidak melakukan zina. Prof. Dr. M. Quraish Shihab menyatakan bahwa: Salah satu bentuk pelecehan terhadap perempuan yang dapat menghilangkan hak-haknya adalah nikah sirri, yakni melaksanakan pernikahan rahasia, bahkan sering terjadi hubungan seks di luar nikah dengan dalih nikah sirri.101

Sejalan dengan itu, mengutip konsepsi Cak Nur—sapaan akrab alm. Nurcholish Madjid—bahwa perkawinan (pernikahan) yang baik adalah sebuah ikatan seumur hidup, yang disahkan oleh Tuhan. Perkawinan memerlukan sesuatu lebih banyak daripada sekedar “peduli”, “pemenuhan diri”, dan “komitmen”. Perkawinan memerlukan adanya kesadaran tentang kehadiran Tuhan dalam hidup manusia, kehadiran Sang Maha Pencipta yang akan mem-bimbing kita ke jalan yang lurus, jalan kebahagiaan sejati dan abadi. Perkawinan menuntut agar masing-masing kita jujur kepada diri sendiri, kepada jodoh kita masing-masing, dan kepada Tuhan. Maka patut kiranya jika kita merenungkan bahwa pernikahan itu merupa kan sebuah perjanjian yang berat karena banyak mengan-dung konsekuensi-konsekuensi yang berat pula, “Bagaimana kamu

101 Quraisy Syihab, Perempuan, hlm.241.

Page 138: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Pernikahan Sirri: Antara Cita dan Realita

124 Dr. Siti Zumrotun, M.Ag.

(laki-laki) akan mengambilnya (mahar) padahal kamu sekalian (suami-istri) telah saling bersandar, dan mereka (perempuan) itu telah mendapatkan dari kamu (laki-laki) perjanjian yang berat”.(QS. an-Nisa’ [4]: 21).

Pentingnya mengumumkan atau mengabarkan pernikahan ini kepada masyarakat sekurangnya paling tidak agar kemudian tidak timbul prasangka buruk dan fitnah dari masyarakat. Nabi Muhammad Saw bersabda, “Umumkan pernikahan dan jadikanlah akad nikah di masjid, serta pukullah rebana”. (HR. Tirmidzi melalui Aisyah ra). Razin bahkan menegaskan adanya riwayat tambahan atas sabda ini, “Karena pemisah antara yang halal dan haram adalah pengumuman”.

Juga selain itu, pernikahan yang dilangsungkan secara terbuka merupakan wujud rasa syukur atas anugerah Allah Swt kepada mempelai. Karena bertemu dengan jodoh atau pasangan adalah anugerah, karena itu patut disyukuri, agar kelak rumah tangganya berkah dan kelak ketika memiliki anak, lahir dengan selamat dan shalih-shalihah. Nabi Muhammad Saw, dalam kesempatan lain juga pernah menyuruh sahabatnya, Abdurrahman bin Auf, ketika dia baru berakad nikah, “Semoga Allah memberkatimu! Berpestalah walau dengan menyembelih seekor kambing!”. (HR. Bukhari-Muslim). Demikian do’a dan anjuran Nabi tentang kesunahan merayakan pesta pernikahan (walimah al-‘ursy) kepada Abdurrahman bin Auf dan dengan demikian juga ini berlaku bagi umatnya.

Namun di pihak lain, tidak dipungkiri jika masih ada sebagian pihak terutama para ulama yang mendikotomikan antara legalitas hukum agama (fikih) dan legalitas hukum negara (undang-undang). Pandangan ini acap mengemuka dengan dalih bahwa nikah sirri adalah sah secara agama, tanpa harus dicatat oleh negara. Meskipun memang, pandangan ini secara kasat mendapat legiti masi sekurangnya dari Imam Syafi’i dan Imam Abu Hanifah. Namun demikian, kita tidak boleh kehilangan daya kritis, yang bisa

Page 139: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Dr. Siti Zumrotun, M.Ag. 125

Bab IV: Bentuk-Bentuk dan Tipe-Tipe Pernikahan Sirri di Masyarakat

menjerumuskan pada taklid buta. Sebab kaidah fikih menyatakan, “La yunkaru taghayyur al-Ahkam bi taghayyur al-Azman”, (Tidak bisa diingkari bahwa hukum berubah karena perubahan zaman).

Berdasarkan kaidah fikih itu maka harus menganggap bahwa fikih adalah produk pemikiran yang relatif, yang pasti berpotensi adanya perubahan sesuai dengan konteks zaman. Dan begitu pun dengan persoalan nikah sirri, ia harus diletakkan sebagai produk pemikiran yang punya ruang dan waktu yang terbatas. Bahwa produk pemikiran (fikih) lampau itu tidak melulu relevan dengan konteks zaman yang terus berubah, termasuk dalam konteks Indonesia. Dan kalau saja kita merujuk kepada kepada Imam Malik, ia justru berpendapat bahwa nikah sirri itu dilarang.

Sementara berkaitan dengan legalitas pernikahan oleh hukum negara, yang diatur dalam UU No.1/1974 dan UU No.7/1989, ini bisa kita analisis dengan perspektif kemaslahatan universal. Dan saya berpandangan bahwa ini bisa dijadikan penegasan sekaligus untuk meniadakan dikotomi legalitas atau dualisme hukum; agama dan negara. Bahwa dalam konteks Indonesia persepsi soal legalitas agama itu secara otomatis melebur ke dalam legalitas Negara. Kaidah hukum menyatakan bahwa “Keputusan Negara adalah mengikat dan mengakhiri kontroversi (hukm al-qadhi ilzam wa yarfa’ al-khilaf). Dr Yusuf al-Qardhawi, ahli fikih terkemuka asal Mesir mengatakan, “Keputusan pemerintah atau hakim dalam isu-isu kontroversial adalah menentukan dan rakyat wajib mengikutinya”. Dengan begitu, yang harus dijadikan tolak ukur adalah legalitas hukum negara, bukan lagi agama per agama tertentu. Maka dengan sendirinya juga, jika ada siapapun pihaknya yang tidak mengindahkan aturan perundang-undangan (pernikahan) maka harus dikenakan sanksi, sebagaimana yang telah ditentukan dan berlaku.

Masyarakat Islam di indonesia lebih memegangi hukum Islam dari pada hukum negara sehingga mereka para pelaku nikah sirri merasa bahwa perkawinannya sah menurut agama. Namun

Page 140: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Pernikahan Sirri: Antara Cita dan Realita

126 Dr. Siti Zumrotun, M.Ag.

sebaliknya mereka sadar bahwa mereka melanggar hukum negara dengan segala konsekuensinya. Dengan melihat fenomena tersebut kami peneliti menyimpulkan bahwa masyarakat (pelaku nikah sirri) sadar bahwa keluarga yang mereka bangun adalah keluarga yang bermasalah atau tidak normal. Jika boleh peneliti sebut dengan istilah anomalic family. yaitu keluarga yang tidak normal akan tetapi hal tersebut menggejala di masyarakat.

Selanjutnya untuk mempermudah membaca, memahami dan tipologi nikah sirri masyarakat Kota Salatiga bisa dilihat dalam tabel berikut:

Tipologi Pernikahan Sirri di Masyarakat

No Teori Hasil Penelitian Keterangan

01 Bentuk pernikahan: monogamy, poligini dan poliandri

Bentuk pernikahan dalam: monogamy, poligini, poliandri, semi poligami dan semi poliandri.

Semi poligami dilakukan karena istri pertama pergi ke luar negeri tetapi tidak pernah ada perceraian.Semi poliandri, istri sebetulnya masih memiliki suami akan tetapi sudah tidak hidup dalam satu rumah tetapi belum ada perceraian.

02 Tempat tinggal setelah menikah: Patri lokal, matri-lokal, neolokal

Dari 20 pasangan nikah sirri yang tinggal di rumah laki-laki hanya dua pasangan

Menyalahi tradisi rumah tangga yang sudah berjalan, biasanya setelah menikah bertempat tinggal di rumah keluarga laki-laki. hal ini disebabkan: Istri sudah mempunyai rumah dari warisan suaminya, Istri sudah memiliki rumah warisan orangtuanya,Istri sudah memiliki rumah dari hasil kerja sebelum mereka menikah.

Page 141: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Dr. Siti Zumrotun, M.Ag. 127

Bab IV: Bentuk-Bentuk dan Tipe-Tipe Pernikahan Sirri di Masyarakat

No Teori Hasil Penelitian Keterangan

03 Bentuk keluarga: (Conjugal family atau Basik family)(Exentended family atau Consanguine family atau joint family)

(Conjugal family atau Basik family)(Exentended family atau Consanguine family atau joint family)Small family/under basic family

Small family/under basic family pasangan nikah sirri hanya tinggal bersama suami dan istri, tanpa anak, tanpa saudara. bentuk keluarga inipun masih sering tidak lengkap karena suami hanya berkunjung ke rumah seminggu sekali. karena harus membagi waktu dengan istri pertama

04 Fungsi keluarga: fungsi pengaturan keturunan, sosialisasi dan pendidikan, ekonomi dan unit reproduksi, pelindung, penentuan status, pemeliharaan, afeksi.

Hampir semua fungsi tidak bisa berjalan dengan baik.

Ketidakberfungsian keluarga ini disebabkan beberapa hal, antara lain: anak bukan tujuan utama dari pernikahan, ekonomi juga berjalan masing-masing suami istri, istri tidak berani menuntut suami dalam bentuk apapun, istri tidak berhak memiliki status sebagaimana status istri pada umunya jika sudah menikah dipanggil dengan nama suami.

Page 142: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Pernikahan Sirri: Antara Cita dan Realita

128 Dr. Siti Zumrotun, M.Ag.

No Teori Hasil Penelitian Keterangan

05 Dominasi peran keluargapatriakal adalah keluarga yang dominan dan memegang kekuasaan dalam keluarga adalah dipihak ayah atau suami. Matriakal adalah keluarga yang dominan dan memegang kekuasaan dalam keluarga adalah pihak ibu atau istri. Equalitarium adalah keluarga yang memegang kekuasaan adalah ayah atau suami dan ibu atau istri

Realitas siapa yang lebih berperan dalam keluarga nikah sirri di Salatiga tidak seperti keluarga pada umunya, di mana suami lebih berperan dalam berbagai urusan dalam rumah tangga, mulai dari nafkah, pendidikan, perlindungan dan lain-lain. Dalam keluarga nikah sirri hampir semua pekerjaan dan berbagai urusan rumah tangga semua diserahkan kepada istri. Sehingga sistem matriakhal lebih menonjol.

Realitas ini bisa terjadi karena suami memiliki tanggungjawab yang lebih berat dengan keluarga istri pertama (bukan nikah sirri)Hal ini mendorong istri untuk bisa hidup mendiri tidak hanya dari ekonomi tapi juga kepemimpinan dalam keluarga.

D. Persepsi Masyarakat Terhadap Pasangan Nikah Sirri

Persepsi masyarakat Kota Salatiga terhadap praktik keluarga atau pasangan yang melakukan pernikahan sirri atau nikah yang tidak dicatatkan ke lembaga pencatan pernikahan terbagi menjadi beberapa kategori yakni:i. Sama dengan zina. Persepsi masyarakat yang menganggap sama

antara nikah sirri dengan zina dilatarbelakangi oleh ketidaktahuan masyarakat terhadap proses pernikahan yang ada. Masyarakat tidak percaya terhadap proses pernikahan pasangan suami istri. Hal ini bisa terjadi karena pasangan suami istri tersebut meru pakan warga pendatang yang mengaku sudah menikah,

Page 143: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Dr. Siti Zumrotun, M.Ag. 129

Bab IV: Bentuk-Bentuk dan Tipe-Tipe Pernikahan Sirri di Masyarakat

akan tetapi tidak bisa membuktikan dengan surat nikah. Kasus ini terjadi pada pasangan St dan Fr. Sampai saat ini sebagian masyarakat tidak percaya kalau pasangan tersebut sebenarnya sudah melakukan pernikahan secara sirri. Persepsi masyarakat yang demikian ini diketahui juga oleh pelaku nikah sirri tersebut.

Selain kasus tersebut persepsi masyarakat ini juga karena kebanyakan pelaku nikah sirri tidak diketahui kapan mereka menikah, di mana mereka menikah, siapa yang menikahkan bahkan juga siapa walinya.

ii. Nikah yang bermasalah. Pernikahan sirri merupakan pernikahan yang bermasalah. Karena para pelaku pernikahan sirri tidak bisa mencatatkan pernikahannya ke Pegawai Pencatat Nikah. Hal ini terjadi karena tidak terpenuhinya syarat-syarat pernikahan baik materiil maupun admistratif.102 Kebanyakan pelaku pernikahan sirri adalah karena poligami. Pihak suami tidak memiliki izin poligami dari pengadilan dengan berbagai alasan, sedangkan di antara pasangan tersebut sudah terlanjur menjalin hubungan yang mengharuskan dilangsungkannya akad nikah. Bahkan ada juga kasus yang terjadi di masyarakat, pihak perempuan masih memiliki suami yang sah, namun sudah berpisah sementara perceraiannya belum diurus ke pengadilan agama.

iii. Sah menurut agama saja. Persepsi ini merupakan persepsi yang mayoritas ada di masyarakat. Bahwa pernikahan sirri itu sah menurut agama, karena syarat dan rukun pernikahan sudah terpenuhi. Walau kebanyakan masyarakat berpersepsi demikian akan tetapi masyarakat tidak menganggap baik pernikahan tersebut. Karena tidak memenuhi UU perkawinan yang berlaku

102 Syarat Materiil: berkaitan dengan pencatatan perkawinan, akta nikah, dan larangan perkawinan. Diantaranya yaitu tentang larangan adanya atau dilakukannya suatu perkawinan. Syarat administratif: syarat perkawinan yang melekat pada setiap rukun perkawinan (calon mempelai laki-laki dan wanita, saksi dan wali) dan pelaksanaan akad nikahnya

Page 144: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Pernikahan Sirri: Antara Cita dan Realita

130 Dr. Siti Zumrotun, M.Ag.

di Indonesia. Persepsi ini bisa dilihat dari sikap masyarakat yang menyembunyikan perihal pernikahan sirri tersebut. Bahkan pelaku nikah sirri itu sendiri merasa tidak percaya diri untuk bersosialisasi dengan masyarakat.

iv. Parilaku yang amoral. Sebagian masyarakat ada yang menganggapnya bahwa

pernikahan tersebut tidak pantas dilakukan, apalagi bagi tokoh masyarakat. Selanjutnya mereka merasa sangat tidak nyaman dengan perilaku pasangan nikah sirri tersebut karena mestinya menjadi contoh bagi masyarakat tetapi justru berperilaku sebaliknya. Salah satu tokoh masyarakat tersebut bercerita dengan peneliti tentang perilaku pasangan nikah sirri tersebut. Ada salah satu teman yang malakukan nikah sirri karena sebetulnya perempuan tersebut masih berstatus bersuami. Apa ya nggak melanggar hukum dobel-dobel to mbak. Perampuan kok poliandri. Mestinya diurus dulu perceraiannya dengan suami pertama baru menikah lagi. Tambah sekarang sudah hamil besar baru mau ngurusi perceraian ke pengadilan. Dia kan orang berpendidikan, tahu hukum tapi kenapa berperilaku tidak pantas dan memalukan.

Selain kasus tersebut di atas ada lagi teman sekantor yang sering berpergian berhari-hari dengan laki-laki bukan suaminya dengan alasan tugas kantor. Padahal dia sudah bersuami dan masih resmi menjadi suaminya. Untuk menutupi aibnya kepergiannya dengan laki-laki itu dia mengaku sudah melakukan nikah sirri. Tidak satupun teman yang tahu apakah dia sudah nikah sirri apa belum.103

v. Perilaku aib. Masyarakat merasa enggan untuk menceritakan teman atau

tetangga yang melakukan nikah sirri. Khawatir dicap jelek suka menceritakan aib orang lain. Mengapa perilaku nikah sirri itu

103 Persepsi salah satu tokoh perempuan di Salatiga pada tanggal 21 oktober 2014

Page 145: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Dr. Siti Zumrotun, M.Ag. 131

Bab IV: Bentuk-Bentuk dan Tipe-Tipe Pernikahan Sirri di Masyarakat

aib? karena merebut istri orang. Walau istri pertamanya tidak dicerai, akan tetapi biasanya istri yang dinikah secara sirri itu lebih muda juga lebih cantik. Sehingga suami akan lebih senang tinggal bersama istri yang dinikah secara sirri tersebut.

Page 146: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-
Page 147: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Dr. Siti Zumrotun, M.Ag. 133

BAB V

FAKTOR-FAKTOR TERJADINYA PERNIKAHAN SIRRI

DI MASYARAKAT

Jika kita lihat kehidupan rumah tangga para pasangan nikah sirri, mulai dari proses pernikahan sampai pada kehidupan

rumah tangga tidak mencerminkan sebuah keluarga yang harmonis dan jauh dari ideal. Bahkan masyarakat sendiri juga tahu bahwa pernikahan tersebut penuh dengan masalah.

Oleh karena itu dalam bab ini akan dipaparkan aahsil analisis tentang faktor pernikahan sirri baik dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat maupun bernegara.

Adapun faktor-faktor yang mendorong terjadinya pernikahan sirri ini bisa dibagi menjadi dua:

A. Faktor Internal Terjadinya Nikah Sirri Masyarakat

Pengaruh yang datangnya dari pasangan atau pelaku nikah sirri itu sendiri. Berbagai kondisi ataupun problem yang mendorong mereka harus melakukan pernikahan secara sirri antara lain:

1. Meraih Keuntungan dalam Bidang Ekonomi

Mempertahankan gaji pensiun merupakan satu faktor yang men dorong terjadinya pernikahan secara sirri di masyarakat Kota

Page 148: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Pernikahan Sirri: Antara Cita dan Realita

134 Dr. Siti Zumrotun, M.Ag.

Salatiga. Salah satu pasangan nikah sirri di masyarakat adalah berstatus sebagai janda ataupun duda yang masih menikmati pensiun suaminya atau istrinya yang lebih dahulu meninggal dunia. Para pelaku nikah sirri khawatir akan dicabut uang pensiunnya karena terbukti sudah melakukan pernikahan lagi.104 Agar pernikahan itu tidak terbukti maka mereka dengan sengaja melakukan pernikahan sirri. Hal ini sengaja dilakukan karena kehidupan mereka sangat tergantung dengan uang pensiun yang wariskan oleh almarhum suami atau istrinya. Sedangkan calon suami/suami hasil nikah sirri juga rela karena merasa tidak bisa memenuhi nafkah secara layak kepada istri dan juga anak-anaknya. Sementara mereka sangat meng-inginkan membangun keluarga baru sebagaimana masyarakat pada umumnya.

Berdasarkan keterangan dari salah satu responden bahwa faktor semacam ini banyak terjadi di kalangan janda yang ditinggal mati suaminya. Bahkan menurut pengakuan pelaku nikah sirri di Kota Salatiga ini pernikahan tersebut dizinkan oleh pihak komandan dengan alasan janda tersebut masih muda.

Dalam rangka mendapatkan keuntungan dengan tetap mem-pertahankan uang pensiun para pelaku pernikahan sirri berani meng-abaikan perundang-undangan yang lain dalam menjalani kehidupan berkeluarga.105 Kasus seperti ini terjadi pada pasangan Ktjh seorang janda yang ditinggal mati oleh suaminya dalam menjalankan tugas menjaga keamanan di timur-timur. Ktjh ini akhirnya menikah secara sirri dengan laki-laki yang bernama Rjmn. Faktor yang sama

104 Pasal 28 menerangkan pembatasan pensiun janda/duda:Ayat 1 Pensiun -janda/duda atau bagian pensiun-janda yang diberikan kepada janda/duda yang tidak mempunyai anak dibatalkan jika janda/duda yang bersangkutan nikah lagi, terhitung dari bulan berikutnya perkawinan itu dilangsungkan.

105 UU No I Tahun 1974 pasal 2 ayat 2 ini dipertegas kembali dalam KHI pasal 5 ayat 1: Agar terjamin ketertiban perkawinan bagi masyarakat Islam setiap perkawinan harus dicatat. Ayat 2: Pencatatan perkawinan tersebut (ayat 1) dilaku-kan oleh pegawai pencatat nikah.

Page 149: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Dr. Siti Zumrotun, M.Ag. 135

Bab V: Faktor-Faktor Terjadinya Pernikahan Sirri di Masyarakat

menimpa juga pada adik perempuan Ktjh yang juga ditinggal mati suaminya kemudian menjalani hidupnya dengan bergantung pada gaji pensiun. Faktor ini juga terjadi pada pasangan Zmr seorang perempuan muda yang sudah ditinggal mati suaminya. Karena suaminya seorang tentara maka otomatis Ibu Zmr ini memiliki gaji pensiun. Kemudian menikah dengan seorang laki-laki dengan cara sirri agar tidak kehilangan gaji pensiunnyaa. Laki-laki tersebut juga menikmati gaji pensiun dari almarhum istri.

Faktor ini tidak saja melanggar berbagai peraturan pernikah-an di Indonesia akan tetapi juga melanggar moral. Janda atau duda yang menikmati gaji pensiun dari almarhum istri ataupun suami setiap tahun diwajibkan mengisi formulir tentang pernyataan bahwa diri nya tidak menikah. Padahal realitasnya mereka menikah. Mereka melanggar janji setia dengan almarhum istri dan suami, yakni melakukan pernikahan dengan laki-laki lain dan tetap bisa menikmati gaji pensiun.106

2. Dalam Rangka Memenuhi Kebutuhan Biologis

Pernikahan sirri dianggap sebagai sarana untuk melegalkan hubungan dan pengaturan sek antara laki-laki dan perempuan. Mereka melakukannya dengan penuh kesadaran dan pertimbangan serta memiliki tujuan tertentu yang berhubungan dengan nilai-nilai individu yang bersifat absolut. Nilai di sini yang paling dominan adalah yang terdapat dalam agama Islam, sesuai dengan tingkat pilihan, pemahaman, dan keterpengaruhan pelakunya, dan telah terinternalisasi. Alasannya, karena konsep nikah sirri biasanya lebih mengacu pada nilai atau ajaran yang terdapat dalam agama Isam.

106 Berdasarkan wawancara dengan Sfy salah satu anak yang orangtuanya melakukan pernikahan dengan sirri karena mempertahankan gaji pensiun, bahwa perbuatan demikian bertentangan dengan agama sehingga tidak barakah. Baik laki-laki maupun perempuan yang melakukan demikian itu namanya egois. Jika kasus ini diketahui oleh pihak yang berwenang maka yang bersangkutan disuruh mengambalikan uang pensiun yang telah diterima selama ini.

Page 150: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Pernikahan Sirri: Antara Cita dan Realita

136 Dr. Siti Zumrotun, M.Ag.

Sedangkan orientasi nilai yang terkandung dari merahasiakan per-nikahannya, karena disebabkan oleh adanya beberapa anggapan masyarakat.107

Sesuai dengan makna asal dari kata nikah yang memiliki makna al-wati’ yang berarti bersetubuh atau bersenggama, maka para ulama mendefinisikan nikah adalah sesuatu akad yang memberikan faedah dimilikinya kenikmatan dengan sengaja, yakni menghalalkan laki-laki memperoleh kesenangan (istimta’) dari wanita. Sedangkan definisi nikah dalam ensiklopedi hukum Islam adalah salah satu upaya untuk menyalurkan naluri seksual suami istri dalam sebuah rumah tangga sekaligus sarana untuk menghasilkan keturunan yang dapat kelangsungan eksistensi manusia di muka bumi. Dari definisi tersebut di atas maka salah satu tujuan dari pernikahan adalah untuk memenuhi tuntutan naluri kemanusiaan, yaitu kebutuhan biologis di samping ada tujuan-tujuan yang lain.

Faktor biologis ini juga yang mangantarkan para pasangan laki-laki dan perempuan melakukan pernikahan secara sirri. Faktor ini bisa dilatarbelakangi oleh dua sebab. Ada yang karena tidak kuat menahan nafsu biologisnya akhirnya terjerumus pada perbuatan yang dilarang (zina), ada juga sebaliknya untuk menghindari berbuat zina maka melakukan pernikahan secara sirri. Faktor ini bisa terjadi pada semua pasangan nikah sirri. Ada yang sudah hamil lebih dahulu kemudian baru menikah karena laki-laki yang menghamili ternyata sudah bersuami, ada juga yang memang hanya bertujuan untuk menyalurkan nafsu bilogisnya saja, sementara pihak laki-laki sudah memiliki istri yang sah. Faktor ini terjadi pada pasangan St dan Fr, dan juga pada pasangan Hny dan Ant. Pasangan Hny dan Ant ini pihak perempuanlah sebetulnya yang masih punya suami.

107 Ramli, H.S. Mengenal Islam Pergaulan Dalam Islam dan Munakahat (Semarang: UPT MKU, Universitas Semarang, 2007) yang dikutip oleh Thriwaty Arsal dalam Jurnal Sosiologi Pedesaan, Vol. 06, No.02 h.167-168.

Page 151: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Dr. Siti Zumrotun, M.Ag. 137

Bab V: Faktor-Faktor Terjadinya Pernikahan Sirri di Masyarakat

3. Pertimbangan dalam Menjalankan Agama

Semua pasangan suami istri yang melakukan nikah sirri yang dijadikan subjek penelitian menganut agama Islam. Mereka ber-keyakinan bahwa dalam Islam sudah memilik aturan yang sem purna terkait dengan urusan pernikahan. Sehingga mereka tahu bahwa hubungan laki-laki dan perempuan yang bukan muhrim hukum nya berdosa. Agar menjadi halal dan tidak berdosa maka mereka melaku-kan pernikahan yang memenuhi syarat dan rukunnya dalam Islam.

Namun demikian diantara mereka sebetulnya tidak tahu secara mendalam bagaimana syarat, rukun dan pernikahan tersebut. Sebagian mereka berkeyakinan bahwa proses pernikahannya sudah memenuhi syarat dan rukun sehingga halal untuk melakukan hubungan suami istri hanya dengan nikah sirri. Padahal ada yang melakukan nikah sirri tetapi sama sekali tidak memenuhi syarat dan rukun nikah dalam Islam. Sehingga motiv penghalalan hubungan suami istri menjadi tidak tercapai. Kasus ini misalnya terjadi pada pasangan Sgym dan Bun. Mereka melakukan nikah hanya sekedar mengundang tetangga dan makan nasi tumpeng bersama serta mengumumkan bahwa dirinya sudah menikah. Tidak ada wali, tidak ada ijab qabul. Kasus lain yang terjadi pada pasangan Snph dan Sgng juga pasangan st dan fr, mereka menikah tidak dihadiri oleh wali dari pihak perempuan, karena wali berada jauh dari Salatiga. Menurut pengakuan St, dia dinikahkan oleh salah satu temannya. Sedangkan Snph mengaku dinikahkan oleh salah seorang tokoh masyarakat dengan membayar sejumlah uang.

Dalam kasus ini tidak hanya urusan administrasi KUA yang dilanggar, akan tetapi proses pernikahan itu sendiri yang sudah batal demi hukum.

Pernikahan adalah bagian dari ibadah yang sakral yang berimplikasi pada perbuatan hukum. Quraish Shihab dalam buku yang berjudul Perempuan... menuliskan bahwa setiap pernikahan yang dilakukan oleh manusia memiliki tujuan untuk membentuk

Page 152: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Pernikahan Sirri: Antara Cita dan Realita

138 Dr. Siti Zumrotun, M.Ag.

keluarga yang sakinah dibangun di atas fondasi yang kukuh. Tidak ada fondasi yang kukuh untuk kehidupan bersama melebihi nilai-nilai agama.108 Pernyataan ini didukung oleh ungkapan yang nisbahkan kepada Rasulullah saw: Siapa yang menikah, dia telah menyempurnakan separuh imannya. Maka, hendaklah ia memelihara dari pada setengahnya. Ungkapan ini diriwayatkan oleh ath-Thabari dikutip oleh Quraish Shihab.109 Ungkapan ini menggambarkan betapa faktor ajaran agama memiliki peran yang sangat penting dalam mendorong seseorang untuk melakukan pernikahan.

Hanya saja para pelaku/pasangan yang menikah secara sirri sering kurang mengindahkan faktor ini. Karena mereka hanya setengah-setengah dalam melaksanakannya. Dalam Islam per nika-han tidak boleh dilakukan secara diam-diam walau sudah meme-nuhi syarat dan rukunnya. Islam sangat menganjurkan untuk mela-kukan perayaan atau walimah sebagai tanda syukur dan kegem biraan atas pernikahan tersebut. Bahkan bukan hanya sekedar pengu-muman/persaksian, akan tetapi walimah memiliki fungsi untuk menghindarkan dari fitnah atau isu negatif.

Pasangan suami istri yang melakukan pernikahan sirri dengan tujuan menghalalkan hubungan suami istri berdasarkan agama, akan tetapi tujuan dan juga hukum-hukum yang lainnya tidak diperhatikan. Sehingga yang terjadi bukan terhindar dari fitnah atau isu-isu yang negatif tapi justru sebaliknya. Pasangan yang melakukan nikah secara sirri kerap mendapat tuduhan yang tidak baik. Ada yang mengatakan perilaku yang tidak bermoral, merebut suami orang, hanya ingin mementingkan diri sendiri dan lain-lain. Bahkan jika ditinjau dari hukum Islam pelaksanaan nikah sirri di antara mereka ada yang sama sekali tidak memenuhi hukum Islam/fiqh.

108 Quraish Shihab, Perempuan, hlm. 137.109 Ibid., hlm. 138.

Page 153: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Dr. Siti Zumrotun, M.Ag. 139

Bab V: Faktor-Faktor Terjadinya Pernikahan Sirri di Masyarakat

4. Keuntungan Psikologis

Jiwa yang tentram juga tenang merupakan tujuan hidup setiap orang. Sehingga setiap orang menghindarkan diri dari hal-hal yang mendorong kepada kegelisahan, keresahan, kekhawatiran dan berbuat dosa. Dalam rangka menghindarkan diri dari berbagai hal tersebut, maka mereka melakukan pernikahan sirri.

Faktor psikologi ini misalnya terjadi pada pasangan Nr dan Klb. Menurutnya pengakuannya Nr mau dinikahi secara sirri agar tidak terjadi fitnah-fitnah dari masyarakat terkait dengan status jandanya. Selain itu juga agar tidak ada lagi laki-laki yang meng-godanya terus menerus bahkan silih berganti dengan berbagai cara baik yang rasional maupun tidak rasional (dukun). Nr merasa lebih tenang dengan status sudah menikah walaupun dengan nikah sirri.

5. Umur Sudah Tua

Bertolakbelakang dengan teori yang sudah ada, di mana nikah sirri itu dilakukan karena pasangan masih belum cukup umur. Pasangan Rhmh dan Snrt ini menikah secara sirri karena Snrt sudah sangat tua. Karena sudah tua sehingga pernikahannya dengan Rhmh tidak disetujui oleh anak dan cucu-cucunya. Namun Snrt tetap saja ingin menikah, akhirnya pernikahan itu dilakukan secara sirri.

6. Terbentur Aturan Administrasi

Sebuah pernikahan baru bisa dicatatkan di Pegawai Pencatat Nikah (KUA) apabila syarat-syarat administrasi terpenuhi. Jika ada salah satu syarat administrasi tidak terpenuhi maka pihak KUA tidak akan mau mencatat pernikahan tersebut. Hal inilah yang banyak mengantarkan masyarakat Kota Salatiga melakukan pernikahan secara sirri. Syarat-syarat administrasi yang tidak bisa dipenuhi oleh masyarakat yang melakukan pernikahan sirri antara lain: tidak memiliki KTP yang jelas. Maksudnya mereka tidak bisa mencari KTP karena mereka tidak bisa membuktikan sebagai penduduk Salatiga.

Page 154: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Pernikahan Sirri: Antara Cita dan Realita

140 Dr. Siti Zumrotun, M.Ag.

Tidak memiliki surat izin dari pengadilan agama untuk berpoligami. Kasus poligami ini merupakan kasus yang terbanyak atau bahkan bisa dikatakan semua pasangan nikah sirri melakukan poligami.110

Di mana poligami di Indonesia ditempatkan pada status hukum darurat (emergency law), atau dalam keadaan yang luar biasa (extra ordinary circumstance).111 Quraish Shihab mengibaratkan poligami sebagai pintu emergency dalam pesawat terbang, yang hanya boleh dibuka dalam keadaan emergency. Orang yang duduk dekat pintu tersebut haruslah orang yang memiliki pengetahuan dan kemampuan membukanya serta baru diperkenankan membukanya saat ada izin dari pilot.112

Masyarakat pelaku nikah sirri enggan atau tidak pernah me ngajukan izin poligami sesuai dengan UU atau peraturan per-kawin an yang berlaku di Indonesia. Mereka beralasan tidak mau berbelit-belit. Alasan ini diutarakan oleh suami yang dizinkan oleh

110 Para pelaku nikah sirri tahu betul bahwa poligami merupakan per-nikahan yang keabsahannya diatur secara detail dalam UUP, mulai dari syarat, prosedur, jaminan dan kebolehan poligami bagi suami. Dalam pasal 4 UUP dinyatakan bahwa seorang suami yang akan beristri lebih dari seorang apabila: Istri tidak menjalankan kewajiban sebagai istri.Istri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan.Istri tidak dapat melahirkan keturunan.

111 Amiur Nuruddin dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia, hlm. 161-162.

112 Quraish Shihab, Perempuan, hlm. 201. Selanjutnya Izin Poligami tidak semata-mata sepenuhnya tergantung pada suami, akan tetapi atas dasar izin dari hakim (pengadilan) sebagaimana dinyatakan UUP pasal 3 ayat 2: Pengadilan dapat memberi izin kepada seorang suami untuk beristri lebih dari seorang apabila dikehendaki oleh pihak-pihak yang bersangkutan.Selain syarat yang ada dalam pasal 4 UUP Pengadilan akan memberikan izin kepada laki-laki yang akan berpoligami apabila: Adanya persetujuan dari istri/istri-istri,Adanya kepastian bahwa suami mampu menjamin keperluan hidup istri-istri dan anak-anak mereka, Adanya jaminan bahwa suami akan berlaku adil terhadap istri dan anak-anak mereka.Istri mendapatkan cacat badan atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan.Istri tidak dapat melahirkan keturunan.

Page 155: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Dr. Siti Zumrotun, M.Ag. 141

Bab V: Faktor-Faktor Terjadinya Pernikahan Sirri di Masyarakat

istri yang pertamanya.113 Sedangkan umumnya bagi sengaja tidak mengajukan izin poligami karena tidak dizinkan bahkan dilakukan tanpa sepengetahuan istri yang pertama.

Contoh kasus yang mencoba mengajukan izizn poligami ke pengadilan agama adalah, pasangan Bapak Jnd dan Ibu Rbh. Per-nikahan kedua yang dilakukan oleh pasangan ini dilakukan karena istri pertama bapak Jnd tidak mempunyai anak. Usaha untuk me-nikah secara resmi di KUA sudah dilakukan, namun karena ketera-ngan dari dokter ternyata tidak mudah maka mereka melaku kan nikah secara sirri.

113 Menyangkut prosedur berpoligami aturannya dapat dilihat di dalam PP No 9/1975 pasal 40: Apabila seorang suami bermaksdu beristri lebih dari seorang maka ia wajib mengajukan permohonan secara tertulis kepada pengadilan. Sedangkan tugas pengadilan diatur dalam pasal 41 PP No 9/1975 sebagai berikut: Pengadilan kemudian memeriksa mengenai:a. Ada atau tidaknya alasan yang memungkinkan seorang suami kawin lagi, ialah:

1) Istri tidak menjalankan kewajiban sebagai istri.b. Ada atau tidaknya persetujuan dari istri, baik persetujuan lisan maupun

tertulis, apabila persetujuan itu merupakan persetujuan lisan, persetujuan itu harus diucapkan di depan sidang pengadilan;

c. Ada atau tidak adanya kemapuan suami untuk menjamin keperluan hiudp istri-istri dan anak-anak, dengan memperlihatkan:1) Surat keterangan mengenai penghasilan suami yang ditandatangani oleh

bendahara tempat bekerja; atau2) Surat keterangan pajak penghasilan; atau3) Surat Keterangan lain yang dapat diterima oleh pengadilan.

d. Ada atau tidak adanya jaminan bahwa suami akan berlaku adil terhadap istri-istri dan anak-anak mereka dengan pernyataan atau janji dari suami yang dibuat dalam bentuk yang ditetapkan untuk itu.

Selanjutnya pengadilan melakukan pemeriksaan dengan memanggil istri-istri untuk didengarkan kesaksiannya selama 30 hari dari surat permohonan itu diajukan. Sebagaimana diatur dalam pasal 42 dan 43 PP No 9/1975. Jika izin dari pengadilan tidak ada atau bahkan suami enggan mengajukan izin poligami maka pihak KUA dilarang melakukan pencatatan perkawinan suami lebih dari seorang sebagaimana diatur dalam pasal 44.

Page 156: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Pernikahan Sirri: Antara Cita dan Realita

142 Dr. Siti Zumrotun, M.Ag.

Ketika peneliti bertanya apakah Ibu Rbh tidak ingin menikah secara resmi? Ibu Rbh menjawab; nggeh sakjane kulo pengen banget bu nikah wonten KUA tapi nggih pripun nggeh, tekan sakpriki dereng saget. Riyen jane nggih sampun nyobi pados surat-surat wonten rumah sakit Ambarawa tapi mboten purun maringi surat. Malah yu Mnh ngendikan ”wis aku patekno wae gen gampang ora usah ngurus surat-surat”. Lha kulo nggih malah mboten purun to bu, la wong tasih urip kok kon mateke. Nggih mpun bu mpun usaha ning mboten saget kulo nggi pasrahke mawon.

Ada banyak kasus terjadinya nikah sirri ini disebabkan oleh faktor administrasi, seperti yang terjadi pada pasangan Nt dan Edy. Setelah lima tahun hidup sendiri tanpa didampingi suami sedangkan statusnya dalam KTP dan juga KK dia kawin, maka Nt mengajukan cerai talak ke Pengadilan Agama Kota Salatiga. Setengah bulan setelah itu dilamar Edy seorang duda dua anak. Karena KTP dan juga KK Nt masih berstatus kawin, sedangkan akte cerai juga belum dikeluarkan oleh Pengadilan Agama maka akhirnya mereka rela melakukan pernikahan secara sirri.

Pasangan Snph dan Sgeng, Snph seorang perempuan yang sudah melakukan nikah secara sirri tiga kali. Menikah dengan suami pertama dilakukan dikampung halamannya dengan alasan sudah men jadi tradisi, kemudian cerai. Pernikahan dengan suaminya Per ceraian sirri dengan suami keduapun terjadi dengan alasan suami sudah punya istri. Kemudian ketemu lagi dengan laki-laki yang sudah 23 tahun merantau ke Papua. Pertemuan dengan laki-laki yang bernama Sgng ini membawa rasa cinta dan bertekad untuk melangsungkan pernikahan. Mereka berdua berkonsultasi ke beberapa teman untuk menikah. Karena terkendala oleh status kependudukan Sgng (KTP hilang). Karena tidak punya KTP maka pernikahanpun tidak bisa diproses di KUA. Mereka berkonsultasi dengan beberapa teman untuk menikah secara sirri. Akhirnya per-nikahan sirri yang ketiga kali bagi Ibu Snpah berlangsung dihadapan

Page 157: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Dr. Siti Zumrotun, M.Ag. 143

Bab V: Faktor-Faktor Terjadinya Pernikahan Sirri di Masyarakat

seorang tokoh masyarakat yang disaksikan oleh Bapak RT dan adik dari Bapak Sgng.

Pasangan lain yang menikah secara sirri karena alasan ad-minis trasi adalah pasangan Rhy dan Ags. Ags yang ditinggal bekerja oleh istri nya ke luar negeri bertahun-tahun dan tidak pernah kem-bali. Setelah menunggu lama kemudian Ags memutuskan untuk menikah lagi dengan Rhy. Karena statusnya masih memiliki istri dan belum mengurus perceraian secara resmi ke pengadilan agama, maka Ags dan Rhy melaksanakan nikah secara sirri. Ags mengaku pernah mengurus gugat cerai ke pengadilan agama, akan tetapi karena harus sidang, sementara dia juga harus bekerja akhirnya Ags tidak jadi meneruskan kasus perceraiannya dengan istri pertama ke pengadilan agama.

B. Faktor Eksternal Terjadinya Nikah Sirri

Nikah sirri walaupun menyalahi norma-norma masyarakat tetap saja terus terjadi. Hal ini disebakan berbagai faktor yang datangnya dari luar. Faktor-faktor eksteren tersebut antara lain:

1. Peraturan Perundang-Undangan

PP No. 10 Tahun 1983 jo PP No. 45 Tahun 1990, dalam Pasal 4 ayat (1) diantaranya menyebutkan, bahwa pria yang berstatus Pegawai Negeri Sipil tidak boleh beristri lebih dari seorang, apabila itu terjadi wajib melapor dan memperoleh izin terlebih dahulu dari pejabat atau pimpinannya. Dengan adanya PP No. 10 Tahun 1983 tersebut, mereka beranggapan bahwa dengan sulitnya persyaratan untuk poligami, maka terdapat (walaupun sedikit) pegawai negeri yang melaksanakan perkawinan dengan tidak melalui prosedur yang sebenarnya.

Contoh kasus ini terjadi pada pasangan St dan Fr. Fr adalah seorang pegawai negeri yang sudah memiliki istri sah. Sehingga

Page 158: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Pernikahan Sirri: Antara Cita dan Realita

144 Dr. Siti Zumrotun, M.Ag.

pernikahannya dengan St tidak bisa dicatatkan. Begitu juga yang terjadi pada pasangan Klb dan Nr. Selain peraturan perundang-undangan tersebut di atas ada undang-undang atau peraturan lain yang juga bisa menjadi faktor terjadinya nikah sirri yaitu UU No.I Tahun 1974 pasal (Pasal 5 ayat [1] UU Perkawinan): a.      adanya persetujuan dari isteri/istri-istri; b.    adanya kepastian bahwa suami mampu menjamin keperluan-keperluan hidup isteri-isteri dan anak-anak mereka; c.      adanya jaminan bahwa suami akan berlaku adil terhadap isteri-isteri dan anak-anak mereka.

Selain itu UU No I Tahun 1974 juga KHI tidak mengatur secara tegas dengan menerapkan sanksi bagi yang melanggarnya. Bahkan KHI sendiri masih menerapkan validitas ganda. Satu sisi mengacu pada UU Perkawinan yang mengharuskan pencatatan perkawinan tapi pada sisi yang lain juga mengacu pada fiqh klasik. Dengan demikian pencatatan pernikahan bukan merupakan faktor utama keabsahan nikah, karena keabsahan nikah ada pada syarat dan rukun yang sesuai dengan agama (Islam).

2. Sosial dan Budaya

Faktor sosial dan juga budaya menjadi acuan tersendiri dalam men dorong seseorang untuk segera melakukan pernikahan. Jika seseorang melanggar aturan-aturan atau norma-norma yang sudah berlaku di masyarakat maka mereka akan mendapatkan sanksi sesuai dengan pelanggaran yang dilakukan. Sepasang laki-laki dan perempuan yang menjalani hidup bersama tanpa adanya ikatan pernikahan maka hidupnya tidak akan damai, tidak bahagia, tidak aman dan juga tidak akan harmonis. Karena masyarakat sewaktu-waktu akan mengusir kehidupan mereka dari wilayahnya, bisa juga dikucilkan oleh masyarakat, sehingga mereka tidak akan merasa nyaman.

Dalam rangka menghindari berbagai sanksi sosial tersebut pasangan laki-laki dan perempun melakukan nikah walau hanya

Page 159: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Dr. Siti Zumrotun, M.Ag. 145

Bab V: Faktor-Faktor Terjadinya Pernikahan Sirri di Masyarakat

secara sirri. Dalam rangka menghindari anggapan buruk dari masyarakat mereka melakukan nikah secara sirri. Atau mengaku sudah menikah sirri. Akan tetapi masyarakat tidak begitu saja percaya dengan pernikahan tersebut, karena banyak di antara mereka yang melakukan nikah sirri ini di luar tempat tinggalnya. Atau bahkan pernikahan mereka tidak memenuhi syarat dan rukun nikah dalam Islam. Kasus terakhir ini misalnya terjadi pada pernikahan antara Sgym dan Bn. Mereka mengaku sudah menikah sirri di sebuah desa hanya dengan slametan makan nasi tumpeng dengan urap ala kadarnya kemudian mereka duduk bersama dengan masyarakat yang diundang juga tokoh masyarakat. Salah satu tokoh masyarakat tersebut mengumumkan bahwa pasangan laki-laki dan perempuan ini sudah menikah. Tanpa ada ijab qabul juga wali dari pihak per-empuan. Kemudian pulang ke rumah mengundang tetangga sekitar dan mengumumkan bahwa dirinya sudah nikah secara sirri.

3. Karakter Masyarakat

Masyarakat memiliki karakteristik kehidupan yang demo-kratis, agamis dan dinamis serta menghargai perbedaan. Walupun berbeda ideologi serta prinsip-prinsip dalam menjalani kehidupan sehari-hari mereka tetap bisa hidup berdampingan. Masyarakat memiliki kecenderungan hidup damai sehingga bisa dikatakan ham-pir tidak pernah terjadi konflik antar agama maupun antar suku.114

Dalam teori diterangkan bahwa karakter masyarakat kota lebih mengedepankan rasio dalam melakukan tindakan, dan mampu mengurus dirinya sendiri tanpa bergantung pada orang lain. Teori ini nampak ketika masyarakat sepertinya tidak mau tahu apakah tetangganya menikah secara sirri atau resmi. Walupun pada dasarnya masyarakat tahu bahwa pernikahan tersebut menyalahi aturan hukum yang berlaku di Indonesia. Prinsip mereka adalah yang penting tidak mengganggu ketentraman masyarakat. Pada saat mendengar ada

114 http://yudhi-tvblogspot.com

Page 160: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Pernikahan Sirri: Antara Cita dan Realita

146 Dr. Siti Zumrotun, M.Ag.

tetangga atau teman yang melakukan menikah secara sirri, mungkin pada saat itu juga ramai dibicarakan oleh tetangga. Para tetangga akan mencari tahu apa sebab pasangan tersebut menikah secara sirri. Akan tetapi hanya berhenti pada batas perkataan, tidak sampai pada aksi untuk mewujudkan ketidaksetujuannya. Masyarakat cenderung menutup diri untuk tidak melaporkan kasus-kasus nikah sirri ini ke lembaga terkait.

Memang ada sebagian wilayah yang memberlakukan aturan jika ada pasangan laki-laki dan perempuan hidup bersama dalam satu rumah harus bisa menunjukkan akte nikah. Akan tetapi lebih banyak wilayah yang tidak memberlakukan tata tertib tersebut. Karakter inilah yang mendorong terjadinya pernikahan sirri.

4. Peran Kyai/Tokoh Masyarakat

Tidak kalah pentingnya bahwa seorang kyai atau tokoh masyarakat memiliki peran yang cukup signifikan dalam melang-gengkan terjadinya pernikahan sirri di masyarakat. Berdasarkan wawancara dengan para kepala KUA masih ada saja kyai atau tokoh masyarakat yang mau menikahkan secara sirri. Dalam rangka meng-hindarkan diri dari perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh agama maka kyai menyarankan kepada calon pasangan untuk menikah secara sirri sebelum dilakukan menikah secara resmi di KUA.

Berdasarkan pengamatan langsung pelaksanaan nikah sirri yang terjadi di masyarakat ini bapak kyai yang menikahkan mengaku bahwa dirinya sudah biasa menikahkan secara sirri. Bahkan untuk meyakinkan auiden yang hadir dia bercerita siapa saja atau kapan saja dia akan dan telah menikahkan secara sirri. Seakan-akan menikahkan secara sirri ini sudah menjadi profesinya.

Berdasarkan wawancara dengan salah satu pelaku nikah sirri bahwa dengan adanya wacana RUU HMPA tentang pemidanaan nikah sirri para kyai atau tokoh masyarakat enggan menikahkan dengan cara sirri.

Page 161: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Dr. Siti Zumrotun, M.Ag. 147

Bab V: Faktor-Faktor Terjadinya Pernikahan Sirri di Masyarakat

5. Mitos

Berdasarkan wawancara dengan kepala KUA pernah ter-jadi pernikahan sirri yang minta izin dari KUA untuk sekedar me-nyaksikan peristiwa tersebut. Namun kepala KUA tersebut tidak mau. Hal ini terjadi karena ada seorang anak perempuan yang sudah merencanakan nikah secara resmi di KUA, akan tetapi tiba-tiba bapak (wali nikah) lebih dahulu meninggal dunia. Sebagian orang Jawa masih ada yang percaya mitos, jika ada anak perempuan yang akan menikah tapi bapak sebagai wali nasab meninggal dunia lebih dahulu maka anak tersebut harus dinikahkan didepan jenazah orangtuanya.

6. Lembaga KUA

Walaupun para kepala KUA merasa masyarakat diwilayahnya tidak ada yang melakukan nikah sirri, akan tetapi kasus tersebut tetap ada. Hal ini terjadi karena:a. Aturan administrasi KUA yang tidak bisa instan. Pendaftaran pernikahan di KUA tidak bisa dilakukan secara men-

dadak, pada hal sering ada kasus-kasus perkawinan yang terjadi di masya rakat secara mendadak. Bisa saja karena masyarakat tidak tahu aturan administrasi, bisa juga karena ada problem yang terjadi yang harus diselesaikan dengan menikah. Dalam kasus seperti ini KUA tidak bisa melayani secara cepat diluar prosedur yang telah ditetapkan dalam UU No I Tahun 1974.

b. SDM yang terbatas Sebagaimana yang dijelaskan oleh Kepala KUA dan tergambar

dalam tugas dan peran KUA serta penjabarannya dalam bentuk program kerja, maka banyak kegiatan yang harus dilakukan oleh KUA. Sehingga waktu sudah banyak tersita untuk melaksanakan kegiatan rutinitas KUA tersebut. Sehingga penyuluhan hukum ke masyarakat menjadi kurang maksimal.

Page 162: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Pernikahan Sirri: Antara Cita dan Realita

148 Dr. Siti Zumrotun, M.Ag.

c. Terbatasnya anggaran Kegiatan penyuluhan penanggulangan terjadinya nikah sirri,

tidak termasuk daftar kegiatan yang diusulkan untuk dibiayai oleh DIPA. Dampaknya adalah kegiatan ini tidak dapat dilaksanakan secara terprogram dan dengan dana tersendiri.

7. Tingkat Pengetahuan Masyarakat

Kompleksnya permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat serta minimnya pengetahuan tentang pentingnya pencatatan nikah menurut hukum yang berlaku di Indonesia. Masyarakat memandang bahwa nikah sirri tersebut sah secara agama, walaupun tidak dicatatkan ke KUA. Masyarakat tidak berpikir lebih mendalam tentang akibat dari pernikahan tersebut. bahkan ada pelaku nikah sirri yang beranggapan bahwa nikah dicatatkan dan tidak dicatakan itu sama saja, sebagaimana yang diungkapan oleh Ags yang penting bertanggungjawab.

Page 163: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Dr. Siti Zumrotun, M.Ag. 149

BAB VI

IMPLIKASI NIKAH SIRRIDALAM KEHIDUPAN

A. Implikasi Nikah Sirri dalam Kehidupan Berkeluarga, Ber-masyarakat, dan Bernegara

1. Implikasi Nikah Sirri dalam Kehidupan Berkeluarga

Masyarakat sebagai sebuah sistem yang terdiri dari ber bagai subsistem dengan beragam peran berikut

fungsi nya masing-masing, tentu saja memiliki dinamikanya sendiri. Di namika tersebut tentu saja harus dipelihara keharmoniannya, karena kerusakan pada salah satu subsistem akan merusak seluruh keseimbangan sistem.

Jika ditinjau dari tujuan dan fungsi keluarga secara umum, keluarga yang dibangun oleh pasangan suami istri dengan menikah secara sirri tidak bisa berjalan sesuai dengan fungsi dan peran secara normal. Ketidaknormalan fungsi dan peran dalam anggota keluarga ini merupakan implikasi dari model pernikahan yang sejak awal memang sudah bertentangan dengan norma yang berlaku di masyarakat. Implikasi dari nikah sirri ini lebih banyak menimpa pada kaum perempuan dan juga anak.

Ada beberapa implikasi dari praktik nikah sirri bagi per-empuan dan juga laki-laki terkait dengan kehidupan berkeluarga,

Page 164: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Pernikahan Sirri: Antara Cita dan Realita

150 Dr. Siti Zumrotun, M.Ag.

yaitu sebagai berikut:a Secara psikologis, seorang istri yang dinikah secara sirri dan

suaminya poligami terpaksa harus mengalah untuk tidak bisa men dampingi setiap saat. Suaminya harus membagi waktu dengan istri pertama. Sedangkan istri yang dinikah sirri tidak bisa me nuntut atau meminta suami untuk selalu berada di rumah istri yang dinikah sirri. Kasus ini hampir terjadi pada semua pasangan yang menikah sirri karena suaminya poligami. Misalnya terjadi pada pasangan Jnd dan Rbh, Nr dan Klb, St dan Fr, Smtn dan Mrgn.

b Tetap mengutamakan istri yang sah. Laki-laki yang berpoligami dengan menikah sirri ini juga tidak bisa memberikan nafkah baik lahir maupun batin dengan baik kepada istri dan juga anak-anaknya (bagi keluarga yang memiliki anak) karena tetap mengutamakan keluarga dengan istri pertama. Sebagimana terjadi pada pasangan Smtn dan Mrgn juga pasangan St dan Fr. Kedua pasangan ini berjuang untuk bisa hidup secara mandiri dalam membiayai hidup, pendidikan untuk anak-anaknya.

c Konflik bisa terjadi sewaktu-waktu. Keluarga ini selalu merasa tidak tenang jika sewaktu-waktu pernikahan sirri mereka diketahui oleh pemerintah. Kekhawatiran seperti ini terjadi pada keluarga nikah sirri yang suaminya PNS. Contoh kasus ini terjadi pada pasangan St dan Fr serta Nr dan Klb. Kehidupan keluarga ini juga tidak bisa tenang karena istri pertama yang tidak mengetahui perilaku suaminya menikah lagi akan bisa datang sewaktu-waktu karena tidak setuju dengan pernikahan sirri suaminya. Kasus ini terjadi pada pasangan Nr dan Klb.

d Kebebasan dan ketenangan istri menjadi hilang. Seorang per-empu an yang awalnya bebas menjalani hidup sendiri, terpaksa harus melayani suami yang sebetulnya tidak ia inginkan. Namun karena berbagai faktor, terpaksa ia harus menikah secara sirri. Ia pun merasa kebebasan itu hilang karena harus melayani suami dan

Page 165: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Dr. Siti Zumrotun, M.Ag. 151

Bab VI: Implikasi Nikah Sirri dalam Kehidupan

membantu suami mengerjakan pekerjaan. Kasus ini terjadi pada Rhmh dan Snrt. Snrt sebelum menikah merasa dirinya tidak me-miliki ikatan bahkan beban apapun. Sehingga dia merasa bebas dan tidak punya tanggungjawab. Namun setelah me nikah dia dituntut harus melayani suaminya. Waktu luang untuk istirahat setelah berjualan sayur keliling kampong menjadi hilang. Karena harus memasak, pergi ke sawah dan melayani suami.

e Fungsi perlindungan dan kepemimpinan suami selaku kepala ke-luarga tidak bisa berjalan sebagaimana yang terjadi pada keluarga pada umumnya, karena suami tidak setiap saat ada di rumah. Realitas yang terjadi, suami yang menikah istri karena poligami lebih banyak tinggal dengan istri pertamanya

Berbagai implikasi nikah sirri terhadap perempuan di atas menunjukkan bahwa posisi perempuan sangat lemah dan ter mar-ginalkan. Ironisnya perempuan tetap saja mau menerima keadaan tersebut tanpa ada keberanian sedikit pun kepada suaminya. Ketidak-beranian istri kepada suami ini didorong oleh budaya Jawa yang sangat patriarkis. Selain itu juga karena status pernikahan sirrinya yang tidak memiliki kekuatan hukum.

2. Implikasi dalam Kehidupan Bermasyarakat

Implikasi dalam kehidupan bermasyarakat yang terjadi pada pasangan nikah sirri yang di kota Salatiga bisa dikelompokkan men-jadi tiga, yaitu sebagai berikut:

a Implikasi terhadap istriImplikasi terhadap istri ini jika ditinjau dari tempat tinggal

setelah mereka menikah bisa dikategorikan menjadi dua, yaitu: 1). Pasangan yang tinggal di rumah pihak laki-laki (patriarkal) Bagi pasangan yang setelah menikah sirri kemudian bertempat

ting gal di rumah pihak laki-laki atau keluarga laki-laki meru-pakan hal yang berat bagi perempuan atau istri. Karena mereka

Page 166: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Pernikahan Sirri: Antara Cita dan Realita

152 Dr. Siti Zumrotun, M.Ag.

merasa bukan lingkungannya sehingga merasa canggung dan tidak percaya diri untuk bersosialisasi dengan masyarakat setempat. Masyarakat juga tidak tahu apakah pasangan ini benar-benar sudah nikah sirri apa belum. Kasus ini terjadi pada pasangan Hnk dan Antk. Hnk merasa tidak percaya diri bergaul dengan masyarakat karena sebenarnya dia masih punya ikatan dengan suami pertamanya. Kasus lain terjadi pada pasangan Shd dan Stryn. Stryn tidak mau berkumpul dengan masyarakat, sementara masyarakat juga tahu tentang pernikahan sirrinya akan tetapi istri tetap tidak mau bersosialisasi dengan masyarakat karena mereka merasa bahwa sebetulnya pernikahan itu tidak layak untuk dilaksanakan. Selain pernikahan itu menyalahi hukum, karena Styrn dalam masa iddah, secara moral juga tergolong menyimpang. Mengingat almarhum istri dari pihak laki-laki belum ada dua bulan menikah, tapi suaminya harus sudah melakukan pernikahan lagi.

2). Pasangan yang bertempat tinggal di pihak perempuan (matriarkal) Berbeda dengan pasangan yang bertempat tinggal di rumah pihak

laki-laki, mereka yang bertempat tinggal di pihak perempuan, istri tidak merasa kesulitan untuk bersosialisasi dengan masyarakat di lingkungannnya. Akan tetapi, istri harus selalu mengalah walaupun suami sering berbuat tidak adil baik dalam pembagian waktu bermalam ataupun pembagian nafkah lahir. Karena itu, istri tetap merasa tidak percaya diri karena harus menanggung stereotipe atau dicap istri simpanan dan bahkan dianggap berbuat zina.

b Implikasi terhadap suamiBerbeda dengan implikasi terhadap istri, suami lebih me-

miliki rasa percaya diri yang lebih dibandingkan dengan istri. Se-orang suami yang ikut tinggal di rumah istri merasa tidak butuh ber-sosialisasi dengan masyarakat sekitar tempat tinggalnya. Biasanya

Page 167: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Dr. Siti Zumrotun, M.Ag. 153

Bab VI: Implikasi Nikah Sirri dalam Kehidupan

suami jarang berada di rumah istri yang dinikah sirri. Implikasi sosial terhadap suami ini akan lebih dirasakan

bagi mereka para PNS. Seorang laki-laki yang berstatus PNS tidak berani bersosialisasi dengan masyarakat karena khawatir ada yang melaporkan status pernikahan sirrinya. Kasus ini terjadi pada Fr dan juga Klb.

c Implikasi terhadap anakPada umumnya anak yang dilahirkan dari pernikahan sirri

rentan dengan kekerasan dan kemiskinan yang terus mendera. Anak tidak memiliki akta kelahiran dan anak sulit mendaftar ke sekolah karena tidak memiliki akta kelahiran. Akibatnya, anak jadi terlantar dan tidak tumbuh dengan baik.

Berbeda dengan yang terjadi di Kota Salatiga. Bagi pasangan yang memiliki anak seperti Smtn dan Margono, juga pasangan St dan Fr ada beberapa implikasi yang dirasakan oleh keluarga nikah sirri di Kota Salatiga antara lain:1) Merasa kesulitan dalam mencari akte kelahiran untuk anak-

anak karena tidak bisa membuktikan dengan akte nikah. Namun akhirnya anak-anak tersebut mendapatkan akte kelahiran dengan tidak mencantumkan nama ayahnya.

2) Dalam mencari Kartu Kelaurga (KK) juga tidak bisa men-cantumkan suami/ayah sebagai kepala keluarga. Ada satu kasus (pasangan St dan Fr) yang mencantumkan nama suami/ayah tapi posisinya tidak sebagai kepala keluarga. Ada lagi kasus tentang KK ini bahwa anak akhirnya dimasukkan pada KK kakek/orang-tua dari pasangan tersbut. Kasus ini terjadi pada pasangan Hnk dan Antk.

3) Anak-anak kurang mendapatkan kasih sayang dan perhatian orangtua khususnya perhatian dari ayah.

Sedangkan perkembangan psikologis anak tidak begitu ber-pengaruh secara signifikan. Karena mereka tetap saja bergaul dengan

Page 168: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Pernikahan Sirri: Antara Cita dan Realita

154 Dr. Siti Zumrotun, M.Ag.

teman sebayanya. Bakan dalam bidang pendidikan formal anak dari pasangan nikah sirri ini memiliki kelebihan jika dibandingkan dengan yang lahir dari pasangan normal salah satu anak perempuan dari mereka bahkan mendapatkan prestasi akedemik yang sangat memuaskan. Kasus ini terjadi pada anak yang bernama Rk dari pasangan St dan Fr.

3. Implikasi dalam Kehidupan Bernegara

Dalam kehidupan bernegara, ada beberapa implikasi yang bisa saja terjadi pada pasangan nikah sirri, yaitu:

Pertama, implikasi hukum. Secara hukum, pasangan suami dan istri tidak mendapatkan perlindungan hukum secara sah dan diakui oleh negara, karena hal itu tidak bisa dibuktikan dengan adanya akte nikah. Implikasi ini akan berakibat pada: a. Suami dan istri tidak bisa saling mewarisi apabila salah satu di

antara mereka meninggal dunia lebih dahulu. Namun demikian, para istri rela melakukan nikah sirri walau tahu betul risiko tersebut.

b. Jika terjadi perceraian, harta gono gini tidak bisa dibagi. Kasus per ceraian dalam nikah sirri yang menghadapi masalah ini adalah pada pasangan Rhmh Snrt, Zmr dan Msr, serta Shd dan Styrn.

c. Anak yang dilahirkan juga tidak bisa mendapatkan pengakuan secara sah di kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (DKCS). DKCS hanya akan mengeluarkan akte kelahiran anak jika anak tersebut dilahirkan dari seorang ibu, sedangkan nama bapaknya tidak bisa dicantumkan. Seperti yang terjadi pada anak-anak Smtn.

d. Anak hanya mempunyai hubungan perdata dengan ibu dan keluarga ibu. Artinya, si anak tidak mempunyai hubungan hukum terhadap ayahnya (pasal 42 dan pasal 43 UU Perkawinan,

Page 169: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Dr. Siti Zumrotun, M.Ag. 155

Bab VI: Implikasi Nikah Sirri dalam Kehidupan

pasal 100 KHI). Tidak hanya dalam akte kelahiran, dalam KK juga tidak boleh ditampilkan ayah sebagai kepala keluarga.

e. Apabila suami sebagai pegawai (PNS), istri tidak memperoleh tunjangan perkawinan dan tunjangan pensiun suami. Terjadi pada pasangan St dan Fr juga Nr dan Klb.

Implikasi negatif dalam bidang hukum ini biasanya terjadi pada pasangan nikah sirri dan memiliki anak dari pernikahan tersebut. Misalnya terjadi pada pasangan:a Smtn dan Mrgn. Dia merasa pasrah tak berdaya dengan nasib

yang menimpanya. Pernikahan sirri yang telah mereka lakukan membuat keempat anaknya tidak memiliki akte seperti teman-teman lainnya. Akte yang mereka miliki hanya tercantum nama ibunya. Smtn tidak bisa menuntut suaminya untuk sekadar men-carikan akte kelahiran walau dia terima dengan tidak menyebut nama ayahnya. Bahkan Smtn juga tidak berani menuntut suami nya untuk membiayai anak-anaknya dalam mencari akte kelahiran.

b Fr dan St. Pasangan ini melahirkan dua anak. Satu laki-laki dan satu perempuan. Walau sejatinya mereka memiliki akte nikah asli dari KUA akan tetapi akte tersebut tetap tidak memiliki kekuatan hukum. Hal itu terjadi karena akte nikah tersebut juga dibuat dengan cara sirri sehingga tak ada orang yang tahu. Akibatnya, anak-anak yang dilahirkan tetap tidak bisa mencantumkan nama ayahnya.

c Khdj dan Rjmn. Dua anak telah dilahirkan dari pernikahan sirrinya. Kedua anak tersebut juga tidak bisa memiliki akte kelahiran dengan menyebutkan nama ayahnya.

d Ztn dan Zd. Anak laki-laki satu-satunya buah dari pernikahan sirrinya selain tidak bisa memiliki akte kelahiran dengan menyebut nama ayahnya, juga tidak bisa menuntut atas kewajiban nafkah dari ayahnya tersebut. Bahkan sejak lahir anak tersebut belum

Page 170: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Pernikahan Sirri: Antara Cita dan Realita

156 Dr. Siti Zumrotun, M.Ag.

pernah melihat ayahnya, karena pergi dan belum pernah pulang. Bahkan komunikasi via telepon pun jarang terjadi apalagi uang untuk membeli susu. Dalam keadaan demikian Ztn tidak bisa berbuat apa-apa selain hanya pasrah.

e Hnk dan Ant. Pasangan ini punya satu anak perempuan yang belum sekolah, sehingga akte kelahiran belum dicarikan. Hal ini sengaja dilakukan karena menurutnya akte kelahiran mestinya mencantumkan nama ayahnya. Sementara mengikuti KK kakeknya.

Kedua, implikasi ekonomi. Merugikan kas negara. Sebagai-mana dijelaskan dalam UU No 11/1969 tentang Pensiun Pegawai dan Pensiun Janda/Duda. Menerangkan bahwa seorang janda atau duda akan menerima gaji pensiun dari suami/istri selama mereka tidak memiliki istri/suami lain. Karena nikah sirri tidak bisa dibuktikan dengan akte nikah maka walaupun mereka memiliki suami/istri lain, gaji pensiun tetap diterimakan oleh negara. Kasus ini terjadi pada pasangan Kary dan Zhrtn, Mhb dan Mrym, Kdjh dan Rjmn.

Dilihat dari berbagai implikasi tersebut, nikah sirri pada dasarnya lebih banyak membawa implikasi negatif dibandingkan po-sitifnya. Dalam kata lain bahwa harapan untuk menarik ke maslaha-tan lewat menikah sirri dengan mengabaikan kemafsadatan yang ditimbulkan oleh nikah sirri ini telah menyalahi qaidah fiqhiyyah:

 درء المفاسد مقدم ىلع جلب المصالحArtinya: “Mencegah kemudloratan lebih didahulukan daripada mengejar kemaslahatan”;

Oleh karena itu, bagi perempuan yang akan ataupun belum melakukan nikah sirri, sebaiknya berpikir dahulu untuk mela-kukannya karena akan merugikan diri sendiri. Bagaimanapun suatu perkawinan akan lebih sempurna jika dilegalkan secara hukum agama dan hukum negara. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Sahrul

Page 171: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Dr. Siti Zumrotun, M.Ag. 157

Bab VI: Implikasi Nikah Sirri dalam Kehidupan

Arifin dalam tesis yang berjudul Praktek Nikah Sirri di Kabupaten Wonosobo (Perspektif Hukum Islam dan hukum Positif di Indonesia).Sehingga tidak hanya cukup sah menurut fiqh saja, yakni hanya memenuhi syarat dan rukun pernikahan. Tapi juga harus sah secara agama, artinya bahwa pernikahan tersebut harus bisa membawa kemaslahatan sesuai dengan tujuan ideal perkawinan yang bersifat universal. Karena pesan yang dibawa oleh agama bersifat universal di bawah prinsip rahmatal li al-‘alamin, bukan untuk kemaslahatan yang bersifat perorangan, sesaat dan kasuistik. Sah menurut negara artinya jika perkawinan itu sesuai dengan UU No I/1974.

Dalam hal ini Prof.Zuhri memberikan persepsi bahwa me-nikah itu memiliki tujuan kemaslahatan yang universal. Sementara dalam pernikahan sirri itu hanya mengacu pada maslahat tendensius. Karena berbagai faktor yang melatarbelakanginya. Sementara perni-kahan itu memiliki tujuan kehidupan jauh kedepan yang lebih maslahat.

Dari sisi moral, Quraish Shihab mengatakan bahwa bentuk pelecehan paling nyata terhadap perempuan adalah nikah sirri, yakni melaksanakan nikah secara rahasia. Bahkan tidak jarang terjadi lahir anak dari hubungan seks di luar nikah dengan dalih nikah sirri. Inilah yang kemudian melahirkan istilah lelaki dan perempuan piaraan yang keharamannya telah ditegaskan dalam QS. An-Nisa’ [4] ayat 25 yang menyebutkan larangan berzina dan juga larangan kepada perempuan-perempuan untuk mengambil lelaki sebagai piaraannya; sedangkan QS. Al-Maidah [5] ayat 5 melarang laki-laki mengambil perempuan-perempuan sebagai piaraan. Kendati kelihatannya serupa dengan pernikahan biasa, pada hakikatnya ia tidak sejalan dengan pernikahan yang sah, yang melarang kerahasiaan serta menuntun penyebarluasan beritanya.115

Di sisi lain, nikah sirri tidak memiliki implikasi yang signifikan terhadap laki-laki (suami), bahkan justru sebaliknya. Nikah sirri

115 M. Quraish Shihab, Perempuan, 241-242.

Page 172: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Pernikahan Sirri: Antara Cita dan Realita

158 Dr. Siti Zumrotun, M.Ag.

bisa menguntungkan pihak laki-laki. Karena tidak memiliki bukti yang sah berupa akte nikah, suami bebas melakukan pernikahan dengan siapapun dan kapanpun. Suami juga dapat menghindari hak dan kewajiban terhadap istri dan anak-anak yang dilahirkan. Suami terbebas dari kewajiban untuk membagi harta gono-gini, harta warisan, dan urusan kebendaan miliknya kepada istri dan anak-anaknya.116

B. Praktik Nikah Sirri dalam Analisis Maqāsid al-Syari’ah

Seperti yang telah dijelaskan di dalam kerangka teori, maqashid al-syariah pada dasarnya bertitik tolak pada kemaslahatan secara syar’i maupun kemaslahatan pada pelakunya (mukallaf). Titik tekannya pada lima hal, yaitu kemaslahatan dalam hal beragama, keturunan, jiwa, harta benda, dan daya pikir. Jika sesuatu itu membawa maslahat, tentu saja bisa dilakukan. Begitu juga sebaliknya, jika membawa madharat, harus ditinggalkan.

Dalam praktik nikah sirri, ada banyak implikasi yang bisa didapatkan, dan hal itu tergambar dalam pembahasan implikasi nikah sirri di atas. Jika melihat hal tersebut, pada dasarnya ada banyak implikasi negatif yang didapatkan dari nikah sirri ini, dan hal itu terjadi baik yang dilakukan secara benar menurut hukum agama maupun yang tidak benar. Semuanya memiliki kenegatifan dan kemudharatan yang lebih besar dibandingkan dengan nikah yang sesuai dengan ketentuan agama dan negara.

Salah satu implikasinya adalah seorang istri yang dinikah secara sirri dan suaminya melakukan poligami terpaksa harus mengalah setiap saat. Hal itu terjadi karena suami harus membagi waktu dengan istri pertama. Sedangkan istri yang dinikah sirri tidak bisa menuntut atau meminta suami untuk selalu berada di dekatnya. Akibatnya, kasih sayang, perlindungan, perhatian, dan pemberian

116 Siti Musawwamah, Akseptabilitas, 4.

Page 173: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Dr. Siti Zumrotun, M.Ag. 159

Bab VI: Implikasi Nikah Sirri dalam Kehidupan

nafkah lahir dan batin tidak bisa dirasakannya di setiap saat. Istri yang dinikah sirri ini tentu saja tidak merasa tenang,

aman, dan tenteram dalam menjalani kehidupannya. Dia tidak bisa maksimal mempertahankan dirinya jika misalnya ada orang lain yang masuk ke dalam rumahnya, seperti pencuri, pemerkosa, dan semacamnya, karena tidak ada figur lelaki yang bisa membela dan melindungi dirinya. Hal ini tentu saja telah menghilangkan kemaslahatan hidup dirinya yang harusnya didapatkan dari seseorang yang dianggap sebagai suaminya.

Istri yang dinikah secara sirri juga tidak bisa mendapatkan nafkah lahir dan batin setiap waktu. Nafkah lahir mungkin bisa diberikan setiap saat, karena suami bisa mentransfer dana untuk bisa dibelanjakan secara lahir. Namun, nafkah batin tentu saja tidak bisa didapatkan setiap saat, dan hal itu tergantung kepulangan suami yang tidak bisa dipastikan kedatangannya. Selain itu, kedatangan suami yang sebentar dan hanya memuaskan nafsu berahinya tentu saja memunculkan sinisme tersendiri, dan seakan merendahkan substansi istri sebagai pemuas nafsu saja. Dalam hal ini, istri bisa saja dianggap seakan-akan sebagai “pemuas nafsu“ yang kemudian mendapatkan “bayaran“ dan setelah itu pergi. Hal ini tentu saja telah menghilangkan hak kehidupan istri secara batin dan pada tataran tertentu bisa jadi akan memunculkan stereotipe yang tidak baik bagi dirinya. Hal tersebut tentu akan lebih parah lagi jika nafkah lahir tidak bisa dipenuhi secara rutin, sehingga kemaslahatan hidup istri semakin menguap dan mempersulit kehidupannya.

Selain itu, istri yang dinikahi dengan cara sirri ini juga akan kehilangan kebebasan, sehingga kemaslahatan dirinya tergadaikan dan harus meladeni suaminya, yang bahkan bisa jadi tidak bertanggung jawab secara penuh terhadap tugas-tugasnya sebagai suami. Biasanya suami seperti ini adalah orang pengangguran atau tidak punya pekerjaan tetap, sedangkan istri harus banting tulang untuk menghidupi keluarga. Hal inilah yang terjadi pada pasangan

Page 174: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Pernikahan Sirri: Antara Cita dan Realita

160 Dr. Siti Zumrotun, M.Ag.

Rhmh dan Snrt. Jika pasangan nikah sirri ini mendapatkan keturunan, maka

anak-anaknya pun akan kehilangan hak kemaslahatannya dari orangtuanya secara utuh. Kasih sayang, perhatian, dan pengasuhan dari figur seorang ayah akan terkurangi dan bahkan bisa hilang. Bahkan ada anak dari hasil nikah sirri yang tidak pernah tahu siapa ayahnya, karena ayahnya tidak pernah pulang. Belum lagi hak anak untuk mendapatkan pengakuan yang sah dari segi hukum terkait dengan pengurusan akte kelahiran yang akan dijadikan sebagai syarat untuk kehidupannya, seperti sekolah, dan pengurusan administrasi pribadi lainnya. Belum lagi berbagai stereotipe yang harus diterima anak pada saat dia bergaul dengan lingkungannya, yang tidak jarang akan membawa luka psikologis yang mendalam dalam diri sang anak. Karena itulah, anak akan menderita dan kehilangan segalanya dari hasil pernikahan sirri ini.

Jika pasangan nikah sirri ini adalah seorang PNS, maka pernikahan sirri ini tentu saja dilakukan atas dasar penipuan, penggelapan identitas, dan bahkan dilakukan dengan membohongi istri sah dan juga atasan. Dengan dasar tersebut, pernikahan tersebut akan menjauh dari substansi pernikahan itu sendiri, yaitu bagaimana mendapatkan ketenangan, keharmonisan, dan kenyamanan dalam membina keluarga. Setiap saat, pasangan nikah sirri dari PNS ini akan was-was jika suatu saat akan diketahui atasan, sehingga dia akan mendapatkan sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Selain itu, pasangan ini juga takut bersosialisasi dengan tetangga karena khawatir bahwa pernikahan sirrinya itu akan ada yang melaporkan kepada atasan atau pimpinan di dalam instansinya. Kalau sudah demikian, kemaslahatan diri dan keluarga akan menguap seiring dengan berjalannya waktu. Contoh kasus ini terjadi pada pasangan St dan Fr dan juga pasangan Nr dan Klb.

Selain itu, pasangan nikah sirri sering kali juga menarik diri dari pergaulan masyarakat. Hal ini disebabkan karena adanya

Page 175: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Dr. Siti Zumrotun, M.Ag. 161

Bab VI: Implikasi Nikah Sirri dalam Kehidupan

stereotipe masyarakat terhadap praktik nikah sirri yang kadang kala negatif. Akibatnya, kemaslahatan hidupnya menjadi terganggu dan tidak bisa bersosialisasi dengan orang lain dalam kehidupan bermasyarakat. Selain itu, pasangan nikah sirri ini adakalanya merasa canggung dan tidak percaya diri untuk bersosialisasi disebabkan karena pernikahan sirrinya itu. Hal inilah yang terjadi pada pasangan Hnk dan Antk. Hnk merasa tidak percaya diri bergaul dengan masyarakat karena sebenarnya dia masih punya ikatan dengan suami pertamanya. Kasus lain terjadi pada pasangan Shd dan Stryn. Stryn tidak mau berkumpul dengan masyarakat, meskipun masyarakat sudah tahu tentang pernikahan sirrinya. Hal ini disebabkan karena Stryn merasa malu mengetahui bahwa pernikahannya itu tidak layak untuk dilaksanakan. Selain secara hukum pernikahan itu menyalahi aturan karena Styrn dalam masa iddah, secara moral juga tergolong menyimpang. Mengingat almarhum istri dari pihak laki-laki belum ada dua bulan menikah, tapi suaminya harus sudah melakukan pernikahan lagi.

Dengan demikian, dari apa yang telah digambarkan di atas, peneliti menegaskan bahwa ada sebuah proses yang peneliti namakan dengan “degradasi kemaslahatan” dalam diri pasangan nikah sirri. Dari berbagai degradasi kemaslahatan di atas, pada akhirnya peneliti menggunakan teori maqashid al-syari’ah dari Jaser Audah untuk menganalisis hal ini.

Dalam kaitan ini, Jaser Audah mengemukakan konsep al-maqāsid untuk ‘membuka sarana’ dan ‘memblokir sarana’ (fath} al-dharai’ dan sadd al-dharāi’). Memblokir sarana (sadd al-dharāi’) dalam hukum Islam bermakna melarang sebuah aksi yang legal, karena dikahwatirkan akan mengakibatkan aksi yang ilegal. Para ulama sepakat bahwa pelarangan itu hanya dapat diberlakukan jika kemungkinan terjadinya aksi ilegal itu melebihi kemungkinan tidak terjadinya. Dengan demikian, penggunaan sadd al-dharāi’ bergantung pada jenis akibat yang ditimbulkannya. Pendekatan ini

Page 176: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Pernikahan Sirri: Antara Cita dan Realita

162 Dr. Siti Zumrotun, M.Ag.

bermanfaat dalam berbagai situasi tapi juga bisa sebaliknya. Dalam Islam, nikah sirri memang ada syariatnya, namun

harus dengan persyaratan-persyaratan tertentu yang harus dipenuhi. Namun, jika nikah sirri ini kemudian membawa mafsadat atau yang peneliti istilahkan dengan degradasi kemaslahatan, maka dalam pandangan Jaser Audah, hal itu harus diblokir atau dilarang dilakukan. Apalagi dalam kasus degradasi kemaslahatan dari nikah sirri ini, ada langkah-langkah ilegal yang berdiri di atas pernikahan sirri ini. Contohnya adalah pernikahan poligami para PNS secara sirri yang dilakukan dengan cara membohongi aturan yang berlaku di dalam kepegawaian negeri dan sipil. Hal ini tentu saja merupakan langkah ilegal.

Jadi, pernikahan sirri yang dalam Islam itu legal, tapi karena kemudian menyebabkan terjadinya perbuatan ilegal, maka dalam hal ini, pernikahan sirri yang memang hukumnya legal dalam Islam dan anggaplah dilakukan secara legal dengan menjalankan syarat dan rukun nikah, maka pernikahan tersebut akan menjadi ilegal dan harus ditolak atau diblokir.

Karena itulah, dengan adanya sadd al-dharāi, kemudian ada konsep fath al-dharāi’, yakni membuka sarana-sarana yang meng-antarkan kepada tercapainya tujuan yang legal. Dengan demikian, adanya degradasi kemaslahatan dalam praktik nikah sirri harus dihentikan dan kemudian dicarikan jalan keluar dengan membuka berbagai hal yang bisa meminimalisasi praktik nikah sirri ini di masyarakat.

Fath al-dharāi’ ini dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut: pertama, melakukan penguatan kepada institusi KUA untuk bisa melakukan pembinaan terhadap umat dengan menambah personel yang khusus untuk menangani praktik nikah sirri ini di Kota Salatiga.

Kedua, mempermudah perizinan dan pengaturan surat-menyurat yang berkaitan dengan pengurusan pernikahan, sehingga masyarakat tidak merasa keberatan untuk mengurusnya. Tentu saja

Page 177: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Dr. Siti Zumrotun, M.Ag. 163

Bab VI: Implikasi Nikah Sirri dalam Kehidupan

hal ini harus dilakukan dengan tidak melanggar aturan dan syarat yang berlaku dalam kaitannya dengan pernikahan.

Ketiga, aparatur pemerintah tingkatan terkecil seperti RT, RW, Dukuh, dan Kelurahan untuk bisa berperan aktif dalam meminimalisasi praktik nikah sirri ini dengan mempersulit izin yang terkait dengan hal ini.

Keempat, memberikan kesadaran kepada para tokoh masyarakat, ulama, dan pemuka agama, untuk tidak memberikan pelayanan nikah sirri sebelum jelas maksud dan tujuannya, serta harus dilakukan dengan memenuhi syarat dan rukun dari pernikahan dalam Islam.

Kelima, memperketat pengawasan dan kontrol kepada para PNS yang terindikasi melakukan praktik nikah sirri.

Paling tidak, kelima hal tersebut akan menjadi sarana untuk bisa membuka sarana ke arah proses pernikahan yang ideal dan legal sesuai dengan aturan agama dan negara. Hal inilah yang harus terus ditingkatkan dan mampu memberikan kemaslahatan bagi umat sebesar-besarnya.

Page 178: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-
Page 179: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Dr. Siti Zumrotun, M.Ag. 165

BAB VII

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP NIKAH SIRRI

Persepsi (dari bahasa Latin perceptio, percipio) adalah tindakan menyusun, mengenali, dan menafsirkan infor-

masi sensoris guna memberikan gambaran dan pemahaman tentang lingkungan.117 Secara terminology pengertian persepsi adalah tang-gapan langsung dari suatu serapan atau proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui pengindraan.118 Sedangkan dalam kamus besar psikologi, persepsi diartikan sebagai suatu proses pengamatan seseorang terhadap lingkungan dengan menggunakan indra-indra yang dimiliki sehingga ia menjadi sadar akan segala sesuatu yang ada dilingkungannya. pengertian persepsi adalah “proses individu dalam menginterprestasikan, mengorganisasikan dan memberi makna terhadap stimulus yang berasal dari lingkungan di mana individu itu berada yang merupakan hasil dari proses belajar dan pengalaman.” Dalam pengertian persepsi tersebut terdapat dua unsur penting yakni interprestasi dan pengorganisasian. Interprestasi merupakan upaya pemahaman dari individu terhadap informasi yang diperolehnya. Sedangkan perorganisasian adalah proses mengelola informasi

117 Schacter Daniel, Psychology, (Worth Publishers: 2011).118 Poerwodarminto, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Yogyakarta:1990),

759.

Page 180: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Pernikahan Sirri: Antara Cita dan Realita

166 Dr. Siti Zumrotun, M.Ag.

tertentu agar memiliki makna.119

Persepsi yang dimaksud dalam disertasi ini adalah pema-haman masyarakat yang terdiri dari tokoh agama, tokoh masyarakat, akademisi juga pemerintah terhadap pernikahan sirri yang terjadi di lingkungannya atau di wilayah kota Salatiga.

A. Persepsi Tokoh Masyarakat

Tokoh masyarakat menurut UU Nomor 8 Tahun 1987 pasal 1 ayat 6 Tentang Protokol bahwa tokoh masyarakat adalah seseorang yang karena kedudukan sosialnya menerima kehormatan dari masyarakat dan/atau Pemerintah.120 Sedang pengertian tokoh masyarakat menurut UU Nomor 2 Tahun 2002 pasal 39 ayat 2 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia) bahwa tokoh masyarakat adalah pimpinan informal masyarakat yang telah terbukti menaruh perhatian terhadap kepolisian. 121

Dari sini peneliti mengambil kesimpulan bahwa yang di-maksud dengan tokoh masyarakat dalam disertasi adalah orang yang mempunyai pengaruh dan dihormati di lingkungan masyarakat dalam hal ini bisa Bapak RT atau Bapak RW, kepala desa atau yang lain. Salah satu Bapak RT menganggap bahwa nikah sirri sama de-ngan zina. Persepsi yang menganggap sama antara nikah sirri dengan zina dilatarbelakangi oleh ketidaktahuan masyarakat ter-hadap proses pernikahan yang ada. Masyarakat tidak percaya ter-hadap proses pernikahan pasangan suami istri. Hal ini bisa terjadi karena pasangan suami istri tersebut merupakan warga pendatang yang mengaku sudah menikah, akan tetapi tidak bisa membuktikan dengan surat nikah. Kasus ini terjadi pada pasangan St dan Fr.

119  Muhammad Asrori, Psikologi Pembelajaran, (Bandung: 2009), 214.120 Undang-undang RI Nomor 8 Tahun 1987 pasal 1 ayat 6 Tentang

Protokol, h. 2121 Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002 pasal 39 ayat 2 Tentang

Kepolisian Negara Republik Indonesia, h. 22

Page 181: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Dr. Siti Zumrotun, M.Ag. 167

Bab VII: Persepsi Masyarakat terhadap Nikah Sirri

Sampai saat ini sebagian masyarakat tidak percaya kalau pasangan tersebut sebenarnya sudah melakukan pernikahan secara sirri. Persepsi masyarakat yang demikian ini diketahui juga oleh pelaku nikah sirri tersebut. Selain kasus tersebut persepsi masyarakat ini juga karena kebanyakan pelaku nikah sirri tidak diketahui kapan mereka menikah, di mana mereka menikah, siapa yang menikahkan bahkan juga siapa walinya.

Tokoh masyarakat lain (Bapak Ws) yang tinggal di Grogol berpendapat bahwa nikah sirri sebetulnya merupakan nikah yang sudah sesuai dengan syarat dan rukun dalam agama tetapi dilakukan secara rahasia. Terhadap pernikahan tersebut Bapak Ws tidak setuju karena bisa merugikan salah satu pihak, selain itu juga melanggar peraturan yang ada di lingkungan Rukun Tentangganya. Bapak Ws memberlakukan bahwa semua warga terutama pendatang baru harus melaporkan identitas dirinya kepada RT.

Salah satu tokoh perempuan Kota Salatiga berpendapat bahwa nikah sirri merupakan perilaku yang amoral dan tidak pantas dilakukan, apalagi bagi tokoh masyarakat. Selanjutnya mereka merasa sangat tidak nyaman dengan perilaku pasangan nikah sirri tersebut karena mestinya menjadi contoh bagi masyarakat tetapi justru berperilaku sebaliknya. Ibu Ppt tersebut bercerita kepada peneliti tentang perilaku pasangan nikah sirri tersebut. Ada salah satu teman yang melakukan nikah sirri karena sebetulnya perempuan tersebut masih berstatus bersuami. ”Dia kan orang berpendidikan, tahu hukum tapi kenapa berperilaku tidak pantas dan memalukan”.Selain kasus tersebut di atas ada lagi teman sekantor yang sering bepergian berhari-hari dengan laki-laki bukan suaminya dengan alasan tugas kantor. Padahal dia sudah bersuami dan masih resmi menjadi suaminya. Untuk menutupi aibnya kepergiannya dengan laki-laki itu dia mengaku sudah melakukan nikah sirri. Tidak satupun teman yang tahu apakah dia sudah nikah sirri apa belum.122 Bahkan ada tokoh

122 Persepsi salah satu tokoh perempuan di Salatiga pada tanggal 21

Page 182: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Pernikahan Sirri: Antara Cita dan Realita

168 Dr. Siti Zumrotun, M.Ag.

masyarakat yang tidak bisa membedakan antara kumpul kebo dan nikah sirri. Sebagaimana pemahaman Ibu Mt ketika peneliti tanya tentang pasangan nikah sirri di wilayah Ibu Mt. Ada dua pasangan yang disebutkan ibu tersebut, namun setelah kami konfirmasi ke RT ternyata pasangan tersebut tidak pernah melakukan pernikahan alias kumpul kebo.123

B. Persepsi Tokoh Agama

Tokoh agama disebut juga dengan pemuka agama bisa juga kita artikan seperti ulama, pendeta, biksu dan lain-lain, yang memiliki konstribusi dalam agamanya tersebut, sehingga banyak dijadikan panutan dan teladan bagi masyarakat ataupun pemeluk agama tersebut. Sedangkan pemimpin agama adalah orang yang diangkat dan dipercaya oleh segolongan/sekelompok dari pemuka agama sebagai pemimpin mereka, dan biasanya pemimpin agama dipilih berdasarkan besarnya konstribusi dan pengabdian serta ilmu mereka dalam agama tersebut, seperti contoh, dalam Katolik ada Paus, dalam Budha ada Dalai lama, dalam Islam ada kyai, ulama dan lain-lain. Tokoh agama khususnya Islam biasa disebut dengan istilah Kyai. Kyai adalah orang yang memiliki ilmu agama (Islam) plus amal dan akhlak yang sesuai dengan ilmunya. Menurut Saiful Akhyar Lubis, menyatakan bahwa “Kyai adalah tokoh sentral dalam suatu pondok pesantren, maju mundurnya pondok pesantren ditentukan oleh wibawa dan kharisma sang kyai. Karena itu, tidak jarang terjadi, apabila sang kyai di salah satu pondok pesantren wafat, maka pamor pondok pesantren tersebut merosot karena kyai yang menggantikannya tidak sepopuler kyai yang telah wafat itu.124

oktober 2014123 Wawancara dengan bapak RT di kelurahan Kutowinangun pada tanggal

1 Maret 2013.124 Saiful Akhyar Lubis, Konseling Islami Kyai dan Pesantren, (Yogyakarta:

el SAQ Press, 2007),169.

Page 183: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Dr. Siti Zumrotun, M.Ag. 169

Bab VII: Persepsi Masyarakat terhadap Nikah Sirri

Tokoh agama yang dimaksud dalam disertasi ini tidak hanya kyai yang memiliki pondok pesantren tapi juga kyai yang tidak mempunyai pondok pesantren. Salah satu kyai yang mempunyai pondok pesantren adalah Bapak Kyai Maslihul pengasuh pondok pesantren Sunan Giri Salatiga. Persepsi beliau tentang nikah sirri adalah sebuah pernikahan yang memenuhi syarat dan rukun sesuai dengan fiqh yang tidak dicatatkan ke KUA. Biasanya pernikahan sirri ini dilakukan oleh kyai terhadap santrinya, atau bukan santrinya. Pernikahan oleh kyai secara sirri ini merupakan tradisi masyarakat yang ada di wilayahnya. Masyarakat selalu meminta kyai untuk menikahkan secara sirri lebih dahulu sebelum menikah secara resmi di KUA. Atau juga menikah di KUA lebih dahulu baru dinikahkan kyai. Cara yang pertama dilakukan karena berdasarkan hari dan jam menikah menurut perhitungan orang tua sementara pernikahan di KUA belum terjadwal. Sedangkan cara yang kedua masyarakat beranggapan, bahwa nikah yang dilakukan oleh kyai menjadi tidak memiliki makna karena terhapus oleh pernikahan di KUA. Tradisi ini terus berjalan sampai sekarang karena didasarkan pada keyakinan terhadap kyai sebagai guru ngajinya dan dipandang lebih memiliki pengetahuan luas terhadap agama. Kasus pernikahan sirri seperti ini oleh Bapak Kyai disebut dengan nikah sementara karena selanjutnya dicatatkan kepada Pegawai Pencatat Nikah (PPN) di KUA. Sedang-kan pendapat kyai terhadap nikah sirri yang dilakukan oleh pasang-an yang memiliki gaji pensiun sehingga tidak bisa dicatatkan ke KUA karena takut kehilangan uang pensiun adalah merupakan pernikahan yang tidak barakah. Karena melakukan pembohongan terhadap Negara.125 Adapun nikah sirri yang dilakukan karena pihak perempuan sudah hamil lebih dahulu tetap sah hanya saja anak yang dilahirkan tidak bisa dinasabkan kepada ayah atau suami dari ibunya.

125 Wawancara dengan Bapak Kyai Haji Maslihul pada hari selasa 7 Maret 2017.

Page 184: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Pernikahan Sirri: Antara Cita dan Realita

170 Dr. Siti Zumrotun, M.Ag.

Tokoh agama lain dikemukakan oleh Bapak Kamali. Beliau berpendapat bahwa nikah sirri jika dilakukan secara agama memang sah, akan tetapi Indonesia bukan negara agama, tetapi negara hukum. Di mana hukum-hukum atau peraturan yang diberlakukan oleh negara rakyat harus mematuhinya. Oleh karena itu sudah semestinya pernikahan itu harus dilakukan berdasarkan hukum agama juga hukum negara. Salah seorang modin berpendapat bahwa pernikahan sirri sah menurut agama, akan tetapi tidak baik untuk dilakukan. Karena sering ada yang menyalahgunakan nikah sirri itu, misalnya hanya untuk memburu nafsu biologis. Walaupun ada sisi positifnya akan tetapi lebih banyak madhorotnya.126

C. Persepsi Pejabat Pemerintah.

C.F. Strong mengartikan pemerintah dalam arti luas sebagai organisasi negara yang utuh dengan segala alat kelengkapan negara yang memiliki fungsi legislatif, eksekutif dan yudikatif. Dengan kata lain, negara dengan seluruh alat kelengkapannya merupakan pengertian pemerintahan dalam arti yang luas. Sedangkan pengertian pemerintahan dalam arti yang sempit, hanya mengacu pada satu fungsi saja, yakni fungsi eksekutif.127 Sedangkan yang dimaksud pejabat pemerintah dalam disertasi ini adalah pejabat pemerintah yang menjalankan fungsi ekskutif dan juga yudikatif, yang meliputi hakim PA, Camat, dan juga pejabat KUA.

Persepsi hakim PA bahwa nikah sirri merupakan yang bermasalah atau nikah abal-abal.128 Yang dimaksud dengan nikah abal-abal adalah Pernikahan sirri yang dilakukan dengan tidak memenuhi syarat dan rukun perkawinan. Misalnya pernikahan yang

126 Wawancara dengan Bapak Km pada tanggal 15 Februari 2017127 http://www.hukumonline.com/klinik/detail diakses pada hari Kamis

tanggal 9 Maret 2017128 Wawancara dengan Bapak Dzanu Hakim sekaligus salah dosen

pengampu matakuliah hukum keluarga di Fakultas Syari’ah IAIN Salatiga.

Page 185: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Dr. Siti Zumrotun, M.Ag. 171

Bab VII: Persepsi Masyarakat terhadap Nikah Sirri

dilakukan dengan wali guru ngajinya atau mursyidnya tanpa seizin wali nasab. Bisa juga disebut dengan pernikahan yang bermasalah. Karena para pelaku pernikahan sirri tidak bisa mencatatkan pernikahannya ke Pegawai Pencatat Nikah. Hal ini terjadi karena tidak terpenuhinya syarat-syarat pernikahan baik materiil maupun administratif.129

Kebanyakan pelaku pernikahan sirri adalah karena poligami. Pihak suami tidak memiliki izin poligami dari pengadilan dengan ber bagai alasan, sedangkan di antara pasangan tersebut sudah terlanjur menjalin hubungan yang mengharuskan dilangsungkannya akad nikah. Bahkan ada juga kasus yang terjadi di masyarakat, pihak perempuan masih memiliki suami yang sah, namun sudah berpisah sementara perceraiannya belum diurus ke pengadilan agama. Pernikahan sirri dengan poligami seperti ini disebut oleh hakim Pengadilan Agama Kota Salatiga sebagai penyelundupan hukum atau disebut juga dengan nikah liar.130

Sedangkan persepsi Camat tentang nikah sirri adalah me-rupakan nikah yang sah selama sesuai dengan syarat dan rukun, namun Ibu Camat ini sangat tidak setuju dengan pernikahan sirri, karena merugikan pihak perempuan dan juga anak. Pernikahan sirri sering terjadi karena situasi yang mendesak misalnya pihak perempuan sudah hamil lebih dahulu sementara pihak laki-laki sudah memiliki istri, atau bisa karena kasus lain. Walaupun nikah sirri tetapi status mereka tetap berubah, dari belum kawin menjadi sudah kawin. Status ini akan mempengaruhi perubahan data administrasi di pemerinatahan. Akan tetapi kecamatan tidak bisa

129 Syarat Materiil: berkaitan dengan pencatatan perkawinan, akta nikah, dan larangan perkawinan. Di antaranya yaitu tentang larangan adanya atau dilakukannya suatu perkawinan. Syarat administratif: syarat perkawinan yang melekat pada setiap rukun perkawinan (calon mempelai laki-laki dan wanita, saksi dan wali) dan pelaksanaan akad nikahnya

130 Wawancara dengan Bapak Muhdi Kholil Wakil Ketua Pengailan Agama Kota Salatiga 12 April 2015.

Page 186: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Pernikahan Sirri: Antara Cita dan Realita

172 Dr. Siti Zumrotun, M.Ag.

merubah status tersebut karena tidak bukti otentik. Oleh karena itu mestinya piha-paihak yang berwenang terus mensosialisasikan tentang pentingnya pencatatan nikah. Mestinya Forkompinda mengalokasikan anggaran untuk memberikan penyuluhan terhadap masyarakat terkait pentingnya pencatatan nikah. Masyarakat yang melakukan nikah sirri tetapi tidak memenuhi syarat dan rukun nikah dalam Islam bagi yang beragama Islam itu bukan nikah akan tetapi kumpul kebo.131 Bentuk-bentuk pernikahan sirri yang terus terjadi ini melemahkan fungsi UU No I Tahun 1974 tentang perkawinan. Selain itu pernikahan sirri ini rentan munculnya orang-orang yang tidak bertanggungjawab. Senada Ibu camat Tingkir adalah Bapak Camat Sidomukti. Bapak camat berpendapat walaupun kiha sirri itu sa secara agama tapi sangat merugikan perempuan dan anak dalam berbagai bidang. Nikah sirri juga melemahkan kaum perempuan. Sehingga pemerintah harus memihak kaum perempuan dengan berusaha untuk memberikan penyuluhan serta menerima itsbath nikah sirri tersebut.132

Persepsi pejabat KUA terhadap nikah sirri. KUA Kecamatan Tingkir terhadap terjadinya nikah sirri atau nikah yang tidak dicatatkan adalah tidak mendukung dan bahkan tidak mengakui terjadinya pernikahan tersebut. Peristiwa akad nikah sirri tersebut menyalahi prosedur pernikahan yang berlaku di lembaga perkawinan di Indonesia, karena tidak memenuhi syarat administrasi.133

KUA kecamatan Argomulya bependapat bahwa pernikahan sirri meskipun dalam pandangan Islam adalah sah, karena telah ter penuhi syarat dan rukunnya, akan tetapi menyalahi undang-undang hukum perkawinan. Sehingga pernikahan tersebut tidak

131 Wawancara dengan Camat Tingkir pada hari Selasa 7 Maret 2017.132 Wawancara dengan Bapak Camat Kecamatan Sidomukti hari Kamis 9

Maret 2017.133 Wawancara dengan Bapak Sirojuddin S.HI. Kepala KUA Kecamatan

Tingkir pada hari Jum’at tanggal 22 Maret 2014.

Page 187: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Dr. Siti Zumrotun, M.Ag. 173

Bab VII: Persepsi Masyarakat terhadap Nikah Sirri

me miliki kekuatan hukum. Sehingga jika terjadi perselisihan dalam rumah tangga tidak bisa diselesaikan secara hukum. Selain problem hukum, akan muncul juga problem sosial. Karena mereka tidak memiliki akta nikah dan kebanyakan kasus yang terjadi karena biasanya merupakan pernikahan yang kedua alias poligami, maka pasangan ini merasa tidak memiliki kepercayaan diri dalam bergaul di masyarakat. Mereka cenderung menutup diri terhadap kegiatan-kegiatan kemasyarakatan.

Karena pernikahan yang dirahasiakan tersebut muncul juga kekhawatiran yang lain misalnya kekhawatiran akan terjadinya per-kawinan seayah karena di antara anak-anak hasil nikah siri tersebut sangat besar kemungkinan tidak saling mengenal antara satu dengan lainnya, sehingga nikah satu darah memungkinkan bisa terjadi. Jika hal ini terjadi, maka tentu akan sangat bertentangan dengan hukum perkawinan Islam.134

Kepala KUA Sidorejo (Bapak Munib, S.Pd.I) mengatakan bahwa nikah sirri adalah sebuah pernikahan yang tidak dicatatkan ke pegawai pencatat nikah di KUA. Walaupun syarat dan rukunnya terpenuhi namun sebetulnya keabsahannya patut diragukan. Keraguan tentang keabsahan ini dikarenakan beberapa kemungkinan. Selain karena pernikahannya penuh masalah, proses dan ketentuan rukunnya belum tentu benar. Misalnya saja ada kasus pernikahan sirri yang menjadi walinya bukan ayah kandung atau saudara yang boleh menjadi wali. Biasanya praktik pernikahan semacam ini terjadi hanya yang penting ada wali. Padahal wali yang bukan ayah kandung atau Saudara yang berhak menjadi wali harus ada ucapan tauqil atau ditauqilkan dari wali kepada wali hakim. Sedangkan kebanyakan praktik pernikahan sirri tidak demikian. Atau juga mungkin terjadi wali ayah kandung akan tetapi sebetulnya ayah tersebut bukan ayah kandungnya. Hal ini bisa terjadi karena ada

134 Wawancara dengan Muhammad Miftah selaku PLT KUA Kecamatan Argomulyo pada hari Kamis 21 Maret 2014.

Page 188: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Pernikahan Sirri: Antara Cita dan Realita

174 Dr. Siti Zumrotun, M.Ag.

kemungkinan waktu ayahnya (wali dari perempuan) menikah calon istrinya sudah hamil dan lahir sebelum usia pernikahan genap enam bulan sudah lahir anak. Kasus-kasus seperti mungkin saja terjadi. Maka menjadi sangat penting foto copy akte nikah orangtua calon penganten untuk dijadikan salah satu syarat administrasi. Sedangkan dalam pernikahan sirri syarat administrasi tersebut sama sekali tidak diperhatikan.135

Nikah sirri menurut kepala KUA Kecamatan Sidomukti Muhammad Miftah136 adalah perkawinan yang tidak dicatatkan di KUA dan juga tidak memenuhi syarat-syarat dan rukun pernikahan. Pandangan ini berawal dari peristiwa yang terjadi di masyarakat secara umum. Masyarakat berpendapat bahwa semua bentuk pernikahan yang tidak dicatatkan ke KUA dikatakan nikah sirri tanpa harus mengamati apakah perkawinan tersebut sesuai dengan hukum Islam atau tidak. Sebagaimana yang terjadi di Desa Jetak. Masyarakat di desa ini melakukan perkawinan secara sirri hanya dengan mengundang masyarakat di sekitar tempat tinggal untuk menyaksikan. Perkawinan itu berlangsung hanya dengan selamatan tumpengan. Tumpengan tersebut kemudian dimakan bersama oleh masyarakat. Kedua calon pengantin hadir dalam pertemuan tersebut. Hanya dengan peristiwa tersebut kedua calon pengantin selanjutnya sah sebagai pasangan suami istri tanpa ada akad atau ijab qabul, juga tidak ada wali. Menurut Kepala KUA Kecamatan Sidomukti peristiwa tersebut jelas tidak sesuai dengan hukum Islam dan juga hukum positif di Indonesia.

135 Wawancara dengan Bapak Munib pada hari Senin 18 Maret 2014.136 Wawancara dengan Kepala KUA Sidomukti Muhammad Miftah pada

hari Rabu Tanggal 26 Maret 2014.

Page 189: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Dr. Siti Zumrotun, M.Ag. 175

Bab VII: Persepsi Masyarakat terhadap Nikah Sirri

D. Persepsi dari Kalangan Akademisi

Prof. Muh Zuhri salah satu dosen fakultas Syariah IAIN Sala tiga berpendapat bahwa nikah sirri adalah nikah bagi umat Islam yang tidak dicatatkan ke KUA. Karena perkawinan di Indo-nesia harus dicatatkan ke KUA bagi yang beragama Islam maka prof Zuhri tidak setuju dengan pernikahan tersebut. Walaupun fiqh tidak berbicara tentang kewajiban pencatatan tersebut dan Nabi juga tidak mencontohkan namun UUP No I Tahun 1974 juga merupakan fiqh hasil ijtihad ulama yang tentunya memiliki kekuatan dengan mendasarkan pada nilai-nilai kemaslahatan umum dan bukan kemaslahatan yang tendensius. Salah satu kaida yang dipedomani adalah”perkembangan, perubahan, dan munculnya hukum (baru) itu sesuai dengan illat, perkembangan zaman dan situasi lingkungan”. Di zaman yang serba teknologi dokumen, setiap orang harus didokumen statusnya mulai dari KTP, SIM, Paspor dan lain-lain. Sehingga baik perkawinan maupun perceraian harus dicatatkan.137

Senada dengan Prof. Zuhri adalah Bapak Badwan, beliau mengatakan bahwa orang muslim di Indonesia ada yang masih memiliki sifat Split personality artinya pribadinya terbelah atau mendua. Pada satu sisi mereka patuh kepada fiqh pada sisi yang lain patuh pada hukum positif. Pencatatan nikah dan tugas-tugas lain KUA juga PA harus dipatuhi bersama. Tapi kenyataannya ada yang menilai bahwa pencatatan nikah dan talak itu hanya aturan yang berkaitan dengan fiqh. Padahal itu fiqh hasil ijtihad ulama nusantara yang selanjutnya berlaku di Indonesia. Ini merupakan salah satu kekurangan yang harus kita upayakan solusinya. Jika memang pencatatan dirasa tidak perlu, seharusnya peraturannya diganti. Artinya fiqh munakahat muslim Indonesia diganti. UUP dan kelengkapannya dirubah saja, sehingga hukum menjadi pasti. Sehingga para pelaku nikah sirri menjadi memiliki kekuatan hukum.

137 Wawancara dengan Prof. Muh. Zuhri pada hari senin 28 Februari 2017.

Page 190: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Pernikahan Sirri: Antara Cita dan Realita

176 Dr. Siti Zumrotun, M.Ag.

Selama peraturan UUP dan juga KHI masih berlaku di Indonesia maka nikah sirri dalam hubungannya dengan keperdataan tidak dianggap ada atau tidak dianggap menikah.138

Dari berbagai persepsi masyarakat tersebut di atas maka nikah sirri bisa dikategorikan menjadi 6 kategori sebagai berikut:1. Sah menurut agama saja. Persepsi ini merupakan persepsi

mayoritas ada di masyarakat. Bahwa pernikahan sirri itu sah menurut agama, karena syarat dan rukun pernikahan sudah terpenuhi. Walau kebanyakan masyarakat berpersepsi demikian akan tetapi masyarakat tidak menganggap baik pernikahan tersebut. Karena tidak memenuhi UU perkawinan yang berlaku di Indonesia. Persepsi ini bisa dilihat dari sikap masyarakat yang menyembunyikan perihal pernikahan sirri tersebut. Bahkan pelaku nikah sirri itu sendiri merasa tidak percaya diri untuk bersosialisasi dengan masyarakat.

2. Penikahan bermasalah atau pernikahan abal-abal. Yaitu sebuah per nikahan yang dilakukan oleh sepasang laki-laki dan per-empuan dengan tidak menghadirkan wali dari pihak perempuan sementara wali nasabnya masih hidup. Pernikahan ini dilakukan oleh guru ngajinya atau ustdaznya. Bahkan bisa terjadi perempuan dalam satu masa memiliki dua suami.

3. Pernikahan liar. Pernikahan liar ini dilakukan oleh seorang laki-laki dan perempuan, sedangkan laki-laki tersebut statusnya masih memiliki istri yang sah. Disebut pernikahan liar karena istri yang sah tidak diminta izinnya lebih dahulu. Dalam kasus seperti ini Pengadilan Agama tidak akan mengabulkan permohonan istbath nikah.

4. Kumpul kebo. Pernikahan sirri yang dilakukan oleh masyarakat dengan tidak memenuhi syarat dan rukun perkawinan dalam fiqh. Misalnya tidak ada wali dari pihak perempun, tidak ada ijab

138 Wawancara dengan Bapak Badwan Dosen Fakultas Syariah IAIN Salatiga pada hari senin tanggal 28 Februari 2017.

Page 191: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Dr. Siti Zumrotun, M.Ag. 177

Bab VII: Persepsi Masyarakat terhadap Nikah Sirri

qabul atau mungkin tidak ada saksi. 5. Pernikahan yang tendensius. Pernikahan sirri walaupun sah

secara agama dan mengandung maslahat, akan tetapi maslahat yang ada dalam nikah sirri adalah maslahat tendensius dan bukan maslahat yang universal. Sementara syariat nikah dalam Islam memiliki tujuan untuk membangun maslahat yang universal.

6. Tidak pernah ada nikah. Pernikahan sirri yang dilakukan di masyarakat dianggap tidak pernah ada karena tidak memenuhi syarat administratif. Sehingga tidak bisa diakui secara hukum. Sementara pernikahan itu sendiri akan merubah status hukum masyarakat.

Page 192: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-
Page 193: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Dr. Siti Zumrotun, M.Ag. 179

PENUTUP

Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, nikah sirri yang terjadi di masyarakat memiliki berbagai macam

bentuk, yaitu monogami, poligami, poliandri, semi poliandri, dan semi poligami. Pelaku nikah sirri ini memiliki keluarga yang tidak normal atau anomalic family, dengan ciri-ciri seperti keluarga tidak selalu lengkap, tidak mampu membangun komunikasi yang baik, masing-masing suami atau istri tidak mampu menjalankan perannya secara maksimal, dan mereka tidak mampu menciptakan ketentraman dan ketenangan jiwa.

Sedangkan faktor yang melatarbelakangi terjadinya per nika-han sirri di Kota Salatiga, bisa diklasifikasikan berdasarkan pada: (1) faktor adaptasi, yang terkait dengan pendidikan dan pemahaman akan aspek legal nikah sirri. (2) Faktor pencapaian tujuan tertentu (goal-attainment), yang terdiri dari tujuan ekonomis, biologis, psikologis, teologis, dan mendapatkan keturunan. (3) Faktor inte grasi yang terkait dengan kemampuan untuk mengatur dan mensinergikan fungsi adaptasi dan pencapaian tujuan. (4) Faktor latensi (latency factor), yang terkait bagaimana praktik nikah sirri ini berlangsung dan terus bertahan disebabkan karena ada sebuah sistem yang mendukungnya, seperti faktor sosial budaya, preseden praktik nikah sirri sebelumnya, dan tidak adanya sanksi yang tegas bagi para pelakunya.

Dari lestarinya praktik nikah sirri di Salatiga ini, ada berbagai implikasi yang terjadi baik dalam keluarga itu sendiri dan masyarakat.

Page 194: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Pernikahan Sirri: Antara Cita dan Realita

180 Dr. Siti Zumrotun, M.Ag.

Konflik akan sering terjadi, baik disebabkan karena masalah ekonomi, kebersamaan, hingga masalah seksual. Penerimaan dan pandangan masyarakat juga membawa implikasi sosial yang cukup signifikan pengaruhnya bagi pelaku nikah sirri ini. Dari berbagai implikasi tersebut, pada dasarnya nikan sirri ini memunculkan kemudaratan yang lebih besar dibandingkan maslahat yang bisa diambil. Karena itulah, pada dasarnya agama memandang bahwa praktik nikah sirri ini bertentangan dengan tujuan utama adanya syariah (maqasid asy-syari’ah) yang membuat ketenangan batin, pikiran dan hak kebebasan seseorang menjadi tergadaikan. Bahkan praktik ini telah mengaburkan status anak yang dilahirkan darinya.

Dari berbagai hal tersebut, dapat diambil kesimpulan yang harus menjadi perhatian dari semua pihak. Pertama, pernikahan sirri terjadi karena ada celah di balik kebijakan utama dari praktik pernikahan di negeri ini, dan hal ini bisa dilihat dari rujukan utama pernikahan, yaitu UU No. 1 Tahun 1974, khususnya terkait dengan keabsahan dari sebuah pernikahan pada Pasal 2. Pada pasal ini, dinyatakan bahwa “(a) Perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agama dan kepercayaannya itu. (b) Tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.”

Pada dasarnya dua butir pada Pasal 2 ini memiliki ambiguitas. Di satu sisi, sebuah pernikahan itu dinyatakan sah ketika agama memandangnya telah sah pada saat memenuhi syarat dan rukunnya tanpa harus melalui pencatatan pernikahan yang legal. Sedangkan di sisi yang lain, setiap perkawinan itu harus dicatat sesuai dengan peraturan yang berlaku. Ambiguitas ini membawa implikasi yang besar terkait dengan apakah pencatatan itu hanyalah berfungsi sebagai syarat administratif belaka ataukah memiliki syarat kumulatif, yaitu memiliki syarat administratif dan juga syarat keabsahan pernikahan itu sendiri. Dengan syarat kumulatif, sebuah pernikahan yang tidak dicatatkan, meskipun sudah memenuhi syarat dan rukun dari

Page 195: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Dr. Siti Zumrotun, M.Ag. 181

Penutup

pernikahan sesuai dengan agama masing-masing, maka pernikahan itu dianggap tidak sah.

Dengan aturan yang bersifat kumulatif, hal ini sedikit banyak akan menekan praktik nikah sirri yang berdasarkan penelitian ini membawa mudarat yang lebih besar dibandingkan maslahatnya. Hal ini akan berbeda halnya jika keabsahan pernikahan itu bersifat administratif belaka, sehingga praktik nikah sirri akan terus lestari karena keabsahan pernikahan itu sudah bisa didapatkan dari praktik nikah sirri tersebut sehingga mereka yang mempraktikkannya bisa menjalani hubungan suami istri dengan tenang dan nyaman.

Kedua, pada tingkatan praksisnya, praktik nikah sirri ini pada dasarnya bisa dilihat dari kelas sosial yang ada di masyarakat. Untuk memahami hal ini, ada dua wilayah yang bisa dijadikan starting point-nya, yaitu wilayah rural dan urban. Wilayah rural atau pedesaan lebih merepresentasikan pola pikir masyarakat yang tradisional, seder-hana, dan tidak memedulikan adanya status sosial. Yang penting bagi mereka adalah reseptivitas dan rekognisi masyarakat akan ek-sis tensinya, sehingga mereka bisa hidup membaur dengan nyaman dan tenang.

Sedangkan wilayah urban, lebih merepresentasikan para-igma masyarakat yang individualis dan pragmatis. Contoh yang paling konkret di sini adalah para pelaku nikah sirri yang berprofesi sebagai PNS yang ingin melakukan poligami lebih disebabkan karena menghindari Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1983 jo Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1990, yang mana di dalam Pasal 4 ayat (1) di antaranya menyebutkan bahwa pria yang berstatus Pegawai Negeri Sipil tidak boleh beristri lebih dari seorang.

Hal ini tentu saja akan berbeda dengan kelas masyarakat rural yang berparadigma sederhana dan tradisional, sehingga tujuan mereka melakukan praktik nikah sirri ini adalah untuk tujuan tidak mau menjalani proses yang rumit. Bagi mereka, melakukan nikah itu tidak perlu rumit dengan mencatat atau mengesahkannya di

Page 196: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Pernikahan Sirri: Antara Cita dan Realita

182 Dr. Siti Zumrotun, M.Ag.

KUA yang memang harus memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu yang bagi mereka adalah rumit dan berbelit-belit. Bagi mereka, reseptivitas dan rekognisi kolektif masyarakat sudah cukup, sehingga mereka menjalani kehidupan di masyarakat dengan tenang dan nyaman, meski menjalani kehidupan pernikahan secara sirri. Apalagi kultur masyarakat mendukung hal itu, di mana mereka lebih terbuka, toleran, dan inklusif, dan sekaligus berkarakter damai. Meskipun mereka sangat sensitif terhadap pelanggaran norma dan bahkan bisa keras dalam menanggapi pelanggaran tersebut, namun ketika ada alasan yang membenarkan, seperti praktik nikah sirri yang pelakunya bisa membuktikan secara sah bahwa mereka sudah nikah sirri, maka mereka akan menerima secara terbuka di dalam kehidupan masyarakat.

Namun demikian, apapun perbedaan dalam hal motivasi dan tujuan pernikahan sirri itu dilakukan, pada dasarnya nikah sirri ini memunculkan implikasi yang signifikan pengaruhnya bagi kehidupan. Karena itulah perlu ada langkah yang konkret dari semua pihak untuk bisa mengatasi masalah ini. Langkah konkret ini paling tidak bisa dimulai dengan memerhatikan dua kesimpulan yang bisa didapatkan setelah mengelaborasi praktik nikah sirri ini.

Page 197: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Dr. Siti Zumrotun, M.Ag. 183

DAFTAR PUSTAKA

I. Al-Qur’an Departemen Agama Republik Indonesia. Al-Qur’an dan Terjema-

han nya. Jakarta: PT.Tahazed, 2009.

II. BukuPutra, Heddy Shri Ahimsa, Patron dan Klien di Sulawesi Selatan,

Sebuah Kajian Fungsional-Struktural. Yogyakarta: Kepel Press, 2007.

Alimin dan Euis Nurlaelawati. Potret Administrasi Keperdataan Islam di Indonesia. Cet.I. Jakarta: Orbit Publishing, 2013.

Ashshofa, Burhan. Metode Penelitian Hukum. Jakarta: Rineka Cipta, 2001.

Audah, Jaser. Maqāşid asy-Syari’ah: A Beginner’s Guide. Yogyakarta: Suka Press, 2013.

Badri, Mudhofar dkk. Panduan Pengajaran Fiqh Perempuan di Pesantren. Yogyakarta: Yayasan Kesejahteraan Fatayat. Tt.

Bungin, Burhan. Analisis Data Penelitian Kualitatif Pemahaman Filosofis dan Metodologis Penguasaan Model dan Aplikasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2010.

Daymon, Cristine, dkk. Qualitative Reasearch Methods in Public Relations and Marketing Communications. Terj. Cahya Wira-tama. Yogyakarta: Bentang Pustaka, 1984.

Djubaidah, Neng. Pencatatan Perkawinan & Perkawinan Tidak

Page 198: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Pernikahan Sirri: Antara Cita dan Realita

184 Dr. Siti Zumrotun, M.Ag.

Dicatat Menurut Hukum Tertulis Di Indonesia dan Hukum Islam. Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2010.

Hazairin. Hukum Kekeluargaan Nasional Indonesia. Jakarta: Tinta-mas, 1961.

Hosen, Ibrahim. Fikih Perbandingan Dalam Masalah Nikah, Talak dan Rujuk. Jakarta: Ihya Ulumuddin, 1971.

Jaya, Asafri. Konsep Maqashid al-Syari’ah Menurut al-Syathibi. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996.

Kauma, Fuad. Membimbing Istri Mendampingi Suami. Yogyakarta: Mitra Pustaka, 1999.

Khairuddin. Sosiologi Keluarga. Cet. II. Yogyakarta: Liberty, 2002.Kodir, Faqihuddin Abdul. Memilih Monogami Pembacaan atas Al-

Qur’an dan Hadis Nabi. Yogyakarta: LKiS, 2005.Mardjono, Hartono. Menegakkan Syari’at Islam dalam Konteks

Keindonesiaan. Bandung: Mizan, 1997.Mawardi, Ahmad Imam. Fiqh Minoritas Fiqh al-Aqlliyat dan Evolusi

Maqashid al-Syari’ah dari Konsep ke Pendekatan. Yogyakarta: LKiS, 2010.

Mubarok, Jaih. Sejarah dan Perkembangan Hukum Islam. Bandung: Remaja Rosda Karya, 2000.

Mulia, Musdah. Islam Menggugat Poligami. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2007.

Musawwamah, Siti, dkk. Akseptabilitas Regulasi Kriminalisasi Pelaku Kawin Sirri menurut Pemuka Masyarakat Madura. Jakarta: Kementerian Agama Republik Indonesia, 2012.

Muthahhari, Murtadha. The Rights of Women in Islam. Terj. M. Hashem, Hak-hak Wanita Dalam Islam, Jakarta: Lentera Basritama, 2000.

Muzhar, M. Atho. Membaca Gelombang Ijtihad, Antara Tradisi dan Liberasi. Jakarta: Titian Ilahi Pres, 1998.

Page 199: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Dr. Siti Zumrotun, M.Ag. 185

Daftar Pustaka

Nasution, Khoiruddin. Status Wanita di Asia Tenggara: Studi terhadap Perundang-undangan Perkawinan Muslim Kontemporer di Indonesia dan Malaysia. Jakarta-Leiden: INIS, 2002.

Norma, Siti dan Sudarso. ”Pranata Keluarga”, dalam J. Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto (ed), Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan, Cet. IV. Jakarta: Prenada Media Group, 2004.

Nurhaedi, Dadi. Nikah di Bawah Tangan: Praktik Nikah Sirri Mahasiswa Jogja. Yogyakarta: Saujana, 2003.

Nuruddin, Amiur. Hukum Perdata Islam Di Indonesia. Jakarta: Prenada Media, 2004.

Qardhowi, Yusuf. Membumikan Syari’at Islam, Keluwesan aturan Illahi untuk Manusia. Bandung: Pustaka Mizan, 2003.

Raho, Bernard, SVD. Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007.

Ramulyo, Moh. Idris. Hukum Perkawinan Islam: Suatu Analisis dari Undang Undang No I Tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 1996.

Republik Indonesia. “Kompilasi Hukum Islam di bidang: Perkawinan, Kewarisan dan Perwakafan” dalam Himpunan Peraturan Per-undang-Undangan Perkawinan. Yogyakarta: Lintang Pustaka, 2004.

Republik Indonesia, “Undang-Undang No I 1974” dalam Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Perkawinan. Yogyakarta: Lintang Pustaka, 2004.

Ritzer, George dan Douglas J. Goodman. Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Prenada Media, 2004.

Ritzer, George dan Douglas J. Goodman. Teori Sosiologi: Dari Teori Sosiologi Klasik sampai Perkembangan Mutakhir Teori Sosial Postmodern. Terj. Nurhadi. Cet. Kedua. Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2009.

Ritzer, George. Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda.

Page 200: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Pernikahan Sirri: Antara Cita dan Realita

186 Dr. Siti Zumrotun, M.Ag.

Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003.Rofiq, Ahmad. Pembaharuan Hukum Islam di Indonesia. Yogyakarta:

Gema Media, 2001Shihab, M. Quraish. Perempuan dari Cinta sampai Seks. Jakarta:

Lentera Hati, 2010.Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu pengantar. Jakarta: Raja Grafindo

Persada, 2012.Strauss, Anselm dan Juliet Corbin. Basics of Qualitative Research

Grounded Theory Procedures and Techniques. Terj. Muhammad Shodiq. Yogyakarta: Pustaka Pelajar: 2007.

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta, 2010.

Suyanto, Bagong, Sutinah (ed). Metode Penelitian Sosial Berbagai Alternatif Pendekatan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2005

Syarifuddin, Amir. Hukum Perkawinan Islam di Indonesia. Jakarta: Kencana, 2009.

Syarifudin, Amir. Garis-Garis Besar Fiqh. Jakarta: Kencana, 2003.Syathibi, Asy-, Al-Muwafaqat fi Ushul asy-Syari’ah, Riyadh: Maktabah

al-Riyadh al-Haditsah, tth.Umam, Khairul. Ushul Fiqih. Bandung, Pustaka Setia, 2001.Yasin, M. Nur. Hukum Perkawinan Islam Sasak. Malang: UIN Malang

Press; 2008.Zahrah, Muhammad Abû. al Ahwal Al-Syakhsiyyah. Qahirah: Dãr

al-Fikr al-‘Arabi, 1957.Zamroni. Pengantar Pengembangan Teori Sosial. Yogyakarta: Tiara

Wacana, 1992Al Zuhaili, Wahbah. Ushul al-Fiqh al-Islami. Beirut: Dar al-Fikr,

1986.Al Zuhaily, Wahbah. al-Fiqh al-Islãmi Wa ‘Adillatuhu. Juz VII.

Page 201: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Dr. Siti Zumrotun, M.Ag. 187

Daftar Pustaka

Damsyiq; Dãr al-Fikr, 1989.Zuhri, Saifudin. Sanksi Pidana Bagi Pelaku Nikah Sirri dan Kumpul

Kebo. Semarang: Bima Sakti, tt.Zumrotun, Siti. Fenomena Nikah Sirri di Salatiga. Salatiga, tidak

diterbitkan, 2006.

III. Perundang-UndanganUU No 1 Tahun 1974PP No 9/1975Kompilasi Hukum IslamUU No.22 Tahun 1946 jo. UU No. 32 Tahun 1954

IV. Jurnal dan ArtikelAbdullah, Gani ”Seks, Gender dan Reproduksi Perempuan” Khoirul

Muzakki, Kontroversi Nikah Sirri), Suara Merdeka, Rabu 28 Desember 2011.

Arsal, Thriwaty. “Nikah Sirri dalam Tinjauan Demografi”, Sodality: Jurnal Sosiologi Pedesaan, Vol. 06, No. 02, I September 2012.

Adillah, Siti Ummu. “Analisis Hukum Terhadap Faktor-faktor yang Melatarbelakangi Terjadinya Nikah Sirri dan Dampaknya Terhadap Perempuan dan Anak”, Jurnal Dinamika Hukum, vol.11, Edisi Khusus Februari 2011.

Mukhtar, Naqiyah. “Mengurai Nikah Sirri Dalam Islam”, al Manahij, vol. VI, APIS, 2012.

Ramadhan, Hasan, ”Koran Kompas”, Sabtu 22 Juni 2013.Ramli, H.S. Mengenal Islam Pergaulan Dalam Islam dan Munakahat

(Semarang: UPT MKU, Universitas Semarang, 2007) yang dikutip oleh Thriwaty Arsal dalam Jurnal Sosiologi Pedesaan, Vol. 06, No.02.

Page 202: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Pernikahan Sirri: Antara Cita dan Realita

188 Dr. Siti Zumrotun, M.Ag.

V. Kamus

Munawir, Ahmad Warson. Al-Munawwir: Kamus Arab-Indonesia, Yogyakarta: Unit Pengadaan Buku-buku Ilmiah Keagamaan PP Al-Munawwir, 1984.

VI. Rujukan Elektronik dan Internethttp://digilib.uinsby.ac.id/1216/4/Bab%201.pdf, diakses 1 Nopember

2013http://digilib.uin-suka.ac.id, diakses 26 Oktober 2013.http://etheses.uin-malang.ac.id/1421/5/08210009_Bab_1.pdf,

diakses 26 Oktober 2013.http://www.pekka.or.id. Diakses 26 Oktober 2013.http://eprints.uny.ac.id/3995, diakses 26 Oktober 2013.http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/BK-Psikologi/article/

view/17106, diakses 1 Nopember 2013.http://kesos.umm.ac.id/files/file/Penelitian%20Mahasiswa/Abstrak_

Nikah_Siri.pdf, diakses 26 Oktober 2013.http://kesos.umm.ac.id/files/file/Penelitian%20Mahasiswa/Abstrak_

Nikah_Bawah_Tangan.pdf, diakses 26 Oktober 2013.http://koran-sindo.com/node, diakses 21 November 2013. h t t p : / / m . s u a r a m e r d e k a . c o m / i n d e x . p h p / r e a d /

cetak/2011/07/28/154045, diakses 21 November 2013. http://maribelajarsejarahsalatiga.weebly.com/sejarah-salatiga.html,

diakses tanggal 16 November 2013http://maribelajarsejarahsalatiga.weebly.com/sejarah-salatiga.html,

diakses tanggal 16 November 2013http://mikolei.wordpress.com/profil-kota-salatiga/wilayah-kota-

salatiga/, diakses 20 November 2013.http://www.salatigakota.go.id/TentangSejarah.php, diakses Tanggal

Page 203: PERNIKAHAN SIRRI: Antara Cita dan Realitae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4951/1/Pernikahan Sirri_cetx.pdf · dasarkan aturan yang ada dalam Islam dan disesuaikan dengan per-

Dr. Siti Zumrotun, M.Ag. 189

Daftar Pustaka

16 November 2013.http://www.salatigakota.go.id/TentangSejarah.php, diakses tanggal

16 November 2013http://www.solopos.com, diakses 21 November 2013.http://yudhi-tvblogspot.com, diakses 20 November 2013https://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Salatiga, diakses tanggal 16

November 2013