Permukiman kumuh

26
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Permukiman Penduduk 2.1.1. Persyaratan Permukiman Suatu bentuk permukiman yang ideal di kota merupakan pertanyaan yang menghendaki jawaban yang bersifat komprehensif, sebab perumahan dan permukiman menyangkut kehidupan manusia termasuk kebutuhan manusia yang terdiri dari berbagai aspek. Sebingga dapat dirumuskan secara sederhana tentang ketentuan yang baik untuk suatu permukiman yaitu harus memenuhi sebagai berikut: 1) Lokasinya sedemikian rupa sehingga tidak terganggu oleh kegiatan lain seperti pabrik, yang umumnya dapat memberikan dampak pada pencemaran udara atau pencemaran lingkungan lainnya 2) Mempunyai akses terhadap pusat-pusat pelayanan seperti pelayanan pendidikan, kesehatan, perdagangan, dan lain-lain 3) Mempunyai fasilitas drainase, yang dapat mengalirkan air hujan dengan cepat dan tidak sampai menimbulkan genangan air walaupun hujan yang lebat sekalipun 4) Mempunyai fasilitas penyediaan air bersih, berupa jaringan distribusi yang siap untuk disalurkan ke masing-masing rumah.

description

Timbulnya permukiman kumuh perkotaan

Transcript of Permukiman kumuh

Page 1: Permukiman kumuh

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Permukiman Penduduk

2.1.1. Persyaratan Permukiman

Suatu bentuk permukiman yang ideal di kota merupakan pertanyaan yang

menghendaki jawaban yang bersifat komprehensif, sebab perumahan dan

permukiman menyangkut kehidupan manusia termasuk kebutuhan manusia yang

terdiri dari berbagai aspek. Sebingga dapat dirumuskan secara sederhana tentang

ketentuan yang baik untuk suatu permukiman yaitu harus memenuhi sebagai berikut:

1) Lokasinya sedemikian rupa sehingga tidak terganggu oleh kegiatan lain

seperti pabrik, yang umumnya dapat memberikan dampak pada pencemaran

udara atau pencemaran lingkungan lainnya

2) Mempunyai akses terhadap pusat-pusat pelayanan seperti pelayanan

pendidikan, kesehatan, perdagangan, dan lain-lain

3) Mempunyai fasilitas drainase, yang dapat mengalirkan air hujan dengan cepat

dan tidak sampai menimbulkan genangan air walaupun hujan yang lebat

sekalipun

4) Mempunyai fasilitas penyediaan air bersih, berupa jaringan distribusi yang

siap untuk disalurkan ke masing-masing rumah.

Page 2: Permukiman kumuh

5) Dilengkapi dengan fasilitas air kotor/tinja yang dapat dibuat dengan sistem

individual yakni tangki septik dan lapangan rembesan, ataupun tanki septik

komunal.

6) Permukiman harus dilayani oleh fasilitas pembuangan sampah secara teratur

agar lingkungan permukiman tetap nyaman.

7) Dilengkapi dengan fasilitas umum seperti taman bermain bagi anak-anak,

lapangan atau taman, tempat beribadat, pendidikan dan kesehatan sesuai

dengan skala besarnya permukiman itu.

8) Dilayani oleh jaringan listrik dan telepon (Sinulingga, 2005).

2.1.2. Karakteristik Permukiman Kumuh

Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung,

dapat merupakan kawasan perkotaan dan perdesaan, berfungsi sebagai lingkungan

tempat tinggal/hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan

penghidupan.

Menurut UU No.1 Tahun 2011, Kawasan Pertanian Pangan Berkelanjutan

adalah wilayah budi daya pertanian terutama pada wilayah perdesaan yang memiliki

hamparan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan dan/atau hamparan Lahan

Cadangan Pertanian Pangan Berkelanjutan serta unsur penunjangnya dengan fungsi

utama untuk mendukung kemandirian, ketahanan, dan kedaulatan pangan nasional.

Page 3: Permukiman kumuh

Menurut Silas, dkk (1991) Permukiman Kumuh dapat diartikan menjadi dua

bagian, yang pertama ialah kawasan yang proses terbentukannya karena keterbatasan

kota dalam menampung perkembangan kota sehingga timbul kompetisi dalam

menggunakan lahan perkotaan. Sedangkan kawasan permukiman berkepadatan tinggi

rnerupakan embrio permukiman kumuh. Dan yang kedua ialah kawasan yang lokasi

penyebarannya secara geografis terdesak perkembangan kota yang semula baik,

lambat laun menjadi kumuh. Perkembangan kota yang kumuh disebabkan oleh

mobilitas sosial perekonomian yang stagnan.

Karakteristik Permukiman Kumuh:

1) Keadaan rumah pada permukiman kumuh terpaksa dibawah standar, rata-rata 6

m2

2) Permukiman ini secara fisik memberi

/orang. Sedangkan fasilitas kekotaan secara langsung tidak terlayani karena

tidak tersedia. Namun karena lokasinya dekat dengan permukiman yang ada,

maka fasilitas Iingkungantersebut tak sulit mendapatkannya.

3) Manfaat pokok, yaitu dekat tempat mencari nafkah (opportunity value) dan harga

rumah juga murah (asas keterjangkauan) baik membeli atau menyewa. Manfaat

permukiman disamping pertimbangan lapangan kerja dan harga murah adalah

kesempatan mendapatkannya atau aksesibilitas tinggi. Hampir setiap orang tanpa

syarat yang bertele-tele pada setiap saat dan tingkat kemampuan membayar

apapun, selalu dapat diterima dan berdiam di sana, termasuk masyarakat “residu”

seperti residivis dan lain-lain (Silas dkk, 1991).

Page 4: Permukiman kumuh

Kriteria Umum Permukiman Kumuh:

1) Mandiri dan produktif dalam banyak aspek, namun terletak pada tempat yang

perlu dibenahi.

2) Keadaan fisik hunian minim dan perkembangannya lambat. Meskipun terbatas,

namum masih dapat ditingkatkan.

3) Para penghuni lingkungan permukiman kumuh pada umumnya bermata

pencaharian tidak tetap dalam usaha non formal dengan tingkat pendidikan

rendah.

4) Pada umumnya penghuni mengalami kemacetan mobilitas pada tingkat yang

paling bawah, meskipun tidak miskin serta tidak menunggu bantuan pemerintah,

kecuali dibuka peluang untuk mendorong mobilitas tersebut.

5) Ada kemungkinan dilayani oleh berbagai fasilitas kota dalam kesatuan program

pembangunan kota pada umumnya.

6) Kehadirannya perlu dilihat dan diperlukan sebagai bagian sistem kota yang satu,

tetapi tidak semua begitu saja dapat dianggap permanent (Anonim, 2009).

Kriteria khusus permukiman kumuh:

1) Berada di lokasi tidak legal

2) Dengan keadaan fisik yang substandar, penghasilan penghuninya amat rendah

(miskin)

3) Tidak dapat dilayani berbagai fasilitas kota

4) Tidak diinginkan kehadirannya oleh umum, (kecuali yang berkepentingan)

Page 5: Permukiman kumuh

5) Permukiman kumuh selalu menempati lahan dekat pasar kerja (non formal), ada

sistem angkutan yang memadai dan dapat dimanfaatkan secara umum walau

tidak selalu murah (Anonim, 2009).

2.1.3. Tipologi Permukiman Kumuh

Berdasarkan kondisi dan permasalahan Iingkungan permukiman yang diamati

di lapangan, kawasan permukiman kumuh dapat dibedakan dalam 7 (tujuh) tipologi.

(Laporan Review Kawasan Permukiman Kumuh Sulawesi Selatan tahun 2002)

(Anonim, 2009). Masing-masing tipologi memiliki karakter khas yang memberi corak

kehidupan lingkungan permukiman tersebut.

Beberapa tipologi permukiman kumuh tersebut adalah sebagai berikut:

1) Permukiman kumuh nelayan

Merupakan permukiman kumuh yang terletak di luar arena antara garis pasang

terthiggi dan terendah, dengan bangunan-bangunan yang langsung bertumpu

pada tanah, baik itu bangunan rumah tinggal atau bagunan lainnya. Rata-rata

lokasinya ditepi pantai.

2) Permukiman kumuh dekat pusat kegiatan sosial ekonomi.

Merupakan permukiman kumuh yang terletak di sekitar pusat-pusat aktifitas

sosial-ekonomi. Seperti halnya lingkungan industri, sekitar pasar tradisional,

Page 6: Permukiman kumuh

pertokoan, lingkungan pendidikan/kampus, sekitar obyek-obyek wisata dan

pusat-pusat pelayanan sosial-ekonomi lainnya.

3) Permukiman kumuh pusat kota

Merupakan permukiman kumuh yang terletak di tengah kota (urban core), yang

sebagai permukiman lama atau kuno atau tradisional. Permukiman yang

dimaksud disini adalah permukiman yang dahulu merupakan permukiman yang

diperuntukkan bagi hunian kalangan menengah ke bawah.

4) Permukiman kumuh pinggiran kota

Merupakan permukiman kumuh yang berada di luar pusat kota (urban fringe),

yang ada pada umumnya merupakan permukiman yang tumbuh dan berkembang

di pinggiran kota sebagai konsekuensi dari perkembangan kota, perkembangan

penduduk yang sangat cepat serta tingkat perpindahan penduduk dari desa ke

kota yang sangat tinggi.

5) Permukiman kumuh daerah pasang surut

Merupakan permukiman kumuh yang terletak didaerah antara garis pasang

tertinggi dan terendah yang secara berkala selalu terendam air pasang, dengan

sebagian besar tipe bangunan yang ada baik itu bagunan rumah tinggal maupun

bangunan lainnya adalah tipe panggung. Jalan penghubung antara bangunan yang

satu dengan bangunan lainnya adalah jalan titian. Karakter lain yang cukup

Page 7: Permukiman kumuh

menonjol adalah perletakan dermaga atau tempat menambak perahu yang

berdekatan dengan permukiman.

6) Permukiman kumuh daerah rawan bencana

7) Permukiman kumuh tepian sungai

Merupakan permukiman kumuh yang terletak didaerah rawan bencana alam,

khususnya tanah longsor, gempa bumi dan banjir.

8) Permukiman kumuh tepian sungai

Merupakan permukiman kumuh yang berada di diluar Garis Sempadan Sungai

(GSS). Permukiman kumuh tepian sungai ini dapat dibedakan menjadi 2 (dua)

tipe. Tipe pertama apa bila sungai yang bersangkutan mempunyai tanggul, maka

dengan Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 1997 tentang Rencana Tata Ruang

Wilayah Nasional, lingkungan permukiman yang dimaksud terletak sekurang-

kurangnya 5 (lima) meter sepanjang kaki tanggul sedangkan untuk sungai tidak

bertanggul, letak permukiman yang dimaksud berada diluar sempadan sungai

yang lebarnya ditetapkan oleh pemerintah setempat. Demikian juga permukiman

untuk sungai yang bertanggul dan tidak bertanggul, yang berada diwilayah

perkotaan, letak permukiman yang dimaksud berada di luar sempadan garis

sempadan sungai yang lebamya ditetapkan oleh pemerintah setempat. Kedua

lingkungan permukiman yang kumuh yang berada dikota-kota yang secara

histories menetapkan sungai sebagai komponen prasarana yang sangat vital dan

masih berlangsung sampai saat ini. Pada umumnya letak permukiman kumuh

Page 8: Permukiman kumuh

dikota-kota seperti ini berada di koridor tepian sungai. Karakteristik bangunan

dan lingkungan ini dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) tipe, yaitu tipe rakit,

panggung dan bertumpu langsung pada tanah. Unit-unit bangunan tipe panggung

pada umumnya merupakan transisi antara bangunan tipe rakit yang bertumpu

langsung pada tanah.

Melihat karakteristik sifat dan tipologi yang diuraikan diatas dapat dikatakan

bahwa tipologi penelitian yang dilaksanakan adalah kategori penelitan permukiman

kumuh pusat kota dan permukiman kumuh nelayan.

2.2 Faktor yang Menyebabkan Terbentuknya Permukiman Kumuh

Sungai menurut Peraturan Pemerintah No. 35 Tahun 1999 sebagai suatu

tempat atau wadah serta jaringan pengaliran air mulai dari mata air sampai muara

dengan dibatasi kanan dan kirinya serta disepanjang pengalirannya oleh garis

sepadan. Sungai telah memegang peranan yang sangat penting dalam sejarah

perkembangan peradaban dan kebudayaan manusia. Pada awal pertumbuhannya telah

ditandai dengan terbentuknya suatu konsentrasi penduduk dengan membentuk

kelompok pemukiman tertentu di lembah sungai yang subur. Peranan sungai di dalam

kehidupan sehari-hari, dengan adanya air, manusia memanfaatkan untuk minum,

mandi dan mencuci.

Kemudian peran sungai berkembang menjadi sarana transportasi, yang

mendorong pertumbuhan pennukiman seiring dengan laju pertumbuhan penduduk

Page 9: Permukiman kumuh

dan aktifitas sosial ekonominya makin lama peranannya makin berkembang dan tidak

terpisahkan lagi dari keseluruhan sistem pelayan. Pesatnya pertambahan jumlah

penduduk di perkotaan akibat dari jumlah kelahiran dan perpindahan penduduk dari

pedesaan ke kota, akan berpengaruh langsung terhadap kebutuhan sarana prasarana

kota dalam hal ini menyangkut kebutuhan akan perumahan dan permukiman di

perkotaan itu sendiri.

Hingga dewasa ini pembangunan perumahan dan permukiman di perkotaan,

baik yang ditangani pemerintah, swasta maupun swadaya masyarakat belum dapat

mengimbangi kebutuhan yang terus meningkat di kota. Bahkan terdapat

kecenderungan bahwa pembangunan perumahan dan permukiman di kota semakin

tertinggal dari cepatnya pertumbuhan penduduknya (Yudohusodo, 1991).

Perkembangan kota dipengaruhi kondisi topografis seperti perbukitan, lautan,

sungai dan rintangan alam lainnya yang dapat menghentikan laju perkembangan kota.

Daerah yang mempunyai potensi sumber daya alam yang berlimpah dan ditangani

dengan baik merupakan daerah yang mempunyai daya tarik kuat untuk berkembang.

Secara historis sungai telah memiliki peranan yang cukup penting dalam

perkembangan sistem hubungan aktifitas dan struktur internal suatu kota. Untuk kota-

kota di kawasan tepi sungai mempunyai ciri fisik antara lain:

Page 10: Permukiman kumuh

1) Kondisi Fisik Lingkungan.

Secara topografi, kawasan tersebut merupakan pertemuan antara darat dan air,

dataran rendah dan landai sehingga sering terjadi erosi dan sedimentasi yang

menimbulkan pendangkalan sungai.

Secara hidrologis, kawasan tersebut merapakan daerah pasang surut,

mempunyai air tanah tinggi. Kawasannya sebagian besar mempunyai struktur

batuan lepas, tanah lembut serta rawan terhadap bencana alam.

Secara klimatologis, kawasan ini mempunyai dinamika iklim, cuaca, angin,

suhu dan kelembaban tinggi.

2) Kondisi Flora dan fauna

Kondisi flora dan fauna sangat spesifik seperti mangrove, kelapa, ikan,

bangau dll.

3) Kondisi Sosial Ekonomi dan Budaya

Kawasan ini mempunyai keunggulan lokasi sehingga menjadi pusat

pertumbuhan kegiatan ekonomi.

Penduduk kawasan mempunyai kegiatan sosial ekonomi yang khas dan

berorientasi ke air.

Terdapat peninggalan sejarah/budaya serta upacara keagamaan tertentu.

4) Kondisi Prasarana dan sarana

Drainase kawasan memerlukan pemecahan khusus karena daerah banjir atau

genangan air.

Air limbah dan persampahan buruk.

Page 11: Permukiman kumuh

Air Limbah belum tercukupi karena kondisi air tanah yang buruk (payau/asin)

Memiliki aksessibilitas tinggi, sebab dapat dicapai dari darat maupun air

(sungai, pelabuhan menjadi titik pertumbuhan).

Permukiman dan perumahan biasanya berkembang sekitar badan sungai,

dengan fasilitas spesifik di dalamnya seperti dermaga, pasar terapung atau

tempat pelelangan ikan.

2.3 Permasalahan yang Timbul Akibat Permukiman Kumuh

Perumahan kumuh dapat mengakibatkan berbagai dampak. Dari segi

pemerintahan, pemerintah dianggap dan dipandang tidak cakap dan tidak peduli

dalam menangani pelayanan terhadap masyarakat, Sementara pada dampak sosial,

dimana sebagian masyarakat kumuh adalah masyarakat berpenghasilan rendah

dengan kemampuan ekonomi menengah ke bawah dianggap sebagai sumber

ketidakteraturan dan ketidakpatuhan terhadap norma-norma sosial.

Terbentuknya pemukiman kumuh, yang sering disebut sebagai slum area.

Daerah ini sering dipandang potensial menimbulkan banyak masalah perkotaan,

karena dapat merupakan sumber timbulnya berbagai perilaku menyimpang, seperti

kejahatan, dan sumber penyakit sosial lainnya.

Penduduk di permukiman kumuh tersebut memiliki persamaan, terutama dari

segi latar belakang sosial ekonomi-pendidikan yang rendah, keahlian terbatas dan

kemampuan adaptasi lingkungan (kota) yang kurang memadai. Kondisi kualitas

Page 12: Permukiman kumuh

kehidupan yang serba mariginal ini temyata mengakibatkan semakin banyaknya

penyimpangan perilaku penduduk penghuninya.

Hal ini dapat diketahui dari tatacara kehidupan sehari-hari, seperti mengemis,

berjudi, mencopet dan melakukan berbagai jenis penipuan. Terjadinya perilaku

menyimpang ini karena sulitnya mencari atau menciptakan pekerjaan sendiri dengan

keahlian dan kemarnpuan yang terbatas, selain itu juga karena menerima kenyataan

bahwa impian yang mereka harapkan mengenai kehidupan dikota tidak sesuai dan

ternyata tidak dapat memperbaiki kehidupan mereka.

Mereka pada umumnya tidak cukup memiliki kemampuan untuk

mendapatkan pekerjaan yang layak, disebabkan kurangnya keterampilan, tanpa modal

usaha, tempat tinggal tak menentu, rendahnya penguasaan ilmu pengetahuan dan

teknologi, rendahnya daya adaptasi sosial ekonomi dan pola kehidupan kota. Kondisi

yang serba terlanjur, kekurangan dan semakin memprihatmkan itu mendorong para

pendatang tersebut untuk hidup seadanya, termasuk tempat tinggal yang tidak

memenuni syarat kesehatan.

Permukiman kumuh umumnya di pusat-pusat perdagangan, seperti pasar kota,

perkampungan pinggir kota, dan disekitar bantaran sungai kota. Kepadatan penduduk

di daerah-daerah ini cenderung semakin meningkat dengan berbagai latar belakang

sosial, ekonomi, budaya dan asal daerah. Perhatian utama pada penghuni permukiman

ini adalah keija keras mencari nafkah atau hanya sekedar memenuhi kebutuhan

sehari-hari agar tetap bertahan hidup, dan bahkan tidak sedikit warga setempat yang

Page 13: Permukiman kumuh

menjadi pengangguran. Sehingga tanggungjawab terhadap disiplin lingkungan, norma

sosial dan hukum, kesehatan, solidaritas sosial, tolong menolong, menjadi terabaikan

dan kurang diperhatikan.

Oleh karena para pemukim pada umumnya terdiri dari golongan-golongan

yang tidak berhasil mencapai kehidupan yang layak, maka tidak sedikit menjadi

pengangguran, gelandangan, pengemis, yang sangat rentan terhadap terjadinya

perilaku menyimpang dan berbagai tindak kejahatan, baik antar penghuni itu sendiri

maupun terhadap masyarakat lingkungan sekitanya. Kondisi kehidupan yang sedang

mengalami benturan antara perkembangan teknologi dengan keterbatasan potensi

sumber daya yang tersedia, juga turut membuka celah timbulnya perilaku

menyimpang dan tindak kejahatan dari para penghuni pemukiman kumuh tersebut.

Kecenderungan terjadinya perilaku menyimpang (deviant behaviour) ini juga

diperkuat oleh pola kehidupan kota yang lebih mementingkan diri sendiri atau

kelompoknya yang seringkali bertentangan dengan nilai-nilai moral dan norma-

norma sosial dalam masyarakat. Perilaku menyimpang pada umumnya sering

dijumpai pada permukiman kumuh adalah perilaku yang bertentangan dengan norma-

norma sosial, tradisi dan kelaziman yang berlaku sebagaimana kehendak sebagian

besar anggota masyarakat.

Wujud perilaku menyimpang di permukiman kumuh ini berupa perbuatan

tidak disiplin lingkungan seperti membuang sampah dan kotoran di sembarang

tempat. Kecuali itu, juga termasuk perbuatan menghindari pajak, tidak memiliki KTP

Page 14: Permukiman kumuh

dan menghindar dari kegiatan-kegiatan kemasyarakatan, seperti gotong-royong dan

kegiatan sosial lainnya. Bagi kalangan remaja dan pengangguran, biasanya

penyimpangan perilakunya berupa mabuk-mabukan, minum obat terlarang,

pelacuran, adu ayam, bercumbu di depan umum, begadang dan berjoget di pinggir

jalan dengan musik keras sampai pagi, mencorat-coret dinding/bangunan fasilitas

umum, dan lain-lain.

Akibat lebih lanjut perilaku menyunpang tersebut bisa mengarah kepada

tindakan kejahatan (kriminal) seperti pencurian, pemerkosaan, penodongan,

pembunuhan, pengrusakan fasilitas umum, perkelahian, melakukan pungutan liar,

mencopet dan perbuatan kekerasan lainnya. Keadaan seperti itu cenderung

menimbulkan masalah-masalah baru yang menyangkut: (a) masalah persediaan ruang

yang semakin terbatas terutama masalah permukiman untuk golongan ekonomi lemah

dan masalah penyediaan lapangan pekerjaan di daerah perkotaan sebagai salah satu

faktor penyebab timbulnya perilaku menyimpang, (b) masalah adanya kekaburan

norma pada masyarakat migran di perkotaan dan adaptasi penduduk desa di kota, (c)

masalah perilaku menyimpang sebagai akibat dari adanya kekaburan atau ketiadaan

norma pada masyarakat migran di perkotaan.

Di samping itu juga pesatnya pertumbuhan penduduk kota dan lapangan

pekerjaan di wilayah perkotaan mengakibatkan semakin banyaknya pertumbuhan

peffiukiman-permukiman kumuh yang menyertainya dan menghiasi areal perkotaan

tanpa penataan yang berarti.

Page 15: Permukiman kumuh

Masalah yang terjadi akibat adanya perrnukiman kumuh ini, khususnya

dikota-kota besar diantaranya wajah perkotaan menjadi memburuk dan kotor,

planologi penertiban bangunan sukar dijalankan, banjir, penyakit menular dan

kebakaran sering melanda perrnukiman ini. Di sisi lain bahwa kehidupan

penghuninya terus merosot baik kesehatannya, maupun sosial kehidupan mereka

yang terus terhimpit jauh dibawah garis kemiskinan (Susanto, 1974).

Secara umum permasalahan yang sering terjadi di daerah permukiman kumuh

adalah:

1) Ukuran bangunan yang sangat sempit, tidak memenuhi standar untuk

bangunan layak huni.

2) Rumah yang berhimpitan satu sama lain membuat wilayah permukiman rawan

akan bahaya kebakaran.

3) Sarana jalan yang sempit dan tidak memadai.

4) Tidak tersedianya jaringan drainase.

5) Kurangnya suplai air bersih.

6) Jaringan listrik yang semrawut.

7) Fasilitas MCK yang tidak memadai.

2.4 Pengaruh Permukiman Kumuh Terhadap Lingkungan

Lingkungan permukiman kumuh memberi dampak yang bersifat multi

dimensi diantaranya dalam dimensi penyelenggaraan pemerintahan, tatanan sosial

Page 16: Permukiman kumuh

budaya, lingkungan fisik serta dimensi politis. Di bidang penyelenggaraan

pemerintahan, keberadaan lingkungan permukiman kumuh memberikan dampak citra

ketidakberdayaan, ketidakmampuan dan bahkan ketidakpedulian pemerintah terhadap

pengaturan pelayanan kebutuhan-kebutuhan hidup dan penghidupan warga kota

maupun pendatang dan pelayanan untuk mendukung kegiatan sosial budaya,

ekonomi, teknologi, ilmu pengetahuan, dan sebagainya.

Dampak terhadap tatanan sosial budaya kemasyarakatan adalah bahwa

komunitas yang bermukim di lingkungan permukiman kumuh yang secara ekonomi

pada umumnya termasuk golongan masyarakat miskin dan berpenghasilan rendah,

seringkali dianggap sebagai penyebab terjadinya degradasi kedisiplinan dan

ketidaktertiban dalam berbagai tatanan sosial kemasyarakatan (Sri, 1988).

Di bidang lingkungan/hunian komunitas penghuni lingkungan permukiman

kumuh sebagian besar pekerjaan mereka adalah tergolong sebagai pekerjaan sektor

informal yang tidak memerlukan keahlian tertentu, misalnya sebagai buruh kasar/kuli

bangunan, sehingga pada umumnya tingkat penghasilan mereka sangat terbatas dan

tidak mampu menyisihkan penghasilannya untuk memenuhi kebutuhan perumahan

dan permukiman sehingga mendorong terjadinya degradasi kualitas lingkungan yang

pada gilirannya memunculkan terjadinya permukiman kumuh.

Dampak negatif permukiman kumuh daerah terpinggirkan adalah: menjadi

penyakit dari keindahan kota dan pemborosan sumber daya kota; sumber berbagai

jenis penyakit epidemi; sumber penyakit psikis atau kejiwaan, seperti tidak suka

Page 17: Permukiman kumuh

tinggal di rumah dan kerawanan sosial. Solusi penataannya membutuhkan peran

semua pihak secara timbal balik, khususnya misi dinas terkait, LSM yang paham

kompleksitas permasalahan permukiman kumuh, baik dari segi teknis-teknologis

ataupun sosial-budaya, dengan melibatkan partisipasi aktif masyarakat permukiman

kumuh itu sendiri. Faktor-faktor kendala pelaksanaan program: kendala dari pihak

penentu kebijaksanaan, dipecahkan dengan perbaikan mental dan pemahaman

terhadap kebutuhan dari masyarakat miskin kota. Kendala dari masyarakat sasaran

program dan alternatif yang harus dipecahkan, berupa: kepemilikan lahan, semangat

menetap, kemiskinan, kepribadian dan sikap fatalistik kelompok sosial ini

(Sulistyawati, 2007).

Keberadaan komunitas yang bermukim di lingkungan permukiman kumuh ini

akan cenderung menjadi lahan subur bagi kepentingan politis tertentu yang dapat

dijadikan sebagai alat negosiasi berbagai kepentingan. Fenomena ini apabila tidak

diantisipasi secara lebih dini akan meningkatkan eskalasi permasalahan dan kinerja

pelayanan kota. Upaya penanganan permukiman kumuh telah diatur dalam Undang-

Undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Permukiman, yang menyatakan

bahwa “untuk mendukung terwujudnya lingkungan permukiman yang memenuhi

persyarakatan keamanan, kesehatan, kenyamanan dan keandalan bangunan, suatu

lingkungan permukiman yang tidak sesuai tata ruang, kepadatan bangunan sanggat

tinggi, kualitas bangunan sangat rendah, prasaranan lingkungan tidak memenuhi

syarat dan rawan, yang dapat membahayakan kehidupan dan penghidupan

masyarakat penghuni, dapat ditetapkan oleh Pemerintah Kota Yogyakarta yang

Page 18: Permukiman kumuh

bersangkutan sebagai lingkungan permukiman kumuh yang tidak layak huni dan

perlu diremajakan”.

Penanganan peremajaan lingkungan permukiman kumuh yang diatur dalam

Inpres No. 5 Tahun 1990, tentang pedoman pelaksanaan peremajaan permukiman

kumuh di atas tanah negara dinyatakan bahwa “Pertimbangan peremajaan

permukirnan kumuh adalah dalam rangka mempercepat peningkatan mutu kehidupan

masyarakat terutarna bagi golongan masyarakat berpenghasilan rendah yang

bertempat tinggal di kawasan permukiman kumuh yang berada di atas tanah Negara”.

Hal ini disebabkan eksistensi permukiman kumuh tidak dapat dilepaskan dari

ekosistim kota, dan justro merupakan potensi ketenagakerjaan yang menunjang tata

perekonomian kota (Sri, 1988). Peremajaan permukiman kumuh dalam Inpres No. 5

Tahun 1990 tersebut adalah meliputi pembongkaran sebagian atau seluruh

permukiman kumuh yang sebagian besar atau selurahnya berada di atas tanah negara

dan kemudian di tempat yang sama dibangun prasarana dan fasilitas rumah susun

serta bangunan-bangunan lain sesuai dengan rencana tata ruang kota yang

bersangkutan (Koestoer, 1997). Untuk mempereepat pelaksanaan peremajaan

permukiman kumuh tersebut, perlu didorong keikutsertaan Badan Usaha Milik

Negara, Badan Usaha Milik Daerah, Yayasan dan Perusahaan Swasta serta

masyarakat luas yang pelaksanaannya perlu dilakukan secara terkoordinasi dengan

instansi-instansi terkait.

Page 19: Permukiman kumuh

Selanjutnya kebijakan penanganan permukiman kumuh sesuai Surat Edaran

Menpera No. 04/SE/M/I/93 Tahun 1993, dinyatakan bahwa perumahan dan

permukiman kumuh adalah lingkungan hunian dan usaha yang tidak layak huni yang

keadaannya tidak memenuhi persyaratan teknis, sosial, kesehatan, keselamatan dan

kenyamanan serta tidak memenuhi persyaratan ekologis dan legal administratif yang

penanganannya dilaksanakan melalui pola perbaikan/pemugaran, peremajaan maupun

relokasi sesuai dengan tingkat/ kondisi permasalahan yang ada.

2. 5. Pengelolaan Permukiman Kumuh

Kemiskinan merupakan salah satu penyebab timbulnya pemukiman kumuh di

kawasan perkotaan. Pada dasarnya kemiskinan dapat ditanggulangi dengan adanya

pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan pemerataan, peningkatan lapangan pekerjaan

dan pendapatan kelompok miskin serta peningkatan pelayanan dasar bagi kelompok

miskin dan pengembangan institusi penanggulangan kemiskinan. Peningkatan

pelayanan dasar ini dapat diwujudkan dengan peningkatan air bersih, sanitasi,

penyediaan serta usaha perbaikan perumahan dan lingkungan pemukiman pada

umumnya.

Adapun cara untuk mengatasi permukiman kumuh adalah :

1. Program perbaikan kampung, yang ditujukan untuk memperbaiki kondisi

kesehatan lingkungan dan sarana lingkungan yang ada.

Page 20: Permukiman kumuh

2. Program uji coba peremajaan lingkungan kumuh, yang dilakukan dengan

membongkar lingkungan kumuh dan perumahan kumuh yang ada serta

menggantinya dengan rurnah susun yang memenuhi syarat.

2.5.1. Penataan Wilayah Permukiman Kumuh

Kegiatan penataan lingkungan kumuh ini menerapkan konsep dasar Tridaya

yang meliputi aspek penyiapan masyarakat melalui pemberdayaan sosial

kemasyarakatan, pendayagunaan prasarana dan sarana lingkungan permukiman serta

pemberdayaan kegiatan usaha ekonomi lokal/masyarakat.

Dalam penerapannya, kegiatan ini menggunakan pemberdayaan masyarakat

sebagai inti gerakannya, dengan menempatkan komunitas permukiman sebagai

pelaku utama pada setiap tahapan, langkah, dan proses kegiatan, yang berarti

komunitas pemukim adalah pemilik kegiatan. Pelaku pembangunan di luar komunitas

pemukim merupakan mitra kerja sekaligus sebagai pelaku pendukung yang

berpartisipasi pada kegiatan komunitas pemukim.

Dengan demikian, strategi program ini menitikberatkan pada transformasi

kapasitas manajemen dan teknis kepada komunitas melalui pembelajaran langsung

(learning by doing) melalui proses fasilitasi berfungsinya manajemen komunitas.

Penerapan strategi ini memungkinkan komunitas pemukim untuk mampu membuat

rencana yang rasional, membuat keputusan, melaksanakan rencana dan keputusan

Page 21: Permukiman kumuh

yang diambil, mengelola dan mempertanggungjawabkan hasil-hasil kegiatannya,

serta mampu mengembangkan produk yang telah dihasilkan.

Melalui penerapan strategi ini diharapkan terjadi peningkatan secara bertahap

kapasitas sumberdaya manusia dan pranata sosial komunitas pemukim, kualitas

lingkungan permukiman, dan kapasitas ekonomi/usaha komunitas. Seluruh rangkaian

kegiatan dalam pernberdayaan masyarakat dalam program penataan lingkungan

kumuh ini memiliki pola dasar yang secara umum dapat dikelompokan menjadi tiga

kelompok besar kegiatan fasilitasi, yaitu pengorganisasian dan peningkatan kapasitas

masyarakat, pelaksanaan pembangunan serta pengembangan kelembagaan komunitas

Dalam rangka menempatkan masyarakat sebagai pelaku utama pembangunan,

masyarakat yang terorganisasi memiliki peluang yang lebih besar dibandmgkan

secara individual. Selain itu kemampuan masyarakat dalam mengidentifikasi

kebutuhan dan potensinya, serta membuat rencana yang rasional juga menjadi

persyaratan keberhasilan kegiatan.

Oleh karenanya, fasilitasi kepada komunitas dalam pengorganisasian dan

peningkatan kapasitas masyarakat ini merupakan bagian dari konsep dasar khususnya

dalam aspek penyiapan masyarakat dan aspek pemberdayaan kegiatan usaha ekonomi

dalam satu kesatuan. Dalam mengaktualkan rencananya, komunitas perlu melakukan

pengorganisasian peluang dan sumberdaya kunci yang ada. Dalam kaitannya dengan

fasilitasi ini, pemerintah memberikan stimulan dana kepada komunitas untuk

Page 22: Permukiman kumuh

merealisasikan rencananya terutama dalam penataan lingkungan permukiman kumuh,

tanpa menutup kemungkinan adanya bantuan tidak mengikat dari pihak lain.

Selanjutnya fasilitasi terhadap komunitas dilakukan untuk pengelolaan hasil

pembangunan yang telah dilaksanakannya. Rangkaian fasilitasi ini merupakan bagian

dari konsep dasar Tridaya, khususnya dalam aspek pendayagunaan prasarana dan

sarana lingkungan dan aspek penyiapan masyarakat dalam satu kesatuan.

Pengembangan lembaga komunitas merapakan fasilitasi tahap akhir. Dalam

rangkaian kegiatannya, fasilitasi ini mengarah kepada pembuatan aturan main

lembaga komunitas, formalisasi lembaga komunitas dalam rangka peningkatan

kapasitas manajemen dan teknis kepada komunitas maupun lembaga. komunitas,

pembentukan jaringan kerja dengan komunitas lain, pemanfaatan akses sumber daya

kunci pembangunan dalam rangka kemitraan, dan pembukaan akses terhadap

pengabil kebijakan. Rangkaian fasilitas ini merupakan bentuk utuh dari penerapan

konsep dasar Tridaya.

Secara ringkas penataan wilayah untuk pengananan masalah permukiman

kumuh tersebut adalah:

1) Menempatkan masyarakat sebagai pelaku utama dalam penataan lingkungan

permukiman kumuh.

2) Mendorong usaha produktif masyarakat melami perkuatan jarmgan kerja dengan

mitra swasta dan dunia usaha.

Page 23: Permukiman kumuh

3) Mencari pemecahan terbaik dalam penentuan kelayakan penataan lingkungan

permukiman kumuh.

4) Melaksanakan penegakkan dan perlindungan hukum kepada masyarakat yang

tinggal di lingkungan permukiman kumuh.

5) Melakukan pemberdayaan kepada para pelaku untuk mencegah terjadinya

permasalahan sosial.

6) Menerapkan budaya bersih dan tertib di lingkungan perumahan dan permukiman.

Akhirnya, apabila upaya penataan pennukiman kumuh dapat dilaksanakan

maka hasil yang dapat diharapkan adalah meningkatnya pendapatan masyarakat,

memperluas lapangan pekerjaan baru, meningkakan kualitas rumah tinggal bahkan

dapat memudahkan perolehan jasa-jasa dari penduduk yang tersedia, meningkatkan

kesehatan lingkungan, hal ini dapat berakibat meningkatnya hasrat penduduk untuk

berpartisipasi dalam pembangunan dan bahkan dapat meningkatkan nilai tanah yang

ada.

2.5.2 Kualitas Lingkungan Permukiman yang Ideal

Sumunar (2000) berhasil mengklasifikasi lingkungan permukiman di Kota

Yogyakarta dalam tiga kelas, yakni pertama kelas permukiman dengan kualitas baik,

kedua kelas permukiman dengan kualitas sedang, dan ketiga kelas permukiman

dengan kualitas buruk. Lebih lanjut ia menyatakan kondisi sosial ekonomi penghuni

berpengaruh terhadap kualitas lingkungan permukiman. Variabel-variabel kondisi

Page 24: Permukiman kumuh

sosial ekonomi seperti tahun sukses pendidikan, penghasilan dan besarnya rumah

tangga, menunjukkan adanya korelasi dengan kondisi kualitas lingkungan

permukiman. Lingkungan permukiman dengan kualitas buruk terutama terdapat di

daerah pusat Kota Yogyakarta, sepanjang sungai dan di sekitar jalur kereta api.

Biasanya permukiman ini dihuni oleh para penglaju atau commuter yang setiap waktu

tertentu pulang kampung.

Hasil penelitian Sumunar (2000) sejalan dengan penelitian yang dilakukan

oleh Marwasta (2001). Marwasta (2001) menyatakan penambahan agihan

permukiman kumuh di Kota Yogyakarta umumnya terjadi pada lahan permukiman di

sekitar badan sungai, yakni Sungai Winongo, Sungai Code dan Sungai Gajahwong,

meskipun terdapat juga agihan yang berasosiasi dengan jalur rel kereta api dalam

luasan yang relatif kecil. Penelitian Marwasta (2001) juga menunjukan proses

perkembangan permukiman kumuh di Kota Yogyakarta cenderung berlangsung

lambat dan terus menerus. Proses perkembangan permukiman kumuh ini lebih

didominasi oleh proses pemadatan bangunan rumah dan proses penuaan bangunan

rumah mukim, yang keduanya merupakan penyebab terjadinya deteorisasi Iigkungan

permukiman.

Penelitian lain tentang kualitas lingkungan permukiman dilakukan oleh Yusuf

(2005). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa satuan lingkungan permukiman

kepadatan rapat tidak teratur cenderung memiliki kualitas lingkungan permukiman

jelek, sedangkan satuan lingkungan permukiman kepadatan jarang teratur memiliki

Page 25: Permukiman kumuh

kualitas lingkungan permukiman baik. Keadaan ini membuktikan bahwa faktor

kepadatan dan keteraturan bangunan berpengaruh terhadap kualitas lingkungan

permukiman.

Permukiman dapat berfungsi sebagaimana mestinya bila memiliki

kelengkapan dasar fisik Iingkungan berupa prasarana lingkungan (Pasal 1 Butir 5

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992). Dalam bagian penjelasan Undang-undang

Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Pemukiman, sarana dasar yang utama

bagi berfungsinya suatu lingkungan permukiman ialah: 1) jaringan jalan untuk

mobilitas manusia dan angkutan barang, mencegah perambatan kebakaran serta untuk

menciptakan ruang dan bangunan yang teratur; 2) jaringan saluran pembuangan air

limbah dan tempat pembuangan sampan untuk kesehatan lingkungan; dan Ketiga

jaringan saluran air hujan untuk pengalusan (drainase) dan pencegahan banjir

setempat. Dalam keadaan tidak terdapat air tanah sebagai sumber air bersih, jaringan

air bersih merupakan sarana dasar.

Selain prasarana lingkungan, permukiman juga memerlukan sarana

lingkungan. Sarana lingkungan diperlukan sebagai fasilitas penunjang yang berfungsi

untuk penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan ekonomi, sosial dan budaya

(Pasal 1 Butir 6 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992). Fasilitas penunjang dapat

meliputi aspek ekonomi yang antara lain berapa bangunan perniagaan atau

perbelajaran yang tidak mencemari lingkungan, sedangkan fasilitas penunjang yang

meliputi aspek sosial budaya, antara lain berapa bangunan pelayanan urnum dan

Page 26: Permukiman kumuh

pemerintahan, pendidikan dan kesehatan, peribadatan, rekreasi dan olah raga,

pemakaman, dan pertamanan.

Permukiman juga memerlukan utilitas umum sebagai sarana penunjang untuk

pelayanan lingkungan (Pasal 1 Butir 7 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992).

Utilitas umum meliputi antara lain jaringan air bersih, jaringan listrik, jaringan

telepon, jaringan gas, jaringan transportasi, dan pemadam kebakaran. Utilitas umum

membutuhkan pengelolaan secara berkelanjutan dan profesional oleh badan usaha

agar dapat memberikan pelayanan yang memadai kepada masyarakat.