PERMUKIMAN KUMUH DI SINDULANG SATU
-
Upload
thecloudtha27 -
Category
Documents
-
view
120 -
download
2
description
Transcript of PERMUKIMAN KUMUH DI SINDULANG SATU
SEMINAR PROPOSAL – CLAUDIA TALITA DARIWU 13202112025 | 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kota merupakan sumber penghasilan, akumulasi dan konsentrasi
kesempatan kerja (sumber kekuatan ekonomi), fasilitas, pelayanan (Sadyohutomo,
2008). Permasalahan krusial bagi fungsi kota karena menjadi hambatan bagi
efektifitas perekonomian dan aktifitas inhabitannya, yang dapat dilihat adalah
permukiman kumuh. Menjawab permasalahan yang sesungguhnya, perlu
pengarahan terhadap strategi penanganan permukiman kumuh terutama pada
masyarakat yang bermukim pada daerah pesisir pantai maupun pinggir sungai
dengan mata pencaharian menangkap ikan.
Untuk dapat memahami hakekat pembangunan permukiman yang tepat sasaran
bagi permukiman nelayan, perlu dipahami pemikiran-pemikiran mendasar tentang
mengapa perlu diselenggarakan pembangunan terutama pada penanganan
permukiman kumuh dan komunitas nelayan. Permasalahan mendasar sangat
mengakar kepada kebijakanpembangunan perumahan dan permukiman itu sendiri.
Hal inilah yang mendorong perlunya perubahan paradigma tentang pembangunan
permukiman, khususnya komunitas nelayan.
Selain memiliki sasaran secara fisik dan lingkungan, penanganan permukiman
nelayan ini juga sebagai bagian dari kerangka penanganan masalah kemiskinan
perkotaan. Penanganan lingkungan permukiman nelayan harus bertolak dari
karakter spesifik karena akan berkaitan fungsi aktifitas keseharian nelayan,
dampak pada lingkungan permukimannya, keterbatasan sarana dan prasarana dan
hal yang paling mendasar adalah kemampuan ekonomi rumah tangga nelayan
tersebut. Oleh karena itu dapat dipahami bahwa dalam penanganan permukiman
nelayanpun tidak hanya mengedepankan masalah peningkatan kualitas lingkungan
semata namun juga bagaimana men-‘generate’ kelangsungan hidup nelayan
melalui dukungan sarana dan prasarana lingkungan.
Permasalahan umum yang dapat dilihat pada kawasan permukiman nelayan adalah
permasalahan fisik. Permasalahan tersebut dapat dilihat pada rendahnya
aksesbilitas terhadap kepemilikan lahan dan hunian. Sedangkan permasalahan non
fisik adalah kemiskinan dan kekumuhan yang paling sering dijumpai. Sehingga
dapat dilihat bahwa karateristik umum kawasan permukiman nelayan dapat
SEMINAR PROPOSAL – CLAUDIA TALITA DARIWU 13202112025 | 2
ditinjau berdasarkan pertumbuhan jumlah penduduk yang sangat cepat, menempati
lahan ilegal dan seringkali kurang memperhatikan kualitas lingkungan.
Selain itu, lokasi dimana kawasan permukiman nelayan berada rentan terhadap
konflik kepentingan berbagai pihak. Lahan bermukim komunitas nelayan ini
ditentukan oleh kebijakan-kebijakan berbagai instansi yang berbeda, dimana satu
sama lain harus diintegrasikan dan saling melengkapi. Topografi kawasan nelayan
berada pada daerah pertemuan daratan dan perairan, yang rentan terhadap bahaya
erosi, abrasi dan sedimentasi.
Melihat permasalahan tersebut maka permukiman nelayan perlu mendapat
penanganan secara khusus, namun pada dasarnya kondisi kumuh terjadi akibat
rendahnya kemampuan komunitas nelayan dalam pengadaan perumahan dan
peningkatan kualitas prasarananya. Lokasi permukiman yang berdekatan dengan
aktifitas ekonomi nelayan menempati prioritas utama. Penyelesaian permasalahan
yang berhubungan dengan status kepemilikan rumah dan lahan menempati
prioritas kedua, sedangkan bentuk maupun kualitas rumah menjadi prioritas
terakhir untuk ditangani.
Meningkatnya kualitas lingkungan pada umumnya terjadi seiring dengan
peningkatan kemampuan ekonomi penghuninya. Untuk itu diperlukan kondisi
lingkungan permukiman yang responsif, yang mendukung pengembangan jati diri,
produktifitas dan kemandirian masyarakat penghuninya. Upaya tersebut dapat
dilakukan melalui peningkatan kapasitas dan kapabilitas kelembagaan pengelolaan
penanganan permukiman kumuh, baik unsure pemerintahan lokal masyarakat
maupun lembaga sosial kemasyarakatan maupun lembaga yang bergerak di bidang
ini.
B. PERUMUSAN MASALAH :
Bagaimana menerapkan Strategi Re-Development Mutual Interaction
Concept di Kawasan Pesisir Pantai Sindulang I?
Bagaimana Arahan menataan dan mengembangan Kawasan dengan Interaksi
Dua Arah (Man –Environment Studies)?
Mendesain Permukiman yang sesuai dengan Prinsip sustainable di Kawasan
Pesisir Pantai Sindulang I?
Potensi Apa yang dapat dikembangkan di Permukiman Nelayan Sindulang
I?
SEMINAR PROPOSAL – CLAUDIA TALITA DARIWU 13202112025 | 3
C. TUJUAN PENELITIAN :
Menerapkan Strategi Re-Development Mutual Interaction Concept penataan
sekitar Kawasan Pasar Jengki Manado, khususnya di Permukiman Nelayan
Pesisir Pantai Sindulang I, sesuai dengan studi mengenai hubungan saling
menguntungkan (mutual interaction) antara manusia dengan lingkungan
terbangun di sekitarnya (3 variabel).
Menemukan arahan menataan dan mengembangan Kawasan dengan
Interaksi Dua Arah (Man –Environment Studies).
Merancang kawasan Permukiman yang sesuai dengan salah satu poin
Prinsip Sustainable yaitu Respect for users sebagai focus pendekatan
terhadap studi penataan dengan adanya keterlibatan masyarakat dalam
pembangunan kembali permukiman Nelayan Pesisir Pantai Sindulang I.
Mengidentifikasi potensi yang dapat dikembangkan di Permukiman Nelayan
Pesisir Pantai Sindulang I.
SEMINAR PROPOSAL – CLAUDIA TALITA DARIWU 13202112025 | 4
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 PEMBANGUNAN, PERMUKIMAN, DAN LINGKUNGAN
Pembangunan dalam konteks penataan dan pengembangan wilayah adalah
berbagai jenis kegiatan, baik yang mencakup sector pemerintah maupun
masyarakat dilaksanakan dalam rangka memperbaiki tingkat kesejahteraan hidup
masyarakat (Santosa, 2000).
Perumahan bukanlah kata benda, melainkan kata kerja yang berkaitan
dengan kondisi social dan ekonomi penghuni (Turner, 1972). Disebutkan dalam
kutipan Turner (1972) bahwa peran penghuni sangat dibutuhkan untuk terlibat
dalam peran pembangunan permukiman
2.2 PEDOMAN PENATAAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN
PERMUKIMAN
Studi mengenai penataan permukiman masyarakat ini memiliki acuan
kepada isu-isu utama baik yang bersifat universal sesuai yang dicanangkan Habitat
Agenda II maupun yang bersifat lokal dan sesuai dengan lokasi studi, yaitu dari
Kebijakan dan Strategi Nasional Perumahan dan Permukiman
Wacana yang didapat dapat mengarahkan dan memberikan fokus jelas
terhadap kriteria penataan yang ingin dicapai.
2.2.1 Isu Utama dalam Habitat Agenda II
Perumahan Layak untuk Semua/Adequate Shelter for All
Permukiman yang Berkelanjutan/Sustainable Human Settlement
2.2.2 Pedoman Perumahan dan Permukiman di Indonesia
Berlandaskan UU No.4/1992 mengenai Perumahan dan Permukiman, telah
dikeluarkan Kebijakan dan Strategi Nasional Perumahan dan Permukiman
(KSNPP) pada tahun 1999 sebagai suatu pedoman penyusunan kebijakan
teknis, perencanaan, pemrograman, dan kegiatan yang terkait dengan
Perumahan dan Permukiman.
SEMINAR PROPOSAL – CLAUDIA TALITA DARIWU 13202112025 | 5
2.3 PENATAAN & PENGEMBANGAN PERMUKIMAN & LINGKUNGAN
2.3.1 Teori Penataan dan Pengembangan Kawasan dengan Interaksi Dua
Arah (Man –Environment Studies)
Man-Environment Studies, yaitu sebuah studi mengenai hubungan saling
menguntungkan (mutual interaction) antara manusia dengan lingkungan
terbangun di sekitarnya (3 variabel) :
1) Karakteristik manusia sebagai pembentuk karakter lingkungan
2) Lingkungan Fisik dan Manusia
3) Mekanisme yang menghubungkan antara manusia dengan lingkungan
dalam interaksi dua arah
Ada beberapa aspek fundamental yang melengkapi organisasi keruangan
(Rapoport,1977), yaitu:
1) Tatanan Ruang -Organization of space yaitu merupakan tatanan
lingkungan dan menciptakan hubungan antara manusia dengan
lingkungannya
2) Tatanan berdasarkan Makna -Organization of meaning
3) Tatanan berdasarkan Waktu -Organization of time
4) Tatanan berdasarkan Komunikasi -Organization of communication
Dari berbagai organisasi dalam lingkungan tersebut, penataan kawasan
permukiman dalam studi ini dibatasi dalam lingkup organisasi ruang (space
organization) saja. Hal ini disebabkan karena tujuan penelitian adalah
mencari rumusan pola tatanan (space organization) sekaligus menjaga agar
fokus studi tidak meluas.
2.3.2 Definisi dan Prinsip Teori Empiris Praktis
Penataan merupakan sebuah kegiatan membentuk benda, energi, dan proses
menuju sebuah kebutuhan dan keinginan yang dimiliki seorang atau
sekelompok manusia (Van DerRyn, 1996).
Prinsip sustainable memiliki poin-poin sebagai acuan dalam melakukan
analisa potensi, penataan, dan pengembangan dimasyarakat (Vales,1991):
Efisiensi Energi (Conserving Energy)
Penyesuaian terhadap Iklim (Working with Climate)
Membudayakan Daur Ulang (Minimizing New Resources)
Menghargai Pengguna (Respect for Users)
SEMINAR PROPOSAL – CLAUDIA TALITA DARIWU 13202112025 | 6
Menghargai Lingkungan (Respect for Site)
Menyeluruh (Holism)
Respect for users dipilih sebagai focus karena pendekatan terhadap studi
penataan ini adalah keterlibatan masyarakat dalam pembangunan
permukiman
2.3.3 Definisi dan Prinsip Teori Fenomenologi
Pada dasarnya berbagai pola penciptaan tempat menghasilkan karakter
permukiman menjadi beberapa tipe dasar dari organisasi ruang berikut
(Norberg-Schulz, 1971):
1) Tipe dasar Cluster
2) Tipe dasar Row
3) Tipe dasar Enclosure
Karakter permukiman dapat dilihat dari organisasi ruang permukiman
(Rapoport,1977):
1) Orientasi permukiman mengelilingi central space
Gambar 2.1
Dwelling surrounding the central space;
Terdapat bermacam bentuk pola permukiman
dengan organisasi yang mirip
2) Orientasi permukiman menyusuri jalan/along the streets
Terdapat dua macam organisasi dalam orientasi ini, yaitu rumah
berada disepanjang jalan dan berseberangan dengan rumah lain atau
rumah berada disepanjang jalan dan berseberangan dengan unsure air
(waterfront).
SEMINAR PROPOSAL – CLAUDIA TALITA DARIWU 13202112025 | 7
Gambar 2.2
Street related housing(kiri) dan waterfront housing(kanan)
3) Orientasi kearah dalam (inside-out city)
Gambar 2.3
The inside-out city; Orientasi kedalam memiliki domain privat-publik
2.4.1 Klasifikasi Nelayan
Berdasarkan kegiatan yang dilakukan, nelayan dibagi menjadi tiga kategori
(Brata,2005), yaitu:
1) Nelayan Tani
2) Nelayan Pekerja
3) Nelayan Juragan
2.4.2 Permukiman Pantai sebagai Tempat Tinggal Nelayan
Beberapa permukiman pantai dapat diklasifikasikan sebagai berikut
(Refshauge, 2003):
1) Kota Pantai/Coastal Cities -penduduk lebih dari 20,000 orang
2) Kampung Kota Pantai/Coastal Towns -3,000-20,000 orang
3) Desa Pantai/Coastal Villages -jumlah populasi hingga 3,000 orang
SEMINAR PROPOSAL – CLAUDIA TALITA DARIWU 13202112025 | 8
4) Daerah Berpusat di Pantai/Inland Coastal Centres -
5) Permukiman Pantai Baru/New Coastal Settlements
2.4.3 Program Pemerintah terhadap Permukiman Pesisir
Program pemerintah dalam usaha memperbaiki kehidupan permukiman
pesisir tercantum pada kebijakan Depkim praswil, 2004 mengenai penataan
ruang:
1) Perbaikan Kawasan Kumuh Nelayan
2) Penyediaan Prasarana dan Sarana Desa-Desa Pesisir/Nelayan
Program pemerintah Kota Manado mengenai penataan permukiman pesisir
tersebut diwujudkan dalam Masterplan Kota Manado (RTRW Kota Manado
2003-2013) untuk pengembangan daerah pesisir yang dimiliki Kota Manado.
Sepanjang pantai Timur Kota Manado akan ditetapkan sebagai kawasan
lindung, suaka alam, budaya, fasilitas olah raga air, pengembangan kawasan
budidaya & kawasan perdagangan.
2.4 DATA LOKASI
Di kawasan pesisir pantai Sindulang I Manado banyak terdapat bangunan
rumah tinggal penduduk, baik bangunan dengan konstruksi permanen maupun
bangunan konstruksi semi permanen. Pembangunan Rumah-rumah tinggal
ditujukan terutama untuk memenuhi kebutuhan sarana hunian yang layak bagi
penduduk pada suatu kawasan pemukiman. Pembangunan rumah-rumah tinggal
dipesisir pantai Sindulang I ini mula-mula dipengaruhi oleh adanya mata
pencaharian utama dari penduduk yaitu sebagai nelayan dan sebagai pedagang.
Penentuan lokasi pemukiman kurang memperhatikan akan faktor-faktor
kenyamanan dan keamanan ditinjau dari segi iklim lokal.
SEMINAR PROPOSAL – CLAUDIA TALITA DARIWU 13202112025 | 9
Gambar 2.4
Keadaan rumah yang layak (Kiri) & tidak layak (Kanan) untuk di tinggali karena keadaan
lingkungan yang sehat dan berkelanjutan.
Sumber : www.google.com (kiri), Data Survei Pribadi (kanan), 2014
Tujuan pemilihan lokasi pemukiman hanya oleh karena ingin dekat dengan
tempat kerja. Pesatnya pertumbuhan penduduk kota Manado mengakibatkan
terjadinya peningkatan pembangunan rumah tinggal di daerah/kawasan pesisir
pantai termasuk di Sindulang I Manado, sehingga menjadi hunian yang kepadatan
cukup tinggi.
SEMINAR PROPOSAL – CLAUDIA TALITA DARIWU 13202112025 | 10
Keadaan permukiman yang ada di Sindulang I Manado
Sumber : Data Survei Pribadi, 2014
Pertumbuhan permukiman pembangunan hunian rumah tinggal dikawasan
ini cukup pesat, seiring dengan pesatnya pertumbuhan kota Manado terutama
pertumbuhan disektor perdagangan dan jasa. Seperti di kawasan Bahu Mall, dan
sepanjang pesisir pantai jalan Pierre Tendean. Pertumbuhan kepadatan penduduk
dan hunian di kawasan pesisir menyebabkan peningkatan rasa tidak nyaman pada
kawasan permukiman tersebut.
Nama lengkap : Sindulang Satu
Lokasi Geografi : Minahasa, Sulawesi Utara, Indonesia, Asia
Koordinat Geografi : 1° 30' 13" utara, 124° 50' 43" timur
SEMINAR PROPOSAL – CLAUDIA TALITA DARIWU 13202112025 | 11
Peta Lokasi Makro & Mikro
Sumber : www.google.com
Pada kawasan permukiman penduduk pesisir pantai Sindulang I sebagian
besar berprofesi sebagai nelayan, karena dari hasil menangkap ikan mereka bisa
mempertahankan hidup serta mencukupi kebutuhan sandang pangan mereka, akan
tetapi seiring berkembangannya zaman dan makin tingginya kebutuhan
sandang/pangan masyarakat pesisir pantai mengakibatkan mereka bukan hanya
menetap pada 1 mata pencaharian saja seperti menangkap ikan, akan tetapi ada
beberapa diantara para penduduk tersebut yang menambahkan/merubah fungsi
rumah mereka menjadi ladang untuk usaha seperti warung dan warung makan.
Tabel 2.1
Diagram Presentasi Mata Pencaharian Penduduk Di Sindulang I
Banyak KK Di Sindulaang I : ± 512 KK
Sumber : Analisa Pribadi, 2014
SEMINAR PROPOSAL – CLAUDIA TALITA DARIWU 13202112025 | 12
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 IDENTIFIKASI VARIABEL DARI RINGKASAN
Teori Klasifikasi variabel dari hasil kajian pustaka adalah sebagai berikut :
• Variabel Tergantung/Terikat (Dependent Variable)
1. Potensi Lokasi Permukiman Nelayan
2. Profil Penduduk dan Kegiatan
3. Alternatif Kriteria Penataan berbasis Prinsip Probabilisme
3.2 STRATEGI PENELITIAN
Metodologi atau format dari sebuah penelitian didefinisikan oleh Creswell
(1994) sebagai proses keseluruhan dalam penelitian, dimulai dari identifikasi
masalah hingga Analisa data dengan metode-metode tertentu Studi penataan ini
bersifat empiris praktis, sehingga akan digunakan strategi kualitatif dalam
metode penelitiannya.
3.3 TAKTIK PENELITIAN
Pengumpulan Data
1. Kuisioner/Questionnaire
2.Pengamatan /Observation
3.Wawancara Mendalam/In Depth Interview
4.Pengumpulan Data Sekunder
5. Rekam Visual/Photograph
Metoda Analisis
1. Memeriksa hasil data
2. Mentabulasikan hasil jawaban
3. Menyelidiki kemungkinan terjadinya inkonsistensi dalam data
(Analisis dilakukan dengan memakai standar yang telah dikeluarkan oleh
Departeman Pekerjaan Umum).
SEMINAR PROPOSAL – CLAUDIA TALITA DARIWU 13202112025 | 13
3.4 TAHAPAN PENELITIAN
Tahap Pra Lapangan
- Melakukan pendalaman terhadap Masalah yang sudah dirumuskan
dengan cara studi literature
- Merumuskan hipotesa dan Menyusun rancangan penelitian
- Menyiapkan instrumen penelitian berupa kegiatan pengumpulan data
(telah dijelaskan sebelumnya) Untuk tahap pekerjaan lapangan
Tahap Pekerjaan Lapangan
- Melaksanakan pengumpulan data sekunder
- Melaksanakan kegiatan pengumpulan data
Tahap Pengolahan Data
- Melakukan analisis data dari yang telah dikumpulkan
- Menarik kesimpulan awal dari hasil penelitian
- Melakukan pengujian kesimpulan awal dengan mengajukan hasilnya
kepada responden dan pihak terkait
- Menarik kesimpulan akhir
- Penyusunan laporan
SEMINAR PROPOSAL – CLAUDIA TALITA DARIWU 13202112025 | 14
DAFTAR PUSTAKA
Anonimous. 2008. Pedoman Umum RTBL Kawasan Nelayan, Departemen
Perkerjaan Umum Jenderal Cipta Karya.
Anonimous. 1995. Pemantapan Perencanaan Permukiman Kota Akibat Perluasan
Kawasan melalui Pola KIP Nelayan Kota, Departemen Perkerjaan
Umum Jenderal Cipta Karya.
Altman.Irwin. THEORY OF MAN-ENVIRONMENT-RELATIONS II, Adapted
from: Representative Research in Social Psychology, Vol. IV, No.1,
published by Department of Psychology, University of North Carolina
at Chap-el Hill.
Bahri, Syamsul. 2010. Penataan Permukiman Nelayandi Kawasan Pasar Sentral
Raha (Studi Kasus : Permukiman Nelayan Laino Pantai,Laiworu
Kab.Muna). Surabaya. Jurnal ITS.
Moelong, L.J. 1989. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remadja Karya
Muhadjir, N. 1996. Metode Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Rake Sarasin.
Nasution, S. 1995. Metode Research. Jakarta: Bumi Aksara.
Sela L.E Rieneke. 2011. Partisipasi Masyarakat Melalui Penataan Permukiman
Nelayan Dalam Meningkatkan Properti Komunitas, Jurnal Sabua
Vol.3,No.1:26-39,dari
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/SABUA/search/titles.
Universitas Sam Ratulangi Manado.